Upload
vantuyen
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI SULAWESI UTARA
AGUSTUS 2018
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Soekowardojo : Kepala Perwakilan / Direktur
MHA Ridhwan : Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi / Deputi Direktur
Buwono Budisantoso : Kepala Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur
Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur
Zulham Effendi : Analis / Manajer
Yosua Nadapdap : Analis / Asisten Manajer
Rivky Rasyid : Analis / Asisten Manajer
Hendro Sirait : Analis / Asisten Manajer
Maurits Raymond : Analis / Asisten Manajer
Gustina Sirait : Analis / Asisten Manajer
Yuda Rizkianto A : Analis / Asisten Manajer
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Jl. 17 Agustus No. 56
Manado 95117
T: 0431 868102 / 868103
F: 0431 866933
Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/Sulawesi Utara/
atau
Silahkan mengirimkan email ke:
[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulawesi Utara”
serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan
ii
Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia
VISI
Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik
diantara negara emerging markets.
MISI
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan
bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank
Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem
pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis
lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi
struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk
infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat
daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem
informasi Bank Indonesia.
NILAI-NILAI STRATEGIS
(i) kejujuran dan integritas (trust and integrity); (ii) profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan
(excellence); (iv) mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja
sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara VISI
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kontributif terhadap perekonomian Sulawesi Utara
yang maju dan penting bagi Indonesia, dengan semangat kerja cerdas, ikhlas, dan tuntas.
MISI
1. Menjalankan fungsi Bank Indonesia di daerah terkait sistem pembayaran dan komunikasi
kebijakan.
2. Memberikan informasi mengenai perekonomian daerah dan respon kebijakan Bank
Indonesia.
3. Menjalankan fungsi advisory dengan baik.
iii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi
Utara Periode Agustus 2018 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik
setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara
terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu
referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.
Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai
pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku
usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang.
Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun
terdapat penyajian data yang kurang tepat, untuk itu kami senantiasa mengharapkan kritikan dan
masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.
Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.
Manado, Agustus 2018
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI SULAWESI UTARA
ttd
Soekowardojo
Direktur
iv
Daftar Isi
Visi, Misi & Nilai Strategis Bank Indonesia .............................................................................................. ii
Visi & Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara ................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................................................................... iii
Daftar Grafik ........................................................................................................................................... vi
Indikator Ekonomi dan Perbankan ........................................................................................................ ix
Ringkasan Eksekutif................................................................................................................................. 1
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro ................................................................................................... 4
1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran ....................................................................................................... 4
1.1.1 Konsumsi......................................................................................................................... 5
1.1.2 Investasi (PMTB) ............................................................................................................. 6
1.1.3 Ekspor-Impor .................................................................................................................. 8
1.2. PDRB – Lapangan Usaha ......................................................................................................... 9
1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan .......................................................................... 10
1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ......................... 10
1.2.3 Konstruksi ..................................................................................................................... 11
1.2.4 Transportasi .................................................................................................................. 11
1.2.5 Industri Pengolahan ..................................................................................................... 12
Bab II. Keuangan Pemerintah ................................................................................................................ 14
2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018 ...................................................................................... 14
2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut ................................................................................. 14
2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut ........................................................................................ 15
2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara ............................................................................................ 16
Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah ................................................................................................... 18
3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan II 2018 ........................................................................... 18
3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy) .................................................................................................... 18
3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm) ................................................................................................... 22
3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan II 2018 ...................................................................... 24
3.3. Program Pengendalian Inflasi dan Tantangan yang Dihadapi ............................................ 25
Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM ............................ 27
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH ......................................................................................... 27
4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI .................................................................................... 27
4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA ........................................................................... 29
4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) ........................................... 31
v
4.2. AKSES KEUANGAN ................................................................................................................ 33
4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM ............................................................................. 33
Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah ..................................... 35
5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran di Sulawesi Utara ........................................................ 35
5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran ................................................................. 36
Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ........................................................................................ 43
6.1. KETENAGAKERJAAN ............................................................................................................. 43
6.2. KESEJAHTERAAN ................................................................................................................... 45
Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah ............................................................................................... 48
7.1. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................................................... 48
7.2. Inflasi ..................................................................................................................................... 49
Daftar Istilah dan Singkatan .................................................................................................................. 50
vi
Daftar Grafik
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut ................................................................................................. 4
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018 ........................ 4
Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi ......................................................................................................... 5
Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018 ............................. 5
Grafik 1.5 UMP ........................................................................................................................................ 6
Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi (PMTB) dalam PDRB ...................................................... 7
Grafik 1.7 Pengadaan Semen .................................................................................................................. 7
Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulut dan Pertumbuhannya .......................................................................... 8
Grafik 1.9 Jumlah Wisman ...................................................................................................................... 9
Grafik 1.10 Impor Sulawesi Utara ........................................................................................................... 9
Grafik 1.11 Struktur Sektor Pertanian Sulawesi Utara .......................................................................... 10
Grafik 1.12 Struktur Sektor Pertanian Sulawesi Utara .......................................................................... 10
Grafik 1.13 Pertumbuhan Penjualan Eceran ......................................................................................... 11
Grafik 1.14 Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat di Bandara Sam Ratulangi ............................. 12
Grafik 1.15 Volume Ekspor Komoditas Industri Sulut ........................................................................... 12
Grafik 1.16 Pergerakan Harga CNO ....................................................................................................... 13
Grafik 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 ..................................................... 14
Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Modal APBD Sulut 2018 ................................................. 15
Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara ............................................................................................ 18
Grafik 3.2 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................ 19
Grafik 3.3 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ......................................... 19
Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar ............................................. 19
Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................... 20
Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................. 20
Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................................................ 21
Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................................................ 21
Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut ........................................................................................ 28
Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi .................................................................................. 28
Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi ............................................................................................ 28
Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut .................................................................. 29
Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini ...................................................................................................... 30
Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga ......................................................................................... 30
Grafik 4.7 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Utara .................................................................. 30
Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tabungan dan Deposito ................................................. 30
Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT .............................................................................................................. 31
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT .................................................................................................... 31
Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara ................................................ 31
Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara .............................................. 32
Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut ..................................................................... 32
Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara ............................................... 33
Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara.................................................... 33
Grafik 4.16 Perkembangan NPL di KTI .................................................................................................. 33
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut ................................................................................... 34
Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara ......................................... 34
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang kartal ....................................................................................... 35
vii
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................................ 35
Grafik 5.3Perkembangan Transaksi SKNBI ............................................................................................ 36
Grafik 5.4 Persentasi Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang .................................................... 37
Grafik 5.5 Lokasi Kas Titipan dan Proyek BI Jangkau Tahun 2018 ........................................................ 38
Grafik 5.6 Transaksi KUPVA BB ............................................................................................................. 38
Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Februari (%) .......................................................... 43
Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan (persen .............................................................................................................................. 44
Grafik 6.3 Perkembangan TPT Feb-2018 se-Kawasan Indonesia Timur ............................................... 45
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Wilayah Sulawesi ...................................................... 46
Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut ..................................................................................................... 46
Grafik 6.6 Sulut per Subsektor Triwulan II 2018 ................................................................................... 47
Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau Sulawesi pada Triwulan II 2018 ............................................ 47
Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ........................................................ 4
Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran ....................................... 5
Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan ........................................................................................................ 5
Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi Sulut ......... 5
Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut .......................... 7
Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018 ..................................................................................... 8
Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha ........................................................... 9
Tabel 1.8 Pangsa Lapangan Usaha .......................................................................................................... 9
Tabel 1.9 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha ................................. 10
Tabel 1.10 proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut di Posisi Juli 2018 .................................. 11
Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018 ...................................................... 14
Tabel 2.1 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut ................................................................. 15
Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Sulut 2018 ............................................................. 15
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut ......................................................................................... 16
Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut .................................................................................... 16
Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017 ......................................................................... 17
Tabel 3.1 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan ...................................................... 18
Tabel 3.2 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ....... 19
Tabel 3.3 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar ........... 20
Tabel 3.4 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Sandang .................................................................. 20
Tabel 3.5 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan ............................................................... 20
Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ........................ 21
Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ................................................. 21
Tabel 3.8 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan April ................... 22
Tabel 3.9 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Mei .................... 23
Tabel 3.10 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Juni .................. 23
Tabel 3.11 Inflasi Juli 2018 .................................................................................................................... 24
Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa..................................................................................... 43
Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (ribu
orang) .................................................................................................................................................... 44
viii
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen)
.............................................................................................................................................................. 44
Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan (%) .............................................................................................................. 44
Tabel 6.5 Indikator Keadaan Kesejahteraan ......................................................................................... 46
ix
Indikator Ekonomi dan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik
INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II
A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02 4.94 5.02 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06 5.27
B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07 3.02 3.02 3.61 4.37 3.72 3.61 3.61 3.40 3.12
II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II
A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 0.35 0.35 2.51 2.49 2.09 3.09 2.44 2.28 3.51 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 0.35 0.35 3.93 3.59 3.42 4.42 2.44 2.24 3.46 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) (1.52) (1.52) 0.23 1.15 (1.04) (0.04) 0.51 0.13 0.65 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 1.69 1.69 0.62 2.29 (4.08) 0.81 0.81 (0.77) 0.01 5. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 0.46 0.46 (0.19) 0.23 0.39 0.11 0.11 (0.19) 0.00 6. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 0.96 0.96 0.36 0.75 0.02 0.55 0.55 0.04 0.00 7. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 0.52 0.52 0.20 0.39 0.13 0.44 0.44 0.33 0.00 8. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 0.21 0.21 0.92 1.31 0.32 - - 0.70 - 9. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 0.14 0.14 0.06 0.17 - 0.09 0.09 0.01 0.00 10. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57 1.91 1.91 (0.29) 1.70 (0.86) 0.75 0.75 1.78 0.02
B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 5.52 6.27 4.28 5.03 4.47 4.31 4.52 4.43 4.12 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 2.67 4.76 6.24 7.41 5.18 3.91 5.63 9.51 10.78 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) (6.55) 2.32 2.72 (0.30) 9.98 10.00 5.81 2.57 10.73 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 1.62 6.29 4.61 6.20 9.33 8.49 7.18 4.23 2.17 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) (34.79) (55.37) (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) 2.91 (25.15) (19.25) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) 53.37 0.14 16.83 (3.86) 7.91 (13.87) 1.61 14.02 29.87 - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 (14.15) 28.53 (32.19) (16.91) 98.81 4.21 3.09 (1.97) (25.45) - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50) 12.41 (7.48) 11.85 (4.17) (6.15) (12.70) (1.75) (0.32) 31.72
C PDRB Lapangan Usaha 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 6.49 6.17 6.43 5.80 6.49 6.53 6.32 6.60 5.83
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08 5.72 3.67 5.38 4.66 4.21 4.08 4.42 3.85 (0.30)
Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81 3.85 4.42 9.45 9.81 10.71 5.20 9.07 6.49 6.66
Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82 1.45 1.11 6.53 7.17 8.11 9.37 8.00 3.88 7.69
Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07 2.43 17.52 2.22 1.07 5.11 10.19 4.79 5.11 5.97
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31 4.47 3.07 1.82 0.88 (1.41) 2.00 0.81 (0.81) (0.77)
Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23 5.76 6.89 5.45 6.35 8.94 8.59 7.46 6.97 5.50
Perdagangan Besar dan Eceran 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23 4.76 6.05 5.41 4.73 5.64 5.45 5.68 6.57 6.67
Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94 10.14 9.24 7.61 6.04 4.45 5.41 5.64 8.93 8.91
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80 13.69 12.69 5.94 12.31 2.59 5.70 6.51 14.59 8.85
Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86 9.03 9.20 9.40 9.35 4.32 6.17 6.71 7.48 7.75
Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82 28.36 19.16 7.67 7.62 6.83 4.27 6.68 5.07 3.62
Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31 7.03 7.08 8.87 7.09 7.00 7.13 7.36 7.57 8.65
Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86 9.16 6.87 8.34 7.54 9.68 10.40 9.05 9.48 9.73
Adm.i Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47 2.03 4.72 3.89 (1.92) 9.71 9.28 5.44 6.67 8.98
Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34 7.87 6.21 5.80 3.78 7.05 8.32 5.77 7.08 6.93
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89 8.80 8.02 8.71 8.37 6.49 7.11 7.49 12.17 9.98
Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94 9.23 8.64 9.12 7.25 7.33 10.97 8.40 15.63 12.72
II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II
Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75 4.75 4.75 4.75 4.75 4.25 4.25 4.25 4.25 5.25
Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998 13,436 13,320 13,348 13,309 13,332 13,537 13,382 13,756 14,404
III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II
1. Ekspor (ribu USD) 217,525 237,181 185,865 169,770 810,342 206,702 248,194 181,715 212,142 848,753 228,415 230,185 226,993 208,570 226,995 261,962 268,090
2. Impor (ribu USD) 17,027 10,714 8,916 26,115 62,772 36,186 49,050 11,057 27,976 124,269 37,411 48,758 84,153 84,154 20,058 13,699
IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II
A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 47 48 48 48 48 48 49 49 49 49 49
1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 29 30 30 30 30 30 31 31 31 31 31
1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 19 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18
3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 342 348 348 349 348 306 355 355 355 355
1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 287 293 293 294 292 299 299 299 299 323
1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274 280 280 281 279 286 286 286 286 310
1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56
2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55 56 56 56 56 56 56
2.2. Syariah - - - - - - - - - - - - - - - - -
C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,196 37,195 39,637 40,521 40,593 40,095 40,095 41,820 42,974 44,125 44,117 44,117 46,653 45,169
1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085 38,561 38,561 40,253 41,396 42,509 42,468 42,468 45,016 43,530
2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100 1,100 1,100 1,131 1,122 1,152 1,158 1,158 1,154 1,171
3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408 434 434 437 456 464 491 491 483 467
Keterangan :
* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate sejak 19 Agustus 2016
** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor
201820162015 2017
x
Indikator Ekonomi dan Perbankan
Sumber: Bank Indonesia & Badan Pusat Statistik
INDIKATOR 2018 2018
IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II
D. Indikator Kinerja Bank Umum
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229 21,215 21,215 21,508 22,436 23,102 23,653 23,653 24,387 24,174
1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017 3,147 3,147 4,083 4,231 4,057 4,041 4,041 4,690 4,710
1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011 6,879 6,879 7,283 7,579 7,892 7,304 7,304 7,995 8,081
1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201 11,189 11,189 10,142 10,627 11,153 12,308 12,308 11,701 11,383
2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824 31,440 31,440 32,020 32,831 34,005 34,517 34,517 35,630 35,630
2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan
- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111 8,090 8,090 8,192 8,627 8,915 8,945 8,945 9,038 9,235
- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342 4,383 4,383 4,590 4,346 4,498 4,456 4,456 4,455 4,496
- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371 18,967 18,967 19,238 19,858 20,592 21,116 21,116 22,137 21,498
2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi
Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561 609 609 611 649 526 737 737 763 761
Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280 1,247 1,247 1,515 1,543 1,493 1,444 1,444 1,564 1,442
Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701 720 720 726 642 634 625 625 556 602
Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22 45 45 47 49 99 89 89 82 80
Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8 7 7 7 7 4 4 4 4 4
Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086 954 954 978 1,147 1,279 1,114 1,114 1,146 1,319
Perdagangan Besar & Eceran 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937 6,948 6,948 6,952 7,011 7,141 7,280 7,280 7,232 7,294
Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345 444 444 456 351 370 349 349 298 349
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560 579 579 572 616 625 649 649 676 708
Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1 1 1 9 9 9 13 13 13 5
Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38 34 34 25 24 21 10 10 8 11
Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330 319 319 298 300 305 299 299 293 289
Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206 171 171 168 154 159 158 158 146 148
Adm.i Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33 36 36 37 48 51 48 48 46 45
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35 35 35 34 34 36 42 42 43 53
Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306 317 317 341 381 462 530 530 608 613
Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373 18,970 18,970 19,242 19,864 20,788 21,124 21,124 22,148 21,504
2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079 8,262 8,262 8,151 8,417 8,930 9,084 9,084 9,082 9,497
2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20 148.20 148.20 148.88 146.33 147.20 145.93 145.93 146.10 145.73
2.5. Non Performing Loan (NPL)
- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186 1,070 1,070 1,222 1,305 1,256 1,136 1,136 1,155 1,108
- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85 3.40 3.40 3.82 3.97 3.69 3.29 3.29 3.24 3.14
V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TOTAL TOTAL
1. Kas (Rp miliar)
- Inflow 2,323 1,094 1,820 1,100 6,337 2,504 1,035 2,476 1,289 7,305 2,403 970 2,536 1,412 12,397 2,909 2,059
- Outflow 692 1,407 2,380 2,772 7,251 710 2,469 1,810 2,790 7,779 766 2,931 1,398 3,577 11,471 1,191 2,913
2. Kliring
- Volume Kliring (Lembar) 90,235 92,390 94,408 99,206 376,239 85,025 88,256 82,903 84,940 341,124 73,286 57,762 60,542 59,266 371,943 50,273 48,636
- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,362 2,494 2,785 10,310 2,410 2,261 2,274 2,429 9,374 2,042 1,527 1,774 1,765 10,660 1,582 1,497
- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,455 1,515 1,523 1,600 1,523 1,518 1,401 1,382 1,348 1,412 1,182 1,050 976 956 1,020 811 884
- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 43.0 38.7 40.2 44.9 41.7 43.0 35.9 37.9 38.6 38.8 32.9 27.8 28.6 28.5 29.7 25.5 27.2
- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 3.16 2.83 2.53 2.71 2.81 3.90 2.85 2.74 2.67 3.04 2.81 2.70 2.46 2.29 3.03 2.07 2.30
- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 2.92 2.88 2.56 3.19 2.89 4.04 3.33 2.85 4.22 3.61 3.30 2.79 2.86 3.00 3.45 2.32 2.86
Keterangan :
** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor
20162015 2017
1
Ringkasan Eksekutif Kinerja perekonomian terkoreksi... Realisasi keuangan pemerintah belum maksimal… Inflasi Sulut masih terkendali dan dibawah rentang sasaran inflasi Nasional... Kondisi keuangan daerah relatif stabil...
Perkembangan Ekonomi Makro Perekonomian Sulut melambat di Triwulan II 2018. Penurunan investasi menjadi salah satu faktor penghambat Sulut untuk tumbuh lebih kuat. Investasi yang melambat ditambah konsumsi rumah tangga yang juga melambat membuat pertumbuhan ekonomi Sulut terkoreksi di triwulan II menjadi lebih rendah. Peningkatan pendapatan melalui pertumbuhan UMP dan cairnya tunjangan hari raya menjadi sumber penahan konsumsi rumah tangga tidak melambat lebih dalam di tengah-tengah kinerja sektor pertanian yang terkontraksi di Triwulan II 2018
Keuangan Pemerintah Pada Triwulan II 2018, realisasi anggaran pendapatan Sulawesi Utara cukup baik. Realisasi anggaran pendapatan Sulut sebesar 29,36% meskipun lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan I 2017 namun lebih baik dibandingkan dengan realisasi tahun 2016. Disisi lain, realisasi anggaran belanja belum maksimal. Realisasi belanjan APBD Provinsi Sulut pada Triwulan II 2018 (32,68%) lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan I 2017 (36,96%) maupun Triwulan II 2016 (39,47%). Adapun penyerapan alokasi anggaran APBN di Sulut di Triwulan II 2018 tercatat sebesar 32,62%, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebesar 33,26%. Penyerapan yang belum maksimal disebabkan oleh dasar hukum kelanjutan proyek yang belum lengkap.
Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Sulawesi Utara pada Triwulan II 2018 tercatat sebesar 3,46% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (1,12%). Dengan demikian, inflasi Sulut pada Triwulan II 2018 relatif terkendali dan masih berada di bawah rentang sasaran inflasi Nasional tahun 2018: 3,5%±1% (yoy). Inflasi tahunan pada Triwulan II 2018 disumbang oleh kelompok Bahan Makanan sebesar 2,60%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,29%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,23%, Kelompok Sandang sebesar 0,12%, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0,10% ,kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,09% dan kelompok kesehatan dengan andil inflasi sebesar 0,02%.
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Kondisi keuangan daerah Sulawesi Utara relatif stabil meskipun mengalami perlambatan, tercermin dari melambatnya peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), aset dan kredit serta perbaikan kualitas kredit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari jenis kredit, peningkatan pertumbuhan kredit hanya terjadi pada jenis Kredit Konsumsi (KK) sedangkan Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat tumbuh melambat dan Kredit Investasi tercatat tumbuh negatif (angka) pada triwulan laporan. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM Triwulan II 2018 sebesar
12,83% (yoy), rasio kredit bermasalah UMKM membaik menjadi 4,92% dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 5,27%. Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit
juga mengalami peningkatan sebesar 26,96%, meningkat dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 25,49%.
2
Penyelenggaraan layanan sistem pembayaran baik nontunai maupun tunai berjalan dengan baik… Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara membaik seiring dengan peningkatan kinerja ekonomi di beberapa sektor... Prospek perekonomian relatif menguat di Triwulan IV..
Ketahanan sektor korporasi dan sektor rumah tangga juga masih terjaga meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 4.12% (yoy) dengan share terhadap PDRB sebesar 45.8%.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI Sulut ke masyarakat pada Triwulan II 2018 masih mengikuti pola musimannya yaitu net-outflow sebesar Rp 853,76 miliar. Peningkatan bayaran dari kas KPwBI Sulut sejalan dengan masuknya periode Hari Raya Idul Fitri pada bulan Mei dan Juni 2018. Nominal transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Triwulan II 2018 sebesar Rp 3,52 triliun atau menurun sebesar 23,12% (qtq) dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain, transaksi kliring pada Triwulan II 2018 juga mengalami perlambatan yang tercatat Rp1,66 triliun, menurun baik dibanding triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu. Dalam rangka memperluas jangkauan layanan kas bank, Bank Indonesia melaksanakan program BI Jangkau. Pada Triwulan II 2018 telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama program BI Jangkau 2018 dengan penambahan peserta dari yang sebelumnya (2017) hanya bekerja sama dengan Bank SulutGo menjadi 5 (lima) peserta yaitu Bank SulutGo, Pegadaian, Bank Mandiri, BRI, dan BNI. Dalam program tersebut juga dilakukan penambahan jumlah cakupan kecamatan menjadi 65 kecamatan, yang sebelumnya (2017) hanya menjangkau sebanyak 47 kecamatan. Dalam rangka mendukung implementasi penyaluran bantuan sosial nontunai tahun 2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD). Posisi jumlah LKD per Triwulan II 2018 tercatat sebanyak 1.888 agen atau meningkat sebesar 8,7% (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah tersebut meningkat sebesar 4,48%.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada periode Februari 2018 yang sebesar 6,09%, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di level 6,12%. Turunnya angka TPT disebabkan naiknya jumlah tenaga kerja di beberapa sektor utama antara lain Perdagangan (8,78%) dan Kontruksi (8,48%). Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada periode Maret 2018 sebanyak 194,85 ribu jiwa (7,8%) turun dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2017 yang berjumlah sekitar 200,35 ribu jiwa (8,2%) atau turun sebesar 0,3%. Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan nasional yang tercatat mencapai 9,82% pada periode Maret 2018.
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Sulawesi Utara ke depan diperkirakan terus meningkat. Pada triwulan IV 2018 ekonomi Sulut tetap tumbuh stabil. Sedangkan secara keseluruhan tahun 2018, ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Ekonomi Sulut triwulan IV 2018 diperkirakan tumbuh 6,0-6,4% (yoy) dan keseluruhan tahun 2018 tumbuh 6,2-6,6% (yoy).
3
Di sisi inflasi, IHK Sulut juga diperkirakan akan mengalami inflasi moderat pada triwulan IV 2018 dan untuk keseluruhan tahun 2018 inflasi diperkirakan berada dalam rentang sasaran inflasi tahun 2018.
4
Bab I. Perkembangan Ekonomi Makro
Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut)
Triwulan II 2018 tumbuh melambat
dibandingkan Triwulan I 2018 dari 6,60% (yoy)
menjadi 5,83% (yoy). Pertumbuhan tersebut
relatif stabil bila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017 yang tumbuh sebesar
5,80% (yoy) dan lebih rendah dari rata-rata
pertumbuhan triwulan II selama 5 tahun
terakhir (2013-2017) sebesar 6,15% (yoy).
Sementara itu, Pertumbuhan ekonomi Sulut
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,27%
(yoy) pada Triwulan II 2018. Namun Demikian,
apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi
seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,
pertumbuhan Sulut relatif jauh lebih rendah.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulut
Triwulan II 2018 disebabkan oleh beberapa
faktor. Dari sisi pengeluaran, perlambatan
pertumbuhan triwulan II disebabkan oleh
melambatnya Konsumsi Rumah Tangga dan
Investasi (Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto) di tengah-tengah ekspor yang
tetap tumbuh menguat. Dari sisi lapangan
usaha, kontraksi pada sektor pertanian
menjadi penyebab melambatnya
pertumbuhan Sulut di Triwulan II 2018.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulut
Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi,
Provinsi Sulut menjadi provinsi dengan
pertumbuhan ekonomi terendah di pulau
Sulawesi setelah di triwulan I menjadi
provinsi dengan pertumbuhan tetinggi kedua.
Pertumbuhan ekonomi Sulut hanya lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi nasional yang
sebesar 5,27%.
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi-Provinsi di Pulau Sulawesi Triwulan I 2018
Memasuki Triwulan III 2018, pertumbuhan
ekonomi Sulut diperkirakan berada dalam
kisaran 5,8–6,2% (yoy), menguat
dibandingkan Triwulan II 2018. Berdasarkan
jenis penggunaannya, penguatan tersebut
berasal dari konsumsi rumah tangga yang
diperkirakan meningkat. Dari sisi lapangan
usaha, kinerja pertanian yang pada triwulan II
mengalami kontraksi diperkirakan akan
mencatatkan pertumbuhan positif di Triwulan
III 2018.
1.1. PDRB – Jenis Pengeluaran
Struktur ekonomi Sulut berdasarkan jenis
pengeluaran tidak mengalami perubahan
yang signifikan. Komponen konsumsi rumah
tangga dan investasi yang menjadi masih
mendominasi struktur ekonomi Sulut
disamping ekspor dan konsumsi pemerintah
yang memiliki pangsa diatas 15%.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
I III III IV I II
Konsumsi Rumah Tangga 4.28 5.03 4.47 4.31 4.43 4.12
Konsumsi LNPRT 6.24 7.41 5.18 3.91 9.51 10.78
Konsumsi Pemerintah 2.72 0.22 9.98 10.00 2.57 10.73
Investasi (PMTB) 4.61 5.81 9.33 8.49 4.23 2.17
Perubahan Inventori (266.04) (24.08) (35.98) (42.40) (25.15) (19.25)
Ekspor 16.84 (0.11) 7.91 (13.87) 14.02 29.87
Impor (32.19) (18.52) 93.46 4.21 (1.97) (25.45)
Net Ekspor Antarprovinsi 11.87 (0.01) (5.07) (12.70) (0.32) 31.72
Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.60 5.83
Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018
5
Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Jenis Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1.3 Pangsa Jenis Penggunaan
Sumber: Badan Pusat Statistik
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi Rumah Tangga pada Triwulan II
2018 tumbuh melambat di tengah
menguatnya konsumsi pemerintah dan
peningkatan konsumsi lembaga non-profit
(LNPRT). Konsumsi pemerintah tumbuh
10,73% (yoy), menguat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,57 % (yoy). Sedangkan
konsumsi rumah tangga tumbuh melambat
dan lembaga non profit (LNPRT) tumbuh
meningkat sehingga menyebabkan
pertumbuhan keseluruhan konsumsi Sulut
Triwulan II 2018 sebesar 6,01% (yoy), menguat
dibanding triwulan sebelumnya 4,11% (yoy).
Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi
Menguatnya pertumbuhan konsumsi
pemerintah disebabkan oleh realisasi belanja
non-modal1 pada Triwulan II 2018 yang
meningkat. Realisasi belanja non-modal APBN
yang disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi
Sulut tercatat sebesar 39,05%, meningkat
1 Belanja non-modal mencakup belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja bansos, belanja
dibandingkan tahun 2017 sebesar 25,25%.
Penurunan realisasi belanja non modal
tersebut tercermin dari simpanan giro
pemerintah pusat pada perbankan di Sulut
pada Juni 2018 menjadi Rp349 Miliar menurun
dibandingkan bulan sebelumnya. Gencarnya
pemerintah daerah maupun pusat
memberikan bantuan dalam bentuk bantuan
pangan non-tunai diperkirakan menjadi faktor
pendorong konsumsi pemerintah.
Tabel 1.4 Realisasi Belanja Non-Modal APBN yang Disalurkan di Sulut dan APBD Provinsi
Sulut
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut
Grafik 1.4 Simpanan Pemerintah Pusat pada
Perbankan di Sulut Tahun 2017-2018
Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada
Triwulan II 2018 tumbuh melambat menjadi
4,12% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya
sebesar 4,43% (yoy). Penurunan NTP
diperkirakan menjadi salah satu penyebab
melambatnya konsumsi rumah tangga di
Triwulan II 2018. Rata-rata NTP di bulan April-
Juni 2018 mengalami kontraksi sebesar -6,39%
melambat signifikan dibandingkan
pertumbuhan rata-rata NTP Januari-Maret
yang tumbuh 3,05%. Hal ini juga sejalan
dengan kinerja pertanian yang mengalami
kontraksi di Triwulan II 2018. Selain itu,
tidak terduga, dan belanja operasional lainnya. Belanja non-modal tidak mencakup belanja modal.
I III III IV I II
Konsumsi Rumah Tangga 49.27 47.75 46.52 45.11 48.27 46.98
Konsumsi LNPRT 2.08 2.03 1.97 1.91 2.13 2.13
Konsumsi Pemerintah 17.43 16.99 17.29 17.38 16.77 17.78
Investasi (PMTB) 35.94 37.08 37.92 38.25 35.14 35.80
Perubahan Inventori 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Ekspor 15.30 14.16 14.49 12.37 16.36 17.38
Impor 3.01 4.39 5.27 3.06 2.77 3.09
Net Ekspor Antarprovinsi (17.01) (13.64) (12.93) (11.96) (15.91) (16.98)
Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018
Komponen Jenis Belanja 2017 2018
Belanja Non-modal APBN 6,248,455 6,655,986
Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 3,001,213 3,035,588
Total 9,249,668 9,691,574
Belanja Non-modal APBN 1,167,744 2,575,451
Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 1,167,744 1,208,756
Total 2,335,488 3,784,206
Belanja Non-modal APBN 18.69% 38.69%
Belanja Non-modal APBD Prov Sulut 38.91% 39.82%
Total 25.25% 39.05%
% Realisasi
thd
Rencana
Rencana
(Rp Juta)
Realisasi (Rp
Juta) Hingga
TW I
6
melambatnya konsumsi RT juga tercermin dari
hasil survei konsumen yang dilakukan Bank
Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Provinsi Sulut pada Triwulan II 2018 yang
tercatat memiliki rata-rata 125,19 lebih rendah
dari rata-rata IKK Triwulan I 2018 sebesar
137,64. Pertumbuhan rata-rata IKK di Triwulan
II 2018 pun mengalami perlambatan, dari yang
bertumbuh 7,65% (yoy) di triwulan I menjadi
4,74% di Triwulan II. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat penurunan keyakinan dan ekspektasi
konsumen terhadap perekonomian bila
dibandingkan dengan variabel yang sama di
tahun lalu. Meski melambat, pertumbuhan
konsumsi di triwulan II masih cukup kuat. Hal
ini ditunjukan dengan indeks tendensi
konsumen BPS yang masih bertumbuh 4,22%
di Triwulan II 2018. Pencairan tunjangan hari
raya bagi aparatur sipil negara (ASN),
diperkirakan menjadi salah satu faktor
terjaganya konsumsi rumah tangga di triwulan
II. Selain itu, meningkatnya UMP provinsi,
melalui pergub No 48 tahun 2017 Sulut
meningkatkan UMP 2018 menjadi
Rp2.824.286 naik 8,71% dari UMP tahun 2017
yang sebesar Rp2.598.000 juga diduga menjadi
salah satu faktor penahan perlambatan lebih
dalam konsumsi rumah tangga.
Grafik 1.5 UMP
Terjaganya konsumsi rumah tangga juga
didorong oleh peningkatan konsumsi
transportasi di tengah perlambatan konsumsi
makanan dan minuman selain restoran.
Konsumsi transportasi dan komunikasi
meningkat menjadi 5,49% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya hanya tumbuh 2,19%
(yoy). Hal ini sejalan dengan meningkatnya
animo masyarakat untuk mudik dan
bertepatan dengan arus mudik pada saat
perayaan Idul Fitri yang terjadi di Triwulan II
2018. Sebaliknya, konsumsi makanan dan
minuman selain restoran mengalami
perlambatan dari tumbuh 3,34% menjadi
1,24% di triwulan II. Melambatnya konsumsi
makanan dan minuman diperkirakan
disebabkan oleh pergeseran pola konsumsi
masyarakat dari barang primer ke barang
tersier.
Memasuki Triwulan III 2018, pengeluaran
konsumsi diperkirakan akan tumbuh
melambat yang didorong oleh melambatnya
konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT
ditengah-tengah penguatan konsumsi rumah
tangga. Konsumsi pemerintah pada triwulan III
diperkirakan melambat seiring terjadinya
koreksi pertumbuhan konsumsi pemerintah
yang tumbuh signifikan di Triwulan II 2018. Di
sisi lain, konsumsi rumah tangga diperkirakan
menguat didorong oleh terjadinya masa panen
komoditas pertanian unggulan Sulawesi Utara
yang terjadi di triwulan II selain juga karena
terjadinya kenaikan UMP tahun 2018 sebesar
8,71% (yoy) menjadi Rp2.824.286/bulan, lebih
tinggi dibandingkan kenaikan tahun 2017
sebesar 8,25% (yoy). Selain itu, penundaan
pemberian gaji ke-14 ke bulan Juli 2018 ikut
berpotensi mendorong pertumbuhan
konsumsi rumah tangga di Triwulan III 2018.
1.1.2 Investasi (PMTB)
Investasi atau Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto (PMTB) tumbuh melambat
secara keseluruhan. Perlambatan tersebut
terutama disebabkan oleh melambatnya
investasi bangunan. Dalam investasi Sulut,
pangsa investasi bangunan mencapai 94% dari
total seluruh investasi, sedangkan investasi
non-bangunan hanya sekitar 6%.
7
Grafik 1.6 Pertumbuhan Komponen Investasi
(PMTB) dalam PDRB
Perlambatan investasi bangunan terutama
disebabkan oleh menurunnya investasi
pemerintah pada Triwulan II 2018. Penurunan
investasi salah satunya disebabkan oleh
realisasi belanja modal pemerintah yang masih
belum maksimal pada Triwulan II 2018. Dilihat
dari realisasi APBD Provinsi, keterlambatan
penyerapan anggaran belanja modal provinsi
terutama disebabkan oleh kurangnya
perencanaan dalam realisasi proyek.
Kurangnya perencanaan di tengah-tengah
proses realisasi belanja yang mendukung
prinsip kehati-hatian menyebabkan proses
tender dengan pihak ketiga terhambat.
Hasilnya penyerapan realisasi belanja modal
hingga Triwulan II 2018 terbilang rendah bila
dibandingkan periode yang sama di tahun
2017. Selain APBD, penyerapan belanja APBN
yang belum maksimal di Sulut disebabkan oleh
masih adanya anggaran yang diblokir atau
belum dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya alokasi anggaran yang belum
dikontrakan, penerapan kebijakan long
segmen, permasalahan pembebasan lahan,
kegagalan tender dan keterlambatan petunjuk
teknis dari kementrian dan lembaga.
Optimalisasi anggaran APBN di sisa tahun 2018
akan menjadi tantangan pemerintah dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi
pemerintah
Tabel 1.5 Realisasi Belanja Modal APBN yang Disalurkan di Sulut & APBD Prov Sulut
Investasi swasta dalam bentuk pembangunan
dan pembelian mesin juga tercatat melambat
di Triwulan II 2018 ikut menjadi penyebab
investasi Provins Sulut melambat.
Berdasarkan hasil liaison Triwulan II 2018 yang
dilakukan Bank Indonesia, investasi swasta
melambat baik dibandingkan triwulan
sebelumnya maupun di periode yang sama di
tahun sebelumnya. Likert scale investasi dari
hasil liason pada Triwulan I 2018 sebesar 0
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat 1 maupun triwulan yang sama di
tahun 2017 yang tercatat 1. Hal ini juga
terkonfirmasi dari data pengadaan semen di
Sulut pada periode April-Mei levelnya lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.7 Pengadaan Semen
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Sulut dan BPKBMD Sulut
Memasuki Triwulan III 2018, investasi di Sulut
diperkirakan kembali tumbuh melambat.
Percepatan pembangunan melalui realisasi
belanja modal yang lebih efektif dan efisien
menjadi tantangan pemerintah. Selain itu,
realisasi belanja pembangunan dari dana desa
diperkirakan akan mengalami keterlambatan
seiring keterbatasan kapabilitas perangkat
desa dalam memenuhi syarat dalam
melakukan pencairan dana desa dari Rekening
Kas Umum Daerah (RKUD) ke Rekening Kas
Daerah (RKD). Hal itu diperkirakan
berpengaruh pada pertumbuhan investasi
Komponen Jenis Belanja 2017 2018
Belanja Modal APBN 3,122,581 3,589,364
Belanja Modal APBD Prov Sulut 851,609 1,146,111
Total 3,974,190 4,734,435
Belanja Modal APBN 671,379 767,427
Belanja Modal APBD Prov Sulut 152,627 157,799
Total 824,006 925,227
Belanja Modal APBN 21.50% 21.38%
Belanja Modal APBD Prov Sulut 17.92% 13.77%
Total 20.73% 19.54%
Rencana
(Rp Juta)
Realisasi
(Rp Juta)
Hingga TW I
% Realisasi
thd Rencana
8
non-bangunan. Bank Indonesia
memperkirakan investasi Triwulan II 2018 akan
tumbuh di angka 1,4-1,8%
1.1.3 Ekspor-Impor
Pada Triwulan II 2018, total net impor Sulut
mengalami penurunan yang signifikan meski
tidak sekuat di Triwulan I 2018. Net impor
Sulut turun -29,38%(yoy), turun relatif
signifikan meski lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya -47,73% (yoy).
Penurunan yang dalam tersebut disebabkan
oleh penurunan impor luar negeri ditengah
pertumbuhan ekspor luar negeri yang
menguat. Namun, pertumbuhan penurunan
net impor Sulawesi secara keseluruhan karena
pertumbuhan net impor di triwulan II cukup
signifikan sebesar 31,72% (yoy). Hal ini
menunjukan banyak barang kebutuhan
konsumsi dan pendorong roda perekonomian
Sulut di Triwulan II berasal dari luar daerah.
Tabel 1.6 Kinerja Ekspor Impor Triwulan I 2018
Sumber: BPS
Kinerja ekspor luar negeri (LN) Sulut pada
Triwulan II 2018 tumbuh sebesar 29,87%
(yoy), lebih kuat dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,02%
(yoy). Peningkatan tersebut disebakan oleh
peningkatan baik ekspor barang LN maupun
ekspor jasa LN. Ekspor barang LN tumbuh
sebesar 33,94% (yoy), menguat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
15,95% (yoy). Sementara itu, ekspor jasa LN
juga ikut tumbuh menguat sebesar 10,75%
(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya
5,36% (yoy).
Peningkatan ekspor barang LN terkonfirmasi
dari nilai ekspor Provinsi Sulut baik melalui
pelabuhan di Sulut maupun pelabuhan di
daerah luar Sulut. Nilai ekspor Sulut Triwulan I
2018 tercatat sebesar USD268,1 juta, tumbuh
sebesar 9,36% (yoy), menguat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang juga tumbuh 5,63%
(yoy). Peningkatan nilai ekspor barang
disebabkan oleh peningkatan volume ekspor
Sulut. Volume ekspor pada Triwulan II 2018
tercatat sebesar 283 ribu ton yang tumbuh
26.19% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya 20,49%
(yoy). Bila dibandingkan antara nilai dan
volume ekspor, pertumbuhan nilai ekspor
Sulut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
volume ekspor di Triwulan I 2018. Salah satu
penyebab turunnya nilai ekspor yaitu
berlanjutnya tren menurun harga CNO dunia
yang hingga Mei tercatat US$ 1029/MT atau
turun 38,84% (yoy). Namun, Penurunan nilai
ekspor dari sektor pertanian bisa di off-sett
oleh peningkatan signifikan hasil tambang
emas Sulut yang mencapai US$20,75 juta.
Grafik 1.8 Volume Ekspor Sulut dan
Pertumbuhannya
Sejalan dengan ekspor barang, ekspor jasa LN
Sulut pada Triwulan II 2018 juga tumbuh
menguat. Peningkatan pertumbuhan ekspor
jasa LN terutama didorong oleh peningkatan
jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut
melalui Bandara Sam Ratulangi. Jumlah
wisman Triwulan II 2018 tumbuh menguat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Wisman
tersebut didominasi oleh wisman yang berasal
dari Tiongkok yang menggunakan direct
charter flight dari Tingkok ke Manado. Hal ini
sejalan dengan penambahan rute terbang
direct flight dari Cina ke Manado yang
dilakukan oleh maskapai penerbangan swasta.
9
Grafik 1.9 Jumlah Wisman
Dari sisi impor, impor Sulut pada Triwulan II
2018 kembali mengalami penurunan impor
luar negeri. Penurunan impor terutama
disebabkan oleh penurunan impor barang LN
yang turun sebesar -39.49% (yoy) lebih dalam
dari triwulan I. Di sisi lain, impor jasa LN
mengalami peningkatan sebsear 8,48% (yoy),
melambat dibandingkan triwulan I. Nilai Impor
Sulut pada triwulan kedua 2018 turun
terutama disebabkan oleh penurunan impor
bahan kimia dan berbagai produk kimia.
Grafik 1.10 Impor Sulawesi Utara
Sumber: Ditjen Bea Cukai
Memasuki Triwulan III 2018, total net impor
Sulut diperkirakan kembali menurun
dibandingkan tahun sebelumnya yang
didorong oleh kinerja ekspor LN yang tetap
tumbuh di tengah penurunan impor LN.
Ekspor LN ditopang baik oleh ekspor barang
maupun jasa. Ekspor barang LN diperkirakan
meningkat seiring periode panen komoditas
perkebunan unggulan Sulut yang akan terjadi
di triwulan III. Sementara ekspor jasa
meningkat sejalan dengan kunjungan wisman
yang terus meningkat. Perbaikan kinerja
perdagangan LN Sulut juga didorong oleh
kinerja impor yang melambat sebagaimana
tren sejak Desember 2017 yang menunjukkan
pertumbuhan impor negatif.
1.2. PDRB – Lapangan Usaha
Secara struktur, ekonomi Sulut berdasarkan
lapangan usaha juga tidak banyak perubahan.
Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
masih menjadi sektor dengan presentasi
terbesar pada perekonomian Sulawesi Utara.
Dari sisi sumber pertumbuhan, menguatnya
industri pengolahan serta stabilnya sektor
perdagangan dan transportasi menjadi faktor
penahan perekonomian Sulut tidak melambat
lebih dalam. Melihat besarnya pangsa
pertanian pada perekonomian Sulut, kontraksi
di sektor ini menyebabkan perekonomian
Sulut melambat secara keseluruhan selain juga
disebabkan oleh melambatnya salah satu
sektor utama yaitu sektor konstruksi.
Tabel 1.7 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1.8 Pangsa Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
I II III IV I II
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.12 4.42 4.21 4.08 3.85 -0.30
Pertambangan dan Penggalian 9.91 10.08 11.46 5.20 6.49 6.66
Industri Pengolahan 6.47 7.29 8.66 9.37 3.88 7.69
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 2.58 1.07 5.11 10.19 5.11 5.97
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 1.82 0.88 -1.41 2.00 -0.81 -0.77
Konstruksi 5.84 6.54 8.49 8.59 6.97 5.50
Perdagangan Besar dan Eceran 6.24 5.33 5.77 5.45 6.57 6.67
Transportasi dan Pergudangan 7.14 5.83 4.35 5.41 8.93 8.91
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.35 12.64 3.05 5.70 14.59 8.85
Informasi dan Komunikasi 8.55 8.32 4.15 6.17 7.48 7.75
Jasa Keuangan dan Asuransi 8.45 7.66 6.64 4.27 5.07 3.62
Real Estate 8.52 7.02 6.92 7.13 7.57 8.65
Jasa Perusahaan 8.34 7.54 9.68 10.40 9.48 9.73
Administrasi Pemerintahan 3.93 -1.88 9.51 9.28 6.67 8.98
Jasa Pendidikan 4.73 3.35 6.60 8.32 7.08 6.93
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.47 8.21 6.34 7.11 12.17 9.98
Jasa lainnya 8.10 7.10 7.18 10.97 15.63 12.72
Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.60 5.83
Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018
I II III IV I II
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19.26 20.28 20.34 19.64 18.76 19.11
Pertambangan dan Penggalian 5.11 5.11 5.11 4.78 5.11 5.15
Industri Pengolahan 10.40 10.04 9.95 9.96 10.13 10.22
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.13 0.12 0.12 0.12 0.13 0.12
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0.14 0.13 0.12 0.12 0.13 0.12
Konstruksi 12.82 13.16 13.34 13.90 12.86 13.12
Perdagangan Besar dan Eceran 13.01 12.74 12.58 12.69 13.01 12.85
Transportasi dan Pergudangan 8.98 8.70 8.60 8.59 9.17 8.96
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.26 2.33 2.34 2.36 2.43 2.39
Informasi dan Komunikasi 4.78 4.74 4.62 4.71 4.82 4.83
Jasa Keuangan dan Asuransi 4.27 4.07 3.91 3.83 4.21 3.98
Real Estate 3.84 3.79 3.74 3.72 3.87 3.89
Jasa Perusahaan 0.09 0.08 0.09 0.09 0.09 0.09
Administrasi Pemerintahan 6.77 6.54 7.13 7.55 6.78 6.73
Jasa Pendidikan 2.56 2.54 2.56 2.36 2.57 2.57
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.95 3.99 3.81 3.93 4.15 4.14
Jasa lainnya 1.64 1.63 1.62 1.66 1.77 1.74
Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018
10
Tabel1. 9 Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sisi Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik
1.2.1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Kinerja sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan (pertanian) Sulut pada Triwulan II
2018 tumbuh melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya dan mengalami
kontraksi. Sektor pertanian merupakan sektor
terbesar di Sulut dengan pangsa tahunan
sekitar 20% dari total perekonomian Sulut.
Selain itu, sebagian besar tenaga kerja atau
sekitar 3% tenaga kerja di Sulut
menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Perlambatan kinerja sektor
pertanian pada Triwulan II 2018 terutama
disebabkan oleh terganggunya produksi di sub-
sub sektor tanaman pangan yang mencakup
16,3% dari total produksi pertanian di Sulawesi
Utara. Hal tersebut terjadi karena adanya gagal
panen di beberapa daerah di Sulawesi Utara
terutama di daerah penghasil tanaman
pangan. Selain itu, rendahnya percetakan
sawah baru di Sulut juga diperkirakan menjadi
salah satu penyebab penurunan produktivitas
pertanian Sulut secara keseluruhan.
Melambatnya sektor pertanian juga
terkonfirmasi dari perlambatan nilai tukar
petani untuk seluruh subsektor pertanian. NTP
untuk empat subsektor pertanian mengalami
perlambatan pertumbuhan.
Grafik 1.11 Struktur Sektor Pertanian
Sulawesi Utara
Sumber:BPS (ADHK Tahunan, 2017)
Grafik 1.12 Struktur Sektor Pertanian
Sulawesi Utara
Sumber:BPS (Diolah)
Memasuki Triwulan III 2018, sektor pertanian
diperkirakan akan menguat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Musim panen
komoditas unggulan perkebunan Sulawesi
Utara seperti kelapa, cengkeh, pala, vanili dan
lainnya sebagainya yang akan terjadi di
triwulan III diperkirakan akan membuat sektor
pertanian kembali mengalami pertumbuhan di
Triwulan III 2018. Selain itu, upaya pemerintah
untuk bekerjasama dengan importir luar
negeri maupun kerjasama dengan daerah lain
demi menjaga harga komoditas di level yang
aman diperkirakan akan menjaga produksi
sektor perkebunan Sulawesi Utara. Faktor-
faktor ini diperkirakan akan menjadi penyebab
menguatnya sektor pertanian di Triwulan III
2018.
1.2.2 Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Kinerja lapangan usaha perdagangan besar
dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda
motor (perdagangan) pada Triwulan II 2018
tumbuh stabil dengan kecenderungan
I II III IV I II
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.00 0.91 0.87 0.82 0.74 -0.06
Pertambangan dan Penggalian 0.49 0.49 0.56 0.25 0.33 0.34
Industri Pengolahan 0.67 0.72 0.84 0.91 0.40 0.77
Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Konstruksi 0.75 0.85 1.11 1.17 0.89 0.72
Perdagangan Besar dan Eceran 0.81 0.68 0.73 0.70 0.86 0.85
Transportasi dan Pergudangan 0.64 0.51 0.38 0.47 0.80 0.78
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.12 0.28 0.07 0.14 0.33 0.21
Informasi dan Komunikasi 0.40 0.39 0.20 0.29 0.36 0.37
Jasa Keuangan dan Asuransi 0.35 0.31 0.26 0.17 0.22 0.15
Real Estate 0.32 0.26 0.26 0.26 0.29 0.33
Jasa Perusahaan 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Administrasi Pemerintahan 0.27 -0.13 0.66 0.68 0.45 0.59
Jasa Pendidikan 0.12 0.09 0.17 0.19 0.18 0.18
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.33 0.32 0.24 0.28 0.48 0.40
Jasa lainnya 0.13 0.11 0.12 0.18 0.26 0.21
Total 6.43 5.80 6.49 6.53 6.60 5.83
Jenis Pengeluaran (% yoy)2017 2018
11
menguat. Sektor perdagangan tumbuh stabil
menjadi 6,67% (yoy) di Triwulan II 2018 setelah
sebelumnya mengalami pertumbuhan 6,57%
(yoy) di Triwulan sebelumnya. Peningkatan
sektor perdagangan sejalan dengan masih
kuatnya konsumsi rumah tangga Sulawesi
Utara. Selain itu, periode ramadhan dan
perayaan hari besar keagamaan seperti
perayaan Paskah dan Idul Fitri yang seluruhnya
terjadi Triwulan II 2018 ikut mendorong
pertumbuhan sektor perdagangan. Indikator
lain yang menunjukkan stabilnya pertumbuhan
sektor perdagangan yaitu penjualan eceran.
Pertumbuhan penjualan eceran di triwulan II
memiliki pertumbuhan yang lebih kuat di
triwulan II dibandingkan pertumbuhannya di
triwulan yang sama.
Grafik 1.13 Pertumbuhan Penjualan Eceran
Memasuki Triwulan III 2018, kinerja sektor
perdagangan diperkirakan tumbuh menguat
dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan tersebut sejalan dengan
meningkatnya konsumsi rumah tangga yang
salah satunya didorong oleh kenaikan UMP
dan panen raya perkebunan di sektor
pertanian. Selain itu, banyaknya acara di
tingkat nasional maupun internasional yang
akan diadakan di Sulut di triwulan III (Tomohon
Internasional Festival, Festival Bunaken, Hari
Keluarga Nasional, Pemecahan Rekor
pembentangan Bendera terpanjang di Bawah
permukaan air, dan Manado Fiesta)
diperkirakan akan mendorong pertumbuhan
sektor perdagangan di Triwulan III 2018.
1.2.3 Konstruksi
Kinerja lapangan usaha konstruksi pada
Triwulan III 2018 tumbuh melambat
dibandingkan periode sebelumnya. Realisasi
belanja modal yang masih rendah pada
Triwulan II 2018 menjadi salah sastu faktor
melemahnya kinerja sektor konstruksi. Setelah
hanya terealisasi sebesar 20,73% pada
triwulan II 2017, pada Triwulan I 2018 realisasi
total belanja modal pemerintah (APBD dan
APBN) kembali turun menjadi 19,54%.
Peningkatan belanja modal pemerintah akan
menjadi tantangan di Triwulan III 2018.
Peningkatan efisiensi dan efektifitas realisasi
belanja modal baik menggunakan APBD dan
APBN maupun dana desa menjadi tantangan
dalam mendorong pertumbuhan sektor
konstruksi.
Tabel 1.10 proyek Strategis dan Alokasi Dana APBN di Sulut di Posisi Juli 2018
Sumber: Dirjen Perbendaharaan negara
Memasuki Triwulan III 2018, lapangan usaha
konstruksi diperkirakan akan tumbuh
menguat. Penguatan tersebut sejalan dengan
lelang proyek pemerintah yang sudah dalam
tahap penyelesaian. Selain itu, masih
rendahnya realisasi belanja pemerintah di
triwulan I dan triwulan II berpeluang
meningkat di Triwulan III 2018. Selain itu,
realisasi dana desa yang biasanya proses
realisasi rill terdapat lag berpotensi ikut
mendorong penigkatan sektor konstruksi.
Dalam perkembangannya, sektor konstruksi
masih akan menghadapi kendala terkait
pembebasan lahan yang dapat mengganggu
upaya pemerintah dalam menggenjot
pembangunan infrastruktur strategis.
1.2.4 Transportasi
Kinerja sektor transportasi pada Triwulan I
2018 tumbuh stabil dibandingkan triwulan
sebelumnya. Stabilnya kinerja sektor
transportasi terutama didorong perkiraan
pertumbuhan transportasi darat yang
Pagu Realisasi %
1 Lanjutan Pembangunan 2 (Dua ) Bendungan 496,947.00 236,689.00 47.63%
2 Lanjutanpembangunan Jalan Tol Manado-Air Madidi 778,830.00 99,516.00 12.78%
3 Pembangunan Jalan baru 188,150.00 15,344.00 8.16%
4 Perbaikan Jalan (Rehap dan pemeliharaan) 293,638.00 66,826.00 22.76%
5 Rekonstruksi dan Pelebaran Jalan 231,057.00 60,133.00 26.03%
6 Penggantian dan pelebaran jembatan 111,724.00 22,663.00 20.28%
7 Perbaikan Jembatan 68,224.00 15,277.00 22.39%
8 Sistem penangan persampahan dan air limbah 113,046.00 15,371.00 13.60%
9 Sistem Penyediaan Air Minum 34,754.00 9,273.00 26.68%
10 Perbaikan Jalan Irigasi 98,683.00 22,614.00 22.92%
11 Seawall dan Bangunan pengaman pantai 106,325.00 37,778.00 35.53%
12 Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya 67,623.00 18,666.00 27.60%
13 Pembangunan Rumah Susun dan rumah khusus 60,087.00 10,481.00 17.44%
14 Pembangunan Kapasitas Bandaran Udara 140,250.00 22,843.00 16.29%
15 pembangunan Fasilitas Pelabuhan 25,396.00 5,419.00 21.34%
16 Pembangunan Terminal 36,831.00 26,540.00 72.06%
17 Pengembangan Pelabuhan Penyebrangan 20,200.00 - 0.00%
18 Peningkatan Kenavigasian 36,127.00 5,187.00 14.36%
19 Pembangunan Fasilitas Pendidikan dan Pelatilan Pelayaran 98,337.00 13,022.00 13.24%
20 Total 3,006,229.00 703,642.00 23.41%
s/d 27 Juli 2018UraianNo
12
menguat meskipun transportasi udara sedikit
melambat. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan transportasi online yang sudah
menyebar ke beberapa kota di Sulut seperti
Bitung, Minahasa dan Tomohon. Adanya
transportasi online yang menyebar ke
beberapa kota setelah di tahun 2017 masih
terpusat di sekitar Manado, diperkirakan ikut
menjaga stabilnya pertumbuhan transportasi.
Dari sisi transportasi udara, terjadi
perlambatan pertumbuhan penumpang
angkutan udara meskipun terjadi peningkatan
jumlah wisman. Hal ini sejalan dengan
diputusnya beberapa rute penerbangan dari
dan menuju Manado oleh salah satu maskapai
penerbangan di Sulut.
Grafik 1.14 Jumlah Penumpang Datang dan
Berangkat di Bandara Sam Ratulangi
Memasuki Triwulan III 2018, kinerja lapangan
usaha Industri diperkirakan menguat seiring
pertumbuhan transportasi darat dan
transportasi udara. Meningkatnya kinerja
transportasi darat sejalan dengan konsumsi
rumah tangga yang meningkat dan
pertumbuhan transportasi online yang
diperkirakan cukup masif di Sulut. Sementara
itu, kinerja transportasi udara diperkirkan juga
meningkat seiring dibukanya rute baru dan
dari Cina yang didorong dengan penambahan
maskapai yang memberikan pelayanan
transportasi udara dari Cina. Peningkatan
transportasi Udara juga berpotensi meningkat
bila pembukaan rute penerbangan dari
langsung dari Korea Selatan menuju Manado
dapat terlaksana. Selain itu, diadakannya
acara-acara bertaraf internasional maupun
nasional di Sulut ikut berpotensi mendorong
pertumbuhan ekonomi Sulut.
1.2.5 Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan pada
Triwulan II 2018 tumbuh menguat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun
di Sulut industri makanan dan minuman
merupakan industri dengan pangsa sebesar
84,6% dari total industri pengolahan (ADHK
2017). Pada Triwulan II 2018 industri
pengolahan tercatat tumbuh menguat 7,69%
setelah sebelumnnya terealisasi tumbuh
3,90% di Triwulan I 2018. Hal ini sejalan dengan
pertumbuhan produksi industri manufkatur
besar dan sedang yang tumbuh 7,25% (yoy) di
Triwulan II 2018 setelah di triwulan I tumbuh
3,56% (yoy). Menguatnya pertumbuhan
industri pengolahan terutama disumbang oleh
pertumbuhan industri minuman yang tumbuh
menguat sebesar 18,44% (yoy). Selain itu,
pertumbuhan industri pengolahan juga diikuti
dengan pertumbuhan industri mikro kecil yang
juga menguat di triwulan II menjadi 18,71%
(yoy) setelah sebelumnya hanya tumbuh
2,51% (yoy). Pertumbuhan sektor industri
pengolahan juga didukung dengan
pertumbuhan kredit UMKM yang juga tumbuh
menguat di Triwulan II 2018 dibandingkan
pertumbuhannya di triwulan I. Sementara itu,
menguatnya pertumbuhan industri
pengolahan juga terkonfirmasi data ekspor
komoditas industri dari provinsi Sulawesi Utara
yang juga tumbuh menguat di Triwulan II 2018.
Grafik 1.15 Volume Ekspor Komoditas
Industri Sulut Sumber: Dirjen Bea Cukai
Memasuki Triwulan III 2018, kinerja lapangan
usaha Industri diperkirakan menguat seiring
pertumbuhan transportasi online dan
pertumbuhan penumpang wisman. Stabilnya
pertumbuhan industri pengolahan di Triwulan
13
III 2018 sejalan dengan perkiraan masa panen
raya komoditas perkebunan utama Sulut
seperti kelapa, cengkeh, pala, vanili dan
sebagainya. Selain itu, diadakannya acara
bertaraf internasional maupun nasional di
Sulut diperkirakan akan ikut mendorong sektor
industri pengolahan terutama industri
makanan dan minuman. Namun, masih
terdapat risiko perlambatan yang disebabkan
oleh melemahnya harga komoditas baik di segi
bahan baku maupun harga CNO yang masih
dalam tren menurun.
Grafik 1.16 Pergerakan Harga CNO
14
Bab II. Keuangan Pemerintah
2.1. APBD Provinsi Sulawesi Utara 2018
2.1.1. Pendapatan APBD Provinsi Sulut
Anggaran pendapatan Provinsi Sulut tahun
2018 meningkat dibanding tahun
sebelumnya. Anggaran pendapatan Sulut
tahun 2018 ditargetkan sebesar Rp3,78 triliun,
naik 1,39% (yoy) atau sebesar Rp55,59 miliar
dari Rp3,72 triliun pada tahun 2017. Kenaikan
tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan tahun
2017 yang sebesar 28,06% (yoy). Kenaikan
APBD tersebut didorong oleh peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 6,77%
(yoy) menjadi Rp1,17 triliun dan peningkatan
pendapatan transfer sebesar 1,31% (yoy)
menjadi Rp2,59 triliun.
Tabel 2.1 Perkembangan Anggaran Pendapatan APBD Sulut 2018
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
Peningkatan anggaran disertai dengan
peningkatan rasio kemandirian pendapatan
Sulut tahun 2018 yang tercatat sebesar
30,92% meningkat dibandingkan tahun 2017
(29,39%), namun masih rendah bila
dibandingkan tahun 2016 (33,68%). Porsi PAD
Sulut tahun 2017 hanya sebesar 31% dari total
anggaran pendapatan, meningkat dari 30%
pada tahun 2017, namun masih di bawah
tahun 2016 sebesar 34%. Sedangkan
pendapatan transfer atau dana perimbangan
berada di level 68,44%, turun dari 68,56% pada
tahun 2017 dan naik dari 66,15% pada tahun
2015. Rasio tersebut menunjukkan bahwa
tingkat kemandirian fiskal Sulut masih rendah
atau masih bergantung pada dana transfer
pemerintah pusat.
Grafik 2.17 Perkembangan Anggaran
Pendapatan APBD Sulut 2018 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
Pada triwulan II 2018, realisasi anggaran
pendapatan Sulawesi Utara cukup baik yakni
sebesar 49,36% meskipun lebih rendah
dibandingkan realisasi Triwulan II 2017
namun masih sama dengan realisasi Triwulan
II tahun 2016. Realisasi pada Triwulan II 2017
sebesar 52,51% lebih tinggi dibandingkan
realisasi Triwulan II 2018. Adapun nominal
realisasi pendapatan pada Triwulan I 2018
sebesar Rp1,86 triliun . Pencapaian realisasi
tersebut didorong oleh realisasi seluruh
sumber pendapatan terutama pendapatan asli
daerah. Pos yang mencatat realisasi tertinggi
yaitu pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan 125,19% dan lain-lain
pendapatan pajak daerah sebesar 48,34%.
Peningkatan realisasi pos pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah
mengindikasikan adanya perbaikan peforma
pengelolaan kekayaan melalui pembagian
laba, dividen, maupun penjualan saham milik
daerah. Sedangkan untuk pajak daerah,
realisasi yang cukup tinggi relatif dengan yang
lain menunjukan peningkatan peforma
pemerintah dalam melakukan pungutan pajak
daerah provinsi yang berdasarkan UU No.28
tahun 2009 terdiri dari pajak kendaraan
bermotor, bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak air permukaan dan pajak
rokok.
15
Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan APBD Prov Sulut
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
2.1.2. Belanja APBD Provinsi Sulut
Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun
2018 mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2017. Anggaran belanja naik 8,54%
pada tahun 2018 sehingga total anggaran
belanja mencapai Rp4,18 triliun, lebih tinggi
Rp329 miliar dari Rp3,85 triliun pada tahun
2017. Peningkatan tersebut didorong oleh
peningkatan belanja modal yang naik 34,58%,
sedangkan peningkatan belanja operasional
tahun 2018 hanya 0,26% jauh lebih rendah
dibandingkan peningkatan belanja operasional
tahun 2017 sebesar 19,09%.
Tabel 2.3 Perkembangan Anggaran Belanja APBD Sulut 2018
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah,
Sulut
Berdasarkan postur belanjanya, anggaran
belanja non-modal tahun 2018 mencapai 73%
dan anggaran belanja modal sebesar 27%.
Postur tersebut cenderung lebih baik
dibandingkan tahun 2017 dimana postur
belanja non-modal mencapai 78% dan belanja
modal sebesar 22%. Postur tersebut
menunjukkan bahwa masih terdapat ruang
peningkatan lebih baik dalam rangka
pembangunan infrastruktur di Sulut. Adapun
anggaran belanja non-modal tahun 2018
sebesar Rp2,57 triliun dan belanja modal
sebesar Rp1,15 triliun. Dalam postur belanja
modal, anggaran belanja dialokasikan pada
belanja bangunan dan gedung sebesar 52,87%,
belanja jalan, irigasi dan jaringan sebesar
21,74%, belanja tanah 12,16%, belanja
peralatan dan mesin sebesar 10,13% dan
belanja aset tetap lainnya sebesar 3,09%.
Perubahan yang cukup signifikan terjadi pada
pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang
menurun dari tahun lalu sebesar 41,63%
terhadap total belanja modal dan pos belanja
bangunan dan gedung yang meningkat dari
tahun lalu sebesar 22,28%.
Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja
Modal APBD Sulut 2018
Pada Triwulan II 2018, realisasi anggaran
belanja APBD Provinsi Sulut tercatat sebesar
32,68%. Realisasi tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan Triwulan II 2017
(36,96%) maupun tahun 2016 (39,47%).
Adapun realisasi belanja Triwulan I 2018
tercatat sebesar Rp1,37 triliun. Berdasarkan
posnya, belanja non-modal (termasuk
transfer) terealisasi sebesar 14,61%, lebih
rendah dari Triwulan II 2017 sebesar 40,61%.
Sementara itu, belanja modal pada Triwulan II
2018 hanya terealisasi sebesar 13,77% lebih
rendah dibanding Triwulan II 2017 yang
tercatat sebesar 21,89%. Penurunan ini
terutama disebabkan oleh realisasi belanja
bangunan dan gedung serta aset tetap lainnya,
yang masing-masing baru terealisasi sebesar
0,5% dan 1,12%. Rendahnya realisasi belanja
modal juga disebabkan salah satunya oleh
penyesuaian struktur pemerintah provinsi di
triwulan I. Lambatnya penyerapan belanja
modal pemerintah juga dikonfirmasi dengan
perlambatan pertumbuhan PMTB provinsi
Sulawesi Utara di Triwulan II. Lambatnya
penyerapan belanja provinsi Sulut Juga
ditunjukan dengan serapan belanja langsung
Anggaran 2018 Realisasi % Realisasi
Pendapatan 3,779,296 1,865,632 49.36%
Pendapatan Asli Daerah 1,168,434 576,088 49.30%
Pendapatan Pajak Daerah 1,000,049 483,415 48.34%
Pendapatan Retribusi Daerah 99,995 35,006 35.01%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yg Dipisahkan42,138 52,752 125.19%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 26,251 4,915 18.72%
Pendapatan Transfer 2,586,412 1,285,168 49.69%
Transfer Pemerintah Pusat 2,586,412 1,285,168 49.69%
Dana Bagi Hasil Pajak 107,351 38,009 35.41%
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 37,634 14,977 39.80%
Dana Alokasi Umum 1,427,545 832,735 58.33%
Dana Alokasi Khusus 1,013,883 399,447 39.40%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 24,450 4,375 17.89%
Pendapatan Hibah 9,450 4,375 46.30%
Pendapatan Lainnya 15,000 - 0.00%
Anggaran APBD Provinsi Sulawesi UtaraTriwulan II 2018 (Rp Juta)
16
pemerintah yang masih berada di angka
18,86%. Perencanaan belanja yang belum
efektif ditengah proses realisasi belanja yang
mendukung prinsip kehati-hatian diperkirakan
menjadi faktor terhambatnya belanja modal.
Selain itu, hari kerja yang berkurang di
Triwulan II 2018 diperkirakan menjadi salah
satu faktor penyebab lambatnya penyerapan
belanja pemerintah provinsi.
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Prov Sulut
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Sulut
Terkelolanya keuangan pemerintah melalui
penyerapan realisasi pendapatan yang tinggi,
belum sempurna bila tidak diikuti dengan
realisasi belanja modalnya. Oleh karena itu,
pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk
mendorong realisasi belanja modal pada tahun
2018. Hal ini cukup penting mengingat belanja
negara pada APBN 2018 diarahkan pada
peningkatan belanja infrastruktur dimana
pembangunan infrastruktur merupakan
prioritas pemerintah untuk mendukung
pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok
tanah air. Berbagai infrastruktur strategis yang
sementara dan akan dibangun di Sulawesi
Utara yaitu jalan tol Manado-Bitung, Kawasan
Ekonomi Khusus Bitung, bendungan
multifungsi Kuwil-Minut, pengembangan
pelabuhan Bitung sebagai hub port, jalan
ringroad tiga, pengembangan Lanud TNI AU
Samratulangi, dan infrastruktur lainnya.
Percepatan pelaksanaan lelang proyek dan
monitoring pencapaian target realisasi dapat
menjadi pendorong peningkatan realisasi
belanja modal. Selain itu, kendala pada
pembebasan lahan perlu diselesaikan antar
lembaga terkait sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga
proses pembangunan infrastruktur dapat
berjalan dengan lancar. Bagi pemerintah
kabupaten kota, diperlukan strategi agar
penyaluran anggaran DAK tidak terkendala
karena pada tahun 2018 penyaluran DAK akan
berdasarkan usulan daerah dengan
memperhatikan prioritas nasional. Belanja
pemerintah merupakan salah satu mesin
pertumbuhan bagi suatu perekonomian.
Peningkatan peforma belanja, terutama
belanja modal, berpotensi memberikan
multiplier effect pada ekonomi, dan berpotensi
mendorong pertumbuhan ekonomi lebih
tinggi.
2.2. Alokasi APBN di Sulawesi Utara
Pada tahun 2018, alokasi APBN di Sulut
tercatat sebesar Rp 9,04 triliun meningkat
sebesar 8,54% (yoy). Peningkatan tersebut
didorong oleh kenaikan belanja pegawai,
belanja modal, belanja barang maupun belanja
bantuan sosial. Belanja pegawai mengalami
kenaikan yang kecil sebesar 3,28% (yoy),
sehingga posturnya turun menjadi 26,87% dari
tahun sebelumnya 28,25%. Sementara itu,
belanja modal naik sebesar 14,95% (yoy),
sehingga posturnya naik menjadi 35,28% dari
tahun sebelumnya 33,32%. Di sisi lain, postur
belanja barang turun menjadi 37,71% dari
38,30% dan postur belanja bantuan sosial tidak
mengalami perubahan. Kenaikan porsi belanja
modal sesuai dengan fokus pemerintah
terhadap pembangunan infrastruktur Sulut
dalam rangka mempersiapkan Sulut sebagai
pintu gerbang Indonesia di kawasan Asia
Pasifik.
Tabel 2.5 Postur Alokasi Belanja APBN di Sulut
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut
AnggaranRealisasi
Tw II %Realisasi
Belanja 4,181,699 1,366,555 32.68%
Belanja Operasi 2,568,304 995,041 38.74%
Belanja Pegawai 1,270,918 551,159 43.37%
Belanja Barang 814,878 210,605 25.84%
Belanja Bunga 10,810 -
Belanja Subsidi 2,000 - 0.00%
Belanja Hibah 420,198 232,347 55.29%
Belanja Bantuan Sosial 2,500 930 37.20%
Belanja Bantuan Keuangan 47,000 - 0.00%
Belanja Modal 1,146,111 157,799 13.77%
Belanja Tanah 139,380 90,952 65.25%
Belanja Peralatan dan Mesin 116,148 13,208 11.37%
Belanja Bangunan dan Gedung 605,982 3,058 0.50%
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 249,145 50,185 20.14%
Belanja Aset Tetap Lainnya 35,457 397 1.12%
Belanja Tidak Terduga 7,500 - 0.00%
Belanja Tidak Terduga 7,500 - 0.00%
Transfer 459,784 213,714 46.48%
Transfer Bagi Hasil ke Kab/Kota/Desa 459,784 213,714 46.48%
Anggaran Belanja APBD
Provinsi Sulawesi Utara
2018 (Rp Juta)
Jenis Belanja
Pagu Tahun
2017 (Rp
Juta)
Pagu Tahun
2018 (Rp Juta)
Postur
2017
Postur
2018
Belanja Pegawai 2,646,919 2,733,628 28.25% 26.68%
Belanja Barang 3,588,740 3,907,787 38.30% 38.14%
Belanja Modal 3,122,581 3,589,364 33.32% 35.03%
Belanja Bantuan Sosial 12,796 14,572 0.14% 0.14%
Total 9,371,036 10,245,350 100% 100.00%
17
Pada Triwulan II 2018, penyerapan alokasi
anggaran belanja APBN di Sulawesi Utara
tercatat sebesar 32,62%, lebih rendah
dibandingkan triwulan II 2017 yang tercatat
sebesar 33,26%. Realisasi belanja APNBN di
Sulut yang belum maksimal terutama
disebabkan oleh belanja barang dan belanja
modal yang masih rendah, serta realisasi
belanja bantuan sosial yang belum maksimal
pada Triwulan II 2018. Realisasi Belanja barang
pemerintah turun dari 34,49 % di Triwulan II di
tahun 2017 menjadi 32,12% di Triwulan II
2018. Sedangkan untuk belanja modal
realisasinya turun dari 22,23% di triwulan II
2017 menjadi 21,38% di triwulan I 2018.
Penyerapan belanja APBN yang belum
maksimal di Sulut disebabkan oleh masih
adanya anggaran yang diblokir atau belum
dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya alokasi anggaran yang belum
dikontrakan, penerapan kebijakan long
segmen, permasalahan pembebasan lahan,
kegagalan tender dan keterlambatan petunjuk
teknis dari kementrian dan lembaga.
Optimalisasi anggaran APBN di sisa tahun 2018
akan menjadi tantangan pemerintah dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi
pemerintah.
Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBN di Sulut Tahun 2017
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Negara, Sulut
.
Jenis Belanja
Pagu Tahun
2018
(Rp juta)
Realisasi Tw I
2018
(Rp juta)
% Realisasi Tw
II 2018
Belanja Pegawai 2,733,628 1,317,968 48.21%
Belanja Barang 3,907,787 1,255,370 32.12%
Belanja Modal 3,589,364 767,427 21.38%
Belanja Bantuan Sosial 14,572 2,114 14.50%
Dana Alokasi Khusus Fisik 1,899,227 359,699 18.94%
Dana Desa 1,065,869 639,518 60.00%
Total 13,210,445 4,342,095 32.87%
18
Bab III. Perkembangan Inflasi Daerah
3.1. Evaluasi Realisasi Inflasi Triwulan II
2018
3.1.1. Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Sulawesi Utara pada Triwulan II 2018
tercatat sebesar 3,46% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang sebesar 1,12%
(yoy). Inflasi Sulut Triwulan II 2018 terkendali
dan masih dibawah rentang sasaran inflasi
tahun 2018 yakni 3,5%±1% (yoy). Berdasarkan
disagregasinya, inflasi tahunan pada Triwulan II
2018 disumbang oleh seluruh kelompok
dimana andil inflasi oleh kelompok Bahan
Makanan sebesar 2,60%, Kelompok Makanan
Jadi, Minuman Rokok dan Tembakau sebesar
0,29%, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar sebesar 0,23%, Kelompok
Sandang sebesar 0,12%, Kelompok
Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
sebesar 0,10%, Kelompok Pendidikan, Rekreasi
dan Olahraga sebesar 0,09% dan Kelompok
Kesehatan sebesar 0,02%.
Grafik 3.18 Inflasi Tahunan Sulawesi Utara
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi Kelompok Bahan Makanan tercatat
sebesar 10,97% (yoy), lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya yang tercatat deflasi
sebesar -1,93% (yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi pada kelompok Bahan
Makanan terutama disebabkan oleh sub
kelompok sayur-sayuran dengan andil inflasi
sebesar 1,91%, sub kelompok ikan segar
sebesar dengan andil inflasi sebesar 0,41% dan
sub kelompok padi-padiaan, umbi-umbian dan
hasilnya dengan andil inflasi sebesar 0,16%,
sementara itu, sub kelompok bumbu-
bumbuan dan sub kelompok lemak dan minyak
menahan terjadinya inflasi lebih tinggi lagi
dengan andil deflasi masing-masing sebesar
-0,18% dan -0,04%. Peningkatan permintaan
yang cukup tinggi menjelang perayaan Hari
Besar Keagamaan Nasional serta faktor cuaca
yang mempengaruhi hasil panen
menyebabkan Tomat Sayur menjadi komoditas
yang menyumbangkan andil inflasi tertinggi
pada Triwulan II 2018 sebesar 1,56%.
Peningkatan harga tomat sayur tersebut juga
terkonfirmasi dari hasil Survei Pemantauan
Harga yang dilakukan, dimana pada bulan Juni
2018, harga tomat sayur mencapai angka
Rp16.000/Kg. Adapun komoditas lainnya yang
memberikan tekanan inflasi yang cukup besar
adalah komoditas daun bawang dengan inflasi
sebesar 103,20% (yoy) dan andil inflasi sebesar
0,31% dan komoditas beras dengan inflasi
sebesar 3,05% dan andil inflasi sebesar 0,16%.
Di sisi lain, komoditas Cabai Rawit dan Bawang
Putih menahan laju inflasi yang lebih tinggi
dengan mencatatkan andil deflasi masing-
masing sebesar -0,23% dan -0,17%, adapun
pasokan yang lancar baik dari dalam Sulawesi
Utara maupun dari luar Sulawesi Utara seperti
daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Timur
menjadi penyebab utama turunnya harga
kedua komoditas tersebut.
Tabel 3.1 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 TOMAT SAYUR 1,56% CABAI RAWIT -0,23%
2 DAUN BAWANG 0,31% BAWANG PUTIH -0,17%
3 BERAS 0,16% APEL -0,07%
4 PEPAYA 0,15% MINYAK GORENG -0,05%
5 TINDARUNG 0,13% KANGKUNG -0,01%
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Bahan Makanan
No
19
Grafik 3.19 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok & Tembakau tercatat sebesar 1,83%
(yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 1,49% (yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi tahunan kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
terutama disebabkan oleh sub kelompok
Makanan Jadi dengan andil inflasi tahunan
sebesar 0,22%. Sub kelompok Minuman yang
Tidak Beralkohol dan Sub kelompok Tembakau
dan Minuman Beralkohol memiliki andil inflasi
masing-masing sebesar 0,04% dan 0,03%.
Komoditas yang menyebabkan inflasi pada sub
kelompok Makanan Jadi adalah Rujak,
Martabak dan Capcai dengan andil inflasi
masing-masing sebesar 0,06%, 0,05% dan
0,05%. Inflasi yang terjadi pada kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
disinyalir terjadi karena adanya peningkatan
permintaan pada periode Ramadhan.
Grafik 3.3 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.2 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &
Tembakau
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
& Bahan Bakar tercatat sebesar 0,82% (yoy),
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 2,64% (yoy). Berdasarkan sub
kelompoknya, inflasi kelompok Perumahan,
Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar terutama
disebabkan oleh sub kelompok Biaya Tempat
Tinggal dengan andil inflasi tahunan sebesar
0,16%. Sub kelompok Bahan Bakar,
Penerangan dan Air, Sub kelompok
Perlengkapan Rumah Tangga dan Sub
kelompok Penyelenggaraan Rumahtangga
masing-masing menyumbang andil inflasi
sebesar 0,01%, 0,03% dan 0,04%. Komoditas
yang menyebabkan inflasi pada sub kelompok
Biaya Tempat Tinggal adalah Seng, Cat
Tembok, Pasir dan Semen dengan andil inflasi
masing-masing sebesar 0,06%, 0,03%, 0,02%
dan 0,02%.
Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 RUJAK 0,06% WAFER -0,02%
2 CAPCAI 0,05% GULA PASIR -0,01%
3 MARTABAK 0,05% AIR KEMASAN -0,01%
4 MINUMAN RINGAN 0,04% BISKUIT -0,01%
5 NASI DENGAN LAUK 0,03% COKLAT BATANG 0,00%
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
No
20
Tabel 3.3 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas &
Bahan Bakar
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Sandang tercatat sebesar
2,33% (yoy), lebih rendah dari Triwulan I 2018
yang tercatat sebesar 2,84% (yoy).
Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tahunan
kelompok Sandang terutama disebabkan oleh
sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain
dengan andil inflasi sebesar 0,08%. Adapun sub
kelompok Sandang Laki-Laki, sub kelompok
Sandang Wanita dan sub kelompok Sandang
Anak-anak dengan andil inflasi masing-masing
0,02%, 0,02% dan 0,01%. Komoditas yang
menyebabkan inflasi pada sub kelompok
Barang Pribadi dan Sandang Lain adalah Emas
Perhiasan dengan andil inflasi sebesar 0,08%.
Adapun menurut survey pemantauan harga
yang kami lakukan, harga emas pada bulan Juni
mencapai angka Rp627.563 pergram.
Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Sandang
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.4 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Sandang
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Kesehatan tercatat sebesar
0,50% (yoy), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya sebesar 1,36% (yoy). Berdasarkan
sub kelompoknya, sub kelompok obat-obatan
dan sub kelompok Perawatan Jasmani dan
Kosmetika memiliki andil sebesar 0,01%.
sementara sub kelompok lainnya yaitu Jasa
Kesehatan dan sub kelompok Jasa Perawatan
Jasmani tidak memiliki andil inflasi. Komoditas
yang menyebabkan inflasi pada kelompok
kesehatan adalah parfum dengan andil sebesar
0,03%, pelembab dengan andil sebesar 0,01%,
Vitamin dengan andil sebesar 0,01%, Sabun
Wajah dengan andil sebesar 0,01% dan
Shampoo dengan andil sebesar 0,01%.
Sementara itu, komoditas yang menahan laju
inflasi menjadi semakin tinggi adalah
komoditas pasta gigi dengan andil deflasi
dengan andil sebesar -0,03% dan Hand Body
Lotion, Obat Gosok dan Sabun Mandi dengan
andil deflasi masing-masing sebesar -0,01%.
Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Kesehatan Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.5 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Kesehatan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga pada tercatat sebesar 1,47% (yoy),
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 0,22% (yoy). Berdasarkan
subkelompoknya, peningkatan tekanan inflasi
disebabkan oleh andil inflasi oleh subkelompok
rekreasi sebesar 0,08%. Sementara itu, sub
kelompok lainnya seperti sub kelompok
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 SENG 0,06%
2 CAT TEMBOK 0,03%
3 UPAH PEMBANTU RT 0,03%
4 PASIR 0,02%
5 SEMEN 0,02%
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Air
No
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 EMAS PERHIASAN 0,08% SEPATU -0,02%
2 SERAGAM SEKOLAH ANAK 0,02% BLUS -0,01%
3 GAUN/TERUSAN 0,01%
4 BAJU KAOS TANPA KERAH/T-SHIRT 0,01%
5 SERAGAM SEKOLAH WANITA 0,01%
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Sandang
No
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 PARFUM 0,03% PASTA GIGI -0,03%
2 PELEMBAB 0,01% HAND BODY LOTION -0,01%
3 VITAMIN 0,01% OBAT GOSOK -0,01%
4 SABUN WAJAH 0,01% SABUN MANDI -0,01%
5 SHAMPO 0,01%
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Kesehatan
No
21
pelatihan, sub kelompok perlengkapan/
peralatan pendidikan dan sub kelompok
olahraga hanya menyumbang andil inflasi
masing-masing sebesar 0,005%, 0,002% dan
0,003%. Adapun komoditas pada subkelompok
rekreasi yang menyebabkan inflasi pada
triwulan II 2018 adalah komoditas rekreasi
yang memberikan andil inflasi sebesar 0,07%.
Peningkatan permintaan pada akomoditas
paket liburan terjadi pada akhir triwulan II
2018 terjadi karena adanya cuti bersama dan
liburan yang cukup panjang pada minggu
kedua Juni 2018.
Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.6 Komoditas Penyebab Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi
dan Jasa Keuangan tercatat sebesar 0,64%
(yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
yang sebesar 2,50% (yoy). Meredanya tekanan
inflasi kelompok Transportasi, Komunikasi dan
Jasa Keuangan disebabkan oleh turunnya
tekanan inflasi pada sub kelompok
Transportasi yang pada Triwulan II 2018,
mencatatkan inflasi sebesar 0,68%, mereda
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,83%.
Di sisi lain, tekanan inflasi meningkat pada sub
kelompok Sarana dan Penunjang Transpor
dengan inflasi pada Triwulan II 2018 sebesar
4,98% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya
tidak mencatatkan inflasi (0,00%,yoy).
Subkelompok lainnya yaitu Jasa Keuangan
mencatatkan inflasi sebesar 0,03%. Di sisi lain,
sub kelompok Komunikasi dan Pengiriman
menahan laju inflasi menjadi lebih tinggi lagi
dengan mencatatkan deflasi sebesar -0,69%.
Komoditas yang mencatatkan inflasi pada
kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Keuangan adalah Angkutan Udara dengan
andil inflasi sebesar 0,06%, Tarip Parkir dengan
andil inflasi sebesar 0,05% dan Bensin dengan
andil inflasi sebesar 0,04%. Peningkatan
komoditas Angkutan Udara disebabkan oleh
tingginya permintaan dan penyesuaian tariff
angkutan udara menjadi batas atas menjelang
libur panjang ketika Hari Besar Keagamaan
Nasional. Peningkatan tekanan inflasi pada
komoditas Tarip Parkir disebabkan oleh
adanya Peraturan Daerah yang mengatur
peningkatan retribusi parkir. Peningkatan
harga pertalite yang dilakukan pada bulan
Januari dan Maret menyebabkan tekanan
inflasi pada komoditas bensin.
Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Sampai dengan Triwulan II 2018, IHK Sulut
tahun 2018 mencatat inflasi sebesar 3,51%
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 PAKET LIBURAN 0,07% PASTA GIGI -0,03%
2 VCD / DVD 0,01% HAND BODY LOTION -0,01%
3 OBAT GOSOK -0,01%
4 SABUN MANDI -0,01%
5
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
No
Komoditas Andil Inflasi Komoditas Andil Deflasi
1 ANGKUTAN UDARA 0,06% TELEPON SELULER -0,02%
2 TARIP PARKIR 0,05% MOBIL -0,02%
3 BENSIN 0,04%
4
5
Komoditas Inflasi Komoditas Deflasi
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
No
22
(ytd). Kelompok Bahan Makanan memberikan
andil inflasi tertinggi sebesar sebesar 3,11%
(ytd) disusul oleh kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan yang
memberikan andil Inflasi sebesar 0,17% (ytd)
serta kelompok Pendidikan, Rekreasi dan
Olahraga yang memberikan andil inflasi
sebesar 0,09% (ytd). Sementara itu, 4
kelompok lainnya berkontribusi terhadap andil
inflasi sebesar 0,14%. Komoditas dari
kelompok bahan makanan yang memberikan
andil inflasi yang cukup tinggi adalah Tomat
Sayur dengan andil inflasi sebesar 2,35% (ytd),
Bawang Merah dengan andil inflasi 0,27%
(ytd), Daun Bawang dengan andil inflasi
sebesar 0,15% (ytd), Cakalang/Sisik dengan
andil inflasi sebesar 0,10%. Komoditas dari
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan yang memberikan andil inflasi yang
cukup tinggi adalah Angkutan Udara dengan
andil sebesar 0,13%. Sementara itu, terdapat
komoditas dari kelompok Bahan Makanan
yang menahan laju inflasi menjadi semakin
lebih tinggi, yaitu Lemon, dengan andil deflasi
sebesar -0,06% (ytd), Minyak Goreng dengan
andil deflasi sebesar -0,06% (ytd) dan Jeruk
Nipis/Limau dengan andil deflasi sebesar -
0,04% (ytd).
3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)
Secara bulanan, angka Indeks Harga
Konsumen (IHK) pada April, Mei dan Juni
masing-masing mencatat inflasi sebesar 1,09%
(mtm), 0,55% (mtm) dan 0,65% (mtm).
April 2018
Pada April 2018, IHK Sulut mencatat inflasi
sebesar 1,09% (mtm), meningkat dari bulan
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar
0,13% (mtm). Inflasi pada April 2018, terutama
bersumber dari kelompok Bahan Makanan dan
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan. Inflasi bulanan kelompok Bahan
Makanan April 2018 mencapai angka 6,22%
(mtm), meningkat dari bulan sebelumnya yang
mencatatkan deflasi hingga -0,77%. Kelompok
Bahan Makanan juga memberikan andil inflasi
bulanan hingga 1,48%. Adapun komoditas
yang memiliki andil terbesar pada kelompok ini
adalah Tomat Sayur dengan andil inflasi
bulanan mencapai 1,21%. Gagalnya panen
yang dipengaruhi oleh faktor cuaca dan hama
yang terjadi di daerah-daerah penghasil tomat
sayur di Minahasa menyebabkan pasokan
menjadi cukup langka. Kurangnya pasokan
terjadi bersamaan dengan meningkatnya
permintaan menjelang perayaan Hari Raya
Paskah di Sulawesi Utara sehingga, menurut
hasil survey pemantauan harga yang kami
lakukan, harga tomat sayur pada bulan April
mencapai harga Rp14.000/Kg setelah pada
bulan sebelumnya berada pada kisaran
Rp8.200/Kg. Selain Tomat Sayur, Komoditas
Bawang Merah juga menyumbangkan andil inflasi bulanan sebesar 0,17%.
Tabel 3.8 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan April
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Sebaliknya, Kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan justru mencatatkan deflasi
pada bulan April 2018 sebesar -2,28% (mtm)
setelah bulan sebelumnya mencatatkan inflasi
yang cukup tinggi 1,78% (mtm). Deflasi pada
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan menahan laju inflasi yang lebih
tinggi lagi dengan menyumbangkan andil
inflasi sebesar -0,37%. Komoditas dari
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan yang menyumbangkan deflasi
adalah Angkutan Udara. Pada bulan April 2018,
Angkutan Udara deflasi sebesar -20,04%
sehingga menyumbangkan andil inflasi sebesar
-0,38%. Turunnya harga tariff angkutan udara
disebabkan oleh normalisasi jumlah
penumpang pasca long weekend yang terjadi
pada akhir Maret 2018.
Mei 2018
Inflasi Andil Inflasi
BAHAN MAKANAN 6,22% 1,48%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,00% 0,00%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR -0,08% -0,02%
SANDANG 0,05% 0,00%
KESEHATAN -0,01% 0,00%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,00% 0,00%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN -2,28% -0,37%
AprilKelompok
23
IHK Sulut Mei 2018 mencatat inflasi sebesar
0,55% (mtm), yang bersumber dari kelompok
Bahan Makanan; dan Pendidikan, Rekreasi
dan Olahraga; dan Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau. Di sisi lain, kelompok
Kesehatan mencatatkan deflasi. Inflasi pada
bulan Mei berasal dari Kelompok Bahan
Makanan yang mencatatkan inflasi tertinggi
sebesar 1,57% (mtm). Kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga juga mencatatkan
inflasi sebesar 1,19% (mtm) dan kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau yang inflasi sebesar 0,39% (mtm).
Tabel 3.9 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Mei
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Komoditas penyumbang inflasi tertinggi dari
kelompok Bahan Makanan masih Tomat Sayur
dengan andil inflasi pada bulan Mei 2018
sebesar 0,37%, adapun tekanan inflasi Tomat
Sayur sudah menurun dari bulan sebelumnya.
Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya
permintaan oleh Rumah Tangga menjelang
masuknya bulan Ramadhan. Harga tomat
sayur pada Mei 2018, menurut Survey
Pemantauan Harga yang kami lakukan sempat
menyentuh angka Rp15.225/Kg. Sementara
itu, dari kelompok Bahan Makanan, komoditas
Cabai Rawit, Ikan Cakalang dan Bawang Putih
menahan laju inflasi menjadi semakin lebih
tinggi dengan andil inflasi masing-masing
sebesar -0,09%, -0,06% dan -0,04%.
Tekanan inflasi dari Kelompok Pendidikan,
Rekreasi dan Olahraga meningkat dari bulan
sebelumnya dengan andil inflasi sebesar 0,07%
yang disumbangkan oleh komoditas Paket
Liburan dengan andil inflasi sebesar 0,07%.
Libur yang terjadi pada awal bulan puasa serta
awal dari Liburan Sekolah menyebabkan
permintaan atas paket liburan menjadi cukup
tinggi pada bulan Mei. Andil inflasi pada
kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau juga disebabkan oleh satu
komoditas, yaitu Minuman Ringan dengan
andil inflasi sebesar 0,06%. Tingginya
permintaan minuman ringan sebagai salah
satu menu berbukapuasa menjadi salah satu
alasan meningkatnya harga komoditas ini.
Juni 2018
IHK Sulut Maret 2018 tercatat inflasi sebesar
0,65% (mtm), melambat dari bulan
sebelumnya yang sebesar 0,55% (mtm) yang
terutama bersumber dari kelompok Bahan
Makanan yang mencatat inflasi sebesar 1,31%
(mtm) dan Kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan yang mencatatkan inflasi
sebesar 1,84% (mtm)
Tabel 3.10 Kelompok Inflasi beserta inflasi bulanan dan andil inflasinya pada bulan Juni
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Tekanan inflasi bulanan yang meningkat pada
bulan Juni disebabkan oleh meningkatnya
inflasi pada Kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan yang pada bulan Juni 2018
dengan andil inflasi bulanan sebesar 0,29%,
meningkat dari andil inflasi bulan sebelumnya
yang sebesar 0,03%. Komoditas penyumbang
andil inflasi pada Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan adalah
Angkutan Udara dan Tarif Parkir dengan andil
inflasi masing-masing sebesar 0,26% dan
0,05%. Menurut Survei Pemantauan Harga
yang kami lakukan, harga tariff angkutan udara
pada bulan Juni berada pada kisaran
Rp2.100.000/penumpang, meningkatnya
harga tariff angkutan udara disebabkan oleh
meningkatnya jumlah penumpang pesawat
(demand) mejelang Hari Besar Keagamaan
Nasional (Idul Fitri) dan juga long weekend
yang terjadi akibat dampak dari cuti bersama
Inflasi Andil Inflasi
BAHAN MAKANAN 1,57% 0,39%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,39% 0,06%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR -0,01% 0,00%
SANDANG 0,06% 0,00%
KESEHATAN -0,25% -0,01%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 1,19% 0,07%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 0,20% 0,03%
MeiKelompok
Inflasi Andil Inflasi
BAHAN MAKANAN 1,31% 0,33%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,09% 0,01%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0,02% 0,01%
SANDANG 0,11% 0,01%
KESEHATAN 0,00% 0,00%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,01% 0,00%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1,84% 0,29%
JuniKelompok
24
yang cukup panjang pada bulan Juni 2018.
Tariff Parkir juga turut menyumbang inflasi
pada bulan Juni 2018 disebabkan
meningkatnya tariff parkir pada beberapa area
kawasan perbelanjaan utama di Kota Manado.
Pada kelompok Bahan Makanan, komoditas
Tomat Sayur masih mencatatkan inflasi
dengan andil inflasi bulanan sebesar 0,24%,
mereda dari andil inflasi bulanan sebelumnya
yang sebesar 0,37%. Menurut Survei
Pemantauan Harga yang kami lakukan, harga
Tomat Sayur pada minggu keempat bulan Juni
mencapai angka Rp15.400/Kg. Di sisi lain,
turunnya harga Bawang Merah dan Bawang
Putih seiring dengan cukupnya pasokan yang
berada di pasar mamu penahan laju inflasi
kelompok bahan makanan lebih lanjut.
Bawang Merah dan Bawang Putih
mencatatkan laju inflasi masing-masing
sebesar -0,06% dan -0,03%.
3.2. Arah Perkembangan Inflasi Triwulan
II 2018
Memasuki awal Triwulan III 2018, IHK Juli
2018 tercatat deflasi sebesar -0,68% (mtm)
dan secara tahunan sebesar 1,88% (yoy).
Deflasi pada bulan Juli 2018 tercatat deflasi
pertama yang terjadi pada tahun 2018. Inflasi
Juli 2018 yang sebesar 1,88% (yoy)
menunjukan bahwa inflasi masih tetap
terkendali dan relatif rendah dibawah rentang
sasaran inflasi tahun 2018 yakni 3,5±1% (yoy).
Tabel 3.11 Inflasi Juli 2018
Sumber: BPS & Bank Indonesia
Kelompok Bahan Makanan menjadi
penyumbang deflasi Juli 2018. Deflasi
Kelompok Bahan Makanan tercatat sebesar -
4,06% dengan andil inflasi sebesar -1,03%.
Deflasi pada kelompok Bahan Makanan
disebabkan oleh Tomat Sayur dan Bawang
Merah yang masing-masing mencatat deflasi
sebesar -30,40% dan -15,47% dengan andil
inflasi masing-masing sebesar -1,21% dan -
0,13%. Koreksi harga tomat sayur dan bawang
merah disebabkan oleh berakhirnya periode
lonjakan permintaan khususnya pada periode
Ramadhan dan Idul Fitri. Di sisi lain, komoditas
Cabai Rawit menjadi penahan kedalaman laju
deflasi bulanan dengan inflasi bulanan sebesar
27,71% dan andil inflasi bulanan sebesar
0,20%. Permintaan menjelang acara
pengucapan dan kurangnya pasokan
menyebabkan harga cabai rawit cukup
melonjak pada minggi ketiga bulan Juli.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Keuangan menahan laju deflasi menjadi lebih
dalam dengan mencatatkan inflasi bulanan
sebesar 1,39% dengan andil inflasi sebesar
0,22%. Pasca perayaan Hari Besar Keagamaan
Nasional serta Long Weekend komoditas
Angkutan Udara masih mencatatkan inflasi
bulanan sebesar 4,99% (mtm) dengan andil
inflasi sebesar 0,09%. Normalisasi harga tariff
angkutan udara yang diharapkan terjadi pada
bulan Juli belum dapat terjadi karena adanya
acara skala nasional yang diselenggarakan di
Kota Manado, yaitu perayaan Hari Keluarga
Nasional (HARGANAS) yang diselenggarkan
pada tanggal 6-7 Juli 2018.
Memasuki Agustus, Bank Indonesia
memperkirakan IHK masih mencatatkan
deflasi. Deflasi masih akan terjadi pada bulan
Agustus yang disebabkan oleh masih
berlangusngnya normalisasi harga komoditas
Tomat Sayur dan juga normalisasi tariff
angkutan udara. Bank Indonesia
memperkirakan inflasi Sulawesi Utara pada
Triwulan III sebesar 2,58% (yoy), perkiraan
tersebut lebih rendah dari realisasi inflasi pada
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,46%.
Inflasi diperkirakan mereda karena tekanan
harga barang, terutama dari kelompok Bahan
Makanan. Namun, perlu diantisipasi juga
potensi lonjakan kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan yang terjadi
seiring dengan semakin seringnya Kota
Manado menjadi tuan rumah dari acara yang
berskala Nasional.
Inflasi Andil Inflasi Inflasi Andil Inflasi
BAHAN MAKANAN -4,06% -1,03% 1,68% 0,41%
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0,75% 0,12% 2,25% 0,35%
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR 0,01% 0,00% 0,85% 0,24%
SANDANG -0,04% 0,00% 1,93% 0,10%
KESEHATAN 0,43% 0,02% 1,34% 0,05%
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0,00% 0,00% 1,53% 0,09%
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1,39% 0,22% 3,91% 0,62%
MtMNo.
YoY
25
3.3. Program Pengendalian Inflasi dan
Tantangan yang Dihadapi
Upaya menekan inflasi pada triwulan II 2018
tidak terlepas dari koordinasi yang baik oleh
antar pemangku kebijakan dan kepentingan.
Berbagai macam kegiatan telah dilakukan
semenjak awal tahun hingga semester
pertama dari tahun ini untuk menjaga inflasi
pada level yang stabil melalui kerjasama yang
baik antara Pemerintah Provinsi, Bank
Indonesia, Pemerintah Kota, Pemerintah
Kabupaten serta pihak-pihak lainnya.
Rincian upaya TPID dalam pengendalian harga
selama Triwulan I 2018 antara lain:
Peran TPID dalam memelihara Ketersediaan
pasokan dan juga kelancaran distribusi.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi
Sulut melakukan inspeksi mendadak (sidak)
pasar dalam rangka monitoring ketersediaan
stok bahan pangan menjelang bulan
Ramadhan bersama dengan Kementrian
Perdagangan RI. Kegiatan Sidak tersebut
dilaksanakan di Pasar Bersehati, Pasar
Karombasan, Pasar Modern dan Distributor
Beras). Selain melakukan sidak pasar dengan
kementrian perdagangan, operasi pasar
BULOG di 15 Kabupaten/Kota juga telah
dilaksanakan pada triwulan II ini. TPID juga
telah menggelar Focus Group Discussion (FGD)
jalur distribusi perdagangan tomat di Sulawesi
Utara bertempat di KPw BI Provinsi Sulawesi
Utara
Peran TPID dalam menjaga keterjangkauan
harga.
TPID Sulawesi Utara telah menggelar Pasar
Murah Disperindag Sulut di 15 Kabupaten/
Kota di Sulawesi Utara. Sidak pasar juga telah
dilakukan selama bulan ramadhan bersama
seluruh SKPD Pemerintah Provinsi. Selain itu,
Update informasi Harga Pangan Harian dari
Dinas Ketahanan Pangan, Disperindag dan
Bank Indonesia juga telah dilakukan. TPID juga
turut serta mendukung peresmian Toko Tani
Indonesia Center (TTIC) di Manado sebagai
alternative penyedia bahan pangan murah
bagi masyarakat selama bulan ramadhan.
Komunikasi ekspektasi yang terus dilakukan
untuk meredam lonjakan expected inflation.
Radio Talkshow selama bulan ramadhan telah
dilaksanakan sebanyak 3 kali di kawasan
megamas, Manado. Selain melalui radio
talkshow, komunikasi kebijakan juga telah
dilakukan melalui media cetak yang memiliki
oplah yang cukup tinggi di Kota Manado.
Meredam lonjakan inflasi yang disebabkan
oleh komoditas strategis Sulawesi Utara,
Barito.
TPID juga telah melakukan dialog dengan para
pedagang, baik di level pemask maupun eceran
serta telah menjajaki kemungkinan
penyelenggaraan kerjasama antar daerah
produsen bahan pangan strategis. Monitoring
pergerakan komoditas strategis tersebut juga
terus dilakukan untuk menjaga pasokan bahan
makanan penyebab inflasi utama di sulut
tersebut. TPID juga melakukan dialog
persuasive kepada Petani agar mengutamakan
pasokan hasil panen kedalam Sulawesi utara
terlebih dahulu.
Rakor dan Capacity Building HLM TPID
Sulawesi Utara
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi
Sulut mengadakan Koordinasi HLM TPID awal
tahun pada hari Senin tanggal 8 Agustus 2018
Rapat Koordinasi dan Sidak Pasar TPID Sulut
& Kementerian Perdagangan
Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 4
Mei 2018 ini merupakan insiatif dari
Kementerian Perdagangan bekerjasama
dengan TPID Provinsi Sulut. Kegiatan
dimaksudkan untuk melakukan survei harga
bahan pangan pokok menjelang Hari Besar
Keagamaan sekaligus melakukan koordinasi
dengan instansi terkait mengenai ketersediaan
stok bahan pangan pokok tersebut.
Rapat Koordinasi Wilayah TPID Kawasan
Timur Indonesia
26
Tim Pengendali Inflasi Pusat menggelar rapat
koordinasi antar provinsi di masing-masing
wilayah, yaitu Sumatera, Jawa, dan KTI.
Rakorwil KTI yang diselenggarakan oleh TPI
Pusat berlokasi di Denpasar, Bali dengan
dihadiri 19 Provinsi yang masing-masing
diwakili oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia
di wilayahnya serta TPID masing-masing
Provinsi. Rakorwil ini membuahkan beberapa
poin kesepakatan untuk dilaksanakan oleh
masing-masing TPID Provinsi, seperti
penyesuaian struktur organisasi TPID Provinsi
dan Kabupaten/Kota sesuai dengan Keppres
No. 23 Tahun 2017 yang disepakati selambat-
lambatnya harus dilaksanakan sebelum Bulan
Juni 2018.
BARITO+ dan prestasi TPID Sulawesi Utara
Pada bulan Juli 2018, telah dilakukan gerakan
BARITO+ berupa penyerahan bantuan 20.000
bibit barito kepada tim penggerak PKK Provinsi
Sulawesi Utara dan kaum Wanita GMIM
sehingga diharapkan dapat mendorong
awareness ibu-ibu rumah tangga untuk
menanam barito di pekarangan tumah masing-
masing. Pada bulan Juli juga telah dilaksanakan
rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi
sulut dimana TPID sulut ditetapkan TPID
terbaik propinsi se-Sulawesi dan untuk tingkat
Kabupaten/Kota non pencatatan inflasi, Kota
Bitung terpilih sebagai TPID berprestasi di
tingkat nasional.
Ke depan, Pemerintah Daerah dan Bank
Indonesia berkomitmen untuk terus
memperkuat upaya pengendalian inflasi
terutama pada semester kedua 2018. Salah
satu upaya pada paruh kedua tahun 2018 yang
akan dilakukan yaitu menjaga kesinambungan
penguatan program ketahanan pangan,
peningkatan kualitas informasi harga pangan
serta koordinasi hingga tahap kabupaten/kota.
27
Bab IV. Stabilitas Keuangan Daerah,
Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
4.1. STABILITAS KEUANGAN DAERAH
4.1.1. ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.1.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi
Sektor Korporasi
Secara keseluruhan, ekonomi Sulawesi Utara
pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar 5,83%
(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 6.60% (yoy). Dari sisi
permintaan, kinerja ekonomi tersebut
terutama masih didorong oleh kinerja ekspor
serta kinerja konsumsi Pemerintah.
Adapun di sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi didukung oleh peningkatan kinerja
beberapa lapangan usaha antara lain: Industri
Pengolahan, Perdagangan besar dan eceran
Konstruksi, serta Informasi dan Komunikasi.
Perlambatan kinerja perekonomian Sulut
tersebut berdampak pada melambatnya
kinerja korporasi pada Triwulan II 2018.
Beberapa lapangan usaha yang memiliki
pangsa pembiayaan cukup tinggi seperti
Konstruksi, Akmamin, Jasa Keuangan dan
Asuransi tercatat melambat pada triwulan II
2018.
4.1.1.2. Kinerja Sektor Korporasi
Melambatnya kinerja perekonomian Sulut
pada triwulan II 2018 juga tercermin pada hasil
liaison KPw BI Sulut yang ditunjukkan dari skala
likert khususnya untuk Penjualan Domestik,
Investasi, dan Harga Jual.
Pada Triwulan II 2018, secara rata-rata, skala
likert menunjukkan perlambatan untuk
Permintaan Domestik yaitu dari 1,67 pada
triwulan I 2018, melambat menjadi 1,00 pada
triwulan laporan. Melambatnya kinerja
Permintaan Domestik terutama dipicu oleh
melambatnya konsumsi Sektor Rumah Tangga
(RT).
Sejalan dengan hal tersebut, kinerja investasi
Sulut pada Triwulan II 2018 tercatat melambat
yang dicerminkan oleh melambatnya rata-rata
skala likert pada triwulan II 2018. Adapun
investasi mencatat rata-rata skala likert
sebesar 0,00 pada triwulan laporan, melambat
dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 1. Melambatnya persepsi contact
liaison untuk sektor investasi pada triwulan
laporan didorong melambatnya investasi
contact liaison di sektor LGA hingga 95%. Selain
itu juga didorong oleh penurunan investasi di
sektor Pertambangan dengan produk emas
dan perak serta belum adanya investasi di
sektor perikanan dan sektor Pertanian
khususnya pada komoditas beras pada
triwulan laporan. Adapun peningkatan
investasi terjadi pada sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran (PHR) dengan produk
kendaraan roda dua.
Sementara itu, pertumbuhan harga jual pada
triwulan laporan terpantau melambat dari
triwulan sebelumnya (likert scale 0,33 dari
sebelumnya 0,6). Korporasi pada sektor
Perdagangan Hotel Restoran, dan Bangunan
cenderung melakukan penurunan harga jual
untuk menjaga persaingan dengan kompetitor,
korporasi sektor pengangkutan dan
komunikasi yang didorong oleh melemahnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar.
Adapun perlambatan pertumbuhan harga jual
masih tertahan oleh meningkatnya harga jual
korporasi di sektor LGA akibat kenaikan TTL
yang ditetapkan Pemerintah untuk golongan
tertentu. Peningkatan harga jual juga terjadi
pada korporasi sektor Pertanian yang didorong
oleh peningkatan kualitas beras hasil panen,
serta korporasi sektor Pertambangan yang
28
didorong oleh meningkatnya harga jual emas
dan perak dunia.
Ditengah melambatnya kinerja Permintaan
Domestik dan Investasi Sulut pada triwulan
laporan, kinerja ekspor Sulut terpantau
mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut terjadi pada sektor jasa
pengangkutan dan komunikasi yang didorong
oleh meningkatnya kunjungan wisman
terutama dari Tiongkok ke Sulut. Hal tersebut
terkonfirmasi dari meningkatnya rata-rata
likert scale penjualan ekspor menjadi sebesar
1,00 dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar -1. Selain itu, membaiknya pasokan
bahan baku ekspor serta pelemahan rupiah
terhadap dollar menjadi salah satu penopang
semakin membaiknya kinerja ekspor Sulut
pada triwulan laporan untuk sektor
Pertambangan dan Penggalian serta
Perdagangan Besar dan Eceran.
Grafik 4.1 Likert Scale Kegiatan Usaha Sulut
Sumber: Bank Indonesia
4.1.1.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor
Korporasi
Pertumbuhan kredit perbankan pada sektor
korporasi mencatat pertumbuhan yang negatif
pada Triwulan II 2018 sebesar 1,79% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 1,33% (yoy). Melambatnya
pertumbuhan kredit perbankan pada sektor
Korporasi seiring dengan melambatnya total
kredit yang disalurkan perbankan pada
triwulan laporan.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah sektor
korporasi terpantau membaik pada Triwulan II
2018 dibandingkan triwulan sebelumnya.
Adapun kredit korporasi pada triwulan laporan
mencatat rasio NPL sebesar 4,16%, yang
membaik dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,38%. Namun demikian,
kerentanan pada sektor ini tetap perlu
diwaspadai.
Secara nominal, kredit perbankan pada sektor
korporasi di Sulut pada triwulan II 2018
tercatat sebesar Rp5.35 triliun, melambat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
Rp5,38 triliun. Berdasarkan jenis
penggunaannya, kredit korporasi terutama
disalurkan dalam bentuk Kredit Modal Kerja
(KMK) sebesar 50,3%, Kredit Investasi sebesar
48,7% dan sebagian kecil dalam bentuk Kredit
Konsumsi sebesar 0,91%.
Grafik 4.2 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.3 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Sumber: Bank Indonesia
29
4.1.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
4.1.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi
Sektor Rumah Tangga
Sebagai penyedia dana dan sebagai penerima
pendanaan dari institusi keuangan, sektor
Rumah Tangga memiliki peran yang penting
dalam sistem keuangan. Beberapa faktor yang
memengaruhi kondisi rumah tangga adalah
tingkat pendapatan, tingkat pengangguran,
tingkat konsumsi dan kondisi
pembiayaan/kredit rumah tangga.
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi Sulut triwulan II 2018, kinerja
Konsumsi rumah tangga terhadap
perekonomian Sulawesi Utara menunjukkan
perlambatan pada triwulan laporan. Tercatat
share Konsumsi Rumah Tangga (RT) pada
perekonomian triwulan II 2018 sebesar 45,1%,
melambat dari triwulan sebelumnya dengan
share sebesar 45,8% terhadap PDRB secara
keseluruhan.
Melambatnya kinerja konsumsi Rumah Tangga
pada triwulan II 2018 mengindikasikan adanya
penurunan kecenderungan Rumah Tangga
untuk melakukan kegiatan konsumsinya. Hal
itu juga tercermin dari melambatnya beberapa
indikator konsumsi Rumah Tangga
berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan
KPw BI Sulut.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama
triwulan laporan yang tercatat sebesar 125,19,
melambat dari rata-rata triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 137,64. Sejalan dengan
kondisi tersebut, terjadi perlambatan
keyakinan konsumen seiring dengan
melambatnya pendapatan Rumah Tangga
dibanding triwulan sebelumnya.
Lebih jauh lagi, sejalan melambatnya IKK,
ekspektasi sektor Rumah Tangga terhadap
potensi kinerja perekonomian di masa yang
akan datang juga mengalami perlambatan. Hal
tersebut tercermin dari melambatnya rata-
rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada
triwulan laporan yang tercatat sebesar 115,17,
melambat dari sebelumnya yang tercatat
sebesar 127,83.
Masih sejalan, optimisme sektor Rumah
Tangga pada triwulan laporan terhadap kondisi
penghasilan mereka saat ini juga mengalami
perlambatan dari triwulan sebelumnya.
Tercatat rata-rata Indeks Ekspektasi
Penghasilan Konsumen pada triwulan laporan
sebesar 118,3, melambat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 138,3.
Di sisi lain, optimisme sektor Rumah Tangga
terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini
juga mengalami perlambatan seiring dengan
melambatnya optimisme Rumah Tangga
terhadap kinerja perekonomian. Kedepannya,
risiko kerentanan sektor Rumah Tangga yang
berasal dari kenaikan harga diperkirakan akan
mereda dalam 3 bulan kedepan, namun dapat
meningkat pada 6 bulan kedepan. Hal ini
terlihat dari menurunnya rata-rata Indeks
Ekspektasi Harga 3 bulan mendatang pada
triwulan laporan (152,83) dibandingkan
triwulan sebelumnya (157,83), namun
demikian terjadi peningkatan rata-rata IEH
untuk 6 bulan kedepan pada triwulan laporan
yang tercatat sebesar 172,83, meningkat
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 166,5.
Grafik 4.4 Indeks Keyakinan Konsumen Sektor RT di Sulut
Sumber: Bank Indonesia
30
Grafik 4.5 Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.6 Ekspektasi Sektor Rumah Tangga
Sumber: Bank Indonesia
4.1.2.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di
Perbankan
Disamping melambatnya kecenderungan
Sektor Rumah Tangga untuk melakukan
konsumsi pada Triwulan II 2018, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga (DPK) perseorangan di
perbankan pada triwulan laporan dibanding
triwulan sebelumnya juga tercatat melambat.
Tercatat pertumbuhan DPK Perseorangan
pada triwulan II 2018 sebesar 3,56% (yoy),
melambat dibanding triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 6,25% (yoy).
Apabila dilihat dari pangsanya, sektor Rumah
Tangga masih mendominasi DPK Perbankan di
Sulawesi Utara. Tercatat pangsa sektor Rumah
Tangga pada triwulan laporan sebesar 72,3%,
dan pangsa melambat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 73,1%.
Sementara itu, preferensi Rumah Tangga
dalam melakukan penempatan dana di
perbankan masih didominasi oleh produk
tabungan dengan pangsa sebesar 61.5%,
disusul oleh deposito (33,6%), dan giro (4,9%).
Grafik 4.7 Komposisi Tabungan dan Deposito Perseorangan di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.8 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tabungan dan Deposito
Sumber: Bank Indonesia
4.1.2.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah
Tangga (RT)
Dari sisi penyaluran kredit di perbankan, kredit
sektor Rumah Tangga (RT) di Sulut masih
mendominasi total kredit perbankan Sulut.
Pangsa Kredit RT pada triwulan laporan
mencapai 61,0% dari keseluruhan kredit yang
direalisasikan di Sulut. Adapun keseluruhan
dari kredit yang disalurkan kepada Rumah
Tangga tersebut digunakan untuk keperluan
konsumsi (Kredit Konsumsi/KK)
Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit Rumah
Tangga (RT) tumbuh sebesar 8,26% (yoy) pada
triwulan laporan. Pertumbuhan kredit Rumah
Tangga pada triwulan laporan terpantau
31
melambat dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 8,26% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit RT
didominasi oleh Kredit Multiguna (75,7%),
Kredit Pemilikan Rumah/KPR (22,4%), Kredit
Perlengkapan (1,2%), serta Kredit Kendaraan
Bermotor/KKB (0,7%).
Grafik 4.9 Komposisi Kredit RT
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.10 Perkembangan Kredit RT
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah
tangga pada triwulan laporan relatif stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya,
sebagaimana tercermin dari rasio NPL. Rasio
NPL kredit Rumah Tangga pada triwulan II 2018
tercatat sebesar 2,26%, relatif stabil
dibandingkan triwulan sebelumnya . Adapun
nominal NPL tercatat melambat sejalan
dengan melambatnya total kredit yang
disalurkan dari Rp500,8 miliar pada triwulan I
2018 menjadi Rp486,3 miliar pada triwulan
laporan.
4.1.3. ASESMEN SEKTOR INSTITUSI
KEUANGAN (PERBANKAN)
4.1.3.1. Jaringan Kantor dan Aset
Pada triwulan II 2018, jumlah bank di Prov.
Sulut masih sama dengan triwulan sebelumnya
yaitu sebanyak 49 bank yang terdiri dari 31
bank umum dan 18 BPR. Disamping itu, aset
perbankan yang diihat dari aset antar kantor
terkecil bank mencatat perlambatan pada
triwulan II 2018 yang tercatat sebesar Rp43,9,
triliun melambat 3,3% dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp45,4
triliun
4.1.3.2. Kondisi Umum Perbankan Sulut
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi Sulut pada triwulan laporan, secara
umum indikator utama perbankan di Sulawesi
Utara pada triwulan II 2018 menunjukkan
kinerja relatif melambat yang tercermin dari
melambatnya pertumbuhan aset (5,12%, yoy),
pertumbuhan kredit (7,30%, yoy),
pertumbuhan dana pihak ketiga (7,74%, yoy),
kredit (11,3%, yoy) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Di sisi lain, kualitas kredit
perbankan tercatat sedikit membaik yang
tercermin dari menurunnya rasio NPL dari
3,24% pada triwulan sebelumnya menjadi
3,14% pada triwulan laporan.
Grafik 4.11 Perkembangan Aset Perbankan Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
32
4.1.3.3. Intermediasi dan Perbankan Sulut
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun oleh bank umum pada
Triwulan II 2018 melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,39% (yoy)
pada Triwulan I 2018 menjadi 7,74% (yoy) pada
triwulan laporan.
Pada triwulan laporan, seluruh komponen DPK
yaitu tabungan, giro dan deposito tumbuh
melambat dari triwulan sebelumnya.
Tabungan tercatat tumbuh sebesar 7,11%
(yoy), melambat dari triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 15,38% (yoy), deposito
tercatat tumbuh sebesar 6,62% (yoy),
melambat dari triwulan sebelumnya yaitu
9,78% (yoy), sedangkan giro tercatat tumbuh
sebesar 11,33% (yoy), melambat dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 14,87%
(yoy).
Kredit
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan
ekonomi Sulut pada triwulan laporan, kinerja,
fungsi penyaluran kredit perbankan pada
triwulan laporan oleh bank umum juga turut
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Tercatat pertumbuhan kredit pada triwulan
laporan sebesar 7,30% (yoy), melambat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
11,3% (yoy).
Grafik 4.12 Perkembangan Kredit Perbankan Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perbankan Umum di Sulut
Sumber: Bank Indonesia
Adapun penyaluran kredit di Sulawesi Utara
pada triwulan laporan masih didominasi Kredit
Konsumsi (KK) sebesar 61,02%, disusul Modal
Kerja (KMK) 26,22%, dan kredit investasi (KI)
12,76%. Secara nominal, kredit perbankan
yang disalurkan pada triwulan II 2018
mencapai Rp35,2 triliun.
Dilihat dari sisi penggunaannya, peningkatan
pertumbuhan kredit hanya terjadi pada Kredit
Investasi (KI) sedangkan Kredit Modal Kerja
(KMK) tercatat tumbuh melambat dan Kredit
Investasi tercatat tumbuh negatif pada
triwulan laporan.
Pada triwulan laporan, kredit Konsumsi (KK)
sebagai porsi kredit perbankan terbesar di
Sulut tumbuh sebesar 8,26% (yoy), melambat
dari triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 15,1% (yoy). Kredit Modal Kerja (KMK)
tumbuh sebesar 7,05% (yoy), melambat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
10,3% (yoy), sedangkan Kredit Investasi (KI)
tumbuh sebesar 3,45% (yoy), meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
negatif sebesar -3% (yoy).
Dari sisi sektor ekonomi penyaluran kredit di
Sulut terutama masih didominasi oleh kredit
lain-lain (Konsumsi) dengan pangsa sebesar
61%. Adapun untuk kredit sektor produktif
terutama ditopang oleh sektor Perdagangan
Besar & Eceran (20,7%), Pertambangan dan
33
Penggalian (4,1%), Konstruksi (3,7%),
Pertanian (2,2%), Industri Pengolahan (1,7%)
serta sektor lainnya yang tidak dominan.
Grafik 4.14 Perkembangan KMK Perbankan Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.15 Perkembangan KI Perbankan Umum di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
Non Performing Loan (NPL)
Ditengah melambatnya pertumbuhan kredit
Sulut, kualitas kredit perbankan di Sulut
menunjukkan sedikit perbaikan. Tercatat, rasio
NPL perbankan umum pada triwulan laporan
sebesar 3,14%, sedikit membaik dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,24%.
Secara spasial, rasio NPL tertinggi tercatat di
Kab. Minahasa Tenggara sebesar 4,42%
membaik dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 6,79% yang didorong oleh
Kredit Konsumsi.
Secara sektoral NPL tertinggi pada triwulan II
2018 yaitu sektor industri pengolahan sebesar
13,7%, sektor konstruksi 6,79%, dan sektor
pertanian sebesar 6,26. NPL sektor industri
pengolahan pada periode laporan tercatat
meningkat menjadi 13,7% (sebelumnya
12,4%). Disamping itu, sektor lainnya yang
tercatat mengalami peningkatan rasio NPL
adalah sektor Jasa Lainnya, Pengolahan Air,
Sampah, Limbah Daur Ulang.
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya
di Kawasan Timur Indonesia (KTI), rasio NPL
Sulut berada pada posisi ke-6 teratas setelah
Kaltim, Papua, Sulsel, Gorontalo, dan Bali.
Tercatat rasio NPL tertinggi pada triwulan
laporan adalah Kaltim sebesar 5,94%,
sedangkan yang terendah adalah Kaltara
dengan rasio NPL sebesar 1,07%.
Grafik 20 Perkembangan NPL di KTI Sumber: Bank Indonesia
4.2. AKSES KEUANGAN
4.2.1. AKSES KEUANGAN KEPADA UMKM
Ditengah tumbuh melambatnya penyaluran
kredit bank secara umum, laju pertumbuhan
kredit perbankan yang disalurkan kepada
UMKM terpantau mengalami peningkatan.
Tercatat laju pertumbuhan kredit UMKM pada
Triwulan II 2018 sebesar 12,83% (yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 11,41% (yoy). Adapun rasio
kredit bermasalah UMKM pada triwulan
laporan tercatat sebesar 4,92%, membaik dari
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,27%.
Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan
kredit UMKM, pangsa kredit UMKM terhadap
total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara
pada Triwulan II 2018 juga mengalami
34
peningkatan. Pangsa kredit UMKM Sulut pada
periode laporan sebesar 26,96%, meningkat
dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,49%.
Berdasarkan sektor ekonominya, realisasi
kredit UMKM masih terkonsentrasi pada
sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan
pangsa sebesar 60,3%, diikuti oleh sektor
Konstruksi (7,3%), Penyediaan Akmamin
(6,4%) Jasa Kemasyarakatan (6,1%), Pertanian
(5,6%), serta sektor ekonomi lainnya yang
memiliki pangsa cukup rendah. Sementara itu,
NPL UMKM secara sektoral terutama terjadi
pada sektor Perikanan, Konstruksi, serta
Perdagangan Besar dan Eceran.
Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi
penyaluran kredit UMKM terbesar berada di
Kota Manado sebesar 67,5% diikuti Kab.
Minahasa sebesar 9,1% dan Kota Bitung
sebesar 8,5%. Sedangkan dari sisi kerentanan
terhadap risiko kredit bermasalah, Kab.
Bolaang Mongondow Timur mencatatkan NPL
tertinggi dibandingkan 15 kab/kota lainnya
untuk kategori kredit UMKM yaitu mencapai
19,05% pada periode Triwulan II 2018.
Grafik 4.17 Perkembangan Kredit UMKM Sulut Sumber: Bank Indonesia
Grafik 4.18 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Wilayah di Sulawesi Utara
Sumber: Bank Indonesia
35
Bab V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
dan Pengelolaan Uang Rupiah
5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran
di Sulawesi Utara
Pergerakan aliran uang kartal dari kas KPwBI
Sulut ke masyarakat pada Triwulan II 2018
masih mengikuti pola musimannya yaitu
net-outflow. Peningkatan bayaran dari kas
KPwBI Sulut sejalan dengan masuknya periode
Hari Raya Idul Fitri pada bulan Mei dan Juni
2018. Hal ini tercermin dari aktivitas setoran-
bayaran uang tunai yang tercatat net-ouflow
sebesar Rp853,76 miliar setelah sebelumnya
tercatat net-inflow sebesar Rp1,71 triliun.
Komposisi uang masuk ke KPwBI Sulut
didominasi oleh setoran perbankan yaitu
sebesar 77%, kemudian Kas Titipan sebesar
22%, serta loket penukaran bank, setoran non
bank dan Kas Keliling sebesar 1%. Sementara
itu, komposisi uang yang keluar dari KPwBI
Sulut terdiri dari Kas Titipan sebesar 34%, loket
perbankan 65%, serta loket penukaran, kas
keliling, dan bayaran non bank sebesar 1%.
Berdasarkan data historis, kebutuhan uang
kartal dalam rangka Ramadhan dan Idul Fitri
2018 dan libur sekolah diproyeksikan
meningkat, oleh karena itu KPwBI Sulut telah
mengantisipasi hal tersebut dengan
meningkatkan frekuensi Kas Titipan dan Kas
Keliling serta melakukan kegiatan penukaran
bersama atau kas keliling dalam kota dengan
perbankan di seluruh kantor cabang
perbankan di Manado. Total realisasi kegiatan
penukaran bersama yang dilaksanakan selama
periode 22 Mei s.d 8 Juni 2018 adalah
sebanyak Rp10,53 miliar. Tercatat sebanyak 33
bank yang melakukan penukaran selama
periode tersebut serta 520 penukaran oleh
masyarakat.
2 Sistem BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian tiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika.
Grafik 5.1 Perkembangan Aliran Uang kartal
Sumber: Bank Indonesia
Pada Triwulan II 2018, transaksi Real Time
Gross Settlement (RTGS)2 di Sulut tercatat
sebesar Rp3,52 triliun. Jumlah ini menurun
dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp4,58 triliun atau menurun
sebesar 23,12% (qtq). Berdasarkan volume
transaksi, transksi RTGS mengalami penurunan
yang tidak signifikasn sebesar 0,93% yaitu dari
2.040 transaksi menjadi 2.021 transaksi.
Secara spasial, transaksi RTGS terbesar terjadi
di Kota Manado dengan nominal Rp3,44 triliun
atau 98,74% dari total transaksi RTGS di
Sulawesi Utara. Sementara secara volume,
jumlah transaksi RTGS Manado sebesar 1.884
transaksi atau 93,22% dari total volume
transaksi di Sulawesi Utara.
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS
Sumber: Bank Indonesia
36
Pada triwulan II, transaksi Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI)3 di Sulawesi
Utara dan Gorontalo tercatat sebesar
Rp1,66 triliun, menurun baik dibanding
triwulan sebelumnya maupun periode yang
sama tahun lalu. Penurunan terjadi baik
secara nominal maupun secara volume
transaksi, yaitu turun sebesar Rp0,14 triliun
atau turun sebesar 7,88% (qtq) dan secara
volume transaksi menurun sebanyak 4.350
transaksi atau turun 7,31% (qtq). Jika
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2017, kinerja kliring juga mengalami
penurunan sebesar Rp0,08 triliun atau turun
5,01% (yoy), sementara volume kliring turun
sebanyak 12.817 transaksi atau turun sebesar
18,85% (yoy).
Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi SKNBI
Sumber: Bank Indonesia
Dalam upaya mendukung kelancaran sistem
kliring, terdapat 4 (empat) penyelenggara
kliring yang terdiri dari KPWD oleh Bank
Indonesia dan KPWD selain Bank Indonesia
yang terdiri dari BNI di Kotamobagu, Bank
Mandiri di Gorontalo, dan BNI di Bitung.
Sejalan dengan telah beroperasinya Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo,
maka per bulan Juni 2018, KPWD selain BI di
Gorontalo yang sebelumnya dikoordinatori
oleh Bank Mandiri KC Gorontalo beralih ke
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Gorontalo. KPwBI Sulut melakukan
pemantauan kepatuhan KPWD secara off-site
maupun on-site. Pada Triwulan II-2018, KPwBI
Sulut telah melakukan pemantauan secara
off-site terhadap 2 (dua) penyelenggara KPWD
3 SKNBI merupakan sarana transfer dana nontunai secara retail RTGS dengan nominal transaksi yang lebih kecil, yakni dengan nilai di bawah Rp100 juta.
selain BI, yaitu melalui laporan-laporan yang
disampaikan kepada KPwBI Sulut terkait
pelaksanaan pertukaran warkat di masing-
masing KPWD. Rincian jumlah peserta kliring
pada wilayah kliring Manado terdiri dari 25
bank. Jika dilihat dari sisi jumlah rata-rata
harian warkat debit, hanya wilayah kliring
Manado dan Kotamobagu yang telah
memenuhi jumlah rata-rata warkat harian,
yaitu sebanyak 30 (tiga puluh) warkat per hari
selama Triwulan II-2018. Penyampaian laporan
telah dilakukan secara tepat waktu dengan
format yang sesuai aturan Bank Indonesia.
Jumlah rata-rata kliring penyerahan di wilayah
provinsi Sulawesi Utara selama Triwulan II
adalah sebesar 15.839 lembar, sedangkan
rata-rata kliring pengembalian warkat adalah
sebanyak 355 lembar.
5.2. Upaya Menjaga Kelancaran Sistem
Pembayaran
KPwBI Sulut terus berupaya untuk
meningkatkan tingkat kelayakan uang di
Provinsi Sulut melalui monitoring dan survei
tingkat kelayakan uang Rupiah. Survei kualitas
uang beredar akan dilaksanakan sebanyak 2
(dua) tahap yaitu pada semester I yaitu pada
bulan April 2018 dan semester II. Survei
Semester I akan dilaksanakan di Tahuna dan di
Tahuna Timur. Adapun hasil survei terbilang
baik dengan tingkat kesegaran uang untuk
Uang Pecahan Kecil (UPK) berada pada level
12,14 dari maksimal 16 level untuk tingkat
kesegaran uang. Sedangkan untuk Uang
Pecahan Besar (UPB) berada pada level 12,83
dari maksimal 16 level.
Seiring dengan kebijakan clean money policy,
kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar
(UTLE) terus dilakukan oleh BI. Pada Triwulan
II 2018, jumlah UTLE yang dimusnahkan secara
nominal pada triwulan II tercatat sebesar
Rp103,82 miliar. Pemusnahan uang terdiri dari
pemusnahan melalui Mesin Sortasi Uang
Kertas (MSUK) sebesar Rp42,36 miliar dan
37
melalui Mesin Racik Uang Kertas (MRUK)
sebesar Rp61,46 miliar. Uang yang
dimusnahkan terdiri dari Uang Pecahan Besar
(UPB) sebanyak 51,84%, sedangkan sedangkan
Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar 48,16%.
Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan
Provinsi Gorontalo pada Triwulan II 2018
tercatat sebanyak 341 lembar, mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sebesar
88,39% (qtq) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Adapun persebaran uang palsu
terbanyak ada di Kota Manado. Berdasarkan
pecahannya, temuan pada Triwulan II 2018
terdiri dari 97 lembar untuk pecahan
Rp100.000, 238 lembar pecahan Rp50.000, 4
lembar pecahan Rp20.000, dan
2 lembar pecahan Rp10.000. Jika dilihat dari
sumber temuan, temuan uang palsu berasal
dari laporan bank sebanyak 118 lembar,
laporan polisi sebanyak 216 lembar,
dan setoran bank sebanyak 7 lembar. Jika
dilihat dari lokasi temuan uang palsu, sebanyak
96% uang palsu ditemukan di Manado dan 4%
ditemukan di wilayah Sulut lainnya.
Pemberantasan uang palsu terus dilakukan
KPwBI Sulut antara lain melalui penguatan
koordinasi bersama aparat penegak hukum
yang didasarkan pada pokok-pokok
kesepahaman dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas Bank Indonesia dengan
Kepolisian Daerah Sulut yang telah disepakati
sejak tanggal 23 Juni 2015. KPwBI Sulut selalu
melakukan klarifikasi uang palsu melalui data
dan fisik bilyet setiap bulan yang kemudian
dilaporkan kepada Kepolisian Daerah Sulut
untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya
sebagai penegak hukum.
Pada Januari 2018, Bank Indonesia
memperkenalkan Bank Indonesia Counterfeit
Analysis Centre (BICAC) Generasi II. BICAC
merupakan sistem informasi sebagai pusat
data, hasil penelitian, dan pelaporan temuan
uang palsu dengan fungsi pengklasifikasian
4 Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas
karakteristik masing-masing uang palsu atas
hasil analisis laboratorium. BICAC Generasi II
dapat mengakomodasi seluruh kegiatan
penatausahaan pelaporan uang palsu yang
masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan,
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah
(PJPUR), perorangan, maupun aparat penegak
hukum. Selain untuk kepentingan internal,
statistik dan pelaporan uang palsu dapat
digunakan untuk kepentingan stakeholders
utama Bank Indonesia antara lain Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR-RI), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK-RI), Kejaksaan Agung, dan
Kepolisan Republik Indonesia (POLRI).
Grafik 5.4 Persentasi Temuan Uang Palsu Terhadap Outflow Uang
Sumber: Bank Indonesia
Dalam rangka memastikan ketersediaan Uang
Layak Edar (ULE), KPwBI Sulut juga
menyelenggarakan pelayanan jasa Kas
Titipan4 dalam rangka penyediaan kebutuhan
uang kartal. Pada Triwulan II 2018, dilakukan
sebanyak 10 (sepuluh) kali dropping Kas
Titipan yang terdiri 2 (dua) kali di Provinsi
Gorontalo (Bank Mandiri KC. Gorontalo), 1
(satu) kali di Kab. Kep. Sangihe (Bank Mandiri
KC Tahuna), 2 (dua) kali di Kota Kotamobagu
(BPD SulutGo KC Kotamobagu), 1 (satu) kali di
Kab. Kep. Sitaro (BPD SulutGo KC Siau), 1 (satu)
kali di Kab. Kep. Talaud, dan 3 (tiga) kali di
Pohuwato (BPD SulutGo KC Marisa). Total
dropping Kas Titipan pada Triwulan II 2018
sebesar Rp697 miliar sedangkan total nominal
penarikan UTLE dari Kas Titipan Bank Indonesia
bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah /daerah tertentu.
38
adalah sebesar Rp340 miliar. KPwBI Sulut
senantiasa melakukan monitoring terhadap
Kas Titipan Bank Indonesia baik melalui
pengawasan offsite maupun pengawasan on-
site. Pada Triwulan II 2018 telah dilakukan
pengawasan on-site di 2 (dua) kas titipan yaitu
Kas Titipan Bank Indonesia di Melonguane
pada tanggal 16-18 Mei 2018 serta Kas Titipan
Bank Indonesia di Bitung pada tanggal 5-6 Juni
2018. Melalui pengawasan yang dilakukan
diharapkan bank pengelola dapat lebih
meningkatkan internal control terhadap
pengelolaan Kas Titipan.
Selain melalui Kas Titipan, KPwBI Sulut juga
mengoptimalkan layanan Kas Keliling5, yang
tidak hanya menjangkau pusat bisnis modern,
namun juga hingga ke pasar tradisional di
tingkat kecamatan di setiap Kab/Kota di Sulut.
Sampai dengan Triwulan II 2018, Bank
Indonesia Sulut telah melaksanakan 62 kali Kas
Keliling.
Dalam rangka memperluas jangkauan
layanan kas bank, Bank Indonesia
melaksanakan program BI Jangkau6, yaitu
program yang bertujuan untuk meningkatkan
layanan kas untuk menjangkau masyarakat di
wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi
jaringan kantor bank, pegadaian,
Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah
(PJPUR), dan pihak lain. pada Triwulan. II-2018
telah dilakukan penandatanganan Perjanjian
Kerja Sama program BI Jangkau 2018. Pada
program BI Jangkau 2018 dilakukan
penambahan peserta dari yang sebelumnya
(2017) hanya bekerja sama dengan Bank
SulutGo menjadi 5 (lima) peserta yaitu Bank
SulutGo, Pegadaian, Bank Mandiri, BRI, dan
BNI. Dalam program BI Jangkau 2018 juga
terdapat penambahan jumlah cakupan
kecamatan menjadi 65 kecamatan, yang
sebelumnya (2017) hanya menjangkau
5 Kas Keliling adalah kegiatan penukaran Uang Rupiah oleh Bank Indonesia di luar kantor Bank Indonesia kepada masyarakat dengan menggunakan moda transportasi.
sebanyak 47 kecamatan. Melalui penambahan
jumlah peserta dan kecamatan, diharapkan
dapat mempercepat penarikan Uang Tidak
Layak Edar (UTLE) dari masyarakat
Berdasarkan hasil pengawasan off-site,
aktivitas Kegiatan Usaha Penukaran Valuta
Asing Bukan Bank (KUPVA BB) pada Triwulan
II 2018 menunjukkan sedikit penurunan. Total
transaksi KUPVA BB pada Triwulan II 2018
tercatat sebesar Rp12,19 miliar, menurun
7,02% (qtq) dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Nilai transaksi terbesar berasal
dari trasaksi mata uang USD (28%), kemudian
EURO (14%), CNY (13%), SGD (12%), MYR (8%),
JPY (5%), AUD (4%), dan mata uang lainnya
(CAD, GBP, HKD, PHP, THB, KRW) sebesar 16%.
Grafik 5.6 Transaksi KUPVA BB
6 BI Jangkau adalah program peningkatan layanan kas untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan/desa melalui optimalisasi jaringan kantor Bank, Pegadaian, Perusahaan Jasa Pengelola Uang Rupiah (PJPUR) dan pihak lain.
Grafik 5.5 Lokasi Kas Titipan dan Proyek BI Jangkau Tahun 2018
39
Aktivitas KUPVA BB perlu disertai dengan
pengawasan untuk mencegah risiko
pemanfaatan KUPVA BB bagi kegiatan
pencucian uang, pendanaan terorisme, judi
on-line, dan kejahatan lainnya. Oleh
karenanya, Bank Indonesia telah menerbitkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.19/10/PBI/2017 tanggal 6 September 2017
tentang Penerapan Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan
PPT) Bagi Penyelenggara Jasa Sistem
Pembayaran Selain Bank dan Penyelenggara
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing. PBI
tersebut diterbitkan untuk menyempurnakan
dan menyelaraskan penerapan prinsip APU
dan PPT sesuai dengan rekomendasi Financial
Action Task Force (FATF) yang merupakan
prinsip APU dan PPT yang berlaku secara
internasional. Penyempuranaan pengaturan
APU dan PPT meliputi penyesuaian ruang
lingkup pengaturan, pendekatan berbasis
risiko (Risk Based Approach), pencegahan
pendanaan terorisme dan proliferasi senjata
pemusnah massal, mitigasi risiko terkait
teknologi baru dan pemanfaatan inovasi
teknologi, penyempurnaan Customer Due
Dilligence (CDD) dan penguatan ketentuan
sanksi. Bank Indonesia telah melakukan
Sektoral Risk Assessment (SRA) terhadap
KUPVA BB di Indonesia. Hasil SRA tersebut
dijadikan pedoman dalam penerapan Risk
Based Approach of Reporting Parties (RBA),
yaitu melakukan penilaian berbasis risiko
sebagai pedoman untuk mengidentifikasi,
memahami, dan melakukan langkah-langkah
mitigasi risiko Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU) dan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme (TPPT) dan sebagai panduan teknis
penyelenggara transfer dana dan
penyelenggara KUPVA BB. Sebagai langkah
implementasi dari Risk Based Approach
tersebut, Bank Indonesia telah me-launching
sistem e-licensing KUPVA BB pada awal Juni
2018.
Bank Indonesia Sulut terus melakukan upaya
menjaga kelancaran transaksi pembayaran
nontunai. Upaya yang dilakukan yaitu
mendorong Gerakan Nasional Nontunai
(GNNT) melalui Layanan Keuangan Digital
(LKD) dan elektronifikasi berbagai jenis
transaksi baik Goverment to People (G to P),
People to Government (P to G) dan People to
People (P to P).
Dalam rangka mendukung implementasi
penyaluran bantuan sosial nontunai tahun
2018, KPwBI Sulut berupaya memperluas
implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD)
melalui dorongan kepada bank
penyelenggara LKD di Sulut, untuk melakukan
ekspansi agen LKD di tiap-tiap daerah. Posisi
jumlah LKD per Triwulan II 2018 tercatat
sebanyak 1.888 agen atau meningkat sebesar
8,7% (mtm) dibandingkan dengan bulan
sebelumnya dan jika dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya,
jumlah tersebut meningkat sebesar 4,48%.
Jumlah pemegang uang elektronik oleh LKD
pada Triwulan II 2018 tercatat sebanyak 4.168
orang. LKD diharapkan dapat menjadi agen
perpanjangan tangan bank untuk
meningkatkan tingkat keuangan inklusif di
daerah. Transaksi yang dapat dilakukan melalui
LKD antara lain adalah melakukan top up atau
isi ulang, tarik tunai, pembayaran atas tagihan
yang bersifat rutin dan berkala, fasilitator
registrasi pemegang, transfer person to
person, dan transfer person to account dengan
total nilai transaksi selama Triwulan II adalah
sebesar Rp3,96 miliar.
40
Elektronifikasi Pemerintah Daerah Boks I
41
Elektronifikasi Pemerintah Daerah Boks I
42
Bank Indonesia meluncurkan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) sebagai wujud interkoneksi (saling
terhubung) antar switching dan interoperabilitas (saling dapat dioperasikan) sistem pembayaran nasional.
GPN adalah suatu sistem yang menghubungkan berbagai pembayaran elektronik atau transaksi nontunai
pada semua instrumen Bank dalam satu sistem pembayaran.
Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.19/8/PBI/2017 tanggal 21 Juni 2017 dan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur No.19/10/PADG/2017 tanggal 20 September 2017 tentang Gerbang
Pembayaran Nasional. Melalui kebijakan tersebut, diharapkan mendorong terjadinya sharing infrastruktur
sehingga utilisasi terminal ATM dan EDC dapat meningkat, sehingga biaya investasi infrastruktur dapat
dialihkan kembali untuk kegiatan ekonomi yang lain.
Terdapat 3 (tiga) sasaran implementasi GPN antara lain sebagai berikut:
1. Menciptakan ekosistem sistem pembayaran yang saling interkoneksi, interoperabilitas, dan mampu
melaksanakan pemrosesan transaksi yang mencakup otorisasi, kliring, dan setelmen secara
domestic.
2. Meningkatkan perlindungan konsumen melalui pengamanan data transaksi nasabah dalam ssetiap
transaksi yang dilakukan.
3. Meyakinkan ketersediaan dan integritas data transaksi sistem pembayaran nasional guna
mendukung efektivitas transmisi kebijakan moneter, efisiensi intermediasi dan resiliensi sistem
keuangan.
GPN diharapkan dapat menjadi backbone guna memberikan dukungan penuh bagi
program-program pemerintah termasuk penyaluran bantuan sosial nontunai, elektronifiksai jalan tol dan
transportasi publik, keuangan inklusif dan pengembangan sistem perdagangan berbasis elektronik
Bank Indonesia menetapkan kebijakan skema harga guna memastikan berjalannya interkoneksi dan
interoperabilitas dalam ekosistem GPN. Skema harga kartu debit, dengan tarif yang dikenakan kepada
pedagang oleh bank (Merchant Discount Rate – MDR) maksimal sebesar 1%, dengan pemberian MDR khusus
untuk transaksi tertentu, termasuk MDR 0% untuk transaksi terkait pemerintah.
Adapun skema harga untuk kartu atm/debit yang diterapkan menggunakan metode Merchant Discount Rate
(MDR) setelah diberlakukannya GPN adalah sebagai berikut:
a. MDR on us (transaksi menggunakan kartu dan kanal pembayaran bank yang sama)
b. MDR off us (transaksi menggunakan kartu dan kanal pembayaran bank yang berbeda)
Gerbang Pembayaran Nasional (GPN)
Boks
II
43
Bab VI. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
6.1. KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara sedikit
membaik pada Triwulan II tahun 2018.
Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara
tersebut tercermin dari Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) pada periode Februari 2018
yang sebesar 6,09%, turun dari periode yang
sama tahun sebelumnya yang berada di level
6,12%. Sementara itu, kinerja ekonomi
Sulawesi Utara pada tahun Triwulan II 2018
tercatat melambat dengan pertumbuhan
sebesar 5,83% (yoy), lebih tinggi dibanding
Triwulan II tahun 2017 (5,80% yoy).
Jumlah angkatan kerja Sulawesi Utara pada
periode laporan tercatat mengalami
penurunan, sementara jumlah penduduk usia
kerja (usia 15 tahun ke atas) mengalami
peningkatan. Realisasi angkatan kerja pada
periode laporan tercatat sebanyak 1,254 juta
atau turun sebesar 0.4% dibandingkan periode
yang sama di tahun sebelumnya (1,259 juta).
Tren penurunan jumlah angkatan kerja ini
disebabkan oleh penurunan jumlah penduduk
yang bekerja meskipun jumlah pengangguran
juga menurun. Jumlah penduduk yang bekerja
pada Februari 2018 mengalami kontraksi
sebesar 0,4% (yoy) dibandingkan periode
Februari 2017 yang tercatat meningkat 8.3%
(yoy). Meskipun jumlah penduduk usia kerja
meningkat 1,3% (yoy), namun hal ini tidak
diikuti dengan peningkatan jumlah angkatan
kerja. Penurunan penduduk yang bekerja
disebabkan naiknya jumlah penduduk yang
mengurus rumah tangga sebesar 12,26%
dibandingkan periode yang sama di tahun
2017. Hal ini mengakibatkan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi utara juga
mengalami perlambatan yaitu sebesar 67,73%,
menurun dari tahun sebelumnya yang berada
di level 68,78%. Jika dilihat berdasarkan jenis
kelamin, sesuai historisnya, kondisi
ketenagakerjaan di Sulawesi Utara masih
terkonsentrasi pada tenaga kerja laki-laki
dengan peran perempuan yang relatif masih
rendah. Hal ini tercermin dari TPAK laki-laki
tercatat sebesar 83% sementara TPAK
perempuan hanya 51%.
Tabel 6.1 Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka
Periode Februari (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Turunnya angka TPT disebabkan naiknya
jumlah tenaga kerja di beberapa sektor
utama. Meskipun pertumbuhan ekonomi
Triwulan II 2018 melambat, penyerapan
tanaga kerja di beberapa sektor seperti
Perdagangan dan Kontruksi, tumbuh masing-
masing sebesar 8.78% dan 8.48% dibanding
periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal
ini disebabkan antara lain semakin
meningkatnya kunjungan wisman di Triwulan II
2018 yang naik sebesar 63.94% (yoy) dan
29.53% (qtq) serta seiring dengan
keberlanjutan proyek-proyek infrastruktur
seperti Tol Manado-Bitung. Berdasarkan
porsinya, penyerapan jumlah tenaga kerja di
subsektor pertanian yaitu sebanyak 324,8 ribu
orang (27,59%), subsektor perdagangan
sebanyak 299.1 ribu orang (25,4%) yang juga
mencerminkan struktur ekonomi Sulawesi
Utara pada Triwulan I 2018. Struktur tersebut
Keadaan Ketenagakerjaan Feb-16 Feb-17 Feb-18Growth Feb-
17
Growth Feb-
18
Penduduk 15 thn ke atas 1,779 1,830 1,855 2.9% 1.3%
Angkatan kerja 1,184 1,259 1,254 6.3% -0.4%
Bekerja 1,091 1,182 1,177 8.3% -0.4%
Pengangguran 93 77 76 -16.8% -0.8%
TPAK (%) 66.55% 68.78% 67.73%
TPT (%) 7.82% 6.12% 6.09%
10.46 9.74
8.55
7.50 7.27
8.69
7.82
6.12 6.09
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
44
didominasi oleh subsektor pertanian sebesar
20.30% dan subsektor perdagangan sebesar
12,48% dari total PDRB. Meskipun demikian
penyerapan tenaga kerja di subsektor
pertanian terkontraksi sebesar 12,25% (yoy)
dengan penurunan yang paling besar di antara
sektor lainnya yang disebabkan antara lain
turunnya pekerja bebas di pertanian dengan
pangsa sebesar 4,26% di Triwulan I 2018
dibanding 5,10% pada periode yang sama
tahun sebelumnya.
Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama (ribu orang)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sejalan dengan penurunan tenaga kerja di
subsektor industri, berdasarkan status
pekerjaannya, pekerjaan formal sedikit
menurun. Penurunan jumlah tenaga formal
turun sebesar 1.6 poin dibanding periode yang
sama di tahun 2017 disebabkan perlambatan
kinerja dan jumlah tenaga kerja yang
dicerminkan dengan menurunnya jumlah
karwayan/buruh dari porsi sebesar 36.62% di
tahun 2017 menjadi 34.87% di tahun 2018.
Disamping itu ada sedikit peningkatan
penduduk yang bekerja dengan usaha sendiri..
Tabel 6.3 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama (persen)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tingkat pendidikannya, kualitas
tenaga kerja di Sulut pada Triwulan II 2018
membaik. Hal ini tercermin dari menurunnya
persentase penduduk berpendidikan dasar
sebesar 2,43 poin dan meningkatnya
persentase pekerja berpendidikan menengah,
SMA, SMK hingga perguruan tinggi jika
dibandingkan pada periode yang sama di tahun
2017.
Grafik 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan (persen
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk
Level SMK paling tinggi dibandingkan tingkat
pendidikan lainnya yaitu 17.58% (lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun 2017
yang sebesar 9,62%). Hal ini mengindikasikan
jumlah penawaran pekerjaan di level
pendidikan SMK lebih sedikit dibanding tenaga
kerja tersedia.
Dibandingkan dengan provinsi lain di KTI, TPT
Sulawesi Utara menduduki peringkat tertinggi
ketiga setelah Maluku dan Kalimantan Timur.
Meskipun mengalami penurunan, TPT Sulut
belum beranjak dari 5 besar TPT tertingi se-KTI.
Di sisi lain, Bali memiliki TPT terendah dan satu-
satunya provinsi yang mencatat TPT dibawah
1%.
Lapangan Pekerjaan
UtamaFeb-16 Feb-17 Feb-18
Growth Feb-
17
Growth Feb-
18
Pangsa
Feb-18
Pertanian 317.8 370.2 324.8 16.5% -12.25% 27.59%
Industri 57.1 90.1 86.4 57.7% -4.1% 7.34%
Konstruksi 94.0 86.3 93.6 -8.3% 8.5% 7.95%
Perdagangan 255.6 275.0 299.1 7.6% 8.8% 25.40%
Transportasi 93.2 86.0 81.6 -7.8% -5.2% 6.93%
Keuangan 23.6 24.6 34.4 4.0% 40.0% 2.92%
Jasa Kemasyarakatan 220.6 212.5 208.6 -3.7% -1.9% 17.71%
Lainnya 29.3 37.3 49.0 27.3% 31.5% 4.16%
Status Pekerjaan Feb-16 Feb-17 Feb-18difference
Feb-17
difference
Feb-18
Formal 42.91% 39.88% 38.28% -3.03% -1.60%
Informal 57.09% 60.12% 61.72% 3.03% 1.60%
36.44% 39.63% 37.25%
18.33%19.84% 19.90%
22.67%19.18% 20.70%
8.89% 10.67% 11.11%
13.67% 10.68% 11.05%
Feb-16 Feb-17 Feb-18
SD Ke bawah SMP SMA SMK Perguruan Tinggi
2017 2018
Feb Feb
SD Ke bawah 2.72 2.74
Sekolah Menengah Pertama 5.63 3.44
Sekolah Menengah Atas 9.76 7.84
Sekolah Menengah Kejuruan 9.62 17.58
Perguruan Tinggi 8.70 5.16
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
45
Grafik 6.3 Perkembangan TPT Feb-2018 se-
Kawasan Indonesia Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik
6.2. KESEJAHTERAAN
Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara
secara umum mengalami peningkatan seiring
dengan perbaikan indikator-indikator
kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut
antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai
Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan
Penduduk.
Pada tahun 2018, upah minimum provinsi
(UMP) meningkat sehingga mendorong
kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.
Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun
2018 ditetapkan pemerintah daerah sebesar
Rp 2,824,286.00 berdasarkan Peraturan
Gubernur No 48 tahun 2017 pada tanggal 31
Oktober 2017 yang meningkat sebesar 8,71%
(yoy) dari UMP tahun 2017 yakni Rp
2,598,000.00. Berdasarkan spasialnya, UMP
Provinsi Sulawesi Utara merupakan UMP
tertinggi ketiga secara Nasional (di bawah
Jakarta dan Papua). Dengan adanya
7 Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-
rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
peningkatan UMP ini, diharapkan dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kota Manado.
Pada periode Maret 2018, kesejahteraan
masyarakat Sulawesi Utara tercatat
mengalami kenaikan, tercermin dari tingkat
kemiskinan yang menurun. Jumlah penduduk
miskin di Provinsi Sulawesi Utara pada
periode Maret 2018 sebanyak 193,31 ribu jiwa
(atau sebesar 7,8%), turun dibandingkan
dengan penduduk miskin pada Maret 2017
yang berjumlah sekitar 198,88 ribu jiwa (atau
sebesar 8,1%) atau turun sebesar 0,3 persen.
Angka ini masih di bawah tingkat kemiskinan
nasional (9,82%). Hal ini didorong oleh
peningkatan pendapatan masyarakat yang
menyebabkan tingkat kemiskinan menurun.
Sejalan dengan Tingkat Kemiskinan yang
menurun, Garis Kemiskinan naik sebesar 3,3%
yaitu dari Rp. 333,510 per kapita per bulan
pada Maret 2017 menjadi Rp344,418 per
kapita per bulan pada Maret 2018.
Berdasarkan komponen Garis Kemiskinan (GK)
yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM), peranan komoditas makanan
(sebesar 73,48%) jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditas bukan
makanan.
Perbaikan garis kemiskinan ini diikuti dengan
penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan7
yang tercatat menurun dari 1,368 pada Maret
2017 menjadi 1,270 pada Maret 2018. Kondisi
ini mengindikasikan adanya kenaikan daya beli
masyarakat yang semakin mendekati garis
kemiskinan. Pada Maret 2018, indeks
kedalaman kemiskinan di perdesaan (1,770)
lebih tinggi dari perkotaan (0,773), artinya
diperlukan subsidi yang lebih tinggi untuk
mengentaskan penduduk miskin di daerah
pedesaan dibandingkan perkotaan agar daya
indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk
dari garis kemiskinan.
6.09%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
Bal
i
Sulb
ar
Sult
ra
Pap
ua
NTT
Kal
ten
g
Sult
en
g
NTB
Go
ron
talo
Kal
sel
Kal
bar
Mal
ut
Kal
tara
Suls
el
Pab
ar
Sulu
t
Kal
tim
Mal
uku
Indonesia: 5.13%
46
beli masyarakat semakin mendekati garis
kemiskinan.
Sedangkan dari sisi keparahan kemiskinan,
Indeks Keparahan Kemiskinan8 juga tercatat
menurun dari 0,351 pada Maret 2017 menjadi
0,299 pada Maret 2018. Hal ini
mengindikasikan ketimpangan pengeluaran
diantara penduduk miskin semakin kecil.
Indeks keparahan kemiskinan di pedesaan
tercatat sebesar 0,442, lebih besar
dibandingkan di perkotaan yang tercatat
sebesar 0,158. Penduduk miskin di pedesaan
cenderung memiliki variasi pengeluaran
konsumsi antar penduduk miskin yang lebih
tinggi dibandingkan di perkotaan. Adapun
tingkat ketimpangan antara penduduk kaya
dan miskin di Sulawesi Utara yang tercermin
dari Gini Ratio tercatat pada Maret 2018 tidak
berubah dibanding September 2017 yaitu
sebesar 0,394 dimana angka tersebut
dikategorikan ke dalam kelompok
ketimpangan sedang namun Gini Ratio di
daerah perkotaan maupun perdesaan mulai
memberikan tanda-tanda kenaikan.
Grafik 6.4 Perbandingan Tingkat Kemiskinan
di Wilayah Sulawesi
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Apabila dibandingkan dengan nasional dan
provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat
kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang
paling rendah, di bawah Sulawesi Selatan
(9.06%) dan nasional (10.12%), sedangkan
tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di
Provinsi Gorontalo dengan tingkat 16.81 %.
8 Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Tabel 6.5 Indikator Keadaan Kesejahteraan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih
relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar
Petani (NTP) yang masih berada di bawah
level sejahtera (100). Rata-rata NTP Sulawesi
Utara pada Triwulan II 2018 tercatat sebesar
94.72 membaik sebesar 2.60% (yoy) serta
0.08% (qtq). Perbaikan NTP mengindikasikan
peningkatan kesejahteraan petani dengan
meningkatnya daya beli masyarakat di
kawasan pedesaan. Membaiknya NTP lebih
disebabkan naiknya harga-harga komoditi
khususnya subsektor tanaman pangan dan
hortikultura pada komponen harga yang
diterima petani, dimana subsektor ini
mempunyai share yang cukup besar dalam
pembentukan nilai NTP. Angka NTP Sulut pada
periode laporan yang masih berada di bawah
batas kesejahteraan tersebut disebabkan
kenaikan Indeks Dibayar Petani lebih dari
kenaikan Indeks Diterima Petani. Faktor utama
yang memengaruhi hal tersebut yaitu kenaikan
komponen konsumsi rumah tangga
subkelompok bahan makanan.
Grafik 6.5 Perkembangan NTP Sulut
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Indikator Mar-17 Mar-18
Tingkat Kemiskinan (%) 8.10 7.80
Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 198.88 193.31
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 333,510 344,418
Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.368 1.270
Indeks Keparahan Kemiskinan 0.351 0.299
47
Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor
perikanan merupakan yang paling sejahtera,
hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar
dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu
106.26 Peningkatan kesejahteraan kelompok
nelayan salah satunya disebabkan oleh
relaksasi kebijakan moratorium dan
transhipment. Dengan menggunakan ukuran
yang sama, petani di subsektor tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan masih
berada di bawah batas sejahtera dengan NTP
masing-masing 92,14, 95.40 dan 89.89. Kondisi
curah hujan masih belum stabil pada Triwulan
II 2018 mengakibatkan jadwal panen serta
kualitas hasil pertanian terganggu sehingga
berdampak pada kualitas maupun kuantitas
produksi hasil pertanian.
Grafik 6.6 Sulut per Subsektor Triwulan II 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Sulawesi, penguatan NTP terjadi di seluruh
Provinsi. NTP Sulawesi Utara masih menempati
posisi terendah jika dibandingkan dengan
provinsi lainnya di Sulawesi, sementara NTP
tertinggi tercatat di Sulawesi Barat.
Grafik 6.7 Perkembangan NTP di Pulau
Sulawesi pada Triwulan II 2018
Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun
2017 meningkat dan merupakan tiga provinsi
yang memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di
Indonesia. Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara
tahun 2017 berdasarkan Survei Pengukuran
Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69
pada skala 1-100. Nilai ini berada di atas angka
nasional yang hanya sebesar 70,69. Indeks
Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang
disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan
Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan
Makna Hidup (Eudaimonia). Dimensi kepuasan
hidup dibedakan menjadi subdimensi
kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup
sosial. Besarnya indeks masing-masing dimensi
penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks
Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27 (Indeks
Subdimensi Kepuasan Hidup Personal sebesar
70,14 dan Indeks Subdimensi Kepuasan Hidup
Sosial sebesar 78,40), Indeks Dimensi Perasaan
sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna
Hidup sebesar 77,11.
Adapun kontribusi masing-masing dimensi
terhadap Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara
adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan
(31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Secara
nasional, Indeks Kebahagiaan Sulut berada di
peringkat ketiga tertinggi setelah Maluku
Utara (75,68) dan Maluku (73,77). Secara
spasial, Indeks Kebahagiaan penduduk yang
tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih
tinggi dibanding penduduk yang tinggal di
perdesaan. Nilai Indeks Kebahagiaan di
perkotaan sebesar 75,38, sedangkan di
perdesaan sebesar 71,92.
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
48
Bab VII. Prospek Perekonomian Daerah
7.1. Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan
IV 2018 diperkirakan tumbuh menguat
dibandingkan perkiraan pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi
Sulut diperkirakan masih berada pada kisaran
6,0-6,4% (yoy) di Triwulan IV 2018.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi
akan diperkirakan akan didukung oleh
peningkatan komponen konsumsi dan
investasi. Peningkatan konsumsi akan
ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi
rumah tangga meningkat seiring dengan
peningkatan pendapatan baik dari kenaikan
UMP maupun peningkatan sektor pariwisata.
Pada Triwulan IV 2018, konsumsi rumah
tangga akan meningkat seiring perayaan Hari
Natal dan tahun baru yang diperkirakan akan
lebih ramai dibanding Triwulan IV 2017.
Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat
seiring pola historisnya dan belum
maksimalnya realisasi konsumsi pemerintah di
di pada Triwulan I dan II 2018. Dari sisi
investasi, target pemerintah untuk
menyelesaikan beberapa proyek strategis
seperti jalan tol Manado-Bitung,
pembangunan bendungan, palapa ring, serta
KEK Bitung diperkirakan akan ikut mendorong
pertumbuhan investasi di Sulut. Selain itu
penyaluran dana desa 2018 yang dibagi dalam
3 tahap juga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi pada Triwulan IV 2018 lebih tinggi,
mengingat terdapat lag antara transfer dana
desa dan realisasinya di pedesaan. Di sisi
perdagangan luar negeri, ekspor barang
diperkirakan menurun seiring dengan
penurunan harga kopra, tren menurun harga
CNO dunia, serta penurunan produktivitas
kelapa. Meskipun begitu, ekspor diperkirakan
tetap meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut dan
dibukanya beberapa rute penerbangan baru
dari dan ke Sulut.
Dari sisi lapangan usaha, faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Sulut terutama
bersumber dari sektor konstruksi,
perdagangan dan transportasi. Sektor
konstruksi diperkirakan tumbuh meningkat
seiring meningkatnya realisasi belanja modal
pemerintah dan dana desa di Triwulan IV 2018.
Pembangunan KEK Bitung dan infrastruktur
pendukungnya diperkirakan akan ikut
mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut dari
sektor konstruksi. Selain itu animo masyarakat
Sulut dalam berinvestasi di sektor properti ikut
berpotensi mendorong pertumbuhan sektor
konstruksi mengingat Bank Indonesia telah
melakukan relaksasi pada kebijakan rasio loan-
to-value perumahan di akhir triwulan II.
Peningkatan juga diperkirakan terjadi di sekotr
perdagangan. Adanya event dan kemajuan
sektor pariwisata provinsi Sulawesi Utara
diperkirakan akan menjaga pertumbuhan di
sektor perdagangan tetap tinggi. Selain itu
peningkatan konsumsi rumah tangga melalui
peningkatan UMP menjadi faktor potensial lain
yang akan mendorong pertumbuhan sektor
perdagangan. Sementara itu, sektor
transportasi diperkirakan meningkat seiring
dengan peningkatan konsumsi rumah tangga,
pertumbuhan transportasi online dan
kunjungan wisman.
Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun
2018, perekonomian Sulut diperkirakan
tumbuh meningkat dibandingkan tahun 2017.
Ekonomi Sulut diperkirakan tumbuh pada
kisaran 6,2-6,6% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan tahun 2017 sebesar 6,32% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, peningkatan
pertumbuhan ekonomi tahun 2018 akan
ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan
kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga
diperkirakan meningkat sebagai dampak
naiknya UMP tahun 2018, peningkatan
49
produksi sektor transportasi, dan
penyelenggaraan Pilkada. Sementara itu,
kinerja ekspor akan ditopang oleh pasokan
bahan baku pada industri pengolahan dan juga
dari sisi eksternal dimana perekonomian dunia
semakin membaik. Dari sisi lapangan usaha,
peningkatan pertumbuhan ekonomi 2018
terutama akan didorong oleh sektor
perdagangan dan transportasi seiring dengan
peningkatan konsumsi rumah tangga, kinerja
ekspor-impor, dan meningkatnya kunjungan
wisman sebagai dampak upaya pemerintah
dalam mendorong pariwisata.
Di tengah proyeksi peningkatan tersebut,
beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal
maupun internal tetap perlu mendapat
perhatian. Risiko eksternal berupa risiko
rencana pengetatan kebijakan moneter di
negara ekonomi maju, risiko kenaikan harga
minyak di tahun 2018 sebagai dampak
kesepakatan dari negara-negara penghasil
minyak untuk memangkas produksi dan
ekspor, tren menurun harga komoditas
andaalan Sulut serta risiko geopolitik dalam
bentuk perang dagang antara Tiongkok dan
Amerika Serikat. Di sisi domestik, risiko berasal
dari belum kuatnya konsumsi rumah tangga
dan intermediasi perbankan. Khusus regional
Sulut, risiko bersumber dari permasalahan di
bidang infrastruktur seperti pembebasan lahan
dan potensi defisitnya pasokan listrik seiring
dengan naiknya kebutuhan daya masyarakat.
Selain itu, pergantian kepala daerah paska
pilkada berisiko berrisikomenganggu
manajemen dan administrasi pemerintah
daerah mengingat perlu ada adaptasi dari
pimpinan lama ke pimpinan baru.
7.2. Inflasi
Pada triwulan IV 2018, tekanan inflasi Sulut
diperkirakan meningkat dibandingkan
perkiraan inflasi triwulan III 2018, namun
masih terkendali dan berada di rentang
sasaran inflasi tahun 2018 sebesar 3,5±1%.
Inflasi triwulan IV 2018 secara tahunan
diperkirakan sebesar 2,9-3,3% (yoy).
Secara bulanan, inflasi diperkirakan terjadi di
keseluruhan bulan di Triwulan IV 2018. Pada
Oktober, inflasi diperkirakan cukup moderat
yakni sebesar 0,22% (mtm). Pada November,
inflasi diperkirakan menurun yakni sebesar
0,12% (mtm). Sementara pada Desember,
inflasi lebih dalam diperkirakan kembali
menguat ke angka 0,55% (mtm). Inflasi
tersebut disebabkan oleh meningkatnya
konsumsi masyarakat menjelang perayaan hari
raya Natal dan tahun baru. Kondisi tersebut
diperkirakan menyebabkan harga bumbu-
bumbuan khususnya barito (bawang merah,
cabai rawit dan tomat) bergerak naik moderat
mengingat peningkatan permintaan
cenderung menarik harga keataas bila tidak
dibarengi dengan peningkatan pasokan. Selain
komoditas tersebut, inflasi juga akan
disumbang oleh angkutan udara mengingat
tren peningkatan harga minyak dan
peningkatan permmintaan akan mobilitas
angkutan udara menjelang perayaan hari raya
Natal dan Tahun Baru.
Sepanjang tahun 2018, inflasi diperkirakan
terkendali dan berada dalam rentang sasaran
inflasi sebesar 3,5%±1% (yoy), namun
demikian tetap perlu dicermati beberapa
faktor risiko inflasi yang membayangi tahun
2018 antara lain: (i) rencana kenaikan harga
TTL dan BBM seiring dengan naiknya harga
minyak dunia; (ii) potensi tekanan imported
inflation seiring melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap US Dollar ; dan (iii) ketersediaan
bahan pasokan kebutuhan pokok strategis
yang biasanya menjadi penyumbang inflasi
tahunan terbesar Sulawesi Utara.
.
50
Daftar Istilah dan Singkatan
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Administered Price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.
51
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibilitas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow dan inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.