Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI PENGALAMAN KEBERAGAMAAN ANAK DI DESA BOROKANDA KECAMATAN ENDE
UTARA KABUPATEN ENDE
OLEH
USWATUN HASANAH SOY NIM:151131167
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM
2017
ii
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI PENGALAMAN KEBERAGAMAAN ANAK DI DESA BOROKANDA KECAMATAN ENDE
UTARA KABUPATEN ENDE
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram (UIN) Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
USWATUN HASANAH SOY NIM:151131167
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITASISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN
Skripsi Uswatun Hasanah Soy, NIM. 151.131.167 yang berjudul “Peranan Orang
Tua Dalam Memotivasi Pengalaman Keberagamaan Anak Di Desa Borokanda
Kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende” telah memenuhi syarat dan disetujui
untuk di-munaqasyahkan. Disetujui pada tanggal,......... 2017
Di bawah bimbingan
Pembimbing I
Dr. H. Maimun. M. Pd NIP. 196810051998031001
Pembimbing II
Dr. Abdul Fattah.M. FII.I NIP. 197808052003121002
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Munaqasyah
Mataram,../......2017 Kepada
Yth.RektorUIN Mataram di- Mataram
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Setelahdiperiksadandiadakanperbaikansesuaimasukanpembimbingdanpedomanpe
nulisanskripsi, kami berpendapatbahwaskripsiUswatun Hasanah Soy,
NIM.151.131.167.yangberjudul “Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi
Pengalaman Keberagamaan Anak Di Desa Borokanda Kecamatan Ende Utara
Kabupaten Ende”telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah skripsiFakultasIlmuTarbiyah Dan KeguruanUIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terima kasih.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Pembimbing I
Dr. H. Maimun. M. Pd NIP. 196810051998031001
Pembimbing II
Dr. Abdul Fattah.M. FII.I NIP. 197808052003121002
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertandatangan di bawahini:
Nama : USWATUN HASANAH SOY
NIM : 151.131.167
Program Studi : S1 PAI
Fakultas : FITK
Universitas : UIN Mataram
Dengan ini menyatakan bahwa SKRIPSI dengan judul “Peranan Orang Tua
Dalam Memotivasi Pengalaman Keberagamaan Anak diDesa Borokanda
Kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende” ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.
Apabila dibelakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulirgelar kesarjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN
Mataram.
Mataram, 17 Juli 2017
Saya yang menyatakan
USWATUN HASANAH SOY NIM. 151.131.167
vi
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “ Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Pengalaman
Keberagamaan Anak diDesa Borokanda Kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende”
yang diajukan oleh Uswatun Hasan Soy, NIM. 151.131.167, Jurusan S1 PAI,
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Mataram telah dimunaqasyahkan
pada hari jumat, 21 juli 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Dewan Munaqasyah
1. Ketua Sidang/Pemb. I
:
Dr. H. Maimun, M.Pd NIP. 196810051998031001
( __________)
2. Sekretaris Sidang/Pemb. II
:
Dr. Abdul Fattah, M. FII.I NIP. 197808052003121002
( __________)
3. Penguji I : Dr.Abdul Qudus, MA NIP:197811112005011009
( __________)
4. Penguji II : Husnul Hidayati, M. Ag NIP:197608012006042001
( __________)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram
Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd NIP: 196412311991032006
vii
MOTTO
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap ( kesejahteraan) mereka oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS. An-Nisa Ayat 9).1
1Depertmen Agama Republik, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: CV. Pustaka Agung
Harapan, 1999). h, 105.
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua Orang Tua ku tercinta Ayahanda Ismail seribun soy (Alm) da ibunda tercinta siti Fatima (Almh) berserta Ibunda siti Hamidha ( Almh) yang telah membesaran saya dengan kasih sayang dan selalu mendokan kesuksesan anak-anaknya semasa hidupnya dengan penuh keikhlasan dan ketabahan semoga Allah SWT menempatkan mereka kesisi yang Mulia ( Surga).
2. Keluarga besar ku yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk kesusksesan ku serta selalu ada disamping kami dan mengantikan orang tua kami ( Ibu Hj. Halima S.Pd berserta suaminya H. Pua Mochsen Terpase, Ibu Hartini S.E berserta suaminya Ardian, Ibu hartati berserta suaminya Tahir Djamaludin, H. Djafar du‟a Duri berserta istrinya Siti Fatima, Om Ibrahim Soy berserta Istrinya tante uli dan Om him), terima kasih kepada keluarga besarku yang selalu mendoakan kesuksesanku dan telah menjadi penganti orang tuasselama ini, semoga Allah selalu memberikan umurnya yang panjang, rezekinya lancar serta sehat selalu semoga selalu dalam lindungan Allah Swt ( Amin) .
3. Buat saudara/i ku ( Syarif Rahman Soy dan Istrinya Fatimah Abdullah, Samsul Bahri Soy Berserta Istrinya Ratna Amir, Saiful Soy Berserta Istrinya Oyhan, Djamaludin Guntur Soy bererta Istrinya Zahra, siti Zaitun Soy, adik tercinta siti kurniati soy, nunung djafar, nining nday,djamaludin Djafar, nanang Djafar, Noning Djafar, Andi Djafar, hardiansyah mochsen, husnul partiwi Mochsen,siti hawa Ardian ( Almrh), dinda, putri faiqah, dan tri taher yang tidak henti-henti memberikan doa, dukungan materi dan spritual sebagai bukti kesetianku kepada mereka semoga Allah selalu melindungi mereka dan kesehatan dan umur yang panjang.
4. Buat Ponaaanku yang selalu menghibur ( nurul, Icha, Khuntum, Amal, Memei, Ridho, Arif, Caca, dd faris, fardha) buat ponaan ku yang selalu memnghibur.
5. Bwt Teman kos ku ( mirnawati, hasna, linda, dewi, kk dian, arif) terima kasih atas dukungan dan doanya selama penyusunan skripsi
6. Buat sahabatku (Eni, lilis, lara, dan ima) yang menjadi sahabat terbaikku selama 4 tahun terakhir.
7. Buat teman-teman seperjuanganku PAI khususnya kelas E tercinta. 8. Tak lupa Almamater tercinta UIN Mataram
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, taufiq serta inayah-Nya proses penulisan Skripsi ini yang berjudul
”Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Pengalaman Keberagamaan Anak Di Desa
Borokanda Kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende” dapat diselesaikan sesuai jadwal
yang telah ditetapkan.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam
memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada peneliti,
terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Maimun, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Abdul Fattah, M.
FII.I, selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan kepada peneliti sehingga peneliti dapat melakukan
penulisan skripsi dengan baik dan benar.
2. Bapak dan Ibu penguji Dr. Abdul Qudus, MA selaku penguji I dan Ibu Husnul
Hidayati, M. Ag selaku penguji II yang telah memberikan saran dan Kritikan yang
membangun agar peneliti dapat memperbaiki kesalahan penulisan skripsi ini.
3. Ketua jurusan dan Sekretaris jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan , Bapak
Dr. H. Maimun, M.Pd selaku ketua jurusan dan Bapak M. Taisir, M. Ag selaku
sekretaris jurusan UIN Mataram
4. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram Ibu Dr. Hj. Nurul
Yakin, M.Pd
x
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram yang
telah banyak memberikan bimbingan selama penulis melaksanakan studi di UIN
Mataram.
6. Bapak/ibu yang berkerja di kantor desa Borokanda yang telah memberikan informasi
yang terkait dengan pelaksanaan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
7. Almamaterku tercinta UIN Mataram.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi ilmu ataupun penulisannya,
oleh karena itu diharapkan tegur sapa yang membangun dalam usaha penyempurnaan dan
upaya-upaya kearah tersebut akan sangat diperhatikan dan dihargai.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kelebihan, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat. Amiin!
Mataram,21 juli 2017
Penyusun
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS ..................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvi
ABSTRAK ................................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Konteks Penelitian......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .......................................... 8
E. Telaah Pustaka............................................................................... 8
F. Kerangka Teoretik ......................................................................... 11
1. KonsepTentang Orang Tua .................................................... 11
2. TinjauanTentang Motivasi ..................................................... 18
3. KonsepTentang Pengalaman Keberagamaan ......................... 22
4. TinjauanTentang Anak. .......................................................... 28
5. Perkembangan Anak Menurut Konsep Islam ........................ 32
G. Metode Penelitian ........................................................................... 34
1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 34
2. Kehadiran Peneliti .................................................................. 34
3. Lokasi Penelitian .................................................................... 35
xii
4. Sumber Data ........................................................................... 36
5. Teknik Analisis Data .............................................................. 39
6. Validitas Data ........................................................................ 40
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................ 43
A. Gambaran Umum Desa Borokanda............................................... 43
B. Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Pengalaman
Keberagamaan Anak Di Desa Borokanda ..................................... 48
C. Hambatan dan Solusi untuk mengatasi Hambatan Orang Tua
Dalam Memotivasi Anak Melakukan Pengalaman
Keberagamaan di Desa Borokanda KabupatenEnde ..................... 71
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 74
A. Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Pengalaman
keberagamaan anak di Desa Borokanda kecamatan Ende Utara
Kabupaten Ende ............................................................................ 74
B. Hambatan dan Solusi untuk mengatasi Hambatan Orang Tua
Dalam Memotivasi Anak Melakukan Pengalaman
Keberagamaan Di Desa Borokanda Kecamatan Ende Utara
KabupatenEnde ............................................................................. 79
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 83
A. Kesimpulan.................................................................................... 83
B. Saran-saran ................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
xiv
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Islam adalah agama yang sempurna dan telah disempurnakan. 2
Sebagaimana ajarannya meliputi aqidah, ibadah, akhlak dan syari‟ah,
sehingga umat yang menganutnya akan terjamin kebahagian baik didunia dan
diakhirat jika mau melaksanakan ajaran-ajaran Islam ini pun sudah termasuk
ibadah, jika diniatkan ikhlas karena Allah Swt.
Ibadah adalah tali yang menghubungkan antara hamba dan pencipta
Nya, dan pergaulan adalah tali yang menghubungkan antara sesama ciptaan
Nya, sedangkan diantara keduanya erat hubungannya dengan akhlak.
Didalam tata pergaulan terdapat bermacam-macam tata aturan dan kewajiban
baik yang dibedakan menurut tingkatan usia maupun menurut jenis kelamin.
Untuk bias bergaul dalam berbagai macam pergaulan tersebut, maka akhlak
Islamiyah sangat diperlukan agar dapat terwujud ukhuwah Islamiyah yang
baik. Disamping itu melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan umatnya menjadi tentram sebab hati mereka selalu mengingat
Allah SWT, yang kemudian diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Disamping ibadah, maka bidang akhlak juga merupakan bagian yang
sangat penting untuk diperhatikan dan diamalkan.Terlebih bagi manusia yang
memiliki jarigan yang luas, baik hubungan dalam hubungan dengan khalik,
maupun terhadap sesama makhluk, ataupun dalam hubungan dengan sesama
2Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahan,(Jakarta: Cv Pustaka
Agung Harapan, 1999).h, 274.
2
manusia.karena akhlak disini adalah sikap atau perilaku yang timbul dari
hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan
yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati
dalam tindakan kenyataan hidup manusia.
Anak-anak merupakan peniru ulung yang sangat tajam baik melalui
penglihatan, pendengaran dan tingkah laku lainnya dari orang-orang yang
berada di sekitarnya.Apabila lahan peniruan itu bagus, maka anak tumbuh
sesuai dengan harapan orang tuanya yaitu anak yang mempunyai akhlak yang
baik sesuai dengan ajaran agama Islam dan sesuai dengan aturan sosial
masyarakat. Dan sebaliknya, jika lingkungan peniruan itu jauh dari nuansa
ajaran Islam dan tidak menghargai aturan masyarakat yang ada, maka dengan
sendirinya anak akan terbentuk seperti yang ada di lingkungan dimana ia
bertempat tinggal.
Sebagaimana pengertian anak usia (6-12) tahun (masa sekolah),
dimana anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata-kata
orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara
acuh. Tuhan bagi anak permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan
tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. atau tidak adanya
perhatian terhadap Tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum
mempunyai pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan,
namun setelah anak menyaksikan orang-orang disekelilingnya yang disertai
3
oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka
mulailah perhatianya terhadap Tuhan itu tumbuh.3
Begitu pula orang tua menduduki peranan sangat penting baik dalam
kehidupan keluarga secara umum dalam pembinaan anak-anaknya. Keluarga
nyata dan teramat starategis dalam mengarahkan pada kehidupan Islam guna
mencapai tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagaimana cita-cita
kehidupan insan, sedang jalan yang bisa dijadikan jalan penerang adalah
dengan ilmu, karenanya anak-anak harus diberi kesempatan untuk menuntut
ilmu pengetahuan umum maupun agama, akan tetapi agamalah yang lebih
penting dan terutama adalah ilmu pengetahuan agama Islam karena itu
nantinya sebagai pedoman hidup didunia dan diakhirat.
Pendidikan merupakan usaha sadar bertujuan, yaitu menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan juga latihan bagi
peranan dimasa yang akan datang. Pendidikan memperhatikan perkembangan
selalu pribadi anak, hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita
yaitu:
“Untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriamn dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,berkepribadian, berkerja keras, tanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Disamping itu juga, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang potensi peserta didik agar manjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, kreatif,
3 Amrullah dan Hully, Perkembangan Peserta Didik Pengantar Awal, (Mataram: Alam
Tara Institute, 2011), h. 73.
4
mandiri dan menjadi warga Negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.4
Peran orang tua dan pendidik pada dasarnya mengarahkan anak-anak
sebagai generasi unggul, karena potensi anak tidak akan tumbuh dengan
sendirinya tanpa bantuan orang tua. Mereka memerlukan lingkungan subur
yang sengaja diciptakan untuk itu yang memungkinkan potensi mereka
tumbuh dengan optimal. Orang tua memegan peranan penting menciptakan
lingkungan tersebut guna memotivasi anak agar dapat lebih siap dalam
menghadapi berbagai tantangan dimasa depan.5
Erat kaitannya dengan pendidikan adalah motivasi, karena motivasi
merupakan daya pendorong yang menggerakkan seseorang untuk bertindak
dalam pencapaian suatu tujuan. begitu pula motivasi sangat penting bagi anak
dalam menempuh pendidikannya juga dalam tempat belajarnya.
Pendidikan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia dengan
adanya pendidikan manusia akan tahu mana yang baik untuk dilakukan dan
mana yang tidak untuk dilakukannya, oleh sebab itu pendidikan harus
ditanamkan kepada anak sejak usia dini, jika orang tua tidak memberikan
pendidikan atau perhatian khusus untuk anak dalam pendidikan beragama
ataupun pendidikan umum maka akan terjadi hal yang tidak wajar pada anak.
4 Undang-undang RI, Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Surabaya: Media Center, 2005), h. 4. 5 Ahman Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya,(Jakarta: Kencana, 2014), h. 2.
5
Berdasarkan hasil observasi dengan salah satu tokoh masyarakat
didesa Borokanda bahwa pendidikan orang tua di Desa Borokanda sangat
variasi seperti yang tercantum didalam tabel dibawah ini.6
Tabel 1.1 Tingkat Pendidikan Orang Tua di Desa Borokanda
No Jenjang Pendidikan Jumlah 1 S1/D4 10 2 SMA/ MA/ SMK 43 3 SMP/ SLTP/MTs 68 4 SD/ MI 90 5 Tidak Tamat SD sederajat >120 Jumlah 331
Kehidupan keberagamaan orang tua di Desa Borokanda sangat variasi
yakni ada orang tua yang tingkat pendidikan sarjana, tingkat SMA atau
sederajat, ada yang hanya tamat SMP, ada yang SD bahkan ada yang tidak
tamat SD. Hal ini menunjukan pada satu sisi memberikan pengaruh yang baik
pada anak dengan persentase 58%, pada sisi yang lain pengaruh kecil atau
pengaruh kurang pada anak dengan persentase 40% dan tidak dapat
menerapkan nilai keagamaan sama sekali pada anak dengan persentase 2%.
Anak yang pendidikan orang tuanya rendah (tidak tamat SD) sebagain besar
sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian dan dorongan dari orang
tua yang hanya sibuk berkerja dan tidak memperhatikan pendidikan anak,
maka pendidikan anak juga minim anak menjadi liar dan menganggap
pendidikan itu tidak penting Anak itu perlu motivasi dari orang tuanya dan
6 Dokumentasi, Data Desa dilakukan pada tanggal 22 november 2016 di kantor Desa
Borokanda.
6
kasih sayang sejak dini, peneliti sangat memprihatikan keadaan anak-anak
yang ditinggal orang tuanya anak-anak menjadi putus sekolah, suka melawan
keluarga, disuruh sholat dan ngaji anak-anak suka melawan, anak-anak lebih
suka bermain dari pada melakukan hal tersebut. Kebanyakan anak-anak yang
ditinggal orang tuanya dan pendidikan orang tuanya rendah. Tapi ada
sebagaian orang tua yang pendidikannya rendah sangat mengkwatirkan
pendidikan anak, orang tua yang mengkhwatirkan pendidikan anaknya rela
berkerja demi anak agar anaknya tidak seperti orang tuanya yang
berpendidikan keberagaman dan pendidikan umunya rendah. 7
Dengan melihat kenyataan yang ada maka penulis merasa tertarik
untuk mengambil judul: Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Pengalaman
Keberagamaan Anak Di Desa Borokanda Kecamatan Ende Utara Kabupaten
Ende.
B. FokusPenelitian
Berdasarkan pada konteks penelitian diatas, maka penulis
mengungkapkan rumusan masalah yang dapat menjadi acuan dalam
pembahasan berikutnya. Diantaranya pokok masalah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peranan orang tua dalam memotivasi anak melakukan
pengalaman beragama di Desa Borokanda Kabupaten Ende?
2. Apa sajakah hambatan dan solusi orang tua dalam memotivasi anak
melakukan pengalaman beragama di Desa Borokanda Kabupaten Ende ?
7 Hasil Pengamatan peneliti, November 2016
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui peranan orang tua dalam memotivasi anaknya
untuk mendapatkan pengalaman beragama di Desa Borokanda
Kabupaten Ende.
b. Untuk mengetahui hambatan bagaimana anak memotivasi dirinya
mendapatkan pengalaman beragama di Desa Borokanda Kecamatan
Ende Utara Kabupaten Ende.
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memiliki
manfaat sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
1) Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan panduan memotivasi
anak dalam mendapat pengalaman agama.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan ditinjau dari segi psikologi anak.
b. Manfaat praktis
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan input bagi orang tua dalam
memotivasi pengalaman keberagamaan anak.
2) Bagi mahasiswa, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
sumbangan ilmu pengetahuan yang ditinjau dari segi psikologi
anak.
8
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
pengaruh keberagaaman orang tua terhadap perilaku hidup anak Desa
Borokanda Kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende dikaitkan dengan
pengalaman keberagamaan anak.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Borokanda Kecamatan Ende
Utara Kabupaten Ende. Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa di
Desa Borokanda tingkat pendidikan keberagamaan orang tua sangat
variasai yakni ada orang tua yang tingkat pendidikan sarjana, Tingkat
SMA atau sederajat, ada yang hanya tamat SMP, ada yang SD bahkan
ada yang tidak tamat SD. Hal ini sangat berpengaruh pada pendidikan
keberagaman anak.
E. Telaah Pustaka
Penalaahan pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian
yang sedang dilakukan (state of offairs) diantara hasil-hasil penelitian atau
buku terdahulu yang bertopik senada (prior research on the
topick).Tujuannya dalah menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi
penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait.Jadi pustaka yang telaah
harus memiliki signifikasi dan relafansi dengan fokus penelitian.Adapun
beberapa hasil penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian ini,
diantaranya adalah:
9
1. Skripsi yang ditulis oleh Husnul Fikri mahasiswa IAIN Mataram (2010),
menulis skripsi dengan judul “ Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan
Kualitas Baca Al-qur‟an TPA Al-Muklisin NW Wanasaba Kabupaten
Lombok Timur”. Dalam kesimpulannya Husnul Fikri mengatakan bahwa
peran orang tua dalam meningkatkan kualitas baca Al-qur‟an sangat
berpengaruh terhadap anak, khususnya baca Al-qur‟an, karena orang tua
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama tempat anak
belajar.8
Adapun perbedaan tema antara peneliti Husnul Fikri dengan
penulis sendiri adalah peneliti yang dilakukan oleh Husnul Fikri lebih
meneliti tentang bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan kualitas
baca Al-Qur‟an sangat berpengaruh terhadapa anak di NW Wanasaba
kabupaten Lombok timur, metode yang digunakan juga tidak sama dan
tempat menelitinya, sedangkan penulis sendiri lebih menekankan
kepengaruh keberagaman orang tua terhadap perilaku hidup anak di Desa
Borokanda.
2. Skripsi yang ditulis oleh Sahabudin mahasiswa IAIN Mataram (2014),
dengan judul “Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai
Sarana Pembinaan Akhlak Anak ( Studi Kasusu dipondok Pesantren Darul
Furqon Tahfidzul Qur‟an Al Ishlahudiny Kediri Lombok Barat)”.Dalam
kesimpulan Sahabudin mengatakan motivasi orang tua dalam memilih
pondok pesantren adalah pada intinya adalah berharap setelah menempuh
8 Husnul Fikri, Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Kualitas Baca Al-qur’an TPA Al-
Muklisin NW Wanasaba Kabupaten Lombok Timur ,(IAIN Mataram,2010)
10
pendidikan anak mereka menjadi anak yang memiliki ilmu agama yang
matang, sholeh, berakhlak dan berperilaku baik serta berakhlak mulia baik
terhadap Allah, terhadap sesama maupun terhadap lingkungan sekitarnya
dan dapat bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat nantinya.
tidak mengikuti jejak orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan
yang kurang sehingga berdampak pada akhlak hidup, yang menjadi
motivasi orang tua dalam memilih pondok pesantren untuk melindungi
anak-anaknya dalam lingkungan yang tidak baik dan pergaulan yang tidak
baik karena kurangnya control orang tua terhadap anaknya.9
Adapun perbedaan tema antara peneliti Sahabudin dengan penulis
sendiri adalah penelitian yang dilakukan oleh Sahabudin (Studi Kasus di
Pondok Pesantren Darul Furqon Tahfidzul Qur‟an Al-Ishlahudin Kediri
Lombok Barat) meneliti tentang motivasi orang tua memilih pondok
pesantren sebagai tempat pendidikan yang dapat menghindari anak-
anaknya dari lingkungan yang kurang baik dan pergaulan yang kurang
baik karena kurangnya control dari orang tua, sedangkan penulis sendiri
lebih menekankan tentang pengaruh keberagaman orang tua terhadap
perilaku hidup anak di Desa Borokanda NTT.
Dari kedua skripsi diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesamaan judul, tempat, peneliti sebelumnya.Dengan demikian penulis
tertarik untuk mengambil judul peranan orang tua dalam memotivasi
9 Sahabudin, Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembinaan
Akhlak Anak (Studi Kasusu dipondok Pesantren Darul Furqon Tahfidzul Qur’an Al Ishlahudiny Kediri Lombok Barat),(IAIN Mataram, 2014).
11
pengalaman keberagamaan anak di desa Brai Borokanda Kabupaten Ende
Utara Kecamatan Ende.
F. Kerangka Teoretik
1. Konsep Tentang Orang Tua
Dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nashl, ali dan
nasb. keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak, cucu)
perkawinan (suami, istri) persusuan dan pemerdekaan.
Keluarga sering disebut sebagai institusi terkecil yang ada dalam masyarakat.Di dalamnya kita dapat menelusuri banyak hal.Mulai dari hubungan antarindividu, hubungan otoritas, pola pengasuhan, pembentukan karakter, masuknya nilai-nilai masyarakat, dan lain-lain.Keluarga adalah pengelompokan kerabat yang tak harus tinggaldi satu tempat.Keluarga di kaitkan dengan keturunan (umumnya dipahami sebagai ikatan darah).10
Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-
anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan.Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga.
Pada umumnya pendidikan dalam keluarga itu bukan berpangkal
tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya
memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan.Situasi
10 Karlinawati Silalahi, Keluarga Indonesia; Aspek dan Dinamika Zaman (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 3.
12
pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh
mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.11
Orang tua memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas
pendidikan anak-anaknya, terutama orang tua, yaitu ibu dan ayah. Sejak
seorang anak lahir, ibunya selalu ada disampingnya, bahkan sejak dalam
kandungan pun pendidikan harus mulai diberikan oleh orang tua,
terutama ibunya, yaitu melalui metode pengikutsertaan. Ketika mau
berwudhu, shalat membaca Al-qur‟an, ibunya mengajak anaknya sambil
mengelus perutnya, mengaji dan lain-lain.
Pendidikan agama Islam itu merupakan pendidikan yang sangat
penting sekali, sehingga orang tua harus mampu mengarahkan
pendidikannya dibidang keagamaan.Seseorang anak sejak dini harus
mampu mengarahkan pendidikannya dibidang keagamaan.Sesorang anak
sejak kecil harus mampu membaca Al-qur‟an, sudah bisa melaksanakan
shalat, puasa dan sebagainya.Semua itu tergantung kepada orang tua
dalam mengarahkan dan membimbingnya.
Dalam Islam pun, orang yang paling bertanggung jawabtersebut
adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu
disebabkan sekurang-kurangnya oleh dual hal:
a. Kodrat, yaitu orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya.
b. kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.12
11 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 35.
13
Demikian pula Islam memerintah agar para orang tua berlaku
sebagai kepala dan pimpinan dalam keluarganya serta berkewajiban
untuk memelihara keluarganya dari api neraka.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh
kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut:
a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makanan, minum, dan perawatan agar dia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatanya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila telah dewasa, ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain (hablum minan nas) serta melaksanakan kekhalifahannya.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.13
Motivasi pengabdian keluarga (ayah-ibu) dalam mendidik anak-
anaknya semata-mata demi cinta kasih yang kodrati, sehingga dalam
suasana cinta kasih dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung
dengan baik.
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa manusia diciptakan dari setetes
air mani yang bercampur. Sejak itulah proses kehidupan mahusia dimulai
dan pendidikan pun bersamaan juga dalam proses pertemuan kedua sel
tersebut, sehingga pendidikan pada saat itu sangat penting bagi keturunan
12 Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama (Persepektif Pendidikan Agama
Islam),(Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2004), h. 64. 13Ibid. h. 64-65.
14
dan bagaimana seleksi yang sebaiknya (dalam masa memilih jodoh)
dijalankan agar mendapatkan anak-anak yang sehat dan cerdas. Adapun
dalam kandungan itu anak telah mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan, kandungan (rahim) ibu merupakan tempat pertumbuhan
dan perkembangan yang pertama bagi anak. Anak dalam kandungan
sudah punya jiwa, sudah mengalami perkembangan dan kemajuan
jiwanya.Pertumbuhan anak sudah dimulai sejak masih dalam kandungan,
maka tidaklah mengherankan kalau Islam mengatakan bahwa pendidikan
sudah dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.14
Anak merupakan amanat dari Allah SWT, bagi kedua orang tuanya,
ia mempunyai jiwa yang suci dan cemerlang, bila iasejak kecil dibiasakan
baik, didik dan dilatih dengan kontinu, sehingga ia tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang baik pula. Sebaliknya, ia dibiasakan
berbuat buruk, nantinya ia terbiasa perbuatan buruk pula dan menjadikan
ia celaka dan rusak. Oleh karena itu, dalam keluarga perlu dibentuk
lembaga pendidikan, walaupun dalam format yang paling sederhana,
karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan
utama.
Kewajiban ayah-ibu dalam mendidik anak-anaknya tidak menuntut
untuk memiliki profesionalitas yang tinggi, karena kewajiban tersebut
berjalan dengan sendirinya sebagai adat atau tradisi, sehingga tidak hanya
orang tua yang beradab dan berilmu tinggi yang dapat melakukan
14 Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005),
h.12.
15
kewajiban mendidik, tetapi juga orang tua yang pendidikannya masih
dalam taraf yang paling minim, atau bahkan tidak sama sekali. Hal
tersebut karena kewajiban mendidik anak merupakan “Naluri pedagogis”
bagi setiap individu yang mengiginkan agar anaknya lebih baik dari pada
keadaan dirinya, sehingga perilaku pendidik sebagai akibat “naluri” untuk
menjalankan dan mengembangkan keturunannya.
Piaget banyak mempelajari cara anak-anak mengenal Tuhan. Ia
antara lain menyatakan bahwa Tuhan dikenal anak-anak secara beransur-
ansur. Pada umur kira-kira tujuh tahun atau delapan tahun anak-anak
yang ditanyai Piaget dalam penelitiannya mengatakan bahwa Tuhan itu
ada di langit, tidak lebih tua dari ayahnya.Pada umur sepuluh tahun anak-
anak tersebut telah mengetahui bahwa bohong itu tidak baik dan itu suatu
dosa.Tuhan tidak senang orang berdosa.
Dalam membentuk kepribadian anak orang tua memiliki peran yang
paling utama dan pertama bagi anak, sebab orang tua adalah pendidikan
utama bagi anak-anak dalam mengembangkan berbagi potensi yang
dimiliki baik sikap, prilaku, maupun budi pekerti yang luhur. Orang tua
adalah penanggung jawab pertama dan utama terhadap pembinaan akhlak
dan kepribadian seorang anak , sebab orang tua secara tidak langsung
merupakan pendidikan bagi anak.15
Oleh sebab itu orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang
memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, serta memberikan sikap
15 Muktar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003), h. 74.
16
dan bertanggung jawab dalam kehidupan keluarga, baik yang bersifat
jasmani maupun rohani.
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak didik dari
orang tuanya adalah sebagai berikut:
a. Dasar pendidikan budi pekerti Memberikan norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam bentuk yang sederhana kepada anak didik.
b. Dasar pendidikan sosial Melatih anak didik dalam tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Dasar pendidikan intelek Anak diajarkan kaidah pokok dalam percakapan, bertutur bahasa yang baik, kesenian yang disajikan dalam bentuk kebiasaan
d. Dasar pembentukkan kebiasaan Pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, yaitu membiasakan kepada anak untuk hidup yang teratur bersih, tertib,disiplin,rajin yang dilakukan secara berangsur-angsur tanpa unsur paksaan.
e. Dasar pendidikan kewargaan. f. Memberikan norma nasionalisme dan patriotisme, cinta tanah
air, dan berkeprimanusiaan yang tinggi.
Hasil pendidikan yang diberikan Ayah dan Ibu memiliki corak yang
berbeda. Perbedaan itu dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Ayah
Ayah merupakan sumber kekuasaan yang memberikan
pendidikan tentang manajemen dan kepemimpinan, sebagai
penghubung antara keluarga dan masyarakat dengan memberikan
pendidikan anaknya komunikasi terhadap sesamanya, memberi
perasaan aman dan perlindungan sehingga ayah memberikan
pendidikan sikap yang bertanggung jawab dan waspada. Disamping
17
itu, ayah sebagai hakim dan pengadilan dalam perselisihan yang
memberikan pendidikan anaknya berupa sikap tegas, menjunjung
keadilan tanpa memihak yang salah, dan seorang yang rasional yang
memberi pendidikan anaknya dasar-dasar pengembangan daya nalar
dan daya intelek.
b. Ibu
Ibu sebagai sumber kasih sayang yang memberikan pendidikan
sifat ramah tamah, asah, asih, dan asuh kepada anaknya, pengasuh
dan pemelihara keluarga yang memberikan pendidikan berupa
kesetiaan terhadap tanggung jawab, sebagai tempat pencurah isi hati
yang memberikan pendidikan berupa sikap keterusterangan, tebuka,
dan tidak suka menyimpan derita atau rasa pribadi. Disamping itu, ini
sebagai pengatur kehidupan rumah tangga yang memberikan
pendidikan berupa keterampilan-keterampilan khusus, dan sebagai
penghubung antar individu yang dapat mendidik anaknya berupa
hidup rukun, saling gotong royong, toleransi serta menciptakan
suasana dinamis, harmonis dan kreatif dan sebagi pendidik emosional
anak yang dapat mendidik anaknya berupa kepekaan daya anak dalam
memandang sesuatu.
“Ibu adalah (lembaga) sekolah, ia dipersiapkan agar dapat
membentuk bangsa yang baik dan kuat”.
“Orang yatim bukanlah orang yang ditinggalkan kesusahan
hidup sehingga ia hina oleh ayahnya, tetapi sesungguhnya yatim
18
adalah seorang yang ibunya tidak memperdulikan pendidikan sedang
ayahnya sibuk selalu”.
Apabila Ayah dan Ibu telah memerankan fungsinya sebagai
pendidik keluarga, dalam keluarga itu tercipta sesuatu interaksi
edukatif, yang saling didukung masing-masing pihak.
2. Tinjauan Tentang Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau bergerak.Motif tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya,
berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya
tingkah laku tertentu.16
Motivasi juga dikatakan sebagai keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
untuk mencapai tujuan. 17 Kata motif diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiap
siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka “motivasi” dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif
16 Hamzah B Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 3. 17 Abdul Rahman Shaleh, Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 131.
19
menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak.Motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.18
b. Macam-macam Motivasi
Banyak pendapat mengenai klasifikasi motivasi, beberapa yang
terkenal adalah yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis
yangdikutip oleh Abdul Rahman Shaleh dan menggolongkan motivasi
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Kebutuhan-kebutuhan Organis, yaitu motivasi yang berkaitan
dengan kebutuhan dengan dalam, seperti: makan, minum,
kebutuhan bergerak, tidur dsb.
2) Motivasi Darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan
diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha dan
sebagainya. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan
seseorang,tetapi karena perangsang dari seseorang.
3) Motivasi Obyektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada obyek
atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini mencakup kebutuhan
bereksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul
karena dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.
18 Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001), h. 71.
20
Selain itu,Wood Worth juga mengklasifikasikan motivasi
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Unlearned motive adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari
atau motivasi bawaan. yaitu motivasi yang dibawah sejak lahir.
2) Learned motive adalah motivasi yang timbul karena dipelajari.
Selain kedua tokoh diatas, beberapa psikologi ada yang
membagi Motivasi menjadi dua:
1) Motivasi intrinsik ialah motivasi berasal dari diri seseorang itu
sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar
membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendri
buku-bukunya untuk dibaca. Motif ini juga diartikan sebagai
motivasi yang pendorongnya ada kaitan langsung dengan nila-
nilai yang terkandung didalam tujuan pekerja senidri.
2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang karena adanya
perangsangan dari lua, seperti seorang mahasiswa rajin belajar
karena da ujian. Motivasi ini juga dapat diartikan sebagai motivasi
yang pendorongnya tidak ada hubungan dengan nilai yang
terkandung dalam tujuan pekerjaannya.
Tapi jika melihat kajian tentang manusia bahwa manusia itu
hanya terdiri dari dua unsur yaitu fisik dan psikis.Maka pembagian
motivasi cukup ada dua motivasi biologis dan motivasi psikologis
yang mencakup motivasi spiritual.Memang psikologis spiritual yang
21
cenderung dilupakan oleh para psikologis modern, padahal dalam
keseharian dirasakan.
Seperti diungkapkan Lindzy, dorongan yang berhubungan
dengan aspek spiritual dalam diri manusia selalu ada, seperti
dorongan untuk beragama, kebenaran dan keadilan, benci terhadap
kejahatan, kebatilan.Menurut Maslow kebutuhan spiritual manusia
merupakan kebutuhan alami yang integritas perkembangan dan
kematangan kepribadian individu sangat tergantung pada pemenuhan
kebutuhan tersebut.19
c. Fungsi Motivasi
Pada dasarnya motif itu berfungsi:
1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat/ bertindak. Motif itu
berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan
energy (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2) Motif itu menentukan arah perbuatan. yakni kea rah perwujudan
suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan
dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapi tujuan itu. Makin
jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus
ditempuh.
3) Motif itu menyeleksi perbuatan kita.artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi,
19 Lihat Abdul Rahman Shaleh, h. 133-140.
22
guna mencapai tujuan itu dengan menyamping perbuatan yang tak
bermanfaat bagi tujuan itu.20
d. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
sesorang agar timbulkeinginan dan kemauanya untuk melakukuan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu. 21 Berarti ada dua pihak, yang satu adalah yang memberi
motivasi (memotivasi), sedangkan pihak lain adalah yang
dimotivasikan. Tindakan memotivasi akan dapat lebih berhasil jika
tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi, serta sesuai dengan
kebutuhan yang dimotivasi karena itu orang atau pihak yang
memotivasi, kebutuhan dan kepribadian oleh pihak yang diberi
motivasi.
3. Konsep Tentang Pengalaman Keberagamaan
Pengalaman keberagamaan adalah berbagai bentuk perilaku ataupun
bentuk-bentuk kegiatan yang bernuansakan keagamaan yang didapatkan
oleh anak, baik berlangsung dalam lingkungan keluarga maupun di luar
lingkungan keluarga. Pengalaman keagamaan yang dimaksudkan adalah
pengalaman keagamaan yang berkaitan agama yang dianut oleh anak
dalam hal ini”agama Islam”.
20 Ngali Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 70-
71. 21Ibid, h.73.
23
Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi
sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang
nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada
Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya.22
Agama sebagai sumber sistem nilai, merupakan petunjuk,
pedoman dan pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai
maslah hidupnya seperti dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan militer sehingga terbentuk pola motivasi, tujuan hidup dan
perilaku manusia yang menuju keridhaan Allah.Dengan demikian budaya
itu dilahirkan dari agama Islam, sehingga tidaklah benar kalau agama
dianggap sebagai bagian dari budaya.
Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad, untuk diteruskan keseluruh umat manusia, yang
mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (Aqidah) dan ketentuan-
ketentuan ibadah dan mua‟amalah (syari‟ah), yang menetukan proses
berpikir, merasa dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati.
Berdasarkan penjelasan diatas Agama Islam itu mengandung tiga
unsur, yaitu:
a. Iman: keyakianan kepada
b. Islam : penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah
22 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004), h.4.
24
c. Ihsan: berakhlak serta melaksanakan ibadah kepada Allah dan
bermu‟amalah dengan sesama makhluk dengan penuh keikhlasan
seakan-akan disaksikan oleh Allah, meskipun dia tidak melihat Allah.
Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh setiap manusia, dan ikatan-ikatan itu mempunyai
pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan itu bukan
muncul dari sesuatu yang umum melainkan berasal dari kekuatan yang
lebih tinggi dari manusia. Harun Nasution mengemukakan delapan
definisi untuk agama yaitu:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
d. Kepercayaan pada suatu ikatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e. sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. f. pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini berasal dari kekuatan gaib. g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan
lemah dan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.23
Pengertianagama terbatas bagi pemeluk agama samawi terutama
agama Islam adalah:
“Agama merupakan petunjukk Allah yang terpenting dalam bentuk kaidah-kaidah perundang-perundangan yang ditunjukkan kepada orang-orang yang berakal budi agar supaya mereka
23 Dedi Supriyadi dan Mustofa Hasan, Filsafat Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
h. 13.
25
mampu berusaha dijalan-jalan yang benar dalam rangka memperoleh kebahagian hidup didunia dan akhirat.”24
Nama Islam tidak disandarkan para pendirinya atau daerah
dimana agama itu dilahirkan sebagaimana nama-nama agama lain, seperti
Budha berasal dari nama pendirinya Budha Gautama, agama Zarathustra
menggunakan nama pendiri Zaroaster, dan agama Yahudi berasal dari
kota Judah dimana agama ini lahir, demikian juga nama-nama agama
lain Nama Islam tidak disandarkan para pendirinya atau daerah dimana
agama itu dilahirkan sebagaimana nama-nama agama lain, seperti Budha
berasal dari nama pendirinya Budha Gautama, agama Zarathustra
menggunakan nama pendiri Zaroaster, dan agama Yahudi .
Akan tetapi Islam adalah merupakan sebutan agama yang
diturunkan Allah kepada manusia, petunjuk Allah yang beberapa
peraturan-peraturan atau perundangan yang khusus dikerjakan oleh
manusia agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.
Kata Islam di gunakan untuk nama sebutan agama Allah ini termaktub
dalam Al-Qur‟an surat Al- Imron: 19
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang
24Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: BumI Aksara, 1993),
h.267.
26
kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.25
PengertianIslam menurut bahasa arab mempunyai arti bermacam-
macam:
a. Salima artinya: selamat santosa. peraturan yang datang dari Allah untuk membimbing keselamatan manusia didunia dan diakhirat.
b. Aslama artinya: menyerah, tunduk, patuh, dan taat. Aslama berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt dan dengan melakukan aslama maka orang terjamin keselamatanya didunia dan diakhirat.
c. Slimun dan Salamun artinya: damai. perdamaian kita kepada Allah (tidak durhaka) dan sesama manusia tidak bermusuhan.26
Arti Islam menurut istilah (sayara‟) adalah peraturan (UU) Allah
SWT, dengan peraturan wahyu kemudian diwujudkan menjadi kitab suci
sebagai pegangan hidup manusia.
Jadi yang dimaksud agama Islam adalah aturan-aturan yang
datang dari Allah (yang memberi namaIslam) yang diturunkan kepada
umat manusia melalui perantaranya, sebagai pedoman hidup didunia dan
diakhirat.Pengalaman agama adalah perbuatan melaksanakan ajaran-
agama yang dilakukan dengan kesenangan hati.27
Pengalaman agama juga dapat dikatakan sebgai perwujudan iman
dalam diri seseorang disamping pengabdian kepada Allah SWT, dengan
demikian akan terlihat kadar kualitas dari iman seseoarng antara yang
25 Lihat Depag RI 26 Didiek Ahmad Supadie dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012), h. 71-72. 27WJS Poerdminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 33.
27
benar-benar menghayati ajaran agama dengan tidak menghayati ajaran
agama.
Pengalaman atau perilaku keagamaan seseorang itu terbentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang langsung dialami yang terjadi
dalam hubungannya dengan langsung dialami yang terjadi dalam
hubungan dengan lingkungan materi dan tertetu ( orang tua jamaah dsb).
Namun demikian manusia sebagai kholifah Allah dimuka bumi
haruslah mengembangkan pengetahuan serta kemampuan rohani untuk
menghayati ajaran-ajaran Allah sehingga manusia mampu menangkap
petunjuk nurilah dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat An-Nahl ayat 89 yang berbunyi:
Artinya: Dan Kami turunkan kepada Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk
menjelaskan segala sesuatu, dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
Juga firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang
berbunyi:
Artinya: “ Maka hadapkanlah wajahmu dan luruskan kepada agama Allah (tetaplah) atas fitrah Allah yang telah mencipatakan manusi menurut fitrahnya. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.( Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”28
28 Depag RI
28
4. Tinjauan Tentang Anak.
Anak adalah manusia yang sedang dalam perkembangan.29Ia harus
diproses untuk menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya atau sesuai
dengan ketentuan-ketentuan Allah ysng menciptakannya. 30 Dalam al-
Qur‟an disebutkan bahwa manusia diciptakan dari setetes air mani yang
bercampur. Sejak itulah proses kehidupan mahusia dimulai dan
pendidikan pun bersamaan juga dalam proses pertemuan kedua sel
tersebut, sehingga pendidikan pada saat itu sangat penting bagi keturunan
dan bagaimana seleksi yang sebaiknya (dalam masa memilih jodoh)
dijalankan agar mendapatkan anak-anak yang sehat dan cerdas. Adapun
dalam kandungan itu anak telah mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan, kandungan (rahim) ibu merupakan tempat pertumbuhan
dan perkembangan yang pertama bagi anak. Anak dalam kandungan
sudah punya jiwa, sudah mengalami perkembangan dan kemajuan
jiwanya.Pertumbuhan anak sudah dimulai sejak masih dalam kandungan,
maka tidaklah mengherankan kalau Islam mengatakan bahwa pendidikan
sudah dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.31
Perkembangan pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan
pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan
yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun. Seorang anak yang pada
29 Ma‟ruf Zuraiq, Cara Mendidik Anak dan Mengatasi Problemanya (Bandung: Nuansa
Aulia, 2008), h. 35. 30 Syahminan Zaini, Pendidikan Anak Dalam Islam (Jakarta Pusat: Kalam Mulia, 2004),
h.1. 31 Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005),
h.12.
29
masa anak itu tidak mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai
pengalaman keagamaan, maka ia nanti setelah dewasa akan cenderung
kepada sikap negative terhadap agama.
Seyogianya agama masuk kedalam pribadi anak bersamaan
dengan pertumbuhan pribadinya, yaitu sejak lahir, bahkan lebih dari itu,
sejak dalam kandungan.Karena dalam pengamatan ahli jiwa terhadap
orang-orang yang mengalami kesukaran kejiwaan tampak bahwa keadaan
dan sikap orang tua ketika dalam kandungan telah mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan jiwa si anak dikemudia hari.32
a. Periodesasi Perkembangan Anak.
Beberapa perkembangan anak berdasarkan pendapat para ahli
adalah sebagai berikut:
1) Aristoteles merumuskan perkembangan anak ada 3 fase yaitu:
a) Umur 0;0-7;0 disebut masa nak kecil, kegiatan anak waktu ini
hanya bermain.
b) Umur 7;0-14;0 masa anak atau masa sekolah dimana kegiatan
anak mulai belajar dari sekolah dasar.
c) Umur 14;0-21;0 disebut masa remaja atau pubertas, masa ini
adalah masa peraliahan (transisi) dari anak menjadi orang
dewasa.
2) Johan Amos Comesnius. Membagi perkembangan anak menjadi
empat yaitu sebagai berikut:
32 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, h. 69-70.
30
a) Scole matema (sekolah ibu) usia 0;0-6;0 masa anak
mengembangkan organ tubuh dan panca indra dibawah asuhan
ibu ( keluarga), diselenggarakan dalam rumah masing-masing.
b) Scole vermacule (sekolah bahasa ibu) usia 6;0-12;0,
mengembangan pikiran, ingatan dan perasaan disekolah
dengan mengembangkan bahasa daerah ( bahasa ibu) didirikan
tiap-tiap desa.
c) Scole latine (sekolah bahasa latin), masa anak-anak
mengembangkan potensinya terutama bagi intelektualnya
dengan bahasa asing pada usia 12;0-18;0.
d) Academia (akademik) adalah media pendidikan yang tepat
bagi anak usia 18;0-24;0, dimana masa ini anak akan memilih
potensi sesuai dengan kemampuannya.33
3) Periodesasi perkembangan menurut Rosseau, tahapan
perkembangan dibagi dalam empat tahap yaitu:
a) Tahap 1: mulai dari 0-2 tahun, disebut usia asuhan
b) tahap II: mulai dari 2-12 tahun, disebut masa pendidikan dan
latihan pancaindra
c) Tahap III: mulai dari 12-15 tahun disebut masa pendidikan
akal.
d) Tahap IV: mulai dari 15-20 tahun disebut periode watak dan
pendidikan agama.34
33Amrullah dan Hully, Perkembangan Peserta Didik, h. 38-39.
31
Adapun Syarat-syarat masuk sekolah dasar dapat penulis
ringkas sebagai berikut:
1) Kondisi jasmani cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas
disekolah.
2) Ada keinginan belajar,
3) Fantasi tidak lagi leluasan dan liar.
4) Perkembangan perasaan sosial telah memadai.
Syarat tambanahan yang harus dipenuhi untuk mengikuti
pelajaran, yaitu:
1) Fungsi-fungsi jiwa (daya ingatan, cara berpikir, daya
pendengaran) harus berkembang baik karena kematangan fungsi-
fungsi itu diperlukan untuk belajar membaca, menulis, dan
berhitung.
2) Anak telah memperoleh cukup pengalaman dalam rumah tangga
untuk dipergunakan sebgaai dasar bagi pengajaran permulaan
karena pengajaran berpangkal terhadap apa yang telah diketahui
oleh anak.35
Anak merupakan amanat orang tua untuk dipelihara, dididik
dan dibimbing agar menjadi anak sholeh. 36 Petunujuk dalam Al-
Qu‟ran dan Hadits Nabi lebih banyak mengingat tentang bagaimana
hubungan anak dengan orang tua dan kewajiban anak kepada orang
34 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 28-29. 35 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 52-53. 36 Departemen Agama RI
32
tuanya, peringatan-peringatan tentang bagaimana seharusnya orang
tua memperlakukan anak dengan tidak membandingkan antara laki
atau perempuan. Karena mereka adalah generasi penerus yang akan
menerima warisan nilai-nilai budaya generasi sebelumnya.
5. Perkembangan Anak Menurut Konsep Islam
Adapun Fase Perkembangan Anak Menurut Konsep Islam yaitu:
a. Masa bayi (0 hingga 2 tahun)
Pada fase ini orang tua anak perlu untuk mengembangkan kasih
sayang secara dua arah dimana ibu memberikan kasih sayangnya dan
dalam waktu bersamaan juga mengembangkan kemampuan anak
memberikan respon terhadap kita. Ini seperti yang sering kita perhatikan
dalam fase pertumbuhan anak secara umum dimana kita memang
diharapkan mengajarkan dan memperhatikan anak untuk dapat
memberikan respon terhadap kita. Meski beberapa orang menganggap
hal ini biasa, tapi dalam pengamatan saya pribadi anak tidak akan
berkembang maksimal jika orang tua (atau orang sekitar) kurang
memberikan stimulasi pada anak. Disini yang dimaksud
“mengembangkan kemampuan anak memberikan respon.
b. Masa anak-anak (2-7 tahun atau disebut dengan fase thufulah)
Pada fase inilah merupakan fase penting memberikan pondasi
dasar tauhid pada anak melalui cara aktif agar anak terdorong dan
memiliki tauhid aktif dimana anak mau melakukan sesuatu yang baik
33
semata menurut Allah.Fase ini fase penting penanaman pondasi bagi
anak. Tinggal cari cara nih bagaimana menerapkannya.
c. Masa Tamyiz (7-10 tahun)
Di fase ini anak sudah mulai mampu membedakan baik dan buruk
berdasarkan nalarnya sendiri sehingga di fase inilah kita sudah mulai
mempertegas pendidikan pokok syariat.
d. Masa Amrad (10-15 tahun)
Fase ini adalah fase dimana anak mulai mengembangkan potensi
dirinya guna mencapai kedewasaan dan memiliki kemampuan
bertanggung jawab secara penuh. Dalam islam, fase ini juga merupakan
fase dimana anak mencapai aqil baligh sehingga sudah semakin pandai
menggunakan akalnya secara penuh. Salah satu yang menjadi tuntutan
bagi anak kemudian adalah kepandaiannya dalam mengatur harta yang
dimulai dengan kemampuan mengatur anggaran untuk dirinya sendiri.
e. Masa Taklif (15-18 tahun)
Pada masa ini anak seharusnya sudah sampai pada titik bernama
taklif atau bertanggung jawab. Bagi lelaki setidaknya fase ini paling
lambat dicapai di usia 18 tahun dan bagi anak perempuan paling lambat
dicapai di usia 17 tahun. Tanggung jawab yang dimaksud selain pada diri
sendiri juga tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat disekitar dan
masyarakat secara keseluruhan.37
37Aliah B. Purwanto Hasan, Psikologi perkembangan Islami, (Jakarta: PT Grafindo Perkasa,
2006), h. 23-24.
34
G. Metode Penelitian
7. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan rencana tentangcara
mengumpulkan dan menganalisa data agar dapat dilaksanakan secara
ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.Dalam penulisan
proposal ini pendekatan penelitian yang digunakanadalah penelitian yang
bersifat kualitatif.Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam
melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat
alamiah.Karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan
mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan
dilaboratorium melainkan lapangan.
Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong
Lexy J adalah sebagai “Prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati”.38
8. Kehadiran Peneliti
Dalam peneliti kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen
sekaligus sebagai pengumpul data sehingga keberadaannya di lokasi
penelitian mutlak diperlukan.Kehadiran peneliti di lokasi penelitian perlu
digambarkan secara eksplisit dalam laporan penelitian.Perlu juga
dijelaskan apakah kehadiran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat
partisipan, atau pengamat penuh.Demikian pula, perlu dijelaskan apakah
38 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Rosda Karya, 2010), h.13.
35
subjek atau informan mengetahui kehadiran peneliti dalam statusnya
sebagai peneliti.39
Kehadiran peneliti di tempat penelitian harus terbuka dan
menjelaskan maksud penelitian yang dilakukan kepada subyek yang
diteliti sehingga peneliti lebih bebas bertindak untuk mencari dan
mengumpulkan data yang diibutuhkan.
9. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Boronda Kecamatan Ende
Utara Kabupaten Ende, adapun keistimewaan dari Desa Borokanda
sebagai lokasi penelitian adalah pada kondisi dan tempat tinggal
masyarakat dan interaksi keagamaan yang berlaku terhadap masing-
masing desa. Di bagian Timur, Desa Borokanda berbatasan dengan Desa
Mbomba yang notabene hampir 99% penduduknya merupakan penganut
agama Kristen katolik yang dibuktikan dengan sensus penduduk. Selain
itu di Desa Borokanda ini sebagian besar orang tua tingkat pendidikannya
rendah ,walaupun tingkat pendidikan rendah tapi sebagian besar orang tua
sangat mengutamakan pendidikan agama pada anak mereka sejak dalam
usia dini.
10. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah “
subyek dari mana data di peroleh. 40 Data adalah segala keterangan,
39Tim Revisi Pedoman-pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram, Pedoman Penulisan
Skripsi, h. 49. 40 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , h.32.
36
(informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan
penelitian.Sedangkan sumber data merupakan subjek darimana data di
peroleh.41
Data di klasifikasikan maupun dianalisis untuk mempermudah
dalam menghadapi pemecahan permasalahannya. Dan mengingat
penelitian ini bukan hanya bersifat praktis tapi juga teoritis, maka sumber
data dalam penelitian ini adalah hasil penelitian lapangan dan
kepustakaan, yaitu :
a. Data Kepustakaan (Data Sekunder/Dokumentasi)
Data kepustakaan adalah data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau dari sumber-sumber lain yang tersedia dinamakan data
sekunder. Bahan-bahan sumber sekunder dapat berupa artikel-artikel,
buku-buku, majalah, surat kabar, dan pendapat para ahli, serta tulisan-
tulisan yang lain yang ada kaitannya dengan masalah yang di teliti.
Sumber data dari kepustakaan ini peneliti gunakan sebagai data
sekunder (pelengkap ) dari penelitian ini.
b. Data Lapangan (Data Primer)
Data lapangan adalah data yang di peroleh melalui tekhnik
wawancara dan observasi dari informan seperti dalam sebuah
keluarga khususnya orang tua dalam menanamkan nilai-nilai
keberagaman pada anak anak. Adapun tekhnik dalam penentuan
41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), h. 144.
37
subjek ini adalah Purposiv sampling yaitu tekhnik penetuan sample
dengan pertimbangan tertentu.42
c. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data diperlukan alat pengumpul data.
Alat untuk mengumpulkan data tersebut adalah metode. Data
diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam proses
pengumpulan data peneliti akanmenggunakan beberapa prosedur dan
tekhnik pengumpulan data sebagai berikut.
1) Metode Observasi
Metode observasi adalah “penelitian yang dilakukan
dengan cara pengamatan terhadap obyek, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung“.43
Dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan langsung
terhadap peristiwa yang terjadi di tempat penelitian (Desa
Borokanda). Hal-hal yang dapat peneliti amati disana antara lain:
Pengaruh kebeagaman orang tua terhadap pendidikan agama anak
,Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk mengetahui
gambaran tentang kejadian yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat desa Borokanda Pengaruh keberagamaan orang tua
terhadap pendidikan agama pada anak-anak.
2) Metode Wawancara (interview)
42 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D( Bandung: Alfabeta, 2011),
h.85. 43Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996)
h.42.
38
Metode interview sering juga disebut metode wawancara
atau komunikasi langsung dengan yang diwawancarai.Di mana
interview ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data-data
atau informasi dari individu yang diwawancarai. Dalam
metodologi research Sutrisno Hadi Mengatakan bahwa :
Instrument sebagai suatu proses tanya jawab lisan di mana dua
orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu dapat
melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri,
merupakan alat pengumpul informasi untuk berbagai jenis data
social, baik yang terpendam (latent) maupun yang manifens”44
3) Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historis),
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya seni,
yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain45. Metode ini
merupakan tekhnik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subyek penelitian, melainkan hanya mengambil
data-data dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
44 Hadi Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h.10. 45 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h.82.
39
Dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam
dokumen tidak hanya dokumen resmi saja melainkan dokumen
skunder juga. Disini dokumen dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu dokumen primer dan sekunder.Dalam hal ini peneliti hanya
menggunakan jenis dokumentasi primer. Dokumentasi primer
yakni dokumen yang ditulis oleh orang yang langsungmengalami
peristiwa. Dengan demikian dokumentasi jenis inilah yang
digunakan oleh peneliti dalam memperoleh suatu data dalam
penelitian ini.
11. Teknik Analisis Data
Sebelum data dianalisis perlu dilakukan tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Tahap analisas data
Dalam tahapan analisa data ini mencakup beberapa hal antara
lain yaitu: Pencekkan data, Kodifikasi data, Tabulasi data, Analisis
data.Setelah data terkumpul dan dilakukan tahap-tahap tersebut,
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
P =
Keterangan :
P = Besarnya Persantase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden.46
46 Hadi Sutrisno, Metodoelogi Research 1,( Yogyakarta: Andi Offest, 1998), h. 54.
40
12. Validitas Data
Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid
diperlukan tekhnik pemeriksaan, supaya diperoleh temuan-temuan dan
informasi yang absah dapat digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
a. Perpanjangan keikutsertaan b. Ketekunan dan pengamatan c. Triangulasi d. Pemeriksaan sejawatan e. Kecukupan referensi f. Pengecekan.47
Dalam menguji keabsahan data yang diperoleh dari suatu
penelitian, peneliti menggunakan tiga dari keenam poin di atas adalah
triangulasi, ketekunan dalam pengamatan dan kecukupan referensi.
a. Ketekunan dalam pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan adalah menemukan cirri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-
hal tersebut secara rinci. Dalam artian bahwa peneliti hendak
mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan tentang Peranan orang tua dalam memotivasikan
pengalaman keberagamaan anak di Desa Borokanda.
b. Kecukupan referensi
Kecukupan referensi adalah kelengkapan referensi yang
digunakan sebagai pendukung dalam penelitian baik berupa catatan
atau penemuan.Referensi yang digunakan adalah bahan dokumentasi,
47 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. h. 234.
41
catatan yang tersimpan, dengan referensi tersebut peneliti dapat
mengecek kembali data dan informasi yang dapat digunakan sebagai
pembanding hasil yang diperoleh dari kritik yang terkumpul.
c. Trigulasi
Triangulasi adalah pemeriksaan data, keabsahan data yang
dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang
paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya
sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua dari tiga triangulasi yang ada:
1) Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data di lakukan untuk mendapatkan
sejenis dari informasi atau sumber yang berbeda. Triangulasi data
yang peneliti lakukan dengan cara membandingkan data hasil
observasi dengan data wawancara.48
2) Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data yang ditunjuk untuk
memperoleh informasi yang serupa.Triangulasi metode yang
serupa dilakukan secara bersama dalam suatu kegiatan wawancara
dengan responden.49
48Ibid., h. 330. 49Ibid, h. 331.
42
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
D. Gambaran Umum Desa Borokanda
1. Sejarah Desa
Pada mulanya wilayah ini terdiri dari 10 wilayah kampung yaitu
Kampung Barai, Pu‟umbara, Pautora, Nio,I, Woropadha, Magengura,
Songga, Bomba, Watusipi, dan Woro ja yang dikepalai oleh Seorang
Kapitan yang bernama Kapitan Ambutua.
Dan pada tahun 1972 sepuluh wilayah kampung tersebut dijadikan
dua wilayah Administrasi Pemerintah gaya Baru yaitu Kampung
Bomba,Watusipi dan Woroja satu wilayah Desa yaitu Desa GheoGhoma
dan Barai, Pu,umbara, Pautora Nio,I , Woropadha, Magengura dan
Songga di jadikan satu wiayah Desa yaitu Desa Borokanda dibawah
wilayah Kecamatan Ende.
Dengan terbentuknya satu wilayah Desa terdiri dari beberapa
kampung yaitu Kampung Barai, Kampung Pu‟umbara , Kampung
Pautora, Kampung Nio‟I, Kampung Woropadha , Kampung Magengura,
dan Kampung Songga serta masing-masing kampung mempunyai Kepala
Suku atau Mosalaki.
Berdasarkan sebuah Komitmen bersama para Kepala Suku atau
Mosalaki dari masing – masing wilayah terebut akhirnya wilayah Desa
tersebut di beri nama Desa Borokanda dan beribukota Desanya di
Kampung Barai, nama Desa Borokanda itu sendiri diambil dari nama
43
leluhur suami dan istri yakni Boro ( Suami/Laki-laki) dan Kanda
(istri/Perempuan).
Beberapa Tahun kemudian yakni Tahun 1999 dengan melihat
wilayah pada saat itu sangat luas dan perkembangan penduduk makin
besar serta untuk melakukan pendekatan pelayanan kepada masyarakat
maka dimekar kembali menjadi dua wilayah Desa yakni Desa Borokanda
dan Desa Emburia dalam wilayah Kecamatan Ende dan pada Tahun 2007
dengan pemekaran Kecamatan Ende Selatan menjadi 4 Kecamatan yaitu
Kecamatan Ende Selatan , Kecamatan Ende Utara, Kecamatan Ende
Tengah dan Kecamatan Ende Timur maka pada saat ini Desa yang berada
diwilayah Kecamatan Ende yaitu Desa Borokanda, Desa Watusipi dan
Desa Gheoghoma bergabung dengan Kecamatan Ende Utara sampai saat
ini dan pada Tahun 2012 Desa Borokanda dimekarkan lagi menjadi dua
(2) Desa yakni Dusun Pu‟umbara Menjadi Desa Raterua sedangkan satu
(1) Desa yakni Dusun Pautora Menjadi Desa Embundoa yang tergabung
dalam wilayah Administrasi sama di Kecamatan Ende Utara.
Adapun nama Pejabat Tinggi/Kepala Desa sejak Desa Borokanda
berdiri adalah sebagai berikut:
44
Tabel 2.1 Nama kepala desa borokanda dari tahun berdirinya
Sampai saat ini50
No Nama Tahun Keterangan 1 Ambutua 1965-1972 Kapitan 2 Mahmud Gibe 1972-1979 Kepala Desa 3 M. Djae. HD 1979-1986 Kepala Desa 45 Ismail Anababa 1986-2003 Kepala Desa 6 Mustafar Haji 2003-2013 Kepala Desa 7 Muhammad Zamroni, SE 2013-2019 Kepala Desa saat ini
Data di atas merupakan data nama-nama kepala desa dari tahun
berdirinya Desa Borokanda pada tahun 1965 sampai saat ini.
2. Letak Geografis desa
Secara geogarafis letak desa Borokanda terletak dibagian utara
kota ende dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah utara dengan desa Watusipi
b. Sebelah selatan dengan Laut Sawu
c. Sebelah timur dengan desa Gheoghoma
d. Sebelah barat dengan desa Raterua.51
3. Visi dan Misi Desa Borokanda
“Pelayanan Prima Untuk Meningkatkaan Pembangunan
Partisipatif Menuju Masyarakat Yang Mandiri Sejahtera Dan
Berkeadilan”.Untuk mewujudkan visi dimaksud, maka telah dirumuskan
dua misi yakni:
50Dokumentasi Desa Borokanda Tahun 2017 51Dokumentasi Desa Borokanda
45
a. Meningkatkan Kualitas Pelayanan didesa yang dimaksudkan agar
mutu/kualitas pelayanan kepada masyarakat di desa semakin
meningkat seiiring dengan makin menguatnya tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan pemerintah yang profesional;
b. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan
dimaksudkan agar masyarakat (baik secara perorangan maupun
kelompok) terlibat secara aktif dalam pembangunan, serta lahirnya
kesadaran akan tanggung jawabnya dalam perencanaan, pelaksanaan
dan pemeliharaan (pelestarian) hasil-hasil pembangunan di wilayah
desa Borokanda.
4. Monografi Dan Demografi Desa Borokanda
Berdasarkan data monografi DesaBorokanda pada maret 2017
keseluruhan jumlah penduduk Desa Borokanda adalah 1436 jiwa yang
terdiri dari 658 laki-laki dan 778 perempuan. Sedangkan jumlah kepala
keluarga (KK) di desa Borokanda adalah 374 KK. Berikut tabel yang
menggambarkan kondisi tersebut
Table 2.2 Jumlah Penduduk Maret Tahun 2017
No Dusun RT/RW Penduduk awal
Bulan Maret Penambahan Pengurangan
Penduduk Akhir Bulan
KK L P Jmlh
KK Lhr Datang
KK MATI PINDAH
KK L P JMLH
L P L P L P L P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 BARAI WENA 1 01,02,03,04 115 167 214 381 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 115 167 214 381 2 BARAI WENA 2 05,06,07,08 109 159 209 368 0 0 0 3 1 0 0 0 0 0 105 159 209 368 3 BARAI WAWO 1 09,10,11,12 102 198 223 421 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 102 198 223 421 4 BARAI WAWO 2 13,14,15 47 131 130 261 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42 131 130 216
JUMLAH 373 655 776 1431 0 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Dari tabel jumlah penduduk diatas dapat di lihat jumlah penduduk di
Desa Borokanda secara keseluruhan berjumlah 1436 dari beberapa dusun di
46
Desa Borokanda dengan jumlah 655 laki-laki dan 776 perempuan
sedangkan jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Borokanda adalah 1431
KK.52
Masyarakat Desa Borokanda mayoritas beragama Islam. Berikut
Data pemeluk agama Desa Borokanda:
Tabel 2.3 Penduduk Menurut Agama Bulan: Maret 2017
No
Dusun Jumlah
Jiwa Islam Katholik Protestan Hindu Budha
Jumlah L P L P L P L P L P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 BARAI WENA 1 167 214 167 214 0 0 0 0 0 0 0 0 381 2 BARAI WENA 2 162 210 162 219 0 0 0 0 0 0 0 0 368 3 BARAI WAWO 1 198 223 198 223 2 4 0 0 0 0 0 0 421 4 BARAI WAWO 2 131 130 0 0 131 130 0 0 0 0 0 0 261 JUMLAH 658 778 658 778 131 130 0 0 0 0 00 1436
Dengan tabel diatas dapat peneliti ketahui bahwa sebagian besar
penduduk Borokanda bermayoritas Islam dengan jumlah penduduk yang
beragama Islam lebih banyak dari pada non muslim yang ada di Desa
Borokanda. 53 Adapun sarana dan prasaran ibadah yang ada di desa
borokanda adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Sarana Dan Prasarana Tempat Ibadah Yang Ada Di Desa Borokanda Adalah Sebagai Berikut:54
No Tempat Ibadah Keterangan 1 Masjid 1 2 Musholah 1 3 Gereja 1 Jumlah 3
52Dokumentasi Desa Borokanda Tahun 2017. 53Dokumen Desa Borokanda Tahun 2017. 54Ibid
47
Tabel diatas merupakan tabel sarana dan prasarana tempat ibadah
yang ada di Desa Borokanda dengan jumlah masjid yang terdiri dari satu
masjid yang terletak dipinggir jalan yang cukup besar dan Musholah yang
terdiri dari 1 mushola yang terletak di sebelah Sekolah Dasar, dan sebuah
gereja yang terletak di pemukiman masyarakat Borokanda yang Non
muslim yang bertempatan di Barai wawo.
Adapun sarana lembaga pendidikan di Desa Borokanda Kecamatan
Ende Utara Kabupaten Ende sebagai berikut:
Tabel 2.5 Sarana Lembaga Pendidikan di Desa Borokanda Kecamatan Ende
Utara Kabupaten Ende55
No Lembaga Pendidikan Keterangan 1 PAUD/TK 1 2 SD/MI 2 3 SMP/MTS 0 4 SMA/MA 0 5 PERGURUAN TINGGI 0 Jumlah 3
Dengan melihat tabel diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa
didesa Borokanda lembaga pendidikan yang ada masih sangat kurang ini
sangat memprihatikan karena sebagian besar masyarakat desa Borokanda
dulunya lebih memilih berkerja dari pada sekolah, dengan melihat
kurangnya fasilitas pendidikan yang ada di Desa Borokanda diatas dapat
peneliti menyimpulkan bahwa sangat jelas pendidikan orang tua di desa
Borokanda sangat Rendah karena minat belajarnya orang tua kurang.
55Dokumentasi Desa Borokanda Tahun 2017
48
Tabel 2.6 Lembaga kesehatan Desa Borokanda sebagai berikut:
No Lembaga Kesehatan Keterangan 1 Puskesdes 1 2 Posyandu 2 Jumlah 3
Tabel diatas merupakan tabel lembaga kesehatan yang ada di desa
Borokanda yang terdiri dari sebuah puskesdes dan Posyandu.
Tabel 2.7 Laporan Penduduk Desa Borokanda Menurut Mata Pencaharian
Keadaan Bulan Maret 201756
NO DUSUN Bertani Nelayan Kerajinan
usaha Dagang/P
apalele Industr Pns TNI/
Polri Pgwi Swsta
Buruh PensiunMengurus
RMH Tngga
Lain-LainSopirb /Ojek
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P 1 BARAI WENA 1 69 31 16 0 0 45 8 5 1 0 1 2 1 0 3 2 6 0 1 2 0 23 16 13 2 BERAI WENA 2 71 29 10 0 0 50 6 4 1 0 1 1 0 0 2 3 10 0 1 2 0 25 16 11 3 BERAI WAWO 1 84 18 14 0 0 53 12 5 0 0 2 1 0 0 2 1 14 0 3 0 0 20 15 19 4 BERAI WAWO 2 32 18 0 0 0 22 2 2 0 0 3 2 0 0 3 5 12 0 1 0 0 14 7 12 JUMLAH TOTAL 252 96 40 0 0 166 28 16 2 0 7 6 1 0 10 11 42 0 6 4 0 82 54 55
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian
masyarakat Desa Borokanda adalah bertani dengan jumlah penduduk yang
mata pencaharianya bertani lebih banyak dari pada mata pencaharian
lainnya.
56Dokumentasi Desa Borokanda Tahun 2017
49
Tabel 2.8 Pendidikan Orang Tua Desa Borokanda 57
No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Orang Tua Tamat S1 10 orang 2 Orang Tua Tamat SMA/MA 54 orang 3 Orang Tua Tamat SMP/ MTS 75 orang 4 Orang Tua Tamat SD/MI 96 orang 5 Orang tua tidak tamat
SMA,SMP,SD dan tidak sekolah >130 orang
Jumlah 365 orang
Dengan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan orang tua
di Desa Borokanda sangat rendah dapat kita lihat orang tua yang tidak
tamat sekolah dan tidak pernah sekolah sama sekali lebih menonjol dari
pada orang tua yang berpendidikan yang ada di Desa Borokanda, dari
informasi yang peneliti dapatkan dari ibu hartati selaku Ibu Rt di Barai
wawo beliau menyatakan “ bahwa dulunya masyarakat Barai lebih memilih
berkerja dari pada sekolah, mereka berlomba-lomba keluar negeri demi
memperbaiki kehidupan keluarganya, sampai saat ini ada anak-anak yang
orang tuanya yang berpendidikan rendah lebih memilih berkerja dan ada
sebagian orang tua yang pendidikan rendah sangat mendukung pendidikan
anaknya dengan terus memberi motivasi kepada anak mereka agar tidak
mengikuti jejak mereka yang miskin akan pendidikan umum maupun
pendidikan agama.
57Data Observasi, Desa Borokanda Tahun 2017
50
E. Peranan Orang Tua Dalam Memotivasi Pengalaman Keberagamaan
Anak Di Desa Borokanda Kabupaten Ende
Sebelum peneliti membahas peranan orang tua dalam memotivasi
pengalaman keberagamaan anak peneliti akan membahas tentang pengatahuan
dan tanggung jawab orang tua ( Ayah-Ibu) terhadap anak adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan dan Pemahaman Keagamaan Orang Tua
Mengenai pengetahuan dan pemahaman keberagamaan orang tua
pada umumnya sangat variasi antara satu keluarga dengan keluarga lain,
maka efek dari kehidupan keberagamaan orang tua pun sangat berbeda
terhadap perkembangan perilaku keberagamaan anak. Setelah peneliti
melakuakan observasi dan wawancara terhadap tokoh masyarakat yang ada
di Desa Borokanda yaitu: Bapak H. Lufri, Bapak sultan usman, dan ibu
halima menyatakan bahwa:
Bagi orang tua bukan hanya tahu melahirkan, melainkan ada tugas
yang terpenting bagi mereka adalah mendidik dan membimbing mereka
dalam banyak hal baik menyangkut aspek pendidikan intelektualnya,
keagamaan dan pendidikan sosial dan sebagainya. Lanjut beliau mengenai
aspek pendidikan keagamaan orang tua hendaknya memberikan contoh
atau keteladanan baik berupa perkataan dan perbuatan (perilaku) yang baik
karena anak-anak pada usia kecil cenderung lebih banyak meniru dan
51
mengikuti apa-apa yang dilakukan atau diperbuat oleh kedua orang
tuannya.58
Dalam hal pendidikan keagamaan, orang tua memiliki peran
penting. Menurut Hamza beliau menyatakan bahwa mendidikan anak-anak
bukan ketika ia sudah dilahirkan melain proses penganjaran dapat
ditanamkan bagi anak ketika masih dalam kandungan ibu.Misalkan
seorang ibu ketika masih hamil ia selalu membaca Al-qur‟an, melakukan
shalat wajib maupun shalat sunnah sangat memberi efek bagi anak selain
kecerdasan intektual juga memberi efek pada dimensi spritualitas anak.
Lanjutanya beliau menyatkan proses pengajaran demikian sangat relevasi
dengan ajaran Rasulullah yakni : ajarkan kepada anak-anak mu sejak ia
dalam kandungan sampai ke liang lahad”.59 Dalam kehidupan keluarga
Bapak Hamza peneliti dapat melihat apa yang dikatakan beliau sering
dilakukan oleh istrinya ketika hamil ibu wahyuni sering melakukan hal-
hal yang dikatakan bapak, lanjut beliau karena beliau ingin anak beliau
ketika lahir akan menjadi seorang anak yang taat akan agama dan
menyimpang dari ajaran agama Islam.60
Menurut Ibu Halima menyatakan pada usia kehamilan bagi
seorangibu harus memperhatikan berbagai makanan yang ingin
dikomsumsi. Karena makan yang bergizi sangat berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan danperkembangan bayi dalam kandungan. Dalam
58Wawancara dengan Bapak H. Lutfi kamis 27 April 2017 59Wawncara dengan Bapak Hamza, kamis 27 April 2017
60 Observasi, dengan keluarga Bapak Hamza
52
kaitan dengan seorang mengkonsumsi makanan dan minuman ketika
hamil, menurut Ibu Hamida dalam pernyataan ia mengharapkan bagi ibu-
ibu hamil agar memperhatikan kehalalan makanan dan minuman, karena
bagi beliau hal itu cukup memberikan efek terhadap calon bayi dalam
kandungan bayi. Lanjut beliau, bagi ibu hamil sangat dilarang
mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram yang secara normatif
sangat dilarang dalam agama, demikian juga dari segi medis atau
kesehatan.61
Sedangkan menyangkut pendidikan sosial bagi anak juga
tidakalah penting jua dengan kedua bentuk pendidikan di atas. Menurut
Ibu khadija beliau menyatakan bahwa secara natural setiap manusia lahir
membutuhkan orang lain terutama ibunya. Lanjut beliau sebagai makluk
sosial setiap orang yang hidup dalam sebuah komunitas ia akan
berinteraksi dengan orang lain dan tidak mungkin mau hidup sendirian
tanpa orang lain.62Sementara yang sedikit kurang tahu 33 % adalah orang
yang tinggkat pendidikannya atau pemahaman keagamaan dibawah standar
yakni tidak tamat SMA atau sederajat. Ini juga cukup mempengaruhi.
Sedangkan 33% menyatakan kurang tahu. Hal ini disebabkan
tingkat pendidikan yang rendah. Karena pendidikan sangat mempengaruhi
tingkat pemahaman terhadap agama. Faktor lainnya juga adalah tidak
ikhtiar untuk bertanya maupun berdiskusi dengan orang yang lebih tahu
dan faham tentang agama.
61Wawancara dengan Ibu Hamidha 62Wawancara dengan Ibu Khadijah
53
Pandangan lain yang dikemukakan oleh Bapak Sakir beliau
menyatakan anak-anak harus pula dibiasakan untuk mengikuti atau
melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya
membiasakan mereka untuk shalat bersama bilamana shalat dilakukan di
rumah, bahkan jika orang tuanya selalu shalat di Mesjid anak-anak
diikutkan bersama ke Mesjid. Lanjut beliau jika orang tua tidak sempat ke
Mesjid, maka kewajiban orang tua mengarahkannya untuk bersama-sama
dengan teman-teman sebaya menuju ke Masjid.63
Bapak Tahir menyatakan pendidikan melalui “pembiasaan” adalah
cukup efektif untuk mendidik dan membimbing anak-anak. Lanjut beliau
jika anak-anak usia yang masih kecil bila di ajarkan atau diarahkan ke hal-
hal yang baik ia akan merasa terbiasa dan dibawah terus sampai ia
menjelang dewasa.
Menurut Bapak pua menyatakan bahwa ada orang tua yang
memiliki pengetahuan keagamaan tentang tanggungjawab terhadap anak,
yakni guru dan tokoh masyarakat yang pendidikannya cukup baik yakni
ada yang tamat SI dan SMA atau sederajat. 64 Sedangkan yang sedikit
kurang tahu 33% adalah orang yang tinggkat pendidikannya atau
pemahaman keagamaan dibawah standar yakni tidak tamat SMA atau
sederajat.Ini juga cukup mempengaruhi.
Dalam hal pendidikan keagamaan, orang tua memiliki peran
penting. Menurut Hamza beliau menyatakan bahwa mendidikan anak-anak
63Wawancara dengan Bapak Sakir kamis 27 April 2017 64Wawancara dengan Bapak Pua jum‟at 28 April 2017.
54
bukan ketika ia sudah dilahirkan melain proses penganjaran dapat
ditanamkan bagi anak ketika masih dalam kandungan ibu.Misalkan
seorang ibu ketika masih hamil ia selalu membaca Al-qur‟an, melakukan
shalat wajib maupun shalat sunnah sangat memberi efek bagi anak selain
kecerdasan intektual juga memberi efek pada dimensi spritualitas anak.
Lanjutanya beliau menyatkan proses pengajaran demikian sangat relevasi
dengan ajaran Rasulullah yakni : ajarkan kepada anak-anak mu sejak ia
dalam kandungan sampai ke liang lahad.
Intelektul anak tergantungan pola hidup dan pola makan yang
dikonsumsi oleh seorang ibu pada saat usia kehamilannya.65 Pandangan
yang lain dikemukan oleh beliau menyatakan pada usia kehamilan bagi
seorang ibu harus memperhatikan berbagai makanan yang ingin
dikomsumsi. Karena makan yang bergizi sangat berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
Pemikiran yang lain dikemukakan bahwa kecerdasan intelektual bagi
seorang anak selain makanan dan minuman yang bergizi faktor lain yang
cukup berpengaruh adalah “ genetik” atau keturunan dari orang tua. Karena
dalam pandangan Islam di saran ketika mencari calon istri hendak jangan
terlalu dekat dengan keluraga tutur Muham Kasim.66 Dalam kaitan dengan
seorang mengkonsumsi makanan dan minuman ketika hamil , menurut Ibu
Hamida,dalam pernyataan ia mengharapkan bagi ibu-ibu hamil agar
memperhatikan kehalalan makanan dan minuman, karena bagi beliau hal
65Wawancara dengan Bapak moksen sabtu 29 April 2017. 66Wawancara dengan Bapak Muhammad kasim sabtu 29 April 2017.
55
itu cukup memberikan efek terhadap calon bayi dalam kandungan bayi.
Lanjut beliau , bagi ibu hamil sangat dilarang mengkonsumsi makanan
dan minuman yang haram yang secara normatif sangat dilarang dalam
agama, demikian juga dari segi medis atau kesehatan.
Sedangkan menyangkut pendidikan sosial bagi anak juga tidakalah
penting jua dengan kedua bentuk pendidikan di atas. Menurut Ibu khadija
beliau menyatakan bahwa secara natural setiap manusia lahir
membutuhkan orang lain terutama ibunya. Lanjut beliau sebagai makluk
sosial setiap orang yang hidup dalam sebuah komunitas ia akan
berinteraksi dengan orang lain dan tidak mungkin mau hidup sendirian
tanpa orang lain.67
Pandangan yang lain dikemukan oleh Abdullah, beliau menyatakan
bahwa pendidikan sosial bagi anak senantiasa diajarkan sejak kecil,
misalkan ketika ia bermain dengan teman-sebayanya yang perlu
disampaikan hal-hal yang bersentuhan dengan pendidikan sosial misalkan
ketika ada makanan yang dimakan harus dibagikan kepada teman tidak
boleh makan sendiri. Ketika bemain tidak boleh memukul teman-teman
kamu. Tidak boleh bekata-kata kotor kepada teman-teman kamu. Bila
teman-teman kamu sakit kamu harus kunjungi dan bahasa-bahasa pesan
lain yang mengandung aspek pendidikan sosial.
Sementara yang sedikit kurang tahu 33 % adalah orang yang
tinggkat pendidikannya atau pemahaman keagamaan dibawah standar
67Wawancara dengan Ibu khadijah sabtu 29 April 2017.
56
yakni tidak tamat SMA atau sederajat.Ini juga cukup mempengaruhi.
Seperti tabel yang tertera di bawah ini persenatse pengatahuan oarng tua.
Tabel 2.9 Frekuensi jawaban Responden tentang pengetahuan68
klasifikasi jawaban responden Frekuensi (F) Persentase (%) Tahu betul 20 67% Kurang tahu 10 33% Tidak tahu betul 0 0% Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas bahwa 67 % banyak orang tua yang tahu
betul dan memahami ajaran agama. Tentunya terkait tentang tugas dan
tanggungjawab terhadap perkembangan perilaku kebergamaan anaknya.
Karena itu, bagi setiap orang tua dituntut dalam aktifitas keseharian lebih
mengedepankan perilaku-perilaku yang bernuansa religius didalam rumah
tangga.
2. Tugas dan Tanggung jawab Sebagai Orang Tua Dalam Memberi Motivasi
Untuk Keagamaan Anak.
Keberadaan orang tua anak dalam kehidupan baik di lihat kondisi
hidup, kondisi ekonomi maupun dalam hal juga sangat berbeda antara satu
keluarga dengan keluarga lainnya.Menurut bapak pua menyatakan bahwa
“pekawinan adalah ikhtiar membangun kehidupan rumah tangga nyaman
dan penuh kasih sayang di dalam rumah tangga”. Bapak Hardi beliau
menyatakan “kondisi ini hendaknya selalu dijaga sepanjang hayat, agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan adalah “Perceraian”.
68 Hasil wawancara
57
Hal ini terjadi maka mengakibatkan pendidikan anak-anak akan
terbengkalai karena tidak ada perhatian bagi orang tua. Sedangakan
menurtu Bapak Said beliau juga menyatakanjika kondisi tdak kundusif
maka pendidikan anak juga mengalami hambatan atau kendala. Sedangkan
23 % responden menyatakan sering ribut/kadang-kadang.
Menurut bapak hamid menyatakan bahwa di dalam kehidupan
rumah tangga tidak selamanya tenang dan tidak pernahterjadi pertengkaran
adalah sesuatu yang mustahil. Menurut beliau benturan dalam kehidupan
rumah tangga adalah suatu hal yang wajar dan biasa yang senantiasa di
alami setiap orang berumah tangga.69
Pandangan lain yang dikemukakan oleh bapak zanos beliau
menyatakan bahwa benturan atau pertengkaran dalam rumah tangga bagi
beliau adalah fariasi hidup dan indahnya dalam rumah tangga bahkan
sebagai seni hidup dalam rumah tangga adalah “Pertengkaran”kecil-
kecilan. Hal itu jangan sampai berlanjut diujung-ujungnya adalah
“Perceraian” yang tidak kita harapkan bersama baik pihak keluarga laki-
laki maupun pihak keluarga perempuan.70Sementara jawaban responden
atau orang tua tidak ada.
69 Wawancara dengan Bapak hamid,sabtu 29 April 2017. 70Wawancara dengan Bapak Zanos, sabtu 29 April 2017.
58
Tabel 2.10 Pernyataan orang tua (Ibu dan Bapak) dalam
kehidupan rumah tangga
Pernyataan Frekuensi (F) Persentase (%) Nyaman dan harmonis 23 77% Sering ribut/kadang-kadang 7 23% Tidak pernah ribut 0 0% Jumlah 30 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kehidupan rumah tangga
yang nyaman, harmonis, penuh ketenangan dan kasih sayang dalam
keluarga 77 %.
a. Tugas Utama Ibu
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu-Ibu yang ada di Desa
Borokanda, ibu-ibu memahami posisi dirinya di rumah tangga dan ibu
bagi anak-anak.Menurut pandangan Ibu Hartin beliau menyatakan
secara alamiah tugas utama yang berbeda dengan suami adalah hamil
dan melahirkan.71 Lanjut Ibu Ratna untuk menjaga kehamilan ibu-ibu
diharapkan selalu menjaga kesehatan yang baik dengan memperhatikan
aspek kebersihan) menu makan yang baik (gizi) dan istirahat yang
cukup.72
Pandangan lain yang dikemukakan oleh Ibu Hartini beliau
menyatakan bahwa seorang ibu yang sedang hamil harus dijaga
kesehatan (lagi hamil muda sebagai seorang suami diharapkan
memberikan porsi ketenangan batin seorang ibu dengan memberikan
71Wawancara senin 01 April 2017. 72Wawancara senin 01 April 2017.
59
perhatian dan kasih sayang agar terhindar dari goncangan batin. 73
Lanjut beliau goncangan batin (stres) sangat berpengaruh sang bayi
dalam kandungan dan boleh jadi terjadi keguguran (kelahiran prematur)
lahir tidak pada waktu, maka dari itu seorang ibu harus benar-benar
menjaga kandungannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
oleh seorang orang tua.
Dengan demikian dapat disimpulkan “secara psikologi seorang
ibu dalam kondisi hamil banyak yang menjadi perhatian kita semua,
utamanya seorang suami (suaminya), sehingga pada saat melahirkan
kondisi ibuatau istri dalam keadaan sehat. Sedangkan yang kurang
paham 7 %. Menurut ibu mirnawati menyatakan bahwa yang kurang
paham faktornya lemah pengetahuan dan kurang mendapatkan
informasi itu di sebabkan pendidikan orang tua yang rendah.
Dari hasil wawancara diatas dapat peneliti menyimpulkan
bahwa peran ibu sangatlah penting dalam keluarga terutama untuk anak.
b. Tugas pokok seorang ayah untuk anak-anaknya
Tanggung jawab seorang bapak terhadap kehidupan rumah
tangga dan pendidikan bagi anak-anak. Kehadiran istri disisi suami
memberikan motivasi bagi suami untuk bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan dirinya, istri dan anak-anaknya.
Menurut bapak la‟u menyatakan bahwa sebagai suami yang
bertanggung jawab dituntut untuk lebih agresif mencari rezeki apapun
73Ibid
60
profesinya demi memenuhi keperluan hidup keluarga, istri dan anak-
anaknya.74 Sedangkan menurut bapak asbor sebagai seorang suami dan
seorang ayah bagi anak-anaknya apapun akan beliau lakakuan demi
memenuhi kebutuhan keluarganya walaupun pendidikan saya rendah
saya tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.75
Sedangkan 10% kurang melaksanakan tugasnya, Menurut bapak tahir
menyatakan seorang suami yang kurang melaksanakan tugasnya
sebagai seorang suami boleh jadi terjadi percecokan kehidupan rumah
tangga.76
Menurut pemaparan beliau menyatakan bahwa untuk
kenyamanan dan kebahagiaan rumah tangga salah satu faktor adalah
persoalan ekonomi. Maka, sebagai kepala keluarga saya bekerja dengan
sungguh-sungguh demi kelangsungan hidup keluarga dan membiayai
pendidikan anak-anak. Sementara yang tidak pernah nol persen.
c. Tanggung jawab Orang tua terhadap pendidikan anak.
Dalam pendidikan Islam tugas pokok bagi orang tua adalah
menjaga, membesarkan dan medidik menjadi anak yang shaleh dan
saleha. Pendidikan anak yang diberikan itu secara dini sebelum ia
dewasa. Untuk banyak hal yang harus diberikan kepada anaksebelum
dewasa. Dalam ilmu psikologi pendidikan banyak dijelaskan bahwa
masa anak menuju remaja adalah masa transisi yang penuh dengan
74Ibid 75Wawancara, selasa 02 mei 2017. 76Ibid
61
gejolak jiwa yang harus dikontrol dan memberikan perhatian lebih
dengan memberikan pendidikan keagamaan yang kuat dan mantap
sebagai modal spritual dalam menghadap berbagai persoalan hidup
yang cenderung hedoninisme dan materialistis yang jauh dari nilai-nilai
agama. Peranan orang tua dalam memotivasi anak dalam melakukan
pengalaman keagamaan adalah :
1) Memberi Keteladanan
Keteladanan sangat penting dalam pendidikan Islam.
Menurut Ibu linda menyatakan bahwa pilar utama keteladanan
yang harus diajarkan paling utama adalah dalam kehidupan rumah
tangga. Lanjut beliau pendidikan dalam keluarga menjadi tempat
anak-anak karena menerima berbagai pesan-pesan dari orang
tuanya dan anggota keluarga. Dengan kata segala perilaku
kehidupan orang tua menjadi cermin bagi tindak-tanduk kehidupan
anak.
Pandangan yang lain dikemukakan oleh Ibu Aminah
menyatakan bahwa perilaku kehidupan orang tua dalam rumah
teladan bagi anak-anak, untuk itu perkataan maupun perbuatan
orang tua penuh hati-hati, karena rekaman atau sifat meniru bagi
anak-anak sangat kuat dalam ingatannya.77
Menurut bapak Ahmad menyatakan bahwa pendidikan
yang pertama mendapat perhatian serius dari setiap orang adalah
77 Wawancara dengan ibu Aminah, senin 01 mei 2017.
62
pendidik keagamaan. Menurutnya pendidikan agama menjadi pilar
atau fondasi utama, karena melihat kondisi sekarang pergaulan
anak-anak banyak menyimpang dari ajaran agama. 78 Sedangkan
10% kurang penting. Menurut Ibu Zahra menyatakan kurangnnya
pengajaran agama ataupun kurangnya kepedulian orang tua
mendidik dan membimbing anak-anaknya karena kurang mengerti
tugas dan tanggung jawab orang tua yang tahu tentang ajaran
agama, Lanjut beliau jika orang tua kurang mengerti dan dibarengi
dengan kesibukan-kesibukannya seharusnya mendatangkan para
guru agama atau ustad-ustad untuk mendidik dan membimbing
anaknya dalam hal pengetahuan agama agar anak-anak tidak buta
dalam ilmu agama.79 Sedangkan yang tidak pernah tidak ada sama
sekali.
keteladanan yang diberikan dalam bentuk kongkrit dalam
perbuatannya adalah amat penting dalam kehidupan keluarga
Menurut Bapak Ramli menyatakan bahwa bentuk keteladanan yang
paling baik adalah yang dapat diterapkan misalnya seorang ibu atau
bapak menyuruh anak untuk melakukan shalat, mengaji, maka
orang tua melibatkan diri didalamnya sebagai bukti nyata
keteladanan orang tua. Lanjut beliau jika orang tua tidak
78 Wawancara dengan Bapak Ahmad, senin 01 mei 2017 79Wawancara dengan Ibu Zahra, selasa o2 mei 2017.
63
mempraktekkannya sesuatu yang tidak pas (tidak baik) dalam
pikiran anak maka akan timbul hal-hal yang tidak wajar. 80
Menurut Bapak Hasan bahwa seseorang menjadi teladan,
bahkan menjadi figur baik dalam kehidupan, baik sebagai seorang
bapak-Ibu di rumah maupun sebagai seorang ustad atau ustadzi
dalam masyarakat ia harus berperilaku yang menyenangkan dan
tidak bertentang apa yang dikatakan atau antara perkataan dan
perbuatan tidak bertentangan dengan realitas sosial.81
Dengan demikian, dipahami bahwa aspek keteladanan
dalam Islam sangat luas dan cukup penting dalam segala segi.
Sebagai individu maupun social tetap memperlihatkan bentuk-
bentuk keteladanan dalam hidup berupa tata karma hidup,
berpenampilan yang rapi,keteladanan dalam etika makan dan
minum dan sebagainya.
2) Pendidikan Kebiasaan Yang Baik
memberikan perhatian dan membiasakan diri anak
melakukan kegiatan-kegiatan yang bernuansakan keagamaan anak.
Menurut Bapak Ahmad menyatakan bahwa tidak banyak orang tua
membiasakan anak-anak melibatkan diri dalam kegiatan yang
bernuansa keagamaan. Lanjut beliau yang menjadi faktor
pemicunya adalah keterbatasan pengetahuan agama pada orang tua
ini disebabkan pendidikannya rendah.
80 Wawancara dengan Bapak Ramli, selasa 02 mei 2017. 81Ibid
64
Sedangkan yang kadang-kadang memberikan perhatian dan
membiasakan anak melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang
bernuansa keagamaan. Menurut Bapak Gun menyatakan bahwa
faktor penyebabnya keterbelakangan pendidikan (rendahnya
pendidikan). Lanjut beliau hendaknya membiasakan dengan
memberikan contoh atau keteladanan baik berupa perkataan dan
perbuatan (perilaku) yang baik karena anak-anak pada usia kecil
cenderung lebih banyak meniru dan mengikuti apa-apa yang
dilakukan atau diperbuat oleh kedua orang tuannya.82
Keagamaan, misalnya membiasakan mereka untuk shalat
bersama Pandangan lain yang dikemukakan oleh Bapak H. Mansur
beliau menyatakan anak-anak harus pula dibiasakan untuk
mengikuti atau melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan
bilamana shalat dilakukan di rumah, bahkan jika orang tuanya
selalu shalat di Mesjid anak-anak diikutkan bersama ke Mesjid.
Lanjut beliau jika orang tua tidak sempat ke Mesjid, maka
kewajiban orang tua mengarahkannya untuk bersama-sama dengan
teman-teman sebaya menuju ke Mesjid.
Sedangkan yang sedikit kurang tahu adalah orang yang
tinggkat pendidikannya atau pemahaman keagamaan dibawah
standar yakni tidak tamat SMA atau sederajat.Ini juga cukup
mempengaruhi.Tugas dan tanggungjawab sebagai orang tua dalam
82 Wawancara dengan Bapak Gun pada selasa 03 mei 2017.
65
memberi motivasi untuk kesadaran keagamaan anak karena anak
menyebabkan anak menjadi buta akan ilmu agama.
3) Memberi Nasehat
Memberikan nasehat yang baik dalam pendidikan Islam
diajarkan Dalam Islam. Dalam Al-Qur‟an Surat Lukman Allah telah
mengajarkan dalam kisah Lukman Al-Hakim ketika menasehati
anaknya. Kisah ini dapat kita jadikan dasar untuk memberikan
pendidikan kepada anak-anak bagi seorang muslim. Hal ini menjadi
kewajiban bagi orang tua (Ibu-Bapak). Akan tetapi banyak orang
tua belum maksimal melakukan atau mengaplikasikan dalam
kehidupan keluarga Muslim. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat
dari hasil wawancara:
memberikan nasehat kepada anak-anaknya. Menurut Bapak
Husen menyatakan bahwa bagi orang tua yang paham kewajibannya
sebagai orang tua, maka ia selalu memberikan nasehat-nasehat yang
baik upaya penanaman nilai-nilai Keislaman dasar, nasehat yang
diberikan itu sebagai modal dasar ketika menjelang dewasa.83
Sementara pandangan yang lain yang dikemukakan oleh
Bapak Musa beliau menyatakan bahwa untuk menguatkan aspek
keislaman seorang anak salah satunya adalah mendidik anak-anak
dengan nasehat. Nasehat yang beliau maksudkan adalah nasehat
yang penuh kelembutan dan kasih sayang bukan dengan kekerasan.
83 Wawancara dengan Bapak Husen pada selasa 03 mei 2017.
66
Sebagai orang tua jika melihat perilaku anak dalam kesehariannya
tidak mencerminkan aspek-aspek keislaman, maka kewajiban orang
tua untuk menasehatinya. Misalkan ketika pergi ke sekolah atau
paling tidak mengucapkan „Salam” atau perilaku lainnya seperti
selalu terlambat shalat subuh dan perilaku-perilaku lainnya.
Sedangkan kadang-kadang 67 %. Hal ini menurut Ibu Ummi
menyatakan bahwa kami sebagai ibu rumah tangga dan kebanyakan
lebih dekat dengan anak juga sangat perlu memberikan nasehat,
namun kadang-kadang kami memberikan kadang-kadang tidak.
Lanjut beliau ada anak yang telah diberikan nasehat, namun iya
tetap melakukan apa-apa yang pernah di nasehati tidak diikuti
sehingga membuat kami jengkel dan marah. Hal ini mengakibatkan
kami semakin malas untuk memberikan nasehat lagi.84
Selanjutnya ada pernyataan menarik yang dikemukakan oleh
Ibu Khadija beliau menyatakan bahwa ada anak yang memiliki sifat
penurut ketika diberikan nasehat, akan tetapi ada anak yang
dinasehati tidak mau mendengar dan mengikuti apa yang dinasehati
ibunya. Bila iya dinasehati bapaknya iya sangat patuh dan taat
terhadap apa yang dinasehati oleh bapaknya.85Sementara orang tua
yang tidak pernah memberikan keteladan kepada anak tidak ada.
d. Perilaku Orang Tua Terhadap Anak Yang Nakal, Melawan Dan Rewel
84 Wawancara dengan Ibu Umi pada rabu 04 mei 2017. 85 Wawancara dengan ibu Khadija pada jum‟at 06 mei 2017.
67
Setiap anak yang lahir membawa potensi yang baik (Fitrah)
namun ketika iya berinteraksi dengan lingkungannya maka iya akan
berubah. Perilaku awalnya kelihatan baik boleh jadi berubah menjadi
tidak baik karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dan setiap anak
atau individu memiliki karakter ada yang penurut dan ada yang nakal,
melawan, rewel. Perilaku anak yang nakal, melawan dan rewel
membuat orang tua memperlakukannya dengan kasar seperti memukul.
Dalam pendidikan Islam ganjaran yang diberikan kepada anak
dalam bentuk pukulan menjadi wacana menarik dikalangan ahli
pendidikan. Pada sisi tertentu anak diberi sangki dengan pukulan
sebagai proses untuk mendidik, pada sisi yang lain suatu tindak
pelecehan terhadap diri anak.
Berdasarkan jawaban responden perilaku orang tua terhadap
anak yang nakal, melawan dan rewel. Menurut pandangan yang
dikemukkan oleh Bapak Usman bahwa anak yang pada umumnya yang
melawan pada orang tua adalah anaklaki-laki beda dengan anak
perempuan jika ada sesuatu yang salah diberikan peringatan ia cepat
tanggap dan menerimanya dengan baik. 86
Pandangan yang relevan dengan di atas dikemukakan oleh
Bapak Lukman beliau menyatakan bahwa anak yang sering berontak,
malas bekerja bila disuruh baik yang berhubungan dengan soal ibadah,
belajar dan pekerjaan lain adalah anak laki-laki. Lanjut beliau dengan
86Wawncara, dengan Bapak Usman, Kamis, 06 mei 2017.
68
polos dan jujur beliau pernah memukul putra yang pertama disebabkan
karena lalai untuk melakukan shalat, bukan hanya shalat melainkan
juga persoalan dengan belajar.87
Pernyataan lain yang juga disampaikan oleh Ibu Zainab beliau
menyatakan ada sebagian ibu-ibu begitu sayang kepada anak-anak
sekalipun cukup nakal, melawan dan rewel ia hanya memberikan sangsi
kekerasan dalam bentuk cubitan. Perilaku ini kata beliau hanya sekedar
melepaskan kemarahan atau emosi dan cubitan bermaksud tidak
mencederakan diri anak, melainkan sebagai suatu proses penyadaran
terhadap diri anak.88
F. Hambatan Dan Solusi Orang Tua Dalam Memotivasi Anak Melakukan
Pengalaman Keberagamaan di Desa Borokanda Kabupaten Ende
Keutuhan dan keharmonisan keluarga sangat berperan terhadaap kehangatan
hubungan orang tua dan anak. Dari yang peneliti amati,Adapun berbagai pendapat
yang dapat peneliti temukan mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi oleh
orang tua untuk mendorong atau memotivasi anaknya dalam melaku kan
pengalaman keberagamaan, diantaranya :
1. Hambatan yang ada biasanya datang dari orang tua itu sendiri , karena
kurangnya pemahaman mengena ilmu agama dan bagaimana seharusnya
tugas dan tanggung jawab yang semestinya di berikan kepada anak karena
kesibukan yang merekaciptakan. Seperti misalnya orang tua yang terlalu
87Wawancara , dengan Bapak Lukman, Jum‟at 07 mei 2017.
69
sibuk untuk mencari nafkah bagi anaknya sehinga mereka tidak terlalu
memperhatikan bagaimana keseharian yang di lalui oleh anak tersebut,
selain itu tidak adanya pengawasan yang diberikan kepada anak misalnya
menitipkan anak kepada keluarga yang dipercayai bias untuk mengontrol
atau membimbing anak agar tidak kebablasan dalam bergaul apabila orang
tua tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berada dirumah.
2. Hambatan lainnya datang dari anak itu sendiri , dimana setiap anak
mempunyai cara fikir dan sifat yang berbeda. Utamanya pada anak laki-
laki, biasanya seorang anak laki-laki lebih berfikir terhadap emosionalnya
tanpa mengedepankan rasa solidaritas kepada keluarga. Seorang anak laki-
laki lebih susah untuk diatur dari pada anak perempuan Karena anak laki-
laki lebih senang untuk bebas bermain dan melakukan apa yang diinginkan,
selain itu mereka cenderung tidak suka di atur maupun diperintah oleh
siapapun. Lain halnya dengan anakperempuan, mereka biasanya memiliki
perasaan yang lembut walaupun sifatnya keras, namun apabila sesuatu
menyangkut orang tua anak perempuan lebih mudah untuk tersentuh.
Misalnya seorang anak perempuan akan lebih gampang apabila dinasihati
atau diperintah oleh ibunya karena seorang ibu akan menasihati anaknya
dengan menggunakan perasaan, berbeda dengan ayah. Seorang ayah lebih
mudah untuk menasihati anak laki-laki karena seorang ayah memiliki hak
sebagai kepala keluarga dan menggunkan sifat tegasnya dalam memerintah
anak apabila susah untuk diajak melakukan kebaikan.
70
Keutuhan dan keharmonisan keluarga sangat berperan terhadap
kehangatan hubungan orang tua dan anak.dari yang penulis amati, banyak
fenomena yang terjadi dalam dunia keluarga terutama hubungan orang tua dan
anak. tidak jarang ditemukan anak yang melawan orang tua ketika orang tua
menyuruh mereka untuk sholat ngaji anak-anak asyik bermain ketimbang
melakukan hal tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya pengawasan dari orang
tua yang sibuk berkerja.Perbedaan pendidikan dalam keluarga menghasilkan
pribadi yang berbeda-beda pada diri anak di lingkungan.Orang tua dengan
pemahaman liberalis cenderung membiarkan begitu saja pergaulan anak tanpa
diperhatikan secara intens.Sehingga anak-anak melawan orang tua dan tidak
peduli dengan masukan dari orang tua dan Banyak orang tua yang kurang
memahami ilmu agama membiarkan anak-anaknya bermain tanpa harus
menyuruh anak mereka mengaji dan sholat. Berbeda dengan keluarga dengan
pemahaman keagamaannya lebih dalam, mereka selalu membatasi waktu
bermain anak.
Dari beberapa pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa dalam
mendidik anak tidak semuanya berjalan mulus, hambatan-hambatan yang
ditemukan pun berbeda-beda dalam setiap keluarga. Tinggal bagaimana
sebagai orang tua menyikapi setiap hambatan yang dihadapi. Untuk Mengatasi
Hambata Orang Tua Dalam Memotivasi Pengalaman Keberagaman Anak Di
Desa Borokanda kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende adalah sebagai
berikut:
71
Setiap permasalah tentu saja harus ada solusi untuk memecahkannya.
Jika ada hambatan dalam proses pendidikan sebagai orang tua yang
menginginkan keberhasilan tidak mungkin membiarkan saja jika ada
hambatan yang menghalangi proses, pasti dicarikan solusi yang tepat untuk
mengatasi hambatan tersebut demi tercapainya tujuan yang diharapkan.
Beradasrkan hasil wawancara dengan masyarakat Barai sebagai berikut:
seperti yang diungkapkan oleh orang tua di Desab Borokanda
berdasarkan hasil observasi atau wawancara sebagai berikut:
“ Bapak Pua menyatakan saya sebagai orang tua pastinya ingin yang terbaik untuk anak, apasaja akan saya lakukan untuk kebaikan anak-anak saya agar tidak menyimpang dari ajaran agama islam, saya akan terus mendorong anak saya untuk melakukan ibadah walaupun ibadanya masih belum sempurna dan sebagai orang tua tentunya ingin yang tebaik untuk anak-anaknya maka dari itu saya menanamkan nilai-nilai agama kepada mereka sejak dini agar mereka akan terbiasa dengan apa saya berikan pada mereka. Begitu juga yang diungkapan oleh orang tua lainnya, seperti ungkapan
Bapak Husen:
“ Bapak Husen beliau menyatakan bahwa bagi orang tua yang paham kewajibannya sebagai orang tua, maka ia selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik upaya penanaman nilai-nilai Keislaman dasar, nasehat yang diberikan itu sebagai modal dasar ketika menjelang dewasa serta memberi dorongan kepada anak”. Berikut solusi yang peneliti temukan berdasarkan hasil wawancara dari
maasyarakat setempat mengenai hambatan yang mereka peroleh saat
memberikan pengalaman keberagamaan anak, yaitu :
1. Sebagai orang tua yang mengerti tentang tanggung jawab dan tugas dalam
mendidik anak tentu tidak akan membiarkan hal-hal buruk terjadi pada
72
anaknya. Sehingga untuk menanamkan pengalaman keberagamaan kepada
anak dilakukan sejak dini dan orang tua harus melakukan tindakan-
tindakan yang dapat mencontoh kearah yang baik, karena anak-anak usia
dini masih sangat rentan untuk meniru dan mengikuti hal-hal yang
dianggap baru, apa lagi jika itu berasal dari kedua orang tua mereka.
Anak-anak akan menganggap apa yang dilakukan oleh orang tuanya
sebagi pengajaran yang perlu untuk diikuti dan ditiru sehingga orang tua
dalam hal ini setidaknya lebih mengedepankan ilmu agama agar dapat
diikuti anak sejak dini.
2. Solusi yang diberikan oleh orang tua selanjutnya terhadap anak yang
apabila sudah menginjak usia yang tidak bias lagi meniru semua tingkah
orang tuanya yaitu biasanya anak yang sudah menginjak usia remaja.
Tentunya mereka akan mulai mencari jati diri mereka dengan lebih
melihat kepada lingkungan mereka. Dalam hal ini orang tua harus mulai
intensuntuk mengontrol keseharian yang dilakukan oleh anak-anak agar
tidak terjerumus ke lingkungan yang salah, bukan berarti apabila anak
sudah mulai menginjak usia remaja hingga dewasa orang tua lepas
terhadap tanggung jawabnya di dalam mendidik anak, justru pada masa-
masa inilah anak akan menginginkan perhatian orang tuanya apabila anak
itu mendapatkan masalah dan lain sebagainya. Walaupun anak-anak tidak
menyadari bahwa mereka tetap membutuhkan orang tua mereka untuk
selalu membimbing dan membantu mereka mencari jati diri mereka,
73
namun dalam hal ini dibutuhkan solidaritas antar keluarga agar tidak ada
anak yang melawan orang tua lagi.
Berdasarkan hasil penelitian dengan masyarakat di Desa
Borokanda banyak mengambil alternatif dari hambatan-hambatan yang
ditemukan salah satunya dengan memberi motivasi kepada anak mereka
dan mengikuti apa yang diminta anak agar anak menuruti apa yang
diperintah oleh orang tua, Sebagai orang tua tentu mengharapkan anak
yang berakhlak mulia, cara-cara yang diajarkan agama pun ditempuh
untuk keberagamaan anak, membiasakan anak mengikuti apa yang
dilakukan orang tua seperti ketika orang tua sholat, pengajian harus
melibatkan anak dalam hal itu agar anak tidak hanya bermain tetapi anak-
anak juga harus terbiasa dengan hal-hal yang berkaitan dengan islami.
74
BAB III
PEMBAHASAN
C. Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Pengalaman keberagamaan anak
di Desa Borokanda kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende
Peranan orang tua dalam memotivasi pengalaman keberagamaan anak
di Desa Borokanda Kecamatan Ende Utara Kabupaten Ende yang tingkat
pendidikan orang tuanya rendah terhadap prilaku anak yang dilakukan oleh
orang tua ketika berada di dalam rumah sedangkan ketika berada diluar
rumah anak cenderung mendapatkan pendidikan yang mereka dapatkan
melalui lingkungan masyarakat maupun lembaga pendidikan formal.Namun
demikian pantauan orang tua terhadap anak tidak terlepas begitu saja, anak
selalu diperhatikan ketika mereka selesai bermain atau melakukan aktivitas
lainnya sehingga pengawasan anak di luar rumah bisa terjaga.
Karena anak merupakan peniru ulung yang suka meniru apa yang
mereka lihat atau perkataan yang diucapkan oleh orang tuanya maupun
dilingkungannya sebab anak dalam usia dini dimana anak yang dalam masa
perkembangan akan mencoba dan melakukan sesuatu yang mereka lihat dan
mereka dengar, maka dari itu orang tua harus menciptakan keharmonisan dan
kedamaian dalam rumah tangga sebab dengan adanya kekacauan didalam
rumah tangga maka akan terpengaruh dengan hidup anak-anak terutama anak-
anak yang berada di usia dini.
Tindakan keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya
diperoleh dengan meniru, dalam hal ini orang tua memegang peranan penting
75
sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi
berupa teladan. Kemudian rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat
keagamaan pada anak.Oleh sebab itu perlu diberi pengertian dan penjelasan
pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya dalam hal ini
orang tua mempunyai peranan yang sangat penting.89
Begitu pula keberagamaan orang tua sangat berbeda dengan
perkembanga perilaku keberagamaan anak karena anak belum mengenal
agama secara keseluruhan, anak akan mengikuti apa yang dilakukan orang
tuanya dan akan meniru apa yang mereka dapatkan dari orang tua mereka,
maka dari itu orang tua harus benar-benar memahami ajaran agama tentunya
terkait dengan tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua kepada anaknya
oleh sebab itu orang tua dalam kesehariannya harus lebih mengedepankan
perilaku-perilaku yang bernuasa religius, agar anak-anaknya tidak terjerumus
dalam ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam. Begitupun sebaliknya jika
pendidikan keberagamaan orang tua rendahmaka akan sangat terpengaruh
dengan perkembangan anak, seperti yang ada diDesa Borokanda banyak
orang tua yang pendidikanya rendah anak mereka tidak ada pengawasan dari
orang tua maka akan timbul pemberontakan dalam diri anak untuk melawan
orang tua maupun keluarganya. Sebagai orang tua pengawasan terhadap
keseharian yang dilakukan oleh anak perlu diperhatikan secara intens agar
anak juga tidak melanggar batasan-batasan yang ada pada dirinya terutama
batasan dalam bermain dan bergaul dengan lingkungan tempat tinggalnya,
89Sururin , Ilmu Jiwa Agama, ( Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2004), h. 55.
76
selain pengajaran dalam hal sosiologis anak juga perlu diajarkan untuk
melakukan hal-hal yang berbaur Islami seperti mengajak anak dalam
menjalankan ibadah terutama sholat wajib di rumah maupun di masjid,
mengikut sertakan atau mendaftarkan anak untuk belajar mengajikepada
ustadz-ustadz yang ada di sekitar lingkungannya, serta membimbing anak
untuk melakukan hal-hal positif yang ada kaitannya dengan agama misalnya
mengucapkan salam sesama muslim apabila bertemu, mempererat silaturahim
dan lain sebagainya. Walaupun pada awalnya untuk anak yang masih
dikatakan di bawah umur tentu akan merasa berat melakukan semua hal
tersebut karena keinginan untuk bermain dan berkumpul bersama teman-
teman sebayanya masih tidak bisa dikontrol, namun dengan ajakan yang
halus, menarik dan memberikan pemahaman kepada anak terhadap apa yang
dikerjakan tentu akan membuat anak tersebut juga semakin tertarik untuk
melakukan hal-hal yang di anggap baru, apalagi perintah tersebut berasal dari
orang tua mereka sendiri.
Adapun yang dilakukan orang tua ketika mereka menyuruh anak
mereka untuk beribadahtetapi anak mereka suka melawan, maka orang tua
bertindak dengan memberi hukuman berupa ancaman untuk tidak memberi
apa yang diminta oleh anak serta dengan cubitan ditelinga seperti yang
dikatakan salah satu orang tua di Desa Borokanda bahwa yang dilakukan
mereka bukan untuk menghukum anaknya tapi sebagai orang tua yang
memberi didikan kepada anak agar anak mereka tidak terpengaruh dengan
77
pergaulan dilingkungan tapi anak harus ada batasan untuk bermain dengan
teman-teman mereka.
Dengan menyadari apa dan siapa hakikat anak itu sebenarnya,
diharapkan para orang tua, khususnya para orang tua muslim, dapat
menyadari pula akan kewajiban dan tanggung jawab mereka terhadap anak-
anak yang dilahirkan.
Adapun kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
adalah:
1. Merawat dengan penuh kasih sayang
2. Mendidik dengan baik dan benar
3. Memberikan nafkah yang halal dan baik
Ketiga kewajiban dan tanggung jawab tersebut hendaklah dilakukan
secara konsekuen oleh para orang tua muslim sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan dan mengamanatkan anak
kepada mereka. Selain itu, ketiga-tiganya harus dipandang sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Ketiga-tiganya dilaksanakan secara
bersamaan dan berkesinambungan, mulai sejak anak berada dalam kandungan
ibu sampai benar-benar dewasa menjadi manusia yang berpribadi muslim.90
Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak menjadi suatu
kewajiban yang harus mereka jalankan, sesuai dengan peran masing-masing
tentunya cara dan pola pikir kedua orang tua yaitu ayah dan ibu akan berbeda
satu dan yang lainnya sehingga perlu adanya kerjasama yang baik antara
90Nipan Abdullah Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2003), h. 27-28.
78
keduanya untuk bersama-sama membimbing dan mengarahkan anak di dalam
mengenal agama lebih luas. Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing adalah:
1. Tugas Utama Seorang Ibu
Ibu merupakan sumber kasih yang memberikan pendidikan ramah
tamah, kasih sayang kepada anaknya karena ibu yang melahirkan anak,
dan seorang ibu bertanggung jawab memberikan asih,mendidik, dan
memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada anak-anaknya. Oleh karena
itu dalam mendidik anak, ibu akan lebih mengedepankan sikap lemah
lembut dan penuh perhatian untuk masa depan buah hatinya. Seorang ibu
juga bertanggung jawab terhadap kewajibannya sebagai seorang istri,
tentunya dalam rumah tangga.
2. Tugas Pokok Seorang Ayah
Selain tugas utama seorang ayah di dalam menafkahi keluarga,
seorang ayah juga berkewajibanmenyediakan waktu luang terhadap anak-
anaknya setidaknya untuk mengontrol dan memantau keseharian mereka,
terutama di dalam agamanya.Sikap tegas yang dimiliki sebagai pemimpin
dalam keluarga membuat ayah lebih mudah untuk membatasi anaknya
melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat dan lebih membimbing untuk
melakukan hal-hal yang berkaidah baik untuk anak itu sendiri maupun
untuk keluarganya.
Orang tua pun berkewajiban untuk mengikat hati anak-anaknya
dengan keteladanan para sahabat Rasulullah generasi terdahulu yang
79
shalih, dan generasi yang mengikuti kebaikan mereka, sebagai pengamalan
dari firman Allah:
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, maka ikutilah mereka..” (QS. Al-An‟am : 90).91
Teladan yang paling baik untuk ditiru adalah suri tauladan
Rasulullah SAW.Sebagai orang tua yang menginginkan keberhasilan
dalam pendidikan anak sudah seharusnya menggunakan tuntunan baginda
Rasul dalam mendidik putra-putrinya.
D. Hambatan dan Solusi Orang Tua Dalam Memotivasi Anak Melakukan
Pengalaman Keberagamaan Di Desa Borokanda Kabupaten Ende
Keutuhan dan keharmonisan keluarga sangat berperan terhadap
kehangatan hubungan orang tua dan anak.dari yang penulis amati, banyak
fenomena yang terjadi dalam dunia keluarga terutama hubungan orang tua
dan anak. tidak jarang ditemukan anak yang melawan orang tua ketika orang
tua menyuruh mereka untuk sholat ngaji anak-anak asyik bermain ketimbang
melakukan hal tersebut. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya
kurangnya pengawasan dari orang tua yang sibuk berkerja, selain itu tidak ada
ketegasan yang diberikan terhadap anak karenaa takut akan perubahan mental
anak dan karena telah ditetapkannya UU perlindungan terhadap anak sehingga
orang tua tidak memiliki kebebasan untuk mengatur keseharian anak sesuai
dengan control yang dipegang sebagai orang tua. Perbedaan pendidikan dalam
91 Abdullah Nashih „Ulwan, TarbiyatulAulad fil Islam (Pendidikan anak dalam Islam),
(Solo: Insan kamil, 2012), h. 516.
80
keluarga menghasilkan pribadi yang berbeda-beda pada diri anak di
lingkungan.Orang tua dengan pemahaman liberalis cenderung membiarkan
begitu saja pergaulan anak tanpa diperhatikan secara intens.Sehingga anak
melawan orang tua dan tidak peduli dengan masukan dari orang tua dan
Banyak orang tua yang kurang memahami ilmu agama membiarkan anak-
anaknya bermain tanpa harus menyuruh anak mereka mengaji dan
sholat.Berbeda dengan keluarga dengan pemahaman keagamaannya lebih
dalam. Adapun Solusi Untuk Mengatasi Hambata Orang Tua Dalam
Memotivasi Pengalaman Keberagaman Anak Di Desa Borokanda kecamatan
Ende Utara Kabupaten Ende adalah sebagai berikut:
Setiap permasalahan selalu disertai dengan solusi untuk
memecahkannya. Jika ada hambatan dalam proses pendidikan sebagai orang
tua yang menginginkan keberhasilan tidak mungkin membiarkan saja jika ada
hambatan yang menghalangi proses, pasti dicarikan solusi yang tepat untuk
mengatasi hambatan tersebut demi tercapainya tujuan yang
diharapkan.Berdasarkan hasil penelitian keluarga di desa Borokanda yang
pendidikannya rendah banyak mengambil alternatif dari hambatan-hambatan
yang ditemukan salah satunya dengan memberi motivasi kepada anak mereka
dan mengikuti apa yang diminta anak agar anak menuruti apa yang diperintah
oleh orang tua. Sebagai orang tua tentu mengharapkan anak yang berakhlak
mulia, cara-cara yang diajarkan agama pun ditempuh untuk keberagamaan
anak, membiasakan anak mengikuti apa yang dilakukan orang tua seperti
ketika orang tua sholat, pengajian harus melibatkan anak dalam hal itu agar
81
anak tidak hanya bermain tetapi anak-anak juga harus terbiasa dengan hal-hal
yang berkaitan dengan Islami.
Cara mendidik anak dengan benar dan tepat mendidik anak sangat
berpengaruh pada keberhasilan mendidik anak, khususnya dalam membuat
pribadi anak yang saleh. Jika cara yang ditempuh tepat sasaran, niscaya akan
memberikan hasil yang memuaskan. Sebaliknya, jika cara yang ditempuh
kurang tepat, niscaya keberhasilannya pun kurang memuaskan.
Adapun cara-cara yang dianggap paling tepat dalam mendidik anak
secara praktis sangat beragam, antara orang tua yang satu dengan orang tua
yang lain bisa berbeda-beda dan tidak harus sama persis. Namun demikian,
berdasarkan pendekatan agama (Islam) secara umum dapat kita tarik
kesamaan antara lain:Pendekatan psikologis (kejiwaan) Memberi teladan yang
baik, Menciptkan lingkungan yang mendidik, Bersungguh-sungguh,
Istiqamah, Memberikan nafkah yang halal dan baik dan Mendoakan kebaikan
anak.
Demikian beberapa hal yang perlu disadari oleh orang tua dalam rangka
mendidik anaknya. Dengan menyadari kesemuaannya itu, diharapkan para
orang tua akan bertindak aktif dan mampu mengahadap dengan pendekatan
kejiwaan.
Kearifan perlu dinomorsatukan oleh parah orang tua muslim dalam
mendidik anak-anaknya. jangan memberikan doktrin-doktrin mati demi
memaksakan kehendak pribadi, para orang tua memang dituntut lapang dada,
memaafkan ketidak mengertian anak-anaknya, memohonkan ampunan atas
82
kesalahan mereka dan mengkondisikan musyawarah dengan mereka.Para
orang tua muslim tentunya menyadari akan posisinya sebagai orang tua yang
sekaligus sebagai pendidikan utama bagi anak-anak nya.92
92
ibid h. 124.
83
BAB IV
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang peneliti telah kemukakan pada uraian
sebelumnya yang menyangkut tentang peranan orang tua dalam memotivasi
pengalaman keberagamaan anak di Desa Borokanda Kecamatan Ende Utara
Kabupaten Ende. Maka selanjutnya peneliti menyimpulkan bahwa :
a. Peran orang tua untuk memberikan dorongan terhadap pengalaman
keberagamaan anak setidaknyaa ada tiga, diantaranya :
1. Memberikan keteladanan terhadap anak
Keteladanan utama berasal dari keluarga, spesifiknya orang tua.
Pemberian pemahaman yang baik hingga lingkungan yang mendukung
dari orang taua merupakan salah satu bentuk keteladanan yang
diberikan orang tua terhadap anaknya. Tingkah laku hingga prilaku
yang dilakukan oleh orang tua juga menjadi keteladanan bagi anak,
karena anak usia dini akan menjadi pengikut dalam setiap hal yang
dilakukan oleh orang2 yang ada disekitarnya.
2. Pendidikan kebiasaan yang baik
Setelah orang tua memmberikan keteladanan terhadap anaknya, maka
langkah selanjutnya yang ditempuh adalah dengan memberikan
fasilitas yang menunjang anak melakukan hal2 yang baik diantaranya
memberikan pendidikaan yang mempunyai ilmu agama didalamnya
84
karenaa sebagai orang tua tentu akan memperhatikan masa depan yang
baik bagi anaknya terutama dalam hal keberagamaan.
3. Memberi nasihat
Sebagai orang tua yang sadar akan tanggung jawabnya memiliki anak,
maka akan memberikan nasihat-nasihat yang berfaidah bagi anak
apabila ditemukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran yang telah
diberikan baik dari lingkungan keluarga maupun pada lingkungan
pendidikannya. karena walau bagaimanapun orang tualah yang lebih
mengetahui pribadi dari anak itu sendiri bukan orang lain ataupun
lingkungan. Sehingga dalam hal ini kesabaran yang ekstra harus
dimiliki orang tua untuk tetap menasihati anak walaupun anak tersebut
sangat sukar untuk mendengar apa yang dikatakan orang tua mereka.
b. Hambatan dan Solusi yang dihadapi Orang tua selama memberikan
motivasi untuk pengalaman keberagamaan anak dalm hal ini adalah :
1. Hambatan yang berasal dari orang tua itu sendiri dimana mereka juga
mempunyai kelemahan akan pengalaman keberagamaannya sehingga
sulit juga untuk memberikan penerapan kepada anak mengenai
pengalaman keberagamaan untuk mereka. Selain itu kesibukan yang
mereka ciptakan membuat control terhaadap anak-anak menjadi
longgar.
2. Hambatan yang berasal dari anak itu sendiri dimana prilaku anak yang
sudah menginjak usia remaja akan sulit untuk dinasihati kerena telah
terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.Solusi dalam pemecahan
85
terhadap hambatan yang dialami orang tua untuk memotivaasi anaknya
adalah :
1. Dengan menanamkan pengalaman keberagamaan di dalam keluarga
dimulai dari orang tua, agar anak-anak yang masih usia dini dapat
mengikutinya
2. Tetap mengontrol keseharian anak agar anak tidak keluar dari
lingkungan yang telah diciptakan didalm keluarga.
D. Saran-saran
1. Bagi setiap keluarga muslim diharapkan selalu membangun keharmonisan
dalam kehidupan rumah tangga. Aspek terpenting dalam keluarga adalah
membangun suasana religius, agar pengalaman keagamaan orang tua di
dalam lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh terhadap
perkembangan perilaku keberagamaan anak yang dapat dijadikan sebagai
modal spritual di kemudian hari ketika ia menjelang dewasa. Atau dalam
makna yang lain adalah diharapkan semua keluarga muslim berperilaku
semua perilaku keagamaan yang menyenangkan yang pada giliran akan
memberikan pengaruh yang baik dan menjadi pengalaman bagi anak.
dengan baik bagi anak ia tidak akan merasa tidak nyaman dan sejuk.
2. Bagi keluarga atau orang tua dalam banyak hal di tuntut untuk
memberikan harapan-harapan yang cerdas bagi anak. Untuk itu bagi
setiap keluarga muslim menyiapkan pendidikan mereka secara baik,
dengan memberikan perhatian ekstra terhadap pendidikan keagamaan,
memberikan perhatianpendidikan intelektual dan pendidikan sosialnya.
86
Ketiga bentuk perhatian di atas akan memberikan warna terhadap
pembentukan karakter dan pribadi yang baik, handal , militan dan berfikir
cerdas, sekaligus menjadi modal untuk membangun dirinya dalam
kehidupan selanjutnya ketika ia dewasa.
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105