Upload
leliem
View
263
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJI EKSPERIMENTAL DAN SIMULASI CFD PROSES
PENGAYAAN HIDROGEN DALAM GAS HASIL GASIFIKASI
SEKAM PADI DAN ARANG KAYU DENGAN MEDIA UAP
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh:
ARIF FIRMAN AJI NIM. I1408505
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KAJI EKSPERIMENTAL DAN SIMULASI CFD PROSES
PENGAYAAN HIDROGEN DALAM GAS HASIL GASIFIKASI
SEKAM PADI DAN ARANG KAYU DENGAN MEDIA UAP
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Oleh:
ARIF FIRMAN AJI NIM. I1408505
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
SURAT TUGAS
Menyusul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KAJI EKSPERIMENTAL DAN SIMULASI CFD PROSES
PENGAYAAN HIDROGEN DALAM GAS HASIL GASIFIKASI
SEKAM PADI DAN ARANG KAYU DENGAN MEDIA UAP
Disusun oleh:
Arif Firman Aji NIM. I1408505
Dosen Pembimbing I
Dr. techn Suyitno, S.T,.M.T. NIP. 197409022001121002
Dosen Pembimbing II
Wibawa Endra Juwana, S.T., M.T. NIP. 197009112000031001
Telah dipertahankan di hadapan Tim Dosen Penguji pada hari ............, tanggal ....
2012
1. Zainal Arifin, S.T., M.T. NIP. 197303082000031001
…………………………
2. Dr. Dwi Aries Himawanto, S.T., M.T. NIP. 197403262000031001
…………………………
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Didik Djoko Susilo, S.T., M.T. NIP . 97203131997021001
Koordinator Tugas Akhir
Wahyu Purwo R., S.T, M.T. NIP. 197202292000121001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Kaji Eksperimental dan Simulasi CFD Proses Pengayaan Hidrogen dalam Gas Hasil Gasifikasi Sekam Padi dan Arang
Kayu dengan Media Uap
Arif Firman Aji Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penggunaan uap sebagai agen dalam gasifikasi biomasa merupakan salah satu metode untuk pengayaan hidrogen. Studi eksperimen gasifikasi uap untuk dua macam biomasa (sekam padi, arang kayu) dan campuran keduanya dilakukan pada reaktor bertemperatur 650oC dan uap bertemperatur 400oC dan 500oC. Rasio uap/biomasa divariasikan dari 0, 0,25, 0,5, dan 1. Zat penjerab (CaO) yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menjerab CO2 yang berakibat pada peningkatan hidrogen dalam gas hasil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio uap/biomasa, temperatur uap sebagai agen gasifikasi dan rasio CaO/biomasa terhadap hasil hidrogen dalam gas hasil. Lebih lanjut, simulasi dengan menggunakan CFD Fluent dilakukan untuk mempelajari mekanisme terbentuknya gas hasil pada gasifikasi sekam padi-uap. Gas hasil dengan konsentrasi hidrogen maksimum untuk gasifikasi uap dari sekam padi, arang kayu dan campuran keduanya berturut-turut adalah 43,8%, 51,7%, dan 51,7% yang diperoleh pada temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 0,25. Pada penggunaan CaO sebagai penjerab CO2 dalam gasifikasi uap dari sekam padi, arang kayu dan campuran keduanya, hasil hidrogen tertinggi berturut-turut adalah 52,63%, 54,7%, dan 74,73% yang diperoleh pada temperatur uap 500oC, dan rasio uap/biomasa = 0,25 dan rasio CaO/biomasa = 1. Sementara hasil simulasi menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil eksperimen.
Kata kunci: gasifikasi uap, biomasa, pengayaan hidrogen, CaO, Fluent.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Experimental Study and CFD Simulation of Hydrogen Enrichment Process in Producer Gas of Steam Gasification of
Rice Husk and Wood Charcoal
Arif Firman Aji Mechanical Engineering Department
Engineering Faculty of Sebelas Maret University Surakarta, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstract
The using of steam as the agent in biomass gasification is one of the hydrogen enrichment methods. Steam-gasification experimental study of two kinds of biomass (rice husk and wood charcoal) and mixture of both were carried out at reactor temperatures of 650oC and steam temperatures of 400oC and 500oC. Steam/biomass ratio was varied at 0, 0.25, 0.5, and 1. The adsorbent used in this study is CaO to absorb CO2 which resulting in increasing of hydrogen in producer gas. The aim of this study are to determine the effect of steam/biomass ratio, temperature of steam as the gasification agent, and CaO/biomass ratio on hydrogen yield in producer gas. Furthermore, simulations using CFD fluent was conducted to study the mechanism of producer gas forming on rice husk-steam gasification. Producer gas with maximum hydrogen concentration for steam gasification of rice husk, wood charcoal, and mixture of both is 43.8%, 51.7%, and 51.7% respectively were obtained at steam temperature of 500oC, ratio of steam/biomass = 0.25. In the using of CaO as CO2 adsorber on steam gasification of rice husk, wood charcoal and mixture of both, the highest of hydrogen yield is 52.63%, 54.7%, and 74.73% respectively were obtained at steam temperature of 500oC, ratio of steam/biomass = 0.25 and ratio of CaO/biomass = 1. While the simulation show that the results are not much different from the experimental results.
Keywords: steam gasification, biomass, hydrogen enrichment , CaO, Fluent.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
dan menyelesaikan Tugas Akhir “Kaji Eksperimental dan Simulasi CFD Proses
Pengayaan Hidrogen dalam Gas Hasil Gasifikasi Sekam Padi dan Arang Kayu
dengan Media Uap” ini dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Skripsi ini, terutama kepada:
1. Sang Pencipta, Allah SWT, atas segala kenikmatan dan kemudahan yang
telah diberikan.
2. Bapak Dr. techn Suyitno, M.T. selaku pembimbing I atas bimbingan serta
nasehatnya hingga selesainya penulisan skripsi ini.
3. Bapak Wibawa Endra Juwana, S.T., M.T. selaku pembimbing II yang
senantiasa memberikan arahan, saran, serta bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Didik Djoko Susilo, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
UNS Surakarta.
5. Bapak Bambang Kusharjanta, S.T., M.T. selaku pembimbing akademis yang
selalu memberikan motivasi dan semangat dari awal masuk kuliah sampai
sekarang.
6. Seluruh staf dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret atas bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh
pendidikan.
7. Almarhum Bapak, Ibu, Om Edi, Bulek Sri, Om Kus, Bulek Noor, adikku
Bayuaji Saputro dan seluruh keluarga atas do’a, motivasi dan dukungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
material maupun spiritual selama penyelesaian masa kuliah dan Tugas Akhir
ini.
8. Teman seperjuangan di LBAE (Laboratorium Biofuel and Advanced Energy),
Darmanto, S.T., Ocky Dwi HP., S.T., Thoharudin S.T., M.T., Arif Setyo N.,
S.T., M.T., Imam Sholahudin, S.T., Lukmanul Hakim, S.T., Khamdan
Mujadi, Bomby Duswara, Hery Kusbandryo, Imam Saputra, Kinastryan Jita
Kroda, yang sudah membantu dan bekerja sama dalam pengerjaan Tugas
Akhir ini.
9. Teman-teman Teknik Mesin Transfer 2009.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan spiritual hingga
terselesainya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi
ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan dan kita semua
Amin.
Surakarta, Oktober 2012
Arif Firman Aji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman Halaman judul ...................................................................................................... i Halaman Surat Penugasan ................................................................................... ii Halaman Pengesahan ........................................................................................... iii Halaman Abstrak ................................................................................................. iv Kata Pengantar ..................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Batasan Masalah ................................................................................. 2 1.3. Perumusan Masalah ............................................................................ 3 1.4. Tujuan dan Manfaat ........................................................................... 3 1.5. Sistematika Penulisan ......................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5 2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5 2.2. Dasar Teori ......................................................................................... 10
2.2.1. Gasifikasi .................................................................................. 10 2.2.2. Computational Fluid Dynamic (CFD) Fluent ........................ 12 2.2.3. Prosedur Pemodelan Geometri Menggunakan GAMBIT ...... 15 2.2.4. Prosedur Simulasi Dalam FLUENT ........................................ 16 2.2.5. Parameter Penyelesaian Dalam FLUENT .............................. 19
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 21 3.1. Tempat Pengujian ............................................................................... 21 3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan ....................................................... 21 3.3. Prosedur Penelitian (eksperimen) ...................................................... 25 3.4. Simulasi Dalam FLUENT ................................................................. 27 3.5. Skema penelitian ................................................................................ 28 3.6. Tahap Penelitian .................................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31 4.1. Analisis CFD pada Gasifikasi Sekam Padi-Uap .............................. 31 4.2. Konsentrasi Gas H2 dan CO dalam Gasifikasi tanpa CaO ............... 36 4.3. Konsentrasi Gas H2 dan CO dalam Gasifikasi dengan Penambahan
Adsorben CaO .................................................................................... 39 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 44
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 44 5.2. Saran .................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 46 LAMPIRAN ....................................................................................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Data konstanta reaksi dalam persamaan 11 sampai 13 ................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Reaktor gasifikasi .................................................................... .. 21 Gambar 3.2 Voltage regulator ...................................................................... .. 21 Gambar 3.3 AC Clamp-on Meter .................................................................... 22 Gambar 3.4 Thermoreader .............................................................................. 22 Gambar 3.5 Thermocouple ............................................................................. 23 Gambar 3.6 Stopwatch .................................................................................... 23 Gambar 3.7 Gas Analyzer ............................................................................... 23 Gambar 3.8 Sekam padi .................................................................................. 24 Gambar 3.9 Arang kayu .................................................................................. 24 Gambar 3.10 Calsium Oxide (CaO) ................................................................. 25 Gambar 3.11 Skema Penelitian ......................................................................... 28 Gambar 3.12 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 30 Gambar 4.1 Konsentrasi H2 dalam producer gas dari eksperimen dan simulasi pada gasifikasi sekam .................................................. 31 Gambar 4.2 Konsentrasi CO dalam producer gas dari eksperimen dan simulasi pada gasifikasi sekam .................................................. 32 Gambar 4.3 Profil temperatur (K) dalam reaktor gasifikasi sekam padi-uap
dengan temperatur uap 400oC .................................................... 32 Gambar 4.4 Laju reaksi R1 s.d. R3 pada gasifikasi sekam padi dengan
temperatur uap 400oC ................................................................. 33 Gambar 4.5 Profil temperatur (K) dalam reaktor gasifikasi sekam padi-uap
dengan temperatur uap 500oC .................................................... 34 Gambar 4.6 Laju reaksi R1 s.d. R3 pada gasifikasi sekam padi dengan
temperatur uap 500oC ................................................................. 35 Gambar 4.7 Konsentrasi hidrogen dalam producer gas pada gasifikasi dengan temperatur uap 400°C dan tanpa CaO ......................... 37 Gambar 4.8 Temperatur reaktor gasifikasi pada gasifikasi dengan temperatur uap 400°C ................................................................. 38 Gambar 4.9 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi dengan
temperatur uap 500°C dan tanpa CaO ....................................... 38 Gambar 4.10 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi dengan
temperatur uap 400°C dan tanpa CaO ....................................... 39 Gambar 4.11 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi dengan
temperatur uap 500°C dan tanpa CaO ....................................... 39 Gambar 4.12 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi sekam dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO ....................... 40 Gambar 4.13 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi sekam + arang dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO ............. 41 Gambar 4.14 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi arang dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO ....................... 41 Gambar 4.15 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi sekam dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO ....................... 42 Gambar 4.16 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi sekam + arang dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO ............. 42 Gambar 4.17 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi arang dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO ....................... 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR NOTASI
ρ = Massa jenis (kg/m3) vr = Kecepatan arah r (m/s) vx = Kecepatan arah x (m/s) t = Waktu (s) r = Jari-jari reaktor (m) Sm = Penambahan massa Fx = Gaya benda yang bekerja pada arah aksial (N) Fr = Gaya benda yang bekerja pada arah radial (N) µ = Viskositas (kg/m.s) keff = Konduktifitas termal efektif (W/m.K)
jjr
= Fluks difusi spesies j Sh = Penambahan sumber panas volumetrik (misalnya panas oleh reaksi kimia) E = Energi total spesifik (kJ/kg) h = Entalpi sensibel (kJ/kg) p = Tekanan (Pa)
t = Tensor tegangan vr
= Vektor kecepatan (m/s) A = Faktor pre-eksponensial E = Energi aktivasi (kJ/mol) R = Konstanta gas universal (J/kmol.K) T = Temperatur (K)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: Simulasi dalam FLUENT ............................................................. 49 Lampiran B: Data pengujian ............................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampai saat ini ketergantungan Indonesia akan bahan bakar fosil sebagai
sumber energi cukup besar. Bahan bakar fosil tersebut digunakan hampir di
seluruh sektor kehidupan manusia sehingga konsumsi energi di Indonesia semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Dalam laporannya, Kementerian ESDM mencatat
bahwa konsumsi energi final pada skenario dasar diperkirakan tumbuh rata-rata
6,7% per tahun (ESDM, 2009). Pada akhir tahun 2009, konsumsi energi final di
Indonesia mencapai angka sekitar 893.756.219 BOE (ESDM, 2010). Di sisi lain,
menipisnya cadangan sumber energi fosil dan meningkatnya kerusakan
lingkungan akibat penggunaan energi fosil telah menjadi ancaman. Tercatat
bahwa cadangan terbukti maupun cadangan potensial minyak bumi Indonesia
sebesar 7,41 miliar barel. Apabila cadangan yang ada diproduksikan dengan
tingkat produksi saat ini maka cadangan minyak bumi Indonesia akan habis
selama 12 tahun mendatang (BP Migas, 2011). Melihat kondisi tersebut maka saat
ini sangat diperlukan penelitian yang intensif untuk mencari, mengoptimalkan dan
menggunakan sumber energi alternatif atau terbarukan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang dewasa ini menjadi perhatian besar
di banyak negara adalah biomasa. Potensi Indonesia dalam menyediakan biomasa
sangatlah besar mengingat status Indonesia sebagai negara agraris yang
menghasilkan produk pertanian dan kehutanan yang melimpah tiap tahunnya. Dari
sektor pertanian, sekam padi merupakan salah satu biomasa yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi terbarukan. Sekam merupakan limbah
penggilingan padi yang jumlahnya mencapai 20-23 % dari gabah (Rahmat, 2006),
jumlahnya sangat melimpah di Indonesia dan kurang dimanfaatkan sehingga
banyak yang menjadi sampah. Jika produksi padi tahun 2010 sebesar 66,41 juta
ton gabah kering giling (GKG) (BPS, 2011), maka jumlah sekam yang dihasilkan
lebih dari 13,282 juta ton. Sekam padi mempunyai kandungan energi yang rendah
(14,5 MJ/kg), massa jenis yang rendah sekitar 110 kg/m3, dan kadar abunya yang
tinggi sekitar 20% (Suyitno, 2009). Sementara itu, hutan Indonesia dengan 104
jenis pohonnya menyimpan cadangan karbon yang potensial (Kemenhut, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Selama ini, potensi pohon hanya dihitung berdasarkan besarnya volume kayu batang
pohon yang dimanfaatkan untuk industri-industri pengolahan kayu yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Ternyata tidak hanya batang, bagian-bagian pohon yang lain
seperti cabang, ranting, daun dan akar mempunyai peran besar dalam menyimpan
karbon. Salah satunya adalah dalam bentuk arang kayu.
Untuk memanfaatkan energi biomasa terutama sekam padi dan arang kayu
secara efektif, diperlukan teknik atau cara yang salah satunya adalah dengan
gasifikasi yang akan menghasilkan gas mampu bakar seperti karbon monoksida,
hidrogen, metana, dan gas yang tidak dapat terbakar seperti karbon dioksida,
nitrogen, serta menghasilkan sedikit uap air. Menurut Kathleen McHugh,
beberapa teknik atau metode dalam menghasilkan hidrogen dari bahan bakar fosil
dan biomasa diantaranya adalah steam methane reforming (SMR), partial
oxidation/autothermal reforming of methane, coal gasification, biomass
pyrolysis/gasification (McHugh, 2005). Sedangkan gasifikasi dengan
menggunakan udara sebagai agen atau media yang telah banyak dilakukan,
menghasilkan gas hidrogen dengan konsentrasi rendah. Oleh karena itu,
penggunaan uap sebagai media gasifikasi banyak diteliti. Tetapi dengan
kandungan fixed carbon (FC) sekam padi yang relatif rendah sekitar 17,4%
(Jamradloedluk, Panomai dkk.), maka reaksi yang terjadi pada proses gasifikasi
uap menjadi kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu metode yang
juga diteliti adalah co-gasification yang memadukan biomasa sekam padi dan
arang kayu sebagai bahan baku.
Dari alasan tersebut, maka diperlukan penelitian dalam pengayaan hidrogen
melalui gasifikasi uap-biomasa yang dilakukan secara eksperimen dan simulasi
melalui computational fluid dynamic (CFD).
1.2. Batasan Masalah
Pada penelitian yang akan dilaksanakan masalah dibatasi sebagai berikut:
1. Bahan baku biomasa yang digunakan adalah sekam padi dan arang kayu
dengan ukuran partikel arang kayu lolos 20 mesh tertahan 30 mesh,
dengan variasi bahan uji 100% sekam padi, 50% sekam padi dicampur
dengan 50% arang kayu, dan 100% arang kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2. Pemanasan dilakukan pada bagian luar reaktor dengan menggunakan
pemanas listrik.
3. Dalam proses gasifikasi, temperatur awal reaktor 650oC (Yan, Luo dkk.,
2010).
4. Temperatur uap yang digunakan adalah 400oC dan 500oC.
5. Variasi rasio uap/biomasa yang digunakan adalah 0,25/1, 0,5/1, dan 1/1.
6. Massa awal biomasa yang akan digasifikasi adalah 145 g.
7. Proses gasifikasi dilakukan dengan dan tanpa zat penjerab (sorbent),
dimana zat penjerab yang digunakan adalah CaO.
8. Variasi rasio CaO/biomasa yang digunakan adalah 0,25/1, 0,5/1, dan 1/1.
9. Simulasi menggunakan computational fluid dynamic (CFD) dengan
menggunakan software FLUENT.
1.3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variasi rasio uap/biomasa terhadap hasil kandungan
H2 pada proses gasifikasi.
2. Bagaimana pengaruh temperatur uap sebagai agen atau media gasifikasi
terhadap hasil kandungan H2 pada proses gasifikasi.
3. Bagaimana pengaruh zat penjerab batu kapur (CaO) terhadap hasil
kandungan H2 pada proses gasifikasi.
4. Bagaimana simulasi proses gasifikasi uap-biomasa yang dilakukan dengan
menggunakan software CFD FLUENT.
1.4. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh variasi rasio uap/biomasa terhadap hasil kandungan
H2 dalam gas produk gasifikasi.
2. Mengetahui pengaruh temperatur uap sebagai agen atau media gasifikasi
terhadap hasil kandungan H2 dalam gas produk gasifikasi.
3. Mengetahui pengaruh penambahan CaO terhadap hasil kandungan H2
dalam gas produk gasifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4. Membandingkan proses dan hasil gasifikasi dengan metode eksperimental
dan simulasi.
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Mampu meningkatkan pemahaman tentang proses gasifikasi dan
mendapatkan manfaat dari pengembangan proses baru untuk mendapatkan
gas yang kaya hidrogen.
2. Didapatkan nilai-nilai parameter yang tepat untuk mendapatkan jumlah
hidrogen yang tinggi dalam gas produk gasifikasi. Parameter tersebut
diantaranya temperatur uap sebagai media gasifikasi, rasio uap/biomasa.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, perumusan masalah, batasan masalah dan sistematika
penulisan.
BAB II : Dasar teori, berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan proses
gasifikasi uap-biomasa dan reforming.
BAB III : Metodologi penelitian, menjelaskan peralatan yang digunakan,
tempat dan pelaksanaan penelitian, langkah-langkah percobaan dan
pengambilan data.
BAB IV : Data dan Analisa, berisi data hasil pengujian dan analisa data hasil
pengujian.
BAB V : Penutup, berisi kesimpulan penelitian dan saran yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Bishnu Acharya, Animesh Dutta, dkk.
(Acharya, Dutta dkk., 2010) adalah untuk mengetahui potensi produksi hidrogen
dari gasifikasi uap biomasa dengan pemberian CaO sebagai zat sorbent dan
pengaruh parameter operasi (rasio uap/biomasa, temperatur, dan rasio
CaO/biomasa) yang berbeda. Produk gas dengan konsentrasi hidrogen sampai
dengan 54,43% diperoleh pada rasio uap/biomasa sebesar 0,83, dan rasio
CaO/biomasa = 2, serta pada temperatur operasi 670oC. Penurunan konsentrasi
karbon dioksida sebanyak 93,33% bila dibandingkan dengan gasifikasi tanpa
adanya CaO, ditemukan pada rasio CaO/biomasa dengan nilai 2. Pemodelan
matematika dengan metode Gibbs free energy minimization dikembangkan dan
kemudian dibandingkan dengan hasil eksperimen ini. Hasilnya menunjukkan
bahwa dalam peningkatan rasio uap/biomasa dari 0,58 sampai 1,58, hasil
maksimum hidrogen sebesar 230,28 ml/g biomasa dicapai pada rasio uap/biomasa
0,83. Konsentrasi hidrogen 54,96% diperoleh pada rasio uap/biomasa 0,83.
Konsentrasi karbon dioksida sekitar 1% untuk rasio uap yang berbeda-beda pada
variasi rasio CaO/biomass 1,5. Naiknya temperatur reaktor akan menaikkan
jumlah hidrogen tetapi temperatur diatas 670oC akan menurunkan konsentrasi
hidrogen dalam gas hasil. Untuk kisaran temperatur yang diteliti, hasil hidrogen
maksimum adalah 315,08 ml/g biomasa diperoleh pada temperatur 710oC.
Peningkatan rasio CaO/biomasa sangat meningkatkan konsentrasi dan jumlah
hidrogen dalam gas hasil. Konsentrasi hidrogen naik dua kali lipat dari 23,29%
(CaO/biomasa = 0) menjadi 54,54% (CaO/Biomass = 2). Hasil maksimum
hidrogen sebesar 375,56 ml/g biomasa diperoleh pada rasio CaO/biomasa = 2.
Kecenderungan model matematika yang dikembangkan dengan konsep Gibbs free
energy minimization untuk hidrogen dan karbon dioksida ternyata cocok dengan
hasil percobaan yang dilakukan. Tetapi sesuai perkiraan, hasil pemodelan
melebihi perkiraan konsentrasi hidrogen. Sehingga persamaan koreksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dikembangkan yang dengan mudah mengoreksi hasil yang diperoleh dari model
untuk dicocokkan dengan hasil percobaan.
Pada tahun 2006, Ligang Wei, Shaoping Xu, dkk. (Wei, Xu dkk., 2006) telah
melakukan penelitian gasifikasi dengan media uap bertemperatur 400oC pada laju
pemanasan tinggi (1000oC/s) terhadap dua jenis biomasa (legume straw dan pine
sawdust) yang juga membandingkan penggunaan empat jenis katalis alami (pasir,
batu gamping, olivine, dan dolomite). Parameter-parameter yang diteliti
diantaranya pengaruh rasio uap/biomasa terhadap jumlah gas produk dan
komposisi gas produk, pengaruh temperatur reaktor terhadap jumlah gas produk
dan komposisi gas produk, perbandingan pengaruh penggunaan katalis terhadap
jumlah gas produk dan komposisi gas produk. Penelitian ini menggunakan nilai
rasio massa uap/biomasa antara 0-1 g/g dan temperatur reaktor antara 750-850oC.
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan bahwa hasil gas untuk
kedua jenis biomasa tersebut meningkat seiring dengan meningkatnya rasio massa
uap/biomasa. Tar dan arang dari legume straw berturut-turut turun dari 5,5 wt%
ke 2,8 wt% dan dari 7,4 wt% ke 2,4 wt%. Sedangkan tar dan arang dari pine
sawdust berturut-turut turun dari 3,6 wt% ke 1,5 wt% dan dari 5,5 wt% ke 3,0
wt%. Sementara itu, konsentrasi CO2 dan H2 meningkat dengan meningkatnya
nilai rasio uap/biomasa. Hal ini berlawanan dengan konsentrasi CO dan CH4 yang
menurun ketika rasio uap/biomasa meningkat. Nilai maksimum konsentrasi H2
pada gas produk untuk biomasa jenis legume straw sebesar 40,3 mol% dicapai
pada nilai rasio uap/biomasa 0,6 g/g. Sedangkan untuk biomasa jenis pine
sawdust, nilai konsentrasi H2 sebesar 36,8 mol% pada rasio uap/biomasa 1/1 dan
masih mengalami peningkatan. Perbandingan molar H2/CO, untuk kedua jenis
biomasa (legume straw dan pine sawdust) mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya nilai rasio uap/biomasa. Sedangkan perbandingan molar CO/CO2
untuk kedua jenis biomasa di atas, justru mengalami penurunan ketika nilai rasio
uap/biomasa dinaikkan. Efek dari kenaikan temperatur reaktor terhadap hasil gas
pada rasio uap/biomasa 0,6 g/g menunjukkan bahwa temperatur reaktor yang
semakin naik akan meningkatkan jumlah gas hasil dari kedua jenis biomasa. Hal
sebaliknya terjadi pada tar dan hasil arang. Keduanya mengalami penurunan saat
temperatur reaktor naik. Perbandingan pemberian keempat jenis katalis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menunjukkan bahwa dolomite memberikan efek jumlah gas paling tinggi dan
jumlah tar paling sedikit diantara katalis yang lain pada kondisi temperatur
gasifikasi 800oC dan rasio uap/biomasa 0,6 g/g. Konsentrasi H2 melalui
pemberian dolomite sebagai katalis meningkat sebesar 10% untuk legume straw
dan 15% untuk sawdust dibandingkan dengan katalis pasir.
Dalam penelitiannya, Feng Yan, Si-yi Luo, dkk. (Yan, Luo dkk., 2010)
melakukan gasifikasi dengan media uap terhadap arang serbuk gergaji kayu pinus
selama 15 menit yang dilakukan pada variasi temperatur 600-850oC dan dengan
variasi laju uap 0-0,357 g/menit untuk setiap gram biomasa. Dari hasil penelitian
tersebut, menunjukkan bahwa dengan temperatur gasifikasi yang tinggi dan
penggunaan uap sebagai media gasifikasi dengan ukuran yang tepat akan
menghasilkan gas kering dengan jumlah yang lebih banyak dan efisiensi konversi
karbon yang lebih tinggi. Dapat disimpulkan bahwa temperatur yang lebih tinggi,
akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan hidrogen secara signifikan.
Selain itu, jumlah uap yang tepat juga sangat meningkatkan kandungan hidrogen
dan efisiensi konversi karbon. Namun jumlah uap yang berlebihan akan
mengurangi jumlah gas dan akan menurunkan efisiensi konversi karbon. Nilai
tertinggi gas kering sebesar 2,44 Nm3/kg, dan jumlah hidrogen tertinggi 57,07
mol/kg serta efisiensi konversi karbon 95,78% dicapai pada temperatur 850oC dan
pada laju aliran uap 0,165 g/menit untuk setiap gram biomasa arang.
K. Sangtongam, J. Gmurczyk, dkk (Sangtongam, Gmurczyk dkk., 2007)
melakukan penelitian gasifikasi dengan uap yang bertemperatur tinggi (700oC
sampai 1200oC) dari reaksi gas hidrogen dan gas oksigen terhadap tiga macam
bahan baku yaitu kertas, tatal kayu pinus kuning, dan batubara hitam Pittsburgh.
Dengan menggunakan dua macam variasi rasio uap/bahan baku (laju massa uap
6,3 g/menit dan 3,3 g/menit), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
parameter gasifikasi terhadap gas yang dihasilkan. Selain dengan metode
eksperimen, simulasi dengan menggunakan CFD Fluent juga digunakan untuk
mengurangi banyaknya eksperimen yang dilakukan. Metode simulasi ini juga
berfungsi untuk mengetahui profil parameter-parameter pada reaktor untuk
dicocokkan dengan pengujian. Dari hasil simulasi pada pengujian dengan
temperatur uap 900oC dan laju uap 6,3 g/menit menunjukkan bahwa lama reaksi 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menit menghasilkan konsentrasi hidrogen dalam gas hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lama reaksi 1 menit. Penelitian ini menunjukkan bahwa
kadar H2 dan CO meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur untuk
ketiga macam bahan baku. Sebaliknya, kadar CO2 dan CH4 mengalami penurunan
seiring dengan paningkatan temperatur untuk ketiga macam bahan baku. Hasilnya
adalah hidrogen dengan kadar 54,7% pada gasifikasi kertas, hidrogen dengan
kadar 60,2% pada gasifikasi tatal kayu pinus, dan hidrogen dengan kadar 57,8%
pada gasifikasi batubara. Hasil tersebut dicapai pada variasi laju uap sebesar 6,3
gr/menit dan temperature uap 1200oC Penelitian secara eksperimen dan simulasi
ini menyimpulkan bahwa proses gasifikasi dengan uap temperatur tinggi dapat
menghasilkan gas hasil dengan kandungan hidrogen yang kaya sampai dengan
60%. Selain itu, CO2 dan hidrokarbon yang dihasilkan juga minimal. Melalui
gasifikasi dengan temperatur yang cukup tinggi, tar juga dapat diminimalisir dari
gas hasil. Jumlah tar yang dihasilkan dipengaruhi oleh tipe agen atau media
gasifikasi, dan temperaturnya. Sehingga membuat proses ini cukup bersih untuk
mengubah sampah atau bahan hidrokarbon lainnya menjadi gas dengan
kandungan hydrogen yang tinggi. Hasil tar mengalami pengurangan sepuluh kali
lipat dicapai dengan menaikkan temperatur uap dari 600oC sampai dengan 1200oC
pada gasifikasi tatal kayu pinus dan kertas.
Dalam penelitian simulasi yang dilakukan oleh M. K. Yunus, M. M. Ahmad,
dkk. (Yunus, Ahmad dkk., 2010), pemodelan dilakukan untuk memprediksi
hidrogen hasil gasifikasi pada temperatur antara 600oC sampai dengan 1000oC,
pada tekanan atmosfer, dengan laju biomasa 1 ton/jam, laju uap sebesar 2,4
ton/jam, dan laju adsorbent 3,5 ton/jam. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efek dari temperatur, rasio uap/biomasa, rasio adsorbent/biomasa
dimana adsorbent yang digunakan adalah CaO, dan hidrogen dengan fraksi mol
0,85 diprediksi dapat dihasilkan dalam gas hasil. Perbandingan dengan data
percobaan dari literatur juga dilakukan. Asumsi dilakukan untuk mempermudah
dalam pemodelan tersebut. Biomasa diasumsikan sebagai karbon, gasifikasi
terjadi secara isothermal dan kondisi steady state, abu dianggap sebagai zat inert
dan tidak disertakan dalam reaksi, reaksi karbonisasi diasumsikan sebagai reaksi
maju, dan reaksi lainnya dianggap dalam kesetimbangan. Hasil gasifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
diasumsikan antara lain: hidrogen (H2), karbon monoksida (CO), karbon dioksida
(CO2), dan metana (CH4). Dari penelitian tersebut, efek dari rasio uap/biomasa
antara 2 sampai 3 dan pada temperatur 850oC, serta pada rasio adsorbent/biomasa
3,5 menunjukkan bahwa hydrogen sebagai produk utamamengalami kenaikan dari
79% menjadi 85% dan menjadi konstan pada nilai tersebut. Sedangkan
kecenderungan dari metana dan CO turun selama peningkatan rasio uap/biomasa
tersebut. Sebaliknya, CO2 mengalami peningkatan. Temperatur mempengaruhi
komposisi gas dan terutama kadar hidrogen dalam gas. Pada kisaran temperatur
600oC sampai 1000oC, dengan rasio uap/biomasa 2,4 dan adsorbent/biomasa 3,5,
menunjukkan bahwa hidrogen hampir konstan dalam kisaran temperatur tersebut.
Gas lainnya seperti metana, CO2 mengalami peningkatan, sedangkan CO menurun
seiring dengan kenaikan temperatur dari 600oC sampai 1000oC. Sementara itu,
pengaruh rasio adsorbent/biomasa pada rasio 1,5 sampai 4,5 terhadap komposisi
gas hasil pada temperatur 850oC dan pada rasio uap/biomasa 2,4, menunjukkan
bahwa produksi hidrogen naik sampai pada rasio adsorbent/biomasa 3,5.
Selanjutnya, kecenderungan menjadi konstan pada 85 mol %. Kecenderungan
yang serupa juga terjadi pada produksi metana yang meningkat pada rasio 3,5.
Produk CO mencapai kesetimbangan, sedangkan produk CO2 menurun sampai
pada rasio 3,5 dan bernilai nol pada rasio diatas 3,5. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa adsorbent/biomasa optimal pada rasio 3,5. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model prediksi peningkatan gasifikasi biomassa dengan media
uap yang berhasil dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak simulasi
ICON. Hasil yang diperoleh menunjukkan kecocokan dan mengikuti tren dalam
literatur. Kondisi optimum gasifikasi biomassa dicapai pada 850oC, rasio
uap/biomasa 2,4 dan rasio adsorben/biomassa 3,5. Analisis ekonomi awal
menunjukkan bahwa metode yang diusulkan layak hasil ini bisa menjadi platform
untuk mengembangkan lebih lanjut desain proses yang lebih rinci dalam produksi
hidrogen secara komersial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar menjadi gas yang bisa
terbakar (CO, H₂ dan CH₄), dan gas yang tidak dapat terbakar (CO2, N2, sedikit
uap air) melalui reaksi termokimia dengan menggunakan sejumlah oksigen yang
kurang dari persamaan stoikiometri. Media yang digunakan dapat berupa udara,
uap, karbon dioksida, oksigen murni atau campuran dari gas-gas tersebut.
Teknologi gasifikasi dapat digunakan untuk memperoleh lebih banyak gas
sintetis dengan dampak polusi yang rendah. Gasifikasi dapat dikelompokkan
berdasarkan agen gasifikasi yaitu udara, uap, uap-oksigen, udara-uap, dll.
Gasifikasi biomasa dengan menggunakan udara telah banyak dikembangkan
untuk aplikasi di bidang industri. Akan tetapi teknologi ini menghasilkan gas
dengan nilai kalor yang rendah (4-6 MJ/m3) dan hanya 8-14%vol hidrogen yang
dihasilkan. Sedangkan proses gasifikasi biomasa dengan agen uap mampu
menghasilkan gas sintetis dengan nilai kalor 10-16 MJ/m3 dan hidrogen sebesar
30-60%vol (Lv, Xiong dkk., 2004). Penggunaan uap sebagai agen, akan bereaksi
dengan arang (karbon) yang akan menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida
sehingga gas yang dihasilkan akan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gasifikasi dengan agen udara. Dengan adanya reaksi yang
menghasilkan karbon monoksida dan hidrogen maka gasifikasi dengan uap air
akan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi dari gasifikasi dengan udara. Uap
sebagai agen mempunyai peranan penting dalam peningkatan kadar hidrogen
dalam gas hasil. Tetapi peranan uap memiliki porsi yang lebih rendah
dibandingkan dengan karbon yang terkandung dalam biomasa untuk
menghasilkan kadar hidrogen tertinggi dalam gas hasil. Hal ini diperkuat dengan
beberapa penelitian gasifikasi uap terhadap biomasa yang menghasilkan kadar
hidrogen tertinggi pada rasio uap/biomasa dibawah 1/1 (Wei, Xu dkk., 2006;
Acharya, Dutta dkk., 2010). Tetapi jumlah uap yang berlebih akan menyebabkan
temperatur reaksi menjadi turun dan juga menyebabkan penurunan jumlah gas dan
konsentrasi hidrogen (Peng-mei, Jie dkk., 2003).
Proses kimia gasifikasi terdiri dari reaksi-reaksi gas-gas (reaksi homogen)
dan reaksi padat-gas (reaksi heterogen) dalam beberapa tahap. Reaksi gasifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
karbon uap merupakan reaksi antara karbon dan uap menghasilkan hidrogen dan
karbon monoksida. Reaksi tersebut bersifat endotermik sehingga memerlukan
energi (panas) untuk bereaksi. þ + Ǵ挠 → Ǵ挠+ þ ∆H = 118.9 kJ/mol (1)
Reaksi gasifikasi karbon uap dilanjutkan dengan reaksi metanasi, dimana
terbentuknya gas metana yang merupakan hasil reaksi antara karbon dan uap.
Rekasi tersebut mengeluarkan sejumlah panas sehingga disebut dengan reaksi
eksotermik. Reaksi metanasi dapat dilihat pada persamaan 2. þ + 2Ǵ挠 → þǴ恼 ∆H = -74,8 kJ/mol (2)
Gas metana yang terbentuk pada reaksi metanasi kemudian bereaksi
dengan uap air membentuk gas karbon monoksida dan hidrogen. Reaksi
pembentukan hidrogen dan karbon monoksida dari metana dan uap air disebut
dengan reaksi methane steam reforming. Reaksi methane steam reforming
memerlukan panas dalam reaksi membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida
yang dapat dilihat pada persamaan 3. þǴ恼+ Ǵ挠 → þ + 3Ǵ挠 ∆H = 222,35 kJ/mol (3)
Terbentuknya karbon monoksida pada reaksi gasifikasi karbon uap dan
methane steam reforming, secara simultan karbon monoksida tersebut bereaksi
dengan uap air membentuk hidrogen dan karbon dioksida yang disebut dengan
reaksi water gas shift. Reaksi tersebut dapat terjadi secara reversibel (bolak-balik)
dengan melepas energi untuk reaksi maju membentuk hidrogen dan karbon
dioksida dan reaksi mundur dengan menyerap energi membentuk karbon
monoksida dan uap air. Reaksi water gas shift dapat dilihat pada persamaan 4. þ + Ǵ挠 → Ǵ挠+ þ 挠 ∆H = -42 kJ/mol (4)
Pada gasifikasi biomassa uap, syngas memiliki komposisi gas utama antara
lain: hidrogen, karbon monoksida, metana, dan karbon dioksida. Diharapkan
dengan hasil komposisi karbon monoksida dan metana yang masih tinggi, akan
dapat mengoptimalkan produksi hidrogen dengan reaksi methane steam reforming
(MSR) dan water gas shift (WGS). Peningkatan komposisi hidrogen tersebut
karena dengan reaksi MSR dan WGS terbentuk hidrogen dan karbon dioksida.
Gas metana yang bereaksi dengan uap air membentuk karbon monoksida dan
hidrogen melalui reaksi MSR yang secara simultan terjadi reaksi WGS sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
karbon monoksida yang terbentuk pada reaksi MSR tersebut bereaksi dengan uap
air membentuk hidrogen dan karbon dioksida.
Proses reaksi methane steam dan water gas shift ditunjukkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Gao, Li dkk (Gao, Li dkk., 2009) dengan
penambahan peralatan reforming yang terbuat dari keramik berpori memberikan
gambaran bahwa konsentrasi hidrogen dan karbon dioksida meningkat setelah
melewati reforming dengan penurunan konsentrasi karbon monoksida dan metana
syngas.
Reaksi water gas shift kemudian dilanjutkan dengan reaksi bouduard.
Reaksi tersebut memerlukan energi untuk bereaksi antara karbon dan karbon
dioksida membentuk karbon monoksida. Reaksi bouduard dapat dilihat pada
persamaan 5. þ + þ 挠→ 2þ ∆H = 172 kJ/mol (5)
2.2.2. Computational Fluid Dynamic (CFD) Fluent
Secara definisi, Computational Fluid Dynamic (CFD) adalah ilmu yang
mempelajari cara memprediksi aliran fluida, perpindahan panas, reaksi kimia, dan
fenomena lainnya dengan menyelesaikan parsamaan-persamaan matematika
(model matematika) (Tuakia, 2008).
Perangkat lunak Computational Fluid Dynamic (CFD) dapat memberikan
kita kemampuan untuk mensimulasikan aliran fluida, perpindahan panas,
perpindahan massa, benda-benda bergerak, aliran multifasa, reaksi kimia,
interaksi fluida dengan struktur, dan sistem akustik hanya dengan pemodelan di
komputer. Dengan perangkat lunak ini kita bisa membuat virtual prototype dari
sebuah sistem atau alat yang ingin kita analisis dengan menerapkan kondisi nyata
di lapangan sehingga mampu meminimalisir waktu dan biaya yang dibutuhkan
daripada melakukan pengujian konvensional.
Fluent adalah salah satu jenis program CFD yang menggunakan metode
elemen hingga yang mampu menyediakan fleksibilitas mesh yang lengkap
sehingga dapat menyelesaikan kasus aliran fluida dengan mesh (grid) yang tidak
terstruktur sekalipun dengan cara yang relative mudah (Tuakia, 2008).
CFD (Fluent) bekerja berdasarkan prinsip analisa numerik pada setiap titik
atau batasan yang telah ditentukan dengan menyelesaikan beberapa persamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tertentu. Persamaan-persamaan atur (governing equation) yang diselesaikan
secara numerik dengan metode CFD ini adalah:
1. Persamaan konservasi massa
Persamaan konservasi massa untuk dua dimensi adalah:
( ) ( ) mr
rx Sr
vv
rv
xt=+
¶¶+
¶¶+
¶¶ r
rrr (6)
Dimana: ρ = Densitas (kg.m-3)
vr = Kecepatan arah r (m.s-1)
vx = Kecepatan arah x (m.s-1)
t = Waktu (s)
r = Jari-jari reaktor (m)
Sm = Penambahan masa
2. Persamaan konservasi momentum
Persamaan konservasi momentum untuk koordinat silinder dua dimensi
aksisimetri pada arah aksial dan radial adalah:
( ) ( ) ( ) ( ) úû
ùêë
é÷ø
öçè
æÑ-
¶¶
¶¶
+¶¶
-=¶¶
+¶¶
+¶¶
vx
vr
xrr
pvvr
rrvvr
xrv
tx
xrxxx
r.
3
22
111mrrr
xrx F
xv
rv
rrr
+úû
ùêë
é÷øö
çèæ
¶¶
+¶¶
¶¶
+ m1
(7)
( ) ( ) ( ) úû
ùêë
é÷ø
öçè
涶
+¶¶
¶¶
+¶¶
-=¶¶
+¶¶
+¶¶
r
v
x
vr
xrr
pvvr
rrvvr
xrv
txr
rrxxr 2111
mrrr
( ) ( ) rxrr Frv
vrr
vv
rv
rrr
++Ñ+-úû
ùêë
é÷øö
çèæ Ñ-
¶¶
¶¶
+2
2 .32
2.32
21
rm
mmrr
(8)
r
v
r
v
x
vv rrx +
¶¶
+¶¶
=Ñr
.
(9)
Dimana:
ρ = Densitas (kg.m-3)
r = Jari-jari reaktor (m)
vx = Kecepatan arah x (m.s-1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
vr = Kecepatan arah r (m.s-1)
t = Waktu (s)
Fx = Gaya benda yang bekerja pada arah aksial (N)
Fr = Gaya benda yang bekerja pada arah radial (N)
µ = Viskositas (kg.m-1.s-1)
3. Persamaan konservasi energi
Persamaan konservasi energi dapat dituliskan sebagai berikut:
( ) ( )( ) ( ) hj
jjeff SvjhTkpEvEt
+÷÷ø
öççè
æ+-ÑÑ=+Ñ+
¶¶ å rrr
... trr (10)
Dimana:
ρ = Densitas (kg.m-3)
keff = Konduktifitas termal efektif (W.m-1.K-1)
= k +kt (dimana kt = konduktifitas termal turbulen)
jjr
= Fluks difusi spesies j
Sh = Penambahan sumber panas volumetrik (misalnya panas oleh reaksi
kimia)
E = Energi total spesifik (kJ.kg-1)
h = Entalpi sensibel (kJ.kg-1)
p = Tekanan (Pa)
t = Tensor tegangan
vr
= Vektor kecepatan (m.s-1)
Dalam pemodelan CFD fluent terdapat tiga elemen utama, yang terdiri dari
pre-processor, solver dan post-processor.
Pre-processor
Merupakan langkah pertama dalam membangun dan menganalisis sebuah
model CFD. Pre-pocessor adalah tahap dimana sebuah benda atau ruangan yang
akan analisa dibagi-bagi dengan jumlah grid tertentu atau sering disebut juga
dengan meshing. Kemudian data diinput mulai dari pendefinisian domain serta
pendefinisan kondisi batas atau boundary condition. Salah satu proses pre-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
processing yang tersedia dalam fluent adalah Gambit (Geometry And Mesh
Building Intelligent Toolkit).
Solver
Pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data input dengan
persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan hingga
hasil menuju error terkecil atau hingga mencapai nilai yang konvergen.
Penghitungan dilakukan secara menyeluruh terhadap volume kontrol dengan
proses integrasi persamaan diskrit.
Post-processor
Merupakan langkah terakhir dalam Fluent. Pada tahapan ini, hasil
perhitungan diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan
pola-pola warna tertentu.
2.2.3. Prosedur Pemodelan Geometri Menggunakan GAMBIT
Agar dapat memodelkan dan mensimulasikan dengan menggunakan
FLUENT, model geometri harus terlebih dulu dibuat dan berbagai parameter
simulasi harus terlebih dulu ditentukan. Untuk keperluan tersebut, digunakanlah
GAMBIT. GAMBIT berfungsi untuk membuat model geometri, melakukan
diskritisasi (meshing) pada model untuk análisis CFD.
Tahapan dalam proses pembuatan geometri dalam GAMBIT adalah:
1. Pembuatan geometri
Geometri dibuat dengan operation toolpad geometri yang tersedia pada
GAMBIT. Proses ini dapat dimulai dari pembuatan titik-titik (vertex), kemudian
menghubungkan titik-titik tersebut menjadi garis (edge), selanjutnya digabungkan
sehingga membentuk bidang (face). Kumpulan bidang-bidang tersebut nantinya
akan membentuk sebuah volume. Geometri juga dapat dibuat dengan mulai dari
pembuatan sebuah volume dengan perintah bentuk seperti bola, kubus, silinder,
atau bentuk lainnya. Kemudian bentuk volume tersebut dirubah sesuai keinginan
denggan perintah-perintah yang telah terseedia.
2. Pembuatan mesh
Pembuatan mesh adalah membagi volume atau bidang menjadi bagian-
bagian kecil agar dapat dianalisis pada progrram CFD. Ukuran mesh yang dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
akan mempengaruhi ketelitian analisis CFD. Semakin kecil mesh yang dibuat
maka semakin teliti hasil analisisnya. Tetapi akan membutuhkan daya komputasi
yang semakin besar.
Metode pembuatan mesh hampir mirip dengan metode pembuatan
geometri yaitu dimulai dari pembuatan mesh garis, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan mesh bidang, dan selanjutnya mesh volume. Atau dapat juga diawali
dengan pembuatan mesh volume terlebih dahulu.
Secara umum, proses meshing dilakukan dengan menekan tombol perintah
mesh pada operation toolpad GAMBIT. Kemudian memilih garis, bidang, atau
volume yang akan dilakukan meshing. Dilanjutkan dengan memilih atau
menentukan tipe dan elemen, dan terakhir menentukan ukuran mesh.
3. Pendefinsian tipe batas (Boundary) dan kontinum
Pendefinisian tipe batas dan kontinum diperlukan dalam GAMBIT. Jika
tidak didefinisikan, maka FLUENT akan mendefinisikan secara otomatis. Sebagai
contohnya, setiap bidang dapat diberi nama jika diperlukan. Dan menentukan
jenis fluida atau padatan yang berada atau melalui bidang tersebut.
2.2.4. Prosedur Simulasi Dalam FLUENT
Dalam FLUENT, pertimbangan pemilihan-pemilihan dalam simulasi
sangat menentukan dalam memperoleh hasil yang baik. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam FLUENT antara lain:
1. Pemilihan Solver
Pemilihan solver dilakukan pada awal menjalankan FLUENT. Terdapat
beberapa pilihan solver, antara lain: 2 dimensi single precision atau double
precision dan 3 dimensi single precision atau double precision. Double precision
memiliki tingkat ketelitian diatas single precision, namun membutuhkan daya
komputasi yang lebih besar.
2. Mengimpor Model Dan Memeriksa Mesh
Model yang telah dibuat di GAMBIT harus dibuka di FLUENT untuk
melakukan simulasi yang diinginkan. Proses membuka model dapat dilakukan
dengan perintah:
File Read Case
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
File yang dapat dibuka adalah file dengan ekstensi *.msh dan *.cas. File
dengan ekstensi *.msh adalah file model yang telah di-mesh. File dengan ekstensi
*.cas adalah file kasus berisi model dan berbagai parameter simulasi yang telah
ditentukan sebelumnya.
Setelah berhasil membaca file model, mesh yang ada harus dicek terlebih
dahulu. Proses pengecekan dilakukan dengan perintah:
Apabila tidak terdapat pesan error pada konsol FLUENT atau nilai
minimum volume adalah negatif, maka proses dapat dilanjutkan.
Selain itu, perlu juga gemetri dikembalikan ke skala dasa pada saat
pembuatan, yaitu dengan perintah:
3. Parameter Solver
Pada menu solver terdapat beberapa parameter yang harus ditentukan,
yaitu formulasi solver, ruang model (space), waktu (time), dan formulasi
kecepatan.
4. Pembangkitan Energi.
Menu ini diaktifkan dengan perintah :
5. Kondisi Material
Kondisi material fluida yang akan dipakai dapat ditentukan dengan
perintah:
6. Kondisi Operasi
Kondisi operasi merupakan salah satu parameter yang harus didefinisikan
oleh pengguna FLUENT. Data yang harus dimasukkan pada kondisi operasi
Grid Check
Grid Scale
Define Model Energy
Define Model Solver
Define Material
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
adalah tekanan udara sekitar dan percepatan gravitasi. Kondisi operasi ditentukan
dengan :
7. Kondisi Batas
Kondisi batas merupakan data masukan yang sangat penting untuk
simulasi aliran dengan FLUENT. Kondisi batas yang digunakan harus merupakan
parameter aliran yang dapat dipercaya nilainya. Secara garis besar pemodelan
terdiri dari beberapa kondisi batas, yaitu:
a. Velocity Inlet
Lokasi kondisi batas ini berada pada sisi masuk daerah saluran. Nilai
masukan yang dibutuhkan adalah kecepatan aliran serta arah aliran. Pada kondisi
batas ini, kecepatan masuk aliran dapat dibuat selalu tetap atau selalu berubah
sepanjang geometri.
b. Pressure Outlet
Kondisi batas ini dipakai pada sisi keluar fluida. Kondisi batas ini dipilih
apabila nilai tekanan statik pada sisis keluaran diketahui atau minimal dapat
diperkirakan mendekati nilai sebenarnya. Pada kondisi batas ini diperlukan nilai
masukan berupa tekanan statik serta arah aliran.
c. Wall
Seluruh dinding yang terdapat pada saluran (termasuk katup dan sudu)
didefinisikan sebagai dinding. Tidak ada nilai yang harus dimasukkan pada
kondisi batas ini apabila dinding tidak bergerak terhadap waktu dan tidak
melakukan perpindahan panas (adiabatik). Namun, apabila dinding bergerak
terhadap waktu, maka perlu untuk memasukkan kecepatan putar, sumbu putaran,
dan titik asal putaran.
e. Continuum
Kontinum (volume yang dilewati aliran) harus didefinisikan. Jenis fluida
dari kontinum dipilih berdasarkan fluida yang mengalir.
Define Operating Condition
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
8. Iterasi
Iterasi adalah perhitungan dengan menggunakan metode coba-coba yang
dilakukan berulang kali. Fluent akan memulai perhitungan setelah inisiasi aliran
(fluida mulai dialirkan). Iterasi akan terus dilakukan hingga tercapai konvergensi
atau batas jumlah iterasi yang ditetapkan.
2.2.5. Parameter Penyelesaian Dalam Fluent
Dengan menggunakan FLUENT maka permasalahan aliran fluida akan
diselesaikan secara numerik. Dasarnya meliputi penentuan konvergensi, sehingga
solusinya akurat untuk semua jangkauan dari variabel aliran. Penjelasan tentang
parameter konvergen dan akurat (Santosa, 2009) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konvergen, berarti parameter aliran pada batas-batas aliran yang ada sudah
mendekati nilai kondisi batas yang ditetapkan sebelumnya. Skala konvergensi
pada FLUENT diterjemahkan dalam bentuk residual. Default nilai residual
maksimum pada FLUENT adalah 0,001. Nilai residual dapat diubah oleh
pengguna. Semakin kecil nilai residual, maka model aliran akan semakin
mendekati keadaan sebenarnya. Akan tetapi jumlah iterasi yang diperlukan
juga semakin banyak.
2. Akurat, adalah properti dari metode numerik untuk menghasilkan solusi yang
mendekati solusi eksak (eksperimen).
Reaksi–rekasi yang mungkin terjadi dalam proses gasifikasi dengan media
uap adalah sebagai berikut:
R1: C + H2O ↔ CO + H2 HD = 131,4 kJ/mol (11)
R2: CO + H2O ↔ CO2 + H2 HD = -41,7 kJ/mol (12)
R3: C + CO2 ↔ 2CO HD = 172 kJ/mol (13)
Laju reaksi persamaan 9 sampai 13 dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan laju Arhenius ( )E/RT-expA =r , dimana A, E, R, T secara berurutan
adalah faktor pre-eksponensial, energi aktivasi (kJ/mol), konstanta gas universal
(J/kmol.K), temperatur (K).
57,0
521
1 10RTE-
expA =r ÷øö
çèæ÷øö
çèæ OpH
(14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
( )OHCOcc2
22 RT
E-expA =r ÷
øö
çèæ
(15)
38,033 2RT
E-expA =r COp÷
øö
çèæ
(16)
Tabel 2.1. Data konstanta reaksi dalam persamaan 11 sampai 13
Reaksi A E (kJ/kmol) Sumber
1 2,62 x 108 s-1bar0,57
237 (Barrio, Gøbel dkk., 2000)
2 2,5 x 108 m3kmol-1s-1 138 (Maki danMiura, 1997)
3 3,1 x 106 s-1bar0,38 215 (Barrio, Gøbel dkk., 2000)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Pengujian
Pengujian dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.2. Alat dan Bahan yang Digunakan
1. Satu unit reaktor gasifikasi dengan pemanas listrik
Tempat berlangsungnya proses reaksi gasifikasi dengan sumber panas
eksternal.
Gambar 3.1 Reaktor gasifikasi
2. Voltage regulator
Alat yang berfungsi untuk mengatur besar kecilnya tegangan keluaran
yang masuk dari tegangan listrik PLN (220 V). Regulator ini digunakan
untuk mengatur tegangan masukan pada pemanas listrik reaktor gasifikasi.
(Spesifikasi 2 kVA, arus maksimum 8 ampere).
Gambar 3.2 Voltage regulator
Reaktor gasifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. AC Clamp-on Meter
Digunakan dalam pengukuran arus yang dibutuhkan pada pemanas listrik
agar tercapai temperatur pemanas yang diinginkan.
Gambar 3.3 AC Clamp-on Meter
4. Pendingin gas hasil
Digunakan untuk mengurangi temperatur producer gas yang keluar dari
reaktor agar dapat ditampung dalam kantong plastik.
5. Thermoreader
Alat yang digunakan untuk menunjukkan atau membaca temperatur yang
diukur oleh sensor thermocouple pada uap masuk reaktor, temperatur
ruangan reaktor, dan temperatur bahan uji.
Gambar 3.4 Thermoreader
6. Thermocouple
Alat atau sensor suhu untuk mengukur temperatur uap masuk reaktor,
temperatur ruangan reaktor, dan temperatur bahan uji. Termokopel yang
digunakan tipe-K.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 3.5 Thermocouple 7. Pembangkit uap
Alat untuk menghasilkan uap air panas lanjut yang digunakan sebagai agen
dalam proses gasifikasi.
8. Satu buah stopwatch
Digunakan untuk merekam waktu selama pengujian.
Gambar 3.6 Stopwatch
9. Satu unit gas analyzer
Digunakan untuk mengukur kandungan gas H2 dan CO dalam producer
gas.
Gambar 3.7 Gas Analyzer
10. Bahan baku biomasa sekam padi dan arang kayu
Digunakan sebagai bahan utama untuk membuat producer gas pada
proses gasifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
· Sekam padi
Sekam padi (Gambar 3.8) merupakan limbah penggilingan padi yang
jumlahnya mencapai 20-23 % dari gabah (Rahmat, 2006). Sekam padi
mempunyai kandungan energi yang rendah (14,5 MJ/kg), massa jenis
yang rendah sekitar 110 kg/m3, dan kadar abunya yang tinggi sekitar
20% (Suyitno, 2009)
Gambar 3.8 Sekam padi
Menurut (Han, 2004), dari analisis ultimate dan analisis proximate
pada sekam padi bahwa sebagian besar sekam padi terdiri dari komponen
yang mudah menguap (volatille matter). Nilai Fixed Carbon (FC) sekam
padi sebesar 14,1% sedangkan nilai kalor dari sekam padi adalah sekitar
14,5 MJ/kg (Suyitno, 2009) dan dibawah nilai kalor kayu (30,17
MJ/kg)(Hains, 2011).
· Arang
Arang kayu (Gambar 3.9) yang digunakan berukuran antara mesh 20
dan mesh 30. Fixed Carbon yang terkandung dalam arang kayu relatif
tinggi yaitu 77,55%, sedangkan zat yang mudah menguap nilainya lebih
rendah bila dibandingkan dengan sekam padi yaitu 16,81% (Hains,
2011).
Gambar 3.9 Arang kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
11. Zat sorbent Calsium Oxide (CaO)
Berbentuk bubuk yang digunakan sebagai bahan tambahan untuk
mengikat CO2 dalam gas hasil gasifikasi.
Gambar 3.10 Calsium Oxide (CaO)
12. Software CFD FLUENT dan komputer.
3.3. Prosedur penelitian (eksperimen)
a. Persiapan sebelum melakukan gasifikasi
1. Mempersiapkan reaktor gasifikasi dan menyusun peralatan yang
digunakan (voltage regulator, AC Clamp-on Meter, termokopel dan
reader, stop watch, gas analyzer, pendingin gas, penampung gas).
Pastikan semua peralatan dapat dioperasikan dengan baik.
2. Mempersiapkan bahan uji (sekam padi dan arang kayu) dan menimbang
massa sekam padi dan arang kayu sesuai perbandingan massa (100%
sekam padi, 50% + 50% arang kayu, 100% arang kayu):
- Sekam padi = 145g
- Sekam padi + arang kayu = 72,5g + 72,5g = 145g
- Arang kayu = 145g
3. Mempersiapkan zat penjerab CO2 yaitu batu kapur (CaO)
4. Mengatur uap untuk variasi rasio uap/biomasa: 0,25/1, 1/1.
5. Mempersiapkan bahan baku uji + zat penjerab CaO dengan rasio massa
CaO/biomasa: 0,25/1, 0,5/1, 1/1.
6. Mempersiapkan pendingin producer gas.
7. Menyalakan pemanas listrik pada reaktor dan mengatur temperatur
reaktor sampai pada suhu 650oC.
b. Prosedur yang dilaksanakan ketika proses gasifikasi sedang berlangsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1. Menyiapkan uap dan set rasio uap/biomasa 0,25/1. Kemudian
memasukkan uap panas lanjut ke dalam reaktor.
2. Mengukur dan mencatat temperatur uap dalam reaktor pada variasi
400oC
3. Memasukkan bahan baku gasifikasi dengan variasi 100% sekam ke
dalam reaktor dan mulai menghitung waktu dengan stopwatch.
4. Mencatat temperatur bahan uji gasifikasi.
5. Menampung producer gas yang keluar dari pendingin producer gas
sebagai gas sample untuk diuji di gas analyzer.
6. Menguji gas sample pada gas analyzer dan mencatat nilai kandungan
H2 dan CO dalam gas sample.
7. Menghentikan pencatatan temperatur bahan uji gasifikasi, setelah tidak
keluar producer gas keluaran pendingin producer gas atau producer gas
tidak mampu menyala jika dibakar dari dan menghentikan waktu
stopwatch.
c. Prosedur yang dilaksanakan setelah proses gasifikasi berakhir
1. Mengeluarkan sisa bahan baku gasifikasi dari dalam reaktor.
2. Mengulangi langkah b1 sampai dengan c1 dengan variasi biomasa 50%
sekam padi + 50% arang kayu, dan 100% arang kayu.
3. Mengulangi langkah b1 sampai dengan c2 dengan variasi rasio
uap/biomasa 0,5/1 dan 1/1.
4. Mengulangi langkah b1 sampai dengan c3 dengan variasi rasio
temperatur uap 500oC.
d. Prosedur yang dilaksanakan ketika proses gasifikasi dengan zat penjerab
CaO sedang berlangsung
1. Menyiapkan uap dan set pengaturan laju massa gas pada rasio
uap/biomasa 0,25/1. Kemudian memasukkan uap panas lanjut ke dalam
reaktor.
2. Mengukur dan mencatat temperatur uap dalam reaktor pada variasi
temperatur uap yang menghasilkan kandungan hidrogen tertinggi pada
proses gasifikasi tanpa penambahan CaO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Memasukkan bahan baku gasifikasi dengan variasi 100% sekam dan
rasio CaO/biomasa 0,25/1 ke dalam reaktor dan muali menghitung
waktu dengan stopwatch.
4. Mencatat temperatur bahan uji gasifikasi.
5. Menampung producer gas yang keluar dari pendingin producer gas
sebagai gas sample untuk di uji di gas analyzer.
6. Menguji gas sample pada gas analyzer dan mencatat nilai kandungan
H2 dan CO dalam gas sample.
7. Menghentikan pencatatan temperatur bahan uji gasifikasi, setelah tidak
keluar producer gas keluaran pendingin producer gas atau producer gas
tidak mampu menyala jika dibakar dari dan menghentikan waktu
stopwatch.
e. Prosedur yang dilaksanakan setelah proses gasifikasi dengan zat penjerab
CaO berakhir
1. Mengeluarkan sisa bahan baku gasifikasi dari dalam reaktor.
2. Mengulangi langkah d1 sampai dengan e1 dengan variasi biomasa
100% sekam padi dan rasio CaO/biomasa 0,5/1.
3. Mengulangi langkah d1 sampai dengan e1 dengan variasi biomasa
100% sekam padi dan rasio CaO/biomasa 1/1.
4. Mengulangi langkah d1 sampai dengan e1 dengan variasi biomasa 50%
sekam padi + 50% arang kayu pada rasio CaO/biomasa 0,25/1, rasio
CaO/biomasa 0,5/1, dan rasio CaO/biomasa 1/1.
5. Mengulangi langkah d1 sampai dengan e1 dengan variasi biomasa
100% arang kayu pada rasio CaO/biomasa 0,25/1, rasio CaO/biomasa
0,5/1, dan rasio CaO/biomasa 1/1.
3.4. Simulasi dalam FLUENT
Membuat geometri 2 dimensi dan melakukan proses meshing dalam
GAMBIT. Selanjutnya menentukan boundary condition dan continuum.
Kemudian menyimpan file dalam bentuk *.msh.
Proses dalam fluent secara garis besar adalah:
a. Membuka file yang telah di-export dari Gambit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Mengecek grid dari geometri.
c. Menentukan model dari simulasi.
d. Memasukkan material yang digunakan.
e. Memasukkan parameter boundary condition.
f. Initialize.
g. Iterasi.
h. Post processing.
3.5. Skema penelitian
Gambar 3.11 Skema Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3.6. Tahap Penelitian
Garis besar penelitian tersebut dapat dibuat diagram alir sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 3.12 Diagram alir penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis CFD pada Gasifikasi Sekam Padi-Uap
Tujuan dari analisis CFD pada tugas akhir ini adalah untuk mempelajari
mekanisme terbentuknya producer gas pada gasifikasi sekam padi-uap. Gambar
4.1 dan Gambar 4.2 menjelaskan bahwa produksi H2 dan CO hasil simulasi dan
eksperimen adalah dekat. Pada simulasi dilibatkan tiga jenis reaksi, yaitu:
1. Reaksi Bouduard (C + CO2 à 2CO)
2. Reaksi gasifikasi uap (C + H2O à CO + H2)
3. Reaksi water gas shift (CO + H2O à CO2 + H2)
Gambar 4.1 Konsentrasi H2 dalam producer gas dari eksperimen dan simulasi pada gasifikasi sekam
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
H2
S/B
Simulasi_T uap = 400°C Eksperimen_T uap = 400°C
Simulasi_T uap = 500°C Eksperimen_T uap = 500°C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 4.2 Konsentrasi CO dalam producer gas dari eksperimen dan simulasi pada gasifikasi sekam
(a) Temperatur uap 400oC, rasio uap/biomasa = 0,25
(b) Temperatur uap 400oC, rasio uap/biomasa = 0,5
(c) Temperatur uap 400oC, rasio uap/biomasa = 1
Gambar 4.3 Profil temperatur (K) dalam reaktor gasifikasi sekam padi-uap dengan
temperatur uap 400oC
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa pada temperatur uap masuk 400oC, pada
rasio uap/biomasa 0,25 diperoleh temperatur reaktor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio uap/biomasa 0,5 dan 1. Dengan temperatur reaktor
yang lebih tinggi pada rasio uap/biomasa 0,25 dapat diperoleh peningkatan laju
reaksi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.4. Besarnya laju reaksi R1 > R2
> R3. Laju reaksi yang besar terjadi pada bagian reaktor yang dipanasi.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
CO
S/B
Simulasi_T uap = 400°C Eksperimen_T uap = 400°CSimulasi_T uap = 500°C Eksperimen_T uap = 500°C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(a) Temperatur uap 400oC, rasio uap/biomasa = 0,25
(b) Temperatur uap 400oC, rasio uap/biomasa = 0,5
(c) Temperatur uap 400oC, rasio uap/biomasa = 1
Gambar 4.4 Laju reaksi R1 s.d. R3 pada gasifikasi sekam padi dengan temperatur uap 400oC
0.00E+00
2.00E-04
4.00E-04
6.00E-04
8.00E-04
1.00E-03
1.20E-03
1.40E-03
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju
Rea
ksi
(km
ol/m
3 /s)
Panjang Dinding Atas
R1
R2
R3
0.00E+00
2.00E-04
4.00E-04
6.00E-04
8.00E-04
1.00E-03
1.20E-03
1.40E-03
1.60E-03
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju
Rea
ksi
(km
ol/m
3 /s)
Panjang Dinding Atas
R1
R2
R3
0.00E+00
5.00E-04
1.00E-03
1.50E-03
2.00E-03
2.50E-03
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju
Rea
ksi
(km
ol/m
3 /s)
Panjang Dinding Atas
R1
R2
R3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Semakin besar rasio uap/biomasa menyebabkan laju reaksi R1 meningkat,
sehingga jumlah CO dan H2 meningkat. Bersamaan dengan itu laju reaksi R2 juga
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya rasio uap/biomasa sehingga
mengubah CO menjadi CO2 dan H2. Semakin besarnya laju reaksi R2 ditandai
oleh penurunan temperatur reaktor pada rasio uap/biomasa = 1 sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 4.3c karena reaksi R2 bersifat endoterm. Jadi walaupun
jumlah H2 meningkat pada rasio uap/biomasa 0,5 dan 1, namun karena diiringi
juga oleh peningkatan CO2 karena reaksi R2 sehingga konsentrasi H2 pada rasio
uap/biomasa 0,5 dan 1 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
konsentrasi H2 pada rasio uap/biomasa 0,25. Konsentrasi CO2 pada rasio
uap/biomasa 1 dan 0,25 masing-masingnya adalah 1,5% dan 12%.
(a) Temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 0,25
(b) Temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 0,5
(c) Temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 1
Gambar 4.5 Profil temperatur (K) dalam reaktor gasifikasi sekam padi-uap dengan temperatur uap 500oC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(a) Temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 0,25
(b) Temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 0,5
(c) Temperatur uap 500oC, rasio uap/biomasa = 1
Gambar 4.6 Laju reaksi R1 s.d. R3 pada gasifikasi sekam padi dengan temperatur uap 500oC
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju
Rea
ksi
(km
ol/m
3 /s)
Panjang Dinding Atas
R1
R2
R3
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju
Rea
ksi
(km
ol/m
3 /s)
Panjang Dinding Atas
R1
R2
R3
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Laju
Rea
ksi
(km
ol/m
3 /s)
Panjang Dinding Atas
R1
R2
R3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Penggunaan uap bertemperatur 500oC mampu meningkatkan kembali
temperatur dalam reaktor gasifikasi sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Sama halnya dengan gasifikasi uap bertemperatur 400oC, pada gasifikasi sekam
padi dengan media uap bertemperatur 500oC terjadi kenaikan laju reaksi R1 dan
khusus untuk laju reaksi R2 terjadi kenaikan secara signifikan sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 4.6. Pada rasio uap/biomasa 0,25 dan 0,5 harga rata-rata laju
reaksi R2 mendekati harga rata-rata laju reaksi R1. Dengan demikian, CO yang
terbentuk pada reaksi R1 bereaksi kembali dengan H2O membentuk CO2 dan H2.
Sedangkan pada rasio uap/biomasa 1, harga rata-rata laju reaksi R1 jauh lebih
besar dibandingkan harga rata-rata laju reaksi R2 sehingga proses bereaksinya CO
dengan H2O lebih lambat. Akibatnya konsentrasi H2 pada rasio uap/biomasa 1
lebih rendah dibandingkan konsentrasi H2 pada rasio uap/biomasa 0,25.
4.2. Konsentrasi Gas H2 dan CO dalam Gasifikasi tanpa CaO
Gambar 4.7 dan Gambar 4.10 menunjukkan pengaruh rasio uap/biomasa
terhadap konsentrasi gas H2 dan CO dalam producer gas dengan temperatur uap
400°C. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa pengaruh uap yang diberikan
hingga rasio uap-biomasa sebesar 0,25 menyebabkan kadar hidrogen dalam gas
hasil meningkat, dan mengalami penurunan seiring dengan penambahan uap. Dari
Gambar 4.7 terlihat bahwa penambahan arang pada sekam padi mampu
meningkatkan kadar H2 pada gasifikasi sekam tanpa uap (S/B = 0) dari 8,4%
menjadi 10,8%. Tetapi pada gasifikasi arang tanpa uap, tidak terjadi peningkatan
hidrogen dibandingkan dengan gasifikasi sekam-arang. Hal ini dikarenakan
kandungan air dan volatil yang ada di dalam arang lebih kecil dibandingkan
dengan sekam padi. Sehingga gas yang dihasilkan dari gasifikasi arang tanpa uap
jumlahnya kecil. Pada gasifikasi sekam dengan uap bertemperatur 400oC,
penambahan arang dapat meningkatkan kadar hidrogen dalam producer gas.
Dalam producer gas pada rasio uap/biomasa 0,25, kadar hidrogen sebesar 23,1%
mengalami peningkatan dengan menambahkan 50% arang ke dalam sekam
menjadi 29,8% dan 100% arang dengan kadar hidrogen sebesar 43,3%.
Peningkatan kadar hidrogen ini disebabkan terjadinya reaksi arang-uap yang
menghasilkan hidrogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 4.7 Konsentrasi hidrogen dalam producer gas pada gasifikasi dengan temperatur uap 400°C dan tanpa CaO
Gambar 4.7 juga menunjukkan bahwa penambahan uap bertemperatur
400oC dengan rasio S/B lebih dari 0,25 justru menurunkan kadar hidrogen dalam
producer gas gasifikasi sekam, gasifikasi sekam-arang, dan gasifikasi arang. Hal
ini disebabkan oleh adanya reaksi gasifikasi uap (steam gasification) yang bersifat
endoterm sehingga menurunkan temperatur gas dalam reaktor gasifikasi. Dengan
terjadinya penurunan temperatur (lihat Gambar 4.8) menyebabkan laju reaksi
antara arang (karbon) dengan uap juga mengalami penurunan.
Kadar hidrogen tertinggi pada gasifikasi sekam dengan uap bertemperatur
400oC diperoleh pada rasio S/B = 0,25 yaitu sebesar 23,1%. Kadar hidrogen
tertinggi pada gasifikasi 50% sekam + 50% arang dengan uap bertemperatur
400oC diperoleh pada rasio S/B = 0,25 yaitu sebesar 29,8%. Kadar hidrogen
tertinggi pada gasifikasi 100% arang dengan uap bertemperatur 400oC diperoleh
pada rasio S/B = 0,25 yaitu sebesar 43,3% sebagaimana dapat dilihat pada
Gambar 4.7 Akibat pengaruh penambahan temperatur uap menjadi 500oC, kadar
hidrogen meningkat sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.9. Pada gasifikasi
dengan temperatur uap 500oC, hidrogen tertinggi dicapai pada S/B = 0,25 yaitu
43,8% untuk sekam, 51,7% untuk sekam + arang, dan 52% untuk arang.
Kecenderungan yang hampir mirip juga terjadi pada gas CO yang
dihasilkan. Pada gasifikasi sekam padi dengan uap bertemperatur 400oC, kenaikan
rasio S/B sampai 0,5 mengakibatkan semakin tingginya kadar CO dalam producer
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
H2
S/B
Sekam Sekam + Arang Arang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
gas dari 1,2%, 1,9%, dan 2,9%. Selanjutnya kadar CO mengalami penurunan
seiring dengan pertambahan rasio uap/biomasa. Secara umum dapat dikatakan
bahwa penambahan arang menyebabkan peningkatan kadar CO dalam producer
gas seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.10.
Sementara itu penambahan temperatur uap menjadi 500oC menyebabkan
penurunan CO. Kenaikan temperatur uap menyebabkan laju reaksi antara CO dan
H2O semakin tinggi. Akibatnya, konsentrasi H2 dalam producer gas meningkat
sedangkan konsentrasi CO dalam producer gas menurun. Sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 4.11, konsentrasi CO dalam producer gas adalah di bawah
2% untuk semua variasi yang dilakukan pada penelitian ini.
Gambar 4.8 Temperatur reaktor gasifikasi pada gasifikasi dengan temperatur uap 400°C
Gambar 4.9 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi dengan
temperatur uap 500°C dan tanpa CaO
300
400
500
600
700
800
900
0.25 0.5 1
Tem
pera
tur
Rea
ktor
G
asif
ikas
i (o C
)
S/B
Sekam Sekam + Arang Arang
0%10%20%30%40%50%60%70%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
H2
S/B
Sekam Sekam + Arang Arang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 4.10 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi dengan
temperatur uap 400°C dan tanpa CaO
Gambar 4.11 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi dengan
temperatur uap 500°C dan tanpa CaO
4.3. Konsentrasi Gas H2 dan CO dalam Gasifikasi dengan Penambahan
Adsorben CaO
Pada pembahasan sebelumnya terlihat bahwa gasifikasi dengan uap
bertemperatur 500oC dapat menghasilkan hidrogen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibanding dengan gasifikasi uap bertemperatur 400oC. Oleh karena itu,
gasifikasi dengan adsorben CaO dilakukan pada temperatur uap 500oC.
Gambar 4.12 menunjukkan konsentrasi H2 dalam producer gas pada
gasifikasi sekam dengan temperatur uap 500°C dan dengan penambahan CaO.
Seperti pada gasifikasi tanpa CaO, konsentrasi H2 yang tinggi dapat dicapai pada
rasio S/B = 0,25. Dengan menambahkan CaO pada gasifikasi sekam pada S/B =
0,25 dengan rasio CaO/B = 0,25 dapat meningkatkan konsentrasi hidrogen dari
0%
2%
4%
6%
8%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
CO
S/B
Sekam Sekam + Arang Arang
0%
2%
4%
6%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
CO
S/B
Sekam Sekam + Arang Arang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
43,8% (lihat Gambar 4.9) menjadi 50,9% (lihat Gambar 4.12). Jumlah zat
penjerab berpengaruh dalam produksi hidrogen sebagaimana digunakan untuk
meningkatkan H2 dalam komposisi gas hasil karena reaksi antara CaO dan CO2
yang bersifat eksoterm, sehingga panas yang dilepaskan bermanfaat bagi reaksi
utama gasifikasi uap yang bersifat endoterm.
Gambar 4.13 menunjukkan konsentrasi H2 dalam producer gas pada
gasifikasi sekam + arang dengan temperatur uap 500oC dan dengan penambahan
CaO. Seperti pada gasifikasi tanpa CaO, konsentrasi H2 yang tinggi dapat dicapai
pada rasio S/B = 0,25. Dengan menambahkan CaO pada gasifikasi sekam + arang
pada S/B = 0,25 dengan rasio CaO/B = 0,25 mampu meningkatkan konsentrasi
hidrogen dari 51,7% (lihat Gambar 4.9) menjadi 54,7% (lihat Gambar 4.13). Pada
gasifikasi sekam + arang, pengaruh penambahan CaO terhadap peningkatan
konsentrasi hidrogen juga terlihat pada S/B = 0,25 dengan rasio CaO/B = 0,5,
yaitu meningkat dari 38,5% (lihat Gambar 4.9) menjadi 42,2% (lihat Gambar
4.13).
Gambar 4.12 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi sekam dengan
temperatur uap 500°C dan dengan CaO
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
H2
(%)
CaO/B
S/B = 0 S/B = 0,25 S/B = 0,5 S/B = 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 4.13 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi sekam + arang
dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO
Gambar 4.14 Konsentrasi H2 dalam producer gas pada gasifikasi arang dengan
temperatur uap 500°C dan dengan CaO
Pada gasifikasi arang dengan penambahan adsorbent CaO dapat dilihat
bahwa konsentrasi hidrogen tertinggi dicapai pada rasio S/B = 0,25 sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 4.14. Seiring penambahan CaO dengan rasio CaO/B =
0,25, 0,5 dan 1 diperoleh kadar hidrogen masing-masingnya adalah 66,4%,
66,9%, dan 74,7%. Penambahan adsorben CaO dengan rasio CaO/B = 0,25 pada
gasifikasi arang dengan S/B = 0,25 dan 0,5 dapat meningkatkan konsentrasi
hidrogen tetapi tidak signifikan.
Gambar 4.15, Gambar 4.16, Gambar 4.17 masing-masingnya menunjukkan
konsentrasi CO pada gasifikasi sekam, sekam + arang, dan arang pada
penambahan adsorben CaO. Adsorbent CaO berfungsi mengikat CO2 sehingga
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
H2
(%)
CaO/B
S/B = 0 S/B = 0,25 S/B = 0,5 S/B = 1
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
H2
(%)
CaO/B
S/B = 0 S/B = 0,25 S/B = 0,5 S/B = 1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kadar H2 dan CO mengalami peningkatan. Rata-rata peningkatan konsentrasi H2
dan CO pada semua variasi penelitian ini karena penambahan adsorben CaO
masing-masingnya adalah 1,34 kali dan 3,36 kali.
Gambar 4.15 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi sekam dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO
Gambar 4.16 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi sekam + arang
dengan temperatur uap 500°C dan dengan CaO
0%
2%
4%
6%
8%
10%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
CO
(%)
CaO/B
S/B = 0 S/B = 0,25 S/B = 0,5 S/B = 1 1
0%
2%
4%
6%
8%
10%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
CO
(%)
CaO/B
S/B = 0 S/B = 0,25 S/B = 0,5 S/B = 1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 4.17 Konsentrasi CO dalam producer gas pada gasifikasi arang dengan
temperatur uap 500°C dan dengan CaO
0%
2%
4%
6%
8%
10%
0 0.25 0.5 1
Kon
sent
rasi
CO
(%)
CaO/B
S/B = 0 S/B = 0,25 S/B = 0,5 S/B = 1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Pengaruh uap sebagai agen dalam gasifikasi dengan rasio uap/biomasa 0
sampai dengan 0,25 menyebabkan peningkatan konsentrasi hidrogen dalam
gas hasil dan mengalami penurunan konsentrasi hidrogen untuk rasio
uap/biomasa lebih dari 0,25 untuk bahan uji sekam padi, sekam padi+arang
kayu, dan arang kayu.
2. Kenaikan temperatur uap sebagai agen dari 400oC ke 500oC berpengaruh
terhadap meningkatkan konsentrasi hidrogen dalam gas hasil untuk semua
bahan uji dan untuk setiap rasio uap/bahan uji.
3. Penambahan CaO dalam proses gasifikasi sebagai zat adsorben CO2 dapat
meningkatkan konsentrasi hydrogen dan CO. Rata-rata peningkatan
konsentrasi H2 dan CO pada semua variasi penelitian ini karena penambahan
adsorben CaO masing-masingnya adalah 1,34 kali dan 3,36 kali.
4. Kadar H2 dan kadar CO antara hasil eksperimen dan simulasi proses
gasifikasi sekam padi dengan uap temperatur 400oC dan 500oC menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
5.2. Saran
Untuk mengembangkan penelitian gasifikasi dengan agen uap secara lebih
lanjut, maka penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin berguna
pada penelitian yang akan datang yaitu :
1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang gasifikasi biomasa dengan
agen uap untuk variasi rasio uap/biomasa dengan range yang lebih sempit (0,
0,1, 0,15, 0,2, 0,25, dst).
2. Perlu pengukuran parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam proses
gasifikasi uap diantaranya adalah tekanan, konsentrasi gas CO2, konsentrasi
gas CH4.
3. Perlu dilakukan penelitian tentang peningkatan konsentrasi hidrogen dengan
metode selain penjeraban CO2 (misalnya dengan pemakaian katalis).