Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    1/13

    1

    PENGARUH INFLASI, JUMLAH WAJIB PAJAK

    DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP

    PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN

    ORANG PRIBADI DI KOTA PADANG

    Rahmad Husein Nasution1, Herawati

    1, Dandes Rifa

    2,

    Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta

    Email :[email protected]

    ABSTRACT

    Tax is a major source for Indonesia State Budget (APBN) and used to finance the

    states expenditure, routine and development expenditure. This research discusses the effect

    of the number of inflation, tax payer and tax inspection on personal income tax in Padang

    city. This research was held in Padang Tax Authority and Statistical Center Department

    Padang City. The date used in this research is secondary data from 20102012, that is data

    personal income tax, inflation, tax payers and tax inspection with data count. It was used

    multiple linier regressions. This research proved that inflation, tax payers and tax inspection

    partially had no a significant influence to personal income tax in Padang City.

    Keywords : I nf lation, Tax Payers, Tax Inspection, Personal I ncome Tax.

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pembangunan disegala bidang

    harus terus dilakukan oleh pemerintah

    untuk mewujudkan masyarakat adil dan

    makmur. Untuk melaksanakan

    pembangunan, pemerintah tidak bisa

    berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya

    yang sangat besar. Peran serta masyarakat

    sangat diharapkan oleh pemerintah salah

    satunya adalah dengan membayar pajak(Manik 2012). Pajak adalah kontribusi

    wajib kepada negara yang terutang oleh

    orang pribadi atau badan bersifat memaksa

    berdasarkan Undang-Undang, dengan

    tidak mendapatkan imbalan secara

    langsung dan digunakan untuk keperluan

    negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

    rakyat. Sumber pembiayaan utama untuk

    pembangunan di Indonesia adalah berasal

    dari pajak (Undang-Undang No.16 Tahun

    2009).

    Untuk menentukan penerimaan

    pajak memerlukan suatu perencanaan yang

    wajar dan objektif dalam arti tidak hanya

    berorientasi pada pencapaian penerimaan

    semata, akan tetapi juga harus melihat

    faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di

    dalam penentuan suatu target penerimaan

    pajak. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor manakah yang dapat mempengaruhi

    penerimaan pajak sehingga target yang

    dialokasikannya dapat teralisasi dengan

    baik sesuai dengan potensi yang ada.

    Menurut Herryanto dan Toly

    (2013) Penerimaan Pajak Penghasilan di

    Indonesia pada umumnya masih

    didominasi oleh Pajak Penghasilan badan.

    Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yangdibebankan pada penghasilan perorangan,

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    2/13

    2

    perusahaan atau badan hukum lainnya atas

    penghasilan yang diterima atau diperoleh

    selama tahun pajak. Pajak penghasilan

    tergolong dalam jenis pajak langsung yang

    beban pajaknya harus ditanggung sendirioleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan

    tidak bisa dialihkan ke orang lain (

    Herryanto dan Toly, 2012).

    Adapun target dan realisasi

    Penerimaan Pajak di KPP Pratama Padang

    dari tahun pajak 2010-2012 adalah

    penerimaan pajak penghasilan orang

    pribadi tahun 2010 - 2012 lebih rendah

    dari pada target sebenarnya dengan tingkat

    realisasi 2010 82,17%, 2011 79,11% dan

    tingkat realisasi pada tahun 2012 74,95%.

    Kenapa bisa tiap tahunnya tidak mencapai

    target ? apa karena pengaruh Inflasi,

    Jumlah Wajib Pajak atau Pemeriksaan

    Pajak.

    Untuk lebih mengoptimalkan

    penerimaan negara di sektor perpajakan,

    berbagai upaya telah dilakukan oleh

    pemerintah. Salah satunya adalah denganTax Reform (penyempurnaan undang

    undang perpajakan) sejak tahun 1983,

    1991, 1994, 2000, kemudian diubah lagi

    pada tahun 2008. Karena sejalan dengan

    adanya perkembangan perekonomian,

    undangundang perpajakan yang lama

    teryata tidak sesuai lagi dengan sosial

    ekonomi masyarakat indonesia baik dari

    sisi kegotongroyongan nasional maupun

    dari laju pembagunan nasional yang telah

    di capai, juga belum dapat menggerakkan

    peran dari semua lapisan subjek dalam

    menghasilkan penerimaan negara

    (Nasution 2008). Dalam hal ini pemerintah

    telah mengambil beberapa kebijaksanaan

    antara lain dengan menerapkan sistemself-

    assessment, Wajib Pajak diberi

    kepercayaan untuk menghitung,

    memperhitungkan, menyetor dan

    melaporkan sendiri pajak yang menjadi

    kewajibannya. Dalam sistem ini,

    pemerintah tidak lagi berperan terlalu aktif

    karena tidak dibebani kewajiban untuk

    menghitung pajak terutang tiap Wajib

    Pajak seperti pada sistem officialassessment. Dimana sistem official

    assessment wewenang untuk menentukan

    besarnya pajak yang terutang oleh Wajib

    Pajak terletak pada fiskus atau aparat pajak

    (Muiz 2012). Sistem selfassessment lebih

    membutuhkan kesadaran Wajib Pajak

    untuk dengan patuh melaksanakan

    kewajiban perpajakan. Dengan semakin

    tinggi kesadaran Wajib Pajak untuk tepat

    waktu menyetor pajak, maka diharapkan

    semakin besar penerimaan pajak negara.

    Bila ingin memaksimalkan

    penerimaan pajak dengan sistem self

    assessmen, selain berusaha meningkatkan

    jumlah Wajib Pajak aktif, maka

    pemerintah juga harus berupaya agar

    pembayaran pajak semakin sadar bahwa

    peranan membayar pajak sangatlah penting

    bagi tercapainya pembangunan nasional(Herryanto dan Toly, 2013).

    Pengertian Wajib Pajak

    Undang-undang No 16 Tahun 2009

    menyatakan Wajib Pajak adalah orang

    pribadi atau badan, meliputi pembayar

    pajak, pemotong pajak, dan pemungut

    pajak yang mempunyai hak dan kewajiban

    perpajakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan

    perpajakan.

    Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

    Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

    menurut Undang-undang No. 16 Tahun

    2009 yaitu :

    1.Hak Wajib Pajak :

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    3/13

    3

    a) Melaporkan beberapa Masa Pajak

    dalam satu Surat Pemberitahuan

    Masa

    b) Mengajukan surat keberatan dan

    banding bagi Wajib Pajak dengankriteria tertentu

    c) Memperpanjang jangka waktu

    penyampaian Surat Pemberitahuan

    Tahunan Pajak Penghasilan untuk

    paling lama dua bulan dengan cara

    menyampaikan pemberitahuan

    secara tertulis atau dengan cara lain

    kepada Direktur Jenderal pajak

    d) Mengajukan permohonan

    pengembalian kelebihan

    pembayaran pajak

    e) Mengajukan keberatan kepada

    Direktur Jenderal Pajak

    f) Mengajukan permohonan banding

    kepada badan peradilan pajak atas

    Surat Keputusan Keberatan

    g) Menunjuk seorang kuasa dengan

    surat kusus untuk menjalankan hak

    dan memenuhi kewajiban sesuaidengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan

    h) Memperoleh pengurangan atau

    penghapusan sanksi administrasi

    berupa bunga atas keterlambatan

    pelunasan kekurangan pembayaran

    pajak.

    2. Kewajiban Wajib Pajak :

    a) Mendaftarkan diri untuk

    mendapatkan NPWP

    b) Melaporkan usahanya pada kantor

    Direktorat Jendral Pajak yang

    wilayah kerjanya meliputi tempat

    tinggal atau tempat kedudukan

    Pengusaha dan tempat kegiatan

    usaha dilakukan untuk dikukuhkan

    menjadi Pengusaha Kena Pajak

    c) Mengisi SPT dengan benar,

    lengkap dan jelas

    d) Menyampaikan SPT dalam bahasa

    Indonesia dengan menggunakan

    satuan mata uang selain rupiah

    yang dizinkan, yang

    pelaksanaannya yang diatur denganatau berdasarkan Peraturan Menteri

    Keuangan

    e) Membayar atau menyetor pajak

    yang terutang dengan

    menggunakan Surat Setoran Pajak

    ke kas negara melalui tempat

    pembayaran yangdiatur dengan

    atau berdasarkan Peraturan Menteri

    Keuangan

    f) Membayar pajak yang terutang

    sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang_undangan perpajakan

    Pajak Penghasilan

    Berdasarkan Undang Undang

    Pajak Penghasilan disebutkan bahwa Pajak

    Penghasilan adalah suatu pungutan resmi

    yang dikenakan terhadap subjek pajakyang mempunyai penghasilan. Penghasilan

    adalah setiap tambahan kemampuan

    ekonomis yang diterima atau diperoleh

    Wajib Pajak, baik yang berasal dari

    Indonesia maupun dari luar Indonesia,

    yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

    untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

    yang bersangkutan, dengan nama dan

    dalam bentuk apa pun.Berdasarkan pengertian di atas,

    dapat diketahui adanya ciri pajak

    penghasilan, yaitu :

    1. Pajak penghasilan adalah pajak

    yang dikenakan pada setiap

    tambahan kemampuan ekonomis

    yang diterima atau diperoleh

    karena suatu hal dimana tambahan

    kemampuan ekonomis tersebut

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    4/13

    4

    dapat dipakai untuk konsumsi atau

    menambah kekayaan.

    2. Penghasilan yang dikenakan pajak

    adalah penghasilan yang diterima

    atau diperoleh selama satu tahunpajak. Tahun pajak adalah waktu

    takwin atau satu tahun buku.

    3. Penghasilan yang kena pajak

    adalah penghasilan yang diperoleh

    seseorang baik dari dalam negeri

    atau luar negeri serta penghasilan

    yang berasal dari Indonesia yang

    diperoleh orang luar negeri.

    Inflasi

    Inflasi adalah suatu keadaan dalam

    perekonomian dimana terjadi kenaikan

    harga-harga secara umum. Kenaikan

    adalah harga barang dan jasa yang biasa

    terjadi permintaan bertambah

    dibandingkan dengan jumlah penawaran

    atau persediaan barang di pasar, dalam hal

    ini lebih banyk uang yang beredar yang

    digunakan untuk membeli barangdibanding dengan jumlah barang dan jasa,

    tidak semua yang namanya kenaikan harga

    selalu diidentikan dengan inflasi, misalnya

    kenaikan harga pada hari lebaran, ini

    hanya gejolak pasar yang terjadi sesaat

    saja dan tidak berlangsung terus-menerus.

    Inflasi biasanya dibedakan atas tiga bentuk

    Sukirno (2012 : 333-336) :

    1 Inflasi Tarikan Permintaan, inflasiini biasanya terjadi pada masa

    perekonomian berkembang dengan

    pesat. Kesempatan kerja yang

    tinggi menciptakan tingkat

    pendapatan yang tinggi dan

    selanjutnya menimbulkan

    pengeluaran yang melebihi

    kemampuan ekonomi

    mengeluarkan barang dan jasa.

    2 Inflasi Desakan Biaya, inflasi ini

    berlaku dalam masa perekonomian

    berkembang dengan pesat ketika

    tingkat pengangguran sangat

    rendah. Apabila perusahaanmenghadapi permintaan yang

    bertambah, mereka akan berusaha

    menaikan produksi dengan cara

    memberikan gaji dan upah yang

    lebih tinggi kepada pekerjanya dan

    mencari pekerja baru dengan

    tawaran yang lebih tinggi ini.

    Langkah ini mengakibatkan biaya

    produksi yang meningkat, yang

    akhirnya akan menyebabkan

    kenaikan harga-harga berbagai

    barang (inflasi).

    3 Inflasi Diimpor, inflasi dapat juga

    bersumber dari kenaikan harga

    barang-barang yang diimpor.

    Inflasi ini akan wujud apabila

    barang-barang impor mengalami

    kenaikan harga yang mempunyai

    peranan penting dalam kegiatanpengeluran perusahaan-

    peruasahaan.

    Pemeriksaan Pajak

    Melakukan pemeriksaan terhadap

    Wajib Pajak merupakan salah satu peran

    dan tugas fiskus dalam diterapkannya

    sistem pemungutan self-assessment di

    Indonesia. Defenisi pemeriksaan menurut

    pasal 1 ayat (25) UU No. 28 Tahun 2007

    adalah serangkaian kegiatan menghimpun

    dan mengolah data, keterangan, dan atau

    bukti yang dilaksanakan secara objektif

    dan professional berdasarkan suatu standar

    pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

    pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau

    untuk tujuan lain dalam rangka

    melaksanakan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    5/13

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    6/13

    6

    dimaksud sudah didokumentasikan atau

    dipublikasikan, data tersebut adalah :

    1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi

    Kota Padang selama tahun 2010

    2012

    2. Laporan Pemeriksaan Pajak Kota

    Padang selama tahun 2010-2012

    3. Penerimaan Pajak Penghasilan

    Orang Pribadi Kota Padang selama

    tahun 2010-2012

    4. Tingkat Inflasi Kota Padang selama

    tahun 2010-2012

    Sumber data diperoleh dari Badan

    Pusat Statistik (BPS) Kota Padang danKPP Pratama Padang. Metode

    pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah dokumentasi yaitu

    dengan mengumpulkan data-data yang

    berhubungan dengan penelitian.

    Model Analisa

    Penelitian ini mencari bagaimana

    pengaruh antara inflasi, pendapatan

    perkapita dan pemeriksaan pajak terhadap

    penerimaan pajak penghasilan. Penelitian

    ini menggunakan analisis regresi linear

    berganda dengan model ekonometrika

    dalam bentuk:

    Y= + 1 X1+ 2 X2+ 3 X3+

    Dimana :

    Y = Penerimaan Pajak Penghasilan

    Orang Pribadi

    X1 = Inflasi

    X2= Jumlah Wajib Pajak Orang

    Pribadi

    X3 = Pemeriksaan Pajak

    = Konstanta

    1,2, 3 = Koefesien regresi dari

    masing-masing variabel

    yang mempengaruhi

    penerimaan pajak

    penghasilan

    = Variabel diluar model tetapi

    tidak ikut berpengaruh terhadap

    varibel terikat

    Analisis yang digunakan adalah

    regresi linier berganda, karena penelitianini dirancang untuk melihat pengaruh

    variabel independen terhadap variabel

    dependen. Metode yang digunakan adalah

    Ordinary Least Square (OLS).

    Variabel penerimaan Pajak

    Penghasilan Orang Pribadi dilihat dari

    jumlah penerimaan Pajak Penghasilan

    yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang

    Pribadi dalam jutaan rupiah. VariabelInflasi di ukur yang dinyatakan dalam

    persen . Variabel Jumlah Wajib Pajak

    dilihat dari jumlah total Wajib Pajak Orang

    Pribadi yang aktif di KPP Pratama Padang.

    Sedangkan variabel Pemeriksaan Pajak di

    ukur dengan menggunakan STP karena

    STP merupakan produk hasil pemeriksaan

    yang paling bayak diterbitkan oleh KPP

    Pratama Padang.

    Sebelum melakukan analisa data,

    terlebih dahulu disajikan hasil statistik

    deskriptif dari masing-masing variabel dan

    kemudian dilakukan pengujian asumsi

    klasik. Pengujian asumsi klasik ini

    bertujuan untuk mengetahui dan menguji

    kelayakan atas model regresi yang

    digunakan dalam penelitian ini. Pengujian

    ini meliputi uji multikolinieritas, ujiheteroskedastisitas, uji normalitas dan uji

    autokorelasi. Setelah model regresi

    memenuhi semua asumsi klasik, baru

    dilakukan uji simultan (uji F) dan uji

    parsial (uji t).

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    7/13

    7

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 4.1

    Statistik Deskriptif Variabel

    Penelitian

    Sumber : Hasil Pengolahan Data

    Pada tabel 4.1 terlihat nilai

    Penerimaan Pajak Penghasilan terendah

    yang dijadikan sampel adalah sebesar 1,60

    sedangkan nilai Penerimaan Pajak

    Penghasilan tertinggi yang dijadikan

    sampel sebesar 22,70. Secara keseluruhan

    pada umumnya sampel yang digunakan

    pada penelitian ini memiliki rata-rata

    Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph)

    sebesar 3,2922 yang menghasilkan standar

    deviasi sebesar 3,76107.

    Pada penelitian ini variabel kedua

    yang digunakan adalah Inflasi, selama

    periode observasi terlihat nilai Inflasi

    terendah yang dijadikan sampel adalah

    sebesar 0,82 sedangkan nilai Inflasi

    tertinggi yang dijadikan sampel adalah

    sebesar 10,30. Secara keseluruhan rata rataInflasi yang dijadikan sampel adalah

    sebesar 5,4306 yang menghasilkan standar

    deviasi data sebesar 2,13612.

    Variabel ke tiga yang digunakan

    adalah Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi

    yang terlihat nilai terendahnya sebesar

    5,15 sedangkan nilai tertingginya sebesar

    8,85. Secara keseluruhan rata-rata Jumlah

    Wajib Pajak Orang Pribadi yang dijadikan

    sampel sebesar 5,7683 yang menghasilkan

    standar deviasi 0,88667.

    Variabel ke empat pada penelitian

    ini yang digunakan adalah Pemeriksaan

    Pajak terlihat nilai terendahnya sebesar20,00 sedangkan nilai

    tertingginya sebesar 215,00.

    Maka secara keseluruhan nilai

    rata-rata Pemeriksaan Pajak

    yang dijadikan sampel adalah

    sebesar 82,1944 dengan santar

    deviasi 44,82207.

    Uji Normalitas

    Pada penelitian ini pengujian

    normalitas dilakukan dengan

    menggunakan bantuan uji statistik non

    parametric One Sample Kolmogorov

    Smirnov Test. Didalam tahapan pengujian

    normalnya masing masing variabel

    ditentukan dari nilai asymp sig (2-tailed)

    diatas atau sama dengan 0,05.

    Tabel 4.2

    Hasil Pengujian Normalitas

    Keterangan

    Variabel

    Asymp

    Sig (2-

    Tailed)

    Alpha Kesimpulan

    Penerimaan

    PajakPenghasilan

    0,219 0,05 Normal

    Inflasi 0,864 0,05 Normal

    JumlahWajib Pajak

    0,235 0,05 Normal

    PemeriksaanPajak

    0,306 0,05 Normal

    Sumber : hasil pengolahan data

    Pada Tabel 4.2 terlihat masing

    masing variabel penelitian telah

    berdistribusi normal. Masing masing

    variabel tersebut telah memiliki nilai

    asymp sig (2-tailed) diatas atau sama

    dengan 0,05 sehingga dapat disimpulkan

    bahwa seluruh variabel penelitian yangdigunakan telah berdistribusi normal,

    Variabel

    Peneliti

    N Minimu

    m

    Maksimu

    m

    Rata-

    rata

    Std.

    Deviasi

    Pajak

    Penghasilan

    Orang Pribadi

    33 1,60 22,70 3,2922 3,76107

    Inflasi 33 0,82 10,30 5,4306 2,13612

    Jumlah Wajib

    Pajak Orang

    Pribadi

    33 5,15 8,85 5,7683 0,88667

    Pemeriksaan

    Pajak

    33 20,00 215,00 82,194

    4

    44,82207

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    8/13

    8

    sehingga tahapan pengolahan data lebih

    lanjut dapat segera dilaksanakan.

    Uji Multikolinieritas

    uji multikolinieritas bertujuanuntuk menguji apakah dalam model regresi

    ditemukan adanya korelasi antara variabel

    bebas (independen). Model regresi yang

    baik seharusnya tidak terjadi korelasi

    diantara variabel bebas. Jika variabel bebas

    saling berkorelasi, maka variabel ini tidak

    ortogonal. Variabel ortogonal adalah

    variabel bebas yang nilai korelasinya antar

    sesama variabel bebas lain sama dengan

    nol. Dalam penelitian ini teknik untuk

    mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

    didalam model regresi dapat dilihat dari

    nilai tolerance dan Variance inflation

    factor (VIF), nilai tolerance yang besarnya

    dibawah 0,1 atau sama dengan nilai VIF

    diatas 10 menunjukkan bahwa ada

    multikolinearitas diantara variabel

    bebasnya.

    Tabel 4.3Hasil Pengujian Multikolinearitas

    Variabel Independen

    Keteranga

    n

    Toleran

    ceVIF

    Kesimpu

    lan

    Inflasi 0,978 1.02

    3

    Tidak

    Terjadi

    JumlahWajib Pajak

    0,919 1.088

    TidakTerjadi

    Pemeriksaa

    n Pajak

    0,905 1.10

    5

    Tidak

    Terjadi

    Sumber : hasil pengolahan data

    Pada tabel 4.3 terlihat bahwa masing

    masing variabel independen yang

    membentuk dua model persamaan regresi

    telah memiliki nilai tolerance 0,10 dan

    VIF < 10 sehingga dapat disimpulkan

    bahwa masing masing

    variabel independen yang akan dibentuk

    kedalam sebuah model atau persamaan

    regresi berganda tidak teridentifikasi atau

    bebas dari gejala multikolinearitas.

    Uji Autokorelasi

    Uji autokorelasi bertujuan untukmenguji apakah dalam model regresi linear

    ada korelasi antara kesalahan pengganggu

    pada periode t dengan kesalahan

    pengganggu pada periode t-1

    (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

    dinamakan ada problem autokorelasi.

    Autokorelasi muncul karena observasi

    yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

    satu sama lainnya.

    Autokorelasi di uji dengan

    menggunakan Durbin_Watson. Secara

    umum dengan menggunakan angka

    Durbin-Witson bisa diambil patokan

    (Santoso,2000):

    Angka D-W di bawah -2 berarti

    ada autokorelasi positif

    Angka D-W di antara -2 sampai

    +2 berarti tidak ada autokorelasi

    Angka D-W di atas +2 berarti adaautokorelasi negatif

    Tabel 4.4

    Hasil Uji Autokorelasi

    Berdasarkan hasil analisis dari

    tabel 4.4 di atas, dapat diketahui nilai

    Durbin-Witson sebesar 1,291. Karena nilai

    DW berkisar antara antara -2 sampai +2,

    maka dapat disimpulkan bahwa tidak

    terjadi autkorelasi.

    Model Summary

    Model R

    R

    Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error

    of the

    Estimate

    Durbin-

    Watson

    1 .209a

    .044 -.055 .63703 1.291

    a. Predictors: (Constant), pp, inf,

    wp

    b. Dependent Variable: pph

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    9/13

    9

    Uji Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan

    menguji apakah dalam model regresi

    terjadi ketidaksamaan variance dari

    residual satu pengamatan ke pengamatan

    yang lain. Jika variance dari residual satu

    pengamatan ke pengamatan lain tetap,

    maka disebut Homoskedastisitas dan jika

    berbeda disebut Heteroskedastisitas.

    Model regresi yang baik adalah

    Homoskedastisitas atau tidak terjadi

    Heteroskedastisitas.

    Pada penelitian ini cara yang

    digunakan untuk mendeteksi ada atautidaknya Heteroskedastisitas dengan

    menggunakan Uji Glejser. Jika variabel

    independen signifikan secara statistik

    mempengaruhi variabel dependen, maka

    ada indikasi terjadinya Heteroskedastisitas.

    Model regresi dapat disimpulkan tidak

    mengandung adanya Heteroskedastisitas

    jika hasil dari probabilitas signifikannya di

    atas tingkat kepercayaan 5%.

    Tabel 4.5

    Hasil Pengujiaan Heteroskedastisitas

    Model Glejser

    Sumber : Hasil Pengolahan Data

    Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa

    masing masing variabel penelitian yang

    digunakan telah memiliki nilai signifikan

    diatas 0,05 dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa model regresi absolute

    yang telah terbentuk terbebas dari gejala

    heteroskedastisitas. Oleh sebab itu tahapan

    pengolahan data lebih lanjut dapat segera

    dilaksanakan.

    Pengujian Hipotesis

    Pengujian hipotesis dalam

    penelitian ini dilakukan untuk menguji

    pengaruh Inflasi, Jumlah Wajib Pajak dan

    Pemeriksaan Pajak terhadap penerimaan

    Pajak Penghasilan. Analisis yang

    digunakan adalah regresi linier berganda.

    Berikut ini adalah hasil dari pengujian

    hipotesis :

    Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Tabel 4.6

    Hasil Uji Koefisien Determinasi

    Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh

    nilai R Square sebesar 0,044. Hal ini

    berarti bahwa pengaruh variabel Inflasi,

    Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan

    Pajak terhadap variabel penerimaan Pajak

    Penghasilan sebesar 04,4%, sedangkansisanya 95,6% dipengaruhi oleh faktor-

    faktor lain tidak termasuk dalam

    penelitian.

    Keterangan Sig Alpha Kesimpulan

    (Constant) 0,404 0,05 Tidak

    Terjadi

    Inflasi 0,411 0,05 Tidak

    Terjadi

    Jumlah

    Wajib Pajak

    0,728 0,05 Tidak

    Terjadi

    Pemeriksaan

    Pajak

    0,250 0,05 Tidak

    Terjadi

    Model Summary

    Model R

    R

    Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error

    of the

    Estimate

    1 .209a .044 -.055 .63703

    a. Predictors: (Constant), pp, inf,

    wp

    b. Dependent Variable: pph

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    10/13

    10

    Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (

    Uji F )

    Uji F dilakukan untuk mengetahui

    ada atau tidaknya pengaruh variabel

    independent terhadap variabel dependen

    secara bersamaan, dengan tingkat

    signifikansi sebesar 5%.

    Tabel 4.7

    Hasil Perhitungan Regresi Linier

    Berganda untuk Uji F

    Berdasarkan tabel 4.7 tersebut,

    dapat diketahui nilai F hitung adalah

    sebesar 0,441 dengan nilai signifikansi

    0,725. Karena nilai signifikansi F

    sebesar 0,725 (>0,05), maka dikatakan

    bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.

    Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa tidak terdapat pengaruh yang

    signifikan antara Inflasi, Jumlah WajibPajak dan Pemeriksaan Pajak terhadap

    penerimaan Pajak Penghasilan.

    Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (

    Uji t )

    Uji statistik t digunakan untuk

    mengetahui apakah dalam model regresi

    variabel independent (X1, X2, X3) secara

    parsial (individu) berpengaruh terhadapvariabel dependent (Y). Jika masing-

    masing variabel bebas memiliki nilai t sig

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    11/13

    11

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan yang telah diuraikan dalam

    bab terdahulu tentang Pengaruh Inflasi,

    Jumlah Wajib Pajak dan Pemeriksaan

    Pajak tehadap Penerimaan Pajak

    Penghasilan Orang Pribadi di Kota

    Padang, maka ditarik kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Bahwa pengaruh variable Inflasi,

    Jumlah Wajib Pajak dan

    Pemeriksaan Pajak terhadap

    penerimaan Pajak Penghasilansebesar 04,4%, sedangkan sisanya

    95,6% dipengaruhi oleh faktor-

    faktor lain tidak termasuk dalam

    penelitian.

    2. Bahwa secara parsial tidak terdapat

    pengaruh signifikan antara Inflasi

    dengan penerimaan Pajak

    Penghasilan, Jumlah Wajib Pajak

    dengan penerimaan Pajak

    Penghasilan dan Pemeriksaan

    Pajak dengan penerimaan Pajak

    Penghasilan.

    Bahwa secara simultan tidak terdapat

    pengaruh signifikan antara Inflasi, Jumlash

    Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak

    terhadap penerimaan Pajak Penghasilan.

    Saran

    Berdasarkan kesimpulan dan hasil

    penelitian ini dapat dikemukakan saran-

    saran sebagai berikut :

    1. Dalam menata dan meningkatkan

    penerimaan Pajak Penghasilan

    Orang Pribadi di Kota Padang

    untuk masa akan datang,

    hendaknya memperhatikan faktor-

    faktor ekonomi yaitu Inflasi dan

    Pendapatan Perkapita.

    2. Bagi pihak KPP Pratama Padang,

    hasil penelitian ini dapat dijadikan

    salah satu pertimbangan dalam

    merumuskan kebijakan perpajakan

    dalam hal Pemeriksaan Pajak.3. Bagi peneliti selanjutnya yang

    dimana dalam penelitian ini penulis

    hanya menggunakan tiga variable

    independent dan satu variable

    dependent. Disarankan bagi

    peneliti selanjutnya sebaiknya

    memperluas ruang lingkup

    penelitiannya, yaitu dengan

    meneliti faktor-faktor lain yang

    berpengaruh terhadap penerimaan

    pajak penghasilan orang pribadi dan

    menambah jangka waktu yang lebih

    lama.

    DAFTAR PUSTAKA

    Fassi, Randy, Al. (2010).AnalisiPengaruh

    Suku Bunga SBI, FluktuasiKursDollar AS dan Tingkat Inflasi

    Terhadap Pajak Penghasilan.

    Skiripsi Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah.

    Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis

    Mulrivariate Dengan Program IBM

    SPSS 19. Badan Penerbit Universitas

    Diponegoro. Semarang.

    Hariyudha, Reza. (2009). Analisis

    Pengaru Pertumbuhan Penduduk,

    Pertumbuhan Usaha, Pertumbuhan

    PDRB dan Tingkat Inflasi Terhadap

    Penerimaan Pajak Daerah. Skiripsi

    Fakultas Ekonomi Universitas

    Brawijaya Malang.

    Herryanto, Marisa, dan Toly, Agus,

    Arianto (2013). Pengaruh

    Kesadaran Wajib Pajak, Kegiatan sosialisasi Perpajakan,

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    12/13

    12

    dan Pemeriksaan Pajak Terhadap

    Penerimaan Pajak Penghasilan di

    KPP Pratama Surabaya Sawahan.

    Tax & Accounting Review, Vol.

    1, NO. 1.

    Manik, Henry, Rotuahman. (2012).

    Analisis Pengaruh Inflasi,

    Pengeluaran Pemerintah,

    Investasi, Sumber Penghasilan

    Perusahaan dan Sumber

    Pendapatan Masyarakat Terhadap

    Penerimaan Pajak Penghasilan di

    Kota Medan (Analisis Jalur).

    Tesis Pascasarjana Universitas

    Sumatera Utara.

    Mardiasmo. (2008). Perpajakan. Edisi 7. Penerbit Andi. Yogyakarta.

    Marpaung, Vinelia, Agustia,. Ahmad,

    Djamaludin,. Dan Mahalli, Kasyful.

    (2008). Analisis Factor Of

    Influence Tax Arrears In North

    Sumatera Utara. Skiripsi

    Fakultas Ekonomi Universitas

    Sumatera Utara.

    Muiz, Enong. (2012). Pengaruh Inflasi

    dan Pendapatan Perkapita Terhadap

    Pajak penghasilan di Propinsi

    Banten. Jurnal Akuntansi, STIE

    Muhammadiyah Jakarta. Volume 1,

    Nomor 2.

    Murni, Asfia. (2006). Ekonomika makro :

    Replika Aditam.Bandung.

    Nasution, Ismail, Fahmi, (2008). Analisis Determinan Penerimaan Pajak

    Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di

    Propinsi Sumatera Utara. Tesis

    Pascasarjana Universitas Sumatera

    Utara.

    Oktivani, Debby. (2007). Pengaruh

    Kepatuhan Pajak dan Jumlah

    Pemeriksaan

    terhadap Penerimaan Pajak

    Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak

    Madium.

    Rahmawati, Anik. (2010). Pengaruh

    Pemeriksaan Pajak Terhadap

    Penerimaan Pajak Penghasilan

    Pada KPP PMA Jakarta Tahun 2007-2008.Skiripsi Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

    Rahayu, Dwi. Analisis Pengaruh

    Pemeriksaan Pajak Terhadap

    Kepatuhan Wajib Pajak Pada

    Kantor Pelayanan Pajak Pratama

    Semarang Selatan.

    Sekaran, Uma. (2012). Research Methods

    For Business. Salemba Empat, Jakarta.

    Suandy, Early. (2006). Perpajakan.

    Salemba Empat, Jakarta.

    Suandy, Early.(2002). Hukum Pajak.

    Penerbit Salemba, Jakarta.

    Subekti R,. Tobias,. Dan Ansori. (2003).

    Dasar-dasar Perpajakan.Universitas

    Terbuka, Jakarta.

    Sukirno, Sadono. (2012). Makroekonomi

    Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT

    RajaGrafindoPersada, Jakarta.

    Santoso, S. (2000). Buku Latihan SPSS

    Statistik Parametrik. PT Elex Media

    Komputindo Kelompok Gramedia.

    Jakarta.

    Sutanto, M. (2009). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib

    Pajak dan Jumlah Pemeriksaan

    Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak

    Penghasilan di Kantor

    Pelayanan Pajak Mataram.

    Unpublished Undergroduate Thesis,

    Universitas Kristen Petra, Surabaya.

    Undang undang No. 16. Tahun (2009).

    Tentang Ketentuan Umum dan Tata

    Cara Perpajakan.

  • 8/10/2019 Jurnal Pemeriksan Pajak Jurnal

    13/13

    13

    Widodo, Junaedi, Eko. (2004).

    Memanfaatkan Data Pemeriksaan

    Untuk Menganalisis Kepatuhan

    Wajib Pajak. Dalam Robert

    Pakpahan dan Toyomu Yuasa,

    peny,. Menuju Sistem dan Administrasi Perpajakan

    Berkelas Dunia: Studi Perpajakan di

    Indonesia dengan Inspirasi

    Pengalaman Jepang Penerbit

    Kharisma, Jakarta.