112
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN IV website : www.bi.go.id email : [email protected] 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Riau Triwulan IV 2014.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    TRIWULAN IV

    website : www.bi.go.id email : [email protected]

    2014

    KAJIAN EKONOMI DAN

    KEUANGAN REGIONAL

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    VISI BANK INDONESIA :

    kredibel dan terbaik di regional

    melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

    inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

    MISI BANK INDONESIA :

    1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

    kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

    yang berkualitas;

    2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien

    serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk

    mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi

    pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional;

    3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

    berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan

    stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

    akses dan kepentingan nasional;

    4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

    yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

    melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

    NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

    -nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai

    untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity,

    Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

    xvii

    Aktiva Produktif

    Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan

    tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran

    kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank

    Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

    Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

    Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan

    risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin

    kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah

    mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang

    diberikan kepada perorangan.

    Kualitas Kredit

    Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

    kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5

    kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,

    Diragukan dan Macet.

    Capital Adequacy Ratio (CAR)

    Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva

    Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

    Dana Pihak Ketiga (DPK)

    Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,

    tabungan atau deposito.

    DAFTAR ISTILAH

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

    xviii

    Financing to Deposit Ratio (FDR)

    Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap

    dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum

    konvensional.

    Inflasi

    Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

    Inflasi Administered Price

    Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

    kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan

    bakar).

    Inflasi Inti

    Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan

    agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan

    ekspektasi masyarakat.

    Inflasi Volatile Food

    Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk

    dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya

    beras).

    Kliring

    Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

    kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

    perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

    Kliring Debet

    Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

    penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

    penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

    memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal)

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

    xix

    dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit

    kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan

    secara nasional.

    Kliring Kredit

    Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung

    oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa

    menyampaikan fisik warkat (paperless).

    Loan to Deposit Ratio (LDR)

    Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang

    diterima (giro, tabungan dan deposito).

    Net Interest Income (NII)

    Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

    Non Core Deposit (NCD)

    Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

    Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan

    10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

    Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)

    Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar,

    Diragukan dan Macet

    Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

    Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin

    timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

    ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar

    PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang

    Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi

    agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah

    100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

    xx

    Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

    Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

    kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin

    rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

    Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net

    Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan

    Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

    Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)

    Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan

    seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta

    pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan

    pembayaran.

    Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

    Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring

    kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kata Pengantar

    iii

    BUKU Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Riau ini merupakan

    terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan

    perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan

    ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 dengan penekanan

    kajian pada kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi,

    Perbankan dan Sistem Pembayaran, Ketenagakerjaan dan Prakiraan Perkembangan

    Ekonomi Daerah pada triwulan I 2015. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan

    bulanan bank umum, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank

    Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS)

    Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.

    Tujuan dari penyusunan buku KEKR ini adalah untuk memberikan informasi kepada

    stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

    dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

    referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

    lain yang membutuhkan.

    Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan

    buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi

    sangat diharapkan.

    Pekanbaru, 20 Februari 2015

    Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

    Mahdi Muhammad Direktur

    KATA PENGANTAR

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kata Pengantar

    iv

    duduk di rumah memegang amanah

    duduk di tanah memegang petuah

    duduk di kampung menjadi payung

    duduk di banjar bertunjuk ajar

    duduk di ladang tenggang menenggang

    duduk di negeri tahukan diri

    duduk di dusun ia penyantun

    duduk beramai elok perangai

    apa tanda Melayu bertuah,

    tahu berguru pada yang sudah

    tahu berbuat pada yang ada

    tahu memandang jauh ke muka

    apa tanda Melayu terbilang,

    dada lapang pandangan panjang

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Daftar Isi

    iv

    HALAMAN

    Kata Pengantar ..................................................................................................... iii

    Daftar Isi ............................................................................................................... iv

    Daftar Tabel ......................................................................................................... vii

    Daftar Grafik ........................................................................................................ ix

    Daftar Gambar...................................................................................................... xiii

    Tabel Indikator Ekonomi Terpilih............................................................................ xiv

    RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ 1

    BAB 1. KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................. 8

    1.

    2.

    Kondisi Umum...........................................................................

    PDRB Sisi Penggunaan...............................................................

    8

    9

    2.1. Konsumsi ..................................................................... 10

    2.2 Investasi ....................................................................... 12

    2.3 Ekspor dan Impor ......................................................... 13

    2.3.1. Ekspor ................................................................

    2.3.2. Impor .................................................................

    13

    16

    3. PDRB Sektoral ........................................................................... 17

    3.1. Sektor Pertanian ........................................................... 19

    3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................... 19

    3.3. Sektor Industri Pengolahan ........................................... 20

    3.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...................... 22

    3.5. Sektor Konstruksi.......................................................... 23

    Boks 1 Perubahan Tahun Dasar PDB/PDRB Berbasis SNA 2008

    Boks 2 Prospek Industri Kelapa Sawit Provinsi Riau

    DAFTAR ISI

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Daftar Isi

    v

    HALAMAN

    BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................................................... 26

    1. Kondisi Umum........................................................................... 26

    2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy)

    2.1. Inflasi Kota.........................................................................

    2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru..............................................

    2.1.2. Inflasi Kota Dumai....................................................

    2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan............................................

    2.2. Disagregasi Inflasi...............................................................

    2.2.1.Inflasi Inti (Core)........................................................

    2.2.2. Inflasi Volatile Foods.................................................

    2.2.3. Inflasi Administered Price..........................................

    27

    31

    31

    32

    33

    34

    35

    36

    37

    Boks 3. Dampak Penyesuaian Harga BBM, Tarif Tenaga Listrik, dan harga LPG

    12 Kg Terhadap Kinerja Perusahaan

    BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH 39

    1. Kondisi Umum........................................................................... 39

    2. 41

    2.1. Perkembangan Bank Umum ... .................................... 41

    2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor ...................... 41

    2.1.2. Perkembangan Aset ............................................. 41

    2.1.3. Kredit ...................................... 42

    2.1.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit........... 42

    2.1.3.2. Konsentrasi Kredit ................................. 43

    2.1.3.3. Penyaluran Kredit UMKM 47

    2.1.3.4. Kelonggaran Tarik (Undisbursed Loan) 49

    2.1.3.5. Risiko Kredit ... 50

    2.1.4. Dana Pihak Ketiga . 52

    2.1.5. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) 55

    2.1.6. Profitabilitas ... 55

    2.1.6.1. Spread Bunga . 55

    2.1.6.2. Pendapatan dan Beban Bunga ... 56

    2.2. Perbankan Syariah ......................................................... 58

    2.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S) .. 59

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Daftar Isi

    vi

    HALAMAN

    3.Perkembangan Transaksi Pembayaran............................................. 60

    3.1. Kondisi Umum ..................................................... 62

    3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai....................... 62

    3.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow-Outflow).... 62

    3.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar .. 63

    3.2.3. Uang Rupiah Tidak Asli . 64

    3.3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai . 65

    3.3.1. Transaksi Kliring . 65

    3.3.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) .. 65

    BAB 4 KONDISI KEUANGAN DAERAH ........................................................... 68

    1. Kondisi Umum .......................................................................... 68

    2. Realisasi APBD 2013.................................................................. 69

    2.1. Realisasi Pendapatan..................................................... 69

    2.2. Realisasi Belanja............................................................. 70

    BAB 5 KESEJAHTERAAN DAERAH.................................. ............................ 72

    1. Kondisi Umum ....... 72

    2. Kemiskinan............ ....... 73

    2.1. Penduduk Miskin Riau...................................................... 73

    2.2. Garis Kemiskinan Riau ..................................................... 74

    2.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan

    Kemiskinan (P2) Riau .................................................................

    75

    BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN 77

    1. ....... 77

    2. Perkiraan Inflasi...... ................ 79

    Daftar Istilah xvii

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Daftar Isi

    vii

    Halaman ini sengaja dikosongkan

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel

    vii

    HALAMAN

    Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan

    Dengan Migas (yoy) ........................................................................ 10

    Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi

    Penggunaan Dengan Migas(yoy) ..................................................... 10

    Tabel 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas

    Riau (Ribu Ton) .............................................................................. 14

    Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral

    Dengan Migas (yoy,%) ................................................................... 18

    Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi Sektoral

    (yoy,%) (yoy,%) ............................................................................ 19

    Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau

    (dalam Rp Juta) ............................................................................. 40

    Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum di

    Riau Triwulan IV 2014 ..................................................................... 41

    Tabel 3.3. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau

    (dalam Rp juta) .............................................................................. 42

    Tabel 3.4. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau

    (Rp juta) ........................................................................................ 44

    Tabel 3.5. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi

    Proyek Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau (Rp juta) ................. 46

    Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Riau (Rp juta) ...................... 47

    Tabel 3.7. NPLs Kredit UMKM di Provinsi Riau Tw IV 2014

    Menurut Sektor Ekonomi ................................................................ 48

    DAFTAR TABEL

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel

    viii

    Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi

    (Rp juta) ........................................................................................ 48

    Tabel 3.9. Sebaran Kredit UMKM menurut Jenis Penggunaan

    (Rp juta) ........................................................................................ 49

    Tabel 3.10. NPLs Per Sektor Ekonomi di Provinsi Riau ........................................ 51

    Tabel 3.11. NPLs Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau .......................... 51

    Tabel 3.12. Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar) ............................... 52

    Tabel 3.13. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut

    Kepemilikan (Rp juta) .................................................................... 53

    Tabel 3.14. Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten

    di Provinsi Riau .............................................................................. 54

    Tabel 3.15. Indikator Kinerja Utama PerbankanSyariah di

    Provinsi Riau (Rp juta) .................................................................... 58

    Tabel 3.16. Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau

    (dalam Rp juta) ............................................................................. 60

    Tabel 3.17. Perkembangan Penyaluran KUR di Riau .......................................... 61

    Tabel 3.18. Perkembangan Nilai BI-RTGS di Provinsi Riau

    Triwulan IV 2014 (dalam Rp miliar) ................................................. 66

    Tabel 3.19. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan

    IV 2014 ........................................................................................ 67

    Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Riau Tahun 2013 dan 2014 ........................ 69

    Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau

    Triwulan IV-2013 dan Triwulan IV 2014 (Rp miliar) ............................ 70

    Tabel 4.3. Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Riau

    Triwulan IV-2013 danTriwulan IV 2014 (Rp miliar) ............................. 71

    Tabel 6.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual dan

    Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2015 .............................. 78

    Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan

    Inflasi Riau Triwulan I 2015 ......................................................... 79

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

    ix

    HALAMAN

    Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%) .... 9

    Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Durable Goods ................................................ 11

    Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Multiguna ........................................................ 11

    Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Perumahan ..................................................... 11

    Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ....................................... 11

    Grafik 1.6. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau 2011-2014 ................ 12

    Grafik 1.7. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 2011-2014 Provinsi Riau ........... 12

    Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau ......... 13

    Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau ....... 13

    Grafik 1.10.Perkembangan Penjualan Ritel, Indeks Produksi,

    FAI-Sk Kanan Tiongkok ..................................................................... 15

    Grafik 1.11. Ekspor CPO dan Turunan Riau ......................................................... 15

    Grafik 1.12. Pulp and Paper Riau ........................................................................ 15

    Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau ................................. 16

    Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau ............................ 16

    Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor Migas dan Non Migas Provinsi Riau ..... 16

    Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau

    Menurut Wilayah Tujuan ................................................................ 16

    17

    Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau .......... 17

    Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi .......................................... 17

    Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier ......................... 18

    Grafik 1.21. Kontribusi Volume Komponen Impor Triwulan IV 2014 ................... 18

    Grafik 1.22. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan,

    dan Peternakan .............................................................................. 20

    Grafik 1.23. Pertumbuhan Subsektor dalam Sektor Pertanian ............................. 20

    DAFTAR GRAFIK

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

    x

    Grafik 1.24. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi di Provinsi Riau ........... 21

    Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan

    Lokasi Proyek di Provinsi Riau ......................................................... 21

    Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi CPO Dunia .............................................. 22

    Grafik 1.27. Perkembangan KapasitasTerpakai Indutri Pengolahan ..................... 22

    Grafik 1.28. Perkembangan Harga TBS Domestik dan CPO Global ...................... 22

    Grafik 1.29. Perkembangan Ekspor CPO dan Turunan Provinsi Riau .................... 22

    Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan,

    Minuman dan Tembakau di Riau ..................................................... 23

    Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit ......... 23

    Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Perdagangan Berdasarkan

    Lokasi Bank di Riau 23

    Grafik 1.33. Konsumsi Semen Riau ...................................................................... 24

    Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Konstruksi Lokasi Proyek Riau ........................ 24

    Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi di Riau dan Nasional (yoy) ................................ 28

    Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan KelompokBarang

    dan Jasa yang di Survey (yoy) ........................................................... 28

    Gr afik 2.3. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq) ............. 29

    Grafik 2.4. Historis Inflasi selama Tw IV di Provinsi Riau (qtq) .............................. 30

    Grafik 2.5. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

    yang di Survei Tw III-2014 di Riau (qtq) 31

    Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata

    Historis Tw IV (2009-2013) .............................................................. 32

    Grafik 2.7. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

    di Kota Pekanbaru Tw IV- 2014 ....................................................... 32

    Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kota Dumai dan Rata-rata

    Historis Tw IV (2009-2013) .............................................................. 33

    Grafik 2.9. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan

    Jasa di Kota Dumai Tw IV-2014 ...................................................... 33

    Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa di Kota Tembilahan

    Tw IV-2014 Sumber : BPS, diolah .................................................. 33

    Grafik 2.11. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy) ............................................ 34

    Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy) .................................. 35

    Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ............................ 35

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

    xi

    Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas Dunia ................................................... 35

    Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Tradables Goods

    dan Non Tradable Goods (yoy) ...................................................... 35

    Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy) ............................. 36

    Grafik 2.17. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan

    37

    Grafik 2.18. Perkembangan inflasi Administered Price 38

    Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Riau ............................. 41

    Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok .......... 41

    Grafik 3.3. Perkembangan Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) .......... 45

    Grafik 3.4. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq) ... 45

    Grafik 3.5. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy) ... 45

    Grafik 3.6. Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan .......................... 46

    Grafik 3.7. Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan .......................... 49

    Grafik 3.8. Perkembangan NPL Grossdi Provinsi Riau ......................................... 50

    Grafik 3.9. Perkembangan Jumlah Rekening Dana ............................................. 54

    Grafik 3.10. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau ............................................... 55

    Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Rata-Rata Tertimbang Kredit

    dan Deposito 3 Bulan .................................................................... 56

    Grafik 3.12. Komposisi Pendapatan Bunga (Rp miliar) ........................................ 57

    Grafik 3.13. Komposisi Beban Bunga (Rp miliar) ................................................ 57

    Grafik 3.14. Perkembangan Pendapatan, Beban Bunga serta

    Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum di Riau .............................. 58

    Grafik 3.15. KUR menurut Sektor Ekonomi ........................................................ 61

    Grafik 3.16. KUR menurut Jenis Penggunaan ..................................................... 61

    Grafik 3.17. Perkembangan Inflow dan Outflow ................................................ 63

    Grafik 3.18. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang

    Dimusnahkan Terhadap Inflow di Provinsi Riau .............................. 64

    Grafik 3.19. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau . 64

    Grafik 3.20. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau ............................. 65

    Grafik 5.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ................. 73

    Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin ......................................... 74

    Grafik 5.3. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau ...................................... 75

    Grafik 5.4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau .................. 76

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

    xii

    Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau .................... 76

    Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Perkiraan Pengeluaran Dibandingkan

    3 Bulan yang Mendatang ................................................................ 78

    Grafik 6.2. Perkembangan Harga Minyak WTI .................................................... 78

    Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Riau

    Triwulan I 2015 .......................................................................................... 80

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar

    xiii

    HALAMAN

    Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional

    dibandingkan dengan Historisnya (yoy).....................................

    27

    DAFTAR GAMBAR

  • KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar

    xiv

    Halaman ini sengaja dikosongkan

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Tabel Indikator

    xv

    Tw I Tw II Tw III Tw IV

    Indeks Harga Konsumen*) :

    - Kota Pekanbaru 111.13 111.89 114.51 119.56

    - Kota Dumai 111.27 112.62 115.02 119.60

    - Kota Tembilahan 116.05 117.61 120.11 124.06

    Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

    - Kota Pekanbaru 7.38 6.17 5.50 8.53

    - Kota Dumai 7.26 6.78 5.88 8.53

    - Kota Tembilahan 12.59 10.64 8.91 10.06

    Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 3.93 2.90 2.67 1.05

    Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) 2,988.85 2,833.27 3,075.96 3,162.66

    Volume Ekspor Non Migas (ribu Ton) 4,442.86 4,119.36 4,548.42 5,196.40

    Nilai Impor Non Migas (Juta USD) 407.21 351.21 380.77 299.12

    Volume Impor Non Migas (ribu Ton) 542.25 585.34 602.44 686.66

    INDIKATOR

    (dalam Rp juta) Tw I Tw II Tw III Tw IV

    Bank Umum

    Total Aset 73,201,701 82,036,875 86,572,336 85,652,213

    DPK 54,466,287 60,795,211 63,383,834 64,143,197

    - Giro 12,556,764 16,863,613 14,828,129 13,723,591

    - Tabungan 27,363,917 26,936,859 27,586,835 29,478,220

    - Deposito 14,545,606 16,994,736 20,968,870 20,941,386

    Kredit - berdasarkan lokasi proyek 67,020,254 72,391,925 71,441,476 74,731,969

    LDR - Lokasi Proyek (%) 123.05 119.08 112.71 116.51

    Kredit 48,487,679 50,668,252 50,978,867 52,283,437

    - Modal Kerja 14,871,302 15,620,041 15,971,702 16,318,273

    - Investasi 15,482,142 16,292,777 16,080,635 16,621,249

    - Konsumsi 18,134,236 18,755,434 18,926,530 19,343,915

    - LDR (%) 89.02 83.34 80.43 81.51

    - NPL (%) 3.32 3.54 3.57 3.46

    Kredit UMKM 18,094,921 19,753,458 19,687,770 20,032,690

    - Mikro 4,424,699 5,210,241 4,940,401 5,402,536

    - Kecil 7,030,433 7,279,402 7,669,811 7,531,647

    - Menengah 6,639,789 7,263,815 7,077,558 7,098,507

    NPL MKM (%) 5.12 5.82 5.99 5.49

    BPR

    Total Aset 1,102,376 1,091,313 1,106,417 1,160,162

    DPK 748,775 744,336 770,216 809,748

    - Tabungan (RpMiliar) 336,569 345,835 352,030 356,075

    - Deposito (Rp ) 412,206 398,502 418,186 453,673

    Kredit - berdasarkan lokasi proyek 762,700 782,561 815,127 836,111

    Rasio NPL 15.47 15.78 15.56 13.75

    LDR 101.86 105.14 105.83 103.26

    B. PERBANKAN

    2014

    2014

    A. INFLASI DAN PDRB

    INDIKATOR

    TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Tabel Indikator

    xvi

    C. SISTEM PEMBAYARAN

    I II III IV

    247,524 2,250,641 2,610,379 3,154,898

    1,884,781 1,135,202 2,330,869 721,361

    2,132,305 3,385,843 4,941,248 3,876,259

    Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 380,769 317,520 196,336 249,464

    Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 73,538 97,703 90,461 104,120

    Volume Transaksi RTGS (lembar) 47,244 48,670 48,509 52,078

    Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,226 1,656 1,413 1,578

    Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 787 825 758 789

    Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 199,841 251,359 189,004 182,239

    Volume Tolakan Cek/BG Kosong 5,522 6,931 5,737 5,415

    Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 3,331 4,260 3,150 2,988

    Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 60 59 60 61

    2014

    Inflow

    Outflow

    Posisi Kas Gabungan

    INDIKATOR

    TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    1

    I. GAMBARAN UMUM

    Kinerja ekonomi Riau pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan

    tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2014 mencapai

    2,62% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 2,49%

    (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara triwulanan pada

    triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2014, yaitu dari

    2,67% (yoy) menjadi 1,05% (yoy).

    RINGKASAN EKSEKUTIF

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    2

    Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 juga didorong oleh

    pertumbuhan sektor pertanian. Sementara pertumbuhan sektor industri

    pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi mengalami

    perlambatan. Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan mengalami kontraksi

    yang lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya.

    Dari sisi penggunaan, peningkatan ekonomi utamanya disebabkan oleh masih

    kuatnya perekonomian domestik yang tercermin dari meningkatnya

    pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara pertumbuhan investasi

    masih tercatat positif meskipun cenderung mengalami perlambatan. Dari sisi

    eksternal, membaiknya kinerja ekspor dan menurunnya impor memberikan

    kontribusi yang positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi

    Riau.

    II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL

    Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 dari sisi

    penggunaan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang

    tercatat meningkat dibandingkan triwulan III 2014, yakni dari 7,11% (yoy)

    menjadi 8,59% (yoy). Berbeda dengan konsumsi rumah tangga,

    perkembangan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah

    Tangga (LNPRT) mengalami perlambatan, sementara perkembangan

    konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar 3,25% (yoy). Dari

    sisi eksternal, perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan

    IV 2014 mengalami penurunan yaitu dari kontraksi sebesar 5,65% (yoy)

    pada triwulan III 2014 menjadi kontraksi sebesar 37,93% (yoy). Hal serupa

    juga terjadi pada perkembangan impor yang tercatat mengalami kontraksi

    sebesar 37,94% (yoy) dari tumbuh sebesar 0,99% (yoy) pada triwulan

    sebelumnya.

    Dari sisi sektoral, kondisi perekonomian Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

    secara sektoral menunjukkan perkembangan yang kurang

    menggembirakan. Hal ini tercermin dari penurunan kinerja sektor utama

    dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian

    mengalami kontraksi yang lebih dalam pada triwulan laporan, sementara

    itu perlambatan terjadi pada sektor industri pengolahan, dan sektor

    Pertumbuhan ekonomi Riau di triwulan VI 2014 kembali mengalami perlambatan.

    Motor penggerak ekonomi Riau pada triwulan IV 2014 masih berasal dari konsumsi.

    Secara sektoral, perlambatan ekonomi utamanya disumbang oleh sektor

    pertambangan.

    Penurunan pertumbuhan ekonomi didorong oleh melambatnya sektor industri pengolahan dan kontraksi yang lebih dalam pada sektor pertambangan.

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    3

    perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, dan

    sektor konstruksi. Sementara. Meningkatnya kinerja sektor pertanian

    menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan

    laporan.

    III. ASSESMEN INFLASI

    Inflasi Riau pada triwulan IV 2014 (yoy) tercatat sebesar 8,65%, meningkat

    dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,81%. Kondisi

    ini sejalan dengan perkembangan inflasi nasional yang juga menunjukkan

    peningkatan dari 4,53% pada triwulan III 2014 menjadi 8,36% pada

    triwulan IV 2014. Namun demikian, bila dibandingkan dengan rata-rata

    historisnya sejak 2009-2013, inflasi Riau pada triwulan IV 2014 masih

    tercatat lebih rendah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Riau pada

    triwulan IV 2014 masih berada di luar sasaran inflasi nasional tahun 2014

    yang ditetapkan sebesar 4,5% 1%. Secara tahunan, peningkatan inflasi

    Riau disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered price. Faktor

    yang menyebabkan tingginya inflasi pada kelompok administered price,

    antara lain kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi pada November

    2014. Kenaikan tarif dasar listrik (TTL) yang terjadi pada November 2014

    dan penyesuaian harga LPG pada September 2014 lalu juga memberi

    tekanan terhadap inflasi kelompok administered price.

    Bila dilihat dari kota yang disurvei di Provinsi Riau, inflasi tertinggi masih

    terjadi di Kota Tembilahan yaitu mencapai 10,06% (yoy), diikuti oleh Kota

    Dumai dan Kota Pekanbaru masing-masing-masing berada pada level yang

    sama yaitu 8,53% (yoy). Tekanan inflasi pada ketiga kota tersebut

    menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

    Sumber peningkatan inflasi Riau pada triwulan IV 2014 berdasarkan

    kelompok barang dan jasa yang disurvei, berasal dari peningkatan inflasi

    kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, dan kelompok

    makanan jadi

    Faktor utama penyebab meningkatnya inflasi Riau pada triwulan IV 2014 didominasi oleh kenaikan BBM

    bersubsidi.

    Kota Pekanbaru tercatat mengalami inflasi sebesar 8,53% (yoy), Kota Dumai sebesar 8,53% (yoy), dan Kota Tembilahan sebesar 10,06% (yoy).

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    4

    IV. ASSESMEN KEUANGAN

    Perbankan

    Kinerja perbankan Riau pada triwulan laporan relatif lebih baik bila

    dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari

    pertumbuhan aset perbankan Riau yang mencapai Rp86,81 triliun atau

    meningkat dari 7,27% (yoy) menjadi 11,43% (yoy). Sejalan dengan

    pertumbuhan aset, kredit perbankan Riau juga tumbuh membaik

    dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 7,22% (yoy) menjadi 7,31%

    (yoy), atau secara nominal mencapai Rp53,12 triliun. Dana Pihak Ketiga

    (DPK) bank umum di provinsi Riau pada triwulan IV tercatat tumbuh

    sebesar 15,52% (yoy) menjadi Rp64,14 triliun, meningkat jika

    dibandingkan triwulan III yang tumbuh sebesar 11,44 % (yoy).

    Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Provinsi Riau pada triwulan

    laporan tercatat mengalami peningkatan dari 80,43% pada triwulan III

    2014 menjadi 81,78%. NPLs kredit bank umum pada periode pelaporan

    menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari

    3,57% menjadi 3,23%.

    Total kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (UMKM) oleh bank umum di Provinsi Riau mencapai Rp20,03 triliun pada

    triwulan IV 2014, jumlah ini tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

    sebelumnya yaitu dari 13,51% (yoy) menjadi 13,73%(yoy). Porsi kredit

    yang diserap UMKM dari total kredit yang diberikan bank umum di Provinsi

    Riau tercatat stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar

    38,32%. NPL tertinggi pada Kredit UMKM berada pada sektor konstruksi

    yaitu sebesar 8,53% yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan

    restoran sebesar 6,46% dan sektor jasa-jasa sebesar 5,69%.

    Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau

    menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

    aset dan dana masih menunjukkan arah negatif dibandingkan periode yang

    sama pada tahun lalu, namun pembiayaan masih tercatat tumbuh positif

    serta meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2014

    aset perbankan syariah terkontraksi sebesar 4,34% (yoy) sehingga menjadi

    Penyaluran kredit kepada UMKM tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

    Kegiatan usaha perbankan Riau cenderung membaik tercermin dari peningkatan pertumbuhan aset, DPK dan kredit

    Intermediasi perbankan mengalami peningkatan disertai dengan meningkatnya kualitas kredit

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    5

    Rp 4,89 triliun. Share asset bank umum syariah terhadap aset perbankan

    secara keseluruhan pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau adalah sebesar

    5,63%, turun jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang

    mencapai 5,85%. Jumlah bank syariah maupun kantor cabang bank syariah

    di Provinsi Riau tidak berubah dibandingkan dengan periode yang lalu,

    tercatat beroperasi 13 bank syariah di lingkup wilayah Provinsi Riau yaitu11

    bank umum dan 2 BPR.

    Pada triwulan laporan, aset BPR/S tercatat tumbuh meningkat dari 4,00%

    (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,84% (yoy). Peningkatan

    pertumbuhan aset didorong oleh adanya peningkatan pada pertumbuhan

    dana yang dihimpun yaitu dari 9,66% (yoy) menjadi 12,26% (yoy). DPK yang

    dihimpun BPR/S pada triwulan IV 2014 mencapai Rp809,75 miliar. Jumlah

    kredit yang disalurkan mencapai Rp836,11 miliar atau tumbuh 11,35%

    (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

    7,68% (yoy).

    Keuangan Daerah

    Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau hingga

    akhir tahun 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

    Realisasi anggaran pendapatan Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

    mencapai 106,39% atau sebesar Rp7,87 triliun. Sementara, realisasi

    anggaran belanjanya tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp5,54 triliun atau

    sekitar 62,59% dari total anggaran yang dialokasikan.

    V. PROSPEK

    Perekonomian Daerah

    Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan I-2015 secara umum

    diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan IV 2014.

    Pertumbuhan ekonomi Riau secara tahunan diperkirakan berada pada

    kisaran 1,5-2,1% (yoy). Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan

    diperkirakan masih berasal dari konsumsi domestik, sementara perbaikan

    Realisasi alokasi APBD daerah hingga triwulan IV 2014 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    6

    kinerja sektor utama diperkirakan akan mendorong pertumbuhan

    perekonomian Riau pada triwulan I 2015.

    Ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan diperkirakan

    masih ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah

    tangga, meskipun diperkirakan tumbuh melambat. Kondisi ini sejalan

    dengan perkembangan indeks perkiraan pengeluaran dibandingkan 3

    bulan yang akan datang cenderung melambat berdasarkan survei

    konsumen Bank Indonesia. Konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan

    mengalami kontraksi, terkait dengan realisasi anggaran yang masih minim

    di awal tahun, sementara investasi diperkirakan relatif stabil dibandingkan

    triwulan sebelumnya. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan belum

    membaik sejalan dengan penurunan harga komoditas global yang

    didorong oleh penurunan harga minyak dunia dan masih terbatasnya

    perbaikan perekonomian global.

    Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan mengalami

    perlambatan pada triwulan I 2015 terkait dengan tingkat curah hujan yang

    mulai menurun pada bulan Februari-Maret 2015. Di sisi lain,

    perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan akan relatif

    meningkat sehubungan dengan meningkatnya pasokan bahan baku yang

    tercermin dari peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014.

    Meskipun demikian, terdapat risiko yang berpotensi membawa

    pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside

    risks). Kondisi ini utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang tidak

    produktif yang diperkirakan berpotensi mengakibatkan pertumbuhan

    sektor pertambangan migas masih mengalami kontraksi. Di sisi lain, salah

    satu faktor yang berpotensi membawa pertumbuhan menyentuh batas atas

    (upside risks) adalah potensi pemulihan ekonomi negara mitra dagang

    utama Riau dan negara berkembang (emerging market) di kawasan Asia

    serta peningkatan harga komoditas internasional yang diperkirakan akan

    memberikan spill over positif bagi kinerja ekspor utama Riau.

    Prospek perekonomian Riau pada triwulan I 2015 diperkirakan relatif meningkat yakni berada pada kisaran 1,5%-2,1% (yoy).

  • GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

    Ringkasan Eksekutif

    7

    Inflasi

    Inflasi Riau pada triwulan mendatang diperkirakan akan cenderung

    menurun, yaitu berada pada kisaran 6,5-7,5% (yoy). Sedangkan secara

    triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar (0,50)-0,05% (qtq). Inflasi Riau

    pada triwulan I 2015 diperkirakan masih akan berasal dari inflasi

    administered price dan inflasi volatile food. Inflasi kelompok administered

    price utamanya diperkirakan akibat belum meredanya dampak penyesuaian

    harga BBM bersubsidi, terutama pada tarif angkutan. Meskipun demikian,

    adanya penurunan harga solar sebesar Rp200 yang mulai diberlakukan

    sejak pertengahan Februari 2015 diperkirakan akan menahan laju

    peningkatan inflasi pada kelompok ini. Peningkatan inflasi volatile food

    diperkirakan bersumber dari rencana kenaikan harga beras di daerah Jawa

    sebesar 30% pada akhir Februari. Selain itu, adanya rencana kenaikan HPP

    (harga pokok produksi) beras diperkirakan juga akan berkontribusi

    terhadap peningkatan inflasi Riau.

    Namun terdapat,beberapa faktor yang diidentifikasi berpotensi membawa

    inflasi melewati batas atas kisaran proyeksi (upside risks) antara lain, (i) nilai

    tukar rupiah yang kembali terdepresiasi mengingat perbaikan kondisi

    perekonomian global yang masih terbatas sehingga akan mendorong

    peningkatan inflasi pada barang-barang impor, dan (iii) rencana pemerintah

    menaikkan tarif dasar listrik.

    Proyeksi inflasi pada triwulan I-20145 diperkirakan mencapai 6,5%-

    7,5% (yoy)

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    8

    1. KONDISI UMUM

    Kinerja ekonomi Riau pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan

    tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2014 mencapai

    2,62% (yoy)1, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 2,49%

    (yoy). Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara triwulanan pada

    triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2014, yaitu dari

    2,67% (yoy) menjadi 1,05% (yoy).

    1 Angka pertumbuhan berdasarkan ADHK 2010. Penjelasan terkait perubahan tahun dasar perhitungan PDRB terdapat pada box 1 buku kajian ini.

    Bab 1 KONDISI EKONOMI

    MAKRO REGIONAL

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    9

    Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%)

    Sumber: BPS

    Peningkatan ekonomi Riau pada tahun 2014 utamanya disebabkan oleh

    meningkatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi. Sementara sektor

    industri pengolahan tercatat mengalami perlambatan dibandingkan tahun

    sebelumnya. Di sisi lain, sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih

    dalam pada tahun 2014. Perkembangan perekonomian Provinsi Riau pada triwulan

    IV 2014 tidak jauh berbeda dengan perkembangan total tahun 2014. Pertumbuhan

    ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 juga didorong oleh pertumbuhan

    sektor pertanian. Sementara pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor

    perdagangan, dan sektor konstruksi mengalami perlambatan. Di sisi lain, kinerja

    sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan

    triwulan sebelumnya.

    Dari sisi penggunaan, peningkatan ekonomi utamanya disebabkan oleh masih

    kuatnya perekonomian domestik yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan

    konsumsi rumah tangga. Tingkat inflasi yang relatif menurun hingga awal triwulan

    IV 2014 diperkirakan mendorong perbaikan daya beli masyarakat Provinsi Riau.

    Sementara pertumbuhan investasi masih tercatat positif meskipun cenderung

    mengalami perlambatan. Kondisi ini disebabkan oleh perilaku investor yang bersifat

    wait and see untuk melakukan investasi di tahun politik ini. Dari sisi eksternal,

    membaiknya kinerja ekspor dan menurunnya impor memberikan kontribusi yang

    positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

    2. PDRB SISI PENGGUNAAN

    Pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2014 dan triwulan IV 2014 dari sisi penggunaan

    utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Meningkatnya pertumbuhan

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    10

    konsumsi disebabkan karena masih kuatnya optimisme konsumen. Kondisi ini

    sejalan dengan tingkat inflasi yang cenderung menurun sejak awal tahun 2014,

    sehingga mampu mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, membaiknya ekspor

    juga menjadi faktor yang menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi Riau

    pada tahun 2014.

    Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

    Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Tahun 2014 Sisi Penggunaan (yoy)

    2.1. Konsumsi

    Pertumbuhan konsumsi rumah tangga Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 tercatat

    meningkat dibandingkan triwulan III 2014, yakni dari 7,11% (yoy) menjadi 8,59%

    (yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh tingkat keyakinan

    konsumen yang masih bergerak di level optimis, meskipun cenderung mengalami

    penurunan pada akhir tahun yang disebabkan oleh faktor kenaikan harga BBM

    Kategori 2010 2011 2012 2013 2014*Sumber

    Pertumbuhan (%)

    Konsumsi RT 4,58 7,54 6,74 6,76 7,23 2,04

    Konsumsi LNPRT (1,12) 5,96 6,29 8,09 15,53 0,06

    Konsumsi Pemerintah 0,11 4,99 0,79 8,75 (3,58) (0,13)

    PMTB 4,52 15,93 9,65 5,40 1,62 0,39

    Perubahan Inventori (4,67) 97,42 (16,94) (6,98) (3,99) (0,17)

    Ekspor Luar Negeri (33,00) 7,80 38,21 (10,46) 2,92 1,16

    Impor Luar Negeri 22,74 43,66 13,61 (6,30) (13,01) (0,61)

    PDRB 4,94 5,57 3,76 2,49 2,62 2,62

    Sumber: BPS, diolah

    Ket: *) Data sangat sementara

    Kategori Tw I 2014* Tw II 2014* Tw III 2014* Tw IV 2014*

    Konsumsi RT 6,46 6,72 7,11 8,59

    Konsumsi LNPRT 19,81 20,10 12,88 10,22

    Konsumsi Pemerintah (1,68) (3,24) (5,91) (3,25)

    PMTB 2,57 2,36 1,09 0,52

    Perubahan Inventori 23,13 (13,56) 36,89 3,83

    Ekspor Luar Negeri 45,11 41,89 (5,65) (37,93)

    Impor Luar Negeri 3,60 (10,22) 0,99 (37,94)

    PDRB 3,93 2,90 2,67 1,05

    Sumber: BPS, diolah

    Ket: *) Data sangat sementara

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    11

    bersubsidi. Kondisi ini diperkirakan juga didorong oleh meningkatnya tingkat

    konsumsi masyarakat karena faktor libur akhir tahun dan libur sekolah serta

    perayaan natal dan tahun baru.

    Selain itu, masih kuatnya pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari kegiatan

    konsumsi yang dibiayai melalui kredit perbankan, khususnya untuk kredit

    multiguna, dan kredit durable goods. Peningkatan pada kredit multiguna dan

    durable goods diperkirakan sebagai dampak dari faktor musim liburan menyambut

    akhir tahun. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan penyaluran kredit

    perumahan dan kredit kendaraan bermotor menjadi faktor yang menahan laju

    pertumbuhan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga. Penurunan ini

    diperkirakan merupakan dampak dari kebijakan Loan to Value (LTV) dan kenaikan

    suku bunga perbankan.

    Secara tahunan, perkembangan konsumsi rumah tangga Provinsi Riau juga tercatat

    mengalami peningkatan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan

    merupakan dampak dari tingkat inflasi yang cenderung turun hingga awal triwulan

    IV 2014. Kondisi ini tentunya mempengaruhi daya beli masyarakat. Meskipun

    Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Durable

    Goods

    Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Multiguna

    Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Perumahan

    Grafik 1.5. Perkembangan Kredit

    Kendaraan Bermotor

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    12

    demikian, penurunan harga komoditas ekspor utama Riau sejak pertengahan tahun

    2014 diperkirakan menjadi penghambat laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga

    untuk tumbuh lebih tinggi lagi.

    Berbeda dengan konsumsi rumah tangga, perkembangan konsumsi Lembaga Non

    Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami perlambatan. Sementara

    itu, perkembangan konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar

    3,25% (yoy). Kondisi ini diperkirakan akibat realisasi Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Daerah (APBD)2 yang mengalami penundaan di awal tahun dan terdapat

    perubahan nomenklatur pemerintahan sehingga total realisasi pada akhir tahun

    mengalami penurunan yang siginifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

    tercermin dari masih rendahnya realisasi anggaran belanja pemerintah pada akhir

    tahun 2014.

    2.2. Investasi (PMTB)

    Secara tahunan, perkembangan investasi di Provinsi Riau pada tahun 2014

    melambat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 5,40% (yoy) menjadi 1,62% (yoy).

    Perlambatan ini diduga akibat perilaku investor yang cenderung menunda investasi

    atau wait and see akibat penurunan harga komoditas global, terutama komoditas

    ekspor utama Riau. Selain itu, terlaksananya pemilu presiden dan wakil presiden

    pada tahun 2014 diperkirakan juga mempengaruhi perilaku investor dalam

    melakukan investasi.

    2 Penjelasan terkait APBD dapat dilihat pada BAB 4 buku kajian ini

    Grafik 1.6. Pergerakan Indeks Keyakinan

    Konsumen Riau 2011-2014

    Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

    Grafik 1.7. Realisasi Belanja Pemerintah

    Daerah 2011-2014 Provinsi Riau

    Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

    86,2

    76,63

    84,17

    62,59

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    2011 2012 2013 2014

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    13

    Perkembangan investasi (PMTB) di Riau pada triwulan IV 2014 juga masih

    mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,09% (yoy)

    menjadi 0,52% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena masih terbatasnya perbaikan

    perekonomian global dan rendahnya harga komoditas global sehingga investasi

    pelaku usaha relatif terbatas. Perlambatan investasi di sektor migas diduga juga

    menjadi pemicu perlambatan ivestasi secara total. Melambatnya investasi di sektor

    migas diperkirakan karena sektor ini menjadi semakin kurang prospektif terkait

    minimnya penemuan sumur minyak baru yang produktif. Berdasarkan liaison3 Bank

    Indonesia sebagian besar pelaku usaha hanya melakukan investasi rutin untuk

    maintenance dalam rangka menjaga kualitas produksi. Namun demikian,

    pertumbuhan PMA dan PMDN di Provinsi Riau cenderung mengalami peningkatan.

    2.3. Ekspor dan Impor

    2.3.1. Ekspor

    Perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 mengalami

    penurunan yaitu dari kontraksi sebesar 5,65% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi

    kontraksi sebesar 37,93% (yoy). Meskipun demikian, perkembangan ekspor luar

    negeri Riau masih mengalami peningkatan di tahun 2014 dibandingkan tahun

    2013 yang lalu. Perlambatan ekspor Riau pada triwulan laporan diperkirakan

    berasal dari perlambatan ekspor migas dan ekspor non migas. Kinerja ekspor migas

    Riau diperkirakan juga mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kinerja

    sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan. Perlambatan

    pertumbuhan ekspor luar negeri non migas Riau pada triwulan laporan

    3Survei liaison Bank Indonesia kepada beberapa pelaku usaha di sektor utama Riau

    Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau

    Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau

    Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

    -100

    -50

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    0,00

    1,00

    2,00

    3,00

    4,00

    5,00

    6,00

    7,00

    8,00

    9,00

    I II III IV I II III IV I II III IV

    2012 2013 2014

    yo

    y,%

    Rp

    Tri

    liu

    n

    Nilai PMA Nilai PMDN Nilai (kiri) g. Nilai (RHS)

    -20

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    -

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    I II III IV I II III IV I II III IV

    2012 2013 2014

    yoy,

    %

    PMDN PMA Proyek g. Proyek (RHS)

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    14

    diperkirakan akibat masih belum pulihnya permintaan negara tujuan ekspor utama

    Provinsi Riau, seperti Tiongkok dan Jepang.

    Berdasarkan komoditasnya, penurunan ekspor non migas Riau pada triwulan

    laporan didorong oleh penurunan ekspor batubara, karet, pulp dan kertas.

    Penurunan ekspor batubara disebabkan oleh pelaku usaha belum mendapatkan

    izin ekspor. Pada triwulan IV 2014, Provinsi Riau tidak mencatatkan ekspor

    batubara. Berdasarkan informasi contact liaison, penurunan kinerja ekspor

    batubara diperkirakan masih akan berlanjut hingga triwulan I 2015.

    Sementara itu, penurunan ekspor karet disebabkan oleh masih berlanjutnya

    penurunan harga karet internasional. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan harga

    minyak dunia yang mempengaruhi harga karet olahan (karet sintetis), dalam hal ini

    merupakan komoditas substitusi dari karet olahan Riau. Selain itu, kondisi

    permintaan dari negara tujuan ekspor utama juga belum mengalami perbaikan,

    dalam hal ini yaitu Tiongkok. Hal ini juga tercermin dari pelemahan indeks produksi

    Tiongkok pada November 2014. Munculnya eksportir karet baru dari beberapa

    negara Indochina seperti Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar serta kondisi

    perkebunan karet Riau yang rata-rata telah memasuki usia tua juga mempengaruhi

    pernurunan kinerja ekspor karet lokal.

    Tabel 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau (Ribu Ton)

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    15

    Grafik 1.10. Perkembangan Penjualan Ritel, Indeks Produksi, FAI-Sk Kanan Tiongkok

    Sumber: RED Bank Indonesia, Januari 2015

    Perkembangan ekspor pulp dan kertas pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami

    penurunan, meskipun cenderung mengalami perbaikan dibandingkan triwulan

    sebelumnya. Berdasarkan informasi dari contact liaison, penurunan ekspor pulp dan

    kertas pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan produksi akibat

    terbatasnya bahan baku produksi. Selain itu, kondisi supply pulp dunia cenderung

    mengalami peningkatan, sehingga juga berpengaruh terhadap permintaan ekspor

    pulp lokal.

    Di sisi lain, kinerja ekspor komoditas unggulan Riau yaitu CPO dan turunannya

    mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014. Kondisi ini utamanya dipengaruhi

    oleh peningkatan ekspor CPO. Penurunan harga komoditas diperkirakan tidak

    berpengaruh terhadap kinerja ekspor CPO Riau.

    Grafik 1.11. Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau

    Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Pulp and Paper Riau

    Penjualan Ritel

    Indeks Produksi

    Fixed Asset Investment (FAI) Sk. Kanan

    (100,0)

    (50,0)

    -

    50,0

    100,0

    150,0

    200,0

    0

    500

    1.000

    1.500

    2.000

    2.500

    3.000

    3.500

    I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV

    200620072008200920102011201220132014

    %rib

    u t

    on

    Vol (kiri) yoy (kanan)

    (100,0)

    (50,0)

    -

    50,0

    100,0

    150,0

    200,0

    -

    100,0

    200,0

    300,0

    400,0

    500,0

    600,0

    700,0

    800,0

    900,0

    I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV

    2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

    %

    rib

    u t

    on

    Vol (kiri) yoy (kanan)

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    16

    Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

    Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

    Dilihat dari negara tujuan ekspornya, volume ekspor non migas Riau secara umum

    mengalami perlambatan. Kondisi ini utamanya didorong oleh penurunan volume

    ekspor ke Tiongkok dan ASEAN. Pada triwulan IV 2014, volume ekspor ke

    Tiongkok, dan ASEAN masing-masing tercatat sebesar 942 ribu ton dan 518 ribu

    ton, atau tercatat mengalami kontraksi sebesar 8,02% (yoy) dan 43,73% (yoy).

    Sementara ekspor ke MEE dan India masih mengalami peningkatan dibandingkan

    triwulan sebelumnya.

    Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor

    Migas dan Non Migas Provinsi Riau

    Sumber : BPS Provinsi Riau

    Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Menurut Wilayah Tujuan

    Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

    2.3.2. Impor

    Perkembangan impor Riau pada triwulan IV 2014 menunjukkan penurunan yang

    siginifikan yakni dari tumbuh 0,99% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi kontraksi

    sebesar 37,94% (yoy). Secara tahunan, total impor Riau pada tahun 2014 juga

    tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu dari kontraksi dari

    sebesar 6,30% (yoy) menjadi kontraksi sebesar 13,01% (yoy). Sumber penurunan

    (200,0)

    (100,0)

    -

    100,0

    200,0

    300,0

    400,0

    500,0

    600,0

    700,0

    -

    200,0

    400,0

    600,0

    800,0

    1.000,0

    1.200,0

    1.400,0

    1.600,0

    I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV

    2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

    %

    ribu t

    on

    Vol (kiri) yoy (kanan)

    (500,0)

    -

    500,0

    1.000,0

    1.500,0

    2.000,0

    2.500,0

    -1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0

    10,0

    I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV

    200620072008200920102011201220132014

    %

    rib

    u to

    n

    Vol (kiri) yoy (kanan)

    500.000,00

    600.000,00

    700.000,00

    800.000,00

    900.000,00

    1.000.000,00

    1.100.000,00

    1.200.000,00

    1.300.000,00

    1.400.000,00

    1.500.000,00

    400.000,00

    600.000,00

    800.000,00

    1.000.000,00

    1.200.000,00

    1.400.000,00

    1.600.000,00

    1.800.000,00

    2.000.000,00

    1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

    2012 2013 2014

    Rib

    u U

    SD

    Rib

    u U

    SD

    Total Ekspor (LHS) Ekspor Non Migas (LHS)

    Ekspor Migas (RHS)

    786 762 1.078 1.034

    678 759 766 1.024 967 780 869 942

    511 481

    787 675 835 818 635

    920 598

    538 651

    990 783 733

    842 922

    851 662 814

    920

    691 651

    547

    518 734

    563

    600 901

    644 585 658

    609

    573

    432 589

    759

    1.343

    1.257

    1.433 1.457

    1.830 1.657 1.558

    1.667

    1.525

    1.710

    2.610 1.988

    -

    1.000

    2.000

    3.000

    4.000

    5.000

    6.000

    I II III IV I II III IV I II III IV

    2012 2013 2014

    Lainnya

    MEE

    ASEAN

    India

    Cina

    1.667

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    17

    impor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan laporan diperkirakan merupakan

    penurunan impor migas. Sementara kinerja impor non migas Riau pada triwulan

    laporan mengalami perlambatan, yang didorong oleh perlambatan komponen

    impor barang intermedier.

    Grafik 1.17. Perkembangan Nilai Impor Migas Provinsi Riau

    Sumber: BPS

    Pada triwulan IV 2014, impor barang intermedier Riau tercatat tumbuh sebesar

    2,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat tumbuh

    sebesar 49,29% (yoy). Komposisi impor barang intermedier sebagian besar

    didominasi untuk pasokan industri seperti bahan makanan setengah jadi, dan

    bahan baku industri. Di sisi lain, pertumbuhan impor barang konsumsi dan barang

    modal pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

    sebelumnya. Meskipun pangsa kedua komponen impor tersebut tidak begitu besar,

    namun peningkatan impor kedua komponen tersebut diperkirakan menjadi

    penahan laju perlambatan pertumbuhan impor non migas pada triwulan laporan.

    Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau

    Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi

    (200)

    (100)

    -

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    -

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    rib

    u T

    on

    Barang Modal(lhs) yoy (rhs)

    (100)

    (50)

    -

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    -

    10,00

    20,00

    30,00

    40,00

    50,00

    60,00

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    rib

    u T

    on

    Barang Konsumsi (lhs) yoy (rhs)

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    18

    Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier

    Grafik 1.21. Kontribusi Volume Komponen Impor Triwulan IV 2014

    3. PDRB SEKTORAL

    Kondisi perekonomian Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 secara sektoral

    menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal ini tercermin dari

    pertumbuhan sektor utama yang tercatat melambat dibandingkan triwulan

    sebelumnya. Perlambatan terjadi pada sektor industri pengolahan, dan sektor

    perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor

    konstruksi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi

    yang lebih dalam pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya.

    Meningkatnya kinerja sektor pertanian menahan laju perlambatan pertumbuhan

    ekonomi Riau pada triwulan laporan.

    Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%)

    (100)

    (50)

    -

    50

    100

    150

    -

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    900

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    rib

    u T

    on

    Barang intermedier (lhs) yoy (rhs)

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    19

    Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi Sektoral (yoy,%)

    3.1. Sektor Pertanian

    Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan laporan mengalami peningkatan

    yaitu dari 4,5% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Peningkatan sektor ini juga terjadi secara

    tahunan, yaitu sebesar 4,40% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,34% (yoy) pada

    tahun 2014. Peningkatan bersumber dari meningkatnya produksi sub sektor

    tanaman perkebunan yang berasal dari panen tanaman kelapa sawit yang

    berlangsung selama triwulan laporan. Pada triwulan IV 2014, pertumbuhan hasil

    tanaman perkebunan tercatat sebesar 8,48% (yoy) atau meningkat dibandingkan

    triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,63% (yoy). Kondisi ini diperkirakan

    karena faktor curah hujan yang cukup dan mendukung produktivitas pada triwulan

    laporan. Selain itu, survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank

    Indonesia mengkonfirmasi indikasi peningkatan pada sektor pertanian, perkebunan

    dan peternakan yaitu dari 0,81% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,63% pada

    triwulan laporan.

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    20

    Grafik 1.22. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan

    Grafik 1.23. Pertumbuhan Subsektor dalam Sektor Pertanian

    Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

    Sumber : BPS Riau, data sementara

    3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

    Kinerja sektor pertambangan Riau selama tahun 2014 tercatat mengalami kontraksi

    sebesar 5,47% (yoy), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat

    mengalami kontraksi sebesar 4,44% (yoy). Sementara, kontraksi sektor

    pertambangan dan penggalian pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 6,4% (yoy),

    juga menurun dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat mengalami kontraksi

    sebesar 5,4% (yoy). Kontraksi pada sektor pertambangan utamanya didorong oleh

    kontraksi pada subsektor migas. Kondisi ini disebabkan karena kinerja lifting

    minyak bumi di Riau yang semakin menurun akibat penurunan produktivitas sumur

    minyak yang sudah tua dan minimnya penemuan sumur baru yang produktif di

    Provinsi Riau.

    Selain itu, kontraksi pada sektor pertambangan di triwulan laporan juga

    dipengaruhi oleh kinerja pertambangan batubara di Provinsi Riau yang cenderung

    menurun akibat terkendalanya izin usaha. Pada triwulan IV 2014 tidak terdapat

    ekspor batubara dari Provinsi Riau. Penurunan kinerja batubara diperkirakan masih

    akan berlangsung hingga triwulan I 2015. Penurunan kinerja sektor pertambangan

    dan penggalian juga dikonfirmasi oleh perkembangan penyaluran kredit kepada

    sektor ini yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 10,48% (yoy) pada triwulan

    laporan. Penurunan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek ke sektor

    pertambangan dan penggalian telah terjadi sejak akhir tahun 2013. Hal ini

    mengindikasikan bahwa perkembangan sektor ini semakin tidak prospektif bagi

    investor dan pelaku usaha.

    -5

    -4

    -3

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    2010 2011 2012 2013 2014

    %

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    21

    Grafik 1.24. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi di Provinsi Riau

    Sumber : http://lifting.migas.esdm.go.id

    Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan Lokasi Proyek

    di Provinsi Riau

    3.3. Sektor Industri Pengolahan

    Pertumbuhan sektor industri pengolahan dengan migas pada triwulan IV 2014

    tercatat melambat signifikan dibandingkan triwulan III 2014 yaitu dari 6,8% (yoy)

    menjadi 2,4% (yoy). Sementara pertumbuhan sektor industri pengolahan pada

    tahun 2014 juga melambat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 6,95% (yoy)

    menjadi 5,63% (yoy). Penurunan diperkirakan terjadi pada industri pengolahan

    migas, sementara industri pengolahan non migas diperkirakan melambat.

    Penurunan pada industri pengolahan migas disebabkan oleh lifting minyak bumi

    yang semakin menurun. Di sisi lain, perlambatan industri pengolahan non migas

    diperkirakan karena penurunan harga komoditas global seperti CPO dan karet serta

    kondisi permintaan negara tujuan ekspor yang belum membaik sehingga pelaku

    usaha masih menahan produksi. Sementara produk industri pengolahan lainnya

    seperti pulp dan kertas juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan karena

    terkendala oleh ketersediaan bahan baku.

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    22

    Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkonfirmasi oleh

    penurunan kapasitas terpakai sektor industri pengolahan hasil SKDU yang

    dilakukan oleh Bank Indonesia. Meskipun demikian, perkembangan sektor industri

    pengolahan ke depannya, terutama industri kelapa sawit diperkirakan akan

    semakin prospektif seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi CPO dunia

    pada grafik 1.25. Sementara perkembangan produk turunan CPO diperkirakan juga

    mengalami peningkatan, tercermin dari masih dominannya ekspor produk turunan

    CPO hingga triwulan laporan.

    Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi CPO Dunia

    Sumber : Sumber: USDA

    Grafik 1.27. Perkembangan Kapasitas Terpakai Indutri Pengolahan

    Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

    Grafik 1.28. Perkembangan Harga TBS Domestik dan CPO Global

    Sumber : Bloomberg, Dinas Perkebunan Riau

    Grafik 1.29. Perkembangan Ekspor CPO dan Turunan Provinsi Riau

    -

    10.000

    20.000

    30.000

    40.000

    50.000

    60.000

    70.000

    2010 2011 2012 2013 2014Other Singapore Russia Iran

    Colombia Egypt Bangladesh United States

    Nigeria Thailand Pakistan Malaysia

    Europa Union China India Indonesia

    -

    200

    400

    600

    800

    1.000

    1.200

    1.400

    1.000

    1.100

    1.200

    1.300

    1.400

    1.500

    1.600

    1.700

    1.800

    1.900

    2.000

    2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

    2011 2012 2013 2014

    US

    D/M

    T

    Rp

    /Kg

    TBS Domestik (lh) CPO Dunia (rhs)

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    2011 2012 2013 2014

    Jut

    a T

    on

    Vol Turunan Vol CPO

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    23

    3.4. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

    dan Sepeda Motor

    Dalam perhitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, sektor perdagangan, hotel,

    dan restoran dibagi menjadi 2 (dua) sektor besar yaitu sektor perdagangan besar

    dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor penyediaan

    akomodasi dan makan minum. Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran

    dan reparasi mobil dan sepeda motor cukup besar terhadap perekonomian Provinsi

    Riau pada tahun 2014, yaitu mencapai 0,21%. Perkembangan sektor perdagangan

    besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan laporan tercatat

    melambat yaitu dari 1,4% (yoy) menjadi 0,2% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan

    karena tingginya inflasi di akhir tahun akibat kenaikan BBM bersubsidi.

    Grafik.1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan, Minuman dan

    Tembakau di Riau

    Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi

    Grafik.1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit

    Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi

    Grafik.1.32. Perkembangan Kredit Perdagangan Berdasarkan Lokasi Bank di Riau

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    24

    Dilihat secara subsektor, perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan juga

    diindikasikan oleh menurunnya kinerja ekspor dan melambatnya pertumbuhan

    penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014.

    Perlambatan tersebut didorong oleh masih berlanjutnya kontraksi penyaluran kredit

    pada subsektor perdagangan besar dan eceran makanan, minuman, dan

    tembakau. Pada triwulan IV 2014, jumlah kredit yang disalurkan ke subsektor

    perdagangan besar dan eceran makanan, minuman dan tembakau mencapai

    Rp2,41 triliun atau turun sebesar 17,08% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit ke

    subsektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit juga mengalami perlambatan

    dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan penyaluran kredit terhadap

    sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit pada triwulan IV 2014 tercatat

    sebesar 14,63% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

    tercatat tumbuh sebesar 15,35% (yoy).

    3.5. Sektor Konstruksi

    Secara umum kegiatan perkembangan sektor konstruksi dalam triwulan laporan

    tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor

    konstruksi di Riau mencapai 6,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

    pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,6% (yoy). Meskipun

    demikian, pertumbuhan sektor konstruksi secara total pada tahun 2014 tercatat

    mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013.

    Grafik 1.33. Konsumsi Semen Riau

    Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Konstruksi Lokasi Proyek Riau

    Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SEKDA

  • GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

    Kondisi Ekonomi Makro Regional

    25

    Perlambatan pertumbuhan konstruksi pada triwulan laporan diindikasikan dengan

    penurunan penyaluran kredit sektor konstruksi berdasarkan lokasi proyek secara tahunan.

    Pada triwulan IV 2014 penyaluran kredit konstruksi berdasarkan lokasi proyek tercatat

    mencapai Rp1,12 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 17,73% (yoy). Meskipun

    demikian, pertumbuhan konsumsi semen yang relatif meningkat merupakan faktor

    pendorong pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan laporan.

  • PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB/PDRB BERBASIS

    SNA 2008

    Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan

    lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global

    yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN

    (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa

    layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam

    mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan

    statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun

    2000 ke 2010.

    Perubahan tahun dasar PDB/PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National

    Accounts (SNA 2008 ) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT) 2010

    sebagai dasar penghitungan PDB menurut tiga (3) pendekatan yaitu pendekatan

    produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Perubahan Tahun Dasar juga menunjukkan

    penghitungan yang lebih akurat terkait level dan struktur ekonomi dengan

    memasukkan kegiatan ekonomi baru yang belum dicatat dalam penghitungan

    sebelumnya. Manfaat yang ingin diperoleh dari perubahan tahun dasar ini antara lain:

    a. Memberikan gambaran perekonomian nasional terkini:

    1) Pergeseran struktur ekonomi;

    2) Pertumbuhan ekonomi.

    b. Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB yang dihasilkan;

    c. Menjadikan data PDB dapat diperbandingkan secara Internasional.

    Sumber data baru untuk perbaikan PDB/PDRB berasal dari data Sensus Penduduk 2010

    (SP 2010) dan Indeks Harga Produsen (IHP)/ Producer Price Index (PPI). Adapun implikasi

    dari perubahan tahun dasar ini meliputi:

    a. Meningkatnya nominal PDB/PDRB, yang pada gilirannya akan berdampak pada

    pergeseran kelompok pendapatan suatu negara/wilayah dari rendah, menjadi

    menengah, atau tinggi;

    b. Akan mengubah indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio

    investasi dan tabungan, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan

    ekonomi;

    Boks 1

  • c. Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modelling dan forecasting

    Gambar Kerangka Matriks Supply Regional

    Terdapat 118 revisi dari SNA sebelumnya dan 44 revisi merupakan revisi utama dalam

    SNA2008. Adopsi revisi SNA tersebut meliputi beberapa konsep dan cakupan:

    1. Adopsi Cultivated Biological Resources (CBR), Eksplorasi mineral dan evaluasi,

    produk original pada karya seni dan sastra, perlakuan software dan database,

    serta lisensi sebagai PMTB.

    2. Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank

    Service Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly

    Measured (FISIM).

    3. Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar/Basic Price

    4. Klasifikasi: Update penggunaan klasifikasi KBLI2009 dan KBKI 2010

    Tabel Contoh Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode SNA sebelumnya vs SNA

    2008

    10

    PDRB (Produksi) = Output dikurangi

    Konsumsi Antara

    TABEL PENYEDIAAN

    Penyediaan Domestik Harga Produsen

    TO

    TA

    L

    PEN

    YED

    IAA

    N

    TOTAL OUTPUT

    Konsumsi Antara

    PDRB (Produksi)

    KOMPONEN PENGGUNAAN

    Konsumsi Rumahtangga

    Konsumsi Lembaga Non Profit Melayani

    Rumahtangga (LNPRT)

    Konsumsi Pemerintah

    Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

    Perubahan Inventori

    Ekspor

    Impor (-)

    PDRB (Pengeluaran)

    PDRB (Pengeluaran)=Konsumsi

    Rumahtangga+ LNPRT+Konsumsi

    Pemerintah+PMTB+Perubahan

    Inventori+Ekspor-Impor

    =

    Nilainya sama

    Lapangan UsahaK

    om

    od

    iti

    Variabel Konsep Lama Konsep Baru

    1. Output pertanian Hanya mencakup output pada saat panen.

    Output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan.

    2. Metode penghitungan output bank komersial.

    Menggunakan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC) .

    Menggunakan metode Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM).

    3. Valuasi Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga produsen.

    Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar.

    4. Biaya eksplorasi mineral dan pembuatan produk original

    Dicatat sebagai biaya antara. Dicatat sebagai biaya antara dan dikapitalisasi sebagai PMTB.

  • Perbandingan Klasifikasi PDB Menurut Lapangan Usaha

    Perbandingan Klasifikasi PDB Menurut Pengeluaran

  • PROSPEK INDUSTRI KELAPA SAWIT PROVINSI

    RIAU

    Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit

    terluas di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan luas areal kebun dan produksi yang

    meningkat setiap tahunnya.

    Hal ini terlihat dari data luas

    areal kebun dan produksi

    kelapa sawit yang dipublikasi

    oleh Dinas Perkebunan

    Provinsi Riau. Pada tahun

    2010 luas lahan perkebunan

    kelapa sawit di Provinsi Riau

    tercatat seluas 2.103.174 Ha

    dengan produksi 2.258.553

    ton, terus meningkat sekitar

    7,39% hingga tahun 2013

    menjadi 2.399.172 Ha dengan

    produksi 7.570.854 ton. Peningkatan prod