75
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I – 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan I – 2014

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

KKaannttoorr PPeerrwwaakkiillaann BBaannkk IInnddoonneessiiaa

PPrroovviinnssii NNuussaa TTeennggggaarraa TTiimmuurr

Triwulan I - 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii

KKKAAATTTAAA PPPEEENNNGGGAAANNNTTTAAARRR

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat

penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi

kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian

dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan

kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter

tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda,

DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup

Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan

Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang.

Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia

maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk

meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk

penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian

ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan

baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Mei 2014

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii

DDDAAAFFFTTTAAARRR IIISSSIII

Halaman Judul ------------------------------------------------------------------------------- i

Kata Pengantar ------------------------------------------------------------------------------ ii

Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------------- iii

Daftar Grafik -------------------------------------------------------------------------------- v

Daftar Tabel --------------------------------------------------------------------------------- vii

Ringkasan Umum --------------------------------------------------------------------------- x

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 1

1.2 Sisi Penggunaan ------------------------------------------------------------------------ 2

1.3 Sisi Sektoral ----------------------------------------------------------------------------- 6

BOKS 1. KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM

DI KOTA KUPANG -------------------------------------------------------------- 11

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 14

2.2 Perkembangan Inflasi NTT ----------------------------------------------------------- 15

2.3 Disagregasi Inflasi ---------------------------------------------------------------------- 17

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota -------------------------------------------------------- 19

2.4.1 Inflasi Kota Kupang ------------------------------------------------------------ 19

2.4.2 Inflasi Kota Maumere --------------------------------------------------------- 21

BOKS 2. EL NINO DAN NTT: DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI --------- 23

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

3.1 Kondisi Umum ------------------------------------------------------------------------- 27

3.2 Perkembangan Bank Umum -------------------------------------------------------- 29

3.2.1 Intermediasi Perbankan ------------------------------------------------------- 29

3.2.2 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) --------------------- 34

3.2.3 Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau ----------------- 36

3.3 Sistem Pembayaran -------------------------------------------------------------------- 37

3.3.1 Transaksi Non Tunai------------------------------------------------------------ 37

3.3.2 Transaksi Tunai ------------------------------------------------------------------ 38

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH

4.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 41

4.2 Pendapatan Daerah -------------------------------------------------------------------- 42

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv

4.3 Belanja Daerah ------------------------------------------------------------------------- 43

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

5.1 Kondisi Umum -------------------------------------------------------------------------- 45

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan --------------------------------------------------- 46

5.2.1 Kondisi Ketenagakerjaan Umum ------------------------------------------- 46

5.2.2 Pengangguran ------------------------------------------------------------------ 48

5.3 Perkembangan Kesejahteraan ------------------------------------------------------- 49

5.3.1 Kondisi Kesejahteraan Umum ----------------------------------------------- 49

5.3.2 Tingkat Kemiskinan ------------------------------------------------------------ 50

BOKS 3. KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN ----- 53

BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH

6.1 Pertumbuhan Ekonomi --------------------------------------------------------------- 56

6.2 Inflasi -------------------------------------------------------------------------------------- 59

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v

DDDAAAFFFTTTAAARRR GGGRRRAAAFFFIIIKKK

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT -------------------------------------------------- 1

Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT -------------------------------------- 1

Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan -------------------------- 2

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis --------------------------------------------- 3

Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I --------------------------------------- 3

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi ------------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.7 Perkembangan IKE ---------------------------------------------------------- 3

Grafik 1.8 Kredit Investasi -------------------------------------------------------------- 4

Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor --------------------------------------------------------- 5

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat ------------------------------------------- 5

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor ----------------------------------------------------- 5

Grafik 1.12 Pengiriman Ternak ---------------------------------------------------------- 6

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran ---------------------------------------- 7

Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR ----------------------------------------------------------- 7

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas ----------------------------------------------- 8

Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel --------------------------------------------------------- 8

Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT ------------------------------------------------------ 8

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT --------------------------------------------- 15

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT ----------------------------------------------------- 16

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT ------------------------------------ 16

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT ----------------------------------------------- 17

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT ----------------------------------------------------- 18

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang ------------------------------------------- 19

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang ------------------------------------------------ 20

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere ----------------------------------------- 21

Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere ---------------------------------------------- 22

Grafik 3.1 Perkembangan LDR --------------------------------------------------------- 29

Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan -------------------------------------- 29

Grafik 3.3 Komposisi DPK -------------------------------------------------------------- 30

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik ----------------------------------------- 30

Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum ---------------------------------------- 33

Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum ------------------------- 33

Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring ----------------------------------------- 37

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi

Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong ----------------------------------------- 37

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS -------------------------------------------------------- 38

Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS --------------------------------------------------- 38

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai ------------------------------------------ 39

Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT ---------------------------------------------------------- 41

Grafik 4.2 Realisasi APBD Triwulan I-2014 ------------------------------------------- 41

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan -------------------------------------------------------- 42

Grafik 4.4 Realisasi Belanja ------------------------------------------------------------- 43

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT --------------------------------------------- 48

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT ------------------------------------------------- 49

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan ------------------------------------- 49

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT --------------------------------------------------- 50

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT ----------------------------------- 57

Grafik 6.2 Perkiraan SKDU dan Harga Jual ------------------------------------------ 57

Grafik 6.3 Perkembangan Tendensi Konsumen Mendatang -------------------- 58

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang ------------------- 58

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii

DDDAAAFFFTTTAAARRR TTTAAABBBEEELLL

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT ------------------------------------------------------ 9

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral ---------------------------------------- 9

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral ----------------------------- 9

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan ---------------------------------- 10

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan ------------------------ 10

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT ---------------------------------------------- 15

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas ------------------------------------ 16

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas ------------------------------- 20

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas ---------------------------- 21

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) ---- 27

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai ------------------------------------- 28

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai -------------------------------------------- 28

Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum ------------------------------- 30

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum -------------------------------------- 31

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum ---------------------- 31

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum --------------------------- 32

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum ------------- 33

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum -------------- 34

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum------------------ 35

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau ---------------------- 36

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain ------------------- 39

Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran 2014 ------------------------- 44

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Kegiatan ------- 46

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ----------------------------------- 47

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama ---- 47

Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini

Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu ------------------------------------------ 49

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT

tahun 2005 s.d. September 2013 ----------------------------------------- 51

Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September 2013------------------- 51

Tabel 5.7 Indeks keparahan dan Kedalaman Kemiskinan ------------------------ 52

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii

Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan I-2014 (Indeks) -- 57

Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global ------------------------ 59

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

KPw BI Provinsi NTT

Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT

[0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

www.bi.go.id

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x

Ringkasan Umum

KER Provinsi Nusa Tenggara Timur

Triwulan I-2014

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02%

(yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai dengan

perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor. Meskipun

demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya

Dari sisi sektoral, kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami

peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara

itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan

yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%.

Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,64% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi

penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan cukup signifikan dengan

penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang tercatat sebesar -37,68%

(qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir pada semua sektor

ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -12,72%% (qtq),

kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10% (qtq), serta sektor

bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor pertanian justru

mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq).

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan

inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir

periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi

sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi

bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada kelompok

volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga disebabkan

membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada kelompok

administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai dengan polanya,

dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga permintaan berada

pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan

yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa rumah.

Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi pasokan

bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai dampak

kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami peningkatan

inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya disebabkan oleh

peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota

Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar

8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy).

Pergerakan inflasi NTT dan Nasional pada triwulan laporan secara umum

searah. Faktor supply menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di

sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang, berkontribusi

menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Permasalahan

keterbatasan supply menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada periode laporan.

Selain itu, tingginya ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan

NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah

pemasok.

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan

relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR

tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau melambat

dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan

penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada triwulan

laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy) dengan

outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL) yang sedikit

meningkat ke level 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,39%. Di

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii

sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56% (yoy) dengan nominal

Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang

tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 88,54%, meskipun

angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

91,14%.

Kinerja sistem pembayaran juga mengalami perlambatan. Aktivitas transaksi

non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat

sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross

Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama triwulan laporan.

Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow yaitu

jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan dengan

jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada

periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai akibat

menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan kondisi

cuaca yang kurang kondusif.

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014

tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan

dengan tahun 2013. Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami

peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada

tahun 2014. Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan

tercatat sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana

pendapatan tahun 2014. Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%.Dari sisi belanja,

realisasi anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau

mencapai 12,12% dari total rencana belanja.

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN DDDAAANNN KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT

pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data

BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii

2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok

penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah

angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat

sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara

tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi

ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks

ketenagakerjaan tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang

hanya sebesar 4,39.

Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS

posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan

persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun

sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta

tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September 2013.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan

tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke

atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu.

Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani

(NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

PPPRRROOOSSSPPPEEEKKK PPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II-

2014 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan laporan.

Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa

mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2014 diperkirakan akan

berada pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy) dengan kecenderungan moderat.

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan

mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 7,8%-8,2% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya tekanan inflasi pada

triwulan II-2014 terutama disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered

prices. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) berdasarkan Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 9 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga

Listrik yang disediakan oleh PLN yang mulai diterapkan per-1 Mei, diperkirakan akan

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv

memberikan dampak cukup signifikan terhadap laju inflasi. Sebagai informasi,

penerapan tarif listrik untuk golongan I ditetapkan setiap bulannya hingga akhir

tahun. Sementara untuk golongan II dan III (sektor industri) diterapkan setiap 2

bulan sekali hingga bulan November. Selain itu, liburan sekolah yang diperkirakan

jatuh pada bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan tarif angkutan udara seiring

meningkatnya permintaan.

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1

EEEKKKOOONNNOOOMMMIII MMMAAAKKKRRROOO RRREEEGGGIIIOOONNNAAALLL

Kinerja pertumbuhan ekonomi NTT mengalami perlambatan.

Dari sisi sektoral, sektor PHR mengalami perlambatan tertinggi.

Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai

penurunan kinerja ekspor membuat laju net ekspor NTT tercatat lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

11..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02%

(yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang

disertai dengan perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor.

Meskipun demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya

Dari sisi sektoral,kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami

peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara

itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan

yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%.

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

3,000.00

3,100.00

3,200.00

3,300.00

3,400.00

3,500.00

3,600.00

3,700.00

3,800.00

3,900.00

4,000.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Rp

mili

ar

PDRB Pertumbuhan yoy (axis kanan) Pertumbuhan qtq (axis kanan)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Jasa-jasa

Keuangan dan Persewaan

Transp & Kom

PHR

Bangunan (konstruksi)

Listrik,Gas dan Air

Industri Pengolahan

Pertambangan

Pertanian

Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT

Sumber : BPS diolah

Sumber : BPS diolah

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar

5,64%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan

cukup signifikan dengan penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang

tercatat sebesar -37,68% (qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir

pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi

terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -

12,72%% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10%

(qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor

pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq).

11..22 SSiissii PPeenngggguunnaaaann

Positifnya kinerja konsumsi

belum mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi secara

optimal. Aktivitas konsumsi periode

laporan meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya dengan laju

pertumbuhan sebesar 7,11% (yoy) dan

andil terhadap laju pertumbuhan

ekonomi yang cukup signifikan sebesar

7,38% (yoy). Sejalan dengan hal

tersebut, kinerja investasi turut mengalami peningkatan yakni dari sebesar 6,37%

(yoy) menjadi sebesar 7,46% (yoy). Sementara itu, kinerja net ekspor mengalami

perlambatan sangat signifikan yakni dari sebesar -2,26% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi sebesar -23,68% (yoy) pada periode laporan. Tingginya

ketergantungan impor terutama terhadap yang berasal dari daerah lain,

menyebabkan defisit net ekspor (net impor) lebih tinggi pada periode laporan.

1. Konsumsi

Laju pertumbuhan konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Total konsumsi pada periode laporan tumbuh sebesar

7,11% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 2,17%

(yoy). Peningkatan kinerja konsumsi terutama disebabkan oleh peningkatan

Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan

7.38%

1.08%

0.55%

5.29%

1.29%

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00%

Konsumsi

Investasi

Ekspor

Impor

Perubahan stok

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3

seluruh subkomponen konsumsi dengan peningkatan tertinggi bersumber dari

subkomponen konsumsi nirlaba yang tercatat sebesar 7,86% (yoy). Sementara itu,

konsumsi secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 7,25% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh

subkomponen dengan penurunan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi

pemerintah yang tercatat sebesar -25,88% (qtq). Realisasi anggaran pemerintah

yang belum optimal menjadi faktor utama penurunan tersebut.

Selanjutnya subkomponen konsumsi nirlaba mengalami penurunan

tertinggi setelah konsumsi pemerintah dengan angka sebesar -4,67% (qtq). Hal

tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh penurunan konsumsi listrik sektor bisnis

pada triwulan laporan sebesar-10,69% (qtq).

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

rib

u k

wh

Konsumsi (ribu kwh/axis kiri)

Jumlah Pelanggan (axis kanan)

1,036.09

1,139.42

1,164.44

1,257.42

1,350.22

2,353.82

2,400.82

2,738.06

7.39%

13.05%

9.60%

10.49%

9.79%

13.16%

17.85%

12.12%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp

mili

ar

Rencana Belanja

Realisasi Belanja Tw-I

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Konsumsi y-o-y konsumsi

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja

Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE

Sumber : Biro Keuangan diolah

Sumber : PLN Wilayah NTT diolah

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4

2. Investasi

Kinerja investasi

menunjukkan peningkatan

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Secara tahunan,

Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) mengalami peningkatan dari

6,37% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 7,46% (yoy).

Meningkatnya laju pertumbuhan

investasi salah satunya disebabkan oleh pelaksanaan proyek MP3EI terkait

pembangunan PLTU-II Kupang, PLTU Alor dan PLTU Rote Ndao yang ditargetkan

selesai akhir tahun ini. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan kredit investasi

sebesar 31,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Secara triwulanan, investasi mengalami penurunan signifikan sebesar

37,68% (qtq). Menurunnya investasi pada periode laporan diindikasikan terkait

erat dengan menurunnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi

dengan konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup

signifikan yakni dari sebesar 19,49% (qtq) menjadi sebesar 3,23% (qtq) pada

periode laporan. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dimulainya tahun anggaran

baru sehingga proyek proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD

baru mulai proses pengadaan.

3. Net Ekspor

Secara tahunan, kinerja net ekspor mengalami perlambatan sangat

signifikan sehingga mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi

dibanding triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, nilai tambah dari

kegiatan ekspor NTT sebesar Rp966 miliar atau sebesar 2,03% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,32% (yoy). Sementara

itu, laju pertumbuhan impor mengalami peningkatan cukup tinggi dari 2,74%

(yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 11,19% (yoy) pada periode laporan.

Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan net ekspor yang mengalami

penurunan sangat signfikan yakni sebesar -23,68% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi

oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan

Sumber : KBI Kupang

Grafik 1.8 Kredit Investasi

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Investasi y-o-y investasi

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5

masyarakat. Minimnya sektor industri di NTT, baik industri makanan maupun non

makanan berdampak pada ketergantungan masyarakat NTT yang cukup tinggi

terhadap aktivitas impor antar daerah.

Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di NTT mengalami penurunan

cukup signifikan masing masing sebesar 15,15% (qtq) dan 26,17% (qtq). Kondisi

tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat

mengalami penurunan unloading (bongkar) cukup signifikan dibandingkan

peningkatan loading (muat) sehingga net loading mengalami penurunan sebesar

35,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi ekspor antar negara,

Tiongkok masih menjadi tujuan

utama ekspor NTT. Sedangkan

negara berikutnya adalah negara

Afrika, dimana komoditas ekspor yang

dominan adalah komoditas semen dan

ikan Tuna. Pengiriman dilakukan

melalui pelabuhan Tenau ataupun

Pelabuhan Atapupu. Volume ekspor

luar negeri pada triwulan laporan

mencapai 9,47 ribu ton atau

(2,000.00)

(1,500.00)

(1,000.00)

(500.00)

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

3,000.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Mili

ar R

p

Net Ekspor Ekspor Impor

(150,000)

(100,000)

(50,000)

-

50,000

100,000

150,000

200,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Ton

Net Loading Unloading Loading

Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor

Sumber : KPw BI Prov. NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor

Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat

Sumber : PT Pelindo Tenau

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

EUROPE

AUSTRALIA

ASIA

AMERICA

AFRICA

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,48

ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 76,79% ditujukan ke negara

Tiongkok.

11..33 SSiissii SSeekkttoorraall

Dari sisi sektoral, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami

peningkatan, sementara sektor PHR melambat. Tiga sektor utama yang

menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT memiliki andil paling besar

terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian,

sektor jasa-jasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki

andil sebesar 35,01%, 26,41%, dan 17,70%. Sementara sektor lainnya yang

memiliki andil cukup besar (di atas 5%) yaitu sektor angkutan dan komunikasi

(7,54%) serta sektor bangunan/konstruksi (6,22%).

1. Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian

pada periode laporan tercatat

meningkat. Kinerja sektor

pertanian pada periode laporan

tercatat sebesar 3,19% (yoy),

meningkat dibanding kinerja

triwulan sebelumnya yang sebesar

2,82% (yoy). Penyebab utama

meningkatnya kinerja sektor

pertanian adalah peningkatan

kinerja subsektor tabama dan

subsektor perikanan. Sementara laju pertumbuhan subsektor perkebunan,

perternakan dan kehutanan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut salah

satunya dipengaruhi tingginya intensitas curah hujan pada awal periode laporan

(Januari-Februari).

Secara triwulanan, hampir semua subsektor mengalami penurunan, kecuali

subsektor tabama. Musim panen tabama pada periode laporan menyebabkan

terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tabama menjadi sebesar 9,12% (qtq).

Sementara menurunnya laju pertumbuhan subsektor peternakan diindikasikan dari

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

2,500

5,000

7,500

10,000

12,500

15,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Ek

or

Loading Ternak yoy (axis kanan)

Grafik 1.12 Pengiriman Ternak

Sumber : PT.Pelindo diolah

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7

menurunnya pengiriman ternak lewat jalur laut yang turun sebesar 38,02% (qtq)

dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya.

2. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar 7,24%

(yoy). Sektor jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor jasa pemerintahan

umum dengan kontribusi sebesar 75,81%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

aktivitas ekonomi masih ditopang dari anggaran pemerintah, baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintah

umum mengalami kenaikan sebesar 7,97% (yoy) sebagai dampak dari kenaikan

anggaran belanja dan gaji pemerintahan tahun anggaran 2014.

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor PHR relatif melambat pada triwulan laporan. Laju

pertumbuhan sektor PHR sebesar 5,40% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 8,82% (yoy). Melambatnya kinerja sektor PHR

terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor perdagangan besar dan eceran.

Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami penurunan sebesar

9,44% (qtq). Subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami penurunan

sebesar 9,55% (yoy) seiring dengan melambatnya konsumsi rumah tangga pada

triwulan laporan. Menurunnya kinerja subsektor perdagangan juga tercermin dari

melambatnya perkembangan omset penjualan eceran dan aktivitas bongkar muat

peti kemas melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami penurunan cukup signifikan

di awal tahun (terutama Januari-Februari).

-30.00%

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

Jan

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Me

i

Jun

Jul

Ag

ust

Se

p

Ok

t

No

p

De

s

Jan

Fe

b

Ma

r

2013 2013 2014

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

PHR PHR (yoy)

Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8

Periode laporan juga merupakan low season bagi pariwisata, sehingga hal

tersebut mempengaruhi kinerja subsektor hotel. Menurunnya pertumbuhan

subsektor hotel tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang turun

sebesar 28,54% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, subsektor

hotel mengalami penurunan laju pertumbuhan triwulanan sebesar 7,32% (qtq).

4. Sektor Lainnya

Sektor lain yang cukup signifikan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

di NTT adalah sektor bangunan. Pada

triwulan laporan, laju pertumbuhan sektor

bangunan sebesar 5,65% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 4,39% (yoy). Peningkatan laju

pertumbuhan sektor bangunan selain

dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi

pemerintah, juga signifikan dipengaruhi

oleh investasi swasta. Secara triwulanan, pertumbuhan sektor bangunan

mengalami penurunan sebesar 8,05% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dengan laju

konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan

sebesar 3,23% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 19,49% (qtq).

Kondisi tersebut sejalan dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek

proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD baru dimulai.

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

2,500

5,000

7,500

10,000

12,500

15,000

17,500

20,000

22,500

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014Bo

x

Peti kemas yoy (axis kanan)

2,000

7,000

12,000

17,000

22,000

27,000

32,000

37,000

42,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Jumlah Tamu

Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Rib

u t

on

Konsumsi Semen yoy (axis kanan)

Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel

Sumber : BPS diolah Sumber : PT.Pelindo diolah

Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9

Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan tercatat sebesar

7,42% (yoy). Laju pertumbuhan di sektor keuangan dan persewaan sedikit

melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya seiring penurunan kinerja

subsektor bank dan subsektor jasa perusahaan masing masing menjadi sebesar

8,82% (yoy) dan 3,14% (yoy). Perlambatan ekonomi global berdampak terhadap

peningkatan BI rate sehingga mempengaruhi kinerja funding perbankan.

Dalam Rp Miliar

2014

I II III IV I II III IV I

Pertanian 1,204 1,237 1,229 1,240 1,237 1,270 1,259 1,275 1,276

Pertambangan 43 45 49 50 46 48 51 52 48

Industri Pengolahan 47 48 51 53 47 50 53 54 49

Listrik, Gas dan Air 15 15 16 17 16 16 17 18 17

Bangunan (Konstruksi) 202 219 232 236 215 233 241 247 227

Perdagangan, Hotel & Restoran 573 614 640 655 612 661 696 712 645

Transportasi & Komunikasi 251 256 270 274 266 267 285 291 275

Keuangan dan Persewaan 125 134 144 152 135 145 158 167 145

Jasa-jasa 835 877 941 982 898 949 1,013 1,048 963

PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645

Sektor20132012

2014

I II III IV I II III IV I

Pertanian 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19%

Pertambangan 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97%

Industri Pengolahan 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65%

Listrik, Gas dan Air 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13%

Bangunan (Konstruksi) 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65%

Perdagangan, Hotel & Restoran7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40%

Transportasi & Komunikasi 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39%

Keuangan dan Persewaan 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42%

Jasa-jasa 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24%

PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02%

2012 2013Sektor

Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral

Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral

Sumber : BPS diolah

Sumber : BPS diolah

Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10

Dalam Rp Miliar

2014

I II III IV I II III IV I

Konsumsi 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 3,870 4,032 4,158 3,857

Investasi 473 553 581 621 504 594 645.09 660.71 541.84

Ekspor 876 971 1,023 1,101 946 1,047 1,117 1,138 966

Impor 1,556 1,965 2,246 2,405 1,640 2,087 2,350 2,471 1,824

Perubahan stok 59 213 337 269 60 214 329 376 104

PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645

Penggunaan2012 2013

2014

I II III IV I II III IV I

Konsumsi 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60% 5.35% 4.00% 2.17% 7.11%

Investasi 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46%

Ekspor 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03%

Impor -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19%

PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02%

Penggunaan2012 2013

Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS diolah

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan

Sumber : BPS diolah

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11

KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI KOTA KUPANG

Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM yang

memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia

sejak lama telah mengembangkan penelitian Base Line Economic Survey. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah

yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi di suatu daerah. Dalam

perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian tersebut lebih diarahkan kepada

penelitian mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial untuk

menjadi unggulan daerah dan dapat dikembangkan pada sektor UMKM sebagai

pelaku ekonomi mayoritas di daerah.

Data dan informasi dalam penelitian KPJU unggulan UMKM meliputi berbagai

aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah, serta potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan

UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM di

daerah tersebut. Dengan adanya penelitian tersebut, setiap kabupaten/kota di

suatu provinsi akan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang

patut dan cocok untuk dikembangkan.

Pada tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT kembali

melaksanakan penelitian KPJU unggulan UMKM, dimana pengumpulan data primer

dan data sekunder diperoleh dari 21 kabupaten/kota dan 200 kecamatan. Data

primer di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperoleh melalui Focus Group

Discussion (FGD) dengan Pemerintah Daerah, perbankan, akademisi, dan

lembaga/asosiasi terkait. Sedangkan data primer di tingkat kecamatan diperoleh

melalui indepth interview dengan camat, mantri statisik, dan tokoh masyarakat.

Sementara data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun narasumber

lainnya yang dianggap valid.

Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh KPJU unggulan Kota Kupang untuk

masing-masing sektor ekonomi dan lintas sektor ekonomi yang merupakan

agregasi dari KPJU unggulan di tingkat kecamatan. Penetapan KPJU unggulan di

tingkat kecamatan menggunakan beberapa kriteria yaitu jumlah unit usaha,

jangkauan pemasaran, ketersediaan sarana produksi, dan kontribusi terhadap

perekonomian daerah. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk proses penetapan

KPJU unggulan di kabupaten/kota yaitu :

BOKS 1

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12

Tabel 1. Kriteria untuk Penentuan KPJU Unggulan di Tingkat Kabupaten/Kota

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan

kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Dengan

mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta

hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh, dilakukan

analisa dengan menggunakan Metoda Bayes.

Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor

berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan. Pada Tabel 2,

dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas sektor di Kota Kupang adalah

industri jasa tenda, musik dan alat masak, angkutan sewa, sewa kos-kosan, ternak

dan hasil-hasilnya serta industri tahu. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan

KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing

KPJu dapat dilihat pada Tabel 2.

Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan

1 Tenaga kerja terampil Tingkat pendidikan

Pelatihan yang pernah diikuti

Pengalaman kerja

Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan

2 Bahan baku

(khusus untuk sektor

industri)

Ketersediaan/kemudahan bahan baku

Harga perolehan bahan baku

Perishability bahan baku

Kesinambungan bahan baku

Mutu bahan baku

3 Modal Kebutuhan investasi awal

Kebutuhan modal kerja

Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan

4 Sarana produksi/usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh

Harga

5 Teknologi Kebutuhan teknologi

Kemudahan (memperoleh teknologi)

6 Sosial budaya

(faktor endogen)

Ciri khas lokal

Penerimaan masyarakat

Turun temurun

7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage

8 Ketersediaan pasar Jangkauan/wilayah pemasaran

Kemudahan mendistribusikan

9 Harga Stabilitas harga

10 Penyerapan tenaga kerja Kemampuan menyerap tenaga kerja

11 Sumbangan terhadap

perekonomian wilayah

Jumlah jenis usaha yg terpengaruh karena

keberadaan usaha ini

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13

Tabel 2. Sepuluh KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang

Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor

berturut-turut adalah perdagangan sembako, penjahitan, jasa boga dan hasil

olahan dan tempe. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas

sektor, maka meskipun tidak berada pada level teratas namun sektor usaha

perdagangan menempatkan 4 (empat) komoditasnya, sementara industri dan jasa

berada pada posisi yang lebih baik dari sektor perdagangan.

No KPJU

Unggulan Skor

Terbobot Sektor Usaha

1 Tenda/Musik/Alat Masak 0,0456 Jasa-Jasa 2 Angkutan sewa 0,0437 Angkutan 3 Sewa Kos-kosan 0,0432 Jasa-Jasa 4 Ternak dan Hasil-hasilnya 0,0370 Perdagangan 5 Industri Tahu 0,0336 Industri 6 Sembako 0,0299 Perdagangan 7 Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian 0,0295 Industri 8 Jasa Boga 0,0293 Pariwisata

9 Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin)

0,0286 Industri

10 Industri Tempe 0,0273 Industri

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

14

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN IIINNNFFFLLLAAASSSIII

Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya.

Membaiknya kondisi cuaca menjadi faktor kunci rendahnya

pencapaian inflasi NTT.

Kelompok bergejolak (volatile foods) mengalami penurunan inflasi

tertinggi.

Sementara itu, kelompok adminitered prices relatif stabil.

22..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan

inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir

periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi

sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok

bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada

kelompok volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga

disebabkan membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada

kelompok administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai

dengan polanya, dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga

permintaan berada pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation)

mengalami peningkatan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa

rumah.

Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi

pasokan bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai

dampak kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami

peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya

disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan,

tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan

triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere

mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 6,24% (yoy).

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

15

I II III IV I II III IV I

year on year

Nasional 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32%

NTT 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78%

Kota Kupang 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99%

Maumere 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39%

quarter to quarter

Nasional 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42%

NTT 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76%

Kota Kupang 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87%

Maumere 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06%

20142012 2013Inflasi

Pergerakan inflasi NTT dan Nasional

pada triwulan laporan secara umum

searah. Faktor supply menjadi

penyebab utama yang menggerakkan

inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi

masyarakat, baik konsumen maupun

pedagang berkontribusi menggerakkan

level inflasi NTT lebih tinggi

dibandingkan Nasional. Permasalahan

keterbatasan supply menjadi penyebab

utama tingginya inflasi pada periode

laporan. Selain itu, tingginya

ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT rentan

terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok.

2.2 Perkembangan Inflasi NTT

Membaiknya kondisi cuaca di akhir periode triwulan I menyebabkan

pencapaian inflasi NTT lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Inflasi NTT pada triwulan laporan sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 8,41% (yoy). Laju inflasi yang lebih rendah

secara dominan dipengaruhi oleh penurunan harga yang terjadi pada kelompok

bahan makanan. Normalnya pasokan barang terutama kelompok bahan makanan

mampu menghambat gejolak harga. Hal tersebut tercermin dari penurunan inflasi

pada kelompok bahan makanan dari 4,57% (yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi

1,43% (yoy). Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami

penurunan inflasi terendah adalah komoditas buah-buahan dan daging & hasilnya

dengan inflasi masing-masing sebesar 12,91% (yoy) dan 9,61% (yoy). Di sisi lain,

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

8.00%

9.00%

10.00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014

yo

y (

%)

Nasional NTT

Sumber : BPS diolah

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT

Sumber : BPS diolah

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

16

deflasi yang cukup dalam pada komoditas bumbu-bumbuan mampu menahan

terjadinya inflasi pada level yang lebih tinggi.

2014

I II III IV I II III IV I

UMUM 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78%

BAHAN MAKANAN -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06%

SANDANG 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41%

KESEHATAN 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35%

2012Komoditas

2013

Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

rumah tangga mengalami peningkatan inflasi tertinggi yakni sebesar 10,06%

(yoy). Tingginya inflasi pada kelompok tersebut salah satunya disebabkan kenaikan

harga sewa rumah yang sesuai dengan polanya terjadi setiap awal tahun (antara

Maret April).

1.76%

2.88%

0.82%

2.17%

2.65%

1.35%

0.46%

2.34%

0.87%

0.77%

0.64%

1.23%

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00%

UMUM

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB

BIAYA TEMPAT TINGGAL

BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR

PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA

PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA

SANDANG

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

0.42%

1.48%

-0.14%

JAN-14 FEB-14 MAR-14

Secara triwulanan, inflasi NTT mengalami peningkatan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat laju inflasi sebesar

1,76% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar

1,51% (qtq). Koreksi harga pada komoditas ikan segar dan komoditas sayur-

sayuran akibat cuaca buruk yang terjadi bulan Februari mendorong tekanan inflasi

yang cukup tinggi pada awal tahun.

Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas

Sumber : BPS diolah

Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

17

Secara bulanan, tekanan inflasi akibat cuaca buruk mulai terasa pada bulan

Januari 2014. Komoditas ikan tongkol memberikan andil tertinggi sebesar 0,11%

terhadap laju inflasi bulan Januari. Sementara itu, tarif angkutan udara menjadi

penyumbang deflasi sebesar 0,07% yang disebabkan tingkat permintaan yang

kembali normal. Secara keseluruhan, laju inflasi bulan Januari tercatat sebesar

0,50% (mtm). Puncak inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan inflasi

sebesar 1,48% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan yang

bersangkutan adalah komoditas ikan tongkol dengan sumbangan inflasi mencapai

0,18% terhadap inflasi NTT. Selain itu, tekanan harga pada komoditas sayur-

sayuran yang diwakili oleh komoditas sawi putih dengan andil 0,09% juga menjadi

penyumbang inflasi tertinggi kedua pada bulan Februari. Sementara itu, pada

bulan Maret terjadi deflasi sebesar 0,14% (mtm). Mulai membaiknya kondisi cuaca

pada bulan Maret yang berimbas terhadap lancarnya pasokan barang menjadi

penyebab utama rendahnya inflasi. Telur ayam ras dan daging ayam ras

memberikan andil deflasi tertinggi masing-masing tercatat sebesar 0,18% dan

0,10%. Sementara itu, tarif angkutan udara memberikan andil tertinggi terhadap

laju inflasi bulan Maret. Berkurangnya frekuensi dan jumlah maskapai

penerbangan dari dan ke NTT mengakibatkan peningkatan pada tarif angkutan

udara.

-10.00%

-5.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

SANDANG KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K

BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB UMUM

2.3 Disagregasi Inflasi

Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh

meningkatnya laju inflasi inti (core inflation). Andil inflasi inti menunjukkan

peningkatan pada triwulan laporan dengan angka inflasi sebesar 7,17% (yoy),

Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT

Sumber : BPS diolah

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

18

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 6,58% (yoy).

Andil inflasi inti meningkat dari 3,53% pada triwulan IV-2013 menjadi 3,83%

pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya

inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal yakni peningkatan tarif sewa rumah

yang berdasarkan pola historisnya terjadi antara bulan Maret - April.

Inflasi administered prices relatif stabil pada level 17,40% (yoy) dengan

kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 18,73%

(yoy). Meskipun demikian, tekanan yang terjadi pada subkelompok transportasi

cukup berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi administered prices.

Berkurangnya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di NTT serta

berkurangnya frekuensi beberapa penerbangan berdampak signifikan terhadap

laju inflasi administered prices.

Sementara itu, laju Inflasi kelompok volatile foods selama periode laporan

tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, laju inflasi volatile foods sebesar 1,66% (yoy) lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,21% (yoy). Penurunan tersebut

terutama disebabkan oleh penurunan subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-

buahan. Membaiknya kondisi cuaca pada akhir triwulan I menyebabkan pasokan

barang terutama bahan makanan kembali normal.

-6

-1

4

9

14

19

24

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013 2014

%,yoyInflasi IHK (yoy)

Core

Adm Price

Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

(2)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013 2014

%,yoyVolatile Foods Adm Price Core

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT

Sumber : BPS diolah

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

19

2.4 Inflasi NTT Berdasarkan Kota

2.4.1 Inflasi Kota Kupang

Lancarnya distribusi

pasokan barang terutama

bahan makanan mampu

menghambat laju inflasi pada

periode laporan. Inflasi Kota

Kupang pada triwulan I-2014

tercatat sebesar 7,99% (yoy) atau

lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang

mencapai 8,84% (yoy).

Membaiknya kondisi cuaca pada

akhir triwulan laporan yang berimbas kepada lancarnya distribusi pasokan

terutama pasokan dari daerah lain mampu menghambat laju inflasi secara umum.

Rendahnya inflasi tahunan pada periode laporan terutama disebabkan oleh

penurunan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan masing-

masing menjadi sebesar -23,75% (yoy) dan 5,50% (yoy). Secara umum,

pergerakan inflasi yang terjadi dipengaruhi juga oleh ekspektasi inflasi dari daerah

pemasok.

Penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan terlihat pada

rendahnya laju inflasi yang cukup signifikan dari 4,90% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi sebesar 0,88% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan periaku sebagian besar

kelompok lainnya yang mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari semula

9,80% (yoy) menjadi sebesar 11,15% (yoy) yang terutama disebabkan oleh

peningkatan tarif sewa rumah yang sejalan dengan pola historisnya yang biasanya

terjadi pada bulan Maret - April.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang

Sumber : BPS diolah

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Inflasi bulanan

Inflasi tahunan

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

20

2014

I II III IV I II III IV I

UMUM 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99%

BAHAN MAKANAN -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% 0.88%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15%

SANDANG 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98%

KESEHATAN 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60%

20132012KOMODITAS

Selama periode laporan terjadi

perubahan IHK triwulanan sebesar

1,87% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulan IV-2013

yang hanya sebesar 1,51% (qtq).

Tekanan inflasi tertinggi selama

periode laporan terjadi pada

kelompok bahan makanan dengan

inflasi sebesar 2,97% (qtq) diikuti

dengan kelompok perumahan,

listrik,air, gas dan bahan bakar rumah

tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,45% (qtq). Kenaikan harga subkelompok

ikan segar dan biaya tempat tinggal juga menyebabkan tingginya inflasi triwulanan

pada periode laporan.

Tekanan inflasi bulanan Kota Kupang pada bulan Januari 2014 sebesar

0,50% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,59%

(mtm). Rendahnya inflasi pada bulan Januari salah satunya disebabkan oleh

penurunan tarif angkutan udara seiring normalnya permintaan. Sementara itu,

pada bulan Februari mengalami inflasi tertinggi yang mencapai 1,46% (mtm).

Tingginya inflasi pada Februari 2014 bersumber pada kenaikan komoditas ikan

segar serta komoditas sawi putih seiring cuaca yang tidak kondusif. Sementara

pada bulan Maret Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm). Faktor

pendorong deflasi salah satunya disebabkan oleh penurunan harga komoditas

telur ayam ras dan daging ayam ras.

Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas

-1% 1% 3%

umum

bahan makanan

makanan jadi,rokok,tembakau

perumahan,listrik,air

sandang

kesehatan

pendidikan,rekreasi,olah raga

transpor,komunikasi,jasa

1.87%

2.97%

0.65%

2.45%

1.01%

0.87%

0.64%

1.50%

Sumber : BPS diolah

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

21

2.4.2 Inflasi Kota Maumere

Kondisi cuaca buruk yang

terjadi pada awal tahun (Januari-

Februari) menyebabkan tingginya

laju inflasi Kota Maumere. Inflasi

tahunan Kota Maumere pada

triwulan laporan sebesar 6,39%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai

6,24% (yoy). Kelompok barang yang

mengalami inflasi tertinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan dengan

inflasi sebesar 4,07% (yoy) meningkat cukup signifikan dari sebelumnya yang

sebesar 2,99% (yoy). Sedangkan inflasi tertinggi pada akhir triwulan laporan

adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan laju inflasi

mencapai 13,55% (yoy).

2014

I II III IV I II III IV I

UMUM 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39%

BAHAN MAKANAN 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% 4.07%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% 12.90%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% 4.02%

SANDANG 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% 1.90%

KESEHATAN 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% 4.01%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% 5.24%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% 13.55%

20132012KOMODITAS

Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 1,06% (qtq) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,51% (qtq). Bila

dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Kota Kupang, laju inflasi triwulanan

Kota Maumere tercatat lebih rendah. Hampir seluruh kelompok mengalami

penurunan inflasi dengan penurunan inflasi tertinggi berasal dari kelompok

makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dengan inflasi sebesar 1,89% (qtq).

Sedangkan tekanan inflasi kelompok bahan makanan mengalami peningkatan

yakni dari sebesar -0,18% (qtq) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 2,32%

(qtq). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya harga komoditas

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere

Sumber : BPS diolah

Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas

Sumber : BPS diolah

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Inflasi bulanan

Inflasi tahunan

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

22

ikan segar dan komoditas ikan diawetkan seiring buruknya kondisi cuaca yang

terjadi terutama pada bulan Januari-Februari.

Dilihat secara bulanan, pada bulan Januari terjadi deflasi 0,08% (mtm).

Deflasi tersebut terutama disebabkan oleh komoditas daging dan hasilnya pada

kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada bulan Februari terjadi inflasi cukup

tinggi sebesar 1,61% (mtm) dengan sumber inflasi berasal dari kelompok bahan

makanan terutama komoditas ikan segar. Pada bulan Maret kembali terjadi deflasi

cukup dalam yakni sebesar 0,46% (mtm). Kembali lagi, kelompok bahan makanan

menjadi faktor utama deflasi terutama komoditas ikan segar. Mulai membaiknya

kondisi cuaca di akhir periode triwulan I mampu menghambat laju inflasi secara

umum.

-4% -2% 0% 2% 4%

umum

bahan makanan

makanan jadi,rokok,tembakau

perumahan,listrik,air

sandang

kesehatan

pendidikan,rekreasi,olah raga

transpor,komunikasi,jasa

1.06%

2.32%

1.89%

0.29%

-0.03%

0.16%

0.64%

-0.70%

Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere

Sumber : BPS diolah

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

23

EL-NINO DAN NTT : DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI

El-Nino adalah sebuah fenomena meningkatnya suhu permukaan laut yang

biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan

kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa

banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. El-Nino akan terjadi apabila perairan

yang lebih panas di Pasifik Tengah dan Timur meningkatkan suhu dan kelembaban

pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya

pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan

tersebut. Tekanan udara bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat

sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian

timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah

hujan yang jauh dari normal. Kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember.

Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara

berurutan pasca atau pra La-Nina. La-Nina merupakan fenomena sebaliknya yaitu

mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling1. Hasil kajian dari

tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak

23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali).

Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun

El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian

sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal

ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu

besar. Kejadian El-Nino pada tahun 1982/1983 yang dikategorikan sebagai tahun

kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.

Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi tersebut

menyebabkan Indonesia menjadi sangat unik lokasinya. Lokasi yang unik ini juga

menyebabkan fluktuasi iklim, khususnya curah hujan yang juga unik. Karena

terletak di antara dua benua, maka aktifitas hangat dan dingin dikedua benua

akibat dari pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o LU ke 23.5o LS setiap

BOKS 2

1 Penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993)

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

24

tahun menyebabkan negeri kita ini juga di lewati oleh angin monsoon2. Indonesia

juga di penuhi oleh gunung-gunung, hutan, ladang yang juga unik bentuknya.

Semua itu mempengaruhi hujan di Indonesia. Apa hubungannya dengan El Nino?

Akibat dari interaksi semuanya itu menyebabkan pengaruh El Nino di semua tempat

di Indonesia berbeda-beda.

Karena saat awal kejadian El Nino biasanya bertepatan dengan masa

pembakaran lahan pertanian di daerah-daerah yang melakukan sistem perladangan

berpindah, maka kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kebakaran serta banyak

menghasilkan asap yang sebarannya sangat luas serta dengan konsentrasi yang

tinggi dan waktu tinggal asap tersebut di udara yang cukup lama. Hal ini

menyebabkan turunnya tingkat kesehatan disekitar. Selain itu juga menyebabkan

bentuk dan jumlah butiran-butiran air di awan juga berubah. Pada bidang pertanian

kejadian El Nino menyebabkan penurunan rata-rata kehilangan peluang produksi

pangan selama tahun 1968-2000 sekitar 1.79 juta ton atau sekitar 3.06 % dari

seluruh peluang produksi pangan (Irawan, 2006).

Gambar 1. Dampak adanya El-Nino Di Indonesia

2 Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsoon, yaitu Monsoon Asia dan Monsoon Australia.

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

25

Pengaruh umum El Nino di perairan laut Indonesia adalah mendinginnya

suhu permukaan laut di sekitar perairan Indonesia akibat dari tertariknya seluruh

masa air hangat ke bagian tengah Samudra Pasifik. Akibat buruk dari kondisi ini

adalah berkurangnya produksi awan di wilayah Indonesia yang sudah pasti efek

sampingnya adalah menurunnya curah hujan, tapi segi positifnya adalah

meningkatnya kandungan klorofil di perairan laut Indonesia. Sudah menjadi rahasia

umum bahwa semakin rendah suhu permukaan laut, maka kandungan klorofil-a

semakin tinggi serta akibat lainnya adalah kemungkian terjadinya proses upwelling

semakin besar di sekitar perairan Indonesia. Keadaan ini menyebabkan

meningkatnya pasokan makanan ikan, jumlah ikan di sekitar perairan lebih banyak

dari biasanya dan yang ujung-ujungnya mampu meningkatkan pendapatan para

nelayan.

Dari penjelasan tersebut, melihat letak geografis Provinsi NTT yang

sebagian besar dikelilingi oleh lautan, dengan adanya fenomena El-Nino ini tidak

hanya membawa dampak buruk akan tetapi juga berdampak positif terhadap

NTT. Mengenai dampak negatifnya seperti yang disebutkan di atas, dalam

menanggulangi dampak negatif tersebut, Pemerintah Daerah terutama salah

satunya melalui forum Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dapat mengambil

beberapa alternatif kebijakan seperti :

1. Peningkatan/Penambahan Lumbung Pangan di daerah rawan krisis pangan.

2. Penyuluhan/sosialisasi kepada para petani untuk menanam tanaman tahan air

seperti palawija.

3. Melakukan operasi pasar murah.

4. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di daerah sentra

produksi.

5. Menjaga distribusi pasokan bahan makanan terutama yang berasal dari

daerah lain.

Sementara itu, adanya El-Nino juga berdampak terhadap melimpahnya

ikan di laut sekitar Indonesia dikarenakan mendinginnya suhu laut. Namun

ironis, Provinsi NTT sebagai salah satu sentra ikan laut di Indonesia justru ikan

laut merupakan salah satu penyumbang inflasi dalam 4 tahun terakhir

sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah. Salah satu penyebabnya adalah

sarana untuk menangkap ikan masih tradisional dan hasil tangkapan ikan

sebagian besar dijual di luar NTT. Sebagai informasi, tingkat konsumsi ikan

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT

26

masyarakat NTT sebesar 25 Kg/kapita, lebih rendah dibandingkan tingkat

konsumsi nasional yang mencapai 35 Kg/kapita.

Tabel 1. Komoditas penyumbang inflasi dalam 4 tahun terakhir

NO Januari Februari Maret April Mei Juni

1 TOMAT SAYUR SAWI PUTIH KANGKUNG BAWANG PUTIH IKAN SELAR IKAN SELAR

2 IKAN TONGKOL WORTEL BAWANG PUTIH IKAN MERAH SEWA RUMAH ANGKUTAN UDARA

3 SAWI PUTIH KANGKUNG LENGKUAS CABE RAWIT BAWANG MERAH SEWA RUMAH

4 CABE MERAH SEWA RUMAH SAWI HIJAU MIE BESI BETON ANGKUTAN DALAM KOTA

5 ANGKUTAN UDARA TOMAT SAYUR BAYAM GULAI AYAM GORENG DAUN SINGKONG

6 BAWANG MERAH TONGKOL PISANG SEWA RUMAH CABE MERAH IKAN TEMBAKANG

7 GULA PASIR BERAS PASIR SELAR DAUN SINGKONG BAWANG PUTIH

8 IKAN KEMBUNG BAWANG PUTIH IKAN TONGKOL TELEVISI BERWARNA ANGKUTAN UDARA IKAN KEMBUNG

9 BAYAM CABE MERAH SAWI PUTIH BAWANG MERAH KUE KERING BERMINYAK NASI

10 CABE RAWIT IKAN CAKALANG ROKOK KRETEK FILTERPISANG IKAN TONGKOL CABE MERAH

NO Juli Agustus September Oktober November Desember

1 ANGKUTAN UDARA SLTA DAUN SINGKONG IKAN KEMBUNG BERAS BERAS

2 DAGING AYAM RAS BERAS CABE RAWIT DAUN SINGKONG SEWA RUMAH BAWANG MERAH

3 BAWANG MERAH IKAN SELAR KANGKUNG BAWANG PUTIH CABE RAWIT TOMAT SAYUR

4 KEMBUNG/GEMBUNG DAUN SINGKONG LABU SIAM/JIPANG DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS TELUR AYAM RAS

5 AYAM HIDUP TARIP LISTRIK SEWA RUMAH SEWA RUMAH IKAN SELAR DAGING AYAM RAS

6 TONGKOL CABE RAWIT TEMPE LENGKUAS KANGKUNG CABE RAWIT

7 BERAS SEPATU TELEVISI BERWARNA KANGKUNG CELANA PANJANG JEANS SAWI PUTIH

8 DAUN SINGKONG ANGKUTAN UDARA DAGING AYAM RAS IKAN CAKALANG TOMAT SAYUR IKAN KEMBUNG

9 TELUR AYAM RAS TEMPE ANGKUTAN UDARA IKAN TONGKOL BUNCIS BAYAM

10 BAWANG PUTIH IKAN EKOR KUNING KONTRAK RUMAH IKAN TEMBAKANG TUKANG BUKAN MANDOR DAGING BABI

Untuk itu, diperlukan suatu program untuk meningkatkan tangkapan

ikan seperti :

1. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui program bantuan teknis.

2. Melakukan pemetaan zona tangkap ikan.

3. Peningkatan sarana tangkap ikan seperti penggunaan pukat bermesin.

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27

PPPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN DDDAAANNN

SSSIIISSSTTTEEEMMM PPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran mengalami perlambatan.

Gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp23,66 triliun dengan

pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy).

Penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan yang diiringi

peningkatan risiko.

Kinerja sistem pembayaran selama triwulan laporan juga melambat.

33..11 KKoonnddiissii UUmmuumm

Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan

relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR

tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau

melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula

dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada

triwulan laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy)

dengan outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL)

yang sedikit meningkat ke level 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya 1,39%. Di sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56%

(yoy) dengan nominal Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga

relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar

88,54%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 91,14%.

Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR)

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28

Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui

fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama

triwulan laporan.

Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow

yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan

dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang

terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai

akibat menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan

kondisi cuaca yang kurang kondusif.

Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai

Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29

33..22 PPeerrkkeemmbbaannggaann BBaannkk UUmmuumm

33..22..11.. IInntteerrmmeeddiiaassii PPeerrbbaannkkaann

Kinerja positif bank umum dalam menjalankan fungsi

intermediasinya kembali melambat. Pada triwulan I-2014, rasio penyaluran

kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 88,25%.

Rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan)

terhadap total kredit juga meningkat dari 4,55% menjadi 5,20% pada triwulan

laporan dengan nominal mencapai Rp783,67 miliar.

Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan

tumbuh sebesar 11,56% (yoy) meski pertumbuhannya tak sebesar periode yang

sama tahun 2013. Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah

NTT mencapai Rp17,08 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat

masih bersumber pada meningkatnya pertumbuhan dana pada rekening tabungan.

Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening tabungan Bank

Umum sebesar Rp8,58 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar

13,23% (yoy). Peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik perseorangan

mencapai 13,40% (yoy) dengan nominal Rp7,72 triliun atau 89,96% dari total

tabungan di wilayah NTT, masih mendominasi rekening simpanan di Provinsi NTT.

Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30

Pertumbuhan dana pada rekening giro meningkat 9,43% (yoy). Giro

pemerintah, terutama pemerintah daerah, masih mendominasi dengan porsi

79,98% dari total simpanan giro perbankan NTT. Meskipun tidak memiliki porsi

yang besar, namun peningkatan signifikan terjadi pada giro milik perorangan

dengan kenaikan sebesar 26,56% (yoy).

Sementara, jumlah dana pemerintah di simpanan berjangka (deposito)

mencapai 37,50% dari total simpanan berjangka dengan nominal Rp1,64 triliun,

meskipun jumlah ini menurun sebesar 0,33% (yoy) dibandingkan triwulan I-2013.

Penempatan dana dalam rekening deposito sendiri meningkat 9,22% (yoy) dengan

pertumbuhan terbesar berasal dari deposito swasta sebesar 41,57% (yoy).

Penyaluran kredit Bank Umum kembali melambat dengan

pertumbuhan sebesar 17,34% (yoy) dengan total outstanding kredit

mencapai Rp15,07 triliun. Secara struktural, setelah terus menurun sejak triwulan

I-2013, porsi kredit konsumtif terhadap total kredit kembali naik pada triwulan

laporan. Total 63,92% penyaluran kredit perbankan didominasi oleh kredit jenis

konsumsi, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 63,20%

dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi

menyumbang share masing-masing sebesar 28,68% dan 7,40%.

Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum

Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.3 Komposisi DPK

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31

Kondisi tahunan yang berdampak pada penurunan kegiatan

ekonomi pada triwulan I tiap tahunnya berimplikasi pada perlambatan

pertumbuhan kredit modal kerja. Perlambatan kredit modal kerja didorong oleh

perlambatan permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor

perdagangan besar dan eceran. Kredit pada sektor tersebut tumbuh melambat

sebesar 37,96% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar

71,16%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor perdagangan sedikit

terpengaruh penurunan kegiatan ekonomi selama triwulan laporan. Sementara itu

peningkatan penyaluran kredit secara tahunan yang sangat signifikan pada

triwulan laporan kembali terjadi pada sektor listrik, gas dan air dengan angka

177,73%.

Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT berkorelasi positif terhadap

pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju perlambatan pertumbuhan

kredit investasi relatif kecil dibandingkan kredit modal kerja. Perlambatan

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32

penyaluran kredit investasi didorong oleh perlambatan penyaluran kredit pada

sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup

besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan minum serta sektor transportasi, pergudangan

dan komunikasi. Hal tersebut diperkirakan sebagai akibat kondisi cuaca yang

kurang kondusif selama triwulan laporan sehingga mengakibatkan kegiatan

investasi berupa pembangunan dihentikan sementara. Selain itu, telah selesainya

beberapa proyek ditambah terhentinya beberapa proyek investasi lain seperti

pembangunan industri garam, pembangunan smelter mangaan dan pembangkit

listrik di Bolok turut mempengaruhi laju perlambatan kredit investasi.

Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor

perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih

menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju

pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor jasa

kesehatan, sektor jasa perorangan, sektor pertanian subsektor perikanan, sektor

listrik, gas dan air serta sektor real estate, jasa persewaan dan jasa perusahaan,

mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup

signifikan pada sektor-sektor tersebut.

Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33

Penyaluran kredit bank umum diimbangi dengan risiko kredit yang

tetap terkendali pada level rendah, meski terjadi peningkatan rasio Non

Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan I-2014 ke level 1,46%

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,33%. Rasio NPL kredit modal

kerja tercatat sebesar 3,00% sementara rasio NPL kredit investasi sebesar 2,50%.

Angka ini naik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana NPL kredit modal kerja

tercatat sebesar 2,79% dan NPL kredit investasi sebesar 2,18%.

Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum

Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum

Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34

Kenaikan BI Rate menjadi 7,50% mulai mempengaruhi perbankan di

NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku

bunga kredit tertimbang perbankan pada triwulan I-2014 naik ke level 14,63%,

sedikit di atas suku bunga tertimbang triwulan sebelumnya yang sebesar 14,61%.

Kenaikan suku bunga kredit terjadi terutama pada jenis kredit modal kerja. Suku

bunga kredit modal kerja naik ke angka 13,87%. Sementara suku bunga kredit

investasi dan konsumsi sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

33..22..22.. KKrreeddiitt UUssaahhaa MMiikkrroo KKeecciill ddaann MMeenneennggaahh ((UUMMKKMM))

Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

tumbuh sebesar 27,35% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM meningkat

dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, terutama kredit

produktif yang menunjukkan tendensi melambat. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa sektor UMKM masih menjadi primadona bagi perbankan dalam penyaluran

kredit produktifnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya rasio kredit

UMKM terhadap total kredit produktif ke angka 76,96%. Rasio kredit UMKM

terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 26,77%.

Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling

tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil.

Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 44,12%

dengan outstanding kredit mencapai Rp978 miliar dan jumlah debitur sebanyak

57.403 unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi untuk

Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35

keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,21% dibandingkan untuk investasi yang

hanya sebesar 19,79%.

Demikian juga dengan kredit pada usaha jenis menengah mengalami

pertumbuhan sebesar 34,19% dengan outstanding kredit sebesar Rp1,20 triliun

dan jumlah debitur sebesar 1.693 unit usaha. Penggunaan kredit sebagian

digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 82,14% dan investasi

sebesar 17,86%. Penyaluran kredit pada usaha jenis kecil juga meningkat sebesar

16,62% setelah sempat mengalami perlambatan dengan outstanding kredit

sebesar Rp2,01 triliun dan jumlah debitur mencapai 13.524 unit usaha.

Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar

82% dan investasi sebesar 18%.

Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor

perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 69,61% dari total

penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan

sedikit meningkat menjadi sebesar 2,17% dan 0,63%. Risiko penyaluran kredit

(NPLs) kepada UMKM juga cukup terjaga meski rasio naik ke level 3,38%.

Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36

33..22..33.. KKiinneerrjjaa PPeerrbbaannkkaann UUmmuumm BBeerrddaassaarrkkaann SSeebbaarraann PPuullaauu

Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih

terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan

di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya

kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar

Rp15,20 triliun atau 65,18% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara

di Pulau Flores sebesar Rp6,38 triliun atau 27,35% dari total aset, dan aset bank

umum di Pulau Sumba sebesar Rp1,74 triliun atau 7,47% dari total aset bank

umum di Provinsi NTT.

Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan

indikator di pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan

laporan, perkembangan aset terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar

14,29% (yoy) diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 13,76% (yoy). Hal serupa juga

terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),

dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK

mencapai Rp5,45 triliun atau meningkat sebesar 12,62% (yoy), sementara Pulau

Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar

10,84% dan 9,00%.

Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau

Timor yaitu sebesar 18,10% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin

dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih menunjukkan nilai

tertinggi, yaitu sebesar 98,96% diikuti oleh Pulau Flores sebesar 94,86%. Di sisi

lain, hal ini bisa menjadi indikator bahwa pertumbuhan DPK di luar Pulau Timor

tidak mampu mengimbangi pertumbuhan kreditnya.

Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37

33..33 SSiisstteemm PPeemmbbaayyaarraann

33..33..11.. TTrraannssaakkssii NNoonn TTuunnaaii

aa.. TTrraannssaakkssii KKlliirriinngg

Aktivitas transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan

laporan tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu

dari sebesar 77,31% (yoy) menjadi sebesar 2,21% (yoy). Transaksi

kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp542 miliar dengan

jumlah warkat sebanyak 16.971 warkat.

Meski terjadi penurunan transaksi, jumlah nominal cek/BG kosong

di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan

justru meningkat. Jumlah cek/BG kosong pada triwulan laporan sebesar

Rp8,89 miliar, naik 35,08% (yoy). Penurunan jumlah warkat kosong

sebesar 9,14% (yoy) menjadi 179 lembar pada bulan laporan

mengindikasikan penurunan kualitas pembayaran cek/BG karena jumlah

tolakan per lembar secara rata-rata meningkat menjadi Rp49,69 juta.

bb.. TTrraannssaakkssii RRTTGGSS

Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami

perlambatan. Pada triwulan laporan, transaksi RTGS yang berasal

menuju (to) NTT tumbuh sebesar 2,83% (yoy) dengan jumlah nominal

Rp14,18 triliun yang berasal dari 7.809 transaksi. Secara volume, terjadi

peningkatan sebesar 37,31% (yoy). Secara rerata, transaksi RTGS yang

menuju (to) NTT tercatat sebesar Rp1,82 miliar per transaksi.

Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber : KBI Kupang

Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38

Meski transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih

didominasi oleh transaksi dari Provinsi NTT, namun pertumbuhannya

justru negatif. Nominal transaksi dari (from) Provinsi NTT tercatat sebesar

Rp17,19 triliun atau turun 24,24 % (yoy) meskipun volumenya naik

sebesar 10,22% (yoy) menjadi 10.696 transaksi. Secara rerata, transaksi

RTGS dari (from) NTT tercatat sebesar Rp1,61 miliar per transaksi.

33..33..22.. TTrraannssaakkssii TTuunnaaii

Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai terus meningkat.

Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow)

dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp1,69 triliun. Pada

triwulan laporan terjadi net inflow dimana jumlah uang yang masuk ke Bank

Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang keluar. Jumlah uang yang

masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp1,37 triliun atau naik

0,72% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia tercatat

hanya sebesar Rp322 miliar atau turun sebesar 26,20% (yoy). Penurunan jumlah

uang yang keluar dari Bank Indonesia pada triwulan laporan menunjukkan bahwa

kebutuhan uang kartal menurun pada awal tahun setelah sebelumnya meningkat

signifikan setiap akhir tahun. Penurunan aktivitas ekonomi terkait kondisi cuaca

yang kurang kondusif membuat kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan

menurun.

Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39

Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat

signifikan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang

terserap di wilayah Provinsi NTT naik dengan nominal sebesar Rp318 miliar atau

meningkat signifikan sebesar 76,95% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).

Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana utama dalam menjaring

UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah

satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money

policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil, yang dapat

dilihat dari semakin rendahnya jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui bahwa hal

tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT yang

berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy

pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil.

Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan

laporan sebesar Rp1.350.000. Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan

Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai

Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I-2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40

laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi

Rp100.000,00.

Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di

masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri

keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta

mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp 20.000,00, Rp 50.000,00, dan Rp

100.000,00 dengan penambahan features pengaman. Sosialisasi ciri-ciri keaslian

uang Rupiah ini terus dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari

masyarakat umum, anak sekolah hingga instansi pemerintah dan swasta, baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui selebaran (leaflet) yang diberikan.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41

KKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNN PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengalami peningkatan cukup signifikandibandingkan tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan I-2014 mencapai

25,33%.

Pada periode yang sama, realisasi belanja pemerintah mencapai

12,12%.

44..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014

tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan

dengan tahun 2013. Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami

peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada

tahun 2014.

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan tercatat

sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana pendapatan

tahun 2014. Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%. Dari sisi belanja, realisasi

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp

Mili

ar

Pendapatan Belanja

10.50%5.65%

8.44%

19.98%

74.83%

3.81%

16.16%

9.97% 2.20% 7.98%

7.38%

74.33%

2.00% 14.05%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

RealisasiPendapatan

RealisasiBelanja

Grafik 4.2 RealisasiAPBDTriwulan I-2014

Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT

Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT

Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42

anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau mencapai

12,12% dari total rencana belanja.

44..22.. PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh

Realisasi pendapatan

pada triwulan laporan tercatat

sebesar 25,33%. Total

pendapatan dalam APBD Tahun

2014 ditargetkan sebesar Rp 2,72

triliun. Nominal tersebut bersumber

dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sebesar Rp 695,42 miliar atau

25,56% dari total pendapatan

Tahun 2014. Sementara sisanya,

yaitu 74,01% bersumber dari pendapatan transfer Pemerintah Pusat dan 0,44%

berasal dari pendapatan lain-lain yang sah. Hal tersebut mencerminkan masih

tingginya ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan pemerintah

pusat. Sementara itu, kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal

gap) yang sebesar 47,42% dalam share pos pendapatan daerah terlihat cukup

dominan. Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada

daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih diperlukan.

Realisasi PAD Provinsi NTT pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp109,93

miliar atau 15,81% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD

berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 83,71 miliar, meningkat

1,87%(yoy) dibandingan pencapaian triwulan I-2013 yang sebesar Rp 82,17 miliar.

Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp 579,40 miliar atau 28,77% dari total rencana pendapatan

transfer. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan dengan realisasi

mencapai Rp 377,23 miliar atau sebesar 13,86% dari total rencana pendapatan.

Sedangkan realisasi dana otonomi khusus dan dana penyesuaian sebesar Rp 201,28

miliar atau sebesar 28,06% dari rencana 2014 yang sebesar Rp 717,29 miliar.

849.74

938.93

992.02

1,075.75

1,290.63

2,256.45

2,342.34

2,720.97

27.05%27.03%

29.06%

28.57%26.42%

28.85%

26.79%

25.33%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp m

iliar

Rencana Pendapatan

Realisasi Pendapatan Tw-I

Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan

Sumber : Biro KeuanganProvinsi NTT

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43

44..33.. BBeellaannjjaa DDaaeerraahh

Realisasi belanja pemerintah

pada periode laporan sebesar12,12%

dari total rencana belanja 2014. Total

anggaran belanja Pemerintah Provinsi

NTT mengalami kenaikan sebesar

14,05% dengan nominal anggaran

mencapai Rp 2,74 triliun. Pos belanja

operasi, yang didalamnya berisi belanja

pegawai, belanja barang, serta belanja

hibah merupakan pos anggaran belanja

terbesar dengan total nominal sebesar Rp

2,05 triliun atau 75,00% dari total

anggaran belanja tahun 2014.

Total realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp 331,94

miliar. Dari total realisasi tersebut, pos belanja operasional yang sebagian merupakan

belanja hibah menyumbang realisasi paling besar yaitu sebesar 56,28%, sedangkan

belanja modal yang merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah hanya

mencatatkan realisasi sebesar 0,51%.

1,0

36

.09

1,1

39

.42

1,1

64

.44

1,2

57

.42

1,3

50

.22

2,3

53

.82

2,4

00

.82

2,7

38

.06

7.39%

13.05%

9.60%

10.49%

9.79%

13.16%

17.85%

12.12%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Rp

mili

ar

Rencana Belanja

Realisasi Belanja Tw-I

Grafik4.4 Realisasi Belanja

Sumber : Biro KeuanganProvinsi NTT

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I- 2014|

|Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44

Rp Juta

Rencana

2014 Tw I

PENDAPATAN 2,720,974 689,317 25.33%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 695,416 109,913 15.81%

Pendapatan Pajak Daerah 528,048 83,706 15.85%

Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 1,388 4.67%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 55,817 - 0.00%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 24,819 30.33%

PENDAPATAN TRANSFER 2,013,685 579,403 28.77%

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290,418 377,229 29.23%

Dana Bagi Hasil Pajak - - -

Dana Alokasi Umum 1,131,688 377,229 33.33%

Dana Alokasi Khusus 74,236 - 0.00%

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723,266 202,174 27.95%

Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717,288 201,281 28.06%

Penerimaan dari Pihak Ketiga -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11,873 - 0.00%

Pendapatan Hibah 11,873 - 0.00%

Pendapatan Dana Darurat - - -

Pendapatan lainnya - - -

BELANJA 2,738,061 331,944 12.12%

BELANJA OPERASI 2,053,459 330,257 16.08%

Belanja Pegawai 564,111 91,507 16.22%

Belanja Barang 490,392 47,934 9.77%

Belanja Hibah 923,508 186,816 20.23%

Belanja Bantuan Sosial 40,940 1,000 2.44%

Belanja Bantuan Keuangan 34,508 3,000 8.69%

BELANJA MODAL 412,577 1,686 0.41%

BELANJA TIDAK TERDUGA 17,500 2 0.01%

Belanja Tidak Terduga - - -

TRANSFER 254,525 - 0.00%

Bagi Hasil Pajak - - -

-

PEMBIAYAAN NETTO 17,087 222,854 1304.21%

PENERIMAAN DAERAH 97,957 222,854 227.50%

Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 90,190 220,195 244.15%

Pencairan Dana Cadangan - - -

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 7,767 2,659 34.24%

PENGELUARAN DAERAH 80,870 - -

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75,870 - -

Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5,000 - -

Realisasi%

RealisasiURAIAN

Tabel4.1 RealisasidanRencanaTahunAnggaran 2014

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45

KKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNN &&& KKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi positif

Jumlah angkatan kerja naik 1,43% (yoy) sehingga menjadi 2.383.116 jiwa

pada triwulan laporan.

Tingkat pengangguran turun 1,97% (yoy) menjadi 46.904 jiwa.

Angka kemiskinan juga menurun dari 20,41% (yoy) menjadi 20,24% (yoy).

55..11.. KKoonnddiissii UUmmuumm

Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT

pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data

BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014

memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok

penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah

angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai 2.383.116 jiwa, meningkat

sebesar 33.557 jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari 2013. Sementara

tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi

ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks

ketenagakerjaan1 tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang

hanya sebesar 4,39.

Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS

posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan

persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun

sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta

tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September 2013.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan

tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke

atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu.

1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari p .

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46

Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani

(NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

55..22.. PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann

55..22..11 KKoonnddiissii KKeetteennaaggaakkeerrjjaaaann UUmmuumm

Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara

Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari

bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat

pengangguran. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat

sebesar 2.336.212 jiwa, bertambah 36.501 jiwa atau 1,59% (yoy).

Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut

sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan

sebagian besar penduduk (65,04%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan

karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT

sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut.

Namun, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan

Februari 2013 sebesar 31.819 jiwa atau turun 2,05% (yoy).

Di sisi lain, jumlah tenaga kerja di sektor industri mengalami peningkatan.

Tenaga kerja di sektor industri tercatat naik sebesar 42.391 jiwa atau 22,69% (yoy)

dibandingkan bulan Februari 2013. Selain di sektor industri, sektor jasa-jasa juga

menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa tercatat

meningkat sebesar 25.929 jiwa atau 4,62% (yoy) dibandingkan dengan Februari

2013.

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan

Sumber : BPS Provinsi NTT

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47

Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan

Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan

ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang

berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok

kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan

berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 81,35% tenaga kerja di NTT

pada bulan Februari 2014 bekerja pada kegiatan informal.

Berdasarkan hasil SKDU, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan juga

meningkat. Hanya sektor industri pengolahan, sektor bangunan serta sektor

pengangkutan dan komunikasi yang menunjukkan penurunan. Indeks hasil SKDU

triwulan I-2014 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian

mengalami peningkatan signifikan diikuti sektor keuangan. Penambahan jumlah

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS Provinsi NTT

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48

tenaga kerja yang signifikan ini diperkirakan karena dimulainya musim tanam di

sektor pertanian, terutama saat musim penghujan di NTT yang dimulai bulan

Desember hingga Maret tahun berikutnya.

55..22..22 PPeennggaanngggguurraann

Pengangguran merupakan salah satu indikator utama pada bidang

ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang

sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha

(tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang

tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan

Februari 2014 jumlah pengangguran sebanyak 46.904 jiwa, turun sebanyak 23.760

jiwa atau 33,62% dibandingkan dengan bulan Agustus 2013. Dibandingkan

Februari 2013, angka tersebut juga turun sebesar 2.944 jiwa atau 5,91% (yoy).

Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT

Sumber : SKDU Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49

55..33 PPeerrkkeemmbbaannggaann KKeesseejjaahhtteerraaaann

55..33..11 KKoonnddiissii KKeesseejjaahhtteerraaaann UUmmuumm

Kondisi kesejahteraan secara umum relatif membaik berdasarkan hasil

Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme,

khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas

terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini

dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan Januari sampai dengan Maret

2014. Berdasarkan hasil survei, indeks SBT kembali mengalami kenaikan yang cukup

signifikan pada bulan Maret. Hal tersebut diperkirakan karena pengaruh kenaikan

gaji bagi pegawai yang biasanya diberikan pada awal tahun.

2001 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

KHL 274 350 403 671 735 785 880 935 932 1,16 1,36 1,49

UMP 275 350 450 550 600 650 775 800 850 925 1,01 1,15

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Rp

rib

u

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu

Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT

Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan

Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu

Sumber : SK Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT

Pengeluaran

per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah

1-2 Juta 48.48% 49.49% 2.02% 100.00%

2.1-3 Juta 47.46% 47.46% 5.08% 100.00%

3.1-4 Juta 53.85% 42.31% 3.85% 100.00%

4.1-5 Juta 57.14% 42.86% 0.00% 100.00%

5Juta ke atas 11.11% 77.78% 11.11% 100.00%

Jumlah 47.50% 49.00% 3.50% 100.00%

Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50

Sementara di pedesaan,

ukuran daya beli masyarakat

yang diukur melalui NTP

mengalami peningkatan. Pada

akhir triwulan laporan, dengan

menggunakan tahun 2012 sebagai

tahun dasar menggantikan tahun

dasar 2007, indeks yang diterima (IT)

tercatat sebesar 107,71. Sementara,

indeks yang dibayar (IB) tercatat

sebesar 109,87 sehingga angka

NTP tercatat sebesar 98,03. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama

triwulan laporan tidak secepat akselerasi peningkatan pengeluaran yang

menyebabkan NTP pada triwulan laporan masih berada di bawah 100. Hal ini

mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani masih tertekan karena

penghasilan dari penjualan produk pertanian masih di bawah pengeluaran

kebutuhan harian mereka, baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan

produksi seperti pupuk/pangan maupun bibit. Namun demikian, kondisi triwulan

laporan sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumya dimana nilai NTP tercatat

sebesar 97,92.

55..33..22 TTiinnggkkaatt KKeemmiisskkiinnaann

Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan pada bulan September 2013 tercatat sebesar 1.009,15 ribu jiwa atau

20,24% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 8,85 ribu

jiwa atau 0,88% dibandingkan dengan bulan September 2012 (yoy), yang tercatat

sebesar 1.000,3 ribu jiwa atau 20,41% dari total penduduk NTT.

Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 51

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

2005 133.50 1,037.70 1,171.20 17.85 30.46 28.19

2006 148.00 1,125.90 1,273.90 18.77 31.68 29.34

2007 124.90 1,038.70 1,163.60 16.41 29.95 27.51

2008 119.30 979.10 1,098.40 15.50 27.88 25.65

2009 109.40 903.70 1,013.10 14.01 25.35 23.31

2010 107.40 906.70 1,014.10 13.57 25.10 23.03

2011 117.04 895.87 1,012.91 12.50 23.36 21.23

Maret 2012 115.50 897.10 1,012.60 12.22 22.98 20.88

Sept 2012 117.40 882.90 1,000.30 12.21 22.41 20.41

Maret 2013 113.57 879.99 993.56 11.54 22.13 20.03

Sept 2013 98.05 911.10 1,009.15 10.10 22.69 20.24

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin

.

Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu

tahun terakhir sebesar 12,84% dari Rp222.506,00 per kapita/bulan menjadi

Rp251.080,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan

antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun

terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,27% dari Rp293.907,00 per

kapita/bulan menjadi Rp321.163,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di

pedesaan mengalami peningkatan sebesar 14,17% dari Rp205.083,00 per

kapita/bulan menjadi Rp234.142,00 per kapita/bulan.

Jumlah Persentase

Bukan Penduduk Penduduk

Makanan Miskin (ribu) Miskin

Perkotaan

Maret 2012 201,314 80,968 282,282 115.50 12.22

Sept 2012 209,582 84,325 293,907 117.40 12.21

Maret 2013 218,807 89,253 308,060 113.57 11.54

Sept 2013 226,641 94,522 321,163 98.05 10.10

Perdesaan

Maret 2012 159,990 34,732 194,722 897.10 22.98

Sept 2012 167,986 37,097 205,083 882.90 22.41

Maret 2013 177,215 40,703 217,918 879.99 22.13

Sept 2013 192,038 42,104 234,142 911.10 22.69

Kota + Desa

Maret 2012 168,044 43,743 211,787 1,012.60 20.88

Sept 2012 176,145 46,361 222,506 1,000.30 20.41

Maret 2013 185,468 50,337 235,805 993.56 20.03

Sept 2013 198,773 52,307 251,080 1,009.15 20.24

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Makanan Total

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September 2013

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September 2013

Sumber : BPS Provinsi NTT

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 52

Secara besaran, peranan komoditas makanan meningkat sebesar 12,85%

dari Rp176.145,00 per kapita/bulan menjadi Rp198.773,00 per kapita/bulan. Kondisi

ini dipertegas dengan peranan komoditas makanan pada garis kemiskinan

berdasarkan komponen yang mengalami kenaikan dari 79,16% pada September

2012 menjadi 79,17% pada September 2013. Sementara itu, pada komponen

bukan makanan tercatat peningkatan sebesar 12,83% dari Rp46.361,00 per

kapita/bulan menjadi Rp52.307,00 per kapita/bulan, meskipun peranannya menurun

sedikit dari 20,84% pada September 2012 menjadi 20,83% pada September 2013.

Persoalan kemiskinan tidak hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk

miskin saja. Ada dimensi lain yang perlu diperhatikan selain upaya memperkecil

jumlah penduduk miskin, terutama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Dimensi tersebut adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Badan Pusat

Statistik mengukur dua hal tersebut menggunakan indeks kedalaman kemiskinan

(P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar

rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau

dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi

penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk

miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

September 2012 2.588 3.680 3.466

September 2013 1.908 3.308 3.035

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

September 2012 0.809 0.933 0.908

September 2013 0.500 0.734 0.689

Tahun Kota Desa Kota+Desa

Berdasarkan tabel 5.8, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di

NTT pada September 2013 menurun dibandingkan September 2012. Hal ini

mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati

garis kemiskinan, dengan kesenjangan pengeluaran yang juga tidak selebar

sebelumnya.

Sumber : BPS Provinsi NTT

Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 53

KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN

Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan kita karena sangat erat

kaitannya dengan betambahnya ilmu dan pengetahuan. Di era globalisasi seperti

sekarang ini, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan taraf

hidup. Bahkan, sebuah penelitian menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan pada

umumnya sangat bergantung pada tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Seseorang

dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik,

sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat

kesejahteraan yang kurang baik.

Pendidikan yang tinggi memang bukan suatu syarat mutlak untuk mencapai

kesuksesan. Tetapi, paling tidak pendidikan dapat memberikan jaminan bagi

kehidupan seseorang. Semakin ketat persaingan yang terjadi membuat peranan

pendidikan semakin penting. Tidak kita pungkiri bahwa sebagian besar orang yang

berpendidikan tinggi lebih cerdas dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya.

Pendidikan pun secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku

seseorang.

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan

pembangunan bidang pendidikan adalah terpenuhinya layanan pendidikan dasar,

kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Indikator keberhasilan dalam

pencapaian layanan pendidikan dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS)

dan Angka Partisipasi Murni (APM). Sementara kualitas dan daya saing SDM dapat

dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas.

APS merupakan rasio anak yang sekolah pada kelompok umur tertentu

terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama. Data Susenas 2012

menunjukkan tingkat partisipasi sekolah semua kelompok umur meningkat

dibandingkan tahun 2011 berarti akses terhadap pendidikan di NTT semakin meluas.

Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun yang telah dilaksanakan sejak tahun 1994

membawa dampak positif terhadap keberhasilan pendidikan dasar di NTT.

Peningkatan APS terbesar terjadi pada kelompok 19-24, diikuti kelompok 13-15; 16-

18 dan paling rendah terjadi pada kelompok 7-12. Tingginya peningkatan APS 19-

24 menunjukkan distribusi perguruan tinggi dan kesadaran penduduk untuk

mengikuti pendidikan tinggi di NTT semakin meningkat.

BOKS 3

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 54

Sementara itu APM adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur

tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok

umurnya. Oleh karena itu secara umum APM lebih rendah dibandingkan APS karena

APM disamping memperhitungkan kelompok umur juga memperhatian tingkat

pendidikan. Rendahnya partisipasi pendidikan tingkat menengah maupun perguruan

tinggi disebabkan oleh kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak,

kemiskinan, dan kurangnya akses terhadap sarana pendidikan.

AMH mengindikasikan kemampuan penduduk usia 15 tahun ke atas yang

dapat membaca dan menulis. Pada tahun 2012 AMH penduduk NTT yang berumur

15 tahun keatas berada pada tingkat 89,23 persen, meningkat dibandingkan tahun

2011 (88,74 persen). Berarti pada tahun 2012 di NTT masih ada 10,73 persen

penduduk yang belum dapat membaca dan menulis. Data Susenas 2012 juga

menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk NTT mencapai 7,09 tahun.

Artinya penduduk NTT baru mampu menempuh sekolah sampai jenjang kelas 1

SMP.

Indikator lain yang menentukan kualitas pendidikan adalah tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan. Pada tahun 2012, persentase penduduk usia 10 tahun ke

atas di NTT yang berpendidikan SD ke bawah (tidak punya ijazah + SD) paling tinggi

(68,07 persen) sedang yang tamat PT hanya 4,82 persen. Ini menunjukkan kualitas

dan daya saing sumber daya manusia di NTT belum memadai, karena semakin

banyak penduduk berpendidikan rendah semakin tertutup akses untuk mendapat

pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik, karena SDM tidak mampu menjawab

berbagai kebutuhan dan daya saing yang terjadi pada lingkup regional, nasional,

maupun internasional.

Uraian 2010 2011 2012

7 - 12 96,49 95,96 95,99

13 - 15 81,24 85,88 88,56

16 - 18 49,22 60,21 62,00

19 - 24 14,44 15,37 18,22

SD/MI 93,03 92,13 92,40

SMP/MT’s 51,03 56,74 55,93

SMA/SMK/ MA 34,93 40,84 38,62

Angka Melek Huruf (%) 88,59 88,74 89,23

Rata-rata Lama Sekolah(th) 6,99 7,05 7,09

Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Murni

Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT

Tabel 1. Statistik Pendidikan NTT

Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT

Grafik 1. Pendidikan Tertinggi Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas (2012)

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I - 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 55

Tingkat kelulusan sekolah merupakan salah satu ukuran keberhasilan di bidang

pendidikan. Secara nasional tingkat kelulusan sekolah di NTT masih termasuk urutan

bawah. Ini berarti kemajuan pendidikan di NTT yang dihasilkan selama ini masih

perlu ditingkatkan lagi sehingga dapat mengejar kemajuan pendidikan di provinsi

lain.

Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT

Tabel 2. Penduduk Berumur 10 tahun ke atas menurut Tingkat Pendidikan (%)

Status Sekolah Laki-laki Perempuan Total

Tidak/Belum pernah sekolah 3,33 8,84 7,41

Tidak Tamat SD 37,03 28,20 29,62

SD 29,24 32,78 31,04

SLTP 13,05 12,30 12,67

SLTA 15,52 13,38 14,43

Perguruan Tinggi 5,16 4,50 4,82

Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT

Tabel 3. Persentase Kelulusan Ujian Nasional Sekolah di NTT

Tingkat Pendidikan 2011 2012 2013

SD 98,37 99,69 n.a

SLTP 97,39 97,56 97,68

SLTA 94,43 94,50 98,11

SMK 95,67 96,49 99,79

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 56

OOOUUUTTTLLLOOOOOOKKK PPPEEERRRTTTUUUMMMBBBUUUHHHAAANNN EEEKKKOOONNNOOOMMMIII DDDAAANNN

IIINNNFFFLLLAAASSSIII DDDIII DDDAAAEEERRRAAAHHH

Berlangsungnya Festival Komodo diperkirakan mampu mendongkrak kinerja PHR secara umum.

Kinerja perekonomian NTT pada triwulan II-2014 diperkirakan

mengalami peningkatan seiring panen raya subsektor tabama.

Tekanan Inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan lebih tinggi

seiring berkurangnya frekuensi penerbangan, liburan sekolah dan

fluktuasi harga komoditas strategis menjelang Ramadhan.

66..11.. PPeerrttuummbbuuhhaann EEkkoonnoommii

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada

triwulan II-2014 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi

shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada

triwulan II-2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy)

dengan kecenderungan moderat.

Secara sektoral, stabilnya kinerja tiga sektor utama yakni sektor

pertanian, sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran (PHR), dan sektor jasa-

jasa diperkirakan menjadi penopang pertumbuhan NTT. Panen raya yang

terjadi di triwulan II menjadi faktor utama pendorong peningkatan sektor

pertanian. Selanjutnya, rencana Festival Komodo 2014 yang berlangsung pada

bulan Mei 2014 diperkirakan mampu mendongkrak kinerja sektor PHR dan jasa-

jasa.

Dari sisi penggunaan, kinerja konsumsi rumah tangga maupun

swasta diperkirakan meningkat. Hal ini seiring optimisme masyarakat terhadap

kondisi perekonomian pada triwulan mendatang. Sementara itu, kinerja net ekspor

diperkirakan masih mengalami perlambatan. Hal ini terkait perkembangan

ekonomi negara-negara berkembang yang masih menunjukkan tren perlambatan.

Selain itu faktor nilai tukar rupiah yang masih berada di atas Rp 11.000

diperkirakan turut memberikan andil terhadap perlambatan net ekspor secara

umum.

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 57

-8.00%

-6.00%

-4.00%

-2.00%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

3,000.0

3,100.0

3,200.0

3,300.0

3,400.0

3,500.0

3,600.0

3,700.0

3,800.0

3,900.0

4,000.0

I II III IV I II III IV I IIP

2012 2013 2014Rp Miliar

PE(Nominal) PE(yoy) PE (qtq)

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I IIP

2012 2013 2014

SKDU Harga Jual

Realisasi

Triwulan I

2014

Ekspektasi

Triwulan II

2014

Realisasi

Triwulan I

2014

Ekspektasi

Triwulan II

2014

Pertanian -29.05 25.39 10.48 0

Pertambangan

Industri Pengolahan 0.73 1.51 0.18 0.18

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.53 0.53 0.53 0.53

Bangunan -6.74 0 0 1.35

Perdagangan, Hotel dan Restoran -0.99 7.51 1.55 2.96

Pengangkutan dan Komunikasi -0.67 0.08 3.01 2.42

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan -0.61 2.25 2.25 2.25

Jasa-jasa 18.32 18.54 0 0.22

TOTAL SELURUH SEKTOR -18.48 55.81 18 9.91

Kegiatan Dunia Usaha Harga Jual

Sektor

Secara umum, sektor pertanian diperkirakan mengalami

peningkatan kinerja. Panen raya yang diperkirakan terjadi ada triwulan II diyakini

mampu meningkatkan kinerja sektor pertanian terutama subsektor tabama.

Berdasarkan Kalender Musim Tanam (MT) I 2013/2014, panen raya subsektor

tabama terjadi pada awal periode triwulan II-2014. Selain itu, kondisi cuaca yang

kondusif diperkirakan turut meningkatkan kinerja subsektor perkebunan. Sejalan

dengan hal tersebut, subsektor perikanan diperkirakan mengalami peningkatan

seiring melimpahnya perikanan di sekitar wilayah NTT akibat fenomena El-Nino.

Festival Komodo 2014 yang rencananya akan diselenggarakan pada

bulan Mei 2014 mampu mendongkrak kinerja PHR secara umum. Adanya

festival tersebut terutama berpengaruh terhadap kinerja subsektor hotel dan

Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan I-2014 (Indeks)

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Grafik 6.2 Perkiraan SKDU dan Harga Jual

Sumber : BPS & SKDU diolah P : Proyeksi Bank Indonesia

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 58

restoran. Selain itu, kinerja subsektor perdagangan diperkirakan turut mengalami

peningkatan seiring meningkatnya permintaan.

Sektor jasa-jasa diperkirkan turut mengalami peningkatan pada

triwulan II. Perayaan Festival Komodo tidak hanya mempengaruhi sektor PHR

akan tetapi juga mempengaruhi sektor Jasa-jasa terutama subsektor jasa swasta.

Adanya peningkatan wisatawan baik domestik maupun internasional menjadi

penopang peningkatan subsektor jasa swasta. Subsektor jasa pemerintahan juga

diperkirakan mengalami peningkatan seiring mulai terealisasinya proyek yang

bersumber realisasi anggaran pemerintah.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

I II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu

Ketersediaan lapangan kerja saat ini

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

I II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.

Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.

Dari sisi penggunaan, perkembangan terakhir komponen konsumsi

rumah tangga megindikasikan peningkatan pada triwulan mendatang. Hal

ini diantaranya terindikasi dari beberapa hasil survei terakhir seperti Survei

Konsumen (SK) serta Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Hasil SKDU

menunjukkan bahwa kegiatan dunia usaha pada triwulan mendatang diperkirakan

akan mengalami peningkatan. Hal tersebut sejalan dengan hasil SK bulan April

yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini

maupun kedepannya.

Berdasarkan pola historisnya, konsumsi pemerintah diperkirakan

mulai mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut salah satunya berasal dari

belanja operasi dan belanja modal. Hal ini terutama terkait realisasi anggaran

pemerintah yang mulai optimal terutama pasca Musrenbang dan Pemilu 2014.

Sementara itu, konsumsi nirlaba diperkirakan mengalami peningkatan menjelang

dan pasca pelaksanaan Pemilu Presiden.

Grafik 6.3 Perkembangan Tendensi Konsumen Mendatang

Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang

Sumber : SK diolah * : s.d April 2014

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 59

Pertumbuhan Ekonomi Global

2013 2014 2015 2014 2015 2014 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015 2014 2015

World output3 2.98 3.65 3.86 3.6 3.9 3.8 3.7 3.9 3.62 3.91 3.61 3.89 3.60 3.94 3.52 4.0 3.63 3.9Advanced economies 1.3 2.2 2.3 2.3 2.3 2.2 2.4 2.2 2.4 2.2 2.4 1.9 2.5 2.2 2.3

United States 1.9 2.8 3.0 2.9 3.0 2.8 2.8 2.9 2.8 3.0 2.9 3.0 2.8 3.1 2.5 3.5 2.8 3.0

Euro area -0.4 1.0 1.4 1.1 1.4 0.9 1.1 1.4 1.0 1.4 1.0 1.4 1.1 1.4 0.8 1.4 0.9 1.4

Japan 1.7 1.7 1.0 1.5 1.0 1.4 1.4 1.2 1.7 1.2 1.6 1.3 1.4 1.3 1.2 1.1 1.7 1.1

Emerging and developing economies 4.7 5.1 5.4 5.0 5.4 5.3 5.5 5.30 5.7 5.24 5.6 5.25 5.7 5.0 5.2 5.0 5.4

Developing As ia 6.5 6.7 6.8 6.7 6.8 6.7 7.0 6.7 6.9 6.6 6.9

China 7.7 7.5 7.3 7.5 7.3 8.0 7.7 7.5 7.5 7.4 7.5 7.3 7.4 7.3 7.5 7.5 7.5 7.5

India 4.4 5.4 6.4 5.4 6.4 6.5 6.2 6.6 5.4 6.8 5.4 6.8 5.4 6.8 5.2 6.3 5.3 6.4

ASEAN-5 5.0 5.1 5.6 5.0 5.5

World trade volume (goods and services) 2.7 4.5 5.2 4.5 5.3 5.0 4.6 5.1 3.2 5.2 3.8 5.1

Commodity prices (U.S. dollars)

Oi l (USD per barel )1

104.1 103.8 98.5 99.4 94.3 101.0 102.0 102.2 105 100 105 100

Nonfuel (average based on world

commodity export weight) -1.5 -6.1 -2.4 -6.3 -3.0 -1.1 -2.0 -3.2 -0.5 1.9 0.2 2.11rata-rata harga minyak jenis Brent, Dubai, dan West Texas Intermediate (WTI)2tenor 6 bulan untuk AS dan Jepang, sedangkan Eropa menggunakan tenor 3 bulan (IMF), 3 IMF dengan bobot Purchasing Power Parity (PPP) Oct-12, dan WB dengan bobot PPP 2005

** Asumsi dalam RDG: Minyak jenis Minas, Libor USD tenor 3 bulan

* Data WEO (IMF) awal

Feb-14

RDG**

Jan-14

World Bank

Jan-14 Mar-14*

WEO (IMF)

Mar-14

Consensus Forecast

Feb-14Jan-14 Jan-14Jun-13

Perkembangan kinerja ekspor-impor pada triwulan II-2014

diperkirakan masih mengalami perlambatan. Meskipun saat ini perkembangan

ekonomi global mulai menunjukkan hal positif, namun perlambatan

perkembangan ekonomi negara-negara tujuan ekspor terutama negara Tiongkok

masih terus berlanjut. Berdasarkan consensus forecast, laju pertumbuhan ekonomi

Tiongkok diperkirakan masih mengalami perlambatan. Hal ini tentu saja akan

mempengaruhi secara langsung kinerja ekspor-impor Provinsi NTT yang sebagian

besar berasal dan menuju negara Tiongkok. Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah

yang masih di atas Rp 11.000 turut memberikan andil terhadap perlambatan

kinerja impor.

66..22.. IInnffllaassii

Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan

mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 7,8%-8,2% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya tekanan inflasi pada

triwulan II-2014 terutama disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered

prices. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) berdasarkan

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 9 Tahun 2014 tentang

Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PLN yang mulai diterapkan per-1 Mei,

diperkirakan akan memberikan dampak cukup signifikan terhadap laju inflasi.

Sebagai informasi, penerapan tarif listrik untuk golongan I ditetapkan setiap

Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · K a n to r P e rw a k ila n B a n k I n d o n e s ia ... peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju

Triwulan I 2014 |

| Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 60

bulannya hingga akhir tahun. Sementara untuk golongan II dan III (sektor industri)

diterapkan setiap 2 bulan sekali hingga bulan November. Selain itu, liburan

sekolah yang diperkirakan jatuh pada bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan

tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan.

Penyesuaian TTL setiap bulannya diperkirakan akan memberikan

tekanan terhadap laju inflasi kelompok inti. Ketidakpastian penentuan TTL

yang berubah-ubah setiap bulannya terutama untuk golongan I diperkirakan akan

meningkatkan tekanan terutama kelompok makanan jadi dan mendorong cost

push inflation yang akan memberatkan production cost terutama terhadap

kelompok makanan jadi. Selain itu, tingginya ketergantungan NTT terhadap

barang jadi yang berasal dari daerah lain diperkirakan turut memberikan tekanan

terhadap laju inflasi kelompok inti.

Menjelang bulan Ramadhan, diperkirakan laju inflasi yang berasal

dari kelompok bergejolak (volatile foods) diperkirakan meningkat. Hal ini

disebabkan tingginya permintaan menjelang ramadhan. Ditambah lagi,

peningkatan harga bahan makanan yang berasal dari daerah lain diperkirakan

turut mendorong laju inflasi kelompok bergejolak.

Dari sisi konsumen, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat.

Konsumen masih menyakini akan terjadi kenaikan harga untuk 3 bulan dengan

ekspektasi kenaikan harga lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Tingginya

ekspektasi kenaikan harga didorong oleh adanya bulan puasa pada periode 3

bulan kedepan serta liburan sekolah. Hal serupa juga diyakini oleh pedagang,

dimana dalam 3 bulan kedepan harga-harga diperkirakan akan mengalami

kenaikan. Hal tersebut sebagaimana tercermin pada hasil Survei Pedagang Eceran

dengan indeks sebesar 111. Kenaikan harga diperkirakan karena adanya tekanan

dari sisi demand menjelang bulan Ramadhan.