41
SEMENTASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR CESIUM-134 ABSTRAK Abdul Wahid Erlangga (061140411492), Program Studi S 1 (Terapan) Teknik Energi Jurusan Teknik KImia, Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Pembimbing : Zulkarnain, S.T M.T Sementasi limbah radioaktif cair adalah suatu proses pemadatan limbah radioaktif cair menjadi padat. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengikat limbah radioaktif cair tersebut dan memudahkan prosedur pengangkutan ketempat penyimpanan akhir agar tidak menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkngan. Semen yang digunakan adalah semen Portland type I dan abu terbang yang digunakan adalah abu terbang dari PLTU Suralaya. Limbah radioaktif yang digunakan adalah Cesium-137 dengan variasi konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) dan waktu pemeraman (28, 60 dan 90 hari). Hasil sementasi yang baik adalah 25% limbah dan waktu pemeraan 90 hari dengan kuat tekan 430,90 kg/cm 2 dan laju perlindian 0,00002 g/cm 2 hari. Nilai kuat tekan dan laju perlindian yang didapat telah memenuhi standar yang diizinkan IAEA yaitu untuk kuat tekan minimum 50 kg/cm 2 dan laju perlindian 10 -2 -10 -3 g/cm 2 hari. Kata Kunci : Cesium-137, Limbah, Radioaktif dan Sementasi PENDAHULUAN Dengan bertambah pesatnya pembangunan, khususnya dibidang teknologi serta makin meningkatnya penggunaan tenaga nuklir di berbagai bidang ilmu pengetahuan, menyebabkan perlunya pemikiran terhadap perencanaan pengelolaan lingkungan secara 1

jurnal sementasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: jurnal sementasi

SEMENTASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR CESIUM-134

ABSTRAKAbdul Wahid Erlangga (061140411492), Program Studi S1(Terapan) Teknik Energi

Jurusan Teknik KImia, Politeknik Negeri Sriwijaya PalembangPembimbing : Zulkarnain, S.T M.T

Sementasi limbah radioaktif cair adalah suatu proses pemadatan limbah radioaktif cair menjadi padat. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengikat limbah radioaktif cair tersebut dan memudahkan prosedur pengangkutan ketempat penyimpanan akhir agar tidak menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkngan. Semen yang digunakan adalah semen Portland type I dan abu terbang yang digunakan adalah abu terbang dari PLTU Suralaya. Limbah radioaktif yang digunakan adalah Cesium-137 dengan variasi konsentrasi (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) dan waktu pemeraman (28, 60 dan 90 hari). Hasil sementasi yang baik adalah 25% limbah dan waktu pemeraan 90 hari dengan kuat tekan 430,90 kg/cm2 dan laju perlindian 0,00002 g/cm2hari. Nilai kuat tekan dan laju perlindian yang didapat telah memenuhi standar yang diizinkan IAEA yaitu untuk kuat tekan minimum 50 kg/cm2 dan laju perlindian 10-2-10-3 g/cm2hari.

Kata Kunci : Cesium-137, Limbah, Radioaktif dan Sementasi

PENDAHULUAN

Dengan bertambah

pesatnya pembangunan,

khususnya dibidang teknologi

serta makin meningkatnya

penggunaan tenaga nuklir di

berbagai bidang ilmu

pengetahuan, menyebabkan

perlunya pemikiran terhadap

perencanaan pengelolaan

lingkungan secara baik.

Pengelolaan dan

pembangunan limbah yang

bersifat radioaktif masih

merupakan masalah yang

berarti di Indonesia. Sampai

saat ini praktis belum

ditemukan teknologi atau tata

cara baik secara kimia

maupun biologis untuk

menetralisir sifat-sifat

radioaktivitas.

Cara yang biasa

dilakukan untuk menangani

limbahnya adalah dengan

membuangnya atau

menyingkarkannya dengan

perlindungan yang ketat agar

sifat-sifat radioaktivitasnya

tidak membahayakan

manusia dan lingkungan.

Misalnya; mmbuang kelaut

yang dalam atau kedalam

1

Page 2: jurnal sementasi

tanah yang dibangun khusus

untuk itu. Sifat radioaktivitas

akan menurun dengan

sendirinya sesuai dengan

waktu paruhnya.

Penanganan limbah

nuklir meliputi segala sesuatu

yang berhubungan

pengolahan, pengangkutan

dan penyimpanan akhir serta

pemantauan lingkungan yang

berbeda dengan penanganan

limbah biasa. Penanganan

yang berupa penyimpanan

sementara, pengangkutan dan

penyimpanan akhir sangat

cocok bila limbah berada

dalam bentuk padat karena

pada kondisi resiko lepasnya

radioanuklida ke lingkungan

dapat dikurangi.

Limbah radioaktif cair

yang berumur pendek, salah

satu limbah nuklir di PTPN

Bandung, penanganannya

selama ini adalah dengan

sistem tunda dan meluruh

(delay and decay), yaitu

disimpan dalam suatu

penampungan dan dibiarkan

terjadinya peluruhan, tetapi

untuk limbah cair yang

mempunyai waktu paruh

panjang ini tidak memadai.

Salah satu radionuklida yang

mempunyai waktu paruh

panjang adalah Cesium-137.

Radionuklida ini mempunyai

waktu paruh yang panjang

dan bersifat toksik.

Penanganan yang bersifat

sementara, pengangkutan dan

penyimpanan akhir limbah

cair memberikan resiko

lepasnya limbah ke

lingkungan. Oleh karena itu

haruslah diubah kedalam

bentuk padatan, karena pada

kondisi ini limbah Cesium

terkukung oleh bahan

pemadat, sehingga resiko

lepasnya radionuklida ke

lingkungan dapat dikurangi.

TINJAUAN PUSTAKALimbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah

jenis limbah yang mengandung atau

terkontaminasi radionuklida pada

konsentrasi atau aktivitas yang

melebihi batas yang diijinkan

(Clearance level) yang ditetapkan

2

Page 3: jurnal sementasi

oleh Badan Pengawas Tenaga

Nuklir. Definisi tersebut digunakan

di dalam peraturan perundang-

undangan. Pengertian limbah

radioaktif yang lain mendefinisikan

sebagai zat radioaktif yang sudah

tidak dapat digunakan lagi, dan/atau

bahan serta peralatan yang terkena

zat radioaktif atau menjadi radioaktif

dan sudah tidak dapat

difungsikan/dimanfaatkan. Bahan

atau peralatan tersebut terkena atau

menjadi radioaktif kemungkinan

karena pengoperasian instalasi nuklir

atau instalasi yang memanfaatkan

radiasi pengion.

Sumber Biodiesel

Terdapat berbagai macam minyak dapat diproduksi menjadi biodiesel, seperti :

a. Bahan baku minyak nabati

murni; biji kanola dan minyak

kedelai paling banyak

digunakan. Minyak kedelai

paling banyak digunakan 90%

sebagai stok bahan bakar di

Amerika.

b. Minyak jelantah.

c. Lemak hewan termasuk produk

turunan seperti asam lemak

Omega-3 dari minyak ikan.

d. Algae juga dapat digunakan

sebagai bahan baku biodiesel

yang dapat dibiakkan dengan

menggunakan bahan limbah

seperti air selokan tanpa

menggantikan lahan untuk

tanaman pangan.

e. Lemak hewani sangat terbatas

dalam persediaan dan tidak

efisien meningkatkan kadar

lemak dalam hewani tidak

dapat diacuhkan dan dapat

dijadikan sebagai pengganti

penggunaan petrodiesel dalam

jumlah kecil. Hingga sekarang,

investasi senilai USD 5 juta

sedang dibuat pabrik di

Amerika direncanakan akan

memproduksi 11.4 juta liter

biodiesel dari perkiraan 1

milyar kg lemak ayam setiap

tahun dari peternakan ayam

lokal.

Minyak nabati

sebagai sumber utama

biodiesel dapat dipenuhi oleh

berbagai macam jenis

tumbuhan tergantung pada

sumber daya utama yang

banyak di suatu tempat/

negara. Indonesia merupakan

negara yang memiliki banyak

3

Page 4: jurnal sementasi

sumber daya alam yang bisa

dimanfaatkan sebagai bahan

baku biodiesel.

Biodiesel dihasilkan

dengan mereaksikan minyak

tanaman dengan alcohol

dengan menggunakan zat

basa sebagai katalis pada

suhu dan komposisi tertentu,

sehingga akan menghasilkan

dua zat yang disebut alkil

ester dan gliserin. Etil ester

asam lemak memiliki rumus

molekul Cn-1H2(n-r)-1CO-OC2H5

dengan nilai yang umum

adalah angka genap antara 8

sampai dengan 24 dan nilai r

yang umum 0,1,2 atau 3.

Beberapa metal ester yang

diketahui adalah :

a. Etil Stearat, C17H35COOC2H5 [n = 8 ; r = 0]

b. Etil Palmiat, C15H31COOC2H5 [n = 16 ; r = 0]

c. Etil Laurat, C11H23COOC2H5

[n = 12 ; r = 0] d. Etil Oleat, C17H33COOC2H5

[n = 18 ; r = 1] e. Etil Linoleat ,

C17H31COOC2H5 [n = 18 ; r = 2]

f.Etil Linoleanat, C17H29COOC2H5 [n = 18 ; r = 31]

Alpukat

Persea americana

adalah salah satu genus dari

kurang lebih 150 spesies

dalam famili Lauraceae.

Genus Persea

dikelompokkan dalam 3

subgenera, yaitu: Machilus,

Mutisiopersa dan

Beilschmiedia. Secara

taksonomi, Persea

diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana

Menurut hasil analisis

Alsuhendra, et al., (2007) biji

alpukat memiliki kandungan

air 12,67 %, kadar abu 2,78

%, kandungan mineral 0,54

% lebih tinggi dari biji buah

lainnya. Biji alpukat seperti

yang ditunjukkan Gambar 1,

kaya akan sumber campuran

kompleks senyawa

polifenolik mencakup dari

yang sederhana katekin dan

epikatekin dengan zat

4

Page 5: jurnal sementasi

polimerik terbesar. Biji

alpukat merupakan tempat

penyimpanan cadangan

makanan bagi tumbuhan,

selain buah, batang, dan akar.

Pati merupakan penyusun

utama cadangan makanan

tumbuh-tumbuhan. Pati

adalah polimer D-glukosa

dan ditemukan sebagai

karbohidrat simpanan dalam

tumbuhan. Pati terdapat

sebagai butiran kecil dengan

berbagai ukuran dan bentuk

yang khas untuk setiap

spesies tumbuhan. Pati terdiri

atas dua polimer yang

berlainan, senyawa rantai

lurus, amilosa, dan komponen

yang bercabang, amilopektin

(deMan, 1997)

Gambar 1 : Biji Alpukat

Minyak biji alpukat

adalah minyak nabati yang

diperoleh dari biji buah

alpukat (Persea gratissima).

Menurut Widioko (2009),

disamping daging buahnya

biji alpukat juga memiliki

potensi karena kandungan

proteinnya tinggi bahkan

kandungan minyaknya

hampir sama dengan kedelai.

Dari penelitiannya diketahui

bahwa rendemen yang

diperoleh melalui proses

ekstraksi biji alpukat dengan

menggunakan pelarut Iso

Propil Alkohol dan n-hexane

sebesar 17,868% dan

18,689%. Menurut

Rachimoellah (2009), Biji

alpukat dapat dijadikan

sebagai sumber minyak

nabati yang nantinya diolah

untuk menghasilkan biodiesel

dengan proses

transesterifikasi karena

mengandung trigliserida serta

kandungan asam lemak bebas

(FFA) yang rendah yakni

0,367% - 0,82%, seperti yang

tercantum pada Tabel berikut

ini:

Karakteristik Fisika Minyak Biji Apukat

5

Page 6: jurnal sementasi

Karakteristik Jumlah

Specific Gravity(25 o C) 0,915-0,916

Melting point 10,50 oC

Flash point 245°C

Refractive index 1,462

Viscosity 0,357 poise

(sumber : Winarti dan Purnomo, 2006)

Biji alpukat

mengandung 15% sampai

dengan 20% minyak. Minyak

biji alpukat belum

dimanfaatkan secara

maksimal, di Indonesia

minyak biji alpukat sebagai

biodiesel belum cukup

populer, lain halnya dengan

beberapa negara maju seperti

Amerika. Di Amerika sudah

dilakukan penelitian tentang

bahan bakar biodiesel dari

biji alpukat sejak tahun 1994

dan pada tahun 2004 telah

dilakukan percobaan oleh

serombongan ekolog yang

dipimpin Zak Zaidman

melakukan melakukan

perjalanan dari California ke

Costarica berkendaraan bus

berbahan bakar biodiesel

alpukat. Bus keluaran sebuah

pabrik di Amerika serikat

tahun 1974 itu diisi dengan

130 liter minyak alpukat. Bus

melintasi Guatemala, El

Savador, Honduras,

Nicaragua, dan terakhir

Costarica dengan bahan bakar

tersisa 55 liter. Hal itu karena

kadar belerang dalam Persea

americana kurang dari 15

ppm (kadar belerang solar

umumnya 1500-4100 ppm)

sehingga pembakaran

berlangsung sempurna. Emisi

CO dan CO2 bisa ditekan

sehingga polusi udara pun

bisa dikurangi. Karakteristik

kimia minyak biji alpukat

dapat dilihat pada Tabel.

Karakteristik Kimia Minyak Biji Apukat

Karakteristik Jumlah

FFA 0,367%-0,82%Bilangan Saponifikasi

(mg KOH/g) 246,840Bilangan Iodin (mg iodine/g) 42,664Bilangan Asam (mg KOH/g) 5,200

Bilangan Ester 241,640

Bilangan Peroksida 3,3Bahan yang tak tersabunkan 15,250 %

(sumber : Winarti dan Purnomo, 2006)

6

Page 7: jurnal sementasi

Minyak nabati yang

memiliki kandungan FFA

rendah dapat menghasilkan

rendemen minyak yang besar.

Pada percobaan dengan

perlakuan kandungan FFA

menunjukkan semakin besar

kandungan asam lemak bebas

maka semakin kecil konversi

biodiesel yang dihasilkan.

Adanya kandungan FFA yang

tinggi akan menyebabkan

pembentukan sabun yang

selanjutnya akan tercampur

dengan bahan baku, sehingga

menghambat proses

tansesterifikasi dan

memperkecil produksi

biodiesel (Susilo,2006).

Minyak biji alpukat memiliki komposisi asam lemak yang tersusun oleh 10 asam lemak dengan kandungan asam lemak terbesar adalah asam oleat (C17H33COOH) sebesar 70,54% dan asam palmetat (C15H31COOH) sebesar 11,85%. Komposisi asam lemak minyak biji alpukat selengkapnya dapat terlihat pada Tabel.

Komponen Asam Lemak Minyak Biji Alpukat

Asam LemakPersentase

(%)

Palmetic Acid C16 : 1 11,85Palmitoleic Acid C16 : 1 3,98

Stearic Acid C18 : 0 0,87

Oleic Acid C18 : 1 7 70,54

Linoleic Acid C18 : 2 9,45

Linolenic Acid C18 : 3 0,87

Arachidic Acid C20 : 0 0,50

Eliosenoic Acid C20 : 1 0,39

Behenic Acid C22 : 0 0,61Lignoceric Acid C24 : 0 0,34

(sumber : Pramudono, 2004)

Ekstraksi

Ekstraksi adalah

pemisahan suatu zat dari

campurannya dengan

pembagian sebuah zat

terlarut antara dua pelarut

yang tidak dapat tercampur

untuk mengambil zat terlarut

tersebut dari satu pelarut ke

pelarut yang lain. Seringkali

campuran bahan padat dan

cair (misalnyabahan

alami)tidak dapat atau sukar

sekali dipisahkan dengan

metode pemisahan mekanis

7

Page 8: jurnal sementasi

atau termis yang telah

dibicarakan. Misalnya

saja,karena komponennya

saling bercampur secara

sangat erat, peka terhadap

panas,beda sifat-sifat fisiknya

terlalu kecil, atau tersedia

dalam konsentrasi yang

terlalu rendah.

Dalam hal semacam.

itu, seringkali ekstraksi

adalah satu-satunya proses

yang dapat digunakan atau

yang mungkin paling

ekonomis. Sebagai contoh

pembuatan ester (essence)

untuk bau-bauan dalam

pembuatan sirup atau minyak

wangi, pengambilan kafein

dari daun teh, biji kopi atau

biji coklat dan yang dapat

dilihat sehari-hari ialah

pelarutan komponen-

komponen kopi dengan

menggunakan air panas dari

biji kopi yang telah dibakar

atau digiling.

Katalis

Katalis memegang

peranan yang sangat penting

pada perkembangan industry

kimia. Dewasa ini, hampir

setiap produk industry kimia

dihasilkan melalui proses

yang memanfaatkan jasa

katalis.

Katalis dapat

didefinisikan sebagai zat

yang dapat mempercepat dan

mengendalikan reaksi.

Dengan katalis, reaksi dapat

berjalan pada kondisi yang

lebih lunak (temperatur dan

tekanan rendah) dengan laju

dan aktivitas yang tinggi.

Kemampuan inilah yang kini

menjadi tumpuan harapan

manusia untuk memenuhi

efisiensi waktu, bahan baku,

energy dan upaya pelestarian

lingkungan.

Berdasarkan fasa

katalis, reaktan dan produk

reaksinya, katalis dapat

dikelompokkan menjadi dua

yaitu :

a. Katalis homogeni adalah katalis

yang berfasa sama dengan fasa

campuran reaksinya.

b. Katalis heterogen adalah katalis yang berbeda fasa dengan reaktan dan produk reaksinya.

Katalis homogen pada

umumnya memiliki aktivitas

8

Page 9: jurnal sementasi

yang lebih tinggi

dibandingkan dengan katalis

heterogen karena setiap

molekul katalis aktif sebagai

katalis. Katalis heterogen,

yang biasanya berupa

padatan, memiliki pusat aktif

yang tidak seragam. Tidak

semua bagian permukaan

padatan dapat berfungsi

sebagai pusat aktif dan tidak

semua pusat aktif memiliki

keaktifan yang sama. Bahkan

pada keadaan yang terburuk,

bagian permukaan yang satu

dapat meracuni bagian yang

lainnya.

Heterogenitas

permukaan ini menyebabkan

katalis heterogen menjadi

kurang efektif dibandingkan

dengan katalis homogen.

Walaupun demikian, katalis

heterogen tetap digunakan

dalam industri karena mudah

dipisahkan dari campuran

reaksinya. Selain itu, katalis

heterogen lebih stabil

terhadap perlakuan panas

sehingga reaksi dan

regenerasi katalis dapat

dilakukan pada temperature

tinggi. (Subagio, 1992)

Katalisator yang digunakan bisa

berupa asam, garam atau penukaran

ion. Katalisator asam yang biasa

digunakan untuk proses alkoholisis

diantaranya adalah asam sulfat, asam

fosfat dan asam klorida. Sedangkan

untuk basa digunakan katalisator

kalium hidroksida. Pada reaksi

alkoholisis, pemilihan katalis

berhubungan pula dengan suhu

reaksinya. Katalis basa tidak

memerlukan suhu yang tinggi,

sementara katalis asam umum

digunakan untuk suhu sekitar 100oC.

(Groggins, 1958)

Esterifikasi

Esterifikasi adalah

tahap konversi dari asam

lemak bebas menjadi ester.

Esterifikasi mereaksikan

minyak lemak dengan

alkohol. Katalis-katalis yang

cocok adalah zat berkarakter

asam kuat dan, karena ini,

asam sulfat, asam sulfonat

organik atau resin penukar

kation asam kuat merupakan

katalis-katalis yang biasa

terpilih dalam praktek

9

Page 10: jurnal sementasi

industrial. Untuk mendorong

agar reaksi bisa berlangsung

ke konversi yang sempurna

pada temperatur rendah

(misalnya paling tinggi 120°

C), reaktan metanol harus

ditambahkan dalam jumlah

yang sangat berlebih

(biasanya lebih besar dari 10

kali nisbah stoikhiometrik)

dan air produk ikutan reaksi

harus disingkirkan dari fasa

reaksi, yaitu fasa minyak.

Melalui kombinasi-kombinasi

yang tepat dari kondisi-

kondisi reaksi dan metode

penyingkiran air, konversi

sempurna asam-asam lemak

ke ester metilnya dapat

dituntaskan dalam waktu 1

sampai beberapa jam.

RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O

Reaksi esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester

Esterifikasi biasa

dilakukan untuk membuat

biodiesel dari minyak

berkadar asam lemak bebas

tinggi (berangka-asam ≥ 5

mg-KOH/g). Pada tahap ini,

asam lemak bebas akan

dikonversikan menjadi metil

ester. Tahap esterifikasi biasa

diikuti dengan tahap

transesterfikasi. Namun

sebelum produk esterifikasi

diumpankan ke tahap

transesterifikasi, air dan

bagian terbesar katalis asam

yang dikandungnya harus

disingkirkan terlebih dahulu.

Transesterifikasi

Transesterifikasi

(biasa disebut dengan

alkoholisis) adalah tahap

konversi dari trigliserida

(minyak nabati) menjadi alkil

ester, melalui reaksi dengan

alkohol, dan menghasilkan

produk samping yaitu

gliserol. Di antara alkohol-

alkohol monohidrik yang

menjadi kandidat

sumber/pemasok gugus alkil,

metanol adalah yang paling

umum digunakan, karena

harganya murah dan

reaktifitasnya paling tinggi

(sehingga reaksi

disebut metanolisis). Jadi, di

sebagian besar dunia ini, biodiesel

praktis identik dengan ester metil

asam-asam lemak (Fatty Acids Metil

10

Page 11: jurnal sementasi

Ester, FAME). Reaksi

Transesterifikasi dari Trigliserida

menjadi ester metil asam-asam

lemak :

Transesterifikasi juga

menggunakan katalis dalam

reaksinya. Tanpa adanya

katalis, konversi yang

dihasilkan maksimum namun

reaksi berjalan dengan

lambat. Katalis yang biasa

digunakan pada reaksi

transesterifikasi adalah

katalis basa, karena katalis ini

dapat mempercepat reaksi.

Reaksi transesterifikasi

sebenarnya berlangsung

dalam 3 tahap yaitu sebagai

berikut:

a. Trigliserida (TG) + CH3OH Digliserida (DG) +

R1COOCH3 b. Digliserida (DG) + CH3OH

Monogliserida (MG) + R2COOCH3

c. Monogliserida (MG) + CH3OH

Gliserol (GL) + R3COOCH3

Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-

asam lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:

a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi

b. Memisahkan gliserol

c. Menurunkan temperatur reaksi

(transesterifikasi merupakan

reaksi eksoterm)

Transesterifikasi juga

menggunakan katalis dalam

reaksinya. Selain mempercepat

reaksi katalis juga berfungsi sebagai

penetral dari asam lemak yang

terkandung dalam minyak biji karet.

Katalis basa yang dapat digunakan

untuk reaksi

biodiesel adalah NaOH dan KOH.

Biodiesel adalah senyawa mono

alkil yang diproduksi melalui

reaksi transesterifikasi antara

trigliserida (minyak nabati, seperti

minyak sawit, minyak jarak dll)

dengan metanol menjadi metal

ester dan gliserol dengan bantuan

katalis basa. Biodiesel mempunyai

rantai karbon antara 12 sampai

dengan 20 serta mengandung

oksigen. Adanya oksigen pada

biodiesel membedakannya dengan

11

Page 12: jurnal sementasi

petroleum diesel (solar) yang

komponen utamanya hanya terdiri

dari hidrokarbon. Jadi komposisi

biodiesel dan petroleum diesel

sangat berbeda.

Kualitas Biodiesel Berdasarkan Standar nasional Indonesia

Berdasarkan Badan Standar

Nasional Indonesia, produk

biodiesel yang dihasilkan haruslah

memenuhi karakteristik tertentu

agar bisa digunakan. Spesifikasi

produk biodiesel dapat dilihat pada

Tabel:

Tabel Spesifikasi Biodiesel

12

Page 13: jurnal sementasi

Properti Satuan Batas Metode

Max/Min ASTM

Titik bakar oC 130 min. D93Air & Sedimen

% volume 0,50 maks D2709

Viskositas (40 oC)

mmo/detik 1,9 – 6,0 D445

Abu sulfat Sulfur %mass

0,020 maks D874

S 15 Grade Ppm 15 maksCopper Strip Corrosion No.3 maks D130

Cetane 47 min. D613Residu Karbon %mass 0,50 maks D4530

pHmgKOH

/grm 0,80 maks D664Gliserin bebas %mass

0,020 maks D6584

Total Gliserin %mass

0,240 maks D6584

Kandungan Phosphat %mass

0,001 maks D4951

Temperatur Distilasi oC 360 maks D1160

(sumber : http://www.bsn.go.id / )

Keuntungan Penggunaan Biodiesel

Dari berbagai penelitian yang

telah dilakukan, berbagai keuntungan

yang dapat diperoleh dari

penggunaan biodiesel, antaranya

adalah :

a. Dihasilkan dari sumber daya

energy terbarukan dan

ketersediaan baan bakunya

terjamin.

b. Angka setana tinggi (bilangan

yang menunjukkan ukuran baik

tidaknya kualitas solar

berdasarkan sifat kecepatan

bakar dalam ruang bakar mesin).

c. Viskositas tinggi sehingga

mempunyai sifat pelumasan

yang lebih baik daripada solar

13

Page 14: jurnal sementasi

sehingga dapat memperpanjang

umur pakai mesin.

d. Dapat diproduksi secara lokal.

e. Mempunyai kandungan sulfur rendah.

f. Menurunkan emisi gas buang.

g. Pencampuran biodiesel dengan

petroleum diesel dapat

meningkatkan dapat

meningkatkan biodegradability

petroleum diesel sampai 500%.

h. Dapat diperbarui.

i. Menurunkan emisi.

j. Menghilangkan asap hitam.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat Yang Digunakan

Untuk Ekstraksi Minyak :

o Seperangkat Alat Ekstraksi

o Labu Erlenmenyer 100 ml

o Gelas Kimia 500 ml

o Termometer

o Spatula

o Neraca Analitik

o Penangas Air

Untuk Analisa Minyak Mentah :

o Refraktometer

o Piknometer

o Oven

o pH meter

o Labu ukur 100 ml

o Corong

o Buret 50 ml

o Gelas kimia 100 ml

o Pengaduk

o Spatula

o Pipet tetes

o Kaca arloji

o Neraca analitis

o Erlenmeyer 100 ml

o Gelas ukur 100 ml

o Botol aquades

o Thermometer 100oC

o Hot plate

o Magnetic stirrer

Untuk Proses Minyak Mentah (Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi)

Seperangkat alat esterifikasi

Thermometer 100oC

Corong Pisah 250 ml

Gelas Kimia 250 ml

Gelas Ukur 100 ml

Pipet Ukur 25 ml

Bola Karet

Spatula

Erlenmeyer 100 ml

Hot Plate

Magnetic Stirrer

Aluminium Foil

14

Page 15: jurnal sementasi

Corong Kaca

Bahan Yang Digunakan

a. Untuk Analisa Minyak Mentah

Natrium Hidroksida 0,1 N

Indicator phenolphthalein

Methanol

Aquadest

Asam klorida (HCL) 0,1 N

b. Untuk Proses Esterifikasi

Minyak biji alpukat

Metanol

Asam sulfat (H2SO4)

c. Untuk Proses Transesterifikasi

Minyak hasil transesterifikasi

Metanol

Natrium hidroksida (NaOH)

Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

eksperimen (percobaan).

Pengumpulan data menggunakan

metode observasi (pengamatan) dan

analisa secara pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan

metode statistika (tabel) dan analisa

regresi secara grafis dengan variable

tetap minyak biji alpukat dan

variable berubah berupa pelarut,

kecepatan pengadukan dan

konsentrasi katalisator.

Secara lebih rinci rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :

Pengambilan bahan baku biji alpukat jenis bulat panjang

Pengolahan sampel berupa

pemilihan biji alpukat,

pengulitan dan ekstraksi

minyak biji alpukat.

Analisa sampel minyak biji

alpukat terhadap kandungan

Asam Lemak bebas (FFA).

Proses produksi biodiesel

(esterifikasi dan

transesterifikasi) sesuai

matrik penelitian.

Pemurnian produk biodiesel

yang dihasilkan dari

kandungan gliserin dan air

serta sisa metanol.

Pengolahan data terhadap

berbagai pengaruh variabel

para kualitas dan kuantitas

biodiesel.

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian

ini meliputi :

Ekstraksi Minyak Biji Alpukat

15

Page 16: jurnal sementasi

Menyiapkan 5000 gr biji alpukat yang dikupas kulit arinya, dicuci dan dipotong-potong halus untuk dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC dan berat ditimbang dengan konstan per satu jam hingga konstan.

Setelah pengeringan selesai,

biji alpukat dihaluskan

dengan blender dan diayak

hingga mendapatkan ukuran

40 mesh.

Menyiapkan pelarut Iso Propil Alkohol.

Memanaskan selama 2 jam dan mendinginkan dalam suhu ruang.

Menyaring hasil ekstraksi yang di dapat dan menganalisa minyak mentah.

Proses Produksi Konversi Minyak Biji Alpukat Menjadi Biodiesel

a. Esterifikasi

Di dalam labu leher tiga

dimasukkan seluruh minyak

biji alpukat dari proses

sebelumnya.

Ditempat terpisah, metanol 6 : 1 jumlah minyak biji alpukat yang dihasilkan dipanaskan dalam Erlenmeyer 500 ml sehingga temperatur 45 oC. Setelah suhu tercapai, katalis asam

sulfat sebanyak 0.5% berat minyak ditambahkan dan

diaduk dengan magnetic

stirrer. Selama pencampuran

dan pemanasan, system harus

tertutup total untuk

menghindari penguapan

metanol.

Campuran metanol dan

katalis asam klorida setelah

tercampur kemudian

dimasukkan ke dalam labu

leher tiga yang telah diisi

minyak biji alpukat.

Setelah ketiga bahan tercampur, pemanas dan sirkulasi air pendingin dihidupkan dan proses dibiarkan selama 1 jam serta kondisi temperatur dijaga pada 60oC. Kecepatan pengadukan diatur pada 300 rpm.

Setelah 1 jam proses

dihentikan dan larutan induk

dikeluarkan dari labu setelah

mencapai suhu ruang.

Campuran hasil reaksi

kemudian dimasukkan ke

dalam corong pisah dan

dibiarkan selama 3 jam. Di

dalam corong pisah akan

terbentuk 2 lapisan,lapisan

atas berupa produk biodiesel

16

Page 17: jurnal sementasi

dan trigliserida sedangkan

lapisan bawah merupakan

komponen etanol dan

gliserol. Lapisan atas berupa

biodieseldan trigliserida

diambil dengan cara

mengeluarkan lapisan bawah

dari corong pisah.

Mengulangi percobaan dengan variasi pelarut metanol.

b. Transesterifikasi

Di dalam labu leher tiga dimasukkan seluruh hasil transesterifikasi.

Di tempat terpisah metanol dengan perbandingan berat terhadap larutan hasil esterifikasi dipanaskan dalam Erlenmeyer 500 ml hingga temperature 60oC. Setelah

suhu tercapai katalis NaOH ditambahkan dan diaduk dengan magnetic

stirrer. Selama pencampuran,

sistem harus tertutup total

untuk menghindari

penguapan metanol.

Campuran metanol dan

katalis basa setelah tercampur

kemudian dimasukkan ke

dalam labu leher tiga yang

telah diisi dengan hasil

esterifikasi.

Setelah ketiga bahan

tercampur, pemanas dan

sirkulasi air pendingin

dihidupkan dan proses

dibiarkan selama 1 jam.

Kecepatan pengadukan diatur pada 300 rpm.

Mengulangi percobaan dengan variasi pelarut metanol.

26

TAHAP PENGUJIAN SAMPEL

Penentuan Kadar Free Fatty Acid (FFA)

Menimbang 2 gram sampel,

menambahkan 50 ml metanol

95% dan 3 tetes indicator

phenolphtalin.

Melakukan titrasi dengan

NaOH 0,1 N sampai berubah

warna menjadi merah muda.

17

Page 18: jurnal sementasi

Mencatat banyaknya NaOH yang digunakan.

Penentuan Berat Jenis

Penentuan Berat Jenis menggunakan metode Piknometer.

Menimbang piknometer kosong, bersih dan kering (a gram).

Mengisi piknometer dengan aquades pada suhu 18oC yang telah diketahui berat jenisnya.

Menimbang berat piknometer yang berisi aquades tepat pada suhu 20oC (b gram). Volume aquades = volume piknometer

Menimbang piknometer

kosong, bersih dan kering

yang telah ditentukan

volumenya (c gram).

Mengisi piknometer dengan minyak pada suhu 18oC.

Menimbang piknometer yang telah berisi minyak biji alpukat tepat pada suhu 20oC (d gram).

Menghitung berat minyak biji alpukat (d-c) gram.

Berat jenis minyak biji nyamplung

Penentuan Indeks Bias

Membilas bagian untuk

meletakkan sampel dengan

aquades dan mengeringkan

dengan tisu.

Meneteskan sampel minyak ke permukaan kaca tempat sampel.

Menutup bagian atas sampel.

Menentukan nilai indeks bias minyak biji nyamplung residu distilasi.

Melakukan lagi penentuan indeks bias minya sampai 2 kali.

Penentuan Kadar Air

Penentuan kadar air menggunakan metode pengeringan dengan oven.

Mengeringkan cawan kosong

di dalam oven selama 15

menit dan mendinginkan

dalam desikator selama 20

menit kemudian ditimbang.

Mengangkat cawan dan

memasukkan cawan beserta

sampel ke dalam oven selama

2 jam.

Memindahkan cawan ke dalam desikator, setelah dingin timbang kembali.

Perlakuan dan Analisa

Nilai Kalor

Gas dibuka dan diatur aliran gas melalui regulator ke alat dengan tekana 450 psi.

Menghidupkan power di printer, water handling dan main controller.

18

Page 19: jurnal sementasi

Memilih calorimeter operation.

Jika alat tidak dipakai dalam

jangka waktu lama, maka

biarkan sirkulasi air pada

water handling bekerja

terlebih dahulu selama 10

menit. Heater dan pump

dalam kondisi off, setelah 10

menit nyalakan heater dan

pump (on).

Masukkan contoh ke dalam bomb.

Setelah sampel masuk ke

dalam bomb, pilih

determination pada operation

MENU untuk pengujian

contoh atau standarisasi

untuk asam benzoat.

Jika suhu pada heater telah stabil pada ±30 oC maka kondisi start akan tampil di monitor menandakan siap diproses.

Tekan start, lalu tekan

continue, masukkan nama kode

atau Id sampel, kemudian tekan

enter, lihat ID BOMB, sesuaikan

dengan jenis bomb head yang

dipakai Bomb 1 atau Bomb 2

(jika telah benar, jangan diubah)

lalu tekan enter dan masukkan

berat contoh dan tekan enter

kembali.

Tunggu selama ± 15 menit,

tanda bunyi Bell 3x menandakan

proses pembakaran sedang

berlangsung.

Setelah nilai kalor di print out, menandakan proses telah selesai.

Bomb Head dikeluarkan, cawan dan Bomb Head dibersihkan.

Alat siap untuk digunakan kembali.

HASIL DAN PEMBAHASANAnalisa Bahan Baku Minyak Biji Alpukat

Sifat fisik dan sifat kimia minyak biji nyamplung :

f. Berbau khas

g. Berwarna kuning kehijauan

h. Encer dan licin

Densitas minyak = 0,8138

pH = 7,42

Kandungan air = 0,0915%

Asam Lemak Bebas (FFE) = 6,74 %

Indeks Bias = 1,3312

Data Hasil Pembuatan Biodiesel

Pada penelitian pembuatan

biodiesel menggunakan dua tahapan

yaitu esterifikasi dengan pereaksi

metanol serta katalis H2SO4 dan

transesterifikasi dengan pereaksi

metanol serta katalis NaOH, dimana

penelitian ini dilakukan dengan

19

Page 20: jurnal sementasi

beberapa variabel yaitu perbandingan

umpan minyak biji alpukat dengan

metanol serta variasi penambahan

katalis pada temperatur dan suhu

konstan masing-masing suhu 60oC

dan waktu 60 menit yang merupakan

suhu dan waktu optimum. Penentuan

suhu dan waktu optimum ini adalah

berdasarkan pada hasil penelitian

sebelumnya yaitu biodiesel dari CPO

yang dilakukan oleh Rama

Prihandanan, pada tahun 2007.

Penelitian untuk pembuatan

biodiesel dari minyak biji alpukat

dengan proses esterifikasi dengan

menggunakan penambahan katalis

Asam Sulfat (H2SO4) 0,5% ; 0,6% ;

0,7% ; 0,8% ; 0,9% volume terhadap

minyak biji alpukat. Kemudian

dilanjutkan dengan proses

transesterifikasi dengan

menggunakan hasil esterifikasi

dimana pereaksi yang digunakan

yaitu minyak biji alpukat dengan

variasi 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 dan 1:5

terhadap pelarut metanol. Data hasil

penelitian ditabulasikan

Pengaruh Perbandingan Volume

Pelarut Metanol Terhadap

Esterifikasi dengan Katalis H2SO4

0,5%, Suhu 60oC dan Waktu 60

Menit

Sampel Minyak

Metanol H2SO4 Volume

Biji (ml) % (vol) BiodieselAlpukat (ml)

(ml)A1B1 25 25 0,5 14

A1B2 25 50 0,5 23

A1B3 25 75 0,5 39

A1B4 25 100 0,5 41

A1B5 25 125 0,5 57

Pengaruh Perbandingan Volume

Pelarut Metanol Terhadap

Transesterifikasi dengan Katalis

NaOH 0,5%, Suhu 60oC dan

Waktu 60 Menit

Sampel Minyak Metanol H2SO4 VolumeHasil (ml) % Biodiesel

Esterifikasi (vol) (ml)(ml)

A1B1 14 14 0,5 28

A1B2 23 46 0,5 57

A1B3 39 117 0,5 178

A1B4 41 164 0,5 215

A1B5 57 285 0,5 320

Pengaruh Varietas Katalis Asam

(H2SO4) terhadap Volume

Biodiesel pada Proses

Esterifikasi Pada Suhu 60oC dan

Waktu 60 Menit

Sampel Minyak Metanol H2SO4 VolumeBiji (ml) % Biodiesel

Alpukat (vol) (ml)(ml)

A2B1 25 25 0,5 21

A2B2 25 25 0,6 21,4

20

Page 21: jurnal sementasi

A2B3 25 25 0,7 21,7

A2B4 25 25 0,8 21,9

A2B5 25 25 0,9 22,3

Pengaruh Variasi Katalis Basa

(NaOH) terhadap Volume

Biodiesel pada Proses

Transesterifikasi Pada Suhu 60oC

dan Waktu 60 Menit

Sampel Minyak Metanol NaOH VolumeHasil (ml) % Biodiesel

Esterifikasi (vol) (ml)(ml)

A2B1 20 20 0,5 27

A2B2 20 20 0,6 27

A2B3 20 20 0,7 25

A2B4 20 20 0,8 23

A2B5 20 20 0,9 21

Analisa Kualitas Produk Biodiesel

Analisa kualitas produk

dilakukan di Laboratorium Teknik

Kimia Polsri dan di Laboratorium

Dinas Pertambangan dan Energi

Palembang. Dari analisa produk

biodiesel yang telah dilakukan,

diperoleh data untuk analisa densitas,

pH, kadar air dan indeks bias yang

ditabulasikan pada Tabel 13 serta

data analisa nilai kalor ditabulasikan

pada

Pengaruh Ratio Perbandingan Pelarut dan Katalis terhadap

Densitas, pH, Kadar Air dan Indeks Bias Biodiesel

Sampel

Densitas Biodiesel (gr/ml) pH

KadarAir (%)

IndeksBias

A1B1 0,8868 7,17 0,1128 1,3357

A1B2 0,8871 7,08 0,0510 1,3351

A1B3 0,8870 7,10 0,0599 1,3348

A1B4 0.8861 7,32 0.0973 1,3343

A1B5 0,8853 7,30 0,0941 1,3325

A2B1 0,8879 7,16 0,0682 1,3359

A2B2 0,8812 7,40 0.0558 1,3344

A2B3 0,8869 7,22 0,1083 1,3326

A2B4 0,8842 7,25 0,1451 1,3315

A2B5 0,8849 7,39 0.0693 1,3307

Pengaruh Ratio Perbandingan Pelarut Terhadap Nilai Kalor Biodiesel

Sampel Ratio Nilai Kalor

Perbandingan (kal/gr)

A1B1 1 : 1 8377

A1B2 1 : 2 8014

A1B3 1 : 3 7589

A1B4 1 : 4 7304

A1B5 1 : 5 6416

Pengaruh Varietas Katalis terhadap Nilai Kalor Biodiesel

Sampel Varietas Nilai Kalor

21

Page 22: jurnal sementasi

Katalis (kal/gr)

A2B1 0,5 9394

A2B2 0,6 8274

A2B3 0,7 8459

A2B4 0,8 7841

A2B5 0,9 7735

Pembahasan

Pengaruh Perbandingan Pereaksi (Metanol) Terhadap Produk Biodiesel

Penelitian sebelumnya

menyatakan pada pembuatan

biodiesel dari minyak biji

nyamplung dengan kadar FFA > 5%

perlu menggunakan metode

transesterifikasi (Meta Yanti, 2011)

dan pada penelitian ini digunakan

pereaksi berupa metanol dengan

rasio perbandingan terhadap minyak

biji alpukat dengan menggunakan

dua tahap proses yaitu esterifikasi

dan transesterifikasi.

Molar ratio reaktan terhadap

methanol merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh pada

proses transesterifikasi. Reaksi

transesterifikasi memerlukan 3 mol

alkohol setiap mol trigliseridanya

untuk menghasilkan 3 mol fatty ester

dan 1 mol glyserol (Ma dkk., 1999)

menyarankan penggunaan molar

ratio hingga 1:15 pada

transesterifikasi minyak

berkandungan asam lemak tinggi.

Dalam penelitian ini dipilih nilai

molar ratio: 1:1, 1:1, 1:3, 1:4 dan 1:5

(minyak biji alpukat terhadap

metanol). Penggunaan methanol

berlebih bertujuan menggeser

kesetimbangan ke arah produk

karena transesterifikasi merupakan

reaksi reversible. Molar ratio

merupakan salah satu variabel

penting yang mempengaruhi yield

produk dan disarankan untuk

dipelajari oleh beberapa peneliti.

Proses konversi asam lemak

menjadi ester, yaitu reaksi

esterifikasi, menghasilkan penurunan

asam lemak bebas paling optimum

adalah pada perbandingan

volume minyak biji alpukat dengan

pelarut 1 : 5 dengan menggunakan

katalis asam sulfat 0,5% pada suhu

reaksi 60oC selama 60 menit dan

ditinjukkan pada grafik di Gambar 7.

Pengaruh penambahan

volume pelarut sangat berperan

penting pada saat penghasilan

biodiesel. Untuk penggunaan

metanol sebesar 1 : 5 biodiesel

esterifikasi, maka didapatkan jumlah

22

Page 23: jurnal sementasi

biodiesel paling maksimum yaitu

sebanyak 320 ml seperti yang

ditunjukkan oleh grafik pada Gambar

8. Hal ini disebabkan karena

konversi dari trigliserida menjadi

alkyl ester bereaksi penuh dengan

banyaknya alkohol dan

menghasilkan produk samping yaitu,

gliserol.

20 60 100

140

0

50

100

Volume Metanol (ml)

Vol

um

e B

iod

iese

l (m

l)

Pengaruh Perbandingan Pereaksi (Metanol) Terhadap Produk Biodiesel yang Dihasilkan Pada Esterifikasi

0 100 200 3000

200

400

Volume Metanol (ml)

Vol

ume

Bio

dies

el (m

l)

Pengaruh Perbandingan Pereaksi (Metanol) Terhadap Produk Biodiesel yang

Dihasilkan Pada Transesterifikasi

0.4 0.6 0.8 120

22

24

% Katalis H2SO4

Vol

um

e B

iod

iese

l (m

l)

Pengaruh Penambahan Katalis H2SO4 terhadap Volume Biodiesel Pada Proses Esterifikasi

0.4 0.6 0.8 120

24

28

% Katalis NaOH

Vol

um

e B

iod

iese

l (m

l)

Pengaruh Penambahan Katalis NaOH terhadap Volume Biodiesel Pada Proses Transesterifikasi

23

Page 24: jurnal sementasi

0 5 100.875

0.88

0.885

0.89

Series2Series4

Sampel

Den

sita

s B

iod

iese

l

Grafik Pengaruh Variasi Penambahan Pelarut dan Penambahan Katalis Terhadap Densitas Biodiesel

0 2 4 66.5

7

7.5

Sampel

pH

Grafik Pengaruh Variasi Penambahan Pelarut dan Penambahan Katalis Terhadap pH Biodiesel

0 2 4 61.325

1.33

1.335

1.34

Sampel

Ind

eks

Bia

s

Grafik Pengaruh Variasi Penambahan Pelarut dan Penambahan Katalis Terhadap Indeks Bias Biodiesel

06000700080009000

10000

Series2Series4

Sampel

Nil

ai K

alor

(k

al/g

r)

Grafik Pengaruh Variasi Penambahan Pelarut dan Penambahan Katalis Terhadap Nilai Kalor Biodiesel

Simpulan

Berdasarkan hasil yang

didapat dari penelitian ini, dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

o Limbah biji alpukat dapat

digunakan sebagai bahan baku

24

Page 25: jurnal sementasi

dalam pembuatan biodiesel

dengan metanol melalui proses

esterifikasi dan

transesterifikasi.

o Dalam proses esterifikasi dan

transesterifikasi dengan

menggunakan pelarut metanol

dengan volume yang semakin

meningkat, biodiesel yang

dihasilkan memiliki kualitas

rendah karena mengandung

banyak air.

o Penggunaan katalis turut

mempengaruhi volume

biodiesel yang mana,

penambahan katalis asam

menyebabkan jumlah produk

biodiesel yang dihasilkan lebih

banyak berbanding

menggunakan katalis basa.

o Dari hasil penelitian, biodiesel

yang memiliki kualitas paling

baik adalah sampel A1B1

dengan komposisi

perbandingan minyak biji

alpukat dan metanol 1:1 dan

menggunakan katalis 0,5%

dengan analisa kualitas

densitas 0,8868 gr/ml, pH 7,17,

kadar air 0,1128%, indeks bias

1,3357 serta nilai kalor 8377

kal/gr.

Saran

Perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai perbandingan

yang tepat antara minyak biji alpukat

dengan pelarutnya dan perlu

dilakukan pengujian yang lainnya

terhadap pelarut selain penggunaan

metanol hingga menghasilkan

biodiesel yang berkualitas. Selain itu,

disarankan untuk penelitian

selanjutnya menggunakan katalis

asam karena volume biodiesel yang

dihasilkan lebih banyak dan

berkualitas baik.

DAFTAR PUSTAKA

“Asam Sulfat”. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat (diakses tanggal 10 Desember 2013)

“Metanol”. http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol (diakses tanggal 10 Desember 2013) “Natrium Hidroksida”. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida (diakses tanggal 10 Desember 2013)

“Iso Propyl Alcohol”. http://en.wikipedia.org/wiki/Isopropyl_alcohol (diakses tanggal 10 Desember 2013)

“Spesifikasi Biodiesel”.

25

Page 26: jurnal sementasi

http://www.bsn.go.id/ (diakses tanggal 10 Desember 2013)

Bambang P., Septian Adri W., Wawan R. , 2008 ,“Pengambilan Minyak biji Alpukat

Menggunakan Pelarut N-Hexane Dan Iso Propil Alkohol ”

Hidayat, Wahyu. “ Alpukat dalam Tangki Bahan Bakar Biodiesel” http:// majarimagazine.com/2007/12/alpukat-dari-dapur-ke-tangki-bahan-bakar/ (diakses tanggal 10 Desember 2013)

Yulaika, Itamah. “ Pemanfaatan Biji Alpukat Sebagai Bahan Bakar Alternatif yang Murah dan Ramah

Lingkungan”. http://itayulaikha.blogspot.com/2010/09/pemanfaatan-biji-alpukat-sebagai-bahan.html (diakses tanggal 10 Desember 2013)

“Mengenal Biodiesel: Karakteristik, Produksi, Hingga Performansi Mesin” http://www. kamusilmiah.com/kimia/mengenal-biodiesel-karakteristik-produksi-hingga-performansi-mesin-1/ (diakses tanggal 10 Desember 2013)

http://www.avocadosource.com/temp/OLD%20WAC%20II/WAC2_p061.htm (diakses tanggal 10 Desember 2013)

26

Page 27: jurnal sementasi

27

Page 28: jurnal sementasi

28