Upload
fathiar
View
418
Download
21
Embed Size (px)
DESCRIPTION
k
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN 2013
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PSIKOLOGIS, KEBIASAAN MAKAN
DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEGEMUKAN PADA ANAK USIA 6-7
TAHUN DI SD YAPENKA, SDN 03 PAGI DAN SDN 04 PAGI
KELURAHAN CIPETE SELATAN, JAKARTA, TAHUN 2013
Fathia, Selvi, Zahiera
ABSTRACT
Objective: To identify the association between, physicological factor, eating habits, and physical activity with obesity among children aged 6-7 years old at at SD Yapenka, SDN 03 Pagi, and SDN 04Pagi in Kelurahan Cipete Selatan. Methods: Samples from this analytic observation with cross-sectional study which use stratified random sampling were 87 children aged 6-7 years old at t SD Yapenka, SDN 03 Pagi, and SDN 04Pagi in Cipete Selatan. Data for physicological factor was obtained by using Strength and Diffilcuties (SDQ) questionnaire which given to the parents to adjust 5 aspects of physicological factors like emotional symptoms, conduct problems, hypereactivity, peer problem, and prosocial behavior. Data for the eating habits was obtained by using Food Recall 2x24 hours questionnaire, and children eating habits questionnaire to adjust calories intake, breakfast habit, eating fast food habit, eating snacks habit, and eating fruits and vegetables habit . Data for physical activity was obtained by using Children Physical Activity Questionnaire (CPAQ) and other physical activity questionnaire to adjust activity children like activity level, children excercise, and watching television habit . Data was analysed by using the chi squared test. Result: Retrieved from the results of the bivariate analysis of factors that are statistically associated with obesity among children aged 6-7 years old at the elementary school of Yapenka,03, and 04 in Cipete Selatan; emotional symptoms (p=0.006), prosocial behavior (p=0.010), peer problem (p=0.000), calories intake (p=0.001), breakfast habit (p=0,020), eating fast food habit (p=0,031), eating snacks habit (p=0,021), activity level (p=0,024), and exercise (p=0,000). Conclusion: Factors that are significantly associated to obesity among children are emotional symptoms, prosocial behavior, peer problem, calories intake, breakfast habit, eating fast food habit, eating snacks habit, activity level, and exercise.
Key words: child, obesity, psychology, nutrition, activity.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 1
LAPORAN PENELITIAN 2013
PENDAHULUAN
Masalah gizi di Indonesia saat ini
memasuki masalah gizi ganda (Double
Burden Nutrition). Artinya, masalah gizi
kurang masih belum teratasi sepenuhnya,
sementara sudah muncul masalah gizi
lebih. Masalah gizi lebih pada anak- anak
merupakan salah satu masalah yang
mendapat perhatian banyak negara.
Setengah dari anak yang mengalami
kelebihan berat badan atau obesitas akan
tumbuh menjadi orang dewasa yang
obesitas dan obesitas merupakan faktor
risiko berbagai masalah kesehatan kronis..
Kegemukan disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara jumlah energi
yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis
seperti pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan.1 Jika
keadaan ini berlangsung terus menerus
(positive energy balance) dalam jangka
waktu cukup lama, maka dampaknya
adalah terjadinya obesitas.
Prevalensi obesitas meningkat dari
tahun ke tahun, baik di negara maju
maupun negara yang sedang berkembang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan
tahun 2007, prevalensi obesitas pada anak-
anak usia 6 dan 14 tahun mencapai 9,5%
untuk pria, sedangkan pada perempuan
mencapai 6,4%. Kondisi ini meningkat
dari tahun 1990-an yang berkisar 4%
(RISKESDAS 2007). Menurut
RISKESDAS (2010) secara nasional
masalah kegemukan pada anak umur 6-12
tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih
di atas 5,0%. Lalu menurut data Riskesdas
(2010) didapatkan bahawa angka
kegemukan pada anak umur 6-12 tahun d
Jakarta mencapai 12,8%.
Faktor yang sering dihubungkan
dengan kegemukan pada anak adalah
faktor psikologis. Yaitu, terdapatnya
masalah ketidakstabilan emosi, masalah
dalam lingkungan sosial, masalah dalam
pergaulan, masalah hiperaktif dan juga
tingkah laku. Dalam banyak kasus, sukar
dibedakan apakah faktor psikologis ini
merupakan suatu penyebab atau efek dari
obesitas. Faktor lain adalah adanya
ketidakseimbangan asupan energi dengan
keluaran energi. Asupan energi tinggi bila
konsumsi makanan berlebihan, sedangkan
keluaran energi menjadi lebih rendah bila
metabolisme tubuh dan aktivitas fisik
rendah. Hal tersebut banyak dialami oleh
golongan masyarakat tingkat menengah ke
atas. Di Indonesia, terutama di kota-kota
besar, dengan adanya perubahan gaya
hidup yang menjurus ke westernisasi dan
sedentary lifestyle berakibat pada
perubahan pola makan atau konsumsi
masyarakat yang merujuk pada pola
makan tinggi kalori, tinggi lemak, dan
kolesterol, terutama terhadap penawaran
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 2
LAPORAN PENELITIAN 2013
makanan siap saji (fast food) yang
berdampak meningkatkan risiko obesitas.
Selain itu kebiasaan makan anak yang
gemar terhadap makanan cepat saji (fast
food) yang umumnya mengandung lemak
dan minuman ringan (soft drink) yang
mengandung gula yang tinggi juga
merupakan penyebab obesitas pada anak.
Selain karena masalah konsumsi pangan,
aktivitas fisik pada anak juga
mempengaruhi terjadinya obesitas pada
anak. Dulu permainan anak yang
umumnya dilakukan adalah permainan
fisik yang mengharuskan anak berlari,
melompat, atau gerakan lainnya, namun
kini digantikan dengan permainan anak
yang kurang melakukan gerak badannya
seperti game elektronik, komputer,
internet, atau televisi yang cukup
dilakukan dengan hanya duduk di
depannya tanpa harus bergerak.
Kegemukan tidak hanya disebabkan oleh
kebanyakan makan dalam hal karbohidrat,
lemak, maupun protein, tetapi juga karena
kurangnya aktivitas fisik). Dengan
demikian kegemukan pada anak
memerlukan perhatian yang serius dan
penanganan yang sedini mungkin, dengan
melibatkan peran serta orang tua.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
metode observasional analitik dengan
rancangan cross sectional (potong silang).
Dalam penelitian cross sectional peneliti
mencari hubungan antara variabel bebas
dan variabel tergantung dengan melakukan
pengukuran pada saat tertentu.
HASIL
Hasil Univariat
Dari 87 responden, terdapat 41 responden
dengan jenis kelamin laki – laki dengan
persentase sebesar 47,1 %, 46 responden
dengan jenis kelamin perempuan dengan
persentase 52,9 %.
Dari 87 responden, terdapat 24 responden
dengan status gizi gemuk dengan
persentase sebesar 27,6 %, 63 responden
dengan stastus gizi tidak gemuk dengan
persentase 72,4 %.
Dari 87 responden, terdapat 19 responden
dengan gejala emosional abnormal dengan
persentase sebesar 21,8 %, 68 responden
dengan gejala emosional normal dengan
persentase 78,2 %.
Dari 87 responden, terdapat 12 responden
dengan tingkah laku prososial abnormal
dengan persentase sebesar 13,8 %, 75
responden dengan tingkah laku prososial
normal dengan persentase 86,2 %.
Dari 87 responden, terdapat 23 responden
dengan pergaulan abnormal dengan
persentase sebesar 26,4 %, 64 responden
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 3
LAPORAN PENELITIAN 2013
dengan pergaulan normal dengan
persentase 7 3,6 %.
Dari 87 responden, terdapat 17 responden
hiperaktif dengan persentase sebesar 17 %,
70 responden tidak hiperaktif dengan
persentase 80,5 %
Dari 87 responden, terdapat 19 responden
dengan tingkah laku abnormal dengan
persentase sebesar 21,8 %, 68 responden
dengan tingkah laku normal dengan
persentase 78,2 %
Dari 87 responden, terdapat 36 responden
dengan asupan kalori lebih dengan
persentase sebesar 41,4 %, 51 responden
dengan asupan kalori tidak lebih dengan
persentase 58,6 %
Dari 87 responden, terdapat 50 responden
dengan kebiasaan sarapan sering dengan
persentase sebesar 57,5 %, 37 responden
dengan kebiasaan sarapan tidak sering
dengan persentase 42,5 %
Dari 87 responden, terdapat 53 responden
dengan kebiasaan makan fastfood sering
dengan persentase sebesar 60,9 %, 34
responden dengan kebiasaan makan
fastfood tidak sering dengan persentase
39,1 %
Dari 87 responden, terdapat 60 responden
dengan kebiasaan jajan sering dengan
persentase sebesar 60,0 %, 27 responden
dengan kebiasaan jajan tidak sering
dengan persentase 31 %
Dari 87 responden, terdapat 35 responden
dengan makan sayur dan buah sering
dengan persentase sebesar 40,2 %, 52
responden dengan makan sayur dan buah
tidak sering dengan persentase 59,8 %
Dari 87 responden, terdapat 46 responden
dengan tingkat aktivitas fisik aktif dengan
persentase sebesar 52,9 %, 41 responden
dengan tingkat aktivitas fisik aktif dengan
persentase 47,1 %
Dari 87 responden, terdapat 73 responden
kebiasaan menonton televisi lebih dengan
persentase sebesar 83,9 %, 14 responden
dengan kebiasaan menonton televisi cukup
dengan persentase 16,1 %
Dari 87 responden, terdapat 56 responden
kebiasaan olahraga sering dengan
persentase sebesar 64,4 %, 31 responden
dengan kebiasaan olahraga tidak sering
dengan persentase 35,6 %
Hasil Bivariat
Risiko anak laki-laki untuk menjadi gemuk
adalah 4 kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan anak perempuan.
Setelah diuji secara statistik (Chi-square),
didapatkan p < 0,05. Ada hubungan
bermakna antara jenis kelamin dengan
kegemukan pada anak.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 4
LAPORAN PENELITIAN 2013
Risiko anak dengan faktor emosi abnormal
untuk menjadi gemuk adalah 4 kali lipat
lebih besar dibandingkan anak dengan
emosi normal. Setelah diuji secara statistik
(Chi-square), didapatkan p < 0,05. Ada
hubungan bermakna antara masalah emosi
dengan kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan hubungan sosial
abnormal untuk menjadi gemuk adalah 5
kali lipat lebih besar dibandingkan anak
dengan emosi normal. Setelah diuji secara
statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.
Ada hubungan bermakna antara masalah
sosial dengan kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan pergaulan abnormal
untuk menjadi gemuk adalah 8 kali lipat
lebih besar dibandingkan anak dengan
pergaulan normal. Setelah diuji secara
statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.
Ada hubungan bermakna antara pergaulan
dengan kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan hiperaktif untuk
menjadi gemuk adalah 0,291 kali lipat
lebih besar dibandingkan anak dengan
tidak mempunyai masalah kelompok dan
pertemanan. Setelah diuji secara statistik
(Chi-square), didapatkan p > 0,05. Tidak
ada hubungan bermakna antara masalah
hiperaktif dengan kegemukan pada anak
Risiko anak dengan tingkah laku abnormal
untuk menjadi gemuk adalah 8,4 kali lipat
lebih besar dibandingkan anak dengan
tidak mempunyai masalahtingkah laku.
Namun setelah diuji secara statistik (Chi-
square), didapatkan p >0,05. Tidak ada
hubungan bermakna antara tingkah laku
dan kepatuhan dengan kegemukan pada
anak.
Risiko anak dengan asupan kalori lebih
untuk menjadi gemuk adalah 5,6 kali lipat
lebih besar dibandingkan anak dengan
tidak mengkonsumsi asupan kalori lebih.
Setelah diuji secara statistik (Chi-square),
didapatkan p < 0,05. Ada hubungan
bermakna antara asupan kalori dengan
kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan kebiasaan sarapan
untuk menjadi gemuk adalah 0,32 kali
lipat lebih besar dibandingkan anak tidak
kebiasaan sarapan. Setelah diuji secara
statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.
Ada hubungan bermakna antara kebiasaan
sarapan dengan kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan kebiasaan sering
makan fast food untuk menjadi gemuk
adalah 3,2 kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan anak tidak sering
makan fastfood memiliki kebiasaan makan
fast food. Setelah diuji secara statistik
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 5
LAPORAN PENELITIAN 2013
(Chi-square), didapatkan p < 0,05. Ada
hubungan bermakna antara kebiasaan
makan fast food dengan kegemukan pada
anak.
Risiko anak dengan kebiasaan sering jajan
untuk menjadi gemuk adalah 4,3 kali lipat
lebih besar dibandingkan dengan anak
tidak sering memiliki kebiasaan jajan di
sekolah. Setelah diuji secara statistik (Chi-
square), didapatkan p < 0,05. Ada
hubungan bermakna antara kebiasaan jajan
dengan kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan kebiasaan sering
makan sayur dan buah untuk menjadi
gemuk adalah 0,66 kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan anak tidak sering
memiliki kebiasaan makan sayur dan buah.
Setelah diuji secara statistik (Chi-square),
didapatkan p >0,05. Tidak ada hubungan
bermakna antara kebiasaan makan sayur
dan buah dengan kegemukan pada anak.
Risiko anak aktif untuk menjadi gemuk
adalah 0,33 kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan anak tidak aktif.
Setelah diuji secara statistik (Chi-square),
didapatkan p < 0,05. Ada hubungan
bermakna antara tingkat aktivitas dengan
kegemukan pada anak.
Risiko anak dengan kebiasaan menonton
televisi lebih menjadi gemuk adalah 0,92
kali lipat lebih besar dibandingkan anak
dengan kebiasaan menonton televisi
cukup. Setelah diuji secara statistik (Chi-
square), didapatkan p > 0,05. Tidak ada
hubungan bermakna antara kebiasaan
menonton televisi dengan kegemukan pada
anak.
Risiko anak dengan kebiasaan olahraga
sering menjadi gemuk adalah 0,08 kali
lipat lebih besar dibandingkan anak
dengan olahraga tidak sering. Namun
setelah diuji secara statistik (Chi-square),
didapatkan p < 0,05. Ada hubungan
bermakna antara kebiasaan olahraga
dengan kegemukan pada anak.
PEMBAHASAN
Penelitian tentang hubungan antara
faktor psikologis , kebiasaan makan , dan
aktivitas fisik dengan kegemukan pada
anak usia 6 - 7 tahun di SD Yapenka, SDN
03 Pafi, dan SDN 04 Pagi di Kelurahan
Cipete Selatan, Jakarta, Tahun 2013
dilaksanakan selama ± 6 minggu. Pada penelitian ini kami
menggunakan uji Chi-Square untuk
menganalisis domain yang terdapat pada
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 6
LAPORAN PENELITIAN 2013
beberapa kuesioner yang kami lampirkan
yaitu, Strengths and Difficulties
Questionnaire, Children Physical Activity
Quesionnaire, Food Recall 2X24 hours
Questionnaire, serta kuesioner kebiasaan
makan, dan kuesioner aktivitas fisik.
Pada penelitian ini responden yaitu
anak usia 6-7 tahun sebagai responden
dibagi menjadi dua kategori yaitu anak
dengan status gizi gemuk dan anak dengan
status gizi tidak gemuk. Dimana
didapatkan anak gemuk berjumlah 24
orang (27,6%), sedangkan anak tidak
gemuk berjumlah 63 orang (72,4%).
Hubungan Faktor Psikologis dengan
Kegemukan Anak
Faktor psikologis yang dinilai
dalam penelitian ini meliputi 5 aspek, yaitu
gejala emosional untuk menilai masalah
emosi anak, masalah sosial anak, masalah
pergaulan anak, masalah hiperaktif anak,
dan masalah tingkah laku anak.
Berdasarkan tabel 5.2.2 terdapat
hubungan antara masalah emosi dengan
kegemukan pada anak, hal ini berdasarkan
uji chi-square didapatkan nilai p<0,05
(p=0,006) hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis 0 ( Ho ) ditolak yaitu Ada
hubungan bermakna antara masalah emosi
dengan kegemukan pada anak. Sedangkan
hasil dari tabel 5.2.3 didapatkan p < 0,05.
Ada hubungan bermakna antara masalah
sosial dengan kegemukan pada anak. Serta
hasil dari tabel 5.2.4, setelah diuji secara
statistik (Chi-square), didapatkan p < 0,05.
Ada hubungan bermakna antara masalah
pergaulan dengan kegemukan pada anak.
Hal ini sesuai dengan pernyataan S.
Munsch dalam jurnalnya yang berjudul
Psychological correlates of childhood
obesity (International Journal of Obesity
2010) yang menyatakan bahwa anak
obesitas mengalam konflik internal
terhadap paradigma masyarakat terhadap
anak dengan obesitas yang membuat anak
dengan obesitas tersebut mengalami rasa
tidak puas pada dirinya, dan kurang
percaya diri, sehingga anak tersebut
mengalami beberapa kesulitan dalam
mengontrol emosi dan kesulitan untuk
beradaptasi sehingga anak dengan obesitas
cenderung mengalami kesulitan dalam
pergaulan. Menurut jurnal tersebut, S.
Munsch juga memaparkan mengenai
masalah psikologis anak yang sering
ditemukan juga yaitu Attention-deficit
hypereactivity disorders (ADHD), namun
hal tersebut kurang signifikan jika
dihubungkan oleh anak dengan obesitas.
Hal tersebut sesuai dengan hasil analisis
bivariat penelitian ini, yaitu dapat dilihat
pada tabel 5.2.5, diuji secara statistik (Chi-
square), didapatkan p= 0,104 (p > 0,05).
Hasil tersebut menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna antara masalah
hiperaktif dengan kegemukan pada anak.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 7
LAPORAN PENELITIAN 2013
Hubungan Kebiasaan Makan dengan
Obesitas Anak
Kebiasaan makan yang dinilai
dalam penelitian ini meliputi 5 aspek, yaitu
asupan kalori lebih, kebiasaan makan fast
food, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan,
dan kebiasaan makan sayur dan buah.
Berdasarkan tabel 5.2.7 terdapat
hubungan antara asupan kalori lebih
dengan kegemukan pada anak, hal ini
berdasarkan uji chi-square didapatkan nilai
p<0,05 (p=0,02) hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis 0 ( Ho ) ditolak yaitu Ada
hubungan bermakna antara masalah emosi
dengan kegemukan pada anak. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang pernah
dilakukan oleh M Aristo, Arief Cahyadi,
Andika Chandra, dkk (artikel penelitian
FK UI 2007) yaitu ada hubungan
bermakna antara asupan kalori dengan
prevalensi obesitas menurut klasifikasi
IMT dan Z-score. Sedangkan hasil dari
tabel 5.2.8 didapatkan p=0,322 (p < 0,05).
Mengenai kebiasaan sarapan tersebut telah
dijabarkan dalam International Journal
Obesity tahun 2010, dalam artikel
penelitian yang ditulis oleh CJ Huang dkk,
berjudul Association of Breakfast Skipping
with Obesity. Dalam penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa melewatkan
sarapan dapat memicu terjadinya obesitas.
Sedangkan hasil dari tabel 5.2.9 setelah
diuji secara statistik (Chi-square),
didapatkan p= 0,031 (p < 0,05), terdapat
hubungan antara kebiasaan makan fast
food dengan kegemukan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Nurjanah Hayati degan
judul Faktor-faktor Perilaku yang
Berhuubungan dengan Kejadian Obesitas
di Kelas 4 dan 5 SD Pembangunan Jaya
Bintaro, Tangerang Selatan tahun 2009
yang hasilnya menunjukkan ada hubungan
antara kebiasaan makan fast food dengan
kejadian obesitas.
Hubungan Faktor Aktivitas Fisik
dengan Kegemukan Anak
Faktor aktivitas fisik yang dinilai
dalam penelitian ini meliputi 3 aspek, yaitu
perilaku aktif anak, kebiasaan olah raga,
dan kebiasaan menonton tv. Berdasarkan
tabel 5.2.12 terdapat hubungan antara
aktivitas fisik dengan kegemukan pada
anak, hal ini berdasarkan uji chi-square
didapatkan nilai p<0,05 (p=0,024) hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis 0 ( Ho )
ditolak yaitu Ada hubungan bermakna
antara aktivitas fisik dengan kegemukan
pada anak. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dipublikasikan oleh
International Journal of Obesity 2009
yaitu penelitian dari MI Goran dkk yang
berjudul Role of Psychal Activity in
Prevention of Obesity yang menunjukkan
bahwa aktivitas fisik yang kurang dapat
memicu kejadian obesitas. Sedangkan
hasil dari tabel 5.2.13 didapatkan p=0,000
(p < 0,05). Ada hubungan bermakna antara
kebiasaan olahraga dengan kegemukan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 8
LAPORAN PENELITIAN 2013
pada anak Hal ini tidak sesuai dengan
pernyataan Nurjanah Hayati dalam
penelitiannya yang berjudul Faktor-
Faktor Perilaku yang Berhubungan
Dengan Kejadian Obesitas di Kelas 4 dan
5 SD Pembangunan jaya Bintaro,
tangerang Selatan Tahun 2009 yang
menunjukkan hasil tidak bermakna
hubungan antara olahraga dengan angka
kejadian obesitas anak.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan
peneliti, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
- Presentase kejadian anak gemuk di SD
Yapenka, SDN 03 Pagi, SDN 04 Pagi di
kelurahan Cipete Selatan yang berusia
6-7 tahun berjumlah 24 orang (27,6%),
sedangkan anak tidak gemuk berjumlah
63 orang (72,4%).
- Diantara variabel dari faktor psikologis
seperti emosi, sosial, pergaulan, hiperaktif,
dan tingkah laku, terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik pada
variabel emosi, sosial, dan pergaulan
terhadap kejadian anak gemuk usia 6-7
tahun di di SD Yapenka, SDN 03 Pagi,
SDN 04 Pagi kelurahan Cipete Selatan.
- Diantara variabel kebiasaan makan
seperti asupan kalori lebih, kebiasaan
sarapan, kebiasaan makan fast food,
kebiasaan jajan, serta makan buah dan
sayur hanya variabel makan buah dan
sayur yang ditemukan tidak terdapat
hubungan bermakna secara statistik
dengan kejadian anak gemuk usia 6-7
tahun di di SD Yapenka, SDN 03 Pagi,
SDN 04 Pagi kelurahan Cipete Selatan.
- Diantara variabel aktivitas fisik
seperti tingkat aktivitas, kebiasaan
menonton televisi, serta kebiasaan
olahraga, hanya variabel kebiasaan
olahraga yang ditemukan tidak
terdapat hubungan bermakna secara
statistik dengan kejadian anak gemuk
usia 6-7 tahun di di SD Yapenka, SDN
03 Pagi, SDN 04 Pagi kelurahan Cipete
Selatan.
Saran
Puskesmas
Dari kesimpulan diatas didapatkan
hampir semua aspek dari tiga kategori
dalam penelitian ini yaitu faktor
psikologis, kebiasaan makan dan aktivitas
fisik berperan dalam angka kejadian anak
gemuk anak usia 6-7 tahun di SD
Yapenka, SDN 03 Pagi, SDN 04 Pagi di
wilayah kelurahan Cipete Selatan. Dari
keterangan diatas, diharapkan puskesmas
untuk meningkatkan lagi kepedulian dan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 9
LAPORAN PENELITIAN 2013
upaya penanganan anak gemuk, dengan
edukasi kepada masyarakat melalui
kader dan pihak sekolah serta melakukan
pengembangan program penyuluhan gizi
pada orang tua dan murid serta digiatkan
kembali upayapemantauan kesehatan
murid di wilayah kerja puskesmas.
Peneliti
Peneliti menyadari masih banyak
kekurangan dalam melakukan penelitian
ini, tidak semua faktor diteliti dan
dianalisis dengan parameter yang tepat
karena keterbatasan waktu, dana, dan
tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan
ada peneliti lain yang berminat
melanjutkan prnrlitian ini dengan membuat
penelitian lanjutan dan membahas lebih
mendalam lagi faktor-faktor lainnya selain
yang telah kami lakukan
demikesempurnaan penelitian ini. Jumlah
sampel dan waktu penelitian juga
disarankan untuk diperbesar agar dapat
melihat hasi yang lebih baik lagi.
Masyarakat
Perlunya perhatian lebih khususnya
orang tua anak untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya terhadap masalah gizi anak,
serta menerapkan pola hidup yang sehat
dengan memperhatikan kebiasaan makan
anak maupun aktivitasnya dan memahami
perilaku anak dengan baik.
PENGHARGAAN
Pada kesempatan kali ini, penyusun
ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Novia I Sudharma, M epi
selaku pembimbing dari Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti, dr. Rina
K. Kusumaratna, Mkes, selaku kepala
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti,
dr. Ni Putu selaku kepala puskesmas
Kecamatan Cilandak, kepala puskesmas
Cipete Selatan drg.Yariani, dr. Vibiayu
Putri selaku dokter penanggungjawab
mahasiswa Kedokteran Trisakti, dr.
Kalimatullah Al Ulya selaku pembimbing
mahasiswa Kedokteran Trisakti di
puskesmas Cipete Selatan.
Para dokter, paramedik, dan
seluruh staf puskesmas kecamatan
Cilandak dan kelurahan Cipete Selatan
serta semua pihak yang telah membantu
kami selama penyusunan peneltian ini.
Kami menyadari laporan penelitian
ini masih jauh dari sempurna. Atas segala
keterbatasan yang kami miliki, maka
semua saran dan kritikan yang
membangun akan kami terima dengan
lapang hati. Besar harapan kami semoga
laporan penelitian yang kami susun ini
dapat memberi manfaat yang besar pula
bagi teman-teman klinik, pembaca dan
kami sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 10
LAPORAN PENELITIAN 2013
1. WHO. Childhood Obesity. 2010. (http://who.int/dietphysicalactivity/childhood_why/en/index.html, accessed on December 20th 2013)
2. CDC. Obesity In Children. 2010. (http://www.cdc.gov/heathyyouth/obesity/facts.html, accessed on Descember 21st 2013)
3. Kowalski K, Crocker P, Doner R. The Physical Activity Questionnaire (CPAQ). 2011. (http://performwell.org/index.php/findsurveyassessment, accessed on December November 22nd 2013.
4. RISKESDAS,Riset Kesehatan Dasar 2010, Balitbangkes Riset Kesehatan Dasar 2010. Status Gizi Anak Umur 6-12 Tahun. 2010( http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010/, accessed on November 29th
2013).
5. SK Kemenkes 2010, SK Kemenkes 2010. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak. 2010 (http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf, accessed on Desember 2nd
2013).
6. Sartika RA. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 tahun di Indonesia. MAKARA 2011; 15: 37-43
7. Sartika RA. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 tahun di Indonesia. MAKARA 2011; 15: 37-43
8. Hardiansyah, Riyadi H, Napitupulu V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Departemen Gizi
Masyarakat FEMA IPB, Departemen Gizi FKUI 2012.
9. Hardiansyah, Riyadi H, Napitupulu V. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, Departemen Gizi FKUI 2012.
10. Rebound adiposity, Ronald-Cachera MF, Deheeger M, Maillot M, Bellisle F. Obesity in Children and Adults. Int J Obes 2006; 30: S11-7.
11. TV Viewing , National Obesity Observatory. TV Viewing and Obesity in Children and Older People.2012. ( http://www.noo.org.uk/uploads/doc/vid_15867_TV_viewing.pdf, accessed on December 5th 2013).
12. Sarapan, Huang CJ. Hu HT, Fan YC, Liao YM, Tsai PS. Associations of breakfast skipping with obesity and health-related quality of life: evidence from a national survey in Taiwan. Int J Obes 2010; 34:720-5.
13. Mariza Y. Kusumastuti A. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. JNC 2013; 2:207- 213.
14. Fastfood, Currie J, Vigna S, Moretti E, Pathania V. The Effect of Fast Food Restaurants on Obesity and Weight Gain. AEA 2010; 2: 32-63.
15. Mariza Y. Kusumastuti A. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. JNC 2013; 2:207- 213.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 11
LAPORAN PENELITIAN 2013
16. Psikologis, M L. Pérez. García K, Herrera R. Psychological, Behavioral and Familial Factors in Obese Cuban Children and Adolescents. MEDICC Review 2013; 15: 24-8.
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Page 12