29
KAJIAN PENGELOLAAN KOLEKSI TUMBUHAN DI TAMAN BOTANI KUTAI TIMUR Laporan Akhir (Untuk Kalangan Sendiri) SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR 2020

Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

KAJIAN PENGELOLAAN KOLEKSI TUMBUHAN DI

TAMAN BOTANI KUTAI TIMUR Laporan Akhir (Untuk Kalangan Sendiri)

SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR 2020

Page 2: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

i

Lembar Identitas dan Persetujuan

1. Judul Penelitian : Kajian Pengelolaan Koleksi Tumbuhan di Taman Botani Kutai

Timur

2. Identitas Peneliti :

Ketua Pelaksana : Titis Hutama Syah,

Program Studi : Kehutanan

NIDN : 1121028201

Anggota 1 : Arbain,

Program Studi : Kehutanan

NIDN :

Anggota 2 : Mufti Perwira Putra,

Program Studi : Kehutanan

NIDN :

Anggota 3 : Dhani Aryanto

Program Studi : Teknik Pertanian

NIDN :

3. Lokasi Penelitian : Taman Botani, Sangatta Utara, Kutai Timur

4. Sumber Dana : Kalimantan Forest Project - Direktorat Jenderal

Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementeriaan

Lingkungan Hidup dan Kehutanan

5. Jumlah Dana : Rp. 131.780.000,-

6. Sponsor : CV. Tri Silva Bersaudara

7. Waktu Penelitian : Juli - Agustus 2020

Menyetujui,

a.n Ketua LPPM,

Sekretaris

Nani Rohaeni, SP., MP

NIDN

Sangatta, 1 September 2020

Ketua Pelaksana,

Titis Hutama Syah

NIDN. 1121028201

Mengetahui

Ketua STIPER Kutai Timur

Prof. Dr. Ir. Juraemi, M.Si

NIP. 1957 0413 198702 1 001

BERES
Rectangle
BERES
Pencil
Page 3: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

ii

Daftar Isi

Pengantar ................................................................................................ Error! Bookmark not defined.

Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii

BAGIAN I: WORKPLAN & METHOD ............................................................................................... 1

Latar Belakang .................................................................................................................................. 1

Tujuan ................................................................................................................................................ 3

Metode Kerja ..................................................................................................................................... 3

BAGIAN II: KONDISI TAPAK TAMAN BOTANI ......................................................................... 8

Profil Vegetasi ................................................................................................................................... 8

Jenis Vegetasi ......................................................................................................................... 11

BAGIAN III: MAP OF BOTANICAL GARDEN PLAN: ZONING MODEL ................ 14

BAGIAN IV: INSTITUTIONAL ARRANGEMENT PLAN OF THE POTENTIAL OF

FLORA AND FAUNA IN THE KUTAI TIMUR DISTRICT ........................................... 15

BAGIAN V: RECOMMENDATIONS FOR IMPLEMENTATION STAGES ............... 18

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 24

Lampiran 1. Peta model zonasi Taman Botani ................................................................... 26

Page 4: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

1

Laporan Akhir

KAJIAN PENGELOLAAN KOLEKSI TUMBUHAN DI TAMAN BOTANI KUTAI

TIMUR

BAGIAN I: WORKPLAN & METHOD

Latar Belakang

Taman botani di kawasan pusat pemerintahan Bukit Pelangi, Sangatta, Kutai Timur

ditetapkan status dan fungsinya oleh Bupati Kutai Timur melalui surat keputusan Bupati Kutai

Timur Nomor: 454/02.188.45/HK/XII/2003, tanggal 31 Desember 2003. Maksud dari

penunjukkan Taman Botani adalah untuk digunakan sebagai areal penghijauan yang berisikan

jenis-jenis tanaman asli daerah dengan beberapa fasilitas pendukungnya. Pengelola Taman

Botani adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur, pada lahan seluas 20,5 Ha.

Seiring waktu, sejak tahun 2003 hingga kini, kondisi Taman Botani telah banyak mengalami

perkembangan. Kondisi saat ini perlu ditinjau untuk mengetahui tingkat pengelolaan yang

terdapat di Taman Botani.

Gambar 1. Lokasi Taman botani: kiri, rencana awal penetapan; kanan, kondisi saat ini

Terminologi taman botani secara luas (internasional) dikenal dengan istilah Botanic

Garden. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Kebun raya atau Kebun Botani. Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (2015) mendefinisikan kebun Raya sebagai kawasan konservasi

tumbuhan secara ex situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata

Page 5: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

2

berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola pola

tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.

IUCN dan Botanic Garden Conservation International (BGCI) menggunakan pengertian

taman botani sebagai suatu lembaga yang memiliki koleksi tanaman hidup yang

terdokumentasi untuk tujuan penelitian ilmiah, konservasi, pameran dan pendidikan (Jackson,

1999). Menurut Handoko (1995), Taman Botani adalah taman yang didedikasikan untuk

mengoleksi, membudidayakan, dan menampilkan berbagai macam tanaman yang diberi label

nama botani masing-masing.

Definisi-definisi taman botani diatas memiliki pokok kegiatan yang sama, yaitu koleksi

tumbuhan/tanaman hidup. Karakteristik dari kebun raya atau kebun botani atau taman botani

menurut IUCN-BGCS dan WWF (1989) adalah sebagi berikut:

- Tumbuhan yang dikoleksi diberi label nama yang sesuai.

- Tumbuhan yang dikoleksi sudah terlebih dahulu dikaji secara ilmiah

- Tumbuhan yang dikoleksi telah di komunikasikan dan di informasikan kepada taman

botani, lembaga, atau organisasi masyarakat yang lain.

- Memungkinkan terjadinya pertukaran koleksi antar lembaga taman botani atau pusat-

pusat penelitian yang lain.

- Terdapat komitmen dan tanggung jawab dalam terhadap pemeliharan koleksi tanaman

- Koleksi telah diteliti taksonominya dalam bentuk-bentuk penelitian herbarium

- terbuka untuk umum

- Mengkampanyekan konservasi sumberdaya alam melalui kegiatan-kegiatan pendidikan

lingkungan

- Terdapat dokumentasi asal usul koleksi.

- Melakukan penelitian ilmiah atau teknis budidaya terhadap koleksi

Keterpenuhan karakteristik-karakteristik tersebut diatas tidak terjadi pada seluruh taman botani

yang ada, namun pada umumnya setiap taman botani melakuan upaya-upaya yang serius untuk

mencukupi karakteristik-karakteristik tersebut. Jadi, untuk dapat melihat pengelolaan suatu

taman botani, maka penilaian terhadap pemenuhan karakteristik-karakteristiknya merupakan

pendekatan yang dapat dilakukan.

Organisasi yang secara khusus memberikan rekomendasi terhadap pengelolaan taman

botani adalah Botanic Garden Conservation Acreditation (BGCI). Salah satu kegiatannya

memberikan penilaian melalui akreditasi untuk suatu taman yang ingin dikembangkan menjadi

taman botani, kriteria yang dinilai diantaranya adalah: rencana dan kebijakan strategis,

Page 6: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

3

keterbukaan kepada masyarakat, dokumen koleksi, pemberdayaan masyarakat, hortikultura,

kapasitas riset, aktifitas konservasi, sustainabilitas dan etika, kemampuan ahli, dan jaringan

keanggotaan. Kriteria-kriteria tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: Kebijakan dan

inftrastruktur, serta aktifitas konservasi dan pelestarian (Botanic Garden Conservation

International, 2020). Pengembangan Taman Botani Kutai Timur di Sangatta dapat

menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah terlebih

dahulu melakukan evaluasi taman botani berdasarkan kriteria dan kategori yang disusun oleh

Botanic Garden Conservation Internasional tersebut.

Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi terkini dari Taman Botani Kutai

Timur dan melakukan pendekatan pengembangan menuju taman botani yang dapat diakui oleh

seluruh pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan yang dilakukan akan

mengevaluasi dari aspek biofisik sebagai cerminan praktis konservasi dan pelestarian, serta

pendekatan pengelolaan untuk mengetahui aspek-aspek yang terlibat didalam kebijakan dan

kondisi sarana dan prasarana yang ada. Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan dengan

mengedepankan upaya-upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah untuk:

1. Mengetahui struktur komunitas tumbuhan yang terdapat dalam taman botani sebagai

bentuk penjabaran aspek biofisik pengelolaan taman botani.

2. Menelaah kondisi taman botani berdasarkan peta kerja yang ada.

3. Menyusun peta tematik berdasarkan kebutuhan zonasi di Taman Botani.

Metode Kerja

Studi ini akan dilaksanakan sesuai tata waktu yang telah disepakati dengan

Kalfor/UNDP sebanyak 29 hari kerja. Pada kurun waktu tersebut akan digunakan untuk

penyusunan 3 kegiatan pokok, yaitu:

- Pembuatan dan analisis diagram profil vegetasi

- Pembuatan dan analisis peta tematik

- evaluasi perkembangan taman botani.

Diagram profil pohon

Diagram profil merupakan salah satu cara untuk melihat gambaran stratifikasi

komunitas vegetasi dalam suatu kawasan, yang terwakili dalam petak ukur-petak ukur (Baker

& Wilson, 2000). Di dalam petak ukur tersebut dilakukan pengukuran terhadap tinggi, panjang

tajuk, dan lebar tajuk pohon. Hasil pengukuran dikonversi ke dalam gambar petak ukur

Page 7: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

4

berskala. Dari diagram profil tersebut dapat di visualisasikan kemudian disimpulkan apakah

terdapat strata atau tidak dalam wilayah tersebut. Dalam diagram tersebut struktur vegetasi

diproyeksikan secara vertikal dan horisontal, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran

dinamika pertumbuhan komunitas di dalam kawasan dan menentukan aspek-aspek pengelolaan

berdasarkan struktur yang terbentuk di dalam diagram tersebut (Harja & Vincent, 2008).

Proyeksi vertikal dimaksudkan untuk mengetahui distribusi intern tajuk didalam kawasan dan

disimpulkan menjadi pola acak (random), seragam (uniform), dan bergerombol (clumped).

Sedangkan proyeksi horisontal dimaksudkan untuk melihat stratifikasi tajuk. Stratifikasi tajuk

sendiri dapat dikelompokkan menjadi stratum A lapisan tajuk pada ketinggian tegakan ≥ 30

m), stratum B (lapisan tajuk pada ketinggian 20 - 30 m), stratum C (lapisan tajuk pada

ketinggian 4 - 20 m) dan stratum D (lapisan tajuk pada ketinggian 1-4 m) (Indriyanto,

2006).

Pembuatan Zonasi tematik

Peta tematik merupakan peta yang disusun dengan tujuan tertentu. Peta ini memerlukan

peta dasar sebagai referensi. Peta tematik yang disusun dalam studi ini merupakan peta

pemanfaatan lahan di taman botani. Untuk menyusun peta tersebut diperlukan overlay peta

topografi dan peta tutupan lahan sebagai dasar penentuan zonasi tematik. Komponen yang

harus dipenuhi dalam sebuah taman botani menurut Safarinanugraha (2018) komponen-

komponen tematis yang harus terdapat didalam suatu taman botani antara lain adalah:

- Ruang/area penerima, yang terdiri gerbang, loket, area berkumpul yang idealnya

terletak < 400 m dari area utama.

- Area koleksi/konservasi: merupakan area terdapatnya koleksi tumbuhan, dengan luasan

ideal > 60% dari luas taman botani.

- Area pengelola: merupakan tempat aktifitas pengelola dalam kesehariannya di taman

Botani, seperti: kantor pengelola, kantor pemeliharaan koleksi dan registrasi, kantor

pembibitan, kantor peneliti, dsb.

- Area pembibitan: merupakan area pembibitan untuk budi daya tumbuhan koleksi, non

koleksi, dan tempat aklimatisasi tumbuhan

- Area penelitian: merupakan ruang penelitian botani, taksonomi, etnobotani, hortikultur

atau konservasi dengan fasilitas ruang kerja peneliti, herbarium, perpustakaan dan

laboratorium.

- Area penyangga: merupakan area yang memisahkan antara wilayah taman botani dan

wilayah diluarnya, idealnya area yang menyerupai habitat alam.

Page 8: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

5

- Jalur jalan utama untuk pengunjung: merupakan jalur utama pengunjung yang idealnya

memiliki fasilitas pendukung lain seperti marka jalan, papan informasi.

- Jalur servis untuk pemeliharaan: idealnya merupakan jalur yang terpisah dengan jalur

pengunjung

- Fasilitas pendukung wisata: merupakan fasilitas untuk mendukung fungsi wisata seperti

toko souvenir, ruang pameran, ruang auditorium, area piknik, dan taman tematik.

- Site furniture: merupakan aksesoris-aksesoris pelengkap namun memiliki fungsi yang

penting untuk mendukung fungsi keamanan, kenyamanan, dan estetika, seperti pagar,

sistem signage, CCTV, bollard, penerangan, bangku taman, tempat sampah, dan

gazebo/ shelter/ pergola ada di kebun raya.

Safarinanugraha (2018) juga mengajukan desain ideal suatu taman botani berdasarkan

darwin innitiative (Leadlay & Greene, 1998) seperti pada gambar. Konsep dari gambar

tersebut akan digunakan sebagai panduan pembuatan zonasi taman botani dalam studi ini.

A. Taman display tambahan

B. Tanaman penyangga

C. Area Konservasi

D. Area Koleksi

E. Gerbang Masuk/loket

F. Area untuk festival

G. Gudang dan garasi

H. Herbarium

I. Rumah Kaca

J. Auditorium

K. Kios dan shelter

L. Perpustakaan

M. Pemeliharaan dan gudang

N. Pembibitan

O. Kantor pengelola

P. Area piknik

Q. Ruang kelas

R. Laboratorium

S. Toko Souvenir

T. Toilet

U. Area rekreasi

V. Area penerima

Page 9: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

6

W. Taman Terbuka

X. Area pameran

Gambar 2. Desain ideal sebuah taman botani menurut Leadlay & Greene (1998).

Evaluasi perkembangan Taman Botani

Evaluasi terhadap perkembangan Taman Botani dilakukan dengan pendekatan sistem

akreditasi dari Botanic Garden Conservation International (2020). Pengumpulan data

mendalam diperlukan terhadap aspek organisasi dan strategi, keterbukaan kepada masyarakat,

manajemen koleksi, edukasi kepada masyarakat, hortikultur, penelitian konservasi tumbuhan,

kegiatan konservasi tumbuhan, pelestarian, kepakaran, dan jaringan kerjasama. Aspek-aspek

tersebut dirangkum menjadi 14 pertanyaan sebagai berikut:

Pertanyaan 1: Apakah terdapat rencana strategis yang mencakup semua aspek pengoperasian

taman botani dan apakah sudah dilaksanakan?

Dokumentasi yang diperlukan: Rencana strategis atau dokumen kebijakan lain

Pertanyaan 2: Apakah terdapat strategi dan dan apakah sudah diterapkan?

Dokumentasi yang diperlukan: Dokumen kebijakan koleksi tumbuhan

Pertanyaan 3: Apakah terdapat kebijakan lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,

konservasi, pendidikan, kunjungan, wisata dll?

Dokumentasi yang diperlukan: Dokumen kebijakan

Pertanyaan 4: Apakah taman botani terbuka untuk umum pada jam-jam reguler atau paling

tidak dengan perjanjian (insidental)?

Dokumentasi yang diperlukan: bentuk - bentuk pengumuman kepada

masyarakat.

Pertanyaan 5: Apakah koleksi yang terdapat di Taman Botani didokumentasikan dalam bentuk

database catatan tanaman?

Dokumentasi yang diperlukan: contoh catatan perekaman.

Pertanyaan 6: Apakah catatan koleksi di unggah dan dapat diakses oleh publik?

Dokumentasi yang diperlukan: akses pencarian online.

Pertanyaan 7: Apakah data koleksi dibagikan kepada institusi lain?

Dokumentasi yang diperlukan: catatan berbagi

Pertanyaan 8: Apakah terdapat keterlibatan publik, intitusi pendidikan, atau tinjauan budaya

dalam pemilihan diversitas tanaman yang dikoleksi?

Dokumentasi yang diperlukan: catatan-catatan sosialisasi, seminar, forum

pertemuan dsb.

Pertanyaan 9: Apakah tanaman koleksi yang ditampilkan kepada pengunjung diberi label

dengan jelas?

Dokumentasi yang diperlukan: contoh foto/gambar dokumentasi.

Pertanyaan 10: Apakah taman botani memiliki setidaknya tiga kegiatan yang berfokus pada

konservasi tumbuhan?

Dokumentasi yang diperlukan: catatan-catatan kegiatan

Pertanyaan 11: Apakah taman botani memiliki setidaknya minimal dua kegiatan yang berfokus

pada pelestarian alam?

Dokumentasi yang diperlukan: catatan-catatan kegiatan

Pertanyaan 12: Apakah berpartisipasi, atau mendukung, penelitian ilmiah tentang konservasi

tanaman?

Dokumentasi yang diperlukan: publikasi ilmiah (jurnal/laporan penelitian)

Page 10: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

7

Pertanyaan 13: Apakah taman botani setidaknya memiliki satu orang ahli/staf yang ditunjuk

dan mengerti tentang konservasi tanaman, ilmu tanaman, atau hortikultura

sebagai bagian dari pekerjaan mereka?

Dokumentasi yang diperlukan: deskripsi kerja dan daftar riwayat hidup.

Pertanyaan 14: Apakah taman botani bermitra atau bekerjasama dengan lembaga botani lain,

menghadiri konferensi botani atau milik jaringan botani?

Dokumentasi yang diperlukan: bukti kepesertaan dengan komunitas botani,

abstrak seminar (conference) yang disampaikan oleh staf, dan/atau perjanjian

kerjasama dengan institusi botani yang lain.

Data yang diperoleh dari aspek-aspek dan pertanyaan tersebut diatas kemudian di

analisa secara kualitatif. Dalam sebuah penelitian kualitatif, studi yang dilakukan difokuskan

untuk meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau material yang ada (Wahab, 2014).

Kegiatan ini lebih menekankan pada deskriptif holistik, yang menjelaskan secara detil tentang

kegaiatan atau situasi yang terdapat di taman botani. Data yang diperoleh dilakukan divalidasi

dengan metode triangulasi. Triangulasi data yang dilakukan dimaksudkan untuk memberikan

keyakinan terhadap hasil yang diperoleh, dan diharapkan tidak ada keraguan terhadap

kesimpulan yang diambil (Bachri, 2010). Triangulasi yang digunakan untuk memeriksa

validitas data terdapat pada gambar berikut:

Aspek biofisik Aspek tata ruang

Aspek Manajemen

Gambar 3. Triangulasi validasi data penelitian taman botani.

Page 11: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

8

BAGIAN II: KONDISI TAPAK TAMAN BOTANI

Profil Vegetasi

Gambar 4. Tampak samping struktur tajuk di Taman Botani

Gambar 5. Tampak atas struktur tajuk di Taman Botani

Page 12: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

9

Struktur tajuk vertikal maupun horisontal menunjukkan bahwa masih terdapat banyak

ruang tumbuh yang belum dimanfaatkan. Masih terdapat kemungkinan sinar matahari untuk

mencapai lantai hutan dan memungkinkan jenis-jenis tumbuhan bawah maupun semak-semak

dapat tumbuh. Hal tersebut juga merupakan peluang untuk dapat melakukan regenerasi

maupun penambahan jenis-jenis terpilih ke dalam taman botani. Regenerasi pohon merupakan

fenomena alam yang merupakan proses penggantian tumbuhan tua oleh tumbuhan muda.

Regenerasi memegang peranan penting untuk mempertahankan kekayaan jenis suatu kawasan

(Whitmore dan Burnham, 1984; Clark, 1991). Stratifikasi tajuk juga menunjukkan bahwa

pohon-pohon yang ditanam di taman botani adalah tanaman yang seumur. Hal ini dapat berarti

bahwa tanaman tersebut ditanam pada waktu yang relatif sama, atau jika merupakan tumbuhan

yang tumbuh alami maka jenis tersebut merupakan hasil suksesi setelah adanya pembukaan

lahan, yang mengisi ruang tumbuh yang ada dan mampu bersaing dan beradaptasi dengan

lingkungan.

Berdasarkan komposisi ruang tumbuh yang ada saat ini di taman botani, strategi yang

dapat dilakukan untuk menambah atau memperbaiki koleksi adalah dengan mempertahankan

terlebih dahulu struktur tajuk dan memanfaatkan ruang tumbuh yang ada. Hal ini dimaksudkan

agar struktur tajuk dapat digunakan untuk mempertahankan iklim mikro dan mencegah erosi

di dalam kawasan. Pembukaan ruang tumbuh dimungkinkan dengan mempertimbangkan

bahwa jenis yang dihilangkan bukan merupakan jenis-jenis yang penting bagi taman botani,

baik secara fisik maupun konservatif. Secara fisik, berarti jenis yang dapat memepertahankan

kondisi lingkungan, seperti ketahanan tanah dsb. Secara konservasi, jenis-jenis yang harus

dipertahankan keberadaannya di taman botani adalah jenis-jenis asli ataupun jenis-jenis

penting yang sengaja akan dikoleksi setelah melalui kajian-kajian sebelumnya. Pembukaan

lahan lebih luas dapat dimungkinkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek kebutuhan

budidaya (hortikultura) dan juga perlindungan tanah dan air.

Topografi Taman Botani memiliki tingkat kelerengan yang landai hingga curam, yaitu

kemiringan lereng antara 8 -13% (landai) hingga 21-55% (curam) (Bermana, 2006). Kondisi

tersebut berpotensi terhadap peningkatan laju aliran permukaan yang dapat meningkatkan laju

erosi pada taman botani. Adanya tutup tajuk pepohonan menghambat infiltrasi air hujan dan

dapat menahan erosi. Sebanyak 64,2% tutupan lahan berasal dari tajuk pepohonan, 25,6%

semak belukar, dan 10,2% adalah area terbuka. Meskipun keberadaan semak belukar menutupi

sebagian kawasan di Taman Botani, namun laju turunnya air hujan ke permukaan tanah masih

tinggi dibandingkan jika terdapat tajuk pohon (Yanrilla, 2001). Banyaknya tumbuhan yang ada

Page 13: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

10

di Taman Botani memberikan dampak positif terhadap pembentukan iklim mikro yang

menyebabkan tertahannya laju sinar matahari yang kemudian diserap oleh dedaunan sebelum

mencapai permukaan tanah sehingga suhu udara yang dihasilkan juga rendah (Fitrani, dkk.,

2017). Dapat dikatakan bahwa area Taman botani sebagian besar berpotensi mengalami erosi

oleh karena terdapatnya ruang terbuka dan semak belukar. Strategi pengaturan tajuk dan ruang

terbuka diperlukan dalam pengembangan taman botani ke depan dalam pembenahan dan

penambahan koleksi.

Gambar 6. Kondisi topografi Taman Botani

Page 14: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

11

Gambar 7. Tutupan lahan di Taman Botani (Hs: hutan sekunder/tutupan tajuk pohon; Sb:

Semak Belukar; T: area Terbuka).

Jenis Vegetasi

Komposisi jenis tumbuhan sendiri yang sekarang terdapat di taman botani terdiri atas

jenis-jenis introduktif (jenis yang ditanam dan berasal dari luar kawasan) dan jenis-jenis yang

asli tumbuh didalam kawasan. Beberapa jenis merupakan jenis-jenis yang dikenal sebagai jenis

invasif. Hal ini tidak sesuai dengan fungsi utama dibentuknya Taman Botani yang

dimaksudkan untuk diisi dengan jenis-jenis tanaman khas kalimantan dan juga tumbuh-

tumbuhan obat. Beberapa jenis akasia dapat ditemukan diwilayah tersebut. Jenis tersebut

dikenal sebagai jenis yang invasif. Jenis invasif sendiri merupakan jenis-jenis yang berasal dari

luar wilayah tumbuh aslinya dan hidup dengan baik pada wilayah tumbuh barunya yang dapat

mengancam pertumbuhan dan keberadaan jenis-jenis asli di wilayah tersebut (IUCN, 2000).

Jenis invasif yang tumbuh baik di suatu wilayah menunjukkan bahwa wilayah tersebut telah

terganggu sehingga memberikan ruang tumbuh bagi jenis lainnya untuk mengisi kekosongan,

yang umumnya berasal dari luar wilayah aslinya. Jenis akasia dikenal invasif, namun juga

Page 15: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

12

dikenal sebagai tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik pada lahan-lahan kritis.

Keberadaan akasia dapat mengisi ruang tumbuh yang ada hingga jenis-jenis lain dapat

beradaptasi dan menggantikan keberadaannya (Sutedjo & Warsudi, 2017). Dalam hal ini,

hingga jenis-jenis asli yang dikoleksi di dalam Taman Botani telah dapat beradaptasi dengan

baik, keberadaan akasia baru dapat dihilangkan. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya

adalah secara bertahap menambah koleksi yang ada berdasarkan tema koleksi. Penambahan

dan pembenahan koleksi dapat dilakukan secara bertahap dengan cara membagi wilayah/zona

koleksi/konservasi menjadi petak-petak kecil sebagai unit pengelolaan terkecil, yang setiap

petaknya merupakan satu kesatuan pengelolaan dengan tujuan yang sama. Kegiatan ini dapat

dilakukan bertahap dan merupakan solusi praktis untuk mengatasi jika ditemukannya kesulitan

pendanaan dalam pembangunan Taman Botani.

Tabel 1. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Taman Botani

No Nama Jenis Nama Lokal Famili Keterangan

1 Acacia auricoliformis Akasia

Fabaceae

Jenis yang ditanam, Invasif

2 Acacia mangium Mangium Jenis yang ditanam, Invasif

3 Fordia splendidisima Kayu kayan Jenis yang tumbuh alami

4 Delonix regia Flamboyan Jenis yang ditanam

5 Parkia speciosa Petai Jenis yang ditanam

6 Archidendron cockburnii Kabau Jenis yang tumbuh alami

7 Koompasia excelsa Bangris Jenis yang ditanam

8 Tamarindus indica Asam jawa Jenis yang ditanam

9 Swietenia mahagoni Mahoni Jenis yang ditanam

10 Cassia siamea Johar Jenis yang ditanam

11 Leucaena leucocephala Lamtoro Jenis yang ditanam, Invasif

12 Calophyllum pulcherrimum Bintangur Clusiaceae Jenis yang tumbuh alami

13 Eurycoma longifolia Pasak Bumi Simaroubiaceae

Jenis yang tumbuh alami

14 Irvingia malayana Pauh Kijang Jenis yang tumbuh alami

15 Shorea leprosula Meranti Dipterocarpaceae Jenis yang ditanam

16 Aquilaria malacensis Gaharu Thymeliaceae Jenis yang ditanam

17 Arthocarpus champeden Cempedak

Moraceae

Jenis yang ditanam

18 Arthocarpus integra Nangka Jenis yang ditanam

19 Ficus uncinata Dali Jenis yang tumbuh alami

20 Ficus variegata Nyawai Jenis yang tumbuh alami

21 Arthocarpus glauca Jenis yang tumbuh alami

22 Arthocarpus lacucha Jenis yang tumbuh alami

23 Ficus lepicarpa Luwing Jenis yang tumbuh alami

24 Arthocarpus longifolius Jenis yang tumbuh alami

25 Bouea macrophylla Gandaria Anacardiaceae Jenis yang ditanam

Page 16: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

13

26 Bouea oppositifolia Gandaria Jenis yang tumbuh alami

27 Mangifera indica Mangga Jenis yang ditanam

28 Mangifera laurina Mangga pari Jenis yang ditanam

29 Dracontomelon dao Sengkuang Jenis yang tumbuh alami

30 Mangifera odorata Kweni Jenis yang ditanam

31 Gluta walichii Rengas Jenis yang tumbuh alami

32 Campnosperma squamatum Terentang Jenis yang tumbuh alami

33 Cratoxylon arborescens Geronggang Hypericaceae

Jenis yang tumbuh alami

34 Cratoxylon sumatranum Jenis yang tumbuh alami

35 Cleistanthus collinus Phyllantaceae Jenis yang tumbuh alami

36 Endiandra kingiana Medang

Lauraceae

Jenis yang tumbuh alami

37 Eusideroxylon zwageri Ulin Jenis yang ditanam

38 Litsea lancifolia Medang Jenis yang tumbuh alami

39 Gmelina arborea Jati putih

Verbenaceae

Jenis yang ditanam

40 Vitex pinnata Laban Jenis yang tumbuh alami

41 Lantana camara Tembelekan Jenis yang tumbuh alami

42 Macaranga gigentea Mahang

Euphorbiaceae

Jenis yang tumbuh alami

43 Macaranga hypoleuca Mahang Jenis yang tumbuh alami

44 Glocidion littorale Jenis yang tumbuh alami

45 Homalanthus populneus Buta-buta Jenis yang tumbuh alami

46 Bridelia whitmore Jenis yang tumbuh alami

47 Macaranga tanarius Mahang Jenis yang tumbuh alami

48 Macaranga walichianus Mahang Jenis yang tumbuh alami

49 Mallotus paniculatus Bayur Jenis yang tumbuh alami

50 Jatropa curcas Jarak pagar Jenis yang ditanam

51 Ptenandra rostrata Sipunai

Melastomataceae

Jenis yang tumbuh alami

52 Melastoma malabatricum Jenis yang tumbuh alami

53 Memecylon borneensis Nipis kulit Jenis yang tumbuh alami

54 Rhodamnia cinerea Jambu-jambu

Myrtaceae

Jenis yang tumbuh alami

55 Syzigium acuminatisimum Jenis yang tumbuh alami

56 Syzigium elliptilimbum Jenis yang tumbuh alami

57 Syzigium hirtum Jenis yang tumbuh alami

58 Syzigium longiflorum Jenis yang tumbuh alami

59 Syzigium oleina Pucuk merah Jenis yang tumbuh alami

60 Syzigium zeylanicum

Jambu-

jambuan Jenis yang tumbuh alami

61 Alstonia scholaris Pulai Apocynaceae Jenis yang tumbuh alami

62 Canarium comuni Kenari hutan Burseraceae

Jenis yang ditanam

63 Dacryodes rostrata Kembayau Jenis yang tumbuh alami

64 Elaies guineensis Kelapa sawit Arecaceae Jenis yang ditanam

65 Dillenia borneensis Simpur Dilleniaceae Jenis yang tumbuh alami

66 Dillenia sufruticosa Simpur Jenis yang tumbuh alami

67 Trema tomentosa Trema Ulmaceae Jenis yang tumbuh alami

Page 17: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

14

68 Spathodea campanulata Kencrutan Bignoniaceae Jenis yang tumbuh alami

69 Lepisanthes amonea Kokang Sapindaceae

Jenis yang tumbuh alami

70 Nephelium lapaeceum Rambutan Jenis yang ditanam

71 Schima walichii Puspa Theaceae Jenis yang tumbuh alami

72 Poutria obovata Sapotaceae Jenis yang tumbuh alami

73 Piper aduncum Sirihan Pipericaceae Jenis yang tumbuh alami

74 Neonauclea excelsa Rubiaceae Jenis yang tumbuh alami

75 Callicarpa glabrifolia Singkil Verbenaceae

Jenis yang tumbuh alami

76 Callicarpa longifolia Kerehau Jenis yang tumbuh alami

77 Casuarina equisetifolia Cemara laut Casuarinaceae Jenis yang tumbuh alami

78 Citrus aurantifolia Jeruk nipis Rutaceae Jenis yang ditanam

79 Muntingia calabura Kersen Annonaceae Jenis yang ditanam

BAGIAN III: MAP OF BOTANICAL GARDEN PLAN: ZONING MODEL

Model Zonasi

Model Zonasi disusun berdasarkan informasi-informasi sekunder sebagaimana maksud

dari desk study ini. Sehubungan dengan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-

19, studi dan survei lapangan tidak dilakukan dalam penyusunan zonasi ini. Kedepannya

penyesuaian dengan kondisi sebenarnya sangat diperlukan sebagai upaya pengembangan

Taman Botani. Desain yang sesungguhnya memerlukan tinjauan arsitektur untuk

menyesuaikan kebutuhan taman botani yang berkaitan dengan koleksi dan rekreasi terhadap

kondisi tapak yang ada di taman botani.

Gambar 8. Model Zonasi Taman Botani

Page 18: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

15

Sebagaimana yang dianjurkan oleh BGCI (2020), setidaknya sebuah taman botani

memiliki ruang/area penerima, area koleksi/konservasi, area pengelola, area pembibitan, area

penelitian, area penyangga, jalur jalan utama untuk pengunjung, jalur servis untuk

pemeliharaan, fasilitas pendukung wisata dan site furniture. Komposisi yang disarankan oleh

BCGI adalah areal koleksi/konservasi mencakup lebih dari 60% kawasan.

Tabel 2. Model Pembagian Zona Taman Botani Pemanfaatan Ruang Cakupan (%)

Ruang/area penerima 0,31%

Area koleksi/konservasi 70,77%

Area pengelola 2,48%

Area pembibitan 4,15%

Area penelitian 2,21%

Area penyangga 12,96%

Fasilitas wisata 6,17%

Site furniture 0,97%

BAGIAN IV: INSTITUTIONAL ARRANGEMENT PLAN OF THE POTENTIAL OF

FLORA AND FAUNA IN THE KUTAI TIMUR DISTRICT

Taman Botani sesuai dengan SK Bupati Nomor: 454/02.188.45/HK/XII/2003 berada di

bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan

Peraturan Presiden nomor 93 tahun 2011 tentang kebun raya, bahwa pembangunan kebun raya

yang dapat adopsi oleh pemerintah kabupaten kutai timur dalam pembangunan taman botani

memerlukan tiga tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan. Penelusuran di

Dinas Lingkungan Kabupaten Kutai Timur, ketersediaan tiga tahapan tersebut disajikan tabel.

Dari hasil temuan menunjukkan pengelolaan taman botani Kutai Timur memiliki perencanaan

yang tidak terstruktur, pelaksanaan yang bersifat isindental, dan pengelolaan yang tidak

terorganisasi dengan baik.

Tabel 3. Evaluasi Tata Kelola Taman Botani

No. Tahapan Evaluasi Temuan Keterangan

1 Perencanaan Rencana Starategis/Induk Belum ada dan belum

dilaksanakan

2 Perencanaan Strategi Koleksi Belum ada dan belum

dilaksanakan

3 Perencanaan kebijakan yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan, konservasi, pendidikan,

kunjungan, wisata dll

Tidak ada kebijakan

tertulis, namun sudah

dilaksanakan

Terdapat

kegiatan

penelitian dan

penanaman

untuk

kampanye

lingkungan

4 Pelaksanaan Dokumentasi koleksi tumbuhan Tidak ada

Page 19: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

16

5 Pelaksanaan tanaman koleksi yang ditampilkan

kepada pengunjung diberi label

dengan jelas

Ada namun insidental

dan tidak konsisten

6 Pelaksanaan Terdapat ahli/staf yang ditunjuk dan

mengerti tentang konservasi tanaman,

ilmu tanaman, atau hortikultura

sebagai bagian dari pekerjaan mereka

Tidak ada Terdapat

staf/ahli yang

fokus

terhadap

taman botani

namun tanpa

penunjukkan

resmi.

7 Pengelolaan Akses untuk umum Dapat diakses oleh

umum namun tidak

terorganisasi dan

terkordinasi

Tidak terdapat

pengaturan

waktu

kunjungan.

8 Pengelolaan Catatan koleksi di unggah dan dapat

diakses oleh publik

Tidak ada

9 Pengelolaan data koleksi dibagikan kepada

institusi lain

Tidak ada catatan

10 Pengelolaan keterlibatan publik, intitusi

pendidikan, atau tinjauan budaya

dalam pemilihan diversitas tanaman

yang dikoleksi

Tidak ada sosialisasi,

seminar, forum

pertemuan dsb.

11 Pengelolaan kegiatan yang berfokus pada

konservasi tumbuhan

Ada, bersifat insidental Kegiatan

penanaman

formalitas

12 Pengelolaan kegiatan yang berfokus pada

pelestarian alam

Tidak ada

13 Pengelolaan berpartisipasi, atau mendukung,

penelitian ilmiah tentang konservasi

tanaman

Ada penelitian dari

intitusi pendidikan lokal

Terdapat

beberapa

skripsi

mahasiswa

14 Pengelolaan bekerjasama dengan lembaga botani

lain, menghadiri konferensi botani

atau milik jaringan botani

Tidak ada

Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan acuan pengembangan kebun raya,

yang dapat diadopsi untuk pembangunan Taman Botani, melalui peraturan presiden nomor 93

tahun 2011 tentang kebun raya. Berdasarkan peraturan tersebut, persyaratan pokok dalam

menentukan pengembangan taman botani ke depannya adalah memiliki lokasi yang tidak dapat

dialih fungsikan, dapat diakses oleh masyarakat, memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi,

serta koleksi tumbuhan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau

kombinasinya. Sedangkan tahapan pembangunan dapat disusun melalui skema perencanaan,

pelaksanaan, dan pengelolaan. Perencanaan taman botani setidaknya terdapat hal-hal sebagai

berikut:

Page 20: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

17

studi kelayakan lokasi, yang meliputi status lahan, kesesuaian lahan, penentuan lokasi

yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota, dan aksesibilitas lokasi

inventarisasi dan analisis sumberdaya yang ada

inventarisasi kebutuhan infrastruktur pendukung

penyusunan Rencana Induk (master plan), yang berisikan tentang kondisi eksisting,

analisis tapak, analisis sosial dan budaya, zonasi Kebun Raya, rencana tapak dan

rencana utilitas, pentahapan pembangunan, rencana pembiayaan.

Pembangunan Taman Botani dapat dilaksanakan setelah perencanaan selesai disusun

dengan tahapan penataan kawasan, pengembangan koleksi tumbuhan, dan pembangunan

infrastruktur pendukung. Penataan kawasan dilakukan melalui penentuan zona yang setidaknya

terdiri atas zona penerima (gerbang utama, loket, pusat informasi dan fasilitas penunjang untuk

pengunjung), zona pengelola (kantor pengelola, pembibitan dan sarana penelitian), dan zona

koleksi (petak-petak koleksi tumbuhan yang ditentukan berdasarkan pola klasifikasi

taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut). Untuk pengembangan

koleksi, hal-hal yang harus dilakukan antara lain adalah eksplorasi, dan pertukaran/sumbangan

material spesimen tumbuhan dari lembaga taman botani yang lain. Data koleksi tumbuhan

setidaknya meliputi asal-usul koleksi (tanggal koleksi, nomor kolektor, habitat asal, lokasi

asal, kondisi populasi alami dan data pendukungnya), nomor akses, tanggal dan lokasi tanam

di kebun, dan nama jenis. Pembangunan infrastruktur dilakukan dengan prinsip efisiensi dan

efektivitas, serta memperhatikan aspek sosial, budaya, kearifan lokal, keamanan, ketertiban,

kenyamanan, estetika, daya dukung kawasan dan dampak lingkungan. Infrastruktur pendukung

yang diperlukan antara lain infrastruktur sumber daya air, jalan, bangunan gedung, drainase,

air bersih dan air limbah.

Pengelolaan taman botani setidaknya meliputi kegiatan pemeliharaan dan pemanfaatan

kawasan Kebun Raya, koleksi tumbuhan dan infrastruktur pendukungnya. Koleksi tumbuhan

perlu terus dikembangkan melalui kegiatan perbanyakan, perawatan dan pendokumentasian

data koleksi tumbuhan. Pemanfaatan kawasan dilaksanakan melalui penyelenggaraan kegiatan

pendidikan, wisata dan jasa lingkungan. Adanya koleksi tumbuhan dapat digunakan untuk

mendukung penelitian dan pengembangan, pendidikan lingkungan dan konservasi tumbuhan,

serta wisata lingkungan. Pengelola Taman Botani harus mendapat mendapat persetujuan

Menteri Dalam Negeri dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur

negara. Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di daerah melakukan pembinaan dan

Page 21: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

18

pengawasan atas penyelenggaraan taman botani yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota.

Dari peraturan presiden tersebut diatas, dapat digunakan untuk menjadi acuan

penyusunan kembali tata kelola Taman Botani. Sedangkan, alur penyusunan tata kelolanya

seperti yang dijelaskan oleh BGCI dapat dilakukan dengan terlebih dahulu penyamaan persepsi

tentang taman botani, perencanaan dan pra-kelola, peluncuran dan pengelolaan. Proses tersebut

membutuhkan banyak biaya dan waktu. Meskipun demikian, langkah-langkah kecil dapat

dilaksanakan sembari proses pemenuhan menuju tata kelola Taman Botani yang baik dan benar

dilaksanakan.

BAGIAN V: RECOMMENDATIONS FOR IMPLEMENTATION STAGES

Taman Botani, saat ini, membutuhkan pengelolaan yang memiliki fokus terhadap

pengadaan dan perbaikan koleksi. Untuk itu, visi dan misi yang jelas diperlukan dalam

pengembangannya kedepan. Pewujudan visi dan misi tersebut juga memerlukan pelaksana

yang memahami arah dan tujuan dibentuknya Taman Botani. Sebagai sebuah taman yang

menyajikan koleksi tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan, dan

rekreasi, memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Namun,

setidaknya Taman Botani sudah dapat mulai melakukan koleksi dan penataan sesuai dengan

SK Bupati Kutai Timur Nomor: 454/02.188.45/HK/XII/2003, yaitu: koleksi tumbuhan obat

dan khas Kalimantan. Penyediaan persemaian sementara dan petak-petak sementara untuk

penambahan dan penataan koleksi dapat dilakukan hingga wahana-wahana yang lebih

permanen dapat terpenuhi.

Page 22: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

19

Gambar 8. Alur pengembangan Taman Botani

Desain Pra-Kelola

-          Penyusunan proposal/ lingkup kerja

• Penyusunan Tata Kelola dan Struktur 

Organisasi

-          Panduan perencanaan

• Penyusunan Kerangka Strategis, 

Kebijakan Kelembagaan, Rencana Bisnis

-          Konsep desain • Perekrutan dan Pelatihan Staf

-          Rencana Induk • Koleksi Tumbuhan

-          Desain rinci • Kegiatan Botani dan Hortikultura

-          Dokumen pengadaan • Penelitian

• Konsultasi Publik - Pendidikan, 

Interpretasi, dan Komunikasi

Infrastruktur • Pemasaran

- Pengadaan

- Dokumen-dokumen pembangunan

- Pelaksanaan pembangunan

Konsep DasarPembentukan dewan pengendali (steering committee)Penetapan Visi dan Misi

operasional penuhPengelolaan harianEvaluasi periodik

Pemilihan Tapak/ Studi Kelayakan/ Proyeksi finansial

Riset Pendahuluan

Perencanaan &

Prakelola

Peluncuran &

Pengelolaan

Penyamaan Visi

Page 23: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

20

Contoh Kebun Raya Daerah

Pengembangan dan pembangunan Taman Botani yang terfokus dan terarah dapat

meningkatkan keberadaan Taman Botani menjadi Kebun Raya yang diakui oleh negara melalui

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beberapa daerah di Kalimantan telah memiliki Kebun raya

yang diakui keberadaannya oleh LIPI. Pembangunan Taman Botani yang dimaksudkan untuk

menjadi Kebun Raya telah dilakukan oleh Kubun Raya Indrokilo, Boyolali, Jawa Tengah.

Pembangunan Kebun raya tersebut memerlukan waktu selama 4 tahun pada lahan seluas 8 Ha

(Harjanti dkk., 2017) dan telah diresmikan sebagai Kebun Raya pada tahun 2019. Keberhasilannya

tak lain dikarenakan fokus dan konsep pembangunan yang jelas dan terukur.

Tabel 4. Daftar Kebun Raya yang ada di Pulau Kalimantan

No. Nama Kebun

Raya/Taman

Botani

Lokasi Pengelola Tema koleksi Luas

1 Kebun Raya

Banua

Banjarbaru UPTD Kebun Raya Banua,

Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah

Provinsi Kalimantan

Selatan

Tumbuhan Obat

Kalimantan

100 Ha

2 Kebun Raya

Balikpapan

Balikpapan UPTD Kebun Raya

Balikpapan, Dinas

Lingkungan Hidup Kota

Balikpapan

Tumbuhan Kayu

Indonesia

309 ha

3 Kebun Raya

Katingan

Kabupaten

Katingan

UPTD Kehutanan Bukit

Batu, Dinas Lingkungan

Hidup

Kabupaten Katingan

Tumbuhan Buah

Indonesia

102.47 ha

4 Kebun Raya

Sampit

Kotawaringin

Timur

Dinas Lingkungan Hidup,

Kabupaten Kotawaringin

Timur

Tumbuhan Hutan

Kerangas

600 ha

5 Kebun Raya

Sambas

Kabupaten

Sambas

UPTD Penelitian Kebun

Raya Sambas , Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Sambas

Tumbuhan Riparian

Kalimantan

300 ha

6 Kebun Raya

Danau Lait

Kabupaten

Sanggau,

Provinsi

Kalimantan

Barat

Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah,

Provinsi Kalimantan Barat

Tumbuhan Kawasan

Equator

328 ha

7 Kebun Raya

Balangan

Kabupaten

balangan

Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah

Kabupaten Balangan

Tumbuhan Asli

Balangan dan Hutan

Pamah Kalimantan

7,1 ha

8 Kebun Raya

Tanjung Puri

Tabalong

Kabupaten

Tabalong

Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

Kabupaten Tabalong

Tumbuhan Pamah

Kalimantan

50 ha

Sumber: http://kebunrayadaerah.krbogor.lipi.go.id/, diakses 4 Agustus 2020.

Gambar 9. Kebun Raya Indrokilo, Boyolali, Jawa Tengah (sumber: http://kebunrayadaerah.krbogor.lipi.go.id/kebun-

raya-indrokilo-boyolali.html, diakses tanggal 4 Agustus 2020.

Page 24: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

21

Hasil Konsultasi

Studi ini juga telah dikonsultasikan kepada para pihak yang berkepentingan terhadap

keberadaan Taman Botani. Konsultasi tersebut dimaksudkan untuk menampung masukkan-

masukkan dalam pengembangan Taman Botani ke depannya. Hasil konsultasi tersebut adalah

sebagai berikut:

Terminologi Taman Botani adalah sama dengan pengertian dengan kebun raya, sesuai

dengan Peraturan presiden tentang Keun Raya nomor 93 tahun 2011.

Koleksi yang diharapkan adalah tumbuhan-tumbuhan khas dan menarik untuk

dikunjungi, yang dapat digunakan untuk penelitian dan juga rekreasi. Jenis-jenis yang

dikoleksi merupakan jenis yang lebih dahulu dikaji dan telah dipelajari sebelumnya.

Prioritas utama adalah tumbuhan asli yang sudah/mulai langka keberadaannya. Koleksi

tematik juga harus sesuai dengan kondisi tapak yang memiliki topografi yang landai

hingga curam. Jenis-jenis yang dikoleksi di dalam Taman Botani ke depannya harus

dapat menjaga lokasi dari erosi dan bahaya longsor.

Implementasi koleksi harus terencana dan terstruktur sesuai dengan masterplan yang

sebelumnya telah di koordinasikan dan di konsultasikan dengan Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia sebagai pihak yang berwenang dalam memantau dan

mengembangkan kebun raya daerah.

Peran aktif pengelola diperlukan untuk menentukan arah koleksi dan pertamanannya.

Bentuk pengelolaan perlu dikaji lebih jauh jika ingin dikembangkan menjadi kebun

raya. Pengelola harus berkomitmen untuk menjaga fungsi konservasi dan koleksi dari

Taman Botani. Ada baiknya pengelola Taman Botani ke depannya adalah unit

pemerintah/swasta yang fokus terhadap lingkungan hidup.

Diperlukan penyamaan visi dan misi dan kajian-kajian mendalam tentang perencanaan

pengelolaan taman botani untuk jangka panjang dan menghindarkannya sebagai “cost

center”. Sumber-sumber pendanaan dapat diusahakan baik yang bersumber dari

pemerintah maupun masyarakat. Demikian juga dengan kepentingan penelitian,

konservasi, dan edukasi, perlu dikuatkan didalam visi dan misi dengan perencanaan

yang terukur.

Dokumentasi tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan Taman

Botani perlu di tata ulang untuk memberikan ketetapan yang kuat progres bagi progress

pembangunan yang akan dilaksanakan nantinya. Terkhusus tentang rencana

penggunaan tata ruang agar dapat terhindar dari alih guna peruntukan lahan. Hal-hal

tersebut harus dikuatkan dengan produk-produk hukum mulai dari perencanaan hingga

pemanfaatannya ke depan.

Hasil konsultasi menunjukkan bahwa Taman Botani dapat dikembangkan menjadi lebih

baik, dari sisi tapak dan pengelolaannya.

Tabel 5. Langkah-langkah yang diperlukan untuk melanjutkan studi

No. Desk study Tahapan kedepan

1. Beberapa tumbuhan yang

tumbuh merupakan jenis yang

ditanam dan beberapa jenis

lainnya tumbuh alami. Terdapat

jenis-jenis tumbuhan invasif

Tumbuhan yang ada tetap dibiarkan tumbuh untuk

melindungi kondisi tapak dari erosi dan longsor.

Pelepasan atau pergatian dengan jenis tumbuhan

lain yang sesuai dengan fungsi dan tema Taman

Page 25: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

22

Botani dapat dilakukan secara bertahap. Jenis-jenis

invasif perlu dihindari dan dihilangkan

2 Sebagian besar lahan tertutup

oleh kanopi pohon, tetapi

terdapat komposisi semak

belukar dan area terbuka yang

cukup luas

Area yang terdapat ruang terbuka dapat digunakan

untuk menambah jenis-jenis tumbuhan

koleksi/konservasi atau digunakan untuk

pengembangan tema pertamanan dengan terlebih

dahulu mempertimbangkan zonasi yang telah

ditetapkan.

Area semak belukar dapat digantikan dengan

tumbuhan koleksi/konservasi atau digunakan untuk

pengembangan tema pertamanan dengan terlebih

dahulu mempertimbangkan zonasi yang telah

ditetapkan.

3 Terdapat jenis-jenis tumbuhan

yang beragam, baik jenis-jenis

tanaman berkayu maupun non

kayu.

Keragaman jenis penyusun dapat dikembangkan

lagi dengan menambah jenis-jenis lokal sesuai

dengan tema dan tujuan taman botani. Untuk itu,

perlu dilakukan eksplorasi dan pengumpulan jeni-

jenis yang akan dikoleksi

4 Topografi Taman Botani

bervariasi dari landai hingga

curam

Erosi dan tanah longsor dapat dicegah dengan

adanya tumbuh-tumbuhan.

5 Zonasi yang disusun > 70%

dipergunakan untuk koleksi dan

konservasi

Diperlukan sinkronisasi dengan kondisi tapak yang

sebenarnya, serta Diperlukan tinjauan arsitektur

untuk detail pertamanannya

6. Diperlukan implementasi

terhadap hasil penyusunan zona

Bentuk pemanfaatan lahan berdasarkan zonasi

yang telah disempurnakan dengan meninjau

kondisi sebenarnya perlu ditetapkan sebagai

ketetapan baku dalam pelaksanaan pembangunan

taman botani

7. Zonasi yang tersusun belum

mempertimbangkan aspek

koleksi tumbuhan dan tema

pertamanan

Diperlukan sinkronisasi dengan visi misi dan

rencana induk yang telah ditetapkan.

8 Belum terdapat visi, misi, dan

tujuan pengelolaan taman botani

yang disepakati oleh para pihak.

Belum terdapat Tema koleksi

dan pertamanan.

Perlu dilakukan penyamaan visi dan misi antara

pemerintah kabupaten dengan seluruh pihak yang

terkait dan peduli dengan Taman Botani, dengan

mempertimbangkan aspek-aspek ekologi,

ekonomi, dan sosial budaya.

9. Belum terdapat rencana kelola Diperlukan penyusunan rencana kelola yang

berupa rencana induk, rencana strategis, maupun

roadmap yang dapat dijalankan secara konsisten

oleh pengelola.

10. Pengelolaan Taman Botani

dibawah Dinas Lingkungan

Hidup didalam areal Bukit

Pelangi yang dikelola oleh

Bidang Umum dan Perlengkapan

Setkab Kutim

Untuk mengembangkan Taman Botani yang

berfungsi sebagaimana mestinya, diperlukan unit

pengelola yang fokus terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan pengelolaannya. Diperlukan unit

pengelola yang bertugas sehari-hari.

Page 26: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

23

11. Berpeluang untuk menjadi

Kebun Raya Daerah

Diperlukan fokus perencanaan, pelaksanaan, dan

pengelolaan sesuai dengan peraturan presiden No.

93 tahun 2011 tentang kebun raya.

Konsultasi publik yang telah dilaksanakan juga memunculkan pembandingan fungsi yang sama

dengan kebun raya yaitu kebun botani seperti yang diatur melalui Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2019 tentang

Lembaga Konservasi. Perbandingan tersebut disajikan dalam tabel.

Tabel 6. Perbandingan Kebun Raya Daerah dan Kebun Botani No. Kategori Kebun Raya Kebun Botani

Regulasi

1 Peraturan Induk PP Nomor 93 tahun 2011 tentang

Kebun Raya

Permen LHK NOMOR

P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2019

tentang Lembaga Konservasi

2 Peraturan turunan

Perka LIPI: Nomor 10 Tahun 2015

Tentang Pengelolaan Kebun Raya,

Nomor 4 Tahun 2019 Tentang

Pembangunan Kebun Raya

tidak ada

3 Maksud Peraturan Konservasi ex-situ tumbuhan tidak khusus untuk tumbuhan

4 Bentuk kelembagaan Kebun Raya Daerah

3 Lembaga Konservasi untuk kepentingan

umum (kebun botani, taman tumbuhan

khusus, herbarium)

5 Pengelola Pusat/ propinsi/kota/kabupaten BUMN/BUMD/BUMS/lembaga

penelitian/lembaga pendidikan/koperasi

Perijinan

6 permohonan ijin LIPI MenLHK

7 Alur ijin

Pemerintah mengajukan ke LIPI,

pembangunan dilaksanakan jika

disetujui

pengelola mengajukan ke UPT/UPTD,

Bupati/walikota, Gubernur, Dirjen, Sekjen,

Menteri

8 Evaluasi progressif 1 tahun sekali insidentil dan rutin (satu tahun sekali)

Pembangunan

9 Perencanaan diatur spesifik (dari persiapan

hingga operasional) tidak diatur spesifik

10 pelaksanaan berdasarkan masterplan Berdasarkan site plan

11 pengelolaan dilaksanakan oleh pemerintahan Bukan pemerintahan

12 Pengawasan Kepala LIPI Dirjen

Pertamanan

13 Kategori tumbuhan Tumbuhan ex-situ tidak khusus

14 Fungsi konservasi, penelitian, pendidikan,

wisata dan jasa lingkungan

pendidikan, penelitian dan pengembangan

bioteknologi

15 Tema Koleksi sesuai dengan master plan 50 % tumbuhan asli Indonesia

16 Lokasi koleksi Bukan kawasan hutan; kawasan

hutan dengan ijin menteri LHK tidak diatur khusus

17 Pra-sarana minimal Zona penerima, koleksi, penerima Sesuai dengan bentuk lembaga

Kebun Botani sebagaimana yang dimaksud salam peraturan menteri lingkungan hidup dan

kehutanan tidak diatur secara khusus tentang tata cara pembentukan dan pembangunannya.

Bebeda dengan Kebun Raya Daerah yang diatur melalui Peraturan Presiden dan telah memiliki

peraturan turunan melalui peraturan kepala LIPI yang memberikan panduan yang jelas tentang

tata cara pembangunan kebun raya dari tahap persiapan hingga tahap pengoperasian. Adanya

Page 27: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

24

panduan tersebut mempermudah pengembangan Taman Botani yang ada sekarang sebagai

bentuk pembenahan ke arah yang lebih baik pada masa mendatang. Meskipun demikian,

terminologi yang bangun di dalam kebun botani dan kebun raya adalah sama, yaitu sebagai

lembaga konservasi tumbuhan.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil studi dan konsultasi, berikut disampaikan rekomendasi untuk dapat

dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait.

Komitmen Pemerintah Kabupaten

Keberadaan Taman Botani saat ini perlu kembali diperkuat dengan ketetapan dari Bupati

bahwa pengembangan dan pembangunan Taman Botani yang akan datang dilaksanakan

dengan konsep Kebun Raya sebagai visi dan misi yang menjadi acuan bersama para pihak

terkait.

Unit Pengelola

Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Lingkungan Hidup atau intansi pemerintah

kabupaten lainnya perlu membentuk unit khusus sebagai pengelola yang fokus terhadap

perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan Taman Botani.

Masterplan

Unit pengelola yang telah terbentuk perlu mengadakan konsultasi dengan LIPI untuk

menentukan arah pembengunan dan pengembangan taman botani pada masa yang akan datang.

Zonasi yang dihasilkan dalam studi ini juga perlu dikonsultasikan dengan LIPI.

Koleksi

Unit pengelola yang telah terbentuk setidaknya dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dan penambahan koleksi yang ada saat ini.

Strategi

Berdasarkan pengalaman pelaksana Kebun Raya di daerah lain, pembangunan dan

pengembangan Kebun Raya memerlukan waktu jangka panjang dan biaya yang besar. Langkah

strategis dan sederhana yang dapat dilakukan oleh Unit Pengelola antara lain membentuk unit-

unit pengelolaan terkecil dalam bentuk petak-petak (vak) koleksi dan mengelolanya sesuai

dengan alokasi pembiayaan yang ada. Untuk pembangunan dan pengembangan lebih lanjut,

Unit Pengelola dapat bekerja sama dengan para pihak, seperti dengan MSH-CSR, yang telah

menyatakan komitmennya untuk menjadikan Taman Botani sebagai Pilot Project, serta

memperkuat komitmen Pemerintah Kabupaten dalam pelaksanaan visi dan misi.

Daftar Pustaka

Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian

kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46-62.

Wahab, R. (2014). Metodologi penelitian kualitatif.

Page 28: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

25

Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Baker, P. J., & Wilson, J. S. (2000). A quantitative technique for the identification of canopy

stratification in tropical and temperate forests. Forest Ecology and

Management, 127(1-3), 77-86.

Botanic Garden Conservation International. (2020). Botanic Garden Accreditation Standards

Manual. Dipetik tanggal 7 Juli 2020 dari Botanic Garden Conservation International:

https://www.bgci.org/wp/wp-content/uploads/2019/04/BGA_Standards_Manual.pdf

IUCN-BGCS and WWF (1989) The Botanic Gard e n s C o n s e rvation Strategy. IUCN

Botanic Gardens Conserv a t i o n S e c re t a r i a t ,Kew Richmond UK and WWF

and IUCN Gland, S w i t z e r l a n d

Jackson, P. S. W. (1999). Experimentation on a large scale-an analysis of the holdings and

resources of botanic gardens. Botanic Gardens Conservation News, 27-30.

Handoko, K. H. (2015). Fasilitas Taman Botani Nusantara di Surabaya. eDimensi Arsitektur

Petra, 3(2), 617-624.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 10

TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA

Harja, D. and Vincént, G. (2008). Spatially Explicit Individual based Forest Simulator User

Guide and Software. World Agroforestry Centre (ICRAF) and Institut de Recherche

pour le Développement (IRD)

Safarinanugraha, D. (2018). Perkembangan Desain Kebun Raya Bogor Tahun 1817-2017

Berbasis Aspek Spasial Dan Fungsional. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor

Etelka Leadlay, Greene J. 1998. The darwin technical manual for botanic gardens. London

(GB): Botanic Gardens Conservation International (BGCI).

Yanrilla, R. (2001). Laju Infiltrasi pada Berbagai Jenis Penutupan Laban Hutan Di RPH

Tenjowaringin, BKPH Singaparna, KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa

Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Fitrani, A., Hatta, G. M., & Asrar, K. (2017). Perbandingan Iklim Mikro pada Hutan

Sekunder yang Terjadi Suksesi di Tahura Sultan Adam Mandiangin Kabupaten Banjar

Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 4(2), 154-166.

IUCN, S. S. C. (2000). IUCN guidelines for the prevention of biodiversity loss caused by

alien invasive species. Aliens, 11, 15.

Sutedjo, S., & Warsudi, W. (2017). MENAKAR SIFAT INVASIF SPESIES AKASIA

MANGIUM (Acacia mangium Willd.) DI HUTAN PENELITIAN DAN

PENDIDIKAN BUKIT SOEHARTO. ULIN: Jurnal Hutan Tropis, 1(1).

Harjanti, A. D., Purwani, O., & Iswati, T. Y. Taman Botani Boyolali Dengan Pendekatan Fun

Design Sebagai Pusat Wisata Edukasi Botani. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah

dan Perencanaan Partisipatif, 12(2), 143-158.

Page 29: Kajian pengelolaan Koleksi tumbuhan di taman botani Kutai

26

Lampiran 1. Peta model zonasi Taman Botani