14
MANAJEMEN PERSEDIAAN “JUST IN TIME” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajerial Oleh : 1. Iqbal Dwi S (13.0102.0116) 2. Denitto Giantoro (13.0102.0117) 3. M Fairuzi Afiq (13.0102.0141) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG FAKULTAS EKONOMI

Just In Time

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen persediaan

Citation preview

MANAJEMEN PERSEDIAANJUST IN TIMEMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajerial

Oleh :1. Iqbal Dwi S(13.0102.0116)2. Denitto Giantoro(13.0102.0117)3. M Fairuzi Afiq (13.0102.0141)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANGFAKULTAS EKONOMIAKUNTANSI 2015

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahKemajuan teknologi yang sangat pesat, pada perusahaan manufaktur mengakibatkan berkurangnya pemakaian tenaga kerja langsung disatu sisi, namun disisi lain memerlukan pengeluaran investasi yang relative besar untuk menggunakan peralatan modern. Karena keterbatasan dana masih banyak perusahaan yang menggunakan prosedur yang tradisional untuk menghadapi kemajuan teknologi itu sendiri. Namun masyarakat di Negara maju seperti Jepang khususnya komunitas manufaktur mulai mengembangkan suatu system yang disebut Just In Time, dimana sistem ini dilatar belakangi oleh pemborosan- pemborosan tenaga kerja, ruangan dan waktu industri, yang terjadi dikarenakan adanya persediaan (inventory) sehingga biaya produksi menjadi lebih tinggi.Keunggulan suatu perusahaan terhadap para pesaingnya ditentukan oleh faktor-faktor yaitu waktu, mutu, biaya dan sumber daya manusia. Waktu merupakan salah satu faktor penentu unggulan daya saing. Jika suatu perusahaan ingin unggul dari faktor waktu maka perusahaan harus dapat melayani permintaan konsumen tepat waktu, mengeliminasi atau mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah, dan mengefisiensikan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep JIT.Operasi JIT merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas produksi, dengan memberikan komponen produksi yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat. Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.

BAB IIPEMBAHASAN2.1Tinajuan Pustaka2.1.1 Defenisi Just In Time (JIT)Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasipenting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaituberproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanyamemproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitasyang diminta.Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaansecara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan.Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Timeadalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatasdibutuhkan.2.1.2 Tujuan Strategis Just In Time (JIT)Tujuan dari adanya manajemen menggunakan dan mengembangkan konsep manajemenJust In Timedalam perusahaan dapat dirangkum atas beberapa aspek. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:1.Meningkatkan efisiensi proses produksiPeningkatan efisiensi dapat dilakukan terutama melalui pengurangan persediaan barang sehingga mengakibatkan pengurangan biaya persediaan, atau dengan kata lain meningkatkan perputaran modal. Biaya persediaan ini sangat tinggi, berkisar antara 20 persen40 persen dari harga barang pertahun. Efisiensi didapat juga dengan cara mendesain pabrik sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan aman.2.Meningkatkan daya kompetisiMeningkatnya efisiensi dalam proses produksi dengan sendirinya akan meningkatkan daya saing perusahaan. Hal ini dianggap salah satu tujuan yang paling penting, yaitu suatu tujuan strategis, karena peningkatan efisiensi berarti penurunan biaya dan ini memungkinkan perusahaan untuk tetap bertahan dalam persaingan pasar.3.Meningkatkan mutu barangKemitraan pembeli (perusahaan) penjual (penyedia bahan baku)yang dibina dan berlangsung dalam jangka panjang selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam hal mutu dan biaya barang. Mutu tinggi dari suku cadang atau komponen yang dipasok oleh pemasok pada gilirannya akan meningkatkan mutu barang yang diproduksi oleh perusahaan. Kemitraan penjual pembeli memungkinkan melakukan pengendalian mutu suku cadang atau komponen dengan lebih murah dan lebih handal.

4.Mengurangi pemborosanPengurangan pemborosan terutama dalam bentuk barang yang terbuang, karena pada hakekatnya pemborosan adalah biaya.Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan2. Meningkatkan mutu3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat)4. Memperbaiki kinerja pengiriman.

2.1.3 Kelemahan Just In Time (JIT)Satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.Perlu kita ketahui bahwa pengimplementasian konsep Just In Time (JIT) dalam perusahaan juga tidak mudah. Kegiatan produksi akan terhenti dan tenggang waktu pengiriman tidak terpenuhi apabila salah satu komponen bahan penting hilang atau ditemukan cacat. Sedangkan pemasok harus mampu menyerahkan bhan baku yang bebas dari cacat pada waktu dan jumlah yang tepat. Hal ini berarti perusahaan perlu mengandalkan pemasok yang betul-betul dapat diandalkan dan juga pemasok yang yang sanggup untuk memasok bahan baku dalam jumlah yang tepat sebelum proses produksi dilaksanakan.Oleh karena itu disamping konsep Just In Time (JIT)menghasilkan benefit yang tinggi karena aktifitas evesiensi biaya namun diiringi juga dengan risiko yang tinggi pula. Pilihan ini tentu saja harus membuat perusahaan berfikir lebih komprehensif sehingga perusahaan dapat mengantisipasi segala kemungkin untuk meminimalisir risiko.

2.1.4Filosofi JITKonsep Just In Ti me (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat dibutuhkan (When) oleh konsumen.Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.Ada 5 jenis pemborosan yang perlu diidentifikasi dalam Just In Time (JIT):a. Waktu pemrosesan : waktu aktual untuk menghasilkan suatu produk.b. Waktu pindah : waktu yang digunakan untuk memindahkan dari satu departemen ke depatemen yang lain.c. Waktu inspeksi : waktu yang digunakan untuk menentukan produk rusak atau mengerjakan ulang produk yang rusak tsbd. Waktu tunggu : waktu yang dihabiskan suatu produk karena menunggu untuk dikerjakan ketika sampai pada departemen berikutnyae. Waktu penyimpanan : waktu yang dibutuhkan suatu produk baik dalam gudang penyimpanan persedianan setengah jadi maupun setelah barang jadi sampai di gudang.

2.1.4Perbandingan Sistem Just In Time (JIT) dan TradisionalJITTRADISIONAL

1. Sistem tarikan2. Persediaan tidak signifikan3. Basis pemasok sedikit4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok5. Pemanufakturan berstruktur seluler6. Karyawan berkeahlian ganda7. Jasa terdesentralisasi8. Keterlibatan karyawan tinggi9. Gaya manajemen sebagai penyedia fasilitas10. Total quality control (TQC)1. Sistem dorongan2. Persediaan signifikan3. Basis pemasok banyak4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok5. Pemanufakturan berstruktur departemen6. Karyawan terspesialisasi7. Jasa tersentralisasi8. Keterlibatan karyawan rendah9. Gaya manajemen sebagai pemberi perintah 10.Acceptable quality level (AQL)

1. Sistem tarikan dibanding sistem doronganSistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikanKarena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau dengan kata lain dikurangi sampai tingkat minimum persediaan yaitu 0. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyakJIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah.Sedangkan systemtradisional menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendekJIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan.Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.5. Struktur seluler dibanding struktur departemenStruktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf U sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah.Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasiSystem JIT yang menggunakan system tarikan waktu bebas harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu.Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasiSystem tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi dalam struktur selulernya.8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendahDalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau memberi peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintahSystem tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapat diberdayakan, maka gaya manajemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.10. TQC dibanding AQLTQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.Sedangkan AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB IIIPENUTUP3.1KesimpulanJIT (Just In Time) merupakan suatu system yang dikembangkan atas dasar perbaikan dari kekurangan pada system tradisional. Dimana dalam langkah JIT (Just In Time) pemborosan yang terjadi dalam system tradisional berusaha untuk mengeliminasi pemborosan-pemborosan biaya yang timbul akibat banyaknya waktu yang digunakan dalam memproduksi suatu barang sehingga perusahaan dapat meningkatkan laba dan memperbaiki posisi persaingan perusahaan.3.2SaranPerbandingan System Tradisional dengan Sistem JIT (Just In Time) diketahui bahwa Sistem JIT (Just In Time)memiliki keunggulan dalam penghematan waktu dan biaya dalam memproduksi barang. Oleh karena itu Manajemen Perusahaan sebaiknya mengambil keputusan untuk menggunakan Sistem JIT (Just In Time) dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan.