157
Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember 2020 | ISSN. 2614-0462 (Online)

Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember 2020 | ISSN. 2614-0462 (Online)

Page 2: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS:Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

ISSN.2614-0462 (Online)

Volume 4, No 1, Desember 2020

Page 3: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS:Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

ISSN.2614-0462 (Online)

1 - 10Marwin Antonius Rejeki Silalahi

Mudiantono Soekirman, Fajar Ayu Suryani

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Anisya Dewi Rahmawati

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

Rianto Nurcahyo

Mochammad Singgih, Djoko Sulistyono

Siti Ko’imah, Damayanti

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return on Assets Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan

11 - 19Efforts to Increase Markeeting Performance of Small and Medium Enterprises in Central Java, Indonesia

20 - 35Persepsi Sosial Masyarakat Sulawesi Utara Di Saat Pandemi Covid-19

36 - 47Effect Work Discipline, Leadership and Motivation on Staff Performance in West Java Province Regional Development Office

48 - 58The Impact of Leverage on Investment for Firms Listed in the Indonesian Stock Exchange

59 - 71Peran Self-Brand Connection dalam Memediasi Kredibilitas Endorser terhadap Ekuitas Merek pada Marketplace Shopee

72 - 83Pengembangan Kompetensi Di Masa Pandemi COVID 19

84 - 97Pengaruh e-Service Quality terhadap e-Loyalty melalui e-Customer Satisfaction sebagai Intervening pada pengguna Mobile Apps Studying abroad ( Studi Kasus Pada calon Pelajar di Jakarta )

98 - 112Analisis Kinerja Strategi Bisnis Koperasi Karyawan UNTAG Surabaya dengan Pendekatan Balance Scorecard

113 - 133Pengaruh Leverage, Earning Variability, Likuidutas dan Kinerja Perusahaan terhadap Risiko Sistematis pada Perusahaan yang Tercatat pada Index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

134 - 151Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Studi pada PT. Champion Kurnia Djaja Technologies

Volume 4, No 1, Desember 2020

Page 4: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS:Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

ISSN.2614-0462 (Online)

Page 5: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return on Assets Pada

Perusahaan Plastik dan Kemasan

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

Universitas Surabaya

* [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja perusahaan plastik dan kemasan yang

terdaftar di BEI. Masuknya produk plastik dan kemasan dari Cina ke Indonesia, mengakibatkan

omzet penjualan perusahaan lokal menurun dari biasanya. Selain itu, penelitian ini bertujuan

untuk membantu para praktisi dan investor dalam mengambil keputusan, serta untuk kalangan

akademisi dapat dijadikan acuan dalam bahan penelitian selanjutnya. Penelitian ini

menggunakan 10 sampel perusahaan, yang perlaporan keuangannya sebanyak empat kali dalam

setahun, dengan jumlah sampel sebanyak 182 data. Penelitian ini menggunakan model regresi

linier berganda, uji asumsi klasik, uji f dan uji t. Penelitian ini mengkaji Current Ratio, Total

Asset Turnover, dan Debt Equity Ratio terhadap Return on Assets. Hasil penelitian ini adalah

Current Ratio dan Total Asset Tunover berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets,

sedangkan Debt Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets. Hal ini

disebabkan sampel data dalam penelitian ini menggunakan hutang jangka pendek daripada

hutang jangka panjang.

Kata Kunci: Current Ratio, Total Asset Tunover, Debt Equity Ratio, Return on Asset, asymentri

information.

Pendahuluan

Perkembangan jaman yang semakin meningkat, khususnya di bidang industri plastik

dan kemasan. Seperti polypropilene, polyetilene dan sejumlah produksi bahan baku plastik

lainnya. Hal ini menyebabkan permintaan plastik semakin meningkat, meningkatnya

permintaan plastik berdampak positif pada perusahaan industri plastik yang menyebabkan

kedua perusahaan plastik lokal tersebut tumbuh dan berkembang, seiring dengan perkembangan

tersebut, banyak investor mulai tertarik untuk berinvestasi di sektor industri plastik dan

kemasan.

Banyak Investor dalam memilih investasinya, mereka masih mengacu pada laporan

keuangan. Laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang memuat kondisi dan

aktivitas kinerja perusahaan. Aktivitas kinerja perusahaan terdiri dari aktivitas operasional,

aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Menurut Dictio dari blognya

https://www.dictio.id/t/ menyatakan 'kegiatan operasional adalah kegiatan yang berkaitan

dengan operasional perusahaan yaitu penerimaan kas dari penjualan, royalti, provisi, komisi

dan pembayaran tunai kepada pemasok barang dan jasa, gaji karyawan, pembayaran pajak.

Sedangkan kegiatan investasi adalah kegiatan perusahaan yang terdiri dari pembelian aktiva

tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva tidak lancar lainnya termasuk biaya pengembangan yang

Page 6: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

2

dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri’. Kemudian kegiatan pendanaan adalah

kegiatan perusahaan yang terdiri dari penerimaan dan pembayaran pinjaman hutang jangka

panjang dan jangka pendek, penerimaan kas dari saham (modal), pembayaran tunai kepada

pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan, penerimaan kas dari obligasi

dan pembayaran tunai dengan cara bisnis penyewa (lease) untuk mengurangi saldo kewajiban

yang terkait dengan sewa pembiayaan.

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan diperlukan analisis laporan keuangan,

analisis laporan keuangan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

Rasio keuangan ini harus dibandingkan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya, kemudian

dibandingkan dengan rata-rata industri. Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan,

dikatakan sehat atau tidak, maka benchmark dilakukan dengan penjualan, persediaan, aset,

hutang, dan modal yang dimiliki perusahaan. Kelima aspek tersebut merupakan penilaian yang

paling efektif untuk menilai baik tidaknya aktivitas perusahaan, serta mampu tidak membayar

kewajibannya (Gunawan, 2019).

Hal ini juga berpengaruh tidak langsung terhadap keputusan pendanaan yang akan

mempengaruhi struktur modal perusahaan. Menurut Kusuma (2010) dalam Prayugi dan

Mardani (2019) bahwa “Kesalahan dalam penentuan struktur modal akan berdampak luas, terutama jika perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, sehingga beban tetap yang

harus ditanggung oleh perusahaan semakin besar. lebih besar juga berarti akan meningkatkan

risiko keuangan yaitu risiko ketika perusahaan tidak dapat membayar biaya bunga atau mencicil

hutang. Struktur modal yang optimal dapat meminimalkan biaya modal rata-rata (average cost

of capital) dan memaksimalkan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan biasanya dilakukan dengan cara menganalisis

laba, peningkatan laba akan memberikan sinyal positif tentang kinerja perusahaan di masa yang

akan datang. Menurut Alpi dan Gunawan (2018) “Laba tentunya dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain total aset, aset lancar, kewajiban lancar, dan penjualan”. Total aset adalah semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan untuk kegiatan operasional

perusahaan serta diperoleh dari aktivitas masa lalu. Semakin tinggi total aset akan

meningkatkan jumlah produksi barang dan akan meningkatkan keuntungan secara tidak

langsung, artinya peningkatan aset sejalan dengan peningkatan keuntungan. Sedangkan aset

lancar adalah uang tunai atau simpanan yang dapat dicairkan dalam waktu singkat tidak lebih

dari 1 tahun, dengan ketentuan kegiatan perusahaan berjalan normal. Aktiva lancar yang

semakin meningkat ditandai dengan kegiatan operasional yang semakin meningkat dan

berdampak pada peningkatan laba. Namun kasus nilai aktiva lancar yang besar juga kurang baik

bagi perusahaan, karena kas atau dana likuid mengendap dan tidak diputar, akan menimbulkan

biaya peluang.

Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan yang berlangsung dalam waktu yang

singkat, hutang lancar biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan.

Dan pembayaran hutang saat ini harus dibayar dalam jangka pendek. Penjualan perusahaan

berasal dari kegiatan operasional perusahaan, peningkatan penjualan ditandai dengan

peningkatan biaya operasional, biaya operasional yang tinggi secara tidak langsung ditandai

dengan peningkatan jumlah barang yang diproduksi. Oleh karena itu komponen-komponen

tersebut akan mempengaruhi laba perusahaan, oleh karena itu aktivitas penjualan merupakan

komponen yang sangat penting dalam mengukur kinerja perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menggunakan dua teori yaitu teori

pecking order dan teori asimetri informasi. Teori pecking order dalam analisis struktur modal

dikembangkan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Harjito (2011). Menurut Harjito (2011)

sumber pertama modal perusahaan harus berasal dari hasil operasi perusahaan berupa laba

bersih setelah pajak yang tidak dibagikan kepada pemilik atau pemegang saham perusahaan

Page 7: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

3

(laba ditahan). Seperti kita ketahui sumber pendanaan dibedakan menjadi dua yaitu eksternal

dan internal. Pendanaan eksternal berasal dari pinjaman bank atau hutang pemasok, sedangkan

pendanaan internal berasal dari ekuitas. sedangkan teori asimetri informasi adalah teori dimana

informasi yang dimiliki oleh satu pihak dengan pihak lainnya tidak sama atau bias. Menurut

Rahmawati (2006) dalam Mahawyahrti dan Budiasih (2016) menyatakan bahwa asimetri

informasi dapat memicu manajemen laba. Teori keagenan menyiratkan adanya asimetri

informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini pemegang saham) sebagai

prinsipal.

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Rasio aktiva lancar merupakan rasio jangka pendek yang biasanya digunakan untuk

operasional perusahaan dan sangat likuid, semakin meningkatnya rasio aktiva lancar, dapat pula

diartikan bahwa perusahaan tidak mampu memuta aktiva lancar yang efisien. Rasio lancar

menurut Erari (2014) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangan untuk

membayar kewajiban keuangan jangka pendek tepat waktu. Likuiditas perusahaan merupakan

faktor penting yang harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan untuk menentukan

besarnya pengembalian saham yang harus dibayarkan (Riyanto, 2008 dalam Erari 2014).

ditambah argumennya menurut Murhadi (2013) dalam Alpi dan Gunawan (2018) menyatakan

“Rasio lancar adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (solvabilitas jangka pendek) yang akan jatuh tempo dalam

satu tahun”. Untuk alasan ini, peneliti tertarik untuk mengembangkan hipotesis mengenai perusahaan plastik dan kemasan, yang berarti rasio lancar berpengaruh terhadap pengembalian

aset.

H1: Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets.

Menurut Supardi et al (2016) perputaran total aset ini menunjukkan modal kerja,

hubungan modal kerja dengan penjualan, serta total penjualan yang diperoleh dari masing-

masing unit usaha untuk setiap rupiah modal kerja. Hasil penelitian Afriyanti (2011), Ni Made

Veronika, dan Barus (2013) dalam Supardi et al (2016) menyatakan bahwa total asset turnover

berpengaruh terhadap asset return. Begitu pula menurut Murhadi (2013) yang menyatakan

dalam Alpi dan Gunawan (2018) Total Asset Turnover (TATO) adalah efektifitas perubahan

dalam menggunakan asetnya untuk menciptakan pendapatan. Menurut Margaretha (2011)

dalam Alpi dan Gunawan (2018), Total Asset Turnover merupakan rasio yang menunjukkan

keefektifan suatu perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya untuk menciptakan

penjualan dan menghasilkan keuntungan. Untuk alasan ini, peneliti tertarik untuk

mengembangkan hipotesis mengenai perusahaan plastik dan kemasan, yang berarti total efek

perputaran aset terhadap pengembalian aset.

H2: Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset.

Hutang diartikan sebagai semua kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang

/ jasa / barang di masa depan kepada pihak lain, akibat transaksi yang dilakukan di masa lalu

(Rudianto (2008): dalam Prasetyo et al. (2015)), sedangkan Menurut Munawir (2007) dalam

Sufiyati (2016) mengemukakan bahwa hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan

kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal

perusahaan yang berasal dari kreditur. Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) dalam Sufiyati (2016)

mengemukakan bahwa hutang merupakan pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan oleh

perusahaan dimasa yang akan datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Sedangkan

menurut Sutrisno (2009) dalam Sufiyati (2016) hutang adalah modal yang bersumber dari

pinjaman, baik dari bank, lembaga keuangan, maupun dengan menerbitkan surat utang, dan

Page 8: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

4

untuk penggunaan tersebut perusahaan memberikan kompensasi berupa bunga tetap kepada

perusahaan. Untuk alasan ini, peneliti tertarik untuk mengembangkan hipotesis mengenai

perusahaan plastik dan kemasan, yang berarti rasio ekuitas hutang berpengaruh terhadap

pengembalian aset.

H3: Debt Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset.

Metode Penelitian

Bentuk penelitian dari penelitian ini adalah penelitian kausalitas, karena penelitian ini

dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (current ratio, total asset turnover, dan

debt equity ratio) terhadap variabel dependen (return on asset). Subjek dalam penelitian ini

adalah perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 -

2018. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Dari populasi yang tersedia, jumlahnya

Sampel yang akan diamati adalah perusahaan plastik dan kemasan dari tahun 2012

hingga 2018. Sampel dipilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling, yaitu suatu

teknik yang sengaja mengambil sampel tertentu sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan yang

meliputi: karakteristik dan sampel kriteria khususnya, dimana dalam hal pengambilan sampel

juga harus mencerminkan populasi sampel itu sendiri (Cooper dan Schlinder, 2014). Oleh

karena itu, dengan memperhatikan permasalahan dan tujuan penelitian yang ada maka kriteria

perusahaan yang dapat dijadikan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012

hingga 2018.

2. Perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dilaporkan

setiap triwulan selama periode penelitian.

Instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS. Pengujian

hipotesis dilakukan setelah model regresi linier berganda. Hal ini dimaksudkan agar hasil

perhitungan tersebut dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Interpretasi parsial hasil

penelitian (uji t) hanya dilakukan terhadap variabel independen yang memiliki pengaruh

signifikan secara statistik terhadap variabel independen.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu informasi yang

diperoleh dari pihak lain. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan non keuangan tahun 2012 sampai dengan 2018 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Data dalam penelitian ini diperoleh dari website BEI dan aplikasi RHB Securities.

Instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS. Sebelum menguji

hipotesis terlebih dahulu menguji asumsi klasik yang di dalamnya terdapat uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Hal ini agar hasil perhitungan

tersebut dapat diinterpretasikan dengan tepat dan efisien. Setelah itu peneliti melakukan uji

regresi berganda yang terdiri dari interpretasi parsial hasil penelitian (uji t) hanya dilakukan

terhadap variabel bebas yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel bebas.

Variabel Penelitian

Menurut Margaretha (2011) dalam Alpi dan Gunawan (2018) menyatakan Rumus untuk

menghitung Current Ratio (CR) yakni :

Current Ratio (CR) = Current Asset

Current Liabilities

Page 9: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

5

Menurut Kasmir (2012) dalam Alpi dan Gunawan (2018) menyatakan rumus untuk

mencari Total Assets Turnover (TATO) adalah sebagai berikut :

Total Assets Turnover (TATO) = Penjualan

Total Aktiva

Berdasarkan Ahmad et al (2012) dalam Sufiyati (2016) proporsi Total Debt dihitung

dengan membagi utang jangka panjang terhadap total modal perusahaan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Debt Ratio (DR) = Total Debt

Total Equity

Menurut Kasmir 2012 dalam Alpi dan Gunawan (2018) menyatakan Rumus untuk

mencari Return On Assets (ROA) dapat digunakan sebagai berikut :

Return on Asset (ROA) = Laba Setelah Pajak

Total Aktiva

Pembahasan

Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan plastik

dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai dengan 2018. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangannya setiap empat bulan. sekali.

dalam 1 tahun. Populasi sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 364 sampel, dari 364

sampel diperoleh 84 sampel tidak mempublikasikan laporan keuangan secara triwulanan,

kemudian setelah itu dilakukan uji normalitas dan ditemukan 98 sampel yang tidak normal. Jadi

sampel data yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebanyak 182 sampel.

Tabel 1

Uji Test Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistik df Sig.

Ln_CR ,225 182 ,051

Ln_Tot ,091 182 ,077

Ln_DER ,097 182 ,080

Ln_ROA ,045 182 ,200

Sumber: SPSS data Versi 22

Berdasarkan Tabel 1 hasil Uji Normalitas untuk masing-masing variabel current ratio,

total asset turnover, debt equity ratio, dan return on asset mempunyai nilai signifikan> 0,05

yang artinya semua variabel berdistribusi normal.

Page 10: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

6

Tabel 2

Uji Test Multikolinearitas

Colinearity Statistics

Tolerance VIF

,523 1,014

,986 1,014

,820 1,922

Sumber: SPSS data Versi 22

Berdasarkan tabel di atas untuk uji multikolinieritas didapatkan nilai toleransi yang

rendah dan nilai VIF > 1 yang berarti dalam penelitian ini tidak terdapat uji multikolinieritas

yang menunjukkan tidak terdapat korelasi antar variabel.

Gambar 1. Uji Test Heteroskedastisitas

Sumber: SPSS data Versi 22

Pada penelitian ini untuk menguji heteroskedastisitas menggunakan scater plot, dimana

hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pola yang spesifik yang artinya tidak terjadi setiap

varial dependent dan independent tidak terjadi heteroskedastisitas yang artinya setiap variabel

dalam penelitian ini tidak terjadi ketidaknyamanan antar varians. antar variable.

Tabel 3 Uji Test Autokorelasi

Unstandardized Residual

Test Valuea ,02560

Cases < Test Value 91

Cases > = Test Value 91

Total Cases 182

Number of Runs 74

Z -2,676

Asymp.Sig. (2-tailed) ,077

Sumber: SPSS data Versi 22

Uji autokorelasi untuk melihat apakah model regresi baik untuk penelitian atau tidak,

atau data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat acak atau tidak. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh nilai signifikansi diatas 0.05 yang berarti model regresi dalam penelitian

ini tidak mengalami autokorelasi.

Page 11: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

7

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda, model penelitian berikut

dilampirkan:

Y = - 4,298 + 0,988 X1 + 0,691 X2 + 0,249 X3 + e

Informasi:

Y = Pengembalian Aset

α = Konstanta: - 4,298 menunjukkan bahwa variabel current ratio, total asset turnover

dan debt ratio, jika nilainya 0 maka return on asset akan turun sebesar - 4,298

β1 - β3 = Regresi Koefisien: Nilai koefisien CR (β1) adalah 0,988 dengan nilai positif nilai.

Artinya untuk setiap kenaikan Current Ratio sebanyak 1 kali, Return on Assets

(ROA) akan meningkat sebesar 0.988 dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Koefisien TOT (β2) adalah 0,691 dengan nilai positif. Artinya untuk setiap kenaikan Total Asset Tunover sebanyak 1 kali, Return on Asset (ROA) akan meningkat sebesar

0.691 dengan asumsi variabel lainnya konstan. Nilai koefisien DER (β3) sebesar 0,249 dengan nilai positif. Artinya untuk setiap 1 kali kenaikan Debt Equity Ratio,

Return on Assets (ROA) akan meningkat sebesar 0,249 dengan asumsi variabel lain

konstan.

X1 = Current Ratio

X2 = Total Asset Turnover

X3 = Debt Equity Ratio

e = Kesalahan standar

Tabel 4

Uji t

Unstandardized Coefisients Standardized

Coeficients

t Sig

B Std. Error Beta

(Constant) -4,298 ,095 -45,052 ,000

Ln_CR ,988 ,135 ,538 7,299 ,000

Ln_Tot ,691 ,073 ,505 9,406 ,000

Ln_DER ,249 ,132 ,139 1,888 ,061

Sumber: SPSS data Versi 22

Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil uji t, variabel current ratio dan total asset turnover

nilai signifikansi dibawah 0,05 yang berarti variabel current ratio dan total asset turnover

berpengaruh terhadap variabel return on asset. Sedangkan nilai signifikansi debt equity ratio

berada di atas 0,05 yang artinya variabel debt equity ratio tidak berpengaruh terhadap return on

asset.

Tabel 5 Uji F

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig

Regression 129,119 3 43,040 58,141 ,000

Residual 131,768 178 ,740

Total 260,887 181

Sumber: SPSS data Versi 22

Page 12: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

8

Berdasarkan tabel 5, hasil uji f diperoleh nilai signifikansi dibawah 0,05 yang artinya

variabel current ratio, total asset turnover dan debt equity ratio (independen) secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel return on asset (dependen).

Hubungan Current Ratio (CR) dengan Return on Assets (ROA).

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa hipotesis pertama, Current Ratio (CR)

berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA), hal ini menunjukkan semakin besar

Current Ratio maka semakin besar pula Return on Assets. Hasil penelitian ini sebelumnya

didukung oleh Elyas Setiawan (2015) dalam Alpi dan Gunawan (2018) dengan judul Pengaruh

Current Ratios, Inventory Turnover, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Penjualan, dan

Ukuran Perusahaan Terhadap ROA dalam Terdaftar. Perusahaan Makanan dan Minuman di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Hasil penelitian juga sama dengan penelitian

Alpi dan Gunawan (2018) yang menyatakan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan

terhadap Return on Assets (ROA), hal ini berarti tinggi rendahnya Current Ratio (CR) akan

mempengaruhi Return On Asset (ROA). Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan saat ini

memiliki hasil yang sama dimana Current Ratio (CR) berpengaruh signifikan terhadap Return

on Assets (ROA). Logikanya, menurut peneliti Rasio Lancar pasti sangat berpengaruh terhadap

Return on Asset, karena di dalam current ratio sendiri terdapat aktiva lancar yang menjadi

bagian dari total aktiva, jadi faktor inilah yang menjadi penghubungnya.

Hubungan Total Asset Turnover (TOT) dengan Return on Assets (ROA).

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa hipotesis kedua, Total Asset Turnover (TOT)

berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA), hal ini menunjukkan semakin besar

Total Asset Turnover maka semakin besar pula Return on Assets. Berdasarkan teori penelitian

sebelumnya oleh Wilhelmina (2017) dalam Alpi dan Gunawan (2018) dengan judul Pengaruh

Current Ratio (CR) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Return on Assets (ROA) pada

PT. Pos Indonesia (Persero). Begitu pula dengan penelitian Alfin dan Gunawan (2018) dimana

hasilnya sama yaitu Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh signifikan terhadap Return On

Assets (ROA), hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya Total Turnover Assets akan

mempengaruhi Return On Assets perusahaan. (ROA). Penelitian saat ini juga menyimpulkan

bahwa Current Ratio (CR) dan Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh signifikan terhadap

Return on Assets (ROA). Menurut peneliti, TATO pasti mempengaruhi ROA, karena TATO

merupakan bagian dari ROA, dimana kedua komponen tersebut secara bersama-sama

melibatkan total aset.

Hubungan Debt Equity Ratio (DER) dengan Return on Assets (ROA).

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa hipotesis ketiga Debt Equity Ratio (DER) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets (ROA), hal ini menunjukkan bahwa semakin

besar Debt Equity Ratio (DER) maka tidak akan berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA).

Menurut Sufiyati (2016) tidak terdapat pengaruh Debt Equity Ratio (DER) terhadap Return On

Asset (ROA) karena bunga hutang jangka pendek yang rendah, sehingga hutang jangka pendek

berpengaruh kecil terhadap usaha penerimaan. Peneliti juga berpendapat bahwa jika komponen

hutang yang digunakan bukan untuk menambah aset perusahaan, maka cenderung dapat

menggunakan operasional perusahaan, sehingga DER tidak akan mempengaruhi ROA.

Page 13: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

9

Kesimpulan

Secara parsial kesimpulan penelitian ini adalah Current Ratio dan Total Asset Turnover

berpengaruh terhadap Return on Asset. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan

Current Ratio dan Total Asset Turnover akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini

menandakan bahwa semakin meningkatnya pembelian aset perusahaan, maka akan

meningkatkan produksi dan penjualan perusahaan secara langsung. Sedangkan Debt Equity

Ratio tidak berpengaruh terhadap Return on Asset, karna komponen yang digunakan adalah

hutang jangka pendek. Dimana hutang jangka pendek tidak digunakan untuk pembelian aset,

sehingga tidak akan mempengaruhi kinerja produksi dan penjualan secara langsung.

Daftar Pustaka

Alpi FM, Gunawan Ade. 2018. Pengaruh Current Ratio dan Total Assets Turnover Terhadap

Return On Assets Pada Perusahaan Plastik Dan Kemasan. Jurnal Riset Akuntansi.17(2):

1-36.

Andriasari WS, Miyasto, Mawardi W. 2016. Analisis Pengaruh Kebijakan Hutang,

Pertumbuhan Penjualan (Growth Sales) Dan Return On Asset (ROA) Terhadap Return

Saham Dengan Return On Equity (ROE) Sebagai Variabel Intervening (Studi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014).Jurnal Bisnis

Strategi. 25(2): 135-151.

Brigham, Eugene, F., and Houston, J.F. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Essential of

Financial Management). Edisi ke sebelas,buku 1. Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta:

Salemba Empat.

Dictio.id. (2020, 1 november). Apa yang dimaksud dengan Aktivitas Operasi?. Diakses pada 1

November 2020, dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-aktivitas-

operasi/13946.

Erari, Anita. 2014. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Asset

Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Program

Studi Manajemen Fakulatas Ekonomi Universitas Cenderawasih. Vol.5 No.2:174-191.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Gunawan, Ade. 2019. Analisis Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kumpulan Riset Akuntansi.10(2):109-115.

Jefriansyah. 2015. Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Manajemen Laba Terhadap Nilai

Perusahaan. Jurnal Ilmiah Universitas Negeri Padang, 1-21.

Kalia, 2013, Pengaruh Penggunaan Hutang terhadap Profitabilitas: Studi pada PT Semen Gresik

Tbk. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 1 No. 1, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Indonesia, Surabaya.

Mahawyahrti, T Putu dan I Gusti Ayu Nyoman Budiasih. 2016. Asimetri Informasi, Leverage,

dan Ukuran Perusahaan Pada Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 11,

No. 2: 100-110.

Pitriana M, Chaidir. 2017. Faktor-Faktor Pengaruh Return On Investment. Jurnal Ilmiah

Manajemen Fakultas Ekonomi.3(2): 60-69.

Prasetyo Yohan, Wijaya LI, Sutejo BS. 2015. Effect of Payble To Profitability In Sector

Company Infrastructure, Utilities, And Transportation In IDX Period 2010 – 2014.

Jurnal Manajemen & Bisnis. 14(2): 211-218.

Sufiyati, Athinh. 2016. Analisis Pengaruh Kebijakan Utang Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 14: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Marwin Antonius Rejeki Silalahi

10

Supardi, Herman, H. Suratno dan Suyanto. 2016. Pengaruh Current Ratio, Debt To Asset Ratio,

Total Asset Turnover Dan Inflasi Terhadap Return On Asset. Jurnal Ilmiah Akuntansi

Fakultas Ekonomi. Volume 2 No. 2: 16-27.

Harjito, Agus D. 2011. Teori Pecking Order Dan Trade-Off Dalam Analisis Struktur Modal Di

Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis. 15(2): 187-196.

Page 15: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

11

Efforts to Increase Markeeting Performance of Small and Medium

Enterprises in Central Java, Indonesia

Mudiantono Soekirman

Universitas Diponegoro

Fajar Ayu Suryani

Universitas Diponegoro

[email protected]

Abstract

Business competition in the current era of globalization requires companies to have a

strategy to win the market. Strategic management has an important role for the survival of

the company. The existence of such competition is also felt by small businesses such as Small

and Medium Enterprises (SMEs). The increase in the number of SME units in Central Java

was not followed by an increase in average sales of SMEs. This study aims to analyze the

effect of distribution channel, ERP implementation and entrepreneurial orientation on

marketing performance with competitive advantage as an intervening variable. The

population in this study were small and medium enterprises owners in Central Java. Six

hypothesis were formulated for this study. To test those hypothesis, this study used 104

respondent. Structural Equation Model (SEM) was applied to this study using AMOS 24 as a

tool. The results of this study shows that competitive advantage is the most variable in

influencing the marketing performance, while this competititve advantage has

entrepreneurial orientation as highest variable in influencing it. This study suggests that if

SMEs want to increase their marketing performance, they must increase their competitive

advantage. This competitive advantage can be increase by increasing the entrepreneurial

orientation.

Keywords : distribution channels, ERP implementation, entrepreneurial orientation,

competitive advantage, marketing performance

Introduction

Small and Medium Enterprises (SMEs) have important roles for the national

economy. According to Ministry of Cooperation and SMEs (2014), there are at least five

roles of SMEs in Indonesian economy, namely: SMEs are main actors in Indonesia economic

activities in various sectors, provides largest employment, are important in developing local

economic activities and community empowerment., are creators of new market and sources

of innovation, and are able to maintain the balance of payments through export activities

The growth of Small and Medium Enterprises is always positive. In Central Java. The

number of Small and Medium Enterprises is always growing every year. However, the

growth of the SMEs units was not followed by the growth of average turnover per SMEs.

Table 1 shows the development of each SMEs sector whereas in 2016 until 2017 the average

number of SMEs expanded by 15.5%. Labor absorption increased by 16% whereas in 2016

SMEs could absorb 791,767 workers, and increased by 126,688 workers so that there were

918,455 people absorbed into SMEs workforce. The number of assets in 2017 increased by

Page 16: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

12

14.6% from the previous year. Meanwhile, the turnover increased by 13% from 2016. In table

1.3 it can be seen the decline in the average per SMEs whereas in 2016 the average turnover

per SMEs is 0.376 billion per year, decreased to 0.368 billion per year.

Annual increasing number of SMEs causes higher competition and tighter market.

The essence of success is competition, thus, enterprises must have a competitive strategy to

win market competition. SMEs have to set strategies on improving competitive advantage

and maintaining the market. So that, product sales from SMEs could be increased.

The level of competition from an enterprise could be observed through a enterprise

development and the number of similar enterprises engaged in the same field, as well as

offering similar products and services. These conditions push the company management to

continue making efforts on improvements, maintain and advance the business among

competitors. Competitive advantage is obtained when an organization develops or acquires a

set of attributes (or executes actions) that enable it to out perform its competitors (Wang, Lin

and Chu, 2011).

Competitive advantage thus refers to conditions in which products of enterprises or

service is considered better than its competitors' products. The most common type of

competitive advantage is because the product or service has a low price or is different from

competitors (Dash, 2013).

Literature Review and Hypotesis

Critical Success Factors

Lečić and Kupusinac (2013). stated that marketing performance could be obtained

from the application of ERP (Enterprise Resource Planning) through competitive advantage.

Apart from implementing ERP in the enterprise, marketing performance and competitive

advantage could also be obtained from the existence of an entrepreneurial orientation

(Rezaei and Ortt, 2018). Another variable that can affect marketing performance and

competitive advantage is the presence of effective distribution channel (Kuswantoro, et al

2012).

Effect of Distribution Channel on Competitive Advantage

According to Saremi, Masomeh and Zadeh (2014) distribution channels are a group

of affiliated organizations and individuals who place products or services from producers to

end consumers, while the distribution channel is a link between producers and consumers to

be able to connect each other. A successful enterprise must have maintained a strong

distribution channel system, because a strong distribution system could expand the market

share of the enterprise. Distribution channel is an individual or group of companies that aims

to assist and take over rights in the process of transferring products from producers to

consumers. The presence of distribution channel make the process of distributing products to

consumers is more optimal. Distribution channels are one of the sources of the enterprise

competitive advantage in the field of marketing (Mwanza and Ingari, 2015).

Szopa and Pękała (2012) in their study explained that distribution channels are

groups that depend on each other organizational unit, which takes part in the process of

flowing products or services from producers to buyers. Distribution channels must be carried

out effectively by the enterprise in order to get the results expected by the enterprise. If the

distribution channel is used optimally, the enterprise should have the ability to seize the

Page 17: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

13

market, have a wider market coverage and increase the number of potential customers.

Enterprises that able to effectively implement distribution channels would likely be able to

achieve competitive advantage.

H1: Distribution channels have a positive effect on competitive advantage.

Effect of Distribution Channel on Marketing Performance

The presence of distribution channell in marketing resulted in increasing sales, market

range and prodit. The enterprise should be able to market the product more effectively and

increase the ability of enterprise to provide, expand dan respond market changes faster

(Amara, 2012).

Kuswantoro, et al (2012) in his study explained that a good distribution channel could

improve market range of products, so that there would increasing number of costumers. The

existence of a good distribution channel could also provide effectiveness and efficiency in

the process of product distribution. These points resulted in better increased marketing.

The accuracy of the distribution channel selection process to integrate the interests of

distributors and outlets in the distribution channel and maintain a form of cooperation can

increase market share, which is one of the marketing performance indicators. Therefore one

of the determinants of success from marketing performance is the effectiveness of

distribution channels (Nasution, 2014).

H2: Distribution channels have a positive effect on marketing performance.

Effect of ERP Implementation on Competitive Advantages

An ERP system is integrated software that covers all aspects of the company such as

aspects of production, sales, finance, accounting, human resources and includes managing all

relevant business resources (Lečić and Kupusinac, 2013). Mudiantono, et al (2018) in his

study explained that thr competitive advantage variable could be increased if the successful

implementation of ERP was increased. Research conducted by Contador and Ferreira (2012)

stated that the use of information systems has an important role in achieving competitive

advantage of the company.

The implementation of ERP in the company reflects the competitive advantage

strategy of manufacturing companies in Indonesia Dantes and Hasibuan (2011). The

competitive advantage strategy itself is the main factor to improve the performance of the

company (Hidayat and Akhmad, 2016).

H3: ERP Implementation has a positive effect on Competitive Advantage

Effects of Entrepreneurial Orientation on Competitive Advantage

Competitive advantage is one essential point for an enterprise. To increase the

competitive advantage, entrepreneurial orientation could be impleme. Enterpreneurial

orientation, based ln Zeebare and Siron (2017) have positive and significant impact on

competitive advantage.

The internal environment factors include entrepreneurial management which consists

of a level of emphasis placed on strategic orientation, resources orientation, management

Page 18: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

14

structure entrepreneurial culture development, reward philosophy, and the entrepreneurial

orientation is related with personal characteristics of the entrepreneurs (Islam, Khan and

Obaidullah, 2011). A study by Sirivanh, Sukkabot and Sateeraroj (2014) also explained that

Enterpreneurial orientation have positive and significant impact on competitive advantage.

H4: Entrepreneurial orientation has a positive effect on competitive advantage.

Effect of Entrepreneurship Orientation on Marketing Performance

The research conducted by Santra (2018) revealed that the entrepreneurial orientation

hypothesis has a positive effect on rejected marketing performance. That way entrepreneurial

orientation does not have a positive effect on marketing performance. But this is inversely

proportional to the research conducted by Rezaei and Ortt (2018). The study revealed that

entrepreneurial orientation had a positive and significant effect on marketing performance.

These results are also supported by research conducted by Bucktowar, Kocak and

Padachi (2015) which revealed that entrepreneurial orientation has a positive and significant

effect on marketing performance.

H5: Entrepreneurial orientation has a positive effect on Marketing Performance.

Effect of Competitive Advantages on Marketing Performance

The positive influence of competitive advantage on performance has been proven by

various studies. The enterprise competitive advantage could be created by providing a means

to outperform its competitors and also by paying attention to external factors (Pardi et al.,

2014). Research conducted by Pardi et al. (2014) and Zaini, et al (2014) revealed that

competitive advantage has a positive and significant effect on marketing performance.

This statement is supported by research conducted by Raharjo, et al (2015) and May,

et al (2013) which revealed that competitive advantage has a positive and significant effect on

marketing performance. The concept of competing strategies is always directed at improving

marketing performance such as increasing sales, profits of customers and companies in the

future (Mudiantono et al., 2018).

H6: Competitive advantage has a positive effect on Marketing Performance.

Theoritical Framework

Based on the hipothesis formulation above, the model can be constructed.

Figure 1

Source : Santra (2018), Dantes dan Hasibuan (2011), Mudiantono et al (2018),Zeebaree and Siron (2017), Zaini et al.(2014), Nurseto (2016), Hazizah (2013).

Page 19: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

15

Research Method

The type of data used in this study were primary and secondary datas. Primary data were

obtained from respondents, namely the owners of SMEs in Central Java, while secondary

data were obtained from journals, the internet and the Cooperative and SMEs Department in

Central Java.

This study was focused on SMEs in Central Java with a total sample of 104 SMEs in Central

Java that had implemented ERP with non-probability sampling and purposive sampling

methods.

Data collection methods used in this study were interview and questionnaire methods. The

analysis technique in this study used the Structural Equation Model (SEM) with AMOS

software which was used in testing H1 to H6.

Result and Discussion

Data Analysis

Based on Table 2, the largest number of respondents are those engaged in food and

beverages (culinary), as much as 50% of the total respondents, then convection 15%, and

the least is in the field of batik which is only 2% of the total respondents.

Table 2

Respondents’ Type of Enterprises No Enterprise Type Amount Percentage

1. Culinary (foodsand beverages) 50 50%

2. Furniture 10 10%

3. Convection 15 15%

4. Weaving 10 10%

5. Retail 5 5%

6. Ceramics 7 8%

7. Services 5 5%

8. Batik 2 2%

Total 104 100%

Source: Processed primary data 2018

Based on Table 3, the Enterprise Resource Planning (ERP) module that is widely used by

enterprises is a sales module that reaches 32% of the total modules used by respondents. Next

is a purchase module of 22%, an accounting module of 16%, a warehouse module of 13%, an

administrative module of 10%, an HR module of 7.5% and no one uses a cooperative and

savings and loan management module.

Page 20: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

16

Table 3

ERP Table Type Used by Respondents

No Module Amount Percentage

1. Management of Loan-Saving

and Cooperation

0 -

2. Selling Module 87 32%

3. Purchasing Module 58 22%

4. Warehouse Module 35 13%

5. Account Module 43 16%

6. Human Resources Module 20 7,5%

7. Administration Module 26 10%

Total 269 100%

Source: Processed primary data 2018

The result of data analysis can be seen in Fugure 2.

Figure 2

The results of the full SEM model analysis meet all the criteria of the model fit

according to the standards used. These results can be seen in Table 4 below:

Table 4

Goodness of Fit

Indeks Cut-off Value Result

Model

Evaluation

Chi – Square Kecil (< 75,624) 69.088 Fit

Probability 0.05 0.131 Fit

RMSEA 0.08 0.045 Fit

Chi square / df 2.00 1.212 Fit

GFI 0.90 0.918 Fit

AGFI 0.90 0.868 Marginal

TLI 0.90 0.975 Fit

CFI 0.90 0.981 Fit

Source : Processed Primary Data 2018

Page 21: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

17

Table 5 shows that the model meets the value of the cut-of-value so that it can be

concluded that the model used is fit. Based on Figure 2, the Regresion weight structural

equational value is as follows:

Table 5

Estimate S.E. C.R. P

Competitive

Advantage <--- Distribution Channel 0.291 0.122 2.387 0.017

Competitive

Advantage <--- ERPImplementation 0.295 0.114 2.603 0.009

Competitive

Advantage <---

Entrepreneurial

Orientation 0.597 0.130 4.611 ***

Marketing

Performance <--- Competitive Advantage 0.508 0.136 3.736 ***

Marketing

Performance <--- Distribution Channel 0.338 0.130 2.607 0.009

Marketing

Performance <---

Entrepreneurial

Orientation 0.352

0.145 2.422 0.015

Hypothesis Testing

The proposed hypothesis can be tested by observing the value of the critical ratio and

the level of significance contained in regression weight, where the value of C.R ≥1.96 and P ≤0.05 is required as a condition for receiving the hypothesis. Based on Table 5, the results of

hypothesis testing using AMOS analysis all hypothesis are accepted.

Conclusion and Management Implication Conclusion

The purpose of this study was to analyze the influence of distribution channels, ERP

implementation and entrepreneurial orientation on marketing performance with competitive

advantage as an intervening variable in the study of SMEs in Central Java. Based on

respondents 'answers in this study, the most widely used ERP module is the sales module,

and the respondents' business fields in this study are mostly in the culinary field. All

hypotheses in this study show a positive and significant influence, and the variable that most

influences marketing performance is the variable of competitive advantage.

Management Implication

The results of the study show that the variables that greatly influence marketing

performance are the competitive advantages with the most influential indicators are the

ability to capture the market. The results also show that the variables that greatly influence

marketing performance are the competitive advantages with the most influential indicators

are the ability to capture the market. Therefore, SMEs must increase competitive advantage.

The most important indicator in influencing the high competitive advantage possessed by

SMEs is the ability to capture the market, SMEs are expected to have the ability to seize the

market by offering products at competitive prices from competitors and able to create

Page 22: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

18

products that are not easily copied by competitors and provide more value to customers on

the products or services offered.

With the existence of competitive advantages possessed by SMEs, it is expected that

SMEs have a broad market share and increased sales and products that are widely known to

consumers

References

Amara, S. (2012) “The Effect of Marketing Distribution Channel Strategies on A Firms

Performance Among Commercial Banks in Kenya” hal.9-35.

Buctowar, R., Kocak, A. and Padachi, K. (2015) “Entrepreneurial Orientation, Market Orientation and Networking : Impact on Innovation and Firm Performance” Journal

of Development Entrepreneurship, 20(04).

Contador, J.C dan Ferreira, A.A. 2012. It Outsourcing: Methodology For Selecting Suppliers

Criterion For Competitive Advantage. Journal of Information Systems and

Technology Management. Vol.9, no.1, pp. 123-146

Dantes, G. R. dan Hasibuan, Z. A. (2011) “Enterprise Resource Planning ( Erp ) Implementation : Any Competitive Advantage for the Company ? ( Case Study : Erp Implementation in Indonesia ),” Information Systems, (September), hal. 79–86.

Dash, A. K. (2013) “Competitive Advantage,” International Journal of Application or

Innovation in Engineering Management IJAIEM, 2(12), hal. 7–10.

Hidayat, R. dan Akhmad, S. (2016) "Effect of the Enterprise Resource Planning (ERP) on

Competitive Advantage and Performance of Manufacturing Firms in Indonesia,"

Journal of Engineering, 11(10), hal. 2298–2303.

Islam, Md. A., Khan, M.A., Obaidullah,.A. Z. M., &Alam, M. S. (2011). "Effect of

Entrepreneur and Firm, Characteristics on the Business Success of Small and Medium

Enterprises (SMEs) in Bangladesh", International Journal of Business and

Management. 6(3), 289-299.

Kuswantoro Ferry, M. Mohd Rosli, Radiah Abdul and Hamidreza Ghorbani (2012) "Impact

of Dsitribution Channel Inovation on the Performance of Small and Medium

Enterprises" International Business and Management, Vol 5, No 1, pp 52-61

Lečić, D. dan Kupusinac, A. (2013) “The Impact of ERP Systems on Business,”TEM journal,

2(6), hal. 323–326.

May, J., Dhillon, G. And Caldeira, M. 2013. Defining Value-Based Objectives for ERP

Systems Planning. Decision Support Systems, Vol. 55 No. 1, pp 98-109

Mudiantono, Prasetiono, Dul Mu'id, Herry Laksito and Rini Nugraheni (2018) “The Role of ERP in Increasing Marketing Performance of SMEs in Central Java, Indonesia,” Advanced Science Letters, 24(12), pp. 9706–9709. Doi: 10.1166/asl.2018.13119.

Mwanza., P and Ingari., B. (2015). Strategic Role of Distribution as a Source of Competitive

Advantage in Fast-Moving Consumer Goods in Kenya. International Journal of

Scientific and Research Publications, 5(10), page. 1-14.

Nasution, A. A. (2014) “Analisis Kinerja Pemasaran PT. Alfa Scorpii Medan,” Riset Akutansi

dan Bisnis, 14(2002), hal. 52–65.

Pardi et al. (2014) “The Effect of Market Orientation and Entrepreneurial Orientation toward Learning Orientation, Innovation, Competitive Advantages and Marketing

Performance,” European Journal of Business and Management, 6(21), hal. 2222–2839.

Page 23: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mudiantono Sokirman, Fajar Ayu Suryani

19

Ministry of Cooperative and Micro, Small and Medium Enterprise of Indonesia. The Role of

Nicro, Small and Medium Enterpises on National Economy (2014).

Raharjo, S.T., Mudiantono, Perdhana, M.S. 2015 SME’s Enterprise Resource Planning Implementation, Competitive Advantage, and Marketing Performance: Finding from

Central Java, Indonesia. Journal of Entrepreneurship, Business and Economics,

Vol.4, No. 1, pp 22-44

Rezaei, J. dan Ortt, R. (2018) “Entrepreneurial orientation and firm performance: the mediating role of functional performances,” Management Research Review, 41(7),

hal. 878–900. Doi: 10.1108/MRR-03-2017-0092.

Santra, I. K. (2018) “Entrepreneurial Orientation and Marketing Performance of Budget

Hotel SMEs in Bali Island.” International Journal of Entrepreneurship, 22(4), hal. 1–11.

Saremi, H., Masomeh, S. dan Zadeh, M. (2014) “Management of Distribution Channels.” Indian J.Sci.Res, 5(3), hal. 452–456.

Sirivanh, T., Sukkabot, S. dan Sateeraroj, M. (2014) “The Effect of Entrepreneurial Orientation and Competitive Advantage on SMEs ’ Growth : A Structural Equation Modeling Study,” International Journal of Business and Social Science, 5(6), hal.

189–195. Doi: 10.1007/BF01976328.

Szopa, P. dan Pękała, W. (2012) “Distribution Channels and Their Roles,” PolishJournal of

Management Studies, 6, hal. 143–150.

Wang, Wen-Cheng, Chien-Hung, L. dan Ying-Chien, C. (2011) “Types

ofCompetitiveAdvantage and Analysis,” International Journal of Businessand

Management, 6(5), hal. 100–104. Doi: 10.1007/s004360050358.

Zeebaree, Y. M. R. dan Siron, R. B. (2017) “International Review of Management and Marketing The Impact of Entrepreneurial Orientation on Competitive Advantage

Moderated by Financing Support in SMEs,” International Review of Management and

Marketing, 7(1), hal. 43–52.

Zaini, A., Hadiwidjojo, D., Rohman, F and Maskie, G. (2014) “Effect Of Competitive Advantage As A Mediator Variable Of Entrepreneurship Orientation To Marketing

Performance,” IOSR Journal of Business and Management, 16(5), page. 05-10. Doi:

10.9790/487x-16510510.

Page 24: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

20

Persepsi Sosial Masyarakat Sulawesi Utara Di Saat Pandemi Covid-19

Nikolas F. Wuryaningrat*

Universitas Negeri Manado

Aditya Pandowo

Universitas Negeri Manado

Lydia I. Kumajas

Universitas Negeri Manado

*[email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi persepsi masyarakat atas pandemic Covid-19

dan dampak yang terjadi. Fenomena panic buying dan consumer hoarding turut dielaborasi

sebagai titik akhir pandemic Covid-19. Sebanyak 220 responden dijadikan obyek

penelitian dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode convenience

sampling. Kuesioner disebarkan secara daring dengan menggunakan aplikasi survey

monkey kepada calon responden diseluruh propinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian dari

220 respondenmenunjukkan kecemasan dan kekhawatiran akan ketidakpastian merupakan

penyebab terjadinya fenomena panic buying dan consumer hoarding. Meski demikian,

responden tetap optimis dapat melanjutkan aktivitas rutin pada saat pandemic Covid-19

berakhir karena tingginya kepercayaan kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Selain itu, pandemic Covid-19 memberikan efek positif (peduli dengan kesehatan) dan

negative terhentinya aktivitas luar rumah di masyarakat.

Kata kunci: covid-19, persepsi social masyarakat, panic buying

Pendahuluan

Saat ini sudah lebih dari 200 negara di seluruh dunia mengalami wabah virus corona

Covid-19. Dengan meluasnya wabah covid-19 maka tidak mengherankan pada akhirnya World

Health Organization (WHO) akhirnya menetapkan penyebaran virus Covid-19 sebagai

pandemic global. Salah satu Negara yang terdampak adalah Indonesia, semenjak diumumkan

pertama kalinya kasus Covid-19 pada awal bulan Maret 2020 oleh Presiden, pada akhir bulan

Maretsudah menjangkiti1528 kasus positif Covid-19 dengan tingkat kematian yang masih lebih

tinggi daripada tingkat kesembuhannya (Kompas.com, 31/3/2020; www.covid-19.go.id).

Seperti negara lain didunia, masalah kesehatan pandemic global ini ikut menyeret ke isu

ekonomi, sebagai contoh cnbc Indonesia pada tanggal 1 Mei 2020 melansir berita bahwa

ekonomi Negara G-20 luluh lantak akibat corona.

Kebijakan pembatasan jarak fisik (physical distancing), penutupan sementara sekolah

dan universitas, pelarangan sementara ibadah di tempat ibadah (Gereja, mesjid dll), pelarangan

berkumpul dalam jumlah besar, himbauan tidak keluar kota dan luar negeri dan berbagai

kebijakan lainnya memaksa roda ekonomi berjalan sangat lambat bahkan langsung berhenti.

Salah satu contoh bisnis di industry MICE (meeting, incentives, conferencing and exhibitions)

sangat terpukul karena pandemic ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif seperti

dilansir oleh Kompas (20/02/2020) menjelaskan banyak kegiatan-kegiatan event dibatalkan

Page 25: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

21

atau harus dijadwalkan kembali. Padahal dari industry MICE saja bisnis perjalanan wisata,

transportasi umum/online, rumah makan, dan hotel langsung kena imbasnya dengan penurunan

omzetnya mencapai lebih dari 70% (Rapat kerja Kemenparkeraf dan DPR, 6 April

2020).Craven et al., (2020) menjelaskan bahwa pandemic covid-19 sudah membuat krisis pada

banyak bisnis di seluruh dunia, yang mengancam pada krisis ekonomi.

Di masyarakat merebaknya virus covid-19 membuat potensi panic buying semakin

tinggi, apalagi ditambah maraknya berita palsu (hoax) di media sosial membuat masyarakat

seperti panic. Di Sulawesi Utara seperti diberitakan oleh Media Tribun Manado dan Manado

Post (23 Maret 2020) masker, hand sanitizer, dan suplemen vitamin C dan E seakan lenyap di

apotek dan malah lebih banyak beredar di tempat yang tidak resmi dan sulit dipastikan

keasliannya dengan harga yang lebih mahal dari seharusnya. Pernyataan tersebut turut diamini

oleh hasil survei social demografi BPS (2020) menjelaskan bahwa alat kesehatan, obat, vitamin

dan sanitasi pada umumnya harganya naik.

Pola konsumtif masyarakat dibarang kebutuhan pokok juga terindikasi semakin tinggi

karena masyarakat berbelanja dalam jumlah seperti tidak biasanya, konsumsi pembelian kuota

internet semakin tinggi padahal tingkat pendapatan masyarakat secara umum semakin turun

(BPS, 2020). Dengan kata lain, dapat dikatakan masalah virus covid-19 yang pada mulanya

hanya berkaitan pada isu kesehatan sudah berkembang ke isu ekonomi, bahkan Menteri

Keuangan Sri Mulyani pada sesi rapat dengan DPR di bulan Maret 2020, isu kesehatan akibat

Covid-19 sudah mulai memicu kearah krisis ekonomi. Penurunan nilai rupiah ke 16 ribuan

pada bulan Maret secara cepat dari sebelum hanya berkisar di 13 ribuan sampai 14 ribuan

rupiah walaupun memasuki bulan April pergerakannya sudah cenderung stabil diangka Rp.

15,900an per dollar Amerika (bi.go.id; 9 April 2020).Masalah ekonomi lainnya adalah

pemutusan hubungan kerja atau kebijakan dirumahkan karyawaan yang mengakibatkan

pendapatan menurun adalah contoh akibat isu ekonomi yang ditimbulkan dari covid-19.

Dalam menghadapi pandemic covid-19, sikap masyarakat seperti terbelah, sebagian

masyarakat menghendaki kebijakan lockdown (karantina wilayah) seperti yang diterapkan

banyak negara lain (e.g. Perancis, Spanyol dll). Sebagian masyarakat tidak menghendaki hal

tersebut dikarenakan matinya roda ekonomi. Pada akhirnya pemerintah mengambil opsi tidak

memberlakukan kebijakan karantina wilayah, kebijakan pembatasan sosial berskala besar

(PSBB) dipilih seperti tertuang pada Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2020.Seperti

pengamatan dari berbagai media televisi dan online yang kredibel (Kompas, CNN Indonesia,

detikcom) kebijakan PSBB banyak yang meragukan dapat memutus mata rantai penyebaran

virus Covid-19. Salah satunya Epidemiolog FKM UI Pandu Riono seharusnya menyebut

PSBBdiberlakukan secara nasional bukan per daerah sesuai pengajuan dari Pemerintah daerah

(news.detik.com; 1 Mei 2020).Dengan demikian perlu mengetahui persepsi masyarakat akan

kepercayaannya pada Pemerintah pusat dan daerah.

Riset ini dilakukan untuk menilai persepsi masyarakat khususnya di Sulawesi Utara.

Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah Provinsi di Indonesia yang tingkat pertumbuhan

ekonominya cukup tinggi yang tidak lepas pula dari masalah pandemic covid-19 ini dengan

menurunnya tingkat wisatawan local dan macanegara, serta pendapatan yang cenderung turun

(sulut.bps.go.id/1 April 2020). Riset ini dilakukan untuk mengukur persepsi masyarakat saat

pandemic ini berlangsung dan mengukur persepsi masyarakat aktivitas panic buying, apa yang

akan dikerjakan saat pandemic sudah berakhir, serta sikapnya terhadap pemerintah pusat dan

daerah.

Page 26: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

22

Landasan Teori

Persepsi sosial masyarakat

Sebagai makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan kelompok dan pola social yang

kompleks, maka dipandang perlu untuk memahami perilaku individu sebagai bagian interaksi

dan komunikasi antar manusia. Tindakan dan perilaku manusia salah satunya didasari atas

persepsi yang terbentuk oleh system pengamatan (Knoblich & Prinz, 2001). Tindakan dan

perilaku individu yang terbentuk dari persepsi disebabkan dua hal (Passer & Smith, 2009):

pertama, disposisi pribadi, yaitu perilaku yang terkait dengan karakterisitik internal seperti,

kepribadian, kepercayaan, dan sikap. Kedua, disposisi situasional, yaitu perilaku yang

disebabkan karena situasi yang terjadi diluar kehendak pribadi dan dipengaruhi aspek eksternal

lingkungan.

Persepsi social itu sendiri didefinisikan sebagai tahap awal evaluasi niat dan disposisi

psikologis orang lain dengan analisis perspektif, isyarat tubuh, dan gerakan lainya (Allison et

al., 2000). Persepsi social mengacu pada identifikasi dan memanfaatkan isyarat social untuk

membuat penilaian tentang peran social, aturan, hubungan, konteks, atau karaktersitik orang

lain. Dengan kata lain, persepsi social mengukur pemahaman hubungan komunikasi social

antar individu. Pendapat lainnya dikemukakan oleh (Baron & Branscombe, 2012) sebagai suatu

proses yang digunakan untuk mencoba memahami orang lain. Berdasarkan ketiga pendapat

tersebut, persepsi social berarti suatu usaha untuk memahami orang lain dengan menggunakan

komunikasi non verbal dan mengintepretasikannya sebagai bagian dari perilaku social dan

perspektif sosial.

Beberapa factor diketahui turut mendukung terciptanya persepsi social seseorang

(Hanurawan, 2007), seperti factor penerima, factor situasi, factor organisasi perspektual, dan

factor obyek sasaran. Factor penerima bergantung pada karaktersitik pengamat berdasarkan

konsep diri, nilai, sikap, pengalaman masa lalu, dan ekspektasi dalam dirinya. Factor situasi

adalah factor pendorong yang berasal dari eksternal pengamat seperti seleksi, kesamaan, dan

organisasi. Sementara itu, organisasi perspektual menuntut obyek sebagai sistem yang bersifat

logis, teratur, dan runtut. Factor obyek sasaran adalah individu yang dijadikan sebagai obyek

pengamatan dengan ciri-ciri khusus, unik, kontras, dan intensitas dalam obyek.

Perilaku Panic Buying

Istilah panic buying atau sering disebut juga consumer hoarding segera menjadi trending

saat pandemic Covid-19 berlangsung. Panic buying merujuk pada tindakan seseorang untuk

membeli dalam jumlah besar untuk menghindari kekurangan dimasa depan. Fenomena ini bisa

tergambar dengan jelas dengan melihat beberapa indicator seperti, antrian panjang di pusat

perbelanjaan, pembelian dalam jumlah besar, dan hilangnya persediaan dipasar yang

menyebabkan munculnya kecemasan bagi khalayak ramai. Meski demikian, perilaku ini tidak

selalu didorng karena factor emosi semata, tetapi sebagai respon atas ancaman ketersediaan

dimasa depan dan hilangnya akses untuk mendapatkan sesuatu

Panic buying dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Pemicu panic buying sebagian

besar disebabkan force majeure yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya seperti: bencana

alam, ketakutan akan kekurangan persediaan, serangan teroris, termasuk juga ancaman

pemogokan besar-besaran (Fang & Shou, 2015; Kumar et al., 2018). Meski demikian, alasan

sesungguhnya dari perilaku ini adalah perasaan emosional akan kecemasan dan ketidakpastian

dimasa depan. Kedua kondisi psikologis ini berhubungan dengan ketidakpercayaan masyarakat

Page 27: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

23

atas ketersediaan barang dan kenaikan harga barang yang signifikan.Beberapa akibat yang

muncul karena adanya perilaku pembelian panik adalah:Terganggunya pasokan dan

permintaan, ketersediaan barang dan kelangkaan dipasar, keputusan pengecer yang dapat

mengganggu pola pembelian seperti: kenaikan harga, membatasi penjualan (quota), dan

membatasi pasokan, dan fenomena penimbunan barang

Memahami perilaku pembelian dalam kepanikan mengandung tiga unsur: pertama,

kepanikan terjadi karena adanya persepsi individu mengenai sinyal bahaya, ketidakmampuan

dan kekhawatiran atas situasi yang mengancam, dan potensi ketiadaan solusi. Kombinasi dari

ketiga hal tersebut mendorong kondisi panic seseorang. Kedua, usaha untuk menarik diri dari

situasi yang mengancam merupakan hasil dari kepanikan seseorang. Ketiga, adanya perubahan

perilaku akibat pengambilan keputusan individu untuk melepaskan diri dari kondisi panic

Metode Penelitian

Partisipan Desain dan Prosedur

Riset ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Survei online

dipilih menggunakan aplikasi survey monkey agar penyebaran datanya lebih luas ke berbagai

daerah di Sulawesi Utara.Dalam penelitian jumlah responden yang berpartisipasi selama

kurang lebih 1 bulan pengumpulan data sebanyak 220 responden. Metode sampel dalam

penelitian ini adalah sampel tidak acak dengan metode convinience. Metode sampel ini dipilih

dikarenakan metode yang realistis untuk mendapatkan respon yang cepat. Kuesioner

dikirimkan dengan aplikasi survei online SurveyMonkey, link dari aplikasi dikirimkan kepada

grup whatsapp dari penulis dan jaringan pribadi whatsapp dan pesan teks (SMS) dari kontak

penulis. Selain itu link juga dikirimkan via beranda Facebook peneliti/penulis. Data yang

terkumpul kemudian dianalisa melalui aplikasi yang sama untuk mendapatkan data yang sudah

terkumpul secara deskriptif.

Statistic deskriptif hanya digunakan untuk mengukur dataset tertentu saja, sehingga

hasil riset ini tidak bisa digunakan untuk mengeneralisasi hasil ke populasi di Provinsi Sulawesi

Utara yang mencapai angka lebih dari 2,5 juta penduduk (sulut.bps.go.id; 1 April

2020).Dengan kata lain hasil ini hanya bisa menangkap informasi dari 220 responden yang

terjaring. Untuk menguatkan hasil penelitian, setelah data diperoleh dari 220 responden,

dilakukan wawancara via chating dengan media whatsapp kebeberapa informan yang dianggap

mampu memberikan informasi yang valid.

Instrumen dan Teknik analisis

Instrument penelitian ini terdiri dari 10 pertanyaan. Instrument ini terdiri dari 3

pertanyaam umum responden seperti usia, tempat tinggal dan domisili. Kemudian 7 pertanyaan

merupakan kumpulan pernyataan persepsi responden yang terdiri dari aktivitas panic buying,

perasaan yang dirasakan saat pandemic, rencana kedepan setelah pandemic berakhir, persepsi

tentang kemampuan penanganan pandemic oleh Pemerintah pusat dan daerah. Selain itu

kuesioner juga meliputi pernyataan tertulis responden mengenai pengetahuannya mengenai

dampak positif dan negative dari pandemic Covid-19. Menguatkan informasi, seluruh item

pernyataan ditambahkan kolom pernyataan yang bisa dijawab responden secara tulisan

mengenai perasaan sebenarnya yang dirasakan.

Penelitian ini berlangsung dari minggu kedua maret sampai dengan minggu ketiga April

2020. Dikarenakan terbatasnya waktu riset dan untuk memastikan dapat mengkaji hasil yang

Page 28: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

24

masih hangat serta sesuai dengan situasi saat ini maka survey online dengan menggunakan

aplikasi Survey Monkey digunakan. Aplikasi ini sangat cocok untuk riset deskriptif karena

selain membantu menyebar kuesioner online juga bisa menganalisa data tersebut.

Tabel 1. Demografi Responden

Demografis Jumlah Prosentase

Usia 17-24

25-34

35-44

45 ke atas

114

34

38

34

51.818

15.455

17.273

15.455

Tempat tinggal Kota

Desa

Pinggiran

83

96

41

37.277

43.636

18.636

Domisili Manado

Tomohon

Kotamobagu

Minahasa

Minahasa Selatan

Minahasa Tenggara

Bolmong Raya

Sangihe, Talaud, Sitaro

Daerah Lainnya

20

27

19

51

29

21

18

15

20

9.091

12.273

8.636

23.182

13.182

9.545

8.182

6.818

9.091

Berdasarkan tabel 1, sebaran data responden meliputi usia, tempat tinggal, dan wilayah

domsili. Responden terbanyak berasal dari rentang usia muda 17-24 tahun sebanyak 114

responden atau 51.818%. Diikuti oleh rentang usia 25-34 tahun sebanyak 34, atau 17.273%.,

dan rentang usia 35-44 tahun sebesar 38 responden atau 15.455%. Sementara itu, rentang usia

45 tahun keatas sebanyak 34 responden atau 15.455%. Dengan kata lain sebagian besar

responden merupakan responden pada usia sekolah dan atau masih kuliah.

Untuk tempat tinggal responden, sebagian besar tinggal di desa sebanyak 96 responden

atau 43.636%. untuk responden yang tinggal di perkotaan sebesar 83 responden atau sebesar

37.277% dan sisanya tinggal di daerah pingiran antara kota dan desa sebanyak 41 responden

atau memiliki porsi sebesar 18.636%.

Pada area domisili berdasarkan wilayah administrasi di Provinsi Sulawesi Utara,

responden terbesar berasal dari Kabupaten Minahasa sebesar 51 responden (23.182%), dan

diikuti oleh daerah lainnya Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 29 responden (13.182%),

kota Tomohon sebesar 27 responden (12.273%), Kabupaten Minahasa Tenggara 21 orang

(9.545%), Kota Kotamobagu sebanyak 19 responden (8.636%), seluruh Kabupaten di Bolaang

Mongondow Raya (Bolmong) sebanyak 18 orang (8.182%) dan terakhir adalah gabungan

antara Kabupaten Sangihe, Talaud dan Sitaro sebanyak 15 responden (6.818%). Adapun untuk

daerah lainnya di luar Sulawesi Utara terkumpul 20 responden (9.091%), dimana sebagian

besarnya daerah yang banyak disebutkan adalah Provinsi DKI Jakarta, dan Jabodetabek,.

Penelitian ini memang lebih dikhususkan untuk daerah Sulawesi Utara, daerah lainnya

digunakan untuk pembanding saja.

Page 29: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

25

Hasil Penelitian dan Diskusi

Sebanyak 220 orang responden berpartisipasi dalam penelitian ini dengan berbagai latar

belakang usia, domisili, wilayah pemukiman, dan persepsinya mengacu pada pernyataannya.

Aktivitas Panic Buying

Pada grafik 1. ditunjukkan bahwa responden pada kurun waktu penelitian atau pada saat

pandemic covid-19 mulai berkembang pesat di Indonesia sebagian besar (131 responden) tidak

pernah atau belum pernah melakukan panic buying barang dan kebutuhan pokok. Dengan

demikian 131 responden tersebut diindikasikan masih melakukan pembelian barang kebutuhan

pokok secara normal dan rasional. Akan tetapi tidak sedikit juga responden (89 orang) sudah

pernah melakukan pembelian yang berlebihan atau lebih banyak dari biasanya dengan alasan

untuk mengantisipasi pandemic covid-19.

Kebijakan Pemerintah physical distancing dan merumah belajarkan anak sekolah dan

mahasiswa untuk antisipasi penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat. Kebijakan ini

memaksa keluarga untuk lebih banyak tinggal di dalam rumah dan hanya melakukan kegiatan

luar rumah (e.g. bekerja) yang sangat penting saja. Dengan demikian, tidak mengherankan

ketika banyak para orangtua/keluarga melakukan pembelian yang lebih banyak dari biasanya

(Baker et al., 2020), tetapi informasi dari 220 data yang terkumpul pembelian yang dilakukan

masih dalam jumlah yang normal dan rasional.

Dalam jawaban pernyataan dari responden yang ditulisnya secara bebas sesuai dengan

perasaan yang dirasakannya mengenai aktivitas panic buying dapat beberapa responden yang

sudah berkeluarga menjelaskan bahwa sebenarnya pembelian yang dilakukannya masih

normal, tetapi terlihat banyak dikarenakan yang biasanya berbelanja satu minggu sekali, kini

belanja langsung untuk kebutuhan 3 sampai 4 minggu. Dengan kata lain, nominal uang yang

dibelanjakan relative sama saja, tetapi kuantitas waktu berbelanja kebutuhan yang berkurang.

Sebanyak 89 orang responden mengaku melakukan aktivitas panic buying melakukan

pembelian yang lebih besar dari jumlah yang seharusnya dibeli.Sebagai contoh jika dalam satu

bulan hanya memerlukan 10 kilogram beras, karena sikap paniknya maka akan membeli beras

20-30 kilogram beras untuk satu bulan.Salah seorang informan seorang wanita karir yang

merupakan kenalan dari peneliti, menjelaskan dia dalam 1 bulan terakhir sudah mengeluarkan

uang untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, anak-anak dan kuota internet sudah lebih besar

dari pengeluaran bulanan biasanya.

131

89

0 20 40 60 80 100 120 140

Tidak pernah

Pernah

Grafik 1. Aktivitas Panic Buying

Page 30: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

26

Sangat dimungkinkan perilaku dari 89 orang inilah yang mengindikasikan alasan

dibalik beberapa produk seperti sabun cuci tangan, hand sanitizer, masker dan vitamin C

menjadi langka dipasar serta memicu beberapa harga produk menjadi naik. Artinya walaupun

masyarakat yang melakukan aktivitas panic buying jumlahnya hanya sebagian kecil dari yang

tidak melakukannya, akan tetapi tampak memberikan dampak negative pada kelangkaan dan

naiknya harga beberapa barang komoditas sangat tinggi. Sebagai contoh jika 89 orang saja

melakukan pembelian beras secara berlebihan, misalnya 20 kilogram (kebutuhan sebenarnya

10 kg) maka konsumsi beras menjadi 1780 kilogram, dengan kata lain perilaku 89 orang ini

bisa saja membuat harga beras lebih naik karena permintaan yang lebih besar. Salah satu

responden menjelaskan dia pernah membeli produk vitamin C yang harga pasarannya 40ribuan

rupiah 10 pak (cth: 1 pak isi 30 tablet), dengan kata lain kalo saja 1 keluarga hanya butuh 1 sd

2 pak, maka 8 pak sisa itu mungkin bisa dianggap penimbunan. Wawancara via chatting

whatsapp dengan salah satu area sales manajer salah satu perusahaan farmasi yang menjual

produk multivitamin, mengatakan di Pulau Jawa saja produk merek ‘E’ sudah sulit dicari.

Dengan demikian, jika jika pengakuannya benar maka jika di Pulau Jawa tempat produk

tersebut diproduksi saja sudah sulit dicari apalagi di Sulawesi Utara (Indonesia Timur).

Sesi wawancara dengan supervisor supermarket besar di Kota Tomohon via chating

whatsapp menjelaskan jika supermarket ini mendapat stok hand sanitizer, tidak sampai 2 jam

stok tersebut habis. Kemudian dijelaskan kembali, sabun cuci tangan antiseptic sangat laku,

stok yang ada hanya setengah hari saja sudah habis, padahal stok yang disediakan disituasi

normal cukup untuk 2 minggu, dan mudah mendapatkannya dari penyalur. Dengan demikian,

diduga dari perilaku panic buying 89 orang responden turut membuat kelangkaan tersebut.

Alasan lainnya, kenapa jumlah aktivitas panic buying lebih rendah dari yang belum

pernah melakukan aktivitas panic buying dikarenakan berdasarkan data yang dihimpun

sebagian besar responden dalam riset ini berusia relative muda antara 17-24 tahun (lihat tabel

1). Diusia yang relative muda inilah ada kemungkinan banyak yang masih menjadi tanggungan

orang tua, sehingga belum terlalu merasakan atau belum menjadi actor panic buying. Segala

macam kebutuhan masih ditanggung orang tua, sehingga belum berpengalaman untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dengan demikian jika saja responden dalam riset in

kebanyakan diusia orang tua, hasilnya mungkin akan berbeda.

Data dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden banyak

tinggal di desa (tabel 1). Pemenuhan kebutuhan hidup di desa relatif lebih mudah jika

dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup di kota (Wuryaningrat, 2017). Di desa,

khususnya di desa di Sulawesi Utara kebutuhan akan beras dan lauk pauk relatif bisa dipenuhi

didesa itu sendiri. Masih banyak petani dan nelayan di desa yang bisa menanam padi, berternak

dan menangkap ikan untuk digunakan bagi kebutuhan keluarganya sendiri(Lihat Mundayat

et al., 2008). Dibandingkan di Kota, untuk bisa memenuhi kebutuhannya manusia harus

bekerja. Pada saat pandemic covid-19 banyak karyawan terpaksa dirumahkan dengan tidak

dibayar atau dibayar sebagian (pengamatan media) sehingga sulit bagi mereka memenuhi

kebutuhannya. Maka tidak mengherankan gelombang masyarakat yang dulunya bekerja di

Kota terpaksa mudik ke kampung halamannya, dikarenakan hilangnya mata pencahariannya.

Alasan inilah yang mungkin diambil oleh Pemerintah yang belum melarang masyarakat untuk

mudik, pemerintah hanya menghimbau agar masyarakat tidak pulang ke kampung halamannya.

Walaupun belakangan pemerintah mengambil kebijakan untuk melarang mudik yang dimulai

pada tanggal 24 April 2020.

Page 31: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

27

Persepsi Perasaan Responden di saat Pandemi Covid-19

Pada grafik 2 ditunjukkan bahwa perasaan yang dirasakan oleh responden saat

pandemic Covid-19 sebagian besar adalah rasa kuatir dan cemas, Hanya sebagian kecil

respnden yang menganggap pandemic covid-19 merupakan hal yang biasa saja. Pada jawaban

lainnya, sebagian besar dari 14 responden menuliskan bosan, yang berarti pandemic Covid-19

membuat sebagian responden menjadi bosan tinggal dirumah.

Perasaan kuatir dan cemas menjadi hal yang akan terjadi saat situasi pandemic apapun,

termasuk pandemic covid-19. Semakin banyak dan cepatnya virus covid-19 terus menjangkiti

masyarakat Indonesia dan dunia tentu saja membuat perasaan manusia menjadi lebih kuatir

dan tidak merasa bebas berjalan kemana, karena takut tertular. Saat ini seseorang yang bersin

atau batuk seakan-akan membuat masyarakat bersikap paranoid dan mencurigai berlebihan,

padahal seperti yang kita ketahui bersama sebelum virus covid-19 ada bersin, batuk dan pilek

tidak menjadi persoalan besar dalam masyarakat dan menjadi bagian dari hidup kita sehari-

hari. Saat ini tampaknya sudah terjadi dimana buang angin (mohon maaf) menjadi lebih

‘bermatabat’ daripada flu dan batuk, demikian jawaban di sesi wawancara dengan salah satu

rekan kerja peneliti.

Bagi sebagian masyarakat yang bekerja di sektor informal, kesulitan mendapatkan

pendapatan menambah perasaan kuatir dan cemas bisa saja bertambah besar. Kekuatiran dan

kecemasan tidak mampu membayar hutang/kredit, bayar kontrakan, bayar listrik dll menjadi

contoh nyata yang saat ini terjadi. Sebenarnya cemas dan kuatir merupakan respon dari

manusia dari situasi yang mengancam yang menjadi bagian dari hidup manusia sehari hari

(Kaplan et al., 2007). Akan tetapi kuatir dan cemas karena factor sosial yang berlebihan akan

menimbulkan stress dan menjadi ancaman bagi kesehatan manusia (Az-Zahrani, 2005). Dalam

situasi pandemic covid-19 merupakan pengaruh dari factor sosial, menambah kecemasan dan

kekuatiran hidup manusia, dan sangat memungkinkan stress bisa muncul dan mengurangi daya

tahan tubuh seseorang. Seperti sudah dijelasakan oleh berbagai media bahwa daya tahan tubuh

menjadi factor penting untuk mencegah penularan virus covid-19, jika daya tahan tubuh

menurun maka virus mudah menyerang dan menimbulkan masalah kesehatan yang serius

(WHO, 2020). Dengan demikian factor kuatir dan cemas karena covid-19 yang jika berlanjut

lebih lama, memungkinkan penurunan imun sehingga penyebaran covid-19 semakin massif.

Pernyataan diatas diamini oleh salah satu dokter yang diwawancarai via chat di whatsapp.

68

120

16

0

4

14

0 20 40 60 80 100 120 140

Cemas

Kuatir

Biasa saja

masa bodoh

Bahagia, tenang damai

lainnya

Grafik 2. Perasaan Responden di Saat Pandemi

Covid-19

Page 32: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

28

Keinginan Kedepannya setelah pandemic Covid-19 berakhir

Setiap manusia di dunia ini pastinya sangat berharap pandemic covid-19 segera

berakhir. Hal inilah yang menjadi pertimbangan rencana yang akan dilakukan setelah pandemic

berakhir. Sebagian besar sebanyak 98 responden menyatakan ketika pandemic berakhir hal

pertama yang akan dilakukannya adalah menuju ke tempat ibadah untuk mengucap syukur

bahwa pandemic berakhir, dan bisa bertemu dan berkumpul kembali bersama jemaat/umat

lainnya. Tampaknya pernyataan ini bisa lahir dikarenakan masih baiknya tingkat religious

masyarakat, maka kegembiraan mungkin dirasakan dengan pergi ke tempat ibadah.

Sebanyak 53 responden menyatakan bahwa hal yang akan dilakukan setelah pandemic

berakhir adalah mengunjungi sanak saudara yang sempat tertunda karena adanya covid-19.

Kebijakan dirumah aja memang memaksa kita terbatas untuk keluar rumah, termasuk

mengunjungi sanak keluarga, yang kemungkinan berada diluar daerah. Kemudian kebijakan

untuk belajar dari rumah juga membuat mahasiswa/anak sekolah tidak bisa ke sekolah/kampus,

oleh karenanya ada 50 responden yang menyatakan aktivitas pertama yang akan dilakukannya

adalah pergi belajar di sekolah atau kampus kembali. Responden yang sebagian besar adalah

usia mahasiswa mungkin membuat pernyataan ini menjadi cukup tinggi responnya. Sisa respon

adalah jalan-jalan ke mall/plaza (10 orang) dan travel ke luar negeri atau dalam negeri (9

orang). Pilihan ini tidak terlalu besar mungkin karena masih ada sisa kekuatiran virus covid-19

masih ada, sehingga lebih baik berjaga-jaga untuk tidak masuk kearea yang ramai seperti

mall/plaza ataupun tempat wisata di luar negeri dan dalam negeri.

9

10

98

50

53

0 20 40 60 80 100 120

Travel ke LN/DN

Plaza/Mall

Tempat ibadah

Ke sekolah/kampus

Mengunjungi sanak saudara

Grafik 3. Rencana/Keinginan setelah

Covid-19 berakhir

Page 33: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

29

Kepercayaan Terhadap Pemerintah Pusat dan Daerah

Grafik 4 merujuk tingkat kepercayaan responden terhadap kemampuan pemerintah pusat

dalam menanggulangi pandemic Covid-19. Dari 220 orang responden, dominan memilki

kepercayaan kepada pemerintah pusat (184 orang), sisanya 24 orang merasakan keraguan, dan

12 responden tidak percaya meyakini ketidakmampuan pemerintah pusat dalam mengatasi

pandemic Covid-19.

Dengan demikian, sebagian besar masih merasakan kepercayaan bahwa setiap kebijakan

yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk menangani pandemic bisa mengatasi penyebaran

covid-19. Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan yang diawali dari pembentukan Gugus

Kendali Covid-19 dari BNPB, himbauan untuk tinggal dan kerja dari rumah yang kemudian

sudah dikembangkan menjadi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sudah mulai

dijalankan oleh beberapa Pemerintah daerah. Kebijakan ini pada dasarnya memaksa

masyarakat untuk tidak banyak melakukan aktivitas diluar rumah, tidak berkerumun, tidak

melakukan ibadah di tempat ibadah, dan tidak dulu sekolah dan kuliah. Pemerintah Indonesia

sendiri tidak berpangku tangan dalam menyiasati keadaan ini. Beberapa stimulus telah

dikeluarkan diantaranya yang terbagi dalam tiga sector, fiscal, non-fiskal, dan ekonomi.

Stimulus fiscal berupa pembebasan pajak bagi empat sector (PPh 21,22,25, dan pajak

hotel dan restoran) selama 6 bulan, penyaluran bantuan social, subsidi transportasi, dan bantuan

kesehatan bagi paramedic dan korban covid-19. Stimulus non-fiskal diantaranya deregulasi

untuk ekspor dan impor barang yang berkaitan dengan ketahanan pangan dan obat-obatan serta

penggunaan national logistic system. Sementara stimulus untuk sector ekonomi berupa

rekstrukturisasi kredit, relaksasi jaminan social tenaga kerja, penurunan suku bunga.

Disamping itu, beberapa program yang langsung bersentuhan dengan masyarakat antara lain,

keringanan biaya listrik, keringanan biaya kredit, pengadaan alat kesehatan penunjang, insentif

pajak, dan recovery bond untuk melindungi pengusaha. Kebijakan yang nilainya mencapai

lebih dari 400 triliun rupiah, meski mungkin tidak secara langsung mencegah dan mengobati

akibat penyakit dari covid-19, akan tetapi bisa menjadi berhubungan dengan grafik 2 untuk

mengurangi dampak negative yang berpotensi menimbulkan tingkat kekuatiran dan kecemasan

karena masalah ekonomi bisa dikurangi.

184

12

24

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Percaya

Tidak Percaya

Ragu-Ragu

Grafik 4. Kemampuan Penanganan Covid-19

oleh Pemerintah Pusat

Page 34: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

30

Apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah pusat jika masyarakat tidak percaya

dapat membantu penanganan covid-19 maka kebijakan tersebut sangat mungkin gagal. Jika

tidak ada sikap percaya pada Pemerintah maka masyarakat mungkin saja tidak akan mengikuti

instruksi pemerintah untuk tinggal dirumah, dan jika itu yang terjadi kita sendiri bisa

menyimpulkannya.

Grafik 5 mendeskripsikan hal yang tidak jauh berbeda hasilnya dengan grafik 4,

mengenai tingkat kepercayaan responden terhadap kemampuan pemerintah daerah, dalam hal

ini pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk mengatasi pandemic Covid-19. Sebanyak

158 responden masih percaya pada pemerintah daerahnya untuk bisa menyelesaikan masalah

virus covid-19 ini. Ada 45 responden tidak percaya, dan 17 orang ragu-ragu pada Pemerintah

daerah untuk menyelesaikan covid-19.

Di era otonomi daerah saat ini, memungkinkan Pemerintah daera mengeluarkan

kebijakannya sendiri sesuai dengan otoritas daerah yang dimilikinya. Terkadang antara

Pemerintah pusat dan daerah muncul tidak sinkronnya kebijakan, termasuk kebijakan untuk

menangani pandemic covid-19 di Indonesia. Mengacu pada hasil grafik 4 dan 5, dapat dilihat

hasil yang relative sama dimana kepercayaan masyarakat masih cukup baik pada

pemerintahnya (pusat dan daerah). Bisa saja kita simpulkan bahwa kesamaan hasil tersebut

buah dari sinkronisasi kebijakan antara pusat dan daerah terkait situasi darurat nasional covid-

19. Walaupun mungkin saja masih ada beberapa friksi perbedaan kebijakan dibeberapa daerah

(hasil kesimpulan dari berbagai media kredibel) akan tetapi tidak sampai meluas perbedaanya,

pemerintah daerah masih tunduk pada regulasi kebijakan terpusat untuk penanganan pandemic

covid-19. Gugus tugas penanganan Covid-19 dan Kementerian terkait tampaknya cukup sukses

membuat sinkronisasi kebijakan ini. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan

anggaran belanja daerah (APBD) sudah direvisi kembali untuk semata-mata kepentingan

nasional dan daerah.

Pemerintah Sulawesi Utara sendiri telah mengeluarkan kebijakan untuk membantu

menanggulangi pandemic covid khususnya di Sulawesi Utara, diantaranya; kebijakan belajar

dan kerja dirumah, pemberian bantuan social kepada penduduk rentan terdampak, insentif

pajak daerah bagi pelaku usaha dan operator moda transportasi darat. Kebijakan apapun yang

dikeluarkan memang tidak bisa sempurna dan menyenangkan seluruh masyarakat, akan tetapi

yang dibutuhkan Pemerintah pusat dan daerah masyarakat bisa percaya pada pemerintah akan

berbuat semaksimal mungkin untuk mengurangi dampak buruk dari covid-19, baik yang

berkaitan dari sisi kesehatan dan ekonomi.

158

45

17

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Percaya

Tidak Percaya

Ragu-Ragu

Grafik 5. Kemampuan Penanganan Covid-19

oleh Pemerintah Daerah

Page 35: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

31

Dampak Positif dan Negatif dari Pandemi Covid-19

Apapun yang terjadi pada diri manusia biasanya melahirkan dampak positif ataupun

negative pada diri manusia, baik yang berdampak secara langsung atau tidak langsung pada

dirinya. Dipercaya bahwa pandemic covid-19 inipun mempunyai 2 sisi tersebut. Pada grafik 6

dan 7 ditunjukkan persepsi 220 responden terhadap dampak positif dan dampak negative yang

dirasakan. Pada bagian ini kuesioner yang dikirimkan secara online tidak berupa pilihan

jawaban yang bisa dipilih oleh responden, dibagian ini responden dibebaskan memberi

jawaban tentang apa yang dirasakan oleh responden. Setelah dijawab setiap pernyataan

dikelompokkan dari setiap item yang dituliskan oleh responden. Kelompok pernyataan dampak

positif adalah peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, kedekatan hubungan keluarga,

pekerjaan rumah yang tertunda terselesaikan, kdekatan hubungan dengan Tuhan, dan polusi

udara berkurang. Sedangkan pada pernyataan dampak negative dikelompokkan, ekonomi

secara umum terganggu, pendapatan berkurang, pertumbuhan ekonomi turun, aktivitas luar

rumah berkurang, dan rasa jenuh serta bosan.

Pada sisi positif covid-19 (lihat grafik 6) perliku hidup bersih dan sehat, kedekatan

dengan keluarga, dan kedekatan dengan Tuhan memiliki porsi terbesar, setiap item pernyataan

dipilih diangka 67 untuk perilaku hidup bersih dan sehat, dan kedekatan dengan Tuhan. Angka

5

67

12

69

67

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Polusi udara berkurang/bumi sehat

Lebih dekat dengan Tuhan

Penyelesaian pekerjaan rumah

Dekat dengan keluarga

Perilaku bersih dan sehat

Grafik 6. Persepsi Dampak Positif Covid-19

7

86

44

33

50

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rasa jenuh dan bosan

Aktivitas luar rumah berkurang

Pendapatan berkurang/hilang

Pertumbuhan ekonomi turun

Ekonomi terganggu

Grafik 7. Persepsi Dampak Negatif

Covid-19

Page 36: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

32

69 untuk kedekatan dengan keluarga. Porsi kecil jawaban ada di penyelesaian pekerjaan rumah

yang tertunda (12 respnden) dan berkurangnya polusi udara yaitu 7 responden. Dengan

mengacu pada grafik 5 tersebut dapat disimpulkan adanya pandemic covid-19 yang tadinya

mungkin tidak memperdulikan kebersihan dan kesehatan tubuhnya sekarang menjadi lebih

peduli. Pola hidup yang lebih bersih dan sehat dimasyarakat diakui lebih baik dari sebelumnya.

Anjuran pemerintah untuk selalu menjaga imunitas tubuh, ditanggapi masyaraka secara umum

dengan memperbanyak makan-makanan yang lebih sehat dan dimasak dengan lebih baik dari

sebelumnya. Anjuran bahkan menjurus ke instruksi pemerintah untuk selalu cuci tangan

dengan sabun, membuat masyarakat menjadi sangat sering cuci tangan setiap kali beraktivitas

dan memegang benda-benda kotor ataupun yang kelihatannya bersih. Saat ini banyak ditemui

ditengah masyarakat dan dijalan-jalan umum tempat cuci tangan lengkap dengan sabun, baik

yang disediakan oleh Pemerintah dan swadaya masyarakat itu sendiri.

Sebelumnya masyarakat secara umum lebih sibuk bekerja, sehingga kuantitas dan

mungkin kualitas waktu dengan keluarga kurang, maka dengan kebijakan dirumah saja, kerja

dan sekolah dari rumah kualitas dan kuantitas waktu dengan keluarga semakin banyak. Di Kota

besar seperti Jakarta, banyak ditemui orangtua berangkat kerja jam 5 pagi anak masih tidur,

pulang kerja jam 9 malam anak sudah tidur, sehingga sering ditemui anak menjadi lebih dekat

dengan pengasuhnya daripada orangtuannya sendiri. Dengan adanya pandemic ini dinding

pemisah antara orangtua dan anak serta keluarga lainnya yang satu rumah seakan runtuh. Anak-

anak bisa menjadi dekat dengan orangtuannya, banyak waktu sekolah dan bermain bersama

orang tuanya. Dipercayai saat ini banyak anak-anak banyak bersyukur dengan keadaan

pandemic ini. Saat ini istilah yang jauh didekatkan yang dekat dijauhkan tampaknya berlaku.

Dulu jauh dari orangtua sekarang dekat dengan keluarga, yang dulu dekat dengan pekerjaannya

sekarang dijauhkan pekerjaannya.

Selain itu dengan adanya pandemic ini, tampaknya tingkat keimanan masyarakat

menjadi lebih baik. Hal ini menjadi menarik, saat sebagian orang protes larangan ibadah di

tempat ibadah dikutirkan akan menghilangkan persektuan jemaat/umat dengan Tuhan, tetapi

ditengah masyarakat kedekatan dengan Tuhan menjadi salah satu pilihan sisi positif dari covid-

19 ini. Beribadah dari rumah mungkin tidak menjadi hal yang perlu dikuatirkan akan

melemahkan iman seseorang dengan berkurangnya persekutuan jemaat/umat di tempat ibadah

karena tampaknya iman bisa lebih meningkat. Di awal bulan Maret 2020, ada seruan dari

Pemerintah Sulawesi Utara untuk tepat jam 12.00 bersama-sama secara serempak untuk berdoa

bersama untuk keselamatan Sulawesi Utara. Dipercayai oleh Pemerintah, seruan itu sangat

sukses.

Harus diakui banyak jemaat saat jam ibadah pada situasi normal, tidak lagi terlau focus

ibadah ditempat ibadah. Hasil pengamatan, dibeberapa gereja di Sulawesi Utara saat jam

ibadah, banyak jemaat ada diluar gereja atau duduk dibelakang asik bermain ponsel pintarnya

dan menghisap rokok. Bagi seluruh umat beragama, dipercayai bahwa Tuhan itu tidak ingin

dinomor duakan, Dia ingin menjadi nomor satu dalam hati dan pikiran manusia. Mungkin saja

pandemic covid-19 Tuhan sedang menyatakan diri-Nya bahwa dia maha kuasa, mampu

membuat yang dulu tidak ada menjadi ada, yang saat ini ada menjadi tidak ada. Dirumah saja,

mungkin membuat manusia lebih sadar akan hal itu, dan justru memperbanyak aktivitas

berdoanya. Sebagai contoh, umat muslim dengan sholat 5 waktunya, mungkin saja saat ini

bukan hanya 5 waktu, tetapi 6 waktu, 7 waktu, 8 waktu dan seterusnya, lebih banyak waktu

berhubungan dengan Tuhan dengan doa. Bagi umat lainnya seperti Kristiani, aktivitas doa bisa

lebih banyak dipraktikkan saat bangun tidur pagi, saat makan, saat tidur malam dan banyak

saat-saat lainnya yang mungkin pada situasi normal banyak terlupakan.

Page 37: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

33

Pada grafik 7 ditunjukkan dampak negative yang dirasakan oleh masyarakat. Dari 5 hal

yang dirasakan sebagai dampak negative, 3 hal berkaitan dengan ekonomi dan 2 hal berkitan

dengan aktivitas pembatasan jarak dan sosial secara langsung dimasyarakat. Hal yang paling

dirasakan menjadi hal negative akibat pandemic covid-19 adalah ekonomi yang terganggu,

pendapatan yang menurun/hilang dan pertumbuhan minus ekonomi, total responden yang

menyatakannya adalah 127 responden. Sedangkan masalah sosial seperti kurangnya waktu

beraktivitas diluar, seperti ke kampus, sekolah, ibdah di tempat ibadah dan pertemuan-

pertemuan lainnya ada cukup banyak, yaitu sebanyak 86 responden. Jika ditambah dengan rasa

jenuh dan bosan total menjadi 93 responden. Dengan kata lain dampak negative secara garis

besar yang dirasakan masyarakat adalah masalah ekonomi dan masalah hubungan sosial.

Masalah kesehatan dari pandemic covid-19 ini secara umum memang banyak

mengganggu aktivitas ekonomi nasional dan global. Bisnis pariwisata dengan bisnis

turunannya seperti hotel, UMKM di penjualan cenderamata, pemandu wisata, sewa kendaraan

dll menjadi sangat terpukul. Dibanyak pemberitaan media televisi (Kompas TV, CNN

Indonesia) berulang kali diberitakan bahwa tingkat okupansi hotel hanya 10% saja. Padahal

tingkat okupansi minimal agar bisa membiayai operasional adalah 60-70%, akibatnya banyak

pegawai terpaksa dirumahkan bahkan di PHK. Di Sulawesi Utarapun demikian, hotel-hotel di

Sulawesi Utara yang biasanya penuh dengan turis dari tiongkok kini menjadi kosong tingkat

huniannya. Data BPS Provinsi Sulut tahun 2020 menjelaskan pada periode Januari s/d Maret

2020 penurunan pariwisat menurun tajam dibandingkan periode yang sama di tahun 2019.

Pertokoan dan pusat pembelanjaan di Kota Manado ditutup dan terus diperpanjang. Rumah

makan hanya melayani pesan antar saja. Sekolah dan kampus yang tutup misalnya berimbas

pada tutupnya kantin yang biasanya ramai dengan mahasiswa dan anak sekolah. Kos-kos

sekitar kampus juga menjadi kosong karena sebagian besar penyewanya sudah mulai pulang

ke kampung halamannya. Salah satu pemilik kos di area kampus Universitas Negeri Manado

di Tondano menjelaskan bahwa mahasiswa yang masih tinggal di kos adalah mahasiswa yang

berasal dari luar Sulawesi Utara dan kesulitan dalam ekonominya.

Masalah sosial seperti kurangnya aktivitas diluar rumah yang biasanya sering dilakukan

menjadi tiba-tiba tidak bisa dilaksanakan. Larangan ibadah di tempat ibadah dan dirumah-

rumah memaksa tidak bisa dilakukan lagi untuk sementara waktu, salah satu pemuka agama di

salah satu gereja di Kota Tomohon menjelaskan bahwa kami hanya mengikuti kebijakan

organisasi pusat gereja dan pemerintah saja, jika bisa memilih kami berharap pelaksanaan

ibadah tetap dilaksanakan dengan jaga jarak. Biasanya mahasiswa/anak sekolah disibukkan

dengan perkualiahan tiap harinya dan bisa bertemu dan bercengkrama dengan teman-temanya,

kini tidak bisa dilakukan kembali. Maka tidak mengherankan sebagian responden mengatakan

bahwa rasa jenuh dan bosan sudah dirasakannya.

Kesimpulan

Dari hasil 220 data dan informasi yang bisa diperoleh dari hasil survey ini dapat

dijelaskan bahwa pandemic covid-19 di Indonesia menyebabkan beberapa perilaku yang

berubah. Diawali dari aktivitas panic buyingmeksipun angkanya tidak terlalu besar, tetapi

pandemic ini membuat kecemasan dan kekhawatiran akan ketidakpastian menunjukkan

perasaan masyarakat yang sesungguhnya (grafik 1 & 2). Data dari 220 responden juga

menunjukkan hal yang positif dari tingkat optimisme masih dirasakan. Kerinduan melanjutkan

aktivitas rutin seperti menjalankan ibadah, mengunjungi saudara/kerabat, dan

bekerja/kuliah/sekolah (grafik 3) menunjukkan mereka percaya diri dan memiliki pengharapan

positif pandemic ini akan berlalu.

Page 38: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

34

Kepercayaan responden terhadap pemerintah, baik pemerintah pusat (grafik 4) maupun

pemerintah daerah (grafik 5) dalam menyelesaikan pandemic juga cukup tinggi, walaupun

tidak bisa disimpulkan bahwa ini adalah pandangan umum masyarakat, akan tetapi data yang

dihasilkan menunjukkan sesuatu hal yang optimis. Demikian juga dengan sikap dan persepsi

responden dimana keberadaan pandemi telah memberikan positif, mereka mulai terbiasa

dengan hidup sehat, lebih religious, dan memiliki waktu lebih banyak dengan keluarga (grafik

6). Disisi lain, pandemi telah mengganggu ekonomi keluarga dan aktivitas luar rumah yang

biasanya rutin seperti bekerja/kuliah, belanja, nongkrong, dan lainnya (grafik 7). Kejadian

force majeur seperti ini sedikit banyak telah mengubah pola hidup masyarakat menjadi lebih

awas dan waspada namun tetap optimis menatap hari esok.

Implikasi Manajerial

Temuan dalam penelitian bisa menjadi suatu pijakan perlunya national logistic system

sebagai antisipasi kejadian force majeur seperti pandemi, bencana alam, dan lainnya sehingga

panic buying atau consumer hoarding tidak akan mengganggu ketersediaan barang dipasar

yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga. Kecemasan dan kekhawatiran sebagai

awal terbentuknya persepsi masyarakat akan menjadi lebih mudah dikontrol jika media social

ikut mendukung opini positif bagi mereka. Kehadiran Negara dan pemerintah sebagai

penyelenggara ikut mendukung optimisme masyarakat sehingga persepsi masyarakat yang

membentuk optimism semakin tinggi.

Keterbatasan dan Saran

Riset ini memiliki keterbatasan, penelitian dengan statistic deskriptif ini tidak bisa

menjadikan hasil riset dapat disimpulkan secara umum. Riset ini hanya bisa menjangkau

sebanyak 220 responden dalam riset. Dengan kata lain fenomena yang dijelaskan hanya

terbatas pada realita pada 220 responden tersebut. Untuk menutupi kelemahannya kombinasi

pengumpulan data dengan wawancara via media social whatsapp coba dilakukan, akan tetapi

tetap tidak bisa menjadikan riset ini dapat digunakan sebagai bentuk prediksi secara umum.

Walaupun demikian, hasil riset bisa menjadi lebih baik dikarenakan bisa memberikan

penjelasan kualitatif yang diperlukan.

Penelitian ini, sesungguhnya banyak hal yang belum dapat dijangkau dan ditemukan.

Namun sebagai pijakan untuk penelitian berikutnya, ada baiknya sisi psikologis masyarakat

dan pengambil keputusan ikut dipelajari. Pembentukan persepsi dari sisi kecemasan dan

kekhawatiran serta optimisme masyarakat dapat ditelaah dalam penelitian ini, namun belum

menyentuh penyelenggara negara (pemerintah pusat dan daerah) sebagai stakeholder. Hal ini

sebagai bukti komparasi mengenai apa yang diharapkan penyelenggara atas suatu keputusan

dan respon dari masyarakat mengenai keputusan itu sendiri dapat terbuka.

Selain itu, sehubungan dengan kejadian force majeur, seperti pandemic dan bencana

alam lainnya, sebaiknya ikut diamati budaya, norma, nilai, dan kepercayaan yang dianut oleh

masyarakat sekitar dalam beradaptasi dengan perubahan aturan pemerintah. Hal ini penting

untuk diamati seberapa cepat kemampuan masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan.

Pengamatan ini akan semakin lengkap jika studi lintas budaya ikut menjadi titik penting.

Page 39: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nikolas F. Wuryaningrat, Aditya Pandowo, Lydia I. Kumajas

35

Daftar Pustaka

Allison, T., Puce, A., & McCarthy, G. (2000). Social perception from visual cues: role of the

STS region. Trends in Cognitive Sciences, 4(7), 267–278.

https://doi.org/10.1016/S1364-6613(00)01501-1

Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social Psychology (13th ed.). Pearson Education.

Craven, M., Liu, L., Mysore, M., dan Wilson, M., 2020.COVID-19: Implicationsfor business,

McKinsey and Company.

Fang, Y., & Shou, B. (2015). Managing supply uncertainty under supply chain Cournot

competition. European Journal of Operational Research, 243(1), 156–176.

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.ejor.2014.11.038

Hanurawan, F. (2007). Pengantar psikologi sosial. Universitas Negeri Malang.

Kaplan, B. J., Crawford, S. G., Field, C. J., & Simpson, J. S. A. (2007). Vitamins, Minerals,

and Mood. Psychological Bulletin, 133(5), 747–760. https://doi.org/10.1037/0033-

2909.133.5.747

Knoblich, G., & Prinz, W. (2001). Recognition of self-generated actions from kinematic

displays of drawing. Journal of Experimental Psychology: Human Perception and

Performance, 27, 456–465. https://doi.org/10.1037/0096-1523.27.2.456

Kumar, M., Basu, P., & Avittathur, B. (2018). Pricing and sourcing strategies for competing

retailers in supply chains under disruption risk. European Journal of Operational

Research, 265(2), 533–543. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2017.08.019

Passer, M. W., & Smith, R. E. (2009). Psychology: The science of mind and behaviour (4th

ed., Vol. 39, Issue 8). McGraw-Hill. https://doi.org/10.1037/034611

Turambi, R. D., & Wuryaningrat, N. F. (2020). Panic buying perception in Walian Satu Sub-

District, Tomohon City. International Journal of Applied Business and International

Management-Student Edition, August, 1-7.

Wuryaningrat, N.F., Kawulur, A.F., & Kumajas, L.I. 2017. Examining An Endangered

Knowledge Transfer Practice Known As “Mapalus” In An Indonesian Village: Implications For Entrepreneurial Activities And Economic Development. International

Journal Business and Society, 18(S2), 309-322.

Page 40: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

36

Effect Work Discipline, Leadership and Motivation on Staff

Performance in West Java Province Regional Development Office

Achmad Rizal* Universitas Padjadjaran,

Emma Rochima

Universitas Padjadjaran

Mudiyati Rahmatunnisa Universitas Padjadjaran

Cipta Endyana

Universitas Padjadjaran

*[email protected]

Abstract

The performance was the result that was the goal in every organization to achieve its goals. Human resources have a vital position, considering its human resources' quality strongly influences the

organization's performance. Besides, high-quality natural resources were useful in adjusting the

movement of business climate change so quickly. Work discipline, leadership, and motivation were

essential for a company to increase staff performance. This study aims to determine work discipline, leadership, and motivation on staff performance—associative research method with multiple linear

analysis techniques. The study population amounted to 150 respondents; the sampling technique used

purposive sampling, where the number of samples of 60 respondents was calculated using the Slovin formula. The study results show that simultaneously work discipline, leadership, and motivation

significantly influence staff performance. Partially only work discipline and leadership have a

significant effect, while a lack of motivation was significant for staff performance. As one of the

determinants of direction and organizational goals, leaders should control work behaviors and direct them to staff job satisfaction.

Keywords: Work Discipline; Leadership; Motivation; Performance

Introduction

The advancement of technology and information in the current global era has spurred

rapid changes in all aspects, including in an organization. Changes and developments in society

as a result of globalization were conditions that cannot be avoided. The changes were intended

to understand whether the administrative reform process means conducting a series of efforts

that resulted in significant changes in management and organization, personal, administrative

procedures, and the company (Abdullah, 2011; Poorhosseinzadeh & Subramaniam, 2012; Oni-

Ojo, et al, 2015; Ibidunni, et al, 2016; Falola, et al, 2018; Rizal et al, 2020).

West Java actively cooperates with foreign government entities and private actors such

as investors and entrepreneurs from many East Asia and Pacific, Middle East, Europe, Africa,

and America. Throughout 2016 the foreign cooperation was dominated by countries in East

Asia and the Pacific. In the trade sector, the West Java trade balance in general still recorded a

deficit in early 2017, which was IDR.556.68 billion, but this figure decreased compared to the

deficit at the end of 2016, IDR. 26.84 trillion (CSA, 2018).

This condition was due to the trade balance between regions always experiencing a

deficit. At the same time, the foreign trade balance has consistently recorded a surplus since

Page 41: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

37

2014. At the beginning of 2017, West Java's overseas exports increased from IDR.44.93 trillion

to IDR.46.64 trillion. The increase in the rate of growth of overseas exports was far higher than

that of imports. Based on its share, the largest export commodity from West Java in 2017 was

from the textile and textile products (20.1%), followed by vehicles (17.1%), electronics

(15.3%), and chemical (7.5%). Excellent performance in foreign trade was mainly driven by

improving all trade partner countries/regions, both in ASEAN and regional partner countries.

Among all trade partner countries/regions, the highest growth was exported to ASEAN and

East Asia, especially automotive products. Data from the West Java Central Statistics Agency

(CSA), West Java, has 13 trading partners, including East Asian countries. To increase exports,

the West Java local government was also active in inviting business people and associations,

SMEs, and coordinating with Indonesian representatives and market sounding with investors,

and actively developing overseas market cooperation and development networks through

overseas exhibitions and promotions (CSA, 2018; CSA, 2019).

Figure 1. West Java Province Map (Rizal et al, 2020).

Based on the West Java Regional Government Implementation Report (RGIR) data in

2016, the realization of foreign investment in West Java was ranked number one at the national

level, with the value of the foreign investment in West Java reach IDR.72.87 trillion. Besides,

based on the Indonesian Investment Coordinating Board (IICB), in the investment sector in

general, West Java was still the leading province of foreign investment in line with the many

industries and industrial estates developed in West Java. Support for implementing the

Economic Policy Package, especially in facilitating investment and licensing arrangements,

was an attractive factor for foreign investment in West Java. Based on the West Java

government's data, foreign investment in West Java was dominated by investors from East

Asian countries like Japan, China, and Hong Kong. Foreign investment from Japan includes

the automotive industry and the electronics industry. West Java's regional budgeting

Page 42: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

38

expenditure growth improved in 2017 along with the acceleration of strategic infrastructure

project in West Java such as highway project Cileunyi - Sumedang - Dauwan (Cisumdawu),

Soreang-Pasir Koja (Soroja) Toll Road, Cimanggis Cibitung Toll Road, Jakarta – Bandung

high-speed rail, Airport International Kertajati, and LRT (CSA, 2018; CSA, 2019; Rizal, 2020).

The construction of this infrastructure also attracts new foreign investors. After West

Java conducts market sounding, at least 40 investors from various countries want to invest in

West Java. In attracting foreign investment to West Java, the West Java government established

The West Java Incorporated (WJI) to increase economic competitiveness and create a

conducive investment climate. The West Java government was also active in conducting

foreign cooperation, including sister province cooperation with subnational governments of

East Asian countries such as West Java Province - Shizuoka Prefecture (Japan), West Java -

Geyong Sangbuk Province (South Korea). Some cities in West Java also have sister city

cooperation with countries in the East Asia Region such as Bogor - Shenzhen (China), Bandung

- Suwon (South Korea), Bandung - Luzou (China), Bandung - Yingkou (China). During 2015-

2018 several East Asian countries they were also conducting sister cities cooperation in West

Java, such as Tainan (Taiwan), Kisarazu (Japan), Chongzuo Guangxi (China) with Bogor City,

Hamamatsu (Japan) with Bandung. These collaborations encourage investment opportunities

in various fields, not only economically but also socio-cultural and educational (CSA, 2018;

CSA, 2019).

The West Java provincial office was one of Indonesia's regional governments has been

active in international relations practice. West Java actively cooperates with foreign

government entities and private actors such as investors and entrepreneurs from many East

Asia countries. For organizations that provide services to the public or the community, staff

performance can be seen from how they provide services to the community. This study was

considered essential to work discipline, leadership, and motivation towards staff performance

at The West Java provincial office.

Literature review

Leadership Style

Leadership style is a pattern of behavior designed in such a way as to influence

subordinates to maximize the performance of their subordinates so that organizational

performance and organizational goals can be maximized. Delery's research (2016) states that a

leader must apply a leadership style to manage his subordinates because a leader will

significantly affect the organization's success in achieving its goals. A good leader must hear

the ideas and aspirations conveyed by his employees before making a decision.

Motivation

Motivation in organizational life, encouraging a form of morale for subordinates is

essential to improve employee performance. Dhar (2015) states that motivation comes from

the Latin word “movere”, which means encouragement or giving a driving force that creates

someone's work enthusiasm so that they are willing to work together, work effectively, and

integrate with all their power and efforts to achieve satisfaction. According to Grissemann et

al. (2013), motivation is a factor whose presence can lead to job satisfaction and improve

employee performance.

Page 43: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

39

Work Discipline

Lee & Hyun (2016) argues that discipline is an attitude, behavior, and actions following

the company's regulations, both written and unwritten. The goals of work discipline, according

to Lyria (2017), are as follows:

a. Employees have a high sense of concern for the achievement of company goals.

b. High morale, work passion, and employee initiative to carry out work

c. The amount of responsibility for employees to carry out their duties properly.

d. Develop a sense of belonging and a high sense of solidarity among employees.

e. Increased work efficiency and productivity of employees.

Based on the objective, employee work discipline must be enforced in an organization.

Without good employee organizational support, it is difficult for the organization to achieve its

goals. d. Employee Performance Every employee is required to make a positive contribution

through good performance, considering that organizational performance depends on its

employees' performance. Poorhosseinzadeh & Subramaniam (2012), in their research, states

that employee performance is work performance, namely the comparison between work results

seen in real terms with the organization's work standards. Meanwhile, according to Carlborg et

al. (2014), employee performance has been produced by individual employees. Ueno (2014)

argues that employee performance is how much they contribute to the organization, which can

be seen from the quality of work, attendance level, work completion period, cooperation with

colleagues, and target achievement.

Method

The research method used in this research was associative research. Associative

research aims to determine the influence of the relationship between two or more variables.

The population in this study was the staff at The West Java provincial office, amounting to 150

people. Sampling was used as the non-probability method, namely purposive sampling.

Prospective respondents have explained the indicators in the form of a statement that the

research results of respondents obtained from the sample will represent the nature - the nature

of the population.

Analysis Methods include: Classical Assumption Test Testing, classical assumptions

made were (a) Normality test, Normality test aims to test whether, in the regression model,

confounding variables or residuals have a normal distribution, (b) Multicollinearity Test for

Multicollinearity Analysis If the VIF value was more than 10, it can be said that there was

multicollinearity. (c)The heteroskedasticity test was used to determine whether the residual

variant was not the same for all observations, which causes the estimator to be inefficient, and

the coefficient of determination will be very high. If from observation, there were different

variants, it was called heteroscedasticity. In other words, this test was intended to see the square

of the distribution points of the regression line (De Jong, & Vermeulen, 2006; Crossan &

Apaydin, 2010; Sofat, 2012; Chiang & Hsieh, 2012; Ueno, 2014; Anna et.al, 2017).

Hypothesis Testing Hypothesis testing uses: (a) Multiple Linear Regression Analysis,

Multiple linear regression analysis was a general statistical method used to examine the

relationship between a dependent variable and several independent variables. (b) Correlation

Coefficient (R) This analysis was used to measure the level of the relationship between the

independent variable (X) and the variable (Y). (c) The coefficient of determination (R2) The

Page 44: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

40

coefficient of determination was needed to measure how much influence the independent

variable (X) has on the dependent variable (Y). (d) F test was used to test the independent

variable regression coefficients' significance level on the dependent variable. (d) The t-test was

used to test the effect of partially independent variables or each with the test criteria.

Results and Discussion

Human resources were the main factor in an organization. In achieving its objectives,

an organization needs human resources as a system manager. For this system to work, its

management must pay attention to several important aspects: leadership, motivation, work

environment, performance, and other aspects. Those aspects will make human resource

management an important indicator of effective and efficient organizational goals. The

performance was the answer to the success or failure of the stated organizational goals, can be

improved by providing an excellent example of a leader. The motivation was a staff's response

to several statements regarding the overall business that arises from within the staff so that a

growing urge to work and the desired goals can be achieved. And with high work discipline

can affect him can work his work while working. Efforts to create excellent and effective

performance in this office have not been optimal because several obstacles were faced. These

constraints, such as staff absenteeism, where there was still staff who arrive late and leave early

and even working hours, were often not visible (Lee & Choi, 2003; By & Dale, 2008; Delery,

2016; Lyria, 2017).

In the globalization context, transparency and human rights were central demands. No

country escaped the wave of change. All countries, especially developing countries, face new

challenges for change or renewal that will affect humanity's lives. Indonesia was one of the

developing countries that were currently actively implementing development in all fields to go

to a new Indonesia, national development. It was essential to realize a just and prosperous

society in the Republic of Indonesia's Unitary State on Pancasila. The 1945 Constitution

Development was carried out to improve all Indonesians' standard of living and welfare and

lay a strong foundation for developing development covering the economic, socio-cultural,

political, and security, and technology fields. The development of science and technology,

which was characteristic of the globalization era, will exponentially change humans' way and

lifestyle quickly. Human resource management was an essential aspect to support the

sustainability of a company. In the organization or company setting, human resource

management needs to be directed to a model that can attract all the potential of human resources

for the benefit of the organization or in other words, the management of human resources must

be directed at efforts that can explore the potential of human resources to make a positive

contribution to the company or organization (Chang, et al, 2011; Chang, et al, 2011;

Cadwallader et al, 2010; Carlborg et al, 2014; Rizal et al, 2018; Rizal & Nurruhwati, 2019).

Competitive advantage will be achieved if the management can manage the heart of the

company's activities by encouraging its human resources or better known as staffs, correctly

and precisely, because basically, these staffs were an essential component for the company to

create competitiveness that provides more quality for shareholders and customers in general.

The success or failure of an organization in realizing its objectives depends significantly on its

human resources. Although an organization has other useful resources, sophisticated work

equipment, the right methods, and a large budget, if the human resources were not qualified

and do not get serious management, the organization will experience difficulties in achieving

its goals. This situation shows that human resources have an essential role in organizational

growth and development because of the potential that exists in humans, such as talent,

Page 45: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

41

creativity, desire, and work activities (Davidson, et al., 2010; Chang, et al, 2011; Rizal et al,

2019).

Multiple Linear Analysis

Measure the level of the relationship between independent variables (X) and variables

(Y). The correlation analysis results (r) obtained a value of 0.878, which shows the relationship

between work discipline and motivation with staff performance at The West Java provincial

office was powerful at 87.8%. The coefficient of determination of 0.771 was described to see

the magnitude of all independent variables' contribution to the dependent variable. This figure

shows the magnitude of independent variables' contribution to work discipline, leadership, and

motivation on the dependent variable staff performance by 77.1%, while the remaining 22.9%

was caused by other factors not included in the model.

Table 1. Results of Multiple Linear Analysis

Variable B T-Test Sig. Statistical

decision

Constant 1.437

Work discipline

(X1)

0.458 4.861 0.000 significant

Leadership (X2) 0.415 3.812 0.000 Significant

Motivation (X3) 0.025 0.250 0.803 Not

significant Source: Processed Data of Primary Data

Table 2. Results of Summary Statistical Test

Coefficient Results F-Test Results

R 0.878 F Tests 62.730

R Square (R2) 0.771

Adj R Square (Adj

R2)

0.758 Sig. F 0.000

Source: Processed Data of Primary Data

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε

Staff performance: 1.437 + 0.458X1 + 0.415 X2+ 0.025 X3 + e

The multiple linear regression equation above can explain that:

1. a constant value of 1.437 means that if the variables of work discipline, leadership, and

motivation were considered 0 (zero) or ignored, then staff performance at The West Java

provincial office was 1.437.

2. A value of 0.458 X1 means that if the work discipline (X1) increases by 1 unit, it increases

staff performance at The West Java provincial office was 0.458, assuming that other

variables were considered constant or constant.

3. A value of 0.415 X2 means that if the leadership variable (X2) increases by 1 unit, it will

also increase staff performance at The West Java provincial office was 0.415, assuming

that other variables were considered constant or constant.

4. Value of 0.025 X3 means, if the motivation (X3) increases by 1 unit, it will also increase

staff performance at The West Java provincial office was 0.025, assuming that other

variables were considered constant or constant.

Page 46: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

42

Hypothesis

Testing Hypothesis Simultaneously (F-Test)

F-test to determine the effect of work discipline, leadership, and motivation on staff

performance at The West Java provincial office then carried out the F test. Hypothesis testing

simultaneously using F numbers. Testing was done by comparing the significant level of the

calculation results with a significant level of 0.05 (5%).

Table 3. Results of F-Test

Model F Sig

1 Regression 62.730 0.000b Source: SPSS Data Processing Output

Dependent variable: STAFF PERFORMANCE

Simultaneous hypothesis testing results (F-Test) with a significant level (Sig) was 0.05

with a value of F 62.730 greater than F table 3.94 with a significant level of 0.000; then, H1

was received. This description means that work discipline, leadership, and motivation affect

staff performance at The West Java provincial office.

Partial Hypothesis Test (t-test)

Partial hypothesis testing was used to determine each variable's effect on work,

leadership discipline, and motivation on staff performance at The West Java provincial office

using the hypothesis test criteria as follows: t-count < t table (0.05), then H0 was accepted so

that H1 was rejected. t-count> t table (0.05), then H0 rejected, and H1 accepted.

Table 4. Results of Test t

Model t Sig

(Constant) 1.437 0.144

Work discipline 0.458 0.000

Leadership 0.415 0.000

Motivation 0.025 0.803

Source: SPSS Data Processing Output

The calculation result can be seen in table 4. The results were as follows:

1. For variable work discipline (X1) t-value 4.861greater than the value t table of 2.790 with

a significant level of 0.000 <a 0.05, H0 was rejected, and H1 accepted. Thus, work

discipline affects staff performance at The West Java provincial office.

Page 47: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

43

2. For the leadership variable (X2), the value of t arithmetic 3.812 was greater than the t table

of 2.790 with a significant level of 0.000 <a0.05; then, H0 was rejected H1 was accepted.

Thus, leadership influences staff performance at The West Java provincial office.

3. For the motivation variable (X3), the value of t-counts was 250 smaller than the t table of

2.790 with a significant level of 0.803> a0.05, so H0 was accepted, and H1 was rejected.

Thus, motivation does not affect staff performance at The West Java provincial office.

Discussion

Effect of Work discipline, Leadership, Motivation on Staff performance

The study results show that simultaneously work discipline, leadership, and motivation

significantly influence the official's performance of The West Java Province. One of the things

that affect staff performance was discipline. Self-discipline was one of several factors that

affect staff performance. Because without discipline, all activities that will be carried out will

bring results that were less satisfactory and not in line with expectations. This factor can lead

to a lack of achievement of the organization's goals and objectives and hamper the

organizational program.

Dhar (2015) defines human resource management as a process of planning, organizing,

directing, and supervising activities of procurement, development, compensation, integration,

maintenance, and release of human resources to achieve individual goals, organization, and

society. Jiang, et al, (2012) states that human resource management was the preparation and

implementation of a coordinated plan to ensure that existing human resources can be utilized

as well as possible to achieve organizational goals.

Work discipline Staff performance

The results of the study show that work discipline affects state performance at The West

Java provincial office. Work discipline showed by staff also influences its performance.

Because with good discipline by following company rules, staff can do their work on time and

do not impede other company work fields.

Discipline was the capital needed to achieve the desired goals. Work discipline was

essential in a company because an organization or agency will carry out its work programs to

achieve the set goals in an atmosphere of discipline. Dotzel, et al (2013) defines discipline as

a form of training that seeks to improve and shape staff knowledge, attitudes, and behavior to

work cooperatively with other staff and improve work performance voluntarily. Jiménez-

Jiménez & Sanz-Valle (2008) states that discipline was an attitude of respect, respect,

obedience, and obedience to applicable regulations, both written and unwritten, capable of

carrying it out and not dodging to accept sanctions if he violates the duties and authority given

to him.

The leadership of Staff Performance

The results of the study show that leadership influences staff performance at The West

Java provincial office. Many practitioners and management experts emphasize the importance

of social roles in determining an institution's success (organization), both in the private and

public sectors.

Page 48: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

44

Leadership was the essence of the organization's management, essential resources, and

the central point of each office administration activity. So, leadership was a significant factor

in driving and influencing leadership organizational performance. Flikkema, et al (2007) and

Grissemann et al (2009) defines leadership as the process of influencing the activities of

individuals or groups to achieve goals in certain situations. Gunday, et al (2011) and

Grissemann et al (2009) suggests that leadership can influence a group towards achieving

goals. These leadership indicators are operational as follows: Telling can tell members what

they should do, Selling the ability to sell/give ideas to other members, participating, namely

the Capacity of participating with members and Delegating, i.e., Capacity of delegate members.

The motivation for Staff Performance

Hu et al (2009) and Jiang, et al, (2012) states that motivation was a force that encourages

staff who raises and directs behavior. Jiang, et al, (2012) defines motivation as a power that

emerges from within or outside a person and arouses enthusiasm and perseverance to achieve

something desired. Motivation workers will affect their productivity and channel

organizational goals as part of a manager's duties. Unfortunately, occur otherwise the evidence

research results show that motivation does not affect staff performance at The West Java

provincial office. Motivation has a close relationship with attitudes and behavior possessed by

someone. Attitudes in each individual interact with values, emotions, roles, social structure,

and environment. Each individual has a different background and attitude towards existing

stimuli, so that the motivation that appears in each individual was different.

This study found that motivation did not significantly influence staff performance.

Increase staff work motivation so that it still needs to be improved. There is a strong indication

that employees' motivation or work motivation to carry out their duties and work more

efficiently is still relatively lacking, as seen in work enthusiasm and enthusiasm, work

discipline, use of tools, materials and time, and other resources owned by the organization. The

intrinsic motivation in nature, namely encouragement or stimulation that comes from the nature

and content of the job or a reward that is directly generated from the performance of a job task,

has not been optimally formed.

In general, the performance was a description of the organization achievements in

operations. An organization needs humans as the primary supporting resources to achieve the

stated goals (Leitner & Guldenberg, 2010). Quality human resources will contribute to

advancing the organization as a place to increase work productivity. The strategic position to

increase organizational productivity was staff, namely individuals who work in an organization

or company (Keegan & Lucas, 2005; Koellinger, 2008; Gallouj & Savona, 2009; Enz, 2009).

Lee & Hyun (2016) defines performance as the quality of work achieved by staff in carrying

out their duties following their responsibilities. Staff performance can be measured by how

much they contribute to the organization. The performance dimensions include quality,

quantity, workplace presence, and cooperative attitude.

Conclusion

This study's conclusion was (1) Work discipline has a significant effect on staff

performance at The West Java provincial office; (2) Leadership has a significant effect on staff

performance at The West Java provincial office; (3) Motivation does not significantly influence

staff performance at The West Java provincial office (4) The analysis results show that jointly

Page 49: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

45

work discipline, leadership, and motivation affect staff performance at The West Java

provincial office.

The main finding was that staff-related work discipline, leadership, and motivation

were crucial for provincial office performance, not only because of the direct effects. The

indirect effects through staff characteristic of other types of performances, and other internal

and external factors, on performance, were statistically significant, except for seasonality. At

the same time, factor work discipline, leadership, and motivation directly influence staff

performance, which underlines their importance. When both direct and indirect relationships

are considered together, staff related to work discipline, leadership, and motivation have the

most substantial positive total effects on provincial office performance. Further research needs

to identify the precise types and combinations of staff-related work discipline, leadership, and

motivation that most effectively support provincial office performance.

References

Abdullah, S. (2011) “Evaluation of Allen and Meyer's organizational commitment scale: a

cross-cultural application in Pakistan”. J. Educ. Vocat. Res. 1 (3), 80-92.

Anna, Z. Suryana A.A.H. Maulina, I. Rizal, A. & P Hindayani. (2017) “Biological parameters

of fish stock estimation in Cirata Reservoir (West Java, Indonesia): A comparative

analysis of bio-economic models”. Biodiversitas Journal of Biological Diversity 18 (4)

1468-1474.

By, R. T., & Dale, C. (2008) “The successful management of organisational change in tourism

SMEs: Initial findings in UK visitor attractions”. International Journal of Tourism

Research, 10(4), 305–313.

Cadwallader, S., Jarvis, C. B., Bitner, M. J., & Ostrom, A. L. (2010) “Frontline employee

motivation to participate in service innovation implementation”. Journal of the

Academy of Marketing Science, 38(2) 219–239.

Carlborg, P., Kindström, D., & Kowalkowski, C. (2014) “The evolution of service innovation

research: A critical review and synthesis”. The Service Industries Journal, 34(5), 373–398.

Chang, S., Gong, Y., & Shum, C. (2011) “Promoting innovation in hospitality companies

through human resource management practices”. International Journal of Hospitality

Management, 30(5) 812–818.

Chang, Y.-Y., Hughes, M., & Hotho, S. (2011) “Internal and external antecedents of SMEs'

innovation ambidexterity outcomes”. Management Decision, 49(10), 1658–1676.

Chiang, C.F., & Hsieh, T.S. (2012) “The impacts of perceived organizational support and

psychological empowerment on job performance: The mediating effects of

organizational citizenship behaviour”. International Journal of Hospitality

Management, 31(1), 180–190.

Crossan, M. M., & Apaydin, M. (2010) “A multi-dimensional framework of organizational

innovation: A systematic review of the literature”. Journal of Management Studies,

47(6), 1154–1191.

Central Statistics Agency (CSA). 2018 West Java Province in Number (Provinsi Jawa Barat

Dalam Angka). West Java Central Statistics Agency.

Central Statistics Agency (CSA). 2019. West Java Province in Number (Provinsi Jawa Barat

Dalam Angka). West Java Central Statistics Agency.

Page 50: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

46

Davidson, M. C. G., Timo, N., & Wang, Y. (2010) “How much does labour turnover cost? A

study of four- and five-star hotels”. International Journal of Contemporary Hospitality

Management, 22(4) 1–31.

De Jong, J. P. J., & Vermeulen, P. M. (2006) “Determinants of Product Innovation in small

firms. A Comparison across Industries”. International Small Business Journal, 24(6)

587–609.

Delery. J.E. (2016). “Human resource management practices and organizational effectiveness:

internal fit matters”, J. Organ. Effect.: People Perform 3 (2), 30-45.

Dhar, R. L. (2015) “The effects of high-performance human resource practices on service

innovative behaviour”. International Journal of Hospitality Management, 51, 67–75.

Dotzel, T., Shankar, V., & Berry, L. L. (2013) “Service innovativeness and firm value”.

Journal of Marketing Research, 50(2) 259–276.

Enz, C. (2009) “Key issues of concern in the lodging industry: What worries managers”.

Cornell Hospitality Report, 9(4), 1–17.

Falola, H.O., Salau, O.P., Olokundun, A.M. Oyafunke-Omoniyi, C.O., A.S. Ibidunni, &

Oludayo, O.A. (2018) “Employees' intrapreneurial engagement initiatives and its

influence on organizational survival”. Bus.: Theory Pract. 19, 9–16.

Flikkema, M., Jansen, P., & Van der Sluis, L. (2007) “Identifying neo-Schumpeterian

innovation in service firms”. Economics of Innovation and New Technology, 16(7) 541–558.

Gallouj, F., & Savona, M. (2009) “Innovation in services: A review of the debate and a research

agenda”. Journal of Evolutionary Economics, 19(2), 149–172.

Gomezelj, D. O. (2016) “A systematic review of research on innovation in hospitality and

tourism”. International Journal of Contemporary Hospitality Management, 28(3), 516–558.

Grissemann, U., Plank, A., & Brunner-Sperdin, A. (2013) “Enhancing business performance

of hotels: The role of innovation and customer orientation”. International Journal of

Hospitality Management, 33(1), 347–356.

Gunday, G., Ulusoy, G., Kilic, K., & Alpkan, L. (2011) “Effects of innovation types on firm

performance”. International Journal of Production Economics, 133(2), 662–676.

Hu, M.-L. M., Horng, J.-S., & Sun, Y.-H. C. (2009) “Hospitality teams: Knowledge sharing

and service innovation performance”. Tourism Management, 30(1), 41–50.

Ibidunni, O.S. Osibanjo, A.O. Adeniji, A.A. Salau, O.P. & Falola, H.O. (2016) “Talent

retention, and organizational performance: a competitive positioning the Nigerian

banking sector, Period”. Polytech. Soc Manag. Sci. 24 (1) 1–13.

Jiang, K., Lepak, D. P., Hu, J., & Baer, J. C. (2012) “How does human resource management

influence organizational outcomes? A meta-analytic investigation of mediating

mechanisms”. Academy of Management Journal, 55(6), 1264–1294.

Jiménez-Jiménez, D., & Sanz-Valle, R. (2008) “Could HRM support organizational

innovation?”. International Journal of Human Resource Management, 19(7), 1208–1221.

Keegan, S. N., & Lucas, R. (2005) “Hospitality to hostility: Dealing with low response rates in

postal surveys”. International Journal of Hospitality Management, 24(2) 157–169.

Koellinger, P. (2008) “The relationship between technology, innovation and performance:

Empirical evidence from E-Business in Europe”. Research Policy, 37(8), 1317–1328.

Lee, H. & Choi. B. (2003). “Knowledge Management Enablers, Processes, and Organizational

Performance: An Integrative View and Empirical Examination”. J. Manag. Inf. Sys. 20

(1), 179–228.

Page 51: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Achmad Rizal, Emma Rochima, Mudiyati Rahmatunnisa, Cipta Endyana

47

Lee, K.-H., & Hyun, S. S. (2016) “An extended model of employees' service innovation

behavior in the airline industry”. International Journal of Contemporary Hospitality

Management, 28(8), 1622–1648.

Leitner, K. L., & Guldenberg, S. (2010) “Generic strategies and firm performance in SMEs: A

longitudinal study of Austrian SMEs”. Small Business Economics, 35, 169–189.

Li, M., & Hsu, C. H. C. (2016) “A review of employee innovative behavior in services”.

International Journal of Contemporary Hospitality Management, 28(12), 2820–2841.

Lyria. R.K. (2017) “Role of Talent Management on Organization Performance in Companies

Listed in Nairobi Security Exchange in Kenya: Jomo Kenyatta University of Science

and Technology”. International, J. Humanit. Soc. Sci. 3 (21) 285–290.

Oni-Ojo, E.E. Salau, O.P. Dirisu, J.I. & Waribo, Y.J. (2015) “Incentives and job satisfaction:

its implications for competitive positioning and organizational survival in Nigerian

manufacturing industries”, Am. J. Manag. 15 (2), 74–87.

Poorhosseinzadeh, M.I.D. & Subramaniam. (2012) “Determinants of successful talent

management in MNCs in Malaysia”, J. BasicAppl. Sci. Res. 2, 12-24.

Rizal, A & Nurruhwati, I. (2019) “Analysis of the effect of city growth on the development of

the hinterland region In Cianjur Regency”. World Scientific News, 115, 260-26.

Rizal, A. Andriani, Y. & Kusumartono, F.X. (2019) “A Strategic Environmental Assessment

for Southern Coastal of West Java Province, Indonesia”. World Scientific News 137

188-209.

Rizal, A., Apriliani, I M. & Permana R. (2020) “Assessment the Impact of Fiscal and Monetary

Policy on West Java Province of Indonesia: A Computable General Equilibrium

Analysis”. World scientific news 150, 162-181.

Rizal, A Dhahiyat,Y Andriani, Y Handaka, AA & Sahidin, A. (2018) “The economic and social

benefits of an aquaponic system for the integrated production of fish and water plants”.

IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 137 (1) 012098

Sofat, S. (2012) “Effect of motivation on employee performance and organizational

productivity, BIZ N. BYTES–Q”. Publ. J. Appl.Manag. Comput. Sci. 15 (6), 79-90.

Ueno. (2014) “Developing a conceptual model illustrating how HRM practices support each

other in order to improve service quality”, Procedia - Soc, Behav. Sci. 14 (8) 24–31.

Page 52: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

48

The Impact of Leverage on Investment for Firms Listed in the Indonesian

Stock Exchange

Sri Hermuningsih

University of Sarjanawiyata Tamansiswa

Pristin Prima Sari

University of Sarjanawiyata Tamansiswa

Anisya Dewi Rahmawati

University of Sarjanawiyata Tamansiswa

[email protected]

Abstract

Food and beverage firms listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) that have opportunities to

grow and develop and predicted to be improved. Food and beverage firms needed by mankind

because of basic ingredient. Food and beverage firms engaged in manufacturing products and

ordering to obtain large profits. Achieving these objectives, management need high level of

effectiveness that is required. Firm management faced by various kinds of corporate financial

decisions, one of which is investment decisions. Investment decision must consider factors such

as the leverage ratio. The main adjective is to examine and obtain evidence about the impact

of leverage on investment decisions in a food and beverage firm listed on the Indonesian Stock

Exchange. The study used a quantitative approach with purposive sampling technique. The

population used in this study were food and beverage firms from 2015 to 2019. The TKT

achievement was TKT 6. The results have finding that leverage with the DAR proxy have a

significant positive impact on investment. The greater the leverage, the greater the firm's

investment. Research have beneficial for firm shareholders who consider their investment, and

also for firm management for developing corporate leverage and investment.

Keywords: Leverage, and investment decisions

Research Background

Economic growth definited by firm management for gaining more effective and

efficiently in firm stability and survival in business competition, especially for firms listed in

capital market. Firm management conducted by maximize the welfare of shareholders through

the authority given to make decisions which include investment decisions. Competition in

emerging market encourage better business strategic for survive or becoming market leader.

Investment project will be main important in that competition. Investment project included in

plant, property and equipment that is developing research and development programme.

Investment make important economic activity in financial management. Investment decision

obtained in the future production of goods and services, expansion of market share, profit and

so on. Tandelilin (2011) Investment decisions determined funds and resources for future

benefits. A Lack of investment decisions strengthen worse performance and market value. The

higher growth indicated better investment opportunity.

There were different ways to gaining investment project such as funding decision.

Funding decision contains debt and equity. Firm management have several choices and reason

Page 53: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

49

for debt and equity. Funding from debt expected have positive impact on investment project.

Increasing debt is expected to gaining better firm performance.

Leverage contains comparation of debt and asset. The higher leverage is the greater of

risk and the greater of profit that is expected. Leverage determined whether the investment will

use capital originating from within the firm (eg cash, profit) or use sources of capital from

outside the firm, namely debt. Funding decisions are used for corporate investment activities

(Hanafi, 2016). Financial leverage is a component of debt, stock equity and preferred stock that

is used to finance the firm's total assets, operations and financial growth (Goel et al., 2015).

Firms can hold small amounts of cash and use the funds obtained from debt for firm

investments, so that the relationship between debt policy and firm investment is positive.

Wijaya and Murwani (2011) show that leverage has a positive effect on investment decisions.

Based on the background of the problem, the researcher conducted a study on The impact of

leverage on investment in firms listed on the Indonesian stock exchange.

The main interest of study is that we provide some findings in impacts of investment

decisions on food and beverage firms listed in the Indonesian stock exchange. The Main

Adjective of this study is to identify what investment decisions are in food and beverage firms

listed on the Indonesian stock exchange. The research benefits, among others, are for investors,

being able to find out the investment opportunities that exist within each firm and choosing the

right firm to invest their capital, especially to determine the issuer's tendency to make

investment decisions, for the firm to provide additional information and can be used as

consideration. in determining investment decisions to be taken, for further research for

reference in producing reference sources related to investment decisions. This study organized as follows. In the first section, we collect difference empirical studies in

leverage and investment. In the second section, we make line previous studies and theory, and how it

can influence future investment opportunity, then how it can apply to empirical studies. We follow with

a description of our methodology, and then discussion our findings. We subsequently interpret our case

findings in terms of leverage and investment opportunity, and strengthen on existing theories.

Literature Review

Agency Theory

Agency theory showed the management as the agent and the shareholder as the

principal builds a cooperation contract to gain high profit for stockholders (Fahmi, 2014: 19).

Agency theory included agency cost because of different interest between management and

stockholders. Stockholder must control management action by gaining commisaris

independent or managerial ownership that called agency cost.

Capital Structure Theory

Ross (1977) in Hanafi (2008) found signalling theory that debt have positive signal for

market in developing business. Trade off theory found that debt ratio have bankcruptcy cost

and tax saving. Pecking order theory found that internal funding is a better choice than ecternal

funding. Internal funding such as retained earning and stock ownership. MM Theory stated that

leverage firms and unleverage firms have same value without tax (Hanafi, 2008).

Page 54: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

50

Food and beverage firms

Food and beverage firms have large opportunities to grow and sustain. Food and

beverage firms included consumer goods sector in IDX which have high competitive

advantages and better investment decision than other sectors. Food and beverage sectors tend

to have lower risk than others.

Investment Decisions

An investment decision showed a better investment opportunity in the future benefits.

Investors make investment in real assets or capital market. Herdiyanti (2018) found that

Investment make an effort to gain the wealth in future. The investment objective created a

sustainability in investment, maximum profit, prosperity for shareholders and contribute to the

development of the nation. However, Fahmi (2014) showed several steps that must be taken in

investing, namely 1) setting investment targets; 2) making investment policies; 3) choosing a

portfolio strategy; 4) selecting assets; and 5) measuring and evaluating performance. This study

presents investment decisions by using firm capital to gain firm assets which include current

assets, fixed assets and other assets thus increase firm productivity and profits.

Nurcahyani and Suardhika (2017) found the investment formula using the Investment

Opportunity Set (IOS) with a proxy for fixed assets to total assets. Hidayah (2015) using the

Investment opportunity Set (IOS) with investment to net sales. So this study uses the

measurement of investment variables with IOS with investment to net income as a proxy. Table 1 Previous Researchs

No Researchers Results Variable

1. Moeljono and

Alfianto (2020)

investment opportunity set (IOS) and

leverage have positive impact on cash

dividend

IOS = Market to book

value

2. Santosa, Raharjo,

Jumaedi, Mulyono

(2020)

Investment have impact on advantage

value batik industry center

Return Investasi ->

NPV = [Present value

of benefits] – [Value

of investments]

3. Myers (1984) IOS Myers (1984) is combination

between activa (assets in place)

and future investment

Fixed Aktiva =

investment

opportunity

4. Bismark, Pasaribu

Dan Kowanda (2013)

Bismark, Pasaribu Dan Kowanda

(2013) found that Leverage,

profitability and likuidity as a

determination funding decision that

impact on growth called investment

opportunity set (IOS).

Growth = investment

opportunity set (IOS).

5. Pertiwi, Tommy,

Tumiwa (2016)

Pertiwi, Tommy, Tumiwa (2016) used

PER for investment opportunity set

(IOS).

Investment

opportunity set (IOS)

= price to earning

ratio (PER)

Page 55: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

51

No Researchers Results Variable

6. Sandiar (2017) Sandiar (2017) found that leverage

and debt maturity have negative

impact on investment decision, thus

growth opportunities have positive

impact on investment decision.

growth opportunities does not

moderate on leverage and investment

decision, then growth opportunities

have moderation debt maturity on

investment decision.

Investment = Net

Investment/(Fix asset

t – Fix asset t-1) And

Growth Opportunity

used Tobin-Q

Sources : articles of journal

Leverage

Leverage contain the ability using assets or funds to gain fixed expenses. The greater

the level of leverage indicates that the greater the risk that must be borne by the firm and the

greater the level of profit that is expected to be obtained by the firm. The leverage ratio used in

this study is Debt to Asset Ratio (DAR), this is because this ratio is a ratio that compares debt

to assets, where investment decisions are decisions to purchase assets so that there is

compatibility between the two variables. Based on the value of the Debt Assets to Ratio (DAR),

it can also be seen how much assets are financed by debt and to determine further investment

whether to use debt as a source of capital. Sandiar (2017) found that leverage have negative

effect on investment opportunities.

Hypothesis of the Impact of Leverage on Investment

Leverage is a source of firm funding that can be used for firm investment. Sources of

funds used for profitable investment can increase the firm's assets. The greater the source of

funds the firm gets, the greater the opportunity for the firm to invest. Wijaya and Murwani

(2011) that leverage has a positive effect on investment. Thus, the research hypothesis is as

follows:

Hypothesis: Leverage has a significant positive effect on investment.

Theoretical Framework

Figure 1 Theoritical Framework (Wijaya and Murwani, 2011)

Leverage Investment

Decision

Page 56: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

52

Research Methodology

Research design

The study uses quantitative method with statistic analysis. Our study collected annual

financial statement data from food and beverage firms listed in Indonesia Stock Exchange in

period 2015-2019. They were AISA, ICBP, INDF, MYOR, PSDN, ROTI, SKBM, SKLT,

STTP, and ULTJ.

Data And Technique Sampling

The study used purposive sampling method, namely the technique of determining the

sample by using certain criteria (Sugiyono, 2012: 122). The sample criteria in this study are

food and beverage firms that have a complete report for the period 2015 to 2019. Based on

these criteria, there are 10 samples from the food and beverage firm. The data in this study are

secondary data, in the form of leverage and investment decisions.

Research Variables

The dependent variable is the variable that is affected or that is the result, because of

the independent variable. The dependent variable in this study is investment decisions using

the Investment Opportunity Set (IOS) proxy (Hidayah, 2015).

Invesment to net sales = Investasi …(1) --------------

Net Sales

Or

Invesment to net sales = Investasi …(2) --------------

Income

Independent variable

Independent variable is variable that affect or cause changes or the emergence of the

dependent variable. The independent variable in this study is leverage using a proxy debt to

total assets (DTA) by Goel (2015).

Debt to total asset = Debt …. (2) -----------------

Total asset

Data Analysis Techniques

Data management in this study will be processed using the Microsoft Excel program,

Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 18. Descriptive statistical test is used to

determine the impact of leverage on investment decisions in food and beverage firms listed on

the Indonesian Stock Exchange. The classical assumption test is a test used to determine

whether the multiple regression model used in this study meets the classical assumption or not.

Page 57: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

53

The classical assumption tests used are: normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity

test and autocorrelation test. The Regression Equation as follows :

Yi = α + β1 X1 + е

Information :

Yi = The dependent variable of firm I's investment decision in period t

α = constant 1 = the independent variable leverage

β1, = parameter / regression coefficient е = error term

Results And Discussion

Statistic Deskriptive The study produced 60 observational data from 10 firms on the Indonesia Stock

Exchange in 2019-2014. The variables used are leverage as proxied by debt to total assets

(DAR) and Investment Opportunity Set (IOS) using investment to income as a proxy.

Table 2 shows that the average leverage value is 51.6% and IOS 47.7%, the maximum

leverage value is 2.89 and IOS 93%, while the minimum leverage value is 14% and IOS is -

48.5%. The negative IOS number was obtained because there were firms that suffered losses

in the observation year.

Table 2. Statistic Descriptive

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

DAR 60 .1400 2.8900 .516167 .3844216

Investoincome 60 -.4858 .9399 .477174 .2683643

Valid N (listwise) 60

Source : SPSS processed (2020)

Classical Assumption Test Results

1) Normality Test

Normality test using the histogram image figure 2. Figure 2 shows that the sample data

is normality. Santosa (2008) stated that Balancing histogram means normality.

Page 58: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

54

Figure 2 Histogram Normality(SPSS,2020)

Heteroskedastisity Test

Heteroskedastisity test using scatterplot in figure 3. Figure 3 show that scatterplot spread

means heteroskedastisity. Santosa (2008) stated that scatterplot spread thus data becomes

heteroskedastisity.

Figure 3 Scatterplot Heteroskedastisity(spss,2020)

Autocorelation Test

The autocorrelation test uses the Durbin-Watson results that the DW value shows the

number 1.848. According to Santosa (2008) the autocorrelation-free value is the DW -2 to +

2. Then the results of the study the DW value is 1.848 < 2 thus the sample data is free of

autocorrelation. Durbin Watson Results in Table 5.

Multicoleration

Multicorrelation test using VIF value. The VIF value and tolerance are 1. VIF value

show in table 7. Table 3 show that correlation value is 0,281 means positive sufficient value

(Sarwono, 2011). Positive correlation means one way correlation between leverage and

investment. If leverage increase thus investment will increase.

Page 59: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

55

Table 3 Correlations

Investoincome DAR

Pearson Correlation Investoincome 1.000 .281

DAR .281 1.000

Sig. (1-tailed) Investoincome . .015

DAR .015 .

N Investoincome 60 60

DAR 60 60

Source : spss processed (2020)

Table 4 Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) DAR

1 1 1.804 1.000 .10 .10

2 .196 3.037 .90 .90

a. Dependent Variable: Investoincome

Result of the coefficient of determination

Table 5 shows the results of the coefficient of determination using the adjusted R square

number. The value of Adjusted R square of 6.3% means that the leverage variable can affect

the investment variable by 6.3%, while 94.7% of the investment variable is influenced by

variables outside the research model.

Table 5 Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .281a .079 .063 .2597726 1.848

a. Predictors: (Constant), DAR

b. Dependent Variable: Investoincome

F Test Results

The F test answers the relationship simultaneously or jointly between variables. Table

6 shows that the F number is 4,967 and a significance value of 0.03 means that the leverage

Page 60: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

56

variable (DAR) has a significant positive effect on investment. The significance value of 0.03

is less than 5%, so leverage has a significant impact on investment. The greater the leverage,

the greater the firm's opportunity to invest. Firm debt is used for investment activities.

Table 6 ANOVA

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .335 1 .335 4.967 .030b

Residual 3.914 58 .067

Total 4.249 59

a. Dependent Variable: Investoincome

b. Predictors: (Constant), DAR

The Results of Hypothesis (t-test)

Hypothesis test used t test to solve problems and answers research objective. The results

showed that leverage have significant effect on investment. Table 7 showed t value is 2,229 and

probability is 0,030 that leverage is significant influence to investment. The formula of regression as

follow in table 7 which is Y= 0,376 + 0,281 DAR + e .

Table 7 t test (Coefficientsa )

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .376 .056 6.660 .000

DAR .196 .088 .281 2.229 .030 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Investoincome

Discussion

The study found that leverage with the proxy debt to total assets (DAR) have a

significant positive effect on investment. The firm's leverage that comes from debt can have an

impact on the firm's investment. Firm debt is used for firm investment. The bigger the firm's

debt, the greater the firm's investment opportunity. The research sample firms show that the

debt held is proportional to the investment used. The results of the study are the same as the

hypothesis so that the research hypothesis is accepted. This study is the same as Wijaya and

Murwani's research (2011) where debt has a good impact on investment.

Page 61: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

57

Based on table 4.6, the research implication is that leverage has a good impact on investment

decisions. Leverage encourages increased investment decisions.

Table 8. Hypothesis Results

Hyphotesis Sig Note Implication

Leverage -> Investment Decision 0,030 Accepted Leverage have positive impact

on investment decision

Source : spss processed (2020)

Conclusion

The study provide finding that leverage has a significant positive effect on investment

of consumer sector in Indonesia Stock Exchange. Investment funding source comes from

financial leverage. Financial leverage means debt or external funding. The bigger the debt thus

the bigger the firm's investment.

Suggestions

The firm takes advantage of the leverage from debt for investment opportunities so that

the firm's income will also increase. We recommend that firms minimize losses due to tax

payments because the losses recorded by the firm come from after tax income. Firm

management take control cost of debt in leverage funding decision for valuable investment.

Research Limitations

This study uses measurement variables and a limited number of samples and variable

thus it cannot find the overall impact on firm investment. We provide findings in the limited

time of observations. The more variable maybe will find more findings.

Aknowledgement

1. Community service of Sarjanawiyata Tamansiswa University

2. Economic student of Sarjanawiyata Tamansiswa University

Daftar Pustaka

Bismark, Rowland; Fernando Pasaribu Dan Dionysia Kowanda. (2013). Kesempatan Investasi

Dan Determinan Kebijakan. Pendanaan Perusaahaan Publik Indonesia. Akrual 5 (1)

(2013): 1-25 e-ISSN: 2502-6380, http://fe.unesa.ac.id/ojs/index.php/akrl

Fahmi, Irham. (2014). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta

Goel, Utkarsh et al. (2015) . Operating liquidity and financial leverage: Evidences from Indian

machinery industry. Procedia - Social and Behavioral Sciences 189 ( 2015 ) 344 – 350.

Hanafi, Mamduh. (2016). Manajemen Keuangan Edisi 2. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Herdianti Wiwit, Husaini A. (2018) . Pengaruh Leverage, Kepemilikan Manajerial Dan

Kepemilikan Institusional Terhadap Keputusan Investasi (Studi Pada Perusahaan

Page 62: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Bulan Desember 2020

Sri Hermuningsih, Pristin Prima Sari, Annisa Dewi Rahmawati

58

Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2016). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB. Vol. 55 No. 2.

Lang, L.H.P., Ofek, E., Stulz, R.M. (1996). Leverage, Investment, And Firm Growth. Journal

Of Financial Economics 40, 3-29.

Moeljono Dan Alfianto, Nasron. (2020). Peran Size Dalam Memoderasi Pengaruh

Profitabilitas, Invesment Oppourtunity Set Dan Leverage Terhadap Kebijakan

Dividend. Jurnal Ekobis Unisula, Vol 11, No 1 Januari (2020)

Pertiwi, Putri Juwita; Tommy, Parengkuan; Dan Tumiwa, Johan R. Pengaruh Kebijakan

Hutang, Keputusan Investasi Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Food

Andbeverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA Vol.4 No.1

Maret 2016, Hal. 1369-1380. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi,

https://media.neliti.com/media/publications/3007-ID-pengaruh-kebijakan-hutang-

keputusan-investasi dan-profitabilitas-terhadap-nilai.pdf

Sandiar, Loecita (2017). Growth Opportunity Dalam Memoderasi Pengaruh Leverage Dan

Debt Maturity Terhadap Keputusan Investasi. Journal of Applied Business and

Economics Vol. 3 No. 4 (Jun 2017) 196-206.

Santoso, Meilanny Budiarti; Raharjo, Santoso Tri; Humaedi, Sahadi Dan Mulyono,

Hendri.(2020). Social Return On Investment (Sroi) Program “Sentra Industri Bukit Asam” (Siba) Batik Kujur Village Tanjung Enim. AdBispreneur : Jurnal Pemikiran dan

Penelitian Administrasi Bisnis dan Kewirausahaan Vol.5, No. 1, April 2020, DOI :

https://doi.org/10.24198/adbispreneur.v5i1.26069, hal. 15-29

Santosa, Singgih. (2008). SPSS Statistik Multivariat. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Sarwono, Jonathan. (2011). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta :

ANDI.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.Hal

122

Tandelilin, Eduardus. (2011). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.

Yogyakarta:Kanisius

Wijaya, Langgeng Anggita Dan Murwani, J.(2011). “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Leverage Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Investasi Perusahaan”.Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol. 3(1): Pp. 33–41.311-318.

Page 63: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

59

Peran Self-Brand Connection dalam Memediasi Kredibilitas Endorser

terhadap Ekuitas Merek pada Marketplace Shopee

Nisa Ulin Nawa

Universitas Islam Indonesia

Anas Hidayat

Universitas Islam Indonesia

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Peran Self-Brand Connection dalam Memediasi Kredibilitas

Endorser terhadap Ekuitas Merek”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah self-brand

connection dapat memperkuat pengaruh penggunaan selebriti yang kredibel terhadap ekuitas

merek dari marketplace Shopee. Data pada penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan

kuesioner dan diisi oleh 250 responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan AMOS. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kredibilitas endorser dapat berpengaruh terhadap ekuitas merek secara tidak

langsung, yaitu dengan dimediasi oleh self-brand connection, namun kredibilitas endorser tidak

terbukti dapat mempengaruhi ekuitas merek secara langsung.

Kata kunci: Self-brand connection, kredibilitas endorser, ekuitas merek

Pendahuluan

Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat berjalan seiringan dengan

pesatnya perkembangan teknologi. Pemenuhan atas kebutuhan manusia yang beranekaragam,

telah dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi. Sebagai contoh, ketika seseorang merasa

lapar namun sedang tidak bisa membuat makanan, sudah tersedia layanan pengantaran makanan

hanya dengan melalui handphone. Bahkan ketika seseorang ingin berbelanja dapat dilakukan tanpa

meninggalkan rumah, selama seseorang tersebut memiliki gawai yang terkoneksi dengan internet.

Di Indonesia saat ini bisnis jual beli secara online sedang menjadi trend. Proses jual beli dapat

dilakukan oleh pembeli dan penjual tanpa bertatap muka atau tanpa meninggalkan tempat dimana

seseorang tersebut berada. Bisnis ini biasa disebut dengan e-commerce atau marketplace.

Toko jual beli online mulai popular di kalangan masyarakat Indonesia pada tahun 2006.

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh We Are Social, 96% pengguna internet di Indonesia

pernah menggunakan layanan belanja online (Pusparisa, 2019). Selain itu, data yang bersumber

dari Statista mencatat pertumbuhan penggunaan toko online di Indonesia yang sangat pesat dilihat

dari tahun 2017, tercatat pengguna e-commerce sebesar 139 juta pengguna yang kemudian tahun

2018 naik sebesar 10,8% menjadi 154,1 juta pengguna (Jayani, 2019). Beberapa toko jual beli

online yang sedang banyak dibicarakan di kalangan masyarakat Indonesia saat ini antara lain yaitu

Shopee, Tokopedia, Buka Lapak, Lazada, dan lain sebagainya.

Page 64: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

60

Dalam rangka menarik hati konsumen, perusahaan-perusahaan jual beli online harus

mengkomunikasikan alasan mengapa konsumen harus menggunakan jasa mereka dalam kegiatan

jual beli online. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan promosi yang tepat agar pesan

mereka dapat sampai kepada calon konsumen. Kegiatan-kegiatan dalam promosi antara lain yaitu

iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat (Kotler & Armstrong,

2008). Salah satu perusahaan toko jual beli online yang melakukan kegiatan promosi yaitu Shopee,

dimana perusahaan ini melakukan periklanan sebagai media promosinya.

Menurut survey yang dilakukan oleh iPrice, Shopee merupakan perusahaan e-commerce

dengan peringkat nomor satu pada toko aplikasi, baik Play Store maupun App Store dari awal

tahun 2017 hingga kuartal ke-dua tahun 2019. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Shopee banyak

diminati oleh masyarakat. Shopee adalah sebuah marketplace yang berdiri sejak tahun 2015 yang

beroperasi di negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Filipina,

Indonesia, Thailand dan Vietnam. Kantor pusat Shopee berada di Singapura karena Shopee

merupakan anak dari perusahaan SEA Group, sebuah perusahaan layanan digital yang berbasis di

Singapura. Salah satu layanan yang diberikan oleh Shopee yaitu dapat menjamin keamanan

transaksi antara penjual dan pembeli agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan dengan cara sistem

transaksi dipegang oleh Shopee. Pembeli dapat mencari dan memilih produk dari berbagai toko

dengan berbagai pilihan harga, varian, hingga promo-promo yang ditawarkan oleh masing-masing

toko.

Dalam menggiatkan promosi aplikasinya, Shopee melakukan kegiatan periklanan media

promosi dalam bentuk iklan yaitu melalui media televisi (TV). Televisi mempunyai kemampuan

yang kuat untuk mempengaruhi, bahkan membangun persepsi khalayak sasaran dan konsumen

lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produknya di televisi daripada yang tidak sama

sekali (Mittal, 1994). Selain televisi, Shopee juga menggunakan platform lain sebagai media

iklannya seperti di Youtube dan berbagai media sosial, karena masyarakat Indonesia saat ini

hampir semuanya mengakses media-media tersebut setiap harinya.

Shopee menggunakan beberapa strategi marketingnya, salah satunya yaitu dengan

menggunakan public figure sebagai endorser untuk menyampaikan produk dan layanannya kepada

masyarakat. Endorser sering disebut sebagai direct source (sumber langsung), yaitu seorang

pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa (Belch

dan Belch, 2004).

Shopee menggandeng beberapa public figure sebagai endorser baik dari internasional

maupun endorser lokal untuk masing-masing negara. Endorser internasional dari Shopee antara

lain yaitu Blackpink (Korea) dan Cristiano Ronaldo (Portugis). Selain itu, Shopee juga menjadikan

beberapa public figure lokal sebagai endorser di Indonesia seperti Prilly Latuconsina, Syahrini,

dan beberapa selebriti lainnya. Selebriti dianggap sebagai perwujudan dari kepribadian dan makna

yang berhubungan dengan gaya hidup (McCracken, 1989). Penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa faktor penentu utama dari pengaruh endorser selebriti adalah kredibilitas yang dirasakan

oleh konsumen dari seorang endorser tersebut (Amos dkk, 2008). Menurut Ohanian (Ishak, 2008)

mengidentifikasikan 3 dimensi yang membentuk kredibilitas selebriti, yaitu Attractiveness (daya

tarik), Trusthworthiness (tingkat kepercayaan), dan Expertise (keahlian).

Pada tahun 2019, Shopee bekerjasama dengan Cristiano Ronaldo sebagai brand

ambassador yang sama artinya dengan endorser. Cristiano Ronaldo adalah seorang atlet sepak

bola kelas dunia yang sangat terkenal. Atlet yang berasal dari Portugis ini merupakan idola bagi

Page 65: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

61

semua kalangan di seluruh dunia, tidak hanya dalam arena sepakbola saja, namun juga dikenal

memiliki kepribadian yang baik. Selama ini, sebagian besar pengguna Shopee adalah wanita, yang

mana kemudian Shopee lebih identik dianggap sebagai marketplace untuk wanita. Shopee

berharap dengan adanya kerjasama tersebut, image Cristiano Ronaldo yang begitu kuat mampu

memperluas target pasarnya agar tidak lagi mengenal gender.

Menurut (Spry, Pappu, & Cornwell, 2011), kredibilitas endorser memiliki hubungan

positif terhadap ekuitas merek berbasis konsumen. Kredibilitas endorser akan mempengaruhi

ekuitas merek bila diiklankan secara terus-menerus (Tseng dan Lee, 2011), atau dengan kata lain

ekuitas merek akan terdukung oleh seorang endorser selebriti yang kredibel pada benak konsumen

(Biswas dkk, 2006).

Merek merupakan sesuatu yang memberi perbedaan antara produk satu dan produk yang

lain dalam kombinasi, bentuk, sinyal, desain, atau nama (Kotler, 2008). Sedangkan ekuitas merek

merupakan nilai yang diasosiasikan dengan merek oleh konsumen, tercermin dari dimensi

kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek (Pappu dkk, 2006).

Menurut Kotler dan Keller (2013), ekuitas merek (brand equity) berkaitan dengan seberapa banyak

pelanggan merasa puas dan merasa rugi bila ada penggantian merek (brand switching),

menghargai merek itu dan mengganggapnya sebagai teman, serta merasa terikat pada merek itu.

Shopee berharap produk dan layanannya memiliki ekuitas merek yang baik sehingga pelanggan

merasa puas dan terikat dengan Shopee, serta tidak memiliki keinginan untuk beralih pada e-

commerce yang lain.

Menurut Dwivedi dkk. (2015), menyatakan bahwa kredibilitas endorser memiliki

pengaruh positif terhadap self-brand connection. Sedangkan menurut Till (1998), endorser yang

dianggap memiliki keterikatan terhadap kredibilitas (yaitu kepercayaan, daya tarik dan keahlian)

membawa banyak keterikatan yang baik, kemudian konsumen akan mengidentifikasikan diri

mereka, sama seperti selebriti yang terlibat di dalam suatu merek tersebut. Penelitian sebelumnya

mengatakan bahwa selebriti endorser berperan dalam mempengaruhi self-brand connection

(Dwivedi dkk, 2015). Oleh karena itu, Shopee berharap dengan menggunakan strategi iklan yang

menggandeng beberapa public figure akan membuat konsumen memiliki keterikatan dan

kesesuaian dengan produk dan layanan Shopee.

Dalam membangun merek, perlu diperhatikan keterikatan antara konsumen dengan merek

yang dibangun. Hal ini disebut sebagai self-brand connections. Self-brand connection merupakan

pembentukan hubungan yang kuat dan bermakna antara merek tertentu dengan identitas diri

konsumen (Escalas, 2004). Selanjutnya menurut Chaplin dan John (2005), self-brand connection

adalah pembentukan koneksi diri dengan merek yang sudah dikenal sebagai koneksi personal

brand, yang terjadi ketika konsumen dan kepribadian pengguna memiliki hubungan yang erat

dengan merek yang spesifik kemudian mereka memasukannya ke dalam identitas diri mereka.

Ketika Self-brand connection menguat, konsumen dapat memperoleh manfaat seperti peningkatan

harga diri, penerimaan sosial dan ekspresi individualitas (Escalas dan Bettman, 2003). Keller

(dalam Dwivedi, Johnson, & McDonald:2015) menyatakan bahwa pencapaian manfaat dari self-

image-relevant untuk memperkuat pengetahuan konsumen mengenai suatu merek, menjelaskan

keterikatan dan sikap konsumen terhadap suatu merek yang akan terbenam di dalam ingatan

konsumen, sehingga hal tersebut akan berdampak pada consumer-based brand equity.

Page 66: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

62

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil

judul penelitian “Peran Self-Brand Connection dalam Memediasi Kredibilitas Endorser terhadap

Ekuitas Merek Marketplace Shopee”.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengaruh Kredibilitas Endorser terhadap Ekuitas Merek

Menurut Kotler dan Keller (2013), ekuitas merek berkaitan dengan seberapa tingkat

kepuasan konsumen terhadap suatu merek, seberapa konsumen merasa rugi apabila berganti

merek, seberapa konsumen menghargai merek dan menganggap sebagai teman, serta seberapa

konsumen merasa terkait dengan merek tersebut. Sabdosih (2013) menyatakan bahwa salah satu

tujuan dari perusahaan menggunakan selebritis atau public figure sebagai endorser dari produknya

adalah untuk membentuk citra merek yang baik di benak konsumen, kemudian citra merek yang

baik tersebut akan menjadi pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk di pasaran.

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dewantoro (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Endorser Credibility pada Brand Equity dan Minat Beli Konsumen” menyatakan bahwa kredibilitas model iklan berpengaruh secara positif terhadap ekuitas merek, maka dapat ditarik

hipotesis:

H1: Kredibilitas endorser memiliki pengaruh positif terhadap ekuitas merek.

Dasar Konseptual dan Hipotesis

Pengaruh Kredibilitas Endorser terhadap Self-brand Connection

Selebriti meliputi simbol referensi asosiasi kelompok (Escalas, 2004), penelitian ini

berharap bahwa selebriti endorser mempengaruhi self-brand connection. Dalam teori memori

hubungan asosiasi (Keller, 1993), selebriti merepresentasikan sebuah tipe dari simpul informasi

pada memori konsumen (Till, 1998). Ketika dengan adanya endorse yang membuat merek

terhubung dengan selebriti, maka akan terbentuk hubungan antar simpul dalam memori konsumen.

Hasilnya, atribut pada selebriti yang dirasakan akan berpindah pada merek yang didukung

(McCracken, 1989).

Kredibilitas

endorser

H1 (X)

Self - brand

connection (Z)

Ekuitas

Merek

(Y)

H2 H3

Page 67: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

63

Berdasar dari apa yang telah peneliti uraikan diatas sejalan dengan penelitian yang

dilakukan sebelumnya oleh Dwivedi, Johnson dan McDonald (2015) dengan judul “Celebrity

Endorsement, Self-Brand Connection and Consumer-Based Brand Equity” bahwa kredibilitas endorser berpengaruh positif terhadap self-brand connections. Maka dari itu dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

H2: Kredibilitas endorser memiliki pengaruh positif terhadap self-brand connection.

Pengaruh Self-brand Connection terhadap Ekuitas Merek

Menurut Moore dan Homer (2008), selebriti memiliki daya tarik yang dapat menciptakan

citra diri yang diinginkan oleh konsumen. Proses endorsement akan membangun image ideal dari

selebriti berkaitan dengan merek yang didukungnya yang kemudian konsumen dapat merasakan

peningkatan harga diri, disebut sebagai self-brand connection. Ketika self-brand connection

semakin kuat, konsumen akan memperoleh manfaat tambahan, seperti peningkatan harga diri,

penerimaan sosial dan pengekspresian individu (Escalas & Bettman, 2003). Oleh karena

pencapaian dari manfaat yang telah diterima konsumen tersebut, pengetahuan konsumen terhadap

merek yang telah didukung tersebut akan semakin menguat, tercermin pada asosiasi merek dan

sikap dalam ingatan konsumen yang juga semakin menguat (Keller, 1993). Jika diambil

kesimpulan, perkembangan dari self-brand connection menjelaskan bagaimana konsumen

menjadikan selebriti sebagai gambaran makna sebuah merek. Maka dari itu dapat disusun hipotesis

sebagai berikut:

H3: Self-brand connection memiliki pengaruh positif terhadap ekuitas merek.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2015), metode kuantitatif adalah sebuah metode penelitian yang didasarkan pada

filsafat positivisme yang digunakan pada populasi atau sampel, serta menggunakan instrument

penelitian statistik dalam pengumpulan data. Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari

variabel independen yaitu Kredibilitas Endorser (X), variabel dependen yaitu Ekuitas Merek (Y)

dan variabel intervening yaitu Self-brand Connection (Z).

Dalam penelitian ini, digunakan desain non probability sampling. Sampel yang digunakan

adalah mahasiswa pengguna Shopee, baik yang pernah bertransaksi maupun yang belum serta

tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hair et al (2014) merekomendasikan jumlah sampel

sebanyak 200 responden untuk memberikan dasar estimasi yang kuat, namun peneliti menambah

50 responden sehingga sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 250

responden.

Teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan

kuesioner. Kuesioner merupakan sebuah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek

yang diteliti untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkah oleh peneliti (Kusumah,

2011). Data yang dikumpulkan bersumber dari data hasil kuesioner pengguna aplikasi Shopee

yang berlokasi di Yogyakarta. Responden dalam memberikan jawaban dalam kuesioner telah

disediakan pilihan jawaban pada setiap pertanyaan. Jawaban kuesioner tersebut ada 5 pilihan

Page 68: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

64

karena kuesioner ini menggunakan skala Likert. Tujuan dari digunakannya skala Likert adalah

untuk dapat mengukur sikap, pendapat, serta persepsi seseorang maupun kelompok terhadap

fenomena sosial.

Hasil Penelitian

Karakteristik dari 250 responden yaitu terdiri dari 172 orang (68,8%) perempuan dan 78

orang (31,2%) laki-laki, berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 8 orang (3,2%), 20-25 tahun

sebanyak 210 orang (84,0%) dan lebih dari 25 tahun sebanyak 32 orang (12,8%). Sebanyak 70

orang (28,0%) uang saku per bulan kurang dari Rp 500.000, 60 orang (25,0%) antara Rp 500.000

hingga Rp 1.000.000 dan 120 orang (48,0%) lebih dari 1.000.000. Responden yang paling banyak

berasal dari UIN Sunan Kalijaga yaitu sebanyak 74 orang (29,6%), UNY 45 orang (18,0%), UGM

36 orang (14,4%), UII sebanyak 27 orang (10,8%), UPN sebanyak 7 orang (2,8%), UMY sebanyak

3 orang (1,2%), dan STIE YKPN sebanyak 3 orang (1,2%). Sebanyak 55 orang (22,0%)

dikelompokkan dalam universitas lain-lain yang mana berasal dari UTY, AMIKOM, UNISA,

UNSIQ, STAI Sunan Pandanaran, STIE IEU, PGRI, Poltekkes, ITNY, Sanata Dharma, UAD,

STPN, UST dan UT.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Structural Equation

Modeling (SEM) dengan dibantu software AMOS 22. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam

menganalisis model yaitu uji kecocokan model (goodness of fit), analisis model pengukuran dan

struktural.

Hasil uji normalitas data setelah dilakukan eliminasi data outlier masih belum memenuhi

syarat normalitas data karena nilai multivariate critical ratio sebesar 15,177 atau lebih besar dari

2,58. Menurut Ghozali (2016), jika asumsi normalitas tidak memenuhi, maka uji statistik tidak

valid jika sampel penelitian kecil. Namun karena sampel pada penelitian ini lebih dari 200 atau

dengan sampel besar, maka analisis dapat dianggap valid dan analisis dapat dilanjutkan.

Uji kesesuaian model digunakan untuk menggambarkan seberapa baik atau sesuai

serangkaian pengamatan pada model. Pengujian kesesuaian model pada penelitian ini dilakukan

dalam beberapa tahap, yaitu Chi Square (X2), GFI (Goodness-of-Fit Index), AGFI (Adjusted

Goodness-of-Fit), NFI (Normalized Fit Index), CFI (Comparative Fit Index), IFI (Incremental Fit

Index) dn RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation). Uji kesesuaian model dilakukan

dengan cara membandingkan kriteria kesesuaian dengan hasil perhitungan.

Page 69: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

65

Gambar 2. Hasil Olah Data SEM

Gambar tersebut merupakan model persamaan struktural penelitian, dapat dilihat bahwa

terdapat 3 indikator dengan nilai loading factor yang tidak memenuhi karena standar nilai loading

factor yang disyaratkan adalah sebesar >0,50. Indikator yang tidak memenuhi tersebut yaitu be1,

be2 dan be3 yang terdapat pada variabel ekuitas merek yaitu masing masing sebesar 0,38; 0,46

dan 0,45 sehingga ketiga item tersebut dihilangkan dalam analisis selanjutnya agar mendapatkan

hasil yang lebih baik.

Tabel 1. Hasil Uji Kesesuaian Model

Goodness of Fit

Index

Hasil Cut-off value Kriteria

Chi Square 103,585 Diharapkan kecil Memenuhi

Probability 0,013 ≥ 0,05 Tidak memenuhi

CMIN/DF 1,400 ≤ 2,00 Memenuhi

GFI 0,946 ≥ 0,90 Memenuhi

AGFI 0,913 ≥ 0,90 Memenuhi

NFI 0,947 ≥ 0,90 Memenuhi

CFI 0,984 ≥ 0,90 Memenuhi

TLI 0,977 ≥ 0,90 Memenuhi

RMSEA 0,041 ≤ 0,08 Memenuhi

Page 70: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

66

Berdasarkan hasil perhitungan Goodness of Fit Index pada tabel, dapat dilihat bahwa

sebagian besar indeks kesesuaian model telah memenuhi kriteria persyaratan yang diharapkan

yaitu Chi square, CMIN/DF, GFI, AGFI, NFI, CFI, TLI dan RMSEA, sedangkan indeks yang

tidak memenuhi yaitu Probability. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini

telah memiliki ukuran kesesuaian model yang baik.

Pembahasan

Tabel 2. Hasil Estimasi Dengan Model AMOS

Hipotesis Koefisien

Standardized

Nilai

Probabilitas Hasil

Kredibilitas endorser terhadap ekuitas merek -0,103 0,365 H1 ditolak

Kredibilitas endorser terhadap self-brand connection 0,551 0,000 H2 diterima

Self-brand connection terhadap ekuitas merek 1,031 0,000 H3 diterima

Hasil Pengujian Hipotesis

Penjelasan mengenai hasil pembuktian hipotesis adalah sebagai berikut:

a) Kredibilitas endorser tidak berpengaruh positif terhadap ekuitas merek, diketahui dari

koefisien standardized sebesar -0,103 yang bernilai negatif, serta p-value sebesar 0,365

sedangkan α sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak.

b) Kredibilitas endorser berpengaruh positif terhadap self-brand connection ini diketahui dari

koefisien standardized sebesar 0,551 yang bernilai positif dan p-value < α, yaitu p-value

sebesar 0,000 sedangkan α sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H2 diterima.

c) Self-brand connection berpengaruh positif terhadap ekuitas merek, diketahui dari koefisien

standardized sebesar 1,031 yang bernilai positif dan p-value < α, yaitu p-value sebesar 0,000

sedangkan α sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3 diterima.

Kredibilitas Endorser Tidak Berpengaruh terhadap Ekuitas Merek

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan analisis SEM diperoleh hasil

bahwa tidak terdapat pengaruh kredibilitas endorser terhadap ekuitas merek. Hasil ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi atau semakin rendah nilai kredibilitas endorser tidak

mempengaruhi nilai dari ekuitas merek. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama dalam penelitian

ini ditolak.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan selebriti sebagai endorser yang dilakukan

oleh Shopee tidak dapat meningkatkan ekuitas merek. Ekuitas merek adalah nilai produk yang

diasosiasikan oleh konsumen yang dapat menjadikan nilai tambah bagi produk tersebut. Ekuitas

merek meliputi beberapa aspek seperti kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan

loyalitas merek, dan hasil penelitian mengatakan bahwa kredibilitas dari endorser marketplace

Shopee tidak dapat meningkatkan aspek-aspek tersebut.

Page 71: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

67

Penelitian ini bertentangan dengan Ranjbarian, Shekarchizade, & Momeni (2010) yang

mengatakan bahwa kredibilitas endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekuitas

merek. Namun Tseng dan Lee (2011) mengatakan bahwa kredibilitas endorser dapat

mempengaruhi ekuitas merek apabila diiklankan secara terus-menerus, atau dengan kata lain

kredibilitas masih dapat mempengaruhi ekuitas merek jika ditampilkan atau diiklankan berkali-

kali atau terus menerus.

Kredibilitas Endorser Berpengaruh Positif terhadap Self-brand Connection

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan analisis SEM diperoleh hasil

bahwa terdapat pengaruh kredibilitas endorser terhadap self-brand connection. Berdasarkan hasil

ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kredibilitas endorser maka self-brand connection

juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dwivedi, Johnson dan McDonald (2015)

bahwa kredibilitas endorser berpengaruh positif terhadap self-brand connections. Maka dari itu

langkah yang dilakukan oleh Shopee yaitu menggunakan endorser telah berhasil dalam

meningkatkan keterikatan antara konsumen dengan produk layanan marketplace Shopee. Dalam

hal ini Shopee menggandeng endorser yang kredibilitasnya dinilai baik oleh konsumen sehingga

dapat meningkatkan nilai self-brand connection tersebut.

Hasil penelitian pada hipotesis kedua ini didukung dengan teori memori hubungan asosiasi

yang dikatakan oleh Till (1998) bahwa selebriti dapat merepresentasikan sebuah tipe pada memori

konsumen. Ketika dilakukan endorse atau dukungan pada suatu merek oleh selebritas tersebut

maka akan terbentuk sebuah ikatan pada memori konsumen, kemudian atribut pada selebritas akan

berpindah pada merek (McCracken, 1989) sehingga terbentuklah keterikatan atau hubungan antara

konsumen dengan merek yang didukung oleh selebritas tersebut.

Self-brand Connection Berpengaruh Positif Terhadap Ekuitas Merek

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan analisis SEM diperoleh hasil

bahwa terdapat pengaruh self-brand connection terhadap ekuitas merek. Berdasarkan hasil

tersebut, menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai self-brand connection maka dapat

meningkatkan nilai ekuitas merek. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini

diterima.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwivedi, Johnson dan McDonald (2015) yang

menyatakan bahwa peran self-brand connection memiliki dampak positif terhadap ekuitas merek.

Menurut Keller (2001), apabila tercapainya manfaat dari self-image-relevant yang dapat

memperkuat pengetahuan konsumen mengenai suatu merek, maka akan memunculkan sebuah

hubungan yang kemudian sikap konsumen terhadap suatu merek akan terbentuk dalam benak

konsumen, sehingga akan mempengaruhi ekuitas merek.

Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh marketplace Shopee dalam

meningkatkan self-brand connection dapat berhasil meningkatkan ekuitas merek dari Shopee itu

sendiri. Secara singkat, konsumen semakin merasa memiliki ikatan atau hubungan terhadap merek

Shopee yang kemudian merek Shopee tersebut semakin melekat dalam benak konsumen. Nilai

self-brand connection yang tinggi menunjukkan bahwa konsumen merasakan adanya peningkatan

Page 72: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

68

harganya diri, penerimaan sosial serta pengekspresian diri jika menggunakan suatu merek, dalam

hal ini adalah marketplace Shopee. Hal tersebut menjadikan pengetahuan konsumen terhadap

merek Shopee semakin menguat sehingga asosiasi antara merek dan sikap dalam ingatan

konsumen juga menguat.

Penutup

Kesimpulan

Penelitian ini membuktikan bahwa kredibilitas endorser tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap ekuitas merek pada aplikasi marketplace Shopee. Hal ini menunjukkan bahwa

upaya Shopee dalam menggunakan endorser tidak dapat meningkatkan ekuitas merek Shopee

secara langsung. Endorser yang kredibel yaitu yang memiliki sifat dapat dipercaya, menarik dan

ahli dalam bidangnya, sedangkan ekuitas merek berkaitan dengan kepuasan dan perasaan rugi

apabila tidak menggunakan sebuah merek. Artinya, kredibilitas endorser pendukung Shopee

belum dapat meningkatkan kepuasan konsumen terhadap Shopee.

Penelitian ini membuktikan bahwa kredibilitas endorser berpengaruh positif secara

signifikan terhadap self-brand connection pada aplikasi marketplace Shopee. Konsumen menilai

bahwa endorser Shopee memiliki kredibilitas yang baik, dapat dilihat dari endorser yang berhasil

meningkatkan hubungan atau perasaan keterikatan antara konsumen dengan Shopee. Hal tersebut

menunjukkan bahwa endorser dapat membuat konsumen mendapatkan manfaat seperti

peningkatan harga diri, penerimaan sosial serta pengekspresian diri.

Penelitian ini membuktikan bahwa self-brand connection berpengaruh positif secara

signifikan terhadap ekuitas merek pada aplikasi marketplace Shopee. Hal ini berarti bahwa

semakin tinggi self-brand connection maka akan semakin tinggi pula ekuitas merek, atau dengan

kata lain ketika keterikatan antara konsumen dengan Shopee semakin baik maka asosiasi merek

akan menjadikan sikap ingatan dalam benak konsumen akan semakin kuat.

Berdasarkan beberapa kesimpulan tersebut dapat diambil benang merah dari hasil

penelitian ini yaitu bahwa self-brand connection terbukti dapat memediasi pengaruh kredibilitas

endorser terhadap ekuitas merek, dilihat dari kredibilitas endorser yang dapat mempengaruhi self-

brand connection dan self-brand connection dapat mempengaruhi ekuitas merek. Penelitian ini

juga memberikan hasil bahwa kredibilitas tidak dapat mempengaruhi ekuitas merek secara

langsung, melainkan harus dimediasi oleh self-brand connection.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti menyarankan alangkah baiknya marketplace

Shopee semakin memperkuat self-brand connection karena dapat meningkatkan ekuitas merek

dari Shopee, baik dengan penggunaan endorser selebriti maupun dengan upaya lain. Hal lain yang

perlu diperhatikan ke depannya adalah agar Shopee lebih cermat lagi dalam pemilihan endorser

karena akan berdampak pada hubungan antara konsumen dengan Shopee. Jika hubungan antara

konsumen dengan Shopee baik, ekuitas akan meningkat, maka semakin banyak konsumen yang

akan menggunakan aplikasi Shopee untuk berbelanja secara online.

Page 73: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

69

Untuk peneliti yang nantinya akan melakukan penelitian terkait kredibilitas endorser, self-

brand connection dan ekuitas merek dari Shopee, disarankan untuk mencari variabel lain, baik

variabel bebas, variabel terikat, variabel mediator maupun variabel moderator. Hal tersebut

dimaksudkan agar penelitian semakin kompleks sehingga hasil penelitian dapat menambah serta

mengembangkan ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka

Albert, N., Merunka, D., & Valette-Florence, P. (2013). Brand passion: antecedents and

consequences. Journal of Business Research, Vol. 66 No. 7, 904-909.

Amos, C. d. (2008). Exploring the relationship between celebrity endorser effects and advertising

effectiveness A quantitative synthesis of effect. International Journal of Advertising.

World Advertising Research Center.

Belch, G., & Belch, M. (2004). Advertising and Promotion, An Integrated Marketing

Communications Perspective, 6th Edition. New York: McGraw-Hill.

Belk, R. W. (1988). Possessions and the extended self. Journal of Consumer Research, Vol. 15

No. 2, 139-168.

Biswas, D., Biswas, A., & Das, N. (2006). The Differential Effects of Celebrity and Expert

Endorsements on Consumer Risk Perceptions. Journal of Advertising, Vol. 13, pp. 1-17.

Chaplin, G. E., & John, D. R. (2005). The Development of Self-Brand Connections in Children

and Adolescents. Journal of Consumer Research, 32(1):119-29.

Colwell, R. (2007). A Conceptual and Measurement for Brand Equity Research. Journal of Brand

Measurement Strategy, Vol. 13, 1-17.

Dewantoro, R. R. (2015). Analisis Pengaruh Endorser Credibility pada Brand Equity dan Minat

Beli Konsumen. Jurnal Ilmiah Universitas Bakrie, 806-817.

Durianto, D., & Sugiarto. (2004). Brand Equity Tren Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Dwivedi, A., Johnson, L., & McDonald, R. (2015). Celebrity endorsement, self-brand connection

and consumer-based brand equity. Journal of Product & Brand Management, Volume 24

No. 5, 449-461.

Escalas, J. (2004). Narrative Processing: building consumer connections to brands. Journal of

Consumer Psychology, 168-180.

Escalas, J. E., & Bettman, J. R. (2003). You are what they eat: the influence of reference groups on consumers’ connections to brands. Journal of Consumer Psychology, Vol. 13 No. 3,

339-348.

Ishak, A. (2008). Pengaruh Penggunaan Selebriti Dalam Iklan Terhadap Minat Beli Konsumen.

Jurnal Siasat Bisnis Vol. 12 No. 2, 71-88.

Jayani, D. H. (2019, September 3). Databoks. Retrieved from Katadata:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/03/shopee-jadi-e-commerce-paling-

top-dari-masa-ke-masa

Jewler, A. J., & Drewniany, B. L. (2005). Creative Strategy in Advertising. USA: Wadsworth

Thomson Learning.

Keller, K. L. (1993). Conceptualizing, measuring, and managing customer-based brand equity.

Journal of Marketing, Vol. 57 No. 1, 1-22.

Page 74: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

70

Keller, K. L. (2005). Choosing the right brand elements and leveraging secondary associations will

help marketers build brand equity. Marketing Management, Vol. 14 No. 5, 19-23.

Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P., & Keller, K. (2013). Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga.

McCracken, G. (1989). Who is the celebrity endorser? Cultural foundations of the endorsement

process. Journal of Consumer Research, Vol. 16 No. 3, 310-321.

Mittal, B. (1994). Public Assesment of TV Advertising: Faint Praise and Harsh Criticism. Journal

of Advertising Research, pp: 100-117.

Moore, D. J., & Homer, P. M. (2008). Self-brand connections: the role of attitude strength and

autobiographical memory primes. Journal of Business Research, Vol. 61 No. 7, 707-714.

Ohanion, R. (1990). Construction and Validation of a Scale to Mesure Celebrity

Endorser'Perceived Expertise, Trustworthiness, and Attractiveness. Journal of Advertising.

Ohanion, R. (1991). The Impact of Celebrity Spokespersons' Perceived Image on Consumers'

Intention Purchase. Journal of Advertising Research, (February/March).

Pangestika, T. I. (2015). Pengaruh kredibilitas selebriti endorser pada ekuitas merek: pengujian

kredibilitas merek sebagai variabel pemediasi. E-journal UAJY, 1-17.

Pappu, R., & Cooksey, R. (2006). Consumer Based Brand Equity And Country of Origin

Relationship: Some Empirical Study. Journal of International Business Studies, 38(5):726-

745.

Pornpitakpn, C. (2004). The Effect of Celebrity Endorsers' Perceived Credibility on Purchase

Intention: The Case of Singaporeans. Journal of International Consumer Marketing, Vol.

16 (2).

Pusparisa, Y. (2019, Desember 3). Databoks. Retrieved from Katadata:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/03/96-pengguna-internet-di-

indonesia-pernah-gunakan-e-commerce

Ranjbarian, B., Shekarchizade, Z., & Momeni, Z. (2010). Celebrity Endorser Influence on Attitude

Toward Advertisements and Brands. Europeam Journal of Social Sciences, Vol. 13 No. 3.

Royan, F. M. (2005). Marketing Celebrities. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok

Gramedia.

Sabdosih, Z. (2013). Pengaruh Variabel Celebrity Endorser terhadap Citra Merek L'oreal. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa FEB, 1-9.

Shimp, A. T. (2007). Periklanan Promosi (Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu).

Jilid I, edisi Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Sprott, D., Czellar, S., & Spangenberg, E. (2009). The importance of a general measure of brand

engagement on market behavior: development and validation of a scale. Journal of

Marketing Research, 46(1):92-104.

Spry, A., Pappu, R., & Cornwell, B. T. (2011). Celebrity endorsements, brand credibility and brand

equity. European Journal of Marketing, Vol. 45 No. 6, 882-909.

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Till, B., & Shimp, T. (1998). Endorsers in Advertising: the case of negative celebrity information.

Journal of Advertising, Vol. 27 No. 1, 67-81.

Page 75: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nisa Ulin Nawa, Anas Hidayat

71

Tseng, L., & Lee, T. (2011). How Brand Image, Congruency between Celebrity Endorser and

Brand, and Brand Attitude can Influece Tweens Purchase Intention through Peer

Conformity. Fu Jen Catholic University Journal.

Widyajayanti, N. P., & Kusuma, A. A. (2017). Peran self-brand connection dalam memediasi

pengaruh kredibilitas endorser terhadap brand equity pada brand Guess. E-Journal

Manajemen Unud, Vol. 6 No. 6, 3342-3369.

Page 76: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

72

Pengembangan Kompetensi di Masa Pandemi COVID 19

Nadella

Universitas Presiden

Dedi Rianto Rahadi

Universitas Presiden

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Indonesia mulai tergguncang pandemi covid19 pada awal Maret 2020 yang menyebabkan para

karyawan serta calon karyawan mulai kebingungan dalam bertahan di kondisi ini. Tak sedikit

juga perusahaan meminimalisirkan lowongan kerja serta melakukan PHK. Demi bertahan

hidup di masa pandemi ini, masyarakat dianjurkan untuk dapat mengetahui serta

mengembangkan kompetensi yang dimiliki agar dapat tetap bersaing di dunia kerja kembali.

Dari hasil pengumpulan data maupun wawancara, kompetensi seperti Information Technology

(IT) memiliki banyak peluang pada kondisi ini dikarenakan pekerjaan dialihkan menjadi work

from home ( WFH ) serta persiapan kondisi yang serba digital. Tak hanya bagian IT, bagian

customer service sangat diminati banyak perusahaan karena terjadinya peningkatan di

pembelian online, sehingga para pengusaha membutuhkan karyawan yang berkompeten dalam

bidang tersebut. Pengembangan dapat diasah dengan training yang diberikan oleh perusahaan

secara online. Para HRD juga harus dapat menciptakan feedback yang positif dimana tetap

melakukan interaksi terhadap karyawan agar hubungan timbal balik tetap ada..

Kata Kunci: Covid 19, kompetensi, perusahaan, karyawan, IT, digital, WFH, training, online,

customer service

Pendahuluan

Pandemi Covid 19 mulai masuk ke Indonesia saat terdengar 2 kasus positif pada tanggal

awal Maret 2020 (Tim Detik.com, 2020, https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-

sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri, 6 Januari 2021). Semakin bertambah hari, kasus

corona di Indonesia semakin meningkat. Untuk memutuskan rantai penyebaran, pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman PSBB atau

Pembatasan Sosial Berskala Besar (Satgas Covid19,2020, https://covid19.go.id/p/regulasi/pp-

no-21-tahun-2020-tentang-psbb-dalam-rangka-penanganan-covid-19, 6 Januari 2021) .

Selama PSBB berlangsung di Indonesia, seluruh sektor industri terpaksa dihentikan sementara

untuk mengikuti aturan pemerintah. Adanya aturan pemerintah mengenai PSBB,

perekonomian di Indonesia menjadi terganggu. Sektor- sektor industri yang bukan merupakan

bagian pangan, kesehatan, keuangan, komunikasi, serta listrik melakukan kegiatan ekonomi

melalui daring. Akan tetapi sebagain perusahaan juga terdapat yang memutuskan untuk

mengurangi karyawan yang bekerja di tempat kerja. Demi menyelamatkan perusahaan, para

karyawan diwajibkan untuk tetap bekerja di rumah menggunakan perangkat yang mendukung.

Sebagian perusahaan juga menerapkan PHK atau Pemberhentian Hubungan Kerja untuk

menyelamatkan biaya operasional. Hal tersebut membuat angka pengangguran di Indonesia

semakin meningkat. Dampak seperti ini membuat perusahaan ataupun pemilk usaha berpikir

Page 77: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

73

ulang bagaimana mempertahankan perusahaan dan tetap memikirkan hak para pekerja serta

strategi yang harus dilakukan dalam kondisi apapun.

Selama pandemi ini berlangsung, tidak banyak perusahaan yang membuka lowongan

pekerjaan. Hanya beberapa divisi yang membuka lowongan pekerjaan. Keadaan seperti ini

membuat masyarakat harus bertahan bekerja secara daring dan memperisapkan diri agar

menjadi kandidat baru dalam perusahaan di masa pandemi ini bukan sesuatu hal yang mudah.

Para pencari kerja termasuk siswa yang berstatus fresh graduate juga mengalami hambatan

dalam pencarian kerja di masa pandemi seperti ini. Divisi yang diinginkan para lulusan baru

tersebut tidak semua terdaftar di website atau tempat pencarian pekerja baru sehingga niat

mereka untuk mencari kerja harus tertunda.

Para karyawan dan calon karyawan harus menyadari perubahan yang ada serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi keadaan yang serba digital. Untuk bersaing di dunia

bisnis, setiap orang harus memiliki kompetensi. Menurut Namira dalam Wibowo (2015)

menyatakan “kompetensi ialah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan yg dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung sang perilaku kerja

yang dituntut sang pekerjaan tadi”. Kompetensi dapat berupa skill dan knowledge yang

berkaitan dengan bidang tertentu. Sebuah kompetensi sangat berpengaruh terhadap hasil kerja

perusahaan sehingga pertimbangan pemilihan karyawan menjadi salah satu yang dilakukan

oleh setiap perushaan (Yostan dalam Noe, 2019). Pandemi ini menyadari masyarakat agar

dapat mengembangkan kompetensi tertentu untuk terpilih menjadi seorang kandidat baru

kompetensi yang diharapkan juga sesuai dengan perubahan yang terjadi di masa pandemi

korona ini.

Banyak masyarakat yang belum menyadari perubahan yang terjadi terutama cara

operasi di dunia bisnis. Dari sisi perusahaan pun saat ini sedang berusaha tetap

mengoptimalkan pengembangan kompetensi dengan tetap menjaga protokol kesehatan untuk

mematuhi peraturan pemerintah. Tidak sedikit usaha besar ataupun kecil belum mengetahui

cara pengoptimalan pengembangan kompetensi karyawan serta calon karyawan. Oleh karena

itu, kejadian pandemi ini menjadi alasan jurnal ini terbuat untuk mengetahui kompetensi yang

diharapkan saat ini oleh perusahaan agar masyarakat dapat mempersiapkan diri serta menyadari

apa yang harus dilatih serta dikembangkan. Jurnal ini juga membantu usaha kecil atapun besar

dalam melakukan pengembangan kompetensi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

kompetensi apa yang harus dikembangkan serta cara dalam mengembangkannya di masa

pandemi ini.

Landasan Teori

Pengembangan

PSDM pada organisasi bersifat integral menjadi individu dan sistem dan organisasi

menjadi wadah SDM secara berkala dan berkesinambungan buat menigkatkan kompetensi

pekerja melalui program pelatihan, pendidikan, serta pengembangan. Konsep Pengembangan

sumber Daya manusia (PSDM) di organisasi, hakikatnya ialah suatu perjuangan demi

peningkatan daya saing terhadap ancaman lingkungan eksternal dan upaya menaikkan daya

inovatif demi menciptkan peluang dimana kegiatan tersebut dapat meningkatkan kompetensi

karyawan dari program-program pelatihan yang diberikan perusahaan. (Yostan dalam Noe,

2019). Secara umum PSDM bertujuan buat:

Page 78: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

74

1. membentuk individu asal aspek-aspek ketrampilan, pengetahuan serta perilaku;

2. pengembangan karir;

3. mengatur dan membina manusia sebagai sub sistem organisasi melalui program-acara

perencana serta evaluasi mirip perencanaan energi kerja, evaluasi kinerja, analisis

pekerjaan, serta penjabaran pekerjaan

4. menerima sdm sesuai penjabaran kebutuhan organisasi serta indera organisasi yang

bertujuan buat perbaikan serta peningkatan;

5. penyesuaian sistem serta kebijakan organisasi menjadi penangkal risiko serta faktor

eksternal.

Kompetensi

Pengertian kompetensi adalah suatu “kemampuan yang dimiliki oleh seorang dalam melaksanakan sebuah pekerjaan atau tugas di bidang eksklusif, sinkron memakai jabatan yg

disandangnya”. Nur dalam Dessler (2018) menyatakan pentingnya kompetensi karyawan adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara berpikir sebab-akibat yang kritis

2. Strategis antara asal daya insan dan kinerja perusahaan merupakan peta strategis yang

menyebutkan proses implementasi strategis perusahaan.

3. Memahami prinsip pengukuran yang baik

4. Pondasi dasar kompetansi manajemen manapun sangat bergantung pada pengukuran

yang baik. Khususnya, pengukuran harus menjelaskan dengan benar konstruksi tersebut.

5. Memastikan hubungan sebab-akibat (causal)

6. Tugas yang paling krusial merupakan buat merealisasikan bahwa perkiraan tersebut ialah

mungkin serta mengkalkulasikannya menjadi suatu kesempatan yang timbul.

7. Mengkomunikasikan hasil kerja strategis sumber daya manusia pada atasan

8. Untuk mengatur kinerja strategis asal daya insan, wajib mampu mengkomunikasikan

pemahaman mengenai dampak strategis asal daya insan terhadap atasan.

Dimensi dan Indikator Kompetensi Beberapa aspek yang terkandung dalam konsep

kompetensi menurut Nur dalam Gordon dalam Sutrisno (2018) sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) pencerahan dalam bidang kognitif. misalnya seorang

karyawan mengetahui cara melakukan identifikasi belajar serta bagaimana melakukan

pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan yang ada menggunakan efektif serta

efisien di perusahaan.

2. Pemahaman (understanding) Kedalam kognittif dan afektif yang dimiliki individu.

misalnya seseorang karyawan pada melaksanakan pembelajaran harus mempunyai

pemahaman yang baik tetang karakteristik dan kondisi secara efektif dan efisien.

3. Kemampuan/Keterampilan (skill) Sesuatu yang dimiliki oleh individu yang

melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. misalnya, kemampuan

karyawan pada memilih metode kerja yang disebut lebih efektif dan efisien.

4. Nilai (value) Suatu standar perilaku yang sudah ditakini serta secara psikologis telah

menyatu dalam diri seseorang. misalnya, baku sikap para karyawan dalam

melaksanakan tugas (kejujuran, keterbukaan, demokratis serta lainlain).

5. Sikap (attitude) Perasaan (suka -tidak senang, senang-tidak senang) atau reaksi terhadap

suatu rangsangan yang tiba asal luar. misalnya, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan

terhadap kenaikan gaji serta sebagainya.

Page 79: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

75

6. Minat (interest) Kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.

contohnya, melakukan sesuatu aktivitas tugas.

Pandemi Covid 19

COVID-19 merupakan penyakit menular yang paling baru ditemukan akibat paparan

dari virus korona. Awal mula virus ini diketahui berasal dari negara Wuhan,Cina yang terjadi

pada bulan Desember 2019. Virus Covid-19 telah menyerang hampir seluruh negara di dunia

ini sehingga dapat disebut sebagai pandemi.

WHO sedang di dalam proses melakukan penelitian mengenai cara penyebaran dari

virus COVID-19 dengan tetap membagikan temuan baru. Seseorang dapat dikatakan tertular

orang yang dinyatakan positif COVID-19 melalui tetesan kecil yang berasal dari hidung

ataupun mulut dari orang ke orang pada saat pasien tersebut melakukan batuk, berbicara, dan

juga bersin. Tetesan tersebut dikatakan relatif berat dikarenakan pergerakan terjadi sangat

dekat dan mudah tenggelam ke tanah. Pentingnya menjaga jarak paling tidak satu meter dari

penderita agar tidak terjadi terhirupnya atau terkenanya tetesan dari penderita COVID-19.

Setiap masyarakat dianjurkan untuk mencuci tangan dengan sabun ataupun menggunakan

antiseptik yang terdapat kandungan alkohol secara berkala hingga bersih dikarenakan apabila

seseorang menyentuh beberapa permukaan yang berkompeten menjadi titik terjatuhnya tetesan

kecil seperti gagang pintu, meja, ataupun sentuhan tangan maka virus tersebut akan menyebar.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut McCusker, K., &

Gunaydin, S. (2015), metode kualitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang “apa (what)”, “bagaimana (how)”, atau “mengapa (why)” atas suatu fenomena. Penggunaaan metode kualitatif untuk memastikan kualitas dari proses penelitian, sebab peneliti tadi akan

menginterpretasi data yang telah dikumpulkannya.

Teknik yang digunakan dalam metode ini yaitu pengumpulan data. Data akan

didapatkan berasa dari hasil wawancara dan beberapa sumber yang berada di internet

mengenai kompetensi yang sedang diminati oleh banyak perusahaan serta cara pengembangan

kompetensi yang dapat dilakukan di masa pandemi covid 19 ini. Penentuan narasumber

didasarkan oleh survey penulis di lingkungan sekitar dengan mempertimbangkan usaha yang

dijalankan sesuai dengan judul penelitian ini yaitu berpacu terhadap strategi bertahan di kondisi

pandemi ini serta usaha yang terdampak akibat pandemi. Penelitian akan dilanjutkan dengan

mengaitkan teori dengan data yang telah dikumpulkan.

Wawancara dilakukan terhadap dua pemilik usaha online, yaitu :

1. Narasumber 1 : Herna Angelica, pemilik usaha Serendiptydesign

2. Narasumber 2 : Dinar Dinasty Lutfia, pemlik usaha Herskinnn

Dimana pertanyaan yang diajukan peneliti kepada narasumber yaitu :

1. Apa nama usaha yang sedang anda jalankan ?

2. Apa yang anda pelajari untuk mempertahankan usaha anda di tengah pandemi ?

3. Bidang pekerjaan apa uamh anda akan berikan dalam usaha anda di tengah pandemi ini?

Page 80: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

76

4. Kualifikasi apa yang anda butuhkan apabila atau sedang mencari karyawan ?

5. Kepribadian seperti apa yang anda butuhkan ?

6. Training seperti apa yang akan anda lakukan untuk mengembangkan kompetensi

karyawan anda ?

Pembahasan

Dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terhadap kedua pemilik usaha online

mengenai kompetensi ataupun kualifikasi apa yang dibutuhkan saat pandemi COVID-19 ini

melalui bidang pekerjaan yang sedang atau akan narasumber berikan terhadap calon karyawan.

Hasil wawancara dalam penelitian ini yaitu :

Tabel 1. Hasil Wawancara dengan Narasumber 1

Peneliti Apa nama usaha yang sedang anda jalankan ?

Narasumber 1 Jasa line art bernama Serendiptydesign

Peneliti Apa yang anda pelajari untuk mempertahankan usaha anda di tengah pandemi ?

Narasumber 1 Sering melakukan promosi , memberikan promo, serta membuka dropshipper via

shopee

Peneliti Bidang pekerjaan apa yang anda akan berikan dalam usaha anda di tengah pandemi ini ?

Narasumber 1 Bidang design

Peneliti Kualifikasi apa yang anda butuhkan apabila atau sedang mencari karyawan ?

Narasumber 1 Dapat menggunakan Photoshop atau sejenisnya, dapat menggambar

Peneliti Kepribadian seperti apa karyawan yang anda butuhkan ?

Narasumber 1 Dapat bekerja keras, tanggung jawab, bekerja di bawah tekanan, kreatif

Peneliti Training seperti apa yang akan anda lakukan untuk mengembangkan kompetensi

karyawan anda ?

Narasumber 1 Workshop dam seminar

Tabel 2. Hasil Wawancara dengan Narasumber 2

Peneliti Apa nama usaha yang sedang anda jalankan ?

Narasumber 2 Bidang skincare bernama Herskinnn

Peneliti Apa yang anda pelajari untuk mempertahankan usaha anda di tengah pandemi ?

Narasumber 2 Membuat konten di sosial media untuk menarik perhatian konsumen

Peneliti Bidang pekerjaan apa yang anda akan berikan dalam usaha anda di tengah

pandemi ini ?

Narasumber 2 Bidang customer service

Peneliti Kualifikasi apa yang anda butuhkan apabila atau sedang mencari karyawan ?

Narasumber 2 Dapat menggunakan Microsoft untuk pengolahan penjualan, dapat bekerja sesuai target

Peneliti Kepribadian seperti apa karyawan yang anda butuhkan ?

Narasumber 2 Ramah terhadap customer

Peneliti Training seperti apa yang akan anda lakukan untuk mengembangkan kompetensi

karyawan anda ?

Narasumber 2 Memberikan latihan secara online dengan mengutamakan interaksi

Page 81: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

77

Menurut hasil dari wawancara yang telah dilakukan dengan dua pemilik usaha online

di bidang berbeda, menunjukkan dalam masa pandemi ini pemilk usaha lebih fokus terhadap

perkembangan dari usaha masing-masing melalui media sosial yang ada. Kedua pemilik usaha

tersebut membutuhkan calon pekerja yang dapat melayani konsumen serta skill tertentu yang

mendukung bidang usaha tersebut, seperti pada narasumber 1 membutuhkan karyawan yang

dapat melakukan kegiatan design, sedangkan pada narasumber 2 membutuhkan karyawan yang

dapat mengoprasikan Microsoft untuk mengelola hasil penjualan. Pengembangan kompetensi

karyawan dari kedua pemilik usaha tersebut lebih menekankan melalui online dimana

narasumber 2 juga mementingkan interaksi antara pemilk usaha serta calon karyawan.

Menurut CNN Indonesia, Pada masa pandemi ini membuat sebagaian perusahaan harus

melakukan pengurangan bahkan tidak membuka rekrutmen. Sektor ekonomi menjadi lumpuh

akibat pandemi ini sehingga perusahaan terpaksa melakukan PHK atau yang dapat kita sebut

Pemutusan Hubungan Kerja. Walaupun di kondisi pandemi covid 19 ini, tidak sedikit

perusahaan yang tetap membuka beberapa divisi pekerjaan. Pekerjaan itu ialah :

a. Tenaga Kesehatan

Profesi ini sangat dibutuhkan untuk menolong pasien positif korona, dimana pemerintah pun

sampai membutuhkan relawan, seperti salah satunya relawan perawat di Rumah Sakit Darurat

Wisma Atlet Kemayoran.

b. Guru Privat

Akibat rasa tertekan yang dialami orang tua dalam mengajari anak-anaknya, profesi guru privat

sangat dicari dalam masa pandemi ini. Dengan hadirnya guru privat, setidaknya meringankan

sedikit beban orang tua. Sebab menjadi guru dengan penguasaan materi cukup sulit dilakukan.

c. Psikolog

Di masa pandemi ini dibutuhkan sosok psikologi untuk memberikan solusi akan rasa

kekhawatiran yang terjadi. Hal tersebut dibutuhkan karena pemberintaan di media tentang

pertambahan kasus korona.

d. Kurir Barang dan Makanan

Terjadi peningkatan penggunaan belanja online semenjak seluruh masyarakat dihimbau di

rumah saja. Peningkatan tersebut membuat kurir kewalahan untuk memenuhi permintaan

konsumen. Kejadian tersebut membuat perusahaan ekspedisi membutuhkan karyawan baru

sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

e. Staff e-commerce

Shoppe, Tokopedia, Lazada, dan Bukalapak akhirnya memutuskan merekrut karyawan akibat

peningkatan pesanan melalui online.

f. Freelancer

Semenjak seluruh masyarakat dihimbau untuk melakukan kegiatan di rumah, terjadi

peningkatan freelancer dalam bidang jasa terutama bagian design. Kegiatan tersebut dapat

menghasilkan uang tanpa mengganggu kegiatan yang lain.

g. Programmer

Perubahan dari sistem kerja manual menjadi digital membuat terjadinya peningkatan pekerjaan

bidang programmer. Maka beberapa perusahaan membutuhkan sebuah sistem terintegrasi yang

Page 82: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

78

dapat membuat alur kerja lebih mudah, seperti pengumpulan data, tanda tangan secara online

serta validasi file lainnya dalam hitungan detik.

h. Akuntan Publik

Pandemi ini setiap perusahaan harus memastikan laporan keuangan serta konsekuensi pajak

yang membuat pekerjaan akuntan mengalami peningkatan. Perusahaan menilai bahwa akuntan

lebih netral dibanding audit.

i. Pekerja Konstruksi

Terjadinya peningkatan proyek pembangunan seperti rumah membuat perusahaan proyeksi

melakukan prekrutan karyawan yang berasal dari teknik sipil hingga kuli bangunan.

j. Produsen Masker Kain

Pemerintah telah melakukan himbuan penggunaan masker untuk menghindari penyebaran

virus korona. Himbauan tersebut menjadi peluang usaha masker kain sehingga terjadinya

peningkatan permintaan.

Menurut katadata.co.id, perusahaan akan semakin ketat dalam memilih calon pekerja

dimana setiap institusi menggunakan beberapa metode dalam mendapatkan pekerja yang

memiliki kompetensi yang tinggi. Pada masa pandemi COVID 19 ini terjadi peningkatan

pengangguran akibat PHK yang terpaksa dilakukan oleh perusahaan. Peningkatan tersebut

dikemukakan oleh Mentri Ketenagakerjaan yang benama Ida Fauziah, dimana peningkatan

tersebut mencapai 2,97 juta hingga 5,23 juta orang pada tahun ini. Saat di Istana Merdeka pada

18 Juni 2020, Ida Fauziah juga mengatakan akan berusaha menekan angka pengangguran agar

tidak mencapai 2 digit. Melansir dari Business Insider, LinkedIn merilis lima soft skill yang

paling dibutuhkan perusahaan pada tahun ini :

1. Kreatifitas

Kreatif dan pemecahan masalah merupakan dua hal yang dibutuhkan perusahaan saat ini

karena dinilai tidak bersifat kaku maupun dinamis.

2. Persuasi

Persaingan yang ketat terhadap competitor, membuat perusahaan membutuhkan pekerja yang

memliki kemampuan yang dapat meyakinkan ide yang dimilikinya.

3. Kolaboratif

Kemampuan menggambungkan ide pribadi dengan yang lain dinilai terdapat nilai tambah

dalam bekerja di perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dianggap berkompeten dalam bekerja

sama dengan tim.

4. Adaptif

Semenjak pandemi ini terjadi perusahaan mengharapkan karyawan yang dapat beradaptasi

dengan cepat.

5. Kecerdasan emosional

Perusahaan membutuhkan karyawan yang dapat mengelola emosinya dengan baik. Tekanan

yang cukup tinggi terjadi dapat membuat seseorang menjadi stress dimana hal tersebur dapat

Page 83: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

79

mengganggu perfoma perusahaan sehingga perusahaan mengharapkan karyawan dapat

mengendalikan itu dengan sebaik mungkin.

Menurut uptown.id, kemampuan dari seorang karyawan sangat dibutuhkan oleh

perusahaan untuk menciptakan keefisienan dalam sebuah pekerjaan. Pemberlakuan gaya kerja

baru atau yang dapat kita sebut The New Normal akibat pandemi covid 19 yang terjadi

membuat persaingan dalam dunia kerja menjadi semakin ketat. Terdapat 7 skills yang

dibutuhkan saat pandemi ini adalah :

1. Kemampuan Beradaptasi

Perusahaan sudah menjadi keharusan dalam menaati peraturan pemerintah. Saat ini pandemi

korona yang mengguncang beberapa negara membuat setiap pekerjaan ataupun tanggung

jawab harus dikerjakan di rumah. Sebagai contoh nyata bahwa setiap pekerja dianjurkan mulai

terbiasa menggunakan layanan online seperti video call sebagai perubahan diskusi tatap muka.

Perubahan tersebut membuat setiap perusahaan membutuhkan karyawan yang mampu

beradaptasi pada kondisi tertentu.

2. Berpikir Kritis

Semasa pandemi korona ini menimbulkan banyak berita yang terbilang tidak sesuai kenyataan

atau biasa kita dapat sebut yaitu berita hoax. Agar tidak termakan berita tersebut, perusahaan

sangat membutuhkan karyawan yang dapat beripikir secara kritis. Kemampuan itu sangat

dibutuhkan perusahaan untuk meningkatkan kembali perekonomian yang sempat mengalami

penurunan akibat pandemi covid 19 ini.

3. Kreatifitas dan Kemampuan Berinovasi

Perusahaan di tengah pandemi ini membutuhkan karyawan yang dapat menciptakan ide- ide

unik serta kreatif agar dapat menghasilkan keuntungan dalam jumlah banyak. Dimana hal

tersebut dikarenakan banyak perusahaan yang berusaha berinovasi di saat sulit seperti ini,

mulai dari restoran yang mulai mengambil pesanan secara online, bisnis fashion yang membuat

masker dari sisa kain, serta pengusaha kopi yang berinovasi menyediakan minuman dalam

bentuk botol literan.

4. Analisis Data

Dalam membangun kembali perusahaan mengenai pengambilan keputusan, perusahaan

membutuhkan seorang analis data. Bagian tersebut sangat berguna selepas pandemi korona

berakhir nantinya bagi sebuah perusahaan. Seperti yang dikatakan Fast Company, perusahaan

mesti menganalisa konsumen, permintaan pasar, dan sebagainya dari data- data yang telah

dikumpulkan.

5. Keterampilan Teknologi

Keterampilan teknologi seperti paham dalam membentuk kecerdasan buatan atau yang dapat

kita sebut Artificial Intellegence, pembuatan Big Data dan sebagainya sangat perlu

dipersiapkan setiap individu dalam kondisi pandemi korona atapun setelahnya untuk menjadi

alternatif yang merupakan bekal individu ke depannya.

6. Digital/ Social Marketing

Kondisi pandemi ini membuat bidang pekerjaan Digital/ Social Marketing banyak diberikan

oleh perusahaan. Keahlian yang dapat dipelajari seperti SEO atau yang dapat disebut Search

Page 84: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

80

Engine Optimization, kemudian SEM atau Search Engine Marketing, serta email marketing

oleh sejumlah individu. Keahlian-keahlian tersebut seperti yang dikatakan Fast Company dapat

membantu perusahaan dalam melakukan personal branding atau dalam kata lain membangun

kembali brand perusahaan tertentu di masa yang akan dating.

7. Kecerdasan Emosional

Perusahaan dan para karyawannya berusaha menciptakan suasana yang posiitf dengan

kerjasama yang lebih baik dengan sesama karyawan serta menekan keresahan klien. Hal

tersebut membuktikan bahwa setiap perusahaan membutuhkan karyawan yang memliki

kemampuan kecerdasan emosional. Keadaan pandemi ini membuat emosional setiap individu

dipertaruhkan dikarenakan banyak hal yang belum berjalan stabl bahkan selepas pandemi ini

nantinya. Kecerdasan emosional setidaknya memberikan 80% mengenai faktor kesuksesan dari

setiap individu maupun organisasi sedangkan 20% berasal dari IQ, hal tersebut dikatakan oleh

Daniel Goleman di dalam penelitiannya di tahun 2000. Kecerdasan emosional atau yang dapat

kita sebut EQ juga merupakan kemampuan untuk menyadari, mengontrol emosi, serta

mengekspresikan emosi diri sendiri maupun memahami emosi orang lain.

Menurut resource.urbanhire.com, pengembangan atau yang dapat kita sebut pelatihan

terhadap para karyawan menjadi agenda yang tertunda sehingga perusahaan perlu melakukan

tindakan untuk mengembalikan atau memulai kembali agenda tersebut. Hal tersebut menjadi

tantangan baru untuk para HR untuk tetap melakukan pengembangan pada saat pemerintah

memberlakukan Physical Distancing ataupun WFH. Pengembangan tersebut dapat dilakukan

dengan cara online. Cara-cara tersebut ialah :

1. Atasan Ikut Berpartisipasi

Keterlibatan langsung dari CEO ataupun atasan dari sebuah perusahaan dalam sebuah pelatihan

dapat membantu meningkatkan keselarasan seluruh karyawan dan peningkatan keterlibatan.

Tindakan seperti itu dapat membantu meningkatkan rasa antusias para karyawan dikarenakan

mereka merasa langsung mendapatkan ilmu dari atasan sebuah perusahaan dalam kegiatan

pengembangan. Maka dari itu, tindakan tersebut dapat menjadi langkah awal perusahaan dalam

melakukan pengembangan.

2. Tambahkan Hal-hal Interaktif

Kegiatan- kegiatan yang dinilai memiliki unsur interaktif dapat dilakukan atasan perusahaan

untuk menarik perhatian para karyawan dalam kegiatan pengembangan. Pelatihan dapat

dilakukan dengan pembagian waktu presentasi menjadi maksimal 30 menit dan sisa waktu

dapat digunakan untuk berinteraksi langsung dengan memberikan praktik pelatihan dan timbal

balik mereka. Keterbatasan interaksi dan jarak menjadi tantangan tersendiri dalam

melaksanakan pelatihan secara online.

3. Mempertahankan Sentuhan Manusia

Dalam melaksanakan program pengembangan, untuk mencapai hasil yang baik dan efektif,

perusahaan dapat melakukan sesi berdiskusi ataupun saling bertukar hal lucu yang dapat

membuat karyawan tetap berinteraksi dengan sesama partner. Hal tersebut menjadi tantangan

selanjutnya, dimana perusahaan mempertahankan sentuhan manusia walaupun melakukan

kegiatan pengembangan melalui daring.

Page 85: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

81

Pembahasan

Dari berita-berita yang telah diambil dari beberapa website terpecaya serta wawancara

yang telah dilakukan terlihat beberapa kompetensi yang dapat dikembangkan serta dipelajari

oleh karyawan dan calon karyawan untuk bertahan ataupun memulai masuk ke dunia kerja di

masa pandemi ini. Kompetensi-kompetensi yang diharapkan perusahaan di masa pandemi ini

tidak jauh dari Information Technology ,Financial, dan Customer Service.

Berdasarkan hasil wawancara dari kedua narasumber, Customer Service menjadi salah

satu pekerjaan yang sangat dicari di masa pandemi ini. Hal tersebut dikarenakan untuk

membantu pelaksanaan kegiatan ekonomi yang dilakukan serba digital atau online. Dengan hal

itu, pemilik usaha online, dimana di masa pandemi ini semua dialihkan serba online sehingga

peningkatan e-commerce terjadi membuat mereka membutuhkan para calon karyawan yang

dapat berkomunikasi dengan baik serta menguasai skill-skill yang berkaitan dengan Customer

Service.

Kompetensi Information Technology sangat dibutuhkan dikarenakan masa pandemi ini

menuntut setiap pekerjaan untuk bekerja di rumah, dimana semua akan dilakukan melalui

digital. Dalam mengintegrasi seluruh data karyawan serta operasional perusahaan

membutuhkan bagian IT untuk membuat pekerjaan tersebut berjalan dengan lancar.

Kompetensi Information Technology juga dibutuhkan karena mempersiapkan perkembangan

zaman dimana semua akan serba digital.

Kompetensi Financial juga sangat dibutuhkan oleh perusahaan ataupun badan usaha.

Hal tersebut dikarenakan perusahaan membutuhkan seseorang yang berkompeten menghitung

serta menganalisa pajak di masa pandemi ini. Data pemasukan serta pengeluaran pun tetap

dibutuhkan setiap perusahaan untuk memastikan operasional tetap berjalan dengan lancar.

Peningkatan usaha online terjadi di masa pandemi ini dikarenakan hal tersebut tetap

bisa dilakukan bahkan menjadi mata pencaharian utama di saat work from home dilakukan.E-

commerce sangat membutuhkan customer service untuk menjalankan suatu usaha, hal tersebut

membuat kompetensi customer service sangat dibutuhkan di masa pandemi covid 19 ini.

Dalam mengembangkan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan perusahaan harus

dilengkapi softskills tertentu agar kompetensi yang dimiliki dapat diasah dengan baik.

Perusahaan juga menentukan karyawan baru yang masuk dari kepribadian ataupun perilaku

seseorang. Softskills yang bisa dikembangkan saat kondisi pandemi covid 19 ini yaitu

kemampuan beradaptasi, kreatif serta kecerdasan emosional. Kemampaun beradaptasi

dibutuhkan karena terjadinya perubahan besar saat pandemi ini, dimana kita harus tetap

berkompeten dalam sebuah pekerjaan yang awalnya secara offlline menjadi online. Hal itu

membuat perusahaan tetap mempercayai kita tetap bisa bekerja di kondisi apapun. Emosi

seseorang sangat berpengaruh terhadap perfoma perusahaan, pada masa pandemi ini dimana

segala sesuatu serba sulit, maka kita sebagai pekerja harus pandai dalam mengatur emosi agar

tetap memastikan pekerjaan dilakukan dengan baik dan lancar. Para karyawan ataupun seorang

entrepreuner muda yang baru mengawali karir membutuhkan kreatifitas untuk menciptakan

keunikan serta membuat usaha tersebut dapat berjalan dalam jangka panjang.

Dalam mengembangkan kompetensi-kompetensi tertentu yang mengandung hardskills

membutuhkan training yang dilakukan oleh HR kepada para karyawan baru. Pandemi covid 19

Page 86: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

82

ini tidak memungkinkan training dilakukan di perusahaan dengan jumlah pekerja yang sangat

banyak, di lain sisi perusahaan ataupun badan usaha harus tetap melaksanakan training untuk

memastikan operasional dari usaha tersebut dapat tetap berjalan dengan lancar, maka dari itu

semua HR beralih ke training secara online. Melakukan pelatihan ataupun pengembangan

kompetensi bukan perkara yang mudah serta terdapat beberapa hambatan seperti jaringan,

kepastian tingkat mengerti para karyawan serta mempertahankan pembangunan komunikasi

antar karyawan dan dengan atasan. Dalam memastikan training dapat berjalan dengan lancar,

seorang HR harus melakukan beberapa cara agar setiap karyawan dapat menangkap semua

kegiatan training, cara-cara tersebut ialah pemimpin perusahaan bisa mengikuti training online

untuk pengenalan lebih dekat dengan para karyawan baru serta membuka diskusi untuk

membuat hubungan karyawan serta atasan bisa semakin erat.

Kesimpulan

Pandemi covid 19 mulai mengguncang negara Indonesia pada awal Maret 2020, dimana

semua pekerjaan harus dihentikan sementara dengan bekerja dari rumah. Sebagian perusahaan

juga menerapkan PHK yang menyebabkan angka pengangguran semakin meningkat. Selama

work from home terjadi, setiap pekerja dituntut untuk menyelesaikan tanggung jawabnya

melalui perangkat yang mendukung.

Dalam menghadapi kondisi ini membuat setiap orang harus berpikir bagaimana

bertahan di sebuah pekerjaan maupun mencari bekerja untuk bertahan hidup. Masa pandemi

ini membuat banyak perusahaan meminimalisir pencarian pekerjaan. Akan tetapi ada beberapa

pekerjaan tetap dibuka oleh sejumlah badan usaha. Bagi seseorang yang memiliki kompetensi

Information Technology, Financial, serta Customer Service memiliki banyak peluang di masa

pandemi ini. Hal tersebut dikarenakan pandemi ini setiap pekerjaan dilakukan dengan serba

digital dan terjadinya peningkatan di bidang usaha online. Dalam menjalankan perusahaan,

pencatatan pendapatan , pengeluaran , serta pajak tetap menjadi bagian tanggung jawab

perusahaan di kondisi apapun termasuk saat pandemi ini, hal tersebut membuat kompetensi

financial masih sangat dibutuhkan saat ini.

Para pemilik usaha seperti Serendiptydesign dan Herskinnn juga sangat membutuhkan

para calon karyawan yang menguasai bidang Customer Service. Peningkatan e-commerce

terjadi karena kegiatan ekonomi saat ini dipaksa untuk dilakukan di rumah untuk menahan

seluruh penyebaran virus ini. Peningkatan tersebut membuat kedua pelaku usaha tersebut

membuka lowongan pekerjaan yang dapat membantu jalannya usaha dengan

mempertimbangkan skill pekerjaan tersebut seperti mampu berkomunikasi dengan baik.

Softskills yang menjadi pertimbangan perusahaan seperti kecerdasan emosional, adaptif , dan

kreatif juga sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk menjadi perfoma perusahaan.

Perusahaan mengharapkan karyawan ataupun calon karyawan memliki kompetensi tersebut.

Dalam mengembangkan kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan cara training online

dengan melakukan interaksi untuk mempererat hubungan antara pelamar maupun pemberi

kerja.

Daftar Pustaka

Endah Pratiwi, Nur. 2018. PENGARUH DIMENSI KOMPETENSI TERHADAP KINERJA

PEGAWAI PADA DINAS TENAGA KERJA KOTA CIMAHI. Thesis Universitas

Pasudan.

Page 87: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Nadella, Dedi Rianto Rahadi

83

KemnkeuRI.2019. Memahami Metode Penelitian Kualitatif.

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12773/Memahami-Metode-

PenelitianKualitatif.html (diakses pada tanggal 14 Oktober 2020)

Mardin Amin,Namira.2015. PENGARUH KOMPETENSI TERHADAP KINERJA

PEGAWAI DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SIDENRENG

RAPPANG.Thesis Universitas Hasanuddin

Markey.2019. Pengembangan SDM Tujuan, Manfaat & Ruang Lingkupnya.

https://markey.id/blog/bisnis/pengembangan-sdm (diakses pada tanggal 4 Oktober

2020)

Maxmanroe. Pengertian Kompetensi: Definisi, Jenis-Jenis, dan Manfaat Kompetensi.

https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-kompetensi.html (diakses

pada tanggal 4 Oktober 2020 )

Om.makplus.2015.Pengertian Konsep Pengembangan. http://www.definisi-

pengertian.com/2015/05/pengertian-konsep-pengembangan.html ( diakses tanggal 4

Oktober 2020 )

Satgas Covid19.2020. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahub 2020

Tentang PSBB. https://covid19.go.id/p/regulasi/pp-no-21-tahun-2020-tentang-psbb-

dalam-rangka-penanganan-covid-19, (diakses pada tanggal 6 Januari 2021)

Sorta,Tobing.2020. Lima Soft Skill yang Wajib Dimiliki Pencari Kerja di Masa Pandemi.

https://katadata.co.id/sortatobing/berita/5f1ef0c309a3b/lima-soft-skill-yang-wajib-

dimiliki-pencari-kerja-di-masa-pandemi (diakses pada tanggal 29 September 2020)

Detik.com, T. (2020). Kapan Sebenarnya Corona Pertama Kalo Masuk RI. Retrieved from

https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-pertama-kali-

masuk-r

Tim,CNN Indonesia.2020. 10 Pekerjaan yang Laku di Masa Pandemi Corona.

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200702112635-284-519969/10-

pekerjaan-yang-laku-di-masa-pandemi-corona ( diakses pada tanggal 29 September

2020 )

Uptown.2020. INI DIA 7 SKILL YANG HARUS DIMILIKI SETIAP KARYAWAN

SETELAH PANDEMI. https://uptown.id/id/2020/06/18/ini-dia-7-skill-yang-harus-

dimiliki-setiap-karyawan-setelah-pandemi/ ( diakses pada tanggal 29 September 2020)

Urbanhire.2020 Pengembangan Karyawan Di Tengah Pandemi.

https://resources.urbanhire.com/pengembangan-karyawan-di-tengah-pandemi/

(diakses pada tanggal 29 September 2020)

WHO.2020.Q&A on coronaviruses (COVID-

19).https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/question-and-

answers-hub/q-a-detail/q-a-coronaviruses#:~:text=symptoms ( diakses pada tanggal 4

Oktober 2020 )

Yostan AL. 2019. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi, Bakat

dan Ketahanan dalam Organisasi. Sumber Daya Manusia. 7(1): 2-3.

Page 88: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

84

Pengaruh e-Service Quality terhadap e-Loyalty melalui e-Customer

Satisfaction sebagai Intervening pada Pengguna Aplikasi Mobile Apps

Studying abroad

(Penelitian pada Calon Pelajar yang akan Melanjutkan Studi ke Luar

Negeri)

Rianto Nurcahyo

Bina Nusantara University

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh e-service quality terhadap e-

loyalty pengguna aplikasi Apps for studying abroad secara tidak langsung melalui e-

satisfaction terhadap calon pelajar yang akan melanjutkan studi ke luar negeri di Jabodetabek

. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Partial Least Square-SEM dengan aplikasi SmartPLS. Metode

pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner yang disebarkan kepada 162 Calon pelajar

di Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa e-service quality berpengaruh

signifikan terhadap e-customer satisfaction serta e-Customer satisfaction berpengaruh

signifikan terhadap e-loyalty, dan terdapat pengaruh tidak langsung antara e-service quality

dengan e-loyalty melalui e-customer satisfaction.

Kata Kunci: e-service quality, e-loyalty, e-customer satisfaction, belajar di luar negeri.

Pendahuluan

Pendidikan adalah hal mendasar, sebuah negara akan maju bila memiliki Sumber Daya

Manusia yang berpendidikan. Pendidikan adalah faktor paling penting untuk kemajuan suatu

bangsa. Menurut (Puspitasari & Patrikha, 2018). Ketatnya persaingan secara global merupakan

salah satu faktor mengapa banyak -pelajar didunia memilih pendidikan untuk meraih gelar

yang mempunyai kualitas yang lebih baik. Tanpa Pendidikan yang berkualitas, tidak akan ada

generasi penerus bangsa yang unggul dan mampu bersaing di era globalisasi yang semakin

kompetitif. Kuliah ke luar negeri sudah tentu menjadi alternatif yang menjawab tantangan

global. Saat ini minat pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri terus meningkat

setiap tahunnya. Berdasarkan studi, terdapat lebih dari 50 ribu siswa Indonesia yang belajar ke

luar negeri setiap tahunnya. Ini menjadikan Indonesia kandidat terkuat yang akan memimpin

pertumbuhan industri pendidikan secara global. Dibuktikan dengan pencapaian rasio

pendaftaran pendidikan tinggi di Indonesia yang pada 2016 lalu sebesar 32 persen. Angka ini

nyaris mendekati pencapaian rasio di China sebesar 44 persen dan Malaysia sebesar 40

persen.Adapun negara tujuan yang banyak diminati kalangan pelajar Indonesia yaitu Australia,

New Zealand, UK, USA, dan China. Sementara untuk Eropa, jumlah peminat naik sebesar 51

persen. Di Kanada, peminatnya meningkat sebesar 15 persen. Demikian halnya di negara-

negara Asia yang semakin banyak peminat. Di Malaysia, jumlah pelajarnya meningkat 30

persen. Diikuti pula di Singapura yang peminatnya naik 11 persen.Saat ini di Indonesia sendiri,

program pathway atau twinning program semakin diminati. Dalam setahun, jumlah pelajar

yang mendaftar melalui program ini meningkat sebesar 40 persen. Ini membuktikan, sekalipun

Page 89: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

85

kegiatan kuliah berlangsung di Indonesia, para pelajar tetap menginginkan ijazah berstandar

internasional sehingga harapan dari orangtua ingin memastikan putra/I nya untuk mendapat

pendidikan terbaik dan berkualitas.Untuk menjawab demand dari segmentasi pasar terhadap

minat pelajar indonesia untuk melanjutkan studi ke luar negeri, beberapa agent pendidikan

studi ke luar negeri berupaya untuk memberikan layanan yang optimal kepada calon pelajar

berupa mengadakan kegiatan promosi seperti pameran pendidikan, info session, dengan

melalui sosial media.

Kehadiran agent pendidikan luar negeri sebagai perantara, penyedia informasi, dan

pemberi petunjuk bagi pelajar , sangat membantu dalam mewujudkan impian kuliah penerus

bangsa ini melalui studi ke luar negeri dan untuk memberikan layanan hal tersebut ,salah satu

usaha yang dilakukan oleh agent pendidikan yang memiliki beberapa kantor cabang di

indonesia memberikan layanan yang optimal kepada calon pelajar dan orang tua aplikasi

layanan Mobile Apps Studying abroad . Dengan layanan ini segala hal yang berhubungan

informasi tentang University di luar negeri, jadwal pameran pendidikan selama setahun, serta

layanan one stop shopping yang dapat diberikan seperti informasi dari pendaftaran sekolah,

kursus persiapan IELTS/TOEFL/SAT, pengurusan visa pelajar yang semuanya dapat

dilakukan melalui sistem ini.Adapun Identifikasi masalah dari penelitian ini ; bagaimana

pengaruh e-service quality terhadap e-satisfaction pengguna layanan aplikasi Mobile Apps

Studying abroad pada calon pelajar yang akan melanjutkan studi ke luar negeri Jabodetabek ,

bagaimana pengaruh e-service quality terhadap e-loyalty pengguna layanan aplikasi Mobile

Apps Studying abroad pada calon pelajar yang akan melanjutkan studi ke luar negeri

Jabodetabek, bagaimana pengaruh e-satisfaction terhadap e-loyalty bagi pengguna layanan

aplikasi Mobile Apps Studying abroad pada calon pelajar yang akan melanjutkan studi ke luar

negeri Jabodetabek

.

Landasan Teori

Global Marketing Strategy menurut Viswantahan dan Dickson (2006) dalam

Simbolon (2013) menyatakan bahwa Strategi Pemasaran Global meliputi dua pendekatan yaitu

strategi pemasaran standar dan strategi pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi negara

tempat bisnis perusahaan dipasarkan (Standardization and adaptation of marketing strategies).

Untuk strategi pemasaran dengan pendekatan standar lebih menekankan pada pasar global yang

memiliki sifat pelanggan yang homogen(consumer homogeneity). Strategi ini menekankan

perusahaan untuk dapat memasarkan produk dan layanan yang sama di seluruh dunia dengan

menggunakan biaya yang lebih rendah dan margin yang lebih tinggi. Strategi global dibangun

berdasarkan sistem informasi yang meneliti lingkungan bisnis dunia untuk mengidentifikasi

peluang, tren, ancaman dan sumber daya. Strategi global dibuat untuk menciptakan penawaran

kepada skala global. Keuntungannya : tidak hanya kesuksesan tetapi juga keberlangsungan

perusahaan (Keegan dan Green, 2015:49).

Service (Intangible) - service yang dimaksud dalam hal ini adalah jasa. Alma dalam

Murdiyanto (2018) mendefinisikan jasa sebagai sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara

terpisah dari wujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu Kotler dan Keller

(2013:5) berpendapat bahwa service atau jasa adalah produk yang tidak memiliki wujud, tidak

dapat dipisahkan, bervariasi dan dapat hilang.Jadi jasa merupakan kegiatan yang memberikan

manfaat yang dapat ditawarkan kepada pelanggan yang pada dasarnya miliki sifat tidak

berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun.

Pemasaran Jasa pendidikan - Dengan kehadiran lembaga-lembaga pendidikan

swasta, membawa perubahan dinamika masyarakat yang mempunyai pengaruh terhadap

program yang ditawarkan(Kalenskaya, Gafurov, & Novenkova, 2013) dan dampaknya

Page 90: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

86

terhadap faktor layanan yang disediakan karena saat ini pasar ingin mendapatkan solusi

tentang pendidikan melalui seorang konsultan (Mark, Sherrard, & Prendergast, 1996).

Agent pendidikan luar negeri - menurut oleh Krasocki (2002) dalam (Wiggins,

2016), adalah Individu, perusahaan, atau organisasi yang menyediakan layanan secara

komersial guna membantu pelajar dan orang tua untuk mendapatkan layanan yang terkait

tentang studi ke luar negeri, sedangkan penelitian dari (Thieme, 2017) menjelaskan bahwa

Agen tidak hanya membantu proses pelajar yang akan melanjutkan studi ke luar negeri tetapi

agent harus memiliki network dengan stakeholder seperti : institusi dari luar negeri, embassy,

airlines, dll. Sementara penelitian yang dilakukan oleh (Tuxen & Robertson, 2018)

menjelaskan bahwa menariknya minat pelajar yang akan melanjutkan studi ke luar negeri ini,

memberikan peluang para agent untuk membuat strategi pemasaran yang efektif melalui

pemasangan iklan reklame, promosi melalui media massa dan pameran pendidikan

internasional,dll.

E-service Quality atau E-ServQual merupakan versi baru dari Service Quality

(ServQual). E-ServQual dikembangkan untuk mengevaluasi suatu pelayanan yang diberikan

pada jaringan Internet. E-Service Quality didefinisikan sebagai perluasan dari kemampuan

suatu situs untuk memfasilitasi kegiatan belanja, pembelian, dan distribusi secara efektif dan

efisien (Chase, Jacobs, & Aquilano, 2006). Berdasarkan Ho dan Lee (2007), terdapat 5 dimensi

pengukuran e-service quality, yaitu: Information Quality, Security, Website Functionality,

Customer Relationship, serta Responsiveness dan Fulfillment.

E-satisfaction- menurut (Ranjbarian et al., 2012) mendefinisikan bahwa e-satisfaction

atau kepuasan pelanggan online dimana merupakan hasil dari persepsi konsumen terhadap

kenyamanan online, perdagangan/cara transaksi, desain situs, keamanan, dan pelayanan atau

dapat dijelaskan bahwa e-satisfaction merupakan kenyamanan yang dirasakan konsumen saat

menggunakan fasilitas dan pelayanan yang diberikan perusahaan secara online.

E-loyalty - niat konsumen untuk mengunjungi website, mobile apps , yang dapat

diartikan sebagai ketertarikan konsumen kepada perusahaan untuk melakukan pembelian

berulang (Hur et al., 2011) terdapat empat bagian (dimensi), yaitu, congnitive, affective,

conative, dan action yang merupakan penerapan dari dimensi tersebut.

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Asosiatif dimana penelitian yang bersifat

menghubungkan dua variabel atau lebih (Sinambela, 2014:67) ; Sugiyono

(2012:11).Berdasarkan metodenya, penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kuantitatif dan

kualitatif. Untuk metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2012:14). Unit analisis yang

dituju adalah calon pelajar yang menggunakan Mobile Apps studying abroad di wilayah

jabotabek dan dimensi waktu (time horizon) yang digunakan pada penelitian ini adalah cross

sectional. Menurut Sekaran dan Bougie (2013) studi cross sectional adalah sebuah studi yang

dimana pengumpulan datanya hanya dilakukan satu kali, melalui periode waktu dalam

beberapa hari, atau beberapa minggu atau beberapa bulan untuk menjawab pertanyaan dalam

sebuah riset. Berhubungan dengan itu, penelitian ini akan meneliti terhadap calon pelajar yang

telah menggunkan layanan mobile apps pada konsultan pendidikan XYZ, dengan mengambil

unit sample melalui pameran pendidikan yang dilakukan oleh konsultan pendidikan tersebut .

Penelitian ini akan dilakukan dengan menganalisis item-item pada kuesioner dengan Partial

Least Square (PLS) dimana PLS terdapat 2 model yaitu outer model dan inner model. Uji

evaluasi model struktural (outer model) mencakup uji validitas konvergen, validitas

Page 91: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

87

diskriminan, reliabilitas dan uji multicollinearity. Validitas adalah seberapa besar ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Selanjutnya, dilakukan

pengujian model struktural (inner model). Evaluasi model pengukuran mencakup uji R2, dan

uji Path Coefficient. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah variabel

bebas, variabel intervening dan variabel terikat.

Pembahasan

Responden pada penelitian ini adalah calon pelajar yang telah menggunakan atau

mengunjungi terhadap layanan aplikasi Mobile Apps studying abroad. Penarikan sampel

dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria. Penelitian dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner selama kegiatan pameran pendidikan dan terdapat jumlah sampel yang

diperoleh sebanyak 162 responden. Berdasarkan hal tersebut, maka sampel dapat digunakan.

Adapun presentase dari karakteristik responden yang telah mengisi kuesioner adalah untuk

pria (64,8%) dan wanita (35,2%), sedangkan untuk usia yang mengisi responden sebanyak 5%

berada diatas 40 tahun dan untuk usia antara 21 tahun – 30 tahun dengan jumlah persentase

sebesar 55% sedangkan untuk rentang usia (16 tahun - 20 ) dengan jumlah persentase sebesar

40%. Untuk responden yang akan mengambil jenjang program studi terdiri (50%) responden

yang ingin mengambil jenjang studi S1 , (30%) untuk mengambil program S2 dan Bahasa

Inggris dan (10%) untuk program diploma dimana penyebaran untuk negara tujuan studi

adalah 62% untuk negara Australia, 20% Malaysia. 12% Singapore, sisanya negara ke

Amerika, Inggris, Taiwan dan China.

Analisis PLS – Metode analisis yang digunakan adalah Partial Least Square (PLS). Metode ini dipilih

untuk mengetahui indikator yang mempengaruhi konstruk, juga untuk mengetahui hubungan

antar konstruk baik antara variabel laten dengan indikatornya, maupun hubungan antar kontruk

laten yang bersifat langsung. Software yang digunakan adalah SmartPLS. Pada gambar

dibawah ini dengan model penelitian sebagai berikut :

Hasil Pengolah SPSS (2020)

Page 92: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

88

Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Analisa Outer Model ini untuk mengetahui hubungan antar variabel laten dengan

indikator-indikatornya, atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana

setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya. Uji outer model terdiri dari uji validitas

yang meliputi uji Convergent validity, Discriminant validity, nilai AVE, sedangkan uji

reliabilitas terdiri dari Composite reliability dan Cronbach Alpha. Convergent Validity

Validitas konvergen atau Convergent validity digunakan untuk mengetahui validitas yang

dinilai berdasarkan korelasi antara indikator dengan variabel laten. Indikator dikatakan valid

jika nilai Factor loading di atas 0,5. Dalam pengalaman empiris penelitian, nilai loading factor

≥ 0,5 masih dapat diterima, bahkan sebagian ahli mentolerir angka 0,4. Dengan demikian, nilai loading factor ≤ 0,4 harus dikeluarkan dari model (Haryono,2017:372).

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Konvergen Variabel E-Service Quality

Butir Pertanyaan

P Values Tanda Alpha Keputusan

X1 0,718 > 0,5 Valid X2 0,680 > 0,5 Valid X3 0,699 > 0,5 Valid X4 0,706 > 0,5 Valid X5 0,676 > 0,5 Valid X6 0,732 > 0,5 Valid X7 0,665 > 0,5 Valid X8 0,772 > 0,5 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Konvergen Variabel E-Customer Satisfaction

Butir Pertanyaan

P Values Tanda Alpha Keputusan

Y1 0,860 > 0,5 Valid

Y2 0,848 > 0,5 Valid

Y3 0,795 > 0,5 Valid

Y4 0,879 > 0,5 Valid

Y5 0,805 > 0,5 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Konvergen Variabel E-Loyalty

Butir Pertanyaan

P Values Tanda Alpha Keputusan

Z1 0,890 > 0,5 Valid

Z2 0,936 > 0,5 Valid

Z3 0,910 > 0,5 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Page 93: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

89

Uji Discriminant Validity

Discriminant Validity menunjukan bahwa konstruk laten memprediksi apakah nilai

konstruknya lebih baik daripada nilai konstruk lainnya dengan melihat nilai korelasi konstruk

pada cross loadings. Beberapa cara untuk melihat discriminant validity adalah sebagai berikut

: Melihat nilai Cross loading Discriminant validity dapat diukur dengan melihat nilai Cross

loading. Jika semua indikator mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dengan masing-

masing konstruknya dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi indikikator pada blok

konstruk pada kolom lainnya, maka disimpulkan bahwa masing-masing indikator dalam blok

adalah penyusun konstruk dalam kolom tersebut (Haryono, 2017:421).

Tabel 4. Cross Loadings Uji Discriminant Validity

Faktor e-Customer

Satisfaction e-Loyalty

e-Service

Quality Keputusan

X1 0,631 0,634 0,718 Valid

X2 0,584 0,382 0,680 Valid

X3 0,523 0,406 0,699 Valid

X4 0,504 0,383 0,706 Valid

X5 0,513 0,404 0,676 Valid

X6 0,560 0,412 0,732 Valid

X7 0,523 0,365 0,665 Valid

X8 0,615 0,451 0,772 Valid

Y1 0,860 0,634 0,728 Valid

Y2 0,848 0,675 0,662 Valid

Y3 0,795 0,744 0,649 Valid

Y4 0,879 0,681 0,658 Valid

Y5 0,805 0,570 0,619 Valid

Z1 0,703 0,890 0,581 Valid

Z2 0,743 0,936 0,572 Valid

Z3 0,720 0,910 0,543 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Dari output cross loadings pada tabel 4.13 di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. H-X1 : Indikator X1 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,718

lebih besar dari nilai tabel lain 0,631 dan 0,634 sehingga indikator X1 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

2. H-X2 : Indikator X2 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,680

Page 94: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

90

lebih besar dari nilai tabel lain 0,584 dan 0,382 sehingga indikator X2 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

3. H-X3 : Indikator X3 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,699

lebih besar dari n sehingga indikator X3 merupakan penyusun konstruk dalam kolom

tersebut

4. H-X4 : Indikator X4 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,706

lebih besar dari nilai tabel lain 0,504 dan 0,383 sehingga indikator X4 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

5. H-X5 : Indikator X5 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,676

lebih besar dari nilai tabel lain 0,513 dan 0,404 sehingga indikator X5 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

6. H-X6 : Indikator X6 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,732

lebih besar dari nilai tabel lain 0,560 dan 0,412 sehingga indikator X6 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut.

7. H-X7 : Indikator X7 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,665

lebih besar dari nilai tabel lain 0,523 dan 0,365 sehingga indikator X7 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

8. H-X8 : Indikator X8 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,772

lebih besar dari nilai tabel lain 0,615 dan 0,451 sehingga indikator X8 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

9. H-Y1 : Indikator Y1 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,860

lebih besar dari nilai tabel lain 0,634 dan 0,728 sehingga indikator Y1 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

10. H-Y2 : Indikator Y2 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,848

lebih besar dari nilai tabel lain 0,675 dan 0,662 sehingga indikator Y2 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

11. H-Y3 : Indikator Y3 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,795

lebih besar dari nilai tabel lain 0,744 dan 0,649 sehingga indikator Y3 merupakan

penyusun konstruk dalam kol H-Y4 : Indikator Y4 berpengaruh dapat dilihat dari tabel

cross loading ssebesar 0,879 lebih besar dari nilai tabel lain 0,681 dan 0,658 sehingga

indikator Y4 merupakan penyusun konstruk dalam kolom tersebut

12. Indikator Y5 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,805 lebih besar

dari nilai tabel lain 0,570 dan 0,619 sehingga indikator Y5 merupakan penyusun

konstruk dalam kolom tersebut

13. Indikator Z1 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,890 lebih besar

dari nilai tabel lain 0,703 dan 0,581 sehingga indikator Z1 merupakan penyusun

konstruk dalam kolom tersebut

14. H-Z2: Indikator Z2 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,936

lebih besar dari nilai tabel lain 0,743 dan 0,572 sehingga indikator Z2 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

15. H-Z3 : Indikator Z3 berpengaruh dapat dilihat dari tabel cross loading sebesar 0,910

lebih besar dari nilai tabel lain 0,720 dan 0,543 sehingga indikator Z3 merupakan

penyusun konstruk dalam kolom tersebut

Membandingkan nilai akar kuadrat AVE Discriminant Validity selanjutnya diukur

dengan membandingkan nilai Square-root of AVE (akar kuadrat AVE) setiap konstruk dengan

korelasi antara konstruk dengan konstruk lainya dalam model. Jika nilai akar kuadrat AVE

setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya

dalam model maka memiliki nilai discriminant validity yang baik (Haryono, 2017).

Page 95: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

91

Tabel 5. Uji Discriminant Validity

Y Z X

Y 0,838

Z 0,792 0,912

X 0,793 0,619 0,707

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel atau konstuk. Suatu alat ukur atau instrumen yang berupa kuesioner dikatakan

dapat memberikan hasil ukur yang stabil atau konstan, bila alat ukur tersebut dapat

diandalkan atau reliabel. Reliabilitas instrumen penelitian dalam penelitian ini diuji dengan

menggunakan composite reliability dan koefisien cronbach’s Alpha. Suatu konstruk

dikatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 (Nunnaly, 1996 dalam Ghozali,

2011:43).

Tabel 6. Composite Reliability

Variabel Composite Realibility

(CR) Tanda

Desired

Value Keputusan

e-Customer Satisfaction 0,922 > 0,7 Reliabel

e-Loyalty 0,937 > 0,7 Reliabel

e-Service Quality 0,889 > 0,7 Reliabel

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Sedangkan menurut Widarjono (2015:278) bahwa instrumen dikatakan reliabel jika

nilai Cronbach alpha ≥ 0,6 untuk penelitian eksplorasi. Berikut merupakan data hasil analisis dari pengujian composite reliability maupun cronbach alpha :

Tabel 7. Cronbach’s Alpha

Variabel Cronbach’s Alpha Tanda Desired

Value Keputusan

e-Customer Satisfaction 0,894 > 0,60 Reliabel

e-Loyalty 0,899 > 0,60 Reliabel

e-Service Quality 0,857 > 0,60 Reliabel

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Page 96: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

92

Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Coefficient Determination (R2)

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan

antar konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.

Tabel 8. Hasil Uji R-Square

R Square R Square Adjusted

e-Customer Satisfaction 0,776 0,772

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa nilai R-square e- Customer Satisfaction

sebesar 0,776. Hal ini memiliki arti bahwa variabilitas konstruk e-Customer Satisfaction dapat

di jelaskan oleh variabilitas konstruk e- Service Quality dan e-Loyalty sebesar 77,6%

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang diteliti. Semakin besar

angka R-square menunjukan semakin besar variabel independen tersebut dapat menjelaskan

variabel dependen sehingga semakin baik persamaan strukturalnya. Menurut Ghozali (2009)

dalam Melinda (2017) variabel laten endogen dalam model struktural yang memiliki hasil R2

sebesar 0,67 mengindikasikan bahwa model “baik”, R2 sebesar 0,33 mengindikasikan bahwa

model “moderat”, R2 sebesar 0,19 mengindikasikan bahwa model “lemah”. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel laten e-Customer Satisfaction dan e-Loyalty keduanya

diindikasikan memiliki model yang moderat.

Pengujian Hipotesis

Dalam tahap pengujian hipotesis ini, maka akan di analisis apakah ada pengaruh yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen Pengujian hipotesis yang

diajukan dilakukan dengan melihat path coefficients yang menunjukkan koefisien parameter

dan nilai signifikansi T- statistik. Signifikansi parameter yang diestimasi dapat memberikan

informasi mengenai hubungan antar variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan

menerima hipotesis yang diajukan yaitu menggunakan probabilitas 0,05. Nilai probabilitas (P

values) harus lebih kecil dari 0,05 sementara nilai T-statistik harus diatas 1,96 (Ghozali &

Latan, 2015).

Tabel 9. Uji T Path Coefficients

Variabel T-Statistik

Path Coefficient Tanda

Desired

Value Keputusan

Y -> Z 8,681 > 1,96 Valid

X -> Y 19,580 > 1,96 Valid

X -> Z 0,206 < 1,96 Tidak Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Page 97: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

93

e-Service Quality (X) terhadap e–Customer Satisfaction (Y) Hipotesis:

Ho : Variabel E-Service Quality (X) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap e-Customer

Satisfaction (Y) pengguna aplikasi Mobile Apps Studying abroad pada perusahaan XYZ

Ha : Variabel E-Service Quality (X) berpengaruh secara signifikan terhadap e-Customer

Satisfaction (Y) pengguna aplikasi Mobile Apps Studying abroad pada perusahaan XYZ:

Nilai Probabilitas (P values) > 0,05 ; nilai T-statistik < 1,96 maka Ho diterima (Tidak ada

pengaruh)

Nilai Probabilitas (P values) < 0,05 ; nilai T-statistik > 1,96 maka Ho ditolak (Ada pengaruh)

Keputusan: P Values : 0,00 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima T-Statistik : 19,589 >

1,96, maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan : Terdapat pengaruh antara E-Service

Quality terhadap e-Customer Satisfaction pengguna Mobile Apps Studying abroad

e-Service Quality (X) terhadap e–Loyalty (Z) Hipotesis:

Ho : Variabel E-Service Quality (X) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap E-Loyalty

(Z) pengguna Mobile Apps Studying abroad

Ha : Variabel E-Service Quality (X) berpengaruh secara signifikan terhadap E-Loyalty (Z)

pengguna aplikasi Mobile Apps Studying abroad

Dasar Pengambilan Keputusan: Nilai Probabilitas (P values) > 0,05 ; nilai T-statistik < 1,96

maka Ho diterima (Tidak ada pengaruh) Nilai Probabilitas (P values) < 0,05 ; nilai T-statistik

> 1,96 maka Ho ditolak (Ada pengaruh) Keputusan: P Values : 0,837 > 0,05, maka Ho diterima

dan Ha ditolak T-Statistik : 0.206 < 1,96, maka Ho diterima dan Ha ditolak Kesimpulan Tidak

ada pengaruh antara E-Service Quality terhadap e-Loyalty pengguna aplikasi Mobile Apps

Studying abroad pada PT XYZ di jakarta

e-Customer Satisfaction (Y) terhadap e-Loyalty (Z) Hipotesis:

Ho : Variabel e-Customer Satisfaction (Y) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap E-

Loyalty (Z) pengguna aplikasi Mobile Apps Studying abroad pada PT XYZ di jakarta

Ha : Variabel e-Customer Satisfaction (Y) berpengaruh secara signifikan terhadap E-Loyalty

(Z) pengguna aplikasi Mobile Apps Studying abroad pada PT XYZ di jakarta

Dasar Pengambilan Keputusan: Nilai Probabilitas (P values) > 0,05 ; nilai T-statistik < 1,96

maka Ho diterima (Tidak ada pengaruh) Nilai Probabilitas (P values) < 0,05 ; nilai T-statistik

> 1,96 maka Ho ditolak (Ada pengaruh) Keputusan: P Values : 0,00 < 0,05, maka Ho ditolak

dan Ha diterima T-Statistik : 8,681 > 1,96 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan :

Terdapat pengaruh antara e-Customer Satisfaction terhadap E-Loyalty pengguna aplikasi

Mobile Apps Studying abroad pada PT XYZ di jakarta

Page 98: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

94

e-Service Quality (X) terhadap e-Loyalty (Z) melalui e-Customer Satisfaction (Y)

Hipotesis:

Ho : Variabel e-Customer Satisfaction (Y) tidak memediasi pengaruh antara E-Service

Quality (X) terhadap Customer Loyalty (Z).

Ha : Variabel e-Customer Satisfaction (Y) memediasi pengaruh antara E- Service Quality

(X) terhadap Customer Loyalty (Z).

Dasar Pengambilan Keputusan: Nilai koefisien pengaruh tidak langsung > nilai koefisien

pengaruh langsung maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien pengaruh tidak langsung

< nilai koefisien pengaruh langsung maka Ho diterima dan Ha ditolak. Keputusan: 0,641 > -

0,022 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan : Variabel e-Customer Satisfaction (Y)

memediasi pengaruh antara E-Service Quality (X) terhadap Customer Loyalty (Z).Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara E-Service Quality terhadap E-Loyalty pengguna

aplikasi Mobile Apps Studying abroad pada PT XYZ di jakarta.

Untuk menguji hubungan antara e-service quality terhadap e-loyalty melalui e-

customer satisfaction dapat dilihat pada tabel Specific Indirect Effect berikut:

Tabel 10. Uji T Specific Indirect Effect

Variabel T-Statistik

Indirect Effect Tanda

Desired

Value Keputusan

X ->Y -> Z 7,743 > 1.96 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai t-statistik dari variabel X (e-service

quality) terhadap variabel Z (e-loyalty) melalui variabel Y (e-customer satisfaction) adalah

7,743. Nilai t-statistik 7,743 > 1,96 maka variabel Y menjadi efek mediasi penuh sehingga

hipotesis mendukung. Dapat disimpulkan bahwa e-service quality berpengaruh terhadap e-

loyalty secara tidak langsung melalui e-customer satisfaction.

Berdasarkan hasil uji nilai t hitung pada program aplikasi SmartPLS, didapatkan gambar

model uji pengaruh sebagai berikut :

Gambar 4. Model Hubungan Kausal Antar Variabel

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Page 99: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

95

Tabel 11. Rekap Direct dan Indirect Effect

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2020

Berdasarkan hasil dari Tabel 4.24, dapat disimpulkan bahwa hasil dari pengolahan data

adalah sebagai berikut:

1. E-service quality (X) secara langsung mempengaruhi e-customer satisfaction (Y) sebesar

79.3%.

2. E-service quality (X) secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap customer

loyalty (Z) karena nilai probabilitasnya paling kecil sehingga dianggap tidak memiliki

pengaruh secara langsung, sedangkan secara tidak langsung (melalui e-customer

satisfaction (Y) ) sebesar 64.1%, dapat disimpulkan bahwa pengaruh secara tidak

langsung lebih besar daripada pengaruh secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa,

melalui peningkatan e-customer satisfaction, maka e-service quality dapat

mempengaruhi tingkat e-customer loyalty daripada hanya meningkatkan e-service quality

untuk memperoleh peningkatan e-customer loyalty. E-customer satisfaction (Y) secara

langsung mempengaruhi e-loyalty (Z) sebesar 80.9%.

Pengujian hipotesis yang di lakukan dalam penelitian ini mengunakan uji path dan uji

efek mediasi. Pembahasan hasilnya adalah sebagai berikut:

E-Service Quality (X) berpengaruh secara signifikan terhadap E- Customer

Satisfaction (Y) Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.22 Path Coefficient, terdapat

pengaruh secara signifikan antara e-service quality terhadap e- customer satisfaction. Hal ini

dapat dibuktikan dengan nilai p values sebesar 0,00 sehingga memenuhi kriteria nilai

signifikansi dibawah 5% (0,05). Variabel e-service quality juga memiliki pengaruh positif

terhadap variabel e- customer satisfaction yang dibuktikan berdasarkan output nilai T Statistik

pada tabel 4.18 Uji T Path Coefficients yang bernilai positif yaitu 19,580. Dengan demikian

pengujian hipotesis H1 dalam penelitian ini diterima.

E-Customer Satisfaction (Y) berpengaruh secara signifikan terhadap E- Loyalty

(Z) Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.22 Path Coefficient terdapat pengaruh secara

signifikan antara e-customer satisfaction terhadap e-loyalty. Hal ini dapat dibuktikan dengan

nilai p values sebesar 0,00 sehingga memenuhi kriteria nilai signifikansi dibawah 5% (0,05).

Variabel e-customer satisfaction juga memiliki pengaruh positif terhadap variabel e-loyalty

Page 100: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

96

yang dibuktikan berdasarkan output nilai T Statistik pada tabel 4.18 Uji T Path Coefficients

yang bernilai positif yaitu 8,681. Dengan demikian pengujian hipotesis H3 dalam penelitian

ini diterima.

E-Customer Satisfaction (Y) memediasi pengaruh antara E-Service Quality (X)

terhadap Customer Loyalty (Z). Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.23 Uji T Specific

Indirect Effect, terdapat pengaruh secara signifikan antara e-service quality terhadap e-loyalty

melalui E-Customer Satisfaction.sebesar 7,743 sehingga memenuhi kriteria signifikansi di

atas 1,96. Dengan demikian, pengujian hipotesis H4 dalam penelitian ini diterima.

Daftar Pustaka

Abdillah, Willy dan Jogiyanto. (2015). Partial Least Square (PLS) Alternatif Structural

Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. (Ed.1). Yogyakarta: ANDI

Abdillah, W., dan Hartono, J. (2015). Partial Least Square (PLS)- Alternatif Structural

Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Ali, Basel J.A dan Omar, Dr.Wan Ahmad Wan. (2016). Relationship between E-Banking

Service Quality and Customer Satisfaction to Commercial Bank in Jordan. American

Based Research Journal, 5, 2304 – 7151

Badan Koordinasi Penanaman Modal. (2018). Siaran Pers Realisasi Investasi PMA dan PMDN

Januari – September 2018. Diperoleh 20 November 2018 dari www.bkpm.go.id

Buttle, F., & Maklan, S. (2015). Customer relationship management. (1st ed.). London [u.a.]:

Routledge.

Candra, Sevenpri (2014). The service quality of Internet Banking and Impact to Customer

Satisfaction:A Preliminary Finding. International Journal of Applied Engineering

Research, 9, 17963-17970

Christanti, N., dan Linda Ariany Mahastanti. (2011). Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan

Investor dalam Melakukan Investasi. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan I, 7, 11-16

Ferdinand, Augusty. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Semarang:BP Universitas

Diponegoro

Ghozali, I. Latan, H. (2012). Partial Least Square : Konsep, Teknik dan Aplikasi SmartPLS 2.0

M3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hair, J. F., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., & Sarstedt, M. (2014). A Primer on Partial Least

Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Los Angeles, London, New Delhi,

Singapore, Washington DC: SAGE.

Haryono, Siswoyo. (2017). Metode SEM Untuk Penelitian Manajemen dengan AMOS Lisrel

PLS. Cetakan I. Jakarta: Luxima Metro Media, Hal 394, 405.

Hery & Tarigan, R.E. (2015). A Study of Customer Satisfaction on Online Trading System

Application of Securities Company in Indonesia using SERVQUAL. Journal CommIT

9(1), 19-22

Keegan, W. and Green, M. (2015). Global marketing. (8th ed.) Boston: Pearson, pp.236-237.

Kotler, P. dan Keller, K. L. (2012). Marketing Management (14th ed.), Pearson Education,

Murdiyanto, Edi. (2018). Pengaruh Online Trading Terhadap Kepuasan Nasabah PT

Sucorinvest Central Gani Cabang Kediri. Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri, 3(2), 51-

75

Ming, P.W.W. (2014). The Effect of Website Quality on Customer e-Loyalty: The Mediating

Effect of Trustworthiness. International Journal of Academic Research in Business and

Social Sciences. 4,(3), 11-16

Page 101: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume xx, Nomor xx, Bulan xx

Rianto Nurcahyo

97

Melinda. (2017). Pengaruh E-Service Quality terhadap E-Loyalty Pelanggan GO-JEK melalui

E-Satisfaction pada Kategori GO-RIDE. AGORA 5, (1), 114-119

Osman, Z., et al. (2016). Mediating Effect of Customer Satisfaction on Service Quality and

Trust Relationship in Malaysia Banking Industry. International Journal of Advance in

Mangement, Economics and Entrepreneurship. 3(1), p. 10-39

Prasetya, F.N. & So, I.G. (2014). Pengaruh e-Marketing dan E-CRM terhadap E-Loyalty

Website Usaha Komunikasi Pemasaran. Business Business Review, 5,(1), 8-17

Priyatno, Duwi (2013). Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Media Kom.

Schiffman, Leon G. & Wisenblit J.L. (2014). Consumer Behavior. (11th ed.). Boston: Prentice

Hall PTR

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sinambela, Lijan Poltak. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sujarweni, Wiratna. (2014). Metodologi penelitian: Lengkap, praktis, dan mudah dipahami.

Yogyakarta: PT Pustaka Baru Press

Supriyantini, I. Suyadi, dan Riyadi. (2014). Pengaruh Efficiency, Fulfillment, System

Availability, dan Privacy terhadap E-Satisfaction. Jurnal Administrasi Bisnis. 05(02),

12-23

Widarjono, Agus. (2015). Analisis Multivariate Terapan. (2th Ed.). Yogyakarta:UPP STIM

YKPN

Widiaswara, Tias & Sutopo. (2017). Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Citra Merek

Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel

Intervening. Diponegoro Journal Of Management, 6(4), 1-15

Page 102: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

98

Analisis Kinerja Strategi Bisnis Koperasi Karyawan UNTAG Surabaya

dengan Pendekatan Balance Scorecard

Mochammad Singgih

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Djoko Sulistyono Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

[email protected]

Abstrak

Koperasi adalah penggerak ekonomi rakyat, yang dipandang sebagai soko guru perekonomian

diharapkan tetap mampu bertahan ditengah perkembangan jaman yang erat akan persaingan

bisnis. Koperasi dituntut dapat tetap menjalankan usahanya dengan terus meningkatkan kinerja

dalam pengorganisasiannya agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kaplan dan Norton

dalam bukunya balanced scorecard menjelaskan Organisasi perlu memperhatikan perpektif

lain yang tidak kalah penting selain keuangan yakni pelanggan, proses bisnis internal, dan

pertumbuhan/pembelajaran. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yakni: 1.

Bagaimana kinerja KopKar Untag Sby melalui pendekatan Balanced Scorecard pada tahun

2020 ? dan 2. Apa langkah-langkah strategis bagi KopKar Untag Sby dalam

memperbaiki dan meningkatkan kinerja di masa akan datang ?

Komponen-komponen Balanced scorecard diuraikan lebih lanjut dalam analisis deskriptif.

Temuan dari penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Tiga parameter perspektif keuangan semua

mengalami peningkatan dan penurunan selama 5 tahun ( 2015 -2019 ) yakni Net Profit Margin

(NPM), Return On Asset ( ROA ) dan Return On Equity (ROE). Dalam perspektif pelanggan 2

variabel kurang baik yakni : Customer retention d a n C u s t o m e r A c q u i s i t i o n naik

turun. Kepuasan anggota sangat baik. Dan Jumlah keluhan cenderung menurun. Hal ini

menunjukkan kecenderungan yang baik. Namun untuk kinerja Proses Bisnis Internal, Inovasi dinilai

kurang. Tiga parameter perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yakni Karyawan, Pengurus dan

Pengawas menunjukkan relative baik. Jadi secara keseluruhan kinerja KopKar Untag Sby ditinjau

dari 4 perspektif Balanced Scorecard hanya 1 persepektif proses bisnis internal (Inovasi) yang

kurang. Sehingga secara umum kinerja KopKar Untag Sby masih dalam kategori baik.

Kata kunci : Pengukuran kinerja, Balanced Scorecard, Koperasi, Penggerak Ekonomi Rakyat.

Pendahuluan.

Konsep Balanced Scorecard dikembangkan sebagai konsep pengukuran kinerja

organisasi lebih dari dua decade oleh Kaplan & Norton (Kaplan & Norton, 1992).

Penerapan konsep Balanced Scorecard telah diadopsi oleh banyak perusahaan bahkan

organisasi pemerintah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Butler, Letza dan Neale

(Butler, Letza dan Neale, 1997) dimana beberapa organisasi besar yang ada di Amerika Serikat

seperti United States Government, Intel, Apple, Miliken. Seiring dengan perkembangan jaman

metode Balanced Scorecard tidak hanya digunakan sebagai alat pengukuran kinerja bagi

lingkup bisnis (Nirlaba) namun juga berfungsi sebagai alat untuk mengukur kinerja organisasi

pemerintah dan organisasi non nirlaba lainnya.

Page 103: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

99

Tiga pilar ekonomi nasional yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Swasta dan

koperasi berupaya melakukan usaha diberbagai sector, diantaranya seperti sektor jasa

keuangan maupun pembiayaan. Badan usaha tersebut memberikan berbagai jasa keuangan

maupun pembiayaan untuk membantu serta memfasilitasi masyarakat dan sektor Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Koperasi merupakan suatu badan usaha berasaskan kekeluargaan yang bertujuan untuk

menyejahterakan anggotanya seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian. Koperasi yang dipandang sebagai soko guru perekonomian

diharapkan tetap mampu bertahan ditengah perkembangan jaman yang erat akan persaingan

bisnis. Koperasi dituntut untuk dapat tetap menjalankan usahanya dengan terus meningkatkan

kinerja dalam pengorganisasiannya agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk

mengukur hasil kinerja dibutuhkan suatu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja penting

dilakukan untuk menilai kinerja yang telah dilakukan organisasi tersebut serta dapat

mengevaluasi aktivitas yang telah dilakukan.

Kinerja suatu organisasi tidak lagi diukur dari segi keuangan, namun juga

memperhatikan aspek lain dari segi non keuangan pula sehingga antara aspek keuangan dan

non keuangan terdapat keseimbangan. Metode yang digunakan untuk mengukur kinerja

baik dari aspek keuangan maupun non keuangan adalah dengan menggunakan metode

Balanced Scorecard.

Oleh sebab itu, pengukuran kinerja dari segi non keuangan perlu dilakukan agar

perusahaan / koperasi tidak hanya berfokus pada peningkatan dan perbaikan di aspek

keuangan saja, tetapi juga memperhatikan aspek non keuangan.

Dari uraian diatas maka dilakukan penelitian : ”Analisis Kinerja Strategi Bisnis Koperasi

Karyawan Untag Sby dengan pendekatan metode Balanced Scorecard” di Koperasi Karyawan

Untag Surabaya. Dengan tujuan untuk : Menganalisis kinerja KopKar Untag Sby pada tahun

2019 / 2020 dengan pendekatan Balanced Scorecard, dan Merekomendasikan langkah-

langkah strategis bagi KopKar Untag Sby dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja di

masa datang.

Landasan Teori.

Pengukuran Kinerja Pada Koperasi

Menurut Partomo (Partomo dan Soedjono 2009) bahwa koperasi juga memiliki

kekhususan yang berbeda dengan non koperasi untuk menjadi karakteristik yang membedakan.

Kekhususan dari koperasi adalah bahwa setiap fungsi manajemen harus se lalu memperhatikan

manfaat bagi anggota koperasi selaku pemilik dan sekaligus p e l a n g g a n yang berbeda

dari non koperasi yang tidak mempengaruhi identitas ganda dari pemiliknya.

Kekhususan yang dimiliki koperasi menyebabkan ada perhatian dalam

pengembangan guna mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kesejahteraan

anggota. Pengelola koperasi hendaknya berupaya dengan seksama untuk mengembangkan

koperasi, sehingga pada akhimya tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Perbaikan

terhadap kelemahan hendaknya dilakukan secara berkelanjutan agar tujuan yang diharapkan

dapat dicapai. Perbaikan akan dapat dilakukan pengelola koperasi bila mampu melakukan

pengukuran kinerja dengan baik.

Page 104: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

100

Pengukuran kinerja akan mendatangkan manfaat bagi pengelola koperasi

untuk mengetahui posisi kemampuan yang dimiliki dalam berusaha, sehingga dengan demikian

akan menjadi informasi yang sangat berarti dalam rangka melakukan perbaikan sebagai proses

penyempurnan yang pada akhimya mampu menghantarkan koperasi mencapai tujuan

meningkatkan kesejahteraan anggota.

Pengukuran kinerja pada koperasi sama seperti badan usaha yang lain hendaknya

ditinjau dari sisi keuangan dan non keuangan. Adanya pengukuran kinerja non keuangan

mendatangkan kemampuan melakukan operasional koperasi yang efesien dan efektitif

dengan berdasar informasi kinerja non keuangan.

Kemampuan menciptakan operasional koperasi yang efisien dan efektif akan

mendatangkan kemampuan menciptakan kinerja keuangan yang baik untuk menjadi modal

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

Keunggulan Balanced Scorecard

Menurut Halim (Abdul Halim 2009) keunggulan Balanced scorecard adalah:

1) Merupakan konsep pengukuran yang komprehensif yang menekankan pengukuran kinerja

manajemen tidak hanya pada aspek kuantitatif saja tetapi juga aspek kualitatif.

2) Merupakan konsep yang adaptif dan responsive terhadap lingkungan bisnis.

3) Memberikan fokus terhadap tujuan menyeluruh perusahaan.

Balanced Scorecard untuk Pengukuran Kinerja Koperasi

Dari pernyataan Vincent Gaspers (Gaspers, 2003) bahwa balanced scorecard

merupakan suatu konsep manajeme n yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam

tindakan. Balanced scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran operasional atau teknis.

Penggunaan balanced scorecard yang inovatif berperan penting sebagai suatu sistem

manajemen strategis yang mengelola strategi sepanjang waktu.

Kemampuan meningkatkan kinerja yang dimiliki akan mendorong koperasi untuk lebih

maju, menarik anggota yang lebih banyak, serta akhimya mampu mencapai tujuan yang lebih

umum yaitu membantu meningkatkan perekonomian nasional disamping meningkatkan

kesejahteraan anggota.

Penerapan balanced scorecard akan berhasil bila seluruh bagian di perusahaan

memiliki komitmen melakukan dengan baik sesuai dengan perspektif yang dibutuhkan. Hal

ini disebabkan balanced scorecard melakukan tinjauan kinerja dari perspektif keuangan dan

non keuangan yang terdiri dari pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

pertumbuhan.

Perspektif Balanced Scorecard dalam Pengukuran Kinerja Koperasi

Perspektif Balanced Scorecard, menurut Sujarweni (Sujarweni.V.W, 2015) :

1. Perspektif Keuangan

BSC memakai tolak ukur untuk melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan

menggunakan rasio-rasio keuangan seperti laba bersih dan ROI. Rasio tersebut sering

Page 105: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

101

digunakan perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

2. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan adalah perspektif yang mengevaluasi dan mengukur kinerja yang

berorientasi pada pelanggan sampai dimana tingkat kepuasan yang mereka peroleh. Ada 3

hal yang digunakan sebagai bahan penilaian pelanggan yaitu tingkat kepuasan konsumen,

penguasaan pangsa pasar perusahaan, dan profitabilitas konsumen. lni digunakan untuk

mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil dicapai oleh perusahaan.

3. Perspektif Proses Bisnis lnternal

Perspektif proses bisnis internal adalah perspektif yang mengevaluasi relevansi perancangan

sistem penilaian kinerja perusahaan yang mampu mengimplementasikan strategi

perusahaan dan membentuk suatu mekanisme proses bisnis internal yang baik. Tahapan

dalam proses bisnis internal meliputi: proses inovasi, proses operasi, dan proses

penyampaian produk atau jasa kepada pelanggan.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah perspektif yang menilai ukuran kinerja

yang dapat mengarahkan perusahaan untuk melakukan perubahan agar dapat tetap

berkembang dan menciptakan masa depan. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan

yaitu Kemampuan karyawan, Kemampuan sistem informasi, dan Motivasi, Pemberian dan

Pembatasan Wewenang.

Metode Penelitian.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KopKar Untag Sby yang terletak di dalam Kampus Untag Sby,

Jalan Semolowaru 45 Surabaya.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020 – Nopember 2020.

Subyek dan Objek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang - orang atau pihak - pihak yang akan dijadikan sasaran

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Dalam penelitian ini, subjek penelitian

terdiri dari:

a. Anggota Koperasi

b. Karyawan Koperasi

c. Pengurus Koperasi

d. Pengawas Koperasi

2. Obyek Penelitian

a. Laporan Keuangan KopKar Untag Sby periode 2015-2019.

b. Hasil wawancara dengan pengurus dan karyawan yang akan digunakan sebagai data

dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran serta gambaran umum KopKar Untag

Page 106: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

102

Sby.

c. Hasil kuesioner anggota, pengurus, dan karyawan serta pengawas koperasi yang

digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan anggota pada perspektif pelanggan dan

kepuasan pengurus, pengawas serta karyawan pada perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran.

Teknik Analisis Data

Langkah Langkah Analisa data adalah sbb :

a), Pengumpulan data meliputi : Laporan Keuangan dan jumlah anggota KopKar Untag

Sby tahun 2015-2019; hasil kuesioner anggota, karyawan, pengurus dan pengawas;

Dan hasil wawancara dengan pengurus.

b). Mengukur kinerja koperasi berdasarkan perspektif pada Balanced Scorecard

Perspektif Keuangan

Berdasarkan data laporan keuangan KopKar Untag Sby diperiode 2015-2019 dianalisis

menggunakan rasio-rasio berikut:

a) Net Profit Margin (NPM):

Net Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat laba yang diperoleh koperasi atas setiap

pendapatan yang diperoleh. Semakin tinggi rasio NPM berarti kinerja koperasi semakin efisien.

NPM= X 100% (1)

b) Return On Assets(ROA)

Return On Assets digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian yang diperoleh koperasi

atas setiap investasi yang dilakukan. Semakin tinggi ROA, semakin baik pula kinerja koperasi.

ROA= X 100% (2)

c) Return On Equity (ROE) Return On Equity digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal, dengan

membandingkan SHU dengan total modal yang ada dalam koperasi. Semakin tinggi ROE,

maka kinerja koperasi semakin baik.

ROE= X100% (3)

2). Perspektif Pelanggan

a) Customer Retention (CR) atau Retensi pelanggan Untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam mempertahankan anggotanya dapat digunakan

rumus:

CR= X100% (4)

Page 107: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

103

b) Customer Acquisition (CA) atau akuisisi pelanggan Akuisisi pelanggan digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan koperasi dalam

menarik anggota baru.

CA= X100% (5)

c) Kepuasan Pelanggan / Anggota

Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan, maka dilakukan survey kepuasan pelanggan

dengan membagikan kuesioner kepada anggota koperasi. Kuesioner kepuasan pelanggan

didasarkan pada atribut harga, mutu, dan waktu. Hasil dari kuesioner kemudian dianalisis

dengan menggunakan:

a) Analisis Multiatribute Attitude Model (MAM), (Angel, 1994) :

Ab= (6)

Keterangan:

Ab = sikap pelanggan secarakeseluruhan terhadap obyek

Wi = bobot rata-rata yang diberikan responden terhadap atribut i

Ii = nilai ideal rata-rata pelanggan padaa tribut i

Xi = nilai belief rata-rata pelanggan pada atribut i

n = jumlah atribut

(a) Menentukan Wi dengan rumus:

Wi= X100% (7)

Tabel 1. Perolehan bobot masing-masing atribut :

Nomor

Urut

Nilai Bobot (Wi)

1 3 3/6 x 100% = 50

2 2 2/6 x 100% = 33

3 1 1/6 x 100% = 17

Total 6 100

(b) Menentukan n dengan cara memilih atribut yang dominan. Selanjutnya diberi nilai

dari satu sampai ke-n, urutan sebelumnya diberi nilai lebih tinggi dari urutan berikutnya

sebanyak n.

(c) Menentukan skala sikap dari kuesioner dalam bentuk skor dengan 1 sampai dengan

5.

Page 108: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

104

Tabel 2. Urutan skala sikap :

(d) Nilai ideal dan belief dihitung menggunakan rumus:

nilai ideal = skor x absolute responden ideal masing-masing alternatif jawaban.

nilai belief = skor x absolute responden belief masing-masing alternatif jawaban.

Kemudian mencari nilai belief rata-rata dan nilai ideal rata- rata:

Nilai ideal rata-rata = (8)

Nilai belief rata-rata = (9)

(e) Masukkan data ke dalam tabel kemudian masukkan ke dalam skala Likert (Sugiyono,

1998). (sikap–1) x 100 = X, sehingga diperoleh (5-1) x 100 =400 artinya skor/bobot tertinggi

yaitu 5 dikurangi dengan skor/bobot terendah yaitu 1.

Tabel 3. Skala Sikap secara keseluruhan :

SP P RR TP STP

0 80 160 240 320 400

Keterangan:

0-80 = Sangat Puas

80-160 = Puas

160-240 = Ragu-Ragu

240-320 = TidakPuas

320-400 = Sangat Tidak Puas

Hasil perhitungan skala sikap secara keseluruhan dapat diartikan jika skala semakin

kecil atau mendekati nol, maka sikap anggota secara keseluruhan semakin baik. Hal ini dapat

dikatakan bahwa anggota merasa puas terhadap produk dan layanan jasa yang diberikan oleh

Koperasi. Jika skala semakin ke kanan maka sikap anggota secara keseluruhan relatif tidak

baik / negatif, hal ini dapat dikatakan bahwa pelanggan merasa tidak puas terhadap produk dan

layanan jasa yang diberikan oleh koperasi.

No Jawaban Skor

Sikap

1 Sangat Puas / Sangat Berharap.

2 Puas / Berharap.

3 Ragu-Ragu.

4 Tidak Puas / Tidak Berharap.

5 Sangat Tidak Puas / Sangat

Tidak berharap.

5

4

3

2

1

Page 109: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

105

f) Analisis Prioritas Kepentingan Analisis ini digunakan untuk mengetahui atribut-atribut

yang paling menentukan sikap anggota dalam menggunakan jasa yang diberikan oleh

koperasi. Dalam kuesioner, jawaban responden diberi peringkat sebagai berikut:

Tabel 4. Prioritas Kepentingan.

Peringkat Bobot

1 3

2 2

3 1

Jawaban responden dari setiap atribut dikalikan dengan bobot yang diberikan dari setiap

atribut kemudian dijumlahkan. Hasil dari perkalian setiap atribut menentukan ukuran - ukuran

kepentingan. Hasil yang paling banyak merupakan atribut yang menjadi prioritas utama dalam

menggunakan produk / jasa.

Persepektif Proses Bisnis Internal

Untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan / anggota, maka dilakukan survey

kepuasan anggota dengan membagikan kuesioner kepada anggota koperasi. Kuesioner

kepuasan anggota didasarkan pada atribut Inovasi, Proses Opreasi dan Layanan -Purna Jual.

Hasil dari kuesioner kemudian dianalisis dengan menggunakan:

Analisis Multiatribute Attitude Model (MAM).

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Untuk mengukur tingkat kepuasan karyawan, pengurus dan pengawas maka dilakukan

survey kepuasan karyawan, pengurus dan pengawas dengan membagikan kuesioner kepada

mereka. Kuesioner kepuasan karyawan, pengurus dan pengawas didasarkan pada atribut

Kepuasan Karyawan, Kepuasan Pengurus dan Kepuasan Pengawas. Hasil dari kuesioner

kemudian dianalisis dengan menggunakan:

Analisis Multiatribute Attitude Model (MAM).

Penentuan baik dan buruknya kinerja KopKar Untag Sby.

Standar untuk melihat baik dan buruknya kinerja KopKar Untag Sby adalah dengan

menentukan kriteria pada masing-masin perspektif. Kriteria tersebut kemudian dibandingkan

dengan keadaan koperasi yang sebenarnya. Jika keadaan koperasi sesuai dengan kriteria yang

ada pada Balanced Scorecard, maka perspektif tersebut dikatakan baik. Sebaliknya, apabila

keadaan koperasi tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan maka perspektif tersebut

dikatakan buruk atau tidak baik.

Untuk mengetahui kriteria baik dan buruk kinerja koperasi secara keseluruhan

digunakan penilaian yang dikembangkan oleh Carolina (Carolina, 2011) sebagai berikut:

1) Kinerja sangat baik = jika 4 perspektif dinilai baik

2) Kinerja baik = jika 3 perspektif dinilai baik

3) Kinerja kurang baik = jika 2 perspektif dinilai baik

4) Kinerja tidak baik = jika 1 perspektif dinilai baik

Page 110: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

106

Hasil dan Pembahasan.

Pengujian Instrumen Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji setiap instrument pada

kuesioner yang telah dibagikan. Dari 617 anggota KopKar telah dibagikan kuesioner kepada

sample sejumlah 86 responden anggota.

Dengan SPSS 22 dengan taraf signifikan 5%, hasil uji validitas anggota diketahui bahwa

keseluruhan dari butir pertanyaan pada kuesioner kepuasan anggota adalah valid dengan rhitung

lebih besar dari rtabel. Dimana rtabel = 0.2521 dengan rhitung paling rendah 0,3734.

Demikian pula untuk uji Reliabilitasnya diketahui bahwa alpha hitung belief dan ideal

pada kuesioner anggota lebih besar dari table dengan taraf signifikan 5% sehingga kuesioner

tersebut dapat dikatakan reliabel. Dimana rtabel = 0.2521 dengan rhitung paling rendah

0,8188.

Hasil : Kinerja KopKar berdasarkan Perspektif Balanced Scorecard.

Perspektif Keuangan Untuk mengukur kinerja perspektif keuangan KopKar Untag Sby, dilakukan dengan

menganalisa rasio NPM, ROA, dan ROEnya.

Secara keseluruhan ketiga rasio tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Net Profit Margin (NPM), Return On Activa (ROA) dan Return On Equity (ROE)

KopKarUntag Sby Tahun 2015 – 2019.

Rasio

Tahun NPM ROA ROE

2015 13,63 5,56 9,71

2016 16,39 6,39 8,69

2017 26,77 9,68 10,22

2018 29,11 8,60 8,85

2019 27,75 7,04 7,30

Dari table diatas menunjukkan Rasio NPM naik dan turun di 2019, Artinya dari rasio

NPM ini perspektif keuangan KopKar masih cukup baik.

Dari ROA, terlihat bahwa ROA naik turun juga, hal ini karena tidak sebandingnya SHU

dengan total aktiva yang dikeluarkan oleh KopKar. KopKar setiap tahunnya mengeluarkan

aktiva yang besar dan terus meningkat setiap tahunnya tetapi profit yang diperoleh KopKar

kurang.

Dari kenaikan dan penurunan ROE pada tahun 2015 - 2019 sebesar -1,02%, +1,53, -

1,37, dan -1,55% yang disebabkan oleh kenaikan modal KopKar dengan seiring naiknya laba

bersih. Tetapi Peningkatan modal KopKar setiap tahunnya tidak sebanding dengan laba yang

diperoleh KopKar.

Sehingga dari semua rasio yaitu NPM, ROA dan ROE dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas KopKar Untag Sby relative masih baik.

Perspektif Pelanggan ( Anggota ).

Untuk mengetahui kinerja KopKar Untag Sby dari segi perspektif pelanggan, dilakukan

analisis berikut:

Page 111: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

107

a). Retensi Anggota. Retensi Anggota merupakan kemampuan Koperasi dalam mempertahankan

anggotanya. retensi anggota KopKar Untag Sby dari tahun 2015, tahun 2016 mengalami

penurunan. Pada tahun 2017 naik lagi namun masih dibawah tahun 2015, dan turun lagi pada

tahun 2018. Ditahun 2019 ternyata juga turun lagi. Dari jumlah anggota lama terdapat anggota

yang keluar yaitu di tahun 2015 sebanyak 7 orang, tahun 2016 sejumlah 17 orang, tahun 2017

sejumlah 12 orang, tahun 2018 sejumlah 17 orang, dan tahun 2019 27 orang . Hal ini

menunjukkan KopKar Untag Sby tidak dapat mempertahankan anggotanya karena terjadi

peningkatan anggota yang keluar (pensiun).

b). Akuisisi Anggota Akuisisi pelanggan menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam

menarik anggota baru. Akuisisi pelanggan KopKar Untag Sby mengalami peningkatan selama

tahun 2015 - 2017. Namun ditahun tahun selanjutnya 2018 dan 2019 terjadi penurunan drastis.

Hal ini berarti bahwa KopKarUntag Sby tidak dapat mengendalikan dan meningkatkan jumlah

anggotanya. Hal ini bisa dimaklumi karena anggota KopKar murni hanya dari karyawan

UntagSurabaya.

Kepuasan Anggota

Untuk mengetahui tingkat kepuasan anggota, maka hasil kuesioner dianalisis

menggunakan :

a) Multiatributte Attitude Models (MAM), didapatkan :

Ab = (10)

= 26,31

Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai sikap anggota secara keseluruhan terhadap

atribut harga, mutu, dan waktu adalah 26,31. Ini berarti anggota merasa sangat puas terhadap

produk atau jasa KopKar Untag Sby. Jadi dapat disimpulkan pelayanan yang diberikan kepada

anggota sudah baik.

b). Analisis Prioritas Kepentingan

Dari perhitungan, atribut yang dianggap paling penting oleh anggota adalah mutu dengan total

nilai 154, prioritas kedua adalah atribut harga sebesar 131 dan prioritas ketiga adalah waktu

dengan nilai 128.

Perspektif Proses Bisnis Internal.

Pengukuran kinerja perspektif proses bisnis internal dilakukan pada 3 Atribut yaitu :

Inovasi, Proses Operasi dan Purna Jual (layanan). Quesioner diberikan kepada Anggota

KopKar, dan dianalisis dengan Multy attribute Attitude Model.

Page 112: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

108

a). Hasi perhitungan sikap anggota dengan Multiatributte Attitude Models didapatkan :

Ab= (11)

= 169.08

Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai sikap anggota terhadap atribut / kinerja Inovasi,

Proses Operasi dan Layanan Purna Jual secara keseluruhan adalah sebesar 169,08. Ini berarti

anggota merasa ragu terhadap kinerja Inovasi, Proses Operasi dan Layanan Purna Jual dari

KopKar Untag Sby. Jadi dapat disimpulkan bahwa anggota merasa ragu / kurang puas atas

kinerja dari Perspektif Proses Bisnis Internal KopKar Untag Sby.

b), Analisis Prioritas Kepentingan

Dari hasil analisis prioritas kepentingan, atribut yang dianggap paling penting oleh

anggota adalah kinerja Inovasi dengan total nilai 150, pada prioritas kedua adalah kinerja

Proses Operasi sebesar 133 dan prioritas ketiga adalah Layanan Purna Jual dengan nilai 130.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan kinerja KopKar Untag Sby dalam Proses Bisnis

Internal kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan dalam proses inovasi, operasi

dan layanan purna jual yang oleh anggota dinilai meragukan.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

a) Kepuasan karyawan

Perhitungan sikap Karyawan dengan Multiatributte Attitude Models didapatkan :

Ab= (12)

= 119

Hasil di atas menunjukkan bahwa sikap karyawan terhadap kinerja komunikasi,

penghargaan, dan dukungan KopKar Untag Sby secara rata rata adalah puas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan karyawan terhadap KopKar Untag Sby cukup baik.

(Namun perlu perhatian karena sudah mendekati posisi ragu ragu, dan factor utamanya bisa

dilihat adalah dari penghargaan yaitu Gaji,

Analisis Prioritas Kepentingan

Dari hasil perhitungan, urutan atribut yang paling dianggap penting oleh karyawan

adalah komunikasi dengan total nilai 6, pada prioritas kedua adalah atribut penghargaan

sebesar 4 dan prioritas ketiga adalah dukungan dengan nilai 3. Tampaknya karena komunikasi

antara pengurus dengan karyawan cukup baik, sehingga penghargaan belum begitu masalah.

b). Kepuasan Pengurus

Perhitungan sikap Pengurus dengan Multiatributte Attitude Models didapatkan:

Ab= (13)

= 53,11

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa sikap pengurus terhadap kemampuan karyawan,

kemampuan sistem informasi, motivasi, pemberian, dan pembatasan wewenang KopKar adalah

Page 113: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

109

sangat puas.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengurus terhadap kinerja KopKar Untag Sby

adalah sangat baik.

2). Analisis Prioritas Kepentingan

Dari perhutungan prioritas kepentingan atribut yang dianggap paling penting oleh

pengurus adalah kemampuan karyawan dengan total nilai 6, pada prioritas kedua adalah

kemampuan system informasi sebesar 4, dan prioritas ketiga atribut motivasi, pemberian, dan

pembatasan wewenang dengan nilai 2.

c). Retensi Karyawan

Retensi karyawan KopKar Untag Sby ditunjukan dengan jumlah karyawan yang keluar

dan masuk. Dari data tahun 2015 – 2018 tidak ada karyawan yang keluar ataupun masuk. Hal

ini menunjukkan bahwa KopKar Untag Sby selama 2015 – 2018 dapat mempertahankan

karyawannya. Tetapi di tahun 2019 ada 3 karyawan tidak aktif lagi di KopKar, dan ada masuk

2 karyawan baru untuk toko (Bursa). Dari data diatas dapat disimpulkan Retensi Karyawan

KopKar kurang baik. Namun dari kepuasan karyawan, karyawan puas dengan kineja KopKar.

d). Kepuasan Pengawas.

1). Perhitungan sikap Pengawas dihitung dengan menggunakan Multiatributte Attitude

Models didapatkan :

Ab= (14)

= 152,72

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa sikap pengawas terhadap atribut Kinerja

Perencanaan, Organisasi, dan Operasional dari KopKar Untag sby adalah puas namun hampir

ragu ragu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan pengawas terhadap kinerja KopKar Untag Sby

cukup baik.

2). Analisis Prioritas Kepentingan

Dari perhitungan prioritas kepentingan, atribut yang dianggap paling penting oleh pengawas

koperasi adalah Perencanaan dengan total nilai 3, pada prioritas kedua adalah atribut Organisasi

sebesar 2 dan prioritas ketiga adalah Operasional dengan nilai 1.

Pembahasan

Perspektif Keuangan

Dari hasil analisis menunjukkan, perspektif keuangan KopKar Untag Sby

menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan alias kurang baik. Hal ini ditunjukkan dari

rasio Net Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equit yang mengalami penurunan

berturut turut pada 2 tahun terakhir yaitu 2018 - 2019. Selama 5 tahun pengamatan yaitu 2015

- 2019 besaran SHU setiap tahun selalu meningkat, namun peningkatannya tidak sebanding

dengan peningkatan pendapatan, kekayaan dan assetnya.

Page 114: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

110

Perspektif Pelanggan

Pada perspektif pelanggan ini digunakan tiga tolok ukur yaitu retensi anggota, akuisisi

anggota, dan kepuasan anggota. Hasil penelitian menunjukkan, pada retensi anggota mengalami

naik turun tetapi penurunan yang terbesar ada pada tahun akhir yatu 2019. Dan untuk Akuisisi

anggota juga naik turun. Dari tahun 215 naik berurutan hingga 2017, namun setelahnya yaitu

tahun 2018 dan 2019 makin menurun. Dan untuk hasil kepuasan anggota adalah secara umum

anggota merasa sangat puas yaitu pada nilai MAM sebesar 26,31. Jadi Kinerja KopKar Untag

Sby pada perspektif pelanggan / anggota dapat dikatakan cukup baik, meski 2 indikator yaitu

retensi anggota dan akuisisi anggota kurang baik (untuk hal ini memang tidak bisa dikendalikan

oleh KopKar sendiri), namun kepuasan pelanggan dalam keadaan baik.

Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada perspektif proses bisnis internal ini digunakan indikator inovasi, proses operasi,

dan layanan purna jual. Hasil penelitian menunjukkan kondisi bahwa sikap anggota terhadap

atribut / kinerja Inovasi, Proses Operasi dan Layanan Purna Jual secara keseluruhan pada nilai

MAM terletak pada posisi 169,08. Hal ini berarti bahwa anggota merasa ragu ragu terhadap

kinerja Inovasi, Proses Operasi dan Layanan Purna Jual dari KopKar Untag Sby. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kinerja dari Perspektif Proses Bisnis Internal meragukan atau anggota tidak

puas dan factor utamanya inovasi yang masih lemah. Inovasi bisa meliputi pengembangan

produk dan jasa, kualitas produk dan jasa, investasi baru dan lainya.

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Dan pada Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan hasil yang relative

cukup baik, namun harus waspada. Karyawan merasa puas namun perlu waspada dengan nilai

MAM 119. Untuk pengurus merasa sudah sangat puas dengan kinerja KopKar, hal ini

ditunjukkan dengan hasil analisis MAM pada pada posisi 53,11.

Dan pada retensi karyawan menunjukkan bahwa KopKar kurang dapat mempertahankan

karyawannya.

Sementara untuk kepuasan pengawas menunjukkan bahwa sikap pengawas terhadap

atribut Kinerja Perencanaan, Organisasi, dan Operasional dari KopKar Untag sby adalah puas

namun hampir ragu ragu dengan nilai MAM 152,72.

Jadi secara keseluruhan kinerja dari perspektif pertumbuhan dan pembelaajaran relative masih

cukup baik, namun harus sudah diwaspadai dan ditingkatkan untuk perbaikan .

Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, keempat kinerja Balanced Scorecard

KopKar Untag Surabaya untuk tahun kinerja 2019 / 2020 adalah Sbb :

Perspektif Keuangan

Dari semua Analisa rasio yaitu NPM, ROA dan ROE dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas KopKar Untag Sby masih kurang atau kurang baik.

Page 115: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

111

Perspektif Pelanggan / Anggota

Untuk retensi anggota, jumlah keseluruhan anggota mengalami naik turun. Demikian

pula untuk Akuisisi anggota juga naik turun.

Untuk Kepuasan Anggota, secara umum anggota merasa sangat puas atas kinerja KopKar

yaitu dengan nilai MAM sebesar 26,31. Jadi Kinerja KopKar Untag Sby untuk perspektif

pelanggan / anggota dapat dikatakan cukup baik.

Perspektif Proses Bisnis Internal. Sikap anggota terhadap kinerja perspektif proses bisnis internal KopKar adalah ragu

ragu dengan nilai MAM 169,08. Hal ini berarti bahwa anggota merasa ragu ragu terhadap

kinerja Inovasi, Proses Operasi dan Layanan Purna Jual KopKar Untag Sby. Jadi dapat

disimpulkan bahwa dari kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal, anggota merasa ragu ragu

(kurang puas) dan factor utamanya adalah inovasi yang lemah.

Perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran.

Pada perspektif ini Karyawan merasa puas dengan nilai MAM 119, namun perlu

waspada. Untuk pengurus merasa sudah sangat puas dengan kinerja KopKar dengan nilai MAM

berada pada posisi 53,11. Untuk retensi karyawan menunjukkan bahwa KopKar kurang dapat

mempertahankan karyawannya dan untuk kepuasan pengawas menunjukkan bahwa sikap

pengawas terhadap Kinerja Perencanaan, Organisasi, dan Operasional dari KopKar Untag sby

adalah puas namun hampir ragu ragu dengan nilai MAM 152,72. Jadi kinerja perspektif

pertumbuhan dan pembelaajaran bisa dikatakan relative baik, namun harus sudah diwaspadai

dan ditingkatkan untuk perbaikan.

Dari keempat perspektif Balanced Scorecard hanya 1 perspektif yaitu Proses bisnis

internal yang menunjukkan kinerja kurang baik, dan 3 perspektif yang lainnya baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja KopKar Untag Sby secara keseluruhan

diukur dengan metode Balanced Scorecard menunjukkan kenerja yang masih baik, namun

perlu perbaikan aktif.

Dan Rekomendasi langkah-langkah strategis bagi KopKar Untag Sby untuk

memperbaiki dan meningkatkan kinerja di masa datang adalah :

a. Koperasi harus lebih aktif / agresif dan berorientasi bisnis, sehingga harus dikelola

dengan prinsip prinsip bisnis, yaitu gencar berinovasi dan mencari peluang, gencar

dalam pemasaran, menjaga kualitas dan lain lain.

b. Langkah pertama perbaikan kinerja karyawan sebagai ujung tombak KopKar keluar

dan kedalam, untuk itu perlu peningkatan penghargaan terhadap karyawan.

c. Mengajak semua anggota kompak tulus mengembangkan KopKar.

d. Dibuat perencanaan jangka pendek dan panjang yang terukur sesuai visi misi yang

update.

e. Lakukan Kerjasama dengan pihak lain yang benar benar mampu meningkatkan kinerja

dan kemajuan KopKar kedepan.

f. Satukan Tekad gerak maju Bersama semua komponen KopKar yaitu Pengurus,

Manajer dan karyawan, Pengawas dan Anggota.

g. Perlu meninjau Kembali ketentuan dan aturan keanggotaan para pensiunan, karena

akan memberikan jaminan pada mereka.

h. Mengajukan tambahan tempat / ruang yang lebih luas.

Page 116: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Mochammad Singgih, Djoko Sulisyono

112

Referensi.

Abdul Halim, dkk (2009). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Revisi. Cetakan

ketiga. Yogyakarta: Sekolah Tinggi llmu Manajemen YKPN.

Butler, Letza, Neale (1997), Linking The Balanced Scorecard to Strategy, Long Range

Planning, Vol 30, pages 242-253, 153.

Gaspers, V., (2003). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi, Balanced Scorecard

dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. PT, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Kaplan, Robert S, Norton. D.P. (1992). The Balance Scorecard – Measures That

Drive Performance / Robert S. Kaplan, David P. Norton. Tt - Harvard Business

Reviev TA -, 70(1), 71. https:// doi.org/ 00178012

Kaplan, Robert S, Norton. D. P (2000). Balance Scorecard : Menerapkan Strategi

Menjadi Aksi, Penerbit Eriangga. Jakarta.

Partomo. T.S, 2009, Ekonomi Koperasi, Ghalia Indonesia, Jakarta

Sujarweni. V. W, 2015, Akuntansi Manajemen : Teori dan Aplikasi, Pustaka Baru Press,

Yogyakarta.

Page 117: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

113

Pengaruh Leverage, Earning Variability, Likuidutas dan Kinerja

Perusahaan terhadap Risiko Sistematis pada Perusahaan yang Tercatat

pada Index LQ 45 di Bursa Efek Indonesia

Siti Ko’imah

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI Rembang

Damayanti

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI Rembang

[email protected]

[email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menjelaskan pengaruh leverage, earning

variability, likuiditas dan kinerja perusahaan terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang

tercatat pada Index LQ-45 di BEI. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang

konsisten tercatat pada Index LQ-45 periode 2014-2018 sebanyak 26 perusahaan. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan

sampel dengan kriteria tertentu dan diperoleh sebanyak 11 perusahaan selama 5 tahun,

sehingga diperoleh 55 observasi. Berdasarkan uji asumsi klasik data observasi dalam penelitian

ini tidak lolos uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas, sehingga diperlukan pengobatan

dengan transformasi data menggunakan metode cochrane orcutt yang menyebabkan jumlah

observasi berkurang 1 menjadi 54 observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa leverage dan likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap risiko

sistematis. Earning variability berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap risiko sistematis

dan kinerja perusahan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap risiko sistematis. Hasil uji

koefisien determinasi menunjukkan nilai 0,285 yang artinya bahwa variabel leverage, earning

variability, likuiditas dan kinerja perusahaan mampu menjelaskan variabel risiko sistematis

sebesar 28,5% sedangkan 72,5% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Kata Kunci: Leverage, Earning Variability, Likuiditas, Kinerja Perusahaan dan Risiko

Sistematis.

Page 118: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

114

Pendahuluan

Saat ini kesadaran masyarakat akan investasi sudah mulai berkembang, tidak hanya

pada sektor riil saja tetapi juga pada sektor keuangan. Menurut Hartono (2017:5), investasi

adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode

waktu yang tertentu. Investasi pada surat berharga mulai dikenal oleh masyarakat di kota-kota

besar. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka

panjang dengan menjual saham atau obligasi (Hartono, 2017:29). Investasi di pasar modal telah

menjadi pilihan yang menarik. Keberadaan pasar modal memberikan manfaat yang cukup

besar bagi suatu negara khususnya negara berkembang seperti negara Indonesia. Pasar modal

memberikan kesempatan kepada investor untuk dapat memilih secara bebas sekuritas-sekuritas

yang diperdagangkan di pasar modal sesuai dengan preferensi risiko, ketersediaan dana dan

jangka waktu investasi.

Investor yang melakukan investasi di pasar modal memiliki kesempatan untuk

mendapatkan return sesuai karakteristik investasi yang dipilihnya tanpa mengabaikan risiko

dari setiap investasi yang dilakukan. Harapan dan keuntungan dapat berupa tingkat

pengembalian atau return yang sesuai dengan besarnya dana yang ditanamkan dalam

melakukan keputusan investasi, khususnya pada sekuritas saham, return yang diperoleh berasal

dari dua sumber, yaitu deviden dan capital gain, sedangkan risiko investasi saham tercermin

dari variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh (Masdupi dan Noberlin, 2015).

Rachmawati dalam Nainggolan dan Solikhah (2016) menjelaskan bahwa dalam pasar modal,

baik pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah memperdagangkan beberapa jenis

sekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang berbeda dan salah satunya adalah saham.

Sumber risiko investasi muncul dari berbagai faktor, seperti nilai tukar IDR-USD, inflasi,

kebijakan pemerintah, siklus bisnis, inovasi teknologi, pertumbuhan ekonomi dan krisis

geopolitik. High risk high return, sebuah pepatah dalam dunia investasi. Setiap keputusan

investasi memang selalu menyangkut dua hal ini, yaitu risiko dan return.

Risiko mempunyai hubungan positif dengan return yang diharapkan dari suatu investasi

sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus

ditanggung oleh investor. Perbedaan risiko yang diharapkan (return yang diantisipasi investor

di masa mendatang) dengan return yang benar-benar diterima (return yang diperoleh investor)

merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Menurut

Tandelilin (2017:116) dalam manajemen investasi modern juga dikenal pembagian risiko total

investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko

tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan), risiko perusahaan

merupakan risiko yang terkait pada perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas

(contoh: risiko keuangan dan risiko bisnis). Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa

risiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi aset dalam suatu

portofolio.

Sedangkan risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan risiko yang

berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan (Tandelilin, 2017:116).

Perubahaan tersebut mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risko sistematis adalah

risiko yang tidak bisa diversifikasi karena risiko dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang

dapat mempengaruhi perusahaan secara keseluruhan (contoh: risiko pasar, tingkat inflasi dan

krisis). Risiko sistematis dilambangkan dengan β (beta). Beta menurut Hartono (2017:464)

merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio

terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan

Page 119: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

115

return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar.

Demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio relatif

terhadap risiko pasar. Risiko ini berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan

faktor karakteristik pasar tentang saham perusahaan.

Beaver, et al dalam Hartono (2017:389) mengembangkan penelitian yang menyajikan

perhitungan beta dengan menggunakan beberapa variabel fundamental. Variabel-variabel yang

dipilih merupakan variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena beta merupakan

pengukur dari risiko. Variabel yang digunakan meliputi, devidend payout, asset growth,

leverage, liquidity, asset size, earning variability dan accounting beta. Hasil penelitian Beaver,

et al dalam Hartono (2017:390) menunjukkan bahwa dari tujuh variabel, empat variabel di

antaranya yaitu; asset growth, leverage, earning variability dan accounting beta terdapat

hubungan yang positif dengan beta saham, sedangkan dua variabel lainnya yaitu dividend

payout, liquidity dan asset size terdapat hubungan yang negatif dengan beta.

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang analisis variabel yang

mempengaruhi risiko sistematis atau beta saham selain Beaver, et al (1970) antara lain;

Priyanto (2017) yang meneliti tentang pengaruh leverage dan earning variability terhadap beta

saham pada Perusahaan Jakarta Islamic Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap beta saham, sedangkan earning variability

mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham. Hasil tersebut berbeda

dengan penelitian Nainggolan dan Solikhah (2016) yang menunjukkan bahwa leverage

berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis, sedangkan earning variability

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap risiko sistematis.

Werastuti dan Estiyanti (2015) meneliti tentang sumber pembiayaan dari utang dan

likuiditas, hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber pembiayaan dari utang tidak

berpengaruh terhadap beta saham. Likuiditas yang diukur dengan memakai loan to deposit

ratio (LDR), bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham. Hasil

tersebut hampir sama dengan penelitian Masdupi dan Noberlin (2015) tentang pengaruh

leverage, likuiditas dan kinerja perusahaan terhadap risiko sistematis dari perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian Masdupi dan Noberlin (2015) menunjukkan

bahwa variabel likuiditas dan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan EPS berpengaruh

negatif signifikan terhadap risiko sistematis, sedangkan variabel leverage berpengaruh negatif

tetapi tidak signifikan.

Hasil dari semua penelitian sebelumnya terdapat research gap yaitu perbedaan hasil

penelitian atau hasil yang tidak konsisten, hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan

pengukuran dalam variabel dan populasi penelitian. Oleh sebab itu penelitian ini adalah

menguji kembali variabel leverage, earning variability, likuiditas dan kinerja perusahaan

sebagai variabel independen yang mempengaruhi beta saham atau risiko sistematis. Objek dari

penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 periode 2014-2018.

Perusahaan yang tercatat dalam LQ-45 adalah perusahaan yang selama 12 bulan terakhir, rata-

rata transaksi sahamnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler dan Selama 12 bulan

terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler,

sehingga kemungkinan besar menjadi pilihan utama investor untuk berinvestasi. Perusahaan-

perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 adalah perusahaan dengan ukuran yang besar dan

selalu dievaluasi kinerjanya oleh BEI. Harga saham perusahaan LQ-45 juga cenderung lebih

cepat bereaksi terhadap perubahan pasar dibandingkan dengan saham yang tidak termasuk

dalam Index LQ-45.

Page 120: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

116

Selama 10 periode yaitu 2014-2018 terdapat 26 perusahaan yang konsisten tercatat pada

Index LQ-45. Dari 26 perusahaan yang konsisten tercatat pada Index LQ-45 terdapat 21

perusahaan mengalami beta yang fluktuatif dan 4 perusahaan mengalami kenaikan beta secara

berturut-turut selama periode 2014-2018. Ada 1 perusahaan yang tidak konsisten menampilkan

data beta selama periode 2014-2018. Rata-rata beta pada perusahaan yang tercatat di Index LQ-

45 selama periode 2014-2018 cenderung mengalami kenaikan, kecuali pada periode 2017 beta

perusahaan Index LQ-45 mengalami penurunan. Periode 2015 rata-rata beta perusahaan Index

LQ-45 naik sebesar 2,55% dari tahun 2014. Periode 2016 beta perusahaan Index LQ-45 naik

lagi sebesar 6,07% dari tahun 2015.

Semua perusahaan yang konsisten tercatat di Index LQ-45 selama periode 2014-2018

memiliki risiko sitematis atau beta > 1. Koefesien beta adalah ukuran sensitivitas atau kepekaan

individu saham terhadap pergerakan pasar. Perusahaan yang memiliki saham dengan koefesien

beta > 1 umumnya lebih agresif dari pasar. Artinya, jika pasar sedang naik saham tersebut akan

mengalami kenaikan yang tinggi dari pasar akan tetapi, jika pasar sedang turun harga pasar

akan turun lebih besar dari penurunan pasar. Perusahaan yang memiliki saham dengan

koefesien beta = 1, umumnya mengikuti arus pasar. Artinya, jika saham tersebut mengalami

kenaikan yang sama dengan pasar atau Index, demikian pula sebaliknya. Perusahaan yang

memiliki saham dengan koefesien beta < 1, umumnya bergerak lebih lambat dari pasar.

Artinya, jika pasar naik, saham tersebut akan mengalami kenaikan namun selalu lebih rendah

dari kenaikan pasar, demikan sebaliknyaSesuai latar belakang tersebut maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Leverage, Earning Variability, Likuiditas dan

Kinerja Perusahaan terhadap Risiko Sistematis pada Perusahaan yang tercatat pada Index LQ-

45 di Bursa Efek Indonesia”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah yang terdapat di

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh leverage terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat

pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh earning variability terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang

tercatat pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat

pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan yang diproksikan dengan EPS terhadap risiko

sistematis pada perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji dan menjelaskan pengaruh leverage, earning variability, likuiditas dan kinerja

perusahaan terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di Bursa

Efek Indonesia.

Page 121: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

117

Landasan Teori

Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital asset pricing model (CAPM) merupakan suatu model yang digunakan untuk

mengestimasi return suatu sekuritas. Bentuk standar CAPM pertama kali dikembangkan secara

terpisah oleh Sharpe (1964), Litner (1965) dan Mossin (1969), sehingga model ini sering

disebut dengan CAPM bentuk Sharpe-Lintner-Mossin. Asumsi-asumsi yang digunakan di

model CAPM menurut Hartono (2017:576-577) adalah sebagai berikut:

1. Semua investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utiliti harapan

dalam satu periode waktu yang sama.

2. Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan

antara nilai return ekspektasian dan deviasi standar return dari portofolionya.

3. Semua investor mempunyai harapan yang seragam terhadap faktor-faktor input yang

digunakan untuk keputusan portofolio.

4. Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau meminjam sejumlah

dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat bunga bebas risiko.

5. Investor individual dapat menjual pendek berapapun yang dikehendaki.

6. Semua aktiva dapat dijual dan dibeli di pasar dengan cepat dengan harga yang berlaku.

7. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai biayai transaksi.

8. Tidak terjadi inflasi

9. Tidak ada pajak pendapatan pribadi sehingga, investor mempunyai pilihan yang sama

untuk mendapatkan dividen atau capital gain.

10. Investor individual tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan

membeli dan menjual aktiva tersebut.

11. Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium.

Menurut Jones sebagaimana dijelaskan oleh Hartono (2017:577) ekuilibrium pasar

terjadi jika harga-harga dari aktiva berada disuatu tingkat yang tidak dapat memberikan intensif

lagi untuk melakukan perdagangan spekulatif. Pengertian lain menurut Husnan (2015:155)

CAPM merupakan model untuk menentukam harga suatu asset. Model ini mendasarkan diri

pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan

oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Risiko disini

bukan lagi diartikan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan, tetapi diukur dengan beta.

Penggunaan parameter ini konsisten dengan dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa

apabila pemodal melakukan diversifikasi dengan baik, maka pengukur risiko adalah

sumbangan risiko dari tambahan saham ke dalan portofolio. Apabila pemodal memegang

portofolio pasar, maka sumbangan risiko ini tidak lain adalah beta.

Beta

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return

portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i

dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return

pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis dari suatu sekuritas atau

portofolio relatif terhadap risiko pasar (Hartono, 2017:464). Volatilitas dapat didefinisikan

sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu

tertentu (Hartono, 2017:464). Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara

Page 122: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

118

statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka beta dari sekuritas atau portofolio

tersebut dikatakan bernilai 1.

Jenis-jenis beta menurut Hartono (2017:465), antara lain:

1. Beta Pasar

Beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari

sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 60 bulan untuk

return bulanan atau 200 untuk return harian.

2. Beta Akuntansi

Data akuntansi seperti misalnya laba akuntansi (accounting earning) dapat juga

digunakan untuk mengestimasi beta. Beta akuntansi dapat dihitung secara sama dengan beta

pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return dengan data

laba akuntansi.

3. Beta Fundamental

Beaver, et al dalam Hartono (2017:177) menyajikan perhitungan Beta menggunakan

beberapa variabel fundamental. Variabel yang mereka pilih adalah variabel yang berhubungan

dengan risiko, di antaranya devidend payout, asset growth, leverage, liquidity, asset size,

earning variability dan accounting beta.

Leverage Kasmir (2018:151) leverage atau biasa disebut dengan rasio solvabilitas merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan yang dibiayai dengan

utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung oleh perusahaan dibandingkan

dengan aktiva yang dimiliki. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta

(Hartono, 2017:480). Bowman dalam Hartono (2017:480) menggunakan nilai pasar untuk total

utang dalam menghitung leverage dan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan

dengan nilai buku. Menurut Gitman dan Zutter yang dijelaskan Priyanto (2017) semakin tinggi

rasio leverage semakin besar pula jumlah uang pihak lain yang digunakan untuk menghasilkan

keuntungan eksternal (para kreditur).

Rasio leverage diproksikan dengan debt to total asset ratio (DAR). Debt ratio

merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang

dengan total aktiva (Kasmir, 2018:156). Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahan

dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva. Hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin

banyak maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena

dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utang dengan aktiva yang dimiliki

perusahaan (Kasmir, 2018:156).

Earning Variability Menurut Hartono (2017:481) earning variability merupakan variabilitas laba diukur

dengan nilai deviasi standar dari price earning ratio (PER) atau rasio P/E (harga saham dibagi

dengan laba perusahaan). Menurut Tandelilin (2017:377) price earning ratio mengindikasikan

besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning

perusahaan. Tandelilin (2017:377) juga mengemukakan, dalam pendekatan PER atau

pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (mulitiplier) nilai earning yang

Page 123: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

119

tercermin dalam suatu harga saham. PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara

harga saham dengan earning perusahaan.

Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara

variabel ini dengan beta adalah positif (Hartono, 2017:481). Tingkat rasio PER tinggi

sementara harga saham dalam posisi tetap, maka per lembar saham semakin kecil dan juga

sebaliknya jika rasio PER meningkat dan laba per lembar saham tetap, maka harga sahamnya

akan semakin besar. Misalnya PER suatu saham sebanyak 3 kali berarti harga saham tersebut

sama dengan 3 kali nilai earning perusahaan tersebut. Earning variability menggambarkan

variabilitas return suatu perusahaan.

Likuiditas

Weston dalam Kasmir (2018:129) menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan

rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)

jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi

utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas atau sering juga disebut

dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di

neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek) (Kasmir,

2018:130). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan

likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Kasmir (2018:130) juga mengemukakan terdapat dua hasil penilaian terhadap

pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya,

dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan bahwa perusahaan dalam keadaan Illikuid.

Hartono (2017:480) mengemukakan likuiditas diprediksi mempunyai hubungan negatif dengan

beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil

risikonya.

Kinerja Perusahaan

Bagi para investor, analisis perusahaan merupakan informasi yang dianggap mendasar

dan berguna untuk menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan (Tandelilin,

2017:367). Oleh karena itu, penilaian kinerja perusahaan memberikan informasi kepada

investor dalam melakukan investasi pada perusahaan. Komponen pertama yang harus

diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai

earning per share (EPS).

Rasio laba per lembar saham (earning per share) merupakan rasio untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham (Kasmir,

2018:207). Menurut Tandelilin (2017:366) EPS merupakan komponen utama dalam penentuan

nilai intrinsik saham, ketika EPS meningkat maka harga saham juga meningkat. Selanjutnya,

kinerja perusahaan yang bagus, maka laba yang diperoleh akan meningkat dan meningkatkan

EPS. Tingginya earning per share menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus dan dapat

menambah minat investor untuk berinvestasi (Masdupi dan Noberlin, 2015). Pertumbuhan

earning hanya akan dicapai oleh perusahaan yang berani menangggung risiko, sehingga

perusahaan yang mengalami fluktuasi earning yang tinggi dianggap mempunyai risiko yang

Page 124: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

120

tinggi. Demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap

risiko sistematis.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Leverage terhadap Risiko Sistematis

Rasio leverage atau biasa disebut dengan rasio solvabilitas menurut Kasmir (2018:151)

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan yang

dibiayai dengan utang. Bowman seperti yang dikutip dalam Hartono (2017:480) menggunakan

nilai pasar untuk total utang dalam menghitung leverage dan mendapatkan hasil yang tidak

berbeda jika digunakan dengan nilai buku. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positif

dengan beta (Hartono, 2017:480). Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan

keuntungan yang diharapkan, namun utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko (Hanafi,

2017:337). Hal tersebut sesuai teori dengan CAPM yang merupakan model untuk menentukan

harga suatu aset. Teori CAPM mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium, dalam kondisi

ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham dipengaruhi

oleh risiko saham tersebut (Husnan, 2015:155).

Gitman dan Zutter dalam Priyanto (2017) mengemukakan apabila leverage semakin

tinggi sementara jumlah aktiva tidak berubah maka risiko kegagalan perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman tinggi dan sebaliknya. Hal tersebut didukung penelitian Nainggolan

dan Solikhah (2016) bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko

sistematis. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1: Diduga leverage berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis.

Pengaruh Earning Variability terhadap Risiko Sistematis.

Earning variability merupakan variabilitas return suatu perusahaan. Besarnya earning

variability suatu perusahaaan diukur dengan besarnya penyimpangan PER. Darmaji dan

Fakhrudin dalam Priyanto (2017) mengemukakan semakin besar standar deviasi dari PER

menunjukkan semakin fluktuatif earning perusahaan tersebut, sehingga akan memperkecil

kepastian pengembalian investasi.

Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara

earning variability dengan beta adalah positif (Hartono, 2017:481). Apabila nilai earning

variability tinggi maka mencerminkan risiko atas saham suatu perusahaan juga tinggi. Hal

tersebut sesuai teori CAPM yang mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium, dalam kondisi

ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham dipengaruhi

oleh risiko saham tersebut (Husnan, 2015:155). Teori tersebut didukung penelitian Ridwan dan

Hasanah (2015) tentang pengaruh variabilitas laba terhadap beta saham, bahwa earning

variability terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham. Penelitian Silalahi

(2015) juga menunjukkan bahwa variabel PER berpengaruh positif terhadap risiko sistematis.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2: Diduga earning variability berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis.

Page 125: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

121

Pengaruh Likuiditas terhadap Risiko Sistematis. Weston dalam Kasmir (2018:129) menyebutkan bahwa likuiditas merupakan rasio

yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka

pendek. Kasmir (2018:130) juga mengemukakan terdapat dua hasil penilaian terhadap

pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya,

dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak

mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan bahwa perusahaan dalam keadaan illikuid.

Hartono (2017:480) mengemukakan likuiditas diprediksi mempunyai hubungan negatif

dengan beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil

risikonya. Artinya, rasio lancar yang tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar (likuiditas

tinggi dan risiko rendah), tetapi pengaruhnya buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva

lancar secara umum menghasilkan return atau tingkat keuntungan yang rendah dibandingkan

aktiva tetap sehingga risiko yang ditanggung juga akan rendah (Hanafi, 2017:37). Hal tersebut

sesuai dengan teori CAPM yang mendasarkan pada kondisi ekuilibrium, di mana keuntungan

yang diharapkan suatu saham dipengaruhi oleh risiko saham tersebut.

Teori tersebut dibuktikan oleh penelitian Masdupi dan Noberlin (2015) bahwa

likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko sistematis perusahaan.

Artinya, jika likuiditas perusahaan semakin baik, perusahaan mampu melunasi kewajiban

jangka pendeknya tentu risiko sistematis perusahaan semakin rendah. Berdasarkan uraian

tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3: Diduga likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko sistematis.

Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Risiko Sistematis.

Analisis perusahaan merupakan informasi yang dianggap mendasar dan berguna untuk

menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan (Tandelilin, 2017:367).

Komponen pertama yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan adalah laba per lembar

saham atau dikenal sebagai earning per share (EPS). Variabel EPS atau laba per saham

perusahaan menggambarkan kepada investor tentang bagian keuntungan yang dapat diperoleh

dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Tingginya earning per share

menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus dan dapat menambah minat investor untuk

berinvestasi (Masdupi dan Noberlin, 2015).

Menurut Tandelilin (2017:366) EPS merupakan komponen utama dalam penentuan

nilai intrinsik saham, ketika EPS meningkat maka harga saham juga meningkat. Selanjutnya,

kinerja perusahaan yang bagus, maka laba yang diperoleh akan meningkat dan meningkatkan

EPS. Pertumbuhan earning hanya akan dicapai oleh perusahaan yang berani menangggung

risiko, perusahaan yang mengalami fluktuasi earning yang tinggi dianggap mempunyai risiko

yang tinggi, sehingga dapat dinyatakan adanya hubungan positif antara risiko dan EPS. Hal

tersebut sesuai dengan teori CAPM yang mendasarkan pada kondisi ekuilibrium, di mana

tingkat keuntungan yang diharapkan suatu saham dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Teori

tersebut dibuktikan oleh penelitian Ratna dan Priyadi (2014) yang menunjukkan bahwa

earning per share berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham syariah. Berdasarkan

uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H4: Diduga kinerja perusahaan yang diproksikan dengan EPS berpengaruh positif signifikan

terhadap risiko sistematis.

Page 126: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

122

Model Penelitian Berdasarkan perumusan hipotesis tersebut, maka model penelitian dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 (+)

H2 (+)

H3 (-)

H4 (+)

Gambar 1 Model Penelitian Sumber: Data diolah tahun 2019

Metode Penelitian

Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter berupa

laporan tahunan. Sumber data dari penelitian ini menggunakan sumber data sekunder laporan

keuangan perusahaan LQ-45 di BEI periode 2014-2018 yang telah diaudit. Data sekunder

adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi melalui

Indonesia Capital Market Directory (ICMD), website resmi Bursa Efek Indonesia di

www.idx.co.id dan melalui website www.pefindo.com.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat dalam LQ-45 di Bursa Efek

Indonesia untuk periode 2014-2018. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2018:138). Adapun kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan konsisten tergabung dalam Index LQ-45 terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan

konsisten mempublikasikan laporan keuangan selama periode pengamatan, yaitu periode

2014-2018 secara berturut-turut.

2. Perusahaaan yang mempublikasikan harga saham secara konsisten pada periode 2014-2018.

3. Perusahaan yang konsisten menampilkan data beta di PEFINDO periode 2014-2018.

4. Perusahaan yang menampilkan data tentang DAR, PER, current ratio dan EPS di Indonesia

Capital Market Directory periode 2014-2018.

Leverage (X1)

Earning Variability (X2)

Likuiditas (X3)

Kinerja Perusahaan (X4)

Risiko Sistematis (Y)

Page 127: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

123

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

No Variabel X dan

Y Rumus

1.

Leverage (DAR)

DAR = Total UtangTotal Asset

2 . Earning

Variability (PER) PER = Harga Pasar per Lembar Laba per saham

3. Likuiditas

(Current Ratio) 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = Aktiva LancarUtang Lancar

4.

Kinerja

Perusahaan

(EPS)

EPS = Laba bersih setelah bunga dan pajakJumlah saham yang beredar

5. Risiko Sistematis

(Beta)

a. Tahap pertama adalah menghitung return dari setiap

saham dan indeks pasar. Rumus perhitungan: Rit = Pit − Pit−1Pit

b. Melakukan regresi antara return harga saham dan return

indeks pasar untuk periode 3 tahun terakhir, sehingga

mendapatkan nilai raw beta dengan formula

perhitungan: Ri = ai + βiRmt + eit c. Melakukan perhitungan adjusted beta yang digunakan

untuk menormalisasikan raw beta agar sesuai dengan

karkteristik beta saham yang baik, yaitu mendekati 1.

Rumus perhitungan: 𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 Beta = 23 × (𝑅𝑎𝑤 Beta) + 13 × (1)

(www.pefindo.com)

Sumber: Data diolah, 2019

Analisis Regresi Linier Berganda

Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh leverage,

earning variability, likuiditas dan kinerja perusahaan terhadap risiko sistematis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = α + X1 + X2 + X3 + X4 + e

Keterangan:

Y = Risiko sistematis (beta)

α = Konstanta 𝛽1, 𝛽2, 𝛽3, 𝛽4 = Koefisien regresi model

X1 = Leverage (current ratio)

X2 = Earning variability (price earning ratio)

X3 = Likuiditas (debt to total asset ratio)

X4 = Kinerja perusahaan (earning per share)

e = Residual of error (kesalahan pengganggu)

Page 128: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

124

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Statistik Perusahaan yang tercatat pada periode 2014-2018 pada Index LQ-45 di Bursa Efek

Indonesia berjumlah 66 perusahaan. Dipilihnya 66 perusahaan yang tercatat di Index LQ-45

sebagai populasi dari penelitian ini, karena nilai kapitalisasi pasarnya 45 saham perusahaan

yang paling likuid dan memiliki kapitalisasi pasar sangat tinggi yang selalu dievaluasi oleh BEI

setiap 6 bulan sekali, sehingga kemungkinan besar menjadi pilihan utama investor untuk

berinvestasi. Setelah diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sampel

sebanyak 11 perusahaan. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria

yang ditentukan dalam Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2.

Proses Pemilihan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 periode 2014-2018 67

Perusahaan yang tidak konsisten tercatat pada Index LQ-45 periode 2014-2018 (41)

Perusahaan yang konsisten tercatat pada Index LQ-45 periode 2014-2018 26

Perusahaan yang tidak konsisten menampilkan data beta di PEFINDO (1)

Perusahaan yang tidak menampilkan current ratio di ICMD (9)

Dikeluarkan karena outlier (5)

Jumlah sampel akhir 11

Jumlah observasi tahun pengamatan (5 tahun) 55

Sumber: Data diolah tahun 2019.

Berdasarkan jumlah observasi pengamatan tersebut, maka dapat dijelaskan statistik

deskriptif dari data penelitian ini. Hasil pengujian statistik deskriptif dari variabel risiko

sistematis (beta), DAR, PER, current ratio (CR) dan EPS dari periode 2014-2018 dapat

diketahui nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap

variabel. Analisis statistik deskriptif dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Hasil Uji Statistik Deskriptif Metode Chocrane Orcutt

N Min Max Mean

Std.

Deviation

Lag_Beta 54 -0,42 1,25 0,5154 0,27963

Lag_DAR 54 -19,20 43,42 20,0689 9,93187

Lag_PER 54 -4,68 34,97 9,0243 6,94099

Lag_CR 54 -57,31 310,68 89,6041 70,23882

Lag_EPS 54 -86,76 1476,10 263,3025 364,79769

Valid N (listwise) 54

Sumber: Data diolah, 2019.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Tujuan dari uji asumsi klasik yaitu supaya model regresinya menjadi best linear unbias

estimate (BLUE) sehingga menjadi persamaan linear yang paling baik tanpa adanya bias. Ada

Page 129: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

125

empat uji asumsi klasik yang diterapkan pada model regresi, yaitu uji multikolonieritas, uji

autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas (Ghozali, 2016:103).

Jumlah observasi yang siap diujikan untuk uji asumsi klasik adalah 55 observasi.

Berdasarkan uji asumsi klasik data observasi dalam penelitian ini tidak lolos uji autokorelasi

dan uji heteroskedastisitas. Apabila model regresinya terdapat autokorelasi maka menyebabkan

variansi sampel tidak dapat menggambarkan variansi populasi. Model regresi yang dihasilkan

juga tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel dependen dari nilai variabel

independen tertentu, koefesien regresinya kurang akurat. Sehingga diperlukan pengobatan

dengan tranformasi data menggunakan metode cochrane orcutt. Metode cochrane orcutt

dipilih karena koefisien autokorelasi (ρ) atau yang disebut dengan istilah “Rho” tidak diketahui

(Hidayat, 11 Januari, 2015). Jika menggunakan metode cochrane orcutt jumlah observasinya

berkurang 1, sehingga menjadi 54 observasi.

1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel independen (variabel bebas). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2016:103). Adanya multikolonieritas

dapat dilihat jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan variance inflation factor (VIF) ≥ 10.

Tabel 4.

Hasil Uji Multikolonieritas Metode Cochrane Orcutt

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Lag_DAR 0,549 1,821 Tidak Terjadi Multikolonieritas

Lag_PER 0,599 1,670 Tidak Terjadi Multikolonieritas

Lag_CR 0,629 1,591 Tidak Terjadi Multikolonieritas

Lag_EPS 0,759 1,318 Tidak Terjadi Multikolonieritas

Sumber: Data diolah, 2019

Nilai tolerance dan VIF pada Tabel 4 menunjukkan bahwa semua variabel independen

dalam penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai

tolerance dari variabel semua variabel independen > 0,10 dan nilai VIF < 10.

2. Hasil Uji Autokolerasi

Ghozali (2016:107) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi digunakan

dengan uji run test. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa

residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual

terjadi secara random atau tidak sistematis (Ghozali, 2016:116).

Apabila dalam model regresi terdapat masalah autokorelasi maka perlu pengobatan

autokorelasi dengan transformasi data menggunakan metode cochrane orcut. Adapun langkah-

langkah yang digunakan untuk transformasi data menurut (Hidayat, 11 Januari, 2015) sebagai

berikut:

a. Melakukan uji regresi ordinary least squares (OLS) untuk mendapat nilai residual 1

(Res_1).

b. Langkah selanjutnya melakukan transformasi lag pada variabel residual (Res_1) dengan

nama Lag_Res.

Page 130: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

126

c. Melakukan regresi untuk mendapatkan nilai koefisien rho dengan memasukkan hasil

perhitungan lag_Res ke dalam variabel independen dan variabel dependen diisi dengan

Res_1.

Tabel 5.

Hasil Koefisien Autokorelasi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

Lag_Res 0,536 0,118 0,533 4,548 0,000

Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan Tabel 5 nilai koefisien rho dapat dilihat pada nilai beta lag_res yaitu

sebesar 0,536. Selanjutnya melakukan transformasi cochrane orcutt untuk setiap

variabel, langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Lag_Beta =BETA – (0.536 * Lag(BETA)).

2) Lag_DAR =DAR – (0.536 * Lag(DAR)).

3) Lag_PER =PER – (0.536 * Lag(PER)).

4) Lag_CR =CR – (0.536 * Lag(CR)).

5) Lag_EPS =EPS – (0.536 * Lag(EPS)).

d. Setelah mentransformasi variabel idependen dan variabel dependen, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan regresi ulang dengan variabel baru hasil transformasi

data untuk mendapatkan nilai residual. Hasil residual dimasukkan ke dalam uji run

test.

Hasil uji autokorelasi Sesudah Metode Cochrane orcutt terdapat pada Tabel 6 sebagai

berikut.

Tabel 6

Hasil Uji Autokorelasi Metode Cochrane Orcutt

Unstandardized Residual

Z -0,275

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,783

Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan tabel 6 hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai asymp

signifikan 0,783, yang berarti tingkat signifikansinya > 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi autokolerasi

karena H0 diterima (residual random) dan menolak Ha (residual tidak random).

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2016:134) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan metode glejser.

Menurut Gujarati dalam Ghozali (2016:137) seperti halnya uji park, glejser mengusulkan

untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen, dengan melihat nilai

probabilitas signifikansinya > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 131: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

127

Tabel 7

Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Cochrane Orcutt

Variabel Signifikan Keterangan

Lag_DAR 0,223 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Lag_PER 0,282 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Lag_CR 0,104 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Lag_EPS 0,075 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas

Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikan dari variabel independen lebih

besar dari 5% (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini

tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

4. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2016:154). Untuk menguji

normalitas data setiap data variabel digunakan uji statistik non-parametik kolmogorov smirnov

(KS). Uji KS dilakukan jika signifikansi > 0,05 berati data berdistribusi normal. Jika

signifikansi < 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.

Tabel 8

Hasil Uji Normalitas Metode Cochrane Orcutt

Kolmogorov-Smirnov Z 0,580

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,890

Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan uji normalitas Tabel 8 menunjukkan nilai Asymp signifikan (2-tailed)

sebesar 0,890 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

regresi dalam penelitian ini terdistribusi normal.

Hasil Pengujian Hipotesis

Uji parsial atau uji t digunakan untuk menguji hipotesis diterima atau ditolak. Uji parsial

pada dasarnya digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016:171). Pengujian dilakukan dengan menggunakan

significance level 0,05 (α = 5%). Pengujian hipotesis untuk model regresi dalam mengetahui

nilai ttabel diperoleh dari degree of freedom (df) = n – (k + 1). Di mana n = jumlah observasi,

sedangkan k = jumlah variabel bebas. Sehingga dalam penelitian ini diperoleh nilai df = 54 –

(4 + 1) = 49, maka nilai ttabel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 1,6766 pada derajat

signifikan 5%. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut.

Page 132: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

128

Tabel 9

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Model B t Hitung t Table Sig. Keterangan

(Constant) 0,089

Lag_DAR 0,012 2,757 1,6766 0,008 H1 Diterima

Lag_PER -0,009 -1,485 1,6766 0,144 H2 Ditolak

Lag_CR 0,003 4,622 -1,6766 0,000 H3 Ditolak

Lag_EPS 8,264E-5 0,808 1,6766 0,423 H4 Ditolak

Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan Tabel 9 hasil uji regresi linier berganda dapat disimpulkan dengan

persamaan sebagai berikut:

Lag_Beta= 0,089 + 0,012 Lag_DAR – 0,009 Lag_PER + 0,003 Lag_CR + 8,264E-5

Lag_EPS + e

Model persamaan yang dibentuk dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 0,089 menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap konstan

maka rata-rata risiko sistematis (beta) adalah 0,089.

2. Koefisien regresi leverage (DAR) sebesar 0,012, artinya jika leverage (DAR) mengalami

kenaikan sebesar satu satuan, maka risiko sistematis (beta) akan naik sebesar 0,012.

3. Koefisien regresi earning variability (PER) sebesar -0,009, artinya jika earning variability

(PER) mengalami kenaikan sebesar 0,009, maka risiko sistematis (beta) akan mengalami

penurunan sebesar 0,009.

4. Koefisien regresi likuiditas (CR) sebesar 0,003, artinya jika likuiditas (CR) mengalami

kenaikan sebesar satu satuan, maka risiko sistematis (beta) akan naik sebesar 0,003.

5. Koefisien regresi kinerja perusahaan (EPS) sebesar 8,264E-5, artinya jika kinerja

perusahaan (EPS) mengalami kenaikan satu satuan, maka risiko sistematis (beta) akan naik

sebesar 8,264E-5.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefesien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:95). Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Hasil uji koefisien determinasi terdapat pada Tabel 10.

Tabel 10

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 0,582a 0,339 0,285 0,23643

Sumber: Data diolah, 2019.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi pada uji koefisien

determinasi memperoleh nilai adjusted R2 sebesar 0,285. Artinya, variabel leverage, earning

variability, likuiditas dan kinerja perusahaan mampu menjelaskan variabel dependen (risiko

Page 133: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

129

sistematis) sebesar 28,5% sedangkan 71,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk

dalam model penelitian ini.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dibahas beberapa hal sebagai berikut:

1. Pengaruh Leverage terhadap Risiko Sistematis

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif

signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di

Bursa Efek Indonesia. Artinya, jika leverage perusahaan naik maka akan berpengaruh pada

kenaikan risiko sistematis dan sebaliknya, jika leverage perusahaan turun maka akan

berpengaruh pada penurunan risiko sistematis. Semakin tinggi leverage, maka perusahaan

menggunakan utang yang besar menunjukkan risiko kebangkrutan yang dialami perusahaan

akan tinggi sehingga risiko sistematis perusahaan juga tinggi, sebaliknya jika leverage

rendah maka perusahaan menggunakan utang yang kecil, sehingga kebangkrutan yang

dialami perusahaan akan rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Hartono, (2017:480) leverage berhubungan positif

dengan beta saham. Hal tersebut sesuai teori CAPM yang merupakan model untuk

menentukan harga suatu aset. Teori CAPM mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium,

dalam kondisi ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu

saham dipengaruhi oleh risiko saham tersebut (Husnan, 2015:155). Penggunaan utang yang

tinggi akan meningkatkan keuntungan yang diharapkan, namun utang yang tinggi juga akan

meningkatkan risiko (Hanafi, 2017:337).

Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah, memiliki risiko kecil apabila kondisi

perekonomian menurun, tetapi sebaliknya perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi

memiliki kesempatan untuk mendapatkan profitabilitas yang tinggi, namun risiko yang

ditanggung juga tinggi meskipun pada kondisi perekonomian meningkat atau menurun.

Gitman dan Zutter dalam Priyanto (2017) leverage semakin tinggi sementara jumlah aktiva

tidak berubah maka risiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman tinggi dan

sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nainggolan dan Solikhah (2016)

bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko sistematis.

2. Pengaruh Earning Variability terhadap Risiko Sistematis

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa earning variability berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat pada Index

LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Artinya, earning variability mempunyai hubungan negatif

dengan risiko sistematis. Hubungan negatif antara earning variability (PER) dengan risiko

sistematis menunjukkan bahwa setiap kenaikan PER akan berpengaruh pada penurunan

return saham sekaligus risiko sistematis, tetapi pengaruhnya kecil. Sehingga dari sudut

pandang investor PER yang terlalu tinggi dianggap tidak menarik karena mengindikasikan

bahwa harga saham tidak akan naik lagi. Begitu sebaliknya penurunan PER akan

berpengaruh pada kenaikan return saham sekaligus risiko sistematis, PER yang kecil akan

menarik investor untuk berinvestasi karena investor percaya bahwa harga saham akan naik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori CAPM yang mendasarkan diri pada kondisi

ekuilibrium, dalam kondisi ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal

untuk suatu saham dipengaruhi oleh risiko saham tersebut namun pengaruhnya kecil. Hasil

Page 134: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

130

yang tidak signifikan variabel earning variability (PER) bisa disebabkan perusahaan dalam

menginformasikan kinerja perusahaan kurang terbuka dan relevan sehingga dalam

menganalisa kinerja perusahaan hasil yang diperoleh kurang akurat (Nainggolan dan

Solikhah, 2016).

Hal lain yang menyebabkan PER tidak tercermin dalam perhitungan risiko adalah

karena harga saham mungkin belum sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsik saham

(Fidiana, 2009). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniawan dan Mawardi

(2018) bahwa earning variability berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap risiko

sistematis.

3. Pengaruh Likuiditas terhadap Risiko Sistematis

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif

signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di

Bursa Efek Indonesia. Artinya, likuiditas memiliki hubungan positif dengan risiko

sistematis. Hubungan positif tersebut menunjukkan bahwa kenaikan rasio likuiditas akan

berpengaruh pada kenaikan risiko sistematis yang dihadapi perusahaan. Begitu pula

sebaliknya bahwa penurunan likuiditas akan berpengaruh pada penurunan risiko sistematis.

Semakin tinggi rasio likuiditas mengindikasikan bahwa risiko investasi juga semakin besar,

hal tersebut dikarenakan current asset sebagai penghitung atau pembilang dari current ratio

tidak hanya meliputi instrumen cash and short term negotiable, akan tetapi juga meliputi

account receivable dan inventory yang mengandung risiko besar, itu salah satu alasan

Belkaoui dalam Puspitaningtyas (2010) menyatakan bahwa current ratio (CR) bukanlah

pengukur likuiditas yang baik.

Hubungan positif antara likuiditas dan risiko sistematis kemungkinan disebabkan

karena perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

tercatat pada Index LQ-45 di BEI periode 2014-2018 yang terdiri dari beberapa sektor. Di

antaranya ada sektor makanan dan minuman, sektor otomotif, sektor obat farmasi, sektor

usaha grosir dan sektor semen. Semua perusahaan terebut memiliki persediaan sebagai aset

lancar perusahaan, di mana aset lancar tersebut memiliki risiko yang tinggi karena persedian

perusahaan dianggap sebagai aset yang tidak likuid. Hal tersebut disebabkan karena

persediaan jika dikonversikan dengan kas membutuhkan waktu yang lama dan kualitas

persediaaan akan menurun sehingga mengakibatkan kerugian pada perusahaan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan teori CAPM yang mendasarkan pada kondisi

ekuilibrium, di mana keuntungan yang diharapkan suatu saham dipengaruhi oleh risiko

saham tersebut (Husnan, 2015:155). Artinya, rasio lancar yang tinggi menunjukkan

kelebihan aktiva lancar (likuiditas tinggi dan risiko rendah), tetapi pengaruhnya buruk

terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return atau

tingkat keuntungan yang rendah dibandingkan aktiva tetap sehingga risiko yang ditanggung

juga akan rendah (Hanafi, 2017:37). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yulia dan

Pohan (2015), yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap

risiko sistematis.

4. Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Risiko Sistematis

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa kinerja perusahaan

berpengaruh positif tidak signifkan terhadap risiko sistematis pada perusahaan yang tercatat

pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Artinya, variabel kinerja perusahaan

mempunyai hubungan positif dengan risiko sistematis. Hubungan tersebut menunjukkan

Page 135: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

131

bahwa jika nilai EPS perusahaan meningkat maka akan berpengaruh pada peningkatan

risiko sistematis perusahaan, tetapi pengaruhnya kecil. Begitu pula sebaliknya bahwa jika

nilai EPS perusahaan turun maka akan berpengaruh pada penurunan risiko sistematis

perusahaan tetapi pengaruhnya kecil.

Menurut Tandelilin (2017:366) EPS merupakan komponen utama dalam penentuan

nilai intrinsik saham, ketika EPS meningkat maka harga saham juga meningkat.

Selanjutnya, kinerja perusahaan yang bagus, maka laba yang diperoleh akan meningkat dan

meningkatkan EPS.Tingginya earning per share menunjukkan kinerja perusahaan yang

bagus dan dapat menambah minat investor untuk berinvestasi (Masdupi dan Noberlin,

2015).

Pertumbuhan earning hanya akan dicapai oleh perusahaan yang berani menangggung

risiko, sehingga perusahaan yang mengalami fluktuasi earning yang tinggi dianggap

mempunyai risiko yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan CAPM yang mendasarkan

diri pada kondisi ekuilibrium, di mana tingkat keuntungan yang harapkan suatu saham

dipengaruhi oleh risiko saham tersebut, sehingga return dan risiko mempunyai hubungan

positif namun pengaruhnya kecil.

Tidak terbuktinya hipotesis keempat mungkin disebabkan karena harga saham yang

terbentuk tidak ditentukan berdasarkan perolehan earning semata. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dalam menilai return dan risiko serta prospek masa depan perusahaan,

investor belum mempertimbangkan EPS (Fidiana, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa

investor menganggap laba perusahaan yang sudah go public akan selalu stabil. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Fidiana (2009) yang menyatakan bahwa EPS

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap risiko sistematis.

Simpulan

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut:

1. Variabel leverage berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis pada perusahaan

yang tercatat pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut menunjukkan jika

nilai leverage meningkat maka akan berpengaruh pada peningkatan risiko sistematis, begitu

pula sebaliknya jika nilai leverage turun maka akan berpengaruh pada penurunan risiko

sistematis.

2. Variabel earning variability berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap risiko sistematis

pada perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut

menunjukkan jika nilai PER meningkat maka akan berpengaruh pada penurunan risiko

sistematis, tetapi pengaruhnya kecil. Begitu pula sebaliknya jika nilai PER turun maka akan

berpengaruh pada kenaikan risiko sistematis.

3. Variabel likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap risiko sistematis pada

perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin likuid perusahaan maka akan berpengaruh pada peningkatan

risiko sistematis, begitu pula sebaliknya jika nilai likuiditas turun maka akan berpengaruh

pada penurunan risiko sistematis.

4. Variabel kinerja perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap risiko sistematis

pada perusahaan yang tercatat pada Index LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Hal tersebut

menunjukkan jika nilai EPS perusahaan meningkat maka akan berpengaruh pada kenaikan

Page 136: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

132

risiko sistematis, tetapi pengaruhnya kecil. Begitu pula sebaliknya jika nilai EPS turun maka

akan berpengaruh pada penurunan risiko sistematis.

Daftar Pustaka

Fidiana, 2009, “Nilai-nilai Fundamental dan Pengaruhnya terhadap Beta Saham Syariah pada

Jakarta Islamic Indeks”, Ekuitas, Vol XIII, No.1 ISSN: 1411-0398.

Ghozali, Imam, 2016, Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23, Edisi 8,

Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

Hanafi, Mamduh M., 2017, Manajemen Keuangan, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto, 2017, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 11, BPFE,

Yogyakarta.

Hidayat, Anwar. (2015, 11 Januari). Cochrane Orcutt Mengatasi Autokorelasi. Diakses pada

14 Oktober 2019, dari https://www.statistikian.com/2015/01/cochrane-

orcutt.html?amp=1

Husnan, Suad, 2015, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi 5, UPP STIM

YKPN, Yogyakarta.

Kasmir, 2018, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 1, PT RAJAGRAFINDO PERSADA,

Depok.

Kurniawan, Ainur Rofiq dan Imron Mawardi, 2018, “Pengaruh Variabel Akuntansi Perusahaan

terhadap Risiko Beta Saham Perusahaan yang tercatat di Jakarta Ilamic Index periode

2012-2016”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol V, No. 9

Masdupi, Erni dan Sylvia Noberlin, 2015, “Pengaruh Leverage, Likuiditas dan Kinerja

Perusahaan terhadap Risiko Sistematis dari Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

BEI”, Jurnal Kajian Manajemen Bisnis, Vol. IV. No.2.

Nainggolan, Nuryana dan Badingatus Solikhah, 2016, “Pengaruh Asset Growth, Leverage dan Earning Variabilty terhadap Risiko Sistematis”, Accounting Analysis Journal, Vol V.

No.2 ISSN 2252-6765.

Priyanto, Sugeng, 2017, “Pengaruh Asset Growth, Leverage dan Earning Variability terhadap Beta Saham pada Perusahaan yang Bergabung dalam Jakarta Islamic Index di BEI”, Jurnal Ekonomika dan Manajemen, Vol VI. No.1 ISSN: 2252-6226.

Puspitaningtyas, Zarah, 2010, “Manfaat Informasi Akuntansi untuk Mempredeksi Risiko Investasi Saham Berdasarkan Pendekatan Desicion Esefulness”, Jurna Akuntansi

Multiparadigma, Vol I, No. 3.

Ratna, Anggi Marshita dan Maswar Patuh Priyadi, 2014, “Pengaruh Faktor Fundamental dan Variabel Makro Ekonomi terhadap Beta Saham Syariah”, Jurnal Ilmu dan Riset

Akuntansi, Vol III. No. 7.

Ridwan, Nur dan Nuramalia Hasanah, 2015, “Pengaruh Inflasi, Likuiditas, Variabilitas Laba terhadap Beta Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2010-2013”, Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, Vol 10. No.1.

Silalahi, Esli, 2015, “Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan terhadap Risiko Investasi pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi, Vol I. No. 1 ISSN:

2443 – 1079.

Sugiyono, 2018, Metode Penelitian Kuantitatif, ALFABETA, Bandung.

Tandelilin, Eduardus, 2017, Pasar Modal Manajemen Portofolio dan Investasi”, PT Kanisius,

YogyakartaTim Penyusun, 2018, Pedoman Skripsi, STIE YPPI Rembang, Rembang.

Page 137: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 04, Nomor 01, Desember 2020

Siti Ko’imah, Damayanti

133

Werastuti, Desak Nyoman Sri dan Ni Made Estiyanti, 2015, “Pengaruh Sumber Pembiayaan dari Utang, Likuiditas, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas, Rasio Pembayaran Deviden

terhadap Beta saham”, Jurnal Manajemen & Akuntansi STIE Triatma Mulya, Vol.

21.No.1.

www.idx.co.id

www.pefindo.com

Yulia dan Hotman T. Pohan, 2015, “Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Beta

Saham pada Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di BEI”, Jurnal Magister

Akuntansi Trisakti (e-Journal, Vol II, No. 2. ISSN: 2339-0859.

Page 138: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

134

Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional

dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening

Studi Pada PT. Champion Kurnia Djaja Technologies

Setria Feri

Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Adi Rahmat

Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

Bambang Supeno

Universitas Lancang Kuning Pekanbaru

[email protected]

Abstrak Mengelola sumber daya manusia di dalam perusahaan berarti mengelola pegawai agar dapat

menghasilkan kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tujuan dari kajian ini

adalah menganalisis pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan transformasional dan budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening

terhadap karyawan PT. Champion Kurnia Djaja Technologies. Analisis jalur (path analysis)

digunakan untuk menguji model yang dihipotesiskan secara statistik dengan bantuan SPSS-19,

serta untuk menentukan sejauh mana model yang diajukan tersebut konsisten dengan data

sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi, gaya kepemimpinan

transformasional dan budaya organisasi masing-masing berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja. Motivasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan kepuasan kerja masing-

masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Champion Kurnia

Djaja Technologies. Kepuasan kerja mampu bertindak sebagai variabel intervening untuk

memediasi hubungan motivasi terhadap kinerja karyawan. Sementara, untuk hubungan gaya

kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, pengaruh

kepuasan kerja sebagai variabel intervening tidak sebesar pengaruh langsungnya.

Kata Kunci: Motivasi, gaya kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, kepuasan

kerja, kinerja karyawan.

Pendahuluan

PT. Champion Kurnia Djaja Technologies (CKDT) adalah sebuah perusahaan swasta

yang bergerak di bidang penyedia bahan kimia dan jasa pengolahan minyak dan gas bumi. Di

provinsi Riau, PT. CKDT beroperasi di lingkungan PT. Chevron Pacific Indonesia yang

meliputi wilayah Minas, Petapahan dan Duri serta termasuk juga wilayah West Seno di lepas

pantai Kalimantan Timur. Peranan PT. CKDT berhubungan erat dengan proses produksi

minyak dan gas bumi, penentuan kualitas yang dihasilkan, serta pemeliharaan sistem proses

pengaliran minyak di dalam pipa-pipa dan tanki-tanki milik PT. Chevron Pacific Indonesia

untuk semua wilayah tersebut. Agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis

terhadap perusahaan sejenis lainnya, PT. CKDT berupaya memberikan pelayanan yang baik

melalui peningkatan kinerja karyawan guna meningkatkan kinerja perusahaan.

Page 139: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

135

Berdasarkan teori Hierarki Kebutuhan Maslow, meningkatkan pemenuhan kebutuhan

karyawan pada tingkat yang lebih tinggi dapat memotivasi karyawan dan menciptakan iklim

kerja yang menyenangkan, pada gilirannya akan meningkatkan kinerja yang lebih baik (Edison

dkk, 2018: 179). Sebagai faktor utama dalam memenuhi kebutuhan fisiologis, faktor gaji sangat

berperan dalam mempengaruhi tingkat motivasi karyawan dalam bekerja. Berdasarkan data

penelitian, struktur dan jumlah gaji yang diterima karyawan lapangan di PT. CKDT setiap

bulannya sudah berada di atas upah minimum regional provinsi Riau tahun 2020 sehingga

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan motivasi kerja karyawan.

Di dalam organisasi, pemimpin memiliki peran yang kuat dalam membangun dan

menumbuhkan semangat motivasi di kalangan karyawan. Menurut Hamali (2018: 132) tugas

dari setiap pemimpin adalah untuk memastikan bahwa karyawan memiliki derajat motivasi

yang tinggi. Karyawan yang termotivasi akan memiliki tingkat produktivitas kerja dan kinerja

yang tinggi. Menurut Edison dkk (2018: 87), pemimpin adalah seseorang yang memiliki

bawahan atau pengikut untuk suatu tujuan dan keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh

kepemimpinan yang dimilikinya. Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan

organisasi banyak ditentukan oleh gaya kepemimpinan seseorang dalam mengelola sumber

daya yang ada. Dari gaya kepemimpinan inilah suasana lingkungan kerja sangat ditentukan.

Tabel 1 di bawah ini adalah data penggantian pimpinan yang terjadi di PT. CKDT selama

periode tahun 2017 s.d. 2019. PT. CKDT sangat serius dalam menjaga kualitas kepemimpinan

di perusahaannya karena dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Dengan kepemimpinan yang

baik kinerja karyawan tentu akan dapat ditingkatkan.

Tabel 1. Data Penggantian Pimpinan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies

Wilayah Operasi PT. Chevron Pacific Indonesia

No

.

Tahu

n

Jumlah

Penggantia

n Pimpinan

Keterangan

1 2017 2 1 kali penggantian manajer proyek di area Minas dan 1 kali

penggantian insinyur kimia di area Duri

2 2018 5

2 kali penggantian suvervisor di area Minas,1 kali

penggantian insinyur kimia di area Duri, 2 kali penggantian

insinyur kimia di area West Seno

3 2019 7

2 kali penggantian manajer proyek di area Duri, 2 kali

penggantian supervisor di area Duri, 2 kali penggantian

supervisor di area Minas dan 1 kali penggantian manajer

proyek di area West Seno.

(Sumber data: PT. CKDT kantor cabang Pekanbaru, 2020)

Seperti halnya kepemimpinan dan motivasi, budaya organisasi juga sangat penting di

dalam organisasi karena budaya organisasi menyediakan kerangka kerja terkait dengan

perilaku anggota dan iklim kerja. Apabila budaya organisasi kuat, anggota yang ada di dalam

organisasi menganggap aturan bukan lagi sebagai kewajiban yang membelenggu, tetapi sudah

menjadi kebutuhan. Di sisi lain, mereka memiliki rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan bangga

pada organisasinya yang pada gilirannya menumbuhkan komitmen organisasi dan kepuasan

kerja (Edison dkk, 2018: 115).

Page 140: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

136

Tabel 2 berikut ini adalah data tingkat kehadiran karyawan tahun 2017 s.d. 2019 yang

dapat mencerminkan tingkat motivasi dan budaya kerja yang baik di PT. CKDT.

Tabel 2. Tingkat Kehadiran Karyawan PT. Champion Kurnia Djaja Technologies

Tahun

Jumlah

Karyawa

n (Orang)

Jumlah

Hari

Kerja

(Hari)

Jumlah Hari

Kerja

Seharusnya

(Hari)

Julah

Hari

Kerja

Yang

Hilang

(Hari)

Tingkat

Kehadira

n

Karyawan

(%)

Tingkat

Absensi

Karyawa

n

(%)

2017 111 12.293 12.361 68 99,45% 0,55%

2018 111 27.704 27.999 295 98,95% 1,05%

2019 116 28.545 28.844 299 98,96% 1,04%

(Sumber data: PT. CKDT kantor cabang Pekanbaru, 2020)

Berdasarkan kajian literatur, penelitian yang dilakukan oleh Dharma (2017), Agus

(2017), Maghfirah (2015) dan Antasurya (2013) menyimpulkan bahwa motivasi memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian lain yang dilakukan

oleh Diamantidis (2018) menyimpulkan bahwa motivasi intrinsik secara langsung

mempengaruhi kinerja karyawan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmin

(2015) yang menyimpulkan bahwa motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pawirosumarto et al. (2017), menyimpulkan bahwa

gaya kepemimpinan berpengaruh paling positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus (2017), Masadeh et al. (2016),

dan Maghfirah (2015), menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Paracha et al. (2012)

menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional berhubungan dengan kinerja karyawan

tetapi pengaruhnya tidak sebesar kepemimpinan transaksional. Sementara, Maryati et al.

(2019) menyimpulkan bahwa kepemimpinan spiritual tidak mempengaruhi kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Parmin (2015) dan Antasurya (2013), menyimpulkan

bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Namun,

hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2013) menyimpulkan bahwa kepuasan kerja

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Bahkan, penelitian lain yang

dilakukan oleh Pawirosumarto et al. (2017), menyimpulkan bahwa kepuasan kerja tidak

bertindak sebagai variabel mediasi antara lingkungan kerja, gaya kepemimpinan, dan budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan uraian fakta dan research gap tersebut diatas, mendorong untuk dilakukan

penelitian mengenai pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan transformasional dan budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening di

PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

Page 141: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

137

Landasan Teori

Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya (Mangkunegara, 2017: 67). Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan

kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, dimana seseorang sepatutnya memiliki

derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu (Gaol 2014: 273).

Menurut Edison dkk (2018: 193), sebagai indikator tolok ukur kinerja karyawan adalah:

(1) Target pemenuhan jumlah barang, pekerjaan, atau jumlah uang yang dihasilkan; (2)

Kualitas terhadap hasil yang dicapai; (3) Penyelesaian pekerjaan yang tepat waktu; (4) Taat

asas, yaitu melakukan pekerjaan dengan benar, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kepuasan Kerja

Robbins dalam Wibowo (2016: 415) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap

umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan

yang diterima pekerja dan jumlah yang diyakini oleh pekerja yang seharusnya mereka terima.

Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2016: 417) terdapat lima faktor yang

dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja, yaitu: (1) Need fulfillment (pemenuhan

kebutuhan); (2) Discrepancies (perbedaan), yaitu pemenuhan harapan yang mencerminkan

perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan; (3) Value

attainment (pencapaian nilai); (4) Equity (keadilan); (5) Dispositional / genetic components

(komponen genetik), yaitu keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat

pribadi dan faktor genetik.

Motivasi

Koldakar dalam Hamali (2018: 131) mendefinisikan motivasi sebagai hasrat dalam

yang membakat yang disebabkan oleh kebutuhan, keinginan, dan kemauan yang mendorong

seorang individu untuk menggunakan energi fisik dan mentalnya guna tercapainya tujuan-

tujuan yang diinginkan.

Menurut Edison dkk (2018: 174), Abraham Maslow mengelompokkan lima jenjang

kebutuhan yang tersusun dalam suatu hierarki yang menjadi dimensi dari motivasi, yaitu: (1)

Physiological needs (Kebutuhan fisiologis); (2) Safety needs (Kebutuhan rasa aman); (3)

Affection needs (Kebutuhan untuk disukai); (4) Esteem need (Kebutuhan harga diri); dan (5)

Self-actualization needs (Kebutuhan pengembangan diri).

Gaya Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang menginspirasi,

membangkitkan dan mengubah orang-orang atau karyawan dengan visi dan semangat untuk

mencapai suatu tujuan dengan menyuntikkan antusiasme dan energi untuk menyelesaikan

sesuatu. (Yang & Islam, 2012: 388).

Dikutip dari Yang dan Islam (2015: 389-400), karakteristik kepemimpinan

transformasional yang signifikan adalah sebagai berikut:

Page 142: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

138

(1) Karisma; Pemimpin memiliki karisma pribadi yang dapat mempengaruhi orang lain.

Karisma tersebut timbul dari prestasi, sikap dan ketangkasan kerja pimpinan dalam

menangani berbagai hal.

(2) Visi; Pemimpin memiliki visi yang jelas tentang perkembangan masa depan organisasi

yang dapat diterima seluruh anggota dan membuat mereka terdorong untuk bekerja

secara sungguh-sungguh.

(3) Motivasi; Pemimpin dapat merangsang minat anggota untuk melakukan upaya yang

lebih besar untuk menyelesaikan misi organisasi dengan strategi yang dikomunikasikan

dengan baik kepada anggotanya.

(4) Stimulasi intelektual; Pemimpin menuntun anggotanya untuk mengeksplorasi

pengetahuan baru dan menggunakan pendekatan baru untuk berpikir dan

menyelesaikan masalah, serta memungkinkan anggotanya untuk berbagi dan bertukar

keterampilan dan pengalaman kerja.

(5) Pertimbangan individual; Pemimpin memiliki kepedulian, menghargai kerja keras

dan mengatasi keluhan para anggotanya, serta memahami dan memberikan dukungan

terhadap kemunduran dan kesulitan yang dihadapi anggotanya.

Budaya Organisasi

Menurut Robbins dan Coulter dalam Edison dkk (2018: 118), budaya organisasi

merupakan nilai-nilai bersama, prinsip, tradisi, dan cara-cara dalam melakukan sesuatu yang

mempengaruhi cara anggota organisasi dalam bertindak.

Menurut Edison dkk (2018: 129) terdapat lima dimensi budaya organisasi yang harus

dipenuhi untuk menunjang kinerja, yaitu: kesadaran diri, keagresifan, kepribadian, performa,

dan orientasi tim.

Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Pengaruh Motivasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening

Studi Pada PT. Champion Kurnia Djaja Technologies

Motivasi

(X1)

Gaya Kepemimpinan

Transformasional

(X2)

Budaya Organisasi

(X3)

Kepuasan Kerja

(Y1)

Kinerja Karyawan

(Y2)

Page 143: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

139

Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan di lingkungan kerja

PT. CKDT.

2. Diduga gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja

karyawan di lingkungan kerja PT. CKDT.

3. Diduga budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan di

lingkungan kerja PT. CKDT.

4. Diduga motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di lingkungan kerja PT.

CKDT.

5. Diduga gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja karyawan

di lingkungan kerja PT. CKDT.

6. Diduga budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di lingkungan kerja

PT. CKDT.

7. Diduga kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di lingkungan kerja PT.

CKDT.

8. Diduga motivasi berpengaruh terhadap kinerja melalui kepuasan kerja karyawan di

lingkungan kerja PT. CKDT.

9. Diduga gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja melalui

kepuasan kerja karyawan di lingkungan kerja PT. CKDT.

10. Diduga budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja melalui kepuasan kerja

karyawan di lingkungan kerja PT. CKDT.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Penelitian ini didasarkan kepada persepsi responden yang didapatkan dari hasil survei

menggunakan kuesioner terstruktur dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan tertutup.

Kuesioner dirancang menggunakan skala Linkert untuk mengukur perilaku, opini dan persepsi

karyawan sesuai dengan fenomena sosial yang terjadi di lingkungan kerja PT. CKDT.

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 05 Mei 2020 sampai dengan 15 Juli 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah karyawan PT. CKDT wilayah operasi PT. Chevron

Pacific Indonesia yang berjumlah sebanyak 116 orang yang terdiri dari 18 orang karyawan

tetap dan 98 orang karyawan kontrak PKWT. Penentuan jumlah sampel merujuk pada tabel

penentuan jumlah sampel Sugiyono (2019: 139) dengan taraf kesalahan 5% dan metode

purposive sampling. Penelitian ini direalisasikan dengan mengambil sampel sebanyak 98 orang

orang karyawan kontrak PKWT. Teknik purposive sampling bertujuan untuk mendapatkan

sampel yang homogen yang hanya terdiri dari karyawan kontrak PKWT di PT. CKDT.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan cara wawancara, kuesioner,

observasi langsung dan kombinasi dari semua teknik tersebut. Teknik pengumpulan data

dengan kuesioner dilakukan untuk memperoleh data deskriptif yang dikuantifikasikan untuk

menguji hipotesis dengan model skala Linkert yang mempunyai 5 (lima) alternatif jawaban

untuk masing-masing pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai

dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

Page 144: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

140

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model Analisis

Jalur (Path Analysis) dengan bantuan SPSS-19. Terdapat beberapa langkah pengujian yang

dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya: analisis deskriptif variabel penelitian, uji kualitas

intrumen penelitian menggunakan uji validitas & uji reliabilitas, uji normalitas, uji linieritas,

dan analisis data menggunakan analisis regresi berganda, uji-F, uji-t dan uji-R. Dengan model

analisis jalur (path analysis) selanjutnya dilakukan analisis pengaruh langsung dan pengaruh

tak langsung dari variabel-variabel yang diuji.

Pengolahan data penelitian dimulai dengan seleksi dan penyaringan data yang

dilakukan secara manual untuk mengetahui data yang layak untuk dianalisis. Untuk

mendapatkan normalitas dan linieritas data di dalam analisis statistik penelitian ini dilakukan

transformasi data dan screening yang bertujuan untuk mendeteksi adanya data outlier. Menurut

Ghozali (2018: 40), outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat

berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim dan tidak

terdistribusi secara normal. Data yang dianggap sebagai outlier, akan dikeluarkan dari uji

statistik selanjutnya.

Hasil Penelitian

Hasil Analisis Deskriptif Penelitian

Hasil analisis deskriptif penelitian menunjukkan interpretasi tanggapan responden

mengenai variabel-variabel penelitian yaitu variabel motivasi, gaya kepemimpinan

transformasional, budaya organisasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan di PT. Champion

Kurnia Djaja Technologies. Berdasarkan tabel 3 berikut ini menunjukkan bahwa interpretasi

jawaban responden untuk semua variabel penelitian adalah tinggi.

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Penelitian

No

. Variabel N Min Max

Mea

n

Standa

r

Deviasi

Skala

Interval

Keteranga

n

1 Motivasi 74 2,67 5,00 4,12 0,698 1,77 s/d

4,26 Tinggi

2

Gaya Kepemimpinan Transformasional

74 2,42 5,00 3,96 0,740 1,56 s/d

4,33 Tinggi

3 Budaya Organisasi 74 3,00 5,00 4,36 0,516

1,22 s/d 3,90

Tinggi

4 Kepuasan Kerja 74 2,67 5,00 3,99 0,627 1,61 s/d

4,22 Tinggi

5 Kinerja Karyawan 74 3,00 5,00 4,33 0,486 1,00 s/d

3,91 Tinggi

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Page 145: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

141

Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan terhadap semua butir-butir pertanyaan dari variabel penelitian

dengan cara membandingkan rhitung dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel dan nilainya positif, maka

butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2018: 52), dan jika rhitung < rtabel maka

butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil analisis penelitian ini semua

butir-butir pertanyaan atau indikator penelitian yang berjumlah 50 butir dinyatakan valid.

Hasil Uji Reliabilitas

Kuesioner yang memiliki tingkat reliabilitas yang baik adalah yang memiliki nilai

koefisien Alpha Cronbach minimum 0,7 (Bahri, 2018: 118). Berdasarkan hasil analisis

dinyatakan bahwa seluruh nilai koefisien Alpha Cronbach dari indikator penelitian ini lebih

besar dari 0,7 sehingga semua indikator penelitian dinyatakan reliabel.

Hasil Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2019: 211), jenis data yang digunakan untuk analisis parametris

adalah data interval. Perubahan data dari bentuk ordinal menjadi data interval dilakukan dengan

metode MSI. Selanjutnya data ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural (Ln) untuk

memenuhi normalitas dan linieritas data sehingga dilakukan juga perubahan label dari variabel

penelitian menjadi: Ln_Mot untuk variabel motivasi, Ln_KEP untuk variabel gaya

kepemimpinan tranformasional, Ln_BUD untuk variabel budaya organisasi, Ln_KPS untuk

variabel kepuasan kerja dan Ln_KIN untuk variabel kinerja karyawan. Data akhir yang

memenuhi uji normalitas dan linieritas berjumlah 74 data sampel penelitian.

Tabel 4. Sub Struktur Variabel Uji Normalitas

Model Independen Variabel Dependen Variabel

Sub Struktur I Ln_MOT, Ln_KEP, Ln_BUD Ln_KPS

Sub Struktur II Ln_MOT, Ln_KEP, Ln_BUD,

Ln_KPS

Ln_KIN

Gambar 2. Grafik Histogram Uji Normalitas

Sub Struktur I

Gambar 3. Grafik P-Plot Uji

Normalitas

Sub Struktur I

Page 146: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

142

Gambar 4. Grafik Histogram Uji Normalitas

Sub Struktur II

Gambar 5. Grafik P-Plot Uji

Normalitas

Sub Struktur II

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Hasil Uji Linieritas

Tabel 5. Hasil Uji Linieritas Variabel Penelitian

No Variabel Linierity

(sig)

Deviation from Linierity

(Sig)

Keterangan

1 Ln_MOT

Ln_KPS

0,000 0,055 Linier

2 Ln_KEP

Ln_KPS

0,000 0,225 Linier

3 Ln_BUD

Ln_KPS

0,000 0,816 Linier

4 Ln_MOT

Ln_KIN

0,000 0,151 Linier

5 Ln_KEP

Ln_KIN

0,000 0,404 Linier

6 Ln_BUD

Ln_KIN

0,000 0,943 Linier

7 Ln_KPS

Ln_KIN

0,000 0,017 Linier parsial

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Hasil Uji Regresi

Tabel 6. Koefisien Regresi Hasil Uji Sub Struktur I

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Page 147: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

143

Tabel 7. Koefisien Regresi Hasil Uji Sub Struktur II

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Koefisien Jalur dan Persamaan Struktural

Gambar 6. Diagram Analisis Jalur

Persamaan Struktural

Persamaan Sub Struktur I:

Ln*(38,51-Y1) = 0,292*Ln(38,87-X1) + 0,502*Ln(52,48-X2) + 0,272*Ln(43,41-X3) + 0,170

Persamaan Sub Struktur II:

Ln*(35,71-Y2) = -0,136*Ln(38,87-X1) + 0,215*Ln(52,48-X2) + 0,580*Ln(43,41-X3) +

0,354*Ln(38,51-Y1) + 0,195

Motivasi

(X1)

Gaya Kepemimpinan

Transformasional

(X2)

Budaya Organisasi

(X3)

Kepuasan Kerja

(Y1)

Kinerja Karyawan

(Y2)

0,292

Sig. 0,000

0,502

Sig. 0,000

0,272

Sig. 0,000

0,580

Sig. 0,000

0,512

Sig. 0,012

-0,136

Sig. 0,026

0,354

Sig. 0,013

e1 e2

0,170

0,195

Page 148: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

144

Hasil Uji Hipotesis

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS

Pembahasan

Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja

Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil pengujian

hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (7,837) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh motivasi

terhadap kepuasan kerja adalah 0,292 atau sebesar 29,2% dianggap signifikan yang dibuktikan

dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatkan motivasi maka

kepuasan kerja juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Koldakar dalam Hamali

(2018: 131) yang mendefinisikan motivasi sebagai hasrat dalam yang membakat yang

disebabkan oleh kebutuhan, keinginan, dan kemauan yang mendorong seorang individu untuk

menggunakan energi fisik dan mentalnya guna tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan.

Dengan tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan tersebut maka kepuasan kerja juga akan

terpenuhi.

Berdasarkan hasil uji deskriptif penelitian ini, indikator-indikator yang paling

mempengaruhi motivasi untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan di PT. Champion

Kurnia Djaja Technologies adalah agar pimpinan tidak membeda-bedakan karyawan dan

semuanya mendapatkan perhatian yang sama. Indikator lainnya adalah agar pimpinan selalu

memberikan dukungan penuh kepada karyawannya untuk pengembangan diri.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja

Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (12,881) > ttabel

(1,994). Besarnya pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja adalah

0,502 atau sebesar 50,2% dianggap signifikan yang dibuktikan dengan taraf signifikansi 0,000

< 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatkan fungsi kepemimpinan

transformasional maka kepuasan kerja juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Puni et al. (2018) yang menyimpulkan bahwa kepemimpinan

transformasional berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja, serta hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yang & Islam (2012) yang menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan

Page 149: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

145

transformasional (pemeliharaan, perilaku pencapaian tujuan kelompok, dan saling melengkapi)

benar-benar membantu meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

Berdasarkan hasil uji deskriptif penelitian ini, indikator-indikator yang paling

mempengaruhi fungsi gaya kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kepuasan

kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies adalah agar pimpinan menjaga

karisma di mata bawahan. Pimpinan diharapkan agar mensosialisasikan visi, misi dan

perkembangan masa depan perusahaan bersama karyawan. Pimpinan diharapkan untuk

meningkatkan komunikasi dengan anggotanya tentang cara-cara mencapai tujuan perusahaan.

Pimpinan diharapkan untuk meningkatkan perhatiannya terhadap kebutuhan karyawan dalam

bekerja. Selain itu, pimpinan juga diharapkan untuk meningkatkan upaya dalam membangun

kepercayaan para karyawan untuk kemajuan perusahaan.

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil

pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (8,522) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh

budaya organisasi terhadap kepuasan kerja adalah 0,272 atau sebesar 27,2% dianggap

signifikan yang dibuktikan dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menciptakan budaya organisasi yang baik

dalam bekerja maka kepuasan kerja akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Edison

dkk (2018: 115), bahwa apabila budaya organisasi kuat, anggota yang ada dalam organisasi

menganggap aturan bukan lagi sebagai kewajiban yang membelenggu, tetapi sudah menjadi

kebutuhan. Di sisi lain, mereka memiliki rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan bangga pada

organisasinya yang pada gilirannya menumbuhkan komitmen organisasi dan kepuasan kerja.

Berdasarkan hasil uji deskriptif penelitian ini, indikator-indikator yang paling

berpengaruh dalam menciptakan budaya organisasi yang baik untuk meningkatkan kepuasan

kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies adalah dengan cara meningkatkan

inisiatif karyawan dalam bekerja agar tidak selalu bergantung pada petunjuk pimpinan dalam

menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan sendiri oleh karyawan. Peningkatan

inisiatif ini bisa dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan melalui pelatihan

peningkatan kompetensi karyawan.

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Motivasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil

pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (2,282) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh

motivasi terhadap kinerja karyawan adalah -0,316 atau sebesar -31,6% dianggap signifikan

yang dibuktikan dengan taraf signifikansi sebesar 0,026 < 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh negatif terhadap kinerja

karyawan di lingkungan kerja PT. Champion Kurnia Djaja Technologies. Dengan demikian

dapat digambarkan bahwa model korelasi linier hubungan motivasi terhadap kinerja karyawan

cenderung miring ke arah kiri. Sedangkan model korelasi linier yang diharapkan adalah bernilai

positif atau dengan garis korelasi yang miring ke arah kanan.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif penelitian ini, terdapat tiga indikator kinerja

karyawan skala terendah dengan frekuensi terbanyak yang dipilih oleh responden. Hasil

deskriptif tersebut mengindikasikan bahwa masih ada responden yang merasakan hal-hal

sebagai berikut:

Page 150: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

146

Target pekerjaan yang diterima karyawan kurang menantang dan kurang realistis.

Kualitas kerja yang dihasilkan karyawan belum sesuai dengan standar yang sudah

ditetapkan.

Masih ada karyawan yang belum tepat waktu dalam menyelesaikan target

pekerjaannya.

Berdasarkan analisis dan simulasi statistik, ketiga indikator tersebut di atas sangat

berperan dalam menentukan pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan. Dengan memenuhi

ketiga indikator tersebut maka akan dapat merubah pengaruh motivasi terhadap kinerja

karyawan dari linier negatif menjadi linier positif. Sebagai langkah perbaikan untuk ketiga

indikator tersebut maka dapat dilakukan dengan cara:

Melakukan rotasi secara berkala sehingga karyawan akan mendapatkan suasana baru

yang lebih menantang dalam bekerja.

Memberikan pelatihan berkala kepada karyawan sehingga karyawan lebih terampil

dalam bekerja dan menghasilkan kualitas kerja sesuai dengan standar yang sudah

ditetapkan.

Memberikan target waktu penyelesaian pekerjaan, melakukan pengontrolan dan

mengevaluasi kinerja karyawan secara berkala sehingga karyawan menjadi lebih

disiplin dan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara tepat waktu.

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan

Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (2,585) > ttabel

(1,994). Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan

adalah 0,215 atau sebesar 21,5% dianggap signifikan yang dibuktikan dengan taraf signifikansi

sebesar 0,012 < 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan meningkatkan fungsi gaya

kepemimpinan transformasional maka kinerja karyawan akan meningkat. Hasil penelitian ini

sesuai dengan pendapat Yang & Islam (2012: 388), bahwa kepemimpinan transformasional

adalah kepemimpinan yang menginspirasi, membangkitkan dan mengubah orang-orang atau

karyawan dengan visi dan semangat untuk mencapai suatu tujuan dengan menyuntikkan

antusiasme dan energi untuk menyelesaikan sesuatu. Hasil penelitian ini juga didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Masadeh et al. (2016), yang menyimpulkan bahwa gaya

kepemimpinan transformasional secara positif berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (10,940) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan adalah 0,580 atau sebesar 58,0% dianggap signifikan yang dibuktikan dengan taraf signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menciptakan budaya organisasi yang baik dalam bekerja maka kinerja karyawan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri Maryati et al. (2019) dan penelitian yang dilakukan oleh Shahzad et al. (2013) yang menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Page 151: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

147

Berdasarkan hasil uji deskriptif penelitian ini, indikator-indikator yang paling berpengaruh dalam menciptakan budaya organisasi yang baik untuk meningkatkan kinerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies adalah dengan meningkatkan inisiatif karyawan dalam bekerja agar tidak selalu bergantung pada petunjuk pimpinan untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan sendiri oleh karyawan. Peningkatan inisiatif tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan melalui pelatihan peningkatan kompetensi karyawan.

Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (2,544) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan adalah 0,354 atau sebesar 35,4% dianggap signifikan yang dibuktikan dengan taraf signifikansi sebesar 0,013 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Edison dkk (2018: 210), bahwa kepuasan kerja yang tinggi akan membentuk suasana yang nyaman dan semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya, rusaknya kondisi kerja dan rendahnya kepuasan kerja akan dapat mengakibatkan rendahnya komitmen karyawan dan akhirnya mempengaruhi kinerja karyawan yang bersangkutan. Jika ketidakpuasan ini dibiarkan berkembang, suasana lingkungan kerja akan menjadi keruh dan tim akan menjadi rapuh. Oleh sebab itu kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Berdasarkan hasil uji linieritas pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, didapatkan bahwa model hubungan tersebut tidak sepenuhnya linier (linier parsial). Untuk 23,0% responden yang berada pada tingkat kepuasan kerja yang sangat tinggi, kepuasan kerja tidak lagi dapat meningkatkan kinerja tetapi akan menurunkan kinerja karyawan tersebut karena sudah merasa sangat puas dengan pekerjaannya. Berikut ini adalah hasil analisis jawaban responden mengenai indikator-indikator kepuasan kerja yang memilih skala tertinggi (4-5) dengan frekuensi terbanyak, diantaranya:

Pekerjaan sangat menarik dan menyenangkan.

Perlu dilakukan review terhadap tugas dan tanggung jawab karyawan secara berkala apakah karyawan tersebut sudah berkontribusi terhadap perusahaan sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Sebagai solusi, sistem rotasi dapat dilakukan sesuai bakat, kemauan dan kemampuan karyawan untuk menciptakan suasana baru yang lebih sesuai sehingga karyawan menjadi lebih berkembang dan kepuasan kerja yang baru akan terbentuk dan akhirnya berdampak kepada peningkatan kinerja karyawan kembali.

Karyawan diberi kepercayaan dalam bekerja.

Kepercayaan yang diberikan kepada karyawan dalam bekerja harus tetap berada dalam norma kerja dan dikontrol dengan baik. Kepercayaan penuh tanpa pengontrolan biasanya dapat disalahgunakan oleh karyawan dan membuatnya bekerja sesuai dengan kemauan sendiri. Jika kondisi seperti ini dibiarkan maka akan dapat menciptakan suasana kerja yang tidak terkontrol dan pada akhirnya karyawan tidak fokus lagi dalam bekerja dan kinerjanya bisa menjadi menurun. Oleh sebeb itu fungsi pengontrolan harus tetap dijalankan bersamaan dengan kepercayaan yang diberikan kepada karyawan.

Atasan selalu membantu karyawan bila mendapat kesulitan dalam pekerjaan. Atasan sudah seharusnya memberikan bantuan terhadap bawahan yang mendapatkan kesulitan dalam bekerja. Namun, bantuan yang diberikan atasan sebaiknya tidak membuat karyawan merasa dimanja sehingga membuat karyawan tersebut menjadi kurang bertanggung jawab dan kinerjanya menjadi menurun. Bantuan yang diberikan sebaiknya bersifat mendidik dan dapat meningkatkan wawasan serta kompetensi agar karyawan mampu menangani persoalan yang sama di kemudian hari.

Page 152: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

148

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja

Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (2,406) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja adalah 0,103 atau sebesar 10,3%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja mampu bertindak sebagai variabel intervening untuk memediasi hubungan motivasi terhadap kinerja karyawan. Hubungan langsung variabel motivasi terhadap kinerja karyawan yang bersifat negatif dapat diubah menjadi positif melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (2,493) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja adalah 0,178 atau sebesar 17,8%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja mampu bertindak sebagai variabel intervening untuk memediasi hubungan gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan, namun hasilnya tidak sebesar pengaruh langsung variabel gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja

Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Hasil pengujian hipotesis ini dibuktikan dengan nilai thitung (2,425) > ttabel (1,994). Besarnya pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja adalah 0,096 atau sebesar 9,6%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja mampu bertindak sebagai variabel intervening untuk memediasi hubungan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, namun hasilnya tidak sebesar pengaruh langsung variabel budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis statistik serta pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

2. Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

3. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

4. Motivasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

5. Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

6. Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

Page 153: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

149

7. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

8. Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

9. Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

10. Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja karyawan di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies.

Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai “Pengaruh motivasi, gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening - Studi pada PT. Champion Kurnia Djaja Technologies”, maka disarankan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan kinerja karyawan melaui motivasi kerja di PT. Champion Kurnia Djaja

Technologies, disarankan menggunakan kepuasan kerja sebagai variabel intervening (mediasi), dengan lebih memperhatikan indikator-indikator berikut ini:

Agar pimpinan tidak membeda-bedakan karyawan dan semuanya mendapatkan perhatian yang sama.

Agar pimpinan selalu memberikan dukungan penuh kepada karyawannya untuk pengembangan diri.

2. Untuk memberikan efek positif pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan secara langsung di PT. Champion Kurnia Djaja Technologies, maka disarankan:

Melakukan rotasi secara berkala sehingga karyawan bisa mendapatkan suasana baru yang lebih menantang dalam bekerja.

Memberikan pelatihan berkala kepada karyawan sehingga karyawan menjadi lebih terampil dalam bekerja dan menghasilkan kualitas kerja sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Memberikan target waktu penyelesaian pekerjaan, melakukan pengontrolan dan mengevaluasi kinerja karyawan secara berkala sehingga karyawan menjadi lebih disiplin dan dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.

3. Dalam meningkatkan kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening, maka disarankan:

Melakukan review terhadap tugas dan tanggung jawab karyawan secara berkala apakah karyawan tersebut sudah berkontribusi terhadap perusahaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Melakukan pengontrolan terhadap kepercayaan penuh yang diberikan kepada karyawan agar kepercayaan yang diberikan tidak disalahgunakan.

Setiap bantuan yang diberikan oleh atasan kepada bawahan harus bersifat mendidik dan dapat meningkatkan wawasan serta kompetensi agar bawahan mampu menangani persoalan yang sama di kemudian hari.

4. Disarankan agar PT. Champion Kurnia Djaja Technologies menerapkan gaya kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan dengan menggunakan indikator-indikator kepemimpinan transformasinal yang digunakan dalam penelitian ini karena hasilnya berpengaruh positif dan signifikan.

5. Disarankan agar PT. Champion Kurnia Djaja Technologies selalu menciptakan, menjaga, dan mempertahankan budaya organisasi yang baik untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan dengan menggunakan indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini karena hasilnya terbukti berpengaruh positif dan signifikan.

Page 154: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

150

Daftar Pustaka

Agus, M. (2017), “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Kompensasi dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Pantoloan”. Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 7, 36-43.

Antasurya, R. (2013), “Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Setra Dampaknya Pada Kinerja Pegawai (Studi pada Kanwil DJP Jawa Tengah I Kota Semarang)”. Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 22 No. 2 Desember 2013.

Bahri, S. (2018), “Metode Penelitian Bisnis – Lengkap Dengan Teknik Pengolahan Data SPSS”. Yogyakarta: Andi Offset.

Dharma, Y. (2017), “The Effect of Work Motivation on the Employee Performance with Organization Citizenship Behavior as Intervening Variable at Bank Aceh Syariah”. Emerald Reach Proceedings Series, Vol.1, 7–12, © Emerald Publishing Limited 2516-2853, DOI 10.1108/978-1-78756-793-1-00065.

Diamantidis, A.D. & Chatzoglou, P. (2018), “Factors affecting employee performance: an empirical approach”. International Journal of Productivity and Performance Management © Emerald Publishing Limited 1741-0401, DOI 10.1108/IJPPM-01-2018-0012.

Edison, E. dkk (2018), “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Bandung: Alfabeta. Gaol, J. L. (2014), “A to Z Human Capital – Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: PT.

Grasindo Anggota Ikapi. Ghozali, I. (2018), “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS 25, Edisi

Kesembilan”. Semarang: Universitas Diponegoro. Hamali, A. Y. (2018), “Pemahaman Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Buku Seru. Magfirah (2019), “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja dan

Organizational Citizenship Behavior Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. BNI Cabang Palu”. Jurnal Katalogis, Volume 3, Nomor 10, 78-87.

Mangkunegara, A.P (2017), “Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Cetakan Keempatbelas”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Maryati, T. et al. (2019), “The Effect of Spiritual Leadership and Organizational Culture on Employee Performance: The Mediating Role of Job Satisfaction”. International Journal of Innovation, Creativity and Change. Volume 9, Issue 3. Diakses dari: www.ijicc.net

Masadeh, R. et al. (2016), “A Jordanian empirical study of the associations among transformational leadership, transactional leadership, knowledge sharing, job performance, and firm performance: a structural equation modelling approach”. Journal of Management Development, Vol. 35 Iss 5 pp. © Emerald Group Publishing Limited. Diakses dari: http://dx.doi.org/10.1108/JMD-09-2015-0134

Parmin (2015), “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Karyawan Yantek Unit PT. PLN Rayon Kebumen)”. Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No. 02, Desember 2015.

Pawirosumarto, S. et al. (2017), “The effect of work environment, leadership style, and organizational culture towards job satisfaction and Its implication towards employee performance in Parador Hotels and Resorts, Indonesia”. International Journal of Law and Management, © Emerald Group Publishing Limited. Diakses dari: https://doi.org/10.1108/IJLMA-10-2016-0085

Puni, A. et al. (2018), “Transformational leadership and job satisfaction: the moderating effect of contingent reward”. Leadership & Organization Development Journal © Emerald

Page 155: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember

INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia

Volume 4, Nomor 1, Desember 2020

Setria Feri, Adi Rahmat, Bambang Supeno

151

Group Publishing Limited 0143-7739. Diakses dari: https://doi.org/10.1108/LODJ-11-2017-0358

Setiawan, D. (2013), “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan transaksional Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan di PT. Tohitindo Multi Craft Industries Krian”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen Vol. 2 No.1.

Shahzad, F. et al. (2013), “Impact of Organizational Culture on Employees Job Performance: An Empirical Study of Software Houses in Pakistan”. Journal of Business Studies Quarterly.

Sugiyono (2019), “Metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Cetakan Ke-1)”. Bandung: Alfabeta.

Wibowo (2016), “Manajemen Kinerja – Edisi Kelima”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Yang, Y.F. & Islam, M. (2012), “The influence of transformational leadership on job

satisfaction: The balanced scorecard perspective”. Journal of Accounting & Organizational Change, Vol. 8, No. 3, 386-402, © Emerald Group Publishing Limited 1832-5912. Diakses dari: http://dx.doi.org/10.1108/18325911211258353

Page 156: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember
Page 157: Jurnal INOBIS | Vol. 4 | No. 1 | Hal. 1 - 151 | Desember