Upload
pricel-celia-rambe
View
111
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Radiologi
Citation preview
USG CRANIAL NEONATAL : SUDUT
PANDANG SAAT INI
Abstrak : USG adalah pencitraan yang paling umum digunakalam dalam unit
perawatan intensif neonatal. Sifatnya yang portabel, selalu tersedia, dan dapat
digunakan di samping tempat tidur. Secara cross sectional modalitas pencitraan ini
sedikit mahal dan merupakan perangkat pencitraan yang paling aman digunakan
untuk populasi anak karena radiasi ionnya terbatas. Indikasi penggunaan USG
pada cranial pada kelompok neonatal antara lain bayi prematur dan bayi lahir
dengan asfiksia, kejang, infeksi kongenital, dll. USG cranial dilakukan dengan
gambaran dasar hitam putih, menggunakan linear array atau sektor transduser
melalui ubun-ubun anterior pada bidang koronal dan sagital. Gambar tambahan
dapat diperoleh melalui ubun-ubun posterior pada bayi baru lahir prematur.
Tulang mastoid dapat digunakan untuk penilaian fossa posterior. Gambar doppler
dapat digunakan untuk pemeriksaan struktur vaskular. Sonografi neonatal
tengkorak anatomi normal dan varian normal akan di bahas. Temuan patologis
yang paling umum pada bayi baru lahir prematur adalah, perdarahan germinal
matriks-intraventrikular dan periventrikular leukomalacia, serta dijelaskan
kelainan bawaan seperti holoprosencephaly dan agenesis corpus callosum.
Kemajuan baru dalam peralatan sonografi memungkinkan penggunaan resolusi
tinggi dan gambar tiga dimensi, yang mempermudah mendapatkan pengukuran
yang sangat akurat dari berbagai struktur anatomi seperti ventrikel, corpus
callosum, dan vermis serebelar. Studi yang terbatas telah dilakukan untuk
memprediksi bahwa pengukuran longitudinal struktur anatomi bisa memprediksi
bayi baru lahir prematur beresiko tinggi. Studi doppler hemodinamik
memungkinkan adanya potensi intervensi dini dan pengobatan untuk melawan
bahaya keterlambatan perkembangan dan keadaan hampir mati.
Kata Kunci : ultrasound, tengkorak, neonatal, bayi, bayi prematur, perdarahan
intrakranial, periventrikular leukomalacia.
1
PENDAHULUAN
Ultrasound adalah alat pencitraan yang paling banyak digunakan untuk
cranial pada unit perawatan intensif neonatal. USG merupakan alat yang portabel,
pengampilan gambar dapt diperoleh dari samping tempat tidur, dan penggunaan
yang rumit dari computerized tomography (CT) atau magnetic resonance imaging
(MRI) neonatus dihindari. Selain itu, USG dianggap sebagai alat yang aman pada
populasi anak karena kurangnya efek yang merugikan dari radiasi ion, seperti
pada CT, serta menghindari kebutuhan sedasi yang diperlukan untuk MRI.
Ultrasound merupakan alat pencitraan cranial yang lebih sedikit memakan biaya
dan sudah tersedia di semua unit perawatan intensif. Modalitasnya tergantung
pada operator dan harus dilakukan oleh seorang sonogram, neonatologist, atau
ahli radiologi yang berpengalaman. Dalam banyak kasus, diagnosis akhir dan
pedoman pengobatan dapat dicapai dengan sonografi tengkorak, seperti
perdarahan matriks germinal pada neonatal. Dalam kasus yang lebih kompleks,
seperti pada banyak kasus cacat bawaan, USG cranial hanya berfungsi sebagai
alat pemeriksaan yang mengarah ke rujukan untuk pemeriksaan tambahan yang
lebih maju seperti MRI atau CT. Alat pencitraan yang canggih ini menghasilkan
gambar dalm resolusi tinggi dan dalam potongan yang berbeda yang tida tersedia
di USG cranial.
INDIKASI ULTRASOUND CRANIAL PADA NEONATAL
Ultrasonografi cranial memberikan informasi diagnostik yang penting
pada neonatus. Pemindaian rutin pada bayi baru lahir yang memenuhi kriteria
indikasi klinis. Setiap perubahan pada perilaku klinis normal bayi baru lahir
merupakan sebuah indikasi untuk USG cranial. Gejala klinis dapat berasal dari
tubuh yang menunjukkan manifestasi hipotonik yaitu kejang. Angka kejadian
rendah (kurang dari 5%) dari temuan sistem saraf pusat yang abnormal ditemukan
pada bayi cukup bulan yang non asfiksia dengan sutura terpisah,
cephalohematoma, pemeriksaan neurologis yang abnormal, dan jitteriness
2
idiopatik. Pemindaian rutin disarankan pada semua bayi prematur serta bayi
cukup bulan dengan keadaan dismorfik, macrocephaly, gangguan kejang, dan
pada bayi dengan nilai apgar score kurang dari 7 pada menit ke- 1 dan 5. Setiap
prematur dengan keadaan kritis harus melakukan USG cranial untuk mencari
kelainan seperti perdarahan, hipoksia-iskemik, infeksi intrauterin, atau kelainan
morfologi bawaan. Pemeriksaan rutin harus dilakukan pada bayi prematur dalam
keadaan parah dan bayi berat badan lahir rendah. Selain itu, pemeriksaan USG
cranial merupakan teknik pemeriksaan pilihan untuk menilai adanya potensi
kerusakan saraf pada neonatal untuk penggunaan extracorporeal membrane
oxygenation (ECMO). Saat ini, bukti USG untuk perdarahan intracranial yang
tingkat keparahannya lebih besar dari grade 1 merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan ECMO. Bayi yang menjalani ECMO beresiko tinggi untuk mengalami
cedera otak dan karena itu harus menjalani pemeriksaan USG beberapa kali yaitu
pada saat sebelum, selama, dan setelah perawatan ECMO.
USG cranial dilakukan dengan pencitraan hitam putih. Untuk resolusi
yang optimal dan dan gambaran yang baik, multifrekuensi (5-10 MHz) linear atau
sektor transduser konvex dapat digunakan. Pencitraan diperoleh melalui fontanel
anterior dengan potongan koronal atau sagital. Biasanya, enam sampai delapan
gambar koronal yang diperoleh mulai dari lobus frontal anterior sampai tonjolan
frontal dan meluas ke lobus oksipital ke trigonum ventrikel lateral. Transduser
tersebut kemudian diputar 90 derajat, dan sekitar lima gambar diperoleh, termasuk
pandangan sagital garis tengah corpus callosum dan vermis serebelar selain
gambar parasagittal bilateral yang dimulai pada garis tengah dan maju ke arah
lateral melalui korteks perifer.
Tulang mastoid dapat digunakan sebagai port tambahan untuk visualisasi
fossa anterior. Tulang mastoid terletak pada sambungan temporal posterior,
parietal, dan tulang oksipital dan transduser yang diposisikan sekitar 1 cm
posterior ke helix telinga 1 cm dari atas tragus. Gambar aksial diperoleh dengan
transduser paralel ke garis orbitomeatal. Dengan konvensi, semua gambar
3
disajikan dengan posisi pasien menghadap kiri. Pencitraan melalui ubun-ubun
posteror memungkinkan pandangan tambahan dari lobus oksipital.
Gambar doppler dapat diperoleh untuk pemeriksaan struktur vaskular.
Sistem arteri dinilai untuk patensi dan resistensi terhadap aliran dengan
mendapatkan gambar doppler warna dari sirkulus willisi. Foto-foto tersebut
diperoleh melalui ubun-ubun anterior dan digunakan untuk melokalisasi arteri
serebral media dan interna. Penelusuran spektrum diperoleh dengan kecepatan
puncak dari sistolik, kecepatan akhir diastolik, dan indeks resistif. Kecepatan
sistolik dan diastolik meningkat dengan bertambahnya usia postnatal dan dengan
meningkatnya berat badan lahir terlepas dari usia kehamilan. Indeks resistif
menurul dengan bertambahnya usia postnatal dan meningkatnya berat badan lahir.
Setiap perubahan deviasi dari pola normal dalam kecepatan dan indeks resistif
dapat menunjukkan suatu penyakit atau peristiwa patologis. Sistem vena
dievaluasi untuk patensi sinus sagittalis dan vena galen pada potongan sagital.
GAMBARAN SONOGRAPHY CRANIAL NORMAL PADA NEONATAL
Pengetahuan tentang anatomi normal sangat penting untuk mengenali
kelainan. Sebuah gambaran umum tentang anatomi dan pematangan sistem saraf
pusat dapat digambarkan dan berhubungan dengan usia kehamilan. Korteks dan
perkembangan sulcus berhubungan dengan kematangan otak normal. Sulcus
muncul dan berkembang secara berurutan. Fissura calcarine dan sebagian besar
sulcus cingulate dan siulcus postrolandic, dan sebagian besar sulcus temporal
superior dan penutup dari insula yang diobservasi. Semua sulkus dan sebagian
besar sulci sekunder dari sulkus cingulate muncul setelah usia gestasi 31 minggu.
Pada USG, perkembangan sulkus dini terbaik digambarkan pada gambar yang
diperoleh dari tegak lurus terhadap sulci. Sebuah celah atau sulkus pertama kali
terlihat sebagai titik kecil atau lesung pada permukaan otak. Kemudian, sebuah
lekukan berbentuk V jelas. Akhirnya, lekukan lebih dalam dan terlihat di
permukaan dan garis echogenic yang membentang di otak dalam konfigurasi Y
4
terbentuk. USG berguna untuk mengevaluasi sulci utama pada permukaan medial
hemisfer (fisura parieto-oksipital, fissura calcarine, dan sulkus cingulate) dan
permukaan lateral hemisfer konfex (central, post-central, dan sulci temporal
superior).
Pada potongan garis tengah sagital, corpus callosum dipandang sebagai
strip sonolucent dengan baik didiefinisikan kontur echogenic pada atasnya adalah
lapisan septum pelusidum. Dalam potongan ini, vermis otak kecil dipandang
sebagai struktur yang sangat echogenik yang divisualisasikan secara anterior pada
ventrikel keempat (Gambar 1). Cisterna magna dapat dilihat lebih rendah daripada
otak kecil dan dan aquaductus sylvii di atas ventrikel keempat berhubungan
dengan ventrikel ketiga.
Gambar 1 sonografi otak neonatal normal dari bayi prematur dengan potongan garis tengah sagital.Catatan : panah merah menunjukkan corpus callosum, yang tampak sebagai strip sonolusen dengan cavum septum pelusidum diatasnya. Vermis dari serebelum merupakan echogenic (bintang hijau). Kepala panah hijau menunjukkan ventrikel ke-empat dan kepala panah biru menunjukkan quadrigeminal cisterna. Sulci normal tidak terlihat menunjukkan prematuritas.Abreviasi : SAG ML, sagittal midline.
Tonjolan frontal dari ventrikel lateral terlihat dari potongan koronal pada
frontal (Gambar 2). Dalam sonogram normal ventrikel lateral simetris; namun,
5
sedikit asimetris atau celah ventrikel dapat dianggap sebagai varian normal.
Ventrikel dipandang sebagai struktur anechoic, karena cairan cerebrospinal. Pada
usia kehamilan sekitar 12 minggu, corpus callosum mulai berkembang dari lamina
terminalis sebagai bundel serat yang menghubungkan dua belahan. Hal ini terkait
dengan perkembangan lamina dari septum pelusidum; dua pasang, membran yang
jelas. Ruang antara septa adalah salah satu rongga anterior dari foramen monro,
yang disebut cavum septum pelusidum, yang dipandang sebagai struktur anechoic
karena diisi oleh cairan cerebrospinal, diantara tonjolan anterior dari ventrikel
lateral. Penutupan cavum septum pelusidum posterior telah terjadi 97%, sehingga
pada umumnya hanya terdapat cavum pelusidum yang sebenarnya pada saat lahir;
dari usia 3 sampai 6 bulan, cavum septum pelusidum tertutup pada 85% bayi,
meskipun, pada minoritas rongga ini tetap terbuka sampai dewasa. Cavum septum
pelusidum superior dibatasi oleh garis sonolucent transversal dari corpus
callosum. Tonjolan anterior dari ventrikel lateral dibatasi oleh lateral dari nucleus
caudatus.
Gambar 2 Sonografi otak neonatal normal pada potongan coronal di lobus frontalCatatan : fissura garis tengah interhemisfer (I). Panah hijau menunjukkan tonjolan anterior kanan pada ventrikel lateral. Tonjolan anterior dari ventrikel lateral berjalan ke lateral kaudatus nukleus (C). Pada bayi baru lahir sangat prematur, struktu anechoic mungkin terlihat (tidak terlihat pada gambar ini), menunjukkan cavum septum pelusidum. Ketika terlihat, struktur ini terletak di antara tonjolan anterior ventrikel lateral (bintang merah). Panah merah mennjukkan uncus tonjolan temporal dari ventrikel lateral kiri.
6
Pleksus koroideus terlihat pada potongan koronal posterior (Gambar 3)
dan potongan lateral sagital (Gambar 4). Pleksus koroideus memenuhi tonjolan
oksipital dari ventrikel lateral. Ini merupakan struktur yang sangat echogenic
dengan batas homogen halus. Pleksus koroideus mengecil ke arah alur
caudothalamic. Pada bayi baru lahir prematur dengan keadaan parah, cavum
vergae merupakan kelanjutan dari posterior cavum septum pelusidum yang
menutup di awal kehidupan janin. Hal ini jarang terlihat pada neonatus. Alur
caudothalamic terlihat dalam tampilan lateral sagital. Alur ini terletak di antara
nucleus caudatus dan thalamus. Lantai tonjolan frontal dari ventrikel lateral
dibatasi oleh cauda dan lantai tonjolan oksipital dari ventrikel lateral yang dibatasi
oleh thalamus. Alur caudothalamic pada tingkat anterior sebagian pleksus
koroideus pada potongan sagital lateral dan merupakan penanda penting dalam
mengidentifikasi perdarahan matriks germinal.
Gambar 3 Sonografi otak normal neonatal pada bayi baru lahir prematur dengan potongan koronal pada ventrikel lateral.
Catatan : panah merah menunjukkan pleksus koroideus bilateral, berupa echogenic halus, batas yang homogen. Bintang merah menunjukkan cavum vergae.Abreviasi : POST, posterior.
7
Gambar 4 Sonografi otak normal neonatal pada bayi baru lahir prematur dengan potongan sagital lateral kanan
Catatan : Panah hijau menunjukkan percabangan caudothalamic. Anterior dari dari alur caudothalamik adalah kepala sampai ke kauda (C). Posterior dari alur caudothalamik adalah thalamus (T). Kepala panah biru adalah pleksus koroideus yang memiliki batas halus.Abreviasi : SAG RT, sagittal right lateral.
Hal ini penting untuk mengenali varian normal yang tidak boleh keliru
untuk menentukan kelainan yang signifikan. Kista connatal adalah kista yang
berdekatan dengan margin superolateral dari tonjolan frontal ventrikel lateral. Hal
ini diyakini bahwa mereka mewakili varian normal. Ketika dinding ventrikel
cukup dekat untuk menyentuh satu sama lain, bagian eksternal dari sebagian besar
ventrikel memperoleh konfigurasi bulat, sehingga menampilkan kista pada
sonografi. Kista subependymal bisa menjadi hasil dari germinolysis karena
perdarahan, hipoksia-iskemik, atau infeksi neurotropik, namun bisa dilihat pada
bayi baru lahir normal dan sehat dan dianggap sebagai varian normal dan
memiliki prognosis yang baik. Dua puluh sampai 40% bayi dapat menunjukkan
ukuran ventrikel asimetris. Mega cisterna magna (yang berukuran lebih dari 8 mm
baik sagital atau aksial) hadir pada sekitar 1% dari otak bayi dan merupakan
temuan jinak tanpa gejala klinis yang signifikan.
8
Jarang ditemukan pada sonografi otak bayi prematur, fokus hiperechoic
terlihat diantara tonjolan daerah interhemispheric yang terlihat seperti perdarahan
intraserebral. Fokus hiperechoic ini merupakan artefak yang diakui pada awalnya
dijelaskan oleh Bowerman pada tahun 1987. Ketika sulkus otak atau tepi gyrus
dicitrakan sepanjang sumbu panjang, memungkinkan munculnya hiperechoic
sehubungan dengan parenkim yang berdekatan, meniru lesi massa fokal.
“Pseudolesi” ini paling sering terlihat pada gambar koronal, ketika sulkus normal
dicitrakan secara tangensial di sekitar girus. Rotasi dari transduser pada potongan
ortogonal dapat menunjukkan bahwa parenkim otak normal. Hal lain
menyebutkan “pseudolesi” merupakan kelanjutan dari fokus echogenic dengan
sulci normal, dan kurangnya pengaruh masa. Pseudolesi hiperechoic atau
periventrikular halo dapat dilihat pada bagian putih. Ini disebabkan oleh efek
anisotropik dan sebagian besar terlihat pada bayi prematur. Gambar yang
diperoleh pada sudut 90 derajat mengatasi temuan ini. Pseudolesi hiperechoic dan
halo lebih kecil dari pada pleksus koroid yang berdekatan. Salah satu contoh yang
telah didokumentasikan dengan baik adalah pseudolesi thalamik, fokus
hiperechoic di thalamus ditandai dengan munculnya perdarahan pada thalamik
pusat yang terlihat ketika melakukan pencitraan melalui ubun-ubun posterior.
Fokus hiperechoic tidak lagi terlihat ketika pencitraan melalui ubun-ubun anterior.
TEMUAN KELAINAN UMUM PADA ULTRASOUND CRANIAL
NEONATAL
Perdarahan intraventrikular cerebral adalah lesi sistem saraf pusat yang
paling umum ditemukan pada otopsi bayi baru lahir dan temuan paling umum
dalam gambar USG yang dilakukan di unit perawatan intensif neonatal. Matriks
germinal terletak di sekitar alur caudothalamic dalam janin. Matriks germinal
terdiri dari migrasi neuron dan pembuluh prekursor. Matriks germinal memiliki
pembuluh berdinding sangat tipis yang sensitif terhadap stres dan rentan terhadap
ruptur yang dipicu oleh perdarahan yang berbahaya. Biasanya, perdarahan pada
9
matriks germinal terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu. Sebuah
sitem penilaian dikembangkan untuk menilai keparahan perdarahan. Grade I
terdiri dari perdarahan yang terbatas pada lapisan subependymal di matriks
germinal (Gambar 5). Grade II terdiri dari perdarahan matriks germinal yang
meluas ke ventrikel lateral tanpa disertai adanya dilatasi ventrikel (Gambar 6).
Grade III, terdapat hidrosefalus. Grade IV terdiri dari perluasan perdarahan hingga
ke parenkim otak (Gambar 7). Meskipun klasifikasi papile dalam Burstein et al
masih banyak digunakan dalam interpretasi temuan ultrasonografi, karena tidak
sesuai dengan pemahaman tentang patogenesis perventrikular parenkim dengan
lesi khas. Dalam klasifikasi baru yang dikemukakan oleh Volpe, grade IV
perdarahan adalah karena kompresi vena terminal dan dan bukan karena
kelanjutan dari perdarahan intraventrikular seperti yang diyakini oleh Papile et al.
Saat ini, klasifikasi baru ini harus digunakan sebagai gantinya, dan perdarahan
parenkim atau infark vena (grade IV dalam klasifikasi Papile et al) diakui sebagai
entitas yang terpisah. Perdarahan akut merupakan echogenic pada gambar USG
dan berkembang menjadi isoechoic dan kemudian hypoechoid berdasarkan waktu.
Gambar 5 Potongan sagital lateral kanan dari ultrasound cranialCatatan : grade I germinal matrix hemoragik yang terlihat sebagai struktur echogenik pada lapisan sebependymal, di daerah anterior dari alur caudothalamik (panah merah). Perdarahan ditemukan di lapisan subependymal tanpa adanya perluasan ke daeran ventrikel lateral. Pleksus koroideus normal adalah echogenic posterior dari percabangan caudothalamic (panah hijau).
10
Gambar 6 Potongan sagital lateral kiri ultrasound cranialCatatan : Grade II intraventricular hemoragik terlihat sebagai struktur echogenik di dalam ventrikel lateral (panah merah). Tidak ada dilatasi dari ventrikel lateral. Pleksus koroideus normal adalah echogenik posterior dari alur caudothalamic (panah hijau).
Gambar 7 Pemandangan coronal frontal ultrasound cranialCatatan : Periventrikular bilateral hemoragik/infark vena terlihat: kanan (panah merah) lebih besar dari pada kiri (panah hijau). Perdarahan pada sisi kanan dampak massa dengan herniasi subfalcine and perpindahan sulkus interhemisper ke kiri.
11
Gambar 8 Ultrasoun koronal dan sagital kiri dari bayi baru lahir prematurCatatan : Ultrasound koronal (A) dan sagital kiri (B) dari bayi baru lahir prematur menunjukkan periventrikular bilateral hemoragik/infark vena dengan hidrosefalus. Kista kecil multiple bilateral di visualisasi pada daerah putih periventrikular yang menunjukkan periventrikular leukomalacia.
Periventrikular leukomalacia (PVL) adalah bentuk neuropatologik utama
dari cedera otak yang dilami oleh bayi lahir prematur. Patogenesis lesi ini
berkaitan dengan tiga faktor utama yang saling berkaitan. Dua hal dari yang
pertama, perkembangan yang tidak lengkap karena pasokan vaskular pada daerah
putih otak, dan gangguan pemantangan dalam regulasi aliran darah otak yang
mendasari kecenderungan untuk terjadinya cedera iskemik pada daerah putih otak.
12
Faktor patogenetik utama ketiga adalah kerentanan pematangan sel prekusor
oligodendroglial yang mewakili target seluler besar di PVL. Peningkatan
kemungkinan terjadinya PVL dengan adanya perdarahan intraventrikular bisa
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi zat besi lokal yang berasal dari
perdarahan tersebut. Kontribusi peran penting dari infeksi maternal / janin atau
peradangan dan sitokin dalam patogenesis PVL dapat dikaitkan dengan dampak
terhadap pembuluh darah otak dan hemodinamik otak, ke generasi oksigen reaktif,
atau untuk mengarahkan efek toksik pada prekursor oligodendroglial yang rentan.
Nekrotik klasik / periventrikular leukomalacia kistik dikaitkan dengan perdarahan
intraventrikular. Dua puluh lima persen dari kasus periventrikular leukomalacia
menjadi hemoragik, terutama jika terdapat koagulopati terkait. Periventrikular
hemoragik infark dan hemoragik leukomalacia dapat dibedakan berdasarkan
lokasi anatomi. Periventrikular leukomalasia hemoragik memiliki predileksi ke
area perbatasan arteri periventrikular, terutama di daerah dekat trigonum ventrikel
lateral. Infark vena terutama pada komponen hemoragik yang paling menonjol ke
arah anterior. Lesi menjalar dari wilayah periventrikular di lokasi pertemuan vena
medullary dan terminal dan berbentuk segitiga, terlihat seperti kipas di
periventricular daerah putih otak. Sebuah bentuk yang jauh lebih umum dari
cedera otak noncystic. Densitas sementara tidak berkembang menjadi lesi kistik
yang mungkin merupakan tingkat ringan leukomalacia yang bertahan selama
setidaknya satu minggu. Densitas parenkim unilateral mungkin disebabkan oleh
perdarahan di daerah iskemik, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola distribusi
infark dari vena. Periventrikular leukomalacia seperti yang terlihat di USG dorsal
dan lateral dari sudut eksternal dari ventrikel lateral dan melibatkan radiasi pada
centrum semioval dan optik (tonjolan trigonum dan oksipital) dan akustik
(tonjolan sementara). Periventrikular leukomalacia biasanya terjadi pada bayi
prematur kurang dari 32 minggu kehamilan. Area putih bayi ini adalah memiliki
vaskularisasi yang buruk dan berisi progenitor oligodendrocyte, yang sensitif
terhadap efek iskemia dan infeksi. Korteks biasanya terpisah pada bayi prematur
karena anastomosis dari meningeal intra-arteri, dalam jangka pendek. Peningkatan
echotexture dari daerah putih periventrikular mungkin merupakan pola sonografi
13
awal dari periventricular leukomalacia. Ini adalah penemuan yang spesifik yang
harus dibedakan dari periventrikular normal "memerah". Kemudian, beberapa
kista kecil muncul terlihat seperti fokus yang menyebabkan berkurangnya
parenkim otak. Kista biasanya terletak di atas sudut superolateral tonjolan anterior
dari ventrikel lateral, di daerah peritrigonal dan periventrikular di parieto-oksipital
(Gambar 8). Kista ini dapat bergabung membentuk kista yang lebih besar, disebut
sebagai porencephaly, yang pada dasarnya adalah hilangnya parenkim otak
(lubang di otak). Hal ini mungkin atau mungkin tidak berhubungan dengan
ventrikel lateral (Gambar 9).
Gambar 9 Ultrasound koronal dari bayi prematur.Catatan : Menunjukkan porencephaly (panah) yang berhubungan dengan ventrikel lateral kanan. Bayi dengan infark vena periventrikular yang berkomplikasi menjadi leukomalacia periventrikular kistik. Gambar awal menunjukkan kista kecil multiple yang bergabung membentuk porencephaly.
Jenis yang paling sering dilaporkan dari infark arteri cerebral neonatal
pada bayi dalam jangka panjang adalah lesi iskemik yang melibatkan wilayah
arteri otak besar. Bagian tengah arteri serebral paling sering terkena, dan
memberikan gambaran seperti yang ditemukan di Stroke dewasa, arteri serebri kiri
3 : 57 kali lebih sering terlibat dari kanan. Lesi pada daaerah anterior atau arteri
14
serebri posterior mungkin menunjukkan gejala asimtomatik dan kelainan sulit
untuk dideteksi dengan ultrasound cranial.
Kemajuan teknologi, termasuk tiga dimensi dan peralatan USG beresolusi
tinggi, memungkinkan diagnosis awal pada kelaianan bawaan. holoprosencephaly
adalah malformasi otak yang kompleks yang dihasilkan dari pembelahan yang
tidak lengkap dari prosencephalon.46 Hal ini adalah malformasi berat dari sistem
saraf sentral yang dapat didiagnosis lebih awal dalam rahim atau selama periode
baru lahir. Temuan sonografi termasuk monoventricle dan tidak adanya fissura
echogenic pada interhemispheric, thalamik yang menyatu, hidrosefalus, tidak
adanya corpus callosum, dan kelainan kraniofasial (Gambar 10) . Entitas ini
mencakup kelainan dengan spektrum luas dari hal ringan seperti tidak adanya
septum pellucidum (septo-optic dysplasia) (Gambar 11) ke hal yang lebih berat,
alobar holoprosencephaly.
Gambar 10 Sonografi koronal bayi baru lahirCatatan : Menunjukkan hilangnya sebagian fissura interhemisfer. Monoventrikel dan thalami terlihat menyatu dan ada hidrosefalus. Temuan ini konsisten dengan semi lobar holoprosencephaly.
15
Gambar 11 Sonografi koronal frontal dari bayi baru lahir prematur.Catatan : Sonografi koronal frontal menunjukkan tidak adanya cavum septum pelusidum. Tonjolan frontal dari ventrikel lateral tergabung. Temuan ini konsisten dengan septo-optic displasia (sindrom De Morsier)
Tidak adanya korpus kalosum merupakan malformasi kongenital yang
dapat didiagnosis dini dengan USG. Hasil temuan sonografi yang termasuk
nonvisualisasi parsial atau lengkap dari garis tengah linear hypoechoic yang
merupakan korpus callosum. Ada pemisahan ventrikel lateral dengan peningkatan
angulasi dan cekung dari perbatasan medial karena bundel yang menonjol dari
Probst, dan dilatasi dan elevasi ventrikel ketiga yang berada di antara ventrikel
lateral.
Tonjolan oksipital dari ventrikel lateral yang melebar dan sejajar satu sama
lain, yang disebut colpocephaly (Gambar 12). Banyak kelainan bawaan lainnya
dapat didiagnosis oleh USG cranial neonatal. Berbagai lesi kistik seperti kista
pleksus koroid, kista subependymal, lesi kistik periventricular leukomalacia, dan
lesi kista besar, seperti porencephaly, schizencephaly, dan kista arachnoid, dapat
didiagnosis dan dibedakan dengan USG.
16
Gambar 12 Gambaran koronal bayi baru lahir prematurCatatan : (A) Gambaran koronal frontal bayi baru lahir prematur menunjukkan peningkatan jarak antara tonjolan frontal dari ventrikel lateral (panah merah). Ada peningkatan angulasi dari tonjolan frontal dan batas medial berbentuk konkaf. (B) Gambaran koronal occipital dari bayi baru lahir prematur. Tonjolan occipital dari ventrikel lateral (panah merah) mengalami dilatasi dan berhubungan satu sama lain, konsisten dengan colpocephaly. Temuan konsisten dengan agenesis dari corpus callosumAbreviasi : ch, pleksus koroideus normal
17
Penggunaan ubun-ubun posterior dan mastoid secara signifikan menambah
kekuatan diagnosis kelainan fossa melalaui sonografi posterior. Evaluasi fossa
posterior memungkinkan pengukuran transversal fossa posterior untuk evaluasi
usia kehamilan, skrining untuk kelainan seperti sindrom Dandy-Walker kompleks
sindrom, sindrom Arnold- Chiari, mega cisterna magna, dan Kista fossa posterior
arachnoid.
PERSPEKTIF SAAT INI
USG cranial neonatal secara rutin dilakukan untuk melihat komplikasi
prematuritas pada bayi prematur. Teknik baru, khususnya peralatan yang
menyediakan resolusi tinggi dan gambar tiga dimensi, memungkinkan analisis
gambar dalam banyak aspek. Studi dilakukan untuk menilai kelayakan dan
variabilitas pengukuran ventrikel lateral. Pendekatan berbasis pengolahan citra
otomatis yang mengukur lebar tonjolan anterior sebagai jarak antara dinding
medial dan lantai dari ventrikel lateral pada titik terlebar sedang dikembangkan.
Pengukuran dilakukan pada bidang scan pada tingkat foramen intraventrikular.
Penelitian ini didasarkan pada gambar USG otak neonatal dengan tampilan garis
tengah koronal. Selain untuk mendeteksi ventrikulomegali, pekerjaan ini juga
termasuk studi cross sectional dan lebar longitudinal onjolan anterior ventrikel
lateral. Dalam studi lain, referensi disediakan untuk pengukuran intrakranial pada
ventrikel bayi prematur usia kehamilan 23-33 minggu kehamilan dan dapat
digunakan dalam diagnosis dan penilaian pembesaran ventrikel pada bayi
prematur. Dan juga, referensi kurva membujur untuk ukuran ventrikel lateral
neonatal pada usia kehamilan antara 24 dan 42 minggu, yang dapat
memungkinkan untuk identifikasi awal dan kuantifikasi ventrikulomegali karena
baik dilatasi ventrikel post hemoragik atau hilangnya daerah putih periventrikular.
Selain pengukuran ventrikel, ada upaya untuk mengukur struktur otak
lainnya untuk menilai potensial terjadinya kelainan perkembangan untuk
memungkinkan intervensi dini dan pengobatan. Sebuah studi mengenai
pertumbuhan korpus kalosum dilakukan dengan USG cranial pada bayi yang
sangat prematur. Dilakukan pengukuran harian panjang dari korpus kalosum
18
dengan USG cranial dan temuannya untuk menjadi hasil. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa neonatus dengan hasil perkembangan saraf buruk memiliki
corpus callosum yang lebih pendek pada waktu yang sama. Korpus callosum
tumbuh pada tingkat yang jauh lebih rendah pada bayi yang sangat prematur
daripada di postnatal utero. Penelitian lain yang dilakukan untuk menilai
keunggulan sonografi dengan pengukuran vermis serebelar. Pertumbuhan
cerebellar pada akhir kehamilan terhambat oleh prematuritas, yang mungkin
berdampak negative mempengaruhi perkembangan neurokognitif. Disimpulkan
bahwa, dengan gambar yang memadai, pengukuran ultrasound linear vermis
serebelar yang studi yang reliable. Dilakukan juga referensi untuk menetapkan
nilai untuk panjang tulang hidung dalam pertama trimester studi kehamilan.
Studi lainnya dilakukan untuk menggambarkan daerah putih yang
hyperechoic yang berdekatan dengan atrium ventrikel lateral dari bayi prematur
dan dengan spekulasi yang berhubungan dengan mendeteksi cedera daerah putih
pada bayi prematur. Standarnya satu minggu pertama gambar koronal digunakan
untuk pengukuran nilai daerah abu-abu di sekitar para-atrial (struktur anatomi
para-atrium berdekatan dengan atrium ventrikel lateral) daerah yang berhubungan
dengan pleksus koroid. Untuk verifikasi anatomi sonografi, digunakan gambar
resonansi magnetik otak orang dewasa. Untuk referensi, gambar neuroanatomical
dibandingkan di beberapa atlas. Karakter akustik simetris dan tidak berubah antara
26 dan 31 minggu usia kehamilan berpendapat mendukung hipotesis bahwa
wilayah para-atrium merupakan struktur anatomi. Lokalisasi hyperechoic yang
mendukung hipotesis bahwa hal itu merupakan bagian dari radiasi optik.
Penelitian lain yang terdiri dari pengukuran struktur anatomi telah
dilakukan. Salah satunya, ruang subarachnoid yang ruang selama sonografi cranial
rutin diukur untuk menilai metode secaratidak langsung untuk pemantauan
pertumbuhan otak pada bayi prematur. Disimpulkan bahwa rata-rata ukuran ruang
subarachnoid biasanya, < 3,5 mm pada bayi prematur. Dalam penelitian ini,
perbedaan antara awal dan tindak lanjut pindaian menunjukkan pertumbuhan otak
bayi prematur extrauterine berkurang. Studi lainnya menegaskan hubungan antara
usia kehamilan dan diameter transversal cerebellar.
19
Parameter USG Doppler dapat berfungsi sebagai alat untuk memprediksi
keterlambatan perkembangan. Ditemukan bahwa status hemodinamik mengarah
ke kiri arteri serebral media, yang diukur dengan ultrasonografi Doppler cranial
dalam periode neonatal, memprediksi hasil pergerakan awal pada bayi cukup
bulan. Transcranial Doppler adalah teknik yang memiliki sensitifitas terhadap
peredaran darah untuk mendiagnosis kematian otak ketika pola aliran dan sistolik
pendek diamati. Pada bayi, fontanel nonossified mengkompensasi hipertensi
intrakranial. Ditemukan bahwa aliran mungkin menunjukkan gambaran peredaran
darah dengan puncak yang besar dan dengan kecepatan tinggi puncak sistolik.
Disimpulkan bahwa kompresi berat pada ubun-ubun memungkinkan
menimbulkan gambaran doppler transkranial kematian otak dewasa klasikal,
sehingga mendukung diagnosis berhentinya peredaran darah otak. Itu sudah
menunjukkan bahwa hasil dari Doppler patologis prenatal sangat prediktif untuk
temuan ultrasonografi cranial neonatal abnormal selain usia kehamilan dan karena
itu dapat digunakan untuk penilaian risiko.
Temuan di USG cranial dibandingkan dengan temuan MRI. Ditemukan
bahwa semua kelainan substansia alba yang parah dapat diidentifikasi pada MRI
pada usia cukup bulan, pemeriksaan dilakukan pada hari yang sama. Bayi dengan
USG cranial yang normal pada usia cukup bulan ditemukan memiliki gambaran
MRI normal atau hanya kelainan substansia alba ringan. Perbandingan dari
temuan USG cranial dan MRI diperoleh pada kelompok bayi prematur antara
kelahiran dan usia cukup bulan. Disimpulkan bahwa USG secara akurat
memprediksi adanya perdarahan pada lapisan germinal, perdarahan,
intraventrikular perdarahan, dan infark parenkim hemoragik pada MRI. Namun,
kemampuannya untuk memprediksi adanya difus intensitas sinyal tinggi yang
berlebihan dan perdarahan petekie kecil di daerah putih pada gambar T2 tidak
begitu baik, tetapi meningkat pada pindaian yang dilakukan pada 7 hari atau lebih
setelah lahir. Selain itu, daerah putih echogenicity yang normal melalui USG
cranial bukanlah prediksi yang baik dari intensitas sinyal daerah putih yang
normal pada MRI.
20
Studi lainnya menggambarkan kejadian dan evolusi temuan pencitraan
otak pada bayi sangat prematur (usia kehamilan < 32 minggu) diperiksa berurutan
dengan USG cranial selama periode neonatal dan MRI saat cukup bulan. Temuan
yang sering pada USG cranial dan MRI saat cukup bulan meliputi dilatasi
ventrikel, ruang ekstraserebral yang melebar, dan penurunan kompleksitas
kortikal. Pemeriksaan MRI tambahan menunjukkan belang-belang lesi daerah
putih dan difus dan intensitas sinyal tinggi yang berlebihan, tetapi tidak
menggambarkan lenticulostriate vasculopathy dan kalsifikasi dan kurang dapat
diandalkan untuk germinolytic dan kista pleksus. USG Cranial meendeteksi
kebanyakan kelainan yang telah dikaitkan dengan hasil perkembangan saraf
normal. Studi lain membandingkan USG, MRI, dan hasil perkembangan saraf
pada bayi prematur dan menyimpulkan bahwa pemeriksaan MRI awal
menunjukkan informasi tambahan mengenai leukomalacia periventricular kistik.
MRI pada usia cukup bulan dapat menilai posterior limb dari kapsula interna,
yang berguna pada anak-anak dengan keterlibatan parenkim unilateral, untuk
memprediksi hemiplegia, dan, pada tingkat yang lebih rendah, di leukomalacia
periventrikular cystic bilateral untuk memprediksi diplegia atau quadriplegia.
Studi lainnya membandingkan nilai pemeriksaan USG cranial berturut-turut
dengan pencitraan resonansi magnet tunggal pada bayi prematur dengan berat
sangat rendah untuk memprediksi cerebral palsy. Sebagai predictor dari hasil
cerebral palsy, MRI pada jangka pendek pada neonatus prematur berat badan
sangat rendah adalah USG superior. Namun, baik USG cranial dan MRI
menunjukkan spesifisitas yang tinggi.
Lesi intrakranial utama pada bayi prematur harus diakui dengan
pemeriksaan USG cranial berurutan dan akan memprediksi nonambulatory
cerebral palsy. Magnetic resonance imaging pada usia setara cukup bulan akan
memperbaiki prediksi dengan penilaian mielinisasi dari posterior limb dari
kapsula interna. Prediksi dari hasil pergerakan pada bayi prematur dengan cedera
halus pada daerah putih sulit, bahkan dengan MRI konvensional. MRI adalah alat
yang lebih baik untuk memprediksi hasil pada bayi cukup bulan dengan hipoksia-
iskemik encephalopathy atau stroke neonatal.
21
KESIMPULAN
Kemajuan terbaru dalam teknologi dan teknik USG, seperti pemindaian
melalui ubun-ubun mastoid dan power Doppler dan spektral Doppler selama
kompresi ubun-ubun, secara signifikan telah meningkatkan kemampuan untuk
menggambarkan struktur dan hemodinamik aliran darah pada otak neonatal.
Ultrasound cranial saat ini digunakan secara rutin di unit perawatan intensif dan
merupakan peralatan yang luar biasa dan non infasif untuk pencitraan otak pada
neonatal. Pemindaian dengan alat ini memungkinkan untuk dilakukan pada otak
dan secara rutin berturut-turut pada neonatus dengan resiko tinggi. Berdasarkan
pengalaman, ultrasound cranial merupakan alat yang luar biasa untuk mendeteksi
paling banyak kejadian abnormalitas otak pada bayi prematur dan neonatus cukup
bulan, untuk memeriksa perubahan lesi, dan untuk mengikuti maturasi otak.
Perkembangan selanjutnya dari ultrrasound kontras, resolusi yang lebih tinggi dari
gambar tiga dimensi, dan transduser yang meningkat untuk peningkatan tambahan
dalam kemampuan mendiagnosis anatomi dan fisiologi dari ultrasound
transcranial neonatal. Ini memungkinkan untuk pencegahan awal dan peng
pengobatan dan mungkin untuk peningkatan hasil klinis.
PENUTUP
Peneliti melaporkan tidak ada permasalah dalam jurnal ini.
22
REFERENSI
1. Sims ME, Halterman G, Jasani N, Vachon L, Wu PY. Indications for routine
cranial ultrasound scanning in the nursery. J Clin Ultrasound.
1986;14(6):443–447.
2. von Allmen D, Babcock D, Matsumoto J, et al. The predictive value of head
ultrasound in the ECMO candidate. J Pediatr Surg. 1992;27(1): 36–39.
3. Bulas DI, Taylor GA, O’Donnell RM, Short BL, Fitz CR, Vezina G.
Intracranial abnormalities in infants treated with extracorporeal membrane
oxygenation: update on sonographic and CT findings. AJNR Am J
Neuroradiol. 1996;17(2):287–294.
4. Roelants-van Rijn AM, Groenendaal F, Beek FJ, Eken P, van Haastert IC, de
Vries LS. Parenchymal brain injury in the preterm infant: comparison of
cranial ultrasound, MRI and neurodevelopmental outcome. Neuropediatrics.
2001;32(2):80–89.
5. Fernandy S, Obaldo RE, Walsh IR, Lowe LH. Neuroimaging of nonac-
cidental head trauma: pitfalls and controversies. Pediatric Radiology.
2008;38(8):827–838.
6. Epelman M, Daneman A, Kellenberger CJ, et al. Neonatal encephalopathy: a
prospective comparison of head US and MRI. Pediatr Radiol.
2010;40(10):1640–1650.
7. Seigel M, editor. Pediatric Sonography. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2002.
8. Rumack C, Wilson S, Charboneau J. Diagnostic Ultrasound. St Louis:
Mosby; 2005.
9. Lowe LH, Bailey Z. State-of-the-art cranial sonography: Part 1, modern
techniques and image interpretation. AJR Am J Roentgenol.
2011;196(5):1028–1033.
23
10. Buckley KM, Taylor GA, Estroff JA, Barnewolt CE, Share JC, Paltiel HJ.
Use of the mastoid fontanelle for improved sonographic visualization of the
neonatal midbrain and posterior fossa. AJR Am J Roentgenol.
1997;168(4):1021–1025.
11. Anderson NG, Hay R, Hutchings M, Whitehead M, Darlow B. Posterior
fontanelle cranial ultrasound: anatomic and sonographic correlation. Early
Hum Dev. 1995;42(2):141–152.
12. North K, Lowe L. Modern head ultrasound: normal anatomy, variants, and
pitfalls that may simulate disease. Ultrasound Clin. 2009;4: 497–512.
13. Huang CC. Sonographic cerebral sulcal development in premature newborns.
Brain Dev. 1991;13(1):27–31.
14. Murphy NP, Rennie J, Cooke RW. Cranial ultrasound assessment of
gestational age in low birthweight infants. Arch Dis Child. 1989;64(4): 569–
572.
15. Toi A, Lister WS, Fong KW. How early are fetal cerebral sulci visible at
prenatal ultrasound and what is the normal pattern of early fetal sulcal
development? Ultrasound Obstet Gynecol. 2004;24:706–715.
16. Monteagudo A, Timor-Tritsch IE. Development of fetal gyri, sulci and
fissures: a transvaginal sonographic study. Ultrasound Obstet Gynecol.
1997;9:222–228.
17. Ghai S, Fong KW, Toi A, Chitayat D, Pantazi S, Blaser S. Prenatal US and
MR imaging findings of lissencephaly: review of fetal cerebral sulcal
development. Radiographics. 2006;26(2):389–405.
18. Plasencia W, Dagklis T, Borenstein M, Csapo B, Nicolaides KH. Assessment
of the corpus callosum at 20–24 weeks’ gestation by three-dimensional
ultrasound examination. Ultrasound Obstet Gynecol. 2007;30(2):169–172.
19. Winter TC, Kennedy AM, Byrne J, Woodward PJ. The cavum septi pellucidi:
why is it important? J Ultrasound Med. 2010;29(3):427–444.
20. Shaw CM, Alvord EC Jr. Cava septi pellucidi et vergae: their normal and
pathological states. Brain. Mar 1969;92(1):213–223.
24
21. Rumack C, Drose J. Neonatal and infant brain imaging. In: Rumack C,
Wilson S, Charboneau J, editors. Diagnostic Ultrasound. St Louis: Elsevier;
2005:1623–1702.
22. Mack LA, Rumack CM, Johnson ML. Ultrasound evaluation of cystic
intracranial lesions in the neonate. Radiology. 1980;137(2):451–455.
23. Bowie JD, Kirks DR, Rosenberg ER, Clair MR. Caudothalamic groove: value
in identification of germinal matrix hemorrhage by sonography in preterm
neonates. AJR Am J Roentgenol. 1983;141(6):1317–1320.
24. Rosenfeld DL, Schonfeld SM, Underberg-Davis S. Coarctation of the lateral
ventricles: an alternative explanation for subependymal pseudocysts. Pediatr
Radiol. 1997;27(12):895–897.
25. Enríquez G, Correa F, Lucaya J, Piqueras J, Aso C, Ortega A. Potential
pitfalls in cranial sonography. Pediatr Radiol. 2003;33(2):110–117.
26. Makhoul IR, Zmora O, Tamir A, Shahar E, Sujov P. Congenital sub-
ependymal pseudocysts: own data and meta-analysis of the literature. Isr Med
Assoc J. 2001;3(3):178–183.
27. Fickenscher K, Bailey Z, Saettele M, Dahl A, Lowe L. Pediatric Cranial
Ultrasound: Techniques, Variants and Pitfalls. In: Bright P, editor.
Neuroimaging – Methods. InTech; 2012:217–232.
28. Middleton WD, Kurtz AB, Hertzbert BS. Ultrasound: the requisites. 2nd ed.
St Louis: Mosby-Year Book; 2009.
29. Bernard JP, Moscoso G, Renier D, Ville Y. Cystic malformations of the
posterior fossa. Prenat Diagn. 2001;21:1064–1069.
30. Bowerman RA. Tangential sulcal echoes: potential pitfall in the diagnosis of
parenchymal lesions on cranial sonography. J Ultrasound Med. 1987;6:685–
689.
31. Franco A, Lewis KN, Maresky H, Shelef I. Increased echogenicity of the
interhemispheric sulcus: a potential diagnostic pitfall on cranial ultrasound of
the newborn. Isr Med Assoc J. 2012;14(6):403–404.
25
32. Grant EG, Schellinger D, Richardson JD, Coffey ML, Smirniotopoulous JG.
Echogenic periventricular halo: normal sonographic finding or neonatal
cerebral hemorrhage. AJR Am J Roentgenol. 1983;140(4): 793–796.
33. Lowe LH, Bailey Z. State-of-the-art cranial sonography: Part 2, pitfalls and
variants. AJR Am J Roentgenol. 2011;196(5):1034–1039.
34. Towbin A. Central nervous system damage in the human fetus and newborn
infant. Mechanical and hypoxic injury incurred in the fetal-neonatal period.
Am J Dis Child. 1970;119(6):529–542.
35. Burstein J, Papile LA, Burstein R. Intraventricular hemorrhage and
hydrocephalus in premature newborns: a prospective study with CT. AJR Am
J Roentgenol. 1979;132(4):631–635.
36. Volpe JJ. Neurology of the Newborn. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2008.
37. Volpe JJ. Neurobiology of periventricular leukomalacia in the premature
infant. Pediatr Res. 2001;50:553–562.
38. de Vries LS, Eken P, Dubowitz LM. The spectrum of leukomalacia using
cranial ultrasound. Behav Brain Res. 1992;49(1):1–6.
39. Epelman M, Daneman A, Blaser SI, et al. Differential diagnosis of
intracranial cystic lesions at head US: correlation with CT and MR imaging.
Radiographics. 2006;26(1):173–196.
40. Resch B, Vollaard E, Maurer U, Haas J, Rosegger H, Muller W. Risk factors
and determinants of neurodevelopmental outcome in cystic periventricular
leucomalacia. Eur J Pediatr. 2000;159:663–670.
41. Blumenthal I. Periventricular leucomalacia: a review. Eur J Pediatr.
2004;163:435–442.
42. Coley BD, Hogan MJ. Cystic periventricular leukomalacia of the corpus
callosum. Pediatr Radiol. 1997;27:583–585.
43. Larroche JC, Amiel C. Thrombosis of the sylvian artery during the neonatal
period. Anatomical study and pathogenic discussion of so-called congenital
hemiplegia. Arch Fr Pediatr. 1966;23(3):257–274.
26
44. Mannino FL, Trauner DA. Stroke in neonates. J Pediatr. 1983;102(4): 605–
610.
45. Wenghoefer M, Ettema AM, Sina F, et al. Prenatal ultrasound diagnosis in 51
cases of holoprosencephaly: craniofacial anatomy, associated malformations,
and genetics. Cleft Palate Craniofac J. 2010;47(1): 15–21.
46. Dubourg C, Bendavid C, Pasquier L, Henry C, Odent S, David V.
Holoprosencephaly. Orphanet J Rare Dis. 2007;2:8.
47. Fiske CE, Filly RA. Ultrasound evaluation of the normal and abnormal fetal
neural axis. Radiol Clin N Am. 1982;20:285–296.
48. Manelfe C, Sevely A. Neuroradiological study of holoprosencephalies. J
Neuroradiol. 1982;9:15–45.
49. Babcock DS. The normal, absent, and abnormal corpus callosum:
sonographic findings. Radiology. 1984;151(2):449–453.
50. Di Salvo DN. A new view of the neonatal brain: clinical utility of supple-
mental neurologic US imaging windows. Radiographics. 2001;21(4): 943–
955.
51. McLeary RD, Kuhns LR, Barr M Jr. Ultrasonography of the fetal cerebellum.
Radiology. 1984;151(2):439–442.
52. Wilson ME, Lindsay DJ, Levi CS, Ackerman TE, Gordon WL. US case of
the day. Dandy-Walker variant with agenesis of the corpus callosum.
Radiographics. 1994;14(3):678–681.
53. Goodwin L, Quisling RG. The neonatal cisterna magna: ultrasonic evaluation.
Radiology. 1983;149(3):691–695.
54. McLean G, Coombs P, Sehgal A, et al. Measurement of the lateral ventricles
in the neonatal head: comparison of 2-D and 3-D techniques. Ultrasound Med
Biol. 2012;38(12):2051–2057.
55. Mondal P, Mukhopadhyay J, Sural S, et al. A robust method for
ventriculomegaly detection from neonatal brain ultrasound images. J Med
Syst. 2012;36(5):2817–2828.
27
56. Davies MW, Swaminathan M, Chuang SL, Betheras FR. Reference ranges for
the linear dimensions of the intracranial ventricles in preterm neonates. Arch
Dis Child Fetal Neonatal Ed. 2000;82(3):F218–F223.
57. Brouwer MJ, de Vries LS, Groenendaal F, et al. New reference values for the
neonatal cerebral ventricles. Radiology. 2012;262(1):224–233.
58. Anderson NG, Laurent I, Cook N, Woodward L, Inder TE. Growth rate of
corpus callosum in very premature infants. AJNR Am J Neuroradiol.
2005;26(10):2685–2690.
59. Armstrong RK, Fox LM, Cheong JL, Davis PG, Rogerson SK. Postnatal
ultrasound reliability in cerebellar vermis assessment. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2012;97(4):F307–F309.
60. Ozer A, Ozaksit G, Kanat-Pektas M, Ozer S. First trimester examination of
fetal nasal bone in the Turkish population. J Obstet Gynaecol Res.
2010;36(4):739–744.
61. Boxma A, Lequin M, Ramenghi LA, Kros M, Govaert P. Sonographic
detection of the optic radiation. Acta Paediatr. 2005;94(10): 1455–1461.
62. Armstrong DL, Bagnall C, Harding JE, Teele RL. Measurement of the
subarachnoid space by ultrasound in preterm infants. Arch Dis Child Fetal
Neonatal Ed. 2002;86(2):F124–F126.
63. Davies MW, Swaminathan M, Betheras FR. Measurement of the transverse
cerebellar diameter in preterm neonates and its use in assessment of
gestational age. Australas Radiol. 2001;45(3):309–312.
64. Wu YC, Hsieh WS, Hsu CH, et al. Relationship of neonatal cerebral blood
flow velocity asymmetry with early motor, cognitive and language
development in term infants. Ultrasound Med Biol. 2013;39(5): 797–803.
65. Vicenzini E, Pulitano P, Cicchetti R, et al. Transcranial Doppler for brain
death in infants: the role of the fontanelles. Eur Neurol. 2010;63(3): 164–169.
66. Meyberg-Solomayer GC, Soen M, Speer R, et al. Pathological prenatal
Doppler sonography findings and their association with neonatal cranial
ultrasound abnormalities in a high risk collective. Ultrasound Med Biol.
2008;34(8):1193–1199.
28
67. Horsch S, Skiöld B, Hallberg B, et al. Cranial ultrasound and MRI at term age
in extremely preterm infants. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed.
2010;95(5):F310–F314.
68. Maalouf EF, Duggan PJ, Counsell SJ, et al. Comparison of findings on
cranial ultrasound and magnetic resonance imaging in preterm infants.
Pediatrics. 2001;107(4):719–727.
69. Leijser LM, de Bruïne FT, Steggerda SJ, van der Grond J, Walther FJ, van
Wezel-Meijler G. Brain imaging findings in very preterm infants throughout
the neonatal period: part I. Incidences and evolution of lesions, comparison
between ultrasound and MRI. Early Hum Dev. 2009;85(2):101–109.
70. Mirmiran M, Barnes PD, Keller K, et al. Neonatal brain magnetic resonance
imaging before discharge is better than serial cranial ultrasound in predicting
cerebral palsy in very low birth weight preterm infants. Pediatrics.
2004;114(4):992–998.
71. de Vries LS, van Haastert IC, Benders MJ, Groenendaal F. Myth: cerebral
palsy cannot be predicted by neonatal brain imaging. Semin Fetal Neonatal
Med. 2011;16(5):279–287.
72. Taylor GA. Recent advances in neonatal cranial ultrasound and Doppler
techniques. Clin Perinatol. 1997;24(3):677–691.
73. Steggerda SJ, Leijser LM, Walther FJ, van Wezel-Meijler G. Neonatal cranial
ultrasonography: how to optimize its performance. Early Hum Dev.
2009;85(2):93–99.
74. van Wezel-Meijler G, Steggerda SJ, Leijser LM. Cranial ultrasonography in
neonates: role and limitations. Semin Perinatol. 2010;34(1):28–38.
29