23
PEMBACAAN JURNAL BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2016 ASSESMENT OF COMPROMISED FRACTURE HEALING Department of Surgery, Stanford University Medical Center, Redwood City, CA. DISUSUN OLEH : Ahmad Mikhail Ibrahim, S.Ked C111 10 138 SUPERVISOR : Dr.M.Nasser Mustari, Sp.OT

Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

  • Upload
    cimmang

  • View
    84

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Citation preview

Page 1: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

PEMBACAAN JURNAL

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

FEBRUARI 2016

ASSESMENT OF COMPROMISED FRACTURE HEALING

Department of Surgery, Stanford University Medical Center, Redwood City, CA.

DISUSUN OLEH :Ahmad Mikhail Ibrahim, S.Ked

C111 10 138  

SUPERVISOR :Dr.M.Nasser Mustari, Sp.OT

Page 2: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

• Tidak ada kriteria standar untuk mendiagnosa fraktur nonunion.

• Faktor-faktor risiko terjadinya nonunion termasuk penyakit komorbid, usia, dan karakteristik cedera

• Metode tatalaksana fraktur juga memengaruhi penyembuhan. Evaluasi kompeherensif meliputi penilaian tanda, gejala, dan status imunitas dan endokrin sebaik kapasitas biologis fraktur, adanya infeksi, dan kualitas reduksi serta fiksasi

ABSTRAK

Page 3: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

ABSTRAKTes diagnostik meliputi foto polos, CT-scan, USG, fluoroskopi, bone scan, MRI, dan beberapa pemeriksaan laboratorium, termasuk penilaian penanda pergantian tulang pada sirkulasi perifer.

Faktor-faktor risiko yang dipahami untuk kasus nonunion dan tes diagnostik yang digunakan untuk menilai penyembuhan luka dapat memfasilitasi pendekatan evaluasi dan tatalaksana yang sistematis

Page 4: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Penyembuhan fraktur tergantung oleh beberapa faktor, seperti : ketelibatan tulang, lokasi fraktur, dan derajat awal kehilangan tulang

NONUNION

Fraktur nonunion adalah fraktur tulang yang tidak sempurna mengalami pemulihan/penyembuhan dalam waktu 9 bulan setelah cedera dan menunjukkan tidak adanyanya pemulihan yang progresif pada pemeriksaan radiologi serial lebih dari 3 bulan secara berturut-turut.

Page 5: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

INSIDENSI DAN PREVALENSI

Di Amerika Serikat, penyembuhan fraktur yang terlambat

telah dilaporkan mencapai angka 600.000 kasus per tahun dan

100.000 menjadi nonunion secara progresif. Insidensi dan

prevalensi yang dilaporkan memberikan kriteria standar yang

kurang dan berbeda pada penyembuhan fraktur di antara regio

anatomis. Sebagai contoh, angka nonunion pada humerus dalam

rentan <5%-39%.

Page 6: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

• Komorbiditas medis (misalnya diabetes, penyakit vaskular)

• Usia lanjut• Jenis kelamin• Penggunaan nikotin/rokok• Penyalahgunaan alkohol• Penggunaan OAINS• Defisiensi gizi• Terapi radiasi• Kelainan genetik (misalnya neurofibromatosis,

osteogenesis imperfekta, osteopetrosis)• Kelainan metabolik atau endokrin (misalnya

hipotiroidisme, defisiensi vitamin D)

Faktor Intern

al

FAKTOR RESIKO NONUNION

Page 7: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

• Pola cedera tulang• Derajat kommunusi• Aposisi kortikal• Keterlibatan jaringan lunak• Keterlibatan tulang• Lokasi fraktur pada tulang• Status jaringan lunak• Panjangnya kehilangan tulang• Kualitas terapi pembedahan

Faktor Ekstern

al

FAKTOR RESIKO NONUNION

Page 8: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

EVALUASI

• Anamnesis• Pemeriksaan Fisis

1. Klinis

• Foto X-ray• CT Scan • Fluoroskopi• MRI

2. Radiologi

• Kalsium serum,• serum 25 hidroksi.• vitamin D.• TSH• kadar fosfor• alkalin fosfatase

3. Laboratorium

Page 9: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

EVALUASI Klinis :

• Elemen penting pada anamnesis meliputi mekanisme cedera, apakah fraktur tergolong fraktur terbuka atau tertutup, adanya nyeri dengan pengangkatan beban tubuh, instabilitas subjektif, dan riwayat atau gejala infeksi. Klinisi seharusnya secara spesifik menanyakan adanya penyembuhan fraktur yang terlambat, drainase luka postoperatif, dan diagnosis selulitis yang dibuat oleh klinisi lainnya.

• Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai adanya nyeri tekan, pergerakan pada lokasi fraktur, deformitas, status jaringan lunak yang tertutupi, vaskularisasi tungkai, dan range of motion pada sendi yang terkait dengan fraktur. Sebelum manajemen dimulai, panjang tungkai yang tidak sama pada ekstremitas bawah harus dideteksi dan dinilai karakteristiknya. Pada kasus nonunion dengan deformitas, ahli bedah harus menghitung perubahan kompensasi pada sendi yang terlibat

Page 10: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Radiologi

EVALUASI

Tampilan AP, lateral, dan oblik pada ekstremitas yang mengalami fraktur dibutuhkan untuk menilai karakteristik nonunion dan alignment ekstremitas. Ketika reduksi anatomis dan kompresi intrafragmen telah dicapai, penyembuhan primer tulang dengan kalus fraktur seharusnya diharapkan terjadi. Ketika manajemen non pembedahan tau fiksasi yang kurang stabil digunakan, maka penyembuhan sekunder dari tulang dengan formasi kalus sebaiknya diobservasi.• Tanda terjadinya nonunon meliputi tidak adanya jembatan

jaringan tulang pada lokasi fraktur, batas sklerotik fraktur, garis fraktur yang menetap, dan kurang progresifnya penyembuhan fraktur pada gambaran radiologi serial, tampil sebagai kehilangan atau kerusakan implan pembedahan.

Page 11: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

EVALUASI

Page 12: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

EVALUASI

Page 13: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Nonunion hipertrofi

EVALUASI

Page 14: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Nonunion Atrofi

EVALUASI

Page 15: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

EVALUASI

LabAnalisis laboratorium dilakukan setelah evaluasi klinis dan radiologis dan memainkan peranan penting dalam pemeriksaan penyembuhan fraktur. Ketika suatu nonunion dicurigai, penelusuran infeksi harus dilakukan secara lengkap, termasuk hitung darah lengkap dengan diferensial, hitung platelet, laju endap darah, dan kadar protein C-reaktif.gangguan metabolik yang baru terdiagnosis, dengan defisiensi vitamin D menjadi yang paling sering. Patologi lainnya meliputi intake kalsium yang rendah, hipotiroidisme dan hipogonadisme. Usia, jenis kelamin, dan tipe nonunion tidak ditemukan berkaitan dengan abnormalitas endokrin.

Page 16: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Penelitian Brinker et al Meneliti 37 pasien

(1) nonunion tak terduga dengan reduksi dan stabilisasi adekuat, (2) riwayat fraktur energi rendah multipe dengan minimal satu yang berkembang nonunion, atau (3) nonunion dari fraktur pelvis tanpa pergeseran

Tiga puluh satu dari 37 pasien memiliki gangguan metabolik yang baru terdiagnosis, dengan defisiensi vitamin D menjadi yang paling sering. Patologi lainnya meliputi intake kalsium yang rendah, hipotiroidisme dan hipogonadisme. Usia, jenis kelamin, dan tipe nonunion tidak ditemukan berkaitan dengan abnormalitas endokrin.

EVALUASI

Page 17: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Kapasitas Biologi

Deformitas dan atau Infeksi

Status Penderita

KARAKTERISASI NONUNION

Page 18: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Kapasitas Biologi 1. Lingkungan

2. Suplai Vaskuler

• KB Adekuat

Hipertrofik nonunion

• KB Inadekuat

Oligotrofik nonunion • Oligotro

fik dan Hipertrofk Atrofik

nonunion

KARAKTERISASI NONUNION

Page 19: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Deformitas - Deformitas terkait dengan nonunion harus dievaluasi secara lengkap dan dipahami sebelum rencana terapi diformulasikan. Suatu nonunion bisa jadi memiliki alignment yang baik, atau buruk, dan/atau terkait dengan kehilangan tulang

KARAKTERISASI NONUNION

Page 20: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Infeksi Ketika infeksi ada, tujuan tata laksana harus meluas tidak hanya mencapai union fraktur dan koreksi deformitas tetapi juga mencakup eradikasi infeksi karena infeksi dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut dari penanganan nonunion.

KARAKTERISASI NONUNION

Page 21: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

KARAKTERISASI NONUNION

Page 22: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

RINGKASAN Tidak ada kriteria standar yang diterima untuk menentukan kapan fraktur dapat diklasifikasikan sebagai nonunion; sehingga, pemeriksaan penyembuhan fraktur bervariasi antara para ahli bedah ortopedi. Suatu pemahaman yang lebih baik terhadap faktor risiko penyembuhan fraktur yang terhambat, dikombinasikan dengan teknik pencitraan yang semakin berkembang, pemeriksaan laboratorium, serta skoring klinis, seharusnya dapat memfasilitasi evaluasi yang lebih sistematis dan seragam.

Ahli bedah harus memahami properti biologis dari fraktur dan asal dari tiap deformitas yang terkait, menentukan apakah terdapat infeksi, dan mempertimbangkan keseluruhan status medis dari pasien sebelum memformulasikan rencana terapi dari nonunion.

 

Page 23: Jurnal Reading AmiJurnal Reading Ami

Terima Kasih..