16
ISSN 0126-1754 Volume 16 Nomor 1, April 2017 636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015 Jurnal Ilmu-ilmu Hayati Pusat Penelitian Biologi - LIPI Berita Biologi Vol. 16 No. 1 Hlm. 1 - 110 Bogor, April 2017 ISSN 0126-1754 A B

Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

ISSN 0126-1754

Volume 16 Nomor 1, April 2017

636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Jurnal Ilmu-ilmu Hayati

Berita B

iolo

gi V

olu

me 1

6, N

om

or 1

April 2

017 1

- 11

0

Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Berita Biologi Vol. 16 No. 1 Hlm. 1 - 110 Bogor, April 2017 ISSN 0126-1754

A

B

Page 2: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

BERITA BIOLOGI

Vol. 16 No. 1 April 2017 Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

No. 636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Tim Redaksi (Editorial Team) Andria Agusta (Pemimpin Redaksi, Editor in Chief)

Kusumadewi Sri Yulita (Redaksi Pelaksana, Managing Editor) Gono Semiadi

Atit Kanti Siti Sundari Evi Triana

Kartika Dewi Dwi Setyo Rini

Desain dan Layout (Design and Layout) Muhamad Ruslan, Fahmi

Kesekretariatan (Secretary) Nira Ariasari, Enok, Budiarjo

Alamat (Address) Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Kompleks Cibinong Science Center (CSC-LIPI) Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 46, Cibinong 16911, Bogor-Indonesia Telepon (021) 8765066 - 8765067

Faksimili (021) 8765059 Email: [email protected]

[email protected] [email protected]

Keterangan foto cover depan (Notes of cover picture): Bentuk koloni isolat bakteri Bt, BLSP-4, dan BLSP-3: (A) pada media pertumbuhan NA dan (B) pada pengamatan secara mikros-kopis dengan perbesaran 100x (Bacterial colony shapes of Bt, BLSP-4 and BLSP-3, respectively: (A) bacterial colony in growth medium NA (B) bacterial colony on 100 x microscopic magnification), sesuai dengan halaman 15.

Page 3: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

ISSN 0126-1754

636/AU3/P2MI-LIPI/07/2015

Volume 16 Nomor 1, April 2017

Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jurnal Ilmu-ilmu Hayati

Page 4: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

Ucapan terima kasih kepada Mitra Bebestari nomor ini

16(1) – April 2017

Dr. Heddy Julistiono Ir. Suciatmih M.Si. Dr. Nuril Hidayati

Drs. Awit Suwito, M.Si Dr. Rizkita Rachmi Esyanti

Prof. Dr. Amarila Malik, MSi., Apt. Ir. I Gusti Bagus Adwita Arsa, MP.

Dra. Shanti Ratnakomala, M.Si. Dr. Fenny M. Dwivany

Dr. Ir. Barep Sutiyono, M.S. Dr. I Made Sudiana, M.Sc.

Dr. Tri Muji Ermayanti Dr. Ika Roostika Tambunan, SP. MSi.

Ucu Yanu Arbi M.Si. Vani Nur Oktaviany Subagyo SP., Msi

Page 5: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

13

Zulfiana et al - Bakteri Entomopatogen Sebagai Agen Biokontrol Terhadap Larva Spodoptera litura (F.)

*Diterima: 8 Maret 2016 - Diperbaiki: 10 Oktober 2016 - Disetujui: 20 Februari 2017

PENDAHULUAN

Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae)

merupakan serangga hama yang banyak menyerang

tanaman pangan (kacang tanah, kubis, tomat,

tembakau, kentang, kedelai) dan tanaman herba

(Higuchi et al., 1994). Spodoptera litura

menyebabkan kerusakan yang serius pada saat fase

pradewasa (larva). Di Indonesia, serangan hama ini

dapat menyebabkan kehilangan hasil produksi

kedelai lebih dari 80% (Marwoto, 2007). Pada fase

vegetatif, larva S. litura memakan daun tanaman

yang muda sehingga yang tertinggal hanya epidermis

atas dan tulang-tulang daun. Mendekati instar akhir,

larva telah memasuki masa pembentukan pupa

dimana pergerakannya menjadi lamban dan daya

makan larva sudah berkurang. Pada fase generatif,

serangga dewasa memakan polong-polong muda dari

tanaman (Hennie et al., 2003; Trizelia et al., 2011).

Pada umumnya petani menggunakan beberapa

aplikasi insektisida sintetis untuk mengontrol

populasi hama ini. Penggunaan insektisida secara

terus-menerus telah mengakibatkan timbulnya

dampak seperti: meningkatkan jumlah residu yang

berbahaya bagi lingkungan, terbunuhnya musuh

alami (parasitoid dan predator), dan gangguan

kesehatan bagi pengguna (Direktorat Perlindungan

Tanaman Hortikultura, 2008). Alih teknologi dengan

memanfaaatkan agen biokontrol untuk

mengendalikan serangga hama pertanian merupakan

strategi alternatif yang lebih ramah lingkungan

dibandingkan penggunaan pestisida kimia.

Penelitian pemanfaatan agen biokontrol sebagai

agen pengendali hayati serangga hama sampai saat

ini masih terus diupayakan, salah satunya adalah

penggunaan mikroorganisme entomopatogen.

Pemanfaatan mikroorganisme khususnya bakteri

entomopatogen untuk mengendalikan populasi larva

S. litura tidak meninggalkan masalah resistensi dan

BAKTERI ENTOMOPATOGEN SEBAGAI AGEN BIOKONTROL TERHADAP LARVA Spodoptera litura (F.)

[Entomopathogenic Bacteria as Biocontrol Agent Against Spodoptera litura (F.) Larvae]

Ni Putu Ratna Ayu Krishanti, Bramantyo Wikantyoso, Apriwi Zulfitri, dan Deni Zulfiana

Pusat Penelitian Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl Raya Bogor KM 46, Cibinong, 16911, Indonesia

email: [email protected]

ABSTRACT

Spodoptera litura (F.) (Lepidoptera: Noctuidae) is one of the agricultural pests that attacking almost all kinds of herbaceous plants, especial-ly vegetables. Insect control using entomopathogenic bacteria is an alternative strategy that is effective and has a lower environmental impact than the use of synthetic insecticides. The purpose of this research was to explore entomopathogenic bacteria that have insecticidal activity against S. litura larvae at various stages of instars. The result showed that 25% of total number of isolated bacteria have potency as entomopathogenic bacteria. Isolate Staphylococcus sciuri strain BLSP-3 and isolate Serratia sp. strain BLSP-4 showed the highest larvicidal activity against the first and second instar larvae of S. litura 83% and 86%, respectively. The activity against on the third instar larvae however was only by 40%. However, the mortality caused by both isolates was lower than that of Bacillus thuringiensis (more than 90% mortality to the first and second instars and 80 % of the third instar larvae). It is suggested that both of isolates are potential to be developed further as a biocontrol agent to control S. litura population. Key words: Biocontrol agent, Larvicidal, Serratia sp., Staphylococcus sciuri, Spodoptera litura

ABSTRAK Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan salah satu hama pertanian yang menyerang hampir semua jenis tanaman herba, terutama komoditas sayuran. Pengendalian hayati menggunakan bakteri entomopatogen merupakan salah satu strategi alternatif yang efektif dan ramah lingkungan dibandingkan penggunaan insektisida sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk mencari bakteri entomopatogen yang memiliki aktivitas insektisidal terhadap larva S. litura pada beberapa stadium instar. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 25% dari total isolat bakteri yang berhasil diisolasi memiliki potensi sebagai bakteri entomopatogen. Isolat Staphylococcus sciuri strain BLSP-3 dan isolat Serratia sp. strain BLSP-4 menghasilkan aktivitas larvasida tertinggi terhadap larva instar 1 dan 2 hingga 83% dan 86%, berturut-turut. Sedangkan aktivitas terhadap larva instar 3 hanya sebesar 40%. Namun, presentase mortalitas dari kedua isolat ini lebih rendah dibandingkan dengan Bacillus thuringiensis (mortalitas lebih dari 90% terhadap larva instar 1, dan 2, serta 80% pada larva instar 3). Berdasarkan penelitian ini, kedua isolat ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai agen biokontrol untuk mengendalikan populasi S. litura. Kata kunci: Agen biokontr ol, Larvasida, Serratia sp., Staphylococcus sciuri, Spodoptera litura

Page 6: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

14

Berita Biologi 16(1) - April 2017

resurgensi pada hama sasaran (Adam et al., 2014).

Produksi metabolit sekunder ataupun produksi enzim

ekstraselular oleh bakteri entomopatogen telah

terbukti mampu menekan populasi larva S. litura

(Chandrasekaran et al., 2012).

Pemanfaatan mikroorganisme terutama bakteri

sebagai agen biokontrol terhadap serangan larva S.

litura telah banyak dilakukan (Polanczyk et al.,

2003; Cakici et al., 2013; Timpal et al., 2014),

namun jenis bakteri yang diketahui mampu

menginfeksi secara langsung terbatas pada jenis

Bacillus thuringiensis. Oleh karena itu diperlukan

pencarian jenis bakteri lain yang memiliki aktivitas

insektisidal terhadap larva S. litura untuk

dikembangkan sebagai agen pengendalian hayati.

BAHAN DAN CARA KERJA

Isolat Bakteri

Bakteri entomopatogen diisolasi dari pupa S.

litura yang telah mati menggunakan metode serial

pengenceran menurut Cakici et al. (2013). Sebanyak

10 buah pupa yang mati dan tidak berkembang

menjadi imago dewasa digerus dan disuspensikan

pada larutan garam fisiologis (NaCl 0,85%).

Sebanyak 100 µl suspensi bakteri dikulturkan mulai

dari pengenceran 10-4 sampai 10-7. Koloni tunggal

bakteri yang diperoleh kemudian dipurifikasi dan

diremajakan pada medium pertumbuhan nutrient

agar (NA).

Proses seleksi isolat bakteri entomopatogen

dilakukan melalui pengujian potensi larvasida

terhadap larva S. litura instar 3. Isolat terpilih

kemudian dikarakterisasi secara morfologi

mencakup pewarnaan Gram, bentuk koloni, bentuk

tepian koloni, warna koloni, dan elevasi (ketinggian

koloni). Sebagai bakteri pembanding digunakan

isolat B. thuringiensis (Bt) yang merupakan koleksi

Institut Pertanian Bogor culture collection (IPBCC).

Analisis Pohon Filogenetik

Identifikasi isolat bakteri BLSP-3 dan BLSP-4

secara molekuler dilakukan di Indonesian Culture

Collection (InaCC)-LIPI menggunakan metode

koloni PCR (Packeiser et al., 2013) dengan desain

primer 27F (5’-AGAGTTTGATCCTGGCTCAG-3’)

dan 1492R (5’-GGTTACCTTGTTACGACTT-3’)

(Zhang et al., 2009). Hasil sekuensing dianalisis

dengan menggunakan program MEGA 5.0 kemudian

disejajarkan dengan 16S rRNA di National Center

for Biotechnology Information (NCBI) menggunakan

program BLAST-N. Analisis filogenetik dilakukan

dengan menggunakan metode Neighbour Joining

(NJ) dengan nilai bootstrap 1000x (Saitou and Nei,

1987).

Perbanyakan dan Pemeliharaan Larva S. litura

Telur S. litura diperoleh dari Laboratorium

Entomologi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor kemudian dipelihara dan diperbanyak di

Laboratorium Pengendalian Serangga Hama dan

Biodegradasi, Pusat Penelitian Biomaterial, LIPI.

Perbanyakan dan pemeliharaan larva S. litura

mengikuti metode Javar et al. (2013) yang di

modifikasi. Larva S. litura diberi pakan daun talas

dan ditempatkan pada kotak plastik (34 cm x 25 cm

x 7 cm). Pakan segar selalu diberikan setiap 2 hari.

Larva pada stadia akhir dipindahkan ke kotak plastik

berisikan serutan kayu untuk pembentukan pupa.

Imago S. litura dipindahkan dan dipelihara pada

kotak plastik berbentuk tabung berukuran (diameter

18 cm x tinggi 26 cm) yang di dalamnya dilapisi

dengan kertas sebagai tempat peletakkan telur.

Imago diberi pakan larutan madu 10%. Telur yang

dihasilkan dikoleksi setiap hari dan ditempatkan

pada kotak plastik bersih hingga menetas menjadi

larva. Larva yang digunakan untuk bioassay adalah

larva instar 1, instar 2, instar 3, dan instar 4 pada

generasi kedua.

Pengujian Efektifitas Bakteri Entomopatogen

Terhadap Larva S. litura

Pengujian dilakukan dengan menggunakan

metode pencelupan daun uji (leaf dipping) (Balfas

and Wilis, 2009). Kultur bakteri uji ditumbuhkan

pada 250 ml media nutrient broth hingga mencapai

kerapatan 108 CFU/ml. Daun talas dipotong

berukuran 4 cm x 4 cm, dicelupkan ke dalam masing

-masing kultur bakteri uji berumur 24 jam, dibiarkan

terendam selama 10 menit, kemudian dikering

anginkan. Daun yang telah diberi perlakuan

dimasukkan ke dalam gelas percobaan yang diberi

alas kertas buram. Setiap gelas percobaan

diinfestasikan sebanyak satu ekor larva uji. Setiap

perlakuan bakteri uji menggunakan 3 ulangan dan

Page 7: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

15

Zulfiana et al - Bakteri Entomopatogen Sebagai Agen Biokontrol Terhadap Larva Spodoptera litura (F.)

tiap ulangan berisikan sepuluh ekor larva uji. Daun

yang hanya direndam dengan akuades dijadikan

sebagai kontrol negatif. Pakan diganti dengan daun

segar setiap hari dan pakan tanpa perlakuan

diberikan satu hari setelah pemberian pakan

perlakuan. Kelangsungan hidup larva diamati setiap

hari dan parameter yang diamati adalah persentase

mortalitas larva uji selama 72 jam waktu

pengamatan.

HASIL

Isolasi Bakteri Entomopatogen

Isolasi bakteri entomopatogen dilakukan

terhadap pupa S. litura yang telah mati. Nilai rata-

rata kerapatan bakteri berkisar 18 x 106 hingga 56 x

107 CFU/ml. Jumlah isolat yang berhasil diperoleh

sejumlah 44 isolat dan sebanyak 11 isolat mampu

menyebabkan mortalitas pada larva S. litura ketika

diberikan bersama pakan. Isolat BLSP-4 dan isolat

BLSP-3 dipilih untuk dikarakterisasi lebih jauh

karena mampu menyebabkan kematian larva S. litura

dalam waktu kurang dari 24 jam inkubasi.

Karakteristik Morfologi Isolat Bakteri

Pengamatan morfologi isolat bakteri BLSP-3,

BLSP-4, dan Bt meliputi bentuk koloni dan

Tabel 1. Karakteristik morfologi isolat bakteri entomopatogen BLSP-3 dan BLSP-4 (Morphological characteristics of entomopathogen bacteria BLSP-3 and BLSP-4)

Kode Isolat (Isolate Code)

Karakteristik koloni bakteri (Bacterial colony characteristics)

Morfologi mikroskopis (Microscopic morphology)

Ukuran (mm)

(Length) Bentuk (Shape)

Warna (Colour)

Tepian (Margin)

Elevasi (Elevation)

Gram (Gram)

Bentuk sel (Cell

shape) Spora

(Spore) BL

SP-3 2

bulat (round)

kuning (yellow)

licin (entire)

cembung (convex)

positif (positive)

kokus (coccus)

tidak (no)

BL SP-4

3 bulat

(round) merah (red)

licin (entire)

cembung (convex)

negatif (negative)

batang (rods)

tidak (no)

Bt 7 bulat

(round) putih

(white) kerut

(rhizoid)

timbul, kasar

(umbonate, rough)

positif (positive)

batang (rods)

ya (yes)

Gambar 1. Bentuk koloni isolat bakteri Bt, BLSP-4, dan BLSP-3: (A) pada media pertumbuhan NA dan (B) pada pengamatan secara mikroskopis dengan perbesaran 100x. (Bacterial colony shapes of Bt, BLSP-4 and BLSP-3, respectively: (A) bacterial colony in growth medium NA (B) bacterial colony on 100 x microscopic magnification)

Page 8: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

16

Berita Biologi 16(1) - April 2017

pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa ketiga

isolat tersebut memiliki ciri yang saling berbeda

(Tabel 1). Ketiga isolat bakteri dapat tumbuh dengan

baik pada medium NA. Berdasarkan hasil

pengamatan, diketahui bahwa isolat BLSP-3

termasuk ke dalam kelompok Gram positif,

sedangkan isolat BLSP-4 termasuk ke dalam

kelompok Gram negatif (Gambar 1).

Identifikasi Isolat Berdasarkan Gen 16S rRNA

Kemiripan sekuen gen 16S rRNA dengan data

di GenBank melalui program BLAST-N

menunjukkan bahwa isolat BLSP-3 memiliki

kemiripan dengan Staphylococcus sciuri, sedangkan

isolat BLSP-4 memiliki kemiripan dengan Serratia

marcescens (Tabel 2). Analisis filogenetik gen 16S

rRNA kedua isolat tersebut dibandingkan dengan

spesies bakteri pada GenBank menunjukkan dua

kelompok yaitu golongan Gram positif dan golongan

Gram negatif (Gambar 2).

Siklus Hidup S. litura

Larva S. litura yang diberi pakan dengan daun

talas memiliki siklus hidup lengkap sekitar 35 hari,

meliputi : fase telur, fase larva hingga mencapai

instar stadia 6, fase pembentukan pupa, dan fase

imago hingga menghasilkan telur kembali. Telur

menetas dalam kurun waktu 2-3 hari, larva instar 1

hingga mencapai instar 6 membutuhkan waktu rata-

rata 14 hari, proses pembentukan pupa membutuhkan

waktu 2 hari sedangkan masa pupa hingga menjadi

imago membutuhkan waktu 6-8 hari. Masa periode

imago S. litura menghasilkan telur berkisar 3-5 hari.

Gambar 2. Pohon Neighbor Joining (NJ) berdasrkan sekuen 16S rRNA isolat bakteri BLSP -3 dan BLSP-4 yang dibandingkan dengan sekuen gen 16S rRNA beberapa spesies bakteri di GenBank dengan boostrap 1000x. (Neighbor Joining tree of 16S rRNA gene of BLSP-3 and BLSP-4 isolates compared to 16S rRNA gene of some other bacterial species in GenBank by with 1000x bootstrap)

Tabel 2. Identitas isolat BLSP-3 dan BLSP-4 berdasarkan gen penyandi 16S rRNA dengan menggunakan program analisis BLAST-N. (Identity of BLSP-3 and BLSP-4 isolates based on gene encoding 16 rRNA by BLAST-N analysis programs)

Isolat (Isolate)

Identitas (Identity)

Kemiripan (Similarity)

E-value No. Akses

(Accession Number)

BLSP-3 Staphylococcus sciuri strain DZ-T1 99% 0.0 KR476410.1

BLSP-4 Serratia marcescens strain ZJU1103 94% 1e-48 KC428660.1

Page 9: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

17

Zulfiana et al - Bakteri Entomopatogen Sebagai Agen Biokontrol Terhadap Larva Spodoptera litura (F.)

Pengujian Efektifitas Bakteri Entomopatogen

Terhadap S. litura

Pengujian efektifitas bakteri entomopatogen

terhadap larva S. litura menunjukkan tingkat

mortalitas larva yang beragam pada berbagai stadium

instar yang diperlakukan dengan waktu pengamatan

4, 24, 48, dan 72 jam (Gambar 3). Persentase tingkat

mortalitas larva S. litura pada stadium instar 1, 2, 3,

dan 4 disajikan pada Gambar 3. Tingkat mortalitas tertinggi pada larva instar 1

terlihat setelah 24 jam perlakuan yaitu sebesar 67%

oleh isolat BLSP-4. Sementara itu, ketiga isolat (Bt,

BLSP-3, dan BLSP-4) menunjukkan persentase

mortalitas larva lebih dari 80% pada jam ke-48. Pada

stadium larva instar 2 dan instar 3, isolat Bt

memperlihatkan tingkat mortalitas yang paling tinggi

dan semakin lama semakin meningkat seiring dengan

waktu pengamatan. Isolat BLSP-3 hanya mampu

menghasilkan tingkat mortalitas tertinggi sampai

83% pada larva instar 2 dan 40% pada larva instar 3,

sedangkan persentase mortalitas larva akibat

perlakuan isolat BLSP-4 mencapai 87% pada larva

instar 2 dan 40% pada larva instar 3 dan 4. Semakin

tinggi instar larva S. litura, presentase mortalitas

larva akibat pemberian isolat BLSP-3 dan BLSP-4

semakin kecil. Kedua isolat ini tidak terlalu efektif

pada perlakuan larva instar 4 dibandingkan dengan

pemberian isolat Bt yang mampu menghasilkan

persentase mortalitas lebih tinggi.

Larva instar 4 yang mati akibat pemberian isolat

BLSP-4 tubuhnya menjadi lunak dan mengeluarkan

cairan berwarna kemerahan dan menimbulkan bau

Gambar 3. Tingkat mortalitas larva S. litura instar 1 (A), instar 2 (B), instar 3 (C), dan instar 4 (D) pada waktu pengamatan 4 -72 jam setelah perlakuan. Keterangan gambar : -◊- isolat Bt, -Δ- isolat BLSP-4, -□- isolat BLSP-3, dan -x- kontrol (akuades) [The mortality rate of S. litura larvae instar 1 (A), instar 2 (B), instar 3 (C), and instar 4 (D) between 4 – 72 hours observation time. Figure description : -◊- isolate Bt, -Δ- isolate BLSP-4, -□- isolate BLSP-3, and -x- control (ditilled water).]

A B

C D

Page 10: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

18

Berita Biologi 16(1) - April 2017

yang tidak sedap. Pemberian isolat BLSP-3

menunjukkan gejala kematian yang berbeda yaitu

tubuh larva menjadi mengeras, kaku, dan larva

memendek dari ukuran sebelum perlakuan.

Sementara itu, tubuh larva yang telah mati akibat

pemberian isolat Bt pada awalnya tidak terlalu

terlihat banyak perubahan dibandingkan larva yang

masih hidup. Namun, seiring hari pengamatan tubuh

larva tersebut menjadi lebih kecil, mengkerut, dan

menghitam. Beberapa larva yang mati menghasilkan

cairan yang berwarna keputihan dan berbau (Gambar

4).

PEMBAHASAN

Penelitian ini telah berhasil mengidentifikasi

dampak infeksi dua isolat bakteri Staphylococcus

sciuri strain BLSP-3, dan Serratia sp. strain BLSP-4

terhadap mortalitas larva S. litura pada beberapa

stadium instar ketika diberikan sebagai racun umpan

dengan bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai

pembanding bakteri entomopatogen yang telah

diketahui. Persentase mortalitas larva sangat tinggi

dengan pemberian isolat Bt, BLSP-3, dan BLSP-4

pada S. litura instar 1 dan 2, namun pada instar 3 dan

4 mulai menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan

kebugaran tubuh larva instar 1 dan 2 lebih rendah

dan rentan mati akibat kondisi lingkungan yang

berubah secara cepat, berbanding terbalik dengan

larva instar 3 dan 4 yang memiliki tubuh lebih besar,

kemampuan hidup yang kuat, dan lapisan dinding sel

yang lebih tebal. Perlakuan dengan isolat Bt

menghasilkan mortalitas larva tertinggi pada stadium

instar 3 yaitu 80%, diikuti dengan mortalitas larva

yang diperlakukan dengan isolat BLSP-3 dan BLSP-

4 yaitu 40%. Hasil yang sejalan dikemukakan oleh

Salaki et al. (2013), dimana pemberian isolat Bt

menyebabkan kematian larva S. litura instar 3

sebanyak 76%. Kemampuan S. marcescens sebagai

larvasida memang tidak lebih bagus dari Bt (Asano

et al., 1999), namun ketika diberikan bersama

dengan Bt memberikan efek yang sinergi dan

menyebabkan mortalitas lebih tinggi dalam

konsentrasi yang lebih rendah (Elsayed and Edrees,

2016).

Pada penelitian ini, pakan daun yang diberi

perlakuan hanya satu kali saja diberikan ke larva

pada hari pertama, hal ini menyebabkan tingkat

mortalitas menurun karena periode larva memakan

daun yang diperlakukan singkat. Mortalitas dapat

meningkat apabila pemberian perlakuan dilakukan

dalam periode yang lama, seperti halnya penelitian

yang dilakukan oleh Bouda et al. (2001), yang

memberi perlakuan minyak tanaman obat pada larva

S. zeamais. Kerusakan ini menyebabkan serangga

menjadi tidak makan, dehidrasi, dan mati (Bravo et

al., 2007; Sousa et al., 2010).

Efek fisiologi berdasarkan toksisitas isolat

bakteri belum dapat dipastikan, namun melalui gejala

kematian yang ditimbulkan pada larva S. litura instar

4 diketahui bahwa ada interaksi antara toksin bakteri

dengan gejala yang ditimbulkan. Gejala kematian

larva S. litura yang diberi perlakuan isolat Bt

Gambar 4. Gejala kematian larva S. litura instar 4 pada masing-masing perlakuan dan larva S. litura kontrol yang hidup. (A) Pemberian isolat BLSP-3, (B) Pemberian isolat BLSP-4, (C) Pemberian isolat Bt, (D) Kontrol dengan akuades steril. (Mortality visualization of threated S. litura instar 4 larvae in comparison with healthy control larvae. (A) BLSP-3 treatment, (B) BLSP-4 treatment, (C) Bt treatment, (D) control with distilled water.)

Page 11: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

19

Zulfiana et al - Bakteri Entomopatogen Sebagai Agen Biokontrol Terhadap Larva Spodoptera litura (F.)

menunjukkan gejala yang sama seperti penelitian

yang dilakukan oleh Bravo et al. (2007) dimana larva

yang terinfeksi mengerut, warna tubuh semakin

menghitam, dan mengecil. Hal ini disebabkan oleh

racun bakteri tersebut merusak sistem pencernaan

dari larva sehingga menyebabkan kematian. Bt

merupakan salah satu bakteri penting dalam

entomopatogen karena memiliki kristal parasporal di

dalam tubuhnya.

Kristal protein ini terbentuk oleh protein Cry

yang dikodekan oleh gen cry (Crickmore et al.,

1998). Protein Cry yang membentuk kristal yang

bersifat toksin terhadap serangga ini dapat larut

dalam air dan termasuk ke dalam kelompok

δ-endotoksin bakteri. Parasporal kristal Bt yang

masuk ke dalam tubuh serangga uji akan melewati

saluran pencernaan serangga. Kristal protein akan

teraktivasi oleh lingkungan basa di dalam saluran

pencernaan menjadi protein δ-endotoksin atau

protoksin. Protoksin akan menjadi toksin apabila

teraktivasi oleh enzim protease serangga dan terikat

secara spesifik pada reseptor di saluran pencernaan

(Schunemann et al., 2014). Toksin Cry yang

menempel pada peritropik membran dapat melukai

hingga menyebabkan kebocoran sitoplasma sehingga

menyebabkan kematian.

Setelah pemberian pakan dengan perlakuan

isolat bakteri Serratia sp. strain BLSP-4, terjadi

perubahan perilaku larva yang teramati setelah 24

jam. Larva menjadi tidak mau makan dan kotoran

(feces) lebih cair dibandingkan dengan kotoran pada

larva kontrol yang berupa granul. Larva yang

terinfeksi dan mati tubuhnya menjadi lunak dan bila

kulit disentuh akan pecah dan cairan tubuh keluar

berwarna merah kehitaman. Tubuh yang melunak ini

dapat disebabkan oleh penipisan kutikula serangga

akibat proses enzimatik oleh bakteri yang berada di

dalam tubuh serangga uji.

Salah satu enzim yang sangat berperan dalam

proses penghancuran dinding sel serangga adalah

enzim kitinase. Kitinase merupakan enzim yang

dapat menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik pada

struktur kitin (polisakarida amino-glukosa

N-acetyl- β-D-glukosamine) (Matsumoto, 2006).

Kitinase akan menginduksi kerusakan pada membran

peritropik di dalam saluran pencernaan serangga dan

menyebabkan reduksi yang signifikan pada

penyerapan nutrisi (Gilbert et al., 2005). Oleh

karenanya, kitinase yang terdapat pada pakan

serangga dapat menghambat pertumbuhan serangga.

Aktivitas kitinolitik yang dihasilkan oleh

S. marcescens terbukti mampu menganggu proses

pembentukan larva dan pupa yang teramati melalui

penurunan berat larva dan berat pupa (Anggarwal et

al., 2015). Pemberian kitinase yang dipurifikasi

dapat mengendalikan S. litura melalui tingkat

mortalitas yang tinggi dan berat larva yang tereduksi.

Produksi kitinase yang berlebihan pada agen

entomopatogen dapat meningkatkan kematian

serangga (Fan et al., 2007).

Selain kitinase, S. marcescens mampu

menghasilkan toksin atau Lipid A (endotoksin)

dalam letal dosis tertentu yang mampu membunuh

serangga dalam waktu yang singkat (Lauzon et al.,

2003). Pada umumnya, metode yang paling sering

digunakan untuk melihat patogenesitas dari

S. marcescens adalah injeksi bakteri langsung pada

serangga target, namun pada penelitian ini dengan

menggunakan metode mencerna melalui makanan

diketahui bahwa pada larva muda bakteri patogen ini

mampu menyebabkan presentase mortalitas yang

tinggi terhadap S. litura. Sehingga, sangat

memungkinkan untuk menggunakan metabolit toksin

yang dihasilkan bakteri sebagai strategi untuk

mengontrol populasi larva S. litura.

Berbeda halnya dengan gejala kematian yang

ditimbulkan oleh isolat bakteri Bt dan isolat bakteri

Serratia sp. strain BLSP-4, pemberian bakteri yang

termasuk ke dalam kelompok S. sciuri strain BLSP-3

ini menunjukkan gejala kematian dengan tubuh larva

yang menjadi kaku dan mengecil. Belum banyak

literatur yang menyebutkan efek kematian larva

seperti ini, namun diduga bahwa toksin yang

menyerang serangga uji ini juga menyerang

membran peristropik dan dengan cepat membunuh

serangga. Walaupun tingkat mortalitas perlakuan

isolat BLSP-3 tidak terlalu efektif dalam

menyebabkan kematian larva S. litura pada instar 3

dan 4, namun dibutuhkan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui jenis toksin yang dihasilkannya. S.

sciuri merupakan salah satu jenis bakteri yang

dilaporkan mampu mengemisikan senyawa organik

volatil tertentu yang merupakan senyawa penarik

serangga. Senyawa volatil propanone, butanone, dan

Page 12: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

20

Berita Biologi 16(1) - April 2017

benzenethanol yang dihasilkannya mampu menarik

respon serangga ordo Diptera Episyrphus balteatus

(Leroy et al., 2011). Senyawa volatil penarik

serangga ini dapat diujicobakan pada penelitian

selanjutnya untuk menarik imago S. litura sehingga

populasi imago dari S. litura dapat dikendalikan.

Berdasarkan data awal yang telah diperoleh,

isolat BLSP-4 dan BLSP-3 berpotensi untuk

dikembangkan sebagai agen biokontrol karena

mampu menyebabkan mortalitas yang tinggi pada

larva S. litura instar 1 dan 2, sama dengan pemberian

perlakuan dengan isolat Bt. Kedua isolat bakteri

entomopatogen ini akan dikembangkan lebih lanjut

untuk mengetahui potensi patogenesitasnya

berdasarkan toksin yang disekresikannya ataupun

proses enzimatis yang terlibat di dalamnya.

KESIMPULAN

Dua isolat bakteri entomopatogen,

Staphylococcus sciuri strain BLSP-3 dan Serratia sp.

strain BLSP-4 berpotensi untuk dikembangkan lebih

lanjut sebagai agen biokontrol untuk mengendalikan

populasi S. litura, karena kedua isolat ini

menghasilkan tingkat mortalitas yang sama

efektifnya dengan Bt yaitu lebih dari 80% terhadap

larva S. litura instar 1, dan 2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini didanai oleh DIPA Tematik tahun

2015 Pusat Penelitian Biomaterial – LIPI.

DAFTAR PUSTAKA Adam T, R Juliana, Nurhayati dan R Thalib. 2014. Bioesai

Bioinsektisida Berbahan Aktif Bacillus thuringiensis asal Tanah Lebak terhadap Larva Spodoptera litura. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 74, 1-7.

Anggarwal C, S Paul, V Tripathi, B Paul and MA Khan. 2015. Chitinolytic Activity in Serratia marcescens (Strain SEN) and Potency Against Different Larval Instars of Spodoptera litura with Effect of Sublethal Doses on Insect Development. Bio Control 60, 631-640.

Asano S, K Suzuki, H Hori and T Watanabe. 1999. Synergistic Effects of Supernatants from Serrratia marcescens Culture on Larvicidal Activity of Bacillus thuringiensis Cry1C Toxin against Common Cutworm, Spodoptera litura. Journal Pesticide Science 24, 44-48.

Balfas R and M Wilis. 2009. Pengaruh Ekstrak Tanaman Obat terhadap Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 2, 148-156.

Bravo A, SS Gill and M Soberon. 2007. Mode of Action of Bacillus thuringiensis Cry and Cry Toxins and Their Potential for Insect Control. Toxicon 49, 423-435.

Bouda H, LA Tapondjou, DA Fontem and YD Gumedzoe. 2001. Effect of Essential Oils from Leaves of Ageratum conyzoides, Lantara camara, and Chromolaena odorata

on the Mortality of Sitophylus zeamays (Coleoptera, Curculio-nodae). Journal of Stored Products Research 37, 103-109.

Cakici F, A Sevim, Z Demirbag and I Demir. 2013. Investigating Internal Bacteria of Spodoptera littoralis (Boisd.) (Lepidoptera: Noctuidae) Larvae and Some Bacillus strains as Biocontrol Agents. Turkish Journal of Agriculture and Forestry38, 99-110.

Chandrasekaran R, K Revathi, S Nisha , SA Kirubakaran, SS Narayanam and SS Nathan. 2012. Physiological Effect of Chitinase Purified from Bacillus subtilis Against the Tobacco Cutworm Spodoptera litura Fab. Pesticide Biochemistry and Physiology 104, 65-71.

Crickmore N, DR Zeigler and J Feitelson. 1998. Revision of the Nomenclature for the Bacillus thuringiensis Pesticidal Crystal Proteins. Microbiology and Molecular Biology Reviews 62, 807–813.

Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2008. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Sayuran Prioritas. Jakarta : Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura.

Elsayed IA and NO Edrees. 2016. Combined Effects of Bacillus thuringiensis and Serratia marcescens on Cotton Leaf Worm, Spodoptera littoralis. Journal of American Science 12, 28-31.

Fan YH, WG Fang, SJ Guo, XQ Pei, YG Zhang, YH Xiao, MJ Bidochka and Y Pei. 2007. Increased Insect Virulence in Beauveria bassiana Strains Over Expressing an Engineered Chitinase. Applied Environmental Microbiology 73, 295–302.

Gilbert GI, K Iatrou and SS Gill. 2005. Biochem istry of Digestion, in: Comprehensive Molecular Insect Science Biochemical and Molecular Biology, 171-224. Elsevier Press, Oxford, UK.

Hennie J, F Puspita, dan Hendra. 2003. Kerentanan Larva Spodoptera litura F terhadap Virus Nuklear Polyhedrosis. Jurnal Natur Indonesia 15(2), 1-10.

Higuchi H, H Yamamoto and Y Suzuki. 1994. Analysis of Damage to Soybeans Infested by the Common Cutworm, Spodoptera litura Fabricius: II. Estimation of Leaf Area Damaged by Young Larvae using Spectral Reflectivity. Japanese Journal of Applied Entomology and Zoology 38, 297-300.

Javar S, AS Sajap, R Mohamed and LW Hong. 2013. Suitability of Centella asiatica (pegaga) as a Food Source for Rearing Spodoptera litura (F) (Lepidoptera: Noctuidae) under Laboratory Conditions. Journal of Plant Protection Research 53, 184-189.

Lauzon CR, TG Bussert, RE Sjogren and RJ Prokopy. 2003. Serratia marcescens as a Bacterial Pathogen of Rhagoletis pomonella Flies (Diptera: Tephritidae). Europe Journal of Entomology100, 87-92.

Leroy PD, A Sabri, FJ Verheggen, F Francis, P Thonart and E Haubruge. 2011. The Semiochemically Mediated Interaction Between Bacteria and Insects. Chemoecology, 1-10.

Marwoto. 2007. Dukungan Pengendalian Hama Terpadu dalam Program Bangkit Kedelai. Iptek Tanaman Pangan 1, 79-92.

Matsumoto KS. 2006. Fungal Chitinases. Advanced in Agricultural and Food Biotechnology 6, 289-304.

Packeiser H, C Lim, B Balagurunathan, J Wu and H Zhao. 2013. An Extremely Simple and Effective Colony PCR Procedure for Bacteria, Yeasts, and Microalgae. Applied Biochemical Biotechnology 169, 695–700.

Polanczyk RA, RFP da Silva and LM Fiuza. 2003. Screening of Bacillus thuringiensis Isolates Pathogenic to Spodoptera frugiperda (JE Smith) (Lepidoptera: Noctuidae). Arquivos do Instituto Biologico 70, 69-72.

Salaki CL, D Tarore dan G Manengkey. 2013. Prospek Pemanfaatan Biopestisida Bakteri Entomopatogenik Isolat Lokal Sebagai Agen Pengendali Hayati Hama Tanaman Sayuran. Eugenia 19, 1-7.

Page 13: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

21

Zulfiana et al - Bakteri Entomopatogen Sebagai Agen Biokontrol Terhadap Larva Spodoptera litura (F.)

Saitou N and M Nei. 1987. The neighbor -joining method: A new method for reconstruction phylogenetic trees. Molecular Biology Evolution 4: 406-425.

Schunemann R, N Knaak and LM Fluza. 2014. Mode of Action and Specifity of Bacillus thuringiensis Toxins in the Control of Caterpillars and Stink Bugs in Soybean Culture. ISRN Microbiology 2014, 1-12.

Sousa MEC, FAB Santos and V Wanderley-Teixeira. 2010. Histopathology and Ultrastructure of Midgut of Alabamaargillacea (H¨ubner) (Lepidoptera: Noctuidae) fed Bt-cotton. Journal of Insect Physiology 56, 1913–1919.

Timpal T, J Warouw, TD Redsway, CL Salaki and W Smits.

2014. The Exploration of Bacillus thuringiensis Berliner and Bacillus cereus Frank at Mount Masarang Forest. International Refereed Journal of Engineering and Science 3(9), 01-10.

Trizelia, MY Syahrawati, dan A Mardiah.2011. Patogenesitas Beberapa Isolat Cendawan Entomopatogen Metarhizium spp. terhadap Telur Spodoptera litura Fabriscus (Lepidoptera : Noctuidae). Jurnal Entomologi Indonesia 8(1), 45-54.

Zhang W, Li Zhiyong, X Miao and F Zhang. 2009. The Screening of Antimicrobial Bacteria with Diverse Novel Nonribosomal Peptide Synthase (NRPS) Genes from South China Sea Sponges. Marine Biotechnology 11, 346−355.

Page 14: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

Pedoman Penulisan Naskah Berita Biologi

Berita Biologi adalah jurnal yang menerbitkan artikel kemajuan penelitian di bidang biologi dan ilmu-ilmu terkait di Indonesia. Berita Biologi memuat karya tulis ilmiah asli berupa makalah hasil penelitian, komunikasi pendek dan tinjauan kembali yang belum pernah diterbitkan atau tidak sedang dikirim ke media lain. Masalah yang diliput, diharuskan menampilkan aspek atau informasi baru.

Tipe naskah

1. Makalah lengkap hasil penelitian (original paper) Naskah merupakan hasil penelitian sendiri yang mengangkat topik yang up-todate. Tidak lebih dari 15 halaman termasuk tabel dan gambar.

Pencantuman lampiran seperlunya, namun redaksi berhak mengurangi atau meniadakan lampiran. 2. Komunikasi pendek (short communication) Komuniasi pendek merupakan makalah hasil penelitian yang ingin dipublikasikan secara cepat karena hasil termuan yang menarik, spesifik

dan baru, agar dapat segera diketahui oleh umum. Artikel yang ditulis tidak lebih dari 10 halaman. Hasil dan pembahasan boleh digabung. 3. Tinjauan kembali (review) Tinjauan kembali merupakan rangkuman tinjauan ilmiah yang sistematis-kritis secara ringkas namun mendalam terhadap topik penelitian

tertentu. Hal yang ditinjau meliputi segala sesuatu yang relevan terhadap topik tinjauan yang memberikan gambaran ‘state of the art’, meliputi temuan awal, kemajuan hingga issue terkini, termasuk perdebatan dan kesenjangan yang ada dalam topik yang dibahas. Tinjauan ulang ini harus merangkum minimal 30 artikel.

Struktur naskah

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia atau Inggris yang baik dan benar. 2. Judul Judul harus singkat, jelas dan mencerminkan isi naskah diikuti oleh nama dan alamat surat menyurat penulis. Nama penulis untuk

korespondensi diberi tanda amplop cetak atas (superscript). 3. Abstrak

Abstrak dibuat dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak memuat secara singkat tentang latar belakang, tujuan, metode, hasil yang signifikan, kesimpulan dan implikasi hasil penelitian. Abstrak berisi maksimum 200 kata, spasi tunggal. Di bawah abstrak dicantumkan kata kunci yang terdiri atas maksimum enam kata, dimana kata pertama adalah yang terpenting. Abstrak dalam bahasa Inggris merupakan terjemahan dari bahasa Indonesia. Editor berhak untuk mengedit abstrak demi alasan kejelasan isi abstrak.

4. Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian. Sebutkan juga studi terdahulu yang pernah dilakukan. 5. Bahan dan cara kerja

Pada bagian ini boleh dibuat sub-judul yang sesuai dengan tahapan penelitian. Metoda harus dipaparkan dengan jelas sesuai dengan standar topik penelitian dan dapat diulang oleh peneliti lain. Apabila metoda yang digunakan adalah metoda yang sudah baku cukup ditulis sitasi dan apabila ada modifikasi harus dituliskan dengan jelas bagian mana dan apa yang dimodifikasi.

6. Hasil Sebutkan hasil-hasil utama yang diperoleh berdasarkan metoda yang digunakan. Apabila ingin mengacu pada tabel/grafik/diagram atau

gambar uraikan hasil yang terpenting dan jangan menggunakan kalimat ‘Lihat Tabel 1’. Apabila menggunakan nilai rata-rata harus menyebutkan standar deviasi.

7. Pembahasan

Jangan mengulang isi hasil. Pembahasan mengungkap alasan didapatkannya hasil dan apa arti atau makna dari hasil yang didapat tersebut. Bila memungkinkan, bandingkan hasil penelitian ini dengan membuat perbandingan dengan studi terdahulu (bila ada).

8. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian, sesuai dengan tujuan penelitian, dan penelitian berikut yang bisa dilakukan. 9. Ucapan terima kasih

10. Daftar pustaka

Tidak diperkenankan untuk mensitasi artikel yang tidak melalui proses peer review. Apabila harus menyitir dari "Laporan" atau "komunikasi personal" dituliskan 'unpublished' dan tidak perlu ditampilkan di daftar pustaka. Daftar pustaka harus berisi informasi yang up to date yang sebagian besar berasal dari original papers. Penulisan terbitan berkala ilmiah (nama jurnal) tidak disingkat.

Format naskah

1. Naskah diketik dengan menggunakan program Word Processor, huruf New Times Roman ukuran 12, spasi ganda kecuali Abstrak. Batas kiri-kanan atas-bawah masing-masing 2,5 cm. Maksimum isi naskah 15 halaman termasuk ilustrasi dan tabel.

2. Penulisan bilangan pecahan dengan koma mengikuti bahasa yang ditulis menggunakan dua angka desimal di belakang koma. Apabila menggunakan bahasa Indonesia, angka desimal menggunakan koma (,) dan titik (.) bila menggunakan bahasa Inggris. Contoh: Panjang buku adalah 2,5cm. Lenght of the book is 2.5 cm. Penulisan angka 1-9 ditulis dalam kata kecuali bila bilangan satuan ukur, sedangkan angka 10 dan seterusnya ditulis dengan angka. Contoh lima orang siswa, panjang buku 5 cm.

3. Penulisan satuan mengikuti aturan international system of units. 4. Nama takson dan kategori taksonomi merujuk kepada aturan standar termasuk yang diakui. Untuk tumbuhan International Code of

Botanical Nomenclature (ICBN), untuk hewan International Code of Zoological Nomenclature (ICZN), untuk jamur International Code of Nomenclature for Algae, Fungi and Plant (ICFAFP), International Code of Nomenclature of Bacteria (ICNB), dan untuk organisme yang lain merujuk pada kesepakatan Internasional. Penulisan nama takson lengkap dengan nama author hanya dilakukan pada bagian deskripsi takson, misalnya pada naskah taksonomi. Sedangkan penulisan nama takson untuk bidang lainnya tidak perlu menggunakan nama author.

5. Tata nama di bidang genetika dan kimia merujuk kepada aturan baku terbaru yang berlaku. 6. Ilustrasi dapat berupa foto (hitam putih atau berwarna) atau gambar tangan (line drawing). 7. Tabel Tabel diberi judul yang singkat dan jelas, spasi tunggal dalam bahasa Indonesia dan Inggris, sehingga Tabel dapat berdiri sendiri. Tabel

diberi nomor urut sesuai dengan keterangan dalam teks. Keterangan Tabel diletakkan di bawah Tabel. Tabel tidak dibuat tertutup dengan garis vertikal, hanya menggunakan garis horisontal yang memisahkan judul dan batas bawah. Paragraf pada isi tabel dibuat satu spasi.

8. Gambar Gambar bisa berupa foto, grafik, diagram dan peta. Judul ditulis secara singkat dan jelas, spasi tunggal. Keterangan yang menyertai gambar

harus dapat berdiri sendiri, ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Gambar dikirim dalam bentuk .jpeg dengan resolusi minimal 300 dpi. 9. Daftar Pustaka

Sitasi dalam naskah adalah nama penulis dan tahun. Bila penulis lebih dari satu menggunakan kata ‘dan’ atau et al. Contoh: (Kramer, 1983), (Hamzah dan Yusuf, 1995), (Premachandra et al., 1992). Bila naskah ditulis dalam bahasa Inggris yang menggunakan sitasi 2 orang penulis

Page 15: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

maka digunakan kata ‘and’. Contoh: (Hamzah and Yusuf, 1995). a. Jurnal Nama jurnal ditulis lengkap. Premachandra GS, H Saneko, K Fujita and S Ogata. 1992. Leaf Water Relations, Osmotic Adjustment, Cell Membrane Stability, Epi-

cutilar Wax Load and Growth as Affected by Increasing Water Deficits in Sorghum. Journal of Experimental Botany 43, 1559-1576. b. Buku

Kramer PJ. 1983. Plant Water Relationship, 76. Edisi ke-(bila ada). Academic, New York. c. Prosiding atau hasil Simposium/Seminar/Lokakarya. Hamzah MS dan SA Yusuf. 1995. Pengamatan Beberapa Aspek Biologi Sotong Buluh (Sepioteuthis lessoniana) di Sekitar Perairan Pantai

Wokam Bagian Barat, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara. Prosiding Seminar Nasional Biologi XI, Ujung Pandang 20-21 Juli 1993. M Hasan, A Mattimu, JG Nelwan dan M Litaay (Penyunting), 769-777. Perhimpunan Biologi Indonesia.

d. Makalah sebagai bagian dari buku

Leegood RC and DA Walker. 1993. Chloroplast and Protoplast. In: Photosynthesis and Production in a Changing Environment. DO Hall, JMO Scurlock, HR Bohlar Nordenkampf, RC Leegood and SP Long (Eds), 268-282. Champman and Hall. London.

e. Thesis dan skripsi. Keim AP. 2011. Monograph of the genus Orania Zipp. (Arecaceae; Oraniinae). University of Reading, Reading. [PhD. Thesis]. f. Artikel online. Artikel yang diunduh secara online mengikuti format yang berlaku misalnya untuk jurnal, buku atau thesis, serta dituliskan alamat situs

sumber dan waktu mengunduh. Tidak diperkenankan untuk mensitasi artikel yang tidak melalui proses peer review atau artikel dari laman web yang tidak bisa dipertangung jawabkan kebenarannya seperti wikipedia.

Forest Watch Indonesia[FWI]. 2009. Potret keadaan hutan Indonesia periode 2000-2009. http://www.fwi.or.id. (Diunduh 7 Desember 2012).

Formulir persetujuan hak alih terbit dan keaslian naskah

Setiap penulis yang mengajukan naskahnya ke redaksi Berita Biologi akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan yang berisi hak alih terbit naskah termasuk hak untuk memperbanyak artikel dalam berbagai bentuk kepada penerbit Berita Biologi. Sedangkan penulis tetap berhak untuk menyebarkan edisi cetak dan elektronik untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Formulir itu juga berisi pernyataan keaslian naskah, yang menyebutkan bahwa naskah adalah hasil penelitian asli, belum pernah dan sedang diterbitkan di tempat lain.

Penelitian yang melibatkan hewan

Untuk setiap penelitian yang melibatkan hewan sebagai obyek penelitian, maka setiap naskah yang diajukan wajib disertai dengan ’ethical clearance approval‘ terkait animal welfare yang dikeluarkan oleh badan atau pihak berwenang.

Lembar ilustrasi sampul Gambar ilustrasi yang terdapat di sampul jurnal Berita Biologi berasal dari salah satu naskah. Oleh karena itu setiap naskah yang ada ilustrasi harap mengirimkan ilustrasi dengan kualitas gambar yang baik disertai keterangan singkat ilustrasi dan nama pembuat ilustrasi.

Proofs

Naskah proofs akan dikirim ke author dan diwajibkan membaca dan memeriksa kembali isi naskah dengan teliti. Naskah proofs harus dikirim kembali ke redaksi dalam waktu tiga hari kerja.

Naskah cetak

Setiap penulis yang naskahnya diterbitkan akan diberikan 1 eksemplar majalah Berita Biologi dan reprint. Majalah tersebut akan dikirimkan kepada corresponding author.

Pengiriman naskah

Naskah dikirim dalam bentuk .doc atau .docx. Alamat kontak: Redaksi Jurnal Berita Biologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong Science Centre, Jl. Raya Bogor Km. 46 Cibinong 16911

Telp: +61-21-8765067

Fax: +62-21-87907612, 8765063, 8765066

Email: [email protected]

[email protected]

Page 16: Jurnal Ilmu-ilmu Hayati - LIPI

MAKALAH HASIL RISET (ORIGINAL PAPERS) INDUKSI BIAK KALUS DAN BIAK SUSPENSI SEL Aquilaria malaccensis Lam. [Induction of Callus Culture and Cell Suspension Culture of Aquilaria malaccensis Lam.] Aryani Leksonowati, Witjaksono dan Diah Ratnadewi .........................................................................................................

1 - 11

BAKTERI ENTOMOPATOGEN SEBAGAI AGEN BIOKONTROL TERHADAP LARVA Spodoptera litura (F.) [Entomopathogenic Bacteria as Biocontrol Agent Against Spodoptera litura (F.) Larvae] Ni Putu Ratna Ayu Krishanti, Bramantyo Wikantyoso, Apriwi Zulfitri dan Deni Zulfiana ................................................

13 - 21

PENINGKATAN PERTUMBUHAN PADI VAR. CIHERANG SETELAH DIINOKULASI DENGAN Azospirillum MUTAN MULTIFUNGSI PENAMBAT N2, PELARUT P DAN PENGHASIL FITOHORMON IN-DOLE ACETIC ACID (IAA) [The growth enhancement of rice var. Ciherang after inoculated with Azospirillum mutants multifunction capable of N2-fixation, P solubilization, and producing phytohormone indole acetic acid (IAA)] Eny Ida Riyanti dan Edy Listanto ...........................................................................................................................................

23 - 30

KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT (Ovis ENAMBAHAN SUKROSA DALAM PEN-GENCER SEMEN KUNING [The Quality of Garut Ram (Ovis Frozen Semen In Tris Egg Yolk Extender to The Sucrose Supplementation] Herdis Suharman ....................................................................................................................................................................

31 - 38

PENGELOLAAN AIR, BAHAN ORGANIK DAN VARIETAS ADAPTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT [Water Management, Organic Matter Application and Using Adaptable Variety to Increase Rice (Oryza sativa L.) Productivity on Tidal Swamp Land] Koesrini dan Khairil Anwar ....................................................................................................................................................

39 – 46

POTENSI SERAPAN CO2 PADA BEBERAPA JENIS KANTONG SEMAR ( Nepenthes spp . ) DATARAN RENDAH [Potency of CO2 Absorption of Lowland Pitcher Plants ( Nepenthes spp.)] Muhammad Mansur ................................................................................................................................................................

47 – 57

BERITA BIOLOGI

Vol. 16 (1) Isi (Content) April 2017

CLONING, EXPRESSION, AND PARTIAL PURIFICATION OF PLANTARICIN W LOCUS PRODUCED BY Lactobacillus plantarum S34 [Kloning, Ekspresi, dan Purifikasi Parsial Lokus Plantarisin W Diproduksi oleh Lactobacillus plantarum S34] Rifqiyah Nur Umami, Apon Zaenal Mustopa, Linda Sukmarini, Hasim Danuri, Andini Setyanti Putri, and Krisna Dwi Aria Wibowo ...........................................................................................................................................................................

59 – 67

MIKROBA ENDOFIT DARI TANAMAN SRIKAYA ( Annona squamosa L. ) SEBAGAI PENGHASIL ANTI-MIKROBA Staphylococcus aureus DAN Candida albicans [Antimicrobial activity of endophytic microbes from sugar-apple (Annona squamosa l.) plant againts Staphylococcus aureus and Candida albicans] Ruth Melliawati dan Sunifah ...................................................................................................................................................

69 – 83

KARAKTERISASI PISANG REJANG TETRAPLOID HASIL INDUKSI DENGAN ORYZALIN [Characterization of tetraploid Pisang Rejang induced by oryzalin] Yuyu S. Poerba, T Handayani dan Witjaksono ......................................................................................................................

85 – 93

KOMUNIKASI PENDEK CATATAN KEKAYAAN JENIS GASTROPODA DI PESISIR PULAU LETI, KAWASAN BANDA SELATAN [Note on Species Richness of Gastropoda in Coastal Area of Leti Island, Southern Banda] Muhammad Masrur Islami ......................................................................................................................................................

95 – 99

KEANEKARAGAMAN KEONG DI PULAU ENGGANO, BENGKULU UTARA [The snails diversity in Enggano Island, Northern Bengkulu] Heryanto ..................................................................................................................................................................................

101 - 110