26
KEBAKARAN DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATUBARA

k3 makalah kebakaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

K3

Citation preview

Page 1: k3 makalah kebakaran

KEBAKARAN DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATUBARA

Page 2: k3 makalah kebakaran

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kemurahanNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “k”.

Dalam proses penulisan makalah kami mendapat banyak masukan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu memberi masukan dan telah memfasilitasi kami sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan, yang namanya tidak dapat kami sebutkan satu-persatu. Dan kami mengucapakan terimakasih kepada Ibu Anik TS selaku guru pembimbing mata kuliah K3 atas saran yang telah diberikan selama proses pembuatan makalah ini berlangsung.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman tentang masalah kebakaran yang sangat di perlukan masyarakat untuk mengetahui penyebab kebakaran yang sering terjadi di masyarakat sekitar dan mengetahui cara memadamkan api secara mendesak.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.

Depok, 03 November 2014

Penyusun

BAB I

Page 3: k3 makalah kebakaran

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat signifikan dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter, maupun sektor riil. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan pertambangan.

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Salah satu kecelakaan kerja yang sering terjadi pada sektor pertambangan adalah kebakaran. Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi  akibat tidak terkendalinya sumber energi. Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisi dan beberapa  syarat pencetusnya  terpenuhi, di antaranya adalah terdapat  bahan yang dapat terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya. Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan bertemu pencetusnya maka seketika akan  segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu sendiri penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya sekedar percikan bunga api.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Page 4: k3 makalah kebakaran

1) Apakah penyebab terjadinya kebakaran di industri pertambangan batubara ?

2) Mengapa kebakaran begitu rentan terjadi di dalam industri pertambangan batubara ?

3) Bagaimana teknik mencegah terjadinya kebakaran di industri pertambangan batubara ?

I.3 TUJUAN MAKALAH

BAB II

Page 5: k3 makalah kebakaran

LANDASAN TEORI

Batubara terbentuk dari tumbuhan purba yang berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Konsentrasi unsur karbon akan semakin banyak seiring dengan tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Adapun gas-gas yang terbentuk yaitu metana, karbon dioksida serta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan yang ada di sekitar lapisan batubara. Secara teoretis, jumlah gas metana yang terkumpul pada proses terbentuknya batubara bervolume 1 ton adalah 300m3. Kondisi terperangkapnya gas ini akan terus berlangsung sampai ketika lapisan batubara atau batuan di sekitarnya tersebut terbuka akibat pengaruh alam seperti longsoran, atau karena penggalian (penambangan).

Gas – gas yang muncul di tambang dalam terbagi menjadi gas berbahaya dan gas mudah nyala. Gas berbahaya adalah gas yang dapat mempengaruhi kesehatan bahkan sampai menyebabkan kondisi yang fatal pada seseorang, sedangkan gas mudah nyala adalah gas yang berpotensi menyebabkan kebakaran dan ledakan di dalam tambang.

Pada tambang dalam, gas berbahaya yang sering dijumpai adalah karbon monoksida (CO), sedangkan yang dapat muncul tapi jarang ditemui adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2).CO adalah gas tak berwarna, tak berasa, tak berbau, dan memiliki berat jenis sebesar 0.967. Pada udara biasa, konsentrasinya adalah 0 sampai dengan beberapa ppm, dan menyebar secara merata di udara. CO timbul akibat pembakaran tak sempurna, ledakan gas dan debu, swabakar (spontaneous combustion), kebakaran dalam tambang, peledakan (blasting), pembakaran internal pada mesin, dan lain-lain. Gas ini sangat beracun karena kekuatan ikatan CO terhadap hemoglobin adalah 240 – 300 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan hemoglobin. Selain beracun, gas ini sebenarnya juga memiliki sifat meledak, dengan kadar ambang ledakan adalah 13 – 72%.

Untuk gas mudah nyala pada tambang batubara, sebagian besar adalah gas metana (CH4). Metana adalah gas ringan dengan berat jenis 0.558, tidak berwarna,

Page 6: k3 makalah kebakaran

dan tidak berbau. Gas ini muncul secara alami di tambang batubara bawah tanah sebagai akibat terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh kegiatan penambangan. Dari segi keselamatan tambang, keberadaan metana harus selalu dikontrol terkait dengan sifatnya yang dapat meledak. Gas metana dapat terbakar dan meledak ketika kadarnya di udara sekitar 5 – 15%, dengan ledakan paling hebat pada saat konsentrasinya 9.5% dan ketika terdapat sumber api yang memicunya.

Ketika meledak di udara, gas metana akan mengalami pembakaran sempurna pada saat konsentrasinya antara 5% sampai dengan 9.5%, menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Jika volume udara pada saat itu konstan, maka suhu udara akan mencapai 22000C dengan tekanan 9 atm. Sebaliknya, bila tekanannya konstan maka suhunya hanya akan mencapai 18000C saja. Sedangkan angin ledakan yang timbul, biasanya berkecepatan sekitar 300m/detik. Dari keadaan ini dapatlah dipahami bila para korban ledakan gas metana biasanya tubuhnya akan hangus terbakar.

Jika ledakan terjadi ketika kadar gas metana lebih dari 9.5%, akan berlangsung pula pembakaran tidak sempurna yang menghasilkan karbon monoksida (CO), yang akan menyebar ke seluruh lorong penambangan mengikuti arah angin ventilasi. Bencana seperti ini akan berdampak lebih buruk bila dibandingkan dengan sekedar ledakan gas saja, karena munculnya bencana susulan berupa keracunan gas CO. Peristiwa ini pernah terjadi di tambang batubara Mitsui Miike di Jepang pada awal November 1963, dengan korban mencapai 458 orang. Dari jumlah itu, korban langsung akibat ledakan itu hanya beberapa puluh saja, sedangkan sisanya adalah akibat keracunan gas CO. Selain itu, tidak sedikit pula pekerja yang mengalami kerusakan jaringan otak sehingga mengalami gangguan fungsi saraf seumur hidupnya.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 7: k3 makalah kebakaran

3.1 Teknik Pencegahan Ledakan Di Tambang Batubara.

Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah, terutama dalam bentuk ledakan gas dan debu batubara, perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan pekerjaan pada tambang bawah tanah tersebut.

Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka pencegahan ledakan batubara ini adalah:

Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:o Gas-gas dan debu batubara yang mudah terbakar/meledak

o Karakteristik gas dan debu batubara

o Sumber pemicu kebakaran/ledakan

Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:

o Pengukuran konsentrasi gas dan debu batubara

o Pengontrolan sistem ventilasi tambang

o Pengaliran gas (gas drainage)

o Penggunaan alat ukur gas dan debu batubara yang handal

o Penyiraman air (sprinkling water)

o Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan

Teknik pencegahan ledakan tambang

o Penyiraman air (water sprinkling)

o Penaburan debu batu (rock dusting)

o Pemakaian alat-alat pencegahan standar.

Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:

o Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan

o Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan

Page 8: k3 makalah kebakaran

o Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan

Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:

o Pemisahan rute (jalur) ventilasi

o Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan penyelamatansecara tim.

Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas atau debu batubara tidak akan terjadi jika sistem ventilasi tambang batubara bawah tanah itu cukup baik.

3.2 Proses Ledakan dan Penyebarannya.

1. Sifat mekanik ledakanLedakan debu batubara menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam. Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat menimbulkan kerusakan yang fatal.

2. Tekanan dan kecepatan ledakanTekanan udara yang terjadi akan bervariasi tergantung pada karakteristik dan jumlah debu batubaranya. Tekanan itu biasanya ada antara 2 – 4 kg/cm2. Pada ledakan yang sangat kuat (high explosive), kecepatan ledakan dapat mencapai 1000 m/detik (jauh lebih tinggi dari kecepatan suara)

3. Kecepatan rambatan sulutan (deflagration)Kecepatan rambatan sulutan api akan semakin tinggi menuju ke lobang udara keluar,dimana pada titik ini kandungan gas methan dan debu batubara sangat rendah.

4. Temperatur ledakanLedakan debu batubara akan menyebabkan naiknya temperatur pada area ledakan, antara 1500 – 19000C. Tetapi temperatur pada kasus ledakan sedang dan rendah hanya akan berkisar antara 1200 – 13000C. Pada temperature ini terjadi pembakaran tidak sempurna dan hilangnya panas oleh serapan daerah sekitar ledakan.

5. Daerah sulutanBiasanya bila daerah yang dapat tersulut mencapai 6 – 7 kali luas daerah asalnya, selama daerah itu mengandung gas methan atau debu batubara.

Page 9: k3 makalah kebakaran

6. Reaksi ledakanLedakan batubara akan menyebabkan udara di sekitarnya menjadi dingin dan kadar oksigennya berkurang drastis. Setelah itu udara akan kembali mengalir dan mengisi ruang rendah oksigen tadi (udara balik). Jika di sana masih tersisa awan debu batubara akan terjadi ledakan ulangan.

7. Jalaran ledakanBila akumulasi debu batubara yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga debu batubara itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan debu batubara dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.Jika pada proses pertama itu terjadi ledakan disertai kebakaran, sisa debu batubara yang masih tertambat di atas lantai atau pada langit-langit dan dinding terowongan akan tertiup dan terangkat pula ke udara, lalu debu itu pun akan meledak. Demikianlah seterusnya, bahwa dalam tambang itu akan terjadi ledakan beruntun sampai habis semua debu batubara terakar. Ledakan itu akan menyambar ke mana-mana, sehingga dapat menjalari seluruh lokasi dalam tambang itu dan menimbulkan kerusakan yang sangat dahsyat.

3.3 Penyebab Terjadinya Ledakan di Tambang Batubara

Kecelakaan kerja pada tambang batubara bawah tanah berupa kebakaran dan ledakan disebabkan adanya gas methan (CH4). Gas methan dapat meledak pada konsentrasi antara 5 – 15% di udara sekitarnya pada tekanan normal. Sedangkan ledakan terbesar dan berbahaya akan terjadi pada konsentrasi 9,5%. Bila debu batubara, yang butirannya sangat halus, dengan konsentrasi 10,3 gram/m3 volume udara, beterbangan ke udara sekitarnya, membentuk awan debu batubara, dan jika pada saat bersamaan ada pijaran bunga api, maka akan terjadi ledakan debu batubara itu.

3.4 Pengendalian Manajemen Resiko Kebakaran Dalam K3

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang

Page 10: k3 makalah kebakaran

ekstrem,dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman,bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja.

Manajemen resiko pertambangan dimulai dengan melaksanakan identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart Operational Procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa,tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah dilakukan pengendalian resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau resiko.

Secara umum manfaat Manajemen Resiko pada perusahaan pertambangan adalah sebagai berikut :

1. Menimalkan kerugian yang lebih besar2. Meningkatkan kepercayaan pelanggan dan pemerintah kepada perusahaan

3. Meningkatkan kepercayaan karyawan kepada perusahaan

3.5 alat alat keselamatan wajib bagi pekerja tambang

Pekerja tambang bawah tanah memiliki tantangan dan resiko yang berbeda dibanding dengan mereka yang bekerja di permukaan.

Di tulisan ini dan itu sudah dibahas soal resiko keselamatan dan kesehatan para pekerja di terowongan. Akibat lingkungan kerja yang berbeda mereka pun perlu dilengkapi dengan alat-alat keselamatan yang berbeda.

Berikut adalah alat keselamatan yang melekat pada seorang pekerja tambang bawah tanah:

1. Helm

Fungsi helm pengaman sudah jelas, untuk melindungi kepala dari jatuhan batu atau benda lainnya. Helm yang digunakan di terowongan agak berbeda dengan yang dipermukaan. Helm pekerja tambang bawah tanah memiliki tepi yang lebih melebar dengan cantelan di bagian depan untuk mengaitkan lampu kepala.

Page 11: k3 makalah kebakaran

2. Lampu kepala

Malam dan siang hari di terowongan tak ada bedanya: sama-sama gelap. Itu sebab, lampu kepala jadi wajib dikenakan. Lampu ini bisa bertenaga aki (elemen basah) atau batere (elemen kering) yang digantung di pinggang. Dibanding batere, aki memiliki beberapa kelemahan. Selain ukuran dan bobot aki yang lebih berat, cairan asam sulfat yang bocor dapat merusak pakaian.

3. Kacamata keselamatan

Tidak hanya pekerja tambang bawah tanah, yang bekerja di permukaan pun sebenarnya wajib mengenakan alat pelindung ini. Untuk orang berkacamata minus atau plus, disediakan lensa khusus sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Yang pasti, lensa ini tidak boleh terbuat dari kaca, karena jika terjadi benturan dan lensa pecah, serpihan kaca malah akan membahayakan penggunanya.

4. Respirator

Respirator atau masker berguna untuk melindungi jalur pernapasan para pekerja. Respirator yang digunakan adalah respirator khusus, jadi tidak sekedar kain kasa putih yang biasa digunakan untuk menangkal influenza. Respirator ini mesti memiliki filter yang dapat diganti-ganti. Penggunaan filter harus disesuaikan dengan keadaaan, apakah untuk menangkal debu atau gas berbahaya.

5. Sabuk

Sabuk ini terutama digunakan sebagai cantelan berbagai alat keselamatan lain. Setidaknya ada dua alat yang melekat setia pada sabuk, aki/batere untuk lampu kepala dan self resquer. Sabuk juga dilengkapi kait di bagian belakang yang dapat digunakan untuk cantelan alat-alat tangan (kunci inggris, palu) atau senter.

6. Self resquer

Dalam kondisi darurat akibat kebakaran atau ditemukannya gas beracun, alat inilah yang dapat jadi penyelamat para pekerja. Alat ini dirancang dapat memasok oksigen secara mandiri kepada pekerja. Tidak lama memang, tapi ini diharapkan memberikan cukup waktu bagi pekerja untuk mencari jalan keluar atau mencapai tempat pengungsian yang lebih permanen.

7. Safety vest

Safety vest adalah nama lain untuk rompi keselamatan. Rompi ini diengkapi dengan iluminator, bahan yang dapat berpendar jika terkena cahaya. Bahan berpendar ini akan memudahkan dalam mengenali posisi pekerja ketika berada di kegelapan terowongan. Ini menjadi penting untuk menghindari tertabrak ketika mereka mesti bekerja dengan alat-alat berat.

8. Sepatu boot

Page 12: k3 makalah kebakaran

Dengan kondisi terowongan yang umumnya berlumpur, sepatu boot menjadi kebutuhan pokok. Sepatu pendek hanya akan menyebabkan kaki terbenam dalam lumpur. Sepatu boot ini juga mesti dilengkapi dengan sol berlapis logam dan lapisan logam untuk melindungi jari kaki.

9. Alat tambahan

Untuk pekerja yang melakukan tugas khusus, alat pelindung ini bisa bertambah. Untuk bekerja di ketinggian, pekerja memerlukan safety harness. Alat ini digunakan sebagai pelindung jatuh, agar ketika terpeleset, pekerja tetap tertahan dan tidak berdebam. Pekerja yang melakukan pengelasan, juga membutuhkan alat pelindung mata atau muka khusus.

Jadi bisa tergambar tantangan yang dihadapi pekerja di terowongan. Selain lingkungan kerja yang lebih menantang, mereka pun diharuskan menenteng berbagai alat keselamatan yang nampak ribet dan berat.

3.6 Sifat-sifat Ledakan Debu BatubaraPeristiwa ledakan debu batubara pada tambang batubara bawah tanah dapat terjadi jika ada tiga syarat berikut terpenuhi, yakni:1. Ada debu batubara yang beterbangan (awan debu batubara).2. Ada sambaran bunga api.3. Ada oksigen.Konsentrasi debu batubara yang dapat meledak tergantung:1. Kandungan zat terbang (volatile matter).2. Ukuran partikel (particle size).3. Kandungan air (water content).

BAB IV

PENUTUP

Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan pada jam kerja tambang dan pada wilayah pertambangan.

Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara

Page 13: k3 makalah kebakaran

mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Manajemen Resiko Pertambangan adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempat kerja guna mengurangi resiko bahaya seperti kebakaran, ledakan, tertimbun longsoran tanah, gas beracun, suhu yang ekstrem, dll. Jadi, manajemen resiko merupakan suatu alat yang bila digunakan secara benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di tempat kerja. Pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan manajemen perusahaan yang lain. Integrasi tersebut diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk mengelola K3 dengan menerapkan suatu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Daftar pustaka

Putra, Ekky. 2010. Alat-Alat Keselamatan Bagi Pekerja Tambang Bawah Tanah. http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/01/alat-alat-keselamatan-wajib-bagi.html

Putra, Ekky. 2010. Kebakaran dan Ledakan Tambang Batubara Bawah Tanah. http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/01/kebakaran-dan-ledakan-tambang-batubara.html

Pasita, Afis. 17 Oktober 2010. Ergonomi di Tempat Kerja Tambang Batubara. Majapahit Pos, hlm 5-6

Balai Diklat Tambang Bawah Tanah@ Copyright BDTBT 2004 Pusdiklat Teknologi Mineral & Batubara

Budiono S. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan. Semarang, 2005.

Page 14: k3 makalah kebakaran

Berita

Meledaknya Tambang Batu bara di Sawahlunto by siska maria eviline 0 comments

Perempuan berusia 29 tahun bernama Adrawita itu, terduduk lesu di depan mulut tambang batu bara Ngalau Cigak, Sawah Lunto, Sumatera Barat. Berkali-kali ucapan syukur terlafas dari bibirnya. Dia sangat beruntung, setidaknya sang suami Anhar yang merupakan salah satu korban ledakan tambang batu bara pertengahan Juni lalu itu, berhasil diselamatkan tim medis.

Adrawita menuturkan, selama ini, dia bersama suami bekerja sebagai pemungut batu bara dari satu KP (kuasa pertambangan) ke KP lainnya. ”Terpaksa kami melakukan ini. Harga karet (yang menjadi sumber penghidupan kami selama ini) sedang jatuh. Kalau tidak memungut batu bara, kami mau makan apa?” ujarnya.

Menurut dia, sebagai buruh tambang batu bara di CV Cipta Perdana, suaminya diupah sebesar

Page 15: k3 makalah kebakaran

Rp100ribu hingga Rp150 ribu per minggu. Dengan waktu kerja dari pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB, Anhar harus memungut sekitar dua gerobak penuh batu bara setiap harinya. "Biasanya, satu gerobak dihargai pembeli sebesar Rp20 ribu," katanya. Dia menuturkan, pekerjaan suaminya sebagai buruh tambang jauh lebih baik ketimbang menyadap karet. ”Kalau menyadap karet, kami hanya diupah Rp12 ribu per hari. Itu enggak cukup,” paparnya.

Kondisi Adrawita mungkin tidak jauh berbeda dengan beberapa penambang rakyat lainnya di daerah Sawah Lunto. Menjadi buruh tambang, dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang ala kadarnya, hingga akhirnya ledakan pun terjadi pada 16 Juni 2009, pukul 10.00 WIB. Ledakan yang memakan 33 korban tewas itu ditengarai akibat akumulasi konsentrasi gas metana yang terdapat di dalam tambang.

Menurut Walikota Sawah Lunto, Amran Nur, Sawahlunto merupakan salah satu kota pertambangan tersohor sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan PNTBO (Perusahaan Negara Tambang batubara Ombilin) yang dulu beroperasi di area tersebut, sempat berjaya sebelum akhirnya diakuisisi oleh PT Bukit Asam Tbk.

Menurut Amran, sejak otonomi daerah diberlakukan keran kebebasan untuk mengelola tambang terbuka luas. Kondisi inilah yang menurut dia menjadi penyebab banyak pebisnis (hingga masyarakat biasa) berlomba-lomba untuk mendapatkan ijin kuasa pertambangan (KP). Dia menjelaskan era otonomi daerah, membuat kewenangan ijin KP sepenuhnya ada di pemerintah kota dan kabupaten. Sehingga, tidak mengherankan bila pengusaha yang punya hubungan dekat ataupun saudara kepala daerah sangat gampang mengantongi KP.

Amran juga menegaskan bahwa tambang batubara yang meledak tersebut, tidak termasuk dalam kategori tambang liar. ”Tambang itu memiliki KP, atas nama PT Dasrat Jaya,” ungkapnya. Dalam perjalanannya, PT Dasrat Jaya kemudian mensubsitusikan kegiatan tambangnya ke CV Cipta Perdana.

Masih menurut dia, terdapat sekitar 250 orang yang nekat bekerja sebagai buruh tambang di KP tersebut. ”Kenapa saya katakan nekat? Ya karena mereka bekerja di sana hanya untuk memenuhi kebutuhan perut. Mereka tidak pernah berpikir mengenai keselamatan kerja selama menambang,” katanya lagi.

Lokasi tambang batubara Bukit Bual sendiri terletak persis di tapal batas Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Di sana terdapat sekitar 1.000 buruh tambang, yang rata-rata bekerja menjadi pengumpul batu bara. Setidaknya 900 orang warga Sawahlunto bekerja sebagai penambang pada 13 lokasi KP. ”Dari jumlah itu, sekitar 100 di antaranya bekerja sebagai pemulung batu bara yang memungguti batu bara yang tercecer,” katanya.

Kejadian tersebut diakui Amran sebagai preseden buruk bagi pertambangan di daerahnya. Betapa tidak, ledakan yang mencapai kedalaman 400 meter tersebut, menghancurkan mesin penambang hingga ke rumah peristirahatan penambang. Menurut Amran, sangking parahnya ledakan, pihaknya mengambil keputusan tegas menutup sementara aktivitas pertambangan. “Tindakan ini untuk mengantisipasi

Page 16: k3 makalah kebakaran

bahaya lanjutan. Selain itu, kami juga tengah menata usaha tambang dan keselamatan pekerja tambang sesuai Peraturan Menteri ESDM,” paparnya.

Di lain pihak, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (Sesditjen Minerba Pabum) Kementerian ESDM, Witoro Soelarno, mengatakan ledakan tersebut terjadi akibat akumulasi gas yang terdapat di dalam tambang bawah tanah. ”Gas metan di areal pertambangan bawah tanah itu sebenarnya hal biasa. Tapi satu dari banyak hal yang harus diwaspadai ya naiknya gas metan itu. Apalagi kalau fentilasi tambang dirancang dengan buruk. Sangat rentan terjadi ledakan,” paparnya.

Menurut Witoro, sebelum tambang itu meledak, pihaknya telah melakukan inspeksi pada Desember 2008. Dari hasil inspeksi itu diketahui bahwa beberapa lubang tambang memang tidak aman dan kandungan gas metan dalam tambang cukup mengkhawatirkan.

Hal senada pun turut diungkapkan Kepala Bidang Dinas Pertambangan Sawahlunto, Medi Iswandi. Dia mengungkapkan, sejak akhir 2008, pemilik tambang sudah diperingatkan untuk menghentikan aktivitas pertambangannya. Namun peringatan tersebut tidak diindahkan, dan kegiatan penambangan terus berlanjut.

Menurut Medi aroma menyengat gas metan, sudah tercium beberapa hari sebelum kejadian. Kandungan Nitrogen (N2) bahkan sudah naik mencapai 20,9 persen dan kandungan Metana (CH4) melambung hingga 21 persen.

Kondisi tersebut menurut Witoro membuat dinas pertambangan setempat meminta perusahaan untuk menghentikan sementara aktivitas pertambangan. ”Tapi ya gimana perusahaannya bandel, tetap saja mereka nambang,” ujarnya.

Masih menurut Witoro, dalam kegiatan tambang bawah tanah banyak hal yang harus diperhatikan. Tidak hanya terbatas pada pondasi tambang, tapi juga masalah fentilasi sebagai penyuplai oksigen kepada pekerja yang ada di dalam tambang. Selain itu, menurut dia fentilasi juga berfungsi untuk membawa keluar gas-gas beracun dan debu yang terdapat di dalam tambang.

Kondisi tambang pun menjadi berbahaya, ketika konsentrasi gas metan naik melebihi 2 persen karena sudah termasuk kategori mengkhawatirkan. ”Sebenarnya pada range 2-5 persen, tambang sudah harus dikosongkan. Kalau  range konsentrasi gas mentan di kisaran 5-14 persen, ya pasti meledak lah itu tambang,” katanya.

Menurut Witoro, selain permasalahan gas metan yang memang naik di atas ambang aman, diduga kuat ada sulutan listrik di dalam tambang. Menurut dia, peralatan listrik yang dipergunakan pada tambang bawah tanah, berbeda sekali dengan peralatan listrik pada tambang permukaan. "Seharusnya kabel, sambungan kabel, maupun lampu yang digunakan di pertambangan bawah tanah itu harus flame proof atau anti api,” katanya. Witoro berargumen bahwa sulutan listrik menyambar berbagai peralatan tidak tahan api yang kemudian berkontraksi dengan gas metana, sehingga terjadilah ledakan.

Page 17: k3 makalah kebakaran

Menurut Medi, kondisi tersebut semakin diperparah dengan minimnya perlengkapan penambangan yang dikenakan buruh tambang. “Pekerja tambang hanya menggunakan helm dan sepatu boot saja. Tidak ada yang namanya sarung tangan, baju tahan api atau sarung tangan dan alat bantu pernapasan,” ujarnya.

Hal itu juga diamini oleh Witoro. Menurut dia, selama ini buruh tambang kurang memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai sistem keselamatan dan kesehatan kerja.”Susah berbicara K3 kepada buruh tambang rakyat. Lah wong, kesadaran untuk keselamatan diri sendiri saja masih minim. Lihat saja, bagaimana minimnya penggunaan helm, sepatu keselamatan, dan sarung tangan di areal tambang. Inilah yang sekarang coba kami bangun,” katanya.

Menurut Witoro, di Sawah Lunto terdapat 13 KP yang dikeluarkan oleh dinas pertambangan setempat. Dan setiap KP itu memiliki beberapa lubang tambang. Berdasarkan laporan dinas pertambangan Sawahlunto diperoleh keterangan bahwa saat ini terdapat 100 lubang tambang yang dikerjakan di sana. Witoro menjelaskan banyaknya lubang tambang yang dikerjakan masyarakat tidak didukung dengan konsep keselamatan kerja yang memadai.

Saat ini menurut Witoro pihaknya telah menutup tambang sementara waktu, hingga kondisi tambang benar-benar aman. ”Saat ini kami sedang mengaudit lubang-lubang tambang mana saja yang masih bisa dipakai dan mana yang harus benar-benar ditutup karena tidak aman,” katanya. Memberikan pelatihan kepada 60 hingga 70 kepala lubang tambang mengenai sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tambang menurut dia akan segera dijalankan oleh Kementerian ESDM.

Menurut Witoro, pihaknya juga akan lebih ketat dalam pengeluaran ijin pertambangan. Pemantauan terhadap kegiatan pertambangan juga akan semakin diperketat. Hal tersebut juga diamini oleh Amran. Menurut dia, pihaknya akan melakukan pemeriksaan terhadap 13 tambang di Kota Sawahlunto. Menurut Amran, bagi perusahaan tambang yang kedapatan melanggar atau tidak memperhatikan tingginya gas metan dan keselamatan tenaga kerjanya, maka ijin tambangnya secara otomatis dicabut. ”Itu tidak ada tawar menawar!” ungkapnya tegas.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah Direktur PT. Solusi Safety Indonesia Meswantri, mengatakan bahwa kasus meledaknya tambang Sawahlunto membuktikan bahwa penerapan aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih lemah. Celakanya, jika terjadi kasus seperti itu maka yang dipertaruhkan tidak hanya reputasi perusahaan,

Page 18: k3 makalah kebakaran

melainkan juga reputasi daerah.

Sebagai pimpinan perusahaan yang bergerak dalam bidang konsultan K3, Meswantri mencoba mengambil pelajaran berharga dari kasus ledakan tambang di Sawahlunto tersebut. ”Kita jangan menyepelekan soal keselamatan kerja ini. Lebih baik bertindak preventif dan mencegah, karena ketika sudah terjadi kerugiannya berlipat kali lebih besar,” tukasnya.

Meswantri mengingatkan agar perusahaan tidak menganggap bahwa impelementasi K3 sebagai sebuah beban biaya (cost). Menurut dia dalam aplikasinya, perusahaan cenderung enggan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi karyawannya. Cukup mahalnya harga perlengkapan APD, dijadikan alasan bagi perusahaan-perusahaan tersebut. ”Padahal mereka tidak pernah membayangkan biaya yang harus mereka keluarkan bila kecelakaan besar terjadi. Resiko perusahaan ditutup sudah pasti mereka pegang,” katanya.

Siska Maria Eviline/Adrian Tuswandi untuk Majalah Eksplo (Edisi Agustus 2009).