Upload
horianto
View
83
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pengaruh suhu dan Durasi Perawatan Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Dasar Abu Terbang
Citation preview
1
PENGARUH SUHU DAN DURASI PERAWATAN TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR
GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR ABU TERBANG
Horianto*, Andi Arham Adam dan Nicodemus Rupang
Universitas Tadulako, Palu, Indonesia
*E-mail: [email protected]
ABSTRAK-Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan nilai kuat tekan optimum akibat pengaruh
suhu dan durasi perawatan mortar geopolimer berbahan
dasar abu terbang. Dalam penelitian ini, alkali aktivator
yang digunakan berupa Sodium Silikat (Na2SiO3) dan
Sodium Hidroksida (NaOH) dengan dosis aktivator 55%
serta perbandingan antara sodium silikat dan alkali
aktivator adalah 1 : 2. Penelitian ini memvariasikan suhu
perawatan yaitu 80, 100 dan 120oC dengan masing-
masing suhu perawatan memiliki durasi 4, 6 dan 20 jam.
Pengujian kuat tekan dilakukan pada benda uji kubus
dengan ukuran 50 x 50 x 50 mm dengan ratio massa
antara abu terbang dengan pasir adalah 1 : 2,75 pada umur
3, 7, 14 dan 28 hari.Hasil pengujian kuat tekan
menunjukkan bahwa untuk mortar geopolimer dengan
suhu dan durasi perawatan masing-masing 120oC dan 20
jam menghasilkan kuat tekan paling besar yaitu 33,1
MPa. Nilai kuat tekan ini lebih besar dibandingkan
dengan mortar normal yang menghasilkan kuat tekan
sebesar 27,6 MPa.
Kata kunci : Geopolimer, Abu Terbang, Kuat
Tekan, Suhu, Durasi.
ABSTRACT-The Purpose of this research is to
determine the optimum temperature and duration of
curing which produce acceptable compressive strength of
fly ash based geopolymer mortar. In this research,
sodium silicate (Na2SiO3) and sodium hydroxide (NaOH)
were used as alkaline activator. The dosage of activator
was 55% and the ratio between sodium silicate and
alkali activator is 1 : 2. The research was conducted by
varying the curing temperature of 80, 100 and 120oC with
each curing temperature has a duration of 4, 6 and 20
hours. Compressive strength test was performed at age of
3, 7, 14 and 28 days on cube specimens with a size of 50
x 50 x 50 mm with a mass ratio between the sand and fly
ash is 1 : 2,75. The test results showed that the
compressive strength of geopolymer mortar with
temperature and duration of curing 120oC and 20 hours
produces the highest compressive strength of 33.1 MPa.
The compressive strength is greater than that produced
by normal mortar compressive strength of 27.6 MPa.
Keywords : Geopolymer, Fly ash, Compressive
Strength, Temperature, Duration.
I. PENDAHULUAN
Merujuk pada besarnya sumbangan industri
semen terhadap total emisi karbon dioksida
(CO2), maka perlu segera dicarikan solusi yang
tepat untuk meminimalisir gas yang mencemari
lingkungan ini. Penggantian sejumlah bagian
semen dalam pembuatan beton, atau secara total
menggantinya dengan bahan lain yang lebih
ramah lingkungan menjadi pilihan yang lebih
menjanjikan.
Salah satu alternatif pemecahannya adalah
penggunaan limbah abu terbang (fly Ash). Abu
terbang merupakan limbah industri dari
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) hasil
dari sisa pembakaran batu bara yang
mengandung silica amorf.
Istilah ‘geopolimer’ digunakan pertama kali
pada tahun 1970 oleh seorang insinyur dan juga
seorang ilmuwan Prancis, Prof. Joseph
Davidovits. Geopolimer sendiri terbentuk dari
reaksi kimia aluminium dan silikon sebagai
bahan kimia dasar yang dengan bantuan
aktivator alkali akan mengalami proses
polimerisasi anorganik (inorganic
polymerization), yang hasilnya sebuah benda
padat menyerupai beton/mortar.
Perawatan (curing) merupakan salah satu
tahapan yang sangat penting dalam proses
pembuatan beton/mortar agar kualitas yang
2
direncanakan dapat tercapai. Pada beton/mortar
biasa perawatan dapat dilakukan dengan
perendaman atau memberikan air tambahan
untuk proses hidrasi. Perawatan beton/mortar
geopolimer pada suhu kamar akan
menyebabkan penundaan pada waktu
pengikatan. Hal ini dapat dihindari dengan
perawatan panas menggunakan oven (Kirschner
dan Harmuth, 2004). Selama proses perawatan,
beton/mortar geopolimer mengalami proses
polimerisasi. Pada suhu tinggi, proses
polimerisasi menjadi lebih cepat dan
beton/mortar geopolimer dapat mencapai 70%
dari kuat tekannya dalam waktu 3 sampai 4 jam
pemanasan (Kong dan Sanjayan, 2008 dalam
Bakri dkk., 2010). Penurunan kuat tekan
geopolimer dapat terjadi dalam perawatan
dengan suhu yang tinggi untuk waktu yang lama
(Puertas dkk, 2008 dalam Khale, 2007). Pada
Gambar 1, dapat dilihat bahwa waktu curing
memberikan pengaruh yang signifikan pada
kuat tekan mortar geopolimer. Hal ini diduga
bahwa waktu curing yang lebih lama
melepaskan molekul air yang lebih banyak pada
mortar geopolimer. Curing yang lebih lama juga
akan mempercepat reaksi polimerisasi dan
setting dari mortar tersebut (Ravikumar dkk.,
2010).
Gambar 1 Pengaruh Waktu Curing terhadap
Kuat Tekan Mortar Geopolimer
(Sumber : Ravikumar dkk., 2010)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi polimerisasi dapat terjadi karena
adanya reaksi antara alkaline activator (NaOH
atau KOH) dengan material yang mengandung
silikat atau alumina yang tinggi yang digunakan
sebagai penyeimbang reaksi dengan
menyumbangkan ion positif (kation) dan juga
berfungsi untuk mereaktifkan unsur aluminium
dan silika di dalam fly ash. Pemberian Sodium
Silikat (Na2SiO3) pada mortar geopolimer dapat
mempercepat reaksi polimerisasi yang
cenderung lambat, sehingga dengan demikian
kekuatan mortar geopolimer dapat meningkat
dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan
Na2SiO3 (Davidovits, 2008).
Gambar 2 Ikatan Polimerisasi yang Terjadi
pada Geopolimer
(Sumber : www.geopolymer.org)
Gambar 3 Ikatan yang terjadi pada semen (kiri)
dan ikatan yang terjadi pada geopolymer
(kanan)
(Sumber : www.geopolymer.org)
3
Secara keseluruhan proses geopolimerisasi
digambarkan dalam empat tahap yaitu (Xu, dkk.
2001 dalam Song 2007) :
1. Terjadinya penguraian aluminium silikat
di dalam alkali aktivator. Ketika mineral
aluminum silikat berada pada pH tinggi
(keadaan basa), maka ikatan yang
menghubungkan antara silikat dan aluminium
tetrahedral akan terputus.
2. Unsur aluminum dan silika kompleks
yang telah terurai, menyebar dari permukaan
padatan aluminium silikat ke ruang antar
partikel.
3. Terbentuklah benda uji menyerupai gel,
yang merupakan hasil dari proses polimerisasi
akibat penambahan larutan silika (sodium
silikat) dengan unsur aluminium dan silika
kompleks.
4. Bentuk benda uji yang menyerupai gel
mulai mengalami pengerasan yang berkaitan
dengan pengeluaran air yang tidak ikut
mengalami reaksi kimia dan terbentuklah
geopolimer.
Kuat tekan mortar geopolimer pada suhu
ruangan secara berkelanjutan meningkat sesuai
dengan umur benda uji, yang dapat dilihat pada
Gambar 2.9. Peningkatan kuat tekan ini dapat
dikaitkan dengan pembentukan dari alumino
silikat/kalsium silikat hidrat gel secara terus
menerus yang merupakan bahan pengikat dari
mortar geopolimer (Manjunath dkk.,2011).
Gambar 4 Perbandingan Antara Kuat Tekan
Mortar Geopolimer dengan Umur Benda Uji
pada Suhu Ruang.
(Sumber: Manjunath dkk., 2011)
Kondisi perawatan dari geopolimer terdiri
dari suhu perawatan dan lama pemanasan. Efek
dari suhu pemanasan pada suhu 30, 60 dan 91oC
pada perkembangan kuat tekan di perlihatkan
pada Gambar 5, yang mana menandakan bahwa
keuntungan dari pemanasan pada proses
perawatan geopolimer adalah signifikan.
Kondisi perawatan geopolimer terbaik adalah
pada suhu 60oC selama 24 jam. (Hardjito, dkk.,
2002 dalam Song, 2007).
Gambar 5 Pengaruh dari suhu pemanasan
terhadap perkembangan kuat tekan geopolimer
(Sumber : Hardjito dkk., 2002 dalam Song, 2007)
Tabel 1 Hasil Penelitian Suhu Perawatan
terhadap Perkembangan Geopolimer Berbahan
Dasar Abu Terbang.
No Variasi Suhu
dan Durasi Optimum Referensi
1 30, 60, 91oC
selama 24 jam 60oC, 24 jam
Hardjito dkk,
2002
2 30, 75oC selama
24 jam 75oC, 24 jam
Sindhunata dkk,
2004
3 75, 95oC selama
6 atau 24 jam 95oC, 24 jam Bakharev, 2005c
4 45, 65, 85oC
selama 24 jam 85oC, 20 jam
Fernandez-
Jimenez dan
Palomo, 2002
(Sumber : Song, 2007)
III. METODE PENELITIAN
Bahan dasar (raw material) berupa abu
terbang (fly ash) yang diambil dari PLTU
Mpanau. Abu terbang yang digunakan tergolong
Umur benda uji (hari)
Ku
at T
eka
n
(N/m
m2)
Ku
at T
eka
n p
ad
a u
mu
r 7
ha
ri
(MP
a)
Suhu Perawatan (oC)
Catatan : durasi perawatan selama 24 jam
4
ke dalam abu terbang kelas F yaitu abu terbang
dengan kadar kalsium yang rendah. Analisis
unsur kimia yang terdapat dalam abu terbang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Dalam penelitian ini, Sodium Silikat
(Na2SiO3) yang digunakan memiliki kerapatan
sebesar 1.552 g/cc (Na2O = 15.4% dan SiO2 =
32.33%). Dosis aktivator (Alkali Aktivator/fly
ash) yang digunakan adalah sebesar 55% serta
perbandingan antara sodium silikat dan alkali
aktivator adalah 1 : 2. Sodium hidroksida yang
digunakan adalah dalam bentuk cairan (liquid)
yang dipersiapkan sehari sebelum dilakukan
pencampuran dengan tambahan air.
Tabel 2 Komposisi Kimia dari Binder (%
Massa).
Komponen Abu terbang
SiO2 55.540
Fe2O3 23.760
Al2O3 14.020
CaO 2.020
K2O 1.580
SO3 1.300
TiO2 0.920
MnO 0.291
Mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang dalam penelitian ini menggunakan
Water to Solid ratio (W/S) sebesar 0.35. Jumlah
air dalam campuran mortar merupakan
penjumlahan dari kandungan air yang berada
dalam sodium silikat, sodium hidroksida dan
tambahan air sedangkan jumlah padatan (solid)
merupakan penjumlahan dari berat abu terbang,
dan kandungan padatan dalam sodium silikat
dan sodium hidroksida. Perbandingan antara
abu terbang dan pasir yang dipakai adalah 1 :
2.75.
Detail mix yang digunakan diadopsi dari
Adam (2009) dan SNI 06-6825-2002, akan
tetapi dalam penelitian ini digunakan kemolaran
sodium hidroksida dan air tambahan yang
berbeda. Berikut adalah Tabel 3 jumlah bahan
yang dibutuhkan dalam mix design mortar
geopolimer berbahan dasar abu terbang (per 1
liter campuran).
Tabel 3 Jumlah Bahan dari Mortar
Geopolimer (per litre mix).
Abu
terbang
(Kg)
Pasir
(Kg)
Activator (Kg) Air
Tamb
ahan
(Kg)
Total
(Kg) Na2SiO3
(liquid)
NaOH
(10M)
0.516 1.420 0.142 0.142 0.046 2,265
Alat yang digunakan adalah Hobart mixer
dengan kapasitas 5 liter, benda uji dibuat dalam
bentuk 5 cm3, dipadatkan dan digetarkan sesuai
dengan prosedur yang digunakan dalam SNI 06-
6825-2002. Benda uji kemudian dioven dengan
variasi suhu perawatan 80o, 100
o dan 120
oC
serta durasi masing 4, 6 dan 20 jam dan juga
satu set benda uji yang dibiarkan di ruangan
terbuka yang terkena sinar matahari langsung
(kering udara).
Benda uji yang sebelum dimasukan ke dalam
oven tersebut, setelah dicetak didiamkan
sejenak selama ± 3 jam sebelum dilapisi dengan
cling wrap, kemudian durasi pemanasan telah
tercapai maka benda uji di keluarkan dari oven
dan dibiarkan selama ± 6 jam sebelum
dilepaskan dari cetakan. Setelah dilepaskan dari
cetakan, benda uji tetap dibiarkan dalam suhu
kamar sampai pada hari pengetesan.
Mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang yang dibiarkan di ruangan terbuka yang
terkena sinar matahari langsung belum dapat
dilepaskan dari cetakan sebelum mencapai umur
3 hari, hal ini disebabkan benda uji belum
berubah menjadi benda padat.
Kuat tekan rata-rata dari mortar geopolimer
tersebut diperoleh dari pengetesan kuat tekan
menggunakan mesin uji kuat tekan dengan
pengaturan kecepatan penekanan sebesar 20
MPa/menit. Kuat tekan dari benda uji dites pada
umur 3, 7, 14 dan 28 hari setelah pencampuran.
5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar Normal
dan Mortar Geopolimer dengan
Perawatan Kering Udara
Gambar 6 Grafik Kuat Tekan Antara Mortar
Normal dan Mortar Geopolimer dengan
Perawatan Kering Udara
Hasil pengujian kuat tekan pada umur 3 hari
untuk mortar normal adalah 15,733 MPa
sedangkan untuk mortar geopolimer sangat
rendah yaitu 0,867 MPa. Pada umur 7 hari
grafik kuat tekan untuk mortar normal
mengalami kenaikan menjadi 21,867 MPa dan
untuk mortar geopolimer sebesar 2,133 MPa.
Selanjutnya, pada umur 14 hari grafik kuat
tekan untuk mortar normal masih mengalami
kenaikan yang walaupun tidak terlalu besar
yaitu 25,867 MPa dan untuk mortar geopolimer
sebesar 8,133 MPa. Setelah itu pada umur 28
hari kuat tekan untuk mortar normal yaitu
sebesar 27,600 MPa dan mortar geopolimer
adalah 15,200 MPa.
4.2 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan Suhu 80oC dan
Durasi 4, 6 dan 20 jam.
Gambar 7 Grafik Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan Suhu 80oC dan Durasi 4, 6
dan 20 Jam
Hasil pengujian kuat tekan untuk mortar
geopolimer suhu 80oC ini, untuk durasi 4 jam
pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing
sebesar 1,160; 3,160; 6,280; dan 11,750 MPa.
Selanjutnya untuk durasi 6 jam pada umur 3, 7,
14 dan 28 hari masing-masing sebesar 5,040;
6,560; 8,640; dan 12,500 MPa. Setelah itu,
untuk durasi 20 jam pada umur 3, 7, 14 dan 28
hari masing-masing sebesar 17,120; 19,200;
19,360; 19,400 MPa. Gambar 7 menunjukkan
bahwa pada suhu perawatan 80oC durasi 4 dan 6
jam menghasilkan kuat tekan yang sangat kecil
bila dibandingkan dengan durasi 20 jam. Akan
tetapi perkembangan kuat tekan pada durasi 4
dan 6 jam menunjukkan hasil lebih besar
dibandingkan dengan durasi 20 jam yang
cenderung tetap. Hal ini disebabkan karena pada
durasi 20 jam proses polimerisasi diperkirakan
telah mencapai titik maksimal sehingga tidak
adanya lagi unsur yang dapat bereaksi yang
menyebabkan kuat tekan yang dihasilkan
cenderung tetap.
Pada Gambar 7 juga terihat bahwa laju
kenaikan kuat tekan pada durasi 4 dan 6 jam
cenderung konstan dan linear apabila
dibandingkan dengan kenaikan kuat tekan pada
durasi 20 jam yang cenderung tetap setelah
umur 7 hari. Hal ini dikarenakan pada durasi 4
dan 6 jam dengan suhu 80oC mortar geopolimer
tidak memperoleh pemanasan yang cukup
6
sehingga mengakibatkan kenaikan dari kuat
tekan pada setiap umur mengalami kenaikan
yang cukup signifikan, sedangkan pada durasi
20 jam dengan suhu 80oC, mortar geopolimer
terlihat telah mencapai kuat tekan yang
optimum.
4.3 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan Suhu 100oC dan
Durasi 4, 6 dan 20 jam.
Gambar 8 Grafik Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan Suhu 100oC dan Durasi 4, 6
dan 20 Jam
Hasil pengujian kuat tekan untuk mortar
geopolimer suhu 100oC ini, untuk durasi 4 jam
pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing
sebesar 11,680; 12,880; 13,240 dan 13,450
MPa. Selanjutnya untuk durasi 6 jam pada umur
3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing sebesar
16,280; 16,680; 17,800 dan 18,500 MPa.
Setelah itu, untuk durasi 20 jam pada umur 3, 7,
14 dan 28 hari masing-masing sebesar 20,680;
21,160; 21,360 dan 21,900 MPa. Gambar 8
menunjukkan bahwa pada suhu perawatan
100oC durasi 4 dan 6 jam menghasilkan kuat
tekan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
durasi 20 jam. Pada Gambar 8 juga
menunjukkan bahwa kuat tekan dari mortar
geopolimer telah mencapai kuat optimumnya
pada setiap durasi pemanasan yang ditunjukkan
dengan kenaikan kuat tekan dari masing-masing
durasi perawatan yang cenderung tetap,
walaupun demikian kuat tekan maksimum dari
setiap durasi perawatan menunjukkan hasil yang
berbeda. Semakin lama durasi perawatan dari
mortar geopolimer tersebut maka hasil kuat
tekannya semakin besar.
4.4 Hasil Uji Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan Suhu 120oC dan
Durasi 4, 6 dan 20 jam.
Gambar 9 Grafik Kuat Tekan Mortar
Geopolimer dengan Suhu 120oC dan Durasi 4, 6
dan 20 Jam
Hasil pengujian kuat tekan untuk mortar
geopolimer suhu 120oC ini, untuk durasi 4 jam
pada umur 3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing
sebesar 11,680; 13,200; 13,520 dan 14,300
MPa. Selanjutnya untuk durasi 6 jam pada umur
3, 7, 14 dan 28 hari masing-masing sebesar
16,280; 17,800; 17,920 dan 19,600 MPa.
Setelah itu, untuk durasi 20 jam pada umur 3, 7,
14 dan 28 hari masing-masing sebesar 27,680;
32,160; 33,040 dan 33,100 MPa. Gambar 9
menunjukkan bahwa pada suhu perawatan
120oC durasi 4 dan 6 jam menghasilkan kuat
tekan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
durasi 20 jam. Hal ini juga terlihat ditunjukkan
pada Gambar 8, dimana kuat tekan akan
bertambah seiring dengan bertambahnya durasi
pemanasan dari mortar geopolimer, akan tetapi
dengan adanya penambahan suhu juga
mengakibatkan hasil kuat tekan maksimal pada
masing-masing durasi pemanasan berbeda, yaitu
semakin tinggi suhu pemanasan maka kuat
7
tekan dari mortar geopolimer tersebut akan
semakin besar.
4.5 Perbandingan Uji Kuat Tekan Mortar
Geopolimer karena Perbedaan Suhu
Perawatan
Gambar 10 Grafik Pengaruh Suhu Perawatan
Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer
Gambar 10 di atas memperlihatkan efek dari
suhu pemanasan terhadap kuat tekan mortar
geopolimer berbahan dasar abu terbang dengan
menjaga durasi pemanasan agar tetap konstan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa untuk
durasi pemanasan yang sama, kuat tekan mortar
geopolimer akan mengalami kenaikan seiring
dengan bertambahnya suhu pemanasan dari
mortar geopolimer. Untuk pemanasan pada
durasi 4 jam laju kenaikan dari kuat tekan
mortar geopolimer terlihat membentuk garis
lurus yang artinya mengalami kenaikan kuat
tekan yang konstan. Sedangkan pada durasi 20
jam memperlihatkan kenaikan kuat tekan yang
paling besar yaitu 33,100 MPa dibandingkan
dengan durasi 4 dan 6 jam yang masing-masing
menghasilkan kuat tekan sebesar 14,300 MPa
dan 19,600 MPa.
4.6 Perbandingan Uji Kuat Tekan Mortar
Geopolimer karena Perbedaan Durasi
Perawatan
Gambar 11 Grafik Pengaruh Durasi Perawatan
Terhadap Kuat Tekan Mortar Geopolimer
Gambar 11 di atas memperlihatkan efek dari
durasi pemanasan terhadap kuat tekan mortar
geopolimer berbahan dasar abu terbang dengan
menjaga suhu pemanasan agar tetap konstan.
Hasil pengamatan menujukkan bahwa untuk
suhu perawatan yang sama kuat tekan mortar
geopolimer akan mengalami peningkatan
seiring dengan bertambahnya durasi pemanasan.
Pada suhu 80oC memperlihatkan laju kenaikan
kuat tekan mortar geopolimer membentuk
sebuah garis lurus yang artinya laju kenaikan
dari kuat tekannya konstan, sedangkan pada
suhu 100oC dan suhu 120
oC terlihat laju
kenaikan dari kuat tekan yang hampir sama
yaitu sebesar 37% pada durasi pemanasan 6
jam, akan tetapi setelah dilakukan pemanasan
sampai 20 jam terlihat bahwa kuat persentase
kenaikan dari kuat tekan pada suhu 120oC
adalah 2 kali lebih besar dibandingkan pada
suhu 80oC dan suhu 100
oC.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
Kombinasi suhu dan durasi perawatan
untuk mortar geopolimer berbahan dasar abu
terbang yang memiliki kuat tekan paling tinggi
adalah pada suhu 120oC dan durasi selama 20
jam. Pada umur 28 hari, kuat tekan mortar
8
geopolimer dengan kombinasi tersebut adalah
33,100 MPa.
Pada umur 28 hari persentase kenaikan
kuat tekan mortar geopolimer berbahan dasar
abu terbang untuk suhu 120oC durasi 6 dan 20
jam masing-masing memiliki kenaikan sebesar
37,063% dan 131,469% terhadap durasi 4 jam.
Untuk mortar geopolimer berbahan dasar
abu terbang dengan perawatan kering udara
pada umur 28 hari memiliki kuat tekan lebih
rendah yaitu sebesar 15,200 MPa dibandingkan
dengan mortar normal yaitu sebesar 27,600
MPa.
Suhu dan durasi perawatan memiliki
pengaruh dalam kuat tekan mortar geopolimer
yang ditunjukan dengan semakin tinggi suhu
dan lama durasi perawatan maka kuat tekan
yang dihasilkan akan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adam AA, (2009), Strength and Durability
Properties of Alkali Activated Slag and Fly Ash-
Based Geopolymer Concrete, Thesis, School of
Civil, Enviromental and Chemical Engineering,
RMIT University, Melbourne, Australia.
[2] Badan Standar Nasional, SNI 03-6825-2002. Metode
Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen
Portland Untuk Pekerjaan Sipil, Jakarta
[3] Bakri Mohd. M. Al., Mohammed H., Kamarudin H.,
Niza I. K. dan Zarina Y. (2010). Review on Fly ash-
based Geopolymer Concrete without Portland
Cement. Journal of Engineering and Technology
Research Vol. 3(1), PP. 1-4.
[4] Davidovits, J. (2008). Geopolymer Chemistry and
applications. Saint-Quentin, France, Institut
Geopolymer.
[5] Khale D, Chaudhary R (2007). Mechanism of
Geopolymerization and Factors Influencing Its
Development. J Mater Sci, 42:729-746
[6] Kirschner A.V., Harmuth H. (2004). Inverstigation
of Geopolymer Binders with Respect to Their
Application for Building Materials. Christian
Doppler Laboratory for Building Materials with
Optimized Properties at the Department Of
Ceramics, University of Leoben, Leoben, Austria.
[7] Manjunath, G. S., Radhakrishma, Giridhar C.,
Jadahv Mahesh (2011). Compressive Strength
Development in Ambient Cured Geo-polymer
Mortar. International Journal of Earth Sciences and
Engineering. ISSN 0974-5904, Volume 04, No. 06
SPL, October 2011, pp. 830-834.
[8] Ravikumar, D., Peethamparan, S., & Neithalath, N.
(2010). Structure and Strength of NaOH Activated
Concretes Containing Fly Ash or GGBFS as the
Sole Binder. Cement and Concrete Composites,
32(6), 399-410. Elsevier Ltd.
[9] Song, Xiujiang (2007). Development and
Performance of Class F Fly Ash Based
Geopolymer Concretes against Sulphuric Acid
Attack. Thesis, School of Civil and Environmental
Engineering, The University of New South Wales,
Sydney, Australia.
[10].http://www.geopolymer.org/applications/introduction
_developments_and_applications_in_geopolymer_2,
di akses 19 Februari 2013