12
ANALISIS SISTEM FORMAT MODULASI OPTIK NRZ-DPSK PADA SISTEM LIGHTWAVE BERKECEPATAN TINGGI James. M 1 , A. Hambali. 2 , Mamat. R 3 Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom, Bandung 1 xtwo_six @ yahoo .com 2 HBL @ittelkom.ac.id 3 MMR @ittelkom.ac.id Abstrak - Saat ini, sistem komunikasi kabel tembaga tidak lagi menjadi satu-satunya sistem komunikasi wireline yang tersedia dan dapat digunakan secara umum. Sekarang telah muncul sistem komunikasi optik sebagai alternatif sistem komunikasi wireline, karena kelebihan- kelebihan yang dimilikinya dibandingkan sistem komunikasi kabel tembaga. Seiring perkembangan teknologi di bidang informasi, saat ini kebutuhan akan bitrate data yang tinggi diperlukan untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan transmisi data yang cepat dan handal. Bahkan pada pengembangannya sekarang, sistem komunikasi optik telah mampu mencapai bit rate 40 Gbps. Namun, selain bit rate yang tinggi diperlukan juga pemilihan format modulasi yang tepat agar didapatkan sistem yang cepat sekaligus handal. Hasil yang dicapai pada tugas akhir ini adalah menganalisis suatu sistem dengan format modulasi NRZ-DPSK, dengan BER sebagai parameter utamanya. Didapatkan BER sekitar , selain itu dianalisis juga optimasi sistem agar bisa diperoleh BER yang maksimal, yaitu sebesar Kata kunci: Kata kunci : BER, NRZ-DPSK, 40 gbps. Abstract – nowadays, copper wire communication system is not the only choice for the wire line communication system that people commonly used. Recently, the progress of the communication technology has been emerged optical communication system as the alternative for the wire line communication, and became the favourite one because of its excess. Along the technology growth, especially in information field, nowadays the needs for the high bit rate are totaly required to support the people demands on fast and reliable data transmition. And even for now, the optical communication system has advanced to reach the 40 gbps bit rate. However, high bit rate is not the only advanced technology, choosing for the right modulation format also important to get not only fast, but also reliable communication system. The aim of this project are, to analyze a system that has been modeled before, with high bit rate, up to 40 gbps, using the NRZ-DPSK modulation format, BER as the main parameter. This research has found that the 1

JURNAL TA jadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL TA jadi

ANALISIS SISTEM FORMAT MODULASI OPTIK NRZ-DPSK PADA SISTEM LIGHTWAVE BERKECEPATAN TINGGI

James. M1, A. Hambali.2, Mamat. R3

Fakultas Elektro dan KomunikasiInstitut Teknologi Telkom, Bandung

1xtwo_six @ yahoo .com 2 HBL @ittelkom.ac.id 3 MMR @ittelkom.ac.id

Abstrak - Saat ini, sistem komunikasi kabel tembaga tidak lagi menjadi satu-satunya sistem komunikasi wireline yang tersedia dan dapat digunakan secara umum. Sekarang telah muncul sistem komunikasi optik sebagai alternatif sistem komunikasi wireline, karena kelebihan- kelebihan yang dimilikinya dibandingkan sistem komunikasi kabel tembaga.

Seiring perkembangan teknologi di bidang informasi, saat ini kebutuhan akan bitrate data yang tinggi diperlukan untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan transmisi data yang cepat dan handal. Bahkan pada pengembangannya sekarang, sistem komunikasi optik telah mampu mencapai bit rate 40 Gbps.

Namun, selain bit rate yang tinggi diperlukan juga pemilihan format modulasi yang tepat agar didapatkan sistem yang cepat sekaligus handal. Hasil yang dicapai pada tugas akhir ini adalah menganalisis suatu sistem dengan

format modulasi NRZ-DPSK, dengan BER sebagai parameter utamanya. Didapatkan BER sekitar , selain itu

dianalisis juga optimasi sistem agar bisa diperoleh BER yang maksimal, yaitu sebesar

Kata kunci: Kata kunci : BER, NRZ-DPSK, 40 gbps.

Abstract – nowadays, copper wire communication system is not the only choice for the wire line communication system that people commonly used. Recently, the progress of the communication technology has been emerged optical communication system as the alternative for the wire line communication, and became the favourite one because of its excess.

Along the technology growth, especially in information field, nowadays the needs for the high bit rate are totaly required to support the people demands on fast and reliable data transmition. And even for now, the optical communication system has advanced to reach the 40 gbps bit rate.

However, high bit rate is not the only advanced technology, choosing for the right modulation format also important to get not only fast, but also reliable communication system. The aim of this project are, to analyze a system that has been modeled before, with high bit rate, up to 40 gbps, using the NRZ-DPSK modulation format, BER as the main

parameter. This research has found that the system has BER. Beside doing the analysis, this project also make

the optimization for the system for its BER so this system could reach better BER, which are .

Keyword: BER, NRZ-DPSK, 40 gbps

I. PENDAHULUANSeiring perkembangan jaman, teknologi

telekomunikasi semakin maju dengan pesat. Salah

satu produk teknologi telekomunikasi adalah serat optik (lightwave system) yang memberikan kontribusi penting bagi dunia telekomunikasi saat ini.

1

Page 2: JURNAL TA jadi

Sistem lightwave atau sering disebut sistem optik merupakan suatu sistem yang menggunakan gelombang cahaya sebagai metode komunikasi untuk menyalurkan suatu informasi dari sumber informasi melalui media transmisi ke suatu tujuan tertentu. Inti dari sistem lightwave itu sendiri adalah fiber optik. Fiber optik merupakan salah satu jenis media transmisi yang pada dewasa ini telah menjadi alternatif utama dalam sistem komunikasi karena kemampuannya untuk menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dengan bandwidth transmisi yang besar, fiber optik sangat tepat digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan terhadap berbagai layanan informasi yang semakin beragam dan kompleks.

Kebutuhan teknologi pada kapasitas yang besar dapat teratasi dengan penerapan fiber optik dalam sistem komunikasi. Tetapi perlu diketahui bahwa sensitifitas yang tinggi pada fiber optik merupakan kendala utama dalam menghasilkan suatu sistem optik yang optimal. Untuk menghasilkan suatu sistem yang optimal maka diperlukan suatu format modulasi yang memiliki kualitas sinyal yang baik sampai di penerima, terutama sistem dengan kecepatan tinggi.

Format yang umum digunakan pada saat ini adalah format modulasi NRZ-DPSK dan RZ-DPSK, karena telah terbukti lebih andal dibanding dengan format modulasi terdahulunya, yaitu NRZ-OOK. Format modulasi NRZ-DPSK dan RZ-DPSK sendiri memiliki keandalan dan kekurangannya masing-masing. Pada tugas akhir ini akan dibahas karakteristik format modulasi NRZ-DPSK pada sistem optik dengan kecepatan tinggi, dengan (Bit Error Rate) BER sebagai parameter utamanya.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Komunikasi Fiber Optik

Secara umum, sistem komunikasi berfungsi untuk menyalurkan sinyal dari sumber informasi melalui media transmisi ke suatu tujuan. Sebagai media transmisi, fiber optik telah menjadi alternatif utama karena kemampuannya untuk menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan dengan tingkat kehandalan tinggi. Dengan bandwidth transmisi yang mampu mencapai 25 THz, fiber optik sangat tepat digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan akan berbagai layanan informasi yang kian beragam dan kompleks, serta memerlukan bandwidth tinggi.

Berbeda dengan sistem komunikasi radio yang mempergunakan gelombang elektromagnet, pada fiber optik gelombang cahaya yang bertugas membawa sinyal informasi. Sebelum ditransmisikan, sinyal yang masih berupa sinyal elektrik ini akan dimodulasi dan diubah menjadi gelombang cahaya pada transmitter, dan setibanya di receiver akan dikonversi kembali ke bentuk elektrik.

Gambar 2.1 skema komunikasi optik

2.2 Sumber Cahaya

Ada dua sumber cahaya yang dikenal dalam komunikasi optik: Light Emitting Diode (LED) dan Illuminating Laser Diode (ILD) yang lebih sering disebut laser.

Perbandingan karakteristik LED dan LASER:

Light Emitting Diode (LED):

1. Daya optik keluaran rendah.2. Penguatan cahaya tidak ada.3. Stabil terhadap suhu.4. Disipasi panas kecil.5. Arus pacu kecil.6. Lifetime lebih sedikit.

Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation (LASER):

1. Daya optik keluaran besar.2. Terdapat penguatan cahaya.3. Kurang stabil terhadap suhu.4. Disipasi panas besar.5. Lifetime lebih lama.

Dari perbandingan karakteristik di atas, maka diperoleh bahwa LASER mempunyai kriteria yang lebih baik dan lebih cocok untuk sistem yang digunakan daripada LED sebagai sumber cahaya.

2.3 Media Transmisi

Serat optik adalah merupakan saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya

2

Page 3: JURNAL TA jadi

adalah laser atau LED. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak diteruskan keluar kabel karena indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Gambar 2.2 susunan kabel optik

Dari gambar di atas dapat dilihat susunan kabel optik, terdiri dari tiga bagian utama, yaitu core, cladding,dan coating. Core adalah bagian dimana cahaya akan dilewatkan. Cladding berfungsi untuk memantulkan kembali cahaya ke dalam kabel optik, sehingga cahaya tidak akan keluar dari core. Sedangkan coating berfungsi sebagai pelindung kabel optik. Kita tahu bahwa kabel optik dibuat dari kaca, maka akan sangat rapuh, maka dibutuhkan coating sebagai pelindung serat optik ini.

2.3.1 Fiber optik single mode

Sesuai namanya, kabel optik jenis ini hanya mampu melewatkan satu modus cahaya saja. Hal ini di karenakan rancangan geometrinya yang memiliki diameter inti yang sangat kecil, yaitu sekitar 8 – 12 μ Meter. Efek dari kecilnya diameter ini adalah, kabel jenis ini hanya mampu melewatkan satu jenis modus optik. Namun hal ini membawa keuntungan, yaitu lintasan tempuh oleh sinyal optik jadi minimum, dengan demikian bit rate data yang dapat dilewatkan lebih tinggi daripada fiber jenis multimode.

2.4 Dispersi

Serat optik memiliki beberapa karakteristik penting dalam menyalurkan sinyal informasi diantaranya adalah dispersi. Sinyal informasi dalam serat optik akan mengalami pelebaran pulsa pada proses transmisinya. Proses terjadinya pelebaran pulsa ini disebut dispersi. Bila tidak di tangani, pelebaran pulsa ini akan bertumpuk sehingga pada akhirnya tidak dapat dibedakan mana yang bernilai satu ataupun bernilai nol.

Pada umumnya terdapat dua penyebab terjadinya dispersi pada serat optik. Yaitu dispersi intermodal dan dispersi intramodal. Namun pada

tugas akhir ini, yang digunakan adalah kabel optik jenis singlemode, jadi dispersi yang terjadi hanyalah dispersi intramodal

2.4.1 Dispersi intramodal

Dispersi jenis ini terjadi karena pengaruh dari panjang gelombang terhadap kecepatan rambat cahaya di dalam fiber optik, dimana bahan penyusun fiber optik ini juga mempengaruhi besarnya dispersi. Dispersi ini biasanya diberikan dalam satuan picoseconds per kilometer per nanometer line width [ps/(km x nm)].

Kecepatan cahaya dalam serat optik tergantung pada besarnya λ. Jika line width 820 sampai 850 nm (30 nm), energi pulsa pada bagian 820 nm bergerak lebih lambat dari pada energi pulsa pada bagian panjang gelombang 850 nm. Sedangkan untuk sumber sinar dengan λ di atas 1,3 μm, keadaannya malah menjadi terbalik. Jika terdapat sebuah line width 1320 – 1350, maka bagian λ=1320 nm bergerak lebih cepat dari pada bagian λ=1350 nm, sehingga terjadi pelebaran pulsa seperti keadaan di atas.

Gambar 2.3 ISI akibat dispersi

Dispersi sinyal akan membatasi nilai lebar pita (bandwith) maksimum yang dapat dicapai. Hubungan antara bandwith dan bit rate pada sistem NRZ adalah sebagai berikut, [3]

(max)=2× (2.1)

Persamaan di atas dipakai dengan menganggap tidak ada nilai ISI, namun pada kenyataanya nilai ISI akan muncul. Sehingga besarnya Bandwith kerja alat akan lebih besar daripada hasil persamaan di atas. Hal ini untuk mengatasi gangguan akibat ISI.

2.5 Detektor optik

Detektor optik / fotodetektor, atau lebih khusus photo diode berfungsi mengubah sinyal optik

3

Page 4: JURNAL TA jadi

menjadi sinyal elektrik. Proses ini digambarkan dengan sistematis pada gambar 2.6. Foton diserap atom dan menyebabkan elektron berpindah dari pita valensi ke pita konduksi. Perubahan energi pada elektron adalah Eg; yang berarti foton harus memiliki level energi yang-minimal-sama dengan Eg. Dengan demikian, keadaan ini bisa dinyatakan dengan persamaan berikut.

(2.2)

Gambar 2.6: proses pembentukan elektron-hole

Dapat ditarik kesimpulan bahwa fotodetektor tidak akan merespon frekuensi di bawah

(2.3)

Atau panjang gelombang yang melebihi :

(2.4)

III. SPESIFIKASI SISTEM

3.1 PendahuluanDalam proses menuju pembuatan, penulis melakukan terlebih dahulu suatu perancangan tahapan untuk mendapatkan hasil desain yang optimal untuk di implementasikan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:Penentuan hardware yang digunakan

1. Mencari datasheet hardware2. Perhitungan berdasarkan spesifikasi hardware3. Analisa dengan matlab 7

3.2 Penentuan Hardware yang digunakan

3.2.1 Transmitter

Sumber cahaya yang digunakan pada tugas akhir ini adalah Light Amplification by Stimulated Emision of Radiation (LASER). LASER dipilih

karena merupakan sumber gelombang elektromagnetik koheren yang memancarkan gelombang pada frekuensi infra merah dan cahaya tampak. Koheren dalam hal ini adalah berfrekuensi tunggal, sefase, terarah dan terpolarisasi dan memiliki lifetime yang panjang.

Tabel 3.1: Parameter Transmitter

Nama Lambang Nilai

Satuan

power output

P 5 dBm

muatan elektron

q 1,6 x 10-

19

C

wavelength

λ 1550

nm

Rise/fall time

tr/tf 9 ps

lebar spektral

8 pm

Threshold current

Ith 35 mA

3.2.2 Kanal Transmisi

Kabel serat optik merupakan media propagasi sinyal informasi yang dikirim oleh transmitter ke receiver. Serat optik yang digunakan di sini adalah jenis singel-mode yaitu jenis NZDSF Pemilihan jenis fiber NZDSF dikarenakan pemakaian transmitter yang bekerja pada panjang gelombang 1550 nm. Dimana pada panjang gelombang 1550 nm NZDSF memiliki dispersi yang paling minimum. Sedangkan pada NDSF, dispersi minimumnya terjadi pada panjang gelombang 1310 nm.

Tabel 3.2: Parameter Serat Optik

Nama Lambang

Nilai

Satuan

4

Page 5: JURNAL TA jadi

Sensitifitas minimum Rx PRx

-34 dBm

Margin Sistem Ms 6 dB

Redaman konektor

c 1 dB

Redaman splice

s 0,1 dB

Redaman fiber

f 0,22

dB/km

Panjang fiber per roll

Lkab 20 km

Dispersi fiber Dfiber 8 ps/nm.km

3.2.3 Receiver

Receiver merupakan bagian sistem yang berfungsi menerima sinyal yang dipropagasikan untuk kemudian diolah dalam proses selanjutnya. Secara umum, fungsi utama receiver adalah memisahkan sinyal info dari gangguan noise untuk kemudian direkonstruksi kembali sehingga sesuai dengan info yang dikirim.[10]

Tabel 3.3: Parameter photo detector APD

Nama Lambang Nilai Satuan

Wavelength λ 1550 nm

Optikal sensitivity Pmin -34 dBm

APD R 0,4 A/W

responsivity

IV. ANALISA SISTEM DAN MODULASI

4.1 PendahuluanAnalisa sistem dapat dilakukan setelah perancangan, dan pemilihan harddwarw mencukupi. Hasil ukur yang diperoleh akan dijadikan perbandingan dengan hasil simulasi, untuk kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan dari hasil simulasi yang dilakukan.4.2 Analisa Format Modulasi Keluaran Modulator Mach Zehnder

Proses pembentukan bit informasi adalah dengan menerapkan operasi xor. Bit informasi pertama yang masuk di delay selama satu periode bit, untuk kemudian di xor kan dengan bit setelahnya. Jadi bisa dikatakan, pada DPSK bit informasi adalah hasil operasi xor bit sekarang dengan bit sebelumnya.

Gambar 4.2 pembentukan format modulasi NRZ-DPSK Gambar yang pertama, menunjukan bit-bit informasi yang akan dikirimkan. Kemudian gambar kedua menunjukan gambar yang dikeluarkan oleh dpsk modulator, yang tentu saja sudah dalam format modulasi DPSK. Perlu diingat disini, bit satu dan nol tidaklah mempresentasikan level daya dari bit informasi. Melainkan suatu perubahan fasa sinyal. Karena seperti telah dijelaskan diawal, NRZ-DPSK tidak menggunakan perubahan level daya dalam sistem representasi bit informasi.4.3 Perhitungan dan Analisa Sistem4.3.1 Analisa Rise Time Budget

Pada awalnya sistem ini direncanakan untuk transmisi data sejauh 800 Km. Namun pada kenyataannya sistem tidak mampu mencapai jarak tersebut dikarenakan dibatasi oleh risetime budget.

5

Page 6: JURNAL TA jadi

Gambar 4.3 risetime membatasi jarak transmisiPada grafik diatas digambarkan bagaimana

hubungan risetime dengan jarak transmisi data. Dimana garis merah menyatakan risetime total sistem, dan garis hijau adalah total risetime yang diperbolehkan dalam format modulasi NRZ-DPSK pada bit rate 40 Gbps. Sistem akan bekerja dengan baik jika masih dibawah batasan risetime, atau dari grafik di atas bisa dikatakan, selama risetime sistem masih dibawah nilai 17,5 ps. Dari grafik di atas juga dapat dilihat, sebelum data di transmisikan, sistem sudah memiliki risetime sebesar hampir 13 ps. Nilai ini muncul dari risetime receiver dan transmitter yang nilainya dapat dilihat di BAB III bagian daftar spesifikasi hardware. Ini berarti sistem ini hanya memiliki sisa kira-kira hanya 4 ps untuk masih bisa berjalan maksimal.4.3.2 ANALISA POWER BUDGET Pada tabel berikut akan di tampilkan parameter-parameter yang berkaitan erat dengan perhitugan power link budget sistem. Nilai-nilai pada tabel ini diambil dari dari datasheet hardware yang digunakan. Dari data-data berikut akan dilakukan perhitungan power link budgetTABEL 4.1 Parameter power budget

+Nama Nilai Satuan

Daya kirim 5 dBm

Redaman sambungan(fusion splice)

0,1 dB

Redaman kabel optik 0,22 dB/km

Panjang kabel per roll 20 km

Redaman konektor 1 dB

Margin daya 6 dB

Daya terkecil yang dapat diterima receiver

-34 dBm

Dengan menggunakan parameter-parameter di atas maka power budget dapat di hitung menggunakan persamaan di BAB III. Hasil perhitungan didapatkan bahwa jarak terjauh yang bisa ditempuh adalah 171,36 Km. Jarak tempuh ini masih dalam batasan risetime NRZ-DPSK.4.3.3 ANALISA DISPERSIEstimasi konservatif yang biasa digunakan untuk memprediksi batasan dispersi

adalah sebagai berikut [3] =

dengan = bandwith

perangkat = besarnya

dispersi Dari persamaan di atas dapat di tentukan batasan dispersi untuk sistem ini adalah sebesar 11.1 ps. Namun dispersi sekarang sudah bisa diatasi dengan penggunaan kabel optik jenis DCF( dispersion compensate fiber). Yaitu kabel optik yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan nilai dispersi negatif. Merujuk pada penelitian sebelumnya, masalah dispersi akan diatasi dengan penggunaan kabel optik single mode triple cladding, yang memiliki nilai dispersi sebesar -196.5 ps/nm.km [5]. Panjangnya DCF yang dibutuhkan dapat di tentukan dengan persamaan berikut :

L = × Ldengan, L

=panjang DCFD = nilai dispersi fiber optikL= panjang link transmisi

= nilai dispersi DCF Maka

didapat untuk jarak transmisi sebesar 171.36 Km dibutuhkan kabel DCF sepanjang 6.97 km. Kabel ini nantinya akan disisipkan di bagian-bagian dimana dispersinya sudah melewati ambang batas dispersi sistem.4.3.4 Analisa BER (Bit error rate)Analisa BER dilakukan berdasarkan perhitungan S/N sistem. S/N adalah perbandingan antara level daya sinyal dengan level daya noise. Semakin besar nilai S/N maka sistem akan menandakan sistem tersebut bekerja baik.Tabel 4.2 Noise terhadap temperatur alat

TEMPERATUR NOISE TOTAL SNR

C (283 K)

6

Page 7: JURNAL TA jadi

C (308 K)

Tabel diatas menunjukan besarnya noise total sistem yang dipengaruhi oleh temperatur kerja alat. Kemudian setelah nilai SNR didapatkan, dapat dilakukan perhitungan BERnya dengan

menggunakan persamaan berikut = -

erf (0.354 )dan didapatkanlah hasil

perhitungan sebagai berikut, pada suhu kerja perangkatTabel 4.3 nilai BER pada suhu kerja tertinggi dan terendah Sedangkan nilai erf(x) kita tentukan dengan persamaan berikut :

Dari hasil kalkulasi, didapatkan nilai x adalah 3.5395 saat perangkat receiver bekerja pada suhu 10 C , dan 3,5386 saat suhu kerja alat adalah 35 C.

Gambar 4.7 erf(x) pada suhu 283 K

Gambar 4.8 erf(x) pada suhu 308 K4.4 Optimasi Sistem Hasil analisa didapatkan bahwa BER sistem

adalah pada kondisi terbaiknya. Hal

ini tidak terlalu baik, karena ini berarti sistem berpeluang terjadi kesalahan sebesar 5,589 bit dalam

setiap data rate. Ini berarti dalam sistem yang

menerapkan 40 X bit per sekon, akan terjadi

sekitar 715 bit error setiap detiknya.

Gambar 4.9 Optimasi BER Pada grafik optimasi di atas, tampak bahwa untuk mendapatkan

BER 1 x , dibutuhkan nilai erf(x) sebesar 4.202

. Kemudian kita kalkulasi dengan persamaan 4.X didapat SNR yang dibutuhkan adalah sebesar 140.89dB, bandingkan dengan sistem ini yang memiliki SNR sebesar 99,98 dB. Dibutuhkan sekitar 40 dB lagi.V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 PENDAHULUAN Dari pengujian dan analisa yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :Sistem berjalan cukup baik, batasan rise time oleh format modulasi NRZ cukup untuk mendukung transmisi jarak jauh. Dengan format modulasi DPSK, sistem jadi lebih tahan terhadap error dimana hasil analisis menunjukan BER sistem

adalah sebesar .

1. Parameter yang berpengaruh pada BER sistem adalah temperatur kerja perangkat, responsivitas receiver, dan bandwith sistem. Dimana kinerja sistem akan sebanding terhadap tingkat responsivitas receiver dan juga besaran bandwith sistem, namun akan berbanding terbalik terhadap besarnya temperatur perangkat. Semakin besar bandwith kerja sistem, maka bitrate akan makin tinggi, namun bit rate yang makin tinggi itu juga

7

TEMPERATUR KERJA ALAT BER

C (283 K)

C (308 K)

Page 8: JURNAL TA jadi

akan mengakibatkan noise yang timbul akan makin besar.2. Sistem memiliki keterbatasan dari sisi perangkat. Risetime total perangkat yang digunakan masih cukup besar untuk bisa mencapai jarak tempuh yang diinginkan di awal, yaitu 800 km. Selain itu, diperlukan juga penggunaan serat DCF(Dispersion Compensate Fiber) untuk mengatasi masalah dispersi yang timbul. Sebab, tanpa penggunaan DCF, jarak transmisi yang bisa terjadi hanya sejauh 11,1 Km saja3. Agar BER bisa mencapai

maka dapat dilakukan pemilihan

receiver dengan responsivitas yang lebih tinggi atau dengan cara memperbesar preamplification di sisi receiver, namun harus juga tetap memperhatikan kemungkinan penambahan noise yang terjadi. Baik itu shot noise ataupun thermal noise

5.2 Saran

Saran untuk penelitian dan pengembangan selanjutnya yang berhubungan dengan topik tugas akhir ini adalah:

1. Analisa terhadap bitrate yang lebih tinggi (80 Gbps) dan juga penggunaan pada sistem multi kanal.2. Analisa dan perbandingan dalam bitrate yang sama terhadap format modulasi yang lain, misalnya NRZ mark, Return to bias, Biphase (Manchester).3. Analisa efek Penggunaan EDFA pada sistem jarak yang lebih jauh.

DAFTAR PUSTAKA

[1] . Powers, John, “Fiber Optic Systems”, Second Edition, Singapore, 1999

[2]. Palais, J.C., “Fiber Optic Communications”, Prentice-Hall International, Inc., Second Edition, London, United Kingdom, 1988

[3]. Zanger, H & Zanger, C, ”Fiber Optics: Communication and Other Applications”, Collier McMillan Canada, Inc., Toronto, Canada, 1991

[4]. S. Ramachandran, B. Mikkelsen, L. C. Cowsar, M. F. Yan, G. Raybon, L. Boivin, M. Fishteyn, W. A. Reed, P. Wisk, D. Brownlow, R. G. Huff, and L. Gruner-Nielsen,”All-Fiber Grating-Based Higher Order Mode Dispersion Compensator for Broad-Band Compensation and 1000-km Transmission at 40 Gb/s ”. IEEE PHOTONICS TECHNOLOGY LETTERS, VOL. 13, NO. 6, JUNE 2001

[5]. Wicaksono, Prima., ” Perancangan dispersion compensating fiber pada fiber singel mode dengan panjang gelombang 1550 nm” TA. IT Telkom. Bandung, 2009

[6]. S.Q.Mawlud and M.I.Azawi , “Influence of Laser Diode Parameters on the Performance of Mach Zehnder Modulator”. Physics Dept., College of Education, University of Salahaddin, Erbil, Iraq ,2006

[7]. Dr. Ilya Lyubomirsky., “ Advanced Modulation Formats for Ultra-Dense Wavelength Division Multiplexing”. University of California, California, USA, 2007

[8]. Zaenol Rachman,A “Analisa Perbandingan Sistem Format Modulasi Optik NRZ- DPSK & RZ-DPSK Terhadap NRZ-OOK Pada Sistem Ligthwave Berkecepatan Tinggi” TA. IT Telkom. Bandung, 2009

[9]. Agus Salim, D , “ Perencanaan Jaringan Serat Optik DWDM PT Bakrie Tbk,link Bogor-Bandung”, TA FT.UI. Depok, 2008

[10]. Selvarajan, A., “Optical Fiber Communication Principles and Systems”, Mc. Graw - Hill,

8

Page 9: JURNAL TA jadi

Comp., International edition, Singapore, 2002

9