Upload
inggitsiregar
View
34
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam
kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025
dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun
2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya
jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim
rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya,
Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan
oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang
tinggi.
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok
adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas Kardiovaskuler. Di Indonesia
banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan
hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena
1
tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi
esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972,
1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok
sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.
Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi,
disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor resiko di
atas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes
mellitus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1.1 Definisi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society
of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,
detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan
tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.
Klasifikasi Tekanan
Darah
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89
Stage 1 Hipertensi 140 – 159 90 – 99
Stage 2 Hipertensi > 160 > 100
1.2 Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah
3
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir
seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin
setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%
dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada
stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
4
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
1.4 Faktor Risiko Hipertensi
Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.
Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara
signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki – laki dibawah 55 tahun.
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding
pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki – laki
lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya usia.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum
tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko
hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh
hormon.
5
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin
yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung
bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah
pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.
Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan.
Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat
badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada
masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80
mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan
efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah secara signifikan.
f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan
bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol
berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu
menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.
6
h. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal
adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam
kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi
saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler
ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran
semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi.
Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan
intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan
dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang
dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.
Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada
perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume
cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada
orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini
natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-
99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh
hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.
Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin
tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap
natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau
diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan
garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6
gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta
kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.
7
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.
Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika
asupan garam ditambah.
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah
kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di
dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan
sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.
Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume
sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh
keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan
asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding
dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus
dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national
Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure
(JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan
darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak
efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek
pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium
direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.
8
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi
tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total
asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah
pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi
tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium,
magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium
yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.
1.5 Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan
ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi
melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini
disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah
vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi
adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar
pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan
kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.
1.6 Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-
beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
9
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan
penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi
tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark
miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat
menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
1.7 Penatalaksanaan hipertensi
a. Penatalaksanaan farmakologis
1) Diuretic. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin.
Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah hidroklortiazid
(HCT) dan furosemide.
2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan
pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah
captopril, dan lisinopril.
3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan penghambat
ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.
4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah
menjadi turun. Contohnya propanolol.
5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.
b. Penatalaksanaan non farmakologis
10
Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah
gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet:
Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi :
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar
diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan
garam lain diluar natrium.
1.8 Preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
o Memeriksa tekanan darah secara teratur
o Menjaga berat badan dalam rentang normal
o Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah lemak
dan mengurangi garam.
o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
o Berolahraga secara teratur
o Mengurangi stress dan emosi
o Mengurangi makanan berlemak
11
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny Kasinar / Wanita/ 49 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : IRT
c. Alamat : Perumahan Geri Permai, No.XX3
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 4 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang, penghasilan suami Rp. 700.000,00
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen dalam tahap pembangunan, perkarangan sempit, luas bangunan
70m2
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah berada di dalam rumah
- Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah daerah perumahan
- Jumlah penghuni 3 orang, pasien, 1 orang anak pasien dan suaminya.
- Kesan : higine dan sanitasi kurang12
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
Pasien tinggal di pinggiran perkotaan yang cukup padat penduduk
3. Aspek Psikologis di keluarga
Pasien tinggal bersama suami. Anak pertama, kedua, dan ketiga telah bekerja dan
merantau keluar kota
Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik
Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
Riwayat menderita hipertensi sejak + 6 tahun yang lalu
Riwayat hipertensi sewaktu hamil anak keempat hingga sekarang.
Riwayat diabetes mellitus tidak ada.
5. Keluhan Utama: Tengkuk yang terasa berat sejak 2 hari yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Tengkuk yang terasa berat sejak 2 hari yang lalu. Pasien sering mengalami
keluhan seperti ini jika tekanan darahnya lebih tinggi dari biasanya.
Pasien telah dikenal menderita hipertensi sejak + 6 tahun yang lalu dan berobat
ke puskesmas namun tidak teratur
Jantung berdebar-debar, nyeri dada menjalar seperti ditusuk-tusuk atau diikat
tidak ada.
Sewaktu muda pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang berlemak, namun
sekarang tidak lagi.
Pandangan kabur pada kedua mata tidak ada.
Suka marah-marah ada.
Pusing berputar tidak ada, sakit kepala yang hebat tidak ada.
Mual dan muntah tidak ada
BAB dan BAK biasa.
13
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 170/100 mmHg Suhu : 36,8 0C
Frekuensi Nadi : 79x/menit Frekuensi Nafas : 19x/menit
Berat Badan : 60 kg Tinggi Badan : 149 cm
Mata : Konjungtiva tidak anemis.Skelera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik
Thorax/Dada
Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II14
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
8. Laboratorium : tidak dilakukan
9. Pemeriksaan anjuran :
Rontgen thorak PA
10. Diagnosis Kerja
Hipertensi stage II ec essensial
11. Diagnosis Banding : -
12. Manajemen
a. Preventif
- Hindari mengkonsumsi makan yang banyak mengandung garam terutama ikan
asin, makanan berkuah yang banyak garam, dan makanan cemilan yang banyak
menggunakan garam sebagai bumbu perasa.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama mentimun dan daun seledri
yang dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi.
- Jangan terlalu banyak pikiran yang mudah memicu meningkatnya tekanan darah
karena pasien sedang membangun rumah dengan dana yang terbatas.
- Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari dan kurangi aktivitas yang berat.
- Olah raga teratur minimal 3x seminggu terutama yang ringan saja.
- Kurangi berat badan hingga mencapai berat badan yang ideal secara bertahap.
- Kontrol tekanan darah teratur minimal 1 kali sebulan ke puskesmas dan minum
obat secara teratur
15
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa tekanan darah tinggi/hipertensi tidak dapat
disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan mengurangi makanan yang
banyak mengandung garam, berlemak dan tidak berhenti mengkonsumsi obat-
obat anti hipertensi.
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.-sayuran seperti timun karena dapat
menurunkan tekanan darah.
c. Kuratif :
Captopril tab 25 mg 3x1
Hidroklorotiazid tab 25 mg 1x1 (pagi hari)
Dianjurkan untuk di rujuk ke Bagian Penyakit Dalam dan Mata RSUP
Dr.M.Djamil Padang untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
d. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur minimal1 kali/bulan untuk menilai perkembangan atau perjalanan
penyakit
16
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Lubuk Buaya
Dokter : Ihsan
Tanggal : 23 Mei 2011
R/ Captopril tab 25 mg no. X
∫ 3 dd tab 1
_______________________________________£
R/ Hidroklorotiazid tab 25 mg no. V
∫ 1 dd tab 1 (pagi hari)
_______________________________________£
Pro : Ny Kasinar
Umur : 49 tahun
Alamat : Perumahan Geri Permai, Lubuk Buaya
17
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga
- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit Hipertensi
- Pasien tidak teratur minum obat karena pasien beranggapan bahwa obat ini diminum bila
sudah muncul keluhan saja.
- Pasien tidak teratur kontrol tekanan darah ke puskesmas karena pasien tergantung pada
suaminya untuk membawanya ke Puskesmas.
- Pasien tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan bila tekanan darahnya terlalu tinggi.
- Suami pasien sibuk bekerja pada siang hari sehingga pasien tinggal sendiri di rumah
sementara pasien selalu bergantung pada suaminya agar bisa membawa pasien untuk
kontrol penyakitnya ke puskesmas atau rumah sakit
- Pasien tidak beolah raga secara teratur untuk dapat mengendalikan hipertensinya dan
dapat menurunkan berat badannya agar mencapai berat badan yang ideal.
B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan
komprehensif dan holistik
a. Preventif :
- Menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit hipertensi tidak dapat
disembuhkan dan hanya dapat dikontrol dengan mengatur gaya hidup dan
minum obat anti hipertensi secara teratur.
- Perbanyak konsumsi sayur sayuran dan buah buahan.
- Hindari stress emosional dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan ( rajin
beribadah ) dan selalu berpikiran positif dalam hidup.
- Kurangi berat badan sampai mencapai berat badan ideal.
- Istirahat yang cukup
18
- Bagi keluarga lainnya, terutama bagi anak-anak pasien dianjurkan untuk
memeriksakan tekanan darah secara berkala dan menjelaskan bahwa penyakit
hipertensi juga berkaitan dengan faktor genetik.
b. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan
tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat
- Menjelaskan kepada pasien dan suaminya mengenai faktor risiko terjadinya
hipertensi dan pencegahan agar tidak terjadinya komplikasi seperti gangguan pada
penglihatan, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara teratur dan
minum obat secara teratur agar terhindar dari komplikasi hipertensi.
- Mengedukasi pasien dan keluarga akan pentingnya pola hidup sehat seperti
memakan makanan yang rendah garam dan lemak tak jenuh, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur. Olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.
e. Kuratif :
- Captopril 3 x 1 tab @ 25 mg
- HCT 1 x 1 tab ( pagi ) @ 25 mg
f. Rehabilitatif :
- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam batas
terkontrol.
- Jika ada tanda – tanda bahaya seperti penurunan kesadaran, lemah sebelah
anggota gerak, penurunan ketajaman penglihatan secara mendadak, muntah darah,
sesak nafas saat istirahat, BAK seperti cucian daging segera kunjungi pusat
pelayanan kesehatan/ Rumah sakit
19
Home Visite Tanggal 24 Mei 2011
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan tengkuk terasa terasa berat sudah tidak lagi dirasakan oleh pasien.
Nyeri dada tidak ada, jantung berdebar-debar tidak ada
Pasien mengeluhkan setelah minum obat anti hipertensi yang diberikan puskesmas
badannya menjadi cepat lelah. Setelah itu pasien tidak lagi meminum obat anti
hipertensi yang diberikan
Pasien mengeluhkan sering mudah marah terhadap anaknya akhir-akhir ini.
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu : 36,5 0C
Frekuensi Nadi : 82x/menit Frekuensi Nafas : 16x/menit
Berat Badan : 60 kg
Mata : Status Oftalmologi
Kulit : Turgor kulit baik
Thorax/Dada
Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
20
Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Diagnosis :
Hipertensi Stage II e.c esensial
Anjuran :
Tetap lanjutkan mengkonsumsi obat yang diberikan dan diterangkan kepada
pasien bahwa captopril yang diminumnya tidak menyebabkan badannya jadi cepat
lelah.
Menganjurkan pada pasien untuk menyiapkan obat yang akan diminumnya
sebelum suaminya pergi bekerja dan diletakkan ditempat yang mudah diambil
supaya pasien dapat langsung minum obatnya jika sudah waktunya.
Menganjurkanp pada pasien ini untuk mau dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil untuk
mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut untuk penyakitnya.
21
Home Visit tanggal 30 Mei 2011
Keluhan :
Sakit kepala dan tengkuk terasa berat sudah tidak lagi dirasakan pasien
Pasien belum mau untuk dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil dengan alasan sibuk
mengurusi rumah tangga.
Obat habis.
Pemeriksaan Fisik Pasien
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 180/100 mmHg Suhu : 36,7 0C
Frekuensi Nadi : 80x/menit Frekuensi Nafas : 16x/menit
Berat Badan : 60 kg
Mata : Status Oftalmologi
Kulit : Turgor kulit baik
Thorax/Dada
Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat
22
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Diagnosis :
Hipertensi Stage II e.c esensial
Manajemen Masalah
Menganjurkan pasien agar dapat meminta bantuan anaknya atau menantunya untuk
dapat menemani pasien berobat ke rumah Sakit.
Tetap megingatkan pasien agar teratur minum obat anthipertensi dan kontrol teratur
ke Puskesmas.
23
Gambar 1. Pasien dan dokter muda rotasi II
Gambar 2. Tampak perkarangan rumah dari depan
24
Gambar 3. Halaman samping rumah
Gambar 4. Parit samping rumah
25
Gambar 5. Halaman depan rumah
Gambar 6. Sumber air PDAM
26
Gambar 7. Ruang tamu dalam tahap pembangunan
Gambar 8. Kamar dalam tahap pembangunan
27
Gambar 9. Ruang tamu yang telah selesai pembangunannya
Gambar 10. Pemeriksaan tekanan darah pasien
28
Gambar 11. Dapur rumah
Gambar 12. Jamban sehat dengan sumber air PDAM
29