14
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448 225 KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI KELAS X MIPA SMAN 1 PONTIANAK Nurlela*, Mawardi dan Tuti Kurniati Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat * E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan mengetahui penyebab miskonsepsi siswa kelas X MIPA SMAN 1 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling sehingga informan yang didapat yaitu kelas X MIPA 5 dan 6. Teknik Pengumpulan data berupa pengukuran hasil tes diagnostik dan wawancara. Alat pengumpulan data berupa Tes Multiple Choice menggunakan Certainty of Response Index (CRI) yang terdiri dari 10 butir soal dengan lima alternatif jawaban dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukan terdapat miskonsepsi siswa. Hasil penelitian menunjukan persentase miskonsepsi tertinggi yaitu sebesar 63,93 % pada indikator membedakan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen dan persentase miskonsepsi terendah yaitu sebesar 4,92 % pada indikator membedakan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari pelepasan dan penerimaan elektron. Penyebab miskonsepsi siswa disebabkan oleh kesalahan siswa yang meliputi pemikiran asosiatif siswa, prakonsepsi atau konsep awal yang salah, intuisi yang salah, dan kemampuan siswa selain itu juga disebabkan oleh metode mengajar yang membosankan dan kurang bervariasi serta kepercayaan diri siswa yang terlalu besar saat mengisi kriteria CRI. Kata kunci: miskonsepsi siswa, penyebab miskonsepsi, reaksi reduksi oksidasi ABSTRACT This study aimed to describe the student misconceptions and find out the cause of misconceptions MIPA class X SMAN 1 Pontianak. The method used is descriptive qualitative approach. The technique of taking informants using purposive sampling techniques so that the informant obtained, namely class X MIPA 5 and 6. The data collection techniques such as measurement results of diagnostic tests and interviews. Data collection tools in the form of Multiple Choice Tests using Certainty Of Response Index (CRI), which consists of 10 items with five alternative answers and guidance interview. Based on the analysis of research data shows there are misconceptions students. The results showed the highest percentage of misconceptions in the amount of 63.93% on indicators to distinguish the concept of oxidation and reduction in terms of incorporation and release of oxygen and misconceptions lowest percentage that is equal to 4.92% on the indicator to distinguish the concept of oxidation and reduction in terms of release and acceptance of electrons. The cause of the misconceptions of students caused by the fault of students that includes associative thinking students, preconception or early concept is wrong, intuition is wrong, and the ability of students but it is also caused by the teaching methods are boring and less varied and self- confidence of students is too great when filling criteria CRI. Keywords: student misconceptions, misconceptions cause, reaction oxidation reduction

KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

225

KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA MATERI

REAKSI REDUKSI OKSIDASI KELAS X MIPA SMAN 1 PONTIANAK

Nurlela*, Mawardi dan Tuti Kurniati

Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak

Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat *E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan mengetahui penyebab

miskonsepsi siswa kelas X MIPA SMAN 1 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah

deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan informan menggunakan teknik

purposive sampling sehingga informan yang didapat yaitu kelas X MIPA 5 dan 6. Teknik

Pengumpulan data berupa pengukuran hasil tes diagnostik dan wawancara. Alat pengumpulan data

berupa Tes Multiple Choice menggunakan Certainty of Response Index (CRI) yang terdiri dari 10

butir soal dengan lima alternatif jawaban dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis data

penelitian menunjukan terdapat miskonsepsi siswa. Hasil penelitian menunjukan persentase

miskonsepsi tertinggi yaitu sebesar 63,93 % pada indikator membedakan konsep oksidasi dan

reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen dan persentase miskonsepsi terendah

yaitu sebesar 4,92 % pada indikator membedakan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari

pelepasan dan penerimaan elektron. Penyebab miskonsepsi siswa disebabkan oleh kesalahan siswa

yang meliputi pemikiran asosiatif siswa, prakonsepsi atau konsep awal yang salah, intuisi yang

salah, dan kemampuan siswa selain itu juga disebabkan oleh metode mengajar yang membosankan

dan kurang bervariasi serta kepercayaan diri siswa yang terlalu besar saat mengisi kriteria CRI.

Kata kunci: miskonsepsi siswa, penyebab miskonsepsi, reaksi reduksi oksidasi

ABSTRACT

This study aimed to describe the student misconceptions and find out the cause of misconceptions

MIPA class X SMAN 1 Pontianak. The method used is descriptive qualitative approach. The

technique of taking informants using purposive sampling techniques so that the informant obtained,

namely class X MIPA 5 and 6. The data collection techniques such as measurement results of

diagnostic tests and interviews. Data collection tools in the form of Multiple Choice Tests using

Certainty Of Response Index (CRI), which consists of 10 items with five alternative answers and

guidance interview. Based on the analysis of research data shows there are misconceptions

students. The results showed the highest percentage of misconceptions in the amount of 63.93% on

indicators to distinguish the concept of oxidation and reduction in terms of incorporation and

release of oxygen and misconceptions lowest percentage that is equal to 4.92% on the indicator to

distinguish the concept of oxidation and reduction in terms of release and acceptance of electrons.

The cause of the misconceptions of students caused by the fault of students that includes

associative thinking students, preconception or early concept is wrong, intuition is wrong, and the

ability of students but it is also caused by the teaching methods are boring and less varied and self-

confidence of students is too great when filling criteria CRI.

Keywords: student misconceptions, misconceptions cause, reaction oxidation reduction

Page 2: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

226

PENDAHULUAN

Kimia adalah ilmu yang mencari

jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

dan bagaimana gejala-gejala alam yang

berkaitan dengan komposisi, struktur dan

sifat, perubahan, dinamika, dan

energetika zat. Oleh sebab itu, mata

pelajaran kimia di Sekolah Menengah

Atas (SMA) mempelajari segala sesuatu

tentang zat yang meliputi komposisi,

struktur dan sifat, perubahan, dinamika,

dan energetika zat yang melibatkan

keterampilan dan penalaran (Rijani,

2010: 1).

Berdasarkan hasil wawancara guru

mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1

Pontianak yaitu masih banyak siswa yang

belum tuntas pada materi reaksi resuksi

oksidasi sehingga rata-rata nilai ulangan

harian siswa masih dibawah KKM

sekolah (80) hal ini karena dalam

mengerjakan soal siswa sering keliru saat

menentukan reaksi reduksi dan reaksi

oksidasi berdasarkan penggabungan dan

pelepasan oksigen, pelepasan dan

penerimaan elektron, dan penentuan

bilangan oksidasi. Berdasarkan hasil

wawancara siswa bahwa siswa

menganggap materi reaksi reduksi

oksidasi merupakan materi yang sulit.

Rendahnya hasil belajar siswa yang

diperoleh dapat disebabkan adanya

miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa

itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi, saat

guru memberikan soal ulangan harian

pilihan ganda, siswa ada yang

memberitahu guru bahwa pada salah satu

soal tersebut tidak terdapat jawaban yang

benar. Padahal pada soal tersebut ada

salah satu pilihan jawaban yang benar,

hanya saja kata yang digunakan guru

tersebut berbeda dengan apa yang siswa

dapat di luar sekolah seperti les. Hal ini

juga menunjukan bahwa siswa tersebut

mengalami miskonsepsi karena siswa

sebenarnya tahu dengan jawabannya

namun siswa keliru karena kata yang

digunakan berbeda, padahal kata tersebut

berbeda tetapi memiliki makna yang

sama. Hal ini pula yang menyebabkan

siswa miskonsepsi.

Miskonsepsi tersebut akan

mengakibatkan peserta didik mengalami

kesalahan konsep pada tingkat

berikutnya. Hal ini akan mengakibatkan

terjadinya rantai kesalahan konsep yang

tidak terputus karena konsep awal yang

telah dimiliki akan dijadiakn sebagai

dasar belajar konsep selanjutnya

(Kusmawati, 2013:3)

Siswa yang mengalami kesulitan

dalam memahami konsep-konsep pada

pelajaran kimia terkadang membuat

penafsiran sendiri terhadap konsep yang

dipelajari sebagai suatu upaya untuk

mengatasi kesulitan belajarnya. Namun,

hasil tafsiran siswa terhadap konsep

terkadang tidak sesuai dengan konsep

ilmiah yang disampaikan oleh para ahli.

Hal inilah yang akan berdampak pada

munculnya miskonsepsi (Luh Mentari,

2014:77).

Paul Suparno (2013:34)

mengungkapkan hal yang menjadi

penyebab miskonsepsi siswa yaitu siswa,

guru, buku teks, konteks, dan metode

mengajar. Pada penelitian ini penyebab

miskonsepsi siswa yang berasal dari

siswa meliputi pemikiran asosiatif siswa,

intuisi yang salah, prakonsepsi, dan

kemampuan siswa.

Adapun langkah untuk mengetahui

miskonsepsi yang terjadi pada siswa agar

dapat mendeskripsikan misonsepsi siswa

dan mengetahui penyebab miskonsepsi

Page 3: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

227

siswa adalah melalui test multiple choice

menggunakan metode Certainty of

Response Index (CRI) sehingga dapat

mengetahui siswa yang mengalami

miskonsepsi, siswa yang paham konsep,

dan siswa yang tidak paham konsep.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti

tertarik melakukan kajian miskonsepsi

siswa melalui kajian miskonsepsi siswa

melalui tes multiple choice menggunakan

CRI pada materi reaksi reduksi oksidasi

kelas X MIPA SMA Negeri 1 Pontianak.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif. Menurut Subana (2011: 27)

Penelitian deskriptif adalah penelitian

tentang gejala dan keadaan yang dialami

sekarang oleh subjek yang sedang diteliti.

Jika data yang akan diolah tinggal

mengambil, memeriksa, mengumpulkan,

atau paling tidak peneliti memberi tugas,

memberi tes, wawancara, kemudian

dikumpulkan, maka penelitian yang

dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Menurut Musfiqon

(2012: 60) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang memberikan deskripsi

dan kategorisasi berdasarkan kondisi

kancah penelitian. Dalam penelitian ini

data deskriptif kualitatif yaitu

menggambarkan miskonsepsi siswa

berdasarkan hasil tes ketercapaian siswa

dan wawancara siswa pada materi reaksi

redoks.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian

ini yaitu tidak menggunakan populasi,

karena menurut Sugiyono (2011:297)

dalam penelitian kualitatif tidak

menggunakan populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan social situation atau

situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen

yaitu tempat (place) yaitu di SMAN 1

Pontianak, pelaku (actors) yaitu siswa

kelas X MIPA, dan aktivitas (activity)

yaitu mengerjakan soal test diagnostik.

Serta sampel dalam penelitian kualitatif

dinamakan informan. Informan dalam

penelitian ini disebut juga objek

penelitian yaitu berjumlah 71 siswa.

Pengambilan informan dalam penelitian

kualitatif ini yaitu menggunakan ini

menggunakan teknik purposive sampling

sehingga didapat kelas X MIPA 5 dan X

MIPA 6 sebanyak 36 siswa dan 35 siswa

sebagai informan.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga

tahap penelitian yaitu tahap awal meliputi

: 1) menyusun proposal penelitian, 2)

menentuan lokasi penelitian dan

pembuatan surat izin penelitian, 3)

melakukan observasi di SMA Negeri 1

Pontianak, 4) menyiapkan instrumen

penelitian berupa soal Tes Multiple

Choice 5) melakukan validitas derajat

kesukaran item soal instrument, 6)

melakukan ujicoba instrumen yang telah

divalidasi isi, dan 7) perbaikan instrumen.

Tahap pelaksanaan yaitu memberikan Tes

Multiple Choice menggunakan CRI

kepada subjek penelitian. Tahap akhir

meliputi: 1) pengolahan data hasil

penelitian, 2) wawancara bebas

terbimbing, dan 3) penyusunan laporan

hasil penelitian.

Data, Instrumen, dan Teknik

Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian

ini berupa hasil tes diagnostik. Instrumen

penelitian ini yaitu tes pilihan ganda

(Multiple Choice Test) dengan empat opsi

Page 4: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

228

jawaban untuk setiap soal serta

dilengkapi kolom CRI pada setiap soal.

Teknik Analisis Data

Data hasil Tes Multiple Choice

menggunakan CRI kemudian dianalisis

sebagai berikut:

1. Penilaian

Untuk menilai Tes Multiple Choice,

penilaian yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Tabel. 1. Skor Butir Soal

Bentuk

Soal

Nilai Keterangan

Tes

Multiple

Choice

1 Jawaban benar

0 Jawaban salah

Sedangkan pada CRI, untuk

mengetahui tingkat keyakinan siswa

terhadap jawaban yang dipilih, dapat

menggunakan skala berikut ini menurut

Tayubi (2005:6) :

Tabel 2. Skala Respon Certainty of

Response Index (CRI)

CRI Kriteria Kategori Jawaban

Benar Salah

0 (Totally

guessed

answer) jika

menjawab soal

100% ditebak

Tidak

Paham

Tidak

Paham

1 (Almost guess)

jika menjawab

soal persentase

unsur tebakan

antara 75%-

99%

Tidak

Paham

Tidak

Paham

2 (Not sure) jika

menjawab soal

persentase

unsur tebakan

antara 50%-

74%

Tidak

Paham

Tidak

Paham

3 (Sure) jika

menjawab soal

persentase

unsur tebakan

antara 25%-

49%

Paham Miskon

sepsi

4 (Almost

Certain) jika

menjawab soal

persentase

unsur tebakan

antara 1%-

24%

Paham Miskon

sepsi

5 (Certain) jika

menjawab soal

tidak ada unsur

tebakan sama

sekali (0%)

Paham Miskon

sepsi

Page 5: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

229

2. Pengelompokan Data

Setelah didapat kriteria jawaban

siswa menggunakan CRI, kemudian

merekapitulasi siswa yang tidak paham

konsep, paham konsep, dan miskonsepsi

sebagai berikut :

Tabel 3. Format Persentase

Miskonsepsi Siswa

N

No

Soal

Indi-

kator

Persentase

Tidak

Paham

Konsep

Paham

Konsep

Mis-

kon-

sepsi

Sehingga dapat dicari persentase

siswa pada setiap kategori menurut

Mahardika (2014:38) adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

f : frekuensi yang sedang dicari

persentasenya

N : jumlah frekuensi/jumlah siswa

P : angka persentase yang akan dicari

3. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini

menggunakan wawancara bebas

terbimbing. Wawancara bebas terbimbing

menurut Nawawi (2015:114) wawancara

dilakukan menggunakan pedoman yang

dipersiapkan sebelum memulai

mengajukan pertanyaan kemudian selama

wawancara, pewawancara dapat

mengembangkan pertanyaan secara

bebas. Setelah melakukan wawancara

kemudian hasil wawancara direkapitulasi

berdasarkan penyebab miskonsepsi siswa

sebagai berikut:

Tabel 4. Format Rekapulasi Penyebab

Miskonsepsi

Kode

Sisw

a

Penyebab

Siswa

Metode

Mengaja

r

Lain

-lain

P

A

P

S

I

S

K

S

PA : Pemikiran Asosiatif

PS : Prakonsepsi

IS : Intuisi yang Salah

KS : Kemampuan Siswa

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA

Negeri 1 Pontianak. Pengambilan

informan menggunakan teknik purposive

sampling sehingga terpilih dua kelas

yaitu kelas X MIPA 5 dan X MIPA 6

sebagai kelas informan. Informan

berjumlah 71 siswa tetapi hanya 61 siswa

yang dapat mengikuti tes diagnostik

mengenai materi reaksi reduksi oksidasi.

Berikut persentase miskonsepsi siswa

berdasarkan hasil tes diagnostik :

Gambar.1 Persentase Miskonsepsi

Siswa pada Setiap Nomor Soal

No 1 6%

No 2 8% No 3

4% No 4 6%

No 5 10%

No 6 6% No 7

4% No 8 2%

No 9 6%

No 10 8%

No 11 15%

No 12 1%

No 13 11%

No 14 5%

No 15 8%

PERSENTASE MISKONSEPSI SISWA

Page 6: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

230

Berdasarkan Gambar.1 menunjukan

bahwa siswa yang paling banyak

mengalami miskonsepsi yaitu pada soal

nomor 11 dengan indikator membedakan

konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

yaitu sebanyak 39 siswa. Kemudian

dilakukan wawancara pada siswa yang

mengalami miskonsepsi untuk

mengetahui penyebab miskonsepsi siswa.

Pengambilan sampel ini dilakukan

dengan mengambil siswa sebanyak 27

siswa yang mewakili miskonsepsi pada

indikator miskonsepsi terbanyak dan 6

siswa yang tidak mengalami miskonsepsi

pada indikator miskonsepsi terbanyak.

Berdasarkan hasil wawancara

menunjukan bahwa dari setiap indikator

terdapat beberapa anggapan yang salah

sehingga terjadi miskonsepsi pada siswa.

Miskonsepsi siswa disusun berdasarkan

sub konsep yang mewakili setiap

indikator seperti berikut:

Tabel 5. Miskonsepsi Siswa

Indikator No

Soal Sub Konsep Miskonsepsi

Siswa dapat

membedakan

konsep oksidasi

dan reduksi ditinjau

dari penggabungan

dan pelepasan

oksigen

1 Pengertian reduksi

oksdasi berdasarkan

penggabungan dan

pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi adalah reaksi

yang terjadi karena adanya

pelepasan oksigen

11 Reaksi reduksi adalah reaksi

yang terjadi karena adanya

penggabungan oksigen

1 Penentuan reaksi

reduksi oksidasi

berdasarkan

penggabungan dan

pelepasan oksigen

- Reduksi melepas O sehingga

1O dilepas menjadi 3O

- O2 reduksi karena

mengalami penambahan O

11 - Oksigen berkurang(reduksi)

- Reaksi reduksi pelepasan

oksigen yaitu jawaban D O2

menjadi O saja

- 2O menjadi 4O melepas 2O

- H menjadi H2O jadi H

bergabung dengan O yaitu

reduksi yaitu penggabungan

oksigen

- Jawaban D melepas oksigen

yaitu O2 melepaskan 1O

menjadi O saja

Siswa dapat

membedakan

konsep oksidasi

dan reduksi ditinjau

2 Pengertian reduksi

oksdasi berdasarkan

pelepasan dan

penerimaan elektron

Reaksi oksidasi adalah reaksi

yang terjadi karena adanya

penerimaan elektron

12 Reaksi reduksi adalah reaksi

Page 7: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

231

dari pelepasan dan

penerimaan

electron

yang terjadi karena adanya

pepelepasan elektron

12 Penentuan reduksi

oksdasi berdasarkan

pelepasan dan

penerimaan elektron

- Atom unsur Cu2+

dengan

Zn2+

sama sama bermuatan

- Terjadi pelepasan elektron

antara Cu2+

dengan Zn

-

Siswa dapat

menentukan

konsep oksidasi

dan reduksi ditinjau

dari pertambahan

dan dan penurunan

bilangan oksidasi

3 Penentuan reduksi

oksdasi berdasarkan

pertambahan dan

penurunan bilangan

oksidasi

- Pb dan H biloksnya tidak

berubah

Siswa dapat

membedakan

oksidator dan

reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

penggabungan dan

pelepasan oksigen

4 Pengertian oksidator

dan reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

penggabungan dan

pelepasan oksigen

- Oksidator yaitu zat yang

mengalami oksidasi

sehingga melepaskan

oksigen

- Oksidator yaitu zat yang

menerima oksigen sehingga

terjadi penggabungan

oksigen

Penentuan oksidator

dan reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

penggabungan dan

pelepasan oksigen

- Biloks O yang berbuah

dalam CO sehingga

menghasilkan oksigen

Siswa dapat

membedakan

oksidator dan

reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

pelepasan dan

penerimaan

electron

5 Pengertian oksidator

dan reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

pelepasan dan

penerimaan elektron

- Reduktor yaitu zat yang

mengalami reduksi sehingga

terjadi penerimaan elektron

- Reduktor yaitu zat yang

mengalami oksidasi

sehingga terjadi penerimaan

elektron

Penentuan

oksidator dan

reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

pelepasan dan

penerimaan elektron

- Cl2 melepaskan 1 elektron

menjadi Cl- yaitu reaksi

oksidasi

- Mg menerima 2 elekton

menjadi Mg2+

yaitu reaksi

oksidasi

Page 8: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

232

Siswa dapat

menentukan

muatan bilangan

oksidasi antara dua

atom yang

berikatan dalam

suatu senyawa

berdasarkan aturan

bilangan oksidasi

6 Penentuan bilangan

oksidasi antara dua

atom yang berikatan

dalam suatu senyawa

berdasarkan aturan

bilangan oksidasi

- Oksigen selalu bermuatan -2

13 - Hidrogen selalu bermuatan

+1

Siswa dapat

membedakan

oksidator dan

reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

perubahan bilangan

oksidasi

7 Pengertian oksidator

dan reduktor dalam

reaksi redoks

ditinjau dari

perubahan bilangan

oksidasi

Reduktor yaitu zat yang

mengalami reduksi

Siswa dapat

menghitung

perubahan bilangan

oksidasi dalam

suatu rekasi redoks

8 Menghitung

perubahan bilangan

oksidasi dalam suatu

rekasi redoks

- terjadi perubahan bilangan

oksidasi +7 menjadi -4

Siswa dapat

menghitung

bilangan oksidasi

atom unsur dalam

ion

9 Penentuan bilangan

oksidasi dalam unsur

ion negatif

- Biloks S dalam SO42-

adalah

+8

- Biloks S dalam SO42-

adalah

+10

14 Penentuan bilangan

oksidasi dalam unsur

ion negatif

- Biloks N dalam NH4+ adalah

-4

- Biloks N dalam NH4+ adalah

-5

Siswa dapat

membedakan unsur

yang mengalami

reaksi oksidasi-

reduksi sekaligus

dalam reaksi

autoredoks (reaksi

disproporsionasi)

10 Pengertian

autoredoks (reaksi

disproporsionasi)

- suatu zat dapat tereduksi atau

teroksidasi menghasilkan zat

lain sehingga hanya

mengalami reduksi saja atau

oksidasi saja dalam suatu

reaksi

15

Selain miskonsepsi siswa, terdapat

pula penyebab miskonsepsi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara siswa

menunjukan bahwa penyebab

Page 9: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

233

miskonsepsi siswa berdasarkan pemikiran

asosiatif siswa adalah sebanyak 14,39%,

prakonsepsi sebanyak 11,37%, intuisi

yang salah sebanyak 34,09%, dan

kemampuan siswa sebanyak 40,15%.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Deskripsi Miskonsepsi Siswa Kelas X

MIPA SMAN 1 Pontianak tahun

Ajaran 2015/2016 pada Materi Reaksi

Reduksi Oksidasi

1. Membedakan Konsep Oksidasi dan

Reduksi Ditinjau dari

Penggabungan dan Pelepasan

Oksigen

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 1

dan 11 yaitu pada sub konsep pengertian

reaksi reduksi oksidasi berdasarkan

penggabungan dan pelepasan oksigen dan

sub konsep penentuan reaksi oksidasi

berdasarkan penggabungan dan pelepasan

oksigen. Miskonsepsi siswa pada sub

konsep pengertian reaksi reduksi oksidasi

berdasarkan penggabungan dan pelepasan

oksigen yaitu siswa beranggapan bahwa

reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi

karena adanya pelepasan oksigen dan

reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi

karena adanya penggabungan oksigen.

Padahal menurut Wismono (2007:108)

reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan

oksigen oleh unsur atau senyawa,

sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi

pelepasan oksigen atau reaksi yang

menghasilkan oksigen. Miskonsepsi

siswa pada sub konsep penentuan reaksi

reduksi oksidasi berdasarkan

penggabungan dan pelepasan oksigen

yaitu siswa beranggapan bahwa pada

reaksi 4Fe(s) + O2(g) 2FeO3(s) terjadi

reaksi reduksi yaitu O2 melepaskan 1

oksigen sehingga menjadi O3. Padahal

berdasarkan Wismono (2007: 108) reaksi

tersebut merupakan reaksi oksidasi yaitu

reaksi pengikatan oksigen, dimana Fe

mengikat oksigen menjadi FeO3. Siswa

juga beranggapan bahwa reduksi yaitu

pengurangan oksigen yaitu pada reaksi

2H2O2(aq) + H+(aq) + 2e- 2H2O(l)

terjadi pengurangan oksigen dimana

2H2O2 oksigennya berkurang atau

melepaskan 1 oksigen menjadi 2H2O.

Padahal menurut Wismono (2007:108)

reaksi reduksi terjadi karena adanya

pelepasan oksigen yaitu pada reaksi

2H2O(l) O2(g) + 4H+

(aq) + 4e-

terjadi

pelepasan oksigen dimana oksigen pada

2H2O dilepas menjadi O2 sehingga terjadi

reaksi reduksi.

2. Membedakan Konsep Oksidasi dan

Reduksi Ditinjau dari Pelepasan

dan Penerimaan Elektron

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 2

dan 12 yaitu pada sub konsep pengertian

reduksi oksdasi berdasarkan pelepasan

dan penerimaan elektron dan sub konsep

penentuan reduksi oksidasi berdasarkan

pelepasan dan penerimaan elektron.

Miskonsepsi siswa pada sub konsep

pengertian reduksi oksidasi berdasarkan

pelepasan dan penerimaan elektron yaitu

siswa beranggapan bahwa reaksi oksidasi

adalah reaksi yang terjadi karena adanya

penerimaan elektron dan siswa

beranggapan bahwa reaksi reduksi adalah

reaksi yang terjadi karena adanya

pepelepasan elektron. Menurut Wismono

(2007:108) reaksi oksidasi adalah reaksi

pelepasan elektron dan reaksi reduksi

adalah reaksi penerimaan elektron.

Miskonsepsi siswa pada sub konsep

penentuan reduksi oksidasi berdasarkan

pelepasan dan penerimaan elektron

dimana siswa beranggapan bahwa pada

Page 10: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

234

reaksi O3(g) + 2H+

(aq) + 2e- O2(g) +

H2O(l) terjadi reaksi oksidasi yaitu

pelepasan elektron, dimana siswa

beranggapan bahwa 2H+ melepaskan 2

elektron sehingga muatannya hilang.

Menurut Wismono (2007:108) reaksi

oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron,

dimana setiap atom, ion, atau molekul

yang melepaskan elektron mengalami

rekasi oksidasi meskipun reaksi tersebut

tidak melibatkan oksigen. Miskonsepsi

siswa terjadi juga karena siswa

beranggapan bahwa pada reaksi Cu2+

+

Zn Cu + Zn2+

terjadi reaksi reduksi

antara atom unsur Cu2+

dengan Zn2+

dimana terjadi reaksi reduksi karena Cu2+

melepaskan 2 elektron dengan Zn2+

menjadi bermuatan dan terjadi reaksi

oksidasi karena adanya pelepasan

elektron antara Cu2+

dengan Zn. Padahal

pada reaksi tersebut yang mengalami

reaksi reduksi antara Cu2+

dengan Cu dan

reaksi oksidasi terjadi antara Zn dengan

Zn2+

.

3. Menentukan Konsep Oksidasi dan

Reduksi Ditinjau dari

Pertambahan dan Penurunan

Bilangan Oksidasi

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 3

yaitu pada sub konsep penentuan reduksi

oksidasi berdasarkan pertambahan dan

penurunan bilangan oksidasi dimana

siswa beranggapan bahwa pada reaksi

PbO(s) + H2(g) Pb(s) + H2O(g) tidak

terjadi kenaikan dan penurunan bilangan

oksidasi pada Pb dan H di mana bilangan

oksidasi Pb dari PbO(s) yaitu +2 dan Pb(s)

juga +2 begitu juga dengan Hidrogen,

padahal reaksi tersebut merupakan reaksi

redoks karena bilangan oksidasi Pb yaitu

+2 menjadi 0 sesudah reaksi dan bilangan

oksidasi H yaitu 0 menjadi +2 sesudah

reaksi.

4. Membedakan Oksidator dan

Reduktor dalam Reaksi Redoks

Ditinjau dari Penggabungan dan

Pelepasan Oksigen

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 4

yaitu pada sub konsep pengertian

oksidator dan reduktor dalam reaksi

redoks ditinjau dari penggabungan dan

pelepasan oksigen dan penentuan

oksidator dan reduktor dalam reaksi

redoks ditinjau dari penggabungan dan

pelepasan oksigen. Miskonsepsi siswa

pada sub konsep pengertian oksidator dan

reduktor dalam reaksi redoks ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

yaitu siswa beranggapan bahwa oksidator

yaitu zat yang mengalami oksidasi

sehingga melepaskan oksigen dan

oksidator yaitu zat yang menerima

oksigen sehingga terjadi penggabungan

oksigen. Menurut Wismono (2007: 115)

pengoksidasi atau oksidator adalah zat

yang dapat mengoksidasi (menyebabkan

zat lain mengalami reaksi oksidasi), jadi

oksidator adalah zat yang mengalami

reduksi (reaksi pelepasan oksigen atau

reaksi yang menghasilkan). Miskonsepsi

siswa pada sub konsep penentuan

oksidator dan reduktor dalam reaksi

redoks ditinjau dari penggabungan dan

pelepasan oksigen yaitu siswa

beranggapan bahwa pada reaksi Fe2O3(s) +

3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g) hanya bilangan

oksidasi O yang berubah dalam CO

sehingga menghasilkan oksigen, tetapi

pada reaksi tersebut bahwa Fe2O3

memberikan oksigen kepada senyawa CO

dan mengakibatkan CO tereduksi

membentuk senyawa CO2 sesudah reaksi.

Page 11: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

235

5. Membedakan Oksidator dan

Reduktor dalam Reaksi Redoks

Ditinjau dari Pelepasan dan

Penerimaan Elektron

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 5

yaitu pada sub konsep pengertian

oksidator dan reduktor dalam reaksi

redoks ditinjau dari pelepasan dan

penerimaan elektron dan penentuan

oksidator dan reduktor dalam reaksi

redoks ditinjau dari pelepasan dan

penerimaan elektron. Miskonsepsi siswa

pada sub konsep pengertian oksidator dan

reduktor dalam reaksi redoks ditinjau dari

pelepasan dan penerimaan elektron yaitu

siswa beranggapan bahwa reduktor yaitu

zat yang mengalami reduksi sehingga

terjadi penerimaan elektron serta siswa

beranggapan reduktor yaitu zat yang

mengalami oksidasi sehingga terjadi

penerimaan elektron. Menurut Wismono

(2007: 115) pereduksi atau disebut juga

reduktor adalah zat yang dapat mereduksi

(menyebabkan zat lain mengalami reaksi

reduksi), jadi reduktor adalah zat yang

mengalami oksidasi (reaksi pelepasan

elektron). Miskonsepsi siswa pada sub

konsep penentuan oksidator dan reduktor

dalam reaksi redoks ditinjau dari

pelepasan dan penerimaan elektron siswa

beranggapan bahwa pada reaksi Cl2(g) +

Mg(s) Cl-(g) + Mg

2+(s), Cl2 melepaskan

1 elektron menjadi Cl- yaitu sehingga

terdapat reduktor dan siswa beranggapan

Mg menerima 2 elekton menjadi Mg2+

sehingga terdapat reduktor. Padahal pada

reaksi tersebut terdapat reduktor yaitu zat

yang mengalami reaksi oksidasi karena

Mg melepaskan 2 elektron menjadi Mg2+

(Mg Mg2+

+ 2e).

6. Menentukan Muatan Bilangan

Oksidasi antara Dua Atom yang

Berikatan dalam Suatu Senyawa

Berdasarkan Aturan Bilangan

Oksidasi

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 6

dan 13 penentuan bilangan oksidasi

antara dua atom yang berikatan dalam

suatu senyawa berdasarkan aturan

bilangan oksidasi di mana siswa

beranggapan bahwa soal nomor 6 yaitu

pada senyawa H2O2, O memiliki bilangan

oksidasi -2 karena O berada pada

golongan VI A sehingga bilangan

oksidasi O selalu -2. Pada soal nomor 13

siswa beranggapan bahwa untuk senyawa

CaH2, H memiliki bilangan oksidasi +1

karena berada pada golongan IA sehingga

bilangan oksidasi H selalu +1. Padahal

menurut Sunarya (2012: 247) aturan

penentuan bilangan oksidasi adalah

bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa

biasanya -2, tetapi dalam peroksida

seperti H2O2 dan Na2O2, bilangan

oksidasi oksigen adalah -1 dan bilagan

oksidasi hidrogen dalam hampir tiap

senyawa adalah +1, tetapi dalam senyawa

hidrida, senyawa seperti NaH di mana

atom-atom hidrogen terikat pada logam

yang lebih elektronegatif, hidrogen

memiliki bilangan oksidasi.

7. Membedakan Oksidator dan

Reduktor dalam Reaksi Redoks

Ditinjau dari Perubahan Bilangan

Oksidasi

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 7

yaitu pada sub konsep pengertian

oksidator dan reduktor dalam reaksi

redoks ditinjau dari perubahan bilangan

oksidasi, di mana siswa beranggapan

bahwa reduktor adalah zat yang

mengalami reduksi sehingga terjadi

Page 12: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

236

penurunan bilangan oksidasi. Padahal

menurut Wismono (2007: 115) pereduksi

atau disebut juga reduktor adalah zat

yang dapat mereduksi (menyebabkan zat

lain mengalami reaksi reduksi), jadi

reduktor adalah zat yang mengalami

oksidasi (reaksi kenaikan bilangan

oksidasi).

8. Menghitung Perubahan Bilangan

Oksidasi dalam Suatu Reaksi

Redoks

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 8

yaitu pada sub konsep menghitung

perubahan bilangan oksidasi dalam suatu

rekasi redoks, di mana siswa beranggapan

bahwa pada reaksi KMnO4(aq) + KI(aq) +

H2SO4 MnSO4(aq) + I2(aq) + K2SO4(aq) +

H2O(l), bilangan oksidasi Mn sebelum

reaksi yaitu +7 berubah menjadi -4

sesudah reaksi. Padahal pada reaksi

tersebut bilangan oksidasi Mn yaitu +7

berubah menjadi +2 sehingga terjadi

penurunan bilangan oksidasi atau terjadi

reaksi reduksi.

9. Menghitung Bilangan Oksidasi

Atom Unsur dalam Ion

Miskonsepsi siswa pada soal nomor 9

dan 14 yaitu pada sub konsep penentuan

bilangan oksidasi dalam unsur ion negatif

dan penentuan bilangan oksidasi dalam

unsur ion positif. Miskonsepsi siswa pada

sun konsep penentuan bilangan oksidasi

dalam unsur ion negatif siswa

beranggapan bahwa bilangan oksidasi S

pada unsur SO42-

adalah +8 karena

bilngan oksidasi O -2 dikalikan 4 menjadi

-8 sehingga bilangan oksidasi S yaitu +8,

serta siswa beranggapan bahwa bilangan

oksidasi S yaitu +10 karena bilangan

oksidasi O -2 dikalikan 4 menjadi -8 dan

ditambahkan ion -2 menjadi -10 sehingga

bilangan oksidasi S yaitu +10. Pada sub

konsep penentuan bilangan oksidasi

dalam unsur ion positif siswa

beranggapan bahwa bilangan oksidasi N

pada unsur NH4+ adalah -4 karena

bilangan oksidasi H +1 dikalikan 4

menjadi +4 sehingga bilangan oksidasi N

yaitu -4, serta siswa beranggapan bahwa

bilangan oksidasi N yaitu -5 karena

bilangan oksidasi H +1 dikalikan 4

menjadi +4 dan ditambahkan ion +1

menjadi +5 sehingga bilangan oksidasi N

yaitu +5. Padahal menurut Wismono

(2007: 110) jumlah bilangan oksidasi

atom-atom dalam suatu senyawa selalu

sama dengan nol, tetapi untuk ion

poliatomik, bilangan oksidasi dari atom

ditambah muatan ion. Sehingga pada

unsur SO42 bilangan oksidasi S yaitu +6

karena bilangan oksidasi O -2 dikalikan 4

menjadi -8, agar jumlah bilangan oksidasi

unsur dalam ion positif sama dengan -2

maka bilangan oksidasi S yaitu +6 dan

pada unsur NH4+ bilangan oksidasi N

yaitu -3 karena bilangan oksidasi H +1

dikalikan 4 menjadi +4, agar jumlah

bilangan oksidasi unsur dalam ion positif

sama dengan +1 maka bilangan

oksidasinya yaitu -3.

10. Membedakan Unsur yang

Mengalami Reaksi Oksidasi-

Reduksi Sekaligus dalam Reaksi

Autoredoks (Reaksi

Disproporsionasi)

Miskonsepsi siswa pada soal nomor

10 dan 15 yaitu pada sub konsep

pengertian autoredoks (reaksi

disproporsionasi), di mana siswa

beranggapan bahwa reaksi autoredoks

terjadi apabila suatu zat dapat tereduksi

atau teroksidasi menghasilkan zat lain

sehingga hanya mengalami reduksi saja

Page 13: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

237

atau oksidasi saja dalam suatu reaksi.

Padahal menurut Wismono (2007: 113)

reaksi autoredoks suatu zat dapat

tereduksi maupun teroksidasi

menghasilkan zat lain. Zat tersebut

bertindak sebagai reduktor dan oksidator.

Penyebab Miskonsepsi Siswa Kelas X

MIPA SMA Negeri 1 Pontianak Tahun

Ajaran 2015/2016 pada Materi Reaksi

Reduksi Oksidasi

Miskonsepsi yang berasal dari siswa

terbagi menjadi empat yang meliputi :1)

pemikiran asosiatif siswa, hal ini sesuai

dengan pernyataan Suparno (2013:35)

bahwa kata dan istilah kata yang

diasosiasikan oleh pemikiran siswa

dengan arti yang berbeda sering terjadi

karena siswa mempunyai konsep tertentu

dengan arti tertentu; 2) prakonsepsi atau

konsep awal yang salah, dimana siswa

memahami konsep diawal tanpa

memperdulikan konsep diakhir

penjelasan sehingga terjadi kesalahan

konsep diawal pada siswa 3) intuisi yang

salah, dimana siswa memahami sesuatu

tanpa melalui penalaran rasional dan

intelektual, seperti pemahaman siswa itu

tiba-tiba muncul tanpa ada penalaran

sebelumnya sehingga siswa menjawab

soal secara yakin tanpa dipikirkan

kembali, menurut Suparno (2013:35)

perasaan dalam diri seseorang yang

secara spontan mengungkapkan sikap

atau gagasannya tentang sesuatu tanpa

penelitian secara obyektif dan rasional.

Pola pikir intuitif sering dikenal dengan

pola pikir yang spontan. 4) kemampuan

siswa, dimana kemampuan setiap siswa

berbeda-beda ada siswa yang kurang

teliti, suka keliru dalam mengerjakan

soal, kurang mengerti, dan tidak belajar.

Penyebab miskonsepsi siswa dengan

menggunakan metode CRI ini adalah

kepercayaan diri siswa yang terlalu tinggi

sehingga siswa terlalu yakin dengan

jawabannya padahal siswa tidak mengerti

dengan konsep. Selain penyebab

miskonsepsi yang berasal dari siswa,

miskonsepsi siswa juga disebabkan

karena metode mengajar yaitu metode

yang membosankan dan kurang

bervariasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa

terdapat miskonsepsi siswa di SMA

Negeri 1 Pontianak pada kelas X MIPA.

Miskonsepsi tertinggi terdapat pada

indikator siswa dapat membedakan

konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen.

Penyebab miskonsepsi yaitu berasal dari

siswa meliputi pemikiran asosiatif, intuisi

yang salah, prakonsepsi, dan kemampuan

siswa. Selain itu miskonsepsi juga

disebabkan karena metode mengajar yang

membosankan dan kurang bervariasi serta

kepercayaan diri siswa yang terlalu besar

saat mengisi skala CRI.

Saran

Bagi mahasiswa program studi kimia

yang lain, penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan penelitian lanjutan.

Misalnya meneliti cara mengatasi

miskonsepsi pada siswa dan penelitian

lanjutan dapat meneliti tentang

miskonsepsi siswa dengan menggunakan

alat pengumpul data yang berbeda dari

penelitian ini.

Page 14: KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

238

DAFTAR PUSTAKA

Kusmawati, I. (2013). Miskonsepsi Siswa

Kelas XII SMA Negeri 1 Sambas

Pada Materi Reaksi Reduksi

Oksidasi. Jurnal Pendidikan Kimia.

1(1), 3.

Mahardika, R. (2014). Identifikasi

Miskonsepsi Siswa Menggunakan

Certainty of Response Index (CRI)

dan Wawancara Diagnosis pada

Konsep Sel. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Mentari, L. (2014). Analisis Miskonsepsi

Siswa SMA pada Pembelajaran

Kimia untuk Materi Larutan

Penyangga. Jurnal Pendidikan

Kimia. 2(1), 77.

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap

Metodelogi Penelitian Pendidikan.

Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Nawawi, H.H. (2015). Metode

Pendidikan Biadang Sosial (14th

ed). Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Rijani, E.W. (2010). Implementasi

Metode Latihan Berjenjang untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa

Menyelesaikan Soal-Soal Hitungan

pada Materi Stoikiometri di SMA.

E-Jurnal Dinas Pendidikan. 1(1),1.

Subana, M. (2011). Dasar-Dasar

Penelitian Ilmiah (4th

ed).

Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian

Kombinasi (Mixed Methods) (1th

ed). Bandung: Alfabeta.

Sunarya, Y. (2012). Kimia Dasar 2 (1th

ed). Bandung: CV Yrama Widya.

Suparno, P. (2013b). Miskonsepsi dan

Perubahan Konsep dalam

Pendidikan Fisika. Jakarta:

Grasindo.

Tayubi, Y.R. (2005). Identifikasi

Miskonsepsi pada Konsep-Konsep

Fisika Menggunakan Certainty of

Response Index (CRI). Jurnal

Universitas Pendidikan Indonesia.

1(2), 4-6.

Wismono, J. (2007). Kimia dan

Kecakapan Hidup. Jakarta: Graneca

Exact.