Kadar abu 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisis Pangan

Citation preview

Slide 1

Assalamu alaikum wrPENGERTIAN

Mineral adalah zat Anorganik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk membantu reaksi fungsional tubuh. Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan tubuh, baik pada tingkat sel, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari

Mineral Makro : > 100 mg/hari Mineral Mikro : < 100 mg/hari Jumlah mineral esensial : 24 jenis2Fungsi

Sebagai bahan pembentuk bermacam- macam jaringan tubuh Memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh Mengkatalisis reaksi yang berkaitan dengan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein maupun menkatalisis pembentukan lemak dan protein tubuh.

3Lanjutan.. Merupakan komponen hormon dan enzim Membantu dalam pengiriman isyarat saraf ke seluruh tubuh (Ca, K dan Na) Merupakan bagian dari cairan usus (Ca, Mg, K dan Na) Mengatur kepekaan saraf dan kontraksi otot (Ca, K dan Na) Mengatur proses pembekuan darah (Ca)

4Sumber :

Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat dalam makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral daripada makanan nabati

5ABSORPSI MINERAL

Mineral dalam makanan tidak semuanya dapat dimanfaatkan

Tergantung pada ketersediaan biologik : tingkatan zat gizi yang dimakan yang dapat diserap oleh tubuh

6FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI

Interaksi mineral dg mineral: misal kelebihan konsumsi kalsium akan menghambat penyerapan zat besi, kelebihan konsumsi seng akan menghambat penyerapan tembaga Interaksi vitamin dg mineral : vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi, vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium7Lanjutan

Interaksi serat dg mineral : asam fitat menghambat penyerapan zat besi, konsumsi serat > 35 mg/hari menghambat penyerapan Ca, Fe, Zn dan Mg

8Mineral makro :

Kalsium (Ca), Klor (Cl), Natrium (Na), kalium (K), fosfor (P) magnesium (Mg).

9Mineral mikro :

Besi (Fe), Iodium (I), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), seng (Zn), Kobalt (Co), Flour (F)

10ABU DAN MINERALPENETAPAN TOTAL ABU

PRINSIP Abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang sisa mineral hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 5500C.

PERALATAN

Cawan pengabuan terbuat dari platina, nikel atau silika, lengkap dengan tutupnya.Tanur pengabuan Penjepit cawan

CARA PENETAPAN Siapkan cawan pengabuan, kemudian bakar dalam tanur, dinginkan dalam desikator, dan timbang, Konstan.Timbang sebanyak 1 -2 g sampel dalam cawan tersebut, kemudian letakkan dalam tanur pengabuan, bakar sampai didapat abu berwarna abu-abu atau sampai beratnya tetap. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap : Pertama pada suhu sekitar 4000C dan kedua pada suhu 5500C.Dinginkan dalam desikator, kemudian timbang. PERHITUNGAN

CATATAN Sebelum masuk tanur, bakar dulu sampel yang ada dalam cawan pada pembakar gas sampai asapnya habis.

Pemilihan metode Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organic dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada dalam bahan, mineral yang akan dianalisa serta sensitvitas cara yang digunakanPengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral kecuali merkuri dan arsen. Cara ini membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa kandungan Ca, P dan Fe,kehilangan K dapat terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. K < 4800C. Zn < 4500C Penggunaan suhu yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut (misal timah putih).Pengabuan basah memberikan beberapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi za organic pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahap selanjutnya, proses seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hydrogen peroksida. Pangabuan basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga, timah hitam, timah putih dan seng.

PEREAKSI HNO3 Pekat H2SO4 PekatAsam perkloratHidrogen peroksidaCARA KERJAAda tiga macam cara pengabuan basah yang dapat dilakukan yaitu :Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan H2SO4Pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan HClO4 Pengabuan basah menggunakan HNO3, H2SO4 dan H2O2

Banyak sampel yang digunakan tergantung pada beberapa faktor. Apabila dikehendaki analisa satu macam mineral saja dianjurkan untuk menggunakan sampel lebih sedikit dibandingkan dengan analisa lebih dari satu macam mineral. Kandungan mineral dalam bahan serta sensitivitas prosedur yang akan digunakan juga harus dipertimbangkan.

a. Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan H2SO4 Timbang sejumlah sampel yang mengandung 5 10 gram padatan dan masukkan kedalam labu kjeldahl. Tambahkan 10 ml H2SO4 dan 10 ml (atau lebih) HNO3 dan beberapa buah batu didih.Panaskan perlahan-lahan sampai larutan berwarna gelap, hindari pembentukan buih yang berlebihan.Tambahkan 1 -2 ml HNO3 dan lanjutkan pemanasan sampai larutan lebih gelap lagi.Lanjutkan penambahan HNO3 dan pemanasan selama 5 10 menit sampai larutan tidak gelap lagi (semua zat organik telah teroksidasi), kemudian dinginkan. Tambahkan 10 ml aquades (larutan akan menjadi tidak berwarna atau menjadi kuning muda jika mengandung Fe) dan panaskan sampai berasap.Diamkan larutan sampai dingin kembali kemudian tambahkan 5 ml aquades, didihkan sampai berasap.Dinginkan dan ecerkan sampai volume tertentu.CATATAN Hindari pemanasan yang berlebihan yang mengakibatkan kegosongan untuk mencegah penguapan arsenat yang mungkin terdapat pada bahan.Jika menggunakan sampel basah (banyak mengandung air), panaskan lebih dahulu dengan HNO3, sebelum ditambah H2SO4. Perlakuan selanjutnya sama dengan jika digunakan sampel padat.

20

terima kasih21