12
Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sebelas Maret PERAN KEPEMIMPINAN, ETOS KERJA, DAN PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP MUTU PENDIDIKAN Akhmad Arif Musadad* Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sebelas Maret Abstract: Kata kunci: This research aims to: (1) find out the description of (a) principal's leadership, (b) work ethos, (c) perception on the teacher's teaching capability, and (d) quality of Elementary School; (2) develop and examine the effect of principal's leadership, work ethos, perception of the teacher's teaching capability directly or indirectly on education quality. This research was conducted at the elementary schools in Surakarta from March to September 2004. The research method employed was a descriptive correlation method that is expost facto in nature. The population was the principals of elementary schools throughout Surakarta city. 37 respondents were selected as the sample using cluster random sampling technique. The instrument of data collection employed was question- naire with Likert scale for dependent variable: education quality (Y); independent variable: principal's leadership (X1), work ethos (X2); and mediating variable: percep- tion of the teacher's teaching capability (X3). Technique of analyzing data employed was statistic technique with correlation regression and path analysis. From the result of research, it can be concluded that: (1) the principal's leadership, work ethos, perception on the teacher's teaching capability, and education quality (elementary school) have a positive and significant relation; (2) there is a direct positive significant effect of prin- cipal's leadership factor on the quality of education with effective contribution 26.57%; (3) there is a direct positive significant effect of principal's work ethos factor on the quality of education with effective contribution 24.68%; and (4) there is a direct positive significant effect of principal's perception of the teacher's teaching capability factor on the quality of education with effective contribution 24.57%. kepemimpinan, kepala sekolah, etos kerja, persepsi, mutu pendidikan PENDAHULUAN Pendidikan memegang peran yang sangat strategis dalam rangka meningkat- kan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, pemerintah terus berupaya meningkat- kan mutu pendidikan nasional. Pemerintah telah mengeluarkan banyak biaya, waktu, dan tenaga, misalnya melalui program pe- nataran, pendidikan, dan sertifikasi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, pe- ngembangan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan model dan pendekatan mengajar dan seba- gainya. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun sampai sekarang kuali- tas pendidikan nasional belum sesuai de- ngan yang diharapkan. Mutu pendidikan merupakan ma- salah yang kompleks, berhubungan de- ngan seluruh dimensi pendidikan yang se- muanya saling terkait. Persoalan sistem pendidikan terus bermunculan, seperti ma- salah kesempatan belajar yang tidak adil dan kurang merata, program pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan la- pangan kerja, tenaga kependidikan yang 142 * Alamat korespondensi: RT 2 RW 4 Baturan, Colomadu, Karanganyar 0271-717329

jurnal uns.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sip

Citation preview

Page 1: jurnal uns.pdf

Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sebelas Maret

PERAN KEPEMIMPINAN, ETOS KERJA, DAN PERSEPSI

KEPALA SEKOLAH TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

Akhmad Arif Musadad*

Prodi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Sebelas Maret

Abstract:

Kata kunci:

This research aims to: (1) find out the description of (a) principal's leadership,(b) work ethos, (c) perception on the teacher's teaching capability, and (d) quality ofElementary School; (2) develop and examine the effect of principal's leadership, workethos, perception of the teacher's teaching capability directly or indirectly on educationquality. This research was conducted at the elementary schools in Surakarta from Marchto September 2004. The research method employed was a descriptive correlation methodthat is expost facto in nature. The population was the principals of elementary schoolsthroughout Surakarta city. 37 respondents were selected as the sample using clusterrandom sampling technique. The instrument of data collection employed was question-naire with Likert scale for dependent variable: education quality (Y); independentvariable: principal's leadership (X1), work ethos (X2); and mediating variable: percep-tion of the teacher's teaching capability (X3). Technique of analyzing data employed wasstatistic technique with correlation regression and path analysis. From the result ofresearch, it can be concluded that: (1) the principal's leadership, work ethos, perceptionon the teacher's teaching capability, and education quality (elementary school) have apositive and significant relation; (2) there is a direct positive significant effect of prin-cipal's leadership factor on the quality of education with effective contribution 26.57%;(3) there is a direct positive significant effect of principal's work ethos factor on thequality of education with effective contribution 24.68%; and (4) there is a direct positivesignificant effect of principal's perception of the teacher's teaching capability factor onthe quality of education with effective contribution 24.57%.

kepemimpinan, kepala sekolah, etos kerja, persepsi, mutu pendidikan

PENDAHULUANPendidikan memegang peran yang

sangat strategis dalam rangka meningkat-kan kualitas sumber daya manusia. Untukitu, pemerintah terus berupaya meningkat-kan mutu pendidikan nasional. Pemerintahtelah mengeluarkan banyak biaya, waktu,dan tenaga, misalnya melalui program pe-nataran, pendidikan, dan sertifikasi guru,pengadaan buku dan alat pelajaran, pe-ngembangan kurikulum, perbaikan saranadan prasarana pendidikan, peningkatanmodel dan pendekatan mengajar dan seba-

gainya. Meskipun berbagai upaya telahdilakukan, namun sampai sekarang kuali-tas pendidikan nasional belum sesuai de-ngan yang diharapkan.

Mutu pendidikan merupakan ma-salah yang kompleks, berhubungan de-ngan seluruh dimensi pendidikan yang se-muanya saling terkait. Persoalan sistempendidikan terus bermunculan, seperti ma-salah kesempatan belajar yang tidak adildan kurang merata, program pendidikanyang tidak sesuai dengan kebutuhan la-pangan kerja, tenaga kependidikan yang

142

* Alamat korespondensi: RT 2 RW 4 Baturan, Colomadu, Karanganyar 0271-717329

Page 2: jurnal uns.pdf

kurang professional, nilai ujian akhir nasi-onal (UAN) yang relatif rendah, kenakalanremaja-pelajar, dan sebagainya.

Rendahnya mutu pendidikan sebe-narnya berkaitan dengan banyak faktor, diantaranya adalah guru dan tenaga kependi-dikan lainnya, buku pelajaran, proses pen-didikan, sistem pendididikan, manajemensekolah, besarnya kelas-sekolah, saranaprasarana, dan faktor keluarga. Meskipundemikian, Tilaar (1993) beranggapan bah-wa rendahnya mutu pendidikan kita ter-utama disebabkan oleh rendahnya kualifi-kasi tenaga kependidikan di antara tenagakependidikan tersebut, maka kepala seko-lah adalah salah satu komponen pendidikanyang sangat penting. Dikatakan penting ka-rena kepala sekolah adalah pemimpin satu-an pendidikan yang langsung berhubungandengan pelaksanaan program pendidikan ditiap-tiap sekolah (Ngalim Purwanto, 1998).Terlaksana atau tidaknya suatu programpendidikan, serta tercapai tidaknya suatutujuan pendidikan sangat tergantung darikecakapan dan kebijakan kepala sekolahsebagai pemimpin pendidikan.

Kepala sekolah merupakan salah sa-tu komponen pendidikan yang sangat ber-pengaruh terhadap mutu pendidikan. Kepa-la sekolah mempunyai hubungan yang sa-ngat erat dengan berbagai aspek kehidupansekolah, seperti disiplin sekolah, iklim se-kolah, dan menurunnya perilaku nakal pe-serta didik. Di samping itu, kepala sekolahjuga bertanggung jawab atas manajemensekolah yang secara langsung berhubungandengan PBM di sekolah. Tentang tanggungjawab kepala sekolah ini telah dijelaskandalam Pasal 12 ayat 1 PP Nomor 28 Tahun1990 bahwa “kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pen-didikan, administrasi sekolah, pembinaantenaga kependidikan lainnya, dan pendaya-gunaan serta pemeliharaan sarana dan pra-sarana”.

Peran kepala sekolah semakin stra-tegis sejalan dengan semakin kompleksnyatuntutan tugas kepala sekolah yang meng-hendaki kinerja yang semakin efisien danefektif. Selain itu, perkembangan dan pene-

rapan iptek, seni dan budaya dalam duniapendidikan (sekolah) menuntut penguasaansecara profesional. Untuk itu, setiap kepalasekolah harus memiliki visi dan misi sertastrategi manajemen pendidikan secara utuhdan berorientasi kepada mutu. Strategi inidikenal dengan manajemen mutu terpadu(MMT), yang dalam dunia bisnis dikenaldengan istilah(TQM). Strategi ini merupakan usaha sis-tematis dan terkoordinasi untuk secara te-rus-menerus memperbaiki kualitas layanan,sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan,dalam hal ini peserta didik, orang tua, peng-guna lulusan, guru dan karyawan, pemerin-tah, dan masyarakat. Menurut Mulyasa(2003) sedikitnya ada lima sifat layananyang harus diwujudkan kepala sekolah agarpelanggan puas, yakni: layanan sesuai de-ngan yang dijanjikan ( ); mampumenjamin kualitas pembelajaran (

); iklim sekolah yang kondusif ( );berikan perhatian penuh pada peserta didik( ; dan tanggap terhadap kebutuhanpeserta didik ( ).

Berpijak dari uraian di atas maka pe-nelitian tentang: “Peran kepemimpinan ke-pala sekolah, etos kerja, dan persepsi ten-tang kemampuan mengajar guru dalam pe-ngendalian mutu SD di Kota Surakarta” inidilakukan.

Permasalahan dalam penelitian inidirumuskan sebagai berikut: (1) Sejauhma-nakah kepemimpinan, etos kerja kepala se-kolah, persepsi tentang kemampuan meng-ajar guru, dan mutu SD di Kota Surakarta?;(2) Apakah faktor kepemimpinan dan etoskerja kepala sekolah berpengaruh terhadappersepsi tentang kemampuan mengajar gu-ru?; (3) Apakah faktor persepsi tentang ke-mampuan mengajar guru berpengaruh ter-hadap mutu SD?; (4) Apakah faktor kepe-mimpinan dan etos kerja kepala sekolahberpengaruh terhadap mutu SD; dan (5) Ba-gaimanakah efek faktor kepemimpinan,etos kerja, dan persepsi tentang kemampuanmengajar guru terhadap mutu SD?

Adapun tujuan penelitian ini adalah:(1) untuk mengetahui gambaran tentang ke-pemimpinan, etos kerja kepala sekolah, per-

total quality management

reliabilityassuran-

ce tangible

emphaty)responsiveness

Akhmad Arif Musadad, Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, ... 143

Page 3: jurnal uns.pdf

PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2, Agustus 2010, halaman142 - 153

sepsi tentang kemampuan mengajar guru,dan mutu SD; dan (2) untuk mengembang-kan dan menguji model tentang efek terha-dap mutu SD oleh faktor kepemimpinan,etos kerja kepala sekolah, dan persepsitentang kemampuan mengajar guru baiksecara langsung maupun tidak langsung.

Para pelaku pembangunan pendi-dikan sudah sejak lama membicarakan pe-ningkatan mutu pendidikan, barangkali se-suai dengan pembangunan pendidikan itusendiri. Memang peningkatan mutu pendi-dikan adalah bagian yang tak terpisahkandari keseluruhan pembangunan pendidikan.Bukti-bukti empiris di lapangan menun-jukkan betapa mutu pendidikan kita belumberanjak baik. Pendidikan kita ketinggalansekitar 20 tahun dibangdingkan dengan ne-gara-negara tetangga. Seraya membahasupaya-upaya perluasan kesempatan belajar,peningkatan relevansi, peningkatan efi-siensi dan efektivitas penyelenggaraannya,maka mutu pendidikan juga mesti dikaitkan(Suyanto & Abbas, 2001).

Bicara masalah kualitas pendidikanpada dasarnya menyangkut masalah kuali-tas proses belajar-mengajar di sekolah, se-bab inti dari pendidikan adalah proses bel-ajar-mengajar. Beberapa indikator kualitaspendidikan atau kualitas proses belajar-mengajar adalah: (a) adanya nilai ujianakhir nasional (UAN) yang tinggi, (b) ter-tanamnya kedisiplinan, moral, etika, sertakreativitas peserta didik, (c) kompetensiguru yang memadai, dan (d) kondisi ling-kungan sekolah yang kondusif (Indra DjatiSidi, 2001).

Guru adalah salah satu komponenmanusiawi dalam proses belajar-mengajar,yang ikut berperan dalam usaha pemben-tukan sumber daya manusia yang potensialdalam bidang pembangunan. Oleh karenaitu, guru yang merupakan salah satu unsurdalam pendidikan harus berperan secaraaktif, dan menempatkan kedudukannya se-cara professional sesuai dengan tuntutanmasyarakat yang semakin berkembang. Da-lam arti khusus dapat dikatakan bahwa da-lam setiap diri guru ada tanggung jawabuntuk membawa para peserta didik pada

suatu kedewasaan. Dalam kerangka ini gurutidak semata-mata sebagai pengajar yang

, tetapi juga sebagaipendidik yang , dan sekali-gus sebagai pembimbing yang memberikanpengarahan dan tuntunan peserta didik da-lam belajar (Sardiman, 1990).

Pemimpin adalah seseorang yangmempunyai kecakapan dan kelebihan se-hingga ia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan aktivitas terten-tu, demi pencapaian satu atau beberapa tuju-an (Kartini Kartono, 1994). Sementara itu,kepemimpinan secara umum didefinisikansebagai proses mempengaruhi penafsiranpara pengikut terhadap suatu peristiwa, me-milih tujuan kelompok atau organisasi, me-ngelola kegiatan untuk menyempurnakantujuan, memotivasi pengikut untuk menca-pai sasaran, pemeliharaan kerja sama dankerja kelompok, serta mencari dukungandan kerja sama dengan orang-orang di luarkelompok atau organisasi (Yukl, 1987).

Istilah kepemimpinan pendidikanmenjelaskan di mana kepemimpinan ituberada dan berperan. Selain itu, kata pen-didikan di sini menjelaskan sifat dan cirikhusus kepemimpinan yang bersifat mendi-dik, membimbing dan mengemong, tetapibukan menekan, memaksa, atau memper-kosa ( Soekarto Indrafachrudi, Dirawat, &Lamberi, 1994).

Pengertian kepemimpinan pendi-dikan dapat dirumuskan sebagai suatu ke-mampuan dan proses mempengaruhi, mem-bimbing, mengkoordinir, dan menggerak-kan orang-orang lain yang berkaitan denganpengembangan ilmu pendidikan dan pelak-sanaan pendidikan dan pengajaran, sehing-ga kegiatan yang dilaksanakan dapat lebihefisien dan efektif dalam rangka mencapaitujuan pendidikan dan pengajaran (Soekar-to Indrafachrudi, Dirawat, & Lamberi,1994). Pendapat lain menjelaskan bahwakepemimpinan pendidikan merupakan se-rangkaian kegiatan dalam rangka mempe-ngaruhi personil dalam lingkungan pendi-dikan pada situasi tertentu supaya merekamelalui usaha kerja sama, mau bekerja de-ngan tanggung jawab dan ikhlas dalam

transfer of knowledgetransfer of values

144

Page 4: jurnal uns.pdf

rangka mencapai tujuan pendidikan yangtelah ditetapkan (HusnaAsmara, 1992).

Sebagai pemimpin pendidikan, ke-pala sekolah hendaknya dapat memahamidan memanfaatkan persamaan dan perbe-daan di antara guru dan personil pendidikanlainnya untuk membangkitkan dan menum-buhkan motivasi kerja. Motivasi adalah ke-adaan dlam pribadi seseoarang yang men-dorong keinginannya untuk melakukan ke-giatan-kegiatan dalam rangka mencapai tu-juan (Hani Handoko, 1995). Motivasi yangada pada diri seseorang akan diwujudkandalam bentuk tindakan yang diarahkan un-tuk mencapai tujuan. Setiap kegiatan yangdilakukan oleh seseorang didorong olehsuatu kekuatan dari dalam diri orang terse-but, kekuatan pendorong itulah yang dise-but motivasi. Seorang guru akan terdoronguntuk melakukan sesuatu, jika sesuatu itudirasakan sebagai kebutuhan. Dengan katalain, mereka akan mengajar dengan baik,jika mengajar itu dipandang sebagai kebu-tuhan.

Geertz (1975) mendefinisikan etossebagai sikap yang menadasi diri sendiridan dunia kehidupan yang dipancarkannya.Etos merupakan aspek evaluatif dan biladihubungkan dengan dunia kerja, maka etosakan membentuk aktivitas yang bermaknabagi kehidupan dan lingkungannya. Etosakan membentuk aktivitas yang berupa par-tisipasi atau kepedulian dunia lingkungan-nya. Koentjaraningrat (1990) menyamakanistilah etos dalam dunia antropologi seagaiwatak yang khas, yang tampak dari luar pa-da gaya tingkah laku, pola pikir dan kege-maran watak seseorang dalam kehidupanmasyarakat.

Apabila etos kerja disamakan pe-maknaannya dengan watak, maka di dalam-nya mengandung makna aktivitas yang aktifdari individu atau manusia dalam mengejarnilai-nilai moral/susila dari kemanusiaanyang diyakini kebenarannya sebagai objekfinal. Aktivitas ini berhubungan dengan ni-lai yang diyakini sehingga mengandung as-pek evaluatif yang akan mempengaruhi in-dividu dalam berpartisipasi dengan ling-kungannya.

Nilai-nilai yang diyakini kebenar-annya oleh suatu masyarakat disebut sistemnilai budaya. Sistem nilai budaya adalahkonsepsi yang hidup dalam alam pikiransebagian besar warga masyarakat tentangapa yang dianggap berharga atau bernilaidalam hidup. Sistem nilai budaya ini ber-fungsi sebagai pedoman, petunjuk bagi tatakelakuan manusia.

Mengajar merupakan suatu perbuat-an yang kompleks, yang di dalamnya me-madukan sejumlah keterampilan untuk me-nyampaikan bahan pengajaran. Keterpa-duan sejumlah keterampilan tersebut di-landasi oleh sejumlah teori dan diarahkanoleh wawasan keguruan, serta dipengaruhioleh seluruh komponen belajar-mengajar.Mengajar juga merupakan kegiatan yangsecara serempak mengandung unsur-unsurilmu, teknologi, seni, dan bahkan pilihannilai (Ali Imron, 1995).

Sementara itu, karakteristik yangharus dimiliki oleh guru yang baik, yaitu:mempunyai pengharapan yang tinggi terha-dap para siswanya, memberikan contoh pe-rilaku yang diinginkan, mengajar denganpenuh semangat, dan mau mendengarkansiswanya; menggunakan bahasa yang tepat,penyajian materi yang logis dan berkesi-nambungan, pengguaan isyarat yang jelas,perhatian yang tepat, serta keselarasan anta-ra perkataan dan tindakan adaah pentingbagi komunikasi yang efektif; guru meng-ajar tepat waktu, menyiapkan materi sebe-lumnya, dan mempunyai kebiasaan yangbaik. Kemampuan mengajar guru sebenar-nya merupakan pencerminan penguasaanguru atas kompetensinya (Ali Imron, 1995).Guru yang berkompeten akan lebih mampumengajar dengan lebih baik.

Persepsi adalah penglihatan, tang-gapan, daya memahami/menanggapi(Echols & Shadily, 1992). Dengan demiki-an yang dimaksud persepsi kepala sekolahtentang kemampuan mengajar guru adalahtanggapan, penilaian, pandangan, penda-pat, atau reaksi kepala sekolah terhadapkemampuan mengajar guru. Lebih jelasnyayang dimaksud persepsi di sini adalah ba-gaimana pendapat, pandangan atau penilai-

Akhmad Arif Musadad, Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, ... 145

Page 5: jurnal uns.pdf

an kepala sekolah terhadap kemampuanguru dalam mengelola pengajaran, bukanmenyangkut kemampuan guru itu sendiri.

Dari landasan teoretis di atas, selan-jutnya dapat dibangun kerangka berpikirbahwa kualitas pendidikan pada intinya me-nyangkut kualitas proses belajar-mengajar,sebab inti pendidikan adalah pelaksanaanPBM di kelas. Karena itu guru memegangperan yang sangat penting dalam upaya me-ningkatkan kualitas pendidikan. Guru yangberkompeten akan lebih mampu mencip-takan lingkungan belajar yang kondusif,dan mampu mengelola kelasnya sehinggahasil belajar siswa berada pada tingkat yangoptimal.

Ketidakberhasilan guru dalammengajar bukan hanya karena mereka ku-rang mampu menguasai materi yang diajar-kan, melainkan juga karena mereka kurangtahu bagaimana cara mengajar yang baik.Dalam hal itulah pentingnya peran seorangkepala sekolah sebagai pemimpin satuanpendidikan. Kepala sekolah hendaknyamampu membimbing dan mengarahkanpara guru dan staf lainnya agar mau danmampu bekerja sesuai dengan tugas dankeahliannya masing-masing dalam rangkamencapai tujuan pendidikan.

Seorang kepala sekolah yang mem-punyai sifat-sifat kepemimpinan harus me-nyadari bahwa guru dan staf yang dipim-pinnya mempunyai perbedaan dan persa-maan antara satu dengan yang lain, dalamhal sifat-sifat manusia pada umumnya. Per-bedaan dan persamaan itu perlu diperhati-kan sebagai bahan pertimbangan dalammengarahkan, membimbing, mempenga-ruhi, dan menggerakkan mereka untuk men-capai tujuan pendidikan. Di samping itu ke-pala sekolah juga harus mempunyai etoskerja. Etos itu sebagai sikap yang mendasaridiri sendiri dan dunia kehidupan yangdipancarkannya. Etos merupakan aspekevaluatif dan bila dihubungkan dengan du-nia kerja, maka etos membentuk aktivitasyang bermakna bagi kehidupan dan ling-kungannya. Etos dapat membentuk aktivi-tas yang berupa partisipasi atau kepeduliandunia lingkungannya.

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dikembangkan model variabel bebas:kepemimpinan kepala sekolah; dan etoskerja kepala sekolah, di samping didugamempunyai efek langsung terhadap mutupendidikan, diduga pula mempunyai efektidak langsung melalui peningkatan ke-mampuan mengajar guru. Dengan demiki-an, kedua variabel bebas tersebut didugamempunyai efek langsung terhadap ke-mampuan mengajar guru. Kemampuanmengajar guru mempunyai efek langsungterhadap mutu pendidikan. Hubungan ke-dua variabel bebas diasumsikan bersifatasosiasi relasional. Suatu asosiasi relasionalmenunjukkan bahwa kedua variabel mem-bentuk kovarian, tetapi kovarian mungkindisebabkan variabel pertama atau kedua,atau bahkan mungkin disebabkan oleh vari-abel lain yang tidak termasuk dalam model.Dalam hal ini tidak dapat ditentukan denganpasti.

Penelitian ini dilaksanakan di SDKotamadia Surakarta, mulai bulan Maretsampai Oktober 2004. Dilihat dari perma-salahannya, penelitian ini termasuk des-kriptif korelasional karena dirancang untukmemperoleh informasi tentang status gejalasaat penelitian ini dilaksanakan dan fokuspermasalahannya mengungkap hubunganbeberapa variabel, yaitu: kepemimpinan ke-pala sekolah, etos kerja kepala sekolah, per-sepsi tentang kemampuan mengajar guru,dan mutu SD. Dilihat dari sifat datanya,penelitian ini termasuk , karenamengungkap fakta berdasar pengukuran ge-jala yang ada pada diri kepala sekolah, dantidak dibuat perlakuan atau manipulasi vari-abel penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalahkepala SD negeri maupun swasta di Kota-madia Surakarta yang berjumlah 284 SD.Sampel diambil dengan teknik

, yaitu dengan cara memilihsubpopulasi dari populasi sedemikian rupasehingga sampel yang dipilih mempunyaisifat serupa dengan sifat-sifat populasi (Si-

METODE PENELITIAN

expost facto

cluster ran-dom sampling

PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2, Agustus 2010, halaman142 - 153146

Page 6: jurnal uns.pdf

ngarimbun & Effendi, 1995). Subpopulasidalam penelitian ini adalah gugus SD. DiKota Surakarta terdapat 32 gugus SD, yangtersebar di 5 kecamatan. Masing-masinggugus terdiri dari satu SD inti dan beberapaSD imbas. Sampel diambil dari SD inti danSD imbas secara proporsional, sedangkannegeri atau swasta tidak dibedakan, sebabstatusnya sama-sama sebagai SD imbas.Dari masing-masing kecamatan diambil se-cara acak satu SD inti, sedangkan dari ma-sing-masing gugus juga diambil secara acak1 SD imbas. Jadi, sampel penelitian seba-nyak 37, yaitu 5 SD inti ditambah 32 SDimbas. Hal ini ditolerir oleh Singarimbun &Effendi (1995), bahwa jika analisis yang di-gunakan adalah teknik korelasi maka sam-pel yang diambil minimal tiga puluh.

Dalam penelitian ini ada tiga jenisvariabel, yaitu: (1) dua variabel bebas: ke-pemimpinan kepala sekolah (X1), dan etoskerja kepala sekolah (X2); (2) satu variabelantara: persepsi tentang kemampuan meng-ajar guru (X3); dan (3) satu variabel terikat:mutu sekolah dasar (Y). Jadi, dalam peneli-tian ini terdapat empat instrumen pengum-pulan data, yang masing-masing dapat dije-laskan di bawah ini.

Data tentang kepemimpinan kepalasekolah diperoleh melalui angket dalambentuk skala Likert. Jumlah 20 butir yangmasing-masing berbentuk pertanyaan de-ngan 4 alternatif jawaban, yaitu: selalu, se-ring, kadang-kadang, jarang. Setiap butirpertanyaan positif, maka jawaban yangdiberikan dinilai mulai dari 4 bagi yangmenjawab selalu, 3 untuk jawaban sering, 2untuk kadang-kadang, dan 1 untuk jawabanjarang. Sebaliknya, untuk pertanyaan yangbersifat negatif, jawaban dinilai kebalikan-nya mulai dari nilai 4 untuk jawaban jarangdan seterusnya. Dengan demikian kemung-kinan nilai tertinggi untuk angket kepemim-pinan kepala sekolah adalah 4 X 20 atau 80.Data etos kerja kepala sekolah diperolehmelalui angket dalam bentuk skala Likert.Jumlah 20 butir yang masing-masing ber-bentuk pertanyaan dengan 4 alternatif ja-waban, yaitu: sangat setuju, setuju, kurangsetuju, tidak setuju. Setiap butir pertanyaan

positif, maka jawaban yang diberikan dini-lai mulai dari 4 bagi yang menjawab sangatsetuju, 3 untuk jawaban setuju, 2 untuk ku-rang setuju, dan 1 untuk jawaban tidak setu-ju. Sebaliknya, untuk pertanyaan yang ber-sifat negatif, jawaban dinilai kebalikannyamulai dari nilai 4 untuk jawaban tidak setujudan seterusnya. Dengan demikian kemung-kinan nilai tertinggi untuk angket etos kerjakepala sekolah adalah 4 X 20 atau 80. Datapersepsi tentang kemampuan mengajar gu-ru diperoleh melalui angket dalam bentukskala Likert. Jumlah 15 butir yang masing-masing berbentuk pertanyaan dengan 4alternatif jawaban, yaitu: semua, sebagianbesar, sebagian kecil, tidak ada. Setiap butirpertanyaan positif, maka jawaban yang di-berikan dinilai mulai dari 4 bagi yang men-jawab semua, 3 untuk jawaban sebagianbesar, 2 untuk sebagian kecil, dan 1 untukjawaban tidak ada. Sebaliknya untuk perta-nyaan yang bersifat negatif, jawaban diberinilai kebalikannya mulai dari nilai 4 untukjawaban tidak ada dan seterusnya. Dengandemikian kemungkinan nilai tertinggi untukangket persepsi tentang kemampuan meng-ajar guru adalah 4 X 15 atau 60. Data mutupendidikan diperoleh melalui angket dalambentuk skala Likert. Jumlah 10 butir yangmasing-masing berbentuk pertanyaan de-ngan 4 alternatif jawaban, yaitu: selalu, se-ring, kadang-kadang, jarang. Setiap butirpertanyaan positif, maka jawaban yangdiberikan dinilai mulai dari 4 bagi yangmenjawab selalu, 3 untuk jawaban sering, 2untuk kadang-kadang, dan 1 untuk jawabanjarang. Sebaliknya, untuk pertanyaan yangbersifat negatif, jawaban diberi nilai keba-likannya mulai dari nilai 4 untuk jawabanjarang dan seterusnya. Dengan demikiankemungkinan nilai tertinggi untuk angketmutu pendidikan adalah 4 x 10 atau 40.

Validitas instrumen kepemimpinankepala sekolah, etos kerja kepala sekolah,persepsi tentang kemampuan mengajar gu-ru, dan mutu pendidikan dilakukan denganpendekatan konstruk. Artinya, instrumendikembangkan dengan membuat kisi-kisiberdasarkan aspek-aspek dan indikatoryang diturunkan dari konstruk atau definisi

Akhmad Arif Musadad, Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, ... 147

Page 7: jurnal uns.pdf

dari masing-masing variabel. Reliabilitasinstrumen dihiting dengan menggunakanrumus Alpha. Uji coba instrumen mengha-silkan reliabilitas kepemimpinan kepalasekolah, etos kerja kepala sekolah, persepsitentang kemampuan mengajar guru, danmutu pendidikan secara berturut-turut ada-lah: r = 0,421; r = 0,383; r = 0,342; dan r =0,318. Koefesien korelasi r (tabel) pada N =30 adalah 0,463 (taraf signifikansi 1 %). Ar-tinya di samping valid, keempat instrumenpenelitian di atas adalah reliabel (andal).

Teknik analisis data dalam peneliti-an ini adalah teknik statistik deskriptif, danstatistik inferensial yang menggunakanstatistik parametrik. Analisis dilakukan tigatahap, yakni: (1) tahap analisis deskriptif;(2) uji persyaratan analisis; dan (3) penguji-an hipótesis. Dalam analisis deskriptif dike-mukakan karakteristik data sampel seperti:

, standar deviasi, , , sertahistogram masing-masing variabel. Uji per-syaratan meliputi uji normalitas dan homo-genitas varian galat, dan multikolinieritasantarvariabel bebas. Pengujian hipotesis di-lakukan dengan analisis regresi dan analisisjalur.

Data empiris kepemimpinan kepalasekolah yang diperoleh menunjukkan ren-tangan skor dari 56 sampai dengan 80 darikemungkinan skor antara 20 – 80. Dari hasilperhitungan statistik deskriptif diperolehharga rata-rata 69,621 dengan standar0,956, simpangan baku sebesar 5,818, me-dian 70,000, dan modusnya sebesar 67,000.Dari angka rata-rata tersebut diketahuibahwa skor kepemimpinan kepala sekolahsecara keseluruhan termasuk kategorisangat tinggi. Data empiris etos kerja kepalasekolah yang diperoleh menunjukkan ren-tangan skor dari 50 sampai dengan 79 darikemungkinan skor antara 20 - 80. Dari hasilperhitungan statistik deskriptif diperolehharga rata-rata 70,135 dengan standar0,973, simpangan baku sebesar 5,921, me-dian 71,000, dan modusnya sebesar 70,000.Dari angka rata-rata tersebut dapat diketa-

mean median modus

error

error

HASIL DAN PEMBAHASAN

hui bahwa skor etos kerja kepala sekolah se-cara keseluruhan termasuk dalam kategorisangat tinggi. Data empiris persepsi kepalasekolah tentang kemampuan mengajar guruyang diperoleh menunjukkan rentanganskor mulai dari 45 sampai 60 dari kemung-kinan skor antara 15 - 60. Dari hasil perhi-tungan statistik deskriptif diperoleh hargarata-rata 52,918 dengan standar 0,681,simpangan baku sebesar 4,145, median54,000, sedangkan modusnya sebesar52,000. Dari angka rata-rata tersebut diketa-hui bahwa skor persepsi kepala sekolah ten-tang kemampuan mengajar guru secara ke-seluruhan termasuk kategori sangat tinggi.Data empiris tentang mutu pendidikan (se-kolah dasar) yang diperoleh menunjukkanrentangan skor dari 20 sampai dengan 37dari kemungkinan skor antara 10 - 40. Darihasil perhitungan statistik deskriptif diper-oleh harga rata-rata 28,513 dengan standar

0,596, simpangan baku sebesar 3,625,median 29,000, dan modusnya sebesar26,000. Dari angka rata-rata tersebut diketa-hui bahwa skor mutu pendidikan (SD) seca-ra keseluruhan termasuk dalam kategoritinggi.

Uji normalitas dan linieritas datadalam penelitian ini dilakukan dua tahap.Tahap pertama uji normalitas dan linieritasdata dilakukan terhadap tiga variabel, yaitu:kepemimpinan kepala sekolah; etos kerjakepala sekolah; dan persepsi kepala sekolahtentang kemampuan mengajar guru, yangdilakukan dengan uji

dengan bantuan programSPSS 10. Dari perhitungan dapatdiketahui bahwa semua variabel dalam pe-nelitian ini berdistribusi normal dan linier.Tahap kedua uji normalitas dan linieritasdata dilakukan terhadap empat variabel,yaitu: kepemimpinan kepala sekolah, etoskerja kepala sekolah, persepsi kepala seko-lah tentang kemampuan mengajar guru, danmutu pendidikan SD, yang dilakukan de-ngan ujidengan bantuan program Minitab SPSS

10. Dari perhitungan dapat diketa-hui bahwa semua variabel dalam penelitianini berdistribusi normal dan linier.

error

error

Anderson DarlingNormality Test

release

Anderson Darling Normality Test

release

PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2, Agustus 2010, halaman142 - 153148

Page 8: jurnal uns.pdf

Untuk pengujian hasil analisis datayang diperoleh dari hasil perhitungan teknikjalur, maka hipotesis yang telah dirumuskandapat dijawab sebagai berikut: (1) Untukmenguji hipotesis yang berbunyi terdapathubungan yang signifikan antara kepemim-pinan kepala sekolah dengan persepsi kepa-la sekolah tentang kemampuan mengajarguru, dilakukan dengan analisis jalur. Ber-dasarkan perhitungan analisis jalur denganbantuan program SPSS 10, diper-oleh X1 X3 = 0,421. Hasil perhitungan inikemudian dikonsultasikan dengan r tabeldengan N = 37 dan taraf signifikansi 0,05diperoleh r tabel = 0,012. Dengan demikianr hitung > r tabel atau 0,421 > 0,012. Arti-nya hipotesis yang berbunyi terdapat hu-bungan yang signifikan antara kepemim-pinan kepala sekolah dengan persepsi kepa-la sekolah tentang kemampuan mengajarguru terbukti kebenarannya; (2) Untukmenguji hipotesis yang berbunyi terdapathubungan yang signifikan antara etos kerjakepala sekolah dengan persepsi kepala se-kolah tentang kemampuan mengajar gurudilakukan dengan menggunakan analisisjalur. Berdasarkan perhitungan analisis ja-lur dengan bantuan program SPSS10, diperoleh X2 X3 = 0,383; sedangkan rtabel dengan N = 37 dan taraf signifikansi0,05 diperoleh r tabel = 0,021. Dengan de-mikian r hitung > r tabel atau 0,383 > 0,021.Artinya, hipotesis yang berbunyi terdapathubungan yang signifikan antara etos kerjadengan persepsi kepala sekolah tentangkemampuan mengajar guru terbukti kebe-narannya; (3) Untuk menguji hipotesis yangberbunyi terdapat hubungan yang signifi-kan antara kepemimpinan kepala sekolahdengan mutu pendidikan dilakukan dengananalisis jalur. Berdasarkan perhitungan ana-lisis jalur dengan bantuan program SPSS

10, diperoleh X1 Y = 0,342; se-dangkan r tabel dengan N = 37 dan tarafsignifikansi 0,05 di-peroleh r tabel = 0,012.Dengan demikian r hitung > r tabel atau0,342 > 0,012. Artinya hipotesis yang ber-bunyi terdapat hubungan yang signifikanantara kepemimpinan kepala sekolah de-ngan mutu pendidikan terbukti kebenaran-

release

release

release

nya; (4) Untuk menguji hipotesis yang ber-bunyi terdapat hubungan yang signifikanantara etos kerja kepala sekolah denganmutu pendidikan dilakukan dengan analisisjalur. Berdasarkan perhitungan analisisjalur dengan bantuan program SPSS10, diperoleh X2 Y = 0,321; sedangkan rtabel dengan N = 37 dan taraf signifikansi0,05 diperoleh r tabel = 0,016. Dengan de-mikian r hitung > r tabel atau 0,321 > 0,016.Artinya, hipotesis yang berbunyi terdapathubungan yang signifikan antara etos kerjakepala sekolah dengan mutu pendidikan ter-bukti kebenarannya; dan (5) Untuk mengujihipotesis yang berbunyi terdapat hubunganyang signifikan antara persepsi kepala seko-lah dengan mutu pendidikan. Berdasarkanperhitungan analisis jalur dengan bantuanprogram SPSS 10, diperoleh X3 Y=0,318; sedangkan r tabel dengan N = 37 dantaraf signifikansi 0,05 diperoleh r tabel =0,018. Dengan demikian r hitung > r tabelatau 0,318 > 0,018. Artinya, hipotesis yangberbunyi terdapat hubungan yang signifi-kan antara persepsi kepala sekolah denganmutu pendidikan terbukti kebenarannya.

Regresi pertama dari model di atas,menunjukkan bahwa tingkat kepemimpinandan etos kerja kepala sekolah memberikankontribusi yang signifikan terhadap persep-si kepala sekolah tentang kemampuanmengajar guru. Dengan demikian dapat di-katakan bahwa: (1) ada efek langsung yangsignifikan terhadap persepsi kepala sekolaholeh tingkat kepemimpinan kepala sekolah,(2) ada efek langsung yang signifikan terha-dap persepsi kepala sekolah oleh tingkatetos kerja kepala sekolah. Ringkasnya, hasilpenghitungan tersebut dapat dilihat padaGambar 1.

Regresi kedua dari model analisisjalur di atas, menunjukkan pula bahwa duavariabel bebas, yakni kepemimpinan danetos kerja kepala sekolah dapat menjadiprediktor yang signifikan terhadap persepsikepala sekolah dan mutu pendidikan. De-ngan demikian varian skor tingkat mutupendidikan dapat dijelaskan oleh ketiga va-riabel bebas di atas sebesar 75,62 %. De-ngan rinci dari ukuran koefisien regresi da-

release

release

Akhmad Arif Musadad, Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, ... 149

Page 9: jurnal uns.pdf

pat diketahui kontribusi terbesar adalah va-riabel tingkat kepemimpinan kepala seko-lah (X1) yakni sebesar 26,57%; diikuti vari-abel tingkat etos kerja kepala sekolah (X2)

sebesar 24,68%; dan tingkat persepsi kepalasekolah (X3) sebesar 24,37%. Kontribusimasing-masing variabel bebas dapat dilihatpada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Kontribusi Masing-masing Variabel Bebas

Variabel Bebas Sumbangan Relatif (%) Sumbangan Efektif (%)

KepemimpinanEtos KerjaPersepsi

35,13632,63732,227

26,5724,6824,37

(X1)(X2)(X3)

Jumlah 100 75,62

Gambar 1. Pola Hubungan dan Koefisien Jalur

X1

X2

X3 Y

0,342

0,421

0,318

0,383

0,321

tuk semua hubungan kausal variabel dalampenelitian ini semuanya terbukti.

Secara umum hasil analisis menun-jukkan bahwa model hubungan variabelyang diasumsikan dalam penelitian ini telahterbukti. Berdasarkan landasan teori yangtelah diuraikan pada bagian sebelumnyabahwa persepsi kepala sekolah tentang ke-mampuan mengajar guru dipengaruhi olehfaktor kepemimpinan dan etos kerja kepalasekolah. Landasan teori di atas ternyatadapat dibenarkan oleh uji analisis secaraempiris, bahwa faktor kepemimpinan danetos kerja kepala sekolah berpengaruh seca-ra signifikan terhadap persepsi kepala seko-lah tentang kemampuan mengajar guru. Halini sangat logis, karena kepemimpinan yangpenuh kearifan, kebijaksanaan, dedikasi,dan tanggung jawab yang tinggi sudah ba-rang tentu akan berpengaruh terhadap per-sepsi tentang kemampuan mengajar guru.

Dari hasil di atas dapat dikatakanbahwa: (1) ada efek langsung yang signifi-kan terhadap mutu pendidikan oleh faktortingkat kepemimpinan kepala sekolah; dimana makin tinggi tingkat kepemimpinankepala sekolah makin tinggi pula tingkatmutu pendidikannya; (2) ada efek langsungyang signifikan terhadap mutu pendidikanoleh faktor tingkat etos kerja kepala seko-lah; di mana makin tinggi tingkat etos kerjakepala sekolah makin tinggi pula tingkatmutu pendidikannya; dan (3) ada efek lang-sung yang signifikan terhadap mutu pendi-dikan oleh faktor tingkat persepsi kepala se-kolah tentang kemampuan mengajar guru;di mana makin tinggi tingkat persepsi kepa-la sekolah makin tinggi pula tingkat mutupendidikannya.

Dari hasil-hasil yang diperoleh diatas, menunjukkan bahwa model ini telahsesuai dan tepat, karena koefisien jalur un-

PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2, Agustus 2010, halaman142 - 153150

Page 10: jurnal uns.pdf

Kepala sekolah yang memiliki jiwa kepe-mimpinan dan etos kerja yang tinggi akansangat memahami karakter dan kemampuanmasing-masing guru yang dipimpinnya. Disamping itu, kepala sekolah akan mempe-ngaruhi kinerja para guru dan kebanyakanguru akan terpacu untuk mengembangkankariernya. Dengan demikian akan mendo-rong para guru untuk melaksanakan tugas-tugasnya, yakni mengajar dan mendidik de-ngan baik.

Tingkat kepemimpinan kepala se-kolah, etos kerja, dan tingkat persepsi kepa-la sekolah tentang kemampuan mengajarguru berpengaruh pula terhadap tingkat mu-tu pendidikan. Hal ini sejalan dengan teoriyang telah dikemukakan oleh Depdikbud(1999), bahwa kepemimpinan kepala seko-lah adalah cara atau usaha kepala sekolahdalam mempengaruhi, mendorong, mem-bimbing, mengarahkan, dan menggerakkanguru, staf, siswa, orang tua siswa, dan pihaklain yang terkait untuk berperan serta gunamencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah juga perlu memilikietos kerja yang tinggi dalam melaksanakantugas-tugasnya. Dengan etos kerja yangtinggi, seorang kepala sekolah akan lebihmudah dalam mempengaruhi dan mengge-rakkan pihak-pihak lain, khususnya guru,staf, siswa, dan orang tua siswa untuk ber-sama-sama bekerja secara optimal, gunamencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil penelitian ini dapat disimpul-kan bahwa: (1) terdapat hubungan positifyang signifikan antara tingkat kepemimpin-an kepala sekolah dengan tingkat persepsikepala sekolah tentang kemampuan meng-ajar guru; (2) terdapat hubungan positifyang signifikan antara tingkat etos kerja ke-pala sekolah dengan tingkat persepsi kepalasekolah tentang kemampuan mengajar gu-ru; (3) terdapat hubungan positif yang sig-nifikan antara tingkat persepsi kepala seko-lah tentang kemampuan mengajar guru de-ngan tingkat mutu pendidikan; (4) terdapathubungan positif yang signifikan antara

KESIMPULAN DAN SARAN

tingkat kepemimpinan kepala sekolah de-ngan tingkat mutu pendidikan; dan (5) ter-dapat hubungan positif yang signifikan an-tara tingkat etos kerja kepala sekolah de-ngan tingkat mutu pendidikan. Selanjutnyaditemukan adanya kontribusi yang signifi-kan dari variabel bebas (kepemimpinan danetos kerja kepala sekolah) terhadap variabelintervening (persepsi kepala sekolah ten-tang kemampuan mengajar guru). Dengandemikian, makin tinggi tingkat kepemim-pinan dan tingkat etos kerja kepala sekolahmakin tinggi pula tingkat persepsi kepalasekolah tentang kemampuan mengajar gu-ru. Sebaliknya, makin rendah tingkat kepe-mimpinan dan tingkat etos kerja kepala se-kolah makin rendah pula tingkat persepsikepala sekolah tentang kemampuan meng-ajar guru. Ditemukan juga adanya kontri-busi yang signifikan dari variabel bebas(kepemimpinan dan etos kerja kepala seko-lah), dan variabel intervening (persepsi ke-pala sekolah tentang kemampuan mengajarguru) terhadap variabel terikat (mutu pendi-dikan). Dengan demikian, makin tinggitingkat kepemimpinan, tingkat etos kerja,dan tingkat persepsi kepala sekolah tentangkemampuan mengajar guru makin tinggipula tingkat mutu pendidikan. Sebaliknya,makin rendah tingkat kepemimpinan, ting-kat etos kerja, dan tingkat persepsi kepalasekolah tentang kemampuan mengajar gurumakin rendah pula tingkat mutu pendidikan.

Berpijak dari hasil penelitian dankesimpulan di atas dapat diajukan beberapasaran sebagai berikut: (1) Dengan melihatkontribusi dari kedua variabel bebas (kepe-mimpinan dan etos kerja kepala sekolah)dan variabel (persepsi kepalasekolah tentang kemampuan mengajar gu-ru) terhadap variabel terikat (mutu pendi-dikan) di atas, maka bagi pihak pemerintahdalam hal ini Walikota Surakarta hendak-nya dalam memilih dan mengangkat kepalasekolah, khususnya di tingkat SD di sam-ping melihat persyaratan administratif danakademik, juga tidak kalah pentingnya ada-lah faktor kepemimpinan, dan etos kerjakepala sekolah. Dengan cara ini diharapkandi masa-masa mendatang upaya pemerintah

intervening

Akhmad Arif Musadad, Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, ... 151

Page 11: jurnal uns.pdf

untuk meningkatkan kualitas pendidikan le-bih mudah tercapai; (2) Kepada para KepalaSD di Kota Surakarta, karena faktor kepe-mimpinan dan etos kerja memiliki kontri-busi yang signifikan terhadap peningkatanmutu pendidikan, maka sangat diharapkanmereka dapat memahami dan mengem-bangkan pola-pola kepemimpinan yangbaik. Mereka juga diharapkan memiliki etoskerja yang tinggi; (3) Kepada guru, sebagaikomponen yang langsung berhadapan de-ngan peserta didik, dan memiliki tanggungjawab dalam bidang pendidikan dan peng-

ajaran hendaknya dapat melaksanakantugas-tugasnya dengan baik, dan penuh de-dikasi baik secara lembaga maupun secarapribadi, seorang guru hendaknya selalu ber-usaha mengembangkan diri. Melalui lem-baga, seperti melalui penataran, kursus, dik-lat, seminar maupun lokakarya. Secara pri-badi, dengan membaca buku-buku, maja-lah, surat kabar, maupun internet guna me-nambah wawasan, pengetahuan dan kete-rampilan dalam upaya peningkatan kualitaspembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron. (1995). . Jakarta: Pustaka Jaya.

Depdikbud. (1999). . Jakarta: Dirjen Dikdasmen - Dikmenum.

Echols, John M. & Shadily, Hasan. (1992). . Jakarta: Gramedia.

Geertz, Clifford. (1975). . London: Hutchinson.

Hani Handoko, T. (1995). .Yogyakarta: BPFE - UGM.

Husna Asmara, U. (1992). . Jakarta: Ghalia Indone-sia.

Indra Djati Sidi. (2001).. Jakarta: Paramadina.

Kartini Kartono. (1994).Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Koentjaraningrat. (1990). . Jakarta: Binacipta.

Mulyasa. (2003). . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (1998). Bandung: Remaja Ros-dakarya.

Sardiman,A.M. (1990). . Jakarta: Rajawali Pers.

Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. (1995). . Jakarta: LP3ES

Soekarto Indrafachrudi, Dirawat & Busra Lamberi. (1994).

. Jakarta:ALDA.

Suyanto, & Abbas, M.S. (2001). . Yogya-karta:Adi Cita.

Tilaar, H.A.R. (1993). “Deregulasi Pendidikan Nasional dalam Rangka Implementasi UUNo. 2 Tahun 1989 pada Repelita VI”, dalam . No 4. Jakarta: LPMP-IKIP.

Pembinaan Guru di Indonesia

Manajemen Sekolah

Kamus Inggris - Indonesia

The Interpretation of Culture

Manajemen

Pengantar Kepemimpinan Pendidikan

Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru Pendi-dikan

Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal itu?

Pengantar Ilmu Antropologi

Menjadi Kepala Sekolah Profesional

Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar

Metode Penelitian Survai

Pengantar KepemimpinanPendidikan, dalam Rangka Inovasi Pendidikan dan Pertumbuhan Jabatan Guru-guru

Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa

Buletin LPMP

PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2, Agustus 2010, halaman142 - 153152

Page 12: jurnal uns.pdf

Yukl, Gary. (1987). Englewood Cliffs, New Jersey:Prentice Hall, Inc.

Leadership and Organizations.

Akhmad Arif Musadad, Peran Kepemimpinan, Etos Kerja, ... 153