19
Jurnal Pembangunan Manusia Jurnal Pembangunan Manusia Volume 2 Number 1 February Article 5 2-28-2021 KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS INSPIRASI NUSANTARA INSPIRASI NUSANTARA Nia Kurnianingtyas Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jawa Barat 16424, Indonesia, [email protected] Triyanti Anugrahini Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jawa Barat 16424, Indonesia Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jpm Recommended Citation Recommended Citation Kurnianingtyas, Nia and Anugrahini, Triyanti (2021) "KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS INSPIRASI NUSANTARA," Jurnal Pembangunan Manusia: Vol. 2 : No. 1 , Article 5. DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5 This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Social and Political Sciences at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Pembangunan Manusia by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

Jurnal Pembangunan Manusia Jurnal Pembangunan Manusia

Volume 2 Number 1 February Article 5

2-28-2021

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI

KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS

INSPIRASI NUSANTARA INSPIRASI NUSANTARA

Nia Kurnianingtyas Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jawa Barat 16424, Indonesia, [email protected]

Triyanti Anugrahini Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jawa Barat 16424, Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jpm

Recommended Citation Recommended Citation Kurnianingtyas, Nia and Anugrahini, Triyanti (2021) "KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS INSPIRASI NUSANTARA," Jurnal Pembangunan Manusia: Vol. 2 : No. 1 , Article 5. DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016 Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Social and Political Sciences at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Jurnal Pembangunan Manusia by an authorized editor of UI Scholars Hub.

Page 2: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS INSPIRASI NUSANTARA OLEH PT GAGAS INSPIRASI NUSANTARA

Cover Page Footnote Cover Page Footnote .

This article is available in Jurnal Pembangunan Manusia: https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5

Page 3: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

52

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEBERSIHAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH

YANG DILAKUKAN OLEH PT GAGAS INSPIRASI NUSANTARA

Nia Kurnianingtyas Corresponding Author

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jawa Barat 16424, Indonesia

[email protected]

Triyanti Anugrahini

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Indonesia, Jawa Barat 16424, Indonesia

ABSTRAK Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 3 dan 17 memberikan acuan pada pengembangan kebijakan dan program untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan anak, yang salah satunya dilakukan melalui kemitraan antara pemerintah dengan nonpemerintah. SDGs berimplikasi pada semakin pentingnya mengupayakan keberlanjutan program-program pembangunan (program continuation). Salah satu program yang mengupayakan keberlanjutan programnya adalah Japfa for Kids yang merupakan program CSR dari PT Japfa Comfeed Indonesia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat anak-anak di sekolah dasar. Program ini mengalami transformasi dari pendekatan event dan charity menjadi pendampingan sekolah yang dikelola oleh PT Gagas Inspirasi Nusantara (Gagas) sejak tahun 2017. Program Japfa for Kids yang dilaksanakan di SDN Kemakmuran, Kota Cirebon, menghasilkan kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan yang berkelanjutan dengan mengurangi sampah plastik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi Gagas kepada komunitas sasaran dalam mengupayakan keberlanjutan program tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif jenis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam pada dua belas informan yang ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling, dan melalui studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan berbagai strategi Gagas yang dilakukan dalam mengupayakan keberlanjutan Program Japfa for Kids kepada komunitas sasaran, di antaranya memberdayakan dan membangun kesadaran komunitas sekolah, membangun komunitas, membangun konsensus, mengembangkan kerja sama, mengembangkan pembiasaan dan kebijakan, membuat sistem capaian, melibatkan kontrol dari stakeholder di luar sekolah, dan menyusun exit strategy. Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi untuk mengupayakan keberlanjutan program merupakan strategi yang saling berkaitan antara strategi menerapkan pendekatan non-direktif, menerapkan prinsip proses, melembagakan perubahan, membentuk sistem keberlanjutan, dan menyiapkan exit strategy. KATA KUNCI: Pengembangan Komunitas, Keberlanjutan Program, Exit Strategy

ABSTRACT

Sustainable Development Goals (SDGs) number 3 dan 17 provide guidance for the development of policies and programs to enhance children’s welfare and health, which could be implemented by a partnership between government and corporation. SDGs implicate the urgency to undertake program continuation for development programs. Japfa for Kids is one of the social development programs that undertake its program continuation. Japfa for Kids is a CSR program for PT Japfa Comfeed Indonesia, working to enhance students' clean and healthy behavior, especially for elementary students. This program has transformed itself from an event and charity-based program into a community development program and managed by PT Gagas Inspirasi Nusantara since 2017. Japfa for Kids in SDN Kemakmuran, Kota Cirebon, successfully developed sustainable (continuing) plastic waste reduction practices as part of activities to maintain a clean and healthy school environment. The purpose of this research is to describe Gagas’ strategies towards target communities to achieve Japfa for Kids program continuation through clean and healthy school environment activities resulted in plastic waste reduction practice. This research used qualitative descriptive research. Data were collected from in-depth interviews with twelve informants selected using purposive sampling. Data was also collected from the literature study. The result of this research demonstrates that Gagas used various strategies, from empowering and consciousness-raising of the school’s community, building community, building consensus, develop collaboration, develop policy and habituation, develop the system, involve control from external stakeholders, and develop an exit strategy. This research summarizes that research program continuation strategies towards target communities are interconnected strategies of non-directive approaches, implementing process principles, the institutionalization of changes, creating program sustainability, and developing exit strategy. KEYWORDS: Community Development, Program Continuation, Program Sustainability, Exit Strategy

1

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 4: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

53

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

PENDAHULUAN Tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) menjadi acuan bagi pemerintah Indonesia dalam menjalankan kebijakan pembangunan. Salah satunya kehidupan sehat dan sejahtera (SDGs 3) yang bertujuan menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia, termasuk anak. Jumlah anak Indonesia yang mencapai sepertiga jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan pentingnya upaya untuk mencapai SDGs 3 ini (Profil Anak Indonesia, 2018). Dalam rangka melaksanakan komitmen mencapai SDGs, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang mendorong peran pemerintah daerah melalui kebijakan daerah dan peran nonpemerintah melalui program-program investasi sosial. Peraturan Presiden ini sejalan dengan SDGs 17, yaitu kemitraan untuk mencapai keberlanjutan. Dorongan kemitraan ini memunculkan komitmen perusahaan untuk berkontribusi pada upaya menjamin kesehatan dan kesejahteraan anak melalui program-program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (JAPFA) merupakan salah satu perusahaan yang berkomitmen untuk berkontribusi pada upaya mewujudkan kesejahteraan anak di bidang kesehatan melalui program CSR. Program Japfa for Kids adalah program CSR JAPFA yang bertujuan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dari anak-anak sekolah dasar di Indonesia. Program ini mulai dijalankan tahun 2008 dan telah menjangkau 630 sekolah dasar di 21 provinsi di Indonesia (Laporan Tahunan JAPFA, 2018). JAPFA bermitra dengan Dinas Pendidikan di daerah sasaran dalam menjalankan program ini. Upaya membangun kesehatan anak melalui kebijakan dan program, baik dari pemerintah dan nonpemerintah maupun kemitraan keduanya, telah banyak dikaji dari berbagai pembahasan, mulai dari implementasi program atau kebijakan, peran pelaksana program, evaluasi program, peran program dalam meningkatkan kesehatan anak, dan pendekatan pengembangan komunitas dalam program kesehatan anak. Namun demikian, beberapa penelitian terdahulu belum banyak yang membahas mengenai keberlanjutan program yang menjadi isu penting dalam tujuan pembangunan berkelanjutan. Kajian mengenai keberlanjutan Program Japfa for Kids ini menjadi penting untuk dilakukan dan melatarbelakangi penelitian ini. Program Japfa for Kids mengalami transformasi dari program promosi kesehatan berbasis event dan charity menjadi program pendampingan sekolah yang dilaksanakan selama 6 bulan pada tahun 2017. Waktu pelaksanaan program ini kemudian bertambah menjadi 9 bulan pada tahun 2019. Pertimbangannya adalah untuk menyiapkan keberlanjutan program dengan lebih baik. Program Japfa for Kids dalam bentuk pendampingan sekolah dijalankan oleh PT Gagas Inspirasi Nusantara (Gagas), yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan sosial dan perubahan sosial yang berperan sebagai mitra JAPFA. Program pendampingan Japfa for Kids ini menyasar perubahan perilaku komunitas sekolah (siswa, guru, dan kepala sekolah) dalam: (1) menjaga kebersihan, kesehatan, kerapihan, ketertiban diri dan lingkungan; (2) mengelola dan memanfaatkan sumber makanan sehat; serta (3) bertanggung jawab mengurangi produksi sampah. Pendampingan sekolah dilakukan melalui: (1) pemilihan dan pembinaan duta anak sehat, duta lingkungan sehat, dan duta makanan sehat; (2) pemilihan dan pendampingan bagi guru pembina duta; dan (3) Gerakan 5S (seiri/pilah, seiton/tata, seiso/bersihkan, seiketsu/mantapkan, dan shitsuke/biasakan) yang dikelola melalui komite yang dipilih dari kalangan guru. Dengan pendekatan baru ini, Japfa for Kids mendapat apresiasi di tingkat internasional dengan menjadi pemenang the Asia Responsible Entrepreneurship Awards pada kategori promosi kesehatan. Penghargaan ini

2

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 5: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

54

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

dinilai berdasarkan kriteria terkait inovasi, solusi, keberlanjutan, integrasi, dan dampak. Program Japfa for Kids memenangkan penghargaan ini 2 kali, yaitu di tahun 2017 dan 2019. Pada tahun 2019, Program Japfa for Kids yang berdurasi 9 bulan ini dilaksanakan di Kota Cirebon, Kabupaten Malang, Lampung Selatan, Padang Pariaman, Enrekang, dan Mamuju. Pada pertengahan masa program, menurut Laporan Tengah Program 2019, pelaksanaan program di Kota Cirebon, khususnya di SDN Kemakmuran menjadi salah satu yang menunjukkan perubahan yang paling baik dalam indikator dan penerapan praktik serta kebijakan PHBS dan 5S. Di antaranya melalui kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan, seperti praktik cuci tangan pakai sabun ketika hari bekal, senam setiap hari Sabtu, gerakan membawa kotak bekal dan botol minum, kebijakan membawa bekal dari rumah setiap minggu, piket kelas harian rutin, dan perlombaan kebersihan antar kelas. Menurut Laporan Akhir Program 2020, pada akhir masa program, praktik PHBS dan 5S sekolah ini terus dilanjutkan. Salah satu praktik yang menonjol dan menjadi contoh keberlanjutan Program Japfa for Kids adalah praktik mengurangi produksi sampah plastik. Praktik ini merupakan bagian dari kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan untuk mencapai outcomes yang diharapkan Program Japfa for Kids. Selain itu, kegiatan ini menjadi contoh praktik yang baik karena melibatkan kerja sama antara komunitas sekolah dengan pedagang, aparat lingkungan RT/RW, Unit Japfa Cirebon, Puskesmas Pegambiran, Dinas Lingkungan Hidup, dan orang tua siswa dalam penerapan pengurangan sampah plastik di lingkungan sekolah. Kerja sama atau kemitraan dalam program CSR merupakan harapan pemerintah dan perusahaan itu sendiri sesuai dengan SDGs. Sebagai sebuah program CSR, kemitraan ini menunjukkan terwujudnya karakteristik kunci CSR, yaitu bertanggung jawab kepada stakeholder. Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan (Freeman, 2010 dalam Crane et al., 2014:134). World Business Council for Sustainable Development (2000) juga menyebutkan bahwa esensi dari CSR adalah mengakui nilai dari dialog dengan stakeholder eksternal. Stakeholder eksternal bagi Japfa Comfeed adalah individu atau kelompok di sekitar lokasi Unit Japfa Cirebon. Stakeholder ini juga merupakan komunitas sasaran dari program yang dikelola oleh Gagas, yaitu komunitas sekolah, masyarakat sekitar sekolah, unit pemerintahan daerah terkait, termasuk Unit Japfa Cirebon itu sendiri. Keberlanjutan Program Japfa for Kids melalui kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di SDN Kemakmuran, Kota Cirebon ini menarik untuk digali lebih lanjut. Menurut Shediac-Rizkallah dan Bone (1998), keberlanjutan program adalah berlanjutnya program secara dinamis atau fleksibel, alih-alih kaku. Menurutnya, keberlanjutan program dapat terjadi pada sebagian atau keseluruhan program, bisa terjadi di level individu, organisasi, maupun jejaring komunitas, dan berlanjut dari manfaatnya. Oleh karena itu, yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana strategi Gagas kepada komunitas sasaran dalam mengupayakan keberlanjutan Program Japfa for Kids melalui kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di lingkungan SDN Kemakmuran, Kota Cirebon, khususnya dalam mengurangi produksi sampah plastik. Manfaat dari penelitian secara akademis adalah memberikan sumbangan pemikiran mengenai strategi dalam mengupayakan keberlanjutan program pengembangan komunitas. Sedangkan, secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai strategi dalam mengupayakan keberlanjutan program CSR yang menyasar pada peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dasar.

3

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 6: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

55

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, dengan teknik pengambilan data

melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Wawancara mendalam dilakukan kepada dua belas informan yang ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Informan utama dalam penelitian ini adalah Staf Program Gagas dan Fasilitator Program Cirebon yang terlibat dalam pelaksanaan program. Selain itu, manajemen dari Gagas dan JAPFA yang bertanggung jawab mengelola Program Japfa for Kids dipilih menjadi informan karena mengetahui sejarah dan pelaksanaan program ini. Komunitas sekolah, yaitu kepala sekolah dan guru yang menjadi sasaran program juga menjadi informan yang dipilih. Demikian halnya orang tua siswa dan Dinas Lingkungan Hidup yang mengetahui dan/atau terlibat dalam pelaksanaan program.

HASIL Gambaran Keberlanjutan Program Japfa for Kids melalui Kegiatan Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan di SDN Kemakmuran, Kota Cirebon Pada tahun 2019, Program Japfa for Kids dengan pendampingan sekolah pertama kalinya dilakukan dengan waktu pelaksanaan 9 bulan. Untuk mendampingi sekolah, Gagas menugaskan 2 orang fasilitator di tiap daerah untuk mendampingi 6 sampai 10 sekolah. Fasilitator tinggal dan bekerja di daerah sasaran, dengan didampingi staf program yang bekerja dari Jakarta, yang disebut pendamping fasilitator. Selama 9 bulan ini, pendamping melakukan site visit sebanyak 2 kali, yaitu di bulan ketiga dan keenam. Program pendampingan Japfa for Kids ini dilakukan dengan pendekatan pengembangan komunitas (community development). Gagas mengembangkan sekolah dasar yang menjadi sasaran program ini sebagai sebuah komunitas. Sekolah biasanya dimaknai sebagai bangunan fisik atau lembaga tempat di mana proses belajar-mengajar terjadi. Namun, sesungguhnya sekolah dapat berfungsi sebagai komunitas, seperti yang dicita-citakan oleh Dewey (1955) bahwa sekolah (schooling) merupakan lingkungan khusus atau praktik komunitas yang disederhanakan bagi seseorang untuk belajar berpartisipasi dalam masyarakat yang lebih besar. Menurut Furman (2012), komunitas sekolah dapat dipandang sebagai sebuah model ekologis di mana terjadi hubungan yang saling berkaitan secara organik antara sekolah dengan komunitas yang dibangun melalui hubungan baik, hingga nantinya akan muncul sense of community terhadap sekolah, baik dari warga sekolah maupun komunitas sekitarnya. Pendampingan program dilakukan oleh fasilitator untuk mengembangkan kapasitas komunitas sekolah untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil yang diharapkan di akhir masa program adalah siswa, guru, dan kepala sekolah menjaga kebersihan, kesehatan, kerapihan, dan ketertiban diri dan lingkungan, serta mengelola dan memanfaatkan sumber makanan sehat, dan bertanggung jawab mengurangi produksi sampah. Guru dan kepala sekolah diharapkan dapat melakukan peran mendampingi dan membuat kebijakan terkait. Dalam desain program, metode yang digunakan adalah memilih agen perubahan dari komunitas sekolah sebagai sasaran utama dari perubahan PHBS yang diharapkan akan ditularkan kepada anggota komunitas lainnya. Seperti disampaikan pada pendahuluan, program ini memilih duta dari kalangan siswa serta pembina duta dan komite 5S dari kalangan guru. Namun, dalam pelaksanaannya, fasilitator bekerja menyesuaikan kondisi masing-masing sekolah, seperti disampaikan Tim Gagas berikut:

”… fasilitator sebatas pemantik aja. Hanya sebatas trigger sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah…” (Sa, Tim Gagas, 16 Mei 2020).

Program pendampingan komunitas sekolah oleh fasilitator ini menerapkan prinsip-prinsip pengembangan komunitas yang disampaikan Glen (1993), yaitu mengembangkan kemandirian komunitas, di mana partisipannya

4

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 7: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

56

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

adalah komunitas yang mendefinisikan dan memenuhi kebutuhannya sendiri, dilakukan dengan metode kreatif dan kooperatif, dan melibatkan peranan tenaga profesional yang bekerja dengan menggunakan pendekatan non-direktif. Pendampingan yang dilakukan Tim Fasilitator Cirebon, khususnya di SDN Kemakmuran ini, di antaranya dilakukan melalui kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Salah satunya dengan mengurangi sampah plastik yang berhasil diterapkan menjadi praktik yang berkelanjutan. Kegiatan ini bahkan melibatkan stakeholder lain di luar sekolah untuk menerapkan perilaku yang sama. Kegiatan ini bermula dari pembiasaan membawa kotak bekal dan botol minum yang diperkuat dengan kebijakan kepala sekolah. Pembiasaan perilaku ini merupakan perilaku kesehatan lingkungan, yaitu perilaku di mana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak menggangu kesehatan diri, keluarga, dan masyarakat (Pratiwi, 2013). Menurut salah satu testimoni dari guru, setelah satu minggu pelaksanaan kebijakan membawa kotak bekal dan botol minum, keberhasilan pelaksanaan sudah mencapai 70 persen, di mana di tempat sampah hampir tidak ditemukan sampah plastik. Sedangkan, menurut informan lainnya, pengurangan sampah ini terlihat dari tempat sampah di depan kelas yang biasanya sudah penuh dalam satu hari, menjadi baru penuh dalam 3 hari. Kebijakan membawa kotak bekal dan botol minum ini dapat diimplementasikan dengan konsisten karena wali kelas terlibat dalam memastikan bahwa siswa mematuhi kebijakan tersebut. Pada akhirnya, semua anggota komunitas sekolah, baik siswa, guru, dan kepala sekolah saling mengingatkan pelaksanaan kebijakan ini. Hal ini terlihat dalam kutipan yang disampaikan informan guru berikut:

“Siswanya itu saling mengingatkan sesama teman. ‘Eh, kamu nggak bawa ini… kamu nggak bawa ini.’ Jadi kan sama-sama. Kalau ada yang tidak bawa piring atau alas makan, alas minum… Nah, dia kan mengingatkan jadinya.” (Ru, Guru, 19 Mei 2020).

Pelaksanaan kebijakan ini mendapat tantangan ketika pedagang makanan dan minuman di lingkungan sekolah menggunakan kantong plastik saat melayani komunitas sekolah. Menurut informan fasilitator, sekolah tidak mungkin menutup gerbang dan melarang pedagang berjualan karena mereka sudah berjualan di sekolah selama bertahun-tahun dan terdapat budaya jajan dari siswa yang kuat. Solusinya adalah fasilitator mendorong kepala sekolah dan guru untuk bekerja sama dengan pedagang dan masyarakat (rukun warga setempat) untuk mendukung program. Fasilitator bersama kepala sekolah dan guru berhasil meyakinkan dan bersepakat dengan pedagang untuk tidak melayani siswa yang tidak membawa kotak bekal dan botol minum ketika jajan. Hal ini menjadi kontribusi pedagang untuk ikut mengurangi produksi sampah plastik. Selain itu, sekolah juga bekerja sama dengan Ketua RW yang berperan mengontrol pedagang dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dari kesepakatan bersama untuk mengurangi sampah plastik, terbentuklah forum pedagang sebagai wadah koordinasi antara komunitas sekolah, pedagang, dan RW. Forum ini juga menjadi ruang untuk evaluasi pelaksanaan program. Selanjutnya, fasilitator melibatkan komite orang tua, puskemas, Unit Japfa Cirebon dalam pertemuan forum. Secara khusus, puskesmas dilibatkan untuk melakukan penyuluhan jajanan sehat dan melakukan checking keamanan makanan tiap 3 bulan sesuai dengan program dari puskesmas. Pada akhirnya, forum ini sudah berjalan sendiri tanpa pendampingan dari fasilitator. Berikut yang disampaikan informan fasilitator:

“Jadi kan, Januari itu kami fasilitasi pertama, untuk forum pedagang. Itu kami fasilitasi. Untuk tahap kedua kami nggak memfasilitasi, tapi mereka sudah sadar bahwa harus ada evaluasi. Jadi, mereka sudah tau yang harus dihubungin siapa, mungkin dihubungin Pak RW. Terus, ada orang tua, ketua komite, dan para pedagang pastinya. Jadi satu kesatuan.”(Pu, Fasilitator, 14 Mei 2020).

5

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 8: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

57

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

Keberlanjutan Program Japfa for Kids dalam kasus di SDN Kemakmuran yang sudah digambarkan di atas menunjukkan keberlanjutan program yang dinamis. Hal ini ditunjukkan dengan bukan keseluruhan Program Japfa for Kids yang bisa dilanjutkan, tetapi hanya sebagian program, yang dalam hal ini adalah kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, yang salah satunya dilakukan dengan praktik mengurangi sampah plastik. Keberlanjutan program ini terjadi di level individu, yaitu kepala sekolah, guru dan siswa, pedagang, orang tua siswa, dan Ketua RW yang memiliki komitmen melanjutkan praktik pengurangan sampah plastik; di level organisasi, yaitu sekolah yang melanjutkan pelaksanaan sebagian program ini; dan di level jejaring, yaitu dengan terbentuknya forum pedagang yang berjalan sendiri tanpa dibantu oleh fasilitator. Strategi Mengupayakan Keberlanjutan Program Japfa for Kids di SDN Kemakmuran, Kota Cirebon Pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator, seperti yang digambarkan di bagian sebelumnya, merupakan proses kreatif dan kooperatif yang berhasil membuat Program Japfa for Kids ini berlanjut atau berkelanjutan. Proses ini memunculkan serangkaian strategi yang saling berkaitan dan dilakukan oleh fasilitator kepada komunitas sasaran. Strategi tersebut adalah: a) Melakukan Pendekatan

Strategi melakukan pendekatan kepada komunitas sasaran ini merupakan langkah awal yang dilakukan fasilitator. Tim fasilitator melakukan pendekatan ini pada 3 bulan awal bertugas, melalui pendekatan personal dan berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru. Pendekatan personal yang dimaksud adalah upaya fasilitator untuk lebih akrab dengan guru dan kepala sekolah dengan ikut serta pada kegiatan-kegiatan pribadi dari guru atau kepala sekolah di luar sekolah, seperti mengikuti hajatan atau bertamu ke rumah.

Pendekatan juga dilakukan kepada stakeholder di luar sekolah, dengan cara mendatangi stakeholder dan berdiskusi mengenai permasalahan kesehatan dan kebersihan lingkungan. Pendekatan ini dilakukan kepada Unit Japfa Cirebon, Ketua RW, puskesmas, koordinator pedagang, dan Dinas Kesehatan Lingkungan.

b) Melakukan Pemetaan

Pemetaan adalah upaya fasilitator untuk mengumpulkan informasi dan menganalisisnya. Pemetaan dilakukan dalam tiga lingkup, yaitu mengenai masalah dan potensi atau keunggulan komunitas, aktor kunci di sekolah, dan aktor pendukung di luar sekolah. Pemetaan aktor pendukung dilengkapi dengan pemetaan peran dari masing-masing aktor.

Informasi didapatkan dari pendekatan dan diskusi-diskusi dengan komunitas sasaran. Menurut informan, cukup banyak aktor di komunitas sasaran di luar sekolah yang mendukung perubahan, di antaranya Dinas Lingkungan Hidup, puskesmas, Unit Japfa, dan komite orang tua.

c) Mendapatkan Dukungan Kepala Sekolah

Program dan kegiatan yang dijalankan oleh fasilitator akan lebih mudah diimplementasikan apabila mendapat persetujuan dan dukungan dari kepala sekolah. Dukungan ini didapatkan melalui dua cara, yakni di awal sebelum program dijalankan dengan melibatkan kepala sekolah dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Japfa Comfeed dan Dinas Pendidikan Kota Cirebon, dan ketika program dijalankan. Ketika pelaksanaan program, upaya meminta dukungan kepala sekolah dilakukan secara langsung oleh fasilitator. Salah satunya meminta dukungan kepala sekolah untuk menjelaskan dan meyakinkan guru

6

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 9: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

58

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

mengenai pembinaan PHBS kepada siswa tidak dilakukan pada waktu khusus. Namun, dalam pembelajaran sehari-hari:

“… kepala sekolah mau dan mendukung kita sepenuhnya. Waktu itu kepala sekolah juga sih untuk menjelaskan kalau misalkan ini nggak ada sesi di waktu khusus ya. Utamanya itu bukan waktu khusus, setelah pulang sekolah untuk menambah ngajar materi duta misalkan.” (Ba, Fasilitator, 15 Mei 2020).

d) Memberdayakan Komunitas Sekolah Strategi memberdayakan komunitas dilakukan kepada semua anggota komunitas sekolah dengan beberapa cara, seperti digambarkan berikut ini:

Strategi

Pemberdayaan Keterangan

Kepala Sekolah

Mengacu pada desain program, sejak awal

fasilitator mendorong kepala sekolah membuat kebijakan

Wali Kelas

Mengadaptasikan desain program, fasilitator

menyasar wali kelas dan bukan pembina duta

Siswa

Mengadaptasikan desain program, fasilitator

menyasar semua siswa dan bukan hanya duta siswa

Gambar 1. Matriks Strategi Pemberdayaan Komunitas Sekolah Sumber: Olahan Penelitian (2020)

e) Bekerja Sama dengan Stakeholder di Luar Sekolah

Strategi ini merupakan kelanjutan dari pemetaan stakeholder potensial di luar sekolah dan perannya untuk mendukung program. Dalam program pengurangan sampah plastik, kerja sama dilakukan terutama dengan puskesmas, dengan menyelaraskan kegiatan yang sudah ada di puskesmas. Kegiatan yang dimaksud adalah pengecekan keamanan jajanan dari bakteri, formalin dan boraks, serta penyuluhan jajanan sehat di sekolah.

Kerja sama lain dilakukan dengan komite orang tua dan pejabat RW untuk mensosialisasikan kebijakan dan hadir dalam forum pedagang serta dengan Unit Japfa Cirebon untuk mendukung pertemuan forum pedagang.

f) Mengembangkan Pembiasaan

Pembiasaan ini berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, yang dalam hal ini adalah perilaku mengurangi produksi sampah plastik. Cara yang dilakukan salah satunya adalah dengan membiasakan semua anggota komunitas sekolah untuk membawa kotak bekal dan botol minuman dari rumah setiap hari.

7

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 10: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

59

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

Pembiasaan tersebut berhasil dilakukan dan masih terus dilakukan setelah program selesai, seperti gambaran dari informan berikut:

“Cuman kan ini lebih dikondisiin untuk pengurangan. Kalau dulu kan masih banyak pedagang-pedagang segala macem masih pakai plastik. Kalau sekarang kan dikurangi sedikit demi sedikit dengan cara anak-anak membawa tempat makan sendiri atau botol minum sendiri. Kalau untuk programnya sendiri, yang pengurangan sampah plastik mah udah dijalankan ya… sampai Program Japfa selesai juga masih dijalankan sih, Bu.” (Ip, Orang Tua, 22 Mei 2020).

g) Mengembangkan Kebijakan Sekolah Strategi ini berkaitan dengan strategi memberdayakan kepala sekolah dengan mendorong mengeluarkan kebijakan PHBS. Dalam kaitannya dengan program pengurangan sampah plastik, kepala sekolah mengeluarkan kebijakan membawa kotak bekal dan botol minum yang berlaku untuk semua anggota komunitas sekolah. Kebijakan ini dilaksanakan secara bertahap yang diawali dengan satu minggu sekali hingga kemudian menjadi setiap hari. Selain itu, kepala sekolah juga mengeluarkan kebijakan penataan pedagang. Dengan pertimbangan bahwa kebijakan ini melibatkan stakeholder di luar sekolah, fasilitator mendorong kepala sekolah dan guru untuk bekerja sama dengan Ketua RW dalam melakukan formalisasi kebijakan. Gambarannya terlihat seperti dalam kutipan berikut ini:

“Nah, pedagang yang bersedia mengikuti aturan, kami silakan tinggalkan fotokopi KTP. Ini kemudian kita kasih aturan dagangnya. Mereka yang sudah siap mengikuti peraturan kami itu memberikan KTP. Jadi, mereka mengikhlaskan fotokopi KTP-nya dikasihkan ke kita.” (Sal, Kepala Sekolah, 18 Mei 2020).

h) Membuat Kelas Percontohan Strategi membuat kelas percontohan merupakan upaya uji coba pelaksanaan kebijakan di salah satu kelas terlebih dahulu. Strategi ini dilakukan dengan pertimbangan lebih mudah tercapai karena baru satu kelas yang perlu didampingi atau dikontrol. Hal ini dijelaskan informan dalam kutipan berikut:

“Kami itu coba trial dulu, Kak. Jadi, kita punya kelas percontohan. Biasanya, kami ngambil kelas percontohan itu di kelas 4. Bukan kami ambil duta itu, tapi kelas langsung. Kalau duta itu terlalu kecil lingkupnya… Kita trial nih, kita pegang wali kelasnya yang bawa kotak sama botol. Kayak gitu, jadi sebenarnya kan mereka itu mau melakukan karena udah lihat gitu loh, Kak. Kalau misalnya langsung dikasih kebijakan tanpa dikasih contoh gitu, kayaknya ya ambyar gitu jadinya. Jadi, kita trial-nya pake kelas 4 di kebijakan apapun.” (Pu, Fasilitator, 14 Mei 2020).

i) Menjembatani Kesepakatan Strategi lain yang dilakukan oleh fasilitator adalah menjembatani kesepakatan antara komunitas sekolah dengan stakeholder lain yang berkaitan dengan program pengurangan sampah plastik. Kesepakatan yang dimaksud adalah dengan pedagang dan Ketua RW yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya.

8

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 11: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

60

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

j) Membentuk Sistem Strategi penting yang juga ditemukan untuk mengupayakan keberlanjutan program adalah membentuk sistem. Strategi ini cukup sering disampaikan oleh informan fasilitator maupun Tim Gagas, yang juga dinyatakan sebagai proses membentuk ekosistem. Strategi ini melibatkan tiga komponen yang saling berkaitan sebagai berikut:

Gambar 2. Komponen Strategi Membentuk Sistem

Sumber: Olahan Penelitian (2020)

Menentukan prioritas perubahan merupakan langkah awal dari fasilitator. Menurut informan, tidak mungkin mencapai semua delapan indikator PHBS dalam masa 9 bulan pelaksanaan program. Karenanya, diperlukan pembuatan target prioritas perubahan perilaku dengan penekanan bahwa lebih penting memastikan perilaku tersebut tetap berlanjut. Dari wawancara dengan informan, salah satu perubahan yang menjadi prioritas adalah perilaku terkait membuang sampah, yang memang menjadi permasalahan penting di Kota Cirebon. Setelah itu, fasilitator menggabungkan atau mensinkronkan beberapa strategi yang sudah ada, yaitu kebijakan kepala sekolah, memberdayakan wali kelas, dan kerja sama dengan stakeholder di luar sekolah untuk mencapai target tersebut. Informan lain menjelaskan sistem ini sebagai stakeholder yang saling mengawasi dan mendukung, seperti satu ekosistem. Berikut adalah penuturannya:

“Sistem yang aku maksud adalah ya setiap aktor atau setiap capaian ini, mereka saling sinkron saling mengawasi dan akhirnya ada sistem kayak gitu, Mbak. Sistem yang mereka kita dudukin bareng, mereka melaksanakan hal-hal yang mungkin dianggap punya pengaruh yang sama dengan mereka, yang akhirnya juga punya manfaat juga ke mereka, yaitu stakeholder-stakeholder yang ada di sekitaran sekolah ini, ya saling konkret, saling terhubung, saling support kayak gitu, Mbak.” (Sa, Tim Gagas, 16 Mei 2020).

Sejalan dengan sistem yang saling mendukung, stakeholder lain terlibat memerankan fungsi kontrol, menggantikan peran fasilitator ketika program terminasi. Dalam program pengurangan sampah plastik, peran kontrol utamanya dilakukan oleh Ketua RW.

k) Mengembangkan Forum Pembentukan berbagai forum sebagai ruang untuk bertukar pikiran secara bebas atau untuk koordinasi, menjadi bagian dari desain Program Japfa for Kids. Forum dapat dilakukan di berbagai level, baik di dalam komunitas sekolah, antar komunitas sekolah, dan antara komunitas sekolah dengan stakeholder lain.

menentukan prioritas

perubahan yang

diteruskan

menciptakan sistem capaian

(hasil)

melibatkan kontrol dari stakeholder luar sekolah

9

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 12: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

61

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

Dalam program pengurangan sampah plastik, forum yang dikembangkan adalah forum antara komunitas sekolah dengan stakeholder lain, yang sering disebut sebagai forum pedagang. Proses pembentukan forum pedagang digambarkan oleh informan berikut:

“Jadi, prosesnya kan kita awalnya kumpulkan, beri pengertian, kemudian dilepas. Kita mengundang RT, kalau awal itu Pak RW, pedagang, puskesmas, dokter, bidan, perawat, itu kita undang, pertemuan pertama. Pertemuan kedua, kita hanya pedagang, pihak sekolah dan RW.” (Sal, Kepala Sekolah, 18 Mei 2020).

l) Memantau Pelaksanaan Program

Monitoring atau pemantauan pelaksanaan program penting dilakukan untuk mengupayakan keberlanjutan program. Cara yang dilakukan fasilitator adalah dengan memonitor atau melakukan kontrol kepada wali kelas secara rutin. Selain itu, fasilitator juga mengingatkan apa yang perlu dilakukan sekaligus menyemangati para wali kelas. Menurut informan dari guru, pemantauan yang dilakukan fasilitator ini berefek baik untuk lebih giat bertindak. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh informan berikut ini:

“Kita giat karena merekanya selalu ngontrol terus padahal mereka cuma nanya, ‘Bu Ni sudah sampai mana perkembangannya?’ Aduh, kalau semisalnya kita belum ada perubahan, kita malu sendiri gitu ya… Oprak-oprak teman-teman, ayo, saya takut ditanya lagi gitu, ya,‘eh beresin apa dulu?” (Ni, Guru, 20 Mei 2020).

m) Menyiapkan Exit Strategy Strategi mengupayakan keberlanjutan program yang disampaikan para informan berujung pada

menyiapkan exit strategy. Strategi ini melibatkan beberapa elemen yang saling berkaitan sebagai berikut: 1. Menyusun exit strategy setelah site visit 1, yaitu setelah bulan ketiga. 2. Exit strategy difokuskan pada kegiatan rutin, dengan target kegiatan mingguan. Dalam program

pengurangan sampah plastik, kegiatan rutin yang dibangun justru diterapkan setiap hari, yaitu membawa kotak makanan dan botol minuman.

3. Mengingatkan masa akhir program, dilakukan oleh fasilitator setiap bulan kepada kepala sekolah dan guru. Seperti kutipan berikut:

“Exit strategy-nya kalau misalkan ngomong program ini akan berakhir itu, kita ngomongin setiap bulan, Mbak. Jadi, kita ngomong setiap bulan kalau waktu kita tinggal 8 bulan, waktu kita tinggal 7 bulan. Itu kita tiap bulan selalu ngomong begitu. Jadi, itu juga salah satu untuk menambah motivasi mereka.” (Ba, Fasilitator, 15 Mei 2020).

4. Memfasilitasi penyusunan rencana keberlanjutan program oleh sekolah, mulai dari daftar rencana keberlanjutan program yang disusun SDN Kemakmuran hingga memuat rencana terkait melanjutkan praktik pengurangan sampah plastik ini. Rencana ini disusun di bulan Maret 2020, dengan cara yang disesuaikan karena kondisi pandemi, yaitu diskusi di tiap sekolah dipandu fasilitator.

PEMBAHASAN Menurut Tropman dan Erlich dalam Rothman et al. (1995), strategi adalah upaya yang diatur atau diorkestrasi (orchestrated) untuk mempengaruhi orang atau suatu sistem dalam kaitannya dengan tujuan yang diinginkan aktor atau sistem tersebut. Istilah orchestrated di sini berarti bahwa upaya dibuat dengan

10

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 13: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

62

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

memperhitungkan aksi dan reaksi dari mitra dan penentang kunci yang mempengaruhi tercapainya tujuan. Orkestrasi ini juga berarti pengaturan yang adaptif dengan adanya banyak aktor yang perlu diperhatikan dan adanya perkembangan sepanjang waktu. Strategi untuk mengupayakan keberlanjutan Program Japfa for Kids yang ditujukan kepada komunitas sasaran dan melahirkan program pengurangan sampah plastik di SDN Kemakmuran, Kota Cirebon dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Strategi kepada Komunitas Sasaran dalam Mengupayakan Keberlanjutan Program Pengurangan Sampah Plastik di Lingkungan SDN Kemakmuran, Kota Cirebon

Strategi Keterangan

Menerapkan pendekatan non-direktif

Pendampingan kepada komunitas sekolah

Memberdayakan komunitas sekolah

Memonitor pelaksanaan program

Menerapkan prinsip proses

Pemahaman konteks lokal melalui pemetaan masalah dan aktor

Membangun kesadaran

Mengembangkan kerja sama

Membangun komunitas

Membangun konsensus

Melakukan pelembagaan perubahan

Mengembangkan pembiasaan

Mengembangkan kebijakan sekolah

Membentuk sistem keberlanjutan

Menentukan prioritas perubahan yang diteruskan

Menciptakan sistem capaian

Melibatkan kontrol dari stakeholder luar sekolah

Menyiapkan exit strategy Menyusun exit strategy sejak awal

Exit strategy difokuskan pada kegiatan rutin

Mengingatkan masa akhir program

Memfasilitasi rencana keberlanjutan program Sumber: Olahan Penelitian (2020)

a) Menerapkan Pendekatan Non-direktif

Seperti dijelaskan di bagian sebelumnya (bagian Hasil), Program Japfa for Kids adalah program yang menggunakan pendekatan pengembangan komunitas (community development) sesuai prinsip yang dikemukakan Glen (1993). Prinsip kemandirian komunitas dikembangkan oleh fasilitator dengan memberdayakan komunitas sekolah, baik kepala sekolah, guru, dan siswa. Fasilitator Program Cirebon dengan metode kreatif dan kooperatif mendorong kepala sekolah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait upaya mengurangi sampah plastik. Fasilitator memberdayakan semua guru atau wali kelas untuk berperan dalam pelaksanaan program, tidak hanya memberdayakan pembina duta yang menjadi rencana awal Program Japfa for Kids. Dalam memonitor pelaksanaan program, fasilitator melakukan kontrol dan menyemangati wali kelas.

11

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 14: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

63

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

Metode kreatif juga dilakukan dengan memberdayakan semua siswa untuk terlibat dalam program ini, tidak hanya terbatas pada duta siswa yang terpilih saja. Metode kerja fasilitator ini merupakan wujud pendekatan non-direktif, di mana peran mereka adalah sebagai pemercepat perubahan (enabler), pembangkit semangat (encourager), dan pendidik (educator).

Dalam pendekatan pengembangan komunitas, keberlanjutan intervensi (termasuk melalui program) merupakan salah satu prinsip dasar (foundational principles) yang dikemukakan Ife (2013) dari perspektif ekologi. Menurutnya, sangat esensial bagi aktivitas pengembangan komunitas manapun untuk dilakukan dalam kerangka keberlanjutan agar tetap berjalan terus dalam jangka panjang (hal.269). Kemandirian komunitas yang digambarkan dalam program pengurangan sampah plastik ini diupayakan melalui strategi pengembangan komunitas yang secara jelas menerapkan kerangka masa depan. Kemandirian komunitas juga terlihat dari berlanjutnya kepemimpinan aktif kepada komunitas lokal, seperti disampaikan Wheeler (dalam Phillips & Pittman, 2009) sebagai implikasi menerapkan keberlanjutan pada program pengembangan komunitas.

b) Menerapkan Prinsip Proses

Menurut Ife (2013), prinsip proses dalam pengembangan komunitas di antaranya adalah proses perjalanan yang berintegritas, membangun kesadaran, membangun komunitas, demokrasi, kerja sama, konsensus, menyesuaikan kecepatan komunitas sasaran, dan dilakukan tanpa kekerasan. Penerapan prinsip proses terlihat dalam strategi yang sudah digambarkan di bagian sebelumnya. Fasilitator menggunakan metode kreatif dalam mengupayakan keberlanjutan program melalui beberapa strategi yang dimulai dari pemahaman konteks lokal dengan pemetaan masalah dan aktor, dan dilanjutkan dengan pemilihan strategi intervensi yang disesuaikan dengan kondisi komunitas sasaran. Selain itu, fasilitator membangun kesadaran komunitas sasaran, baik sasaran utama, yaitu komunitas sekolah maupun stakeholder lain, dengan pendekatan personal sembari berdiskusi informal untuk meyakinkan komunitas terkait pentingnya program, termasuk untuk mendapatkan dukungan kepala sekolah. Fasilitator juga membuat kelas percontohan pelaksanaan kebijakan sebagai upaya membangun kesadaran pentingnya mengurangi sampah plastik dengan konsisten membawa kotak makanan dan botol minuman. Metode lain yang dilakukan fasilitator adalah membangun komunitas melalui forum pedagang. Menurut Ife (2013), forum pedagang ini berfungsi sebagai ruang, waktu, dan peluang untuk meningkatkan interaksi formal dan informal, kemudian melibatkan sebanyak mungkin orang agar meningkatkan saling ketergantungan mereka untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, forum pedagang berhasil melibatkan komunitas sekolah, pedagang, komite orang tua, Ketua RW, puskesmas, Unit Japfa Cirebon, dan DLH. Berkaitan dengan strategi ini, upaya fasilitator untuk mengembangkan forum pedagang membutuhkan proses membangun konsensus di antara aktor kunci dalam forum ini, yaitu antara komunitas sekolah dengan pedagang dan pejabat/Ketua RW setempat. Di antaranya untuk menyepakati pembentukan forum dan berbagai agenda turunannya. Selain itu, fasilitator juga bekerja sama dengan stakeholder di luar komunitas sekolah, yang dalam hal ini adalah dengan puskesmas yang memiliki program yang sejalan dengan Program Japfa for Kids untuk terlibat dalam forum pedagang sebagai pengawas jajanan sehat.

c) Melembagakan Perubahan Dengan menggunakan cara berpikir komunitas sasaran, suatu intervensi yang terencana, termasuk program pengurangan sampah plastik dari Japfa for Kids ini, perlu memikirkan strategi untuk menstabilkan

12

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 15: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

64

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

perubahan yang sudah terjadi sebelum program selesai atau terminasi. Lippit, Watson, dan Westley (1958) dalam Adi (2013:178) menyebutnya sebagai institusionalisasi atau melembagakan perubahan. Pelembagaan perubahan ini akan terjadi bila dampak perubahan diikuti oleh kelompok-kelompok lain dalam komunitas sasaran atau meluas ke komunitas lainnya. Upaya melembagakan perubahan program pengurangan sampah plastik ini dimulai dari mengembangkan pembiasaan membawa kotak makanan dan botol minuman dari rumah untuk mengurangi sampah plastik. Pembiasaan ini dilakukan oleh semua anggota komunitas sekolah, tidak hanya oleh duta atau pembina duta saja. Upaya ini berkembang dengan menjadikan pembiasaan ini sebagai kebijakan resmi yang harus dipatuhi warga sekolah dan didukung orang tua siswa. Meskipun demikian, fasilitator mengantisipasi bahwa pemenuhan kebijakan ini memerlukan proses yang bertahap. Meluasnya dukungan pada program ini terjadi dengan terbentuknya forum pedagang yang melibatkan pedagang dan RW, yang didukung dengan aturan penataan pedagang sebagai kebijakan yang formal.

d) Membentuk Sistem Keberlanjutan Webster dalam Banks et.al (2003) menyatakan bahwa banyak program gagal menghasilkan perubahan yang menetap karena minimnya pelibatan komunitas dalam program sejak awal dan sepanjang program. Pendapat Webster ini merujuk pada laporan the Joseph Rowntree Foundation (JRF) tahun 1995 yang menyebutkan empat kunci keberlanjutan program, yaitu:

1. Pemberdayaan dan penguatan kapasitas lokal 2. Aspek penting dalam desain program 3. Pengaturan untuk manajemen inisiatif 4. Exit strategy yang efektif

Keempat kunci keberlanjutan program tersebut memiliki esensi pentingnya pelibatan komunitas. Pelibatan komunitas sendiri sudah melekat pada prinsip pengembangan komunitas.

Strategi untuk mengupayakan keberlanjutan program secara khusus juga perlu dilakukan. Strategi ini melibatkan upaya menyusun elemen-elemen strategi yang saling berkaitan menjadi satu sistem. Menurut kerangka lima elemen penting dari strategi pelibatan komunitas yang disampaikan Webster dalam Banks, et al. (2003), elemen strategi ini terbagi menjadi dua, yaitu strategi internal di dalam organisasi pelaksana program (developing professional infrastructures, organization, and overview) dan strategi eksternal yang terdiri dari strategi di dalam komunitas sasaran (grassroots community work support) dan jejaring komunitas (developing community infrastructures). Strategi internal organisasi dan eksternal ini saling berkaitan menjadi suatu sistem.

Gambar 3. Lima Elemen Penting dalam Strategi Pelibatan Komunitas

Sumber: Webster dalam Banks et.al (2003)

13

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 16: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

65

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

Kerangka Webster tersebut dapat digunakan pula untuk menyusun sistem keberlanjutan yang mengaitkan beberapa elemen strategi dalam mengupayakan keberlanjutan di level sub-program atau fokus program tertentu. Dalam hal ini, Japfa for Kids adalah program besar (payung) dan program pengurangan sampah plastik adalah sub-program yang menjadi salah satu fokus keberlanjutan.

Elemen sistem keberlanjutan di level sub-program (fokus program tertentu) ini terbagi juga menjadi dua, yaitu:

1. Strategi internal organisasi: melibatkan penentuan prioritas atau fokus perubahan yang akan diteruskan oleh pelaksana program

2. Strategi eksternal: menciptakan keterkaitan antar strategi atau capaian dalam komunitas sasaran, dan melibatkan kerja sama dengan jejaring komunitas atau stakeholder di luar komunitas sasaran.

Program pengurangan sampah plastik ini diupayakan keberlanjutannya oleh Gagas melalui fasilitator yang melakukan proses kreatif dan kooperatif dengan membentuk sistem keberlanjutan. Upaya yang dilakukan fasilitator ini sudah disampaikan sebelumnya, yaitu: (1) menentukan pengurangan sampah plastik sebagai prioritas perubahan; (2) mengaitkan kebijakan membawa kotak makanan dan botol minuman dan pemberdayaan wali kelas untuk keberlanjutan pelaksanaan kebijakan tersebut; dan (3) melibatkan kerja sama dengan stakeholder lain, yaitu pedagang, orang tua, dan RW sebagai jejaring dalam forum pedagang untuk menguatkan penerapan perilaku pengurangan sampah plastik.

e) Menyiapkan Exit Strategy Upaya menyiapkan keberlanjutan program seringkali dipahami sebagai tahapan pengembangan program terakhir dari sebuah proses linear. Dalam studinya, Harvey & Hurworth (2006), merujuk pada pandangan beberapa peneliti, menyatakan bahwa pengembangan program tidak bersifat linear sehingga keberlanjutan program perlu direncanakan sejak awal. Boardman dalam Thornton dan McGregor (2008:480-484) memperkuat pentingnya mengartikulasikan strategi keberlanjutan program sejak awal. Menurutnya, strategi keberlanjutan yang ideal ini menyebutkan tujuan dan hasil berkelanjutan yang spesifik menurut komunitas; strategi dibuat dengan sederhana dan kontekstual yang menekankan pada kualitas; menyebutkan kapan terminasi; dan disusun bersamaan dengan perumusan desain program atau paling tidak di tahun pertama setelah program dimulai. Setelah strategi keberlanjutan, perlu disusun exit strategy untuk mengomunikasikan strategi keberlanjutan tersebut kepada komunitas sasaran. Baik strategi keberlanjutan dan exit strategy dilakukan dengan memberdayakan komunitas sasaran. Seperti disampaikan laporan the Joseph Rowntree Foundation (JRF) tahun 1995, exit strategy yang efektif menjadi kunci keberlanjutan program. Perencanaan keberlanjutan program ideal yang disampaikan Boardman belum terjadi sepenuhnya pada Program Japfa for Kids yang dikelola oleh Gagas. Namun demikian, beberapa strategi sudah dilakukan dengan menyesuaikan kondisi komunitas sasaran. Strategi keberlanjutan program ini tidak diartikulasikan secara jelas oleh Gagas dalam perumusan desain program. Meski demikian, exit strategy dirumuskan cukup awal, yaitu setelah bulan ketiga. Exit strategy ini kemudian dianggap atau diberlakukan sebagai rencana keberlanjutan program dan dilaksanakan setelah bulan ketiga. Selain itu, fasilitator juga secara rutin mengingatkan masa akhir program kepada komunitas sasaran. Dari proses artikulasi exit strategy, fasilitator belum sepenuhnya melibatkan komunitas sasaran dalam merumuskan tujuan dan hasil yang menjadi fokus keberlanjutan. Fasilitator lebih banyak merumuskan sendiri bersama Tim Gagas. Namun demikian, di akhir masa program, fasilitator memandu komunitas sekolah menyusun rencana

14

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 17: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

66

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

keberlanjutan program menurut mereka sendiri, yang akan dilaksanakan setelah program selesai. Proses fasilitasi rencana keberlanjutan ini masih menggunakan perspektif pengembangan program yang linear.

KESIMPULAN Penelitian ini mengajukan bagaimana strategi Gagas dalam mengupayakan keberlanjutan Program Japfa for Kids melalui kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di SDN Kemakmuran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi Gagas yang ditujukan kepada komunitas sasaran untuk mengupayakan keberlanjutan Program Japfa for Kids melalui kegiatan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan ini terdiri dari lima strategi kunci yang saling terkait, seperti gambar berikut:

Gambar 4. Strategi Mengupayakan Keberlanjutan Program

Sumber: Olahan Penelitian (2020)

Strategi yang paling mendasar adalah melalui pendekatan non-direktif yang menjadi ciri pengembangan komunitas. Strategi selanjutnya saling berkaitan, yaitu menerapkan prinsip proses yang ada dalam pengembangan komunitas, melembagakan perubahan, membentuk sistem keberlanjutan, dan menyiapkan exit strategy. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai keberlanjutan program pengembangan komunitas, di mana keberlanjutan program dapat diupayakan melalui strategi kunci di atas. Bila keberlanjutan (sustainability) menjadi nilai dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam program CSR-nya, perusahaan perlu membuka diri pada pendekatan pengembangan komunitas dan selanjutnya menerapkan strategi kunci lainnya. Pada tataran praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi program-program peningkatan PHBS, khususnya di sekolah dasar, untuk mengembangkan strategi dalam menyiapkan keberlanjutan program. Bagi JAPFA dan Gagas, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk merefleksikan pelaksanaan Program Japfa for Kids terkait keberlanjutan program yang memang menjadi tujuan penambahan masa program menjadi 9 bulan, sekaligus sebagai bahan untuk memperbaiki strategi program-program yang memasukkan strategi keberlanjutan di dalamnya. Beberapa rekomendasi perbaikan bagi Gagas dan JAPFA dapat disampaikan sebagai berikut:

1) Di level organisasi (Gagas/JAPFA), disarankan untuk: a. Mengubah mindset atau pemahaman bahwa menyiapkan keberlanjutan program bukan bagian dari

pengembangan program yang linear. b. Merencanakan keberlanjutan program bersamaan dengan perumusan desain program, dengan

mengartikulasikan strategi keberlanjutan program secara jelas, baik dari tujuan, hasil yang diharapkan (outcomes), maupun langkah-langkahnya.

menerapkan prinsip proses

melembagakan perubahan

menyiapkan exit strategy membentuk sistem keberlanjutan

menerapkan pendekatan non-direktif

15

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021

Page 18: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

67

KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS (NIA KURNIANINGTYAS, TRIYANTI ANUGRAHINI)

c. Perlu diupayakan melibatkan komunitas sasaran dengan cara-cara yang sesuai dengan konteks organisasi dan kondisi komunitas sasaran.

d. Menggunakan contoh keberhasilan strategi menyiapkan keberlanjutan program ini dalam persiapan program, termasuk rekrutmen dan pembekalan fasilitator.

2) Di level pelaksana program di lapangan, disarankan untuk: a. Mengubah mindset atau pemahaman bahwa menyiapkan keberlanjutan program bukan bagian dari

pengembangan program yang linear. b. Melibatkan komunitas sasaran dalam merumuskan exit strategy sejak awal. c. Memperdalam pemetaan masalah dan aktor di awal program sehingga dapat menjadi panduan untuk

menyusun strategi keberlanjutan yang efektif. d. Mendampingi fasilitator dalam merumuskan exit strategy yang efektif. e. Memilih fasilitator yang cukup berpengalaman dalam melakukan proses kreatif dan kooperatif

bersama komunitas. DAFTAR PUSTAKA Adi, I.R. (2013). Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.

Raja Grafindo Persada: Jakarta Banks, Sarah., Hugh Butcher, Paul Henderson and Jim Robertson. (2003). Managing Community Practice:

Principles, Policies and Programmes. Bristol: The Policy Press Butcher, H., Glen, A., Henderson, P., & Smith, J. (1993). Community and Public Policy. London: Pluto Press Crane, Andrew., Matten, Dirk., Spence, L.J (eds). (2014). Corporate Social Responsibility: Readings and Cases in a Global Context. New York: Routledge Dewey, John. (1955). Democracy and Education, an Introduction to Philosophy of Education. New York: The

Macmillan Company Furman, Gail (ed). (2012). School as Community: From Promise to Practice. New York: SUNY Press Harvey, Graeme., Hurworth, Rosalind. (2006). Exploring Program Sustainability: Identifying Factors in Two

Educational Initiatives in Victoria. Evaluation Journal of Australasia, Vol. 6, No. 1, pp. 36–44 Ife, Jim. (2013). Community Development: Community-based Alternatives in an Age of Globalisation. French

Forest: Pearson Education Australia Laporan Tahunan JAPFA 2018. Tim Penulis Laporan Tengah Program Japfa for Kids: Anak Indonesia Bersih dan Sehat Tahun 2019. Tim Penulis Laporan Akhir Program Japfa for Kids: Anak Indonesia Bersih dan Sehat Tahun 2020. Tim Penulis Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Phillips, R., & Pittman, R.H. (2009). An Introduction to Community Development. London: Routledge Pratiwi, Niniek Lely. (2013). Pemberdayaan Masyarakat dan Perilaku Kesehatan (Teori dan Praktek). Surabaya:

Airlangga University Press Rothman, J., Erlich, J.L., & Tropman, J.E (eds). (1995). Strategies of Community Intervention, Macro Practice

(5th ed). Ittaca: F.E. Peacock Publishers Shediac-Rizkallah, M.C, & dan Bone L.R. (1998). Planning for the Sustainability of Community-based Health

Program: Conceptual Framework and Future Directions for Research, Practice and Policy. Health Education Theory & Practice. Vol.13. No.1, 87-108

16

Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 2, No. 1 [2021], Art. 5

https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol2/iss1/5DOI: 10.7454/jpm.v2i1.1016

Page 19: Jurnal Pembangunan Manusia - scholarhub.ui.ac.id

68

JURNAL PEMBANGUNAN MANUSIA, VOLUME2, NOMOR1, FEBRUARI 2021, 52-68

Thornton, A., McGregor, A. (2008). Southern Perspectives on Development: Dialogue or Division?. Proceedin of the Fifth Biennial Conference of the Aotearoa/New Zealand International Development Studies Network (DEVNET), 477-486

17

Kurnianingtyas and Anugrahini: KEBERLANJUTAN PROGRAM JAPFA FOR KIDS MELALUI KEGIATAN MENJAGA KEB

Published by UI Scholars Hub, 2021