Upload
buidieu
View
233
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG
PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX
SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
JURNAL INTERNASIONAL
Oleh
Mardi
NIM S851108017
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG
PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX
SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Tesis
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Mardi
NIM S851108017
Oleh
Mardi
NIM S851108017
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG
PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX
SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Oleh:
MARDI
S851108017
Komisi
Pembimbing
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP. 19660225 199302 1 002 ……………… .... Januari 2013
Pembimbing II Triyanto, S.Si, M.Si
NIP.19720508 199802 1 001 ……………… ….Januari 2013
Telah dikatakan memenuhi syarat
Pada tanggal ………………….. 2013
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG
PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX
SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Oleh:
MARDI
S851108017
Tim penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003 ……………………
Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si.
NIP. 19670116 199402 1 001 ……………………
Anggota
Penguji
1. Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP. 19660225 199302 1 002 ……………………
2. Triyanto, S.Si, M.Si
NIP.19720508 199802 1 001 ……………………
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ………… 2013
Direktur Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
NIP. 19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.
NIP. 19530915 197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER POINT DAN
MODEL BANGUN RUANG PADA POKOK BAHASAN BANGUN
RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA KELAS IX SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI TAHUN
PELAJARAN 2012/2013” ini adalah karya saya sendiri dan bebas plagiat,
serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis
digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat
dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Permendiknas No. 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi
Pendidikan Matematika PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Matematika PPs
UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka
saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Februari 2013
Mahasiswa,
Mardi
S851108017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tesis ini peneliti persembahkan kepada :
1. Istriku Sri Sulastri
2. Ketiga putriku: Rika KW, Selvia NDF dan Fidela RA
3. Saudara dan semua keluargaku
4. Teman guru dan karyawan SMP Negeri 1 Pangkur Ngawi
5. Sahabat-sahabatku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,
sehingga penyusunan tesis dengan judul “EKSPERIMENTASI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER
POINT DAN MODEL BANGUN RUANG PADA POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
SISWA KELAS IX SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI TAHUN
PELAJARAN 2012/2013 ” dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari
pembimbing, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Yunus, M.S. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Mardiyana, M.Si. Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika dan
Dosen Pembimbing I, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Triyanto, S.Si, M.Si. Dosen Pembimbing II, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Staf administrasi dan akademik Pascasarjana UNS Surakarta yang selama ini
turut membantu dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi.
7. Wahyudi, S.Pd, M.Si. Kepala SMP Negeri 1 Pangkur yang memberi ijin
tempat uji coba instrument penelitian.
8. Drs. Eko Budi Cahyono, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1 Kwadungan yang
memberi ijin tempat penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
9. Drs. Joko Priyono, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1 Padas yang memberi ijin
tempat penelitian.
10. Isdijono, S.Pd, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1 Kasreman yang member ijin
tempat uji coba instrumen.
11. Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika angkatan Juli 2011 yang telah
membantu demi kelancaran dalam pernyusunan tesis ini.
12. Istri dan Anakku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dalam
penyelesaian studi di S2 UNS ini.
13. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan tesis ini.
Penulis sangat berhutang budi atas segala kebaikan yang telah Bapak/Ibu
berikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal.
Surakarta,
Penulis
Mardi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI......................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv
PERSEMBAHAN............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
ABSTRAK ...................................................................................................... xv
ABSTRACT ...................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……..…………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6
C. Pemilihan Masalah ...................................................................................... 8
D. Pembatasan Masalah ................................................................................... 8
E. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
F. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
G. Manfaat Penelitian....................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori................................................................................................. 11
1. Model Pembelajaran ................................................................................ 11
2. Media Pembelajaran ................................................................................ 19
2.1 Media Power Point............................................................................ 23
2.2 Media Model Bangun Ruang............................................................. 26
2.3 Media Konvensional......................................................................... 27
3. Gaya Belajar ............................................................................................. 27
3.1 Gaya Belajar Visual ............................................................................ 29
3.2 Gaya Belajar Auditorial ...................................................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3.3 Gaya Belajar Kinestetik ..................................................................... 31
4. Prestasi Belajar Matematika ..................................................................... 32
4. Penelitian Yang Relevan ......................................................................... 33
B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 35
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu .................................................................................... 39
B. Jenis Penelitian ............................................................................................ 39
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 40
D. Desain Eksperimen………………………………………………………... 41
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………… 42
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 43
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 44
H. Teknik Analisa Data .................................................................................. 47
1. Uji Prasyarat Analisis dan Uji Keseimbangan ........................................ 47
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 51
3. Uji Komparasi Ganda .............................................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan Sampel Penelitian ...................................................................... 58
B. Analisi Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................... 59
C. Uji Keseimbangan ....................................................................................... 62
D. Deskripsi Data ............................................................................................. 64
E. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .................................... 66
F. Pembahasan Hipotesis……………………………………………………... 73
F. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………………. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 79
B. Implikasi ...................................................................................................... 80
C. Saran… ........................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Prosentase Penguasaan Materi Soal Ujian Nasional SMP Negeri di
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011…………………… 3
Tabel 2.1. Skor Kemajuan Individu………………………………………...... 15
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif……………… 16
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ……..……………………………………… 41
Tabel 3.2. Notasi dan Tata Letak Data Pada Anava Satu Jalan Sel Tak Sama 50
Tabel 3.3. Rataan dan Jumlah Rataan ……..………………………………… 53
Tabel 3.4. Data Amatan ,Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi ……..………. 53
Tabel 3.1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan……..………………….. 55
Tabel 4.1. Data Sampel Penelitian…………………………………………... 59
Tabel 4.2. Deskripsi Data Nilai Ulangan Harian bab Kesebangunan Kelas IX
Tahun Pelajaran 2011/2012………..………………………………. 62
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa……………..…….. 63
Tabel 4.4. Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa…………………………… 64
Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa…………………………… 65
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas……………………….……….. ……………. 66
Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas…………………………………………….. 67
Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama …………. 67
Tabel 4.9. Rataan Marginal Prestasi Belajar Siswa……..…………………… 69
Tabel 4.10. Rangkuman Komporasi Ganda Antar Baris……………………… 69
Tabel 4.11. Rangkuman Komparasi Rataan Antar Kolom…………..………... 70
Tabel 4.12. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Daftar Peringkat SMPN Se-Kabupaten Ngawi Berdasarkan Nilai Rata-rata
Hasil Un Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012…………. 84
2 Kisi-kisi Uji Coba Tes Prestasi Belajar ..……………………………… 86
2.1 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar ….. ……………............................ 87
2.2 Kunci Jawaban Dan Kriteria Penilaian ................................................. 90
3 Kisi-kisi Soal Uji Coba Angket Gaya Belajar .................................... 91
3.1 Soal Uji Coba Angket Gaya Belajar ..................................................... 94
3.2 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar .................................................... 98
4 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar ................................................................ 99
4.1 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika .................................................. 100
4.2 Kunci Jawab Dan Kriteria Penilaian .................................................... 103
5 Kisi-kisi Soal Angket Gaya Belajar ..................................................... 104
5.1 Angket Gaya Belajar ............................................................................ 107
5.2 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar ................................................... 110
6 Uji Validasi Isi Tes Prestasi Belajar Matematika Bangun Ruang Sisi
Lengkung ............................................................................................. 111
7 Uji Validasi Isi Angket Gaya Belajar .................................................... 118
8 Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Matematika 125
9 Reliabelitas Tes Prestasi Belajar Matematika ...................................... 131
10.1 Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Visual ................................ 135
10.2 Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Auditorial .......................... 139
10.3 Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Kinestetik .......................... 143
11.1 Reliabelitas Angket Gaya Belajar Visual ............................................. 147
11.2 Reliabelitas Angket Gaya Belajar Auditorial ....................................... 149
11.3 Reliabelitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ....................................... 151
12.1 Data Induk Pembelajaran STAD Media Power Point .......................... 153
12.2 Data Induk Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Power
Point ...................................................................................................... 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
12.3 Data Induk Kelompok Gaya Belajar Pada Pembelajaran STAD Media Power
Point ..................................................................................................... 157
12.4 Data Kelompok Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Power Point 159
13.1 Data Induk Pembelajaran STAD Media Model Bangun Ruang .......... 161
13.2 Data Induk Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Model
Bangun Ruang ...................................................................................... 163
13.3 Data Induk Kelompok Gaya Belajar Pada Pembelajaran STAD Media Model
Bangun Ruang ...................................................................................... 165
13.4 Data Kelompok Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Model Bangun
Ruang .................................................................................................... 167
14.1 Data Induk Pada Pembelajaran STAD Dengan Media Konvensional .. 169
14.2 Data Induk Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran STAD Media
Konvensional ........................................................................................ 171
14.3 Data Induk Kelompok Gaya Belajar Pada Pembelajaran STAD Media
Konvensional ........................................................................................ 173
14.4 Data Kelompok Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Konvensional 175
15.1 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen Pembelajaran
Kooperatif STAD Dengan Media Power Point .................................... 177
15.2 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen Pembelajaran
Kooperatif STAD Dengan Media Model Bangun Ruang....................... 180
15.3 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen Pembelajaran
Kooperatif STAD Dengan Media Konvensional .................................. 183
16 Uji Homogenitas Kemampuan Awal …………………………………. 186
17 Komputasi Uji Keseimbangan Rerata Nilai Awal Hasil Belajar Siswa 188
18.1 Silabus ………………………………………………………………… 191
18.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Power
Point ....................................................................................................... 194
18.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Model
Bangun Ruang ........................................................................................ 200
18.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media
Konvensional ........................................................................................ 205
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
19.1 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Tes Matematika Kelompok Eksperimen
Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Power Point ............. 210
19.2 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Tes Matematika Kelompok Eksperimen
Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Model Bangun Ruang 213
19.3 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Tes Matematika Kelompok Eksperimen
Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Konvensional ........... 216
20 Uji Homogenitas Tes Prestasi Belajar ………………………………... 219
21.1 Uji Normalitas Data Kelompok Siswa Dengan Gaya Belajar Visual ... 221
21.2 Uji Normalitas Data Kelompok Siswa Dengan Gaya Belajar Auditorial 224
21.3 Uji Normalitas Data Kelompok Siswa Dengan Gaya Belajar Kinestetik 227
22 Uji Homogenitas Gaya Belajar ……………………………………….. 230
23.1 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .............................. 232
23.2 Uji Lanjut Pasca Anava Untuk Komparasi Antar Baris ........................ 237
23.3 Uji Lanjut Pasca Anava Untuk Komparasi Antar Kolom ..................... 239
23.4 Uji Komparasi Ganda Antar Sel ............................................................ 241
24.1 Tabel Distribusi Normal Baku ............................................................... 244
24.2 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ............................................................ 245
24.3 Tabel Nilai Chi Kuadrat ......................................................................... 246
24.4 Tabel Nilai Kritik Uji F .......................................................................... 247
Surat Keterangan Ijin Penelitian
Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Contoh Media Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Mardi. S851108017. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dengan Media Power Point dan Model Bangun Ruang pada Pokok Bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas IX SMP
Negeri Di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013. Pembimbing I: Dr.
Mardiyana, M.Si, Pembimbing II: Triyanto, S.Si, M.Si. Tesis. Program Studi
Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang lebih efektif,
dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung, antara model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media Model Bangun Ruang atau pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media Konvensional. (2) Manakah yang mempunyai prestasi
belajar lebih baik pada materi bangun ruang sisi lengkung, siswa yang
mempunyai gaya belajar visual, auditorial ataukah kinestetik. (3) Pada kelompok
siswa dengan gaya belajar visual, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik,
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media konvensional. (4) Pada kelompok siswa
dengan gaya belajar auditorial, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik,
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media konvensional. (5) Pada kelompok siswa
dengan gaya belajar kinestetik, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik,
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan populasi
seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random
sampling, diperoleh sampel berjumlah 250 siswa, dengan rincian 85 siswa pada
kelas eksperimen satu, 83 siswa pada kelas eksperimen dua dan 82 siswa pada
kelas kontrol yang tersebar pada tiga sekolah yaitu SMP Negeri 1 Kwadungan,
SMP Negeri 1 Padas, dan SMP Negeri 1 Kasreman. Teknik pengumpulan data
meliputi metode dokumentasi yaitu mencari data tentang nama sekolah dan rataan
nilai Ujian Nasional SMP Negeri di Kabupaten Ngawi serta nilai formatif materi
Kesebangunan, metode tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar
matematika materi bangun ruang sisi lengkung dan metode angket untuk
mengetahui gaya belajar yang dimiliki siswa. Uji tes meliputi validitas isi, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sedangkan uji angket gaya belajar
meliputi uji validitas isi, reliabilitas dan konsistensi. Uji keseimbangan terhadap
tiga kelompok sampel menggunakan uji anava satu jalan dengan sel tak sama. Uji
prasyarat dilakukan dengan metode Lilliefors untuk uji normalitas dan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Bartlett untuk uji homogenitas. Uji hipotesis yang digunakan adalah anava dua
jalan 3x3 dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat
disimpulkan: 1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point
pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung lebih efektif dibanding dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang maupun
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional. Akan tetapi,
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang dan
dengan media Konvensional sama efektifnya. 2) Kelompok siswa dengan gaya
belajar auditorial dan kinestetik mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding
kelompok siswa dengan gaya belajar visual. Akan tetapi, kelompok siswa dengan
gaya belajar auditorial dan kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik
prestasinya tidak berbeda. 3) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual,
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point mempunyai
prestasi belajar lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Konvensional. Akan tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Power Point bibanding dengan media Model Bangun Ruang
prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Model Bangun Ruang dibanding dengan media Konvensional pada pokok
bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung prestasinya sama. 4) Pada kelompok siswa
dengan gaya belajar auditorial, prestasi belajarnya tidak berbeda baik pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, dengan media
Model Bangun Ruang maupun pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. 5) Pada
kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik, pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media Power Point bibanding dengan media Model Bangun Ruang
prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Power Point dibanding dengan media Konvensional prestasinya sama. Akan
tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun
Ruang mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan media Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung.
Kata kunci: STAD, Media Power Point, Media Model Bangun Ruang dan
Gaya Belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Mardi. S851108017. The STAD Type of Cooperative Learning Experimentation
with Power Point Media and Spatial Structure Model in Teaching Geometry
Subject Matter Viewed From the Student Learning Style of the IX Graders of
SMP Negeri in Ngawi Regency in the School Year of 2012/2013. First Counselor:
Dr. Mardiyana, M.Si, Second Counselor: Triyanto, S.Si, M.Si. Thesis.
Mathematics Study Program of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret
University, 2013.
The objective of this research are to investigate: (1) which one that is more
effective in the teaching geometry, the STAD type of cooperative learning model
with Power Point media or that with Geometrical Model media or that with
Conventional media, (2) which one having better learning achievement in solving
the Teaching Geometry question, the students with visual learning style or those
with auditory or kinesthetic, (3) in student group with visual learning style, which
one providing better learning achievement, the STAD type of cooperative learning
model with Power Point media or that with Geometrical Model media or that with
Conventional media, (4) in student group with auditory learning style, which one
providing better learning achievement, the STAD type of cooperative learning
model with Power Point media or that with Geometrical Model media or that with
Conventional media, and (5) in student group with kinesthetic learning style,
which one providing better learning achievement, the STAD type of cooperative
learning model with Power Point media or that with Geometrical Model media or
that with Conventional media.
This study was a quasi-experimental research with all of IX graders of SMP
Negeri in Ngawi Regency in the school year of 2012/2013 as the population. The
sampling technique used was stratified cluster random sampling. The sample
consisted of 250 students: 89 in experiment one class, 83 in experiment two, and
82 in control distributed in three schools: SMP Negeri 1 Kwadungan, SMP Negeri
1 Padas, and SMP Negeri 1 Kasreman. Techniques of collecting data used
included documentation method for the data of school name, mean score of
National Examination of Public Junior High School in Ngawi Regency, and
formative score of congruence material; test method for mathematics learning
achievement in curving side spatial structure, and questionnaire method to find
out the learning style the students had. The test method included content validity,
difficulty level, variance, and reliability, while learning style questionnaire test
included content validity, reliability and consistency tests. The balance test on the
three sample groups using one-way anava test with different cells. The
prerequisite test was conducted using Lilliefors method for normality test and
Bartlett method for homogeneity test. The hypothesis test used was a 3x3 two-
way anava with different cells.
Considering the result of hypothesis testing in this research, the following
conclusions could be drawn(1) the STAD learning model with the Power Point
media is better than the STAD learning models with the Geometrical Model and
the Conventional media whereas the STAD learning model with the Geometrical
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Model media is equal to the STAD learning model with the Conventional media;
(2) the students with the kinesthetic learning style have a better learning
achievement than those with the visual and auditory learning styles whereas the
students with the visual learning style have an equal learning achievement to those
with the auditory learning style; (3) the STAD learning model with the Power
Point media results in a better learning achievement than that with the
Conventional media whereas the STAD learning model with the Power Point
media results in an equal learning achievement to that with the Geometrical
Model media and the STAD learning model with the Power Point media results in
an equal learning achievement to that with the Conventional media in the visual
learning style; (4) the STAD learning model with the all of the three types of
media results in an equal learning achievement in the auditory learning style; and
(5) the STAD learning model with the Geometrical Model media results in a
better learning achievement than that with the Conventional media whereas the
STAD learning model with the Power Point media results in an equal learning
achievement to that with the Geometrical Model media and the STAD learning
model with the Power Point media results in an equal learning achievement to that
with the Conventional media in the kinesthetic learning style.
Keywords: STAD, Power Point media, Geometrical Model media and Learning
Style.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan
untuk menuju kearah perbaikan dan penguatan serta penyempurnaan semua potensi
manusia agar memiliki kecerdasan intelektual, moral dan spiritual. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis
dengan penalaran yang bersifat deduktif. Karena matematika tersusun secara
hirarkis yang satu sama lainnya berkaitan erat, maka untuk memahami konsep
matematika perlu memperhatikan konsep-konsep sebelumnya. Dilain pihak
matematika sangat diperlukan dalam kehidupan, misalnya yang menyangkut
pekerjaan pembuatan berbagai kemasan makanan maupun kemasan produk- produk
industri dalam berbagai skala. Pembangunan fisik di segala bidang, seperti bidang
tehnik (bangunan, mesin, arsitek), bidang pertanian, bidang pertambangan, bidang
transportasi, dan sebagainya memerlukan penguasaan ukuran dan bentuk-bentuk,
yang semua ini dapat dikuasai melalui belajar geometri.
Banyak permasalahan matematika muncul dari kehidupan nyata sehari-hari.
Sebagai contoh, tentang bangun-bangun ruang dan datar, didapat dari benda-benda
kongkrit dengan melakukan proses abstraksi dari benda-benda nyata. Karenanya
proses pembelajaran matematika harus dapat menghubungkan antara ide abstrak
matematika dengan suatu situasi nyata yang pernah dialami siswa ataupun yang
dapat dipikirkan siswa. Hal ini berarti belajar matematika harus bertahap dan
berurutan secara sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.
Tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh pengalaman
siswa, salah satunya adalah gaya belajar yang dimiliki siswa itu sendiri. Pada
dasarnya pembelajaran matematika merupakan usaha untuk membantu siswa agar
dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui proses yang dimulai dari pengalaman,
sehingga siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang diperolehnya.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Praktek pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah ternyata masih
jauh dari hakekat pendidikan yang sesungguhnya, yakni pendidikan yang
menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk
mengembangkan potensi dan pengetahuannya lebih lanjut untuk kepentingan
dirinya sendiri (Sutarto Hadi, 2005:11). Sementara dari pengamatan penulis di
lapangan, diketahui masih banyak guru dan siswa belum memanfaatkan sarana
pembelajaran yang dimiliki sekolah secara maksimal. Banyak alat peraga yang
belum dimanfaatkan termasuk buku-buku penunjang pelajaran matematika yang
hanya tertata rapi di perpustakaan. Banyak proses pembelajaran matematika yang
hanya menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas, menambah
materi baru kemudian siswa diberi tugas lagi demikian seterusnya. Akan tetapi,
guru tidak mengetahui bagaimana proses siswa sehingga mendapatkan
penyelesaikan soal tugas tersebut. Pembelajaran matematika yang demikian akan
membosankan dan bisa membunuh motivasi dan minat belajar siswa dalam
mempelajari matematika. Apabila proses pembelajaran yang dilakukan demikian
terus, maka konsep-konsep yang seharusnya dikuasai siswa akan sulit tercapai
bahkan kompetensi dasar yang sudah terperinci dalam indikator-indikator
pembelajaran akan sulit dicapai secara maksimal.
Fenomena yang terjadi di dunia pendidikan kita, cenderung membuat
banyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit. Sebagian besar matematika dianggap sebagai
momok bagi para siswa, terutama pada saat ulangan atau ujian sekolah. Mereka
beranggapan bahwa, untuk mendapatkan nilai yang cukup saja harus bekerja keras.
Faktor inilah yang membuat mereka takut terhadap pelajaran matematika, sehingga
malas untuk mempelajarinya. Walaupun juga ada sebagian siswa yang menganggap
bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan karena menantang.
Matematika diajarkan hampir di semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan
tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan matematika mencakup proses
mengajar, proses belajar, dan proses berfikir kreatif. Proses mengajar dilakukan
oleh pengajar yakni guru dan proses belajar dilakukan oleh siswa sebagai anak didik
yang harus memiliki daya fikir yang kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan data hasil Ujian Nasional (UN) SMP/MTs tahun pelajaran
2010-2011 diperoleh data bahwa rata-rata nilai UN matematika di Kabupaten
Ngawi adalah 7,39 berarti lebih rendah dari rata-rata propinsi jawa Timur sebesar
7,72 dan lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 7,50 (Balitbang, 2011). Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum prestasi belajar matematika siswa SMP di
kabupaten Ngawi masih rendah.
Data tentang persentase penguasaan materi soal matematika ujian nasional
SMP Negeri di kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan peserta
sebanyak 9677 siswa untuk materi Geometri pada: Bangun Datar, Bangun Ruang
Sisi Datar dan Bangun Ruang Sisi Lengkung diperoleh sebagai berikut:
Tabel 1.1. Persentase Penguasaan Materi Soal Ujian Nasional SMP Negeri di
Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011:
No
Urut Materi Yang Diuji
Persentase Penguasaan
Kab. Prop. Nas.
1 Bangun Datar 61,49 73,85 71,50
2 Bangun Ruang Sisi Datar 63,70 72,79 73,64
3 Bangun Ruang Sisi Lengkung 53,96 64,70 63,24
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa, untuk materi Bangun Ruang Sisi
Lengkung taraf penguasaan materi prosentasenya paling rendah. Hasil analisis daya
serap siswa tiap materi matematika yang diujikan menunjukkan hasil yang belum
maksimal, khususnya pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Rata-rata daya
serap materi bangun ruang sisi lengkung tingkat kabupaten sebesar 53,96. Berarti,
lebih rendah dari rata-rata daya serap tingkat propinsi sebesar 64,70 dan rata-rata
daya serap tingkat nasional sebesar 63,24. Rendahnya daya serap siswa pada materi
Bangun Ruang Sisi Lengkung merupakan kenyataan pahit dalam pembelajaran
matematika, sebab materi Bangun ruang sisi lengkung merupakan salah satu materi
matematika yang sangat erat kaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Jika siswa mempunyai pemahaman yang rendah tentang Bangun ruang
sisi lengkung maka akan semakin menguatkan pendapat bahwa matematika adalah
materi yang sulit dan menakutkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Banyak hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah
karena rendahnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari matematika.
Mungkin juga karena siswa kurang mengetahui gaya belajar yang cocok yang harus
digunakan dalam belajar atau juga karena siswa kurang antusias dalam proses
pembelajaran. Kurangnya antusiasme siswa dalam pembelajaran matematika di
kelas bisa disebabkan karena penggunaan metode mengajar yang tidak sesuai atau
kurang tepat sehingga siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai
materi yang disampaikan. Supaya kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan
seoptimal mungkin, guru diharapkan memiliki kemampuan menguasai materi yang
akan diajarkan, mampu mengklasifikasikan macam-macam model pembelajaran
dan menguasai teknik-teknik mengajar. Walaupun di dalam prakteknya sudah
banyak guru yang menerapkan diskusi kelompok dalam menyelesaikan soal
matematika, namun karena pembentukan kelompok tidak berdasar pada
heterogenitas, maka hasil kerja kelompok juga kurang maksimal. Selain itu juga
masih banyak guru yang belum memanfaatkan beberapa media secara maksimal
untuk memperjelas bahan ajar dalam pembelajaran.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor-
faktor yang ada pada siswa faktor intern, dan faktor ekstern (faktor-faktor yang ada
pada lingkungan keluarga, faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah dan faktor-
faktor yang ada pada lingkungan sosial yang lebih luas). Guna membantu siswa
mencapai keberhasilan secara maksimal perlu dilengkapi dengan media
pembelajaran yang merupakan sarana komunikasi dan sarana pelengkap yang
mengandung unsur stimulus kepada si komunikan (penerima pesan), sehingga
media dapat menarik perhatian, pikiran dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa,
media pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran.
Penggunaan media akan mendukung proses belajar mengajar yang dilakukan.
Materi pembelajaran dapat ditampilkan secara mudah dengan memanfaatkan media
pembelajaran yang dapat menumbuhan minat belajar siswa. Adanya media
pembelajaran akan merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Optimalisasi kemampuan siswa akan mudah tercapai melalui
pembelajaran yang menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pelajaran yang diberikan dan prestasi belajar siswa meningkat. Pembelajaran yang
dilakukan akan efektif apabila model pembelajaran sesuai dengan materi yang
disampaikan, sedangkan penggunaan media merupakan salah satu upaya untuk
memahamkan siswa dalam menerima materi pembelajaran.
Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran memiliki peran yang
cukup penting yaitu untuk memperjelas bahan pembelajaran dan mengurangi
tingkat keabstrakan materi yang disampaikan. Pada pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung, media pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah Model
Bangun Ruang atau guru hanya menggambarkan di papan tulis. Media lain yang
dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran adalah media Power Point. Dengan
pemakaian media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa memahami
secara kongkrit hal-hal yang dipelajari, sehingga kegiatan pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang maksimal. Kegiatan pembelajaran yang berhasil memerlukan
keaktifan seluruh indera peserta didik. Semakin banyak indera yang digunakan
untuk menerima dan mengolah informasi kegiatan pembelajaran akan semakin
berhasil. Informasi yang diserap siswa tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan
peserta didik. Penggunaan berbagai media secara efektif dalam pembelajaran
matematika akan meningkatkan kepahaman siswa dalam menerima materi pelajaran
matematika yang dapat berimbas pada meningkatnya prestasi belajar siswa.
Media dalam proses pembelajaran ditujukan untuk menyalurkan pesan
(pengetahuan, keterampilan,dan sikap) serta merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga proses belajar bertujuan dan terkendali.
Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan
hasil pembelajaran yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa mengikuti tahap
perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut
karena melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonstruksikan, dan
hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Faktor yang mendorong keberhasilan siswa salah satunya adalah gaya
belajar yang dimiliki masing-masing siswa. Sebagian siswa lebih suka guru mereka
mengajar dengan cara menuliskan semua di papan tulis, agar bisa dibaca dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dipahami. Ada juga sebagian yang lain suka guru menyampaikan dengan lisan dan
mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sebagian lagi lebih suka belajar
dengan membentuk kelompok untuk mendiskusikan pelajaran agar memahami apa
yang diajarkan guru. Cara lain yang disukai banyak siswa adalah belajar dengan
cara mendengarkan ceramah. Bagaimanapun gaya belajar yang dipakai siswa
menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap siswa agar bisa menyerap sebuah
informasi dari luar dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut, jika guru bisa memahami
bagaimana perbedaan gaya belajar setiap siswa, maka dapat mengarahkan agar
siswa menggunakan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal
untuk dirinya. Menurut Nasution dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita
(2012:39), para peneliti mengklasifikasikan gaya belajar siswa sesuai kategori-
kategori sebagai berikut; a) tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kemudian
disebut gaya belajar, b) kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen
tertentu, dan c) kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat
mengefektifkan belajar.
Berdasarkan kenyataan di lapangan yang peneliti ungkapkan bahwa prestasi
matematika rendah khususnya pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung
dan pembentukan kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika yang belum
berhasil secara maksimal serta pemanfaatan media pembelajaran yang juga belum
optimal, maka sebagai alternatif untuk membantu mengatasi permasalahan itu
adalah dengan melaksanakan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan
memanfaatkan media pembelajaran Power Point atau media Model Bangun Ruang.
Oleh karena itu diperlukan penelitian secara mendalam untuk mengetahui penyebab
rendahnya prestasi belajar matematika dan solusi yang dapat digunakan oleh guru
untuk meningkatkan prestasi belajar matematika SMP di kabupaten Ngawi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan
kurangnya minat siswa dalam mempelajari matematika. Terkait dengan hal
tersebut, apakah kalau minat yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
matematika yang dimiliki siswa lebih baik? Untuk menjawab hal ini, perlu
dilakukan penelitian tentang bagaimana merancang pembelajaran yang mampu
meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika.
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan karena
siswa kurang termotivasi dalam mempelajari matematika. Terkait dengan hal
tersebut, apakah kalau siswa memiliki motivasi tinggi maka prestasi belajar
matematika yang dimiliki siswa akan lebih baik? Untuk menjawab hal ini, perlu
dilakukan penelitian tentang bagaimana merancang pembelajaran yang mampu
meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari matematika.
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan
rendahnya antusiasme siswa dalam mempelajari matematika. Terkait dengan hal
tersebut muncul pertanyaan apakah kalau siswa memiliki antusiasme tinggi
maka prestasi belajar siswa lebih baik? Untuk menjawab hal ini, perlu dilakukan
penelitian tentang bagaimana merancang pembelajaran yang menyenangkan
sehingga mampu membangkitkan antusiasme belajar siswa.
4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan model
pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan media yang dipakai.
Terkait dengan hal tersebut muncul pertanyaan apakah kalau guru menggunakan
model pembelajaran menggunakan media, maka prestasi belajar matematika
yang dimiliki siswa lebih baik? Untuk menjawab hal ini, dapat dilakukan
penelitian yang membandingkan penggunaan model pembelajaran dengan
media menari dengan media konvensional sekaligus melihat apakah penggunaan
model dan media yang menarik cocok untuk berbagai karakteristik siswa.
5. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan
kurangnya kreatifitas guru dalam membuat media pembelajaran. Terkait dengan
hal tersebut muncul pertanyaan apakah kalau guru dalam pembelajaran kreatif
menggunakan media, maka prestasi belajar matematika yang dimiliki siswa
lebih baik? Untuk menjawab hal ini, dapat dilakukan penelitian yang
membandingkan penggunaan media pembelajaran yang menarik dengan
penggunaan media yang lain dan melihat apakah penggunaan media
pembelajaran yang menarik cocok untuk berbagai karakteristik siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
6. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan karena
guru tidak memperhatikan perbedaan gaya belajar siswa. Terkait dengan hal
tersebut muncul pertanyaan apakah ada hubungan antara prestasi belajar
matematika yang dimiliki siswa dengan gaya belajarnya? Untuk menjawab hal
ini, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara prestasi siswa
dalam belajar matematika dengan gaya belajarnya.
C. Pemilihan Masalah
Dari keenam permasalahan yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin
melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan ke empat, kelima dan
keenam. Permasalahan penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran
peneliti pilih, sebab kenyataan di lapangan masih banyak guru matematika yang
belum menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan media pembelajaran
secara maksimal. Sedangkan faktor gaya belajar peneliti pilih, karena peneliti
berasumsi bahwa penggunaan media pembelajaran dapat berpengaruh terhadap
gaya belajar siswa. Peneliti menganggap bahwa antara model pembelajaran yang
menggunakan media pembelajaran dengan gaya belajar yang dimiliki siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pemilihan masalah, agar permasalahan yang
dikaji dapat terarah, terfokus serta tidak terjadi penyimpangan terhadap apa yang
menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka peneliti membatasi ruang lingkup
masalah dalam penelitian ini pada hal-hal berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif yang diteliti dibatasi tipe STAD dengan
penggunaan media Power Point dan media Model Bangun Ruang .
2. Gaya belajar siswa dibatasi pada tiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik.
3. Pelajaran matematika yang diteliti dibatasi pada pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung yaitu tabung, kerucut dan bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Manakah yang lebih efektif, dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung,
antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point,
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang atau
pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?
2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik dalam menyelesaikan soal
Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa yang mempunyai gaya belajar visual,
auditorial ataukah kinestetik?
3. Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, manakah yang mempunyai
prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power
Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
ataukah pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?
4. Pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial, manakah yang mempunyai
prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power
Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
ataukah pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?
5. Pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik, manakah yang mempunyai
prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power
Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
ataukah pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui manakah yang lebih efektif, dalam pembelajaran Bangun
Ruang Sisi Lengkung, antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model
Bangun Ruang atau pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik dalam
menyelesaikan soal Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa yang mempunyai gaya
belajar visual, auditorial ataukah kinestetik.
3. Untuk mengetahui pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, manakah
yang mempunyai prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model
Bangun Ruang ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Konvensional.
4. Untuk mengetahui pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial,
manakah yang mempunyai prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Konvensional.
5. Untuk mengetahui pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik,
manakah yang mempunyai prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Konvensional.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Bagi Guru;
a. Sebagai pertimbangan bagi pengoptimalan hasil belajar siswa.
b. Sebagai sarana penggalian motivasi siswa untuk berprestasi.
2. Bagi Lembaga;
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi kebijakan penggunaan media
pembelajaran yang efektif.
b. Sebagai bahan untuk pemanfaatan media pembelajaran yang efisien.
3. Bagi Peneliti;
Sebagai sarana menambah pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan media yang efektif dalam pembelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam pembelajaran terdapat istilah-istilah; pendekatan, strategi, metode,
prosedur dan model dalam pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2011:5).
Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model
pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan
kegiatan kependidikan, khususnya penyajian materi pelajaran kepada siswa.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri kusus yang tidak dimiliki strategi
atau metode pembelajaran, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh
penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar atau
pola urutan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, dan lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai (DepDikNas, 2005:12). Model-
model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli antara lain: model
pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
berdasarkan masalah, model pembelajaran tematik, model pembelajaran berbasis
komputer, model pembelajaran berbasis web, model paikem, model
pembelajaran mandiri, model lesson study dan masih banyak lagi yang lainya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa dikatakan bahwa, model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode atau
prosedur pembelajaran, model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan
dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di
kelas. Selain itu juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas
Kongkrit
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dalam
pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah suatu rancangan yang teratur dan terurut berisi prosedur baku yang
digunakan guru dalam mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang
dilaksanakan.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori
konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek
informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan
itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2011:13). Model pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak dalam
Trianto, 2011:42). Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dengan demikian
melalui pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar dengan cara
bekerja sama dengan sesama temannya.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen kemampuan, jenis kelamin,
suku, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah agar semua siswa terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan
kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling
membantu sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran
kooperatif mempunyai ciri-ciri:
1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif.
2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya, jenis kelamin maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri
dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
(Depdiknas, 2005: 14)
Menurut Murray dalam Tuan (2010:66), “Cooperative learning suggest
that learning would be more meaningful if learnes should experiment on their
own learning instead or listening to the teacher’s lectures. Furthermore,
conflicts resolution will help promote student’s cognitive growth”. Pembelajaran
kooperatif menyarankan bahwa pembelajaran akan lebih berarti apabila siswa
mampu bereksperimen dalam pembelajarannya sendiri dibanding mendengarkan
ceramah guru. Lagi pula pemecahan konflik membantu meningkatkan
pertumbuhan pikiran siswa. Johnson dan Holuble (dalam Effendi Zakaria dan
Zanaton Iksan, 2006:36) lima unsur penting dari pembelajaran kooperatif :
1) Positive interdependence : The success of one learner is dependent on the
success of the learnes. 2) Promotive interaction : individual can achieve
promotive interaction by helping each other, exchanging resources,
challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and
striving mutual benefits. 3) Individual accountability : Teacher should asses
the amount of effort that each member is contributing. These can be done by
giving an individual test to each student and randomly calling students to
present group work. 4) Interpersonal and small group skills : Teachers must
provide opportunities for group members to know each other, accept and
support each other, communicate accurately and resolve differences
constructively. 5) Group processing : Teachers must also provide
opportunities for the class to assess group progress. Group processing
enables group to focus an good working relationship, facilitites the learning
of cooperative skills and ensures that members receive feedback.
Terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni : 1)
Saling ketergantungan positif antar siswa. 2) Interaksi dengan saling membantu,
saling tukar pendapat, memberikan umpan balik, dan memanfaatkan timbal
balik. 3) Tanggung jawab individu, guru memberi test individu kepada siswa dan
secara acak memanggil siswa untuk menyajikan perkerjaan kelompok mereka. 4)
Interpersonal dan keterampilan kelompok kecil. 5) Proses berkelompok yang
memusatkan kerjasama yang baik, memudahkan keterampilan kooperatif dan
memastikan anggota kelompok menerima umpan balik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam pembelajaran ini siswa
belajar bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk
menguasai materi yang disampaikan guru. Menurut Slavin (2008:12), gagasan
utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi
peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain
dalam menguasai pengajaran yang diajarkan oleh guru.
Adapun komponen-komponen dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD menurut Slavin (2008:143-160) dirangkum sebagai berikut:
(1) Presentasi kelas, merupakan pengajaran langsung atau diskusi yang
dipimpin oleh guru, atau pengajaran dengan presentasi audiovisual.
Sehingga peserta didik akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
memperhatikan selama presentasi kerena akan sangat membantunya dalam
mengerjakan kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
(2) Tim, terdiri atas empat atau lima orang yang heterogen. Fungsi utama dari
tim adalah untuk memastikan bahwa semua aggota tim benar-benar belajar,
sehingga setiap anggota tim mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru
menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan,
yang berupa pembahasan masalah, membandingkan jawaban, dan
mengoreksi kesalahan pemahaman antar anggota tim.
(3) Kuis, dilakukan setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan satu
atau dua periode praktikum tim. Peserta didik tidak diperkenankan untuk
saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap peserta didik
bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.
(4) Skor kemajuan individual, tiap peserta didik dapat memberikan kontribusi
poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor, sehingga tiap-
tiap anggota kelompok harus berusaha memperoleh nilai yang maksimal dari
skor kuisnya. Selanjutnya peserta didik akan mengumpulkan poin untuk tim
mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor
awal mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individu
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 sampai 1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di tas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari nilai awal)
5
10
20
30
30
(5) Rekognisi Tim. Tujuan dari pemberian skor adalah untuk memberi
penghargaan pada tiap-tiap kelompok. Kelompok dengan skor tertinggi
mendapatkan penghargaa tim super, kelompok dengan skor menengah
mendapatkan penghargaan tim sangat baik dan kelompok dengan skor
terendah sebagai kelompok tim baik (Slavin, 2008: 160). Untuk menjadi
kelompok dengan predikat/penghargaan superteam maka sebagian besar
anggota kelompok harus memiliki skor di atas skor awal mereka.
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD:
(1) Guru dapat mengetahui perkembangan nilai siswa baik secara individu
maupun kelompok.
(2) Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat penghargaan
kelompok dimana hal tersebut dapat membantu membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar dan bersaing secara sehat.
(3) Selain itu dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dapat
belajar untuk bekerjasama untuk kepentingan bersama.
Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD:
(1) Ada kecenderungan bagi siswa yang malas untuk meniru jawaban teman
sekelompoknya saat kegiatan diskusi.
(2) Pengaturan ke dalam kelompok STAD membutuhkan waktu yang cukup
lama, sehingga menyita waktu pembelajaran.
Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama,
dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk belajar hingga diakiri dengan langkah memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok individu maupun kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 2.2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Fase ke- Indikator Aktivitas/Kegiatan guru
1
Menyampaikan
tujuan dan
memotifasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
2 Menyajikan
informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
denga demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3
Mengorganisasik
an siswa ke
dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
4
Membimbing
kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas.
5 Evaluasi
Guru mngevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari dengan tes
individu.
6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai
upaya atau hasil belajar individu ataupun
kelompok. Sumber: (Ibrahim, dkk. dalam Trianto, 2011:49)
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
a) Pembelajaran kooperatif STAD dengan media Power Point
1. Persiapan: Guru menyiapkan RPP dengan media Power Point, LKS yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Guru menyampaikan materi pelajaran materi bangun ruang sisi lengkung
dengan menggunakan media Power Point.
3. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan
perpaduan yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan
kemampuan belajar (kelompok heterogen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui dan
memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.
5. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.
Kemudian guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru memberikan
tes kepada siswa secara individual.
6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Dengan kata lain, guru memberi nilai
yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil diskusi belajarnya lebih baik.
b) Pembelajaran kooperatif STAD dengan media Power Point
1. Persiapan: Guru menyiapkan RPP dengan media Model Bangun Ruang,
LKS yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Guru menyampaikan materi pelajaran materi bangun ruang sisi lengkung
dengan menggunakan media Model Bangun Ruang.
3. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan
perpaduan yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan
kemampuan belajar (kelompok heterogen).
4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui dan
memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.
Kemudian guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru memberikan
tes kepada siswa secara individual.
6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Dengan kata lain, guru memberi nilai
yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil diskusi belajarnya lebih baik.
c) Pembelajaran kooperatif STAD dengan media Konvensional
1. Persiapan: Guru menyiapkan RPP dan LKS yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif STAD. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Guru menyampaikan materi pelajaran bangun ruang sisi lengkung dengan
menggambarkan benda bangun ruang sisi lengkung di papan tulis.
3. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan
perpaduan yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan
kemampuan belajar (kelompok heterogen).
4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui dan
memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.
5. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.
Kemudian guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,
memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru memberikan
tes kepada siswa secara individual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Dengan kata lain, guru memberi nilai
yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil diskusi belajarnya lebih baik.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran membutuhkan sumber belajar untuk
mendukung kegiatan tersebut. Sumber belajar dapat berwujud beragam
diantaranya adalah media belajar. Media secara harfiah berasal dari bahasa Latin
sebagai bentuk jamak dari medium atau pengantar. Media merupakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media secara khusus dapat
didefinisikan sebagi alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi dari pengirim kepada penerima (Atwi S dalam Yana Wardhana,
2010:47).
Menurut Azhar Arsyad (2003:6) terdapat pembatasan media
pembelajaran yang ada diantaranya :
1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik sebagai hardware (perangkat
keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan
panca indera.
2) Media pembelajaran memiliki pengertian non-fisik sebagai software
(perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat
keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pengertian alat Bantu pada proses belajar baik
didalam maupun diluar kelas.
5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (radio, televisi),
kelompok besar dan kecil (film, slide, video, OHP) atau perorangan (modul,
computer, radiotape/kaset, video recorder)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Media sebagai bentuk perantara yang digunakan manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide atau gagasan sehingga ide, gagasan
tersebut dapat diterima siswa dengan baik. Media adalah komponen sumber
belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan
siswa yang merangsang belajar siswa. Komponen sistem pembelajaran dan
media pembelajaran memegang peranan penting. Penggunaan media secara
kreatif dapat memperbesar kemungkinan siswa belajar lebih banyak dan
meningkatkan penampilan mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
Media bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan bagian integral
dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran ini merupakan
suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem instruksional
yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi tanggung jawab
dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru tetap sebagai pengelola,
motivator dan tutor, sedangkan media sebagai penyaji materi ajar. Dengan
demikian guru dapat menggunakan waktunya secara lebih efisien dan beban
tugas dapat dikurangi, produktivitas pengajaran lebih tinggi. Media
pembelajaran sangat diperlukan apalagi bila media tersebut dapat membantu
guru dalam membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Menurut Yana
Wardhana (2010:47), untuk menunjang keberhasilan pengajaran pada proses
belajar mengajar, diperlukan media sebagai sarana komunikasi dan sarana
pelengkap yang mengandung unsur stimulus kepada si komunikan (penerima
pesan), sehingga media dapat menarik perhatian, pikiran dan perasaan.
Media yang digunakan dalam penelitian ini meliputi media Power Point
dan media Model Bangun Ruang, diharapkan media pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran dapat efektif artinya media tersebut akan lebih
tepat guna dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan mengajar tanpa
menggunakan media. Dengan demikian kegunaan media anatara lain:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (hafalan,
dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
2) Mengetahui keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sifat pasif anak didik sehingga siswa lebih bergairah.
4) Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga
membuat belajar lebih mantap dan penanaman pengertian lebih jelas.
Dari uraian tersebut di atas dapat peneliti simpulkan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alat bantu yang digunakan guru dalam pembelajaran
untuk memperjelas materi yang disampaikan agar dapat diterima dengan baik
oleh siswa dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran sehingga dapat
diperoleh hasil yang optimal.
b. Ciri dan Jenis Media Pembelajaran
Ciri-ciri media pembelajaran adalah :
1) Dapat diraba, dilihat, didengar melalui panca indera.
2) Digunakan untuk komunikasi dalam pembelajaran guru-murid.
3) Alat Bantu mengajar outdoor maupun indoor.
4) Mengandung aspek alat dan teknik yang berdampingan dengan metode
mengajar.
Menurut Yana Wardhana (2010:53-57), berdasarkan klasifikasinya,
media dibagi menjadi beberapa jenis yang bisa dirangkum sebagai berikut:
1) Media Grafis adalah media yang mengkomunikasikan fakta-fakta dan
gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara kata-kata
dan gambar seperti (bagan, diagram, grafik, poster, kartun dan komik).
2) Gambar Fotografi.
3) Media proyeksi, meliputi: Overhead Projector, slide dan filmstrip.
4) Media Audio.
5) Media tiga Dimensi.
6) Media Lingkungan.
Dari berbagai jenis media yang ada, dalam penelitian ini hanya akan
dikemukakan pembelajaran yang menggunakan dua media, yaitu : media
Power Point dan media Model Bangun Ruang. Media memiliki fungsi untuk
mengatasi hambatan dalam komunikasi. Hambatan dalam komunikasi meliputi
keterbatasan fisik, sikap pasif dan sarana belajar. Hambatan dalam komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang diantaranya bersifat verbalisme, salah penafsiran, perhatian bercabang dan
tidak ada tanggapan. Menurut Edgar Dale (dalam Hamdaani, 2011:186-187),
Media mempunyai kegunaan antara lain:
1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;
2) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dan daya indera;
3) menimbulkan gairah belajar, interaksi antara siswa dengan sumber belajar;
4) memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya;
5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Dengan demikian, media yang dipergunakan dalam pembelajaran
memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi
pelajaran, karena melalui media siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas
dan lebih lengkap sehingga menimbulkan minat belajar yang baru. Konsep
materi pelajaran dalam pembelajaran yang dilaksanakan dapat dijelaskan oleh
media pembelajaran yang disajikan dengan rekreatif dan menarik. Sebagai
ilustrasi yang menjadi acuan penggunaan media dalam proses belajar mengajar
adalah kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experiences), (Azhar Arsyad,
2003:10)
Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Simbol
Verbal Simbol Visual
Visual Radio
Film
Televisi
Wisata
Demonstrasi
Partisipasi
Observasi
Pengalaman Langsung Kongkrit
Abstrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan bermakna
mengenai informasi dan gagasan yang terkandung di dalamnya. Percobaan di
laboratorium merupakan contoh penerapan pelajaran secara langsung. Penuangan
dalam chart, grafik menunjukkan tingkat keabstrakan media tersebut. Hal ini
disebabkan penyampaian secara abstrak memancing peserta didik untuk
mengembangkan imajinasinya. Kemampuan menerjemahkan sesuatu yang
abstrak terbangun seiring dengan perkembangan tingkat emosional siswa.
c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Soejono Trimo (dalam Hamdani, 2010:48), untuk dapat memilih
keputusan yang tepat dalam mengkaji media mana yang paling sesuai atau paling
efektif menstimulasi proses belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan tertentu
tidak dapat menghindar untuk mengkaji; 1) karakteristik setiap jenis media
instruksional; 2) mengetahui tingkat nilai instrinsik (stimulus) yang dikandung
oleh setiap jenis media. Sementara menurut Hamdani (2011:187), karakteristik
dan kemampuan media perlu diperhatikan guru agar dapat memilih media yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Berdasarkan pendapat-pendapar di atas jelaslah kiranya bahwa dalam
memilih media pembelajaran, harus sesuai dengan materi yang akan
disampaikan. Penggunaan media pembelajaran pada tahap proses pembelajaran
akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan
serta isi pelajaran saat itu. Selain itu pembelajaran bermedia dapat membantu
siswa untuk meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan
terpercaya, memudahkan penafsiran dan memadatkan informasi.
2.1 Media Power Point
a. Pengertian Media Power Point
Media Power Point menggunakan Liquid Crystal Display (LCD)
merupakan sebuah teknologi layar digital yang menghasilkan citra pada sebuah
permukaan yang rata (flat) dengan memberi sinar pada kristal cair dan filter
berwarna, yang mempunyai struktur molekul polar, diapit antara dua elektroda
yang transparan. Bila medan listrik diberikan, molekul menyesuaikan posisinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pada medan, membentuk susunan kristalin yang mempolarisasi cahaya yang
melaluinya. Pada awalnya, teknologi LCD lebih banyak digunakan sebagai layar
untuk laptop, komputer desktop juga mulai menggunakan monitor.
Program power point dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi,
baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun
perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai
media komunikasi yang menarik. Beberapa hal yang menjadikan media ini
menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan
pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah
sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Pada prinsipnya program ini terdiri dari
beberapa unsur rupa, dan pengontolan operasionalnya. Unsur rupa yang
dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat
dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut
dapat dibuat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan
kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat diatur sesuai keperluan, sesuai
timing yang diinginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik
tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang
mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik.
b. Kelebihan Media Power Point
Media Power Point menggunakan LCD dalam pembelajaran memiliki
beberapa kelebihan di antaranya:
1) Gambar yang diproyeksikan pada slide lebih jelas jika dibandingkan dengan
kalau digambar di papan tulis.
2) Guru sambil mengajar dapat berhadapan dengan siswa.
3) Benda-benda kecil dapat diproyeksikan dengan LCD.
4) Memungkinkan penyajian warna yang menarik minat-minat siswa.
5) Tidak memerlukan tenaga bantuan operator.
6) Praktis dipergunakan.
7) Mempunyai variasi teknik penyajian yang menarik.
8) Menghemat tenaga.
9) Sepenuhnya di bawah control guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Kelemahan Media Power Point
Media Power Point menggunakan LCD juga memiliki beberapa
kelemahan di antaranya:
1) LCD memerlukan peralatan khusus.
2) Memerlukan waktu, usaha dan penyiapan yang baik.
3) Menuntut sistem kerja yang sistematis.
4) Memerlukan tingkat penguasaan yang baik dari pengajar.
d. Teknik Penyajian bahan pelajaran dengan media Power Point
menggunakan LCD.
Pedoman untuk menyajikan bahan pelajaran dengan LCD sebagai berikut:
1) Buka slide yang berisi hal yang penting.
2) Slide berikutnya mungkin berisi bagian pertanyaan untuk didiskusikan
dan konsep yang penting.
3) Gunakan slide untuk menjelaskan dan berkomunikasi dengan siswa .
4) Libatkan siswa dalam diskusi.
5) Gunakan metode yang menyenangkan dalam presentasi.
6) Bila menggunakan slide yang biasa, gunakan layout dan warna untuk
setiap bagian.
7) Gunakan suara, animasi dan clip art dalam setiap presentasi.
(Davis, R. H dan Alexander, L. T dalam Hery P, 2009: 26-28).
Lipponen (2002) diambil dalam jurnal internasional, mengatakan “Has
proposed four kinds of interaction in which computers play a part: 1)
Interactions at the computers, 2) Interactions arround computers, 3)
Interactions related to computer applications, and 4) interactions through
computers.” Empat macam jenis interaksi dimana komputer-komputer
memegang peranan: 1) Interaksi pada komputer, 2) Interaksi di sekitar komputer,
3) Interaksi dengan aplikasi komputer, dan 4) Interaksi melalui komputer.
Dari landasan teori di atas dapat peneliti disimpulkan bahwa, media
pembelajaran menggunakan media komputer adalah suatu proses pembelajaran
yang dibantu dengan menggunakan program-program komputer, salah satu
contohnya adalah program Power Point yang membuat tampilan huruf, warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dan animasi yang menarik sehingga siswa akan lebih tertarik dan terfokus untuk
mengikuti dan memperhatikan pelajaran dengan baik sehingga diharapkan siswa
lebih cepat atau lebih mudah untuk memahami materi pelajaran. Dalam
penelitian ini, program komputer yang digunakan di dalam pembelajaran adalah
program penyajian materi pelajaran yang menggunakan Power Point.
2.2. Media Model Bangun Ruang
Ada beberapa kegunaan media pembelajaran ini dalam proses belajar
mengajar, baik untuk peserta didik itu sendiri maupun untuk pendidik, berikut
adalah manfaatnya:
a. Bagi peserta didik
1) Mempermudah peserta didik dalam mencerna materi bangun ruang.
2) Menuntun Peserta didik dapat berpikir kreatif, kritis dan mengembangkan
pemikirannya melalui media pembelajaran ini tentang materi bangun ruang.
3) Peserta didik dapat bereksperimen sesuai dengan kemampuannya. Ilmu yang
diperoleh merupakan hasil dari pola pikir peserta didik.
4) Membantu peserta didik agar tidak jenuh selama mengikuti pelajaran.
5) Peserta didik dapat membangun pengetahuannya agar lebih memahami
konsep materi yang diajarkan.
6) Memacu agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti pelajaran
matematika materi bangun ruang khususnya tabung.
7) Menuntut peserta didik agar berinovasi dengan hal positif yang baru.
8) Membantu proses perkembangan syaraf sensorik dan motorik yang berfungsi
merangsang perkembangan psikologi agar lebih baik dan kreatif.
9) Berfungsi sebagai alat untuk mempermudah mencerna materi pelajaran
bangun ruang agar lebih memahami materi yang telah disampaikan.
b. Bagi pendidik
1) Mempermudah proses belajar mengajar.
2) Menghemat waktu.
3) Memacu pendidik agar lebih berpikir kreatif, inovatif dan edukatif.
4) Dapat dijadikan referensi sebagai media pembelajaran Mempermudah
pendidik dalam proses belajar mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Pendidik lebih diuntungkan dalam hal ini karena dapat mengehamat waktu
dan tenaga dalam proses belajar mengajar.
6) Pendidik dapat selalu bereksperimen dan berinovasi dengan hal – hal yang
baru agar dapat memperbaiki proses belajar mengajar yang tradisional kearah
kontekstual yang banyak manfaatnya.
Adapun kelemahan menggunakan media pembelajaran ini adalah :
1) Biaya yang dikeluarkan lebih besar, karena harus membeli dan menyediakan
bahan – bahan untuk membuat media pembelajaran ini.
2) Tidak praktis dan ekonomis, karena terlebih dahulu harus membuat medianya.
3) Bagi anak yang mempunyai kelemahan dalam menyerap materi pelajaran maka
akan lebih menjadi rumit dengan adanya media ini.
4) Memerlukan waktu untuk memikirkan inovasi yang lainnya untuk dapat
memperbaharui media pembelajaran pada materi selanjutnya.
2.3. Media Konvensional
Media konvensional yang dimaksud adalah media pembelajaran yang hanya
digambar oleh guru di papan tulis. Media ini sangat tergantung pada kreatifitas
seorang guru dalam menggambarkan suatu model bangun ruang, sehingga antara
satu guru dengan guru yang lain bisa berbeda.
Kelebihan dari media konvensional adalah;
1) Tidak membutuhkan banyak biaya.
2) Mudah membuatnya.
3) Mudah diubah.
Adapun kelemahan dari media Konvensional adalah:
1) Tidak standart.
2) Tergantung pada kemampuan dan kreatifitas guru.
3) Sulit dipahami bagi siswa yang kurang bisa berimajinasi.
4) Mengurangi waktu pembelajaran karenan menggambarkan media dipapan tulis.
3. Gaya Belajar
Dalam proses belajar sebaiknya pengajaran yang dilakukan sesuai dengan
kemampuan menyerap informasi yang dimiliki siswa, kemudian akan lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
lagi jika proses pengajaran yang terjadi sesuai dengan kemampuan siswa dalam
mengatur dan mengolah informasi dan pengetahuan yang diterimanya. Hal ini
selaras dengan pendapat Gilakjani dan Ahmadi (2011:469-471),
One of the most important uses of learning styles is that it makes it easy for
teachers to incorporate them into their teaching. There are different learning
styles. Three of the most popular ones are visual, auditory, and kinaesthetic.
Accommodating teaching to learning styles improves students' overall learning
results, increases both motivation and efficiency and enables a positive attitude
towards the language being learned. The purpose of using learning styles is to
find the best ways for both students to learn effectively and teachers to teach
efficiently.
Salah satu manfaat penting mengetahui gaya belajar siswa adalah mempermudah
guru dalam menyesuaikan pengajaran. Tiga gaya belajar yang populer adalah
visual, auditori dan kinestetik. Dengan mengakomodasi gaya belajar siswa dalam
mengajar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi
dan efisiensi hal yang dipelajari. Tujuan mengetahui gaya belajar adalah agar siswa
menemukan cara terbaik dalam belajar dan guru mengajar secara efisien. Menurut
DePorter & Hernacki (2011:110), gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Selanjutnya juga dikatakan bahwa, orang visual belajar melalui apa yang dilihat,
pelajar auditorial melalui apa yang didengar dan pelajar kinestetik belajar lewat
gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari orang belajar dengan
menggunakan ketiga gaya belajar ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih
cenderung pada salah satu diantara ketiganya (DePorter, 2011:112)
Gaya belajar adalah sebuah karakteristik individu yang meliputi bagaimana
mereka berkumpul, berorganisasi, dan berpikir tentang informasi. Setiap siswa
memiliki kemampuan yang berbeda, baik dalam menyerap, mengatur maupun
mengolah informasi. Hal ini wajar, sebab setiap siswa memiliki latar belakang,
minat dan bakat yang berbeda. Sebelum proses belajar dimulai, akan lebih baik jika
diketahui bagaimana agar siswa dapat menyerap informasi dengan mudah.
Keberhasilan yang dapat dicapai seseorang juga ditentukan oleh ambisi dan usaha
untuk mencapai ambisi dan mengatasi kenyataan yang ada (Reni Akbar, 2004:168-
169). Gaya belajar termasuk faktor dari dalam diri siswa yang dapat menyebabkan
siswa dapat berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3.1 Gaya Belajar Visual
Menurut Gilakjani dan Ahmadi (2011:469), dalam jurnal internasional
Visual learners think in pictures and learn best in visual images. They depend on
the instructor’s or facilitator’s non-verbal cues such as body language to help with
understanding. Sometimes, visual learners favour sitting in the front of the
classroom. They also take descriptive notes over the material being presented.
Pelajar visual cenderung belajar dalam bentuk gambar, tergantung pada instruktor
dan fasilitator non verbal seperti bahasa tubuh untuk membantu memahami. Kadang
di kelas memilih duduk di depan dan mencatat diskripsi materi yang diajarkan.
Siswa dengan gaya belajar ini akan mudah menyerap informasi melalui visual atau
melihat. Apa yang dilihat oleh siswa mempunyai pengaruh bagi proses belajar
siswa, seperti gambar, warna, chart, potret ataupun diagram. Seseorang yang
memiliki gaya belajar visual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Rapi dan teratur.
2) Berbicara dengan cepat.
3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.
4) Teliti terhadap detil.
5) Mementingkan penampilan, dalam hal pakaian maupun ketika presentasi.
6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka.
7) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.
8) Mengingat dengan asosiasi visual.
9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan.
10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,
dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
11) Pembaca cepat dan tekun.
12) Lebih suka membaca daripada dibacakan.
13) Membutuhkan pandangan dan tujuan menyeluruh, bersikap waspada
sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.
14) Mencoret-coret tanpa arti saat berbicara di telepon dan mengikuti rapat.
15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”.
17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.
18) Lebih suka seni daripada musik.
19) Sering kali mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata.
20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan (DePorter, 2011:118).
3.2 Gaya Belajar Auditorial
Menurut Gilakjani dan Ahmadi (2011:469), These individuals discover
information through listening and interpreting information by the means of pitch,
emphasis and speed. These individuals gain knowledge from reading out loud in the
classroom and may not have a full understanding of information that is written.
Individu auditori menemukan informasi melalui pendengaran dan menafsirkannya
dengan sarana lapangan, suka dibacakan dengan keras dan tidak suka secara tertulis.
Gaya belajar auditorial adalah cara seseorang memperoleh informasi baru dengan
cara mendengar.
Orang yang memiliki gaya belajar auditorial biasanya suka berbicara sendiri,
menyukai ceramah atau seminar daripada membaca buku, atau lebih suka berbicara
dari pada menulis. Secara umum, ciri-ciri orang yang bergaya belajar auditorial
antara lain sebagai berikut:
1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.
2) Mudah terganggu oleh keributan.
3) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
sesuatu.
4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.
5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara
yang didengar.
6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.
7) Berbicara dalam irama yang terpola.
8) Biasanya pembicara yang fasih.
9) Lebih suka musik daripada seni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat.
11) Suka berbicara suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.
13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik (DePorter, 2011:118).
3.3 Gaya Belajar Kinestetik
Gilakjani dan Ahmadi (2011:469), berpendapat bahwa Individuals that are
kinaesthetic learn best with and active “hands-on” approach. These learners
favour interaction with the physical world. Most of the time kinaesthetic learners
have a difficult time staying on target and can become unfocused effortlessly.
Individu kinestetik belajar dengan aktif interaksi melalui gerak fisik. Sebagian besar
pelajar kinestetik sulit konsentrasi bila diam di tempat terlalu lama. Gaya belajar
kinestetik ialah cara mempelajari informasi baru dengan cara bergerak, bekerja,
menyentuh dan cenderung lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah
informasi melalui sentuhan dan gerakan tubuh, lebih baik bergerak atau berjalan
ketika berpikir, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, dan merasa
sulit untuk duduk berdiam diri.
Ciri-ciri perilaku orang dengan gaya belajar kinestetik antara lain adalah:
1) Berbicara dengan perlahan dan menanggapi perhatian fisik.
2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.
3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.
4) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.
5) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.
6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik.
7) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
9) Banyak menggunakan isyarat tubuh.
10) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
11) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah
berada di tempat itu.
12) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
13) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot atau mencerminkan aksi
dengan gerakan tubuh saat membaca.
14) Kemungkinan tulisannya jelek.
15) Ingin melakukan sesuatu dan menyukai permainan yang menyibukkan
(DePorter, 2011:118-120).
Menurut Franzoni dan Assar (2009:15), dalam jurnal internasionalnya
Recent research on the learning process has shown that students tend to learn
in different ways and that they prefer to use different teaching resources as
well. Many researchers agree on the fact that learning materials shouldn’t just
reflect of the teacher’s style, but should be designed for all kinds of students
and all kind of learning styles.
Penelitian terbaru pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa cenderung
belajar dengan cara yang berbeda dan menggunakan gaya belajar yang berbeda
juga. Banyak peneliti setuju pada fakta bahwa, materi pembelajaran seharusnya
tidak hanya mencerminkan gaya guru, tetapi juga harus dirancang untuk jenis gaya
belajar siswa.
4. Prestasi Belajar Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895), mengartikan bahwa
prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya. Mengenai belajar menurut Yana Wardhana (2010:15), belajar pada
intinya adalah perubahan sikap mental dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas tertentu. Secara sederhana belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman yang diperolehnya (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono,
1999:116). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman
setelah melakukan aktivitas tertentu.
Menurut Reni Akbar (2004:168), prestasi belajar adalah hasil penilaian
pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari
siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa atau mahasiswa yang
dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf (M Nur G & Rini R.S, 2012:9).
Dengan demikian, prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan
pengetahuan atau keterampilan siswa yang diperoleh setelah mempelajari mata
pelajaran matematika dalam bentuk nilai.
5. Penelitian Yang Relevan.
1. Makhlouf, Martinez dan Dahawy (2012) menyimpulkan bahwa: Pada gaya
belajar yang dimiliki pria dan wanita untuk gaya belajar Kinestetik pria secara
statistik mempunyai prestasi lebih baik dibanding kinestetik wanita. Namun
untuk gaya belajar Visual dan Auditorial mempunyai prestasi setara Persamaan
penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah tinjauannya
sama yakni gaya belajar, sedangkan perbedaannya adalah kalau penelitian
tersebut membandingkan antara gaya belajar pria dan wanita namun pada
penelitian yang peneliti lakukan membandingkan keefektifan pembelajaran
STAD menggunakan berbagai media dengan gaya belajar siswa yang dimiliki
siswa terhadap prestasi belajarnya.
2. Penelitian oleh Hery Purwanto (2009), menyimpulkan bahwa: 1) Pembelajaran
dengan media LCD Power Point lebih efektif dibanding dengan media peta. 2)
Siswa dengan motivasi tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibanding motivasi
rendah. 3) Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan media dengan pretasi
siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media
Power Point, sedangkan perbedaannya pada tinjauan yang peneliti lakukan
ditinjau dari gaya belajar pada pelajaran matematika.
3. Penelitian oleh Ninik Agustin (2010), dari data analisis disimpulkan : (1) Prestasi
belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw menghasilkan prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi siswa
yang mempunyai gaya belajar visual sama saja dengan prestasi belajar siswa
yang mempunyai gaya belajar auditorial dan kinestetik pada materi Bangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Ruang Sisi Datar siswa kelas VIII SMP Negeri di Sukoharjo, (3) Tidak terdapat
interaksi antara penerapan model pembelajaran dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika pada materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa kelas
VIII SMP Negeri di Sukoharjo. Persamaannya dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah sama-sama menggunakan pembelajaran kooperative tipe STAD
dan ditinjau dari gaya belajar, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah kalau ini menggunakan tipe STAD tanpa media pada
materi Bangun Ruang Sisi Datar , sedangkan penelitian yang peneliti laksanakan
tipe STAD menggunakan media Power Point dan media Model Bangun Ruang
materi Bangun Ruang Sisi Lengkung .
4. Irma Kurniawati (2004) dalam penelitian yang menyimpulkan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan
media Power Point dengan siswa yang diberi pengajaran dengan metode
konvensional, ada perbedaan prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa,
tidak ada interaksi yang signifikan antara media Power Point dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar. Persamaannya dengan penelitian yang akan
penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan media Power Point namun
ditinjau dari motivasi belajar, sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang
akan penulis lakukan adalah menggunakan metode STAD yang ditinjau dari
gaya belajar.
5. Yunita Dwi Hapsari (2008) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa
pembelajaran matematika dengan media komputer yaitu Power Point lebih
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas
belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Persamaannya
dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan
media Power Point namun ditinjau dari aktifitas belajar, sedangkan
perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah menggunakan
metode STAD yang ditinjau dari gaya belajar.
6. Rosseni dalam penelitiannya menyimpulkan agar menggunakan komputer dalam
pembelajaran untuk memberi kesempatan perkembangan pelajar divergers ini,
tetapi juga untuk pelajar-pelajar yang mempunyai gaya belajar yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan media computer dan
menyelidiki pengaruh gaya belajar, sedangkan bedanya kalo pada penelitian ini
adalah menggunakan pembelajaran tipe STAD dengan media yang berbeda.
7. Gilakjani dan Ahmadi (2011), menyimpulkan yang paling penting dari gaya
belajar adalah bahwa dengan mengetahui gaya belajar siswa maka guru dapat
mengkaitkan pengajaran dengan gaya belajar mereka. Tiga gaya belajar yang
populer adalah visual, auditori, kinestetik. Hasil menunjukkan bahwa gaya
belajar yang disukai mahasiswa Iran EFL adalah visual. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memberikan pemahaman tentang efek gaya belajar yang dimiliki
siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pada proses pengajaran. Kesamaan
dengan penelitian ini adalah sama-sama meninjau gaya belajar siswa, sedangkan
perbedaanya adalah kalau pada penelitian tersebut untuk mengetahui gaya
belajar mana yang disukai siswa akan tetapi pada penelitian yang peneliti
lakukan untuk mengetahui pada masing-masing gaya belajar mana yang
mempunyai prestasi lebih baik.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang
memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok.
Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan, dan berusaha keras membantu
temannya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar dan bertanggung jawab atas
pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
menekankan pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika
semua anggota kelompok mempelajari dengan serius apa yang diajarkan.
Pembelajaran dengan memperhatikan gaya belajar ialah pembelajaran yang
memanfaatkan gaya belajar sebagai potensi yang memang harus didayagunakan
dalam proses pembelajaran. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mempelejari matematika. Walaupun pada
umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar yaitu visual, auditorial dan
kinestetik, namun pasti ada salah satu yang paling dominan diantara ketiganya yang
cocok untuk setiap siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berkaitan dengan media yang digunakan maka akan berpengaruh sekali
terhadap gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga prestasi belajarnyapun akan
berbeda. Berdasarkan uraian di atas maka model pembelajaran dengan media yang
digunakan dan gaya belajar siswa merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa:
1. Tentang efektifitas penggunaan media, Media Power Point untuk pokok bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung dapat mendorong siswa lebih tertarik dengan
bahan yang ditampilkan guru. Walaupun pada dasarnya semua media
berpengaruh dengan tingkat ketertarikan siswa, tetapi masing-masing media
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karena media Power Point dirancang
khusus agar lebih memiliki karakteristik yang berbeda dibanding media Model
Bangun Ruang ataupun media Konvensional, maka diasumsikan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung
yang disampaikan dengan media Power Point lebih efektif dibanding
menggunakan media Model Bangun Ruang dan media Konvensional.
2. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang mengandalkan gerak fisik dan
ingin menunjukkan aksi serta suka permainan yang menyibukkan akan lebih
cepat beradaptasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan
siswa yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar
auditorial akan kesulitan dalam pembelajaran dengan bentuk kelompok diskusi.
Sehingga diasumsikan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan
mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding siswa yang memiliki gaya belajar
visual maupun siswa yang memiliki gaya belajar auditorial.
3. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual yang mengandalkan penglihatannya
dalam belajar, suka membaca daripada dibacakan dan mudah mengingat apa
yang dilihat daripada apa yang didengar serta suka melakukan demonstrasi akan
cenderung lebih cepat memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan penggunaan media Power Point, dibandingkan
dengan menggunakan media pembelajaran Model Bangun Ruang dan
menggunakan media pembelajaran Konvensional. Dengan demikian diasumsikan
bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Ruang Sisi Lengkung, siswa yang memiliki gaya belajar visual akan memiliki
prestasi lebih baik bila menggunakan media Power Point, dibandingkan dengan
menggunakan media Model Bangun Ruang atau menggunakan media
Konvensional.
4. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial yang mengandalkan pendengaran
dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat akan cenderung lebih
cepat memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan penggunaan media Konvensional, dibandingkan dengan
menggunakan media Power Point dan menggunakan media Model Bangun
Ruang. Dengan demikian diasumsikan bahwa pada pembelajaran tipe STAD
pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial akan memiliki prestasi lebih baik bila menggunakan media
Konvensional, dibandingkan dengan menggunakan media Power Point atau
menggunakan media Model Bangun Ruang.
5. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik yang dalam belajar berorientasi
pada gerak tubuh, belajar melalui memanipulasi dan praktek dan menyukai
permainan yang menyibukkan seperti diskusi, akan cenderung lebih cepat
memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan penggunaan media Model Bangun Ruang, dibandingkan dengan
menggunakan media pembelajaran Power Point dan menggunakan media
Konvensional. Dengan demikian diasumsikan bahwa pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan bangun Bangun Ruang Sisi
Lengkung, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan memiliki prestasi
lebih baik bila menggunakan media Model Bangun Ruang, dibandingkan
menggunakan media Power Point atau menggunakan media Konvensional.
C. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung dengan media Power Point lebih efektif dibanding pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang dan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kooperatif tipe STAD media Konvensional, sedangkan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang lebih efektif dibanding
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional.
2. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung, siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi lebih
baik dibanding siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial, sedangkan untuk
siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi lebih baik dibanding siswa
dengan gaya belajar auditorial.
3. Kelompok siswa dengan gaya belajar visual prestasi belajarnya lebih baik
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point
dibandingkan dengan media Model Bangun Ruang dan dengan media
Konvensional, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Model Bangun Ruang mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan
media Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.
4. Kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial prestasi belajarnya lebih baik
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional
dibandingkan dengan media Power Point dan dengan media Model Bangun
Ruang, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Power Point mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan media Model
Bangun Ruang pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.
5. Kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik prestasi belajarnya lebih baik
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
dibandingkan dengan media Power Point dan dengan media Konvensional,
sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point
mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan media Konvensional pada
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di tiga SMP Negeri di Kabupaten Ngawi tahun
pelajaran 2012/2013 yang dipilih dari 51 sekolah, yakni SMPN 1 Kwadungan,
SMPN 1 Padas dan SMPN 1 Kasreman. Dari masing-masing sekolah dipilih 3
kelas dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas kelompok kontrol.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2012 sampai Januari tahun 2013.
Adapun tahapan pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Tahap persiapan;
Meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal,
penyusunan instrument penelitian, pengambilan sampel, rencana dilaksanakan
pada bulan Mei – Agustus 2012.
b. Tahap Pelaksanaan;
Meliputi tahapan eksperimen dan pengumpulan data rencana dilaksanakan
pada bulan Agustus - Oktober 2012.
c. Tahap analisis;
Meliputi analisa data penelitian yang rencananya dilaksanakan pada bulan
November – Desember 2012.
d. Tahap pelaporan;
Meliputi penulisan dan penyerahan laporan direncanakan pada Januari 2013.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi-
experimental research) dengan alasan tidak mungkin selama penelitian, dapat
mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono
(2003:82) yang menyatakan bahwa, “tujuan penelitian eksperimental semu adalah
untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan”. Dalam penelitian ini ada dua varibel bebas dan satu variabel terikat.
Variabel bebas yang pertama adalah model pembelajaran tipe STAD dengan media
Power Point sebagai kelompok eksperimen pertama, pembelajaran tipe STAD
dengan media Model Bangun Ruang sebagai kelompok eksperimen kedua dan
pembelajaran STAD dengan media Konvensional sebagai kelompok kontrol.
Variabel bebas sebagai variabel atribut adalah gaya belajar siswa, yang dibedakan
menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda-benda, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX SMP Negeri
yang berada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012 / 2013.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX sebanyak 9 kelas dari
3 sekolah SMP Negeri yang berada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
2012/2013 yakni: a) SMPN 1 Kwadungan kelas IX; B, D dan E. b) SMPN 1
Padas kelas IX; A, C dan F. c) SMPN 1 Kasreman kelas IX; D,E dan F.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random
sampling yakni dengan mengelompokkan sekolah menjadi 3 kelompok (tinggi,
sedang dan rendah) berdasarkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) mata
pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012. Secara acak dipilih 1 sekolah
dari masing-masing kelompok (tinggi, sedang dan rendah). Kemudian pada tiap
sekolah dipilih 3 kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Adapun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Mengambil data nilai rata-rata Ujian Nasional matematika pada semua SMP
Negeri di Kabupaten Ngawi. Populasi dibagi berdasarkan peringkat sekolah
sehingga terbentuk tiga peringkat: tinggi, sedang dan rendah yang didasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
atas ranking sekolah dari hasil UN matematika tahun pelajaran 2011/2012 yang
diurutkan. Kemudian dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Kelompok tinggi: X > +
b) Kelompok sedang: –
X +
c) Kelompok rendah: X < –
Dengan; X : Rata-rata nilai Ujian Nasional matematika sekolah
: Rata-rata nilai Ujian Nasional matematika SMP Negeri se
Kabupaten Ngawi,
σ = atau σ = √∑
(Budiyono, 2009:40-45).
Dari data rata-rata hasil UN matematika di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
2011/2012 diperoleh: = 5,595 dan σ = 1,225, sehingga didapatkan:
a) Kelompok tinggi: X > 6,21
b) Kelompok sedang: 4,95 X 6,21
c) Kelompok rendah: X < 4,95
Data tentang rerata nilai UN mata pelajaran matematika SMP Negeri di
Kabupaten Ngawi dan pengelompokan sekolah selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
D. Desain Eksperimen
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yang rancangan
penelitiannya menggunakan rancangan faktorial 3 kali 3 dengan teknik analisis
anava dua jalan atau two way anova. Adapun rancangan penelitian yang
dilaksanakan penulis secara rinci di sajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian.
Variabel eksperimen X1
Variabel atribut X2
Siswa dengan
gaya belajar
visual (B 1)
Siswa dengan
gaya belajar
auditorial (B 2)
Siswa dengan
gaya belajar
kinestetik (B3)
STAD dengan media Power
Point (A 1) A1 B1 A1 B2 A1 B3
STAD dengan media
Model Bangun Ruang (A 2) A2 B1 A2 B2 A2 B3
STAD dengan media
Konvensional (A3) A3B1 A3B2 A3B3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Keterangan:
A1B1 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Power Point
untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual;
A1B2 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Power Point
untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditorial;
A1B3 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Power
Point untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik;
A2B1 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Model
Bangun Ruang untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual;
A2B2 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Model
Bangun Ruang untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditorial;
A2B3 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Model
Bangun Ruang untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik;
A3B1: Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media
Konvensional untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual;
A3B2: Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Konvensional
untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditorial;
A3B3: Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Konvensional
untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik;
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas; variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
STAD dengan media dan gaya belajar siswa.
a). Pembelajaran STAD Dengan Media
i. Definisi operasional
Pembelajaran STAD dengan media adalah suatu model
pembelajaran STAD yang menggunakan alat bantu dalam pembelajaran
untuk memperjelas materi yang disampaikan agar dapat diterima dengan
baik oleh siswa. Dalam penelitian ini model pembelajaran STAD dengan
media Power Point dan dengan media Model Bangun Ruang pada
kelompok kelas eksperimen dan model pembelajaran STAD dengan media
Konvensional untuk kelompok kelas kontrol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
ii. Skala pengukuran : skala nominal
iii. Simbol A
A1 : STAD dengan media pembelajaran Power Point
A2 : STAD dengan media pembelajaran Model Bangun Ruang.
A3 : STAD dengan media pembelajaran Konvensional.
b). Gaya Belajar
i. Definisi operasional; Gaya belajar adalah cara belajar yang cenderung
dipilih seorang siswa dalam menerima informasi dari pembelajaran dan
memproses informasi tersebut menjadi suatu pengetahuan.
ii. Kategori gaya belajar diperoleh dari skor angket siswa.
iii. Skala pengukuran: skala nominal dengan menggolongkan visual,
auditorial, dan kinestetik. Penggolongan ini didasarkan pada perolehan
skor siswa pada ketiga tipe gaya belajar. Skor tertinggi yang diperoleh
siswa pada tipe gaya belajar tertentu menunjukkan bahwa siswa
tergolong tipe tersebut.
iv. Simbol B
B1 : siswa dengan gaya belajar visual;
B2 : siswa dengan gaya belajar auditorial;
B3 : siswa dengan gaya belajar kinestetik.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika
i. Definisi operasional; prestasi belajar matematika dapat diartikan sebagai hasil
yang dicapai siswa berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
diperoleh pada pembelajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.
ii. Skala pengukuran : Skala interval
iii. Indikator : nilai tes hasil belajar metamatika siswa pada materi Bangun
Ruang Sisi Lengkung.
iv. Simbol : Y
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data awal yaitu
nama siswa dan hasil nilai ulangan formatif pada materi Kesebangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2
t
2
i
11s
s1
1n
nr
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaann awal tentang
prestasi belajar matematika dari sampel yang dipilih sebelum dikenahi
perlakuan. Data nilai awal yang diperoleh akan digunakan untuk uji
keseimbangan rata-rata.
2. Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang gaya belajar
yang dimiliki siswa. Instrumen angket digunakan untuk mengetahui gaya belajar
siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
perlu dilakukan uji coba instrumen.
3. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui skor kemampuan siswa setelah
mengikuti pembelajaran matematika pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung. Sebelum intrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah diuji coba
dilakukan analisis butir soal.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Angket
i. Validitas isi
Untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam
penyusunan angket sebagai beirkut :
a). Menentukan indikator yang akan diukur mengenai gaya belajar siswa.
b). Menyusun kisi-kisi soal angket berdasarkan indikator.
c). Menyusun butir-butir angket berdasarkan kisi-kisi.
d). Melakukan penilaian terhadap butir-butir angket, penilaian dilakukan oleh
pakar (Validator).
ii. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam angket.
Untuk uji reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus Cronbach
Alpha, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dengan: r11 = indek reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
si2
= variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4, …, n
st2
= variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba
Instrumen angket yang pakai yakni apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh (r11) ≥ 0,70 (Budiyono, 2003 : 70-72).
iii. Konsistensi Internal
Konsistensi internal menunjukkan adanya korelasi positif antara
masing-masing butir angket tersebut. Artinya butir-butir tersebut harus
mengukur hal yang menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk
menghitungnya digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson
sebagai berikut:
2222 YYnXXn
YX-XYnxyr
dengan: xyr = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = total skor (dari subjek uji coba)
Jika indeks konsistensi internal (daya beda) untuk butir ke-i kurang dari
0,3 maka butir tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2003:65). Dalam penelitian
ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal yang indek konsistensi
internalnya ( xyr ) ≥ 0,30.
2. Soal Tes
i) Uji validitas isi
Menurut Budiyono ( 2003:58 ), suatu instrumen valid menurut
validitas isi apabila instrumen tersebut merupakan sampel yang representatif
dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Untuk hasil tes belajar, supaya tes
mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut: 1) Bahan tes
harus merupakan sampel yang representative. 2) Titik berat bahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
diujikan harus seimbang dengan yang diajarkan. 3). Tidak diperlukan
pengetahuan lain untuk menjawab soal-soal ujian. Pada penelitian ini untuk
memenuhi Uji Validitas isi, peneliti lakukan proses dalam penyusunan tes
sebagai berikut; 1) Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan
diukur sesuai dengan materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. 2) Menyusun kisi-
kisi soal tes berdasarkan Kompetensi Dasar yang dipilih. 3) Menyusun butir-
butir soal tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. 4) Melakukan penilaian
terhadap butir-butir tes penilaian dilakukan oleh pakar (validator).
ii). Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Dalam
tes awal maupun tes hasil belajar matematika, setiap jawabana yang benar
diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga untuk
menghitung tingkat reliabiltas tes digunakan rumus Kuder – Richardson
dengan KR – 20, yaitu :
Dengan : r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir instrument
st2 = varian total
pi = proporsi subyek yang menjawab benar
qi = 1- pi ;
Instrumen tes yang pakai yakni apabila indeks reliabelilitas yang diperoleh
(r11) ≥ 0,70 (Budiyono, 2003 : 70-72).
iii). Tingkat Kesukaran (Difficulty)
Tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya peserta yang
menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes. Indeks
tingkat kesukaran butir soal dapat di rumuskan dengan rumus :
P =
dengan P adalah indeks kesukaran suatu butir soal, B adalah banyaknya
peserta tes yang menjawab benar butir soal dan N adalah banyaknya seluruh
peserta tes. Berdasarkan rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
2
t
ii
2
t
s
qps
1n
n
N
sJ
BP
r11 =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tinggi nilai P, maka semakin mudah suatu butir soal dan semakin rendah nilai
P maka semakin sukar butir soal tersebut (Budiyono 2011:30).
Dalam penelitian ini butir soal tes yang dipakai adalah jika mempunyai indeks
tingkat kesukaran (P) pada interval 0,30 ≤ P ≤ 0,70.
iv). Uji Daya Beda (Discrimination Power)
Daya pembeda butir soal adalah kamampuan butir soal dalam
membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa
yang mempunyai kemampuan rendah. Suatu butir soal dikatakan mempunyai
daya pembeda tinggi haruslah dijawab dengan benar oleh semua atau
sebagian besar subyek kelompok tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar
oleh semua atau sebagian besar subyek kelompok rendah. Daya pembeda dari
masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor butir tersebut
dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus momen produk
dari Karl Pearson berikut:
rxy = ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
dengan: rxy = Indek daya pembeda untuk butir ke-i
n = banyaknya subyek yang dikenai tes
X = skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba )
Y = total skor ( dari subyek uji coba )
Kriteria Uji: Butir soal mempunyai daya pembeda baik jika rxy ≥ 0,30
(Budiyono, 2003: 65).
H. Teknik Analisa Data
1. Uji Prasyarat Analisa dan Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak
sebelum mendapat perlakuan. Sebelum dilakukan uji keseimbangan maka perlu
dilakukan uji prasyarat untuk yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Menurut Budiyono, Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk uji
normalitas populasi, antara lain dengan menggunakan variabel random Chi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kuadrat (uji parametrik), karena menggunakan penaksir rerata dan deviasi
baku dan dengan metode Lilliefors yang merupakan uji non-parametrik
(2009:168). Uji Normalitas data dipergunakan untuk memastikan bahwa
data penelitian memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini, uji
normalitas metode Lilliefors karena datanya tidak dalam distribusi frekuensi
dan bergolong, dimana setiap data X i diubah menjadi bilangan baku iz ,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
0H : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
1H : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
2) Taraf Signifikansi = 0,05
3) Statistik Uji
L = Maks | F( iz ) – S( iz ) |
dengan:
F( iz ) = P ( Z )z i dengan Z ~ N (0, 1)
S( iz ) = Proporsi cacah Z iz terhadap seluruh cacah iz
s = deviasi standar atau simpangan baku
iz = skor standar
iz =
s
Xi X
4) Daerah Kritik
DK = nLLL ;
Harga n,L dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi
dengan derajat kebebasan n.
5) Keputusan Uji
0H ditolak jika L DK, atau 0H diterima jika L DK
6) Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
H0 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
H0 ditolak (Budiyono, 2009: 170 - 171).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel
diperoleh dari populasi yang bervariansi homogen atau tidak. Uji untuk
mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak
disebut uji homogenitas variansi populasi, (Budiyono, 2009:174). Uji ini
dengan metode Barlet dengan statistik uji Chi kwadrat sebagai berikut :
1) Hipotesis
0H : 22
2
2
1 ... k (variansi homogen)
1H : terdapat 22
ji untuk ji dan i, j = 1, 2, ..., k
2) Taraf Signifikansi = 0,05
3) Statistik Uji
)logSf-RKG log (fc
2,303χ 2
jj
2
dengan:
2 berdistribusi 2
1k
k = Banyak sampel
f = N – k = ∑ = derajat kebebasan untuk RKG
fj = Derajat kebebasan untuk 1ns j
2
j dengan j = 1, 2, ..., k
N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
c =
f
1
f
1
1-k3
11
j
RKG =
2
jj
j
2
j2
jj
j
js1
n
XXSS;
f
SSn
4) Daerah Kritik
DK = 1;222
k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
5) Keputusan Uji
H0 di tolak jika χ2 ∈ DK atau H0 diterima jika χ
2 ∉ DK
6) Kesimpulan
Populasi dikatakan homogen jika H0 diterima.
Populasi dikatakan tidak homogen jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2009: 174 - 177)
c. Uji Keseimbangan
Sebelum penelitian berlangsung, kedua kelompok eksperimen dan
satu kelompok kontrol diuji keseimbangan rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan
agar hasil dari eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan yang dibuat,
bukan karena pengaruh yang lain. Uji keseimbangan ini digunakan untuk
menguji dua rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan asumsi
bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen. Uji
keseimbangan yang digunakan adalah uji anava satu jalan dengan sel tak
sama dengan tujuan untuk melihat efek variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan membandingkan rerata kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol.
Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data Pada Anava Satu Jalan Sel Tak Sama
A1 A2 … Ak Total
Data Amatan X11 X12 X1k
X21 X22 X2k
… … …
Xn11 Xn22 Xnkk
Cacah Data
Jumlah Data
Rerata
Jumlah Kwadrat
Suku Koreksi
Variasi
n1 n2 nk
T1 T2 Tk
∑ ∑
∑
SS1 SS2 …. SSk
N
G
∑
∑
∑
N = ∑ = n1 + n2 + ... + nk ; G = ∑ = T1 + T2 + … + Tk
=
dan SSj = ∑
-
1) Hipotesis
H0 : 1 = 2 = ... = k
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
H1 : terdapat i j untuk i j dan i, j = 1, 2, ..., k
2) Tingkat signifikan: = 0,05
3) Komputasi
Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini didefinisikan besaran
sebagai berikut:
(1) =
(2) = ∑
(3) = ∑
Jumlah Kuadrat: Derajat kebebasan:
JKA = (3) – (1) dkA = k – 1
JKG = (2) – (3) dkG = N – k
JKT = (2) – (1) dkT = N – 1
Rataan Kuadrat: RKA = dkA
JKA; RKG =
dkG
JKG
4) Statistik uji yang digunakan:
Fobs = RKG
RKA
;
5) Daerah kritis:
DK ={F | F > F;k-1;N-k}
6) Keputusan Uji
H0 ditolak jika F DK. Jika H0 ditolak berarti populasi mempunyai rata-
rata yang tidak sama.
(Budiyono, 2009:196:198).
2. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik analisis anava dua jalur atau yang biasa disebut dengan two way anova.
Menurut Budiyono (2009:206), tujuan dari analisis variansi dua jalan adalah
untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat.
Selain itu, juga bertujuan untuk menguji signifikansi interaksi kedua variabel
bebas terhadap variabel terikat. Pada dasarnya, pengujian pertama adalah
pengujian rerata antar baris, pengujian kedua adalah pengujian rerata antar
kolom, dan pengujian ketiga adalah pengujian rerata antar baris atau kolom yang
sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik anava dua jalan 3 x 3 dengan sel
tak sama, sebagai berikut :
a. Model untuk data populasi pada anava dua jalan sel tak sama adalah:
Xijk = + i + j + ()ij + ijk (Budiyono, 2004 : 228).
Keterangan :
Xijk = data (nilai) ke-k pada baris ke-i kolom ke-j;
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean);
i = μi. – μ = efek baris ke-i pada variabel terikat;
j = μ.j – μ = efek kolom ke-j pada variabel terikat;
()ij = μij – (μ+i+j)
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat;
ijk = deviasi data Xijk terhadap rataan populasi (ijk) yang berdistribusi
normal dengan rataan 0.
i = 1, 2, 3, …, p; p = banyaknya baris;
j = 1, 2, 3, …, q; q = banyaknya kolom;
k = 1, 2, 3, …, n ij; n ij = banyaknya data amatan pada setiap sel i,j;
(Budiyono, 2004 : 207).
b. Hipotesis;
HOA : = 0 untuk setiap i = 1,2,3 (tidak ada perbedaan efek antar baris
terhadap variabel terikat)
H1A : paling sedikit ada satu yang tidak nol (ada perbedaan antar
kolom terhadap variabel terikat)
HOB : = 0 untuk j = 1,2,3, (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu yang tidak nol
HOAB : = 0, untuk setiap i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 (tidak ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
ij
αβ
iα
iα
jβ
jβ
ij
αβ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c) Komputasi
Notasi dan tata letak data disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor B
Faktror A b1 b2 b3 Total
a1 ab11 ab12 ab13 A1
a2 ab21 ab22 ab23 A2
a3 ab31 ab32 ab33 A3
Total B1 B2 B3 G
Tabel 3.4 Data amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Devisi
Gaya Belajar (B)
STAD dengan Media (A)
Gaya Belajar Siswa
Visual Auditori
al
Kinesteti
k
STAD media
Power Point :
a1
Cacah data n11 n12 n13
Jumlah data Σ X11 Σ X12 Σ X13
Rataan
Jumlah rataan kuadrat ΣX112
ΣX122
ΣX132
Suku Korelasi C11 C12 C13
Variasi S11 SS12 SS13
STAD media
Podel Bangun
Ruang : a2
Cacah data n21 n22 n23
Jumlah data Σ X21 Σ X22 Σ X23
Rataan
Jumlah rataan kuadrat ΣX212
ΣX222
ΣX232
Suku Korelasi C21 C22 C23
Variasi SS21 SS22 SS23
STAD media
Konvensional :
a3
Cacah data n31 n32 n33
Jumlah data Σ X31 Σ X32 Σ X33
Rataan
Jumlah rataan kuadrat ΣX312
ΣX322
ΣX332
Suku Korelasi C31 C32 C33
Variasi SS31 SS32 SS33
Dengan Cij = ∑
; SSij = Σ X
2ij – Cij
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
Notasi-notasi sebagai berikut:
nij = banyaknya data amatan pada sel ij
h =: rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
∑
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
N = ∑ = Banyak seluruh data amatan.
= ∑
– ∑
= Jumlah kwadrat deviasi data amatan pada sel ij
ij = rataan pada sel ij
Ai = ∑ : jumlah rataan pada baris ke-i
Bj = ∑ : jumlah rataan pada kolom ke-j
G = ∑ : jumlah rataan semua sel
Komponen jumlah kuadrat didefinisikan:
(1) =
; (2) = ∑ ; (3) = ∑
; (4) = ∑
; (5) = ∑
Jumlah Kuadrat (JK);
JKA : Jumlah kuadrat baris h {(3)-(1)}
JKB : julah kuadrat kolom h {(4)-(1)}
JKAB : Jumlah kuadrat interaksi h {(1)+(5)-(3)-(4)}
JKG : jumlah kuadrat galat = (2)
JKT : jumlah kuadrat totol JKA+JKB+JKAB+JKG
Derajat kebebasan (dk);
dk A = p-1 dk B = q-1
dk AB = (p-1)(q-1) dk G = N-pq
dk T = N-1
Rataan Kuadrat (RK);
RKA =
RKB =
RKAB =
RKG =
d) Stastik Uji
Stastik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:
1. Untuk H0A adalah Fa =
yang merupakan nilai variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebiasaan p-1 dan N-pq
2. Untuk H0B adalah Fb =
yang merupakan nilai variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q-1 dan N-pq
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Untuk H0AB adalah Fab =
yang merupakan nilai variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1)(q-1) dan N-pq
e) Daerah kritik
untuk masing-masing nilai F, daerah kritiknya adalah sebagai berikut:
1. Daerah kritik untuk Fa adalah DKa = { F|F > Fα;p-1,N-pq }
2. Daerah kritik untuk Fb adalah DKb = { F|F > Fα;q-1,N-pq }
3. Daerah kritik untuk Fab adalah DKab = { F|F > Fα;(p-1)(q-1),N-pq }
f) Keputusan Uji
H0A ditolak jika ∈ DK
H0B ditolak jika ∈ DK
H0AB ditolak jika ∈ DK ( Budiyono, 2009: 228-230).
g) Rangkuman Analisis Variansi
Tabel 3.5 Rangkuman Analisis variansis dua jalan
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F*
Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F*
Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F*
Galat (G) JKG N-pq RKG - -
Total JKT N-1 - - -
F* dalah nilai F yang diperoleh dari tabel
3. Uji Komparasi Ganda
Jika keputusan uji menyatakan Ho ditolak, maka perlu dilakukan uji
lanjut pasca anava dua jalan yaitu dengan metode Scheffe’. Langkah-langkah
yang ditempuh pada metode Scheffe’ menurut Budiyono (2009 : 202) ialah:
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k
perlakuan, maka ada 2
)1( kkpasangan rataan.
b. Rumus hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. Hipotesis nol
berbentuk: H0 : μ.i = μ.j
c. Menenentukan tingkat signifikansi (pada umumnya yang dipilih sama
dengan pada uji analisis variansinya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d. Mencari nilai statistik uji F antara lain:
i. Komparasi Rataan Antar Baris
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:
H0 : μi. = μj.
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar baris adalah:
j.i.
j.i.
j.i.
nnRKG
XXF
11
2
dengan:
F .. ji = nilai F obs pada pembandingan perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j;
.iX = rataan pada sampel ke-i;
.jX = rataan pada sampel ke-j;
RKG = rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis variansi;
n .i = ukuran sampel ke-i;
n .j = ukuran sampel ke-j;
Daerah kritik untuk uji itu ialah:
DK = {F | F > (p-1) F pqNp ,1; }
ii. Komparasi Rataan Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:
H0 : μ.i = μ.j
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
.j.i
ji
j.i
nnRKG
XXF
11
..2
.
Dengan daerah kritik: DK = {F | F > (p-1) F pqNp ,1; }
iii. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antarsel pada baris yang
sama adalah: H0 : μij = μik
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
F ikij =
)11
(
)( 2
ikij
ikij
nnRKG
XX
Dengan daerah kritik:DK = {F | F > (pq-1) F pqNpq ,1; }
iv. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom
yang sama adalah:
H0 : μij = μkj
Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yng sama
adalah sebagai berikut:
F kjij =
)11
(
)( 2
kjij
kjij
nnRKG
XX
dengan;
F kjij = nilai F obs pada pembanding rataan pada sel ij & rataan pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij;
kjX = rataan pada sel kj;
RKG = rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis variansi;
n ij = ukuran sel ij;
n kj = ukuran sel kj;
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = {F | F > (pq-1) F pqNpq ,1; }
e. Menentukan daerah kritik dengan formula berikut:
DK = {F | F > (K-1) F kNk ,1; }
f. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
g. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
(Budiyono, 2009:215-217).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan Sampel Penelitian
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dalam penelitian ini
populasinya adalah siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Ngawi Tahun
Pelajaran 2012/2013. Di Kabupaten Ngawi terdapat 51 SMP Negeri yang
kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang
dan rendah. Dari masing-masing kategori dipilih satu sekolah secara stratified
cluster random sampling. SMP pada kategori tinggi yang terpilih adalah SMP
Negeri 1 Kwadungan dari 14 sekolah, pada kategori sedang yang terpilih SMP
Negeri 1 Padas dari 17 sekolah, dan pada kategori rendah yang terpilih SMP
Negeri 1 Kasreman dari 20 sekolah. Untuk selanjutnya dari ketiga SMP yang
terpilih diambil masing-masing dua kelas untuk kelompok eksperimen yang
mendapat perlakuan model Pembelajaran STAD dengan media Power Point dan
model Pembelajaran STAD dengan media Model Bangun Ruang Sisi Lengkung,
dan satu kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran STAD dengan media
Konvensional. Sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
No Nama
Sekolah
Sampel
Kelas Perlakuan
Banyak
Siswa
1 SMPN 1
Kwadungan
IX B STAD dengan Power Point 25
IX E STAD dengan Model Bangun Ruang 25
IX D STAD tampa Media 26
2 SMPN 1
Padas
IX A STAD dengan Power Point 30
IX F STAD dengan Model Bangun Ruang 30
IX C STAD tampa Media 28
3 SMPN 1
Kasreman
IX E STAD dengan Power Point 30
IX D STAD dengan Model Bangun Ruang 28
IX F STAD tampa Media 28
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel
penelitian untuk masing-masing perlakuan sebagai berikut; untuk model
pembelajaran STAD dengan Power Point sebanyak 85 siswa dan untuk model
pembelajaran STAD dengan Model Bangun Ruang sebanyak 83 siswa, serta
untuk model pembelajaran STAD Media Konvensional sebanyak 82 siswa
sehingga total sampel pada penelitian ini sebanyak 250 siswa.
B. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Instrument yang diujicobakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Tes Prestasi
Soal tes pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung terdiri dari 30
soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yaitu a, b, c dan d. Uji coba tes
dilaksanakan di kelas IXC dan kelas IXE SMP Negeri 1 Pangkur pada tanggal
11 September 2012. Soal uji coba tes dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
a. Validitas isi uji coba tes prestasi
Validitas isi meliputi aspek materi, aspek konstruksi dan aspek
bahasa. Penilaian dilakukan dengan menggunakan cek lis oleh Wahyudi,
S.Pd, M.Si (Pembina MGMP Matematika Kabupaten Ngawi), Seti
Marsidik, S.Pd (guru matematika SMPN 1 Pangkur), Drs. Yono (guru
matematika SMPN 1 Padas) dan Manan, S.Pd (guru matematika SMPN 1
Kasreman) diperoleh bahwa 30 butir tes prestasi dinyatakan valid. Data
hasil penilaian validasi isi dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Daya pembeda uji coba tes prestasi
Hasil perhitungan daya pembeda terhadap 30 soal menunjukkan
bahwa terdapat 5 soal yang tidak berfungsi dengan baik yaitu nomor 3, 8,
10, 21 dan 25, sebab soal nomor 3, 8, 10 dan 25 terlalu mudah dengan
lebih dari 0,7 sedangkan soal nomor 21 terlalu sulit dengan kurang dari
0,3. Adapun 25 soal lainnya berfungsi dengan baik, sebab dari 25 soal
tersebut lebih dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Tingkat kesukaran
Hasil perhitungan tingkat kesukaran terhadap 30 soal menunjukkan
bahwa 1 soal sukar yaitu nomor 21 dengan indeks tingkat kesukaran
0,296875, 4 soal mudah yaitu nomor 3, 8,10 dan 25 dengan indeks tingkat
kesukaran antara 0,8125 sampai 0,90625. Sedangkan yang lain tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar dengan nilai P yakni 0,30 ≤ P ≤ 0,70.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
d. Reliabilitas uji coba tes prestasi belajar
Dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh nilai indeks
reliabilitas ( 0,8169. Karena 0,8169 > 0,7, maka instrumen tes
dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
8. Setelah dilakukan analisis terhadap 30 soal tes uji coba dipilih 25 soal
yang digunakan sebagai soal tes yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30. Soal yang tidak
dipakai adalah butir yang daya pembedanya tidak baik, terlalu mudah dan
terlalu sukar. Soal tes prestasi dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Angket gaya belajar siswa
Angket untuk mengetahui gaya belajar siswa diujicobakan pada kelas
yang sama dengan kelas uji coba tes. Angket terdiri dari 45 butir pernyataan
yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masing-masing 15 pernyataan untuk
gaya belajar visual (nomor 1 sampai dengan 15), auditorial (nomor 16 sampai
dengan 30) dan kinestetik (nomor 31 sampai dengan 45). Angket uji coba gaya
belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
a. Validitas isi uji coba angket gaya belajar
Validitas ini dilakukan oleh Wahyudi, S.Pd, M.Si (Pembina MGMP
matematika SMP Kabupaten Ngawi), Suharto, S.Pd (guru BK SMPN 1
Pangkur), Manan, S.Pd (guru matematika SMP Negeri 1 Kasreman) dan
Drs. Yono (guru matematika SMPN 1 Padas). Hasil dari validasi diperoleh
bahwa 45 butir angket dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang
diberikan. Data hasil penilaian validasi isi uji coba angket dapat dilihat pada
Lampiran 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Konsistensi internal angket
Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar
visual menunjukkan ada 2 butir angket yang tidak konsisten yaitu nomor 6
dan 14, sebab indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.1.
Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar
auditorial menunjukkan ada 3 butir angket yang tidak konsisten yaitu nomor
18, 23 dan 29, sebab indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.2.
Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar
kinestetik menunjukkan ada 2 butir angket yang tidak konsisten yaitu nomor
34 dan 45, sebab indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.3.
c. Reliabilitas uji coba angket gaya belajar
Dengan menggunakan rumus Alpha, pada masing-masing gaya
belajar diperoleh sebagai berikut: (1) Pada gaya belajar visual .
Karena > 0,7, maka instrumen angket gaya belajar visual
dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 11.1. (2) Pada
gaya belajar auditorial . Karena > 0,7
sehingga instrumen angket gaya belajar auditorial dikatakan reliabel.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.2. (3) Pada gaya
belajar kinestetik . Karena > 0,7, sehingga
instrumen angket gaya belajar kinestetik dikatakan reliabel. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.3
Setelah dilakukan analisis terhadap 45 butir angket dipilih 36 butir
angket yang digunakan, terdiri atas 12 butir angket gaya belajar visual (nomor
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13); 12 butir angket gaya belajar auditorial
(nomor 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28 dan 30) dan 12 butir angket
gaya belajar kinestetik (nomor 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan
43). Butir angket yang dipakai adalah butir yang konsisten. Angket gaya
belajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
C. Uji Keseimbangan
1. Uji Prasyarat
Setelah diperoleh sampel penelitian, peneliti mengumpulkan data-data
prestasi belajar untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Data prestasi belajar ini diperoleh
dari nilai Ulangan Formatif siswa kelas IX Bab Kesebangunan tahun
pelajaran. 2012/2013 pada mata pelajaran matematika. Data selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 12-13 dan deskripsi data nilai disajikan dalam
Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi Data Nilai Ulangan Harian Bab Kesebangunan Kelas IX
Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kelas N Nilai Maks Nilai Min S
STAD Media Power Point 85 9 4 6,2 1,030
STAD Media Model
Bangun Ruang 83 8,5 3,5 6,1 1,060
STAD Media Konvensional 82 8,5 3,8 6,1 1,001
Data nilai awal di atas selanjutnya digunakan pada uji keseimbangan
rerata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, untuk mengetahui
apakah dua kelompok memiliki kemampuan awal sama atau tidak.
a. Uji Normalitas Kemampuan Awal
Data kemampuan awal yang akan diuji adalah data nilai hasil
ulangan formatif materi sebelum Bangun Ruang Sisi Lengkung yaitu
materi Kesebangunan . Uji normalitas dilakukan pada kedua kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data menggunakan
metode Lilliefors. Hasil uji kemampuan awal pada kelompok eksperimen
I dan eksperimen II serta kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 4.3
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa
Uji normalitas Lmaks L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Eksperimen I 0,0928765 0,0961002 H0 Tidak Ditolak Normal
Eksperimen II 0,0947975 0,0972511 H0 Tidak Ditolak Normal
Kelompok Kontrol 0,0760585 0,0978423 H0 Tidak Ditolak Normal
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, pada masing-masing sampel diperoleh
Lobs > L0,05;n sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel
yang akan dikenakan perlakuan dalam penelitian ini berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas kemampuan awal
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.
b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik
uji Chi Kuadrat. Hasil uji homogenitas kemampuan awal antara
kelompok eksperimen I, eksperimen II dan kelompok kontol diperoleh
harga dan
. Dengan daerah kritik
{ | } ; sehingga H0 tidak
ditolak. Ini berarti sampel yang akan dikenakan perlakuan dalam
penelitian ini memiliki variansi homogen. Perhitungan uji homogenitas
kemampuan awal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
2. Uji Keseimbangan
Karena sampel-sampel yang akan digunakan dalam penelitian telah
terbukti berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka selanjutnya
akan dilakukan uji anava satu jalan dengan sel tak sama untuk mengetahui
apakah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol seimbang atau memiliki
kemampuan awal yang sama atau tidak. Data yang akan diuji adalah nilai
hasil Ulangan Formatif materi Kesebangunan kelas IX SMP mata pelajaran
matematika. Berdasarkan hasil dari komputasi diperoleh Fhitung = dan
Ftabel = 3,00 dengan daerah kritik { | } . Dengan demikian
Fhitung DK, maka keputusan uji, H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
populasi kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama.
Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
D. Diskripsi Data
1. Data hasil angket gaya belajar siswa
Data tentang gaya belajar siswa diperoleh dari angket gaya belajar.
Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga-tipe gaya belajar yaitu
visual, auditorial dan kinestetik. Pada masing-masing tipe terdiri atas 12
pernyataan dan pada tiap pernyataan terdapat 4 opsi jawaban yang harus dipilih
siswa. Skor maksimal pada tiap opsi jawaban pada tiap pernyataan adalah 4
dan skor minimalnya adalah 1, jadi skor maksimum yang diperoleh pada
masing-masing tipe gaya belajar adalah 48. Untuk menentukan tipe gaya
belajar yang dimiliki oleh siswa dilihat dari skor tetinggi yang diperoleh pada
masing-masing tipe gaya belajar.
Berdasarkan data yang diperoleh pada kelas eksperimen I terdapat 32 siswa
dengan gaya belajar visual, 27 siswa dengan gaya belajar auditorial dan 26
siswa dengan gaya belajar kinestetik. Pada kelas eksperimen II terdapat 30
siswa dengan gaya belajar visual, 28 siswa dengan gaya belajar auditorial dan
25 siswa dengan gaya belajar kinestetik. Untuk kelas kontrol terdapat 26 siswa
dengan gaya belajar visual, 29 siswa dengan gaya belajar auditorial dan 27
siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hasil angket gaya belajar siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa
Media
Gaya Belajar
Visual Auditorial Kinestetik
Kelas Eksperimen I 32 30 26
Kelas Eksperimen II 27 28 29
Kelas Kontrol 26 25 27
Jumlah Siswa 88 84 78
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Data hasil prestasi belajar siswa
Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD menggunakan media Power Point dan menggunakan
media Model Bangun Ruang serta kelompok kontrol di beri pembelajaran
dengan media Konvensional, maka peneliti melakukan tes prestasi belajar
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.
Berdasarkan data yang diperoleh pada kelompok eksperimen I yakni
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point terdapat 85
siswa. Pada kelompok eksperimen II yakni pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Model Bangu Ruang terdapat 83 siswa. Pada kelompok kontrol
yakni pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional
terdapat 82 siswa.
Deskripsi data tentang prestasi belajar siswa pada pokok bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung tahun pelajaran 2012/2013 secara garis besar
dapat lihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa
STAD Media
Power Point
STAD Media
Model Bangun
Ruang
STAD Media
Konvensional
Cacah Siswa 85 83 82
Jumlah Nilai 5680 5168 4960
Skor Max 92 92 88
Skor Min 44 36 36
Rerata 66.824 62.265 60.488
Modus 64 68 64
Median 68 64 60
Variansi 113.076 172.953 141.191
Simpangan baku 10.634 13.151 11.882
Data tentang hasil nilai tes prestasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
12.2, 13.2 dan 14.2,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
E. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
1. Uji Prasyarat Analisis Variansi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas sampel dilakukan dengan menggunakan metode
Lilliefors. Berdasarkan hasil uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol serta gaya belajar yang telah dilakukan diperoleh harga statistik uji
untuk taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing sampel disajikan pada
Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas Lmaks L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kelas Eksperimen I 0,07699 0,0961 H0 tidak ditolak Normal
Kelas Eksperimen II 0,08896 0,09725 H0 tidak ditolak Normal
Kelas Kontrol 0,09182 0,09784 H0 tidak ditolak Normal
Gaya Belajar Visual 0,06418 0,09445 H0 tidak ditolak Normal
Gaya Belajar Auditorial 0,06796 0,09667 H0 tidak ditolak Normal
Gaya Belajar Kinestetik 0,08718 0,10032 H0 tidak ditolak Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4.6 di atas tampak
bahwa Lmaks pada setiap kelas eksperimen dan gaya belajar kurang dari
L0,05;n. Hal ini berarti, pada taraf signifikansi 0,05 hipotesis nol untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol serta gaya belajar tidak ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, data selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 21.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji
Chi Kuadrat. Berdasarkan hasil uji homogenitas antar kelas eksperimen dan
antar gaya belajar yang telah dilakukan diperoleh harga statistik uji untuk
taraf signifikansi 0,05 pada kelompok eksperimen dan gaya belajar disajikan
pada Tabel 4.7 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas
Sampel
Keputusan Kesimpulan
Kelompok Eksperimen 3,859 5,991 H0 tidak ditolak Homogen
Gaya Belajar 3,7039 5,991 H0 tidak ditolak Homogen
Dari Tabel di atas tampak bahwa lebih kecil dari
, dengan
demikian H0 tidak ditolak. Berarti dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok eksperimen dan gaya belajar memiliki variansi sama. Dengan
kata lain, kelompok eksperimen dan gaya belajar adalah variansinya
homogen, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 22.
2. Uji Hipotesis
Prosedur uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis
Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama. Hasil perhitungan yang telah
dilakukan disajikan dalam Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dK RK Fhitung Ftabel Keputusan
Media Pembelajaran (A) 1817.542 2 908.77096 7.362853 3.033281 H0A ditolak
Gaya Belajar (B) 1352.459 2 676.2293 5.47880 3.033281 H0B ditolak
Interaksi (AB) 4086.904 4 1021.7261 8.278014 2.40910 H0AB ditolak
Galat (G) 29745.78 241 123.4265
Total 37002.68 249
Berdasarkan Tabel di atas tampak bahwa untuk media pembelajaran
diperoleh Fa = 7.362853 > Ftabel = 3,03328, keputusan hipotesis nol ditolak.
Untuk gaya belajar diperoleh nilai Fb = 5.47880 > Ftabel = 3,033281,
keputusan uji hipotesis nol ditolak. Untuk interaksi antara media pembelajaran
dan gaya belajar diperoleh nilai Fab = 8.278014 > Ftabel = 2,4091, keputusan uji
hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
a. Pada efek utama media pembelajaran (A) H0A ditolak
Berarti, ada pengaruh media pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung. Dengan kata lain, tidak semua media pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang sama pada pokok
bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Untuk mengetahui pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media mana yang lebih efektif dilakukan uji
lanjut pasca anava antar baris.
b. Pada efek utama gaya belajar (B) H0B ditolak
Berarti, gaya belajar yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap
prestasi belajarnya. Dengan kata lain, tidak semua gaya belajar yang
dimiliki siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
mempunyai prestasi belajar yang sama pada pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung. Untuk mengetahui gaya belajar mana yang lebih baik pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media dilakukan uji lanjut pasca
anava antar kolom.
c. Pada efek interaksi (AB) H0AB ditolak
Berarti, terdapat interaksi antara media pada pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan gaya belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasinya
pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Untuk mengetahui
sejauh mana interaksinya dilakukan uji lanjut pasca anava antar sel pada
baris yang sama dan antar sel pada kolom yang sama. Perhitungan uji
hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
3. Uji Komparasi Ganda
Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava.
Metode yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan adalah metode
Scheffe’. Hasil uji analisis variansi dua jalan memutuskan bahwa; H0A ditolak,
H0B ditolak dan H0AB juga ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi rataan
antar baris, uji komparasi rataan antar kolom dan uji komparasi rataan antar sel
pada baris yang sama dan pada kolom yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dari hasil uji lanjut pasca anava dua jalan diperoleh rerata marginal
dari tiap-tiap media pembelajaran dan gaya belajar siswa disajikan pada Tabel
4.9 berikut:
Tabel 4.9 Rataan Marginal Prestasi Belajar Siswa
Media
Pembelajaran
Rataan tes prestasi belajar matematika
berdasarkan gaya belajar Rataan
Marginal Visual Auditorial Kinestetik
Power Point 67.75 65.04 67.54 66.82
Model Bangun Ruang 57.47 60.29 70.24 62.27
Konvensional 54.62 68.28 57.78 60.49
Rataan Marginal 60.36 64.57 65.03
Hasil dari uji komparasi rerata antar baris disajikan pada Tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris
H0 n.i n.j Rerata .i Rerata .j RKG F0bs Ftabel Keputusan
μ1. = μ2. 85 83 66.82 62.27 123.4265 7.0700 6.066 H0 ditolak
μ1. = μ3. 85 82 66.82 60.49 123.4265 13.5738 6.066 H0 ditolak
μ2. = μ3. 83 82 62.27 60.49 123.4265 1.0556 6.066 H0 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar baris pada Table 4.10 di
atas dapat dianalisis sebagai berikut: (1) F1.,2. > Ftabel, keputusan μ1. = μ2. ditolak.
Berarti, ada perbedaan prestasi antara kelompok siswa pada pembelajaran
STAD dengan media Power Point dan dengan media Model Bangun Ruang.
(2) F1.,3. > Ftabel, keputusan μ1. = μ3. ditolak. Berarti, ada perbedaan prestasi
antara kelompok siswa pada pembelajaran STAD dengan media Power Point
dan dengan media Konvensional. (3) F2.,3. Ftabel, keputusan μ2. = μ3. tidak
ditolak. Berarti, tidak ada perbedaan prestasi antara kelompok siswa pada
pembelajaran STAD dengan media Model Bangun Ruang dan dengan media
Konvensional. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung yang disampaikan dengan media
Power Point lebih efektif dibanding menggunakan media Model Bangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Ruang dan media Konvensional berdasarkan rerata marginal tipe STAD
dengan media Power Point lebih besar dibandingkan rerata marginal pada
media Model Bangun Ruang maupun rerata marginal pada media
Konvensional, sedangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Model Bangun Ruang dan media Konvensional sama efektifnya.
Hasil dari uji komparasi rerata antar kolom disajikan pada Tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.11 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Kolom
H0 n.i n.j Rerata .i Rerata .j RKG Fobs Ftabel Keputusan
μ.1 = μ.2 88 84 60.36 64.57 123.4265 6.1650 6.0666 H0 ditolak
μ.1 = μ.3 88 78 60.36 65.03 123.4265 7.2813 6.0666 H0 ditolak
μ.2 = μ.3 84 78 64.57 65.03 123.4265 0.0676 6.0666 H0 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar kolom pada Table 4.11 di
atas dapat dianalisis sebagai berikut: 1) F.1, .2 > Ftabel keputusan μ.1 = μ.2 ditolak.
Berarti, ada perbedaan prestasi antara kelompok siswa dengan gaya belajar
visual dan kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial. 2) F.1, .3 > Ftabel
keputusan μ.1 = μ.3 ditolak. Berarti, ada perbedaan prestasi antara kelompok
siswa dengan gaya belajar visual dan kelompok siswa dengan gaya belajar
kinestetik. 3) F.2,.3 > Ftabel, keputusan μ.2 = μ.3 tidak ditolak. Berarti, ada
perbedaan prestasi antara kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan
kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik. Dengan kata lain, pada
pembelajaran menggunakan tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang
Sisi Lengkung, siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik
lebih baik prestasinya dibanding siswa dengan gaya belajar visual,
berdasarkan rerata marginal kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial
dan kinestetik lebik besar dibandingkan rerata marginal kelompok siswa
dengan gaya belajar visual. Akan tetapi, kelompok siswa dengan gaya belajar
auditorial dan kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik prestasinya
sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.12 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama
H0 n.i n.j Rerata .i Rerata .j RKG Fobs Ftabel Keputusan
μ 11= μ21 32 30 67.75 57.47 123.4265 13.2660 15.8156 H0 tidak ditolak
μ 11= μ31 32 26 67.75 54.62 123.4265 20.0503 15.8156 H0 ditolak
μ 21= μ31 30 26 57.47 54.62 123.4265 0.9174 15.8156 H0 tidak ditolak
μ 12= μ22 27 28 65.04 60.29 123.4265 2.5141 15.8156 H0 tidak ditolak
μ 12= μ32 27 29 65.04 68.28 123.4265 1.1883 15.8156 H0 tidak ditolak
μ22 = μ32 28 29 60.29 68.28 123.4265 7.3686 15.8156 H0 tidak ditolak
μ 13= μ23 26 25 67.54 70.24 123.4265 0.7536 15.8156 H0 tidak ditolak
μ 13= μ33 26 27 67.54 57.78 123.4265 10.2238 15.8156 H0 tidak ditolak
μ 23 = μ33 25 27 70.24 57.78 123.4265 16.3336 15.8156 H0 ditolak
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama pada
Tabel 4.13 di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power
Point (μ11) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
(μ21) diperoleh: F11,21 < Ftabel, keputusannya μ11 = μ21 tidak ditolak. Berarti, pada
gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point
dan dengan media Model Bangun Ruang prestasinya tidak berbeda
2. Pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power
Point (μ11) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional (μ31)
diperoleh: F11,31 > Ftabel, keputusannya μ11 = μ31 ditolak. Berarti, pada gaya
belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan
dengan media Konvensional prestasi belajarnya berbeda. Dengan melihat
rerata marginal yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, pada gaya belajar
visual, pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point prestasinya lebih
baik dibanding dengan media konvensional.
3. Pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model
Bangun Ruang (μ21) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional
(μ31) diperoleh: F21,31 < Ftabel, keputusannya μ21 = μ31 tidak ditolak. Berarti,
pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model
Bangun Ruang dan dengan media Konvensional prestasi belajarnya sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4. Pada gaya belajar auditorial, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media
Power Point (μ12), STAD dengan media Model Bangun Ruang (μ22) dan STAD
dengan media Konvensional (μ32) diperoleh: F12,22 = 2,5141, F12,32 = 1,1883
dan F22,32 = 7,3686 dengan (2.F0,05,8,241) = 15,8156. Sehingga F12,22 < Ftabel,
F12,32 < Ftabel, F22,32 < Ftabel keputusannya baik μ12 = μ22, μ12 = μ32 dan μ22 = μ32
semua tidak ditolak. Dengan kata lain, pada gaya belajar auditorial, untuk
pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point, media Model Bangun
Ruang ataupun media Konvensional tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
5. Pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media
Power Point (μ13) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun
Ruang (μ23) diperoleh: F13,23 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ23 tidak ditolak.
Artinya, pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan
media Power Point maupun dengan media Model Bangun Ruang prestasi
belajarnya tidak berbeda.
6. Pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media
Model Bangun Ruang (μ13) dan pembelajaran tipe STAD dengan tanpa media
(μ33) diperoleh hasil: F13,33 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ33 tidak ditolak.
Artinya, pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan
media Power Point dan media Konvensional prestasi belajarnya tidak berbeda.
7. Pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media
Model Bangun Ruang (μ23) dan pembelajaran tipe STAD dengan media
Konvensional (μ33) diperoleh hasil: F23,33 < Ftabel, keputusannya μ23 = μ33
ditolak. Artinya, pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD
dengan media Model Bangun Ruang dan dengan media Konvensional prestasi
belajarnya berbeda. Dengan melihat rerata marginal yang diperoleh maka dapat
dikatakan bahwa, pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran tipe STAD
menggunakan media Model Bangun Ruang prestasinya lebih baik dibanding
menggunakan media Konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
F. Pembahasan Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Setelah dilakukan uji anava diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
efek pembelajaran pada kelompok siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan media Power Point, STAD dengan media Model Bangun Ruang
dan STAD dengan media Konvensional terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Dari hasil analisis pada Tabel Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris di
atas, dapat disimpulkan bahwa hipoteisis pertama dalam Bab II yang menyatakan:
Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung dengan media Power Point lebih efektif dibanding pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang dan pembelajaran
kooperatif tipe STAD media Konvensional, terbukti kebenarannya, berdasarkan
rerata marginal yang diperoleh pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Power Point sebesar 66,82 lebih besar dibandingkan rerata marginal pada
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang sebesar
62,27 dan rerata marginal pada pembelajaran kooperatif dengan media
Konvensional sebesar 60,49. Akan tetapi pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Model Bangun Ruang lebih efektif dibanding pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional tidak terbukti. Hal ini terjadi
karena keterbatasan peneliti pada saat pembelajaran menggunakan media Model
Bangun Ruang kurang optimal sedangkan siswa mungkin pada pembelajaran
sebelumnya terbiasa dengan pembelajaran dengan media konvensional.
Kesimpulan di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yunita Dwi Hapsari (2008), yang menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika
dengan media komputer yaitu Power Point lebih efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Setelah dilakukan uji anava diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan efek pembelajaran pada kelompok siswa dengan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, STAD dengan media Model
Bangun Ruang dan STAD dengan media Konvensional terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Dari hasil analisis pada Tabel Rangkuman Komparasi Ganda
Antar Kolom di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis kedua dalam Bab II yang
menyatakan: Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai
prestasi lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial,
terbukti kebenarannya pada siswa dengan gaya belajar kinestetik dibanding siswa
dengan gaya belajar visual, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik
prestasi belajarnya lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar auditorial tidak
terbukti. Siswa dengan gaya belajar visual prestasinya lebih baik dibanding siswa
dengan gaya belajar auditorial juga tidak terbukti. Hal ini terjadi, mungkin karena
pada pembelajaran STAD dengan menggunakan media tidak bisa maksimal
karena keterbatasan peneliti dan sarana prasarana yang ada. Mungkin juga karena
gaya belajar yang dimiliki siswa sama-sama memberikan hasil yang maksimal.
Pembahasan di atas selaras dengan hasil penelitian oleh Makhlouf,
Martinez dan Dahawy dalam jurnal internasionalnya menyimpulkan untuk gaya
belajar kinestetik secara statistik terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap
prestasi. Namun, untuk gaya belajar auditorial dan gaya belajar visual secara
statistik tidak berpengaruh terhadap prestasi.
(3) Hipotesis Ketiga
Setelah dilakukan uji anava diperoleh kesimpulan bahwa terdapat interaksi
antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media dengan gaya
belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar matematika. Untuk
mengetahui sejauh mana interaksinya, dapat dilihat dari hasil uji lanjut pasca
anava yakni uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama pada Tabel
4.11.
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama
yakni untuk gaya belajar yang dimiliki siswa di atas diperoleh hasil sebagai
berikut : Pada gaya belajar visual diperoleh hal-hal berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
a) F11,21 < Ftabel, keputusannya μ11 = μ21 tidak ditolak. Berarti, pada gaya belajar
visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan
dengan media Model Bangun Ruang prestasinya tidak berbeda.
b) F11,31 > Ftabel, keputusannya μ11 = μ31 ditolak. Berarti, pada gaya belajar visual,
untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan dengan
media Konvensional prestasi belajarnya berbeda. Dengan melihat rerata
marginal yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, pada gaya belajar
visual, pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point prestasinya lebih
baik dibanding dengan media konvensional.
c) F21,31 < Ftabel, keputusannya μ21 = μ31 tidak ditolak. Berarti, pada gaya belajar
visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
dan dengan media Konvensional prestasi belajarnya tidak berbeda.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis ketiga
dalam Bab II yang menyatakan: Kelompok siswa dengan gaya belajar visual
prestasi belajarnya lebih baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Power Point dibandingkan dengan media Model Bangun Ruang dan
dengan media Konvensional, terbukti kebenarannya pada media Power Point
dibandingkan menggunakan media Konvensional. Hal ini didukung hasil
penelitian oleh Irma Kurniawati (2004), yang menyimpulkan bahwa ada
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan
media Power Point dengan siswa yang diberi pengajaran dengan metode
konvensional dan terbukti bahwa pembelajaran matematika dengan media
komputer yaitu Power Point lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Akan tetapi, pada
penggunaan media Power Point mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan
media Model Bangun Ruang dan menggunakan media Model Bangun Ruang
pretasinya lebih baik dibandingkan menggunakan media Konvensional, tidak
terbukti. Hal ini terjadi mungkin karena pada siswa dengan gaya belajar visual
baik dengan media Power Point maupun dengan media Model Bangun Ruang
sama-sama menarik indra penglihatannya dalam menyerap materi yang
disampaikan, sehingga memiliki prestasi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
(4) Hipotesis keempat
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama
yakni untuk gaya belajar auditorial di atas diperoleh hal-hal berikut: F12,22 =
2,5141, F12,32 = 1,1883 dan F22,32 = 7,3686 dengan (2.F0,05,8,241) = 15,8156,
sehingga F12,22 < Ftabel, F12,32 < Ftabel, F22,32 < Ftabel. Keputusannya baik μ12 = μ22,
μ12 = μ32 dan μ22 = μ32 semua tidak ditolak. Dengan kata lain, pada gaya belajar
auditorial, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point, dengan
media Model Bangun Ruang ataupun dengan media Konvensional prestasi
belajarnya sama.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis keempat
dalam Bab II yang menyatakan: Kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial
prestasi belajarnya lebih baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Konvensional dibandingkan dengan media Power Point dan dengan media
Model Bangun Ruang, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Power Point mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan
media Model Bangun Ruang pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkun,
tidak terbukti kebenarannya. Hal ini bisa terjadi karena mungkin masing-masing
gaya belajar yang dimiliki siswa memberikan prestasi yang maksimal terhadap
hasil belajarnya. Selain itu juga karena keterbatasan peneliti dalam pelaksanaan di
lapangan baik menyangkut waktu, dalam proses pembelajaran maupun dalam
memanfaatkan media yang belum maksimal.
(5) Hipotesis Kelima
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama,
pada gaya belajar kinestetik diperoleh hal-hal berikut:
a) F13,23 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ23 tidak ditolak. Artinya, pada gaya belajar
kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan
dengan media Model Bangun Ruang prestasi belajarnya tidak berbeda.
b) F13,33 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ33 tidak ditolak. Artinya, pada gaya belajar
kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan
media Konvensional prestasi belajarnya tidak berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
c) F23,33 > Ftabel, keputusannya μ23 = μ33 ditolak. Artinya, pada gaya belajar
kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun
Ruang dan dengan media Konvensional prestasi belajarnya berbeda. Dengan
melihat rerata marginal yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, pada
gaya belajar kinestetik, pembelajaran tipe STAD menggunakan media Model
Bangun Ruang prestasinya lebih baik dibanding menggunakan media
Konvensional.
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis kelima
dalam Bab II yang menyatakan: Kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik
prestasi belajarnya lebih baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Model Bangun Ruang dibandingkan dengan media Power Point dan
dengan media Konvensional, terbukti kebenarannya pada kelompok siswa
diberikan pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang
dibandingkan tipe STAD dengan media Konvensional, sedangkan untuk
kelompok siswa dengan pembelajaran STAD menggunakan media Model Bangun
Ruang dibanding dengan media Power Point tidak terbukti kebenarannya dan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point mempunyai
prestasi lebih baik dibanding dengan media Konvensional pada pokok bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung juga tidak terbukti kebenarannya.
Kesimpulan di atas tidak semua sesuai dengan hipotesis penelitian,
mungkin karena pada siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat memanfaatkan
fungsi gerak seluruh tubuhnya untuk menyerap materi yang disampaikan dengan
media Model Bangun Ruang sehingga memberikan hasil belajar yang sama.
Sedangkan pembelajaran yang disampaikan dengan media Power Point dan yang
disampaikan dengan media Konvensional (hanya menulis dan menggambarkan di
papan tulis) tidak dapat memotivasi pemanfaatan fungsi kinestetik yang dimiliki
siswa sehingga memberikan hasil yang kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
G. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah mengupayakan untuk
meminimalisir terjadinya kelemahan yang mungkin muncul, namun akibat dari
keterbatasan peneliti dan keadaan yang ada di lapangan, maka hasil penelitian
tidak semuanya sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan. Adapun
keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1) Keterbatasan waktu pelaksanaan pembelajaran di lapangan, karena penelitian
ini dilakukan di 3 tempat yang berbeda sedangkan jadwalnya ada yang
hampir bersamaan dan jarak tempat penelitian saling berjauhan,
mengakibatkan waktu pembelajaran yang dilaksanakan peneliti tidak sesuai
dengan alokasi waktu yang dirancang sehingga ada yang tidak sesuai dengan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2) Kemungkinan dalam menjawab angket gaya belajar siswa, responden ada
yang tidak jujur yang mengakibatkan hasilnya tidak sesuai dengan kenyataan
yang dilalakukan siswa, sehingga mempengaruhi keterkaitan antara gaya
belajar yang dimiliki siswa dengan prestasi belajarnya.
3) Ada beberapa jam pelajaran matematika yang jadwal pelajarannya masuk
pada jam akhir sekolah, hal ini mungkin bisa mengakibatkan daya konsentrasi
siswa dalam menerima materi pelajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung kurang maksimal.
4) Keterbatasan media yang tersedia di tempat penelitian (ruang untuk
pembelajaran media Power Point) yang harus bergantian dengan pelajaran
lain karena ketiga sekolah tempat penelitian hanya memiliki satu ruangan
belajar yang bisa dipakai untuk pembelajaran dengan menggunakan LCD
yaitu Ruang Laboratorium sedang di kelas lain tidak ada jaringan listrik.
5) Keterbatasan peneliti dalam menyiapkan perangkat untuk pembelajaran
dengan media Power Point terkadang mengurangi waktu pembelajaran.
6) Beberapa kali peneliti tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan media
Power Point karena gangguan aliran listrik yang padam.
Mungkin masih ada keterbatasan-keterbatasan lain yang tidak bisa peneliti
kontrol utamanya menyangkut responden dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pada siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012-
2013, untuk materi Bangun Ruang Sisi Lengkung diperoleh:
1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point pada
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung lebih efektif dibanding
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun
Ruang maupun pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Konvensional. Akan tetapi, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Model Bangun Ruang dan dengan media Konvensional sama
efektifnya.
2) Kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik mempunyai
prestasi belajar lebih baik dibanding kelompok siswa dengan gaya belajar
visual. Akan tetapi, kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan
kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik prestasinya tidak berbeda.
3) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan media Power Point mempunyai prestasi belajar lebih
baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Konvensional. Akan tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Power Point bibanding dengan media Model Bangun Ruang
prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
media Model Bangun Ruang dibanding dengan media Konvensional pada
pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung prestasinya sama.
4) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial, prestasi belajarnya
tidak berbeda baik pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media
Power Point, dengan media Model Bangun Ruang maupun pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional pada pokok bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung.
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik, pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Power Point bibanding dengan media
Model Bangun Ruang prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Power Point dibanding dengan media
Konvensional prestasinya sama. Akan tetapi, pada pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang mempunyai
prestasi belajar lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi
Lengkung.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini, maka
penulis akan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika sisewa.
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan media Power Point memberikan prestasi belajar
matematika siswa lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan media Model bangun Ruang maupun media Konvensional.. Hal ini
dikarenakan didalam pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point
kelompok siswa akan lebih tertarik untuk membahas persoalan yang
disajikan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan
teori untuk mengembangkan pembelajaran matematika inovatif, khususnya
pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
untuk meningkatkan kualitas prestasi siswa, dengan memilih tipe
pembelajaran kooperatif bermedia yang digunakan. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan media Power Point dapat dijadikan suatu
alternatif apabila guru dan calon guru matematika ingin melakukan proses
pembelajaran matematika kususnya materi Bangun Ruang Sisi Lengkung.
Selain itu guru juga harus memperhatikan beberapa komponen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, diantaranya
aktivitas belajar, kedisiplinan siswa, bakat dan motivasi siswa, kondisi
sosial ekonomi siswa, latar belakang keluarga dan lingkungan serta gaya
belajar yang dimiliki siswa.
C. Saran
Agar hasil belajar matematika siswa bisa maksimal khususnya materi
Bangun Ruang Sisi lengkung, maka penulis sarankan:
1. Kepada guru matematika SMP
a. Dalam pembelajaran matematika sedapat mungkin diusahakan agar
mengajar menggunakan pendekatan kooperatif yang lebih bervariasi dan
bermedia disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi. Pada
materi Bangun Ruang Sisi lengkung gunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan media Power Point, karena dengan pembelajaran ini
siswa akan lebih tertarik untuk aktif dan membuat konsep atau
pemahaman tentang suatu materi dengan bahasanya sendiri sehingga
tidak hanya berpaku pada kalimat-kalimat yang diberikan oleh guru dan
terbukti efektif meningkatkan prestasi belajar sisiwa.
b. Dalam pembelajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung,
hendaknya guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan
sumber belajar, baik sumber belajar yang berada di lingkungan sekolah
maupun sumber belajar lain yang ada di dalam kehidupan sehari-hari,
serta berusaha memahami gaya belajar yang dimiliki siswa yang diajar.
2. Kepada Kepala SMP
a. Hendaknya lebih banyak lagi memberikan kesempatan kepada guru-
guru matematika agar aktif dalam mengikuti kegiatan yang dapat
menambah wawasan dan pengetahuan guru, baik dari materi pelajaran
media pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran.
b. Menyediakan fasilitas dan sumber belajar yang memadai, yang
diperlukan dalam proses pembelajaran matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Aryad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press.
Budiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Budiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Program Pascasarjana: UNS Press.
DePorter, B., Hernacki, M. 2011. Quantum Learning, Membiasakan Belajar
Nyaman Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika I. Jakarta: Depdiknas
RI.
Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Rineka Cipta.
Franzoni, A. L., & Assar, S. (2009). Student Learning Styles Adaptation Method
Based on Teaching Strategies and Electronic Media. Educational
Technology & Society, 12 (4), 15–29.
Gilakjani, A.P., Ahmadi. 2011. The Effect of Visual, Auditory, and Kinaesthetic
Learning Styles on Language Teaching. 2011 International Conference
on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 © (2011) IACSIT Press,
Singapore Page:469:472. Diakses tanggal 7 Januari 2013. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV Pustaka Setia. Hery Puewanto. 2009. Keefektifan Penggunaan Media LCD Power Point Terhadap
Prestasi Belajar Geografi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SMPN
se Kabupaten Ngawi. Tesis Universitas Sbelas Maret.
Irma Kurniawati. 2004. Eksperimentasi Pembelajaran Menggunakan Media Power
Point Pada Pokok Bahasan Lingkaran Ditinjau Dari Motivasi Belajar
Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Lipponen, L. 2002. Exploring Foundations for Computer-Supported Collaborative
Learning: International Journal of Education Technology. Volume 3, page
155-165.
Makhlouf, A.M.EL.S., Martinez, M. Fathema, W.N., Dahawy, B.M. Suez Canal
University, Egypt. 2012. A Comparison of Preferred Learning Styles
between Vocational and Academic Secondary School Students in Egypt:
Institute for Learning Styles Journal • Volume 1, Spring 2012 • Page 1-9.
Diakses 5 Januari 2013. M. Nur G dan Rini RS. 2012. Gaya Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ninik Agustin. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan
Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari
Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMPN di Sukoharjo. Tesis. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
PusPenDik Balitbang Kemendiknas. 2011. Laporan Hasil Ujian Nasional
SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011.
Reni Akbar. 2004. Akselerasi. Jakarta: Grasindo
Rosseni, R.A.K. 2006. A Motivational Strategy Toward Diverse Learning Style.
Computer Mediated Communication: Comunication Jurnal Pendidikan 31
(2006) 41 – 51. Diakses Tanggal 7 Januari 2013.
Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa
Media.
Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematik Realistik. Banjarmasin: Tulip.
Tarim, K., Akdeniz, F. 2007. The effects of cooperative learning on Turkish
elementary students’ mathematics achievement and attitude towards
mathematics using TAI and STAD methods. Education Study Math (2008)
67:77–91.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta. Prestasi Pustaka. Tuan, L.T. 2010. Infussing Cooperative Learning into An EFL Classroom English
Language Taeching, Volume 3, Number 2 Page 64-77, diakses dari
URL:www.proquest.com/pqdweb, pada tanggal 28 Desember 2012. Yana Wardhana. 2010. Teori Belajar dan Mengajar. Bandung. PT Bumi Mekar. Yunita Dwi Hapsari. 2008. Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan
Media Gambar Dengan Bantuan Power Point Ditinjau dari aktivitas
Belajar Siswa Kelas VIII SMP NEGERI I MIRI SRAGEN. Tesis.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Zakaria, E and Iksan, Z. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and
Mathematics Education A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of
Mathematics, Science & Technology Education, Volume 3 Number 1
Page 35-39, diakses dari URL: http//www.ejmste.com pada tanggal 22
Desember 2012