38
PENGARUH PELAKSANAAN PP NO. 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM (Studi kasus UMKM di Wilayah DKI Mega Glodok Kemayoran) Jurnal Tesis Oleh Ka Tiong 55512110014

Jurnal Pengaruh PP46 Ka Tiong 5551211014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

akuntansi

Citation preview

1

PENGARUH PELAKSANAAN PP NO. 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM(Studi kasus UMKM di Wilayah DKI Mega Glodok Kemayoran)

Jurnal Tesis

OlehKa Tiong55512110014

UNIVERSITAS MERCU BUANAPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM MAGISTER AKUNTANSI2014

DAFTAR ISI

ABSTRACT1I. Pendahuluan31.1 Latar Belakang31.2 Rumusan Masalah5II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis52.1 Pengertian Pajak52.2 Persepsi Keadilan72.3 Pengetahuan Pajak82.4 Administrasi Pajak82.5 Sosialisasi Pajak92.6 Sanksi Pajak92.7 Kepatuhan102.8 Hipotesis11III. Metode Penelitian113.1 Jenis Penelitian113.2 Variabel Penelitian113.3 Skala Pengukuran123.4 Populasi dan Sampel Penelitian123.4.1 Populasi123.4.2 Metode Penarikan Sampel123.5 Teknik Pengumpulan Data133.5.1 Studi Pustaka133.5.2 Kuesioner133.6 Metode Analisis133.6.1 Uji Validitas133.6.2 Uji Reliabilitas143.6.3 Analisis Regresi Berganda143.6.4 Uji Asumsi Klasik143.6.5 Analisis Koefisien Korelasi153.6.6 Analisis Koefisien Determinasi163.6.7 Uji Hipotesis16IV. Hasil Penelitian164.1 Hasil Pengujian Regresi Berganda194.2 Uji Anova atau Uji F204.3 Uji Koefisien Determinasi21V. Kesimpulan Dan Saran215.1 Kesimpulan215.2 Saran23

ABSTRACTThe background of this research is the regulation publication of the PP 46, 2013 which implementation is still quite difficult because of the taxpayer who has the perception that this policy is less fair. In particular, this study aims to analyze the influence of perceptions of fairness on PP 46, 2013 , Tax Knowledge of PP 46, 2013, the tax administration, Assertiveness penalty and socialization Government for the implementation of Regulation PP 46 of the Compliance Tax Payer Year 2013 small business either partially or simultaneously. The study was conducted with a quantitative approach using a survey method through questionnaires. Analysis of data using multiple linear regression.The study population is the entire small business gross income of less than Idr 4,8M annually in Mega Glodok Kemayoran, Central Jakarta. The sampling technique was conducted to find were the aims ( purposive sampling ) that small business engaged in the sale of automotive parts / equipment technical in Mega Glodok Kemayoran ( MGK ), with the following criteria: (1) Small Business already have a business entity and have NPWP ( Identification Legal Entity Tax Goverment ), (2) Gross sales of gross business less than Idr 4,8M annual, (3) Small Business have started their business and have a minimum of 2 years of legal entities, (4) Small Business trading activity in Kemayoran .The result of research indicating that perceptions of justice of PP 46, 2013 , tax knowledge of PP 46, 2013 , the tax administration, firmness government penalty and socialization effect on taxpayer compliance in Mega Glodok Kemayoran small business ( MGK ) either partially or simultaneously .

Keywords: Tax regulation PP 46, 2013, Small Business, tax knowledge, tax administration, firmness penalty and socialization, taxpayer compliance.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi atas terbitnya PP No. 46 Tahun 2013 yang mana pelaksanaannya masih cukup sulit karena adanya wajib pajak yang memiliki persepsi bahwa kebijakan ini dirasa kurang adil. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi keadilan atas PP 46 Tahun 2013, Pengetahuan atas PP 46 Tahun 2013, Administrasi pajak, Ketegasan Sanksi dan sosialisasi Pemerintah atas pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 terhadap Kepatuhan WP UMKM baik secara parsial maupun simultan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode survei melalui penyebaran kuesioner. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.Populasi penelitian adalah seluruh UMKM yang peredaran bruto bisnisnya kurang dari 4,8M per tahun di Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Pusat. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan penyampelan bertujuan (sampling purposive) yaitu UMKM yang bergerak dalam penjualan onderdil otomotif/ peralatan teknik di Mega Glodok Kemayoran (MGK), dengan kriteria: (1) UMKM sudah memiliki badan usaha dan NPWP (Berbadan Hukum), (2) Peredaran bruto bisnis kurang dari 4,8M per tahun, (3) UMKM sudah memulai usahanya dan memiliki badan hukum minimum 2 tahun, (4) UMKM melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kemayoran.Hasil penelitian menunjukkkan bahwa Persepsi keadilan atas PP 46 Tahun 2013, pengetahuan PP 46 Tahun 2013, administrasi pajak, ketegasan sanksi dan sosialisasi pemerintah berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Mega Glodok Kemayoran (MGK) baik secara parsial maupun simultan.

Kata Kunci: PP 46 Tahun 2013, UMKM, pengetahuan pajak, administrasi pajak, ketegasan sanksi dan sosialisasi, kepatuhan wajib pajak.

I. Pendahuluan1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber keuangan, yang diwajibkan kepada seluruh warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit untuk dapat dilaksanakan tanpa pajak. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan (Sitepu, 2012). Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya perbaikan baik secara sistemik maupun operasional. Perbaikan sistem perpajakan berupa penyempurnaan kebijakan dan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat mengoptimalkan potensi perpajakan yang tersedia dengan menjunjung asas keadilan sosial. Salah satu upaya perbaikan sistem perpajakan di Indonesia adalah dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang merupakan perubahan keempat dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ini disahkan pada tanggal 23 September 2008 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009. Terdapat lima perubahan penting dalam peraturan pajak penghasilan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang diantaranya (1) perubahan penghasilan tidak kena pajak; (2) insentif bagi sumbangan wajib keagamaan; (3) insentif bagi perusahaan terbuka di bursa efek; (4) insentif bagi usaha mikro, kecil, dan menengah berupa potongan tarif hingga 50%; serta (5) beberapa butir pengurangan penerimaan. (Syahdan dan Rani, 2013).Berdasarkan survei dari Direktorat Jendral Pajak (DJP), tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan masih rendah. Tercatat untuk WP Orang Pribadi, dari potensi sekitar 60 juta orang baru sekitar 25 juta yang telah membayar pajak. Sementara WP Badan, DJP mencatat baru sekitar 520 WP yang membayar pajak dari sekitar 5 juta badan usaha yang memiliki laba. Sementara untuk pelaku UKM masih jauh dari harapan, berdasarkan Sensus Pajak Nasional (SPN).

Dengan kondisi seperti ini, DJP berkeyakinan bahwa pelaku UKM wajib dikenai pajak penghasilan. Birokrasi dan administrasi perpajakan juga wajib dibenahi, hal tersebut dikarenakan banyak perilaku ketidakpatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan akibat mengalami kesulitan dalam memahami administrasi perpajakan. Namun yang menjadi permasalahan atas terbitnya PP No 46 Th.2013 ini adalah adanya persepsi masyarakat yang menganggap tidak terdapat aspek keadilan yang menjadi faktor pertimbangan terbitnya PP ini. Pengenaan PPh yang bersifat final bermakna bahwa setelah pelunasan PPh 1 persen yang dihitung dari peredaran bruto setiap bulan, kewajiban pajak atas penghasilan tersebut telah dianggap selesai dan final. Karena ditinjau dari konsep keadilan dalam pemajakan (equity principle), pengenaan PPh Final tidak sesuai dengan keadilan karena tidak mencerminkan kemampuan membayar (ability to pay). Pemajakan yang adil adalah bahwa semakin besar penghasilan maka semakin besar pula pajak yang harus dibayar (the more you earn, the more you pay tax). Selain faktor keadilan, faktor-faktor lain seperti pemahaman pelaku UMKM atas PP No 46 Th.2013, sosialisasi DJP atas PP No 46 Th.2013, sanksi yang dikenakan atas pelanggaran terhadap PP No 46 Th.2013 juga menjadi faktor penentu atas keberhasilan pelaksanaan PP No 46 Th.2013. Faktor lain bagaimana PP No 46 Th.2013 ini dapat mempermudah kewajiban UMKM dalam hal administrasi perpajakannya juga menjadi faktor penentu atas keberhasilan pelaksanaan PP No 46 Th.2013 ini. Atas dasar pemikiran di atas, peneliti melakukan penelitian tentang: Pengaruh Pelaksanaan PP No. 46 Tahun 2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka diperoleh perumusan masalah penelitian sebagai berikut:1) Bagaimanakah pengaruh persepsi Keadilan pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM?2) Bagaimanakah pengaruh pengetahuan Wajib Pajak UMKM pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM?3) Bagaimanakah pengaruh administrasi pajak pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM?4) Bagaimanakah ketegasan sanksi dan sosialisasi Pemerintah atas PP 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM? II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis2.1 Pengertian Pajak dan Tarif Pajak sesuai PP No.46 Tahun 2013Istilah perpajakan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP) menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Terbitnya kebijakan baru Peraturan Pemerintah (PP) No.46 Tahun 2013 tentang Pajak penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yaitu pajak 1 persen dari penjualan. Penentuan tarif pajak tersendiri tersebut didasarkan atas pertimbangan kesederhanaan, keadilan dan pemerataan dalam pengenaan pajak. Pajak penghasilan ini dikenai pajak penghasilan final khusus bagi wajib pajak UMKM. Secara garis besar tarif pajak sesuai PP No.46 tahun 2013 ini sebagai pengganti fasilitas diskon tarif 50% di pasal 31E UU No.36 Tahun 2008. Tetapi tidak semua wajib pajak UMKM dapat menikmati fasilitas PPh Final 1%, karena ada wajib pajak yang tidak dapat memanfaatkan fasilitas PP No.46 Tahun 2013.2.2 Persepsi KeadilanKeadilan pajak merupakan salah satu asas dalam aturan perpajakan, akan tetapi dalam tataran pelaksanaan hal tersebut kadang dianggap masyarakat tidak sesuai dengan maksud keadilan yang menjadi asas dari perpajakan. Ada tiga jenis ketidakadilan: i) perusahaan yang memiliki kesejahteraan ekonomi lebih dari masyarakat pengkonsumsi langsung ternyata terhindar dari pembayaran PPN. ii) adanya diskriminasi sosial terhadap barang-barang tertentu hanya untuk kalangan tertentu saja. iii) PPN tidak melihat kesejahteraan ekonomi seseorang. Orang kaya ditarik 10 persen, miskin 10 persen, jadi 10 persen untuk semua kalangan. Ketidakadilan menimbulkan sikap tidak patuh (non compliance) terhadap pajak (Asri Harahap, 2004).2.3 Pengetahuan Pajak Cristensen et al. (1994) menyatakan bahwa Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan yang baik, akan memiliki persepsi keadilan yang positif terhadap sistem pajak yang berakibat tingkat kepatuhan pajak lebih tinggi. Palil (2005) menemukan bahwa pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak yang baik akan dapat memperkecil adanya tax evasion. Pengetahuan tentang peraturan pajak akan mempengaruhi sikap Wajib Pajak terhadap kawajiban pajak. Hal serupa juga dinyatakan oleh Vogel, 1974, Spicer dan Lounstedh, 1976, Song dan Yarbourgh, 1978, Laurin, 1976, Kinsey dan Grasmick, 1993 dalam dalam Palil, 2005, mereka menemukan bahwa pengetahuan pajak akan bertambah dengan panjangnya masa pendidikan yang dilakukan dan kursus, walaupun secara tidak langsung tidak ditemukan adanya kaitan dengan sikap Wajib Pajak.2.4 Administrasi PajakPengertian dari administrasi perpajakan adalah Pentatausahaan dan pelayanan terhadap kewajiban kewajiban dan hak hak Wajib Pajak, baik penatausahaan dan pelayanan tersebut dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor Wajib Pajak (Nurmantu, 2005:7). Lebih lanjut menurut Mansury (2000:1) administrasi pajak merupakan kunci bagi kebijakan pajak. Faktor yang perlu diperhatikan dan dikaji dengan seksama untuk berhasilnya dicapai sasaran kebijakan perpajakan. Administrasi perpajakan mengandung tiga pengertian, yaitu sebagai berikut:1. Instansi atau badan yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemungutan pajak.2. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi perpajakan yang secara nyata melaksanakan kegiatan pemungutan pajak.3. Kegiatan penyelenggaraan pemungutan pajak oleh suatu instansi atau badan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dalam kebijaksanaan perpajakan, berdasarkan sarana hokum yang ditentukan oleh undang-undang perpajakan.2.5 Sosialisasi PajakDalam Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-98/PJ./2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Kegiatan Penyuluhan Perpajakan Unit Vertikal di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, disebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang hak kewajiban perpajakannya harus terus dilakukan karena beberapa alasan, antara lain:1. Program ekstensifikasi yang terus menerus dilakukan Direktorat Jenderal Pajak diperkirakan akan menambah jumlah Wajib Pajak Baru yang membutuhkan sosialisasi/penyuluhan,2. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak terdaftar masih memiliki ruang yang besar untuk ditingkatkan,3. Upaya untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan meningkatkan besarnya tax ratio,4. Peraturan dan kebijakan di bidang perpajakan bersifat dinamis.Dalam rangka mencapai tujuannya, maka kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dibagi ke dalam tiga fokus, yaitu kegiatan sosialisasi bagi calon Wajib Pajak, kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak baru, dan kegiatan sosialisasi bagi Wajib Pajak terdaftar. 2.6 Sanksi PajakMenurut Mardiasmo (2006:47) sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.Selain itu menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:198) sebagai berikut: sanksi perpajakan terdiri dari sanksi administrasi dan sanksi pidana, sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelaggara terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam UU KUP dapat berupa sanksi administrasi bunga, denda dan kenaikan. Sedangkan sanksi pidana bisa berupa hukuman kurungan dan hukuman penjara (Utami, 2013).2.7 KepatuhanDalam hal pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan. Jadi dalam hubunganya dengan wajib pajak yang patuh, maka pengertian kepatuhan wajib pajak merupakan suatu ketaatan untuk melakukan ketentuan ketentuan atau aturan aturan perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan (Kiryanto, 2000).Sejak reformasi perpajakan tahun 1983 dan yang terakhir tahun 2000 dengan diubahnya undang undang perpajakan tersebut menjadi UU No. 16 tahun 2000, UU No. 17 tahun 2000 dan UU no. 18 tahun 2000, maka sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment System. Menurut Mardiasmo (2002), Self Assessment System adalah sistem pungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan surat pemberitahuan (SPT) secara benar, lengkap dan tepat waktu. Muliari dan Setiawan (2011) menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 wajib pajak patuh adalah sebagai berikut :1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izi untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana dibidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam tahap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan terakhir untuk tiap tiap jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.5. Wajib pajak yang laporan keuanganya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan public dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.2.8 HipotesisBerdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah di jelaskan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :H1 : Persepsi keadilan pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan WP UMKM.H2 : Pengetahuan pajak pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan WP UMKM.H3 : Administrasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan WP UMKM.H4 : Ketegasan sanksi dan sosialisasi Pemerintah atas pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan WP UMKM.

III. Metode Penelitian3.1 Jenis PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan eksplanatif. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survei dimana peneliti menggunakan instrumen kuesioner untuk memperoleh data ke subjek penelitian dalam jangka waktu yang relatif singkat. Metode survei dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir, 2005).

3.2 Variabel PenelitianPenelitian ini terdiri dari lima variabel, yaitu empat variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu :a. Variabel bebas (independent variable) adalah persepsi keadilan pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 (X1), pengetahuan pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 (X2), administrasi Pajak (X3), dan ketegasan sanksi dan sosialisasi Pemerintah atas pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 (X4).b. Variabel terikat (dependent variable) adalah kepatuhan WP UMKM (Y).3.3 Skala Pengukuran Data ordinal menurut Simamora (2005) merupakan data yang memiliki kategorisasi variabel, dimana kategori-kategori tersebut dalam data ordinal dapat diurutkan. dibuat menjadi 5 alternatif jawaban. Nilai total seluruh pertanyaan dihitung untuk setiap responden. Untuk setiap jawaban akan diberi skor 1- 5 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:Tabel 1 Pilihan Jawaban Dalam KuesionerNo.Jika JawabannyaSkala HarapanBobot

1Sangat Setuju81% - 100%5

2Setuju61% - 80%4

3Netral41% - 60%3

4Tidak Setuju21% - 40%2

5Sangat tidak Setuju0% - 20%1

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian3.4.1 PopulasiPopulasi dapat juga disebut sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian, atau himpunan semua yang ingin diketahui. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh UMKM yang peredaran bruto bisnisnya kurang dari 4,8M per tahun di Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Pusat.3.4.2 Metode Penarikan SampelDalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara tidak acak yang dinamakan metode sampling purposive dengan bentuk accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria adalah 1. UMKM sudah memiliki badan usaha dan NPWP perusahaan (Berbadan Hukum)2. Peredaran bruto bisnis kurang dari 4,8M per tahun3. UMKM sudah memulai usahanya dan memiliki badan hukum minimum 2 tahun.4. UMKM melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kemayoran.Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 191 UMKM yang peredaran bruto bisnisnya kurang dari 4,8M per tahun di Mega Glodok Kemayoran, Jakarta Pusat.3.5 Teknik Pengumpulan Data3.5.1 Studi PustakaStudi pustaka yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan objek penelitian. Setelah pengumpulan data dilakukan maka data tersebut diolah, dalam penyusunan laporan penelitian ini penulis melakukan pengolahan data sebagai berikut:a) Mengumpulkan terlebih dahulu data-data yang telah diperoleh dari pihak perusahaan.b) Mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis, buku-buku atau literature yang berhubungan dengan materi laporan penelitian.c) Mengkombinasikan hubungan data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk tesis.3.5.2 KuesionerMenurut Sugiyono (2009), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Hasil kuesioner akan dimasukan dalam angka-angka, tabel-tabel dan menggunakan pengolahan statistik yaitu program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Program SPSS akan membantu peneliti dalam pembuatan analisis serta kesimpulan dan saran. 3.6 Metode Analisis Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda dengan bantuan program software SPSS. Sebelum dilakukan pengujian regresi linear berganda, data atas jawaban kuesioner terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Kemudian setelah data dinyatakan valid dan reliable dilanjutkan dengan uji asumsi klasik yang antara lain uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas yang selanjutnya setelah uji asumsi klasik terpenuhi maka baru dapat dilakukan uji regresi linear berganda.3.6.1 Uji ValiditasValiditas butir pernyataan dinyatakan valid dengan membandingkan hasil antara r-hitung dengan r-table yang mana r-hitung diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan program SPSS Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel dengan taraf kepercayaan tertentu, berarti instrumen tersebut memenuhi kriteria validitas. Taraf kepercayaan yang digunakan dalan uji validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 191 (N=191). Item-item yang memiliki nilai r hitung > r tabel item tersebut dinyatakan valid.

Dimana :rxy: koefisien relasi product moment item dan totaln: jumlah subjek yang ditelitiX: skor tiap itemY: total nilai untuk setiap variabel yang diteliti3.6.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbachs alpha diukur berdasarkan skala Cronbachs alpha 0 sampai 1. Rumus koefisien reliabilitas Cronbachs alpha adalah sebagai berikut (Sugiyono;2009):

Dimana:K= Mean kuadrat antara subyeksi2= Mean kuadrat kesalahanSt2= Varians totalDasar pengambilan keputusan :a) Jika alpha < 0,60 berarti konstruk tidak reliable.b) Jika alpha > 0,60 berarti konstruk reliable.3.6.3 Analisis Regresi BergandaHubungan antara variabelvariabel independen dengan variabel dependen tersebut dapat digambarkan melalui persamaan regresi linear berganda berikut:Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 +Dimana :Y= Kepatuhan WP UMKM= Konstanta1, ... n= Koefisien regresiX1= Persepsi Keadilan atas PP 46 Tahun 2013 (X1)X2= Pengetahuan atas PP 46 Tahun 2013 (X2)X3= Penyerdehanaan Administrasi (X3)X4= Ketegasan Sanksi dan sosialisasi Pemerintah atas implementasi PP 46 Tahun 2013= error (tingkat kesalahan)Pengujian regresi ini ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian. Namun, pengujian hipotesis baru dapat dilakukan jika sudah terpenuhinya asumsi klasik yang antara lain uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.3.6.4 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi dasar klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) Uji NormalitasPengujian normalitas data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji Kolmogorov dan Smirnov. Pengambilan keputusan pada uji Kolmogrov-Smirnov didapatkan dari nilai Sig. uji Kolmogrov-Smirnov, dimana jika nilai sig. lebih besar (>) 0,05 maka distribusi data dinyatakan normal (Wahana Komputer, 2005). 2) Uji MultikolinearitasPengujian Multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dengan cara menghitung VIF (Variance Inflanatory Factor) dan Tol (Tolerance). Nilai VIF diatas 10 dan Tol dibawah 0,01 maka berarti terjadi Multikolinearitas (Wahana Komputer, 2005). Nilai VIF dibawah 10 dan Tol diatas 0,01 maka berarti tidak terjadi multikolinearitas.3) HeteroskedastisitasUntuk mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah melalui uji Gletser. Dalam uji Gletser dilakukan regresi kesalahan penggangu terhadap setiap variabel bebas yang diduga. Dari hasil pengujian tersebut akan diambil keputusan, bila angka signifikansi > 0,05 (Alhusin, 2003) pada taraf kepercayaan 95%, maka tidak heteroskedastisitas terjadi.3.6.5 Analisis Koefisien KorelasiAnalisis korelasi ganda berfungsi untuk mencari besarnya hubungan kontribusi dua variabel bebas (X1 dan X2) atau lebih secara simultan dengan veriabel terikat (Y), Sugiyono (2007) yang menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :R y . x1 x2: Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama denganvariabel Yr yx1: Korelasi Product Moment antara X1 dengan Yr yx2: Korelasi Product Moment antara X2 dengan Yr x1x2: Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2Untuk mengukur koefisien korelasi digunakan rumus Korelasi Product Moment (PPM) dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < +1), apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r=0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.3.6.6 Analisis Koefisien DeterminasiPengujian koefisien determinasi dipergunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari persamaan regresi sebelumnya dapat dihitung R2 (Coefficient of determination) yang menunjukkan persentase variabel Kepatuhan WP UMKM yang mampu dijelaskan oleh model. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya koefisien determinasi berganda R2 berada di antara nilai 0-1. Pengujian data dengan tes regresi akan dianalisis dengan menggunakan paket program komputer pengolahan data statistik SPSS.3.6.7 Uji HipotesisHipotesis teoritis yang terdapat pada bab 2 kemudian di uji sebagai hipotesis statistik dengan menggunakan uji regresi. Hipotesis teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas signifikan atau tidak terhadap variabel terikat secara individual pada taraf kesalahan yang dipilih yaitu pada taraf 5% ( = 0,05).1) Menentukan ttabelUntuk menentukan ttabel pertama kali ditentukan Df. Dalam penelitian ini yang ditentukan adalah 5%. Df diperoleh dari rumus (n-k) atau jumlah data dikurang 4 (empat). Dalam penelitian ini jumlah data yang digunakan adalah 191, sehingga Df = 191 4 = 187.2) Menentukan thitungUntuk menentukan thitung dilakukan pengolahan data menggunakan alat bantu program statistik SPSS for windows.3)Membandingkan thitung dengan ttabel. Untuk menentukan diterima atau ditolak hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut: thitung< ttabel, berarti Ho gagal ditolakthitung ttabel, berarti Ho ditolak4) Pengambilan keputusanPengambilan keputusan dilakukan sesuai dengan hasil perbandingan thitung dengan ttabel2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)Uji F (f-test) dalam penelitian ini untuk menguji signifikansi koefesien secara simultan dengan uji F pada taraf kesalahan 5% ( = 0,05).

Sumber: Supranto. J (2001: 262)Dimana:R2= Koefisien Determinasi BergandaK= Banyaknya Variabel Bebasn= Jumlah Pengamatan Membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:Fhitung< Ftabel, berarti Ho gagal ditolak Fhitung Ftabel, berarti Ho ditolakIV. Hasil PenelitianBerdasarkan uji statistik dari jawaban masing-masing respon menjelaskan bahwa secara rata-rata wajib pajak UMKM yang menjadi responden penelitian menganggap PP No. 46 tahun 2013 sudah cukup adil dilihat dari aspek distribusinya, manfaat yang diterima, infrastruktur, kemudahan menjalankan aktivitas perusahaan terkait dengan regulasi dan birokrasi, fasilitas-fasilitas umum, kemampuan pembayaran dan besarnya tarif yang dikenakan. Dengan demikian, wajib pajak mengganggap pelaksanaan PP No. 46 tahun 2013 sudah sesuai dengan prinsip keadilan. Cenderung memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang PP No. 46 tahun 2013, hal ini terkait dengan pengetahuan responden dalam hal sistem dan prosedur perpajakan atas PP No. 46 tahun 2013, mengenai batas waktu pembayaran dan pelaporan berdasarkan PP No. 46 tahun 2013, sistem perhitungan hutang pajak berdasarkan PP No. 46 tahun 2013, dan pemahaman mengenai pengisian formulir SPT tahunan dan masa atas PP No. 46 tahun 2013. Memiliki persepsi yang positif terhadap PP No. 46 tahun 2013 karena terbitnya PP No. 46 tahun 2013 dianggap dapat lebih menyederhanakan administrasi sistem perpajakan atau membuat wajib pajak menjadi lebih mudah dalam menyelesaikan kewajiban perpajakannya. Adanya penyederhanaan ini khususnya terkait dengan adanya efisiensi dan efektifitas atas berlakunya PP No. 46 tahun 2013, sistem administrasi pajak menjadi lebih mudah dipahami, dan didukung dengan teknologi informasi yang modern dengan berlakunya PP No. 46 tahun 2013. Rata-rata atau sebagian besar responden mengganggap sanksi dan sosialisasi atas PP No. 46 tahun 2013 masih perlu ditingkatkan lagi, hal ini dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan secara langsung PP No. 46 tahun 2013, dengan mendatangi kampus, pusat-pusat UKM, forum bisnis, memanfaatkan media sosial secara maksimal dalam mengkomunikasikan PP No. 46 tahun 2013. Selain itu, DJP perlu memberikan sanksi yang lebih tegas dengan tidak memberikan toleransi kepada wajib pajak yang melanggar PP No. 46 tahun 2013. Wajib pajak UMKM cukup patuh dalam melaksanakan PP No. 46 tahun 2013, khususnya terkait dengan ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan SPT tahunan dan SPT masa, pengisian SPT tahunan dan SPT masa secara lengkap dan benar sesuai aturan, dan terhindarnya dari tunggakan pajak sampai saat ini.Hasil Uji statistik terhadap uji validitas dan reliabilitas dari masing-masing variabel menunjukan valid dan relibel.4.1 Hasil Pengujian Regresi BergandaHasil uji regresi dalam penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan tabel di bawah ini:Tabel 2 Hasil Uji TModel Unstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.

BStd. ErrorBeta

1(Constant)1,587,943 1,683,094

Persepsi Keadilan,281,044,3806,435,000

Pengetahuan Pajak,188,041,2694,611,000

Penyederhanaan Adiministrasi,168,058,1702,904,004

Sosialisasi dan Saksi,138,051,1612,718,007

a Dependent Variable: Kinerja Pegawai

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut adalah sebagai berikut :1. Variabel persepsi keadilan terhadap kepatuhan WP UMKM menghasilkan nilai t hitung sebesar 6,435 > t tabel sebesar 1,645, dengan nilai signifikan P value 0,000. Dapat disimpulkan bahwa persepsi keadilan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP UMKM.2. Variabel pengetahuan pajak atas PP 46 Tahun 2013 terhadap kepatuhan WP UMKM menghasilkan nilai t hitung sebesar 4,611 > t tabel sebesar 1,645, dengan nilai signifikan P value 0,000. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan atas PP 46 Tahun 2013 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP UMKM.3. Variabel administrasi pajak terhadap kepatuhan WP UMKM menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,904 > t tabel sebesar 1,645, dengan nilai signifikan P value 0,004. Dapat disimpulkan penyederhanaan administrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP UMKM. 4. Variabel ketegasan sanksi dan sosialisasi pemerintah terhadap kepatuhan WP UMKM menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,718 > t tabel sebesar 1,645, dengan nilai signifikan P value 0,007. Dapat disimpulkan bahwa ketegasan sanksi dan sosialisasi pemerintah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP UMKM.4.2 Uji Anova atau Uji FHasil pengujian F digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh variabel persepsi keadilan, pengetahuan pajak atas PP 46 Tahun 2013, administrasi pajak, serta ketegasan sanksi dan sosialisasai pemerintah secara bersama-sama terhadap kepatuhan WP UMKM. Hasil dari pengujian Anova dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3Hasil Pengujian Anova atau Uji FModel Sum of SquaresdfMean SquareFSig.

1Regression2504,8274626,207138,216,000(a)

Residual842,7021864,531

Total3347,529190

a Predictors: (Constant), Sosialisasi dan Saksi, Persepsi Keadilan, Pengetahuan Pajak, Administrasi Pajakb Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak

Merujuk pada tabel 3, hasil regresi variabel persepsi keadilan, pengetahuan pajak atas PP 46 tahun 2013, administrasi pajak, serta ketegasan sanksi dan sosialisasi pemerintah menghasilkan nilai signifikan P value sebesar 0,000 < 0,05. Dengan nilai Fhitung sebesar 138,216 > F tabel sebesar 2,41. Artinya, variabel persepsi keadilan, pengetahuan pajak atas PP 46 tahun 2013, administrasi pajak, serta ketegasan sanki dan sosialisasi pemerintah bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kepatuhan WP UMKM.4.3 Uji Koefisien DeterminasiHasil pengujian koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat di lihat pada tabel berikut ini:Tabel 4Hasil Koefisien DeterminasiModelRR SquareAdjusted R SquareStd. Error of the Estimate

1,865(a),748,7432,12853

a Predictors: (Constant), Sosialisasi dan Saksi, Persepsi Keadilan, Pengetahuan Pajak, Administrasi Pajak

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai Adjusted R-Square sebesar 0,743 atau sebesar 74,3%. Artinya variabel persepsi keadilan, pengetahuan pajak atas PP 46 tahun 2013, administrasi pajak, serta ketegasan sanksi dan sosialisasi pemerintah memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 74,3% terhadap kepatuhan WP UMKM, sedangkan sisanya 25,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian.

V. Kesimpulan Dan Saran5.1 Kesimpulan1. Persepsi keadilan pelaksanaan PP 46 Tahun 2003 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sesuai dengan uji statistik bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel. Dalam penelitian ini persepsi keadilan dalam pelaksanaan PP No.46 Tahun 2013 secara rata-rata bagi wajib pajak sudah cukup adil dilihat dari aspek kemudahannya, sehingga dengan persepsi keadilan yang benar-benar adil baik dari manfaat, fasilitas-fasilitas umum dan kemampuan membayar pajak sesuai dengan kondisi perusahaan akan lebih meningkatkan kepatuhan wajib pajak.2. Pengetahuan pajak pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan adanya pengetahuan wajib pajak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak hal ini terlihat dari survei yang dilakukan rata-rata wajib pajak memahami pajak 1%. Karena ketentuan PP No.46 Tahun 2013 mengharuskan wajib pajak tetap melakukan pembayaran setiap bulan dan pelaporan setiap tahunnya. Ditambah dengan informasi baik penyuluhan dari media elektronik, sehingga dengan terbitnya kebijakan PP No.46 tahun 2013 ini, menjadikan informasi bagi wajib pajak untuk patuh. 3. Administrasi pajak pelaksanaan PP 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan latar belakang terbitnya kebijakan PP 46 Tahun 2013 adalah penyederhanaan sistem administrasi perpajakan, sehingga konsep yang praktis, mudah dan sistem online akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.4. Ketegasan sanksi dan sosialisasi Pemerintah atas PP 46 Tahun 2013 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Walaupun dari Direktorat Jenderal Pajak sudah melakukan sosialisasi dan mempertegas peraturan pelaksanaan PP 46 tahun 2013 dalam upaya memberikan informasi kepada Wajib Pajak tetapi bagi Wajib Pajak masih sangat minim informasi tersebut terkait pelaksanaan PP 46 tahun 2013. Penerbitan PP No.46 Tahun 2013 pada pertengahan tahun 2013, tepatnya di bulan Juli 2013 yang mulai diberlakukan surut di tahun 2013 dalam pelaporan SPT Tahunan. Sehingga DJP perlu memberikan ketegasan sanksi tanpa memberikan toleransi kepada wajib pajak yang melanggar kebijakan PP No.46 Tahun 2013 untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM.5. Persepsi keadilan atas PP 46 Tahun 2013, pengetahuan PP 46 Tahun 2013, administrasi pajak, ketegasan sanksi dan sosialisasi pemerintah secara simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di Mega Glodok Kemayoran (MGK). Dari keempat variable tersebut kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh persepsi keadilan, pengetahuan pajak, administrasi pajak, sanksi dan sosialisasi pemerintah karena memiliki hubungan yang saling terkait dengan perilaku wajib pajak yang memiliki konsep pikiran membayar pajak sekecil-kecilnya sesuai dengan penghasilan yang didapat dan serta prosesnya mudah tanpa adanya sanksi, juga mendapat manfaat dari pembayaran pajak tersebut.

5.2 SaranHasil penelitian menunjukkan persepsi keadilan dan pengetahuan wajib pajak merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian, disarankan kepada Direktorat Jenderal Pajak : 1. Mempercepat proses terwujudnya pemerintahan yang good governance dan menjelaskan secara berkala kepada masyarakat (public) mengenai alokasi penggunaan uang pajak dan menjelaskan dasar berpikir atas proses perhitungan penentuan besarnya tarif pajak. 2. Memperbaiki peraturan perpajakan bagi wajib pajak atas usaha dengan penghasilan tertentu. Dengan memperhatikan kondisi keuangan perusahaan atau jenis usaha dari wajib pajak khususnya UMKM sehingga tidak memberatkan.3. Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya DJP melakukan pendekatan secara personal ke wajib pajak sehingga tepat sasaran.4. Mengikutsertakan para pelaku UMKM dalam merumuskan suatu kebijakan peraturan, seperti mengadakan pertemuan dengan perwakilan-perwakilan pengusaha UMKM. Sehingga DJP dapat mengetahui secara langsung keinginan, kemampuan dan keadaaan UMKM yang sebenarnya.5. Mengadakan kursus secara berkala dan gratis bagi wajib pajak untuk memberikan informasi tentang peraturan perpajakan sehingga wajib pajak paham mengenai tatacara perhitungan dan pelaporan dari kebijakan PP No.46 Tahun 2013.Sehingga tujuan pemerintah mengeluarkan kebijakan PP 46 tahun 2013 untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan, mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi, mengedukasi masyarakat untuk transparansi, dan memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan Negara, dapat tercapai dengan baik sehingga pelaksanaan kebijakan PP 46 tahun 2013 dapat berjalan efektif.