101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL INTERNASIONAL Oleh Mardi NIM S851108017 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

  • Upload
    buidieu

  • View
    233

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG

PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX

SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

JURNAL INTERNASIONAL

Oleh

Mardi

NIM S851108017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG

PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX

SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Tesis

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Mardi

NIM S851108017

Oleh

Mardi

NIM S851108017

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 3: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG

PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX

SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Oleh:

MARDI

S851108017

Komisi

Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Mardiyana, M.Si.

NIP. 19660225 199302 1 002 ……………… .... Januari 2013

Pembimbing II Triyanto, S.Si, M.Si

NIP.19720508 199802 1 001 ……………… ….Januari 2013

Telah dikatakan memenuhi syarat

Pada tanggal ………………….. 2013

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

NIP. 19530915 197903 1 003

Page 4: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MODEL BANGUN RUANG

PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS IX

SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Oleh:

MARDI

S851108017

Tim penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

NIP. 19530915 197903 1 003 ……………………

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si.

NIP. 19670116 199402 1 001 ……………………

Anggota

Penguji

1. Dr. Mardiyana, M.Si.

NIP. 19660225 199302 1 002 ……………………

2. Triyanto, S.Si, M.Si

NIP.19720508 199802 1 001 ……………………

Telah dipertahankan di depan penguji

Dinyatakan telah memenuhi syarat

pada tanggal ………… 2013

Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.

NIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

NIP. 19530915 197903 1 003

Page 5: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: “EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER POINT DAN

MODEL BANGUN RUANG PADA POKOK BAHASAN BANGUN

RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

SISWA KELAS IX SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI TAHUN

PELAJARAN 2012/2013” ini adalah karya saya sendiri dan bebas plagiat,

serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis

digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber

acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat

dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan. (Permendiknas No. 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan

publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi

Pendidikan Matematika PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal

ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Matematika PPs

UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka

saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Februari 2013

Mahasiswa,

Mardi

S851108017

Page 6: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Tesis ini peneliti persembahkan kepada :

1. Istriku Sri Sulastri

2. Ketiga putriku: Rika KW, Selvia NDF dan Fidela RA

3. Saudara dan semua keluargaku

4. Teman guru dan karyawan SMP Negeri 1 Pangkur Ngawi

5. Sahabat-sahabatku

Page 7: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,

sehingga penyusunan tesis dengan judul “EKSPERIMENTASI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA POWER

POINT DAN MODEL BANGUN RUANG PADA POKOK BAHASAN

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

SISWA KELAS IX SMP NEGERI DI KABUPATEN NGAWI TAHUN

PELAJARAN 2012/2013 ” dapat penulis selesaikan tepat waktu.

Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari

pembimbing, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan

kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Yunus, M.S. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika,

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Mardiyana, M.Si. Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika dan

Dosen Pembimbing I, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Triyanto, S.Si, M.Si. Dosen Pembimbing II, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Staf administrasi dan akademik Pascasarjana UNS Surakarta yang selama ini

turut membantu dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi.

7. Wahyudi, S.Pd, M.Si. Kepala SMP Negeri 1 Pangkur yang memberi ijin

tempat uji coba instrument penelitian.

8. Drs. Eko Budi Cahyono, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1 Kwadungan yang

memberi ijin tempat penelitian.

Page 8: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

9. Drs. Joko Priyono, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1 Padas yang memberi ijin

tempat penelitian.

10. Isdijono, S.Pd, M.Pd. Kepala SMP Negeri 1 Kasreman yang member ijin

tempat uji coba instrumen.

11. Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika angkatan Juli 2011 yang telah

membantu demi kelancaran dalam pernyusunan tesis ini.

12. Istri dan Anakku tercinta yang senantiasa memberikan motivasi dalam

penyelesaian studi di S2 UNS ini.

13. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis sangat berhutang budi atas segala kebaikan yang telah Bapak/Ibu

berikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal.

Surakarta,

Penulis

Mardi

Page 9: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI......................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv

PERSEMBAHAN............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

ABSTRAK ...................................................................................................... xv

ABSTRACT ...................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……..…………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 6

C. Pemilihan Masalah ...................................................................................... 8

D. Pembatasan Masalah ................................................................................... 8

E. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9

F. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9

G. Manfaat Penelitian....................................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori................................................................................................. 11

1. Model Pembelajaran ................................................................................ 11

2. Media Pembelajaran ................................................................................ 19

2.1 Media Power Point............................................................................ 23

2.2 Media Model Bangun Ruang............................................................. 26

2.3 Media Konvensional......................................................................... 27

3. Gaya Belajar ............................................................................................. 27

3.1 Gaya Belajar Visual ............................................................................ 29

3.2 Gaya Belajar Auditorial ...................................................................... 30

Page 10: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

3.3 Gaya Belajar Kinestetik ..................................................................... 31

4. Prestasi Belajar Matematika ..................................................................... 32

4. Penelitian Yang Relevan ......................................................................... 33

B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 35

C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu .................................................................................... 39

B. Jenis Penelitian ............................................................................................ 39

C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 40

D. Desain Eksperimen………………………………………………………... 41

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………… 42

F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 43

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................................... 44

H. Teknik Analisa Data .................................................................................. 47

1. Uji Prasyarat Analisis dan Uji Keseimbangan ........................................ 47

2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 51

3. Uji Komparasi Ganda .............................................................................. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Sampel Penelitian ...................................................................... 58

B. Analisi Hasil Uji Coba Instrumen ............................................................... 59

C. Uji Keseimbangan ....................................................................................... 62

D. Deskripsi Data ............................................................................................. 64

E. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .................................... 66

F. Pembahasan Hipotesis……………………………………………………... 73

F. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………………. 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 79

B. Implikasi ...................................................................................................... 80

C. Saran… ........................................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Prosentase Penguasaan Materi Soal Ujian Nasional SMP Negeri di

Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011…………………… 3

Tabel 2.1. Skor Kemajuan Individu………………………………………...... 15

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif……………… 16

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ……..……………………………………… 41

Tabel 3.2. Notasi dan Tata Letak Data Pada Anava Satu Jalan Sel Tak Sama 50

Tabel 3.3. Rataan dan Jumlah Rataan ……..………………………………… 53

Tabel 3.4. Data Amatan ,Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi ……..………. 53

Tabel 3.1. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan……..………………….. 55

Tabel 4.1. Data Sampel Penelitian…………………………………………... 59

Tabel 4.2. Deskripsi Data Nilai Ulangan Harian bab Kesebangunan Kelas IX

Tahun Pelajaran 2011/2012………..………………………………. 62

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa……………..…….. 63

Tabel 4.4. Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa…………………………… 64

Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa…………………………… 65

Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas……………………….……….. ……………. 66

Tabel 4.7. Hasil Uji Homogenitas…………………………………………….. 67

Tabel 4.8. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama …………. 67

Tabel 4.9. Rataan Marginal Prestasi Belajar Siswa……..…………………… 69

Tabel 4.10. Rangkuman Komporasi Ganda Antar Baris……………………… 69

Tabel 4.11. Rangkuman Komparasi Rataan Antar Kolom…………..………... 70

Tabel 4.12. Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama 71

Page 12: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1 Daftar Peringkat SMPN Se-Kabupaten Ngawi Berdasarkan Nilai Rata-rata

Hasil Un Pelajaran Matematika Tahun Pelajaran 2011/2012…………. 84

2 Kisi-kisi Uji Coba Tes Prestasi Belajar ..……………………………… 86

2.1 Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar ….. ……………............................ 87

2.2 Kunci Jawaban Dan Kriteria Penilaian ................................................. 90

3 Kisi-kisi Soal Uji Coba Angket Gaya Belajar .................................... 91

3.1 Soal Uji Coba Angket Gaya Belajar ..................................................... 94

3.2 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar .................................................... 98

4 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar ................................................................ 99

4.1 Soal Tes Prestasi Belajar Matematika .................................................. 100

4.2 Kunci Jawab Dan Kriteria Penilaian .................................................... 103

5 Kisi-kisi Soal Angket Gaya Belajar ..................................................... 104

5.1 Angket Gaya Belajar ............................................................................ 107

5.2 Lembar Jawab Angket Gaya Belajar ................................................... 110

6 Uji Validasi Isi Tes Prestasi Belajar Matematika Bangun Ruang Sisi

Lengkung ............................................................................................. 111

7 Uji Validasi Isi Angket Gaya Belajar .................................................... 118

8 Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Matematika 125

9 Reliabelitas Tes Prestasi Belajar Matematika ...................................... 131

10.1 Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Visual ................................ 135

10.2 Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Auditorial .......................... 139

10.3 Konsistensi Internal Angket Gaya Belajar Kinestetik .......................... 143

11.1 Reliabelitas Angket Gaya Belajar Visual ............................................. 147

11.2 Reliabelitas Angket Gaya Belajar Auditorial ....................................... 149

11.3 Reliabelitas Angket Gaya Belajar Kinestetik ....................................... 151

12.1 Data Induk Pembelajaran STAD Media Power Point .......................... 153

12.2 Data Induk Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Power

Point ...................................................................................................... 155

Page 13: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

12.3 Data Induk Kelompok Gaya Belajar Pada Pembelajaran STAD Media Power

Point ..................................................................................................... 157

12.4 Data Kelompok Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Power Point 159

13.1 Data Induk Pembelajaran STAD Media Model Bangun Ruang .......... 161

13.2 Data Induk Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Model

Bangun Ruang ...................................................................................... 163

13.3 Data Induk Kelompok Gaya Belajar Pada Pembelajaran STAD Media Model

Bangun Ruang ...................................................................................... 165

13.4 Data Kelompok Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Model Bangun

Ruang .................................................................................................... 167

14.1 Data Induk Pada Pembelajaran STAD Dengan Media Konvensional .. 169

14.2 Data Induk Gaya Belajar Siswa Pada Pembelajaran STAD Media

Konvensional ........................................................................................ 171

14.3 Data Induk Kelompok Gaya Belajar Pada Pembelajaran STAD Media

Konvensional ........................................................................................ 173

14.4 Data Kelompok Siswa Pada Pembelajaran STAD Media Konvensional 175

15.1 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen Pembelajaran

Kooperatif STAD Dengan Media Power Point .................................... 177

15.2 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen Pembelajaran

Kooperatif STAD Dengan Media Model Bangun Ruang....................... 180

15.3 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Awal Kelompok Eksperimen Pembelajaran

Kooperatif STAD Dengan Media Konvensional .................................. 183

16 Uji Homogenitas Kemampuan Awal …………………………………. 186

17 Komputasi Uji Keseimbangan Rerata Nilai Awal Hasil Belajar Siswa 188

18.1 Silabus ………………………………………………………………… 191

18.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Power

Point ....................................................................................................... 194

18.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Model

Bangun Ruang ........................................................................................ 200

18.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media

Konvensional ........................................................................................ 205

Page 14: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

19.1 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Tes Matematika Kelompok Eksperimen

Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Power Point ............. 210

19.2 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Tes Matematika Kelompok Eksperimen

Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Model Bangun Ruang 213

19.3 Uji Normalitas Untuk Data Nilai Tes Matematika Kelompok Eksperimen

Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Konvensional ........... 216

20 Uji Homogenitas Tes Prestasi Belajar ………………………………... 219

21.1 Uji Normalitas Data Kelompok Siswa Dengan Gaya Belajar Visual ... 221

21.2 Uji Normalitas Data Kelompok Siswa Dengan Gaya Belajar Auditorial 224

21.3 Uji Normalitas Data Kelompok Siswa Dengan Gaya Belajar Kinestetik 227

22 Uji Homogenitas Gaya Belajar ……………………………………….. 230

23.1 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .............................. 232

23.2 Uji Lanjut Pasca Anava Untuk Komparasi Antar Baris ........................ 237

23.3 Uji Lanjut Pasca Anava Untuk Komparasi Antar Kolom ..................... 239

23.4 Uji Komparasi Ganda Antar Sel ............................................................ 241

24.1 Tabel Distribusi Normal Baku ............................................................... 244

24.2 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ............................................................ 245

24.3 Tabel Nilai Chi Kuadrat ......................................................................... 246

24.4 Tabel Nilai Kritik Uji F .......................................................................... 247

Surat Keterangan Ijin Penelitian

Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Contoh Media Pembelajaran

Page 15: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Mardi. S851108017. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dengan Media Power Point dan Model Bangun Ruang pada Pokok Bahasan

Bangun Ruang Sisi Lengkung Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas IX SMP

Negeri Di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013. Pembimbing I: Dr.

Mardiyana, M.Si, Pembimbing II: Triyanto, S.Si, M.Si. Tesis. Program Studi

Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang lebih efektif,

dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung, antara model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan media Model Bangun Ruang atau pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan media Konvensional. (2) Manakah yang mempunyai prestasi

belajar lebih baik pada materi bangun ruang sisi lengkung, siswa yang

mempunyai gaya belajar visual, auditorial ataukah kinestetik. (3) Pada kelompok

siswa dengan gaya belajar visual, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik,

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media konvensional. (4) Pada kelompok siswa

dengan gaya belajar auditorial, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik,

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media konvensional. (5) Pada kelompok siswa

dengan gaya belajar kinestetik, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik,

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media konvensional.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan populasi

seluruh siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran

2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random

sampling, diperoleh sampel berjumlah 250 siswa, dengan rincian 85 siswa pada

kelas eksperimen satu, 83 siswa pada kelas eksperimen dua dan 82 siswa pada

kelas kontrol yang tersebar pada tiga sekolah yaitu SMP Negeri 1 Kwadungan,

SMP Negeri 1 Padas, dan SMP Negeri 1 Kasreman. Teknik pengumpulan data

meliputi metode dokumentasi yaitu mencari data tentang nama sekolah dan rataan

nilai Ujian Nasional SMP Negeri di Kabupaten Ngawi serta nilai formatif materi

Kesebangunan, metode tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar

matematika materi bangun ruang sisi lengkung dan metode angket untuk

mengetahui gaya belajar yang dimiliki siswa. Uji tes meliputi validitas isi, tingkat

kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sedangkan uji angket gaya belajar

meliputi uji validitas isi, reliabilitas dan konsistensi. Uji keseimbangan terhadap

tiga kelompok sampel menggunakan uji anava satu jalan dengan sel tak sama. Uji

prasyarat dilakukan dengan metode Lilliefors untuk uji normalitas dan metode

Page 16: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Bartlett untuk uji homogenitas. Uji hipotesis yang digunakan adalah anava dua

jalan 3x3 dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat

disimpulkan: 1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point

pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung lebih efektif dibanding dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang maupun

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional. Akan tetapi,

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang dan

dengan media Konvensional sama efektifnya. 2) Kelompok siswa dengan gaya

belajar auditorial dan kinestetik mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding

kelompok siswa dengan gaya belajar visual. Akan tetapi, kelompok siswa dengan

gaya belajar auditorial dan kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik

prestasinya tidak berbeda. 3) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual,

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point mempunyai

prestasi belajar lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Konvensional. Akan tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Power Point bibanding dengan media Model Bangun Ruang

prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Model Bangun Ruang dibanding dengan media Konvensional pada pokok

bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung prestasinya sama. 4) Pada kelompok siswa

dengan gaya belajar auditorial, prestasi belajarnya tidak berbeda baik pada

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, dengan media

Model Bangun Ruang maupun pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. 5) Pada

kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik, pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan media Power Point bibanding dengan media Model Bangun Ruang

prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Power Point dibanding dengan media Konvensional prestasinya sama. Akan

tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun

Ruang mempunyai prestasi belajar lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan media Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Lengkung.

Kata kunci: STAD, Media Power Point, Media Model Bangun Ruang dan

Gaya Belajar.

Page 17: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

Mardi. S851108017. The STAD Type of Cooperative Learning Experimentation

with Power Point Media and Spatial Structure Model in Teaching Geometry

Subject Matter Viewed From the Student Learning Style of the IX Graders of

SMP Negeri in Ngawi Regency in the School Year of 2012/2013. First Counselor:

Dr. Mardiyana, M.Si, Second Counselor: Triyanto, S.Si, M.Si. Thesis.

Mathematics Study Program of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret

University, 2013.

The objective of this research are to investigate: (1) which one that is more

effective in the teaching geometry, the STAD type of cooperative learning model

with Power Point media or that with Geometrical Model media or that with

Conventional media, (2) which one having better learning achievement in solving

the Teaching Geometry question, the students with visual learning style or those

with auditory or kinesthetic, (3) in student group with visual learning style, which

one providing better learning achievement, the STAD type of cooperative learning

model with Power Point media or that with Geometrical Model media or that with

Conventional media, (4) in student group with auditory learning style, which one

providing better learning achievement, the STAD type of cooperative learning

model with Power Point media or that with Geometrical Model media or that with

Conventional media, and (5) in student group with kinesthetic learning style,

which one providing better learning achievement, the STAD type of cooperative

learning model with Power Point media or that with Geometrical Model media or

that with Conventional media.

This study was a quasi-experimental research with all of IX graders of SMP

Negeri in Ngawi Regency in the school year of 2012/2013 as the population. The

sampling technique used was stratified cluster random sampling. The sample

consisted of 250 students: 89 in experiment one class, 83 in experiment two, and

82 in control distributed in three schools: SMP Negeri 1 Kwadungan, SMP Negeri

1 Padas, and SMP Negeri 1 Kasreman. Techniques of collecting data used

included documentation method for the data of school name, mean score of

National Examination of Public Junior High School in Ngawi Regency, and

formative score of congruence material; test method for mathematics learning

achievement in curving side spatial structure, and questionnaire method to find

out the learning style the students had. The test method included content validity,

difficulty level, variance, and reliability, while learning style questionnaire test

included content validity, reliability and consistency tests. The balance test on the

three sample groups using one-way anava test with different cells. The

prerequisite test was conducted using Lilliefors method for normality test and

Bartlett method for homogeneity test. The hypothesis test used was a 3x3 two-

way anava with different cells.

Considering the result of hypothesis testing in this research, the following

conclusions could be drawn(1) the STAD learning model with the Power Point

media is better than the STAD learning models with the Geometrical Model and

the Conventional media whereas the STAD learning model with the Geometrical

Page 18: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Model media is equal to the STAD learning model with the Conventional media;

(2) the students with the kinesthetic learning style have a better learning

achievement than those with the visual and auditory learning styles whereas the

students with the visual learning style have an equal learning achievement to those

with the auditory learning style; (3) the STAD learning model with the Power

Point media results in a better learning achievement than that with the

Conventional media whereas the STAD learning model with the Power Point

media results in an equal learning achievement to that with the Geometrical

Model media and the STAD learning model with the Power Point media results in

an equal learning achievement to that with the Conventional media in the visual

learning style; (4) the STAD learning model with the all of the three types of

media results in an equal learning achievement in the auditory learning style; and

(5) the STAD learning model with the Geometrical Model media results in a

better learning achievement than that with the Conventional media whereas the

STAD learning model with the Power Point media results in an equal learning

achievement to that with the Geometrical Model media and the STAD learning

model with the Power Point media results in an equal learning achievement to that

with the Conventional media in the kinesthetic learning style.

Keywords: STAD, Power Point media, Geometrical Model media and Learning

Style.

Page 19: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan

untuk menuju kearah perbaikan dan penguatan serta penyempurnaan semua potensi

manusia agar memiliki kecerdasan intelektual, moral dan spiritual. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang

berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis

dengan penalaran yang bersifat deduktif. Karena matematika tersusun secara

hirarkis yang satu sama lainnya berkaitan erat, maka untuk memahami konsep

matematika perlu memperhatikan konsep-konsep sebelumnya. Dilain pihak

matematika sangat diperlukan dalam kehidupan, misalnya yang menyangkut

pekerjaan pembuatan berbagai kemasan makanan maupun kemasan produk- produk

industri dalam berbagai skala. Pembangunan fisik di segala bidang, seperti bidang

tehnik (bangunan, mesin, arsitek), bidang pertanian, bidang pertambangan, bidang

transportasi, dan sebagainya memerlukan penguasaan ukuran dan bentuk-bentuk,

yang semua ini dapat dikuasai melalui belajar geometri.

Banyak permasalahan matematika muncul dari kehidupan nyata sehari-hari.

Sebagai contoh, tentang bangun-bangun ruang dan datar, didapat dari benda-benda

kongkrit dengan melakukan proses abstraksi dari benda-benda nyata. Karenanya

proses pembelajaran matematika harus dapat menghubungkan antara ide abstrak

matematika dengan suatu situasi nyata yang pernah dialami siswa ataupun yang

dapat dipikirkan siswa. Hal ini berarti belajar matematika harus bertahap dan

berurutan secara sistematis serta didasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.

Tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh pengalaman

siswa, salah satunya adalah gaya belajar yang dimiliki siswa itu sendiri. Pada

dasarnya pembelajaran matematika merupakan usaha untuk membantu siswa agar

dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui proses yang dimulai dari pengalaman,

sehingga siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan yang diperolehnya.

1

Page 20: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Praktek pendidikan yang selama ini berlangsung di sekolah ternyata masih

jauh dari hakekat pendidikan yang sesungguhnya, yakni pendidikan yang

menjadikan siswa sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk

mengembangkan potensi dan pengetahuannya lebih lanjut untuk kepentingan

dirinya sendiri (Sutarto Hadi, 2005:11). Sementara dari pengamatan penulis di

lapangan, diketahui masih banyak guru dan siswa belum memanfaatkan sarana

pembelajaran yang dimiliki sekolah secara maksimal. Banyak alat peraga yang

belum dimanfaatkan termasuk buku-buku penunjang pelajaran matematika yang

hanya tertata rapi di perpustakaan. Banyak proses pembelajaran matematika yang

hanya menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas, menambah

materi baru kemudian siswa diberi tugas lagi demikian seterusnya. Akan tetapi,

guru tidak mengetahui bagaimana proses siswa sehingga mendapatkan

penyelesaikan soal tugas tersebut. Pembelajaran matematika yang demikian akan

membosankan dan bisa membunuh motivasi dan minat belajar siswa dalam

mempelajari matematika. Apabila proses pembelajaran yang dilakukan demikian

terus, maka konsep-konsep yang seharusnya dikuasai siswa akan sulit tercapai

bahkan kompetensi dasar yang sudah terperinci dalam indikator-indikator

pembelajaran akan sulit dicapai secara maksimal.

Fenomena yang terjadi di dunia pendidikan kita, cenderung membuat

banyak siswa di setiap jenjang pendidikan menganggap bahwa matematika

merupakan pelajaran yang sulit. Sebagian besar matematika dianggap sebagai

momok bagi para siswa, terutama pada saat ulangan atau ujian sekolah. Mereka

beranggapan bahwa, untuk mendapatkan nilai yang cukup saja harus bekerja keras.

Faktor inilah yang membuat mereka takut terhadap pelajaran matematika, sehingga

malas untuk mempelajarinya. Walaupun juga ada sebagian siswa yang menganggap

bahwa matematika adalah pelajaran yang menyenangkan karena menantang.

Matematika diajarkan hampir di semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan

tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan matematika mencakup proses

mengajar, proses belajar, dan proses berfikir kreatif. Proses mengajar dilakukan

oleh pengajar yakni guru dan proses belajar dilakukan oleh siswa sebagai anak didik

yang harus memiliki daya fikir yang kreatif.

Page 21: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Berdasarkan data hasil Ujian Nasional (UN) SMP/MTs tahun pelajaran

2010-2011 diperoleh data bahwa rata-rata nilai UN matematika di Kabupaten

Ngawi adalah 7,39 berarti lebih rendah dari rata-rata propinsi jawa Timur sebesar

7,72 dan lebih rendah dari rata-rata nasional sebesar 7,50 (Balitbang, 2011). Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum prestasi belajar matematika siswa SMP di

kabupaten Ngawi masih rendah.

Data tentang persentase penguasaan materi soal matematika ujian nasional

SMP Negeri di kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan peserta

sebanyak 9677 siswa untuk materi Geometri pada: Bangun Datar, Bangun Ruang

Sisi Datar dan Bangun Ruang Sisi Lengkung diperoleh sebagai berikut:

Tabel 1.1. Persentase Penguasaan Materi Soal Ujian Nasional SMP Negeri di

Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2010/2011:

No

Urut Materi Yang Diuji

Persentase Penguasaan

Kab. Prop. Nas.

1 Bangun Datar 61,49 73,85 71,50

2 Bangun Ruang Sisi Datar 63,70 72,79 73,64

3 Bangun Ruang Sisi Lengkung 53,96 64,70 63,24

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa, untuk materi Bangun Ruang Sisi

Lengkung taraf penguasaan materi prosentasenya paling rendah. Hasil analisis daya

serap siswa tiap materi matematika yang diujikan menunjukkan hasil yang belum

maksimal, khususnya pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. Rata-rata daya

serap materi bangun ruang sisi lengkung tingkat kabupaten sebesar 53,96. Berarti,

lebih rendah dari rata-rata daya serap tingkat propinsi sebesar 64,70 dan rata-rata

daya serap tingkat nasional sebesar 63,24. Rendahnya daya serap siswa pada materi

Bangun Ruang Sisi Lengkung merupakan kenyataan pahit dalam pembelajaran

matematika, sebab materi Bangun ruang sisi lengkung merupakan salah satu materi

matematika yang sangat erat kaitannya dengan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Jika siswa mempunyai pemahaman yang rendah tentang Bangun ruang

sisi lengkung maka akan semakin menguatkan pendapat bahwa matematika adalah

materi yang sulit dan menakutkan.

Page 22: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Banyak hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya adalah

karena rendahnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari matematika.

Mungkin juga karena siswa kurang mengetahui gaya belajar yang cocok yang harus

digunakan dalam belajar atau juga karena siswa kurang antusias dalam proses

pembelajaran. Kurangnya antusiasme siswa dalam pembelajaran matematika di

kelas bisa disebabkan karena penggunaan metode mengajar yang tidak sesuai atau

kurang tepat sehingga siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai

materi yang disampaikan. Supaya kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan

seoptimal mungkin, guru diharapkan memiliki kemampuan menguasai materi yang

akan diajarkan, mampu mengklasifikasikan macam-macam model pembelajaran

dan menguasai teknik-teknik mengajar. Walaupun di dalam prakteknya sudah

banyak guru yang menerapkan diskusi kelompok dalam menyelesaikan soal

matematika, namun karena pembentukan kelompok tidak berdasar pada

heterogenitas, maka hasil kerja kelompok juga kurang maksimal. Selain itu juga

masih banyak guru yang belum memanfaatkan beberapa media secara maksimal

untuk memperjelas bahan ajar dalam pembelajaran.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor-

faktor yang ada pada siswa faktor intern, dan faktor ekstern (faktor-faktor yang ada

pada lingkungan keluarga, faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah dan faktor-

faktor yang ada pada lingkungan sosial yang lebih luas). Guna membantu siswa

mencapai keberhasilan secara maksimal perlu dilengkapi dengan media

pembelajaran yang merupakan sarana komunikasi dan sarana pelengkap yang

mengandung unsur stimulus kepada si komunikan (penerima pesan), sehingga

media dapat menarik perhatian, pikiran dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa,

media pembelajaran merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran.

Penggunaan media akan mendukung proses belajar mengajar yang dilakukan.

Materi pembelajaran dapat ditampilkan secara mudah dengan memanfaatkan media

pembelajaran yang dapat menumbuhan minat belajar siswa. Adanya media

pembelajaran akan merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses

pembelajaran. Optimalisasi kemampuan siswa akan mudah tercapai melalui

pembelajaran yang menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami materi

Page 23: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pelajaran yang diberikan dan prestasi belajar siswa meningkat. Pembelajaran yang

dilakukan akan efektif apabila model pembelajaran sesuai dengan materi yang

disampaikan, sedangkan penggunaan media merupakan salah satu upaya untuk

memahamkan siswa dalam menerima materi pembelajaran.

Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran memiliki peran yang

cukup penting yaitu untuk memperjelas bahan pembelajaran dan mengurangi

tingkat keabstrakan materi yang disampaikan. Pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Lengkung, media pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah Model

Bangun Ruang atau guru hanya menggambarkan di papan tulis. Media lain yang

dapat dimanfaatkan guru dalam pembelajaran adalah media Power Point. Dengan

pemakaian media pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa memahami

secara kongkrit hal-hal yang dipelajari, sehingga kegiatan pembelajaran dapat

mencapai tujuan yang maksimal. Kegiatan pembelajaran yang berhasil memerlukan

keaktifan seluruh indera peserta didik. Semakin banyak indera yang digunakan

untuk menerima dan mengolah informasi kegiatan pembelajaran akan semakin

berhasil. Informasi yang diserap siswa tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan

peserta didik. Penggunaan berbagai media secara efektif dalam pembelajaran

matematika akan meningkatkan kepahaman siswa dalam menerima materi pelajaran

matematika yang dapat berimbas pada meningkatnya prestasi belajar siswa.

Media dalam proses pembelajaran ditujukan untuk menyalurkan pesan

(pengetahuan, keterampilan,dan sikap) serta merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan siswa sehingga proses belajar bertujuan dan terkendali.

Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan

hasil pembelajaran yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa mengikuti tahap

perkembangan dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.

Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut

karena melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonstruksikan, dan

hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Faktor yang mendorong keberhasilan siswa salah satunya adalah gaya

belajar yang dimiliki masing-masing siswa. Sebagian siswa lebih suka guru mereka

mengajar dengan cara menuliskan semua di papan tulis, agar bisa dibaca dan

Page 24: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dipahami. Ada juga sebagian yang lain suka guru menyampaikan dengan lisan dan

mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sebagian lagi lebih suka belajar

dengan membentuk kelompok untuk mendiskusikan pelajaran agar memahami apa

yang diajarkan guru. Cara lain yang disukai banyak siswa adalah belajar dengan

cara mendengarkan ceramah. Bagaimanapun gaya belajar yang dipakai siswa

menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap siswa agar bisa menyerap sebuah

informasi dari luar dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut, jika guru bisa memahami

bagaimana perbedaan gaya belajar setiap siswa, maka dapat mengarahkan agar

siswa menggunakan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal

untuk dirinya. Menurut Nasution dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita

(2012:39), para peneliti mengklasifikasikan gaya belajar siswa sesuai kategori-

kategori sebagai berikut; a) tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kemudian

disebut gaya belajar, b) kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen

tertentu, dan c) kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat

mengefektifkan belajar.

Berdasarkan kenyataan di lapangan yang peneliti ungkapkan bahwa prestasi

matematika rendah khususnya pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung

dan pembentukan kelompok diskusi dalam pembelajaran matematika yang belum

berhasil secara maksimal serta pemanfaatan media pembelajaran yang juga belum

optimal, maka sebagai alternatif untuk membantu mengatasi permasalahan itu

adalah dengan melaksanakan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan

memanfaatkan media pembelajaran Power Point atau media Model Bangun Ruang.

Oleh karena itu diperlukan penelitian secara mendalam untuk mengetahui penyebab

rendahnya prestasi belajar matematika dan solusi yang dapat digunakan oleh guru

untuk meningkatkan prestasi belajar matematika SMP di kabupaten Ngawi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

kurangnya minat siswa dalam mempelajari matematika. Terkait dengan hal

tersebut, apakah kalau minat yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajar

Page 25: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

matematika yang dimiliki siswa lebih baik? Untuk menjawab hal ini, perlu

dilakukan penelitian tentang bagaimana merancang pembelajaran yang mampu

meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan karena

siswa kurang termotivasi dalam mempelajari matematika. Terkait dengan hal

tersebut, apakah kalau siswa memiliki motivasi tinggi maka prestasi belajar

matematika yang dimiliki siswa akan lebih baik? Untuk menjawab hal ini, perlu

dilakukan penelitian tentang bagaimana merancang pembelajaran yang mampu

meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari matematika.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

rendahnya antusiasme siswa dalam mempelajari matematika. Terkait dengan hal

tersebut muncul pertanyaan apakah kalau siswa memiliki antusiasme tinggi

maka prestasi belajar siswa lebih baik? Untuk menjawab hal ini, perlu dilakukan

penelitian tentang bagaimana merancang pembelajaran yang menyenangkan

sehingga mampu membangkitkan antusiasme belajar siswa.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan model

pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan media yang dipakai.

Terkait dengan hal tersebut muncul pertanyaan apakah kalau guru menggunakan

model pembelajaran menggunakan media, maka prestasi belajar matematika

yang dimiliki siswa lebih baik? Untuk menjawab hal ini, dapat dilakukan

penelitian yang membandingkan penggunaan model pembelajaran dengan

media menari dengan media konvensional sekaligus melihat apakah penggunaan

model dan media yang menarik cocok untuk berbagai karakteristik siswa.

5. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan

kurangnya kreatifitas guru dalam membuat media pembelajaran. Terkait dengan

hal tersebut muncul pertanyaan apakah kalau guru dalam pembelajaran kreatif

menggunakan media, maka prestasi belajar matematika yang dimiliki siswa

lebih baik? Untuk menjawab hal ini, dapat dilakukan penelitian yang

membandingkan penggunaan media pembelajaran yang menarik dengan

penggunaan media yang lain dan melihat apakah penggunaan media

pembelajaran yang menarik cocok untuk berbagai karakteristik siswa.

Page 26: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

6. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan karena

guru tidak memperhatikan perbedaan gaya belajar siswa. Terkait dengan hal

tersebut muncul pertanyaan apakah ada hubungan antara prestasi belajar

matematika yang dimiliki siswa dengan gaya belajarnya? Untuk menjawab hal

ini, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara prestasi siswa

dalam belajar matematika dengan gaya belajarnya.

C. Pemilihan Masalah

Dari keenam permasalahan yang diidentifikasi di atas, peneliti hanya ingin

melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan ke empat, kelima dan

keenam. Permasalahan penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran

peneliti pilih, sebab kenyataan di lapangan masih banyak guru matematika yang

belum menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan media pembelajaran

secara maksimal. Sedangkan faktor gaya belajar peneliti pilih, karena peneliti

berasumsi bahwa penggunaan media pembelajaran dapat berpengaruh terhadap

gaya belajar siswa. Peneliti menganggap bahwa antara model pembelajaran yang

menggunakan media pembelajaran dengan gaya belajar yang dimiliki siswa

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pemilihan masalah, agar permasalahan yang

dikaji dapat terarah, terfokus serta tidak terjadi penyimpangan terhadap apa yang

menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka peneliti membatasi ruang lingkup

masalah dalam penelitian ini pada hal-hal berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif yang diteliti dibatasi tipe STAD dengan

penggunaan media Power Point dan media Model Bangun Ruang .

2. Gaya belajar siswa dibatasi pada tiga gaya belajar yaitu gaya belajar visual,

auditorial dan kinestetik.

3. Pelajaran matematika yang diteliti dibatasi pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Lengkung yaitu tabung, kerucut dan bola.

Page 27: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Manakah yang lebih efektif, dalam pembelajaran Bangun Ruang Sisi Lengkung,

antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point,

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang atau

pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?

2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik dalam menyelesaikan soal

Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa yang mempunyai gaya belajar visual,

auditorial ataukah kinestetik?

3. Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, manakah yang mempunyai

prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power

Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

ataukah pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?

4. Pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial, manakah yang mempunyai

prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power

Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

ataukah pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?

5. Pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik, manakah yang mempunyai

prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power

Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

ataukah pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui manakah yang lebih efektif, dalam pembelajaran Bangun

Ruang Sisi Lengkung, antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model

Bangun Ruang atau pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Konvensional.

Page 28: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik dalam

menyelesaikan soal Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa yang mempunyai gaya

belajar visual, auditorial ataukah kinestetik.

3. Untuk mengetahui pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, manakah

yang mempunyai prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model

Bangun Ruang ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Konvensional.

4. Untuk mengetahui pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial,

manakah yang mempunyai prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Konvensional.

5. Untuk mengetahui pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik,

manakah yang mempunyai prestasi lebih baik, pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan media Power Point, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Model Bangun Ruang ataukah pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Konvensional.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini memiliki beberapa manfaat diantaranya:

1. Bagi Guru;

a. Sebagai pertimbangan bagi pengoptimalan hasil belajar siswa.

b. Sebagai sarana penggalian motivasi siswa untuk berprestasi.

2. Bagi Lembaga;

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi kebijakan penggunaan media

pembelajaran yang efektif.

b. Sebagai bahan untuk pemanfaatan media pembelajaran yang efisien.

3. Bagi Peneliti;

Sebagai sarana menambah pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan media yang efektif dalam pembelajaran matematika.

Page 29: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran terdapat istilah-istilah; pendekatan, strategi, metode,

prosedur dan model dalam pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-

buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2011:5).

Guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan

materi yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model

pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

kegiatan kependidikan, khususnya penyajian materi pelajaran kepada siswa.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri kusus yang tidak dimiliki strategi

atau metode pembelajaran, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh

penciptanya, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar atau

pola urutan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, dan lingkungan belajar yang

diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai (DepDikNas, 2005:12). Model-

model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli antara lain: model

pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran

berdasarkan masalah, model pembelajaran tematik, model pembelajaran berbasis

komputer, model pembelajaran berbasis web, model paikem, model

pembelajaran mandiri, model lesson study dan masih banyak lagi yang lainya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bisa dikatakan bahwa, model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari strategi, metode atau

prosedur pembelajaran, model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan

dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di

kelas. Selain itu juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas

Kongkrit

11

Page 30: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dalam

pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah suatu rancangan yang teratur dan terurut berisi prosedur baku yang

digunakan guru dalam mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang

dilaksanakan.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori

konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek

informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan

itu tidak lagi sesuai (Trianto, 2011:13). Model pembelajaran kooperatif

merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja

secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak dalam

Trianto, 2011:42). Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling

membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dengan demikian

melalui pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar dengan cara

bekerja sama dengan sesama temannya.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil

yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen kemampuan, jenis kelamin,

suku, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok

tersebut adalah agar semua siswa terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan

kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok

adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling

membantu sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran

kooperatif mempunyai ciri-ciri:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif.

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah.

Page 31: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,

budaya, jenis kelamin maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri

dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

(Depdiknas, 2005: 14)

Menurut Murray dalam Tuan (2010:66), “Cooperative learning suggest

that learning would be more meaningful if learnes should experiment on their

own learning instead or listening to the teacher’s lectures. Furthermore,

conflicts resolution will help promote student’s cognitive growth”. Pembelajaran

kooperatif menyarankan bahwa pembelajaran akan lebih berarti apabila siswa

mampu bereksperimen dalam pembelajarannya sendiri dibanding mendengarkan

ceramah guru. Lagi pula pemecahan konflik membantu meningkatkan

pertumbuhan pikiran siswa. Johnson dan Holuble (dalam Effendi Zakaria dan

Zanaton Iksan, 2006:36) lima unsur penting dari pembelajaran kooperatif :

1) Positive interdependence : The success of one learner is dependent on the

success of the learnes. 2) Promotive interaction : individual can achieve

promotive interaction by helping each other, exchanging resources,

challenging each other’s conclusions, providing feedback, encouraging and

striving mutual benefits. 3) Individual accountability : Teacher should asses

the amount of effort that each member is contributing. These can be done by

giving an individual test to each student and randomly calling students to

present group work. 4) Interpersonal and small group skills : Teachers must

provide opportunities for group members to know each other, accept and

support each other, communicate accurately and resolve differences

constructively. 5) Group processing : Teachers must also provide

opportunities for the class to assess group progress. Group processing

enables group to focus an good working relationship, facilitites the learning

of cooperative skills and ensures that members receive feedback.

Terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni : 1)

Saling ketergantungan positif antar siswa. 2) Interaksi dengan saling membantu,

saling tukar pendapat, memberikan umpan balik, dan memanfaatkan timbal

balik. 3) Tanggung jawab individu, guru memberi test individu kepada siswa dan

secara acak memanggil siswa untuk menyajikan perkerjaan kelompok mereka. 4)

Interpersonal dan keterampilan kelompok kecil. 5) Proses berkelompok yang

memusatkan kerjasama yang baik, memudahkan keterampilan kooperatif dan

memastikan anggota kelompok menerima umpan balik.

Page 32: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam pembelajaran ini siswa

belajar bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang untuk

menguasai materi yang disampaikan guru. Menurut Slavin (2008:12), gagasan

utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi

peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain

dalam menguasai pengajaran yang diajarkan oleh guru.

Adapun komponen-komponen dalam model pembelajaran kooperatif tipe

STAD menurut Slavin (2008:143-160) dirangkum sebagai berikut:

(1) Presentasi kelas, merupakan pengajaran langsung atau diskusi yang

dipimpin oleh guru, atau pengajaran dengan presentasi audiovisual.

Sehingga peserta didik akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar

memperhatikan selama presentasi kerena akan sangat membantunya dalam

mengerjakan kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

(2) Tim, terdiri atas empat atau lima orang yang heterogen. Fungsi utama dari

tim adalah untuk memastikan bahwa semua aggota tim benar-benar belajar,

sehingga setiap anggota tim mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru

menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan,

yang berupa pembahasan masalah, membandingkan jawaban, dan

mengoreksi kesalahan pemahaman antar anggota tim.

(3) Kuis, dilakukan setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan satu

atau dua periode praktikum tim. Peserta didik tidak diperkenankan untuk

saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap peserta didik

bertanggungjawab secara individual untuk memahami materinya.

(4) Skor kemajuan individual, tiap peserta didik dapat memberikan kontribusi

poin yang maksimal kepada kelompoknya dalam sistem skor, sehingga tiap-

tiap anggota kelompok harus berusaha memperoleh nilai yang maksimal dari

skor kuisnya. Selanjutnya peserta didik akan mengumpulkan poin untuk tim

mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis dibandingkan dengan skor

awal mereka.

Page 33: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individu

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

10 sampai 1 poin di bawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin di tas skor awal

Lebih dari 10 poin di atas skor awal

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari nilai awal)

5

10

20

30

30

(5) Rekognisi Tim. Tujuan dari pemberian skor adalah untuk memberi

penghargaan pada tiap-tiap kelompok. Kelompok dengan skor tertinggi

mendapatkan penghargaa tim super, kelompok dengan skor menengah

mendapatkan penghargaan tim sangat baik dan kelompok dengan skor

terendah sebagai kelompok tim baik (Slavin, 2008: 160). Untuk menjadi

kelompok dengan predikat/penghargaan superteam maka sebagian besar

anggota kelompok harus memiliki skor di atas skor awal mereka.

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD:

(1) Guru dapat mengetahui perkembangan nilai siswa baik secara individu

maupun kelompok.

(2) Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdapat penghargaan

kelompok dimana hal tersebut dapat membantu membangkitkan motivasi

siswa dalam belajar dan bersaing secara sehat.

(3) Selain itu dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dapat

belajar untuk bekerjasama untuk kepentingan bersama.

Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD:

(1) Ada kecenderungan bagi siswa yang malas untuk meniru jawaban teman

sekelompoknya saat kegiatan diskusi.

(2) Pengaturan ke dalam kelompok STAD membutuhkan waktu yang cukup

lama, sehingga menyita waktu pembelajaran.

Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama,

dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memotivasi siswa untuk belajar hingga diakiri dengan langkah memberi

penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok individu maupun kelompok.

Page 34: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 2.2. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase ke- Indikator Aktivitas/Kegiatan guru

1

Menyampaikan

tujuan dan

memotifasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar

2 Menyajikan

informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

denga demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3

Mengorganisasik

an siswa ke

dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

4

Membimbing

kelompok bekerja

dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas.

5 Evaluasi

Guru mngevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah dipelajari dengan tes

individu.

6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai

upaya atau hasil belajar individu ataupun

kelompok. Sumber: (Ibrahim, dkk. dalam Trianto, 2011:49)

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a) Pembelajaran kooperatif STAD dengan media Power Point

1. Persiapan: Guru menyiapkan RPP dengan media Power Point, LKS yang

sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru

menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Guru menyampaikan materi pelajaran materi bangun ruang sisi lengkung

dengan menggunakan media Power Point.

3. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan

perpaduan yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan

kemampuan belajar (kelompok heterogen).

Page 35: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk

meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui dan

memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.

5. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk

mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.

Kemudian guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,

memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru memberikan

tes kepada siswa secara individual.

6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor

dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Dengan kata lain, guru memberi nilai

yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil diskusi belajarnya lebih baik.

b) Pembelajaran kooperatif STAD dengan media Power Point

1. Persiapan: Guru menyiapkan RPP dengan media Model Bangun Ruang,

LKS yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru

menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Guru menyampaikan materi pelajaran materi bangun ruang sisi lengkung

dengan menggunakan media Model Bangun Ruang.

3. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan

perpaduan yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan

kemampuan belajar (kelompok heterogen).

4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk

meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui dan

memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.

Page 36: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk

mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.

Kemudian guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,

memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru memberikan

tes kepada siswa secara individual.

6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor

dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Dengan kata lain, guru memberi nilai

yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil diskusi belajarnya lebih baik.

c) Pembelajaran kooperatif STAD dengan media Konvensional

1. Persiapan: Guru menyiapkan RPP dan LKS yang sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif STAD. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Guru menyampaikan materi pelajaran bangun ruang sisi lengkung dengan

menggambarkan benda bangun ruang sisi lengkung di papan tulis.

3. Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan

perpaduan yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan

kemampuan belajar (kelompok heterogen).

4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk

meyakinkan bahwa setiap orang dalam kelompoknya mengetahui dan

memahami jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS.

5. Perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk

mempresentasikan hasil dari diskusi mereka atau hasil dari tugas di LKS.

Kemudian guru mengarahkan siswa dalam membuat rangkuman,

memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya, guru memberikan

tes kepada siswa secara individual.

Page 37: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor

dasar ke skor tes berikutnya (terkini). Dengan kata lain, guru memberi nilai

yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil diskusi belajarnya lebih baik.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran membutuhkan sumber belajar untuk

mendukung kegiatan tersebut. Sumber belajar dapat berwujud beragam

diantaranya adalah media belajar. Media secara harfiah berasal dari bahasa Latin

sebagai bentuk jamak dari medium atau pengantar. Media merupakan wahana

penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media secara khusus dapat

didefinisikan sebagi alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau

informasi dari pengirim kepada penerima (Atwi S dalam Yana Wardhana,

2010:47).

Menurut Azhar Arsyad (2003:6) terdapat pembatasan media

pembelajaran yang ada diantaranya :

1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik sebagai hardware (perangkat

keras) yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan

panca indera.

2) Media pembelajaran memiliki pengertian non-fisik sebagai software

(perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat

keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.

4) Media pendidikan memiliki pengertian alat Bantu pada proses belajar baik

didalam maupun diluar kelas.

5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru

dan siswa dalam proses pembelajaran.

6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (radio, televisi),

kelompok besar dan kecil (film, slide, video, OHP) atau perorangan (modul,

computer, radiotape/kaset, video recorder)

Page 38: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Media sebagai bentuk perantara yang digunakan manusia untuk

menyampaikan atau menyebarkan ide atau gagasan sehingga ide, gagasan

tersebut dapat diterima siswa dengan baik. Media adalah komponen sumber

belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan

siswa yang merangsang belajar siswa. Komponen sistem pembelajaran dan

media pembelajaran memegang peranan penting. Penggunaan media secara

kreatif dapat memperbesar kemungkinan siswa belajar lebih banyak dan

meningkatkan penampilan mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

Media bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan bagian integral

dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran ini merupakan

suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem instruksional

yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi tanggung jawab

dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru tetap sebagai pengelola,

motivator dan tutor, sedangkan media sebagai penyaji materi ajar. Dengan

demikian guru dapat menggunakan waktunya secara lebih efisien dan beban

tugas dapat dikurangi, produktivitas pengajaran lebih tinggi. Media

pembelajaran sangat diperlukan apalagi bila media tersebut dapat membantu

guru dalam membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Menurut Yana

Wardhana (2010:47), untuk menunjang keberhasilan pengajaran pada proses

belajar mengajar, diperlukan media sebagai sarana komunikasi dan sarana

pelengkap yang mengandung unsur stimulus kepada si komunikan (penerima

pesan), sehingga media dapat menarik perhatian, pikiran dan perasaan.

Media yang digunakan dalam penelitian ini meliputi media Power Point

dan media Model Bangun Ruang, diharapkan media pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran dapat efektif artinya media tersebut akan lebih

tepat guna dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan mengajar tanpa

menggunakan media. Dengan demikian kegunaan media anatara lain:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (hafalan,

dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2) Mengetahui keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.

Page 39: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sifat pasif anak didik sehingga siswa lebih bergairah.

4) Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga

membuat belajar lebih mantap dan penanaman pengertian lebih jelas.

Dari uraian tersebut di atas dapat peneliti simpulkan bahwa media

pembelajaran adalah suatu alat bantu yang digunakan guru dalam pembelajaran

untuk memperjelas materi yang disampaikan agar dapat diterima dengan baik

oleh siswa dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran sehingga dapat

diperoleh hasil yang optimal.

b. Ciri dan Jenis Media Pembelajaran

Ciri-ciri media pembelajaran adalah :

1) Dapat diraba, dilihat, didengar melalui panca indera.

2) Digunakan untuk komunikasi dalam pembelajaran guru-murid.

3) Alat Bantu mengajar outdoor maupun indoor.

4) Mengandung aspek alat dan teknik yang berdampingan dengan metode

mengajar.

Menurut Yana Wardhana (2010:53-57), berdasarkan klasifikasinya,

media dibagi menjadi beberapa jenis yang bisa dirangkum sebagai berikut:

1) Media Grafis adalah media yang mengkomunikasikan fakta-fakta dan

gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara kata-kata

dan gambar seperti (bagan, diagram, grafik, poster, kartun dan komik).

2) Gambar Fotografi.

3) Media proyeksi, meliputi: Overhead Projector, slide dan filmstrip.

4) Media Audio.

5) Media tiga Dimensi.

6) Media Lingkungan.

Dari berbagai jenis media yang ada, dalam penelitian ini hanya akan

dikemukakan pembelajaran yang menggunakan dua media, yaitu : media

Power Point dan media Model Bangun Ruang. Media memiliki fungsi untuk

mengatasi hambatan dalam komunikasi. Hambatan dalam komunikasi meliputi

keterbatasan fisik, sikap pasif dan sarana belajar. Hambatan dalam komunikasi

Page 40: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

yang diantaranya bersifat verbalisme, salah penafsiran, perhatian bercabang dan

tidak ada tanggapan. Menurut Edgar Dale (dalam Hamdaani, 2011:186-187),

Media mempunyai kegunaan antara lain:

1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis;

2) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dan daya indera;

3) menimbulkan gairah belajar, interaksi antara siswa dengan sumber belajar;

4) memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya;

5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Dengan demikian, media yang dipergunakan dalam pembelajaran

memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi

pelajaran, karena melalui media siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas

dan lebih lengkap sehingga menimbulkan minat belajar yang baru. Konsep

materi pelajaran dalam pembelajaran yang dilaksanakan dapat dijelaskan oleh

media pembelajaran yang disajikan dengan rekreatif dan menarik. Sebagai

ilustrasi yang menjadi acuan penggunaan media dalam proses belajar mengajar

adalah kerucut pengalaman Dale (Dale’s Cone of Experiences), (Azhar Arsyad,

2003:10)

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Simbol

Verbal Simbol Visual

Visual Radio

Film

Televisi

Wisata

Demonstrasi

Partisipasi

Observasi

Pengalaman Langsung Kongkrit

Abstrak

Page 41: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan bermakna

mengenai informasi dan gagasan yang terkandung di dalamnya. Percobaan di

laboratorium merupakan contoh penerapan pelajaran secara langsung. Penuangan

dalam chart, grafik menunjukkan tingkat keabstrakan media tersebut. Hal ini

disebabkan penyampaian secara abstrak memancing peserta didik untuk

mengembangkan imajinasinya. Kemampuan menerjemahkan sesuatu yang

abstrak terbangun seiring dengan perkembangan tingkat emosional siswa.

c. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Soejono Trimo (dalam Hamdani, 2010:48), untuk dapat memilih

keputusan yang tepat dalam mengkaji media mana yang paling sesuai atau paling

efektif menstimulasi proses belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan tertentu

tidak dapat menghindar untuk mengkaji; 1) karakteristik setiap jenis media

instruksional; 2) mengetahui tingkat nilai instrinsik (stimulus) yang dikandung

oleh setiap jenis media. Sementara menurut Hamdani (2011:187), karakteristik

dan kemampuan media perlu diperhatikan guru agar dapat memilih media yang

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

Berdasarkan pendapat-pendapar di atas jelaslah kiranya bahwa dalam

memilih media pembelajaran, harus sesuai dengan materi yang akan

disampaikan. Penggunaan media pembelajaran pada tahap proses pembelajaran

akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan

serta isi pelajaran saat itu. Selain itu pembelajaran bermedia dapat membantu

siswa untuk meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik dan

terpercaya, memudahkan penafsiran dan memadatkan informasi.

2.1 Media Power Point

a. Pengertian Media Power Point

Media Power Point menggunakan Liquid Crystal Display (LCD)

merupakan sebuah teknologi layar digital yang menghasilkan citra pada sebuah

permukaan yang rata (flat) dengan memberi sinar pada kristal cair dan filter

berwarna, yang mempunyai struktur molekul polar, diapit antara dua elektroda

yang transparan. Bila medan listrik diberikan, molekul menyesuaikan posisinya

Page 42: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pada medan, membentuk susunan kristalin yang mempolarisasi cahaya yang

melaluinya. Pada awalnya, teknologi LCD lebih banyak digunakan sebagai layar

untuk laptop, komputer desktop juga mulai menggunakan monitor.

Program power point dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi,

baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun

perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai

media komunikasi yang menarik. Beberapa hal yang menjadikan media ini

menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan

pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah

sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Pada prinsipnya program ini terdiri dari

beberapa unsur rupa, dan pengontolan operasionalnya. Unsur rupa yang

dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat

dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut

dapat dibuat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan

kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat diatur sesuai keperluan, sesuai

timing yang diinginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik

tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang

mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik.

b. Kelebihan Media Power Point

Media Power Point menggunakan LCD dalam pembelajaran memiliki

beberapa kelebihan di antaranya:

1) Gambar yang diproyeksikan pada slide lebih jelas jika dibandingkan dengan

kalau digambar di papan tulis.

2) Guru sambil mengajar dapat berhadapan dengan siswa.

3) Benda-benda kecil dapat diproyeksikan dengan LCD.

4) Memungkinkan penyajian warna yang menarik minat-minat siswa.

5) Tidak memerlukan tenaga bantuan operator.

6) Praktis dipergunakan.

7) Mempunyai variasi teknik penyajian yang menarik.

8) Menghemat tenaga.

9) Sepenuhnya di bawah control guru.

Page 43: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

c. Kelemahan Media Power Point

Media Power Point menggunakan LCD juga memiliki beberapa

kelemahan di antaranya:

1) LCD memerlukan peralatan khusus.

2) Memerlukan waktu, usaha dan penyiapan yang baik.

3) Menuntut sistem kerja yang sistematis.

4) Memerlukan tingkat penguasaan yang baik dari pengajar.

d. Teknik Penyajian bahan pelajaran dengan media Power Point

menggunakan LCD.

Pedoman untuk menyajikan bahan pelajaran dengan LCD sebagai berikut:

1) Buka slide yang berisi hal yang penting.

2) Slide berikutnya mungkin berisi bagian pertanyaan untuk didiskusikan

dan konsep yang penting.

3) Gunakan slide untuk menjelaskan dan berkomunikasi dengan siswa .

4) Libatkan siswa dalam diskusi.

5) Gunakan metode yang menyenangkan dalam presentasi.

6) Bila menggunakan slide yang biasa, gunakan layout dan warna untuk

setiap bagian.

7) Gunakan suara, animasi dan clip art dalam setiap presentasi.

(Davis, R. H dan Alexander, L. T dalam Hery P, 2009: 26-28).

Lipponen (2002) diambil dalam jurnal internasional, mengatakan “Has

proposed four kinds of interaction in which computers play a part: 1)

Interactions at the computers, 2) Interactions arround computers, 3)

Interactions related to computer applications, and 4) interactions through

computers.” Empat macam jenis interaksi dimana komputer-komputer

memegang peranan: 1) Interaksi pada komputer, 2) Interaksi di sekitar komputer,

3) Interaksi dengan aplikasi komputer, dan 4) Interaksi melalui komputer.

Dari landasan teori di atas dapat peneliti disimpulkan bahwa, media

pembelajaran menggunakan media komputer adalah suatu proses pembelajaran

yang dibantu dengan menggunakan program-program komputer, salah satu

contohnya adalah program Power Point yang membuat tampilan huruf, warna

Page 44: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dan animasi yang menarik sehingga siswa akan lebih tertarik dan terfokus untuk

mengikuti dan memperhatikan pelajaran dengan baik sehingga diharapkan siswa

lebih cepat atau lebih mudah untuk memahami materi pelajaran. Dalam

penelitian ini, program komputer yang digunakan di dalam pembelajaran adalah

program penyajian materi pelajaran yang menggunakan Power Point.

2.2. Media Model Bangun Ruang

Ada beberapa kegunaan media pembelajaran ini dalam proses belajar

mengajar, baik untuk peserta didik itu sendiri maupun untuk pendidik, berikut

adalah manfaatnya:

a. Bagi peserta didik

1) Mempermudah peserta didik dalam mencerna materi bangun ruang.

2) Menuntun Peserta didik dapat berpikir kreatif, kritis dan mengembangkan

pemikirannya melalui media pembelajaran ini tentang materi bangun ruang.

3) Peserta didik dapat bereksperimen sesuai dengan kemampuannya. Ilmu yang

diperoleh merupakan hasil dari pola pikir peserta didik.

4) Membantu peserta didik agar tidak jenuh selama mengikuti pelajaran.

5) Peserta didik dapat membangun pengetahuannya agar lebih memahami

konsep materi yang diajarkan.

6) Memacu agar peserta didik bersemangat dalam mengikuti pelajaran

matematika materi bangun ruang khususnya tabung.

7) Menuntut peserta didik agar berinovasi dengan hal positif yang baru.

8) Membantu proses perkembangan syaraf sensorik dan motorik yang berfungsi

merangsang perkembangan psikologi agar lebih baik dan kreatif.

9) Berfungsi sebagai alat untuk mempermudah mencerna materi pelajaran

bangun ruang agar lebih memahami materi yang telah disampaikan.

b. Bagi pendidik

1) Mempermudah proses belajar mengajar.

2) Menghemat waktu.

3) Memacu pendidik agar lebih berpikir kreatif, inovatif dan edukatif.

4) Dapat dijadikan referensi sebagai media pembelajaran Mempermudah

pendidik dalam proses belajar mengajar.

Page 45: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

5) Pendidik lebih diuntungkan dalam hal ini karena dapat mengehamat waktu

dan tenaga dalam proses belajar mengajar.

6) Pendidik dapat selalu bereksperimen dan berinovasi dengan hal – hal yang

baru agar dapat memperbaiki proses belajar mengajar yang tradisional kearah

kontekstual yang banyak manfaatnya.

Adapun kelemahan menggunakan media pembelajaran ini adalah :

1) Biaya yang dikeluarkan lebih besar, karena harus membeli dan menyediakan

bahan – bahan untuk membuat media pembelajaran ini.

2) Tidak praktis dan ekonomis, karena terlebih dahulu harus membuat medianya.

3) Bagi anak yang mempunyai kelemahan dalam menyerap materi pelajaran maka

akan lebih menjadi rumit dengan adanya media ini.

4) Memerlukan waktu untuk memikirkan inovasi yang lainnya untuk dapat

memperbaharui media pembelajaran pada materi selanjutnya.

2.3. Media Konvensional

Media konvensional yang dimaksud adalah media pembelajaran yang hanya

digambar oleh guru di papan tulis. Media ini sangat tergantung pada kreatifitas

seorang guru dalam menggambarkan suatu model bangun ruang, sehingga antara

satu guru dengan guru yang lain bisa berbeda.

Kelebihan dari media konvensional adalah;

1) Tidak membutuhkan banyak biaya.

2) Mudah membuatnya.

3) Mudah diubah.

Adapun kelemahan dari media Konvensional adalah:

1) Tidak standart.

2) Tergantung pada kemampuan dan kreatifitas guru.

3) Sulit dipahami bagi siswa yang kurang bisa berimajinasi.

4) Mengurangi waktu pembelajaran karenan menggambarkan media dipapan tulis.

3. Gaya Belajar

Dalam proses belajar sebaiknya pengajaran yang dilakukan sesuai dengan

kemampuan menyerap informasi yang dimiliki siswa, kemudian akan lebih baik

Page 46: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

lagi jika proses pengajaran yang terjadi sesuai dengan kemampuan siswa dalam

mengatur dan mengolah informasi dan pengetahuan yang diterimanya. Hal ini

selaras dengan pendapat Gilakjani dan Ahmadi (2011:469-471),

One of the most important uses of learning styles is that it makes it easy for

teachers to incorporate them into their teaching. There are different learning

styles. Three of the most popular ones are visual, auditory, and kinaesthetic.

Accommodating teaching to learning styles improves students' overall learning

results, increases both motivation and efficiency and enables a positive attitude

towards the language being learned. The purpose of using learning styles is to

find the best ways for both students to learn effectively and teachers to teach

efficiently.

Salah satu manfaat penting mengetahui gaya belajar siswa adalah mempermudah

guru dalam menyesuaikan pengajaran. Tiga gaya belajar yang populer adalah

visual, auditori dan kinestetik. Dengan mengakomodasi gaya belajar siswa dalam

mengajar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan motivasi

dan efisiensi hal yang dipelajari. Tujuan mengetahui gaya belajar adalah agar siswa

menemukan cara terbaik dalam belajar dan guru mengajar secara efisien. Menurut

DePorter & Hernacki (2011:110), gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari

bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Selanjutnya juga dikatakan bahwa, orang visual belajar melalui apa yang dilihat,

pelajar auditorial melalui apa yang didengar dan pelajar kinestetik belajar lewat

gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari orang belajar dengan

menggunakan ketiga gaya belajar ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih

cenderung pada salah satu diantara ketiganya (DePorter, 2011:112)

Gaya belajar adalah sebuah karakteristik individu yang meliputi bagaimana

mereka berkumpul, berorganisasi, dan berpikir tentang informasi. Setiap siswa

memiliki kemampuan yang berbeda, baik dalam menyerap, mengatur maupun

mengolah informasi. Hal ini wajar, sebab setiap siswa memiliki latar belakang,

minat dan bakat yang berbeda. Sebelum proses belajar dimulai, akan lebih baik jika

diketahui bagaimana agar siswa dapat menyerap informasi dengan mudah.

Keberhasilan yang dapat dicapai seseorang juga ditentukan oleh ambisi dan usaha

untuk mencapai ambisi dan mengatasi kenyataan yang ada (Reni Akbar, 2004:168-

169). Gaya belajar termasuk faktor dari dalam diri siswa yang dapat menyebabkan

siswa dapat berhasil atau gagal dalam mencapai tujuan secara optimal.

Page 47: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3.1 Gaya Belajar Visual

Menurut Gilakjani dan Ahmadi (2011:469), dalam jurnal internasional

Visual learners think in pictures and learn best in visual images. They depend on

the instructor’s or facilitator’s non-verbal cues such as body language to help with

understanding. Sometimes, visual learners favour sitting in the front of the

classroom. They also take descriptive notes over the material being presented.

Pelajar visual cenderung belajar dalam bentuk gambar, tergantung pada instruktor

dan fasilitator non verbal seperti bahasa tubuh untuk membantu memahami. Kadang

di kelas memilih duduk di depan dan mencatat diskripsi materi yang diajarkan.

Siswa dengan gaya belajar ini akan mudah menyerap informasi melalui visual atau

melihat. Apa yang dilihat oleh siswa mempunyai pengaruh bagi proses belajar

siswa, seperti gambar, warna, chart, potret ataupun diagram. Seseorang yang

memiliki gaya belajar visual mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1) Rapi dan teratur.

2) Berbicara dengan cepat.

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.

4) Teliti terhadap detil.

5) Mementingkan penampilan, dalam hal pakaian maupun ketika presentasi.

6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam

pikiran mereka.

7) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar.

8) Mengingat dengan asosiasi visual.

9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,

dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.

11) Pembaca cepat dan tekun.

12) Lebih suka membaca daripada dibacakan.

13) Membutuhkan pandangan dan tujuan menyeluruh, bersikap waspada

sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.

14) Mencoret-coret tanpa arti saat berbicara di telepon dan mengikuti rapat.

15) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

Page 48: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

16) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”.

17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato.

18) Lebih suka seni daripada musik.

19) Sering kali mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi tidak pandai

memilih kata-kata.

20) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan (DePorter, 2011:118).

3.2 Gaya Belajar Auditorial

Menurut Gilakjani dan Ahmadi (2011:469), These individuals discover

information through listening and interpreting information by the means of pitch,

emphasis and speed. These individuals gain knowledge from reading out loud in the

classroom and may not have a full understanding of information that is written.

Individu auditori menemukan informasi melalui pendengaran dan menafsirkannya

dengan sarana lapangan, suka dibacakan dengan keras dan tidak suka secara tertulis.

Gaya belajar auditorial adalah cara seseorang memperoleh informasi baru dengan

cara mendengar.

Orang yang memiliki gaya belajar auditorial biasanya suka berbicara sendiri,

menyukai ceramah atau seminar daripada membaca buku, atau lebih suka berbicara

dari pada menulis. Secara umum, ciri-ciri orang yang bergaya belajar auditorial

antara lain sebagai berikut:

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.

2) Mudah terganggu oleh keributan.

3) Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca

sesuatu.

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara

yang didengar.

6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita.

7) Berbicara dalam irama yang terpola.

8) Biasanya pembicara yang fasih.

9) Lebih suka musik daripada seni.

Page 49: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan

daripada yang dilihat.

11) Suka berbicara suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

13) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.

14) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik (DePorter, 2011:118).

3.3 Gaya Belajar Kinestetik

Gilakjani dan Ahmadi (2011:469), berpendapat bahwa Individuals that are

kinaesthetic learn best with and active “hands-on” approach. These learners

favour interaction with the physical world. Most of the time kinaesthetic learners

have a difficult time staying on target and can become unfocused effortlessly.

Individu kinestetik belajar dengan aktif interaksi melalui gerak fisik. Sebagian besar

pelajar kinestetik sulit konsentrasi bila diam di tempat terlalu lama. Gaya belajar

kinestetik ialah cara mempelajari informasi baru dengan cara bergerak, bekerja,

menyentuh dan cenderung lebih mudah menyerap, mengatur dan mengolah

informasi melalui sentuhan dan gerakan tubuh, lebih baik bergerak atau berjalan

ketika berpikir, banyak menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, dan merasa

sulit untuk duduk berdiam diri.

Ciri-ciri perilaku orang dengan gaya belajar kinestetik antara lain adalah:

1) Berbicara dengan perlahan dan menanggapi perhatian fisik.

2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.

3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.

4) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak.

5) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar.

6) Belajar melalui memanipulasi dan praktik.

7) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

8) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.

9) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

10) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.

Page 50: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

11) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah

berada di tempat itu.

12) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

13) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot atau mencerminkan aksi

dengan gerakan tubuh saat membaca.

14) Kemungkinan tulisannya jelek.

15) Ingin melakukan sesuatu dan menyukai permainan yang menyibukkan

(DePorter, 2011:118-120).

Menurut Franzoni dan Assar (2009:15), dalam jurnal internasionalnya

Recent research on the learning process has shown that students tend to learn

in different ways and that they prefer to use different teaching resources as

well. Many researchers agree on the fact that learning materials shouldn’t just

reflect of the teacher’s style, but should be designed for all kinds of students

and all kind of learning styles.

Penelitian terbaru pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa cenderung

belajar dengan cara yang berbeda dan menggunakan gaya belajar yang berbeda

juga. Banyak peneliti setuju pada fakta bahwa, materi pembelajaran seharusnya

tidak hanya mencerminkan gaya guru, tetapi juga harus dirancang untuk jenis gaya

belajar siswa.

4. Prestasi Belajar Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895), mengartikan bahwa

prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya. Mengenai belajar menurut Yana Wardhana (2010:15), belajar pada

intinya adalah perubahan sikap mental dalam diri seseorang setelah melakukan

aktivitas tertentu. Secara sederhana belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses

yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman yang diperolehnya (Gage dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono,

1999:116). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman

setelah melakukan aktivitas tertentu.

Menurut Reni Akbar (2004:168), prestasi belajar adalah hasil penilaian

pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan

Page 51: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari

siswa. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa atau mahasiswa yang

dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf (M Nur G & Rini R.S, 2012:9).

Dengan demikian, prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan

pengetahuan atau keterampilan siswa yang diperoleh setelah mempelajari mata

pelajaran matematika dalam bentuk nilai.

5. Penelitian Yang Relevan.

1. Makhlouf, Martinez dan Dahawy (2012) menyimpulkan bahwa: Pada gaya

belajar yang dimiliki pria dan wanita untuk gaya belajar Kinestetik pria secara

statistik mempunyai prestasi lebih baik dibanding kinestetik wanita. Namun

untuk gaya belajar Visual dan Auditorial mempunyai prestasi setara Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah tinjauannya

sama yakni gaya belajar, sedangkan perbedaannya adalah kalau penelitian

tersebut membandingkan antara gaya belajar pria dan wanita namun pada

penelitian yang peneliti lakukan membandingkan keefektifan pembelajaran

STAD menggunakan berbagai media dengan gaya belajar siswa yang dimiliki

siswa terhadap prestasi belajarnya.

2. Penelitian oleh Hery Purwanto (2009), menyimpulkan bahwa: 1) Pembelajaran

dengan media LCD Power Point lebih efektif dibanding dengan media peta. 2)

Siswa dengan motivasi tinggi mempunyai prestasi lebih baik dibanding motivasi

rendah. 3) Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan media dengan pretasi

siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media

Power Point, sedangkan perbedaannya pada tinjauan yang peneliti lakukan

ditinjau dari gaya belajar pada pelajaran matematika.

3. Penelitian oleh Ninik Agustin (2010), dari data analisis disimpulkan : (1) Prestasi

belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw menghasilkan prestasi yang lebih baik dibanding dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi siswa

yang mempunyai gaya belajar visual sama saja dengan prestasi belajar siswa

yang mempunyai gaya belajar auditorial dan kinestetik pada materi Bangun

Page 52: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Ruang Sisi Datar siswa kelas VIII SMP Negeri di Sukoharjo, (3) Tidak terdapat

interaksi antara penerapan model pembelajaran dan gaya belajar terhadap

prestasi belajar matematika pada materi Bangun Ruang Sisi Datar siswa kelas

VIII SMP Negeri di Sukoharjo. Persamaannya dengan penelitian yang peneliti

lakukan adalah sama-sama menggunakan pembelajaran kooperative tipe STAD

dan ditinjau dari gaya belajar, sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan adalah kalau ini menggunakan tipe STAD tanpa media pada

materi Bangun Ruang Sisi Datar , sedangkan penelitian yang peneliti laksanakan

tipe STAD menggunakan media Power Point dan media Model Bangun Ruang

materi Bangun Ruang Sisi Lengkung .

4. Irma Kurniawati (2004) dalam penelitian yang menyimpulkan bahwa ada

perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan

media Power Point dengan siswa yang diberi pengajaran dengan metode

konvensional, ada perbedaan prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa,

tidak ada interaksi yang signifikan antara media Power Point dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar. Persamaannya dengan penelitian yang akan

penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan media Power Point namun

ditinjau dari motivasi belajar, sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang

akan penulis lakukan adalah menggunakan metode STAD yang ditinjau dari

gaya belajar.

5. Yunita Dwi Hapsari (2008) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika dengan media komputer yaitu Power Point lebih

efektif dalam meningkatkan prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas

belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Persamaannya

dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama menggunakan

media Power Point namun ditinjau dari aktifitas belajar, sedangkan

perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah menggunakan

metode STAD yang ditinjau dari gaya belajar.

6. Rosseni dalam penelitiannya menyimpulkan agar menggunakan komputer dalam

pembelajaran untuk memberi kesempatan perkembangan pelajar divergers ini,

tetapi juga untuk pelajar-pelajar yang mempunyai gaya belajar yang berbeda.

Page 53: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan media computer dan

menyelidiki pengaruh gaya belajar, sedangkan bedanya kalo pada penelitian ini

adalah menggunakan pembelajaran tipe STAD dengan media yang berbeda.

7. Gilakjani dan Ahmadi (2011), menyimpulkan yang paling penting dari gaya

belajar adalah bahwa dengan mengetahui gaya belajar siswa maka guru dapat

mengkaitkan pengajaran dengan gaya belajar mereka. Tiga gaya belajar yang

populer adalah visual, auditori, kinestetik. Hasil menunjukkan bahwa gaya

belajar yang disukai mahasiswa Iran EFL adalah visual. Tujuan penelitian ini

adalah untuk memberikan pemahaman tentang efek gaya belajar yang dimiliki

siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pada proses pengajaran. Kesamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama meninjau gaya belajar siswa, sedangkan

perbedaanya adalah kalau pada penelitian tersebut untuk mengetahui gaya

belajar mana yang disukai siswa akan tetapi pada penelitian yang peneliti

lakukan untuk mengetahui pada masing-masing gaya belajar mana yang

mempunyai prestasi lebih baik.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang

memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok.

Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan, dan berusaha keras membantu

temannya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar dan bertanggung jawab atas

pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

menekankan pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika

semua anggota kelompok mempelajari dengan serius apa yang diajarkan.

Pembelajaran dengan memperhatikan gaya belajar ialah pembelajaran yang

memanfaatkan gaya belajar sebagai potensi yang memang harus didayagunakan

dalam proses pembelajaran. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mempelejari matematika. Walaupun pada

umumnya siswa memiliki ketiga gaya belajar yaitu visual, auditorial dan

kinestetik, namun pasti ada salah satu yang paling dominan diantara ketiganya yang

cocok untuk setiap siswa.

Page 54: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Berkaitan dengan media yang digunakan maka akan berpengaruh sekali

terhadap gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga prestasi belajarnyapun akan

berbeda. Berdasarkan uraian di atas maka model pembelajaran dengan media yang

digunakan dan gaya belajar siswa merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam

proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa:

1. Tentang efektifitas penggunaan media, Media Power Point untuk pokok bahasan

Bangun Ruang Sisi Lengkung dapat mendorong siswa lebih tertarik dengan

bahan yang ditampilkan guru. Walaupun pada dasarnya semua media

berpengaruh dengan tingkat ketertarikan siswa, tetapi masing-masing media

mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karena media Power Point dirancang

khusus agar lebih memiliki karakteristik yang berbeda dibanding media Model

Bangun Ruang ataupun media Konvensional, maka diasumsikan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Bangun Ruang Sisi Lengkung

yang disampaikan dengan media Power Point lebih efektif dibanding

menggunakan media Model Bangun Ruang dan media Konvensional.

2. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang mengandalkan gerak fisik dan

ingin menunjukkan aksi serta suka permainan yang menyibukkan akan lebih

cepat beradaptasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan

siswa yang memiliki gaya belajar visual dan siswa yang memiliki gaya belajar

auditorial akan kesulitan dalam pembelajaran dengan bentuk kelompok diskusi.

Sehingga diasumsikan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan

mempunyai prestasi yang lebih baik dibanding siswa yang memiliki gaya belajar

visual maupun siswa yang memiliki gaya belajar auditorial.

3. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual yang mengandalkan penglihatannya

dalam belajar, suka membaca daripada dibacakan dan mudah mengingat apa

yang dilihat daripada apa yang didengar serta suka melakukan demonstrasi akan

cenderung lebih cepat memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan penggunaan media Power Point, dibandingkan

dengan menggunakan media pembelajaran Model Bangun Ruang dan

menggunakan media pembelajaran Konvensional. Dengan demikian diasumsikan

bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun

Page 55: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Ruang Sisi Lengkung, siswa yang memiliki gaya belajar visual akan memiliki

prestasi lebih baik bila menggunakan media Power Point, dibandingkan dengan

menggunakan media Model Bangun Ruang atau menggunakan media

Konvensional.

4. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial yang mengandalkan pendengaran

dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat akan cenderung lebih

cepat memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan penggunaan media Konvensional, dibandingkan dengan

menggunakan media Power Point dan menggunakan media Model Bangun

Ruang. Dengan demikian diasumsikan bahwa pada pembelajaran tipe STAD

pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa yang memiliki gaya

belajar auditorial akan memiliki prestasi lebih baik bila menggunakan media

Konvensional, dibandingkan dengan menggunakan media Power Point atau

menggunakan media Model Bangun Ruang.

5. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik yang dalam belajar berorientasi

pada gerak tubuh, belajar melalui memanipulasi dan praktek dan menyukai

permainan yang menyibukkan seperti diskusi, akan cenderung lebih cepat

memahami materi yang disampaikan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan penggunaan media Model Bangun Ruang, dibandingkan dengan

menggunakan media pembelajaran Power Point dan menggunakan media

Konvensional. Dengan demikian diasumsikan bahwa pada pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan bangun Bangun Ruang Sisi

Lengkung, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik akan memiliki prestasi

lebih baik bila menggunakan media Model Bangun Ruang, dibandingkan

menggunakan media Power Point atau menggunakan media Konvensional.

C. Hipotesis Penelitian.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Lengkung dengan media Power Point lebih efektif dibanding pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang dan pembelajaran

Page 56: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kooperatif tipe STAD media Konvensional, sedangkan pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang lebih efektif dibanding

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional.

2. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Lengkung, siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi lebih

baik dibanding siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial, sedangkan untuk

siswa dengan gaya belajar visual mempunyai prestasi lebih baik dibanding siswa

dengan gaya belajar auditorial.

3. Kelompok siswa dengan gaya belajar visual prestasi belajarnya lebih baik

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point

dibandingkan dengan media Model Bangun Ruang dan dengan media

Konvensional, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Model Bangun Ruang mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan

media Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

4. Kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial prestasi belajarnya lebih baik

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional

dibandingkan dengan media Power Point dan dengan media Model Bangun

Ruang, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Power Point mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan media Model

Bangun Ruang pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

5. Kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik prestasi belajarnya lebih baik

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

dibandingkan dengan media Power Point dan dengan media Konvensional,

sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point

mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan media Konvensional pada

pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Page 57: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga SMP Negeri di Kabupaten Ngawi tahun

pelajaran 2012/2013 yang dipilih dari 51 sekolah, yakni SMPN 1 Kwadungan,

SMPN 1 Padas dan SMPN 1 Kasreman. Dari masing-masing sekolah dipilih 3

kelas dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas kelompok kontrol.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2012 sampai Januari tahun 2013.

Adapun tahapan pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Tahap persiapan;

Meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal,

penyusunan instrument penelitian, pengambilan sampel, rencana dilaksanakan

pada bulan Mei – Agustus 2012.

b. Tahap Pelaksanaan;

Meliputi tahapan eksperimen dan pengumpulan data rencana dilaksanakan

pada bulan Agustus - Oktober 2012.

c. Tahap analisis;

Meliputi analisa data penelitian yang rencananya dilaksanakan pada bulan

November – Desember 2012.

d. Tahap pelaporan;

Meliputi penulisan dan penyerahan laporan direncanakan pada Januari 2013.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental semu (quasi-

experimental research) dengan alasan tidak mungkin selama penelitian, dapat

mengontrol semua variabel yang relevan. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono

(2003:82) yang menyatakan bahwa, “tujuan penelitian eksperimental semu adalah

untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan informasi yang dapat

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak

39

Page 58: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang

relevan”. Dalam penelitian ini ada dua varibel bebas dan satu variabel terikat.

Variabel bebas yang pertama adalah model pembelajaran tipe STAD dengan media

Power Point sebagai kelompok eksperimen pertama, pembelajaran tipe STAD

dengan media Model Bangun Ruang sebagai kelompok eksperimen kedua dan

pembelajaran STAD dengan media Konvensional sebagai kelompok kontrol.

Variabel bebas sebagai variabel atribut adalah gaya belajar siswa, yang dibedakan

menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar

kinestetik. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda-benda, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki

karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX SMP Negeri

yang berada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012 / 2013.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IX sebanyak 9 kelas dari

3 sekolah SMP Negeri yang berada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran

2012/2013 yakni: a) SMPN 1 Kwadungan kelas IX; B, D dan E. b) SMPN 1

Padas kelas IX; A, C dan F. c) SMPN 1 Kasreman kelas IX; D,E dan F.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified cluster random

sampling yakni dengan mengelompokkan sekolah menjadi 3 kelompok (tinggi,

sedang dan rendah) berdasarkan rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) mata

pelajaran matematika tahun pelajaran 2011/2012. Secara acak dipilih 1 sekolah

dari masing-masing kelompok (tinggi, sedang dan rendah). Kemudian pada tiap

sekolah dipilih 3 kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Adapun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Mengambil data nilai rata-rata Ujian Nasional matematika pada semua SMP

Negeri di Kabupaten Ngawi. Populasi dibagi berdasarkan peringkat sekolah

sehingga terbentuk tiga peringkat: tinggi, sedang dan rendah yang didasarkan

Page 59: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

atas ranking sekolah dari hasil UN matematika tahun pelajaran 2011/2012 yang

diurutkan. Kemudian dikelompokkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Kelompok tinggi: X > +

b) Kelompok sedang: –

X +

c) Kelompok rendah: X < –

Dengan; X : Rata-rata nilai Ujian Nasional matematika sekolah

: Rata-rata nilai Ujian Nasional matematika SMP Negeri se

Kabupaten Ngawi,

σ = atau σ = √∑

(Budiyono, 2009:40-45).

Dari data rata-rata hasil UN matematika di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran

2011/2012 diperoleh: = 5,595 dan σ = 1,225, sehingga didapatkan:

a) Kelompok tinggi: X > 6,21

b) Kelompok sedang: 4,95 X 6,21

c) Kelompok rendah: X < 4,95

Data tentang rerata nilai UN mata pelajaran matematika SMP Negeri di

Kabupaten Ngawi dan pengelompokan sekolah selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 1.

D. Desain Eksperimen

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yang rancangan

penelitiannya menggunakan rancangan faktorial 3 kali 3 dengan teknik analisis

anava dua jalan atau two way anova. Adapun rancangan penelitian yang

dilaksanakan penulis secara rinci di sajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian.

Variabel eksperimen X1

Variabel atribut X2

Siswa dengan

gaya belajar

visual (B 1)

Siswa dengan

gaya belajar

auditorial (B 2)

Siswa dengan

gaya belajar

kinestetik (B3)

STAD dengan media Power

Point (A 1) A1 B1 A1 B2 A1 B3

STAD dengan media

Model Bangun Ruang (A 2) A2 B1 A2 B2 A2 B3

STAD dengan media

Konvensional (A3) A3B1 A3B2 A3B3

Page 60: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Keterangan:

A1B1 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Power Point

untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual;

A1B2 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Power Point

untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditorial;

A1B3 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Power

Point untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik;

A2B1 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Model

Bangun Ruang untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual;

A2B2 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Model

Bangun Ruang untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditorial;

A2B3 : Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Model

Bangun Ruang untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik;

A3B1: Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media

Konvensional untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual;

A3B2: Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Konvensional

untuk siswa yang memiliki gaya belajar auditorial;

A3B3: Prestasi siswa dalam pembelajaran STAD dengan media Konvensional

untuk siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik;

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel bebas; variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

STAD dengan media dan gaya belajar siswa.

a). Pembelajaran STAD Dengan Media

i. Definisi operasional

Pembelajaran STAD dengan media adalah suatu model

pembelajaran STAD yang menggunakan alat bantu dalam pembelajaran

untuk memperjelas materi yang disampaikan agar dapat diterima dengan

baik oleh siswa. Dalam penelitian ini model pembelajaran STAD dengan

media Power Point dan dengan media Model Bangun Ruang pada

kelompok kelas eksperimen dan model pembelajaran STAD dengan media

Konvensional untuk kelompok kelas kontrol.

Page 61: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

ii. Skala pengukuran : skala nominal

iii. Simbol A

A1 : STAD dengan media pembelajaran Power Point

A2 : STAD dengan media pembelajaran Model Bangun Ruang.

A3 : STAD dengan media pembelajaran Konvensional.

b). Gaya Belajar

i. Definisi operasional; Gaya belajar adalah cara belajar yang cenderung

dipilih seorang siswa dalam menerima informasi dari pembelajaran dan

memproses informasi tersebut menjadi suatu pengetahuan.

ii. Kategori gaya belajar diperoleh dari skor angket siswa.

iii. Skala pengukuran: skala nominal dengan menggolongkan visual,

auditorial, dan kinestetik. Penggolongan ini didasarkan pada perolehan

skor siswa pada ketiga tipe gaya belajar. Skor tertinggi yang diperoleh

siswa pada tipe gaya belajar tertentu menunjukkan bahwa siswa

tergolong tipe tersebut.

iv. Simbol B

B1 : siswa dengan gaya belajar visual;

B2 : siswa dengan gaya belajar auditorial;

B3 : siswa dengan gaya belajar kinestetik.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika

i. Definisi operasional; prestasi belajar matematika dapat diartikan sebagai hasil

yang dicapai siswa berupa penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang

diperoleh pada pembelajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

ii. Skala pengukuran : Skala interval

iii. Indikator : nilai tes hasil belajar metamatika siswa pada materi Bangun

Ruang Sisi Lengkung.

iv. Simbol : Y

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data awal yaitu

nama siswa dan hasil nilai ulangan formatif pada materi Kesebangunan.

Page 62: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2

t

2

i

11s

s1

1n

nr

Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaann awal tentang

prestasi belajar matematika dari sampel yang dipilih sebelum dikenahi

perlakuan. Data nilai awal yang diperoleh akan digunakan untuk uji

keseimbangan rata-rata.

2. Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang gaya belajar

yang dimiliki siswa. Instrumen angket digunakan untuk mengetahui gaya belajar

siswa. Sebelum instrumen digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

perlu dilakukan uji coba instrumen.

3. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui skor kemampuan siswa setelah

mengikuti pembelajaran matematika pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Lengkung. Sebelum intrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba

instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Setelah diuji coba

dilakukan analisis butir soal.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Angket

i. Validitas isi

Untuk memenuhi validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam

penyusunan angket sebagai beirkut :

a). Menentukan indikator yang akan diukur mengenai gaya belajar siswa.

b). Menyusun kisi-kisi soal angket berdasarkan indikator.

c). Menyusun butir-butir angket berdasarkan kisi-kisi.

d). Melakukan penilaian terhadap butir-butir angket, penilaian dilakukan oleh

pakar (Validator).

ii. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam angket.

Untuk uji reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus Cronbach

Alpha, yaitu :

Page 63: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

dengan: r11 = indek reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir instrumen

si2

= variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4, …, n

st2

= variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba

Instrumen angket yang pakai yakni apabila indeks reliabilitas yang

diperoleh (r11) ≥ 0,70 (Budiyono, 2003 : 70-72).

iii. Konsistensi Internal

Konsistensi internal menunjukkan adanya korelasi positif antara

masing-masing butir angket tersebut. Artinya butir-butir tersebut harus

mengukur hal yang menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Untuk

menghitungnya digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson

sebagai berikut:

2222 YYnXXn

YX-XYnxyr

dengan: xyr = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i

n = banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)

X = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba)

Y = total skor (dari subjek uji coba)

Jika indeks konsistensi internal (daya beda) untuk butir ke-i kurang dari

0,3 maka butir tersebut harus dibuang. (Budiyono, 2003:65). Dalam penelitian

ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal yang indek konsistensi

internalnya ( xyr ) ≥ 0,30.

2. Soal Tes

i) Uji validitas isi

Menurut Budiyono ( 2003:58 ), suatu instrumen valid menurut

validitas isi apabila instrumen tersebut merupakan sampel yang representatif

dari keseluruhan isi hal yang akan diukur. Untuk hasil tes belajar, supaya tes

mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut: 1) Bahan tes

harus merupakan sampel yang representative. 2) Titik berat bahan yang

Page 64: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

diujikan harus seimbang dengan yang diajarkan. 3). Tidak diperlukan

pengetahuan lain untuk menjawab soal-soal ujian. Pada penelitian ini untuk

memenuhi Uji Validitas isi, peneliti lakukan proses dalam penyusunan tes

sebagai berikut; 1) Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan

diukur sesuai dengan materi Bangun Ruang Sisi Lengkung. 2) Menyusun kisi-

kisi soal tes berdasarkan Kompetensi Dasar yang dipilih. 3) Menyusun butir-

butir soal tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. 4) Melakukan penilaian

terhadap butir-butir tes penilaian dilakukan oleh pakar (validator).

ii). Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kepada keajegan hasil pengukuran. Dalam

tes awal maupun tes hasil belajar matematika, setiap jawabana yang benar

diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga untuk

menghitung tingkat reliabiltas tes digunakan rumus Kuder – Richardson

dengan KR – 20, yaitu :

Dengan : r11 = indeks reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir instrument

st2 = varian total

pi = proporsi subyek yang menjawab benar

qi = 1- pi ;

Instrumen tes yang pakai yakni apabila indeks reliabelilitas yang diperoleh

(r11) ≥ 0,70 (Budiyono, 2003 : 70-72).

iii). Tingkat Kesukaran (Difficulty)

Tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi banyaknya peserta yang

menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes. Indeks

tingkat kesukaran butir soal dapat di rumuskan dengan rumus :

P =

dengan P adalah indeks kesukaran suatu butir soal, B adalah banyaknya

peserta tes yang menjawab benar butir soal dan N adalah banyaknya seluruh

peserta tes. Berdasarkan rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin

2

t

ii

2

t

s

qps

1n

n

N

sJ

BP

r11 =

Page 65: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tinggi nilai P, maka semakin mudah suatu butir soal dan semakin rendah nilai

P maka semakin sukar butir soal tersebut (Budiyono 2011:30).

Dalam penelitian ini butir soal tes yang dipakai adalah jika mempunyai indeks

tingkat kesukaran (P) pada interval 0,30 ≤ P ≤ 0,70.

iv). Uji Daya Beda (Discrimination Power)

Daya pembeda butir soal adalah kamampuan butir soal dalam

membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa

yang mempunyai kemampuan rendah. Suatu butir soal dikatakan mempunyai

daya pembeda tinggi haruslah dijawab dengan benar oleh semua atau

sebagian besar subyek kelompok tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar

oleh semua atau sebagian besar subyek kelompok rendah. Daya pembeda dari

masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antara skor butir tersebut

dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus momen produk

dari Karl Pearson berikut:

rxy = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

dengan: rxy = Indek daya pembeda untuk butir ke-i

n = banyaknya subyek yang dikenai tes

X = skor untuk butir ke-i (dari subyek uji coba )

Y = total skor ( dari subyek uji coba )

Kriteria Uji: Butir soal mempunyai daya pembeda baik jika rxy ≥ 0,30

(Budiyono, 2003: 65).

H. Teknik Analisa Data

1. Uji Prasyarat Analisa dan Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak

sebelum mendapat perlakuan. Sebelum dilakukan uji keseimbangan maka perlu

dilakukan uji prasyarat untuk yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Menurut Budiyono, Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk uji

normalitas populasi, antara lain dengan menggunakan variabel random Chi

Page 66: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

kuadrat (uji parametrik), karena menggunakan penaksir rerata dan deviasi

baku dan dengan metode Lilliefors yang merupakan uji non-parametrik

(2009:168). Uji Normalitas data dipergunakan untuk memastikan bahwa

data penelitian memiliki distribusi normal. Dalam penelitian ini, uji

normalitas metode Lilliefors karena datanya tidak dalam distribusi frekuensi

dan bergolong, dimana setiap data X i diubah menjadi bilangan baku iz ,

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Hipotesis

0H : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

1H : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2) Taraf Signifikansi = 0,05

3) Statistik Uji

L = Maks | F( iz ) – S( iz ) |

dengan:

F( iz ) = P ( Z )z i dengan Z ~ N (0, 1)

S( iz ) = Proporsi cacah Z iz terhadap seluruh cacah iz

s = deviasi standar atau simpangan baku

iz = skor standar

iz =

s

Xi X

4) Daerah Kritik

DK = nLLL ;

Harga n,L dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi

dengan derajat kebebasan n.

5) Keputusan Uji

0H ditolak jika L DK, atau 0H diterima jika L DK

6) Kesimpulan

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika

H0 diterima.

Page 67: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika

H0 ditolak (Budiyono, 2009: 170 - 171).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel

diperoleh dari populasi yang bervariansi homogen atau tidak. Uji untuk

mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak

disebut uji homogenitas variansi populasi, (Budiyono, 2009:174). Uji ini

dengan metode Barlet dengan statistik uji Chi kwadrat sebagai berikut :

1) Hipotesis

0H : 22

2

2

1 ... k (variansi homogen)

1H : terdapat 22

ji untuk ji dan i, j = 1, 2, ..., k

2) Taraf Signifikansi = 0,05

3) Statistik Uji

)logSf-RKG log (fc

2,303χ 2

jj

2

dengan:

2 berdistribusi 2

1k

k = Banyak sampel

f = N – k = ∑ = derajat kebebasan untuk RKG

fj = Derajat kebebasan untuk 1ns j

2

j dengan j = 1, 2, ..., k

N = Banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = Banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

c =

f

1

f

1

1-k3

11

j

RKG =

2

jj

j

2

j2

jj

j

js1

n

XXSS;

f

SSn

4) Daerah Kritik

DK = 1;222

k

Page 68: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

5) Keputusan Uji

H0 di tolak jika χ2 ∈ DK atau H0 diterima jika χ

2 ∉ DK

6) Kesimpulan

Populasi dikatakan homogen jika H0 diterima.

Populasi dikatakan tidak homogen jika H0 ditolak.

(Budiyono, 2009: 174 - 177)

c. Uji Keseimbangan

Sebelum penelitian berlangsung, kedua kelompok eksperimen dan

satu kelompok kontrol diuji keseimbangan rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan

agar hasil dari eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan yang dibuat,

bukan karena pengaruh yang lain. Uji keseimbangan ini digunakan untuk

menguji dua rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan asumsi

bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan homogen. Uji

keseimbangan yang digunakan adalah uji anava satu jalan dengan sel tak

sama dengan tujuan untuk melihat efek variabel bebas terhadap variabel

terikat dengan membandingkan rerata kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol.

Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data Pada Anava Satu Jalan Sel Tak Sama

A1 A2 … Ak Total

Data Amatan X11 X12 X1k

X21 X22 X2k

… … …

Xn11 Xn22 Xnkk

Cacah Data

Jumlah Data

Rerata

Jumlah Kwadrat

Suku Koreksi

Variasi

n1 n2 nk

T1 T2 Tk

∑ ∑

SS1 SS2 …. SSk

N

G

N = ∑ = n1 + n2 + ... + nk ; G = ∑ = T1 + T2 + … + Tk

=

dan SSj = ∑

-

1) Hipotesis

H0 : 1 = 2 = ... = k

Page 69: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

H1 : terdapat i j untuk i j dan i, j = 1, 2, ..., k

2) Tingkat signifikan: = 0,05

3) Komputasi

Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini didefinisikan besaran

sebagai berikut:

(1) =

(2) = ∑

(3) = ∑

Jumlah Kuadrat: Derajat kebebasan:

JKA = (3) – (1) dkA = k – 1

JKG = (2) – (3) dkG = N – k

JKT = (2) – (1) dkT = N – 1

Rataan Kuadrat: RKA = dkA

JKA; RKG =

dkG

JKG

4) Statistik uji yang digunakan:

Fobs = RKG

RKA

;

5) Daerah kritis:

DK ={F | F > F;k-1;N-k}

6) Keputusan Uji

H0 ditolak jika F DK. Jika H0 ditolak berarti populasi mempunyai rata-

rata yang tidak sama.

(Budiyono, 2009:196:198).

2. Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik analisis anava dua jalur atau yang biasa disebut dengan two way anova.

Menurut Budiyono (2009:206), tujuan dari analisis variansi dua jalan adalah

untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat.

Selain itu, juga bertujuan untuk menguji signifikansi interaksi kedua variabel

bebas terhadap variabel terikat. Pada dasarnya, pengujian pertama adalah

pengujian rerata antar baris, pengujian kedua adalah pengujian rerata antar

kolom, dan pengujian ketiga adalah pengujian rerata antar baris atau kolom yang

sama.

Page 70: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Hipotesis penelitian diuji dengan teknik anava dua jalan 3 x 3 dengan sel

tak sama, sebagai berikut :

a. Model untuk data populasi pada anava dua jalan sel tak sama adalah:

Xijk = + i + j + ()ij + ijk (Budiyono, 2004 : 228).

Keterangan :

Xijk = data (nilai) ke-k pada baris ke-i kolom ke-j;

= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean);

i = μi. – μ = efek baris ke-i pada variabel terikat;

j = μ.j – μ = efek kolom ke-j pada variabel terikat;

()ij = μij – (μ+i+j)

= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat;

ijk = deviasi data Xijk terhadap rataan populasi (ijk) yang berdistribusi

normal dengan rataan 0.

i = 1, 2, 3, …, p; p = banyaknya baris;

j = 1, 2, 3, …, q; q = banyaknya kolom;

k = 1, 2, 3, …, n ij; n ij = banyaknya data amatan pada setiap sel i,j;

(Budiyono, 2004 : 207).

b. Hipotesis;

HOA : = 0 untuk setiap i = 1,2,3 (tidak ada perbedaan efek antar baris

terhadap variabel terikat)

H1A : paling sedikit ada satu yang tidak nol (ada perbedaan antar

kolom terhadap variabel terikat)

HOB : = 0 untuk j = 1,2,3, (tidak ada perbedaan efek antar kolom

terhadap variabel terikat)

H1B : paling sedikit ada satu yang tidak nol

HOAB : = 0, untuk setiap i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 (tidak ada interaksi

baris dan kolom terhadap variabel terikat)

H1AB : paling sedikit ada satu yang tidak nol (ada interaksi baris

dan kolom terhadap variabel terikat)

ij

αβ

ij

αβ

Page 71: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c) Komputasi

Notasi dan tata letak data disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan

Faktor B

Faktror A b1 b2 b3 Total

a1 ab11 ab12 ab13 A1

a2 ab21 ab22 ab23 A2

a3 ab31 ab32 ab33 A3

Total B1 B2 B3 G

Tabel 3.4 Data amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Devisi

Gaya Belajar (B)

STAD dengan Media (A)

Gaya Belajar Siswa

Visual Auditori

al

Kinesteti

k

STAD media

Power Point :

a1

Cacah data n11 n12 n13

Jumlah data Σ X11 Σ X12 Σ X13

Rataan

Jumlah rataan kuadrat ΣX112

ΣX122

ΣX132

Suku Korelasi C11 C12 C13

Variasi S11 SS12 SS13

STAD media

Podel Bangun

Ruang : a2

Cacah data n21 n22 n23

Jumlah data Σ X21 Σ X22 Σ X23

Rataan

Jumlah rataan kuadrat ΣX212

ΣX222

ΣX232

Suku Korelasi C21 C22 C23

Variasi SS21 SS22 SS23

STAD media

Konvensional :

a3

Cacah data n31 n32 n33

Jumlah data Σ X31 Σ X32 Σ X33

Rataan

Jumlah rataan kuadrat ΣX312

ΣX322

ΣX332

Suku Korelasi C31 C32 C33

Variasi SS31 SS32 SS33

Dengan Cij = ∑

; SSij = Σ X

2ij – Cij

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan

Notasi-notasi sebagai berikut:

nij = banyaknya data amatan pada sel ij

h =: rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

Page 72: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

N = ∑ = Banyak seluruh data amatan.

= ∑

– ∑

= Jumlah kwadrat deviasi data amatan pada sel ij

ij = rataan pada sel ij

Ai = ∑ : jumlah rataan pada baris ke-i

Bj = ∑ : jumlah rataan pada kolom ke-j

G = ∑ : jumlah rataan semua sel

Komponen jumlah kuadrat didefinisikan:

(1) =

; (2) = ∑ ; (3) = ∑

; (4) = ∑

; (5) = ∑

Jumlah Kuadrat (JK);

JKA : Jumlah kuadrat baris h {(3)-(1)}

JKB : julah kuadrat kolom h {(4)-(1)}

JKAB : Jumlah kuadrat interaksi h {(1)+(5)-(3)-(4)}

JKG : jumlah kuadrat galat = (2)

JKT : jumlah kuadrat totol JKA+JKB+JKAB+JKG

Derajat kebebasan (dk);

dk A = p-1 dk B = q-1

dk AB = (p-1)(q-1) dk G = N-pq

dk T = N-1

Rataan Kuadrat (RK);

RKA =

RKB =

RKAB =

RKG =

d) Stastik Uji

Stastik uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah:

1. Untuk H0A adalah Fa =

yang merupakan nilai variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebiasaan p-1 dan N-pq

2. Untuk H0B adalah Fb =

yang merupakan nilai variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q-1 dan N-pq

Page 73: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

3. Untuk H0AB adalah Fab =

yang merupakan nilai variabel random

yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p-1)(q-1) dan N-pq

e) Daerah kritik

untuk masing-masing nilai F, daerah kritiknya adalah sebagai berikut:

1. Daerah kritik untuk Fa adalah DKa = { F|F > Fα;p-1,N-pq }

2. Daerah kritik untuk Fb adalah DKb = { F|F > Fα;q-1,N-pq }

3. Daerah kritik untuk Fab adalah DKab = { F|F > Fα;(p-1)(q-1),N-pq }

f) Keputusan Uji

H0A ditolak jika ∈ DK

H0B ditolak jika ∈ DK

H0AB ditolak jika ∈ DK ( Budiyono, 2009: 228-230).

g) Rangkuman Analisis Variansi

Tabel 3.5 Rangkuman Analisis variansis dua jalan

Sumber JK dk RK Fobs Fα

Baris (A) JKA p-1 RKA Fa F*

Kolom (B) JKB q-1 RKB Fb F*

Interaksi (AB) JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F*

Galat (G) JKG N-pq RKG - -

Total JKT N-1 - - -

F* dalah nilai F yang diperoleh dari tabel

3. Uji Komparasi Ganda

Jika keputusan uji menyatakan Ho ditolak, maka perlu dilakukan uji

lanjut pasca anava dua jalan yaitu dengan metode Scheffe’. Langkah-langkah

yang ditempuh pada metode Scheffe’ menurut Budiyono (2009 : 202) ialah:

a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika terdapat k

perlakuan, maka ada 2

)1( kkpasangan rataan.

b. Rumus hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. Hipotesis nol

berbentuk: H0 : μ.i = μ.j

c. Menenentukan tingkat signifikansi (pada umumnya yang dipilih sama

dengan pada uji analisis variansinya).

Page 74: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

d. Mencari nilai statistik uji F antara lain:

i. Komparasi Rataan Antar Baris

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:

H0 : μi. = μj.

Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar baris adalah:

j.i.

j.i.

j.i.

nnRKG

XXF

11

2

dengan:

F .. ji = nilai F obs pada pembandingan perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j;

.iX = rataan pada sampel ke-i;

.jX = rataan pada sampel ke-j;

RKG = rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis variansi;

n .i = ukuran sampel ke-i;

n .j = ukuran sampel ke-j;

Daerah kritik untuk uji itu ialah:

DK = {F | F > (p-1) F pqNp ,1; }

ii. Komparasi Rataan Antar Kolom

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:

H0 : μ.i = μ.j

Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar kolom adalah:

.j.i

ji

j.i

nnRKG

XXF

11

..2

.

Dengan daerah kritik: DK = {F | F > (p-1) F pqNp ,1; }

iii. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antarsel pada baris yang

sama adalah: H0 : μij = μik

Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama

adalah sebagai berikut:

Page 75: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

F ikij =

)11

(

)( 2

ikij

ikij

nnRKG

XX

Dengan daerah kritik:DK = {F | F > (pq-1) F pqNpq ,1; }

iv. Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang sama

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom

yang sama adalah:

H0 : μij = μkj

Uji Scheffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yng sama

adalah sebagai berikut:

F kjij =

)11

(

)( 2

kjij

kjij

nnRKG

XX

dengan;

F kjij = nilai F obs pada pembanding rataan pada sel ij & rataan pada sel kj

ijX = rataan pada sel ij;

kjX = rataan pada sel kj;

RKG = rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis variansi;

n ij = ukuran sel ij;

n kj = ukuran sel kj;

Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = {F | F > (pq-1) F pqNpq ,1; }

e. Menentukan daerah kritik dengan formula berikut:

DK = {F | F > (K-1) F kNk ,1; }

f. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.

g. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.

(Budiyono, 2009:215-217).

Page 76: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Sampel Penelitian

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dalam penelitian ini

populasinya adalah siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Ngawi Tahun

Pelajaran 2012/2013. Di Kabupaten Ngawi terdapat 51 SMP Negeri yang

kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok tinggi, sedang

dan rendah. Dari masing-masing kategori dipilih satu sekolah secara stratified

cluster random sampling. SMP pada kategori tinggi yang terpilih adalah SMP

Negeri 1 Kwadungan dari 14 sekolah, pada kategori sedang yang terpilih SMP

Negeri 1 Padas dari 17 sekolah, dan pada kategori rendah yang terpilih SMP

Negeri 1 Kasreman dari 20 sekolah. Untuk selanjutnya dari ketiga SMP yang

terpilih diambil masing-masing dua kelas untuk kelompok eksperimen yang

mendapat perlakuan model Pembelajaran STAD dengan media Power Point dan

model Pembelajaran STAD dengan media Model Bangun Ruang Sisi Lengkung,

dan satu kelas kontrol yang diberikan model pembelajaran STAD dengan media

Konvensional. Sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian

No Nama

Sekolah

Sampel

Kelas Perlakuan

Banyak

Siswa

1 SMPN 1

Kwadungan

IX B STAD dengan Power Point 25

IX E STAD dengan Model Bangun Ruang 25

IX D STAD tampa Media 26

2 SMPN 1

Padas

IX A STAD dengan Power Point 30

IX F STAD dengan Model Bangun Ruang 30

IX C STAD tampa Media 28

3 SMPN 1

Kasreman

IX E STAD dengan Power Point 30

IX D STAD dengan Model Bangun Ruang 28

IX F STAD tampa Media 28

58

Page 77: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sampel

penelitian untuk masing-masing perlakuan sebagai berikut; untuk model

pembelajaran STAD dengan Power Point sebanyak 85 siswa dan untuk model

pembelajaran STAD dengan Model Bangun Ruang sebanyak 83 siswa, serta

untuk model pembelajaran STAD Media Konvensional sebanyak 82 siswa

sehingga total sampel pada penelitian ini sebanyak 250 siswa.

B. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Instrument yang diujicobakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Tes Prestasi

Soal tes pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung terdiri dari 30

soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yaitu a, b, c dan d. Uji coba tes

dilaksanakan di kelas IXC dan kelas IXE SMP Negeri 1 Pangkur pada tanggal

11 September 2012. Soal uji coba tes dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

a. Validitas isi uji coba tes prestasi

Validitas isi meliputi aspek materi, aspek konstruksi dan aspek

bahasa. Penilaian dilakukan dengan menggunakan cek lis oleh Wahyudi,

S.Pd, M.Si (Pembina MGMP Matematika Kabupaten Ngawi), Seti

Marsidik, S.Pd (guru matematika SMPN 1 Pangkur), Drs. Yono (guru

matematika SMPN 1 Padas) dan Manan, S.Pd (guru matematika SMPN 1

Kasreman) diperoleh bahwa 30 butir tes prestasi dinyatakan valid. Data

hasil penilaian validasi isi dapat dilihat pada Lampiran 6.

b. Daya pembeda uji coba tes prestasi

Hasil perhitungan daya pembeda terhadap 30 soal menunjukkan

bahwa terdapat 5 soal yang tidak berfungsi dengan baik yaitu nomor 3, 8,

10, 21 dan 25, sebab soal nomor 3, 8, 10 dan 25 terlalu mudah dengan

lebih dari 0,7 sedangkan soal nomor 21 terlalu sulit dengan kurang dari

0,3. Adapun 25 soal lainnya berfungsi dengan baik, sebab dari 25 soal

tersebut lebih dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 8.

Page 78: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

c. Tingkat kesukaran

Hasil perhitungan tingkat kesukaran terhadap 30 soal menunjukkan

bahwa 1 soal sukar yaitu nomor 21 dengan indeks tingkat kesukaran

0,296875, 4 soal mudah yaitu nomor 3, 8,10 dan 25 dengan indeks tingkat

kesukaran antara 0,8125 sampai 0,90625. Sedangkan yang lain tidak terlalu

mudah dan tidak terlalu sukar dengan nilai P yakni 0,30 ≤ P ≤ 0,70.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

d. Reliabilitas uji coba tes prestasi belajar

Dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh nilai indeks

reliabilitas ( 0,8169. Karena 0,8169 > 0,7, maka instrumen tes

dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

8. Setelah dilakukan analisis terhadap 30 soal tes uji coba dipilih 25 soal

yang digunakan sebagai soal tes yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,

14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30. Soal yang tidak

dipakai adalah butir yang daya pembedanya tidak baik, terlalu mudah dan

terlalu sukar. Soal tes prestasi dapat dilihat pada Lampiran 9.

2. Angket gaya belajar siswa

Angket untuk mengetahui gaya belajar siswa diujicobakan pada kelas

yang sama dengan kelas uji coba tes. Angket terdiri dari 45 butir pernyataan

yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masing-masing 15 pernyataan untuk

gaya belajar visual (nomor 1 sampai dengan 15), auditorial (nomor 16 sampai

dengan 30) dan kinestetik (nomor 31 sampai dengan 45). Angket uji coba gaya

belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

a. Validitas isi uji coba angket gaya belajar

Validitas ini dilakukan oleh Wahyudi, S.Pd, M.Si (Pembina MGMP

matematika SMP Kabupaten Ngawi), Suharto, S.Pd (guru BK SMPN 1

Pangkur), Manan, S.Pd (guru matematika SMP Negeri 1 Kasreman) dan

Drs. Yono (guru matematika SMPN 1 Padas). Hasil dari validasi diperoleh

bahwa 45 butir angket dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang

diberikan. Data hasil penilaian validasi isi uji coba angket dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Page 79: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Konsistensi internal angket

Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar

visual menunjukkan ada 2 butir angket yang tidak konsisten yaitu nomor 6

dan 14, sebab indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.1.

Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar

auditorial menunjukkan ada 3 butir angket yang tidak konsisten yaitu nomor

18, 23 dan 29, sebab indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.2.

Hasil perhitungan konsistensi internal pada angket gaya belajar

kinestetik menunjukkan ada 2 butir angket yang tidak konsisten yaitu nomor

34 dan 45, sebab indeks konsistensi internalnya kurang dari 0,3. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.3.

c. Reliabilitas uji coba angket gaya belajar

Dengan menggunakan rumus Alpha, pada masing-masing gaya

belajar diperoleh sebagai berikut: (1) Pada gaya belajar visual .

Karena > 0,7, maka instrumen angket gaya belajar visual

dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 11.1. (2) Pada

gaya belajar auditorial . Karena > 0,7

sehingga instrumen angket gaya belajar auditorial dikatakan reliabel.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.2. (3) Pada gaya

belajar kinestetik . Karena > 0,7, sehingga

instrumen angket gaya belajar kinestetik dikatakan reliabel. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.3

Setelah dilakukan analisis terhadap 45 butir angket dipilih 36 butir

angket yang digunakan, terdiri atas 12 butir angket gaya belajar visual (nomor

1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13); 12 butir angket gaya belajar auditorial

(nomor 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28 dan 30) dan 12 butir angket

gaya belajar kinestetik (nomor 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, dan

43). Butir angket yang dipakai adalah butir yang konsisten. Angket gaya

belajar yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 5.1.

Page 80: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

C. Uji Keseimbangan

1. Uji Prasyarat

Setelah diperoleh sampel penelitian, peneliti mengumpulkan data-data

prestasi belajar untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Data prestasi belajar ini diperoleh

dari nilai Ulangan Formatif siswa kelas IX Bab Kesebangunan tahun

pelajaran. 2012/2013 pada mata pelajaran matematika. Data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 12-13 dan deskripsi data nilai disajikan dalam

Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Data Nilai Ulangan Harian Bab Kesebangunan Kelas IX

Tahun Pelajaran 2011/2012.

Kelas N Nilai Maks Nilai Min S

STAD Media Power Point 85 9 4 6,2 1,030

STAD Media Model

Bangun Ruang 83 8,5 3,5 6,1 1,060

STAD Media Konvensional 82 8,5 3,8 6,1 1,001

Data nilai awal di atas selanjutnya digunakan pada uji keseimbangan

rerata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, untuk mengetahui

apakah dua kelompok memiliki kemampuan awal sama atau tidak.

a. Uji Normalitas Kemampuan Awal

Data kemampuan awal yang akan diuji adalah data nilai hasil

ulangan formatif materi sebelum Bangun Ruang Sisi Lengkung yaitu

materi Kesebangunan . Uji normalitas dilakukan pada kedua kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data menggunakan

metode Lilliefors. Hasil uji kemampuan awal pada kelompok eksperimen

I dan eksperimen II serta kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 4.3

berikut:

Page 81: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa

Uji normalitas Lmaks L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Eksperimen I 0,0928765 0,0961002 H0 Tidak Ditolak Normal

Eksperimen II 0,0947975 0,0972511 H0 Tidak Ditolak Normal

Kelompok Kontrol 0,0760585 0,0978423 H0 Tidak Ditolak Normal

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, pada masing-masing sampel diperoleh

Lobs > L0,05;n sehingga H0 diterima. Ini berarti masing-masing sampel

yang akan dikenakan perlakuan dalam penelitian ini berasal dari populasi

yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas kemampuan awal

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15.

b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal

Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik

uji Chi Kuadrat. Hasil uji homogenitas kemampuan awal antara

kelompok eksperimen I, eksperimen II dan kelompok kontol diperoleh

harga dan

. Dengan daerah kritik

{ | } ; sehingga H0 tidak

ditolak. Ini berarti sampel yang akan dikenakan perlakuan dalam

penelitian ini memiliki variansi homogen. Perhitungan uji homogenitas

kemampuan awal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

2. Uji Keseimbangan

Karena sampel-sampel yang akan digunakan dalam penelitian telah

terbukti berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka selanjutnya

akan dilakukan uji anava satu jalan dengan sel tak sama untuk mengetahui

apakah kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol seimbang atau memiliki

kemampuan awal yang sama atau tidak. Data yang akan diuji adalah nilai

hasil Ulangan Formatif materi Kesebangunan kelas IX SMP mata pelajaran

matematika. Berdasarkan hasil dari komputasi diperoleh Fhitung = dan

Ftabel = 3,00 dengan daerah kritik { | } . Dengan demikian

Fhitung DK, maka keputusan uji, H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa

Page 82: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

populasi kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama.

Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.

D. Diskripsi Data

1. Data hasil angket gaya belajar siswa

Data tentang gaya belajar siswa diperoleh dari angket gaya belajar.

Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam tiga-tipe gaya belajar yaitu

visual, auditorial dan kinestetik. Pada masing-masing tipe terdiri atas 12

pernyataan dan pada tiap pernyataan terdapat 4 opsi jawaban yang harus dipilih

siswa. Skor maksimal pada tiap opsi jawaban pada tiap pernyataan adalah 4

dan skor minimalnya adalah 1, jadi skor maksimum yang diperoleh pada

masing-masing tipe gaya belajar adalah 48. Untuk menentukan tipe gaya

belajar yang dimiliki oleh siswa dilihat dari skor tetinggi yang diperoleh pada

masing-masing tipe gaya belajar.

Berdasarkan data yang diperoleh pada kelas eksperimen I terdapat 32 siswa

dengan gaya belajar visual, 27 siswa dengan gaya belajar auditorial dan 26

siswa dengan gaya belajar kinestetik. Pada kelas eksperimen II terdapat 30

siswa dengan gaya belajar visual, 28 siswa dengan gaya belajar auditorial dan

25 siswa dengan gaya belajar kinestetik. Untuk kelas kontrol terdapat 26 siswa

dengan gaya belajar visual, 29 siswa dengan gaya belajar auditorial dan 27

siswa dengan gaya belajar kinestetik. Hasil angket gaya belajar siswa pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa

Media

Gaya Belajar

Visual Auditorial Kinestetik

Kelas Eksperimen I 32 30 26

Kelas Eksperimen II 27 28 29

Kelas Kontrol 26 25 27

Jumlah Siswa 88 84 78

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

Page 83: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Data hasil prestasi belajar siswa

Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran

kooperatif tipe STAD menggunakan media Power Point dan menggunakan

media Model Bangun Ruang serta kelompok kontrol di beri pembelajaran

dengan media Konvensional, maka peneliti melakukan tes prestasi belajar

pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Berdasarkan data yang diperoleh pada kelompok eksperimen I yakni

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point terdapat 85

siswa. Pada kelompok eksperimen II yakni pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Model Bangu Ruang terdapat 83 siswa. Pada kelompok kontrol

yakni pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional

terdapat 82 siswa.

Deskripsi data tentang prestasi belajar siswa pada pokok bahasan

Bangun Ruang Sisi Lengkung tahun pelajaran 2012/2013 secara garis besar

dapat lihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa

STAD Media

Power Point

STAD Media

Model Bangun

Ruang

STAD Media

Konvensional

Cacah Siswa 85 83 82

Jumlah Nilai 5680 5168 4960

Skor Max 92 92 88

Skor Min 44 36 36

Rerata 66.824 62.265 60.488

Modus 64 68 64

Median 68 64 60

Variansi 113.076 172.953 141.191

Simpangan baku 10.634 13.151 11.882

Data tentang hasil nilai tes prestasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

12.2, 13.2 dan 14.2,

Page 84: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

E. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

1. Uji Prasyarat Analisis Variansi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas sampel dilakukan dengan menggunakan metode

Lilliefors. Berdasarkan hasil uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol serta gaya belajar yang telah dilakukan diperoleh harga statistik uji

untuk taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing sampel disajikan pada

Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas Lmaks L0,05;n Keputusan Kesimpulan

Kelas Eksperimen I 0,07699 0,0961 H0 tidak ditolak Normal

Kelas Eksperimen II 0,08896 0,09725 H0 tidak ditolak Normal

Kelas Kontrol 0,09182 0,09784 H0 tidak ditolak Normal

Gaya Belajar Visual 0,06418 0,09445 H0 tidak ditolak Normal

Gaya Belajar Auditorial 0,06796 0,09667 H0 tidak ditolak Normal

Gaya Belajar Kinestetik 0,08718 0,10032 H0 tidak ditolak Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 4.6 di atas tampak

bahwa Lmaks pada setiap kelas eksperimen dan gaya belajar kurang dari

L0,05;n. Hal ini berarti, pada taraf signifikansi 0,05 hipotesis nol untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol serta gaya belajar tidak ditolak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal, data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 21.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji

Chi Kuadrat. Berdasarkan hasil uji homogenitas antar kelas eksperimen dan

antar gaya belajar yang telah dilakukan diperoleh harga statistik uji untuk

taraf signifikansi 0,05 pada kelompok eksperimen dan gaya belajar disajikan

pada Tabel 4.7 berikut:

Page 85: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas

Sampel

Keputusan Kesimpulan

Kelompok Eksperimen 3,859 5,991 H0 tidak ditolak Homogen

Gaya Belajar 3,7039 5,991 H0 tidak ditolak Homogen

Dari Tabel di atas tampak bahwa lebih kecil dari

, dengan

demikian H0 tidak ditolak. Berarti dapat disimpulkan bahwa kedua

kelompok eksperimen dan gaya belajar memiliki variansi sama. Dengan

kata lain, kelompok eksperimen dan gaya belajar adalah variansinya

homogen, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 22.

2. Uji Hipotesis

Prosedur uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis

Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama. Hasil perhitungan yang telah

dilakukan disajikan dalam Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama

Sumber JK dK RK Fhitung Ftabel Keputusan

Media Pembelajaran (A) 1817.542 2 908.77096 7.362853 3.033281 H0A ditolak

Gaya Belajar (B) 1352.459 2 676.2293 5.47880 3.033281 H0B ditolak

Interaksi (AB) 4086.904 4 1021.7261 8.278014 2.40910 H0AB ditolak

Galat (G) 29745.78 241 123.4265

Total 37002.68 249

Berdasarkan Tabel di atas tampak bahwa untuk media pembelajaran

diperoleh Fa = 7.362853 > Ftabel = 3,03328, keputusan hipotesis nol ditolak.

Untuk gaya belajar diperoleh nilai Fb = 5.47880 > Ftabel = 3,033281,

keputusan uji hipotesis nol ditolak. Untuk interaksi antara media pembelajaran

dan gaya belajar diperoleh nilai Fab = 8.278014 > Ftabel = 2,4091, keputusan uji

hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Page 86: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

a. Pada efek utama media pembelajaran (A) H0A ditolak

Berarti, ada pengaruh media pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Lengkung. Dengan kata lain, tidak semua media pada pembelajaran

kooperatif tipe STAD menghasilkan prestasi belajar yang sama pada pokok

bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Untuk mengetahui pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media mana yang lebih efektif dilakukan uji

lanjut pasca anava antar baris.

b. Pada efek utama gaya belajar (B) H0B ditolak

Berarti, gaya belajar yang dimiliki siswa berpengaruh terhadap

prestasi belajarnya. Dengan kata lain, tidak semua gaya belajar yang

dimiliki siswa pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

mempunyai prestasi belajar yang sama pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Lengkung. Untuk mengetahui gaya belajar mana yang lebih baik pada

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media dilakukan uji lanjut pasca

anava antar kolom.

c. Pada efek interaksi (AB) H0AB ditolak

Berarti, terdapat interaksi antara media pada pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan gaya belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasinya

pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Untuk mengetahui

sejauh mana interaksinya dilakukan uji lanjut pasca anava antar sel pada

baris yang sama dan antar sel pada kolom yang sama. Perhitungan uji

hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.

3. Uji Komparasi Ganda

Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut pasca anava.

Metode yang digunakan untuk uji lanjut pasca anava dua jalan adalah metode

Scheffe’. Hasil uji analisis variansi dua jalan memutuskan bahwa; H0A ditolak,

H0B ditolak dan H0AB juga ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi rataan

antar baris, uji komparasi rataan antar kolom dan uji komparasi rataan antar sel

pada baris yang sama dan pada kolom yang sama.

Page 87: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dari hasil uji lanjut pasca anava dua jalan diperoleh rerata marginal

dari tiap-tiap media pembelajaran dan gaya belajar siswa disajikan pada Tabel

4.9 berikut:

Tabel 4.9 Rataan Marginal Prestasi Belajar Siswa

Media

Pembelajaran

Rataan tes prestasi belajar matematika

berdasarkan gaya belajar Rataan

Marginal Visual Auditorial Kinestetik

Power Point 67.75 65.04 67.54 66.82

Model Bangun Ruang 57.47 60.29 70.24 62.27

Konvensional 54.62 68.28 57.78 60.49

Rataan Marginal 60.36 64.57 65.03

Hasil dari uji komparasi rerata antar baris disajikan pada Tabel 4.10

berikut:

Tabel 4.10 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris

H0 n.i n.j Rerata .i Rerata .j RKG F0bs Ftabel Keputusan

μ1. = μ2. 85 83 66.82 62.27 123.4265 7.0700 6.066 H0 ditolak

μ1. = μ3. 85 82 66.82 60.49 123.4265 13.5738 6.066 H0 ditolak

μ2. = μ3. 83 82 62.27 60.49 123.4265 1.0556 6.066 H0 tidak ditolak

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar baris pada Table 4.10 di

atas dapat dianalisis sebagai berikut: (1) F1.,2. > Ftabel, keputusan μ1. = μ2. ditolak.

Berarti, ada perbedaan prestasi antara kelompok siswa pada pembelajaran

STAD dengan media Power Point dan dengan media Model Bangun Ruang.

(2) F1.,3. > Ftabel, keputusan μ1. = μ3. ditolak. Berarti, ada perbedaan prestasi

antara kelompok siswa pada pembelajaran STAD dengan media Power Point

dan dengan media Konvensional. (3) F2.,3. Ftabel, keputusan μ2. = μ3. tidak

ditolak. Berarti, tidak ada perbedaan prestasi antara kelompok siswa pada

pembelajaran STAD dengan media Model Bangun Ruang dan dengan media

Konvensional. Dengan kata lain, pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung yang disampaikan dengan media

Power Point lebih efektif dibanding menggunakan media Model Bangun

Page 88: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Ruang dan media Konvensional berdasarkan rerata marginal tipe STAD

dengan media Power Point lebih besar dibandingkan rerata marginal pada

media Model Bangun Ruang maupun rerata marginal pada media

Konvensional, sedangkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Model Bangun Ruang dan media Konvensional sama efektifnya.

Hasil dari uji komparasi rerata antar kolom disajikan pada Tabel 4.10

berikut:

Tabel 4.11 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Kolom

H0 n.i n.j Rerata .i Rerata .j RKG Fobs Ftabel Keputusan

μ.1 = μ.2 88 84 60.36 64.57 123.4265 6.1650 6.0666 H0 ditolak

μ.1 = μ.3 88 78 60.36 65.03 123.4265 7.2813 6.0666 H0 ditolak

μ.2 = μ.3 84 78 64.57 65.03 123.4265 0.0676 6.0666 H0 tidak ditolak

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar kolom pada Table 4.11 di

atas dapat dianalisis sebagai berikut: 1) F.1, .2 > Ftabel keputusan μ.1 = μ.2 ditolak.

Berarti, ada perbedaan prestasi antara kelompok siswa dengan gaya belajar

visual dan kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial. 2) F.1, .3 > Ftabel

keputusan μ.1 = μ.3 ditolak. Berarti, ada perbedaan prestasi antara kelompok

siswa dengan gaya belajar visual dan kelompok siswa dengan gaya belajar

kinestetik. 3) F.2,.3 > Ftabel, keputusan μ.2 = μ.3 tidak ditolak. Berarti, ada

perbedaan prestasi antara kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan

kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik. Dengan kata lain, pada

pembelajaran menggunakan tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang

Sisi Lengkung, siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan kinestetik

lebih baik prestasinya dibanding siswa dengan gaya belajar visual,

berdasarkan rerata marginal kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial

dan kinestetik lebik besar dibandingkan rerata marginal kelompok siswa

dengan gaya belajar visual. Akan tetapi, kelompok siswa dengan gaya belajar

auditorial dan kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik prestasinya

sama.

Page 89: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.12 Rangkuman Komparasi Ganda Antar Sel Pada Kolom Yang Sama

H0 n.i n.j Rerata .i Rerata .j RKG Fobs Ftabel Keputusan

μ 11= μ21 32 30 67.75 57.47 123.4265 13.2660 15.8156 H0 tidak ditolak

μ 11= μ31 32 26 67.75 54.62 123.4265 20.0503 15.8156 H0 ditolak

μ 21= μ31 30 26 57.47 54.62 123.4265 0.9174 15.8156 H0 tidak ditolak

μ 12= μ22 27 28 65.04 60.29 123.4265 2.5141 15.8156 H0 tidak ditolak

μ 12= μ32 27 29 65.04 68.28 123.4265 1.1883 15.8156 H0 tidak ditolak

μ22 = μ32 28 29 60.29 68.28 123.4265 7.3686 15.8156 H0 tidak ditolak

μ 13= μ23 26 25 67.54 70.24 123.4265 0.7536 15.8156 H0 tidak ditolak

μ 13= μ33 26 27 67.54 57.78 123.4265 10.2238 15.8156 H0 tidak ditolak

μ 23 = μ33 25 27 70.24 57.78 123.4265 16.3336 15.8156 H0 ditolak

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama pada

Tabel 4.13 di atas dapat dianalisis sebagai berikut:

1. Pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power

Point (μ11) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

(μ21) diperoleh: F11,21 < Ftabel, keputusannya μ11 = μ21 tidak ditolak. Berarti, pada

gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point

dan dengan media Model Bangun Ruang prestasinya tidak berbeda

2. Pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power

Point (μ11) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional (μ31)

diperoleh: F11,31 > Ftabel, keputusannya μ11 = μ31 ditolak. Berarti, pada gaya

belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan

dengan media Konvensional prestasi belajarnya berbeda. Dengan melihat

rerata marginal yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, pada gaya belajar

visual, pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point prestasinya lebih

baik dibanding dengan media konvensional.

3. Pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model

Bangun Ruang (μ21) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Konvensional

(μ31) diperoleh: F21,31 < Ftabel, keputusannya μ21 = μ31 tidak ditolak. Berarti,

pada gaya belajar visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model

Bangun Ruang dan dengan media Konvensional prestasi belajarnya sama.

Page 90: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4. Pada gaya belajar auditorial, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media

Power Point (μ12), STAD dengan media Model Bangun Ruang (μ22) dan STAD

dengan media Konvensional (μ32) diperoleh: F12,22 = 2,5141, F12,32 = 1,1883

dan F22,32 = 7,3686 dengan (2.F0,05,8,241) = 15,8156. Sehingga F12,22 < Ftabel,

F12,32 < Ftabel, F22,32 < Ftabel keputusannya baik μ12 = μ22, μ12 = μ32 dan μ22 = μ32

semua tidak ditolak. Dengan kata lain, pada gaya belajar auditorial, untuk

pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point, media Model Bangun

Ruang ataupun media Konvensional tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi

belajar matematika siswa.

5. Pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media

Power Point (μ13) dan pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun

Ruang (μ23) diperoleh: F13,23 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ23 tidak ditolak.

Artinya, pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan

media Power Point maupun dengan media Model Bangun Ruang prestasi

belajarnya tidak berbeda.

6. Pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media

Model Bangun Ruang (μ13) dan pembelajaran tipe STAD dengan tanpa media

(μ33) diperoleh hasil: F13,33 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ33 tidak ditolak.

Artinya, pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan

media Power Point dan media Konvensional prestasi belajarnya tidak berbeda.

7. Pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media

Model Bangun Ruang (μ23) dan pembelajaran tipe STAD dengan media

Konvensional (μ33) diperoleh hasil: F23,33 < Ftabel, keputusannya μ23 = μ33

ditolak. Artinya, pada gaya belajar kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD

dengan media Model Bangun Ruang dan dengan media Konvensional prestasi

belajarnya berbeda. Dengan melihat rerata marginal yang diperoleh maka dapat

dikatakan bahwa, pada gaya belajar kinestetik, pembelajaran tipe STAD

menggunakan media Model Bangun Ruang prestasinya lebih baik dibanding

menggunakan media Konvensional.

Page 91: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

F. Pembahasan Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

Setelah dilakukan uji anava diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan

efek pembelajaran pada kelompok siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dengan media Power Point, STAD dengan media Model Bangun Ruang

dan STAD dengan media Konvensional terhadap prestasi belajar matematika

siswa. Dari hasil analisis pada Tabel Rangkuman Komparasi Ganda Antar Baris di

atas, dapat disimpulkan bahwa hipoteisis pertama dalam Bab II yang menyatakan:

Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Lengkung dengan media Power Point lebih efektif dibanding pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang dan pembelajaran

kooperatif tipe STAD media Konvensional, terbukti kebenarannya, berdasarkan

rerata marginal yang diperoleh pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Power Point sebesar 66,82 lebih besar dibandingkan rerata marginal pada

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang sebesar

62,27 dan rerata marginal pada pembelajaran kooperatif dengan media

Konvensional sebesar 60,49. Akan tetapi pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Model Bangun Ruang lebih efektif dibanding pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional tidak terbukti. Hal ini terjadi

karena keterbatasan peneliti pada saat pembelajaran menggunakan media Model

Bangun Ruang kurang optimal sedangkan siswa mungkin pada pembelajaran

sebelumnya terbiasa dengan pembelajaran dengan media konvensional.

Kesimpulan di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yunita Dwi Hapsari (2008), yang menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika

dengan media komputer yaitu Power Point lebih efektif dalam meningkatkan

prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis Kedua

Setelah dilakukan uji anava diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan efek pembelajaran pada kelompok siswa dengan pembelajaran

Page 92: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kooperatif tipe STAD dengan media Power Point, STAD dengan media Model

Bangun Ruang dan STAD dengan media Konvensional terhadap prestasi belajar

matematika siswa. Dari hasil analisis pada Tabel Rangkuman Komparasi Ganda

Antar Kolom di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis kedua dalam Bab II yang

menyatakan: Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan

Bangun Ruang Sisi Lengkung, siswa dengan gaya belajar kinestetik mempunyai

prestasi lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial,

terbukti kebenarannya pada siswa dengan gaya belajar kinestetik dibanding siswa

dengan gaya belajar visual, sedangkan siswa dengan gaya belajar kinestetik

prestasi belajarnya lebih baik dibanding siswa dengan gaya belajar auditorial tidak

terbukti. Siswa dengan gaya belajar visual prestasinya lebih baik dibanding siswa

dengan gaya belajar auditorial juga tidak terbukti. Hal ini terjadi, mungkin karena

pada pembelajaran STAD dengan menggunakan media tidak bisa maksimal

karena keterbatasan peneliti dan sarana prasarana yang ada. Mungkin juga karena

gaya belajar yang dimiliki siswa sama-sama memberikan hasil yang maksimal.

Pembahasan di atas selaras dengan hasil penelitian oleh Makhlouf,

Martinez dan Dahawy dalam jurnal internasionalnya menyimpulkan untuk gaya

belajar kinestetik secara statistik terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap

prestasi. Namun, untuk gaya belajar auditorial dan gaya belajar visual secara

statistik tidak berpengaruh terhadap prestasi.

(3) Hipotesis Ketiga

Setelah dilakukan uji anava diperoleh kesimpulan bahwa terdapat interaksi

antara pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan media dengan gaya

belajar yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar matematika. Untuk

mengetahui sejauh mana interaksinya, dapat dilihat dari hasil uji lanjut pasca

anava yakni uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama pada Tabel

4.11.

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama

yakni untuk gaya belajar yang dimiliki siswa di atas diperoleh hasil sebagai

berikut : Pada gaya belajar visual diperoleh hal-hal berikut:

Page 93: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

a) F11,21 < Ftabel, keputusannya μ11 = μ21 tidak ditolak. Berarti, pada gaya belajar

visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan

dengan media Model Bangun Ruang prestasinya tidak berbeda.

b) F11,31 > Ftabel, keputusannya μ11 = μ31 ditolak. Berarti, pada gaya belajar visual,

untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan dengan

media Konvensional prestasi belajarnya berbeda. Dengan melihat rerata

marginal yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, pada gaya belajar

visual, pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point prestasinya lebih

baik dibanding dengan media konvensional.

c) F21,31 < Ftabel, keputusannya μ21 = μ31 tidak ditolak. Berarti, pada gaya belajar

visual, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

dan dengan media Konvensional prestasi belajarnya tidak berbeda.

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis ketiga

dalam Bab II yang menyatakan: Kelompok siswa dengan gaya belajar visual

prestasi belajarnya lebih baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Power Point dibandingkan dengan media Model Bangun Ruang dan

dengan media Konvensional, terbukti kebenarannya pada media Power Point

dibandingkan menggunakan media Konvensional. Hal ini didukung hasil

penelitian oleh Irma Kurniawati (2004), yang menyimpulkan bahwa ada

perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pengajaran menggunakan

media Power Point dengan siswa yang diberi pengajaran dengan metode

konvensional dan terbukti bahwa pembelajaran matematika dengan media

komputer yaitu Power Point lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar

matematika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Akan tetapi, pada

penggunaan media Power Point mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan

media Model Bangun Ruang dan menggunakan media Model Bangun Ruang

pretasinya lebih baik dibandingkan menggunakan media Konvensional, tidak

terbukti. Hal ini terjadi mungkin karena pada siswa dengan gaya belajar visual

baik dengan media Power Point maupun dengan media Model Bangun Ruang

sama-sama menarik indra penglihatannya dalam menyerap materi yang

disampaikan, sehingga memiliki prestasi yang sama.

Page 94: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

(4) Hipotesis keempat

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama

yakni untuk gaya belajar auditorial di atas diperoleh hal-hal berikut: F12,22 =

2,5141, F12,32 = 1,1883 dan F22,32 = 7,3686 dengan (2.F0,05,8,241) = 15,8156,

sehingga F12,22 < Ftabel, F12,32 < Ftabel, F22,32 < Ftabel. Keputusannya baik μ12 = μ22,

μ12 = μ32 dan μ22 = μ32 semua tidak ditolak. Dengan kata lain, pada gaya belajar

auditorial, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point, dengan

media Model Bangun Ruang ataupun dengan media Konvensional prestasi

belajarnya sama.

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis keempat

dalam Bab II yang menyatakan: Kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial

prestasi belajarnya lebih baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Konvensional dibandingkan dengan media Power Point dan dengan media

Model Bangun Ruang, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Power Point mempunyai prestasi lebih baik dibanding dengan

media Model Bangun Ruang pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkun,

tidak terbukti kebenarannya. Hal ini bisa terjadi karena mungkin masing-masing

gaya belajar yang dimiliki siswa memberikan prestasi yang maksimal terhadap

hasil belajarnya. Selain itu juga karena keterbatasan peneliti dalam pelaksanaan di

lapangan baik menyangkut waktu, dalam proses pembelajaran maupun dalam

memanfaatkan media yang belum maksimal.

(5) Hipotesis Kelima

Berdasarkan hasil uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama,

pada gaya belajar kinestetik diperoleh hal-hal berikut:

a) F13,23 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ23 tidak ditolak. Artinya, pada gaya belajar

kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan

dengan media Model Bangun Ruang prestasi belajarnya tidak berbeda.

b) F13,33 < Ftabel, keputusannya μ13 = μ33 tidak ditolak. Artinya, pada gaya belajar

kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point dan

media Konvensional prestasi belajarnya tidak berbeda.

Page 95: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

c) F23,33 > Ftabel, keputusannya μ23 = μ33 ditolak. Artinya, pada gaya belajar

kinestetik, untuk pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun

Ruang dan dengan media Konvensional prestasi belajarnya berbeda. Dengan

melihat rerata marginal yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa, pada

gaya belajar kinestetik, pembelajaran tipe STAD menggunakan media Model

Bangun Ruang prestasinya lebih baik dibanding menggunakan media

Konvensional.

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hipoteisis kelima

dalam Bab II yang menyatakan: Kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik

prestasi belajarnya lebih baik dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Model Bangun Ruang dibandingkan dengan media Power Point dan

dengan media Konvensional, terbukti kebenarannya pada kelompok siswa

diberikan pembelajaran tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang

dibandingkan tipe STAD dengan media Konvensional, sedangkan untuk

kelompok siswa dengan pembelajaran STAD menggunakan media Model Bangun

Ruang dibanding dengan media Power Point tidak terbukti kebenarannya dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point mempunyai

prestasi lebih baik dibanding dengan media Konvensional pada pokok bahasan

Bangun Ruang Sisi Lengkung juga tidak terbukti kebenarannya.

Kesimpulan di atas tidak semua sesuai dengan hipotesis penelitian,

mungkin karena pada siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat memanfaatkan

fungsi gerak seluruh tubuhnya untuk menyerap materi yang disampaikan dengan

media Model Bangun Ruang sehingga memberikan hasil belajar yang sama.

Sedangkan pembelajaran yang disampaikan dengan media Power Point dan yang

disampaikan dengan media Konvensional (hanya menulis dan menggambarkan di

papan tulis) tidak dapat memotivasi pemanfaatan fungsi kinestetik yang dimiliki

siswa sehingga memberikan hasil yang kurang maksimal.

Page 96: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

G. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah mengupayakan untuk

meminimalisir terjadinya kelemahan yang mungkin muncul, namun akibat dari

keterbatasan peneliti dan keadaan yang ada di lapangan, maka hasil penelitian

tidak semuanya sesuai dengan hipotesis yang peneliti ajukan. Adapun

keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1) Keterbatasan waktu pelaksanaan pembelajaran di lapangan, karena penelitian

ini dilakukan di 3 tempat yang berbeda sedangkan jadwalnya ada yang

hampir bersamaan dan jarak tempat penelitian saling berjauhan,

mengakibatkan waktu pembelajaran yang dilaksanakan peneliti tidak sesuai

dengan alokasi waktu yang dirancang sehingga ada yang tidak sesuai dengan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

2) Kemungkinan dalam menjawab angket gaya belajar siswa, responden ada

yang tidak jujur yang mengakibatkan hasilnya tidak sesuai dengan kenyataan

yang dilalakukan siswa, sehingga mempengaruhi keterkaitan antara gaya

belajar yang dimiliki siswa dengan prestasi belajarnya.

3) Ada beberapa jam pelajaran matematika yang jadwal pelajarannya masuk

pada jam akhir sekolah, hal ini mungkin bisa mengakibatkan daya konsentrasi

siswa dalam menerima materi pelajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Lengkung kurang maksimal.

4) Keterbatasan media yang tersedia di tempat penelitian (ruang untuk

pembelajaran media Power Point) yang harus bergantian dengan pelajaran

lain karena ketiga sekolah tempat penelitian hanya memiliki satu ruangan

belajar yang bisa dipakai untuk pembelajaran dengan menggunakan LCD

yaitu Ruang Laboratorium sedang di kelas lain tidak ada jaringan listrik.

5) Keterbatasan peneliti dalam menyiapkan perangkat untuk pembelajaran

dengan media Power Point terkadang mengurangi waktu pembelajaran.

6) Beberapa kali peneliti tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan media

Power Point karena gangguan aliran listrik yang padam.

Mungkin masih ada keterbatasan-keterbatasan lain yang tidak bisa peneliti

kontrol utamanya menyangkut responden dalam penelitian ini.

Page 97: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

pada siswa kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012-

2013, untuk materi Bangun Ruang Sisi Lengkung diperoleh:

1) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Power Point pada

pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung lebih efektif dibanding

dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun

Ruang maupun pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Konvensional. Akan tetapi, pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Model Bangun Ruang dan dengan media Konvensional sama

efektifnya.

2) Kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan kinestetik mempunyai

prestasi belajar lebih baik dibanding kelompok siswa dengan gaya belajar

visual. Akan tetapi, kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial dan

kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik prestasinya tidak berbeda.

3) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar visual, pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan media Power Point mempunyai prestasi belajar lebih

baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Konvensional. Akan tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Power Point bibanding dengan media Model Bangun Ruang

prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

media Model Bangun Ruang dibanding dengan media Konvensional pada

pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung prestasinya sama.

4) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar auditorial, prestasi belajarnya

tidak berbeda baik pada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media

Power Point, dengan media Model Bangun Ruang maupun pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Konvensional pada pokok bahasan

Bangun Ruang Sisi Lengkung.

79

Page 98: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

5) Pada kelompok siswa dengan gaya belajar kinestetik, pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Power Point bibanding dengan media

Model Bangun Ruang prestasinya tidak berbeda dan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Power Point dibanding dengan media

Konvensional prestasinya sama. Akan tetapi, pada pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Model Bangun Ruang mempunyai

prestasi belajar lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Konvensional pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Lengkung.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini, maka

penulis akan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis

dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika sisewa.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan media Power Point memberikan prestasi belajar

matematika siswa lebih baik dibanding pembelajaran kooperatif tipe STAD

dengan media Model bangun Ruang maupun media Konvensional.. Hal ini

dikarenakan didalam pembelajaran tipe STAD dengan media Power Point

kelompok siswa akan lebih tertarik untuk membahas persoalan yang

disajikan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan

teori untuk mengembangkan pembelajaran matematika inovatif, khususnya

pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan

untuk meningkatkan kualitas prestasi siswa, dengan memilih tipe

pembelajaran kooperatif bermedia yang digunakan. Pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media Power Point dapat dijadikan suatu

alternatif apabila guru dan calon guru matematika ingin melakukan proses

pembelajaran matematika kususnya materi Bangun Ruang Sisi Lengkung.

Selain itu guru juga harus memperhatikan beberapa komponen yang

Page 99: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar siswa, diantaranya

aktivitas belajar, kedisiplinan siswa, bakat dan motivasi siswa, kondisi

sosial ekonomi siswa, latar belakang keluarga dan lingkungan serta gaya

belajar yang dimiliki siswa.

C. Saran

Agar hasil belajar matematika siswa bisa maksimal khususnya materi

Bangun Ruang Sisi lengkung, maka penulis sarankan:

1. Kepada guru matematika SMP

a. Dalam pembelajaran matematika sedapat mungkin diusahakan agar

mengajar menggunakan pendekatan kooperatif yang lebih bervariasi dan

bermedia disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi. Pada

materi Bangun Ruang Sisi lengkung gunakan pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan media Power Point, karena dengan pembelajaran ini

siswa akan lebih tertarik untuk aktif dan membuat konsep atau

pemahaman tentang suatu materi dengan bahasanya sendiri sehingga

tidak hanya berpaku pada kalimat-kalimat yang diberikan oleh guru dan

terbukti efektif meningkatkan prestasi belajar sisiwa.

b. Dalam pembelajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung,

hendaknya guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan

sumber belajar, baik sumber belajar yang berada di lingkungan sekolah

maupun sumber belajar lain yang ada di dalam kehidupan sehari-hari,

serta berusaha memahami gaya belajar yang dimiliki siswa yang diajar.

2. Kepada Kepala SMP

a. Hendaknya lebih banyak lagi memberikan kesempatan kepada guru-

guru matematika agar aktif dalam mengikuti kegiatan yang dapat

menambah wawasan dan pengetahuan guru, baik dari materi pelajaran

media pembelajaran maupun pendekatan pembelajaran.

b. Menyediakan fasilitas dan sumber belajar yang memadai, yang

diperlukan dalam proses pembelajaran matematika.

Page 100: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Aryad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press.

Budiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Budiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Budiyono. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Program Pascasarjana: UNS Press.

DePorter, B., Hernacki, M. 2011. Quantum Learning, Membiasakan Belajar

Nyaman Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika I. Jakarta: Depdiknas

RI.

Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Rineka Cipta.

Franzoni, A. L., & Assar, S. (2009). Student Learning Styles Adaptation Method

Based on Teaching Strategies and Electronic Media. Educational

Technology & Society, 12 (4), 15–29.

Gilakjani, A.P., Ahmadi. 2011. The Effect of Visual, Auditory, and Kinaesthetic

Learning Styles on Language Teaching. 2011 International Conference

on Social Science and Humanity IPEDR vol.5 © (2011) IACSIT Press,

Singapore Page:469:472. Diakses tanggal 7 Januari 2013. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV Pustaka Setia. Hery Puewanto. 2009. Keefektifan Penggunaan Media LCD Power Point Terhadap

Prestasi Belajar Geografi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa SMPN

se Kabupaten Ngawi. Tesis Universitas Sbelas Maret.

Irma Kurniawati. 2004. Eksperimentasi Pembelajaran Menggunakan Media Power

Point Pada Pokok Bahasan Lingkaran Ditinjau Dari Motivasi Belajar

Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Lipponen, L. 2002. Exploring Foundations for Computer-Supported Collaborative

Learning: International Journal of Education Technology. Volume 3, page

155-165.

Makhlouf, A.M.EL.S., Martinez, M. Fathema, W.N., Dahawy, B.M. Suez Canal

University, Egypt. 2012. A Comparison of Preferred Learning Styles

between Vocational and Academic Secondary School Students in Egypt:

Institute for Learning Styles Journal • Volume 1, Spring 2012 • Page 1-9.

Diakses 5 Januari 2013. M. Nur G dan Rini RS. 2012. Gaya Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ninik Agustin. 2010. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari

Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMPN di Sukoharjo. Tesis. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

82

Page 101: JURNAL INTERNASIONAL - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NIP Direktur Program Pascasarjana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

PusPenDik Balitbang Kemendiknas. 2011. Laporan Hasil Ujian Nasional

SMP/MTs Tahun Pelajaran 2010/2011.

Reni Akbar. 2004. Akselerasi. Jakarta: Grasindo

Rosseni, R.A.K. 2006. A Motivational Strategy Toward Diverse Learning Style.

Computer Mediated Communication: Comunication Jurnal Pendidikan 31

(2006) 41 – 51. Diakses Tanggal 7 Januari 2013.

Slavin, R.E. 2008. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa

Media.

Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematik Realistik. Banjarmasin: Tulip.

Tarim, K., Akdeniz, F. 2007. The effects of cooperative learning on Turkish

elementary students’ mathematics achievement and attitude towards

mathematics using TAI and STAD methods. Education Study Math (2008)

67:77–91.

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta. Prestasi Pustaka. Tuan, L.T. 2010. Infussing Cooperative Learning into An EFL Classroom English

Language Taeching, Volume 3, Number 2 Page 64-77, diakses dari

URL:www.proquest.com/pqdweb, pada tanggal 28 Desember 2012. Yana Wardhana. 2010. Teori Belajar dan Mengajar. Bandung. PT Bumi Mekar. Yunita Dwi Hapsari. 2008. Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan

Media Gambar Dengan Bantuan Power Point Ditinjau dari aktivitas

Belajar Siswa Kelas VIII SMP NEGERI I MIRI SRAGEN. Tesis.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Zakaria, E and Iksan, Z. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and

Mathematics Education A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education, Volume 3 Number 1

Page 35-39, diakses dari URL: http//www.ejmste.com pada tanggal 22

Desember 2012