155
KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN I - 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR - bi.go.id · peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.” ... PENGARUH KINERJA APBD TERHADAP KINERJA BPD DI JATIM. Tabel

  • Upload
    hangoc

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

JAWA TIMUR

TRIWULAN I - 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV

Penerbit :

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)

Visi, Misi dan Nilai Strategis

Bank Indonesia

Visi dan Misi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur)

Misi Kantor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:

“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan

sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda

dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan

ekonomi daerah.”

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:

“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan

peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”

Visi Bank Indonesia :

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar

yang stabil “

Misi Bank Indonesia :

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi

sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan

stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata

kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang

diamanatkan UU.

Nilai – Nilai Strategis :

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination

and Teamwork

i

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur

Triwulan I - 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini

disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun

internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem

pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.

Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai

pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun

swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima

kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama

ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan

masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat

memberikan kemanfaatan yang maksimal.

Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan

kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada

umumnya.

Surabaya, 16 Mei 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

WILAYAH IV (JAWA TIMUR)

Dwi Pranoto

Direktur Eksekutif

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GRAFIK iv

RINGKASAN EKSEKUTIF ix

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv

DAFTAR ISTILAH xv

DAFTAR SINGKATAN xviii

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1

1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. I 2014 1

1.1.1 SISI PERMINTAAN 2

a. Konsumsi 3

b. Investasi 6

c. Ekspor - Impor 9

c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 9

c.2 Ekspor Impor Luar Negeri 10

1.1.2 SISI PENAWARAN 12

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 14

b. Sektor Indust ri Pengolahan 16

c. Pertanian 18

d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 20

e. Bangunan 22

f . Pengangkutan dan Komunikasi 23

BOKS 1 25

BOKS 2 29

BOKS 3 32

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 36

2.1 KONDISI UMUM 36

2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 37

2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 42

2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 46

2.5 INFLASI MENURUT KOTA 48

2.6 DISAGREGASI INFLASI 50

BOKS 4 POTENSI EL NINO DAN DAMPAKNYA PADA PRODUKSI PANGAN JATIM 55

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 59

3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 60

DAFTAR ISI

DAMPAK UU MINERBA TERHADAP EKONOMI JATIM

KESIAPAN UMKM JATIM DALAM MENGHADAPI MEA 2015

PENGARUH NILAI TUKAR THD DAYA SAING EKSPOR INDUSTRI PENGOLAHAN

3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 62

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 62

3.1.3. KREDIT 65

3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 69

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 72

3.2.1. RISIKO KREDIT 72

3.3 PERBANKAN SYARIAH 73

3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 76

3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 78

3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 81

3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 81

3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 86

BOKS 5 92

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 95

4.1 UMUM 95

4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 96

4.2.1 Pendapatan Daerah 96

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 98

4.2.3 Belanja Daerah 99

4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 101

BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 103

5.1 UMUM 103

5.2 KETENAGAKERJAAN 103

5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 103

5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 106

5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 107

5.3.1 Kesejahteraan Petani 107

5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 109

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 110

BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 114

6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 114

6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 116

6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 118

6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 119

PENGARUH KINERJA APBD TERHADAP KINERJA BPD DI JATIM

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan) 1

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Penawaran) 13

Tabel 1.3 Dampak Erupsi Kelud pada Tanaman Perkebunan di Kediri 19

Tabel 2.1 Inf lasi Triwulan IV Tahun 2013 & Triwulan I 2014 di Jawa Timur (mtm) 37

Tabel 2.2 Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jawa Timur (qtq) 42

Tabel 2.3 Stok Beras dan Penyaluran Raskin 44

Tabel 2.4 Inf lasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 46

Tabel 2.5Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur (%yoy) 48

Tabel 2.6 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV - 2013 (%yoy) 49

Tabel 2.7Sumbangan Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-

2013 (%yoy)50

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 59

Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 60

Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 72

Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 76

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 79

Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low-Out f low) Kantor Bank Indonesia 82

Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013 90

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2013 (Juta Rupiah) 96

Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jat im Triwulan 2013 (juta

Rupiah)98

Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2013 99

Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 101

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur 103

Tabel 5.2Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU

Jawa Timur106

Nilai Tukar Petani di Jawa 107

Nilai Tukar Nelayan di Jawa 110

Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 111

Tabel 5.4Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa

Timur Menurut Daerah112

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko 117

DAFTAR TABEL

Graf ik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jat im 2

Graf ik 1.2 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2

Graf ik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi dan Investasi 2

Graf ik 1.4 Pertumbuhan Ekspor Impor 2

Graf ik 1.5 Indeks Omset Riil (SPE) 3

Graf ik 1.6 Konsumsi List rik Rumah Tangga 3

Graf ik 1.7 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 4

Graf ik 1.8 Kinerja Kredit Konsumsi 4

Graf ik 1.9 Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 4

Graf ik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 4

Graf ik 1.11 Survei Konsumen Kondisi saat ini 5

Graf ik 1.12 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 5

Graf ik 1.13 Impor Barang Konsumsi 5

Graf ik 1.14 Simpanan Perorangan di Perbankan 5

Graf ik 1.15 Nilai Proyek PMA 6

Graf ik 1.16 Nilai Proyek PMDN 6

Graf ik 1.17 Jumlah Proyek PMA 6

Graf ik 1.18 Jumlah Proyek PMDN 6

Graf ik 1.19 Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) 7

Graf ik 1.20 Penyaluran Kredit Investasi 7

Graf ik 1.21 Perkembangan Impor Barang Modal 7

Graf ik 1.22 Realisasi Pendapatan & Belanja TW. I 2014 7

Graf ik 1.23 Rencana & Realisasi Investasi 8

Graf ik 1.24 Konsumsi Semen 8

Graf ik 1.25 Impor Barang Modal 8

Graf ik 1.26 Komposisi Impor Barang Modal 8

Graf ik 1.27 Kinerja Ekspor Impor Jat im 9

Graf ik 1.28 Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa 9

Graf ik 1.29 Kinerja Perdagangan LN dan DN 10

Graf ik 1.30 Bongkar Muat Ekspor DN 10

Graf ik 1.31 Kinerja Perdagangan LN dan DN 11

Graf ik 1.32 Neraca Perdagangan Ekspor LN 11

Graf ik 1.33 Negara Utama Tujuan Ekspor 11

Graf ik 1.34 Bongkar Muat Ekspor DN 11

Graf ik 1.35 Kinerja Ekspor Impor LN 12

Graf ik 1.36 Komposisi Impor LN 12

Graf ik 1.37 Pertumbuhan Tiga sektor Utama 13

DAFTAR GRAFIK

Graf ik 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung 13

Graf ik 1.39 Pertumbuhan Sektor pendukung 13

Graf ik 1.40 Ut ilisasi kapasitas produksi 14

Graf ik 1.41 Ut ilisasi kapasitas produksi sektoral 14

Graf ik 1.42 Indeks realisasi Usaha 14

Graf ik 1.43 Indeks realisasi Usaha Sektoral 14

Graf ik 1.44 Pertumbuhan Subsektor PHR 15

Graf ik 1.45 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 15

Graf ik 1.46 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 16

Graf ik 1.47 Konsumsi List rik Golongan Bisnis 16

Graf ik 1.48 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 18

Graf ik 1.49 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 18

Graf ik 1.50 Konsumsi List rik Golongan industri 18

Graf ik 1.51 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 20

Graf ik 1.52 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 20

Graf ik 1.53 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im 20

Graf ik 1.54 Luas Lahan Puso di Jat im 20

Graf ik 1.55 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 21

Graf ik 1.56 Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im 21

Graf ik 1.57 Volume Penjualan semen di jat im 23

Graf ik 1.58 Indeks Harga Propert i Residensial 23

Graf ik 1.59 Rata-Rata Penjualan Propert i Residensial 23

Graf ik 1.60 Arus Penumpang di Tanjung Perak 24

Graf ik 1.61 Arus Barang di tanjung Perak 24

Graf ik 1.62 Penumpang Domest ik di Bandara Juanda 24

Graf ik 1.63 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 24

Graf ik 2.1 Inf lasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 36

Graf ik 2.2 Perkembangan Inf lasi Jawa Timur 36

Graf ik 2.3 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur 36

Graf ik 2.4 Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy) 36

Graf ik 2.5 Inf lasi per Kelompok Barang (mtm) 38

Graf ik 2.6 Inf lasi Januari 2014 per Kelompok Barang 38

Graf ik 2.7 Inf lasi Februari 2014 per Kelompok Barang 38

Graf ik 2.8 Inf lasi Maret 2014 per Kelompok Barang 38

Graf ik 2.9 Inf lasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm) 39

Graf ik 2.10 Penyumbang Inf lasi Januari 2014 39

Graf ik 2.11 Inf lasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm) 40

Graf ik 2.12 Inf lasi Emas Perhiasan 40

Graf ik 2.13 Penyumbang Inf lasi Administered Price (mtm) 41

Graf ik 2.14 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 43

Graf ik 2.15 Perbandingan Inf lasi Sub kelompok Bahan Makanan 43

Graf ik 2.16 Harga Beras Internasional dan Lokal 44

Graf ik 2.17 Inf lasi Beras Jawa Timur 44

Graf ik 2.18 Inf lasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 45

Graf ik 2.19 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jat im 45

Graf ik 2.20 Persebaran Masa Panen Komoditas Cabe Rawit 45

Graf ik 2.21 Inf lasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 - 2014 46

Graf ik 2.22Inf lasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan

Transportasi (yoy) 2010-201446

Graf ik 2.23 Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2013 - 2014 47

Graf ik 2.24Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Transport , Komunikasi dan Jasa

Keuangan 47

Graf ik 2.25 Perbandingan Inf lasi Tahunan (mtm) 8 Kota di Jawa Timur 49

Graf ik 2.26 Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kota di Jawa Timur 49

Graf ik 2.27 Disagregasi Inf lasi Jat im (yoy) 50

Graf ik 2.28 50

Graf ik 2.29 51

Graf ik 2.30 Disagregasi Inf lasi (mtm) Jawa Timur 51

Graf ik 2.31 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 53

Graf ik 2.32 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 53

Graf ik 2.33 Sub Kelompok Penyumbang Inf lasi Administered Price 54

Graf ik 3.1 Perkembangan LDR 61

Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 61

Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 62

Graf ik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum 62

Graf ik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum 62

Graf ik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 63

Graf ik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 64

Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq) 64

Graf ik 3.9 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 64

Graf ik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 64

Graf ik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 64

Graf ik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) 66

Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq) 66

Graf ik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 67

Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 67

Graf ik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 67

Graf ik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t -q) 67

Graf ik 3.18 Proporsi Kredit Sektoral 67

Graf ik 3.19 NPL Kredit Sektoral 68

Graf ik 3.20 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 69

Graf ik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM 70

Graf ik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 70

Graf ik 3.23 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jat im 71

Graf ik 3.24 Perkembangan Penyaluran KUR di Jat im 65

Graf ik 3.25 Perkembangan NPL Bank Umum 73

Graf ik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 73

Graf ik 3.27 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 74

Graf ik 3.28 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 74

Graf ik 3.29 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jat im 74

Graf ik 3.30 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 74

Graf ik 3.31 Perkembangan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 75

Graf ik 3.32 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 75

Graf ik 3.33Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)

Perbankan Syariah di Jawa Timur 76

Graf ik 3.34 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (%-yoy) 77

Graf ik 3.35 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (%-qtq) 77

Graf ik 3.36 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 77

Graf ik 3.37 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 78

Graf ik 3.38 Perkembangan LDR & NPL BPR 78

Graf ik 3.39 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 79

Graf ik 3.40 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 79

Graf ik 3.41 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 79

Graf ik 3.42Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya

(qtq) 79

Graf ik 3.43Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di

Surabaya (qtq) 80

Graf ik 3.44 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 80

Graf ik 3.45 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 81

Graf ik 3.46Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low) dalam juta rupia 83

Graf ik 3.47 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 83

Graf ik 3.48 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 84

Graf ik 3.49 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan 85

Graf ik 3.50 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan 85

Graf ik 3.51 Stat ist ik Pecahan Uang Palsu yg Ditemukan 85

Graf ik 3.52 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 87

Graf ik 3.53 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 88

Graf ik 3.54 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 88

Graf ik 3.55 6 Kota Dengan Akt ivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2014 89

Graf ik 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring di Jat im 90

Graf ik 3.57 Tolakan Transaksi Kliring di Jat im 90

Graf ik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jat im 96

Graf ik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jat im 97

Graf ik 4.3Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta

Rupiah) 98

Graf ik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im 100

Graf ik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im 100

Graf ik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja 2013 dan 2014 102

Graf ik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sektoral 104

Graf ik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 105

Graf ik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 105

Graf ik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 105

Graf ik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 107

Graf ik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 107

Graf ik 5.7Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang diterima (lt ), Indeks harga yang

dibayar (lb) 2012 - 2013 108

Graf ik 5.8 Subsektor NTP Jat im (%) 109

Graf ik 5.9 Perubahan NTN Jat im, Indeks harga yg diterima (lt ), dan Indeks harga

yang dibayar (lb) 110

Graf ik 5.10 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 111

Graf ik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 114

Graf ik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 114

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

ix

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

RINGKASAN

EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)

TRIWULAN I 2014

Asesmen Perkembangan Makro Ekonomi

Perekonomian Jawa Timur menunjukkan perbaikan pada triwulan I

2014. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar

6,4% (yoy), meningkat 0,2% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2013

(6,2% , yoy)). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

nasional yang tercatat sebesar 5,2% (yoy).

Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi disebabkan

masih tingginya konsumsi rumah tangga serta perbaikan kinerja

ekspor. Faktor eksternal juga turut berpengaruh dalam

peningkatan kinerja ekonomi Jatim. Perekonomian negara maju

dan mitra dagang yang bergerak positif berdampak pada surplus

neraca perdagangan luar negeri Jatim. Sementara itu, realisasi

investasi terutama di sektor riil cenderung tertahan.

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor tumbuh meningkat,

hanya sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) dan sektor

Pengangkutan & Komunikasi yang tumbuh melambat .

Membaiknya kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jawa Timur

turut mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri.

Sementara itu, dimulainya masa panen dan relatif berkurangnya

curah hujan di sentra-sentra utama mendorong meningkatnya

produksi di sektor pertanian. Penyelenggaraan Pemilihan Legislatif

(Pileg) di triwulan ini turut mewarnai kenaikan kinerja sektor jasa

ke level 8,45% (yoy).

Asesmen Inflasi

Inflasi Jatim pada triwulan I 2014 terkoreksi pada level 6,59% (yoy)

turun dibandingkan periode sebelumnya (7,59% ) dan lebih rendah

dibandingkan inflasi Nasional (7,32% ). Perhitungan inflasi pada

Kinerja ekonomi Jatim membaik sebesar 6,4% (yoy), lebih t inggi dibandingkan

nasional (5,2% ).

Inflasi Jatim terkoreksi di level 6,59% , lebih rendah dibanding inflasi nasional (7,32% ).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

x

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH)

tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan

dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu

Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, Madiun

dan Banyuwangi.

Masih sejalan dengan periode sebelumnya, inflasi kelompok

administered price menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur

(3,04% -yoy), disusul kemudian oleh kelompok core inflation

(2,49% ) dan volatile foods (1,06% ). Kenaikan tarif transportasi dan

bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang terjadi di awal tahun

2014 berkontribusi bagi tingginya inflasi kelompok administered

price. Sedangkan kelompok volatile foods mulai kembali kepada

pola wajarnya yang berada di kisaran 3% - 8% sebagai dampak

telah dimulainya musim panen pada akhir triwulan I 2014 dan

tidak adanya permasalahan pada komoditas hortikultura seperti

tahun 2013.

Secara historis, inflasi Jawa Timur sejalan dengan inflasi nasional

dan relatif lebih tinggi. Namun dengan berbagai upaya

pengendalian inflasi, sejak tahun 2013 Jawa Timur mulai

mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional dan

menempati posisi kedua terendah di kawasan Jawa setelah DI

Yogyakarta. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang

terendah yaitu DIY (6,18% ), Jawa Timur (6,59% ), Jawa Tengah

(7,08% ), Jawa Barat (7,53% ) dan tertinggi terjadi pada Provinsi

Banten (9,61% ).

Asesmen Perbankan

Sampai dengan triwulan I 2014, kinerja perbankan di Jawa Timur

baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih

menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari

indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik

serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah dan stabil,

yaitu di bawah level 5% . Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh

Kinerja

perbankan di

Jawa Timur

masih terus

menunjukkan

perkembangan

posit if dengan

pertumbuhan

kredit mencapai

23,18% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

xi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

t inggi yaitu sebesar 16,2% (yoy) hingga mencapai Rp 430,97 triliun

pada triwulan I 2014. Kredit tumbuh sebesar 23,18% (yoy) dari

sebesar Rp 252,7 triliun pada triwulan I 2013 menjadi Rp 311,27

triliun pada triwulan I 2014. Demikian pula dengan Dana Pihak

Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat

pertumbuhan sebesar 13,25% (yoy) menjadi sebesar Rp 337,85

triliun pada periode laporan.

Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama

didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan

daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit

yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 23,18% (yoy) pada

triwulan I 2014, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas

peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan

masih akan terus meningkat.

Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw II 2014

Pada triwulan II 2014 tren perbaikan ekonomi Jatim diperkirakan

masih terjadi. Pertumbuhan ekonomi Jatim diperkirakan meningkat

sebesar 0,2% , dari 6,4% menjadi 6,6% . Dari sisi permintaan,

pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh

peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, pemerintah serta

membaiknya kinerja ekspor-impor. Pada triwulan ini, masyarakat

cenderung melakukan konsumsi yang lebih besar untuk

mengantisipasi adanya momen puasa dan libur sekolah. Pada

triwulan II 2014, komoditas makanan, minuman, dan tembakau,

barang budaya dan rekreasi serta komoditas pendidikan

diperkirakan mengalami peningkatan.

Diperkirakan, pada triwulan kedua, pertumbuhan belanja

pemerintah akan semakin meningkat mencapai 3,1% didorong

oleh penyelenggaraan Pemilu Presiden. Sementara itu, investasi

diperkirakan tumbuh melambat dengan pertumbuhan di angka

6,90% (yoy). Dengan rampungnya beberapa proyek infrastruktur

di Jatim serta rencana pembangunan smelter di tahun ini

Ekonomi Jatim

pada triwulan II

2014

diperkirakan

tumbuh pada

rentang 6,4% -

s.d 6,8% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

xii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

diharapkan menahan laju perlambatan investasi hingga akhir

tahun 2014.

Kinerja sektor riil, yakni Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

serta Industri Pengolahan diperkirakan meningkat dalam merespon

peningkatan konsumsi rumah tangga pada liburan sekolah.

Sementara itu, masih terdapat beberapa faktor risiko yang perlu

diwaspadai bagi keberlanjutan sektor Industri Pengolahan pada

triwulan II 2014 yaitu adanya peningkatan tarif listrik industri dan

penerapan pajak daerah pada komoditas rokok. Kebijakan

penerapan tarif tenaga listrik diperkirakan menambah biaya

operasional perusahaan sebesar 20% . Namun demikian, tingginya

permintaan global dan domestik di triwulan II 2014 mampu

menahan penurunan kinerja sektor ini.

Pada triwulan II 2014 diperkirakan sektor pertanian mengalami

peningkatan seiring dengan semakin tingginya volume panen di

beberapa w ilayah. Risiko yang perlu diwaspadai, dimulainya musim

kemarau di awal bulan Mei diperkirakan menurunkan produksi

padi, namun produksi tanaman palaw ija, khususnya kedelai dan

jagung serta tembakau diperkirakan meningkat.

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa

indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw II-2014

diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 6,3% s/d

6,5% . Tekanan inf lasi pada Tw II-2014 dari ket iga kelompok

inf lasi relat if meningkat, khususnya pada inflasi kelompok

administered price dan core inflation.

Potensi utama pendorong inf lasi kelompok administered

price adalah kenaikan tarif listrik industri yang diberlakukan

sejak Mei 2014 serta berlanjutnya penerapan Peraturan

Menteri Perhubungan No. 2 tahun 2014 oleh maskapai

penerbangan yang berdampak pada kenaikan harga tarif

Inflasi IHK pada

triwulan II 2014,

diperkirakan berada

di kisaran 6,3% s/d

6,5% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

xiii

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

angkutan udara. Selain itu adanya bulan Ramadhan di akhir

triwulan II 2014 juga dapat memicu kenaikan harga di sub

kelompok transportasi yang mendorong kenaikan inf lasi

kelompok ini.

Core inflation di triwulan II 2014 diproyeksi meningkat seiring

dengan adanya Hari Raya Keagamaan yang memicu tingginya

ekspektasi masyarakat dan tingkat konsumsi. Selain itu, second

round effect kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi pada

kenaikan biaya produksi dan harga jual produk, serta berlanjutnya

penerapan PPN BM pada beberapa produk kebutuhan sehari-hari

juga menjadi potensi kenaikan inflasi dari sisi tradable.

Inflasi volatile food pada triwulan II 2014 diperkirakan mereda

seiring dimulainya musim panen bagi beberapa komoditas strategis

Jawa Timur. Hal ini akan meningkatkan pasokan di masyarakat dan

mendorong penurunan harga. Walaupun demikian perlu pula

diwaspadai terjadinya El Nino yang diproyeksi mulai berlangsung di

Mei 2014 dan berpotensi menyebabkan kekeringan di beberapa

w ilayah serta menurunkan tingkat produksi beras di kisaran

1,10% . Meskipun demikian, diproyeksi upward risk tersebut dapat

diantisipasi melalui berbagai kebijakan yang diambil oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Timur serta penambahan luas lahan

untuk penanaman komoditas kedelai sehingga dapat

meminimalkan peningkatan risiko inflasi pangan.

Diperkirakan pada triwulan II 2014 kinerja industri perbankan di

Jawa Timur akan tetap menunjukkan peningkatan. Struktur dan

pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih dapat

terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi

oleh perbankan. Adanya keterbatasan likuiditas dari Dana Pihak

Ketiga diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga

kredit dan DPK. Namun demikian, dengan penerapan strategi

pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di

Jawa Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya.

Pertumbuhan

kredit perbankan

pada triwulan

II 2014

diperkirakan

masih tetap

t inggi

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

xiv

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan II 2014 diperkirakan

masih cukup tinggi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan

adanya momen puasa serta persiapan Lebaran. Sektor ekonomi

andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri

pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan

komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi

perbankan untuk dibiayai.

Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014

Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim

tahun 2014 mencapai 6,4-6,8% (yoy), cenderung meningkat dan

lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% . Dari

sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah Daerah

diperkirakan semakin terakselerasi seiring dengan tingginya

kebutuhan politik di tahun Pemilu. Sementara itu, investasi

diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi, seiring dengan telah

diselesaikannya banyak proyek infrastruktur dan upaya ekspansi

industri logam dan kimia organik. Namun demikian, masih

terdapat risiko tekanan biaya produksi yang dapat mempengaruhi

keputusan investasi pelaku usaha. Pembaikan perekonomian global

dan regional sepanjang tahun ini secara optimis diharapkan

mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014.

Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim

berasal dari sektor utama, yakni pertanian dan industri pengolahan

yang meningkat sebagai dampak dari membaiknya produksi

pertanian serta meningkatnya permintaan domestik pasca

kenaikan UMK 2014 dan pengaruh dari kegiatan penyelenggaraan

Pemilu di sepanjang tahun.

Sektor pertanian pun hingga akhir tahun 2014 tidak signifikan

terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi serta

penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu

faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.

Secara

keseluruhan,

pertumbuhan

ekonomi Jatim

tahun 2014

diproyeksikan

tumbuh pada

rentang 6,4% s.d

6,8% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

xv

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda

dibandingkan periode laporan atau berada di kisaran proyeksi

5,1% - 5,3% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya

keagamaan pada triwulan II 2014 dan triwulan IV 2014 akan

menjadi pendorong utama inflasi yang bersifat seasonal.

Sementara dari sisi penawaran, adanya beberapa bencana seperti

banjir dan erupsi Gunung Kelud di awal tahun 2014, serta potensi

badai El Nino pada tahun 2014 diproyeksi akan sedikit mengurangi

kecukupan pasokan di masyarakat.

Pergerakan harga pada kelompok bahan makanan sampai dengan

triwulan III 2014 diprediksi akan mengalami penurunan dan

meningkat kembali pada triwulan IV 2014. Sebagaimana trend

pada periode-periode sebelumnya, tren permintaan akan mereda

pada triwulan II 2014, kemudian meningkat pada awal triwulan III

2014 dan akhir triwulan IV 2014 seiring dengan adanya Hari Raya

Idul Fitri dan Natal.

Tingkat produksi komoditas pangan selama tahun 2014 diproyeksi

akan sedikit menurun seiring dengan pergeseran musim panen

akibat banjir pada awal tahun 2014 dan gangguan produksi akibat

erupsi Gunung Kelud. Meskipun demikian, hal tersebut akan

tertahan oleh Penanaman kembali lahan yang rusak, musim panen

di sentra produksi di Jawa Timur pada triwulan II 2014. Menyikapi

potensi terjadinya badai El Nino, diproyeksi terdapat peningkatan

produksi tanaman palaw ija, seperti jagung, kedelai serta tanaman

perkebunan seperti tembakau karena ketiga tanaman tersebut

cenderung membutuhkan air lebih sedikit daripada padi, sehingga

mampu bertahan di tengah kondisi kering.

Tekanan inflasi kelompok administered price pada akhir tahun

2014 diproyeksi mereda. Beberapa hal yang mempengaruhi

tingkat inflasi kelompok ini yaitu rencana kenaikan tarif listrik

industri di kisaran 38,9% - 64,7% yang diberlakukan pada 1 Mei

2014 dan dibebankan pada tagihan listrik bulan Juni 2014. Selain

Secara

keseluruhan,

inflasi Jatim

tahun 2014

diproyeksikan

mereda pada

rentang 5,1% s.d

5,3% (yoy).

Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur

Triwulan I-2014

xvi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV

itu, rencana penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga (LPG

12 kg), serta masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas rokok.

Tingkat inflasi kelompok inti pada akhir tahun 2014 diproyeksi

masih relatif stabil di kisaran 4% - 4,5% . Pendorong utama

inflasi adalah masih belum stabilnya nilai tukar dan harga

komoditas internasional, dampak adanya Pemilu 2014 dan

kenaikan pajak barang mewah, serta kenaikan tarif list rik dan

UMP yang berpotensi dibebankan pada biaya produksi.

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)

JAWA TIMUR 139.39 139.55 144.74 145.79 111.29

- Kota Surabaya 138.95 139.09 144.18 145.17 110.97

- Kota Malang 139.65 140.14 145.31 146.65 111.85

- Kota Kediri 138.00 138.82 144.47 145.45 112.17

- Kab. Jember 139.66 139.33 144.83 145.65 110.73

- Kota Probolinggo 144.54 137.07 141.63 142.29 112.43

- Kota Madiun 142.52 144.58 150.44 151.75 110.65

- Kab. Sumenep 137.77 142.10 147.45 148.59 110.34

- Kab. Banyuwangi 112.39

LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)

JAWA TIMUR 6.75 5.93 7.78 7.59 6.75

- Kota Surabaya 6.63 5.86 7.76 7.52 6.69

- Kota Malang 7.01 6.46 8.16 7.92 7.12

- Kota Kediri 6.70 6.05 7.79 8.05 6.76

- Kab. Jember 6.51 5.38 7.77 7.21 6.71

- Kota Probolinggo 8.20 5.59 8.02 7.98 7.37

- Kota Madiun 6.04 6.39 7.22 7.52 6.12

- Kab. Sumenep 7.42 5.10 6.76 6.62 5.86

- Kab. Banyuwangi 6.63

PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 101,592,876 104,838,963 106,972,444 106,024,163 108,092,584

- Pertanian 16,210,298 14,378,586 13,851,750 10,889,462 16,496,316

- Pertambangan dan Penggalian 1,949,636 2,177,323 2,270,837 2,299,832 2,038,696

- Industri Pengolahan 24,618,463 25,452,321 26,272,724 27,153,725 26,296,144

- Listrik, gas, dan air bersih 1,328,343 1,381,232 1,371,165 1,405,760 1,394,007

- Bangunan 3,132,579 3,564,182 3,594,584 3,714,675 3,431,447

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,903,774 34,637,806 35,766,969 36,122,757 35,136,387

- Pengangkutan dan komunikasi 7,707,809 8,393,503 8,800,228 8,936,202 8,440,159

- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,594,390 5,865,905 5,954,027 6,041,520 6,023,437

- Jasa 8,147,583 8,988,106 9,090,159 9,460,230 8,835,991

Pertumbuhan (yoy)

- Pertanian 1.42 1.42 1.92 1.65 1.76

- Pertambangan dan Penggalian 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57

- Industri Pengolahan 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81

- Listrik, gas, dan air bersih 5.61 4.60 4.63 4.16 4.94

- Bangunan 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79

- Pengangkutan dan komunikasi 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50

- Keuangan, persewaan, dan jasa 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67

- Jasa 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45

Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.57 6.90 6.51 6.21 6.40

2013

INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR

LAMPIRAN

INDIKATOR

xviii

A. Perbankan2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Bank Umum :

Total Asset (Rp. Triliun) 362.32 379.47 406.88 420.52 421.51

DPK (Rp. Triliun) 287.82 293.80 313.69 335.31 332.44

- Tabungan (Rp. Triliun) 130.08 133.15 140.54 130.19 144.69

- Giro (Rp. Triliun) 46.57 45.98 51.85 53.34 52.22

- Deposito (Rp. Triliun) 111.16 114.67 121.31 151.77 135.53

Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 245.21 265.35 284.35 304.11 304.41

- Modal Kerja 142.72 153.43 165.97 181.17 179.72

- Investasi 33.43 38.62 41.56 43.96 44.90

- Konsumsi 69.06 73.31 76.82 78.98 79.79

Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.26 2.12 2.02 1.75 2.07

Loan to Deposit Rat io - LDR (%) 85.20% 90.32% 90.64% 90.70% 91.57%

Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 70.40 78.65 79.16 83.26 84.99

NPL UMKM Gross (%) 3.89 3.56 3.59 3.29 3.72

BPR :

Total Asset (Rp. Triliun) 8.57 8.97 9.39 9.46 9.46

DPK (Rp. Triliun) 4.98 5.09 5.30 5.41 5.41

- Tabungan (Rp. Triliun) 1.61 1.60 1.65 1.74 1.74

- Deposito (Rp. Triliun) 3.38 3.50 3.65 3.67 3.67

Kredit (Rp. Triliun) 6.19 6.70 6.92 6.85 6.85

- Modal Kerja 4.11 4.48 4.62 4.62 4.62

- Investasi 0.20 0.23 0.26 0.25 0.25

- Konsumsi 1.88 1.99 2.05 1.99 1.99

Non Performing Loan (NPL-Gross) 3.84% 3.88% 4.28% 4.00% 4.00%

Loan to Deposit Rat io - (LDR) % 124% 131% 131% 127% 127%

SYARIAH :

Total Asset (Rp. Triliun) 17.27 18.74 19.23 21.45 25.97

DPK (Rp. Triliun) 13.27 13.95 14.03 16.91 16.27

- Giro (Rp. Triliun) 1.25 1.30 0.78 0.99 0.84

- Tabungan (Rp. Triliun) 4.97 5.29 5.81 6.50 6.23

- Deposito (Rp. Triliun) 7.04 7.35 7.44 9.43 9.19

Pembiayaan (Rp. Triliun) 12.67 13.81 14.09 15.01 15.79

- Modal Kerja 5.40 5.95 6.26 6.86 7.44

- Investasi 2.31 2.58 2.51 2.77 2.98

- Konsumsi 4.96 5.27 5.32 5.39 5.36

Non Performance Financing (NPF) % 1.91 1.97 2.5 2.59 3.74

Financing to Deposit Rat io (FDR) % 95.50 98.97 100.43 86.76 97.05

B. SISTEM PEM BAYARAN2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Inf low (Rp. Triliun) 15.99 11.35 18.78 10.98 18.02

Out f low (Rp. Triliun) 8.16 11.77 18.05 14.42 8.97

Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 1.67 3.28 5.02 4.61 5.16

Nominal Transaksi RTGS 184.12 220.10 210.82 200.00 207.29

Volume Transaksi RTGS 121,530 170,050 171,756 160,000 163,350

Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 36.69 49.46 51.73 44.39 44.55

Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.30 1.38 1.35 1.06 1.17

Tolakan Kliring (Rp. Juta) 964,720 774,711 964,847 707,567 815,636

Tolakan Kliring (lembar) 25,418 21,488 25,638 18,731 19,285

xix

2013

2013

LAM PIRAN

INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIM UR

INDIKATOR

INDIKATOR

1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1.Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Tahun Triw ulan I 2014

Perekonomian Jaw a Timur menunjukkan perbaikan pada triw ulan I 2014.

Pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini tercatat sebesar 6,4% (yoy), meningkat 0,2%

(yoy) dibandingkan triw ulan IV 2013 (6,2% , yoy)). Angka ini lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 5,2% (yoy). Dari sisi permintaan,

peningkatan kinerja ekonomi disebabkan masih tingginya konsumsi rumah tangga serta

perbaikan kinerja ekspor. Selain dinamika ekonomi nasional yang memengaruhi kinerja

perekonomian Jabagtim, faktor global juga turut memberikan pengaruh. Perekonomian negara

maju dan mitra dagang yang bergerak positif berdampak pada surplus neraca perdagangan

luar negeri Jabagtim.Sementara realisasi investasi terutama di sektor riil cenderung tertahan.

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor tumbuh meningkat, hanya sektor

Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) dan sektor Pengangkutan & Komunikasi yang

tumbuh melambat. Membaiknya kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jawa Timur turut

mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri. Sementara itu, dimulainya masa panen

dan relatif berkurangnya curah hujan di sentra-sentra utama mendorong meningkatnya

produksi di sektor pertanian. Penyelenggaraan Pemilihan Legislatif (Pileg) di triwulan ini turut

mewarnai kenaikan kinerja sektor jasa ke level 8,45% (yoy). Di sisi lain, masih tingginya

konsumsi rumah tangga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan bangunan dan keuangan,

meskipun kebijakan LTV telah digulirkan guna menjaga stabilitas ekonomi.

Tabel 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan)

2014

I II III IV Total I

PDRB (%,yoy) 7.2 7.3 6.6 6.9 6.5 6.2 6.5 6.4

Sisi Permintaan

Konsumsi 6.8 6.9 6.3 6.6 7.1 7.7 7.5 7.9

Konsumsi swasta 7.4 6.1 6.8 6.9 7.5 8.2 8.0 8.2

Konsumsi Pemerintah 1.3 0.2 0.3 2.8 2.5 2.9 2.2 2.6

Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.7 5.4 6.1 6.3 6.5 7.7 6.3 7.5

Ekspor 11.1 11.6 8.5 6.9 5.5 5.3 6.8 9.2

Impor 7.6 9.8 5.6 5.0 4.9 6.0 5.3 7.4

Ekonomi Jawa Timur 2011 20122013

2

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Sumber : BPS Jatim

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1.2. Struktur Perekonomian

1.1.1.SISI PERMINTAAN

Pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan masih bersumber dari

tumbuhnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya kinerja perdagangan dalam dan luar

negeri Jatim. Masih tingginya daya beli masyarakat tercermin dari angka pertumbuhan

konsumsi rumah tangga dan transaksi ekspor antar daerah, khususnya ke w ilayah Indonesia

Timur. Momentum Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 turut mendorong kinerja belanja

pemerintah pada triwulan I 2014, namun masih tertahannya dana bagi hasil dan Bantuan

Keuangan Provinsi (BKP) dari pemerintah provinsi ke kabupaten/kota turut menyebabkan

melambatnya komponen ini. Di sisi lain, realisasi investasi terutama di sektor riil cenderung

tertahan akibat kecenderungan pelaku usaha untuk menunggu hasil Pemilihan Presiden

(Pilpres) 2014.

Sumber : BPS Jatim

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi &

Investasi

Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor

6.4

5.2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur

%

y

o

y

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gPDRB gKonsumsi (rhs)gPMTB (rhs)

(%, yoy) (%, yoy)

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

JASA-JASA KEUANGAN & JS. PRSH

ANGKUTAN & KOMUNIKASI PHR

BANGUNAN LGA

INDUSTRI TAMBANG & PENGGALIAN

PERTANIAN

-6%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gPDRB

gEkspor (rhs)

gImpor (rhs)

(%, yoy) (%, yoy)

3

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

a. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga Jatim masih berada dalam tren peningkatan pada triwulan I

2014. Kenaikan UMK di angka 26% mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Selain

itu, penyelenggaraan Pemilihan Legislatif (Pileg) turut menambah tingkat pengeluaran

masyarakat Jatim. Peningkatan konsumsi rumah tangga terutama terjadi pada komoditas

perlengkapan rumah tangga, suku cadang, peralatan & komunikasi serta barang budaya dan

rekreasi yang ditunjukkan oleh indeks omset riilnya (Grafik 1.1). Faktor tersebut mendorong

konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2% .

Grafik 1.5. Indeks Omset Riil –

Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih tinggi dari angka

pertumbuhan di sepanjang tahun 2013, lihat grafik 1.6. Kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat

Ini (IKE) turut mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin dari meningkatnya

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode laporan. Meningkatnya angka IKE pada periode

laporan disebabkan kenaikan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama,

sedangkan 2 (dua) indikator lainnya yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ketersediaan

Lapangan Kerja relatif tumbuh terbatas.

Namun demikian, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama (grafik 1.7)

diperkirakan akan semakin tertahan mengingat terbatasnya penyaluran kredit konsumsi

perbankan sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit tersebutdi Jawa

Timur. Perlambatan pertumbuhan ini telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit

konsumsi untuk rumah tinggal dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat di kisaran -

1% s.d -6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2013, lihat grafik 1.10., meskipun terdapat

potensi shifting belanja masyarakat dari kendaraan roda dua ke jenis kendaraan Low Cost

Green Car (LCGC), namun pertumbuhan relatif terbatas mengingat adanya tren kenaikan suku

0%

10%

20%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Listrik Rumah Tangga gKonsumsi Listrik Rumah Tangga (rhs) (%,yoy)(Kwh)

4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

bunga kredit konsumsi dan tertahannya laju kredit konsumsi oleh kebijakan loan to value (LTV)

di tahun 2013.

Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

(IKE) – Survei Konsumen

Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi

Grafik 1.9.Komposisi Kredit Konsumsi

(Rumah & Mobil) Grafik 1.10.Penyaluran Kredit Konsumsi

(Rumah & Mobil)

Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, tumbuhnya konsumsi rumah tangga

turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan

meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) (lihat grafik 1.11). Kenaikan indeks ini lebih

dominan didorong oleh meningkatnya preferensi masyarakat untuk melakukan pembelian

barang tahan lama sejenis kendaraan dan elektronik dibandingkan dengan persepsi

masyarakat atas tingkat penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. Masih tingginya

tantangan sektor riil di tengah risiko kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), ketidakpastian arah

ekonomi global serta penyesuaian respon atas UU M inerba menjadi beberapa hal yang

dikhawatirkan kelompok masyarakat rumah tangga periode laporan.

Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen

yang keseluruhannya terindikasi melambat sebagai akibat dari menurunnya keyakinan

konsumen akan kondisi ekonomi Indonesia, ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi

penghasilan dalam 6 (enam) bulan mendatang, lihat grafik 1.12.Namun demikian, keseluruhan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama

INDEKS

0

5,000,000,000,000

10,000,000,000,000

15,000,000,000,000

20,000,000,000,000

25,000,000,000,000

30,000,000,000,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Mobil Rmh s.d. Tipe 21

Rmh Tipe 22 s.d. 70 Rmh Tipe Diatas 70

Sepeda Motor

(Rp Juta)

-60.0

-40.0

-20.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

gRmh s.d. Tipe 21 gRmh Tipe 22 s.d. 70

gMobil (rhs) gRmh Tipe > 70 (rhs)

gSepeda Motor (rhs) (%, yoy)(%, yoy)

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

-

10,000,000.00

20,000,000.00

30,000,000.00

40,000,000.00

50,000,000.00

60,000,000.00

70,000,000.00

80,000,000.00

90,000,000.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Konsumsi gKonsumsi-Skala KananJuta Rp %, qtq

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

nilai indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung optimis karena

nilai saldo bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis lebih besar

dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis.

Grafik 1.11. Survei Konsumen – Kondisi Saat

Ini

Grafik 1.12. Survei Konsumen – Ekspektasi

Masyarakat

Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber

pembiayaan konsumsi masyarakat cenderung stabil, berbeda dengan pola umumnya (tumbuh

meningkat), lihat grafik 1.14. Tertahannya pertumbuhan variabel ini diduga sebagai akibat dari

terbatasnya ruang pembiayaan perbankan sehingga masyarakat cenderung memanfaatkan

dana simpanannya sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi. Namun demikian, angka

pertumbuhan ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi di tahun 2010 dan 2011. Selanjutnya,

trackingatas perkembangan kinerja impor barang konsumsi masyarakat Jatim terindikasi adanya

perlambatan kebutuhan konsumsi barang impor, yang diharapkan dapat diisi dengan produk

dalam negeri, seiring semakin tumbuhnya industri dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi

dengan produk impor sejenis.

Grafik 1.13.Impor Barang Konsumsi

Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama

INDEKS

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Impor Brg. Konsumsi

g_Impor Brg. Konsumsi (rhs)

(USD) (% , yoy)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.

Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.Ketersediaan lapangan kerja 6 bl yad

INDEKS

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

gDPK Perorangan gGiro Perorangan (rhs)

gTab Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)%yoy %yoy

6

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

b. Investasi

Kinerja investasi di triwulan I 2014 tumbuh lebih rendah (7,5% - yoy) dibandingkan

dengan triwulan IV 2013 (7,7% ). Perlambatan investasi terutama dari Penanaman Modal

Asing (PMA) yang tercatat menurun dari USD 1368,7 Juta menjadi USD 339,6 Juta atau

sebesar -75,2% (yoy), lihat grafik 1.15. Sementara investasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) cenderung meningkat dari Rp. 6,5 Triliun menjadi Rp. 7,7 Triliun sebesar 18,1%

(Grafik 1.15 dan Grafik 1.16). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan Upah M inimum

Kota (UMK) di awal tahun 2014 memberikan sentimen negatif terhadap minat investor asing

maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jawa Timur. Faktor perlambatan investasi juga

diinformasikan pelaku usaha dari kegiatan liaison yang lebih memilih untuk melakukan wait

and see terhadap hasil Pilpres 2014.

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Grafik 1.15. Nilai Proyek PMA

Grafik 1.16. Nilai Proyek PMDN

Grafik 1.17.Jumlah Proyek PMA Grafik 1.18.Jumlah Proyek PMDN

Pelemahan investasi di Jawa Timur pada triwulan I 2014 juga terindakasidari

penyaluran kredit investasi yang tumbuh menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (grafik 1.20).Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, berdasarkan hasil

liaison, pelaku usaha masih mengambil sikap wait and see dengan meminimalisasi investasi.

-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

3500%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai Proyek PMAgNilai Proyek PMA (%, yoy)

(USDJuta) (%, yoy)

-100%

0%

100%

200%

300%

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Proyek PMAgJumlah Proyek PMA (%, yoy)

-100%

0%

100%

200%

300%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah Proyek PMDNgJumlah Proyek PMDN (%, yoy)(Jumlah) (%, yoy)

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Nilai Proyek PMDN

gNilai Proyek PMDN (%, yoy)(Rp Milyar) (%, yoy)

7

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah maintenance mesin

yang dilakukan secara reguler ataupun peremajaan mesin lama tanpa menambah kapasitas

produksi. Mesin yang dibeli sebagian besar lebih mengarah pada otomasi produk, sehingga

kebutuhan tenaga kerja dapat diminimalkan. Hal ini turut dikonfirmasikan oleh indikator

kinerja impor barang modal yang mengalami perlambatan pertumbuhan dari 7,23% (yoy)

menjadi -13,07% (yoy), lihat grafik 1.21.

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.19. Kinerja PMTB (Investasi Sektor

Riil)

Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi

Grafik 1.21. Impor Barang M odal Grafik 1.22. Realisasi Pend. & Belanja Tw. I

2014

Mayoritas responden kegiatan liaison mengindikasikan kecenderungannya untuk

menahan investasi usahanya terkait belum pastinya Presiden terpilih termasuk arah

kebijakan pemerintah 5 (lima) tahun mendatang. Hal ini tercermin dari rendahnya rencana

dan realisasi investasi sektor riil pada triwulan I 2014 (lihat grafik 1.23). Di sisi lain,

pembangunan Teluk Lamong telah rampung dan diharapkan akan dapat segera

dioperasikan pada triwulan II 2014, saat ini juga sedang dijajagi pembangunan pelabuhan

baru untuk curah dan tongkang di Gresik menyatu dengan kawasan industri baru seluas

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Pembentukan Modal Tetap Bruto

gPMTB (rhs)

(Rp

Triliun)

(%, yoy)

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Impor Brg. Modal

g_Impor Brg. Modal (rhs)

(USD) (% , yoy)

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV

2011 2012 2013 2014

Mesin Kendaraan (u/ Industri)Alat Rakit Mobil Pribadi gMesin (rhs)

(USD) (%, yoy)

-2024681012141618

0

20000000

40000000

60000000

80000000

100000000

120000000

140000000

160000000

180000000

200000000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Modal Kerja Investasi Konsumsi

gModal Kerja (Skala Kanan) gInvestasi (Skala Kanan) gKonsumsi (Skala Kanan)

Juta Rp %, qtq

8

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

2.000 hektar. Berdasarkan sektor usaha, industri pengangkutan dan komunikasi terus

melakukan investasi untuk meningkatkan efektifitas dan kapasitasnya guna mendukung

permintaan yang masih cukup stabil di mana sektor lainnya sudah mulai melambat.

Indikator lainnya mengindikasikan hal yang sama, yaitu pada tingkat pertumbuhan

penjualan semen yang tumbuh terbatas (grafik 1.24). Meskipun kebijakan tarif impor

mesin sebesar 0% telah dihapuskan, namun kinerja kelompok impor barang modal masih

tumbuh melambat. Perlambatan ini disebabkan menurunnya impor alat rakit untuk industri

mobil (kendaraan pribadi), sedangkan tingkat impor mesin produksi tumbuh meningkat.

Pesta demokrasi di tahun 2014 menjadi faktor utama penyebab terbatasnya ekspansi sektor

industri pengolahan. Sebagaimana turut dikonfirmasi dari hasil kegiatan liaison (KPwBI

Wilayah IV) bahwa ekspansi investasi cenderung meningkat pada kelompok non fisik

berupa pembelian mesin baik yang bertujuan sebagai pengganti maupun peningkatan

kapasitas produksi.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Grafik 1.23. Rencana &RealisasiInvestasi

Grafik 1.24. Konsumsi Semen

Grafik 1.25.Impor Barang Modal Grafik 1.26.Komposisi Impor Barang Modal

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Investasi Perk Rencana Investasi

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

700,000,000

800,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Impor Brg. Modal

g_Impor Brg. Modal (rhs)

(USD) (% , yoy)

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

-

100,000,000

200,000,000

300,000,000

400,000,000

500,000,000

600,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Mesin Kendaraan (u/ Industri)Alat Rakit Mobil Pribadi gMesin (rhs)

(USD) (%, yoy)

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2013

Penjualan Semen g_Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)

(%, yoy)(ribu sak)

9

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

c. Ekspor Impor

Kinerja ekspor impor Jatim diindikasi mengalami surplus akibat membaiknya kinerja

ekspor dalam negeri, sedangkan impor cenderung tumbuh stabil. Kondisi ini disebabkan

meningkatnya transaksi ekspor Jatim, sedangkan impor tumbuh stabil di kisaran 6% s.d 7%

(yoy), lihat grafik 1.27. Tercatat, angka pertumbuhan ekspor Jatim mengalami peningkatan

dari 5,25% (yoy) menjadi 9,23% . Perbaikan ini mengkonfirmasi optimisme pelaku usaha

sektor perdagangan di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi Kawasan Indonesia Timur

yang menjadi daerah mitra dagang utama pemasaran produk Jatim. Masih tingginya tingkat

konsumsi masyarakat KTI turut mendorong peningkatan kinerja ekspor dalam negeri,

khususnya komoditas makanan minuman dan alas kaki.Di sisi lain, perbaikan ekonomi negara

maju turut mendorong kinerja ekspor luar negeri Jatim, khususnya ke kawasan Eropa,

Amerika dan Jepang (lihat grafik 1.28).

Sumber : BPS Jatim

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.27. Kinerja Ekspor Impor Jatim

Grafik 1.28. Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa

c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah

Net ekspor perdagangan antar daerah di w ilayah Jatim pada triwulan I 2014

mengalami peningkatan. Tercatat ekspor antar daerah Jatim meningkat dari 5,73% (yoy)

menjadi 17,35% , sedangkan impor terjaga stabil di kisaran 8% s.d 10% (yoy), lihat grafik

1.29. Meningkatnya performa ekspor perdagangan antar daerah Jatim terutama didorong

masih tingginya tingkat konsumsi masyarakat di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan

didukung oleh posisi Jawa Timur sebagai hub antara w ilayah Indonesia Bagian Barat dengan

Indonesia Bagian Timur. Net ekspor perdagangan antar daerah pada triwulan ini diperkirakan

tumbuh sebesar 14,35% , relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mencapai 26,2% . Hal ini terindikasi dari lebih rendahnya jumlah volume barang yang

dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak, lihat grafik 1.30.

-5

0

5

10

15

20

25

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor LN Net Ekspor Antar Daerah gEkspor Antar Daerah (rhs)

gImpor Antar Daerah (rhs) gEkspor Luar Negeri (rhs) gImpor Luar Negeri (rhs)(Juta USD) (% , yoy)

10

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Tingginya permintaan barang dari KTI, masih didominasi oleh hasil panen pangan

terutama komoditas beras dan hortikultura serta komoditas hasil industri makanan dan

minuman serta industri tekstil. Dengan telah diselesaikannya pembangunan Pelabuhan Teluk

Lamong di Manyar, Gresik diharapkan semakin mendorong aktivitas perdagangan Jatim

dengan w ilayah KTI di masa mendatang.

Grafik 1.29. Kinerja Perdagangan LN & DN Grafik 1.30.Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)

c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri

Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali menyentuh angka surplus, meskipun

masih lebih rendah dibandingkan tingkat surplus pada triwulan I 2013. Perbaikan ekonomi

negara maju yang menjadi mitra dagang utama turut mendorong peningkatan transaksi

ekspor Jatim.

Adanya pelemahan nilai tukar yang cukup besar, turut mempengaruhi kinerja sektor

riil dikarenakan saat ini banyak perusahaan telah melakukan investasi alat yang pembeliannya

harus menggunakan dolar. Mayoritas reponden menyatakan bahwa stabilitas nilai rupiah

yang diperlukan untuk menjaga iklim usaha khususnya daya saing produk menjelang

pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di awal tahun 2015.Di sisi lain, beberapa

perusahaan diuntungkan dengan pelemahan nilai rupiah terutama perusahaan dengan bahan

baku kayu, hasil laut dan hasil perkebunan yang diproduksi dalam negeri dan ditujukan untuk

pasar ekspor.

c. 2.1. Ekspor Luar Negeri

Perlambatan kinerja ekspor luar negeri Jatim menjadi -0,21% (yoy) pada triwulan ini

dipicu menurunnya volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba) dan indikasi

terjadinya perlambatan permintaan di kawasan Asia (China & ASEAN), lihat grafik 1.31.

Namun, upaya diversifikasi negara tujuan mulai membuahkan hasil dengan meningkatnya

permintaan ke Afrika dan Timur Tengah. Perlambatan ekspor diikuti dengan impor yang

0

5

10

15

20

25

-1

0

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor Antar Daerah gEkspor Antar Daerah (rhs)

gImpor Antar Daerah (rhs)(Juta USD) (% , yoy)

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Vol Barangg Jml Barang (rhs)

(Ribu Ton) (% yoy)

11

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

menurun, sehingga neraca perdagangan Jabagtim surplus sebesar 438 juta USD (Grafik

1.32).

Grafik 1.31. Kinerja Perdagangan LN & DN Grafik 1.32. Neraca Perdagangan Ekspor LN

Grafik 1.33. Negara Utama Tujuan Ekspor Grafik 1.34. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)

c. 2.2.ImporLuar Negeri

Kinerja impor di Triwulan I 2014 menunjukkan penurunan, sebagaimana ditunjukkan

dengan net ekspor yang semakin tinggi (Grafik 1.35). Impor Jatim yang sebagian besar

didominasi oleh barang modal menunjukkan tingginya sektor usaha di Jawa Timur dalam

melakukan ekspansi skala usahanya. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, impor Jatim di awal

tahun 2014 didominasi oleh komoditas mesin industri (14,8% dari total impor), iron and steel

(9,53% ) dan plastics (7,14% ).

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor LN gEkspor Luar Negeri (rhs) gImpor Luar Negeri (rhs)(Juta USD) (% , yoy)

20.46 325.17

327.67 468.61

975.25729.10

780.11 636.07

471.22544.26

389.90

326.71

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

MEE RRC Japan ASEAN USA South Africa(Juta USD)

12

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Sumber : BPS Jatim

Grafik 1.35. Kinerja Ekspor Impor LN

Grafik 1.36. Komposisi Impor LN

1.1.2. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I 2014 masih

didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor

Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap

PDRB Jawa Timur triwulan I 2014 sebesar 32,51% (PHR), 24,33% (Industri Pengolahan) dan

15,26% (Pertanian). Kontribusi sektor Pertanian pada triwulan ini relatif meningkat

dibandingkan dengan triwulan IV 2013, sementara kedua sektor lainnya memiliki kontribusi

yang menurun. Ketiga sektor utama tersebut menyumbang 72,09% terhadap PDRB Jawa

Timur, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 70,13% .

Perkembangan positif pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mulai terlihat di triwulan I

2014 seiring dengan semakin ekspansifnya sektor ekonomi. Sebagian besar, sektor ekonomi di

Jawa Timur mengalami peningkatan kinerja, terutama sektor Jasa-Jasa yang tumbuh sebesar

8,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,98% (yoy).

Pada triwulan ini, sub sektor Jasa Pemerintah Umum dan Jasa Swasta, khususnya Jasa Sosial

Kemasyarakatan dan Jasa Hiburan/ Kebudayaan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan

karena adanya momen kampanye Pemilu 2014 yang mendongkrak belanja Pemerintah di

bidang sosial. Selain itu, maraknya panggung hiburan masyarakat yang diprogramkan oleh

sebagian besar partai polit ik juga turut berkontribusi pada peningkatan tersebut. Sementara itu,

sektor yang mengalami perlambatan adalah Perdagangan Hotel dan Restoran serta sektor

Pengangkutan dan Komunikasi.

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Net Ekspor LN gEkspor Luar Negeri (rhs) gImpor Luar Negeri (rhs)(Juta USD) (% , yoy)

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

1,000,000,000

2,000,000,000

3,000,000,000

4,000,000,000

5,000,000,000

6,000,000,000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Impor Brg. Modal Impor Brg. Bhn Baku

Impor Brg. Konsumsi g_Impor Brg. Modal (rhs)

g_Impor Brg. Bhn Baku (rhs) g_Impor Brg. Konsumsi (rhs)

(USD) (% , yoy)

13

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (% , yoy)

Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan

bahwa kinerja dunia usaha di Jawa Timur pada triwulan I 2014 b ila dibandingkan dengan

triwulan I-2013menunjukkan pertumbuhan yang positif, menguat 1,78 poin, terutama

Grafik 1.37

Pertumbuhan Tiga Sektor Utama

Grafik 1.38

Pertumbuhan Sektor Pendukung

Grafik 1.39

Pertumbuhan Sektor Pendukung

Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah

Sumber: BPS Jatim, diolah

2014

I II III IV I II III IV I II III IV I

1. PERTANIAN 2.82 3.35 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.42 1.42 1.92 1.65 1.76

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.34 5.44 4.55 4.85 5.13 2.01 1.37 1.24 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.66 6.08 5.60 5.96 6.23 5.74 7.21 6.17 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.22 7.05 5.17 5.65 7.07 6.69 5.25 5.90 5.61 4.60 4.63 4.16 4.94

5. BANGUNAN 7.42 10.98 8.90 8.99 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.60 9.47 10.44 9.69 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12.37 12.14 11.61 9.85 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.21 8.50 8.17 7.87 7.76 8.52 8.18 7.20 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67

9. JASA-JASA 3.89 4.48 5.96 5.82 5.18 4.94 4.63 5.50 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7.17 7.29 7.29 7.11 7.27 7.30 7.42 7.10 6.57 6.90 6.51 6.21 6.40

LAPANGAN USAHA201320122011

an Per

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran

%, yoy

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Listrik, Gas, Air Bersih Pertambangan & Penggalian Bangunan

%, yoy

Sumber: BPS Jatim, diolah

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Jasa-Jasa

Pengangkutan & Komunikasi

Keu, Persewaan & Jasa Perush.

%, yoy

14

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 1.40

Utilisasi Kapasitas Produksi

didorong oleh pertumbuhan kegiatan usaha di Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan.

Secara sektoral, indeks realisasi usaha pada triwulan I 2014 di sektor pertanian

cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya

musim panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) yang mulai terjadi pada triwulan

laporan. Ekspektasi pelaku usaha terhadap aktivitas ekonomi pada triwulan II 2014 diperkirakan

lebih optimis, diindikasikan dari indikator ekspektasi kegiatan usaha yang menguat cukup tinggi

sebesar 11,90 poin dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 26,01% .

a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)

Pada triwulan I 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya dari 7,72% (yoy) menjadi 6,79% (yoy). Penurunan kinerja

terjadi di subsektor perdagangan yang hanya mampu tumbuh sebesar 6,12% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,47% (yoy). Sementara subsektor

Grafik 1.42

Indeks Realisasi Usaha

Grafik 1.43

Indeks Realisasi Usaha Sektoral

Grafik 1.41

Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral

-4.00

1.00

6.00

11.00

16.00

21.00

26.00

31.00

36.00

41.00

68

70

72

74

76

78

80

82

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

% SBT

Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) Perkembangan Kegiatan Usaha-Skala Kanan

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik Gas Air Bersih% SBT

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2011 2012 2013 2014

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

-27.23

7.05

22.1

-0.45

-18.91

11.35

22.32

25.86

-1.85

21.623.29

4.15

1.1

19.5518.54

6.47

-1.46

20.88

11.6

15.81

6.43

26.35

8.49

35.87

12.65

31.82

16.30

12.71

2.60

37.72

9.0311.97

4.38

26.01

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Realisasi UsahaSBT (%)

15

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

hotel dan restoran tercatat mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 8,58%

(yoy) dan 9,95% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-

masing mencapai 8,26% (yoy) dan 8,94% (yoy).

Penurunan kinerja subsektor perdagangan Jawa Timur di triwulan I 2014 disebabkan

karena perlambatan kinerja perdagangan luar negeri. Masih berlanjutnya tekanan

perekonomian mitra dagang, terutama China menjadi salah satu penyebab menurunnya net

export luar negeri Jawa Timur. Selain itu, adanya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

pelarangan ekspor mineral mentah juga turut berkontribusi pada perlambatan tersebut.

Sumber kinerja perdagangan Jawa Timur adalah perdagangan antar daerah, yang

ekspornya menyumbang 61,60% dari total ekspor Jawa Timur pada triwulan I 2014. Meskipun

tetap menjadi pendorong perdagangan, namun pada triwulan ini, perdagangan antar daerah

juga menunjukkan perlambatan dengan net export antar daerah yang hanya tumbuh mencapai

6,40% , lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 yang mencapai

7,17% . Perlambatan ini disebabkan karena rendahnya permintaan barang dan jasa, terutama

barang manufaktur dan bahan makanan dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) seiring dengan

melambatnya perekonomian di kawasan tersebut.

Subsektor hotel dan restoran cenderung meningkat, terutama disebabkan oleh mulai

tingginya intensitas kampanye partai polit ik yang dilakukan oleh Calon Legislatif dan Calon

Presiden serta simpatisannya di Provinsi Jawa Timur. Informasi dari hasil liaison KPw BI Wilayah

IV, peningkatan yang signifikan pada tingkat hunian kamar dialami oleh hotel-hotel bintang

empat ke bawah, sedangkan tingkat hunian hotel bintang lima cenderung menurun. Hal ini

dikonfirmasi dengan tingkat hunian hotel berbintang lima di Jawa Timur yang cenderung

menurun dan bergeser ke hotel berbintang empat ke bawah. Bahkan, di Kota Kediri,

peningkatan hunian hotel mencapai lebih dari 50% pada triwulan I 2014.

Grafik 1.44

Pertumbuhan Subsektor PHR

Grafik 1.45

TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman

Sumber: BPS Jatim , diolah

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Perdagangan H o t e l Restoran

%, yoy

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

TPK Hotel Berbintang Jatim

gJumlah Wisman Melalui Juanda

%

Sumber : BPS, diolah

16

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Peningkatan kinerja subsektor hotel dan restoran tersebut juga terkonfirmasi dengan

peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik bisnis di triwulan I 2014sebesar 7,13% . Ke depan,

kinerja sektor ini diperkirakan optimis seiring dengan semakin majunya kota tujuan w isata alam

seperti Malang, Banyuwangi dan Jember, pembangunan hotel dan restoran baru di Kota

Surabaya, serta Pemilu Presiden 2014.

b. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I 2014. Pada

triwulan ini, Industri Pengolahan tumbuh sebesar 6,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan IV 2013 dan triwulan I 2013 yang masing-masing mencapai 5,25% (yoy) dan

5,16% (yoy). Sumber utama pertumbuhan di sektor ini berasal dari sub sektor alat angkutan

mesin dan peralatannya yang tumbuh 14,97% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Selain itu, sub sektor logam dasar besi

dan baja juga menjadi pendorong pertumbuhan, meningkat signifikan sebesar 15,79% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,73% (yoy).

Mulai menguatnya nilai tukar Rupiah yang mencapai keseimbangan baru di level Rp

11.431/USD dengan fluktuasi yang cenderung stabil turut berkontribusi pada stabilnya laba

hasil usaha sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi pasar luar negeri. Pada

triwulan ini, kinerja industri pengolahan yang meningkat diimbangi dengan impor bahan

baku dan bahan modal Jawa Timur yang menurun.

Peningkatan kinerja sub sektor logam dasar besi dan baja serta alat angkut dan mesin

lainnya tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur di Jawa Timur yang ekspansif di

triwulan ini. Beberapa proyek infrastruktur, seperti jalur rel ganda Jakarta-Surabaya,

pembangunan sebuah smelter di Tuban dengan nilai investasi sebesar US$221 juta serta

Grafik 1.47

Konsumsi Listrik Golongan Bisnis

Grafik 1.46

Lama Wisatawan M enginap di Hotel

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Asing Indonesia Total

H

A

R

I

Sumber : BPS Jatim (diolah)

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

80

130

180

230

280

330

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan

Sumber : PLN (diolah)

Kwh%

17

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

persiapan pembangunan sebuah smelter di Situbondo dengan investasi sebesar

US$300jutaturut meningkatkan permintaan terhadap bahan baku material dan logam dasar.

Pertumbuhan Industri Pengolahan juga searah dengan informasi dari rilis

pertumbuhan produksi industri manufaktur BPS Jawa Timur. Pertumbuhan produksi industri

manufaktur besar dan sedang di Jawa Timur pada triwulan I 2014 mencapai 11,23%

(yoy),lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan

sedang nasional yang hanya mencapai 3,76% (yoy). Sektor industri manufaktur dan sedang

yang tumbuh tinggi adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (25,57% ), serta industri

makanan (16,88% ). Sementara itu, pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa

Timur lebih rendah dibanding nasional, yaitu sebesar 3,74% (yoy), sedangkan nasional

mencapai 4,41% (yoy). Oleh karena itu, perkembangan industri mikro dan kecil di Jawa Timur

perlu mendapat perhatian khusus, terutama terkait permodalan.

Industri Pengolahan Jawa Timur juga semakin tertantang dengan beberapa faktor

risiko yang perlu dicermati, seperti kenaikan UMK serta tarif tenaga listrik. Respon pelaku

usaha pasca diberlakukannya UMK 2014, terdapat beberapa perusahaan yang merelokasi

usahanya. Beberapa perusahaan padat karya, seperti sebuah pabrik benang di Surabaya telah

merelokasi pabrik ke Kabupaten Nganjuk karena upah tenaga kerjanya yang lebih rendah

dibandingkan di Surabaya. Sementara itu, beberapa perusahaan lainnya masih berencana

merelokasi pabriknya ke Jawa Timur bagian Barat (Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Ngawi)

hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, ekspektasi penggunaan tenaga kerja di bulan ini

masih cenderung rendah.

Di sisi lain, ekspor raw material di Jawa Timur masih cenderung tinggi. Berdasarkan

informasi liaison, ekspor bahan mentah kulit dari Jawa Timur relatif meningkat dengan pasar

utama adalah China. Sementara itu, industri sandang dan alas kaki di Jawa Timur justru

mengimpor bahan kulit dari India dengan kualitas yang lebih rendah untuk memenuhi bahan

baku industrinya. Rendahnya nilai tambah industri di Jawa Timur di tengah tingginya konten

impor merupakan permasalahan yang berpotensi terus terjadi selama upaya subtitusi impor

dan peraturan pelarangan ekspor bahan mentah Sumber Daya Alam (tidak hanya energi)

tidak diperhatikan. Oleh karena itu, adanya forum Asisten Daerah se-Indonesia pada bulan

Maret 2014 di Jawa Timur diharapkan mampu mengatasi permasalahan subtitusi impor serta

menyinergikan perdagangan antar daerah.

18

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Di sisi lain, peningkatan Tarif TenagaListrik (TTL) di 2014 untuk industri menengah

dengan daya > 200 kVa dan 30.000 kVa ke atas masing-masing sebesar 38,9% dan 64,7%

turut menahan ekspansi sektor ini. Beban tarif listrik tersebut secara signifikan turut

menambah biaya produksi industri menengah di Jawa Timur hingga 48% -50% dari total

biaya produksi. Konsumsi listrik industri di Jawa Timur menunjukkan perlambatan sejak dua

triwulan terakhir. Hal ini juga merupakan salah satu upaya antisipasi industri dalam

melakukan efisiensi sumber daya guna menekan biaya produksi. Selain itu, peningkatan iuran

Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang harus ditanggung perusahaan juga semakin tinggi dan

akan menekan kinerja sektor industri pengolahan. Namun, dengan masih kuatnya permintaan

dan momen Pemilu 2014, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan dapat terjaga.

c. Pertanian

Kinerja sektor Pertanian mengalami peningkatan pada triwulan I 2014. Sektor ini

tumbuh sebesar 1,76% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV 2013 dan triwulan I 2013 yang

Grafik 1.50

Konsumsi Listrik Golongan Industri

Grafik 1.48

Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.49

Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang M odal

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Industri Pengolahan Mamin dan Tembakau

Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan

Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian bukan Logam

Logam dasar besi dan baja

%, yoy

Sumber: BPS Jatim , diolah

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

80

180

280

380

480

580

680

780

880

980

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan

Sumber : PLN (diolah)

Kwh%

19

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

masing-masing mencapai 1,655 (yoy) dan 1,42% (yoy). Pertumbuhan positif terjadi di seluruh

sub sektor, terutama sub sektor tanaman bahan makanan yang tumbuh 1,75% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013 sebesar 0,23% (yoy) serta sub sektor

tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 0,09% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pertanian

pada triwulan ini disebabkan karena memasukinya musim panen padi serta relatif

berkurangnya curah hujan di sentra utama.

Dampak lanjutan erupsi Gunung Kelud yang terjadi di bulan Januari 2014

mempengaruhi kinerja sub sektor perkebunan khususnya di Kabupaten Kediri. Lahan

perkebunan yang mengalami kerusakan mencapai 1.100 ha berlokasi di Kecamatan Ngancar,

Kepung dan Puncu Kabupaten Kediri yang terdiri dari komoditas kopi, kakao, dan cengkeh

dengan nilai kerugian sebesar Rp12,4 miliyar dengan rincian sebagai berikut :

Kerusakan tersebut berpotensi mengganggu tingkat produksi industri terkait. Di sentra

produksi lain (Kab. Jember dan Banyuwangi), sektor perkebunan yang ditopang oleh produksi

komoditas tembakau, kopi dan tebu belum mengalami kenaikan dibandingkan bulan lalu.

Berdasarkan liaison ke perusahaan perkebunan, penurunan diperkirakan sekitar 5% karena

pengaruh curah hujan yang kurang mendukung dalam proses penjemuran tembakau, dan

tanam tembakau serta musim tanam tebu.

Pada triwulan II 2014 diperkirakan sektor ini mengalami peningkatan seiring dengan

semakin tingginya volume panen di beberapa w ilayah. Risiko yang perlu diwaspadai, dimulainya

musim kemarau di awal bulan Mei diperkirakan menurunkan produksi padi, namun produksi

tanaman palaw ija, khususnya kedelai dan jagung serta tembakau diperkirakan meningkat.

Selain itu, potensi terjadinya El Nino berintensitas lemah ada triwulan IV 2014 diperkirakan

menurunkan produksi padi sebesar 1,10% . Namun demikian, dampak terjadinya El Nino relatif

terbatas pada sektor pertanian secara keseluruhan seiring dengan adanya shifting tanam

komoditas padi ke kedelai dan jagung serta tembakau untuk mengantisipasi musim kemarau

tersebut.

KomoditasLahan Terdampak

(ha)Lahan Puso (ha)

Estimasi Kerugian

(M)

Kopi 333 169 3,7

Kakao 288 54 3,3

Cengkeh 479 103 5,4

Tebu 24 24

Tabel 1.3

Dampak Erupsi Kelud pada Tanaman Perkebunan di Kab. Kediri

20

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 1.52

Luas Lahan Tanam dan Panen Padi

Grafik 1.53

Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur

Grafik 1.54

Luas Lahan Puso di Jawa Timur

d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa

Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan di

triwulan I 2014. Pada triwulan ini, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh

positif sebesar 7,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

Sumber: BPS Jatim , diolah

Grafik 1.51

Pertumbuhan Subsektor Pertanian

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Kehutanan-Skala Kanan Tabama

Tanaman Perkebunan Peternakan

Perikanan

%, yoy

(100)

(50)

-

50

100

150

-

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)

gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)

Ha

%

(100)

(50)

-

50

100

150

200

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)

gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)

%

Ha

(2,000)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)

gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)

Ha

%

21

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

mencapai 6,70% (yoy). Sumber utama pertumbuhan sektor ini adalah sub sektor jasa

perusahaan yang meningkat signifikan dari 3,27% (yoy) menjadi 7,50% (yoy) pada triwulan ini.

Sementara itu, sub sektor bank cenderung stabil, tumbuh di angka 9,53% (yoy). Di sisi lain, sub

sektor lembaga keuangan bukan bank sedikit melambat dengan pertumbuhan sebesar 8,75%

(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,96% (yoy).

Membaiknya kinerja sub sektor jasa perusahaan terutama disebabkan karena Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) pada triwulan I 2014 menunjukkan posisi konsolidasi dan

cenderung menguat hingga level 4.878,64. Penguatan tersebut merupakan dampak dari

sentimen positif, seperti penguatan fundamental makroekonomi Indonesia dan Jawa Timur

yang mendorong banyaknya aliran dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia.

Sementara itu, kinerja sub sektor lembaga keuangan bukan bank cenderung melambat,

terutama didorong oleh kinerja asuransi yang kontraktif pada triwulan I 2014. Masyarakat

masih melakukan wait and see untuk melihat perkembangan peta politik pasca Pemilu

Legislatif.

Penyaluran kredit sektor perbankan cenderung menurun di triwulan I 2014. Kredit

berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank masih relatif t inggi, meskipun melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, kredit lokasi proyek mencapai Rp

344,8 triliun, tumbuh sebesar 21,8% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 24,6% (yoy). Begitu pula dengan kredit berdasarkan lokasi bank yang tumbuh

24,1% (yoy) atau Rp 304,4 triliun, melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 26,4% (yoy). Perlambatan jumlah kredit ini merupakan respon atas peningkatan suku

bunga kredit yang meningkat secara gradual sejak bulan September tahun 2013 hingga bulan

Grafik 1.56

Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim

Grafik 1.55

Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank

Sewa Bangunan Jasa Perusahaan

%, yoy

Sumber: BPS Jatim , diolah

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

300.0

350.0

400.0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2012 2013 2014

Kredit LB Kredit LP

gKredit LB-Skala Kanan gKredit LP-Skala Kanan

%, yoyTriliun Rp

22

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Maret 2014 dan berada di tit ik 12,01% pada triwulan ini. Peningkatan suku bunga kredit

tersebut dinilai merupakan dampak dari ketatnya dana pihak ketiga seiring denganpeningkatan

BI Rate dan mulai berada di level stabil 7,50% sejak November 2013 hingga kini.

e. Bangunan

Kinerja sektor bangunan di triwulan I 2014 mengalami peningkatan. Pada triwulan ini,

sektor bangunan mampu tumbuh sebesar 9,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencapai 8,99% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi

peningkatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semendi Jawa Timur yang

tumbuh sebesar 8,84% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai

7,99% (yoy). Tingginya penjualan semen tersebut menunjukkan semakinbanyaknya proyek

pembangunan yang dilaksanakan di Jawa Timur.

Sumber peningkatan kinerja sektor bangunan di triwulan ini berasal dari tingginya

pembangunan proyek-proyek infrastruktur, antara lain pembangunan Teluk Lamong, Jalan Tol

Trans Jawa, smelter, serta jalur kereta api double track Jakarta-Surabaya. Selain itu,

pembangunan perumahan residensial pun mengalami peningkatan, terutama rumah tipe

menengah yang meningkat sebesar 67% dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya

permintaan rumah disertai dengan mahalnya harga bahan baku material turut menyumbang

peningkatan harga rumah di Jawa Timur. Hal ini terkonfirmasi dari Survei Harga Properti

Residensial (SHPR) yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Properti Residensial meningkat

26,9% dari 285,3% menjadi 297,3% di triwulan I 2014.

Tingginya suku bunga KPR menjadi penghambat utama dalam pengembangan bisnis

properti residensial di Jawa Timur. Sementara itu, adanya pemberlakuan harga baru untuk

Rusunami (Rumah Susun Sederhana M ilik) dari yang semula ditetapkan Rp.6 juta/m 2 (bebas PPn

10% ) menjadi Rp.7,9 juta/m2 (tanpa pembebasan PPn 10% ) diharapkan meningkatkan insentif

bisnis untuk berekspansi di segmen perumahan ini, sehingga kinerja sektor bangunan turut

terdongkrak.

23

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 1.57

Volume Penjualan Semen di Jawa Timur

Grafik 1.58

Indeks Harga Properti Residensial

Grafik 1.59

Rata-Rata Penjualan Properti Residensial

f. Pengangkutan dan Komunikasi

Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I 2014 mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 10,06%

(yoy) menjadi 9,50% (yoy). Sumber perlambatan berasal dari sub sektor komunikasi seiring

dengan pola tahunan yang kembali ke tit ik normalnya setelah relatif t inggi di triwulan III dan IV

2013.

Di sisi lain, angkutan udara juga mengalami perlambatan yang relatif signifikan. Pada

triwulan ini, angkutan udara hanya mampu tumbuh sebesar 9,69% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,32% (yoy) serta pertumbuhan

triwulan I 2013 yang mencapai 12,29% (yoy). Perlambatan ini dinilai merupakan dampak atas

rencana peningkatan airport tax di lima bandara di Indonesia yang berada di bawah koordinasi

Angkasa Pura 1, termasuk Bandara International Juanda. Penumpang bergeser dengan

41

25 23

21

35

27

13 12

14

10

25

21

31

25

34

1820

14

6 9 7 7 8 7 9

9 9 9

10

16

12 1312

11

4 2 3 4 3 2 3 3

5

5 5 5 6 6 6 6

5

16

8 9 8 10

10

7

7 9 8

12 11

16

1214

11 11

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I Tw II Tw

III

Tw

IV

Tw I

2010 2011 2012 2013 2014

KECIL MENENGAH

BESAR Grand Total

unit

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Penjualan Semen g_Penjualan Semen

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)

(%, yoy)(ribu sak)

266.9

293.7 295.3 285.3270.6

309 312.3297.3

0

50

100

150

200

250

300

350

Kecil Menengah Besar TOTAL

2013 Tw I 2013 Tw IV 2014 Tw I

Indeks

24

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 1.62

Penumpang Domestik di Bandara Juanda

Grafik 1.63

Penumpang Internasional di Bandara Juanda

Grafik 1.61

Arus Barang di Tanjung Perak

menggunakan transportasi darat, baik kereta api maupun bus serta kendaraan pribadi untuk

jarak perjalanan dekat-sedang.

Grafik 1.60

Arus Penumpang di Tanjung Perak

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-20

30

80

130

180

230

280

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)

Ribu Orang % yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Vol Barang g Jml Barang (rhs)

Ribu Ton % yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs)

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

% yoyRibu Orang

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Jml Penumpang Intl gPenumpang Intl (rhs)

Ribu Orang% yoy

Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)

25

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Boks 1

Kesiapan UMKM Jawa Timur dalam Menghadapi MEA 2015

Peranan UMKM dalam perekonomian Jatim tercatat semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Di tahun 2013 tercatat jumlahnya mengalami peningkatan dari 2 juta unit menjadi 6,8 juta.

Sumbangannya dalam perekonomian pun meningkat menjadi 54,5% atau senilai Rp. 648

Triliun. Saat krisis terjadi, terbukti sektor ini lebih memiliki daya tahan dibandingkan sektor

korporasi yang sudah terintegrasi dengan permasalahan ekonomi global.

Grafik 1.Kinerja dan Peran UMKM Jawa Timur Tabel 1.Proporsi UMKM Jatim

terhadap Ekonomi berdasarkan Skala Usaha

Dari 6,8 juta UMKM di tahun 2013, yang bergerak di sektor pertanian mencapai 60,25%

mencapai 4,1jt. Berdasarkan w ilayahnya, Kab. Jember memiliki jumlah UMKM terbanyak yaitu

424,1rb usaha (6,21% dari total). Diikuti oleh Kab. Malang sebanyak 414,5rb (6,07% ) dan

Banyuwangi sejumlah 296,7rb (4,35% ). Sektor utama yang diminati UMKM didominasi bidang

untradeable goods meliputi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), sektor Pengangkutan

dan Komunikasi serta sektor Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga.

Hasil Quick Survey Kesiapan UMKM Menghadapi MEA 2015

Guna menjawab tantangan dan peluang yang dihadapi UMKM Jatim menjelang pasar MEA

2015, dilakukan survei dengan jumlah responden sebanyak 200 orang yang tersebar pada

Kab/Kota di w ilayah kerja KPwBI Wil. IV. Responden dipilih berdasarkan proporsi UMKM tertingi

dari DATI II. Dengan target responden sektoral dipilih berdasarkan 3 (tiga) sektor utama Jatim,

50.5

51

51.5

52

52.5

53

53.5

54

54.5

2004 2008 2010 2011 2012

52.01

52.99

53.4

53.8

54,48 No Jenis Jumlah Prosentase

1

2

3

Usaha Mikro

Usaha Kecil

Usaha Menengah

6.533.694

261.827

30.410

95,72%

3,84%

0,46%

Total 6.825.931 100%

26

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

yaitu PHR, Industri dan Pertanian serta ditambah 2 (dua) sektor unggulan yaitu sektor

Transportasi & Komunikasi dan sektor Konstruksi.

Berdasarkan hasil survei tersebut diperoleh informasi bahwa UMKM Industri Jatim tidak siap

menghadapi MEA 2015, bahkan dari tingkat pengetahuan pun masih sangat minim

dibandingkan kelompok UMKM Jasa (lihat grafik 7). Perspektif keduanya pun berbeda dalam

menghadapi MEA mendatang, sebagaimana diinformasikan pada grafik 8 bahwa seluruh

responden kelompok UMKM Industri menganggap MEA sebagai ancaman karena

ketidaksiapan mereka untuk bersaing dengan industri sejenis. Beberapa faktor seperti t ingginya

biaya produksi dalam negeri, ketergantungan bahan baku impor serta masih sulitnya

permodalan khususnya karena tingginya tingkat suku bunga sehingga harus memanfaatkan

modal pribadi yang cenderung terbatas.

Jikalau kelompok UMKM Jasa memiliki perspektif bahwa MEA dapat menjadi peluang lebih

dikarenakan karena mereka lebih melek IT dan melakukan inovasi dalam usahanya.

Sebagaimana tercermin dari komposisi tenaga kerja yang digunakan lebih tersebar dari

SMK/SLTA s.d S1, berbeda dengan UMKM industri yang lebih dominan pada level pendidikan

SD s.d SLTP.

Grafik 2. Pengetahuan UMKM terkait

MEA 2015

Grafik 3. Peluang vs Ancaman MEA bagi

UMKM

8%

32%

10%

50%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

INDUSTRI JASA INDUSTRI JASA

MENGETAHUI TIDAK MENGETAHUI

0%

63%

17% 20%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

INDUSTRI JASA INDUSTRI JASA

PELUANG ANCAMAN

27

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 4. Pengetahuan UMKM terkait

MEA 2015

Grafik 5. Peluang vs Ancaman MEA bagi

UMKM

Grafik 11. Pemanfaatan Teknologi pada UMKM Jatim

Pembiayaan UMKM di Jatim

Di sisi lain, pembiayaan UMKM Jatim masih belum maksimal. Proporsi terbesar penyaluran

kredit UMKM didominasi pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang mencapai

Rp. 43,38 triliun atau sebesar 55,79% . Selanjutnya sektor Industri Pengolahan memperoleh

proporsi 13,01% dengan nominal sebesar Rp 10,14 triliun. Sektor pertanian memperoleh

proporsi lebih kecll dengan prosentase sebesar 6,59% dari total kredit (Rp 5,13 triliun). Padahal

sektor riil yang membutuhkan pembiayaan tertinggi adalah sektor Industri dan Pertanian.

Mungkin menjadi kewajaran ketika merujuk pada tingkat suku bunga kedua sektor ini yang

rendah dengan NPL yang relatif t inggi dibandingkan sektor unggulan lainnya. Oleh karena itu

dibutuhkan insentif khusus bagi perbankan agar dapat meningkatkan penyaluran kreditnya

pada kedua sektor produktif ini agar daya tahan ekonomi Jatim khususnya pada sektor UMKM

membaik di tengah ancaman globalisasi mendatang.

12%

14%

68%

6%

SD

SLTP

SLTA/SMK

S1/D3

TENAGA

KERJA

2%

25%

2%

2%65%

2% 2% Internet

Komputer

Komputerisasi

Manual & Komputer

Manual

Internet

Manual & Otorisasi

Komputer

18%

32%

4%

46%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

Industri Jasa Industri Jasa

Berinovasi Tidak Berinovasi

28

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 12. Proporsi Penyaluran Kredit per

Sektor

Grafik 13. Suku Bunga & NPL Kredit UMKM

Kesimpulan & Rekomendasi

Ketidaksiapan UMKM Industri Jatim dalam menghadapi MEA 2015 membutuhkan kebijakan

khusus di daerah. Faktor utama ketidaksiapan lebih disebabkan tidak efisiennya proses

operasional usaha sehingga mengakibatkan rendahnya daya saing produk UMKM Industri.

Insentif untuk mendorong standarisasi UMKM Industri Unggulan yang telah memiliki pangsa

pasar ekspor dan DN cukup tinggi dapat dilakukan secara terpisah, sedangkan untuk skala

mikro lebih diupayakan peningkatan efisiensinya agar dapat bersaing di pasar domest ik.

Percepatan proses transformasi UMKM dapat dilakukan bekerjasama dengan

perusahaan BUMN/BUMD yang memiliki daya saing tinggi sehingga semakin memperkuat

linkage produksi dari hulu ke hilir. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaitkan sektor

pertanian dan industri dalam prosesnya menuju agro industri.

7%1%

0%13% 0%

6%

56%

2%

4%

1%5% 0% 0% 1% 3%0% 0% 0% 1%

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKA

TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN

REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN

JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANG

BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

12.6%

14.4%

13.3%

12.1% 12.2%

4.0% 3.7%

6.0%

1.8% 2.0%

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00% Suku Bunga NPL

Industri PHR Pertanian Konstruksi Transportasi

29

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Boks 2

Dampak UU Minerba terhadap Ekonomi Jawa Timur

Implementasi UU No. 4 Tahun 2009 tentang M ineral dan Batubara dirasa tepat sasaran bagi

ekonomi Jatim, karena karakteristik neraca perdagangan logam hasil tambang Jatim cenderung

surplus sedangkan barang hasil industri logam malah defisit (lihat grafik 1).Tingginya

kebutuhan impor barang logam Jatim sebagai bahan baku industri mendorong peningkatan

kebutuhan impor komoditasbesi dan baja dari tahun ke tahun. Di sisi lain, terus tumbuhnya

industri kendaraan bermotor dalam negeri dan peningkatan realisasi proyek infrastruktur

pemerintah di Kawasan Timur Indonesia diduga turut mendorong perbaikan kinerja industri

logam besi & baja Jatim, sebagaimana tercermin dari grafik 2.

Rendahnya nilai ekspor logam hasil tambang tercermin dari komposisi ekspor komoditas ini

yang hanya mencapai 1% - 5% , jauh lebih rendah dibandingkan dengan komposisi ekspor

barang hasil industri logam di kisaran 5% s.d 23% , lihat grafik 2. Karena itu, penerapan UU

Minerba per Januari 2014 tidak berdampak signifikan pada neraca perdagangan luar negeri

Jatim. Di sisi lain, meningkatnya kebutuhan pengolahan besi & baja dalam negeri seiring

meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pemerintah di Kawasan Timur Indonesia diduga

turut mendorong perbaikan kinerja industri logam besi & baja Jatim, sebagaimana tercermin

dari grafik 1.

Grafik 1. Ekspor Tambang & Industri

Logam

Grafik 2. Pert. Industri Logam vs Ekonomi

Jatim

273 311

561

(1,091)

(1,583)

(952)

1%

5%

4%2%

2% 2%

23%

12%

5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

(2,000)

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

2012 2013 2014

Surplus Defisit Logam - Hasil Tambang Surplus Defisit Industri Logam

g Eksp. Logam Tambang g Imp. Logam Tambang

g Eksp. Industri Logam g Imp. Industri Logam

( Juta USD)( %, yoy)

( Juta USD)( %, yoy)

3.73

15.79

3.19

4.575.25

6.81

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

gEkonomi Jatim Industri Logam Besi & Baja

TAMBANG & GALI INDUSTRI

30

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 3. Neraca Perd. Tambang & Ind.

Logam

Grafik 4. Perkembangan Investasi Smelter di

Jatim

Perkembangan Pembangunan Smelter di Jatim

Berdasarkan informasi dari BPM Jatim, terdapat 10 (sepuluh) perusahaan yang telah

memperoleh izin prinsip untuk membangun Smelter. Dari kesepuluh perusahaan tersebut, 2

(dua) perusahaan sedang dalam proses pembangunan dengan total nilai investasi senilai Rp.

2,08 triliun di tahun 2014. Adapun sisanya masih dalam proses pengajuan ijin Analisis Dampak

Lingkungan (AMDAL), dengan total investasi mencapai Rp. 9 Triliun. Pemerintah daerah

mentargetkan jumlah pembangunan smelter mencapai 4 (empat) buah di sepanjang tahun

2014. Diharapkan perusahaan smelter tersebut dapat beroperasi di tahun 2017.

Analisis Dampak UU Minerba terhadap Ekonomi Jatim

Dengan menggunakan asumsi bahwa investasi Jatim turut meningkat pada triwulan I 2014

seiring telah dimulainya pembangunan pabrik smelter di Tuban dan Situbondo serta

melambatnya kinerja ekspor hasil tambang jenis logam, diperkirakan kebijakan UU Minerba

mempengaruhi ekonomi Jatim sebesar 0,17% s.d 0,22% (yoy) melalui jalur investasi atau

menjadi sebesar 6,84% s.d 6,89% (yoy). Namun, jika jadwal pembangunan smelter tidak

terpenuhi dan target penambahan 2 (dua) pabrik smelter belum dapat terpenuhi hingga akhir

tahun, maka ekonomi Jat im berpotensi mengalami perlambatan dari potensinya di angka

6,67% (yoy), mengingat dampaknya terhadap kinerja ekspor dapat menggerus angka

pertumbuhan ekonomi. Perlambatan ini mengakibatkan ekonomi Jatim hanya mampu tumbuh

di kisaran 6,45% s.d 6,51% (yoy) dari target optimalnya di angka 6,67% (yoy).

1%

5%5%

4%

23%

12%

9%

5%

0

485%

7%-19%

0-53%

-31% -47%-1

0

1

2

3

4

5

6

0%

5%

10%

15%

20%

25%

2011 2012 2013 2014

Industri Logam

Logam - Hasil Tambang

g Ekspor Logam (Tambang)- rhs

g Industri Logam - rhs

(%) (%, yoy)

10 Ijin Prinsip, 2 Proses Pembangunan

8 Proses AMDAL (th. 2015)

Investasi Rp. 9 T (3th)

Beroperasi th. 2017

31

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Selain potensi ekonominya, pembangunan pabrik smelter di Jat im tahun 2014 diharapkan

dapat mendorong penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi. Namun, patut diwaspadai

beberapa hal yang berpotensi timbul sebagai dampak negatif dari pembangunan smelter ini,

yaitu dampak ekonomi & sosial dari potensi polutan/limbah pabriknya serta ketidaksiapan

infrastruktur dan tenaga kerja bagian produksi (masyarakat setempat), sehingga kembali

menimbulkan disparitas ekonomi dengan masyarakat setempat. Adapun beberapa hal yang

berpotensi menghambat minat investor untuk membangun smelter di Jawa Timur yaitu :

1. Biaya tenaga listrik masih relatif mahal.

2. Tidak tersedianya tenaga kerja lokal yang siap pakai, sehingga tetap memperkerjakan

Warga Negara Asing (WNA) sehingga menyebabkan biaya produksi menjadi lebih mahal

dan mendorong disparitas pendapatan dengan masyarakat setempat .

3. Ketidaksiapan penanganan polutan/limbah pabrik.

4. Kemungkinan hambatan dari rumitnya pengurusan perijinan investasi dan ijin lingkungan

(AMDAL).

32

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Boks 3

Pengaruh Nilai Tukar terhadap Daya Saing Ekspor

Industri Pengolahan Jawa Timur

Kinerja perdagangan luar negeri Jatim mengalami perlambatan di tahun 2012 – 2013 sejak

terjadinya defisit neraca perdagangan yang semakin membesar. Selain permintaan negara

tujuan ekspor yang menurun juga faktor peningkatan biaya produksi turut mempengaruhi daya

saing ekspor. Berdasarkan komposisinya, produk ekspor Jatim masih didominasi kelompok

barang industri dibandingkan pertanian dan pertambangan.

Komposisi negara tujuan ekspor sedikit mengalami diversifikasi khususnya pada kelompok

negara berkembang, yang diperluas hingga ke Afrika dan Timur Tengah, dari sebelumnya

masih terkonsentrasi pada pasar Asia. Sedangkan Amerika dan Jepang masih menjadi negara

tujuan ekspor utama Jatim. Hingga akhir 2013, komoditas ekspor utama masih didominasi oleh

tembaga, bahan kimia organik, kertas, kayu dan lemak/minyak hewan. Tingginya impor bahan

baku dan mesin ke w ilayah Jatim untuk pasar Indonesia Timur dan Jatim sendiri turut mewarnai

komoditas impor utama dan negara asal impor barang, sebagaimana dapat dilihat pada grafik

4 dan 6.

Grafik 1. Kinerja Ekspor Impor Luar

Negeri

Grafik 2. Proporsi Sektoral Ekspor Impor Luar

Negeri

93.35% 92.36%

91.00%

6.43% 7.44% 9.00%

0.22%

0.21%

0.29%0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

2011 2012 2013

Industri Pertanian Pertambangan dan Lainnya

33

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 3. Komoditas Ekspor Utama Jatim

Grafik 4. Komoditas Impor Utama

Jatim

Daya saing ekspor Jatim

Dari 43 sektor produktif di Jatim, sebanyak 18 sektor merupakan sektor basis dengan kontribusi

mencapai 75,6% terhadap PDRB. Melalui grafik 5 dan 6 diperoleh irisan industri Jatim yang

masih unggul dibandingkan nasional yang terdiri dari Industri Kertas & Barang Cetakan dan

Industri Logam Dasar Besi & Baja. Sedangkan ekspor barang kimia dan kayu (furniture) yang

masih menjadi produk ekspor unggulan Jatim tergolong sektor non basis dengan pertumbuhan

masih di atas nasional.

Yang perlu dicermati justru kelompok ekspor makanan/minuman olahan yang dihasilkan dari

kelompok industri basis namun memiliki pertumbuhan di bawah nasional. Berdasarkan hasil

liaison dan diskusi dengan pelaku usaha, perlambatan ini disebabkan meningkatnya biaya

produksi sehingga semakin menggerus marjin usaha yang sudah menurun sejak pertengahan

tahun 2013.

Selain itu, beberapa industri Jatim masih memiliki ketergantungan impor yang tinggi

sebagaimana dapat dilihat pada grafik 6. Industri ini cenderung rentan pada volatilitas

pergerakan harga komoditas internasional dan lebih menghendaki stabilnya nilai tukar

dibandingkan dengan permasalahan depresiasi nilai tukar, mengingat selisihnya akan ditransfer

langsung pada harga jual ekspor.

16%

9%

7%

6%

5%

5%4%3%

3%2%

40%

Mesin-mesin/Pesawat mekanik

Besi dan baja

Plastik dan Barang dari plastik

Ampas/Sisa Industri Makanan

Mesin, peralatan listrik

Bahan kimia organik

Gandum-ganduman

Buah-buahan

Pupuk

Biji-bijian Berminyak

Komoditi Lainnya

16%

15%

7%

5%5%

4%3%3%

3%

1%

38%

Tembaga

Bahan Kimia Organik

Kertas / Karton

Kayu, Barang dari Kayu

Lemak & Minyak Hewan

Ikan dan Udang

Perabot, Penerangan Rumah

Alas Kaki

Mesin / Peralatan Listrik

Karet dan Barang dari Karet

Lainnya

34

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 5.Peta Sektor Komoditas Unggulan Jatim Grafik 6.Industri Jatim dengan

Ketergantungan Impor Tinggi

Kenaikan nilai tukar direspon negatif dengan menurunnya kinerja ekspor Jatim, khususnya kelompok

komoditas pertanian dan pertambangan. Namun kondisi yang berbeda terjadi pada kelompok

ekspor industri yang terus mengalami perbaikan kinerja di tahun 2014. Hal ini dikonfirmasi pelaku

usaha, bahwa depresiasi nilai tukar tidak mempengaruhi kinerja ekspor mereka, namun yang

dibutuhkan adalah terjaganya level nilai tukar. Komponen ini menjadi penting karena sebagian besar

ekspor industri Jatim masih bergantung pada barang impor, sehingga impor Jatim masih terus

meningkat pada saat terjadi depresiasi nilai tukar. Melalui salah satu diskusi bersama pelaku usaha

dan Pemda setempat diperoleh informasi bahwa permasalahan utama yang dihadapi sektor industri

pengolahan bukan berasal dari nilai tukar, namun pada :

1. Bahan baku industri sebagian besar masih diimpor dari luar negeri dan luar pulau.

2. Penurunan ekspor Jawa Timur dipengaruhi oleh peran dari industri tembaga.

3. Pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga (smelter) belum seluruhnya siap beroperasi.

4. Harga bahan baku dalam negeri untuk substitusi relatif masih cukup mahal dibanding dengan

impor.

5. Biaya logistik dalam negeri masih mahal.

6. Suku bunga bank masih tinggi.

35

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa depresiasi nilai tukar tidak berdampak pada

kinerja perdagangan Jatim, namun faktor melemahnya permintaan dunia dan peningkatan biaya

produksi dalam negeri justru berdampak signifikan pada daya saing produk industri Jatim. Bagi

kelompok industri barang ekspor yang memiliki ketergantungan impor tinggi, yang menjadi faktor

penentu utama selain faktor permintaan dunia juga terjaganya level nilai tukar. Adapun beberapa

rekomendasi yang menjadi poin penting bagi pelaku usaha adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan ekspor dapat dicapai dengan meningkatkan daya saing produk industri serta sektor

utama Jatim yaitu industri pertanian/perkebuna/perikanan dan furniture.

2. Subtitusi bahan baku dari sektor pertanian/perkebunan dan perikanan diharapkan dapat

ditingkatkan melalui penguatan lembaga-lembaga penelitian.

3. Penting untuk dapat menekan high cost economy mulai dari kerumitan perijinan, biaya proses

produksi meliputi biaya bahan baku, energi, transportasi, biaya tenaga kerja (UMR) serta biaya

pengiriman.

4. Mendukung kelancaran pasokan bahan baku, perbaikan infrastruktur dan penurunan

biaya logistik, khususnya ke Kawasan Timur Indonesia (KTI).

5. Besaran nilai tukar diharapkan pada level Rp. 10.000 – Rp. 11.000 dan stabil.

6. Penurunan suku bunga bank.

36

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

2 PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 KONDISI UMUM

Inflasi Jatim pada Tw I-2014 terkoreksi pada level 6,59% (yoy) turun dibandingkan

periode sebelumnya (7,59% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional (7,32% ).

Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH)

tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan)

Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Sumenep,

Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.

Masih sejalan dengan periode sebelumnya, inflasi kelompok administered price menjadi

penyumbang utama inflasi Jawa Timur (3,04% -yoy), disusul kemudian oleh kelompok core

inflation (2,49% ) dan volatile foods (1,06% ). Kenaikan tarif transportasi dan bahan bakar

rumah tangga (LPG 12 kg) yang terjadi di awal tahun 2014 berkontribusi bagi tingginya

inflasi kelompok administered price. Sedangkan kelompok volatile foods mulai kembali

kepada pola wajarnya yang berada di kisaran 3% - 8% sebagai dampak telah dimulainya

musim panen pada akhir Tw I-2014 dan tidak adanya permasalahan pada komoditas

hortikultura seperti tahun 2013.

Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.4. Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy)

Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur

37

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Secara historis, inflasi Jawa Timur sejalan dengan inflasi nasional dan relatif lebih tinggi.

Namun dengan berbagai upaya pengendalian inflasi, sejak tahun 2013 Jawa Timur mulai

mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional dan menempati posisi kedua

terendah di kawasan Jawa setelah DI Yogyakarta. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari

yang terendah yaitu DIY (6,18% ), Jawa Timur (6,59% ), Jawa Tengah (7,08% ), Jawa Barat

(7,53% ) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,61% ).

2.2 INFLASI BULANAN (mtm)

Sepanjang Tw I-2014, secara bulanan Jawa Timur masih mengalami inflasi. Tekanan

inflasi terbesar terjadi pada Januari 2014 (1,06% -mtm) dan mulai mereda di Februari 2014

(0,28% ) dan Maret (0,23% ). Tingginya inflasi pada Januari 2014 didorong oleh kenaikan

harga pada kelompok bahan makanan (1,96% ) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar (1,33% ). Tekanan inflasi tersebut secara berangsur mulai turun seiring

dengan dimulainya musim panen, sehingga pada Maret 2014 inflasi bulanan Jawa Timur

hanya sebesar 0,23% .

Berbeda dengan kondisi di awal tahun 2014, pada Maret 2014 kelompok transportasi

dan kesehatan merupakan pendorong utama inflasi di Jawa Timur. Kenaikan biaya angkutan

udara sebesar 7,78% mendorong inflasi kelompok transportasi meningkat menjadi 0,56% .

Demikian pula dengan kenaikan harga sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik

sebesar 0,82% mendorong inflasi kelompok kesehatan menjadi sebesar 0,60% .

Penahan laju inflasi pada Tw I-2014 adalah koreksi harga telur ayam ras (-17,06% ) dan

daging ayam ras (-7,50% ) sehingga kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar

0,37% .

Tabel 2.1

Inflasi Triwulan IV Tahun 2013 & Triw ulan I Tahun 2014 di Jawa Timur (mtm)

Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah

Oct Nov Dec Jan Feb Mar

Umum -0.06 0.19 0.60 0.24 1.06 0.28 0.23 0.52

1 Bahan M akanan -1.09 -0.11 1.56 0.12 1.96 0.31 -0.37 0.63

2 M amin, Rokok & Tembakau 0.43 0.31 0.39 0.38 0.88 0.75 0.42 0.68

3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.55 0.66 0.34 0.52 1.33 0.09 0.31 0.58

4 Sandang -1.21 -0.28 0.21 -0.43 0.79 0.49 0.22 0.50

5 Kesehatan -0.03 0.20 0.31 0.16 0.62 0.14 0.60 0.45

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1.04 0.26 -0.28 0.34 0.13 0.10 0.24 0.16

7 Transpor, Komunikasi 0.52 0.07 0.50 0.36 0.52 0.07 0.56 0.38

Rata-

RataNo Kelompok Barang

Tw IV-2013 Rata-

Rata

Tw I-2014

38

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Walaupun kelompok transportasi dan komunikasi merupakan penyumbang utama

inflasi pada Maret 2014, namun berdasarkan rata-rata inflasi selama Tw I-2014, kelompok

makanan minuman, rokok dan tembakau yang mengalami kenaikan harga terbesar (0,68% )

disusul oleh kelompok bahan makanan (0,63% ). Hal ini karena inflasi kelompok transportasi

dan komunikasi bersifat seasonal dan akan kembali normal jika tidak terdapat moment

tertentu seperti hari libur atau hari raya keagamaan serta penetapan kebijakan harga oleh

pemerintah. Sedangkan inflasi kelompok bahan makanan lebih berfluktuatif karena

dipengaruhi faktor musiman (panen dan cuaca) yang pada akhirnya juga turut

mempengaruhi tingkat harga makanan jadi.

Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (bulan Januari, Februari dan Maret 2014), tampak

bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk Tw I-2014 adalah administered price yang

berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi, kelompok

makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan justru menjadi penahan laju inflasi

dengan mengalami deflasi sebesar 0,37% .

Grafik 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Tw I-2014 (mtm) Grafik 2.6. Inf lasi Januari 2014 per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.7. Inf lasi Februari 2014 per Kelompok Barang (mtm)

Grafik 2.8. Inf lasi Maret 2014 per Kelompok Barang (mtm)

39

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw I-2014 adalah sebagai berikut :

1. Bulan Januari 2014

- Pada Januari 2014, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 1,06% dengan penyumbang

utama inflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik,

gas dan bahan bakar. Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebesar

Rp3.959/kg dari tanggal 1 s.d 6 Januari 2014 yang kemudian disesuaikan menjadi

Rp1.000/kg menyebabkan inflasi komoditas ini meningkat menjadi 12,58% . Tingginya

penggunaan LPG 12 kg khususnya bagi para pedagang skala menengah menyebabkan

kenaikan biaya produksi yang disikapi dengan menaikkan harga jual makanan jadi,

tercermin dari kenaikan inflasi sub kelompok makanan jadi sebesar 1,14% .

- Pendorong inflasi lainnya pada Januari 2014 adalah kelompok bahan makanan,

khususnya sub kelompok sayur-sayuran (7,58% ) melalui kenaikan harga komoditas

tomat sayur (25,83% ) dan telur, susu dan hasil-hasilnya (4,26% ) melalui kenaikan

harga komoditas telur ayam ras (10,80% ) dan daging ayam ras (6,33% ). Berdasarkan

informasi beberapa pedagang diketahui kenaikan harga tomat sayur yang cukup

signifikan ini disebabkan pasokan tomat di pasaran pada musim hujan sangat terbatas

sehingga harga yang diperoleh dari pedagang distributor dan pegepul juga mengalami

kenaikan. Salah satu sentra produksi tomat di Kediri juga belum mengalami panen raya

karena gangguan cuaca. Sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam

ras lebih disebabkan faktor permintaan yaitu tingginya konsumsi masyarakat dalam

rangka Tahun Baru Imlek pada akhir Januari 2014.

- Tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir di beberapa daerah di Jawa Timur

juga mempengaruhi tingkat produksi padi. Tercatat beberapa lahan pertanian

terendam dan mengalami puso antara lain padi (Bojonegoro, Gresik, Ngawi dan

Magetan), palaw ija (Bojonegoro), cabe (Jember) dan Jagung (Tuban). Meskipun

demikian, hal ini tidak menyebabkan melonjaknya inflasi komoditas beras yang masih

stabil di kisaran 0,5% - 1% (mtm).

Grafik 2.9. Inf lasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm)

Grafik 2.10. Penyumbang Inflasi Januari 2014 (mtm)

40

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

- Penahan inflasi pada Januari 2014 adalah sub kelompok bumbu-bumbuan (-2,43% )

melalui penurunan harga komoditas bawang merah (-11,68% ). Penurunan harga

tersebut disebabkan masih terjaganya pasokan di pasar serta relatif stabilnya

permintaan masyarakat.

2. Bulan Februari 2014

- Sejalan dengan Januari 2014, Jawa Timur di Februari 2014 masih mengalami inflasi

namun pada tingkat yang lebih rendah yaitu sebesar 0,28% . Pendorong utama inflasi

pada bulan ini adalah kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,75% ),

kelompok sandang (0,49% ) dan kelompok bahan makanan (0,31% ). Sedangkan

berdasarkan komoditasnya, cabai raw it menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur

dengan mengalami kenaikan sebesar 26,66% .

- Dari sisi kelompok bahan makanan, sub kelompok ikan segar mengalami inflasi yang

relatif t inggi yaitu mencapai 3,68% melalui kenaikan harga komoditas mujair (6,82% ),

bandeng (4,94% ) dan kembung (9,42% ). Tingginya kenaikan harga ikan air tawar

tersebut sebagai dampak banjir yang terjadi pada bulan Januari-Februari 2014, yang

menyebabkan tambak terendam dan ikan hanyut sehingga produksi juga relatif turun.

- Pada bulan ini, terjadi erupsi Gunung Kelud yang menyebabkan rusaknya lahan

pertanian di beberapa sentra produksi Jawa Timur (Kediri, Malang, Blitar dan Nganjuk)

khususnya komoditas padi, jagung, cabe raw it dan nanas. Namun adanya penanganan

yang cepat dan tepat seperti dipanennya komoditas cabe raw it yang masih bisa

diselamatkan, koordinasi antar w ilayah dan kelancaran jalur distribusi menyebabkan

minimnya dampak terhadap kenaikan harga komoditas pertanian pada bulan Februari

ini. Dampak terbesar erupsi Gunung Kelud tampak pada kenaikan harga cabe raw it

yang mencapai 26,66% sebagai akibat kerusakan 1.220 ha lahan cabe raw it.

- Tekanan inflasi pada Februari 2014 berasal pula dari kelompok sandang, khususnya

komoditas emas perhiasan. Setelah menjadi salah satu komoditas penahan inflasi pada

Grafik 2.11. Inflasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm)

Grafik 2.12. Inflasi Emas Perhiasan (mtm)

41

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

tahun 2013, emas mulai mengalami inflasi di tahun 2014. Penguatan tersebut lebih

dipengaruhi oleh kondisi internasional antara lain pemulihan ekonomi Amerika Serikat

yang tidak stabil dan adanya aksi jual di pasar negara berkembang sehingga emas

diuntungkan oleh tingginya permintaan.

- Penahan laju inflasi adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta telur dan

hasil-hasilnya melalui deflasi komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras masing-

masing sebesar 1,83% dan 1,79% . Kembali normalnya tingkat konsumsi masyarakat

pasca berlalunya Tahun Baru Imlek serta terganggunya kualitas produksi telur (dari 65

gr/butir menjadi kisaran 50 gr/butir) juga menjadi salah satu pendorong koreksi harga

komoditas tersebut. Sedangkan daging sapi justru mengalami kenaikan harga sebesar

2,01% yang disinyalir karena terbatasnya jumlah sapi siap potong.

3. Bulan Maret 2014

- Inflasi Jawa Timur pada Maret 2014, sedikit turun dibandingkan Februari 2014 yaitu

mencapai 0,23% . Tekanan inflasi periode ini adalah kelompok kesehatan (0,60% ) dan

kelompok transportasi dan komunikasi (0,56% ). Sedangkan berdasarkan

komoditasnya, kenaikan harga cabe raw it sebesar 43,45% dan tarif angkutan udara

sebesar 7,78% merupakan penyumbang utama.

- Tingginya inflasi cabai raw it merupakan dampak lanjutan bencana erupsi Gunung

Kelud yang menyebabkan sekitar 1.220 ha lahan cabai raw it di Kediri dan Malang

(sentra produksi utama cabai) mengalami kerusakan sehingga jumlah pasokan di

masyarakat menjadi berkurang. Selama Maret 2014, berdasarkan hasil Survei

Pemantauan Harga (SPH) harga cabai raw it tertinggi mencapai Rp.91.223/kg,

meningkat signifikan dibandingkan awal Februari 2014 yang hanya sebesar

Rp47.248/kg.

Grafik 2.13. Penyumbang inf lasi administered price (mtm)

42

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

- Kenaikan tarif angkutan udara pada Maret 2014 disebabkan adanya Hari Raya

Keagamaan sehingga volume mobilitas masyarakat meningkat dan memicu kenaikan

harga. Selain itu, dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2014

tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan

Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri menyebabkan beberapa maskapai penerbangan

harus melakukan penyesuaian harga yang berakibat pada kenaikan harga.

- Penahan inflasi pada Maret 2014 adalah kelompok bahan makanan, khususnya sub

kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (-4,73% ), sayur-sayuran (-3,01% ) dan daging

dan hasil-hasilnya (-2,81% ). Penurunan harga telur ayam ras sebesar -17,06%

disebabkan peningkatan pasokan dari para supplier sehingga ketersediaan komoditas

tersebut di pasar relatif melimpah. Sedangkan penurunan harga sub kelompok sayur-

sayuran karena sentra produksi tomat sayur di Kediri, Tulungagung, Bojonegoro, dan

Malang telah mengalami musim panen pada Februari dan Maret 2014 sehingga

mendorong penurunan harga. Berkurangnya curah hujan juga menjadi salah satu

faktor utama kondusifnya panen sub kelompok sayur-sayuran.

2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq)

Pada Tw I-2014, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 1,58% (qtq),

meningkat dibandingkan periode sebelumnya (Tw IV-2013) yang sebesar 0,73% . Semua

kelompok mengalami peningkatan inflasi, dengan kenaikan terbesar pada kelompok

makanan, minuman, rokok dan tembakau (2,07% ), bahan makanan (1,90% ) dan kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,74% ). Peningkatan tersebut karena berbagai

tekanan risiko yang terjadi pada Tw I-2014 antara lain faktor cuaca dan alam (banjir dan

erupsi Gunung Kelud yang mempengaruhi aspek produksi dan distribusi), penetapan

berbagai kebijakan harga (bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara) serta harga

komoditas internasional yang mempengaruhi tingkat harga emas perhiasan lokal.

Tabel 2.2

Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)

Sumber : BPS, data diolah

2014 2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Umum 2.87 0.11 3.72 0.73 1.58 2.87 0.11 3.72 0.73 1.58

1 Bahan M akanan 9.34 -2.36 4.34 0.34 1.90 1.92 -0.47 0.89 0.07 0.39

2 M amin, Rokok & Tembakau 1.73 0.89 2.31 1.13 2.07 0.28 0.14 0.37 0.18 0.33

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.84 0.97 1.57 1.57 1.74 0.46 0.24 0.38 0.39 0.43

4 Sandang -1.66 -4.37 5.69 -1.28 1.51 -0.12 -0.29 0.38 -0.09 0.10

5 Kesehatan 0.98 1.11 0.97 0.47 1.36 0.05 0.06 0.05 0.02 0.07

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.32 0.18 2.08 1.02 0.47 0.03 0.02 0.18 0.09 0.04

7 Transpor, Komunikasi 0.25 3.32 7.87 1.09 1.15 0.04 0.60 1.47 0.20 0.21

2013No Kelompok Barang

Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ

2013

43

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar memberikan sumbangan terbesar sebesar 0,43% disusul oleh kelompok bahan

makanan (0,39% ), dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,33% ) yang

menunjukkan bahwa sumbangan inflasi pada Tw I-2014 masih disebabkan oleh kelompok

administered price. Sumbangan inflasi pada Tw I-2014 ini telah relatif kembali kepada pola

wajarnya dimana dampak kebijakan pengendalian impor hortikultura telah termoderasi

melalui adanya musim panen di akhir Maret 2014. Sedangkan dampak kenaikan harga

Bahan Bakar M inyak pada Tw III-2013 masih belum sepenuhnya termoderasi.

Dengan mencermati kelompok penyumbang utama inflasi secara triwulanan, analisis

lebih lanjut akan dilakukan terhadap kelompok bahan makanan yang memiliki tingkat

fluktuasi lebih tinggi. Berdasarkan sub kelompoknya pada Tw I-2014, secara triwulanan

kenaikan tertinggi terjadi pada sub kelompok ikan diawetkan, bumbu-bumbuan dan padi-

padian. Penjelasannya lebih lanjut adalah sebagai berikut :

Padi-Padian dan Umbi-Umbian

Secara triwulanan, komoditas pada sub kelompok ini yang mengalami inflasi terbesar

adalah ketela pohon (5,93% ), namun berdasarkan sumbangannya, penyumbang inflasi

terbesar adalah komoditas beras yang pada Maret 2014 mengalami inflasi sebesar 2,33%

(qtq). Pergerakan harga beras di Jawa Timur tidak sejalan dengan tingkat harga beras

internasional. Pada grafik di bawah tampak bahwa harga beras internasional cenderung

turun yaitu dari USD$447,55/mt (Tw IV-2013) menjadi USD$435,25/mt (Tw I-2014) seiring

dengan tingginya pasokan beras dunia. Beberapa pasar di Jawa Timur justru mengalami

kenaikan harga beras yaitu dari Rp11.792/kg (Tw IV-2014) menjadi Rp11.987/kg (Tw I-2014).

Grafik 2.14 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.15 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok

Bahan Makanan

44

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Kenaikan harga komoditas tersebut pada Tw I-2014 diakibatkan adanya banjir yang terjadi di

beberapa sentra produksi beras di Jawa Timur yang berdampak pada bergesernya masa

panen sehingga mendorong kenaikan harga pada Tw I-2014. Berdasarkan kondisi tersebut

dan adanya potensi risiko El Nino di tahun 2014 Dinas Pertanian menyatakan bahwa terdapat

potensi penurunan produksi padi di tahun 2014 yaitu dari 12.049.342 ton (ASEM 2013)

menjadi di kisaran 11.923.754 ton atau turun sekitar 1,04% .

Walaupun prognosa beras mengalami penurunan, namun tingkat ketahanan pangan

di Jawa Timur relatif terjaga. Hal ini terkait dengan tingginya stok beras di BULOG Jawa Timur

yang mencapai 516.480 ton atau setara dengan konsumsi 12 bulan. Demikian pula dengan

realisasi pengadaan beras oleh BULOG Jawa Timur yang mencapai 317.980 ton dari target

sebesar 1,1 juta ton. Hal ini menunjukkan tingginya kapasitas Jawa Timur untuk menjaga

tingkat ketahanan pangan.

Grafik 2.16 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Tw I-

2014

Grafik 2.17 Inflasi Beras Jawa Timur (mtm dan qtq)

Tabel 2.3

Stok Beras dan Penyaluran Raskin

Sumber : Bulog, data diolah

45

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Bumbu-Bumbuan

Inflasi bumbu-bumbuan pada Tw I-2014 menunjukkan trend yang meningkat yaitu

dari -1,63% (Tw IV-2013) menjadi 2,32% (Tw I-2014).

Sumbangan utama kenaikan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan adalah

komoditas cabai raw it yang pada periode ini mengalami inflasi sebesar 78,08% (qtq).

Tingginya inflasi komoditas cabai raw it ditahan oleh deflasi bawang merah yang mencapai -

32% . Dari sisi produksi, secara kumulatif Jawa Timur selalu mengalami surplus. Namun

tingkat produksi dan musim panen yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan adanya

shortage pada periode-periode tertentu yang diikuti oleh kenaikan harga.

Pada periode ini, inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan lebih disebabkan oleh

terganggunya produksi cabai raw it sebagai dampak erupsi Gunung Kelud di Kediri yang

merupakan salah satu sentra produksi cabai raw it. Adanya replanting dan penanganan lahan

rusak akan mampu mengembalikan kembali tingkat produksi pada triwulan selanjutnya

sehingga stabilitas pasokan akan terjaga dan inflasi relatif stabil. Sesuai dengan pola

historisnya, masa panen raya untuk komoditas cabai raw it adalah pada triwulan II dan III dan

melambat pada akhir tahun. Untuk itu penting menjaga target tanam pada periode ini

sehingga hasil produksi sesuai yang ditargetkan.

Grafik 2.18 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)

Grafik 2.19 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim

Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)

Grafik 2.20. Persebaran Masa Panen Komoditas Cabe Raw it

46

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy)

Secara tahunan, inflasi Jawa Timur pada Tw I-2014 mencapai 6,59% lebih rendah

dibandingkan realisasi tahun 2013 (7,59% ) dan dibawah inflasi nasional (7,32% ).

Berdasarkan kelompoknya, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok transportasi dan

komunikasi (13,33% ), disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau

(6,19% ) dan kelompok bahan makanan (5,98% ).

Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok transportasi dan komunikasi juga

menjadi penyumbang terbesar (2,48% ), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar (1,33% ) dan kelompok bahan makanan (1,22% ). Peningkatan inflasi

tersebut didorong oleh beberapa faktor diantaranya, kenaikan BBM dan tarif listrik di tahun

2013, penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga di tahun 2014, fluktuasi produksi

komoditas pertanian, belum stabilnya nilai Rupiah dan pergerakan harga komoditas

internasional.

Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan

Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014

Tabel 2.4

Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang

Sumber: BPS, data diolah

Grafik 2.21 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -

2014

2014 2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Umum 6.75 5.92 7.78 7.59 6.59 6.75 5.92 7.78 7.59 6.59

1 Bahan M akanan 14.98 11.27 13.20 11.78 5.98 3.07 2.27 2.70 2.40 1.22

2 M amin, Rokok & Tembakau 7.18 6.12 5.83 6.19 6.46 1.16 0.99 0.94 1.00 1.05

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 4.75 4.53 5.46 6.09 5.41 1.18 1.13 1.34 1.50 1.33

4 Sandang 1.72 -2.25 -0.29 -1.88 1.88 0.12 -0.15 -0.02 -0.12 0.12

5 Kesehatan 3.10 3.69 3.80 3.59 3.95 0.16 0.19 0.19 0.18 0.19

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.50 4.40 2.91 3.63 2.65 0.40 0.39 0.25 0.32 0.23

7 Transpor, Komunikasi 2.26 5.23 12.61 12.94 13.33 0.39 0.94 2.35 2.42 2.48

No Kelompok Barang

Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY

2013 2013

47

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Beberapa kelompok yang pada tahun 2013 menjadi penahan inflasi atau mengalami

inflasi pada tingkat yang relatif kecil, pada tahun 2014 juga mengalami inflasi yang

meningkat. Kelompok sandang pada periode ini mengalami inflasi sebesar 1,88% (yoy)

setelah selama tahun 2013 menjadi penyumbang deflasi melalui penurunan harga emas

perhiasan. Belum stabilnya perekonomian dunia membuat permintaan akan emas sebagai

alternatif investasi menjadi meningkat. Hal ini mempengaruhi pula tingkat emas di Indonesia

dan meningkatkan harga emas perhiasan. Selain itu, dimulainya penerapan PPN BM pada

beberapa barang kebutuhan sehari-hari juga menjadi pendorong inflasi kelompok ini.

Kelompok kesehatan juga mengalami kenaikan inflasi, dari 3,59% (Tw IV-2013) menjadi

3,95% (Tw I-2014) sebagai dampak kenaikan tarif rumah sakit dan jasa layanan kesehatan.

Penurunan inflasi yang signifikan terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu dari

11,78% (Tw IV-2013) menjadi 5,98% (Tw I-2014). Hal ini karena telah termoderasinya

dampak inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan di tahun 2013 (kebijakan pengendalian

impor hortikultura) melalui panen raya selama tahun 2013 tercermin dari deflasi sub

kelompok ini yang mencapai -20,33% . Sub kelompok lainnya masih mengalami inflasi yang

relatif t inggi, yaitu ikan segar (14,61% ), ikan diawetkan (11,41% ), kacang-kacangan

(11,26% ) dan lemak dan minyak (10,62% ). Inflasi kelompok ini diperkirakan akan turun

pada Tw II-2014 seiring dengan dimulainya musim panen raya.

Berbeda dengan kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan belum mengalami moderasi inflasi secara tahunan. Kenaikan BBM pada Juli

2013 sebesar 44,44% yang menyebabkan inflasi bensin menjadi 42,90% belum dapat

termoderasi. Inflasi kelompok ini mulai dapat termoderasi melalui hilangnya dampak base

year IHK pada Tw III-2014. Selain kenaikan BBM, adanya kenaikan berbagai tarif transportasi

Grafik 2.23. Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan

Makanan Tahun 2013 - 2014

Grafik 2.24. Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan

48

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

seperti angkutan udara (32,74% -yoy) dan kereta api (10,82% ) juga menjadi salah satu

penyebab tingginya inflasi kelompok ini.

2.5. INFLASI MENURUT KOTA

Pada tahun 2014 ini, terdapat penambahan kabupaten/kota yang diukur inflasinya

secara nasional yaitu dari 7 (tujuh) kabupaten/kota menjadi 8 (delapan) kabupaten/kota.

Delapan kabupaten/kota tersebut pada Tw I-2014 mengalami rata-rata inflasi sebesar 0,18%

(bulanan), 1,51% (triwulanan) dan 6,58% (tahunan). Inflasi tertinggi secara tahunan terjadi

di Probolinggo (7,22% ), disusul oleh Malang (7,19% ), Kediri (7,00% ), Banyuwangi (6,71% ),

Jember (6,50% ), Surabaya (6,36% ), Madiun (6,23% ) dan Sumenep (5,45% ).

Sedangkan secara bulanan, kedelapan kabupaten/kota semuanya mengalami inflasi

yang utamanya dipicu oleh peningkatan inflasi di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan serta kelompok kesehatan. Kota Malang mengalami inflasi tertinggi untuk

kelompok transportasi (0,98% -mtm) melalui kenaikan tarif angkutan udara sebesar 8,11%

(lebih tinggi dari inflasi Jawa Timur). Sedangkan Kota Surabaya mengalami kenaikan harga

tertinggi di kelompok kesehatan (0,80% ) khususnya pada sub kelompok jasa perawatan

jasmani dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik yang masing-masing mengalami

inflasi sebesar 0,92% . Tingginya penggunaan barang-barang kebutuhan sehari-hari oleh

masyarakat di Kota Surabaya menyebabkan tingkat permintaan tetap tinggi walaupun

terdapat penyesuaian harga terkait penerapan PPN BM. Beberapa barang kebutuhan yang

mengalami kenaikan harga yaitu pelembab (15,82% ), sabun wajah (11,41% ) dan sikat gigi

(10,64% ).

Kelompok bahan makanan mengalami koreksi harga di 6 (enam) kabupaten/kota

dengan koreksi terbesar terjadi di Kota Kediri. Terjadinya erupsi Gunung Kelud di Kediri

dapat ditangani dengan baik sehingga tidak menyebabkan peningkatan inflasi secara

signifikan beberapa kota yang terdampak di Jawa Timur.

Tabel 2.5 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur

Sumber: BPS, Data diolah.

2014 2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Jawa Timur 2.87 0.11 3.72 0.73 1.58 6.75 5.93 7.78 7.59 6.59

Surabaya 2.90 0.11 3.66 0.69 1.65 6.61 5.86 7.75 7.52 6.36

M alang 2.78 0.35 3.69 0.92 1.51 7.01 6.46 8.17 7.92 7.19

Kediri 2.51 0.60 4.07 0.68 1.35 6.69 6.05 7.78 8.05 7.00

Jember 2.81 -0.25 3.95 0.57 1.32 6.53 5.38 7.77 7.21 6.50

Sumenep 3.26 -0.53 3.33 0.46 1.63 7.44 5.59 6.79 6.63 5.45

Probolinggo 2.83 0.03 4.05 0.87 1.13 8.19 6.39 8.02 7.96 7.22

M adiun 3.14 -0.31 3.77 0.77 1.71 6.04 5.10 7.23 7.52 6.23

Banyuwangi 1.82 6.71

Wilayah

Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)

2013 2013

49

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

Inflasi tertinggi periode ini terjadi di Kota Probolinggo (7,22% ) melalui kenaikan

harga cabai raw it sebesar 72,04% (mtm) yang berpengaruh pula terhadap inflasi makanan

jadi yang meningkat sebesar 1,25% . Sedangkan inflasi terendah berada di Kabupaten

Sumenep melalui koreksi harga komoditas telur ayam ras (-15,86% -mtm) dan daging ayam

ras (-9,77% ) serta tingginya deflasi komoditas emas perhiasan (-0,33% )

Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan

inflasi di kedelapan kabupaten/kota pada Tw I-2014 ini secara tahunan bersumber dari 2

(dua) kelompok utama yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan

kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau. Hal ini karena tingginya bobot kedua

kelompok tersebut dalam konsumsi masyarakat yang mencapai 18,67% dan 16,35% . Selain

itu, penyebab yang relatif sama dan berdampak serupa di seluruh w ilayah di Jawa Timur yaitu

kenaikan tarif angkutan udara serta makanan jadi (salah satunya sebagai dampak kenaikan

minyak goreng), menyebabkan kelompok yang terdampak juga relatif sama.

Grafik 2.26. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)

8 Kota di Jawa Timur

Tabel 2.6 Inflasi 8 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan I-2014 (% yoy)

Grafik 2.25. Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)

8 Kota di Jawa Timur

Sumber : BPS, data diolah

Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi

Umum 6.59 6.36 7.19 7.00 6.50 5.45 7.22 6.23 6.71

Bahan M akanan 5.98 6.12 5.35 1.70 6.47 3.36 6.47 2.96 13.05

M amin, Rokok & Tembakau 6.46 6.48 6.80 8.80 4.79 7.37 9.09 8.91 0.64

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.41 5.39 5.61 5.69 4.75 4.88 6.12 5.99 4.75

Sandang 1.88 1.50 2.00 3.08 1.88 4.02 -1.62 1.95 2.76

Kesehatan 3.95 4.90 1.89 4.77 3.26 4.61 3.38 3.79 1.06

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.65 2.34 1.60 7.06 2.75 5.31 3.70 5.40 0.83

Transpor, Komunikasi 13.33 12.67 17.67 14.32 13.34 8.39 13.86 10.45 8.35

50

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

2.6. DISAGREGASI INFLASI

Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh

peningkatan harga kelompok administered price dan volatile foods pada tingkat 17,42% dan

5,82% , sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,14% (yoy). Berdasarkan

sumbangannya, inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (3,04% ),

disusul kemudian oleh core inflation (2,49% ) dan kelompok volatile foods (1,06% ).

Kebijakan harga oleh pemerintah yang terjadi selama 1 (satu) tahun terakhir, serta

penyesuaian harga terkait fluktuasi nilai tukar dan harga komoditas internasional menjadi

penyebab tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut.

Pada grafik di atas tampak bahwa inflasi kelompok volatile foods telah kembali kepada

pola wajarnya sebelum terjadi anomali inflasi akibat kebijakan pengendalian impor

hortikultura di tahun 2013, yaitu di kisaran 5% - 8% . Sedangkan kelompok administered

price justru semakin meningkat dibandingkan Juli 2013 ketika terjadi penyesuaian harga

BBM, yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) pada Januari

Sumber : BPS, data diolah

Tabel 2.7

Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa

Triwulan I-2014 (% yoy)

Grafik 2.27. Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.28. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &

Rata-Ratanya (yoy)

Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi

Umum 6.59 6.36 7.19 7.00 6.50 5.45 7.22 6.23 6.71

Bahan M akanan 1.22 1.21 1.00 0.36 1.54 0.85 1.68 0.59 4.16

M amin, Rokok & Tembakau 1.05 1.05 1.12 1.56 0.69 1.13 1.54 1.65 0.09

Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.33 1.38 1.42 1.24 0.94 0.97 1.09 1.42 0.80

Sandang 0.12 0.10 0.11 0.16 0.12 0.30 -0.10 0.11 0.22

Kesehatan 0.19 0.25 0.09 0.24 0.16 0.25 0.16 0.21 0.04

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.23 0.20 0.15 0.53 0.23 0.43 0.34 0.47 0.06

Transpor, Komunikasi 2.48 2.27 3.49 3.09 2.94 1.54 2.66 1.86 1.58

51

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

2014 dan kenaikan tarif angkutan udara yang mulai diberlakukan pada Maret 2014. Untuk

dapat mencapai inflasi Jawa Timur di kisaran 4,5% + 1% , inflasi kelompok administered

price harus dapat kembali ke pola wajarnya yang berada di kisaran 2% - 4% .

Sejalan dengan disagregasi tahunan, secara bulanan disagregasi inflasi Jawa Timur

pada Tw I-2014 juga didorong oleh kelompok administered price (0,45% ), disusul oleh

kelompok core inflation (0,40% ). Sedangkan kelompok volatile foods telah mengalami

deflasi pada level -0,51% . Deflasi kelompok volatile foods disebabkan koreksi harga

mayoritas komoditas bahan makanan seperti sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya,

daging dan hasil-hasilnya, sayur-sayuran sebagai dampak telah dimulainya musim panen.

Deflasi yang lebih dalam untuk kelompok volatile foods tertahan inflasi pada sub kelompok

bumbu-bumbuan (8,64% -mtm) sebagai dampak kenaikan harga cabai merah yang

signifikan.

Volatile foods

Kelompok volatile food pada Tw I-2014 mengalami deflasi sebesar -0,51% (mtm) atau

5,82% (yoy) dan menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 1,06% . Inflasi ini turun

dibandingkan Tw IV-2013 yang mengalami inflasi 1,76% (mtm) atau 12,76% (yoy). Secara

bulanan, terjadinya deflasi didorong oleh koreksi harga pada sub kelompok daging dan hasil-

hasilnya (-2,81% ), ikan segar (-1,83% ), telur, susu dan hasil-hasilnya (-4,73% ), sayur-sayuran

(-3,01% ), kacang-kacangan (-0,37% ) dan buah-buahan (-0,18% ).

Penurunan harga telur ayam ras sebesar -17,06% yang disebabkan peningkatan

pasokan dari para supplier menyebabkan ketersediaan komoditas tersebut di pasar relatif

melimpah dan mendorong penurunan harga. Berkurangnya curah hujan menyebabkan

beberapa sentra sayur-sayuran di Kediri, Tulungagung, Bojonegoro, dan Malang dapat

memanen tanamannya sehingga mendorong penurunan harga khususnya komoditas tomat

Grafik 2.29. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jawa Timur

(mtm) Grafik 2.30. Disagregasi Inf lasi (mtm) Jawa Timur

52

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

sayur (-15.00% ), kol putih (-11,37% ), wortel (-10,29% ), dan kentang (-3,66% ). Cuaca yang

kondusif juga menyebabkan melimpahnya produksi perikanan sehingga terjadi koreksi harga

pada komoditas cumi-cumi (-16,79% ), kuniran (-9,61% ), kembung (-2,64% ) dan bandeng (-

1,42% ).

Pendorong laju inflasi kelompok volatile foods adalah sub kelompok bumbu-bumbuan

(8,64% ), lemak dan minyak (1,17% ) dan padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (0,92% ).

Cabai raw it dan bawang putih merupakan komoditas utama penyumbang inflasi dari sub

kelompok bumbu-bumbuan, yaitu masing-masing mengalami sebesar 42,45% dan 17,54% .

Tingginya inflasi cabai raw it karena adanya bencana erupsi Gunung Kelud yang

menyebabkan sekitar 1.220 ha lahan cabai raw it di Kediri dan Malang (sentra produksi

utama cabai) mengalami kerusakan sehingga jumlah pasokan di masyarakat menjadi

berkurang. Selain itu, adanya permintaan cabai dari w ilayah lain khususnya industri

menyebabkan jumlah pasokan di masyarakat juga menjadi berkurang.

Sub kelompok lemak dan minyak menyumbang inflasi volatile foods melalui kenaikan

harga minyak goreng sebesar 1,83% yang faktor distribusi yang tidak merata di beberapa

daerah di Jawa Timur sehingga menimbulkan penurunan persediaan di tingkat pedagang.

Selain itu, adanya kenaikan harga palm oil di pasar internasional juga menjadi salah satu

penyebab tingginya harga bahan baku yang oleh produsen direspon melalui kenaikan harga.

Beras juga menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi volatile foods dengan

mengalami inflasi sebesar 0,93% . Meningkatnya harga beras walaupun memasuki masa

panen padi akibat dari kualitas beras yang dihasilkan kurang baik, sedangkan permintaan

beras dengan kualitas baik tetap tinggi sehingga mendorong kenaikan harga.

Core Inflation

Tekanan faktor eksternal relatif terkendali, sebagai dampak penguatan nilai tukar

Rupiah yang cukup signifikan di tengah tekanan kenaikan harga global dan transmisi

dampak passthrough nilai tukar Rupiah di 2013. Hal ini tercermin dari relatif stabilnya inflasi

kelompok inti pada tingkat 0,40% (mtm), sedangkan secara tahunan sedikit meningkat dari

4,13% (Tw IV-2013) menjadi 4,14% (Tw I-2014) dan menyumbang inflasi sebesar 2,49% .

Penyumbang inflasi secara bulanan antara lain kelompok kesehatan (0,60% -mtm), kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,24% ) dan kelompok sandang (0,22% ). Sedangkan

berdasarkan komoditasnya, sumbangan inflasi terbesar disumbang oleh kenaikan tarif

tukang bukan mandor (1,51% ), mobil (1,37% ) dan soto (2,31% ).

Belum stabilnya Rupiah dan kenaikan pajak barang mewah sesuai Peraturan

Pemerintah No,41 tahun 2013 yang mulai berlaku April 2014 menyebabkan kenaikan harga

53

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

mobil dan diprediksi masih akan berlanjut sampai dengan triwulan II-2014 baik untuk mobil

maupun kendaraan bermotor roda 2. Selain beberapa komoditas di atas, kenaikan harga

bumbu-bumbuan, komoditas beras dan minyak goreng juga mendorong peningkatan harga

sub kelompok makanan jadi khususnya komoditas soto dan gulai (4,46% ).

Komoditas emas perhiasan yang selama tahun 2013 menjadi salah satu penyumbang

deflasi, pada Tw I-2014 mulai mengalami inflasi. Tercatat emas perhiasan mengalami inflasi

sebesar 1,34% (mtm) pada Januari 2014 dan sedikit menurun pada Maret 2014 (0,24% ).

Berdasarkan hasil SPH, emas perhiasan mengalami tit ik tertinggi pada minggu pertama Maret

2014 yaitu Rp.455.188/gram dan cenderung turun mendekati akhir Maret 2014 yaitu

Rp454.688/gram. Penurunan harga emas di akhir Maret 2014 tersebut disebabkan kebijakan

ekonomi Amerika Serikat oleh investor dianggap sebagai short covering yang sulit dijadikan

dasar investasi jangka panjang. Dengan memperhatikan transaksi emas di dunia

internasional, masih terdapat potensi penurunan harga komoditas tersebut.

Dari sisi ekspektasi, terdapat peningkatan ekspektasi masyarakat yang tercermin dari

kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 117,20 (Februari 2014) menjadi 121,5

(Maret 2014). Kenaikan tersebut utamanya berasal dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

yang meningkat sebesar 5,9 poin dan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini yang juga meningkat

sebesar 2,8 poin. Kenaikan ini utamanya sebagai dampak Pemilu pada April 2014 yang

disikapi masyarakat dengan ekspektasi peningkatan aktivitas ekonomi sehingga berpotensi

mendorong kenaikan harga ke depan.

Administered Price

Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm) atau 17,42% (yoy) dan

menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 3,04% . Inflasi ini meningkat dibandingkan Tw IV-

2013 yang sebesar 14,91% (yoy). Sumbangan utama peningkatan inflasi pada periode ini

adalah sub kelompok transportasi (0,77% -mtm), khususnya melalui kenaikan tarif angkutan

Grafik 2.31. Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.32. Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan

Datang

120

130

140

150

160

170

180

190

200

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2010 2011 2012 2013 2014

Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang

Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang

Indeks

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014

Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yadIndeks

54

BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

udara yang mencapai 7,78% . Adanya hari besar keagamaan Nyepi pada bulan Maret 2014

meningkatkan penggunaan transportasi khususnya udara. Hal ini tercermin dari peningkatan

kapasitas penumpang di 2 (dua) terminal Bandara Internasional Juanda yang mendorong

kenaikan harga angkutan udara. Selain itu, penerapan Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas

Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri oleh maskapai penerbangan

termasuk pula kenaikan airport tax Bandara Juanda dari Rp40.000 menjadi 75.000 menjadi

pemicu utama kenaikan tarif angkutan udara

Selain transportasi, masih tingginya inflasi kelompok ini juga disebabkan kenaikan

harga rokok kretek filter sebesar 0,76% . Bahan bakar rumah tangga yang pada awal tahun

2014 menjadi penyebab utama tingginya inflasi, pada periode ini hanya mengalami kenaikan

harga sebesar 0,13% .

Grafik 2.33. Sub Kelompok Penyumbang Inf lasi Administered Price (yoy)

55

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Boks 4

Potensi El Nino dan Dampaknya terhadap Prospek Produksi Pangan Daerah

Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, di Indonesia pernah terjadi lima kali El Nino

dengan intensitas yang berbeda-beda, yakni El Nino moderat di tahun 1994 dan 2003, El Nino

kuat di tahun 1997, dan El Nino lemah di tahun 2006. El Nino yang membawa cuaca kering

serta kemarau tersebut diperkirakan berdampak pada penurunan produksi pangan.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa El Nino berdampak pada kerusakan lahan (puso) dan

penurunan produksi padi. Di Indonesia, El Nino dengan intensitas lemah pada tahun 2006

berdampak pada kerusakan lahan yang menyebabkan menurunnya produksi padi sekitar 300

ribu ton (Tabel 1). Sementara itu, El Nino dengan intensitas moderate-strong berpengaruh

signifikan pada produksi dan harga beras, namun tidak berdampak signifikan pada produksi

bawang. Inflasi beras saat El Nino moderate-strong mencapai sekitar 30% (yoy), sehingga

dapat memberikan sumbangan ke IHK sekitar 1% .

Tabel 1. Dampak Terjadinya El Nino pada Produksi Padi di Indonesia

Jawa Timur merupakan provinsi sentra produksi pangan di Indonesia. Adanya shock cuaca yang

merupakan faktor utama penentu produksi pangan diperkirakan tidak signifikan

mempengaruhi produksi pangan Jawa Timur. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) Provinsi Jawa Timur memperkirakan bahwa awal musim kemarau di Jawa Timur terjadi

pada akhir April dasarian ketiga (minggu terakhir bulan April). Curah hujan di periode tersebut

masih berada dalam intensitas sedang (101-300 mm), kecuali Kabupaten Situbondo dan

Magetan yang memiliki curah hujan paling rendah (51-100 mm). Pada bulan Mei, BMKG

memperkirakan bahwa curah hujan semakin rendah, berkisar antara 51-150 mm dengan curah

Tahun El NinoKekeringan

(ha)Puso (ha)

Perkiraan Puso

Padi (ton) *)

1994 Moderat 544,442 161,000 700,028

1997 Kuat 504,024 161,144 714,512

2003 Moderat 568,000 114,038 517,504

2006 Lemah 338,261 73,045 337,468

2009 Moderat 150,000 35,000 174,965

Sumber: Berbagai sumber (diolah)

*) Dihitung dengan luas puso (ha) dikalikan produktivitas (ton/ha).

56

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

hujan terendah berada di sepanjang w ilayah pantai utara (gambar 1). Panjang musim kemarau

di Jawa Timur rata-rata sepanjang 19-21 dasarian atau enam hingga tujuh bulan.

Gambar 1. Peta Sebaran Curah Hujan Jawa Timur, Mei 2014

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur memperkirakan bahwa weak El Nino di triwulan IV 2014

tidak memberi dampak yang signifikan pada produksi pangan. Kemarau tingkat lemah lebih

berdampak rendah pada penurunan produksi padi. Sementara itu, produksi tanaman palaw ija,

seperti jagung, kedelai serta tanaman perkebunan seperti tembakau diperkirakan meningkat.

Hal ini disebabkan karena ketiga tanaman tersebut cenderung membutuhkan air lebih sedikit

daripada padi, sehingga mampu bertahan di tengah kondisi kering. Proyeksi produksi padi

selama tahun 2014 menurun tipis, yakni sebesar 1,10% . Penurunan tersebut relatif lebih

rendah dibandingkan dengan penurunan pada tahun 2013 yang mencapai 1,22% . Produksi

padi pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 11,91 juta ton dengan luas panen 2,02 juta ha.

Produksi tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai

12,04 juta ton. Di sisi lain, produksi jagung dan kedelai diperkirakan masing-masing meningkat

sebesar 8% (jagung) dan 21,27% (kedelai). Tanaman tembakau di w ilayah sentra, seperti

Madura, Probolinggi dan Jember diperkirakan meningkat antara 15-30% dibandingkan tahun

sebelumnya.

57

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Tabel2. Proyeksi Produksi Tanaman Pangan Jawa Timur Tahun 2014

Grafik 1. El Nino dan Produksi Padi Jawa Timur

Secara historis, dampak yang relatif kecil atas terjadinya El Nino tersebut juga dialami pada

tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, pada tahun 1997, El Nino dengan intensitas kuat hanya

menurunkan produksi padi di Jawa Timur sebesar 1,10% (grafik 1). Terbatasnya dampak El

Nino di Jawa Timur salah satunya disebabkan karena manajemen pengelolaan air di Jawa Timur

yang relatif baik. Terdapat tiga aliran sungai yang menjadi andalan, yaitu daerah Bengawan

Solo, daerah Brantas, serta daerah Madura yang memiliki aliran air dan penampungan (waduk)

serta irigasi yang relatif baik. Oleh karena itu, ketersediaan pangan Jawa Timur hingga akhir

2014 diperkirakan aman. Stok beras Jawa Timur diperkirakan aman, sehingga penurunan

58

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

produksi akibat El Nino tidak berdampak signifikan bagi ketersediaan pangan. Pemerintah

Daerah juga telah melakukan sosialisasi dan himbauan pada petani maupun gapoktan agar

pada musim kemarau mengurangi penanaman padi dan menggalakkan penanaman palaw ija.

Oleh karena itu, diperkirakan dampak atas El Nino di triwulan IV 2014 tidak berpengaruh

signifikan terhadap inflasi Jawa Timur. Dampak El Nino pada inflasi Jawa Timur diperkirakan

berada di kisaran 0,03% -0,06% .

Penanaman kembali (replantasi) pasca adanya beberapa bencana yang mempengaruhi produksi

pangan Jawa Timur telah dilaksanakan, namun dalam intensitas yang rendah. Bencana banjir

yang terjadi pada awal tahun 2014 di sebagian wilayah telah dilakukan penanaman kembali

dengan bibit yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian, di Kabupaten

Bojonegoro, penanaman kembali belum dilakukan karena sebagian w ilayah masih terdapat

genangan air dan belum siap untuk ditanami. Demikian pula pasca bencana erupsi Kelud. Pada

areal persawahan dengan ketebalan pasir dan abu yang tinggi, petani dapat menanam padi

kembali dengan cara dilakukan rehabilitasi terlebih dahulu. Areal persawahan dan saluran

irigasi yang terdampak dibersihkan dari pasir dan debu untuk kemudian ditimbun dengan

pupuk organik.

Dampak abu akibat erupsi Kelud dapat berbeda sesuai dengan jenis tanaman. Pada tanaman

pangan seperti padi atau jagung, dampak debu akan segera teratasi begitu turun hujan. Pada

tanaman hortikultura (sayur dan buah-buahan), kerusakan lebih parah karena sayur dan buah

siap panen menjadi kotor, sedangkan pada tanaman di fase berbunga, bunga akan layu dan

rontok. Namun, ada juga petani yang merasakan keuntungan dari erupsi abu Kelud yakni

petani Klaster Kentang KPw BI Malang di Kec. Bumiaji Kota Batu. Menurut petani, abu vulkanik

dapat menjadi pupuk dan menghemat biaya pemupukan pada masa tanam mendatang.

59

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

3 PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN

Sampai dengan Triw ulan I tahun 2014, kinerja perbankan di Jawa Timur baik

Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara umum masih menunjukkan

perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK

yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah dan

stabil, yaitu di bawah level 5% . Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu

sebesar16,2% (yoy) hingga mencapai Rp 430,97 triliun pada Triwulan I 2014. Kredit tumbuh

sebesar 23,18% (yoy) dari sebesar Rp 252,7 triliun pada Triwulan I 2013 menjadi Rp 311,27

triliun pada Triwulan I 2014. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan

BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 13,25% (yoy) menjadi sebesar Rp

337,85 triliun pada periode laporan.

Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh

terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren

pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 23,18% (yoy) pada

Triwulan I 2014, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan

ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat.

Apabila ditinjau berdasarkan lokasi proyeknya, jumlah kredit yang disalurkan ke w ilayah

Jawa Timur oleh perbankan (Bank Umum dan BPR) cukup besar yaitu mencapai Rp 351,61

triliun dengan LDR sebesar 104,07% . Jumlah tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

2014

III IV I II III IV*) I*)

350.677,74 361.922,83 370.892,76 388.441,32 416.268,97 429.976,45 430.968,94

22,13 20,79 19,18 17,63 18,70 18,80 16,20

282.334,16 297.115,52 298.331,99 305.595,55 322.671,33 340.710,71 337.851,11

18,58 16,68 14,89 12,98 14,29 14,67 13,25

230.421,11 246.508,25 252.701,75 273.517,97 292.794,14 310.960,80 311.266,44

24,39 26,14 27,08 26,25 27,07 26,15 23,18

265.577,25 281.290,86 289.176,60 310.626,54 331.525,10 349.921,64 351.609,28

25,85 25,95 26,41 25,27 24,83 24,40 21,59

2,69 2,62 2,30 2,16 2,06 1,80 2,11

2,63 2,56 2,25 2,14 1,98 1,98 2,22

81,61 82,97 84,70 89,50 90,74 91,27 92,13

95,47 96,05 98,38 103,19 104,25 104,13 104,07

*) Data BPR s.d November 2013

LDR LP(%)

2012 2013

Pertumbuhan (%yoy)

NPL LB (%)

LDR LB(%)

Total Aset

Pertumbuhan (%yoy)

Dana Pihak Ketiga

Pertumbuhan (%yoy)

Kredit Lokasi Bank (LB)

Kredit Lokasi Proyek (LP)

Pertumbuhan (%yoy)

NPL LP (%)

INDIKATOR BANK UMUM

DAN BPR (Miliar Rp)

60

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

dengan kredit berdasarkan lokasi bank di Jawa Timur yang tercatat sebesar Rp 311,27 triliun

(LDR 92,13% ). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pembiayaan yang cukup besar dari

luar ke daerah lain ke Jawa Timur. Pembiayaan tersebut didukung oleh kualitas kredit yang

stabil dan terjaga rendah di level cukup rendah yaitu 2,22% pada periode laporan.

3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM

Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan I 2014 secara umum masih

menunjukkan perkembangan positif dan menunjukkan terlaksananya fungsi intermediasi

dengan baik, tercermin dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar

16,34% (yoy), Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 13,33% (yoy) dan kredit dengan pertumbuhan

sebesar 23,49% (yoy). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pertumbuhan DPK mendorong kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari

sebesar 90,7% pada Triwulan IV 2013, menjadi sebesar 91,57% pada Triwulan I 2014.

Kendati masih berada pada level yang cukup tinggi, pertumbuhan kinerja utama bank

umum di Jawa Timur yaitu aset, DPK dan kredit pada periode laporan menunjukkan

perlambatan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan

tersebut merupakan tren siklikal dimana aktivitas ekonomi masyarakat kembali normal pasca

peningkatan konsumsi masyarakat pada periode lebaran dan tahun ajaran baru (Triwulan III

2013), serta natal dan tahun baru (Triwulan IV 2014).

Namun demikian, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Jawa Timur pada periode

laporan masih mencatat peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat LDR bank

Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

INDIKATOR BANK UMUM 2014

(Miliar Rp) III IV I II III IV I

Total Aset 342,663.96 353,595.71 362,320.07 379,474.34 406,877.27 420,518.25 421,510.73

Growth Aset (%yoy) 22.05 20.75 19.10 17.52 18.74 18.93 16.34

Dana Pihak Ketiga 277,596.73 292,223.51 293,347.10 300,502.48 317,370.10 335,305.14 332,445.55

Growth DPK (%yoy) 19.64 17.65 14.82 12.93 14.33 14.74 13.33

Kredit Lokasi Bank 224,614.56 240,571.79 246,512.09 266,820.77 285,873.72 304,106.84 304,412.48

Growth Kredit (%yoy) 24.50 26.24 27.27 26.41 27.27 26.41 23.49

Kredit Lokasi Proyek 259,770.69 275,354.40 282,986.93 303,929.34 324,604.69 343,067.69 344,755.32

Growth Kredit (%yoy) 25.10 26.85 27.27 26.41 27.27 26.41 23.49

LDR Lokasi Bank (%) 80.91 82.32 84.03 88.79 90.08 90.70 91.57

LDR Lokasi Proyek (%) 93.58 94.23 96.47 101.14 102.28 102.32 103.70

NPL Lokasi Bank (%) 2.65 2.60 2.26 2.12 2.01 1.75 2.07

NPL Lokasi Proyek (%) 2.63 2.58 2.25 2.14 1.96 1.96 2.18

2012 2013

61

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

umum di Jawa Timur pada Triwulan I 2014 sebesar 91,57% , meningkat dibandingkan periode

sebelumnya (Triwulan IV 2013) yang tercatat sebesar 90,7% . Peningkatan LDR tersebut

disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

DPK. Tingginya penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur didukung pula dengan

terjaganya risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) yang relatif rendah dan stabil di

kisaran 2,07% .

Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini adalah pada bank

asing dengan prosentase sebesar 124,21% , lebih tinggi dibandingkan dengan LDR bank

pemerintah yang tercatat sebesar 106,71% . Sementara itu bank swasta mencatat LDR lebih

kecil yaitu pada level 76,11% . Tingginya LDR bank asing di Jawa Timur mencerminkan

perannya yang cukup besar dalam pembiayaan aktivitas ekonomi masyarakat di Jawa Timur.

Namun demikian apabila ditinjau berdasarkan nominalnya, proporsi penyaluran kredit

masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih

didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 154,7 triliun atau 50,82% dari total kredit.

Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta dengan penyaluran kredit sebesar Rp 131,57

triliun atau 43,22% . Sementara Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan

nominal sebesarRp 18,14triliun atau 5,96% dari total kredit.

Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank

Grafik 3.1 Perkembangan LDR

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

%

LDR Bank Pemerintah

Bank Swasta Bank Asing

0,000,501,001,502,002,503,003,50

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

LDR (%) NPL (%) rhs

62

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF

Pada periode awal tahun 2014 (Triwulan I), total aset bank umum di Jawa Timur

tumbuh sebesar16,34% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan

dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan IV 2013) yang tercatat sebesar

18,93% (yoy). Perlambatan pertumbuhanjumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain

didorong oleh penurunan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 14,74%

(yoy) pada Triwulan IV 2013 menjadi sebesar 13,33% (yoy) pada Triwulan I 2014.

3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)

Senada dengan kinerja penyaluran kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

berhasil dihimpun bank umum di Jawa Timur pada Triwulan I 2014 juga menunjukkan

penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah DPK pada periode laporan

adalah sebesar Rp 332,45 triliun, tumbuh sebesar 13,33% (yoy) dibandingkan periode

Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy)

Grafik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum

Grafik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

100.000.000

200.000.000

300.000.000

400.000.000

500.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK (%rhs)

45%

49%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 23,00

-50.000.000

100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 300.000.000 350.000.000 400.000.000 450.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset g Aset (% rhs)

63

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

sebelumnya.Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan pertumbuhan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 14,74% (yoy).

Penurunan kinerja penghimpunan DPK bank umum pada periode laporan searah

dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Kembali normalnya aktifitas ekonomi

masyarakat pasca momen liburan natal dan tahun baru pada akhir tahun 2013menjadi salah

satu penyebab perlambatan pertumbuhan DPK. Apabila ditinjau secara triwulanan,

penghimpunan DPK mencatat penurunan pertumbuhan dari sebesar 5,65% (qtq) pada

Triwulan IV 2013 menjadi sebesar -0,85% (qtq) pada Triwulan I 2014. Namun demikian,

dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan

masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di

Jawa Timur akan tetap tumbuh stabil pada periode selanjutnya.

Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan I2014

didominasi oleh tabungan yang mencapai Rp 144,69 triliun dengan proporsi sebesar 43,52%

dari total DPK. Menyusul kemudian deposito dengan prosentase sebesar 40,77% dan nominal

Rp 135,53 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp

52,22triliun, atau 15,71% dari total DPK.

Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode ini deposito masih memberikan kontribusi

terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 20,32% (yoy). Disusul kemudian dengan

tabungan dengan pertumbuhan sebesar 11,02% (yoy). Sementara giro mencatat pertumbuhan

lebih kecil yaitu sebesar 3,68% (yoy) pada periode laporan.

5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00

-50.000.000

100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 300.000.000 350.000.000 400.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

DPK g DPK (%yoy) rhs

Grafik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum

64

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 7,25% pada

Triwulan III 2013 menjadi 7,5% pada akhir tahun 2013, suku bunga DPK bank umum di Jawa

Timur mulai menunjukkan tren peningkatan. Tercatat suku bunga rata-rata tert imbang DPK

bank umum di w ilayah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,73% pada Triwulan IV2013

Grafik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%)

Grafik 3.9 Perkembangan DPK PerJenisSimpanan

Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)

Grafik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% y

oy

Giro Tabungan Deposito

-20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000

100.000.000 120.000.000 140.000.000 160.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Giro Tabungan Deposito

16%

43%

41%

Giro Tabungan Deposito

-

2,00

4,00

6,00

8,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV I

2012 2013 2014

%

SB DPK Giro Tabungan

Deposito BI Rate

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% (

qtq

)

Giro Tabungan Deposito

Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)

65

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

menjadi sebesar 4,19% pada Triwulan I 2014. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 6,54% pada Triwulan IV 2013 menjadi sebesar

7,37% pada Triwulan I 2014. Suku bunga rata-rata tertimbang tabungan meningkat dari

sebesar 1,73% pada Triwulan IV 2013 menjadi 1,81% pada Triwulan I 2014. Sementara itu

suku bunga giro pada periode laporan stabil di kisaran 1,77% .

Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk

meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito.

Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah

perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum

menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal

untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang.

3.1.3. KREDIT

Sampai dengan Triwulan I 2014, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar

penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur masih terus menunjukkan pertumbuhan yang

cukup tinggi. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan Triwulan I 2014 adalah

sebesar Rp 304,41 triliun atau tumbuh 23,49% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.

Pertumbuhan kredit dimaksud sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan

pada Triwulan sebelumnya (Triwulan IV 2013) yang tercatat sebesar 26,41% (yoy).

Perlambatan penyaluran kredit terutama didorong oleh kredit modal kerja dan kredit

konsumsi. Pertumbuhan kredit modal kerja tumbuh melambat dari sebesar 29,01% (yoy) pada

Triwulan IV 2013 menjadi sebesar 24,95% (yoy) pada Triwulan I 2014. Kredit konsumsi tercatat

melambat dari 19,14% (yoy) pada Triwulan IV 2013 menjadi 15,41% (yoy) pada Triwulan I

2014. Sementara itu, kredit investasi mencatat peningkatan pertumbuhan dari sebesar 29,85%

(yoy) pada akhir tahun 2013 menjadi 33,84% (yoy) pada periode laporan. Perlambatan yang

terjadi pada kredit modal kerja dan konsumsi disebabkan oleh penurunan pengajuan kredit

karena tidak adanya momen khusus seperti liburan natal dan tahun baru pada akhir tahun.

Senada dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan pertumbuhan kredit yang

disalurkan oleh bank umum di w ilayah Jawa Timur juga menunjukkan perlambatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat pada Triwulan I 2014 kredit tumbuh

0,10% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan IV2013 yang tercatat

66

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

sebesar 6,38% (qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV

2013 sehubungan dengan adanya momen liburan natal dan tahun baru.

Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau

Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi

perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 91,57% ,

meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

90,70% . Tingginya rasio LDR tersebut didukung oleh NPL yang rendah dan stabil di kisaran

2,07% .

Pada Triwulan I 2014 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih

didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitusebesar 59,04% dari total kredit

dengan nominal sebesar Rp 179,72 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit

konsumsi dengan prosentase sebesar 26,21% dari total kredit (Rp 79,79 triliun). Sementara itu

kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 14,75% dari total kredit

dengan nominal mencapai Rp 44,9 triliun.

Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar

dengan proporsi 50,82% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 43,22% dan Bank

Asing sebesar 5,96% . Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kreditnya, pada periode ini bank

swasta mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu di level 26,49% (yoy), sementara bank

pemerintah dan bank asing masing-masing mencatat pertumbuhan di kisaran 21% (yoy).

Masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja

bank umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasi. Tingkat persaingan yang

Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy)

Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq)

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Kredit g Kredit

-5,00-3,00-1,001,003,005,007,009,0011,00

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

250.000.000

300.000.000

350.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Kredit g Kredit

67

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas

penyaluran kredit kepada masyarakat.

Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank

Grafik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)

Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qtq)

Grafik3.18 Proporsi Kredit Sektoral

59%15%

26%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

51%43%

6%

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

-

50.000.000

100.000.000

150.000.000

200.000.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (%rhs)

-2,000,002,004,006,008,00

10,0012,0014,0016,0018,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% (

qtq

)

Modal Kerja Investasi Konsumsi

3% 0%1%

29%

0%

3%

26%

1%3%1%

4%

0%0%

0%2%

0%0%

0%26%

0%

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN2. PERIKANAN3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN4. INDUSTRI PENGOLAHAN5. LISTRIK, GAS DAN AIR6. KONSTRUKSI7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI10. PERANTARA KEUANGAN12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB14. JASA PENDIDIKAN14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA20. Lain-lain

68

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode

laporan sebagian besar adalah kepada Sektor Industri Pengolahan dengan prosentase sebesar

29,14% dari total kredit, dengan nominal mencapai Rp 88,67 triliun. Proporsi terbesar

selanjutnya adalah sektor Perdagangan Besar Eceran dengan nominal Rp 78,13 triliun dengan

prosentase sebesar 25,67% dari total kredit. Tingginya peyaluran kredit kepada kedua sektor

tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi daerah.

Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 6,67% . Proporsi

tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 7,38% . Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor

pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di

Jawa Timur.

Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jawa Timur

terkait dengan relatif t ingginya risiko kredit yang disalurkan kepada sektor ini. NPL Sektor

Pertanian pada periode laporan sebesar 5,15% , meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,01% . Sementara itu, NPL kredit kepada 2 (dua) sektor

utama lain yaitu Industri Pengolahan dan Perdagangan berada pada level yang lebih rendah

yaitu masing-masing sebesar 1,7% dan 2,8% .

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

PERTANIAN PERIKANAN PERTAMBANGAN INDUSTRI

PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN

AIR

KONSTRUKSI PERDAGANGAN PENYEDIAAN

AKOMODASI

TRANSPORTASI Lain-lain

NPL (%)

Grafik 3.19 NPL Kredit Sektoral (%)

69

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata

tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur juga menunjukkan tren

peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 11,98% ,

meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,7% . Suku bunga kredit tertinggi

adalah pada kredit konsumsi dengan prosentase mencapai 12,45% , meningkat dibandingkan

Triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 12,34% . Sementara itu suku bunga kredit modal kerja

dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran 11,82% pada periode laporan.

3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)

Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam

mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan

penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur

menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat

luas.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim

hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan

konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor

usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar

60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian

sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha.

Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai

upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga

Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan

Grafik 3.20 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRate

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV I

2012 2013 2014

%

SB Kredit Modal kerja Investasi

Konsumsi BI Rate

70

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan

mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan M itra Bank (KKMB), pengembangan klaster

komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan

Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya

dimaksud diharapkan mampu menjadi pendorongbagi industri perbankan di Jawa Timur untuk

terus meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM.

Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan

peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM

yang terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 84,99 triliun pada periode laporan, atau

tumbuh 19,12% (yoy). Walaupun lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya (Triwulan IV

2013) yang tercatat sebesar 20,51% (yoy), namun searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan

terus tumbuh positif.

Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM

Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank

59%

40%

1% Triwulan IV

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

-

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

I II III IV I II III IV I

Juta

Rp

Kredit UMKM g UMKM (%yoy)

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

%

NPL UMKM

81%

18%

1%

Tw I 2014

Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing

71

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi

oleh Bank Pemerintah sebesar 81% dengan jumlah nominal mencapai Rp 68,33 triliun. Bank

swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 18% dan nominal Rp

15,58 triliun. Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal

sebesar Rp 1,07 triliun dan prosentase 1% dari total kredit. Semakin besarnya proporsi

penyaluran kredit oleh bank pemerintah dari 59% pada Triwulan IV 2013 menjadi 81% pada

Triwulan I 2014 mengindikasikan peningkatan peran bank pemerintah dalam dalam

mendukung pengembangan UMKM di Jawa Timur.

Apabila ditinjau berdasarkan w ilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran

kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten

Jember, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran

kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp 35,1 triliun atau 41,3% dari total kredit

UMKM Jawa Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,83 triliun

atau 9,2% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan

prosentase lebih kecil yaitu sebesar 5,74% , dengan nominal sebesar Rp 4,87 triliun. Kabupaten

Jember mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,38 triliun atau 5,15% . Sementara itu,

3% 3% 2% 2%

0%

1% 0%

1%

1% 3% 5% 1%

1%0%1%2%

1% 0%

1%1%1%

1%2%

1%

1%

1%

41%

0%

9%2% 2% 2% 6% 3%

Kab. Gresik Kab. Sidoarjo Kab. Mojokerto Kab. Jombang

Kab. Sampang Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kab. Bangkalan

Kab. Bondowoso Kab. Banyuwangi Kab. Jember Kab. Malang

Kab. Lumajang Kab. Kediri Kab. Nganjuk Kab. Tulungagung

Kab. Trenggalek Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab. Magetan

Kab. Ponorogo Kab. Pacitan Kab. Bojonegoro Kab. Tuban

Kab. Lamongan Kab. Situbondo Kota Surabaya Kota Mojokerto

Kota Malang Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Blitar

Kota Kediri Kota Madiun

Grafik 3.23 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur

72

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

penyaluran kredit UMKM terendah masih terdapat pada Kabupaten Madiun dengan jumlah

kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar.

3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan I 2014tetap stabil dan terjaga yang

tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan

kredit perbankan sebesar 23,49% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar

91,57% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan

penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 2,07%

mengindikasikan adanya stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan

kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.

Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko

operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap

perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh

internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), maupun oleh pihak eksternal

dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengatur dan pengawas sektor jasa

keuangan, Bank Indonesia sebagai penjaga Stabilitas Sistem Keuangan, serta masyarakat

sebagai pengguna jasa perbankan.

3.2.1. RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total

kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan kinerja

Tabel 3.3

Perkembangan NPL per-Kelompok Bank

Sumber: Bank Indonesia

73

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

yang stabil dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan I 2014 adalah sebesar 2,07% ,

sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 1,75% .

Peningkatan NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi di sepanjang tahun

2013, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 27% .

Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank

pemerintah dengan NPL sebesar 2,07 % . NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur lebih

rendah dengan prosentase keduanya masing-masing di kisaran 0,72% dan 1,55% .

Apabila ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan

laporan terdapat pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 2,43% . Sementara kredit

investasi dan kredit konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 2,10% dan

1,23% . Secara keseluruhan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah

dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat

meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi.

3.3. PERBANKAN SYARIAH

Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur pada triwulan I 2014 masih

mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. Aset tumbuh 50,38% (yoy) dari Rp 21,45 triliun

pada Triwulan IV 2013 menjadi Rp 25,97 triliun pada Triwulan I2014. Sementara itu, dana

masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 22,62% (yoy) hingga

mencapai Rp 16,27 triliun pada periode laporan.

Grafik 3.24 Perkembangan NPL Bank Umum

Grafik 3.25 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

NP

L %

Modal Kerja Investasi

Konsumsi NPL Kredit

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

NP

L %

Pemerintah Swasta

Asing NPL Kredit

74

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw I 2014 tumbuh

sebesar 24,62% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 15,79 triliun. Berdasarkan jenisnya,

penyaluran pembiayaan modal kerja masih memperoleh porsi tertinggi dengan prosentase

sebesar 47,17% dari total pembiayaan. Sementara pembiayaan konsumsi dan investasi

memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 33,93% dan 18,89% .

Adanya penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 45,67% pada Triwulan IV 2013

menjadi 47,17% pada Triwulan I 2014 menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam

mendukung ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif.

Grafik 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)

Grafik 3.27 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)

Grafik 3.28 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur

Grafik 3.29 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Pembiayaan DPK

g Aset g Pembiayaan g DPK

(10.00)

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Pembiayaan DPK

g Aset qtq g Pembiayaan qtq g DPK qtq

5%

38%

57%

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

g DPK

75

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan

bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak

hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 37,92%

(yoy) dan 29,39% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang

lebih kecil dengan prosentase sebesar 7,93% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga

secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur.

Kinerja penyaluran pembiayaan yang baiktersebutdidukung dengan kualitas

pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF)

terjaga cukup rendah di kisaran 3,74% . Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode

sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah

dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik.

Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran

pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang

cukup tinggi pada periode laporan. Tercatat FDR pada Triwulan I 2014 mencapai 97,05% , lebih

tinggi dibandingkan dengan Triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 88,76% .

Grafik 3.30 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

Grafik 3.31 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi

47%

19%

34%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

76

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan IV - 2013 secara

umum menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total

aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 14,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,19% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar

11,45% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 11,9% . Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 18,23%

(yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 18,23%

(yoy).

Grafik 3.32 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)

Perbankan Syariah Jawa Timur

Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur

2013

II III IV I II III IV

1 Total Asset 7,345,638 8,013,778 8,327,121 8,572,689 8,966,980 9,391,693 9,458,203

2 Kredit

Per Jenis Penggunaan 5,572,413 5,806,554 5,936,457 6,189,661 6,697,201 6,920,414 6,853,955

- Modal Kerja 3,631,661 3,781,188 3,801,754 4,105,148 4,481,920 4,617,058 4,616,767

- Investasi 171,126 195,048 284,088 202,962 225,223 258,083 245,564

- Konsumsi 1,769,626 1,830,319 1,850,615 1,881,551 1,990,057 2,045,274 1,991,624

3 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.77% 4.28% 4.00%

4 4,385,038 4,737,430 4,892,009 4,984,885 5,093,066 5,301,227 5,405,566

- Deposito 3,032,046 3,271,589 3,319,944 3,377,435 3,497,001 3,651,184 3,669,283

- Tabungan 1,352,992.08 1,465,841.86 1,572,064 1,607,450 1,596,064 1,650,044 1,736,284

4 127.08% 122.57% 121.35% 124.17% 131.50% 130.54% 126.79%

NPL (%)

Dana (dpk)

LDR

BPR (Juta Rupiah)2012

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

%

FDR NPF

77

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan

IV 2013 mencapai Rp 5,4 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh

deposito yang mencapai 67,88% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh

proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,12% dari total DPK.

Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu

tumbuhsebesar 13,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat

tumbuh sebesar 10,62% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan

penghimpunan dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya

peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR

hingga Triwulan IV - 2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja

BPR. Selain itu, adanya fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak

peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku

bunga deposito bank umum.

Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase

mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan IV 2013 kredit modal

Grafik 3.33 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)

Grafik 3.34 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)

Grafik 3.35 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

I II III IV I II III IV

2012 2013

% y

oy

DEPOSITO TABUNGAN DPK

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2,013

% q

tq

DPK Deposito Tabungan

(20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

I II III IV I II III IV

2012 2013

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

G Modal Kerja G Investasi G Konsumsi

78

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 21,44% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi dan

investasi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 7,62% (yoy) dan -13,56%

(yoy). Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR

mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.

Setelah menunjukan peningkatan signifikan pada periode sebelumnya, Loan to Deposit

Ratio (LDR) BPR pada periode laporan menunjukkan penurunan meski masih pada level yang

cukup tinggi. Tercatat LDR BPR oada periode laporan adalah sebesar 126,79% , lebih rendah

dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 130,54% . Sementara itu, kualitas kredit

yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) menunjukkan penurunan dari

4,28% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 4% pada periode laporan. Masih cukup

tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan

pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara

efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan

Condition of Economy).

3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA

Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada TriwulanI 2014

secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup stabil. Tercatat pertumbuhan total

aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat 9,26% (yoy) dari sebesar Rp 41,27 triliun

1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank

AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB)dan Bank Prima Mas,ter.

ia

Grafik 3.36 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan

Grafik 3.37 Perkembangan LDR & NPL BPR

67%

4%

29%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

115.00%

120.00%

125.00%

130.00%

135.00%

I II III IV I II III IV

2012 2013

%

LDR NPL Skala Kanan

79

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

menjadi Rp 45,08 triliun. Sesuai dengan pola sebelumnya, pertumbuhan tersebut lebih rendah

apabila dibandingkan Triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh sebesar 14,83% (yoy).

Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah

peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai

27,33% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

dihimpun dari masyarakat secara berurutan adalah Giro (37% ), Deposito (35% ) dan Tabungan

(28% ).

Grafik 3.40 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya

Grafik 3.41 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)

Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya

Grafik 3.38 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Grafik 3.39 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP diSurabaya (qtq)

2014

III IV I II III IV I

Total Aset 42,254.53 35,941.11 41,263.37 43,389.42 46,111.46 41,269.59 45,084.54Pertumbuhan (% yoy) 35.28 17.61 12.56 13.11 9.13 14.83 9.26

Pertumbuhan (% qtq) 10.15 -14.94 14.81 5.15 6.27 -10.50 9.24

Dana Pihak Ketiga 27,931.45 23,996.10 28,820.31 31,187.23 32,438.73 29,486.76 32,260.77

Pertumbuhan (% yoy) 16.60 10.30 9.40 17.22 16.14 22.88 11.94

Pertumbuhan (% qtq) 4.98 -14.09 20.10 8.21 4.01 -9.10 9.41

Kredit 19,978.02 20,049.97 20,435.75 22,059.81 23,363.48 23,749.50 24,553.40

Pertumbuhan (% yoy) 19.77 18.23 16.31 15.27 16.95 18.45 20.15

Pertumbuhan (% qtq) 4.39 0.36 1.92 7.95 5.91 1.65 3.38

LDR (%) 71.53 83.56 70.91 70.73 72.02 80.54 76.11

NPL (%) 1.98 2.03 2.01 2.24 2.13 1.97 2.66

2012 2013Bank KP di Jatim (Miliar Rp)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

45,000,000

50,000,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Aset Kredit DPK

g Aset g Kredit g DPK

-20.00

-15.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

%

g Aset (% qtq) g DPK(% qtq) g Kredit (% qtq)

37%

28%

35%

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

(50.00)

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

% q

tq

DPK Giro Tabungan Deposito

80

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar

20,15% (yoy) dan 3,38% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 23,75 triliun pada Triwulan IV 2013

menjadi Rp 24,55 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit modal kerja

masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 86,24% , disusul kemudian oleh kredit investasi

dengan proporsi sebesar 13,21% . Sementara kredit konsumsi mencatat pertumbuhan terkecil

dengan prosentase sebesar 0,55% .

Tren pertumbuhan kredit modal kerjadan investasi bank ber kantor pusat di Jawa Timur

secara umum menunjukkan tren peningkatan. Sedangkan tren pertumbuhan kredit konsumsi

terus menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan

dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat.

Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan I 2014

tersebut didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup

rendah dan stabil, yaitu di kisaran2,66% .

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor

Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari terjaganya

Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 76,11% . Jumlah tersebut lebih

rendah dari periode sebelumnya yang mencapai 80,54% dimana terdapat momen liburan natal

dan tahun baru 2013. Namun demikian, peningkatan risiko kredit dari 1,97% pada triwulan IV

2013 menjadi 2,66% pada periode laporan perlu menjadi perhatian untuk penerapan

manajemen risiko yang lebih baik.

Grafik 3.42 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)

Grafik 3.43 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya

(50.00) (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Juta

Rp

Modal Kerja Investasi Konsumsi

g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi

34%

6%

60%

Modal Kerja Investasi Konsumsi

81

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

3.6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank

Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan

Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan

kestabilan sistem keuangan.

Sampai dengan awal tahun 2014 (Triwulan I), kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa

Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas

dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan

pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang

mencukupi.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem

Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang

terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang

keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta

jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.

PERKEMBANGAN TRIWULANAN

3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai

Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,

antara lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), jumlah

aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ), serta kegiatan

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014%

LDR NPL (rhs)

Grafik 3.44 LDR dan NPL

82

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow )

Pada Triwulan I 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di

w ilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan

Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net intflow setelah sebelumnya mencatat

net outflow pada Triwulan IV 2013. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran

uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow ) lebih besar

dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar Bank Indonesia kepada

perbankan (outflow ).

Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan cukup besar yaitu mencapai

sebesar Rp 9,05 triliun. Kondisi tersebut sangat berbeda apabila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yaitu Triwulan IV 2013 yang mencatat net outflow sebesar Rp 3,44

miliar. Net inflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh kembali normalnya

kebutuhan uang tunai masyarakat pasca peningkatan aktivitas ekonomi pada momen

liburan natal dan tahun baru 2013. Selain itu, tingginya realisasi anggaran belanja

pemerintah daerah di akhir tahun 2013 juga turut mendorong peningkatan aliran uang

kartal yang kembali ke Bank Indonesia pada awal tahun .

Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia

dalam miliar rupiah

2014

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

OUTFLOW 6.192,91 4.728,70 7.026,66 10.069,52 7.858,51 4.842,11

INFLOW 4.776,87 7.502,76 4.975,73 9.058,45 4.748,35 7.013,61

NET FLOW (1.416,04) 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16) 2.171,50

OUTFLOW 2.561,01 1.657,39 2.183,55 3.803,58 2.830,61 1.915,43

INFLOW 1.269,90 2.194,90 1.656,83 3.514,64 1.696,85 3.813,91

NET FLOW (1.291,11) 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76) 1.898,47

OUTFLOW 1.417,27 826,44 1.105,54 2.139,94 2.217,84 1.247,48

INFLOW 2.792,64 4.205,10 3.069,28 4.160,30 2.982,05 4.798,58

NET FLOW 1.375,38 3.378,66 1.963,74 2.020,36 764,21 3.551,10

OUTFLOW 1.359,02 943,13 1.450,60 2.039,90 1.508,41 966,42

INFLOW 1.154,19 2.088,87 1.652,96 2.048,87 1.548,03 2.395,42

NET FLOW (204,83) 1.145,75 202,35 8,97 39,61 1.429,00

OUTFLOW 11.530,20 8.155,66 11.766,34 18.052,93 14.415,37 8.971,44

INFLOW 9.993,60 15.991,64 11.354,80 18.782,25 10.975,28 18.021,51

NET FLOW (1.536,60) 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10) 9.050,07

Keterangan :

Net Flow (+) : Net Inflow

Net Flow (-) : Net outflow

JEMBER

JAWA TIMUR

2012

SURABAYA

KEDIRI

MALANG

Wilayah Keterangan2013

83

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Apabila ditinjau lebih dalam, jumlah inflow yang terjadi pada periode laporan

disebabkan oleh peningkatan inflow dan penurunan outflow yang cukup signifikan.

Tercatat outflow selama Triwulan I 2014sebesar Rp 8,97 triliun, mengalami penurunan -

37,76% (qtq) dibandingkan Triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar Rp 14,41 triliun.

Sementara itu, jumlah uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia (inflow) menunjukkan

peningkatan cukup signifikan dari Rp 10,97 triliun pada Triwulan IV 2013, menjadi Rp

18,02triliun pada periode laporan dengan prosentase peningkatan mencapai 64,20%

(qtq). Penurunan jumlah outflow dan peningkatan inflow pada periode laporan

disebabkan oleh kembali normalnya jumlah kebutuhan uang kartal, pasca peningkatan

yang cukup signifikan pada saat liburan natal dan tahun baru 2013.

Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur mengikuti

pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outflow dan inflow

uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan

puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya.

Adanya momen tahun ajaran baru pada pertengahan tahun serta perayaan Natal dan

Tahun Baru pada akhir tahun juga turut mendorong terjadinya net outflow pada periode

dimaksud.

b. Uang Kartal Tidak Layak Edar

Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas

Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal

yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy.

Gambar 3.45 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow – Outflow) Juta Rupiah

Gambar 3.46 Perkembangan Net Flow Jawa Timur

-

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Mili

ar

Ru

pia

hOUTFLOW INFLOW

(5.000,00)

-

5.000,00

10.000,00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Mil

iar R

up

iah

NETFLOW

84

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) secara rutin.

Selama Triwulan I 2014, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan

adalah sebesar Rp 5,16 triliun atau meningkat 11,94% (qtq) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terkait dengan adanya net outflow yang

terjadi pada periode sebelumnya (akhir tahun 2013) .

Namun demikian, persentase jumlah uang kartal tidak layak edar (PTTB) terhadap

inflow di Provinsi Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan penurunan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat rasio PTTB terhadap inflow di Jawa

Timur pada Triwulan I 2014 adalah sebesar 28,66% , menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 42,04% .

Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang

dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat

mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui

brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang

kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada

akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.

Gambar 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)

-

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

45,00

0,00

1.000,00

2.000,00

3.000,00

4.000,00

5.000,00

6.000,00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Mil

iar

Ru

pia

h

PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs

85

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

c. Temuan Uang Palsu

Selama Triwulan I Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui

perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan

dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan

sebanyak 6.955 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut menurun -9,13% (qtq)

apabila dibandingkan dengan temuan pada Triwulan IV 2013 yang tercatat sebanyak

7.654 lembar.

Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di

Jawa Timur pada Triwulan I 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan

Gambar 3.49 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)

Sumber : Bank IndonesiaSurabaya

Gambar 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)

Gambar 3.50 Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)Lembar

45%

27%

17%

11%

Surabaya Malang Kediri Jember

78%

19%

1% 1% 0%

100.000 50.000 20.000 10.000

5.000 2.000 1.000

86

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

proporsi sebesar 78% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota

terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih

menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di w ilayah Jawa Timur (45% ).

Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi

berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat

preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya

memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan

unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di

dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif

dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun

pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.

3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai

Alat pembayaran nontunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai

masyarakat. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank

Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring.

Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan

di Indonesia. Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat

mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa

saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring

dilakukan melalui sistem BI-RTGS.

Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan

transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa

Timurterus mengalami peningkatan dari w aktu ke waktu dengan dominasi terbesar

transaksi RTGS.

87

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)

BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap

transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia

pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas

transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang

termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi

Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90%

dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai

sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important

Payment System).

Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal

Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal

Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan

melalui SKNBI meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut

berlaku sejak tanggal 31 Mei 2013.

Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya

kebutuhan masyarakat akan nominal trnasfer SKNBI yang lebih besar.Diharapkan

kenaikan batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan

yang lebih luas kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI serta

mendukung kelancaran Sistem Pembayaran.

Gambar 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Kliring RTGS

88

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Pada Triwulan I 2014, jumlah nominal transaksi kliring (dari Jawa Timur, ke Jawa

Timur dan antar Jawa Timur) tercatat sebesar Rp 426,96 triliun. Jumlah tersebut lebih

rendah -12,39% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Triwulan IV 2013

yang tercatat sebesar Rp 487,32 triliun. Demikian pula dengan volume transaksi yang

tumbuh negatif sebesar -41,85% (qtq) dari 411.368 transaksi pada Triwulan IV 2013

menjadi 239.219 transaksi pada Triwulan I 2013. Perlambatan transaksi RTGS pada

periode laporan diperkirakan didorong oleh penurunan transaksi ekonomi masyarakat

pasca berlalunya momen hari raya natal dan tahun baru 2013.

Gambar 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur

Gambar 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

1

10

100

1.000

10.000

100.000

1.000.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Tra

nsa

ksi

Volume Nominal (Rp Triliun) rhs

(60,00)

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

% q

tq

Nominal Volume

89

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar

transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian

yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi

outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas

perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa

Timur masih mendominasi besarnya transaksi.

Tercatat transaksi RTGS selama Triwulan I -2014dari, ke dan antar kota Surabaya

mencapai Rp 252,81triliun dengan volume sebanyak 170.890 transaksi. Kota lain di Jawa

Timur yang memiliki t ransaksi RTGS cukup tinggipada periode ini adalah Kediri, Malang,

Gresik, Jember dan Sidoarjo.

b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)

Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui

transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur

diikuti oleh 459 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar

di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor

Perwakilan Bank Indonesia di w ilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan

Jember.

Gambar 3.54 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I - 2014

0,00

50.000,00

100.000,00

150.000,00

200.000,00

250.000,00

300.000,00

SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK JEMBER SIDOARJO

Nilai Volume

90

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada

Triwulan I 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat

jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 44,55 triliun, lebih

tinggi apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi

sebesar Rp 44,39 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut meningkat 0,37% (q tq)

dibandingkan periode sebelumnya.

Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat peningkatan

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triwulan I 2014

adalah 1,17 juta lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan).

Jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah warkat kliring pada Triwulan IV 2014 yang tercatat

sebanyak 1,06 juta lembar (meningkat 9,91% qtq).

3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran

Kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai pada

Triwulan II 2014 diperkirakan meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan

aktifitas ekonomi masyarakat khususnya pada saat liburan dan persiapan tahun ajaran baru

Jumlah

Kota Kantor

Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal

(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)

Surabaya 260 993.161 38.916.260 49.658 1.945.813 16.420 686.740 821 34.337 1,65 1,76

Malang 65 99.527 3.119.400 4.976 155.970 1.585 82.111 79 4.106 1,59 2,63

Kediri 78 34.627 1.421.572 1.731 71.079 675 29.412 34 1.471 1,95 2,07

Jember 56 37.702 1.094.794 1.885 54.740 605 17.373 30 869 1,60 1,59

Jatim 459 1.165.017 44.552.026 58.251 2.227.601 19.285 815.636 964 40.782 1,66 1,83

Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari

Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan

dalam jutaan rupiah

Tabel 3.7

Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I - 2014

Gambar 3.55 Transaksi Kliring di Jawa Timur Gambar 3.56 Tolakan Transaksi Kliring di Jawa Timur

0,00

0,50

1,00

1,50

0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,00

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

2012 2013 2014

Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

Tw

II

Tw

III

Tw

IV

Tw

I

2012 2013 2014

Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan

91

BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014

di bulan Juni 2014. Adanya event Majapahit Travel Fair yang akan dilaksanakan pada

tanggal 8 11 Mei 2014 di Grand City Convex, Surabaya dapat menjadi salah satu

pendorong peningkatan transaksi ekonomi di Jawa Timur.

Optimisme pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang diproyeksikan meningkat dari

6,6% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,7% (yoy) pada tahun 2014 turut menguatkan

potensi peningkatan transaksi sistem pembayaran di Jawa Timur selama tahun 2014. Hal

tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran

(PHR) serta stabilitas perbankan.

92

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Boks 5

Pengaruh Kinerja APBD terhadap BPD

Kinerja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2013 mengalami

penurunan, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Realisasi pendapatan menurun sebesar

13,20% , dari Rp66,28 triliun menjadi Rp57,53 triliun, sementara realisasi belanja menurun

sebesar 7% dari Rp59,94 triliun menjadi Rp55,75 triliun. Pada tahun 2013, penyerapan

pendapatan maupun belanja mencapai 101,03% dan 88,98% (Grafik 1), sedikit mengalami

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan kinerja pendapatan ini salah satunya

disebabkan karena kondisi perekonomian lokal yang mengalami perlambatan, sehingga

penerimaan asli daerah dan pajak mengalami tekanan akibat aktivitas perekonomian yang

terbatas. Sementara itu, kinerja belanja mengalami perlambatan karena terdapat permasalahan

teknis dalam melakukan lelang pengadaan barang dan jasa Pemerintah Daerah. Banyaknya

pungutan liar serta prinsip kehati-hatian yang diterapkan Pemerintah Daerah dalam melakukan

belanja pembangunan turut menghambat eksekusi belanja.

Grafik 1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Grafik 2 Realisasi Pendapatan dan Belanja

Provinsi dan Kab./Kota di Jawa Timur 2010-2013 Kab./Kota Tw. I 2014

Pada triwulan I 2014, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur mengalami surplus APBD

dengan realisasi pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja. Sebagai

contoh, dalam grafik 2 menunjukkan bahwa beberapa w ilayah di Jawa Timur (Kota Surabaya)

mengalami surplus di triwulan I 2014 hingga Rp639 miliar. Di awal tahun ini pembaikan

kegiatan usaha mulai terlihat, sehingga pendapatan cenderung meningkat. Sementara itu,

realisasi belanja cenderung masih minim dikarenakan adanya keterlambatan pengesahan APBD

di sebagian Kabupaten/Kota.

98.92%93.50% 97.21%

88.98%

118.30%113.09% 114.88%

101.03%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

2010 2011 2012 2013

PENDAPATAN BELANJA

% Penyerapan Belanja % Penyerapan Pendapatan

Juta Rp %

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Kab.

Jember

Kab.

Sidoarjo

Kota

Surabaya

Kota Kediri

Pendapatan

Belanja

Surplus

Juta Rp

93

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Jawa Timur pada triwulan I 2014

cenderung meningkat. Sebanyak 51,29% Dana Pihak Ketiga (DPK) BPD di Jawa Timur

merupakan dana yang disetor oleh Pemerintah Daerah, sehingga kinerja APBD relatif signifikan

berpengaruh terhadap kinerja BPD. Pada triwulan I 2014, peningkatan pendapatan APBD Jawa

Timur direspon dengan peningkatan DPK sebesar 8,78% atau Rp12,92 triliun. Sementara itu, di

triwulan IV 2013 lalu, peningkatan belanja Pemerintah Daerah meningkat signifikan seiring

dengan semakin banyaknya eksekusi proyek yang dilakukan, sehingga dana Pemerintah di

perbankan harus dicairkan. Hal ini semakin menurunkan DPK dari Pemerintah Daerah di BPD

yang turun mencapai 75,39% . Pola tersebut terjadi setiap tahun, sehingga stabilitas DPK BPD

dapat diprediksi dan diantisipasi, namun tetap diperlukan prinsip kehati-hatian (grafik 3).

Non Performing Loan (NPL) BPD di Jawa Timur pada awal tahun 2014 menunjukkan

peningkatan. Hingga Maret NPL BPD sebesar 2,99% , meningkat 0,73% dibandingkan bulan

yang sama pada tahun 2013 yang mencapai 2,27% (grafik 4). Peningkatan tersebut

disebabkan karena terjadinya fraud di beberapa cabang, seperti di Surabaya, Kediri dan

Jombang. Pengalihan dana Pemerintah dari BPD ke bank umum lainnya juga mulai terlihat di

Jawa Timur. Grafik 5 dan 6 Menunjukkan bahwa pangsa dana Pemerintah Daerah disimpan di

tiga bank utama, yaitu Bank Jatim, BNI dan BTN. Sebagaimana informasi yang diperoleh bahwa

pada tahun 2013, dana Bank Jatim selaku BPD di Jawa Timur berpindah ke bank lain senilai

Rp739 miliar yang disebabkan karena tingginya persaingan usaha antar bank. Oleh karena itu,

untuk mewujudkan kinerja BPD yang berkesinambungan, maka pelayanan dan inovasi produk

BPD harus tetap ditingkatkan.

Grafik 3 Grafik 4

Pertumbuhan DPK dari Pemda di BPD NPL Bank Umum dan BPD di Jawa Timur

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 4 5 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2010 2011 2012 2013 2014

DPK g DPK (%)

Miliar Rp

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2013 2014

BRI Bank Mandiri BNI Bank Jatim BTN

%

94

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014

Grafik 5 Grafik 6

Pertumbuhan DPK dari Pemda di Bank Umum dan BPD Pangsa Penempatan Dana Pemda

-100

-50

0

50

100

150

200

3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 4 5 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013 2014

BRI BANK MANDIRI BNI BANK JATIM BTN

%

3.43%

88.45%

6.62%

BRI BANK MANDIRI BNI BANK JATIM BTN

95

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

4.1. UMUM

Anggaran Pendapatan dan Bealnja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan

keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD).

Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan

dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan

Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara.Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan

suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu

daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

khususnya penerimaan pajak daerah.

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh

DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD memiliki fungsi

otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi

mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan

dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam

penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber dayakeuangan

daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh

sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu

kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.

96

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan

dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar

Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan

tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran

belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp

18,79 triliun pada tahun 2014.

4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014

(Juta Rupiah)

0,00

5.000.000,00

10.000.000,00

15.000.000,00

20.000.000,00

2010 2011 2012 2013 2014

Pendapatan BelanjaJuta Rupiah

APBD APBD Perubahan

(%)

Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014

PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 18.799.577,31 14,64

PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 12.503.564,80 20,43

PAJAK DAERAH 8.598.000,00 10.685.000,00 24,27

RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 104.887,32 1,24

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 339.967,75 1,51

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.346.172,75 1.373.709,74 2,05

DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 3.459.730,70 9,01

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.455.559,86 1.491.306,55 2,46

DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.866.548,19 14,33

DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 101.875,97 18,95

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.842.633,26 2.836.281,81 -0,22

PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 30.812,40 -16,27

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.805.832,56 2.805.469,41 -0,01

Uraian

97

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dianggarkan pada tahun

2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan

anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan anggaran tertinggi adalah pada

kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan prosentase kenaikan sebesar 14,64% ,

terutama didorong oleh Pajak Daerah yang dianggarkan meningkat 24,27% . Kelompok

pendapatan Dana Perimbangan dianggarkan meningkat dengan prosentase yang lebih kecil

yaitu sebesar 9,01% . Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil

dengan prosentase penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara itu Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dianggarkan sedikit lebih

rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dengan prosentase perubahan sebesar -0,22% .

Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jawa

Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total

anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,51 triliun. PAD antara lain bersumber dari

penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah.

Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain Pendapatan yang Sah

memperoleh proporsi anggaran yang lebih kecil. Dana Perimbangan dianggarkan sebesar Rp

3,46 triliun atau 18,40% dari anggaran pendapatan, dan anggaran lain-lain Pendapatan

Daerah yang Sah dianggarkan sebesar Rp 2,84 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan

daerah.

Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan

terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada

Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur

83%

1%

3%13%

PAD 2013PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI

DAERAH YANG SAH 85%

1%

3%11%

PAD 2014PAJAK DAERAH

RETRIBUSI DAERAH

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI

DAERAH YANG SAH

98

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun

sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% . Proporsi terbesar dalam anggaran

Pendapatan Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah Dana Perimbangan sebesar 18,40%

dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .

4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah

Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (Juta Rupiah)

Grafik 4.2Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I (%)

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

PENDAPATAN ASLI

DAERAH

DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN

PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH

%

2013 2014

APBD APBD

Th. 2013 Th. 2014

PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 3.703.328,00 24,23 18.799.577,31 4.070.336,49 21,65

PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 2.401.844,00 25,22 12.503.564,80 2.725.561,04 21,80

PAJAK DAERAH 8.598.000,00 2.023.366,00 25,73 10.685.000,00 2.348.387,74 21,98

RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 19.186,00 15,18 104.887,32 17.633,03 16,81

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN

DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 0,00 339.967,75 0,00 0,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH1.346.172,75 359.292,00 29,82 1.373.709,74 359.540,27 26,17

DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 652.828,00 22,54 3.459.730,70 622.182,70 17,98

DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL

BUKAN PAJAK1.455.559,86 82.919,00 7,04 1.491.306,55 0,00 0,00

DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 544.216,00 33,33 1.866.548,19 622.182,70 33,33

DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 25.693,00 30,00 101.875,97 0,00 0,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH2.842.633,26 648.654,00 22,63 2.836.281,81 722.592,74 25,48

PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 7.106,00 66,94 30.812,40 4.907,16 15,93

DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI

KHUSUS2.805.832,56 611.518,00 21,41 2.805.469,41 717.685,59 25,58

Realisasi Uraian

Realisasi

Tw I 2013 Tw I 2014

99

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

Secara keseluruhan, realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur selama

Triwulan I 2014 lebih kecil apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun

sebelumnya. Tercatat realisasi pendapatan pada Triwulan I 2014 adalah sebesar 21,65% , lebih

kecil dibandingkan dengan Triwulan I 2013 yang sebesar 24,23% . Penurunan realisasi

angagran pendapatan terjadi pada seluruh kelompok pendapatan, yaitu Pendapatan Asli

daerah, dana perimbangan serta Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

4.2.3. Anggaran Belanja Daerah

Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014

direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 17,611 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Belanja

Tidak Langsung mencatat peningkatan 13,85% , dari Rp 11,20 triliun pada Tahun 2013

menjadi Rp 12,75 triliun pada Tahun 2014. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih

kecil yaitu sebesar Rp 6,04 triliun atau lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi

Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp 4,48 triliun dengan prosentase

sebesar 35,10% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya

Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013

(Juta Rupiah)

APBD APBD Perubahan

(%)

Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014

BELANJA DAERAH 17.611.859,87 18.796.934,71 6,73

BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 12.755.043,69 13,85

BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.935.973,67 20,32

BELANJA BUNGA 5.516,77 4.174,94 -24,32

BELANJA HIBAH 5.139.576,86 4.477.219,66 -12,89

BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 12.149,38 -79,51

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

3.298.463,28 4.443.118,75 34,70

BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.010.668,49 1.703.157,58 68,52

BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 179.249,72 120,89

BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 6.041.891,02 -5,71

BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 698.342,41 -39,72

BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 4.123.498,81 3,06

BELANJA MODAL 1.248.575,22 1.220.049,80 -2,28

Uraian

100

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten / Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun).

Sementara itu, Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai

dianggarkan sebesar Rp 1,94 triliun atau 15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase

alokasi belanja tidak langsung pegawai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar 14,36% .

Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih

mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegawai

dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56% dan 20,19% .

Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013

menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat

dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara

itu adanya efisiensi tercermin dari prosentase belanja langsung pegawai terhadap total belanja

langsung yang menunjukkan penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi

11,56% pada tahun 2014.

Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62,44% pada

tahun 2013 menjadi 68,25% pada tahun 2014 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan

14% 0%

46%

1%

29%

9%

1%

2013BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA

PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA

15% 0%

35%

0%

35%

13%

2%

2014BELANJA PEGAWAI

BELANJA BUNGA

BELANJA HIBAH

BELANJA BANTUAN SOSIAL

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA

PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

BELANJA TIDAK TERDUGA

18%

62%

20%

2013

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

12%

68%

20%

2014

BELANJA PEGAWAI

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL

Grafik 4.3Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur

Grafik 4.4Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur

101

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan

dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Demikian pula dengan

alokasi anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud

yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan yang meningkat dari 19,48%

pada tahun 2013 menjadi 20,19% pada tahun 2014.

4.2.3. Realisasi Belanja Daerah

Pada periode laporan (Triwulan I 2014), realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur

adalah sebesar 17,21% dari anggaran. Prosentase tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat realisasi sebesar 15,29% . Apabila

ditinjau berdasarkan sub kelompoknya, realisasi tert inggi diperkirakan masih pada Belanja Tidak

Langsung yaitu di kisaran 21,18% dari yang dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung

terealisasi lebih rendah yaitu di kisaran 8,82% dari yang telah dianggarkan.

Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (Juta Rupiah)

APBD APBD

Th. 2013 Th. 2014

BELANJA DAERAH 17.611.859,87 2.479.379,00 15,29 18.796.934,71 3.234.828,08 17,21

BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 1.844.021,00 18,10 12.755.043,69 2.702.147,99 21,18

BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 316.715,00 18,35 1.935.973,67 328.156,43 16,95

BELANJA BUNGA 5.516,77 1.045,00 18,94 4.174,94 658,50 15,77

BELANJA HIBAH 5.139.576,86 1.263.633,00 25,33 4.477.219,66 771.885,95 17,24

BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 11.961,00 15,49 12.149,38 1.183,23 9,74

BELANJA BAGI HASIL KEPADA

PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN

PEMERINTAHAN DESA

3.298.463,28 0,00 0,00 4.443.118,75 862.625,00 19,41

BELANJA BANTUAN KEUANGAN

KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA

DAN PEMERINTAHAN DESA

1.010.668,49 250.666,00 27,76 1.703.157,58 666.328,29 39,12

BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 0,00 0,00 179.249,72 71.310,59 39,78

BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 635.358,00 10,54 6.041.891,02 532.680,10 8,82

BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 211.592,00 19,47 698.342,41 96.169,06 13,77

BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 411.159,00 10,42 4.123.498,81 425.500,35 10,32

BELANJA MODAL 1.248.575,22 12.606,00 1,27 1.220.049,80 11.010,69 0,90

Realisasi Uraian

Realisasi

Tw I 2013 Tw I 2014

102

BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014

Secara historis, realisasi anggaran belanja pemerintah pada triwulan awal tahun secara

umum lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan. Hal tersebut terkait

dengan masih minimnya proyek yang direalisasikan pada periode awal tahun.

Grafik 4.5 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan I

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG

%

2013 2014

103

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT

5.1. UMUM

Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada triwulan I 2014 mengalami

perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Data ketenagakerjaan Jawa Timur

menunjukkan terjadinya penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan

peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Secara sektoral, penyerapan

tenaga kerja mulai beralih dari sektor primer, yakni pertanian ke sektor sekunder dan

tersier, seperti industri, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Hal ini seiring dengan

akselerasi pertumbuhan ekonomi terutama pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (PHR) serta Industri Pengolahan yang meningkat. Sementara itu, terbatasnya

lahan dan relatif rendahnya insentif untuk menjadi petani turut berkontribusi pada

penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Sementara itu, kesejahteraan

masyarakat yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN)

mengalami peningkatan pada triwulan I 2014.

5.2. KETENAGAKERJAAN

5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur

Data ketenagakerjaan Jawa Timur pada triwulan I 2014 mengalami perbaikan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penduduk yang siap bekerja dan berusia

kerja (angkatan kerja) di Jawa Timur meningkat sebesar 1,40% dari 20,43 juta orang

menjadi 20,71 juta orang. Sebanyak 95,98% (19,88 juta orang) dari angkatan kerja

tersebut merupakan penduduk yang sedang bekerja, sisanya merupakan penduduk yang

menganggur.

Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (Ribu orang)

Sumber : BPS Jat im, (diolah)

2014

Feb Aug Feb Aug Feb

Angkatan Kerja 20,157.74 20,238.06 20,462.20 20,432.45 20,717.77

Bekerja 19,331.59 19,411.26 19,653.85 19,553.91 19,885.39

Menganggur 826.15 826.80 808.35 878.54 832.38

TPAK (%) 69.54% 69.57% 70.11% 69.78% 70.52%

TPT (%) 4.10% 4.09% 3.95% 4.30% 4.02%

Kegiatan2012 2013

104

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tersebut seiring dengan

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur triwulan I 2014 yang mengalami ekspansi.

Permintaan domestik yang meningkat menggerakkan produksi output sektor riil,

sehingga tenaga kerja yang digunakan juga meningkat. Secara sektoral, tenaga kerja di

Jawa Timur sebanyak 36,86% diserap di sektor pertanian, selanjutnya, 21,79% di sektor

perdagangan, 14,30% di sektor industri dan 14,24% di sektor jasa kemasyarakatan.

Sumber : BPS Jat im, (diolah)

Grafik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral

Di Jawa Timur mulai terdapat pola pergeseran penyerapan tenaga kerja antara

sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.1 di

atas, pada Februari 2012, terdapat 40,93% penduduk yang bekerja di sektor pertanian,

namun jumlah tersebut menurun secara gradual, hingga mencapai 36,86% di Februari

2014. Sementara itu, penyerapan di sektor sekunder, seperti sektor industri mengalami

peningkatan dari 13,46% pada Februari 2012 menjadi 14,30% di Februari 2014. Begitu

pula, di sektor tersier (perdagangan serta jasa kemasyarakatan) yang cenderung

meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Hal ini disebabkan karena akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang

terutama didorong oleh pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

serta Industri Pengolahan. Oleh karena itu, penyerapan di kedua sektor tersebut

cenderung meningkat. Sementara itu, adanya alih fungsi lahan, rendahnya insentif

untuk menjadi petani merupakan faktor penyebab penurunan penyerapan tenaga kerja

di sektor pertanian. Hal ini juga searah dengan hasil sensus pertanian 2013 yang

40.93% 39.65% 38.68% 37.90% 36.86%

13.46% 14.76% 14.65% 14.21% 14.30%

20.27% 20.03% 20.74% 20.98% 21.79%

13.91% 12.91% 13.59% 15.54% 14.24%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Feb Ags Feb Ags Feb

2012 2013 2014

Pertanian Industri KonstruksiPerdagangan Transportasi Jasa KemasyarakatanLainnya *)

105

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

menyatakan bahwa rumah tangga petani menurun dari 14,18 juta orang pada sensus

tahun 2003 menjadi 10,18 juta orang pada sensus tahun 2013 di Jawa.

Sumber : BPS Jat im, (diolah) Sumber : BPS Jat im, (diolah)

Grafik 5.2 Grafik 5.3 PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal

Sumber : BPS Jat im, (diolah)

Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal

Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur yang membaik juga ditunjukkan dengan

penyerapan tenaga kerja di sektor formal yang tumbuh signifikan, meningkat 4,58%

jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2013 lalu. Sementara itu, di sektor informal

mengalami penurunan, hanya mampu tumbuh 0,25% , lebih rendah dibandingkan

dengan Agustus 2013 yang mencapai 0,53% . Semakin banyak pekerja di sektor

formal, maka risiko pekerjaan semakin rendah dengan kepastian penghasilan yang

lebih tinggi. Pekerja di sektor formal sebagian besar (89,67% ) bekerja sebagai buruh/

karyawan, sisanya merupakan pekerja yang dibantu buruh tetap.

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Feb Ags Feb Ags Feb

2012 2013 2014

Formal Informal g Formal- Skala Kanan g Informal- Skala Kanan

Ribu Orang %

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Feb Ags Feb Ags Feb

2012 2013 2014

Buruh/Karyawan Berusaha Dibantu Buruh Tetap

Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap

Pekerja Bebas Pekerja Keluarga/Tdk Dibayar

Ribu Orang

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%

SD ke Bawah

SMP

SMA

SMK

DI/II/III

Universitas

Feb-14 Feb-12

106

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Di sisi informal, pekerja di Jawa Timur pada Februari 2014 sebagian besar

dibantu oleh buruh tidak tetap (28,88% ) dan pekerja keluarga atau tidak dibayar

(28,61% ). Tingginya pekerja di sektor ini, terutama pekerja keluarga yang tidak dibayar

pada umumnya terdapat di pedesaan dengan kegiatan utamanya adalah pertanian.

Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jawa Timur masih jauh dari standar. Terbukti

dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di tingkat Sekolah

Dasar (SD) mencapai 51,99% dari total pekerja di Jawa Timur. Namun demikian, pada

Februari 2014, proporsi jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami

penurunan, sementara itu, pekerja yang lulus SMP,SMA, SMK dan Perguruan Tinggi

mengalami peningkatan.

Kenaikan Upah M inimum Kota (UMK) di Jawa Timur pada tahun 2014 ini telah

direspon oleh masing-masing pelaku usaha, terutama dengan relokasi perusahaan ke

tempat yang memiliki UMK lebih rendah (Jawa Timur Bagian Barat dan Jawa Tengah).

Selain itu, perusahaan juga membebankan biaya kenaikan upah pada harga barang dan

jasa yang dihasilkan. Oleh sebab itu, kenaikan UMK tidak signifikan berpengaruh pada

penurunan angkatan kerja yang justru meningkat sebesar 1,40% .

5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1

Indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja

KPw BI Wilayah IV Jawa Timur, secara qtq, menunjukkan adanya penurunan penggunaan

tenaga kerja di triwulan I 2014.

Tabel 5.2

Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur

1SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan

yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi

(sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang.

I II III IV I II III IV Tw I Tw II*

REALISASI

1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 -0.17 -0.97 1.70

PERTAMBANGAN 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.73 0.07 0.00

INDUSTRI PENGOLAHAN -3.50 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 -2.87 -1.13 -0.12

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 0.36 -0.88 -0.90

BANGUNAN 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.26 0.44 0.88

PHR 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 0.79 -2.87 0.52

PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 0.76 0.52 0.68

KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.26 1.37 1.86

JASA - JASA -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 -0.84 0.51 0.55

TOTAL -0.83 7.54 2.70 -1.99 -6.95 -4.81 -6.31 -0.72 -2.94 5.17

*) Ekpektasi Penyerapan Tenaga Kerja

PERTANIAN

SEKTOR2012 2013 2014

107

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Penurunan penggunaan tenaga kerja tersebut terutama terjadi di sektor utama

Jawa Timur, terutama Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan Industri Pengolahan.

Di sisi lain, penggunaan tenaga kerja di sektor konstruksi atau bangunan mengalami

peningkatan. Hal ini sejalan dengan pembangunan proyek infrastruktur dan residensial

yang sedang pesat di Jawa Timur.

Grafik 5.5 Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral

5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN

Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur yang tercermin pada

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan I 2014 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

5.3.1. Kesejahteraan Petani

Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik

Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013

mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar

2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring

dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan.

Tabel 5.3

Nilai Tukar Petani di Jawa

Sumber : BPS Jat im, (diolah)

-10.00

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III IV Tw I

2011 2012 2013 2014

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

%, SBT

-10.00

-8.00

-6.00

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

I II III IV I II III IV I II III IV Tw I Tw II*

2011 2012 2013 2014

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHANPHR PERTAMBANGANLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNANPENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN

%, SBT

Provinsi Mar 14 Apr 14 ∆Banten 105.59 105.62 0.03

Jabar 104.64 103.79 -0.85

Jateng 100.28 99.98 -0.3

DIY 102.05 102.04 -0.01

Jatim 104.07 104.19 0.12

108

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur relatif stabil di triwulan I 2014.

Dibandingkan dengan NTP nasional yang menurun drastis (dari 101,96 menjadi 101,80

pada Februari 2014), NTP Jawa Timur tumbuh lebih tinggi di level 104,19. Sebagian

besar Provinsi di Jaw a mengalami penurunan NTP (Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY),

namun Jawa Timur dan Banten mampu tumbuh stabil di tengah perlambatan tersebut.

Stabilnya NTP Jawa Timur disebabkan karena penurunan indeks harga yang

dibayar petani (IB) lebih besar dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang

diterima petani (IT). Komoditas yang menyebabkan kenaikan indeks harga yang

diterima petani di bulan April 2014 antara lain kayu nilam, jeruk, tomat, ikan layang

dan sapi potong. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang

diterima petani adalah gabah, cabai raw it, ikan swanggi, bawang merah, dan ikan

lemuru.

Indeks harga yang dibayar petani pada bulan April 2014 mengalami penurunan

sebesar 0,14% dari 110,67 (Maret 2014) menjadi 110,51. Penurunan indeks ini

disebabkan karena indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) mengalami

penurunan sebesar 0,24% , sedangkan indeks biaya produksi dan pembentukan barang

modal meningkat sebesar 0,11% .

Sumber : BPS Jat im, (diolah)

Grafik5.7

Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt),

dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013

NTP Jawa Timur yang relatif stabil juga disumbang dari peningkatan NTP sub

sektor peternakan dan hortikultura. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan sejalan

dengan harga komoditas ternak, seperti daging sapi dan ayam yang cenderung

104.19

115.15

110.51

95

100

105

110

115

120

NTP IT IB

Apr 13 Des 13 Mar 14 Apr 14

109

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

meningkat. Sementara itu, peningkatan NTP di sub sektor hortikultura seiring dengan

dimulainya masa panen di awal tahun ini, sehingga meningkatkan indeks yang diterima

petani di Jawa Timur.

Sumber : BPS Jat im, (diolah)

Grafik 5.8

NTP Sub Sektor Pertanian di Jawa Timur

5.3.2. Kesejahteraan Nelayan

Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa

Timur mengalami peningkatan di triwulan I 2014. NTN meningkat sebesar 0,67% dari

104,99 menjadi 105,69 di bulan April 2014. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang

diterima nelayan (IT) meningkat sebesar 0,76% , lebih tinggi dibandingkan dengan

peningkatan indeks harga yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 0,09% .

Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan

adalah ikan layang, ikan kakap, ikan tongkol, rajungan dan udang. Tingginya NTN di

triwulan ini disebabkan karena tinggi gelombang di laut pada bulan Februari hingga

Maret kembali normal setelah relatif t inggi di bulan Januari 2014. Hal ini menyebabkan,

nelayan dapat melaut lebih lama, sehingga hasil tangkapan meningkat. Apabila

dibandingkan dengan Provinsi lain, NTN di Jawa Timur relatif t inggi dan meningkat di

bulan April 2014 (bersama dengan Banten dan DKI Jakarta).

90 95 100 105 110 115

Tanaman Pangan

Hortikultura

Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

Apr 14 Apr 13

110

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sumber : BPS Jat im, (diolah) Sumber : BPS Jat im, (diolah)

Grafik 5.9 Grafik 5.4

NTN, IT dan IB Jawa Timur Nilai Tukar Nelayan di Jawa

5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR

Secara umum beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur

menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah

satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun

menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),

jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2

pada September 2013 turun sebesar 0,35 poin dari 13,08% pada September 2012 menjadi

12,73% atau sebesar 4.865.820 jiwa, namun selama 1 semester ini prosentase penduduk

miskin mengalami peningkatan 0,18 poin. Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik

pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah

satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah

program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan

kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal

sosial lokal sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk

penganggulangan kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan

kemiskinan dengan cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan

menengah (UMKM), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T)

yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur.

2Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

Garis Kemiskinan.

105.69

117.39

111.07

90.00

95.00

100.00

105.00

110.00

115.00

120.00

NTN IT IB

Des 12 Des 13 Mar 14 Apr 14 Provinsi Mar 14 Apr 14 ∆DKI Jakarta 103.48 105.47 1.99

Jabar 104.06 103.41 -0.65

Jateng 106.38 105.59 -0.79

DIY 105.36 104.69 -0.67

Jatim 105.02 105.69 0.67

Banten 111.66 112.26 0.60

111

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Grafik 5.10

Perkembangan Penduduk M iskin di Jawa Timur (% )

Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah

MakananBukan

MakananTotal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan

Maret 2008 131.487 51.921 183.408 2.438.76 13.15

Maret 2009 145.676 56.948 202.624 2.148.51 12.17 -0.98

Maret 2010 152.965 60.418 213.383 1.873.55 10.58 10.58

Maret 2011 169.242 65.303 234.546 1.768.23 9.87 -0.71

Sept 2011 174.210 68.193 242.403 1.734.31 9.66 -0.21

Maret 2012 175.806 69.499 245.305 1.630.63 9.06 -0.81

Sept 2012 182.073 71.874 253.947 1.605.96 8.90 -0.16

Maret 2013 187.350 77.853 265.209 1.550.46 8.57 -0.33

Pedesaan

Maret 2008 118.971 36.461 155.432 4.581.19 23.64

Maret 2009 131.522 43.106 174.628 3.874.07 21.00 -2.64

Maret 2010 139.806 46.073 185.879 3.655.76 19.74 19.74

Maret 2011 155.457 50.818 206.275 3.587.98 18.19 -1.55

Sept 2011 161.141 53.025 214.166 3.493.00 17.66 -0.53

Maret 2012 167.352 54.864 222.216 3.440.34 17.35 -0.84

Sept 2012 176.674 57.882 234.556 3.354.58 16.88 -0.47

Maret 2013 189.172 61.358 250.530 3.220.80 16.15 -0.73

Kota + Desa

Maret 2008 125.091 44.020 169.112 7.019.95 18.51 -1.47

Maret 2009 138.440 49.874 188.317 6.022.59 16.68 -1.83

Maret 2010 146.240 53.087 199.327 5.529.30 15.26 -1.42

Maret 2011 162.017 57.711 219.727 5.365.21 14.23 -1.03

Sept 2011 167.360 60.243 227.603 5.227.31 13.85 -0.38

Maret 2012 171.375 61.827 233.202 5.070.98 13.40 -0.83

Sept 2012 179.244 64.540 243.783 4.960.54 13.08 -0.32

Maret 2013 188.306 69.205 257.510 4.771.26 12.55 -0.53

Sept 2013 201.683 72.075 273.758 4.865.82 12.73 0.18

Sumber : BPS Jatim

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

Daerah/ tahunJumlah Penduduk

Miskin (Ribu)

Persentase

Penduduk Miskin

Perubahan

Persentase

Penduduk Miskin

(%)

0

5

10

15

20

25

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

21.09 19.9818.51

16.68

15.2613.85

13.0812.73

112

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis

kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar Rp 273.758,- atau meningkat sebesar 0,18

poin dari garis kemiskinan Maret 2013. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah

satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur, dampak dari kenaikan harga BBM yang

mempengaruhi daya beli penduduk miskin. Komoditas makanan yang berpengaruh besar

terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi

lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan

adalah bensin, listrik, pakaian jadi laki-laki dewasa dan pakaian jadi perempuan.

Tabel 5.6

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)di Jawa Timur Menurut

Daerah

Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga

menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap

garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )

Maret 2008 2.34 4.38 3.38

Maret 2009 2.18 3.54 2.88

Maret 2010 1.53 3.18 2.38

Maret 2011 1.51 2.96 2.27

September 2011 1.25 2.67 2

Maret 2012 1.25 2.32 1.81

September 2012 1.29 2.52 1.93

Maret 2013 1.31 2.32 1.84

Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )

Maret 2008 0.61 1.23 0.93

Maret 2009 0.6 0.91 0.76

Maret 2010 0.37 0.79 0.59

Maret 2011 0.35 0.72 0.54

September 2011 0.28 0.63 0.46

Maret 2012 0.27 0.48 0.38

September 2012 0.3 0.57 0.44

Maret 2013 0.33 0.52 0.43

September 2013 0,34 0,66 0,50

Sumber : BPS Jatim

113

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi

Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami

peningkatan sebesar 0.23 poin. Tercatat pada Maret 2013 sebesar 1,84 menjadi 2.07 pada

September 2013. Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,11 poin)

dan pedesaan (0,34 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan

0,07 poin atau menjadi 0,50 pada September 2013. Peningkatan keduanya mengindikasikan

rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan

ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.

114

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

6.1 PERKIRAAN PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR

Tren perbaikan ekonomi Jatim diperkirakan masih terjadi di triwulan II 2014.

Pertumbuhan ekonomi Jatim diperkirakan meningkat sebesar 0,2% , dari 6,4% menjadi 6,6%

pada triwulan II 2014.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh

peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, pemerintah serta membaiknya kinerja

ekspor-impor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi penghasilan masyarakat

di triwulan II 2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen

(Grafik 6.1). Ekspektasi penghasilan yang tinggi akan mendorong pengeluaran rumah tangga

untuk konsumsi semakin tinggi pula. Selanjutnya, indeks keyakinan konsumen lebih

mengkonfirmasi arah keyakinan konsumen atas kondisi ekonomi saat ini (triwulan II 2014)

dibandingkan dengan periode selanjutnya, mengingat tingginya risiko ketidakpastian politik

dan arah kebijakan pemerintah pasca PILPRES 2014 (lihat grafik 6.2). Pada triwulan ini,

masyarakat cenderung melakukan konsumsi yang lebih besar untuk mengantisipasi adanya

momen puasa dan libur sekolah.Pada triwulan II 2014, komoditas makanan, minuman, dan

tembakau, barang budaya dan rekreasi serta komoditas pendidikan diperkirakan mengalami

peningkatan.

Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen

Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan

Diperkirakan, pada triwulan kedua, pertumbuhan belanja pemerintah akan semakin

meningkat mencapai 3,1% . Hal ini didorong pula oleh dampak penyelenggaraan PILPRES di

triwulan II 2014 dan semakin tingginya realisasi pembangunan infrastruktur di Jatim.

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Penghasilan Saat Ini

Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini

INDEKS

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

(INDEKS)

115

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Pada triwulan II 2014, ekspor diperkirakan relatif stabil seiring dengan semakin

positifnya perekonomian negara maju dan upaya diversifikasi tujuan ekspor.Pertumbuhan

industri hilir di negara lain, seperti industri makanan dan minuman akan turut mendorong

ekspor minyak nabati dan hewani serta bahan kimia organik dari w ilayah Jatim. Potensi

peningkatan harga emas perhiasan turut meningkatkan kinerja ekspor perhiasan dan mutiara.

Sementara itu, investasi diperkirakan tumbuh melambat dengan pertumbuhan di

angka 6,90% (yoy). Dengan rampungnya beberapa proyek infrastruktur di Jatim meliputi

pengembangan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) Tahap I di Surabaya, penyelesaian

Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Blimbingsari Banyuwangi dan penyelesaian

Jalan Tol Mojokerto Kertosono. Selain itu, upaya PEMDA untuk terus mendorong

pembangunan beberapa smelter ditahun ini diharapkan menahan laju perlambatan investasi

hingga akhir tahun 2014.Hingga saat ini, terdapat dua perusahaan smelter yang tengah

melakukan pembangunan, yakni di Kabupaten Tuban dan Situbondo.

Kinerja sektor riil, yakni Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta Industri

Pengolahan diperkirakan meningkat dalam merespon peningkatan konsumsi rumah tangga

pada liburan sekolah. Beberapa pelaku usaha juga mulai meningkatkan produksinya dalam

rangka mengantisipasi tingginya permintaan menjelang bulan puasa dan lebaran. Neraca

perdagangan diperkirakan masih mengalami surplus didorong oleh perbaikan ekonomi

negara maju.

Perbaikan kinerja sektor PHR diperkirakan terus berlanjut hingga triwulan II 2014 yang

mampu meningkatkan pertumbuhan sektor PHR lebih tinggi.Banyaknya momentum libur

dimanfaatkan masyarakat dengan mengunjungi beragam tempat w isata.Dengan diresmikannya

bandara Banyuwangi dan Jember pada triwulan ini, diharapkan kunjungan w isatawan

mancanegara semakin meningkat, mengingat tingginya potensi obyek w isata di kedua

daerah ini.

Sementara itu, masih terdapat beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai bagi

keberlanjutan sektor Industri Pengolahan pada triwulan II 2014 yaitu adanya peningkatan tarif

listrik industri dan penerapan pajak daerah pada komoditas rokok. Kebijakan penerapan tarif

tenaga listrik diperkirakan menambah biaya operasional perusahaan sebesar 20% . Namun

demikian, tingginya permintaan global dan domestik di triwulan II 2014 mampu menahan

penurunan kinerja sektor ini. Oleh karena itu, industri pengolahan relatif terjaga stabil

pada triwulan ini.

116

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Pada triwulan II 2014 diperkirakan sektor pertanian mengalami peningkatan seiring

dengan semakin tingginya volume panen di beberapa w ilayah. Risiko yang perlu diwaspadai,

dimulainya musim kemarau di awal bulan Mei diperkirakan menurunkan produksi padi, namun

produksi tanaman palaw ija, khususnya kedelai dan jagung serta tembakau

diperkirakan meningkat. Perbaikan sisi penawaran tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan

tenaga kerja pelaku usaha (Grafik 6.3 dan 6.4).

Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha

Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja

6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIM UR

Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka

inflasi kota Jawa Timur pada Tw II-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran

6,3% s/d 6,5% .

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2009 2010 2011 2012 2013 2014

TOTAL PERTANIAN

INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

SBT

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2009 2010 2011 2012 2013 2014

TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR

(%, SBT)

117

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko

Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw II-2014 dari ketiga kelompok inflasi relatif

meningkat, khususnya pada inflasi kelompok administered price dan core inflation, dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Volatile Food

Pada bulan April dan Mei 2014 akan dimulai musim panen bagi beberapa komoditas

strategis Jawa Timur seperti beras, bawang merah, cabai merah dan cabai raw it di sentra-

sentra produksi Jawa Timur. Hal ini akan meningkatkan pasokan di masyarakat dan

mendorong penurunan harga. Walaupun demikian perlu pula diwaspadai terjadinya El

Nino yang diproyeksi mulai berlangsung di Mei 2014 dan berpotensi menyebabkan

kekeringan di beberapa w ilayah serta menurunkan tingkat produksi beras di kisaran

1,10% . Meskipun demikian, diproyeksi upward risk tersebut dapat diantisipasi melalui

berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur serta penambahan

Menurun Meningkat Stabil

Tw I-2014 Tw II-2014 Faktor Risiko

- Dimulainya masa panen raya untuk beberapa komoditas pangan

khususnya beras, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit

- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 13 bulan

ke depan

- Keterbatasan stok sapi sehingga tidak memenuhi permintaan

masyarakat

- Adanya El Nino yang berpotensi menurunkan tingkat produksi

beras di kisaran 1,10%

- Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai

Peraturan Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014

- Adanya kenaikan tarif l istrik industri

- Berfluktuatifnya harga komoditas internasional dan belum

stabilnya nilai tukar Rupiah berpotensi meningkatkan harga

barang impor

- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi

dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa

- Dampak lanjutan kenaikan tarif PPN BM

- Dimulainya bulan Ramadhan yang berpotensi meningkatkan

permintaan masyarakat

Administered

Price

Tw II-2014

Core Inflation

Tw II-2014

Volatile Food

Tw II-2014

118

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

luas lahan untuk penanaman komoditas kedelai sehingga dapat meminimalkan

peningkatan risiko inflasi pangan.

2. Administered Price

Potensi utama pendorong inflasi kelompok administered price adalah kenaikan tarif listrik

industri yang diberlakukan sejak Mei 2014 serta berlanjutnya penerapan Peraturan Menteri

Perhubungan No. 2 tahun 2014 oleh maskapai penerbangan yang berdampak pada

kenaikan harga tarif angkutan udara. Selain itu adanya bulan Ramadhan di akhir Tw II-

2014 juga dapat memicu kenaikan harga di sub kelompok transportasi yang mendorong

kenaikan inflasi kelompok ini.

3. Core Inflation

Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw II-2014 seiring dengan adanya Hari

Raya Keagamaan yang memicu tingginya ekspektasi masyarakat dan tingkat konsumsi.

Selain itu, second round effect kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi pada kenaikan

biaya produksi dan harga jual produk, serta berlanjutnya penerapan PPNBM pada beberapa

produk kebutuhan sehari-hari juga menjadi potensi kenaikan inflasi dari sisi tradable.

6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014

Secara keseluruhan diperkirakanpertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai

6,4-6,8% (yoy), cenderung meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% .

Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 ini relatif lebih tinggi dibandingkan tahun

2013 (6,55% , yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi

lainnya di Pulau Jawa.

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah Daerah diperkirakan

semakin terakselerasi seiring dengan tingginya kebutuhan politik di tahun Pemilu. Sementara

itu, investasi diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi, seiring dengan telah diselesaikannya

banyak proyek infrastruktur dan upaya ekspansi industri logam dan kimia organik. Namun

demikian, masih terdapat risiko tekanan biaya produksi yang dapat mempengaruhi keputusan

investasi pelaku usaha. Adanya realisasi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah seperti mulai

beroperasinya Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta Tol Trans Jawa

berpotensi turut mendorong peningkatan kinerja investasi sektor riil.

119

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Pembaikan perekonomian global dan regional sepanjang tahun ini secara optimis

diharapkan mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014. Faktor risiko yang perlu

diwaspadai pada tahun 2014 adalah daya saing produk Jatim menjelang pelaksanaan

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, khususnya produk UMKM. Selain itu, adanya transfer

of knowledge pada aliran tenaga kerja dan investasi yang bebas perlu segera disepakati di

antara negara anggota menjelang pemberlakuan MEA 2015 mendatang.

Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor

utama, yakni pertanian dan industri pengolahan yang meningkat sebagai dampak dari

membaiknya produksi pertanian serta meningkatnya permintaan domestik pasca kenaikan

UMK 2014 dan pengaruh dari kegiatan penyelenggaraan Pemilu di sepanjang tahun. Dampak

Pemilu terbesar terjadi pada triwulan II yaitu pada saat pelaksanaan PILPRES 2014. Nilai tukar

yang mulai menemukan keseimbangannya juga menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan

kinerja perdagangan Jatim yang mengalami surplus. Sektor pertanian pun hingga akhir tahun

2014 tidak signifikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi serta

penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan

penurunan produksi tanaman pangan.

Sementara itu, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

diperkirakan tumbuh terbatas sebagai respon atas kebijakan pengetatan kepemilikan rumah.

Di sisi lain, kebijakan peningkatan suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran kredit oleh

bank berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama subsektor bank.

Selanjutnya, kenaikan tarif angkutan udara di awal tahun diperkirakan turut mempengaruhi

kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi hingga tumbuh lebih rendah dibandingkan

dengan tahun 2013.

6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014

Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda dibandingkan periode laporan

atau berada di kisaran proyeksi 5,1% - 5,3% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya

keagamaan pada Tw II-2014 dan Tw IV-2014 akan menjadi pendorong utama inflasi yang

bersifat seasonal. Sementara dari sisi penawaran, adanya beberapa bencana seperti banjir dan

erupsi Gunung Kelud di awal tahun 2014, serta potensi badai El Nino pada tahun 2014

diproyeksi akan sedikit mengurangi kecukupan pasokan di masyarakat.

120

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

Secara ringkas prospek inflasi tersebut teruraikan sebagai berikut :

1. Volatile Food

Pergerakan harga pada kelompok bahan makanan sampai dengan Triwulan III-2014

diprediksi akan mengalami penurunan dan meningkat kembali pada Tw IV-2014. Hal

tersebut dapat dijelaskan melalui 2 (dua) aspek, yaitu :

Sisi Permintaan

- Sebagaimana trend pada periode-periode sebelumnya, trend permintaan akan mereda

pada Tw II-2014, kemudian meningkat pada awal Tw III-2014 dan akhir Tw -IV 2014

seiring dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Natal.

- Selain hari raya keagamaan, peningkatan permintaan juga diproyeksi berasal dari

pelaksanaan Pemilu pada Juli 2014 yang akan mendorong kenaikan konsumsi.

Sisi Penawaran

Tingkat produksi komoditas pangan pada selama tahun 2014 diproyeksi akan sedikit

menurun seiring dengan pergeseran musim panen akibat banjir pada awal tahun 2014 dan

gangguan produksi akibat erupsi Gunung Kelud. Meskipun demikian, hal tersebut akan

tertahan oleh :

- Penanaman kembali lahan yang rusak karena banjir dan erupsi Gunung Kelud yang

dikoordinasikan oleh Dinas Pertanian sehingga mencegah gangguan produksi yang

lebih besar.

- Adanya musim panen di sentra produksi di Jawa Timur pada Tw II-2014. Kelebihan

produksi (misal : komoditas beras) dapat menjadi cadangan ketika terjadi shortage

- Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melakukan penambahan luas tanam

komoditas kedelai seluas 500 ribu hektar sehingga dapat mendorong peningkatan

produksi kedelai di Jawa Timur.

- Menyikapi potensi terjadinya badai El Nino, diproyeksi terdapat peningkatan produksi

tanaman palaw ija, seperti jagung, kedelai serta tanaman perkebunan seperti tembakau

karena ketiga tanaman tersebut cenderung membutuhkan air lebih sedikit daripada

padi, sehingga mampu bertahan di tengah kondisi kering.

2. Administered Price

Tekanan inflasi kelompok administered price pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda.

Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat inflasi kelompok ini yaitu :

Upward Risk

121

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur

Triwulan I Tahun 2014

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA

- Rencana kenaikan tarif listrik industri di kisaran 38,9% - 64,7% yang diberlakukan pada

1 Mei 2014 dan dibebankan pada tagihan listrik bulan Juni 2014.

- Rencana penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg).

- Masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas rokok.

Downward Risk

- Hilangnya dampak base year kenaikan harga BBM pada awal Tw III-2014 sehingga

mampu mendorong inflasi kelompok ini kembali kepada pola normalnya.

- Peningkatan tarif listrik dilakukan pula secara bertahap sehingga meminimalkan

dampak kenaikan harga signifikan komoditas lainnya.

3. Core Inflation

Tingkat inflasi kelompok ini pada akhir tahun 2014 diproyeksi masih relatif stabil di

kisaran 4% - 4,5% . Pendorong utama inflasi adalah masih belum stabilnya nilai tukar

dan harga komoditas internasional, dampak adanya Pemilu 2014 dan kenaikan pajak

barang mewah, serta kenaikan tarif listrik dan UMP yang berpotensi dibebankan pada

biaya produksi.

xix

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013

DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan

daerah

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap

bulannya

BI-RTGS

Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-

membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer

dana

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan

yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka

Ekspor dan Impor

Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar

provinsi

Faktor Fundamental

Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi

permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat

Fakor Non Fundamental

Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun

distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(adminisered price)

Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam

rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional

Imported inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar

negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100

xx

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga

konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh

masyarakat luas

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices

Inflow

Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi

Kredit

Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-

meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk

Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)

Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang

dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai

perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan

dalam bentuk laporan

mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Net Inflow

Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank,

baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL

dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan

dan (3) macet

Omset

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Outflow

Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia

xxi

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi

daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

qtq

Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada

pembentukan PDRB secara keseluruhan

Volatile Food

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat

bergejolak karena faktor-faktor tertentu

yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

lxxii

DAFTAR SINGKATAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013

DAFTAR SINGKATAN

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BBM

Bahan Bakar Minyak

BOPO

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

BPS

Badan Pusat Stat ist ik

IHK

Indeks Harga Konsumen

IKK

Indeks Keyakinan Konsumen

KPR

Kredit Pemilikan Rumah

LDR

Loan to Deposit Ratio

LTV

Loan to Value

NIM

Net Interest Margin

NPF

Non Performing Financing

NPL

Non Performing Loan

PHR

Perdagangan, Hotel dan Restoran

PLN

Perusahaan List rik Negara

PMA

Penanaman Modal Asing

lxxiii

DAFTAR SINGKATAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013

PMDN

Penanaman Modal Dalam Negeri

PMTB

Pembentukan Modal Tetap Domest ik Bruto

q-t-q

Quarter to quarter

RBB

Rencana Bisnis Bank

SKDU

Survei Kegiatan Dunia Usaha

yoy

Year on year