20
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS MINIMALISASI TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI DESIMINASI UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK, DI DESA KALIBUKBUK KABUPATEN BULELENG Oleh: Drs. I Nyoman Pursika, M.Hum. (Ketua Pelaksana) NIP: 196412221991021001 Ratna Artha Windari, S.H., M.H. (Anggota) NIP: 198312152008122003 Drs. I Wayan Landrawan, M.Si. (Anggota) NIP: 196012311986031018 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK Nomor: 023.04.2.552581/2015 Revisi 1 tanggal 5 Pebruari 2015 JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015

JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_1964122219910210… · terjadi Kasus pedofilia di kawasan Lovina desa Kalibukbuk ... bersifat

  • Upload
    letruc

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

MINIMALISASI TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK

MELALUI DESIMINASI UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG

PERLINDUNGAN ANAK, DI DESA KALIBUKBUK

KABUPATEN BULELENG

Oleh:

Drs. I Nyoman Pursika, M.Hum. (Ketua Pelaksana)

NIP: 196412221991021001

Ratna Artha Windari, S.H., M.H. (Anggota)

NIP: 198312152008122003

Drs. I Wayan Landrawan, M.Si. (Anggota)

NIP: 196012311986031018

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha

SPK Nomor: 023.04.2.552581/2015 Revisi 1 tanggal 5 Pebruari 2015

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2015

PRAKATA

Puji syukur dan segala hormat dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih

dan karunia-Nya sehingga laporan kemajuan program pengabdian kepada masyarakat dengan

judul “Minimalisasi Tindak Kekerasan Terhadap Anak Melalui Desiminasi UU No. 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak di Desa Kalibukbuk Kabupaten Buleleng” dapat

terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya terhadap Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan

Ganesha yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai dan masyarakat Desa

Kalibukbuk yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini, serta

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini.

Adapun laporan ini sangatlah kurang sempurna secara tata penulisan yang

kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan

program pengabdian kepada masyarakat di Desa Kalibukbuk Kabupaten Buleleng, besar

harapan kami adanya saran dan masukan membangun bagi kesempurnaan laporan ini yang

nantinya akan dikembangkan menjadi laporan akhir.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................... i

Halaman Lembaran Pengesahan.................................................................. ii

Prakata ............................................................................................................ iii

Daftar Isi ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Analisis Situasi...................................................................................... 1

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah .................................................... 3

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH DAN

KHALAYAK SASARAN ................................................................ 5

2.1. Kerangka Pemecahan Masalah ............................................................. 5

2.2. Khalayak Sasaran .................................................................................. 6

BAB III METODE PELAKSANAAN ......................................................... 7

3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................ 7

3.2. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................... 7

3.3. Rancangan Evaluasi ............................................................................. 8

BAB IV HASIL YANG DICAPAI................................................................ 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Kalibukbuk merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Buleleng Kabupaten

Buleleng Propinsi Bali, berjarak sekitar 10 kilometer di sebelah Barat kota Singaraja. Desa

Kalibukbuk sebagai sebuah desa wisata yang dikenal dengan pantainya yang berbentuk teluk

dan lautnya yang memiliki ombak relatif tenang sepanjang tahun. Berkah geografis inilah

yang selanjutnya menjadikan desa Kalibukbuk sebagai salah satu destinasi wisata yang

dikenal dengan wisata pantai Lovina, dan tentunya berdampak pada pesatnya pertumbuhan

serta pembangunan sarana pariwisata. Berdasarkan data statistik Desa Kalibukbuk tercatat

luas wilayah desa yakni 295.025 Ha. dengan mata pencaharian penduduknya antara lain

sebagai petani, pedagang, nelayan, dan pegawai negeri sipil (Sumber: Kecamatan Buleleng

Dalam angka 2012–BPS Kab.Buleleng). Namun secara faktual masyarakat Desa Kalibukbuk

yang awalnya merupakan masyarakat petani dan nelayan beralih pekerjaan ke sektor

pariwisata. Perkembangan pembangunan di desa Kalibukbuk, khususnya pembangunan

sarana kepariwisataan dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir mengalami peningkatan

yang cukup pesat. Keadaan ini terlihat setelah dirintisnya sarana pariwisata oleh A.A Ketut

Gothama pada tahun 1975 dengan cara memanfaatkan sebagian bangunan yang ada di Puri

milik keluarga sebagai penginapan dengan nama Ayodia Accommodation. Nama Ayodia

Accommodation pernah mencuat diorbitkan oleh beberapa penulis buku guide antara lain

Tony Wheeler yang sangat menyanjung dengan sebutan "the best small hotel in the world"

bersama Bill Dalton dengan menyinggung juga desa Kalibukbuk sebagai tujuan wisata. Mulai

tahun 1979 wisatawan mancanegara semakin banyak berdatangan ke desa Kalibukbuk dan

sekitarnya (Sumber: Situs resmi Buleleng.com).

Di sisi lain, dampak negatif dari pesatnya perkembangan pariwisata di daerah tersebut

adalah munculnya berbagai problematika sosial seperti terjadinya kesenjangan ekonomi

antara pemodal besar dan masyarakat setempat. Kurangnya minat generasi muda untuk

mengenyam pendidikan lebih tinggi karena iming-iming pekerjaan yang tersedia di wilayah

pariwisata, serta meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak akibat terbukanya wilayah

tersebut dari berbagai pendatang dan wisatawan dengan berbagai karakteristik individu yang

ingin bermukim di desa Kalibukbuk atau yang lebih dikenal dengan daerah wisata Lovina.

Kendatipun Indonesia telah memiliki berbagai regulasi terkait perlindungan anak,

namun penegakan hukum terhadap tindak kekerasan tersebut belum berjalan maksimal.

Menurut P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) propinsi

Bali, Kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Buleleng menduduki urutan tertinggi

setelah Kabupaten Karangasem. Sejak tahun 2001 hingga 2005, tercatat 20 orang anak

menjadi korban korban berasal dari berbagai desa di sekitar Lovina. Dari Dusun Lebah, Desa

Kaliasem 6 orang, Dusun Njung Sanghyang, Dusun Kayu Putih, Kecamatan Sukasada 1

orang, Dusun Banyualit, Desa Kalibukbuk 5 orang. Selanjutnya pada tahun 2013 kembali

terjadi Kasus pedofilia di kawasan Lovina desa Kalibukbuk Kabupaten Buleleng yang

dilakukan oleh Seorang warga negara Belanda, Jan Jacobus Vogel (55). Kasus tersebut

melibatkan empat warga negara asing sebagai tersangka (detiknews.com, “Pedofilia di Bali

semua pelaku orang asing” accessed 11 september 2014).

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam penegakan hukum terhadap

perlindungan anak adalah faktor penegak hukumnya sendiri. Secara ideal bangsa Indonesia

telah memiliki beberapa ketentuan pokok terkait peranan penegak hukum dalam menjaga

stabilitas dan keamanan masyarakat seperti Undang-Undang Kepolisian Negara, Undang-

Undang Pokok Kejaksaan dan juga tentang kekuasaan Kehakiman. Sayangnya sebagian

besar kasus yang diangkat terkait kekerasan terhadap anak hanyalah kasus-kasus yang

sebelumnya telah diekspos besar-besaran oleh media cetak dan elektronik, dimana pengaruh

”interest groups” dan juga ”public opinion” sangat kuat disini. Realitas yang ada sebenarnya

masih banyak kasus menyangkut kekerasan terhadap anak yang terjadi di daerah-daerah

khususnya di desa Kalibukbuk yang cenderung tertutup dan belum tersentuh oleh hukum.

Untuk itu sangat diperlukan adanya peran aktif masyarakat.

Selain kurangnya peran penegak hukum, dalam kasus kekerasan pada anak tidak

jarang kita jumpai bahwa aktor utama yang cukup berperan disini adalah masyarakat dan

lingkungan. Kurangnya perhatian masyarakat akan kekerasan dan diskriminasi terhadap

anak-anak akan menyuburkan praktek tersebut. Hal ini terbukti dari tingginya angka

kekerasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya atau oleh lingkungan tempat

tinggal sang anak terutama bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan baik dari segi

ekonomi maupun mental.

Budaya hukum yang baik akan menciptakan suatu tatanan masyarakat yang baik pula.

Seringkali paradigma seperti ini tidak dipahami dan diresapi oleh masyarakat, apalagi yang

memiliki latar belakang pendidikan rendah. Pengabaian hak-hak anak terutama hak untuk

memperoleh perlindungan seringkali muncul dari budaya ketidak tahuan akan hukum dan

budaya kekerasan yang timbul sebagai akibat dari pemahaman sempit masyarakat dan

lingkungan yang menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak mampu bertindak

sendiri sehingga dalam prakteknya hak-hak anak sering terabaikan dan bahkan dimanfaatkan

sebagai akibat berbedanya kemauan atau keinginan dari orang tua maupun lingkungan

masyarakat terhadap anak tersebut.

Dengan demikian, menjadi sangat urgen untuk memberikan pemahaman hukum bagi

seluruh komponen masyarakat desa Kalibukbuk dalam meminimalisir terjadinya kekerasan

terhadap anak melalui desiminasi Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, mengingat adanya ketentuan dalam undang-undang tersebut bahwa

pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan

rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak

anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin

pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan

emosional, atau pengabaian terhadap anak. Ada empat kategori utama tindak kekerasan

terhadap anak, yakni pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan emosional/psikologis,

dan pelecehan seksual anak. Permasalahan yang seringkali terjadi adalah keluarga sebagai

lingkungan pertama dan utama bagi tumbuh kembang anak justru menjadi tempat terjadinya

tindak kekerasan itu sendiri. Tidak sedikit kasus kekerasan terhadap anak dilakukan oleh

orang-orang terdekat seperti ayah, ibu, kakak, atau anggota keluarga dimana si anak

bertempat tinggal. Hal ini muncul sebagai implikasi kurangnya pemahaman akan pengertian

kekerasan terhadap anak dan dampaknya bagi tumbuh kembang serta psikologis anak.

Disamping itu, orang tua, keluarga, maupun masyarakat juga sangat sedikit menaruh

perhatian terhadap kondisi anak yang mengalami perubahan sikap pasca mengalami

kekerasan. Masyarakat cenderung bersikap pasif dalam melakukan pengawasan terhadap

berbagai tindak kekerasan yang dialami anak dan seringkali hanya mengandalkan pemerintah

untuk mengatasi kondisi tersebut.

Keadaan seperti inilah yang menyebabkan kasus kekerasan terhadap anak selalu

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terlebih di daerah-daerah wisata yang memiliki

dinamika sosial begitu tinggi serta lingkup pergaulan yang sangat luas. Kasus kekerasan

terhadap anak di daerah wisata tidak hanya kekerasan yang bersifat verbal, melainkan juga

bersifat fisik dan psikis seperti kekerasan seksual yang dilakukan oleh para pedofil. Padahal

kewajiban dan tanggung jawab untuk memberikan perlindungan terhadap anak telah

tercantum secara tegas dalam Pasal 20 UU No.23 Tahun 2002 yang menyebutkan bahwa

“Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan

bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak”. Hal ini menimbulkan

berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman masyarakat Desa

Kalibukbuk sebagai salah satu desa wisata yang memiliki daftar kasus kekerasan terhadap

anak cukup tinggi tentang hak-hak anak untuk memperoleh perlindungan dari tindak

kekerasan dan perlindungan hukumnya, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam

pengabdian masyarakat ini adalah: bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat desa Kalibukbuk terhadap regulasi

yang mengatur tentang perlindungan anak guna meminimalisir tindak kekerasan terhadap

anak (UU No. 23 Tahun 2004).

BAB II

KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

DAN KHALAYAK SASARAN

2.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan di lokasi rencana program

pengabdian masyarakat, diperoleh kesimpulan bahwa ada seperangkat permasalahan yang

saat ini dihadapi oleh masyarakat Desa Kalibukbuk, khususnya menyangkut tingginya kasus

kekerasan terhadap anak yang terjadi pada masyarakat Desa Kalibukbuk yang berimplikasi

pada rendahnya perlindungan terhadap anak dan rusaknya tumbuh kembang anak. Hal ini

mengindikasikan belum dipahaminya ketentuan hukum yang mengatur tentang perlindungan

terhadap anak dari tindak kekerasan, sehingga menyebabkan munculnya kasus-kasus

kekerasan terhadap anak. Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan

adalah melaksanakan desiminasi UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak kepada

masyarakat desa Kalibukbuk sebagai salah satu desa wisata yang rentan terjadi kasus

kekerasan terhadap anak, sehingga permasalahan tersebut dapat diminimalisir.

Secara skematis alur kerja pemecahan masalah dalam kegiatan ini, dapat dijabarkan

sebagai berikut:

Orientasi Lapangan

Identifikasi Masalah

Studi Literatur Ceramah

Masyarakat

Sadar Hukum

Desiminasi

Internalisasi

2.2. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran strategis yang dituju dalam pengabdian masyarakat ini adalah

Masyarakat desa Kalibukbuk Kecamatan Buleleng. Adapun rasionalnya adalah: (1) Anak

merupakan subyek utama yang rentan mengalami tindak kekerasan baik di lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, maupun di dalam pergaulan; (2) Orang tua dan keluarga

sebagai lingkungan pertama dan utama tumbuh kembang anak, program pengabdian

masyarakat ini akan mampu meningkatkan pengetahuan dan wawasan mereka tentang

pentingnya kesadaran dalam melaksanakan kewajiban, tanggung jawab, serta memberikan

perlindungan kepada anak sebagaimana diatur dalam UU No.23 Tahun 2002, dan (3)

Masyarakat dan aparat desa selaku bagian dari proses terbentuknya sikap dan prilaku anak

dalam lingkungan bermasyarakat sekaligus sebagai pengayom di lingkungan tempat tumbuh

kembang anak, program pengabdian masyarakat ini akan mampu meningkatkan pengetahuan

dan wawasan mereka tentang kewajiban dan tanggungjawabnya dalam melakukan

pengawasan serta sigap memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang terindikasi

mengalami tindak kekerasan. Berdasarkan rasional tersebut, maka sasaran yang dipilih dan

dipandang cukup visibel untuk diberikan desiminasi adalah masyarakat Desa Kalibukbuk

Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan,

dimulai dari 05 Maret sampai dengan 30 Nopember 2015. Tempat pelaksanaan kegiatan di

Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.

3.2. Prosedur Pelaksanaan

Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan maraknya kasus kekerasan terhadap anak sebagai salah

satu dampak lemahnya kesadaran dan pengawasan seluruh komponen masyarakat dari

derasnya arus pariwisata di desa setempat. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini

akan dilaksanakan dengan sistem jemput bola, dimana tim pelaksana akan menyelenggarakan

program peningkatan pengetahuan dan wawasan masyarakat di Desa Kalibukbuk Kecamatan

Buleleng dalam memahami peraturan hukum tentang perlindungan anak dari tindak

kekerasan (UU No. 23 Tahun 2002). Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara

langsung (tatap muka) sebagaimana layaknya sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah

atau perguruan tinggi.

Lama pelaksanaan kegiatan adalah 8 (delapan) bulan yang dimulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi dengan melibatkan anak-anak, orang

tua, keluarga, perangkat desa, dan masyarakat yang ada di Desa Kalibukbuk Kecamatan

Buleleng, yang masing-masing banjar (4 banjar adat) akan diwakili 10 orang dengan proporsi

berimbang dan seluruh perangkat desa, sehingga jumlah pesertanya sebanyak 50 orang. Pada

akhir program setiap peserta akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti partisipasi mereka

dalam kegiatan ini. Melalui program ini, diharapkan masyarakat dan aparat Desa Kalibukbuk

mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang UU No. 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak serta dapat menyebarluaskannya pada masing-masing banjar

yang ada di Desa Kalibukbuk dan desa-desa sekitar.

3.3. Rancangan Evaluasi

Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka akan

dilakukan evaluasi minimal 3 (tiga) kali, yaitu evaluasi proses, evaluasi akhir, dan evaluasi

tindak lanjut. Kegiatan evaluasi ini akan melibatkan tutor/pakar dari Undiksha Singaraja.

Kriteria dan indikator pencapaian tujuan dan tolak ukur yang digunakan untuk menjustifikasi

tingkat keberhasilan kegiatan dapat diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 01. Indikator Keberhasilan Program

No Jenis Data Sumber

Data

Indikator Kriteria

Keberhasilan

Instrumen

1. Pengetahuan

tentang

perlindungan

hukum secara

umum

Masyara

kat,

Aparat

Desa.

Pengetahuan

Masyarakat

dan Aparat

Desa

Kalibukbuk

Terjadi

perubahan yang

positif terhadap

pengetahuan

tentang

perlindungan

hukum

Tes obyektif

2. Pengetahuan

tentang Hak-hak

Anak dan

perlindungan

hukum dari

Masyara

kat,

Aparat

Desa.

Pengetahuan

Masyarakat

dan Aparat

Desa

Kalibukbuk

Terjadinya

perubahan yang

positif

pengetahuan

Masyarakat dan

Pedoman

wawancara

dan format

observasi

tindak kekerasan

menurut UU. No

23 Tahun 2002

Aparat Desa

tentang Hak-hak

Anak dan

perlindungan

hukum dari

tindak kekerasan

BAB IV

HASIL YANG DICAPAI

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “Minimalisasi Tindak Kekerasan Terhadap

Anak Melalui Desiminasi UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak di Desa

Kalibukbuk Kabupaten Buleleng” sampai pada bulan Oktober 2015 telah dilaksanakan 100%

program yaitu: Identifikasi dan Analisis masalah terkait tindak kekerasan terhadap anak di

daerah sasaran, Pengembangan model dan alur birokrasi dengan perangkat desa setempat,

pelaksanaan desiminasi UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak kepada

masyarakat desa Kalibukbuk sebagai salah satu desa wisata yang rentan terjadi kasus

kekerasan terhadap anak, sehingga permasalahan tersebut dapat diminimalisir, dan terakhir

yakni tahap internalisasi dalam bentuk melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion

(FGD).

Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perancangan

desain dan kegiatan desiminasi, persiapan tutor, persiapan sarana dan prasarana, dan

sosialisasi dan koordinasi dengan peserta. Kegiatan desiminasi dilaksanakan bersama tim

pengusul didasari oleh analisis situasi yang dibuat berdasarkan identifikasi masalah yang

terdapat di Desa Kalbukbuk. Perancangan ini dilaksanakan pada akhir bulan Maret dan awal

Mei 2015 yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada

masyarakat. Perencanaan ini berjalan dengan sangat baik berkat peranan aktif tim pelaksana

dan peserta yang menjadi mitra program.

Tahap persiapan dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan kembali

program yang akan dilaksanakan kepada masyarakat, sehingga terjadi sinergi yang baik

dalam kegiatan ini. Persiapan ini meliputi: koordinasi awal dengan pihak desa setempat,

observasi kesiapan masyarakat Desa Kalibukbuk, dan persiapan bahan diseminasi. Dalam

rangka penyamaan persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat

di Desa Kalibukbuk, maka dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan koordinasi dengan peserta.

Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program,

sangat disyukuri peserta kegiatan sangat antusias dalam menerima sosialisasi program

sehingga tidak ada halangan yang berarti dalam pelaksanaan kegiatan ini.

Diseminasi UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dilaksanakan pada

tanggal 08 Mei 2015, bertempat di aula Pura Desa Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng,

Kabupaten Buleleng, Bali. Dalam pelaksanaan diseminasi ini tidak ditemukan kendala yang

berarti karena respon yang sangat bagus dari peserta dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan

ini. Peserta yang hadir dari berbagai kalangan, antara lain para perangkat desa, kelian banjar,

ketua PKK beserta anggotanya, muda-mudi desa yang tergabung dalam kelompok Bhakti

Yowana, dan masyarakat setempat.

Dalam kegiatan diseminasi tersebut, disampaikan berbagai hal terkait perlindungan

anak, cara meminimalisir dan sanksi atau penegakan hukum terhadap tindak kekerasan

terhadap anak. Kekerasan terhadap anak dan dampaknya bagi tumbuh kembang anak dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

a) Kekerasan Anak Secara Fisik

Kekerasan secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak,

dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik

atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan

atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang, atau rotan.

Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok atau

setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,

perut, punggung atau daerah bokong. Hal ini umumnya dipicu oleh tingkah laku anak

yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta

jajan, memecahkan barang berharga.

Dampak:

Anak menjadi agresif, setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-

anaknya, Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama

akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik

hingga menyebabkan korban meninggal dunia

b) Kekerasan Anak Secara Psikis

Kekerasan secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor,

memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapatkan

perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaptif, seperti menarik diri,

pemalu, menangis jika didekati, takut ke luar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.

Dampak:

Kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik

diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol.

c) Kekerasan Anak Secara Seksual

Kekerasan secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak dengan

orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibisionism), maupun

perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,

perkosaan, eksploitasi seksual).

Dampak:

Mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan

simptom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit.

d) Kekerasan Anak Secara Sosial

Kekerasan secara sosial mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran

anak adalah sikap dan perlakuan orangtua yang tidak memberikan perhatian yang layak

terhadap proses tumbuh-kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari

keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak.

Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang

terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat. Misalnya, anak dipaksa untuk

bekerja di pabrik-pabrik yang membahayakan (pertambangan, sektor alas kaki) dengan

upah rendah dan tanpa peralatan yang memadai, anak dipaksa untuk angkat senjata, atau

dipaksa melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga melebihi batas kemampuannya.

Adapun faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak diakibatkan karena (1)

Kurangnya kasih sayang terhadap anak, (2) Perilaku kekerasan dari orang tuanya diwariskan

kepada anak sebagai model perilaku mereka sendiri, (3) Tekanan ekonomi dalam rumah

tangga, (4) Lepasnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menemukan jati diri di luar

rumah, (5) Sistem dan peraturan sekolah yang tidak memiliki perspektif melindungi anak-

anak. Untuk itu diperlukan tindakan konkrit guna meminimalisir tindak kekerasan terhadap

anak melalui 9 (Sembilan) pengetahuan dalam memberikan perlindungan anak menurut UU

No.23 Tahun 2002 (Sumber: Promkes Kementerian kesehatan RI, 2015):

1. Setiap anak harus mempunyai kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

secara wajar serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2. Setiap anak mempunyai hak untuk mempunyai nama dan kewarganegaraan. Pencatatan

kelahiran (akte kelahiran) anak membantu kepastian hak anak untuk mendapat

pendidikan, kesehatan serta layanan-layanan hukum, sosial, ekonomi, hak waris, dan hak

pilih.

3. Anak perempuan dan anak laki-laki harus dilindungi dari segala bentuk kekerasan,

diskriminasi dan eksploitasi.

4. Anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerjaan yang membahayakan.

5. Anak perempuan dan laki-laki berisiko mengalami pelecehan seksual dan eksploitasi di

rumah, sekolah, tempat kerja atau masyarakat.

6. Anak-anak rentan terhadap perdagangan orang jika tidak ada perlindungan yang memadai

7. Anak yang menjadi korban dan saksi tindakan kriminal harus mendapatkan prosedur yang

ramah anak.

8. Dukungan dana dan pelayanan kesejahteraan sosial, dapat membantu keutuhan keluarga

dan anak-anak yang tidak mampu untuk tetap bersekolah serta mendapatkan akses

pelayanan kesehatan.

9. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan usianya,

didengarkan dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka

Disamping itu, masyarakat memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap perlindungan

anak yang dilaksanakan baik secara perorangan maupun kelompok melalui berbagai kegiatan

penyelenggaraan perlindungan anak. Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab keluarga

dan orang tua adalah: a) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; b)

menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan c)

mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Selanjutnya pada tanggal 12 September 2015 dilaksanakan kegiatan Focus Group

Discussion (FGD) dan evaluasi program sebagai tahap internalisasi dengan indikator

keberhasilan program meliputi:

1. Terjadi perubahan yang positif terhadap pengetahuan tentang perlindungan hukum

2. Terjadinya perubahan yang positif perihal pengetahuan Masyarakat dan Aparat Desa

tentang Hak-hak Anak dan perlindungan hukum dari tindak kekerasan

Setelah diberikan diseminasi dan sosialisasi oleh tim pakar hukum dari Undiksha Singaraja,

masyarakat di Desa Kalibukbuk dapat memahami dengan jelas UU No.23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak. Bahkan para peserta dapat mengetahui bahwa undang-undang

tersebut akan mengikat semua masyarakat, termasuk anggota keluarga yang melakukan

kekerasan terhadap anak. Para peserta juga mengetahui jenis-jenis kekerasan terhadap anak

dan akibat hukumnya, khususnya bagi para pelaku, walapun itu anggota keluarga. Hal ini

dapat dilihat dari hasil diskusi dan evaluasi yang dilakukan terhadap pengetahuan dan

keterampilan peserta. Berdasarkan evaluasi tindak lanjut yang dilakukan, ditemukan bahwa

para peserta yang mengikuti desiminasi UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

memiliki pengetahuan yang konsisten mengenai hakekat kekerasan terhadap anak, jenis-jenis

kekerasan terhadap anak beserta dampaknya dan minimalisasi kekerasan terhadap anak serta

akibat hukumnya. Dengan demikian, sesuai dengan kriteria keberhasilan program desiminasi

ini, maka kegiatan ini akan dinilai berhasil apabila mampu meningkatkan pengetahuan dan

wawasan peserta dalam meminimalisir tindak kekerasan terhadap anak melalui pemahaman

terhadap UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada

masyarakat “Minimalisasi Tindak Kekerasan Terhadap Anak Melalui Desiminasi UU No. 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak di Desa Kalibukbuk Kabupaten Buleleng”, adalah:

1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada masyarakat

memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari diseminasi UU

No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dapat berjalan dengan baik.

2. Setelah diberikan desiminasi oleh tim P2M, masyarakat Desa Kalibukbuk memiliki

pengetahuan yang jelas dan utuh mengenai (a) hakekat kekerasan terhadap anak, (b)

para peserta desiminasi memahami bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan

terhadap anak, baik dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual,

atau kekerasan sosial, (c) upaya meminimalisir kekerasan terhadap anak, (d) sanksi

hukum bagi yang melakukan kekerasan terhadap anak, dan (e) implikasi perilaku

kekerasan terhadap anak.

3. Pelaksanaan program mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh

program pengabdian kepada masyarakat ini, termasuk pada saat pelaksanaan kegiatan

Focus Group Discussion (FGD) dan evaluasi program.

5.2. Saran

Tingginya partisipasi dan animo masyarakat dan perangkat desa di Desa Kalibukbuk

Kabupaten Buleleng, perlu terus dipupuk dengan pendampingan masyarakat dan perangkat

desa akan terus tanggap dan selalu melakukan pengawasan terhadap berbagai indikasi

terjadinya tindak kekerasan terhadap anak di wilayah setempat demi menjaga ketentraman,

keamanan dan tumbuh kembang anak-anak yang ada di Desa Kalibukbuk.

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, Wayan. (1993). Penelitian Arkeologi di Kawasan Wisata Lovina dan Sekitarnya.

Denpasar. Pusat Penelitian UNUD.

Bawa Atmaja, Nengah, (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif : (Makalah) disampikan

Pada Pelatihan Dosen Muda Lemlit Undiksha Singaraja.

Data Kecamatan Buleleng Dalam angka 2012–BPS Kab.Buleleng

Huraerah, Abu. 2006. Kekerasan Pada Anak. Bandung: Penerbit Nuansa

Ratna, Windari. 2011. ”Penegakan Hukum Terhadap Perlindungan Anak Di Indonesia

(Kajian Normatif Atas Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat)”. Jurnal Media

Komunikasi FIS, Vol 10 No. 1 April 2011.

Severe, Sal. 2001. Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Bersikap Baik. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Soekamto, Soerjono. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada.

Suyanto, Bagong dan Sanituti Hariadi, Sri. 2002. Krisis dan Child Abuse Kajian Sosiologis

Tentang Kasus Pelanggaran hak Anak dan Anak-anak yang Membutuhkan

Perlindungan Khusus (Children in Need of Special Protection). Surabaya: Airlangga

University Press.

The freedictionary.com. "Child abuse - definition of child abuse by the Free Online

Dictionary, Thesaurus and Encyclopedia", accessed 15 September 2014.

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109.

www.detiknews.com, “Pedofilia di Bali semua pelaku orang asing” accessed 11 september

2014

www.detiknews.com/ berita/ kamis,18 Juli 2013.

www.metronews.com/ humaniora/ Jumat, 11 Januari 2013.

www.buleleng.com/kalibukbuk.htm, accessed 15 September 2014.

www.p2tp2a.org/kasus pedofilia di kabupaten Buleleng/ accessed 15 September 2014.