34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkane efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. 1

K3 Apotik Proposal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesehatan Keselamatan Kerja IKM

Citation preview

Page 1: K3 Apotik Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkane efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Diantara sarana kesehatan, farmasi merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan farmasi mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan apotek menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring

1

Page 2: K3 Apotik Proposal

dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi farmasi, maka risiko yang dihadapi apoteker semakin meningkat.

Petugas apotek merupakan orang yang sering terpajan terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksisk, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang tinggi. Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja? hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk di apotek.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana tingkat kesehatan masyarakat pekerja di apotek?

b. Apakah terdapat gangguan kesehatan pada pekerja di apotek yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja?

c. Apakah ada perlindungan bagi pekerja di apotek didalam pekerjaannya

dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memantau faktor-faktor kesehatan lingkungan kerja di apotek.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap

penerimaan resep

2) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap peracikan

obat

3) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap

pengemasan obat

4) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap

penyerahan obat

5) Mengetahu faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap

pembayaran

2

Page 3: K3 Apotik Proposal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995)

Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat

kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua

jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang

disebabkan oleh kondisi pekerjaan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya

akibat faktor resiko yang merugikan kesehatan dan penempatan serta

pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan

kondisi fisiologis dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian

pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

Hal ini sejalan dengan paradigma baru dalam kesehatan yang sedang digalakkan

pemerintah Indonesia, khususnya untuk mencapai Indonesia Sehat 2010, dimana

kesehatan kerja merupakan salah satu program utamanya.

B. Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Lingkungan Kerja

Apotek

Apotek merupakan sarana kesehatan yang melaksanakan peracikan dan

penjualan obat obatan untuk berbagai macam jenis penyakit. Sehingga sangat

penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Kegiatan di apotek sepert

halnya bidang kesehatan lain mengandung potensi bahaya seperti kebakaran,

pencemaran, atau gangguan terhadap kesehatan. Karena itu, apotek harus dikelola

dengan mengindahkan syarat-syarat keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan

lingkungan yan berlaku dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan

lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu partisipasi seua pihak

termasuk pengusaha, karyawan, dan masyarakat luas selaku konsumen dengan

menciptakan budaya keselamatan, kesehatan, dan sadar lingkungan dalam setiap

operasi apotek.

Upaya K3 di lingkungan kerja apotek menyangkut tenaga kerja, cara/metode

kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi

peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas

3

Page 4: K3 Apotik Proposal

kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban

kerja dan lingkungan kerja.

C. Kesehatan Kerja di Apotik

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja

dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila

ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja

yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak

serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun

kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

1. Kapasitas kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum

memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%

masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%

kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak

memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang

optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada

sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang

mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya

mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan

kecelakaan kerja. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi

kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang

pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban

fisik, beban mental, maupun beban social. Akibat beban kerja yang terlalu berat

atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja

menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kesehatan kerja berusaha

mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan atau para pekerja denagn

merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.

Misalnya alat untuk membajak sawah diciptakan mesin pembajak, untuk

mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan komputer, dsb.

4

Page 5: K3 Apotik Proposal

2. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis

beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada

laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja

yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat

terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut

memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja

yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja

tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat

menimbulkan stres.

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi

kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),

Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational

Disease & Work Related Diseases).

Tujuan hal-hal tersebut sebagai berikut :

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat

pekerja di semua lapangan kerja setinggi- tingginya baik fisik, mental

maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam

pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-

factor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

5

Page 6: K3 Apotik Proposal

D. Identifikasi Masalah kesehatan dan Keselamatan Keselamatan Kerja di

Apotik

A. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang

paling ringan sampai kepada yang paling berat.

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu:

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari :

* Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

* Lingkungan kerja

* Proses kerja

* Sifat pekerjaan

* Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,

yang dapat terjadi antara lain karena :

* Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

* Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

* Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

* Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk

kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.

Akibat :

* Ringan: memar

* Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

Pencegahan :

* Pakai sepatu anti slip

* Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar

* Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak

6

Page 7: K3 Apotik Proposal

rata konstruksinya.

* Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat,

terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.

Akibat : cedera pada punggung.

Pencegahan :

* Beban jangan terlalu berat

* Jangan berdiri terlalu jauh dari beban

* Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah

tungkai bawah sambil berjongkok

* Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya Hal ini merupakan pekerjaan

sehari-hari di laboratorium

Akibat :

* Tertusuk jarum suntik

* Tertular virus AIDS, Hepatitis B.

Pencegahan :

* Gunakan alat suntik sekali pakai

* Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi

langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction

clip).

* Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup

4. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan

yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila

terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan

panas.

Akibat :

* Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan

kematian.

7

Page 8: K3 Apotik Proposal

* Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahan :

* Konstruksi bangunan yang tahan api

* Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar

* Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran

* Sistem tanda kebakaran

o Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan

segera

o Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis

* Jalan untuk menyelamatkan diri

* Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.

* Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

B. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Apotik

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang

spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu

agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan

hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan

sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain

debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab

terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).

Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja

(PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973),

Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah ?penyakit dengan penyebab

multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan

kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat

terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan

dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien);

faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik

pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi

(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil

8

Page 9: K3 Apotik Proposal

yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor

psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)

E. Faktor – Faktor Kesehatan Lingkungan Kerja di Apotik

Kesehatan lingkungan kerja membicarakan hal-hal yang menyangkut

faktor-faktor yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang merupakan

hazard kesehatan yaitu: faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi.

Faktor Fisik

Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja di apotik dapat berupa

kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting

diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja

dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif.

Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki

yaitu dalam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat, cair

dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena ada rangsangan pada

telinga oleh getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh 2 faktor yaitu

frekuensi dan intensitas suara.

Identifikasi kebisingan di tempat kerja. Kebisingan dapat muncul di

tempat kerja karena penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara

(seperti mesin-mesin produksi).

Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja adalah:

1. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh

mesin-mesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara

generator.

2. Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan

oleh mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus

melainkan terputus-putus, misalnya mesin gerenda.

9

Page 10: K3 Apotik Proposal

3. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin

atau peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan-

hentakan, misalnya mesin pres dan mesin tumbuk.

Pengaruh kebisingan

Pengaruh kebisingan terhadap karyawan dapat dibagi menjadi 2 golongan

yaitu:

a. pengaruh terhadap kenyamanan yaitu dapat menimbulkan gangguan

pembicaraan, gangguan konsentrasi berpikir serta dapat menimbulkan

stres.

b. pengaruh terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan tuli pada

telinga.

Fibrasi (Getaran Mekanik)

Identifikasi Fibrasi

Terdapat beberapa peralatan yang waktu digunakan menimbulkan

getaran, dimana getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada

alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya

disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang

digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor dan forklif.

Pengaruh fibrasi

Pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan adalah

1. Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa

tidak nyaman karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran

2. Menimbulkan kelelahan

3. Menimbulkan bahaya kesehatan,

10

Page 11: K3 Apotik Proposal

Temperatur Ekstrim

Suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan di tempat kerja yang

disebabkan karena suhu sangat rendah atau suhu sangat tinggi. Keadaan ini biasa

disebabkan karena iklim yang ada, juga dapat ditimbulkan karena dalam proses

produksi memerlukan temperatur ekstrim.

Temperatur rendah

Untuk mengidentifikasi adanya hazard temperatur dingin (rendah) dapat

ditemui pada karyawan yang bekerja pada pabrik freezer, pengepala daging,

fasilitas cold storage, dan pertanian di daerah kutub (northterm areas). Terdapat

kumpulan sinyal dari kulit dan core (kumpulan organ-organ dalam tubuh) yang

terintegrasi dengan porsi otak yaitu hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai

pengatur fungsi organ-organ tubuh termasuk temperatur tubuh dan bekerja seperti

termostat yang mengatur dan memelihara temperatur normal. Tetapi karena

terdapat pengaruh temperatur luar tubuh sangat dingin maka kerja hipotalamus

menjadi terganggu dan hal ini akan mempengaruhi tubuh, diantaranya:

- Hipotermia yaitu perasaan yang sangat dingin sampai menggigil dan

menyebabkan denyut jantung pelan dan kadang-kadang tidak teratur,

tekanan darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa

terjadi kolaps. Hal ini terjadi pada temperatur 2-100C, pengruh tersebut

juga tergantung dari keadaan individu yaitu: tergantung dari daya tahan

tubuh, keadaan fitness, umur dan budaya.

- Raynound’s phenomenon adalah keadaan pucat pada daerah jari.

Raynound’s phenomenon ini dikaitkan dengan jumlah penyakit

termasuk sistemik skleroderma, pulmonary hipertension, multiple

sklerosis yang juga disebut penyekit Raynound’s.

- Chilblains adalah kelainan pada bagian-bagian tubuh menjadi bengkak,

merah, panas, dan sakit yang diselingi dengan gatal-gatal.

- Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh

kelembaban yang dingin.

- Frostbite adalah akibat terpaapr temperatur yang sangat dingin dan

dapat menimbulkan gangren.

11

Page 12: K3 Apotik Proposal

Temperatur tinggi (Heat Stres)

Hazards temperatur tinggi (heat stres) dapat ditemukan pada operasi

perusahaan yang menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi,

misalnya pengecoran biji besi atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler, atau

peralatan-peralatan lainnya yang dalam operasinya memerlukan suhu tinggi.

Pengaruh heat stres terhadap tubuh adalah:

Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres

yang direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan

gangguan perasaan tidak nyaman sampai terjadi heat disorder.

Heat Cramps adalah gangguan yang disebabkan oleh karena terpapar

suhu yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya

temperatur tubuh, kekurangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan

kekurangan garam natrium dalam tubuh.

Heat Exhaution adalah terjadi oleh karena pengaruh cuaca yang sangat

panas, terutama bagi mereka yang tidak teraklimatisasi. Penderita

keluar keringat banyak, tetapi suhu badan dalam keadaan normal atau

subnormal, tekanan darak menurun, dan nadi lebih cepat, terasa lemah,

dan bisa terjadi pingsan.

Heat Stroke adalah terjadi karena terpapar panas yang sangat tinggi

dan dengan pekerjaan yang sangat berat dan belum teraklimatisasi.

Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas, vertigo,

tremor, dan konvulsi

Faktor Kimia

Petugas di Apotik yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-

obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan

dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling

karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif

terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah

dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi

(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik

12

Page 13: K3 Apotik Proposal

( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui

kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan

korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible

pada daerah yang terpapar.Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah

hazard kimia mempunyai permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan

perhatian khusus. Hal ini karena hazards kimia disamping jumlahnya yang beredar

di sektor industri sangat banyak, maka pengaruhnya terhadap kesehatan pun

sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan, luka, alergi

sampai menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi tertentu bahan kimia

yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.

- Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat

kerja terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang

digunakan sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya

(by-product). Informasi penting lainnya yng diperlukan dapat diperoleh

dari Material Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh

pabrik atau importir bahan kimia tersebut.

- Jenis kontaminan udara

Pembagian bahan kimia yang merupakan kontamina (pencemar) udara

dapat digolongkan menjadi:

1. Dust (Debu)

Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan,

penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap

material organik dan anorganik, seperti serbuk obat, batu, biji besi,

metal, batu bara, kayu, dan biji-bijian.

Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada

saluran pernapasan bagian atas.

Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada

saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 1-

3 mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli paru-paru. Debu

13

Page 14: K3 Apotik Proposal

yang berukuran kurang dari 0.1 mikrometer akan bergerak keluar

masuk alveoli.

2. Fumes (uap cair)

Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari kondensasi tahap gas,

umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan

diameter kurang dari 1.0 mikrometer. Pengelasan (welbing),

penyolderan yang tidak cukup panas dan pekerjaan lainnya akan

menghasilkan fumes.

3. Smoke (asap)

Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya

kurang dari 0.1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak

sempurna dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara dan

minyak. Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel

kering.

4. Gas

Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri,

melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan

normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan

tekana yang tinggi

5. Vaspors (uap)

Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam

keadaan normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah

proses dari sautu bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara

sekitarnya. Dengan mengetahui mengetahui bentuk dan ukuran-

ukuran bahan pencemaran udara adalah penting dalam program

kesehatan lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian

hazards) dan juga dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri

yang tepat.

14

Page 15: K3 Apotik Proposal

Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh

Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia,

yaitu melalui:

Saluran Pernapasan

Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung terhirup

melalui alat pernapasan. Bahan kimia yg masuk melalui paru- paru dapat

langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke

seluruh tubuh.

Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui

car absorpsi. Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut,

terserap pada lemak dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida

organopirospate. Bahan kimia yg tereabsorpsi melalui kulit tersebut dapat

menimbulkan kercunan secara sistemik.

Saluran pencernaan

Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan bahan

kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan, minum,

atau merokok ditempat kerja. Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci

tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat

pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran pencernaan

tersebut.

Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan

Setelah kita mengetahui jalan masuknya bahan kimia beracun dalam tubuh,

penting untuk mengetahui pengaruh yang berbeda- beda antar`jenisnya. Selain

itu, perlu diketahui bahwa masing- masing jenis bahan kimia beracun

mempunyai target organ yang berbeda pula.

Bahan kimia beracun berdasarkan efeknya terhadap kesehtan secara umum,

digolongkan menjadi:

15

Page 16: K3 Apotik Proposal

Iritan

Bahan kimia bersifat iritan adalah yang menyebabkan iritasi pada jaringan

tubuh yang terkena. Efek utama adalah menimbulkan peradangan oleh karena

kontak langsung. Iritan sekunder bisa mengakibatkan reaksi yang merugikan,

tetapi efek ini kecil dibandingkan efek sistemik pada keseluruhan.

Systemic poisons

Dalam membedakan bahan yang bersifat iritasi yang bisa menyebabkan

reaksi lokal pada daerah yang terkena, maka keracunan sistemik adalah

terserapnya bahan kimia oleh tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan pada

sistem fisiologis internal tubuh oleh karena aksi langsung/ tak langsung.

Asphyxiants

Bahan kimi ayang mempunyai sifat asfiksian adalah bahan kima yang dapat

menyebabkan kesulitan bernapas, sehinggga menimbulkan mati lemas,

misalnya nitrogen. Asfiksian dapat mencegah oksigen dalam darah,

menghalangi transportasi oksigen oleh darah ke jaringan tubuh atau mencegah

oksigenasi jaringan.

Sensitizers

Merupakan bahan kimia yang mempunyai aksi sensitif terhadap jaringan

tubuh yang dapat menyebabkan individu menjadi laergi. Akibat lain jika

kontak dengan kulit dapat menyebabkan keracunan.

Narcotics dan anasthetics

Bahan kimia yang bersifat narkotik dan anastetik dalam dosis rendah dapar

berinteraksi dengan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan perasaan

mengantuk. atau perasaan tidak sensitif (kebal). Dalam dosis tinggi akan

menyebabkan reaksi bawah sadar, lemas,koma, bahkan sampai meningggal.

16

Page 17: K3 Apotik Proposal

Fibrogenic dosis

Debu jenis ini bila terdeposit dalam jaringan dapat menyebabkan pengerasaN

pada jaringan tersebut.

Nuisance material

Merupakan bahan- bahan yang dapat menggangu kenyamanan pada tingkat

rendah dan itu menghasilkan efek toksik dan kadang- kadang tidak

dipedulikan sebagai bahan yang menggangu.

Faktor Biologi

Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur dan virus. Hazards

biologis yang berupa binatang dapat dikenali/ diidentifikasi dengan adanya

kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang

penyebar penyakit ( lalat, nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis2 bakteri,

jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifiikasi terutama bagi kesehatan. Hal

ini dapat dilakukan denga melakukan observasi terhadap karyawan2 yang sedang

menderita penyakit. Pengaruhnya terhadap karyawan adalah :

Binatang buas bukan merupakan hazards kesehatan, akan tetapi dapat

mengggangu keselamatan jiwa, misalnya karyawan penebang kayu ditengah hutan

mempunyai resiko terhadap ancaman binatnag buas. Sedangkan binatang seperti

nyamuk, lalat, dantikus dapat menyebabkan penyakit menular.

Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabakan penyakit menular, seperti

influenza, tbc, kolera, disentri,dsb.

Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat

menyebabkan stres :

1. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut hidup

mati seseorang. Untuk itu pekerja di lab. Kesehatan dituntut untuk

17

Page 18: K3 Apotik Proposal

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan

dan keramahtamahan

2. Pekerjaan pada unit2 tertentu yg sangat monoton.

3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau

sesama teman kerja

4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di nsektor formal

ataupun informal.

Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,

cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan

manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,

nyaman, dan tercapai efisiensi yg setinggi- tingginya. Pendekatan ergonomi

bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal

sebagai To fit the Job to the Man to the Job. Sebagian besar pekerja diperkantoran

atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang

ergonomis, misalnya tnaga operator peralatan, hal ini disebakna peralatan yan g

digunakan pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan

ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat

menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam

jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stres) dengan

keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Work

station design adalah bagaimana kita mendesain atau membuat suatu tempat kerja

menjadi nyaman dan tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah

bagaimana mengatur atau meletakkan peralatan kerja yang digunakan.

Workplace design adalah menyangkut masalah berapa kebutuhan minimal

ruangan yang diperlukan sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya

dengan cukup leluasa.

18

Page 19: K3 Apotik Proposal

F. Tinjauan Umum Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja

untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK)

untuk meningkatkan produktifitas kerja. Sesuai dengan istilahnya, alat pelindung

diri bukan sebagai alat pencegahan kecelakaan, namun berfungsi untuk

memperkecil tingkat cedera jika terjadi kecelakaan. Alat pelindung diri harus

memiliki kemampuan untuk melindungi pemakaianya dalam melaksanakan

pekerjaannya, yang berfungsi mengisolasi tubuh atau bagian tubuh dari bahaya

serta dapat memperkecil akibat / resiko.

Alat pelindung diri yang disediakan harus memenuhi syarat:

- Memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi

tenaga kerja / sesuai sumber yang ada.

- Tidak mudah rusak.

- Tidak mengganggu aktifitas si pemakai.

- Beratnya seringan mungkin, dan perasaan tidak nyaman yang diakibatkan

oleh pemakaian alat tersebut harus minim, sesuai dan efisien dalam

memberi perlindungan.

- Mudah diperoleh dipasaran dan tahan lama.

- Bagian-bagian penting yang harus sering diganti agar ada persediaan

- Tidak memberikan bahaya-bahaya tambahan (efek samping) baik oleh

karena bentuknya, konstruksi, dan bahan atau mungkin

penyalahgunaannya.

Penggunaan Alat Pelindung Diri

Jenis alat pelindung diri yang diperlukan:

1. Alat Pelindung Kepala

- Tutup kepala, untuk menjaga kebersihan kepala / rambut atau mencegah

rambut terlilit bagian mesin

- Tudung / topi, untuk melindungi kepala dari api, uap, korosif, debu,

kondisi iklim yang buruk.

19

Page 20: K3 Apotik Proposal

Tutup kepala, untuk menjaga kebersihan kepala / rambut. Biasanya terbuat

dari bahan yang mudah dicuci. Tudung / topi, terbuat dari kulit, wool, katun

bercampur alumunium, tidak boleh ada celah atau lubang.

2. Alat Pelindung muka dan hidung

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa sumber penyakit / bahaya

bukan hanya menimpa bagian luar tubuh tetapi dapat juga menimpa bagian

dalam yang datangnya melalui saluran pernapasan atau mulut.

- Respirator pemurni udara

a. Yang mengandung bahan kimia tertentu atau disebut topeng gas

dengan kanister yang sesuai, bahan kimia tertentu pula. Dalam

pemakaiannya kanister harus memperhatikan masa kadaluarsanya,

yaitu isi kanister, konsentrasi zat pencemar, aktifitas pemakaiannya.

b. Respirator dengan partum (cartridge) kimia. Dipakai menutup bagian

muka secara keseluruhan dengan satu atau dua cartridge tertentu.

c. Respirator dengan filter mekanik. banyak digunakan untuk

pencegahan terhadap debu.

d. Respirator yang dilengkapi dengan filter mekanik dan bahan kimia.

- Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Alat ini biasa

digunakan oleh para penyelam yang disebut Breathing apparatus.

- Respirator dilengkapi dengan supply oksigen murni.

3. Pakaian pelindung

Yang dimaksud pakaian pelindung ini adalah pakaian kerja yang

fungsinya melindungi badan. Pakaian kerja ini disesuaikan dengan situasi

serta jenis bahaya yang mengganggu di lingkungan kerja tersebut. Untuk

tenaga pekerja wanita disarankan memakai celana panjang, baju bagian

bawah dimasukkan ke celana, rambut tidak terurai dan jangan memakai

aksesoris.

Bahan pakaian kerja yang dapat berfungsi sebagai isolator terhadap panas

adalah dari wool atau bahan sintetik lainnya.sedangkan untuk bahan tahan

panas konveksi, terbuat dari bahan katun karena katun bersifat menyerap

keringat. 5

20

Page 21: K3 Apotik Proposal

Pada umumnya untuk tahan bahaya radiasi, pakaian kerja dilapisi dengan

timbal. pakaian ini biasanya berbentuk apron. terkadang ada pekerjaan

tertentu dalam waktu singkat, yang harus memakai pakaian pelindung agar

tenaga kerja terpapar sinar panas dapat seminimal mungkin

4 Alat pelindung tangan dan kaki.

Alat pelindung tangan dapat berupa handscoen, dimana alat ini akan

melindungi dari paparan bahan kimia (obat-obat). Hal ini dapat mencegah

efek toksik dan iritatif dari bahan bahan tersebut, baik ketika meracik obat

maupun pada saat pengepakan. Demikian pula pada kaki perlu di lindungi

dengan sendal ataupu sepatu. Hal ini juga akan melindungi apoteker dari

pajanan ataupun kecelakaan pada saat bekerja.

G. Proses Alur Kerja di Lingkungan Kerja Apotek

Apotek adalah suatu sistem pelayanan Farmasi dalam yang berada

dibawah pimpinan seorang apoteker yang kompeten dalam hal:

a. Penerimaan resep

b. Peracikan obat

c. Pengemasan obat

d. Menyalurkan, membagikan obat-obatan narkotika dan obat yang

diresepkan.

e. Pembayaran

21

Page 22: K3 Apotik Proposal

BAB III

METODOLOGI PEMANTAUAN

3.1 CARA PEMANTAUAN

Pemantauan faktor-faktor kesehatan lingkungan kerja ini dilakukan dengan

metode walk through survey dengan menggunakan check list dan kuisioner.

3.2 LOKASI

Lokasi survey pengaruh faktor kesehatan lingkungan kerja (hazard)

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja adalah Apotek Ibnu Sina jalan Urip

Sumohardjo Kota Makassar.

3.3 WAKTU

Waktu pelaksanaan yaitu 03 - 08 Februari 2014 dengan agenda sebagai

berikut :

No. Tanggal Kegiatan

1. 3 Februari 2014 - Melapor ke bagian K3 RSWS

- Pengarahan kegiatan

22

Apoteker

Penerimaan resep

Peracikan obat

Pengemasan obat

Penyerahan obat

Pembayaran

Page 23: K3 Apotik Proposal

2.

3.

4.

5.

6.

4 Februari 2014

5 Februari 2014

6 Februari 2014

7 Februari 2014

8 Februari 2014

- Pembuatan Proposal

- Presentasi Proposal

- Walk Thru Survey

- Walk Thru Survey

- Pembuatan laporan Walk Thru Survey

- Presentasi laporan Walk Thru Survey

3.4 BIAYA

Biaya yang digunakan pada pemantauan ini adalah swadaya.

3.5 PERALATAN YANG DIPERLUKAN

Adapun peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survei

(survei jalan sepintas) dalam rangka untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor

kesehatan lingkungan kerja ini dilakukan dengan metode walk through survey di

Apotek RS Ibnu Sina jalan Urip Sumohardjo Kota Makassar antara lain :

1. Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survei jalan sepintas

2. Kamera

Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan yang terjadi dan untuk

mengidentifikasi sumber bahaya selama survei jalan sepintas

3. Check List

Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survei

jalan sepintas yang dilakukan.

23