Upload
hangoc
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penerbit :
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011 psw. 8301/8258 Fax : 031-3554178 Email : [email protected] Bahan soft copy dari kajian ini dapat di download pada web BI (http://www.bi.go.id)
Visi, Misi dan Nilai Strategis
Bank Indonesia
Visi dan Misi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV (Jawa Timur)
Misi Kantor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:
“Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda
dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan
ekonomi daerah.”
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV:
“Menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan
peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.”
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan
nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar
yang stabil “
Misi Bank Indonesia :
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta
mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi
sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata
kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang
diamanatkan UU.
Nilai – Nilai Strategis :
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination
and Teamwork
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur
Triwulan I - 2014 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi stakeholders eksternal maupun
internal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian, perbankan dan sistem
pembayaran di Jawa Timur baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan.
Analisa pada kajian ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah
Provinsi Jawa Timur didasarkan pada data dan informasi yang diperoleh dari berbagai
pihak seperti perbankan dan instansi di lingkungan pemerintah daerah, BUMN maupun
swasta. Atas seluruh bantuan tersebut kami mengucapkan penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Harapan kami, hubungan kemitraan yang terjalin selama
ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan
masukan dan saran untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat
memberikan kemanfaatan yang maksimal.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan kekuatan dan
kemudahan kepada kita semua dalam memberikan kontribusi yang terbaik bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Surabaya, 16 Mei 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
WILAYAH IV (JAWA TIMUR)
Dwi Pranoto
Direktur Eksekutif
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GRAFIK iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ix
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR xiii
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIMUR xiv
DAFTAR ISTILAH xv
DAFTAR SINGKATAN xviii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1
1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TW. I 2014 1
1.1.1 SISI PERMINTAAN 2
a. Konsumsi 3
b. Investasi 6
c. Ekspor - Impor 9
c.1 Ekspor Impor Antar Daerah 9
c.2 Ekspor Impor Luar Negeri 10
1.1.2 SISI PENAWARAN 12
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran 14
b. Sektor Indust ri Pengolahan 16
c. Pertanian 18
d. Keuangan, Persewaan dan Jasa 20
e. Bangunan 22
f . Pengangkutan dan Komunikasi 23
BOKS 1 25
BOKS 2 29
BOKS 3 32
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 36
2.1 KONDISI UMUM 36
2.2 INFLASI BULANAN (mtm) 37
2.3 INFLASI TRIWULAN (qtq) 42
2.4 INFLASI TAHUNAN (yoy) 46
2.5 INFLASI MENURUT KOTA 48
2.6 DISAGREGASI INFLASI 50
BOKS 4 POTENSI EL NINO DAN DAMPAKNYA PADA PRODUKSI PANGAN JATIM 55
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN &SISTEM PEMBAYARAN 59
3.1 PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM 60
DAFTAR ISI
DAMPAK UU MINERBA TERHADAP EKONOMI JATIM
KESIAPAN UMKM JATIM DALAM MENGHADAPI MEA 2015
PENGARUH NILAI TUKAR THD DAYA SAING EKSPOR INDUSTRI PENGOLAHAN
3.1.1. ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF 62
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) 62
3.1.3. KREDIT 65
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) 69
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN 72
3.2.1. RISIKO KREDIT 72
3.3 PERBANKAN SYARIAH 73
3.4 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 76
3.5 BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA 78
3.6 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 81
3.6.1 TRANSAKSI KEUANGAN TUNAI 81
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI 86
BOKS 5 92
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 95
4.1 UMUM 95
4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR 96
4.2.1 Pendapatan Daerah 96
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah 98
4.2.3 Belanja Daerah 99
4.2.4 Realisasi Belanja Daerah 101
BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 103
5.1 UMUM 103
5.2 KETENAGAKERJAAN 103
5.2.1 Data Ketenagakerjaan Jawa Timur 103
5.2.2 Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 106
5.3 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN 107
5.3.1 Kesejahteraan Petani 107
5.3.2 Kesejahteraan Nelayan 109
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR 110
BAB 6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA 114
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR 114
6.2 PERKIRAAN INFLASI JATIM 116
6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014 118
6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014 119
PENGARUH KINERJA APBD TERHADAP KINERJA BPD DI JATIM
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan) 1
Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Penawaran) 13
Tabel 1.3 Dampak Erupsi Kelud pada Tanaman Perkebunan di Kediri 19
Tabel 2.1 Inf lasi Triwulan IV Tahun 2013 & Triwulan I 2014 di Jawa Timur (mtm) 37
Tabel 2.2 Inf lasi & Sumbangan Inf lasi di Jawa Timur (qtq) 42
Tabel 2.3 Stok Beras dan Penyaluran Raskin 44
Tabel 2.4 Inf lasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang 46
Tabel 2.5Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur (%yoy) 48
Tabel 2.6 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV - 2013 (%yoy) 49
Tabel 2.7Sumbangan Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan IV-
2013 (%yoy)50
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan ( Bank Umum & BPR ) di Jawa Timur 59
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur 60
Tabel 3.3 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 72
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur 76
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat Di Surabaya 79
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inf low-Out f low) Kantor Bank Indonesia 82
Tabel 3.7 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw.IV - 2013 90
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur 2013 (Juta Rupiah) 96
Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Prov.Jat im Triwulan 2013 (juta
Rupiah)98
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Prov.Jawa Timur Tahun 2013 99
Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 101
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur 103
Tabel 5.2Perkembangan Penggunaan Reanaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU
Jawa Timur106
Nilai Tukar Petani di Jawa 107
Nilai Tukar Nelayan di Jawa 110
Tabel 5.3 Garis Kemiskinan, Jumlah & Presentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 111
Tabel 5.4Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Jawa
Timur Menurut Daerah112
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inf lasi dan Faktor Risiko 117
DAFTAR TABEL
Graf ik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jat im 2
Graf ik 1.2 Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur 2
Graf ik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi dan Investasi 2
Graf ik 1.4 Pertumbuhan Ekspor Impor 2
Graf ik 1.5 Indeks Omset Riil (SPE) 3
Graf ik 1.6 Konsumsi List rik Rumah Tangga 3
Graf ik 1.7 Indeks kondisi Ekonomi saat ini (IKE) 4
Graf ik 1.8 Kinerja Kredit Konsumsi 4
Graf ik 1.9 Komposisi Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 4
Graf ik 1.10 Penyaluran Kredit Konsumsi (Rumah dan Mobil) 4
Graf ik 1.11 Survei Konsumen Kondisi saat ini 5
Graf ik 1.12 Survei Konsumen Ekspektasi Masyarakat 5
Graf ik 1.13 Impor Barang Konsumsi 5
Graf ik 1.14 Simpanan Perorangan di Perbankan 5
Graf ik 1.15 Nilai Proyek PMA 6
Graf ik 1.16 Nilai Proyek PMDN 6
Graf ik 1.17 Jumlah Proyek PMA 6
Graf ik 1.18 Jumlah Proyek PMDN 6
Graf ik 1.19 Kinerja PMTB (Investasi Sektor Riil) 7
Graf ik 1.20 Penyaluran Kredit Investasi 7
Graf ik 1.21 Perkembangan Impor Barang Modal 7
Graf ik 1.22 Realisasi Pendapatan & Belanja TW. I 2014 7
Graf ik 1.23 Rencana & Realisasi Investasi 8
Graf ik 1.24 Konsumsi Semen 8
Graf ik 1.25 Impor Barang Modal 8
Graf ik 1.26 Komposisi Impor Barang Modal 8
Graf ik 1.27 Kinerja Ekspor Impor Jat im 9
Graf ik 1.28 Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa 9
Graf ik 1.29 Kinerja Perdagangan LN dan DN 10
Graf ik 1.30 Bongkar Muat Ekspor DN 10
Graf ik 1.31 Kinerja Perdagangan LN dan DN 11
Graf ik 1.32 Neraca Perdagangan Ekspor LN 11
Graf ik 1.33 Negara Utama Tujuan Ekspor 11
Graf ik 1.34 Bongkar Muat Ekspor DN 11
Graf ik 1.35 Kinerja Ekspor Impor LN 12
Graf ik 1.36 Komposisi Impor LN 12
Graf ik 1.37 Pertumbuhan Tiga sektor Utama 13
DAFTAR GRAFIK
Graf ik 1.38 Pertumbuhan Sektor Pendukung 13
Graf ik 1.39 Pertumbuhan Sektor pendukung 13
Graf ik 1.40 Ut ilisasi kapasitas produksi 14
Graf ik 1.41 Ut ilisasi kapasitas produksi sektoral 14
Graf ik 1.42 Indeks realisasi Usaha 14
Graf ik 1.43 Indeks realisasi Usaha Sektoral 14
Graf ik 1.44 Pertumbuhan Subsektor PHR 15
Graf ik 1.45 TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman 15
Graf ik 1.46 Lama Wisatawan Menginap di Hotel 16
Graf ik 1.47 Konsumsi List rik Golongan Bisnis 16
Graf ik 1.48 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan 18
Graf ik 1.49 Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang Modal 18
Graf ik 1.50 Konsumsi List rik Golongan industri 18
Graf ik 1.51 Pertumbuhan Subsektor Pertanian 20
Graf ik 1.52 Luas Lahan Tanam dan Panen Padi 20
Graf ik 1.53 Luas Lahan Tanam dan PanenJagung di Jat im 20
Graf ik 1.54 Luas Lahan Puso di Jat im 20
Graf ik 1.55 Pertumbuhan Subsektor Keuangan 21
Graf ik 1.56 Perkembangan Kredit Perbankan di Jat im 21
Graf ik 1.57 Volume Penjualan semen di jat im 23
Graf ik 1.58 Indeks Harga Propert i Residensial 23
Graf ik 1.59 Rata-Rata Penjualan Propert i Residensial 23
Graf ik 1.60 Arus Penumpang di Tanjung Perak 24
Graf ik 1.61 Arus Barang di tanjung Perak 24
Graf ik 1.62 Penumpang Domest ik di Bandara Juanda 24
Graf ik 1.63 Penumpang Internasional di Bandara Juanda 24
Graf ik 2.1 Inf lasi Jawa Timur & Nasional (yoy) 36
Graf ik 2.2 Perkembangan Inf lasi Jawa Timur 36
Graf ik 2.3 Disagregasi Inf lasi Jawa Timur 36
Graf ik 2.4 Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy) 36
Graf ik 2.5 Inf lasi per Kelompok Barang (mtm) 38
Graf ik 2.6 Inf lasi Januari 2014 per Kelompok Barang 38
Graf ik 2.7 Inf lasi Februari 2014 per Kelompok Barang 38
Graf ik 2.8 Inf lasi Maret 2014 per Kelompok Barang 38
Graf ik 2.9 Inf lasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm) 39
Graf ik 2.10 Penyumbang Inf lasi Januari 2014 39
Graf ik 2.11 Inf lasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm) 40
Graf ik 2.12 Inf lasi Emas Perhiasan 40
Graf ik 2.13 Penyumbang Inf lasi Administered Price (mtm) 41
Graf ik 2.14 Inf lasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan 43
Graf ik 2.15 Perbandingan Inf lasi Sub kelompok Bahan Makanan 43
Graf ik 2.16 Harga Beras Internasional dan Lokal 44
Graf ik 2.17 Inf lasi Beras Jawa Timur 44
Graf ik 2.18 Inf lasi Sub Kelompok Bumbu-Bumbuan 45
Graf ik 2.19 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jat im 45
Graf ik 2.20 Persebaran Masa Panen Komoditas Cabe Rawit 45
Graf ik 2.21 Inf lasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 - 2014 46
Graf ik 2.22Inf lasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan Jadi, Sandang dan
Transportasi (yoy) 2010-201446
Graf ik 2.23 Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan Makanan Tahun 2013 - 2014 47
Graf ik 2.24Inf lasi Tahunan (yoy) Kelompok Transport , Komunikasi dan Jasa
Keuangan 47
Graf ik 2.25 Perbandingan Inf lasi Tahunan (mtm) 8 Kota di Jawa Timur 49
Graf ik 2.26 Perbandingan Inf lasi Tahunan (yoy) 8 Kota di Jawa Timur 49
Graf ik 2.27 Disagregasi Inf lasi Jat im (yoy) 50
Graf ik 2.28 50
Graf ik 2.29 51
Graf ik 2.30 Disagregasi Inf lasi (mtm) Jawa Timur 51
Graf ik 2.31 Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen 53
Graf ik 2.32 Ekspektasi Harga yang Akan Datang 53
Graf ik 2.33 Sub Kelompok Penyumbang Inf lasi Administered Price 54
Graf ik 3.1 Perkembangan LDR 61
Graf ik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank 61
Graf ik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy) 62
Graf ik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum 62
Graf ik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum 62
Graf ik 3.6 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 63
Graf ik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (y-o-y) 64
Graf ik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga (qtq) 64
Graf ik 3.9 Perkembangan DPK per Jenis Simpanan 64
Graf ik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%) 64
Graf ik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan - BI Rate 64
Graf ik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy) 66
Graf ik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq) 66
Graf ik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 67
Graf ik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank 67
Graf ik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan(y-o-y) 67
Graf ik 3.17 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t -q) 67
Graf ik 3.18 Proporsi Kredit Sektoral 67
Graf ik 3.19 NPL Kredit Sektoral 68
Graf ik 3.20 Perbandingan Suku Bunga Kredit & BI Rate 69
Graf ik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM 70
Graf ik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank 70
Graf ik 3.23 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jat im 71
Graf ik 3.24 Perkembangan Penyaluran KUR di Jat im 65
Graf ik 3.25 Perkembangan NPL Bank Umum 73
Graf ik 3.26 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan 73
Graf ik 3.27 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (qtq) 74
Graf ik 3.28 Perkembangan indikator Perbankan Syariah (yoy) 74
Graf ik 3.29 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jat im 74
Graf ik 3.30 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy) 74
Graf ik 3.31 Perkembangan Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 75
Graf ik 3.32 Pangsa Pembiayaan Syariah per jenis pengunaan 75
Graf ik 3.33Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Rat io (FDR)
Perbankan Syariah di Jawa Timur 76
Graf ik 3.34 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (%-yoy) 77
Graf ik 3.35 Pertumbuhan Dana Pihak Ket iga BPR (%-qtq) 77
Graf ik 3.36 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy) 77
Graf ik 3.37 Proporsi Kredit BPR PerJenis Penggunaan 78
Graf ik 3.38 Perkembangan LDR & NPL BPR 78
Graf ik 3.39 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy) 79
Graf ik 3.40 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (qtq) 79
Graf ik 3.41 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya 79
Graf ik 3.42Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya
(qtq) 79
Graf ik 3.43Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di
Surabaya (qtq) 80
Graf ik 3.44 Proporsi Kredit Perjenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya 80
Graf ik 3.45 Perkembangan LDR dan NPL Bank Berkantor Pusat di Surabaya 81
Graf ik 3.46Perkembangan Arus Uang Tunai (inf low - out f low) dalam juta rupia 83
Graf ik 3.47 Perkembangan Net Flow Jawa Timur 83
Graf ik 3.48 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB) 84
Graf ik 3.49 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan 85
Graf ik 3.50 Stat ist ik Uang Palsu yg Ditemukan 85
Graf ik 3.51 Stat ist ik Pecahan Uang Palsu yg Ditemukan 85
Graf ik 3.52 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur 87
Graf ik 3.53 Perkembangan Transaksi RTGS Di Jawa Timur 88
Graf ik 3.54 Pertumbuhan Transaksi RTGS (QTQ) 88
Graf ik 3.55 6 Kota Dengan Akt ivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I 2014 89
Graf ik 3.56 Perkembangan Transaksi Kliring di Jat im 90
Graf ik 3.57 Tolakan Transaksi Kliring di Jat im 90
Graf ik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jat im 96
Graf ik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Jat im 97
Graf ik 4.3Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 (Juta
Rupiah) 98
Graf ik 4.4 Proporsi Anggaran Belanja Tidak langsung Prov. Jat im 100
Graf ik 4.5 Proporsi Anggaran Belanja Langsung Prov. Jat im 100
Graf ik 4.6 Realisasi Anggaran Belanja 2013 dan 2014 102
Graf ik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sisi Sektoral 104
Graf ik 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 105
Graf ik 5.3 Komposisi Tenaga Kerja Formal 105
Graf ik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal 105
Graf ik 5.5 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama 107
Graf ik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral 107
Graf ik 5.7Perubahan NTP Jat im, Indeks harga yang diterima (lt ), Indeks harga yang
dibayar (lb) 2012 - 2013 108
Graf ik 5.8 Subsektor NTP Jat im (%) 109
Graf ik 5.9 Perubahan NTN Jat im, Indeks harga yg diterima (lt ), dan Indeks harga
yang dibayar (lb) 110
Graf ik 5.10 Perkembangan Penduduk Miskin di Jawa Timur (%) 111
Graf ik 6.1 Indeks Ekspetasi Konsumen (IEK) 114
Graf ik 6.2 Indeks Ekspetasi Penghasilan 114
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
ix
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
RINGKASAN
EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL (KER)
TRIWULAN I 2014
Asesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Perekonomian Jawa Timur menunjukkan perbaikan pada triwulan I
2014. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini tercatat sebesar
6,4% (yoy), meningkat 0,2% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2013
(6,2% , yoy)). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
nasional yang tercatat sebesar 5,2% (yoy).
Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja ekonomi disebabkan
masih tingginya konsumsi rumah tangga serta perbaikan kinerja
ekspor. Faktor eksternal juga turut berpengaruh dalam
peningkatan kinerja ekonomi Jatim. Perekonomian negara maju
dan mitra dagang yang bergerak positif berdampak pada surplus
neraca perdagangan luar negeri Jatim. Sementara itu, realisasi
investasi terutama di sektor riil cenderung tertahan.
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor tumbuh meningkat,
hanya sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) dan sektor
Pengangkutan & Komunikasi yang tumbuh melambat .
Membaiknya kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jawa Timur
turut mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri.
Sementara itu, dimulainya masa panen dan relatif berkurangnya
curah hujan di sentra-sentra utama mendorong meningkatnya
produksi di sektor pertanian. Penyelenggaraan Pemilihan Legislatif
(Pileg) di triwulan ini turut mewarnai kenaikan kinerja sektor jasa
ke level 8,45% (yoy).
Asesmen Inflasi
Inflasi Jatim pada triwulan I 2014 terkoreksi pada level 6,59% (yoy)
turun dibandingkan periode sebelumnya (7,59% ) dan lebih rendah
dibandingkan inflasi Nasional (7,32% ). Perhitungan inflasi pada
Kinerja ekonomi Jatim membaik sebesar 6,4% (yoy), lebih t inggi dibandingkan
nasional (5,2% ).
Inflasi Jatim terkoreksi di level 6,59% , lebih rendah dibanding inflasi nasional (7,32% ).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
x
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH)
tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan
dilakukan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu
Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Sumenep, Probolinggo, Madiun
dan Banyuwangi.
Masih sejalan dengan periode sebelumnya, inflasi kelompok
administered price menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur
(3,04% -yoy), disusul kemudian oleh kelompok core inflation
(2,49% ) dan volatile foods (1,06% ). Kenaikan tarif transportasi dan
bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) yang terjadi di awal tahun
2014 berkontribusi bagi tingginya inflasi kelompok administered
price. Sedangkan kelompok volatile foods mulai kembali kepada
pola wajarnya yang berada di kisaran 3% - 8% sebagai dampak
telah dimulainya musim panen pada akhir triwulan I 2014 dan
tidak adanya permasalahan pada komoditas hortikultura seperti
tahun 2013.
Secara historis, inflasi Jawa Timur sejalan dengan inflasi nasional
dan relatif lebih tinggi. Namun dengan berbagai upaya
pengendalian inflasi, sejak tahun 2013 Jawa Timur mulai
mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional dan
menempati posisi kedua terendah di kawasan Jawa setelah DI
Yogyakarta. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari yang
terendah yaitu DIY (6,18% ), Jawa Timur (6,59% ), Jawa Tengah
(7,08% ), Jawa Barat (7,53% ) dan tertinggi terjadi pada Provinsi
Banten (9,61% ).
Asesmen Perbankan
Sampai dengan triwulan I 2014, kinerja perbankan di Jawa Timur
baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih
menunjukkan perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari
indikator total aset, kredit dan DPK yang tumbuh dengan baik
serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah dan stabil,
yaitu di bawah level 5% . Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh
Kinerja
perbankan di
Jawa Timur
masih terus
menunjukkan
perkembangan
posit if dengan
pertumbuhan
kredit mencapai
23,18% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
xi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
t inggi yaitu sebesar 16,2% (yoy) hingga mencapai Rp 430,97 triliun
pada triwulan I 2014. Kredit tumbuh sebesar 23,18% (yoy) dari
sebesar Rp 252,7 triliun pada triwulan I 2013 menjadi Rp 311,27
triliun pada triwulan I 2014. Demikian pula dengan Dana Pihak
Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR di Jawa Timur yang mencatat
pertumbuhan sebesar 13,25% (yoy) menjadi sebesar Rp 337,85
triliun pada periode laporan.
Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama
didorong oleh terjaganya kondisi perekonomian nasional dan
daerah. Dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan kredit
yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 23,18% (yoy) pada
triwulan I 2014, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas
peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur diperkirakan
masih akan terus meningkat.
Prospek Ekonomi, Inflasi dan Perbankan Tw II 2014
Pada triwulan II 2014 tren perbaikan ekonomi Jatim diperkirakan
masih terjadi. Pertumbuhan ekonomi Jatim diperkirakan meningkat
sebesar 0,2% , dari 6,4% menjadi 6,6% . Dari sisi permintaan,
pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, pemerintah serta
membaiknya kinerja ekspor-impor. Pada triwulan ini, masyarakat
cenderung melakukan konsumsi yang lebih besar untuk
mengantisipasi adanya momen puasa dan libur sekolah. Pada
triwulan II 2014, komoditas makanan, minuman, dan tembakau,
barang budaya dan rekreasi serta komoditas pendidikan
diperkirakan mengalami peningkatan.
Diperkirakan, pada triwulan kedua, pertumbuhan belanja
pemerintah akan semakin meningkat mencapai 3,1% didorong
oleh penyelenggaraan Pemilu Presiden. Sementara itu, investasi
diperkirakan tumbuh melambat dengan pertumbuhan di angka
6,90% (yoy). Dengan rampungnya beberapa proyek infrastruktur
di Jatim serta rencana pembangunan smelter di tahun ini
Ekonomi Jatim
pada triwulan II
2014
diperkirakan
tumbuh pada
rentang 6,4% -
s.d 6,8% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
xii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
diharapkan menahan laju perlambatan investasi hingga akhir
tahun 2014.
Kinerja sektor riil, yakni Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
serta Industri Pengolahan diperkirakan meningkat dalam merespon
peningkatan konsumsi rumah tangga pada liburan sekolah.
Sementara itu, masih terdapat beberapa faktor risiko yang perlu
diwaspadai bagi keberlanjutan sektor Industri Pengolahan pada
triwulan II 2014 yaitu adanya peningkatan tarif listrik industri dan
penerapan pajak daerah pada komoditas rokok. Kebijakan
penerapan tarif tenaga listrik diperkirakan menambah biaya
operasional perusahaan sebesar 20% . Namun demikian, tingginya
permintaan global dan domestik di triwulan II 2014 mampu
menahan penurunan kinerja sektor ini.
Pada triwulan II 2014 diperkirakan sektor pertanian mengalami
peningkatan seiring dengan semakin tingginya volume panen di
beberapa w ilayah. Risiko yang perlu diwaspadai, dimulainya musim
kemarau di awal bulan Mei diperkirakan menurunkan produksi
padi, namun produksi tanaman palaw ija, khususnya kedelai dan
jagung serta tembakau diperkirakan meningkat.
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa
indikator harga, maka inflasi kota Jawa Timur pada Tw II-2014
diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran 6,3% s/d
6,5% . Tekanan inf lasi pada Tw II-2014 dari ket iga kelompok
inf lasi relat if meningkat, khususnya pada inflasi kelompok
administered price dan core inflation.
Potensi utama pendorong inf lasi kelompok administered
price adalah kenaikan tarif listrik industri yang diberlakukan
sejak Mei 2014 serta berlanjutnya penerapan Peraturan
Menteri Perhubungan No. 2 tahun 2014 oleh maskapai
penerbangan yang berdampak pada kenaikan harga tarif
Inflasi IHK pada
triwulan II 2014,
diperkirakan berada
di kisaran 6,3% s/d
6,5% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
xiii
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
angkutan udara. Selain itu adanya bulan Ramadhan di akhir
triwulan II 2014 juga dapat memicu kenaikan harga di sub
kelompok transportasi yang mendorong kenaikan inf lasi
kelompok ini.
Core inflation di triwulan II 2014 diproyeksi meningkat seiring
dengan adanya Hari Raya Keagamaan yang memicu tingginya
ekspektasi masyarakat dan tingkat konsumsi. Selain itu, second
round effect kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi pada
kenaikan biaya produksi dan harga jual produk, serta berlanjutnya
penerapan PPN BM pada beberapa produk kebutuhan sehari-hari
juga menjadi potensi kenaikan inflasi dari sisi tradable.
Inflasi volatile food pada triwulan II 2014 diperkirakan mereda
seiring dimulainya musim panen bagi beberapa komoditas strategis
Jawa Timur. Hal ini akan meningkatkan pasokan di masyarakat dan
mendorong penurunan harga. Walaupun demikian perlu pula
diwaspadai terjadinya El Nino yang diproyeksi mulai berlangsung di
Mei 2014 dan berpotensi menyebabkan kekeringan di beberapa
w ilayah serta menurunkan tingkat produksi beras di kisaran
1,10% . Meskipun demikian, diproyeksi upward risk tersebut dapat
diantisipasi melalui berbagai kebijakan yang diambil oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur serta penambahan luas lahan
untuk penanaman komoditas kedelai sehingga dapat
meminimalkan peningkatan risiko inflasi pangan.
Diperkirakan pada triwulan II 2014 kinerja industri perbankan di
Jawa Timur akan tetap menunjukkan peningkatan. Struktur dan
pondasi sistem perbankan yang cukup baik diyakini masih dapat
terjaga terutama ditopang oleh peningkatan fungsi intermediasi
oleh perbankan. Adanya keterbatasan likuiditas dari Dana Pihak
Ketiga diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga
kredit dan DPK. Namun demikian, dengan penerapan strategi
pengembangan usaha yang tepat serta efisiensi biaya perbankan di
Jawa Timur diharapkan mampu terus meningkatkan kinerjanya.
Pertumbuhan
kredit perbankan
pada triwulan
II 2014
diperkirakan
masih tetap
t inggi
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
xiv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan II 2014 diperkirakan
masih cukup tinggi. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan
adanya momen puasa serta persiapan Lebaran. Sektor ekonomi
andalan Jatim seperti sektor perdagangan, sektor industri
pengolahan, sektor konstruksi serta sektor transportasi dan
komunikasi pertanian masih menjadi sektor unggulan bagi
perbankan untuk dibiayai.
Prospek Ekonomi dan Inflasi Tahun 2014
Secara keseluruhan diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jatim
tahun 2014 mencapai 6,4-6,8% (yoy), cenderung meningkat dan
lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% . Dari
sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah Daerah
diperkirakan semakin terakselerasi seiring dengan tingginya
kebutuhan politik di tahun Pemilu. Sementara itu, investasi
diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi, seiring dengan telah
diselesaikannya banyak proyek infrastruktur dan upaya ekspansi
industri logam dan kimia organik. Namun demikian, masih
terdapat risiko tekanan biaya produksi yang dapat mempengaruhi
keputusan investasi pelaku usaha. Pembaikan perekonomian global
dan regional sepanjang tahun ini secara optimis diharapkan
mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014.
Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim
berasal dari sektor utama, yakni pertanian dan industri pengolahan
yang meningkat sebagai dampak dari membaiknya produksi
pertanian serta meningkatnya permintaan domestik pasca
kenaikan UMK 2014 dan pengaruh dari kegiatan penyelenggaraan
Pemilu di sepanjang tahun.
Sektor pertanian pun hingga akhir tahun 2014 tidak signifikan
terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi serta
penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu
faktor yang menahan penurunan produksi tanaman pangan.
Secara
keseluruhan,
pertumbuhan
ekonomi Jatim
tahun 2014
diproyeksikan
tumbuh pada
rentang 6,4% s.d
6,8% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
xv
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda
dibandingkan periode laporan atau berada di kisaran proyeksi
5,1% - 5,3% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya
keagamaan pada triwulan II 2014 dan triwulan IV 2014 akan
menjadi pendorong utama inflasi yang bersifat seasonal.
Sementara dari sisi penawaran, adanya beberapa bencana seperti
banjir dan erupsi Gunung Kelud di awal tahun 2014, serta potensi
badai El Nino pada tahun 2014 diproyeksi akan sedikit mengurangi
kecukupan pasokan di masyarakat.
Pergerakan harga pada kelompok bahan makanan sampai dengan
triwulan III 2014 diprediksi akan mengalami penurunan dan
meningkat kembali pada triwulan IV 2014. Sebagaimana trend
pada periode-periode sebelumnya, tren permintaan akan mereda
pada triwulan II 2014, kemudian meningkat pada awal triwulan III
2014 dan akhir triwulan IV 2014 seiring dengan adanya Hari Raya
Idul Fitri dan Natal.
Tingkat produksi komoditas pangan selama tahun 2014 diproyeksi
akan sedikit menurun seiring dengan pergeseran musim panen
akibat banjir pada awal tahun 2014 dan gangguan produksi akibat
erupsi Gunung Kelud. Meskipun demikian, hal tersebut akan
tertahan oleh Penanaman kembali lahan yang rusak, musim panen
di sentra produksi di Jawa Timur pada triwulan II 2014. Menyikapi
potensi terjadinya badai El Nino, diproyeksi terdapat peningkatan
produksi tanaman palaw ija, seperti jagung, kedelai serta tanaman
perkebunan seperti tembakau karena ketiga tanaman tersebut
cenderung membutuhkan air lebih sedikit daripada padi, sehingga
mampu bertahan di tengah kondisi kering.
Tekanan inflasi kelompok administered price pada akhir tahun
2014 diproyeksi mereda. Beberapa hal yang mempengaruhi
tingkat inflasi kelompok ini yaitu rencana kenaikan tarif listrik
industri di kisaran 38,9% - 64,7% yang diberlakukan pada 1 Mei
2014 dan dibebankan pada tagihan listrik bulan Juni 2014. Selain
Secara
keseluruhan,
inflasi Jatim
tahun 2014
diproyeksikan
mereda pada
rentang 5,1% s.d
5,3% (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Wilayah Jawa Bagian Timur
Triwulan I-2014
xvi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV
itu, rencana penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga (LPG
12 kg), serta masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas rokok.
Tingkat inflasi kelompok inti pada akhir tahun 2014 diproyeksi
masih relatif stabil di kisaran 4% - 4,5% . Pendorong utama
inflasi adalah masih belum stabilnya nilai tukar dan harga
komoditas internasional, dampak adanya Pemilu 2014 dan
kenaikan pajak barang mewah, serta kenaikan tarif list rik dan
UMP yang berpotensi dibebankan pada biaya produksi.
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK)
JAWA TIMUR 139.39 139.55 144.74 145.79 111.29
- Kota Surabaya 138.95 139.09 144.18 145.17 110.97
- Kota Malang 139.65 140.14 145.31 146.65 111.85
- Kota Kediri 138.00 138.82 144.47 145.45 112.17
- Kab. Jember 139.66 139.33 144.83 145.65 110.73
- Kota Probolinggo 144.54 137.07 141.63 142.29 112.43
- Kota Madiun 142.52 144.58 150.44 151.75 110.65
- Kab. Sumenep 137.77 142.10 147.45 148.59 110.34
- Kab. Banyuwangi 112.39
LAJU INFLASI TAHUNAN (Y-O-Y)
JAWA TIMUR 6.75 5.93 7.78 7.59 6.75
- Kota Surabaya 6.63 5.86 7.76 7.52 6.69
- Kota Malang 7.01 6.46 8.16 7.92 7.12
- Kota Kediri 6.70 6.05 7.79 8.05 6.76
- Kab. Jember 6.51 5.38 7.77 7.21 6.71
- Kota Probolinggo 8.20 5.59 8.02 7.98 7.37
- Kota Madiun 6.04 6.39 7.22 7.52 6.12
- Kab. Sumenep 7.42 5.10 6.76 6.62 5.86
- Kab. Banyuwangi 6.63
PDRB Harga Konstan (Milliar Rp) 101,592,876 104,838,963 106,972,444 106,024,163 108,092,584
- Pertanian 16,210,298 14,378,586 13,851,750 10,889,462 16,496,316
- Pertambangan dan Penggalian 1,949,636 2,177,323 2,270,837 2,299,832 2,038,696
- Industri Pengolahan 24,618,463 25,452,321 26,272,724 27,153,725 26,296,144
- Listrik, gas, dan air bersih 1,328,343 1,381,232 1,371,165 1,405,760 1,394,007
- Bangunan 3,132,579 3,564,182 3,594,584 3,714,675 3,431,447
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 32,903,774 34,637,806 35,766,969 36,122,757 35,136,387
- Pengangkutan dan komunikasi 7,707,809 8,393,503 8,800,228 8,936,202 8,440,159
- Keuangan, persewaan, dan jasa 5,594,390 5,865,905 5,954,027 6,041,520 6,023,437
- Jasa 8,147,583 8,988,106 9,090,159 9,460,230 8,835,991
Pertumbuhan (yoy)
- Pertanian 1.42 1.42 1.92 1.65 1.76
- Pertambangan dan Penggalian 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57
- Industri Pengolahan 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81
- Listrik, gas, dan air bersih 5.61 4.60 4.63 4.16 4.94
- Bangunan 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79
- Pengangkutan dan komunikasi 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50
- Keuangan, persewaan, dan jasa 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67
- Jasa 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45
Pertumbuhan PDRB (yoy ) 6.57 6.90 6.51 6.21 6.40
2013
INDIKATOR MAKRO EKONOMI JAWA TIMUR
LAMPIRAN
INDIKATOR
xviii
A. Perbankan2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Bank Umum :
Total Asset (Rp. Triliun) 362.32 379.47 406.88 420.52 421.51
DPK (Rp. Triliun) 287.82 293.80 313.69 335.31 332.44
- Tabungan (Rp. Triliun) 130.08 133.15 140.54 130.19 144.69
- Giro (Rp. Triliun) 46.57 45.98 51.85 53.34 52.22
- Deposito (Rp. Triliun) 111.16 114.67 121.31 151.77 135.53
Kredit (Rp. Triliun) - Bank Pelapor 245.21 265.35 284.35 304.11 304.41
- Modal Kerja 142.72 153.43 165.97 181.17 179.72
- Investasi 33.43 38.62 41.56 43.96 44.90
- Konsumsi 69.06 73.31 76.82 78.98 79.79
Non Performing Loan (NPL-Gross) 2.26 2.12 2.02 1.75 2.07
Loan to Deposit Rat io - LDR (%) 85.20% 90.32% 90.64% 90.70% 91.57%
Kredit UMKM (Triliun Rp)-Bank Pelapor 70.40 78.65 79.16 83.26 84.99
NPL UMKM Gross (%) 3.89 3.56 3.59 3.29 3.72
BPR :
Total Asset (Rp. Triliun) 8.57 8.97 9.39 9.46 9.46
DPK (Rp. Triliun) 4.98 5.09 5.30 5.41 5.41
- Tabungan (Rp. Triliun) 1.61 1.60 1.65 1.74 1.74
- Deposito (Rp. Triliun) 3.38 3.50 3.65 3.67 3.67
Kredit (Rp. Triliun) 6.19 6.70 6.92 6.85 6.85
- Modal Kerja 4.11 4.48 4.62 4.62 4.62
- Investasi 0.20 0.23 0.26 0.25 0.25
- Konsumsi 1.88 1.99 2.05 1.99 1.99
Non Performing Loan (NPL-Gross) 3.84% 3.88% 4.28% 4.00% 4.00%
Loan to Deposit Rat io - (LDR) % 124% 131% 131% 127% 127%
SYARIAH :
Total Asset (Rp. Triliun) 17.27 18.74 19.23 21.45 25.97
DPK (Rp. Triliun) 13.27 13.95 14.03 16.91 16.27
- Giro (Rp. Triliun) 1.25 1.30 0.78 0.99 0.84
- Tabungan (Rp. Triliun) 4.97 5.29 5.81 6.50 6.23
- Deposito (Rp. Triliun) 7.04 7.35 7.44 9.43 9.19
Pembiayaan (Rp. Triliun) 12.67 13.81 14.09 15.01 15.79
- Modal Kerja 5.40 5.95 6.26 6.86 7.44
- Investasi 2.31 2.58 2.51 2.77 2.98
- Konsumsi 4.96 5.27 5.32 5.39 5.36
Non Performance Financing (NPF) % 1.91 1.97 2.5 2.59 3.74
Financing to Deposit Rat io (FDR) % 95.50 98.97 100.43 86.76 97.05
B. SISTEM PEM BAYARAN2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Inf low (Rp. Triliun) 15.99 11.35 18.78 10.98 18.02
Out f low (Rp. Triliun) 8.16 11.77 18.05 14.42 8.97
Pemusnahan Uang (Rp- Triliun) 1.67 3.28 5.02 4.61 5.16
Nominal Transaksi RTGS 184.12 220.10 210.82 200.00 207.29
Volume Transaksi RTGS 121,530 170,050 171,756 160,000 163,350
Nominal Kliring Kredit (Rp. Triliun) 36.69 49.46 51.73 44.39 44.55
Volume Kliring Kredit (juta lembar) 1.30 1.38 1.35 1.06 1.17
Tolakan Kliring (Rp. Juta) 964,720 774,711 964,847 707,567 815,636
Tolakan Kliring (lembar) 25,418 21,488 25,638 18,731 19,285
xix
2013
2013
LAM PIRAN
INDIKATOR PERBANKAN JAWA TIM UR
INDIKATOR
INDIKATOR
1
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1.1.Pertumbuhan Ekonomi Jaw a Timur Tahun Triw ulan I 2014
Perekonomian Jaw a Timur menunjukkan perbaikan pada triw ulan I 2014.
Pertumbuhan ekonomi pada triw ulan ini tercatat sebesar 6,4% (yoy), meningkat 0,2%
(yoy) dibandingkan triw ulan IV 2013 (6,2% , yoy)). Angka ini lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 5,2% (yoy). Dari sisi permintaan,
peningkatan kinerja ekonomi disebabkan masih tingginya konsumsi rumah tangga serta
perbaikan kinerja ekspor. Selain dinamika ekonomi nasional yang memengaruhi kinerja
perekonomian Jabagtim, faktor global juga turut memberikan pengaruh. Perekonomian negara
maju dan mitra dagang yang bergerak positif berdampak pada surplus neraca perdagangan
luar negeri Jabagtim.Sementara realisasi investasi terutama di sektor riil cenderung tertahan.
Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor tumbuh meningkat, hanya sektor
Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR) dan sektor Pengangkutan & Komunikasi yang
tumbuh melambat. Membaiknya kinerja ekspor dalam dan luar negeri Jawa Timur turut
mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri. Sementara itu, dimulainya masa panen
dan relatif berkurangnya curah hujan di sentra-sentra utama mendorong meningkatnya
produksi di sektor pertanian. Penyelenggaraan Pemilihan Legislatif (Pileg) di triwulan ini turut
mewarnai kenaikan kinerja sektor jasa ke level 8,45% (yoy). Di sisi lain, masih tingginya
konsumsi rumah tangga tercermin dari meningkatnya pertumbuhan bangunan dan keuangan,
meskipun kebijakan LTV telah digulirkan guna menjaga stabilitas ekonomi.
Tabel 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur (Sisi Permintaan)
2014
I II III IV Total I
PDRB (%,yoy) 7.2 7.3 6.6 6.9 6.5 6.2 6.5 6.4
Sisi Permintaan
Konsumsi 6.8 6.9 6.3 6.6 7.1 7.7 7.5 7.9
Konsumsi swasta 7.4 6.1 6.8 6.9 7.5 8.2 8.0 8.2
Konsumsi Pemerintah 1.3 0.2 0.3 2.8 2.5 2.9 2.2 2.6
Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.7 5.4 6.1 6.3 6.5 7.7 6.3 7.5
Ekspor 11.1 11.6 8.5 6.9 5.5 5.3 6.8 9.2
Impor 7.6 9.8 5.6 5.0 4.9 6.0 5.3 7.4
Ekonomi Jawa Timur 2011 20122013
2
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Sumber : BPS Jatim
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Grafik 1.2. Struktur Perekonomian
1.1.1.SISI PERMINTAAN
Pendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan masih bersumber dari
tumbuhnya konsumsi rumah tangga dan membaiknya kinerja perdagangan dalam dan luar
negeri Jatim. Masih tingginya daya beli masyarakat tercermin dari angka pertumbuhan
konsumsi rumah tangga dan transaksi ekspor antar daerah, khususnya ke w ilayah Indonesia
Timur. Momentum Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 turut mendorong kinerja belanja
pemerintah pada triwulan I 2014, namun masih tertahannya dana bagi hasil dan Bantuan
Keuangan Provinsi (BKP) dari pemerintah provinsi ke kabupaten/kota turut menyebabkan
melambatnya komponen ini. Di sisi lain, realisasi investasi terutama di sektor riil cenderung
tertahan akibat kecenderungan pelaku usaha untuk menunggu hasil Pemilihan Presiden
(Pilpres) 2014.
Sumber : BPS Jatim
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi &
Investasi
Grafik 1.4. Pertumbuhan Ekspor Impor
6.4
5.2
3
4
5
6
7
8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jawa Timur Indonesia Tren-Jawa Timur
%
y
o
y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
gPDRB gKonsumsi (rhs)gPMTB (rhs)
(%, yoy) (%, yoy)
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
JASA-JASA KEUANGAN & JS. PRSH
ANGKUTAN & KOMUNIKASI PHR
BANGUNAN LGA
INDUSTRI TAMBANG & PENGGALIAN
PERTANIAN
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
gPDRB
gEkspor (rhs)
gImpor (rhs)
(%, yoy) (%, yoy)
3
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
a. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga Jatim masih berada dalam tren peningkatan pada triwulan I
2014. Kenaikan UMK di angka 26% mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Selain
itu, penyelenggaraan Pemilihan Legislatif (Pileg) turut menambah tingkat pengeluaran
masyarakat Jatim. Peningkatan konsumsi rumah tangga terutama terjadi pada komoditas
perlengkapan rumah tangga, suku cadang, peralatan & komunikasi serta barang budaya dan
rekreasi yang ditunjukkan oleh indeks omset riilnya (Grafik 1.1). Faktor tersebut mendorong
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 8,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2% .
Grafik 1.5. Indeks Omset Riil –
Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga pun tumbuh lebih tinggi dari angka
pertumbuhan di sepanjang tahun 2013, lihat grafik 1.6. Kenaikan Indeks Kondisi Ekonomi Saat
Ini (IKE) turut mendorong optimisme konsumen sebagaimana tercermin dari meningkatnya
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode laporan. Meningkatnya angka IKE pada periode
laporan disebabkan kenaikan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama,
sedangkan 2 (dua) indikator lainnya yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja relatif tumbuh terbatas.
Namun demikian, pertumbuhan indeks pembelian barang tahan lama (grafik 1.7)
diperkirakan akan semakin tertahan mengingat terbatasnya penyaluran kredit konsumsi
perbankan sebagaimana tercermin dari melambatnya pertumbuhan kredit tersebutdi Jawa
Timur. Perlambatan pertumbuhan ini telah dirasakan sektor keuangan, khususnya jenis kredit
konsumsi untuk rumah tinggal dan kendaraan bermotor yang tercatat melambat di kisaran -
1% s.d -6% (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV 2013, lihat grafik 1.10., meskipun terdapat
potensi shifting belanja masyarakat dari kendaraan roda dua ke jenis kendaraan Low Cost
Green Car (LCGC), namun pertumbuhan relatif terbatas mengingat adanya tren kenaikan suku
0%
10%
20%
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Listrik Rumah Tangga gKonsumsi Listrik Rumah Tangga (rhs) (%,yoy)(Kwh)
4
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
bunga kredit konsumsi dan tertahannya laju kredit konsumsi oleh kebijakan loan to value (LTV)
di tahun 2013.
Grafik 1.7. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
(IKE) – Survei Konsumen
Grafik 1.8. Kinerja Kredit Konsumsi
Grafik 1.9.Komposisi Kredit Konsumsi
(Rumah & Mobil) Grafik 1.10.Penyaluran Kredit Konsumsi
(Rumah & Mobil)
Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, tumbuhnya konsumsi rumah tangga
turut tercermin dari hasil Survei Konsumsi (yang dilakukan KpwBI Wilayah IV) dengan
meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) (lihat grafik 1.11). Kenaikan indeks ini lebih
dominan didorong oleh meningkatnya preferensi masyarakat untuk melakukan pembelian
barang tahan lama sejenis kendaraan dan elektronik dibandingkan dengan persepsi
masyarakat atas tingkat penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini. Masih tingginya
tantangan sektor riil di tengah risiko kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL), ketidakpastian arah
ekonomi global serta penyesuaian respon atas UU M inerba menjadi beberapa hal yang
dikhawatirkan kelompok masyarakat rumah tangga periode laporan.
Hal senada turut diutarakan responden survei pada indikator Ekspektasi Konsumen
yang keseluruhannya terindikasi melambat sebagai akibat dari menurunnya keyakinan
konsumen akan kondisi ekonomi Indonesia, ketersediaan lapangan kerja dan ekspektasi
penghasilan dalam 6 (enam) bulan mendatang, lihat grafik 1.12.Namun demikian, keseluruhan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
INDEKS
0
5,000,000,000,000
10,000,000,000,000
15,000,000,000,000
20,000,000,000,000
25,000,000,000,000
30,000,000,000,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Mobil Rmh s.d. Tipe 21
Rmh Tipe 22 s.d. 70 Rmh Tipe Diatas 70
Sepeda Motor
(Rp Juta)
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
gRmh s.d. Tipe 21 gRmh Tipe 22 s.d. 70
gMobil (rhs) gRmh Tipe > 70 (rhs)
gSepeda Motor (rhs) (%, yoy)(%, yoy)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
-
10,000,000.00
20,000,000.00
30,000,000.00
40,000,000.00
50,000,000.00
60,000,000.00
70,000,000.00
80,000,000.00
90,000,000.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Konsumsi gKonsumsi-Skala KananJuta Rp %, qtq
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
nilai indeks masih di atas 100. Hal ini mencerminkan masyarakat cenderung optimis karena
nilai saldo bersih di atas 100 sama dengan jumlah responden yang merasa optimis lebih besar
dibandingkan dengan jumlah responden yang merasa pesimis.
Grafik 1.11. Survei Konsumen – Kondisi Saat
Ini
Grafik 1.12. Survei Konsumen – Ekspektasi
Masyarakat
Sementara itu, pertumbuhan simpanan perorangan sebagai salah satu sumber
pembiayaan konsumsi masyarakat cenderung stabil, berbeda dengan pola umumnya (tumbuh
meningkat), lihat grafik 1.14. Tertahannya pertumbuhan variabel ini diduga sebagai akibat dari
terbatasnya ruang pembiayaan perbankan sehingga masyarakat cenderung memanfaatkan
dana simpanannya sebagai salah satu sumber pembiayaan konsumsi. Namun demikian, angka
pertumbuhan ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi di tahun 2010 dan 2011. Selanjutnya,
trackingatas perkembangan kinerja impor barang konsumsi masyarakat Jatim terindikasi adanya
perlambatan kebutuhan konsumsi barang impor, yang diharapkan dapat diisi dengan produk
dalam negeri, seiring semakin tumbuhnya industri dalam negeri yang memiliki daya saing tinggi
dengan produk impor sejenis.
Grafik 1.13.Impor Barang Konsumsi
Grafik 1.14. Simpanan Perorangan di Perbankan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
INDEKS
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Impor Brg. Konsumsi
g_Impor Brg. Konsumsi (rhs)
(USD) (% , yoy)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Ekspektasi penghasilan 6 bulan y.a.d.
Kondisi ekonomi Indonesia 6 bulan y.a.d.Ketersediaan lapangan kerja 6 bl yad
INDEKS
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
gDPK Perorangan gGiro Perorangan (rhs)
gTab Perorangan (rhs) gDep Perorangan (rhs)%yoy %yoy
6
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
b. Investasi
Kinerja investasi di triwulan I 2014 tumbuh lebih rendah (7,5% - yoy) dibandingkan
dengan triwulan IV 2013 (7,7% ). Perlambatan investasi terutama dari Penanaman Modal
Asing (PMA) yang tercatat menurun dari USD 1368,7 Juta menjadi USD 339,6 Juta atau
sebesar -75,2% (yoy), lihat grafik 1.15. Sementara investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) cenderung meningkat dari Rp. 6,5 Triliun menjadi Rp. 7,7 Triliun sebesar 18,1%
(Grafik 1.15 dan Grafik 1.16). Berdasarkan hasil liaison dan survei, kenaikan Upah M inimum
Kota (UMK) di awal tahun 2014 memberikan sentimen negatif terhadap minat investor asing
maupun dalam negeri untuk berinvestasi di Jawa Timur. Faktor perlambatan investasi juga
diinformasikan pelaku usaha dari kegiatan liaison yang lebih memilih untuk melakukan wait
and see terhadap hasil Pilpres 2014.
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.15. Nilai Proyek PMA
Grafik 1.16. Nilai Proyek PMDN
Grafik 1.17.Jumlah Proyek PMA Grafik 1.18.Jumlah Proyek PMDN
Pelemahan investasi di Jawa Timur pada triwulan I 2014 juga terindakasidari
penyaluran kredit investasi yang tumbuh menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (grafik 1.20).Sebagaimana telah diinformasikan sebelumnya, berdasarkan hasil
liaison, pelaku usaha masih mengambil sikap wait and see dengan meminimalisasi investasi.
-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
3500%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Proyek PMAgNilai Proyek PMA (%, yoy)
(USDJuta) (%, yoy)
-100%
0%
100%
200%
300%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Proyek PMAgJumlah Proyek PMA (%, yoy)
-100%
0%
100%
200%
300%
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Proyek PMDNgJumlah Proyek PMDN (%, yoy)(Jumlah) (%, yoy)
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai Proyek PMDN
gNilai Proyek PMDN (%, yoy)(Rp Milyar) (%, yoy)
7
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Adapun investasi yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan adalah maintenance mesin
yang dilakukan secara reguler ataupun peremajaan mesin lama tanpa menambah kapasitas
produksi. Mesin yang dibeli sebagian besar lebih mengarah pada otomasi produk, sehingga
kebutuhan tenaga kerja dapat diminimalkan. Hal ini turut dikonfirmasikan oleh indikator
kinerja impor barang modal yang mengalami perlambatan pertumbuhan dari 7,23% (yoy)
menjadi -13,07% (yoy), lihat grafik 1.21.
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.19. Kinerja PMTB (Investasi Sektor
Riil)
Grafik 1.20. Penyaluran Kredit Investasi
Grafik 1.21. Impor Barang M odal Grafik 1.22. Realisasi Pend. & Belanja Tw. I
2014
Mayoritas responden kegiatan liaison mengindikasikan kecenderungannya untuk
menahan investasi usahanya terkait belum pastinya Presiden terpilih termasuk arah
kebijakan pemerintah 5 (lima) tahun mendatang. Hal ini tercermin dari rendahnya rencana
dan realisasi investasi sektor riil pada triwulan I 2014 (lihat grafik 1.23). Di sisi lain,
pembangunan Teluk Lamong telah rampung dan diharapkan akan dapat segera
dioperasikan pada triwulan II 2014, saat ini juga sedang dijajagi pembangunan pelabuhan
baru untuk curah dan tongkang di Gresik menyatu dengan kawasan industri baru seluas
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pembentukan Modal Tetap Bruto
gPMTB (rhs)
(Rp
Triliun)
(%, yoy)
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
800,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Impor Brg. Modal
g_Impor Brg. Modal (rhs)
(USD) (% , yoy)
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw IV
2011 2012 2013 2014
Mesin Kendaraan (u/ Industri)Alat Rakit Mobil Pribadi gMesin (rhs)
(USD) (%, yoy)
-2024681012141618
0
20000000
40000000
60000000
80000000
100000000
120000000
140000000
160000000
180000000
200000000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Modal Kerja Investasi Konsumsi
gModal Kerja (Skala Kanan) gInvestasi (Skala Kanan) gKonsumsi (Skala Kanan)
Juta Rp %, qtq
8
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
2.000 hektar. Berdasarkan sektor usaha, industri pengangkutan dan komunikasi terus
melakukan investasi untuk meningkatkan efektifitas dan kapasitasnya guna mendukung
permintaan yang masih cukup stabil di mana sektor lainnya sudah mulai melambat.
Indikator lainnya mengindikasikan hal yang sama, yaitu pada tingkat pertumbuhan
penjualan semen yang tumbuh terbatas (grafik 1.24). Meskipun kebijakan tarif impor
mesin sebesar 0% telah dihapuskan, namun kinerja kelompok impor barang modal masih
tumbuh melambat. Perlambatan ini disebabkan menurunnya impor alat rakit untuk industri
mobil (kendaraan pribadi), sedangkan tingkat impor mesin produksi tumbuh meningkat.
Pesta demokrasi di tahun 2014 menjadi faktor utama penyebab terbatasnya ekspansi sektor
industri pengolahan. Sebagaimana turut dikonfirmasi dari hasil kegiatan liaison (KPwBI
Wilayah IV) bahwa ekspansi investasi cenderung meningkat pada kelompok non fisik
berupa pembelian mesin baik yang bertujuan sebagai pengganti maupun peningkatan
kapasitas produksi.
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Grafik 1.23. Rencana &RealisasiInvestasi
Grafik 1.24. Konsumsi Semen
Grafik 1.25.Impor Barang Modal Grafik 1.26.Komposisi Impor Barang Modal
-
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Investasi Perk Rencana Investasi
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
700,000,000
800,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Impor Brg. Modal
g_Impor Brg. Modal (rhs)
(USD) (% , yoy)
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
-
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
600,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Mesin Kendaraan (u/ Industri)Alat Rakit Mobil Pribadi gMesin (rhs)
(USD) (%, yoy)
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2013
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
(%, yoy)(ribu sak)
9
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
c. Ekspor Impor
Kinerja ekspor impor Jatim diindikasi mengalami surplus akibat membaiknya kinerja
ekspor dalam negeri, sedangkan impor cenderung tumbuh stabil. Kondisi ini disebabkan
meningkatnya transaksi ekspor Jatim, sedangkan impor tumbuh stabil di kisaran 6% s.d 7%
(yoy), lihat grafik 1.27. Tercatat, angka pertumbuhan ekspor Jatim mengalami peningkatan
dari 5,25% (yoy) menjadi 9,23% . Perbaikan ini mengkonfirmasi optimisme pelaku usaha
sektor perdagangan di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi Kawasan Indonesia Timur
yang menjadi daerah mitra dagang utama pemasaran produk Jatim. Masih tingginya tingkat
konsumsi masyarakat KTI turut mendorong peningkatan kinerja ekspor dalam negeri,
khususnya komoditas makanan minuman dan alas kaki.Di sisi lain, perbaikan ekonomi negara
maju turut mendorong kinerja ekspor luar negeri Jatim, khususnya ke kawasan Eropa,
Amerika dan Jepang (lihat grafik 1.28).
Sumber : BPS Jatim
Sumber : Bloomberg
Grafik 1.27. Kinerja Ekspor Impor Jatim
Grafik 1.28. Kinerja Manufaktur Kawasan Eropa
c. 1. Ekspor Impor Antar Daerah
Net ekspor perdagangan antar daerah di w ilayah Jatim pada triwulan I 2014
mengalami peningkatan. Tercatat ekspor antar daerah Jatim meningkat dari 5,73% (yoy)
menjadi 17,35% , sedangkan impor terjaga stabil di kisaran 8% s.d 10% (yoy), lihat grafik
1.29. Meningkatnya performa ekspor perdagangan antar daerah Jatim terutama didorong
masih tingginya tingkat konsumsi masyarakat di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan
didukung oleh posisi Jawa Timur sebagai hub antara w ilayah Indonesia Bagian Barat dengan
Indonesia Bagian Timur. Net ekspor perdagangan antar daerah pada triwulan ini diperkirakan
tumbuh sebesar 14,35% , relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mencapai 26,2% . Hal ini terindikasi dari lebih rendahnya jumlah volume barang yang
dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak, lihat grafik 1.30.
-5
0
5
10
15
20
25
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Net Ekspor LN Net Ekspor Antar Daerah gEkspor Antar Daerah (rhs)
gImpor Antar Daerah (rhs) gEkspor Luar Negeri (rhs) gImpor Luar Negeri (rhs)(Juta USD) (% , yoy)
10
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Tingginya permintaan barang dari KTI, masih didominasi oleh hasil panen pangan
terutama komoditas beras dan hortikultura serta komoditas hasil industri makanan dan
minuman serta industri tekstil. Dengan telah diselesaikannya pembangunan Pelabuhan Teluk
Lamong di Manyar, Gresik diharapkan semakin mendorong aktivitas perdagangan Jatim
dengan w ilayah KTI di masa mendatang.
Grafik 1.29. Kinerja Perdagangan LN & DN Grafik 1.30.Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)
c. 2. Ekspor Impor Luar Negeri
Neraca perdagangan luar negeri Jatim kembali menyentuh angka surplus, meskipun
masih lebih rendah dibandingkan tingkat surplus pada triwulan I 2013. Perbaikan ekonomi
negara maju yang menjadi mitra dagang utama turut mendorong peningkatan transaksi
ekspor Jatim.
Adanya pelemahan nilai tukar yang cukup besar, turut mempengaruhi kinerja sektor
riil dikarenakan saat ini banyak perusahaan telah melakukan investasi alat yang pembeliannya
harus menggunakan dolar. Mayoritas reponden menyatakan bahwa stabilitas nilai rupiah
yang diperlukan untuk menjaga iklim usaha khususnya daya saing produk menjelang
pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di awal tahun 2015.Di sisi lain, beberapa
perusahaan diuntungkan dengan pelemahan nilai rupiah terutama perusahaan dengan bahan
baku kayu, hasil laut dan hasil perkebunan yang diproduksi dalam negeri dan ditujukan untuk
pasar ekspor.
c. 2.1. Ekspor Luar Negeri
Perlambatan kinerja ekspor luar negeri Jatim menjadi -0,21% (yoy) pada triwulan ini
dipicu menurunnya volume ekspor hasil olahan logam (dampak UU M inerba) dan indikasi
terjadinya perlambatan permintaan di kawasan Asia (China & ASEAN), lihat grafik 1.31.
Namun, upaya diversifikasi negara tujuan mulai membuahkan hasil dengan meningkatnya
permintaan ke Afrika dan Timur Tengah. Perlambatan ekspor diikuti dengan impor yang
0
5
10
15
20
25
-1
0
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Net Ekspor Antar Daerah gEkspor Antar Daerah (rhs)
gImpor Antar Daerah (rhs)(Juta USD) (% , yoy)
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Vol Barangg Jml Barang (rhs)
(Ribu Ton) (% yoy)
11
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
menurun, sehingga neraca perdagangan Jabagtim surplus sebesar 438 juta USD (Grafik
1.32).
Grafik 1.31. Kinerja Perdagangan LN & DN Grafik 1.32. Neraca Perdagangan Ekspor LN
Grafik 1.33. Negara Utama Tujuan Ekspor Grafik 1.34. Bongkar Muat Ekspor DN (Tj.Perak)
c. 2.2.ImporLuar Negeri
Kinerja impor di Triwulan I 2014 menunjukkan penurunan, sebagaimana ditunjukkan
dengan net ekspor yang semakin tinggi (Grafik 1.35). Impor Jatim yang sebagian besar
didominasi oleh barang modal menunjukkan tingginya sektor usaha di Jawa Timur dalam
melakukan ekspansi skala usahanya. Berdasarkan klasifikasi HS 2 Digit, impor Jatim di awal
tahun 2014 didominasi oleh komoditas mesin industri (14,8% dari total impor), iron and steel
(9,53% ) dan plastics (7,14% ).
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Net Ekspor LN gEkspor Luar Negeri (rhs) gImpor Luar Negeri (rhs)(Juta USD) (% , yoy)
20.46 325.17
327.67 468.61
975.25729.10
780.11 636.07
471.22544.26
389.90
326.71
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
MEE RRC Japan ASEAN USA South Africa(Juta USD)
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Sumber : BPS Jatim
Grafik 1.35. Kinerja Ekspor Impor LN
Grafik 1.36. Komposisi Impor LN
1.1.2. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I 2014 masih
didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR), sektor
Industri Pengolahan dan sektor Pertanian. Kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap
PDRB Jawa Timur triwulan I 2014 sebesar 32,51% (PHR), 24,33% (Industri Pengolahan) dan
15,26% (Pertanian). Kontribusi sektor Pertanian pada triwulan ini relatif meningkat
dibandingkan dengan triwulan IV 2013, sementara kedua sektor lainnya memiliki kontribusi
yang menurun. Ketiga sektor utama tersebut menyumbang 72,09% terhadap PDRB Jawa
Timur, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 70,13% .
Perkembangan positif pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mulai terlihat di triwulan I
2014 seiring dengan semakin ekspansifnya sektor ekonomi. Sebagian besar, sektor ekonomi di
Jawa Timur mengalami peningkatan kinerja, terutama sektor Jasa-Jasa yang tumbuh sebesar
8,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,98% (yoy).
Pada triwulan ini, sub sektor Jasa Pemerintah Umum dan Jasa Swasta, khususnya Jasa Sosial
Kemasyarakatan dan Jasa Hiburan/ Kebudayaan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena adanya momen kampanye Pemilu 2014 yang mendongkrak belanja Pemerintah di
bidang sosial. Selain itu, maraknya panggung hiburan masyarakat yang diprogramkan oleh
sebagian besar partai polit ik juga turut berkontribusi pada peningkatan tersebut. Sementara itu,
sektor yang mengalami perlambatan adalah Perdagangan Hotel dan Restoran serta sektor
Pengangkutan dan Komunikasi.
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Net Ekspor LN gEkspor Luar Negeri (rhs) gImpor Luar Negeri (rhs)(Juta USD) (% , yoy)
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
-
1,000,000,000
2,000,000,000
3,000,000,000
4,000,000,000
5,000,000,000
6,000,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Impor Brg. Modal Impor Brg. Bhn Baku
Impor Brg. Konsumsi g_Impor Brg. Modal (rhs)
g_Impor Brg. Bhn Baku (rhs) g_Impor Brg. Konsumsi (rhs)
(USD) (% , yoy)
13
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Tabel.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Sisi Penawaran (% , yoy)
Salah satu indikator perkembangan kegiatan usaha, melalui Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV menunjukkan
bahwa kinerja dunia usaha di Jawa Timur pada triwulan I 2014 b ila dibandingkan dengan
triwulan I-2013menunjukkan pertumbuhan yang positif, menguat 1,78 poin, terutama
Grafik 1.37
Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
Grafik 1.38
Pertumbuhan Sektor Pendukung
Grafik 1.39
Pertumbuhan Sektor Pendukung
Sumber: BPS Jatim, diolah Sumber: BPS Jatim, diolah
Sumber: BPS Jatim, diolah
2014
I II III IV I II III IV I II III IV I
1. PERTANIAN 2.82 3.35 2.06 1.64 2.76 4.68 4.36 1.95 1.42 1.42 1.92 1.65 1.76
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 10.34 5.44 4.55 4.85 5.13 2.01 1.37 1.24 2.91 2.34 4.72 3.19 4.57
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.66 6.08 5.60 5.96 6.23 5.74 7.21 6.17 5.16 6.62 5.36 5.25 6.81
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.22 7.05 5.17 5.65 7.07 6.69 5.25 5.90 5.61 4.60 4.63 4.16 4.94
5. BANGUNAN 7.42 10.98 8.90 8.99 10.18 5.58 6.84 6.10 8.26 10.53 8.46 8.99 9.54
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.60 9.47 10.44 9.69 9.69 10.61 9.79 10.13 9.38 8.92 8.52 7.72 6.79
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12.37 12.14 11.61 9.85 13.17 8.05 8.79 9.10 10.98 10.04 10.70 10.06 9.50
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.21 8.50 8.17 7.87 7.76 8.52 8.18 7.20 8.49 8.24 7.39 6.70 7.67
9. JASA-JASA 3.89 4.48 5.96 5.82 5.18 4.94 4.63 5.50 5.68 5.72 4.95 4.98 8.45
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 7.17 7.29 7.29 7.11 7.27 7.30 7.42 7.10 6.57 6.90 6.51 6.21 6.40
LAPANGAN USAHA201320122011
an Per
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel, Restoran
%, yoy
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Listrik, Gas, Air Bersih Pertambangan & Penggalian Bangunan
%, yoy
Sumber: BPS Jatim, diolah
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Jasa-Jasa
Pengangkutan & Komunikasi
Keu, Persewaan & Jasa Perush.
%, yoy
14
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 1.40
Utilisasi Kapasitas Produksi
didorong oleh pertumbuhan kegiatan usaha di Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan.
Secara sektoral, indeks realisasi usaha pada triwulan I 2014 di sektor pertanian
cenderung meningkat dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya
musim panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) yang mulai terjadi pada triwulan
laporan. Ekspektasi pelaku usaha terhadap aktivitas ekonomi pada triwulan II 2014 diperkirakan
lebih optimis, diindikasikan dari indikator ekspektasi kegiatan usaha yang menguat cukup tinggi
sebesar 11,90 poin dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 26,01% .
a. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR)
Pada triwulan I 2014, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami perlambatan
dibandingkan triwulan sebelumnya dari 7,72% (yoy) menjadi 6,79% (yoy). Penurunan kinerja
terjadi di subsektor perdagangan yang hanya mampu tumbuh sebesar 6,12% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,47% (yoy). Sementara subsektor
Grafik 1.42
Indeks Realisasi Usaha
Grafik 1.43
Indeks Realisasi Usaha Sektoral
Grafik 1.41
Utilisasi Kapasitas Produksi Sektoral
-4.00
1.00
6.00
11.00
16.00
21.00
26.00
31.00
36.00
41.00
68
70
72
74
76
78
80
82
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
% SBT
Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) Perkembangan Kegiatan Usaha-Skala Kanan
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Total PertanianPertambangan Industri PengolahanListrik Gas Air Bersih% SBT
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
-27.23
7.05
22.1
-0.45
-18.91
11.35
22.32
25.86
-1.85
21.623.29
4.15
1.1
19.5518.54
6.47
-1.46
20.88
11.6
15.81
6.43
26.35
8.49
35.87
12.65
31.82
16.30
12.71
2.60
37.72
9.0311.97
4.38
26.01
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Realisasi UsahaSBT (%)
15
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
hotel dan restoran tercatat mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 8,58%
(yoy) dan 9,95% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-
masing mencapai 8,26% (yoy) dan 8,94% (yoy).
Penurunan kinerja subsektor perdagangan Jawa Timur di triwulan I 2014 disebabkan
karena perlambatan kinerja perdagangan luar negeri. Masih berlanjutnya tekanan
perekonomian mitra dagang, terutama China menjadi salah satu penyebab menurunnya net
export luar negeri Jawa Timur. Selain itu, adanya Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
pelarangan ekspor mineral mentah juga turut berkontribusi pada perlambatan tersebut.
Sumber kinerja perdagangan Jawa Timur adalah perdagangan antar daerah, yang
ekspornya menyumbang 61,60% dari total ekspor Jawa Timur pada triwulan I 2014. Meskipun
tetap menjadi pendorong perdagangan, namun pada triwulan ini, perdagangan antar daerah
juga menunjukkan perlambatan dengan net export antar daerah yang hanya tumbuh mencapai
6,40% , lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 yang mencapai
7,17% . Perlambatan ini disebabkan karena rendahnya permintaan barang dan jasa, terutama
barang manufaktur dan bahan makanan dari Kawasan Timur Indonesia (KTI) seiring dengan
melambatnya perekonomian di kawasan tersebut.
Subsektor hotel dan restoran cenderung meningkat, terutama disebabkan oleh mulai
tingginya intensitas kampanye partai polit ik yang dilakukan oleh Calon Legislatif dan Calon
Presiden serta simpatisannya di Provinsi Jawa Timur. Informasi dari hasil liaison KPw BI Wilayah
IV, peningkatan yang signifikan pada tingkat hunian kamar dialami oleh hotel-hotel bintang
empat ke bawah, sedangkan tingkat hunian hotel bintang lima cenderung menurun. Hal ini
dikonfirmasi dengan tingkat hunian hotel berbintang lima di Jawa Timur yang cenderung
menurun dan bergeser ke hotel berbintang empat ke bawah. Bahkan, di Kota Kediri,
peningkatan hunian hotel mencapai lebih dari 50% pada triwulan I 2014.
Grafik 1.44
Pertumbuhan Subsektor PHR
Grafik 1.45
TPK Hotel Berbintang dan Jumlah Wisman
Sumber: BPS Jatim , diolah
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Perdagangan H o t e l Restoran
%, yoy
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
TPK Hotel Berbintang Jatim
gJumlah Wisman Melalui Juanda
%
Sumber : BPS, diolah
16
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Peningkatan kinerja subsektor hotel dan restoran tersebut juga terkonfirmasi dengan
peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik bisnis di triwulan I 2014sebesar 7,13% . Ke depan,
kinerja sektor ini diperkirakan optimis seiring dengan semakin majunya kota tujuan w isata alam
seperti Malang, Banyuwangi dan Jember, pembangunan hotel dan restoran baru di Kota
Surabaya, serta Pemilu Presiden 2014.
b. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I 2014. Pada
triwulan ini, Industri Pengolahan tumbuh sebesar 6,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan triwulan IV 2013 dan triwulan I 2013 yang masing-masing mencapai 5,25% (yoy) dan
5,16% (yoy). Sumber utama pertumbuhan di sektor ini berasal dari sub sektor alat angkutan
mesin dan peralatannya yang tumbuh 14,97% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Selain itu, sub sektor logam dasar besi
dan baja juga menjadi pendorong pertumbuhan, meningkat signifikan sebesar 15,79% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,73% (yoy).
Mulai menguatnya nilai tukar Rupiah yang mencapai keseimbangan baru di level Rp
11.431/USD dengan fluktuasi yang cenderung stabil turut berkontribusi pada stabilnya laba
hasil usaha sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi pasar luar negeri. Pada
triwulan ini, kinerja industri pengolahan yang meningkat diimbangi dengan impor bahan
baku dan bahan modal Jawa Timur yang menurun.
Peningkatan kinerja sub sektor logam dasar besi dan baja serta alat angkut dan mesin
lainnya tidak terlepas dari pembangunan infrastruktur di Jawa Timur yang ekspansif di
triwulan ini. Beberapa proyek infrastruktur, seperti jalur rel ganda Jakarta-Surabaya,
pembangunan sebuah smelter di Tuban dengan nilai investasi sebesar US$221 juta serta
Grafik 1.47
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
Grafik 1.46
Lama Wisatawan M enginap di Hotel
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Asing Indonesia Total
H
A
R
I
Sumber : BPS Jatim (diolah)
-20%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
80
130
180
230
280
330
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Listrik Bisnis Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh%
17
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
persiapan pembangunan sebuah smelter di Situbondo dengan investasi sebesar
US$300jutaturut meningkatkan permintaan terhadap bahan baku material dan logam dasar.
Pertumbuhan Industri Pengolahan juga searah dengan informasi dari rilis
pertumbuhan produksi industri manufaktur BPS Jawa Timur. Pertumbuhan produksi industri
manufaktur besar dan sedang di Jawa Timur pada triwulan I 2014 mencapai 11,23%
(yoy),lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan
sedang nasional yang hanya mencapai 3,76% (yoy). Sektor industri manufaktur dan sedang
yang tumbuh tinggi adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus (25,57% ), serta industri
makanan (16,88% ). Sementara itu, pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa
Timur lebih rendah dibanding nasional, yaitu sebesar 3,74% (yoy), sedangkan nasional
mencapai 4,41% (yoy). Oleh karena itu, perkembangan industri mikro dan kecil di Jawa Timur
perlu mendapat perhatian khusus, terutama terkait permodalan.
Industri Pengolahan Jawa Timur juga semakin tertantang dengan beberapa faktor
risiko yang perlu dicermati, seperti kenaikan UMK serta tarif tenaga listrik. Respon pelaku
usaha pasca diberlakukannya UMK 2014, terdapat beberapa perusahaan yang merelokasi
usahanya. Beberapa perusahaan padat karya, seperti sebuah pabrik benang di Surabaya telah
merelokasi pabrik ke Kabupaten Nganjuk karena upah tenaga kerjanya yang lebih rendah
dibandingkan di Surabaya. Sementara itu, beberapa perusahaan lainnya masih berencana
merelokasi pabriknya ke Jawa Timur bagian Barat (Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Ngawi)
hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, ekspektasi penggunaan tenaga kerja di bulan ini
masih cenderung rendah.
Di sisi lain, ekspor raw material di Jawa Timur masih cenderung tinggi. Berdasarkan
informasi liaison, ekspor bahan mentah kulit dari Jawa Timur relatif meningkat dengan pasar
utama adalah China. Sementara itu, industri sandang dan alas kaki di Jawa Timur justru
mengimpor bahan kulit dari India dengan kualitas yang lebih rendah untuk memenuhi bahan
baku industrinya. Rendahnya nilai tambah industri di Jawa Timur di tengah tingginya konten
impor merupakan permasalahan yang berpotensi terus terjadi selama upaya subtitusi impor
dan peraturan pelarangan ekspor bahan mentah Sumber Daya Alam (tidak hanya energi)
tidak diperhatikan. Oleh karena itu, adanya forum Asisten Daerah se-Indonesia pada bulan
Maret 2014 di Jawa Timur diharapkan mampu mengatasi permasalahan subtitusi impor serta
menyinergikan perdagangan antar daerah.
18
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Di sisi lain, peningkatan Tarif TenagaListrik (TTL) di 2014 untuk industri menengah
dengan daya > 200 kVa dan 30.000 kVa ke atas masing-masing sebesar 38,9% dan 64,7%
turut menahan ekspansi sektor ini. Beban tarif listrik tersebut secara signifikan turut
menambah biaya produksi industri menengah di Jawa Timur hingga 48% -50% dari total
biaya produksi. Konsumsi listrik industri di Jawa Timur menunjukkan perlambatan sejak dua
triwulan terakhir. Hal ini juga merupakan salah satu upaya antisipasi industri dalam
melakukan efisiensi sumber daya guna menekan biaya produksi. Selain itu, peningkatan iuran
Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang harus ditanggung perusahaan juga semakin tinggi dan
akan menekan kinerja sektor industri pengolahan. Namun, dengan masih kuatnya permintaan
dan momen Pemilu 2014, diharapkan kinerja sektor industri pengolahan dapat terjaga.
c. Pertanian
Kinerja sektor Pertanian mengalami peningkatan pada triwulan I 2014. Sektor ini
tumbuh sebesar 1,76% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV 2013 dan triwulan I 2013 yang
Grafik 1.50
Konsumsi Listrik Golongan Industri
Grafik 1.48
Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.49
Perkembangan Impor Bahan Baku dan Barang M odal
-10
-5
0
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Industri Pengolahan Mamin dan Tembakau
Tekstil, Barang dari Kulit & Alas kaki Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Semen dan Barang Galian bukan Logam
Logam dasar besi dan baja
%, yoy
Sumber: BPS Jatim , diolah
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
80
180
280
380
480
580
680
780
880
980
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan
Sumber : PLN (diolah)
Kwh%
19
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
masing-masing mencapai 1,655 (yoy) dan 1,42% (yoy). Pertumbuhan positif terjadi di seluruh
sub sektor, terutama sub sektor tanaman bahan makanan yang tumbuh 1,75% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2013 sebesar 0,23% (yoy) serta sub sektor
tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 0,09% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pertanian
pada triwulan ini disebabkan karena memasukinya musim panen padi serta relatif
berkurangnya curah hujan di sentra utama.
Dampak lanjutan erupsi Gunung Kelud yang terjadi di bulan Januari 2014
mempengaruhi kinerja sub sektor perkebunan khususnya di Kabupaten Kediri. Lahan
perkebunan yang mengalami kerusakan mencapai 1.100 ha berlokasi di Kecamatan Ngancar,
Kepung dan Puncu Kabupaten Kediri yang terdiri dari komoditas kopi, kakao, dan cengkeh
dengan nilai kerugian sebesar Rp12,4 miliyar dengan rincian sebagai berikut :
Kerusakan tersebut berpotensi mengganggu tingkat produksi industri terkait. Di sentra
produksi lain (Kab. Jember dan Banyuwangi), sektor perkebunan yang ditopang oleh produksi
komoditas tembakau, kopi dan tebu belum mengalami kenaikan dibandingkan bulan lalu.
Berdasarkan liaison ke perusahaan perkebunan, penurunan diperkirakan sekitar 5% karena
pengaruh curah hujan yang kurang mendukung dalam proses penjemuran tembakau, dan
tanam tembakau serta musim tanam tebu.
Pada triwulan II 2014 diperkirakan sektor ini mengalami peningkatan seiring dengan
semakin tingginya volume panen di beberapa w ilayah. Risiko yang perlu diwaspadai, dimulainya
musim kemarau di awal bulan Mei diperkirakan menurunkan produksi padi, namun produksi
tanaman palaw ija, khususnya kedelai dan jagung serta tembakau diperkirakan meningkat.
Selain itu, potensi terjadinya El Nino berintensitas lemah ada triwulan IV 2014 diperkirakan
menurunkan produksi padi sebesar 1,10% . Namun demikian, dampak terjadinya El Nino relatif
terbatas pada sektor pertanian secara keseluruhan seiring dengan adanya shifting tanam
komoditas padi ke kedelai dan jagung serta tembakau untuk mengantisipasi musim kemarau
tersebut.
KomoditasLahan Terdampak
(ha)Lahan Puso (ha)
Estimasi Kerugian
(M)
Kopi 333 169 3,7
Kakao 288 54 3,3
Cengkeh 479 103 5,4
Tebu 24 24
Tabel 1.3
Dampak Erupsi Kelud pada Tanaman Perkebunan di Kab. Kediri
20
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 1.52
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi
Grafik 1.53
Luas Lahan Tanam & Panen Jagung di Jaw a Timur
Grafik 1.54
Luas Lahan Puso di Jawa Timur
d. Keuangan, Persew aan, dan Jasa
Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan di
triwulan I 2014. Pada triwulan ini, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh
positif sebesar 7,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
Sumber: BPS Jatim , diolah
Grafik 1.51
Pertumbuhan Subsektor Pertanian
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Kehutanan-Skala Kanan Tabama
Tanaman Perkebunan Peternakan
Perikanan
%, yoy
(100)
(50)
-
50
100
150
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Luas Panen Jagung (Ha) Luas Tanam Jagung (Ha)
gLuas Panen Jagung (%) gLuas Tanam Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Ha
%
(100)
(50)
-
50
100
150
200
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Luas Panen Padi (Ha) Luas Tanam Padi (Ha)
gLuas Panen Padi (%) gLuas Tanam Padi (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
%
Ha
(2,000)
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Luas Puso Padi (Ha) Luas Puso Jagung (Ha)
gLuas Puso Padi (%) gLuas Puso Jagung (%)
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi (diolah)
Ha
%
21
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
mencapai 6,70% (yoy). Sumber utama pertumbuhan sektor ini adalah sub sektor jasa
perusahaan yang meningkat signifikan dari 3,27% (yoy) menjadi 7,50% (yoy) pada triwulan ini.
Sementara itu, sub sektor bank cenderung stabil, tumbuh di angka 9,53% (yoy). Di sisi lain, sub
sektor lembaga keuangan bukan bank sedikit melambat dengan pertumbuhan sebesar 8,75%
(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,96% (yoy).
Membaiknya kinerja sub sektor jasa perusahaan terutama disebabkan karena Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) pada triwulan I 2014 menunjukkan posisi konsolidasi dan
cenderung menguat hingga level 4.878,64. Penguatan tersebut merupakan dampak dari
sentimen positif, seperti penguatan fundamental makroekonomi Indonesia dan Jawa Timur
yang mendorong banyaknya aliran dana asing yang masuk ke pasar modal Indonesia.
Sementara itu, kinerja sub sektor lembaga keuangan bukan bank cenderung melambat,
terutama didorong oleh kinerja asuransi yang kontraktif pada triwulan I 2014. Masyarakat
masih melakukan wait and see untuk melihat perkembangan peta politik pasca Pemilu
Legislatif.
Penyaluran kredit sektor perbankan cenderung menurun di triwulan I 2014. Kredit
berdasarkan lokasi proyek dan lokasi bank masih relatif t inggi, meskipun melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan ini, kredit lokasi proyek mencapai Rp
344,8 triliun, tumbuh sebesar 21,8% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 24,6% (yoy). Begitu pula dengan kredit berdasarkan lokasi bank yang tumbuh
24,1% (yoy) atau Rp 304,4 triliun, melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 26,4% (yoy). Perlambatan jumlah kredit ini merupakan respon atas peningkatan suku
bunga kredit yang meningkat secara gradual sejak bulan September tahun 2013 hingga bulan
Grafik 1.56
Perkembangan Kredit Perbankan di Jatim
Grafik 1.55
Pertumbuhan Sub Sektor Keuangan
0
2
4
6
8
10
12
14
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Bank Lembaga Keuangan Bukan Bank
Sewa Bangunan Jasa Perusahaan
%, yoy
Sumber: BPS Jatim , diolah
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
400.0
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2012 2013 2014
Kredit LB Kredit LP
gKredit LB-Skala Kanan gKredit LP-Skala Kanan
%, yoyTriliun Rp
22
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Maret 2014 dan berada di tit ik 12,01% pada triwulan ini. Peningkatan suku bunga kredit
tersebut dinilai merupakan dampak dari ketatnya dana pihak ketiga seiring denganpeningkatan
BI Rate dan mulai berada di level stabil 7,50% sejak November 2013 hingga kini.
e. Bangunan
Kinerja sektor bangunan di triwulan I 2014 mengalami peningkatan. Pada triwulan ini,
sektor bangunan mampu tumbuh sebesar 9,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencapai 8,99% (yoy). Beberapa indikator yang mengkonfirmasi
peningkatan kinerja sektor bangunan antara lain data penjualan semendi Jawa Timur yang
tumbuh sebesar 8,84% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
7,99% (yoy). Tingginya penjualan semen tersebut menunjukkan semakinbanyaknya proyek
pembangunan yang dilaksanakan di Jawa Timur.
Sumber peningkatan kinerja sektor bangunan di triwulan ini berasal dari tingginya
pembangunan proyek-proyek infrastruktur, antara lain pembangunan Teluk Lamong, Jalan Tol
Trans Jawa, smelter, serta jalur kereta api double track Jakarta-Surabaya. Selain itu,
pembangunan perumahan residensial pun mengalami peningkatan, terutama rumah tipe
menengah yang meningkat sebesar 67% dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya
permintaan rumah disertai dengan mahalnya harga bahan baku material turut menyumbang
peningkatan harga rumah di Jawa Timur. Hal ini terkonfirmasi dari Survei Harga Properti
Residensial (SHPR) yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Properti Residensial meningkat
26,9% dari 285,3% menjadi 297,3% di triwulan I 2014.
Tingginya suku bunga KPR menjadi penghambat utama dalam pengembangan bisnis
properti residensial di Jawa Timur. Sementara itu, adanya pemberlakuan harga baru untuk
Rusunami (Rumah Susun Sederhana M ilik) dari yang semula ditetapkan Rp.6 juta/m 2 (bebas PPn
10% ) menjadi Rp.7,9 juta/m2 (tanpa pembebasan PPn 10% ) diharapkan meningkatkan insentif
bisnis untuk berekspansi di segmen perumahan ini, sehingga kinerja sektor bangunan turut
terdongkrak.
23
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 1.57
Volume Penjualan Semen di Jawa Timur
Grafik 1.58
Indeks Harga Properti Residensial
Grafik 1.59
Rata-Rata Penjualan Properti Residensial
f. Pengangkutan dan Komunikasi
Kinerja sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada triwulan I 2014 mengalami
perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor ini melambat dari 10,06%
(yoy) menjadi 9,50% (yoy). Sumber perlambatan berasal dari sub sektor komunikasi seiring
dengan pola tahunan yang kembali ke tit ik normalnya setelah relatif t inggi di triwulan III dan IV
2013.
Di sisi lain, angkutan udara juga mengalami perlambatan yang relatif signifikan. Pada
triwulan ini, angkutan udara hanya mampu tumbuh sebesar 9,69% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,32% (yoy) serta pertumbuhan
triwulan I 2013 yang mencapai 12,29% (yoy). Perlambatan ini dinilai merupakan dampak atas
rencana peningkatan airport tax di lima bandara di Indonesia yang berada di bawah koordinasi
Angkasa Pura 1, termasuk Bandara International Juanda. Penumpang bergeser dengan
41
25 23
21
35
27
13 12
14
10
25
21
31
25
34
1820
14
6 9 7 7 8 7 9
9 9 9
10
16
12 1312
11
4 2 3 4 3 2 3 3
5
5 5 5 6 6 6 6
5
16
8 9 8 10
10
7
7 9 8
12 11
16
1214
11 11
-
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I Tw II Tw
III
Tw
IV
Tw I
2010 2011 2012 2013 2014
KECIL MENENGAH
BESAR Grand Total
unit
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Penjualan Semen g_Penjualan Semen
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
(%, yoy)(ribu sak)
266.9
293.7 295.3 285.3270.6
309 312.3297.3
0
50
100
150
200
250
300
350
Kecil Menengah Besar TOTAL
2013 Tw I 2013 Tw IV 2014 Tw I
Indeks
24
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 1.62
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Grafik 1.63
Penumpang Internasional di Bandara Juanda
Grafik 1.61
Arus Barang di Tanjung Perak
menggunakan transportasi darat, baik kereta api maupun bus serta kendaraan pribadi untuk
jarak perjalanan dekat-sedang.
Grafik 1.60
Arus Penumpang di Tanjung Perak
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-20
30
80
130
180
230
280
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jml Penumpang g Jml Penumpang (rhs)
Ribu Orang % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim
-80%
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Vol Barang g Jml Barang (rhs)
Ribu Ton % yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jml Penumpang Domestik g Jml Penumpang Domestik (rhs)
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
% yoyRibu Orang
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jml Penumpang Intl gPenumpang Intl (rhs)
Ribu Orang% yoy
Sumber : BPS Provinsi Jatim (diolah)
25
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Boks 1
Kesiapan UMKM Jawa Timur dalam Menghadapi MEA 2015
Peranan UMKM dalam perekonomian Jatim tercatat semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Di tahun 2013 tercatat jumlahnya mengalami peningkatan dari 2 juta unit menjadi 6,8 juta.
Sumbangannya dalam perekonomian pun meningkat menjadi 54,5% atau senilai Rp. 648
Triliun. Saat krisis terjadi, terbukti sektor ini lebih memiliki daya tahan dibandingkan sektor
korporasi yang sudah terintegrasi dengan permasalahan ekonomi global.
Grafik 1.Kinerja dan Peran UMKM Jawa Timur Tabel 1.Proporsi UMKM Jatim
terhadap Ekonomi berdasarkan Skala Usaha
Dari 6,8 juta UMKM di tahun 2013, yang bergerak di sektor pertanian mencapai 60,25%
mencapai 4,1jt. Berdasarkan w ilayahnya, Kab. Jember memiliki jumlah UMKM terbanyak yaitu
424,1rb usaha (6,21% dari total). Diikuti oleh Kab. Malang sebanyak 414,5rb (6,07% ) dan
Banyuwangi sejumlah 296,7rb (4,35% ). Sektor utama yang diminati UMKM didominasi bidang
untradeable goods meliputi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), sektor Pengangkutan
dan Komunikasi serta sektor Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga.
Hasil Quick Survey Kesiapan UMKM Menghadapi MEA 2015
Guna menjawab tantangan dan peluang yang dihadapi UMKM Jatim menjelang pasar MEA
2015, dilakukan survei dengan jumlah responden sebanyak 200 orang yang tersebar pada
Kab/Kota di w ilayah kerja KPwBI Wil. IV. Responden dipilih berdasarkan proporsi UMKM tertingi
dari DATI II. Dengan target responden sektoral dipilih berdasarkan 3 (tiga) sektor utama Jatim,
50.5
51
51.5
52
52.5
53
53.5
54
54.5
2004 2008 2010 2011 2012
52.01
52.99
53.4
53.8
54,48 No Jenis Jumlah Prosentase
1
2
3
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
6.533.694
261.827
30.410
95,72%
3,84%
0,46%
Total 6.825.931 100%
26
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
yaitu PHR, Industri dan Pertanian serta ditambah 2 (dua) sektor unggulan yaitu sektor
Transportasi & Komunikasi dan sektor Konstruksi.
Berdasarkan hasil survei tersebut diperoleh informasi bahwa UMKM Industri Jatim tidak siap
menghadapi MEA 2015, bahkan dari tingkat pengetahuan pun masih sangat minim
dibandingkan kelompok UMKM Jasa (lihat grafik 7). Perspektif keduanya pun berbeda dalam
menghadapi MEA mendatang, sebagaimana diinformasikan pada grafik 8 bahwa seluruh
responden kelompok UMKM Industri menganggap MEA sebagai ancaman karena
ketidaksiapan mereka untuk bersaing dengan industri sejenis. Beberapa faktor seperti t ingginya
biaya produksi dalam negeri, ketergantungan bahan baku impor serta masih sulitnya
permodalan khususnya karena tingginya tingkat suku bunga sehingga harus memanfaatkan
modal pribadi yang cenderung terbatas.
Jikalau kelompok UMKM Jasa memiliki perspektif bahwa MEA dapat menjadi peluang lebih
dikarenakan karena mereka lebih melek IT dan melakukan inovasi dalam usahanya.
Sebagaimana tercermin dari komposisi tenaga kerja yang digunakan lebih tersebar dari
SMK/SLTA s.d S1, berbeda dengan UMKM industri yang lebih dominan pada level pendidikan
SD s.d SLTP.
Grafik 2. Pengetahuan UMKM terkait
MEA 2015
Grafik 3. Peluang vs Ancaman MEA bagi
UMKM
8%
32%
10%
50%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
INDUSTRI JASA INDUSTRI JASA
MENGETAHUI TIDAK MENGETAHUI
0%
63%
17% 20%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
INDUSTRI JASA INDUSTRI JASA
PELUANG ANCAMAN
27
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 4. Pengetahuan UMKM terkait
MEA 2015
Grafik 5. Peluang vs Ancaman MEA bagi
UMKM
Grafik 11. Pemanfaatan Teknologi pada UMKM Jatim
Pembiayaan UMKM di Jatim
Di sisi lain, pembiayaan UMKM Jatim masih belum maksimal. Proporsi terbesar penyaluran
kredit UMKM didominasi pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang mencapai
Rp. 43,38 triliun atau sebesar 55,79% . Selanjutnya sektor Industri Pengolahan memperoleh
proporsi 13,01% dengan nominal sebesar Rp 10,14 triliun. Sektor pertanian memperoleh
proporsi lebih kecll dengan prosentase sebesar 6,59% dari total kredit (Rp 5,13 triliun). Padahal
sektor riil yang membutuhkan pembiayaan tertinggi adalah sektor Industri dan Pertanian.
Mungkin menjadi kewajaran ketika merujuk pada tingkat suku bunga kedua sektor ini yang
rendah dengan NPL yang relatif t inggi dibandingkan sektor unggulan lainnya. Oleh karena itu
dibutuhkan insentif khusus bagi perbankan agar dapat meningkatkan penyaluran kreditnya
pada kedua sektor produktif ini agar daya tahan ekonomi Jatim khususnya pada sektor UMKM
membaik di tengah ancaman globalisasi mendatang.
12%
14%
68%
6%
SD
SLTP
SLTA/SMK
S1/D3
TENAGA
KERJA
2%
25%
2%
2%65%
2% 2% Internet
Komputer
Komputerisasi
Manual & Komputer
Manual
Internet
Manual & Otorisasi
Komputer
18%
32%
4%
46%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Industri Jasa Industri Jasa
Berinovasi Tidak Berinovasi
28
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 12. Proporsi Penyaluran Kredit per
Sektor
Grafik 13. Suku Bunga & NPL Kredit UMKM
Kesimpulan & Rekomendasi
Ketidaksiapan UMKM Industri Jatim dalam menghadapi MEA 2015 membutuhkan kebijakan
khusus di daerah. Faktor utama ketidaksiapan lebih disebabkan tidak efisiennya proses
operasional usaha sehingga mengakibatkan rendahnya daya saing produk UMKM Industri.
Insentif untuk mendorong standarisasi UMKM Industri Unggulan yang telah memiliki pangsa
pasar ekspor dan DN cukup tinggi dapat dilakukan secara terpisah, sedangkan untuk skala
mikro lebih diupayakan peningkatan efisiensinya agar dapat bersaing di pasar domest ik.
Percepatan proses transformasi UMKM dapat dilakukan bekerjasama dengan
perusahaan BUMN/BUMD yang memiliki daya saing tinggi sehingga semakin memperkuat
linkage produksi dari hulu ke hilir. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkaitkan sektor
pertanian dan industri dalam prosesnya menuju agro industri.
7%1%
0%13% 0%
6%
56%
2%
4%
1%5% 0% 0% 1% 3%0% 0% 0% 1%
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKA
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN
JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANG
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
12.6%
14.4%
13.3%
12.1% 12.2%
4.0% 3.7%
6.0%
1.8% 2.0%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00% Suku Bunga NPL
Industri PHR Pertanian Konstruksi Transportasi
29
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Boks 2
Dampak UU Minerba terhadap Ekonomi Jawa Timur
Implementasi UU No. 4 Tahun 2009 tentang M ineral dan Batubara dirasa tepat sasaran bagi
ekonomi Jatim, karena karakteristik neraca perdagangan logam hasil tambang Jatim cenderung
surplus sedangkan barang hasil industri logam malah defisit (lihat grafik 1).Tingginya
kebutuhan impor barang logam Jatim sebagai bahan baku industri mendorong peningkatan
kebutuhan impor komoditasbesi dan baja dari tahun ke tahun. Di sisi lain, terus tumbuhnya
industri kendaraan bermotor dalam negeri dan peningkatan realisasi proyek infrastruktur
pemerintah di Kawasan Timur Indonesia diduga turut mendorong perbaikan kinerja industri
logam besi & baja Jatim, sebagaimana tercermin dari grafik 2.
Rendahnya nilai ekspor logam hasil tambang tercermin dari komposisi ekspor komoditas ini
yang hanya mencapai 1% - 5% , jauh lebih rendah dibandingkan dengan komposisi ekspor
barang hasil industri logam di kisaran 5% s.d 23% , lihat grafik 2. Karena itu, penerapan UU
Minerba per Januari 2014 tidak berdampak signifikan pada neraca perdagangan luar negeri
Jatim. Di sisi lain, meningkatnya kebutuhan pengolahan besi & baja dalam negeri seiring
meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pemerintah di Kawasan Timur Indonesia diduga
turut mendorong perbaikan kinerja industri logam besi & baja Jatim, sebagaimana tercermin
dari grafik 1.
Grafik 1. Ekspor Tambang & Industri
Logam
Grafik 2. Pert. Industri Logam vs Ekonomi
Jatim
273 311
561
(1,091)
(1,583)
(952)
1%
5%
4%2%
2% 2%
23%
12%
5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
(2,000)
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
2012 2013 2014
Surplus Defisit Logam - Hasil Tambang Surplus Defisit Industri Logam
g Eksp. Logam Tambang g Imp. Logam Tambang
g Eksp. Industri Logam g Imp. Industri Logam
( Juta USD)( %, yoy)
( Juta USD)( %, yoy)
3.73
15.79
3.19
4.575.25
6.81
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
gEkonomi Jatim Industri Logam Besi & Baja
TAMBANG & GALI INDUSTRI
30
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 3. Neraca Perd. Tambang & Ind.
Logam
Grafik 4. Perkembangan Investasi Smelter di
Jatim
Perkembangan Pembangunan Smelter di Jatim
Berdasarkan informasi dari BPM Jatim, terdapat 10 (sepuluh) perusahaan yang telah
memperoleh izin prinsip untuk membangun Smelter. Dari kesepuluh perusahaan tersebut, 2
(dua) perusahaan sedang dalam proses pembangunan dengan total nilai investasi senilai Rp.
2,08 triliun di tahun 2014. Adapun sisanya masih dalam proses pengajuan ijin Analisis Dampak
Lingkungan (AMDAL), dengan total investasi mencapai Rp. 9 Triliun. Pemerintah daerah
mentargetkan jumlah pembangunan smelter mencapai 4 (empat) buah di sepanjang tahun
2014. Diharapkan perusahaan smelter tersebut dapat beroperasi di tahun 2017.
Analisis Dampak UU Minerba terhadap Ekonomi Jatim
Dengan menggunakan asumsi bahwa investasi Jatim turut meningkat pada triwulan I 2014
seiring telah dimulainya pembangunan pabrik smelter di Tuban dan Situbondo serta
melambatnya kinerja ekspor hasil tambang jenis logam, diperkirakan kebijakan UU Minerba
mempengaruhi ekonomi Jatim sebesar 0,17% s.d 0,22% (yoy) melalui jalur investasi atau
menjadi sebesar 6,84% s.d 6,89% (yoy). Namun, jika jadwal pembangunan smelter tidak
terpenuhi dan target penambahan 2 (dua) pabrik smelter belum dapat terpenuhi hingga akhir
tahun, maka ekonomi Jat im berpotensi mengalami perlambatan dari potensinya di angka
6,67% (yoy), mengingat dampaknya terhadap kinerja ekspor dapat menggerus angka
pertumbuhan ekonomi. Perlambatan ini mengakibatkan ekonomi Jatim hanya mampu tumbuh
di kisaran 6,45% s.d 6,51% (yoy) dari target optimalnya di angka 6,67% (yoy).
1%
5%5%
4%
23%
12%
9%
5%
0
485%
7%-19%
0-53%
-31% -47%-1
0
1
2
3
4
5
6
0%
5%
10%
15%
20%
25%
2011 2012 2013 2014
Industri Logam
Logam - Hasil Tambang
g Ekspor Logam (Tambang)- rhs
g Industri Logam - rhs
(%) (%, yoy)
10 Ijin Prinsip, 2 Proses Pembangunan
8 Proses AMDAL (th. 2015)
Investasi Rp. 9 T (3th)
Beroperasi th. 2017
31
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Selain potensi ekonominya, pembangunan pabrik smelter di Jat im tahun 2014 diharapkan
dapat mendorong penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi. Namun, patut diwaspadai
beberapa hal yang berpotensi timbul sebagai dampak negatif dari pembangunan smelter ini,
yaitu dampak ekonomi & sosial dari potensi polutan/limbah pabriknya serta ketidaksiapan
infrastruktur dan tenaga kerja bagian produksi (masyarakat setempat), sehingga kembali
menimbulkan disparitas ekonomi dengan masyarakat setempat. Adapun beberapa hal yang
berpotensi menghambat minat investor untuk membangun smelter di Jawa Timur yaitu :
1. Biaya tenaga listrik masih relatif mahal.
2. Tidak tersedianya tenaga kerja lokal yang siap pakai, sehingga tetap memperkerjakan
Warga Negara Asing (WNA) sehingga menyebabkan biaya produksi menjadi lebih mahal
dan mendorong disparitas pendapatan dengan masyarakat setempat .
3. Ketidaksiapan penanganan polutan/limbah pabrik.
4. Kemungkinan hambatan dari rumitnya pengurusan perijinan investasi dan ijin lingkungan
(AMDAL).
32
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Boks 3
Pengaruh Nilai Tukar terhadap Daya Saing Ekspor
Industri Pengolahan Jawa Timur
Kinerja perdagangan luar negeri Jatim mengalami perlambatan di tahun 2012 – 2013 sejak
terjadinya defisit neraca perdagangan yang semakin membesar. Selain permintaan negara
tujuan ekspor yang menurun juga faktor peningkatan biaya produksi turut mempengaruhi daya
saing ekspor. Berdasarkan komposisinya, produk ekspor Jatim masih didominasi kelompok
barang industri dibandingkan pertanian dan pertambangan.
Komposisi negara tujuan ekspor sedikit mengalami diversifikasi khususnya pada kelompok
negara berkembang, yang diperluas hingga ke Afrika dan Timur Tengah, dari sebelumnya
masih terkonsentrasi pada pasar Asia. Sedangkan Amerika dan Jepang masih menjadi negara
tujuan ekspor utama Jatim. Hingga akhir 2013, komoditas ekspor utama masih didominasi oleh
tembaga, bahan kimia organik, kertas, kayu dan lemak/minyak hewan. Tingginya impor bahan
baku dan mesin ke w ilayah Jatim untuk pasar Indonesia Timur dan Jatim sendiri turut mewarnai
komoditas impor utama dan negara asal impor barang, sebagaimana dapat dilihat pada grafik
4 dan 6.
Grafik 1. Kinerja Ekspor Impor Luar
Negeri
Grafik 2. Proporsi Sektoral Ekspor Impor Luar
Negeri
93.35% 92.36%
91.00%
6.43% 7.44% 9.00%
0.22%
0.21%
0.29%0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
2011 2012 2013
Industri Pertanian Pertambangan dan Lainnya
33
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 3. Komoditas Ekspor Utama Jatim
Grafik 4. Komoditas Impor Utama
Jatim
Daya saing ekspor Jatim
Dari 43 sektor produktif di Jatim, sebanyak 18 sektor merupakan sektor basis dengan kontribusi
mencapai 75,6% terhadap PDRB. Melalui grafik 5 dan 6 diperoleh irisan industri Jatim yang
masih unggul dibandingkan nasional yang terdiri dari Industri Kertas & Barang Cetakan dan
Industri Logam Dasar Besi & Baja. Sedangkan ekspor barang kimia dan kayu (furniture) yang
masih menjadi produk ekspor unggulan Jatim tergolong sektor non basis dengan pertumbuhan
masih di atas nasional.
Yang perlu dicermati justru kelompok ekspor makanan/minuman olahan yang dihasilkan dari
kelompok industri basis namun memiliki pertumbuhan di bawah nasional. Berdasarkan hasil
liaison dan diskusi dengan pelaku usaha, perlambatan ini disebabkan meningkatnya biaya
produksi sehingga semakin menggerus marjin usaha yang sudah menurun sejak pertengahan
tahun 2013.
Selain itu, beberapa industri Jatim masih memiliki ketergantungan impor yang tinggi
sebagaimana dapat dilihat pada grafik 6. Industri ini cenderung rentan pada volatilitas
pergerakan harga komoditas internasional dan lebih menghendaki stabilnya nilai tukar
dibandingkan dengan permasalahan depresiasi nilai tukar, mengingat selisihnya akan ditransfer
langsung pada harga jual ekspor.
16%
9%
7%
6%
5%
5%4%3%
3%2%
40%
Mesin-mesin/Pesawat mekanik
Besi dan baja
Plastik dan Barang dari plastik
Ampas/Sisa Industri Makanan
Mesin, peralatan listrik
Bahan kimia organik
Gandum-ganduman
Buah-buahan
Pupuk
Biji-bijian Berminyak
Komoditi Lainnya
16%
15%
7%
5%5%
4%3%3%
3%
1%
38%
Tembaga
Bahan Kimia Organik
Kertas / Karton
Kayu, Barang dari Kayu
Lemak & Minyak Hewan
Ikan dan Udang
Perabot, Penerangan Rumah
Alas Kaki
Mesin / Peralatan Listrik
Karet dan Barang dari Karet
Lainnya
34
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 5.Peta Sektor Komoditas Unggulan Jatim Grafik 6.Industri Jatim dengan
Ketergantungan Impor Tinggi
Kenaikan nilai tukar direspon negatif dengan menurunnya kinerja ekspor Jatim, khususnya kelompok
komoditas pertanian dan pertambangan. Namun kondisi yang berbeda terjadi pada kelompok
ekspor industri yang terus mengalami perbaikan kinerja di tahun 2014. Hal ini dikonfirmasi pelaku
usaha, bahwa depresiasi nilai tukar tidak mempengaruhi kinerja ekspor mereka, namun yang
dibutuhkan adalah terjaganya level nilai tukar. Komponen ini menjadi penting karena sebagian besar
ekspor industri Jatim masih bergantung pada barang impor, sehingga impor Jatim masih terus
meningkat pada saat terjadi depresiasi nilai tukar. Melalui salah satu diskusi bersama pelaku usaha
dan Pemda setempat diperoleh informasi bahwa permasalahan utama yang dihadapi sektor industri
pengolahan bukan berasal dari nilai tukar, namun pada :
1. Bahan baku industri sebagian besar masih diimpor dari luar negeri dan luar pulau.
2. Penurunan ekspor Jawa Timur dipengaruhi oleh peran dari industri tembaga.
3. Pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga (smelter) belum seluruhnya siap beroperasi.
4. Harga bahan baku dalam negeri untuk substitusi relatif masih cukup mahal dibanding dengan
impor.
5. Biaya logistik dalam negeri masih mahal.
6. Suku bunga bank masih tinggi.
35
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa depresiasi nilai tukar tidak berdampak pada
kinerja perdagangan Jatim, namun faktor melemahnya permintaan dunia dan peningkatan biaya
produksi dalam negeri justru berdampak signifikan pada daya saing produk industri Jatim. Bagi
kelompok industri barang ekspor yang memiliki ketergantungan impor tinggi, yang menjadi faktor
penentu utama selain faktor permintaan dunia juga terjaganya level nilai tukar. Adapun beberapa
rekomendasi yang menjadi poin penting bagi pelaku usaha adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan ekspor dapat dicapai dengan meningkatkan daya saing produk industri serta sektor
utama Jatim yaitu industri pertanian/perkebuna/perikanan dan furniture.
2. Subtitusi bahan baku dari sektor pertanian/perkebunan dan perikanan diharapkan dapat
ditingkatkan melalui penguatan lembaga-lembaga penelitian.
3. Penting untuk dapat menekan high cost economy mulai dari kerumitan perijinan, biaya proses
produksi meliputi biaya bahan baku, energi, transportasi, biaya tenaga kerja (UMR) serta biaya
pengiriman.
4. Mendukung kelancaran pasokan bahan baku, perbaikan infrastruktur dan penurunan
biaya logistik, khususnya ke Kawasan Timur Indonesia (KTI).
5. Besaran nilai tukar diharapkan pada level Rp. 10.000 – Rp. 11.000 dan stabil.
6. Penurunan suku bunga bank.
36
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 KONDISI UMUM
Inflasi Jatim pada Tw I-2014 terkoreksi pada level 6,59% (yoy) turun dibandingkan
periode sebelumnya (7,59% ) dan lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional (7,32% ).
Perhitungan inflasi pada tahun 2014 ini tidak lagi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH)
tahun 2007 melainkan menggunakan SBH tahun 2012 dan dilakukan di 8 (delapan)
Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri, Jember, Sumenep,
Probolinggo, Madiun dan Banyuwangi.
Masih sejalan dengan periode sebelumnya, inflasi kelompok administered price menjadi
penyumbang utama inflasi Jawa Timur (3,04% -yoy), disusul kemudian oleh kelompok core
inflation (2,49% ) dan volatile foods (1,06% ). Kenaikan tarif transportasi dan bahan bakar
rumah tangga (LPG 12 kg) yang terjadi di awal tahun 2014 berkontribusi bagi tingginya
inflasi kelompok administered price. Sedangkan kelompok volatile foods mulai kembali
kepada pola wajarnya yang berada di kisaran 3% - 8% sebagai dampak telah dimulainya
musim panen pada akhir Tw I-2014 dan tidak adanya permasalahan pada komoditas
hortikultura seperti tahun 2013.
Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.4. Perbandingan Inf lasi di Kawasan Jawa (yoy)
Grafik 2.1. Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy) Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Jawa Timur
37
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Secara historis, inflasi Jawa Timur sejalan dengan inflasi nasional dan relatif lebih tinggi.
Namun dengan berbagai upaya pengendalian inflasi, sejak tahun 2013 Jawa Timur mulai
mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan nasional dan menempati posisi kedua
terendah di kawasan Jawa setelah DI Yogyakarta. Realisasi inflasi di kawasan Jawa mulai dari
yang terendah yaitu DIY (6,18% ), Jawa Timur (6,59% ), Jawa Tengah (7,08% ), Jawa Barat
(7,53% ) dan tertinggi terjadi pada Provinsi Banten (9,61% ).
2.2 INFLASI BULANAN (mtm)
Sepanjang Tw I-2014, secara bulanan Jawa Timur masih mengalami inflasi. Tekanan
inflasi terbesar terjadi pada Januari 2014 (1,06% -mtm) dan mulai mereda di Februari 2014
(0,28% ) dan Maret (0,23% ). Tingginya inflasi pada Januari 2014 didorong oleh kenaikan
harga pada kelompok bahan makanan (1,96% ) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar (1,33% ). Tekanan inflasi tersebut secara berangsur mulai turun seiring
dengan dimulainya musim panen, sehingga pada Maret 2014 inflasi bulanan Jawa Timur
hanya sebesar 0,23% .
Berbeda dengan kondisi di awal tahun 2014, pada Maret 2014 kelompok transportasi
dan kesehatan merupakan pendorong utama inflasi di Jawa Timur. Kenaikan biaya angkutan
udara sebesar 7,78% mendorong inflasi kelompok transportasi meningkat menjadi 0,56% .
Demikian pula dengan kenaikan harga sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik
sebesar 0,82% mendorong inflasi kelompok kesehatan menjadi sebesar 0,60% .
Penahan laju inflasi pada Tw I-2014 adalah koreksi harga telur ayam ras (-17,06% ) dan
daging ayam ras (-7,50% ) sehingga kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar
0,37% .
Tabel 2.1
Inflasi Triwulan IV Tahun 2013 & Triw ulan I Tahun 2014 di Jawa Timur (mtm)
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Oct Nov Dec Jan Feb Mar
Umum -0.06 0.19 0.60 0.24 1.06 0.28 0.23 0.52
1 Bahan M akanan -1.09 -0.11 1.56 0.12 1.96 0.31 -0.37 0.63
2 M amin, Rokok & Tembakau 0.43 0.31 0.39 0.38 0.88 0.75 0.42 0.68
3 perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 0.55 0.66 0.34 0.52 1.33 0.09 0.31 0.58
4 Sandang -1.21 -0.28 0.21 -0.43 0.79 0.49 0.22 0.50
5 Kesehatan -0.03 0.20 0.31 0.16 0.62 0.14 0.60 0.45
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 1.04 0.26 -0.28 0.34 0.13 0.10 0.24 0.16
7 Transpor, Komunikasi 0.52 0.07 0.50 0.36 0.52 0.07 0.56 0.38
Rata-
RataNo Kelompok Barang
Tw IV-2013 Rata-
Rata
Tw I-2014
38
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Walaupun kelompok transportasi dan komunikasi merupakan penyumbang utama
inflasi pada Maret 2014, namun berdasarkan rata-rata inflasi selama Tw I-2014, kelompok
makanan minuman, rokok dan tembakau yang mengalami kenaikan harga terbesar (0,68% )
disusul oleh kelompok bahan makanan (0,63% ). Hal ini karena inflasi kelompok transportasi
dan komunikasi bersifat seasonal dan akan kembali normal jika tidak terdapat moment
tertentu seperti hari libur atau hari raya keagamaan serta penetapan kebijakan harga oleh
pemerintah. Sedangkan inflasi kelompok bahan makanan lebih berfluktuatif karena
dipengaruhi faktor musiman (panen dan cuaca) yang pada akhirnya juga turut
mempengaruhi tingkat harga makanan jadi.
Berdasarkan grafik inflasi bulanan di atas (bulan Januari, Februari dan Maret 2014), tampak
bahwa pendorong utama inflasi bulanan untuk Tw I-2014 adalah administered price yang
berdampak pada peningkatan harga secara signifikan pada kelompok transportasi, kelompok
makanan minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar. Sedangkan kelompok bahan makanan justru menjadi penahan laju inflasi
dengan mengalami deflasi sebesar 0,37% .
Grafik 2.5. Inflasi per Kelompok Barang Tw I-2014 (mtm) Grafik 2.6. Inf lasi Januari 2014 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.7. Inf lasi Februari 2014 per Kelompok Barang (mtm)
Grafik 2.8. Inf lasi Maret 2014 per Kelompok Barang (mtm)
39
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Perkembangan inflasi bulanan secara ringkas selama Tw I-2014 adalah sebagai berikut :
1. Bulan Januari 2014
- Pada Januari 2014, Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 1,06% dengan penyumbang
utama inflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar. Kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) sebesar
Rp3.959/kg dari tanggal 1 s.d 6 Januari 2014 yang kemudian disesuaikan menjadi
Rp1.000/kg menyebabkan inflasi komoditas ini meningkat menjadi 12,58% . Tingginya
penggunaan LPG 12 kg khususnya bagi para pedagang skala menengah menyebabkan
kenaikan biaya produksi yang disikapi dengan menaikkan harga jual makanan jadi,
tercermin dari kenaikan inflasi sub kelompok makanan jadi sebesar 1,14% .
- Pendorong inflasi lainnya pada Januari 2014 adalah kelompok bahan makanan,
khususnya sub kelompok sayur-sayuran (7,58% ) melalui kenaikan harga komoditas
tomat sayur (25,83% ) dan telur, susu dan hasil-hasilnya (4,26% ) melalui kenaikan
harga komoditas telur ayam ras (10,80% ) dan daging ayam ras (6,33% ). Berdasarkan
informasi beberapa pedagang diketahui kenaikan harga tomat sayur yang cukup
signifikan ini disebabkan pasokan tomat di pasaran pada musim hujan sangat terbatas
sehingga harga yang diperoleh dari pedagang distributor dan pegepul juga mengalami
kenaikan. Salah satu sentra produksi tomat di Kediri juga belum mengalami panen raya
karena gangguan cuaca. Sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam
ras lebih disebabkan faktor permintaan yaitu tingginya konsumsi masyarakat dalam
rangka Tahun Baru Imlek pada akhir Januari 2014.
- Tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir di beberapa daerah di Jawa Timur
juga mempengaruhi tingkat produksi padi. Tercatat beberapa lahan pertanian
terendam dan mengalami puso antara lain padi (Bojonegoro, Gresik, Ngawi dan
Magetan), palaw ija (Bojonegoro), cabe (Jember) dan Jagung (Tuban). Meskipun
demikian, hal ini tidak menyebabkan melonjaknya inflasi komoditas beras yang masih
stabil di kisaran 0,5% - 1% (mtm).
Grafik 2.9. Inf lasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm)
Grafik 2.10. Penyumbang Inflasi Januari 2014 (mtm)
40
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
- Penahan inflasi pada Januari 2014 adalah sub kelompok bumbu-bumbuan (-2,43% )
melalui penurunan harga komoditas bawang merah (-11,68% ). Penurunan harga
tersebut disebabkan masih terjaganya pasokan di pasar serta relatif stabilnya
permintaan masyarakat.
2. Bulan Februari 2014
- Sejalan dengan Januari 2014, Jawa Timur di Februari 2014 masih mengalami inflasi
namun pada tingkat yang lebih rendah yaitu sebesar 0,28% . Pendorong utama inflasi
pada bulan ini adalah kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,75% ),
kelompok sandang (0,49% ) dan kelompok bahan makanan (0,31% ). Sedangkan
berdasarkan komoditasnya, cabai raw it menjadi penyumbang utama inflasi Jawa Timur
dengan mengalami kenaikan sebesar 26,66% .
- Dari sisi kelompok bahan makanan, sub kelompok ikan segar mengalami inflasi yang
relatif t inggi yaitu mencapai 3,68% melalui kenaikan harga komoditas mujair (6,82% ),
bandeng (4,94% ) dan kembung (9,42% ). Tingginya kenaikan harga ikan air tawar
tersebut sebagai dampak banjir yang terjadi pada bulan Januari-Februari 2014, yang
menyebabkan tambak terendam dan ikan hanyut sehingga produksi juga relatif turun.
- Pada bulan ini, terjadi erupsi Gunung Kelud yang menyebabkan rusaknya lahan
pertanian di beberapa sentra produksi Jawa Timur (Kediri, Malang, Blitar dan Nganjuk)
khususnya komoditas padi, jagung, cabe raw it dan nanas. Namun adanya penanganan
yang cepat dan tepat seperti dipanennya komoditas cabe raw it yang masih bisa
diselamatkan, koordinasi antar w ilayah dan kelancaran jalur distribusi menyebabkan
minimnya dampak terhadap kenaikan harga komoditas pertanian pada bulan Februari
ini. Dampak terbesar erupsi Gunung Kelud tampak pada kenaikan harga cabe raw it
yang mencapai 26,66% sebagai akibat kerusakan 1.220 ha lahan cabe raw it.
- Tekanan inflasi pada Februari 2014 berasal pula dari kelompok sandang, khususnya
komoditas emas perhiasan. Setelah menjadi salah satu komoditas penahan inflasi pada
Grafik 2.11. Inflasi Makanan Jadi dan Bahan Bakar (mtm)
Grafik 2.12. Inflasi Emas Perhiasan (mtm)
41
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
tahun 2013, emas mulai mengalami inflasi di tahun 2014. Penguatan tersebut lebih
dipengaruhi oleh kondisi internasional antara lain pemulihan ekonomi Amerika Serikat
yang tidak stabil dan adanya aksi jual di pasar negara berkembang sehingga emas
diuntungkan oleh tingginya permintaan.
- Penahan laju inflasi adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya serta telur dan
hasil-hasilnya melalui deflasi komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras masing-
masing sebesar 1,83% dan 1,79% . Kembali normalnya tingkat konsumsi masyarakat
pasca berlalunya Tahun Baru Imlek serta terganggunya kualitas produksi telur (dari 65
gr/butir menjadi kisaran 50 gr/butir) juga menjadi salah satu pendorong koreksi harga
komoditas tersebut. Sedangkan daging sapi justru mengalami kenaikan harga sebesar
2,01% yang disinyalir karena terbatasnya jumlah sapi siap potong.
3. Bulan Maret 2014
- Inflasi Jawa Timur pada Maret 2014, sedikit turun dibandingkan Februari 2014 yaitu
mencapai 0,23% . Tekanan inflasi periode ini adalah kelompok kesehatan (0,60% ) dan
kelompok transportasi dan komunikasi (0,56% ). Sedangkan berdasarkan
komoditasnya, kenaikan harga cabe raw it sebesar 43,45% dan tarif angkutan udara
sebesar 7,78% merupakan penyumbang utama.
- Tingginya inflasi cabai raw it merupakan dampak lanjutan bencana erupsi Gunung
Kelud yang menyebabkan sekitar 1.220 ha lahan cabai raw it di Kediri dan Malang
(sentra produksi utama cabai) mengalami kerusakan sehingga jumlah pasokan di
masyarakat menjadi berkurang. Selama Maret 2014, berdasarkan hasil Survei
Pemantauan Harga (SPH) harga cabai raw it tertinggi mencapai Rp.91.223/kg,
meningkat signifikan dibandingkan awal Februari 2014 yang hanya sebesar
Rp47.248/kg.
Grafik 2.13. Penyumbang inf lasi administered price (mtm)
42
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
- Kenaikan tarif angkutan udara pada Maret 2014 disebabkan adanya Hari Raya
Keagamaan sehingga volume mobilitas masyarakat meningkat dan memicu kenaikan
harga. Selain itu, dikeluarkannya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2 tahun 2014
tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan
Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri menyebabkan beberapa maskapai penerbangan
harus melakukan penyesuaian harga yang berakibat pada kenaikan harga.
- Penahan inflasi pada Maret 2014 adalah kelompok bahan makanan, khususnya sub
kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya (-4,73% ), sayur-sayuran (-3,01% ) dan daging
dan hasil-hasilnya (-2,81% ). Penurunan harga telur ayam ras sebesar -17,06%
disebabkan peningkatan pasokan dari para supplier sehingga ketersediaan komoditas
tersebut di pasar relatif melimpah. Sedangkan penurunan harga sub kelompok sayur-
sayuran karena sentra produksi tomat sayur di Kediri, Tulungagung, Bojonegoro, dan
Malang telah mengalami musim panen pada Februari dan Maret 2014 sehingga
mendorong penurunan harga. Berkurangnya curah hujan juga menjadi salah satu
faktor utama kondusifnya panen sub kelompok sayur-sayuran.
2.3. INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Pada Tw I-2014, laju inflasi Jatim secara triwulanan mencapai 1,58% (qtq),
meningkat dibandingkan periode sebelumnya (Tw IV-2013) yang sebesar 0,73% . Semua
kelompok mengalami peningkatan inflasi, dengan kenaikan terbesar pada kelompok
makanan, minuman, rokok dan tembakau (2,07% ), bahan makanan (1,90% ) dan kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (1,74% ). Peningkatan tersebut karena berbagai
tekanan risiko yang terjadi pada Tw I-2014 antara lain faktor cuaca dan alam (banjir dan
erupsi Gunung Kelud yang mempengaruhi aspek produksi dan distribusi), penetapan
berbagai kebijakan harga (bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara) serta harga
komoditas internasional yang mempengaruhi tingkat harga emas perhiasan lokal.
Tabel 2.2
Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq)
Sumber : BPS, data diolah
2014 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Umum 2.87 0.11 3.72 0.73 1.58 2.87 0.11 3.72 0.73 1.58
1 Bahan M akanan 9.34 -2.36 4.34 0.34 1.90 1.92 -0.47 0.89 0.07 0.39
2 M amin, Rokok & Tembakau 1.73 0.89 2.31 1.13 2.07 0.28 0.14 0.37 0.18 0.33
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.84 0.97 1.57 1.57 1.74 0.46 0.24 0.38 0.39 0.43
4 Sandang -1.66 -4.37 5.69 -1.28 1.51 -0.12 -0.29 0.38 -0.09 0.10
5 Kesehatan 0.98 1.11 0.97 0.47 1.36 0.05 0.06 0.05 0.02 0.07
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.32 0.18 2.08 1.02 0.47 0.03 0.02 0.18 0.09 0.04
7 Transpor, Komunikasi 0.25 3.32 7.87 1.09 1.15 0.04 0.60 1.47 0.20 0.21
2013No Kelompok Barang
Inflasi QTQ Sumbangan Inflasi QTQ
2013
43
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan
bahan bakar memberikan sumbangan terbesar sebesar 0,43% disusul oleh kelompok bahan
makanan (0,39% ), dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau (0,33% ) yang
menunjukkan bahwa sumbangan inflasi pada Tw I-2014 masih disebabkan oleh kelompok
administered price. Sumbangan inflasi pada Tw I-2014 ini telah relatif kembali kepada pola
wajarnya dimana dampak kebijakan pengendalian impor hortikultura telah termoderasi
melalui adanya musim panen di akhir Maret 2014. Sedangkan dampak kenaikan harga
Bahan Bakar M inyak pada Tw III-2013 masih belum sepenuhnya termoderasi.
Dengan mencermati kelompok penyumbang utama inflasi secara triwulanan, analisis
lebih lanjut akan dilakukan terhadap kelompok bahan makanan yang memiliki tingkat
fluktuasi lebih tinggi. Berdasarkan sub kelompoknya pada Tw I-2014, secara triwulanan
kenaikan tertinggi terjadi pada sub kelompok ikan diawetkan, bumbu-bumbuan dan padi-
padian. Penjelasannya lebih lanjut adalah sebagai berikut :
Padi-Padian dan Umbi-Umbian
Secara triwulanan, komoditas pada sub kelompok ini yang mengalami inflasi terbesar
adalah ketela pohon (5,93% ), namun berdasarkan sumbangannya, penyumbang inflasi
terbesar adalah komoditas beras yang pada Maret 2014 mengalami inflasi sebesar 2,33%
(qtq). Pergerakan harga beras di Jawa Timur tidak sejalan dengan tingkat harga beras
internasional. Pada grafik di bawah tampak bahwa harga beras internasional cenderung
turun yaitu dari USD$447,55/mt (Tw IV-2013) menjadi USD$435,25/mt (Tw I-2014) seiring
dengan tingginya pasokan beras dunia. Beberapa pasar di Jawa Timur justru mengalami
kenaikan harga beras yaitu dari Rp11.792/kg (Tw IV-2014) menjadi Rp11.987/kg (Tw I-2014).
Grafik 2.14 Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.15 Perbandingan Inflasi (qtq) Sub Kelompok
Bahan Makanan
44
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Kenaikan harga komoditas tersebut pada Tw I-2014 diakibatkan adanya banjir yang terjadi di
beberapa sentra produksi beras di Jawa Timur yang berdampak pada bergesernya masa
panen sehingga mendorong kenaikan harga pada Tw I-2014. Berdasarkan kondisi tersebut
dan adanya potensi risiko El Nino di tahun 2014 Dinas Pertanian menyatakan bahwa terdapat
potensi penurunan produksi padi di tahun 2014 yaitu dari 12.049.342 ton (ASEM 2013)
menjadi di kisaran 11.923.754 ton atau turun sekitar 1,04% .
Walaupun prognosa beras mengalami penurunan, namun tingkat ketahanan pangan
di Jawa Timur relatif terjaga. Hal ini terkait dengan tingginya stok beras di BULOG Jawa Timur
yang mencapai 516.480 ton atau setara dengan konsumsi 12 bulan. Demikian pula dengan
realisasi pengadaan beras oleh BULOG Jawa Timur yang mencapai 317.980 ton dari target
sebesar 1,1 juta ton. Hal ini menunjukkan tingginya kapasitas Jawa Timur untuk menjaga
tingkat ketahanan pangan.
Grafik 2.16 Harga Beras Internasional dan Lokal s.d. Tw I-
2014
Grafik 2.17 Inflasi Beras Jawa Timur (mtm dan qtq)
Tabel 2.3
Stok Beras dan Penyaluran Raskin
Sumber : Bulog, data diolah
45
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Bumbu-Bumbuan
Inflasi bumbu-bumbuan pada Tw I-2014 menunjukkan trend yang meningkat yaitu
dari -1,63% (Tw IV-2013) menjadi 2,32% (Tw I-2014).
Sumbangan utama kenaikan inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan adalah
komoditas cabai raw it yang pada periode ini mengalami inflasi sebesar 78,08% (qtq).
Tingginya inflasi komoditas cabai raw it ditahan oleh deflasi bawang merah yang mencapai -
32% . Dari sisi produksi, secara kumulatif Jawa Timur selalu mengalami surplus. Namun
tingkat produksi dan musim panen yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan adanya
shortage pada periode-periode tertentu yang diikuti oleh kenaikan harga.
Pada periode ini, inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan lebih disebabkan oleh
terganggunya produksi cabai raw it sebagai dampak erupsi Gunung Kelud di Kediri yang
merupakan salah satu sentra produksi cabai raw it. Adanya replanting dan penanganan lahan
rusak akan mampu mengembalikan kembali tingkat produksi pada triwulan selanjutnya
sehingga stabilitas pasokan akan terjaga dan inflasi relatif stabil. Sesuai dengan pola
historisnya, masa panen raya untuk komoditas cabai raw it adalah pada triwulan II dan III dan
melambat pada akhir tahun. Untuk itu penting menjaga target tanam pada periode ini
sehingga hasil produksi sesuai yang ditargetkan.
Grafik 2.18 Inflasi Sub Kel. Bumbu-Bumbuan (qtq)
Grafik 2.19 Produksi Bumbu-Bumbuan di Jatim
Sumber : Dinas Pertanian Jatim (diolah)
Grafik 2.20. Persebaran Masa Panen Komoditas Cabe Raw it
46
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
2.4. INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Jawa Timur pada Tw I-2014 mencapai 6,59% lebih rendah
dibandingkan realisasi tahun 2013 (7,59% ) dan dibawah inflasi nasional (7,32% ).
Berdasarkan kelompoknya, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok transportasi dan
komunikasi (13,33% ), disusul oleh kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau
(6,19% ) dan kelompok bahan makanan (5,98% ).
Sedangkan berdasarkan sumbangannya, kelompok transportasi dan komunikasi juga
menjadi penyumbang terbesar (2,48% ), diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar (1,33% ) dan kelompok bahan makanan (1,22% ). Peningkatan inflasi
tersebut didorong oleh beberapa faktor diantaranya, kenaikan BBM dan tarif listrik di tahun
2013, penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga di tahun 2014, fluktuasi produksi
komoditas pertanian, belum stabilnya nilai Rupiah dan pergerakan harga komoditas
internasional.
Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Bahan Makanan, Makanan
Jadi, Sandang dan Tranpor (yoy) 2010-2014
Tabel 2.4
Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang
Sumber: BPS, data diolah
Grafik 2.21 Inflasi Tahunan (yoy) Sub Kelompok 2013 -
2014
2014 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Umum 6.75 5.92 7.78 7.59 6.59 6.75 5.92 7.78 7.59 6.59
1 Bahan M akanan 14.98 11.27 13.20 11.78 5.98 3.07 2.27 2.70 2.40 1.22
2 M amin, Rokok & Tembakau 7.18 6.12 5.83 6.19 6.46 1.16 0.99 0.94 1.00 1.05
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 4.75 4.53 5.46 6.09 5.41 1.18 1.13 1.34 1.50 1.33
4 Sandang 1.72 -2.25 -0.29 -1.88 1.88 0.12 -0.15 -0.02 -0.12 0.12
5 Kesehatan 3.10 3.69 3.80 3.59 3.95 0.16 0.19 0.19 0.18 0.19
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4.50 4.40 2.91 3.63 2.65 0.40 0.39 0.25 0.32 0.23
7 Transpor, Komunikasi 2.26 5.23 12.61 12.94 13.33 0.39 0.94 2.35 2.42 2.48
No Kelompok Barang
Inflasi YOY Sumbangan Inflasi YOY
2013 2013
47
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Beberapa kelompok yang pada tahun 2013 menjadi penahan inflasi atau mengalami
inflasi pada tingkat yang relatif kecil, pada tahun 2014 juga mengalami inflasi yang
meningkat. Kelompok sandang pada periode ini mengalami inflasi sebesar 1,88% (yoy)
setelah selama tahun 2013 menjadi penyumbang deflasi melalui penurunan harga emas
perhiasan. Belum stabilnya perekonomian dunia membuat permintaan akan emas sebagai
alternatif investasi menjadi meningkat. Hal ini mempengaruhi pula tingkat emas di Indonesia
dan meningkatkan harga emas perhiasan. Selain itu, dimulainya penerapan PPN BM pada
beberapa barang kebutuhan sehari-hari juga menjadi pendorong inflasi kelompok ini.
Kelompok kesehatan juga mengalami kenaikan inflasi, dari 3,59% (Tw IV-2013) menjadi
3,95% (Tw I-2014) sebagai dampak kenaikan tarif rumah sakit dan jasa layanan kesehatan.
Penurunan inflasi yang signifikan terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu dari
11,78% (Tw IV-2013) menjadi 5,98% (Tw I-2014). Hal ini karena telah termoderasinya
dampak inflasi sub kelompok bumbu-bumbuan di tahun 2013 (kebijakan pengendalian
impor hortikultura) melalui panen raya selama tahun 2013 tercermin dari deflasi sub
kelompok ini yang mencapai -20,33% . Sub kelompok lainnya masih mengalami inflasi yang
relatif t inggi, yaitu ikan segar (14,61% ), ikan diawetkan (11,41% ), kacang-kacangan
(11,26% ) dan lemak dan minyak (10,62% ). Inflasi kelompok ini diperkirakan akan turun
pada Tw II-2014 seiring dengan dimulainya musim panen raya.
Berbeda dengan kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan belum mengalami moderasi inflasi secara tahunan. Kenaikan BBM pada Juli
2013 sebesar 44,44% yang menyebabkan inflasi bensin menjadi 42,90% belum dapat
termoderasi. Inflasi kelompok ini mulai dapat termoderasi melalui hilangnya dampak base
year IHK pada Tw III-2014. Selain kenaikan BBM, adanya kenaikan berbagai tarif transportasi
Grafik 2.23. Inflasi Tahunan (yoy) Kelompok Bahan
Makanan Tahun 2013 - 2014
Grafik 2.24. Inflasi (yoy) Kelompok Transpor, Komunikasi
dan Jasa Keuangan
48
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
seperti angkutan udara (32,74% -yoy) dan kereta api (10,82% ) juga menjadi salah satu
penyebab tingginya inflasi kelompok ini.
2.5. INFLASI MENURUT KOTA
Pada tahun 2014 ini, terdapat penambahan kabupaten/kota yang diukur inflasinya
secara nasional yaitu dari 7 (tujuh) kabupaten/kota menjadi 8 (delapan) kabupaten/kota.
Delapan kabupaten/kota tersebut pada Tw I-2014 mengalami rata-rata inflasi sebesar 0,18%
(bulanan), 1,51% (triwulanan) dan 6,58% (tahunan). Inflasi tertinggi secara tahunan terjadi
di Probolinggo (7,22% ), disusul oleh Malang (7,19% ), Kediri (7,00% ), Banyuwangi (6,71% ),
Jember (6,50% ), Surabaya (6,36% ), Madiun (6,23% ) dan Sumenep (5,45% ).
Sedangkan secara bulanan, kedelapan kabupaten/kota semuanya mengalami inflasi
yang utamanya dipicu oleh peningkatan inflasi di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa
keuangan serta kelompok kesehatan. Kota Malang mengalami inflasi tertinggi untuk
kelompok transportasi (0,98% -mtm) melalui kenaikan tarif angkutan udara sebesar 8,11%
(lebih tinggi dari inflasi Jawa Timur). Sedangkan Kota Surabaya mengalami kenaikan harga
tertinggi di kelompok kesehatan (0,80% ) khususnya pada sub kelompok jasa perawatan
jasmani dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik yang masing-masing mengalami
inflasi sebesar 0,92% . Tingginya penggunaan barang-barang kebutuhan sehari-hari oleh
masyarakat di Kota Surabaya menyebabkan tingkat permintaan tetap tinggi walaupun
terdapat penyesuaian harga terkait penerapan PPN BM. Beberapa barang kebutuhan yang
mengalami kenaikan harga yaitu pelembab (15,82% ), sabun wajah (11,41% ) dan sikat gigi
(10,64% ).
Kelompok bahan makanan mengalami koreksi harga di 6 (enam) kabupaten/kota
dengan koreksi terbesar terjadi di Kota Kediri. Terjadinya erupsi Gunung Kelud di Kediri
dapat ditangani dengan baik sehingga tidak menyebabkan peningkatan inflasi secara
signifikan beberapa kota yang terdampak di Jawa Timur.
Tabel 2.5 Inf lasi 8 Kota di Jawa Timur
Sumber: BPS, Data diolah.
2014 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
Jawa Timur 2.87 0.11 3.72 0.73 1.58 6.75 5.93 7.78 7.59 6.59
Surabaya 2.90 0.11 3.66 0.69 1.65 6.61 5.86 7.75 7.52 6.36
M alang 2.78 0.35 3.69 0.92 1.51 7.01 6.46 8.17 7.92 7.19
Kediri 2.51 0.60 4.07 0.68 1.35 6.69 6.05 7.78 8.05 7.00
Jember 2.81 -0.25 3.95 0.57 1.32 6.53 5.38 7.77 7.21 6.50
Sumenep 3.26 -0.53 3.33 0.46 1.63 7.44 5.59 6.79 6.63 5.45
Probolinggo 2.83 0.03 4.05 0.87 1.13 8.19 6.39 8.02 7.96 7.22
M adiun 3.14 -0.31 3.77 0.77 1.71 6.04 5.10 7.23 7.52 6.23
Banyuwangi 1.82 6.71
Wilayah
Inflasi Triwulanan (qtq) Inflasi Tahunan (yoy)
2013 2013
49
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
Inflasi tertinggi periode ini terjadi di Kota Probolinggo (7,22% ) melalui kenaikan
harga cabai raw it sebesar 72,04% (mtm) yang berpengaruh pula terhadap inflasi makanan
jadi yang meningkat sebesar 1,25% . Sedangkan inflasi terendah berada di Kabupaten
Sumenep melalui koreksi harga komoditas telur ayam ras (-15,86% -mtm) dan daging ayam
ras (-9,77% ) serta tingginya deflasi komoditas emas perhiasan (-0,33% )
Sedangkan berdasarkan kelompok barang penyumbang inflasi, sumber tekanan
inflasi di kedelapan kabupaten/kota pada Tw I-2014 ini secara tahunan bersumber dari 2
(dua) kelompok utama yaitu kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan
kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau. Hal ini karena tingginya bobot kedua
kelompok tersebut dalam konsumsi masyarakat yang mencapai 18,67% dan 16,35% . Selain
itu, penyebab yang relatif sama dan berdampak serupa di seluruh w ilayah di Jawa Timur yaitu
kenaikan tarif angkutan udara serta makanan jadi (salah satunya sebagai dampak kenaikan
minyak goreng), menyebabkan kelompok yang terdampak juga relatif sama.
Grafik 2.26. Perbandingan Inflasi Tahunan (yoy)
8 Kota di Jawa Timur
Tabel 2.6 Inflasi 8 kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan I-2014 (% yoy)
Grafik 2.25. Perbandingan Inflasi Tahunan (mtm)
8 Kota di Jawa Timur
Sumber : BPS, data diolah
Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum 6.59 6.36 7.19 7.00 6.50 5.45 7.22 6.23 6.71
Bahan M akanan 5.98 6.12 5.35 1.70 6.47 3.36 6.47 2.96 13.05
M amin, Rokok & Tembakau 6.46 6.48 6.80 8.80 4.79 7.37 9.09 8.91 0.64
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 5.41 5.39 5.61 5.69 4.75 4.88 6.12 5.99 4.75
Sandang 1.88 1.50 2.00 3.08 1.88 4.02 -1.62 1.95 2.76
Kesehatan 3.95 4.90 1.89 4.77 3.26 4.61 3.38 3.79 1.06
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2.65 2.34 1.60 7.06 2.75 5.31 3.70 5.40 0.83
Transpor, Komunikasi 13.33 12.67 17.67 14.32 13.34 8.39 13.86 10.45 8.35
50
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
2.6. DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan disagregasinya, secara tahunan inflasi Jatim terutama didorong oleh
peningkatan harga kelompok administered price dan volatile foods pada tingkat 17,42% dan
5,82% , sedangkan kelompok core inflation relatif stabil sebesar 4,14% (yoy). Berdasarkan
sumbangannya, inflasi terbesar masih diberikan oleh kelompok administered price (3,04% ),
disusul kemudian oleh core inflation (2,49% ) dan kelompok volatile foods (1,06% ).
Kebijakan harga oleh pemerintah yang terjadi selama 1 (satu) tahun terakhir, serta
penyesuaian harga terkait fluktuasi nilai tukar dan harga komoditas internasional menjadi
penyebab tingginya inflasi pada 2 (dua) kelompok tersebut.
Pada grafik di atas tampak bahwa inflasi kelompok volatile foods telah kembali kepada
pola wajarnya sebelum terjadi anomali inflasi akibat kebijakan pengendalian impor
hortikultura di tahun 2013, yaitu di kisaran 5% - 8% . Sedangkan kelompok administered
price justru semakin meningkat dibandingkan Juli 2013 ketika terjadi penyesuaian harga
BBM, yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg) pada Januari
Sumber : BPS, data diolah
Tabel 2.7
Sumbangan Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa
Triwulan I-2014 (% yoy)
Grafik 2.27. Disagregasi Inf lasi Jawa Timur (yoy) Grafik 2.28. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jatim &
Rata-Ratanya (yoy)
Kelompok Barang Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun Banyuwangi
Umum 6.59 6.36 7.19 7.00 6.50 5.45 7.22 6.23 6.71
Bahan M akanan 1.22 1.21 1.00 0.36 1.54 0.85 1.68 0.59 4.16
M amin, Rokok & Tembakau 1.05 1.05 1.12 1.56 0.69 1.13 1.54 1.65 0.09
Perumahan, Air, Listrik, Gas & BB 1.33 1.38 1.42 1.24 0.94 0.97 1.09 1.42 0.80
Sandang 0.12 0.10 0.11 0.16 0.12 0.30 -0.10 0.11 0.22
Kesehatan 0.19 0.25 0.09 0.24 0.16 0.25 0.16 0.21 0.04
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.23 0.20 0.15 0.53 0.23 0.43 0.34 0.47 0.06
Transpor, Komunikasi 2.48 2.27 3.49 3.09 2.94 1.54 2.66 1.86 1.58
51
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
2014 dan kenaikan tarif angkutan udara yang mulai diberlakukan pada Maret 2014. Untuk
dapat mencapai inflasi Jawa Timur di kisaran 4,5% + 1% , inflasi kelompok administered
price harus dapat kembali ke pola wajarnya yang berada di kisaran 2% - 4% .
Sejalan dengan disagregasi tahunan, secara bulanan disagregasi inflasi Jawa Timur
pada Tw I-2014 juga didorong oleh kelompok administered price (0,45% ), disusul oleh
kelompok core inflation (0,40% ). Sedangkan kelompok volatile foods telah mengalami
deflasi pada level -0,51% . Deflasi kelompok volatile foods disebabkan koreksi harga
mayoritas komoditas bahan makanan seperti sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya,
daging dan hasil-hasilnya, sayur-sayuran sebagai dampak telah dimulainya musim panen.
Deflasi yang lebih dalam untuk kelompok volatile foods tertahan inflasi pada sub kelompok
bumbu-bumbuan (8,64% -mtm) sebagai dampak kenaikan harga cabai merah yang
signifikan.
Volatile foods
Kelompok volatile food pada Tw I-2014 mengalami deflasi sebesar -0,51% (mtm) atau
5,82% (yoy) dan menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 1,06% . Inflasi ini turun
dibandingkan Tw IV-2013 yang mengalami inflasi 1,76% (mtm) atau 12,76% (yoy). Secara
bulanan, terjadinya deflasi didorong oleh koreksi harga pada sub kelompok daging dan hasil-
hasilnya (-2,81% ), ikan segar (-1,83% ), telur, susu dan hasil-hasilnya (-4,73% ), sayur-sayuran
(-3,01% ), kacang-kacangan (-0,37% ) dan buah-buahan (-0,18% ).
Penurunan harga telur ayam ras sebesar -17,06% yang disebabkan peningkatan
pasokan dari para supplier menyebabkan ketersediaan komoditas tersebut di pasar relatif
melimpah dan mendorong penurunan harga. Berkurangnya curah hujan menyebabkan
beberapa sentra sayur-sayuran di Kediri, Tulungagung, Bojonegoro, dan Malang dapat
memanen tanamannya sehingga mendorong penurunan harga khususnya komoditas tomat
Grafik 2.29. Perbandingan Disagregasi Inflasi Jawa Timur
(mtm) Grafik 2.30. Disagregasi Inf lasi (mtm) Jawa Timur
52
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
sayur (-15.00% ), kol putih (-11,37% ), wortel (-10,29% ), dan kentang (-3,66% ). Cuaca yang
kondusif juga menyebabkan melimpahnya produksi perikanan sehingga terjadi koreksi harga
pada komoditas cumi-cumi (-16,79% ), kuniran (-9,61% ), kembung (-2,64% ) dan bandeng (-
1,42% ).
Pendorong laju inflasi kelompok volatile foods adalah sub kelompok bumbu-bumbuan
(8,64% ), lemak dan minyak (1,17% ) dan padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (0,92% ).
Cabai raw it dan bawang putih merupakan komoditas utama penyumbang inflasi dari sub
kelompok bumbu-bumbuan, yaitu masing-masing mengalami sebesar 42,45% dan 17,54% .
Tingginya inflasi cabai raw it karena adanya bencana erupsi Gunung Kelud yang
menyebabkan sekitar 1.220 ha lahan cabai raw it di Kediri dan Malang (sentra produksi
utama cabai) mengalami kerusakan sehingga jumlah pasokan di masyarakat menjadi
berkurang. Selain itu, adanya permintaan cabai dari w ilayah lain khususnya industri
menyebabkan jumlah pasokan di masyarakat juga menjadi berkurang.
Sub kelompok lemak dan minyak menyumbang inflasi volatile foods melalui kenaikan
harga minyak goreng sebesar 1,83% yang faktor distribusi yang tidak merata di beberapa
daerah di Jawa Timur sehingga menimbulkan penurunan persediaan di tingkat pedagang.
Selain itu, adanya kenaikan harga palm oil di pasar internasional juga menjadi salah satu
penyebab tingginya harga bahan baku yang oleh produsen direspon melalui kenaikan harga.
Beras juga menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi volatile foods dengan
mengalami inflasi sebesar 0,93% . Meningkatnya harga beras walaupun memasuki masa
panen padi akibat dari kualitas beras yang dihasilkan kurang baik, sedangkan permintaan
beras dengan kualitas baik tetap tinggi sehingga mendorong kenaikan harga.
Core Inflation
Tekanan faktor eksternal relatif terkendali, sebagai dampak penguatan nilai tukar
Rupiah yang cukup signifikan di tengah tekanan kenaikan harga global dan transmisi
dampak passthrough nilai tukar Rupiah di 2013. Hal ini tercermin dari relatif stabilnya inflasi
kelompok inti pada tingkat 0,40% (mtm), sedangkan secara tahunan sedikit meningkat dari
4,13% (Tw IV-2013) menjadi 4,14% (Tw I-2014) dan menyumbang inflasi sebesar 2,49% .
Penyumbang inflasi secara bulanan antara lain kelompok kesehatan (0,60% -mtm), kelompok
pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,24% ) dan kelompok sandang (0,22% ). Sedangkan
berdasarkan komoditasnya, sumbangan inflasi terbesar disumbang oleh kenaikan tarif
tukang bukan mandor (1,51% ), mobil (1,37% ) dan soto (2,31% ).
Belum stabilnya Rupiah dan kenaikan pajak barang mewah sesuai Peraturan
Pemerintah No,41 tahun 2013 yang mulai berlaku April 2014 menyebabkan kenaikan harga
53
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
mobil dan diprediksi masih akan berlanjut sampai dengan triwulan II-2014 baik untuk mobil
maupun kendaraan bermotor roda 2. Selain beberapa komoditas di atas, kenaikan harga
bumbu-bumbuan, komoditas beras dan minyak goreng juga mendorong peningkatan harga
sub kelompok makanan jadi khususnya komoditas soto dan gulai (4,46% ).
Komoditas emas perhiasan yang selama tahun 2013 menjadi salah satu penyumbang
deflasi, pada Tw I-2014 mulai mengalami inflasi. Tercatat emas perhiasan mengalami inflasi
sebesar 1,34% (mtm) pada Januari 2014 dan sedikit menurun pada Maret 2014 (0,24% ).
Berdasarkan hasil SPH, emas perhiasan mengalami tit ik tertinggi pada minggu pertama Maret
2014 yaitu Rp.455.188/gram dan cenderung turun mendekati akhir Maret 2014 yaitu
Rp454.688/gram. Penurunan harga emas di akhir Maret 2014 tersebut disebabkan kebijakan
ekonomi Amerika Serikat oleh investor dianggap sebagai short covering yang sulit dijadikan
dasar investasi jangka panjang. Dengan memperhatikan transaksi emas di dunia
internasional, masih terdapat potensi penurunan harga komoditas tersebut.
Dari sisi ekspektasi, terdapat peningkatan ekspektasi masyarakat yang tercermin dari
kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 117,20 (Februari 2014) menjadi 121,5
(Maret 2014). Kenaikan tersebut utamanya berasal dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
yang meningkat sebesar 5,9 poin dan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini yang juga meningkat
sebesar 2,8 poin. Kenaikan ini utamanya sebagai dampak Pemilu pada April 2014 yang
disikapi masyarakat dengan ekspektasi peningkatan aktivitas ekonomi sehingga berpotensi
mendorong kenaikan harga ke depan.
Administered Price
Inflasi administered price tercatat sebesar 0,45% (mtm) atau 17,42% (yoy) dan
menyumbang inflasi Jawa Timur sebesar 3,04% . Inflasi ini meningkat dibandingkan Tw IV-
2013 yang sebesar 14,91% (yoy). Sumbangan utama peningkatan inflasi pada periode ini
adalah sub kelompok transportasi (0,77% -mtm), khususnya melalui kenaikan tarif angkutan
Grafik 2.31. Indeks Keyakinan & Ekspektasi Konsumen Grafik 2.32. Ekspektasi Harga Pedagang yang Akan
Datang
120
130
140
150
160
170
180
190
200
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2010 2011 2012 2013 2014
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Indeks
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2011 2012 2013 2014
Perubahan harga umum 3 bulan yad Perubahan harga umum 6 bulan yadIndeks
54
BAB II – PERKEMBANGAN INFLASI
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
udara yang mencapai 7,78% . Adanya hari besar keagamaan Nyepi pada bulan Maret 2014
meningkatkan penggunaan transportasi khususnya udara. Hal ini tercermin dari peningkatan
kapasitas penumpang di 2 (dua) terminal Bandara Internasional Juanda yang mendorong
kenaikan harga angkutan udara. Selain itu, penerapan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas
Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri oleh maskapai penerbangan
termasuk pula kenaikan airport tax Bandara Juanda dari Rp40.000 menjadi 75.000 menjadi
pemicu utama kenaikan tarif angkutan udara
Selain transportasi, masih tingginya inflasi kelompok ini juga disebabkan kenaikan
harga rokok kretek filter sebesar 0,76% . Bahan bakar rumah tangga yang pada awal tahun
2014 menjadi penyebab utama tingginya inflasi, pada periode ini hanya mengalami kenaikan
harga sebesar 0,13% .
Grafik 2.33. Sub Kelompok Penyumbang Inf lasi Administered Price (yoy)
55
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Boks 4
Potensi El Nino dan Dampaknya terhadap Prospek Produksi Pangan Daerah
Dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, di Indonesia pernah terjadi lima kali El Nino
dengan intensitas yang berbeda-beda, yakni El Nino moderat di tahun 1994 dan 2003, El Nino
kuat di tahun 1997, dan El Nino lemah di tahun 2006. El Nino yang membawa cuaca kering
serta kemarau tersebut diperkirakan berdampak pada penurunan produksi pangan.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa El Nino berdampak pada kerusakan lahan (puso) dan
penurunan produksi padi. Di Indonesia, El Nino dengan intensitas lemah pada tahun 2006
berdampak pada kerusakan lahan yang menyebabkan menurunnya produksi padi sekitar 300
ribu ton (Tabel 1). Sementara itu, El Nino dengan intensitas moderate-strong berpengaruh
signifikan pada produksi dan harga beras, namun tidak berdampak signifikan pada produksi
bawang. Inflasi beras saat El Nino moderate-strong mencapai sekitar 30% (yoy), sehingga
dapat memberikan sumbangan ke IHK sekitar 1% .
Tabel 1. Dampak Terjadinya El Nino pada Produksi Padi di Indonesia
Jawa Timur merupakan provinsi sentra produksi pangan di Indonesia. Adanya shock cuaca yang
merupakan faktor utama penentu produksi pangan diperkirakan tidak signifikan
mempengaruhi produksi pangan Jawa Timur. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Provinsi Jawa Timur memperkirakan bahwa awal musim kemarau di Jawa Timur terjadi
pada akhir April dasarian ketiga (minggu terakhir bulan April). Curah hujan di periode tersebut
masih berada dalam intensitas sedang (101-300 mm), kecuali Kabupaten Situbondo dan
Magetan yang memiliki curah hujan paling rendah (51-100 mm). Pada bulan Mei, BMKG
memperkirakan bahwa curah hujan semakin rendah, berkisar antara 51-150 mm dengan curah
Tahun El NinoKekeringan
(ha)Puso (ha)
Perkiraan Puso
Padi (ton) *)
1994 Moderat 544,442 161,000 700,028
1997 Kuat 504,024 161,144 714,512
2003 Moderat 568,000 114,038 517,504
2006 Lemah 338,261 73,045 337,468
2009 Moderat 150,000 35,000 174,965
Sumber: Berbagai sumber (diolah)
*) Dihitung dengan luas puso (ha) dikalikan produktivitas (ton/ha).
56
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
hujan terendah berada di sepanjang w ilayah pantai utara (gambar 1). Panjang musim kemarau
di Jawa Timur rata-rata sepanjang 19-21 dasarian atau enam hingga tujuh bulan.
Gambar 1. Peta Sebaran Curah Hujan Jawa Timur, Mei 2014
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur memperkirakan bahwa weak El Nino di triwulan IV 2014
tidak memberi dampak yang signifikan pada produksi pangan. Kemarau tingkat lemah lebih
berdampak rendah pada penurunan produksi padi. Sementara itu, produksi tanaman palaw ija,
seperti jagung, kedelai serta tanaman perkebunan seperti tembakau diperkirakan meningkat.
Hal ini disebabkan karena ketiga tanaman tersebut cenderung membutuhkan air lebih sedikit
daripada padi, sehingga mampu bertahan di tengah kondisi kering. Proyeksi produksi padi
selama tahun 2014 menurun tipis, yakni sebesar 1,10% . Penurunan tersebut relatif lebih
rendah dibandingkan dengan penurunan pada tahun 2013 yang mencapai 1,22% . Produksi
padi pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 11,91 juta ton dengan luas panen 2,02 juta ha.
Produksi tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai
12,04 juta ton. Di sisi lain, produksi jagung dan kedelai diperkirakan masing-masing meningkat
sebesar 8% (jagung) dan 21,27% (kedelai). Tanaman tembakau di w ilayah sentra, seperti
Madura, Probolinggi dan Jember diperkirakan meningkat antara 15-30% dibandingkan tahun
sebelumnya.
57
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Tabel2. Proyeksi Produksi Tanaman Pangan Jawa Timur Tahun 2014
Grafik 1. El Nino dan Produksi Padi Jawa Timur
Secara historis, dampak yang relatif kecil atas terjadinya El Nino tersebut juga dialami pada
tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, pada tahun 1997, El Nino dengan intensitas kuat hanya
menurunkan produksi padi di Jawa Timur sebesar 1,10% (grafik 1). Terbatasnya dampak El
Nino di Jawa Timur salah satunya disebabkan karena manajemen pengelolaan air di Jawa Timur
yang relatif baik. Terdapat tiga aliran sungai yang menjadi andalan, yaitu daerah Bengawan
Solo, daerah Brantas, serta daerah Madura yang memiliki aliran air dan penampungan (waduk)
serta irigasi yang relatif baik. Oleh karena itu, ketersediaan pangan Jawa Timur hingga akhir
2014 diperkirakan aman. Stok beras Jawa Timur diperkirakan aman, sehingga penurunan
58
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
produksi akibat El Nino tidak berdampak signifikan bagi ketersediaan pangan. Pemerintah
Daerah juga telah melakukan sosialisasi dan himbauan pada petani maupun gapoktan agar
pada musim kemarau mengurangi penanaman padi dan menggalakkan penanaman palaw ija.
Oleh karena itu, diperkirakan dampak atas El Nino di triwulan IV 2014 tidak berpengaruh
signifikan terhadap inflasi Jawa Timur. Dampak El Nino pada inflasi Jawa Timur diperkirakan
berada di kisaran 0,03% -0,06% .
Penanaman kembali (replantasi) pasca adanya beberapa bencana yang mempengaruhi produksi
pangan Jawa Timur telah dilaksanakan, namun dalam intensitas yang rendah. Bencana banjir
yang terjadi pada awal tahun 2014 di sebagian wilayah telah dilakukan penanaman kembali
dengan bibit yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian, di Kabupaten
Bojonegoro, penanaman kembali belum dilakukan karena sebagian w ilayah masih terdapat
genangan air dan belum siap untuk ditanami. Demikian pula pasca bencana erupsi Kelud. Pada
areal persawahan dengan ketebalan pasir dan abu yang tinggi, petani dapat menanam padi
kembali dengan cara dilakukan rehabilitasi terlebih dahulu. Areal persawahan dan saluran
irigasi yang terdampak dibersihkan dari pasir dan debu untuk kemudian ditimbun dengan
pupuk organik.
Dampak abu akibat erupsi Kelud dapat berbeda sesuai dengan jenis tanaman. Pada tanaman
pangan seperti padi atau jagung, dampak debu akan segera teratasi begitu turun hujan. Pada
tanaman hortikultura (sayur dan buah-buahan), kerusakan lebih parah karena sayur dan buah
siap panen menjadi kotor, sedangkan pada tanaman di fase berbunga, bunga akan layu dan
rontok. Namun, ada juga petani yang merasakan keuntungan dari erupsi abu Kelud yakni
petani Klaster Kentang KPw BI Malang di Kec. Bumiaji Kota Batu. Menurut petani, abu vulkanik
dapat menjadi pupuk dan menghemat biaya pemupukan pada masa tanam mendatang.
59
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
3 PERKEM BANGAN PERBANKAN & SISTEM PEM BAYARAN
Sampai dengan Triw ulan I tahun 2014, kinerja perbankan di Jawa Timur baik
Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) secara umum masih menunjukkan
perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator total aset, kredit dan DPK
yang tumbuh dengan baik serta didukung oleh tingkat risiko kredit yang rendah dan
stabil, yaitu di bawah level 5% . Aset Bank Umum dan BPR tetap tumbuh tinggi yaitu
sebesar16,2% (yoy) hingga mencapai Rp 430,97 triliun pada Triwulan I 2014. Kredit tumbuh
sebesar 23,18% (yoy) dari sebesar Rp 252,7 triliun pada Triwulan I 2013 menjadi Rp 311,27
triliun pada Triwulan I 2014. Demikian pula dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan
BPR di Jawa Timur yang mencatat pertumbuhan sebesar 13,25% (yoy) menjadi sebesar Rp
337,85 triliun pada periode laporan.
Peningkatan kinerja Bank Umum dan BPR di Jawa Timur terutama didorong oleh
terjaganya kondisi perekonomian nasional dan daerah. Dengan mempertimbangkan tren
pertumbuhan kredit yang terus meningkat hingga mencapai kisaran 23,18% (yoy) pada
Triwulan I 2014, maka peluang sumbangan sektor perbankan atas peningkatan pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur diperkirakan masih akan terus meningkat.
Apabila ditinjau berdasarkan lokasi proyeknya, jumlah kredit yang disalurkan ke w ilayah
Jawa Timur oleh perbankan (Bank Umum dan BPR) cukup besar yaitu mencapai Rp 351,61
triliun dengan LDR sebesar 104,07% . Jumlah tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan
Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2014
III IV I II III IV*) I*)
350.677,74 361.922,83 370.892,76 388.441,32 416.268,97 429.976,45 430.968,94
22,13 20,79 19,18 17,63 18,70 18,80 16,20
282.334,16 297.115,52 298.331,99 305.595,55 322.671,33 340.710,71 337.851,11
18,58 16,68 14,89 12,98 14,29 14,67 13,25
230.421,11 246.508,25 252.701,75 273.517,97 292.794,14 310.960,80 311.266,44
24,39 26,14 27,08 26,25 27,07 26,15 23,18
265.577,25 281.290,86 289.176,60 310.626,54 331.525,10 349.921,64 351.609,28
25,85 25,95 26,41 25,27 24,83 24,40 21,59
2,69 2,62 2,30 2,16 2,06 1,80 2,11
2,63 2,56 2,25 2,14 1,98 1,98 2,22
81,61 82,97 84,70 89,50 90,74 91,27 92,13
95,47 96,05 98,38 103,19 104,25 104,13 104,07
*) Data BPR s.d November 2013
LDR LP(%)
2012 2013
Pertumbuhan (%yoy)
NPL LB (%)
LDR LB(%)
Total Aset
Pertumbuhan (%yoy)
Dana Pihak Ketiga
Pertumbuhan (%yoy)
Kredit Lokasi Bank (LB)
Kredit Lokasi Proyek (LP)
Pertumbuhan (%yoy)
NPL LP (%)
INDIKATOR BANK UMUM
DAN BPR (Miliar Rp)
60
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
dengan kredit berdasarkan lokasi bank di Jawa Timur yang tercatat sebesar Rp 311,27 triliun
(LDR 92,13% ). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pembiayaan yang cukup besar dari
luar ke daerah lain ke Jawa Timur. Pembiayaan tersebut didukung oleh kualitas kredit yang
stabil dan terjaga rendah di level cukup rendah yaitu 2,22% pada periode laporan.
3.1. PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM
Kinerja Bank Umum di Jawa Timur sampai dengan Triwulan I 2014 secara umum masih
menunjukkan perkembangan positif dan menunjukkan terlaksananya fungsi intermediasi
dengan baik, tercermin dari pertumbuhan indikator kinerja utama yaitu total aset sebesar
16,34% (yoy), Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 13,33% (yoy) dan kredit dengan pertumbuhan
sebesar 23,49% (yoy). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan DPK mendorong kenaikan rasio Loan to Deposit Radio (LDR) Bank Umum dari
sebesar 90,7% pada Triwulan IV 2013, menjadi sebesar 91,57% pada Triwulan I 2014.
Kendati masih berada pada level yang cukup tinggi, pertumbuhan kinerja utama bank
umum di Jawa Timur yaitu aset, DPK dan kredit pada periode laporan menunjukkan
perlambatan apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan
tersebut merupakan tren siklikal dimana aktivitas ekonomi masyarakat kembali normal pasca
peningkatan konsumsi masyarakat pada periode lebaran dan tahun ajaran baru (Triwulan III
2013), serta natal dan tahun baru (Triwulan IV 2014).
Namun demikian, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Jawa Timur pada periode
laporan masih mencatat peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat LDR bank
Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
INDIKATOR BANK UMUM 2014
(Miliar Rp) III IV I II III IV I
Total Aset 342,663.96 353,595.71 362,320.07 379,474.34 406,877.27 420,518.25 421,510.73
Growth Aset (%yoy) 22.05 20.75 19.10 17.52 18.74 18.93 16.34
Dana Pihak Ketiga 277,596.73 292,223.51 293,347.10 300,502.48 317,370.10 335,305.14 332,445.55
Growth DPK (%yoy) 19.64 17.65 14.82 12.93 14.33 14.74 13.33
Kredit Lokasi Bank 224,614.56 240,571.79 246,512.09 266,820.77 285,873.72 304,106.84 304,412.48
Growth Kredit (%yoy) 24.50 26.24 27.27 26.41 27.27 26.41 23.49
Kredit Lokasi Proyek 259,770.69 275,354.40 282,986.93 303,929.34 324,604.69 343,067.69 344,755.32
Growth Kredit (%yoy) 25.10 26.85 27.27 26.41 27.27 26.41 23.49
LDR Lokasi Bank (%) 80.91 82.32 84.03 88.79 90.08 90.70 91.57
LDR Lokasi Proyek (%) 93.58 94.23 96.47 101.14 102.28 102.32 103.70
NPL Lokasi Bank (%) 2.65 2.60 2.26 2.12 2.01 1.75 2.07
NPL Lokasi Proyek (%) 2.63 2.58 2.25 2.14 1.96 1.96 2.18
2012 2013
61
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
umum di Jawa Timur pada Triwulan I 2014 sebesar 91,57% , meningkat dibandingkan periode
sebelumnya (Triwulan IV 2013) yang tercatat sebesar 90,7% . Peningkatan LDR tersebut
disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
DPK. Tingginya penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur didukung pula dengan
terjaganya risiko kredit atau Non Performance Loan (NPL) yang relatif rendah dan stabil di
kisaran 2,07% .
Berdasarkan kelompok bank, rasio LDR terbesar pada periode ini adalah pada bank
asing dengan prosentase sebesar 124,21% , lebih tinggi dibandingkan dengan LDR bank
pemerintah yang tercatat sebesar 106,71% . Sementara itu bank swasta mencatat LDR lebih
kecil yaitu pada level 76,11% . Tingginya LDR bank asing di Jawa Timur mencerminkan
perannya yang cukup besar dalam pembiayaan aktivitas ekonomi masyarakat di Jawa Timur.
Namun demikian apabila ditinjau berdasarkan nominalnya, proporsi penyaluran kredit
masing-masing kelompok bank terhadap total kredit perbankan di Jawa Timur masih
didominasi oleh Bank Pemerintah sebesar Rp 154,7 triliun atau 50,82% dari total kredit.
Proporsi terbesar selanjutnya adalah Bank Swasta dengan penyaluran kredit sebesar Rp 131,57
triliun atau 43,22% . Sementara Bank Asing memiliki porsi penyaluran kredit terkecil dengan
nominal sebesarRp 18,14triliun atau 5,96% dari total kredit.
Grafik 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Grafik 3.1 Perkembangan LDR
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
%
LDR Bank Pemerintah
Bank Swasta Bank Asing
0,000,501,001,502,002,503,003,50
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
LDR (%) NPL (%) rhs
62
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF
Pada periode awal tahun 2014 (Triwulan I), total aset bank umum di Jawa Timur
tumbuh sebesar16,34% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan
dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya (Triwulan IV 2013) yang tercatat sebesar
18,93% (yoy). Perlambatan pertumbuhanjumlah aset bank umum di Jawa Timur antara lain
didorong oleh penurunan kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebesar 14,74%
(yoy) pada Triwulan IV 2013 menjadi sebesar 13,33% (yoy) pada Triwulan I 2014.
3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK)
Senada dengan kinerja penyaluran kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun bank umum di Jawa Timur pada Triwulan I 2014 juga menunjukkan
penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat jumlah DPK pada periode laporan
adalah sebesar Rp 332,45 triliun, tumbuh sebesar 13,33% (yoy) dibandingkan periode
Grafik 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan(yoy)
Grafik 3.4 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Grafik 3.5 Proporsi Aset Bank Umum
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-
100.000.000
200.000.000
300.000.000
400.000.000
500.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Aset Kredit DPK
g Aset g Kredit g DPK (%rhs)
45%
49%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00 23,00
-50.000.000
100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 300.000.000 350.000.000 400.000.000 450.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Aset g Aset (% rhs)
63
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
sebelumnya.Pertumbuhan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan pertumbuhan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 14,74% (yoy).
Penurunan kinerja penghimpunan DPK bank umum pada periode laporan searah
dengan tren pertumbuhan tahun sebelumnya. Kembali normalnya aktifitas ekonomi
masyarakat pasca momen liburan natal dan tahun baru pada akhir tahun 2013menjadi salah
satu penyebab perlambatan pertumbuhan DPK. Apabila ditinjau secara triwulanan,
penghimpunan DPK mencatat penurunan pertumbuhan dari sebesar 5,65% (qtq) pada
Triwulan IV 2013 menjadi sebesar -0,85% (qtq) pada Triwulan I 2014. Namun demikian,
dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi Jawa Timur yang stabil dan kepercayaan
masyarakat kepada perbankan yang terjaga, diperkirakan DPK yang dihimpun bank umum di
Jawa Timur akan tetap tumbuh stabil pada periode selanjutnya.
Berdasarkan bentuknya, struktur DPK Bank Umum di Jawa Timur pada Triwulan I2014
didominasi oleh tabungan yang mencapai Rp 144,69 triliun dengan proporsi sebesar 43,52%
dari total DPK. Menyusul kemudian deposito dengan prosentase sebesar 40,77% dan nominal
Rp 135,53 triliun. Sementara itu penghimpunan DPK dalam bentuk giro tercatat sebesar Rp
52,22triliun, atau 15,71% dari total DPK.
Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode ini deposito masih memberikan kontribusi
terbesar dengan prosentase pertumbuhan sebesar 20,32% (yoy). Disusul kemudian dengan
tabungan dengan pertumbuhan sebesar 11,02% (yoy). Sementara giro mencatat pertumbuhan
lebih kecil yaitu sebesar 3,68% (yoy) pada periode laporan.
5,00 7,00 9,00 11,00 13,00 15,00 17,00 19,00 21,00
-50.000.000
100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 300.000.000 350.000.000 400.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
DPK g DPK (%yoy) rhs
Grafik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum
64
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Pasca adanya kenaikan kenaikan BI Rate secara bertahap dari sebesar 7,25% pada
Triwulan III 2013 menjadi 7,5% pada akhir tahun 2013, suku bunga DPK bank umum di Jawa
Timur mulai menunjukkan tren peningkatan. Tercatat suku bunga rata-rata tert imbang DPK
bank umum di w ilayah Jawa Timur meningkat dari sebesar 3,73% pada Triwulan IV2013
Grafik 3.10 Komposisi DPK Bank Umum (%)
Grafik 3.9 Perkembangan DPK PerJenisSimpanan
Grafik 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (yoy)
Grafik 3.11 Perbandingan Suku Bunga Simpanan – BI Rate
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% y
oy
Giro Tabungan Deposito
-20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000
100.000.000 120.000.000 140.000.000 160.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Giro Tabungan Deposito
16%
43%
41%
Giro Tabungan Deposito
-
2,00
4,00
6,00
8,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV I
2012 2013 2014
%
SB DPK Giro Tabungan
Deposito BI Rate
-6,00
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% (
qtq
)
Giro Tabungan Deposito
Grafik 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (qtq)
65
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
menjadi sebesar 4,19% pada Triwulan I 2014. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
peningkatan suku bunga Deposito, dari sebesar 6,54% pada Triwulan IV 2013 menjadi sebesar
7,37% pada Triwulan I 2014. Suku bunga rata-rata tertimbang tabungan meningkat dari
sebesar 1,73% pada Triwulan IV 2013 menjadi 1,81% pada Triwulan I 2014. Sementara itu
suku bunga giro pada periode laporan stabil di kisaran 1,77% .
Kondisi tersebut mengindikasikan kebijakan bank umum yang lebih memilih untuk
meningkatkan suku bunga Dana Pihak Ketiga dengan jangka waktu panjang, yaitu deposito.
Hal tersebut terkait dengan kepastian penyimpanan dana di bank sehingga mempermudah
perencanaan likuiditas bank jangka panjang. Sementara tabungan dan giro belum
menunjukkan peningkatan dikarenakan sifat simpanan yang likuid, sehingga kurang optimal
untuk digunakan dalam perencanaan likuiditas jangka panjang.
3.1.3. KREDIT
Sampai dengan Triwulan I 2014, fungsi intermediasi bank yang tercermin dari besar
penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Timur masih terus menunjukkan pertumbuhan yang
cukup tinggi. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan Triwulan I 2014 adalah
sebesar Rp 304,41 triliun atau tumbuh 23,49% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhan kredit dimaksud sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan
pada Triwulan sebelumnya (Triwulan IV 2013) yang tercatat sebesar 26,41% (yoy).
Perlambatan penyaluran kredit terutama didorong oleh kredit modal kerja dan kredit
konsumsi. Pertumbuhan kredit modal kerja tumbuh melambat dari sebesar 29,01% (yoy) pada
Triwulan IV 2013 menjadi sebesar 24,95% (yoy) pada Triwulan I 2014. Kredit konsumsi tercatat
melambat dari 19,14% (yoy) pada Triwulan IV 2013 menjadi 15,41% (yoy) pada Triwulan I
2014. Sementara itu, kredit investasi mencatat peningkatan pertumbuhan dari sebesar 29,85%
(yoy) pada akhir tahun 2013 menjadi 33,84% (yoy) pada periode laporan. Perlambatan yang
terjadi pada kredit modal kerja dan konsumsi disebabkan oleh penurunan pengajuan kredit
karena tidak adanya momen khusus seperti liburan natal dan tahun baru pada akhir tahun.
Senada dengan pertumbuhan tahunannya, secara triwulanan pertumbuhan kredit yang
disalurkan oleh bank umum di w ilayah Jawa Timur juga menunjukkan perlambatan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat pada Triwulan I 2014 kredit tumbuh
0,10% (qtq), lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Triwulan IV2013 yang tercatat
66
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
sebesar 6,38% (qtq). Hal tersebut dikarenakan kredit tumbuh cukup tinggi pada triwulan IV
2013 sehubungan dengan adanya momen liburan natal dan tahun baru.
Tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) yang didukung oleh rendahnya risiko kredit atau
Non Performance Loan (NPL) pada periode laporan mencerminkan baiknya fungsi intermediasi
perbankan di Jawa Timur. Tercatat LDR pada periode laporan adalah sebesar 91,57% ,
meningkat apabila dibandingkan dengan LDR pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
90,70% . Tingginya rasio LDR tersebut didukung oleh NPL yang rendah dan stabil di kisaran
2,07% .
Pada Triwulan I 2014 kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur masih
didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja yaitusebesar 59,04% dari total kredit
dengan nominal sebesar Rp 179,72 triliun. Proporsi kredit terbesar selanjutnya adalah kredit
konsumsi dengan prosentase sebesar 26,21% dari total kredit (Rp 79,79 triliun). Sementara itu
kredit investasi memperoleh proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 14,75% dari total kredit
dengan nominal mencapai Rp 44,9 triliun.
Berdasarkan kelompok bank, Bank Pemerintah masih menjadi penyalur kredit terbesar
dengan proporsi 50,82% dari total kredit, disusul oleh Bank Swasta sebesar 43,22% dan Bank
Asing sebesar 5,96% . Ditinjau dari kinerja pertumbuhan kreditnya, pada periode ini bank
swasta mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu di level 26,49% (yoy), sementara bank
pemerintah dan bank asing masing-masing mencatat pertumbuhan di kisaran 21% (yoy).
Masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit tersebut menunjukkan baiknya kinerja
bank umum di Jawa Timur dalam meningkatkan fungsi intermediasi. Tingkat persaingan yang
Grafik 3.12 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Grafik 3.13 Pertumbuhan Kredit (qtq)
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Kredit g Kredit
-5,00-3,00-1,001,003,005,007,009,0011,00
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
350.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Kredit g Kredit
67
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
semakin kondusif antara kelompok bank diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas
penyaluran kredit kepada masyarakat.
Grafik 3.15 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
Grafik 3.14 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 3.16 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (yoy)
Grafik 3.17 Pertumbuhan Kredit PerJenis Penggunaan(qtq)
Grafik3.18 Proporsi Kredit Sektoral
59%15%
26%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
51%43%
6%
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi (%rhs)
-2,000,002,004,006,008,00
10,0012,0014,0016,0018,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% (
qtq
)
Modal Kerja Investasi Konsumsi
3% 0%1%
29%
0%
3%
26%
1%3%1%
4%
0%0%
0%2%
0%0%
0%26%
0%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN2. PERIKANAN3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN4. INDUSTRI PENGOLAHAN5. LISTRIK, GAS DAN AIR6. KONSTRUKSI7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI10. PERANTARA KEUANGAN12. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN13. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB14. JASA PENDIDIKAN14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA20. Lain-lain
68
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Secara sektoral, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Jawa Timur pada periode
laporan sebagian besar adalah kepada Sektor Industri Pengolahan dengan prosentase sebesar
29,14% dari total kredit, dengan nominal mencapai Rp 88,67 triliun. Proporsi terbesar
selanjutnya adalah sektor Perdagangan Besar Eceran dengan nominal Rp 78,13 triliun dengan
prosentase sebesar 25,67% dari total kredit. Tingginya peyaluran kredit kepada kedua sektor
tersebut searah dengan peran keduanya sebagai sektor utama dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah.
Sementara itu, kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian, perburuan dan
kehutanan memperoleh proporsi kredit yang masih relatif kecil yaitu sebesar 6,67% . Proporsi
tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan prosentase periode sebelumnya yang tercatat
sebesar 7,38% . Hal tersebut dapat dijadikan indikasi kurangnya akses perbankan kepada sektor
pertanian yang merupakan salah satu sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi di
Jawa Timur.
Rendahnya proporsi kredit sektor pertanian yang disalurkan bank umum di Jawa Timur
terkait dengan relatif t ingginya risiko kredit yang disalurkan kepada sektor ini. NPL Sektor
Pertanian pada periode laporan sebesar 5,15% , meningkat dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 5,01% . Sementara itu, NPL kredit kepada 2 (dua) sektor
utama lain yaitu Industri Pengolahan dan Perdagangan berada pada level yang lebih rendah
yaitu masing-masing sebesar 1,7% dan 2,8% .
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
PERTANIAN PERIKANAN PERTAMBANGAN INDUSTRI
PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS DAN
AIR
KONSTRUKSI PERDAGANGAN PENYEDIAAN
AKOMODASI
TRANSPORTASI Lain-lain
NPL (%)
Grafik 3.19 NPL Kredit Sektoral (%)
69
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Pasca adanya kenaikan BI Rate sejak pertengahan tahun 2013, suku bunga rata-rata
tertimbang kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Timur juga menunjukkan tren
peningkatan. Tercatat suku bunga kredit pada periode laporan adalah sebesar 11,98% ,
meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 11,7% . Suku bunga kredit tertinggi
adalah pada kredit konsumsi dengan prosentase mencapai 12,45% , meningkat dibandingkan
Triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 12,34% . Sementara itu suku bunga kredit modal kerja
dan investasi berada di level yang lebih rendah yaitu di kisaran 11,82% pada periode laporan.
3.1.4 KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Perbankan di Jawa Timur terus berperan aktif dalam meningkatkan peran UMKM dalam
mendukung perekonomian daerah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adaya peningkatan
penyaluran kredit kepada sektor UMKM. Jumlah UMKM yang sangat banyak di Jawa Timur
menunjukkan bahwa peluang perbankan dalam penyaluran kredit di sektor ini masih sangat
luas.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim
hingga akhir 2012, jumlah UMKM di Jawa Timur mencapai lebih dari 6,8 juta UMKM dengan
konsentrasi jumlah terbesar di kabupaten Jember, Malang dan Banyuwangi. Berdasarkan sektor
usahanya, jumlah tersebut terdiri atas UMKM yang bergerak di sektor pertanian sebesar
60,25% dengan jumlah unit usaha sebanyak 4.112.443 usaha, dan sektor non pertanian
sebesar 39,75% dengan jumlah unit usaha sebanyak 2.713.488 usaha.
Bank Indonesia dan Pemerintah menyediakanberbagai fasilitas dan kebijakan sebagai
upaya pengembangan UMKM, antara lain dengan pembentukan PT. Jamkrida (Lembaga
Penjaminan Kredit Daerah), penyaluran kredit linkage, pemberian bantuan teknis/pelatihan dan
Grafik 3.20 Perbandingkan Suku Bunga Kredit & BIRate
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV I
2012 2013 2014
%
SB Kredit Modal kerja Investasi
Konsumsi BI Rate
70
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
pendampingan kepada UMKM untuk memperoleh pembiayaan dari perbankan dengan
mengoptimalkan fungsi Konsultan Keuangan M itra Bank (KKMB), pengembangan klaster
komoditas potensial, serta Program Kerjasama Sertifikasi Tanah antara Bank Indonesia dan
Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk meningkatkan aksesibilitas kredit UMKM. Upaya
dimaksud diharapkan mampu menjadi pendorongbagi industri perbankan di Jawa Timur untuk
terus meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM.
Perhatian perbankan di Jawa Timur terhadap perkembangan UMKM terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kredit UMKM
yang terus mencatat peningkatan hingga mencapai Rp 84,99 triliun pada periode laporan, atau
tumbuh 19,12% (yoy). Walaupun lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya (Triwulan IV
2013) yang tercatat sebesar 20,51% (yoy), namun searah dengan pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur, pertumbuhan penyaluran kredit UMKM oleh perbankan di Jawa Timur diperkirakan akan
terus tumbuh positif.
Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM
Grafik 3.22 Proporsi Kredit UMKM Berdasarkan Bank
59%
40%
1% Triwulan IV
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
I II III IV I II III IV I
Juta
Rp
Kredit UMKM g UMKM (%yoy)
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
%
NPL UMKM
81%
18%
1%
Tw I 2014
Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing
71
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Proporsi penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di Jawa Timur masih didominasi
oleh Bank Pemerintah sebesar 81% dengan jumlah nominal mencapai Rp 68,33 triliun. Bank
swasta menyumbang proporsi terbesar kedua dengan prosentase sebesar 18% dan nominal Rp
15,58 triliun. Proporsi penyaluran kredit UMKM terkecil adalah bank asing dengan nominal
sebesar Rp 1,07 triliun dan prosentase 1% dari total kredit. Semakin besarnya proporsi
penyaluran kredit oleh bank pemerintah dari 59% pada Triwulan IV 2013 menjadi 81% pada
Triwulan I 2014 mengindikasikan peningkatan peran bank pemerintah dalam dalam
mendukung pengembangan UMKM di Jawa Timur.
Apabila ditinjau berdasarkan w ilayahnya, beberapa kabupaten/kota dengan penyaluran
kredit UMKM terbesar adalah pada Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten
Jember, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Banyuwangi. Kota Surabaya mencatat penyaluran
kredit UMKM terbesar dengan nominal mencapai Rp 35,1 triliun atau 41,3% dari total kredit
UMKM Jawa Timur. Kota Malang mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 7,83 triliun
atau 9,2% dari total kredit UMKM Jawa Timur. Kota Kediri menyalurkan kredit UMKM dengan
prosentase lebih kecil yaitu sebesar 5,74% , dengan nominal sebesar Rp 4,87 triliun. Kabupaten
Jember mencatat penyaluran kredit UMKM sebesar Rp 4,38 triliun atau 5,15% . Sementara itu,
3% 3% 2% 2%
0%
1% 0%
1%
1% 3% 5% 1%
1%0%1%2%
1% 0%
1%1%1%
1%2%
1%
1%
1%
41%
0%
9%2% 2% 2% 6% 3%
Kab. Gresik Kab. Sidoarjo Kab. Mojokerto Kab. Jombang
Kab. Sampang Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kab. Bangkalan
Kab. Bondowoso Kab. Banyuwangi Kab. Jember Kab. Malang
Kab. Lumajang Kab. Kediri Kab. Nganjuk Kab. Tulungagung
Kab. Trenggalek Kab. Madiun Kab. Ngawi Kab. Magetan
Kab. Ponorogo Kab. Pacitan Kab. Bojonegoro Kab. Tuban
Kab. Lamongan Kab. Situbondo Kota Surabaya Kota Mojokerto
Kota Malang Kota Pasuruan Kota Probolinggo Kota Blitar
Kota Kediri Kota Madiun
Grafik 3.23 Prosentase Penyaluran Kredit UMKM di Jawa Timur
72
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
penyaluran kredit UMKM terendah masih terdapat pada Kabupaten Madiun dengan jumlah
kredit UMKM sebesar Rp 1 miliar.
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan selama Triwulan I 2014tetap stabil dan terjaga yang
tercermin dari relatif rendahnya risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan transaksi. Peningkatan
kredit perbankan sebesar 23,49% (yoy) hingga mencapai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar
91,57% didukung oleh kecukupan likuiditas dan rendahnya risiko kredit. Peningkatan
penyaluran kredit yang diimbangi dengan terjaganya rasio NPL di kisaran 2,07%
mengindikasikan adanya stabilitas sistem perbankan yang didukung oleh kesadaran dan
kemampuan masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya sebagai debitur.
Namun demikian, perbankan tetap harus mewaspadai beberapa risiko lain seperti risiko
operasional yang terkait dengan mekanisme proses internal, kesalahan manusia, kegagalan
sistem dan atau kejadian–kejadian yang mempengaruhi operasional bank. Untuk itu, tetap
perlu adanya optimalisasi fungsi pengawasan atas kegiatan operasional perbankan baik oleh
internal bank melalui fungsi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), maupun oleh pihak eksternal
dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengatur dan pengawas sektor jasa
keuangan, Bank Indonesia sebagai penjaga Stabilitas Sistem Keuangan, serta masyarakat
sebagai pengguna jasa perbankan.
3.2.1. RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total
kredit atau Non Performing Loan (NPL) di Jawa Timur secara umum terus menunjukkan kinerja
Tabel 3.3
Perkembangan NPL per-Kelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia
73
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
yang stabil dari waktu ke waktu. NPL bank umum pada Triwulan I 2014 adalah sebesar 2,07% ,
sedikit lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 1,75% .
Peningkatan NPL ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang cukup tinggi di sepanjang tahun
2013, dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 27% .
Berdasarkan kelompok bank, persentase NPL tertinggi adalah kelompok bank
pemerintah dengan NPL sebesar 2,07 % . NPL bank asing dan bank swasta di Jawa Timur lebih
rendah dengan prosentase keduanya masing-masing di kisaran 0,72% dan 1,55% .
Apabila ditinjau berdasarkan jenis penggunaannya, NPL kredit tertinggi pada triwulan
laporan terdapat pada kredit modal kerja dengan prosentase sebesar 2,43% . Sementara kredit
investasi dan kredit konsumsi mencatat risiko kredit yang lebih rendah yaitu sebesar 2,10% dan
1,23% . Secara keseluruhan, kredit konsumsi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah
dibandingkan kredit lainnya karena risiko kredit tersebar pada banyak debitur sehingga dapat
meminimalkan signifikansi default debitur kredit konsumsi.
3.3. PERBANKAN SYARIAH
Indikator kinerja utama Perbankan Syariah di Jawa Timur pada triwulan I 2014 masih
mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. Aset tumbuh 50,38% (yoy) dari Rp 21,45 triliun
pada Triwulan IV 2013 menjadi Rp 25,97 triliun pada Triwulan I2014. Sementara itu, dana
masyarakat yang disimpan pada Bank Syariah di Jawa Timur tumbuh 22,62% (yoy) hingga
mencapai Rp 16,27 triliun pada periode laporan.
Grafik 3.24 Perkembangan NPL Bank Umum
Grafik 3.25 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
NP
L %
Modal Kerja Investasi
Konsumsi NPL Kredit
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
NP
L %
Pemerintah Swasta
Asing NPL Kredit
74
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah di Jawa Timur selama Tw I 2014 tumbuh
sebesar 24,62% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 15,79 triliun. Berdasarkan jenisnya,
penyaluran pembiayaan modal kerja masih memperoleh porsi tertinggi dengan prosentase
sebesar 47,17% dari total pembiayaan. Sementara pembiayaan konsumsi dan investasi
memperoleh prosentase yang lebih kecil yaitu masing-masing sebesar 33,93% dan 18,89% .
Adanya penambahan porsi kredit modal kerja dari sebesar 45,67% pada Triwulan IV 2013
menjadi 47,17% pada Triwulan I 2014 menjadi indikasi peningkatan peran Bank Syariah dalam
mendukung ekonomi daerah dengan penyaluran kredit produktif.
Grafik 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(qtq)
Grafik 3.27 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah(yoy)
Grafik 3.28 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Grafik 3.29 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah (yoy)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Aset Pembiayaan DPK
g Aset g Pembiayaan g DPK
(10.00)
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Aset Pembiayaan DPK
g Aset qtq g Pembiayaan qtq g DPK qtq
5%
38%
57%
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
g DPK
75
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Tingginya proporsi pembiayaan modal kerja Bank Syariah di Jawa Timur menunjukkan
bahwa masyarakat telah mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Hal ini tercermin dari pertumbuhan
pembiayaan modal kerja dan investasi yang tumbuh tinggi masing-masing sebesar 37,92%
(yoy) dan 29,39% (yoy). Sementara pertumbuhan pembiayaan konsumsi mencatat angka yang
lebih kecil dengan prosentase sebesar 7,93% (yoy). Dengan demikian, perbankan syariah juga
secara bertahap mendukung pengembangan sektor produktif di Jawa Timur.
Kinerja penyaluran pembiayaan yang baiktersebutdidukung dengan kualitas
pembiayaan yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Financing (NPF)
terjaga cukup rendah di kisaran 3,74% . Walaupun sedikit meningkat dibandingkan periode
sebelumnya, namun besar NPF tersebut masih berada dalam kendali perbankan dan telah
dimitigasi serta dikelola penanganannya dengan baik.
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proporsi penyaluran
pembiayaan dibandingkan dengan dana yang dihimpun menunjukkan pertumbuhan yang
cukup tinggi pada periode laporan. Tercatat FDR pada Triwulan I 2014 mencapai 97,05% , lebih
tinggi dibandingkan dengan Triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 88,76% .
Grafik 3.30 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.31 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi
47%
19%
34%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
76
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
3.4. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Indikator kinerja utama BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan IV - 2013 secara
umum menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat total
aset BPR pada periode laporan tumbuh sebesar 14,71% (yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 17,19% (yoy). Penghimpunan dana tumbuh sebesar
11,45% (yoy) pada periode laporan, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 11,9% . Demikian pula penyaluran kredit BPR yang tumbuh sebesar 18,23%
(yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 18,23%
(yoy).
Grafik 3.32 Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposits Ratio (FDR)
Perbankan Syariah Jawa Timur
Tabel 3.4 Perkembangan Indikator Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur
2013
II III IV I II III IV
1 Total Asset 7,345,638 8,013,778 8,327,121 8,572,689 8,966,980 9,391,693 9,458,203
2 Kredit
Per Jenis Penggunaan 5,572,413 5,806,554 5,936,457 6,189,661 6,697,201 6,920,414 6,853,955
- Modal Kerja 3,631,661 3,781,188 3,801,754 4,105,148 4,481,920 4,617,058 4,616,767
- Investasi 171,126 195,048 284,088 202,962 225,223 258,083 245,564
- Konsumsi 1,769,626 1,830,319 1,850,615 1,881,551 1,990,057 2,045,274 1,991,624
3 4.14% 4.24% 3.39% 3.84% 3.77% 4.28% 4.00%
4 4,385,038 4,737,430 4,892,009 4,984,885 5,093,066 5,301,227 5,405,566
- Deposito 3,032,046 3,271,589 3,319,944 3,377,435 3,497,001 3,651,184 3,669,283
- Tabungan 1,352,992.08 1,465,841.86 1,572,064 1,607,450 1,596,064 1,650,044 1,736,284
4 127.08% 122.57% 121.35% 124.17% 131.50% 130.54% 126.79%
NPL (%)
Dana (dpk)
LDR
BPR (Juta Rupiah)2012
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
%
FDR NPF
77
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Jawa Timur sampai dengan Triwulan
IV 2013 mencapai Rp 5,4 triliun. Penghimpunan dana pihak ketiga oleh BPR didominasi oleh
deposito yang mencapai 67,88% terhadap total DPK, sementara tabungan memperoleh
proporsi yang lebih kecil yaitu sebear 32,12% dari total DPK.
Namun demikian apabila ditinjau dari sisi pertumbuhannya, tabungan mampu
tumbuhsebesar 13,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang tercatat
tumbuh sebesar 10,62% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa BPR mulai meningkatkan
penghimpunan dana murah dari masyarakat yang berbentuk tabungan. Di sisi lain, stabilnya
peningkatan dana masyarakat dalam bentuk deposito dan tabungan yang disimpan di BPR
hingga Triwulan IV - 2013, menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja
BPR. Selain itu, adanya fenomena peningkatan BI Rate dan LPS rate turut mendongkrak
peningkatan suku bunga simpanan di BPR yang secara rata-rata berada di atas tingkat suku
bunga deposito bank umum.
Kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit modal kerja dengan prosentase
mencapai 67% dari total kredit. Dari sisi pertumbuhannya, pada Triwulan IV 2013 kredit modal
Grafik 3.33 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (% - yoy)
Grafik 3.34 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga BPR (%-qtq)
Grafik 3.35 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
I II III IV I II III IV
2012 2013
% y
oy
DEPOSITO TABUNGAN DPK
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
I II III IV I II III IV I II III IV
2011 2012 2,013
% q
tq
DPK Deposito Tabungan
(20.00) - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
I II III IV I II III IV
2012 2013
Juta
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
G Modal Kerja G Investasi G Konsumsi
78
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
kerja tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 21,44% (yoy). Sementara itu kredit konsumsi dan
investasi yang disalurkan BPR tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 7,62% (yoy) dan -13,56%
(yoy). Tingginya pertumbuhan kredit modal kerja yang disalurkan mengindikasikan bahwa BPR
mulai meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor produktif sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Setelah menunjukan peningkatan signifikan pada periode sebelumnya, Loan to Deposit
Ratio (LDR) BPR pada periode laporan menunjukkan penurunan meski masih pada level yang
cukup tinggi. Tercatat LDR BPR oada periode laporan adalah sebesar 126,79% , lebih rendah
dibandingkan dengan Triwulan III 2013 yang mencapai 130,54% . Sementara itu, kualitas kredit
yang ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) menunjukkan penurunan dari
4,28% pada Triwulan III 2013 menjadi sebesar 4% pada periode laporan. Masih cukup
tingginya kredit risiko kredit BPR mencerminkan perlunya peningkatan kewaspadaan dan
pengawasan BPR terhadap kredit yang disalurkan melalui penyeleksian profil debitur secara
efisien dengan memperhatikan konsep 5 C (Capital, Collateral, Capacity, Character, dan
Condition of Economy).
3.5. BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA
Kinerja 6 (enam)1 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya pada TriwulanI 2014
secara umum menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup stabil. Tercatat pertumbuhan total
aset Bank Berkantor Pusat di Jawa Timur meningkat 9,26% (yoy) dari sebesar Rp 41,27 triliun
1 ) 6 Bank BerkantorPusat di kota Surabaya : Bank Jatim, Bank Maspion, Bank Antardaerah (Bank Anda), Bank
AnglomasInternasional (Bank Amin), Bank CentratamaNasional Bank (CNB)dan Bank Prima Mas,ter.
ia
Grafik 3.36 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Grafik 3.37 Perkembangan LDR & NPL BPR
67%
4%
29%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
115.00%
120.00%
125.00%
130.00%
135.00%
I II III IV I II III IV
2012 2013
%
LDR NPL Skala Kanan
79
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
menjadi Rp 45,08 triliun. Sesuai dengan pola sebelumnya, pertumbuhan tersebut lebih rendah
apabila dibandingkan Triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh sebesar 14,83% (yoy).
Sumber utama pertumbuhan aset bank berkantor pusat di Surabaya adalah
peningkatan dana pihak ketiga terutama deposito yang meningkat cukup tinggi yaitu mencapai
27,33% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya.Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun dari masyarakat secara berurutan adalah Giro (37% ), Deposito (35% ) dan Tabungan
(28% ).
Grafik 3.40 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Grafik 3.41 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya
Grafik 3.38 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Grafik 3.39 Pertumbuhan Indikator Bank Ber-KP diSurabaya (qtq)
2014
III IV I II III IV I
Total Aset 42,254.53 35,941.11 41,263.37 43,389.42 46,111.46 41,269.59 45,084.54Pertumbuhan (% yoy) 35.28 17.61 12.56 13.11 9.13 14.83 9.26
Pertumbuhan (% qtq) 10.15 -14.94 14.81 5.15 6.27 -10.50 9.24
Dana Pihak Ketiga 27,931.45 23,996.10 28,820.31 31,187.23 32,438.73 29,486.76 32,260.77
Pertumbuhan (% yoy) 16.60 10.30 9.40 17.22 16.14 22.88 11.94
Pertumbuhan (% qtq) 4.98 -14.09 20.10 8.21 4.01 -9.10 9.41
Kredit 19,978.02 20,049.97 20,435.75 22,059.81 23,363.48 23,749.50 24,553.40
Pertumbuhan (% yoy) 19.77 18.23 16.31 15.27 16.95 18.45 20.15
Pertumbuhan (% qtq) 4.39 0.36 1.92 7.95 5.91 1.65 3.38
LDR (%) 71.53 83.56 70.91 70.73 72.02 80.54 76.11
NPL (%) 1.98 2.03 2.01 2.24 2.13 1.97 2.66
2012 2013Bank KP di Jatim (Miliar Rp)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
-
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000
50,000,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Aset Kredit DPK
g Aset g Kredit g DPK
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
%
g Aset (% qtq) g DPK(% qtq) g Kredit (% qtq)
37%
28%
35%
GIRO TABUNGAN DEPOSITO
(50.00)
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
% q
tq
DPK Giro Tabungan Deposito
80
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Penyaluran kredit Bank Umum yang berkantor pusat di Surabaya tumbuh sebesar
20,15% (yoy) dan 3,38% (qtq), meningkat dari sebesar Rp 23,75 triliun pada Triwulan IV 2013
menjadi Rp 24,55 triliun pada periode laporan. Berdasarkan jenis kreditnya, kredit modal kerja
masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 86,24% , disusul kemudian oleh kredit investasi
dengan proporsi sebesar 13,21% . Sementara kredit konsumsi mencatat pertumbuhan terkecil
dengan prosentase sebesar 0,55% .
Tren pertumbuhan kredit modal kerjadan investasi bank ber kantor pusat di Jawa Timur
secara umum menunjukkan tren peningkatan. Sedangkan tren pertumbuhan kredit konsumsi
terus menurun dibandingkan periode sebelumnya. Dengan demikian diharapkan perpaduan
dua kondisi tersebut akan tetap meningkatkan penyaluran kredit produktif kepada masyarakat.
Kinerja penyaluran kredit Bank Umum Berkantor Pusat di Surabaya pada Triwulan I 2014
tersebut didukung oleh terjaganya kualitas kredit yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang cukup
rendah dan stabil, yaitu di kisaran2,66% .
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, Bank Umum Berkantor
Pusat di Jawa Timur menunjukkan perkembangan kinerja positif yang terlihat dari terjaganya
Loan to Deposit Ratio (LDR) di angka yang cukup tinggi yaitu 76,11% . Jumlah tersebut lebih
rendah dari periode sebelumnya yang mencapai 80,54% dimana terdapat momen liburan natal
dan tahun baru 2013. Namun demikian, peningkatan risiko kredit dari 1,97% pada triwulan IV
2013 menjadi 2,66% pada periode laporan perlu menjadi perhatian untuk penerapan
manajemen risiko yang lebih baik.
Grafik 3.42 Perkembangan Kredit Per Jenis Penggunaan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Grafik 3.43 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
(50.00) (40.00) (30.00) (20.00) (10.00) - 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Juta
Rp
Modal Kerja Investasi Konsumsi
g Modal Kerja g Investasi g Konsumsi
34%
6%
60%
Modal Kerja Investasi Konsumsi
81
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
3.6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan fungsi Bank
Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan. Kebijakan dan pelaksanaan
Sistem Pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas pengendalian moneter dan
kestabilan sistem keuangan.
Sampai dengan awal tahun 2014 (Triwulan I), kegiatan Sistem Pembayaran di Jawa
Timur baik tunai maupun non tunai berjalan dengan sangat baik. Hal tersebut tidak terlepas
dari tingginya komitmen Bank Indonesia dalam menjamin kelancaran sistem pembayaran dan
pemenuhan kebutuhan uang masyarakat, baik dalam jumlah maupun pecahan yang
mencukupi.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan kinerja Sistem
Pembayaran di Jawa Timur antara lain peningkatan jumlah transaksi keuangan tunai yang
terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow) dan aliran uang
keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), transaksi keuangan non tunai (BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)), serta
jumlah temuan uang palsu di Wilayah Jawa Timur.
PERKEMBANGAN TRIWULANAN
3.6.1 Transaksi Sistem Pembayaran Tunai
Transaksi pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan,
antara lain jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (outflow ), jumlah
aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (inflow ), serta kegiatan
pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB).
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014%
LDR NPL (rhs)
Grafik 3.44 LDR dan NPL
82
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow )
Pada Triwulan I 2014, jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di
w ilayah Jawa Timur yang meliputi KPwBI Wilayah IV (Surabaya), Malang, Kediri, dan
Jember secara kumulatif menunjukkan posisi net intflow setelah sebelumnya mencatat
net outflow pada Triwulan IV 2013. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jumlah aliran
uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia dari perbankan (inflow ) lebih besar
dibandingkan dengan jumlah aliran uang kartal yang keluar Bank Indonesia kepada
perbankan (outflow ).
Tercatat net inflow Jawa Timur pada periode laporan cukup besar yaitu mencapai
sebesar Rp 9,05 triliun. Kondisi tersebut sangat berbeda apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yaitu Triwulan IV 2013 yang mencatat net outflow sebesar Rp 3,44
miliar. Net inflow yang terjadi pada periode ini disebabkan oleh kembali normalnya
kebutuhan uang tunai masyarakat pasca peningkatan aktivitas ekonomi pada momen
liburan natal dan tahun baru 2013. Selain itu, tingginya realisasi anggaran belanja
pemerintah daerah di akhir tahun 2013 juga turut mendorong peningkatan aliran uang
kartal yang kembali ke Bank Indonesia pada awal tahun .
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Kantor Perwakilan Bank Indonesia
dalam miliar rupiah
2014
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
OUTFLOW 6.192,91 4.728,70 7.026,66 10.069,52 7.858,51 4.842,11
INFLOW 4.776,87 7.502,76 4.975,73 9.058,45 4.748,35 7.013,61
NET FLOW (1.416,04) 2.774,06 (2.050,92) (1.011,07) (3.110,16) 2.171,50
OUTFLOW 2.561,01 1.657,39 2.183,55 3.803,58 2.830,61 1.915,43
INFLOW 1.269,90 2.194,90 1.656,83 3.514,64 1.696,85 3.813,91
NET FLOW (1.291,11) 537,51 (526,72) (288,94) (1.133,76) 1.898,47
OUTFLOW 1.417,27 826,44 1.105,54 2.139,94 2.217,84 1.247,48
INFLOW 2.792,64 4.205,10 3.069,28 4.160,30 2.982,05 4.798,58
NET FLOW 1.375,38 3.378,66 1.963,74 2.020,36 764,21 3.551,10
OUTFLOW 1.359,02 943,13 1.450,60 2.039,90 1.508,41 966,42
INFLOW 1.154,19 2.088,87 1.652,96 2.048,87 1.548,03 2.395,42
NET FLOW (204,83) 1.145,75 202,35 8,97 39,61 1.429,00
OUTFLOW 11.530,20 8.155,66 11.766,34 18.052,93 14.415,37 8.971,44
INFLOW 9.993,60 15.991,64 11.354,80 18.782,25 10.975,28 18.021,51
NET FLOW (1.536,60) 7.835,97 (411,54) 729,32 (3.440,10) 9.050,07
Keterangan :
Net Flow (+) : Net Inflow
Net Flow (-) : Net outflow
JEMBER
JAWA TIMUR
2012
SURABAYA
KEDIRI
MALANG
Wilayah Keterangan2013
83
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Apabila ditinjau lebih dalam, jumlah inflow yang terjadi pada periode laporan
disebabkan oleh peningkatan inflow dan penurunan outflow yang cukup signifikan.
Tercatat outflow selama Triwulan I 2014sebesar Rp 8,97 triliun, mengalami penurunan -
37,76% (qtq) dibandingkan Triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar Rp 14,41 triliun.
Sementara itu, jumlah uang kartal yang kembali ke Bank Indonesia (inflow) menunjukkan
peningkatan cukup signifikan dari Rp 10,97 triliun pada Triwulan IV 2013, menjadi Rp
18,02triliun pada periode laporan dengan prosentase peningkatan mencapai 64,20%
(qtq). Penurunan jumlah outflow dan peningkatan inflow pada periode laporan
disebabkan oleh kembali normalnya jumlah kebutuhan uang kartal, pasca peningkatan
yang cukup signifikan pada saat liburan natal dan tahun baru 2013.
Jumlah aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia di Jawa Timur mengikuti
pola tren pergerakan triwulanannya. Di Provinsi Jawa Timur, jumlah outflow dan inflow
uang kartal akan meningkat cukup tinggi pada momen perayaan tertentu seperti bulan
puasa dan Hari Raya Idul Fithri, kemudian kembali normal pada periode selanjutnya.
Adanya momen tahun ajaran baru pada pertengahan tahun serta perayaan Natal dan
Tahun Baru pada akhir tahun juga turut mendorong terjadinya net outflow pada periode
dimaksud.
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar
Selain pengelolaan aliran uang kartal dari dan ke Bank Indonesia, salah satu tugas
Bank Indonesia dalam sistem pembayaran tunai adalah memelihara kualitas uang kartal
yang diedarkan kepada masyarakat atau yang biasa disebut dengan Clean Money Policy.
Gambar 3.45 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow – Outflow) Juta Rupiah
Gambar 3.46 Perkembangan Net Flow Jawa Timur
-
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Mili
ar
Ru
pia
hOUTFLOW INFLOW
(5.000,00)
-
5.000,00
10.000,00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Mil
iar R
up
iah
NETFLOW
84
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Kegiatan dimaksud antara lain terkait dengan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) secara rutin.
Selama Triwulan I 2014, tercatat jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan
adalah sebesar Rp 5,16 triliun atau meningkat 11,94% (qtq) dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terkait dengan adanya net outflow yang
terjadi pada periode sebelumnya (akhir tahun 2013) .
Namun demikian, persentase jumlah uang kartal tidak layak edar (PTTB) terhadap
inflow di Provinsi Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan penurunan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat rasio PTTB terhadap inflow di Jawa
Timur pada Triwulan I 2014 adalah sebesar 28,66% , menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 42,04% .
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang kartal tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal, antara lain melalui
brosur, pamflet, serta edukasi perbankan. Dengan demikian diharapkan usia edar uang
kartal dapat lebih panjang sehingga mengurangi besarnya volume PTTB yang pada
akhirnya mengurangi biaya percetakan uang baru.
Gambar 3.47 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
45,00
0,00
1.000,00
2.000,00
3.000,00
4.000,00
5.000,00
6.000,00
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Mil
iar
Ru
pia
h
PTTB Rasio PTTB thdp Inflow (%) rhs
85
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
c. Temuan Uang Palsu
Selama Triwulan I Tahun 2014, penemuan uang palsu di Jawa Timur baik melalui
perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan penurunan
dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat penemuan uang palsu pada periode laporan
sebanyak 6.955 lembar dalam berbagai pecahan. Jumlah tersebut menurun -9,13% (qtq)
apabila dibandingkan dengan temuan pada Triwulan IV 2013 yang tercatat sebanyak
7.654 lembar.
Sebagaimana periode sebelumnya, sebagian besar uang palsu yang beredar di
Jawa Timur pada Triwulan I 2014 masih didominasi oleh nominal Rp100.000,- dengan
Gambar 3.49 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
Sumber : Bank IndonesiaSurabaya
Gambar 3.48 Statistik Uang Palsu yang Ditemukan (lembar)
Gambar 3.50 Statistik Pecahan Uang Palsu di Jatim (lembar)
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim (rhs)Lembar
45%
27%
17%
11%
Surabaya Malang Kediri Jember
78%
19%
1% 1% 0%
100.000 50.000 20.000 10.000
5.000 2.000 1.000
86
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
proporsi sebesar 78% dari total temuan (berdasarkan lembar). Surabaya sebagai kota
terbesar dan pintu gerbang perdagangan dengan Indonesia Timur, hingga saat ini masih
menjadi kota dengan penemuan uang palsu tertinggi di w ilayah Jawa Timur (45% ).
Menghadapi maraknya pemalsuan uang, Bank Indonesia bersama instansi
berwenang yang terkait terus berupaya melakukan penanggulangan yang bersifat
preventif maupun represif. Tindakan preventif dilaksanakan melalui upaya–upaya
memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan
unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di
dalam maupun luar negeri. Sementara itu, upaya penanggulangan secara represif
dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun
pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku.
3.6.2 Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai
Alat pembayaran nontunai terus berkembang dan semakin lazim dipakai
masyarakat. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank
Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan Sistem Kliring.
Sebagai informasi, sistem BI-RTGS adalah muara seluruh penyelesaian transaksi keuangan
di Indonesia. Sebagian besar transaksi keuangan nasional bernilai besar dan bersifat
mendesak (urgent) seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank (PUAB), transaksi di bursa
saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta asing (valas) serta settlement hasil kliring
dilakukan melalui sistem BI-RTGS.
Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi non tunai masyarakat melalui perbankan dengan menggunakan sistem BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
Secara umum perkembangan keduanya jenis sistem pembayaran tersebut di Jawa
Timurterus mengalami peningkatan dari w aktu ke waktu dengan dominasi terbesar
transaksi RTGS.
87
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
a. Transaksi BI-RTGS ( Real Time Gross Settlement)
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia
pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam pemrosesan aktivitas
transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang
termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi bernilai besar yaitu transaksi
Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent). Transaksi HPVS saat ini mencapai 90%
dari seluruh transaksi pembayaran di Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai
sistem pembayaran nasional yang memiliki peranan signifikan (Systemically Important
Payment System).
Sejak diberlakukannya Surat Edaran No.15/18/DASP tanggal 30 April 2013 perihal
Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia No.11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009 perihal
Batas Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia, batas nilai nominal transfer kredit yang dapat dikliringkan
melalui SKNBI meningkat menjadi sebesar Rp 500 juta per transaksi. Peraturan tersebut
berlaku sejak tanggal 31 Mei 2013.
Perubahan batas nilai nominal transfer kredit dimaksud dilatarbelakangi adanya
kebutuhan masyarakat akan nominal trnasfer SKNBI yang lebih besar.Diharapkan
kenaikan batas nilai nominal transfer dimaksud dapat memberikan alternatif layanan
yang lebih luas kepada masyarakat untuk melakukan transfer kredit melalui SKNBI serta
mendukung kelancaran Sistem Pembayaran.
Gambar 3.51 Perkembangan Transaksi Non Tunai di Jawa Timur
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Kliring (Rp triliun) RTGS (Rp triliun)
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Kliring RTGS
88
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Pada Triwulan I 2014, jumlah nominal transaksi kliring (dari Jawa Timur, ke Jawa
Timur dan antar Jawa Timur) tercatat sebesar Rp 426,96 triliun. Jumlah tersebut lebih
rendah -12,39% (qtq) dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu Triwulan IV 2013
yang tercatat sebesar Rp 487,32 triliun. Demikian pula dengan volume transaksi yang
tumbuh negatif sebesar -41,85% (qtq) dari 411.368 transaksi pada Triwulan IV 2013
menjadi 239.219 transaksi pada Triwulan I 2013. Perlambatan transaksi RTGS pada
periode laporan diperkirakan didorong oleh penurunan transaksi ekonomi masyarakat
pasca berlalunya momen hari raya natal dan tahun baru 2013.
Gambar 3.52 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
Gambar 3.53 Pertumbuhan Transaksi RTGS (qtq)
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
1
10
100
1.000
10.000
100.000
1.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
Tra
nsa
ksi
Volume Nominal (Rp Triliun) rhs
(60,00)
(40,00)
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2012 2013 2014
% q
tq
Nominal Volume
89
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besar
transaksi RTGS di tingkat kota/kabupaten masih menunjukkan adanya kegiatan perekonomian
yang masih terpusat pada w ilayah-w ilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, pada transaksi
outgoing dan incoming RTGS masih didominasi oleh kota/kabupaten dengan kapasitas
perekonomian yang cukup menonjol, dimana Kota Surabaya sebagai Ibu Kota provinsi Jawa
Timur masih mendominasi besarnya transaksi.
Tercatat transaksi RTGS selama Triwulan I -2014dari, ke dan antar kota Surabaya
mencapai Rp 252,81triliun dengan volume sebanyak 170.890 transaksi. Kota lain di Jawa
Timur yang memiliki t ransaksi RTGS cukup tinggipada periode ini adalah Kediri, Malang,
Gresik, Jember dan Sidoarjo.
b. Transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran, khususnya melalui
transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), kegiatan kliring di Jawa Timur
diikuti oleh 459 kantor peserta kliring baik langsung maupun tidak langsung yang tersebar
di 38 kabupaten/kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor
Perwakilan Bank Indonesia di w ilayah Jawa Timur yaitu Surabaya, Malang, Kediri dan
Jember.
Gambar 3.54 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw I - 2014
0,00
50.000,00
100.000,00
150.000,00
200.000,00
250.000,00
300.000,00
SURABAYA KEDIRI MALANG GRESIK JEMBER SIDOARJO
Nilai Volume
90
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada
Triwulan I 2014 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Tercatat
jumlah nominal transaksi kliring pada periode laporan adalah sebesar Rp 44,55 triliun, lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya yang mencatat nominal transaksi
sebesar Rp 44,39 triliun. Jumlah nominal kliring tersebut meningkat 0,37% (q tq)
dibandingkan periode sebelumnya.
Volume transaksi kliring pada periode laporan juga mencatat peningkatan
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat volume kliring pada Triwulan I 2014
adalah 1,17 juta lembar warkat (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan).
Jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah warkat kliring pada Triwulan IV 2014 yang tercatat
sebanyak 1,06 juta lembar (meningkat 9,91% qtq).
3.6.3 Prospek Kinerja Sistem Pembayaran
Kinerja Sistem Pembayaran di Jawa Timur baik tunai maupun non tunai pada
Triwulan II 2014 diperkirakan meningkat. Hal tersebut terkait dengan adanya peningkatan
aktifitas ekonomi masyarakat khususnya pada saat liburan dan persiapan tahun ajaran baru
Jumlah
Kota Kantor
Peserta Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal Lembar Nominal
(satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) (%) (%)
Surabaya 260 993.161 38.916.260 49.658 1.945.813 16.420 686.740 821 34.337 1,65 1,76
Malang 65 99.527 3.119.400 4.976 155.970 1.585 82.111 79 4.106 1,59 2,63
Kediri 78 34.627 1.421.572 1.731 71.079 675 29.412 34 1.471 1,95 2,07
Jember 56 37.702 1.094.794 1.885 54.740 605 17.373 30 869 1,60 1,59
Jatim 459 1.165.017 44.552.026 58.251 2.227.601 19.285 815.636 964 40.782 1,66 1,83
Kliring Sehari Dan Giro Kosong Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari
Perputaran Kliring ( D ) Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan
dalam jutaan rupiah
Tabel 3.7
Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw I - 2014
Gambar 3.55 Transaksi Kliring di Jawa Timur Gambar 3.56 Tolakan Transaksi Kliring di Jawa Timur
0,00
0,50
1,00
1,50
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,00
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2012 2013 2014
Nominal (Rp triliun) Warkat (juta lembar) rhs
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
Tw
II
Tw
III
Tw
IV
Tw
I
2012 2013 2014
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
91
BAB III–PERKEMBANGAN PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
KajianEkonomi Regional ProvinsiJawaTimur Triwulan I – 2014
di bulan Juni 2014. Adanya event Majapahit Travel Fair yang akan dilaksanakan pada
tanggal 8 11 Mei 2014 di Grand City Convex, Surabaya dapat menjadi salah satu
pendorong peningkatan transaksi ekonomi di Jawa Timur.
Optimisme pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang diproyeksikan meningkat dari
6,6% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,7% (yoy) pada tahun 2014 turut menguatkan
potensi peningkatan transaksi sistem pembayaran di Jawa Timur selama tahun 2014. Hal
tersebut didukung oleh pertumbuhan sektor industri dan sektor perdagangan hotel restoran
(PHR) serta stabilitas perbankan.
92
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Boks 5
Pengaruh Kinerja APBD terhadap BPD
Kinerja APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada tahun 2013 mengalami
penurunan, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Realisasi pendapatan menurun sebesar
13,20% , dari Rp66,28 triliun menjadi Rp57,53 triliun, sementara realisasi belanja menurun
sebesar 7% dari Rp59,94 triliun menjadi Rp55,75 triliun. Pada tahun 2013, penyerapan
pendapatan maupun belanja mencapai 101,03% dan 88,98% (Grafik 1), sedikit mengalami
penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan kinerja pendapatan ini salah satunya
disebabkan karena kondisi perekonomian lokal yang mengalami perlambatan, sehingga
penerimaan asli daerah dan pajak mengalami tekanan akibat aktivitas perekonomian yang
terbatas. Sementara itu, kinerja belanja mengalami perlambatan karena terdapat permasalahan
teknis dalam melakukan lelang pengadaan barang dan jasa Pemerintah Daerah. Banyaknya
pungutan liar serta prinsip kehati-hatian yang diterapkan Pemerintah Daerah dalam melakukan
belanja pembangunan turut menghambat eksekusi belanja.
Grafik 1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Grafik 2 Realisasi Pendapatan dan Belanja
Provinsi dan Kab./Kota di Jawa Timur 2010-2013 Kab./Kota Tw. I 2014
Pada triwulan I 2014, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur mengalami surplus APBD
dengan realisasi pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja. Sebagai
contoh, dalam grafik 2 menunjukkan bahwa beberapa w ilayah di Jawa Timur (Kota Surabaya)
mengalami surplus di triwulan I 2014 hingga Rp639 miliar. Di awal tahun ini pembaikan
kegiatan usaha mulai terlihat, sehingga pendapatan cenderung meningkat. Sementara itu,
realisasi belanja cenderung masih minim dikarenakan adanya keterlambatan pengesahan APBD
di sebagian Kabupaten/Kota.
98.92%93.50% 97.21%
88.98%
118.30%113.09% 114.88%
101.03%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
-
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
2010 2011 2012 2013
PENDAPATAN BELANJA
% Penyerapan Belanja % Penyerapan Pendapatan
Juta Rp %
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
Kab.
Jember
Kab.
Sidoarjo
Kota
Surabaya
Kota Kediri
Pendapatan
Belanja
Surplus
Juta Rp
93
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Jawa Timur pada triwulan I 2014
cenderung meningkat. Sebanyak 51,29% Dana Pihak Ketiga (DPK) BPD di Jawa Timur
merupakan dana yang disetor oleh Pemerintah Daerah, sehingga kinerja APBD relatif signifikan
berpengaruh terhadap kinerja BPD. Pada triwulan I 2014, peningkatan pendapatan APBD Jawa
Timur direspon dengan peningkatan DPK sebesar 8,78% atau Rp12,92 triliun. Sementara itu, di
triwulan IV 2013 lalu, peningkatan belanja Pemerintah Daerah meningkat signifikan seiring
dengan semakin banyaknya eksekusi proyek yang dilakukan, sehingga dana Pemerintah di
perbankan harus dicairkan. Hal ini semakin menurunkan DPK dari Pemerintah Daerah di BPD
yang turun mencapai 75,39% . Pola tersebut terjadi setiap tahun, sehingga stabilitas DPK BPD
dapat diprediksi dan diantisipasi, namun tetap diperlukan prinsip kehati-hatian (grafik 3).
Non Performing Loan (NPL) BPD di Jawa Timur pada awal tahun 2014 menunjukkan
peningkatan. Hingga Maret NPL BPD sebesar 2,99% , meningkat 0,73% dibandingkan bulan
yang sama pada tahun 2013 yang mencapai 2,27% (grafik 4). Peningkatan tersebut
disebabkan karena terjadinya fraud di beberapa cabang, seperti di Surabaya, Kediri dan
Jombang. Pengalihan dana Pemerintah dari BPD ke bank umum lainnya juga mulai terlihat di
Jawa Timur. Grafik 5 dan 6 Menunjukkan bahwa pangsa dana Pemerintah Daerah disimpan di
tiga bank utama, yaitu Bank Jatim, BNI dan BTN. Sebagaimana informasi yang diperoleh bahwa
pada tahun 2013, dana Bank Jatim selaku BPD di Jawa Timur berpindah ke bank lain senilai
Rp739 miliar yang disebabkan karena tingginya persaingan usaha antar bank. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan kinerja BPD yang berkesinambungan, maka pelayanan dan inovasi produk
BPD harus tetap ditingkatkan.
Grafik 3 Grafik 4
Pertumbuhan DPK dari Pemda di BPD NPL Bank Umum dan BPD di Jawa Timur
-80
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 4 5 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2010 2011 2012 2013 2014
DPK g DPK (%)
Miliar Rp
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
BRI Bank Mandiri BNI Bank Jatim BTN
%
94
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur Triwulan I 2014
Grafik 5 Grafik 6
Pertumbuhan DPK dari Pemda di Bank Umum dan BPD Pangsa Penempatan Dana Pemda
-100
-50
0
50
100
150
200
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 4 5 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2011 2012 2013 2014
BRI BANK MANDIRI BNI BANK JATIM BTN
%
3.43%
88.45%
6.62%
BRI BANK MANDIRI BNI BANK JATIM BTN
95
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
4.1. UMUM
Anggaran Pendapatan dan Bealnja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD).
Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan perencanaan
dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan
Pemerintah Pusat dalam Perencanaan dan Penganggaran Negara.Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur pentingnya keberhasilan
suatu daerah dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi suatu
daerah akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
khususnya penerimaan pajak daerah.
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU No.17 tahun 2003). APBD memiliki fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi
mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan berarti bahwa APBD menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Sedangkan fungsi pengawasan terlihat dari digunakannya APBD sebagai standar dalam
penilaian penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Kebijakan desentralisasi fiskal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber dayakeuangan
daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh
sebab itu, proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya mengacu
kepada prinsip transparansi dan akuntabilitas.
96
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jaw a Timur
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah, alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan
dari waktu ke waktu. Tercatat total anggaran pendapatan daerah tahun 2014 adalah sebesar
Rp 18,79 triliun, meningkat 14,64% dari total anggaran pendapatan daerah setelah perubahan
tahun 2013 yang dianggarkan sebesar Rp 16,39 triliun. Demikian pula dengan anggaran
belanja daerah yang meningkat 6,73% , dari Rp 17,61 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp
18,79 triliun pada tahun 2014.
4.2.1 Anggaran Pendapatan Daerah
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Jawa Timur
Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
(Juta Rupiah)
0,00
5.000.000,00
10.000.000,00
15.000.000,00
20.000.000,00
2010 2011 2012 2013 2014
Pendapatan BelanjaJuta Rupiah
APBD APBD Perubahan
(%)
Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014
PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 18.799.577,31 14,64
PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 12.503.564,80 20,43
PAJAK DAERAH 8.598.000,00 10.685.000,00 24,27
RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 104.887,32 1,24
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 339.967,75 1,51
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAH1.346.172,75 1.373.709,74 2,05
DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 3.459.730,70 9,01
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAK1.455.559,86 1.491.306,55 2,46
DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 1.866.548,19 14,33
DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 101.875,97 18,95
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.842.633,26 2.836.281,81 -0,22
PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 30.812,40 -16,27
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUS2.805.832,56 2.805.469,41 -0,01
Uraian
97
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
Total pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dianggarkan pada tahun
2014 adalah sebesar Rp 18,79 triliun. Jumlah tersebut meningkat 14,64% dibandingkan
anggaran pendapatan setelah perubahan tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp 16,39 triliun.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan anggaran tertinggi adalah pada
kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan prosentase kenaikan sebesar 14,64% ,
terutama didorong oleh Pajak Daerah yang dianggarkan meningkat 24,27% . Kelompok
pendapatan Dana Perimbangan dianggarkan meningkat dengan prosentase yang lebih kecil
yaitu sebesar 9,01% . Sementara itu, anggaran pendapatan hibah dianggarkan lebih kecil
dengan prosentase penurunan sebesar -16,27% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara itu Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dianggarkan sedikit lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dengan prosentase perubahan sebesar -0,22% .
Sebagaimana pola-pola anggaran di daerah, struktur pendapatan daerah di Provinsi Jawa
Timur didominasi oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memperoleh porsi 66,51% dari total
anggaran pendapatan, yaitu sebesar Rp 12,51 triliun. PAD antara lain bersumber dari
penerimaan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air Permukaan, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor serta penerimaaan asli daerah lainnya yang sah.
Sementara itu, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain Pendapatan yang Sah
memperoleh proporsi anggaran yang lebih kecil. Dana Perimbangan dianggarkan sebesar Rp
3,46 triliun atau 18,40% dari anggaran pendapatan, dan anggaran lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah dianggarkan sebesar Rp 2,84 triliun atau 15,09% dari anggaran pendapatan
daerah.
Pada bagian Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah masih menjadi sumber pendapatan
terbesar dengan prosentase sebesar 85,46% dari total PAD yang direncanakan diperoleh pada
Grafik 4.2 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur
83%
1%
3%13%
PAD 2013PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH 85%
1%
3%11%
PAD 2014PAJAK DAERAH
RETRIBUSI DAERAH
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI
DAERAH YANG SAH
98
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
tahun 2014. Proporsi tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi tahun
sebelumnya 2013 yang tercatat hanya sebesar 82,81% . Proporsi terbesar dalam anggaran
Pendapatan Provinsi Jatim Tahun 2014 selanjutnya adalah Dana Perimbangan sebesar 18,40%
dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 15,09% .
4.2.2 Realisasi Pendapatan Daerah
Tabel 4.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (Juta Rupiah)
Grafik 4.2Realisasi Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I (%)
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
PENDAPATAN ASLI
DAERAH
DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN
PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH
%
2013 2014
APBD APBD
Th. 2013 Th. 2014
PENDAPATAN DAERAH 16.399.184,06 3.703.328,00 24,23 18.799.577,31 4.070.336,49 21,65
PENDAPATAN ASLI DAERAH 10.382.698,22 2.401.844,00 25,22 12.503.564,80 2.725.561,04 21,80
PAJAK DAERAH 8.598.000,00 2.023.366,00 25,73 10.685.000,00 2.348.387,74 21,98
RETRIBUSI DAERAH 103.604,57 19.186,00 15,18 104.887,32 17.633,03 16,81
HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN
DAERAH YANG DIPISAHKAN334.920,91 0,00 339.967,75 0,00 0,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH
YANG SAH1.346.172,75 359.292,00 29,82 1.373.709,74 359.540,27 26,17
DANA PERIMBANGAN 3.173.852,58 652.828,00 22,54 3.459.730,70 622.182,70 17,98
DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL
BUKAN PAJAK1.455.559,86 82.919,00 7,04 1.491.306,55 0,00 0,00
DANA ALOKASI UMUM 1.632.648,29 544.216,00 33,33 1.866.548,19 622.182,70 33,33
DANA ALOKASI KHUSUS 85.644,43 25.693,00 30,00 101.875,97 0,00 0,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH
YANG SAH2.842.633,26 648.654,00 22,63 2.836.281,81 722.592,74 25,48
PENDAPATAN HIBAH 36.800,69 7.106,00 66,94 30.812,40 4.907,16 15,93
DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI
KHUSUS2.805.832,56 611.518,00 21,41 2.805.469,41 717.685,59 25,58
Realisasi Uraian
Realisasi
Tw I 2013 Tw I 2014
99
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
Secara keseluruhan, realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur selama
Triwulan I 2014 lebih kecil apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Tercatat realisasi pendapatan pada Triwulan I 2014 adalah sebesar 21,65% , lebih
kecil dibandingkan dengan Triwulan I 2013 yang sebesar 24,23% . Penurunan realisasi
angagran pendapatan terjadi pada seluruh kelompok pendapatan, yaitu Pendapatan Asli
daerah, dana perimbangan serta Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
4.2.3. Anggaran Belanja Daerah
Anggaran Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014
direncanakan sebesar Rp 18,79 triliun atau meningkat 6,73% dibandingkan anggaran belanja
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 17,611 triliun. Berdasarkan kelompoknya, Belanja
Tidak Langsung mencatat peningkatan 13,85% , dari Rp 11,20 triliun pada Tahun 2013
menjadi Rp 12,75 triliun pada Tahun 2014. Sementara itu belanja langsung dianggarkan lebih
kecil yaitu sebesar Rp 6,04 triliun atau lebih rendah -5,71% dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan sub kelompoknya, proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi
Jawa Timur masih didominasi oleh belanja hibah sebesar Rp 4,48 triliun dengan prosentase
sebesar 35,10% dari total anggaran Belanja Tidak Langsung. Prosentase terbesar selanjutnya
Tabel 4.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
(Juta Rupiah)
APBD APBD Perubahan
(%)
Th. 2013 Th. 2014 2013 - 2014
BELANJA DAERAH 17.611.859,87 18.796.934,71 6,73
BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 12.755.043,69 13,85
BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 1.935.973,67 20,32
BELANJA BUNGA 5.516,77 4.174,94 -24,32
BELANJA HIBAH 5.139.576,86 4.477.219,66 -12,89
BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 12.149,38 -79,51
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28 4.443.118,75 34,70
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49 1.703.157,58 68,52
BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 179.249,72 120,89
BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 6.041.891,02 -5,71
BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 698.342,41 -39,72
BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 4.123.498,81 3,06
BELANJA MODAL 1.248.575,22 1.220.049,80 -2,28
Uraian
100
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
adalah Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten / Kota sebesar 34,83% (Rp 4,44 triliun).
Sementara itu, Belanja Pegawai yang diperuntukkan untuk pembayaran gaji pegawai
dianggarkan sebesar Rp 1,94 triliun atau 15,18% dari Belanja Tidak Langsung. Prosentase
alokasi belanja tidak langsung pegawai tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar 14,36% .
Pada kelompok anggaran Belanja Langsung, anggaran Belanja Barang dan Jasa masih
mendominasi dengan prosentase sebesar 68,25% , disusul kemudian dengan Belanja Pegawai
dan Belanja Modal dengan prosentase masing-masing sebesar 11,56% dan 20,19% .
Peningkatan prosentase belanja barang dan jasa dari sebesar 62,44% pada tahun 2013
menjadi sebesar 68,25% pada tahun 2014 terkait dengan peningkatan kebutuhan operasional
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Demikian pula dengan alokasi belanja modal yang meningkat
dari sebesar 19,48% menjadi 20,19% dari belanja tidak langsung pada tahun 2014. Sementara
itu adanya efisiensi tercermin dari prosentase belanja langsung pegawai terhadap total belanja
langsung yang menunjukkan penurunan dari sebesar 18,08% pada tahun 2013 menjadi
11,56% pada tahun 2014.
Adanya peningkatan prosentase alokasi anggaran barang dan jasa dari 62,44% pada
tahun 2013 menjadi 68,25% pada tahun 2014 menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan
14% 0%
46%
1%
29%
9%
1%
2013BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA TIDAK TERDUGA
15% 0%
35%
0%
35%
13%
2%
2014BELANJA PEGAWAI
BELANJA BUNGA
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA
PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
BELANJA TIDAK TERDUGA
18%
62%
20%
2013
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
12%
68%
20%
2014
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL
Grafik 4.3Proporsi Anggaran Belanja Tidak Langsung Provinsi Jawa Timur
Grafik 4.4Proporsi Anggaran Belanja Langsung Provinsi Jawa Timur
101
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
kebutuhan belanja barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan
dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan. Demikian pula dengan
alokasi anggaran belanja dalam rangka pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan yang meningkat dari 19,48%
pada tahun 2013 menjadi 20,19% pada tahun 2014.
4.2.3. Realisasi Belanja Daerah
Pada periode laporan (Triwulan I 2014), realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Timur
adalah sebesar 17,21% dari anggaran. Prosentase tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat realisasi sebesar 15,29% . Apabila
ditinjau berdasarkan sub kelompoknya, realisasi tert inggi diperkirakan masih pada Belanja Tidak
Langsung yaitu di kisaran 21,18% dari yang dianggarkan. Sementara itu, Belanja Langsung
terealisasi lebih rendah yaitu di kisaran 8,82% dari yang telah dianggarkan.
Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (Juta Rupiah)
APBD APBD
Th. 2013 Th. 2014
BELANJA DAERAH 17.611.859,87 2.479.379,00 15,29 18.796.934,71 3.234.828,08 17,21
BELANJA TIDAK LANGSUNG 11.203.748,93 1.844.021,00 18,10 12.755.043,69 2.702.147,99 21,18
BELANJA PEGAWAI 1.609.084,28 316.715,00 18,35 1.935.973,67 328.156,43 16,95
BELANJA BUNGA 5.516,77 1.045,00 18,94 4.174,94 658,50 15,77
BELANJA HIBAH 5.139.576,86 1.263.633,00 25,33 4.477.219,66 771.885,95 17,24
BELANJA BANTUAN SOSIAL 59.290,61 11.961,00 15,49 12.149,38 1.183,23 9,74
BELANJA BAGI HASIL KEPADA
PROVINSI/KABUPATEN/ KOTA DAN
PEMERINTAHAN DESA
3.298.463,28 0,00 0,00 4.443.118,75 862.625,00 19,41
BELANJA BANTUAN KEUANGAN
KEPADA PROVINSI/ KABUPATEN/KOTA
DAN PEMERINTAHAN DESA
1.010.668,49 250.666,00 27,76 1.703.157,58 666.328,29 39,12
BELANJA TIDAK TERDUGA 81.148,65 0,00 0,00 179.249,72 71.310,59 39,78
BELANJA LANGSUNG 6.408.110,94 635.358,00 10,54 6.041.891,02 532.680,10 8,82
BELANJA PEGAWAI 1.158.590,88 211.592,00 19,47 698.342,41 96.169,06 13,77
BELANJA BARANG DAN JASA 4.000.944,84 411.159,00 10,42 4.123.498,81 425.500,35 10,32
BELANJA MODAL 1.248.575,22 12.606,00 1,27 1.220.049,80 11.010,69 0,90
Realisasi Uraian
Realisasi
Tw I 2013 Tw I 2014
102
BAB IV – PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan I – Tahun 2014
Secara historis, realisasi anggaran belanja pemerintah pada triwulan awal tahun secara
umum lebih rendah apabila dibandingkan dengan realisasi pendapatan. Hal tersebut terkait
dengan masih minimnya proyek yang direalisasikan pada periode awal tahun.
Grafik 4.5 Realisasi Anggaran Belanja Triwulan I
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG
%
2013 2014
103
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 KESEJAHTERAAN M ASYARAKAT
5.1. UMUM
Kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Timur pada triwulan I 2014 mengalami
perbaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Data ketenagakerjaan Jawa Timur
menunjukkan terjadinya penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan
peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Secara sektoral, penyerapan
tenaga kerja mulai beralih dari sektor primer, yakni pertanian ke sektor sekunder dan
tersier, seperti industri, perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Hal ini seiring dengan
akselerasi pertumbuhan ekonomi terutama pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR) serta Industri Pengolahan yang meningkat. Sementara itu, terbatasnya
lahan dan relatif rendahnya insentif untuk menjadi petani turut berkontribusi pada
penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Sementara itu, kesejahteraan
masyarakat yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN)
mengalami peningkatan pada triwulan I 2014.
5.2. KETENAGAKERJAAN
5.2.1. Data Ketenagakerjaan Jawa Timur
Data ketenagakerjaan Jawa Timur pada triwulan I 2014 mengalami perbaikan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penduduk yang siap bekerja dan berusia
kerja (angkatan kerja) di Jawa Timur meningkat sebesar 1,40% dari 20,43 juta orang
menjadi 20,71 juta orang. Sebanyak 95,98% (19,88 juta orang) dari angkatan kerja
tersebut merupakan penduduk yang sedang bekerja, sisanya merupakan penduduk yang
menganggur.
Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (Ribu orang)
Sumber : BPS Jat im, (diolah)
2014
Feb Aug Feb Aug Feb
Angkatan Kerja 20,157.74 20,238.06 20,462.20 20,432.45 20,717.77
Bekerja 19,331.59 19,411.26 19,653.85 19,553.91 19,885.39
Menganggur 826.15 826.80 808.35 878.54 832.38
TPAK (%) 69.54% 69.57% 70.11% 69.78% 70.52%
TPT (%) 4.10% 4.09% 3.95% 4.30% 4.02%
Kegiatan2012 2013
104
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tersebut seiring dengan
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur triwulan I 2014 yang mengalami ekspansi.
Permintaan domestik yang meningkat menggerakkan produksi output sektor riil,
sehingga tenaga kerja yang digunakan juga meningkat. Secara sektoral, tenaga kerja di
Jawa Timur sebanyak 36,86% diserap di sektor pertanian, selanjutnya, 21,79% di sektor
perdagangan, 14,30% di sektor industri dan 14,24% di sektor jasa kemasyarakatan.
Sumber : BPS Jat im, (diolah)
Grafik 5.1 Perkembangan Share Tenaga Kerja Sektoral
Di Jawa Timur mulai terdapat pola pergeseran penyerapan tenaga kerja antara
sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Seperti yang ditunjukkan pada grafik 5.1 di
atas, pada Februari 2012, terdapat 40,93% penduduk yang bekerja di sektor pertanian,
namun jumlah tersebut menurun secara gradual, hingga mencapai 36,86% di Februari
2014. Sementara itu, penyerapan di sektor sekunder, seperti sektor industri mengalami
peningkatan dari 13,46% pada Februari 2012 menjadi 14,30% di Februari 2014. Begitu
pula, di sektor tersier (perdagangan serta jasa kemasyarakatan) yang cenderung
meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Hal ini disebabkan karena akselerasi pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang
terutama didorong oleh pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
serta Industri Pengolahan. Oleh karena itu, penyerapan di kedua sektor tersebut
cenderung meningkat. Sementara itu, adanya alih fungsi lahan, rendahnya insentif
untuk menjadi petani merupakan faktor penyebab penurunan penyerapan tenaga kerja
di sektor pertanian. Hal ini juga searah dengan hasil sensus pertanian 2013 yang
40.93% 39.65% 38.68% 37.90% 36.86%
13.46% 14.76% 14.65% 14.21% 14.30%
20.27% 20.03% 20.74% 20.98% 21.79%
13.91% 12.91% 13.59% 15.54% 14.24%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Feb Ags Feb Ags Feb
2012 2013 2014
Pertanian Industri KonstruksiPerdagangan Transportasi Jasa KemasyarakatanLainnya *)
105
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
menyatakan bahwa rumah tangga petani menurun dari 14,18 juta orang pada sensus
tahun 2003 menjadi 10,18 juta orang pada sensus tahun 2013 di Jawa.
Sumber : BPS Jat im, (diolah) Sumber : BPS Jat im, (diolah)
Grafik 5.2 Grafik 5.3 PenyerapanTenaga Kerja Komposisi Tenaga Kerja Formal
Sumber : BPS Jat im, (diolah)
Grafik 5.4 Komposisi Bidang Tenaga Kerja Informal
Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur yang membaik juga ditunjukkan dengan
penyerapan tenaga kerja di sektor formal yang tumbuh signifikan, meningkat 4,58%
jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2013 lalu. Sementara itu, di sektor informal
mengalami penurunan, hanya mampu tumbuh 0,25% , lebih rendah dibandingkan
dengan Agustus 2013 yang mencapai 0,53% . Semakin banyak pekerja di sektor
formal, maka risiko pekerjaan semakin rendah dengan kepastian penghasilan yang
lebih tinggi. Pekerja di sektor formal sebagian besar (89,67% ) bekerja sebagai buruh/
karyawan, sisanya merupakan pekerja yang dibantu buruh tetap.
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Feb Ags Feb Ags Feb
2012 2013 2014
Formal Informal g Formal- Skala Kanan g Informal- Skala Kanan
Ribu Orang %
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Feb Ags Feb Ags Feb
2012 2013 2014
Buruh/Karyawan Berusaha Dibantu Buruh Tetap
Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap
Pekerja Bebas Pekerja Keluarga/Tdk Dibayar
Ribu Orang
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00%
SD ke Bawah
SMP
SMA
SMK
DI/II/III
Universitas
Feb-14 Feb-12
106
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Di sisi informal, pekerja di Jawa Timur pada Februari 2014 sebagian besar
dibantu oleh buruh tidak tetap (28,88% ) dan pekerja keluarga atau tidak dibayar
(28,61% ). Tingginya pekerja di sektor ini, terutama pekerja keluarga yang tidak dibayar
pada umumnya terdapat di pedesaan dengan kegiatan utamanya adalah pertanian.
Dari sisi pendidikan, kualitas pekerja di Jawa Timur masih jauh dari standar. Terbukti
dengan dominasi pekerja yang menyelesaikan pendidikan hanya di tingkat Sekolah
Dasar (SD) mencapai 51,99% dari total pekerja di Jawa Timur. Namun demikian, pada
Februari 2014, proporsi jumlah pekerja yang lulus SD cenderung mengalami
penurunan, sementara itu, pekerja yang lulus SMP,SMA, SMK dan Perguruan Tinggi
mengalami peningkatan.
Kenaikan Upah M inimum Kota (UMK) di Jawa Timur pada tahun 2014 ini telah
direspon oleh masing-masing pelaku usaha, terutama dengan relokasi perusahaan ke
tempat yang memiliki UMK lebih rendah (Jawa Timur Bagian Barat dan Jawa Tengah).
Selain itu, perusahaan juga membebankan biaya kenaikan upah pada harga barang dan
jasa yang dihasilkan. Oleh sebab itu, kenaikan UMK tidak signifikan berpengaruh pada
penurunan angkatan kerja yang justru meningkat sebesar 1,40% .
5.2.2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)1
Indikator ketenagakerjaan hasil Survei Kegiatan Usaha (SKDU) di w ilayah kerja
KPw BI Wilayah IV Jawa Timur, secara qtq, menunjukkan adanya penurunan penggunaan
tenaga kerja di triwulan I 2014.
Tabel 5.2
Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
1SKDU (Survei Kegiatan Dunia Usaha) adalah survei yang dilakukan Bank Indonesia secara triwulan
yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dini mengenai indikasi perkembangan kegiatan ekonomi
(sisi penwaran) di sektor riil pada triwulan sedang berjalan maupun perkiraan triwulan yang akan datang.
I II III IV I II III IV Tw I Tw II*
REALISASI
1.54 -0.62 -0.39 -0.15 0.68 -0.48 0.19 -0.17 -0.97 1.70
PERTAMBANGAN 0.03 -0.21 -0.21 0.37 0.35 0.52 0.21 0.73 0.07 0.00
INDUSTRI PENGOLAHAN -3.50 3.44 -1.69 -4.33 -8.16 -4.68 -5.46 -2.87 -1.13 -0.12
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH -0.77 -0.82 -0.03 -0.02 0.01 -0.39 -0.84 0.36 -0.88 -0.90
BANGUNAN 0.26 0.49 0.00 0.24 0.00 0.59 0.00 0.26 0.44 0.88
PHR 3.23 3.67 7.30 0.84 -1.86 0.44 -1.77 0.79 -2.87 0.52
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI -1.52 0.46 -1.93 -0.64 -0.92 -0.27 0.71 0.76 0.52 0.68
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.32 0.71 -0.21 0.34 -0.20 -0.53 -0.12 0.26 1.37 1.86
JASA - JASA -0.42 0.42 -1.82 1.36 3.13 0.00 0.78 -0.84 0.51 0.55
TOTAL -0.83 7.54 2.70 -1.99 -6.95 -4.81 -6.31 -0.72 -2.94 5.17
*) Ekpektasi Penyerapan Tenaga Kerja
PERTANIAN
SEKTOR2012 2013 2014
107
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Penurunan penggunaan tenaga kerja tersebut terutama terjadi di sektor utama
Jawa Timur, terutama Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan Industri Pengolahan.
Di sisi lain, penggunaan tenaga kerja di sektor konstruksi atau bangunan mengalami
peningkatan. Hal ini sejalan dengan pembangunan proyek infrastruktur dan residensial
yang sedang pesat di Jawa Timur.
Grafik 5.5 Grafik 5.6 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral
5.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan di Jawa Timur yang tercermin pada
Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada triwulan I 2014 mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.
5.3.1. Kesejahteraan Petani
Berdasarkan indikator kesejahteraan yang telah dirilis Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), penghitungan Nilai Tukar Petani pada Desember 2013
mengalami perubahan tahun dasar 2012,dimana sebelumnya menggunakan tahun dasar
2007 yang dirasa tidak sesuai lagi dengan pola produksi dan konsumsi petani seiring
dengan perkembangan teknologi, perubahan iklim, serta pendapatan.
Tabel 5.3
Nilai Tukar Petani di Jawa
Sumber : BPS Jat im, (diolah)
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II III IV Tw I
2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
%, SBT
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
I II III IV I II III IV I II III IV Tw I Tw II*
2011 2012 2013 2014
PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHANPHR PERTAMBANGANLISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNANPENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
%, SBT
Provinsi Mar 14 Apr 14 ∆Banten 105.59 105.62 0.03
Jabar 104.64 103.79 -0.85
Jateng 100.28 99.98 -0.3
DIY 102.05 102.04 -0.01
Jatim 104.07 104.19 0.12
108
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur relatif stabil di triwulan I 2014.
Dibandingkan dengan NTP nasional yang menurun drastis (dari 101,96 menjadi 101,80
pada Februari 2014), NTP Jawa Timur tumbuh lebih tinggi di level 104,19. Sebagian
besar Provinsi di Jaw a mengalami penurunan NTP (Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY),
namun Jawa Timur dan Banten mampu tumbuh stabil di tengah perlambatan tersebut.
Stabilnya NTP Jawa Timur disebabkan karena penurunan indeks harga yang
dibayar petani (IB) lebih besar dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang
diterima petani (IT). Komoditas yang menyebabkan kenaikan indeks harga yang
diterima petani di bulan April 2014 antara lain kayu nilam, jeruk, tomat, ikan layang
dan sapi potong. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan indeks harga yang
diterima petani adalah gabah, cabai raw it, ikan swanggi, bawang merah, dan ikan
lemuru.
Indeks harga yang dibayar petani pada bulan April 2014 mengalami penurunan
sebesar 0,14% dari 110,67 (Maret 2014) menjadi 110,51. Penurunan indeks ini
disebabkan karena indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) mengalami
penurunan sebesar 0,24% , sedangkan indeks biaya produksi dan pembentukan barang
modal meningkat sebesar 0,11% .
Sumber : BPS Jat im, (diolah)
Grafik5.7
Perubahan NTP Jawa Timur, Indeks harga yg diterima (lt),
dan Indeks harga yang dibayar (lb) 2012 - 2013
NTP Jawa Timur yang relatif stabil juga disumbang dari peningkatan NTP sub
sektor peternakan dan hortikultura. Peningkatan NTP di sub sektor peternakan sejalan
dengan harga komoditas ternak, seperti daging sapi dan ayam yang cenderung
104.19
115.15
110.51
95
100
105
110
115
120
NTP IT IB
Apr 13 Des 13 Mar 14 Apr 14
109
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
meningkat. Sementara itu, peningkatan NTP di sub sektor hortikultura seiring dengan
dimulainya masa panen di awal tahun ini, sehingga meningkatkan indeks yang diterima
petani di Jawa Timur.
Sumber : BPS Jat im, (diolah)
Grafik 5.8
NTP Sub Sektor Pertanian di Jawa Timur
5.3.2. Kesejahteraan Nelayan
Kesejahteraan nelayan yang tercermin pada Nilai Tukar Nelayan (NTN) di Jawa
Timur mengalami peningkatan di triwulan I 2014. NTN meningkat sebesar 0,67% dari
104,99 menjadi 105,69 di bulan April 2014. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang
diterima nelayan (IT) meningkat sebesar 0,76% , lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan indeks harga yang dibayar nelayan (IB) yang meningkat sebesar 0,09% .
Komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima nelayan
adalah ikan layang, ikan kakap, ikan tongkol, rajungan dan udang. Tingginya NTN di
triwulan ini disebabkan karena tinggi gelombang di laut pada bulan Februari hingga
Maret kembali normal setelah relatif t inggi di bulan Januari 2014. Hal ini menyebabkan,
nelayan dapat melaut lebih lama, sehingga hasil tangkapan meningkat. Apabila
dibandingkan dengan Provinsi lain, NTN di Jawa Timur relatif t inggi dan meningkat di
bulan April 2014 (bersama dengan Banten dan DKI Jakarta).
90 95 100 105 110 115
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
Apr 14 Apr 13
110
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Sumber : BPS Jat im, (diolah) Sumber : BPS Jat im, (diolah)
Grafik 5.9 Grafik 5.4
NTN, IT dan IB Jawa Timur Nilai Tukar Nelayan di Jawa
5.4 PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR
Secara umum beberapa tahun terakhir perkembangan perekonomian Jawa Timur
menunjukkan kinerja yang positif diiringi oleh penigkatan kesejahteraan masyarakat. Salah
satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan dari tahun ke tahun
menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS),
jumlah penduduk Jawa Timur yang berada di bawah garis kemiskinan (penduduk miskin)2
pada September 2013 turun sebesar 0,35 poin dari 13,08% pada September 2012 menjadi
12,73% atau sebesar 4.865.820 jiwa, namun selama 1 semester ini prosentase penduduk
miskin mengalami peningkatan 0,18 poin. Berbagai gagasan terus dikembangkan, baik
pemerintah pusat maupun daerah dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan. Salah
satu contoh program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Jawa Timur terkait hal ini adalah
program pemberdayaan potensi desa/kota yang diharapkan mampu mewujudkan pengelolaan
kemiskinan secara profesional dan berkelanjutan dengan berbasis pada potensi dan modal
sosial lokal sehingga dapat mengembangkan pola-pola baru yang inovatif untuk
penganggulangan kemiskinan.Selain itu, Pemerintah Jawa Timur berkomitmen mengentaskan
kemiskinan dengan cara memberikan fasilitas dan kemudahan di usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM), fasilitas koperasi, mendirikan pusat pelayanan perizinan terpadu (P2T)
yang bertujuan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya di Jawa Timur.
2Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah
Garis Kemiskinan.
105.69
117.39
111.07
90.00
95.00
100.00
105.00
110.00
115.00
120.00
NTN IT IB
Des 12 Des 13 Mar 14 Apr 14 Provinsi Mar 14 Apr 14 ∆DKI Jakarta 103.48 105.47 1.99
Jabar 104.06 103.41 -0.65
Jateng 106.38 105.59 -0.79
DIY 105.36 104.69 -0.67
Jatim 105.02 105.69 0.67
Banten 111.66 112.26 0.60
111
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Grafik 5.10
Perkembangan Penduduk M iskin di Jawa Timur (% )
Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah
MakananBukan
MakananTotal
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan
Maret 2008 131.487 51.921 183.408 2.438.76 13.15
Maret 2009 145.676 56.948 202.624 2.148.51 12.17 -0.98
Maret 2010 152.965 60.418 213.383 1.873.55 10.58 10.58
Maret 2011 169.242 65.303 234.546 1.768.23 9.87 -0.71
Sept 2011 174.210 68.193 242.403 1.734.31 9.66 -0.21
Maret 2012 175.806 69.499 245.305 1.630.63 9.06 -0.81
Sept 2012 182.073 71.874 253.947 1.605.96 8.90 -0.16
Maret 2013 187.350 77.853 265.209 1.550.46 8.57 -0.33
Pedesaan
Maret 2008 118.971 36.461 155.432 4.581.19 23.64
Maret 2009 131.522 43.106 174.628 3.874.07 21.00 -2.64
Maret 2010 139.806 46.073 185.879 3.655.76 19.74 19.74
Maret 2011 155.457 50.818 206.275 3.587.98 18.19 -1.55
Sept 2011 161.141 53.025 214.166 3.493.00 17.66 -0.53
Maret 2012 167.352 54.864 222.216 3.440.34 17.35 -0.84
Sept 2012 176.674 57.882 234.556 3.354.58 16.88 -0.47
Maret 2013 189.172 61.358 250.530 3.220.80 16.15 -0.73
Kota + Desa
Maret 2008 125.091 44.020 169.112 7.019.95 18.51 -1.47
Maret 2009 138.440 49.874 188.317 6.022.59 16.68 -1.83
Maret 2010 146.240 53.087 199.327 5.529.30 15.26 -1.42
Maret 2011 162.017 57.711 219.727 5.365.21 14.23 -1.03
Sept 2011 167.360 60.243 227.603 5.227.31 13.85 -0.38
Maret 2012 171.375 61.827 233.202 5.070.98 13.40 -0.83
Sept 2012 179.244 64.540 243.783 4.960.54 13.08 -0.32
Maret 2013 188.306 69.205 257.510 4.771.26 12.55 -0.53
Sept 2013 201.683 72.075 273.758 4.865.82 12.73 0.18
Sumber : BPS Jatim
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Daerah/ tahunJumlah Penduduk
Miskin (Ribu)
Persentase
Penduduk Miskin
Perubahan
Persentase
Penduduk Miskin
(%)
0
5
10
15
20
25
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
21.09 19.9818.51
16.68
15.2613.85
13.0812.73
112
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Penghitungannya tidak lepas dari besaran garis kemiskinan yang telah ditetapkan. Garis
kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar Rp 273.758,- atau meningkat sebesar 0,18
poin dari garis kemiskinan Maret 2013. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah
satunya dipengaruhi oleh laju inflasi di Jawa Timur, dampak dari kenaikan harga BBM yang
mempengaruhi daya beli penduduk miskin. Komoditas makanan yang berpengaruh besar
terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok filter, gula pasir, tempe dan tahu. Disisi
lain, komoditas bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan
adalah bensin, listrik, pakaian jadi laki-laki dewasa dan pakaian jadi perempuan.
Tabel 5.6
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)di Jawa Timur Menurut
Daerah
Kemiskinan tidak hanya mencakup persentase penduduk miskin, tetapi juga
menyangkut seberapa besar jarak dan keragaman pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Indikator tersebut dapat dihat dari indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan
Tahun Kota Desa Kota + Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 )
Maret 2008 2.34 4.38 3.38
Maret 2009 2.18 3.54 2.88
Maret 2010 1.53 3.18 2.38
Maret 2011 1.51 2.96 2.27
September 2011 1.25 2.67 2
Maret 2012 1.25 2.32 1.81
September 2012 1.29 2.52 1.93
Maret 2013 1.31 2.32 1.84
Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 )
Maret 2008 0.61 1.23 0.93
Maret 2009 0.6 0.91 0.76
Maret 2010 0.37 0.79 0.59
Maret 2011 0.35 0.72 0.54
September 2011 0.28 0.63 0.46
Maret 2012 0.27 0.48 0.38
September 2012 0.3 0.57 0.44
Maret 2013 0.33 0.52 0.43
September 2013 0,34 0,66 0,50
Sumber : BPS Jatim
113
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB V–KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Dari data kemiskinan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Timur (BPS Jatim) digambarkan bahwa indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami
peningkatan sebesar 0.23 poin. Tercatat pada Maret 2013 sebesar 1,84 menjadi 2.07 pada
September 2013. Peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan terjadi di perkotaan (0,11 poin)
dan pedesaan (0,34 poin). Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan
0,07 poin atau menjadi 0,50 pada September 2013. Peningkatan keduanya mengindikasikan
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
114
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6 PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUM BUHAN EKONOM I JAWA TIM UR
Tren perbaikan ekonomi Jatim diperkirakan masih terjadi di triwulan II 2014.
Pertumbuhan ekonomi Jatim diperkirakan meningkat sebesar 0,2% , dari 6,4% menjadi 6,6%
pada triwulan II 2014.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Jawa Timur masih ditopang oleh
peningkatan belanja/konsumsi rumah tangga, pemerintah serta membaiknya kinerja
ekspor-impor. Hasil survei konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi penghasilan masyarakat
di triwulan II 2014 cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada hasil survei konsumen
(Grafik 6.1). Ekspektasi penghasilan yang tinggi akan mendorong pengeluaran rumah tangga
untuk konsumsi semakin tinggi pula. Selanjutnya, indeks keyakinan konsumen lebih
mengkonfirmasi arah keyakinan konsumen atas kondisi ekonomi saat ini (triwulan II 2014)
dibandingkan dengan periode selanjutnya, mengingat tingginya risiko ketidakpastian politik
dan arah kebijakan pemerintah pasca PILPRES 2014 (lihat grafik 6.2). Pada triwulan ini,
masyarakat cenderung melakukan konsumsi yang lebih besar untuk mengantisipasi adanya
momen puasa dan libur sekolah.Pada triwulan II 2014, komoditas makanan, minuman, dan
tembakau, barang budaya dan rekreasi serta komoditas pendidikan diperkirakan mengalami
peningkatan.
Grafik 6.1. Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Ekspektasi Penghasilan
Diperkirakan, pada triwulan kedua, pertumbuhan belanja pemerintah akan semakin
meningkat mencapai 3,1% . Hal ini didorong pula oleh dampak penyelenggaraan PILPRES di
triwulan II 2014 dan semakin tingginya realisasi pembangunan infrastruktur di Jatim.
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Penghasilan Saat Ini
Indeks Ekspektasi Penghasilan Saat Ini
INDEKS
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
(INDEKS)
115
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Pada triwulan II 2014, ekspor diperkirakan relatif stabil seiring dengan semakin
positifnya perekonomian negara maju dan upaya diversifikasi tujuan ekspor.Pertumbuhan
industri hilir di negara lain, seperti industri makanan dan minuman akan turut mendorong
ekspor minyak nabati dan hewani serta bahan kimia organik dari w ilayah Jatim. Potensi
peningkatan harga emas perhiasan turut meningkatkan kinerja ekspor perhiasan dan mutiara.
Sementara itu, investasi diperkirakan tumbuh melambat dengan pertumbuhan di
angka 6,90% (yoy). Dengan rampungnya beberapa proyek infrastruktur di Jatim meliputi
pengembangan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) Tahap I di Surabaya, penyelesaian
Bandara Notohadinegoro Jember dan Bandara Blimbingsari Banyuwangi dan penyelesaian
Jalan Tol Mojokerto Kertosono. Selain itu, upaya PEMDA untuk terus mendorong
pembangunan beberapa smelter ditahun ini diharapkan menahan laju perlambatan investasi
hingga akhir tahun 2014.Hingga saat ini, terdapat dua perusahaan smelter yang tengah
melakukan pembangunan, yakni di Kabupaten Tuban dan Situbondo.
Kinerja sektor riil, yakni Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta Industri
Pengolahan diperkirakan meningkat dalam merespon peningkatan konsumsi rumah tangga
pada liburan sekolah. Beberapa pelaku usaha juga mulai meningkatkan produksinya dalam
rangka mengantisipasi tingginya permintaan menjelang bulan puasa dan lebaran. Neraca
perdagangan diperkirakan masih mengalami surplus didorong oleh perbaikan ekonomi
negara maju.
Perbaikan kinerja sektor PHR diperkirakan terus berlanjut hingga triwulan II 2014 yang
mampu meningkatkan pertumbuhan sektor PHR lebih tinggi.Banyaknya momentum libur
dimanfaatkan masyarakat dengan mengunjungi beragam tempat w isata.Dengan diresmikannya
bandara Banyuwangi dan Jember pada triwulan ini, diharapkan kunjungan w isatawan
mancanegara semakin meningkat, mengingat tingginya potensi obyek w isata di kedua
daerah ini.
Sementara itu, masih terdapat beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai bagi
keberlanjutan sektor Industri Pengolahan pada triwulan II 2014 yaitu adanya peningkatan tarif
listrik industri dan penerapan pajak daerah pada komoditas rokok. Kebijakan penerapan tarif
tenaga listrik diperkirakan menambah biaya operasional perusahaan sebesar 20% . Namun
demikian, tingginya permintaan global dan domestik di triwulan II 2014 mampu menahan
penurunan kinerja sektor ini. Oleh karena itu, industri pengolahan relatif terjaga stabil
pada triwulan ini.
116
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Pada triwulan II 2014 diperkirakan sektor pertanian mengalami peningkatan seiring
dengan semakin tingginya volume panen di beberapa w ilayah. Risiko yang perlu diwaspadai,
dimulainya musim kemarau di awal bulan Mei diperkirakan menurunkan produksi padi, namun
produksi tanaman palaw ija, khususnya kedelai dan jagung serta tembakau
diperkirakan meningkat. Perbaikan sisi penawaran tercermin dalam hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) yang menunjukkan peningkatan ekspektasi realisasi usaha dan penyerapan
tenaga kerja pelaku usaha (Grafik 6.3 dan 6.4).
Grafik 6.3. Estimasi Realisasi Usaha
Grafik 6.4. Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja
6.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIM UR
Mencermati perkembangan inflasi terkini dan tracking beberapa indikator harga, maka
inflasi kota Jawa Timur pada Tw II-2014 diperkirakan secara tahunan (yoy) berada di kisaran
6,3% s/d 6,5% .
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2009 2010 2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
SBT
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2009 2010 2011 2012 2013 2014
TOTAL PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PHR
(%, SBT)
117
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Tabel 6.1 Tendensi Arah Inflasi dan Faktor Risiko
Berdasarkan tabel di atas, tekanan inflasi pada Tw II-2014 dari ketiga kelompok inflasi relatif
meningkat, khususnya pada inflasi kelompok administered price dan core inflation, dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Volatile Food
Pada bulan April dan Mei 2014 akan dimulai musim panen bagi beberapa komoditas
strategis Jawa Timur seperti beras, bawang merah, cabai merah dan cabai raw it di sentra-
sentra produksi Jawa Timur. Hal ini akan meningkatkan pasokan di masyarakat dan
mendorong penurunan harga. Walaupun demikian perlu pula diwaspadai terjadinya El
Nino yang diproyeksi mulai berlangsung di Mei 2014 dan berpotensi menyebabkan
kekeringan di beberapa w ilayah serta menurunkan tingkat produksi beras di kisaran
1,10% . Meskipun demikian, diproyeksi upward risk tersebut dapat diantisipasi melalui
berbagai kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur serta penambahan
Menurun Meningkat Stabil
Tw I-2014 Tw II-2014 Faktor Risiko
- Dimulainya masa panen raya untuk beberapa komoditas pangan
khususnya beras, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit
- Stok beras masih mencukupi konsumsi masyarakat s.d. 13 bulan
ke depan
- Keterbatasan stok sapi sehingga tidak memenuhi permintaan
masyarakat
- Adanya El Nino yang berpotensi menurunkan tingkat produksi
beras di kisaran 1,10%
- Berlanjutnya penyesuaian tarif transportasi udara sesuai
Peraturan Menteri Perhubungan nomor 2 tahun 2014
- Adanya kenaikan tarif l istrik industri
- Berfluktuatifnya harga komoditas internasional dan belum
stabilnya nilai tukar Rupiah berpotensi meningkatkan harga
barang impor
- Dampak lanjutan kenaikan tarif l istrik industri yang berpotensi
dibebankan kepada harga akhir barang dan jasa
- Dampak lanjutan kenaikan tarif PPN BM
- Dimulainya bulan Ramadhan yang berpotensi meningkatkan
permintaan masyarakat
Administered
Price
Tw II-2014
Core Inflation
Tw II-2014
Volatile Food
Tw II-2014
118
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
luas lahan untuk penanaman komoditas kedelai sehingga dapat meminimalkan
peningkatan risiko inflasi pangan.
2. Administered Price
Potensi utama pendorong inflasi kelompok administered price adalah kenaikan tarif listrik
industri yang diberlakukan sejak Mei 2014 serta berlanjutnya penerapan Peraturan Menteri
Perhubungan No. 2 tahun 2014 oleh maskapai penerbangan yang berdampak pada
kenaikan harga tarif angkutan udara. Selain itu adanya bulan Ramadhan di akhir Tw II-
2014 juga dapat memicu kenaikan harga di sub kelompok transportasi yang mendorong
kenaikan inflasi kelompok ini.
3. Core Inflation
Inflasi kelompok ini diproyeksi meningkat di akhir Tw II-2014 seiring dengan adanya Hari
Raya Keagamaan yang memicu tingginya ekspektasi masyarakat dan tingkat konsumsi.
Selain itu, second round effect kenaikan tarif listrik industri yang berpotensi pada kenaikan
biaya produksi dan harga jual produk, serta berlanjutnya penerapan PPNBM pada beberapa
produk kebutuhan sehari-hari juga menjadi potensi kenaikan inflasi dari sisi tradable.
6.3 PROSPEK EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2014
Secara keseluruhan diperkirakanpertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 mencapai
6,4-6,8% (yoy), cenderung meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 6,55% .
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Jatim tahun 2014 ini relatif lebih tinggi dibandingkan tahun
2013 (6,55% , yoy). Pertumbuhan ini diyakini masih yang tertinggi dibandingkan provinsi
lainnya di Pulau Jawa.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan Pemerintah Daerah diperkirakan
semakin terakselerasi seiring dengan tingginya kebutuhan politik di tahun Pemilu. Sementara
itu, investasi diperkirakan mampu tumbuh lebih tinggi, seiring dengan telah diselesaikannya
banyak proyek infrastruktur dan upaya ekspansi industri logam dan kimia organik. Namun
demikian, masih terdapat risiko tekanan biaya produksi yang dapat mempengaruhi keputusan
investasi pelaku usaha. Adanya realisasi beberapa proyek infrastruktur Pemerintah seperti mulai
beroperasinya Teluk Lamong, rencana pembangunan empat buah smelter serta Tol Trans Jawa
berpotensi turut mendorong peningkatan kinerja investasi sektor riil.
119
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Pembaikan perekonomian global dan regional sepanjang tahun ini secara optimis
diharapkan mampu meningkatkan ekspor Jawa Timur di tahun 2014. Faktor risiko yang perlu
diwaspadai pada tahun 2014 adalah daya saing produk Jatim menjelang pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, khususnya produk UMKM. Selain itu, adanya transfer
of knowledge pada aliran tenaga kerja dan investasi yang bebas perlu segera disepakati di
antara negara anggota menjelang pemberlakuan MEA 2015 mendatang.
Di sisi penawaran, pendorong utama perbaikan ekonomi Jatim berasal dari sektor
utama, yakni pertanian dan industri pengolahan yang meningkat sebagai dampak dari
membaiknya produksi pertanian serta meningkatnya permintaan domestik pasca kenaikan
UMK 2014 dan pengaruh dari kegiatan penyelenggaraan Pemilu di sepanjang tahun. Dampak
Pemilu terbesar terjadi pada triwulan II yaitu pada saat pelaksanaan PILPRES 2014. Nilai tukar
yang mulai menemukan keseimbangannya juga menjadi salah satu faktor pendorong perbaikan
kinerja perdagangan Jatim yang mengalami surplus. Sektor pertanian pun hingga akhir tahun
2014 tidak signifikan terpengaruh oleh adanya El Nino. Efisiensi waduk dan irigasi serta
penganekaragaman komoditas yang ditanam menjadi salah satu faktor yang menahan
penurunan produksi tanaman pangan.
Sementara itu, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
diperkirakan tumbuh terbatas sebagai respon atas kebijakan pengetatan kepemilikan rumah.
Di sisi lain, kebijakan peningkatan suku bunga acuan dan pembatasan penyaluran kredit oleh
bank berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor keuangan, terutama subsektor bank.
Selanjutnya, kenaikan tarif angkutan udara di awal tahun diperkirakan turut mempengaruhi
kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi hingga tumbuh lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2013.
6.4 PROSPEK INFLASI JAWA TIMUR TAHUN 2014
Tekanan inflasi pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda dibandingkan periode laporan
atau berada di kisaran proyeksi 5,1% - 5,3% (yoy). Dari sisi permintaan, adanya hari raya
keagamaan pada Tw II-2014 dan Tw IV-2014 akan menjadi pendorong utama inflasi yang
bersifat seasonal. Sementara dari sisi penawaran, adanya beberapa bencana seperti banjir dan
erupsi Gunung Kelud di awal tahun 2014, serta potensi badai El Nino pada tahun 2014
diproyeksi akan sedikit mengurangi kecukupan pasokan di masyarakat.
120
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Secara ringkas prospek inflasi tersebut teruraikan sebagai berikut :
1. Volatile Food
Pergerakan harga pada kelompok bahan makanan sampai dengan Triwulan III-2014
diprediksi akan mengalami penurunan dan meningkat kembali pada Tw IV-2014. Hal
tersebut dapat dijelaskan melalui 2 (dua) aspek, yaitu :
Sisi Permintaan
- Sebagaimana trend pada periode-periode sebelumnya, trend permintaan akan mereda
pada Tw II-2014, kemudian meningkat pada awal Tw III-2014 dan akhir Tw -IV 2014
seiring dengan adanya Hari Raya Idul Fitri dan Natal.
- Selain hari raya keagamaan, peningkatan permintaan juga diproyeksi berasal dari
pelaksanaan Pemilu pada Juli 2014 yang akan mendorong kenaikan konsumsi.
Sisi Penawaran
Tingkat produksi komoditas pangan pada selama tahun 2014 diproyeksi akan sedikit
menurun seiring dengan pergeseran musim panen akibat banjir pada awal tahun 2014 dan
gangguan produksi akibat erupsi Gunung Kelud. Meskipun demikian, hal tersebut akan
tertahan oleh :
- Penanaman kembali lahan yang rusak karena banjir dan erupsi Gunung Kelud yang
dikoordinasikan oleh Dinas Pertanian sehingga mencegah gangguan produksi yang
lebih besar.
- Adanya musim panen di sentra produksi di Jawa Timur pada Tw II-2014. Kelebihan
produksi (misal : komoditas beras) dapat menjadi cadangan ketika terjadi shortage
- Rencana Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melakukan penambahan luas tanam
komoditas kedelai seluas 500 ribu hektar sehingga dapat mendorong peningkatan
produksi kedelai di Jawa Timur.
- Menyikapi potensi terjadinya badai El Nino, diproyeksi terdapat peningkatan produksi
tanaman palaw ija, seperti jagung, kedelai serta tanaman perkebunan seperti tembakau
karena ketiga tanaman tersebut cenderung membutuhkan air lebih sedikit daripada
padi, sehingga mampu bertahan di tengah kondisi kering.
2. Administered Price
Tekanan inflasi kelompok administered price pada akhir tahun 2014 diproyeksi mereda.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingkat inflasi kelompok ini yaitu :
Upward Risk
121
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jaw a Timur
Triwulan I Tahun 2014
BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
- Rencana kenaikan tarif listrik industri di kisaran 38,9% - 64,7% yang diberlakukan pada
1 Mei 2014 dan dibebankan pada tagihan listrik bulan Juni 2014.
- Rencana penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga (LPG 12 kg).
- Masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas rokok.
Downward Risk
- Hilangnya dampak base year kenaikan harga BBM pada awal Tw III-2014 sehingga
mampu mendorong inflasi kelompok ini kembali kepada pola normalnya.
- Peningkatan tarif listrik dilakukan pula secara bertahap sehingga meminimalkan
dampak kenaikan harga signifikan komoditas lainnya.
3. Core Inflation
Tingkat inflasi kelompok ini pada akhir tahun 2014 diproyeksi masih relatif stabil di
kisaran 4% - 4,5% . Pendorong utama inflasi adalah masih belum stabilnya nilai tukar
dan harga komoditas internasional, dampak adanya Pemilu 2014 dan kenaikan pajak
barang mewah, serta kenaikan tarif listrik dan UMP yang berpotensi dibebankan pada
biaya produksi.
xix
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
DAFTAR ISTILAH
Administered price
Harga barang yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
dibahas dan setujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan
daerah
BI Rate
Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap
bulannya
BI-RTGS
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-
membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer
dana
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komodias terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan
yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka
Ekspor dan Impor
Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar
provinsi
Faktor Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi
permintaan-penawaran atau output gap, eksernal serta ekspektasi inflasi masyarakat
Fakor Non Fundamental
Faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun
distribusi bahan pangan (volatile foods) serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(adminisered price)
Financing tto Deposit Ratio (FDR) aau Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam
rupiah dan valas. Terminologi FDR unuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional
Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar
negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang dengan skala 1 – 100
xx
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saa ini dengan skala 1 – 100
Indeks Keyakinan Konsumen
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang dengan skala 1 – 100
Inflasi IHK
Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode yang diukur dengan perubahan indeks harga
konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat luas
Inflasi Inti
Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices
Inflow
Uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi
Kredit
Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertenttu dengan pemberian bunga, termasuk
Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA)
Pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai
perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan
dalam bentuk laporan
mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya
Net Inflow
Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap otal penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank,
baik dalam rupiah dan valas, Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL
dan kredit untuk bank konvensional.Kriteria NPF atau NPL adalah (1) kurang lancar, (2) diragukan
dan (3) macet
Omset
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi
Outflow
Aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia
xxi
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, restribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
qtq
Quarter to quarter. Perbandingan anara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya
Sektor Ekonomi Dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada
pembentukan PDRB secara keseluruhan
Volatile Food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat
bergejolak karena faktor-faktor tertentu
yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya
lxxii
DAFTAR SINGKATAN
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan IV – 2013
DAFTAR SINGKATAN
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BBM
Bahan Bakar Minyak
BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
BPS
Badan Pusat Stat ist ik
IHK
Indeks Harga Konsumen
IKK
Indeks Keyakinan Konsumen
KPR
Kredit Pemilikan Rumah
LDR
Loan to Deposit Ratio
LTV
Loan to Value
NIM
Net Interest Margin
NPF
Non Performing Financing
NPL
Non Performing Loan
PHR
Perdagangan, Hotel dan Restoran
PLN
Perusahaan List rik Negara
PMA
Penanaman Modal Asing