160
JURNAL PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA Reformasi Birokrasi di Mata Mahasiswa IV 2014 Tahun IV ISSN : 2089 - 3612 Reformasi Birokrasi UMKM Dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs Untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015 Oleh: Mahfud Effendi, Bunga Hidayati, Nina Eka Wahyuni T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia (Mohammad Thobib, Rizki Febrianto Supriyadi, Rujian Khairi) Penanaman Jiwa Ankorupsi Melalui Tayangan Media My Future Without Corrupon Untuk Mewujudkan Birokrasi Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN Oleh: Lisa Widayanti, Gamarina Isti Ratnasari Pembelajaran Bermakna Melalui Soal Cerita Ankorupsi Sebagai Pengaplikasian Pendidikan Karakter Pada Materi Persamaan Linier Satu Variabel Kelas VIII Di SMP N 1 Yogyakarta Oleh : Gamarina Isti Ratnasari, Dita Nur Syarafina, Dianing Meijayanti Penerapan Integrated Informaon Service System Di Indonesia Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Inovaf Dan Responsif Oleh : Muhammad Husni Tamrin, Himawan Achmad Sarif, Anisa Dwi Wulandari From People To Be Leader Solusi Inovaf Dalam Mewujudkan Kepemimpinan Yang Baik, Kredibel Dan Bertanggung Jawab Oleh: Wahiduddin, Kasnawiyah Mudakas, Ashar Musyafir “Menerapkan Budaya Lokal Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia Sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik Untuk Keberhasilan Reformasi Birokrasi” Oleh: Rahmadi Setiawan (11/319557/Tk/38685) Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Public Service Movaon Terhadap Organizaonal Cizenship Behavior Dengan Mediasi Kepuasan Kerja Rosikin “Saya An Korupsi” : Salam Wajib Bagi Pelaksana Birokrasi Oleh : Diyah Fatwati Arifah, Laila Alfinur Hasana, Sunarto Efendi. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Program Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (BIDIKMISI) (Studi Kasus di Universitas Padjadjaran) oleh: Idea Suciati

JURNAL PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA€¦ · Edisi 4, Tahun IV | 3 Pengantar Pengantar P ada tanggal 29 April 2014 lalu, pemerintah memberikan penghargaan kepada 33 inovator pelayanan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    Reformasi Birokrasi di Mata Mahasiswa

    IV2014

    Tahun IV

    ISSN : 2089 - 3612

    Reformasi Birokrasi UMKM Dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs Untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015Oleh: Mahfud Effendi, Bunga Hidayati, Nina Eka Wahyuni

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia (Mohammad Thobib, Rizki Febrianto Supriyadi, Rujian Khairi)

    Penanaman Jiwa Antikorupsi Melalui Tayangan Media My Future Without Corruption Untuk Mewujudkan Birokrasi Yang Bersih Dan Bebas Dari KKNOleh: Lisa Widayanti, Gamarina Isti Ratnasari

    Pembelajaran Bermakna Melalui Soal Cerita Antikorupsi Sebagai Pengaplikasian Pendidikan Karakter Pada Materi Persamaan Linier Satu Variabel Kelas VIII Di SMP N 1 YogyakartaOleh : Gamarina Isti Ratnasari, Dita Nur Syarafina, Dianing Meijayanti

    Penerapan Integrated Information Service System Di Indonesia Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Inovatif Dan ResponsifOleh : Muhammad Husni Tamrin, Himawan Achmad Sarif, Anisa Dwi Wulandari

    From People To Be Leader Solusi Inovatif Dalam Mewujudkan Kepemimpinan Yang Baik, Kredibel Dan Bertanggung Jawab Oleh: Wahiduddin, Kasnawiyah Mudakas, Ashar Musyafir

    “Menerapkan Budaya Lokal Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia Sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik Untuk Keberhasilan Reformasi Birokrasi” Oleh: Rahmadi Setiawan (11/319557/Tk/38685)

    Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Public Service Motivation Terhadap Organizational Citizenship Behavior Dengan Mediasi Kepuasan KerjaRosikin

    “Saya Anti Korupsi” : Salam Wajib Bagi Pelaksana BirokrasiOleh : Diyah Fatwati Arifah, Laila Alfinur Hasana, Sunarto Efendi.

    Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Program Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (BIDIKMISI)(Studi Kasus di Universitas Padjadjaran)oleh: Idea Suciati

  • Alamat Redaksi BIRO HUKUM & HUMAS Kementerian PAN dan Reformasi BirokrasiJl. Jend. Sudirman Kav. 69 Telp. (021) 7398372 - 7398381 - 7398382E-mail: [email protected] atau [email protected]

    DAFTAR ISIPengantar 3

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 6Mahfud Effendi, Bunga Hidayati, Nina Eka Wahyuni

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia 23(Mohammad Thobib, Rizki Febrianto Supriyadi, Rujian Khairi)

    Penanaman Jiwa Antikorupsi Melalui Tayangan Media My Future Without Corruption Untuk Mewujudkan Birokrasi Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN 36Lisa Widayanti, Gamarina Isti Ratnasari

    Pembelajaran Bermakna Melalui Soal Cerita Antikorupsi Sebagai Pengaplikasian Pendidikan Karakter Pada Materi Persamaan Linier Satu Variabel Kelas VIII Di SMP N 1 Yogyakarta 44Gamarina Isti Ratnasari, Dita Nur Syarafina, Dianing Meijayanti

    Penerapan Integrated Information Service System Di Indonesia Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Inovatif Dan Responsif 56Muhammad Husni Tamrin, Himawan Achmad Sarif, Anisa Dwi Wulandari

    From People To Be Leader Solusi Inovatif Dalam Mewujudkan Kepemimpinan Yang Baik, Kredibel Dan Bertanggung Jawab 72Wahiduddin, Kasnawiyah Mudakas, Ashar Musyafir

    “Menerapkan Budaya Lokal Daerah Dalam Sistem Pemerintahan Indonesia Sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik Untuk Keberhasilan Reformasi Birokrasi” 83Rahmadi Setiawan

    Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Public Service Motivation Terhadap Organizational Citizenship Behavior Dengan Mediasi Kepuasan Kerja 93Rosikin

    “Saya Anti Korupsi” :Salam Wajib Bagi Pelaksana Birokrasi 119Oleh : Diyah Fatwati Arifah, Laila Alfinur Hasana, Sunarto Efendi.

    Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Program Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (BIDIKMISI) 140(Studi Kasus di Universitas Padjadjaran)oleh: Idea Suciati (Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjadjaran, Bandung)

    Pelindung MenPAN dan RB, WamenPAN dan RB - Penanggung jawab Tasdik Kinanto (Ses MenPAN dan RB) - Dewan Redaksi Para Deputi, Staf Ahli, dan Staf Khusus, Prof. Komarudin - Pemimpin Umum/Penanggung Jawab Herman Suryatman - Pemimpin Redaksi Suwardi - Redaktur Pelaksana Wahidul Kahar - Staf Redaksi Taufiq Rachman, Salvina Herda Imban, Nur Hasni, Setyawati, Ahmad Antonia, Rosikin, TP Agus Santoso, Baby gultom, Kamila Ghina, Reisha Ryanurti - Distribusi Ahmad Antonia, Sabar Wibowo, Yunita Sholickah - Desain Tata Letak Risanto, Nadia Citra Utami, Sigit Januarto

  • Edisi 4, Tahun IV | 3

    Pengantar

    Pengantar

    Pada tanggal 29 April 2014 lalu, pemerintah memberikan penghargaan kepada 33 inovator pelayanan publik terbaik yang merupakan hasil seleksi dari 515 inovator dari kementerian, lembaga serta pemerintah daerah di seluruh tanah air. Ratusan innovator ini merupakan peserta yang mendaftarkan diri dalam kompetisi inovasi pelayanan publik tahun 2014, sebagai penerapan dari gerakan One Agency, One Innovation. Kompetisi inovasi pelayanan publik kali ini tak lepas dari kebijakan Kementerian PANRB yang mencanangkan tahun 2014 sebagai tahun inovasi pelayanan publik.

    Dari Top 33 itu terpilih 9 inovator terbaik 2014, dan mendapat penghargaan berupa piala dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Azwar Abubakar, dalam acara penutupan Musrenbangnas di Hotel Bidakara. Hal itu menjadi istimewa, karena para pemenang mendapat apresiasi dari Wakil Presiden Boediono yang melakukan penutupan acara tersebut.

    Mereka terdiri dari tiga kategori, yakni peningkatan kualitas pelayanan

    publik, pemberantasan korupsi, serta kategori peningkatan kapasitas dan akuntabilitas aparatur. Untuk kategori pemberantasan korupsi, ada tiga inovasi yang dinyatakan terbaik, yakni Government Resources Management System (GRMS) Pemkot Surabaya, pelayanan karantina ikan PASTI, BKIPM Semarang, dan wilayah bebas dari korupsi pada jembatan timbang, Provinsi Jatim.

    Sedangkan kategori peningkatan kapasitas dan akuntabilitas aparatur hanya satu, yakni format kendali hulu hilir, Pemerintah Aceh. Terbanyak dari kategori peningkatan kualitas pelayanan publik, yang meliputi 5 inovasi. Pertama, pembangunan jalan besar tanpa bayar dari Kota Banjarbaru, sistem pendaftaran jaminan fidusia online, Kemenkum HAM, KM 0 pro poor, Provinsi Jabar, kampung media Provinsi NTB, sertaSurabaya Single Window, Kota Surabaya.

    Upaya mendorong peningkatan kualitas pelayanan aparatur, tidak hanya melalui kompetisi inovasi pelayanan publik. Akhir tahun 2013 lalu, Kementerian PANRB juga memfasilitasi

    Alamat Redaksi BIRO HUKUM & HUMAS Kementerian PAN dan Reformasi BirokrasiJl. Jend. Sudirman Kav. 69 Telp. (021) 7398372 - 7398381 - 7398382E-mail: [email protected] atau [email protected]

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    4 | Edisi 4, Tahun IV

    sejumlah unit penyelenggaraan pelayanan publik untuk diikutkan dalam kompetisi tingkat dunia, yakni United Nation Public Service Award (UNPSA). Dari 19 unit yang diajukan, ada 9 unit pelayanan publik yang masuk ke putaran kedua. Tidak berlebihan kalau kali ini dikatakan sebagai rekor, karena terdapat 5 pelayanan publik yang masuk ke putaran final, dan penganugerahan pemenangnya dilakukan di Seoul, Korea Selatan pada 26 Juni 2014.

    Tidak berhenti sampai di situ. karena saat ini sudah ada 57 Bupati/Walikota yang umumnya diikuti Kepala Bappeda atau Sekdanya, merupakan alumni Harvard Kennedy School. Mereka digadang-gadang bisa menjadi agen perubahan, minimal bagi daerah yang dipimpinnya dan daerah sekitarnya. Secara berkala para alumni Harvard itu berkumpul untuk berbagi pengalaman, yang dikemas dalam bentuk forumknowledge sharing. Dalam kegiatan itu, satu sama lain berbagi informasi, dan berdiskusi. Tidak jarang terjadi ‘transaksi’ inovasi, dilanjutkan dengan kunjungan untuk mempelajari inovasi di daerah yang dianggap berhasil.

    Inovasi yang dilakukan oleh aparatur negara, baik di lingkungan pemerintah daerah maupun kementerian serta lembaga, bukan lahir begitu saja atau hasil dari Sim Salabim. Semua itu terjadi

    dari suatu proses panjang, yang biasanya berawal dari tuntutan masyarakat, diikuti dengan komitmen pimpinan instansi yang diimplementasikan oleh jajaran birokrasi. Dalam banyak kasus, hampir semuanya melalui proses pembelajaran, atau melihat pengalaman dari keberhasilan pihak lain, kemudian mereplikasi.

    Inovasi memang tidak harus dari temuan baru, tetapi bisa juga hasil dari replikasi. Seperti dikatakan oleh Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Eko Prasojo, inovasi pelayanan publik dapat dilakukan dengan tiga hal, yakni niteni, nirokke, dan nemokke, (memperhatikan, menirukan, dan menemukan).

    Inovasi yang patut diperhatikan, ditiru tidak saja berasal dari lingkungan birokrasi. Inovasi oleh kalangan swasta, atau BUMN biasanya sering jauh lebih maju dan pantas dijadikan acuan. Bahkan, buah pikiran dan buah karya mahasiswa sebenarnya juga patut dipertimbangkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Hal ini cukup masuk akal, karena masyarakat tidak mau tahu dengan proses yang terjadi di lingkungan birokrasi, dan dari mana inovasi itu direplikasi. Masyarakat hanya menginginkan hasil, atauoutcome yang dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat

  • Edisi 4, Tahun IV | 5

    Pengantar

    hanya menginginkan pelayanan yang proporsional dari aparatur pemerintah, tidak ada korupsi, kolusi dan nepotisme. Masyarakat menginginkan pelayanan aparatur dapat membantu mewujudkan kesejahteraan hidupnya, melepaskan diri dari kemiskinan, ketidakadilan.

    Rasanya tidak berlebihan kalau dalam Jurnal Pendayagunaan Aparatur Negara edisi IV ini sengaja menampilkan karya tulis dari mahasiswa, sebagai salah satu elemen bangsa yang peduli dengan proses reformasi birokrasi adalah mahasiswa. Betapa tidak, tahun 2013 lalu sekelompok anak muda, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang peduli dengan reformasi birokrasi telah menampilkan buah karyanya dengan mengikuti lomba karya tulis. Hebatnya, mereka mengambil tema percepatan reformasi birokrasi, yang secara kebetulan menjadi isu yang diusung oleh Menteri PANRB Azwar Abubakar.

    Berangkat dari kepedulian mereka terhadap lingkungannya, mereka menggambarkan kondisi pelayanan

    birokrasi di sekitarnya, melakukan survey, kemudian mencoba menganalisa. Dengan segala keyakinan dan harapan agar pelayanan publik menjadi baik, dan tidak terjadi korupsi para mahasiswa itu menyampaikan gagasannya. Lepas dari layak tidaknya gagasan itu menjadi sebuah inovasi dalam peraktek, namun sepantasnyalah kalau kita memberikan apresiasi. Salah satunya, dengan memuat karya tulis para mahasiswa tersebut dalam jurnal ini.

    Bukan mustahil, setelah jurnal ini terbit, nantinya akan bermunculan karya-karya inovatif dari segenap elemen masyarakat yang menaruh perhatian untuk menyumbangkan gagasannya demi perbaikan pelayanan publik di tanah air. Semoga!!!

    Dari Redaksi.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    6 | Edisi 4, Tahun IV

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    Oleh:Mahfud Effendi, Bunga Hidayati, Nina Eka Wahyuni

    Universitas Brawijaya Malang

    Krisis ekonomi yang menyengsarakan telah melanda perekonomian global pada beberapa dekade yang lalu. Berdasarkan pengalaman krisis terse-but, sektor UMKM telah terbukti memiliki ketahanan nasional yang mampu memberikan kontribusi yang positif dan mandiri sehingga sektor tersebut patut dikembangkan. UMKM di Indonesia mempunyai peran besar dalam kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Banyaknya lembaga pemerintah yang terlibat menaungi UMKM mengakibatkan pembinaan UMKM kurang maksimal dan bantuan pembiayaan untuk UMKM menjadi tidak tepat sasaran serta informasi yang tidak sempurna atau minimalisasi tindakan penyimpangan KKN pada birokrat. Oleh karena itulah, diperlukan pola ideal debirokratisasi dalam prosedur pengurusannya, penyederhanaan perizinan dan non perizinan dengan menggunakan integrated one stop service melalui linkage channeling programs. Aplikasi dari linkage chan-neling programs yaitu melakukan kerjasama antarlembaga pemerintah pusat (kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian) dan pemerintah daerah (dinas-dinas) yang menaungi dalam proses pelayanan publik khusunya UMKM.

    PENDAHULUANKrisis ekonomi yang menyeng-

    sarakan telah melanda perekonomian global pada periode tahun 1997-1998 dan 2008-2009. Berdasarkan pengalaman krisis tersebut, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah terbukti memiliki ketahanan nasional

    yang mam pu memberikan kontribusi positif dan mandiri yang salah satu-nya tercermin dari tidak terlalu ber-gantungnya sektor ini terhadap bahan baku impor sehingga sektor tersebut patut dikembangkan. Hal ini pula yang menjadi fokus negara-negara ASEAN saat ini, tak terkecuali UMKM di

  • Edisi 4, Tahun IV | 7

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    Indonesia yang mempunyai peran besar dalam peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.

    Berdasarkan data terkini Kemen-terian Koperasi dan Usaha Kecil Me-nengah (KUKM) per Juni 2013, jumlah unit UMKM di Indonesia sebesar 99,99% dari total unit usaha (55,2 juta), penyerapan tenaga kerja sebesar 97,3% (101,7 juta) dari total tenaga kerja, dan sumbangan terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,12% (Rp 8200 Triliun) dan sumbangan terhadap ekspor sebesar 20,17% dari total ekspor (Kontan: 2013)1.

    Selain itu, Indonesia akan segera memasuki era perdagangan bebas yang mana UMKM Indonesia harus siap bersaing untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Ketika MEA dijalankan, maka tidak hanya arus barang yang bebas dilakukan di ASEAN, tetapi juga jasa, investasi, sumber daya manusia (tenaga kerja atau SDM), dan lain-lain. Sehingga diperlukan persiapan yang ekstra dari berbagai negara ASEAN untuk menyambut MEA pada tahun 2015.

    Perwujudan MEA 2015 akan me-nempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3 terbesar (8% dari total penduduk dunia) di dunia setelah China dan India. Pada

    1 Tabloid Kontan Mingguan, 11-17 Maret 2013

    tahun 2008, jumlah penduduk ASEAN sudah mencapai 584 juta orang (AEC Chartbook, 2009). Hal tersebut didu-kung dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan tingkat usia produktif. Pertumbuhan ekonomi individu negara ASEAN ju-ga akan meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup terjaga dengan inflasi 3,5%. Jumlah penduduk Indonesia yang terbesar di kawasan ASEAN (40% dari total pendu-duk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan2.

    Mempersiapkan UMKM tentu menjadi agenda penting di masing-masing negara, karena UMKM merupakan kekuatan ketahanan nasional dalam hal pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. UMKM di negara-negara ASEAN mampu menyerap banyak tenaga kerja, menggerakkan industri lain dan memberikan sumbangan PDB yang cukup besar. Beberapa negara di ASEAN, telah mempersiapkan UMKM-nya dengan baik dan terstruktur untuk menghadapi MEA 2015. Persiapan yang dilakukan diantaranya, mendirikan

    2 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Community 2015. Hal 74.http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20ECONOMIC%20COMMUNITY%202015.pdf. Diakses, 15 Oktober 2013

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    8 | Edisi 4, Tahun IV

    semacam inkubator bisnis yang sampai saat ini sudah mencapai ratusan unit. Sedangkan di Indonesia yang sudah menyusun sejak lama hanya mempunyai puluhan (40 an) unit bisnis. Sehingga Indonesia dapat dikatakan kalah jauh tertinggal dengan negara-negara tetangga, seperti Malaysia mempunyai 130 unit dan Thailand mempunyai 300 an unit 3.

    Berdasarkan permasalahan ter-sebut, ditemukanlah permasalahan yang paling mendasar, yaitu terkait dengan birokrasi yang kurang efektif dan efisien. Diantaranya disebabkan oleh banyaknya program pemerintah yang tumpang tindih (overlapping) dan tidak ada sinergi tugas masing-masing lembaga dengan jelas antara kebijakan pusat dengan kebijakan daerah yang selalu mendasarkan pelaksanaan keputusan otonomi daerah. Terdapat banyak lembaga pemerintah yang terlibat dalam menaungi UMKM. diantaranya yaitu Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Ke-men ristek (Kementerian Riset dan Tek nologi), Kemenkop UMKM (Ke men terian Negara Koperasi dan UMKM), Kemendag (Kementerian Per dagangan), LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).4 Akibat kerja yang tidak

    3 Tabloid Kontan Mingguan 11-17 Maret 2013

    4 Tabloid Kontan Mingguan 11-17 Maret 2013

    sinergis, tidak efektif dan tidak efisien, mengakibatkan pembinaan UMKM yang kurang maksimal dan berdampak pula pada bantuan pembiayaan untuk UMKM menjadi tidak tepat sasaran.

    TINJAUAN PUSTAKAReformasi Birokrasi

    Dalam istilah sehari-hari bi ro-krasi identik dengan rantai-rantai pe-me rintahan. Birokrasi berasal dari ka ta bureaucracy (bahasa Inggris → bureau yang artinya meja atau kantor dan cracy yang artinya pemerintah), diartikan sebagai suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, di mana lebih banyak orang berada di tingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi yang sifatnya administratif (Mutiara: 2013)5.

    Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), biro -krasi didefinisikan sebagai : (1) Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jen jang jabatan. (2) Cara bekerja atau su-sunan pekerjaan yang serba lamban, ser ta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya. Sedangkan menurut salah satu ahli, yaitu Weber yang dikutip oleh Widjaja (1994), birokrasi

    5 Mutiara.2013.Patologi Birokrasi http://mutiara-fi-sip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-76152Pengem-bangan%20Kelembagaan-Patologi%20Birokrasi.html,(diakses, 12 Oktober 2013)

  • Edisi 4, Tahun IV | 9

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    adalah salah satu sistem otorita yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai peraturan. Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisasikan secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan banyak orang6.

    Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang tidak hanya efektif dan efisien tetapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek pada penerapan pelayanan prima.7

    UMKM Menurut Undang-Undang Nomor

    20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah8:

    6 Anonim.2013.Birokrasi.id/wikipedia.org/wiki/Birokrasi, (diakses, 12 Oktober 2013)

    7 Jeni Susandri dan Hery Suryadi. Reformasi Birokrasi di Indonesia ( Studi Kasus Implementasi Pelayanan Ad-ministrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Tualang Kabupaten Siak). Hal 4. http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1020/1/REFORMASI%20BIROKRASI%20DI%20INDONESIA.pdf

    8 Wiwaha, Arjuna.2013.Pengertian UMKM dan Koperasi. http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/penger-tian-umkm-dan-koperasi.html, (diakses 13 Oktober 2013)

    a. Usaha Mikro adalah usaha pro-duktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Mi kro memiliki kriteria asset maksimal sebesar 50 juta dan omzet sebesar 300 juta.

    b. Usaha Kecil adalah usaha eko nomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil memiliki kriteria asset sebesar 50 juta sampai dengan 500 juta dan omzet sebesar 300 juta sampai dengan 2,5 miliar.

    c. Usaha Menengah adalah usaha eko nomi produktif yang berdiri sen diri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang peru-sahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah memiliki kriteria

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    10 | Edisi 4, Tahun IV

    asset sebesar 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omzet sebesar 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar. Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang9.

    Pelayanan Umum (Public Service)Pemerintah memerlukan birokrasi

    sebagai lembaga yang bertugas melayani kepentingan masyarakat sekaligus men-jalankan tugas pemerintahan dan pem-bangunan dimanapun juga sa ngat pen-ting dan menentukan. Pada hake katnya pemerintah adalah penyedia pelayanan kepada masyarakat. Ia ti dak lah diadakan untuk melayani diri nya sendiri tetapi untuk melayani ma sya rakat serta men-ciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengem-bangkan kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (Rasyid: 1998)10.

    9 Rahmana, Arief.2008.Keragaman Definisi UKM di Indonesia. http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisi-ukm-di-indonesia/, (diakses 13 Oktober 2013)

    10 Jeni Susandri dan Hery Suryadi. Reformasi Birokrasi di Indonesia ( Studi Kasus Implementasi Pelayanan Ad-ministrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Tualang Kabupaten Siak). Hal 4. http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1020/1/REFORMASI%20BIROKRASI%20DI%20INDONESIA.pdf

    Sedangkan pelayanan publik yang dimaksud dalam Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 (Menpan, 2003:2) adalah ”segala kegiatan pe la-yanan yang dilaksanakan oleh penye-lenggara pelayanan publik sebagai upa ya pemenuhan kebutuhan pene-rima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Sejalan dengan Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007:2) memak-nai bahwa ”pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik11.”

    Linkage Channeling ProgramLinkage Channeling Program ada-

    lah program pembiayaan yang ber sifat kemitraan, di mana bank mengeluarkan pembiayaan kepada usaha mikro secara tidak langsung (Hidayat;2010).

    Sedangkan menurut Ali (2009) dalam Peraturan Menteri Negara Kope-rasi dan Usaha Kecil dan Menengah Repu blik Indonesia, Linkage Program adalah program kerjasama antara bank

    11 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 2003. Surat Keputusan Menteri Negara Pendaya-gunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum. Jakarta.

  • Edisi 4, Tahun IV | 11

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    umum termasuk bank umum peserta KUR dengan koperasi dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)12

    Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

    Menurut Kementerian Perda-gangan RI, MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Untuk mewujudkan MEA tersebut, para pe-mimpin negara ASEAN pada KTT ASEAN ke-13 November 2007 di Singa pura, menyepakati MEA blueprint sebagai acuan seluruh negara anggota dalam mengimplementasikan komit men MEA.13

    MEA adalah bentuk integrasi eko nomi regional yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015. Dengan pencapaian tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan basis produksi di mana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Adanya aliran tersebut diharapkan membawa ASEAN menjadi kawasan

    12 Ali, Suryadharma.2009.Pedoman Umum Lingkage Channeling Program Antara Bank Umum dengan Koperasi.Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor 03/Per/M.KUKM/III/2009)

    13 Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Community. Hal. i. http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/Umum/Setditjen/Buku%20Menuju%20ASEAN%20ECONOMIC%20COMMUNITY%202015.pdf diakses, 15 Oktober 2013

    yang makmur dan kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang merata, serta menurunnya tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN.14

    METODOLOGI PENULISANDalam penelitian ini peneliti meng-

    gunakan jenis penelitian kualitatif. Data berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empiris di balik fenomena secara mendalam, rinci, dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode diskriptif (Moleong : 2004 : 12).

    Pengolahan data kualitatif dalam penulisan ini akan melalui tiga kegiatan analisis yakni sebagai berikut 15:

    1) Reduksi Data Reduksi data adalah suatu proses

    pemilihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data,

    14 Ibid. Hal. 85

    15 Anonim.2012.Teknik Pengolahan Data.http://diachs-an-nur.blogspot.com/2012/05/teknik pengolahan-data.html, (diakses, 11 Oktober 2013)

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    12 | Edisi 4, Tahun IV

    pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

    2) Penyajian Data Penyajian data dapat dijadikan sebagai

    kumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian ini nantinya dapat berupa tabel, grafik, dan sebagainya.

    3) Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Sejak langkah awal pengumpulan

    data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Perkembangan UMKM di ASEAN UMKM merupakan bagian funda-

    mental dari pembangunan ekonomi dan pertumbuhan negara-negara Anggota ASEAN karena jumlah perusahaan maupun angkatan kerja UMKM lebih besar dari perusahaan besar. UMKM menyerap lebih dari 96% dari semua perusahaan dan 50%-85% dari pekerjaan domestik.. Kontribusi UMKM terhadap PDB ASEAN tercatat diantara 30%-53% dan kontribusi UMKM untuk ekspor berada diantara 19%-31%. Peran UMKM di ASEAN sangat pen-ting dalam menciptakan lapangan kerja, dan pemberdayaan usia produktif melalui partisipasi bisnis. Eksistensi

    UMKM di ASEAN sangat luas, tidak hanya di perkotaan, tapi juga sampai dengan berbagai wilayah domestik non-perkotaan. Dengan demikian, UMKM di ASEAN merupakan tulang punggung dari perekonomian ASEAN dan pengembangan UMKM merupakan bagian integral untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan berkelanjutan.16

    Peran UMKM terhadap Perekonomian Indonesia

    Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif ketika krisis ekonomi global melanda dunia pada semester kedua tahun 2008. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta rendahnya pertumbuhan usaha baru di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan peran UMKM sebagai penopang perekonomian, perlu memperoleh perhatian yang serius pada masa mendatang dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.17

    UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan

    16 Tim Studi Potensi Perusahaan UKM Untuk Go Publik. 2011. Potensi Perusahaan UKM Untuk Go Public. hal 20. Departemen Keuangan Republik Indonesia. Bapepam LK

    17 Ibid. Hal 29

  • Edisi 4, Tahun IV | 13

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern 18. Dengan demikian salah satu hal penting yang perlu dicermati adalah cukup tingginya peranan UMKM dalam mendukung ketahanan ekonomi nasional disaat krisis global terjadi.

    Alasan UMKM bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis adalah 19:

    1. Sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah.

    2. Sebagian besar UKM tidak mendapat modal dari bank.

    3. UKM mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing, dampaknya UKM mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan UKM mudah untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha lain dan hambatan keluar-masuk tidak ada.

    4. Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar dan proteksi industri hulu dihilangkan,

    5. Krisis ekonomi yang berkepanjangan

    18 Partomo, T. Sartika. 2004. Usaha Kecil Menen-gah Dan Koperasi Working Paper Series No. 9 .Center For Industry And Sme Studies Faculty Of Economics University Of Trisakti

    19 Izzati, S. Sara. 2011. Peran UMKM dalam Perekeonomian Indonesia. http://sharlitasara.blogspot.com/2011_05_01_archive.html

    menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerja-pekerjanya. Para penganggur tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil dan akibatnya jumlah UKM meningkat.

    UMKM dikatakan tetap bertahan saat diterjang krisis ekonomi dan memiliki potensi yang sangat besar. Potensi Usaha Mikro Kecil Menengah yang relatif besar dapat terlihat dari kontribusi sektor UKM terhadap PDB nasional. Berdasarkan data Departemen Keuangan RI (2011) pada tahun 2009, PDB nasional atas harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp.2.088,29 trilyun, UKM berkontribusi sekitar Rp.532,26 trilyun atau 37,83% (tidak termasuk PDB Usaha Mikro), sedangkan PDB Usaha Besar tercatat sebesar Rp.873,57 trilyun (62,17%). Angka ini cenderung konstan dari tahun 2006 sampai dengan 2009. Jika memasukkan kategori Usaha Mikro, maka kontribusi keseluruhan UMKM dapat mencapai Rp.1.214,73 trilyun atau mencapai 58,17% total PDB nasional 20. Untuk melihat pertumbuhan UMKM terhadap kontribusi PDB dapat dilihat pada gambar 4.1.

    20 Tim Studi Potensi Perusahaan UKM Untuk Go Publik. 2011. Potensi Perusahaan UKM Untuk Go Public. hal 30. Departemen Keuangan Republik Indonesia. Bapepam LK

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    14 | Edisi 4, Tahun IV

    Gambar 4.1 : Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB

    (Harga Konstan 2000)Gambar 4.1 : Kontribusi UKM dan Usaha Besar terhadap PDB

    (Harga Konstan 2000)

     

    Sumber : Laporan Studi Departemen Keuangan Republik Indonesia Tahun 2011 (hal: 30)

    Permasalahan Birokrasi pada UMKMBirokrasi seharusnya menem-

    patkan diri sebagai mediating agent, menjadi jembatan antara kepentingan-kepentingan masyarakat dan kepen-tingan-kepentingan pemerintah 21.

    Namun realitanya, masih ba nyak kendala dalam penerapannya. Salah satunya yaitu sistem pelayanan perizinan yang berlaku saat ini. Pada kenyataannya masyarakat masih ada hambatan birokratis. Terkesan dalam kebijakannya pemerintah sangat dilematis. Terutama perizinan usaha baru untuk UMKM yang banyak jenis pemungutan, baik yang resmi maupun tidak resmi. Secara lebih detail permasalahan perizinan adalah sebagai berikut:

    21 Jeni Susandri dan Hery Suryadi. Tanpa tahun. Reformasi Birokrasi di Indonesia ( Studi Kasus Implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Tualang Ka-bupaten Siak). Hal 2

    1. Prosedur pengurusan izin yang berbelit-belit dan terlalu banyak

    instansi yang terlibat.

    2. Biaya yang terlalu tinggi.

    3. Persyaratan yang tidak relevan.

    Kompleksnya persyaratan dalam mengajukan surat Izin Usaha akan berdampak pada pelaku UMK yang kesusahan untuk memenuhi syarat tersebut

    dan akhirnya pelaku UMKM tidak semangat untuk mengurus perizinan usahanya.

    4. Waktu penyelesaian izin yang terlalu lama.

    5. Kinerja pelayanan yang sangat rendah.

    Hal ini disebabkan karena kurangnya profesionalitas dalam bekerja, sehingga diperlukan upaya peningkatan kualitas SDM yang profesional.

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service

    Kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh UMKM menjadikan penghambat UMKM untuk tumbuh dan berkembang menuju kancah internasional. Sehingga diperlukan pola ideal reformasi birokrasi dalam penyederhanaan izin dan prosedur pengurusannya dengan menggunakan “integrated one stop service” melalui

  • Edisi 4, Tahun IV | 15

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    teori linkage channeling programs. Integrated one stop service yang berarti proses perizinan sampai dengan penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh UMKM dilakukan pada satu tempat. Sedangkan linkage channeling programs yaitu melakukan kerjasama antarlembaga pemerintah pusat (kementerian-kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian) dan pemerintah daerah (dinas-dinas) yang menaungi dalam proses pelayanan publik, khususnya terkait UMKM. Integrated One Stop Service yaitu perangkat Pemda atau Kepala Daerah selaku pelaksana otonomi daerah yang mempunyai kewenangan dalam mengelola sernua bentuk pelayanan perizinan maupun non perizinan di daerah melalui Linkage Channeling Programs.

    Dalam rangka percepatan reformasi birokrasi maka permasalahan terkait dengan tumpang tindihnya instansi/lembaga yang menaungi UMKM harus segera diselesaikan. Banyaknya stakeholder yang menaungi UMKM namun kurangnya pembagian tugas yang jelas antarinstansi menjadikan program yang direncanakan saling tumpang tindih. Alhasil program yang dilakukan tidak maksimal serta tidak tepat sasaran. Sedangkan stakeholder yang terlibat diantaranya yaitu dapat dilihat pada gambar 4.2.

    Gambar 4.2 : Stakeholder yang Terlibat pada UMKM

     

    UMKM  

    BI  

    LKB  

    LKBB  

    Lembaga  Penjaminan  

    LKM  

    Instansi  Terkait  (Dinas)  

    Pemda  

    KADIN  

    DLL  

    Sumber : Olahan Penulis.

    Gambar 4.2 menjelaskan berbagai lembaga atau instansi yang ikut menaungi UMKM. Sedangkan fungsi dari lembaga/instansi tersebut terhadap UMKM dapat dijelaskan sebagai berikut 22:

    1. Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral selama ini mempunyai program untuk pengembangan sektor riil dan UMKM melalui bidang ekonomi dan moneter. Secara

    22 Deddy Eward Tanjung. 2009. Program Pengem-bangan UMKM. http://usaha-umkm.blog.com/2009/12/11/program-pengembangan-um-km-2010.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    16 | Edisi 4, Tahun IV

    rutin Bank Indonesia menjalankan program Bantuan Teknis, melalui pelatihan kepada bank umum, BDSP (lembaga penyedia jasa) dan KKMB (Konsultan Keuangan Mitra Bank), melakukan survei dan penulisan, serta menyediakan informasi bagi UMKM.

    2. Lembaga Keuangan Bank, Bank Umum, BPR. Menyediakan dana untuk permodalan UMKM melalui kredit program pemerintah (KUR, KKPE dan lainnya) serta kredit komersial untuk investasi dan modal kerja yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM.

    3. Lembaga Keuangan Bukan Bank (PNPM, Pegadaian, Asuransi, dll). PNPM Mandiri merupakan program nasional pemberdayaan masyarakat juga menyalurkan dana modal untuk UMKM. Demikian halnya Perusahaan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian memiliki program pinjaman modal untuk UMKM. Lembaga keuangan bukan bank ini sangat dibutuhkan oleh UMKM.

    4. Lembaga Penjaminan (Askrindo, Jamkrindo, dll). Adalah lembaga penjaminan yang berfungsi membantu UMKM yang sudah feasible (layak usaha) namun belum bankable dari sisi tidak ada jaminan kredit. Lembaga ini sangat membantu UMKM dalam memperoleh kredit program KUR

    yang dapat memberikan jaminan hingga tujuh puluh persen.

    5. Lembaga Keuangan Mikro (BMT, Koperasi, dll). Adalah pihak yang dapat membantu UMKM untuk mendapatkan modal dengan cepat karena memiliki jaringan hingga ke pelosok dan prosedur pinjaman yang ringkas dan sederhana.

    6. Instansi Terkait (Kementerian KUKM, Kementerian Perindus trian, Kementerian Perdagangan, dll). Dinas teknis yang memiliki program dan dana dalam pengembangan UMKM, terutama dalam meningkatkan kemampuan manajemen teknis produksi melalui program pelatihan. Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan perdagangan, dan lain-lain.

    7. Pemda (Pemprov, Pemkab, dan Pemkot). Adalah instansi yang me-ngatur kebijakan di daerah, diha-rapkan dapat melakukan kegiatan riil di setiap daerah.

    8. KADIN. Sangat peduli dengan usaha kecil dan menengah. Kadin mempunyai klinik konsultasi kredit di berbagai daerah dalam melayani UMKM yang membutuhkan pendampingan mendapatkan modal.

  • Edisi 4, Tahun IV | 17

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    Gambar 4.3 : Pola Integrated “ One Stop Service”

     

    Dinas  Perizinan  

    Disperindag   Dinas  Koperasi  &  UMKM   BI   LIPI   BPPT   LKB  &  LKBB  

    Veri8ikasi  

    Usaha  Mikro   Usaha  Kecil  

    Usaha    Menengah  

    Pengesahan  Perizinan  

    Sumber : Olahan Penulis

    Gambar 4.3 menjelaskan alur UMKM yang mulai berdiri atau UMKM lama yang akan mengurus surat izin usaha. UMKM yang akan mendaftarkan usaha barunya dilakukan melalui dinas perizinan. Di dalam dinas perizinan UMKM akan diberikan informasi ter-lebih dahulu terkait dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pelaku usaha mikro, kecil, maupun menengah. Setelah berkas UMKM sudah lengkap maka dilakukan verifikasi ulang oleh dinas perizinan, sedangkan bagi UMKM yang datanya tidak siap maka akan dilakukan pembibingan untuk melengkapi atau memenuhi persyaratan berkas oleh sub bagian mikro, kecil dan menengah. Setelah data dan berkas tersebut lolos verifikasi maka dilakukan pengesahan oleh dinas perizinan.

    Langkah selanjutnya UMKM akan diberikan pelayanan terkait dengan setiap permasalahan yang dihadapi oleh UMKM. Dengan demikian, untuk efisiensi maka setiap instansi/lembaga

    yang menaungi UMKM mendelegasikan bebe-rapa orang untuk stand by berada di dinas perizinan untuk membantu UMKM dalam menyelesaikan permasalahannya. Selain itu untuk mela-kukan pendam pingan secara langsung kepada

    UMKM dalam mengembangkan pro-duknya.

    Secara lebih kompleks, penerapan sistem integrated one stop services melalui linkage channeling programs dapat dijelaskan secara lebih detail dengan tiga pola yaitu :

    A. Executing yaitu pemerintah pusat (kementerian) memberikan kewe-nangan pada pemerintah daerah (dinas-dinas) dan pemangkasan birokrasi yang kurang optimal. Secara lebih rinci, bentuk dari pola ini diantaranya yaitu ;

    1. Pemangkasan waktu untuk pener-bitan NPWP di Ditjen Pajak, SIUP, dan lain-lain.

    2. Perbaikan dan penyesuaian pela-yanan atas permohonan perizinan dan nonperizinan baik secara kolektif maupun personal.

    3. Percepa tan waktu proses penyelesaian pelayanan yang sesuai dalam Perda.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    18 | Edisi 4, Tahun IV

    4. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perda.

    5. Kejelasan prosedur pelayanan dalam setiap tahapan proses pemberian perizinan dan nonperizinan.

    6. Pengurangan berkas-berkas ke lengkapan permohonan perizinan.

    7. Pembebasan atau pengurangan biaya perizinan bagi UMKM yang start up (baru mulai berdiri) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    8. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan integrated one stop service meliputi pemberian pelayanan atas semua hentuk pelayanan perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan Pemda.

    9. Hal-hal lain, yakni perbaikan infrastruktur, peningkatan peran stakeholder, penguatan kemitraan publik maupun swasta, peningkatan SDM, dan lain-lain.

    B. Kedua, joint service berupa share pelayanan antar dinas,. Join service ini merupakan kerjasama antardinas dalam mendampingi UMKM untuk mengembangkan produknya serta dalam mengakses informasi dan teknologi. Berikut adalah lima lembaga beserta dengan perannya terhadap UMKM:

    1. Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan). fungsi dari dinas ini adalah Akses Pasar. Diantaranya membuka peluang pasar domestik dan global (orientasi ekspor)

    2. Kemenkop dan UMKM: Akses informasi ini meliputi Dinas Koperasi dan UMKM bertugas sebagai jembatan sekaligus katalisator UMKM untuk menuju ekspor. Mengikutsertakan UMKM dalam pameran-pameran di luar negeri merupakan salah satu alternatif untuk memperkenalkan produk UMKM kepada dunia.

    3. Bank Indonesia (BI): membantu para UMKM untuk dapat mengakses Permodalan dan akses Pembiayaan khususnya dari lembaga keuangan bank. Secara lebih konkrit, BI membantu mensukseskan Financial Inclusion.

    4. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia): Ketika UMKM ingin mengembangkan produk, maka bisa datang ke LIPI untuk berkonsultasi mengenai kegiatan usaha yang memerlukan pengembangan inovasi-inovasi produk agar bisa bersaing atau mempunyai nilai yang kompetitif.

    5.BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi): Teknologi berperan sangat penting dalam suatu produk yang dihasilkan, misalnya packaging yang sangat berperan untuk mengemas produk UMKM

  • Edisi 4, Tahun IV | 19

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    menjadi produk yang mempunyai nilai jual yang tinggi.

    6. Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB): Permodalan sebagai penggerak utama sektor untuk tumbuh dan berkembang. Dengan demikian penyaluran kredit yang berbasis usaha rakyat perlu untuk dicanangkan dan dioptimalkan.

    C. Pihak pemerintah daerah hanya meneruskan pelayanan dari peme-rintah pusat kepada para pelaku UMKM (dalam tahap ini bisa dika-takan sebagai pelaksanaan Eksekusi langsung).

    Persiapan UMKM Menuju MEAMenurut pandangan hiperglobalis,

    di dunia globalisasi terdapat dua aktor, yaitu pemenang dan pecundang. Menjadi pemenang dan pecundang ditentukan oleh daya respon terhadap globalisasi. Merespon globalisasi adalah meningkatkan kemampuan bersaing dalam era integrasi ekonomi global.23

    Globalisasi selayaknya akan berlangsung di tahun 2015 mendatang yaitu MEA. Pelaksanaan skema kerja-sama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) semakin dekat, yang hanya me-nung gu hitungan bulan. Peningkatan kerjasama antarnegara ASEAN ini

    23 Irdayanti. 2012. Peran Pemerintah dalam Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor Studi Kasus Klaster Kosongan. Jurnal Trans-nasional Vol.3 No. 2 Februari 2012

    perlu disambut dengan kesiapan yang paripurna. MEA bertujuan mewujudkan ASEAN sebagai pasar dan basis produksi yang tunggal, berdaya saing tinggi, serta mampu mewujudkan pembangunan ekonomi yang merata.

    Dengan demikian dilakukan per -siapan dalam menghadapi MEA ter-sebut, khususnya membekali UMKM agar produknya bisa bersaing dengan negara-negara lain. Bentuk pembekalan diantaranya dilakukan pendampingan oleh dinas perizinan dan dinas-dinas terkait serta memperluas jaringan antar UMKM.

    Konsep reformasi birokrasi de-ngan menggunakan Intregrated One Stop Service menjelaskan bahwa UMKM yang memberikan kontribusi terbesar dalam perekonomian indonesia berdasarkan data tahun 2013, jumlah unit UMKM sebanyak 99,99%, me-nyerpa 97,3% tenaga kerja , 57,12% Produk Domestik Bruto, serta 20,7 % dari total ekspor. Namun UMKM memasuki zona cost center yang berarti UMKM mengeluarkan biaya yang tinggi diantaranya yaitu untuk izin proses panjang dan berbelit-belit serta biaya yang memberatkan, pungutan resmi dan pungutan liar. Seharusnya biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh UMKM dapat diefisiensikan seminal mungkin. Diantaranya yaitu pajak ringan serta kemudahan dalam pengurusn izin serta biaya yang ringan (atau digratiskan).

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    20 | Edisi 4, Tahun IV

    Sedangkan biaya tersebut akan menjadi beban kewajiban untuk negara dan lingkungan.

    PENUTUPSebagai kesimpulan, birokrasi

    yang berbelit merupakan sebagai salah satu faktor penghambat peningkatan kemajuan UMKM di Indonesia. Program kemitraan melalui Linkage Channeling Program belum berjalan

    lancar. Pelayanan yang disiapkan negara untuk UMKM nyatanya tidak tersalurkan penuh karena ribetnya birokrasi. Linkage Channeling Program diharapkan makin tumbuh dan berkembang. Pelaksanaan pelayanan perizinan dengan sistem integrated one stop service ini diharapkan agar UMKM memperoleh kemudahan dan kecepatan pelayanan publik yang lebih baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ambardi, M.Urbanus. BPPT. Inkubator Bisnis Indonesia “Pemerintah harus lebih serius”. http://www.i-tech.or.id/, diakses, 11 Oktober 2013

    Anonim.2013.Birokrasi.id/wikipedia.org/wiki/Birokrasi, (diakses, 12 Oktober 2013)

    Anonim.2012.Teknik Pengolahan Data. http://diachs-an-nur.blogspot.com/2012/05/teknik-pengolahan-data.html, (diakses, 11 Oktober 2013)

    Azizahkh.2010.Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. http://azizahkh.wordpress.com/2010/03/01/metode-penelitian-kualitatif-dan-kuantitatif/, (diakses 3 November 2013)

    Tanjung, Deddy Eward. 2009. Program Pengembangan UMKM. http://usaha-umkm.blog.com/2009/12/11/program-pengembangan-umkm-2010, (diakses, 11 Oktober 2013)

    Desk Informasi.2013.Hingga Februari 467 Pemda Sudah Bentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu. www.setkab.go.id/nusantara-9400-html, (diakses, 10 Oktober 2013)

    Depkeu RI. 2011. Potensi Perusahaan Ukm untuk Go Public Tahun Anggaran 2011

    Irdayanti. 2012. Peran Pemerintah dalam Pengembangan UKM Berorientasi Ekspor Studi Kasus Klaster Kosongan.

  • Edisi 4, Tahun IV | 21

    Reformasi Birokrasi UMKM dengan Konsep Integrated One Stop Service Melalui Linkage Channeling Programs untuk Menuju Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

    Ismail, Iriani. 2011. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Malang: Lembaga Penerbitan Fakultas Pertanian Ub

    Izzati, S. Sara. 2011. Peran UMKM dalam Perekeonomian Indonesia. h t t p : / / s h a r l i t a s a r a . b l o g s p o t .com/2011_05_01_archive.html. diakses pada 18 oktober 2013

    Kementrian Koordinator Bidang Eko-nomi RI. 2013. Tinjauan Ekono-mi & Keuangan:kondisi dan upa ya peningkatan Daya Saing Ketena-gakerjaan Indonesia dalam Menghadapi AEC 2015. Volume 3. Nomor 6. Edisi juni 2013:www.ekon.go.id

    Lisasih, Nin Yasmine.2011. Sistem Penye-lenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Service).http://ninyasmine.wordpress.com/,(diakses, 11 Oktober 2013)

    Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 2003. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum. Jakarta.

    Panca, Adi.2012.Definisi Birokrasi Menurut Para Ahli. http://www.adipanca.net/2012/07/definisibirokrasimenurutpara-ahli.html, (diakses 13 Oktober 2013)

    Partomo, T. Sartika. 2004. Usaha Kecil Mene-ngah Dan Koperasi Working Paper Series No. 9 .Center For Industry And Sme Studies Faculty Of Economics University Of Trisakti

    Partono, Tiktik Sartika. 2004. Usaha Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Universitas Trisula

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025

    Rahmana, Arief.2008.Keragaman Definisi UKM di Indonesia. http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/keragaman-definisiukmdiindonesia/, (diakses 13 Oktober 2013)

    Rasyid, M. Ryass. 2000. Makna Peme-rin tahan (Tinjauan dari segi etika dan kepemimpinan).PT Union Cipta Muda : Jakarta

    Strauss and Corbin.1990. Basics of Qualitative Research:Grounded Theory Procedures and Technique .Newsbury Park: Sage Publication

    Suaedi, dkk. 2010. Revitalisasi Administrasi Negara (reformasi birokrasi dan e-governance) . Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha ilmu

    Sutrisno, 2008. Menuju Indonesia Pemain Utama Ekonomi Ekonomi. volume 1: Teknologi Penyelamat Bangsa, Supply Chain Economy, Supply Chain Technology, Konsep Kerangka Daun dan Langkah Penyelamat dari Bahaya Global Warming. Edisi Pertama: Graha Ilmu

    Suryana, Cahya. 2010.Data dan Jenis Data Penelitian. http://csuryana.w o r d p r e s s . c o m / 2 0 1 0 / 0 3 / 2 5 /

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    22 | Edisi 4, Tahun IV

    data-dan-jenis-data-penelitian/, (diakses 3 November 2013)

    Tabloid Kontan Mingguan, 11-17 Maret 2013

    Tanjung, Deddy Eward. 2009. Program Pengembangan UMKM. http://usaha-umkm.blog.com/2009/12/11/program-pengembangan-umkm-2010, (diakses, 10 Oktober 2013)

    Tim Penulis Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian, Artikel, dan Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia . Bogor: Ghalia Indonesia

    Wibowo, Wahyu. 2010. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Kompas Media Nusantara

    Wiwaha, Arjuna.2013.PENGERTIAN UMKM DAN KOPERASI. http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/01/pengertian-umkm-dan-koperasi.html, (diakses 13 Oktober 2013)

    Yustika, Ahmad Erani. 2005. Perekonomian Indonesia: deskripsi, preskripsi, dan kebijakan.Edisi Pertama. Malang: Bayumedia Publishing

    http://perijinan.bantulkab.go.id, diakses, 9 Oktober 2013

  • Edisi 4, Tahun IV | 23

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

    T-CARD (TECHNOLOGY CARD) UPAYA PENYELESAIAN PERMASALAHAN BIROKRASI PERSURATAN KENDARAAN

    BERMOTOR UNTUK KEMAJUAN INDONESIA(Mohammad Thobib, Rizki Febrianto Supriyadi, Rujian Khairi)

    UNIVERSITAS NEGERI MALANG.

    Surat sangat identik dengan sebuah informasi yang didalamnya ada makna dan nilainya termasuk surat-surat kendaraan bermotor yakni SIM, STNK, BPKB dan sebagainya. Surat-surat kendaraan bermotor ini setiap saat mengendarai sebuah kendaraan motor milik kita atau dalam hal ini digunakan pribadi harus membawa surat-surat penting inti untuk kelengkapan sesuai peraturan perundang-undangan yang tertera dalam UU Lalu Lintas Nomor 22 tahun 2009 Pasal 288 ayat (1) dan (2) yang mengatur, “Jika seseorang lupa membawanya, sanksi kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 akan dikenakan bagi pelanggarnya dan bagi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat menun-jukkan Surat Izin Mengemudi yang sah dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan dan/atau denda paling banyak Rp250.000.”

    Kepuasan dan kemudahan bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dengan memperhatikan beberapa aspek yang harus selalu dijaga dan diawasi dalam penggunaan T-CARD. Penggunaan hanya bisa dibuat dan digunakan satu pemilik kendaraan. Maka dari itu jika masyarakat memilki kendaraan bermotor lebih dari satu, harus membuat T-CARD sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Begitu juga halnya pada saat meng-Herkan? kendaraan bermotornya atau mengurus surat kendaraan yang sudah habis masa pakainya dan harus diperbaharui lagi perijinannya. Prosesnya cukup sederhana, yakni dengan menunjukkan T-CARD dengan nomor PIN yang dimiliki secara otomatis dalam datanya akan menunjukkan masa aktif yang sudah habis dan harus diperbaharui tanpa harus membayar, cukup dengan langsung datang ke biro transportasi darat atau dinas perhubunagn tiap Kecamatan.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    24 | Edisi 4, Tahun IV

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPelayanan publik memilki peranan

    sangat penting temasuk pengurusan pelayanan dalam persuratan kendaraan bermotor. Sebuah lembaga pelayanan publik akan mendapat sorotan dari masyarakat jika sebuah pelayanan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Bahkan pada umumnya bukan mem-permudah tetapi mempersulit dengan berbagai alasan di dalamnya. Namun untuk permasalahan demikian tidak serta merta menjadi kesalahan lembaga pelayanan publik akan tetapi sistem yang sudah terstruktur inilah yang bernama birokrasi. Terdapat beberapa sistem birokrasi yang bermasalah selain birokrasi persuratan bermotor di Indonesia.

    Birokrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Pelaksanaan birokrasi yang benar akan membuat sebuah pelayanan publik akan berjalan lancar jika birokrasi tersebut dapat diterima oleh setiap orang dan bisa sesuai dengan pelayanan publik dan kondisi masyarakatnya. Bahkan tidak akan memberatkan pelaku dan objek dari sistem birokrasi tersebut seperti mengurus kehilangan surat-surat kendaraan bermotor yakni kehilangan STNK, SIM, BPKB dan lain-lain.

    Untuk kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor yang sesuai UU Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 288 ayat (1) dan (2) mengatur, “Jika pengendara lupa membawanya, sanksi kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 akan dikenakan bagi pelanggarnya dan bagi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sah dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan dan/atau denda paling banyak Rp 250.000.” Harus sama 100% dengan yang dikutip pada Abstrak!.

    Untuk membuktikan bahwasanya sebuah sistem birokrasi yang sederhana, harus dapat diterima dan diaplikasikan oleh setiap orang. Upaya ini harus segera dilakukan dan direalisasikan dengan kerjasama beberapa pihak secara terintegrasi untuk bisa membuka diri demi terwujudnya birokrasi publik yang ramah masyarakat dengan mengolaborasi antara teknologi dangan kebutuhan pelayanan publik sederhana dan efisien. Dari beberapa permasalahan dalam birokrasi persuratan kendaraan bermotor diharapkan muncul sebuah solusi yang dapat diwujudkan dalam sebuah kartu untuk semua kebutuhan dalam birokrasi persuratan kendaraan bermotor yakni dengan T-CARD (Technology Card).

    T-CARD menjadi sebuah solusi mengatasi permasalahan birokrasi

  • Edisi 4, Tahun IV | 25

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

    persuratan kendaraan bermotor yang pada umumnya sangat rumit dan membutuhkan waktu lama. Sehingga dengan pelayanan berbasis teknologi kartu ini diharapkan bisa diakses oleh semua masyarakat tanpa harus mengeluarkan dana dan memerlukan waktu lama. T-CARD ini menggunakan sistem sensor Card Reader untuk Barcode atau QR code dan aplikasi Visual Basic. Aplikasi ini di dalamnya di input sebuah data PIN (User Name) pemiliknya diambil dari nomor kependudukan sebagai identitas kepemilikan yang sah dengan disertai segala jenis informasi tentang kepemilikan kendaraan tersebut.

    Jadi penggunaan dan pemilikan kartu ini hanya oleh pengemudi yang memilki satu T-CARD dengan ketentuan kelengkapan dan kelayakan berkendara. T-CARD diperoleh setelah melakukan tes kemampuan dan penguasaan me nge mudi kendaraan seperti tes mendapat kan Surat Izin Mengemudi. Data yang terkandung dalam T-CARD adalah STNK, BPKB dan SIM yang dilindungi dengan user name dari nomor kependudukan pemiliknya.

    Dengan adanya T-CARD besar harapan penulis sebagai agent of change bisa memulai dengan menulis dan menggagas dalam Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “T-CARD (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia. Langkah awal ini semoga

    menjadi momentum reformasi birokrasi guna peningkatan kualitas pelayanan publik melalui inovasi pelayanan dalam persuratan kendaraan bermotor di Indonesia.

    KAJIAN TEORITIS

    Pengertian BirokrasiMichael G. Roskin mengemukakan

    bahwa birokrasi adalah setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil keputusan (decision makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Selain itu, birokrasi juga disebut sebagai badan yang menyelenggarakan Civil Service (pelayanan publik). Birokrasi terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh eksekutif. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa birokrasi merupakan sistem untuk mengoordinasikan hal-hal yang berkaitan dengan upaya pencapaian visi dan misi yang dicanangkan atau yang dijalankan.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    26 | Edisi 4, Tahun IV

    Perkembangan Birokrasi Pelayanan Publik

    Dalam pelayanan publik di Indo-nesia terdapat dua jenis pelayanan de ngan bagian yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni, The New Publik Service (NPS).

    NPS adalah suatu paradigma baru administrasi publik yang kaitannya dengan pelayanan publik. Denhardt (dalam Pasolong, 2010:141), menya-takan bahwa NPS lebih diarahkan paska democracy, pride dan citizen dari pada market competition and customer sektor privat. Denhardt menyatakan bahwa “public servants do not deliver customers service, they deliver demo-cracy”. Oleh sebab itu demokrasi dan kewarganegaraan adalah pelayanan untuk kepentingn publik sebagai norma berdasarkan pada lapangan administrasi publik.

    Birokrasi Pesuratan Kendaraan Bermotor

    Dalam birokrasi di sebuah lembaga memilki beberapa kendala yang dijalaninya seperti masalah sistem pelayanan publik persuratan kendaraan bermotor. Reformasi Pelayanan publik perlu dilakukan karena dalam hal persuratan kendaraan bermotor harus ada perbaikan jika dilihat dari sistem yang sudah ada seperti mengurus Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sebagai berikut.

    1. Siapkan KTP asli pemilik kendaraan yang tercantum di STNK.

    2. Siapkan fotokopi KTP (2 lembar).

    3. Siapkan fotokopi STNK yang hilang (2 lembar).

    4. Siapkan Surat Keterangan Hilang dari Polsek terdekat.

    5. Siapkan BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) terkait.

    Khusus untuk BPKB kendaraan yang masih kredit, siapkan fotokopi BPKB dan surat pengantar dari perusahaan kredit terkait. Selanjutnya semua persyaratan di atas dibawa ke Polda Metro Jaya (atau instansi lain yang berwenang) bagian pengesahan BPKB untuk mendapatkan Surat Keterangan Pengesahan. Prosedur pengurusan Surat Keterangan Pengesahan adalah sebagai berikut:1. Mengisi Formulir Pendaftaran di

    bagian Pengesahan BPKB.

    2. Serahkan Formulir Pendaftaran yang sudah diisi beserta persyaratan tersebut di atas ke bagian Pengesahan BPKB.

    3. Mengambil kembali semua persyaratan di atas dan Surat Keterangan Pengesahan yang sudah siap.

    Kalau semua persyaratan di atas sudah selesai diurus, STNK yang hilang sudah siap diurus di Kantor Samsat setempat. Sistem demikian memilki

  • Edisi 4, Tahun IV | 27

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

    beberapa hal yang harus menjadi evaluasi dan memerlukan hal terbaru yang mudah, efisien bermanfaat dan aplikatif.

    Permasalahan Dalam Sistem Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor

    Gambaran umum kendala dan permasalahan yang dijumpai dalam sistem birokrasi persuratan kendaraan bermotor di Indonesia meliputi sebagai berikut :

    a. Persyaratan Banyak syarat yang harus dipenuhi

    untuk membuat dan mengurus perpanjangan surat kendaraan bermotor dan harus membawa bayak sekali berkas atau surat-surat penting sehingga timbul risiko kehilangan terutama saat berkendara, misalnya dompet jatuh dan kecopetan.

    Terdapat ketidakjelasan dalam per-syaratan yang membuat masyarakat bekerja keras untuk memenuhi persyaratan tersebut, seperti alur birokrasi persuratan yang kurang dimengerti masyarakat.

    b. Pelayanan publik Pelayanan yang memakan waktu

    lama dan mengeluarkan banyak materi untuk mengurusi pesuratan dalam jangka beberapa periode.

    Banyak tingkatan untuk mengurus administrasi hingga selesai dari meja ke meja lainnya.

    Masih menggunakan sistem

    koven sional yang harus memeriksa data atau surat-surat mentahnya.

    METODE PENELITIAN

    Dalam merealisasikan sebuah ide gagasan diperlukan metode penulisan atau penelitian sebagai pengembangan dan pencarian data untuk memperoleh sintesis yang diharapkan baik dalam bentuk produk, jasa ataupun karya tulis dengan beberapa prosedural baik secara konseptual atau teoritis (Rofi’uddin, 2010:47). Dengan demikian T-CARD merupakan sebuah solusi untuk reformasi birokrasi persuratan kendaraan bermotor dapat direalisasikan dengan langkat-langkah metode pnelitian sebagai berikut.

    1. Pemilihan Topika. Perumusan dan Analisis Masalah,

    dilakukan untuk menemukan pokok bahasan mengenai permasalahan birokrasi persuratan kendaraan bermotor dengan berbagai kelemahan yang ditemukan, seperti memperpanjang dan membuat surat karena kehilangan STNK, SIM dan BPKB.

    b. Memberikan solusi, gagasan ide untuk mengatasi masalah yang sedang terjadi dengan sebuah produk atau alat dan jasa. Dalam hal ini permasalahan birokrasi persuratan kendaraan bermotor dengan mengusulkan sebuah sistem berupa alat yang sederhana dan praktis untuk mengurus surat-surat

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    28 | Edisi 4, Tahun IV

    kendaraan bermotor dalam arti “satu kartu untuk banyak hal” yakni T-CARD (Technology CARD).

    2. Pengumpulan Data (Heuristik)

    a. Telaah Pustaka - Mencari sumber pustaka yang

    relevan dengan kajian seba nyak mungkin. Upaya untuk mem ban-dingkan penelitian atau penemuan terdahulu untuk mem buat yang lebih baik dan efektif dari yang sebelumnya dengan inovasi baru dan terbarukan dengan tujuan memperbaiki birokrasi persuratan kendaraan bermotor untuk kema-juan Indonesia.

    b. Wawancara (interview) Wawancara digunakan sebagai

    bukti pelayanan publik yang ber-kaitan dengan persuratan ken-daraan bermotor di kantor dinas perhubungan setiap daerah atau Samsat yang telah dijalankan. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data permasalahan yang sebenarnya terjadi dalam sistem sebelumnya langsung dari pihak yang berkaitan untuk merumuskan solusi yang tepat yakni T-CARD.

    c. Dokumentasi Pendokumentasian untuk mem-

    peroleh data yang komprehensif terkait masalah persuratan kendaraan bermotor yang terjadi dan kesesuaian dengan solusi yang ditawarkan, yakni T-CARD.

    d. Kritik Ekstern: memberikan pertimbangan

    data yang bisa dipakai dan tidak bisa dengan adanya validasi data melalui ini untuk realisasi T-CARD sebagai upaya reformasi birokrasi persuratan kendaraan bermotor di Indonesia.

    Intern : Memaparkan kelemahan dari sistem yang telah dijalankan dan mencari kelemahan dari solusi yang diajukan. Maka produk atau jasa yang ditawarkan merupakan sebuah inovasi.

    e. Penafsiran (Interpretasi) Menganalisis masalah secara men-

    dalam dan merasionalisasi solusi yang digagas dengan mengin-tegrasikan keduanya menjadi satu kesatuan yang utuh dengan melihat dari berbagai aspek (fungsi, tujuan dan kepraktisan penggunaan oleh setiap orang)

    f. Perencanaan Program Membuat rancangan jadwal dan

    anggaran untuk percobaan hingga pelaksanaan secara masal dengan berbagai aspek pendukung di dalamnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku secara terintegrasi.

    g. Penulisan Menuliskan hasil dari analisis dan

    pengumpulan data untuk diambil hasil dan memunculkan sebuah solusi untuk mengatasi permaslahan persuratan kendaraan bermotor

  • Edisi 4, Tahun IV | 29

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

    untuk kemajuan Indonesia. h. Pelaksanaan Program Membuat T-CARD sebagai bentuk

    realisasi dengan kerjasama beberapa pihak seperti Dinas Perhubungan kota, wilayah hingga Kementrian Perhubungan Republik Indonesia selaku pemegang kebijakan ter-ting gi dan bantuan pengaman da ri Kepolisian Lalu Lintas untuk jalan-nya program ini secara terintegrasi.

    i. Evaluasi Dilakukan setelah program dija-

    lankan dengan mengevaluasi dari dasar yakni pengadaan bahan, perencanaan (jadwal dan anggaran), ketercapain dan pelayanan publik dari pembuatan T-CARD dan kelancaran hubungan beberapa pihak (Dinas Kependudukan, Samsat, Perhubungan, hingga Kemen terian Perhubungan Repu-blik Indonesia) secara teintegrasi.

    ANALISISMasalah yang terjadi dalam sistem

    birokrasi persuratan kendaraan bermotor yakni ketidak efektifan pengurusan surat kendaraan bermotor yang harus menunggu lama dan membutuhkan untuk mendapatkan keamanan dan kepraktisan dalam menciptakan kepuasan pelayanan publik. Dalam pelayanan publik akan menemui beberapa hal permasalahan dalam birokrasi persuratan kendaraan bermotor. 1. Alur pembuatan STNK masih

    konvesional harus membawa banyak berkas serta harus langsung ke tempat atau kantonnya.

    2. Dalam mengurus persuratan mema-kan waktu yang lama.

    5. Kurangnya pengawasan, kevali-ditasan dan keefisienan birokrasi persuratan.

    6.. Kesulitan mendata masyarakat akan kehadiran dan ketidakmasukkan penambahan penduduk untuk kepemilikan kendaraan bermotor.

    Analisi SWOTUntuk mendapatkan hasil yang

    baik dan mempermudah birokrasi persuratan kendaraan bermotor dengan keintegrasian beberapa pihak yang mendukung diperlukan suatu analisis, sebagai berikut:1. Strength: T-CARD dapat menge-

    fisienkan waktu dan tenaga, karena dengan satu kartu bisa mengurus persuratan kendaraan bermotor dalam satu meja ser ta langsung aplikatif dalam pemerik saan kepemilikan kendaraan ber motor meskipun secara mendadak seperti operasi lalu lintas dengan menunjukkan satu kartu.

    2. Weakness: dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam memasukkan data seperti nomor kependudukan dari dinas kependudukan atau STNK karena jika salah nomor dalam

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    30 | Edisi 4, Tahun IV

    mema sukkan, maka tidak akan terkoneksi dengan scanner dan kartu tidak akan memunculkan data maka pengguna T-CARD akan kecewa.

    3. Opportunity: keuntungan diperoleh semua pihak diataranya (1) pemerintah hanya menganggarkan sedikit dari APBN dilimpahkan untuk pembuatan T-CARD untuk mereformasi birokrasi untuk jangka waktu yang lama lebih sederhana dan efisien; (2) banyak masyarakat termudahkan dan akan lebih mentaati peraturan berkendara terutama kelngkapan surat-surat; (3) Polantas akan dimudahkan dalam melakukan opreasi kelengkapan surat kedaraan di jalan-jalan sehingga tidak menyebabkan kemacetan; dan (4) mempermudah Dinas Perhubungan mendata tentang kepemiliikan kendaraan bermotor.

    4. Threat: T-CARD ini dengan Tech-nology sederhan dan mudah diapli-kasikan oleh semua masyarakat. Ke mung kinan terburuk adalah dito-laknya sistem ini oleh pemerintah se hingga tidak terealisasi gagasan ini maka pemikiran masyarakat sulit berkembang dan bertahannya sistem birokrasi konvensional.

    R e n c a n g a n anggaran T-CARD di atas direncanakan setiap orang membayar @Rp 10.000,00 akan tetapi jika kita bandingkan dengan APBN Indonesia semua

    data di atas bisa teranulir jika semua masyarakat Indonesia sekitar 250 juta jiwa dapat mengetahui APBN yang dianggarkan oleh Pemerintah untuk Kementerian Perhubungan pada tahun 2013 APBN sebesar 36.679,2 trilliun dan pada tahun 2014 sebesar Rp 39,2 trilliun (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Data Pokok APBN tahun 2007-2013 : 10). Jika memang pemerintah bersedia mengeluarkan kebijakan untuk membuat T-CARD dari jumlah seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 325 juta jiwa maka memerlukan dana sebesar 2,5 trilliun untuk selamnya. Jadi tidak ada ruginya untuk pemerintah merealisasikan program T-CARD. Untuk angka tersebut bisa menurun karena tidak semuanya memilki kendaraan bermotor dan telah berhak memilki Surat Izin Mengemudi.

    SINTESISTugas secara Hukum Dinas Per-

    hubungan, Komunikasi dan Infor ma-tika Daerah sesuai Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2008 Tentang

    No Nama Perlengkapan Jumlah Item Jumlah per item @

    Jumlah (Rp)

    1 Kartu 250.000.000 3.000 750.000.000.0002 QR Code 250.000.000 2.000 500.000.000.0003 Banner, Baliho 4x3 2 & 1 45 & 100.000 4.500.0004 Perizinan ke Dishup RI 250.000.000 5.000 1.250.000.000.0005 Card Reader 65 1.000.0000 65.000.000

    Jumlah 2.569.500.000.000

    Tabel 1. Rancangan Anggaran Dana Realisasi T-CARD

  • Edisi 4, Tahun IV | 31

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

    Organisasi dan Tata Kerja Daerah yakni tugas pokok, melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika.1. Perumusan kebijakan teknis di

    bidang perhubungan, komunikasi dan informatika.

    2. Penyelenggaraan urusan peme rin-tahan dan pelayanan umun di bi-dang perhubungan, komunikasi dan infor matika sesuai dengan tugas dan fungsinya.

    3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas yang dibebankan.

    Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati atau Wali Kota.

    Dengan merujuk pada tugas Dinas Perhubungan seharusnya memilki wewenang untuk memberi kebijakan dalam membuat sistem birokrasi per-suratan kendaraan bermotor yang sangat sederhan dan efektif dengan memadukan tiga hal yakni Technology, Estetis dan Birokrasi yang praktis. Dalam hal ini adalah T-CARD dengan menggunakan sistem yang lebih modern dan efisien.

    Pengaplikasian T-CARD dapat dimulai dari tahap telaah literatur, pembuatan produk yakni T-CARD, pengujian dalam lingkup kecil kabupaten atau kota hingga ranah nasional, evaluasi, perijinan hingga keputusan pemerintah untuk mengeluarkan keputusan regulasi

    baru dalam pelayanan dan pembuatan sistem birokrasi persuratan kendaraan bermotor dengan menggunakan T-CARD. Berbagai kerumitan yang harus dialami oleh pemilik kendaraan bermotor baik saat kehilangan surat, membuat surat dan melakukan perpanjangan surat kendaraan bermotor akan memperlambat kemajuan birokrasi Indonesia. T-CARD menjadi solusi praktis mengatasi birokrasi persuratan kendaraan bermotor.

    Konsep T-CARDT-CARD (Technology Card) ditulis

    dan direalisasikan untuk menjadi solusi masalah dalam persuratan ken daraan bermotor. Harapan dengan T-CARD masyarakat bisa termudahkan dengan sistem yang diajukan untuk me num-buhkan perkembangan di Indonesia. Penggunaan T-CARD sangat praktis mudah dan sederhana agar masyarakat Indonesia tidak merasa terbebani de-ngan prosedur yang dijalankan tahun ke depannya. Maka pada tahun 2013 ini mindset harus diubah dan mampu mengubah sistem kovensional menjadi sistem digital degan konsep sebuah penyimpanan soft file atau dokumen elektronik berisikan STNK, SIM, dan BPKB dalam sebuah kartu.

    Dokumen elektronik merupakan sebuah reformasi birokrasi sesungguhnya dengan dimulai dari diri sendiri dan respon teman seperjuangan dalam sebuah Rancangan Undang-Undang ITE pasal 1 butir 14, ”dokumen elektronik

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    32 | Edisi 4, Tahun IV

    adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan dikirim, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektronik, optikal atau sejenisnya yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta rancangan, foto atau jenis huruf, tanda angka kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mempu memahaminya.”

    Komputer akan membaca atau mendeteksi data T-CARD melalui barkode atau QR code yang didalamnya terdapat kata sandi berupa nomor PIN yang diambilkan dari nomor kependudukan sebagai User Name. Nomor ini hanya dimiliki oleh satu orang yang tercatat di dinas kependudukan. Untuk mencegah pemalsuan dan penggandaan dibuat pasword, dalam hal ini hanya pemilik kendaraanlah yang mengetahuinya. Sistem kedua ini dimaksudkan untuk mempermudah birokrasi pada saat perpanjangan dan pembuatan T-CARD pada saat kehilangan.

    T-CARD menggunakan dua sistem kerja yakni (1) Menggunakan program input PIN (User Name) dan Pasword, untuk menjaga keamanan data-data persuratan kendaraan bermotor. Sistem ini dipergunakan pada saat pengurusan T-CARD yang hilang sehingga membuat T-CARD baru. Pembuatannya cukup

    sederhana dengan menunjukkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian. Hal ini merupakan prosedeur yang tidak bisa diubah karena sebagai regulasi dari pemerintah. Setelah itu langsung menuju kantor dinas perhubungan di daerahnya dengan menunjukkan surat-surat asli dan melakukan log in dengan memasukkan PIN (User name) dari data kependudukan dimilki dan Pasword yang hanya diketahui pemiliknya. Setelah validasi dilakukan maka kartu langsung bisa dicetak dan siap digunakan. Hal ini tidak akan tercapai jika tidak ada kerja sama secara terintegrasi dengan dinas kependudukan daerah hingga kementerian perhubungan tanpa terkecuali peran serta masyarakat.

    (2) Metode scanner dengan meletakkan bagian T-CARD yang terdapat Bar Code atau KR Code yang nantinya akan muncul secara otomatis dengan mendeteksi identitas di dalamnya serta dokumen surat-surat seperti SIM, STNK, dan BPKB yang telah di Input dalam T-CARD. Fungsinya digunakan pada saat polisi lalu lintas melakukan penertiban kelengkapan persuratan kendaraan bermotor di jalan raya dengan melakukan scanner. Secara teknis lebih efektif jika dibandingkan dengan sistem penertiban sebelum adanya T-CARD. Tidak menciptakan antrian panjang dan tidak mengganggu jalannya transportasi meskipun ada penertiban lalu lintas.

  • Edisi 4, Tahun IV | 33

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

     Gambar 1. Flow Chart Mekanisme Implikasi

    T-CARD (Technology Card)

    Pemrograman Menggunakan VB (Visual Basic)

    Pemrograman dilakukan masih secara manual dan memakan waktu yang lama sedangkan aktivitas manusia padat maka dibutuhkan sebuah alat bantu untuk mempercepat dan menampung file secara terintegrasi dan sederhana. Dunia pemrograman terus berkembang, para ahli kemudian menemukan aplikasi program visual. Pemrograman ini tidak diperlukan menghafal perintah-perintah karena perintah-perintah tadi sudah ada pada software. Aplikasi ini bernama Visual Basic atau VB yang ditemukan dan berhasil digunakan bada tahun 1999. Kelebihan yang dimiliki VB inilah memilki dampak yang banyak

    sekali terutama dalam birokrasi persuratan kendaraan bermotor jika T-Card dengan aplikasi VB mampu direalisasikan untuk kema juan t ek no -logi informatika. VB mengandung be be rapa program di dalam-nya seperti MS. Exel untuk pendataan para penggunanya (Hida-yatullah, 2012:07).

    Aplikasi Visual Basic (VB) mampu me ngatasi berbagai ken dala dalam mengurus persuratan ken daraan bermotor. Visual Basic, jika tejadi kesalahan pada data penulisan kode dari sisi sintaks (bahasa) maka VB akan mengirimkan kesalahan dan harus direvisi yang sekaligus pada bagian Message Windows sehingga programmer dapat memperbaiki kode secara cepat.

    Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat dan merealisasikan T-CARD1. Data nomor kependudukan. 2. Aplikasi (softwere pendukung untuk

    T-CARD) : VB atau visual basic, barcode, atau QR Code.

    3. PC.4. Card Reader (Barcode Reader/QR

    Reader: tergantung aplikasi yang digunakan.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    34 | Edisi 4, Tahun IV

    5. Koneksi Internet : Modem, Wifi.6. Hologram dari dinas kepolisian.7. Kartu untuk T-CARD dengan disain

    yang menarik.

    PENUTUPPeningkatan pelayanan publik

    yang didukung dengan sistem birokrasi yang baik dan terintegrasi maka, dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Sistem birokrasi persuratan kendaraan bermotor telah menjadi perbincangan khalayak umum agar dibuat solusi terbaik untuk mengatasinya, maka hadirlah T-CARD (Technology Card) sebagai reformasi birokrasi persuratan kendaraan bermotor demi kemajuan Indonesia .

    T-CARD (Technology Card) menjadi sebuah solusi meningkatkan sistem birokrasi pengurusan persuratan kendaraan bermotor. T-CARD ini menggunakan sistem sensor dan aplikasi visual basic untuk mendeteksi nomor PIN pemiliknya yang diambil dari nomor kependudukan dengan disertai segala jenis informasi tentang kepemilikan kendaraan tersebut. Jadi birokrasi akan memudahkan pemilik kendaraan bermotor dengan T-CARD yang dapat dimilki oleh pengemudi atau pemilik kendaraan. T-CARD akan diberikan kepada orang yang memilki kelengkapan dan kelayakan berkendara setelah mendapatkan Surat Izin Mengemudi. Sehingga untuk mencegah kelalaian

    petugas terhadap kepemilikan T-CARD lebih dari satu dari masyarakat.

    Terwujudnya T-CARD diharapkan dapat mengganti sistem persuratan kendaraan bermotor yang sederhana dan konvensional. Pada dasarnya setiap pengguna jalan raya terutama pengguna dan pemilik kendaraan bermotor memilki T-CARD dengan harapan memenuhi sesuai kebutuhan kelegalan berkendara dan kepemilikan kedaraan bermotor. Untuk mengembangkan sistem T-CARD, maka diharapkan memilki kontribusi berbagai pihak yang disebutkan di atas serta saran yang membangun demi teralisasikannya program ini demi kemajuan sistem birokrasi Indonesia.

    Saran

    1. Untuk Masyarakat, jika gagasan ini dapat direalisasikan diharapkan masyarakat Indonesia bisa mendukung dan bersedia mengikuti sosaialisasi penggunaan sistem birokrasi baru tentang persuratan kendaraan bermotor yakni T-CARD.

    2. Aparat Kepolisian lalu lintas, dalam memberikan kebijakan harus sesuai dengan kondisi masyarakat serta bersikap bijaksana dan tegas dalam menegakkan supremasi hukum dalam berlalu lintas. T-CARD dapat dipergunakan semaksimal mungkin untuk ketertiban berkendara motor dalam berlalu lintas dengan kontrol keamanan yang ketat.

  • Edisi 4, Tahun IV | 35

    T-Card (Technology Card) Upaya Penyelesaian Permasalahan Birokrasi Persuratan Kendaraan Bermotor Untuk Kemajuan Indonesia

    3. Dinas Perhubungan kota dan wilayah, memberikan kebijakan pengunaan T-CARD bagi pengendara yang memiliki SIM dan kendaraan bermotor.

    4. Kementerian Perhubungan RI (Pemerintah), pemerintah memberi dukungan penuh terhadap program ini dengan melakukan sosialisasi ataupun

    pelatihan secara langsung di setiap kegiatan dan dapat diaplikasiakan dengan dukungan dana dari APBN untuk dianggarkan pembuatan T-CARD yang memilki dampak positif dalam birokrasi persuratan kendaraan bermotor dalam jangka panjang untuk reformasi birokrasi demi kemajuan Indonesia.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmadjaya di, Cahyana dkk. 2007. Menuju Kepastian Hukum di Bidang: Informatika dan transaksi Elektronik.Jakarta : Departemen Komunikasi dan informatika Republik Indonesia.

    Hidayatullah. 2012.Visual Basich. Bandung. INFORMATIKA

    Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2013. Data Pokok APBN tahun 2007-2013. Jakarta: Kementerian Keuangan RI.

    Pasolong, Harbani.2007.Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

    Mahmudi.2010.Manajemen Kerja Sektor Publik.Yogyakarta:UPP STIM YKPN

    Rofi’uddin, dkk.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ed.V. Malang: Universitas Negeri Malang.

    Sujadi.2009. Pengembangan Pelayanan Publik.Bandung:PT.Refika Aditama.

    Ubay, Erika. 2011. Pola pelayanan publik dalam pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Daerah Kabupaten Nganjuk. Skripsi. Universitas Negeri Malang.

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    36 | Edisi 4, Tahun IV

    PENANAMAN JIWA ANTIKORUPSI MELALUI TAYANGAN MEDIA MY FUTURE WITHOUT CORRUPTION UNTUK

    MEWUJUDKAN BIROKRASI YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KKN

    Oleh: Lisa Widayanti, Gamarina Isti RatnasariUniversitas Negeri Yogyakarta

    Kemajuan suatu Negara ditentukan oleh keberhasilannya dalam mel-aksanakan pembangunan ekonomi yang baik serta meningkatnya SDM yang memiliki peran dalam menciptakan kesuksesan bagi suatu bangsa tanpa ada korupsi di Negara ini. Pembangunan ekonomi dalam suatu Negara sebagai proses perubahan yang direncanakan melalui aspek dalam kehidupan masyarakat. Tetapi, apabila koruptor mengambil uang rakyat, angka kemiskinan menjadi tinggi karena penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, ad-ministrasi, politik, maupun hukum. Berdasarkan masalah tersebut penulis memiliki gagasan untuk menanamkan jiwa anti korupsi melalui media tay-angan My Future Without Corruption untuk mewujudkan Birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN. My Future Without Corruption merupakan media sosialisasi anti korupsi sebagai lembaga yang memiliki misi menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas KKN. Konsep yang digunakan dalam My Future Without Corruption adalah dengan menggunakan aplikasi yang berisi pendidikan mengenai pesan moral korupsi secara mudah dipahami, ringkas dan bermakna dengan animasi kartun. Aplikasi tersebut dibaca pada: (1) Individu dapat melalui Hand Phone, Laptop, dan Android; (2) Kelompok yaitu melalui setiap komputer yang ada di sekolah dan rumah; (3) Lembaga yaitu pada Bank, Instansi pemerintah, dan komputer setiap pekerja; dan (4) Masyarakat yaitu melalui tayangan iklan pada komputer di warnet dan iklan tv.

  • Edisi 4, Tahun IV | 37

    Penanaman Jiwa Antikorupsi Melalui Tayangan Media My Future Without Corruption Untuk Mewujudkan Birokrasi Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN

    PENDAHULUANKorupsi merupakan perbuatan yang

    telah menjadi perbincangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Menurut UU Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi adalah perbuatan setiap orang baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi yang baik serta meningkatnya SDM yang memiliki peran dalam menciptakan kesuksesan bagi suatu bangsa tanpa ada korupsi di negara ini. Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sebagai proses perubahan yang direncanakan melalui aspek dalam kehidupan masyarakat. Tetapi, apabila koruptor mengambil uang rakyat, angka kemiskinan menjadi tinggi karena penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi, administrasi, politik, maupun hukum.

    Berdasarkan hasil survei INES terhadap 6.000 responden pada periode 5-21 Oktober 2012, sebanyak 83,2 persen responden menyatakan tidak puas, 11,6 persen responden menyatakan sangat tidak puas dan 5,2 persen puas terhadap penegakan hukum dan pemberantasan korupsi era SBY-Boediono. Dilihat dari

    kondisi Indonesia pada masa reformasi ini, korupsi semakin hari semakin meningkat di kalangan semua para pejabat yang merugikan bagi semua warga negara Indonesia. Sebanding dengan peningkatan kasus korupsi, media informatika juga semakin meningkat.

    Berdasarkan masalah tersebut penulis memiliki gagasan untuk menanamkan jiwa anti korupsi melalui media tayangan My Future Without Corruptionuntuk dalam mewujudkan Birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN. My Future Without Corruption merupakan media sosialisasi anti korupsi oleh lembaga yang memiliki misi menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas KKN. Teknologi yang digunakan adalah dari aplikasi komputer ataupun laptop yang di dalamnya berupa iklan. Iklan ini berisi tentang pesan moral kepada seseorang para korupsi yang di dalamnya diperankan oleh pemain kartun agar mereka menyadari bahwa tindakan korupsi yang dilakukan oleh mereka adalah salah dan tidak boleh dilakukan.

    Tayangan iklan ini tidak hanya terbatas pada TV saja tetapi agar dapat selalu tertanam di benak seluruh masyarakat Indonesia baik yang masih anak-anak sampai dewasa diberikan pada setiap komputer, laptop, HP, Android, dan media iklan elektronik lain. Iklan

  • JURNAL

    PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARAREFORMASI BIROKRASI MENUJU PEMERINTAHAN KELAS DUNIA

    38 | Edisi 4, Tahun IV

    ini muncul ketika mereka mengaktifkan alat teknologi tersebut pada saat mereka menggunakan. Sehingga dengan adanya tayangan tersebut diharapkan dapat membawa pemikiran ke seluruh lapisan masyarakat untuk tidak melakukan KKN. Tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Mengetahui upaya pemberantasan korupsi melalui tayangan media My Future Without Corruption untuk mewujudkan Birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN.

    2. Mengetahui pengaruh tayangan media My Future Without Corruption untuk mewujudkan Birokrasi yang bersih dan bebas dari KKN terhadap jiwa para antikorupsi.

    Kajian Teoritis Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

    (KKN) merupakan suatu kegiatan kompleks yang kait mengkait dan saling mendukung. Korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan uang negara atau uang perusahaan untuk keuntungan pribadi atau orang lain (KBBI, 1995). Sedangkan arti dari Kolusi yang diangkat dari bahasa Inggris ‘to collude’, yang artinya mengadakan konspirasi atau komplotan untuk memperdaya atau menipu orang lain. Yang dimaksud dengan Nepotisme adalah kecenderungan mengutamakan sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan pemerintahan.

    Tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang jabatan pemerintahan: para pemimpin banyak melakukan korupsi, menyalahgunakan kekuasaan, dan cenderung ke arah nepotisme (KBBI-1995).

    Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resm