kacang tunggak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bbnbnbnbnbnbnbnbnbnbn

Citation preview

PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata L.)

S K R I P SI

OLEH

FARID ASWAN040 401 0986

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS NUSA CENDANAKUPANG2009

DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDULLEMBARAN PENGESAHAN iKATA PENGANTAR iiDAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 11.2 Tujuan dan Kegunaan 21.3. Hipotesis 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak 42.2 Syarat Tumbuh Kacang Tunggak 52.3 Manfaat dan Kandungan Kacang Tunggak 62.4 Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman 7

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 93.2 Bahan dan Alat 93.3 Metode Penelitian 9 3.3.1 Rancangan Rencana Penelitian 9 3.3.2 Model dan Analisis Data 103.4 Pelaksanaan Penelitian 11 3.4.1 Persiapan Lahan 11 3.4.2 Penanaman 11 3.4.3 Pemeliharaan 111. Penyiraman 112. Pemupukan 123. Penyulaman 124. Penyiangan 125. Pengendalian Hama dan Penyakit 12 3.4.4 Pengamatan 121. Pengamatan Penunjang 132. Pengamatan Utama 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Pengamatan Umum164.2 Pengamatan Utama17 4.2.1 Tinggi tanaman17 4.2.2 Jumlah daun 18 4.2.3 Jumlah cabang produktif 19 4.2.4 Jumlah polong pertanaman 20 4.2.5 Bobot biji pertanaman 21 4.2.6 Bobot 100 biji 22BAB V PENUTUP5.1 Kesimpulan 245.2 saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25LAMPIRAN 26

DAFTAR TABEL

No.Teks Halaman1. Rata-rata tinggi tanaman 192. Rata-rata jumlah daun 203. Rata-rata jumlah cabang 214. Rata-rata jumlah polong pertanaman 225. Rata-rata bobot biji pertanaman 236. Rata-rata bobot 100 biji 24

DAFTAR LAMPIRAN

No.Teks Halaman1. Denah Percobaan 33 2.a. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pengamatan I 342.b. Analisis varians tinggi tanaman pengamatan I 343.a. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pengamatan II 353.b. Analisis varians tinggi tanaman pengamatan II 354.a. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Pengamatan III 364.b. Analisis varians tinggi tanaman pengamatan III 365.a. Data Pengamatan jumlah daun pengamatan I 375.b. Analisis varians jumlah daun pengamatan I 376.a. Data Pengamatan jumlah daun pengamatan II 386.b. Analisis varians jumlah daun pengamatan II 387.a. Data Pengamatan jumlah daun pengamatan III 397.b. Analisis varians jumlah daun pengamatan III 398.a. Data Pengamatan jumlah cabang I 408.b. Analisis varians jumlah cabang I 409.a. Data Pengamatan jumlah cabang II 419.b. Analisis varians jumlah cabang II 4110.a. Data Pengamatan jumlah polong pertanaman 4210.b. Analisis varians jumlah polong pertanaman 4211.a. Data Pengamatan bobot biji pertanaman 4311.b. Analisis varians bobot biji pertanaman 4312.a. Data Pengamatan bobot 100 biji 44 12.b. Analisis varians bobot 100 biji 44BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah yang beriklim kering-basah, dataran rendah-dataran tinggi, daerah subtropis-tropis dan keragaman lingkungan lainnya. Kacang tunggak masih diusahakan dalam skala kecil atau hanya sebagai tanaman sampingan, umumnya ditanam dengan sistem tanam tumpangsari dengan tanaman-tanaman lain tanpa input teknologi yang memadai (Liubana, 2008).Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan di NTT, sebab adaptasinya sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang tunggak jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya adalah mudah dibudidayakan, toleran terhadap kekeringan, cepat menghasilkan, tahan terhadap hama penyakit, dan dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan akan kacang-kacangan (Rukmana dan Oesman, 2000).Kondisi NTT yang sebagian besar adalah daerah lahan kering sehingga efisiensi penggunaan air sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan kacang tunggak. Tanaman sangat memerlukan air yang cukup pada periode perkecambahan biji, pembungaan dan pembesaran buah. Kadar air tanah tidak boleh kurang dari 50%. Penyiraman merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dan meningkatkan produksi kacang tunggak. Penyiraman air akan sangat menentukan Kandungan air tanah yang akan diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh penyiraman air dan selang waktu penyiraman sangat mempengaruhi kualitas hasil buah kacang tunggak (Pitojo, 2004).Kebiasaan petani melakukan penyiraman setiap hari pada kacang tunggak yang merupakan tanaman yang tahan kekeringan akan terjadi pemborosan sehingga dibutuhkan efisiensi penggunaan air selama masa pertumbuhan, untuk itu penyiraman dengan selang waktu yang berbeda penting untuk diterapkan di daerah NTT. Pengetahuan masyarakat tentang pengaruh frekuensi penyiraman bagi pertumbuhan dan hasil kacang tunggak masih sangat kurang, sehingga perlu kiranya penelitian ini untuk dilakukan.

1.2 Tujuan dan KegunaanTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak serta mendapatkan pemberian air yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dari kacang tunggak.Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menjadi bahan informasi tambahan bagi pengemban budidaya tanaman kacang tunggak, penelitian lanjutan, pemulia tanaman dan semua pihak yang membutuhkannya.1.3 HipotesisHipotesis penelitian ini adalah terdapat satu perlakuan dari frekuensi penyiraman yang memberikan pertumbuhan dan hasil kacang tunggak terbaik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKATanaman kacang tunggak berasal dari Afrika. Di Afrika barat, kacang tunggak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Saat ini penanaman kacang tunggak meluas ke daerah-daerah tropis dan subtropis.2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang TunggakKedudukan tanaman kacang tunggak dalam tata nama (taksonomi) menurut Hanum (1997) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom plantarum, Phyllum spermatophyta, Kelas angiospermae, Sub kelas dcotyledonae dan Ordo leguminales. Tanaman ini termasuk dalam Famili leguminoceae (papilionaceae), Genus vigna, dan Spesies Vigna unguiculata (L.) Walp.Kacang tunggak memiliki ciri polongnya tegak ke atas dan kaku. Penampilan visual kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang, namun beberapa dijumpai tidak merambat. Batangnya lebih pendek dan berbuku-buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu, terletak pada ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran lebih kurang 10 cm, berbentuk polong berwarna hijau, dan kaku. Biji kacang tunggak berbentuk bulat panjang, agak pipih dengan ukuran 4 mm - 6 mm x 7 mm - 8 mm, dan berwarna kuning kecokelat-cokelatan (Rukmana dan Oesman, 2000).Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara 30 cm - 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat bersimbiosis dengan bakteri rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas (N2) dari udara yang kemudian di bentuk menjadi nodula-nodula (bintil-bintil) akar. Menurut Rukmana dan Oesman (2000), bahwa hasil penelitian para ahli pertanian menunjukan tiap hektar kacang tunggak dapat menghasilkan 198 kg nodula/tahun, setara dengan 440 kg urea. Menanam kacang tunggak dapat memberikan dua manfaat bagi tanah yaitu sebagai penutup tanah (vegetasi) tanah pengendali erosi dan penghasil nodulu akar sebagai sumber nitrogen penyubur tanah. Penelitian dan pengembangan kacang tunggak antara lain untuk menghasilkan varietas unggul, yaitu varietas yang memiliki daya hasil tinggi, berumur pendek (genjah), dan toleran terhadap penyakit bercak daun serta virus CMMV (Cowpea Mild Mottle Virus). Perbaikan varietas kacang tunggak dilakukan melalui persilangan, seleksi dan evaluasi terhadap varietas introduksi maupun varietas lokal.2.2 Syarat Tumbuh Kacang TunggakTanaman kacang tunggak mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan tumbuh. Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Meski demikian, daerah yang paling cocok untuk menghasilkan produksi yang optimal adalah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Keadaan daerah yang mendukung pertumbuhan dan optimalisasi produksi kacang tunggak adalah yang mempunyai suhu udara 200 C-250 C, kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 600 mm-1.500 mm/tahun, dan cukup mendapat sinar matahari (Rukmana dan Oesman, 2000).Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok dikembangkan di lahan kering (tegalan) dan lahan sawah tadah hujan, dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya. Tanaman kacang tunggak memiliki kelebihan, yaitu dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, termasuk tanah yang asam dan kering. namun, kondisi tanah yang paling ideal bagi pertumbuhan kacang tunggak adalah tanah yang porus, banyak mengandung bahan organik (humus), dapat menahan kelembapan tanah, dan mempunyai pH tanah 5,5 - 6,5 (Rukmana dan Oesman, 2000).2.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Kacang TunggakKacang tunggak dapat dikonsumsi pada setiap tahap pertumbuhannya sebagai sayuran. Daunnya yang bertekstur lembut merupakan sumber makanan penting di Afrika dan disajikan sebagai sayuran hijau seperti bayam. Polong mudanya seringkali dicampur dengan bahan makanan lainnya. biji kacang tunggak yang berwarna hijau biasa direbus sebagai sayuran segar, atau juga dapat dikemas dalam kaleng atau dibekukan. Biji kering yang telah matang pun dapat direbus ataupun diolah sebagai bahan-bahan makanan kalengan (Davis, 1991)Biji kacang tunggak yang telah matang pada pengukuran 100 g mengandung 10 g air, 22 g protein, 1,4 g lemak, 51 g karbohidrat, 3,7 g vitamin, 3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang dihasilkannya sekitarnya sekitar 1420 kj/100 g. Pada biji yang masih muda dalam 100 g mengandung 88,3 air, 3 g protein, 0,2 g lemak, 7,9 g karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6 karbon, dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 g (Van der Maesen dan Somaatmaja, 1993).2.4 Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Hasil TanamanPertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik tidak terlepas dari sifat genetiknya dan faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi atas beberapa faktor, yaitu : suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Ismal,1979).Air merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air (Haryati, 2003).Pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan yakni bagian dari protoplasma (85-90%) dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik serta pelarut dari garam-garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979).Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).Air tanah harus tersedia pada saat tanaman memerlukannya, karena air memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air dalam tubuh tanaman merupakan komponen terbesar penyusun jaringan tanaman yang berperan dalam mempengaruhi kebutuhan fisiologisnya. Disamping itu air dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dalam mengangkut unsur hara bagi tubuh tanaman (Hakim, dkk, 1986).Tanaman akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat terpenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2, temperatur dan sinar matahari yang tersedia mencukupi. Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun (Lubis, 2000).Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak pada masa vegetatif menuju fase generatif perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi yang maksimal. Fase vegetatif sangat menentukan hasil panen yang akan dicapai, beberapa komponen pertumbuhan vegetatif perlu dikaji dalam kaitannya dengan sumbangan masing-masing komponen terhadap pertumbuhan biomassa, masa transisi, dan memasuki fase generatif. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan kita melakukan perlakuan-perlakuan untuk menstabilkan hasil dan meningkatkan produktivitas tanaman dengan mengatur pertumbuhan yang disesuaikan dengan pola tumbuh, kondisi iklim dan tuntutan terhadap kebutuhan air (Rita, 1998).Tanaman apabila mendapatkan cekaman air berkepanjangan maka tanaman tersebut akhirnya akan mati, tetapi jika memperoleh air kembali sebelum mencapai titik layu permanen, maka tanaman masih mungkin dapat melanjutkan pertumbuhannya (Sutoro, Iskandar dan Susanto, 1989). BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering milik petani di Kelurahan Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dan penelitian ini berlangsung pada bulan Juli bulan Desember 2008.

3.2 Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tunggak lokal, Pestisida (Furadan 3G, Curacron dan BayCarb) air, pupuk kandang, pupuk Urea, SP-36 dan KCl.Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, linggis, cangkul, ember, gembor, alat tugal, tali rafia, meteran, knapsack, timbangan analitik, papan label, ajir dan alat tulis menulis.

3.3 Metode Penelitian3.3.1 Rancangan Rencana PenelitianPenelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan dasar acak kelompok (RAK) yang merupakan perlakuan yang dikaji dalam paket pemberian air.Adapun perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut : A1= Penyiraman setiap hari (kontrol)A2= Penyiraman setiap dua hari sekaliA3= Penyiraman setiap tiga hari sekaliA4= Penyiraman setiap empat hari sekaliA5= Penyiraman setiap lima hari sekaliDengan demikian terdapat lima perlakuan. Masing-masing perlakuan dikelompokkan ke dalam lima kelompok atas dasar arah datangnya sinar matahari, sehingga total satuan percobaan menjadi 25 petak percobaan yang mana penempatan perlakuannya dilakukan secara acak dengan penarikan lotre.

3.3.2 Model dan Analisis Data Model linear yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) menurut Yitnosumarno (1993) adalah :Yij = + i + j + ijKeterangan :Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j.: Nilai tengah populasii : Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4 dan 5) j : Pengaruh dari kelompok ke-j (j = 1, 2, 3, 4 dan 5) ij: Pengaruh galat percobaan untuk perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam mengikuti rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan. Jika ada pengaruh yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

3.4 Pelaksanaan Penelitian3.4.1 Persiapan LahanLahan yang digunakan adalah lahan kering yang sebelumnya telah ditanami beberapa sayuran. Pengolahan lahan dilakukan dengan pembersihan lokasi penanaman yang diikuti dengan pembuatan bedeng dengan ukuran 0,75 cm x 4 m dengan jumlah bedeng sebanyak 25 unit. Jarak antara petak satu dengan petak yang lainnya adalah 50 cm.3.4.2 Penanaman Penanaman dilakukan setelah pengolahan lahan. Tanaman kacang tunggak yang diteliti merupakan tanaman asal pulau Timor yang belum diteliti secara lanjut. Pada setiap petak terdiri dari 20 lubang tanam. Benih kacang tunggak ditanam dengan cara ditugal sedalam 3-4 cm, jumlah benih tiap lubang tanam 2-3 biji, sebelum biji ditanam terlebih dahulu lubang tanam diberi furadan 3G. Jarak tanam dalam baris adalah 40 cm x 40 cm.3.4.3 Pemeliharaan1. Penyiraman Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan volume air pada setiap petak adalah dua gembor atau setara dengan 16 liter/petak pada masa pertumbuhan. Setelah pertumbuhan tanaman meningkat maka penyiramannya pun ditambah menjadi empat gembor atau setara dengan 32 liter/petak hingga mencapai fase akhir. Adapun penyiramannya yaitu : setiap hari (kontrol), setiap dua hari sekali, setiap tiga hari sekali, setiap empat hari sekali dan setiap lima hari sekali.. 2. PemupukanPemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik kotoran sapi 5 ton/ha atau setara dengan 1,5 kg/petak dan pupuk anorganik dengan dosis pupuk urea 50 kg/ha atau setara 15 g/petak, SP-36 100 kg/ha atau setara 30 g/petak dan KCl 100 kg/ha setara dengan 30 g/petak. Pemupukan diberikan pada saat 14 hari setelah tanam (HST). Pemberian pupuk Urea, SP-36 dan KCl dilakukan sesuai dosis yang dibutuhkan oleh tanaman dengan cara di benamkan dalam larikan setiap tanaman sedalam 3 cm.3. PenyulamanPenyulaman dilakukan pada interval waktu dua minggu setelah tanam dengan melihat kondisi tanaman yang mati ataupun tanaman kurang subur/sehat.4. PenyianganPenyiangan dilakukan ketika gulma terlihat mulai tumbuh yaitu dengan mencabut tanaman pengganggu yang berada di sekitar tanaman kacang tunggak yang dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman kacang tunggak. 5. Pengendalian Hama dan Penyakitpengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida yang disesuaikan dengan hama dan patogen yang menyerang tanaman kacang tunggak. Pestisida yang digunakan antara lain Curacron, Bay Carb digunakan untuk mengendalikan hama aphys yang menyerang tanaman kacang tunggak dan Furadan 3G digunakan untuk menghindari dari serangan semut.3.4.4 PemanenanPemanenan kacang tunggak dilakukan pada saat polong tanaman telah matang yang ditandai dengan warna polong yang berwarna coklat muda.3.4.5 PengamatanPengamatan pertumbuhan dimulai pada saat tanaman berumur 25 hari setelah tanam (HST) yang berlangsung sampai umur berbunga yaitu 54 HST. Pengamatan jumlah polong, bobot biji per petak dan bobot 100 biji per petak diamati saat tanaman berumur 54 HST. Adapun yang menjadi variabel pengamatan pada penelitian kacang tunggak ini meliputi:a) Tinggi tanaman (cm)Menghitung mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Pengukuran dilakukan pada umur 21 hingga 49 HST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.b) Jumlah daun (helai)Menghitung jumlah daun dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan inreval pengamatannya sama dengan pengamatan tinggi tanaman. c) Jumlah cabang Menghitung jumlah cabang dari setiap tanaman. Saat pengukuran dan inreval pengamatannya sama dengan pengamatan tinggi tanamand) Jumlah polong per tanaman.Menghitung jumlah polong matang dari masing-masing tanaman pada setiap petak.

e)Bobot biji per petak (g)Menimbang bobot biji yang dihasilkan dari setiap petak.f) Bobot 100 biji per petak (g)Menghitung bobot 100 biji kering dari setiap petak 3.4.6 Analisis tanah awal dan akhir penelitianAnalisis tanah awal dan analisis tanah akhir merupakan analisis kandungan hara tanah (N,P,K) yang dilakukan sebelum penelitian dan sesudah penelitian. Tanah tersebut diambil secara komposit lalu dianalisis pada laboratorium kimia tanah dan BPTP Naibonat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan umumBenih kacang tunggak yang ditanam mulai tumbuh secara merata ke permukaan tanah pada umur 4 hari setelah benih di tanam (HST). Setelah berumur 14 hari setelah tanam (HST) nampak bahwa pertumbuhannya mulai membaik, dimana secara visual mulai adanya perbedaan pertumbuhan sesuai dengan perlakuan-perlakuan yang diberikan. Benih kacang tunggak yang tidak tumbuh ataupun yang tumbuh tidak normal dilakukan penyulaman yang dilakukan pada interval waktu dua minggu setelah tanam. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 1 tanaman yang terbaik.Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak berlangsung secara baik dan normal, namum pada saat tanaman berumur 30 HST dan 42 HST terserang hama kutu hitam (Aphis carccivora), untuk mengatasinya diberi pestisida berupa Curacron sesuai dengan dosis anjuran 10 cc untuk 15 liter air sebanyak 2 kali dengan interval penyemprotan 14 hari. Kemudian pada saat menjelang panen hama kutu hitam semakin merajalela, sehingga diberi lagi pestisida Bay-Carb 12 cc untuk 15 liter air sebanyak 1 kali penyemprotan, hingga akhir panen tidak ada lagi gangguan hama yang sangat berarti pada tanaman kacang tunggak.Tanaman memasuki fase generatif pada umur 49 HST yang ditandai dengan munculnya bunga dengan persentase 60%. Pada umur 56 HST tanaman kacang tunggak telah berbunga 100%. Pemanenan mulai dilakukan pada umur 77 HST.

4.2. Pengamatan Utama4.2.1. Tinggi Tanaman (cm)Hasil analisis varians frekuensi penyiraman terhadap rata-rata tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 2b, pengamatan II (35 HST) pada lampiran 3b dan pengamatan III (49 HST) pada lampiran 4b. Pengaruh frekuensi penyiraman ternyata tidak mempengaruhi tinggi tanaman secara nyata pada pengamatan 21 HST, sedangkan pada pengamatan 35 HST dan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan tinggi tanaman setiap perlakuan disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman kacang tunggak PerlakuanTinggi Tanaman (cm)

21 HST35 HST49 HST

Kontrol7.91 a33,79 c89,40 d

Penyiraman 2 hari sekali8,10 a26,47 bc56,20 c

Penyiraman 3 hari sekali8,59 a20,97 ab43,40 b

Penyiraman 4 hari sekali8,99 a17,64 ab34,60 a

Penyiraman 5 hari sekali8,69 a15,03 a28,00 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji lanjut DMRT 5% tidak memberikan pengaruh yang nyata pada umur 21 HST disebabkan karena pada masa pertumbuhan tersebut akar-akar tanaman kacang tunggak masih relatif kecil, sehingga tidak membutuhkan suplai air dalam jumlah yang banyak. Kebutuhan air pada tanaman kacang tunggak yang relatif sedikit memungkinkan tanaman tersebut tidak berpengaruh besar terhadap frekuensi penyiraman. Penyiraman yang diberikan dalam jumlah yang banyak hanya akan mengakibatkan terjadinya evaporasi yang tinggi. Keadaan tersebut nampak terlihat pada perlakuan kontrol (penyiraman setiap hari) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan penyiraman setiap lima hari sekali terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 21 HST. Pengamatan 35 HST dan 49 HST telah memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Kenyataan ini dipengaruhi oleh semakin bertambah besar tanaman, maka semakin besar pula kebutuhan air dalam proses pertambahan tinggi tanaman sehingga dampak frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman kacang tunggak pada umur 35 HST dan 49 HST. Perlakuan penyiraman lima hari sekali pada pengamatan 35 HST dan 49 HST memberikan pengaruh paling kecil, walaupun tidak berbeda dengan penyiraman empat hari sekali, Harjadi (1979) menyatakan bahwa ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Keadaan ini berarti dengan semakin lama frekuensi penyiraman menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tinggi tanaman seperti pada penyiraman empat dan lima hari sekali.4.2.2. Jumlah daunHasil analisis varians frekuensi penyiraman terhadap rata-rata jumlah daun kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 5b, pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 6b dan pengamatan ketiga (49 HST) pada lampiran 7b. Frekuensi penyiraman ternyata tidak mempengaruhi tinggi tanaman secara nyata pada pengamatan 21 HST dan 35 HST, sedangkan pada pengamatan 49 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan jumlah daun setiap perlakuan disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai) PerlakuanJumlah daun

21 HST35 HST49 HST

Kontrol2,40 a12,20 a28,80 b

Penyiraman 2 hari sekali2,30 a8,80 a26,60 b

Penyiraman 3 hari sekali2,30 a9,80 a23,80 b

Penyiraman 4 hari sekali2,18 a7,60 a12,40 a

Penyiraman 5 hari sekali1,86 a7,22 a11,40 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada umur 21 HST dan 35 HST tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun kacang tunggak. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman tersebut tidak membutuhkan air yang banyak pada masa pertumbuhan umur 21 HST dan 35 HST dalam proses pembentukan daun. Kacang tunggak tergolong dalam tanaman yang mempunyai pertumbuhan yang relatif sedang memungkinkan tanaman tersebut tidak membutuhkan volume air yang banyak pada masa awal pertumbuhan dalam pembentukan helaian daun. Pertumbuhan kacang tunggak pada umur 49 HST sudah mulai bertambah, sehingga pada fase tersebut tanaman membutuhkan suplai air yang cukup dalam proses fotosintesis untuk membentuk helai-helaian daun yang baru. Hal ini terlihat pada perbandingan antara perlakuan penyiraman setiap hari yaitu 28,80 helai yang berbeda nyata dengan perlakuan penyiraman setiap empat hari (12,40 helai) dan lima hari sekali (11,40 helai). Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan proses pembentukan daun.4.2.3. Jumlah cabang Hasil analisis varians frekuensi penyiraman terhadap rata-rata jumlah cabang kacang tunggak pengamatan pertama (21 HST) dapat dilihat pada lampiran 8b, dan pengamatan kedua (35 HST) pada lampiran 9b. Pengaruh frekuensi penyiraman ternyata tidak mempengaruhi jumlah cabang secara nyata pada umur 21 HST, sedangkan pada umur 35 HST berpengaruh nyata. Rata-rata hasil pengamatan jumlah cabang setiap perlakuan disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Cabang PerlakuanJumlah cabang

21 HST35 HST

Kontrol1,20 a7,20 c

Penyiraman 2 hari sekali1,00 a5,70 b

Penyiraman 3 hari sekali1,20 a2,80 a

Penyiraman 4 hari sekali1,20 a1,80 a

Penyiraman 5 hari sekali1,00 a2,00 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Data pengamatan di atas menunjukan bahwa kebutuhan air oleh tanaman kacang tunggak tidak terlalu besar dalam melakukan fotosintesis untuk membentuk cabang-cabang yang baru sehingga pada umur 21 HST tanaman kacang tunggak belum memberikan respon terhadap frekuensi penyiraman yang diberikan. Terbukti pada perlakuan kontrol dengan perlakuan penyiraman lima hari sekali tidak memberikan pengaruh yang nyata. Disamping itu, kacang tunggak merupakan tanaman yang tahan akan kekeringan dan pertumbuhannya yang relatif sedang sehingga kebutuhan akan air yang banyak dalam pembentukan cabang-cabang baru tidak menjadi prioritas utama. Setelah bertambahnya umur tanaman, maka kebutuhan air pun menjadi besar dalam membantu proses fotosintesis untuk pembentukan cabang-cabang baru sehingga pada umur 35 HST sudah memberikan pengaruh yang nyata terhadap frekuensi penyiraman. Hal ini terlihat pada perlakuan kontrol, penyiraman dua hari sekali dan penyiraman tiga hari sekali dimana jumlah cabang yang terbentuk bertambah banyak dibandingkan dengan pertambahan jumlah cabang pada penyiraman lima hari sekali. Sedangkan pada perlakuan penyiraman empat dan lima hari sekali persentase pertumbuhan jumlah daunnya sangat lambat. Sesuai dengan pernyataan Wien dan Summerfield (1980) dalam Goldworthy dan Fisher (1996) bahwa semakin tinggi tanaman, makin besar pula kecenderungan tanaman tersebut untuk membentuk cabang dan membutuhkan air lebih banyak. 4.2.4 Jumlah polong per tanamanHasil analisis varians frekuensi penyiraman terhadap rata-rata jumlah polong per tanaman kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 10b. Pengaruh frekuensi penyiraman ternyata memberikan hasil terbesar pada penyiraman setiap hari (kontrol) dan hasil terkecil pada perlakuan penyiraman lima hari sekali.. Rata-rata hasil pengamatan jumlah polong per tanaman setiap perlakuan disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Rata-rata jumlah polong per tanamanPerlakuanJumlah polong

Kontrol15.20 d

Penyiraman 2 hari sekali10.00 c

Penyiraman 3 hari sekali 6.20 b

Penyiraman 4 hari sekali 4.60 ab

Penyiraman 5 hari sekali 3.00 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel 4 di atas mengindikasikan bahwa pada perlakuan kontrol memberikan pengaruh jumlah tertinggi terhadap frekuensi penyiraman sedangkan perlakuan penyiraman dua hari sekali lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan penyiraman setiap hari (kontrol). Hal ini terjadi karena jumlah polong yang dibentuk sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air.Perlakuan yang memberikan kandungan air tanah yang tinggi akan mempercepat perkembangan vegetatif serta hasil yang lebih baik. Penyiraman yang dilakukan setiap hari (kontrol) menyebabkan kandungan air tanah meningkat sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman, luas daun dan jumlah daun yang terbentuk dimana hal ini erat hubungannya dengan aktivitas pembelahan sel yang cukup aktif karena air di dalam tanah cukup tersedia. Dengan adanya ketersediaan air, maka penyerapan air menjadi baik sehingga meningkatkan laju fotosintesis. Tanaman yang mempunyai laju fotosintesis yang tinggi mengakibatkan karbohidrat yang dihasilkan tidak hanya untuk pertumbuhan batang dan daun tetapi juga untuk perkembangan bunga, buah dan biji (Harjadi, 1998). Selain itu, berkaitan pula dengan mekanisme penyerbukan dimana tanaman yang ketersediaan airnya mencukupi bagi pertumbuhan dan perkembangannya menyebabkan muncul bunga jantan dan bunga betina secara bersamaan dengan demikian proses penyerbukan dapat berjalan dengan baik sehingga jumlah polong tanaman kacang tunggak yang diperoleh menjadi lebih baik.Kecilnya frekuensi penyiraman pada perlakuan penyiraman tiga hari sekali, empat hari sekali dan lima hari sekali mengakibatkan kurangnya kandungan air tanah sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Kurangnya kandungan air tanah menyebabkan stomata menutup, laju pergerakan CO2 berkurang dan karbohidrat yang tebentuk semakin rendah pula. Pada kondisi ini, ketersediaan air tanah kurang menjamin terselenggaranya semua proses fisiologi tanaman secara baik, terutama untuk proses pembentukan polong tanaman. Hal ini berkaitan pula dengan mekanisme penyerbukan yakni munculnya bunga jantan terlebih dahulu sehingga proses penyerbukan menjadi terhambat karena di saat bunga betina muncul, kemampuan serbuk sari untuk melakukan pembuahan mulai menurun, dengan demikian jumlah polong tanaman kacang tunggak yang terbentuk menjadi berkurang. Hal ini dipertegas oleh Harjadi (2002) yang menyatakan bahwa tanaman yang sedang tumbuh cepat memerlukan banyak air guna pembentukan buah secara maksimal.

4.2.5 Bobot biji per petak (g)Hasil analisis varians frekuensi penyiraman terhadap rata-rata bobot biji per petak kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 11b. Pengaruh frekuensi penyiraman ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot biji per petak. Rata-rata hasil pengamatan bobot biji per petak setiap perlakuan disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Rata-rata bobot biji per petak (g)PerlakuanBobot biji per petak (g)

Kontrol159.28 a

Penyiraman 2 hari sekali277.36 b

Penyiraman 3 hari sekali116.42 a

Penyiraman 4 hari sekali141.04 a

Penyiraman 5 hari sekali 96.24 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT 0.05

Tabel diatas menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman setiap dua hari lebih baik dibandingkan dengan perlakuan penyiraman setiap hari (kontrol) maupun frekuensi penyiraman tiga, empat dan lima hari sekali. Hal ini diduga karena penyiraman dengan frekuensi dua hari sekali merupakan kondisi ideal kecukupan air untuk bobot biji kacang tunggak. Tingginya bobot biji kacang tunggak pada perlakuan penyiraman dua hari sekali merupakan bukti bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal air harus diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit sehingga efisiensi pemberian air pada tanaman dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi evaporasi yang dapat menyebabkan rendahnya bobot biji seperti halnya yang terjadi pada perlakuan penyiraman setiap hari (kontrol) dan kurangnya air pun akan menyebabkan rendahnya ketersediaan air tanah sehingga dapat menurunkan bobot biji tanaman seperti pada perlakuan penyiraman tiga, empat dan lima hari sekali. Pengaruh perlakuan penyiraman tiga dan empat hari sekali berdampak pada rendahnya ketersediaan air tanah sehingga meyebabkan pengurangan luas fotosintesis karena adanya penurunan proses perluasan daun dan terlalu awalnya terjadi proses penuaan daun dengan demikian menyebabkan lambat atau terhentinya pembelahan dan pembesaran sel yang mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga bobot biji tanaman kacang tunggak menjadi rendah. Menurut Jurgen et al dalam Kasim (1994), selama pengisian biji berlangsung, karbohidrat yang telah terakumulasi dalam daun ditranslokasikan ke dalam biji yang sedang berkembang.Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Pada gilirannya hal ini menyebabkan pengurangan dalam hal sintesis protein, sintesis dinding sel, dan pengembangan sel. Rendahnya pemberian air pada perlakuan lima hari sekali mengakibatkan potensial air di dalam larutan lebih rendah sehingga air yang masuk ke dalam tanaman relatif sedikit, sedangkan air yang dibutuhkan harus cukup untuk proses perkembangan biji. Perlakuan penyiraman lima hari sekali dapat mengurangi pembentukan senyawa-senyawa baru yang mengakibatkan produksi polong berkurang, dimana semakin sedikit jumlah polong maka bobot biji juga semakin menurun, Harjadi (2002) menyatakan bahwa air juga diperlukan sebagai hara untuk pembentukan persenyawaan baru. 4.2.6 Bobot 100 biji (g)Hasil analisis varians frekuensi penyiraman terhadap rata-rata bobot 100 biji kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 12b. Pengaruh frekuensi penyiraman ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 biji. Rata-rata hasil pengamatan bobot 100 biji setiap perlakuan disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Bobot 100 Biji (g)PerlakuanBobot 100 biji (g)

Kontrol19.12 a

Penyiraman 2 hari sekali19.44 a

Penyiraman 3 hari sekali14.90 a

Penyiraman 4 hari sekali14.38 a

Penyiraman 5 hari sekali13.88 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05

Tabel 6 menunjukan bahwa pengaruh frekuensi penyiraman terhadap bobot 100 biji memiliki rerata tertinggi yaitu 19,44 pada perlakuan penyiraman dua hari sekali dan 19,12 pada perlakuan penyiraman setiap hari (kontrol). Hal ini disebabkan oleh besarnya pemberian air yang diberikan sehingga membantu proses fotosintesis. Sedangkan rerata terendah adalah pada perlakuan penyiraman lima hari sekali (13,88), perlakuan penyiraman empat hari sekali (14,38) dan perlakuan penyiraman tiga hari sekali (14,90). Hal ini terjadi karena relatif rendahnya kadar air tanah pada tingkat pemberian air yang menyebabkan rendahnya fotosintat yang dihasilkan.Perlakuan yang mengakibatkan kekurangan kandungan air tanah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif yaitu berkembangnya daun-daun yang lebih kecil yang berakibat kurangnya penyerapan cahaya oleh tanaman sehingga laju fotosintesis menjadi rendah. Menurut Jumin (1988), peningkatan 100 biji mempunyai hubungan yang erat dengan peningkatan luas daun. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Gardner (1991), kekurangan air akan menghambat pembukaan stomata dan pengambilan CO2 menjadi rendah, fotosintesisnya menjadi terhambat, dan produksi hasil menjadi menurun.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa :1. Pengaruh frekuensi penyiraman pada perlakuan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot biji per petak dan bobot 100 biji tidak berpengaruh nyata. Hal ini akibat dari dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan itu sendiri.2. Kacang tunggak merupakan tanaman yang tahan terhadap kondisi yang kering, memungkinkan tanaman tersebut tidak membutuhkan air dalam jumlah yang banyak dalam masa pertumbuhan generatif, sehingga perlakuan dengan penyiraman setiap dua hari sekali memberikan hasil terbaik

5.2 SaranHasil kesimpulan di atas menunjukkan bahwa adanya perbedaan dari pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tunggak, untuk itu disarankan perlu kiranya diadakan penelitian lanjutan tentang frekuensi penyiraman yang lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, 1991. Dalam Proposal Penelitian 1 Universitas Padjajaran Bandung dengan Universitas Nusa Cendana Kupang, 2007.

Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, yogyakarta.

Gardner, P. Franklim, Pearce B. R, Michell L. R. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fisher, 1996. Fisiologis Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, N., M. Lubis, S. G. Nugroho, dan M. R. Diha. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hanum, F. 1997. Plant Resources of South East Asia. Prosea, BogorHarjadi, S. S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Haryati, 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.Ismal, G. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Universitas Andalas, Padang.

Jumin, H. B., 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali, Jakarta.

Liubana, S. 2008. Uji Daya Hasil Beberapa Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal Maumere Yang Ditumpangsarikan Dengan Jagung Di Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang.

Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pitojo, S. 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rita, I, R. 1998. Pengaruh Jumlah Cabang Utama Terhadap Efisiensi Penggunaan Air pada Tanaman Tomat Selama Fase Vegetatif. Skripsi Faperta Undana, Kupang.

Rukmana, R. dan Y. Y. Oesman. 2000. Kacang Tunggak, Budi Daya dan Prospek Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.Soemartono, 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM. Yogyakarta.Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T. 1989. Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Sorgum (Shorgum bicolor L. ) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian Pertanian Volume 9 No. 4. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Van der Maesen, L, J, G. dan Somaatmadja S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Kacang-Kacangan, PROSEA. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yitnosumarno. 1993. Perancangan Percobaan, Analisis Interpretasi. Gramedia, Jakarta.

Lampiran 1 : Denah Percobaan

BLOK IIIBLOK IIBLOK IBLOK IVBLOK V

AA5AE4AD3AC2AB1

UAB4AC3AE2AA1AD5AE5AC4AB3AA2AD1AC5AD4AA3AB2AE1AE3AD2AC1AB5AA4

TB

S

Keterangan :

A= PerlakuanA= Penyiraman setiap hari (kontrol)B= Penyiraman dua hari sekaliC= Penyiraman tiga hari sekaliD= Penyiraman empat hari sekaliE= Penyiraman lima hari sekali

Lampiran 2a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan I

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A17.407.607.358.658.5539.557.91

A27.207.957.758.109.5040.508.10

A36.758.657.5010.209.8542.958.59

A47.208.9512.406.2010.2044.958.99

A57.607.4013.206.608.6543.458.69

T o t a l36.1540.5548.2039.7546.75211.408.46

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 2b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan I

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok420.4005.100

Perlakuan43.9140.9780.35tn3.014.77

Galat1644.5432.784

Total2468.857

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 19.73%

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 3a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan II

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A119.0519.2029.0548.1053.56168.9633.79

A211.0023.5027.7027.1043.05132.3526.47

A313.0518.7025.0618.9529.10104.8620.97

A412.5017.8525.0514.2518.5588.2017.64

A511.1014.0017.6515.6516.7575.1515.03

T o t a l66.7093.25124.51124.05161.01569.5222.78

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 3b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan II

Sumber DBJKKTF hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok41017.842254.460

Perlakuan41123.156280.7895.41**3.014.77

Galat16830.52851.908

Total242971.526

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05)KK = 31.63%

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 4a. Data pengamatan/pengukuran tinggi tanaman kacang tunggak (cm) pengamatan III

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A182.0077.0096.0091.00101.00447.0089.40

A260.0055.0056.0047.0063.00281.0056.20

A329.0044.0054.0036.0054.00217.0043.40

A421.0026.0049.0026.0051.00173.0034.60

A520.0022.0036.0021.0041.00140.0028.00

T o t a l212.00224.00291.00221.00310.001258.0050.32

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 4b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan (cm) III

Sumber DBJKKTF hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok41645.840411.460

Perlakuan411775.0402943.76082.84**3.014.77

Galat16568.56035.535

Total2413989.440

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 11.85 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 5a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan I

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A12.02.02.53.02.512.02.40

A22.02.02.52.03.011.52.30

A32.02.02.02.53.011.52.30

A42.02.51.42.03.010.92.18

A51.02.01.02.33.09.31.86

T o t a l9.010.59.411.814.555.22.21

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 5b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok43.938400.98460

Perlakuan40.878400.219601.25tn3.014.77

Galat162.801600.17510

Total247.61840

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 18.95 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 6a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan II

PengamatanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A17.08.06.018.022.061.012.20

A26.09.08.08.013.044.08.80

A36.09.011.07.016.049.09.80

A46.08.010.06.08.038.07.60

A56.06.57.67.09.036.17.22

T o t a l31.040.542.646.068.0228.19.12

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 6b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan II

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok4150.01837.504

Perlakuan479.85819.9641.89tn3.014.77

Galat16168.95010.559

Total24398.826

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 35.62 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 7a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan III

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A121.026.027.032.038.0144.028.80

A233.017.018.023.042.0133.026.60

A315.016.021.024.043.0119.023.80

A48.012.015.010.017.062.012.40

A59.012.010.011.015.057.011.40

T o t a l86.083.091.0100.0155.0515.020.60

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 7b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan III

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok4709.200177.300

Perlakuan41326.800331.70010.53**3.014.77

Galat16504.00031.500

Total242540.000

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 27.25 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 8a. Data pengamatan/perhitungan jumlah cabang pengamatan I

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A11.01.01.02.01.06.01.20

A21.01.01.01.01.05.01.00

A31.01.02.01.01.06.01.20

A41.01.02.01.01.06.01.20

A51.01.01.01.01.05.01.00

T o t a l5.05.07.06.05.028.01.12

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 8b. Analisis varians untuk jumlah cabang pengamatan I

Sumber DBJKKTF hit

F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok40.6400.160

Perlakuan40.2400.0600.55tn3.014.77

Galat161.7600.110

Total242.640

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 29.61 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 9a. Data pengamatan/perhitungan jumlah cabang pengamatan II

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A16.09.08.06.07.036.07.20

A24.05.07.06.06.528.55.70

A33.03.03.02.03.014.02.80

A42.02.02.01.02.09.01.80

A52.02.01.03.02.010.02.00

T o t a l17.021.021.018.020.597.53.90

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 9b. Analisis varians untuk jumlah cabang pengamatan II

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok42.8000.700

Perlakuan4116.80029.20034.87**3.014.77

Galat1613.4000.837

Total24133.000

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 23.47 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 10a. Data pengamatan/perhitungan jumlah polong kacang tunggak

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A112.015.017.017.015.076.015.20

A210.011.09.09.011.050.010.00

A38.06.07.05.05.031.06.20

A45.05.05.04.04.023.04.60

A53.03.03.03.03.015.03.00

T o t a l38.040.041.038.038.0195.07.80

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 10b. Analisis varians untuk jumlah polong kacang tunggak

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok41.6000.400

Perlakuan4477.200119.30070.18**3.014.77

Galat1627.2001.700

Total24506.000

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 16.72 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 11a. Data pengamatan/pengukuran bobot biji kacang tunggak pertanaman (g)

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A182.4104.0150.8116.4342.8796.4159.28

A2306.4254.4253.6300.0272.41386.8277.36

A386.469.6138.8172.4114.9582.1116.42

A457.2124.8106.0168.0249.2705.2141.04

A564.884.065.6142.4124.4481.296.24

T o t a l597.2636.8714.8899.21103.73951.7158.07

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 11b. Analisis varians untuk bobot biji kacang tunggak per petak

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok435325.778831.444

Perlakuan4100396.3025099.0769.05**3.014.77

Galat1644380.222773.764

Total24180102.29

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 33.32 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

Lampiran 12a. Data pengamatan/pengukuran bobot 100 biji kacang tunggak (g)

PerlakuanKelompokTotalRerata

IIIIIIIVIV

A120.218.817.619.419.695.619.12

A217.218.517.019.425.197.219.44

A313.910.815.715.918.274.514.90

A45.120.620.97.018.371.914.38

A58.316.512.68.923.169.413.88

T o t a l64.785.283.870.6104.3408.616.34

Ket. :A1 = Penyiraman tiap hari

A2 = Penyiraman 2 hari sekali

A3 = Penyiraman 3 hari sekali

A4 = Penyiraman 4 hari sekali

A5 = Penyiraman 5 hari sekali

Lampiran 12b. Analisis varians untuk bobot 100 biji kacang tunggak

Sumber DBJKKT F hit F tabel

Variasi0.050.01

Kelompok4187.92646.981

Perlakuan4146.52636.6312.12tn3.014.77

Galat16276.79017.299

Total24611.242

Ket. :* = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 25.45 %

** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)

tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).

47