240
KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI, KECAMATAN WULANDONI, KABUPATEN LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister Disusun oleh: Christiana Monica Vianny Abong Elannor NIM: 181442007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI,

KECAMATAN WULANDONI, KABUPATEN LEMBATA,

NUSA TENGGARA TIMUR

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister

Disusun oleh:

Christiana Monica Vianny Abong Elannor

NIM: 181442007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

ii

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI,

KECAMATAN WULANDONI, KABUPATEN LEMBATA,

NUSA TENGGARA TIMUR

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Magister

Disusun oleh:

Christiana Monica Vianny Abong Elannor

NIM: 181442007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM MAGISTER

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan untuk:

Allah Bapa yang Maha Kuasa

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapa dan Mama

Kakak dan Adik-adik

Keluarga Besar

Kesayangan, Sahabat, dan Teman-teman

Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

vi

HALAMAN MOTTO

“Serahkanlah Perbuatanmu Kepada Tuhan, maka

Terlaksanalah Segala Rencanamu.”

(Amsal 16:3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

ix

ABSTRAK

Elannor, Christiana Monica Vianny Abong. (181442007). 2020. Kajian

Etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni, Kecamatan Wulandoni,

Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Tesis. Program Studi

Pendidikan Matematika Program Magister. Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Matematika adalah ilmu mendasar yang penting dalam kehidupan

manusia. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari ternyata hampir semua

masyarakat selalu menggunakan ilmu matematika, tidak hanya di sekolah tetapi

semua lapisan masyarakat menerapkan ilmu-ilmu matematika, baik itu buruh

bangunan, pedagang maupun pembeli di pasar sekalipun menerapkan yang

namanya ilmu matematika. Temasuk pada kegiatan Pasar Barter di Kecamatan

Wulandoni, Kabupaten Lembata, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Penelitian ini menggali etnomatematika dari pasar barter tersebut. Tujuan dari

penelitian ini untuk 1) mengetahui makna filosofis Pasar Barter Wulandoni bagi

masyarakat atau kehidupan masyarakat, 2) mengetahui aktivitas-aktivitas

fundamental yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni, 3) mengetahui aspek-

aspek matematis yang ada sehubungan dengan Pasar Barter Wulandoni, 4)

mengembangkan Pasar Barter Wulandoni ke depannya, serta 5)

mengimplementasikan hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter

Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika di

sekolah. Subjek pada penelitian ini terdiri dari empat orang narasumber yang

mengetahui dan terjun langsung pada Pasar Barter Wulandoni. Objek dalam

penelitian ini adalah kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Kecamatan

Wulandoni, yaitu Pasar Barter Kecamatan Wulandoni dan perangkat pembelajaran

matematika berbasis etnomatematika pada budaya Pasar Barter Wulandoni.

Penelitian ini terdiri dari dari dua penelitian. Penelitian pertama adalah

penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menggali etnomatematika yang terdapat

pada budaya Pasar Barter Wulandoni. Selanjutnya, penelitian kedua adalah

penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan hasil

etnomatematika yang telah ditemukan kedalam suatu perangkat pembelajaran

matematika dengan menggunakan Model Pengembangan Plomp. Data diperoleh

dari hasil wawancara terhadap keempat narasumber. Instrumen bantu yang

digunakan adalah pedoman wawancara dan perangkat pembelajaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya aspek matematis yang

terdapat pada budaya Pasar Barter Wulandoni. Kemudian dari aspek-aspek

matematis yang telah diperoleh dilakukan pengembangan perangkat pembelajaran

matematika berbasis budaya Pasar Barter Wulandoni.

Kata Kunci: Etnomatematika, Pasar Barter Wulandoni, Paket

Pembelajaran, Pengukuran Berat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

x

ABSTRACT

Elannor, Christiana Monica Vianny Abong. (181442007). 2020. An

Ethnomathematical Review on the Barter Market in the District of Wulandoni,

the Regency of Lembata, East Nusa Tenggara. A Graduate Thesis. The

Graduate Program of Mathematics Education, Department of Mathematics and

Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata

Dharma University.

Mathematics is an important fundamental science within the life of the

mankind. In the context of the daily life, almost all people are unaware that they

always apply the principles of Mathematics as a science. This situation does not

only take place among the students in the school but also among the labors in the

construction site and even the buyers and the sellers in the market. Almost all

people from any layer in the society has implemented the principles of

Mathematics. This situation is also apparent in the District of Wulandoni Barter

Market, the Regency of Lembata, Flores, the Province of East Nusa Tenggara.

With reference to the statement, the nature of the study is an ethnomathematical

research. Thus, the study aims at: (1) identifying the philosophical meaning of the

District of Wulandoni Barter Market for the society or the societal life; (2)

identifying the existing mathematical aspects in relation to the District of

Wulandoni Barter Market; (3) identifying the fundamental activities that have

been found in the District of Wulandoni Barter Market; (4) developing the District

of Wulandoni Barter Market in the future; and (5) implementing the results of the

ethnomathematical review into the District of Wulandoni Barter Market as part of

the mathematical problems for the learning process in the school. Then, the

subjects in the study consisted of four participants who had been familiar and

directly involved in the District of Wulandoni Barter Market whereas the object of

the study was the culture that had been found in the District of Wulandoni Barter

Market society namely: (1) the District of Wulandoni Barter Market; and (2) the

ethnomathematics-based learning set from the culturel of the District of

Wulandoni Barter Market.

The study itself consists of two cycle. The first cycle is the qualitative study

which aims at identifying the ethnomathematical aspects that have been found in

the District of Wulandoni Barter Market. Then, the second cycle is the

developmental study which aims at developing the results of the

ethnomathematical reviews that have been found into a learning set by using the

Plomp Development Model. Within the study, the data were gathered from the

four resources by using the interview guidelines and the learning sets as the

supporting tool.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xi

The results of the study show that there are many mathematical aspects

that have been found in the culture of the District of Wulandoni Barter Market.

Departing from the aspects that have been found, the District of Wulandoni

Barter Market culture-based learning sets have been developed.

Keyword : Ethnomathematics, District of Wulandoni Barter Market, Learning

Package, Weight Measurement

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH . viii

ABSTRAK .............................................................................................................. ix

ABSTRACT ............................................................................................................. x

KATA PENGANTAR ........................................................................................... xii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 7

C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xvi

E. Penjelasan Istilah ...................................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Masyarakat Kecamatan Wulandoni ......................................................... 13

B. Kebudayaan .............................................................................................. 15

C. Kebudayaan Masyarakat Kecamatn Wulandoni ...................................... 19

D. Etnomatematika ........................................................................................ 20

E. Aktivitas Fundamental Matematis ........................................................... 28

F. Barter ........................................................................................................ 33

G. Sejarah Pasar Barter Wulandoni .............................................................. 35

H. Makna Filosofis ........................................................................................ 39

I. Tahapan Proses Pengembangan Produk .................................................. 40

J. Paket Pembelajaran .................................................................................. 44

K. Model Pengembangan Plomp .................................................................. 47

L. Kerangka Berpikir .................................................................................... 50

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 52

B. Setting Penelitian .................................................................................... 53

C. Bentuk Data ............................................................................................. 55

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 55

E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 56

F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xvii

G. Pengujian Keabsahan Data ...................................................................... 61

H. Tahapan Proses Pengembangan Produk ................................................. 65

I. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ...................................... 67

J. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 69

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 71

B. Kredibilitas Data Penelitian .................................................................... 72

C. Analisis Data Penelitian ........................................................................... 73

D. Pasar Barter Di Tengah Pandemi Covid19 ............................................ 101

E. Rangkuman Hasil Penelitian .................................................................. 104

F. Aspek-Aspek Matematis Yang Memiliki Hubungan Dengan Pasar Barter

Wulandoni .............................................................................................. 117

G. Pengembangan Pasar Barter Wulandoni Ke Depannya ......................... 125

H. Implementasi Hasil Kajian Etnomatematika Terhadap Pasar Barter

Wulandoni Sebagai Masalah Matematika Dalam Pembelajaran

Matematika Di Sekolah .......................................................................... 136

I. Hasil Validasi Paket Pembelajaran Oleh Para Ahli ............................... 140

J. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 141

K. Refleksi .................................................................................................. 142

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 147

B. Saran ....................................................................................................... 152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xviii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 154

LAMPIRAN ......................................................................................................... 159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ........................................................................... 57

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ................................................................................... 70

Tabel 4.1 Hasil Wawancara tentang Makna Filosofis .......................................... 73

Tabel 4.2 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Counting ................ 78

Tabel 4.3 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Locating ................. 81

Tabel 4.4 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Measuring .............. 84

Tabel 4.5 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Designing .............. 88

Tabel 4.6 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Playing ................... 90

Tabel 4.7 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental Explaining ............. 91

Tabel 4.8 Hasil Wawancara tentang Pengembangan Pasar Barter ....................... 98

Tabel 4.9 Aspek Matematis ................................................................................. 119

Tabel 4.10 Aspek Matematis ............................................................................... 134

Tabel 4.11 Hasil Validasi RPP ............................................................................ 137

Tabel 4.12 Hasil Validasi LKK ........................................................................... 138

Tabel 4.13 Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Para Ahli ........................... 138

Tabel 5.1 Aspek Matematis ................................................................................. 148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pulau Lembata ................................................................................... 13

Gambar 2.2 Kecamatan Wulandoni ...................................................................... 14

Gambar 2.3 Pasar Barter Wulandoni .................................................................... 35

Gambar 4.1 Tempat yang Digunakan dalam Proses Barter Hanya Menggunakan

Karung ........................................................................................... 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Pedoman Wawancara ......... 160

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ...................................................................... 169

Lampiran 3 Transkrip Wawancara ...................................................................... 171

Lampiran 4 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Perangkat Pembalajaran ...... 203

Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran .................................................................. 218

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah sejak zaman dahulu kita tidak akan pernah terlepas dari pusat

kegiatan komersial yang disebut dengan pasar. Pada mulanya istilah pasar

dikaitkan dengan pengertian tempat pembeli dan penjual bersama-sama

melakukan pertukaran. Kemudian istilah pasar ini dikaitkan dengan

pengertian ekonomi yaitu pertemuan antara pembeli dan penjual. Pengertian

ini berkembang menjadi pertemuan atau hubungan antara permintaan dan

penawaran. Secara teoritis dalam ekonomi, pasar menggambarkan semua

pembeli dan penjual yang terlibat dalam transaksi aktual atau potensial

terhadap barang atau jasa yang ditawarkan.

Terbentuknya pasar dapat ditinjau dari sudut kebutuhan manusia

yang harus dipenuhi, untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Kebutuhan

manusia timbul dengan sendirinya, makin lama semakin berkembang sesuai

dengan makin berkembangnya alam pikiran manusia itu sendiri. Dengan kata

lain kebutuhan bukan sesuatu sengaja diciptakan, baik oleh orang itu sendiri

maupun oleh orang lain. Dengan makin bertambahnya kebutuhan manusia

maka makin bervariasi pula barang dan jasa yang diperlukan untuk

memuaskan kebutuhan tersebut. Bahkan satu kebutuhan secara utuh, baru

dapat terpuaskan oleh beberapa jenis barang atau jasa secara bersama-sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

2

Salah satu tempat yang dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah

pasar. Dalam pemenuhan setiap kebutuhan manusia, keberadaan pasar

merupakan salah satu hal yang sangat penting, karena dengan adanya pasar,

segala bentuk kegiatan yang berhubungan antara penjual dengan pembeli bisa

berjalan lebih efektif. Sejak dahulu kala hanya dikenal satu bentuk pasar

yakni pasar tradisonal. Tetapi sekarang akan ditemukan berbagai pasar

modern, seperti mini market, super market, alfamart, indomaret, dan lain-lain

yang sudah menjadi pilihan belanja di zaman modern ini khususnya bagi

masyarakat perkotaan (Hutabarat, 2009).

Sejarah pasar di awali pada zaman pra sejarah, di mana dalam

memenuhi kebutuhannya manusia melakukan barter. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) barter merupakan perdagangan dengan saling

bertukar barang. Sehingga barter dapat dikatakan suatu sistem yang

diterapkan antara dua individu dengan cara menukar barang yang satu dengan

barang yang lainnya. Sistem barter ini akhirnya berkembang secara luas dan

digunakan oleh masyarakat. Barter terjadi karena pada kenyataannya apa

yang diproduksi manusia sendiri tidak akan cukup untuk memenuhi

kebutuhannya. Sehingga untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat

diproduksi sendiri, haruslah mencari dari orang lain yang mau menukarkan

barangnya dengan barang yang dimiliki. Sehingga prinsip komplementer

tercapai dalam proses barter tersebut.

Pada era sekarang barter sudah jarang dijumpai karena adanya alat

tukar yang disebut dengan uang, baik itu uang secara tunai maupun non tunai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

3

Orang lebih suka menggunakan uang sebagai alat untuk membeli kebutuhan.

Hal itu mungkin dikarenakan era sekarang orang-orang sudah tidak memiliki

barang yang bisa ditukarkan untuk mendapatkan kebutuhannya dari orang

lain. Orang zaman sekarang jarang untuk memproduksi barang sendiri karena

waktu yang ada digunakan untuk mengumpulkan pundi-pundi uang yang

dapat digunakan untuk membeli kebutuhan. Namun, sampai sekarang

ternyata masih ada masyarakat yang menggunakan sistem barter dalam

kehidupan sehari-hari. Jika kita berbicara dunia, sistem barter masih dipakai

oleh nelayan di Venezuela yang menukar ikan tangkapannya dengan

kebutuhan obat-obatan, karena hiperinflasi di negaranya yang terjadi selama

beberapa tahun, sehingga membuat mata uang mereka tak berharga.

Hiperinflasi sendiri adalah inflasi yang tidak terkendali, kondisi ketika harga-

harga naik begitu cepat dan nilai uang menurun drastis (secara formal,

hiperinflasi terjadi jika tingkat inflasi lebih dari 50% dalam satu bulan). Ada

juga jaringan sistem barter di Yunani yang muncul pada saat negara itu

berada di tengah-tengah krisis finansial sekitar tahun 2011. Bagaimanapun,

bukan hanya perorangan yang melakukan barter, tetapi juga perusahaan-

perusahaan. Seperti produsen pesawat Indonesia, Industri Pesawat Terbang

Nusantara (IPTN) yang menukarkan dua pesawatnya dengan 110.000 ton

beras ketan dari Thailand pada tahun 1996. Di Venezuela, tidak hanya barang

saja yang dibarter, tenaga kerja juga. Negara itu mengirim minyak sebanyak

50.000 barel setiap hari ke Kuba. Sebagai gantinya, Kuba mengirimkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

4

dokter ahli, guru dan penasehat keuangan untuk bekerja di Venezuela.

(Niaga.Asia Media Ekonnomi dan Bisnis: 2019).

Di Indonesia juga banyak tempat masih menggunakan sistem barter.

Contoh yang mungkin paling diketahui publik yaitu Pasar Terapung Lok

Baintan yang berada di Kalimantan Selatan. Sistem barter terjadi saat seorang

pedagang membutuhkan suatu barang dan pedagang lain juga membutuhkan

barang tertentu. Nilai barang yang dibarter antarpedagang sama atau dianggap

sama. Ada juga sistem barter yang berlokasi di Desa Cikanyere, Kecamatan

Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat. Desa ini tergolong jauh dari perkotaan,

makanya sejumlah warga masih menerapkan sistem barter dalam

melangsungkan perekonomiannya. Tidak sedikit diantara warga yang saling

bertukar hasil bumi seperti pertanian hingga aneka jenis sembako. (Kaskus:

2017).

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri juga terdapat sistem barter,

yaitu Pasar Warloka yang tepatnya terdapat di Kabupaten Manggarai Barat,

Flores, serta Kabupaten Alor juga masih memiliki tradisi sistem barter dalam

aktivitas perdagangan antara warga perbatasan Alor dan Dili. Mereka

biasanya menggunakan perahu-perahu motor. Meski melintasi wilayah

berbeda, warga tak perlu menyertakan paspor sebagai identitas masuk ke

negara lain. (Kaskus: 2017).

Selain Pasar Warloka dan Kabupaten Alor dan Dili. Salah satu

masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang masih menggunakan

sistem barter adalah masyarakat Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

5

Flores, Nusa Tenggara Timur. Mereka sendiri juga memiliki pasar yang

khusus untuk kegiatan berbarter yang sudah berusia ratusan tahun lamanya.

Pasar barter ini dinamakan Pasar Barter Wulandoni. Sebelum adanya pasar

ini, masyarakat di kecamatan itu memang memenuhi kebutuhannya dengan

berbarter. Karena zaman dahulu belum ada alat tukar uang dan walaupun alat

tukar uang sudah ada atau legal di Indonesia saat itu, masyarakat Wulandoni

masih kesulitan mendapatkannya karena letak kecamatan yang berada di

daerah terpencil dan sulit dijangkau. Akses ke sana dari ibukota kabupaten

(Lewoleba) waktu dahulu kala hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.

Perjalanan ditempuh cukup jauh dan lama karena jarak dari Lewoleba ke

Kecamatan Wulandoni yang kira-kira berjarak 50 km. Jarak yang cukup jauh

itu membuat masyarakat jarang untuk melakukan transaksi jual beli

menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari situ

munculah Pasar Barter Wulandoni sebagai penghubung antara semua

masyarakat Kecamatan Wulandoni agar mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sehingga pasar barter ini sangat penting bagi kehidupan

masyarakat karena masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk

memenuhi kebutuhan makan mereka tetapi hanya dengan berbarter dari hasil

yang mereka sendiri hasilkan.

Pasar Barter Wulandoni merupakan salah satu budaya yang terdapat

di wilayah Kecamatan Wulandoni, selain budaya penangkapan ikan paus di

daerah Lamalera. Pasar ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu dan

masyarakat tetap menjaga warisan dari leluhur itu. Dalam keseharian barter di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

6

Pasar Barter Wulandoni secara tersurat tidak dikatakan bahwa pasar barter ini

menggunakan konsep matematika didalamnya. Tetapi Fathani (2009)

mengatakan bahwa “matematika itu penting, baik sebagai alat bantu berbagai

ilmu, sebagai pembentuk sikap maupun sebagai pembimbing pola pikir.

Sehingga dari teori ini disimpulkan bahwa matematika merupakan suatu

pelajaran yang hakikatnya selalu terhubung dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga dalam proses berbarter pun pastilah menggunakan matematika

didalamnya.

Menurut Bishop (1994), matematika merupakan suatu bentuk

budaya. Matematika sebagai bentuk budaya, sesungguhnya telah terintegrasi

pada seluruh aspek kehidupan masyarakat dimanapun berada. Dengan

demikian matematika seseorang dipengaruhi oleh latar budayanya, karena

yang mereka lakukan berdasarkan apa yang mereka lihat dan rasakan.

Sehingga teori ini juga menguatkan bahwa pada Pasar Barter Wulandoni

diterapkan matematika yang dilatarbelakangi oleh budaya yang ada di pasar

tersebut dan dalam budaya Pasar Barter Wulandoni sendiri dapat dilihat

terdiri dari aktivitas-aktivitas yang memiliki makna filosofisnya tersendiri.

Selain itu, sebenarnya banyak sekali segi pendidikan dalam matematika yang

dapat diperoleh dari proses Pasar Barter Wulandoni ini. Jika berbicara dari

sisi pendidikan, walaupun Pasar Barter Wulandoni ini sudah ada dari zaman

nenek moyang, tetapi pembelajaran di sekolah sampai saat ini masih belum

mengadaptasi kagiatan-kegiatan pada pasar barter yang dapat dikaitkan

dengan materi pembelajaran yang ada, khususnya aspek-aspek matematis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

7

dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan

suatu penelitian yang berjudul “Kajian Etnomatematika dalam Pasar Barter

Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur”. Yang

didalamnya termuat makna filosofis, aktvitas fundamental, aspek matematis,

pengembangan pasar, serta implementasi hasil kajian etnomatematika

terhadap Pasar Barter Kecamatan Wulandoni sebagai masalah matematika

dalam pembelajaran matematika di sekolah.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan masalahnya adalah sebagai

berikut:

1. Barang yang kita butuhkan tidak dapat diproduksi sendiri.

2. Harus mencari orang lain yang mau menukarkan barangnya dengan

barang yang dimiliki.

3. Barter sudah jarang dijumpai pada zaman sekarang. Hal ini mungkin

dikarenakan era sekarang orang-orang sudah tidak memiliki barang yang

bisa ditukarkan untuk mendapatkan kebutuhannya dari orang lain.

Zaman sekarang juga sudah ada uang yang dapat mempermudah kita

dalam memenuhi kebutuhan kita dengan membeli.

4. Akses transportasi menuju Kecamatan Wulandoni masih susah.

5. Secara tersurat tidak terdapat matematika dalam Pasar Barter

Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

8

6. Pasar Barter Wulandoni terdiri dari aktivitas-aktivitas yang memiliki

makna filosofis.

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Apa makna filosofis (nilai-nilai mendasar yang terkandung) Pasar Barter

Wulandoni bagi masyarakat atau kehidupan masyarakat?

2. Aktivitas-aktivitas fundamental matematis apa saja yang terdapat dalam

pasar barter tersebut?

3. Aspek-aspek matematis apa saja yang memiliki hubungan dengan pasar

barter tersebut?

4. Bagaimana pengembangan pasar berter ke depannya?

5. Bagaimana implementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar

Barter Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran

matematika di sekolah?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui makna filosofis Pasar Barter Wulandoni bagi masyarakat atau

kehidupan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

9

Makna filosofis disini berarti nilai-nilai apa yang terkandung di dalam

Pasar Barter Kecamatan Wulandoni bagi masyarakat atau kehidupan

masyarakat.

2. Mengetahui aktivitas-aktivitas fundamental matematis yang terdapat

dalam pasar barter tersebut.

Dalam etnomatematika, terdapat aktivitas “universal” yang dapat

dicirikan dalam aktivitas matematika. Aktivitas-aktivitas matematika

tersebut digolongkan atas enam bagian, yaitu: aktivitas membilang,

aktivitas mengukur, aktivitas membuat rancang bangun, aktivitas

menentukan lokasi, aktivitas bermain, dan aktivitas menjelaskan.

3. Mengetahui aspek-aspek matematis yang ada sehubungan dengan pasar

barter tersebut.

Aspek-aspek matematis yang sehubungan dengan pasar barter tersebut

adalah teori-teori yang ada dalam matematika yang secara tidak langsung

sebenarnya sudah digunakan masyarakat Kecamatan Wulandoni dalam

melakukan barter pada pasar barter tersebut.

4. Mengembangkan pasar barter ke depannya.

Pengembangan ini dimaksudkan agar pasar barter ini ke depannya bukan

hanya menjadi suatu warisan budaya bagi masyarakat Kecamatan

Wulandoni, tetapi bagi banyak orang, serta mungkin saja ke depannya

pasar barter ini dapat semakin maju dan berkembang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

10

5. Mengimplementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter

Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika

di sekolah.

Setelah mendapatkan aspek-aspek matematis yang terdapat dalam Pasar

Barter Wulandoni yang dijadikan sebagai masalah matematika,

selanjutnya dibuat perangkat pembelajaran matematika di sekolah yang

berguna bagi peserta didik.

E. PENJELASAN ISTILAH

Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam memahami hasil penelitian ini,

maka perlu diberikan batasan istilah.

1. Etnomatematika

Etnomatematika merupakan suatu studi mengenai keterkaitan matematika

dengan budaya yang berada pada sekelompok masyarakat tertentu dengan

tujuan matematika dapat digunakan oleh berbagai elemen masyarakat.

2. Kebudayaan masyarakat Kecamatan Wulandoni

Kebudayaan masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah kebiasaan,

perilaku, dan cara berpikir masyarakat untuk menopang kehidupan sehari-

harinya.

3. Pasar

Pasar adalah tempat terjadinya pertemuan antara penjual dan pembeli.

4. Barter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

11

Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa

perantaraan uang.

5. Pasar barter

Pasar barter adalah tempat terjadinya kegiatan transaksi tukar-menukar

barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6. Aktivitas fundamental matematis

Aktivitas fundamental matematis merupakan suatu aktivitas mendasar

atau fundamental yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan aktivitas

counting (menghitung), locating (menentukan lokasi), measuring

(mengukur), designing (merancang), playing (bermain), serta explaining

(menjelaskan). Aktivitas fundamental matematis tersebut dimaksudkan

untuk memberikan deskripsi singkat mengenai proses matematis yang

terdapat di dalam suatu proses pengolahan suatu obyek yang akan diteliti.

7. Pengembangan

Pengembangan adalah suatu proses, cara atau perbuatan mengembangkan.

Penelitian ini merupakan satu jenis penelitian yang tidak dimaksudkan

untuk menguji teori, tetapi untuk mengembangkan produk. Dalam

penelitian ini produk yang dikembangkan paket pembelajaran berbasis

etnomatematika.

8. Paket Pembelajaran

Paket pembelajaran merupakan suatu kumpulan dari perangkat- perangkat

pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengeksplorasi kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

12

F. MANFAAT PENELITIAN

Kegiatan penelitian hendaknya mempunyai manfaat tertentu sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai sehingga kegiatan penelitian ini bermanfaat bagi

peneliti serta pihak yang berkaitan dengan penelitian.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari pengembangan paket pembelajaran yang dibuat peneliti agar

dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang ingin

mengambil kajian etnomatematika yang terdapat dalam budaya Pasar

Barter Wulandoni khususnya keilmuan dalam bidang pendidikan

matematika pada jenjang sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti

sebagai calon guru untuk menjelaskan sebuah masalah nyata yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

matematika kepada siswa.

b. Bagi Guru

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk

menjelaskan sebuah masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari yang berkaitan dengan matematika kepada siswa.

c. Bagi Siswa

Dari penelitian ini, siswa diharapkan dapat memahami materi

matematika yang berkaitan dengan barter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MASYARAKAT KECAMATAN WULANDONI

Gambar 2.1 Pulau Lembata

Lembata adalah sebuah pulau kecil di ujung kepulauan Flores yang

dulunya disebut sebagai Pulau Lomblen. Pulau Lembata sebelumnya

termasuk dalam daftar pulau di Kabupaten Flores Timur, tetapi pada tahun

1998 Pulau Lembata menjadi kabupaten sendiri, yaitu Kabupaten Lembata.

Kabupaten Lembata terdiri dari sembilan kecamatan. Diantaranya Kecamatan

Nubatukan, Kecamatan Lebatukan, Kecamatan Atadei, Kecamatan Ile Ape,

Kecamatan Ile Ape Timur, Kecamatan Nagawutun, Kacamatan Buyasuri,

Kecamatan Omesuri, dan Kecamatan Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

14

Gambar 2.2 Kecamatan Wulandoni

Kecamatan Wulandoni terletak pada selatan Pulau Lembata dan Desa

Wulandoni sebagai ibu kota kecamatan. Desa ini merupakan satu dari 11 desa

dan kelurahan yang berada di Kecamatan Wulandoni. Kecamatan Wulandoni

berada di pantai selatan Pulau/Kabupaten Lembata. Pada Kecamatan

Wulandoni ini memiliki jumlah penduduknya yang sebagian besar bersuku

daerah Flores. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Wulandoni sebagian

besar adalah nelayan dan petani. Dimana yang menjadi nelayan adalah orang-

orang yang bermukim di daerah pesisir pantai dan yang menjadi petani adalah

orang-orang yang bermukim di daerah perbukitan/pegunungan.

Masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah masyarakat yang

menempati dan mendiami wilayah Kecamatan Wulandoni, di mana dalam

aktivitas sehari-harinya sangat erat kaitannya dengan berbagai budaya yang

ada disekitar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

15

B. KEBUDAYAAN

Menurut Koentjaraningrat (1980) kata kebudayaan berasal dari Bahasa

Sansekerta, yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi

(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal

manusia. Sedangkan kata budaya merupakan perkembangan majemuk dari

budi daya yang berarti daya dari budi sehingga dibedakan antara budaya yang

berarti daya dari budi yang merupakan cipta, karsa dan rasa, dengan

kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Selanjutnya

kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan dari hasil budi dan karya atau

dalam konteks lebih sempit dapat disebut sebagai kultur yang mempunyai

pengertian sebagai keseluruhan sistem gagasan atau tindakan. Dengan kata

lain “kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh

manusia karena gagasan, pemikiran, tindakan, maupun karyanya”.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.

Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu

yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki

oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-

Determinism. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan

oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-

benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan

hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan

untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

16

Menurut J.J.Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu

gagasan, aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan

ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya

yang sifatnya abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud

kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika

masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk

tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan,

dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut

dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas

manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul

dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan

adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

3. Artefak

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-

benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.

Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

17

kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu

tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:

wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan

(aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan memiliki beberapa elemen atau

komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

1. Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang

nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-

temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah

liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga

mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion

olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan

dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan

lagu atau tarian tradisional.

3. Lembaga Sosial

Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran banyak dalam

konteks berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem

sosial yang terbentuk dalam suatu negara akan menjadi dasar dan konsep

yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh di Indonesia pada

kota, dan desa di beberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

18

tinggi apalagi bekerja pada suatu instansi atau perusahaan. Tetapi di

kota–kota besar hal tersebut terbalik, wajar jika seorang wanita memiliki

karier.

4. Sistem Kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan, dan membangun sistem

kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu akan mempengaruhi sistem

penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem kepercayaan ini akan

mempengaruhi kebiasaan, pandangan hidup, cara makan, sampai dengan

cara berkomunikasi.

5. Estetika

Berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat,

drama, dan tari–tarian, yang berlaku, dan berkembang dalam masyarakat.

Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri.

Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran agar pesan yang

akan disampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di

beberapa wilayah, dan bersifat kedaerahan, setiap akan membangun

bangunan jenis apa saja harus meletakkan janur kuning, dan buah-buahan

sebagai simbol, dimana simbol tersebut memiliki arti berbeda di setiap

daerah. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang, mungkin, terlihat

masyarakatnya menggunakan cara tersebut.

6. Bahasa

Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk

setiap wilayah, bagian, dan negara memiliki perbedaan yang sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

19

kompleks. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen

komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan

kompleks yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut.

Jadi keunikan, dan kekompleksan bahasa ini harus dipelajari, dan

dipahami agar komunikasi lebih baik serta efektif dengan memperoleh

nilai empati dan simpati dari orang lain.

C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT KECAMATAN WULANDONI

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, maka

diperoleh pengertian mengenai kebudayaan merupakan suatu tingkat

pengetahuan yang berupa gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,

sehingga terciptalah kebiasaan atau tindakan yang dilakukan masyarakat

dalam kehidupan sehari-hari. Melalui definisi sebelumnya, maka

masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah masyarakat atau sekelompok

individu yang mendiami wilayah Kecamatan Wulandoni, Kabupaten

Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana dalam aktivitas sehari-

harinya sangat erat kaitannya dengan berbagai budaya yang ada disekitar.

Berdasarkan pengertian dari kebudayaan dan masyarakat

Kecamatan Wulandoni, maka kebudayaan masyarakat di Kecamatan

Wulandoni merupakan kebiasaan, perilaku, dan cara berpikir yang terdapat

pada masyarakat Kecamatan Wulandoni yang dilakukan untuk menopang

kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

20

D. ETNOMATEMATIKA

Etnomatematika diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang

matematikawan Brasil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut

D'Ambrosio adalah: secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai

sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya,

termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan simbol. Kata dasar

“mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan

melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi,

menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics“ berasal dari techne, dan

bermakna sama seperti teknik. Sedangkan secara istilah etnomatematika

diartikan sebagai: matematika yang dipraktekkan diantara kelompok

budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh,

anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional

(D’Ambrosio,1985). Dari definisi tersebut etnomatematika dapat diartikan

sebagai pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan hasil kebudayaan

yang ada di masyarakat, baik berupa artefak maupun kebiasaan adat

istiadat. Salah satu contoh pembelajaran berbasis etnotematika adalah

pembelajaran bangun ruang di Candi Prambanan.

D’Ambrosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya

etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda

dalam melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan

matematika akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor

masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang berbeda di mana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

21

budaya yang berbeda merundingkan praktek matematika mereka (cara

mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat,

bermain, dan lainnya). Dengan demikian, sebagai hasil dari sejarah budaya

matematika dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda dan berkembang

sesuai dengan perkembangan masyarakat pemakainya. Etnomatematika

menggunakan konsep matematika secra luas yang terkait dengan berbagai

aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung,

mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi,

dan lain sebagainya.

Menurut Suwarsono (2015), beberapa ide yang dikaji dalam

etnomatematika yaitu:

1. Lambang-lambang, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan

keterampilan-keterampilan matematis yang ada pada kelompok-

kelompok bangsa, suku ataupun kelompok masyarakat.

2. Perbedaan atau kesamaan dalam hal-hal yang bersifat matematis

antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat

lainnya dan faktor-faktor yang ada di belakang perbedaan atau

kesamaan tersebut.

3. Hal-hal yang menarik atau spesifik yang ada pada suatu kelompok

atau beberapa kelompok masyarakat tertentu, misalnya cara

berpikir, cara bersikap, cara berbahasa, dan sebagainya, yang ada

kaitannya dengan matematika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

22

4. Berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat yang ada kaitannya

dengan matematika, misalnya:

a. Literasi keuangan(financial literacy) dan kesadaran ekonomi

(economic awareness)

b. Keadilan sosial (social justice)

c. Kesadaran budaya (cultural awareness)

d. Demokrasi (democracy) dan kesadaran politik (political

awareness)

e. Hukum (law) yang berlaku di suatu daerah atau negara, dan

kaitannya dengan matematika

Suwarsono (2015) juga mengemukakan tujuan dari kajian etnomatematika

antara lain sebagai berikut:

1. Agar keterkaitan antara matematika dan budaya bisa lebih

dipahami, sehingga persepsi siswa dan masyarakat tentang

matematika menjadi lebih tepat, dan pembelajaran matematika bisa

lebih disesuaikan dengan konteks budaya siswa dan masyarakat,

dan matematika bisa lebih mudah dipahami karena tidak lagi

dipersepsikan sebagai sesuatu yang asing oleh siswa dan

masyarakat.

2. Agar aplikasi dan manfaat matematika bagi kehidupan siswa dan

masyarakat luas lebih dapat dioptimalkan, sehingga siswa dan

masyarakat memperoleh manfaat yang optimal dari kegiatan

belajar matematika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

23

Menurut Marsigit (2016:6-8) peran etnomatematika dalam

pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika selaras dengan

hakikat matematika sekolah.

Ebbutt dan Staker (1995) mendefinisikan metematika sekolah

sebagai suatu kegiatan penelusuran pola dan hubungan, intuisi dan

investigasi, komunikasi dan pemecahan masalah

a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan

memberi implikasi siswa:

1) memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan

penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan

hubungan matematika,

2) memperoleh kesempatan untuk melakukan percobaan

matematika dengan berbagai cara,

3) memperoleh kesempatan untuk menemukan adanya

urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan dalam

matematika,

4) memperoleh kesempatan unuk menarik kesimpulan

umum (membuktikan rumus),

5) memahami dan menemukan hubungan antara pengertian

matematika satu dengan yang lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

24

b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi

Pembelajaran metematika berbasis etnomatematika akan

memberi implikasi bagi siswa:

1) mempunyai inisiatif untuk mencari penyelesaian

persoalan matematika,

2) mempunyai rasa ingin tahu, keinginan bertanya,

kemampuan menyanggah dan kemampuan

memperkirakan,

3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal

bermanfaat,

4) berusaha menemukan struktur dan desain matematika,

5) menghargai penemuan siswa yang lainnya,

6) mencoba berpikir refleksif, yaitu mencari manfaat

matematika,

7) tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam

menyelesaikan matematika.

c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem

solving).

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika mempunyai

sifat-sifat:

1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang

merangsang timbulnya persoalan matematika,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

25

2) memberikan kesempatan kepada siswa memecahkan

persoalan matematika menggunakan caranya sendiri dan

juga bersama-sama,

3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan

informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan

matematika,

4) memberi kesempatam kepada siswa untuk melakukan

kegiatan berpikir logis, konsisten, sistematis dan

membuat catatan,

5) mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk

memcahkan persoalan matematika,

6) memberikan kesempatan menggunakan berbagai alat

peraga matematika seperti: jangka, kalkulator, penggaris,

busur derajat, dan sebagainya.

d. Matematika sebagai alat berkomunikasi.

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi

implikasi siswa:

1) berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika,

2) berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika

sendiri,

3) mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari

matematika,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

26

4) mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika

dengan teman lain,

5) mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika,

6) menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.

2. Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika selaras dengan

hakikat siswa belajar matematika.

Ebbut dan Straker (1995) memberikan pandangannya bahwa agar

potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, maka asumsi

dan implikasi berikut dapat dijadikan sebagai referensi:

a. Murid akan belajar jika mendapat motivasi.

Pembelajaran metematika berbasis etnomatematika memberi

manfaat:

1) menyediakan kegiatan yang menyenangkan,

2) memperhatikan keinginan mereka,

3) membangun pengertian melalui apa yang mereka ketahui,

4) menciptakan suasana kelas yang mendukung dan

merangsang belajar

5) memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran,

6) memberikan kegiatan yang menantang,

7) memberikan kegiatan yang memberikan harapan

keberhasilan,

8) menghargai setiap pencapaian siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

27

b. Cara belajar siswa bersifat unik

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi

kesempatan kepada guru untuk:

1) berusaha mengetahui kelebihan dan kekurangan para

siswanya,

2) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa,

3) membangun pengetahuan dan keterampilan siswa baik

yang dia peroleh di sekolah maupun di rumah,

4) merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa

(assessment).

c. Siswa belajar matematika melalui kerja sama.

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1) belajar dalam kelompok dapat melatih kerja sama,

2) belajar secara klasikal memberikan kesempatan untuk

saling bertukar gagasan,

3) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan

kegiatannya secara mandiri,

4) melibatkan siswa dalam pengembilan keputusan tentang

kegiatan yang akan dilakukannya.

d. Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda

dalam belajarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

28

Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika

memberikan sifat:

1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga,

2) belajar matematika di berbagai tempat dan kesempatan,

3) menggunakan matematika umtuk berbagai keperluan,

4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai

alat untuk memecahkan problematika baik di sekolah maupun

rumah,

5) menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam

pengembangan matematika,

6) membantu siswa merefleksikan kegiatan matematikanya.

E. AKTIVITAS FUNDAMENTAL MATEMATIS

Bishop (1988) mengidentifikasi enam kegiatan “universal” yang

dapat dicirikan sebagai kegiatan matematika. Selain itu, Bishop juga

menentukan untuk setiap kegiatan beberapa “konsep pengorganisasian”

yang harus memberikan “kerangka pengetahuan” untuk kurikulum

matematika. Keenam kegiatan dan “konsep pengorganisasian” yang

diidentifikasi oleh Bishop adalah sebagai berikut :

1. Counting (Mengasosiasi objek kedalam bilangan)

Aktivitas counting pada awal mulanya berkembang

dikarenakan adanya kebutuhan dari masyarakat untuk membuat

suatu catatan yang didasarkan pada harta dan benda yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

29

dimilikinya. Oleh karena itu, aktivitas ini awalnya untuk

membantu masyarakat dalam merepresentasikan suatu objek yang

dimilikinya dengan objek lain yang memiliki nilai yang sama.

Dalam aktivitas counting terdapat beberapa hal yang ada, yaitu

kuantifikasi/kuantor, nama-nama bilangan, penggunaan jari dan

bagian tubuh untuk menghitung, bilangan, nilai tempat, basis 10,

operasi bilangan, akurasi, pendekatan, kesalahan dalam

membilang, desimal, positif, negatif, besar tidak terhingga, kecil

tidak terhingga, limit, pola bilangan, pangkat, diagram panah,

representasi aljabar, probabilitas, representasi frekuensi.

Aktivitas mengukur berkaitan dengan pertanyaan “berapa”.

Pada etnomatematika akan sangat sering ditemui alat ukur

tradisional seperti potongan bambu dan ranting pohon.

Namun, umumnya masyarakat tradisional menggunakan

tangannya sebagai alat ukur paling praktis dan efektif.

2. Locating (Topografi dan kartografi/spasial)

Aktivitas locating awalnya untuk membantu masyarakat

dalam menentukan lokasi berburu yang cocok, menentukan arah

dengan menggunakan kompas pada saat melakukan perjalanan,

serta dengan menentukan lokasi yang didasarkan pada objek benda

langit. Dalam aktivitas locating terdapat beberapa hal, yaitu

preposisi (misalnya letaknya di luar atau di dalam) dalam hal ini

bisa dalam bentuk titik maksimum, titik minimum, deskripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

30

rute/lintasan, lokasi lingkungan, arah mata angin, atas/bawah,

depan/belakang, jarak, garis lurus/garis lengkung, sudut sebagai

penanda perputaran, sistem lokasi, koordinat kutub, koordinat

2D/3D, pemetaan, lintang/bujur, tempat kedudukan (lokus),

penghubungan, lingkaran, elips, spiral.

Banyak konsep dasar geometri yang diawali dengan

menentukan lokasi yang digunakan untuk rute perjalanan,

menentukan arah tujuan atau jalan pulang dengan tepat dan cepat.

Penentuan lokasi berfungsi untuk menentukan titik daerah tertentu.

Umumnya masyarakat tradisional menggunakan batas alam

sebagai batas lahan, penggunaan tanaman tahunan masih sering

digunakan sebagai batas lahan.

3. Measuring (Membandingkan, memprediksikan, dan perhitungan

kualitas)

Aktivitas measuring pada awalnya untuk membandingkan

suatu objek dengan objek lainnya yang dilakukan oleh masyarakat

untuk menentukan suatu berat, volume, kecepatan, waktu, serta

hal-hal lainnya. Dalam aktivitas measuring terdapat beberapa hal,

yaitu pembanding kuantitas (misalnya lebih cepat atau lebih

kurus/lebih tipis), mengurutkan, kualitas, pengembangan dari

satuan, keakuratan satuan, estimasi, waktu, volume, area,

temperatur, berat, satuan konvensional, satuan standar, sistem

satuan, uang, satuan majemuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

31

4. Designing (Pengonsepan artefak/ide – ide tentang bentuk)

Aktivitas ini pada awalnya untuk melihat bentuk dari

keanekaragaman bentuk suatu objek yang berupa gedung atau untuk

melihat pola-pola yang berkembang dalam berbagai tempat yang

ada. Dalam aktivitas designing ada beberapa hal, yaitu rancangan,

abstraksi, bentuk (geometris), bentuk secara umum,

estetika/keindahan, objek yang dibandingkan berdasarkan

bentuknya yang besar maupun kecil, kesebangunan, kekongruenan,

sifat-sifat dari bangun, bentuk geometri yang umum, jaringan,

gambar dan benda, permukaan, pengubinan, simetri, proporsi,

perbandingan, pembesaran dengan skala, kekauan dari suatu benda.

Gagasan lain dari Etnomatematika yang bersifat universal

dan penting adalah kegiatan membuat rancang bangun yang telah

diterapkan oleh semua jenis budaya yang ada. Jika kegiatan

menentukan letak berhubungan dengan posisi dan orientasi

seseorang didalam lingkungan alam, maka kegiatan merancang

bangun berhubungan dengan semua benda-benda pabrik dan

perkakas yang dihasilkan budaya untuk keperluan rumah tinggal,

perdagangan, perhiasan, peperangan, permainan, dan tujuan

keagamaan.

5. Playing (Prosedur dan aturan)

Awalnya aktivitas ini untuk melihat suatu keanekaragaman

yang terdapat pada permainan anak-anak yang berupa aspek-aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

32

matematis seperti bentuk bangun datar, sehingga melalui proses

pengamatan tersebut maka anak-anak diajak untuk berpikir lebih

kritis mengenai objek-objek yang membangun permainan tersebut.

Dalam aktivitas playing ada beberapa hal, yaitu puzzle,

memodelkan, aktivitas yang didasarkan pada aturan, paradoks,

prosedur, permainan, permainan berkelompok, permainan secara

sendiri, strategi, pilihan, prediksi, penentuan hipotesis misalnya

peluang.

Aktivitas bermain yang dipelajari dalam etnomatematika

adalah kegiatan yang menyenangkan dengan alur yang

mempunyai pola tertentu serta mempunyai alat dan bahan yang

mempunyai keterkaitan dengan matematika.

6. Explaining (berkaitan dengan aspek kognitif dalam

konseptualisasi dan penjelasan tentang konsep tersebut)

Awalnya aktivitas ini untuk membantu masyarakat dalam

menganalisis pola grafik, diagram, maupun hal lainnya yang

memberikan suatu arahan untuk menuntun masyarakat dalam

mengolah suatu representasi yang diwujudkan oleh keadaan yang

ada. Dalam aktivitas explaining ada beberapa hal, yaitu kesamaan

dalam bentuk benda-benda, klasifikasi, klasifikasi yang

didasarkan pada hierarki, penjelasan cerita, kata-kata penghubung

dalam logika (misalnya dan, atau, serta yang lainnya),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

33

eksplanasi/penjelasan, penjelasan dengan simbol-simbol, diagram,

matriks, pemodelan matematika.

F. BARTER

1. Sejarah Barter

Sistem barter adalah salah satu bentuk awal perdagangan

manusia di muka bumi. Sistem ini memfasilitasi pertukaran barang

yang satu dengan barang yang lain. Sistem barter dipraktekkan karena

saat itu manusia belum menemukan uang.

Sejarah sistem barter dapat ditelusuri kembali hingga tahun

6000 SM. Sistem barter pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh

suku Mesopatania. Kemudian sistem barter diadopsi oleh orang

Fenesia yang menukarkan barang mereka dengan masyarakat kota

lain. Sebuah sistem yang lebih baik dari barter dikenalkan kepada

dunia oleh orang Babilonia. Berbagai barang telah digunakan untuk

standar atau patokan sistem barter. Misal tengkorak manusia, tetapi

barang yang paling popular dan sering digunakan adalah garam.

2. Pengertian Barter

Barter adalah kegiatan tukar menukar tanpa adanya perantara

uang atau alat bayar lainnya. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa

menghasilkan semua barang yang dibutuhkan. Maka dari itu manusia

melakukan sistem barter, untuk memperoleh barang yang mereka

butuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

34

Barter juga bisa diartikan sebagai tukar menukar barang satu

dengan barang yang lain. Pada masa itu juga telah ditetapkan barang

yang selalu digunakan untuk barter. Kelemahan barter adalah sulitnya

dalam memcari orang yang saling membutuhkan barang dalam satu

waktu. Karena dianggap menyulitkan dan mempunyai banyak

kelemahan. Hal ini mendorong manusia untuk berpikir dan membuat

sistem yang lebih baik dari barter untuk memudahkan perdagangan

dengan cara menetapkan standar barang yang digunakan untuk barter.

Setelah manusia berhasil menemukan uang sebagai alat

pembayaran utama. Sistem barter tidak lagi digunakan di masyarakat

umum. Akan tetapi ada sebagian orang teguh pendirian yang tetap

menggunakan sistem ini, walaupun jumlahnya sangat kecil.

3. Syarat-Syarat Barter

Syarat-syarat agar terjadinya proses barter:

a. Orang yang akan melakukan pertukaran harus memiliki barang

untuk ditukarkan.

b. Orang yang akan melakukan pertukaran harus saling

membutuhkan barang yang akan ditukarkan, dan harus dilakukan

pada waktu yang sama.

c. Barang yang ditukarkan harus memiliki nilai yang sama, minimal

mendekati kesamaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

35

G. SEJARAH PASAR BARTER WULANDONI

Gambar 2.3 Pasar Barter Wulandoni

Wulandoni merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Lembata,

Nusa Tenggara Timur yang terbentuk pada tanggal 12 Oktober 1999.

Sesuai dengan letak geografis, Kecamatan Wulandoni merupakan daerah

yang beriklim tropis, dimana musim kemarau yang sangat panjang dengan

rata-rata 8-9 bulan dan musim hujan yang relatif singkat dengan rata-rata

3-4 bulan. Wilayah Kecamatan Wulandoni juga didominasi oleh wilayah

perbukitan dengan topografi curam dan sangat curam dengan sedikit

dataran rendah pada daerah permukiman.

Pasar Barter Wulandoni diperkirakan dimulai pada awal abad 19.

Dikisahkan bahwa pada suatu hari nelayan menangkap seekor paus yang

kemudian membawanya hingga ke Tanjung Delaki di Pantar. Karena

pencarian berhari-hari di perairan Lamalera tak menemukan perahu yang

naas itu, disimpulkan bahwa nelayan bersama semua awaknya tewas. Oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

36

sebab itu diselenggarakan ritual orang mati. Ternyata nelayan dan seluruh

awaknya selamat, dan kembali ke Lamalera dengan membawa paus yang

ditangkap itu. Di Wulandoni mereka singgah karena logistik habis.

Nelayan tersebut meminta orang-orang Lewuka untuk membawa

makanan, yang dibalas dengan memberikan paus. Untuk menandai

persahabatan itu nelayan Lamalera dan pihak Lewuka melakukan mula

baja (sumpah mendirikan pasar barter) di Wulandoni. Itulah awal

berdirinya pasar barter Wulandoni. Ketika mendengar bahwa mereka

semua telah dinyatakan “secara adat” tewas, nelayan mengirim utusan ke

Lamalera untuk mengabarkan bahwa semua mereka selamat dan sedang di

Wulandoni dalam perjalanan pulang. Sebagai bukti, para utusan itu

membawa daging ikan paus. Dengan bukti itu orang-orang di Lamalera

yakin akan berita itu. Setelah dilakukan ritual adat di Lamalera, nelayan

berserta seluruh awaknya dibolehkan masuk Lamalera. Peristiwa

berdirinya pasar barter Wulandoni melalui sumpah adat itu hingga hari ini

menjadi bagian perayaan dan ritual.

Selain itu, dari keterangan masyarakat lainnya didapatkan bahwa

sejarah Pasar Barter Wulandoni itu bermula di sebuah kapal. Di kapal

tersebut terdapat orang gunung dan orang pesisir pantai yang membawa

hasil mereka masing-masing. Saat itu orang dari pesisir pantai mulai

menawarkan barangnya untuk ditukarkan dengan barang hasil pertanian

dari orang gunung. Mereka membutuhkan itu untuk kehidupan makan

mereka sehari-hari. Hal ini dikarenakan daerah mereka tidak bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

37

digunakan untuk menanam pertanian karena tanahnya yang tidak gembur.

Orang pertanian setuju menukarkan barang mereka. dengan kata lain

mereka mulai berbarter di situ. Dari yang awalnya di kapal, lambat laun

barter tidak hanya dilakukan di kapal, tetapi juga di daerah gunung.

Karena orang pesisir pantai mulai mendatangi masyarakat daerah gunung

untuk berbarter. Karena banyaknya orang yang berbarter akhirnya terjadi

perembukan antara masyarakat Lewuka (yang mewakili daerah gunung)

dan masyarakat Lamalera (yang mewakili daerah pesisir pantai). Sehingga

diperoleh hasil tempat terjadinya barter di desa Wulandoni. Hal ini melihat

posisi Wulandoni yang berada di tengah, jaraknya antara Lewuka-

Wulandoni dan Lamalera-Wulandoni hampir sama.

Salah satu hal sehingga adanya pasar barter di Wulandoni karena

adanya wujud rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan saling membantu

antara masyarakat pesisir pantai dengan masyarakat pegunungan yang

karena perbedaan kondisi geografis menyebabkan ketergantungan

terhadap kebutuhan yang lain. Hal ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan Blikololong (2010), bahwa barter di Wulandoni, kepulauan

Solor, bahkan Alor dan Pantar terjadi antara penduduk pesisir dan

pedalaman untuk keperluan subsistensi, sebagian besar berupa pertukaran

hasil laut dan hasil kebun. Dengan kondisi yang berbeda, daerah pesisir

dan pedalaman tidak menghasilkan barang yang bersifat kompetitif

melainkan komplementer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

38

Dilihat dari segi ekonomi, pastilah telah diketahui bahwa Pasar

Barter Wulandoni memiliki peranan yang sangat besar bagi masyarakat

Kecamatan Wulandoni. Di mana masyarakat mendapatkan kebutuhan

makanan sehari-hari dari pasar tersebut. Seperti dijabarkan diatas, hal ini

karena perbedaan kondisi geografis menyebabkan ketergantungan

terhadap kebutuhan yang lain. Sehingga dengan kondisi yang berbeda

tersebut, daerah pesisir dan pedalaman tidak menghasilkan barang yang

bersifat kompetitif melainkan komplementer.

Dilihat dari segi budaya, dewasa ini pasar Wulandoni tercatat

sebagai pasar barter terbesar di Lembata. Penduduk dari hampir sebagian

besar wilayah pantai selatan Lembata datang ke pasar ini. Sejak menjadi

ibu kota Kecamatan Wulandoni, pasar itu semakin ramai, beraneka warna,

tanpa meninggalkan kekhasannya sebagai pasar barter tradisional. Pernah

ada usaha untuk mengubahnya menjadi pasar inpres, tetapi masyarakat

Lamalera dan pedalaman menolak rencana itu karena menganggap pasar

itu sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan.

Dari segi pendidikan, pasar barter ini banyak sekali yang dapat

dijadikan bahan pembelajaran kontekstual. Baik dari sisi ilmu matematika

maupun ilmu lainnya. Hanya saja belum ditemukan buku-buku

pembelajaran yang menggunakan Pasar Barter Wulandoni sebagai bahan

pembelajaran didalamnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

39

H. MAKNA FILOSOFIS (NILAI-NILAI MENDASAR)

Menurut Suwarsono (2020), makna filosofis atau nilai mendasar adalah

nilai yang dianggap baik oleh kehidupan masyarakat sehingga kehidupan

masyarakat tersebut bisa eksis di masa mendatang. Terdapat tujuh nilai

mendasar yang disebutkan Suwarsono (2020), sebagai berikut:

1. Nilai religius: seberapa jauh kebudayaan itu bisa terkandung untuk

menyembah Tuhan.

2. Nilai tradisi: hal baik, baik antara kesinambungan generasi terdahulu

dan masa kini (nilai adat istiadat).

3. Nilai budaya (peradaban): seberapa jauh aktivitas budaya itu

mencerminkan/mempromosikan budaya/peradaban yang

mempromosikan kemajuan.

4. Nilai keberagaman (multikultural): seberapa jauh aktivitas

mempromosikan keberagaman.

5. Nilai gotong-royong/kebersamaan: semangat yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa

mengharap balasan untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama

demi kepentingan bersama atau individu tertentu.

6. Nilai sosial/relasi sosial: keberadaan pasar barter sudah berfungsi

secara sosial di kalangan masyarakat (mendukung persahabatan dan

hubungan baik antar warga, dan sebagainya).

7. Nilai keadilan: nilai-nilai yang berkaitan dengan hak, kewajiban

yang harus adil dan terukur sama rata antar seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

40

I. TAHAPAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK

Pengembangan produk baru bukan merupakan hal yang mudah bagi

yang menjalankannya. Proses pengembangan suatu produk untuk mereka

yang menjalankannya juga pasti berbeda, tergantung pada tahapan

pengembangan yang digunakan. Terdapat delapan tahap yang harus dilalui

dalam pengembangan produk menurut Tjiptono (2008):

1. Analisis Kebutuhan Pelanggan

Kebutuhan konsumen merupakan titik pendahuluan untuk

pengembangan produk, baik untuk produk pasar domestik ataupun

global. Produk-produk baru merangsang pasar untuk mencapai sasaran

unit bisnis dan korporat. Untuk menentukan lingkup produk baru yang

akan dipertimbangkan, manajemen sering merumuskan garis-garis

besar perencanaan produk baru. Keputusan ini menjadi garis-garis

besar penting untuk proses perencanaan produk baru. Analisis

kepuasaan pelanggan menentukan peluang untuk produk dan proses

baru.

2. Pemunculan Gagasan

Pencarian macam-macam gagasan yang menjanjikan merupakan titik

pangkal dalam proses pengembangan produk baru. Penggalian gagasan

terentang mulai dari perbaikan tambahan atas produk yang ada

sekarang sampai ke produk yang sama sekali baru bagi dunia.

Beraneka gagasan produk berasal dari banyak sumber. Membatasi

pencarian gagasan-gagasan produk baru hanya pada aktivitas litbang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

41

interval merupakan pendekatan yang sangat sempit. Sumber gagasan

produk baru meliputi para personalia perusahaan, pelanggan, pesaing,

investor luar, akusisi dan anggota saluran.

3. Penyaringan Ide dan Evaluasi

Pengevaluasian ide-ide baru merupakan bagian penting dari

perencanaan produk baru. Produk yang berhasil adalah produk yang

memuaskan kriteria manajemen untuk keberhasilan komersial.

Manajeman memerlukan suatu prosedur penyaringan dan evaluasi

yang akan menghapus ide-ide yang tidak akan menjanjikan sesegera

mungkin. Tujuannya adalah untuk mengeliminasi ide-ide yang paling

tidak menjanjikan sebelum terlalu banyak waktu dan dana yang

dikucurkan kedalamnya.

4. Analisis Bisnis

Analisis bisnis mengestimasi kinerja komersial produk yang diusulkan.

Perolehan suatu proyeksi finansial yang akurat tergantung pada mutu

ramalan pendapatan dan biaya. Analisis bisnis normalnya dipecahkan

pada beberapa tahap dan proses perencanaan produk baru. Setelah

manajemen memutuskan konsep produk dan strategi pemasarannya,

manajemen dapat mengevaluasi daya tarik bisnis proposal tersebut.

Untuk memperkirakan penjualan, perusahaan dapat melihat angka

penjualan historis produk sejenis dan melakukan survei untuk

mengetahui opini pasar. Perusahaan tersebut dapat memperkirakan

penjualan minimum dan maksimum untuk memperkirakan jangkauan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

42

risiko. Setelah mempersiapkan ramalan penjualan, manajemen dapat

memperkirakan biaya dan laba yang diharapkan dari produk tersebut,

yang memasukkan biaya-biaya pemasaran, penelitian, pengembangan,

akuntansi, dan keuangan.

5. Pengembangan Strategi Pemasaran

Tujuan pengembangan strategi pemasaran adalah penyempurnaan

rencana lebih lanjut pada tahap-tahap berikutnya yaitu bagaimana

strategi pemasaran untuk mengenalkan produk baru ke pasar. Dalam

tahap ini perusahaan melakukan pengembangan rencana strategi,

dimana strategi pemasaran lebih dulu mengalami penyaringan. Dalam

melakukan pengembangan strategi pemasaran ada 3 bagian pokok,

yaitu:

a. Menjelaskan ukuran struktur, perilaku pasar sasaran, posisi

produk yang direncanakan, penjualan, pangsa pasar, dan laba

yang diinginkan dari lima tahun pertama.

b. Menggambarkan harga, strategi distribusi, dan anggaran

perusahaan yang di rencanakan untuk produk tersebut dalam

tahun pertama.

c. Menjelaskan jumlah penjualan, sasaran laba, dan strategi

pemasaran selanjutnya.

6. Pengembangan Produk

Setelah berhasil merampungkan tahap analisis bisnis, perencanaan

produk bergerak menuju tahap pengembangan dan pengujian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

43

(development and testing). Pengembangan dan pengujian berkenaan

dengan pembuatan karakteristik fisik barang dan jasa baru yang dapat

diterima bagi para pelanggan. Tujuannya adalah mengkonversikan

gagasan ke dalam produk aktual yang aman, memberikan manfaat bagi

para pelanggan, dan dapat diproduksi secara ekonomis oleh

perusahaan.

7. Pengujian Produk dan Pasar

Pada tahapan ini, pengujian produk merupakan kelanjutan dari tahapan

pengembangan produk. Tahapan-tahapan pengujian produk

diantaranya:

a. Pengujian tentang konsep produk.

b. Pengujian desain produk.

c. Pengujian kesukaan konsumen terhadap produk.

d. Pengujian laboratorium terhadap produk.

e. Pengujian operasi pabrik dan tes penggunaan produk. Setelah

manajemen perusahaan merasa puas dengan produknya (setelah

melakukan perubahan) maka untuk lebih lanjut adalah pengujian

pada tujuannya yaitu untuk mengetahui reaksi konsumen.

8. Komersialisasi

Pada tahapan ini, semua fasilitas sudah disiapkan sedemikian rupa,

baik fasilitas produksi maupun pemasarannya. Perusahaan yang sudah

memasuki tahapan ini, harus sudah mempersiapkan strategi penetapan

harga dan keuntungan yang diharapkannya. Di dalam tahapan ini,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

44

perusahaan sudah melaksanakan riset pemasaran terlebih dahulu,

terutama yang menyangkut kebutuhan, keinginan, selera, kepuasan

para konsumen yang akan dituju.

J. PAKET PEMBELAJARAN

Paket pembelajaran adalah suatu kumpulan dari perangkat-perangkat

pembelajaran yang membantu pendidik dalam mengeksplorasi kegiatan

atau aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran. Sedangkan

perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk

melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik

melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi

pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,

laboratorium, atau di luar kelas. Adapun macam-macam perangkat

pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Silabus

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan

Menengah menjelaskan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan

kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan

Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menegah sesuai dengan

pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

45

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan

pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran

peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap

pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara

lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat

disusun dengan bersifat panduan tertutup yang dapat dikerjakan siswa,

sesuai dengan tuntunan yang ada, atau dapat juga LKS yang bersifat

semi terbuka. LKS model ini memberi peluang bagi siswa untuk

mengembangkan kreativitasnya, walaupun masih ada peranan guru

dalam memberikan arahan.

4. Buku atau Modul

Buku atau modul dapat diartikan sebagai materi pelajaran yang disusun

dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya

diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

46

sebuah buku atau modul adalah sebagai bahan belajar dimana

pembacanya dapat belajar mandiri.

5. Media Pembelajaran

Menurut Heinich (1993) dalam buku Media Pembelajaran yang ditulis

Rudi Susilana dan Cepi Riaya menyebutkan media merupakan alat

saluran komunikasi. Media berasal dari Bahasa Latin dan merupakan

bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti

“perantara” sumber pesan dengan penerima pesan. Heinich

mencontohkan media seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak,

komputer dan instruktur. Dari contoh media tersebut bisa diartikan

sebagai media pembelajaran jika membawa pesan-pesan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran.

6. Instrumen Penilaian (Evaluasi)

Instrumen penilaian mempunyai tujuan untuk mengumpulkan

informasi tentang kemajuan yang dialami oleh peserta didik dalam

proses pembelajaran yang telah diikutinya.

Dari penjelasan diatas, maka peneliti menjadikan perangkat-

perangkat pembelajaran tersebut untuk disusun sebagai suatu paket

pembelajaran yang berdasarkan pada budaya Pasar Barter Wulandoni.

Dalam pengembangan tersebut digunakan model pengembangan

Plomp sebagai dasar atau acuan dalam proses pembuatannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

47

K. MODEL PENGEMBANGAN PLOMP

Model pengembangan Plomp terdiri dari beberapa fase pengembangan.

Berikut adalah fase dalam model pengembangan Plomp:

1. Fase Investigasi Awal (Preliminary Investigation/Preliminary

Research)

Pada tahap pertama dalam penelitian pengembangan yang dirancang

oleh Plomp, maka tahap Preliminary Research merupakan penelitian

pendahuluan yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan dan

untuk menganalisis konteks yang terkait, dapat juga berupa tinjauan

literatur, serta dapat berupa pengembangan kerangka konseptual atau

teoritis untuk penelitian. Pada tahap ini, maka peneliti mengumpulkan

data-data atau informasi yang terdapat di lapangan, kemudian

mengidentifikasi permasalahan tersebut. Pengumpulan data ini

dimaksudkan agar memperkuat latar belakang masalah, tujuan

penelitian, serta manfaatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

2. Fase Desain (Design)

Plomp juga menjelaskan beberapa tahap penelitian pengembangan

atau tahap prototyping merupakan tahap dari desain iteratif yang

terdiri dari iterasi yang dijadikan penelitian dalam jumlah kecil dan

evaluasi formatif sebagai kegiatan penelitian penting dengan tujuan

untuk meningkatkan dan menyempurnakan fase intervensi. Pada tahap

ini, maka peneliti melakukan proses mendesain paket pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

48

secara lengkap. Untuk mendesain sebuah paket pembelajaran, maka

yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu mendesain materi

pembelajaran yang hendak dibahas, kemudian langkah selanjutnya

adalah menyusun konsep paket yang akan dibuat dalam bentuk

dokumen teks dengan penulisan yang bersifat naratif untuk

mengungkapkan tujuan proyek pengembangan paket.

3. Fase Realisasi/Konstruksi (Realization/construction)

Dalam fase ini, maka membuat rencana kerja dalam bentuk desain

yang lebih spesifik, sehingga akan terbentuk suatu desain

pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Dalam fase ini, maka dapat dihasilkan suatu produk kurikulum

maupun desain pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam

pembelajaran.

4. Fase Tes, Evaluasi, dan Rlevisi (Test, Evaluation, and Revision)

Plomp juga menjelaskan tentang cara untuk mengevaluasi dan menilai

paket dari hasil pengembangan. Dalam tahap evaluasi, maka

digunakan untuk menyimpulkan apakah hasil tersebut memenuhi

spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya. Tahap ini merangkum

beberapa rekomendasi untuk perbaikan produk. Pada tahap ini, maka

dilakukan validasi oleh ahli produk dan ahli materi. Validasi

diperlukan untuk menilai apakah rancangan produk yang telah

dihasilkan sudah sesuai dan layak atau belum. Kegiatan validasi

desain dilakukan dengan meminta dosen, serta ahli di bidang produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

49

yang sedang dikaji untuk disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah

dibuat. Kegiatan yang dilakukan pada tahap validasi yaitu sebagai

berikut:

a. Meminta pertimbangan ahli dan praktisi tentang kelayakan

digunakannya paket pembelajaran yang telah dibuat. Untuk tahap

ini, maka diperlukan instrumen berupa lembar validasi dan paket

pembelajaran yang kemudian diserahkan kepada validator.

b. Melakukan proses analisis terhadap hasil validasi yang telah

diserahkan oleh validator. Berikut adalah beberapa pertimbangan

analisis yang digunakan:

1) Validasi tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya jika

memungkinkan adalah uji coba lapangan.

2) Validasi dengan sedikit revisi, maka kegiatan selanjutnya

adalah melakukan proses revisi kemudian dilakukan uji coba

lapangan jika memungkinkan.

3) Tidak valid, maka dilakukan revisi sehingga akan dibuat

prototype yang baru kemudian dilakukan validasi kembali.

Proses validasi akan dilakukan secara berulang agar diperoleh

paket pembelajaran yang sesuai.

5. Fase Implementasi (Implementation)

Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis,

dan efektif, maka produk dapat diimplementasikan untuk wilayah

yang lebih luas. Dengan kata lain, produk pengembangan yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

50

dihasilkan pada fase sebelumnya akan diimplementasikan dalam

ruang lingkup yang lebih besar.

L. KERANGKA BERPIKIR

Indonesia terdiri dari berbagai pulau yang menghadirkan berbagai

macam budaya didalamnya. Budaya terdiri dari budaya yang bersifat fisik

maupun nonfisik. Yang bersifat fisik misalnya seperti benda-benda

peninggalan, bangunan-bangunan, dan lain sebagainya, sedangkan yang

bersifat nonfisik misalnya seperti kebiasaan, tarian, dan lain sebagainya.

Kebiasaan yang sudah secara turun temurun diwariskan dalam kehidupan

masyarakat akhirnya menjadi suatu kebudayaan yang ada. Oleh sebab itu,

setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaannya masing-masing.

Kebudayaan yang ada di Indonesia salah satunya adalah pasar

barter. Pada era saat ini, mungkin kita sudah sangat jarang mendapati pasar

yang menggunakan barter sebagai bentuk transaksi pasar. Tetapi di

wilayah Timur Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Kabupaten Lembata, tepatnya pada Kecamatan Wulandoni, pasar barter

menjadi suatu warisan budaya yang masih eksis sampai saat ini. Pasar

barter tersebut adalah Pasar Barter Wulandoni. Peneliti mengumpulkan

data dengan wawancara.

Informasi yang telah didapat mengenai Pasar Barter Wulandoni

dari hasil wawancara dengan masyarakat daerah Wulandoni yang terlibat

langsung dan referensi yang ada akan diolah sehingga didapat makna-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

51

makna filosofis, akitivitas-aktivitas fundamental, serta pengembangan

pasar kedepannya. Kemudian dari aktivitas-aktivitas fundamental yang

didapatkan tersebut diperoleh aspek-aspek matematis yang terdapat

didalamnya. Selanjutnya, dilakukan implementasi hasil kajian

etnomatematika terhadap Pasar Barter Wulandoni sebagai masalah

matematika dalam pembelajaran matematika di sekolah. Pada penelitian

ini penerapannya dilakukan di sekolah dasar karna di wilayah tersebut

hanya memiliki sekolah dasar.

Budaya Pasar Barter

Wulandoni

Aspek-Aspek Matematis

Aktivitas Fundamental Matematis

Makna Filosofis

Pengembangan Pasar Kedepan

Implementasi Pembelajaran

Matematika

Hasil Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2009:6) penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami subjek penelitian (misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan sebagainya) secara holistik, pada konteks tertentu yang

alamiah, dan dengan memanfaatkan metode alamiah dimana hal-hal tersebut

dideskripsikan dalam bentuk kata-kata. Sedikit berbeda dengan Moleong,

Sugiyono (2014:1) memandang bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang

alamiah dimana instrumen kunci dari penelitian adalah peneliti sendiri, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif,

dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dalam penelitian ini digunakan dua tahapan penelitian. Tahap

pertama dalam penelitian ini merupakan tahap penelitian yang telah dibahas

diatas, yaitu jenis penelitian kualitatif. Di mana ingin mengetahui tentang

makna filosofis yang terkandung pada Pasar Barter Wulandoni bagi

masyarakat di mana pasar barter tersebut merupakan bagian dalam kehidupan

perekonomian masyarakat sekitar Kecamatan Wulandoni, keberadaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

53

aktivitas fundamental matematis pada Pasar Barter Wulandoni, aspek-aspek

matematis yang memiliki hubungan dengan Pasar Barter Wulandoni, serta

pengembangan Pasar Barter Wulandoni ke depannya.

Selanjutnya, tahap kedua dalam penelitian ini adalah penelitian yang

didasarkan pada pengembangan, di mana dalam tahap ini akan dihasilkan

suatu produk. Dalam tahap pengembangan ini, peneliti menggunakan model

pengembangan Plomp, yang terdiri dari lima fase: Investigasi Awal

(Preliminary Research), Desain Pembelajaran (Design), Realisasi/Konstruksi

(Realization/Construction), Tes, Evaluasi, dan Revisi Desain Pembelajaran

(Test, Evaluation, and Revision), Implementasi (Implemenntation).

B. SETTING PENELITIAN

Setting penelitian dibagi menjadi empat bagian yaitu subyek, objek,

tempat, dan waktu penelitian.

1. Narasumber Penelitian

Narasumber penelitian adalah masyarakat Wulandoni yang

melakukan proses barter di Pasar Barter Wulandoni. Narasumber

yang diambil dalam penelitian ini sebanyak empat orang. Pada

penelitian ini, peneliti menamakan narasumber pertama sebagai

Narasumber 1, narasumber kedua sebagai Narasumber 2, narasumber

ketiga sebagai Narasumber 3, dan narasumber keempat sebagai

Narasumber 4.

a. Narasumber 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

54

Narasumber 1 merupakan masyarakat Wulandoni yang

bermukim di daerah gunung.

b. Narasumber 2

Narasumber 2 merupakan masyarakat Wulandoni yang

bermukim di daerah gunung.

c. Narasumber 3

Narasumber 3 merupakan masyarakat Wulandoni yang

bermukim di daerah pantai.

d. Narasumber 4

Narasumber 4 merupakan masyarakat Wulandoni yang

bermukim di daerah pantai.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kebudayaan yang terdapat pada

masyarakat Kecamatan Wulandoni, yaitu Pasar Barter Kecamatan

Wulandoni beserta aspek-aspek yang bisa digali dari Pasar Barter

tersebut.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pasar

barter, yaitu Kecamatan Wulandoni, Lembata, Flores, NTT.

4. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari bulan Januari–Juli 2020. Pengumpulan data

dilakukan dari bulan April–Mei 2020.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

55

C. BENTUK DATA

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap

narasumber penelitian yang mengalami langsung barter di Pasar Barter

Wulandoni. Di mana data tersebut dianalisis dan dideskripsikan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga akan diperoleh informasi

secara lebih mendalam mengenai kebudayaan yang berkembang pada

masyarakat Wulandoni dalam pasar barter, serta melalui data tersebut akan

dianalisis aktivitas fundamental matematis yang terkait dengan kebudayaan

tersebut dan akan dilakukan analisis mengenai aspek-aspek matematis yang

terdapat pada Pasar Barter Wulandoni.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan

dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh

data penelitian. Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 231) wawancara

didefinisikan sebagai pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Wawancara dilakukan kepada masyarakat yang tahu dan

melakukan proses barter di Pasar Barter Kecamatan Wulandoni tersebut.

Sedangkan peneliti menggunakan dokumentasi untuk memperlihatkan bukti

nyata dari pasar barter tersebut. Dokumentasi tersebut berupa foto. Foto

tersebut juga diharapkan dapat menunjang data yang diperoleh untuk

menyimpulkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

56

E. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk

mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis agar mudah diolah (Arikunto,

2006:160). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Instrumen Utama

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama atau alat

penelitian yang utama adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti

sebagai instrumen juga harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti

sebagai instrumen meliputi pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti

untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun

logistiknya (Sugiyono, 2011). Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri

melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman peneliti terhadap metode

kualitatif yang akan digunakan sebagai bekal dalam proses penelitian.

2. Instrumen Bantu

Instrumen bantu pada pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman

wawancara.

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang

ditujukan kepada masyarakat kecamatan Wulandoni yang tahu dan

melakukan proses barter di Pasar Barter Wulandoni. Pedoman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

57

wawancara ini dijadikan pegangan peneliti dalam melakukan

wawancara.

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

No Pedoman Wawancara

1 Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?

2 Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah

pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?

3 Sejak kapan pasar barter terbentuk?

4 Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?

5 Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?

6 Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?

7 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?

8 Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar

Barter?

9 Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,

budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

10 Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?

11 Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang

diungkapkan dalam bahasa daerah?

Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah

pesisir pantai berbeda atau sama?

Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?

12 Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di

Wulandoni?

13 Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan

daerah pantai dibedakan?

14 Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?

15 Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain

sebagai tempat berlangsungnya Pasar Barter?

16 Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat

tukar berupa uang?

17 Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

18 Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

19 Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

20 Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

21 Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

22 Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

23 Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

24 Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama

ini?

25 Bagaimana proses barter dilakukan? (Jelaskan rincian barang-barang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

58

ditukarkan, misalanya berapa jagung dengan berapa ikan, dan seterusnya

untuk semua hasil tani dan laut yang ada)

26 Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

27 Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

28 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau

perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?

29 Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja

pengembangannya?

30 Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga

guru, pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan

pasar barter tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah

hasil tani ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

31 Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih

lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

32 Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?

33 Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat

(kesejahteraan) atau tidak?

34 Peraturan tentang Pasar Barter?

35 Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?

36 Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:

Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan

laut yang dibarter mengalami pertambahan)

37 Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang

dari masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya

membatasi atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?

38 Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter

tersebut?

39 Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?

40 Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan

tetangga misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain

antar tetangga?

41 Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan

uang?

42 Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses

perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?

Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?

b. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi yang digunakan di dalam penelitian ini terkait

dengan dokumen mengenai pasar barter di dalam kehidupan

masyarakat Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

59

F. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Analisis Data Terkait dengan Kajian Etnomatematika pada Pasar Barter

Wulandoni

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif.

Pada analisis kualitatif, data yang diperoleh berbentuk gambar dan

wawancara. Data kualitatif kemudian dipilah-pilah menjadi sesuatu yang

dapat dikelola, mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta menemukan

informasi apa yang diperoleh.

Menurut Miles and Huberman (1992:16) pengolahan data

dilakukan dalam empat tahap, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Peneliti mencatat semua data yang didapatkan dari hasil wawancara

secara apa adanya sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

2. Reduksi Data

Peneliti melakukan usaha untuk membuat rangkuman yang inti,

proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada di dalamnya.

3. Penyajian Data

Peneliti menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang didapatkan

dari proses reduksi data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

60

4. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi

Peneliti melakukan penarikan kesimpuan berdasarkan data-data yang

telah diperoleh serta telah dianalisis.

2. Analisis Paket Pembelajaran

Data yang diperoleh dari hasil validasi untuk perangkat

pembelajaran digunakan untuk menyempurnakan perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti. Data ini dianalisis

secara kualitatif agar dapat dideskripsikan secara kualitatif guna

memberikan gambaran dan paparan tentang perangkat pembelajaran

yang berbasis etnomatematika. Untuk menentukan kevalidan dari

perangkat pembelajaran tersebut, maka terdapat interval skor hasil

validasi yang digunakan, yaitu:

: sangat valid/sangat baik

: valid/baik

: tidak valid/tidak baik

: sangat tidak valid/sangat tidak baik

RK merupakan Range Kevalidan atau dengan kata lain dapat

diartikan sebagai interval yang digunakan untuk menentukan kevalidan

perangkat pembelajaran. RK diperoleh dari rerata skor para validator

dalam memberikan penilaian terhadap kevalidan dari instrumen yang

dinilai.

3. Analisis Kepraktisan Perangkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

61

Perangkat dikatakan praktis apabila validator mengemukakan pada

lembar validasi bahwa terdapat revisi kecil atau tanpa revisi terhadap

perangkat pembelajaran tersebut.

G. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

Bentuk uji keabsahan terdiri atas empat, yaitu:

1. Derajat kepercayaan (credibility)

2. Keteralihan (transferability)

3. Kebergantungan (dependability)

4. Kepastian (confirmability)

Namun, dari keempat bentuk itu, uji kredibilitas datalah yang utama.

Sehingga peneliti hanya menggunakan uji kredibilitas data atau derajat

kepercayaan dalam menguji keabsahan data yang diambil peneliti.

Derajat kepercayaan (credibility)

Uji ini pada dasarnya merupakan pengganti konsep validitas internal dari

penelitian nonkualitatif. Uji ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) melaksanakan

pemeriksaan sedemikan rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita

dapat dicapai; (2) mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil

penemuan kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang

sedang diteliti (Moleong, 2006: 324). Untuk menguji kredibilitas data, dapat

dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan pengamatan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

62

meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, member

check, analisis kasus negatif, dan menggunakan bahan referensi.

a. Perpanjangan Pengamatan

Sebagaimana sudah dikemukakan, peneliti dalam penelitian kualitatif

adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan tersebut tidak hanya

dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

pengamatan pada latar penelitian. Perpanjangan pengamatan berarti

peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan

data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan:

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks

2) Membatasi kekeliruan (biasesi) peneliti

3) Mengompensasikan pengaruh kejadian-kejadian yang tidak biasa

atau pengaruh sesaat

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi

dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan

atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh.

Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.

Melalui teknik ini, dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-

unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

c. Triangulasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

63

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978)

membedakan lima macam triangulasi:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah suatu teknik pengecekan kredibilitas data

yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui

beberapa sumber.

2) Triangulasi Teknik

Teknik ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Terdapat dua strategi dalam teknik ini. Pertama,

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data. Kedua, pengecekan derajat kepercayaan

sumber data dengan teknik yang sama.

3) Triangulasi Waktu

Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan

wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi

berbeda.

4) Triangulasi Penyidik

Teknik ini adalah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan

dengan memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan derajat

kepercayaan data peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

64

5) Triangulasi Teori

Teknik ini merupakan cara pemeriksaan kredibilitas data yang

dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk

memeriksa data temuan penelitian.

d. Diskusi dengan Teman Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang kita dapatkan dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan

sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud dan tujuan. Pertama,

untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan

kejujuran. Kedua, diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu

kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis

kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.

e. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang kita peroleh kepada

pemberi data. Tujuannya, untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jika data

yang kita temukan itu disepakati oleh para pemberi data, berarti data

tersebut valid sehingga semakin kredibel (dipercaya). Namun sebaliknya,

jika pemberi data tidak menyepakatinya secara tajam, peneliti harus

mengubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data.

f. Analisis Kasus Negatif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

65

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil

penelitian hingga pada saat tertentu. Dasar pertimbangan bahwa analisis

kasus negatif dapat meningkatkan derajat kredibilitas data adalah karena

melakukan analisis kasus negatif berarti kita mencari data yang berbeda

(kalau ada) atau bahkan bertentangan dengan kebanyakan data yang telah

ditemukan. Data yang berbeda atau bahkan bertentangan ini perlu dilacak

alasannya agar bisa dijelaskan. Inilah yang dimaksud dengan analisis

kasus negatif.

g. Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi di sini adalah adanya bahan pendukung untuk

membuktikan data yang telah kita temukan. Sebagai contoh, data hasil

wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data

tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung

oleh foto-foto. Semua alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif

sangat dibutuhkan untuk mendukung kredibilitas data yang telah

ditemukan.

H. TAHAPAN PROSES PENGEMBANGAN PRODUK

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tahapan proses pengembangan dari

Tjiptono (2008) untuk mengembangkan produk (pasar). Tahapan proses

pengembangannya terdiri dari delapan tahap, yaitu:

1. Analisis Kebutuhan Pelanggan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

66

Kebutuhan konsumen merupakan dasar dalam pengembangan Pasar

Barter Wulandoni. Konsumen yang dimaksud dalam hal ini adalah

orang-orang yang terlibat langsung dalam proses barter di Pasar Barter

Wulandoni. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi pertimbangan untuk

menentukan perencanaan pengembangan Pasar Barter Wulandoni

selanjutnya.

2. Pemunculan Gagasan

Pada tahapan ini, peneliti mencari dan menggali informasi-informasi

atau gagasan-gagasan dari sumber-sumber yang akan diwawancarai.

Dari beragaram informasi maupun gagasan yang terkumpul akan

menjadi produk baru yang dapat dikembangkan untuk Pasar Barter

Wulandoni.

3. Penyaringan Ide dan Evaluasi

Salah satu bagian penting dalam pengembangan produk diperlukan

adanya evaluasi terhadap gagasan-gagasan yang telah terkumpul

tersebut. Dipilah mana yang akan dikembangkan dan mana yang tidak

dapat dikembangkan untuk Pasar Barter Wulandoni.

4. Analisis Bisnis

Dalam pengembangan Pasar Barter Wulandoni akan melewati tahapan

ini.

5. Pengembangan Strategi Pemasaran

Tujuan pengembangan strategi pemasaran adalah penyempurnaan

rencana lebih lanjut pada tahap-tahap berikutnya, yaitu bagaimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

67

strategi pemasaran unutk mengenalkan produk baru tersebut kepada

masyarakat Kecamatan Wulandoni.

6. Pengembangan Produk

Pengembangan produk ini berkenaan dengan pembuatan karakteristik

fisik dari Pasar Barter Wulandoni baik dari segi barang maupun

infrastruktur baru yang dapat diterima bagi masyarakat Kecamatan

Wulandoni. Barang maupun infrastruktur yang dikembangkan bertujuan

untuk memberikan manfaat bagi masyarakat yang melakukan kegiatan di

Pasar Barter Wulandoni.

7. Pengujian Produk dan Pasar

Pengembangan tersebut tidak diujikan pada Pasar Barter Wulandoni

karena peneliti hanya sebatas ide untuk pengembangan Pasar Barter

Wulandoni.

8. Komersialisasi

Tahapan ini juga tidak dilaksanakan karena peneliti hanya sebatas ide

untuk pengembangan Pasar Barter Wulandoni.

I. MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

Dalam penelitian ini digunakan model pengembangan Plomp untuk

pengembangan perangkat pembelajaran. Model pengembangan menurut

Plomp terdiri dari lima fase, yaitu:

1. Fase Investigasi Awal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

68

Fase investigasi awal merupakan tahap persiapan untuk

memperoleh informasi mengenai permasalahan yang terjadi pada pasar

barter Wulandoni, serta mengumpulkan informasi-informasi mengenai

kebutuhan dalam proses pembelajaran matematika, model pembelajaran

yang akan digunakan, serta perangkat pembelajaran yang dapat diangkat

dalam pembelajaran matematika. Dalam tahap ini, maka terlebih dahulu

mengkaji etnomatematika yang terkait dengan pasar barter Wulandoni

yang kemudian dilakukan pemilihan unsur-unsur yang tepat untuk

digunakan dalam proses pembelajaran matematika.

2. Fase Desain

Setelah melalui tahap pencermatan terhadap analisis kebutuhan,

serta kajian literatur maka disusun suatu rancangan paket pembelajaran

yang akan dilakukan pengembangan. Pada tahap ini, maka akan

dihasilkan paket pembelajaran yang dapat mengakomodasi proses

pembelajaran matematika yang berbasis pada Pasar Barter Wulandoni.

Paket pembelajaran tersebut dapat berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, buku atau modul, media

pembelajaran, maupun instrumen penilaian.

3. Fase Realisasi

Dalam tahap ini, maka paket pembelajaran dibuat dalam bentuk

yang lebih rinci dan lebih mengedepankan aspek pembelajaran

matematika dengan didasarkan beberapa masukan dari hasil validasi oleh

ahli terkait dengan paket pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

69

4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi

Dalam tahap ini, maka dilakukan pencermatan kembali poin-poin

penting yang tidak begitu memiliki makna penting dalam proses

pembelajaran. Melalui tahap ini, maka akan dilakukan evaluasi secara

mendalam mengenai paket pembelajaran tersebut, sehingga diharapkan

akan diperoleh paket pembelajaran yang berbasis Pasar Barter

Wulandoni.

Dalam tahap ini, maka dilakukan proses uji coba (dalam

pelaksanaan tidak dimungkinkan) paket pembelajaran ke dalam

pembelajaran matematika. Dalam tahap ini, maka akan dikaji aspek-

aspek yang kurang begitu memiliki keterkaitan antara Pasar Barter

Wulandoni dengan pembelajaran matematika. Melalui tahap tersebut,

maka akan dilakukan proses revisi terhadap paket pembelajaran yang

telah diujicobakan.

5. Fase Implementasi

Dalam fase ini, menurut Plomp (1997) paket pembelajaran yang

telah disusun diimplentasikan dalam wilayah yang lebih luas.

J. JADWAL PENELITIAN

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu

1 Pengajuan Praproposal Penelitian Mei 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

70

2 Penyusunan Proposal Penelitian serta

penyusunan instrumen bantu Mei 2019 – Februari 2020

3 Pengajuan Proposal Penelitian Februari 2020

4 Pembuatan Perangkat Pembelajaran Maret 2020

5 Validasi Perangkat Pembelajaran Maret 2020

6 Pengumpulan Data April – Mei 2020

7 Analisis Data Juni 2020

8 Penyusunan Tesis Juni – Juli 2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggali informasi dari

empat narasumber yang mengetahui dan terjun langsung dalam Pasar Barter

Wulandoni. Dalam penelitian ini, terdapat empat orang narasumber yang

dijadikan sebagai sumber pengumpulan data. Keempat narasumber tersebut

terdiri dari dua orang adalah masyarakat daerah gunung dan dua orang lainnya

adalah masyarakat daerah pesisir pantai. Berikut rincian narasumbernya:

1. Ibu Nogo, selaku masyarakat daerah gunung yang mengetahui dan

berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Ibu Nogo disebut dalam

penelitian ini sebagai Narasumber Satu dengan inisial N1.

2. Bapak Boli, selaku masyarakat daerah gunung yang mengetahui dan

berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Bapak Boli disebut dalam

penelitian ini sebagai Narasumber Dua dengan inisial N2.

3. Ibu Ana, selaku masyarakat daerah pesisir pantai yang mengetahui dan

berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Ibu Ana disebut dalam

penelitian ini sebagai Narasumber Tiga dengan inisial N3.

4. Bapak Alfin, selaku masyarakat daerah pesisir pantai yang mengetahui dan

berpartisipasi dalam Pasar Barter Wulandoni. Bapak Alfin disebut dalam

penelitian ini sebagai Narasumber Empat dengan inisial N4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

72

Pengumpulan data sebenarnya dan seharusnya dilakukan secara

langsung, yaitu peneliti datang ke daerah Kecamatan Wulandoni, melihat

Pasar Barter Wulandoni, dan melakukan wawancara secara langsung dengan

para narasumber. Tetapi karena keadaan yang kurang kondusif dan

memungkinkan, sehingga pengumpulan data dari keempat narasumber

dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara tidak langsung

melalui media yang dapat menjangkau keempat narasumber tersebut. Karena

di daerah tersebut masih sangat susah untuk sinyal provider. Pengumpulan

data ini dilaksanakan dari rentang bulan April – Mei 2020.

B. KREDIBILITAS DATA PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Awalnya

peneliti ingin menggunakan teknik triangulasi waktu. Hanya saja tidak dapat

dilaksanakan karena untuk mendapatkan data melalui wawancara saja

memakan waktu yang cukup banyak dikarenakan akses komunikasi yang

minim.

Dengan teknik triangulasi sumber ini, data didapatkan dari beberapa

sumber. Sumber terdiri dari empat orang, di mana dua orangnya berasal dari

daerah pegunungan dan dua orang lainnya dari pesisir pantai. Berdasarkan

hasil wawancara yang diambil dari keempat sumber tersebut menghasilkan

data yang sama, sehingga data yang diperoleh itu dinilai telah kredibel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

73

C. ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Makna filosofis (nilai-nilai mendasar) yang terkandung dalam Pasar Barter

Wulandoni bagi masyarakat atau kehidupan masyarakat

Tabel 4.1 Hasil Wawancara tentang Makna Filosofis

Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar Barter?

N1 N2 N3 N4

Sebelum dimulainya

pasar barter ada tanda

pluit dan pengambilan

pajak berupa barang-

barang dari peserta

pasar. Yang

mengambil pajak itu

petugas pasar (hansip)

dari Desa Wulandoni.

Pajak tidak ada

aturannya sebab

dibayar pake barang

dan tidak terhitung

jumlahnya. Bisa satu

buah jagung atau satu

pisang atau satu ikan.

Sekarang juga pajak

bisa dibayar dengan

uang 2000 atau 1000.

Ritual khusus itu tidak

ada yang spesifik,

hanya berupa

sebelumnya dilakukan

tere laku atau

semacam pajak yang

diambil dari barang,

sehingga ikan juga

diambil, pisang atau

jagung atau ubi-ubian

itu diambil sebagai

pajaknya pasar itu.

kemudian mandor itu

meniup pluit sebagai

tanda dimulainya

pasar barter. Pada

umumnya pasar

dimulai jam 08.00

pagi. Semua sudah

berkumpul baru

dilaksanakan dengan

ritual sebelumnya

tadi.

Hasil pemungutan

pajak itu juga kadang

diberikan kepada

orang susah atau

jompo di sekitaran

kecamatan itu.

Iya. Sebelum pasar

resmi dibuka, mandor

pasar menagih

retribusi pasar.

Masyarakat

membayar dengan

barang, di mana yang

dari daerah

pegunungan dengan

ubi, pisang,

sedangkan yang dari

daerah pantai dengan

ikan atau garam.

(Pajak itu “tere

laku”)

Setau saya sebelum

jamnya untuk mulai

barter atau tukar

menukar barang itu

semua sudah stand by

di tempat sampai

mulai kegiatan

barternya. Jadi

kegiatan barter itu

ditandai dengan

peniupan pluit, jadi

kalua ada petugas

dibarter itu atau bea

cukai yang menagih

pajak yang ada

dibarter situ tugasnya

itumeniup pluit tanda

barter akan segera

dimulai.

Lokasi yang sekarang

di Wulandoni atau di

lamallera yang

digunakan sebagai

lokasi barter itu

adalah tanah milik

pemerintah desa, jadi

bagi siapa yang

menggunakan lahan

itu untuk sebagai

(kalau yang sekarang)

itu ada pajaknya.

Pajaknya itu mereka

akan memberi sedikit

dari penjualan

mereka, barang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

74

barang mereka.

Barang yang mereka

mau kasih itu tidak

harus satu mongan

atau berapa-berapa itu

tapi secukupnya dari

si yang punya barang.

Jadi misalnya kalau

dia punya pisang

berapa sisir disitu, dia

kasih satu sisir misal,

dia punya ubi kayu

ada berapa disitu, dia

bisa kasih satu atau

dua tergantung

besarnya. Terus kalau

uang itu dipakai untuk

membeli, jadi tidak

untuk menukar. Uang

kan digunakan untuk

membeli, jadi uang

dipakai untuk atau

sebagai alat pembeli

atau alat pembayaran.

Uang itu tidak dipakai

untuk membayar

pajak. Jadi yang

mereka kasih itu

dalam bentuk barang

bukan uang.

Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi, budaya,

keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

Ada. Kalau untuk

nilai religius dilihat

dari pasar barter yang

diikuti bukan hanya

satu agama saja,

melainkan dari dua

agama, yaitu katolik

dan islam.

Kalau dari nilai

tradisi, pasar barter

adalah tradisi yang

secara turun temurun

diwariskan dan dijaga

oleh masyarakat

Dari sisi religius itu

artinya penawaran

tidak memiliki suatu

akal busuk bahwa

akan menipu orang itu

tidak, jadi

kesepakatan dibuat

dan rasa peri

kemanusiaan itu ada.

Jadi misalnya ikan

yang dibarter itu agak

besar ditukar dengan

satu mongan tetapi

didalam perasaan itu

muncul bahwa ingin

Iya, nilai-nilai ada dan

nampak selama proses

transaksi barter.

Mereka tidak hanya

saling bertukar barang

melainkan juga saling

memahami,

mendengarkan,

membantu, saling

sharing, berbagi suka

duka hidup yang

berlanjut dengan

saling mendokan. Ada

ikatan spiritual antara

Sangat ada. Semua

nilai itu ada dan

sangat kental, jadi ada

dua agama yaitu islam

dan Katolik, mereka

sangat menghargai

perbedaan disitu,

mereka adatang di

satu tempat, di situ

mereka saling

bertemu, saling sapa,

saling tukar menukar

barang, saling

melengkapi. Jadi, satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

75

sampai saat ini.

Kalau nilai budaya,

pasar barter sudah

menjadi tradisi

sekaligus budaya.

Kalau nilai

keberagaman seperti

yang sudah saya

bilang diatas tentang

dua agama yang

berbaur menjadi satu

dan juga adanya

banyak pekerjaan

yang terlibat, mulai

dari petani, nelayan,

guru, PNS, dll.

Untuk nilai gotong

royong, dalam pasar

barter ditemukan nilai

ini, karena masyarakat

satu sama lain saling

membantu, misalnya

saat ada yang

membawa barang

dengan beban berat,

pasti masyarakat akan

menolong membawa

barang tersebut ke

tempatnya.

Nilai sosial yang ada

itu sudah pasti

terdapat di pasar

barter karena pasar

barter tersebut

menjadi sarana

bertemunya para

masyarakat, baik dari

pegunungan maupun

pesisir pantai dan

tentunya akan

bersosialisasi satu

sama lain.

menambah satu buah

lagi. Sehingga

tertanam perasaan

kemanusiaan itu

muncul dan tidak ada

sifat menipu. Kalau

ada yang menipu

maka akan dilaporkan

kepada mandor dan

diberikan sanksi. Jadi

ini bisa masuk sisi

religius dan sisi

kemanusiaan juga.

Dari segi tradisi dan

budaya itu menjadi

satu kesatuan karena

pasar barter ini secara

turun temurun

diwariskan kepada

anak cucu sehingga

sudah menjadi suatu

tradisi dan

kebudayaan yang ada

di Kecamatan

Wulandoni.

Dari segi

keberagaman itu

dilihat dari

bercampurnya dua

agama dalam pasar

barter, yaitu agama

Katolik dan Islam.

Mereka bercampur

dan tidak memandang

perbedaan diantara

mereka sebagai

sesuatu yang harus

dijauhi tetapi sebagai

perekat. Ini juga bisa

masuk dalam aspek

religius sebenarnya.

Keberagaman juga

dapat dilihat dari

orang-orang yang

mengikuti pasar

barter. Didalam pasar

barter itu terdapat

banyak sekali profesi

seperti petani,

para pelaku transaksi

barter. Disamping itu

juga ada nilai keadilan

disana. Masing-

masing menerima

haknya dan juga

memberikan

kewajibannya. Jika

ada yang kurang atau

rusak dari barang

tersebut, pastilah

mereka menggantinya

atau bahkan

menambahkannya

dengan barang yang

sama.

tempat itu bisa

mengumpulkan dua

agama dengan

berbeda budaya

menjadi satu, jadi

kebersamaan disitu

kental sekali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

76

nelayang, para pekerja

kantoran, dan ada juga

penjual barang-barang

yang diluar barter.

Mereka berkumpul

menjadi satu.

Kalau dari sisi

gotong-royong

biasanya ada orang

yang kelihatannya

sakit atau apa itu,

diberi makan diberi

tempat duduk khusus

dan diberi ikan. Ada

lagi pada musim

hujan, itu kali-kali

yang berdekatan

dengan pasar barter

menjadi rusak atau

apalah itu, maka

mereka turun bersama

dan sehingga kali itu

dapat lancar kembali.

Sosial itu pasar barter

sebenarnya bisa

sebagai sumber untuk

mendapatkan

informasi. Jadi orang

bertukar informasi di

pasar tersebut.

Dari wawancara di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tujuh

nilai mendasar yang terkandung dalam masyarakat yang mengikuti Pasar Barter

Wulandoni. Nilai-nilai tersebut adalah nilai religius, nilai tradisi, nilai budaya,

nilai keberagaman, nilai gotong-royong, nilai sosial, serta nilai yang terakhir

adalah nilai keadilan. Di mana nilai-nilai tersebut murni terdapat pada masyarakat

Wulandoni.

Dalam nilai religius berdasarkan hasil wawarancara diatas, dilihat dari

pasar barter yang diikuti bukan hanya satu agama saja, melainkan dari dua agama,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

77

yaitu katolik dan islam. Selain itu menurut narasumber sisi religius itu artinya

penawaran tidak memiliki suatu akal busuk bahwa akan menipu orang lain, jadi

kesepakatan dibuat dengan rasa peri kemanusiaan. Misalnya ikan yang dibarter

agak besar dalam aturannya ditukar dengan satu mongan tetapi dalam perasaan

muncul ingin menambah satu buah lagi. Sehingga tertanam perasaan kemanusiaan

itu dan tidak ada sifat menipu. Kalau ada yang menipu maka akan dilaporkan

kepada mandor dan diberikan sanksi.

Dari segi nilai tradisi dan budaya, pasar barter adalah tradisi yang secara

turun temurun diwariskan dan dijaga oleh masyarakat sampai saat ini. Segi tradisi

dan budaya itu menjadi satu kesatuan karena pasar barter ini secara turun temurun

diwariskan kepada anak cucu sehingga sudah menjadi suatu tradisi dan

kebudayaan yang ada di Kecamatan Wulandoni.

Dari segi nilai keberagaman dilihat dari dua agama yang berbaur menjadi

satu dan juga adanya banyak pekerjaan yang terlibat, mulai dari petani, nelayan,

guru, PNS, dan lain-lain. Mereka bercampur dan tidak memandang perbedaan

diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi tetapi sebagai perekat. Ini juga

bisa masuk dalam aspek religius sebenarnya. Keberagaman juga dapat dilihat dari

orang-orang yang mengikuti pasar barter. Didalam pasar barter itu terdapat

banyak sekali profesi seperti petani, nelayang, para pekerja kantoran, dan ada juga

penjual barang-barang yang diluar barter. Mereka berkumpul menjadi satu.

Dari segi nilai gotong royong, masyarakat satu sama lain saling

membantu, misalnya saat ada yang membawa barang dengan beban berat, pasti

masyarakat akan menolong membawa barang tersebut ke tempatnya. Selain itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

78

biasanya jika ada orang yang kelihatannya sakit akan diberikan makan dan tempat

duduk khusus. Biasanya pada musim hujan, sungai yang berdekatan dengan pasar

barter rusak, maka mereka bergotong royoong membuat sungai lancar kembali.

Dari segi nilai sosial, sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Jadi

orang bertukar informasi di pasar tersebut. Selain itu, menjadi sarana bertemunya

para masyarakat, baik dari pegunungan maupun pesisir pantai dan tentunya akan

bersosialisasi satu sama lain.

Nilai keadilan yang ada adalah masing-masing menerima haknya dan juga

memberikan kewajibannya. Jika ada yang kurang atau rusak dari barang tersebut,

pastilah mereka menggantinya atau bahkan menambahkannya dengan barang

yang sama.

2. Aktivitas-aktivitas fundamental yang terdapat dalam Pasar Barter

Wulandoni

a. Counting

Tabel 4.2 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental

Counting

Sistem perhitungan yang digunakan untuk kegiatan barter

N1 N2 N3 N4

Istilahnya

“mongan”.

Contoh: 2 ikan

ditukar dengan

jagung 12 bulir

(2 mongan).

Tidak ada

perhitungan.

Hanya ada

perhitungan

satu mongan

itu enam biji

atau enam

buah. Hanya

itu saja. Kalau

dari daerah

Untuk 1 potong

ikan atau 1

genggam garam

atau 1 genggam

kapur ditukar

dengan 6

batang jagung

atau 1 sisir

pisang.

Untuk perhitungan

jenis barang yang

dibarter itu

sebenarnya tidak

ada, jadi yang dari

bukit bawa hasil

pertaniannya

mereka, entah itu

jagung, ubi kayu,

atau singkong itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

79

pantai kan

hanya ikan

saja, jadi kalau

mereka punya

itu ikan yang

utuh atau ikan

besar yang

sudah

dipotong-

potong dan kita

anggap macam

ukurannya itu

setengah kilo

mungkin. Tapi

itu hanya

perkiraan

karena tidak

pakai alat ukur.

kayak sayur-sayuran

atau apa hasil

perkebunan mereka

datang yang bisa

mereka siapkan apa

saja didatangkan ke

pasar barter. Yang

nelayan pasti ikan,

segala jenis ikan

yang mereka

tangkap, yang

mereka hasilkan,

dibawa, dan nanti

disitu mereka saling

tukar menukar.

Tidak ada yang

aturan-aturan jenis

barang apa yang

dibawa itu tidak ada.

Proses menghitung dikaitkan dengan bilangan yang diungkapkan dalam

bahasa daerah

1 mongan = 6

batang jagung

atau pisang.

Ungkapan

bahasa daerah

gunung dan

pesisir pantai

tidak berbeda,

karena mongan

adalah

kesepakatan dua

belah pihak,

yaitu pihak

daerah

pegunungan dan

pihak daerah

pantai.

Ungkapan

bahasa daerah

gunung dan

pesisir memang

berbeda, tapi

mudah

dipahami kedua

belah pihak.

Jadi di pasar

barter itu tidak

biasa pakai

bahasa

Indonesia,

pakainya

bahasa daerah.

Sebenarnya

bahasa

derahnya beda

hanya dalam

logat atau

dialek saja.

Dialek itu

semacam

lagunya itu

berbeda.

Jagung =

kwaror

Pisang =

mukor/muku

Ubi jalar =

hura

jalar/sawan

Ubi kayu =

hura kaju

Untuk ikan (1

dendeng atau 1

ekor) biasanya

dipakai bahasa

vare tou.

Satu genggam

garam atau

kapur

dibahasakan

sebagai monga

tou.

Enam batang

jagung

dibahasakan

sebagai monga

tou.

Garam yang

diisi dalam

daun lontar

disebut kube

tou.

Kalau bilangan

dalam bahasa daerah

itu ada. Ada bahasa

daerahnya gunung

dan pantai.

Sebenarnya kenapa

kedua daerah ini

(gunung dan pantai)

bisa memahami

bahasa mereka

masing-masing

karena saling

memahami bahasa-

bahasa mereka

karena menurut

cerita dari dahulu

kala sekali itu

mereka saling

menjalin hubungan

dekat maksudnya

kekeluargaan begitu.

Jadi misalnya orang

gunung datang ke

pantai, nah mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

80

Sukun = punur

Kelapa = tapor

Sirih/pinang =

malor/kleruk

Satu = Tu

Dua = Jua

Tiga = Telu

Empat = Pat

Lima = Lem

Enam = Enem

Tujuh = Pito

Delapan =

Buto

Sembilan =

Siwa

Sepuluh =

Sepuloh

Kalau pantai

itu mungkin:

Satu = Tou

Dua = Rua

Tiga = Telu

Empat = Pat

Lima = Lem

Enam = Enem

Tujuh = Pitu

Delapan =

Buto

Sembilan =

Siwa

Sepuluh =

Pulo

itu akan berinteraksi

dngan bahasa daerah

mereka masing-

masing, jadi karena

mungkin sudah

terbiasa dengan

kedekatan mereka,

dengan bahasa yang

mereka gunakan,

akhirnya mereka

bisa memahami

bahasa mereka

masing-masing. Jadi

karena mereka

memang dari dulu

itu rasa

kekeluargaannya itu

sudah tinggi, jadi

hal-hal baru

termasuk bahasa

baru itu sudah

dipahami atau sudah

dimengerti dari dulu

karena kekeluargaan

itu.

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas

counting pada pasar barter Wulandoni. Dilihat dari sistem perhitungan

yang digunakan oleh masyarakat, yaitu “monga/mongan”. Dalam

sistem perhitungan tersebut menggunakan kelipatan enam buah.

Dimana 1 mongan = 6 buah, yang artinya enam hasil pertanian

(jagung, pisang, ubi) yang ditukarkan dengan satu potong ikan atau

satu tempurung garam atau satu genggam kapur. Pada masyarakat

Kecamatan Wulandoni tidak semuanya memiliki bahasa daerah yang

sama. Tetapi perbedaan itu tidak terlalu mencolok, sehingga mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

81

dapat mengerti satu sama lain jika sedang berbarter. Perbedaannya

kadang juga hanya dari sisi dialek/logat saja.

b. Locating

Tabel 4.3 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental

Locating

Tempat untuk Pasar Barter

N1 N2 N3 N4

Tetap di

Wulandoni.

Kalau ditengah

pandemi ini,

pasar barter

berpindah-

pindah dan

rolling setiap

hari kamis. Itu

terjadi di

Lamalera dan

Belobao, dan

jumlah peserta

pasarnya

dibatasi minimal

20 orang. Dari

pegunungan dan

diwajibkan

pakai masker.

Tidak, hanya

Wulandoni

saja.

Ada dua tempat

pasar barter, yaitu

di Wulandoni

pada hari sabtu

dan di Lebala

pada hari rabu.

Dan terakhir

sekarang juga ada

pasar di Lamalera

pada hari kamis.

Dulu pasar barter

tetap di

Wulandoni, tetapi

untuk yang

sekarang ini,

sejak ada konflik

itu, jadi pasar

barter itu sudah

dua tempat,

Wulandoni dan

Lamalera.

Sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunung dan

daerah pesisir pantai dibedakan.

Iya, karena

aturannya

seperti itu dari

dulu. Mungkin

supaya ada

pembeda untuk

masyarakat

gunung yang

mana dan

Jadi supaya

pergerakannya

itu satu. Jadi

daerah barat itu

misal ikan, dan

timur itu

gunung dan

selalu begitu.

Karena pada

saat fluit

Menghindari

transaksi barter

sebelum pasar

barter ini dibuka

secara resmi oleh

mandor pasar,

dengan cara

membunyikan

pluit (veku).

Sebenarnya untuk

itu cuma dikasih

batas jadi

masyarakat yang

dari bukit dan

dari pantai itu

dikasih batas

sebagai pembeda

atau jarak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

82

masyarakat

pesisir pantai

yang mana.

dibunyikan itu

orang dari barat

akan

mengelilingi

orang timur,

orang timur

yang duduk

saja. Lalu

mereka sorong,

tawar, lalu jadi,

maka diberikan,

jadi mereka

yang berjalan,

orang yang dari

peneta itu yang

jalan. Orang

yang gunung

itu tetap karena

barang kan

banyak dan dari

pantai kan

mereka hanya

isi ikan di

baskom.

Disana ada nilai

keadilan yang

bisa dipetik.

sebelum mereka

bertemu untuk

melakukan barter.

Jadi cuma dikasih

spasi begitu,

misalnya sudah

mulai

kegiatannya baru

yang dari daerah

pantai melewati

batas itu untuk

bertemu orang-

orang dari bukit

itu untuk

menukarkan

barang mereka,

ikan dengan ubi

misalnya, ikan

dengan sayur

begitu.

Hubungan pasar barter dengan masyarakat sekitar

Hubungan

saling

memenuhi

kebutuhan

hidup.

Pasar barter itu

adalah pasar

yang sangat

cepat utnuk

memiliki ikan

pada saat

perhitungan

kebutuhan ikan

satu minggu ini

mungkin

memiliki ikan

seperti

ini.sehingga di

kampong itu

memakan

dengan

menggunakan

ikan itu satu

minggu bisa

berjalan. Jadi

diprogramkan.

Masyarakat

merasa sangat

terbantu dalam

memenuhi

kebutuhan

mereka, mereka

tidak harus jalan

jauh ke

Lewoleba, ibu

kota kabupaten

untuk berbelanja

kebutuhan pokok

atau juga menjual

hasil komditinya

seperti kemiri,

kopra, kakao,

jambu mente.

Terjalin dengan

amat sangat baik.

Lokasi pasar barter digunakan untuk kegiatan lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

83

Tidak ada untuk

kegiatan lain,

khusus pasar

barter saja.

Tidak bisa, dia

hanya berlaku

untuk pasar

barter saja.

Tidak, cuma

digunakan untuk

kegiatan pasar

barter.

Tidak, hanya

untuk pasar

barter.

Pasar barter bisa terus eksis sampai saat ini, padahal sudah ada uang.

Karena sudah

menjadi tradisi.

Uang tetap ada

tetapi digunakan

untuk hal lain

yang sangat

membutuhkan

uang.

Contohnya

untuk bayar

sekolah anak.

Karena

masyarakat itu

merasa bahwa

ini adalah

budaya yang

harus diturun-

temurunkan

sehingga tidak

boleh putus

sehingga

hubungan kita

antar kampong

dalam satu

kecamatan itu

tetap berjalan

baik dengan

adanya

jembatan

melalui pasar

barter. Kadang-

kadang suatu

pasar itu juga

bisa

diumumkan

tambahan

bahwa kita ini

akan

melakukan

pesta paskah

akan terjadi

dikampung ini,

misalnya

begitu.

Sehingga

disana itu juga

sebagai sumber

informasi dan

perekat dalam

bidang agama.

Karena menurut

saya para pelaku

transaksi barter

mempertahankan

warisan nilai

yang sangat

fundamental,

yakni

kekeluargaan,

persaudaraan,

gotong royong,

dan keadilan.

Meskipun

sekarang sudah

ada uang sebagai

alat tukar modern

tapi bagi

masyarakat

sekitar barter itu

merupakan tradisi

yang sudah turun

temurun dari

zaman dahulu,

jadi untuk

masyarakat Desa

Wulandoni dan

sekitarnya itu

tetap menjadikan

barter sabagai

salah satu

kegiatan menjalin

hubungan

kekeluargaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

84

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas

locating pada pasar barter Wulandoni. Hal itu terlihat dari tempat

berlangsungnya Pasar Barter Wulandoni yang bertempat di ibukota

Kecamatan Wulandoni, yaitu Desa Wulandoni. Tetapi saat akan

melakukan proses barter masyarakat dari daerah gunung dan

masyarakat dari daerah pesisir pantai dibedakan terlebih dahulu agar

menghindari transaksi barter sebelum pasar barter ini dibuka secara

resmi oleh mandor pasar, dengan cara membunyikan pluit (veku), serta

supaya pergerakannya itu satu. Jadi daerah barat itu daerah pantai, dan

timur itu gunung dan selalu begitu. Karena pada saat fluit dibunyikan

itu orang dari barat akan mengelilingi orang timur, orang timur yang

duduk saja. Lalu mereka datang, tawar, sepakat, dan melakukan

transaksi barter. Sehingga orang yang berjalan adalah orang yang dari

pantai sedangkan orang gunung tetap berada di tempat.

c. Measuring

Tabel 4.4 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental

Measuring

Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

N1 N2 N3 N4

Sistem

pengukuran

adalah mongan.

Contoh:

1 mongan

ditukar dengan

1 ikan.

Tidak ada

timbangan

begitu, jadi

hanya ada

mongan dan

ikan yang

dipotong kira-

Proses

menghitungnya

itu sama seperti

yang telah

dikatakan

sebelumnya.

Untuk ikan (1

Pakai monga

dengan 1 ikan.

Monga itu enam

jenis hasil

pertanian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

85

kira setengah

kilo.

dendeng atau 1

ekor) biasanya

dipakai bahasa

vare tou.

Satu genggam

garam atau kapur

dibahasakan

sebagai monga

tou.

Enam batang

jagung

dibahasakan

sebagai monga

tou.

Garam yang diisi

dalam daun lontar

disebut kube tou.

Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

Sama Semua sama,

hanya ada juga

yang pakai

kesepakatan.

Misal orang

minta buah

kepala, itukan

orang pikir

ikan satu

kelapanya

berapa. Karena

kelapa itu

tidak biasa ada

dibarter.

Hanya saja

mungkin

kelapa itu

dibawa karena

dalam

perjalanan

kehausan.

Sukun juga itu

tidak

berdasarka

mongan.

Sama, sistemnya

sama.

Semuanya sama,

tapi kadang juga

tergantung

kesepakatan

bersama.

Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

86

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

Tidak ada

perubahan

pengukuran.

Tidak

menggunakan

alat ukur atau

timbangan. Hal

itu dikarenakan

kebiasaan yang

ada.

Tidak ada

sampai

sekarang.

Timbangan

tidak

diperlakukan

sampai

sekarang.

Tidak ada satu

kilo dua kilo.

Orang

memakai

tradisi yang

dulu.

Bila dicermati

masyarakat tempo

dulu tidak

mengetahui

adanya alat ukur

sehingga mereka

tidak pernah

menggunakannya

dan untuk

sekarang masih

tetap sama, tanpa

alat ukur, karena

mereka mengikuti

tradisi yang ada.

Bukan tidak

diperbolehkan,

tetapi kebanyakan

yang melakukan

barter tidak punya

alat seperti itu,

sehingg mereka

tetap

menggunakan cara

yang lama.

Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

Ya, setara

dengan barang

yang

ditukarkan.

Dianggap

setara. Jadi

jagung itukan

dikupas, misal

jagung ada

kerusakan,

maka diganti

satu atau diberi

tambah satu.

Bagitu caranya

sehingga utuh.

Tidak

dibodokin atau

ditipu.

Iya, mereka

menerima

masing-masing

barang yang

setara ditukarkan,

tetapi dalam

praktek banyak

kali mereka

melakukannya

atas dasar

kekeluargaan

(bukan keluarga

kerena pertalian

darah)

mkasudnya

masing-masing

mereka merasa

sangat dekat,

merasa sebagai

keluarga, sudah

saling mengenal

sehingga

transaksi

dilakukan secara

kekeluargaan.

Misalnya pisang

atau jagung,

garam, ikan yang

Barang yang

diterima dan

diberikan itu

selalu sebanding

itu karena orang-

orang yang dari

pantai dan bukit

itu selalu

melakukan tukar

menukar itu

mereka

melakukannya

dengan penuh

keikhlasan.

Maksudnya

mereka tahu kalau

mereka berbeda,

jadi mereka akan

memberikan

sesuatu yang

anggapan mereka

saya memberikan

ini biar dia senang,

saya kasih ini

karena dia

membeutuhkan

saya. Mereka

memberikan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

87

ditukarkan

ditambah dengan

yang lain, atau

jumlahnya lebih

dari sistem umum

yang digunakan.

menerima itu

sebagai bentuk

saling melengkapi

dan membantu.

Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

Semua barang

dibarter (hasil

pertanian dan

hasil laut).

Jagung, ubi,

pisang, sukun,

sirih pinang.

Jadi hasil

pertanian

apapun bisa,

hanya beras

tidak boleh,

karena barter

itu hal-hal

yang

menopang

kecil saja

untuk makan.

Sedangkan

beras itu pada

umumnya

orang jual ke

pasar ibukota

kabupaten

untuk

mendapatkan

uang. Dan itu

untuk

kebutuhan

anak-anak

yang sekolah,

dll.

Tidak ada

penentuan

barang, tetapi

umumnya barang-

barang kebutuhan

pokok.

Tidak ada

penentuan, tapi

biasanya yang dari

laut itu ikan dan

garam. Kalau dari

gunung itu jagung,

pisang, ubi.

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas

measuring pada pasar barter Wulandoni. Hal itu terlihat dari sistem

pengukuran yang digunakan masyarakat. Seperti yang telah dikatakan

pada aktivitas counting sebelumnya bahwa masyarakat menggunakan

sistem pengukuran monga/mongan. 1 monga/mongan = 6 buah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

88

Sistem ini digunakan untuk semua orang yang berbarter, tetapi kadang

juga menggunakan kesepakatan dari kedua belah pihak. Hasil yang

diterima oleh masing-masing pihak juga dianggap setara, karena

mereka melakukannya atas dasar kekeluargaan.

d. Designing

Tabel 4.5 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental

Designing

Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

N1 N2 N3 N4

Kesepakatan

bersama.

Dipilih di

Wulandoni

karena sudah

ada kesepakatan

dari dulu antara

orang Lamalera

dan Lewuka

bahwa

tempatnya di

Wulandoni,

kerena jarak

antara Lewuka

dan Wulandoni

sama dengan

jarak Lamalera

dan Wulandoni.

Itu

berdasarkan

kesepakatan

daerah kami,

Lewuka dan

daerah pantai

Lamalera.

Karena

kebutuhan

makanan untuk

daerah

Lamalera itu

tidak bisa

dipenuhi hanya

oleh hasil laut

yang

didapatkan

dari pekerjaan

nelayan. Jadi

mereka harus

berbarter untuk

memenuhi

kebutuhan

dengan daerah

bukit atau

pegunungan.

Pembentukkannya

didasarkan pada

kepentingan

kedua kelompok

masyarakat

(gunung dan

pantai).

Kesepakatan

nenek moyang

zaman dahulu.

Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

89

peraturannya? Mengapa seperti itu?

Kalau bentuk

pasar sama

seperti bentuk

pasar lainnya

berbentuk kotak

yang panjang

kalau tidak

salah. Tetapi

bedanya saat

mau melakukan

barter kedua

wilayah harus

dipisah terlebih

dahulu supaya

tidak ada yang

start duluan

untuk barter.

Kayaknya

menurut saya

persegi

panjang tetapi

orang yang

duduk itu

kayak bulat

panjang.

Sejauh yang saya

tahu, tidak ada.

Bentuk pasar

seperti

bujursangkar.

Peraturannya

terlihat dari proses

awal, yang pesisir

pantai di sebelah

timur dan yang

barat dari gunung.

Bentuknya persegi

panjang.

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas

designing pada pasar barter Wulandoni. Hal itu terlihat dari bentuk

pasar, yaitu seperti bentuk persegi panjang. Hanya saja saat

melakukan proses barter kedua wilayah harus dipisahkan terlebih

dahulu supaya tidak ada yang mulai duluan dalam berbarter. Pasar

barter ini terbentuk karena kesepakatan daerah gunung Lewuka dan

daerah pantai Lamalera. Karena kebutuhan makanan untuk daerah

Lamalera itu tidak bisa dipenuhi hanya oleh hasil laut yang didapatkan

dari pekerjaan nelayan. Jadi masyarakat Lamalera harus berbarter

untuk memenuhi kebutuhan dengan daerah bukit atau pegunungan.

Dipilihnya Wulandoni sebagai tempat untuk pasar barter karena jarak

antara Lewuka dan Wulandoni sama dengan jarak Lamalera dan

Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

90

e. Playing

Tabel 4.6 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental

Playing

Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama

ini?

N1 N2 N3 N4

Ada. Contoh

jumlah

peserdiaan

jagung kurang,

bisa ditambah

dengan barang

yang lain,

misalnya ubi

atau pisang.

Bisa terjadi,

apabila

misalnya

ikannya itukan

besar dan bawa

bulat dan dia

yang tentukan

berapa sisir

pisang. Jadi

tawarannya

lain.

Ada proses

tawar-

menawar.

Proses tawar-

menawar memang

ada. Misalkan ikan

yang saya bawa

ukurannya besar

semua dan ada ikan

yang ukuran kecil

terselip satu. Maka

kadang saya

langsung

memberikannya

cuma-cuma dengan

yang sudah barter

dengan saya, tetapi

kadang saya tawar

lagi dengan yang

saya butuhkan.

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas

playing pada pasar barter Wulandoni. Hal itu dilihat dari adanya proses

tawar-menawar yang terjadi dalam barter. Misalkan contohnya jumlah

peserdiaan jagung kurang, bisa ditambah dengan barang yang lain,

misalnya ubi atau pisang. Atau ikan yang dibawa lebih satu (ikan

kecil), bisa ditawar untuk ditukarkan dengan 1 jagung. Atau ada yang

membawa ikan besar dalam bentuk bulat tidak dibagi-bagi lagi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

91

sehingga dia bisa menentukan apa saja yang ingin dibarter dengan ikan

tersebut, kalau kedua belah pihak setuju, terjadilah barter. Jadi tidak

mesti harus memakai monga/mongan.

f. Explaining

Tabel 4.7 Hasil Wawancara tentang Aktivitas Fundamental

Explaining

Bagaimana proses barter dilakukan?

N1 N2 N3 N4

Barang ditukar

ikan, garam,

kapur sirih, dll.

1 mongan

dengan 1 waren

ikan paus kering

2 mongan

jagung dengan 2

ikan terbang

kering yang

sudah dibelah

(kmanuk)

3 mongan

jagung dengan 3

ikan kering.

1 mongan

jagung dengan

satu genggam

kapur siri

2 mongan

jagung dengan 2

tempurung

garam.

Untuk beras,

dulunya tidak

dijual tetapi

sekrang dijual

dan dibeli

Siklusnya itu

orang bawa

ikan datang

dan

mengelilingi

orang yang

bawa hasil

pertanian. Jadi

sampai

ikannya habis

baru dia

langsung

keluar. Kalau

ikan belum

habis, berarti

dia keliling

kunjungi orang

sampai di

orang terakhir.

Jagung sudah

pasti mongan,

pisang juga,

kalau ubi kecil-

kecil berarti

mongan, tapi

kalau macam

ubi kayu,

berarti pakai

kesepakatan,

tetapi biasanya

Proses barternya

itu sama seperti

yang telah

dikatakan

sebelumnya.

Untuk ikan (1

dendeng atau 1

ekor) biasanya

dipakai bahasa

vare tou.

Satu genggam

garam atau kapur

dibahasakan

sebagai monga

tou.

Enam batang

jagung

dibahasakan

sebagai monga

tou.

Garam yang diisi

dalam daun

lontar disebut

kube tou.

Masyarakat

Kecamatan

Wulandoni

berkumpul baik

yang dari gunung

maupun pesisir.

Mereka

menempati

tempatnya

masing-masing.

Pesisir barat dan

gunung timur.

Terus nanti

mandor ambil

pajak. Kalau

semua sudah,

nanti ditiup fluit

yang menandakan

barter dibuka.

Kami yang dari

pesisir jalan

keliling mereka

yang dari gunung

untuk berbarter

dengan barang

yang kami bawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

92

dengan uang. 3. Kalau sirih

pinang itu

masing masing

berjumlah

enam sehingga

total 12 dan

ditukar dengan

1 ikan. Garam

itu dibuat satu

kube biasanya

ditukar dengan

buah-buahan.

Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

Uang dibutuh

tapi pembelian

bukan di pasar

barter.

Tidak, selama

barter itu orang

tidak berpikir

tentang uang,

yang orang

pikir itu

kebutuhan

makan.

Sebelumnya

dapat dipahami

bahwa peredaran

alat tukar sangat

terbatas jadi

masyarakat tidak

menggunakan

alat tukar tetapi

dalam

perkembangan

hingga hari ini,

mereka juga bisa

menggunakan

alat tukar (uang),

tergantung

kesepakatan

bersama (pelaku

transaksi barter).

Uang juga

digunakan sebagai

alat tukar. Jadi

bagi sebagai

pembeli itu

mereka akan

datang membeli

itu dengan uang.

Tidak hanya

menukar barang

dengan barang

tetapi disitu juga

membeli barang

juga ada. Jadi

uang juga dipakai

dalam proses

barter itu. Terlebih

mereka yang

berprofesi sebagai

guru, pegawai, dll.

Pembeli tidak

semestinya yang

pegawai beli pakai

uangnya terus

yang bukan

pegawai (yang

petani atau

nelayan) itu pakai

barang.

Sebenarnya boleh

siapa saja bisa beli

pakai uang, kalau

dia tidak punya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

93

barang untuk

ditukarkan atau

mungkin dia

datang sebagai

pembeli, bukan

sebagai penukar.

Untuk waktu

pembelian bagi

para pegawai itu

tergantung atau

tidak dibatasi

siapa duluan siapa

duluan , bebas.

Misalnya, sebelum

barter dimulai

yang datang mau

beli pakai uang,

tidak papa. Itu

tidak dilarang

juga, tapi kalau

misalnya sudah

jamnya mau

barter, tetap barter.

Jadi tidak dibatasi

atau dilarang,

tetapi tetap yang

barter yang

diutamakan.

Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

Nilai tidak

terlalu

diperhatikan,

yang terpenting

adalah kesepatan

yang sudah

dibangun.

Orang tidak

menilai dari

nilai brang itu

jadi orang akan

melihat dari

kugunaan

barang itu

sebagai

pemenuhan

kebutuhan.

Semua barang

yang dibarter itu

pasti tidak akan

dianggap rugi.

Karena itu untuk

memenuhi

kebutuhan setiap

hari.

Untuk nilai barang

itu kedua pihak ini

akan melakukan

kesepakatan dulu.

Mereka

melakukan

kesepakatan sesuai

dengan bentuk dan

ukuran serta nilai

barang yang akan

mereka tukar.

Kalua misalnya

tidak sepakat

berarti tidak bisa

melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

94

penukaran.

Pernah terjadi

tidak sepakat. Itu

terjadi kalau salah

satu dari penukar

itu merasa barang

yang diterima

tidak seperti yang

diinginkan. Misal

saya mau satu sisir

pisang tapi Cuma

dapat setengah

saja. Kalau missal

penawaran tidak

sesuai dengan

keinginan maka

tidak terjadi

penukaran.

Pasar barter bisa terus eksis sampai saat ini, padahal sudah ada uang.

Karena sudah

menjadi tradisi.

Uang tetap ada

tetapi digunakan

untuk hal lain

yang sangat

membutuhkan

uang.

Contohnya

untuk bayar

sekolah anak.

Karena

masyarakat itu

merasa bahwa

ini adalah

budaya yang

harus diturun-

temurunkan

sehingga tidak

boleh putus

sehingga

hubungan kita

antar kampong

dalam satu

kecamatan itu

tetap berjalan

baik dengan

adanya

jembatan

melalui pasar

barter. Kadang-

kadang suatu

pasar itu juga

bisa

diumumkan

tambahan

bahwa kita ini

akan

melakukan

pesta paskah

akan terjadi

Karena menurut

saya para pelaku

transaksi barter

mempertahankan

warisan nilai

yang sangat

fundamental,

yakni

kekeluargaan,

persaudaraan,

gotong royong,

dan keadilan.

Meskipun

sekarang sudah

ada uang sebagai

alat tukar modern

tapi bagi

masyarakat

sekitar barter itu

merupakan tradisi

yang sudah turun

temurun dari

zaman dahulu,

jadi untuk

masyarakat Desa

Wulandoni dan

sekitarnya itu

tetap menjadikan

barter sabagai

salah satu

kegiatan menjalin

hubungan

kekeluargaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

95

dikampung ini,

misalnya

begitu.

Sehingga

disana itu juga

sebagai sumber

informasi dan

perekat dalam

bidang agama.

Dipilih hari sabtu pagi sebagai waktu barter bukan hari lainnya.

Dari zaman

nenek moyang

memang sudah

begitu, karena

hari minggu

besoknya

orang tidak

bekerja kebun

maupun

tangkap ikan.

Sehingga hari

minggu

saatnya untuk

istirahat.

Hari sabtu pagi itu

karena mengikuti

nenek moyang.

Tetapi relevannya

dengan zaman

sekarang, karena

biasanya mencari

hasil hanya

sampai hari sabtu.

Hasil yang

didapat dari hari

senin sampai

sabtu subuh/pagi

dikumpulkan

untuk dibawa ke

pasar barter

supaya bisa

ditukarkan untuk

bahan makanan

selama seminggu

ke depan.

Sedangkan hari

minggu saatnya

pergi gereja dan

istirahat di rumah.

Barang yang dibarter hanya dibatasi oleh hasil pertanian/pantai.

Iya, hanya

hasil pertanian

dan ikan yang

orang nikamati

langsung

makan karena

merupakan

kebutuhan

dasar.

Memang hanya

barang-barang

yang merupakan

hasil dari

masyarakat. Kalau

dari pembelian

tidak mungkin

dijual lagi, karena

pasti barang itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

96

dibutuhkan.

Untuk apa

membeli tetapi

tidak digunakan.

Mengapa 1 ikan ditukarkan dengan 1 mongan jagung atau yang lainnya.

Mongan

dengan ikan itu

adalah

kesepakatn

awal yang

dibuat oleh

masyarakat

dahulu.

Karena nenek

moyang dahulu

menganggap 1

ikan dengan 1

mongan jagung

atau pisang atau

ubi itu sudah

setara nilainya.

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa terdapat aktivitas

explaining pada pasar barter Wulandoni. Hal itu dilihat dari proses

barter yang terjadi. Masyarakat Kecamatan Wulandoni berkumpul baik

yang dari gunung maupun pesisir. Mereka menempati tempatnya

masing-masing. Pesisir pantai daerah pasar bagian barat dan gunung

daerah pasar bagian timur. Setelah itu mandor mulai mengambil pajak

dari masing-masing orang. Kalau semua pajak sudah diambil, ditiuplah

fluit yang menandakan pasar barter dibuka atau kegiatan berbarter

boleh dilakukan. Masyarakat yang dari pesisir jalan mengelilingi

masyarakat yang dari gunung untuk berbarter dengan barang yang

dibawa. Kebanyakan masyarakat menggunakan aturan mongan/monga

untuk melakukan barter tetapi ada juga yang memakai sistem tawar-

menawar. Tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Pada zaman

dahulu pasar barter ini sama sekali tidak menggunakan uang. Tetapi

sekarang sudah dapat digunakan uang. Yang menggunakan uang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

97

adalah mereka yang berprofesi sebagai guru, pegawai, dan lain-lain.

Tidak ada aturan jika seseorang itu membeli menggunakan uang, tidak

hanya pegawai saja melainkan petani dan nelayan juga. Sebenarnya

diperbolehkan siapa saja membeli menggunakan uang, kalau memang

tidak mempunyai barang untuk ditukarkan. Untuk waktu pembelian

bagi para pegawai atau yang tidak mempunyai barang untuk

ditukarkan itu tergantung atau tidak dibatasi Misalnya, sebelum barter

dimulai yang datang mau membeli menggunakan uang, tidak dilarang.

Tapi kalau sudah jamnya barter, tetap hanya barter saja. Jadi tidak

dibatasi atau dilarang, tetapi tetap yang barter yang diutamakan. Dan

untuk prinsip kesetaraan, semua masyarakat menganggap semua yang

dibarter dan yang diperoleh itu setara.

Selain itu, Pasar Barter ini masih sampai sekarang dan tetap eksis

walaupun alat tukar uang sudah ada, hal ini dikarenakan masyarakat

menganggap pasar barter ini sudah menjadi suatu tradisi dan budaya

yang harus diturun-temurunkan sehingga tidak boleh putus. Walaupun

uang juga tetap digunakan untuk hal lainnya.

Pemilihan hari sabtu pagi juga didasarkan pada kegiatan dari

masyarakat. Masyarakat biasanya bekerja di laut atau di kebun pada

hari senin sampai sabtu. Sementara hari minggu adalah hari gereja dan

istirahat. Sehingga jika mereka mendapatkan hasil dari berkebun

ataupun berlayar, akan mereka simpan sampai pada hari sabtu dimana

semua orang dapat menukarkan hasil mereka masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

98

Hasil-hasil yang mereka dapatkan dari berkebun dan berlayar

mencari ikan, pastilah menjadi bahan yang dapat mereka gunakan

sebagai bahan pertukaran di pasar barter karena jika bukan dari barang

atau bahan tersebut, barang apalagi yang bisa ditukarkan. Sudah jelas

jika barang yang mereka beli misalnya, akan mereka gunakan sehingga

bukan untuk dibarter lagi. Selain itu, untuk aturan pertukaran 1 ikan

dengan 1 mongan, memang telah menjadi aturan dari nenek moyang

karena mereka menganggap bahwa hal tersebut setara atau sebanding.

3. Pengembangan Pasar Barter ke depannya

Tabel 4.8 Hasil Wawancara tentang Pengembangan Pasar Barter

Terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau perkembangan yang terjadi dari

dahulu ke sekarang

N1 N2 N3 N4

Ada perbedaan, dulu

hanya barter, tetapi

sekarang sudah

campur aduk dengan

uang, barang bisa

dibeli dengan uang.

Perbedaan yang

sangat terlihat adalah

dapat digunakannya

uang dalam pasar

barter. Tapi

penggunaan uang

hanya sedikit orang,

termasuk para PNS,

dll.

Bisa pakai alat tukar

uang, tergantung

kesepakatan.

Iya, ada perbedaan,

kalau dulu hanya

barter saja tetapi

sekarang pakai uang

juga bisa. Tetapi tetap

barter yang lebih

dominan, karena itu

tradisi.

Rencana untuk mengembangkan pasar barter

Belum ada. Hanya

saja karena adanya

covid ini, pasar barter

berpindah-pindah ke

desa-desa dan jumlah

orang yang berbarter

dibatasi hanya 20

orang.

Kalau setau saya tetap

itu saja. Orang tetap

duduk dibawah pohon

dan dibatu.

Tidak ada. Tidak ada.

Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang melakukan pekerjaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

99

bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru, pekerja kantoran, dll. Apakah mereka

tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa

uang bukanlah hasil tani ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

Ada kebijakan, bisa

belanja barang-barang

dengan uang.

Iya, mereka pada

umumnya tidak ikut

dalam pasar itu tapi

mereka juga sekarang

di luar pasar bisa

membeli di pasar

barter menggunakan

uang.

Sekarang pasar barter

terbuka untuk siapa

saja. Tidak terbatas

hanya untuk

masyarakat pesisir

dan gunung, pegawai

bisa terlibat dengan

menggunakan alat

tukar uang.

Untuk masyarakat

yang bekerja sebagai

guru dan pegawai

kantoran, dan

sebagainya itu,

mereka tetap akan

datang ke pasar barter

itu karena mereka

mencari kebutuhan

untuk makan sehari-

hari mereka, jadi

mereka akan membeli

kebutuhan mereka itu

atau persediaan

makanan mereka

dengan uang yang

mereka punya.

Selama saya

mengikuti barter,

guru, pegawai, dan

sebagainya itu mereka

selalu membeli barang

dengan uang. saya

tidak pernah lihat

kalau mereka

membeli barang

dengan menukar

barang yang mereka

punya. Tapi yang saya

tahu mereka selalu

membeli dengan uang

tidak pake barang.

Adakah unsur-unsur baru yang akan atau sudah ditambahkan untuk kepentingan lebih lanjut

dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

Waktu pasar barter,

ada juga pedagang

yang menjajakan

barang-barangnya,

tetapi tempat

dipisahkan dari lokasi

barter.

Waktu pasar seingat

saya dulunya jam

09.00 tetapi sekarang

sudah jam 08.00. dan

adanya pedagang

yang jualan barang di

pasar barter itu, tetapi

itu dibeli dengan uang

Iya, unsur baru yang

dapat dilihat yakni

yang mengambil

bagian dalam pasar

barter bukan hanya

masyarakat pesisir

pantai dan gunung

tetapi juga sekarang

Pasar barter itu tetap

ada cuma yang

sekarang ini pasar

barter tidak lagi

seperti yang dulu.

Maksudnya bukan

hanya barang-barang

hasil mata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

100

dan tidak berpengaruh

terhadap pasar barter.

Hal itu dapat dilihat

sebagai suatu

kemajuan karena

orang tidak perlu

bersusah payah untuk

membelinya ke

ibukota kabupaten.

terbuka untuk siapa

saja, pedagang yang

lain, tetapi ciri dasar

pasar barter tetap

dipertahankan.

pencaharian mereka

saja yang ditukarkan,

tetapi sekarang itu

pasar barter bahkan

dijual pakaian,

makanan-makanan

yang sudah diolah

atau makanan jadi,

jadi seperti pasar pada

umumnya, tetapi yang

diutamakan disitu

tetaplah barternya

sendiri.

Untuk tempat yang

menjual makanan jadi

dan baju-baju itu

tempatnya dibedakan,

jadi tidak gabung

dengan lokasi barter.

Sebenarnya tidak jauh

dengan lokasi barter,

tetapi tempatnya

memang dibedakan

sendiri.

Dan penjual itu ada

yang dari luar daerah

Wulandoni, terutama

yang dari Lewoleba.

Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?

Tidak ada gedung

Tidak ada terpal

Tetapi diadakan

ditempat terbuka (di

bawah pohon).

Kekurangan dari pasar

barter itu menurut

saya sudah harus

dibuat tempat-tempat

yang layak untuk

orang duduk, ada

semacam tempat yang

dibuat permanen

sehingga orang

terlindung dari panas

matahari atau hujan

misalnya. Jadi ada

tempat duduk khusus

yang terlindung dari

sinar matahari atau

hujan sehingga aman.

Karena kalau hujan

turun, biasanya lari ke

Menurut saya tidak

ada. Tapi sebaiknya

jalanan di semua desa

Kecamatan

Wulandoni di aspal

atau rabat yang sudah

berlubang diperbaiki

sehingga

memudahkan orang

untuk sampai ke Pasar

Barter Wulandoni.

Kalau dari saya

pribadi, saya ingin

supaya pasar itu ada

tempat untuk

berteduh, jangan

hanya sekedar tempat

terbuka, tetapi ada

bangunan untuk

berlindung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

101

pohon atau mungkin

ada yang bawa

payung kecil, ya

syukur dia biasa

melindungi dirinya.

Jadi kekurangannya

ya itu, memang pasar

tradisional tapi tidak

seperti di pasar-pasar

yang sekarang di kota

ada tempat begitu,

jadi ini terbuka.

Dari wawancara di atas dapat terlihat bahwa pengembangan

Pasar Barter Wulandoni masih diinginkan oleh masyarakat Kecamatan

Wulandoni. Mereka menginginkan memiliki gedung untuk berteduh di

pasar dan jalan aspal atau rabat untuk memudahkan semua orang dari

desa masing-masing untuk sampai ke Pasar Barter Wulandoni. Hanya

itu saja yang diinginkan masyarakat sampai saat ini untuk

pengembangan pasar kedepannya.

D. PASAR BARTER WULANDONI DI TENGAH PANDEMI COVID19

Pasar Barter Wulandoni mulai beroperasi sejak ratusan tahun yang

lalu. Sepanjang sejarah itu sampai saat ini, pasar barter baru tutup dalam

waktu yang lama selama dua kali. Yang pertama karena bentrokan berdarah

pada tanggal 17 Agustus 2014 antara warga Desa Pantai Harapan dengan

warga Desa Wulandoni. Bentrokan itu terjadi disebakan oleh persoalan tanah,

lebih tepatnya batas wilayah. Masyarakat Pantai Harapan membuat gapura

wilayah mereka di Desa Wulandoni. Masyarakat Wulandoni tidak terima akan

hal tersebut, sehingga kerusuhan pun terjadi. Karena hal tersebut Pasar Barter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

102

Wulandoni ditutup selama tiga tahun. Waktu yang cukup lama sehingga

masyarakat merasa kesusahan. Sebenarnya yang ambil bagian dalam

bentrokan/kerusuhan itu adalah masyarakat yang juga ambil bagian dalam

Pasar Barter Wulandoni. Karena Pasar Barter Wulandoni sudah menjadi

jantung bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hanya saja demi menjaga

agar tidak terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak lagi, diambillah

keputusan oleh pemerintah untuk menutup Pasar Barter Wulandoni tersebut.

Tetapi tepat pada hari sabtu, 05 Agustus 2017 dimulailah kembali pusat

perekonomian masyarakat Wulandoni, yaitu Pasar Barter Wulandoni yang

ditandai dengan seremonial peniupan fluit oleh Bupati Lembata Eliaser Yentji

Sunur di gerbang masuk pasar. Penuturan seorang Bapak bernama Yosef Boli

Gokok (71 tahun), warga Desa Wulandoni yang ikut serta dalam kegiatan

pembukaan kembali pasar tersebut menyatakan selama ini dirinya dan

keluarga bahkan hampir seluruh masyarakat Wulandoni menggantungkan

hidup keluarga dengan menukar ikan tangkapannya dengan bahan makanan

lain dari pegunungan. Untuk itu Bapak Yosef mengaku sangat kesulitan

selama ini untuk memperoleh bahan makanan bagi orang pantai sejak tidak

beroperasinya pasar tradisional tersebut. “Selama ini kami menukar ikan dan

hasil tangkapan kami dengan bahan makanan dari saudara kami yang lain dan

sejak ditutup ini pasar kami mengalami kesulitan. Hari ini pasar sudah dibuka

kembali dan kami bisa tukar menukar lagi untuk keperluan hidup sehari-hari.”

(Website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

103

Yang kedua dikarenakan pandemi Covid19 yang disebabkan oleh

virus Corona yang telah masuk ke Indonesia bahkan ke Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Penutupan pasar barter oleh pandemi ini adalah pada bulan

Maret 2020. Selama kurang lebih dua bulan Pasar Barter Wulandoni tidak

diaktifkan. Tetapi karena mengingat seluruh masyarakat tetap harus

melanjutkan hidup di tengah pandemi ini, maka akhirnya dibuat keputusan

bahwa barter bisa terjadi di setiap desa di Kecamatan Wulandoni secara

bergilir, supaya masyarakat tidak merasa kesulitan seperti penutupan pertama

Pasar Barter Wulandoni. Dalam kegiatan berbarter di tiap desa secara bergilir

tersebut, masyarakat tetap harus menaati protokol kesehatan yang dianjurkan,

yaitu menggunakan masker, menjaga jarak satu orang dengan yang lainnya,

dan pastinya mencuci tangan. Salah satu keuntungan pasar barter di era

pandemi ini adalah karena tidak menggunakan uang yang menjadi salah satu

sarang virus. Tetapi memang kegiatan berbarter juga dapat membuat virus

menyebar lewat pertukaran barang tersebut, hanya saja lewat barter barang

tersebut biasanya hanya dipegang oleh dua orang yang ingin berbarter. Namun

kalau uang, dipegang oleh banyak orang sehingga menjadi sarang virus dan

uang mudah rusak jika dicuci, kalau barang yang dibarter malah sebaiknya

dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memasak.

Setelah dua bulan berlalu Pasar Barter Wulandoni akhirnya kembali aktif

dibuka tepatnya pada hari Sabtu, 16 Mei 2020. Banyak pedagang yang

bersyukur pasar barter kembali dibuka. Selama ini mereka tidak dapat menjual

atau menukarkan hasil komoditi karena pasar ditutup. Dengan dibukanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

104

kembali Pasar Barter Wulandoni tentu akan berdampak pada kehidupan

ekonomi mereka. Ketua DPRD Lembata, Petrus Gero menuturkan tradisi

barter di Pasar Wulandoni sesungguhnya merupakan kekayaan dan warisan

budaya yang masih tersisa di Lembata.” Kita harus terus melestarikan sebagai

kekayaan yang bernilai. ”Dibukanya pasar barter juga menerapkan protokol

kesehatan yang cukup ketat. Dimana para pedagang dan pembeli harus

mencuci tangan sebelum masuk ke dalam area pasar. Mereka juga wajib

mengenakan masker dan menerapkan aturan jaga jarak dimana dalam pasar

tersebut telah diberikan lingkaran putih sebagai tanda wilayah dari seseorang.

(Koran harian Pos Kupang, Minggu 17 Mei 2020).

E. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN

1. Makna filosofis (nilai-nilai mendasar) yang terkandung pada Pasar

Barter Wulandoni bagi masyarakat

Makna filosofis atau nilai mendasar adalah nilai yang dianggap baik oleh

kehidupan masyarakat sehingga kehidupan masyarakat tersebut bisa eksis

di masa mendatang.

a. Nilai Religius

Nilai religius yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni dapat

dilihat dari masyarakat yang mengikuti dan terlibat dalam pasar

tersebut bukan hanya masyarakat dari suatu agama saja, melainkan

dua agama, yaitu Katolik dan Islam. Mereka juga mengamalkan

ajaran agama mereka pada pasar barter seperti saling menghargai,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

105

saling tolong-menolong, tidak menipu, berbagi satu sama lain dalam

suka maupun duka, saling mendoakan, dan sebagai perekat satu sama

lain.

b. Nilai Tradisi

Nilai tradisi yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni dapat

dilihat dari pasar barter beserta kegiatan barternya yang merupakan

kebiasaan yang secara turun-temurun diwariskan dan dijaga oleh

masyarakat Kecamatan Wulandoni sampai saat ini.

c. Nilai Budaya (Peradaban)

Nilai budaya (peradaban) yang terdapat dalam Pasar Barter

Wulandoni dapat dilihat dari pasar barter beserta kegiatan barternya

sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimilki bersama oleh

masyarakat Wulandoni dan diwariskan kepada generasi ke generasi.

d. Nilai Keberagaman (Multikultural)

Nilai keberagaman (multikultural) yang terdapat dalam Pasar Barter

Wulandoni dapat dilihat dari dua agama yang berbaur menjadi satu

dan berbagai orang dengan profesi yang berbeda dapat disatukan.

Mereka bercampur menjadi satu dan tidak memandang perbedaan

yang ada diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi, tetapi

sebagai perekat satu sama lain. Tanpa adanya nelayan, orang tidak

bisa memakan ikan dan tanpa adanya petani, orang tidak bisa

memakan hasil pertanian atau perkebunan.

e. Nilai Gotong-Royong atau Kebersamaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

106

Nilai gotong-royong atau kebersamaan yang terdapat dalam Pasar

Barter Wulandoni dapat dilihat dari sikap saling membantu.

Misalnya saat ada yang membawa barang dengan beban berat, pasti

masyarakat akan menolong membawa barang tersebut ke tempatnya.

Selain itu biasanya ada orang yang kelihatannya sakit atau apa itu,

diberi makan diberi tempat duduk khusus dan diberi ikan. Ada lagi

pada musim hujan, itu kali-kali yang berdekatan dengan pasar barter

menjadi rusak atau apalah itu, maka mereka turun bersama dan

sehingga kali itu dapat lancar kembali.

f. Nilai Sosial atau Relasi Sosial

Nilai sosial atau relasi sosial yang terdapat dalam Pasar Barter

Wulandoni dapat dilihat dari pasar barter itu sendiri menjadi sarana

bertemunya para masyarakat, baik dari pegunungan maupun pesisir

pantai dan tentunya pada pertemuan itu mereka juga akan

bersosialisasi satu sama lain. Selain itu pasar barter bisa sebagai

sumber untuk mendapatkan informasi. Jadi orang bertukar informasi

di pasar barter tersebut.

g. Nilai Keadilan

Nilai keadilan yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni dapat

dilihat dari masing-masing orang menerima haknya dan juga

memberikan kewajibannya. Jika ada yang kurang atau rusak dari

barang tersebut, pastilah mereka menggantinya atau bahakan

menambahkannya dengan barang yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

107

2. Aktivitas-aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada Pasar

Barter Wulandoni.

Terdapat 6 aktivitas fundamental matematis pada Pasar Barter Wulandoni

menurut Bishop:

a. Aktivitas Counting pada Pasar Barter Wulandoni

Dalam Pasar Barter Wulandoni, aktivitas counting dapat

terlihat dari sistem perhitungan yang digunakan untuk kegiatan

berbarter. Sistem perhitungan tersebut disebut mongan/monga. Yang

artinya enam hasil pertanian (jagung, pisang, ubi) yang ditukarkan

dengan satu potong ikan atau satu tempurung garam atau satu

genggam kapur.

Dalam masyakarat Kecamatan Wulandoni juga memiliki

bahasa daerah yang terbagi atas dua daerah tersebut. Tetapi

perbedaan itu tidak terlalu mencolok, sehingga mereka dapat

mengerti satu sama lain jika sedang berbarter. Perbedaannya kadang

juga hanya dari sisi dialek/logat saja. Dalam menyebutkan bilangan

dalam berbarter ataupun kehidupan sehari-hari, masyarakat juga

menggunakan bahasa daerah masing-masing. Sehingga sistem

bilangan yang dipakai memang sama hanya penyebutannya berbeda

atau menggunakan bahasa mereka sendiri.

Dari daerah gunung:

Jagung = kwaror

Pisang = mukor/muku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

108

Ubi jalar = hura jalar/sawan

Ubi kayu = hura kaju

Sukun = punur

Kelapa = tapor

Sirih/pinang = malor/kleruk

1 = Tu 11 = Pul Tu Tu 21 = Pul Ju Tu

2 = Jua 12 = Pul Tu Jua 22 = Pul Ju Jua

3 = Telu 13 = Pul Tu Telu 23 = Pul Ju Telu

4 = Pat 14 = Pul Tu Pat 24 = Pul Ju Pat

5 = Lem 15 = Pul Tu Lem 25 = Pul Ju Lem

6 = Enem 16 = Pul Tu Enem 26 = Pul Ju Enem

7 = Pito 17 = Pul Tu Pito 27 = Pul Ju Pito

8 = Buto 18 = Pul Tu Buto 28 = Pul Ju Buto

9 = Siwa 19 = Pul Tu Siwa 29 = Pul Ju Siwa

10 = Sepuloh 20 = Pul Tu Sepuloh 30 = Pul Ju Sepuloh

Dan setrusnya sampai 100 = Ratutu dan 1000 = Ributu

Kalau dari daerah pantai:

1 ikan = vare tou

1 genggam garam/kapur = monga tou.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

109

Garam yang diisi dalam daun lontar = kube tou.

Satu = Tou

Dua = Rua

Tiga = Telu

Empat = Pat

Lima = Lem

Enam = Enem

Tujuh = Pitu

Delapan = Buto

Sembilan = Siwa

Sepuluh = Pulo

b. Aktivitas Locating pada Pasar Barter Wulandoni

Dalam aktivitas locating dapat dilihat dari tempat

berlangsungnya Pasar Barter Wulandoni. Dilihat dari namanya,

sudah dapat diketahui bahwa pasar barter ini berada di Kecamatan

Wulandoni. Tetapi semenjak terjadinya konflik antar warga saat itu,

maka pasar barter berpindah tempat di Lamalera. Setelah terjadi

perdamaian, Pasar Barter Wulandoni kembali dibuka dan Pasar

Barter di Lamalera pun tetap dibuka. Sehingga terdapat dua pasar

barter, tetapi yang paling banyak partisipannya hanyalah Pasar Barter

Wulandoni. Sedangkan sejak adanya pandemi Covid-19 ini, selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

110

dua bulan pasar barter di Wulandoni tidak dibuka. Masyarakat

akhirnya berinisiatif mengadakan barter di desa masing-masing

secara bergilir, tetapi jumlahnya dibatasi. Ini menandakan bahwa

pasar barter sangat erat hubungannya atau kaitannya dengan para

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing,

sehingga mereka juga tidak perlu bersusah payah untuk pergi ke ibu

kota kabupaten, yaitu Lewoleba yang jaraknya lebih jauh dari

mereka.

Sebelum memulai barter, masyarakat daerah gunung dan

daerah pesisir pantai akan berjalan menuju lokasi Pasar Barter

Wulandoni. Ada yang menggunakan kendaraan bermotor dan yang

kebanyakaan dipakai oleh masyarakat Kecamatan Wulandoni adalah

berjalan kaki. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang belum

memiliki kendaraan dan prasarana yang belum memedai atau

memfasilitasi kendaraan berjalan mulus di Kecamatan Wulandoni.

Kalau dengan berjalan kaki, biasanya orang desa Lewuka dan

Lamalera bisa ditempuh dengan satu jam perjalanan. Tetapi jika

menggunakan kendaraan bermotor biasanya lebih cepat, yaitu tiga

puluh menit. Setelah sampai di Pasar barter, masyarakat selalu

menempati tempat yang telah disediakan dan tempat tersebut

dibedakan antara masyarakat gunung dan pesisir pantai. hal ini

dikarenakan mengantisipasi atau menghindari terjadinya transaksi

barter sebelum pasar barter dibuka secara resmi oleh mandor pasar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

111

dengan cara membunyikan pluit (veku). Lokasi pasar barter ini juga

hanya menjadi tempat untuk barter saja, tidak digunakan untuk

kegiatan lainnya di hari-hari yang lain. Sehingga hanya hari sabtulah

tempat pasar barter ini digunakan.

Banyak yang bertanya “kenapa pasar barter masih bisa eksis

sampai saat ini ya, padahalkan sudah ada uang yang lebih mudah

unntuk dipakai bertransaksi?” sebenarnya memang uang telah

digunakan dalam kegiatan di pasar barter, tetapi tetap yang paling

banyak adalah orang-orang yang melakukan barter barang dengan

barang. Hal ini karena masyarakat mempertahankan tradisi yang

telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang mereka.

sehingga walaupun sudah ada uang sebagai alat tukar, mereka tetap

pada tradisi yang ada, yaitu berbarter. Masyarakat sudah merasa

bahwa ini adalah budaya yang harus diturun-temurunkan sehingga

tidak boleh putus sehingga hubungan kita antar kampung dalam satu

kecamatan itu tetap berjalan baik dengan adanya jembatan melalui

pasar barter. Pasar barter itu juga bisa dijadikan sebagai sarana

informasi dan perekat dalam bidang agama. Misalnya, diumumkan

tambahan bahwa akan dilakukan pesta paskah yang akan terjadi

dikampung x, misalnya begitu. Sehingga masyaralat menjadi tahu

dan akan datang tanpa membedakan agamanya.

c. Aktivitas Measuring pada Pasar Barter Wulandoni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

112

Dalam aktivitas measuring, pasar barter Wulandoni sama sekali

tidak menggunakan alat ukur seperti timbangan, dll untuk membantu

mereka memperkirakan kesetaraan. Tetapi mereka memiliki sistem

pengukuran atau perhitungan yang sudah dijelaskan di atas, yaitu

monga/mongan. Di mana satu potong ikan atau satu tempurung

garam atau satu genggam kapur ditukarkan dengan enam hasil

pertanian (pisang, ubi, jagung, dll). Sistem ini dipakai oleh setiap

orang yang berbarter, kalau ada yang berbeda berarti itu kembali lagi

pada kesepakatan bersama dari kedua belah pihak. Hal ini karena

mereka masih memakai tradisi yang dulu dipakai oleh nenek

moyang. Masyarakat juga merasa hasil yang diterima dianggap

setara, hal ini dilandasi oleh rasa kekeluargaan yang ada. Kesetaraan

maupun keadilan dari masing-masing orang dapat juga dilihat dari

proses barter jagung. Jagung tersebut saat berbarter pasti akan

dikupas kulit luarnya untuk melihat apakah terjadi suatu kerusakan

dalam jagung tersebut, kalau memang ada, maka akan diganti atau

ditambah dengan jagung lainnya. Sehingga benar-benar terjadi

kesetaraan dan tidak terjadi pembodohan atau penipuan dalam proses

barter.

Mandor atau pegawai pasar juga tidak akan campur tangan dalam

proses barternya. Hanya saja jika terjadi keributan dalam berbarter,

barulah mereka bertindak. Tapi sampai sejauh ini, tidak ditemukan

masalah dalam berbarter, apalagi dalam masalah setara atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

113

sebandingnya. Karena mereka menganggap apa yang mereka beri

dan terima sudah setara, walaupun tanpa adanya alat ukur. Hal itu

dikarenakan masyarakat tidak melihat dari nilai yang mereka

dapatkan, tetapi dari kebutuhan yang mereka perlukan.

d. Aktivitas Designing pada Pasar Barter Wulandoni

Dalam aktivitas designing dilihat dari proses terbentuknya

pasar barter Wulandoni ini. Terbentuknya pasar barter Wulandoni ini

bukanlah atas dasar keputusan pemerintah untuk membuat pasar

barter, tetapi kesepakatan yang dibuat oleh nenek moyang zaman

dahulu, lebih tepatnya nenek moyang daerah Lewuka dan daerah

Lamalera. Dipilihnya Wulandoni sebagai tempat untuk pasar barter

karena jarak antara Lewuka dan Wulandoni sama dengan jarak

Lamalera dan Wulandoni. Bentuk pasar dari dulu sampai sekarang

tidak mengalami perubahan, bentuknya sama seperti pasar lainnya

(bentuknya seperti bentuk persegi panjang). Tetapi bedanya saat mau

melakukan barter kedua wilayah harus dipisah terlebih dahulu

supaya tidak ada yang start duluan untuk barter.

e. Aktivitas Playing pada Pasar Barter Wulandoni

Dalam aktivitas playing, dapat dilihat dari adanya proses tawar-

menawar yang terjadi dalam barter. Walaupun telah ada sistem

pengukuran atau perhitungan dalam proses barter, tetapi tidak

menutup kemungkinan orang melakukan suatu proses tawar-

menawar dalam barter tersebut. Misalkan contohnya jumlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

114

peserdiaan jagung kurang, bisa ditambah dengan barang yang lain,

misalnya ubi atau pisang. Atau ikan yang dibawa lebih satu (ikan

kecil), bisa ditawar untuk ditukarkan dengan 1 jagung. Atau ada yang

membawa ikan besar dalam bentuk bulat tidak dibagi-bagi lagi,

sehingga dia bisa menentukan apa saja yang ingin dibarter dengan

ikan tersebut, kalau kedua belah pihak setuju, terjadilah barter. Jadi

tidak mesti harus memakai monga/mongan.

f. Aktivitas Explaining pada Pasar Barter Wulandoni

Dalam aktivitas explaining, dapat terlihat dari proses barter

yang terjadi. Di mana dimulai dengan berkumpulnya masyarakat dari

berbagai desa di Kecamatan Wulandoni pada Pasar Barter

Wulandoni setiap hari sabtu pagi. Kemudian masyarakat gunung dan

pesisir pantai menempati lokasinya masing-masing karena pada awal

sebelum memulai barter, dipisahkan terlebih dahulu supaya tidak

terjadi proses barter sebelum pasar barter dimulai. Masyarakat

daerah pesisir pantai akan menempati tempat di barat pasar dan

masyarakat daerah gunung disebelah timurnya. Sebelum dimulainya

pasar barter, mandor pasar akan meminta pajak (bisa berupa barang

atau uang) yang disebut tere laku. Kemudian tepat pukul 08.00

dimulailah pasar barter yang ditandai dengan bunyi pluit (fluit) dari

mandor pasar. Setelah itu, masyarakat daerah pesisir pantai akan

berpindah tempat dan mengelilingi di tempat daerah gunung untuk

melakukan barter (daerah gunung tetap ditempat). Setelah saling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

115

sepakat antara masyarakat daerah pesisir pantai dan gunung,maka

terjadilah proses barter disitu. Kebanyakan masyarakat menggunakan

aturan mongan/monga untuk melakukan barter tetapi ada juga yang

memakai sistem tawar-menawar. Tergantung kesepakatan kedua

belah pihak.

Pada zaman dahulu memang orang sama sekali tidak

menggunakan uang dalam pasar barter. Hal ini dikarenakan

peredaran alat tukar uang sangatlah terbatas. Tetapi sekarang

penggunaan uang dalam pasar barter sudah dapat digunakan,

walaupun sudah dapat digunakan hanya sebagian kecil orang yang

menggunakan uang. Masyarakat tetap berpegang teguh pada tradisi

yang ada, bahwa pasar ini bukanlah sebagai pasar kebanyakan tetapi

pasar barter yang memperoleh barang dari hasil tukar menukar

barang bukan membeli dengan uang. Untuk waktu pembelian bagi

para pegawai atau yang tidak mempunyai barang untuk ditukarkan

itu tergantung atau tidak dibatasi siapa duluan siapa duluan, bebas.

Misalnya, sebelum barter dimulai yang datang mau membeli

menggunakan uang, tidak dilarang. Tapi kalau sudah jamnya barter,

tetap hanya barter saja. Jadi tidak dibatasi atau dilarang, tetapi tetap

yang barter yang diutamakan.

Masyarakat yang melakukan barter tidak pernah ribut hanya

karena masalah kesetaraan barang yang didapatkan dengan yang

diberikan tidak setara (atau dengan kata lain rugi). Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

116

dikarenakan pelaku transaksi barter tidak pernah melihat dari nilai

barang tersebut tetapi dari manfaatnya untuk mereka.Masyarakat

yang melakukan barter tidak pernah ribut hanya karena masalah

kesetaraan barang yang didapatkan dengan yang diberikan tidak

setara (atau dengan kata lain rugi). Hal ini dikarenakan pelaku

transaksi barter tidak pernah melihat dari nilai barang tersebut tetapi

dari manfaatnya untuk mereka.

Selain itu, Pasar Barter ini masih sampai sekarang dan tetap

eksis walaupun alat tukar uang sudah ada, hal ini dikarenakan

masyarakat menganggap pasar barter ini sudah menjadi suatu tradisi

dan budaya yang harus diturun-temurunkan sehingga tidak boleh

putus. Walaupun uang juga tetap digunakan untuk hal lainnya.

Pemilihan hari sabtu pagi juga didasrkan pada kegiatan dari

masyarakat. Masyarakat biasanya bekerja di laut atau di kebun pada

hari senin sampai sabtu. Hari minggu adalah hari gereja dan istirahat.

Sehingga jika mereka mendapatkan hasil dari berkebun ataupun

berlayar, akan mereka simpan sampai pada hari sabtu di mana semua

orang dapat menukarkan hasil mereka masing-masing.

Hasil-hasil yang mereka dapatkan dari berkebun dan berlayar

mencari ikan, pastilah menjadi bahan yang dapat mereka gunakan

sebagai bahan pertukaran di pasar barter karena jika bukan dari

barang atau bahan tersebut, barang apalagi yang bisa ditukarkan.

Sudah jelas jika barang yang mereka beli misalnya, akan mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

117

gunakan sehingga bukan untuk dibarter lagi. Selain itu, untuk aturan

pertukaran 1 ikan dengan 1 mongan, memang telah menjadi aturan

dari nenek moyang. Karena mereka menganggap bahwa hal tersebut

setara atau sebanding.

F. ASPEK-ASPEK MATEMATIS YANG MEMILIKI HUBUNGAN

DENGAN PASAR BARTER WULANDONI

Dari hasil wawancara, diketahui bahwa bentuk pasar berupa persegi

panjang. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis

pada bentuk Pasar Barter Wulandoni adalah Bangun Datar yang berbentuk

persegi panjang.

Dari hasil wawancara, diketahui bahwa jarak dari desa lain ke Pasar

Barter Wulandoni cukup jauh. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh

bahwa aspek matematis pada bentuk Pasar Barter Wulandoni adalah

Pengukuran.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat menggunakan

aturan mongan/monga dimana 1 mongan/monga itu berjumlah 6 buah.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis pada aturan

mongan/monga adalah Pola Bilangan.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat menggunakan

aturan mongan/monga dimana 1 mongan/monga (6 buah) ditukar dengan 1

ikan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek matematis pada 1

mongan/monga ditukar dengan 1 ikan adalah Perbandingan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

118

Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat memiliki bahasa

daerah dalam penyebutan bilangan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh

bahwa aspek matematisnya adalah Bilangan.

Dari hasil wawancara, diketahui bahwa rantang yang digunakan untuk

menaruh garam dan baskom untuk menaruh ikan yang berbentuk seperti

tabung tanpa tutup. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa aspek

matematis pada bentuk Pasar Barter Wulandoni adalah Bangun Ruang yang

berbentuk tabung tanpa tutup.

Dari hasil wawancara juga diketahui bahwa ada beberapa hal, seperti:

pemilihan hari barter, eksisnya pasar barter padahal sudah ada uang, barang-

barang yang dapat dibarter, dan aturan mongan. Berdasarkan hal tersebut

terdapat unsur logika yang ada didalamnya.

Setelah aspek matematis yang didapat secara tersurat dalam Pasar

Barter Wulandoni berdasarkan hasil wawancara para narasumber, terdapat

pula aspek matematis yang didapatkan secara tersirat (dari pemikiran peneliti).

Dari sisi perhitungan hasil pertanian atau hasil laut yang dibarter dalam

periode satu bulan. Misal berapa kuantitas dari hasil-hasil yang telah terbarter,

ikan berpa kg, ubi berapa kg. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa

terdapat aspek matematisnya adalah tentang operasi hitung penjumlahan dan

perkalian. Dari segi jenis barang yang dibarter, maka diperoleh bahwa terdapat

aspek matematisnya adalah operasi hitung dan pengelompokan data. Selain itu

dari sisi perhitungan tentang barang yang paling banyak dibarter, maka

diperoleh bahwa terdapat aspek matematisnya adalah statistika tentang modus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

119

Dari segi banyaknya orang yang datang ke Pasar Barter Wulandoni selama

periode satu bulan, maka diperoleh bahwa terdapat aspek matematisnya adalah

statistika. Ada juga tentang jarak dan lamanya waktu yang ditempuh

masyarakat dari desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni. Dalam hal ini

diperoleh bahwa terdapat aspek matematisnya adalah pengukuran tentang

panjang dan waktu. Selanjutnya dari peluang dibarternya suatu barang dan

peluang paling besar barang yang dibarter. Sehingga diperoleh bahwa terdapat

aspek matematisnya adalah probabilitas.

Tabel 4.9 Aspek Matematis

No Hal yang diamati

Aktivitas

Fundamental

Matematis

Materi matematika

yang sesuai

1 Bentuk pasar

Designing Bangun Datar

(Persegi panjang)

2 Aturan 6 buah

(monga/mongan)

Counting

Measuring

Explaining

Pengukuran

Logika

3 Sistem tukar-menukar Counting

Measuring

Explaining

Playing

Perbandingan

Aritmetika Sosial

(Nilai Suatu Barang)

4 Penyebutan bilangan

dalam bahasa daerah

Counting Bilangan

5 Rantang garam atau

baskom untuk menaruh

ikan

- Bangun Ruang

(Tabung Tanpa

Tutup)

6 Perhitungan hasil

pertanian/laut yang

dibarter selama sebulan

- Operasi Hitung

7 Barang yang paling

banyak dibarter

- Statistika (Modus)

8 Banyaknya orang yang

datang ke Pasar Barter

Wulandoni selama

periode satu bulan

- Statistika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

120

9 Jarak yang ditempuh dari

desa lain menuju lokasi

Pasar Barter Wulandoni

Locating Pengukuran

10 Lamanya waktu yang

ditempuh dari desa lain

menuju Pasar Barter

Wulandoni

- Pengukuran

11 Peluang dibarternya

suatu barang

- Probabilitas

12 Peluang paling besar

barang yang dibarter

- Probabilitas

Contoh Soal:

Bentuk Pasar : Bangun Datar (Persegi panjang)

Kepala Pasar Wulandoni berencana akan membangun base untuk masing-masing pelaku

barter di Pasar Barter Wulandoni. Lahan pasar berbentuk persegi panjang dengan luas

7.500 m2 dan perbandingan panjang dan lebarnya adalah 4 : 3. Berapakah total base yang

dapat dibuat jika jarak masing-masing base 1 meter dan base berbentuk persegi dengan

setiap luasan base 4 m2?

Penyelesaian:

Luas m2

Perbandingan panjang dan lebar :

m

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

121

m

Maka didapat jumlah base dari panjang dan lebar pasar yang telah diketahui:

base sisa m

base

Sehingga :

Total base base

Sistem tukar-menukar : Perbandingan dan Aritmetika Sosial (Nilai Suatu Barang)

Dalam suatu barter pada Pasar Barter Wulandoni, Retha ingin menukarkan 10 hasil

lautnya, yaitu ikan dengan hasil pegunungan, yaitu pisang, jagung, dan ubi yang besar.

Berapa banyak kemungkinan yang Retha dapatkan jika ketiga hasil pegunungan tersebut

harus ada dalam proses barter? Minimum berapa ikan yang dapat ditukarkan oleh Retha?

Berapa peluang Retha menukarkan 1 ikan dengan jagung? (1 ikan = 1 mongan

jagung/pisang atau 3 ubi besar)

Penyelesaian:

a. Banyaknya kemungkinan yang didapat Retha

Dengan cara mendata:

Jagung Pisang Ubi

1 1 8

1 2 7

1 3 6

1 4 5

1 5 4

1 6 3

1 7 2

1 8 1

2 1 7

2 2 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

122

2 3 5

2 4 4

2 5 3

2 6 2

2 7 1

3 1 6

3 2 5

3 3 4

3 4 3

3 5 2

3 6 1

4 1 5

4 2 4

4 3 3

4 4 2

4 5 1

5 1 4

5 2 3

5 3 2

5 4 1

6 1 3

6 2 2

6 3 1

7 1 2

7 2 1

8 1 1

Total keseluruhan kemungkinan di atas adalah

b. Minimum ikan yang dapat ditukarkan Retha

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

123

Minimum ikan yang dapat ditukarkan Retha untuk mendapatkan ketiga hasil

pegunungan tersebut adalah 3 ikan.

c. Peluang Retha menukarkan 1 ikan dengan jagung

Peluang 1 ikan ditukarkan dengan jagung berarti hanya dapat ditukarkan dengan 1

mongan jagung. Sehingga jika dilihat pada tabel di atas, maka banyaknya

kemungkinan 1 ikan ditukarkan dengan 1 mongan jagung ada 8 kemungkinan. Jadi

peluang Retha menukarkan 1 ikan dan jagung adalah

Penyebutan bilangan dalam bahasa daerah : Bilangan

Ryan membawa 20 sisir pisang yang berjumlah 8 buah pada masing-masingnya dan 15

jagung untuk dibarter. Dalam proses barter Ryan menukarkan pisangnya dengan 2 ikan

dan jagung dengan 1 ikan. Berapakah sisa pisang dan jagung yang harus dibawa pulang

oleh Ryan ? (Jawaban bilangannya dalam bahasa daerah Ryan)

Penyelesaian:

2 ikan = 12 pisang

1 ikan = 6 jagung

Sisa pisang ( ) buah

Sisa jagung buah

Rantang garam atau baskom untuk menaruh ikan : Bangun Ruang (Tabung Tanpa

Tutup)

Sebuah rantang garam memiliki diameter 15 cm dan tinggi 13,5 cm. Rantang tersebut

mampu menampung 1 kg garam. Jika kita ingin mengisi penuh garam pada sebuah

rantang dengan diameter 50 cm dan tinggi 100 cm, serta mampu menampung erapa

kali penuangan utnuk memindahkan garam menggunakan rantang berdiameter kecil

untuk mengisi penuh rantang berdiameter besar?

Penyelesaian:

Rantang Garam Kecil:

cm

cm

Volume Rantang Garam Kecil cm3

Rantang Garam Besar:

cm

cm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

124

Volume Rantang Garam Besar cm3

Jumlah penuangan rantang garam kecil ke rantang garam besar:

Rantang Besar : Rantang Garam kali

Jadi, 83 kali penuangan untuk memindahkan garam menggunakan rantang berdiamater

kecil untuk mengisi penuh rantang berdiameter besar.

Jarak yang ditempuh dari desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni : Pengukuran

Lamanya waktu yang ditempuh dari desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni :

Pengukuran

Berapakah kecepatan rata-rata langkah kaki seseorang atau kecepatan rata-rata motor dari

desa lain menuju Pasar Barter Wulandoni?

Perhitungan hasil pertanian/laut yang dibarter selama sebulan : Operasi Hitung

Banyaknya orang yang datang ke Pasar Barter Wulandoni selama periode satu

bulan : Statistika

Barang yang paling banyak dibarter : Statistika

Peluang dibarternya suatu barang : Probabilitas

Peluang paling besar barang yang dibarter : Probabilitas

Pergilah ke Pasar Barter Wulandoni selama sebulan, amatilah keadaan di sana, dan isilah

tabel di bawah ini.

N

o

Masyarakat

Gunung

Barang yang telah dibarter

Jagung Pisang Ubi …….. ……..

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

N

o

Masyarakat

Pesisir

Pantai

Barang yang telah dibarter

Ikan Paus Ikan Pari Garam

(rantang) …….. ……..

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

125

Setelah mengisi tabel di atas, silahkan menyelesaikan soal-soal di bawah ini!

1. Buatlah data di atas dalam bentuk diagram batang!

2. Berapakah total masing-masing barang yang telah dibarter?

3. Berapakah total semua barang yang telah dibarter?

4. Manakah barang yang paling banyak dibarter?

5. Manakah barang yang paling sedikit dibarter?

6. Berapa peluang dibarternya masing-masing barang?

7. Berapa peluang paling besar barang yang dibarter?

8. Berapa banyak orang yang datang ke Pasar Barter Wulandoni selama periode satu

bulan?

G. PENGEMBANGAN PASAR BARTER WULANDONI KE DEPANNYA

Pengembangan Pasar Barter Wulandoni dibagi menjadi dua, yaitu dari segi

pendapat masyarakat Kecamatan Wulandoni dan dari segi rancangan peneliti.

1. Dari Segi Pendapat Masyarakat Kecamatan Wulandoni

Sampai saat ini perkembangan pasar barter dari dahulu ke

sekarang mungkin hanya pada cara bertransaksi yang dapat

menggunakan uang, tetapi bukan berarti hal tersebut menghilangkan

sedikit demi sedikit ciri pasar, yaitu barter. Barter tetaplah menjadi

tradisi yang tidak akan dihilangkan.

Setelah mengetahui perkembangan yang telah terjadi dahulu kala

ke sekarang, pastilah peneliti ingin mengetahui apa saja pengembangan

yang mungkin telah di gagas oleh masyarakat Kecamatan Wulandoni.

Hanya saja dari hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti, ternyata

tidak terdapat rencana pengembangan yang akan dikembangkan untuk

Pasar Barter Wulandoni sampai saat ini. Tetapi dari para narasumber ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

126

yang memiliki keinginan pribadi untuk pengembangan pasar ke

depannya. Inilah rincian keinginan yang disampaikan oleh narasumber:

a. Pasar barter sampai sekarang belum memiliki gedung. Sehingga

mereka berharap agar pasar barter ini bisa dibuatkan gedung agar

terhindar dari panasnya matahari dan dinginnya hujan.

b. Tidak adanya terpal sebagai alat untuk berlindung sehingga ke

depannya mungkin bisa disediakan terpal untuk berlindung jika

memang gedung pasar belum dapat terealisasi.

c. Tempat untuk berteduh, jangan hanya sekedar tempat terbuka,

tetapi ada bangunan untuk berlindung.

d. Jalan menuju ke pasar sebaiknya menggunakan aspal atau rabat

yang sudah lubang diperbaiki.

Dari rincian di atas, sebenarnya memiliki satu kesimpulan yang

dapat diambil, yaitu diperlukan adanya tempat mungkin untuk

berlindung dari terik matahari ataupun air hujan. Sehingga masyarakat

bisa merasa nyaman selama berada di pasar barter. Kebanyakan pasar

yang kita ketahui sudah memiliki tempat berlindung, sehingga sebaiknya

Pasar Barter Wulandoni juga memiliki tempat untuk berlindung, seperti

gedung misalnya. Selain itu juga tentang sarana prasarana yang memadai

menuju pasar dibuat atau diperbaiki, supaya memudahkan masyarakat

untuk sampai ke pasar barter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

127

Gambar 4.1 Tempat yang Digunakan dalam Proses Barter Hanya

Menggunakan Karung

2. Dari Segi Rancangan Peneliti

Dalam merancang pengembangan ini, peneliti menggunakan teori

pengembangan produk dari ilmu ekonomi. Terdapat delapan tahapan

untuk mengembangkan produk menurut Tjiptono (2008):

a. Analisis Kebutuhan Pelanggan

Dalam tahapan ini, peneliti merangkum kebutuhan-

kebutuhan dari masyarakat Kecamatan Wulandoni diantaranya

ketersediaan sarana dan prasarana seperti yang telah disampaikan

diatas tentang pengembangan Pasar Barter Wulandoni dari segi

pendapat masyarakat Kecamatan Wulandoni, yaitu:

1) Pasar barter sampai sekarang belum memiliki gedung.

Sehingga mereka berharap agar pasar barter ini bisa dibuatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

128

gedung agar terhindar dari panasnya matahari dan dinginnya

hujan.

2) Tidak adanya terpal sebagai alat untuk berlindung sehingga ke

depannya mungkin bisa disediakan terpal untuk berlindung jika

memang gedung pasar belum dapat terealisasi.

3) Tempat untuk berteduh, jangan hanya sekedar tempat terbuka,

tetapi ada bangunan untuk berlindung.

4) Jalan menuju ke pasar sebaiknya menggunakan aspal atau rabat

yang sudah lubang diperbaiki.

Dalam menganalisis kebutuhan pelanggan, peneliti juga

melakukan peninjauan terhadap Pasar Barter Wulandoni. Dari sini

terlihat ada hal-hal yang sudah baik dan ada yang belum baik pula.

Hal-hal yang sudah baik dalam Pasar Barter Wulandoni adalah

sebagai berikut:

1) Saling menguntungkan antara satu sama lain baik antara

masyarakat daerah pesisir pantai dan daerah gunung.

Sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2) Terdapat barang-barang dari hasil pertanian dan hasil laut

yang beragam. Tidak terbatas misal dari daerah gunung

hanya ubi saja dan dari daerah pesisir pantai hanya ikan saja.

3) Terkait pandemi virus corona yang terjadi pada tahun 2020

ini, hal baik yang dapat diambil dari semua pasar barter,

khususnya Pasar Barter Wulandoni adalah tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

129

menggunakan unag, yang mana diketahui, uang adalah salah

satu sumber penularan virus atau rentan sebagai tempat

bersarangnya virus.

4) Sarana pertukaran infomasi.

5) Memperkuat sikap toleransi yang sudah ada, baik dari segi

agama maupun dari segi kemanusiaan. Sikap toleransi sendiri

sudah dimiliki masyarakat sebelum adanya Pasar Barter

Wulandoni, sehingga dengan adanya Pasar Barter Wulandoni

ini semakin memperkuat sikap toleransi yang ada dalam

masyarakat.

6) Kejujuran adalah prinsip yang dipegang teguh oleh

masyarakat. Masyarakat tidak memiliki niat menipu dalam

berbarter.

7) Tidak ada persepsi untung rugi secara finansial yang dapat

menimbulkan konflik. Semua dianggap setara dalam

berbarter.

Hal-hal yang belum baik dalam Pasar Barter Wulandoni adalah

sebagai berikut:

1) Tidak semua hasil pertanian dijadikan barang barter.

2) Seperti telah dikemukan oleh para narasumber bahwa dari

dahulu kala sampai sekrang belum ada gedung yang dibuat

untuk melindungi masyarakat pasar dari teriknya matahari

ataupun dinginnya air hujan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

130

3) Akses menuju Pasar Barter Wulandoni dari desa-desa pun

masih terhambat karena tidak menggunakan jalanan aspal.

Walaupun ada sebagian jalan yang sudah menggunakan jalan

rabat tetapi banyak juga jalan rabat tersebut yang sudah

hancur dan rusak parah. Pemerintah Kabupaten Lembata

harusnya lebih memperhatikan pembangunan sarana dan

prasarana agar seluruh wilayah di Kabupaten Lembata

merata.

4) Selain Pasar Barter Wulandoni, di Kecamatan Wulandoni

sendiri sudah memiliki objek wisata yang terkenal di

Indonesia, yaitu budaya penangkapan ikan paus di daerah

Lamalera. Seharusnya ini menjadi awal yang baik agar Pasar

Barter Wulandoni juga dapat dijadikan sebagai kumpulan

objek wisata yang ada di Kecamatan Wulandoni.

5) Para pelajar yang berasal dari daerah Wulandoni biasanya

hanya ikut orang tua mereka atau menggantikan orang tua

mereka untuk berbarter di Pasar Barter Wulandoni. Mereka

tidak diajak oleh para pengajar untuk menjadikan Pasar

Barter sebagai objek pembelajaran.

6) Pasar Barter Wulandoni belum mengikuti perkembangan

zaman yang ada.

7) Pasar barter ini hanya ada di desa Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

131

8) Barang yang ditukarkan harus dibawa ke Pasar Barter

Wulandoni.

9) Barang yang dibarter hanya bahan-bahan mentah.

Oleh karena itu, peneliti mengajukan rancangan pengembangan

Pasar Barter Wulandoni yang akan tampak dalam tahapan

pengembangan pemunculan gagasan di bawah ini.

b. Pemunculan Gagasan

Selain kebutuhan yang dipaparkan masyarakat Wulandoni di

atas, kebutuhan lain yang dapat menjadi ide pengembangan Pasar

Barter Wulandoni adalah sebagai berikut:

1) Bahan-bahan barter

Ketersediaan bahan-bahan yang cukup untuk proses barter dan

untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari merupakan salah

satu hal yang penting dalam pasar barter sekarang ini maupun

ke depannya. Adapun bahan yang dimaksud selain bahan yang

sebelumnya telah tersedia di Pasar Barter Wulandoni, juga

bahan-bahan lain sebagai bahan tambahan, misalnya beras, atau

sayuran organik.

2) Pemberian Workshop

Dapat diberikan workshop pengembangan Usaha Kecil

Menengah (UKM) sehingga bahan-bahan dasar untuk proses

barter dapat diolah menjadi bahan dengan nilai tukar lebih

tinggi, misalnya ikan diolah menjadi bakso ikan, ubi menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

132

kripik ubi, dan lain-lain. Sehingga nantinya barter tidak hanya

untuk bahan mentah saja tetapi juga untuk bahan jadi yang

pasti nilainya lebih tinggi.

3) Perluasan Pasar Barter

Pengembangan selanjutnya yang dapat dikembangkan adalah

tentang perluasan pasar barter. Di mana pasar barter tidak

hanya ada di desa Wulandoni, tetapi juga ada di desa-desa

lainnya. Sehingga secara bergilir pasar barter itu masuk ke

desa-desa Kecamatan Wulandoni dan lebih melestarikan pasar.

Karena jika hanya ada di Wulandoni maka mungkin saja bisa

hilang tergerus zaman karena kemalasan orang untuk pergi ke

Wulandoni.

4) Objek Wisata

Pasar Barter Wulandoni sampai sekarang mungkin sudah

cukup dikenal, tetapi tidak lebih terkenal dari budaya

penangkapan ikan paus yang berada di Kecamatan Wulandoni

juga yang lebih tepatnya berada di dasa Lamalera. Oleh karena

itu, sebagai pelengkap pariwisata yang ada di Kecamatan

Wulandoni, seharusnya budaya Pasar Barter Wulandoni juga

masuk dalam objek pariwisata yang menjadi destinasi wisata

untuk selalu menarik pengunjung untuk datang ke Kecamatan

Wulandoni yang dapat menjadi pemasukan bagi kecamatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

133

sehingga kecamatan dapat memperbaiki bahkan menambah

yang perlu ditambah khususnya untuk Pasar Barter Wulandoni.

5) Sarana Pembelajaran

Dari sisi pendidikan, sebaiknya Pasar Barter Wulandoni ini

dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Peserta didik

diajak untuk terjun langsung ke dalam proses barter sehingga

para generasi muda lebih mencintai dan meneruskan warisan

budaya agar tidak hilang ke depannya. Sarana pembelajaran itu

bisa datang langsung ke Pasar Barter Wulandoni dan bisa

membuat buku-buku pembelajaran yang semua isinya

berkaitan dengan Pasar Barter Wulandoni, baik secara online

maupun cetak.

6) Pasar Barter Online

Seperti halnya buku yang bisa dibuat online, peneliti juga

berpikir untuk membuat pasar barter ini dalam versi online,

dalam bentuk aplikasi yang dapat di download secara gratis di

play store atau app store. Dalam bentuk seperti ini agar

memudahkan orang, misalnya dalam hal membawa barang-

barang yang dibutuhkan ke pasar karena msyarakat sudah

mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan masyarakat dari

seberang. Atau aplikasi online itu bisa terhubung dengan

semacam ojek online supaya masyarakat tidak perlu pergi ke

pasar. Sehingga dapat menjadi pasar barter online.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

134

c. Penyaringan Ide dan Evaluasi

Dalam penyaringan ide ini maka gagasan atau ide yang

mungkin belum bisa dikembangkan untuk era sekarang adalah ide

pengembangan terakhir, yaitu ide untuk membuat pasar barter

online beserta ojek onlinenya. Hal ini dikarenakan harus

terealisasikan dulu pengembangan dalam hal sarana dan prasaran

semacam jalan yang bagus dan alat transportasinya, serta sinyal

provider yang harus masuk di semua kawasan Kecamatan

Wulandoni terlebih dahulu barulah bisa terwujud pengembangan

pasar barter online. Sehingga pengembangan ini cocok untuk

pengembangan jangka panjang.

d. Analisis Bisnis

Dalam pengembangan Pasar Barter Wulandoni akan

melewati tahapan ini. Hal ini dikarenakan penelitian ini hanya

berbicara tentang pengembangan yang ada tanpa menganalisis

bisnis ini dalam bentuk ilmu ekonomi. Seperti bagaimana ramalan

penjualan-pembeliannya, ataupun biaya untuk pengembangannya.

e. Pengembangan Strategi Pemasaran

Pada tahapan ini, peneliti memerlukan startegi pemasaran.

Di mana peneliti berencana melakukan pengembangan strategi

pemasaran dari sisi menjelaskan produk yang direncanakan kepada

masyarakat Kecamatan Wulandoni. Karena merekalah yang akan

berperan aktif dalam perencanaan pengembangan ini. Tahapan ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

135

masih dalam rencana karena peneliti ingin langsung bertemu dengan

para masyarakat atau bertemu dengan pejabat daerah yang

mengurus tentang pasar barter tersebut.

f. Pengembangan Produk

Pengembangan produk ini dapat terlaksana jika para

masyarakat dan pejabat pemerintah setuju dengan pengembangan

yang dibuat oleh peneliti. Sehingga pengembangan tersebut dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat yang melakukan kegiatan

barter di Pasar Barter Wulandoni.

Pengembangan yang ditawarkan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1) Kebutuhan lain yang perlu ditambahkan dalam pasar barter.

2) Workshop pengembangan Usaha Kecil Menengah

3) Perluasan pasar barter

4) Objek pariwisata

5) Bahan pembelajaran kontekstual (Sarana Pembelajaran)

g. Pengujian Produk dan Pasar

Pengembangan tersebut tidak diujikan pada Pasar Barter

Wulandoni karena peneliti hanya sebatas ide untuk pengembangan

Pasar Barter Wulandoni.

h. Komersialisasi

Tahapan ini juga tidak dilaksanakan karena peneliti hanya

sebatas ide untuk pengembangan Pasar Barter Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

136

H. IMPLEMENTASI HASIL KAJIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP

PASAR BARTER WULANDONI SEBAGAI MASALAH

MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI

SEKOLAH

Impelementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter

Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika di

sekolah adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar

Kerja Kelompok (LKK) yang telah dikembangkan oleh peneliti berbasis

etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni. Dalam penelitian

pengembangan menurut Plomp, tetapi dalam penelitian ini pelaksanaanya

hanya sampai fase keempat, berikut ini akan dijelaskan fase-fasenya:

1. Fase Investigasi Awal (Preliminary Research)

Pada tahap ini, telah dilakukan proses analisis terkait dengan

perolehan informasi mengenai aspek-aspek matematis yang terdapat

dalam Pasar Barter Wulandoni. Dalam proses ini juga dilakukan proses

pengumpulan data melalui wawancara kepada narasumber secara tidak

langsung. Sebenarnya ada juga proses pengamatan langsung yang

seharusnya dilakukan oleh peneliti dan pengmabilan bukti atau

dokumentasi berupa foto dan video. Hanya saja hal ini tidak dapat

dilakukan dikarenakan keterbatasan penelitian, yaitu adanya Covid-19

sehingga Pulau Lembata menutup akses untuk masuk ke pulau tersebut.

Dalam proses pengumpulan data, diperoleh beberapa data yang dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

137

digunakan untuk pengembangan perangkat pembelajaran matematika

yang didasarkan pada Pasar Barter Wulandoni. Berikut beberapa materi

pembelajaran matematika dengan didasarkan pada hasil pengumpulan

data terkait Pasar Barter Wulandoni.

Tabel 4.10 Aspek Matematis

No Hal yang diamati

Aktivitas

Fundamental

Matematis

Materi matematika

yang sesuai

1 Bentuk pasar

Designing Bangun Datar

(Persegi panjang)

2 Aturan 6 buah

(monga/mongan)

Counting

Measuring

Explaining

Pengukuran

3 Sistem tukar-menukar Counting

Measuring

Explaining

Playing

Perbandingan

Aritmetika Sosial

(Nilai Suatu Barang)

4 Penyebutan bilangan

dalam bahasa daerah

Counting Bilangan

5 Rantang garam atau

baskom untuk menaruh

ikan

- Bangun Ruang

(Tabung Tanpa

Tutup)

6 Perhitungan hasil

pertanian/laut yang

dibarter selama sebulan

- Operasi Hitung

7 Barang yang paling

banyak dibarter

- Statistika (Modus)

8 Banyaknya orang yang

datang ke Pasar Barter

Wulandoni selama

periode satu bulan

- Statistika

9 Jarak yang ditempuh dari

desa lain menuju lokasi

Pasar Barter Wulandoni

Locating Pengukuran

10 Lamanya waktu yang

ditempuh dari desa lain

menuju Pasar Barter

Wulandoni

- Pengukuran

11 Peluang dibarternya

suatu barang

- Probabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

138

12 Peluang paling besar

barang yang dibarter

- Probabilitas

2. Fase Desain Pembelajaran (Design)

Dalam tahap ini, maka akan didesain paket pembelajaran berupa

RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKK (Lembar Kerja

Kelompok). Di mana paket pembelajaran yang dibuat ini didasarkan

pada aspek matematis yang terdapat dalam Pasar Barter Wulandoni yang

telah diperoleh sebelumnya oleh peneliti. Paket pembelajaran ini diambil

dari materi pengukuran yang diajarkan pada jenjang pendidikan Sekolah

Dasar kelas II. Dipilih jenjang pendidikan Sekolah Dasar berdasarkan

sekolah yang terdapat pada wilayah Kecamatan Wulandoni yang rata-

rata di tiap kampungnya hanya memiliki jenjang sekolah dasar. Sehingga

bagi peneliti menjadi tepat sasarannya.

Materi pengukuran yang diambil adalah tentang pengukuran

berat. Hal ini diambil dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti.

Dalam wawancara tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa

proses pasar barter yang terjadi lebih banyak soal pengukuran berat

tetapi masyarakat kurang menerapkan alat ukur berat tersebut dalam

setiap prosesnya. Sehingga peneliti mengambil materi pengukuran berat

ini pada jenjang Sekolah Dasar supaya ke depannya para masyarakat

dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dan terlebih lagi

dalam kehidupan Pasar Barter Wulandoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

139

3. Fase Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction)

Pada tahap ini, paket pembelajaran yang disusun oleh peneliti

telah diberikan berbagai revisi terhadap paket pembelajaran yang telah

disusun peneliti. Revisi yang diberikan terkait dengan soal-soal atau alat

peraga yang digunakan yang kurang sesuai dengan Pasar Barter

Wulandoni. Selanjutnya, peneliti melakukan revisi dan dari proses revisi

tersebut kemudian terbentuklah suatu desain paket pembelajaran yang

lebih baik dari sebelumnya.

4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Desain Pembelajaran (Test,

Evaluation, and Revision)

Dalam tahap ini, paket pembelajaran tersebut haruslah dievaluasi

dan dinilai. Maka dari itu dilakukanlah validasi oleh para ahli. Validasi

ini untuk menilai apakah rancangan paket pembelajaran yang telah

dihasilkan sudah layak untuk digunakan atau belum.

5. Fase Implementasi (Implemenntation)

Pada fase implementasi ini seharusnya dilaksanakan, tetapi

karena adanya suatu kendala pandemi yang terjadi di Indonesia bahkan

dunia, sehingga fase implementasi ini tidak dapat dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

140

I. HASIL VALIDASI PAKET PEMBELAJARAN OLEH PARA AHLI

Tabel 4.11 Hasil Validasi RPP

No Pernyataan

Skala Penilaian

Pak 1 Pak 2 Pak 3

1 Ketercukupan komponen-komponen

RPP sebagai penunjang ketercapaian

kompetensi.

4 4 5

2 Kecukupan waktu yang dialokasikan

untuk mencapai tujuan pembelajaran. 5 4 5

3 Kesesuaian rumusan tujuan dengan

Standar Kompetensi. 5 4 5

4 Kesesuaian rumusan tujuan dengan

Kompetensi Dasar. 5 4 4

5 Penggunaan kata kerja operasional

yang dapat diukur. 5 4 4

6 Apersepsi yang digunakan. 5 3 4

7 Masalah yang digunakan. 5 3 4

8 Sumber belajar yang digunakan. 4 3 4

9 Ketepatan bahasa yang digunakan

dalam kaidah Bahasa Indonesia. 5 5 5

10 Bahasa yang digunakan komunikatif. 4 5 4

11 Kejelasan bahasa yang digunakan

sehingga tidak menimbulkan

penafsiran ganda.

4 5 4

Rata-rata 4,64 4 4,36

Rata-rata Keseluruhan 4,33

Tabel 4.12 Hasil Validasi LKK

No Pernyataan

Penilaian

Pak 1 Pak 2 Pak 3

1 Materi Lembar Kerja Kelompok

sesuai dengan cakupan materi dalam

RPP.

5 3 5

2 Kesesuaian dengan tujuan

pembelajaran. 5 3 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

141

3 Masalah yang digunakan memiliki

keterkaitan dengan budaya Pasar

Barter Wulandoni.

4 3 4

4 Istilah yang digunakan tepat dan

mudah dipahami. 4 3 5

5 Penggunaan bahasa sesuai dengan

EYD. 5 4 4

6 Penggunaan tata tulis yang baku. 5 4 5

7 Bahasa yang digunakan mudah

dipahami. 4 4 4

Rata-rata 4,57 3,43 4,57

Rata-rata Keseluruhan 4,19

Keterangan: para ahli yang memvalidasi instrument pembelajaran adalah

dosen s2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

Tabel 4.13 Hasil Validasi Instrumen Penilaian oleh Para Ahli

No Instrumen Rata-rata

Keseluruhan Kevalidan

1 Instrumen Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Berbasis

Etnomatematika

4,33 Sangat

Valid/Sangat Baik

2 Instrumen Lembar Kerja Kelompok

Berbasis Etnomatematika 4,19 Sangat

Valid/Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli terhadap instrumen

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berbasis etnomatematika dan instrumen

Lembar Kerja Kelompok berbasis etnomatematika, maka dapat disimpulkan

bahwa kedua instrumen tersebut memperoleh hasil sangat valid/sangat baik.

J. KETERBATASAN PENELITIAN

Setiap penelitian yang telah dilakukan, belum tentu bisa sempurna

sepenuhnya. Banyak hal yang dinamakan sebagai kekurangan yang terjadi di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

142

dalamnya. Oleh karena itu, kekurangan-kekurangan yang akan diuraikan di

bawah dapat menjadi panduan agar penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dapat disempurnakan pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara yang seharusnya dilakukan secara langsung tidak dapat

dilakukan, sehingga digantikan dengan wawancara tidak langsung. Hal

ini dikarenakan akses ke Pulau Lembata ditutup disebabkan adanya

pandemi di Indonesia bahkan dunia terkait virus covid 19.

2. Pada tahap wawancara belum bisa menggali lebih dalam dikarenakan

sinyal hp di daerah Wulandoni hanya terdapat pada titik-titik lokasi

tertentu. Sehingga kadang saat menanyakan pertanyaan lanjutan, tidak

dibalas oleh narasumber. Dikarenakan narasumber tidak ada di lokasi

sinyal tersebut.

3. Fase implementasi tidak dapat terlaksana. Hal ini dikarenakan akses ke

Pulau Lembata ditutup disebabkan adanya pandemi di Indonesia

bahkan dunia terkait virus covid 19.

K. REFLEKSI

Memilih untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi

seperti saat ini (S2) sebenarnya tidak ada dalam benak saya. Saya saat S1

sama sekali tidak kepikiran malah tidak berminat untuk melanjutkan ke

jenjang S2. Saat itu pikiran saya adalah S1 saja suda membuat mumet apalagi

harus mengambil S2 lagi. Tetapi saat sudah menyelesaikan pendidikan S1,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

143

banyak orang merekomendasikan untuk melanjutkan studi S2. Karena katanya

saat ini penerimaan guru di daerah saya lebih dipusatkan untuk orang-orang

yang sudah bergelar magister. Saya memerlukan waktu untuk berpikir sekitar

sebulan untuk mengambil keputusan yang tepat. Sehingga akhirnya

menentukan pilihan untuk lanjut studi S2.

Hampir dua tahun, saya sudah pada masa menyelesaikan kewajiban

untuk menyelesaikan studi S2, yaitu mengerjakan tesis. Tidak terasa memang.

Mungkin bagi banyak orang menyusun tesis pastilah hal gampang karena

sudah pernah melewati tahapan yang sama pada jenjang S1 kemarin. Tapi bagi

saya tetaplah berbeda, di mana pada tahun ini lebih banyak kekurangan atau

keterbatasannya dikarenakan adanya pandemi dan kami adalah angkatan yang

lagi trending topik akhir-akhir ini dengan #angkatan2020 #angkatanLDR, dan

hastag lainnya. Di mana jenjang pendidikan manapun yang berada pada

angkatan 2020 ini pastilah mengalami masa yang sangat pahit. Mulai dari

Ujian Nasional yang tidak jadi diadakan padahal sudah mempersiapkan diri

selama hampir setahun, ujian dan wisuda yang harus dilakukan secara online

bahkan ada yang tidak memiliki seremoni wisuda sehingga tidak merasakan

nuansa wisuda. Semua hal itu terjadi di tahun 2020. Tetapi walaupun

banyaknya cobaan pada tahun ini, saya tetap harus menuntaskan kewajiban di

S2 ini, yaitu menyelesaikan tesis beserta ujiannya. Pada tesis ini saya

mengambil bahasan tentang etnomatematika.

Berawal dari semester satu yang terdapat mata kuliah Etnomatematika.

Di mana mata kuliah tersebut belajar tentang kebudayaan yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

144

kaitannya dengan matematika. Saat itu saya sempat bingung mau mengambil

budaya apa dan dari daerah mana, soalnya saya adalah asli orang Lembata

tetapi menetap di Maumere. Namun setelah pertimbangan yang cukup

panjang, akhirnya saya memilih dan menentukan pilihan untuk mengambil

budaya daerah Lembata, yaitu Pasar Barter Wulandoni. Pasar Barter

Wulandoni ini belum pernah sama sekali dikunjungi oleh saya. Saya hanya

mendengar tentang budaya ini dari orang-orang terdekat yang pernah

merasakan langsung nuansa barter di Pasar Barter Wulandoni tersebut. Saya

merasa kebudayaan ini sangat menarik di mana masih terdapat pasar yang

menggunakan pertukaran barang dengan barang atau yang kita sebut dengan

barter. Di zaman modern ini, pasar barter sudah jarang kita temui. Kita lebih

banyak bertemu supermarket, alfamart, indomaret, dan pasar modern lainnya.

Pada awal perkuliahan semester satu, semua memperoleh paketan mata

kuliah yang sama, selain mata kuliah etnomatematika, kami juga mendapatkan

mata kuliah Kajian Topik Penelitian. Mata kuliah ini mengharuskan kami

untuk mulai menyusun tesis dari awal semester. Berbeda dengan S1 di mana

skripsi baru disusun pada semester akhir (semester 8). Di sini saya cukup

kebingungan mau mengambil judul tesis apa. Saya pun memulai dengan judul

yang masih ada kaitannya dengan judul tesis S1 saya dulu. Tetapi setelah

melewati satu semester, saya merasa kurang pas dengan judul yang saya

ambil. Akhirnya saya mengganti dan menetukan pilihan judul tesis yang

berkaitan dengan etnomatematika. Hal ini mungkin karena ketertarikan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

145

cukup kuat dari diri saya sendiri untuk membahas tentang budaya Pasar Barter

Wulandoni.

Penyusunan tesis ini berjalan lancar sampai saya pulang ke tempat

tinggal saya, yaitu di Maumere. Di sana saya harus karantina mandiri seperti

telah diketahui karena adanya virus corona yang telah masuk ke Indonesia.

Saat seminggu telah menjalani karantina, saya mendapat kabar bahwa Pulau

Lembata yang ingin saya tuju mengambil keputusan untuk lockdown supaya

masyarakat dari luar daerah tidak dapat masuk ke wilayah tersebut. Memang

sebegitu menakutkannya virus itu. Tetapi saya mulai pesimis, bagaimana

kelanjutan tesis saya jika Lembata lockdown seperti itu. selama dua hari saya

memikirkan hal tersebut sembari berdoa meminta petunjuk pada Tuhan YME.

Kabar baik mulai berhembus setelah Pak Andy memberikan keringanan dalam

pengambilan data tesis dan saya pun bergegas menanyakan keringanan

tersebut pada Pak Suwarsono selaku dosen pembimbing tesis. Pak Suwarsono

pun menjawab bahwa boleh mengambil data penelitian dengan wawancara

secara tidak langsung yang artinya saya tidak perlu menunggu sampai Pulau

Lembata selesai lockdown yang entah kapan.

Rintangan dan hambatan dalam penyususnan tesis ini tidak berhenti

hanya sampai keputusan wawancara secara tidak langsung. Saya melupakan

fakta bahwa untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sana sangatlah

susah. Hal tersebut dikarenakan sinyal provider yang hanya ada ditempat-

tempat tertentu dalam satu desa. Jadi butuh waktu cukup lama untuk

menyelesaikan pengambilan data penelitian. Tetapi saya tetap harus berjuang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

146

tanpa patah semangat. Karena jika saya patah semangat berarti saya

mengecewakan kedua orang tua saya. Ini adalah salah satu motivasi dalam

menyelesaikan tesis ini.

Setelah semuanya terselesaikan saya pun kembali ke Yogyakarta

dengan penuh antusias, tetapi rintangan dan hambatan itu datang kembali.

Jadwal penerbangan yang belum tentu. Saya sampai mengalami kejadian di

mana hari H saya sudah ke bandara untuk terbang ke Yogyakarta, tapi

sesampainya saya ditempat check in, saya harus menerima pil pahit bahwa

penerbangan saya dibatalkan. Sungguh ironis. Seharusnya pembatalan tiket

pesawat dilakukan satu hari sebelum keberangkatan tetapi ini hanya beberapa

jam sebelum keberangkatan. Saya tidak punya kekuatan untuk marah, saya

hanya bisa pulang dan meminta reschedule penerbangan saya. Hal itu terjadi

sebanyak tiga kali. Hanya saja saya pastilah belajar dari pengalaman, di mana

sebelumnya saya selalu mengecek terlebih dahulu, sehingga kejadian saya

sudah bersiap-siap untuk terbang tidak terjadi lagi. Akhirnya pada tanggal 19

Juni 2020, saya tiba di Yogyakarta untuk proses penyelesaian tesis

selanjutnya.

Banyaknya rintangan dan hambatan yang terjadi, akhirnya membawa

saya pada suatu pencapaian penyelesaian tesis ini. Saya sangat bersyukur dan

berterima kasih kepada Tuhan yang telah merencanakan semua yang telah

terjadi selama hidup ini dan kepada orang tua, kakak, adik yang selalu berdoa

dan mensupport saya, serta semua orang yang mengambil bagian dalam

perjalanan penyelesaian tesis saya ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

147

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Makna Filosofis (Nilai-Nilai Mendasar) Pasar Barter Kecamatan

Wulandoni

Terdapat makna filosofis (nilai-nilai mendasar) yang terkandung pada

Pasar Barter Wulandoni bagi masyarakat, yaitu nilai religius, nilai tradisi,

nilai budaya, nilai keberagaman, nilai gotong-royong, nilai sosial, dan nilai

keadilan.

a. Nilai religius: masyarakat yang mengikuti dan terlibat dalam pasar

tersebut bukan hanya masyarakat dari suatu agama saja, melainkan

dua agama, yaitu Katolik dan Islam. Mereka juga mengamalkan

ajaran agama mereka pada pasar barter seperti saling menghargai,

saling tolong-menolong, tidak menipu, berbagi satu sama lain dalam

suka maupun duka, saling mendokan, dan sebagai perekat satu sama

lain.

b. Nilai tradisi: pasar barter beserta kegiatan barternya yang merupakan

kebiasaan yang secara turun-temurun diwariskan dan dijaga oleh

masyarakat Kecamatan Wulandoni sampai saat ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

148

c. Nilai budaya: pasar barter beserta kegiatan barternya sebagai suatu

cara hidup yang berkembang dan dimilki bersama oleh masyarakat

Wulandoni dan diwariskan kepada generasi ke generasi.

d. Nilai keberagaman: dua agama yang berbaur menjadi satu dan

berbagai orang dengan profesi yang berbeda dapat disatukan. Mereka

bercampur menjadi satu dan tidak memandang perbedaan yang ada

diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi, tetapi sebagai

perekat satu sama lain. Tanpa adanya nelayan, orang tidak bisa

memakan ikan dan tanpa adanya petani, orang tidak bisa memakan

hasil pertanian atau perkebunan.

e. Nilai gotong-royong: sikap saling membantu. Misalnya saat ada yang

membawa barang dengan beban berat, pasti masyarakat akan

menolong membawa barang tersebut ke tempatnya. Selain itu

biasanya ada orang yang kelihatannya sakit atau apa itu, diberi makan

diberi tempat duduk khusus dan diberi ikan. Ada lagi pada musim

hujan, itu kali-kali yang berdekatan dengan pasar barter menjadi rusak

atau apalah itu, maka mereka turun bersama dan sehingga kali itu

dapat lancar kembali.

f. Nilai sosial: pasar barter itu sendiri menjadi sarana bertemunya para

masyarakat, baik dari pegunungan maupun pesisir pantai dan tentunya

pada pertemuan itu mereka juga akan bersosialisasi satu sama lain.

Selain itu pasar barter bisa sebagai sumber untuk mendapatkan

informasi. Jadi orang bertukar informasi di pasar barter tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

149

g. Nilai keadilan: masing-masing orang menerima haknya dan juga

memberikan kewajibannya. Jika ada yang kurang atau rusak dari

barang tersebut, pastilah mereka menggantinya atau bahakan

menambahkannya dengan barang yang sama.

2. Aktivitas-Aktivitas Fundamental yang terdapat dalam Pasar Barter

Wulandoni

a. Aktivitas Counting: aktivitas counting dapat terlihat dari sistem

perhitungan yang digunakan untuk kegiatan berbarter.

b. Aktivitas Locating: aktivitas locating dapat dilihat dari tempat

berlangsungnya Pasar Barter Wulandoni.

c. Aktivitas Measuring: aktivitas measuring, pasar barter Wulandoni

sama sekali tidak menggunakan alat ukur seperti timbangan, dll untuk

membantu mereka memperkirakan kesetaraan. Tetapi mereka memiliki

sistem pengukuran atau perhitungan, yaitu monga/mongan.

d. Aktivitas Designing: aktivitas designing dilihat dari proses

terbentuknya pasar barter Wulandoni ini dan bentuk pasar.

e. Aktivitas Playing: aktivitas playing dapat dilihat dari adanya proses

tawar-menawar yang terjadi dalam barter.

f. Aktivitas Explaining: aktivitas explaining dapat terlihat dari proses

barter yang terjadi.

3. Aspek-Aspek Matematis yang Memiliki Hubungan dengan Pasar Barter

Wulandoni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

150

Tabel 5.1 Aspek Matematis

No Hal yang diamati

Aktivitas

Fundamental

Matematis

Materi matematika

yang sesuai

1 Bentuk pasar

Designing Bangun Datar

(Persegi panjang)

2 Aturan 6 buah

(monga/mongan)

Counting

Measuring

Explaining

Pengukuran

3 Sistem tukar-menukar Counting

Measuring

Explaining

Playing

Perbandingan

Aritmetika Sosial

(Nilai Suatu Barang)

4 Penyebutan bilangan

dalam bahasa daerah

Counting Bilangan

5 Rantang garam atau

baskom untuk menaruh

ikan

- Bangun Ruang

(Tabung Tanpa

Tutup)

6 Perhitungan hasil

pertanian/laut yang

dibarter selama sebulan

- Operasi Hitung

7 Barang yang paling

banyak dibarter

- Statistika (Modus)

8 Banyaknya orang yang

datang ke Pasar Barter

Wulandoni selama

periode satu bulan

- Statistika

9 Jarak yang ditempuh dari

desa lain menuju lokasi

Pasar Barter Wulandoni

Locating Pengukuran

10 Lamanya waktu yang

ditempuh dari desa lain

menuju Pasar Barter

Wulandoni

- Pengukuran

11 Peluang dibarternya

suatu barang

- Probabilitas

12 Peluang paling besar

barang yang dibarter

- Probabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

151

4. Pengembangan Pasar Barter ke Depannya

Pengembangan Pasar Barter Wulandoni dibagi menjadi dua, yaitu dari segi

pendapat masyarakat Kecamatan Wulandoni dan dari segi rancangan

peneliti.

a. Dari Segi Pendapat Masyarakat Kecamatan Wulandoni

Sampai saat ini perkembangan pasar barter dari dahulu ke

sekarang mungkin hanya pada cara bertransaksi yang dapat

menggunakan uang, tetapi bukan berarti hal tersebut

menghilangkan sedikit demi sedikit ciri pasar, yaitu barter. Barter

tetaplah menjadi tradisi yang tidak akan dihilangkan.

Untuk rencana pengembangan ke depannya sampai

sekarang belum ada rencana. Hanya saja terdapat keinginan besar

dari masyarakat agar pasar barter memiliki tempat untuk

berlindung dan sarana serta prasaran yang memadai.

b. Dari Segi Rancangan Peneliti

Dalam merancang pengembangan ini, peneliti

menggunakan teori pengembangan produk dari ilmu ekonomi.

Terdapat delapan tahapan untuk pengembangan produk:

1) Analisis Kebutuhan Pelanggan

2) Pemunculan Gagasan

3) Penyaringan Ide dan Evaluasi

4) Analisis Bisnis

5) Pengembangan Strategi Pemasaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

152

6) Pengembangan Produk

7) Pengujian Produk dan Pasar

8) Komersialisasi

5. Implementasi Hasil Kajian Etnomatematika terhadap Pasar Barter

Wulandoni sebagai Masalah Matematika dalam Pembelajaran Matematika

di Sekolah

Impelementasi hasil kajian etnomatematika terhadap Pasar Barter

Wulandoni sebagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika

di sekolah adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta

Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang telah dikembangkan oleh peneliti

berbasis etnomatematika pada Pasar Barter Wulandoni dengan mengambil

materi pengukuran berat.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini, tidak sampai pada fase implementasi. Sehingga untuk

penelitian selanjutnya dapat melanjutkan fase implementasinya.

2. Pada penelitian ini, terdapat berbagai aspek matematis yang belum dibuat

paket pembelajarannya. Sehingga untuk penelitian selanjutnya, bisa

membuat paket pembelajaran sesuai dengan aspek matematis yang belum

dibuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

153

3. Bagi para guru matematika SD khususnya daerah Kecamatan Wulandoni,

disarankan untuk membuat paket pembelajaran matematika yang berbasis

kebudayaan atau hl-hal yang terkandung dalam Kecamatan Wulandoni. Ini

dilakukan agar pemikiran para siswa tidak hanya imajinatif terhadap hal-

hal yang belum diketahui, melainkan saat mereka belajar matematika

mereka dapat membayangkan dan mengaktualisasikannya dalam

kehidupan nyata seperti misalnya Pasar Barter Wulandoni.

4. Pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah seharusnya didasarkan

dan disesuaikan pada kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

154

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

Bishop, A.J. 1988. Mathematics Enculturation: A Cultural Perspective on

Mathematics Education. Dordrect: Kluwer.

Blikololong, Jacobus Belida. 2010. Du-Hope di Tengah Penetrasi Ekonomi Uang:

Sebuah Kajian Sosiologis Terhadap Sistem Barter di Lamalera, Nusa

Tenggara Timur. Disertasi. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia.

D’Ambrosio, U. 1990. Ethnomathematics. Sao Paulo: Editora Atica.

D’Ambrosio, U. Ethnomathematics and Its Place In The History and Pedagogy of

Mathematics For Learning of Mathematics, 5 (1), 1985. Faculty of

Educational Science and Technology, University of Twente.

Dominukus, Wara Sabon. 2018. Etnomatematika Adonara. Malang: Media Nusa

Creative.

Ebbutt, S. & Straker, A. 1995. Mathematics in Primary Schools Part I: Children

and Mathematics. London: Collins Educational Publisher Ltd.

Gunawan, Fransiskus Ivan. 2019. Kajian Etnomatematika Serta Analisis Aktivitas

Fundamental Matematis Menurut Bishop Pada Industri Kain Cual Bangka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

155

Belitung. Tesis. Yogyakarta: UPT Sanata Dharma.

Hamado A, Ramli Umar, Rosmini Maru. 2019. Eksistensi Pasar Barter Ditengah

Pesatnya Perkembangan Pasar Modern: Kasus Pasar Barter Di Kecamatan

Wulandoni Nusa Tenggara Timur Dalam Perspektif Geografi Ekonomi.

Tesis. Makassar: UPT Perpustakaan Universitas Negeri Makassar.

Hutabarat, Marthin Rapael. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi

Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Si Kambing di Kota Medan.

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Kaskus.2017.https://www.kaskus.co.id/thread/596791a960e24b63038b4586/unik-

meski-sudah-modern-beberapa-daerah-ini-masih-berdagang-dengan-sistem-

barter/ . Diakses pada tanggal 11 Juli 2020, pukul 18.05.

Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 65 tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

dan Menengah.Jakarta. Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

Indonesia.

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia.

Malinowski, B.,1944. A Scientific Theory of Culture and Others Essays. Chapel

Hill, N. Carolina: The University of North Carolina Press.

Marsigit. 2016. Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis

Etnomatematika. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika 2016 STKIP PGRI Sumatera Barat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

156

dengan Tema Etnomatematika, Matematika dalam Perspektif Sosial dan

Budaya. 16 April 2016. Padang: Indonesia.

Melville J. Herskovits,1959. Continuity and Change in African Culture.Chicago:

University of Chicago Press.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku

Sumber Tentang Metode-metode Baru.Jakarta: UIP.

Moleong , Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdkaya.

Moleong, Lexy J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Mustafa, Zainal. 2009. Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Nay, Florianus Aloysius. 2017. Aspek Etnomatematika pada Budaya

Penangkapan Ikan Paus Masyarakat Lamalera Kabupaten Lembata Nusa

Tenggara Timur. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia.

Niaga.asia media ekonomi dan bisnis. 2019. https://www.niaga.asia/sejumlah-

contoh-perdagangan-barter-di-berbagai-negara/. Diakses pada tanggal 11

Juli 2020, pukul 18.56.

Peursen, C.A. Van. 1976. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta. Kanisius.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

157

Plomp, Tjerd. 1997. Educational Design: Introduction. From Tjerd Plomp (eds).

Educational & Training System Design: Introduction. Design of Education

and Training (in Dutch). Utrecht (the Netherland): Lemma. Netherland.

Romadoni, Almu Noor, S.Pd. 2017. Aspek-Aspek Etnomatematika pada Budaya

Masyarakat Banjar dan Penggunaan Aspek-Aspek tersebut untuk

Pengembangan Paket Pembelajaran Matematika. Tesis. Yogyakarta: UPT

Sanata Dharma.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, Munandar. 2018. Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Sosial Budaya Dasar/

Sosial Culture. Bandung: Refika Aditama.

Susilana, Rudi, Cepi Riyana. 2008. Media pembelajaran. Bandung: CV Wacana

Prima.

Suwarsono, St.. 2015. PPT Etnomatematika (Ethnomathematics) Materi Kuliah

S2 Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Suwarsono, St.. 2020. Komunikasi Pribadi. Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. 2008 . Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta : CV. Andi

Offset.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

158

Welcome to Kabupaten Lembata (Website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten

Lembata). 2017. http://site.lembatakab.go.id/2017/08/05/setelah-tiga-tahun-

ditutup-pasar-barter-wulandoni-dibuka-kembali/. Diakses pada tanggal 16

Juli 2020, pukul 15.15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

159

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

160

Lampiran 1 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Pedoman Wawancara

1. Hasil Validasi dari Validator 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

163

2. Hasil Validasi dari Validator 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

166

3. Hasil Validasi dari Validator 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

169

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

No Pedoman Wawancara

1 Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?

2 Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah

pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?

3 Sejak kapan pasar barter terbentuk?

4 Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?

5 Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?

6 Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?

7 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?

8 Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar

Barter?

9 Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,

budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

10 Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?

11 Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang

diungkapkan dalam bahasa daerah?

Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah

pesisir pantai berbeda atau sama?

Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?

12 Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di

Wulandoni?

13 Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan

daerah pantai dibedakan?

14 Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?

15 Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai

tempat berlangsungnya Pasar Barter?

16 Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar

berupa uang?

17 Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

18 Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

170

19 Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

20 Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

21 Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

22 Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

23 Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

24 Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?

25 Bagaimana proses barter dilakukan? (Jelaskan rincian barang-barang yang

ditukarkan, misalanya berapa jagung dengan berapa ikan, dan seterusnya untuk

semua hasil tani dan laut yang ada)

26 Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

27 Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

28 Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau

perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?

29 Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja

pengembangannya?

30 Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,

pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter

tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani

ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

31 Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih

lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

32 Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?

33 Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat

(kesejahteraan) atau tidak?

34 Peraturan umum tentang Pasar Barter?

35 Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

171

36 Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:

Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan

laut yang dibarter mengalami pertambahan)

37 Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari

masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi

atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?

38 Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter

tersebut?

39 Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?

40 Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga

misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar

tetangga?

41 Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan

uang?

42 Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses

perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?

Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?

Lampiran 3 Transkrip Wawancara

1. Narasumber 1

Hasil Wawancara

Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?

Masyarakat zaman dahulu sulit mengenal adanya uang.

Karena saling membutuhkan, misalnya dari pegunungan membutuhkan ikan,

garam, kapur sirih, dll sedangkan masyarakat daerah pantai membutuhkan hasil

pertanian dari gunung, missal pisang, ubi, jagung, beras, sayur-sayuran, dll.

Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah

pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?

Masyarakat pegunungan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan hasil pertanian

dan lauk pauknya dengan ikan dari pantai yang dipenetakan.

Masyarakat daerah pantai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara peneta.

Peneta adalah jajakan barang laut dari rumah ke rumah. Peneta itu perempuan-

perempuan dari daerah pantai Lamalera yang menjajakan hasil laut ke

masyarakat di pegunungan dengan berjalan dari rumah ke rumah, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

172

ditukarkan dengan hasil kebun.

Sejak kapan pasar barter terbentuk?

Sejak zamannya nenek moyang

Apakah tahu kisaran tahunnya ?

Soal tahun berapa terbentuknya pasar barter itu tidak diketahui.

Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?

Kedua suku, dari pegunungan yakni Suku Wukak (Lewuka) dan Suku dari

Pantai yaitu Nudek (Lamalera)

Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?

Mama mama dari pegunungan dan mama mama dari daerah pantai

Apakah hanya mama-mama saja ataukah ada juga bapa dan anak-anak?

Kalau dari pegunungan bapa-bapa juga ikut dalam pasar barter. Tapi dari pantai

hanya mama-mama. Sedangkan kalau anak-anak hanya sekedar ikut orang

tuanya berjualan kalau libur.

Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?

Tidak, hanya hari sabtu.

Kenapa hanya hari sabtu?

Sebelum pandemi, pasar barter juga bisa berubah hari. Misalnya hari besar

keagamaan jatuh pada hari sabtu maka pasarnya bisa dimajukan hari kamis atau

jumat.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?

Dahulu hanya penukaran barang dengan barang. Tetapi sekarang sudah ada

pembelian dengan uang.

Apakah semua orang boleh menggunakan uang untuk membeli ataukah hanya

yang berpenghasilan dengan uang, misalnya guru, PNS, dll?

Zaman ini bisa menggunakan uang untuk membeli tanpa kecuali. Misalnya

seorang ibu mau menjual pisang masak atau sirih, bisa juga ditawarkan dengan

uang dan pembelinya juga dari kalangan bukan guru juga bisa dan sangat bisa.

Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar

Barter?

Sebelum dimulainya pasar barter ada tanda pluit dan pengambilan pajak berupa

barang-barang dari peserta pasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

173

Siapa yang mengambil pajak tersebut?

Kenapa harus ada pajak?

Dan apakah ada aturannya dalam pengambilan pajak, misalnya daerah gunung

harus satu mongan dan daerah pantai harus berapa ikan?

Karena sudah menggunakan uang saat ini, apakah uang juga pajak yang

diminta?

Yang mengambil pajak itu petugas pasar (hansip) dari Desa Wulandoni.

Pajak tidak ada aturannya sebab dibayar pake barang dan tidak terhitung

jumlahnya. Bisa satu buah jagung atau satu pisang atau satu ikan.

Ya, sekarang juga pajak bisa dibayar dengan uang 2000 atau 1000.

Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,

budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

Ada.

Kalau untuk nilai religius dilihat dari pasar barter yang diikuti bukan hanya satu

agama saja, melainkan dari dua agama, yaitu katolik dan islam.

Kalau dari nilai tradisi, pasar barter adalah tradisi yang secara turun temurun

diwariskan dan dijaga oleh masyarakat sampai saat ini.

Kalau nilai budaya, pasar barter sudah menjadi tradisi sekaligus budaya.

Kalau nilai keberagaman seperti yang sudah saya bilang diatas tentang dua

agama yang berbaur menjadi satu dan juga adanya banyak pekerjaan yang

terlibat, mulai dari petani, nelayan, guru, PNS, dll.

Untuk nilai gotong royong, dalam pasar barter ditemukan nilai ini, karena

masyarakat satu sama lain saling membantu, misalnya saat ada yang membawa

barang dengan beban berat, pasti masyarakat akan menolong membawa barang

tersebut ke tempatnya.

Nilai sosial yang ada itu sudah pasti terdapat di pasar barter karena pasar barter

tersebut menjadi sarana bertemunya para masyarakat, baik dari pegunungan

maupun pesisir pantai dan tentunya akan bersosialisasi satu sama lain.

Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?

Ada, istilahnya mongan. Contoh: 1 ikan ditukar dengan jagung 12 bulir (2

mongan).

Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang

diungkapkan dalam bahasa daerah?

Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

174

pesisir pantai berbeda atau sama?

Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?

Ada, 1 mongan = 6 batang jagung atau pisang.

Tidak berbeda, karena mongan adalah kesepakatan dua belah pihak, yaitu pihak

daerah pegunungan dan pihak daerah pantai.

Bahasa daerah gunung dan pantai berbeda tapi mudah dipahami kedua belah

pihak.

Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di

Wulandoni?

Tetap di Wulandoni. Kalau ditengah pandemi ini, pasar barter berpindah-pindah

dan rolling setiap hari kamis. Itu terjadi di Lamalera dan Belobao, dan jumlah

peserta pasarnya dibatasi minimal 20 orang. Dari pegunungan dan diwajibkan

pakai masker.

Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunung dan

daerah pantai dibedakan?

Iya, karena aturannya seperti itu dari dulu. Mungkin supaya ada pembeda untuk

masyarakat gunung yang mana dan masyarakat pesisir pantai yang mana.

Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?

Hubungan saling memenuhi kebutuhan hidup.

Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai

tempat berlangsungnya Pasar Barter?

Tidak ada.

Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar

berupa uang?

Karena sudah menjadi tradisi.

Ok, tapi apakah uang masih dirasa susah untuk didapat, makanya salah satu alas

an masih eksis karena itu?

Uang tetap ada tetapi digunakan untuk hal lain yang sangat membutuhkan uang.

Contohnya untuk bayar sekolah anak.

Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

Sistem pengukuran adalah mongan. Contoh: 1 mongan ditukar dengan 1 ikan.

Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

175

Sama

Peraturan khusus apa saja yang ada dalam kegiatan berbarter barang?

Tidak ada aturan khusus.

Terus kalau barangnya tidak habis diapakan?

Barang tidak habis biasanya dibawa pulang.

Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

Tidak ada perubahan pengukuran. Tidak menggunakan alat ukur. Hal itu

dikarenakan kebiasaan yang ada.

Apakah timbangan tidak digunakan dalam proses barter?

Tidak.

Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

Ya, setara dengan barang yang ditukarkan.

Jika tidak sebanding atau setara, apakah tidak diberlakukan sistem pengukuran

dengan menggunakan alat ukur?

Tidak ada alat ukur lain selain mongan.

Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

Semua barang dibarter (hasil pertanian dan hasil laut)

Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

Kesepakatan bersama.

Kenapa dipilih di Wulandoni?

Karena sudah ada kesepakatan dari dulu antara orang Lamalera dan Lewuka

bahwa tempatnya di Wulandoni, karena jarak antara Lewuka dan Wulandoni

sama dengan jarak Lamalera dan Wulandoni.

Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

Adakalanya ramai dan adakalanya sepi. Tergantung persediaan barang jualan.

Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

Kalau bentuk pasar sama seperti bentuk pasar lainnya. Tetapi bedanya saat mau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

176

melakukan barter kedua wilayah harus dipisah terlebih dahulu supaya tidak ada

yang start duluan untuk barter.

Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?

Ada. Contoh jumlah peserdiaan jagung kurang, bisa ditambah dengan barang

yang lain, misalnya ubi atau pisang.

Bagaimana proses barter dilakukan?

Barang ditukar ikan, garam kapur sirih, dll.

Maksudnya?

1 mongan dengan 1 waren ikan paus kering

2 mongan jagung dengan 2 ikan terbang kering yang sudah dibelah (kmanuk)

3 mongan jagung dengan 3 ikan kering.

1 mongan jagung dengan satu genggam kapur siri

2 mongan jagung dengan 2 tempurung garam.

Untuk beras, dulunya tidak dijual tetapi sekrang dijual dan dibeli dengan uang.

Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

Uang dibutuh tapi pembelian bukan di pasar barter.

Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

Nilai tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting adalah kesepatan yang sudah

dibangun.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau

perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?

Ada perbedaan, dulu hanya barter, tetapi sekarang sudah campur aduk dengan

uang, barang bisa dibeli dengan uang.

Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja

pengembangannya?

Belum ada. Hanya saja karena adanya covid ini, pasar barter berpindah-pindah

ke desa-desa dan jumlah orang yang berbarter dibatasi hanya 20 orang.

Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,

pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

177

tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani

ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

Ada kebijakan, bisa belanja barang-barang dengan uang.

Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih

lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

Waktu pasar barter, ada juga pedagang yang menjajakan barang-barangnya,

tetapi tempat dipisahkan dari lokasi barter.

Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?

Tidak ada gedung

Tidak ada terpal

Tetapi diadakan ditempat terbuka (di bawah pohon).

Bagaimana kedudukan pasar barter bagi masyarakat?

Kedudukan pasar barter sangat penting bagi masayarakat daerah gung dan

daerah pantai.

Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat

(kesejahteraan) atau tidak?

Sangat mendukung.

Apakah kegiatan barter dalam pasar barter ini dapat saling menguntungkan

antara masyarakat daerah gunung dan pantai?

Sangat menguntungkan

Peraturan umum tentang Pasar Barter?

Tidak boleh tukar menukar barang sebelum adanya tanda pluit dimulainya pasar

barter.

waktu mulainya kapan dan waktu selesainya kapan?

Waktu pasar barter mulai jam 8 samapai selesai jam 9an dan siapa punya duluan

habis maka dia duluan pulang dan misalanya dagangan tidak laris maka barang

itu disebut baduni, misalanya pisang tidak laris maka dalam bahasa daerahnya

disebut mukoja baduni, istilah itu hanya dari gunung. Baduni artinya barang

tidak habis. Makoja artinya ……..

Apakah nilai dari barang-barang yang dibarterkan pada umumnya sudah setara

atau belum?

Sudah

Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

178

Tidak ada aturan baru

Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:

Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan

laut yang dibarter mengalami pertambahan)

Tidak

Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari

masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi

atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?

Tidak

Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter

tersebut?

Belum.

Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?

Uang juga sangat dibutuhkan zaman sekarang.

Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga

misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar

tetangga?

Ada. Contoh: ikan bisa dibeli dengan jagung.

Yang tadi dijawabkan hasil laut dan gunung. Apakah antar tetangga di Lewuka

bisa menukarkan barang hasil gunung dengan barang hasil gunung?

Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan

uang?

Tidak, misalnya ikan dibeli dengan jagung, tetapi jagung kurang bisa ditambah

dengan pisang.

Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses

perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?

Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?

Tidak ada, semua merasa puas.

2. Narasumber 2

Hasil Wawancara

Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?

Latar belakang pasar barter karena budaya kampung dulu adalah tidak mengenal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

179

adanya pasar modern sehingga dulu kebutuhan makanan dan kebutuhan akan

ikan itu berlangsung secara langsung sehingga orang menukar ikan dengan

makanan atau buah-buahan untuk kelangsungan hidup.

Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah

pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?

Daerah gunung pada umumnya memiliki makanan karena memiliki kebun

namun tidak memiliki lauk pauk sebagai sumber protein. Sehingga perlu adanya

suatu tukar menukar yang diatur secara tradisi sehingga pasar itu terjadi

seminggu sekali, sedangkan untuk mereka pantai, daerahnya bebatuan sehingga

tidak bisa ditanami sesuatu tanaman, sehingga mereka hanya mencari nafkah

dengan nelayan atau mencari ikan. Ikan ini tidak semuanya akan dikonsumsi,

jadi bagaimana cara mereka untuk mendapatkan makanan dengan melakukan

barter. Entah melalui suatu pasar barter yang hanya seminggu sekali atau juga

mereka mengunjungi kampong-kampung yang namanya peneta itu. Lalu mereka

mendapatkan ikannya diberikan kepada masyarakat kampong gunung, lalu

mereka membawa pulang hasil kebun itu berupa jagung, ubi, pisang, dsb.

Peneta adalah pejalan kaki (ibu-ibu yang berasal dari daerah pantai yang

membawa hasil ikannya pada saat bukan hari pasar barter itu. Jadi, pasar barter

itu jatuhnya hari sabtu, kalau ikan ditangkap senin, maka selasa sudah bergerak

menuju kampung-kampung untuk melakukan barter sampai dengan jumat.

Sejak kapan pasar barter terbentuk?

Dari zaman nenek moyang, zaman Belanda pun sudah ada. Jadi, kita generasi

keempat saja sudah tahu, nenek kakek kita tanya saja mereka bilang bahwa

kami waktu itu sudah ada juga, jadi bukan barusan ini, tapi sudah nenek moyang

dari dulu. Mungkin sudah 1000 lebih, ya kita katakan juga tidak bisa segitu, kita

juga tidak bisa mengukur itu, tapi katanya nenek moyang zaman dulu, zaman

Belanda.

Siapa yang memiliki gagasan dan membentuk pasar barter tersebut?

Pasar barter itu berdasakan gagasan yang mempelopori pada umumnya daerah-

daerah pantai, lalu kesepakatan itu diatur berdasarkan kampong-kampung

daerah pertanian itu datang dan dibuat suatu kesepakatan untuk dilakukan pasar

barter.

Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?

Dari daerah barat ada Lamalera, Lewotala, Lambaka, Poswatu, Watuwara, dan

Puor.

Dari selatan yang berbatasan dengan Laut Sawu, jadi tidak ada desanya.

Sebelahnya baru ada Pulau Timor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

180

Utara: Uadak, Lewuka, Senaki, Bakaor, dan Balaj.

Timur: Ataili, Lebala, Mulandoro.

Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?

Pasar barter itu beroperasi satu minggu sekali, yaitu setiap hari sabtu. Namun,

sudah saya sampaikan tadi, apabila penangkapan ikan berjalan lancer dan

ikannya banyak, maka wilayah daerah pantai itu melakukan barter itu dengan

melakukan perjalanan ke kampong-kampung pertanian tadi sehingga ikan itu

bisa dimanfaatkan sebelum hari pasar.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?

Tidak ada perbedaan, mungkin tambahan sekarang adalah orang yang dari

daerah ibukota kabupaten yang turun untuk menjual alat-alat diluar barter itu.

jadi alat-alatnya mungkin sabun atau apa itu dan belinya pakai uang. Tetapi

segala kebutuhan yang diluar ikan itu, pada umumnya orang akan menuju pasar

ibukota Lewoleba untuk berjualan dan mendapatkan uang. Tetapi sekarang di

pasar barter juga sudah bisa digunakan uang hanya saja lebih kepada mereka

yang bukan berprofesi sebagai petani atau nelayan.

Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar

Barter?

Ritual khusus itu tidak ada yang spesifik, hanya berupa sebelumnya dilakukan

tere laku atau semacam pajak yang diambil dari barang, sehingga ikan juga

diambil, pisang atau jagung atau ubi-ubian itu diambil sebagai pajaknya pasar

itu. kemudian mandor itu meniup pluit sebagai tanda dimulainya pasar barter.

Pada umumnya pasar dimulai jam 08.00 pagi. Semua sudah berkumpul baru

dilaksanakan dengan ritual sebelumnya tadi.

Hasil pemungutan pajak itu juga kadang diberikan kepada orang susah atau

jompo di sekitaran kecamatan itu.

Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,

budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

Dari sisi religius itu artinya penawaran tidak memiliki suatu akal busuk bahwa

akan meipu orang itu tidak, jadi kesepakatan dibuat dan rasa peri kemanusiaan

itu ada. Jadi misalnya ikan yang dibarter itu agak besar ditukar dengan satu

mongan tetapi didalam perasaan itu muncul bahwa ingin menambah satu buah

lagi. Sehingga tetanam perasaa kemanusiaan itu muncul dan tidak ada sifat

menipu. Kalau ada yang menipu maka akan dilaporkan kepada mandor dan

diberikan sanksi. Jadi ini bisa masuk sisi religius dan sisi kemanusiaan juga.

Dari segi tradisi dan budaya itu menjadi satu kesatuan karena pasar barter ini

secara turun temurun diwariskan kepada anak cucu sehingga sudah menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

181

suatu tradisi dan kebudayaan yang ada di Kecamatan Wulandoni.

Dari segi keberagaman itu dilihat dari bercampurnya dua agama dalam pasar

barter, yaitu agama Katolik dan Islam. Mereka bercampur dan tidak memandang

perbedaan diantara mereka sebagai sesuatu yang harus dijauhi tetapi sebagai

perekat. Ini juga bisa masuk dalam aspek religius sebenarnya. Keberagaman

juga dapat dilihat dari orang-orang yang mengikuti pasar barter. Didalam pasar

barter itu terdapat banyak sekali profesi seperti petani, nelayang, para pekerja

kantoran, dan ada juga penjual barang-barang yang diluar barter. Mereka

berkumpul menjadi satu.

Kalau dari sisi gotong-royong biasanya ada orang yang kelihatannya sakit atau

apa itu, diberi makan diberi tempat duduk khusus dan diberi ikan. Ada lagi pada

musim hujan, itu kali-kali yang berdekatan dengan pasar barter menjadi rusak

atau apalah itu, maka mereka turun bersama dan sehingga kali itu dapat lancer

kembali.

Social itu pasar barter sebenarnya bisa sebagai sumber untuk mendapatkan

informasi. Jadi orang bertukar informasi di pasar tersebut.

Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?

Tidak ada perhitungan. Hanya ada perhitungan satu mongan itu enam biji atau

enam buah. Hanya itu saja. Kalau dari daerah pantai kan hanya ikan saja, jadi

kalau mereka punya itu ikan yang utuh atau ikan besar yang sudah dipotong-

potong dan kita anggap macam ukurannya itu setengah kilo mungkin. Tapi itu

hanya perkiraan karena tidak pakai alat ukur.

Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang

diungkapkan dalam bahasa daerah?

Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah

pesisir pantai berbeda atau sama?

Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?

Jadi di pasar barter itu tidak biasa pakai bahasa Indonesia, pakainya bahasa

daerah. Sebenarnya bahasa derahnya beda hanya dalam logat atau dialek saja.

Dialek itu semacam lagunya itu berbeda.

Satu = Tu

Dua = Jua

Tiga = Telu

Empat = Pat

Lima = Lem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

182

Enam = Enem

Tujuh = Pito

Delapan = Buto

Sembilan = Siwa

Sepuluh = Sepuloh

Kalau pantai itu:

Satu = Tou

Dua = Rua

Tiga = Telu

Empat = Pat

Lima = Lem

Enam = Enem

Tujuh = Pitu

Delapan = Buto

Sembilan = Siwa

Sepuluh = Pulo

Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di

Wulandoni?

Tidak, hanya Wulandoni saja.

Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan

daerah pantai dibedakan?

Jadi supaya pergerakannya itu satu. Jadi daerah barat itu missal ikan, dan timur

itu gunung dan selalu begitu. Karena pada saat fluit dibunyikan itu orang dari

barat akan mengelilingi orang timur, orang timur yang duduk saja. Lalu mereka

sorong, tawar, lalu jadi, maka diberikan, jadi mereka yang berjalan, orang yang

dari peneta itu yang jalan. Orang yang gunung itu tetap karena barang kan

banyak dan dari pantai kan mereka hanya isi ikan di baskom.

Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?

Pasar barter itu adalah pasar yang sangat cepat utnuk memiliki ikan pada saat

perhitungan kebutuhan ikan satu minggu ini mungkin memiliki ikan seperti

ini.sehingga di kampong itu memakan dengan menggunakan ikan itu satu

minggu bisa berjalan. Jadi diprogramkan.

Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

183

tempat berlangsungnya Pasar Barter?

Tidak bisa, dia hanya berlaku untuk pasar barter saja.

Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar

berupa uang?

Karena masyarakat itu merasa bahwa ini adalah budaya yang harus diturun-

temurunkan sehingga tidak boleh putus sehingga hubungan kita antar kampong

dalam satu kecamatan itu tetap berjalan baik dengan adanya jembatan melalui

pasar barter. Kadang-kadang suatu pasar itu juga bisa diumumkan tambahan

bahwa kita ini akan melakukan pesta paskah akan terjadi dikampung ini,

misalnya begitu. Sehingga disana itu juga sebagai sumber informasi dan perekat

dalam bidang agama.

Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

Tidak ada timbangan begitu, jadi hanya ada mongan dan ikan yang dipotong

kira-kira setengah kilo.

Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

Semua sama, hanya ada juga yang pakai kesepakatan. Misal orang minta buah

kepala, itukan orang pikir ikan satu kelapanya berapa. Karena kelapa itu tidak

biasa ada dibarter. Hanya saja mungkin kalapa itu dibawa karena dalam

perjalanan kehausan. Sukun juga itu tidak berdasraka mongan.

Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

Tidak ada sampai sekarang. Timbangan tidak diperlakukan samapai sekarang.

Tidak ada satu kilo dua kilo. Orang memakai tradisi yang dulu.

Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

Dianggap setara. Jadi jagung itukan dikupas, misal jagung ada kerusakan, maka

diganti satu atau diberi tambah satu. Bagitu caranya sehingga utuh. Tidak

dibodokin atau ditipu.

Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

Jagung, ubi, pisang, sukun, sirih pinang. Jadi hasil pertanian apapun bisa, hanya

beras tidak boleh, karena barter itu hal-hal yang menopang kecil saja untuk

makan. Sedangkan beras itu pada umumnya orang jual ke pasar ibukota

kabupaten untuk mendapatkan uang. Dan itu untuk kebutuhan anak-anak yang

sekolah, dll.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

184

Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

Itu berdasarkan kesepakatan daerah kami, Lewuka dan daerah pantai Lamalera.

Karena kebutuhan makanan untuk daerah Lamalera itu tidak bisa dipenuhi

hanya oleh hasil laut yang didapatkan dari pekerjaan nelayan. Jadi mereka harus

berbarter untuk memenuhi kebutuhan dengan daerah bukit atau pegunungan.

Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

Kayaknya menurut saya persegi panjang tetapi orang yang duduk itu kayak

bulat panjang.

Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?

Bisa terjadi, apabila misalnya ikannya itukan besar dan bawa bulat dan dia yang

tentukan berapa sisir pisang. Jadi tawarannya lain.

Bagaimana proses barter dilakukan?

Siklusnya itu orang bawa ikan datang dan mengelilingi orang yang bawa hasil

pertanian. Jadi sampai ikannya habis baru dia langsung keluar. Kalau ikan

belum habis, berarti dia keliling kunjungi orang sampai di orang terakhir.

Jagung sudah pasti mongan, pisang juga, kalau ubi kecil-kecil berarti mongan,

tapi kalau macam ubi kayu, berarti pakai kesepakatan. Kalau sirih pinah itu

masing masing berjumlah enam sehingga total 12 dan ditukar dengan 1 ikan.

Garam itu dibuat satu kube biasanya ditukar dengan buah-buahan.

Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

Tidak, selama barter itu orang tidak berpikir tentang uang, yang orang pikir itu

kebutuhan makan.

Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

Orang tidak menilai dari nilai brang itu jadi orang akan melihat dari kugunaan

barang itu sebagai pemenuhan kebutuhan.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau

perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?

Perbedaan yang sangat terlihat adalah dapat digunakannya uang dalam pasar

barter. Tapi penggunaan uang hanya sedikit orang, termasuk para PNS, dll.

Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja

pengembangannya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

185

Kalau setau saya tetap itu saja. Orang tetap duduk dibawah pohon dan dibatu.

Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,

pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter

tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani

ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

Iya, mereka pada umumnya tidak ikut dalam pasar itu tapi mereka juga sekarang

di luar pasar bisa membeli di pasar barter menggunakan uang.

Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih

lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

Waktu pasar seingat saya dulunya jam 09.00 tetapi sekarang sudah jam 08.00.

dan adanya pedagang yang jualan barang di pasar barter itu, tetapi itu dibeli

dengan uang dan tidak berpengaruh terhadap pasar barter. Hal itu dapat dilihat

sebagai suatu kemajuan karena orang tidak perlu bersusah payah untuk

membelinya ke ibukota kabupaten.

Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?

Kekurangan dari pasar barter itu menurut saya sudah harus dibuat tempat-

tempat yang layak untuk orang duduk, ada semacam tempat yang dibuat

permanen sehingga orang terlindung dari panas matahari atau hujan misalnya.

Jadi ada tempat duduk khusus yang terlindung dari sinar matahari atau hujan

sehingga aman. Karena kalau hujan turun, biasanya lari ke pohon atau mungkin

ada yang bawa paying kecil, ya syukur dia biasa melindungi dirinya. Jadi

kekurangannya ya itu, memang pasar tradisional tapi tidak seperti di pasar-pasar

yang sekarang di kota ada tempat begitu, jadi ini terbuka.

Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat

(kesejahteraan) atau tidak?

Kalau menurut saya tidak mendukung ekonomi masyarakat karena sifatnya

hanya oaring hanya menikmati proses hidup untuk makan minum. Itu saja.

Kalau kesejahteraan juga tidak memberikan apa-apa pasar barter, karena hanya

memenuhi makan minum, tetapi disisi lain kan sejahtera itu tidak hanya soal

makan minum, tapi yang lain juga. Tetapi menurut saya ikan yang asli dari pasar

itu, adalah yang punya protein tinggi.

Peraturan umum tentang Pasar Barter?

Itu tentang mandor tadi, pajak, jam mulai jam 08.00, jam pulang jam 12.00, dan

mongan tadi.

Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

186

Tidak ada aturan baru, tetap pakai yang dari nenek moyang.

Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:

Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan

laut yang dibarter mengalami pertambahan)

Tidak ada.

Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari

masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi

atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?

Pasar barter kan sudah dipilah orang, ini menggunakan uang ini menggunakan

barang, sehingga orang itu tidak perlu menggunakan uang ke pasar barter.

Hanya membawa jenis makanan tertentu untuk mendapatkan ikan.

Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter

tersebut?

Itukan tanpa uang, jadi barter itu hanya untuk makan. Kalau uang keperluan

untuk menyekolahkan anak, membeli buku anak, membeli kebutuhan gula pasir,

membeli sabun, odol, dll.

Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?

Uang dipikirkan tapi tempatnya beda. Jadi, barter sifatnya untuk mencari makan

dan memberi oaring juga makan. Jadi bertukar.

Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga

misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar

tetangga?

Tidak ada. Karena tidak mungkin berbarter sesama hasil pertanian. Padahal

sama-sama punya. Jadi, lebih kepada memberi jika kekurangan atau membuat

makan bersama.

Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan

uang?

Tidak ada, hanya barang saja.

Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses

perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?

Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?

Tidak ada yang tidak puas. Hanya saja kalau ada yang kacau, pasti akan diurus

atau didamaikan oleh mandor di suatu tempat khusus supaya tidak mengganggu

jalannya pasar barter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

187

3. Narasumber 3

Hasil Wawancara

Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?

Pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat daerah pantai dan masyarakat

daerah gunung.

Sebelum adanya pasar barter ini, bagaimana cara kedua masyarakat daerah

pantai dan daerah gunung memenuhi kebutuhannya?

Kurang tahu tentang sebelumnya, yang saya tahu sejak di lingkungan saya

dilahirkan adalah transaksi barter tidak hanya terjadi pada hari pasar (sabtu,

untuk pasar Wulandoni atau rabu untuk pasar Labala) tetapi dalam keseharian

yang kami sebut “pneta”, ketika ada hasil laut yang cukup maka masyarakat

dari pesisir pantai membawanya ke daerah gunung dan ditukarkan dengan

jagung, padi, ubi, pisang, sayur, dan aneka buah atau makanan lain, juga bisa

dengan menggunakan alat tukar (uang). Untuk masyarakat daerah pantai mereka

dapat menyekolahkan anak-anak mereka dengan hasil penjualan ikan.

Apakah biaya sekolah juga bisa dibayar pakai hasil pertanian atau laut?

(Jawaban Pak Benya)

Tidak. Biaya sekolah tetap menggunakan uang dan uang itu didapat jika pergi k

lewoleba untuk menjual hasil tersebut.

Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?

Masyarakat daerah pesisir pantai dan masyarakat daerah gunung sekitar Pasar

Wulandoni, para pedagang kaki lima, dan para pengusaha komoditi.

Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?

Tidak setiap hari, tetapi seminggu sekali, pada hari sabtu.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?

Sedikit ada perbedaan tetapi tetap tidak menghilangkan ciri dasar pasar barter.

Misalnya, sekarang yang terlibat dalam pasar barter tidak hanya masyarakat

pesisir dan masyarakat daerah pegunungan tetapi juga para pedagang kaki lima

yang menjual peralatan rumah tangga, kebutuhan lain seperti sabun, pakaian,

dll.

Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar

Barter?

Iya. Sebelum pasar resmi dibuka, mandor pasar menagih retribusi pasar.

Masyarakat membayar dengan barang, di mana yang dari daerah pegunungan

dengan ubi, pisang, sedangkan yang dari daerah pantai dengan ikan atau garam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

188

(Pajak itu “tere laku”)

Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,

budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

Iya, nilai-nilai ada dan Nampak selama proses transaksi barter. Mereka tidak

hanya saling bertukar barang melainkan juga saling memahami, mendengarkan,

membantu, saling sharing, berbagi suka duka hidup yang berlanjut dengan

saling mendokan. Ada ikatan spiritual antara para pelaku transaksi barter.

Disamping itu juga ada nilai keadilan disana. Masin-masing menerima haknya

dan juga memberikan kewajibannya.

Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?

Iya, untuk 1 potong ikan atau 1 genggam garam atau 1 genggam kapur ditukar

dengan 6 batang jagung atau 1 sisir pisang.

Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang

diungkapkan dalam bahasa daerah?

Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah

pesisir pantai berbeda atau sama?

Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?

Untuk ikan (1 dendeng atau 1 ekor) biasanya dipakai bahasa “vare tou”

(dalam bahasa daerah gunung “ika tu”)

Satu genggam garam atau kapur dibahasakan sebagai “monga tou” (dalam

bahasa daerah gunung “lima tu”)

Enam batang jagung dibahasakan sebagai “monga tou” (dalam bahasa

daerah gunung “mongan tu”)

Garam yang diisi dalam daun lontar disebut “kube tou” (dalam bahasa

daerah gunung “kube tu”)

Nb: yang dalam kurung

Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di

Wulandoni?

Ada dua tempat pasar barter, yaitu di Wulandoni pada hari sabtu dan di Lebala

pada hari rabu. Dan terakhir sekarang juga ada pasar di Lamalera pada hari

kamis.

Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunug dan

daerah pantai dibedakan?

Menghindari transaksi barter sebelum pasar barter ini dibuka secara resmi oleh

mandor pasar, dengan cara membunyikan pluit (veku). Disana ada nilai keadilan

yang bisa dipetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

189

Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?

Masyarakat merasa sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan mereka, mereka

tidak harus jalan jauh ke Lewoleba, ibu kota kabupaten untuk berbelanja

kebutuhan pokok atau juga menjual hasil komditinya seperti kemiri, kopra,

kakao, jambu mente.

Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai

tempat berlangsungnya Pasar Barter?

Tidak, cuma digunakan untuk kegiatan pasar barter.

Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar

berupa uang?

Karena menurut saya para pelaku transaksi barter mempertahankan warisan nilai

yang sangat fundamental, yakni kekeluargaan persaudaraan, gotong royong, dan

keadilan.

Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

Proses menghitungnya itu sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya.

Untuk ikan (1 dendeng atau 1 ekor) biasanya dipakai bahasa vare tou.

Satu genggam garam atau kapur dibahasakan sebagai monga tou.

Enam batang jagung dibahasakan sebagai monga tou.

Garam yang diisi dalam daun lontar disebut kube tou.

Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

Sama.

Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

Bila dicermati masyarakat tempo dulu tidak mengetahui adanya alat ukur

sehingga mereka tidak pernah menggunakannya dan untuk sekarang masih tetap

sama, tanpa alat ukur, karena mereka mengikuti tradisi yang ada.

Kalau timbangan begitu sudah ada pada zaman sekarang?

Kalau timbangan memang sudah diketahui tetapi untuk menggunakannya dalam

kegiatan pasar barter tidak digunakan.

Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

Iya, mereka menerima masing-masing barang yang setara ditukarkan, tetapi

dalam praktek banyak kali mereka melakukannya atas dasar kekeluargaan

(bukan keluarga kerena pertalian darah) mkasudnya masing-masing mereka

merasa sangat dekat, merasa sebagai keluarga, sudah saling mengenal sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

190

transaksi dilakukan secara kekeluargaan. Misalnya pisang atau jagung, garam,

ikan yang ditukarkan ditambah dengan yang lain, atau jumlahnya lebih dari

system umum yang digunakan.

Jika tidak sebanding atau setara, apakah tidak diberlakukan sistem pengukuran

dengan menggunakan alat ukur?

Tidak ada peraturan umum yang berlaku, ini tergantung dari kesepakatan antar

pelaku transaksi barter.

Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

Tidak ada penentuan barang, tetapi umumnya barang-barang kebutuhan pokok.

Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

Pembentukkannya didasarkan pada kepentingan kedua kelompok masyarakat

(gunung dan pantai).

Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

Sejauh yang saya tahu, tidak ada.

Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?

Ada proses tawar-menawar.

Bagaimana proses barter dilakukan? (Jelaskan rincian barang-barang yang

ditukarkan, misalanya berapa jagung dengan berapa ikan, dan seterusnya untuk

semua hasil tani dan laut yang ada)

Proses barternya itu sama seperti yang telah dikatakan sebelumnya.

Untuk ikan (1 dendeng atau 1 ekor) biasanya dipakai bahasa vare tou.

Satu genggam garam atau kapur dibahasakan sebagai monga tou.

Enam batang jagung dibahasakan sebagai monga tou.

Garam yang diisi dalam daun lontar disebut kube tou.

Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

Sebelumnya dapat dipahami bahwa peredaran alat tukar sanagt terbatas jadi

masyarakat tidak menggunakan alat tukar tetapi dalam perkembangan hingga

hari ini, mereka juga bisa menggunakan alat tukar (uang), tergantung

kesepakatan bersama (pelaku transaksi barter).

Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

Semua barang yang dibarter itu pasti tidak akan dianggap rugi. Karena itu untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

191

memenuhi kebutuhan setiap hari.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau

perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?

Bisa pakai alat tukar uang, tergantung kesepakatan.

Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja

pengembangannya?

Tidak ada.

Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,

pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter

tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani

ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

Sekarang pasar barter terbuka untuk siapa saja. Tidak terbatas hanya untuk

masyarakat pesisir dan gunung, pegawai bisa terlibat dengan menggunakan alat

tukar uang.

Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih

lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

Iya, unsur baru yang dapat dilihat yakni yang mengambil bagian dalam pasar

barter bukan hanya masyarakat pesisir pantai dan gunung tetapi juga sekarang

terbuka untuk siapa saja, pedagang yang lain, tetapi ciri dasar pasar barter tetap

dipertahankan.

Kekurangan-kekurangan apa yang perlu dibenahi dari pasar barter?

Menurut saya tidak ada.

Bagaimana kedudukan pasar barter bagi masyarakat?

Mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat (social dan ekonomi).

Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat

(kesejahteraan) atau tidak?

Sangat mendukung ekonomi masyarakat.

Apakah kegiatan barter dalam pasar barter ini dapat saling menguntungkan

antara masyarakat daerah gunung dan pantai?

Saling menguntungkan, jika tidak saling menguntungkan sudah pasti pasar

barter ini telah dibubarkan atau tidak mungkin dipertahankan hingga hari ini.

Apakah nilai dari barang-barang yang dibarterkan pada umumnya sudah setara

atau belum?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

192

Umumnya setara dank arena itu system ini tetap dipelihara dan dipertahankan

hingga hari ini.

Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?

Belum ada aturan baru.

Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:

Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan

laut yang dibarter mengalami pertambahan)

Sejauh yang saya tahu, untuk barang elektronik tidak dibarter tetapi dibeli

dengan alat tukar/uang.

Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari

masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi

atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?

Bagi masyarakat, uang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan lain seperti

pakaian, bahan-bahanbangunan, dll selain kebutuhan pokok (makanan).

Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter

tersebut?

Alat tukar/uang dimanfaatkan/diinvestasikan untuk kebutuhan lain seperti

material untuk membangun rumah, kebutuhan sandang, dll.

Sedangkan untuk kebutuhan pokok (makanan) bisa didapatkan dengan cara

barter, tanpa perlu mengeluarkan uang.

Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?

Untuk zaman sekarang sangat dipikirkan.

Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga

misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar

tetangga?

Yang saya tahu pengaruhnya dalam kehidupan bertetangga, di lingkungan

dimana saya lahir dan dibesarkan, hasil barter dari pasar (pisang, ubi, sirih

pinang, dll) biasanya juga disharekan dengan keluarga atau tetangga sekitar, bila

keluarga atau tetangga yang bersangkutan tidak pergi ke pasar pada hari

tersebut.

Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan

uang?

Tidak ada.

Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses

perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

193

Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?

Belum pernah ada kejadian seperti ini.

4. Narasumber 4

Hasil Wawancara

Apa latar belakang yang menyebabkan terbentuknya pasar barter?

Pasar barter sudah ada sejak dahulu kala (dulu-dulu pokoknya), di mana

masyarakat belum mengenal uang terus pasar barter ini juga terbentuk untuk

menghargai keberagaman yang ada dimasyarakat, terlebih agama.

Siapa saja yang terlibat dalam pasar barter?

Yang berperan di pasar barter ini itu masyarakat-masyarakat daerah sekitar

Kecamatan Wulandoni yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.

Yang melakukan barter itu pokoknya ada tiga daerah, daerah utara, derah timur,

dan barat. Jadi daerah utara terdiri dari Udak, Lewuka, Senaki, Bakaor, Balaj.

Daerah timur itu Wulankera, Lebala, Mulandoro, Ataili. Sebelah barat itu

terutama Lamalera. Daerah-daerah itu (terkhusus Kecamatan Wulandoni)

mereka bertemu di desa Wulandoni untuk melakukan barter itu.

Kenapa daerah selatan tidak ikut?

Daerah selatan itu sebagai tuan rumah, daerah selatan itu sebagai pihak dari

mereka yang seperti menyediakan tempat tapi bukan menyediakan tempat juga

tapi tuan rumah ya. Jadi selatan itu terdiri dari Wulandoni dan Luki. Jadi dua ini.

Mereka juga termasuk, tapi anggapan kan sebagai tuan rumah karena tempat

barter berada di selatan ini.

Apakah pasar barter beroperasi setiap hari?

Tidak setiap hari, jadi pasar barter itu beroperasi dalam satu minggu sekali,

tepatnya pada hari sabtu.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter yang dahulu dan sekarang?

Tidak ada perbedaan yang signifikan, kalau yang dulu itu Cuma satu tempat, itu

Cuma di Wulandoni karena sebelum adanya konflik yang sekarang itu

masyarakat khusunya kecamatan Wulandoni itu melakukan barter di Wulandoni

sendiri. Kalau sekarang itu pasar barter itu, tidak di Wulandoni saja, jadi ada di

Wulandoni dan ada di Lamalera.

Kalua perbedaannya Cuma tempat itu sekarang yang berubah. Tidak ada

perbedaan, tetap yang sama, prosesnya tetap sama, yaitu menukar barang

dengan uang, barang dengan barang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

194

Konflik apa yang terjadi waktu itu?

Apakah menukar barang dengan uang juga sudah terjadi dari dulu ataukah baru

sekarang ini?

Konflik itu terjadi pas 17 Agustus tahun 2000 berapa begitu. Itu terjadi setelah

apel 17 Agustus, penyebabnya karena perebutan tanah. Dari pihak muslim

menganggap tanah itu milik mereka, jadi tanah itu di Balaj kalau tidak salah.

Nah, akhirnya pertempuran pun terjadi karena pihak dari utara tidak terima

karena mereka menganggap itu punya mereka secara diam-diam, tanpa kasih

tahu kedua belah pihak. Akhirnya pertikaian antar agama pun terjadi dan dalam

pertempuran atau kejadian itu menewaskan dari daerah utara satu orang. Terus

karena kejadian itu, Pasar Barter di Wulandoni ditutup, akhirnya selang

beberapa lama, akhirnya pasar barter dipindahkan ke Lamalera, tapi suasananya

tidak sama seperti yang dulu karena yang datang di pasar Lamalera itu juga

tidak seramai seperti yang ada di Wulandoni sebelum kejadian itu. Akhirnya

seiring berjalannya waktu, pasar di Wulandoni pun dibuka lewat acara

seremonial adat itu. Cuma tidak seramai seperti dulu juga , tetapi sudah dibuka

pasar barternya Kembali dan sekarang pun orang-orang sudah melakukan barter

di Wulandoni

Apakah terdapat suatu ritual khusus sebelum melakukan kegiatan pada Pasar

Barter?

Setau saya sebelum jamnya untuk mulai barter atau tukar menukar barang itu

semua sudah stand by di tempat sampai mulai kegiatan barternya. Jadi kegiatan

barter itu ditandai dengan peniupan pluit, jadi kalua ada petugas dibarter itu atau

bea cukai yang menagih pajak yang ada dibarter situ tugasnya itumeniup pluit

tanda barter akan segera dimulai.

Kenapa harus ada pajak?

Dan apakah ada aturannya dalam pengambilan pajak, misalnya daerah gunung

harus satu mongan dan daerah pantai harus berapa ikan?

Karena sudah menggunakan uang saat ini, apakah uang juga pajak yang

diminta?

Lokasi yang sekarang di Wulandoni atau di lamallera yang digunakan sebagai

lokasi barter itu adalah tanah milik pemerintah desa, jadi bagi siapa yang

menggunakan lahan itu untuk sebagai (kalau yang sekarang) itu ada pajaknya.

Pajaknya itu mereka akan memberi sedikit dari penjualan mereka, barang-

barang mereka. Barang yang mereka mau kasih itu tidak harus satu mongan atau

berapa-berapa itu tapi secukupnya dari si yang punya barang. Jadi misalnya

kalau dia punya pisang berapa sisir disitu, dia kasih satu sisir misal, dia punya

ubi kayu ada berapa disitu, dia bisa kasih satu atau dua tergantung besarnya.

Terus kalau uang itu dipakai untuk membeli, jadi tidak untuk menukar. Uang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

195

kan digunakan untuk membeli, jadi uang dipakai untuk atau sebagai alat

pembeli atau alat pembayaran. Uang itu tidak dipakai untuk membayar pajak.

Jadi yang mereka kasih itu dalam bentuk barang bukan uang.

Apakah di dalam Pasar Barter terdapat nilai-nilai mendasar (religius, tradisi,

budaya, keberagaman, gotong-royong, sosial) yang terkandung dalamnya?

Sangat ada. Semua nilai itu ada dan sangat kental, jadi ada dua agama yaitu

islam dan Katolik, mereka sangat menghargai perbedaan disitu, mereka adatang

di satu tempat, di situ mereka saling bertemu, saling sapa, saling tukar menukar

barang, saling melengkapi. Jadi, satutempat itu bisa mengumpulkan dua agama

dengan berbeda budayamenjadi satu, jadi kebersamaan disitu kental sekali.

Apakah ada sistem perhitungan untuk semua jenis barang yang dibarter?

Untuk perhitungan jenis barang yang dibarter itu sebenarnya tidak ada, jadi yang

dari bukit bawa hasil pertaniannya mereka, entah itu jagung, ubi kayu, atau

singkong itu, kayak sayur-sayuran atau apa hasil perkebunan mereka datang

yang bisa mereka siapkan apa saja didatangkan ke pasar barter. Yang nelayan

pasti ikan, segala jenis ikan yang mereka tangkap, yang mereka hasilkan,

dibawa, dan nanti disitu mereka saling tukar menukar. Tidak ada yang aturan-

aturan jenis barang apa yang dibawa itu tidak ada.

Apakah proses menghitung tersebut dikaitkan dengan bilangan yang

diungkapkan dalam bahasa daerah?

Jika ada, apakah ungkapan bilangan bahasa daerah gunung dan bahasa daerah

pesisir pantai berbeda atau sama?

Jika berbeda, bagaimana ungkapan bahasa daerah gunung dan daerah pantai?

Kalua bilangan dalam bahasa daerah itu ada. Ada bahasa daerahnya gunung dan

pantai.

Berarti bahasa daerah gunung dan pantai berbeda ?

Bagaimana mereka bisa mengerti untuk melakukan barter?

Sebenarnya kenapa kedua daerah ini (gunung dan pantai) bisa memahami

bahasa mereka masing-masing karena saling memahami bahasa-bahasa mereka

karena menurut cerita dari dahulu kala sekali itu mereka saling menjalin

hubungan dekat maksudnya kekeluargaan begitu. Jadi misalnya orang gunung

datang ke pantai, nah mereka itu akan berinteraksi dngan bahasa daerah mereka

masing-masing, jadi karena mungkin sudah terbiasa dengan kedekatan mereka,

dengan bahasa yang mereka gunakan, akhirnya mereka bisa memahami bahasa

mereka masing-masing. Jadi karena mereka memang dari dulu itu rasa

kekeluargaannya itu sudah tinggi, jadi hal-hal baru termasuk bahasa baru itu

sudah dipahami atau sudah dimengerti dari dulu karena kekeluargaan itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

196

Apakah tempat untuk Pasar Barter ini berpindah-pindah atau tetap di

Wulandoni?

Dulu pasar barter tetap di Wulandoni, tetapi untuk yang sekarang ini, sejak ada

konflik itu, jadi pasar barter itu sudah dua tempat, Wulandoni dan Lamalera.

Kenapa sebelum terjadinya proses barter, lokasi masyarakat daerah gunung dan

daerah pantai dibedakan?

Sebenarnya untuk itu cuma dikasih batas jadi masyarakat yang dari bukit dan

dari pantai itu dikasih batas sebagai pembeda atau jarak sebelum mereka

bertemu untuk melakukan barter. Jadi cuma dikasih spasi begitu, misalnya

sudah mulai kegiatannya baru yang dari daerah pantai melewati batas itu untuk

bertemu orang-orang dari bukit itu untuk menukarkan barang mereka, ikan

dengan ubi misalnya, ikan dengan sayur begitu.

Bagaimana hubungan Pasar Barter ini dengan masyarakat sekitar?

Terjalin dengan amat sangat baik.

Apakah lokasi Pasar Barter ini digunakan untuk kegiatan lainnya selain sebagai

tempat berlangsungnya Pasar Barter?

Tidak, hanya untuk pasar barter.

Bagaimana pasar barter bisa eksis sampai saat ini, padahal sudah ada alat tukar

berupa uang?

Meskipun sekarang sudah ada uang sebagai alat tukar modern tapi bagi

masyarakat sekitar barter itu merupakan tradisi yang sudah turun temurun dari

zaman dahulu, jadi untuk masyarakat Desa Wulandoni dan sekitarnya itu tetap

menjadikan barter sabagai salah satu kegiatan menjalin hubungan kekeluargaan.

Bagaimana sistem pengukuran yang digunakan untuk melakukan barter?

Pakai monga dengan 1 ikan. Monga itu enam jenis hasil pertanian.

Apakah sistem pengukuran setiap orang yang berbarter sama atau berbeda?

Semuanya sama, tapi kadang juga tergantung kesepakatan bersama.

Jika sistem pengukuran masih menggunakan cara tempo dulu, apakah

pengukuran dengan cara pada zaman sekarang (alat ukur) tidak pernah atau

tidak diperbolehkan dalam pasar barter?

Bukan tidak diperbolehkan, tetapi kebanyakan yang melakukan barter tidak

punya alat seperti itu, sehingg mereka tetap menggunakan cara yang lama.

Apakah jumlah yang diterima masing-masing orang yang melakukan barter

sebanding atau setara?

Barang yang diterima dan diberikan itu selalu sebanding itu karena orang-orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

197

yang dari pantai dan bukit itu selalu melakukan tukar menukar itu mereka

melakukannya dengan penuh keikhlasan. Maksudnya mereka tahu kalua mereka

berbeda, jadi mereka akan memberikan sesuatu yang anggapan mereka saya

memberikan ini biar dia senang, saya kasih ini karena dia membeutuhkan saya.

Mereka memberikan dan menerima itu sebagai bentuk saling melengkapi dan

membantu.

Adakah penentuan barang apa saja yang boleh dibarter dalam Pasar Barter?

Tidak ada penentuan, tapi biasanya yang dari laut itu ikan dan garam. Kalau dari

gunung itu jagung, pisang, ubi.

Bagaimana proses terbentuknya pasar barter?

Kesepkatan nenek moyang zaman dahulu.

Apakah ada penentuan/peraturan bentuk pasar? Kalau ada, seperti apa

peraturannya? Mengapa seperti itu?

Peraturannya terlihat dari proses awal, yang pesisir pantai di sebelah timur dan

yang barat dari gunung.

Apakah terdapat proses tawar-menawar atau negosiasi yang terjadi dalam

barter? Kalau memang ada, tawar-menawar seperti apa yang terjadi selama ini?

Proses tawar-menawar memang ada. Misalkan ikan yang saya bawa ukurannya

besar semua dan ada ikan yang ukuran kecil terselip satu. Maka kadang saya

langsung memberikannya cuma-cuma dengan yang sudah barter dengan saya,

tetapi kadang saya tawar lagi dengan yang saya butuhkan.

Bagaimana proses barter dilakukan?

Masyarakat kecamatan Wulandoni berkumpul baik yang dari gunung maupun

pesisir. Mereka menepati tempatnya masing-masing. Pesisir barat dan gunung

timur. Terus nanti mandor ambil pajak. Kalau semua sudah, nanti ditiup fluit

yang menandakan barter dibuka. Kami yang dari pesisir jalan keliling mereka

yang dari gunung untuk berbarter dengan barang yang kami bawa.

Apakah orang tidak perlu menggunakan alat tukar (uang)? Mengapa ?

Uang juga digunakan sebagai alat tukar. Jadi bagi sebagai pembeli itu mereka

akan datang membeli itu dengan uang. Tidak hanya menukar barang dengan

barang tetapi disitu juga membeli barang juga ada. Jadi uang juga dipakai dalam

proses barter itu. Terlebih mereka yang berprofesi sebagai guru, pegawai, dll.

Pembeli yang dimaksud apakah memang cuma yang berprofesi diluar petani dan

nelayan ataukah nelayan dan petani juga boleh membeli?

Dan proses pembeliannya apakah dibedakan dengan yang barter? Misal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

198

waktunya yang beli dluan bru yang barter?

Jadi tidak semestinya yang pegawai beli pakai uangnya terus yang bukan

pegawai (yang petani atau nelayan) itu pakai barang. Sebenarnya boleh siapa

saja bisa beli pakai uang, kalau dia tidak punya barang untuk ditukarkan atau

mungkin dia datang sebagai pembeli, bukan sebagai penukar.

Jadi, bagi para pegawai itu tergantung atau tidak dibatasi siapa duluan siapa

duluan , bebas. Misalnya, sebelum barter dimulai yang datang mau beli pakai

uang, tidak papa. Itu tidak dilarang juga, tapi kalau misalnya sudah jamnya mau

barter, tetap barter. Jadi tidak dibatasi atau dilarang, tetapi tetap yang barter

yang diutamakan.

Bagaimana cara menilai atau memperkirakan nilai dari barang-barang yang

dimiliki sehingga kalau dibarter akan dianggap layak atau tidak rugi? (dapat

dianggap dari nilai atau dilihat dari manfaat barang tersebut)

Untuk nilai barang itu kedua pihak ini akan melakukan kesepakatan dulu.

Mereka melakukan kesepakatan sesuai dengan bentuk dan ukuran serta nilai

barang yang akan mereka tukar. Kalua misalnya tidak sepakat berarti tidak bisa

melakukan penukaran.

Apakah pernah terjadi tidak sepakat dan tidak menukarkan barang?

Pernah. Itu terjadi kalau salah satu dari penukar itu merasa barang yang diterima

tidak seperti yang diinginkan. Misal saya mau satu sisir pisang tapi Cuma dapat

setengah saja. Kalau missal penawaran tidak sesuai dengan keinginan maka

tidak terjadi penukaran.

Berarti tidak selamanya yang aturan mongan itu berlaku?

Iya, karena sekarang orang bertukar sesuai kesepakatan. Yang mongan itu

jarang.

Apakah terdapat perbedaan antara pasar barter dahulu dan sekarang atau

perkembangan yang terjadi dari dahulu ke sekarang?

Iya, ada perbedaan, kalau dulu hanya barter saja tetapi sekarang pakai uang juga

bisa. Tetapi tetap barter yang lebih dominan, karena itu tradisi.

Apakah ada rencana untuk mengembangkan pasar barter? Jika ada, apa saja

pengembangannya?

Tidak ada. Tapi kalau dari saya pribadi, saya ingin supaya pasar itu ada tempat

untuk berteduh, jangan hanya sekedar tempat terbuka, tetapi ada bangunan

untuk berlindung.

Sekarang kecamatan Wulandoni tidak hanya dihuni oleh masyarakat yang

melakukan pekerjaan bercocok tanam (petani) dan nelayan, tetapi ada juga guru,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

199

pekerja kantoran, dll. Apakah mereka tidak bisa ikut dalam kegiatan pasar barter

tersebut karena mereka memiliki alat tukar berupa uang bukanlah hasil tani

ataupun hasil laut ? Apakah ada kebijakan tersendiri untuk mereka?

Untuk masyarakat yang bekerja sebagai guru dan pegawai kantoran, dan

sebagainya itu, mereka tetap akan datang ke pasar barter itu karena mereka

mencari kebutuhan untuk makan sehari-hari mereka, jadi mereka akan membeli

kebutuhan mereka itu atau persediaan makanan mereka dengan uang yang

mereka punya.

Apakah jika mereka memiliki barang yang dapat ditukarkan, mereka bisa ikut

dalam proses barter?

Selama saya mengikuti barter, guru, pegawai, dan sebagainya itu mereka selalu

membeli barang dengan uang. saya tidak pernah lihat kalau mereka membeli

barang dengan menukar barang yang mereka punya. Tapi yang saya tahu

mereka selalu membeli dengan uang tidak pake barang.

Adakah unsur-unsur baru yang akan ditambahkan untuk kepentingan lebih

lanjut dalam pasar barter tetapi tidak menghilangkan ciri pasar barter tersebut?

Pasar barter itu tetap ada Cuma yang sekarang ini pasar barter tidak lagi seperti

yang dulu. Maksudnya bukan hanya baarang-barang hasil mata pencaharian

mereka saja yang ditukarkan, tetapi sekarang itu pasar barter bahkan dijual

pakaian, makanan-makanan yang sudah diolah atau makanan jadi, jadi seperti

pasar pada umumnya, tetapi yang diutamakan disitu tetaplah barternya sendiri.

Apakah yang jual baju dan makanan jadi itu tempatnya sama dengan yang akan

melakukan proses barter? Ataukah mereka punya tempat tersendiri?

Untuk tempat yang menjual makanan jadi dan baju-baju itu tempatnya

dibedakan, jadi tidak gabung dengan lokasi barter. Sebenarnya tidak jauh

dengan lokasi barter, tetapi tempatnya memang dibedakan sendiri.

Dan dari manakah penjual-penjual itu berasal? Apakah orang dari daerah

Kecamatan Wulandoni atau luar?

Ada yang dari luar Daerah Wulandoni, terutama yang dari Lewoleba itu.

Dari segi ekonomi keberadaan pasar barter mendukung ekonomi masyarakat

(kesejahteraan) atau tidak?

Kalua menurut saya, pasar barter sangat mendukung kebutuhan ekonomi

masyarakat karena adanya pasar barter itu orang-orang yang bermata

pencaharian sebagai petani yang tinggal di bukit itu misalnya mereka pengen

mau makan ikan, mereka datang ke tempat barter itu juga bakalan dapat ikan.

Kalua orang yang ingin makan sayur-sayuran atau buah-buahan dari daerah

gunung , pasar barter itulah yang membantu mereka untuk memenuhi kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

200

ekonomi mereka.

Peraturan umum tentang Pasar Barter?

Peraturan yang ada disitu yang tadi sebelum mulai barter ada tanda bunyi pluit

itu untuk memulia, terus peraturannya pasti jaga keamanan disitu, tidak boleh

ada pertikaian, pasti harus ada batas antara daerah bukita dan daerah pantai.

Selama kegiatan disitu wajib memberi pajak, jadi pajaka dari misalnya barang

apa yang mereka bawa untuk ditukarkan disitu diserahkan seadanya untuk

diberikan ke petugas pasar.

Apakah diadakan aturan baru tentang kesetaraan nilai barang?

Karena sudah dianggap setara jadi tidak ada aturan baru.

Apakah jenis-jenis barang yang dibarter mengalami perubahan? (Contohnya:

Terdapat barang elektronik atau barang pabrik yang dijual atau hasil tani dan

laut yang dibarter mengalami pertambahan)

Sebenarnya tidak ada perubahan, tetap seperti biasanya. Tidak ada yang

misalnya seperti barang-barang elektronik ditukarkan dengan barang-barang

kebutuhan pangan itu tidak ada. Kalua utnuk barang elektronik mereka akan beli

dengan uang, kalua satur-mayur, ikan-ikan ada juga yang beli dengan uang

tetapi kebanyakan mereka melakukan dengan barter. (tukar-menukar barang).

Dengan adanya barter secara tidak langsung mengurangi penggunaan uang dari

masyarakat. Apa dampaknya bagi masyarakat? Apakah ada baiknya membatasi

atau mengurangi penggunaan uang seperti itu?

Untuk membatasi penggunaan uang itu tergantung kebutuhan mereka sendiri,

kebutuhan masayarakat yang ada disitu. Jadi kalau mereka membeli dengan

uang, silahkan mereka bisa membeli dengan uang. kalau misalnya untuk

pengurangan uang tergantung si pembeli.

Bagaimana manfaat tanpa adanya alat tukar atau uang dengan adanya barter

tersebut?

Kalua sekarang itu terbuka atau bebas begitu. Kalua ada yang mau menukarkan

barang silahkan, membeli silahkan, apa yang nanti mereka terima itulah yang

sebanding dengan barang-barang yang mereka bawa dana mereka jual. Jadi ada

yang mau beli dengan uang boleh, ada yang mau tukarkan barang juga boleh.

Jadi manfaat uang itu mkasudnya uang itu tetap berjalan atau berputar seadanya

atau seapa adanya.

Apakah uang tidak terlalu dipikirkan oleh masyarakat?

(jawaban sama seperti nomor 43)

Kalua sekarang itu terbuka atau bebas begitu. Kalua ada yang mau menukarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

201

barang silahkan, membeli silahkan, apa yang nanti mereka terima itulah yang

sebanding dengan barang-barang yang mereka bawa dana mereka jual. Jadi ada

yang mau beli dengan uang boleh, ada yang mau tukarkan barang juga boleh.

Jadi manfaat uang itu mkasudnya uang itu tetap berjalan atau berputar seadanya

atau seapa adanya.

Adakah pengaruh pasar barter di kehidupan sehari-hari? Di lingkungan tetangga

misalnya ada kelebihan apa terus meminta barter dengan barang lain antar

tetangga?

Ada. Misalanya orang yang mau menukarkan barangnya itu merasa iba atau

kasihan atau ingin memberi lebih atau merasa barangnya banyak, silahkan. Dia

dapat memberi lebih dari yang si penerima ini harapkan. Jadi untuk tetangga

yang kekurangan atau apa, mereka saling membantu atau saling memberi. Jadi

dampak positifnya sangat besar.

Apakah ada istilah tukar tambah, misalnya kekurangannya ditambah dengan

uang?

Kalua istilah tukar tambah uang itu tidak ada. Jadi kalau menukar barang

dengan barnag silahkan atau menjual barang dengan menerima uang atau

mebeli,itu silahkan. Untuk tukar tambah itu tidak ada.

Jika ada yang merasa tidak puas dengan barter tersebut apakah ada proses

perdamaian yang dilakukan? Siapa yang berperan dalam proses tersebut?

Bagaimana proses penyelesaiannya? Dan apakah akhirnya tidak jadi barter?

Kalau misalnya ada permasalahan dalam pasar barter atau masalahnya terlalu

besar atau sudah menjadi konflik antara kedua kebudayaan ini atau dua agama

ini maka akan dilakukan semonial atau adat, sesuai dengan peraturan adat yang

ada didaeah itu seperti apa. Tetapi yang berperan disitu pastilah pemerintah,

tetua adat atau tokoh-tokoh adat, dan juga masyarakat-masyarakat

yangmelakukan barter itu. Mereka akan bertemu dan melakukan seremonial dan

melakukan perdamaian. Ada masalah ada solusi. Tapi secara adat istiadat.

Wawancara tambahan: Dipilih hari sabtu pagi sebagai waktu barter bukan hari lainnya.

Dari zaman nenek

moyang memang sudah

begitu, karena hari

minggu besoknya orang

tidak bekerja kebun

maupun tangkap ikan.

Sehingga hari minggu

saatnya untuk istirahat.

Hari sabtu pagi itu karena

mengikuti nenek moyang.

Tetapi relevannya dengan

zaman sekarang, karena

biasanya mencari hasil

hanya sampai hari sabtu.

Hasil yang didapat dari hari

senin sampai sabtu

subuh/pagi dikumpulkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

202

untuk dibawa ke pasar

barter supaya bisa

ditukarkan untuk bahan

makanan selama seminggu

ke depan. Sedangkan hari

minggu saatnya pergi gereja

dan istirahat di rumah.

Barang yang dibarter hanya dibatasi oleh hasil pertanian/pantai.

Iya, hanya hasil

pertanian dan ikan yang

orang nikamati

langsung makan karena

merupakan kebutuhan

dasar.

Memang hanya barang-

barang yang merupakan

hasil dari masyarakat.

Kalau dari pembelian tidak

mungkin dijual lagi, karena

pasti barang itu dibutuhkan.

Untuk apa membeli tetapi

tidak digunakan.

Mengapa 1 ikan ditukarkan dengan 1 mongan jagung atau yang lainnya.

Mongan dengan ikan

itu adalah kesepakatn

awal yang dibuat oleh

masyarakat dahulu.

Karena nenek moyang

dahulu menganggap 1 ikan

dengan 1 mongan jagung

atau pisang atau ubi itu

sudah setara nilainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

203

Lampiran 4 Lembar Validasi Instrumen Penilaian Perangkat Pembalajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Validator 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

204

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

206

b. Validator 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

207

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

208

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

209

c. Validator 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

210

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

211

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

212

2. Lembar Kerja Kelompok

a. Validator 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

213

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

214

b. Validator 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

215

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

216

c. Validator 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

217

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

218

Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : II/Genap

Materi : Pengukuran

Sub Materi : Pengukuran Berat

Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran (2x35 menit)

A. Standar Kompetensi

2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan

masalah.

B. Kompetensi Dasar

2.3 Menggunakan alat ukur berat

2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menggunakan alat ukur berat untuk mengukur berat benda

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran yang berbasis budaya barter di Pasar Barter

Wulandoni, siswa diharapkan mampu:

1. Menggunakan alat ukur berat untuk mengukur berat benda dengan cermat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

219

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan berat benda yang terdapat

dalam Pasar Barter Wulandoni dengan teliti.

E. Materi Pembelajaran

PENGUKURAN BERAT

Mengenal Alat Ukur Berat

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui berat benda disebut timbangan.

Salah satu bentuk timbangan adalah seperti gambar dibawah ini.

Timbangan ini biasa

digunakan untuk

menimbang benda

yang tidak terlalu

berat.

Timbangan ini biasa

digunakan untuk

menimbang benda

yang tidak terlalu

berat.

Timbangan ini biasa

digunakan untuk

menimbang berat

badan.

Timbangan ini biasa

digunakan untuk

menbandingkan

beratdua macam benda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

220

Mengenal Satuan Ukuran Berat

Mengukur Berat Benda

Setelah mengenal alat dan satuan ukur berat, ayo belajar membaca berat benda

yang ditimbang.

Langkah-langkahnya:

1. Sediakan timbangan. Pastikan jarum timbangan menunjuk angka 0.

2. Letakkan benda yang akan diukur beratnya di atas timbangan. Perhatikan

angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan.

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pendekatan Pembelajaran: Etnomatematika (Pembelajaran Berbasis Budaya)

Metode Pembelajaran: Diskusi, Tanya jawab, Tugas kelompok

G. Sumber Belajar

1. Buku Paket : Matematika SD kelas II

2. Lembar Kerja Kelompok

3. Aktivitas budaya di Pasar Barter Wulandoni (berupa video)

4. Alat peraga: Alat Ukur Timbangan

H. Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan Alokasi Waktu

1. Kegiatan Awal

1. Guru mengucapkan salam.

2. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa.

5 menit

𝟏 kilogram = 𝟏.𝟎𝟎𝟎 gram

𝟏 kg = 𝟏.𝟎𝟎𝟎 g

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

221

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

siswa dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya

mempelajari materi ini (salah satunya pasar barter).

4. Guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan dibahas

pada pertemuan hari ini, yaitu tentang pengukuran berat.

5. Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan

siswa hari ini, yaitu tanya jawab dan diskusi kelompok.

6. Apersepsi: kegiatan barter di Pasar Barter Wulandoni (berupa

video)

2. Kegiatan Inti

1. Guru memberikan materi tentang pengukuran berat.

2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara

heterogen dan mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan

kelompoknya masing-masing.

3. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (Terlampir)

kepada tiap-tiap kelompok.

4. Guru menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran yang

akan dilakukan dalam kelompok.

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mendiskusikan permasalahan yang ada dalam LKS.

6. Guru mengontrol dan membimbing siswa dalam pelaksanaan

diskusi kelompok.

7. Guru menunjuk kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya di depan kelas.

8. Guru mengajak kelompok lain untuk menanggapi hasil

presentasi tersebut.

9. Guru memberikan penguatan dan penghargaan terhadap hasil

diskusi kelompok.

25 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

222

3. Kegiatan Akhir

1. Guru mengecek pemahaman siswa tentang materi yang

diajarkan.

2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang

telah dipelajari pada hari ini, yaitu tentang pengukuran berat

benda.

3. Guru memberitahukan materi pada pertemuan selanjutnya

supaya siswa dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu.

4. Guru meminta kesediaan seorang siswa untuk memimpin doa.

5. Guru mengucapkan salam.

5 menit

I. Lampiran

LEMBAR KERJA KELOMPOK

Nama Anggota Kelompok:

1.

2.

3.

4.

Petunjuk:

1. Telah tersedia bahan-bahan seperti berikut:

Beras, pisang, ikan, dan bahan-bahan lain yang biasanya terdapat di Pasar

Barter Wulandoni.

2. Siswa membandingkan bahan-bahan yang tersedia dengan kedua tangan.

Tangan kiri memegang bahan dari daerah gunung dan tangan kanan

memegang bahan dari daerah pantai. Setelah dibandingkan silahkan isi

perbandingan pada tabel di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

223

No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih

Kecil Bahan Daerah Pantai

3. Setelah dilakukan pengukuran pertama dengan tangan. Masing-masing

kelompok mengukur kembali berat dari bahan-bahan yang tersedia tersebut

tetapi menggunakan alat ukur yang telah disediakan.

4. Setelah melakukan pengukuran kedua, silahkan masing-masing kelompok

menuliskan pada tabel dibawah ini:

No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih

Kecil Bahan Daerah Pantai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

224

Yogyakarta, Maret 2020

Peneliti

Christiana Monica Vianny Abong Elannor

NIM : 181442007

Mengetahui

Dosen Pembimbing Guru Mata Pelajaran

Matematika

Prof. Dr. St. Suwarsono

NPP : P.526

2. Lembar Kerja Kelompok

LEMBAR KERJA KELOMPOK

Nama Anggota Kelompok:

1.

2.

3.

4.

Petunjuk:

1. Telah tersedia bahan-bahan seperti berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

225

Beras, pisang, ikan, dan bahan-bahan lain yang biasanya terdapat di Pasar

Barter Wulandoni.

2. Siswa membandingkan bahan-bahan yang tersedia dengan kedua tangan.

Tangan kiri memegang bahan dari daerah gunung dan tangan kanan

memegang bahan dari daerah pantai. Setelah dibandingkan silahkan isi

perbandingan pada tabel di bawah ini.

No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih

Kecil Bahan Daerah Pantai

3. Setelah dilakukan pengukuran pertama dengan tangan. Masing-masing

kelompok mengukur kembali berat dari bahan-bahan yang tersedia tersebut

tetapi menggunakan alat ukur yang telah disediakan.

4. Setelah melakukan pengukuran kedua, silahkan masing-masing kelompok

menuliskan pada tabel dibawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA PASAR BARTER WULANDONI

226

No Bahan Daerah Gunung Lebih Besar/Lebih

Kecil Bahan Daerah Pantai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI