Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PENGEMASAN
KLASIFIKASI DAN RE-DESAIN KEMASAN
KERIPIK JAHE MANGGALA JAYA
MOJOREJO - BATU
Oleh :
Kelompok 6
Dedy Bagus Prasetyo 0811030019
Deswanti 0811030022
Helmi Musyaffak 0911033043
Muvti Andi 0811030055
Saka Iman Grezico 0811030071
Soyanita Hernanda 0811033049
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini dunia perdagangan berada dalam suatu iklim persaingan yang
semakin ketat dan kompetitif. Setiap perusahan dituntut agar bisa menciptakan
sebuah produk yang mampu bersaing dengan produk yang lain apabila ingin
tetap bertahan dalam arus persaingan bisnis. Banyaknya pesaing baru yang
bermunculan dengan strategi pemasaran yang baru pula akan membuat
persaingan semakin ketat dan memanas. Pertarungan produk tidak lagi terbatas
pada keunggulan kualitas atau teknologi canggih semata, tetapi juga pada usaha
untuk mendapatkan nilai tambah kepada konsumen.
Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan
perdagangan yang semakin tajam adalah melalui desain kemasan. Daya tarik
suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan
“pemicu” karena ia langsung berhadapan dengan konsumen. Oleh karena itu,
kemasan harus dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon
positif, dalam hal ini membeli produk karena tujuan akhir dari pengemasan
adalah untuk menciptakan penjualan.
Kemasan adalah salah satu bidang dalam Desain Komunikasi Visual yang
mempunyai banyak tuntutan khusus karena fungsinya yang langsung
berhadapan dengan konsumen, antara lain tuntutan teknis, kreatif, komunikatif
dan pemasaran yang harus diwujudkan ke dalam bahasa visual. Sebagai seorang
desainer komunikasi visual, hal ini merupakan suatu tantangan karena selain
dituntut untuk dapat menyajikan sebuah (desain) kemasan yang estetis, kita juga
dituntut untuk memaksimalkan daya tarik kemasan untuk dapat menang dalam
pertarungan untuk menghadapi produk-produk pesaing. Tantangan yang lain
adalah klien tidak hanya mengharapkan peningkatan penjualan tetapi juga agar
konsumennya tetap setia menggunakan produknya.
1.2 Tujuan
Tujuan desain kemasan ini adalah untuk melindungi produk dari berbagai
timbulnya kerusakan seperti kuman, serangga dan yang lainnya. Selain itu juga
untuk nilai tambah terhadap terhadap produk. Sehingga produk lebih menarik
dan lebih disukai oleh konsumen.
3
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Kemasan dapat didefinisikan sebagai seluruh kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus atau kemasan suatu produk. Kemasan
meliputi tiga hal, yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Ada tiga alasan
utama untuk melakukan pembungkusan yaitu (Wirya, 2005) :
1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan. Kemasan
melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen.
Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.
2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan
identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah
pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara
perusahaan membedakan produknya.
3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba
perusahaan.Oleh karena itu perusahaan harus membuat kemasan
semenarik mungkin. Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan
dapat memikat dan menarik perhatian konsumen. Selain itu, kemasan
juga dapat mangurangi kemungkinan kerusakan barang dan kemudahan
dalam pengiriman.
Fungsi dasar kemasan secara garis besar terbagi menjadi 3 yaitu (Anwar,
2005) :
1. Sebagai media pelindung dari cuaca dan kotoran bagi produk yang
diwadahinya
2. Sebagai identitas/wajah dari produk yang terdapat didalamnya.
3. Sebagai Media Penjual, dimana packaging/ kemasan memliki kemampuan
membujuk konsumen.
Beberapa fungsi kemasan yang sangat perlu diperhatikan sebagai sebuah
pertimbangan dalam proses perencanaan dan desainnya. Beberapa fungsi lain
kemasan yaitu (Sumarwan, 2003) :
1. Fungsi Fisik Kemasan
Sebuah kemasan mempunyai fungsi yang paling dasar secara fisik sebagai
sebuah wadah dan pelindung dari produk yang ada di dalamnya. Sebagai sebuah
wadah dan pelindung, maka secara fisik, sebuah kemasan harus andal terhadap
benturan, tekanan, temperatur, air, debu, dan lain-lain. Tidak hanya andal bagi
produk di dalamnya, sebuah kemasan juga harus direncanakan dengan
mempertimbangkan penempatan dan penyimpanannya terutama dalam jumlah
4
banyak. Umumnya sebuah kemasan akan disimpan secara bertumpuk, sehingga
harus diperhitungkan barapa tumpukan maksimal yang aman dan sesuai untuk
sebuah jenis produk tertentu. Satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya untuk
direncanakan adalah kemudahan secara fisik saat pengepakan dan distribusinya.
Bahkan harus dipikirkan juga ketika produk tersebut sampai pada pengguna
(end-user). Faktor ergonomi cukup berperan dalam pengembangan desain
kemasan.
Sebagai upaya menjawab tuntutan fungsi fisik sebuah kemasan, keterlibatan
konsep desain kemasan mulai berjalan seiring dengan berbagai pertimbangan
teknis. Artinya, mau tak mau desainer harus mengenali material dan teknologi
pengemasan yang baik, sifat, jenis, karakter, dan kekuatan bahan kemasan
tersebut.
2. Fungsi Informasi Kemasan
Sebuah kemasan yang baik tidak hanya andal secara fisik, tetapi juga harus
memenuhi fungsinya untuk memberikan informasi kepada konsumen. Informasi
yang diberikan adalah segala sesuatu yang dipandang perlu untuk diketahui pada
tahap konsumen hendak membeli produknya. Umumnya sebuah kemasan akan
menuliskan dalam kemasan tersebut siapa konsumen yang tepat untuk jenis
produknya. Sebuah produk kadang hanya sesuai untuk kelompok umur tertentu
dan bahkan hanya diperuntukkan bagi pria atau wanita saja. Pada kemasan
konsumen juga akan mendapatkan informasi tentang bahan baku apa saja yang
digunakan dalam proses produksinya, termasuk bagaimana cara penggunaan
yang tepat sesuai dengan kelompok penggunanya. Saat ini konsumen sudah pasti
akan memperhatikan juga tanggal kadaluwarsa sebuah produk.
3. Fungsi Penjualan
Dalam persaingan bisnis, para pelaku yang terlibat di dalamnya berlomba
untuk memasarkan produknya agar konsumen berminat melihat dan
membelinya. Sebuah kemasan dalam kaitannya dengan fungsi penjualan,
ibaratnya adalah sebuah iklan yang mampu memancing atau membujuk
konsumen agar tertarik dengan produknya. Sebagai sebuah pembujuk maka
kemasan dituntut untuk tampil menarik secara visual di hadapan konsumen.
Estetika dan nilai bisnis dari sebuah kemasan menjadi perhatian utama para
produsen. Sehingga dengan kemasan yang baik dan indah dapat memberikan
nilai lebih terhadap suatu produk tertentu yang akan dipasarkan. Selain itu juga
dengan desain kemasan yang baik maka produk akan lebih mudah dikenal dan
disukai oleh konsumen. Sebagai alat penjual, kemasan adalah media pemikat
terakhir yang bisa memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. Kemasan
dalam kaitannya sebagai alat penjual adalah sebuah pembujuk yang tidak
5
tampak. Diam tapi menjual. Itu sebabnya desain kemasan secara visual juga
sangat perlu diperhatikan sebagai salah satu strategi bisnis.
Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa macam yaitu
(Winarno, 2002):
1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian
a. Kemasan sekali pakai (disposable), contoh: bungkus permen, bungkus
dari daun, kaleng hermetis, karton dus
b. Kemasan berulang kali (multi trip), contoh: botol minuman (limun, bir,
softdrink), kecap, saus.
c. Kemasan yang tidak dibuang/dikembalikan, contoh: berbagai jenis botol,
wadah dari kaleng (susu, biskuit) .
2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur kemasan (kontak produk dengan
kemasan)
a. Kemasan primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi / membungkus
produk. Contoh: kaleng susu, botol minuman, bungkus snack
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok kemasan lainnya. Contoh: karton jenang apel, karton wadah
susu kaleng
c. Kemasan tersier/kuartener, yaitu apabila masih diperlukan lagi kemasan
setelah primer, sekunder dan tersier (untuk kuartener). Umumnya
digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan
a. Kemasan fleksibel, yaitu bila bahan kemas mudah dilenturkan tanpa
retak/patah. Umumnya tipis, contoh: plastik, kertas, foil
b. Kemasan kaku, yaitu bila bahan kemas keras, kaku, tidak tahan lenturan,
patah bila dibengkokkan dan relatif tebal. Contoh: kayu, gelas & logam
c. Kemasan semi kaku / semi fleksibel, yaitu bahan kemas yg bersifat antara
fleksibel dan kaku. Contoh: botol plastik (susu, kecap, saus, air mineral)
dan wadah bahan berbentuk pasta.
4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan
a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas), yaitu bahan kemas yang tidak
dapat dilalui gas/uap air, bakteri, ragi, kapang dan debu. Contoh:
kaleng dan botol gelas. Biasanya wadah fleksibel tidakk selalu hermitis
b. Kemasan tahan cahaya, yaitu kemasan yang tidak transparan. Contoh:
logam, kertas, foil, botol/gelas keruh. Baik untuk produk mengandung
lemak, vitamin tinggi dan makanan fermentasi
c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk produk yang perlu
panas, sterilisasi dan pasteurisasi. Contoh: logam, gelas.
6
5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan)
a. Wadah siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap diisi dengan bentuk
yang sempurna sejak keluar dari pabrik kemasan. Contoh: botol,
kaleng, dsb
b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan, yaitu bahan kemas yang masih
perlu tahap perakitan sebelum pengisian. Contoh: kemasan dari
kertas, foil, plastik. Keuntungan dari kemasan ini yaitu hemat ruang,
bebas dibentuk
c. Untuk kemasan sosis dan permen saat ini dapat langsung dimakan,
kemasan disebut edipleks yg berasal dari pati.
Desain kemasan adalah konsep kreatif suatu kemasan yang merupakan
refleksi dari semua aspek pemasaran. Dalam desain kemasan dirumuskan konsep
kreatif ada dua pertanyaan yang paling mendasar yang harus dijawab kegiatan
internal perusahaan, karekteristik produk, proses pengemasan dan lain
sebagainya. Selain itu juga yang menyangkut kegiatan para pesaing para
distributor dan para konsumen yang merupakan sasaran akhir penjualan.
Didalam proses pembuatan sebuah desain kemasan (strategi kreatif) terdapat
beberapa faktor yang sangat vital didalamnya, sehingga sebuah kemasan dapat
dengan mudah menyampaikan pesan sesuai dengan fungsi dan nilai yang akan
disampaikan (Agung, 2004).
Desain kemasan yang baik, didalamnya mencakup bukan hanya bentuk,
bahan dan warna saja, tetapi yang lebih penting adalah nilai dari fungsi kemasan
itu sendiri, yaitu apakah bisa menjawab kebutuhan dari konsumennya. Desain
dapat disesuaikan dengan tujuan, penampilan dan kenikmatannya. Bentuk yang
baik dapat disesuaikan pada sasaran dan filosofinya, bahwa sasaran berbeda
menurut kebutuhan dan kepentingannya, serta upaya desain berorientasi untuk
mencapai hasil yang optimal dengan memperhatikan faktor performansi, faktor
fungsi, faktor produksi, faktor pemasaran, kepentingan produsen dan kualitas
bentuk (Arikunto, 2004).
Beberapa warna kemasan suatu produk yang berpengaruh terhadap
kesukaan di berbagai negara, antara lain (Arief, 2003) :
1. Warna merah sangat disukai di Itali, Singapura, Yugoslavia, Meksiko, dan
bagi orang Amerika merah adalah warna yang bersih, sedang bagi bangsa
Inggris, Chili, Guatemala, Belanda, Venezuela dan Swedia termasuk warna
yang kurang disukai.
2. Warna biru disukai di Inggris, dianggap warna maskulin di Swedia, tapi
feminin di Belanda.
3. Warna kuning dan emas disukai sekali oleh negara-negara di Asia seperti
Jepang, Malaysia, Filipina, Burma, Ceylon, Singapura dan Hongkong.
7
4. Warna hijau dianggap sebagai warna yang serasi dan sejuk oleh bangsa
Amerika, Iran, Irak, Sudan, Jordania, India, Pakistan, dan bagi bangsa Arab
malah dianggap sebagai warna suci yang kurang bijaksana untuk dipakai
sebagai warna kemas.
5. Warna hitam, hampir semua bangsa seperti Amerika, Afrika Selatan,
Tunisia, Afganistan, India, Saudi Arabia, Vietnam, Hongkong, Perancis,
Jerman, Denmark, dan Australia merasa kurang cocok, tetapi di Spanyol
malah banyak dipakai untuk kemasan makanan.
8
BAB III
DESAIN KEMASAN LAMA DAN BARU
3.1 Lokasi
Lokasi pengambilan produk ini dilakukan di Pusat Oleh-oleh yang terkenal
di Kota Malang yaitu di Usaha Kecil dan Menengah Bu Noer. Keripik jahe
Manggala Jaya yang diproduksi oleh nyonya Leni bekerja sama dengan UKM bu
Noer untuk memasarkan produknya Lokasi ini dipilih karena produk oleh-oleh
yang dijual lengkap dan merupakan salah satu tempat yang dipilih konsumen
untuk berbelanja oleh-oleh sebelum meninggalkan kota Malang.
3.2 Kemasan
3.2.1 Kemasan Keripik Jahe
Gambar 1. Tampak Depan
Gambar 2. Tampak Belakang
9
3.2.2 Hasil Desain Kemasan
Gambar 3. Tampak Depan
Gambar 4. Tampak Belakang
10
BAB IV
ANALISIS
4.1 Klasifikasi Kemasan Keripik Jahe Manggala Jaya Meliputi :
1. Berdasarkan Frekuensi Pemakaian
Kemasan yang digunakan pada produk keripik jahe manggala berjenis
kemasan sekali pakai (disposable) yakni kemasan yang langsung
dibuang setelah dipakai.
2. Klasifikasi kemasan berdasar system struktur kemas (kontak produk
dengan kemasan)
Kemasan yang digunakan pada produk ini berjenis sistem kemas
primer karena kemasan kontak langsung dengan produk pangan.
3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan
Kemasan yang digunakan pada produk ini berjenis kemasan fleksibel
karena plastik bersifat mudah dilenturkan.
4. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan)
Kemasan yang digunakan pada produk ini berjenis kemasan siap
pakai. Keuntungan penggunaan wadah siap pakai adalah
penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan ukuran.
4.2 Analisa Kemasan Keripik Jahe Lama dan Kemasan Baru
1. Faktor Pengamanan
Pada pengemasan produk keripik jahe mengunakan bahan plastik dimana
kemasan plastik ini menghindarkan produk dari kontaminasi dan lebih
fleksibel untuk dibawa berpegian.
2. Faktor Komunikasi
Pada Desain kemasan yang lama dilihat pada faktor komunikasi masih
sedikit informasi yang diberikan atau menggambarkan produk dalam
kemasan sehingga untuk desain yang baru ditawarkan kemanasan yang lebih
komunikatif terlihat pada kata-kata pada kemasan yaitu enak, manis dan
sehat serta tanpa bahan perasa, pewarna dan pengawet buatan merupakan
kata-kata yang dapat menggambarkan suatu kualitas produk didalamnya.
3. Faktor Estetika
Faktor Estetika berhubungan dengan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merk atau logo, ilustrasi, huruf
dan tata letak. Pada Desain kemasan lama masih banyak ruang kosong yang
seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam memberikan
estetika dalam kemasan. Selain itu ada kelemahan lain yaitu tidak adanya
informasi tanggal produksi selain itu juga kurang informasi kandungan nilai
gizi, juga tidak ada tanda halal dan BPPOM. Pada Desain kemasan baru
11
dibuat lebih baik dengan perpaduan warna oranye dan cokelat supaya
terlihat lebih indah dan menarik serta huruf dan tata letak yang tepat dan
kontras dalam pemilihan warna sehingga kemasan dapat menarik selain itu
tanda tanda pun tercantum di kemasan agar lebih dipercaya oleh konsumen.
4. Faktor Identitas
Secara Keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain,
memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan
produk-produk lain. Pada Desain kemasan lama mempunyai identitas atau
ciri khas yaitu gambar kelinci memakai kaos putih Manggala Jaya (MJ) dan
memakai celana panjang bintik-bintik dengan mengajungkan jempolnya.
Pada Desain kemasan baru identitas dari kemasan lama tidak ditinggalkan
atau diganti karena logo tersebut merupakan suatau identitas yang sudah
dikenal masyarakat akan tetapi pada desian baru ini gambar logo lebih
bewarna dan tulisan merek pun di cetak atau di tulis lebih besar agar lebih
muda untuk dikenal dan di baca
5. Faktor Promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal
ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan
dapat efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru. Faktor
komunikasi dengan faktor promosi sangat berhubungan satu sama lain jika
dalam kemasan menggambarkan komunikasi yang efektif dan bermanfaat
pada konsumen secara otomatis faktor promosi juga berpengaruh karena
semakin banyak konsumen tertarik dari gambaran produk sehingga faktor
promosi harus ditingkatkan untuk menarik lebih banyak lagi konsumen
Pada Desain kemasan baru lebih komunikatif terlihat pada kata-kata pada
kemasan yaitu enak, manis dan sehat serta tanpa bahan perasa, pewarna dan
pengawet buatan merupakan kata-kata yang dapat menggambarkan suatu
kualitas produk selain itu sudah ada tanda halal dan lisensi dari BPPOM yang
didalamnya ini juga termasuk dalam factor komunikasi karena secara tidak
langsung mempengaruhi pembelian konsumen.
6. Faktor Lingkungan
Masalah lingkungan tidak lepas dari pantauan kita, trend masyarakat kita
akhir-akhir ini adanya kekhawatiran adanya polusi, salah satunya
pembuangan sampah. Pada desain kemasan lama tidak menganjurkan untuk
membuang sampah pada produk atau tidak memperhatikan lingkungan
setelah dikonsumsi sedangkan pada desain kemasan yang baru sangat
memperhatikan lingungan yaitu adanya logo buang sampah pada kemasan
belakang produk sehingga dengan adanya logo tersebut dapat mengurangi
dampak lingkungan yang lebih serius.
12
4.3 Analisa Harga Kemasan Keripik Jahe Lama dan Kemasan Baru
1. Kemasan Keripik Jahe lama
Harga Jual Produk : Rp. 6.500,-/pcs
Rincian :
- Produk yang dikemas(Sealer) : Rp. 5.850,-
- Mika plastik ukuran 16 x 10 cm : Rp. 300,-
- Stiker Manggala Jaya: Rp. 300,-
- Kertas alas + kertas Berat Netto : Rp. 50,-
2. Kemasan Keripik Jahe Baru
Harga Jual Produk dengan desain kemasan lama : Rp. 6.500,-/pcs
Rincian :
- Produk yang dikemas(Sealer) : Rp. 5.8500,-
- Mika plastik ukuran 16 x 10 cm : Rp. 300,-
- Stiker Manggala Jaya ukuran A3: Rp. 3.500,-
(stiker cetak A3 jadi 10 lembar depan dan belakang @Rp.350,-)
- Total Harga Per Kemasan
Desain lama : Desain Baru
Rp. 650,- : Rp. 650,-
- Perbandingan harga Jual Produk
Harga Produk dengan Kemasan Lama : Harga Produk dengan Kemasan Baru
Rp. 6500 : Rp. 6500
Jadi Harga produk dengan desain kemasan baru tidak merubah harga jika
menggantikan desain kemasan produk yang lama sehingga desain produk baru
bisa diaplikasikan oleh UKM tersebut untuk perbaikan desain kemasan produk
yang nantinya dapat meningkatkan penerimaan konsumen dalam memutuskan
pembelian produk.
4.4 Pengukuran Umur Simpan
Pengukuran umur produk keripik jahe Manggala Jaya yaitu mengukur
kualitas dari produk menggunakan metode organoleptik meliputi rasa, warna,
aroma yang dilakukan oleh Pihak UKM Manggala Jaya. Untuk pengukurannya
13
yaitu dilakukan selama kurun per bulan apabila produk masih memenuhi syarat
yang ditentukan maka produk tersebut disimpan atau di uji kembali untuk bulan
kedepannya sampai bulan yang mana produk tersebut tidak memenuhi standart
atau expaired sehingga dari pengukuran ini dapat dijadikan acuan sebagai masa
simpan dari produk keripik jahe Manggala Jaya.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Desain kemasan merupakan kunci utama dalam menarik konsumen dan
memberi kesan keindahan dalam produk serta dapat mempengaruhi penjualan.
Pada kemasan ini mengunakan kemasan yang terbuat dari plastik dan
berkemasan ini berstruktur primer yang langsung bersentuhan dengan produk
digunakan sekali pakai saja dan kemasan ini siap untuk di rakit dan digunakan
ketika produk sudah jadi dan siap di kemas. Maka dalam desain kemasan faktor
penting yang harus diperhatikan adalah Klasifikasi kemasan faktor pengamanan,
faktor ekonomi, faktor komunikasi, faktor pendistribusian, faktor ergonomi,
faktor estetika, identitas, promosi dan faktor lingkungan. Pengukuran umur
produk diukur per bulan dengan menggunakan metode organoleptik meliputi
warna, rasa dan aroma. Produk keripik Jahe Manggala Jaya dengan desain
kemasan baru tidak merubah harga jika menggantikan desain kemasan produk
yang lama sehingga nanti bisa menjadi pertimbangan untuk merubah kemasan
yang baru.
5.2 Saran
Harapannya pihak yang bersangkutan dalam pembutan kemasan produk
dapat menerapkan faktor-faktor dalam desain kemasan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Agung. 2004. Pengaruh Perubahan Desain Kemasan Obat Sakit Kepala Paramex
Terhadap Perilaku Konsumen. Unikom. Bandung.
Anwar, R. 2005. Dampak Kemasan dan Suhu Penyimpanan terhadap Perubahan
Sifat Fisik dan Masa Simpan Brokoli Setelah Transportasi. Skripsi.
Departemen Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Arief. 2003. Memilih Warna Kemasan. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Arikunto. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Produk. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Sumarwan. 2003. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Winarno. 2002. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahan. Grasindo.
Indonesia.
Wirya. 2005. Kemasan Yang Menjual. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.