Upload
mochamad-rafandi
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 jurnal rafandi
1/8
1
PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KARATERISTIK PEMBKARAN
PADA MESO-SCALE COMBUSTORDENGAN BACKWARD FACING STEP
Mochamad Rafandi, Lilis Yuliati, Hastono WijayaJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjend. Haryono no. 167, Malang, 65145, IndonesiaEmail :[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik pembakaran pada meso-scale combustor dengan flame
holder backward fasing step menggunakan tiga jenis bahan bakar gas. Variasi jenis bahan bakar gas dalam
penelitian ini yaitu metana, butana dan LPG. Karakteristik pembakaran dalam penelitian ini meliputi flamestability limit, visualisasi nyala api, temperatur api dan temperatur gas hasil pembakaran. Perbandingan
diameter meso-scale combustor yang digunakan adalah D1/D2 = 0,7 sementara material combustor yaitu
quartz glass tube di sisi outlet dan tembaga di sisi inlet. hasil penelitian menunjukkan dari flame stability limit
bahan bakar butana dan LPG memiliki flame stability limit yang hampir sama, sementara bahan baar metana
memiliki range kestabilan yang lebih rendah dari butana dan LPG. Untuk temperatur api butana memilikitemperatur lebih tinggi dari LPG dan metana yaitu sebesar 1042,44 oC pada kecepatan reaktan 18 cm/s. Dari
visualisasi nyala api bahan bakar butana lebih terang dari pada LPG dan metana.
Kata Kunci:Meso-scale combustor, backward facing step, Jenis bahan bakar gas, karakteristik pembakaran
PENDAHULUANSekarang ini kebutuhan akan energi sangat
besar dengan meningkatnya kemajuan
teknologi yang sangat pesat, khususnya
perangkat praktis atau portable yang
umumnya menggunakan listrik yang
dikemas dalam baterai sebagai sumber
energinya. Para produsen berkompetisi
menciptakan sebuah inovasi dengan
membuat sumber energi alternatif untuk
perangkat portable. Utamanya perangkat
seperti smartphone, laptop dan kamera
menjadi beberapa contoh betapa
perangkat-perangkat ini bergantung
dengan baterai. Namun baterai memiliki
kapasitas yang terbatas serta limbah yang
ditimbulkan setelah penggunaan bateraiakan berakibat terhadap pencemaran
lingkungan karena zat kimia yang
terkandung dalam baterai. Untuk
mengurangi ketergantungan terhadap
pemakaian baterai, dikembangkanlah
sumber energi skala mikro berbasis
microcombustion yang disebut
micropower generator (MPG). Hal inilah
menjadi alasan untuk mengembangkan
micro power generator sebagai sumber
pembangkit energi listrik skala kecil
dengan menggunakan bahan bakar
hydrocarbon.
Meso-scale combustor merupakan bagian
terpenting dalam MPG. Meso-scale
combustor berperan mengubah energi
kimia dari bahan bakar menjadi energi
termal sebelum diubah menjadi energi
listrik. Pembakaran pada meso-scale
combustor harus stabil untuk menjamin
kontinuitas pembakitan energi termal.
Tentunya tidak mudah mengingat
terbatasnya waktu pembakaran dalam
ruang bakar (fuel residence time) dan laju
kehilangan kalor (heat loss) yang
mengakibatkan ketidak stabilan
pembakaran. Agar api saat pembakaran
stabil maka upaya yang dilakukan adalahmeningkatkan fuel residence time,
kecepatan reaksi pembakaran dan
mengurangi heat loss. Permasalahan utama
dalam micro combustion adalah
mendapatkan keseimbangan antara
kestabilan api pembakaran dan
memaksimalkan heat output.
Yang, et al 2002 Pembakaran akan
stabil dalam sebuah combustor dengan
backward facing step atau pembesaran
diameter combustor untuk meningkatkanproses pencampuran bahan bakar dan
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]7/25/2019 jurnal rafandi
2/8
2
udara, serta untuk memperpanjang waktu
tinggal reaktan dalam daerah reaksi
pembakaran. Pembesaran diameter
combustor atau backward facing step yaitu
D1 / D2, dengan D1< D2 dan terletak pada
sisi upstream (ujung combustor). Hasilyang didapat adalah bahan bakar dan udara
bisa tercampur sempurna karena adanya
backward facing step. Penelitian yang
dilakukan tersebut menggunakan bahan
bakar hidrogen untuk mengurangi emisi.
Setyawan, 2014 melakukan
penelitian tentang pengaruh jenis bahan
bakar terhadap karakteristik pembakaran
pada meso-scale combustor dengan flame
holder wire mesh. Penelitian tersebut
memvariasikan dua jenis bahan bakar gas,yaitu gas metana dan gas LPG. Pada
percobaan tersebut gas LPG menghasilkan
kestabilan pembakaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gas metana.
Mengacu kepada tingginya densitas
energi yang dihasikan bahan bakar
hidrokarbon dan dua penelitian sebelumya
maka penelitian ini dilakukan
pengembangan yaitu pengaruh jenis bahan
bakar terhadap karakteristik pembakaran
pada meso-scale combustor dengan flame
holder berupa backward facing step
dengan memvariasikan tiga jenis gas yaitu
metana, butana, dan LPG dimana ketiga
gas ini dipilih karena pertimbangan jumlah
ketersediaan dipasaran dan tingginya akan
kebutuhan terhadap ketiga gas tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimental nyata denganmemperhitungkan sejumlah variabel.
Variabel bebas adalah jenis bahan bakar
adalah Liquified petroleum gas (LPG,
dengan komposisi 50% propana dan 50%
butana), gas butana dan metana, debit
bahan bakar (Qf), debit udara (Qa) dengan
variabel terikat batas stabilitas nyala api
(flame stability limit), visualisasi bentuk
nyala api, temperatur nyala api dan
temperatur gas hasil pembakaran.Sementara variabel terkontrolnya adalah
diameter combustor, nilai D1/ D2 0,7
dengan D24,7 mm dan material dari meso-
scale combustor menggunakan tembaga
dan quartz glass tube. Desain combustor
dapat ditunjukkan pada gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Desain meso-scale combustion
dengan backward facing step.
Gambar 2. Skema instalasi penelitian.
Gambar 2. menunjukkan skema
instalasi penelitian dan rangkaian alat
penelitian meso-scale combustor, dimana
pengoksidasi disuplai dari kompresor
sebelum masuk pada flowmeter udara.
Pencampuran udara dan bahan bakar
terjadi pada mixer. Untuk visusalisasi
nyala api menggunakan kamera CANON
600D. Sementara untuk pengambilan data
temperatur nyala api pada meso-scalecombustor menggunakan rangkaian
thermocouple, rangkaian tersebut terdiri
dari thermocouple, data logger dan laptop.
Data logger berfungsi untuk mengolah
data mentah temperatur yang terbaca oleh
thermocoupleagar dapat ditampilkan pada
layar laptop. Titik yang merupakan tempat
pengambilan data temperatur dapat
ditunjukkan pada gambar 3. dimana
temperatur yang diukur adalah temperatur
api dan temperatur gas hasil pembakaran.
7/25/2019 jurnal rafandi
3/8
3
Gambar 3. Titik pengukuran temperatur
nyala api dan temeratur gas hasil
pembakaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. F lame stabil ity limi t
Gambar 4. Grafikflame stability limitpada
meso-scale combustor dengan backward
facing step menggunakan bahan bakarmetana, butana dan LPG
Gambar 4. merupakan grafik flame
stability limit untuk pembakaran bahan
bakar metana, butana dan LPG pada
meso-scale combustor menggunakan
backward facing step. Pada grafik tersebut
terlihat bahwa metana memiliki kestabilan
nyala api yang rendah dibandingkan
dengan butana dan LPG dimana rasio
equivanlennya () 1,14-1,27. Sementarabahan bakar butana dan LPG memiliki
flame stability limit yang hampir sama
dimana untuk butana api dapat stabil pada
rasio equivalen () 1,09-1,49 dan untuk
LPG api stabil pada rasio equivalen ()
1,13-1,59. Sehingga dari grafik tersebut
didapatkan bahwa bahan bakar yang
memiliki kestabilan nyala api paling baik
adalah butana yang memiliki range flame
stability limit yang hampir sama diatas
LPG dan bahan bakar yang memilikiflamestability limit terendah adalah metana.
Karena massa jenis atau densitas
gas metana lebih rendah dari massa jenis
LPG dan butana menyebabkan jumlah
kandungan massa bahan bakar yang
terbakar dengan udara tiap satuan debit
yang sama dengan LPG dan butana lebihrendah dibandingkan dengan jumlah
kandungan massa bahan bakar LPG dan
butana yang terbakar dengan udara.
Sehingga api mudah padam pada saat debit
bahan bakar metana yang rendah.
Sementara pada butana dan LPG hampir
memiliki flame stability yang sama,
dikarenakan didadalam komposisi gas
LPG masih terkandung butana dengan
presentase 50% butana.
Dari nilai rasio ekuivalen rasio,flame stablility limit butana dan LPG
memang terlihat hampir sama. Namun jika
dilihat dari kecepatan reaktan bahan bakar
butana bisa stabil pada kecepatan reaktan
11,19 cm/s 24,21 cm/s. Sementara pada
bahan bakar LPG, stabil pada kecepatan
reaktan 11,35 cm/s 21,89 cm/s dengan
demikinan bahan bakar butana memiliki
kestabilan yang lebih baik dari bahan
bakar LPG.
B.Visualisasi Nyala Api
Gambar 5. Visualisasi bentuk nyala api
pada meso-scale combustor dengan bahan
bakar metana, butana dan LPG pada rasio
ekuivalen 1,2.
Gambar 5. menunjukkan perbedaan
nyala api antara tiga jenis bahan bakarditinjau dari rasio ekuivalen yang sama
7/25/2019 jurnal rafandi
4/8
4
dengan memvariasikan kecepatan reaktan
pada pasing masing bahan bakar. Rasio
ekuivalen pada visualisasi tersebut adalah
= 1,2 dengan kecepatan reaktan 16 cm/s,
17 cm/s dan 18 cm/s. Dari gambar 5. juga
dapat dilihat pada peningkatan kecepatanreaktan nyala api sedikit lebih terang
terang walaupun tidak signifikan,
dikarenakan perbedaan titik keceptan
reaktannya hanya berselisih sedikit.
Kondisi ini dikarenakan dengan semakin
bertambahnya laju alir reaktan atau
kecepatan reaktan maka temperatur yang
dihasilkan pada proses pembakaran juga
meningkat. Dengan meningkatnya
temperatur serta panas yang dihasilkan
pada proses pembakaran menyebabkantemperatur nyala api dan ruang bakar juga
meningkat sehingga radical quenching
semakin rendah yang mengakibatkan jarak
api dengan dinding meso-scale combustor
menjadi semakin dekat.Radical quenching
sendiri adalah berkurangnya jumlah
radikal bebas karena bereaksi membentuk
unsur yang stabil didaerah dekat dinding
meso-scale combustor. Dalam kondisi ini
perbedaan luas penampang api dalam
masing-masing meso-scale combustor
menjadi lebih kecil.
Pada gambar 5. untuk tiga jenis
bahan bakar tersebut ditinjau dari
kecepatan reaksi yang sama ,ketiga bahan
bakar memiliki perbedaan warna api yang
signifikan dimana nyala api butana lebih
terang dibandingkan LPG dan metana.
Heating value atau nilai kalor yang
terkandung dalam setiap bahan bakar
sangat berpengaruh terhadap prosespembakaran yang berlangsung dalam
meso-scale combustor. Hal itu terjadi
karena nilai kalor bahan bakar dapat
menentukan besarnya kecepatan
pembakaran serta temperatur yang
dihasilkan dalam meso-scale combustor.
Dimana heating value sendiri adalah nilai
panas yang dihasilkan dari pembakaran
sempurna suatu zat tertentu tiap satu
satuan massa. Heating value juga akan
dapat mempengaruhi nilai heating releaseatau nilai kalor yang dihasilkan pada saat
proses pembakaran tiap satuan laju debit
bahan bakar dalam meso-scale combustor.
Gambar 6. Visualisasi bentuk nyala api
pada meso-scale combustor dengan bahan
bakar metana, butana dan LPG pada
kecepatan reaktan 17 cm/s.
Gambar 6. dapat dilihat luas
penampang api untuk setiap penambahan
rasio ekuivalen pada masing-masing
meso-scale combustor. Secara umum api
dalam meso-scale combustor yangmenggunakan bahan bakar LPG dan
butana mempunyai luas penampang yang
lebih besar bila dibandingkan dengan api
dalam meso-scale combustor yang
menggunakan bahan bakar metana, baik
pada rasio ekuivalen terendah =1,15
ataupunpada saat rasio ekuivalen =1,25.
Perbedaan luas penampang api terlihat
jelas pada rasio ekuivalen yang lebih kecil
dan perbedaan luas penampang semakinberkurang pada rasio ekuivalen yang lebih
besar.
Gambar 6. juga menunjukan bahwa
luas penampang api menjadi semakin
besar dengan bertambahnya rasio
ekuivalen. Pada rasio ekuivalen =1,15
meso-scale combustor dengan
menggunakan bahan bakar metana
memiliki luas penampang paling kecil bila
dibandingkan dengan luas penampang api
pada meso-scale combustor denganmenggunakan bahan bakar butana dan
7/25/2019 jurnal rafandi
5/8
5
LPG. Hal ini disebabkan karenanilai
heating release yang dihasilkan bahan
bakar metana lebih rendah dibandingkan
dengan nilai heating release yang
dihasilkan bahan bakar LPG yang terbakar
dalam meso-scale combustor. Sehinggaluas penampang api pada meso-scale
combustor dengan menggunakan bahan
bakar LPG dan butana memiliki luas
penampang lebih besar.
C. Temperatur Nyala Api
Gambar 7. Temperatur api pada meso-
scale combustor dengan
bahan bakar metana, butana
dan LPG pada rasio
ekuivalen 1,2.
Pada Gambar 7. menunjukkanbahwa dalam meso-scale combustor
berbahan bakar butana memiliki
temperatur api yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan meso-scale
combustor berbahan bakar LPG dan
metana pada rasio ekuivalen = 1,2
dengan kecepatan reaktan v=16 cm/s, 17
cm/s dan 18 cm/s. Hal ini disebabkan
karena heating release yang dihasilkan
meso-scale combustor berbahan bakar
LPG dan metana lebih besar dari padaheating release yang dihasilkan meso-
scale combustor berbahan bakar metana.
Sehingga menghasilkan nyala api yang
lebih terang dan luas serta temperatur api
yang lebih tinggi. Sementara temperatur
tertinggi dihasilkan bahan bakar butana
yang mana butana memiliki heating value.
Gambar 7. Menunjukkan
temperatur tertinggi berada pada kecepatan
reaktan 18 cm/s. karena pada variasi
kecepatan pembakaran dan rasio ekuivalenyang diukur tersebut, kecepatan reaktan 18
cm/s merupakan kecepatan reaktan
tertinggi, sehingga debit bahan bakar dan
udara yang terbakar juga lebih banyak
dibandingkan dengan variasi kecepatan
yang lain, yang menyebabkan temperatur
api yang dihasilkan juga semakinmeningkat.
Sementara pengukuran temperatur
api saat kondisi kecepatan reaktan
terendah atau 16 cm/s dengan rasio
ekuivalen () = 1,2 menghasilkan
temperatur api yang terendah yaitu
995,24oC untuk butan, semetara pada LPG
dan metana temperaturnya adalah 867,43
oC dan 793,53oC. Hal ini karena kecepatan
reaktan 16 cm/s dalam meso-scale
combustor merupakan kecepatan reaktanterendah, sehingga debit bahan bakar dan
udara yang terbakar juga lebih sedikit
dibandingkan dengan variasi kecepatan
yang lain, yang menyebabkan temperatur
api yang dihasilkan juga semakin
menurun.
Gambar 8. Temperatur api pada meso-
scale combustor dengan
bahan bakar metana, butana
dan LPG pada rasio
ekuivalen 1,2.
Pada kecepatan reaktan yang sama
dengan rasio ekuivalen yang berbeda, pada
Gambar 8. Gambar tersebut menunjukkan
bahwa semakin besar rasio ekuivalen
menunjukan penurunan temperatur. Hal ini
karena pada variasi dengan rasio ekuivalen
yang semakin munjahui 1, yang
menunjukkan bahwa rekasi pembakaran
yang terjadi berlangsung secara sempurna
yang mengakibatkan seluruh bahan bakardapat bereaksi dengan udara menghasilkan
7/25/2019 jurnal rafandi
6/8
6
produk berupa temperatur yang lebih
tinggi dan cahaya yang lebih terang.
Namun pada bahan bakar LPG mengalami
kenaikan temperatur dikarenakan titik dari
pengambilan temperatur mendekati titik
flame stability limit bahan bakar LPG.Pada titik tersebut kecepatan reaktan dari
LPG kurang memadai kecepatan
pembakaran sehingga pada titik tersebut
api mulai kehilangan titik kestabilannya
atau mendekati lift off. Sehingga
temperatur yang dihasilkan pada rasio
ekuivalen 1,15 menjadi rendah. Sementara
pada rasio ekuivalen rasio 1,25 temperatur
yang dihasilkan bahan LPG mengalami
kenaikan dengan temperatur 949,55oC.
Pada gambar 8. dapat dijelaskanbahwa pengukuran temperatur api saat
kondisi kecepatan reaktan 17 cm/s dengan
rasio ekuivalen = 1,15 pada bahan bakar
butana menghasilkan temperatur api yang
tertinggi yaitu 1056,47oC dibandingkan
dengan rasio ekuivalen yang lain = 1,2
yaitu 1008,44oC dan menghasilkan
temperatur api terendah pada rasio
ekuivalen = 1,25 dengan 994,18oC. Hal
ini terjadi karena pada saat rasio = 1,25,
jumlah pengoksidasi yang mengalir dalam
meso-scale combustor terlalu banyak
sehingga bahan bakar yang tersedia akan
kurang terbakar sempurna, sehingga
temperatur yang dihasilkan akan semakin
berkurang. Sementara pada bahan bakar
metana temperatur tertinggi dihasilkan
pada rasio ekuivalen = 1,15 dengan
867,48oC. Sedangkan pada ekuivalen rasio
=1,25 temperaturnya adalah 816,62 oC
dimana merupakan temperatur terendahdari bahan bakar metana pada variasi rasio
ekuivalen.
Pada semua rasio ekuivalen, mulai
dari () = 1,15; 1,2 dan 1,25 temperatur
api yang mampu dihasilkan oleh
pembakaran dalam meso-scale combustor
dengan bahan bakar butana masih lebih
tinggi dibandingkan dengan temperatur api
yang mampu dihasilkan oleh pembakaran
dalam meso-scale combustor dengan
bahan bakar LPG dan metana. Hal inidisebabkan karena heating release yang
dihasilkan meso-scale combustorberbahan
bakar butana lebih besar dari pada heating
release yang dihasilkan meso-scale
combustor berbahan bakar LPG dan
metana. Sehingga menghasilkan nyala api
yang lebih terang dan luas sertatemperatur api yang lebih tinggi.
Gambar 9. Temperatur gas hasil
pembakaran pada meso-scale combustor
dengan bahan bakar metana, butana dan
LPG pada rasio ekuivalen 1,2.
Gambar 9. menunjukkan
temperatur gas buang yang dipengaruhi
oleh kecepatan reaktan terhadap
temperatur api dalam meso-scale
combustoryang dihasilkan. Seiring denganpenambahan massa alir yang diikuti
dengan kecepatan reaktan yang semakin
meningkat mengakibatkan kalor yang
dihasilkan dari proses pembakaran dan
temperatur api semakin tinggi serta daerah
reaksi pembakaran semakin luas.
Dapat dilihat pada Gambar 9.
temperatur gas buang maksimum yang
dapat dicapai oleh meso-scale combustor
berbahan bakar butana yaitu 473,29oC
pada kecepatan reaktan 18 cm/s denganrasio ekuivalen = 1,2. Hal ini karena
pada variasi kecepatan pembakaran dan
rasio ekuivalen yang diukur tersebut,
kecepatan reaktan 18 cm/s dalam meso-
scale combustormerupakan kecepatan
reaktan tertinggi, sehingga debit bahan
bakar dan udara yang terbakar juga lebih
banyak dibandingkan dengan variasi
kecepatan yang lain, yang menyebabkan
temperatur api serta gas buang yang
dihasilkan juga semakin meningkat. Begitujuga halnya dengan meso-scale combustor
7/25/2019 jurnal rafandi
7/8
7
berbahan bakar LPG yang mampu
mencapai temperatur api tertinggi pada
462,23oC pada kecepatan reaktan 18 cm/s
dengan rasio ekuivalen() = 1,2.
Sedangkan pada gas buang metana
temperatur tertinggi adalah 457,83 oCpada kecepatan reaktan 18 cm/s dengan
rasio ekuivalen() = 1,2. Gambar 9. juga
menunjukan bahwa temperatur gas buang
terendah yang dapat dihasilkan oleh
pembakaran dalam meso-scale combustor
dengan bahan bakar butana, LPG dan
metana adalah 412,87oC; 392,93oC;
385,42oC pada kecepatan reaktan 16 cm/s
dengan rasio ekuivalen () = 1,2. Tinggi
rendahnya temperatur gas hasil
pembakaran dipengaruhi oleh temperaturapi dan temperatur yang diserap oleh
dinding combustor.
Gambar 9. Temperatur gas hasil
pembakaran pada meso-scale combustor
dengan bahan bakar metana, butana dan
LPG pada kecepatan reaktan 17cm/s.
Gambar 9. menjelaskan bahwa
pengukuran temperatur gas buang saat
kondisi kecepatan reaktan v= 17 cm/sdengan rasio ekuivalen () = 1,15 ; 1,2
dan 1,25. Karena gas hasil pembakarana
sangant bergantung pada temperatur api
maka ecenderungan grafik sama dengan
grafik temperatur api. Pada bahan bakar
butana menghasilkan temperatur gas buang
yang tertinggi yakni 483,33oC pada rasio
ekuivalen 1,15 dimana merupakan nilai
temperaatur tertinggi gas hasil pembakaran
jika dibandingkan dengan bahan bakar
LPG dan metana. Sedangkan untuk bahanbakar LPG temperatur gas hasil
pembakaran tertinggi dihaslkan pada rasio
ekuivalen 1,25 dengan nilai temperatur
453,29 oC. Hal ini dikarenakan pada titik
rasio ekuvalen 1,15 bahan bakar LPG
berada pada titik dimana api mendekati
batas titik stabilnya. Untuk bahan bakarmetana temperatur pada rasio ekuivalen
yang lebih besar mengalami penurunan
temperatur, dengan temperatur
tertingginya adalah 445,44 oC pada rasio
ekuivalen 1,15.
KESIMPULANDari penelitian yang dilakukan
pada meso-scale dengan backward facing
step menggunakan tiga jenis bahan bakar
yaitu metana ,butana dan LPG adalah:1. Meso-scale berbahan bakar butana dan
memiliki flame stability limit paling luas
dibanding dengan LPG yang hanya
berselisih sedikit dengan butana,
sementara metana memiliki flame stability
yang paling rendah.
2. pada data visualisai nyala api , api yang
dihasilkan butana lebih terang dari LPG
dan metana. Pada ketiga bahan bakar
terlihat lebih terang dengan bertambanya
kecepatan reaktan.
3. Temperatur yang dihasilkan pada meso-
scale combustor dengan bahan bakar
butanan memiliki temperatur api yang
lebih tinggi dibawah LPG, sementara
untuk metana memiliki temperatur paling
randah.
4. sama seperti temperatur api, temperatur
gas hasil pembakaran paling tinggi adalah
pada bahan bakar butana kemudiang LPG
dan laing rendah adalah metana.
7/25/2019 jurnal rafandi
8/8
8
DAFTAR PUSTAKA
Wardana, I.N.G. 2008. Bahan Bakar dan
Teknologi Pembakaran. PT. Danar
Wijaya. Malang: Brawijaya University
Press.
Fernandes-Pello, C. 2002. Micropower
Generation Using Combustion: Issues
and Approaches. Proceedings of The
Combustion Institute Volume 29
Issues 1 Page 883-899. Barkeley:
University of California.
Maruta, K. 2011. Meso Scale Combustor.
Proceedings of The Combustion
Institute Volume 33 Issue 1 Page 125-
150.
Mikami, M., Maeda, Y., Matsui, K., Seo,
T. & Yuliati, L. 2013. Combustion of
Gaseous and Liquid Fuels In Meso-
Scale Tubes With Wire Mesh.
Proceedings of The Combustion
Institute Volume 34 Issue 2 Page
3387-3394.
Yang, W. M., Chou, S. K., Shu, C., Li, Z.
W., and Xue, H. 2002. Combustion in
micro-cylindrical combustors with and
without a backward facing step.
Applied Thermal Engineering Volume
22 Page 17771787.
Coward, H.f., G.W. jones 1952. Limit of
Flammability of Gases dan Vapour.
Li, Z.W., Chou, S. K., Shu, C., Xue, H.,and Yang, W. M. 2005.
Characteristics of premixed flame in
microcombustors with different
diameters. Applied Thermal
Engineering Volume 25 Page 271
281.