Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL NALAR PENDIDIKAN
ISSN [E]: 2477-0515 ISSN [P]: 2339-0794
DOI: 10.26858/jnp.v8i2.15258
Online: https://ojs.unm.ac.id/nalar
104
Volume 8 Nomor 2 (2020) Pages 104 – 113
PERSEPSI GURU MENGENAI GURU IDEAL
Wahyuddin1, Martina Ismayanti2
1,2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tomakaka
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru mengenai konsep dan karakteristik guru ideal. Penelitian
ini menggunakan pendekatan fenomenologi agar dapat fokus pada persepsi individu, yaitu guru SMA Kecamatan
Simboro sebagai partisipan, dengan cara mewawancarai mereka secara semi terstruktur. Teknik analisis data
kualitatif diaplikasikan dengan menggunakan bantuan software NVivo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konsep guru ideal menurut partisipan adalah guru yang bermanfaat bagi siswa, institusi, masyarakat, bangsa dan
negara. Sedangkan kriteria atau karakteristik guru ideal menurut mereka yaitu guru yang memiliki karakter positif,
menguasai konten atau materi yang diajarkan, memiliki kompetensi pedagogik, professional, berpengalaman,
melakukan kontribusi sosial, dan terus melakukan pengembangan diri.
Kata Kunci: guru ideal, karakteristik, persepsi guru
TEACHER’S PERCEPTION REGARDING IDEAL TEACHER
Abstract
This study aims to determine teacher perceptions regarding the concepts and characteristics of ideal teacher.
This study uses a phenomenological approach in order to focus on individual perceptions, namely Simboro high
school teachers as participants, by interviewing them in a semi-structured manner. Qualitative data analysis
techniques were applied by using NVivo software. The results of the study indicate that the concept of the ideal
teacher according to the participants is a teacher who is beneficial to students, institutions, society, nation, and
state. While the criteria or characteristics of the ideal teacher according to them are teachers who have positive
characters, master the content or material being taught, have pedagogical competences, are professional, have
the experience, make social contributions, and continue to develop themselves.
Keywords: ideal teacher, characteristics, teacher perception
PENDAHULUAN
Guru mengambil porsi paling besar dalam proses
pendidikan anak dibandingkan dengan aktor
pendidikan lainnya seperti kepala sekolah, orang
tua, dan stakeholder. Mereka berdiri setiap hari di
tengah-tengah siswa di dalam kelas bahkan di luar
kelas, melaksanakan pembelajaran dan kurikulum,
menilai, mengevaluasi, memotivasi, hingga menjadi
panutan bagi murid-murid mereka. Itulah sebabnya
peneliti dan pembuat kebijakan sepakat bahwa
kualitas guru merupakan masalah kebijakan yang
sangat penting dalam reformasi pendidikan [1].
Berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa guru
yang berkualitas akan memberikan dampak positif
bagi anak. Sebagai contoh, guru efektif akan
menghasilkan murid dengan tingkat kehadiran yang
lebih tinggi [2] [3], mendapatkan gaji besar saat
bekerja, dan murid tersebut kecil kemungkinan
memiliki anak di usia dini [3]. Senada dengan itu,
Akiba menyatakan bahwa guru profesional yang
menerapkan kolaborasi akan lebih efektif
meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran
[4].
Menyadari urgensi guru seyogianya membuat
para pemangku kebijakan menyiapkan guru yang
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
105
berkualitas dan professional, yaitu guru yang tidak
hanya menguasai ilmu yang mereka ajarkan, tetapi
juga ahli dalam mendidik secara efektif dan kreatif,
serta menginspirasi siswa dan orang tua untuk maju
dan berkembang. Mereka terus belajar dan
menguasai konteks dimana mereka mendidik.
Kondisi guru seperti ini mungkin merupakan
gambaran sosok guru ideal.
Membentuk guru ideal bukan hal yang utopis
sebab kriterianya dapat dilihat pada berbagai
standar, peraturan dan referensi ilmiah. Misalnya
seorang guru harus menguasai kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional [5].
Sedangkan menurut Rockoff, et al., guru yang baik
adalah seseorang yang memiliki self-efficacy,
fleksibilitas, keramahan, dan pikiran terbuka [6].
Dalam essai berjudul What Makes a Good
Teacher, kriteria guru ideal dipapaparkan secara
detail berdasarkan berbagai penelitian termasuk dari
persepsi siswa dan kepala sekolah [7], yang
kemudian ditambahkan dari sudut pandang para
pemangku kepentingan mengenai guru yang efektif
[8]. Sayangnya, referensi tersebut tidak dilengkapi
dengan persepsi guru itu sendiri mengenai guru
ideal. Terdapat beberapa penelitian yang
mengangkat persepsi guru tetapi masih terbatas pada
topik yang lain, misalnya mengenai pengembangan
profesional mata pelajaran matematika [9], praktik
pelatihan instruksional yang efektif [10], integrasi
teknologi yang efektif [11], dan kompetensi
pedagogis abad ke-21 [12].
Padahal penelitian persepsi ini penting untuk
mendapatkan gambaran apakah pandangan guru
terhadap guru yang baik sejalan dengan teori dan
pandangan para aktor pendidikan lainnya. Kita
ambil contoh penelitian yang mengangkat persepsi
guru tentang efektivitas dan relevansi pelatihan
pengembangan profesional mereka. Dalam
investigasi ini terdapat tiga penemuan yaitu pendidik
memandang peluang pengembangan profesional
sebagai hal yang diperlukan, pendidik
menginginkan metode pembelajaran yang efektif
selama pelatihan, dan pendidik perlu pelatihan yang
ditargetkan berkaitan dengan populasi spesifik siswa
mereka [8]. Pandangan-pandangan pendidik dalam
penelitian tersebut pada akhirnya dapat digunakan
dalam pengembangan profesi guru.
Persepsi yang benar tentang guru ideal
berdasarkan standar dan referensi yang ada mungkin
akan membuat guru bercita-cita dan berusaha
menjadi guru ideal. Sebaliknya, rendahnya kualitas
guru bisa jadi disebabkan oleh adanya persepsi yang
salah di kalangan guru itu sendiri tentang bagaimana
seharusnya guru berkualitas. Asumsi ini didasarkan
bahwa persepsi atau pandangan menentukan apa
yang diketahui, dipercaya, dipikirkan dan diniatkan
oleh seseorang [13].
Seseorang yang mempercayai sesuatu berarti dia
menyatakan bahwa sesuatu itu benar tetapi juga
menerima kemungkinan bahwa sesuatu itu mungkin
saja tidak benar [14], tergantung dari apa yang
seseorang ketahui, pikirkan, katakan, dan
maksudkan [13]. Artinya, pengetahuan kita
sebelumnya dan saat ini memiliki dampak besar
pada cara kita memandang sesuatu [15]. Meskipun
terdapat kemungkinan ketidakbenaran dalam apa
yang dipercayai atau dipersepsikan, seseorang
biasanya bertindak berdasarkan reaksi emosi atas
kepercayaan tersebut, sebab ia awalnya menerima
kepercayaannya itu sebagai fakta [16]. Persepsi
memiliki tujuan memberikan deskripsi tentang
lingkungan, yang kemudian digunakan oleh fungsi-
fungsi pikiran lainnya, seperti penalaran,
pengambilan keputusan secara sadar, atau tindakan
[17].
Uraian ini menggambarkan bahwa seorang
guru yang ingin menjadi guru ideal besar
kemungkinan memulai dengan persepsi yang benar
tentang bagaimana konsep guru yang seharusnya.
Oleh karena itu, penelitian persepsi guru tentang
guru ideal penting dilaksanakan. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru
mengenai konsep dan karakteristik guru ideal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi agar dapat fokus pada persepsi
individu. Dengan pendekatan fenomenologi,
peneliti berusaha memahami makna dari
pengalaman, perspektif, atau sudut pandang
partisipan [18].
Penelitian ini fokus pada: (1) persepsi,
didefinisikan sebagai perspektif, pendapat atau
pandangan yang diketahui, dipikirkan, dirasakan,
dikatakan, atau diniatkan oleh guru berkaitan
dengan konsep dan karakteristik guru ideal; dan (2)
guru ideal, didefinisikan sebagai sosok guru yang
seharusnya.
Partisipan dalam penelitian ini yaitu guru
sekolah menengah di Kecamatan Simboro.
Pemilihan subjek didasarkan pada prinsip purposive,
yaitu dipilih di awal oleh peneliti sebab peneliti
mengetahui bahwa sang subjek telah mengalami
topik yang diteliti serta memiliki kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan [19]. Dalam hal ini, peneliti
mengambil lima orang subjek dengan
mempertimbangkan perbedaan karakteristik guru
yaitu status kepegawaian (PNS/bukan
PNS/honorer), lama mengajar, usia, dan gender.
Data dikumpulkan melalui teknik wawancara
semi-terstruktur dalam waktu sekitar 30 menit untuk
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
106
setiap partisipan, yang direkam dengan
menggunakan aplikasi perekam audio pada
smartphone.
Analisis data dimulai dengan pengaturan data,
lalu disiapkan dalam bentuk transkrip. Transkrip
dibaca berulang-ulang untuk mendapatkan
gambaran data keseluruhan serta mengidentifikasi
segmen data yang berpotensi mengungkapkan aspek
dari fenomena [19]. Setelah itu, data mengalami
konseptualisasi, pengklasifikasian, pengkategorian,
pengidentifikasian tema, kemudian dihubungkan
dengan konstruk teori. Penafsiran makna dari data
dilakukan dengan menata ulang, memeriksa, dan
mendiskusikan data tekstual dengan menyampaikan
pemahaman asli dari para peserta. Proses analisis
data ini menggunakan bantuan software NVivo 12.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mewawancarai lima orang guru-
sebagai partisipan, terdiri dari tiga orang laki-laki
dan dua orang perempuan. Mereka berasal dari
empat sekolah menengah atas yang berbeda di
Kecamatan Simboro. Nama kelima partisipan dalam
artikel ini ditulis tidak sesuai dengan nama aslinya
untuk alasan kerahasiaan identitas partisipan.
Adapun nama-nama partisipan yang digunakan
yaitu Erwin, Hasan, Samsir, Sitti dan Fitri. Data
wawancara dari kelima partisipan tersebut disusun
dalam bentuk transkrip, kemudian di-import ke
software NVivo 12 untuk selanjutnya dianalisis.
Salah satu fitur software NVivo untuk
menampilkan teks secara visual adalah Word
Frequency Query. Fitur ini membantu peneliti
menampilkan frekuensi kata-kata yang menarik dan
informatif. Berdasarkan hasil pencarian dengan
fitur tersebut, diperoleh kumpulan kata yang paling
sering muncul dalam data yang ditampilkan pada
Gambar 1. Kata “guru” mendominasi percakapan
partisipan dengan frekuensi 2,52% dari seluruh data,
diikuti oleh kata “anak”, “bisa”, “harus”, dan
“ideal”.
Gambar 1. Kata yang Paling Sering Muncul dari
Data
Selanjutnya, fitur Text Search Query
diaplikasikan untuk memahami makna kata-kata
dalam word cloud di atas. Pada penelitian ini,
peneliti ingin memahami penggunaan kata “ideal”
sebagai salah satu kata terdominan dan merupakan
kata kunci dalam penelitian ini. Hasil pencarian
selanjutnya disajikan dalam betuk word tree.
Gambar 2. Word Tree dari Penggunaan Kata
“Ideal”
Melalui ekspolorasi fitur word tree, diperoleh
informasi bahwa konsep guru ideal bagi partisipan
adalah guru yang selalu memberikan manfaat bagi
siswa, institusi, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut mereka, hal tersebut membuat tugas
seorang guru sangat berat sehingga banyak guru
tidak berani mengakui diri mereka telah berada pada
kondisi guru ideal. Padahal mereka sadar bahwa
untuk bisa melaksanakan tugasnya dengan optimal,
seorang guru mesti berada pada level tersebut.
Meskipun demikian, kenyataannya mereka tetap
berharap bisa menjadi guru ideal apapun status
kepegawaian mereka.
Alasan ketidakpercayaan diri mereka yaitu
karena mereka merasa masih memiliki banyak
kekurangan dibandingkan dengan besarnya tuntutan
kewajiban guru. Senada dengan itu, Ates and
Kadioglu [20] kemukakan bahwa guru memikul
tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
107
kegiatan pendidikan yang efektif, seperti mengatur
lingkungan pendidikan di dalam kelas, menentukan
kegiatan pembelajaran, dan memilih serta
menggunakan alat dan bahan mengajar. Hal ini
cukup serius sehingga beberapa orang memiliki niat
untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai guru
karena merasa tingginya beban kerja dan kelelahan
secara emosi [4].
Gambar 1. Tema-Tema Hasil Koding Tiap
Partisipan
Selain untuk keperluan visualisasi, word cloud
dan word tree juga sangat berguna dalam pemberian
label atau koding, yang selanjutnya dibuat dalam
bentuk kategori tema pada menu nodes NVivo 12.
Tema merupakan konsep yang berkaitan dengan
fokus dan pertanyaan penelitian. Adapun tema yang
diidentifikasi dari pernyataan kelima partisipan
ditampilkan pada Gambar 3.
Selanjutnya peneliti menyajikan kriteria guru
ideal melalui project map yang dapat dilihat pada
Gambar 4. Project map dibuat berdasarkan tema-
tema hasil koding yang dapat digunakan dalam
mengeksplorasi dan menyajikan hubungan data.
Berdasarkan project map yang dibuat, diperoleh
tujuh indikator seorang guru dapat disebut guru
ideal, yaitu memiliki karakter positif, menguasai
konten, memiliki kompetensi pedagogik,
profesional, berpengalaman, melakukan kontribusi
sosial, dan terus mengembangkan dirinya.
Sayangnya, tidak ditemukan aspek kepemimpinan
dalam kriteria ini, padahal kepemimpinan guru
sangat penting dalam lingkup institusi, profesi dan
kolaborasi [21].
Guru yang memiliki karakter positif adalah
mereka yang memiliki sikap yang baik, terlihat
melalui keakraban dengan muridnya, amanah
menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai
guru, disiplin, jujur, rajin, tidak sering terlambat,
serta menunjukkan sifat keteladanan bagi murid dan
masyarakat. Berkarakter positif memang bukanlah
syarat mutlak untuk bisa mengajar di dalam kelas,
tetapi aspek ini sangat penting, bahkan mungkin
wajib, dimiliki oleh guru khususnya dalam konteks
masyarakat Indonesia. Dengan sikap yang baik, guru
dapat ditiru atau dijadikan contoh dalam bentuk
penalaran, tindakan dan etika [22].
Seseorang yang memiliki pengetahuan dan
mengetahui cara mengajarkannya bisa bekerja
sebagai pengajar meskipun ia tidak memiliki sikap
yang baik. Akan tetapi, tanpa karakter positif, orang-
orang mungkin tidak menganggapnya sebagai guru,
atau paling tidak ia dicap sebagai guru yang jauh dari
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
108
kata ideal. Hal ini karena masyarakat berpikir guru
adalah profesi yang mulia dimana sikap dan karakter
yang baik adalah bagian yang tak terlepas dari
dirinya. Kenyataannya, dengan karakter yang baik,
guru dapat menajalankan fungsi dan perannya bukan
hanya mengajar tetapi juga mendidik [22].
Anggapan tentang wajibnya karakter positif pada
sosok guru bukanlah hal yang berlebih-lebihan. Jika
melihat kriteria guru ideal yang diungkapkan oleh
Akiba and Liang [4], nampak kriteria tersebut
kebanyakan berkaitan dengan sikap dan karakter.
Menurut mereka, guru yang baik adalah guru yang
memiliki kepribadian intelektual, selera humor,
terbuka untuk dikritik, memotivasi, memiliki
ekspresi tersenyum, menggunakan diksi yang baik,
dapat dipercaya, kreatif, suka meneliti,
menggunakan teknik mengajar dengan baik,
memberi makna kepada siswa, komunikatif, dan
bisa menjaga jarak dengan siswanya.
Gambar 4. Project Map Kriteria Guru Ideal
Tentu saja karakter positif tidak cukup untuk
mendidik. Guru mesti menguasai konten atau materi
yang mereka ajarkan [23, 24]. Ibaratnya, seseorang
yang ingin bersedekah makanan, maka ia harus
memiliki makanan; atau seseorang yang ingin
mendonasikan uang, maka ia harus memiliki uang.
Demikian halnya seorang guru Matematika
misalnya, harus menguasai materi Matematika; guru
Bahasa Indonesia harus menguasai materi Bahasa
Indonesia, dan sebagainya. Artinya, latar belakang
dan tingkat pendidikan seorang guru mempengaruhi
kemampuan profesional guru dalam interaksi
pembelajaran [25]. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh salah seorang partisipan.
Sitti : Matematika sekarang tidak bisami [diajar
oleh guru agama], [mata pelajaran] harus
sesuai dengan background pendidikan
[gurunya]...
Berdasarkan penjelasan tentang penguasaan
konten, maka sulit seorang guru berada pada titik
ideal sebab untuk menguasai seratus persen bidang
ilmu yang diajarkan nampak tidak mungkin.
Demikian halnya dengan kriteria yang lain berupa
memiliki kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan
guru dalam mengajar secara efektif. Menurut
partisipan, guru yang memiliki kompetensi
pedagogik yaitu mereka yang menyelenggarakan
proses belajar-mengajar secara aktif, inovatif,
kreatif, komunikatif, kontekstual, mampu
mengendalikan kelas, memberikan contoh agar
murid memahami penjelasan materi, serta
memberikan umpan balik untuk keperluan evaluasi
dan peningkatan kemampuan siswa. List tersebut
didukung oleh Junaid and Baharuddin [26] bahwa
peningkatan kompetensi pedagogik dilihat dengan
terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, inovatif, dan menyenangkan.
Kompetensi pedagogik tidak diragukan lagi
dampaknya terhadap pembelajaran. Misalnya,
ditemukan bahwa kompetensi pedagogik guru
memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar peserta
didik pada mata pelajaran IPS [27], IPA [28], dan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi
[29]. Ironisnya, masih banyak guru yang
menunjukkan kompetensi pedagogis yang rendah
[30, 31].
Sekali lagi, mencapai guru ideal memang sulit
berdasarkan karakteristik guru ideal yang begitu
kompleks. Meskipun demikian, kita mestinya tidak
hanya melihat dari perspektif bahwa untuk menjadi
ideal, guru harus banyak tahu dan bisa dalam segala
hal. Seyogyanya, guru ideal dilihat berdasarkan
proses tanpa henti yang dilakukan oleh guru agar
terus lebih baik melalui pengembangan diri. Ates
and Kadioglu [20] mengungkapkan bahwa tugas
guru sebagai pelindung identitas bangsa dan
masyarakat dengan mendidik generasi pelanjut
bangsa hanya bisa dilakukan jika guru terus
melakukan pengembangan diri.
Upaya pengembangan diri guru bisa dilakukan
dengan aktif mengikuti berbagai pelatihan. Pelatihan
bagi guru sangat penting agar mereka mendapatkan
kemampuan mengatasi siswa mereka [32]. Guru
yang pernah mengikuti pelatihan memiliki kinerja
lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum
pernah mengikuti pelatihan [33]. Namun
pengembangan diri guru ini sepantasnya dibarengi
pembenahan lembaga pendidikan yang bertanggung
jawab terhadap pelatihan guru sehingga pelatihan
dan pendidikan yang diikuti guru bisa optimal [30].
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
109
Hal ini sangat penting sebab salah satu partisipan
yang juga merupakan kepala sekolah mengakui
bahwa tempat dan penyelenggara mempengaruhi
output pelatihan.
Sitti : Pengembangan diri itu sangat penting.., ya
harus ada diklat ke Makassar... Kalau kita
disini [Mamuju], [pelatihan] diadakan juga
di sekolah kadang-kadang, tapi tidak
maksimal.
Selain mengikuti pelatihan, guru mesti terus
melakukan evaluasi dan refleksi diri secara jujur
[34], bukan hanya tentang karakternya sebagai
manusia yang mengajak orang lain pada
pengetahuan dan kebaikan, tetapi juga sebagai
individu yang tergabung dalam profesi guru.
Menurut partisipan, mereka mesti bersikap
profesional yaitu tau dan sadar akan tugas dan
tanggung jawabnya, melakukan persiapan dan
perencanaan sebelum bertindak, kemudian
menjalankan tugas dan kewajibannya itu dengan
sebaik-baiknya. Anggapan ini relevan dengan
pernyataan Sulfemi [35] bahwa pengertian guru
profesional adalah guru yang mempunyai
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga dia mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya secara efektif.
Pengalaman mengajar juga ikut mempengaruhi
kompetensi profesional guru [25, 36]. Sebagai
contoh, guru yang pengalaman mengajarnya di
bawah 10 tahun memiliki kinerja lebih rendah
dibanding dengan guru yang memiliki pengalaman
mengajar lebih dari 10 tahun [33]. Saking
pentingnya pengalaman, salah seorang partisipan
berpandangan bahwa penguasaan konten dan
kompetensi pedagogik yang baik akan percuma jika
sang guru tidak memiliki pengalaman mengajar.
Erwin : Walaupun materi kita kuasai sedemikian
rupa tapi kalau kita tidak memiliki
pengalaman pasti kita tidak bisa
memberikan informasi kepada siswa-
siswa.
Partisipan juga merasa bahwa sebagai guru
mereka memiliki beban untuk melakukan
pengabdian kepada masyarakat. Bahkan cara
berpakaian dan bertutur kata juga akan diperhatikan
oleh masyarakat. Tentu saja peran yang dibebankan
kepada guru berbeda-beda berdasarkan masyarakat
tempat mereka tinggal, waktu, keadaan dan falsafah
program pendidikan yang diterapkan [20].
Project map kriteria guru ideal juga dapat
dipresentasikan dalam bentuk diagram hiearki, yaitu
diagram yang menunjukkan satu set empat persegi
panjang bertingkat berbagai ukuran yang
menunjukkan tingkatan jumlah atau persentase
koding pada nodes. Gambar 5. merupakan diagram
hierarki kompetensi pedagogik, dimana diketahui
bahwa keterampilan komunikasi adalah indikator
yang paling sentral dalam berproses menuju level
guru ideal sebab ia sangat erat kaitannya dengan
karakteristik yang lain. Guru yang memiliki karakter
positif, menguasai konten, kompetensi pedagogis,
kontribusi sosial dan profesionalitas ditandandai
dengan seberapa bagus ia dalam berkomunikasi.
Sebagai contoh, hubungan siswa-guru akan akrab
jika guru menjalin komunikasi yang lebih efisien
dengan siswa [34]. Sedangkan Asrial [37]
menemukan bahwa kompetensi berbahasa Indonesia
sangat mempengaruhi kompetensi pedagogik.
Artinya, salah satu hal paling vital dimiliki seorang
guru adalah keterampilan berkomunikasi efektif.
Gambar 5. Diagram Hierarki Indikator Kompetensi
Pedagogik
Selain tujuh kriteria guru ideal, hasil koding
juga menghasilkan tema-tema tentang faktor yang
mempengaruhi seseorang menjadi guru ideal.
Pengaruh dalam hal ini diartikan sebagai hal yang
dapat mendukung ataupun menghambat guru
menjadi guru yang sempurna. Faktor-faktor tersebut
disajikan dalam project map yang mencakup
persoalan pengembangan diri, pengalaman,
pendidikan, kompetensi, karakter, fasilitas, atasan
dan administrasi.
Gambar 6. Project Map Faktor yang
Mempengaruhi Guru Ideal
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
110
Project map di atas juga dipresentasikan dalam
bentuk diagram hirarkis pada Gambar 7. Dari
diagram tersebut diketahui bahwa partisipan
menganggap fasilitas sebagai faktor yang paling
besar pengaruhnya terhadap terbentuknya guru
ideal, diikuti oleh pengalaman dan karakter pribadi
sang guru.
Persepsi ini sesuai dengan penelitian Sri [38]
bahwa fasilitas pendidikan mempengaruhi kinerja
guru. Dengan kata lain, keterbatasan peralatan
pendukung pembelajaran mengakibatkan
pendidikan juga tidak berjalan dengan baik dan
lancar [39]. Bukan hanya terhadap guru, fasilitas
sekolah bahkan memiliki andil dalam meningkatkan
motivasi belajar [40] dan hasil belajar siswa [41].
Gambar 7. Diagram Hierarkis Tree Map Faktor
yang Mempengaruhi Guru Ideal
Selain fasilitas, masalah administrasi dan
kepemimpinan atasan sangat mempengaruhi upaya
guru menjadi guru yang lebih baik, meski ukurannya
dalam tree map lebih kecil. Menurut Rosyi [42],
kepemimpinan kepala sekolah secara positif
mempengaruhi kinerja guru yang ia pimpin. Hal ini
cukup logis sebab dengan kepemimpinan, guru
dapat digerakkan dan dimotivasi untuk terus
meningkatkan kualitasnya. Sebagai pemimpin,
kepala sekolah memberikan petunjuk,
meningkatkan kemampuan, memotivasi, dan
mengatur lingkungan fisik dan suasana kerja guru
[43].
Disamping faktor eksternal berupa fasilitas,
administrasi dan atasan, latar belakang pendidikan
guru juga dipandang memiliki andil dalam
membentuk guru yang berkompeten. Guru yang
menempuh pendidikan pada perguruan tinggi
bereputasi kemungkinan besar akan memiliki
kompetensi yang baik pula. Pandangan ini sesuai
dengan beberapa penelitian tentang hubungan latar
belakang pendidikan dengan kinerja guru. Misalnya
ditemukan bawah latar belakang pendidikan guru
berpengaruh secara signifikan terdapat kinerja [44]
dan kreativitas guru [45].
Meskipun demikian, temuan tersebut justru
berbeda dengan penelitian terbaru yang dilakukan
oleh Rosidah [46] bahwa tidak terdapat pengaruh
antara latar belakang pendidikan dan
profesionalisme guru. Artinya, tidak ada jaminan
latar belakang pendidikan otomatis membuat guru
menjadi profesional, namun guru yang mengajar
sesuai bidang keilmuannya, memiliki jenjang
pendidikan yang tinggi, dan lulus dari perguruan
tinggi bereputasi akan memiliki adaptasi mengajar
lebih baik. Mereka yang tidak mengajar sesuai latar
belakang pendidikannya tetap memiliki peluang
untuk bisa profesional dan memiliki kinerja yang
baik, selama mereka terus melakukan
pengembangan diri.
KESIMPULAN
Konsep guru ideal menurut guru-partisipan
adalah guru yang memberikan manfaat bagi siswa,
institusi, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun
karakteristik atau kriteria guru ideal menurut mereka
adalah guru yang memiliki karakter positif,
menguasai konten atau materi yang diajarkan,
memiliki kompetensi pedagogik, professional,
berpengalaman, melakukan kontribusi sosial, dan
terus melakukan pengembangan diri. Karakter
positif dapat dilihat dari sikap terpuji yang
ditunjukkan oleh guru yaitu akrab dengan muridnya,
amanah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai guru, disiplin, jujur, rajin, tidak sering
terlambat, serta menunjukkan sifat keteladanan bagi
murid dan masyarakat. Kompetensi pedagogik
adalah kompetensi yang berkaitan dengan
pengajaran efektif dan mengendalikan kelas yang
dilihat melalui kemampuan melaksanakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,
komunikatif, kontekstual, menjelaskan pelajaran
dengan contoh, dan memberikan umpan balik.
Sedangkan guru profesional yaitu guru yang
mengerti tugas dan tanggung jawabnya kemudian
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut
dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] J. K. Rice. “Teacher quality:
Understanding the effectiveness of teacher
attributes”. ERIC, 2013.
[2] S. Gershenson. “Linking teacher quality,
student attendance, and student
achievement”. Education Finance and
Policy. 11(2): p. 125-149, 2016.
[3] P. Grossman., L. Susanna. “Memo:
Improving the teacher workforce”. Brown
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
111
Center Chalkboard - The Brookings
Institution, 2016.
[4] M. Akiba. and G. Liang. “Effects of
teacher professional learning activities on
student achievement growth”. The Journal
of Educational Research, 109(1): p. 99-
110, 2016.
[5] Nomor, P.M.P.N., “Tahun 2007 tentang
standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru”. Jakarta: Depdiknas,
2007.
[6] J. E. Rockoff., et al., “Can you recognize
an effective teacher when you recruit
one?”. Education. 6(1): p. 43-74, 2011.
[7] Z. N. Ida. “What Makes a Good Teacher?”
Universal Journal of Educational
Research. 5(1): p. 141-147, 2017.
[8] C. Glasco. “Middle School Teacher
Perceptions of Effective Professional
Development Practices: A
Phenomenological Study”. 2020.
[9] S. Karim. “Teacher Perceptions of
Effective Professional Development for
the Mathematical Practice Standards”.
Brandman University, 2019.
[10] Jasso, L.K., “Teacher Perceptions of
Effective Instructional Coaching in
Professional Development Support”.
2018.
[11] Hoffmann, M. Photovoice Reflections of
Preservice Teacher Perceptions of
Effective Technology Integration. in
Society for Information Technology &
Teacher Education International
Conference. 2020. Association for the
Advancement of Computing in Education
(AACE).
[12] S. A. Siregar., E. Fauziati, and S.
Marmanto., “An Exploration on EFL
Teachers’ Perceptions of Effective 21st-
Century Pedagogical Competencies”.
JEELS (Journal of English Education and
Linguistics Studies). 7(1): p. 1-24, 2020.
[13] M. V. Campos and A.M.L. Gutiérrez. “The
notion of point of view, in Temporal points
of view”. Springer: London. p. 1-57, 2015.
[14] R. Britton. “Belief and imagination”.
London: Routledge, 1998.
[15] F. P. De Lange., M. Heilbron, and P. Kok,
“How do expectations shape perception?”
Trends in cognitive sciences. 22(9): p. 764-
779, 2018.
[16] R. Britton. “Belief and imagination,
explorations in psychoanalysis”. London:
Routledge. 41, 1998.
[17] M. Rolfs. and M. Dambacher. “What
draws the line between perception and
cognition. Behavioral and Brain
Sciences”. 39: p. 1-77. 2016.
[18] K. Selvi., “Phenomenological approach in
education, in Education in human creative
existential planning”, A.-T. Tymieniecka,
Editor. Springer: Dordrecht. p. 39-51,
2008.
[19] C. Baker., J. Wuest, and P.N. Stern,
“Method slurring: the grounded
theory/phenomenology example”. Journal
of advanced nursing 17(11): p. 1355-1360,
1992.
[20] H. K. Ates. and S. Kadioglu. “Identifying
the Qualities of an Ideal Teacher in Line
with the Opinions of Teacher Candidates”.
European Journal of Educational
Research, 7(1): p. 103-111, 2008.
[21] Kiranh, S., Teachers' and School
Administrators' Perceptions and
Expectations on Teacher Leadership.
Online Submission, 2013. 6(1): p. 179-
194.
[22] U. N. Batubara. and D. Kumalasari.
“Becoming a Teacher with Character. in
2nd International Conference on Social
Science and Character Educations
(ICoSSCE 2019)”. Atlantis Press, 2020.
[23] S. G. Bigham., D.E. Hively, and G.H.
Toole, “Principals' and cooperating
teachers' expectations of teacher
candidates”. Education, 135(2): p. 211-
229, 2014.
[24] D. L. Ball., M. H. Thames, and G. Phelps,
“Content knowledge for teaching: What
makes it special”. Journal of teacher
education, 59(5): p. 389-407, 2008.
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
112
[25] I. Iswadi. and R. Richardo. “Pengaruh
Latar Belakang Bidang Studi, Tingkat
Pendidikan Dan Pengalaman Mengajar
Terhadap Kemampuan Profesional Guru
Pada Sma Kartika XIV 1 Banda Aceh”.
Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan.
8(2), 2018.
[26] R, Junaid and M. R. Baharuddin,
“Peningkatan Kompetensi Pedagogik
Guru melalui PKM Lesson Study”. To
Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
3(2): p. 122-129, 2020.
[27] W. B. Sulfemi. “Korelasi Kompetensi
Pedagogik Guru dengan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran IPS Di SMP
Muhammadiyah Pamijahan Kabupaten
Bogor”. 2019.
[28] L. D. Maretika and D.A. Kurniawan,
“Analisis kompetensi pedagogik dan
kompetensi IPA terhadap calon guru
sekolah dasar PGSD FKIP Universitas
Jambi”. Jurnal DIDIKA: Wahana Ilmiah
Pendidikan Dasar. 4(2): p. 41-49, 2018.
[29] R. Wahyuningsih. “Pengaruh Kompetensi
Pedagogik dan Kompetensi Profesional
Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Ekonomi di MAN 5
Jombang”. JPEKBM (Jurnal Pendidikan
Ekonomi, Kewirausahaan, Bisnis dan
Manajemen). 1(1), 2017.
[30] Bhakti, C.P. and I. Maryani, Peran LPTK
dalam Pengembangan Kompetensi
Pedagogik Calon Guru. JP (Jurnal
Pendidikan): Teori dan Praktik, 2017.
1(2): p. 98-106.
[31] Sari, K.M. and H. Setiawan, Kompetensi
Pedagogik Guru dalam Melaksanakan
Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini.
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 2020. 4(2): p. 900-912.
[32] K. A. Muthanje. K.I. Wafula, and A.R.
Riechi. “Teacher Competency on Learner
Promotion in Embu County Integrated
Publpic Primary Schools, Kenya”. World
Journal of Education. 10(3): p. 188-198,
2020.
[33] J. Andriana., “Kinerja Guru PAUD
ditinjau dari Kualifikasi Pendidik,
Pengalaman Mengajar, dan Pelatihan”.
Jurnal Ilmiah Potensia, 3(2): p. 83-88,
2018.
[34] A. Ansar. et al., “Self and Peer Assessment
of Teachers' Attitude towards Teaching”.
Journal of the College of Physicians and
Surgeons Pakistan. 29(4): p. 365-370,
2019.
[35] Sulfemi, W.B., Kemampuan Pedagogik
Guru. 2019.
[36] D. Rahayu. et al., “Korelasi antara
Pengalaman Mengajar dengan
Kompetensi Profesional Guru PAI di
Madrasah Aliyah Negeri 3 Palembang”.
Jurnal PAI Raden Fatah, 2(2): p. 183-201,
2020.
[37] A. Asrial. et al., “Analisis Hubungan
Kompetensi Bahasa Indonesia terhadap
Kompetensi Pedagogik Mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar”.
Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan
Dasar dan Pembelajaran. 9(1): p. 1-8,
2019.
[38] W. Sri. Pengaruh Fasilitas,
Kepemimpinan dan Motivasi terhadap
Kinerja Guru di SMP Negeri 1 Poncol.
2018, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
[39] B. Badaruddin. and M. Rusli. “Peran
Sarana Prasarana dalam Menunjang
Kegiatan Belajar Mengajar Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan”. J. Ilmu
Keolahragaan, 19(1): p. 94-101, 2020.
[40] K. Wahyuningrum. “Pengaruh Fasilitas
Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten
Purworejo”. Universitas Negeri Semarang,
2019.
[41] N. Amah. and A. D. Nugroho. “Pengaruh
Fasilitas Sekolah Terhadap Hasil Belajar
Akuntansi Dengan Lingkungan Sosial
Sebagai Pemoderasi”. Journal of
Accounting and Business Education. 2(4).
2016
[42] D. Rosyi. “Pengaruh Budaya Sekolah,
Kompetensi Guru, Fasilitas Mengajar,
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Etos
Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SMA
Negeri Kecamatan Koto Baru Kabupaten
Wahyuddin, Martina Ismayanti Persepsi Guru Mengenai Guru Ideal
113
Dharmasraya”. STKIP PGRI Sumatra
Barat, 2018.
[43] V. Rusmawati. “Peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam upaya meningkatkan
disiplin kerja guru pada SDN 018
Balikpapan”. Jurnal Administrasi Negara.
1(2): p. 1-19, 2013.
[44] M. Z. Nasution and N. Darmayanti,
“Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan
Masa Kerja terhadap Kinerja Guru
Raudhatul Athfal”. Analitika, 3(1): p. 37-
43, 2011.
[45] B. Sitompul. “Hubungan latar belakang
pendidikan dan pengalaman kerja guru
dengan kreativitas mengajar di MIN
Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhan
Batu Utara”. Pascasarjana UIN-SU, 2016.
[46] T. W. Rosidah. “Pengaruh latar belakang
pendidikan terhadap profesionalisme guru
agama MTs Fathul Hidayah Pangean
Maduran Lamongan”. UIN Sunan Ampel
Surabaya, 2018.