Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGABINANGA
KABUPATEN KARO
TESIS
Oleh
MAYA ROSEVY BR PURBA 097030023
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
KAJIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGABINANGA
KABUPATEN KARO
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Biologi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MAYA ROSEVY BR PURBA 097030023
PROGRAM STUDI PASCASARJANA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN TESIS
Judul Tesis : KAJIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGABINANGA KABUPATEN KARO Nama Mahasiswa : MAYA ROSEVY BR PURBA Nomor Induk Mahasiswa : 097030023 Program Studi :Magister Biologi Fakultas : Universitas Sumatera Utara
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Prof.Dr. Retno Widhiastuti, M.S. Dr. Suci Rahayu, M.Si. Ketua Anggota
Ketua Program Study Dekan Prof. Dr. Syafruddin Ilyas,M.Biomed Dr. Sutarman, M.Sc. Tanggal lulus : 15 Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN ORISINALITAS
KAJIAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGABINANGA
KABUPATEN KARO
TESIS
Dengan ini saya nyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.
Medan, Agustus 2011
Maya Rosevy Br Purba Nim : 097030023
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Maya Rosevy Br Purba NIM : 097030023 Program Study : Biologi Jenis Karya Ilmiah : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty free Right) atas Tesis saya yang berjudul: Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Karo Di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, Agustus 2011
Maya Rosevy Br Purba
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal : 15 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.S.
Anggota : Dr. Suci Rahayu, M.Si.
Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc.
Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama lengkap : Maya Rosevy Br Purba S.Pd
Tempat dan Tanggal Lahir : Berastagi, 19 Maret 1974
Alamat Rumah : Jl. Balai Desa No 7. Sunggal Medan
Nomor Hp : 085360223137
e-mail : [email protected]
Instansi Tempat Bekerja : SMA Negeri 1 Tigabinanga Kabupaten Karo
Alamat Tempat Tugas : Jl. Kutacane Tigabinanga.
DATA PENDIDIKAN
SD : SDN No 3 Berastagi Tamat : 1987
SMP : SMP Bina Bersaudara Medan Tamat : 1990
SMA : SMA Bina Bersaudara Medan Tamat : 1993
Strata-1 : FPMIPA IKIP Negeri Medan Tamat : 1998
Strata-2 : PPs FMIPA USU Tamat : 2011
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rakhmad dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan selesainya tesis ini ,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM, M.Sc (CTM),
Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan program Megister.
Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr Sutarman M.Sc. atas kesempatan
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Fakultas MIPA
Universitas Sumatera Utara..
Ketua Program Studi Magister Biologi, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed. Sekretarisi
Program Studi Biologi, Dr. Suci Rahayu, M.Si. beserta seluruh Staf Pengajar pada Program
Studi Magister Biologi Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan
kepada Prof. Dr Retno Widhiastuti, M.S. selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh
perhatian dan telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran, demikian juga kepada Dr.
Suci Rahayu, M.Si. selaku Pembimbing Lapangan yang dengan penuh kesabaran menuntun
dan membimbing penulis hingga selesainya penelitian ini, kepada penguji Dr. Nursahara
Pasaribu M.Sc., Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.Biomed. atas saran dan masukkan yang telah
diberikan kepada penulis.
i
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kepada ayahanda Bani Purba dan Ibunda Sulasmi, serta suami tercinta Ir. Aminudin dan
ananda terkasih Ichwan Amiya Ghafur, terima kasih atas segala pengorbanan baik berupa
moril maupun materil. Budi baik ini tidak dapat penulis balas hanya kepada Allah SWT
penulis serahkan.
Medan, Agustus 2011
Penulis
Maya Rosevy Br Purba
ii
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
KAJIAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGABINANGA
KABUPATEN KARO
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kajian pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, untuk pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan angket. Analisis data dengan perhitungan Nilai Guna (UVs), Nilai Guna Relative (RUVi), Index of Cultural Significance (ICS) dan Degradasi Pengetahuan masyarakat (D). Dari hasil penelitian tumbuhan obat ditemukan 75 jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga. Hasil analisis data Nilai Guna (UVs) ditemukan bahwa tanaman jahe merah (Zingiberofficinale Roxb), merupakan tanaman yang memiliki nilai guna tertinggi yaitu 10,49dan nilai Index of Cultural Significance (ICS) yang tertinggi yaitu 117. Sedangkan Nilai Guna (UVs) terendah adalah tanaman nenas(Ananas comosus)dengan nilai 0,59 . dan nilai Index of Cultural Significance (ICS) yang terendah yaitu tanaman Ananas comosus dengan nilai 3. Nilai Guna Relatif yang tertinggi adalah tanaman Arenga pinata dengan nilai 4,83 sedangkan terendah adalah tanaman Manihot utilisima,dengan nilai 3,60. Degradasi Pengetahuan masyarakat yang mengalami degradasi yang terbesar pada kelompok umur A (15-29 tahun) dengan nilai sebesar 14,38% tetapi pada kelompok umur B (30-49 tahun) hanya mengalami degradasi sebesar 1,90%. Kata Kunci: Nilai Guna, Nilai Guna relatif dan Index of Cultural Significance. iii
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
THE APPLICATION OF MEDICAL PLANT HAS BEEN DONE IN KARO SOCIETY IN KECAMATAN TIGABINANGA KABUPATEN KARO
ABSTRACT
The research about the application of medical plant has been conducted in Karo society in Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. This research uses both quantitative and qualitative methods in taking the data by using purposive technique sampling and snowball sampling. The collection of the data uses an interview and questionnaire. Calculation of the data analysis uses Used Value (UVs), Relative Used Value (RUVi), Index of Cultural Significance (ICS) and Degradation of Society Knowledge (D). Based on the research, has founded 75 medical plants that used by Karois society in Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. The data analyze result are founded Zingiber officaoxb have the highest Use Value i.e. 10,49 and Index of Cultural Significance i.e. 117. Besides that ananas comosus plant have the lowest Use Value is i.e. 0,59 and Index of Cultural Significance i.e. 3. The highest Relative Use Value is Arenga pinata i.e 4,83. The lowest Relative Use Value is Manihot utilisima i.e. 3,60. Degradation of Society Knowledge (D) that occurring the highest degradation at the age group A (15-29) with the point 14,38% but at the age group B (30-49) have degradation 1,90%. Key words : Use Value, Relative Use Value and Index of Cultural Significance
iv
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
ABSTRACT....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1. Etnobotani.................................................................................... 5
2.2. Metode dalam Etnobotani ............................................................ 6
2.3. Asal-Usul suku Karo .................................................................... 7
2.4. Masyarakat Karo .......................................................................... 8
2.5. Tanaman Obat .............................................................................. 9
2.6. Obat Tradisional Karo .................................................................. 9
2.7. Ketepatan Penggunaan Obat Tradisional...................................
v
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 16
3.1. Deskripsi Area ............................................................................. 16
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................... 17
3.3. Alat dan Bahan ............................................................................ 17
....................................................................................................
3.4 Survey Etnobotani ........................................................................ 17
3.5. Pengumpulan Data ....................................................................... 18
3.6. Analisis Data ............................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 23
4.1. Nilai Guna dan Nilai Guna Relatif Tanaman Obat ........................ 23
4.2. Index of Cultural Significance (ICS) ............................................ 27
4.3. Degradasi Pengetahuan ................................................................ 30
4.4. Deskripsi Tanaman Obat .............................................................. 40
4.5. Pemanfaatan Tumbuhan ............................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 92
DAFTARPUSTAKA ......................................................................................... 92
LAMPIRAN ......................................................................................... L-1
vi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1 Deskripsi Area Kecamatan Tigabinanga 16
4.1.1 Nilai Guna, Nilai Guna Relatif dan Index of Cultural Significance
Tanaman Obat
23
4.3.1 Degradasi Pengetahuan Masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga 30
4.3.2 Jenis-jenis Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Bahan Obat
Secara Tradisional di Kecamatan Tigabinanga
33
vii
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Tanaman Aren 40
Tanaman Asam Jawa 41
3 Tanaman Alpukat 41
4 Tanaman Bawang Merah 42
5 Tanaman Bawang Putih 42
6 Tanaman Belimbing Waluh 43
7 Tanaman Bengle 43
8 Tanaman Bandotan 44
9 Tanaman Padi 45
10 Tanaman Bayam Duri 45
11 Tanaman Bunga Pukul Empat 46
12 Tanaman Ceplukan 47
13 Tanaman Cengkeh 47
14 Tanaman Combrang 48
15 Tanaman Cabe Merah 48
16 Tanaman Durian 49
17 Tanaman Daun Bangun-Bangun 50
18 Tanaman Fanili 50
19 Tanaman Gandarusa 51
20 Tanaman Gundur 51
21 Tanaman Gambir 52
22 Tanaman Inai 52
23 Tanaman Jeringo 53
24 Tanaman Jambu Biji 53
25 Tanaman Jahe Merah 54
26 Tanaman Jahe 54
27 Tanaman Jarak Pagar 55
28 Tanaman Jeruk Purut 55
29 Tanaman Jeruk Nipis 56
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
30 Tanaman Kacar Air 56
31 Tanaman Kejibeling 57
32 Tanaman Kelapa 57
33 Tanaman Kembang Sepatu 58
34 Tanaman Kemangi 59
35 Tanaman Kemiri 59
36 Tanaman Kunyit 60
37 Tanaman Kayu Manis 61
38 Tanaman Kacang Panjang 61
39 Tanaman Kecubung 62
40 Tanaman Kelingkit Taiwan 62
41 Tanaman Ki Tolod 63
42 Tanaman Kencur 64
43 Tanaman Kumis kucing 64
44 Tanaman Labu Kuning 65
45 Tanaman Labu Siam 65
46 Tanaman Lengkuas 66
47 Tanaman Merica 66
48 Tanaman Mengkudu 67
49 Tanaman Mahkota Dewa 67
50 Tanaman Mangkokan 68
51 Tanaman Meniran 69
52 Tanaman Mawar 69
53 Tanaman Nenas 70
54 Tanaman Pala 70
55 Tanaman Patikan Kebo 71
56 Tanaman Pepaya 71
57 Tanaman Pisang 72
58 Tanaman Pinang 73
59 Tanaman Pegagan 73
60 Tanaman Randu 74
61 Tanaman Serai 74
62 Tanaman Sirih 75
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
63 Tanaman Sawo 75
64 Tanaman Seledri 76
65 Tanaman Sisik Naga 77
66 Tanaman Sintrong 77
67 Tanaman Salam 78
68 Tanaman Sirsak 78
69 Tanamn Sambiloto 79
70 Tanaman Sukun 80
71 Tanaman Tebu 80
72 Tanaman Temulawak 81
73 Tanaman Tembakau 82
74 Tanaman Temu kunci 82
75 Tanaman Ubi kayu 83
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Biodata Dan Pernyataan Informan Kunci dan Responden 95
2 Biodata Dan wawancara Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh
Responden
96
3 Contoh Perhitungan Nilai Guna, Nilai Guna Relatif 101
4 Nilai Guna Tumbuhan dan nilai Guna Relatif (RUV) 103
5 Index Cultural of Significance 110
6 Index Cultural of Significance Kelompok Umur A 112
7 Index Culturalm of Significance Kelompok Umur B 114
8 Index Culturalm of Significance Kelompok Umur C 116
9 Kategori yang Menggambarkan Tentang Intensitas penggunaan
(intensity of “use”) Jenis Tumbuhan Berguna
118
10 Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf
Kesalahan 1 %, 5%, 10%
120
11 Jumlah Penduduk di Kecamatan Tigabinanga 122
12 Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Obat 123
xi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
KAJIAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT PADA MASYARAKAT KARO DI KECAMATAN TIGABINANGA
KABUPATEN KARO
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kajian pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, untuk pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dan angket. Analisis data dengan perhitungan Nilai Guna (UVs), Nilai Guna Relative (RUVi), Index of Cultural Significance (ICS) dan Degradasi Pengetahuan masyarakat (D). Dari hasil penelitian tumbuhan obat ditemukan 75 jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga. Hasil analisis data Nilai Guna (UVs) ditemukan bahwa tanaman jahe merah (Zingiberofficinale Roxb), merupakan tanaman yang memiliki nilai guna tertinggi yaitu 10,49dan nilai Index of Cultural Significance (ICS) yang tertinggi yaitu 117. Sedangkan Nilai Guna (UVs) terendah adalah tanaman nenas(Ananas comosus)dengan nilai 0,59 . dan nilai Index of Cultural Significance (ICS) yang terendah yaitu tanaman Ananas comosus dengan nilai 3. Nilai Guna Relatif yang tertinggi adalah tanaman Arenga pinata dengan nilai 4,83 sedangkan terendah adalah tanaman Manihot utilisima,dengan nilai 3,60. Degradasi Pengetahuan masyarakat yang mengalami degradasi yang terbesar pada kelompok umur A (15-29 tahun) dengan nilai sebesar 14,38% tetapi pada kelompok umur B (30-49 tahun) hanya mengalami degradasi sebesar 1,90%. Kata Kunci: Nilai Guna, Nilai Guna relatif dan Index of Cultural Significance. iii
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
THE APPLICATION OF MEDICAL PLANT HAS BEEN DONE IN KARO SOCIETY IN KECAMATAN TIGABINANGA KABUPATEN KARO
ABSTRACT
The research about the application of medical plant has been conducted in Karo society in Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. This research uses both quantitative and qualitative methods in taking the data by using purposive technique sampling and snowball sampling. The collection of the data uses an interview and questionnaire. Calculation of the data analysis uses Used Value (UVs), Relative Used Value (RUVi), Index of Cultural Significance (ICS) and Degradation of Society Knowledge (D). Based on the research, has founded 75 medical plants that used by Karois society in Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. The data analyze result are founded Zingiber officaoxb have the highest Use Value i.e. 10,49 and Index of Cultural Significance i.e. 117. Besides that ananas comosus plant have the lowest Use Value is i.e. 0,59 and Index of Cultural Significance i.e. 3. The highest Relative Use Value is Arenga pinata i.e 4,83. The lowest Relative Use Value is Manihot utilisima i.e. 3,60. Degradation of Society Knowledge (D) that occurring the highest degradation at the age group A (15-29) with the point 14,38% but at the age group B (30-49) have degradation 1,90%. Key words : Use Value, Relative Use Value and Index of Cultural Significance
iv
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki areal pertanian dan perkebunan yang luas
serta pekarangan yang dapat ditanami tumbuhan obat. Hutan Indonesia yang begitu luas
banyak menyimpan kekayaan alam yang begitu besar, diantaranya berpeluang sebagai
sumber obat tradisional. Hingga saat ini di Indonesia terdapat 1.036 industri obat tradisional
yang memiliki izin usaha industri, terdiri dari 129 Industri Obat Tradisional (IOT) dan 907
Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Banyaknya lembaga penelitian obat-obatan bahan
alam merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan obat tradisional
(Depkes, 2007). Indonesia memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan
tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun. Namun adanya modernisasi
budaya dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat.
Menurut (Sastropradjo 1990) selain merupakan negara kepulauan, Indonesia juga
memiliki jumlah penduduk yang banyak (sekitar 200 juta lebih) yang sebagian besar
masyarakatnya masih tinggal di pedesaan, banyaknya masyarakat yang tinggal di pedesaan
terutama daerah yang sulit di jangkau (terisolir) menyebabkan pemerataan hasil-hasil
pembangunan seperti bidang pendidikan dan kesehatan sulit untuk di laksanakan. Namun
pada daerah-daerah terisolir pemanfaatan lingkungan terutama tumbuhan untuk pemenuhan
kebutuhan kesehatan seperti untuk obat-obatan tradisional sangat tinggi.
Di negara Indonesia, sekalipun pelayanan kesehatan modern telah berkembang, jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional sangat tinggi. Menurut survey sosial
Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7 % penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri
tanpa bantuan medis, 31,7 % diantaranya menggunakan tumbuhan obat tradisional, dan 9,8 %
memilih cara pengobatan tradisional lainnya ( Santhyami, 2008).
Menurut Tamin dan Arbain (1995) Indonesia memiliki etnis sangat beragam, setiap
kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka, seperti untuk
obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-macam anyaman/tali-temali, bahan
pelengkapan upacara adat, di samping yang di gunakan untuk kebutuhan sandang, pangan
serta papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi dan proses pembuatan/pengolahan dilakukan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
secara tradisional menurut cara suku/kelompoknya masing-masing yang mereka terima
secara turun-temurun.
Sejak zaman dahulu manusia sangat mengendalikan lingkungan sekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat,
pupuk, parfum, bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Memanfaatkan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan
yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini merupakan warisan budaya
bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan secara turun – temurun telah
di wariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui resep nenek moyang, adat
istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat (Sukmono, 2009).
Menurut Barus (2010), seperti suku yang ada di Indonesia lainnya, suku Karo
termasuk suku yang telah lama mengenal sistem pengobatan tradisional. Obat-obatan
tradisional Karo beranekaragam. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Karo mengenal
berbagai jenis penyakit dan cara-cara pengobatannya. Selanjutnya Barus (2010), juga
menyatakan masyarakat Karo di tempat yang berbeda menggunakan tumbuhan obat yang
berbeda, setiap kelompok masyarakat memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka
dengan cara yang berbeda satu dengan yang lain.
Masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga sudah berpuluh tahun memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan sebagai sumber bahan obat dalam mengobati suatu penyakit ataupun untuk
perawatan kesehatan. Mereka menggunakan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat
mereka temukan baik di sekitar mereka ataupun yang ada di hutan. Penggunaan obat
tradisional ini sudah lama sekali mereka lakukan secara turun temurun dan tetap terjaga
hingga sekarang. Keragaman jenis tumbuh-tumbuhan yang dijadikan obat-obatan tradisional
oleh masyarakat, telah memperkaya ilmu pengetahuan dan kesehatan bangsa kita. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk dapat menggali dan mengetahui jenis-jenis
tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dalam upaya pelestarian tumbuhan tersebut,
karena masyarakat setiap daerah di kabupaten Karo menggunakan tumbuhan obat yang
berbeda dalam mengobati suatu penyakit.
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian mengenai kekayaan flora dan pemanfaatanya oleh masyarakat lokal
dibeberapa kawasan di propinsi Sumatera Utara telah banyak dilakukan, namun belum merata
dan belum banyak disebarluaskan. Demikian juga penelitian etnobotani di kawasan
masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga belum pernah di lakukan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengetahuan masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga terhadap
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional.
2. Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat-obatan tradisional oleh
masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menginventarisasi tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan tradisional oleh
masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo
2. Mengetahui nilai guna pemanfaatan setiap jenis tumbuhan, dan nilai guna relatif setiap
nara sumber.
3. Mengetahui degradasi pengetahuan yang terjadi pada kelompok masyarakat etnik Karo
di Kecamatan Tigabinanga.
4. Mengetahui Indeks kepentingan budaya ( Index of Cultural Significance)
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan:
1. Informasi pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku atau bahan obat-obatan secara
alami, yang memberikan dampak negatif yang sangat kecil bagi kerusakan atau
keracunan pada tubuh di banding dengan obat kimia.
2. Informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang di gunakan sebagai obat oleh masyarakat
Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
3. Bahan literatur tambahan dalam pengobatan suatu penyakit bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi yang
mempelajari tentang hubungan antara tumbuhan dengan manusia. Etnobotani, sebuah istilah
yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr.J.W Harshberger pada
1985. Ada lima kategori pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: (1)
Pemanfaatan tumbuhan untuk bahan makanan (pangan) (2) Pemanfaatan tumbuhan untuk
bahan bangunan (papan) (3) Pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan (4) Pemanfaatan
tumbuhan untuk upacara adat (5) Pemanfaatan tumbuhan untuk perkakas rumah tangga
(Tamin & Arbain, 1995)
Ilmu etnobotani yang berkisar pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk
kemaslahatan orang di sekitarnya, pada aplikasinya mampu meningkatkan daya hidup
manusia. Studi lanjutan dapat berfokus pada penggunaan spesifik (pangan/makanan,
ekonomi, banyak manfaat, pakan ternak, buah-buahan, obat-obatan, dan kayu bakar,), atau
bisa juga dengan mencoba mengumpulkan sejumlah informasi dilain musim, atau memilih
tumbuhan spesifik, contohnya cara perkembangbiakan beberapa jenis tumbuhan liar untuk
dibudidayakan. Ada berbagai hasil dari studi etnobotani yang dilakukan. Diskusi bersama
masyarakat tentang tanaman lokal bisa memunculkan kembali nilai-nilai lama yang pernah
didapatkan dari tanaman-tanaman tersebut, selanjutnya peserta bisa menyampaikan gagasan-
gagasan lain tentang manfaat tanaman tertentu berdasarkan kearifan lokal. Berapa dari kita
yang pernah tahu, kalau daun sambung nyawa yang biasa dikonsumsi sebagai lalapan,
ternyata punya khasiat sebagai pencegah hipertensi. Itu baru satu contoh, lalu bagaimana
dengan daun sirih, yang berfungsi sebagai bungkus kudapan menyirih nenek-nenek kita,
ternyata juga menyimpan potensi untuk menyembuhkan rabun mata (Tamin & Arbain, 1995)
2.2 Metode dalam Etnobotani
Menurut Santhyami (2008) ada dua metode yang digunakan dalam penelitian etnobotani,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Metode Observatif
Metoda ini melibatkan masyarakat sebagai pemandu dan informan kunci. Pengambilan
data di lapangan menggunakan petak-petak permanen yang biasa dibuat dalam penelitian
ekologi menurut cara Oosting (1960). Selanjutnya informan diminta untuk menginventarisasi
seluruh jenis tanaman yang mereka kenal memiliki kegunaan. Setiap jenis yang mereka kenal
diambil contoh herbarium atau “voucher spesiment” untuk identifikasi nama ilmiahnya. Dari
data yang diperoleh kita menentukan nilai guna suatu jenis sumber daya, dilakukan dengan
dua cara yaitu :
1. Merancang kepentingan atau manfaat suatu sumber daya sebagai manfaat utama atau
tambahan.
2. Membagi sumberdaya kedalam kategori manfaat yang dikenal oleh masyarakat
setempat dimana penelitian dilakukan.
b. Survey Eksploratif
Survey yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey
lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana indikator mengenai
variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden
baik secara lisan maupun tertulis. Tim akan membuat kuisioner untuk ditanyakan
nantinya kepada informant atau warga masyarkat setempat. Pertanyaan dalam kuisioner
berupa; cara mendapatkan tanaman, cara membudidayakan, dipakai
untuk apa saja tanaman tersebut, apakah juga untuk upacara adat dan alat-alat perkakas
rumah tangga.
2.3. Asal-usul Suku Karo
Suku Karo atau juga disebut Batak Karo adalah suku asli yang mendiami dataran tinggi
Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di
salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini
memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi
dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas (Martin, 2004).
Kerajaan Haru-Karo mulai menjadi kerajaan besar di Sumatera, namun tidak diketahui
secara pasti kapan berdirinya. Namun demikian, Brahma Putra, dalam bukunya “Karo dari
Zaman ke Zaman” mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di Sumatera
Utara yang rajanya bernama “Pa Lagan”. Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berasal dari suku Karo. Mungkinkah pada masa itu kerajaan Haru sudah ada?, hal ini masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut (Prinst, 2004).
Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan
kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Johor, Malaka dan Aceh. Terbukti karena kerajaan Haru
pernah berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut.Kerajaan Haru identik dengan suku
Karo,yaitu salah satu suku di Nusantara. Pada masa keemasannya, kerajaan Haru-Karo mulai
dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru-Karo di Aceh dapat
dipastikan dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta
Raja (Sekarang Banda Aceh), Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta
Lubok, Kuta Laksmana Mahmud, Kuta Cane, Blang Kejeren, dan lainnya (Prinst, 2004).
Suku Karo juga terdapat di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee.
Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya
“Aceh Sepanjang Abad”, (1981). Ia menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah
keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli
tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya “Tarikh Aceh dan Nusantara”
(1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping Kerajaan Islam ada kerajaan Karo.
Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi putera dari Ke-20 Mukim bercampur
dengan suku Karo yang dalam bahasa Aceh disebut Karee. Brahma Putra, dalam bukunya
“Karo Sepanjang Zaman” mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah
Manang Ginting Suka (Prinst, 2004).
Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi “Kaum Lhee Reutoih” atau
kaum tiga ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo
dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak
tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu
di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo
disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus. Dikemudian hari
terjadi pencampuran antar suku Karo dengan suku Hindu dan mereka disebut sebagai kaum
Jasandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imam Pewet dan Kaum Tok Batee yang
merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, Arab, Persia, dan lainnya
(Prinst, 2004).
2.4. Masyarakat Karo
Menurut Pertampilan (2010) Suku Karo memilliki sistem kemasyarakatan atau adat
yang dikenal dengan marga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Marga atau dalam bahasa
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Karo disebut merga tersebut untuk anak laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru.
Marga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo
terdiri dari lima kelompok, kelima marga tersebut adalah: Karo-karo, Sembiring, Tarigan,
Ginting, Perangin-angin.
Masyarakat Karo menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan pangan, ramuan obat, bahan industri dan sudah
lama tumbuhan digunakan dalam berbagai upacara adat kebudayaan. Tumbuhan ini
merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun
kebun (Barus, 2010).
2.5. Tanaman Obat
Studi tanaman obat merupakan ilmu yang kompleks, dan dalam pelaksanaanya
memerlukan pendekatan yang terpadu dari beberapa disiplin ilmu antara lain Taksonomi,
Ekologi, Geografi tumbuhan, Pertanian, Sejarah, dan antropologi (Tamin & Arbain, 1995).
Melonjaknya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi kesehatan meningkatkan kembali
penggunaan obat tradisional oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang
ada di sekitar. Sebagai langkah awal yang sangat membantu untuk mengetahui suatu
tumbuhan berkhasiat obat adalah dari pengetahuan masyarakat tradisional secara turun –
menurun. Pada era milenium ini, kecendrungan gaya hidup masyarakat dunia adalah back to
nature. Hal ini mengakibatkan penggunaan metode tradisional tidak akan ketinggalan
zaman(Dianawati, 2001).
Di Indonesia masih banyak masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan dalam
kehidupan sehari-hari terutama yang bermukim di sekitar hutan. Indonesia seperti daerah
Asia tenggara lainnya memiliki potensi yang tinggi dalam penggunaan tumbuhan sebagai
obat-obatan secara tradisional. Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin
banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari
tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika
dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang menjadi
permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi
memadai mengenai berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang biasa digunakan sebagai ramuan
obat-obatan tradisional dan bagaimana pemanfaatannya (Sukmono, 2009).
2.6. Obat Tradisional Karo
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Ramuan tradisional adalah media pengobatan alamiah dengan memakai tumbuhan
sebagai bahan dasarnya. Media ini mungkin merupakan media pengobatan tertua. Sampai
saat ini ilmu pengobatan ini masih mengacu pada tradisi kuno. Itulah sebabnya obat-obatan
atau ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman di sebut obat tradisional, karena ramuan
tradisional tersebut di buat dari jenis tumbuhan dan tanaman yang di yakini dapat
menyembuhkan atau mengobati suatu penyakit (Dianawati, 2001)
Menurut Tarigan (1990) masyarakat Karo sejak dulu telah mengenal obat-obat
tradisional yang beragam, ini menunjukkan bahwa masyarakat Karo mengenal beberapa jenis
penyakit dan juga cara-cara mengobatinya. Sesuai dengan jenis kelamin anggota masyarakat
dan juga tingkatan usia, maka obat-obat ini dapat dibagi atas:
1. Tambar danak-danak (obat untuk anak-anak)
2. Tambar pernanden (obat kaum ibu)
3. Tambar perbapan (obat kaum bapak)
4. tambar sinterem (obat orang banyak).
Menurut Kumala (2006) Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman
dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern.
2.7. Ketepatan Penggunaan Obat Tradisional
Menurut Sukmono (2009) obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, bahan sediaan, sarian (galenik), atau campuran dari
bahan-bahan tersebut yang secara turun-menurun telah di gunakan untuk pengobatan. Obat
tradisional dari bahan tumbuhan menggunakan bagian-bagian tumbuhan seperti akar,
rimpang, batang, buah, daun, dan bunga. Penelitian yang telah di lakukan terhadap tanaman
obat sangat membantu dalam penggunaan obat tradisional. Penelitian ditunjang dengan
pengalaman empiris semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat
tradisional.
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika di gunakan secara tepat. Menurut
Kumala (2006), Sukmono (2009), Ilyas (2010) ketepatan penggunaan obat tradisional
meliputi beberapa hal yaitu:
a. Kebenaran Bahan
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk di
bedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
terapi yang diinginkan. Sebagai contoh lempuyung dipasaran ada beberapa macam yang agak
sulit untuk di bedakan satu dengan yang lain. Lempuyung emprit (Zingeber amaricans)
memiliki bentuk yang relatif lebih kecil, bewarna kuning dengan rasa yang pahit. Lemuyung
emprit dan lempuyung gajah (Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk lebih besar dan
berwarna kuning, berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga adalah
lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih dan berbau harum.
Tidak seperti kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki khasiat sebagai
pelangsing. Contoh yang lain daun tapak dara yang mengandung alkaloid. Daun ini tidak
hanya bermanfaat untuk pengobatan diabetes, tetapi juga dapat menyebabkan penurunan
leukosit ( sel-sel darah putih) hingga 30 %. Daun tapak dara mengandung vincristin dan
vinblastin yang menyebabkan penderitanya menjadi rentan terhadap penyakit infeksi,
sehingga leukosit mengalami penurunan. Sementara itu, karena pengobatan diabetes
membutuhkan waktu yang lama sehingga daun tapak dara menjadi tidak tepat digunakan
sebagai anti diabetes dan lebih tepat digunakan untuk pengobatan leukimia.
b. Ketepatan Dosis
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa di konsumsi
sembarangan. Tetap ada dosis yang harus di patuhi, seperti halnya dokter. Buah mahkota
dewa misalnya, hanya bisa di konsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam tiga gelas air.
Sedangkan daun min baru berkhasiat jika di rebus sebanyak 7 lembar dalam takaran air
tertentu. Batu ginjal dapat diobati dengan keji beling (Strobilis cripsus), tetapi jika melebihi 2
gram serbuk (sekali minum) dapat menyebakan iritasi saluran kemih. Gambir kurang dari ibu
jari sehingga dapat mengurangi diare, kalau pemakaiannya lebih maka menyulitkan si
pemakai buang air besar selama berhari-hari. Sedangkan penggunaan minyak jarak (Oleum
recini ) untuk cuci perut yang tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan. Hal
ini menepis anggapan bahwa obat tradisisonal tidak memiliki efek samping. Anggapan bila
obat tradisional aman di konsumsi walapun gejala sakit sudah hilang adalah keliru
Efek samping tanaman obat dapat di gambarkan dalam tanaman dringo (Acorus
calamus), yang biasa digunakan untuk mengobati stres. Tumbuhan ini memiliki kandungan
senyawa bioaktif asaron. Senyawa ini punya struktur kimia mirip gologan amfetamin dan
ekstasi. Dalam dosis rendah, dringo memang dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan
menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap sistem saraf pusat. Namun, jika di gunakan
dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya, yakni meningkatkan aktivitas mental
(psikoaktif). Asaron dringo juga merupakan senyawa alami yang potensial sebagai pemicu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
timbulnya kanker, apalagi jika tanaman ini di gunakan dalam waktu lama. Di samping itu,
dringo bisa menyebabkan penumpukan cairan di perut, mengakibatkan perubahan aktivitas
pada jantung dan hati, serta dapat menimbulkan efek berbahaya pada usus.Takaran yang tepat
dalam penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh data hasil
penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran sejumput, segengam ataupun
seruas yang sulit di tentukan ketepatannya. Penggunaan takaran yang lebih pasti dalam satuan
gram dapat mengurangi kemungkinan terjadinya efek yang tidak di harapkan karena batas
antara racun dan obat dalam bahan tradisisonal amatlah tipis. Dosis yang tepat membuat
tanaman obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.
c. Ketepatan Waktu Penggunaan
Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun temurun di
konsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik di konsumsi saat datang bulan.
Akan tetapi jika diminum pada awal masa kehamilan beresiko menyebabkan keguguran. Jika
sejak gadis penggunaan jamu sari rapet sampai berumah tangga bisa menyebabkan kesulitan
memperoleh keturunan bagi wanita yang kurang subur karena adanya kemungkinan dapat
memperkecil peranakan. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat
tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang di harapkan.
d. Ketepatan Cara Penggunaan
Suatu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya.
Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam
penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun kecubung jika di hisap seperti rokok bersifat
bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan di minum dapat
menyebabkan keracunan/mabuk. Selain itu, tanaman obat dan obat tradisional relatif mudah
untuk di dapatkan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya
penyalahgunaan tanaman obat dan obat tradisional tersebut. Contohnya, jamu pelancar datang
bulan yang sering disalah gunakan untuk menggugurkan kandungan. Resiko yang terjadi
adalah bayi terlahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi pada rahim, atau bahkan
kematian.
e. Ketepatan Pemilihan Bahan
Keracunan sering terjadi antara tanaman ngokilo (Gynura segetum Luor) yang
dianggap sama dengan keji beling, daun sambung nyawa (Gymnurae procumbensis) dengan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
daun dewa (Gynura procumbens (Lour) Merr). Akhir-akhir ini terhadap tanaman kunir putih,
dimana 3 jenis tanaman yang berbeda (Curcuma mangga, Curcuma zedoaria, dan kaempferia
rotunda) sering kali sama-sama disebut sebagai “ kunir putih “ yang sempat mencuat
kepermukaan karena dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan penyakit kanker.
f. Ketepatan Telaah Informasi
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang
mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai
dan telaah atau kajian yang cukup sering kali mendatangkan hal yang menyesatkan.
Katidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan.
Contohnya, informasi di media massa menyebutkan bahwa biji jarak (Ricinus communis L)
mengandung risin yang jika dimodifikasi dapat digunakan sebagai antikanker. Risin sendiri
bersifat toksik / racun sehingga jika biji jarak dikonsumsi secara langsung dapat
menyebabkan keracunan dan diare. Contoh lainnya adalah tentang pare, pare yang sering
digunakan sebagai lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi kesehatan. Pare alias paria
(Momordica charantia) kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid. digunakan
sebagai lalapan ternyata bermanfaat bagi kesehatan. Pare juga mengandung alpha –
momorcharin, beta-momorchorin, dan MAP30 (momordica antiviral protein 30) yang
bermanfaat sebagai anti HIV/AIDS. Namun, biji pare juga mengandung triter penoid yang
beraktivitas sebagai antispermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional
dengan maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria.
Dalam jangka panjang, konsumsi biji pare dapat mematikan sperma, memicu ipotensi,
merusak buah zakar dan hormon pria bahkan berpotensi merusak liver baik dalam bentuk jus,
lalap maupun sayur segar. Bagi wanita hamil baiknya konsumsi pare dibatasi karena
percobaan pada tikus menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.
g. Tanpa Penyalahgunaan
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan karena tidak
memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari
tanaman obat maupun obat tradisional tersebut, contoh:
1. Jamu peluntur untuk terlambat bulan sering disalah gunakan untuk pengguguran
kandungan. Resiko yang terjadi adalah bayi lahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi
infeksi bahkan kematian
2. Mengisap kecubung sebagai psikotropika
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3 . Penambahan bahan kimia obat.
Bahan-bahan kimia obat yang biasa dicampurkan itu adalah parasetamol, coffein,
piroksikam, theophylin, deksbutason, CTM, serta bahan kimia penahan rasa sakit seperti
antalgin dan fenilbutazon. Bahan-bahan kimia obat tersebut dapat menimbulkan efek negatif
di dalam tubuh pemakainya jika digunakan dalam jumlah banyak. Bahan kimia seperti
antalgin misalnya, dapat mengakibatkan kerusakan pada organ pencernaan, berupa penipisan
dinding usus hingga menyebabkan pendarahan. Fenilbutazon dapat menyebabkan
pemakainya menjadi gemuk pada bagian pipi, namun hanya berisi cairan yang di kenal
dengan istilah moonface, dan jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
osteoporosis.
h. Ketepatan pemilihan Obat Untuk Indikasi Tertentu
Dalam suatu jenis tanaman dapat ditemukan beberpa zat aktif yang berkhasiat dalam
terapi. Resiko antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi
pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi.
Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes.
Akan tetapi daun tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat
menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga ± 30 %, akibatnya penderita
menjadi rentan terhadap penyakit infeksi. Padahal pengobatan diabetes membutuhkan waktu
yang lama sehingga daun tapak dara tidak tepat digunakan sebagai anti diabetes melainkan
lebih tepat digunakan untuk pengobatan leukimia.
Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi
kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan,
ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisinal itu sendiri. Penelitian
yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku
obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan
keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.
BAB III
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsi Area
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tigabinanga, kabupaten Karo. Kecamatan
Tigabinanga terdiri dari 18 desa dan 1 kelurahan mayoritas penduduk suku Karo
( Buku Statistik tahunan Kecamatan Tigabinanga, 2010).
Tabel 3.1. Deskripsi area Tigabinanga
No Uraian Keterangan
1 Luas wilayah 160,38 km2
2 Ketinggian wilayah dari permukaan laut 600-700 m
3 Kepadatan penduduk 108 / km
4
2
Jumlah penduduk 19889 jiwa
5 Kelurahan 1 kelurahan
6 Desa 18 desa
7 Mata pencaharian utama Bertani
Sumber: Buku Statistik Kecamatan Tigabinannga, 2010
Kecamatan Tigabinanga yang dikenal dengan istilah Singalor Lau (daerah yang dilalui air
sungai) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Wilayahnya
dikelilingi oleh bukit barisan, suhu udara 18 - 22 o
Kecamatan ini memiliki 18 desa dengan 1 kelurahan yang terdiri dari Desa Lau Kapur,
Desa Kem kem, Desa Gunung, Desa Simpang Pergendangen, Desa Pergendangen, Kelurahan
Tigabinanga, Desa Kuta Galoh, Desa Kuta Raya, Desa Bunga Baru, Desa Pertumbuken, Desa
Kuala, Desa Kuta Buara, Desa Simolap, Desa Kuta Bangun, Desa Suka Julu, Desa
Kutambaru Punti Batu Mamak, Desa Kuta Gerat, Desa Limang, Desa Perbesi.
C daerah tersebut berhawa sejuk, mata
pencaharian penduduknya pada umumnya adalah petani. Kecamatan Tigabinanga di kenal
sebagai daerah penghasil jagung terbesar dan terbaik di Kabupaten Karo sehingga
Tigabinanga dijuluki sebagai kota jagung. Kantor ibukota kecamatan terletak di Kabanjahe
dengan jarak ± 37 km Kecamatan Tigabinanga merupakan kecamatan yang berbatasan
dengan propinsi Aceh Tenggara (Sitepu, 2010).
Batas-batas kecamatan Tigabinanga :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kutabuluh
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juhar
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mardinding
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigabinanga
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari – Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di
Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara, dengan penduduk
mayoritas adalah Etnik Karo.
3.3. Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian terbagi dalam 2 bagian yaitu peralatan untuk
wawancara dan peralatan untuk pengumpulan data taksonomi. Peralatan untuk wawancara
antara lain alat perekam suara, alat tulis dan kamera digital. Alat-alat untuk pengumpulan
data taksonomi antara lain kantong plastik berbagai ukuran, penggaris, parang, gunting stek,
buku-buku Identifikasi tumbuhan obat, buku lapangan, pensil. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain daftar kuesioner.
3.4. Survey Etnobotani
Secara garis besar metode yang dilakukan pada penelitian ini merupakan gabungan
metode penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metode penelitian kuantitatif dilakukan
dengan metode survey melalui cara menyebar kuisioner (angket) yang telah diuji validitas
dan reliabilitas dan dilanjutkan dengan penelitian kualitatif. Pada tahap ini juga dilakukan
wawancara terbuka. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam observasi awal ini
adalah
metode purposive sampling teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu, dalam
hal ini orang yang dianggap paling tahu tentang tumbuhan obat (Sugiyono, 2008). Tokoh
yang dipilih melalui metode ini untuk diwawancarai adalah tabib dan dukun beranak. Dari
observasi awal ini diketahui data-data calon informan untuk tahap selanjutnya yang layak
diwawancarai berdasarkan rekomendasi Thabib dan dukun beranak.
Setelah observasi awal dilakukan penelitian kuantitatif yaitu pengumpulan data
tentang tumbuhan obat kepada penduduk dengan cara wawancara semi terstruktur. Pemilihan
informan pada tahap wawancara ini dilakukan dengan metode snowball sampling yaitu teknik
pemilihan informan berdasarkan rekomendasi informan kunci dalam hal ini thabib dan dukun
beranak. Informasi tentang calon informan berikutnya didapat dari informan sebelumnya,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
(Subagyo,2008). Sesudah pengumpulan data, dilakukan pengumpulan spesimen tumbuhan
yang diambil langsung di lokasi tumbuhnya dengan dibantu oleh seorang informan kunci.
Spesimen dikoleksi, difoto dan diidentifikasi. Analisis di lakukan dalam dua bentuk
pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif (Rugayah, 2004).
3.5. Pengumpulan data
Untuk mengetahui data tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional di lokasi
penelitian dilakukan dengan cara :
1. Mencari data tentang informan kunci dan jumlah masyarakat karo sebagai langkah
pertama dalam pengambilan sampel di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo.
2. Wawancara dan kuesioner (Angket). Wawancara ditujukan kepada penduduk setempat
antara lain: Thabib,dukun, masyarakat/keluarga yang mengetahui dan menggunakan
tumbuhan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari dan penjaja ramuan tumbuhan obat di
pasar-pasar tradisional di lokasi penelitian, dan sampel sebagai responden dari jumlah
populasi masyarakat Karo dengan taraf kesalahan 5%, dari setiap desa di Kecamatan
Tigabinanga. Wawancara dilakukan pada masyarakat dengan menggunakan kuesioner
yang telah diuji validitas dan realibilitas. Wawancara pertama untuk mendapatkan data
tumbuhan sebagai tumbuhan obat tradisional dan kegunaannya berasal dari infornan
kunci, selanjutnya wawancara dilakukan terhadap masyarakat Karo yang dibagi kedalam
3 kelompok umur dengan pembagian sebagai berikut, kelompok A dengan rentang umur
15 sampai 29 tahun, kelompok B dengan rentang umur 30-49 tahun, kelompok C dengan
rentang umur > 50 tahun, hal ini dilakukan untuk menggali pengetahuan mereka tentang
obat-obatan tradisional.
3. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan dari dekat, mencatat dan mengambil
dokumen berupa foto dari setiap tumbuhan dicatat ciri-cirinya, nama lokalnya, bagian
yang digunakan, cara penggunaan, kegunaan dan tempat tumbuhnya. Jenis-jenis
tumbuhan yang belum diketahui nama ilmiahnya, diambil sampel, dan dibuat herbarium
untuk diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi FMIPA USU.
3.6. Analisis Data
A. Pendekatan kuantitatif
Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai guna pemanfaatan setiap
jenis tumbuhan (Uvis) dan nilai guna relatif setiap nara sumber (RUV) (Rugayah, 2004),
Degradasi pengetahuan (D) yang terjadi (Maturbongs, 2001), suatu kelompok masyarakat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
atau etnik (Cotton, 1996) serta indeks Kepentingan Budaya atau indekx of Cultural
Significance (ICS) (Rugayah, 2004) dengan analisis data sebagai berikut :
a. Nilai Guna
s
iss i
UVUV ∑=
Dimana : UVs = jumlah nilai total dari suatu jenis
UVis= jumlah nilai guna jenis syang diberikan oleh informan i
is = jumlah total informan yang diwawancarai untuk nilai guna jenis s
b. Nilai guna relatif (Relative-Use Value = RUV)
n
s
is
i SUVUV
RUV∑
=
Dimana: iRUV = nilai guna relatif informan i
isUV = nilai guna setiap jenis lokal s oleh informan i
sUV = nilai guna total setiap jenis lokal s dalam penelitian ini
nS = jumlah jenis lokal menurut informan i, untuk data ini dapat juga
didasarkan pada dua atau beberapa informan
c. Index kepentingan budaya (Index Cultural of Significance )
( )∑=
=n
iniqxixeICS
1
Dimana : untuk penggunaan n,
q = nilai kualitas,
i = nilai intensitas,
e = nilai ekslusivitas .
Sedangkan mengenai perhitungan nilai dari suatu jenis tumbuhan dihitung parameternya
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Nilai q = nilai kualitas (Quality value), dihitung dengan menggunakan cara
memberikan skor atau nilai terhadap kualitas dari suatu jenis tumbuhan, sebagai contohnya :
5 = makanan pokok, 4 = makanan sekunder/tambahan + material primer, 3 = bahan makanan
lainnya + material sekunder + tumbuhan obat-obatan, 2 = ritual, mitologi, rekreasi, etc; 1 =
more recognition.
Nilai i = nilai intensitas (intensity value), yaitu menggambarkan intensitas
pemanfaatan dari suatu jenis berguna dengan memberikan nilai, misalnya: nilai 5 = untuk
sangat tinggi intensitasnya, nilai 4 = secara moderat tinggi intensitasnya, nilai 3 = mediaum
intensitas penggunaannya, nilai 2 = rendah intensitas penggunaannya, dan nilai 1 = intensitas
penggunaannya sangat jarang (minimal)
Nilai e = nilai ekslusivitas (exclusivity value), sebagai contoh: nilai 2 = paling disukai
dan merupakan pilihan utama dan tidak ada duanya, nilai 1 = terdapat beberapa jenis yang
ada kemungkinan menjadi pilihan, dan nilai 0,2 = sumber sekunder atau merupakan bahan
yang sifatnya sekunder (Cotton, 1996).
d. Penghitungan Degradasi Pengetahuan (D)
%1001 xC
ACD
∑∑ ∑−=
%1002 x
CBC
D∑
∑ ∑−=
%1003 x
CAB
D∑
∑ ∑−=
Dimana : D (1,2,3,) = Degradasi Pengetahuan
∑ A = Jumlah manfaat tumbuhan yang diketahui oleh kelompok umur
A (15-29 tahun)
∑ B = Jumlah manfaat tumbuhan yang diketahui oleh
kelompok umur B (30-49 tahun)
∑ C = Jumlah manfaat tumbuhan yang diketahui oleh
kelompok umur C (> 50 tahun )
B. Pendekatan Kualitatif
Koleksi spesimen herbarium
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Koleksi dan identifikasi spesimen jenis tumbuhan berguna dalam penelitian etnobotani.
Koleksi spesimen tidak hanya berupa voucer spesimen herbarium yang digunakan untuk
identifikasi, tetapi juga koleksi satu bagian tumbuhan (daun, bunga, buah, akar) atau bagian
secara keseluruhan dari tumbuhan untuk keperluan analisis taksonomi. Pengambilan koleksi
herbarium berupa voucer spesimen sangat penting karena merupakan catatan permanen dari
suatu jenis tumbuhan berguna dan merupakan koleksi data etnobotani.
1. Pemanfaatan spesimen herbarium.
Secara umum koleksi herbarium dibuat berganda dan disimpan diberbagai herbarium di
seluruh dunia. Walaupun pembuatan voucher spesimen herbarium berperan penting dalam
penelitian etnobotani dan juga penting untuk menjaga kemungkinan tidak dapat melakukan
identifikasi di lapangan, koleksi herbarium juga penting artinya untuk identifikasi in-situ bila
diinginkan. Jenis-jenis tumbuhan yang belum diketahui nama ilmiahnya, diambil contohnya,
dibuat herbariumnya untuk diidentifikasi di laboratorium MIPA USU. Identifikasi jenis –
jenis tumbuhan dimulai setelah spesimen kering dengan menggunakan buku acuan sebagai
berikut:
a. Flora of Java (Backer & Van der Brink, 1963)
b. Flora malesiana (Steenis, 1967)
c. Collection of Illustrated Tropical Plant ( Watanabe & Corner, 1969)
d. Tumbuhan Berguna Indonesia (Heyne, 1987)
e. Tumbuhan monokotil (Sudarnadi, 1996)
2. Studi taksonomi: identifikasi tumbuhan
Pada proses identifikasi awal di lapangan di dasarkan pada penampakan morfologi. Bila
memungkinkan diidentifikasi pada tingkat famili dan dilanjutkan ke tingkat genus dan nama
jenisnya. Bila dalam pengambilan contoh herbarium tidak diketahui nama ilmiahnya atau
masih ragu-ragu, maka diperlukan pembuatan spesimen herbarium untuk proses identifikasi
di laboratorium. Identifikasi suatu jenis tumbuhan, setiap bagian tumbuhan akan
memberikan suatu karakteristik yang menjadi dasar pengidentifikasian termasuk bentuk,
bentuk pertumbuhan (growt habit), ukurannya, bentuk daun, posisi daun, sistem perakaran,
dan lain-lain. Termasuk struktur reproduksi seperti bunga, biji, buah, dan bagian – bagian
lainnya yang dapat membantu identifikasi suatu jenis tumbuhan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Nilai Guna dan Nilai Guna Relatif Tanaman Obat
Hasil penelitian mengenai nilai guna, nilai guna relatif dan Index of Cultural
Significance tumbuhan obat pada Masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga dapat dilihat
pada Tabel 4.1.1
Tabel 4.1.1. Nilai Guna, Nilai Guna Relatif dan Index of Cultural Significance Tanaman Obat.
No Nama Tumbuhan Nama Ilmiah Total UV
Nilai guna UV
is RUV
s
ICS i
1 Asam combrang Atlingera elatior 1525 4,485 4,53 32 2 Alpukat Persea gratissima 635 1,867 4,54 16 3 Aren Arenga pinata 1951 5,378 4,53 13 4 Asam jawa Tamarindus indica 1092 3,211 4,53 14 5 Bawang merah Allium cepa 941 2,767 4,53 17 6 Bawang putih Allium sativum 2341 6,885 4,53 84 7 Belimbing waluh Averrhoa blimbi 966 2,841 4,53 11 8 Padi Oryza sativa 2969 8,732 4,53 92 9 Bayam duri Amaranthus spinosus 844 2,482 4,53 9 10 Bengle Zingiber purpureum 1329 3,908 4,53 12 11 Bungapukulempat Mirabilis jalapa 933 2,744 4,53 5 12 Babadotan Ageratum conyzoides 1156 3,40 4,53 15 13 Cengkeh Eugenia aromatica 956 2,811 4,53 18 14 Cabe merah Capsicum annum 735 2,161 4,53 6 15 Ceplukan Physalis angulata 1039 3,055 4,53 12 16 Durian Durio zibethinus 562 1,652 4,54 14 17 Fanili Vanilla planifolia 948 2,788 4,53 15 18 Gandarusa Justicia gendarussa 1213 3,567 4,533 47 19 Gambir Uncaria gambir 1120 3,294 4,533 39 20 Gundur Benincasa hispida 461 1,355 4,533 27 21 Inai Lawsonia inermis 751 2,208 4,533 12 22 Jahe Zingiber officinale 2333 6,861 4,533 56 23 Jahe merah Zingiber officinale
Roxb. Var Rubra 3567 10,49 4,533 117
24 Jeruk nipis Citrus aurantifolia 1488 4,376 4,533 27 25 Jambu biji Psidium guajava 1029 3,026 4,534 30 26 Jerango Acorus calamus 980 2,882 4,533 9 27 Jarak pagar Ricinus comunis 1048 3,082 4,533 32 28 Jeruk purut Citrus histryx 1231 3,620 4,533 27 29 Kecubung Datura metel 1040 3,058 4,533 5 30 Kejibeling Strobilalanthes crispus 842 2,476 4,533 15 31 Kacar air Impatiens balsamina 1043 3,067 4,533 18 32 Kelapa Cocos nucifera 793 2,332 4,533 59
Bersambung
Sambungan Tabel 4.1.1
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
33 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis 894 2,629 4,533 21 34 Kitolod Isotoma longiflora 848 2,629 4,543 15 35 Kemiri Aleurites moluccana 1040 3,058 4,533 20 36 Kencur Kaemfperia galanga 2002 5,888 4,533 114 37 Kunyit Curcuma domestica 1753 5,155 4,543 79 38 Mangkokan Nothopanax scutellarium 2378 6,994 4,533 84 39 Kayu manis Cinnamomum zylanicum 874 2,567 4,533 23 40 Kacang panjang Vigna sinensis 886 2,605 4,533 12 41 Kumis kucing Orthosiphon stamineus 755 2,220 4,533 14 42 Kelengkit taiwan Malphigia coccigera 554 1,626 4,543 15 43 Kemangi Ocimum formacitratum 589 1,732 4,533 17 44 Lengkuas Alpinia galanga 380 1,121 4,543 12 45 Labu kuning Cucurbita moschata 639 1,879 4,533 21 46 Labu siam Sechium edule 471 1,385 4,534 26 47 Mahkota dewa Phaleria macrocarpha 438 1,285 4,483 35 48 Mawar Rosa sinensis 368 1.058 4,536 15 49 Meniran Phyllanthus urinaria 1013 2,979 4,534 11 50 Merica Piper nigrum 1361 4,002 4,534 94 51 Mengkudu Morinda citrifolia 876 2,576 4,533 78 52 Nenas Ananas comosus 203 0,597 4,533 3 53 Pepaya Carica papaya 935 2,750 4,533 18 54 Pisang Musa paradisiaca 996 2,841 4,533 12 55 Pala Myristica fragrens 98s1 2,885 4,533 24 56 Pegagan Centella asiatica 1076 3,164 4,534 9 57 Patikan kebo Euphorbia hirta 926 2,723 4,534 12 58 Pinang Areca catechu 1415 4,161 4,533 38 59 Randu Ceiba pentandra 661 1,944 4,533 16 60 Seledri Apium graveolus 698 2,052 4,535 17 61 Sirsak Annona muricata 914 2,688 4,533 29 62 Salam Eugenia polyantha 767 2,255 4,535 24 63 Serei Andropogon nardus 367 1,079 4,535 6 64 Sirih Piper betle 2038 5,994 4,533 101 65 Sambiroto Andrographis paniculata 765 2,250 4.533 17 66 Sukun Manilkara zapota 468 1,376 4,534 11 67 Sawo Arthocarpus communis 342 1,005 4.537 30 68 Sintrong Crassocephalum
crepidiodes 844 2,482 4,533 18
69 Sisik naga Drymoglossum piloselloides
987 2,902 4,534 89
70 Temulawak Curcuma zedoaria 1761 5,179 4,533 27 71 Temu-kunci Kaempferia pandurata 1879 5,526 4,533 33 72 Tembakau Nikotiana tabacum 611 1,797 4,533 15 73 Tebu Shaccarum oficinarum 801 2,355 4,535 21 74 Ubi kayu Manihot esculenta 307 1,132 3,603 6 75 Daun terbangun Coleus amboinicus 1723 5,067 4,533 38
Hasil penelitian tanaman obat yang telah dilakukan pada masyarakat Karo di Kecamatan
Tigabinanga diperoleh nilai guna yang tertinggi dimiliki oleh tanaman Jahe merah (Zingiber
officinale) dengan nilai 10,49 sedangkan nilai guna terendah dimiliki oleh tanaman
Bersambung
Sambungan Tabel 4.1.1
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Nenas(Ananas comosus) dengan nilai 0,59. Nilai guna relatif yang tertinggi dimiliki oleh
tanaman Aren (Arenga pinata) dengan nilai 4,83 sedangkan nilai guna relatif yang terendah
dimiliki oleh tanaman ubi kayu (Manihot esculenta) dengan nilai 3,60.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa tanaman jahe merah
(Zingiber officinale) merupakan tanaman yang paling banyak dimanfaatkan untuk mengobati
berbagai penyakit oleh masyarakat Karo yang ada di Kecamatan Tigabinanga. Tanaman jahe
merah bukan hanya digunakan oleh para tabib dalam mengobati berbagai penyakit pada
masyarakat Karo yang ada di Kecamatan Tigabinanga akan tetapi dalam keseharian
masyarakat juga telah lama mengenal tanaman jahe merah dan manfaatnya bagi kesehatan
tubuh. Tanaman jahe merah sering digunakan masyarakat untuk menyembuhkan berbagai
jenis penyakit misalnya batuk, demam, penyakit perut, patah tulang, infeksi, penyakit kulit,
terkena bisa hewan buas dan lain-lain. Masyarakat menggunakan jahe merah sebagai bahan
dasar untuk membuat param, sembur dan juga minyak kusuk. Untuk membuat param, sembur
dan minyak kusuk, jahe merah merupakan bahan yang harus ditambahkan kedalam ramuan-
ramuan lainnya, karena menurut masyarakat jahe merah ini berguna untuk menghangatkan
badan dan juga untuk memperlancar buang angin, dan meringankan letih-letih dibadan.
Jahe merah memiliki kegunaan yang paling banyak jika dibandingkan dengan jenis jahe
yang lain. Jahe ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional dan umumnya
dipasarkan dalam bentuk segar dan kering (Hapsoh et al., 2008). Jahe merah mengandung
minyak atsiri dan oleoresin yang cukup tinggi pada rimpangnya, memiliki aroma yang sangat
tajam dan rasa yang sangat pedas, berbeda dengan jahe biasa, sehingga banyak digunakan
oleh masyarakat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit (Santhyami, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh nenas (Ananas comosus) merupakan jenis tumbuhan
yang memiliki nilai guna yang paling rendah, hal ini disebabkan karena nenas sangat jarang
digunakan oleh masyarakat Karo yang ada di Kecamatan Tigabinanga untuk mengobati suatu
penyakit, karena menurut pendapat masyarakat nenas hanya dikonsumsi sebagai buah-buahan
bukan sebagai bahan untuk mengobati suatu jenis penyakit.
Menurut Hakimal (2010) nenas mengandung enzim bromelin yang merupakan salah
satu jenis enzim protease sulfhidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein
atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Enzim ini terdapat pada
tangkai, kulit, daun, buah maupun batang tanaman nenas. Buah nenas yang masih hijau atau
belum matang ternyata mengandung bromelin lebih sedikit dibanding buah nenas segar yang
sudah matang. Selain enzim bromelin dalam tanaman ataupun buah nenas terdapat dekstrosa,
leavulosa, manit, sakarosa, ergosterol, peroksida, asam sitrat dan gula. Nenas bermanfaat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
untuk mengobati batuk, demam, haid tidak teratur, meningkatkan nafsu makan,
menghilangkan mules, obat cacing, radang tenggorokan, sembelit, amandel dan sakit kuning
(Wasito, 2011).
Nilai guna relatif yang tertinggi terdapat pada jenis tanaman aren (Arenga pinata).
Nilai tersebut mengevaluasi seluruh pengetahuan penggunaan jenis tumbuhan setiap nara
sumber dibandingkan dengan nara sumber-nara sumber lainnya (Rugayah, 2004). Masyarakat
karo yang ada di Kecamatan Tigabinanga mengatakan bahwa mereka menggunakan nira aren
untuk memperlancar air susu ibu (ASI) pada wanita dan juga untuk mengobati penyakit
diabetes.Aren termasuk kedalam famili Arecaceae. Tinggi batang aren dapat mencapai 25 m.
batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang
dikenal dengan ijuk. Daun majemuk menyirip, helaian daun panjangnya sampai 5 m (Steenis,
1981). Aren mengandung justicin, minyak atsiri, kalium dan alkaloid, gula, dan minyak
lemak. Nira atau aren dapat dijadikan obat tradisional misalnya untuk mengobati penyakit
sembelit, sariawan, radang paru-paru, pusing, disenteri, haid yang tidak teratur, kepala pusing
dan untuk memulihkan keletihan. Akar muda pohon aren bisa digunakan untuk obat kencing
batu ginjal, dan akar tuanya untuk obat sakit gigi (Wasito, 2011). Gula aren (palm sugar) juga
berkhasiat untuk menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh karena memiliki kandungan
kalori dan serat yang tinggi, sehingga baik utuk pencernaan (Iskandar, 2005).
Berdasarkan data yang diperoleh nilai guna relatif yang paling rendah terdapat pada
tanaman ubi kayu (Manihot esculanta). Ubi kayu merupakan tanaman perdu tidak bercabang
atau bercabang sedikit. Batang dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar,
memanjang, dengan kulit berwarna coklat suram (Steenis, 1981). Sebagian masyarakat
menggunakan daun ubi untuk mengobati penyakit kulit (bisul) dan reumatik.
Ubi kayu memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat
besi, vitamin B dan C dan amilum. Daun mengandung vitamin A, B1, C dan kalsium, kalori,
fosfor, protein, lemak, hidrat arang dan zat besi. Selain sebagai makanan tanaman singkong
memiliki khasiat sebagai obat, diantaranya obat reumatik, sakit kepala, demam, luka, diare,
cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri. Efek farmakologis dari singkong adalah sebagai anti
oksidan, anti kanker, anti tumor, dan menambah nafsu makan, bagian yang umum digunakan
pada tanaman ini adalah daun dan umbi (Agoes, 2010).
4.2. Index of Cultural Significance (ICS)
Sistem pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan dapat diketahui dengan
menganalisis tingkat kepentingan suatu jenis tumbuhan bagi masyarakat yaitu dengan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mengukur Indeks of Cultural Significance (ICS). Index of Cultural Significance (ICS)
merupakan hasil analisis etnobotani kuantitatif yang menunjukkan nilai kepentingan tiap-tiap
jenis tumbuhan berguna yang didasarkan kepada keperluan masyarakat, dimana angka ICS
menunjukkan tingkat kepentingan tiap jenis tumbuhan berguna oleh masyarakat.
Dari hasil penelitian pada Tabel 4.1.1 nilai Index Cultural of Significance (ICS) masyarakat
Karo di Kecamatan Tigabinanga yang tertinggi dimiliki oleh tanaman jahe merah dengan
nilai 117 sedangkan Index Cultural of Significance (ICS) yang terendah adalah tanaman
nenas dengan nilai 3.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tanaman jahe merah mempunyai
nilai kepentingan yang sangat besar pada masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga karena
sangat sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat ramuan berbagai jenis obat yang
berguna untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam keseharian sebagian besar
masyarakat untuk meramu suatu jenis obat untuk menyembuhkan suatu penyakit tanaman
jahe merah merupakan tanaman yang selalu dibutuhkan terutama penyakit yang masih
tergolong ringan dan bahkan beberapa penyakit medispun masyarakat masih memanfaatkan
jahe merah dalam penyembuhan.Nenas(Ananas comosus) memiliki nilai ICS yang paling
rendah yaitu 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat nenas merupakan
jenis tumbuhan yang paling jarang mereka gunakan untuk menyembuhkan suatu jenis
penyakit, karena mereka belum mengetahui manfaat nenas sebagai obat tradisional, sebagian
besar masyarakat hanya mengetahui manfaat nenas sebagai bahan pangan.
Untuk membedakan index perbedaan kultural setiap jenis tumbuhan tersusun oleh
berbagai pemanfaatan jenis tumbuhan berdasarkan pada nilai kepentingan penggunaan,
intensitas dan eksklusivitas (Turner, 1988). Berdasarkan data yang diperoleh nilai
kepentingan budaya tertinggi dimiliki oleh jahe merah (bahing) hal ini disebabkan tingginya
pengetahuan masyarakat Karo tentang manfaat dari jahe merah (bahing).
Rahayu (2003) suku zingiberaceae khususnya jahe merah sangat banyak digunakan oleh
masyarakat Karo baik untuk diminum sebagai penghangat badan, juga sangat dipercaya
dalam penyembuhan rematik dan asam urat.
Berdasarkan Tabel 4.1.1 nilai Index of Cultural Significance tumbuhan yang paling
disukai dan lebih banyak digunakan oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga adalah
jahe merah (Zingiber officinale Roxb) bawang putih (Allium sativum), merica (Piper nigrum),
sirih (Piper betle), kencur (Kaemfperia galanga), padi (Oryza sativa). Tumbuhan tersebut
banyak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk obat-obatan. Dalam meramu
obat salah satu dari kelima jenis tumbuhan tersebut tetap dipakai.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menurut Hapsoh (2008), jahe merah (Zingiber officinale) memiliki kandungan senyawa
kimia yang sangat tinggi dalam rimpangnya berupa zat gingerol, oleoresin, dan minyak atsiri
yang tinggi. Rimpang jahe berwarna merah hingga jingga muda, memiliki aroma yang lebih
tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan minyak atsiri dan oleoresin yang cukup tinggi
pada rimpang berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis penyakit misalnya mencret, sakit
kepala, demam, pencahar, masuk angin dan pegal-pegal.
Menurut Arisandi (2008), bawang putih (Allium sativum) memiliki kandungan senyawa
kimia yang paling baik digunakan sebagai obat tradisional. Kandungan senyawa kimia
bawang putih berupa minyak atsiri, aliin, kalium, sulfur, saltivine, diallysulfide. Bawang
putih berkhasiat mengobati penyakit kutil dan sebagai antibiotik alami di dalam tubuh
manusia.
Maryani (2008), mengatakan pada buah buni dalam biji merica (Piper nigrum) terdapat
sel sel yang mengandung minyak atsiri, daun jika diremas beraroma mint. Buah merica
banyak digunakan dalam bentuk ramuan untuk obat perut gembung, obat tekanan darah
tinggi, sesak napas, pelancar keringat dan memperkuat lambung.
Kencur (Kaemperia galanga) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang tergolong
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae) karena rimpang tanaman ini mengandung minyak
atsiri dan alkaloid yang bermanfaat sebagai stimulan. Kandungan minyak atsiri kencur berupa
sineol, asam metil kanil, pentadekaan, asam sinamat, kamphene, alkaloid dan gom. Khasiat
dari rimpang kencur dapat mengobati batuk, radang lambung, radang anak telinga, masuk
angin, sakit kepala, membersihkan darah kotor, memperlancar haid, mata pegal, keseleo dan
sebagai alat KB tradisional (Septiatin, 2008).
Sirih (Piper betle) merupakan tumbuhan memanjat dimana daun dan buahnya dipakai
sebagai bahan obat tradisonal untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Daun sirih
mengandung senyawa kimia berupa minyak atsiri, kavicol, hidroksikavicol, eugenol, penil
propana, tannin, gula, dan pati yang digunakan untuk memuat ramuan tradisional (Arisandi,
2008).
Kandungan senyawa kimia padi (Oryza sativa) berupa karbohidrat, dextrin,
arabanoxylan, phytin, glutelin, enzim dan vitamin B. Kandungan kimia yang terdapat di
dalam tanaman padi berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis penyakit misalnya pegal linu
dan masuk angin (Wijayakusuma, 2009).
4.3. Degradasi Pengetahuan (D)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang degradasi pengetahuan masyarakat Karo di
Kecamatan Tigabinanga tentang manfaat tanaman obat mengalami sedikit penurunan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.3.1. Degradasi Pengetahuan masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga.
Kelompok Umur ∑ Responden ICS Degradasi Pengetahuan (D) %
1 A 112 1036 14,38
2 B 115 1187 1,90
3 C 113 1210 12,47
Dari Tabel 4.3.1 dapat dilihat bahwa pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan
tanaman obat mengalami degradasi dimana kelompok umur A mengalami degradasi
pengetahuan sebesar 14,38 %, kelompok umur B mengalami degradasi pengetahuan sebesar
1,90%, sedangkan kelompok umur C mengalami degradasi pengetahuan sebesar 12,47 %.
Besarnya degradasi pada kelompok umur A dibandingkan pada kelompok umur B,
berdasarkan pengamatan dan penelitian dilapangan dan hasil angket dapat disimpulkan
bahwa masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga telah sulit menemukan tumbuhan yang
bermanfaat sebagai obat hal ini diduga karena adanya sistem pertanian monokultur.
Masyarakat yang ada di Kecamatan Tigabinanga pada umumnya adalah petani jagung, dalam
setahun mereka dapat menanam jagung 2-3 kali, sehingga beberapa dari spesies tumbuhan
obat agak sulit didapatkan, dan juga kurangnya pengetahuan masyarakat Karo yang ada di
Kecamatan Tigabinanga terutama masyarakat yang tinggal di kelurahan Tigabinanga yang
berada di ibukota Kecamatan tentang manfaat dari spesies tumbuhan yang bermanfaat
sebagai obat, karena mereka lebih memilih cara berobat yang praktis, yaitu dengan pergi
berobat ke dokter atau ke rumah sakit, karena telah memiliki pelayanan kesehatan baik
fasilitas maupun tenaga kesehatan.
Menurut Rahayu (2003), jumlah tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat lebih
banyak ditemukan di hutan dibandingkan dengan keanekaragaman jenis obat di kebun
campuran. Hal ini dikarenakan masyarakat menganggap bahwa hutan dan kebun campuran
adalah lahan yang cukup potensial untuk dijadikan lokasi pencarian dan penanaman
tumbuhan obat, bagi mereka selain karena memudahkan dalam pengambilan bahan tumbuhan
tersebut pada saat diperlukan (saat sakit), hal inipun dikarenakan kebiasaan dan informasi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang mereka terima mengenai pentingnya menjaga kesehatan melalui pemanfaatan tumbuhan
obat yang biasa dicari di dalam hutan atau kebun campuran.
Masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga secara umum memiliki pengetahuan
yang cukup baik sekali tentang jenis-jenis tumbuhan obat dan manfaatnya, sudah sejak lama
sekali mereka menggunakan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar mereka, baik yang mereka
tanam dipekarangan rumah ataupun yang mereka temukan di hutan untuk dijadikan obat
untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit misalnya penyakit perut, patah tulang, demam,
batuk, infeksi, penyakit kulit, terkena bisa hewan buas dan lain-lain. Pengetahuan tentang
tumbuhan obat diperoleh oleh masyarakat secara turun - temurun kepada generasi yang
berikutnya. Hal ini disebabkan karena tingginya pengetahuan mereka tentang tumbuhan yang
berkhasiat obat, dan mereka juga telah merasakan tentang khasiat dari tumbuhan yang
mereka gunakan sebagai obat. Hanya saja pengetahuan pengobatan tersebut telah mengalami
sedikit penurunan pada masa sekarang.
Dari hasil penelitian degradasi pengetahuan pada Tabel 4.3.1 didapatkan penurunan
pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman obat-obatan terbesar pada usia 15-29
tahun. Beberapa penyebabnya yaitu, dibangunnya sarana publik (balai pengobatan dan
puskesmas) dan tenaga kesehatan di pusat kota kecamatan. Untuk desa- desa yang jauh dari
ibukota kecamatan dengan sarana transfortasi yang sulit, sebagian besar masyarakat masih
memanfaatkan tanaman-tanaman obat yang tumbuh di pekarangan rumah mereka.
Menurut Maturbongs et al., (2001) faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat
degradasi ini adalah lama berdomisili di desa. Lamanya berdomisili akan menyebabkan
seseorang menguasai alam sekitarnya lebih baik dibandingkan dengan waktu domisili lebih
singkat. Minat seseorang untuk mengetahui alam sekitar termasuk minat mempelajari
pemanfaatan jenis tumbuh-tumbuhan juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan.
Faktor pendidikan juga mempengaruhi penggunaan tumbuhan dalam kehidupan
sehari-harinya pada masyarakat Karo yang ada di Kecamatan Tigabinanga. Generasi muda
memiliki pendidikan yang lebih baik dan semakin meningkat, sehingga pengetahuan tentang
barang-barang substitusi juga meningkat. Barang substitusi dianggap lebih praktis sehingga
akibatnya keinginan untuk menggunakan dan memanfaatkan tumbuhan yang bermanfaat
sebagai obat semakin berkurang.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat degradasi misalnya tersedianya obat-
obatan oleh puskesmas pembantu sehingga mengurangi minat masyarakat usia muda untuk
mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat-obatan. Pemberian
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pengetahuan kepada satu orang anak saja di dalam rumah tangga juga turut menghambat
perkembangan dan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat.
Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat secara Tradisional di
Kecamatan Tigabinanga dapat dilihat pada Tabel 4.3.2
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.3.2 ditemukan 75 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat-
obatan tradisional oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga. Dari 75 jenis tumbuhan
obat 74 adalah tumbuhan tingkat tinggi dan 1 tumbuhan tingkat rendah. Dari 75 jenis
tumbuhan yang ditemukan famili Zingiberaceae yang paling banyak digunakan yaitu 9 jenis
diikuti dengan famili Euporbiacheae (5 jenis) Solanaceae (4 jenis), Arecaceae dan Myrtaceae
(3 jenis), famili Piperaceae, Lauraceae, Liliaceae, Asteraceae, Bombaceae, Achantaceae,
Rutaceae, Cucurbitaceae, Lamiaceae (masing-masing 2 jenis), dan famili Umbelliferae,
Fabaceae, Oxalidaceae, Poaceae, Amarathaceae, Nyctaginaceae, Orchidaceae, Rubiaceae,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Lythraceae, Araceae, Balsaminaceae, Leguminosacea, Labiate, Malphigiaceae, Meliaceae,
Rosaceae, Bromelliaceae, Caricaceae, Musaceae, Annonaceae, Umbelliferae, Annonaceae,
Compositae, Sapotaceae, Polypodiaceae, Graminae, dan Araliaceae (masing-masing 1 jenis).
Hasil penelitian tentang penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat tradisional di
Kecamatan Tigabinanga menunjukkan bahwa dalam mengobati suatu jenis penyakit,
penduduk menggunakan lebih dari satu jenis tumbuhan yang akan diramu menjadi obat.
Penggunaan obat-obatan secara tradisional masih dilakukan hingga sekarang oleh masyarakat
Karo yang ada di Kecamatan Tigabinanga khususnya desa-desa yang masih jauh dari ibukota
kecamatan terutama untuk mengobati suatu jenis penyakit yang tergolong ringan seperti
batuk, demam, sakit kulit, sakit perut, reumatik, memperlancar air susu ibu (ASI), sakit gigi
dan sakit mata.
Peran tabib masih dimanfaatkan oleh masyarakat Karo yang ada di Kecamatan
Tigabinanga dalam mengobati berbagai jenis penyakit yang tergolong ringan dan berat.
Bahkan setelah mereka memeriksakan penyakit mereka kedokter atau ke rumah sakit maka
untuk pengobatan selanjutnya mereka serahkan kepada tabib. Hal ini juga disebabkan karena
peran tabib yang sangat besar dalam mengobati berbagi jenis penyakit dan tingkat
kepercayaan masyarakat yang besar tentang khasiat dari tumbuhan obat dan efek
sampingnya.
Penggunaan tanaman obat semakin berkurang digunakan oleh masyarakat walaupun
mereka tidak memiliki tenaga kesehatan di desa tersebut, ini terjadi pada salah satu desa di
Kecamatan Tigabinanga yaitu Desa Kuta Galoh, hal ini di sebabkan karena masyarakat dalam
mengobati suatu penyakit lebih percaya kepada dukun yang memberikan mereka obat untuk
penyembuhan berupa air putih yang diminum.
Orang Karo meyakini bahwa selain dihuni oleh manusia alam juga merupakan tempat
bagi roh-roh gaib atau makhluk-makhluk lain yang hidup bebas tanpa terikat pada suatu
tempat tertentu, untuk itu diperlukan beberapa aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga
keseimbangan alam. Segala kegiatan yang berhubungan dengan roh-roh gaib dan upacara
ritual, suatu kompleks penyembuhan, guna-guna dan ilmu gaib, merupakan sebagian aspek
penting dalam kepercayaan tradisional Karo yang pelaksanaanya terpusat pada guru atau
dukun (Ginting, 1986).
4.4. Deskripsi Tanaman Obat
1. Aren (Arenga pinnata) Nama daerah : Pola
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Termasuk kedalam famili Arecaceae. Tinggi batang
aren dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm,
batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas
diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang di kenal
dengan ijuk. Daun majemuk menyirip serabut hitam,
helaian daun panjangnya sampai 5 m (Steenis, 1981).
Tanaman aren mengandung justicin, minyak atsiri, kalium dan alkaloid. Nira atau aren dapat
dijadikan obat tradisional misalnya untuk mengobati penyakit sembelit, sariawan, radang
paru-paru dan pusing. Akar muda pohon aren bisa digunakan untuk obat kencing batu ginjal,
dan akar tuanya untuk obat sakit gigi (Arisandi, 2008).
2. Asam Jawa (Tamarindus indica L) Nama daerah: acem jawa
Termasuk kedalam famili Fabaceae.Tinggi pohon 15-
25 m. Daun berseling, menyirip genap, panjang 5-13
cm. Bunga kuning kemerahan buah polonngnya
bewarna coklat dan rasanya asam. Di dalam buah
polong terdapat kulit yang membungkus daging buah.
Jumlah daging buah 2-5 buah berbentuk pipih, warna
coklat
kehitaman. Kandungan kimia pada buah antara lain asam appel, asam sitrat, asam anggur,
asam tertrat, asam suksinat, pectin dan gula invert. Kulit biji mengandung albumoid
(Arisandi, 2008).
3. Alpukat (Persea gratissima) Nama daerah: Pokat
Tanaman ini termasuk kedalam famili Lauraceae. Tinggi
pohon 3-10 m, daun tunggal, bertangkai yang panjangnya
1,5 – 5 cm, bentuknya jorong sampai bundar telur
memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal
runcing, tepi rata, bertulang menyirip. Bunga majemuk,
Gambar 1.Aren (Arenga pinnata)
Gambar 2. Asam jawa (Tamarindus indica)
Gambar 3. Alpukat (Persea gratissima)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung
kehijauan. Buahnya buah buni, berbentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warna
hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu, daging buah jika masak lunak, warnanya
hijau. Bagian yang digunakan untuk obat tradisional adalah daunnya karena mengandung
gula, d-parseit, flavonoid quersetin, dan senyawa sterin. Daun alpukat dimanfaatkan untuk
mempelancar pengeluaran air seni, penghancur batu saluran air kemih, dan obat sariawan
(Maryani et al ,. 2003). Kandungan kimia yang dimiliki daun mengandung saponin,
alkaloida, dan flavonoida. Buah mengandung tannin, polifenol, quersetin, gula alkohol perslit
(Arisandi, 2008).
4. Bawang merah (Allium cepa) Nama daerah: bawang merah
Tanaman ini termasuk kedalam famili Alliaceae. Bunga
bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk
tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga.
Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna,
bentuk biji agak pipih. Bawang merah mengandung
vitamin C, acid folic, kalsium, dan zat besi. Bawang
merah dikenal sebagai obat karena mengandung
efek antiseptik dan senyawa alliisin yang berfungsi sebagai anti mikroba yang bersifat
bakterisida.
5. Bawang Putih (Allium sativum) Nama daerah: Lasuna
Tanaman ini termasuk famili Liliaceae. Tumbuh secara
berumpun, berdiri tegak mempunya batang semu
daripelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita,
berbentuk pipih memanjang. Akar serabut. Umbi
terdiri dari anak bawang (siung) yang terbungkus kulit
tipis bewarna putih. Kandungan senyawa kimia minyak
atsiri, alliin, kalium, sulfur, saltivine, diallysulfide.
Bawang putih berkhasiat mengobati penyakit kutil,
Gambar 4. Bawang merah (Allium cepa)
Gambar 5. Bawang putih (Allium sativum)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sebagai antibiotik alami di dalam tubuh manusia (Arisandi, 2008).
6. Belimbing Waluh (Averrhoa blimbi) Nama daerah: Asam belimbing
Tanaman ini termasuk kedalam famili Oxallidaceae. Tinggi
tanaman 5-10 m. Anak daun bulat telur atau memanjang,
malai bunga menggantung panjang 5-20 cm. Bunga
berwarna semuanya dengan panjang tangkai putik yang
sama. Buah buni persegi membulat tumpul, kuning
hijau, panjang 4 – 6,5 cm (Steenis, 1981). Buah belimbing waluh mengandung unsur kimia
yang disebut asam oksalat dan kalium. Daunnya mengandung ekstrak untuk melawan
staphylococcus yaitu tannin, sulphur, asam format, peroksidase, kalsium oksalat, kalium
sitrat. Batangnya mengandung saponin, tannin, glucoside (Arisandi, 2008).
7. Bengle (Zingiber purpureum) Nama daerah: mburle
Tanaman ini termasuk kedalam famili Zingiberaceae. Herba
semusim, tumbuh tegak, tinggi 1 – 1,5 m, membentuk rumpun
yang agak padat, berbatang semu, terdiri dari pelepah daun yang
pinggirnya berambut sikat. Daun tunggal letak berseling, helaian
daun lonjong, tipis, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi rata
berambut halus, jarang, pertulangan
menyirip panjang 23 – 35 cm, lebar 20 – 40 mm, warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk
tandan, keluar dari ujung batang, panjang gagang sampai 20 cm. Bengle mempunyai rimpang
yang menjalar dan berdaging. Tanaman ini berkhasiat untuk mengobati pusing, sembelit,
kegemukan, sakit pinggang, perut nyeri, cacing kremi, encok, sakit kuning, asma, rematik,
dan memperkuat uterus bagi wanita sehabis bersalin. Bengle digolongkan sebagai rempah –
rempah yang memiliki khasiat obat. Rimpang pada bengle mempunyai kandungan minyak
atsiri (sineol, pinen), dammar, pati, tannin (Maryani at al ,. 2003).
8. Bandotan ( Ageratum conyzoides L) Nama daerah: Taludagang
Gambar 6. Belimbing waluh (Averrhoa blimbi)
Gambar 7. Bengle (Zingiber purpureum)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam famili Asteraceae.
Batangnya bulat dan berambut panjang. Jika
menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Tumbuhan
ini mampu hidup di ketinggian 1-2.100 m dpl. Seluruh
bagian tubuhnya bisa digunakan sebagai obat, baik
dalam bentuk segar maupun kering. Herba bandotan
mengandung asam amino, asam organik pektat.
sub-stance, minyak asiri kumarin friedelin, -siatosterol, stigmasterol, tanin sulfur, dan
potasssium klorida. Bandotan berkhasiat sebagai stimulan, tonik, pereda demam (antiseptik),
antitoksik, menghilangkan pembengkakan, menghentikan pendarahan ( Kusuma et al., 2005).
9. Padi (Oryza sativa) Nama daerah: Beras
Tanaman ini termasuk kedalam famili Garaminae.
Rumpu berumpun kuat, berumur 1 tahun, dari ruas
keluar banyak batang yang berakar, tinggi 1,5-2 m.
helaian daun berbentuk garis, panjang 15-40 cm.
Cabang malai kasar. Anak bulir sangat
beranekaragam, tidak berjarum, berjarum pendek atau
panjang. Pada waktu masak buah rontok atau tidak,
(Steenis, 1981).
Kandungan senyawa kimia karbohidrat, dextrin, arabanoxylan, xylan, phytin, glutelin, enzim,
dan vitamin B.
10. Bayam Duri (Amaranthus spinosus L) Nama daerah: Bayam duri
Gambar 8. Bandotan (Ageratum conyzoides)
Gambar 9. Padi (Oryza sativa)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Amaranthaceae.Terna semusin, tumbuh tegak, tinggi
30 – 100 cm. Batang berwarna hijau atau kemerahan,
bagian pangkal polos, bagian atas sedikit berambut,
bercabang banyak, berduri. Daun tunggal bertangkai
panjang, letak berseling, bundar telur memanjang
sampai lanset, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi
rata kadang bergeringgit.
Bunga berkelamin tunggal. Mengandung amarantin, spinasterol, kalium nitrat, kalsium
oksalat, garam fofat, zat besi, serta vitamin (A, C, K dan piridoksin). Akar berguna untuk
pereda demam (antipiretik), menghilangkan bengkak, pembersih darah, diare, disentri, sakit
gigi. Herba berfungsi sebagai pembersih darah, dan pelancar ASI, anemia .
11. Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa L) Nama daerah: Rebi-rebi
Tanaman initermasuk kedalam famili Nyctainaceae.
Herba tahunan, tegak, tinggi 20-80cm, berbatang besar,
daun berbentuk jantung, warna hijau tua, pangkal daun
membulat ujung meruncing, tepi daun rata letak
berhadapan, mempunyai tangkai daun yang panjang.
Bunga berbentuk terompet, dengan banyak macam
warna. Buah keras,
bewarna hitam, berbentuk telur dapat dibuat bedak, kulit umbi berwarna coklat kehitaman,
bentuk bulat memanjang. Kandungan kimia bunga pukul empat antar lain betaxantint pada
bagian akar, sementara buahnya banyak mengandunng zat tepung, lemak (4,3%), zat asam
lemak (24,4%) dan zat asam minyak (46,9%). Selain bersifat diuretik (peluruh air seni)
tanaman ini juga bersifat anti radang, memperlancar sirkulasi darah, dan menghilangkan
hambatan aliran darah (Dalimartha, 2004).
Gambar 10. Bayam duri (Amaranthus spinosus)
Gambar 11. Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
12. Ceplukan (Physalis angulata L) Nama daerah: Kepuk-kepuk
Termasuk kedalam famili Solanaceae. Herba berumur
setahun, tegak, tinggi 1m. batang berusuk bersegi
tajam, berongga. Helaian daun telur memanjang bentuk
lanset, dengan ujung runcing, bertepi rata atau tidak.
Bunga di ketiak, dengan tangkai yang tegak. Kelopak
bercelah 5, dengan taju-taju bersudut tiga runcing
hijau.
Buah dalam bungkus kelopak yang mengembung berbentuk telur berujung meruncing, hijau
muda kekuningan. Buah buni bulat memanjang, pada waktu masak kuning. Buah ciplukan
mengandung senyawa kimia asam sitrun dan fisalin, asam malat, alkaloid, tannin,
kriptoxantin vitamin C dan gula (Dalimartha, 2004).
13. Cengkeh ( Eugenia aromatica ) Nama daerah: cengkeh
Tanaman ini termasuk kedalam famili Myrtaceae.
Pohon tinggi 5-10 m. daun bulat atau memanjang,
dengan pangkal yang sangat runcing, serupa kulit,
bagian atas mengkilat. Malai rata hanya terminal,
kadang-kadang berbunga sedikit.
Tabung kelopak sedikit memanjang di atas bakal
buah, hijau kuning, kemerahan,
tinggi 1-1,5 cm. Daun mahkota berbentuk tudung bulat lingkaran, kemerahan, benang sari
panjang, tangkai putik pendek. Buah buni memanjang sampai bentuk telur terbalik. Tunas
bunga yang dikeringkan disebut cengkeh. Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri,
Gambar 12. Ceplukan (Physalis angulata)
Gambar 13. Cengkeh (Eugenia aromatica)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
juga mengandung senyawakimia eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin,
resin, dan gom (Arisandi, 2008).
14. Combrang (Etlingera elatior) Nama daerah: acem cekala
Termasuk kedalam famili Zingiberaceae. Merupakan
tumbuhan tahunan berbentuk terna, jika batang sudah tua
bentuk tanaman seperti jahe, dengan tinggi mencapai 5 m.
Batang semu bulat gilig, membesar dipangkalnya, tumbuh
tegak dan banyak, berdekat-dekatan membentuk rumpun.
Rimpang tebal berwarna krem. Daun 15-30
Helai tersusun dalam dua baris, berseling dibatang semu. Bunga dalam karangan gasing,
bertangkai panjang dengan daun pelindung berbentuk jorong, berwarna merah jambu,
berdaging, melengkung membalik jika mekar. Buah berjijalan dalam bongkol. Kandungan
senyawa kimia berupa minyak atsiri, saponin, flavonoida, polifenol. Secara tradisional dapat
menyembuhkan penyakit cacar, menghilangkan bau badan, sakit telinga dan pencuci luka.
15. Cabe merah (Capsicum annum) Nama daerah: Cina
Termasuk dalam famili Solanaceae. Merupakan herba tegak,
akar tunggang. Bagian batang yang muda berambut halus,
bercabang banyak, tinggi bisa mencapai 1-2,5 cm. Daun
tersebar dengan daun bulat lebar memanjang atau elips
berbentuk lanset, pangkal dan ujung
meruncing. Bunga mengangguk, bentuk seperti terompet kecil,
umumnya berwarna putih walau ada juga yang berwarna ungu. Buah buni dengan bentuk
garis lanset, merah cerah, rasa pedas. Daging buah berupa keping-keping tidak berair. Biji
banyak terletak di dalam ruangan buah dan melekat pada plasenta. Kandungan kimia
kapsaisin, dihidrokapsaisin, vitamin A dan C, damar, zat warna kapsaisin, karoten,
kapsarubin, bahan-bahan yang dikandung oleh cabe merah memiliki manfaat untuk
membantu mengatasi gejala sakit perut, sakit gigi, influenza serta meningkatkan nafsu makan
(Dalimartha, 2003).
Gambar 14. Combrang (Etlingera elatior)
Gambar 15. Cabe merah (Capsicum annum)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
16. Durian (Durio zibethinus) Nama daerah: Durin
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Malvaceae. Tanaman kayu terdiri atas batang
dan cabang. Daun berbentuk ulat memanjang
dengan bagian ujung meruncing, letaknya
berselang-seling dan pertumbuhannya secara
tunggal. Struktur daun agak tebal dengan
permukaan daun sebelah atas bewarna hijau
mengkilap dan bagian bawah bewarna coklat atau kuning keemasan. Bunga tersusun dalam
tangkai agak panjang bergerombol. Buah berbentuk bulat, dari bulat panjang sampai tidak
beraturan. Buah terdiri atas kulit, daging dan biji, warna hijau sampai coklat kekuningan
(Sukmono, 2009).
17. Daun bangun-bangun (Coleus amboinicus, L.) Nama daerah: Bulung terbangun
Termasuk kedalam famili Lamiaceae. Daun
bertulang lunak, beruas-ruas, melingkar, dengan
diameter sekitar 15 mm, bagian tengah dan
ujungnya sekitar 10 mm, daun yang masih segar
bentuknya tebal, bewarna hijau tua, kedua
permukaan daun licin. Kandungan senyawa
kimia Polifenol, saponin, glikosida flavonol dan
inyak atsiri. Daun berkhasiat memperlancar ASI
(Maryani et al., 2003).
Gambar 16. Durian ( Durio zibethinus)
Gambar 17. Gambar 17. Daun Bangun-bangun (Coleus amboinicus)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
18. Fanili (Vanilla planifolia) Nama daerah: fanili
Tanaman ini termasuk kedalam famili Orchidaceae. Batang tanaman sebesar jahe, berwrana
hijau agak lunak, beruas dan berbulu. Tumbuhan melekat pada pohon atau tonggak yang
disediakan. Daun merupakan daun tunggal, letaknya berselang seling pada masing-masing
buku, warna hijau terang, benntuk daun pipih berdaging, bulat telur, jorong atau lanset
dengan ujung lancip, tulang daun sejajar, tampak setelah daun tersebut tua atau mengering,
sedangkan pada waktu daun masih muda tidak jelas kelihatan. Bunga adalah bunga tandan
yang terdiri dari 15-20 bunga. Bunga keluar dari ketiak daun bagian pucuk batang, bentuk
bunga duduk, berwarna hijau-biru, agak pucat, panjang 4-8 cm, dan bau agak harum
(Dalimartha, 2005).
18. Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.f.) Nama daerah : Besi-besi
Tanaman ini termasuk kedalam famili Achanthaceae.
Gandarusa tubuh liar di hutan, tanggul sungai atau
ditanam sebagai tumbuhan obat atau tanaman pagar.
Perdu tumbuh tegak, tinggi 0,8 – 2 m. Batang berkayu,
bercabang, beruas. Daun tunggal bertangkai pendek,
letak berhadapan
bersilang. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung meruncing pangkal berbentuk baji.
Bunga majemuk, keluar dari ketiak daun. Daun bersifat rasa pedas, sedikit asam, dan netral.
Berkhasiat melancarkan peredaran darah, membuyarkan sumbatan, anti-rematik, peluruh
keringat (diaforetik), peluruh kencing (diuretik), dan pencahar. Sedangkan kulit kayunya
bersifat sebagai perangsang muntah. Kandungan kimia justisin, minyak atsiri, kalium,
kalsium oksalat, tanin, dan alkaloid yang agak beracun (Dalimartha, 2005).
20. Kundur (Benincasa hispida) Nama daerah: gundur
Tanaman ini termasuk kedalam famili Curcubitaceae.
Tanaman budidaya pemanjat. Bunga terpisah, berwarna
Gambar 19. Gandarusa (Justicia gendarussa)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
kuning. Buah besar, bertepung putih lilin. Kandungan senyawa kimia buah gundur protein,
karbohidrat, serat, vitamin (B1, B2, dan C), alkalin, cucurbitin. Buah kundur digunakan
untuk obat kulit, menyembuhkan radang ginjal, bijinya digunakan untuk menyembuhkan
batuk (Agoes, 2010).
21. Gambir (Uncaria gambir Roxb) Nama daerah; Gamber
Tanaman ini termasuk kedalam famili Rubiaceae.
Tanaman pemanjat, bunga kecil, putih, dengan kelopak
tabung. Daun kaku seperti kulit berbentuk lonjong sampai
lancip berujung runcing. Kandungan kimai gambir
catechin, asam catech tannat, asam catechutannat,
quersetin, catechu merah,
gambir fluoresein, abu, asam lemak, lilin, alkaloid tanin (Dalimartha, 2005).
22. Inai (Lawsonia inermis) Nama daerah: Inai
Tanaman ini termasuk kedalam famili Lythraceae.
Bunga yang sedang mekar memilliki banyak variasi
warna seperti merah, merah muda dan putih.
Sebagiannya tampak berwarna kuning, krem dan
pink, memancarkan keindahan warna yang cantik.
Tanaman inai (Henna) memiliki efek penyembuhan
yang sangat
bagus, banyak mengandung zat penyembuhan seperti tannine (disebut Hennatanin) dan zat
perekat. Juga mengandung zat asam amino jenis beta-amin vetakarboksil sebagai anti
mikroba, khususnya efek anti virus dan juga mengandung zat lowsone. Inai (Henna)
Gambar 20. Kundur (Benincasa hispida)
Gambar 21. Gambir (Uncaria gambir)
Gambar 22. Inai (Lawsonia inermis)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mengandung zat astringent, sehingga bagian tubuh yang mengalami pembengkakkan yang
panas dan membara akan reda bila dibalut dengan inai (Khairani, 2010).
23. Jeringo (Acorus calamus L) Nama daerah: Jrango
Tanaman ini termasuk kedalam famili Araceae.
Tumbuhan terna, tinggi menyerupai rumput, menyukai
tanah yang basah. Daun bentuk garis, hijau tersusun
dalam rumpun dan mempunyai rimpang dengan bau
yang khas berwarna putih.
24. Jambu biji (Psidium guajava, Linn) Nama daerah: Galliman
Tanaman ini termasuk kedalam famili Myrtaceae.
Perdu dengan banyak cabang dan ranting, batang
pohonnya keras. Permukaan kulit terluar berwarna
coklat dan licin. Bentuk daun bulat telur dengan
ukuran yang agak besar. Bunganya kecil-kecil
berwarna putih, muncul dari balik ketiak daun. Jambu
biji mengandung
tanin, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kulit dan daun dipergunakan sebagai
obat. Buah dimakan mentah atau direbus (Arisandi, 2008).
25. Jahe merah ( Zingiber officinale Roxb. Var
Rubra) Nama daerah: Bahing
Gambar 23. Jeringo (Acorus calamus)
Gambar 24. Jambu biji (Psidium guajava)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Termasuk dalam suku Zingiberaceae. Tanaman herbal semusim, tegak, tinggi 40-50 cm,
batang semu, beralur, membentuk rimpang warna hijau, daun tunggal, bentuk lanset, tepi rata,
ujung runcing, pangkal tumpul, warna hijau tua. Bunga majemuk, bentuk bulir, sempit, ujung
runcing, panjang 3,5-5 cm, lebar 1,5-2 cm, mahkota bunga bentuk corong, panjang 2-2,5 cm,
warna ungu.
Buah kotak, bulat panjang, warna coklat. Senyawa kimia dalam rimpang, zat gingerol,
oleoresin, dan minyak atsiri yang tinggi. Rimpang jahe berwarna merah hingga jingga muda,
memiliki aroma yang lebih tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan minyak atsiri dan
oleoresin yang cukup tinggi pada rimpang berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis
penyakit misalnya mencret, sakit kepala, demam, pencahar, masuk angin dan lain-lain
(Hapsoh et al., 2008).
26. Jahe ( Zingiber officinale) Nama daerah: Alia
Tanaman ini termasuk kedalam famili Zingiberaceae.
Tanaman budidaya, berbunga jarang. Rhizom berwarna
kuning, merah muda. Memiliki kandungan kimia sineol,
geraniol, zingiberena, zingeron, zingiberol, shogaols,
farnesol, kavikol, metilzingediol, dan resin (Hapsoh et al .,
2008).
27. Jarak pagar (Ricinus comunis) Nama daerah: Lulang
Tanaman ini termasuk kedalam famili Euphorbiaceae.
Merupakan tumbuhan semak berkayu, tanaman
tahunan, tahan terhadap kekeringan. Biji (dengan
cangkang, bagian inti biji (tanpa cangkang). Tinggi 1-
7 m, bercabang tidak teratur. Batang berkayu
silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah. Daun
tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5. Permukaan
atas dan bawah daun berwarna hijau dengan bagian
bawah lebih pucat
Gambar 25. Jahe merah (Zingiber officinale)
Gambar 26. Jahe (Zingiber officinale)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dibanding permukaan atas. Daun lebar berbentuk jantung atau bulat telur melebardengan
panjang 5-15 cm. Helai daun bertoreh, berlekuk dan ujungnya meruncing. Tulang daun
menjari. Bunga majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal,
dan berumah satu. Buah berupa kotak berbentuk bulat telur. Biji berbentuk bulat lonjong dan
berwarna kehitaman. Kandungan senyawa kimia pada biji berupa senyawa kursin, dan
toksalbumin. Pada daun kaemfeserol sitosterol, stigmasterol, amirin, tarakserol (Arisandi,
2008).
28. Jeruk purut (Citrus histryx) Nama daerah: Rimo mukur
Tanaman ini termasuk kedalam famili Rutaceae.
Berbentuk pohon kecil (perdu), ranting berduri. Daun
berbentuk khas, seperti dua helaian yang tersusun
vertikal akibat pelekukan tepinya yang ektrem, tebal
dengan permukaan yang licin. Daun muda dapat
bewarna ungu yang kuat.
Buahnya kecil, membulat, dengan tonjolan-tonjolan
dengan permukaan kulit yang kasar, kandungan air sedikit. Kandungan senyawa kimia asam
sitrat, minyak atsiri, citonelal, citonelol, nerol, dan limonela dan -pinena (Arisandi, 2008).
29. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) Nama daerah: Rimo nipis
Tanaman ini termasuk kedalam famili Rutaceae.
Tumbuhan perdu, bercabang banyak, berduri.
Tangkai daun kearah ujung kadang-kadang bersayap
sedikit. Helaian daun bulat telur memanjang. Buah
bentuk bola bewarna hijau atau kuning, (Steenis,
1981). Buah jeruk nipis mengandung daging buah
masam.
Gambar 27. Jarak pagar (Ricinus comunis)
Gambar 28. Jeruk purut (Citrus histryx)
Gambar 29. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sebagai obat trdisional perasan langsung jeruk nipis dipakai untuk obat batuk. Tanaman ini
mengandung limonen, linalin asetat, geranil asetat, asam sitrat, vitamin C, kalsium, fosfor,
vitamin B1, zat besi fellandran, sitrat (Arisandi, 2008).
30. Kacar air (Impatiensis balsamina, L.) Nama daerah; Kacar
Tanaman ini termasuk kedalam famili Balsaminaceae. Terna berbatang basah dan tegak,
tinggi 30-80 cm dan bercabang. Daun tunggal, bertangkai pendek, helaian daun berbentuk
lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, penulangan menyirip, dan
warnanya hijau muda. Bunga keluar dari ketiak daun, warnanya bermacam-macam, seperti
merah, orange, ungu, dan putih. Bunga ada yang engkel dan ada yang doubel. Buah kendaga,
jika masak akan membuka. Daun berkhasiat menghilangkan nyeri, dan anti radang. Bunga
berkhasiat peluruh haid. Biji berkhasiat menghentikan pendarahan. Kandungan kimia biji
saponin dan fixel oil. Bunga mengandung anthocyamis, cyanidin, dan lain-lain. Akar
mengandung cyanidin mono-glycoside (Dalimartha, 2008).
31. Kejibeling (Strobilanthes crsipus) Nama daerah: kacabeling
Tumbuhan berbatang basah, tumbuhan semak, Batang
pohon berdiameter antara 0,2-0,7 cm. Kulit luar bewarna
ungu dengan bintik-bintik hijau. Daun berbentuk bulat
telur, tepi bergerigi, dengan jarak agak jarang, berbulu
halus hampir tidak kelihatan. Daun kejibeling
mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium,
natrium, klasium dan beberapa unsur lainnya. Daun bermanfaat untuk mengobati penyakit
tumor, Diabetes militus, Lever, ambeien, kolesterol, maag, kena bisa ular dan lain-lain
(Dalimartha, 2008).
23. Kelapa (Cocos nucifera) Nama daerah: Talah
Tanaman ini termasuk kedalam famili Palmaceae.
Palam yang berukuran besar. Batang berdiri tegak.
Gambar 31. Kejibeling (Strobilanthes crsipus)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Buah terbungkus serabut dan batok yang kuat. Kandungan kimia yang terdapat pada air
kelapa antara lain asam askorbat, atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium dan
potassium. Mineral yang terkandung antara lain zat besi, fosfor, dan gula yang terdiri
dari glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Daging buah memiliki kandungan minyak lemak, protein,
sakarosa, katalase, oksidase, diastase, minyak atsiri, lesitin, stigmastenin, fitostenin, kholina,
vitamin A,B, dan C dan asam undekanoat (Iskandar, 2005).
33. Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Nama daerah: Bunga raya
Tanaman ini termasuk kedalam famili Malvaceae.
Perdu, tinggi 1 – 4 m. Daun bertangkai, bulat telur,
meruncing, kebanyakan berlekuk, bergerigi kasar,
dengan ujung runcing dan pangkal bertulang daun
menjari.Tangkai daun beruas. Bunga berdiri sendiri
diketiak, tidak atau sedikit menggantung. Daun kelopak
tambahan 6-9, bentuk lanset garis. Kelopak bentuk
tabung, sampai
setengahnya bercangap 5. Daun mahkota bulat telur terbalik, bentuk baji, panjang 5,5-8,5 cm,
merah dengan noda tua pada pangkal, warna daging oranye atau kuning.tabung benang sari
sama panjang dengan mahkota. Bakal buah beruang 5 (Steenis, 1981). Kandungan kimia
yaitu lendir, flavonoida, dan zat samak (Arisandi, 2008).
34. Kemangi (Ocimum basilicum) Nama daerah: Ruku-ruku
Gambar 33. Kembang sepatu (Hibiscus rosa- sinensis)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam familia Lamiaceae.
Herba tegak, sangat harum, tinggi 0,3-0,6 m. Tangkai
daun 0,5 – 2 cm, helaian daun bulat telur ellips, ellips
atau memanjang, dengan ujung runcing berbintik-
bintik serupa kelenjar (Steenis, 1981). Karangan
semu berbunga 6, berkumpul menjadi tandan ujung.
Tangkai dari kelopak buah tegak dan tertekan pada sumbu dari karangan bunga, dengan
ujung bentuk kait melingkar. Kelompok buah 6-9 mm panjangnya. Buah keras coklat tua,
gundul, waktu dibasahi membengkak sekali. Selasih mengandung eugenol, linalool, dan
geraniol yang dikenal dengan zat penolak serangga. Selasih juga mengandung beta – pinene,
estragol, flavonoid, dan tanin sehingga bisa dibuat minyak atsiri. Komponen utama penyusun
minyak atsiri adalah senyawa organik yang merupakan hidrokarbon tak jenuh (Septiatin,
2008).
35. Kemiri (Aleurites moluccana) Nama daerah: mbiri
Tanaman ini termasuk kedalam famili Euphorbiaceae.
Pohon tinggi 10-40 m. daun muda, ranting dan karangan
bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, sangat
pendek, berwarna perak mentega. Daun bertangkai
panjang helaian daun bulat telur bentuk lanset, hanya
pada pangkal bertulang daun menjari,
dengan bintik yang transparan dan tidak sama. Bunga
dalam malai di ujung, bercabang melebar. Buah batu bentuk telur bola yang lebar, terdorong
kesamping, paanjang 6 cm, dengan dinding yang cukup tebal, berdaging kaku, biji 1-2,
dengan kulit biji yang sangat keras. Banyak ditanam untuk bijinya yang mengandung minyak
(Hakimal, 2010).
36. Kunyit (Curcuma domestika Linn) Nama daerah: kuning
Gambar 34. Kemangi (Ocimum basilicum)
Gambar 35. Kemiri (Aleurites moluccana)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam famili Zingiberaceae.
Kunyit banyak tumbuh di hutan dan tinggi
tanamannya bisa mencapai 1 meter. Lebar daun
sekitar 7-8 cm. Warna daun hijau, bibir daun lirik
kekuningan, dan bunga berwarna putih (Maryani dan
Suharmiati, 2003). Kunyit mengandung senyawa
yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin,
dan bisdemetoksikumin. Mengandung minyak atsiri tumeon, zingiberen, felandren, sabinen,
lemak, karbohidrat, protein, pati, vitamin C dan garam-garam mineral (Arisandi, 2008).
37. Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) Nama daerah: kunyit manis
Tanaman ini termasuk kedalam famili Myristicaceae.
Tinggi pohon 6-12 m. ranting tua gundul. Kulit dan
daun kalau diremas berbau kayu manis yang kuat.
Daun bulat telur atau ellips memanjang, ujung
membulat atau tumpul meruncing. Daun muda
merah. Bunga malai yang bercabang, duduk diketiak
dengan cabang yang berambut abu-abu.
Buah buni bulat memanjang, merah, hanya dengan pangkalnya yang tersembunyi dalam
tenda bunga. Kulitnya menghasilkan kayu manis (Steenis, 1981).
Kandungan kimia dari kayu manis adalah minyak atsiri (eugenol, safrole, cinnamaldehyde),
tannin, kalsium oksalat, dan damar (Wasito, 2011).
Gambar 36. Kunyit (Curcuma domestica)
Gambar 37. Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
38. Kacang panjang (Vigna sinensis) Nama daerah: kacang panjang
Termasuk kedalam famili Leguminosaceae. Merupakan
tanaman semusim berbentuk perdu. Bersifat memanjat
dan membelit. Daunnya tersusun tiga-tiga helai .
batangnya panjang, liat, dan sedikit berbulu.
Bunga seperti kupu-kupu, buah bulat panjang dan ramping, panjang ada yang mencapai 10-
80 cm yang disebut polong. Saat muda buah berwarna hijau keputih-putihan, setelah tua
berwarna putih kekuning-kuningan kering (Wasito, 2011).
39. Kecubung (Datura metel Linn) Nama daerah: cubung.
Tanaman ini termasuk kedalam famili Solanaceae.
Perdu berkayu dan banyak cabang. Tinggi tumbuhan
hanya kurang dari 2 m. Daun berbentuk bulat telur
dengan tepinya berlekuk tajam, berhadap-hadapan.
Bunga menyerupai terompet dan berwarna putih.
Buahnya hampir bulat yang salah satu ujungnya di
dukung oleh tangkai tandan yang pendek dan melekat
kuat.
Buah kecubung bagian luarnya dihiasi duri-duri dan dalamnya berisi biji-biji kecil berwarna
kuning kecoklatan. Tempat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi, tanah gembur
dan subur. Dapat hidup sampai ketinggian 950 dpl, sering tumbuh liar sebagai semak di hutan
kecil atau bekas kebun. Tanaman ini mengandung : alkaloid, scopolamine, hyoscymine dan
atropin (Arisandi, 2008).
40. Kelingkit Taiwan (Malpighia coccigera Linn.) Nama daerah: Bunga mutiara.
Gambar 38. Kacang panjang (Vigna sinensis)
Gambar 39. Kecubung (Datura metel)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam Famili Malpighiaceae.
Perdu dengan tinggi 0,5-2,5 m, mempunyai ranting
lurus membujur, penuh dengan daun sehingga tampak .
Daun tunggal, letaknya berhadapan, bentuknya oval
dengan pangkal membulat, bagian tepi terdapat bagian-
bagian yang bergigi nyerupai duri, panjang 1-2 cm,
tebal
seperti kulit, permukaan mengilap, warnaya hijau tua. Bunga di ketiak, warnanya putih atau
ros pucat. Buah keras (1-2 buah), besarnya sekitar 1 cm, bertangkai, warnanya merah, dan
berbiji, Kandungan kimia belum diketahui. Bagian yang digunakan sebagai obat adalah daun
dan akarnya, yang berkhasiat menghilangkan panas, bengkak, dan dahak (Dalimartha, 2003).
41. Ki Tolod (Isotoma longiflora Presi) Nama daerah: Daun katarak
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Companuiaceae. Cabang dari pangkalnya, bergetah
putih rasanya tajam, mengandung racun. Daun
tunggal, duduk, bentuknya lanset, permukaan kasar,
ujung runcing, pangkal menyempit, tepi melekuk ke
dalam, bergigi sampai melekuk menyirip. Panjang 5-
17 cm, lebar 2-3 cm, warna hijau.
Bunga tegak, tunggal, keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang, mahkota berbentuk
bintang berwarna putih. Buahnya berupa kotak berbentuk lonceng, merunduk, merekah
menjadi dua ruang, berbiji banyak, tanaman ini masuk kedalam famili Companuiaceae
(Arisandi, 2008). Kitolod kaya senyawa alkaloid yaitu lobelin, lobelamin, dan isotomin.
Seluruh tanaman bisa digunakan sebagai obat. Getah kitolod beracun, berkhasiat sebagai
antiradang, antineoplastik, anti-implamasi, analgesik, dan hemostatik (Kusuma at el,. 2005).
Gambar 40. Kelingkit taiwan (Malpighia coccigera)
Gambar 41. Ki Tolod (Isotoma longiflora)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
42. Kencur (Kaemperia galanga, Linn) Nama daerah; Kaciwer
Tanaman ini termasuk kedalam famili Zingiberaceae.
Terna kecil yang tumbuh subur di dataran rendah.
Rimpangnya mempunyai aroma yang spesifik. Daging
buah berwarna putih dan kulit luarnya bewarna coklat.
Rimpang kencur mengandung pati, mineral, dan minyak
atsiri berupa sineol, asam metal kanil dan penta dekaan,
asam cinnamic, ethyl aster,
orneol, kamphene, pareumarin, asam anisic, alkaloid dan
gom (Arisandi, 2008).
43. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus BL) Nama derah: kumis kucing.
Tanaman ini termasuk kedalam famili Labiate. Terna
tegak, bagian bawah berakar pada buku-bukunya, tinggi
1-2 m. batang segi empat, agak beralur, berbulu pendek.
Daun tunggal, bundar telur lonjong, bunga berupa
tandan, keluar pada ujung cabang, berwarna ungu
pucat.bunga warna coklat gelap (Arisandi, 2008).
Daun kumis kucing mengandung senyawa kalium, glukosida, minyak asiri, sapotonin,
ortosifonida, serta senyawa flavon. Daun kumis kucing berkhasiat untuk melancarkan air seni
(diuretik), melarutkan batu ginjal (lipotriptik), dan menggobati sakit pinggang (Maryani et
al,. 2003).
44. Labu Kuning ( Cucurbita moschata) Nama daerah: Jambe
Gambar 42. Kencur (Kaemperia galanga)
Gambar 43. Kumis kucing (Orthosiphon aristatus)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Cucurbitaceae. Bagian tanaman yang
dimanfaatkan untuk obat tradisional adalah buah
dan bijinya. Zat kimia yang terkandung
didalamnya adalah saponin, flavonoid, dan tanin.
Biji labu banyak dimanfaatkan dalam ramuan
obat tradisional untuk mengobati
pembengkakan kelenjar prostat dan obat cacing (Dalimartha, 2005).
45. Labu siam (Sechium edule) Nama daerah: ropah
Tanaman ini termasuk kedalam famili Cucurbitacea.
Bersifat merambat dengan alur yang berbentuk pilin.
Tanaman ini berbatang panjang, lebih kuat dari
mentimun, dan bersifat tahunan. Batang tanamannya
kecil tetapi sangat panjang. Buahnya berbentuk bola
lampu dan beralur – alur sebanyak 5 – 10 buah.
Buahnya lunak (berdaging) dan banyak mengandung air. Pada permukaan buahnya tumbuh
bulu-bulu yang tajam dan jarang seperti duri. Biji buahnya besar dan lunak (Dalimartha,
2005).
46. Lengkuas (Alpinia galanga) Nama daerah: laos
Tanaman ini termasuk dalam famili Zingiberaceae.
Lengkuas mempunyai 2 jenis varietas yaitu varietas
dengan rimpang umbi berwarna putih dan varietas
dengan rimpang umbi berwarna putih. Untuk
penyedap masakan digunakan rimpang umbi putih
Gambar 44. Labu kuning (Cucurbita moschata)
Gambar 45. Labu siam (Sechium edule)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
sedangkan untuk obat digunakan rimpang umbi merah.
Senyawa kimia yang terdapat pada lengkuas antara lain mengandung minyak atsiri, eugenol,
seskuiterpen, pinen, metal sinamat, kaemferida, galangol dan kristal kuning (Arisandi, 2008).
47. Merica ( Piper nigrum L.) Nama daerah: lada
Tanaman ini termasuk kedalam famili Piperaceae.Terna,
tanaman pemanjat, daun tunggal yang duduknya tersebar
atau berkarang dengan atau tanpa daun-daun penumpu.
Bunga tersusun dalam bunga majemuk, kecil tanpa hiasan
bunga. Buah buni, dalam biji terdapat sel-sel minyak
atsiri. Daun beraroma pepper ketika diremas.
Buah lada banyak digunakan dalam bentuk ramuan untuk
obat perut kembung (karminatif), obat tekanan darah tinggi (hipertensi), sesak napas (asma),
pelancar keringat, dan memperkuat lambung (Maryani et al., 2003).
48. Mengkudu (Morinda citrifolia L) Nama daerah: mengkudu
Tanaman ini termasuk kedalam famili Rubiaceae.
Mengkudu mempunyai sifat kimiawi dan efek
farmakologis untuk menghilangkan hawa lembab
pada tubuh, meningkatkan kekuatan tulang,
membersihkan darah, meluruhkan kencing,
melembutkan kulit, meluruhkan kencing,
meluruhkan haid, melembutkan kulit, mengobati
batuk, mengobati cacing dan sebagaipencahar.
Gambar 46. Lengkuas (Alpinia galanga)
Gambar 47. Merica (Piper nigrum)
Gambar 48. Mengkudu (Morinda citrifolia)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kulit akar mengandung morindin, morindon, dan soranjidiol. Daun mengandung protein, zat
kapur, zat besi, karoten, dan askorbin. Buah mengandung alkaloida triterpen, sedangkan
bunga mengandung glikosida antrakinon. Tanaman ini juga mengandung minyak penguap
asam karpon dan asam kaprilat. Marindon merupakan zat warna merah dan berkhasiat
sebagai pencahar. Soranjidiol berkhasiat sebagai peluruh kencing dan sebagai obat cacing
(Maryani et al,. 2003).
49. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boer.) Nama daerah: mahkota dewa
Tanaman ini termasuk kedalam famili Meliaceae. Perdu
menahun, tumbuh tegak dengan tinggi 1-2.5 m. batang
bulat, permukaan kasar, warna coklat, berkayu dan
bargetah, percabangan simpodial. Daun tunggal letaknya
berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau
jorong. Bunga keluar sepanjang tahun, letanya tersebar di
batang atau di ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih dan harum. Buah
bentuknya bulat, permukaan licin, beralur, ketika masih muda berwarna hijau dan merah
setelah masak. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair. Biji bulat, keras, berwarna
coklat. Buah berkhasiat menghilangkan gatal (antipruritus) dan anti kanker. Biji beracun.
Bagian yang digunakan sebagai obat tradisional adalah daun, daging, dan kulit buahnya.Daun
mahkota dewa mengandung antihistamina, alkaloid, saponin, dan polipenol (lignan). Kulit
buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid (Dalimartha, 2003).
50. Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr) Nama daerah: Daun mangkok –
mangkok.
Gambar 49. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tanaman ini termasuk kedalam famili Araliaceae. Perdu
tahunan, tumbuh tegak, tinggi 1-3m. Batang berkayu,
bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan lurus. Daun
tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat
berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung,
tepi bergerigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip,
warnanya hijau tua. Bunga majemuk, bentuk payung,
warnanya hijau. Buahnya buah buni, pipih, hijau. Biji
kecil, keras, dan bewarna coklat. Bagian yang digunakan
sebagai bahan obat tradisional adalah akar dan daun. Akar berkhasiat sebagai peluruh
kencing (diuretik). Daun berkhasiat sebagai diuretik, anti-radang (anti-inflamasi). Batang dan
daun mengandung kalsium oksalat, peroksidase, amygdalin, fosfor, besi, lemak, protein, serta
vitamin A, BI, dan C (Ayu, 2011).
51. Meniran ( Phylanthus urinaria) Nama daerah: Rebi-rebi
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Euphorbiaceae. Banyak ditemukan sebagai
tumbuhan liar di pekarangan rumah tau di ladang.
Umumnya jarang yang memiliharanya, karrena
dianggap sebagai rumput biasa. Tinggi tanaman 1
meter, daun berbentuk bulat tergolong daun
majemuk bersirip genap. Seluruh bagian tumbuhan
meniran dapat digunakan sebagai obat tradisional.
Senyawa kimia yang dikandung meniran antara lain filanin, kalium, mineral, damar, dan zat
penyamak, flavonoid, dan vitamin C. Meniran dapat mencegah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengan memperkuat daya tahan tubuh, dan menurunkan panas (Dalimartha, 2005).
Gambar 51. Meniran (Phylanthus urinaria)
Gambar 50. Mangkokan ( Nothopanax scutellarium)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
52. Mawar (Rosa sinensis) Nama daerah: Ros
Tanaman ini termasuk kedalam familli Rosaceae.Tanaman
semak berduri, atau tanaman memanjat yang tingginya
bisa mencapai 2-5 m. Daun majemuk yang tiap tangkai
daun terdiri dari paling sedikit 3 atau 5 anak daun dan
daun penumpu, pertulangan
Gambar 52. Mawar (Rosa sinensis)
menyirip, tepi beringgit, meruncing pada daun.Bunga terdiri dari 5-4 helai daun mahkota.
Warna bunga biasanya putih dan merah jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies.
Bunga dan minyaknya mengandung zat sitral, sitronelol, geraniol, linalool, ,nerol, eugenol,
feniletil, alkohol, fernesol, nonaldehide, tannin, quarsetin, asam galat dan klorogenat (Ayu.
2011).
53. Nenas (Ananas comosus Merr) Nama daerah: kenas
Tanaman ini termasuk kedalam famili Bromelliaceae.
Tumbuhan rendah, herba menahun, dengan daun yang
banyak lebih kurang 30 helai, berujung tajam, tersusun
dalam bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Bunga
majemuk pada ujung batangnya, bunga bersifat
hermafrodit. Kandungan senyawa kimia nenas, enzim
bromelin, ergosterol, asam sitrat dan gula.
Buah dapat digunakan sebagai obat tradisional yaitu untuk mengobati batuk, demam,
sembelit, sariawan dan lain-lain (Hakimal, 2010).
54. Pala (Myristica fragrens houtt) Nama daerah:
pala
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Myristicaceae. Pohon, tinggi 5-19 m, daun bulat
Gambar 53. Nenas (Ananas comosus)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
telur atau ellips memanjang, pangkal runcing, ujung meruncing, sisi bawah hijau
kebiruan, atau hijau tua. Bunga kuning pada pangkal dengan daun pelindung yang
membulat. Buah bentuk peer lebat, kuning kecoklatan-oranye. Biji bergaris-garis,
harum, dibungkus oleh selubung biji merah (Steenis, 1981).
Gambar 54. Pala (Myristica fragrens)
55. Patikan kebo (Euphorbia hirta) Nama daerah : Tariktik
Termasuk kedalam famili Euphorbiaceae. Merupakan
tumbuhan liar yang banyak ditemukan di daerah
tropis. Dapat ditemukan diantara rerumputan, kebun,
atau pekarangan rumah yang tidak terurus. Patikan
kebo mengandung beberapa unsur kimia, diantaranya
alkaloid, tanin, senyawa folipenol,flavonoid, asam
organik palmitat
oleat, asam lanolat, terpenoid eufosterol, taraxerol, friedlin, betha amyin, beta sitosterol, beta
eufol, euforbol, triterpenoid eufol, tirukalol, eufostrerol, hentriacontane, dan pada bunga
terdapat elagik acid. Seluruh bagian tanaman dapat digunakan seagai obat. Tumbuhan ini
memiliki sifat agak pahit, asam, sejuk, dan sedikit beracun. Berkhasiat sebagai anti-inflamasi,
peluruh air seni, dan menghilangkan gatal (anti-pur itik) (Kusuma et al,. 2005).
56. Pepaya (Carica papaya L) Nama daerah:
Pertik
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Caricaceae. Batang tegak dan basah, menyerupai
palma. Bunga warna putih dan buah masak
Gambar 55. Patikan kebo (Euphorbia hirta)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
berwarna kuning kemerahan. Helaian daun menyerupai telapak tangan manusia. Kandungan
buah masak: kalori, vitamin (A, BI, dan C), kalsium, hidrat arang, fosfor, besi, protein, air.
Kandungan carposide pada daun pepaya
berkhasiat sebagai obat cacing (Arisandi, 2008). Menurut Suriawiria (2002) pohon pepaya
dari mulai akar sampai biji semuanya dapat dijadikan obat. Akar digunakan untuk obat ginjal,
obat luka, dan gigitan binatang berbahaya seperti ular. Daun untuk obat demam, obat mules,
obat cacing kremi dan meningkatkan nafsu makan. Bunga untuk memperbaiki nafsu makan
dan membersihkan darah serta obat sakit kuning. Buah muda obat sariawan. Biji sebagai obat
demam dan obat flu. Getah buah muda obat luka bakar, menghilangkan rasa sakit, obat
penyakit kulit borok menahun, obat jerawat memperbaiki pencernaan, dan sebagainya.
57. Pisang (Musa paradisiaca, L) Nama daerah: Galoh
Tanaman ini termasuk famili Musaceaea.
Tidak memiliki batang sejati, terbentuk dari
perkembangan dan pertumbuhan pelepah
yang mengelilingi poros lunak panjang.
Batang yang sebenarnya pada bonggol yang
tersembunyi di dalam tanah. pisang
mengandung senyawa kimia vitamin A, BI,
C, - lemak – mineral (kalium, chlor, natrium,
magnesium, fosfor) – karbohidrat
– dextose – air – sukrose – levulose – zat
putih telur – zat tepung (Arisandi, 2008). Menurut Dalimartha (2005) buah bisang digunakan
untuk mengatasi batuk darah, diare, disentri, kurang darah, sariawan, sembelit, wasir, tekanan
darah tinggi dan keracunan alkohol kronik. Akar berkhasiat penawar racun, pereda demam,
mendinginkan darah, anti radang, dan peluruh kencing,=. Bunga digunakan mencegah
pendarahan otak dan stroke. Batang pisang berkhasiat sebagai penurun panas, dan perawatan
rambut. Daun yang masing menggulung digunakan sebagai tapal dingin pada kulit yang
bengkak atau lecet, disenti, mimisan dll. Kulit pisang digunakan untuk mengatasi borok yang
Gambar 56. Pepaya (Carica papaya)
Gambar 57. Pisang (Musa paradisiaca)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menyerupai kanker, kutil, rambut tipis dan jarang, luka bakar, tersiram air panas, dan
kemerahan pada kulit.
58. Pinang (Areca catechu) Nama daerah: Pinang
Tanamana ini termasuk kedalam famili Arecaceae. Batang
lansing, tinggi bisa mencapai 25 m, tidak bercabang
dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip
tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset
batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm,
tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm (Steenis, 1981). Bagian yang
digunakan orang adalah buah kerasnya, yang merupakan ramuan makan sirih, umbutnya
dimakan sebagai lalapan atau acar. Kandungan kimia pada biji yaitu alkaloid seperti arekolin
(C8 H1 NO2), red tannin, lemak, kanji dan resin. berkhasiat sebagai obat cacing dan sebagai
penenang (Dalimartha, 2003).
59. Pegagan (Centella asiatica) Nama daerah: Tapak kuda
Merupakan terna menahun tanpa batang, dengan rimpang
pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm.
Akar keluar dari setiap bonggol, banyak bercabang,
membentuk tumbuhan baru. Helaian daun tunggal,
bertangkai panjang, berbentuk ginjal. Tepinya bergerigi,
dengan penampang 1-7 cm tersusun dalam roset yang terdiri
atas 2-10 helai daun. Bunga berwarna
putihatau merah muda, tersusun dalam karangan, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari
ketiak daun. Buah kecil bergantungbentuknya lonjong, baunya wangi dan rasanya pahit.
Gambar 58. Pinang (Areca catechu)
Gambar 59. Pegagan (Centella asiatica)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimianya asiatocosida, thankunisida, isothankunsida, madecassoida,
brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam-
garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat samak
(Arisandi, 2008)
60. Randu (Ceiba pentandra) Nama daerah: Kapok
Pohon tinggi 8-30 m, batang muda dengan duri
tempel yang besar. Daun bertangkai panjang, anak
daun bentuk lanset. Bunga terkumpul 2-15 di ketiak
daun yang rontok, dekat ujung ranting. Kelopak
bentuk lonceng, daun mahkota bentuk telur terbalik.
Buah memanjang, panjang 7,5-15 cm, menggantung,
membuka dari bawah keatas dengan katup, dimana sekat-sekat antara tetap terikat pada tiang
tengah, termasuk kedalam famili Bombaceae (Steenis, 1981).
61. Serei (Andropogon nardus) Nama daerah: serep
Tanaman ini termasuk kedalam famili Graminae. Herba
tahunan batang tidak berkayu, putih kotor. Daun tunggal
bentuk lanset, berpelepah, pangkal pelepah memeluk
batang, warna hijau. Perbungaan bentuk malai, karangan
bunga berselubung, warna bunga kuning keputihan. Dapat
digunakan sebagai obat reumatik, dan haid yang tidak
teratur. Kandungan kimia mengandung
minyak atsiri yang terdiri dari citronellal, citral, geraniol,
methylheptenone, eugenol-methylleter, dipenten, eugenol, kadinen, kadiol, dan limonen
(Arisandi 2008).
62. Sirih (Piper betle L) Nama daerah: Belo
Tanama ini termasuk kedalam famili Piperaceae.
Tumbuhan memanjat. Batang panjang 5-15 m. daun
berseling atau tersebar, bertangkai, daun penumpu
Gambar 60. Randu (Ceiba pentandra)
Gambar 61. Serei (Andropogon nardus)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
cepat rontok, dan meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin. Helaian daun bulat telur
sampai memanjang, dengan pangkal daun berbentuk jantung.
Bunga berkelamin, berumah satu atau dua. Bulir berdiri sendiri, di ujung dan berhadapan
dengan daun. Daun pelindung bentuk lingkaran, bentuk telur terbalik atau bulat memanjang.
Daun dan buah dipakai menjadi obat-obatan (Steenis, 1981). Daun sirih mengandung ragam
senyawa kimia yang diperlukan untuk membuat ramuan tradisional (Arisandi, 2008).
63. Sawo (Manilkara zapota) Nama daerah: Sawo
Tanaman ini termasuk kedalam famili Sapotaceae. Pohon
besar dan rindang, bercabang rendah, seluruh bagian batang
mengandung lateks, getah bewarna putih susu yang kental.
Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada
ujung ranting. Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau
tua mengkilap.
Bunga tunggal, terletak diketiak daun dekat ujung ranting.
Buah buni bertangkai pendek, bulat telur atau jorong, coklat
kemerahan sampai kekuningan di luarnya dengan sisik-sisik kasar coklat yang mudah
mengelupas (Hakimal, 2010).
64. Seledri (Apium graviolens) Nama daerah: daun sop
Tanaman ini termasuk kedalam famili Umbilliferae.
Merupakan semak dengan tinggi sekitar 50 cm. Batang
tidak berkayu, bersegi, beralur, bercabang, tegak, dan
berwarna hijau pucat. Berdaun majemuk, menyirip
ganjil, pangkal dan ujung daun berbentuk runcing, serta
tepi beringgit. Anak daun berjumlah 3-7 helai dengan
panjang 2-7,5 cm dan lebar 2-5 cm,
dan berwarna hijau keputih-putihan atau hijau.Termasuk dalam famili umbiliferae. Berbunga
majemuk, berbentuk payung, mempunyai benang sari sebanyak lima buah, berseling dengan
Gambar 63. Sawo (Manilkara zapota)
Gambar 64. Seledri (Apium graviolens)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
mahkota, dan ujung runcing. Seledri berakar tunggang dan berwarna putih kotor. Bagian
yang digunakan untuk ramuan tradisional adalah seluruh bagian tanaman (herba). Daun
seledri mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol. Herba seledri berkhasiat untuk
mengobati tekanan darah tinggi, mengobatimasuk angin, serta menghilangkan rasa mual
(Maryani et al., 2003).
65.Sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L] Presl.) Nama daerah: sisik naga
Merupakan tumbuhan efifit (tumbuhan yang
menumpang pada tumbuhan lain), tetapi bukan
parasit. Sisik naga dapat diperbanyak dengan spora
dan pemisahan akar. Sisik naga rasanya manis,
sedikit pahit, dingin. Termasuk kedalam suku
polypodiaceae.
Daun dapat digunakan untuk pengobatan gondongan (parotitis), TBC, kulit, sakit kuning,
sukar buang air besar, sakit perut, disentri, mimisan, rematik, keputihan, kanker payudara,
muntah darah, perdarahan pada perempuan, batuk (Dalimartha, 2005).
66. Sintrong (Crassocephalum crepidioides) Nama daerah: sintrong
Termasuk kedalam famili Asteraceae. Terna, hidup
sampai ketinggian 200 m dpl, tinggi hingga 1 m, berbau
harum, batang lunak beralur-alur dangkal, helaian daun
jorong memanjang atau bundar telur terbalik. Bunga
majaemuk berupa bongkol-bongkol yang tersusun dalam
malai, rata terminal.
Gambar 65. Sisik naga (Drymoglossum piloselliodes)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Bongkol hijau dengan ujung jingga coklat hingga merah bata, selain sebagai sayuran dapat
juga dijadikan sebagai obat tradisional, misalnya sakit kepala, gangguan perut, luka pada
kulit. Mengandung senyawa alkaloida pirolizina yang bisa memicu tumor (Dalimartha,
2003).
67. Salam (Eugenia polyantha) Nama daerah: Daun salam
Tanaman ini termasuk kedalam famili Myrtaceae.
Tanaman liar. Batang tinggi, berkayu, keras dan kuat.
Daun berbentuk simpel, bangun daun jorong, pangkal
daun tidak bertoreh, dengan bentuk bangun bulat telur,
runcing pada ujung daun, pangkal daun tumpul, tulang
daun menyirip.
Kandungan kimia minyak atsiri, tanin dan flavonoid. Daun salam dapat digunakan untuk
pengobatan kolesterol tinggi, kencing manis, tekanan darah tinggi, maag (Wasito, 2011).
68. Sirsak (Annona muricata L) nama daerah: Durin arab
Tanaman ini termasuk kedalam famili Annonaceae.
Berbentuk perdu atau pohon kecil, tinggi 3-10 m,
bercabang hampir mulai dari pangkalnya. Daun
berbentuk lonjong bundar telur sungsang. Bunga
beraturan, 1-2 kuntum, berwarna kuning kehijauan.
Termasuk buah semu, daging buah lunak atau lembek
berwarna putih berserat, berbiji hitam pipih, kulit
berduri
tangkai buah menguning, aromanya harum, dan rasanya manis agak asam. Kandungan kimia
buah sirsak, karbohidrat, lemak, asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat, vitamin C,
Gambar 66. Sintrong (Crassocephalum crepidioides)
Gambar 68. Sirsak (Annona
Gambar 67. Salam (Eugenia polyantha)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
fosfor, kalsium. Dapat dijadikan sebagai bahan obat tradisional karena dapat menyembuhkan
penyakit bisul, lever kanker, dan juga anti kanker (Suranto, 2011).
69. Sambiloto ( Andrographis paniculata) Nama daerah: sambiroto
Tanaman ini termasuk kedalam famili Acanthaceae.
Tumbuhan liar ditempat terbuka. Daun tunggal
bertangkai pendek, letaknya berhadapan berseling,
bentuk lanset, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata,
permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda.
Bunga berbentuk tabung kecil-
kecil, warna putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, pangkal dan ujung tajam.
Bunga biji gepeng kecil, coklat muda. Kandungan kimia dalam sambiloto yaitu borneol,
cineole, limonene, di-methyl ether phloroacetophenone (Arisandi, 2008).
70. Sukun (Arthocarpus communis) Nama daerah: Suun
Tanaman ini termasuk kedalam famili Moraceae.
Merupakan tanaman tahunan yang tingginya
mencapai 20 m. Kayunya lunak dan kulit kayu
berserat kasar, semua bagian tanaman bergetah encer,
daun lebar bercanggap menjari, dan berbulu kasar.
Gambar 69. Sambiloto (Andrografis paniculata)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Batang besar agak lunak dan bergetah banyak. Bunga berkelamin tunggal.
Bunga keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting. Buah berbentuk bulat telur
hingga bulat, tidak berbiji. Kandungan kimia berupa kalsium, fosfor, zat besi, lemak, protein,
vitamin B1, B2, dan vitamin C (Hakimal, 2010).
71.Tebu (Saccharum officinarum) Nama daerah: Tebu
Tanaman ini termasuk dalam famili Gramineae atau
lebih dikenal dengan kelompok rumput – rumputan.
Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus,
tidak bercabang, dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya
dapat mencapai 3 – 5 meter atau lebih. Kulit batang
keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua atau
kombinasinya.
Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu – abuan. Lapisan ini banyak
terdapat sewaktu batang masih muda. Batangnya beruas – ruas dengan panjang ruas 10 – 30
cm. Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian
daun, tanpa tangkai daun. Pada pelepah terdapat bulu – bulu dan telinga daun. Pertulangan
daun sejajar. Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas malai dengan
pertumbuhan terbatas. Sumbu utamanya bercabang – cabang makin keatas makin kecil,
sehingga membentuk piramid. Panjang bunga majemuk 70 – 90 cm. Setiap bunga
mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari dan dua kepala putik
(Hakimal, 2010).
72.Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) Nama daerah: Temulawak
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Zingiberaceae. Merupakan terna dengan tinggi
mencapai 2,5 m. rimpang luar bewarna kuning
muda, sedangkan bagian dalamnya bewarna
kuning. Rimpang berbau tajam dan rasanya
Gambar 70. Sukun (Arthocarpus communis)
Gambar 71. Tebu (Saccharum officinarum)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pahit. Bunganya bewarna kemerahan atau kuning.
Bagian tanaman yang berkhasiat adalah rimpangnya yang mengandung zat pati hanya ada
sesudah musim kemarau) curcumin, minyak asiri (kamfer, sikloisopren, mirsen, p-tolil metil
karbonil), dan xanthorhiza ( Maryani, 2003).
73.Tembakau (Nicotiana tobacum L). Nama daerah: mbako
Tanaman ini termasuk kedalam famili solanaceae.
Semak, tegak, sedikit bercabang, tinggi 0,5-2,5 m.
daun duduk, atau bertangkai pendek, memanjang atau
bentuk lanset, dengan pangkal yang menyempit,
sebagian memeluk batang dan ujung runcing.
Kelopak dan mahkota bentuk tabung. Buah kotak bentuk telur memanjang, akhirnya coklat.
Biji kecil, banyak sekali, melekat di pusat (Khairani, 2010).
74.Temu kunci (Kaempferia pandurata Roxb). Nama daerah: Temu-temu
Tanaman ini termasuk kedalam famili
Zingiberaceae. Tanaman budidaya. Terna hingga 50
cm, rimpang kuning terang, bulat telur memanjang,
sangat beraroma, akar kuat. Daun 3 atau 4
Gambar 72. Temulawak (Curcuma xanthorhiza)
Gambar 73. Tembakau (Nicotiana tabacum)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pelepahnya berwarna merah, ligula dengan 2 lekukan. Bunga putih kadang-kadang merah
muda.
Tanaman herba temu kunci ini berbeda dengan tanaman herba temu-temu yang lain, sebab
tumbuh vertikel kebawah. Kandungan senyawa kimia essensial oil, pinostrombin,
cardamonin, boesen bergin (Suranto, 2011).
75.Ubi kayu (Manihot utilisima) Nama daerah: gadong
Tanaman ini termasuk kedalam famili Euphorbiaceae.
Perdu tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi
2-7 m. batang dengan tanda berkas daun yang
bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang,
dengan kulit bewarna coklat suram (Steenis, 1981).
Daunnya memiliki tangkai memanjang dan helaian
daunnya menyerupai telapak tangan. Tangkai daun berwarna hijau, kuning atau merah
(Arisandi, 2008).
a. Pemanfaatan Tumbuhan Untuk Obat-Obatan.
Pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan yang digunakan oleh masyarakat Karo di
Kecamatan Tigabinanga dibawah ini berdasarkan informasi dari Informan Kunci yaitu Para
Tabib
1. Batuk, demam, malaria
a. Batuk
• Daun sirih 2 lembar, kapur sirih, gambir, bawang putih 1 buah, lada 3 buah dikunyah lalu
disemburkan ke dada orang yang batuk.
• Jahe merah seujung jempol, jahe seujung jempol, kencur seujung jempol, jahe merah
(bahing), lada hitam kira-kira 5 buah semua bahan dihaluskan lalu airnya diminum.
• Pinang yang masih muda 1 buah dihaluskan bijinya lalu airnya diambil dan diminum.
Gambar 74. Temu kunci (Kaempferia pandurata)
Gambar 75. Ubi kayu (Manihot esculanta)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• Batang asam combrang (asam cekala) dibakar lalu ditumbuk diambil airnya tambahkan
sedikit gula jawa seduh sebentar lalu diminum.
• Tebu merah 1 ruas dikupas kulitnya lalu dibakar, diperas, airnya diminum.
• Satu buah jeruk nipis dibelah dua lalu dibakar diambil airnya tambahkan satu sendok
kecap lalu diminum.
• Segengam beras tambahkan dengan satu ruas jari kencur tambahkan seujung jempol jahe
merah (bahing) lalu di haluskan ambil airnya untuk diminum.
• Kemiri 3 buah dibakar tambahkan 3 buah lada hitam, jahe seujung jari dibakar dan
dihaluskan kemudaian campurkan seujung sendok teh kedalam setengah gelas air.
• Kemiri 2 buah dibakar kemudian dihaluskan, kemiri yang sudah dihaluskan dioleskan
kebagian leher.
• Biji jarak 2 buah digonseng sampai kering kemudian dihaluskan Campurkan dengan
setengah gelas air teh dan satu sendok madu lalu diminum.
• Seujung jari kencur setengah buah biji pinang muda dikunyah kemudian airnya diminum.
• Daun sirih 2 lembar, kapur sirih, gambir, di kunyah lalu di semburkan ke dada orang yang
batuk.
• Jeruk nipis dibelah dua diambil airnya, kira-kira satu sendok makan tambahkan sedikit
madu lalu di minum
b. Demam
• Daun sirih 2 lembar, kapur sirih, gambir, di kunyah lalu di semburkan ke dada orang yang
demam.
• Daun bunga raya 7 lembar , daun sirih 5 lembar, diremas dalam air kemudian disapukan
pada seluruh badan.
• Segenggam beras, seujung jari jahe merah, seujung jari kunyit, kayu manis satu sendok
teh, kencur seujung jari lada hitam 2 buah, jahe merah (bahing), semua bahan di haluskan
tambahkan sedikit air sapukan keseluruh badan.
• Daun ciplukan direbus untuk mandi.
• Buah belimbing 5 buah di belah-belah, satu buah jeruk nipis diambil airnya, satu buah
jeruk purut diambil airnya semua bahan dicampur jadi satu kemudian dipanaskan, setelah
hangat-hangat kuku kompreskan keseluruh badan.
• Daun mangkokan 3 lembar diremas-remas lalu airnya sapukan keseluruh tubuh.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• Segenggam daun bayam duri segar dicuci bersih lalu dipipis. Tambahkan sedikit air
hingga mengental, sapukan dahi dan pelipis.
.
c. Malaria.
• Daun pepaya 3 lembar diremas-remas kemudian airnya diambil tambahkan sedikit garam
dan diminum.
• Daun ciplukan 10 lembar direbus dengan 3 gelas air 3 hingga menjadi ½ gelas lalu
diminum
2.Infeksi kulit (luka luar pada kulit)
• Daun babadotan 5 lembar diremas-remas lalu sapukan pada kulit yang luka.
• Daun sirih dua lembar tambahkan sedikit kapur sirih dan sedikit gambir lalu kunyah
sampai halus, semburkan ke kulit yang luka.
• Daun inai 10 lembar, seujung jari kunyit kemudian tumbuk halus, setelah halus tempelkan
pada kulit yang luka.
• Kunyit, kemiri, kapur sirih, dan air pinang (pinang dikunyah), tembakau, semua bahan
digiling hingga halus kemudian dilumuri kebagian kulit yang terinfeksi.
• Ambil 5 helai daun bandotan remas-remas sampai keluar airnya, kemudian air tersebut
teteskan pada kulit yang terluka.
• Daun sirih 3 lembar digiling halus campurkan dengan sedikit minyak kelapa kemudian
lumurkan kebagian yanng terinfeksi.
• Sebuah kelapa diambil patinya kemudian dioleskan pada kulit yang terkena cacar.
• Getah pohan fanili di ambil sedikit lalu letakkan pada kulit yang terluka dan dapat
menghentikan pendarahan.
• Seujung jari kunyit tambahkan sedikit tembakau dan minyak kelapa lalu oleskan pada
kulit yang luka.
• Gundur satu buah lalu diparut campur dengan air hangat 10 liter lalu mandikan kepada
orang kena cacar air supaya tidak membekas.
• 3 lembar daun jarak haluskan kemudian tapalkan pada kulit yang infeksi.
• Daun cabe merah 5 lembar diremas-remas sampai keluar airnya lalu airnya sapukan pada
kulit yang biduran.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• daun kacar air 7 lembar tambahkan seujung jari kunyit dan 1 buah kemiri lalu dihaluskan
kemudian tapalkan pada kulit yang kena bisul.
3.Penyakit Tulang, Rematik,
a. Obat rematik
• Jeruk purut satu buah dibelah dua tambahkan sedikit kapur sirih lalu dibakar, kemudian
oleskan pada bagian tubuh yang ngilu.
• Daun seledri yang masih segar sebanyak satu tangkai dicuci sampai kotorannya hilang
kemudian kemudian jadikan lalapan pada waktu makan.
• Ambil segenggam daun dan batang muda bandotan segar, nasi basi sekepal dan sedikit
garam. Cuci daun dan batang sampai barsih kemudian tumbuk bersama nasi dan garam.
Setelah menjadi bubur letakkan ramuan kebagian sendi yang sakit sambil di balut
biarkan selama 3 jam.
• Jahe satu ruas yang sudah dibersihkan lalu panggang diatas api beberapa saat kemudian
tumbuk sampai benar-banar halus, kemudian oleskan pada bagian tubuh yang mengalami
rematik.
• Kencur segenggam, beras 3 genggam yang sudah direndam selama 1 malam, lada 6
buah, jahe merah (bahing), haluskan semua bahan hingga halus kemudian oles keseluruh
kaki yang sakit.
• Segenggam bayam duri direbus airnya gunakan untuk merendam bagian tubuh yang
keselo.
4. Penyakit Kanker,
a. Penyakit kanker
• Daun sirsak 7 lembar direbus dengan 3 gelas air hingga 1 gelas kemudian diminum 2
hari sekali secara teratur.
• Buah sirsak dijus untuk minuman penderita kanker dan mencegah penyakit kanker.
5. Penyakit hati, tekanan darah
b. Lever
• Temulawak 3 ruas diparut dan tambahkan gula aren dan segelas air lalu diminum.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• Daun bunga mutiara( daun serut=daun selaput) di cuci bersih sebanyak 2 genggam, lalu
direbus dengan tiga gelas air putih hingga setengahnya, saring setelah dingin minum.
Lakukan 3 hari sekali.
• Daun sukun 3 helai rebus dengan 1 liter air bersih hingga 1 gelas kemudian saring dan
minum setelah dingin.
c. Hipertensi
• Labu siam satu buah di parut lalu diberi satu gelas air matang hangat lalu diminum.
• Daun belimbing waluh 9 helai dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air hingga ½
gelas kemudian diminum.
• Daun pokat 5 lembar direbus dengan 3 gelas air hingga 1 gelas air kemudian diminum.
• Daun seledri 200 gram direbus dengan 5 gelas air hingga 1 gelas kemudian diminum.
• buah mahkota dewa 3 buah yang sudah dikeringkan seduh dengan 1 gelas air matang,
dinginkan kemudian diminum.
• Bawang putih 5 buah di kunyah-kunyah lalu di telan.
• Daun kumis kucing 7 lebar direbus dengan 1 gelas air hingga ½ gelas kemudian saring
setelah dingin diminum.
• Daun salam 10 lembar direbus dengan 2 gelas air hingga ½ gelas lalu diminum.
6. Infeksi Mata
a. Infeksi mata
• Sirih 3 lembar diremas dalam air lalu diperas kemudian diteteskan pada mata.
• Daun katarak satu helai tetesi dengan sedikit air lalu teteskan pada mata.
• Kunyit seruas jari diparut, peras dengan kain lalu airnya diteteskan pada mata yang
terinfeksi.
• Tembakau di bakar jangan sampai gosong cukup sampai panas-panas saja kemudian beri
dengan sedikit air saring dengan menggunakan kain bersih airnya teteskan pada mata
yang terinfeksi.
• Batang sirih direbus dan air rebusannya setelah hangat-hangat kuku teteskan pada mata
yang terinfeksi.
• Daun kitolod segenggam, remas-remas dengan sedikit air, kemudian air remasan
diteteskan kematangan katarak dengan menggunakan pipet sebanyak 2-3 kali sehari.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
7. Reproduksi dan Kewanitaan
a. Keputihan pada wanita
• Daun sirih 5 lembar direbus dengan air 3 gelas sehingga menjadi 2 gelas dengan
ditambahkan tawas sedikit(1sendokteh) kemudian diminum ¼ gelas pada malam dan
pagi hari.
• Daun jambu biji yang masih muda (2 kepalan tangan) dicuci bersih, kemudian
tambahkan daun sirih 7 lembar rebus dengan air bersih 1 gelas setelah itu rebus kira-kira
10-15 menit. Setelah itu airnya disaring dan diminum.
b. Haid tidak teratur
• Daun mawar putih yang masih segar sebanyak tiga kuntum, bersihkan seduh dengan air
panas, aduk hingga merata, saring kemudian airnya diminum.
c. Melancarkan pengeluaran ASI.
• Bayam duri sebatang yang masih segar dan utuh, dicuci bersih lalu dipipis, tambahkan
sedikit air lalu balurkan pada payudara dan sekitarnya lakukan sehari 4 kali.
• Segenggam daun patikan kebo dicuci bersih lalu dimasak bersama beras sampai menjadi
bubur, tambahkan sedikit lada, lalu dimakan.
• Segenggam daun terbangun, segenggam beras, lada yang sudah halus ½ sendok teh,
semua bahan di masak hingga menjadi bubur, setelah dingin lalu dimakan.
8. Saluran Pencernaan atau masalah perut
a. Diare
• Kuning gajah seruas jari, temu kunci segenggam, lempuyang seruas jari, bengle seruas
jari, jerango, kencur daun gandarusa 9 lembar semua bahan dipotong kecil-kecil lalu di
gonseng di api yang kecil sampai semua bahan berubah menjadi coklat. Bahan –bahan
yang sudah digonseng didinginkan dan dikunyah, kunyahan tersebut semburkan pada
bagian perut.
• Temulawak seruas, kencur seruas, gula batu diminum bagi penderita penyakit maag.
• Labu kuning kira-kita 200 gram dikukus tambahkan sedikit garam lalu dimakan, untuk
penyakit maag.
• Bawang putih satu siung, jahe merah (bahing) seruas, sirih 2 lembar, merica hitam 4
buah, gambir, semua bahan dikunyah-kunyah lalu disemburkan pada bagian perut sampai
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dada, kemudian pada bagian perut ditutup dengan daun tembakau atau daun jarak ikat
supaya daun tidak lepas biarkan daun sampai mengering.
• Buah jarak 5 buah digongseng sampai hitam kemudian ditumbuk halus sampai
mengeluarkan minyak, minyak tersebut dioleskan pada bagian perut kemudian ditapal
dengan daun jarak.
• Ambil satu tangkai bandotan berukuran besar cuci bersih, potong-potong seperlunya,
rebus dalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Saring dan minum setelah dingin.
b. Disentri.
• Pucuk daun jambu kelutuk sebanyak 7 helai direbus ditambah sedikit gambir lalu
diminum.
• Buah sauh yang masih muda satu buah direbus dengan 2 gelas air hingga ½ gelas
tambahkan sedikit gambir lalu diminum.
• Pisang barangan satu buah dibakar beserta kulitnya setelah agak kecoklatan digerus
dengan sendok lalu dimakan.
• Beras segenggam digongseng tambah kencur, jahe kemudian digiling halus dan diaduk
lalu diminum.
c. Masuk angin
• Daun jarak 2 lembar yang agak besar lalu dipanggang diatas api jangan sampai gosong
kira-kira daunnya sudah lemas angkat kemudian oleskan dengan minyak kelapa tapalkan
pada perut.
• Daun kunyit 2 lembar panggang dengan api kecil setelah agak layu angkat tambahkan
sedikit minyak kelapa tapalkan pada perut.
• Kuning gajah seruas jari, temu-temu segenggam, lempuyang seruas jari, bengle seruas
jari, jerango, kencur daun gandarusa 9 lembar semua bahan dipotong kecil-kecil lalu di
gonseng di api yang kecil sampai semua bahan berubah menjadi coklat. Bahan –bahan
yang sudah digonseng didinginkan dan dikunyah, kunyahan tersebut semburkan pada
bagian perut.
• Beras segenggam yang sudah direndam selama satu malam tambahkan segenggam siksik
naga, kencur, lada 6 buah, jahe merah (bahing), kuning gajah, temu-temu kunci, bawang
putih jahe, semua bahan dihaluskan setelah halus tambahkan sedikit air lalu oleskan pada
perut.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• Bawang merah satu siung dimemarkan kemudian tambahkan sedikit minyak tanah lalu
sapukan pada bagian perut.
• Kuning gajah, kencur, bawang merah, beras, lada, jahe semua bahan di giling kasar
kemudian digongseng sampai berubah kecoklat-coklatan, setelah dingin dikunyah-
kunyah.
9. Sakit Gigi
• Pinang muda satu buah dikunyah-kunyah kemudian airnya teteskan pada bagian gigi
yang sakit
• kunyit 1 ruas dipotong-potong, belimbing waluh 1 buah di haluskan lalu dibuat untuk
berkumur.
• Beras segenggam yang sudah direndam selama satu malam tambahkan segenggam siksik
naga, kencur, lada 6 buah, jahe merah (bahing), kuning gajah, temu kunci, bawang putih
jahe, semua bahan dihaluskan setelah halus tambahkan sedikit air lalu oleskan pada
bagian gigi yang sakit.
• Buah cengkeh digiling dan dimasukkan kedalam gigi yang berlubang
• Buah pala dihaluskan dan dioleskan pada pipi yang bengkak
• Daun kitolod sebanyak 2 lembar, cuci bersih dan tumbuk halus letakan dilubang gigi
yang sakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ditemukan 75 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat oleh
masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga.
2. Jenis tumbuhan yang paling banyak digunakan dari Famili Zingiberaceae
sebanyak 9 jenis yaitu: Etlinger elatior, Zingiber purpureuma, Zingiber officinale,
Zingiber officinale Roxb.Var Rubra, Kaemfperia galanga, Curcuma domestika,
Alpinia galanga, Curcuma xanthorriza, Kaempferia pandurata.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Jahe merah (Zingiber officinale) merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai
guna dan Index cultural of Significance (ICS) tertinggi, nilai guna dan ICS
terendah adalah nenas (Ananas comosus).
4. Pemanfaatan tumbuhan obat-obatan mengalami penurunan terbesar pada
kelompok umur 15-29 tahun sebesar 14,38 %.
Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga untuk terus
melestarikan tumbuhan obat dengan memanfaatkannya sebagai bahan obat
tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga untuk kelompok-kelompok
penyakit secara lebih tersepesialisasi.
3. Kepada instansi terkait diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya para
tabib agar dapat membudayan jenis tumbuhan yang bermanfaat utuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medica. Palembang. Arisandi, Y. dan Andriani, Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta. Pustaka Buku Murah. Barus, P. 2010 . Budaya Karo. Balai Pustaka. Jakarta. Ayu, P. 2011. Ragam Bunga Berkhasiat Obat. Cemerlang Publishing. Yogyakarta. Cotton, C.M. 1996. Ethnobotany. Principles and Applications. Roehamton Institute
London.UK.John Willey & Sons Inc.London. Depkes. R. I. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KONTRANAS). Jakarta.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Puspa swara. Jakarta. Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Puspa Swara. Jakarta. Dalimartha,S. 2004. Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Trubus Agriwidya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Jahe merah (Zingiber officinale) merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai
guna dan Index cultural of Significance (ICS) tertinggi, nilai guna dan ICS
terendah adalah nenas (Ananas comosus).
4. Pemanfaatan tumbuhan obat-obatan mengalami penurunan terbesar pada
kelompok umur 15-29 tahun sebesar 14,38 %.
Saran
1. Diharapkan kepada masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga untuk terus
melestarikan tumbuhan obat dengan memanfaatkannya sebagai bahan obat
tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga untuk kelompok-kelompok
penyakit secara lebih tersepesialisasi.
3. Kepada instansi terkait diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya para
tabib agar dapat membudayan jenis tumbuhan yang bermanfaat utuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Salemba Medica. Palembang. Arisandi, Y. dan Andriani, Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Jakarta. Pustaka Buku Murah. Barus, P. 2010 . Budaya Karo. Balai Pustaka. Jakarta. Ayu, P. 2011. Ragam Bunga Berkhasiat Obat. Cemerlang Publishing. Yogyakarta. Cotton, C.M. 1996. Ethnobotany. Principles and Applications. Roehamton Institute
London.UK.John Willey & Sons Inc.London. Depkes. R. I. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KONTRANAS). Jakarta.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Puspa swara. Jakarta. Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Puspa Swara. Jakarta. Dalimartha,S. 2004. Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 1. Trubus Agriwidya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Puspa Swara. Jakarta. Dianawati, A. dan Irawan, E.S. 2001. Ramuan Tradisional. Cetakan Kedua.PT Agro Media
Pustaka. Jakarta. Ginting, J.R. 1986. Pandangan Tentang Gangguan Jiwa dan Penanggulangannya Secara
Tradisional Pada Masyarakat Karo. Skripsi Sarjana. FISIP USU. Ilyas, S. 2010. Upaya Pengembangan Tanaman Obat Asal Sumatera Utara Melalui Riset
Biomedis. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap. FMIPA USU. Medan. Hakimal, A.I. 2010. 81 Macam Buah Berkhasiat Istimewa. Surya Media Utama. Jawa
Tengah. Hapsoh. Hasanah, Y. Julianti, E. 2008. Budidaya dan Teknologi Pasca Panen Jahe. USU
Press. Iskandar, A. 2005. Mengatasi Gangguan Pencernaan Dengan Terapi Tradisional.
Agromedia Pustaka. Jakarta. Khairani. 2010. Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Melayu di Kecamatan
Tanjung Tiram. Tesis. MIPA. USU. Katno dan Pramono,S. 2001. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Tanaman
Obat Tradisional. Farmasi UGM, Yogyakarta. Khoirul, M.T dan Fa,A. 2010. Sapu Bersih Semua Penyakit Dengan Ramuan Tradisional.
Media citra. Kumala L.U.R. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan
keamanannya. Majalah Ilmu Keparmasian. 3(1): 01-07 Kusuma, R. F dan Zaky, M. B. 2005. Tumbuhan liar berkhasiat obat. AgroMedia Pustaka.
Bogor. Maturborg, R.A, Worabai, S. dan Kesaulija, E.M. 2001. Pemanfaatan Jenis Tumbuhan
Pohon Oleh Suku Wondama di Desa Tandia, Wasior Kabupaten Manokwari. Pusat studi Keanekaragaman Hayati Universitas Cendrawasih. Manokwari.
Maryani, H, dan Suharmiati. 2003. Tamaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia
Lanjut. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Perangin-angin, L, Martin. 2004. Catatan-catatan Penting Tentang Eksistensi Masyarakat
Karo. Saro Mido, Jakarta. Prinst, D. 2004. Adat Karo. Bina Media Perintis. Medan. Rahayu, S. 2003. Studi Etnobotani Pemanfaatan Jenis-Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan
Obat Tradisional Oleh Masyarakat Di Desa Batumbelin Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. FMIPA Universitas Sriwijaya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Rugayah, Widjaja, E.A dan Praptiwi. 2004 Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. PUSLITBIO LIPI. Bogor.
Saifudin, A dan Rahayu, V. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Geraha Ilmu. Jakarta. Sastropradjo.1990. Tumbuhan Obat. Lembaga Biologi Nasional LIPI. Balai Pustaka. Jakarta Sathyami dan Sulistyawati, E. 2008. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Adat
Kampung Dukuh, Garut, Jawa Barat. ITB. Bandung. Septiatin, A. 2008. Apotik Hidup Dan Rempah-Rempah, tanaman Hias, dan Tanaman Liar.
Yrama Widya. Bandung. Sitepu, K. 2010. Tigabinanga Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Karo. Sumatera
Utara. Steenis. C.G.G.J. 1967. Flora of Malesiana. Series I. Volume I- VII. Part 1. Wolters.
Noordhoof. Publising. Gronimngen. The Nedherlands. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung. Subagyo, P. J. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta. Penebar Swadaya Sudirga, S.K. 2000. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Di Desa Trunyan
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. MIPA. Universitas Udayana. E;jurnal;bumi-lestari/rtf;sangket.doc/12
Sukmono,J,K. 2009. Mengatasi Aneka Penyakit dengan Terapi Herbal. Agromedia pustaka.
Jakarta. Suranto, A. 2011. Dahsyatnya Sirsak Tumpas penyakit. Pustaka Bunda. Jakarta. Tarigan, H.G. 1990. Percikan Budaya Karo. Cetakan Pertama. Yayasan Marga Silima
Bandung. Tamin,R dan Arbain D. 1995. Biodiversitas dan Survey Etnobotani. Makalah Lokakarya
Isolasi Senyawa Berkhasiat. Kerjasama HEDS-FMIPA Universitas Andalas, Padang. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta. Wasito, H. 2011. Obat Tradisional kekayaan Indonesia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Wijayakusuma, H. M. 2009. Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Puspa Swara. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BIODATA DAN WAWANCARA PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT OLEH RESPONDEN
Nama : Jenis kelamin : Umur : Pendidikan : Suku : Pekerjaan : Agama : Alamat : Status : kawin/belum kawin
ANGKET PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PEMANFAATAN TUMBUH-TUMBUHAN OBAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Petunjuk 1. Baca setiap pertanyaan dalam tabel di bawah ini dengan baik
:
2. Mohon dijawab dengan sejujurnya sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan cara memberi tanda silang (X) pada kolom jawaban yang tersedia.
3. Saya mengharapkan jawaban yang sejujurnya dari Anda. 4. Jawaban yang diberikan tidak akan merugikan Anda dalam bidang apapun karena
hanya merupakan data untuk penelitian Saya. Pertanyaan 1. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan
penyakit demam? a. Ya b. Tidak
2. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit batuk?
a. Ya b. Tidak 3. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan
penyakit luka pada kulit? a. Ya b. Tidak
4. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit tulang dan sendi?
a. Ya b. Tidak 5. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan
penyakit mata? a.Ya b. Tidak
6. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit gigi?
a.Ya b. Tidak
7. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kanker?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah bahing (jahe merah) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit memperlancar ASI dan menstruasi?
a. Ya b. Tidak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
9. Apakah bahing (jahe merah) digunakan untuk menyembuhkan penyakit hipertensi?
a. Ya b. Tidak
10. apakah bahing (jahe merah) digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut dan masalah pencernaan?
a. Ya b. Tidak
11. Apakah bahing (jahe merah) digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever?
a. Ya b. Tidak
12. Apakah bahing (jahe merah) digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah belo (sirih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes?
a. Ya b. Tidak
14. Apakah belo (sirih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit demam?
a. Ya b. Tidak 15. Apakah belo (sirih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit batuk?
a. Ya b. Tidak 16. Apakah belo (sirih) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit luka
pada kulit? a. Ya b. Tidak
b. Apakah belo (sirih) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit tulang dan sendi?
a. Ya b. Tidak c. Apakah belo (sirih)digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit mata?
a. Ya b. Tidak d. Apakah belo (sirih) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit gigi? a. Ya b. Tidak
20. Apakah belo (sirih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kanker?
a. Ya b. Tidak
21. Apakah belo (sirih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit memperlancar ASI dan menstruasi?
a. Ya b. Tidak
22. Apakah belo (sirih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit hipertensi?
a. Ya b. Tidak
23 apakah belo (sirih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut dan masalah pencernaan?
a. Ya b. Tidak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
24 Apakah belo (sirih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever?
a. Ya b. Tidak
25. Apakah belo (sirih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria?
a. Ya b. Tidak
26. Apakah belo (sirih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes?
a. Ya b. Tidak
27. Apakah merica (lada) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit demam?
a. Ya b. Tidak 28. Apakah lada(merica) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit
batuk? a. Ya b. Tidak
29. Apakah lada (merica) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit luka pada kulit?
a. Ya b. Tidak 30. Apakah lada (merica) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit
tulang dan sendi? a. Ya b. Tidak
31. Apakah lada (merica) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit mata? a. Ya b. Tidak
32. Apakah lada (merica) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit gigi?a.Ya b. Tidak
33. Apakah lada (merica) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kanker?
a. Ya b. Tidak
34. Apakah lada (merica) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit memperlancar ASI dan menstruasi?
a. Ya b. Tidak
35. Apakah lada (merica) digunakan untuk menyembuhkan penyakit hipertensi?
a. Ya b. Tidak
36. Apakah lada (merica) digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut dan masalah pencernaan?
a. Ya b. Tidak
37. Apakah lada (merica) digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever?
a. Ya b. Tidak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
38. Apakah lada (merica) digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria?
a. Ya b. Tidak
39. Apakah lada (merica) digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes?
a. Ya b. Tidak
40. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit demam?
a. Ya b. Tidak 41. Apakah kanciwer (kencur) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit
batuk? a. Ya b. Tidak 42. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit
luka pada kulit? a. Ya b. Tidak
43. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit tulang dan sendi?
a. Ya b. Tidak 44. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit
mata? a. Ya b. Tidak 45. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan
penyakitgigi?
a.Ya b. Tidak
46. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kanker?
a. Ya b. Tidak
47. Apakah kaciwer (kencur) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit memperlancar ASI dan menstruasi?
a. Ya b. Tidak
48. Apakah kaciwer (kencur) digunakan untuk menyembuhkan penyakit hipertensi?
a. Ya b. Tidak
49. Apakah kaciwer (kencur) digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut dan masalah pencernaan?
a. Ya b. Tidak
50. Apakah kaciwer (kencur) digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever?
a. Ya b. Tidak
51. Apakah kaciwer (kencur) digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria?
a. Ya b. Tidak
52. Apakah kaciwer (kencur) digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes?
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Ya b. Tidak
53. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit demam?
a. Ya b. Tidak 54. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan
penyakit batuk? a. Ya b. Tidak
55. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit luka pada kulit?
a. Ya b. Tidak 56. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan
penyakit tulang dan sendi? a. Ya b. Tidak
57. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit mata? a. Ya b. Tidak
58. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakitgigi?
a.Ya b. Tidak
59. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kanker?
a. Ya b. Tidak
60. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit memperlancar ASI dan menstruasi?
a. Ya b. Tidak
61. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit hipertensi?
a. Ya b. Tidak
62. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut dan masalah pencernaan?
a. Ya b. Tidak
63. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever?
a. Ya b. Tidak
64. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria?
a. Ya b. Tidak
65. Apakah lasuna (bawang putih) digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes?
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Ya b. Tidak
66. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit demam?
a. Ya b. Tidak 67. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit
batuk? a. Ya b. Tidak
68. Apakah padi (beras) digunakan sebagaibahan obat untuk menyembuhkan penyakit luka pada kulit?
a. Ya b. Tidak 69. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit
tulang dan sendi? a. Ya b. Tidak
70. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit mata?
a. Ya b. Tidak
71. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakitgigi?
a.Ya b. Tidak
72. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit kanker?
a. Ya b. Tidak
73. Apakah padi (beras) digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit memperlancar ASI dan menstruasi?
a. Ya b. Tidak
74. Apakah padi (beras) digunakan untuk menyembuhkan penyakit hipertensi?
a. Ya b. Tidak
75. Apakah padi (beras) digunakan untuk menyembuhkan penyakit perut dan masalah pencernaan?
a. Ya b. Tidak
76. Apakah padi (beras) digunakan untuk menyembuhkan penyakit lever?
a. Ya b. Tidak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
77. Apakah padi (beras) digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria?
a. Ya b. Tidak
78. Apakah padi (beras) digunakan untuk menyembuhkan penyakit diabetes?
a. Ya b. Tidak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2.
Contoh Perhitungan Nilai Guna dan Nilai Guna Relatif Tumbuhan
a. Nilai GunaBahing(jahe merah)
s
iss i
UVUV ∑=
3403567
=sUV
= 10,49
Dimana : UVs = jumlah nilai total dari suatu jenis s
UVis= jumlah nilai guna jenis s yang diberikan oleh informan i
is = jumlah total informan yang diwawancarai untuk nilai guna
jenis s
b. Nilai guna relatif (Relative-Use Value = RUV)Jahe merah
n
s
is
i SUVUV
RUV∑
=
7549,10
3567∑
=iRUV
= 4,533
Dimana: iRUV = nilai guna relatif informan i
isUV = nilai guna setiap jenis lokal s oleh informan i
sUV = nilai guna total setiap jenis lokal s dalam penelitian ini
nS = jumlah jenis lokal menurut informan i, untuk data ini dapat
juga didasarkan pada dua atau beberapa informan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
c. Index kepentingan budaya (Index of Cultural Significance ) Jahe merah (bahing)
( )∑=
=n
iniqxixeICS
1
ICS= (3x4x2) + (3x1x1) + (3x1x1) + (3x2x1) + (3x3x2) + (3x1x2) + (3x2x1) +
(3x1x1) + (3x1x0,5) + (3x2x0,5) + (3x2x1) + (3x1x0,5) + (3x3x2) + (3x3x2)
= 24+3+3+6+18+6+6+3+3+1,5+6+1,5+18+18
= 117
Dimana : untuk penggunaan n, q = nilai kualitas, i = nilai intensitas,
e = nilai ekslusivitas .
d. Degradasi Pengetahuan (D1)
%1001 xC
ACD
∑∑ ∑−=
= %1001210
10361210 X−
=14,38 %
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara