24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reseksi usus bisa berlanjut dengan suatu tindakan pembuatan stoma tergantung pada panjang dan segmen usus yang dibuang. Kantong stoma dibuat sebaik mungkin sehingga pasien merasa hidup seperti keadaan normal. Kegagalan dalam menggunakan kantong stoma dapat mengganggu kesehatan dan stoma pasien. Beberapa masalah dikulit bisa timbul akibat penggunaan kantong stoma dan bahan perekatnya. Problemnya dari mulai gangguan fungsi usus sampai gangguan pada kulit akibat kantong stoma. Pasien yang telah menjalani pembuatan stoma akan dapat beradaptasi dengan keadaannya dan dapat menerimanya melalui rehabilitasi dan dapat kembali kelingkungannya. Latar belakang kultural memainkan peranan penting dalam kehidupan pasien meliputi kepercayaan personal atau agama, persepsi, kebiasaan, dan sikap mereka terhadap penyakitnya. Beberapa problem yang sering dihadapai pada perawatan stoma antara lain berupa retraksi stoma, luka dikulit, hernia peristoma, prolaps dan stenosis. Kelainan pada kulit dapat berupa ekskoriasi kulit, gatal, nyeri, dan infeksi. 1

Jurnal Sukralfat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

artikel

Citation preview

Page 1: Jurnal Sukralfat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reseksi usus bisa berlanjut dengan suatu tindakan pembuatan stoma

tergantung pada panjang dan segmen usus yang dibuang. Kantong stoma

dibuat sebaik mungkin sehingga pasien merasa hidup seperti keadaan

normal. Kegagalan dalam menggunakan kantong stoma dapat mengganggu

kesehatan dan stoma pasien.

Beberapa masalah dikulit bisa timbul akibat penggunaan kantong

stoma dan bahan perekatnya. Problemnya dari mulai gangguan fungsi usus

sampai gangguan pada kulit akibat kantong stoma. Pasien yang telah

menjalani pembuatan stoma akan dapat beradaptasi dengan keadaannya dan

dapat menerimanya melalui rehabilitasi dan dapat kembali

kelingkungannya.

Latar belakang kultural memainkan peranan penting dalam kehidupan

pasien meliputi kepercayaan personal atau agama, persepsi, kebiasaan, dan

sikap mereka terhadap penyakitnya.

Beberapa problem yang sering dihadapai pada perawatan stoma antara

lain berupa retraksi stoma, luka dikulit, hernia peristoma, prolaps dan

stenosis. Kelainan pada kulit dapat berupa ekskoriasi kulit, gatal, nyeri, dan

infeksi.

Lokasi dari stoma menentukan jenis isi dan cairan usus yang keluar

dari stoma. Cairan gaster, biliari, pankreas atau usus halus mengeluarkan jus

yang bersifat korosif. Sedangkan kolon kurang menimbulkan masalah dan

kurang merusak.

Saat ini banyak bahan yang dapat digunakan untuk melindungi kulit

dan memberikan kwalitas hidup yang lebih baik pada pasien. Pada tahun

2000 CC Lyon dkk menggunakan sukralfat pada perawatan kulit peristomal.

Pada tahun 2002 di “Plastic surgery Center, Xijing Hospital, Fourth

Military, Medical University, China melakukan studi pada hewan dengan

menggunakan sukralfat untuk melihat penebalan serabut kolagen, densitas

1

Page 2: Jurnal Sukralfat

fibroblast dan peningkatan kapiler.

S.Mantoo dan VK Raina dari Departemen Bedah,”Medical College”

Jabalpur India yang dipublikasikan 1 Mei 2005 menggunakan sukralfat pada

perawatan ekskoriasi peristomal dan perineal dan ekskoriasi disekitar fistula

gastrointestinal. Pasien yang mendapat terapi dengan sukralfat topical

mengalami respon yang baik terhadap iritasi yang terjadi dan lebih dari 90

% mengalami complete healing.

Sukralfat dibandingkan dengan bahan lain seperti alumunium paint

and siloderm ointment memiliki efek terapi yang lebih baik. Sukralfat juga

memiliki sifat non toxic dan non alergi walaupun digunakan dalam waktu

yang cukup lama serta complete re-epitelisasi lebih dari 90 %. Selain itu

sukralfat juga memiliki harga yang cukup murah dan mudah di dapat.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah suralfat bermanfaat dalam

mengatasi iritasi kulit peristoma?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam perawatan stoma.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah : Mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam mengatasi

iritasi kulit peristoma.

2. Manfaat praktis : sukralfat sebagai obat lambung yang dapat digunakan

untuk mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya murah, aman dan

mudah didapatkan.

1.5 Kontribusi Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan calon Ahli

bedah tentang sukralfat sebagai obat lambung yang dapat digunakan untuk

mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya murah, aman dan mudah

didapatkan.

2

Page 3: Jurnal Sukralfat

3

Page 4: Jurnal Sukralfat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sucralfate merupakan bahan yang telah lama digunakan dalam

pengobatan kelainan dilambung. Efektif dalam penyembuhan ulkus

duodeni, tapi semakin jarang digunakan setelah adanya obat-obatan yang

lebih efektif (seperti proton pump inhibitors) yang telah berkembang

penggunaannya.

Diketahui bahwa sukralfat mempunyai efek secara local yang lebih

baik, dari pada aksi sistemik. Secara kimiawi sucralfate merupakan

gabungan dari gula disakarida, sukrosa, dikombinasi dengan sulfat dan

aluminium. Pada larutan asam (seperti asam lambung) sukralfat membentuk

suatu “thick paste” yang mempunyai suatu “strong negative charge”.

2.2 Mekanisme Kerja Sukralfat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerjanya. Sucralfate, with its

strong negative charge, binds to exposed positively-charged proteins at the

base of ulcers. Dengan cara ini, sukralfat melapisi ulkus dan membentuk

suatu “physical barrier” yang melindungi permukaan ulkus dari injuri lebih

lanjut oleh asam dan pepsin. Sukralfat secara langsung menginhibisi pepsin

(suatu enzim yang merusak protein) bersamaan dengan asam lambung dan

ikatan garam empedu yang berasal dari melalui empedu juga melindungi

dinding lambung dari injuri yang disebabkan oleh asam empedu. Sukralfat

dapat meningkatkan produksi prostaglandin dan prostaglandin diketahui

melindungi lapisan lambung dan dapat juga mengikat “epithelial growth

factor” dan “fibroblast growth factor”, keduanya mempertinggi mekanisme

perbaikan dan pertumbuhan dari dinding lambung.

Ileostomi suatu tindakan membuka ileum yang umumnya dilakukan

paling tidak 20 cm dari “ileocaecal junction”..Usus halus dilekatkan pada

dinding abdomen dengan maksud untuk mem-by pass usus besar, sisa hasil

percernaan keluar dari tubuh melalui lubang yang disebut stoma. Ileostomy

merupakan pembukaan secara temporer atau permanent antara ileum dan

4

Page 5: Jurnal Sukralfat

dinding abdomen.

Temporer ileostomy direkomendasikan untuk pasien yang menjalani

operasi pengambilan 1 segmen dari saluran cerna. Sehingga dapat

memberikan waktu sementara bagi usus untuk sembuh tanpa stress dari

system pencernaan. Ileostomi sering diletakkan di fossa iliaka kanan. Feses

yang keluar dikenal dengan “effluent” yang sangat lembut dan encer dan

memerlukan perawatan yang harus di kosongkan sampai 6 kali sehari.\

Sering pada pasien yang menjalani pengangkatan kolon total, pasien

bisa mengalami masalah penyerapan cairan dan dehidrasi pada minggu-

minggu awal setelah operasi. Keluarnya cairan dari ileostomi setelah

pembedahan dapat mencapai 1500 cc perhari yang mengandung sejumlah

besar garam. Pengeluaran cairan secara bertahap akan berkurang hingga 600

– 800 cc perhari.

Colostomy adalah suatu tindakan membuka dan mengeluarkan bagian

dari Colon baik colon Asenden,Tranversum, Desendens maupun Colon

Sigmoid. Colostomy dapat bersifat sementara ataupun permanent. Trauma

colon dan kelainan Congenital merupakan salah satu colostomy sementara.

Dan operasi dari tumor Rektum sering menjadi indikasi colostomy

permanent.

Pada stoma masalah kulit merupakan komplikasi yang sering

dijumpai. Pada pasien-pasien dengan operasi pembuatan stoma baik elektif

maupun emergensi kulitnya selalu sehat. Beberapa hari pasca operasi atau

beberapa waktu setelah dirumah sejumlah pasien mengeluhkan masalah

dikulit.

Kadang pasien mengalami dermatitis alergi yang bisa sebagai akibat

hipersensitif terhadap bahan plastik dan perekat kantong stoma ataupun oleh

karena iritasi langsung. Perubahan pada kulit berhubungan dengan usia,

stres dan penyakitnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perubahan

permeabilitas kulit.

5

Page 6: Jurnal Sukralfat

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Rancangan Penelitian

Experimental Pre dan Post pemberian Sukralfat.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sub.bagian Bedah Digestive Rumah Sakit Haji

Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan Rumah sakit

jejaring. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret 2008 – Juni 2008

3.3. Objek Penelitian

3.3.1. Sampel

Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian selama periode Maret 2008 – Juni

2008.

3.3.2. Kriteria Inklusi

Pasien pada sub bagian bedah digestive yang menjalani operasi

dengan pembuatan stoma di dinding perut yang disertai iritasi kulit

peristoma.

3.3.3. Kriteria Eksklusi

1. Pasien-pasien dengan penyakit penyerta seperti Diabetes

Mellitus dan Tuberkulosis.

2. Pasien - pasien yang mendapat terapi kortikosteroid

3. Pasien - pasien yang sedang menjalani Kemoterapi

4. Pyoderma ganggrenosu

3.4. Cara Kerja

Semua subjek peneltian dicatat identitasnya dan dilakukan pencatatan

iritasi kulit peristoma yang terjadi serta diukur diameter luas hiperemis

dalam cm, dan nyeri. Pada daerah yang mengalami komplikasi diberikan

sukralfat sirup setiap 6 jam (4 kali sehari) dan diikuti perubahan yang terjadi

selama 7 hari pemberian.

6

Page 7: Jurnal Sukralfat

Pasien yang telah menjalani operasi pembuatan stoma usus

Dilakukan pemeriksaan iritasi kulit peristoma

Doleskan sukralfat bentuk sirup sebanyak 4 x/hari diatas daerah peristoma yang

terkena komplikasi

Cara pemberian sukralfat yaitu : daerah peristoma yang mengalami

iritasi dibersihkan dari sisa effluen atau feses dengan mempergunakan

NacCl 0,9% sampai bersih. Kemudian seluruh daerah yang mengalami

iritasi diolesi sukralfat sirup dengan mempergunakan cotton bath.

Sebelum dimasukkan dalam penelitian, subjek yang bersedia

dimintakan izin kepada orang tua/wali, setelah diberitahukan maksud, tujuan

dan cara-cara penelitian dengan jelas. Orang tua atau wali diminta

menandatangani formulir izin.

3.5. Batasan Operasional

Bahan : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukralfat sirup.

Defenisi operasional : Yang dimaksud dengan iritasi peristoma adalah

komplikasi pada temuan pasca pembuatan stoma, dimana dinyatakan

dengan adanya simptom dan temuan sebagai berikut :

1. Adanya hiperemis (warna kemerahan) dikulit disekitar stoma (dalam

mm)

2. Adanya rasa nyeri dikulit sekitar stoma (VAS)

Jenis Stoma :

Stoma yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua periostoma

baik dari usus halus (ileostomy dan jejenostomy) dan colostomy.

3.6. Alur Penelitian

7

Page 8: Jurnal Sukralfat

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah 10 3 13

Rata-rata Usia 29,9 ± 18,08 29 ± 13,75 29,7 ± 16,64

Diagnose Klinis

a. Colitis 1 - 1

b. Perforasi caecum 1 1 2

c. Adeno Ca. Colon 2 1 3

d. Protektive Ileostomy 1 - 1

e. Hernia Inguinalis Lateralis Starngulata

2 - 2

f. Typhoid Perforasi 1 - 1

g. Ileum Tumor 1 - 1

h. Enterocutaneus Fistel 1 - 1

i. Ileus Obstuksi - 1 1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari awal April 2008 sampai

akhir Juni 2008 dan terkumpul 13 sampel ,dimana diberikan sukralfat syrup

pada daerah yang mengalami iritasi. Dari sampel yang ada, dilakukan

pengamatan dan pencatatan terhadap perubahan rasa nyeri dan luas

hiperemis yang terjadi dari hari ke hari.

4.1.1 Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian

Data demografi dan diagnosa klinis dari objek penelitian

terlihat pada tabel di bawah ini :

Pada tabel diatas rentang umur pasien antara 10 tahun

sampai 73 tahun dengan usia rata-rata 29,7 dengan Standard

Deviasi 16,64. Pada Laki laki di dapati rata-rata usia 29,9 dengan

standart deviasi 18,08 dan perempuan didapati usia rata-rata 29,7

dengan standart deviasi 13,75.

8

Page 9: Jurnal Sukralfat

Variabel Nyeri (a) Hiperemis (b)

Hari 0 6,15 ± 0,55 43,38 ± 7,47

Hari 1 6,15 ± 0,55 43,38 ± 7,47

Hari 2 6,15 ± 0,55 41,15 ± 7,45

Hari 3 5,84 ± 0,55 39,31 ± 7,86

Hari 4 4,3 ± 0,75 36,85 ± 8,75

Hari 5 4 ± 0 34,08 ± 8,82

Hari 6 4 ± 0 30,92 ± 7,92

Hari 7 4 ± 0 26,64 ± 6,74

P 0,0001* 0,0001*

Pasien dengan Adeno Ca Colon sebanyak 3 orang (2 laki-

laki, 1 perempuan), perforasi caecum 2 orang (1 laki-laki,1

perempuan), Hernia Inguinalis Lateralis. Strangulata 2 orang (laki-

laki), Colitis 1 orang laki-laki, Protective Ileostomy 1 orang,

Thypoid Perforasi 1 orang laki-laki, ileum Tumor 1 orang laki-laki,

Enterocutaneus fistel 1orang laki-laki, ileus Obstruksi 1 orang

perempuan.

4.1.2 Perbedaan Rata-rata Skor Nyeri dan Diameter Hiperemis

Variabel yang dinilai dan dicatat pada penelitian ini adalah

efek iritasi yang terjadi pada peristoma yaitu rasa nyeri dan

hiperemis. Dimana rasa nyeri dinilai dengan mempergunakan

Visual Analog Score (VAS) dan pengukuran hiperemis yang

terdapat pada peristoma dengan satuan milimeter (mm). Hasil

penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Perbedaan rata-rata skor nyeri dan diameter Hiperemis

berdasarkan pasien pertama datang dan pemberian sukralfat topikal

dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-7 :

(a) Uji Kruskal Wallis

(b) Uji ANOVA

* Signifikans

9

Page 10: Jurnal Sukralfat

KelompokPengamatan

SignifikansiSkor Nyeri

Signifikansi Skor Hiperemis

H0 - H1H2H3H4H5H6H7

NSNSNSSSSS

NSNSNSSSSS

H1 - H2H3H4H5H6H7

NSNSSSSS

NSNSSSSS

H2 – H3H4H5H6H7

NSSSSS

NSNSSSS

H3 – H4H5H6

SSS

NSNSS

Pada tabel diatas diperoleh hasil Uji Kruskal Wallis dan

ANOVA adalah Signifikan. (P < 0,05). Yang artinya ada

perubahan rata-rata score nyeri dan diameter hiperemis yang

bermakna sebelum dan sesudah pemberian topikal sukralfat pada

periostoma yang mengalami iritasi.

4.1.3 Korelasi antara Hari ke-0 Sampai Hari ke-7 Setelah Pemberian

Topikal Sukralfat terhadap Rasa Nyeri dan Diameter

Hiperemis.

Untuk melihat perbedaan rata-rata yang manasajakah yang mengalami

perbedaan yang bermakna dari hari ke hari baik nyeri maupun ukuran diameter

hiperemis kulit di sekitar periostoma, dilakukan dengan Uji Komperasi

Berganda, LSD seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini:

10

Page 11: Jurnal Sukralfat

H7 S S

H4 – H5H6H7

NSNSNS

NSNSS

H5 – H6H7

NSNS

NSS

H6 - H7 NS NS

NS : Non Signficans

S : Significans

Dari tabel diatas dengan Uji Komperasi Ganda (LSD )

terlihat korelasi antara hari ke-0 sampai hari ke-7 setelah

pemberian sukralfat topikal. Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat

signifikansi terhadap rasa nyeri telah terlihat pada Hari ke-4. Pada

hari ke-1 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada

Hari ke-3. Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi

telah terlihat pada hari ke-4. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7

terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-3. Pada hari ke-4

sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikans dari rasa

nyeri. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan

yang signifikan. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak terlihat

perubahan yang signifikansi.

Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi terhadap

diameter Hiperemis telah terlihat pada Hari ke-4. Pada hari ke-1

sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada Hari ke-4.

Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat

pada hari ke-5. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi

telah terlihat pada hari ke-6. Pada hari ke-4 sampai hari ke-7

terlihat perubahan yang signifikans dari diameter hiperemis pada

hari 7. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 terlihat perubahan yang

11

Page 12: Jurnal Sukralfat

signifikan pada hari ke-7. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak

terlihat perubahan yang signifikansi.

12

Page 13: Jurnal Sukralfat

Hr 0 Hr 1 Hr 2 Hr 3 Hr 4 Hr 5 Hr 6 Hr 7

mm

10o

25

20

15

0

5

30

35

40

45

50

Hr 3 Hr 5 Hr 6 Hr 7Hr 4Hr 2Hr 1Hr 0

VAS

Perubahan intensitas nyeri (VAS) menurut waktu sebelum dan

sesudah pemberian topikal Sukralfat pada peristoma. Pada gambar diatas

perubahan intensitas rasa nyeri yang bermakna,berukuran (P< 0,05) pada

tiap pasien yang telah dimulai pada hari ke -3 dan di hari selanjutnya

mengalami penurunan rasa nyeri samai hari ke-5. Pemberian Sukralfat

secara Topikal memberikan perbaikkan rasa nyeri yang bermagna pada ke-

13 kasus yang ada.

13

7

6

5

4

3

2

1

Page 14: Jurnal Sukralfat

Gambar Perubahan ukuran hiperemis menurut waktu sebelum dan sesudah

pemberian topikal Sukralfat pada peristoma. Pada gambar diatas. Penurunan

ukuran hiperemis yang bermakna berukuran (P < 0,05) pada setiap pasien dimulai

pada hari ke -4 sampai hari ke-6 pasca pemberian pengobatan. Pemberian

Sukralfat secara Topikal memberikan penurunan diameter hiperemis yang

bermagna pada ke-13 kasus yang ada.

4.2. Pembahasan

Dari data yang diperoleh didapatkan 9 macam penyakit penyebab

dilakukannya tindakan stoma pada usus halus seperti dibawah ini :

1. Colitis : 1

2. Perforasi caecum : 2

3. Adeno Ca colon : 3

4. Protective Ileostomy : 1

5. Hernia Inguinalis Lateralis strangulate : 2

6. Typhoid perforasi : 1

7. Ileum Tumor : 1

8. Enterocutaneus Fistel Post Appendectomy : 1

9. Ileus Obstructive d/t adhesion : 1

Dari data diatas, tindakan ileostomy yang paling banyak dilakukan

adalah yang disebabkan oleh Adeno karsinoma kolon dan Hernia inguinalis

Lateralis strangulate dan perforasi caecum.

Keadaan yang menyebabkan dilakukannya pembuatan stoma usus

halus oleh karena Hernia Strangulata dijumpai kondisi usus yang oedem,

tidak viable, dan kontaminasi abdomen yang hebat (peritonitis). Diharapkan

dengan melakukan ileostomy akan memberi kesempatan intestine dan

cavum abdomen menjadi lebih baik. Dan akan akan dilakukan anastomose

kemudian setelah kondisi pasien lebih baik.

Perforasi caecum didasarkan pada keadaan umum penderita seperti

adanya kondisi shock, dan keadaan lokal seperti kontaminasi abdomen yang

sangat hebat, trauma usus yang berat, Pada caecum yang disertai kondisi

umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat sangat

14

Page 15: Jurnal Sukralfat

berbahaya untuk melakukan anastomose.

Pada adenokarsinoma kolon umumnya disebabkan oleh karena

sudah terjadinya perforasi pada kolon dan adanya kontaminasi cavum

abdomen oleh isi intestine.

Demam Typoid adalah demam yang disebabkan oleh salmonella

thypii, yang disebabkan penyebaran organisme dari jaringan limfe ke

saluran darah dan di tandai dengan demam yang terus menerus,rush,

splenomegali, limfadenopati, leukopeni dan komplikasi yang lainnya.

Demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan yang berat yang

berkembang di seluruh bagian bumi, dengan perkiraan insidens

540/100.000. salah satu penyebab kematian yang paling banyak dari thypoid

fever adalah perforasi intestinal. Ada beberapa macam penanganan pada

perforasi typoid :

1. Penutupan primer dari perforasi, apakah satu lapisan atau beberapa

lapis.

2. Reseksi anastomosis

3. End Ileostomy dan mukosa fistula (dengan atau tanpa reseksi)

4. Tube Ileostomy.

Hasil observasi menunjukkan bahwa ileostomy adalah pilihan

yang lebih baik dari pada penutupan primer. Keadaan umum penderita

seperti adanya kondisi shock, dan kontaminasi abdomen yang hebat,

trauma usus yang berat, Pada perforasi thypoid yang disertai kondisi

umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat

sangat berbahaya untuk melakukan anastomose dan juga ditambah

keadaan perforasi yang sudah berlangsung beberapa hari

Enterokutaneus fistel adalah adanya hubungan antara saluran

cerna dengankulit, Baik antara small intestine dengan kulit maupun

large intestine dengan kulit. Etiology kebanyakkan oleh karena post

operative dengan infeksi rongga perut, cancer ataupun lisis dari

anastomose intestine dan radiasi, Pada kasus di atas terjadi spontan

enterokutaneus fistel pada kasus post appendectomi patofisiologi dapat

terjadi oleh karena adanya microperforasi yang menyebabkan adanya

15

Page 16: Jurnal Sukralfat

koleksi abses yang selanjutnya menjadi fistula.

Penutupan spontan dari fistula dapat terjadi pada low out put

selama ± 8 minggu, Dimana asupan makanan dan elektrolit seimbang.

Pada pasien dengan high out put akan sulit diharapkan untuk menutup

spontan, Pada kasus pasien yang diteliti ini di dapati kondisi usus yang

tidak ideal untuk dilakukan anastomose dimana terdapat usus yang

oedem dan cavum abdomem yang terkontaminasi dari cairan fistula.

Colitis adalah suatu keadaan medis yang penanganannya

ditangani dengan pembuangan usus besar. Colitis Ulceratif muncul

ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel disepanjang usus besar,

yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Pasien dengan

colitis ulcerative sering dengan keluhan sakit, gerakkan usus yang

cepat, kotoran berdarah dan hilang selera makan. Penanganannya

adalah ileostomy terhadap pasien yang tidak respon terhadap terapi

medis ataupun diet. Dimana terjadi peradangan pada usus besar, Pada

kasus yang didapati telah terdapat perforasi dari colon sehingga

membuat kondisi intestine mengalami oedem.

Dalam kondisi seperti ini tidak ideal untuk dilakukan anastomose,

Maka dilakukan tindakan ileostomy sementara menunggu perbaikkan

kondisi umum pasien.

Sedang pada Ileus Obstructive dan hernia Strangulata

dilakukan pembuatan stoma karena bagian usus yang terjepit tidak

viabel lagi dan kondisi umum penderita yang tidak cukup stabil

sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan anastomose.

16

Page 17: Jurnal Sukralfat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan1. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi rasa nyeri

peristoma usus halus.

2. Pengurangan rasa nyeri (VAS ) mulai bermakna ( P < 0,05 ) setelah hari

ke-3.

3. Pengobatan sampai hari ke-5 pengobatan.

4. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi hiperemis

peristoma usus halus.

5. Pengurangan hiperemis (m) mulai bermakna ( P < 0,05) setelah hari ke

-4 pengobatan samapai hari ke-6 pengobatan.

5.2. Saran

1. Diharapkan kedepan dilakukan penelitian dengan kasus yang lebih

banyak dan follow up yang lebih komplit.

2. Diharapkan penelitian ini dilanjutkan dengan membandingkan manfaat

klinis sukralfat dengan kontrol dalam perawatan iritasi peristoma.

17