Upload
mayora-ulfa
View
267
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kajian Alqur'an Di Indonesia
Citation preview
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an yang dalam memori kolektif kaum muslimin sepanjang abad sebagai
kalam Allah, yang disebut sebagai “ pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia” telah
memberikan “penjelasan atas segala sesuatu” sedemikian rupa sehinggga tidak ada
sesuatupun yang ada dalam realitas yang luput dari penjelasannya. Bila diasumsikan
bahwa kandungan al Qur’an bersifat universal, yang berarti aktualitas makna tersebut
pada tataran kesejarahan meniscayakan dialog dengan pengalaman manusia dalam
konteks waktu. Hal ini juga berlaku dengan kajian tafsir yang ada di Indonesia. Sesuai
dengan kondisi sosio-historisnya, Indonesia juga mempunyai perkembangan tersendiri
dalam kaitannya dengan proses untuk memahami, menelaah, dan menafsirkan isi dari
ayat-ayat al Qur’an.
Perkembangan penafsiran al Qur’an di Indonesia berbeda dengan
perkembangan yang terjadi di dunia Arab yang merupakan tempat turunnya al Qur’an
dan sekaligus tempat kelahiran tafsir al-Qur’an. Perbedaan tersebut terutama
disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya dan bahasa. Karena bahasa Arab
adalah bahasa mereka, maka mereka tidak mengalami banyak kesulitan untuk
memahami bahasa al Qur’an sehingga proses penafsiran juga lumayan cepat dan pesat.
Hal ini berbeda dengan bangsa Indonesia yang bahasa ibunya bukan bahasa Arab.
Karena itu proses pemahaman al Qur’an terlebih dahulu dimulai dengan penerjemahan
al Qur’an ke dalam bahasa Indonesia baru kemudian dilanjutkan dengan pemberian
penafsiran yang lebih luas dan rinci. Oleh karena itu pula, maka dapat dipahami jika
penafsiran al Qur’an di Indonesia melalui proses yang lebih lama jika dibandingkan
dengan yang berlaku di tempat asalnya.
Kajian tentang tafsir Indonesia umumnya masih memusatkan perhatian pada
karya-karya yang muncul abad 19 ke atas. Sebut saja misalnya yang dilakukan Howard
M. Federspiel atau M. Yunan Yusuf atau yang lain. Agak jarang- untuk mengatakan
tidak ada sama sekali bahasan serius atas tafsir-tafsir pada abad sebelumnya.
Tafsir memegang peran penting dalam kajian Islam. la merupakan salah satu
cabang penting dalam pemahaman ajarannya. Jika penyebaran Islam di duga sudah
mulai menyentuh wilayah nusantara sejak abad 13, maka kenyataan di atas cukup
memprihatinkan. Sebab hal demikian akan menimbulkan persepsi tidak
menguntungkan bagi sejarah intelektual umat Islam di Indonesia. Padahal, dalam
2
sejarahnya, dinamika intelektual umat Islam sebelum abad 19 memiliki intensitas yang
cukup tinggi, Khusus mengenai tafsir, tampaknya tidak mengalami perkembangan
yang pesat. Berbeda dengan disiplin lain seperti tasawuf, fiqih atau filsafat. Namun
tidak berarti tradisi penafsiran sama sekali tidak berkembang dan tidak berjalan. A.H.
Johns, dalam penelusurannya menyebutkan bahwa aktifitas penafsiran di wilayah ini
sudah berlangsung sedikitnya sejak abad 16. Gejala ini tampak dari beberapa karya
tulis yang dihasilkan dan ditemukan pada periode itu. Karya-karya Hamzah Fansuri
atau Syams al-Din al-Sumatrani, misalnya, meskipun tidak secara tegas dapat disebut
karya tafsir, namun sudah dapat dijadikan indikasi sudah terbangunnya tradisi tafsir
dikala itu. Dalam hal ini didukung oleh pandangan Braginsky yang menulis:
“Bagaimanapun, dalam pengertiannya yang luas, semua karangan mistik-keagamaan
itu merupakan tafsir sui generic terhadap teks-teks kanon keagamaan, yang dari sudut
pandangan Islam meliputi pelimpahan wahyu.”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka penulis meumuskan masalah sebagai berikut
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Howard M. Federsptel, Popular Indonesia Literature of Qur’an ( Kajian al - Qur’an
di Indonesia) seorang tokoh yang melakukan pembagian kemunculan dan perkembangan
tafsir al Qur’an di Indonesia ke dalam tiga generasi. Generasi pertama dimulai sekitar awal
abad XIX sampai dengan tahun 1960-an. Era ini ditandai dengan penerjemahan dan
penafsiran yang didominasi oleh model tafsir terpisah-pisah dan cenderung pada surat-
surat tertentu sebagai obyek tafsir. Generasi kedua, yang muncul pada pertengahan 1960-
an, merupakan penyempurnaan dari generasi pertama yang ditandai dengan adanya
penambahan penafsiran berupa catatan kaki, terjemahan kata per kata dan kadang disertai
dengan indeks sederhana. Tafsir generasi ketiga, mulai tahun 1970-an, merupakan
penafsiran yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas terhadap teks yang
jugadisertaidenganterjemahnya.
Namun kesimpulan yang dikemukakan oleh Howard M. Federspiel ini tidak
sepenuhnya benar. Fakta menunjukkan bahwa pada periode pertama sudah ada karya tafsir
yang sudah merupakan penafsiran lengkap seperti Tarjuman al Mustafid karya Abdul Rauf
al Singkili dan Marah Labid karya Syek Muhammad Nawawi. Demikian juga pada periode
kedua sudah terdapat tafsir lengkap 30 juz dengan komentar yang luas seperti tafsir al
Azhar karya Hamka Hanya saja secara umum karya yang ada memang cenderung seperti
yang dikemukakan oleh Federspiel.
Perkembangan terakhir dari kajian tafsir di Indonesia menunjukkan karya tafsir
yang mengarah pada kajian tafsir maudhu’i. Hal ini banyak dipelopori oleh Quraish
Shihab, yang banyak menghasilkan beberapa buku tafsir tematik seperti Lentera Hati,
Membumikan al Qur’an dan Wawasan al Qur’an. Kecenderungan ini kemudian diikuti
oleh para penulis yang lain dan makin disemarakkan dengan berbagai kajian tematik dari
tesis dan disertasi di berbagai perguruan tinggi Islam.
Pemikiran Fazlul Rahman Ia berasal dari Hazara Pakistan. Pemikiran dalam tafsir
sangat mempengaruhi perkenbangan kajian al-Qur’an di Indonesiadengan menggunakan
metode yang bernama,” Double Movement “ ( Gerakan Ganda ). Gerakan Ganda yaitu
bertolak dari situasi kontemporer menuju era al-Qur’an yang diwahyukan, pengertiannya
bahwa perlu dipahami arti atau makna dari problem historis dan menjadikan al-Qur’an
sebagai jawaban. Dengan kata lain memahami al-Qu’an secara totalitas, disamping sebagai
ajaran-ajaran yang spesifik yang merupakan respon dari situasi spesifik juga. Ia
4
berpendapat perlu diupayakan reinterpretasi al-Quran dengan merubah metode-metode
tafsir selama ini yang disesuakan dengan kemajuan ilmu dan tehnologi
Metode –metode tafsir yang bersifat sepotong-potong dan terpisah akan
menghadapi banyak persoalan yang sulit diselesaikan, maka harus ditemukan metode –
metode baru dengan prinsip-prinsip kontemporer dari al-Quran.
A. Pengertian
Menurut Moh. Ali Ash-Shabunie,”Tafsir al-Quran adalah menerangkan atau
menjelaskan kalam Allah ( Al-Quran ). Al-Quran adalah suatu kalam illahi yang
diperuntukkan sebagai padoman hidup umat muslim. Tafsir al-Quran artinya
menganalisa, menjelaskan isi dari ayat-ayat al-Quran baik perhuruf, perkata, perkalimat
dan bahkan persurat secara terinci isi dari al-Quran dengan menggunakan aturan tata
bahasa dalam ilmu tafsir.
Al-Quran diturunkan di tanah Arab, sebab itulah ayat-ayat dari al-Quran berbahasa
Arab yang di sesuaikan dengan bahasa penduduk setempat. Bagi mereka yang sudah
fasih berbahasa Arab, maka tak heran jika mereka akan lebih mudah untuk memahami
artinya. Dan bagi mereka yang belum mengenal bahasa Arab akan mengalami kesulitan
untuk memahaminya. Karenanya perlu diadakan penafsiran ayat-ayat al-Quran, agar
tidak salah dalam pemahaman suatu ayat.
Kajian al-Quran di Indonesia bermaksud menelaah, mennjelaskan, dan memahami
maksud dan tujuan kandungan makna dari al-Quran agar dapat dengan mudah
dipahami oleh umat muslim di Indonesia, baik dari kronologisnya, etimologinya dan
kandungan arti dari al-Qur’an itu sendiri dalam kontek ke Indonesiaan. Yang tidak
kalah pentingnya lagi adalah pengamalan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Al-
Qur’an merupakan mu’jizat yang terbesar bagi umat Islam. Salah satu kebesaranya
adalah susunan kata dan bahasa merupakan sastra yang sangat indah tak satupun orang
yang mampu untuk menandinginya.
B. Corak, Karakteristik, Metode dan KaryaTafsir Al-Qur’an di Indonesia Tahun
1960 – 2008
1. Corak Tafsir di Indonesia.
Menurut Said Aqil Husain Al-Munawar corak penafsiran al-Qur’an
berdasrkan metode dibedakan beberapa macam :
5
a. Tafsir Tahlili yaitu mengkaji ayat-ayat al-Qur’an dari segi maknanya ayat demi
ayat, surat demi surat sesuai dengan urutan dalam muskaf Ustmani, antara lain:
tafsir bi al-Ma’tsur, tafsir bi al-Ra’yi, tfsir Shufi, tfsir Fiqih, tafsir Falsafah,
tafsir “ilmi, tafsir Adabi.
b. Tafsir Ijmali, penafsiran al-Qur’an secara singkat dan global tanpa uraian
panjang lebar : tafsir Jalalain, tafsir Shofwah al-Bayan lima’ni al-Qur’an, tafsir
al-Quran al-Azhim.
c. Tafsir Muqaram, membandingkan makna dari ayat ke ayat lain.
d. Tafsir Maudhu’I, mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang membahas satu
masalah.
e. Tafsir bi-al-Ma’tsur, membahas suatu ayat yang samar artinya.
f. Tafsir bi al-Ra’yi, menafsirkan ayat-ayat dimungkinkan oleh pernyataan al-
Qur’an sendiri bahwa ia diturunkan sebagai petunjuk baik untuk individu atau
kelompok.
2. Karakteristik Tafsir
Dari segi generasi Howard M. Federspiel pernah melakukan pembagian
kemunculan dan perkembangan tafsir al Qur’an di Indonesia ke dalam tiga
generasi. Generasi pertama dimulai sekitar awal abad XIX sampai dengan tahun
1960-an. Era ini ditandai dengan penerjemahan dan penafsiran yang didominasi
oleh model tafsir terpisah-pisah dan cenderung pada surat-surat tertentu sebagai
obyek tafsir. Generasi kedua, yang muncul pada pertengahan 1960-an, merupakan
penyempurnaan dari generasi pertama yang ditandai dengan adanya penambahan
penafsiran berupa catatan kaki, terjemahan kata per kata dan kadang disertai
dengan indeks sederhana. Tafsir generasi ketiga, mulai tahun 1970-an, merupakan
penafsiran yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas terhadap teks yang
jugadisertaidenganterjemahnya.
Perkembangan terakhir dari kajian tafsir di Indonesia menunjukkan karya
tafsir yang mengarah pada kajian tafsir maudhu’i. Hal ini banyak dipelopori oleh
Quraish Shihab, yang banyak menghasilkan beberapa buku tafsir tematik seperti
Lentera Hati, Membumikan al Qur’an dan Wawasan al Qur’an. Kecenderungan ini
kemudian diikuti oleh para penulis yang lain dan makin disemarakkan dengan
berbagai kajian tematik dari tesis dan disertasi di berbagai perguruan tinggi Islam.
6
3. Metode Tafsir
Menurut Goldziher ada lima aliran dalm penafsiran al-Qur’an:
a. Penafsiran denganbantuan sunah dan sahabat Nabi
b. Penafsiran dogmatis
c. Penafsiran mistis
d. Penafsiran sekretarian
e. Penafsiran modernis.
4. Karya Tafsir Di Indonesia
a. Terjemah
Terjemah al Qur’an juga dimasukkan ke dalam bagian karya tafsir karena
pada dasarnya terjemah juga merupakan upaya untuk mengungkapkan makna al
Qur’an ke dalam bahasa lain. Artinya di dalamnya terdapat unsur interpretasi
manusia terhadap ayat-ayat al Qur’an meskipun dalam bentuk yang sederhana,
terlebih di dalamnya juga disertai dengan catatan kaki tentang makna satu ayat.
Karya terjemah yang dihasilkan :
1) Al Qur’an dan Terjemahnya oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemahan al
Qur’an Departemen Agama RI tahun 1967. Karya ini merupakan salah satu
proyek yang dimotori oleh Departemen Agama RI dalam rangka
penerjemahan al Qur’anul-Karim ke dalam Bahasa Indonesia.
2) Al Qur’an dan Terjemahannya oleh Redaksi Penerbit Bahrul Ulum
pimpinanH.BahtiarSurin.
3) Al Qur’an Bacaan Mulia tahun 1977 oleh Dr. H. B. Jassin. Karya ini lebih
merupakan upaya penerjemahan al Qur’an ke dalam Bahasa Indonesia
dengan bahasa puitis. Hal ini sesuai dengan latar belakang HB Jassin yang
merupakan seorang sasterawan. Latar belakang penerjemahan al Qur’an
dengan bahasa puitis adalah karena al Qur’an memiliki kandungan sastra
yang tiada tara.
b. Tafsir Tematis
Dari karya tafsir yang berkembang di Indonesia ada yang disusun dengan
corak tafsir tematis di antaranya adalah :
1) Tematik Plural
Karya tafsir tematis ada yang bersifat plural yaitu karya yang
membahas berbagai persoalan. Di antaranya adalah :
7
a) Membumikan al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (1992), Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan (1994)
dan Wawasan al-Qur’an (1996). Ketiganya adalah karya Quraish Shihab
yang diterbitkan oleh Mizan Bandung. Dalam ketiga buku ini Quraish
Shihab membahas berbagai tema yang berkaitan dengan persoalan-
persoalan yang ada di tengah masyarakat.
b) Ensiklopedi al Qur’an (Jakarta: Paramadina, 1996) karya M. Dawam
Raharjo. Karya ini merupakan kumpulan kajian serius yang ditulis oleh
Dawam Raharjo dalam Jurnal Ulumul Qur’an tahun 1990-an.
c) Dalam Cahaya al al Qur’an, Tafsir Sosial Politik Al Qur’an (Jakarta;
Gramedia, 2000) karya Syu’bah Asa. Buku Tafsir ini berawal dari
artikel-artikel tafsir yang ditulis oleh Syu’bah Asa dalam majalah Panji
Masyarakat antara tahun 1997-1999.
d) Tafsir Tematik al Qur’an tentang Hubungan Sosial antar Ummat
Beragama (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000) karya Majlis Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah
2) Tematik Singular
Tafsir tematik singular adalah karya tafsir yang menfokuskan diri
dalam satu topik bahasan tertentu. Karya tafsir jenis ini cukup banyak,
sebagian besar berasal dari disertasi, di antaranya adalah:
a) Konsep Kufr dalam al Qur’an, Suatu Kajian Teologis dengan
Pendekatan Tematis karya Harifuddin Cawidu. Karya ini berasal dari
disertasi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1989.
b) Konsep Perbuatan Manusia Menurut al Qur’an sebuah Kajian Tematik
karya Jalaluddin Rahman yang berasal dari disertasinya di Pasca Sarjana
IAIN Jakarta.
c) Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al Qur’an (1992) karya Dr
Musa Asy’arie. Karya ini berasal dari disertasi Asy’arie di IAIN Sunan
Kalijaga Yoryakarta
d) Menyelami Kebebasan Manusia, Telaah Kritis terhadap Konsepsi Al
Qur’an (1996) karya Machasin. Karya ini berasal dari tesis Machasin di
IAIN Yogyakarta dengan judul Kebebasa dan Kekuasaan Allah dalam
Al Qur’an.
8
e) Ahl Kitab, Makna dan Cakupannya (1998), karya Muhammad Ghalib
Mattalo. Karya ini berasal dari disertasi Ghalib di IAIN Jakarta dengan
judul Wawasan Al Qur’an tentang Ahl Kitab tahun 1997.
f) Argumen Kesetaraan Jender, Perspektif Al Qur’an (1999), karya
Nasaruddin Umar. Buku ini berasal dari disertasinya di IAIN Jakarta
dengan judul Perspektif Jender dalam Al Qur’an.
g) Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al Qur’an
(1999) karya Nashruddin Baidan.
h) Tafsir Kebencian: Studi Bias Jender dalam Tafsir (1999) karya Zaitunah
Subhan. Karya ini berasal dari disertasi di Pasca sarjana IAIN Jakarta
i) Memasuki Makna Cinta (2000) karya Abdurrasyid Ridha. Karya ini
berasal dari skripsi di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul
Konsep Cinta dalam Al Qur’an.
j) Jiwa dalam al Qur’an, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern
(2000) karya Dr. Achmad Mubarok. Karya ini berasal dari disertasi
dengan judul Konsep Nafs dalam Al Qur’an di Pasca Sarjana IAIN
Jakarta
k) Subhanallah: Quantum Bilangan-bilangan al-Qur’an (2008) karya
Muhamad Mas’ud. Karya ini mengkaji berbagai fenomena angka yang
ada di dalam al Qur’an dihubungkan dengan ilmu matematika dan
penemuan ilmiah modern.
c. Tafsir yang mefokuskan diri pada ayat, surat atau juz tertentu
1) Ayat dan Surat Tertentu. Karya tafsir yang menfokuskan diri pada ayat dan
surat tertentu adalah:
a) Hidangan Ilahi Ayat-ayat Tahlil (1997) karya M. Quraish Shihab. Buku
ini merupakan kumpulan ceramah Quraish pada acara tahlilan di
kediaman mantan presiden Suharto dalam rangka mendo’akan kematian
Fatimah Siti Hartinah Suharto tahun 1996. Setelah itu dilanjutkan
dengan penafsiran ayat-ayat yang dibaca dalam tahlilan yaitu surat al
Fatihah, al Baqarah : 1-5, ayat kursi (QS 2: 255), khawatim surat al
Baqarah (QS 2: 284-286), al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas.
b) Tafsir bil Ma’tsur Pesan Moral al Qur’an (1993) karya Jalaluddin
Rakhmat. Ayat dan surat yang dipilih tampaknya didasarkan pada ayat
9
maupun surat yang mempunyai riwayat bi al-ma’thur sebagai sabab
nuzul. Ayat dan surat yang dikaji di antaranya adalah Al Fatihah: 1, Al
Baqarah 2 :19-20, 75-78, al-‘Adiyat: 1-5, Maryam: 1-6, al-Qadr dan al-
Takathur.
2) Surat al Fatihah
Karya tafsir yang menfokuskan pembahasan pada surat al Fatihah
antara lain adalah : Kandungan al Fatihah, karya Bahroem Rangkuti
( Jakarta: Pustaka Islam, 1960), Tafsir Surat al Fatihah karya H Hasri
(Cirebon: Toko Mesir, 1969), Samudra al Fatihah karya Bey Arifin
(Surabaya: Arini, 1972), karya ini membahas surat al-Fatihah dikaitkan
dengan berbagai penemuan ilmiah modern, Tafsir Ummul Qur’an karya M
Abdul Malik Hakim (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), Butir-butir Mutiara al
Fatihah karya Labib MZ dan Maftuh Ahnan (Surabaya, Bintang Pelajar,
1986), Risalah Fatihah karya A Hassan (Bangil: Yayasan al Muslimun,
1987), Mahkota Tuntunan Ilahi (1988) karya M Quraish Shihab, dan Tafsir
Sufi Surat al Fatihah (1999) karya Jalaluddin Rakhmat
3) Surat An Nisa’
Tafsir Hijri, Kajian Tafsir Al Qur’an Surat An Nisa’ (Jakarta: Logos,
2000) karya KH Didin Hafidhuddin. Buku ini merupakan hasil kajian tafsir
yang disampaikan KH Didin Hafidhuddin di Masjid Al Hijri Universitas
Ibnu Khaldun Bogor setiap Ahad sejak tahun 1993.
4) Surat Yasin
Karya tafsir yang membahas tentang surat Yasin antara lain adalah :
Tafsir Surah Yasin (Jakarta : Bulan Bintang: 1978) karya Zainal Abidin
Ahmad, Kandungan Surat Yasin (tt:, Yulia Karya, 1978) karya Mahfudli
Sahli, Memahami Surat Yaa Sin (Jakarta :Golden Trayon Press, 1998) karya
Radiks Purba
5) Juz Amma
Karya tafsir yang menfokuskan pembahasan pada juz ‘amma (juz
30) antara lain adalah : Al Abroor, Tafsir Djuz ‘Amma Karya Mustafa
Baisa (Surabaya: Usaha Keluarga, 1960), Tafsir Juz Amma dalam Bahasa
Indonesia karya M. Said (Bandung: al-Ma’arif, 1960), Juz ‘Amma dan
Makna karya Gazali Dunia (Jakarta: Bulan Bintang, 1978) dan Tafsir Juz
10
Amma Disertai Asbabun Nuzul (2000) karya Rafi’udin S.Ag dan Drs. KH.
Edham Rifa’i.
6) Tafsir Lengkap 30 Juz
Tafsir al Qur’an di Indonesia yang membahas secara lengkap 30 juz
sesuai dengan mushaf uthmani cukup banyak. Hal yang menunjukkan
bahwa Indonesia sebenarnya juga merupakan salah satu ikon peradaban
Islam. Karya-karya tafsir tersebut antara lain adalah:
d. Tafsir al Bayan
1) Biografi Penulis
Penulis tafsir ini adalah Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi bin
Muhammad Husein bin Muhammad Mas’ud bin Abd. Rahman Ash
Shiddieqy. Dilahirkan pada bulan Jumadil Akhir 1321H/ 10 Maret 1907 M
di Lho Seumawe + 273 km sebelah timur Banda Aceh. Hasbi Ash
Shiddieqy menuntut ilmu dari para ulama di beberapa pondok pesantren
terkenal di Dayah, Blangkabu, Gendong, Krueng Mane, Kutaraja dsb. Dari
silsilahnya diketahui bahwa ia adalah keturunan ke-37 dari Abu Bakar Ash
Shiddieq
Beliau mempelajari bahasa Arab daripada gurunya yang bernama
Syeikh Muhammad ibn Salim al-Kalali, seorang ulama berbangsa Arab.
Pada tahun 1926 T.M Hasbi ash Shiddieqy berangkat ke Surabaya dan
melanjutkan pelajarannya di Madrasah al-Irsyad, sebuah organisasi
keagamaan yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati (1874-1943),
seorang ulama yang berasal dari Sudan . Di Madrasah al-Irsyad Hasbi ash
Shiddieqy mengambil takhassus dalam bidang pendidikan selama 2 tahun.
Pengajiannya di al-Irsyad dan gurunya Ahmad Surkati banyak memberi
didikan ke arah pembentukan pemikiran moden. Beliau juga pernah
menuntut di Timur Tengah.
T.M Hasbi ash Shiddieqy merupakan seorang ulama Indonesia yang
terkenal. Beliau memiliki keahlian dalam bidang ilmu fiqh dan usul fiqh,
tafsir, hadith, dan ilmu kalam. T.M Hasbi ash Shiddieqy telah
dianugerahkan dua gelar Doktor Honoris Causa sebagai penghargaan di atas
jasa-jasanya terhadap perkembangan Perguruan Tinggi Islam dan
perkembangan ilmu pengetahuan keislaman Indonesia. Anugerah tersebut
11
diperoleh dari Universitas Islam Bandung dan (UNISBA) pada 22 Maret
1975, dan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 29 Oktober 1975.
Hasbi Ash Shiddieqy meninggal dunia pada tanggal 9 Desember
1975. Jasad beliau dikebumikan di pemakaman keluarga IAIN Ciputat
Jakarta.
2) Karakteristik Tafsir al Bayan
Tafsir al-Bayan merupakan hasil karya kedua yang dikarang oleh
Prof. T.M Hasbi ash Shiddieqy dalam bidang penafsiran al-Qur’an sesudah
karyanya yang pertama yaitu Tafsir An-Nur yang diterbitkan pada tahun
1956. Pada Muqaddimah tafsir ini, Hasbi Ash Shiddieqy menulis: “Dengan
inayah Allah Taala dan taufiq-Nya, setelah saya selesai dari menyusun
Tafsir An-Nur yang menterjemahkan ayat dan menafsirkannya, tertarik pula
hati saya kepada menyusun al-Bayan” . Karyanya yang kedua ini juga
merupakan terjemahan dan tafsir al-Qur’an dalam bahasa Indonesia yang
diperkirakan dihasilkan oleh pengarang pada awal tahun 60-an lagi. Cetakan
pertama kitab tafsir ini ialah pada tahun 1971 melalui terbitan PT Almaarif
Bandung, dengan ukuran 15 x 22 cm.
Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan sebab-sebab penulisan tafsir ini
adalah untuk menyempurnakan sistem penerjemahan yang terdapat dalam
Tafsir An-Nur karya pertamanya dalam bidang ini. Di samping itu ia juga
merasa bahwa terjemahan-terjemahan al-Qur’an yang beredar ditengah-
tengah masyarakat perlu dikaji dan ditinjau semula. Ash Shiddieqy berkata
di dalam kitab tafsirnya: “Maka setelah saya memperhatikan perkembangan
penterjemahan al-Qur’an akhir-akhir ini, serta meneliti secara tekun
terjemahan-terjemahan itu, nyatalah bahawa banyak terjemahan kalimat
yang perlu ditinjau dan disempurnakan. Oleh karenanya, dengan memohon
taufiq daripada Allah Taala, saya menyusun sebuah terjemah yang lain dari
yang sudah-sudah yang melengkapi segala lafazh, bahkan melengkapi
terjemah dari lafazh-lafazh yang diungkapkan menurut pendapat pendapat
ahli tafsir kenamaan”
Al-Bayan yang dinamakan oleh pengarang adalah bermaksud “Suatu
penjelasan bagi makna-makna al-Qur’an”. Kitab ini terdiri dari dua jilid.
Jilid pertama mengandungi nas-nas ayat al-Qur’an rmulai dari surah al-
12
Fatihah sampai dengan ayat 75 surah al-Kahf. Kesemua terjemahan dan
tafsiran bagi jilid pertama mengandungi 789 muka surat. Jilid kedua Tafsir
al-Bayan ini, dimulai dari surah al-Kahf ayat ke 75 sampai dengan surah al-
Nas bersama terjemahan dan tafsirannya yang terkandung dalam muka surat
789 sehingga 1604
Metode yang dipergunakan dalam penerjemahan ayat yaitu
adakalanya Hasbi menerjemahkan lafal ayat saja, terkadang ia juga
menerjemahkan makna ayat yaitu dengan memasukkan ke dalam ayat
makna yang ia pandang seharusnya ada. Sehingga menurutnya terjemahan
itu sudah menjelaskan makna. Sedangkan dalam penafsiran ayat-ayat al
Qur’an Hasbi lebih menafsirkannya secara ringkas. Tafsiran ayat-ayat al
Qur’an biasanya dimulai dengan kata “ya’ni”. Dalam menafsirkan ayat-ayat
al Qur’an, Hasbi banyak melakukan penafsiran ayat dengan ayat yaitu
dengan menerangkan ayat-ayat lain yang semakna. Ayat-ayat yang
sebanding atau semakna ini biasanya dinyatakan dengan menyebut nomor
surat dan nomor ayat, misalnya pada foot note 124 ketika menjelaskan surat
al-Baqarah : 104, Hasbi kemudian membandingkan dengan surat an-Nisa’:
46 yaitu “ Bandingkan dengan ayat 46 S.4: An Nisa’. Sedangkan ayat-ayat
yang ada hubungannya dengan penafsiran tersebut dinyatakan menyebut
nomor surat dan nomor ayat, diawali dengan kata “ bacalah”. Misalnya pada
foot note 200 ia menyatakan “baca : a. 6 S 35:Fathir; a. 50 S.18:Al Kahf”.
Di samping itu, Hasbi juga sangat memperhatikan ayat-ayat yang berkaitan
dengan hukum.
e. Tafsir al-Azhar
1) Biografi penulis
Tafsir ini ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (atau lebih
dikenal dengan julukan HAMKA, yang merupakan singkatan namanya),
lahir tahun 1908, di desa kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dan
meninggal di Jakarta 24 Juli 1981, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus
ulama, dan aktivis politik. Belakangan ia diberikan sebutan Buya, yaitu
panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam
bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya
adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul,
13
yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau,
sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam
maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat
menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki
Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Husayn
Haykal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis,
Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud,
Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga
rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal
Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas Surjopranoto, Haji
Fachrudin, AR Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah
bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.
2) Karakteristik Tafsir al Azhar
Tafsir ini pada mulanya merupakan rangkaian kajian yang
disampaikan pada kuliah subuh oleh Hamka di masjid al-Azhar yang
terletak di Kebayoran Baru sejak tahun 1959. Nama al-Azhar bagi masjid
tersebut telah diberikan oleh Syeikh Mahmud Shaltut, Rektor Universitas
al-Azhar semasa kunjungan beliau ke Indonesia pada Desember 1960
dengan harapan supaya menjadi kampus al-Azhar di Jakarta. Penamaan
tafsir HAMKA dengan nama Tafsir al-Azhar berkaitan erat dengan tempat
lahirnya tafsir tersebut yaitu Masjid Agung al-Azhar.
Terdapat beberapa faktor yang mendorong HAMKA untuk
menghasilkan karya tafsir tersebut. Hal ini dinyatakan sendir oleh HAMKA
dalam mukadimah kitab tafsirnya. Di antaranya ialah keinginan beliau
untuk menanam semangat dan kepercayaan Islam dalam jiwa generasi muda
Indonesia yang amat berminat untuk memahami al-Quran tetapi terhalang
akibat ketidakmampuan mereka menguasai ilmu Bahasa Arab.
Kecenderungan beliau terhadap penulisan tafsir ini juga bertujuan untuk
memudahkan pemahaman para muballigh dan para pendakwah serta
meningkatkan keberkesanan dalam penyampaian khutbah-khutbah yang
diambil daripada sumber-sumber Bahasa Arab
14
HAMKA memulai Tafsir Al-Azharnya dari surah al-Mukminun
karena beranggapan kemungkinan beliau tidak sempat menyempurnakan
ulasan lengkap terhadap tafsir tersebut semasa hidupnya. Mulai tahun 1962,
kajian tafsir yang disampaikan di masjid al-Azhar ini, dimuat di majalah
Panji Masyarakat. Kuliah tafsir ini terus berlanjut sampai terjadi kekacauan
politik di mana masjid tersebut telah dituduh menjadi sarang “Neo
Masyumi” dan “Hamkaisme”. Pada tanggal 12 Rabi’ al-awwal 1383H/27
Januari 1964, Hamka ditangkap oleh penguasa orde lama dengan tuduhan
berkhianat pada negara. Penahanan selama dua tahun ini ternyata membawa
berkah bagi Hamka karena ia dapat menyelesaikan penulisan tafsirnya.
Tafsir al-Azhar merupakan karya HAMKA yang memperlihatkan keluasan
pengetahuan beliau, yang hampir mencakup semua disiplin ilmu penuh
berinformasi. Sumber penafsiran yang dipakai oleh Hamka antara lain, al
Qur’an, hadith Nabi, pendapat tabi’in, riwayat dari kitab tafsir mu’tabar
seperti al Manar dan Mafatih al Ghayb, serta juga dari syair-syair seperti
syair Moh. Ikbal . Tafsir ini ditulis dalam bentuk pemikiran dengan metode
analitis atau tahlili. Karakteristik yang tampak dari tafsir al-Azhar ini adalah
gaya penulisannya yang bercorak adabi ijtima’i (sosial kemasyarakatan)
yang dapat disaksikan dengan begitu kentalnya warna setting sosial budaya
Indonesia yang ditampilkan oleh Hamka dalam menafsirkan ayat-ayat al
Qur’an.
f. Al Qur’an dan Tafsirnya
1) Biografi Penulis
Tafsir ini disusun oleh Tim Badan Wakaf Universitas Islam
Indonesia (UII) yang terdiri dari Prof. H. Zaini Dahlan MA., Drs. H. Zuhad
Abdurrahman, Ir. RHA Sahirul Alim, M.Si., Hifni Muchtar. L.Ph., MA.,
Drs. H. Muhadi Zainuddin, L.Th., Drs. H. Hasan Kharomen, dan Drs. H.
Darwin Harsono. Diterbitkan oleh Badan Wakaf UII tahun 1995 sebanyak
10 jilid. Secara teknis tafsir ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari
Tafsir yang diterbitkan oleh Tim Departemen Agama RI. Anggota Tim
Tafsir yang dibentuk oleh Departemen Agama RI adalah Prof. H. Bustami
A Gani, Prof. TM Hasbi Ash Shiddieqy, Drs. Kamal Muchtar H. Gazali
Thaib, KH. Syukri Ghozali, Prof. Dr. H. Mukti Ali, Prof. Dr. H. Mukhtar
15
yahya, Prof. H.M. Toha Yahya Umar, KH. Amin Nashir, Prof.KH. Ibrahim
Hussin, LML, H.A. Timur Jailani MA., Prof. KH. A. Musaddad, Prof. R.
H.A. Soenarjo SH, KH Ali Maksum, Drs. M. Sanusi Latif, Drs. Busairi
Majidi dan Drs. A. Rochim.
2) Karakteristik Al Qur’an dan Tafsirnya
Sebagaimana yang dijelaskan di atas, tafsir ini merupakan edisi
revisi dari al Qur’an dan tafsirnya yang disusun oleh Tim Departemen
Agama RI. Perbaikan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh Tim
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta meliputi :
a) Kesalahah penulisan teks/naskah ayat al Qur’an Penulisan Mushaf
disesuaikan dengan Mushaf Usmani yang telah distandarkan
berdasarkan SK Menteri Agama No 7 tahun 1984
b) Kesalahan penterjemah/kekurangan ayat-ayat al Qur’an
c) Kesalahan penulisan hadis
d) Melengkapi setiap hadis dengan perawi masing-masing.
e) Melengkapi tanda-tanda baca/wakaf
f) Menyempurnakan redaksi dan ejaan sesuai dengan ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan
g) Menyempurnakan teknis percetakan/lay out dan tulisan Arab
h) Menyesuaikan ejaan dengan SKB 2 Menteri tentang Transliterasi Arab-
Latin
i) Penyempurnaan perwajahan al Qur’an dan Tafsirnya
j) Melengkapi daftar bacaan/bibliografi dan penyusunanya sesuai dengan
tradisi keilmuan
Model penyajian yang digunakan oleh tafsir ini yaitu di setiap surat
dimulai dengan mukaddimah. Dalam mukaddimah diuraikan mengenai
seluk beluk sekitar surat yang akan ditafsirkan. Dalam surat al Fatihah
misalnya, secara rinci dan sistematis diuraikan nama-nama surat, tempat
diturunkannya surat, serta jumlah ayatnya. Setelah itu dilanjutkan dengan
uraian singkat mengenai pokok isi surat al Fatihah
Berkenaan dengan metode penyampaian tafsir, dalam Al Qur’an dan
Tafsirnya, diberikan batasan untuk setiap terjemah, tafsir dan kesimpulan
dengan judul khusus, sehingga memudahkan pembaca untuk
16
memahaminya. Dalam tafsir ini juga diadakan pengelompokan ayat-ayat
dalam satu surat dengan topik tertentu yang merupakan tema yang
dikandung ayat-ayat yang akan ditafsirkan. Misalnya “Pengetahuan Tentang
Hari Kiamat” untuk QS Fussilat : 47-48 dan “Sikap Manusia dalam
Menerima Rahmat dan Cobaan Allah Swt” untuk QS Fussilat : 49-51 Hal
ini akan memudahkan pembaca untuk menangkap tema ayat yang akan
ditafsirkan. Islah Gusmian melihat bahwa metode ini merupakan salah satu
usaha dari tim agar tujuan al Qur’an dapat dipahami dengan mudah oleh
ummat Islam. Hal ini terbukti juga dari adanya pemberian kesimpulan
secara konsisten di setiap akahir kelompok ayat yang dikaji.
Tafsir ini ditulis oleh Moh. E Hasyim. Sejauh ini belum didapatkan
data utuh dari Moh. E Hasyim, hanya saja penulis memperkirakan ia berasal
dari daerah Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari kata pengantar yang
diberikan oleh KH Miftah Farid yang menyatakan bahwa Moh. E Hasyim
sebelumnya pernah menyusun tafsir berbahasa Sunda Ayat Suci
Lenyepaneun yang banyak dipakai oleh masyarakat muslim Jawa Barat.
Buku ini merupakan tafsir lengkap 30 juz yang ditulis runtut sesuai
dengan urutan dalam mushaf uthmani. Setiap volume disesuaikan dengan
pembagian juz yang ada dalam mushaf sehingga buku tafsir ini berjumlah
30 jilid. Sebelum masuk pada kajian tafsir, Hasyim menjelaskan beberapa
hal yang berkaitan dengan makhraj, misalnya tentang makhraj spesifik
Arab, juga huruf arab yang biasanya ditulis dengan “a” tetapi bersuara “o”
dan lain sebagainya
Model penyaijiannya adalah yang digunakan oleh Hasyim dalam
tafsir ini adalah pertama teks arab setiap ayat ditulis utuh satu ayat disertai
dengan aksara latin dan terjemah Indonesia. Setelah itu setiap kata
ditampilkan dalam bentuk penggalan kata. Setiap penggalan kata disertai
aksara latin dan terjemah perkata. Setelah menyajikan dua model penyajian
terjemah ini baru dipaparkan penjelasan tentang maksud ayat.
g. Tafsir Al Misbah
1) Biografi Penulis
Penulis tafsir ini adalah M. Quraish Shihab. Ia lahir di Rappang
Sulawesi Selatan tanggal 16 Pebruari 1944. Meraih gelar sarjana Fakultas
17
ushuluddin tahun 1967, MA dari jurusan tafsir hadith tahun 1969 dan
program doktoral tahun 1982. Semuanya ia dapatkan dari Universitas al
Azhar Kairo Mesir. Pada tahun 1992-1998 Ia menjadi rektor IAIN
(sekarang menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun 1998 Ia
diangkat menjadi menteri agama, dan duta besar RI di mesir. Pada tahun
1989 – sekarang ia merupakan anggota dewan pentashih al Qur’an dan kini
sebagai Direktur Pusat Studi al Qur’an (PSQ) Jakarta.
2) Karakteristik Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an
Sebelum menulis karya tafsir ini, Quraish Shihab sudah banyak menulis
tafsir al Qur’an, namun kebanyakan merupakan tafsir tematis. Di antaranya
adalah Membumikan al Qur’an, Lentera Hati, dan Wawasan al Qur’an.
Shihab juga pernah menyusun tafsir tahlili dengan metode nuzuli yaitu
membahasa ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan urutan masa turunnya surat-
surat al-Qur’an dan sempat diterbitkan oleh Pustaka Hidayah pada tahun
1997 dengan judul Tafsir al-Qur’an al-Karim. Namun Quraish Shihab
kemudian melihat bahwa karyanya tersebut kurang menarik minat
masyarakat, karena pembahasannnya banyak bertele-tele dalam persoalan
kosa kata dan kaidah yang disajikan. Oleh karena itu ia tidak melanjutkan.
Kemudian ia menulis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang
ia beri nama Tafsir al Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al Qur’an Dari
pemberian judul tafsirnya ini dapat diterka perhatian yang ingin ditekankan
oleh Qurasih Shihab dalam tafsirnya ini.
Tafsir al Misbah diterbitkan pertama kali tahun 2000 oleh Lentera
Hati Jakarta. Pembagian volume tafsir al Misbah didasarkan atas ketuntasan
pembahasan surat-surat dalam al-Qur’an sehingga masing-masing volume
mempunyai kuantitas yang berbeda, tergantung dari banyaknya surat yang
dibahas dalam masing-masing volume. Tercatat sebanyak 15 volume dari
tafsir al Misbah.
Sesuai dengan perhatian Shihab terhadap tafsir tematis, maka Tafsir
al Misbah ini pun disusun dengan tetap berusaha menghidangkan setiap
bahasan surat pada apa yang disebut dengan tujuan surat atau tema pokok
surat. Hal ini dapat disaksikan misalnya ketika mencoba menafsirkan surat
al Baqarah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa tema pokok surat ni adalah
18
ayat yang membicarakan tentang kisah al Baqarah yaitu kisah bani israil
dengan seekor sapi. Melalui kisah al Baqarah ditemukan bukti kebenaran
petunjuk Allah, meskipun pada mulanya tidak bisa dimengerti. Kisah ini
juga mebuktikan kkekuasaan Allah. Karena iulah sebenarnya surat al-
Baqarah berkisar pada betapa haq dan benarnya ktab suci al quran dan
betapa wajar petunjuknya untuk diikuti.
Dalam tafsirnya ini Quraish Shihab banyak mengambil inspirasi dari
beberapa mufassir terdahulu, di antaranya adalah Ibrahim Ibn Umar al-
Biqa’i Muhammad Tantawi pemimpin tinggi al Azhar, Mutawalli al-
Sha’rawi, Sayyid Qutb, Muhammada Tahir b. Ashur, dan Muhammad
Husayn Tabataba’i
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kajian tafsir di Indonesia sebetulnya mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Hanya saja sesuai kondisi sosio-historis bangsa Indonesia, maka metode penafsiran
tidak terlepas dari metode terjemah dalam rangka memudahkan pemahaman ummat
Islam di Indonesia. dengan kecenderungan penafsiran yang lebih mengarah pada
metode penafsiran tematis, maka kajian tafsir yang berkembang lebih banyak pada
tafsir tematis.
B. Saran
Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari sumber-sumber
hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan kepada kita hukum Allah swt,
apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode berijtihad yang benar sesuai batasan-
batasan syariat. Kemidian mengapllikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi
motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu, November 2015
Penyusun
i
21
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFATR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tabaqoh............................................................................... 2
B. Pandangan Tabaqoh............................................................................... 3
C. Pembagian Tabaqoh Para Perawi Hadits Sejak Masa Sahabat.............. 6
D. Faedah Mengetahui Thabaqat................................................................ 15
E. Kitab-kitab Thabaqat............................................................................. 15
F. Nama – Nama 12 Thabaqat Menurut dari kitab Thabaqat al-Muktsirin min Riwayah
al-Hadits karya Syaikh ‘Adil ibn ‘Abdisy Syakur az-Zuraqi............... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 21
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii
ii
22
MAKALAHMAKALAHSTUDI AL-HADITS
Thabaqat (tingkatan) periwayatan Hadits
Disusun Oleh : Mustani
215 302 0725
Dosen pembimbing :Dr. aan Supian, M. Ag
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMPASCASARJANA (S2)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN) BENGKULU
2015
23
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad as-Shouwy, M. Mustofa Al-Azami, Deliar Noer, Ahmad Baiquni, Jakarta:
Mukjizat Al-Qur’an dan Sunah Tentang IPTEK, Gema Insani Press, 1995
Ahmad as-Shouwy, M. Mustofa Al-Azami, Deliar Noer, Ahmad Baiquni, Jakarta:
Mukjizat Al-Qur’an dan Sunah Tentang IPTEK, Gema Insani Press, 1995
Amin Abdullah, Islamic Studeis di Perguruan Tinggi Pendekatan Interaktif Interkonektif,
( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006 ).
Howard . M. Federspiel, Popular Indonesian Literature Of The Qur’an ( Cornell Univercity
Ithaca : Cornell Modern Indonesia Project, 1994 ),
M.Dahlan.Y. Al-Barry, L. Lya Sofyan Yakub, Kamus Induk Istilah Ilmiah: ( Surabaya,
Target Pres 2003 )[1] Moh. Ali Ash-Shabunie, Pengantar Ilmu-Ilmu al-Quran
( Surabaya,Al—Ikhlas,1983 ),
Moh.Ali Ash-Shabunei, Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Quran ( Surabaya: Al-Ikhlas 1983
Arifin, Bey. Samudra al Fatihah. Surabaya: Arini, 1972.
Baidan, Nashruddin. Tafsir bi Al-Ra’yi: Upaya Penggalian Konsep Wanita dalam Al
Qur’an. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999
Disertasi Ilmiah 4 : Tafsir al Bayan oleh Prof. Dr. TM Hasbi Ash shiddieqy ,
http://disertasi.blogspot.com. 28 Juni 2007
Dr, Phil. Sahiron Syamsuddin, ( Yogyakarta, elSAQ Press, 2010 ),
Essack, Farid. Qur’anic Hermeneutics, Problems and Prospect” The Muslim Word,
LXXXIII, 2 April, 1993 Federspiel, Howard M.. Kajian Tafsir Indonesia ter. Drs.
Tajul Arifin. Bandung; Mizan, 1996.
Gusmian, Islah. Khazahan Tafsir Indonesia dari Hermenutika hingga Ideologi. Jakarta:
Teraju, 2003