11
Masyarakat Sei Gohong dalam Keterjajahan Lingkungan Sei Gohong’s Community in Environmental Colonized セセ セセセ セ セセ セ セセ セセセ セセセセ Agustine Carolina*, Bahtiar Edy Faisal, Cut Irva Dianita, Rastika Purba *E-mail: [email protected] セセ セセ セセセ (Sei Gohong) セ セセ セ セセ セセセセセセ セ セセ セセ セ セセ セセ セ セセ セセ セ セ セ セ セセセセ セ セセ セセ セセ セセ セ セセ セ セセセ セ セセ セセ セセ セセセセセセ セセ セ セセセ セセ セセ セセ セセ セ セセセ セセ セセ セ セセセ セセ セ セセ セ セ セ セセ セセ セ セセセ セ セセ セ セセ セセ セ セセ セセセ セセ セセ セセ Bukit Batuセ Palangka Raya セセ セセセ セセセセ セセ セ セセ セ セセ セ セセ セセセ セ セセセセ セセ セセ セ セセ セセセセ セセ セ セセセ セセセ セ セセ セセセ セセ セ セセ セセセセセセセセセ セセセ セセ セセセセセ セセ セ セセ セセ セセセセ セ セセセセ セセセセセセ セ セセ セ セセ セ セセ セ セセセ セセセセセセ セセ セ セセ セセ セセ セ セセセセ セセセ セセ セセセ セセセセ セセ セ セセ セ セ セセセ (Kampung Wisata) セセセ セセ セ セセ セセ セセ セセ セセ セ セ セセ セ セ セ セセ セセセセ セセ セセ セセ セ セセ セ セセセセ セセ セセセ セセセ セ セセ セセ セ セセセ セセセセセセセ セセ セ セセ セセ セセ セセセ セセセ セ セセセセセセ セ セセ セ セセ セセセ セセ セセ セセ セ セセセ セセ セ セセセセセセ セ セセ セ セセ セ セセ セ セセセ セセ セセ セセ セセセ セセ セセ セセ セセセ セ セセセセセ セ セセ セセ セ セセセセ セセセセセセ セ セセ セ “セセセ セ セ セセ セ セセ セセ” (Offering some help) セセ セセ セセ セ セセ “セセセ セセ”(Abounded Land) セセセセ セ セセセセセ Kalimantan セ セセセセ セセ セ セ セ セセ セセ セ セセ セ セセセセ セセセ セセセ セセ セ セセ セ セ セ セセ セセ セ セセセ セセ セ セセセ セ セ セセ セ セセ セセ セ セ セセ セセセ セ セセ セセセ セセ セ セセ セセセセ セセセ セセセセ セセセセセセ セ セセ セ セ セ セセ セ セセ セ セセセ セ セセセセ セ セセ セセ セセ セセ セ セセセ セ セ セセ セ セセ セセ セセ セセ セ セセ セセ セセセ セセセ セセ セ セセ セ セセセ セ セセ セ セセ セセセ セセセセ セセ セセ セ セセ セ セセ セセ セセ セ セセセセセセセ セセ セセ セセセ セセ セセセセセセ セ セセセ セ セ セセ セ セセセ セセセ セセセ セセ セ セ セ セセセ セセ セセセ セ セセセセセセセセセセ セセセ セ セ セ セ セ セセ セ セセ セセ セ “ セ セ ” (sweet agreement) セセ セ セセセ セセセ セ セセセセ セセセセ セセセセセセ セ セセ セセ セ セセセ セ セ セセ セ セセ セセセセ セセセ セセセセセセ セセ セセ セ セセ セセ セ セセ セセ セ セセ セ セセセ セセセセセ セセセセセ セセ セセセ セセ セセ セセセセセセセセセセセ Abstract

JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Contoh bentuk tugas Sosiologi Terapan

Citation preview

Page 1: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

Masyarakat Sei Gohong dalam Keterjajahan Lingkungan

Sei Gohong’s Community in Environmental Colonized

セイ ゴホン の 社会 を 天然 占頒国 ちゅうに

Agustine Carolina*, Bahtiar Edy Faisal, Cut Irva Dianita, Rastika Purba

*E-mail: [email protected]

抽象

セイ ゴホン (Sei Gohong) はここにあるコミュニティはまだ彼らは常に彼ら の社会生活の中での生活指導として行われた彼らの伝統の価値観を尊重して

いるサブ地区です。伝統によってまだ指導社会階層のほかに、地域社会に続い て地元の知恵の値もこの領域で生態系の状態を保つことに成功します。この

領域は、 Bukit Batu、Palangka Raya に位置していました。それは地元の政府 の収入の増加をプッシュするように、観光地であることが本当に可能性のある

美しい自然を持つアーバンビレッジエリアとして有名だった、それはまたセイ ゴホン 内のローカルコミュニティの利益の発展に衝撃を与えることができます電

位を管理することができます。しかし、セイ ゴホン の美しい自然の背後には、観光村 (Kampung Wisata) としての地位がまだある、まだこの分野での雇用の

場を利用できないため、地域社会が豊かになります作ることができるという事 実を隠していました。

リソース呪い理論の観点から、セイゴホン 、美しい自然のポテンシャルを完 全に離れすぎて繁栄した状態からある地元のコミュニティの生活の状況に正確 に反比例すること。セイ ゴホン 場合の事実は、いくつかのヘクタールを購入す ると、ローカルコミュニティのための “ いくつかの助けを提供する” (Offering

some help) ために、この地域に来る “ 富んだ土地”(Abounded Land) が、最終 的にはボルネオ島(Kalimantan )の外部から会社の一部を作る仕事の分野の極

貧ですそれはローカルコミュニティのための仕事の場を作ることができるよう に、いくつかの工場を建設するには、この地域内のローカルコミュニティの土

地の利用可能です。ただし、ローカルコミュニティと企業の間のための企業は 明らかにローカルコミュニティのあるこの領域でいくつかの工場を建設する、

その目的を説明していない良好な通信を行うされません。将来的に企業はセイ ゴホン における社会階層と生態を破壊する場合は、シンボリック的相互作用の

観点から、地元のコミュニティは、いくつかの伐採を持っています。だから、 企業へのに対してセイ ゴホン のコミュニティアピールするが、他の側には企業

はまだ彼らの “甘い”(sweet agreement) 契約に穏やかダウンになりますローカ ルコミュニティを作るためにいくつかの努力をするしているこのような理由で

あれば、社会階層とその性質の継続企業が保持されます。

キーワード :エコロジー、資源の呪い、植民地化、シンボリック的相互作用。

Page 2: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

Abstract

Sei Gohong is a sub-district that the community in here are still respect the values of their tradition was they always made as the life guidance in their societal life. Besides the societal hierarchy that still guidance by its tradition, the values of local wisdom which followed by the local community also succeed to keep the ecological condition in this area. This area was located in District of Bukit Batu, Palangka Raya. It was famous as an Urban Village area which has a beautiful nature that really potential to be a tourism destination so that it will push the increasing of local-government’s income and it also can give impulse to development of the local-community income in Sei Gohong if the potential can be managed. But, behind the beautiful nature of Sei Gohong, it was hide a fact that its status as Tourism Village (Kampung Wisata) are still yet can make the local community will be prosperous because in this area the field of jobs are not available.

From perspective of Resource Curse theory, Sei Gohong that full of potentials from the beautiful nature, exactly inversely proportional to condition of the local-community’s life that are too far away from prosperous condition. The facts if Sei Gohong is a ‘abounded land’ but destitute of the field of jobs finally make some of company from the outside of Borneo Island (Kalimantan) comes to this area to ‘offering some help’ for the local-community with buy some hectare of local-community's land in this area to build some factories so that it can make the field of jobs for local-community are available. However, because between of the local-community and the companies are not make good communication which the companies are not explaining their purpose to build some factories in this area with clearly to the local-community. From interactionism symbolic perspective, the local-community have some felling if the companies in the future will destroy the societal hierarchy and ecology in Sei Gohong. So this reason that make Sei Gohong’s community appeal against to the companies, but in other side the companies are still make some effort to make the local-community will be calm-down with their ‘sweet’ agreement if the societal hierarchy and their nature-continuity will be kept by the companies.

Keywords : Ecology, Resource Curse, Colonized, Interactionism Symbolic.

Abstrak

Sei Gohong merupakan sebuah kelurahan yang mana masyarakat di wilayah ini masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat yang selalu dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakatnya. Selain tatanan masyarakatnya yang masih berpedomankan adat istiadat, nilai-nilai kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat diwilayah ini pun berhasil membuat kondisi ekologi Sei Gohong masih terjaga. Kelurahan ini sendiri terletak di wilayah

Page 3: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Kelurahan ini terkenal sebagai wilayah yang memiliki keindahan alam yang potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata sehingga dapat mendorong naiknya pendapatan daerah dan bisa memberikan dorongan yang besar bagi berkembangnya pendapatan masyarakat di Sei Gohong bila hal tersebut dikelola dengan baik. Namun, dibalik keindahan alam potensial Sei Gohong tersebut tersimpan sebuah fakta bahwa statusnya sebagai ‘Kampung Wisata’ tersebut masih belum bisa membuat sebagian masyarakat Sei Gohong hidup sejahtera, karena masih belum adanya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi mereka di wilayah tersebut.

Jika ditinjau dari teori kutukan sumber daya alam (Resource Curse Theory), Sei Gohong yang penuh dengan potensi kekayaan alamnya, justru berbanding terbalik dengan kondisi hidup masyarakatnya yang masih jauh dari kata sejahtera. Fakta bahwa Sei Gohong adalah daerah ‘ladang’ uang potensial namun ‘miskin’ lapangan pekerjaan inilah yang akhirnya mendorong beberapa perusahaan dari luar Pulau Kalimantan datang ke wilayah ini untuk ‘menolong’ masyarakat sekitar dengan membeli beberapa hektare tanah di wilayah tersebut untuk dijadikan Pabrik sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar. Akan tetapi, karena tidak terjadinya interaksi yang baik antara masyarakat dengan perusahaan yang mana perusahaan sama sekali tidak menjelaskan secara jelas tujuannya untuk mendirikan pabrik di wilayah tersebut. Dari sisi interaksionisme simbolik, masyarakat merasakan bahwa perusahaan-perusahaan itu suatu hari nanti akan merusak tatanan masyarakat serta ekologi di wilayah mereka. Inilah yang membuat banyak masyarakat di Sei Gohong protes akan kehadiran perusahaan tersebut di wilayah mereka, namun di lain pihak perusahaan-perusahaan itu tetap saja berusaha untuk ‘menenangkan’ masyarakat dengan ‘janji manis’ bahwa tatanan masyarakat serta kelestarian lingkungan mereka akan tetap terjaga.

Kata Kunci : Ekologi, Kutukan Sumber Daya Alam, Keterjajahan, Interaksionisme Simbolik.

Pendahuluan

Sei Gohong merupakan sebuah kelurahan yang unik dan memiliki kekhasan tersendiri. Alasan kelurahan ini terasa unik adalah karena disebabkan masyarakat di wilayah ini masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat yang selalu dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakatnya. Kelurahan ini sendiri terletak di wilayah Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Letaknya yang berada di pinggiran kota membuat wilayah ini masih ‘aman’ dari dampak negatif modernisasi dan hedonisme yang biasanya sering menjadi ciri khas penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan. Hal

Page 4: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

ini pula yang membuat Sei Gohong disebut sebagai Urban Village atau Desa yang terletak di wilayah perkotaan.

Selain itu, wilayah ini pun terkenal sebagai wilayah yang memiliki keindahan alam yang potensial untuk dijadikan destinasi pariwisata sehingga dapat mendorong naiknya pendapatan daerah dan salah satu contohnya adalah Telok Kaja yang sebenarnya sangat menjanjikan untuk bisa memberikan dorongan yang besar bagi berkembangnya pendapatan masyarakat di Sei Gohong bila hal tersebut dikelola dengan baik. Namun, dibalik keindahan alam potensial Sei Gohong tersebut tersimpan sebuah fakta bahwa masih banyak masyarakatnya yang belum sejahtera meskipun status Sei Gohong sendiri telah ditetapkan sebagai Kampung Wisata oleh Pemerintah Kota Palangka Raya. Status sebagai ‘Kampung Wisata’ tersebut masih belum bisa membuat sebagian masyarakat Sei Gohong hidup sejahtera, karena masih belum adanya lapangan kerja yang tersedia bagi mereka di wilayah tersebut. Fakta bahwa Sei Gohong adalah daerah ‘ladang’ uang potensial namun ‘miskin’ lapangan pekerjaan inilah yang akhirnya mendorong beberapa perusahaan dari luar Pulau Kalimantan datang ke wilayah ini untuk ‘menolong’ masyarakat sekitar dengan membeli beberapa hektare tanah di wilayah tersebut untuk dijadikan Pabrik sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar. Akan tetapi, masyarakat merasakan bahwa perusahaan-perusahaan itu suatu hari nanti akan merusak tatanan masyarakat serta ekologi di wilayah mereka. Inilah yang membuat banyak masyarakat di Sei Gohong protes akan kehadiran perusahaan tersebut di wilayah mereka, namun di lain pihak perusahaan-perusahaan itu tetap saja berusaha untuk ‘menenangkan’ masyarakat dengan ‘janji manis’ bahwa tatanan masyarakat serta kelestarian lingkungan mereka akan tetap terjaga.

Pembahasan

Kekhawatiran masyarakat Sei Gohong sendiri akan dampak kerusakkan lingkungan dari kehadiran Pabrik di wilayah mereka cukup beralasan karena pada saat perusahaan-perusahaan tersebut membeli tanah masyarakat, perusahaan tidak melakukan pendekatan personal kepada masyarakat. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa masyarakat setempat, menunjukkan bahwa perusahaan itu hanya mensosialisasikan kehadiran mereka kepada orang-orang tertentu saja. Selain itu, ada banyaknya kabar simpang siur di masyarakat mengenai tujuan perusahaan tersebut mendirikan pabrik di Sei Gohong semakin mempertegas kecurigaan masyarakat akan bahaya laten dari kehadiran pabrik tersebut. Ketidakjelasan jenis pabrik yang akan didirikan di wilayah tersebut juga membuat resistensi masyarakat terhadap perusahaan semakin kuat dan

Page 5: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

membuat lebar jurang pemisah antara perusahaan dan masyarakat Sei Gohong.

Sumber Daya Alam Berlimpah, Berkat atau . . .?

Dari sudut teori kutukan sumber daya alam (resource curse theory)1, dapat dilihat bahwa Sei Gohong sendiri merupakan sebuah kawasan yang memiliki beragam potensi ekologis yang jika dikembangkan dengan baik dapat memberikan manfaat yang besar untuk kesejahteraan masyarakatnya. Namun, potensi ekologis tersebut belum mampu untuk membuat masyarakat Sei Gohong sejahtera. Dari fakta lapangan yang ditemukan, banyak sekali masyarakat Sei Gohong yang tidak memiliki pekerjaan dan gaji tetap. Ini merupakan sebuah ironi, bila kita melihat status dari kelurahan Sei Gohong yang dijadikan sebagai ‘Kampung Wisata’ yang mana seharusnya dengan status tersebut dapat membuat masyarakatnya sejahtera namun malah menjadikan hidup mereka termaginalkan akibat lapangan pekerjaan yang tidak tersedia di wilayah ini.

Pemaknaan Rencana Pendirian Pabrik Bagi Kehidupan Masyarakat Sei Gohong

Dari sudut teori interaksionisme simbolik, kekhawatiran masyarakat sekitar terhadap keterusakkan lingkungannya suatu saat sebagai akibat hadirnya pabrik perusahaan di wilayah tersebut karena pemahaman di masyarakat luas sendiri terutama di Indonesia seringkali kehadiran pabrik-pabrik tersebut bukannya memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar namun malah justru memberikan ‘kutukan’ kepada keberlangsungan lingkungan hidup di wilayah yang dijadikan lokasi pabrik tersebut. Hal-hal seperti limbah buangan pabrik yang mencemari lingkungan masyarakat sekitar pabrik sudah menjadi hal yang lumrah sebagai dampak dari kemunculannya di suatu wilayah masyarakat. Di Indonesia sendiri, teknologi untuk pengolahan limbah hasil buangan pabrik dapat dikatakan belum semua pabrik menyediakan teknologi tersebut. Kebanyakkan pabrik-pabrik tersebut enggan untuk menyediakan teknologi pengolahan limbah pabrik dikarenakan biaya untuk membeli peralatan tersebut yang terbilang cukup tinggi, selain itu meskipun sebagian perusahaan-perusahaan pemilik pabrik di Indonesia ini sebenarnya mampu untuk membeli peralatan tersebut namun karena mereka lebih memikirkan laba perusahaan sehingga hal-hal yang dianggap tidak menguntungkan (un-profitable) seperti penyediaan teknologi pengolahan limbah yang memerlukan biaya fantastis seringkali diabaikan oleh pemilik perusahaan.

1 Macartan Humpreys et.al: Escaping The Resource Curse. (Columbia: Columbia University Press, 2007), 21

Page 6: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

William Thomas2 salah satu teoritisi interaksionisme simbolik berpendapat bahwa ada 3 pokok pemikiran dari teori interaksionisme simbolik tersebut dan bila kita kaitkan dengan permasalahan di Sei Gohong dapat terlihat alasan logis dari penolakkan masyarakat terhadap berdirinya pabrik di daerah tersebut. Pemikiran yang pertama adalah bahwa perilaku seseorang tergantung pada definisi situasi yang diberikan. Jika kita lihat kembali dari uraian singkat di bagian pendahuluan dan paragraf pertama tulisan ini, dapat terlihat bahwa resistensi masyarakat Sei Gohong terhadap perusahaan yang ingin mendirikan pabrik disebabkan karena definisi situasi dari tujuan berdirinya pabrik di wilayah tersebut yang masih belum jelas. Pemikiran Thomas yang kedua adalah relativisme adalah situasi yang berbeda memiliki makna yang berbeda bagi individu yang berbeda pula pemikirannya. Dari permasalahan masyarakat Sei Gohong versus Perusahaan, terlihat bahwa adanya lack of communication diantara kedua belah pihak tersebut telah memberikan makna yang berbeda baik bagi masyarakat sekitar maupun perusahaan. Di sisi masyarakat sendiri, tujuan didirikannya pabrik tersebut lebih dimaknai sebagai bahaya laten bagi kelestarian lingkungan hidup di Sei Gohong sedangkan bagi perusahaan dengan berdirinya pabrik nanti diharapkan dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang saat ini masih belum sejahtera karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan di wilayah mereka. Pemikiran yang ketiga adalah definisi situasi itu subyektif dan berubah. Jika dikaitkan permasalahan Sei Gohong tersebut dengan pemikiran ketiga bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap dampak kerusakkan lingkungan yang akan ditimbulkan oleh kemunculan pabrik perusahaan di wilayah mereka adalah karena banyakknya berita di media massa tentang pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh berdirinya pabrik-pabrik. Definisi situasi tersebut dapat dikatakan subyektif apabila masyarakat hanya berpikiran negatif karena berita-berita yang beredar di media massa, tanpa berusaha mencari tahu terlebih dahulu seperti apa sistem pabrik yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Bisa saja kemungkinannya perusahaan tersebut memiliki peralatan pengolahan limbah pabrik yang bagus sehingga tidak akan mencemari lingkungan hidup disekitar.

Penutup

Sei Gohong menyimpan beragam potensi ekologis yang sebenarnya sangat bisa untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya, dengan menggunakan kearifan lokal (local wisdom) yang dimiliki oleh masyarakat Sei Gohong potensi ekologis tersebut dapat dimanfaatkan secara bijaksana namun disisi lain potensi ekologis tersebut juga memberikan efek domino bagi masyarakatnya. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu

2 William Thomas dalam Alfitri. 2009. Kerusakkan Lingkungan dan Masalah Sampah dari Perspektif Teori Sosiologi. Diakses melalui: http://eprints.unsri.ac.id/726/

Page 7: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

mengolah potensi ekologis tersebut menyebabkan perkembangan perekonomian di masyarakat terasa belum berkembang. Disisi lain, banyak perusahaan-perusahaan dari luar yang ingin mengembangkan potensi dari Sei Gohong tersebut namun mereka malah mendapatkan resistensi dan penolakkan dari masyarakat sekitar. Mereka menganggap bahwa kehadiran perusahaan tersebut dikhawatirkan akan mengganggu keberlangsungan lingkungan hidup mereka.

Daftar Pustaka

Wawancara dengan masyarakat Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya pada tanggal 25 April 2015.

Alfitri. 2009. Kerusakkan Lingkungan dan Masalah Sampah dari Perspektif Teori Sosiologi. Diakses melalui: http://eprints.unsri.ac.id/726/ pada tanggal 26 April 2015

Tolo, Emilianus Yakub Sese. 2014. Ironi REDD+ di Indonesia: Cerita dari Kalimantan Tengah. Diakses melalui: http://www.indoprogress.com/2014/02/ironi-redd-di-indonesia-cerita-dari-kalimantan-tengah. pada tanggal 26 April 2015.

LAMPIRAN

Page 8: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

Gbr. Papan nama perusahaan yang ingin mendirikan Pabrik di Sei Gohong

Gbr. Tanah yang akan menjadi lokasi pendirian Pabrik

Gbr.Warga masyarakat yang sedang menjelaskan alasan penolakkan masyarakat Sei Gohong terhadap berdirinya Pabrik di wilayah itu.

Page 9: JURNAL Kelompok 4 Sos Terapan

Gbr. Observasi lokasi Pabrik oleh Penulis.