Upload
duongxuyen
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Vol. 4 No. 2 TRIWULANAN April - Juni 2018
(terbit Agustus 2018) Triwulan II 2018
ISSN 2460 - 490424 e-ISSN 2460 - 598427
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2018
i
Dasar Hukum Bank Indonesia
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan undang-undang.
~UUD 1945 Pasal 23 D~
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan
atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-undang ini.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 2~
Visi Bank Indonesia
Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik
diantara negara emerging markets.
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan
bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank
Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem
pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis
lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi
struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk
infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat
daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem
informasi Bank Indonesia.
ii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
1.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua
dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua pada bulan Februari, Mei, Agustus,
dan November. Sebelum dipublikasikan, materi Kajian ini telah
terlebih dahulu dikompilasi melalui mekanisme kerja internal
Bank Indonesia untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta
pengawasan perbankan dan sistem keuangan secara
makroprudensial. Publikasi ini berfungsi sebagai media untuk
menyampaikan penjelasan kepada para pemangku
kepentingan dan publik di daerah mengenai perkembangan
kondisi terkini, prospek perekonomian, serta isu yang
berkembang dan perlu dicermati.
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Jalan Dr. Sam Ratulangi No. 9
Jayapura 99111
T +62 967 534 581
F +62 967 535 201
ISSN 2460 - 490424
e-ISSN 2460 - 598427
Salinan elektronis publikasi ini dapat diunduh melalui situs
https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/papua/Default.aspx
Untuk mendapatkan salinan elektronis publikasi ini pada kesempatan pertama,
silakan mengirimkan surel ke [email protected] dengan subyek
“Publikasi KEKR Papua” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan.
iii
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Dewan Redaksi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua
Penanggung Jawab : Joko Supratikto (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua)
Pemimpin Redaksi : Fauzan (Kepala Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan)
Mitra Bestari : Ronny Widijarto Purubaskoro (Peneliti Ekonomi Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Erwin Syafii (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Frida Yunita Sinurat (Peneliti Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Evy Marya Deswita Siburian (Analis / Departemen Regional III Kantor Pusat BI)
Penyunting : Muhammad Azkaenza (Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)
Penulis : Muhammad Azkaenza (Analis / Manajer Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)
Widi Januar Pratama (Analis Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans)
Melia Santa Nova (Program Calon Staf)
Kontributor : Inrayanto Ariandos Simbolon (Analis / Manajer Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)
Galih Budi Utomo (Analis / Manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM)
Gariska (Analis / Manajer Fungsi Analisis Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah serta Keuangan Inklusif dan Perlindungan Konsumen)
Suparjo (Kasir Unit Pengelolaan Uang Rupiah)
Willy Togi (Analis Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)
I Gusti Agung Bagus Artayasa (Analis Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM)
Luki Riyaningrum (Analis Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan)
Hizkia Perangin Angin (Analis Fungsi Perizinan dan Pengawasan Sistem Pembayaran)
Monika Randalinggi (Pelaksana Yunior Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan)
1
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan berkat-Nya, Kajian
Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua Periode Agustus 2018 ini dapat terbit tepat
waktu. Di tengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis
makroekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan, dan keuangan daerah
menjadi penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademisi, maupun
masyarakat luas.
Penyusunan kajian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu melalui Kata
Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terbitnya Kajian ini. Semoga kerja sama yang telah terjalin baik tersebut tetap dapat terpelihara
di masa mendatang. Akhirnya, besar harapan kami agar Kajian pada triwulan ini bermanfaat bagi
semua pihak dalam memahami kondisi perekonomian Papua.
Jayapura, Agustus 2018
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA
Joko Supratikto
2
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................................... 5
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... 8
TABEL INDIKATOR MAKROEKONOMI PROVINSI PAPUA ........................................................... 9
A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi .................................................................................... 9
B. Perbankan .......................................................................................................................10
C. Sistem Pembayaran .........................................................................................................11
RINGKASAN EKSEKUTIF .........................................................................................................12
BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI DAERAH ...............................................................15
1.1 Kondisi Umum ..............................................................................................................16
1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran ........................................................................17
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga .....................................................................................17
1.2.2 Konsumsi Pemerintah ..........................................................................................19
1.2.3 Net Ekspor ...........................................................................................................20
1.2.4 Investasi ..............................................................................................................23
1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi LU ........................................................................................24
1.3.1 Pertambangan dan Penggalian .............................................................................24
1.3.2 Konstruksi ...........................................................................................................26
1.3.3 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ...................................................................27
1.3.4 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor .......................28
BOKS I: FESTIVAL KOPI PAPUA: PERTAMA DI TIMUR INDONESIA .............................................30
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH ............................................................................................33
2.1 Realisasi APBN Papua .....................................................................................................34
2.1.1 Realisasi Pendapatan APBN Papua ........................................................................35
2.1.2 Realisasi Belanja APBN Papua ...............................................................................35
2.2 Realisasi APBD Papua .....................................................................................................36
2.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Papua ........................................................................36
2.2.2 Realisasi Belanja APBD Papua ...............................................................................37
BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH .............................................................................39
3.1 Inflasi Umum .................................................................................................................40
3.2 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas ................................................43
3.2.1 Kelompok Bahan Makanan ..................................................................................44
3.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ...................................45
3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .......................................46
3
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
3.2.4 Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan ............................................47
3.3 Inflasi Spasial .................................................................................................................48
3.3.1 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura .....................................................................48
3.3.2 Perkembangan Inflasi Kabupaten Merauke ..........................................................49
3.4 Pengendalian Inflasi Papua .............................................................................................50
BOKS II PENGENDALIAN INFLASI JELANG HARI RAYA IDUL FITRI 1439 H .................................51
BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN ..................................................................................54
4.1 Ketahanan Sektor Korporasi...........................................................................................55
4.1.1 Sumber Kerentanan Korporasi ..............................................................................55
4.1.2 Exposure Perbankan Sektor Korporasi ...................................................................58
4.2 Asesmen Sektor Rumah Tangga .....................................................................................60
4.2.1 Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga ...........................................................60
4.2.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga.........................................................................62
4.2.3 Exposure Perbankan dalam Rumah Tangga ...........................................................63
4.3 Akses Keuangan UMKM ................................................................................................65
BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ........66
5.1 SISTEM PEMBAYARAN ...................................................................................................67
5.1.1 Transaksi SKNBI ...................................................................................................67
5.1.2 Transaksi BI-RTGS ................................................................................................67
5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH .......................................................................................68
5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar ................................................................................68
5.2.2 Uang Tidak Layak Edar .........................................................................................68
5.2.3 Temuan Uang Tidak Asli .....................................................................................69
5.2.4 Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah ...................................................................69
5.2.4 Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah ...................................................................69
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ................................................................71
6.1 KETENAGAKERJAAN .....................................................................................................72
6.1.1 Tenaga Kerja .......................................................................................................72
6.1.2 Pengangguran .....................................................................................................73
6.2 KESEJAHTERAAN ...........................................................................................................74
6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan ...............................................................................74
6.2.2 Kesejahteraan Petani ............................................................................................75
BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH .....................................................................................77
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi .....................................................................................78
7.1.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV 2018 .................................................78
7.1.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 2018 ...................................................................79
7.2 Prospek Inflasi ...............................................................................................................80
7.2.1 Prospek Inflasi 2018 .............................................................................................80
4
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
LAMPIRAN TABEL ..................................................................................................................83
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan 2010 .....84
Tabel 2. Impor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua ............................................................84
Tabel 3. Ekspor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua ...........................................................85
Tabel 4. Penyaluran Kredit Perbankan Nasional (Lokasi Proyek di Provinsi Papua) ...................86
DAFTAR ISTILAH ....................................................................................................................87
5
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua dan Nasional. ...........................................................16
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan dan Tanpa Tambang ..............................................16
Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen ....................................................................................18
Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen ..................................................................................18
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi ....................................................................................................18
Grafik 1.6 Impor Konsumsi ....................................................................................................18
Grafik 1.7 Indeks Ekspektasi Konsumen ..................................................................................19
Grafik 1.8 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen .....................................................................19
Grafik 1.9 Konsumsi Pemerintah ............................................................................................19
Grafik 1.10 Realisasi Belanja Pemerintah .................................................................................19
Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor Luar Negeri .......................................................................21
Grafik 1.12 Tujuan Ekspor Luar Negeri Provinsi Papua .............................................................21
Grafik 1.13 Perkembangan Impor Papua ................................................................................22
Grafik 1.14 Impor Berdasarkan Jenis.......................................................................................22
Grafik 1.15 Negara Asal Impor ...............................................................................................22
Grafik 1.16 Perkembangan Bongkar-Muat..............................................................................22
Grafik 1.17 Perkembangan PDRB Investasi Papua....................................................................23
Grafik 1.18 Perkembangan PMA-PMDN Papua .......................................................................23
Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Investasi .............................................................................23
Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar ...................................................................................23
Grafik 1.21 Perkembangan PDRB Sisi Lapangan Usaha ............................................................25
Grafik 1.22 Perkembangan Produksi Hasil Tambang Papua .....................................................26
Grafik 1.23 Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Papua ...................................................26
Grafik 1.24 Perkembangan Harga Tembaga dan Emas Dunia ..................................................26
Grafik 1.25 Proyeksi Produksi Tambang Emas dan Tembaga Papua .........................................26
Grafik 1.26 Perkembangan PDRB Konstruksi ...........................................................................27
Grafik 1.27 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah ............................................................27
Grafik 1.28 Konsumsi Semen Papua .......................................................................................27
Grafik 1.29 Kredit Konstruksi .................................................................................................27
Grafik 1.30 Perkembangan PDRB dan SKDU Pertanian ............................................................28
Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Pertanian ...........................................................................28
Grafik 1.32 Indeks Pembelian Durable Goods .........................................................................29
Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Perdagangan .....................................................................29
Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan APBN Papua Tw II 2018 ..................................34
Grafik 2.2 Struktur Pendapatan APBN Papua Berdasarkan Jenis Tw II 2018 ..............................34
6
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Belanja APBN Papua Tw II 2018 ........................................34
Grafik 2.4 Struktur Belanja APBN Papua Berdasarkan Jenis Tw II 2018 .....................................34
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan APBD Papua Tw II terhadap Pagu ...........................................37
Grafik 2.6 Struktur Realisasi Pendapatan APBD Papua Tw II 2018 ............................................37
Grafik 2.7 Realisasi Belanja APBD Papua Tw II terhadap Pagu ..................................................37
Grafik 2.8 Struktur Realisasi Belanja APBD Papua Tw II 2018 ...................................................38
Grafik 3.1 Curah Hujan Papua 2018 .......................................................................................41
Grafik 3.2 Tinggi Gelombang Mei 2018 .................................................................................41
Grafik 3.3 Prakiraan Curah Hujan Agustus 2018 .....................................................................43
Grafik 3.4 Prakiraan Curah Hujan September 2018 .................................................................43
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Komoditas Utama ................................................................44
Grafik 3.6 Inflasi Tahun Kalender Kelompok Bahan Makanan Terbesar ....................................44
Grafik 3.7 Perkembangan Ekspektasi Harga 3 Bulanan ............................................................46
Grafik 3.8 Perkembangan Ekspektasi Harga 3 Bulanan ............................................................46
Grafik 3.9 Inflasi Angkutan Udara ..........................................................................................47
Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison.....................................................................55
Grafik 4.2 Perkembangan Likuiditas, Rentabilitas, dan Rentabili ...............................................57
Grafik 4.3 % Likuiditas Korporasi per Sektor ...........................................................................58
Grafik 4.4 % Rentabilitas Korporasi per Sektor .......................................................................58
Grafik 4.5 Perkembangan DPK, Kredit, dan NPL ......................................................................58
Grafik 4.6 Pertumbuhan Kredit Korporasi per Sektor ...............................................................59
Grafik 4.7 % Proporsi Kredit per Sektor ..................................................................................59
Grafik 4.8 % Proporsi Kredit Berdasar ....................................................................................59
Grafik 4.9 Perkembangan NPL per Sektor ...............................................................................59
Grafik 4.10 Kinerja Kredit dan NPL Berdasar Penggunaan .......................................................60
Grafik 4.11 Perkembangan DPK .............................................................................................60
Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................60
Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya .....................................................................60
Grafik 4.14 Alokasi Pengeluaran Masyarakat ..........................................................................61
Grafik 4.15 Alokasi Penggunaan Pengeluaran Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per Bulan ......62
Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK, Kredit, dan NPL Rumah Tangga ..............................................63
Grafik 4.17 % Proporsi dan Perkembangan DPK Rumah Tangga .............................................63
Grafik 4.18 % Proporsi Kredit Rumah Tangga ........................................................................63
Grafik 4.19 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .....................................................................63
Grafik 4.20 Perkembangan NPL Rumah Tangga ......................................................................64
Grafik 4.21 Perkembangan Kredit UMKM dan Non UMKM .....................................................64
Grafik 4.22 Kredit UMKM Berdasarkan Penggunaan ...............................................................64
Grafik 4.23 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha .................................64
7
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI 2014-2018 ............................................................67
Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS 2016-2018 .........................................................67
Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua ................................................................68
Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) di Papua .......................68
Grafik 6.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................................72
Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .........72
Grafik 7.1 Realisasi dan Evaluasi Penjualan Komoditas Tambang Papua ...................................78
Grafik 7.2 Estimasi Penjualan Komoditas Tambang 2018 ........................................................78
Grafik 7.3 Perkembangan Ekspektasi Masyarakat ....................................................................81
Grafik 7.4 Perkiraan Harga 3, 6 dan 12 Bulan Yang Akan Datang ...........................................81
8
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Papua ....................................................................................16
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Papua Sisi Pengeluaran (yoy) ...................................................17
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBN Papua Triwulan II 2018 ..................................................34
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan II 2018 .........................................................35
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Papua Triwulan II 2018 ..................................................36
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Papua Triwulan I 2018 ..........................................................36
Tabel 3.1 % Perkembangan Inflasi Papua (yoy) .......................................................................40
Tabel 3.2 Perkembangan Inflasi Papua Berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy) .......................41
Tabel 3.3 % Penyummbang Inflasi Bulanan (mtm) ..................................................................42
Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Utama Inflasi Kota Jayapura (yoy).......................................48
Tabel 3.5 Komoditas Penyumbang Utama Inflasi Kabupaten Merauke (yoy) .............................49
Tabel 3.6 Pengendalian Inflasi Papua Triwulan II 2018 .............................................................50
Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan Masyarakat ................................................................62
Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua ...............................69
Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Dunia ...........................................................................79
9
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
TABEL INDIKATOR MAKROEKONOMI
PROVINSI PAPUA A. Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
2016 2016 2017
I II III IV Total I II III IV Total I IIPertumbuhan Ekonomi (%, yoy) (0,72) (5,17) 20,44 21,41 9,21 3,36 4,91 3,40 4,78 4,64 28,93 24,68
Menurut Penggunaan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,56 6,54 6,17 5,14 5,84 5,16 6,55 7,53 5,69 5,43 5,60 7,54
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8,24 5,56 5,39 6,93 6,52 7,07 9,17 9,69 13,54 9,95 9,26 10,26
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,61 5,31 0,92 0,05 2,08 0,13 1,37 7,70 6,86 4,20 3,46 29,84
Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,75 6,78 5,37 7,01 6,47 6,78 5,78 4,69 5,06 5,41 1,09 4,90
Perubahan Inventori 89,81 5,11 84,62 448,18 23,51 (408,68) (643,38) 4.913,50 (2.767,70) (75,25) (245,62) (275,25)
Ekspor Luar Negeri (2,27) (38,88) (3,05) 96,07 6,74 (8,78) 50,78 (44,45) 2,51 (5,49) 159,01 47,29
Impor Luar Negeri (4,59) 35,79 (12,55) 3,16 4,64 (26,48) (41,30) (32,84) (40,07) (36,03) 13,89 10,96
Net Ekspor Antar Daerah (281,23) (16,02) (189,40) 167,61 (488,92) 78,35 (675,39) (10,23) 74,65 (47,85) 135,94 57,04
Menurut Kategori Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,18 3,69 0,02 2,05 2,21 1,35 1,83 2,93 5,71 3,98 7,01 3,81
Pertambangan dan Penggalian (10,50) (20,80) 40,77 44,50 13,15 0,36 6,75 2,67 3,28 3,90 66,19 56,03
Industri Pengolahan 6,98 1,12 4,94 5,15 4,51 4,56 6,55 6,07 7,81 6,46 6,88 6,39
Pengadaan Listrik, Gas 27,14 12,81 8,53 1,86 11,86 1,21 0,94 8,14 6,45 4,11 6,19 7,40
Pengadaan Air 3,70 3,77 2,59 3,45 3,37 4,96 5,13 6,77 8,57 6,38 10,08 6,36
Konstruksi 4,71 7,00 12,13 10,93 8,81 9,42 3,84 2,99 5,99 5,18 0,09 5,67
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,54 6,96 9,51 8,39 6,91 5,32 5,46 5,69 6,56 6,24 7,81 6,61
Transportasi dan Pergudangan 4,30 8,08 9,73 10,08 8,13 4,97 5,32 5,52 5,84 5,98 11,12 12,94
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,09 8,15 6,83 6,09 6,54 5,35 5,91 6,20 6,61 6,04 6,03 5,63
Informasi dan Komunikasi 6,28 2,95 4,18 0,64 3,42 6,59 5,32 6,92 9,04 6,99 1,04 2,50
Jasa Keuangan 3,60 16,39 (0,01) 6,03 6,08 2,79 5,00 0,89 1,02 2,61 2,01 5,06
Real Estate 5,42 5,86 8,30 8,35 7,02 3,83 4,41 6,06 6,26 5,60 9,98 6,44
Jasa Perusahaan 5,80 6,20 5,42 5,37 5,68 5,43 5,39 5,56 6,62 5,77 5,95 5,29
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 13,91 10,86 9,88 4,98 9,64 4,42 1,86 1,82 5,78 4,36 2,57 5,91
Jasa Pendidikan 6,24 10,66 9,48 5,20 7,83 4,93 5,01 5,01 5,62 5,55 2,90 5,10
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,91 13,05 10,35 3,60 8,08 4,64 4,73 4,15 6,32 5,20 3,10 5,04
Jasa lainnya 6,06 9,19 7,03 3,83 6,43 4,30 5,22 6,38 6,44 5,62 5,06 5,98
Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%, yoy) 4,92 5,18 5,01 4,94 5,02 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07 5,06 5,27
Inflasi Papua (% yoy) 3,76 5,23 4,72 3,26 3,26 3,89 3,10 1,43 2,11 2,11 3,16 4,09
Kota
Jayapura 3,81 5,24 4,21 4,13 4,13 3,16 2,58 1,73 2,41 2,41 4,18 4,42
Merauke 3,62 5,19 6,14 0,83 0,83 5,93 4,58 0,57 1,25 1,25 0,44 3,22
Disagregasi Komponen
Inflasi Inti (Core Inflation ) 4,49 4,47 5,70 4,00 3,50 3,11 2,76 2,12 2,31 2,31 2,24 2,15
Harga Pangan Bergejolak (Volatile Food ) 0,66 3,58 11,60 8,13 1,86 5,92 (1,68) (1,70) (2,05) (2,05) 2,79 8,57
Harga Yang Diatur Pemerintah (Administered Prices ) 6,81 10,99 11,60 5,76 6,24 3,69 10,46 3,86 7,04 7,04 7,27 3,14
Kelompok Komoditas
Bahan Makanan 4,78 8,36 6,84 2,68 2,68 6,58 (0,41) (1,16) (1,36) (1,36) 3,42 9,69
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4,62 4,35 6,74 7,10 7,10 6,47 6,17 3,75 4,24 4,24 3,76 4,47
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2,53 1,67 2,80 2,26 2,26 3,18 4,35 3,49 3,26 3,26 1,43 0,78
Sandang 2,43 3,14 3,05 1,03 1,03 1,86 0,95 0,60 1,19 1,19 1,32 1,06
Kesehatan 4,19 3,29 3,06 2,29 2,29 1,41 1,32 0,67 0,87 0,87 0,59 0,96
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,63 2,62 0,78 0,59 0,59 1,64 1,81 2,48 2,50 2,50 1,71 1,53
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 4,20 8,66 5,73 6,67 6,67 1,72 6,11 1,07 4,15 4,15 6,02 3,21
Indikator2017 2018
10
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
B. Perbankan
I II III IV I II III IV I II
Total Asset (Rp miliar) 47.139 52.589 53.135 47.785 47.791 55.057 55.058 50.129 52.888 52.418
DPK (Rp miliar) 35.890 39.107 39.197 37.813 35.924 39.606 40.174 38.653 39.706 39.944
Giro (Rp miliar) 11.988 13.781 13.246 9.327 10.864 13.782 14.334 8.606 13.109 12.239
Tabungan (Rp miliar) 15.703 16.308 16.537 20.264 16.884 17.093 17.194 21.288 17.676 18.299
Deposito (Rp miliar) 8.200 9.018 9.414 8.222 8.176 8.731 8.646 8.760 8.921 9.405
Penyaluran Kredit Lokasi Proyek di Papua (Rp miliar) 22.798 24.061 24.279 24.946 24.681 25.183 25.912 27.309 27.078 28.135
Oleh Kantor Bank di Prov. Papua 20.511 21.695 22.199 22.855 22.427 25.653 3.631 28.883 26.516 27.066
Oleh Kantor Bank Luar Prov. Papua 2.287 2.366 2.080 2.091 2.254 (470) 22.281 (1.574) 562 1.069
Kredit Penggunaan (Rp miliar) 22.798 24.061 24.279 24.946 24.681 25.183 25.912 27.309 27.078 28.135
Modal Kerja 9.027 9.698 9.035 9.078 8.803 9.269 9.501 9.869 9.042 9.596
Investasi 3.018 3.207 3.778 3.768 3.813 3.711 3.891 4.397 4.765 5.056
Konsumsi 10.753 11.156 11.465 12.100 12.065 12.203 12.520 13.043 13.271 13.483
Kredit Sektoral (Rp miliar) 22.798 24.061 24.279 24.946 24.681 25.183 25.912 27.309 27.078 28.135
1. Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan 1.085 1.146 1.134 1.162 1.179 1.044 1.055 1.509 1.740 1.792
2. Perikanan 58 58 59 61 55 62 60 68 73 77
3. Pertambangan dan Penggalian 61 59 44 42 57 47 53 55 43 52
4. Industri Pengolahan 350 364 355 335 355 365 364 404 354 297
5. Penyediaan Listrik, Gas dan Air 39 40 46 32 28 46 48 52 42 43
6. Konstruksi 1.123 1.494 1.637 1.527 1.262 1.377 1.556 1.384 1.127 1.426
7. Perdagangan 5.869 6.230 6.300 6.345 6.419 6.533 6.560 6.533 6.472 6.975
8. Penyediaan Akomodasi, Makanan dan Minuman 713 735 752 774 786 794 780 774 778 727
9. Transportasi dan komunikasi 679 677 707 676 708 730 980 1.087 901 1.081
10. Perantara Keuangan 667 678 303 294 302 637 628 697 575 609
11. Real Estate dan Usaha Persewaan 416 453 473 485 482 465 455 464 620 649
12. Adm. Pemerintahan 17 1 38 82 62 41 21 406 226 159
13. Jasa Pendidikan 13 11 12 7 7 8 8 7 5 5
14. Jasa Kesehatan 33 39 40 41 37 44 47 78 65 67
15. Jasa Masyarakat 837 817 817 755 691 643 643 619 510 520
16. Jasa Perorangan 37 45 44 43 45 44 51 51 50 50
17. Badan Internasional - 0 - 113 86 51 40 33 24 -
18. Rumah Tangga Bukan Lapangan Usaha dan lainnya 10.800 11.216 11.517 12.171 12.119 12.251 12.564 13.086 13.475 13.607
Kredit UMKM 8.584 9.027 8.941 10.583 10.291 10.187 10.251 10.347 9.858 10.381
Kredit Rumah Tangga 10.223 10.405 10.540 11.827 11.874 12.167 12.483 12.989 13.219 13.427
KPR 1.846 1.958 2.025 2.275 2.375 2.491 2.569 2.653 2.768 2.921
KKB 183 189 197 196 195 198 214 227 247 258
Perlengkapan 7 10 10 16 16 78 116 142 195 211
RT. Multiguna 6.659 6.745 6.743 4.871 5.224 6.517 6.933 7.623 7.947 8.198
Lainnya 1.527 1.502 1.564 4.469 4.064 3.755 3.522 3.229 2.674 2.393
Non Performing Loan (Rp miliar) 1.124 1.219 1.237 1.057 1.223 1.162 1.354 1.393 1.202 1.224
NPL Ratio (%) 4,93 5,07 5,10 4,24 4,95 4,61 5,23 5,10 4,44 4,35
LDR 63,52 61,53 61,94 65,97 68,70 63,58 64,50 70,65 68,20 70,44
Suku Bunga Simpanan Tertimbang (% per tahun)
Kantor Bank di Provinsi Papua 3,31 3,16 3,30 2,67 2,88 2,89 2,89 2,67 2,60 2,56
Nasional 4,21 3,93 3,97 3,64 3,69 3,62 3,65 3,37 3,34 3,25
Suku Bunga Kredit Tertimbang (% per tahun)
Kantor Bank di Provinsi Papua 12,76 12,65 12,52 12,33 12,28 12,32 12,24 12,00 10,23 11,57
Nasional 12,74 12,66 12,54 12,25 12,21 12,36 12,24 12,00 11,78 10,08
Jumlah Rekening (dalam ribu)
Rekening Dana Pihak Ketiga
Papua 1.835 1.898 2.008 2.071 2.146 2.282 2.404 2.579 2.644 2.744
Nasional 178.087 183.459 194.287 199.403 212.484 228.977 240.871 299.914 286.891 281.089
Rekening Kredit
Papua 223 227 229 231 238 238 237 238 244 208
Nasional 41.440 41.454 41.290 41.862 42.294 42.954 42.893 42.515 42.793 43.509
201820172016Provinsi Papua
11
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
C. Sistem Pembayaran
I II III IV I II III IV I II
Pengelolaan Uang (Kartal) Rupiah
Inflow (Rp miliar) 2.417 813 1.566 918 2.394 1.298 1.520 1.578 4.009 1.604
Outflow (Rp miliar) 513 2.995 2.015 4.373 562 3.213 1.936 4.834 806 3.638
Pemusnahan UTLE (Rp miliar) 537 249 142 104 366 64 234 129 514 50
Kliring
Total
Nominal (Rp miliar) 3.989 4.501 3.406 3.871 3.050 2.562 2.718 3.097 2.788 2.544
Volume (lembar) 72.319 83.853 78.073 86.988 79.942 75.560 81.443 87.818 80.218 75.558
1. Kliring Kredit
Nominal (Rp miliar) 2.701 3.293 2.102 2.238 1.803 1.729 1.810 2.157 1.872 1.717
Volume (lembar) 47.396 59.053 53.400 61.479 55.447 54.769 59.438 65.668 59.367 56.179
2. Kliring Debit
Nominal (Rp miliar) 1.288 1.208 1.303 1.634 1.246 833 907 940 916 827
Volume (lembar) 24.923 24.800 24.673 25.509 24.495 20.791 22.005 22.150 20.851 19.379
2.1 Kliring Debit Penyerahan
Nominal (Rp miliar) 1.326 1.233 1.340 1.709 1.298 859 927 956 929 846
Volume (lembar) 25.336 25.288 25.069 25.783 24.865 21.388 22.423 22.469 21.147 19.855
2.2 Kliring Debit Pengembalian
Nominal (Rp miliar) 38 25 36 76 52 26 20 15 13 19
Volume (lembar) 413 488 396 274 370 597 418 319 296 476
Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
Outflow (from)
Nominal (Rp miliar) 1.094 1.121 1.141 2.152 1.278 1.251 1.736 2.826 2.405 2.209
Volume (lembar) 584 568 1.349 1.906 1.574 1.713 1.931 2.368 2.471 2.112
Indikator Sistem Pembayaran201820172016
12
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makroekonomi Daerah
Kinerja perekonomian Papua pada triwulan II 2018 menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar 24,68% (yoy),
lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,08% (yoy). Pertumbuhan ini
berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,27% (yoy) dan menjadi pertumbuhan ekonomi
tertinggi di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan I dan II 2018 mengalami pertumbuhan yang
signifikan terutama disebabkan oleh puncak produksi pertambangan bijih tembaga di Papua. Dari
sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
Papua pada triwulan II 2018. Selain itu, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan
terpantau turut mengalami kenaikan kinerja seiring dengan stabilnya curah hujan di Papua.
Memasuki triwulan III 2018, kinerja perekonomian Papua mengalami penurunan. Penurunan
kinerja perekonomian Papua pada triwulan III 2018 disebabkan oleh mulai menurunnya produksi
hasil pertambangan dan penggalian di Papua sejalan dengan masa transisi pertambangan terbuka
ke pertambangan bawah tanah. Namun demikian, terdapat beberapa lapangan usaha yang
mendorong pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan III 2018 yaitu lapangan usaha konstruksi
dan administrasi pemerintahan. Lapangan usaha konstruksi meningkat sejalan dengan
peningkatan realisasi belanja pemerintah yang sesuai dengan pola historisnya yang selalu
meningkat pada triwulan III dan IV. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan
mengalami penurunan sejalan dengan minimnya momen perayaan hari besar keagamaan.
Sementara itu, lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan diperkirakan meningkat
dibandingkan dengan triwulan II 2018 didorong oleh kondisi cuaca yang mulai membaik dan
periode panen.
Keuangan Pemerintah
Realisasi APBN di lingkup Provinsi Papua pada triwulan II 2018 mengalami penurunan pada pos
pendapatan dan peningkatan pada pos belanja apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2017. Pada triwulan II 2018, sumber pendapatan terbesar berasal dari Pajak Perdagangan
Internasional dan realisasi belanja terbesar berasal dari belanja pegawai.
Realisasi APBD Provinsi Papua pada triwulan II 2018 mengalami penurunan di kedua pos baik
pendapatan maupun belanja. Penurunan komponen secara signifikan terjadi pada Belanja Bagi
Hasil Pajak Daerah kepada Kabupaten/Kota.
13
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi Papua pada triwulan II 2018 mencapai 4,09% (yoy) mengalami kenaikan
dibanding dengan triwulan I 2018 sebesar 3,16% (yoy) dan lebih tinggi dibanding inflasi Nasional
sebesar 3,4% (yoy). Kenaikan tersebut terutama akibat tingginya permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa pada hari raya Idul Fitri 1439H.
Mencermati risiko peningkatan harga di Papua, Bank Indonesia bersama pemerintah daerah
berkoordinasi dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah melaksanakan berbagai kegiatan
guna menjaga kestabilan harga di Papua.
Stabilitas Sistem Keuangan Daerah
Kinerja keuangan sektor korporasi dan rumah tangga pada triwulan II 2018 terjaga dengan baik
dan menjadi penopang stabilitas keuangan daerah secara umum di Papua. Hal ini menunjukan
adanya perbaikan kualitas kredit untuk kedua sektor. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua menunjukkan bahwa
kondisi keuangan korporasi pada triwulan II 2018 secara umum masih relatif terjaga. Aspek
likuiditas dan rentabilitas pada triwulan II 2018 masih dalam kondisi yang relatif positif, meskipun
lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Perkembangan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia di Papua pada triwulan II 2018
menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik secara volume maupun nominal.
Transaksi melalui sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement pada triwulan II 2018 juga
tercatat menurun secara nominal dan volume dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.Sementara itu, aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua menunjukan posisi net outflow pada triwulan II 2018 sebesar Rp2.034 miliar. Pada triwulan
ini posisi net outflow disebabkan oleh besarnya permintaan uang kartal untuk pencairan dana
kampung di hampir seluruh kabupaten di Papua.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Perkembangan kondisi kesejahteraan masyarakat Papua cenderung membaik dan jumlah
penduduk miskin di Papua menurun dari 27,76% menjadi 27,74% dengan tingkat ketimpangan
pengeluaran penduduk Papua juga mengindikasikan arah perbaikan dari 0,398 menjadi 0,384.
Hal ini salah satunya diindikasikan dari Tingkat Pengangguran Terbuka di Papua yang tercatat
mengalami penurunan menjadi 2,91% pada periode Februari 2018. Secara umum, kesejahteraan
masyarakat Papua cenderung membaik dan persentase jumlah penduduk miskin menurun
dengan tingkat kesenjangan juga mengindikasikan ke arah yang lebih baik. Sementara itu, Nilai
Tukar Petani Papua mengimplikasikan terjadinya defisit sampai akhir triwulan II 2018 dengan
14
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
indeks sebesar 91,47. Nilai tersebut mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum
dapat mengimbangi kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.
Prospek Ekonomi Daerah
Perekonomian Papua pada triwulan IV 2018 diperkirakan mengalami penurunan yang terutama
disebabkan terbatasnya kinerja pertambangan. Pertumbuhan ekonomi Papua pada periode
tersebut diproyeksikan berada pada kisaran (-10,22)% - (-10,42)% (yoy), lebih rendah dibanding
dengan perkiraan pertumbuhan triwulan III 2018 yang berkisar 5,31%-5,71% (yoy). Secara
agregat, perekonomian Papua pada tahun 2018 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari tahun 2017.
Kenaikan kuota ekspor pada tahun 2018 dan puncak produksi pertambangan terbuka Grasberg
diperkirakan akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Papua. Pertumbuhan
ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 9,36% - 9,76% (yoy) lebih tinggi dibanding dengan
2017 yang sebesar 4,64% (yoy).
Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan dibanding
dengan tahun 2017. Perkiraan inflasi Papua pada tahun 2018 berkisar 5,24%-5,64% (yoy) naik
dari inflasi tahun 2017 yang sebesar 2,1% (yoy).
15
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
BAB I PERKEMBANGAN
MAKROEKONOMI DAERAH
Kinerja perekonomian Papua pada triwulan II 2018 menurun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II 2018 tumbuh
sebesar 24,68% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
26,08% (yoy). Pertumbuhan ini berada di atas pertumbuhan nasional sebesar 5,27%
(yoy) dan menjadi pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
16
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
1.1 Kondisi Umum
Realisasi Triwulan II 2018
Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II
2018 melambat dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Secara tahunan,
pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II
2018 sebesar 24,68% (yoy) melambat
dibandingkan dengan triwulan I 2018 sebesar
26,08% (yoy). Namun demikian,
pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan nasional
yang sebesar 5,27% (yoy) (Tabel 1.1).
Meski melambat, pertumbuhan ekonomi
Papua masih berada pada level yang cukup
tinggi. Kemudian, jika tanpa
memperhitungkan kinerja lapangan usaha
(LU) pertambangan dan penggalian,
perekonomian Papua mampu tumbuh sebesar
5,82% (yoy) lebih tinggi dari triwulan I 2018
sebesar 4,80% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, peningkatan konsumsi
rumah tangga dan investasi mampu menahan
perlambatan lebih dalam ditengah
pertumbuhan ekspor yang lebih rendah.
Kinerja konsumsi rumah tangga tumbuh
sebesar 7,54% (yoy) pada triwulan II 2018
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar
5,60% (yoy). Kemudian, investasi tumbuh
29,84% (yoy).
Dari sisi LU, kinerja ekonomi ditopang oleh LU
pertanian, kehutanan dan perikanan ditengah
melambatnya LU pertambangan dan
penggalian. LU pertanian, kehutanan dan
perikanan tumbuh sebesar 7,54% (yoy)
terutama ditopang oleh peningkatan produksi
tanaman pangan. LU pertambangan dan
penggalian tercatat tumbuh melambat dari
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Papua
Sumber : BPS, diolah
I II III IV I II
30.825,17 33.919,16 40.206,82 43.872,48 38.864,20 42.289,94
20.140,85 21.178,97 21.921,03 23.408,72 21.107,56 22.411,97
3,72 6,25 3,87 4,78 26,08 24,68
-26,38 10,04 18,54 9,12 -11,42 8,81
5,07 4,56 4,89 6,13 4,80 5,82
-8,69 5,15 3,50 6,79 -9,83 6,18
5,01 5,01 5,06 5,19 5,06 5,27
20182017
Pertumbuhan PDRB Nasional (yoy )
Uraian
Pertumbuhan PDRB (qtq )
Pertumbuhan PDRB Tanpa Tambang (yoy )
Pertumbuhan PDRB Tanpa Tambang (qtq )
PDRB (Rp. Miliar)
PDRB Tanpa Tambang (Rp. Miliar)
Pertumbuhan PDRB (yoy )
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Papua dan
Nasional.
Sumber : Bank Indonesia, diolah.
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dengan dan Tanpa
Tambang
Sumber : BPS, diolah.
4,0
4,2
4,4
4,6
4,8
5,0
5,2
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
PDRB Papua (setahun) PDRB Papua PDB Indonesia - Sk. Kanan
% yoy % yoy
1,82
13,27
1,76
13,19
(0,72)
(5,17)
20,44 21,41
2,99 4,88
3,40 4,78
26,08 24,68
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan PDRB PDRB Nontambang (% yoy)
% yoy
17
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
66,19% (yoy) pada triwulan sebelumnya
menjadi 56,03% (yoy) seiring dengan
penurunan produksi tambang utama.
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018 pertumbuhan ekonomi
Papua diperkirakan kembali mengalami
perlambatan dan berada dikisaran 5,3 - 5,7%
(yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan
ekonomi disebabkan oleh normalisasi
permintaan pasca berakhirnya periode hari
besar keagamaan nasional (HBKN).
Kemudian, dari sisi LU, penurunan kinerja
pertambangan ditengarai akan menyebabkan
perlambatan tersebut. Namun demikian,
perlambatan pertumbuhan ekonomi yang
lebih dalam akan tertahan oleh baiknya
kinerja LU pertanian, kehutanan, dan
perikanan.
1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran
Dilihat dari strukturnya, perekonomian Papua
masih didominasi oleh konsumsi rumah
tangga dengan pangsa mencapai 43,6%
terhadap seluruh perekonomian Provinsi
Papua. Sementara pangsa terbesar kedua
adalah ekspor luar negeri sebesar 30% disusul
oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
dan konsumsi pemerintah dengan pangsa
masing-masing sebesar 27,44% dan 22,43%.
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga
Realisasi Triwulan II 2018
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada
triwulan II 2018 sebesar 7,54% (yoy)
meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar 5,60% (yoy).
Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut
didorong oleh momen perayaan hari raya Idul
Fitri. Berdasarkan komponen penyusunnya,
pertumbuhan konsumsi rumah tangga
bersumber dari konsumsi makanan dan
minuman yang tumbuh meningkat dari
5,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya
menjadi 10,03% (yoy) (Tabel 1.2). Kemudian,
terjadi peningkatan pada konsumsi pakaian
dan alas kaki serta konsumsi transportasi dan
komunikasi yang tumbuh masing-masing
sebesar 8,03% (yoy) dan 7,74% (yoy).
Peningkatan konsumsi rumah tangga juga
terkonfirmasi dari peningkatan Indeks
Tendensi Konsumen (ITK) yang mengalami
peningkatan dari 97,95 menjadi 119,32
(Grafik 1.3). Peningkatan tersebut
memberikan informasi bahwa berdasarkan
persepsi masyarakat secara umum, kondisi
perekonomian mengalami peningkatan. Hal
yang sama juga terkonfirmasi dari Survei
Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Papua Sisi Pengeluaran (yoy)
Sumber : BPS, diolah
2018
I II III IV I II
Makanan dan Minuman selain Restoran 5,86 5,70 5,56 5,59 5,67 5,92 10,03
Pakaian dan Alas Kaki 5,17 4,74 6,59 5,45 5,50 6,99 8,03
Perumahan dan Perlengkapan RT 4,79 5,53 7,45 5,61 5,86 5,40 4,13
Kesehatan dan Pendidikan 3,27 2,73 2,63 4,15 3,20 4,82 3,53
Transportasi dan Komunikasi 4,08 3,98 5,82 7,19 5,30 6,38 7,74
Restoran dan Hotel 4,02 5,12 4,32 3,36 4,20 4,16 2,90
Lainnya 6,58 5,32 6,59 6,95 6,37 2,27 1,04
Komponen Konsumsi RT2017
2017
18
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Papua naik dari 125,56 pada triwulan I 2018
menjadi 131,22 pada triwulan II 2018 yang
mencerminkan keyakinan masyarakat
terhadap perekonomian yang membaik
(Grafik 1.4).
Kemudian, indikator lain yang dapat
digunakan untuk melihat konsumsi
masyarakat adalah kredit konsumsi yang pada
triwulan II 2018 tumbuh sebesar 10,49% (yoy)
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar
10% (yoy) (Grafik 1.5). Secara lebih detil,
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit
Kendaraan Bermotor (KKB) mengalami
peningkatan pertumbuhan dari 16,5% (yoy)
dan 16,9% (yoy) pada triwulan I 2018 menjadi
17,3% (yoy) dan 30% (yoy) pada triwulan II
2018. Meskipun, kredit multiguna mengalami
perlambatan pertumbuhan dari 52,12% (yoy)
pada triwulan I 2018 menjadi 25,79% (yoy)
pada triwulan II 2018. Hal tersebut
menandakan bahwa konsumsi masyarakat
yang meningkat salah satunya dilakukan
melalui pembiayaan berupa kredit konsumsi.
Di sisi lain, impor konsumsi mengalami
penurunan dari 21,78% (yoy) pada triwulan I
2018 menjadi 15,58% (yoy) pada triwulan II
2018 (Grafik 1.6). Secara umum, penurunan
pertumbuhan impor konsumsi pada triwulan
II 2018 lebih disebabkan oleh base effect pada
periode yang sama tahun sebelumnya. Impor
konsumsi pada triwulan II 2018 didorong oleh
impor makanan dan minuman dan bahan
bakar menjelang perayaan hari raya Idul Fitri.
Tracking Triwulan III 2018
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada
triwulan III 2018 diperkirakan melambat
dibandingkan dengan triwulan II 2018.
Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen
Sumber : Bank Indonesia, diolah.
Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.5 Kredit Konsumsi
Sumber : Bank Indonesia, diolah.
Grafik 1.6 Impor Konsumsi
Sumber : BPS, diolah.
60
70
80
90
100
110
120
130
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
ITK
Pendapatan RT
Pengaruh Inflasi thdp. Konsumsi
Garis 100
Optimistis---------------Pesimistis
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Penghasilan Saat Ini
Garis 100
Optimistis
Pesimistis
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kredit KonsumsiPertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
-80
-60
-40
-20
0
20
40
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Nilai Impor Konsumsi
Pertumbuhan [sk. kanan]
juta USD % yoy
19
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Minimnya momen perayaan HKBN dan
kegiatan lainnya menyebabkan kegiatan
konsumsi rumah tangga diperkirakan
menurun. Hal tersebut juga terlihat dari
perkiraan ITK. Pada triwulan III 2018, ITK
diperkirakan sebesar 98,89 menurun dari
triwulan II sebesar 119,32, menandakan
tendensi konsumsi yang akan lebih rendah
pada triwulan III 2018.
1.2.2 Konsumsi Pemerintah
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, konsumsi pemerintah
tumbuh sebesar 29,84% (yoy) tumbuh
signifikan dibandingkan dengan triwulan I
2018 sebesar 3,46% (yoy) (Grafik 1.9).
Peningkatan kinerja konsumsi pemerintah
sejalan dengan pola historisnya dengan
puncak realisasi pada triwulan IV. Kinerja
konsumsi pemerintah tercermin dari
meningkatnya realisasi belanja pemerintah
daerah dalam APBD Papua sebesar 16,98%
(yoy). Dilihat berdasarkan posturnya, belanja
tersebut didominasi oleh Belanja Bantuan
Kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota/Pemerintah
Kampung Dan Partai Politik untuk persiapan
pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah
(Pilkada) provinsi dan 7 kabupaten .
Dilihat dari sisi pertumbuhan, realisasi
tertinggi terjadi pada Belanja Pegawai yang
tumbuh sebesar 35,20% (yoy) dan Belanja
Modal yang tumbuh sebesar 102,43% (yoy).
Sementara itu, pos belanja lainnya mengalami
penurunan, terutama pada pos Bagi Hasil
Pajak dan Belanja Hibah yang masing-masing
turun sebesar -89,77% (yoy) dan -59,56%
(yoy). Penurunan tersebut disebabkan oleh
Grafik 1.7 Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber : Bank Indonesia, diolah.
Grafik 1.8 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen
Sumber : BPS, diolah.
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK ) Indeks Kegiatan Usaha garis 100
Optimistis-------------
Pesimistis
80
90
100
110
120
130
140
I II III IV I II III IV I II IIIp
2016 2017 2018
ITK
Pendapatan RT
Grafik 1.9 Konsumsi Pemerintah
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.10 Realisasi Belanja Pemerintah
Sumber : BPKAD Provinsi Papua, diolah.
3,46
29,84
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Konsumsi Pemerintah PertumbuhanRp milyar
561,80
31,03
170,79
11,07
1114,13
4,0041,55
454,99
3,34 0,00
415,52
68,84
422,38
108,16
1442,62
0,0054,27
622,98
1,65 0,00
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
BelanjaPegawai
BelanjaSubsidi
danBansos
BelanjaHibah
BelanjaBagi Hasil
Pajak
BelanjaBantuan
Keuangan
BelanjaTidak
Terduga
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
dan Jasa
BelanjaModal
Asetlainnya
Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung
Realiasasi Belanja APBD Tw II 2018 Realisasi Belanja APBD Tw II 2017Rp milyar
20
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
alokasi belanja yang fokus pada
penyelenggaraan Pilkada serentak.
Sementara itu, dari sisi belanja APBN pada
triwulan II 2018 tumbuh sebesar 7,64% (yoy)
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar
3,40% (yoy). Sementara itu dilihat dari
strukturnya, belanja pemerintah dari sisi APBN
didominasi oleh Belanja Pegawai dan Belanja
Modal masing-masing sebesar 34,84% (yoy)
dan 33,99% (yoy).
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, konsumsi pemerintah
diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan
pola historisnya. Di samping itu, berakhirnya
periode Pilkada serentak diperkirakan akan
meningkatkan kinerja konsumsi pemerintah
khususnya dalam pelaksanaan pembangunan
proyek - proyek strategis pemerintah daerah
Papua. Proyek strategis Papua yang menjadi
prioritas pengembangan antara lain adalah
pembangunan jalan trans-Papua dan
pembangunan infrastruktur pendukung PON
XX yang akan dilaksanakan pada 2020 di
Provinsi Papua.
1.2.3 Net Ekspor
Realisasi Triwulan II 2018
Pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2018
tercatat masih cukup tinggi meski melambat
dibanding dengan triwulan sebelumnya.
Perlambatan tersebut terutama bersumber
dari ekspor luar negeri yang tumbuh 97,06%
dari 275,95% (yoy) pada triwulan sebelumnya
(Grafik 1.11).
Ekspor luar negeri yang tumbuh melambat
disebabkan oleh base effect dimana pada
tahun 2017 ekspor luar negeri memiliki nilai
terendah dan secara bertahap terus
meningkat hingga nilai tertinggi tercapai pada
triwulan IV. Ekspor luar negeri di Papua sangat
bergantung dengan kinerja dari LU
pertambangan dan penggalian yang
mayoritas hasil produksinya di ekspor ke luar
negeri.yang secara historis ekspor luar negeri
memiliki nilai yang terendah pada triwulan I
dan kemudian secara bertahap meninilai
ekspor konsentrat tembaga dan emas yang
menurun dibanding dengan triwulan
sebelumnya. Ekspor konsentrat tembaga dan
emas pada triwulan laporan tercatat tumbuh
sebesar 102,69% (yoy) melambat dibanding
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
301,56% (yoy).
Meski melambat, pertumbuhan ekspor
tambang Papua masih cukup tinggi.
Pertumbuhan tinggi tersebut didorong oleh
produksi konsentrat tembaga dan emas yang
meningkat signifikan.
Sementara itu, ekspor nontambang Papua
pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar
27,19% (yoy) sedikit melambat dari triwulan I
2018 sebesar 29,95% (yoy). Kinerja ekspor
nontambang khususnya berasal dari ekspor
hasil hutan.
Dilihat dari tujuan ekspornya, komoditas
ekspor Papua mayoritas di kirim ke Tiongkok
dengan pangsa mencapai 35,77% yang
terdiri dari 99% bijih logam dan sisanya
merupakan kayu olahan. Kemudian, tujuan
ekspor terbesar lainnya adalah Jepang dan
Korea Selatan dengan pangsa masing-masing
sebesar 33,10% dan 12,34%. Kebutuhan
21
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
bijih logam khususnya tembaga untuk industri
elektronik di Tiongkok, Jepang dan Korea
Selatan menyebabkan tingginya pangsa
ekspor negara-negara tersebut.
Kemudian, dari sisi net ekspor antardaerah
tumbuh sebesar 57,04% (yoy) melambat dari
triwulan I 2018 sebesar 135,94% (yoy). Secara
umum net ekspor antardaerah Papua
didorong oleh ekspor konsentrat tembaga
dari Kabupaten Mimika ke PT Smelting di
Gresik, Jawa Timur yang merupakan tempat
pemurnian dan pengolahan konsentrat dan
bijih logam khususnya tembaga.
Sementara itu, impor luar negeri Papua pada
triwulan II 2018 tumbuh sebesar 4,42% (yoy)
melambat dari triwulan I 2018 sebesar
10,96% (yoy) (Grafik 1.14). Berdasarkan
pangsanya, impor luar negeri Papua
didominasi oleh impor bahan baku penolong
dengan pangsa sebesar 96,01%. Sementara
itu, impor lainnya terdiri dari impor barang
modal dan impor konsumsi dengan pangsa
masing-masing sebesar 2,58% dan 1,41%.
Sementara itu, impor barang modal
mengalami penurunan sebesar -66,91% (yoy)
lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar -18,89% (yoy).
Penurunan tersebut akibat adanya penurunan
aktivitas pembangunan tambang bawah
tanah yang masih menunggu kepastian
proses divestasi dan perpanjangan izin usaha
pertambangan khusus.
Pada triwulan II 2018 impor bahan baku
penolong tumbuh sebesar 44,35% (yoy)
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar
17,70% (yoy). Peningkatan impor bahan baku
sejalan dengan mulai meningkatnya kegiatan
pembangunan tambang bawah tanah
perusahaan tambang terbesar di Papua. Di
samping itu, kegiatan konstruksi proyek-
proyek strategis juga sudah mulai
dilaksanakan sehingga mendorong
peningkatan impor bahan baku penolong.
Kemudian impor konsumsi pada triwulan II
2018 tumbuh sebesar 4,42% (yoy) melambat
dari triwulan sebelumnya sebesar 10,96%
(yoy). Impor konsumsi pada triwulan II 2018
didorong oleh momen perayaan puasa dan
Idul Fitri sehingga meningkatkan konsumsi
masyarakat terhadap barang dan jasa
khususnya makanan dan pakaian.
Di lihat dari asal negaranya, impor luar negeri
Papua didominasi oleh Australia dengan
Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor Luar Negeri
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.12 Tujuan Ekspor Luar Negeri Provinsi Papua
Sumber : BPS, diolah.
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Nilai ekspor Nontambang
Nilai ekspor pertambangan
Pertumbuhan ekspor tambang [sk. kanan]
USD juta % yoy
33%
11%36%
6%
12%
1% 1%
Jepang
India
Tiongkok
Filipina
Korea Selatan
Amerika Serikat
Arab Saudi
22
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
pangsa sebesar 45,05% dan Singapura
dengan pangsa sebesar 34,07% (Grafik 1.15).
Impor dari Australia terutama merupakan
makanan olahan, hasil industri lainnya, bahan
kimia, buah-buahan serta hasil pertanian
lainnya. Sementara itu, impor dari Singapura
terutama merupakan alat listrik, ukur dan
fotografi; barang dari logam serta makanan
olahan. Kedekatan geografis antara Australia
dengan Papua menyebabkan sebagaian besar
impor luar negeri Papua berasal dari Australia.
Sementara itu, dilihat dari arus pergerakan
barang di Papua, bongkar barang tumbuh
sebesar 7,06% (yoy) meningkat dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -10,8%
(yoy). Sementara itu, muat barang
terkontraksi sebesar -0,55% (yoy) menurun
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 16,38% (yoy) (Grafik 1.16). Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan
bongkar barang di pelabuhan di Papua
disebabkan oleh peningkatan permintaan
barang masyarakat menjelang perayaan hari
raya Idul Fitri.
Grafik 1.13 Perkembangan Impor Papua
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.14 Impor Berdasarkan Jenis
Sumber : Bea Cukai, diolah.
Grafik 1.15 Negara Asal Impor
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.16 Perkembangan Bongkar-Muat
Sumber : BPS, diolah.
8,83 2,33
-80
-60
-40
-20
0
20
40
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Impor Nonmigas
Impor Barang Modal dan Antara
Pertumbuhan Nonmigas [sk. kanan]
USD juta % yoy
10,964,42
-80
-60
-40
-20
0
20
40
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Konsumsi Bahan Baku Penolong Modal Pertumbuhan Impor
34,07
4,38
0,01
9,01
0,10
45,05
0,01
7,37Singapura
Jepang
Tiongkok
USA
Kanada
Australia
Jerman
Lainnya -200
0
200
400
600
800
1000
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
I II III IV I II
2017 2018
Total Muat Barang Total Bongkar Barang g Muat Barang g Bongkar Barang
% yoyton
23
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Masih tingginya kinerja ekspor, ditengah
impor yang relatif rendah, menyebabkan net
ekspor Papua positif dan tumbuh tinggi. Net
ekspor Papua pada triwulan II 2018 tercatat
sebesar Rp5,77 triliun atau tumbuh sebesar
60,41% (yoy).
Tracking Triwulan III 2018
Net Ekspor Papua pada triwulan III 2018
diperkirakan tetap tumbuh positif. Kinerja
ekspor luar negeri diperkirakan tumbuh tinggi
sejalan dengan masih tingginya produksi hasil
tambang Papua. Sampai dengan bulan Juli
2018, ekspor Papua mencapai 2,61 miliar
dolar AS, tumbuh sebesar 165,67% (yoy).
Sementara itu impor Papua diperkirakan
tumbuh moderat sejalan dengan pelaksanaan
pembangunan infrastruktur strategis di Papua
dan juga pembangunan tambang bawah
tanah.
1.2.4 Investasi
Realisasi Triwulan II 2018
Investasi Papua pada triwulan II 2018 tumbuh
sebesar 36,09% (yoy) tumbuh signifikan
dibandingkan triwulan I 2018 yang menurun
sebesar -7,95% (yoy) (Grafik 1.17).
Pertumbuhan investasi tersebut mampu
menahan perlambatan pertumbuhan
ekonomi yang lebih dalam. Pertumbuhan
investasi pada triwulan II 2018 terutama
didorong oleh peningkatan PMTB yang
memiliki pangsa sebesar 85,66%. Secara
umum, pertumbuhan investasi Papua pada
triwulan II 2018 didorong oleh pembangunan
tambang bawah tanah perusahaan tambang
terbesar di Papua.
Dilihat dari asal aliran dananya, Investasi
Papua pada triwulan II 2018 sebagian besar
bersumber dari penanaman modal asing
(PMA) sebesar 255,5 miliar dolar AS (Grafik
1.18). Meskipun PMA Papua pada triwulan II
Grafik 1.17 Perkembangan PDRB Investasi Papua
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.18 Perkembangan PMA-PMDN Papua
Sumber : Bea Cukai, diolah.
Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Investasi
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Tukar
Sumber : BPS, diolah.
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-4000
-2000
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Pembentukan Modal Tetap BrutoPerubahan InventoriPertumbuhan Investasi
Rp milyar % yoy
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
1.000.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
PMA (USD ribu) PMDN (Rp. Juta)
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kredit Investasi Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
13,2
13,3
13,4
13,5
13,6
13,7
13,8
13,9
14,0
14,1
14,2
14,3
14,4
14,5
14,6
9,7
9,9
10,1
10,3
10,5
10,7
10,9
03-Jan
-17
30-M
ar-17
07-Ju
l-17
04-O
ct-17
30-D
ec-17
27-M
ar-18
Ribu RupiahRibu Rupiah
AUD/IDR USD/IDR [sk. Kanan]
24
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
2018 terkontraksi sebesar -6,76% (yoy), hal
ini merupakan perbaikan kontraksi yang
terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -
37,77% (yoy). Jika dilihat lebih detil, pangsa
PMA di Papua paling besar, mencapai
83,88%, merupakan sektor pertambangan.
Hal ini sejalan dengan proyek pembangunan
tambang bawah tanah yang sedang
dikerjakan oleh perusahaan tambang terbesar
di Papua. Kemudian, penanaman modal
lainnya ada pada sektor industri kayu dan
sektor tanaman pangan dan perkebunan
dengan pangsa masing-masing sebesar
6,58% dan 4,09%.
Sementara itu, penanaman modal dalam
negeri (PMDN) Papua pada triwulan II 2018
mencapai Rp52,7 miliar. PMDN pada triwulan
II 2018 tumbuh signifikan sebesar 65,46%
(yoy) meningkat dari triwulan I 2018 yang
terkontraksi sebesar -99,46% (yoy). Jika
dilihat lebih rinci, PMDN Papua terbesar
terdapat pada sektor tanaman pangan dan
perkebunan dengan pangsa mencapai
68,93% dan sektor perdagangan dengan
pangsa sebesar 28,60%.
Kemudian indikator lain yang menunjukan
pertumbuhan investasi yaitu perkembangan
kredit investasi. Pada triwulan II 2018, kredit
investasi Papua tumbuh sebesar 36,36% (yoy)
lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 24,96% (yoy) (Grafik
1.19)
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, investasi Papua
diperkirakan mengalami peningkatan. Hal ini
sejalan dengan pelaksanaan pembangunan
tambang bawah tanah perusahaan tambang
terbesar di Papua. Berdasarkan informasi yang
diperoleh, tambang bawah tanah ditargetkan
selesai pada triwulan II 2019 seiring dengan
transisi dari pertambangan terbuka Grasberg
ke pertambangan bawah tanah. Di samping
itu, mulai meningkatnya pembangunan
proyek-proyek strategis pemerintah terutama
pembangunan infrastruktur penunjang PON
XX akan meningkatkan investasi Papua pada
triwulan III 2018.
1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi LU
1.3.1 Pertambangan dan Penggalian
Realisasi Triwulan II 2018
Kinerja LU pertambangan dan penggalian
pada triwulan II 2018 mengalami perlambatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
namun masih dalam tingkat pertumbuhan
yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi LU
25
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
pertambangan dan penggalian pada triwulan
II 2018 mencapai 56,03% (yoy) lebih rendah
dari triwulan I 2018 yang tumbuh sebesar
66,19% (yoy).
Kenaikan kinerja LU pertambangan dan
penggalian tidak terlepas dari peningkatan
kinerja perusahaan tambang terbesar di
Papua. Pada triwulan II 2018 produksi
konsentrat tembaga mencapai 347 juta
pounds atau tumbuh sebesar 74,37% (yoy)
lebih rendah dari pertumbuhan triwulan I
2018 yang tumbuh sebesar 100,65% (yoy)
(Grafik 1.22). Sementara itu, produksi emas
mencapai 740 ribu ounces atau tumbuh
sebesar 112,64% (yoy) lebih rendah dari
pertumbuhan triwulan I 2018 sebesar
156,47% (yoy) (Grafik 1.22). Memasuki fase
akhir penambangan terbuka Grasberg yang
mengandung kandungan konsentrat
tembaga dan emas dengan kadar yang tinggi
menyebabkan produksi hasil tambang
meningkat secara signifikan.
Dari sisi penjualan, penjualan tembaga
tumbuh sebesar 27,94% (yoy) melambat
dibaningkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 155,20% (yoy).
Sementara itu, penjualan emas tumbuh
sebesar 57,14% (yoy) melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 240,68% (yoy). (Grafik
1.23). Secara umum, peningkatan penjualan
yang sangat tinggi salah satunya disebabkan
oleh penambahan kuota ekspor dari 1,1 juta
ton pada tahun 2017 menjadi 1,2 juta ton
pada tahun 2018. Selain itu, akan berakhirnya
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
sementara sampai dengan 31 Agustus 2018
menjadi faktor utama peningkatan kinerja
sektor pertambangan. Kemudian, tingginya
harga komoditas tembaga dan emas menjadi
insentif untuk meningkatkan penjualan.
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018 kinerja LU
pertambangan dan penggalian diperkirakan
Grafik 1.21 Perkembangan PDRB Sisi Lapangan Usaha
Sumber : BPS, diolah
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
(8.000)
2.000
12.000
22.000
32.000
42.000
52.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Lainnya Adm. Pemerintahan dan Jaminan SosialTransportasi dan Pergudangan Perdagangan dan ReparasiKonstruksi Pertambangan dan PenggalianPertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertumbuhan Ekonomi [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
26
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
tumbuh melambat dibandingkan dengan
triwulan II 2018. Dimulainya masa transisi
pertambangan terbuka Grasberg ke
pertambangan bawah tanah diperkirakan
akan sedikit mengurangi produksi konsentrat
tembaga dan emas. Di samping itu, memasuki
bulan Juli 2018, tren harga komoditas dunia
termasuk harga emas dan tembaga
mengalami penurunan.
Harga emas dunia pada awal triwulan III 2018
mencapai 1.244,46 dolar AS per ounces,
menurun sebesar -2,81% dibandingkan
dengan akhir triwulan II 2018 sebesar 1.280,4
dolar AS per ounces. Sementara itu, harga
tembaga juga mengalami kontraksi pada awal
triwulan III 2018 mencapai 287,38 dolar AS
per pounds terkontraksi sebesar -8,98%
dibandingkan dengan triwulan II 2018 yang
mencapai 315,74 dolar AS per pounds (Grafik
1.25).
1.3.2 Konstruksi
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, LU konstruksi tumbuh
sebesar 5,67% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan I 2018 sebesar 0,09%
(yoy) (Grafik 1.26). Pertumbuhan LU
konstruksi sejalan dengan pola historisnya
yang terus meningkat setiap triwulannya. Di
samping itu, LU konstruksi secara umum
sejalan dengan pola konsumsi pemerintah
yang tercermin dalam realisasi belanja
pemerintah. Pada triwulan II 2018, Belanja
Modal pemerintah daerah Papua meningkat
secara signifikan dari Rp0,08 miliar menjadi
Rp334,45 miliar (Grafik 1.27).
Dengan demikian, salah satu bentuk realisasi
belanja pemerintah yaitu dalam
pembangunan infrastruktur strategis seperti
pembangunan jalan trans Papua dan
Grafik 1.22 Perkembangan Produksi Hasil
Tambang Papua
Sumber : fcx.com, diolah.
Grafik 1.23 Perkembangan Penjualan Hasil Tambang Papua
Sumber : fcx.com, diolah.
Grafik 1.24 Perkembangan Harga Tembaga dan Emas Dunia
Sumber : World Bank, diolah.
Grafik 1.25 Proyeksi Produksi Tambang Emas dan Tembaga Papua
Sumber : fcx.com, diolah.
-100
-50
0
50
100
150
200
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Produksi Konsentrat Tembaga (Cu) Produksi Konsentrat Emas (Au)
Pertumbuhan Tembaga [sk. kanan] Pertumbuhan Emas [sk. kanan]
Cu: juta poundAu: ribu ounce
% yoy
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018Penjualan Konsentrat Tembaga (Cu) Penjualan Konsentrat Emas (Au)Pertumbuhan Cu [sk. kanan] Pertumbuhan Au [sk. kanan]
Cu: juta poundAu: ribu ounce
% yoy
1100
1150
1200
1250
1300
1350
200
220
240
260
280
300
320
340
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
2017 2018
Harga Tembaga (USD/pound) Harga Emas (USD/oz) sk. Kanan
11,15
0,56
0,8
1,4 1,41,54
2,4
0,750,9
1,6
1,9
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
2017 2018p 2019p 2020p 2021p 2022p
Tembaga (milyar pounds) Emas (juta ounces)
27
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
infrastruktur pendukung PON XX. Kemudian,
peningkatan konstruksi juga tercermin dari
progress pembangunan infrastruktur di Papua
per tanggal 30 Juni 2018 yang telah mencapai
31,25%. Progres tersebut meningkat
signifikan dibandingkan dengan progres pada
pertengahan April 2018 yang baru mencapai
8,06%.1
Kemudian peningkatan konsumsi semen juga
mengindikasikan peningkatan LU konstruksi.
Pada triwulan II 2018 konsumsi semen
diperkirakan tumbuh sebesar 44,01% (yoy)
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan I yang terkontraksi
sebesar -15,85% (yoy) (Grafik 1.28).
Sementara itu, indikator lainnya yang juga
mendukung pertumbuhan LU konstruksi
adalah peningkatan penyaluran kredit
konstruksi. Pada triwulan II 2018 penyaluran
1Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
kredit konstruksi tumbuh sebesar 3,51% (yoy)
meningkat dari triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar -10,67% (yoy) (Grafik
1.29). Peningkatan penyaluran kredit
konstruksi dan konsumsi semen sejalan
dengan mulai dilaksanakannya pembangunan
infrastruktur strategis pemerintah dan juga
pembangunan tambang bawah tanah.
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018 LU konstruksi
diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan II 2018.
Meningkatnya konsumsi pemerintah dan
percepatan pembangunan tambang bawah
tanah untuk mengejar target diperkirakan
menjadi pendorong utama.
1.3.3 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Realisasi Triwulan II 2018
Grafik 1.26 Perkembangan PDRB Konstruksi
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.27 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.28 Konsumsi Semen Papua
Sumber: Kementrian Perindustrian, diolah.
Grafik 1.29 Kredit Konstruksi
Sumber: Bank Indonesia, diolah.
0
2
4
6
8
10
12
14
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Konstruksi Pertumbuhan KonstruksiRp milyar % yoy
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
- Belanja Modal Pertumbuhan Konstruksi (sb. kanan)
Rp miliar % yoy
-40
-20
0
20
40
60
80
-
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
I II III IV I II III IV I II p
2016 2017 2018
Penjualan Semen Pertumbuhan [sk. kanan]
ribu ton %, yoy
-20
-10
0
10
20
30
40
50
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kredit Konstruksi Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
28
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Kinerja pertumbuhan LU pertanian,
kehutanan, dan perikanan pada triwulan II
2018 sebesar 3,81% (yoy) tumbuh melambat
dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang
tumbuh sebesar 7,01% (yoy) (Grafik 1.30).
Perlambatan LU pertanian, kehutanan, dan
perikanan pada triwulan II 2018 juga
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilaksanakan oleh Bank
Indonesia yang menunjukkan bahwa saldo
bersih tertimbang pada triwulan II 2018
berada di tingkat 3,5% (yoy), lebih rendah
dibanding dengan periode yang sama tahun
2017 yang tumbuh sebesar 4,52% (yoy).
Curah hujan dan gelombang tinggi
menyebabkan produksi pertanian dan juga
perikanan menjadi tidak optimal. Hal tersebut
juga yang menjadi salah satu penyebab
tingginya harga beberapa komoditas
pertanian dan perikanan di Papua.
Sementara itu, indikator pertumbuhan lainnya
yaitu penyaluran kredit pertanian mengalami
peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan II
2018, penyaluran kredit LU pertanian,
kehutanan, dan perikanan tumbuh signifikan
sebesar 62,1% (yoy) lebih tinggi dari triwulan
I 2018 yang tumbuh sebesar 41% (yoy)
(Grafik 1.31). Namun peningkatan
pertumbuuhan kredit ini diperkirakan baru
akan berdampak pada kinerja LU pertanian,
kehutanan, dan perikanan pada periode
berikutnya.
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018 LU pertanian perikanan
dan kehutanan diperkirakan tumbuh lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2018.
Mulai kondusifnya cuaca dan curah hujan di
Papua diperkirakan dapat mendorong
produksi pertanian dan perikanan pada
triwulan III 2018. Di samping itu mulai
masuknya panen raya beberapa komoditas
pertanian seperti Padi di Merauke dan Nabire
juga diperkirakan menjadi pendorong
pertumbuhan LU pertanian, perikanan dan
kehutanan.
1.3.4 Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Realisasi Triwulan II 2018
LU perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor pada triwulan II 2018
mengalami perlambatan pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan I 2018.
Grafik 1.30 Perkembangan PDRB dan SKDU Pertanian
Sumber : BPS dan Bank Indonesia, diolah.
Grafik 1.31 Perkembangan Kredit Pertanian
Sumber : Bank Indonesia, diolah.
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
PDRB Pertanian (yoy) Pertanian%
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan [sk. kanan]
Rp miliar % yoy
29
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Pertumbuhan LU perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
tumbuh sebesar 6,6% (yoy) lebih rendah dari
triwulan II 2017 yang tumbuh sebesar 7,8%
(yoy).
Namun demikian, perlambatan pertumbuhan
LU perdagangan besar dan eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor berlawanan dengan
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hasil
SKDU menunjukkan saldo bersih tertimbang
dari responden terhadap realisasi usaha pada
triwulan II 2018 mencapai 3,08%, naik dari
triwulan sebelumnya yang berada di level -
0,44%. Sejalan dengan kondisi tersebut, hasil
SK pada triwulan II 2018 juga mengalami
peningkatan. Indeks pembelian barang tahan
lama pada periode laporan sebesar 123,33
lebih tinggi dari triwulan I 2018 yang sebesar
94,67 (Grafik 1.25).
Sementara itu, dilihat dari penyaluran kredit
pada sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor juga
menunjukan peningkatan pertumbuhan pada
triwulan II 2018. Kredit sektor perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor sebesar Rp6,98 triliun atau tumbuh
sebesar 6,76% (yoy) lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan I 2018 yang sebesar
0,82% (yoy) (Grafik 1.26). Secara umum
peningkatan kinerja perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada
triwulan II 2018 disebabkan oleh naiknya
permintaan masyarakat akibat adanya
momen hari raya Idul Fitri 1439 H.
Perlambatan pertumbuhan LU perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor namun disertai dengan peningkatan
indikator seperti hasil SKDU, SK dan
penyaluran kredit diperkirakan sejalan dengan
adanya perlambatan ekspor Papua pada
triwulan II 2018 yang mencerminkan
perdagangan Papua secara umum.
Tracking Triwulan III 2018
Kinerja LU perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor pada
triwulan III 2018 diperkirakan melambat
dibanding dengan triwulan II 2018.
Rendahnya permintaan masyarakat dengan
berakhirnya bulan Ramadhan dan Hari Raya
Idul Fitri 1439 H diperkirakan menjadi faktor
penyebab melambatnya pertumbuhan LU
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor.
Grafik 1.32 Indeks Pembelian Durable Goods
Sumber : BPS, diolah.
Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Perdagangan
Sumber : BPS, diolah
70
80
90
100
110
120
130
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018
Optimistis
Pesimistis
-10
-5
0
5
10
15
20
5.4
5.6
5.8
6
6.2
6.4
6.6
6.8
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Series1 Series2
Rp triliun % yoy
30
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Provinsi Papua memiliki potensi besar
terhadap pengembangan komoditas kopi
dan sagu, selain memiliki lahan yang luas
untuk pengembangan kedua komoditas
tersebut, kondisi geografis Provinsi Papua
yang beragam menjadi salah satu
pendukung hal tersebut. Oleh karena itu
Pemerintah Provinsi Papua telah
menetapkan kopi dan sagu sebagai
komoditas unggulan dari Provinsi Papua.
Untuk meningkatkan daya saing dari kedua
komoditas tersebut berbagai upaya telah
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Papua
seperti melaksanakan studi banding ke
Provinsi Kepulauan Riau untuk belajar
pengolahan sagu, melaksanakan Focus
Group Discussion antar instansi untuk
membahas roadmap pengembangan
komoditas kopi dan sagu di Papua,
melaksanakan Festival Sagu Papua hingga
membuat kebijakan yang mewajibkan
tersedianya makanan khas Papua yang
terbuat dari olahan sagu dan kopi Papua.
Dalam rangka mendukung program
Pemerintah Provinsi Papua dan
meningkatkan daya saing komoditas kopi,
Bank Indonesia Provinsi Papua, Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Papua, Bank
Mandiri dan PT Freeport Indonesia
menyelenggarakan Festival Kopi Papua
2018.
BOKS I: FESTIVAL KOPI PAPUA: PERTAMA DI
TIMUR INDONESIA
Gambar 1 Pembukaan Festival Kopi Papua 2018
31
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Bank Indonesia Provinsi Papua selaku
inisiator kegiatan ini mengharapkan dengan
diselenggarakannya Festival Kopi Papua
2018 dapat meningkatkan kualitas kopi
Papua, menjembatani petani kopi lokal
dengan pelaku usaha kopi dan perbankan
serta menciptakan budaya minum kopi di
masyarakat Papua. Dengan demikian
kesejahteraan petani kopi Papua dapat
meningkat dan pelaku usaha penyajian kopi
baik kafe, restoran, hotel, roasting house di
Papua jumlahnya semakin bertambah.
Festival Kopi Papua 2018 diselenggarakan
selama 2 hari yaitu pada tanggal 3-4
Agustus 2018 bertempat di halaman kantor
Bank Indonesia Provinsi Papua. Rangkaian
acara Festival Kopi Papua 2018 meliputi
Expo/pameran, workshop, lelang kopi dan
lomba-lomba. Animo masyarakat Papua
terhadap Festival Kopi Papua 2018 yang
juga merupakan festival kopi pertama di
Papua terbilang cukup tinggi, terlihat dari
25 stand yang disediakan oleh panitia
seluruhnya terisi penuh baik oleh petani
kopi Papua binaan ataupun kedai-kedai kopi
yang ada di Papua. Seluruh petani kopi yang
berpartisipasi merupakan binaan dari
Pemerintah Provinsi Papua, Bank Mandiri,
BPD Papua dan PT Freeport Indonesia.
Mereka berasal dari Kabupaten-Kabupaten
penghasil kopi yaitu Kabupaten
Pegunungan Bintang, Kabupaten
Jayawijaya, Kabupaten Lanny jaya,
Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Mimika dan
Kabupaten Kepulauan Yapen. Sedangkan
untuk kedai-kedai kopi yang berpartisipasi
tidak hanya berasal dari Kota Jayapura saja
tetapi juga berasal dari kota-kota lain di
Papua seperti Nabire, Merauke, Timika dan
Manokwari. Total transaksi yang terjadi
selama 2 hari penyelenggaraan Festival Kopi
Papua 2018 mencapai Rp265.275.600.
Selain expo/pameran dilaksanakan juga
workshop/diskusi dalam dua sesi, workshop
sesi pertama mengangkat topik
“Pengembangan Kopi Papua” dengan
narasumber yaitu Ketua Dewan Kopi
Nasional, Bpk. Anton Apriyantono,
Gubernur Papua Bpk. Soedarmo, ahli kopi
dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Bpk.
Surip Mawardi dan Pelaku usaha kopi Bpk.
Piter Tan. Pada diskusi ini dibahas
bagaimana cara meningkatkan kualitas kopi
Papua, perlakuan kopi paska panen dan
Gambar 2 Juri Kompetisi Latte Art Gambar 3 Petani Peserta Lelang Kopi
32
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
peran pemerintah dalam rantai proses kopi
Papua. Sedangkan workshop atau diskusi
pada sesi kedua mengangkat topik “How to
Manage Coffee Shop” dengan narasumber
Tanamera Coffee, yang merupakan kedai
kopi asal Jogja yang dikenal karena kopi-
kopi yang dijualnya banyak mendapatkan
penghargaan internasional.
Rangkaian acara yang tidak kalah
menariknya adalah pelaksanaan Kompetisi
latte art, lomba fotografi serta lelang kopi.
Kompetisi latte art diikuti oleh 26 barista
yang berasal dari Jayapura, Merauke, Nabire
dan Timika serta hadir sebagai juri adalah
Evani Jesslyn (Q Grader dan pemilik Strada
Coffee Semarang), Muhammad Aga (juara
Indonesia Barista Championship 2018 dan
pemilik Coffee Smith) dan Piter Tan (Q
Grader dan pemilik Pit’s Corner). Sedangkan
untuk lelang kopi, kopi yang berasal dari
Tiom, Lanny jaya berhasil memecahkan
rekor harga kopi nasional termahal di
Indonesia yaitu Rp5.300.000/kg. harga ini
jauh lebih mahal dibandingkan rekor harga
kopi nasional sebelumnya yang dipegang
oleh kopi dari Gunung Puntang seharga
Rp2.000.000/kg. Lelang kopi diikuti oleh 6
petani kopi sebagai berikut:
Kopi dari daerah Kurulu Wamena
dengan jenis kopi Arabika terjual
seharga Rp350.000/kg
Kopi dari daerah Timika dengan jenis
kopi Arabika terjual seharga
Rp650.000/kg
Kopi dari daerah Kiwirok Oksibil dengan
jenis kopi Arabika terjual seharga
Rp300.000/kg
Kopi dari daerah Tiom Lanny dengan
jenis kopi Arabika terjual seharga
Rp5.300.000/kg
Kopi dari daerah Ambaidiru Kepulauan
Yapen dengan jenis kopi Robusta terjual
seharga Rp1.125.000/kg
Kopi dari daerah Walesi Wamena
dengan jenis kopi Arabika terjual
seharga Rp650.000/kg
Melihat besarnya animo dan apresiasi
masyarakat Papua terhadap Festival Kopi
Papua 2018, Bank Indonesia Provinsi Papua
berharap Festival Kopi Papua ini dapat
dijadikan event pariwisata tahunan
sekaligus ajang mempromosikan kopi Papua
kepada seluruh masyarakat Indonesia
maupun masyarakat Internasional. Selain itu
diharapkan dengan dilaksanakannya
Festival kopi Papua mampu meningkatkan
daya saing kopi Papua terhadap kopi-kopi
nasional yang telah lebih dulu terkena.
33
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH
Realisasi APBN di lingkup Provinsi Papua pada triwulan II 2018 mengalami penurunan pada
pos pendapatan dan peningkatan pada pos belanja apabila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017. Pada triwulan II 2018 sumber pendapatan terbesar berasal dari Pajak
Perdagangan Internasional sedangkan realisasi belanja terbesar berasal dari Belanja Pegawai.
Di samping itu, realisasi APBD Papua pada triwulan II 2018 mengalami penurunan di kedua
pos baik pendapatan maupun belanja. Penurunan komponen secara signifikan terjadi pada
Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah kepada Kabupaten/Kota.
34
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
2.1 Realisasi APBN Papua
Realisasi APBN di lingkup Provinsi Papua pada
triwulan II 2018 mengalami penurunan pada
pos pendapatan sedangkan pos belanja
mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2017.
Pada tahun 2018, realisasi belanja APBN
diperkirakan akan lebih baik dari tahun
sebelumnya karena didukung dengan
penyempurnaan mekanisme penyaluran serta
pemerintah daerah yang telah memiliki
pengetahuan memadai dalam pengelolaan
dana dimaksud, sehingga diproyeksikan
belanja APBN pada tahun 2018 dapat
terealisasi lebih baik mencapai 96,2%
dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar
92%.
Grafik 2.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan APBN
Papua Tw II 2018
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
Grafik 2.2 Struktur Pendapatan APBN Papua Berdasarkan Jenis Tw II 2018
Sumber : BPS, diolah
2,351.43
694.84
280.89
1,191.65
1,310.38
134.82
Pajak Dalam Negeri
Pajak Perdagangan Internasional
Penerimaan Negara Bukan Pajak
II 2018 II 2017
45%50%
5%
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan Internasional Penerimaan Negara Bukan Pajak
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBN Papua Triwulan II 2018
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
Detail Pendapatan APBN
II 2017 II 2018
Pajak Dalam Negeri 2.351 1.192 -49,3 45,2
Pajak Perdagangan Internasional 695 1.310 88,6 49,7
Penerimaan Negara Bukan Pajak 281 135 -52 6,2
Total 3.327 2.637 -20,7 100
Struktur
(%)
Realisasi (Rp Miliar) Year-on-
Year (%)
Grafik 2.3 Perkembangan Realisasi Belanja APBN
Papua Tw II 2018
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
Grafik 2.4 Struktur Belanja APBN Papua Berdasarkan Jenis Tw II 2018
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
35
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
2.1.1 Realisasi Pendapatan APBN Papua
Secara nominal realisasi pendapatan APBN di
lingkup Provinsi Papua triwulan II 2018
mengalami penurunan dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2017, realisasi pos
pendapatan APBN dari Rp3,33 triliun menjadi
sebesar Rp2,64 triliun atau turun 20,7%
(yoy).
Berdasarkan jenisnya, struktur pendapatan
Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tersebut
terutama didorong oleh Belanja Barang, yang
meningkat dari Rp722 miliar menjadi Rp875
miliar atau tumbuh 21,2% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun 2017. Pos belanja lainnya
mencatatkan penurunan sebesar 7,3% (yoy)
untuk Belanja Modal. Bila dibandingkan
dengan total pagu, realisasi belanja pada
triwulan II 2018 sebesar 19,4%. Realisasi ini
lebih rendah dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017 sebesar 28,7%.
Disamping itu, transfer dana ke daerah yang
terdiri dari penyaluran dana alokasi khusus
pada triwulan II 2018 berbeda dengan
struktur pendapatan pada periode yang sama
tahun 2017. Perbedaan ini terlihat pada
pendapatan untuk Pajak Perdagangan
Internasional yang meningkat 88,6% (yoy)
atau menjadi sebesar Rp1,31 triliun, lebih
tinggi dibandingkan dengan Pajak Dalam
Negeri sebesar Rp1,19 triliun. Peningkatan
Pajak Perdagangan Internasional disebabkan
oleh meningkatnya pendapatan bea keluar
seiring dengan meningkatnya ekspor hasil
pertambangan di Provinsi Papua
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Sedangkan, penurunan
terjadi pada Penerimaan Negara Bukan Pajak
menurun sebesar 53% (yoy) menjadi Rp135
miliar dan Pajak Dalam Negeri menurun
sebesar 49,3% (yoy) menjadi Rp1,19 triliun
pada triwulan II 2018 dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2017. Penurunan
disebabkan oleh pendapatan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) yang turun signifikan pada
triwulan II 2018.
2.1.2 Realisasi Belanja APBN Papua
Pada triwulan II 2018 realisasi belanja APBN
mengalami peningkatan dibanding dengan
triliun menjadi sebesar Rp2,81 triliun atau
tumbuh sebesar 7,6% (yoy). Berdasarkan
jenisnya, pertumbuhan tersebut terutama
didorong oleh Belanja Barang, yang
meningkat dari Rp722 miliar menjadi Rp875
miliar atau tumbuh 21,2% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama
Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBN Papua Triwulan II 2018
Sumber: Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan, diolah
Struktur
II 2017 II 2018 (%)
Belanja Pegawai 859 980 14,0 34,8
Belanja Barang 722 875 21,2 31,1
Belanja Modal 1.031 956 -7,3 34
Belanja Bansos 1 2 194,8 0,1
Total Belanja 2.612 2.812 7,6 100
Belanja APBNRealisasi (Rp Miliar) Year-on-Year
(%)
36
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
pada tahun 2017. Pos belanja lainnya
mencatatkan penurunan sebesar 7,3% (yoy)
untuk Belanja Modal. Bila dibandingkan
dengan total pagu, realisasi belanja pada
triwulan II 2018 sebesar 19,4%. Realisasi ini
lebih rendah dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017 sebesar 28,7%.
Disamping itu, transfer dana ke daerah yang
terdiri dari penyaluran dana alokasi khusus
2.2 Realisasi APBD Papua
Realisasi APBD Papua pada triwulan II 2018
untuk kedua pos baik pendapatan maupun
belanja mengalami penurunan dibanding
dengan periode yang sama tahun 2017.
2.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Papua
Dengan adanya penyempurnaan mekanisme
penyaluran yang terdiri dari mekanisme
pembuatan proposal dan pelaporan
pemakaian dana untuk penyaluran dana
alokasi umum dan khusus menyebabkan
penurunan pada pos pendapatan dana
perimbangan APBD Papua pada triwulan II
2018. Meskipun demikian, penyempurnaan
mekanisme dimaksud diharapkan dapat
mempermudah proses penyaluran sehingga
realisasi pendapatan dana perimbangan
APBD Papua 2018 dapat dilakukan dengan
lebih optimal.
Pendapatan pemerintah Papua pada triwulan
II 2018 turun sebesar 1,4% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2017. Penurunan realisasi ini
disebabkan oleh dana Lain-lain PAD yang Sah
yang tidak optimal terealisasi yaitu turun
57,8% (yoy) dengan realisasi Rp67 triliun
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Papua Triwulan II 2018
Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)
2017 2018 II 2017 II 2018 II 2017 II 2018
Pendapatan Asli Daerah 1.308 1.009 424 417 32,4% 41,4% -1,6
Pajak daerah 1.030 761 232 320 22,5% 42,1% 37,9
Retribusi daerah 83 119 33 30 39,3% 25,1% -8,6
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 53 54 0 0 0,0% 0,0% 18,4
Lain-lain PAD yang sah 142 75 159 67 112,2% 89,2% -57,8
Dana Perimbangan 4.419 4.554 2.168 2.168 49,1% 47,6% 0,0
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 606 761 340 285 56,0% 37,4% -16,1
Dana Alokasi Umum 2.570 2.570 1.456 1.468 56,7% 57,1% 0,8
Dana Alokasi Khusus 1.243 1.222 372 415 30,0% 34,0% 11,6
Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah 8.241 7.986 2.474 2.411 30,0% 30,2% -2,5
Pendapatan Hibah 1 6 0 0 35,0% 4,0% 40,0
Dana Otonomi Khusus 5.616 5.580 1.685 1.686 30,0% 30,2% 0,1
Dana Tambahan Infrastruktur 2.625 2.400 788 720 30,0% 30,0% -8,6
Lain - Lain Pendapatan Daerah Lainnya - - 1 4 0,0% 0,0% 0,0
TOTAL 13.969 13.549 5.066 4.997 36,3% 36,9% -1,4
Year-on-Year (%)KOMPONEN PENDAPATAN DAERAHPagu (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Realisasi (%)
Tabel 2.4 Realisasi Belanja APBD Papua Triwulan I 2018
Sumber: Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah (BPKAD)
2017 2018 II 2017 II 2018 II 2017 II 2018
Belanja Tidak Langsung 8.072 8.920 2.458 1.893 30 21 (23,0)
Belanja Pegawai 1.358 1.510 416 562 31 37 35,2
Belanja Subsidi dan Bantuan Sosial 132 185 69 31 52 17 (54,9)
Belanja Hibah 1.089 2.196 422 171 39 8 (59,6)
Belanja Bagi Hasil Pajak daerah kepada kabupaten/Kota 384 387 108 11 28 3 (89,8)
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/
Kota/Pemerintah Kampung dan Partai Politik5.094 4.628 1.443 1.114 28 24 (22,8)
Belanja Tidak Terduga 15 14 - 4 - 29
Belanja Langsung 7.012 5.172 679 500 10 10 (26,4)
Belanja Pegawai 279 216 54 42 19 19 (23,4)
Belanja Barang dan Jasa 3.203 2.524 623 455 19 18 (27,0)
Belanja Modal 3.530 2.432 2 3 0 0 102,4
Aset lainnya - - - - - - -
TOTAL 15.084 14.092 3.136 2.393 21 17 (23,7)
Realisasi (%)KOMPONEN BELANJA DAERAH
Pagu (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Year-on-Year
(%)
37
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2017.
Berdasarkan jenisnya, pos pendapatan yang
mengalami penurunan berasal dari pos dana
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang
turun 16,1% (yoy). Di sisi lain, Pendapatan
Asli Daerah mengalami penurunan 1,6%
(yoy), sedangkan Pajak Daerah mengalami
peningkatan sebesar 37,9% (yoy) menjadi
Rp320 miliar pada triwulan II 2018.
2.2.2 Realisasi Belanja APBD Papua
Realisasi belanja pemerintah Provinsi Papua
pada triwulan II 2018 mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2017. Pada triwulan II 2018 belanja
Papua turun 23,7% (yoy) menjadi Rp2,39
triliun dari sebelumnya Rp3,14 triliun pada
periode yang sama tahun 2017. Penurunan
terbesar berasal dari penurunan Belanja
Langsung yang turun 26,4% (yoy) sedangkan
belanja tidak langsung menurun 23% (yoy).
Berdasarkan posnya, penurunan Belanja
Tidak Langsung pada triwulan II 2018
didominasi belanja bagi hasil pajak daerah
kepada kabupaten/kota yang menurun
89,8% (yoy). Selain itu, pos Belanja Hibah
dan Belanja Subsidi dan Bansos turut
menurun 59,6% (yoy) dan 54,9% (yoy).
Peningkatan belanja tidak langsung di
pemerintah Provinsi Papua yang mengalami
peningkatan adalah pada pos Belanja
Pegawai sebesar 35,2% (yoy).
Grafik 2.5 Realisasi Pendapatan APBD Papua Tw II
terhadap Pagu
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, diolah
Grafik 2.6 Struktur Realisasi Pendapatan APBD Papua Tw II
2018
sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), diolah
Grafik 2.7 Realisasi Belanja APBD Papua Tw II terhadap Pagu
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
38
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Sementara itu, realisasi belanja langsung
tercatat turun 26,4% (yoy) menjadi Rp500
miliar dengan persentase realisasi 9,7%.
Penurunan realisasi belanja langsung
terutama disebabkan oleh turunnya belanja
barang dan jasa 27% (yoy).
Grafik 2.8 Struktur Realisasi Belanja APBD Papua Tw
II 2018
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), diolah
39
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
BAB III PERKEMBANGAN INFLASI
DAERAH Tekanan inflasi Papua pada triwulan II 2018 mencapai 4,09% (yoy) mengalami
kenaikan dibanding dengan triwulan I 2018 sebesar 3,16% (yoy) dan lebih tinggi
dibanding inflasi Nasional sebesar 3,4% (yoy). Kenaikan tersebut terutama akibat
tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa pada hari raya Idul Fitri
1439H.
Mencermati risiko peningkatan harga di Papua, Bank Indonesia bersama pemerintah
daerah berkoordinasi dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah melaksanakan
berbagai kegiatan guna melaksanakan pengendalian harga di Papua.
40
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
3.1 Inflasi Umum
Tekanan inflasi Papua secara tahunan pada
triwulan II 2018 lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya.
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, inflasi Papua mencapai
4,09% (yoy) meningkat jika dibandingkan
dengan tekanan inflasi triwulan I 2018 sebesar
3,16% (yoy) (Tabel 3.1).
Kenaikan tersebut terutama akibat tingginya
permintaan masyarakat terhadap barang dan
jasa pada hari raya Idul Fitri 1439H. Di sisi lain,
inflasi nasional mengalami penurunan dari
3,40% (yoy) pada triwulan I 2018 menjadi
3,12% (yoy) pada triwulan II 2018.
Dilihat dari jenisnya, kenaikan inflasi tertinggi
terjadi pada kelompok bahan makanan. Inflasi
tahunan kelompok bahan makanan mencapai
9,69% (yoy) meningkat signifikan dari
triwulan I 2018 yang mengalami inflasi
sebesar 3,42% (yoy) (Tabel 3.2).
Sementara itu, secara tahun kalender,
perkembangan inflasi kelompok bahan
makanan meningkat signifikan mencapai
11,38% (ytd). Secara umum, kenaikan inflasi
kelompok bahan makanan disebabkan oleh
kondisi cuaca yang tidak menentu disertai
dengan curah hujan yang tinggi.
Berdasarkan informasi dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG), curah hujan di Provinsi Papua yang
terekam oleh stasiun pengamat cuaca selama
triwulan II 2018 rata-rata mencapai
202,67mm (Grafik 3.1). Sementara itu, tinggi
gelombang di perairan utara Jayapura dan
Laut Arafura selama triwulan II 2018 berkisar
antara 1-2,5m (Grafik 3.2). Kondisi cuaca dan
gelombang yang tinggi menyebabkan kinerja
nelayan dalam melaut terhambat, akibatnya
pasokan ikan-ikan laut menjadi terbatas
sehingga harga ikan laut di dua kota Inflasi
Papua yaitu Kota Jayapura dan Kabupaten
Merauke meningkat secara signifikan.
Kelompok komoditas lainnya yang juga
mengalami peningkatan inflasi yang relatif
tinggi adalah kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau. Inflasi
kelompok ini pada triwulan II 2018 mencapai
4,47% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar
3,76% (yoy). Kenaikan inflasi kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
dipicu oleh meningkatnya konsumsi
Tabel 3.1 % Perkembangan Inflasi Papua (yoy)
Sumber: BPS, diolah
I II III IV I II III IV I II
Nasional 4,45 3,45 3,07 3,02 3,61 4,37 3,72 3,61 3,40 3,12
Papua 3,76 5,22 4,72 3,26 3,89 3,10 1,43 2,11 3,16 4,09
Jayapura 3,81 5,24 4,21 4,13 3,16 2,57 1,73 2,41 4,18 4,42
Merauke 3,62 5,19 6,14 0,82 5,93 4,58 0,57 1,25 0,44 3,22
Provinsi20182016 2017
41
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
masyarakat pada saat perayaan Idul Fitri
1439H.
Pada sisi lain, inflasi kelompok komoditas
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
menurun dibandingkan dengan inflasi
triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2018
inflasi kelompok komoditas transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,21%
(yoy) lebih rendah dari triwulan I 2018 sebesar
6,02% (yoy). Secara tahun kalender, inflasi
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan sampai dengan triwulan II 2018
mencapai 3,90% (ytd). Menurunya inflasi
tahunan kelompok komoditas transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan secara umum
lebih disebabkan oleh base effect akibat
tingginya kenaikan indeks harga konsumen
(IHK) pada periode yang sama tahun 2017. Di
sisi lain, inflasi kelompok ini terutama dipicu
oleh melonjaknya permintaan masyarakat
terhadap jasa transportasi khususnya
angkutan udara seiring dengan hari raya Idul
Fitri 1439H dimana terdapat fenomena mudik
masyarakat.
Sementara itu, kelompok komoditas lainnya
mengalami inflasi dalam level yang normal.
Kelompok komoditas yang mengalami
tekanan inflasi terendah adalah kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
yaitu sebesar 0,78% (yoy) jauh lebih rendah
dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,43%
(yoy). Minimnya gejolak inflasi pada kelompok
komoditas tersebut ditopang oleh tidak
Tabel 3.2 Perkembangan Inflasi Papua Berdasarkan Kelompok Komoditas (yoy)
Sumber: BPS, diolah
I II III IV I II III IV I II
Bahan Makanan 4,78 8,36 6,84 2,68 6,58 (0,41) (1,16) (1,36) 3,42 9,69
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4,62 4,35 6,74 7,10 6,47 6,17 3,75 4,24 3,76 4,47
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2,53 1,67 2,80 2,26 3,18 4,35 3,49 3,26 1,43 0,78
Sandang 2,43 3,14 3,05 1,03 1,86 0,95 0,60 1,19 1,32 1,06
Kesehatan 4,19 3,29 3,06 2,29 1,41 1,32 0,67 0,87 0,59 0,96
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2,63 2,62 0,78 0,59 1,64 1,81 2,48 2,50 1,71 1,53
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 4,20 8,66 5,73 6,67 1,72 6,11 1,07 4,15 6,02 3,21
UMUM 3,76 5,23 4,72 3,26 3,89 3,10 1,43 2,11 3,16 4,09
201820172016Kelompok Komoditas
Grafik 3.1 Curah Hujan Papua 2018
Sumber: Kementerian Pertanian, diolah
Grafik 3.2 Tinggi Gelombang Mei 2018
Sumber: BMKG
256,59
221,68206,41
156,01
240,76
211,23
0
50
100
150
200
250
300
Januari Februari Maret April Mei Juni
mm
42
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
adanya perubahan harga bahan bakar minyak
sepanjang periode laporan.
Perkembangan Inflasi Bulanan
Secara umum, perkembangan inflasi Papua
pada triwulan II 2018 mengalami peningkatan
setiap bulannya.
Pada Bulan April 2018, inflasi Papua mencapai
0,31% (mtm), lebih rendah dibandingkan
dengan Bulan Maret 2018 sebesar 1,57%
(mtm). Penurunan inflasi pada Bulan April
2018 terutama disebabkan oleh inflasi
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau serta kelompok bahan makanan
yang memberikan andil masing-masing
sebesar 0,09% (mtm) dan 0,04% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang memberikan
sumbangan inflasi terbesar adalah ikan
kembung, bawang merah dan kacang
panjang dengan sumbangan masing-masing
sebesar 0,11% (mtm); 0,08% (mtm) dan
0,06% (mtm). Peningkatan inflasi pada Bulan
April 2018 disebabkan oleh kondisi cuaca
dengan intensitas hujan dan gelombang laut
yang tinggi sehingga hasil tangkapan ikan dan
panen petani menjadi kurang optimal.
Kemudian perkembangan inflasi pada Bulan
Mei 2018 mengalami inflasi sebesar 0,79%
(mtm) meningkat dibandingkan dengan Bulan
April 2018. Peningkatan inflasi Pada Bulan
Mei 2018, terutama disebabkan oleh
peningkatan tarif angkutan udara seiring
dengan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada
Bulan Juni 2018.
Kemudian pada Bulan Juni 2018, inflasi Papua
mencapai 0,93% (mtm), meningkat dari
bulan Mei 2018. Peningkatan inflasi pada
Bulan Juni 2018 dipicu oleh meningkatnya
tariff angkutan udara sejalan dengan
tingginya permintaan angkutan udara. Di
samping itu, terjadi lonjakan permintaan pada
komoditas bumbu-bumbuan seiring dengan
naiknya permintaan
Tracking Inflasi Triwulan III 2018
Perkembangan inflasi Papua pada triwulan III
2018 diperkirakan menurun dibandingkan
dengan triwulan II 2018. Inflasi pada triwulan
III 2018 diperkirakan berkisar 3,75 - 4,15%
(yoy). Tekanan inflasi kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau serta
pendidikan, rekreasi dan olah raga
diperkirakan menjadi penyumbang utama
Tabel 3.3 % Penyummbang Inflasi Bulanan (mtm)
Sumber: BPS, diolah
Komoditas Andil (%, mtm) Komoditas Andil (%, mtm) Komoditas Andil (%, mtm)
Ikan Kembung 0,11 Angkutan Udara 0,36 Angkutan Udara 1,05
Bawang Merah 0,08 Ekor Kuning 0,21 Cabai Rawit 0,15
Kacang Panjang 0,06 Ikan Kembung 0,19 Daun Singkong 0,10
Rokok Putih 0,05 Bawang Merah 0,11 Cabai Merah 0,08
Angkutan Udara 0,04 Cabai Merah 0,05 Sewa Rumah 0,07
Komoditas Andil (%, mtm) Komoditas Andil (%, mtm) Komoditas Andil (%, mtm)
Ekor Kuning -0,10 Kangkung -0,08 Ikan Kembung -0,16
Cabai Merah -0,04 Cabai Rawit -0,06 Ekor Kuning -0,05
Daging Ayam Ras -0,03 Daging Sapi -0,04 Ikan Mumar -0,04
Mujair -0,03 Bayam -0,04 Udang Basah -0,03
Udang Basah -0,02 Mujair -0,03 Ketimun -0,02
April Mei Juni
INFLASI
DEFLASI
April Mei Juni
43
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
inflasi pada triwulan III 2018 yang bersumber
dari kenaikan tarif sekolah dan perlengkapan
sekolah seiring memasuki tahun ajaran baru.
Selanjutnya, kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan juga diperkirakan naik
terutama pada tarif angkutan udara seiring
dengan arus balik masyarakat pasca perayaan
Idul Fitri dan arus balik libur sekolah pada
pertengahan Juli 2018. Kelompok bahan
makanan juga diperkirakan meningkat meski
tidak setinggi triwulan sebelumnya.
Berdasarkan informasi dari BMKG, pada
triwulan III 2018 curah hujan Papua
diperkirakan rendah (Grafik 3.3 dan 3.4).
Realisasi Juli 2018
Pada bulan Juli 2018, Papua mengalami
deflasi sebesar -0,07% (mtm) atau secara
tahunan sebesar 5,32% (yoy). Jika dilihat
secara tahun kalender, inflasi Papua mencapai
4,00% (ytd). Deflasi Papua pada bulan Juli
2018 disebabkan oleh deflasi kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan
dengan sumbangan sebesar -0,78% (mtm).
Penurunan harga kelompok tersebut
disebabkan oleh normalisasi tarif angkutan
udara selepas tingginya permintaan pada
periode perayaan hari raya Idul Fitri 1439H.
Di sisi lain, terjadi peningkatan pada kelompok
bahan makanan dan perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar dengan sumbangan
masing-masing sebesar 0,41% (mtm) dan
0,21% (mtm) menahan deflasi yang lebih
dalam. Peningkatan inflasi kelompok bahan
makanan disebabkan oleh tinggi gelombang
yang masih belum kondusif bagi nelayan.
Secara spasial, kedua kota inflasi Papua
mengalami tingkat inflasi yang berbeda arah.
Kota Jayapura mengalami inflasi sebesar
0,04% (mtm) sedangkan Kab. Merauke
mengalami deflasi sebesar -0,39% (mtm).
3.2 Perkembangan Inflasi Berdasarkan
Kelompok Komoditas
Pada triwulan II 2018, kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan memberikan
sumbangan inflasi terbesar di Papua.
Grafik 3.3 Prakiraan Curah Hujan Agustus 2018
Sumber: BMKG
Grafik 3.4 Prakiraan Curah Hujan September 2018
Sumber: BMKG
44
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
3.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Realisasi Triwulan II 2018
Inflasi kelompok bahan makanan pada
triwulan II 2018 sebesar 9,69% (yoy)
meningkat signifikan dibandingkan dengan
triwulan I 2018 sebesar 3,42% (yoy).
Sementara itu, secara tahun kalender, inflasi
kelompok bahan makanan mencapai 11,38%
(ytd). Secara umum, peningkatan inflasi
kelompok bahan makanan disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi dan gelombang laut
yang tidak ideal sehingga menyebabkan
pasokan ikan dan bahan pangan menjadi
terbatas.
Jika dilihat perkembangannya setiap bulan,
inflasi kelompok bahan makanan mengalami
kenaikan yang signifikan. Pada bulan April
2018, inflasi kelompok bahan makanan
sebesar 3,91% (yoy) masih dalam tingkat
yang normal. Namun setelah itu, pada bulan
Mei 2018 inflasi kelompok ini meningkat lebih
dari 2 kali lipat menjadi 8,19% (yoy) dan terus
meningkat pada bulan Juni 2018 menjadi
10,28% (yoy).
Dilihat dari komoditas penyusunnya,
penyumbang utama inflasi kelompok bahan
makanan adalah kelompok ikan segar. Pada
triwulan II 2018, ikan ekor kuning, ikan
cakalang dan ikan kembung selalu menjadi
penyumbang inflasi setiap bulannya dengan
sumbangan masing-masing sebesar 1,18%
(yoy); 0,55% (yoy) dan 0,20% (yoy) (Tabel
3.6). Peningkatan harga komodotas ikan
secara umum dipicu oleh terbatasnya pasokan
ikan dari nelayan. Tingginya gelombang di
perairan Utara Jayapura dan perairan Arafura
menyebabkan nelayan terkadang tidak bisa
melaut sehingga hasil tangkapan ikan menjadi
minim. Berdasarkan informasi dari BMKG,
pada bulan Mei 2018 tinggi gelombang di
perairan Papua berkisar antara 0-3 m,
sedangkan pada bulan Juni 2018 berkisar
antara 0-2,5 m. Gelombang yang tinggi
disertai dengan peralatan tangkap nelayan
yang sebagian besar merupakan kapal
tradisional menyebabkan nelayan tidak bisa
melaut. Hasilnya, pasokan yang terbatas
menyebabkan harga ikan meningkat secara
signifikan.
Sementara itu, komoditas lainnya yang
memberikan sumbangan tertinggi inflasi
kelompok bahan makanan adalah cabai rawit
dan beras dengan sumbangan masing-masing
Grafik 3.5 Perkembangan Harga Komoditas Utama
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 3.6 Inflasi Tahun Kalender Kelompok Bahan Makanan Terbesar
Sumber: BPS, diolah.
-
20
40
60
80
100
120
140
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
2016 2017 2018
Beras Daging Ayam Bawang Merah Cabai Rawit
ribu Rp/Kg
75,49
63,88 63,47
43,64
35,78 35,5330,74 30,55
24,4721,96
0
10
20
30
40
50
60
70
80
% ytd
45
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
sebesar 0,33% (yoy) dan 0,19% (yoy).
Peningkatan inflasi kedua komoditas ini
terutama disebabkan oleh faktor lonjakan
permintaan menjelang hari raya Idul Fitri
1439H. Harga cabai rawit mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan
data dari Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis (PIHPS), harga cabai rawit di Papua
rata-rata mencapai Rp50-70 ribu per kilogram
pada triwulan II 2018 meningkat dari triwulan
I 2018 yang berkisar antara Rp30-50 ribu per
kilogram (Grafik 3.5). Sementara itu,
berdasarkan informasi dari Perum Bulog Divre
Papua dan Papua Barat stok beras Papua
mencapai 44.000 ton dan dapat mencukupi
kebutuhan masyarakat selama periode puasa
dan Idul Fitri. Dengan demikian, peningkatan
harga tersebut disebabkan oleh adanya shock
permintaan masyarakat.
Jika dilihat secara keseluruhan peningkatan
inflasi kelompok bahan makanan secara
tahun kalender, ikan ekor kuning, cabai rawit
dan cabai merah yang mengalami kenaikan
tertinggi yaitu masing-masing sebesar 75,5%
(ytd); 63,9% (ytd) dan 63,5% (ytd) (Grafik
3.6).
Tracking Triwulan III 2018
Tekanan inflasi kelompok bahan makanan
pada triwulan III 2018 diperkirakan menurun
dibandingkan dengan triwulan II 2018. Inflasi
kelompok bahan makanan diperkirakan
berkisar antara 5,0-5,4% (yoy). Penurunan
tekanan inflasi kelompok bahan makanan
pada triwulan III 2018 didorong oleh mulai
menurunnya curah hujan sejalan dengan
mulai masuknya periode kemarau di Papua
sehingga pasokan komoditas bahan makanan
dapat terjaga.
Namun demikian, kondisi cuaca yang tidak
menentu dapat menyebabkan ganguan
pasokan terutama terhadap komoditas
pertanian. Di samping itu, gangguan produksi
di daerah-daerah pemasok seperti Surabaya,
Makassar dan beberapa wilayah di Pulau Jawa
dapat meningkatkan tekanan inflasi di Papua
karena beberapa komoditas masih di pasok
dari daerah-daerah tersebut.
3.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau
Inflasi kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau pada triwulan II 2018
mengalami inflasi sebesar 4,47% (yoy) lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2018
yang sebesar 3,76% (yoy).
Inflasi kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau terutama disumbang
oleh rokok kretek filter dan rokok putih
dengan seumbangan masing-masing sebesar
0,10% (yoy). Peningkatan tarif rokok secara
tahunan terutama disebabkan oleh kenaikan
cukai rokok yang telah berjalan sejak 1 Januari
2018 sebesar 10,04%.
Selain itu, peningkatan inflasi kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
disumbang oleh kue kering berminyak dan
makanan ringan dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,06% (yoy). Inflasi komoditas
kue kering dan makanan ringan dipicu oleh
peningkatan permintaan menjelang perayaan
Idul Fitri 1439H.
46
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Di sisi lain terdapat beberapa komoditas yang
mengalami deflasi. Komoditas utama yang
mengalami deflasi pada triwulan II 2018
adalah gula pasir dengan sumbangan sebesar
-0,05% (yoy). Deflasi komoditas gula pada
triwulan II 2018 di sebabkan oleh adanya
operasi pasar yang dilkukan oleh Bulog
Provinsi Papua untuk menyediakan gula
menjelang perayaan Idul Fitri 1439H sehingga
pasokan gula menjadi tercukupi.
Sementara itu, dilihat dari perkembangan
hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia,
ekspektasi peningkatan harga makanan pada
triwulan II 2018 sebesar 187,84 meningkat
dari triwulan I 2018 yang sebesar 184,06. Hal
tersebut sejalan dengan ekspektasi
masyarakat terhadap peningkatan harga
makanan menjelang hari raya Idul Fitri 1439H.
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, inflasi kelompok
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
diperkirakan menurun dibandingkan dengan
triwulan II 2018. Minimnya momen perayaan
hari besar keagamaan diperkirakan akan
menurunkan ekspektasi dan konsumsi
masyarakat pada triwulan III 2018.
3.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik,
Gas dan Bahan Bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar pada triwulan II 2018
mencapai 0,78% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang
mengalami inflasi sebesar 1,43% (yoy).
Penurunan inflasi kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar terutama
disumbang oleh deflasi komoditas semen,
batu bata dan kayu lapis dengan sumbangan
masing-masing sebesar -0,03% (yoy); -0,01%
(yoy) dan -0,01% (yoy). Penurunan bahan-
bahan bangunan pada triwulan II 2018,
khususnya semen didorong oleh upaya yang
dilakukan oleh pemerintah bersama dengan
bumn untuk menurunkan harga semen agar
bisa mendekati harga di Pulau Jawa. Dengan
demikian, harga semen dapat ditekan lebih
rendah lagi.
Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang
memberikan sumbangan inflasi pada triwulan
II 2018 yaitu sewa rumah dan besi beton
Grafik 3.7 Perkembangan Ekspektasi Harga 3 Bulanan
Sumber: BPS, diolah.
Grafik 3.8 Perkembangan Ekspektasi Harga 3 Bulanan
Sumber: BPS, diolah.
184,71171,43
184,06191,89 193,75
187,84
0
50
100
150
200
250
Jan-18 Feb-18 Mar-18 Apr-18 Mei-18 Jun-18
Makanan Nonmakanan Energi Perumahan Jasa
13400
13600
13800
14000
14200
14400
14600
02-A
pr-1
8
05-A
pr-1
8
10-A
pr-1
8
13-A
pr-1
8
18-A
pr-1
8
23-A
pr-1
8
26-A
pr-1
8
2-M
ei-1
8
7-M
ei-1
8
11-M
ei-1
8
16-M
ei-1
8
21-M
ei-1
8
24-M
ei-1
8
30-M
ei-1
8
05-J
un-1
8
08-J
un-1
8
21-J
un-1
8
26-J
un-1
8
29-J
un-1
8
Kurs Tengah
Rp
47
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
dengan sumbangan masing-masing sebesar
0,07% (yoy) dan 0,03% (yoy). Peningkatan
tarif sewa rumah terutama dipicu oleh
terbatasnya unit rumah yang disewa ditengah
tingginya permintaan sewa rumah terutama
menjelang periode libur panjang setelah
perayaan Idul Fitri. Sementara itu,
peningkatan harga besi beton disebabkan
oleh terbatasnya pasokan akibat tidak adanya
produksi lokal besi beton di Papua dan harus
mendatangkan dari luar wilayah.
Tracking Triwulan III 2018
Memasuki triwulan III 2018, inflasi kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
diperkirakan menurun dibandingkan triwulan
II 2018. Tidak adanya wacana peningkatan
tariff dasar listrik dan bahan bakar menjadi
peredam inflasi kelompok ini pada triwulan III
2018.
3.2.4 Kelompok Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan
Realisasi Triwulan II 2018
Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan secara tahunan pada triwulan
II 2018 mencapai 3,21% (yoy) menurun dari
triwulan I 2018 sebesar 6,02% (yoy). Secara
umum, inflasi kelompok transpor, komunikasi
dan jasa keuangan pada triwulan II 2018
dipicu oleh tekanan permintaan masyarakat
terhadap angkutan udara menjelang periode
Hari Raya Idul Fitri 1439H dengan angkutan
udara memiliki sumbangan sebesar 0,20%
(yoy).
Adanya fenomena “mudik” yaitu pulang ke
kampung halaman untuk merayakan hari raya
Idul Fitri memang rutin dilaksanakan setiap
tahun. Namun demikian, keterbatasan
frekuensi penerbangan dan jam operasional
bandar udara menyebabkan terbatasnya
jadwal penerbangan dan tiket angkutan
udara dari dan menuju wilayah Papua. Bandar
udara Sentani di Jayapura, sebagai bandar
udara terbesar dan penghubung utama di
wilayah Papua hanya beroperasi sampai
dengan pukul 17.00 WIT sehingga jumlah
penerbangan tidak bisa di tambah lagi.
Dengan demikian, pada saat momen hari
besar keagamaan inflasi angkutan udara
selalu menjadi penyumbang terbesar.
Kemudian, komoditas lainnya yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap
inflasi kelompok transport, komunikasi dan
jasa keuangan adalah mobil. Pada triwulan II
2018, mobil memberikan sumbangan sebesar
0,13% (yoy). Peningkatan harga mobil secara
tahunan disebabkan oleh peningkatan biaya
operasional tahunan yang disebabkan oleh
peningkatan harga bahan baku serta adanya
depresiasi nilai tukar sehingga setiap tahun
harganya terus naik.
Grafik 3.9 Inflasi Angkutan Udara
Sumber: BPS, diolah.
-15
-5
5
15
25
35
45
55
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2016 2017 2018
Inflasi tanpa angkutan udara Umum Inflasi Angkutan Udara (Sk. Kanan)
% yoy % yoy
48
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Tracking Triwulan III 2018
Inflasi kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan pada triwulan III 2018
diperkirakan lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan II 2018. Minimnya momen
perayaan hari besar keagamaan dan hari libur
panjang menyebabkan menurunnya
permintaan masyarakat terhadap jasa
angkutan udara dan moda transportasi
lainnya. Namun demikian, momen arus balik
dan mulai masuknya tahun ajaran baru
sekolah diperkirakan akan menjadi pemicu
naiknya inflasi angkutan udara.
3.3 Inflasi Spasial
Pada triwulan II 2018, kedua kota inflasi di
Papua mengalami inflasi yang searah dan
menunjukan kenaikan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya.
3.3.1 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura
Perkembangan inflasi Kota Jayapura pada
triwulan II 2018 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan I 2018. Inflasi
Kota Jayapura sebesar 4,42% (yoy) meningkat
dari triwulan sebelumnya sebesar 4,18%
(yoy). Secara tahun kalender, inflasi Kota
Jayapura mencapai 3,88% (ytd) dan secara
triwulanan meningkat sebesar 1,82% (qtq).
Dilihat berdasarkan kelompok komoditasnya,
kelompok inflasi yang mengalami
peningkatan tertinggi adalah kelompok
bahan makanan yang memberikan
sumbangan inflasi sebesar 3,14% (yoy).
Peningkatan inflasi kelompok bahan makanan
disebabkan oleh gelombang tinggi yang
menyebabkan nelayan tidak bisa melaut
sehingga pasokan ikan laut menjadi terbatas.
Hal tersebut yang kemudian menjadi pemicu
naiknya inflasi kelompok bahan makanan
secara signifikan. Sementara itu, kelompok
lainnya yang memberikan sumbangan
terbesar adalah kelompok makanan jadi,
minuman, rokok dan tembakau dan
kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan dengan sumbangan masing-
masing sebesar 0,62% (yoy) dan 0,42% (yoy).
Kemudian, dilihat dari komoditas
penyumbangnya, komoditas utama
penyumbang inflasi Kota Jayapura pada
triwulan II 2018 adalah ikan ekor kuning, ikan
Tabel 3.4 Komoditas Penyumbang Utama Inflasi Kota Jayapura (yoy)
Sumber: BPS, diolah
Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)
Ekor Kuning 1,01 Ekor Kuning 2,23 Ekor Kuning 1,95
Angkutan Udara 0,88 Angkutan Udara 0,61 Cakalang/Sisik 0,92
Cakalang/Sisik 0,45 Cakalang/Sisik 0,58 Cabai Rawit 0,37
Ikan Mumar 0,34 Ikan Mumar 0,32 Mobil 0,24
Mobil 0,25 Mobil 0,25 Tomat Sayur 0,23
Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)
Cabai Rawit -0,22 Bawang Putih -0,12 Bawang Putih -0,12
Bawang Merah -0,12 Bawang Merah -0,09 Bawang Merah -0,08
Gula Pasir -0,09 Gula Pasir -0,08 Gula Pasir -0,07
Tahu Mentah -0,06 Wortel -0,04 Semen -0,04
Cabai Merah -0,05 Semen -0,04 Wortel -0,03
April Mei Juni
INFLASI
April Mei Juni
DEFLASI
49
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
cakalang dan cabai rawit dengan sumbangan
masing-masing sebesar 1,95% (yoy); 0,92%
(yoy) dan 0,37% (yoy) (Tabel 3.4).
Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas yang
memberikan sumbangan deflasi pada
triwulan II 2018 yaitu bawang putih, bawang
merah dan gula pasir dengan sumbangan
masing-masing sebesar -0,12% (yoy); -0,08%
(yoy) dan -0,07% (yoy).
3.3.2 Perkembangan Inflasi Kabupaten
Merauke
Perkembangan inflasi Kab. Merauke pada
triwulan II 2018 mengalami kenaikan
dibandingkan dengan triwulan I 2018. Inflasi
Kab. Merauke pada triwulan II 2018 sebesar
3,22% (yoy) meningkat dari triwulan
sebelumnya sebesar 0,44% (yoy). Secara
tahun kalender, inflasi Kab. Merauke
mencapai 4,20% (ytd) dan secara triwulanan
meningkat sebesar 2,69% (qtq).
Dilihat dari kelompok komoditasnya,
kelompok bahan makanan dan kelompok
transpor, komunikasi dan jasa keuangan
menjadi pendorong utama inflasi Kab.
Merauke pada triwulan II 2018. Kelompok
bahan makanan memberikan sumbangan
inflasi sebesar 1,51% (yoy) meningkat dari
triwulan sebelumnya yang membrikan
sumbangan deflasi sebesar -0,56% (yoy).
Sementara itu, kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan memberikan
sumbangan inflasi sebesar 0,83% (yoy)
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar
0,07% (yoy).
Sementara itu, dilihat dari komoditas
penyumbangnya, inflasi Kab. Merauke pada
triwulan II 2018 terutama disebabkan oleh
Ikan mujair, angkutan udara dan ikan
kembung dengan sumbangan masing-masing
sebesar 0,98% (yoy); 0,82% (yoy) dan 0,81%
(yoy). Peningkatan tarif angkutan udara
sejalan dengan tingginya permintaan
masyarakat terhadap angkutan udara
menjelang periode libur hari raya Idul Fitri
1439H.
Di sisi alin, terdapat beberapa komoditas yang
memberikan sumbangan deflasi pada
triwulan II 2018 yaitu bawang putih, bayam
Tabel 3.5 Komoditas Penyumbang Utama Inflasi Kabupaten Merauke (yoy)
Sumber: BPS, diolah
Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)
Ikan Kembung 0,95 Ikan Kembung 2,37 Mujair 0,98
Beras 0,45 Beras 0,39 Angkutan Udara 0,82
Daging Ayam Ras 0,36 Daging Ayam Ras 0,34 Ikan Kembung 0,81
Rokok Putih 0,30 Ketimun 0,31 Cabai Merah 0,38
Rokok Kretek Filter 0,27 Rokok Putih 0,30 Cabai Rawit 0,32
Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy) Komoditas Andil (%, yoy)
Angkutan Udara -0,24 Bayam -0,23 Bawang Putih -0,30
Mujair -0,15 Bawang Putih -0,21 Bayam -0,19
Udang Basah -0,14 Kangkung -0,15 Udang Basah -0,14
Kacang Panjang -0,14 Mujair -0,12 Kacang Panjang -0,13
Cabai Merah -0,12 Cabai Merah -0,10 Kangkung -0,11
April Mei Juni
INFLASI
April Mei Juni
DEFLASI
50
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
dan udang basah dengan sumbangan
masing-masing sebesar -0,30% (yoy); -0,19%
(yoy) dan -0,14% (yoy) (Tabel 3.5). Penurunan
harga bawang putih didorong oleh pasokan
bawang putih yang membaik pasca adanya
gagal panen di wilayah Jawa Timur sehingga
mengganggu pasokan di Merauke.
3.4 Pengendalian Inflasi Papua
Bank Indonesia bersama dengan Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) secara
berkala melakukan pengendalian inflasi di
daerah guna mencapai kestabilan harga
barang dan Jasa. Sampai dengan triwulan II
2018 telah terbentuk TPID di seluruh
Kota/Kabupaten di Provinsi Papua yaitu
sebanyak 29 TPID Kota/Kabupaten dan 1 TPID
Provinsi sehingga secara total terdapat 30
TPID di Provinsi Papua.
Selama triwulan II 2018, telah dilakukan
berbagai kegiatan pengendalian inflasi baik
ditingkat daerah maupun ditingkat provinsi
terutama untuk mengantisipasi kenaikan
harga barang dan jasa menjelang hari raya
Idul Fitri pada bulan Juni 2018.
Adapun beberapa kegiatan pengendalian
inflasi pada triwulan II 2018 dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Pengendalian Inflasi Papua Triwulan II
2018
No Waktu Lokasi Kegiatan
1 11 April 2018 Kota Jayapura Rapat TPID tingkat Kota Jayapura
2 13 April 2018 Kab. Biak Numfor Focus Group Discussion pembentukan
klaster ikan tangkap di Kab. Biak
3 17 April 2018 Kab. Merauke High Level Meeting TPID Kab.
Merauke
4 17 April 2018 Kab. Merauke Pembentukan Klaster cabai dan padi
5 17 April 2018 Kota Jayapura High Level Meeting TPID Kota
Jayapura.
6 25 Mei 2018 Kota Jayapura Rapat Koordinasi Persiapan Menjelang
Lebaran
7 28 Mei 2018 Kota Jayapura Rapat Teknis TPID Kota Jayapura
Menjelang Lebaran
8 30 Mei 2018 Kota Jayapura Rapat Teknis TPID Provinsi Papua
Menjelang Lebaran
9 31 Mei 2018 Kota Jayapura Sidak Pasar
10 Mei 2018 Kab. Nabire Pelatihan Klaster Padi dan Penanaman
Padi Organik
11 7 Juni 2018 Kota Jayapura Sidak Pasar
12 6-9 Juni 2018 Kota Jayapura Pelaksanaan kegiatan pasar murah
51
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Bagaikan fenomena yang sudah lazim bahwa
di Indonesia khususnya pada saat menjelang
hari raya keagamaan khususnya pada saat
bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri
serta Hari Raya Natal dan Tahun Baru sering
diikuti dengan gejolak inflasi yang cukup
tinggi pada komoditas sembilan bahan pokok
(Sembako). Terjadinya kenaikan harga barang
tersebut bisa dikarenakan faktor besarnya
permintaan yang tidak diimbangi dengan
penawaran sehingga menyebabkan terjadinya
kelangkaan barang kebutuhan masyarakat,
bisa juga karena naiknya daya beli masyarakat
sehingga harga barang menjadi tidak
terkendali. Banyaknya orang bersedekah,
mengeluarkan zakat serta Tunjangan Hari
Raya (THR) dan tingginya angka mudik,
merupakan pemicu inflasi di Indonesia.
Untuk mengantisipasi lonjakan inflasi di Papua
jelang hari raya Idul Fitri 1439 H, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
bersama TPID Provinsi Papua dan TPID Kota
Jayapura telah menggelar rapat-rapat
koordinasi dan rapat teknis untuk
mensinergikan pelaksanaan kegiatan-
kegiatan pengendalian inflasi seperti Pasar
Murah, Operasi Pasar dan Sidak Pasar yang
diinisiasi oleh masing-masing OPD/instansi
terkait.
Penyelenggaraan Pasar Murah Idul Fitr 1439 H
yang dilaksanakan di Taman Imbi Kota
Jayapura pada tanggal 6 – 8 Juni 2018,
BOKS II PENGENDALIAN INFLASI JELANG HARI
RAYA IDUL FITRI 1439 H
52
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
merupakan salah satu kegiatan pengendalian
inflasi yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Papua berkolaborasi
dengan TPID Provinsi Papua dan TPID Kota
Jayapura dengan menghadirkan 25
petani/produsen binaan masing-masing
OPD/Instansi terkait. Adapun komoditas yang
diperdagangkan antara lain sembako, sayur-
mayur, ikan air asin dan tawar, daging sapi,
daging ayam ras, telur dan makanan olahan.
Tujuan dari kegiatan Pasar Murah itu sendiri
adalah untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dengan harga yang lebih
terjangkau, karena pasokan barang
didatangkan langsung dari petani/produsen
sehingga dapat memangkas rantai pasok/
jalur distribusi. Sekaligus sebagai sarana untuk
promosi komoditas binaan kepada
masyarakat.
Dalam penyelenggaraan Pasar Murah Idul Fitri
1439 H tersebut diberlakukan pembayaran
dengan mekanisme non tunai untuk semua
transaksi penjualan/pembelian dengan
menggandeng perbankan di Kota Jayapura.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan
instrumen non tunai dan sebagai ajang
edukasi serta sosialisasi mengenai Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT).
Berdasarkan data transaksi selama pasar
murah, penyelenggaraan Pasar Murah Idul
Fitri 1439 H berhasil menjaring 2.118 transaksi
secara non tunai dengan omset penjualan
sebesar Rp227.463.964,00. Tidak hanya
menggelar pasar murah, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Papua bekerjasama
dengan Perbankan Kota Jayapura juga
membuka layanan penukaran uang melalui
Mobil Kas Keliling, mengingat animo
masyarakat dalam menukarkan uang ke
pecahan kecil menjelang Lebaran sangat
besar setiap tahunnya.
Selain penyelenggaraan Pasar Murah Idul Fitri
1439 H oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua, instansi/OPD terkait
yang tergabung sebagai anggota TPID Provinsi
Papua dan TPID Kota Jayapura juga
mengadakan kegiatan Operasi Pasar (OP) dan
Pasar Murah seperti Bulog yang secara rutin
melaksanakan OP di pasar tradisional dan
sentra keramaian setiap minggu menjelang
dan pada saat bulan suci Ramadhan, demikian
halnya dengan Disperindagkop Kota Jayapura
yang juga melaksanakan Pasar Murah pada
minggu kedua bulan Ramadhan dan Operasi
Pasar pada satu minggu sebelum Lebaran.
Adapun untuk mengawasi gejolak harga dan
kecukupan stok bahan pangan, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
bersama TPID Provinsi Papua yang dipimpin
oleh Staf Ahli Gubernur Ibu Ani Rumbiak dan
TPID Kota Jayapura yang dipimpin oleh
Walikota Jayapura, Bpk. Drs. Benhur Tomi
Mano, MM berkolaborasi dengan Satgas
Pangan Polda Papua melaksanakan Sidak ke
pasar-pasar tradisional maupun pasar modern
guna melihat secara langsung harga dan stok
pangan di lapangan serta mengawasi
kemungkinan adanya penimbunan-
penimbunan pada distributor besar di Kota
Jayapura.
Dampak pelaksanaan kegiatan pengendalian
inflasi di Papua jelang Idul Fitri 1439 H berupa
53
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Pasar Murah, Operasi Pasar dan Sidak yang
telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan
TPID Provinsi Papua dan Kota Jayapura, sangat
positif terhadap pegendalian laju inflasi di
Papua. Berdasarkan data BPS tercatat inflasi
bulan Juni 2018 di Papua pada kelompok
bahan makanan mengalami inflasi sebesar
0,14% (mtm) menurun dari triwulan I 2018
sebesar 5,47% (mtm). Sementara itu, secara
spasial penyumbang deflasi kelompok bahan
makanan di Jayapura adalah komoditas ikan
ekor kuning, daging sapi dan bawang putih
dengan sumbangan masing-masing sebesar -
0,07% (mtm), -0,01% (mtm) dan -0,008%
(mtm). Hal ini merupakan keberhasilan dalam
membentuk ekspektasi masyarakat terhadap
harga barang di Papua jelang Idul Fitri 1439 H.
54
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
BAB IV STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Kinerja keuangan sektor korporasi dan rumah tangga pada triwulan II 2018
terjaga dengan baik dan menjadi penopang stabilitas keuangan daerah secara
umum di Papua. Hal ini ditunjukkan dengan perbaikan kualitas kredit untuk
kedua sektor. Dari sisi sektor korporasi, asesmen menilai bahwa kinerja sektor
korporasi pada triwulan II 2018 masih terjaga.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua menunjukkan bahwa kondisi
keuangan korporasi pada triwulan II 2018 secara umum masih relatif terjaga.
Aspek likuiditas dan rentabilitas pada triwulan laporan masih dalam kondisi
yang relatif positif, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
55
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
4.1 Ketahanan Sektor Korporasi
4.1.1 Sumber Kerentanan Korporasi
Memasuki triwulan II 2018, terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi kerentanan korporasi
Papua, yaitu (i) tingginya kinerja sektor
pertambangan dan penggalian; (ii) tingginya
permintaan pada saat bulan Ramadhan dan
perayaan Idul Fitri; (iii) rendahnya belanja
pemerintah daerah. Terkait dengan sektor
pertambangan dan penggalian, pada triwulan
II 2018 kinerja salah satu perusahaan tambang
terbesar di Papua terus stabil mulai dari akhir
tahun 2017 dengan tingkat produksi yang
tinggi. Kemudian, dari sisi konsumsi rumah
tangga, peningkatan permintaan pada saat
bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri
menjadi salah satu penopang kinerja korporasi
terutama untuk sektor Perdagangan dan
sektor Angkutan. Namun demikian, libur yang
relatif panjang pada saat perayaan Idul Fitri
mengurangi kegiatan operasional swasta dan
pemerintah sehingga turut menahan kinerja
korporasi dan realisasi pendapatan dan belanja
pemerintah yang terkontraksi mencapai -
23,7% (yoy) dibandingkan dengan periode
yang sama tahun 2017. Di samping itu,
ketidakpastian kondisi sosial politik di Provinsi
Papua pada saat pelaksanaan Pilkada serentak
2018 turut menahan realisasi anggaran
pemerintah, namun hal ini merupakan dampak
sesaat menjelang Pilkada. Dengan
terlaksananya Pilkada yang aman, damai, dan
lancar diperkirakan akan meningkatkan
belanja pemerintah pada triwulan III 2018.
Berdasarkan hasil liaison triwulan II 2018,
menunjukkan kinerja dunia usaha wilayah
Provinsi Papua cenderung mengalami
peningkatan (Grafik 4.1). Hal tersebut
tercermin dari meningkatnya penjualan
domestik di triwulan I 2018. Peningkatan
penjualan domestik hampir terjadi di semua
sektor yaitu sektor perdagangan besar dan
eceran, pergudangan dan jasa penunjang
angkutan, kehutanan dan penebangan kayu,
dan penyediaan akomodasi perhotelan.
Peningkatan tersebut sejalan dengan persiapan
penyelanggaraan PON 2020 di Provinsi Papua,
membaiknya jalur distribusi barang, faktor
cuaca yang mendukung penyelenggaraan
kegiatan produksi, serta meningkatnya
Grafik 4.1 Kinerja Korporasi Berdasarkan Liaison
Sumber: Liaison Bank Indonesia Papua, diolah
0,29
0,71
1,29
-0,14
0,71
0,140 0
-1,5
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
PenjualanDomestik
Utilisasi Investasi Harga Jual Tenaga Kerja Upah Biaya Bahan Baku Biaya Energi
QII 2017 s.d. QII 2018Likert Scale
56
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
kebutuhan masyarakat menjelang hari raya
Idul Fitri.
Di sisi lain kapasitas utilisasi perusahaan berada
pada kondisi yang stabil dan cenderung
meningkat terutama pada sektor perdagangan
besar dan eceran. Peningkatan kapasitas dan
efisiensi pada sektor transportasi dan
pergudangan turut meningkatkan likert scale
untuk kapasitas utilisasi. Namun demikian,
sektor konstruksimengalami penurunan
permintaan domestik karena keterlambatan
pelaksanaan proyek - proyek startegis. Sampai
dengan bulan Agustus 2018, realisasi
anggaran infrastruktur di Dinas PUPR Papua
masih 0%. Selain itu investasi yang dilakukan
menyebabkan peningkatan kapasitas utilisasi
(alat berat), namun demikian dalam
pelaksanaanya penggunaan alat berat tersebut
masih belum maksimal.
Kegiatan investasi mengalami peningkatan
pada triwulan II 2018. Peningkatan investasi
dan permintaan domestik turut mempengaruhi
peningkatan kebutuhan atas jumlah tenaga
kerja perusahaan pada triwulan II 2018.
Antisipasi peningkatan permintaan menjelang
hari raya Idul Fitri mendorong sektor
perdagangan besar dan eceran melakukan
penambahan tenaga kerja.
Secara umum komponen biaya pada triwulan
berjalan mengalami penurunan yaitu di
komponen biaya energi dan biaya bahan baku.
Pada sisi lain, komponen biaya tenaga kerja
masih mengalami peningkatan, khususnya
pada sektor perdagangan besar dan eceran.
Suplai yang terbatas ditengah permintaan yang
tinggi, ditengarai menyebabkan biaya tenaga
kerja lebih tinggi.
Harga jual pada triwulan II 2018 secara umum
relatif stabil, bahkan terdapat beberapa sektor
yang mengalami penurunan dikarenakan
semakin efisiennya pelaksanaan pengiriman
barang, serta persaingan yang semakin ketat
antar pelaku usaha.
Penjualan Domestik dan Investasi
Hasil liaison menunjukkan penjualan domestik
triwulan II 2018 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan I 2018 maupun
periode yang sama pada tahun lalu.
Peningkatan penjualan domestik terindikasi
dari likert scale penjualan domestik pada
triwulan II 2018 sebesar 0,29 lebih tinggi
dibandingkan dengan likert scale -1,11 pada
triwulan I 2018 dan likert scale 0,00 pada
triwulan II 2017. Diperoleh informasi bahwa
peningkatan permintaan domestik dipengaruhi
oleh meningkatnya pembangunan di Provinsi
Papua, mulai stabilnya pengiriman barang dari
luar Provinsi Papua, dan mulai meningkatnya
konsumsi masyarakat dalam rangka
menyambut hari raya Idul Fitri.
Namun demikian, terjadi penurunan
dibeberapa sektor, seperti sektor jasa lainnya,
perdagangan dan konstruksi di beberapa
Kabupaten di Provinsi Papua. Penurunan sektor
perdagangan khususnya yang terkait layanan
tiket dan perjalanan, disebabkan oleh
meningkatnya penggunaan aplikasi online
untuk pemesanan tiket dan travel. Pada sektor
Konstruksi disebabkan pembangunan Provinsi
Papua masih terfokus pada pembangunan
untuk menyambut PON 2020.
Kegiatan investasi pada triwulan II 2018
mengalami peningkatan dengan likert scale
1,29 lebih tinggi dibandingkan likert scale 0,44
57
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
pada triwulan I 2018. Peningkatan investasi
terjadi pada beberapa sektor, antara lain sektor
pergudangan dan jasa penunjang angkutan,
pos dan kurir dan sektor perdagangan besar
dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor.
Meskipun demikian, terdapat faktor yang
menahan investasi pada triwulan II 2018 yaitu
berkurangnya dan terlambatnya pelaksanaan
proyek.
Biaya dan Harga Jual
Secara umum biaya produksi triwulan II 2018
mulai stabil dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Pada triwulan II 2018 biaya energi
berada pada posisi yang stabil dari triwulan
sebelumnya, yang semula dengan likert scale
sebesar 2,00 menjadi 0,00 pada triwulan II
2018. Hal tersebut seiring dengan telah
stabilnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di
Provinsi Papua.
Namun demikian terjadi kenaikan pada
komponen biaya tenaga kerja dari likert scale -
1,00 pada triwulan I 2018 menjadi 0,14 pada
triwulan II 2018. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh penyesuaian upah tenaga
kerja dengan standar acuan upah provinsi
Papua yang meningkat sebesar 8,71%.
Harga jual pada triwulan II 2018 mengalami
penurunan dengan likert scale -0,14
dibandingkan dengan triwulan I 2018 sebesar
0,67. Hal tersebut sejalan dengan penurunan
margin usaha dengan likert scale -0,14 lebih
rendah dari triwulan sebelumnya.
Harga jual pada triwulan II 2018 secara umum
relatif mengalami penurunan karena
persaingan usaha yang semakin ketat,
terutama dengan meningkatnya transaksi dan
pelaksanaan lelang yang dilakukan secara
online.
Sektor usaha dengan margin yang tergerus
adalah sektor perdagangan besar dan eceran,
bukan mobil dan sepeda motor, terutama
dengan masuknya pusat belanja modern di
Kota Jayapura yang menerapkan satu harga
berlaku secara nasional pada mayoritas barang
yang dijual.
Kondisi Keuangan
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua menunjukkan bahwa
kondisi keuangan korporasi pada triwulan II
2018 secara umum masih relatif terjaga. Aspek
likuiditas dan rentabilitas pada triwulan II 2018
masih dalam kondisi yang relatif positif,
meskipun lebih rendah dari triwulan
sebelumnya. Sementara di sisi lain, komponen
akses kredit mengalami penurunan lebih dalam
dari triwulan I 2018 meskipun secara tahunan
masih lebih tinggi dari periode yang sama
tahun sebelumnya (Grafik 4.2).
Grafik 4.2 Perkembangan Likuiditas, Rentabilitas,
dan Rentabili
Sumber: SKDU Bank Indonesia Papua, diolah
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
II III IV I II III IV I II
2017 2018
Likuiditas korporasi Rentabilitas korporasi Akses Kredit
% SBT
58
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Dari sisi likuiditas, 71,1% korporasi
menyatakan bahwa pada triwulan II 2018
kondisi likuiditas perusahaan masih stabil.
Sementara itu, kenaikan tingkat likuiditas
terutama terjadi pada pelaku usaha di sektor
Jasa, dimana 83,3% pelaku usaha menyatakan
bahwa likuiditas perusahaan mengalami
kenaikan (Grafik 4.3).
Dari sisi rentabilitas, 75,6% korporasi
menyatakan bahwa laba yang dihasilkan
melalui pemanfaatan aset/modal pada triwulan
II 2018 relatif stabil. Penurunan tingkat
rentabilitas terutama terjadi pada korporasi di
sektor jasa yang dinyatakan oleh 17%
responden , meskipun 33% pada sektor ini
menyatakan kenaikan rentabilitas
dibandingkan dengan triwulan I 2018 (Grafik
4.4). Peningkatan laba terutama terjadi pada
pelaku usaha industri hotel dan angkutan yang
disebabkan oleh peningkatan permintaan
dalam rangka libur panjang pada saat perayaan
Idul Fitri.
4.1.2 Exposure Perbankan Sektor Korporasi
Kinerja perbankan di sektor korporasi Papua
pada triwulan II 2018 relatif stabil dengan
kecenderungan terus membaik (Grafik 4.5).
Kondisi tersebut tercermin dari beberapa
indikator kinerja utama perbankan di sektor
korporasi, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK)
korporasi berada pada kondisi yang stabil,
meningkatnya kredit, dan terus menurunnya
Non-performing Loan (NPL).
Pada triwulan II 2018, pertumbuhan DPK
korporasi berada pada kondisi yang stabil
dengan sedikit penurunan menjadi 14,8% dari
15,7% pada triwulan sebelumnya sebagai
akibat dari tingginya konsumsi pada saat
perayaan Idul Fitri. Komposisi giro menjadi
komponen yang lebih dominan lagi pada
triwulan II 2018 dengan pangsa hampir
mencapai 70%, naik 11,5% dari triwulan I
2018. Sementara penempatan dana pada
komponen tabungan dan deposito di triwulan
II 2018 masing – masing sebesar 20,7% dan
Grafik 4.5 Perkembangan DPK, Kredit, dan NPL
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
DPK (yoy) Kredit (yoy) NPL (sb.kanan)
yoy NPL
Grafik 4.3 % Likuiditas Korporasi per Sektor
Sumber: SKDU Bank Indonesia Papua, diolah
0% 20% 40% 60% 80% 100%
LGA
Bangunan
Perdagangan
Hotel
Angkutan
Jasa
Naik Stabil Turun
Grafik 4.4 % Rentabilitas Korporasi per Sektor
Sumber: SKDU Bank Indonesia Papua, diolah
0% 20% 40% 60% 80% 100%
LGA
Bangunan
Perdagangan
Hotel
Angkutan
Jasa
Naik Stabil Turun
59
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
11,8%. Dalam perkembangannya, DPK
tumbuh melambat sebesar 14,8% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan I 2018 sebesar
15,7% (yoy). Adapun, giro tumbuh sebesar
35,1% (yoy) sedangkan tabungan dan
deposito mengalami kontraksi sebesar -8,2%
(yoy) dan 19% (yoy) pada triwulan II 2018.
Kemudian, jika pada triwulan sebelumnya
penurunan NPL disertai dengan penurunan
kredit, pada triwulan II 2018 perbaikan terus
terjadi pada kualitas kredit yang ditandai
dengan penurunan NPL secara konsisten
menjadi 4,99%, berada di bawah 5%
sebagaimana ketentuan Bank Indonesia untuk
salah satu kategori perbankan yang sehat. Hal
ini turut diiringi dengan kredit yang mengalami
peningkatan menjadi 1,44% dari triwulan
sebelumnya terkontraksi mencapai -3,65%.
Pertumbuhan kredit tertinggi secara tahunan
dialami sektor transportasi, komunikasi, dan
pergudangan sebesar 26,5% (yoy) dan sektor
pertanian sebesar 11,2% (yoy) (Grafik 4.6).
Dari sisi penyaluran kredit korporasi, tercatat
mayoritas kredit korporasi disalurkan ke sektor
perdagangan, konstruksi, dan pertanian,
masing-masing mencapai 31,8%, 17,5% dan
15% (Grafik 4.7).
Tren penurunan NPL dari awal tahun 2018
merupakan indikasi berhasilnya perbankan di
Provinsi Papua dalam melaksanakan perbaikan
manajemen dan merupakan sinyal positif
perbaikan ekonomi di Papua secara kontinyu
Grafik 4.6 Pertumbuhan Kredit Korporasi per
Sektor
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.7 % Proporsi Kredit per Sektor
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
-70%
-45%
-20%
5%
30%
55%
80%
105%
130%
155%
180%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy
yoy
15%
17,5%
31,8%
8,6%
3,4%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017 IV 2017 I 2018 II 2018
Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy
Grafik 4.8 % Proporsi Kredit Berdasar
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.9 Perkembangan NPL per Sektor
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
61,2%
38,5%
0,4%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017 IV 2017 I 2018 II 2018
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Pertanian Konstruksi Perdagangan TransKomGud Jasa Masy
I 2016 II 2016 III 2016 IV 2016 I 2017 II 2017 III 2017 IV 2017 I 2018
60
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
dari sisi korporasi, apalagi hal ini diiringi
dengan tumbuhnya kredit.
Dari sisi penggunaan, tidak terdapat
perubahan struktur penyaluran kredit, dimana
lebih dari 60% kredit korporasi yang disalurkan
digunakan untuk modal kerja dan lebih dari
30% untuk kredit investasi (Grafik 4.8).
Penyaluran kredit korporasi untuk modal kerja
pada triwulan II 2018 tidak banyak berubah
terkontraksi sebesar -4,0% (yoy) sedikit
membaik dibandingkan dengan triwulan I
2018 yang terkontraksi sebesar -4,8% (yoy).
Sementara itu, kredit investasi mengalami
pertumbuhan yang signifikan mencapai
sebesar 11,5% (yoy) membaik dibandingkan
dengan triwulan I 2018 yang terkontraksi
sebesar -1,2% (yoy).
Kualitas kredit berdasarkan jenisnya telah
mengalami perbaikan yang signifikan terutama
NPL kredit investasi sebesar 0,7% dan NPL
kredit modal kerja sebesar 7,7% pada triwulan
II 2018 dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang masing – masing sebesar
1,1% dan 8,5% (Grafik 4.10).
4.2 Asesmen Sektor Rumah Tangga
4.2.1 Sumber Kerentanan Sektor Rumah
Tangga
Pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan II
2018 secara tahunan tumbuh melambat bila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh dampak melambatnya
pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian yang memiliki pangsa hingga 47%
PDRB Papua. Dilihat dari sisi permintaan,
Grafik 4.10 Kinerja Kredit dan NPL Berdasar
Penggunaan
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.11 Perkembangan DPK
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
g Modal Kerja (sb.kanan) g Investasi (sb.kanan) NPL Modal Kerja NPL Investasi
yoy
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018Giro (sb.kanan) Tabungan (sb.kanan) Deposito (sb.kanan)
g Giro g Tabungan g Deposito
yoy Pangsa
Grafik 4.12 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.13 Perkembangan Indikator SK Lainnya
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
I II III IV I II III 10 11 IV I II I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2016 2017 2018
Ekspektasi EkonomiKondisi Ekonomi Saat Ini
Pe
sim
isO
pti
mis
Indeks
Indeks Penghasilan KonsumenIndeks Konsumsi Barang Tahan LamaIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Penghasilan Konsumen (Ekspektasi)Indeks Kegiatan UsahaIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja (Ekspektasi)
61
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada
pertambangan turut terjadi pada ekspor luar
negeri. Meskipun begitu, rumah tangga tidak
memiliki korelasi yang kuat dengan sektor
pertambangan dan penggalian. Hal ini
disebabkan oleh dampak yang diperoleh sektor
rumah tangga dari kinerja sektor
pertambangan dan penggalian hanya berupa
pendapatan dari tenaga kerja pertambangan
yang memiliki pangsa kurang dari 7%
angkatan kerja Papua. Bahkan, PDRB dari sisi
permintaan, konsumsi rumah tangga
mengalami peningkatan pertumbuhan yang
terindikasi disebabkan oleh momen perayaan
Idul Fitri.
Dua faktor yang mempengaruhi kerentanan
sektor rumah tangga, yaitu pendapatan dan
tingkat konsumsi. Pendapatan dari lapangan
pekerjaan utama berupa pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan, dan
perikanan; industri; perdagangan termasuk
akomodasi dan makan minum; serta jasa – jasa
mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dengan adanya perayaan Idul Fitri
Berdasarkan hasil SK pada triwulan II 2018
yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua dapat diketahui
bahwa tingkat keyakinan masyarakat terhadap
kondisi perekonomian berada pada tingkat
yang optimis dengan kecenderungan
meningkat dengan adanya bulan Ramadhan
dan perayaan Idul Fitri.
Optimisme tersebut dapat dilihat dari
terjadinya peningkatan indeks keyakinan
konsumen (IKK) menjadi 131,2 pada triwulan II
2018 dari 125,6 pada triwulan sebelumnya.
Indeks ini merupakan rata – rata dari dua
indeks yaitu (i) indeks ekspektasi konsumen
(IEK) yang menunjukkan ekspektasi masyarakat
terhadap kondisi ekonomi kedepan masih
terjaga dan semakin tinggi pada triwulan II
2018 sebesar 140,2 dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 130,2;
dan (ii) indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE)
yang turut meningkat menjadi 122,2 pada
triwulan II 2018 dari 120,9 pada triwulan
sebelumnya (Grafik 4.12).
Optimisme masyarakat pada triwulan II 2018
ditunjukkan dengan indeks kondisi ekonomi
saat ini (IKE) yang mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Dengan datangnya bulan Ramadhan dan
momen perayaan Idul Fitri menjadi salah satu
faktor tingginya optimisme masyarakat.
Grafik 4.14 Alokasi Pengeluaran Masyarakat
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
52,6 58,4
50,2 51,1
4,7 12,9 26,9
16,0
22,1 28,7 22,9
32,9
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Konsumsi Cicilan pinjaman Tabungan
62
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Kondisi tersebut didorong oleh naiknya
persepsi masyarakat terhadap penghasilan,
kegiatan usaha, dan ketersediaan lapangan
kerja 6 bulan mendatang dibandingkan
dengan saat ini (Grafik 4.13).
Dari sisi pengeluaran, dapat diketahui bahwa
hingga triwulan II 2018 tidak terdapat
perubahan struktur alokasi pengeluaran,
dimana komponen konsumsi masih
mendominasi dengan pangsa sebesar 51,1%
(Grafik 4.14).
Berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan
dapat diketahui bahwa pada triwulan II 2018,
seluruh tingkatan pengeluaran memiliki alokasi
konsumsi memiliki rata – rata 51,1% dengan
rentang 40 – 56,7%, alokasi tabungan
memiliki rata – rata 32,9% dengan rentang
28,9 – 50%, dan pembayaran cicilan memiliki
rata – rata 16% dengan rentang 10 – 25% dari
total pengeluaran (Grafik 4.15).
4.2.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga
Grafik 4.15 Alokasi Penggunaan Pengeluaran
Berdasarkan Tingkat Pengeluaran per Bulan
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
Konsumsi
Cicilan/Pinjaman
Tabungan
II 20
17III
201
7IV
201
7I 2
018
II 20
18
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt Rp5,1-6 jt Rp6,1-7jt Rp7,1-8 jt >Rp8 jt
Tabel 4.1 Alokasi Utang dan Tabungan Masyarakat
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
0-1
0%
10%
-20%
20%
-30%
>30%
Rp1 - 2 jt 17,3% 4,7% 3,8% 2,0% 4,0% 4,7% 6,9% 12,2%
Rp2,1 - 3 jt 16,4% 10,4% 7,1% 4,2% 6,0% 11,1% 12,4% 8,7%
Rp3,1 - 4 jt 12,9% 4,4% 5,6% 3,3% 5,1% 6,4% 8,7% 6,0%
Rp4,1 - 5 jt 4,0% 0,7% 1,3% 1,3% 1,6% 0,9% 1,6% 3,3%
Rp5,1-6 jt 0,0% 0,0% 0,0% 0,2% 0,2% 0,0% 0,0% 0,0%
Rp6,1-7 jt 0,0% 0,0% 0,0% 0,2% 0,2% 0,0% 0,0% 0,0%
Rp7,1-8 jt 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
>Rp8 jt 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Total 50,7% 20,2% 17,8% 11,3% 17,1% 23,1% 29,6% 30,2%
Rp1 - 2 jt 16,0% 4,4% 2,9% 4,0% 4,9% 5,1% 7,8% 9,6%
Rp2,1 - 3 jt 17,8% 10,7% 8,0% 2,9% 4,7% 8,7% 14,7% 11,3%
Rp3,1 - 4 jt 12,2% 7,1% 6,2% 1,6% 4,4% 6,0% 7,1% 9,6%
Rp4,1 - 5 jt 2,7% 0,7% 1,6% 0,9% 0,9% 0,4% 1,1% 3,3%
Rp5,1-6 jt 0,2% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,2%
Rp6,1-7 jt 0,0% 0,0% 0,2% 0,0% 0,0% 0,0% 0,2% 0,0%
Rp7,1-8 jt 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
>Rp8 jt 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Total 48,9% 22,9% 18,9% 9,3% 14,9% 20,2% 30,9% 34,0%
II 2018
I 2018
Tabungan
Periode Pengeluaran/bln
Debt Service Ratio (DSR)
63
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Pada triwulan II 2018, pengelolaan keuangan
rumah tangga stabil jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Pangsa alokasi tabungan
di atas 10% dari pengeluaran masih dominan
dengan pangsa sebesar 85,1% dari seluruh
responden, meningkat dibanding dengan
triwulan sebelumnya sebesar 82,9% (Tabel
4.1). Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
masyarakat terus menjaga prinsip kehati –
hatian.
Dilihat dari perilaku berutang masyarakat
dengan membandingkan utang dan
pendapatan atau debt service ratio (DSR)
diperoleh data jumlah masyarakat yang
memiliki DSR lebih besar dari 30% mengalami
penurunan menjadi 9,3% pada triwulan II
2018 dibanding dengan triwulan sebelumnya
sebesar 11,3% yang mengindikasikan bahwa
secara umum terjadi penurunan risiko
keuangan.
4.2.3 Exposure Perbankan dalam Rumah
Tangga
Perkembangan indikator perbankan di sektor
rumah tangga pada triwulan II 2018 berada
pada kondisi yang relatif stabil dengan
kecenderungan menurun. Kondisi tersebut
tercermin dari beberapa indikator kinerja
utama perbankan, dimana DPK rumah tangga
secara signifikan mengalami kontraksi menjadi
-1,06% (yoy) yang merupakan kontraksi
terendah semenjak tahun 2015. Sedangkan
kredit tumbuh melambat menjadi 10,36%
(yoy), hal ini diikuti juga dengan penurunan
NPL menjadi 3,17% (Grafik 4.16).
Grafik 4.16 Pertumbuhan DPK, Kredit, dan NPL
Rumah Tangga
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.17 % Proporsi dan Perkembangan DPK Rumah
Tangga
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
3,5%
4,0%
4,5%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
DPK Kredit NPL (sb.kanan)
yoy NPL
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Giro Tabungan Deposito
gGiro gTabungan gDeposito
growth
Grafik 4.18 % Proporsi Kredit Rumah Tangga
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.19 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
18% 18,82% 19,22% 19,24% 20,00% 20,47% 20,58% 20,42% 20,94% 21,75%
2% 1,81% 1,87% 1,65% 1,64% 1,63% 1,71% 1,75% 1,87% 1,92%
65% 64,83% 63,98%
41,18% 44,00% 46,40% 48,56% 51,87% 55,49% 56,94%
15% 14,44% 14,84%
37,79% 34,23% 30,86% 28,22% 24,86% 20,23% 17,82%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
KPR KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
-0,5%
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
KPR KKB RT. Multiguna Lainnya
yoy
64
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Dari sisi penghimpunan dana, DPK rumah
tangga di Papua pada triwulan II 2018 secara
umum mengalami penurunan. Berdasarkan
komponennya, tabungan memiliki pangsa
yang dominan dalam DPK rumah tangga yaitu
sebesar 70,4% yang tumbuh 3,1% (yoy).
Kinerja deposito mengalami pertumbuhan
sebesar 1,3% (yoy) lebih lambat dibandingkan
dengan triwulan I 2018 yang tumbuh sebesar
5,6% (yoy). Sebaliknya, komponen giro terus
mengalami kontraksi dari triwulan I 2018
sebesar -51,78% (yoy) dan triwulan II 2018
sebesar -51,82% (yoy). Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa masyarakat tidak
terlalu sensitif terhadap perbedaan suku
bunga, cenderung memilih instrumen
penempatan dana yang lebih mudah dicairkan,
dan memiliki frekuensi dan nilai transaksi yang
minim sehingga hanya sebagian kecil yang
menggunakan rekening giro (Grafik 4.17).
Dari sisi kredit, terlihat bahwa pangsa kredit
multiguna, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan
kredit lainnya pada triwulan II 2018 masih
mendominasi proporsi kredit rumah tangga
(Grafik 4.18). Dari ketiga jenis kredit rumah
tangga tersebut, hanya KPR yang tumbuh lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2018.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
kebijakan pelonggaran LTV1 mendorong
kinerja penyaluran KPR. Pertumbuhan kredit
yang melambat lebih disebabkan oleh base
effect pada nilai outstanding kredit yang
Grafik 4.22 Kredit UMKM Berdasarkan Penggunaan
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.23 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha
Sumber : Laporan Bank Umum, diolah
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Rp Triliun
Modal kerja Investasi
g Modal kerja (sb. kanan) g Investasi (sb. kanan)
yoy
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Rp Triliun
Pertanian Konstruksi Perdagangan Akomodasi, makanan
Transpor, komunikasi Jasa Masyarakat g Pertanian g Konstruksi
g Perdagangan g Akomodasi, makanan g Transpor, komunikasi g Jasa Masyarakat
yoy
Grafik 4.20 Perkembangan NPL Rumah Tangga
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
Grafik 4.21 Perkembangan Kredit UMKM dan Non
UMKM
Sumber: Laporan Bank Umum, diolah
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
KKB Perlengkapan RT. Multiguna Lainnya
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
NonUMKM UMKM
1 loan to value (LTV) adalah angka rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan pada saat awal pemberian kredit
65
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
disalurkan. Hal ini dapat disebabkan oleh
meningkatnya daya beli masyarakat sehingga
terjadi pelunasan kredit yang turut terlihat
pada melambatnya pertumbuhan DPK.
Dari sisi kualitas penyaluran kredit, mayoritas
kredit rumah tangga memiliki kualitas yang
terjaga, tercermin dari tingkat NPL yang berada
di bawah 5%. Di sisi lain, kualitas kredit lainnya
(meskipun naik) dan kredit perlengkapan
masih pada tingkat yang melebihi batas
ketentuan Bank Indonesia yaitu 5%, dimana
masing – masing sebesar 7,94% dan 7,78%.
Ke depan, kenaikan NPL pada kredit lainnya
(pangsa 14%) dan kredit perlengkapan
(pangsa 2%) perlu diwaspadai mengingat
kredit ini merupakan kredit konsumsi yang non
lapangan usaha sehingga penggunaannya
tidak diketahui secara jelas.
4.3 Akses Keuangan UMKM
Pada triwulan II 2018, tercatat penyaluran
kredit UMKM mencapai Rp10,38 triliun,
tumbuh sebesar 1,90% (yoy) dibandingkan
dengan periode yang sama pada tahun 2017
setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi
sebesar -4,21% (yoy). Berdasarkan
penggunaannya, kredit UMKM di Papua
72,68% digunakan untuk modal kerja dan
27,32% untuk investasi (Grafik 4.22).
Secara sektoral, peningkatan penyaluran kredit
UMKM terutama disebabkan oleh
pertumbuhan kredit di sektor perdagangan
sebesar 15,11% (yoy) jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I
2018 sebesar 1,04% (yoy).
Sementara itu, terjadi perbaikan penyaluran
kredit pada sektor konstruksi dan jasa
masyarakat walaupun masih terkontraksi
masing-masing sebesar -2,33% (yoy) dan -
11,62% (yoy) berbanding dengan kontraksi
pada triwulan I 2018 yang masing-masing
sebesar -20,81% (yoy) dan -19,36% (yoy).
Di sisi lain, terjadi penurunan penyaluran kredit
umkm pada sektor pertanian, akomodasi
makan-minum serta transportasi dan
komunikasi yang terkontraksi masing-masing
sebesar -37,05% (yoy); -12,51% (yoy) dan -
11,62% (yoy).
Dari sisi risiko kredit, secara umum NPL kredit
UMKM mengalami peningkatan dan masih
berada di atas ketentuan Bank Indonesia (5%).
Tercatat NPL kredit UMKM pada triwulan II
2018 sebesar 8,08% meningkat dari triwulan
sebelumnya sebesar 7,04%.
Secara sektoral, peningkatan risiko kredit
UMKM terutama terdapat pada pada sektor
akomodasi makan minum dengan tingkat NPL
mencapai 22,54% yang meningkat dari
triwulan sebelumnya sebesar 20,97%. Selain
itu terjadi peningkatan NPL pada sektor
perdagangan sebesar 5,28%, dari triwulan
sebelumnya sebesar 3,90%.
Di sisi lain terdapat sektor yang mengalami
penurunan tingkat NPL walaupun masih
berada diatas batas yang ditentukan oleh Bank
Indonesia. Sektor tersebut yaitu kredit
konstruksi dari 19,53% pada triwulan I 2018
menjadi 16,80% pada triwulan II 2018 dan
kredit jasa masyarakat dengan tingkat NPL
sebesar 24,14% yang menurun dari
sebelumnya sebesar 25,19%.
66
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM
PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN
UANG RUPIAH
Perkembangan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di Papua pada triwulan
II 2018 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume dan nominal. Transaksi
melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan laporan juga
tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara volume dan nominal.
Sementara itu, aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi
Papua menunjukan posisi net outflow pada triwulan II 2018 sebesar Rp2.034 miliar. Pada
triwulan ini posisi net outflow disebabkan oleh besarnya permintaan uang kartal untuk
pencairan dana kampung di hampir seluruh kabupaten di Provinsi Papua.
67
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
5.1 SISTEM PEMBAYARAN
Perkembangan transaksi nontunai di Papua
cenderung mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan I 2018. Pada
triwulan II 2018, terjadi penurunan secara
volume maupun nominal transaksi yang
dilakukan melalui SKNBI dengan nilai Rp2,54
triliun dan volume 75.558 lembar warkat.
Jumlah tersebut menurun dibanding dengan
triwulan sebelumnya yang mencatatkan nilai
sebesar Rp2,78 triliun dengan volume 80.218
lembar warkat. Bila dibandingkan dengan
periode yang sama tahun lalu, volume
transaksi SKNBI mengalami penurunan 0,70%
(yoy) sedangkan nilai transaksi mengalami
penurunan sebesar 0,0026% (yoy). Hal ini
sejalan dengan tren penggunaan Cek dan
Bilyet Giro yang semakin menurun di
Indonesia.
5.1.1 Transaksi SKNBI
Secara spasial, penatausahaan transaksi kliring
di provinsi Papua masih diakomodasi dari dua
wilayah yaitu kota Jayapura dan kabupaten
Biak. Proporsi transaksi kliring masih
didominasi oleh pemenuhan dari kota
Jayapura sebesar 70% terhadap keseluruhan
nominal transaksi kliring, sementara dari
kabupaten Biak hanya mengakomodasi
sebesar 9%. Berdasarkan nominalnya,
transaksi kliring di Kota Jayapura mencapai
Rp1,77 triliun sedangkan di Kabupaten Biak
hanya sebesar Rp237 miliar. Sementara
apabila dilihat dari fisik penukaran warkat, di
Kabupaten Biak sepanjang triwulan II 2018
sebanyak 2.756 lembar warkat yang
ditukarkan atau jauh lebih rendah
dibandingkan dengan kota Jayapura yang
mencapai 58.697 lembar warkat. Hal ini
sejalan dengan pemberlakukan ketentuan
yang membatasi nominal transaksi yang
dilakukan melalui SKNBI yaitu maksimal
sebesar Rp500 juta per transaksi.
5.1.2 Transaksi BI-RTGS
Transaksi yang dilakukan melalui Sistem BI-
RTGS di provinsi Papua pada triwulan II 2018
mengalami penurunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Jumlah nominal yang
ditransaksikan melalui Sistem BI-RTGS selama
triwulan II 2018 sebesar Rp2,21 triliun, naik
76,58% (yoy) lebih tinggi dari triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya. Namun jumlah
ini menurun dibandingkan dengan transaksi
triwulan I 2018 yang sebesar Rp2,40 triliun.
Volume transaksi yang terjadi pada triwulan II
2018 sebanyak 2.112 transaksi, meningkat
23,29% (yoy) lebih tinggi dari triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya. Peningkatan
transaksi secara nominal dibanding dengan
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
yang dilakukan melalui Sistem BI-RTGS sejalan
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi SKNBI 2014-
2018 Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi BI-RTGS
2016-2018
68
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
dengan meningkatnya pertumbuhan
perekonomian Provinsi Papua.
5.2 PENGELOLAAN UANG RUPIAH
5.2.1 Penyediaan Uang Layak Edar
Aliran uang kartal melalui Kantor Perwakilan
Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua
menunjukan posisi net outflow pada triwulan
II 2018 sebesar Rp2.034miliar. Posisi net
outflow tersebut menggambarkan besarnya
uang yang keluar dari sistem pembayaran
pada triwulan II 2018. Sesuai dengan pola
historis, aliran uang kartal melalui Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
pada triwulan II setiap tahunnya menunjukkan
posisi net outflow, tidak terkecuali pada
triwulan II 2018. Hal ini disebabkan karena
besarnya permintaan perbankan di Provinsi
Papua atas uang kartal untuk pencairan dana
kampung yang hampir serentak dilakukan di
seluruh kabupaten di Provinsi Papua.
Bila dilihat lebih lanjut, net outflow uang dari
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua pada triwulan II 2018 bersumber dari
uang masuk sebesar Rp1,6 triliun, lebih sedikit
dibandingkan uang keluar yang tercatat
sebesar Rp3,6 triliun. Dibandingkan dengan
kondisi net outflow di triwulan II tahun 2017,
kondisi pada triwulan II 2018 lebih tinggi.
5.2.2 Uang Tidak Layak Edar
Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak Edar
(UTLE) yang dimusnahkan di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
pada triwulan laporan sebesar Rp50,48 miliar,
turun 0,02% (yoy) dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun lalu yang
mencapai Rp64,35 miliar. Pemusnahan UTLE
tersebut merupakan bagian dari kebijakan
Clean Money Policy, yaitu upaya Bank
Indonesia untuk menjaga kualitas uang yang
beredar di tengah masyarakat. Berkaitan
dengan hal tersebut secara rutin Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
melakukan pemusnahan UTLE menggunakan
prinsip good governance. Selain melakukan
pemusnahan UTLE, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Papua juga melaksanakan
kebijakan kas keliling yang terdiri dari kas
keliling dalam kota yang rutin diadakan 2 kali
seminggu di 4 tempat di Kota Jayapura, serta
kas keliling luar kota yang dilakukan diseluruh
kabupaten Provinsi Papua.
Selama triwulan II 2018, kegiatan kas keliling
yang dilaksanakan oleh KPwBI Provinsi Papua
mengalami penurunan. Selama triwulan II
2017 kas keliling dilakukan sebanyak 45 kali
sedangkan pada triwulan II 2018 kas keliling
yang dilaksanakan sebanyak 32 kali.
Selain dalam bentuk kas keliling, distribusi
uang di luar Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua Papua juga dilakukan dalam
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.3 Aliran Uang Kartal Melalui KPw BI Papua Grafik 5.4 Perkembangan Pemusnahan Uang Tidak
Layak Edar (UTLE) di Papua
69
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
bentuk kas titipan. Hingga triwulan II 2018,
KPwBI Provinsi Papua telah membuka 7 (tujuh)
lokasi kas titipan, yakni di Kota Sorong,
Kabupaten Merauke, Kabupaten Mimika,
Kabupaten Biak, Kabupaten Jayawijaya,
Kabupaten Kepulauan Yapen, dan Kabupaten
Nabire. Tujuan pembentukan kas titipan
adalah untuk melayani tingginya kebutuhan
uang layak edar di Provinsi Papua.
5.2.3 Temuan Uang Tidak Asli
Jumlah temuan uang palsu (UPAL) di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Papua yang berasal dari laporan bank maupun
laporan dari masyarakat, menunjukan
penurunan yang signifikan dari triwulan
sebelumnya, pada triwulan sebelumnya
tercatat sebanyak 27 lembar, menjadi 1
lembar. KPwBI provinsi Papua terus berupaya
untuk menekan peredaran UPAL di
masyarakat, diantaranya dengan
menyelenggarakan sosialisasi ciri-ciri keaslian
uang rupiah kepada masyarakat luas di
beberapa kabupaten/kota di Provinsi Papua.
Sepanjang triwulan II tahun 2018, tercatat
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua Papua telah melakukan 2 kali
pelaksanaan sosialisasi.
5.2.4 Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua Papua terus melakukan upaya untuk
menegakkan UU no. 7 tahun 2011 tentang
Mata uang dan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No. 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, khususnya di
wilayah perbatasan RI-PNG yang sampai
dengan triwulan II 2018 masih terdapat
beberapa daerah perbatasan yang
menggunakan Kina Panua New Guinea untuk
transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI.
Upaya sosialisasi terus dilakukan, baik yang
dilaksanakan secara mandiri oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Papua maupun bekerja sama dengan berbagai
stakeholder terkait. Selain itu, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Papua telah membentuk Satuan Tugas
Pengawal (Satgaswal) Kewajiban Penggunaan
Uang Rupiah di Wilayah NKRI, Perbatasan RI –
PNG. Melalui pembentukan Satgaswal,
diharapkan penegakkan kewajiban
penggunaan rupiah dapat dilaksanakan
dengan lebih efektif.
5.2.4 Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua Papua terus melakukan upaya untuk
menegakkan UU no. 7 tahun 2011 tentang
Mata uang dan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No. 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, khususnya di
wilayah perbatasan RI-PNG yang sampai
dengan triwulan II 2018 masih terdapat
beberapa daerah perbatasan yang
Tabel 5.1 Frekuensi Pelaksanaan Kas Keliling Dalam dan Luar Kota Papua
Sumber: Bank Indonesia, diolah.
2018
I II III IV I II III IV I II
Dalam Kota 27 27 38 39 49 35 37 44 42 32
Luar Kota 12 15 18 21 7 10 6 3 2 -
TOTAL 39 42 56 60 56 45 43 47 44 32
Kas Keliling2016 2017
70
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
menggunakan Kina Panua New Guinea untuk
transaksi yang dilakukan di wilayah NKRI.
Upaya sosialisasi terus dilakukan, baik yang
dilaksanakan secara mandiri oleh Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Papua maupun bekerja sama dengan berbagai
stakeholder terkait. Selain itu, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua
Papua telah membentuk Satuan Tugas
Pengawal (Satgaswal) Kewajiban Penggunaan
Uang Rupiah di Wilayah NKRI, Perbatasan RI –
PNG. Melalui pembentukan Satgaswal,
diharapkan penegakkan kewajiban
penggunaan rupiah dapat dilaksanakan
dengan lebih efektif
71
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Perkembangan kondisi kesejahteraan masyarakat Papua cenderung membaik dan
jumlah penduduk miskin di Papua menurun dari 27,76% menjadi 27,74% dengan
tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Papua juga mengindikasikan arah
perbaikan dari 0,398 menjadi 0,384. Hal ini salah satunya diindikasikan dari
Tingkat Pengangguran Terbuka di Papua yang tercatat mengalami penurunan
menjadi 2,91% pada periode Februari 2018. Secara umum, kesejahteraan
masyarakat Papua cenderung membaik dan persentase jumlah penduduk miskin
menurun dengan tingkat kesenjangan juga mengindikasikan ke arah yang lebih
baik. Sementara itu, Nilai Tukar Petani Papua mengimplikasikan terjadinya defisit
sampai akhir triwulan II 2018 dengan indeks sebesar 91,47. Nilai tersebut
mengindikasikan kenaikan indeks pendapatan petani belum dapat mengimbangi
kenaikan indeks biaya yang harus dibayar.
72
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
6.1 KETENAGAKERJAAN
6.1.1 Tenaga Kerja
Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Papua
pada periode Februari 2018 menunjukkan
kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
periode Agustus 2017. Pada periode Februari
2018 jumlah angkatan kerja di Papua
mengalami peningkatan dibandingkan
dengan periode sebelumnya, hal ini sejalan
dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja
dan penurunan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Papua. TPT di Papua pada
periode Februari 2018 sebesar 2,91% lebih
rendah dibanding dengan periode Agustus
2017 sebesar 3,62%. Tingkat pengangguran
di Papua masih relatif lebih rendah dibanding
dengan tingkat penggangguran nasional yaitu
sebesar 5,13%.
Sampai saat ini, tidak banyak perubahan
dalam transformasi struktural perekonomian
Papua terkait ketenagakerjaan, mayoritas
penduduk Papua bekerja pada lapangan
usaha pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan dan perikanan dengan jumlah
persentase 67,35%. Kemudian, sebagian
besar lainnya bekerja di sektor jasa
kemasyarakatan, sosial, dan perorangan
dengan jumlah persentase 14,25%. Selain itu,
dapat dilihat dari sisi pertumbuhan lapangan
usaha bahwa adanya perkembangan positif
dari sektor industri pengolahan. Apabila dilihat
dari pertumbuhan lapangan usahanya, porsi
pekerja dari sektor industri pengolahan lebih
tinggi dibandingkan dengan sektor ekstraktif.
Sektor industri pengolahan mengalami
pertumbuhan terbesar yaitu sebesar 16,46%
(yoy), dan diikuti oleh lapangan usaha
pertanian, perkebuhan, kehutanan perburuan
dan perikanan yang tumbuh sebesar 6,18%
(yoy), hal tersebut sejalan dengan masuknya
musim panen beberapa komoditas pertanian
seperti beras, sayur-sayuran dan ubi-ubian di
beberapa kabupaten serta tinggi gelombang
laut yang ideal sehingga banyak nelayan yang
mulai melaut lagi. Selanjutnya, diikuti oleh
lapangan usaha Jasa Kemasyarakatan, sosial
dan perorangan yang juga tumbuh sebesar
3,68%(yoy).
Apabila dilihat dari hasil data SKDU yang
dilakukan oleh Bank Indonesia di Papua pada
Triwulan II 2018. Berdasarkan hasil survei
bahwa penyerapan tenaga kerja lapangan
usaha perdagangan, hotel dan restoran
mengalami peningkatan signifikan sedangkan
untuk sektor industri pada triwulan I 2018
mengalami penurunan -3,44% (yoy). Disisi lain
penyerapan tenaga kerja lapangan usaha
keuangan, persewaan dan komunikasi
mengalami peningkatan sebesar 0,93% (yoy).
Grafik 6.1 Penduduk yang Bekerja Menurut
Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.2 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga
Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Sumber : BPS, diolah
73
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Berdasarkan bidang pekerjaannya lebih dari
78% penduduk yang bekerja hanya di sektor
informal dan 33% diantaranya merupakan
pekerja keluarga atau tidak dibayar dan jika
dilihat dari lama waktu bekerjanya penduduk
yang bekerja penuh 58% sedangkan 42%
bekerja tidak penuh waktu.
Grafik 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja Pertanian
berdasarkan SKDU Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.4 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.5 Penduduk yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja
Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka
Menurut Tingkat Pendidikan Sumber : BPS, diolah
6.1.2 Pengangguran
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran
terbuka (TPT) di Papua pada periode Februari
2018 mengalami penurunan dibandingkan
dengan periode Agustus 2017. Persentase
tingkat TPT pada periode Agustus 3,62%
sedangkan pada periode Februari sebesar
2,91%. Perkembangan yang perlu dicermati
bahwa tingkat pengangguran angkatan kerja
berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) mengalami penurunan cukup tajam
yaitu mencapai 2,32% lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun sebelumnya yaitu sebesar
10,63%, hal ini disebabkan karena lulusan
SMK lebih memiliki keterampilan teknis
sehingga semakin banyak diserap oleh pasar
tenaga kerja. Persentase penurunan juga
terjadi pada kelompok SD kebawah dan
Pendidikan Universitas masing-masing
mengalami penurunan sebesar 1,13% dan
1,07%. Sementara itu TPT yang mengalami
kenaikan hanya terjadi pada Pendidikan
Diploma yaitu sebesar 3,55%
mengindikasikan bahwa pekerjaan yang
seharusnya diisi oleh lulusan Diploma cukup
74
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
diisi oleh lulusan SMK, sehingga mempersulit
lulusan Diploma untuk bersaing di pasar
tenaga kerja. Sebaliknya TPT terendah ada
pada tingkat Pendidikan Sekolah Dasar yaitu
sebesar 1,27%, hal ini diakibatkan oleh
sebagian besar tenaga kerja pada pendidikan
ini bekerja pada lapangan usaha informal yang
tidak memerlukan kualifikasi pendidikan yang
tinggi.
6.2 KESEJAHTERAAN
Secara umum kesejahteraan masyarakat
Papua cenderung membaik dan jumlah
penduduk miskin mengalami penurunan.
Tingkat kesenjangan menunjukan
kecenderung menurun dan berada di bawah
nilai rata-rata nasional. Kemudian dilihat dari
garis kemiskinan juga mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Di sisi lain penurunan
terjadi pada NTP yang menandakan terjadinya
penurunan kesejahteraan petani di Papua.
6.2.1 Kemiskinan dan Kesenjangan
Secara umum tingkat kemiskinan di Papua,
menunjukkan kecenderungan menurun,
meskipun standar Garis Kemiskinan (GK) yang
ditetapkan terus naik. Hal tersebut dapat
dilihat dari jumlah penduduk miskin di Papua
mengalami penurunan dari 27,76% pada
September 2017 menjadi 27,74% pada Maret
2018 (Grafik 6.7). namun masih jauh berada
di atas tingkat kemiskinan nasional sebesar
9,82%. Kemudian, dari tingkat kesenjangan
pendapatan dapat dilihat dari indeks Gini
Grafik 6.7 Jumlah Penduduk Miskin
Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.9 Perkembangan Indeks Kedalaman
dan Keparahan Kemiskinan Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.8 Perkembangan Garis Kemiskinan
di Provinsi Papua Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.10 Perkembangan Index Gini Papua
Sumber : BPS, diolah
75
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
menunjukkan terjadinya penurunan dilihat
dari nilai gini 0,397 pada periode Maret 2017
menjadi 0,384 pada periode Maret 2018, akan
tetapi secara berurut nilai Gini Provinsi Papua
masih berada di atas rata-rata Nasional
sebesar 0,391. Memahami persoalan
kemiskinan tidak dapat dilihat hanya satu sisi
yaitu dari sisi persentase penduduk miskin
karena itu belum bisa menggambarkan
seberapa miskin penduduk tersebut.
Diperlukan beberapa indeks untuk
mendukung analisa kemiskinan yaitu
kesenjangan antara pengeluaran rata-rata
penduduk miskin dengan GK yang
ditunjukkan oleh Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) yaitu sejauh mana individu
berada di bawah garis kemiskinan dihitung
dari beda rata-rata pengeluaran penduduk
miskin terhadap garis kemiskinan.
Kesenjangan antara pengeluaran rata-rata
penduduk miskin dengan GK yang
ditunjukkan oleh Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) mengalami penurunan
mencapai 6,73 dibandingkan degan periode
yang sama tahun sebelumnya mencapai 7,49.
Di sisi lain untuk GK Papua dari Rp464.056
pada periode Maret 2017 menjadi Rp499.643
pada periode September 2017, nilai tersebut
jauh lebih tinggi dari rata-rata GK nasional
sebesar Rp 401.220. Hal tersebut
menandakan biaya hidup minimal di Provinsi
Papua terus mengalami peningkatan.
Jika dilihat dari pembagiannya, GK makanan
Papua jauh lebih tinggi dari GK nonmakanan,
artinya biaya hidup makanan merupakan biaya
terbesar yang harus dibayar oleh masyarakat
Papua. Jika diihat dari data GK kota lebih
tinggi dibanding dengan GK Desa. GK Kota
sebesar Rp542.542 sedangkan GK Desa
sebesar Rp482.000
6.2.2 Kesejahteraan Petani
Unsur penting yang dijadikan sebagai
indikator kesejahteraan petani adalah
perbandingan indeks harga yang diterima
petani terhadap harga dibayar petani (dalam
persentase) merupakan salah satu indikator
untuk melihat kemampuan atau daya beli
petani. Salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur kesejahteraan petani yang sering
digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP),
semakin tinggi NTP, semakin baik daya beli
petani terhadap produk konsumsi dan ìnput
Grafik 6.11 Perkembangan Nilai Tukar
Petani Sumber : BPS, diolah
Grafik 6.12 Perbandingan NTP Papua dengan
NTP Nasional Sumber : BPS, diolah
76
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
produksi tersebut, dan berarti secara relatif
lebih sejahtera.
Petani yang dimaksud dalam konsep
NTP dari BPS adalah petani yang berusaha di
sub sektor tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan rakyat, peternak, serta petani ikan
budidaya usaha ternak besar, ternak kecil,
unggas, dan hasil peternakan, serta petani
nelayan yang mencakup petani budidaya ikan
dan nelayan penangkapan.
Berdasarkan data BPS yang rilis bulan
Agustus 2018, NTP di Provinsi Papua turun
0,19% dengan indeks NTP Papua sebesar
91,47. Penurunan terjadi karena indeks harga
diterima petani lebih kecil dari indeks harga
yang harus dibayar petani. Berdasarkan
pemantauan harga pedesaan di beberapa
daerah Papua penurunan indeks NTP
disebabkan oleh perubahan indeks harga yang
diterima petani sebesar 0,01% lebih kecil dari
perubahan indeks harga yang dibayar petani
yang mengalami kenaikan angka indeks
sebesar 0,21% sehingga menyebabkan daya
beli petani menurun.
77
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Februari 2018
BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH
Perekonomian Papua pada triwulan IV 2018 diperkirakan mengalami penurunan yang
terutama disebabkan terbatasnya kinerja pertambangan. Pertumbuhan ekonomi
Papua pada periode tersebut diproyeksikan berada pada kisaran (-10,22)% -
(-10,42)% (yoy), lebih rendah dibanding perkiraan pertumbuhan triwulan III 2018
yang berkisar 5,31%-5,71% (yoy).
Secara agregat, perekonomian Papua pada tahun 2018 berpotensi tumbuh lebih
tinggi dari tahun 2017. Kenaikan kuota ekspor pada tahun 2018 dan puncak produksi
pertambangan terbuka Grasberg diperkirakan akan menjadi faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Papua. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada
kisaran 9,36% - 9,76% (yoy) lebih tinggi dibanding dengan 2017 yang sebesar 4,64%
(yoy).
Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua diperkirakan mengalami kenaikan
dibanding dengan tahun 2017. Perkiraan inflasi Papua pada tahun 2018 berkisar
5,24%-5,64% (yoy) naik dari inflasi tahun 2017 yang sebesar 2,1% (yoy).
78
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
7.1.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Triwulan IV 2018
Perekonomian Papua pada triwulan IV 2018
diperkirakan mengalami penurunan yang
terutama disebabkan terbatasnya kinerja
pertambangan. Pertumbuhan ekonomi
Papua pada periode tersebut diproyeksikan
berada pada kisaran (-10,22)% - (-10,42)%
(yoy), lebih rendah dibanding dengan
perkiraan pertumbuhan triwulan III 2018
yang berkisar 5,31% - 5,71% (yoy).
Dari sisi permintaan, penurunan ekspor luar
negeri diperkirakan menjadi faktor utama
penurunan pertumbuhan ekonomi Papua
pada triwulan IV 2018. Tingginya kinerja
ekspor luar negeri pada triwulan I dan II
2018, khususnya komoditas tembaga dan
emas menyebabkan kinerja ekspor pada
triwulan IV 2018 harus disesuaikan.
Pasalnya, terdapat kuota ekspor konsentrat
tembaga dari 1,1 juta ton pada tahun 2017
menjadi 1,2 juta ton pada tahun 2018.
Sementara itu, sampai dengan triwulan II
2018 kuota ekspor telah mencapai sekitar
57,75%. Dengan mengasumsikan kinerja
ekspor pada triwulan III 2018 masih sama
seperti triwulan I dan II 2018, maka
diperkirakan terjadi kontraksi yang cukup
dalam pada triwulan IV 2018 akibat base
effect triwulan IV 2017 yang tinggi.
Kemudian, faktor lainnya yang menahan
pertumbuhan ekonomi Papua pada triwulan
IV 2018 adalah tingginya impor luar negeri.
Tingginya aktivitas pembangunan tambang
bawah tanah dan juga pembangunan
berbagai proyek strategis pemerintah
menyebabkan tingginya kebutuhan impor
bahan baku penolong dan juga impor alat
dan mesin.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah diperkirakan
mengalami kenaikan yang cukup tinggi yang
akan menahan kontraksi yang lebih dalam.
Adanya momen perayaan Natal dan tahun
konsumsi pemerintah sesuai dengan pola
historisnya puncak realisasi belanja terjadi
pada triwulan IV 2018. Kemudian, investasi
juga diperkirakan meningkat sejalan dengan
pelaksanaan pembangunan tambang bawah
Grafik 7.1 Realisasi dan Evaluasi Penjualan
Komoditas Tambang Papua
Sumber : Freeport, diolah.
Grafik 7.2 Estimasi Penjualan Komoditas Tambang 2018
Sumber : Freeport, diolah.
48.000
50.000
52.000
54.000
56.000
58.000
60.000
62.000
64.000
66.000
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2015 2016 2017 2018** 2019** 2020** 2021** 2022**
Tembaga [Target]
Tembaga [Riil]
Emas [Target]
Cu: juta poundAu: juta ounce
Rp milyar
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV
2018p
Tembaga (juta pounds) Emas (ribu ounce)
79
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
tanah perusahaan tambang terbesar di
Papua. baru diperkirakan dapat
meningkatkan konsumsi masyarakat Papua.
Sementara itu,
Dari sisi lapangan usaha, kinerja
pertambangan diperkirakan mengalami
penurunan dibanding dengan triwulan III
2018. Belum adanya kepastian
perpanjangan izin usaha pertambangan
khusus diperkirakan menjadi faktor penahan
pertumbuhan sektor pertambangan. Di
samping itu, mulai memasukinya masa
transisi dari pertambangan terbuka Grasberg
ke pertambangan bawah tanah diperkirakan
turut mengurangi produksi hasil tambang
Papua. Di sisi lain, harga komoditas tembaga
diperkirakan naik pada triwulan IV 2018
sehingga dapat menjadi risiko positif
pertumbuhan ekonomi Papua. Sementara
itu, lapangan usaha administrasi pemerintah
diperkirakan mengalami perlambatan
disebabkan oleh base effect triwulan IV 2017
yang cukup tinggi.
Di sisi lain terdapat beberapa lapangan
usaha yang mengalami peningkatan
pertumbuhan pada triwulan IV 2018.
Lapangan usaha pertanian, perikanan dan
kehutanan diperkirakan meningkat pada
triwulan IV 2018. Kondisi cuaca yang
kondusif dan masuknya periode panen raya
diperkirakan mendorong pertumbuhan
lapangan usaha pertanian. Lapangan usaha
konstruksi diperkirakan tumbuh lebih tinggi
sejalan dengan puncak realisasi belanja
pemerintah dan target penyelesaian proyek
pada tahun anggaran 2018. Sementara itu,
lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran, dan reparasi mobil dan sepeda
motor diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan triwulan III 2018 sejalan
dengan memasukinya periode perayaan
Natal dan tahun baru sehingga
meningkatkan konsumsi rumah tangga.
7.1.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi
2018
Secara agregat, perekonomian Papua pada
tahun 2018 berpotensi tumbuh lebih tinggi
dari tahun 2017. Kenaikan kuota ekspor
pada tahun 2018 dan puncak produksi
pertambangan terbuka Grasberg
diperkirakan akan menjadi faktor pendorong
pertumbuhan ekonomi Papua. Pertumbuhan
ekonomi diperkirakan berada pada kisaran
9,36% - 9,76% (yoy) lebih tinggi dibanding
dengan 2017 yang sebesar 4,64% (yoy).
Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Dunia
Sumber: IMF dan World Bank, diolah
I II III IV I II III IV
Batubara (USD/mt) 87 84 82 81 82 79 78 76
Tembaga (USD/mt) 5.935,4 5.952,2 5.966,0 5.975,0 5.935,4 5.952,2 5.966,0 5.975,0
Nikel (USD/mt) 10.664,8 10.725,9 10.785,7 10.844,3 9.281,8 9.335,0 9.387,0 9.438,0
World Bank
2018pKomoditas
IMF
2018p
80
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Selain itu, apabila proses negosiasi
perpanjangan izin usaha pertambangan
khusus berjalan dengan baik dan divestasi
saham perusahaan tambang terbesar Papua
kepada pemerintah Republik Indonesia
berjalan dengan lancar, maka perekonomian
Papua secara umum berpotensi terakselerasi
lebih tinggi.
Dari sisi permintaan, ekspor luar negeri
diperkirakan memiliki pengaruh dominan
dalam perekonomian. Kementerian ESDM
pada Februari 2018 telah menerbitkan
rekomendasi kenaikan kuota ekspor
konsentrat tembaga dari 1,1 juta ton pada
tahun 2017 menjadi 1,2 juta ton pada tahun
2018. Selain itu, berdasarkan perkiraan
konsesus dari IMF dan World Bank, harga
komoditas tembaga pada tahun 2018
diperkirakan mengalami kenaikan seiring
pasokan tembaga dunia yang menipis.
Kinerja konsumsi rumah tangga pada tahun
2018 diperkirakan lebih tinggi dari tahun
2017. Kenaikan UMP sebesar 9,39% (yoy)
menjadi salah satu faktor yang menjaga
tingkat konsumsi masyarakat ditengah
kecenderungan kenaikan inflasi pada tahun
2018.
Proses eksplorasi tambang bawah tanah
yang direncanakan dimulai sejak awal tahun
2018 akan menjadi faktor pendorong kinerja
investasi pada 2018 selain percepatan
pembangunan beberapa proyek strategis
yang sebelumnya telah berjalan yang
meliputi pembangunan jalan trans-Papua
dan infrastruktur PON XX di Papua.
Dari sisi lapangan usaha, kenaikan target
penjualan hasil tambang pada tahun 2018
menjadi salah satu indikator optimisme
pelaku usaha tambang dominan di Papua
terhadap kondisi usaha pada tahun 2018.
Tercatat, target penjualan untuk tembaga
dan emas naik 15% dan 60% (yoy)
dibandingkan dengan tahun 2017.
Permintaan di pasar global yang diperkirakan
meningkat juga menjadi faktor pendorong
kinerja produksi pertambangan.
Sementara itu, kinerja konstruksi juga
diperkirakan mengalami kenaikan yang
didorong oleh rencana eksplorasi tambang
bawah tanah dan percepatan realisasi
proyek PON 2020. Kondisi tersebut juga
akan memberikan pengaruh positif terhadap
kinerja lapangan usaha administrasi
pemerintahan. Selain itu, pelaksanaan
Pilkada pada 2018 juga semakin
memperkuat tendensi peningkatan kinerja
pada lapangan usaha administrasi
pemerintahan.
7.2 Prospek Inflasi
7.2.1 Prospek Inflasi 2018
Untuk keseluruhan tahun 2018, inflasi Papua
diperkirakan mengalami kenaikan dibanding
dengan tahun 2017. Perkiraan inflasi Papua
pada tahun 2018 berkisar 5,24%-5,64%
(yoy) naik dari inflasi tahun 2017 yang
sebesar 2,1% (yoy).
81
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Inflasi kelompok komoditas bahan
makanan pada tahun 2018 diperkirakan
mengalami kenaikan yang disebabkan
pengaruh rendahnya indeks harga pada
mayoritas komoditas di tahun 2017 (base
effect) disertai peningkatan harga-harga
khususnya kelompok ikan akibat rendahnya
produksi tangkapan dan budidaya ikan
sehubungan dengan cuaca yang kurang
kondusif. Sementara itu, kenaikan Upah
Minimal Provinsi yang memicu lonjakan
ekspektasi inflasi dalam jangka pendek juga
menjadi faktor pendorong . Di sisi lain,
peningkatan tarif bahan bakar minyak jenis
pertalite sebesar Rp300 sejak 20 Januari
2018 diperkirakan tidak berdampak
signifikan seperti penyesuaian tarif listrik dan
biaya perpanjangan STNK yang dilakukan
pada tahun 2017.
Secara umum, berbagai kebijakan
pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah dalam hal percepatan realisasi
pembangunan infrastruktur distribusi dan
pengendalian harga (BBM satu harga, HET
beras, semen satu harga, dll) diperkirakan
masih dapat menjadi peredam tekanan
kenaikan inflasi ke depan.
Berbagai upaya tersebut diperkuat juga oleh
pembentukan TPID yang saat ini telah
melingkupi seluruh kabupaten/kota di
Papua. Hingga bulan Juni 2018, tercatat
telah terbentuk 29 TPID di tingkat
kabupaten/kota dan 1 TPID di tingkat
provinsi, sehingga telah terbentuk TPID
diseluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi
Papua. Pembentukan TPID tersebut
membuat upaya koordinasi dan sinergi
program kebijakan pengendalian inflasi
menjadi lebih optimal dan tepat sasaran.
Dalam upaya mengendalikan inflasi ke
depan, beberapa hal yang perlu ditempuh
oleh TPID diantaranya adalah
(a) Penambahan kapasitas dan
kualitas pergudangan untuk
mengantisipasi perubahan cuaca
dan menjaga pasokan.
Grafik 7.3 Perkembangan Ekspektasi Masyarakat
Sumber : Survei Bank Indonesia, diolah.
Grafik 7.4 Perkiraan Harga 3, 6 dan 12 Bulan
Yang Akan Datang
Sumber : Survei Bank Indonesia, diolah.
100
110
120
130
140
150
160
170
180
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Perkiraan inflasi 3 bulan yang akan datang
Perkiraan pengeluaran 3 bulan ke depan
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Perkiraan harga 3 bulan Perkiraan harga 6 bulan Perkiraan harga 12 bulan
82
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
(b) Pembentukan sentra produksi
dan penguatan akses petani
terhadap teknologi, pasar, dan
permodalan.
(c) Mendorong optimalisasi waktu
operasional Bandara di Papua.
(d) Melakukan realisasi kerjasama
perdagangan dengan daerah
pemasok maupun produsen.
(e) Secara rutin menginformasikan
ketersediaan pasokan barang
untuk mengelola ekspektasi
masyarakat terhadap harga, dan;
(f) Melakukan kegiatan rutin
pengendalian harga seperti pasar
murah, operasi pasar dan
inspeksi.
83
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
LAMPIRAN TABEL
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan
2010
Tabel 2. Impor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua
Tabel 3. Ekspor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua
Tabel 4. Penyaluran Kredit Perbankan Nasional (Lokasi Proyek di Provinsi Papua)
84
Agustus 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Papua Atas Dasar Harga Konstan 2010
(dalam miliar rupiah)
Tabel 2. Impor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOMENURUT PENGGUNAAN I II III IV Total I II III IV Total I II
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 13.641,7 13.956,8 14.359,5 14.764,7 56.722,7 14.346,2 14.674,9 15.175,9 15.605,4 59.802,4 15.149,5 15.780,9
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 543,5 544,5 563,9 598,8 2.250,7 582,0 594,4 618,6 679,9 2.474,8 632,8 644,2
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 5.993,2 6.172,3 6.218,3 7.360,8 25.744,7 6.006,4 6.256,8 6.697,2 7.866,0 26.826,5 6.214,0 8.124,0
Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.021,7 9.289,3 9.516,8 9.996,4 37.824,2 9.631,9 9.773,0 9.963,3 10.501,9 39.870,1 9.737,3 10.251,6
Perubahan Inventori (74,5) 188,8 (46,8) 96,2 163,8 366,4 (979,1) 3.219,8 (2.566,5) 40,5 (533,5) 1.715,9
Ekspor Luar Negeri 3.597,3 4.313,0 7.884,4 9.542,3 25.337,1 3.281,6 6.503,4 4.379,7 9.781,5 23.946,3 8.499,8 9.578,6
Impor Luar Negeri 1.862,2 2.793,5 2.162,9 2.490,4 9.309,1 1.370,7 1.639,7 1.452,6 1.492,4 5.955,4 1.561,1 1.819,5
Net Ekspor Antardaerah (1.140,3) 251,5 2.373,8 2.002,0 3.487,0 (2.018,6) (1.264,4) 1.604,9 3.496,6 1.818,5 725,4 (1.985,7)
MENURUT KATEGORI LAPANGAN USAHAPertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.669,3 3.853,4 3.841,3 4.094,0 15.457,9 3.776,0 3.976,1 3.992,6 4.327,7 16.072,4 4.040,6 4.127,6
Pertambangan dan Penggalian 10.551,2 11.667,8 17.808,1 19.813,2 59.840,4 10.684,3 12.740,2 18.285,8 20.463,8 62.174,1 17.756,6 19.878,0
Industri Pengolahan 672,6 670,6 673,2 693,9 2.710,3 701,5 717,9 717,9 748,1 2.885,4 749,8 763,8
Pengadaan Listrik, Gas 11,6 11,9 11,5 11,7 46,7 11,7 12,0 12,4 12,4 48,6 12,5 12,9
Pengadaan Air 18,3 18,5 18,8 19,1 74,6 19,2 19,4 20,0 20,8 79,4 21,1 20,7
Konstruksi 3.471,5 3.721,5 3.960,5 4.264,1 15.417,5 3.713,0 3.869,5 4.113,6 4.519,4 16.215,5 3.716,3 4.089,1
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.593,0 2.738,8 2.859,7 3.010,6 11.202,1 2.751,1 2.904,2 3.038,0 3.208,2 11.901,6 2.966,0 3.096,3
Transportasi dan Pergudangan 1.366,9 1.447,6 1.515,3 1.624,1 5.953,9 1.446,9 1.533,6 1.610,5 1.719,0 6.310,0 1.607,8 1.731,9
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 221,1 231,8 238,6 253,8 945,3 232,9 245,5 253,4 270,6 1.002,4 247,0 259,3
Informasi dan Komunikasi 1.181,1 1.230,8 1.258,4 1.282,6 4.952,9 1.258,9 1.296,3 1.345,6 1.398,5 5.299,3 1.272,0 1.328,7
Jasa Keuangan 497,4 487,1 508,1 524,4 2.017,0 515,5 511,4 512,9 529,8 2.069,6 525,9 537,3
Real Estate 788,1 818,0 840,6 882,2 3.329,0 822,5 860,2 895,2 937,5 3.515,4 904,6 915,6
Jasa Perusahaan 361,9 389,3 401,5 414,6 1.567,3 381,6 410,3 423,8 442,0 1.657,7 404,3 432,0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.798,7 3.029,4 3.124,0 3.257,7 12.209,8 2.922,7 3.131,9 3.241,3 3.446,0 12.741,8 2.997,7 3.316,9
Jasa Pendidikan 675,8 718,2 737,0 772,6 2.903,5 710,3 758,3 780,1 816,0 3.064,7 730,9 797,0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 497,8 532,6 544,8 562,2 2.137,4 518,0 558,2 574,6 597,8 2.248,6 534,1 586,4
Jasa lainnya 344,2 355,5 365,7 390,1 1.455,5 359,0 374,1 389,0 415,2 1.537,2 377,1 396,5
TOTAL 29.720,4 31.922,8 38.707,1 41.870,8 142.221,1 30.825,2 33.919,2 40.206,8 43.872,5 148.823,6 39.741,7 42.289,9
20182016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II
IMPOR
Nilai Impor Nonmigas (juta USD) 115,1 122,3 177,5 174,11 121,5 164,5 143,9 151,48 77,3 88,1 75,3 61,62 85,8 91,99
Nilai Impor Konsumsi 2,8 3,9 4,2 7,0 3,2 3,9 3,4 5,1 3,0 1,5 1,2 2,2 3,7 1,8
Nilai Impor Bahan Baku dan Penolong 89,6 97,0 142,8 127,3 94,5 130,9 111,1 113,3 58,8 55,4 47,8 51,2 69,2 79,9
Nilai Impor Barang Modal 23,2 21,8 30,9 40,5 24,3 30,4 30,0 33,9 16,0 31,2 26,4 8,3 12,9 10,3
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 13,4 22,3 17,2 65,2 17,6 28,0 18,7 22,4 10,1 11,2 11,7 11,6 15,5 20,8
Volume Impor Konsumsi 0,3 0,6 0,4 0,5 0,5 0,6 0,5 0,7 0,5 0,3 0,1 0,4 0,3 0,3
Volume Impor Bahan Baku dan Penolong 11,2 19,9 15,0 62,3 15,9 25,5 16,7 19,7 8,9 9,3 10,2 10,8 13,4 20,0
Volume Impor Barang Modal 2,0 1,9 1,9 2,5 1,3 2,1 1,6 2,2 0,9 1,6 1,4 0,5 1,9 0,5
2018201720162015RINCIAN
85
Agustus 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
Tabel 3. Ekspor Luar Negeri Nonmigas Provinsi Papua
I II III IV I II III IV I II III IV I II
EKSPOR
Nilai Ekspor (juta USD) 349,1 608,3 557,5 358,1 226,5 367,6 627,1 689,9 278,1 596,6 409,2 1132,4 1.066,8 1212,9
KPBC Jayapura 0,1 0,1 0,0 0,5 0,1 0,1 0,3 0,7 1,3 3,6 0,9 1,4 0,8 1,1
KPBC Merauke 18,4 19,6 11,7 13,5 10,8 12,5 10,3 9,2 10,5 10,5 11,2 11,7 11,2 13,4
KPBC Amamapare 318,4 575,7 595,6 345,1 271,7 352,3 613,4 670,8 259,0 586,0 395,6 1109,6 1.037,4 1182,7
KPBC Biak 16,9 18,5 13,2 6,1 11,4 11,8 11,6 15,4 13,0 13,6 9,8 17,7 17,3 15,7
KPBC Nabire - - - 0,0 - - - 0,0 - - - 0,0 - 0,0
Volume Ekspor (ribu ton) 204,6 335,4 370,8 246,3 232,9 277,9 382,4 361,4 154,3 285,4 198,9 468,4 371,8 418,3
KPBC Jayapura 0,1 0,1 0,0 0,2 0,0 0,0 0,1 0,4 1,1 2,0 0,8 2,4 0,5 1,1
KPBC Merauke 19,2 20,9 12,8 15,1 12,5 15,4 13,2 12,6 14,4 14,2 14,1 14,2 13,4 15,7
KPBC Amamapare 165,0 291,7 337,6 221,0 199,4 241,0 351,0 323,0 115,1 244,7 169,2 425,6 337,3 383,6
KPBC Biak 20,4 22,7 20,3 10,0 21,0 21,4 18,1 25,5 23,7 24,6 14,8 26,2 20,7 17,9
KPBC Nabire - - - 0,0 - - - 0,0 - - - 0,0 - 0,0
Total Komoditas (juta USD) 349,1 608,3 557,5 358,1 226,5 367,6 627,1 689,9 278,1 596,6 409,2 1132,4 1.066,8 1212,9
Kayu Olahan 30,8 32,7 20,0 12,6 9,0 15,3 13,8 19,2 20,0 14,3 15,3 24,6 28,6 29,7
Bijih Tembaga 318,3 575,5 537,6 326,6 217,5 352,3 613,4 670,7 258,1 581,3 393,9 1107,8 1.036,6 1182,1
Negara Tujuan Ekspor (juta USD) 353,9 614,0 620,5 365,2 293,8 376,7 635,5 696,0 283,7 613,7 417,5 1.140,4 1.066,8 1.212,9
Amerika Serikat 7,1 7,2 0,0 - - 0,0 3,9 3,9 - 0,1 4,9 11,8 13,1 11,4
Kayu Olahan 7,1 7,2 - - - - 3,9 3,8 - - 4,9 11,8 13,1 11,4
Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - -
Filipina - 45,8 68,3 69,2 60,6 68,8 76,0 53,6 - 82,7 111,0 187,6 78,8 59,1
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga - 45,8 68,3 69,2 60,6 68,8 76,0 53,6 - 82,7 111,0 187,6 78,8 59,1
India 196,5 206,7 227,5 147,5 25,9 48,9 221,6 186,5 132,3 182,1 85,8 258,0 118,6 111,1
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga 196,5 206,7 227,5 147,5 25,9 48,9 221,6 186,5 132,3 182,1 85,8 258,0 118,6 111,1
Jepang 33,7 154,3 154,5 60,6 56,1 103,3 102,0 227,7 57,3 113,5 134,8 320,3 319,8 338,2
Kayu Olahan - - - - - - - - - - - - - -
Bijih Tembaga 33,7 154,3 154,5 60,6 56,1 103,3 102,0 227,7 57,3 113,5 134,8 320,3 319,8 338,2
RRT 88,2 105,5 67,9 49,2 43,7 88,5 144,2 184,0 68,9 131,9 40,3 213,1 210,9 365,4
Kayu Olahan - - - - - - - - 0,4 0,8 0,2 0,5 0,0 0,5
Bijih Tembaga 88,2 105,5 67,9 49,2 43,7 88,5 144,2 184,0 68,5 130,2 40,1 212,6 210,9 364,9
Arab Saudi 23,7 23,4 14,3 12,6 7,8 8,9 6,1 6,2 13,1 9,1 7,4 8,1 7,1 10,4
Kayu Olahan 23,7 23,4 14,3 12,6 7,8 8,9 6,1 6,2 13,1 9,1 7,4 8,1 7,1 10,4
Bijih Tembaga - - - - - - - - - - - - - -
Korea Selatan - 65,5 25,0 18,8 32,5 49,1 73,4 28,1 6,4 77,2 25,1 133,5 94,5 126,1
Kayu Olahan - 2,2 5,7 1,58 1,2 6,5 3,8 9,22 6,4 4,4 2,8 4,18 2,2 4,1
Bijih Tembaga - 63,4 19,3 17,26 31,2 42,7 69,5 18,92 - 72,8 22,3 129,33 92,3 121,99
2018201720162015RINCIAN
86
Agustus 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
Tabel 4. Penyaluran Kredit Perbankan Nasional (Lokasi Proyek di Provinsi Papua)
I II III IV I II III IV I II III IV I II
Menurut Penggunaan
Modal Kerja 7.609 8.237 9.407 9.575 9.027 9.698 9.035 9.078 8.803 9.269 9.501 9.869 9.042 9.596
Investasi 3.632 3.927 2.825 3.030 3.018 3.207 3.778 3.768 3.813 3.711 3.891 4.397 4.765 5.056
Konsumsi 9.905 10.154 10.445 10.611 10.753 11.156 11.465 12.100 12.065 12.203 12.520 13.043 13.271 13.483
Menurut Sektor Lapangan Usaha
1. Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan 843 1.035 828 1.081 1.085 1.146 1.134 1.162 1.179 1.044 1.055 1.509 1.740 1.792
2. Perikanan 47 49 40 56 58 58 59 61 55 62 60 68 73 77
3. Pertambangan dan Penggalian 79 81 30 43 61 59 44 42 57 47 53 55 43 52
4. Industri Pengolahan 309 297 154 354 350 364 355 335 355 365 364 404 354 297
5. Penyediaan Listrik, Gas dan Air 41 51 27 42 39 40 46 32 28 46 48 52 42 43
6. Konstruksi 1.264 1.523 1.139 1.559 1.123 1.494 1.637 1.527 1.262 1.377 1.556 1.384 1.127 1.426
7. Perdagangan 5.072 5.394 6.587 5.862 5.869 6.230 6.300 6.345 6.419 6.533 6.560 6.533 6.472 6.975
8. Penyediaan Akomodasi, Makanan dan Minuman 682 712 404 708 713 735 752 774 786 794 780 774 778 727
9. Transportasi dan komunikasi 702 683 538 657 679 677 707 676 708 730 980 1.087 901 1.081
10. Perantara Keuangan 541 695 609 728 667 678 303 294 302 637 628 697 575 609
11. Real Estate dan Usaha Persewaan 425 422 376 429 416 453 473 485 482 465 455 464 620 649
12. Adm. Pemerintahan 37 2 1 66 17 1 38 82 62 41 21 406 226 159
13. Jasa Pendidikan 13 17 11 15 13 11 12 7 7 8 8 7 5 5
14. Jasa Kesehatan 29 35 30 36 33 39 40 41 37 44 47 78 65 67
15. Jasa Masyarakat 1.080 1.066 1.388 875 837 817 817 755 691 643 643 619 510 520
16. Jasa Perorangan 26 28 31 39 37 45 44 43 45 44 51 51 50 50
17. Badan Internasional - - 0 - - 0 - 113 86 51 40 33 24 -
18. Rumah Tangga Bukan Lapangan Usaha dan lainnya 9.956 10.228 10.485 10.667 10.800 11.216 11.517 12.171 12.119 12.251 12.564 13.086 13.475 13.607
TOTAL 21.146 22.318 22.677 23.217 22.798 24.061 24.279 24.946 24.681 25.183 25.912 27.309 27.078 28.135
2018URAIAN
2015 2016 2017
87
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
DAFTAR ISTILAH Base Effect
efek kenaikan/penurunan nilai pertumbuhan
yang cukup besar sebagai akibat dari nilai
level variabel yang dijadikan dasar
perhitungan/perbandingan mempunyai nilai
yang rendah/tinggi.
Bank Indonesia-Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS)
sistem transfer dana elektronik yang
penyelesaian setiap transaksinya dilakukan
dalam waktu seketika. BI-RTGS termasuk
dalam kategori Systemically Important
Payment System (SIPS).
Dana Pihak Ketiga (DPK)
adalah simpanan pihak ketiga bukan bank
yang terdiri dari giro, tabungan dan
simpanan berjangka.
Debt to Service Ratio (DSR)
rasio utang terhadap pendapatan yang
mencerminkan kemampuan
individu/korporasi/negara untuk
menyelesaikan kewajiban membayar
hutang.
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
mencakup keyakinan konsumen mengenai
ekspektasi konsumen terhadap kondisi
perekonomian 6 bulan yang akan datang
dibanding saat ini, meliputi ekspektasi
penghasilan, kondisi (dunia usaha) ekonomi
Indonesia secara umum dan ketersediaan
lapangan kerja.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
merupakan rata – rata sederhana dari Indeks
Ekonomi Saat ini dan Indeks Ekspektasi
Konsumen
Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE)
mencakup keyakinan konsumen mengenai
penghasilan saat ini, ketepatan waktu untuk
melakukan pembelian barang tahan lama
(durable goods), dan ketersediaan lapangan
kerja, dengan membandingkan antara
kondisi saat ini dan 6 bulan yang lalu
Inflasi Administered Prices
merupakan inflasi komponen harga yang
diatur pemerintah. Inflasi yang dominan
dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa
kebijakan harga pemerintah, seperti harga
BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll
Inflasi IHK
perubahan harga barang dan jasa dalam
satu periode, yang diukur dengan
perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Inflasi Inti
merupakan komponen inflasi yang
cenderung menetap atau persisten
(persistent component) di dalam pergerakan
inflasi dan dipengaruhi oleh faktor
fundamental, seperti (1)interaksi permintaan
– penawaran; (2)lingkuangan eksternal: nilai
tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang; dan (3)ekspektasi inflasi dari
pedagang dan konsumen.
Inflasi Volatile Food
merupakan inflasi komponen bergejolak.
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh
shocks (kejutan) dalam kelomok bahan
makanan seperti panen, gangguan alam,
atau faktor perkembangan harga komoditas
pangan domestik maupun perkembangan
harga komoditas pangan internasional
Inflow
adalah aliran masuk uang kartal ke Bank
Indonesia.
Kontraksi
kondisi dimana pertumbuhan benilai
negatif.
Liaison
kegiatan pengumpulan data/statistik dan
informasi yang dilakukan secara periodik
melalui wawancara langsung/tidak langsung
kepada pelaku usaha/institusi lainnya
mengenai perkembangan dan arah kegiatan
usaha dengan cara yang sitematis dan
didokumentasikan dalam bentuk laporan
dan likert scale.
88
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Agustus 2018
Likert Scale
alat statistik untuk menilai variable/indicator
dengan skala -5 hingga 5. Metode ini
disusun dengan mengacu pada pelaksanaan
di Reserve Bank of Australia (RBA).
Likuiditas
posisi uang atau kas perusahaan yang
mencerminkan kemampuan untuk
memenuhi kewajiban tepat pada waktunya.
Loan to Value (LTV)
rasio antara nilai kredit/pembiayaan yang
dapat diberikan oleh bank terhadap nilai
agunan berupa properti pada saat
pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan
harga penilaian terakhir.
Month to month (mtm)
perubahan nilai pada bulan bersangkutan
dibandingkan bulan sebelumnya.
Net Inflow
uang yang diedarkan inflow lebih besar dari
outflow.
Non Performing Loan (NPL)
rasio pembiayaan atau kredit macet
terhadap total penyaluran pembiayaan atau
kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan
valas. Kriteria NPL adalah (1) kurang lancar,
(2) diragukan, dan (3) macet.
Outflow
adalah aliran keluar uang kartal dari Bank
Indonesia.
Pasar Uang Antar Bank (PUAB)
kegiatan pinjam meminjam dana jangka
pendek (dalam satuan malam) antar bank
yang dilakukan melalui jaringan komunikasi
elektronis.
Quarter to Quarter (qtq)
perubahan nilai pada triwulan bersangkutan
dibandingkan triwulan sebelumnya
Rentabilitas
kemampuan dari suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui pemanfaatan
aset/modal.
Repo
transaksi penjualan instrumen keuangan
antara dua belah pihak dengan perjanjian
dimana pada tanggal yang telah ditentukan
akan dilaksanakan pembelian kembali atas
instrumen yang sama dengan harga
tertentu.
Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Kegiatan
Dunia Usaha
merupakan indikator dini (leading indicator)
yang dihasilkan dari Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU). SBT Kegiatan Dunia Usha
mengindikasikan kondisi perkembangan
kegiatan ekonomi di sektor riil secara
triwulanan dengan memperhitungkan selisih
jumlah jawaban “Positif” dengan jawaban
“Negatif” dari tiap sektor. Selisih tersebut
kemudian dikalikan bobot tiap sektor.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
(SKNBI)
sistem transfer dana elektronik yag meliputi
kliring debet dan kliting kredit yang
penyelesaian setiap transaksinya dilakukan
secara nasional.
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
merupakan survei triwulanan yang bertujuan
untuk mendapatkan indikator pertumbuhan
ekonomi dari sisi penawaran secara
triwulanan
Survei Konsumen (SK)
merupakan survei bulanan untuk
mengetahui keyakinan konsumen mengenai
kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi
terhadap kondisi 6 bulan mendatang.
Year on Year (yoy)
sering disebut perubahan tahunan, adalah
perubahan nilai pada bulan bersangkutan
dibandingkan bulan yang sama tahun
sebelumnya.
Year to Date (ytd)
sering disebut perubahan kumulatif, adalah
perubahan nilai pada bulan bersangkutan
dibandingkan bulan Desember tahun
sebelumnya