Upload
princess-rain
View
161
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
artikel
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reseksi usus bisa berlanjut dengan suatu tindakan pembuatan stoma
tergantung pada panjang dan segmen usus yang dibuang. Kantong stoma
dibuat sebaik mungkin sehingga pasien merasa hidup seperti keadaan
normal. Kegagalan dalam menggunakan kantong stoma dapat mengganggu
kesehatan dan stoma pasien.
Beberapa masalah dikulit bisa timbul akibat penggunaan kantong
stoma dan bahan perekatnya. Problemnya dari mulai gangguan fungsi usus
sampai gangguan pada kulit akibat kantong stoma. Pasien yang telah
menjalani pembuatan stoma akan dapat beradaptasi dengan keadaannya dan
dapat menerimanya melalui rehabilitasi dan dapat kembali
kelingkungannya.
Latar belakang kultural memainkan peranan penting dalam kehidupan
pasien meliputi kepercayaan personal atau agama, persepsi, kebiasaan, dan
sikap mereka terhadap penyakitnya.
Beberapa problem yang sering dihadapai pada perawatan stoma antara
lain berupa retraksi stoma, luka dikulit, hernia peristoma, prolaps dan
stenosis. Kelainan pada kulit dapat berupa ekskoriasi kulit, gatal, nyeri, dan
infeksi.
Lokasi dari stoma menentukan jenis isi dan cairan usus yang keluar
dari stoma. Cairan gaster, biliari, pankreas atau usus halus mengeluarkan jus
yang bersifat korosif. Sedangkan kolon kurang menimbulkan masalah dan
kurang merusak.
Saat ini banyak bahan yang dapat digunakan untuk melindungi kulit
dan memberikan kwalitas hidup yang lebih baik pada pasien. Pada tahun
2000 CC Lyon dkk menggunakan sukralfat pada perawatan kulit peristomal.
Pada tahun 2002 di “Plastic surgery Center, Xijing Hospital, Fourth
Military, Medical University, China melakukan studi pada hewan dengan
menggunakan sukralfat untuk melihat penebalan serabut kolagen, densitas
1
fibroblast dan peningkatan kapiler.
S.Mantoo dan VK Raina dari Departemen Bedah,”Medical College”
Jabalpur India yang dipublikasikan 1 Mei 2005 menggunakan sukralfat pada
perawatan ekskoriasi peristomal dan perineal dan ekskoriasi disekitar fistula
gastrointestinal. Pasien yang mendapat terapi dengan sukralfat topical
mengalami respon yang baik terhadap iritasi yang terjadi dan lebih dari 90
% mengalami complete healing.
Sukralfat dibandingkan dengan bahan lain seperti alumunium paint
and siloderm ointment memiliki efek terapi yang lebih baik. Sukralfat juga
memiliki sifat non toxic dan non alergi walaupun digunakan dalam waktu
yang cukup lama serta complete re-epitelisasi lebih dari 90 %. Selain itu
sukralfat juga memiliki harga yang cukup murah dan mudah di dapat.
1.2 Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah suralfat bermanfaat dalam
mengatasi iritasi kulit peristoma?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam perawatan stoma.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah : Mengetahui manfaat klinis sukralfat dalam mengatasi
iritasi kulit peristoma.
2. Manfaat praktis : sukralfat sebagai obat lambung yang dapat digunakan
untuk mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya murah, aman dan
mudah didapatkan.
1.5 Kontribusi Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan calon Ahli
bedah tentang sukralfat sebagai obat lambung yang dapat digunakan untuk
mengatasi iritasi kulit peristoma yang harganya murah, aman dan mudah
didapatkan.
2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sucralfate merupakan bahan yang telah lama digunakan dalam
pengobatan kelainan dilambung. Efektif dalam penyembuhan ulkus
duodeni, tapi semakin jarang digunakan setelah adanya obat-obatan yang
lebih efektif (seperti proton pump inhibitors) yang telah berkembang
penggunaannya.
Diketahui bahwa sukralfat mempunyai efek secara local yang lebih
baik, dari pada aksi sistemik. Secara kimiawi sucralfate merupakan
gabungan dari gula disakarida, sukrosa, dikombinasi dengan sulfat dan
aluminium. Pada larutan asam (seperti asam lambung) sukralfat membentuk
suatu “thick paste” yang mempunyai suatu “strong negative charge”.
2.2 Mekanisme Kerja Sukralfat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerjanya. Sucralfate, with its
strong negative charge, binds to exposed positively-charged proteins at the
base of ulcers. Dengan cara ini, sukralfat melapisi ulkus dan membentuk
suatu “physical barrier” yang melindungi permukaan ulkus dari injuri lebih
lanjut oleh asam dan pepsin. Sukralfat secara langsung menginhibisi pepsin
(suatu enzim yang merusak protein) bersamaan dengan asam lambung dan
ikatan garam empedu yang berasal dari melalui empedu juga melindungi
dinding lambung dari injuri yang disebabkan oleh asam empedu. Sukralfat
dapat meningkatkan produksi prostaglandin dan prostaglandin diketahui
melindungi lapisan lambung dan dapat juga mengikat “epithelial growth
factor” dan “fibroblast growth factor”, keduanya mempertinggi mekanisme
perbaikan dan pertumbuhan dari dinding lambung.
Ileostomi suatu tindakan membuka ileum yang umumnya dilakukan
paling tidak 20 cm dari “ileocaecal junction”..Usus halus dilekatkan pada
dinding abdomen dengan maksud untuk mem-by pass usus besar, sisa hasil
percernaan keluar dari tubuh melalui lubang yang disebut stoma. Ileostomy
merupakan pembukaan secara temporer atau permanent antara ileum dan
4
dinding abdomen.
Temporer ileostomy direkomendasikan untuk pasien yang menjalani
operasi pengambilan 1 segmen dari saluran cerna. Sehingga dapat
memberikan waktu sementara bagi usus untuk sembuh tanpa stress dari
system pencernaan. Ileostomi sering diletakkan di fossa iliaka kanan. Feses
yang keluar dikenal dengan “effluent” yang sangat lembut dan encer dan
memerlukan perawatan yang harus di kosongkan sampai 6 kali sehari.\
Sering pada pasien yang menjalani pengangkatan kolon total, pasien
bisa mengalami masalah penyerapan cairan dan dehidrasi pada minggu-
minggu awal setelah operasi. Keluarnya cairan dari ileostomi setelah
pembedahan dapat mencapai 1500 cc perhari yang mengandung sejumlah
besar garam. Pengeluaran cairan secara bertahap akan berkurang hingga 600
– 800 cc perhari.
Colostomy adalah suatu tindakan membuka dan mengeluarkan bagian
dari Colon baik colon Asenden,Tranversum, Desendens maupun Colon
Sigmoid. Colostomy dapat bersifat sementara ataupun permanent. Trauma
colon dan kelainan Congenital merupakan salah satu colostomy sementara.
Dan operasi dari tumor Rektum sering menjadi indikasi colostomy
permanent.
Pada stoma masalah kulit merupakan komplikasi yang sering
dijumpai. Pada pasien-pasien dengan operasi pembuatan stoma baik elektif
maupun emergensi kulitnya selalu sehat. Beberapa hari pasca operasi atau
beberapa waktu setelah dirumah sejumlah pasien mengeluhkan masalah
dikulit.
Kadang pasien mengalami dermatitis alergi yang bisa sebagai akibat
hipersensitif terhadap bahan plastik dan perekat kantong stoma ataupun oleh
karena iritasi langsung. Perubahan pada kulit berhubungan dengan usia,
stres dan penyakitnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perubahan
permeabilitas kulit.
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Rancangan Penelitian
Experimental Pre dan Post pemberian Sukralfat.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub.bagian Bedah Digestive Rumah Sakit Haji
Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan Rumah sakit
jejaring. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret 2008 – Juni 2008
3.3. Objek Penelitian
3.3.1. Sampel
Semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian selama periode Maret 2008 – Juni
2008.
3.3.2. Kriteria Inklusi
Pasien pada sub bagian bedah digestive yang menjalani operasi
dengan pembuatan stoma di dinding perut yang disertai iritasi kulit
peristoma.
3.3.3. Kriteria Eksklusi
1. Pasien-pasien dengan penyakit penyerta seperti Diabetes
Mellitus dan Tuberkulosis.
2. Pasien - pasien yang mendapat terapi kortikosteroid
3. Pasien - pasien yang sedang menjalani Kemoterapi
4. Pyoderma ganggrenosu
3.4. Cara Kerja
Semua subjek peneltian dicatat identitasnya dan dilakukan pencatatan
iritasi kulit peristoma yang terjadi serta diukur diameter luas hiperemis
dalam cm, dan nyeri. Pada daerah yang mengalami komplikasi diberikan
sukralfat sirup setiap 6 jam (4 kali sehari) dan diikuti perubahan yang terjadi
selama 7 hari pemberian.
6
Pasien yang telah menjalani operasi pembuatan stoma usus
Dilakukan pemeriksaan iritasi kulit peristoma
Doleskan sukralfat bentuk sirup sebanyak 4 x/hari diatas daerah peristoma yang
terkena komplikasi
Cara pemberian sukralfat yaitu : daerah peristoma yang mengalami
iritasi dibersihkan dari sisa effluen atau feses dengan mempergunakan
NacCl 0,9% sampai bersih. Kemudian seluruh daerah yang mengalami
iritasi diolesi sukralfat sirup dengan mempergunakan cotton bath.
Sebelum dimasukkan dalam penelitian, subjek yang bersedia
dimintakan izin kepada orang tua/wali, setelah diberitahukan maksud, tujuan
dan cara-cara penelitian dengan jelas. Orang tua atau wali diminta
menandatangani formulir izin.
3.5. Batasan Operasional
Bahan : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sukralfat sirup.
Defenisi operasional : Yang dimaksud dengan iritasi peristoma adalah
komplikasi pada temuan pasca pembuatan stoma, dimana dinyatakan
dengan adanya simptom dan temuan sebagai berikut :
1. Adanya hiperemis (warna kemerahan) dikulit disekitar stoma (dalam
mm)
2. Adanya rasa nyeri dikulit sekitar stoma (VAS)
Jenis Stoma :
Stoma yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua periostoma
baik dari usus halus (ileostomy dan jejenostomy) dan colostomy.
3.6. Alur Penelitian
7
Laki-laki Perempuan Total
Jumlah 10 3 13
Rata-rata Usia 29,9 ± 18,08 29 ± 13,75 29,7 ± 16,64
Diagnose Klinis
a. Colitis 1 - 1
b. Perforasi caecum 1 1 2
c. Adeno Ca. Colon 2 1 3
d. Protektive Ileostomy 1 - 1
e. Hernia Inguinalis Lateralis Starngulata
2 - 2
f. Typhoid Perforasi 1 - 1
g. Ileum Tumor 1 - 1
h. Enterocutaneus Fistel 1 - 1
i. Ileus Obstuksi - 1 1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari awal April 2008 sampai
akhir Juni 2008 dan terkumpul 13 sampel ,dimana diberikan sukralfat syrup
pada daerah yang mengalami iritasi. Dari sampel yang ada, dilakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap perubahan rasa nyeri dan luas
hiperemis yang terjadi dari hari ke hari.
4.1.1 Demografi dan Diagnosa Klinis objek Penelitian
Data demografi dan diagnosa klinis dari objek penelitian
terlihat pada tabel di bawah ini :
Pada tabel diatas rentang umur pasien antara 10 tahun
sampai 73 tahun dengan usia rata-rata 29,7 dengan Standard
Deviasi 16,64. Pada Laki laki di dapati rata-rata usia 29,9 dengan
standart deviasi 18,08 dan perempuan didapati usia rata-rata 29,7
dengan standart deviasi 13,75.
8
Variabel Nyeri (a) Hiperemis (b)
Hari 0 6,15 ± 0,55 43,38 ± 7,47
Hari 1 6,15 ± 0,55 43,38 ± 7,47
Hari 2 6,15 ± 0,55 41,15 ± 7,45
Hari 3 5,84 ± 0,55 39,31 ± 7,86
Hari 4 4,3 ± 0,75 36,85 ± 8,75
Hari 5 4 ± 0 34,08 ± 8,82
Hari 6 4 ± 0 30,92 ± 7,92
Hari 7 4 ± 0 26,64 ± 6,74
P 0,0001* 0,0001*
Pasien dengan Adeno Ca Colon sebanyak 3 orang (2 laki-
laki, 1 perempuan), perforasi caecum 2 orang (1 laki-laki,1
perempuan), Hernia Inguinalis Lateralis. Strangulata 2 orang (laki-
laki), Colitis 1 orang laki-laki, Protective Ileostomy 1 orang,
Thypoid Perforasi 1 orang laki-laki, ileum Tumor 1 orang laki-laki,
Enterocutaneus fistel 1orang laki-laki, ileus Obstruksi 1 orang
perempuan.
4.1.2 Perbedaan Rata-rata Skor Nyeri dan Diameter Hiperemis
Variabel yang dinilai dan dicatat pada penelitian ini adalah
efek iritasi yang terjadi pada peristoma yaitu rasa nyeri dan
hiperemis. Dimana rasa nyeri dinilai dengan mempergunakan
Visual Analog Score (VAS) dan pengukuran hiperemis yang
terdapat pada peristoma dengan satuan milimeter (mm). Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perbedaan rata-rata skor nyeri dan diameter Hiperemis
berdasarkan pasien pertama datang dan pemberian sukralfat topikal
dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-7 :
(a) Uji Kruskal Wallis
(b) Uji ANOVA
* Signifikans
9
KelompokPengamatan
SignifikansiSkor Nyeri
Signifikansi Skor Hiperemis
H0 - H1H2H3H4H5H6H7
NSNSNSSSSS
NSNSNSSSSS
H1 - H2H3H4H5H6H7
NSNSSSSS
NSNSSSSS
H2 – H3H4H5H6H7
NSSSSS
NSNSSSS
H3 – H4H5H6
SSS
NSNSS
Pada tabel diatas diperoleh hasil Uji Kruskal Wallis dan
ANOVA adalah Signifikan. (P < 0,05). Yang artinya ada
perubahan rata-rata score nyeri dan diameter hiperemis yang
bermakna sebelum dan sesudah pemberian topikal sukralfat pada
periostoma yang mengalami iritasi.
4.1.3 Korelasi antara Hari ke-0 Sampai Hari ke-7 Setelah Pemberian
Topikal Sukralfat terhadap Rasa Nyeri dan Diameter
Hiperemis.
Untuk melihat perbedaan rata-rata yang manasajakah yang mengalami
perbedaan yang bermakna dari hari ke hari baik nyeri maupun ukuran diameter
hiperemis kulit di sekitar periostoma, dilakukan dengan Uji Komperasi
Berganda, LSD seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini:
10
H7 S S
H4 – H5H6H7
NSNSNS
NSNSS
H5 – H6H7
NSNS
NSS
H6 - H7 NS NS
NS : Non Signficans
S : Significans
Dari tabel diatas dengan Uji Komperasi Ganda (LSD )
terlihat korelasi antara hari ke-0 sampai hari ke-7 setelah
pemberian sukralfat topikal. Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat
signifikansi terhadap rasa nyeri telah terlihat pada Hari ke-4. Pada
hari ke-1 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada
Hari ke-3. Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi
telah terlihat pada hari ke-4. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7
terlihat signifikansi telah terlihat pada hari ke-3. Pada hari ke-4
sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan yang signifikans dari rasa
nyeri. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tidak terlihat perubahan
yang signifikan. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak terlihat
perubahan yang signifikansi.
Dari hari ke-0 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi terhadap
diameter Hiperemis telah terlihat pada Hari ke-4. Pada hari ke-1
sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terihat pada Hari ke-4.
Pada hari ke-2 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi telah terlihat
pada hari ke-5. Pada hari ke-3 sampai hari ke-7 terlihat signifikansi
telah terlihat pada hari ke-6. Pada hari ke-4 sampai hari ke-7
terlihat perubahan yang signifikans dari diameter hiperemis pada
hari 7. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 terlihat perubahan yang
11
signifikan pada hari ke-7. Pada hari ke-6 sampai hari ke-7 tidak
terlihat perubahan yang signifikansi.
12
Hr 0 Hr 1 Hr 2 Hr 3 Hr 4 Hr 5 Hr 6 Hr 7
mm
10o
25
20
15
0
5
30
35
40
45
50
Hr 3 Hr 5 Hr 6 Hr 7Hr 4Hr 2Hr 1Hr 0
VAS
Perubahan intensitas nyeri (VAS) menurut waktu sebelum dan
sesudah pemberian topikal Sukralfat pada peristoma. Pada gambar diatas
perubahan intensitas rasa nyeri yang bermakna,berukuran (P< 0,05) pada
tiap pasien yang telah dimulai pada hari ke -3 dan di hari selanjutnya
mengalami penurunan rasa nyeri samai hari ke-5. Pemberian Sukralfat
secara Topikal memberikan perbaikkan rasa nyeri yang bermagna pada ke-
13 kasus yang ada.
13
7
6
5
4
3
2
1
Gambar Perubahan ukuran hiperemis menurut waktu sebelum dan sesudah
pemberian topikal Sukralfat pada peristoma. Pada gambar diatas. Penurunan
ukuran hiperemis yang bermakna berukuran (P < 0,05) pada setiap pasien dimulai
pada hari ke -4 sampai hari ke-6 pasca pemberian pengobatan. Pemberian
Sukralfat secara Topikal memberikan penurunan diameter hiperemis yang
bermagna pada ke-13 kasus yang ada.
4.2. Pembahasan
Dari data yang diperoleh didapatkan 9 macam penyakit penyebab
dilakukannya tindakan stoma pada usus halus seperti dibawah ini :
1. Colitis : 1
2. Perforasi caecum : 2
3. Adeno Ca colon : 3
4. Protective Ileostomy : 1
5. Hernia Inguinalis Lateralis strangulate : 2
6. Typhoid perforasi : 1
7. Ileum Tumor : 1
8. Enterocutaneus Fistel Post Appendectomy : 1
9. Ileus Obstructive d/t adhesion : 1
Dari data diatas, tindakan ileostomy yang paling banyak dilakukan
adalah yang disebabkan oleh Adeno karsinoma kolon dan Hernia inguinalis
Lateralis strangulate dan perforasi caecum.
Keadaan yang menyebabkan dilakukannya pembuatan stoma usus
halus oleh karena Hernia Strangulata dijumpai kondisi usus yang oedem,
tidak viable, dan kontaminasi abdomen yang hebat (peritonitis). Diharapkan
dengan melakukan ileostomy akan memberi kesempatan intestine dan
cavum abdomen menjadi lebih baik. Dan akan akan dilakukan anastomose
kemudian setelah kondisi pasien lebih baik.
Perforasi caecum didasarkan pada keadaan umum penderita seperti
adanya kondisi shock, dan keadaan lokal seperti kontaminasi abdomen yang
sangat hebat, trauma usus yang berat, Pada caecum yang disertai kondisi
umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat sangat
14
berbahaya untuk melakukan anastomose.
Pada adenokarsinoma kolon umumnya disebabkan oleh karena
sudah terjadinya perforasi pada kolon dan adanya kontaminasi cavum
abdomen oleh isi intestine.
Demam Typoid adalah demam yang disebabkan oleh salmonella
thypii, yang disebabkan penyebaran organisme dari jaringan limfe ke
saluran darah dan di tandai dengan demam yang terus menerus,rush,
splenomegali, limfadenopati, leukopeni dan komplikasi yang lainnya.
Demam thypoid masih merupakan masalah kesehatan yang berat yang
berkembang di seluruh bagian bumi, dengan perkiraan insidens
540/100.000. salah satu penyebab kematian yang paling banyak dari thypoid
fever adalah perforasi intestinal. Ada beberapa macam penanganan pada
perforasi typoid :
1. Penutupan primer dari perforasi, apakah satu lapisan atau beberapa
lapis.
2. Reseksi anastomosis
3. End Ileostomy dan mukosa fistula (dengan atau tanpa reseksi)
4. Tube Ileostomy.
Hasil observasi menunjukkan bahwa ileostomy adalah pilihan
yang lebih baik dari pada penutupan primer. Keadaan umum penderita
seperti adanya kondisi shock, dan kontaminasi abdomen yang hebat,
trauma usus yang berat, Pada perforasi thypoid yang disertai kondisi
umum penderita yang kurang baik serta kontaminasi usus yang hebat
sangat berbahaya untuk melakukan anastomose dan juga ditambah
keadaan perforasi yang sudah berlangsung beberapa hari
Enterokutaneus fistel adalah adanya hubungan antara saluran
cerna dengankulit, Baik antara small intestine dengan kulit maupun
large intestine dengan kulit. Etiology kebanyakkan oleh karena post
operative dengan infeksi rongga perut, cancer ataupun lisis dari
anastomose intestine dan radiasi, Pada kasus di atas terjadi spontan
enterokutaneus fistel pada kasus post appendectomi patofisiologi dapat
terjadi oleh karena adanya microperforasi yang menyebabkan adanya
15
koleksi abses yang selanjutnya menjadi fistula.
Penutupan spontan dari fistula dapat terjadi pada low out put
selama ± 8 minggu, Dimana asupan makanan dan elektrolit seimbang.
Pada pasien dengan high out put akan sulit diharapkan untuk menutup
spontan, Pada kasus pasien yang diteliti ini di dapati kondisi usus yang
tidak ideal untuk dilakukan anastomose dimana terdapat usus yang
oedem dan cavum abdomem yang terkontaminasi dari cairan fistula.
Colitis adalah suatu keadaan medis yang penanganannya
ditangani dengan pembuangan usus besar. Colitis Ulceratif muncul
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel disepanjang usus besar,
yang menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Pasien dengan
colitis ulcerative sering dengan keluhan sakit, gerakkan usus yang
cepat, kotoran berdarah dan hilang selera makan. Penanganannya
adalah ileostomy terhadap pasien yang tidak respon terhadap terapi
medis ataupun diet. Dimana terjadi peradangan pada usus besar, Pada
kasus yang didapati telah terdapat perforasi dari colon sehingga
membuat kondisi intestine mengalami oedem.
Dalam kondisi seperti ini tidak ideal untuk dilakukan anastomose,
Maka dilakukan tindakan ileostomy sementara menunggu perbaikkan
kondisi umum pasien.
Sedang pada Ileus Obstructive dan hernia Strangulata
dilakukan pembuatan stoma karena bagian usus yang terjepit tidak
viabel lagi dan kondisi umum penderita yang tidak cukup stabil
sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan anastomose.
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan1. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi rasa nyeri
peristoma usus halus.
2. Pengurangan rasa nyeri (VAS ) mulai bermakna ( P < 0,05 ) setelah hari
ke-3.
3. Pengobatan sampai hari ke-5 pengobatan.
4. Sukralfat mempunyai manfaat klinis dalam mengatasi hiperemis
peristoma usus halus.
5. Pengurangan hiperemis (m) mulai bermakna ( P < 0,05) setelah hari ke
-4 pengobatan samapai hari ke-6 pengobatan.
5.2. Saran
1. Diharapkan kedepan dilakukan penelitian dengan kasus yang lebih
banyak dan follow up yang lebih komplit.
2. Diharapkan penelitian ini dilanjutkan dengan membandingkan manfaat
klinis sukralfat dengan kontrol dalam perawatan iritasi peristoma.
17