5
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk dapat mewujudkan pembangunan kesehatan masyarakat tersebut banyak hal yang harus diselenggarakan, salah satunya yang dipandang mempunyai peranan cukup penting adalah pelayanan kesehatan. 1 Akan tetapi anggaran pemerintah untuk bidang kesehatan hanya 4,55 persen dari seluruh anggaran, adalah sangat tidak memadai untuk melayani jumlah penduduk sebanyak kurang lebih 220 juta orang. Subsidi Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 (The trends of visit at dental dlinic of Public Health Center in line with the application of The Local Regulation No. 8 Year 2006) Kiswaluyo, Ristya Widi Endah Yani Departemen Kesehatan Gigi Masyarakat Kedokteran Gigi Universitas Jember Jember-Indonesia Abstract Background: Jember Local Government Decree No. 8 year 2006 about retribution tariff of health service in Public Health Center based on types of case and some services have been charged for free. Purpose: To know the trend of visit at Dental Clinic of Public Health Centers in line with the application of the decree. Method: Descriptive study using secondary data LB1 at 10 Public Health Centers in Jember Regency. Data obtained is showed with Frequency Distribution Table. Result: There are 6 Public Health Centers have increasing number of visit, 1 Public Health Center has decreasing number of visit, and 3 Public Health Centers have fluctuating number of visit. Conclusion: Jember Local Government Decree No. 6 year 206 has not been known and used entirely by people in Jember. Keywords: Descriptive, LB1, frequency distribution, fluctuating Correspondence: Kiswaluyo, Ristya Widi, Departemen Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Email : [email protected] pemerintah di bidang kesehatan selama ini rata- rata hanya 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh di bawah anjuran WHO sebesar 5 persen dari PDB. Subsidi tersebut hanya 30 persen dari total biaya kesehatan. 2 Peran serta masyarakat pada pembiayaan kesehatan masyarakat adalah penting, namun jika ditinjau dari kompleksitas masalah kesehatan masyarakat, tampak sumber biaya terpenting adalah pemerintah. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah maka tanggung jawab penyelenggaraan dan pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat berada di tangan pemerintah daerah. 3 Vol. 59, No. 1, Januari 2010, hal. 19-23| ISSN 0024-9548

JURNAL PDGI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal PDGI

Citation preview

Page 1: JURNAL PDGI

19

PENDAHULUANPembangunan kesehatan adalah bagian dari

pembangunan nasional untuk mewujudkanmasyarakat adil dan makmur yang merataberdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untukdapat mewujudkan pembangunan kesehatanmasyarakat tersebut banyak hal yang harusdiselenggarakan, salah satunya yang dipandangmempunyai peranan cukup penting adalahpelayanan kesehatan.1 Akan tetapi anggaranpemerintah untuk bidang kesehatan hanya 4,55persen dari seluruh anggaran, adalah sangat tidakmemadai untuk melayani jumlah penduduksebanyak kurang lebih 220 juta orang. Subsidi

Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmasdi Kabupaten Jember pada pelaksanaan Peraturan

Daerah Nomor 8 Tahun 2006(The trends of visit at dental dlinic of Public Health Center in line with the

application of The Local Regulation No. 8 Year 2006)

Kiswaluyo, Ristya Widi Endah YaniDepartemen Kesehatan Gigi MasyarakatKedokteran Gigi Universitas JemberJember-Indonesia

AbstractBackground: Jember Local Government Decree No. 8 year 2006 about retribution tariff of health service in Public HealthCenter based on types of case and some services have been charged for free. Purpose: To know the trend of visit at Dental Clinicof Public Health Centers in line with the application of the decree. Method: Descriptive study using secondary data LB1 at 10Public Health Centers in Jember Regency. Data obtained is showed with Frequency Distribution Table. Result: There are 6Public Health Centers have increasing number of visit, 1 Public Health Center has decreasing number of visit, and 3 PublicHealth Centers have fluctuating number of visit. Conclusion: Jember Local Government Decree No. 6 year 206 has not beenknown and used entirely by people in Jember.

Keywords: Descriptive, LB1, frequency distribution, fluctuating

Correspondence: Kiswaluyo, Ristya Widi, Departemen Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Jember. Email : [email protected]

pemerintah di bidang kesehatan selama ini rata-rata hanya 2,5 persen dari Produk Domestik Bruto(PDB), jauh di bawah anjuran WHO sebesar 5persen dari PDB. Subsidi tersebut hanya 30 persendari total biaya kesehatan.2

Peran serta masyarakat pada pembiayaankesehatan masyarakat adalah penting, namun jikaditinjau dari kompleksitas masalah kesehatanmasyarakat, tampak sumber biaya terpentingadalah pemerintah. Berdasarkan UU No. 5 Tahun1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerahmaka tanggung jawab penyelenggaraan danpembiayaan pelayanan kesehatan masyarakatberada di tangan pemerintah daerah.3

Vol. 59, No. 1, Januari 2010, hal. 19-23| ISSN 0024-9548

Page 2: JURNAL PDGI

20

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjunganpasien ke balai pengobatan gigi adalah (a) FaktorInternal/Organisasi (sumber daya manusia,kebijakan tarif, pemasaran, jenis pelayanan gigi yangkomprehensif; (b) Faktor Eksternal/ Masyarakat(jarak dan lokasi, sosial ekonomi); (c) Faktor Pesaing/Lingkungan (dokter gigi swasta); (d) FaktorPelanggan (kepuasan pelanggan, kemampuan dankemauan bayar pelanggan).4

Berlakunya PP No.25 Tahun 2000 tentangkewenangan pemerintah dan kewenanganpropinsi sebagai daerah otonom, maka PemerintahKabupaten Jember menyelenggarakan biayapelayanan kesehatan kepada masyarakat melaluiPERDA No.8 Tahun 2006 Tanggal 15 Juni 2006tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan dipuskesmas. Perda ini merupakan perubahan dariPERDA No.63 Tahun 2000 dan pelaksanaan dariUU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerahserta implementasi dari PP No.8 Tahun 2003.PERDA No.8 Tahun 2006 ini secara garis besarberisi tentang tarif retribusi pelayanan kesehatandi puskesmas berdasarkan jenis kasus danbeberapa jenis pelayanan yang dihapus biayanya.5

Evaluasi pelaksanaan PERDA No.8 Tahun 2006dapat dilihat salah satunya dari jumlah kunjunganpasien yang berobat ke Balai Pengobatan Gigi padapuskesmas di wilayah Kabupaten Jember, meskipunkemungkinan besar terdapat faktor-faktor lain yangberpengaruh terhadap jumlah kunjungan pasienyang harus dikaji ulang. Data penelitian inidiharapkan dapat memberikan kontribusi terhadappenentuan kebijakan bidang pelayanan kesehatandi Kabupaten Jember selanjutnya. Sehinggaharapan Pemerintah Kabupaten Jember dalamrangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepadamasyarakat agar lebih berdaya guna dan berhasilguna dapat tercapai di bawah pembinaan,bimbingan dan pengawasan dari PemerintahKabupaten Jember.

Retribusi Pelayanan Kesehatan di PusatKesehatan Masyarakat menurut LampiranPeraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Tanggal15 Juni 2006 adalah (a) Pemeriksaan danpengobatan sesaat di Puskesmas, Pustu, Polindesdan pusling tidak dikenakan tarif (tarif dihapus);(b) Pencabutan gigi susu, seri, taring, molarpertama, molar kedua dan molar ketiga tidakdikenakan tarif (tarif dihapus); (c) Pembersihankarang gigi, perawatan syaraf gigi, insisi abses dantumpatan permanen atau susu tidak dikenakan tarif(tarif dihapus).

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten JemberNomor 8 Tahun 2006 (Lembaran Daerah KabupatenJember Nomor 8 Tahun 2006).6

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuitren kunjungan pasien puskesmas di KabupatenJember pada pelaksanaan PERDA No.8 Tahun 2006.

METODOLOGI PENELITIANPenelitian deskriptif dengan menggunakan

data sekunder untuk mengetahui jumlahkunjungan ke Balai Pengobatan Gigi. Datasekunder tersebut diambil dari Laporan BulananKesakitan (LB1) di 10 Puskesmas KabupatenJember pada:bulan Januari 2005 – Mei 2006(sebelum berlaku PERDA No.8 Tahun 2006), danbulan Juni 2006 – November 2007 (sesudah/ padasaat berlaku PERDA No.8 Tahun 2006).

Data yang diperoleh ditampilkan denganmenggunakan tabel distribusi frekuensi.

HASILData kunjungan pasien ke Balai Pengobatan

Gigi (BPG) puskesmas diperoleh dari tabulasi datapenyakit rongga mulut dengan kode 15 padaLaporan Bulanan Kesakitan (LB1) tahun 2005,tahun 2006 dan tahun 2007 (sampai dengan bulanNovember 2007) pada sepuluh puskesmas diKabupaten Jember. Kemudian data tersebutdikelompokkan menjadi lima jenis penyakit ronggamulut sesuai dengan keterangan kode namapenyakit pada LB1 puskesmas.

Adapun keterangan kode nama penyakit padaBalai Pengobatan Gigi di puskesmas adalah : 1501;Karies gigi; 1502; Penyakit pulpa dan jaringanperiapikal; 1503; Gingivitis dan penyakit periodontal;1504; Gangguan gigi dan jaringan penyanggalainnya; 1505; Penyakit rongga mulut, kelenjar ludahdan rahang lainnya

Gambaran Frekuensi Jumlah Kunjungan DiBalai Pengobatan Gigi Puskesmas WilayahKabupaten Jember

Data kunjungan pasien ke Balai PengobatanGigi di puskesmas adalah kunjungan pasien yangberobat ke poli gigi berdasarkan jenis penyakit gigidan mulut dalam kurun waktu satu tahun.Perbandingan frekuensi kunjungan pasien yangberobat ke poli gigi pada sepuluh puskesmas diKabupaten Jember berdasarkan jenis penyakit gigi

Kiswaluyo dan Yani: Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten JemberJurnal PDGI 59 (1) hal 19-23 © 2009

Page 3: JURNAL PDGI

21

dan mulut dapat dilihat pada tabel 2 (tahun 2005),tabel 3 (tahun 2006) dan tabel 4 (tahun 2007).

Berdasarkan gambar 1. dapat diketahui bahwapuskesmas yang memiliki jumlah kunjunganpasien tertinggi pada tahun 2005 adalahPuskesmas Rambipuji yaitu 5.588 kasus denganfrekuensi penyakit gigi dan mulut terbanyakadalah penyakit pulpa dan jaringan periapikalsebanyak 2.049 kasus (36,7%). Puskesmas yangmemiliki kunjungan pasien terendah pada tahun2005 adalah Puskesmas Sukorambi yaitu 1.936kasus dengan frekuensi penyakit gigi dan mulutterbanyak di Puskesmas Sukorambi adalahpenyakit rongga mulut, kelenjar ludah dan rahanglainnya sebanyak 730 kasus (37,7%).

Berdasarkan gambar 2. dapat diketahui bahwapuskesmas yang memiliki jumlah kunjungan

Gambar 1. Grafik Batang Pengobatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2005

Daerah

Karies Gigi Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Ginggivitis dan Penyakit Periodontal

Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga lainnya Penyakit Rongga Mulut, Kelenjar Ludah, dan Rahang lainnya

0

500

1000

1500

2000

2500

Jum

lah

Kas

us

SukorambiRambipuji Kencong Puger Ambulu Wuluhan KaliwatesSumbersariPakusari Mayang

Gambar 2. Grafik Batang Pengobatan Gigi dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2006

terbanyak pada tahun 2006 adalah PuskesmasRambipuji yaitu 8.801 kasus dengan frekuensipenyakit gigi dan mulut terbanyak adalah penyakitpulpa dan jaringan periapikal sebanyak 3.422 kasus(38,9%). Puskesmas yang memiliki jumlahkunjungan terendah pada tahun 2006 adalahPuskesmas Pakusari yaitu 1.778 kasus denganfrekuensi penyakit gigi dan mulut terbanyakadalah penyakit karies gigi sebanyak 711 kasus(40%).

Berdasarkan gambar 3. dapat diketahui bahwapuskesmas yang memiliki jumlah kunjunganterbanyak pada tahun 2007 adalah PuskesmasRambipuji yaitu 7.429 kasus dengan frekuensipenyakit gigi dan mulut terbanyak adalah penyakitpulpa dan jaringan periapikal sebanyak 2.723 kasus(36,7%). Puskesmas yang memiliki jumlah

0

1000

2000

3000

4000

Jum

lah

Kas

us

Sukorambi Rambipuji Kencong Puger Ambulu Wuluhan Kaliwates Sumbersari Pakusari Mayang

Distribusi Pengobatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2006

Daerah

Karies Gigi Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Ginggivitis dan Penyakit Periodontal

Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga lainnya Penyakit Rongga Mulut, Kelenjar Ludah, dan Rahang lainnya

Kiswaluyo dan Yani: Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten JemberJurnal PDGI 59 (1) hal 19-23 © 2009

Page 4: JURNAL PDGI

22

kunjungan terendah pada tahun 2007 adalahPuskesmas Pakusari yaitu 1.284 kasus denganfrekuensi penyakit gigi dan mulut terbanyakadalah penyakit pulpa dan jaringan periapikalsebanyak 548 kasus (42,7%).

PEMBAHASANPelaksanaan Peraturan Daerah No.8 Tahun

2006 pada sepuluh puskesmas di atas tampak padajumlah kunjungan pasien di Balai Pengobatan Gigi.Data penelitian ini menunjukkan enam puskesmasmengalami peningkatan jumlah kunjungan pasiengigi, satu puskesmas mengalami jumlah penurunankunjungan pasien gigi dan tiga puskesmasmengalami fluktuasi jumlah kunjungan pasien gigi.

Peningkatan jumlah kunjungan pasien gigiterjadi di Puskesmas Kencong, Puskesmas Puger,Puskesmas Ambulu, Puskesmas Wuluhan,Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas Sumbersari.Puskesmas Sumbersari memiliki prosentasepeningkatan jumlah kunjungan yang paling besaryaitu sebanyak 200%. Jumlah kunjungan pasiengigi pada tahun 2005 sejumlah 3.165 pasienkemudian pada tahun 2007 meningkat sebanyak6.191 pasien.

Penurunan jumlah kunjungan pasien gigiterdapat di Puskesmas Pakusari selama kurunwaktu tiga tahun terakhir. Jumlah kunjungan padatahun 2005 sebanyak 2.104 pasien dan pada tahun2007 sebanyak 1.284 pasien sehingga prosentasepenurunannya sebesar 81,90%.

Fluktuasi jumlah kunjungan pasien gigi terjadidi tiga puskesmas lainnya yaitu Puskesmas

Sukorambi, Puskesmas Rambipuji dan PuskesmasMayang. Puskesmas Mayang merupakanpuskesmas yang memiliki jumlah fluktuasiterbanyak. Jumlah kunjungan pasien gigi dipuskesmas ini pada tahun 2005 sebanyak 2.104pasien dan pada tahun 2006 sebanyak 3.141 pasienatau meningkat sebesar 49,30%. Jumlah kunjunganpasien gigi pada tahun 2007 kembali menurunsebesar 26,50% atau sejumlah 2.310 pasien.

Jumlah kunjungan kasus gingivitis danpenyakit periodontal yang tinggi di puskesmaswilayah perkotaan menunjukkan bahwa masyarakatdi wilayah ini datang ke puskesmas untukmemeriksakan kasus-kasus yang sederhana. Keduapuskesmas ini harus bersaing dengan dokter gigiswasta yang ada di sekitarnya yang memilikipelayanan yang lebih beragam (misalnya:penambalan gigi dengan alat dan bahan yang lebihlengkap), meskipun dengan biaya yang lebih besardaripada biaya berobat ke puskesmas. Oleh karenaitu implikasi Peraturan Daerah No.8 Tahun 2006terhadap jumlah kunjungan pasien di BPGpuskesmas ini tidak terlalu besar.

Berdasarkan data penelitian di atas juga tampakbahwa tidak semua puskesmas mengalamipeningkatan jumlah kunjungan pasien. PuskesmasPakusari merupakan satu-satunya puskesmas yangmengalami penurunan jumlah kunjungan.Penurunan jumlah kunjungan pasien pada tahun2007 di puskesmas ini mencapai 81,90% dari totalkunjungan pada tahun 2005.

Puskesmas Pakusari ditinjau dari segisegmentasi pasar konsumen berdasarkan letakgeografis diharapkan memiliki puskesmas

Gambar 3. Grafik Batang Pengobatan Gigi dan Mulut Di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2007

Kiswaluyo dan Yani: Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten JemberJurnal PDGI 59 (1) hal 19-23 © 2009

0500

10001500200025003000

Jum

lah

Kas

us

Sukorambi Rambipuji Kencong Puger Ambulu Wuluhan Kaliwates Sumbersari Pakusari Mayang

Distribusi Pengobatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2007

Daerah

Karies Gigi Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Ginggivitis dan Penyakit Periodontal

Gangguan Gigi dan Jaringan Penyangga lainnya Penyakit Rongga Mulut, Kelenjar Ludah, dan Rahang lainnya*) sampai dengan Bulan November 2007

Page 5: JURNAL PDGI

23

pembantu yang lebih mendekati lokasi pemukimanpenduduk terutama kelas menengah ke bawah yangterletak di wilayah utara Kecamatan Pakusari. Akantetapi peningkatan jumlah kunjungan pasien dipuskesmas ini belum dapat tercapai meskipun upayaini telah dilaksanakan. Kemungkinan hal inidisebabkan adanya puskesmas lain di sekitarPuskesmas Pakusari yang memungkinkan jaraktempuh lebih dekat. Bukti empiris di lapanganmenunjukkan bahwa banyak penduduk yangberasal dari Pakusari memilih berobat kePuskesmas Mayang yang jaraknya + 2 km dariPuskesmas Pakusari.

Permasalahan lain yang timbul pada BalaiPengobatan Gigi di beberapa puskesmas dalampelaksanaan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2006adalah standar pelayanan dan standar pengobatan.Peraturan Daerah No.8 Tahun 2006 dibuat agarakses masyarakat Jember untuk memperolehpelayanan kesehatan semakin mudah tanpamengabaikan standar pelayanan dan standarpengobatan yang maksimal. Pengobatan yangadekuat tidak akan tercapai jika jumlah obat yangdiberikan tidak sesuai dengan dosis terapi optimal.

Pelayanan kesehatan yang bermutuberhubungan dengan atribut-atribut kualitaspelayanan seperti keandalan, daya tanggap, tanggungjawab, simpati, kenyamanan, kebersihan dankeramahan. Kualitas pelayanan bisa berarti suatuempati dan tanggap akan kebutuhan pasien.Pelayanan harus selalu berusaha memenuhikebutuhan serta harapan mereka, diberikan dengancara yang ramah pada waktu mereka berobat(Wasisto, 1994).

Standar pengobatan yang maksimalberhubungan dengan kuantitas obat yang diberikankepada pasien. Pemberlakuan Peraturan DaerahNo.8 Tahun 2006 berdampak terhadap jumlah obatyang diberikan puskesmas terhadap pasien.Beberapa puskesmas melakukan penguranganjumlah obat misalnya golongan antibiotik yangharus diberikan dengan dosis empat haripemakaian maka setelah Peraturan Daerah No.8Tahun 2006 hanya diberikan dengan dosis dua haripemakaian. Selain memberikan edukasi yang salahpada masyarakat tentang cara pemakaian obat, haltersebut juga memicu terjadinya resistensi massaldi berbagai wilayah.

Puskesmas merupakan salah satu saranakesehatan yang memberikan pelayanan kesehatankepada masyarakat memiliki peran yang sangatstrategis dalam mempercepat peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Puskesmas mempunyaikewajiban dan juga tanggung jawab moral danhukum untuk memberikan pelayanan sesuaistandar yang ada untuk kebutuhan pasien yangdirawatnya. Pelayanan kesehatan yang bermutuberarti memberikan suatu produk yang benar-benarmemberi pelayanan kesehatan sesuai kebutuhanindividu dan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa Peraturan Daerah No.8 Tahun 2006 belumseluruhnya diketahui dan dimanfaatkanmasyarakat. Oleh karena itu diperlukan upayapromosi kepada masyarakat tentang PeraturanDaerah No.8 Tahun 2006 sehingga masyarakatmengetahui bahwa biaya pelayanan kesehatantidak mahal. Selain itu tenaga kesehatan dipuskesmas diharapkan tetap memberikanpelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan danpengobatan maksimal yang sama seperti sebelumdiberlakukannya Peraturan Daerah No.8 Tahun2006.

DAFTAR PUSTAKA1. Wasisto, B. 1994. “Peningkatan Mutu Pelayanan

Rumah Sakit”, Majalah Cermin Dunia Kedokteran(Edisi Khusus Januari) No.90. Jakarta: Badan PenerbitMajalah Cermin Dunia Kedokteran.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002.Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.

3. Azwar, Azrul. 1996. Pengantar AdministrasiKesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara

4. Budisuari, M.A. 2003. “Pemasaran PelayananKesehatan Gigi Pada Institusi Kesehatan KhususnyaDi Puskesmas”, Jurnal Kedokteran dan Farmasi(MEDIKA) No.3 Tahun Ke XXIX. Jakarta: GrafitiMedika Pers.

5. Pemerintah Kabupaten Jember. 2006. PeraturanDaerah Kabupaten Jember No.8 Tahun 2006 TentangPerubahan Atas Peraturan Daerah KabupatenJember No.63 Tahun 2000 Tentang RetribusiPelayanan Kesehatan Di Pusat KesehatanMasyarakat. Jember: Pemkab Jember.

6. Kabupaten Jember. 2006. Lembaran DaerahKabupaten Jember Tahun 2006 No. 8. Jember :Kabupaten Jember

Kiswaluyo dan Yani: Trend kunjungan pasien Poli Gigi Puskesmas di Kabupaten JemberJurnal PDGI 59 (1) hal 19-23 © 2009