14
BAB 3 GEOLOGI REGIONAL LOKASI PEKERJAAN 3.1. U M U M Pengenalan geologi regional dalam menunjang ilmu geologi teknik adalah dipandang perlu, karena hal ini akan membahas aspek-aspek geologi, yaitu pembentukan daratan, pembentukan tanah atau batuan dan air tanah. Geologi regional ini akan menguraikan secara singkat mengenai batuan, termasuk tambahan terperinci mengenai sejumlah kelompok batuan. Kemudian uraian akan diteruskan dengan pembentukan tanah lewat pelapukan batuan. Faktor-faktor geologi dalam pembentukan beberapa jenis deposit tanah akan ikut dipertimbangkan untuk pengembangan penyelidikan selanjutnya. 3.2. GEOLOGI REGIONAL Pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTM (Mini Hidro) di Kabupaten Supiori secara umum masuk dalam peta geologi lembar Biak, Irian Jaya. Adapun pembahasan Geologi Regional ini akan ditinjau dari beberapa aspek, pertama aspek fisiografi, aspek stratigrafi regional dan aspek struktur dan tektonik geologi regional yang akan diterangkan sebagaimana penjelasan dibawah ini. 3.2.1. Fisiografi Secara Fisiografi lembar peta ini terletak pada 135 o 15’ BT ~ 136 o 00’ BT. dan 1 o 00‘ LU ~ 1 o 30’ LU. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta analisa peta topografi, maka morfologi daerah Pulau Supiori menunjukkan bentuk morfologi yang sangat kasar dengan beberapa puncak yang mencapai ketinggian beberapa ratus meter. Sedangkan aliran air sungai umumnya PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 1

Kajian Geologi

  • Upload
    fajar

  • View
    18

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

baik

Citation preview

Page 1: Kajian Geologi

BAB 3GEOLOGI REGIONAL LOKASI PEKERJAAN

3.1. U M U M

Pengenalan geologi regional dalam menunjang ilmu geologi teknik adalah dipandang perlu, karena hal ini akan membahas aspek-aspek geologi, yaitu pembentukan daratan, pembentukan tanah atau batuan dan air tanah.Geologi regional ini akan menguraikan secara singkat mengenai batuan, termasuk tambahan terperinci mengenai sejumlah kelompok batuan. Kemudian uraian akan diteruskan dengan pembentukan tanah lewat pelapukan batuan. Faktor-faktor geologi dalam pembentukan beberapa jenis deposit tanah akan ikut dipertimbangkan untuk pengembangan penyelidikan selanjutnya.

3.2. GEOLOGI REGIONAL

Pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTM (Mini Hidro) di Kabupaten Supiori secara umum masuk dalam peta geologi lembar Biak, Irian Jaya. Adapun pembahasan Geologi Regional ini akan ditinjau dari beberapa aspek, pertama aspek fisiografi, aspek stratigrafi regional dan aspek struktur dan tektonik geologi regional yang akan diterangkan sebagaimana penjelasan dibawah ini.

3.2.1. Fisiografi

Secara Fisiografi lembar peta ini terletak pada 135 o 15’ BT ~ 136 o 00’ BT. dan 1o 00‘ LU ~ 1o 30’ LU. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta analisa peta topografi, maka morfologi daerah Pulau Supiori menunjukkan bentuk morfologi yang sangat kasar dengan beberapa puncak yang mencapai ketinggian beberapa ratus meter. Sedangkan aliran air sungai umumnya berarah baratdaya - timurlaut dengan pola saliran berbentuk paralel, khususnya untuk sungai Wabudori.

3.2.2. Stratigraphi Regional

Berdasarkan peta geologi Lembar Biak, Irian Jaya ( M. Masria, N. Ratman dan K. Suwitodirdjo, 1981), maka daerah penyelidikan dapat dikatagorikan menjadi 4 kelompok jenis satuan batuan, yaitu Endapan Permukaan, kelompok batuan sedimen, batuan gunungapi dan batuan melihan.

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 1

Page 2: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

Adapun urutan stratigrafi dari Muda ke Tua adalah sebagai berikut :

a. Endapan Permukaan ( Qc)Endapan ini secara umum terdiri atas Lumpur, pasir, dan kerikil. Penyebaran dari endapan ini tersebar setempat-setempat atau pelamparannya terbatas di kedua sisi selat Sorendidori.

b. Formasi Mokmer (Qm)Formasi ini terutama terdiri dari batugamping koral di bagian atas dan kapur di bagian bawah, menunjukkan umur Plistosen. Pelamparannya di bagian selatan dan timur serta sedikit dibagian utara Pulau Biak dan selatan P. Supiori.

c. Formasi Wardo (Tmpw)Formasi ini terdiri dari hampir seluruhnya terdiri dari batugamping napalan dan pasiran, setempat dibagian atas terutama terdiri dari kapur. Batugamping berwarna putih kecoklatan, menunjukkan umur Miosen Akhir hingga Pliosen. Pelamparannya dijumpai disekitar sepanjang pantai barat Pulau Biak, sebelah utara Wardo, ketebalannya diperkirakan 250 meter.

d. Formasi Korem (Tmk)Formasi ini terdiri dari atas napal dan napal kapuran, setempat bersisipan napal pasiran dan batugamping napalan, berwarna putih dan kecoklatan, pejal. Menunjukkan umur Miosen Akhir. Formasi ini terhampar luas dibagian tengah pulau Biak, dengan ketebalan 300 meter.

e. Formasi Napisendi (Tmn)Formasi ini terdiri dari atas batugamping berlapis, batugamping klastik tufaan berbutir halus hingga kasar dan sedikit batugamping pejal; bersisipan konglomerat, breksi batugamping pasiran, napal serta batupasir berbutir halus – kasar. Batugamping berlapis tebalnya antara 10 – 50 cm, berwarna putih kecoklatan dan kelabu muda. Konglomerat berkomponen andesit dan basal; breksinya berkomponen batugamping. Menunjukkan umur Miosen Awal bagian atas. Tersingkap di bagian barat Pulau Supiori. Tebalnya diperkirakan antara 500 sampai 600 meter.

f.Formasi Wafordori (Tmw)Formasi ini terdiri dari atas napal, sebagian tufaan, bersisipan tipis batupasir dan batugamping hablur. Napal berwarna kelabu dan coklat. Menunjukkan umur Miosen Awal. Hampir semua singkapannya terdapat di bagian utara pulau Supiori. Tebalnya diperkirakan antara 600 meter.

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 2

Page 3: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

g. Formasi Wainukendi (Tomw)Formasi ini terdiri dari atas batugamping hablur, berbutir sedang sampai kasar, setempat lensa konglomerat serta sisipan napal, berwarna putih susu, coklat muda dan jingga kecoklatan; sangat pejal. Menunjukkan umur Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Tersingkap di bagian selatan Pulau Supiori dan sedikit di bagian baratlaut Pulau Biak. Tebalnya diperkirakan antara 500 dan 600 meter.

h. Formasi Auwewa (Teoa)Formasi ini terdiri dari atas batuan gunungapi berupa lava dan tufa; setempat pada bagian bawah bersisipan breksi dan konglomerat. Lava yang ditemukan di bagian bawah bersusunan basal, berwarna kelabu kehijauan dan kebanyakan terkloritkan. Tufa berbatu dibagian bawah dan hablur di bagian atas. Breksi bersusunan andesit sampai basal setempat mengandung pecahan sekis dan rijang; masa dasar umumnya susah dikenali kecuali yang ada di pulau Bepondi yang terdiri dari tufa. Formasi ini diduga diendapkan dilingkungan darat pada kala Eosen sampai Oligosen Awal. Tersingkap luas di utara Bosnik dan sedikitdi utara Karido dan Napindo serta di pulau Bepondi. Tebalnya maksimum tidak lebih dari 200 meter.

i. Batuan Malihan Korido Batuan ini terdiri dari atas filit, kuarsit, rijang, tufa malih, grewake malih dan batupasir malih. Singkapan hanya didapatkan sebelah utara Korido, pulau Supiori. Tebalnya tidak bisa ditentukan.

3.2.3. Struktur Geologi dan Tektonika

Dari segi struktur dan tektonik, pulau Biak dan Supiori haruslah dianggap sebagai satu kesatuan. Sejarah tektoniknya dapat ditelusuri sejakkala Pra-Eosen, ketika alas yang berupa batuan malihan tersembul di permukaan. Kegiatan gunungapi selama Eosen dan Oligosen kemudian menghasilkan bahan yang diendapkan pada permukaan hasil pengikisan tersebut. Setidaknya ada bagian daerah ini yang mengalami pelekukan, sehingga di berbagai tempat tertentu menimbulkan keadaan yang menguntungkan bagi pengendapan batuan karbonat, misalnya di bagian selatan Pulau Supiori dan di bagian utara pulau Biak.

Selama Oligosen Akhir sampai Miosen Awal seluruh daerah ini mengalami penurunan. Gerak menurun ini berlangsung terus sampai Miosen Tengah, pada saat mana mulai terjadi gerak yang berlawanan, gerak ini tentu disertai penyesaran. Sesar yang membentuk selat Sorendidori misalnya, menunjukkan gerak mendatar dan tegak sehingga

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 3

Page 4: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

pulau Biak kelihatannya seperti tertinggal oleh pulau Supiori yang berada diseberang selat. Sesar tidak selalu harus nyata, tetap hanya dapat dikenali sebagai kelurusan pada potret udara. Kelurusan semacam itu memang dapat dikenali diberbagai tempat, seperti sepanjang Selat Sorendidori dan di dekat kota Biak. Ditempat yang kedua ini, sesar tersebut telah mempengaruhi pula batuan alas.

Berbeda dengan persesaran, perlipatan di daerah ini tidaklah seberapa pentingnya, walaupun batuan alas yang berupa batuan melihan telah terlipat kuat. Pada potret udara terdapat petunjuk yang samar-samar akan adanya antiklin pada batuan sedimen di sekitar Gunung Wainukendi. Tetapi makin ke tenggara struktur tersebut tidak dapat dikenali, dan pengukuran kemiringan lapisan di kedua pulau tidak menghasilkan bukti akan adanya perlipatan tersebut.

Sejak Miosen Akhir, seluruh daerah ini mengalami penurunan secara perlahan dan terus menerus. Penurunan ini berlangsung terus sampai Plistosen Akhir, ketika gerak berbalik arah dan terjadi pengangkatan. Gerak naik yang sesekali terjadi secara tersendat-sendat ini masih terus berlangsung hingga sekarang, sebagaimana terbukti dari adanya beberapa undak.

Penaggalan radiometri menunjukkan, bahwa laju pengangkatan itu sekitar 8 mm setiap tahun (Tjia, 1975). Akibatnya, puncak dan tinggian di kedua pulau tersebut telah mencapai ketinggian beberapa ratus meter diatas permukaan laut.

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 4

Page 5: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 5

Page 6: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

3.2.4. Aspek Kegempaan

Dalam perencanaan struktur suatu bangunan baik gedung, bendung, dam maupun jembatan disuatu lokasi diwilayah Indonesia tidak terlepas dari adanya pengaruh beban gempa. Hal ini disebabkan oleh pontesi sumber gempa yang begitu banyak dan bervariasi tingkat percepatannya terhadap batuan dasar. Dibawah ini akan disajikan beberapa peta zonasi gempa di Indonesia :

`

Gbr. 2. Zone Sumber gempabumi yang dipakai untuk perhitungan gempa (sumber Direktorat Geologi)

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 6

Page 7: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

Gbr. 3 Peta Wilayah Gempa Indonesia untuk Periode Ulang Gempa 500 Tahun (Revisi SNI 03-2833-1992)

Gb. 4 Peta Wilayah Gempa Indonesia untuk Periode Ulang Gempa 500 Tahun (RSNI T-02-2005)

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 7

Page 8: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

Gb. 5 Peta Wilayah Gempa Indonesia untuk Periode Ulang Gempa 500 Tahun (Pd. T-04-2004 B)

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 8

Page 9: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

Gb. 6 Peta Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan Periode Ulang Gempa 500 Tahun (SNI 03-1726-2002)

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 9

Page 10: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

3.3. KAJIAN GEOLOGI LOKASI PEKERJAAN

Secara Fisiografi lembar peta ini terletak pada 135 o 15’ BT ~ 136 o 00’ BT. dan 1o 00‘ LU ~ 1o 30’ LU. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta analisa peta topografi, maka morfologi daerah Pulau Supiori menunjukkan bentuk morfologi yang sangat kasar dengan beberapa puncak yang mencapai ketinggian beberapa ratus meter. Sedangkan aliran air sungai umumnya berarah baratdaya - timurlaut dengan pola saliran berbentuk paralel, khususnya untuk sungai Wabudori.

Berdasarkan hasil kajian dari peta Geologi lembar Biak, khususnya untuk lokasi rencana pekerjaan PLTM (mini Hidro) di Kabupaten Supiori, secara umum terdiri dari batuan dasar yang cukup pejal dengan jenis batugamping hablur berbutir sedang sampai kasar, setempat dijumpai lensa konglomerat serta sisipan napal. Batugamping hablur ini berwarna putih susu, coklat muda dan jingga kecoklatan. Batuan ini termasuk kedalam Formasi Wainukendi (Tomw), yang tersebar sangat luas di bagian tengah hingga selatan pulau Supiori. Sedangkan pada bagian tengah hingga utara terdiri atas napal, sebagian tufaan, bersisipan tipis batupasir dan batugamping hablur, berwarna kelabu dan coklat. Batuan ini termasuk kedalam Formasi Wafordori (Tmw).

Aspek Struktur geologi yang berkembang disini adalah berkembangnya patahan primeryang diikuti oleh patahan sekunder yang berarah baratlaut – tenggara, patahan ini diperkirakan merupakan jalur pemisah antara pulau Supiori utara dan selatan. Kegiatan gunungapi selama Eosen dan Oligosen kemudian menghasilkan bahan yangdiendapkan pada permukaan hasil pengikisan tersebut. Setidaknya ada bagian daerah ini yang mengalami pelekukan, sehingga di berbagai tempat tertentu menimbulkan keadaan yang menguntungkan bagi pengendapan batuan karbonat, misalnya di bagian selatan Pulau Supiori dan di bagian utara pulau Biak

Aspek kegempaan, Jika memperhatikan keempat gambar tersebut diatas, maka atas dasar gambar ini lokasi pekerjaan, khususnya lokasi rencana Pembangunan PLTM (mini Hidro) di Kab. Supiori dihasilkan kompilasi daripada nilai percepatan pada batuan dasar seperti yang tercantum dalam Peta Gempa Wilayah Indonesia. Berdasarkan gambar peta tersebut, maka untuk wilayah Kabupaten Supiori, Provinci Irian Jaya nilai percepatan pada batuan dasar adalah sebagai berikut:1. Revisi SNI 03-2833-1992 : 0.36g -0.40 g;2. RSNI T-02-2005 : 0.36 – 0.40 g;3. Pd. T-04-2004 B : 0.36 – 0.40g.4. SNI 03-1726-2002 : 0.25g. (Wilayah 5)

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 10

Page 11: Kajian Geologi

Bab 3 : Geologi Regional Lokasi Pekerjaan

Guna keperluan perencanaan struktur, maka nilai percepatan pada batuan dasar yang direkomendasikan untuk digunakan adalah sebesar 0.36 – 0.40g.

Aspek geologi teknik yang tampak secara visual dilapangan, untuk sementara dapat ditarik satu kesimpulan bahwa lokasi pekerjaan secara umum berada pada lokasi yeng lapisan tanah penutup atau top soil yang tidak terlalu tebal ( 1 sampai 1,5 meter), dan batuan dasar terdiri atas napal yang bersisipan tipis batupasir dan batugamping hablur yang cukup pejal. Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk jenis pondasi pada bangunan utama apabila berada pada batugamping hablur, maka disarankan menggunakan jenis pondasi sumuran dengan diameter minimal 2,00 meter dengan kedalaman 4 hingga 5 meter. Tetapi jika bangunan utama berada pada lapisan napal maka disarankan menggunakan jenis pondasi bore pile dengan diameter 0,8 hingga 1,0 meter. Untuk lebih detainya dianjurkan penelitian lebih lanjut dalam Detail Engginering Design (DED), khusus untuk pengujian geologi teknik digunakan pengujian dengan pemboran inti.

PT. SUWANDA KARYA MANDIRI Bab 3 - 11