10
JURNAL NALAR PENDIDIKAN ISSN [E]: 2477-0515 ISSN [P]: 2339-0794 DOI: 10.26858/jnp.v8i2.15258 Online: https://ojs.unm.ac.id/nalar 104 Volume 8 Nomor 2 (2020) Pages 104 113 PERSEPSI GURU MENGENAI GURU IDEAL Wahyuddin 1 , Martina Ismayanti 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tomakaka [email protected] 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru mengenai konsep dan karakteristik guru ideal. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi agar dapat fokus pada persepsi individu, yaitu guru SMA Kecamatan Simboro sebagai partisipan, dengan cara mewawancarai mereka secara semi terstruktur. Teknik analisis data kualitatif diaplikasikan dengan menggunakan bantuan software NVivo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep guru ideal menurut partisipan adalah guru yang bermanfaat bagi siswa, institusi, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan kriteria atau karakteristik guru ideal menurut mereka yaitu guru yang memiliki karakter positif, menguasai konten atau materi yang diajarkan, memiliki kompetensi pedagogik, professional, berpengalaman, melakukan kontribusi sosial, dan terus melakukan pengembangan diri. Kata Kunci: guru ideal, karakteristik, persepsi guru TEACHER’S PERCEPTION REGARDING IDEAL TEACHER Abstract This study aims to determine teacher perceptions regarding the concepts and characteristics of ideal teacher. This study uses a phenomenological approach in order to focus on individual perceptions, namely Simboro high school teachers as participants, by interviewing them in a semi-structured manner. Qualitative data analysis techniques were applied by using NVivo software. The results of the study indicate that the concept of the ideal teacher according to the participants is a teacher who is beneficial to students, institutions, society, nation, and state. While the criteria or characteristics of the ideal teacher according to them are teachers who have positive characters, master the content or material being taught, have pedagogical competences, are professional, have the experience, make social contributions, and continue to develop themselves. Keywords: ideal teacher, characteristics, teacher perception PENDAHULUAN Guru mengambil porsi paling besar dalam proses pendidikan anak dibandingkan dengan aktor pendidikan lainnya seperti kepala sekolah, orang tua, dan stakeholder. Mereka berdiri setiap hari di tengah-tengah siswa di dalam kelas bahkan di luar kelas, melaksanakan pembelajaran dan kurikulum, menilai, mengevaluasi, memotivasi, hingga menjadi panutan bagi murid-murid mereka. Itulah sebabnya peneliti dan pembuat kebijakan sepakat bahwa kualitas guru merupakan masalah kebijakan yang sangat penting dalam reformasi pendidikan [1]. Berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa guru yang berkualitas akan memberikan dampak positif bagi anak. Sebagai contoh, guru efektif akan menghasilkan murid dengan tingkat kehadiran yang lebih tinggi [2] [3], mendapatkan gaji besar saat bekerja, dan murid tersebut kecil kemungkinan memiliki anak di usia dini [3]. Senada dengan itu, Akiba menyatakan bahwa guru profesional yang menerapkan kolaborasi akan lebih efektif meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran [4]. Menyadari urgensi guru seyogianya membuat para pemangku kebijakan menyiapkan guru yang

JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

JURNAL NALAR PENDIDIKAN

ISSN [E]: 2477-0515 ISSN [P]: 2339-0794

DOI: 10.26858/jnp.v8i2.15258

Online: https://ojs.unm.ac.id/nalar

104

Volume 8 Nomor 2 (2020) Pages 104 – 113

PERSEPSI GURU MENGENAI GURU IDEAL

Wahyuddin1, Martina Ismayanti2

1,2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tomakaka

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru mengenai konsep dan karakteristik guru ideal. Penelitian

ini menggunakan pendekatan fenomenologi agar dapat fokus pada persepsi individu, yaitu guru SMA Kecamatan

Simboro sebagai partisipan, dengan cara mewawancarai mereka secara semi terstruktur. Teknik analisis data

kualitatif diaplikasikan dengan menggunakan bantuan software NVivo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

konsep guru ideal menurut partisipan adalah guru yang bermanfaat bagi siswa, institusi, masyarakat, bangsa dan

negara. Sedangkan kriteria atau karakteristik guru ideal menurut mereka yaitu guru yang memiliki karakter positif,

menguasai konten atau materi yang diajarkan, memiliki kompetensi pedagogik, professional, berpengalaman,

melakukan kontribusi sosial, dan terus melakukan pengembangan diri.

Kata Kunci: guru ideal, karakteristik, persepsi guru

TEACHER’S PERCEPTION REGARDING IDEAL TEACHER

Abstract

This study aims to determine teacher perceptions regarding the concepts and characteristics of ideal teacher.

This study uses a phenomenological approach in order to focus on individual perceptions, namely Simboro high

school teachers as participants, by interviewing them in a semi-structured manner. Qualitative data analysis

techniques were applied by using NVivo software. The results of the study indicate that the concept of the ideal

teacher according to the participants is a teacher who is beneficial to students, institutions, society, nation, and

state. While the criteria or characteristics of the ideal teacher according to them are teachers who have positive

characters, master the content or material being taught, have pedagogical competences, are professional, have

the experience, make social contributions, and continue to develop themselves.

Keywords: ideal teacher, characteristics, teacher perception

PENDAHULUAN

Guru mengambil porsi paling besar dalam proses

pendidikan anak dibandingkan dengan aktor

pendidikan lainnya seperti kepala sekolah, orang

tua, dan stakeholder. Mereka berdiri setiap hari di

tengah-tengah siswa di dalam kelas bahkan di luar

kelas, melaksanakan pembelajaran dan kurikulum,

menilai, mengevaluasi, memotivasi, hingga menjadi

panutan bagi murid-murid mereka. Itulah sebabnya

peneliti dan pembuat kebijakan sepakat bahwa

kualitas guru merupakan masalah kebijakan yang

sangat penting dalam reformasi pendidikan [1].

Berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa guru

yang berkualitas akan memberikan dampak positif

bagi anak. Sebagai contoh, guru efektif akan

menghasilkan murid dengan tingkat kehadiran yang

lebih tinggi [2] [3], mendapatkan gaji besar saat

bekerja, dan murid tersebut kecil kemungkinan

memiliki anak di usia dini [3]. Senada dengan itu,

Akiba menyatakan bahwa guru profesional yang

menerapkan kolaborasi akan lebih efektif

meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran

[4].

Menyadari urgensi guru seyogianya membuat

para pemangku kebijakan menyiapkan guru yang

Page 2: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

105

berkualitas dan professional, yaitu guru yang tidak

hanya menguasai ilmu yang mereka ajarkan, tetapi

juga ahli dalam mendidik secara efektif dan kreatif,

serta menginspirasi siswa dan orang tua untuk maju

dan berkembang. Mereka terus belajar dan

menguasai konteks dimana mereka mendidik.

Kondisi guru seperti ini mungkin merupakan

gambaran sosok guru ideal.

Membentuk guru ideal bukan hal yang utopis

sebab kriterianya dapat dilihat pada berbagai

standar, peraturan dan referensi ilmiah. Misalnya

seorang guru harus menguasai kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional [5].

Sedangkan menurut Rockoff, et al., guru yang baik

adalah seseorang yang memiliki self-efficacy,

fleksibilitas, keramahan, dan pikiran terbuka [6].

Dalam essai berjudul What Makes a Good

Teacher, kriteria guru ideal dipapaparkan secara

detail berdasarkan berbagai penelitian termasuk dari

persepsi siswa dan kepala sekolah [7], yang

kemudian ditambahkan dari sudut pandang para

pemangku kepentingan mengenai guru yang efektif

[8]. Sayangnya, referensi tersebut tidak dilengkapi

dengan persepsi guru itu sendiri mengenai guru

ideal. Terdapat beberapa penelitian yang

mengangkat persepsi guru tetapi masih terbatas pada

topik yang lain, misalnya mengenai pengembangan

profesional mata pelajaran matematika [9], praktik

pelatihan instruksional yang efektif [10], integrasi

teknologi yang efektif [11], dan kompetensi

pedagogis abad ke-21 [12].

Padahal penelitian persepsi ini penting untuk

mendapatkan gambaran apakah pandangan guru

terhadap guru yang baik sejalan dengan teori dan

pandangan para aktor pendidikan lainnya. Kita

ambil contoh penelitian yang mengangkat persepsi

guru tentang efektivitas dan relevansi pelatihan

pengembangan profesional mereka. Dalam

investigasi ini terdapat tiga penemuan yaitu pendidik

memandang peluang pengembangan profesional

sebagai hal yang diperlukan, pendidik

menginginkan metode pembelajaran yang efektif

selama pelatihan, dan pendidik perlu pelatihan yang

ditargetkan berkaitan dengan populasi spesifik siswa

mereka [8]. Pandangan-pandangan pendidik dalam

penelitian tersebut pada akhirnya dapat digunakan

dalam pengembangan profesi guru.

Persepsi yang benar tentang guru ideal

berdasarkan standar dan referensi yang ada mungkin

akan membuat guru bercita-cita dan berusaha

menjadi guru ideal. Sebaliknya, rendahnya kualitas

guru bisa jadi disebabkan oleh adanya persepsi yang

salah di kalangan guru itu sendiri tentang bagaimana

seharusnya guru berkualitas. Asumsi ini didasarkan

bahwa persepsi atau pandangan menentukan apa

yang diketahui, dipercaya, dipikirkan dan diniatkan

oleh seseorang [13].

Seseorang yang mempercayai sesuatu berarti dia

menyatakan bahwa sesuatu itu benar tetapi juga

menerima kemungkinan bahwa sesuatu itu mungkin

saja tidak benar [14], tergantung dari apa yang

seseorang ketahui, pikirkan, katakan, dan

maksudkan [13]. Artinya, pengetahuan kita

sebelumnya dan saat ini memiliki dampak besar

pada cara kita memandang sesuatu [15]. Meskipun

terdapat kemungkinan ketidakbenaran dalam apa

yang dipercayai atau dipersepsikan, seseorang

biasanya bertindak berdasarkan reaksi emosi atas

kepercayaan tersebut, sebab ia awalnya menerima

kepercayaannya itu sebagai fakta [16]. Persepsi

memiliki tujuan memberikan deskripsi tentang

lingkungan, yang kemudian digunakan oleh fungsi-

fungsi pikiran lainnya, seperti penalaran,

pengambilan keputusan secara sadar, atau tindakan

[17].

Uraian ini menggambarkan bahwa seorang

guru yang ingin menjadi guru ideal besar

kemungkinan memulai dengan persepsi yang benar

tentang bagaimana konsep guru yang seharusnya.

Oleh karena itu, penelitian persepsi guru tentang

guru ideal penting dilaksanakan. Adapun tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru

mengenai konsep dan karakteristik guru ideal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan

fenomenologi agar dapat fokus pada persepsi

individu. Dengan pendekatan fenomenologi,

peneliti berusaha memahami makna dari

pengalaman, perspektif, atau sudut pandang

partisipan [18].

Penelitian ini fokus pada: (1) persepsi,

didefinisikan sebagai perspektif, pendapat atau

pandangan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan,

dikatakan, atau diniatkan oleh guru berkaitan

dengan konsep dan karakteristik guru ideal; dan (2)

guru ideal, didefinisikan sebagai sosok guru yang

seharusnya.

Partisipan dalam penelitian ini yaitu guru

sekolah menengah di Kecamatan Simboro.

Pemilihan subjek didasarkan pada prinsip purposive,

yaitu dipilih di awal oleh peneliti sebab peneliti

mengetahui bahwa sang subjek telah mengalami

topik yang diteliti serta memiliki kriteria-kriteria

yang telah ditetapkan [19]. Dalam hal ini, peneliti

mengambil lima orang subjek dengan

mempertimbangkan perbedaan karakteristik guru

yaitu status kepegawaian (PNS/bukan

PNS/honorer), lama mengajar, usia, dan gender.

Data dikumpulkan melalui teknik wawancara

semi-terstruktur dalam waktu sekitar 30 menit untuk

Page 3: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

106

setiap partisipan, yang direkam dengan

menggunakan aplikasi perekam audio pada

smartphone.

Analisis data dimulai dengan pengaturan data,

lalu disiapkan dalam bentuk transkrip. Transkrip

dibaca berulang-ulang untuk mendapatkan

gambaran data keseluruhan serta mengidentifikasi

segmen data yang berpotensi mengungkapkan aspek

dari fenomena [19]. Setelah itu, data mengalami

konseptualisasi, pengklasifikasian, pengkategorian,

pengidentifikasian tema, kemudian dihubungkan

dengan konstruk teori. Penafsiran makna dari data

dilakukan dengan menata ulang, memeriksa, dan

mendiskusikan data tekstual dengan menyampaikan

pemahaman asli dari para peserta. Proses analisis

data ini menggunakan bantuan software NVivo 12.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mewawancarai lima orang guru-

sebagai partisipan, terdiri dari tiga orang laki-laki

dan dua orang perempuan. Mereka berasal dari

empat sekolah menengah atas yang berbeda di

Kecamatan Simboro. Nama kelima partisipan dalam

artikel ini ditulis tidak sesuai dengan nama aslinya

untuk alasan kerahasiaan identitas partisipan.

Adapun nama-nama partisipan yang digunakan

yaitu Erwin, Hasan, Samsir, Sitti dan Fitri. Data

wawancara dari kelima partisipan tersebut disusun

dalam bentuk transkrip, kemudian di-import ke

software NVivo 12 untuk selanjutnya dianalisis.

Salah satu fitur software NVivo untuk

menampilkan teks secara visual adalah Word

Frequency Query. Fitur ini membantu peneliti

menampilkan frekuensi kata-kata yang menarik dan

informatif. Berdasarkan hasil pencarian dengan

fitur tersebut, diperoleh kumpulan kata yang paling

sering muncul dalam data yang ditampilkan pada

Gambar 1. Kata “guru” mendominasi percakapan

partisipan dengan frekuensi 2,52% dari seluruh data,

diikuti oleh kata “anak”, “bisa”, “harus”, dan

“ideal”.

Gambar 1. Kata yang Paling Sering Muncul dari

Data

Selanjutnya, fitur Text Search Query

diaplikasikan untuk memahami makna kata-kata

dalam word cloud di atas. Pada penelitian ini,

peneliti ingin memahami penggunaan kata “ideal”

sebagai salah satu kata terdominan dan merupakan

kata kunci dalam penelitian ini. Hasil pencarian

selanjutnya disajikan dalam betuk word tree.

Gambar 2. Word Tree dari Penggunaan Kata

“Ideal”

Melalui ekspolorasi fitur word tree, diperoleh

informasi bahwa konsep guru ideal bagi partisipan

adalah guru yang selalu memberikan manfaat bagi

siswa, institusi, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut mereka, hal tersebut membuat tugas

seorang guru sangat berat sehingga banyak guru

tidak berani mengakui diri mereka telah berada pada

kondisi guru ideal. Padahal mereka sadar bahwa

untuk bisa melaksanakan tugasnya dengan optimal,

seorang guru mesti berada pada level tersebut.

Meskipun demikian, kenyataannya mereka tetap

berharap bisa menjadi guru ideal apapun status

kepegawaian mereka.

Alasan ketidakpercayaan diri mereka yaitu

karena mereka merasa masih memiliki banyak

kekurangan dibandingkan dengan besarnya tuntutan

kewajiban guru. Senada dengan itu, Ates and

Kadioglu [20] kemukakan bahwa guru memikul

tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan

Page 4: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

107

kegiatan pendidikan yang efektif, seperti mengatur

lingkungan pendidikan di dalam kelas, menentukan

kegiatan pembelajaran, dan memilih serta

menggunakan alat dan bahan mengajar. Hal ini

cukup serius sehingga beberapa orang memiliki niat

untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai guru

karena merasa tingginya beban kerja dan kelelahan

secara emosi [4].

Gambar 1. Tema-Tema Hasil Koding Tiap

Partisipan

Selain untuk keperluan visualisasi, word cloud

dan word tree juga sangat berguna dalam pemberian

label atau koding, yang selanjutnya dibuat dalam

bentuk kategori tema pada menu nodes NVivo 12.

Tema merupakan konsep yang berkaitan dengan

fokus dan pertanyaan penelitian. Adapun tema yang

diidentifikasi dari pernyataan kelima partisipan

ditampilkan pada Gambar 3.

Selanjutnya peneliti menyajikan kriteria guru

ideal melalui project map yang dapat dilihat pada

Gambar 4. Project map dibuat berdasarkan tema-

tema hasil koding yang dapat digunakan dalam

mengeksplorasi dan menyajikan hubungan data.

Berdasarkan project map yang dibuat, diperoleh

tujuh indikator seorang guru dapat disebut guru

ideal, yaitu memiliki karakter positif, menguasai

konten, memiliki kompetensi pedagogik,

profesional, berpengalaman, melakukan kontribusi

sosial, dan terus mengembangkan dirinya.

Sayangnya, tidak ditemukan aspek kepemimpinan

dalam kriteria ini, padahal kepemimpinan guru

sangat penting dalam lingkup institusi, profesi dan

kolaborasi [21].

Guru yang memiliki karakter positif adalah

mereka yang memiliki sikap yang baik, terlihat

melalui keakraban dengan muridnya, amanah

menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai

guru, disiplin, jujur, rajin, tidak sering terlambat,

serta menunjukkan sifat keteladanan bagi murid dan

masyarakat. Berkarakter positif memang bukanlah

syarat mutlak untuk bisa mengajar di dalam kelas,

tetapi aspek ini sangat penting, bahkan mungkin

wajib, dimiliki oleh guru khususnya dalam konteks

masyarakat Indonesia. Dengan sikap yang baik, guru

dapat ditiru atau dijadikan contoh dalam bentuk

penalaran, tindakan dan etika [22].

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan

mengetahui cara mengajarkannya bisa bekerja

sebagai pengajar meskipun ia tidak memiliki sikap

yang baik. Akan tetapi, tanpa karakter positif, orang-

orang mungkin tidak menganggapnya sebagai guru,

atau paling tidak ia dicap sebagai guru yang jauh dari

Page 5: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

108

kata ideal. Hal ini karena masyarakat berpikir guru

adalah profesi yang mulia dimana sikap dan karakter

yang baik adalah bagian yang tak terlepas dari

dirinya. Kenyataannya, dengan karakter yang baik,

guru dapat menajalankan fungsi dan perannya bukan

hanya mengajar tetapi juga mendidik [22].

Anggapan tentang wajibnya karakter positif pada

sosok guru bukanlah hal yang berlebih-lebihan. Jika

melihat kriteria guru ideal yang diungkapkan oleh

Akiba and Liang [4], nampak kriteria tersebut

kebanyakan berkaitan dengan sikap dan karakter.

Menurut mereka, guru yang baik adalah guru yang

memiliki kepribadian intelektual, selera humor,

terbuka untuk dikritik, memotivasi, memiliki

ekspresi tersenyum, menggunakan diksi yang baik,

dapat dipercaya, kreatif, suka meneliti,

menggunakan teknik mengajar dengan baik,

memberi makna kepada siswa, komunikatif, dan

bisa menjaga jarak dengan siswanya.

Gambar 4. Project Map Kriteria Guru Ideal

Tentu saja karakter positif tidak cukup untuk

mendidik. Guru mesti menguasai konten atau materi

yang mereka ajarkan [23, 24]. Ibaratnya, seseorang

yang ingin bersedekah makanan, maka ia harus

memiliki makanan; atau seseorang yang ingin

mendonasikan uang, maka ia harus memiliki uang.

Demikian halnya seorang guru Matematika

misalnya, harus menguasai materi Matematika; guru

Bahasa Indonesia harus menguasai materi Bahasa

Indonesia, dan sebagainya. Artinya, latar belakang

dan tingkat pendidikan seorang guru mempengaruhi

kemampuan profesional guru dalam interaksi

pembelajaran [25]. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh salah seorang partisipan.

Sitti : Matematika sekarang tidak bisami [diajar

oleh guru agama], [mata pelajaran] harus

sesuai dengan background pendidikan

[gurunya]...

Berdasarkan penjelasan tentang penguasaan

konten, maka sulit seorang guru berada pada titik

ideal sebab untuk menguasai seratus persen bidang

ilmu yang diajarkan nampak tidak mungkin.

Demikian halnya dengan kriteria yang lain berupa

memiliki kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan

guru dalam mengajar secara efektif. Menurut

partisipan, guru yang memiliki kompetensi

pedagogik yaitu mereka yang menyelenggarakan

proses belajar-mengajar secara aktif, inovatif,

kreatif, komunikatif, kontekstual, mampu

mengendalikan kelas, memberikan contoh agar

murid memahami penjelasan materi, serta

memberikan umpan balik untuk keperluan evaluasi

dan peningkatan kemampuan siswa. List tersebut

didukung oleh Junaid and Baharuddin [26] bahwa

peningkatan kompetensi pedagogik dilihat dengan

terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif, inovatif, dan menyenangkan.

Kompetensi pedagogik tidak diragukan lagi

dampaknya terhadap pembelajaran. Misalnya,

ditemukan bahwa kompetensi pedagogik guru

memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar peserta

didik pada mata pelajaran IPS [27], IPA [28], dan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi

[29]. Ironisnya, masih banyak guru yang

menunjukkan kompetensi pedagogis yang rendah

[30, 31].

Sekali lagi, mencapai guru ideal memang sulit

berdasarkan karakteristik guru ideal yang begitu

kompleks. Meskipun demikian, kita mestinya tidak

hanya melihat dari perspektif bahwa untuk menjadi

ideal, guru harus banyak tahu dan bisa dalam segala

hal. Seyogyanya, guru ideal dilihat berdasarkan

proses tanpa henti yang dilakukan oleh guru agar

terus lebih baik melalui pengembangan diri. Ates

and Kadioglu [20] mengungkapkan bahwa tugas

guru sebagai pelindung identitas bangsa dan

masyarakat dengan mendidik generasi pelanjut

bangsa hanya bisa dilakukan jika guru terus

melakukan pengembangan diri.

Upaya pengembangan diri guru bisa dilakukan

dengan aktif mengikuti berbagai pelatihan. Pelatihan

bagi guru sangat penting agar mereka mendapatkan

kemampuan mengatasi siswa mereka [32]. Guru

yang pernah mengikuti pelatihan memiliki kinerja

lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum

pernah mengikuti pelatihan [33]. Namun

pengembangan diri guru ini sepantasnya dibarengi

pembenahan lembaga pendidikan yang bertanggung

jawab terhadap pelatihan guru sehingga pelatihan

dan pendidikan yang diikuti guru bisa optimal [30].

Page 6: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

109

Hal ini sangat penting sebab salah satu partisipan

yang juga merupakan kepala sekolah mengakui

bahwa tempat dan penyelenggara mempengaruhi

output pelatihan.

Sitti : Pengembangan diri itu sangat penting.., ya

harus ada diklat ke Makassar... Kalau kita

disini [Mamuju], [pelatihan] diadakan juga

di sekolah kadang-kadang, tapi tidak

maksimal.

Selain mengikuti pelatihan, guru mesti terus

melakukan evaluasi dan refleksi diri secara jujur

[34], bukan hanya tentang karakternya sebagai

manusia yang mengajak orang lain pada

pengetahuan dan kebaikan, tetapi juga sebagai

individu yang tergabung dalam profesi guru.

Menurut partisipan, mereka mesti bersikap

profesional yaitu tau dan sadar akan tugas dan

tanggung jawabnya, melakukan persiapan dan

perencanaan sebelum bertindak, kemudian

menjalankan tugas dan kewajibannya itu dengan

sebaik-baiknya. Anggapan ini relevan dengan

pernyataan Sulfemi [35] bahwa pengertian guru

profesional adalah guru yang mempunyai

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan sehingga dia mampu melaksanakan tugas

dan fungsinya secara efektif.

Pengalaman mengajar juga ikut mempengaruhi

kompetensi profesional guru [25, 36]. Sebagai

contoh, guru yang pengalaman mengajarnya di

bawah 10 tahun memiliki kinerja lebih rendah

dibanding dengan guru yang memiliki pengalaman

mengajar lebih dari 10 tahun [33]. Saking

pentingnya pengalaman, salah seorang partisipan

berpandangan bahwa penguasaan konten dan

kompetensi pedagogik yang baik akan percuma jika

sang guru tidak memiliki pengalaman mengajar.

Erwin : Walaupun materi kita kuasai sedemikian

rupa tapi kalau kita tidak memiliki

pengalaman pasti kita tidak bisa

memberikan informasi kepada siswa-

siswa.

Partisipan juga merasa bahwa sebagai guru

mereka memiliki beban untuk melakukan

pengabdian kepada masyarakat. Bahkan cara

berpakaian dan bertutur kata juga akan diperhatikan

oleh masyarakat. Tentu saja peran yang dibebankan

kepada guru berbeda-beda berdasarkan masyarakat

tempat mereka tinggal, waktu, keadaan dan falsafah

program pendidikan yang diterapkan [20].

Project map kriteria guru ideal juga dapat

dipresentasikan dalam bentuk diagram hiearki, yaitu

diagram yang menunjukkan satu set empat persegi

panjang bertingkat berbagai ukuran yang

menunjukkan tingkatan jumlah atau persentase

koding pada nodes. Gambar 5. merupakan diagram

hierarki kompetensi pedagogik, dimana diketahui

bahwa keterampilan komunikasi adalah indikator

yang paling sentral dalam berproses menuju level

guru ideal sebab ia sangat erat kaitannya dengan

karakteristik yang lain. Guru yang memiliki karakter

positif, menguasai konten, kompetensi pedagogis,

kontribusi sosial dan profesionalitas ditandandai

dengan seberapa bagus ia dalam berkomunikasi.

Sebagai contoh, hubungan siswa-guru akan akrab

jika guru menjalin komunikasi yang lebih efisien

dengan siswa [34]. Sedangkan Asrial [37]

menemukan bahwa kompetensi berbahasa Indonesia

sangat mempengaruhi kompetensi pedagogik.

Artinya, salah satu hal paling vital dimiliki seorang

guru adalah keterampilan berkomunikasi efektif.

Gambar 5. Diagram Hierarki Indikator Kompetensi

Pedagogik

Selain tujuh kriteria guru ideal, hasil koding

juga menghasilkan tema-tema tentang faktor yang

mempengaruhi seseorang menjadi guru ideal.

Pengaruh dalam hal ini diartikan sebagai hal yang

dapat mendukung ataupun menghambat guru

menjadi guru yang sempurna. Faktor-faktor tersebut

disajikan dalam project map yang mencakup

persoalan pengembangan diri, pengalaman,

pendidikan, kompetensi, karakter, fasilitas, atasan

dan administrasi.

Gambar 6. Project Map Faktor yang

Mempengaruhi Guru Ideal

Page 7: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

110

Project map di atas juga dipresentasikan dalam

bentuk diagram hirarkis pada Gambar 7. Dari

diagram tersebut diketahui bahwa partisipan

menganggap fasilitas sebagai faktor yang paling

besar pengaruhnya terhadap terbentuknya guru

ideal, diikuti oleh pengalaman dan karakter pribadi

sang guru.

Persepsi ini sesuai dengan penelitian Sri [38]

bahwa fasilitas pendidikan mempengaruhi kinerja

guru. Dengan kata lain, keterbatasan peralatan

pendukung pembelajaran mengakibatkan

pendidikan juga tidak berjalan dengan baik dan

lancar [39]. Bukan hanya terhadap guru, fasilitas

sekolah bahkan memiliki andil dalam meningkatkan

motivasi belajar [40] dan hasil belajar siswa [41].

Gambar 7. Diagram Hierarkis Tree Map Faktor

yang Mempengaruhi Guru Ideal

Selain fasilitas, masalah administrasi dan

kepemimpinan atasan sangat mempengaruhi upaya

guru menjadi guru yang lebih baik, meski ukurannya

dalam tree map lebih kecil. Menurut Rosyi [42],

kepemimpinan kepala sekolah secara positif

mempengaruhi kinerja guru yang ia pimpin. Hal ini

cukup logis sebab dengan kepemimpinan, guru

dapat digerakkan dan dimotivasi untuk terus

meningkatkan kualitasnya. Sebagai pemimpin,

kepala sekolah memberikan petunjuk,

meningkatkan kemampuan, memotivasi, dan

mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja guru

[43].

Disamping faktor eksternal berupa fasilitas,

administrasi dan atasan, latar belakang pendidikan

guru juga dipandang memiliki andil dalam

membentuk guru yang berkompeten. Guru yang

menempuh pendidikan pada perguruan tinggi

bereputasi kemungkinan besar akan memiliki

kompetensi yang baik pula. Pandangan ini sesuai

dengan beberapa penelitian tentang hubungan latar

belakang pendidikan dengan kinerja guru. Misalnya

ditemukan bawah latar belakang pendidikan guru

berpengaruh secara signifikan terdapat kinerja [44]

dan kreativitas guru [45].

Meskipun demikian, temuan tersebut justru

berbeda dengan penelitian terbaru yang dilakukan

oleh Rosidah [46] bahwa tidak terdapat pengaruh

antara latar belakang pendidikan dan

profesionalisme guru. Artinya, tidak ada jaminan

latar belakang pendidikan otomatis membuat guru

menjadi profesional, namun guru yang mengajar

sesuai bidang keilmuannya, memiliki jenjang

pendidikan yang tinggi, dan lulus dari perguruan

tinggi bereputasi akan memiliki adaptasi mengajar

lebih baik. Mereka yang tidak mengajar sesuai latar

belakang pendidikannya tetap memiliki peluang

untuk bisa profesional dan memiliki kinerja yang

baik, selama mereka terus melakukan

pengembangan diri.

KESIMPULAN

Konsep guru ideal menurut guru-partisipan

adalah guru yang memberikan manfaat bagi siswa,

institusi, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun

karakteristik atau kriteria guru ideal menurut mereka

adalah guru yang memiliki karakter positif,

menguasai konten atau materi yang diajarkan,

memiliki kompetensi pedagogik, professional,

berpengalaman, melakukan kontribusi sosial, dan

terus melakukan pengembangan diri. Karakter

positif dapat dilihat dari sikap terpuji yang

ditunjukkan oleh guru yaitu akrab dengan muridnya,

amanah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai guru, disiplin, jujur, rajin, tidak sering

terlambat, serta menunjukkan sifat keteladanan bagi

murid dan masyarakat. Kompetensi pedagogik

adalah kompetensi yang berkaitan dengan

pengajaran efektif dan mengendalikan kelas yang

dilihat melalui kemampuan melaksanakan

pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,

komunikatif, kontekstual, menjelaskan pelajaran

dengan contoh, dan memberikan umpan balik.

Sedangkan guru profesional yaitu guru yang

mengerti tugas dan tanggung jawabnya kemudian

melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut

dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] J. K. Rice. “Teacher quality:

Understanding the effectiveness of teacher

attributes”. ERIC, 2013.

[2] S. Gershenson. “Linking teacher quality,

student attendance, and student

achievement”. Education Finance and

Policy. 11(2): p. 125-149, 2016.

[3] P. Grossman., L. Susanna. “Memo:

Improving the teacher workforce”. Brown

Page 8: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

111

Center Chalkboard - The Brookings

Institution, 2016.

[4] M. Akiba. and G. Liang. “Effects of

teacher professional learning activities on

student achievement growth”. The Journal

of Educational Research, 109(1): p. 99-

110, 2016.

[5] Nomor, P.M.P.N., “Tahun 2007 tentang

standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru”. Jakarta: Depdiknas,

2007.

[6] J. E. Rockoff., et al., “Can you recognize

an effective teacher when you recruit

one?”. Education. 6(1): p. 43-74, 2011.

[7] Z. N. Ida. “What Makes a Good Teacher?”

Universal Journal of Educational

Research. 5(1): p. 141-147, 2017.

[8] C. Glasco. “Middle School Teacher

Perceptions of Effective Professional

Development Practices: A

Phenomenological Study”. 2020.

[9] S. Karim. “Teacher Perceptions of

Effective Professional Development for

the Mathematical Practice Standards”.

Brandman University, 2019.

[10] Jasso, L.K., “Teacher Perceptions of

Effective Instructional Coaching in

Professional Development Support”.

2018.

[11] Hoffmann, M. Photovoice Reflections of

Preservice Teacher Perceptions of

Effective Technology Integration. in

Society for Information Technology &

Teacher Education International

Conference. 2020. Association for the

Advancement of Computing in Education

(AACE).

[12] S. A. Siregar., E. Fauziati, and S.

Marmanto., “An Exploration on EFL

Teachers’ Perceptions of Effective 21st-

Century Pedagogical Competencies”.

JEELS (Journal of English Education and

Linguistics Studies). 7(1): p. 1-24, 2020.

[13] M. V. Campos and A.M.L. Gutiérrez. “The

notion of point of view, in Temporal points

of view”. Springer: London. p. 1-57, 2015.

[14] R. Britton. “Belief and imagination”.

London: Routledge, 1998.

[15] F. P. De Lange., M. Heilbron, and P. Kok,

“How do expectations shape perception?”

Trends in cognitive sciences. 22(9): p. 764-

779, 2018.

[16] R. Britton. “Belief and imagination,

explorations in psychoanalysis”. London:

Routledge. 41, 1998.

[17] M. Rolfs. and M. Dambacher. “What

draws the line between perception and

cognition. Behavioral and Brain

Sciences”. 39: p. 1-77. 2016.

[18] K. Selvi., “Phenomenological approach in

education, in Education in human creative

existential planning”, A.-T. Tymieniecka,

Editor. Springer: Dordrecht. p. 39-51,

2008.

[19] C. Baker., J. Wuest, and P.N. Stern,

“Method slurring: the grounded

theory/phenomenology example”. Journal

of advanced nursing 17(11): p. 1355-1360,

1992.

[20] H. K. Ates. and S. Kadioglu. “Identifying

the Qualities of an Ideal Teacher in Line

with the Opinions of Teacher Candidates”.

European Journal of Educational

Research, 7(1): p. 103-111, 2008.

[21] Kiranh, S., Teachers' and School

Administrators' Perceptions and

Expectations on Teacher Leadership.

Online Submission, 2013. 6(1): p. 179-

194.

[22] U. N. Batubara. and D. Kumalasari.

“Becoming a Teacher with Character. in

2nd International Conference on Social

Science and Character Educations

(ICoSSCE 2019)”. Atlantis Press, 2020.

[23] S. G. Bigham., D.E. Hively, and G.H.

Toole, “Principals' and cooperating

teachers' expectations of teacher

candidates”. Education, 135(2): p. 211-

229, 2014.

[24] D. L. Ball., M. H. Thames, and G. Phelps,

“Content knowledge for teaching: What

makes it special”. Journal of teacher

education, 59(5): p. 389-407, 2008.

Page 9: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

112

[25] I. Iswadi. and R. Richardo. “Pengaruh

Latar Belakang Bidang Studi, Tingkat

Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar

Terhadap Kemampuan Profesional Guru

Pada Sma Kartika XIV 1 Banda Aceh”.

Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan.

8(2), 2018.

[26] R, Junaid and M. R. Baharuddin,

“Peningkatan Kompetensi Pedagogik

Guru melalui PKM Lesson Study”. To

Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat,

3(2): p. 122-129, 2020.

[27] W. B. Sulfemi. “Korelasi Kompetensi

Pedagogik Guru dengan Prestasi Belajar

Mata Pelajaran IPS Di SMP

Muhammadiyah Pamijahan Kabupaten

Bogor”. 2019.

[28] L. D. Maretika and D.A. Kurniawan,

“Analisis kompetensi pedagogik dan

kompetensi IPA terhadap calon guru

sekolah dasar PGSD FKIP Universitas

Jambi”. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah

Pendidikan Dasar. 4(2): p. 41-49, 2018.

[29] R. Wahyuningsih. “Pengaruh Kompetensi

Pedagogik dan Kompetensi Profesional

Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Ekonomi di MAN 5

Jombang”. JPEKBM (Jurnal Pendidikan

Ekonomi, Kewirausahaan, Bisnis dan

Manajemen). 1(1), 2017.

[30] Bhakti, C.P. and I. Maryani, Peran LPTK

dalam Pengembangan Kompetensi

Pedagogik Calon Guru. JP (Jurnal

Pendidikan): Teori dan Praktik, 2017.

1(2): p. 98-106.

[31] Sari, K.M. and H. Setiawan, Kompetensi

Pedagogik Guru dalam Melaksanakan

Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini.

Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak

Usia Dini, 2020. 4(2): p. 900-912.

[32] K. A. Muthanje. K.I. Wafula, and A.R.

Riechi. “Teacher Competency on Learner

Promotion in Embu County Integrated

Publpic Primary Schools, Kenya”. World

Journal of Education. 10(3): p. 188-198,

2020.

[33] J. Andriana., “Kinerja Guru PAUD

ditinjau dari Kualifikasi Pendidik,

Pengalaman Mengajar, dan Pelatihan”.

Jurnal Ilmiah Potensia, 3(2): p. 83-88,

2018.

[34] A. Ansar. et al., “Self and Peer Assessment

of Teachers' Attitude towards Teaching”.

Journal of the College of Physicians and

Surgeons Pakistan. 29(4): p. 365-370,

2019.

[35] Sulfemi, W.B., Kemampuan Pedagogik

Guru. 2019.

[36] D. Rahayu. et al., “Korelasi antara

Pengalaman Mengajar dengan

Kompetensi Profesional Guru PAI di

Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang”.

Jurnal PAI Raden Fatah, 2(2): p. 183-201,

2020.

[37] A. Asrial. et al., “Analisis Hubungan

Kompetensi Bahasa Indonesia terhadap

Kompetensi Pedagogik Mahasiswa

Pendidikan Guru Sekolah Dasar”.

Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan

Dasar dan Pembelajaran. 9(1): p. 1-8,

2019.

[38] W. Sri. Pengaruh Fasilitas,

Kepemimpinan dan Motivasi terhadap

Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Poncol.

2018, Universitas Muhammadiyah

Ponorogo.

[39] B. Badaruddin. and M. Rusli. “Peran

Sarana Prasarana dalam Menunjang

Kegiatan Belajar Mengajar Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan”. J. Ilmu

Keolahragaan, 19(1): p. 94-101, 2020.

[40] K. Wahyuningrum. “Pengaruh Fasilitas

Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi

Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten

Purworejo”. Universitas Negeri Semarang,

2019.

[41] N. Amah. and A. D. Nugroho. “Pengaruh

Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar

Akuntansi Dengan Lingkungan Sosial

Sebagai Pemoderasi”. Journal of

Accounting and Business Education. 2(4).

2016

[42] D. Rosyi. “Pengaruh Budaya Sekolah,

Kompetensi Guru, Fasilitas Mengajar,

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Etos

Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SMA

Negeri Kecamatan Koto Baru Kabupaten

Page 10: JURNAL NALAR PENDIDIKAN - ojs.unm.ac.id

Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal

113

Dharmasraya”. STKIP PGRI Sumatra

Barat, 2018.

[43] V. Rusmawati. “Peran kepemimpinan

kepala sekolah dalam upaya meningkatkan

disiplin kerja guru pada SDN 018

Balikpapan”. Jurnal Administrasi Negara.

1(2): p. 1-19, 2013.

[44] M. Z. Nasution and N. Darmayanti,

“Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan

Masa Kerja terhadap Kinerja Guru

Raudhatul Athfal”. Analitika, 3(1): p. 37-

43, 2011.

[45] B. Sitompul. “Hubungan latar belakang

pendidikan dan pengalaman kerja guru

dengan kreativitas mengajar di MIN

Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhan

Batu Utara”. Pascasarjana UIN-SU, 2016.

[46] T. W. Rosidah. “Pengaruh latar belakang

pendidikan terhadap profesionalisme guru

agama MTs Fathul Hidayah Pangean

Maduran Lamongan”. UIN Sunan Ampel

Surabaya, 2018.