Upload
vanhanh
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
1
Abstrak— Surabaya dikenal sebagai salah satu kota yang erat
hubungannya dengan sejarah pertempuran yang membawa nama
Surabaya dijuluki sebagai Kota Pahlawan. Sejarah inilah yang
pada akhirnya memberikan pembeda antara Surabaya dengan
kota-kota yang lainnya. Keberadaan Museum Sejarah dan
Kebudayaan Surabaya ini memiliki tujuan untuk membangkitkan
kembali memori akan asal muasal sejarah kota ini agar para
generasi muda dan semua elemen masyarakat Surabaya tidak
akan lupa bagaimana perjuangan para pahlawan
mempertahankan kota Surabaya. Sebagai identitas, konsep
desain museum ini mengadaptasi dari sifat dari kota Surabaya ini
sendiri dimana sifat tersebut dapat ditilik dari budaya atau
perilaku serta apa yang menjadi ciri khas dari Surabaya itu.
Dengan menggunakan metode metafora, konsep ini akan
diterapkan pada desain eksterior serta interior bangunan dengan
harapan dapat lebih membangkitkan semangat generasi muda
dalam mempelajari sejarah kota Surabaya.
Kata Kunci—Surabaya, Museum, Sejarah, Tema, Kebudayaan.
I. PENDAHULUAN
Museum sejarah dan kebudayaan Surabaya adalah wadah
yang menampung berbagai informasi dan peninggalan-
peninggalan yang berkaitan dengan sejaran kota Surabaya.
Mengusung konsep rekreatif, informatif, dan edukatif, museum
ini menawarkan suasana pameran yang berbeda dengan
museum lainnya. Terdapat pandangan bahwa sebagaian besar
orang menganggap bahwa museum sangat lekat dengan kesan
seram, monoton, serta tidak menarik. Dari fakta inilah,
kemudian muncul sebuah gagasan bagaimana menciptakan
museum yang atraktif serta jauh dari kesan seram agar dapat
menarik minat pengunjung khususnya masyarakat Surabaya
baik dari segi arsitektural eksterior maupun media pameran
pada interior ruangan.
Penggunaan konsep Surabaya sendiri bertujuan agar
bangunan museum ini dapat mencerminkan apa yang
dipamerkannya yaitu sejarah dan kebudayaan Surabaya.
Konsep men-surabaya-kan museum ini berasal dari
penjabaran tema bunglon yang diambil oleh perancang, dan
dengan menggunakan metode penjabaran tema metafora, maka
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebagai bentuk
adapatsi bangunan pada lingkungannya (dalam hal ini kota
Surabaya) yaitu dengan penerapan karakter surabaya. Selain
Penerapan Karakter Surabaya Sebagai Ciri
Desain pada Museum Sejarah dan Kebudayaan
Surabaya Ratry Anggrhayni Pratiwi, dan Ir. Mochammad Salatoen Pujiono, MT.
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
Gambar 1 . Perspektif bangunan Museum Sejarah
dan Kebudayaan Surabaya
Gambar 2. Tampak bangunan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
2
itu, konsep ini juga sebagai ciri desain pada bangunan museum
ini agar kelak bangunan ini dapat memiliki identitasnya
sendiri. Karena pada bidang arsitektur, identitas merupakan
salah satu hal yang cukup penting bagi sebuah karya
arsitektural agar kelak nantinya bangunan ini dapat dikenal dan
dipahami oleh masyarakat. Maka untuk menyampaikan
identitas tersebut bangunan menggunakan elemen-elemen yang
berasal dari penerjemahan metode tertentu dimana nantinya
hal itu akan menjadi dasar perancangan sebuah karya
arsitektur. Karena sebuah arsitektur yang tidak memiliki
identitas maka dia tidak bisa disebut sebagai sebuah arsitektur,
melainkan sebuah bangunan pada umumnya.
II. EKSPLORASI PROSES RANCANG
Metode dalam proses penerapan karakter Surabaya ini
menggunakan metode metafora, dimana kita mencari dahulu
seperti apa karakter Surabaya kemudian kita mengibaratkan
karakter tersebut menjadi bentuk yang nyata untuk
diaplikasikan terhadap bangunan museum. Seperti yang
dikatakan oleh Geoffrey Broadbent dalam bukunya yang
berjudul Design in Architecture bahwa metafora sebagai
penerjemah bentuk dari sesuatu.
Konsep Surabaya ini nantinya diterapkan pada proses
perancangan fasade bangunan, sistem atap bangunan, dan
juga pada perancangan interior bangunan. Dalam hal ini,
perancan memilih beberapa karakter Surabaya yang dirasa
dapat mencerminkan kekhasan dari kota itu untuk
diterapkan pada bangunan museum. Pada konsep eksterior
bangunan, perancang mengambil budaya dan perilaku
masyarakat Surabaya yang blak-blakan atau ceplas ceplos
dalam berbicara. Karakter ini kemudian diintepretasikan
kedalam bangunan berupa konsep kejujuran material pada
bangunan. Sehingga nantinya fasade bangunan tidak akan
dipoles oleh cat ataupun pelapis dinding sehingga
menampilkan keaslian dari material yang dipakainya. Selain
itu, karakter ini juga dapat diintepretasikan kedalam konsep
struktur atap dimana struktur-struktur atap yang ada tidak
disembunyikan atau dalam arsitektur disebut structure
expose (lihat Gambar 4).
Karakter kedua yang diambil dari Surabaya adalah sifat
berani. Sifat ini sangat lekat dengan perjuangan pemuda
pemudi Surabaya dalam pertempuran sepuluh nopember.
Karakter ini diintepretasikan sebagai pemberian akses
merah pada beberapa elemen arsitektur di bangunan
museum karena dalam ilmu psikologi warna merah
merupakan simbol dari energi, gairah, action, kekuatan dan
kegembiraan.
Untuk penerapan konsep pada interior bangunan
perancang tidak lagi mengambil karakter Surabaya
melainkan mencoba mencari hal-hal yang menjadi ciri khas
dari kota tersebut. Diambillah konsep kampung yang
nantinya akan mendasari proses perancangan interior
bangunan. Mengapa kampung ? karena selain dikenal
sebagai kota pahlawan, Surabaya juga banyak dikenal
dengan keberadaan kampungnya. Dalam proses desain ini,
Gambar 5. Aksen merah pada pintu masuk dan
jendela.
Gambar 4. Structure expose
Gambar 3. Perspektif mata normal
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
3
perancang hanya mengambil contoh beberapa kampung yang
nantinya akan dicari ciri khasnya kemudian diterapkan pada
desain interior bangunan. Adalah kampung arab dan
kampung cina yang nantinya menjadi landasan rancang
desain interior dengan pertimbangan bahwa kampung
tersebut merupakan kampung yang paling dikenal oleh
masyarakat luar. Dan pada penggunaan konsep kampung ini,
perancang hanya mengambil sebagian hal yang
menggambarkan kampung tersebut secara visual seperti
elemen-elemen khas kampung tersebut untuk kemudian
diterapkan pada interior ruangan.
Selain mengambil ciri kedua kampung diatas, konsep
kampung juga diterapkan pada penataan ruangan pameran.
Dengan mengadaptasi dari gang-gang kecil pada kampung,
sirkulasi antara ruangan satu dengan ruangan lainnya dibuat
kecil seolah sedang berada di gang sebuah kampung.
III. HASIL DAN EKSPLORASI
Konsep jujur material sebagai bentuk aplikasi dari
konsep blak-blakan dapat dilihat pada fasade bangunan yang
menggunakan material beton unfinished. Dengan fasade yang
tidak dipoles dan masih mempertahankan kekasaran tekstur
beton, diharapkan dapat cukup mewakili karakter Surabaya
yang terkesan terus terang dalam berbicara. (lihat Gambar 3).
Konsep blak-blakan jugaditerapkan pada peletakan struktur
yang tidak tersembunyi (structure expose), dalam hal ini
adalah struktur atap. Dengan menggunakan struktur atap
folding maka akan lebih memudahkan untuk mengekspose
rangka-rangka baja penopang atapnya. Selain itu, pada
beberapa bagian atap (khususnya pada bagian ruangan
kedatangan) material atap menggunakan material kaca
dengan tujuan lebih menunjang konsep structure expose
tersebut. Selain rangka baja, struktur lain yang ditampilkan
adalah struktur penopang atap yaitu struktur beton dan pipa
baja.
Pemberian akses merah sebagai aplikasi dari sifat berani
diterapkan pada aksen pintu masuk utama sebagai vocal
point atau penanda kepada pengujung, serta juga diterapkan
pada aksen jendela. (lihat Gambar 5)
Pada desain interior (seperti Gambar 6) terlihat dominasi
warna merah merupakan aplikasi dari pengambilan ciri khas
kampung cina dimana identik dengan segala sesuatu yang
berwana merah. Pemberian tiang besar berwarna merah pada
ruangan juga merupakan salah satu ciri dari kebudayaan
cina. Selain itu desain lampu juga menggunakan desain
lampion cina agar semakin menambah kekentalan suasana
kampung cina pada ruangan pameran.
Pada penerapan kampung arab (lihat Gambar 7) terlihat
dominasi pattern khas arab yang diterapkan pada dinding
dan juga lantai ruangan pameran. Media pamerannya pun
juga menggunakan geometri yang menjadi ciri dari
kebudayaan arab.
Pada denah ruangan (lihat Gambar 8) terlihat penataan
ruangan dengan sirkulasi yang cukup kecil (1,2 meter) dan
membuat pengnjung masuk dari satu ruangan ke ruangan lain
Gambar 6. Penerapan ciri khas dari kampung cina
pada salah satu ruangan pameran.
Gambar 7. Penerapan ciri dari kampung arab pada
ruangan pameran.
Gambar 8. Penataan ruangan pameran
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4
4
seolah pengunjung masuk dari satu rumah ke rumah lain di
kampung. Selain itu, konsep ruangan ini juga dipengaruhi
oleh jenis benda yang dipamerkan. Mengingat ini adalah
museum sejarah maka dengan penataan ruangan pameran
yang seperti itu diharapkan akan lebih memudahkan
pengunjung untuk mengikuti alur sejarah dari masa ke masa.
IV. KESIMPULAN
Penerapan karakter Surabaya pada bangunan Museum
Sejarah dan Kebudayaan Surabaya berupa desain eksterior
bangunan yang mengusung karakter blak-blakan dan sifat
berani. Sedangkan pada desain interior bangunan mengambil
dari hal lain yang menjadi ciri khas Surabaya yaitu kampung.
Yaitu kampung cina dan kampung arab yang dipilih untuk
menjadi dasar perancangan interior bangunan pada ruangan
pameran museum ini dengan mengambil elemen khas dari
kedua kampung tersebut. Penerapan karakter Surabaya pada
bangunan museum ini bertujuan agar pengunjung lebih bisa
merasakan suasana Surabaya selagi menjelajah kembali
sejarah dan masa lalu kota Surabaya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pengajar Jurusan Arsitektur khususnya dosen pembimbing
atas semua ilmu dan bimbingannya, serta kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penyelesaian jurnal ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Broadbent, Geoffrey.1988. Design in Architecture: Architecture and
The Human Science, Virginia: Fulton.
[2] Duerk, Donna C. 1990. Poetics of Architecture, Theory of Design. New
York: Van Nostrand Reinhold.
[3] http://erbinabaroes.wordpress.com/2013/06/24/arti-warna-dalam-ilmu-
psikologi-lalu-apa-warna-kepribadianmu/ (diakses pada tanggal 15 Juli
2014 pukul 18.47 WIB)
[4] http://museumku.wordpress.com/2010/04/14/bagaimana-mendirikan-
sebuah-museum/ (diakses pada tanggal 15 Juli 2014 pukul 18.50 WIB)
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surabaya (diakses pada tanggal 15
Juli 2014 pukul 18.55 WIB)
[6] http://pungkas018.blogspot.com/2009/02/karakteristik-masyarakat-
surabaya.html (diakses pada tanggal 16 Juli 2014 pukul 20.55 WIB)