Upload
ratih-noviyanti
View
366
Download
36
Embed Size (px)
DESCRIPTION
JOURNAL
Citation preview
Kelompok 6:
Ratih Noviyanti
1113031028
Ni Made Erna Purnama Dewi 1113031029
Ni Kadek Ari Wentari
1113031035
JUDUL : Titrasi IodometriTUJUAN : Menentukan kadar tembaga secara iododmetriDASAR TEORI:
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi karena kenaikan bilagan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya electron sedangkan reduksi disertai dengan diperolehnya electron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya, reduktor merupkan atom yang terkandung mengalami peningkatan bilangan oksidasi.. oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersamaan dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator-reduktor mengacu kepada suatu senyawa tidak kepada atom saja (Khopkar, 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan disbanding reduktor. Namun, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang umum digunakan adalah kalium iodide, ion titanium (III), ion besi (II) dan iion vanadium (II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menentukan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih tinggi daripada system iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator.
Berbeda dengan titrasi iodimetri yang merekasikan sampel dengan iodium secara langsung, maka pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi terlebih dahulu dengan kalium iodida (KI) berlebih sehingga menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan standar.
Titrasi iodometri dapat digunakan untuk menentukan kadar tembaga (Cu) dalam terusi (CoSO4.5H2O). Pada titrasi penentuan kadar Cu dalam titrasi. Iodometri, ion Cu2+ yang berperan sebagai oksidator bereaksi dengan ion iodida. Selanjutnya I2 yang dibebeskan akan direduksioleh ion S3O32- mengahsilkan I-. Reaksi yang terjadi:
2Cu+(aq) + 4I-(aq) Cu2I2(s) + I2(aq)
I2(aq) + 2S2O32-(aq) S4O62-(aq) + 2I-(aq)
Dalam titrasi iododmetri, umumnya digunakan larutan natrium tiosulfat sebagai larutan standar. Larutan ini biasanya dibuat dari garam pentahidratnya Na2S2O3.5H2O (Mr = 248,17) sehingga memiliki keuntungan dalam hal ketelitian peninmbangan. Kestabilan larutan natrium tiosulfat ini mudah dipengaruhi oleh keasaman larutan (pH) dan sinar matahari. Pada pH lebih kecil dari lima terjadi penguraian sebagai berikut (Selamat, 2008).
S2O32- + H+ HSO3-+ S
Pada proses titrasi ini, untuk menentukan titik akhir titrasi maka digunakan indikator. Indikator yang digunakan adalah amilum. Indikator amilum digunakan karena memberikan perubahan warna yang jelas dan mudah diamati. Dalam titrasi iodometri, bila oksidanya telah habis, maka tetesan terakhit titran (Na2S2O3) akan menghilangkan warna buru dri titratnya. Amilum dengan I2 membentuk kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas, meskipun jumlah I2 sangat sedikit. Pada titik akhir titrasi, iod yang terikat bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi (warna kuning muda). Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sukar lepas kembali, sehingga dapat dihindari kesulitan hilangnya warna biru (Selamat, 2008).
ALAT DAN BAHAN
NOALATJUMLAHBAHAN
1Buret dan statifnya1 buahNa2S2O3.5H2O
2Gelas ukur 10 mL
1 buahCuSO4.5H2O
3Labu ukur 250 mL2 buahHCl pekat
4Labu ukur 50 mL
1 buahAsam borat
5Pipet volumetric 5 mL, 10mL 1 buahAquades
6Beaker gelas 100 mL3 buahK2Cr2O7
7Erlenmeyer
4 buahKloroform Na2CO3
8Gelas arloji1 buahNH4OH
9Neraca analitik1 buahAmilum
10Corong
1 buahKI
11Spatula1 buah
12Pipet tetes
2 buah
13Batang pengaduk2 buah
14Indikator universal1 pack
PROSEDUR KERJA
NOLANGKAH KERJAHASIL PENGAMATAN
1Pembuatan larutan standar sekunder Na2S2O3 0,1 N dan indikator amiluma. Menimbang sebanyak 6,25 gram Na2S2O3.5H2O dan melarutkan dengan aquades mendidih dalam labu ukur 250 mL kemudian mengocok hingga homogenb. Menambahkan sedikit natrium karbonat atau kloroform sebagai pengawet pada larutan ac. Memaskkan sebanyak 1,5 gram amilum dan 1 gram asam borat ke dalam 100 mL aquades, kemudian mendidihkan sampai membentuk gelatin yang jernih dan selanjutnya mendinginkan.
2Pembuatan larutan standar primer K2Cr2O7 0,1 Na. Menimbang sebanyak 1,2258 gram K2Cr2O7 dan melarutkan dengan aquades dalam labu ukur 250 mL dan mengocok sampai homogen. b. Menimbang 4,150 gram KI dan melarutkan dalam aquades pada labu ukur ukuran 250 mL dan mengocok hingga homogen
3Tahap Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,1 Na. Pipet 25mL larutan K2Cr2O7 0,1 N dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer.b. Menambahakan secara berturut-turut dengan 100 mL aquades, 6 mL HCl pekat, dan 30 mL larutan KI 0,1 N. selanjutnya mengocok dengan kuat dan menambahkan 1 mLindikator amilumc. Mentitrasi titrat tadi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna biru tua berubah menjadi hijau.
d. Mencatat volume ttran yang digunakan. Mengulangi titrasi dengan minimal 2 kali pengulangan
4Penentuan kadar tembaga dalam sampela. Menimbang 6,25 gram CuSO4.5H2O dan melarutakan dengan aquades dalam labu ukur 250 mL selanjutnya mengocok hingga homogeny.b. Pipet 25mL larutan CuSO4.5H2O dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer. c. Netralkan larutan dengan ammonia (control dengan larutan universal) dan menambahkan larutan KI 0,1 N. Selanjutnya mengocok dengan kuate. Mentitrasi titrat tadi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna larutan kekuningan. Selanjutnya menambahkan 1 mL indicator amilum dan titrasi dilanjutkan.f. Menghentikan titrasi apabila warna biru telah hilang. Mencatat volume titran yang digunakan dan mengulangi titrasi hingga dua kali pengulangan.g. Menentukan kadar tembaga dalam % dalam sampel