Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN PENGELOLAAN KOLEKSI TUMBUHAN DI
TAMAN BOTANI KUTAI TIMUR Laporan Akhir (Untuk Kalangan Sendiri)
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR 2020
i
Lembar Identitas dan Persetujuan
1. Judul Penelitian : Kajian Pengelolaan Koleksi Tumbuhan di Taman Botani Kutai
Timur
2. Identitas Peneliti :
Ketua Pelaksana : Titis Hutama Syah,
Program Studi : Kehutanan
NIDN : 1121028201
Anggota 1 : Arbain,
Program Studi : Kehutanan
NIDN :
Anggota 2 : Mufti Perwira Putra,
Program Studi : Kehutanan
NIDN :
Anggota 3 : Dhani Aryanto
Program Studi : Teknik Pertanian
NIDN :
3. Lokasi Penelitian : Taman Botani, Sangatta Utara, Kutai Timur
4. Sumber Dana : Kalimantan Forest Project - Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementeriaan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
5. Jumlah Dana : Rp. 131.780.000,-
6. Sponsor : CV. Tri Silva Bersaudara
7. Waktu Penelitian : Juli - Agustus 2020
Menyetujui,
a.n Ketua LPPM,
Sekretaris
Nani Rohaeni, SP., MP
NIDN
Sangatta, 1 September 2020
Ketua Pelaksana,
Titis Hutama Syah
NIDN. 1121028201
Mengetahui
Ketua STIPER Kutai Timur
Prof. Dr. Ir. Juraemi, M.Si
NIP. 1957 0413 198702 1 001
ii
Daftar Isi
Pengantar ................................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Daftar Isi ................................................................................................................................................ ii
BAGIAN I: WORKPLAN & METHOD ............................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
Tujuan ................................................................................................................................................ 3
Metode Kerja ..................................................................................................................................... 3
BAGIAN II: KONDISI TAPAK TAMAN BOTANI ......................................................................... 8
Profil Vegetasi ................................................................................................................................... 8
Jenis Vegetasi ......................................................................................................................... 11
BAGIAN III: MAP OF BOTANICAL GARDEN PLAN: ZONING MODEL ................ 14
BAGIAN IV: INSTITUTIONAL ARRANGEMENT PLAN OF THE POTENTIAL OF
FLORA AND FAUNA IN THE KUTAI TIMUR DISTRICT ........................................... 15
BAGIAN V: RECOMMENDATIONS FOR IMPLEMENTATION STAGES ............... 18
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 24
Lampiran 1. Peta model zonasi Taman Botani ................................................................... 26
1
Laporan Akhir
KAJIAN PENGELOLAAN KOLEKSI TUMBUHAN DI TAMAN BOTANI KUTAI
TIMUR
BAGIAN I: WORKPLAN & METHOD
Latar Belakang
Taman botani di kawasan pusat pemerintahan Bukit Pelangi, Sangatta, Kutai Timur
ditetapkan status dan fungsinya oleh Bupati Kutai Timur melalui surat keputusan Bupati Kutai
Timur Nomor: 454/02.188.45/HK/XII/2003, tanggal 31 Desember 2003. Maksud dari
penunjukkan Taman Botani adalah untuk digunakan sebagai areal penghijauan yang berisikan
jenis-jenis tanaman asli daerah dengan beberapa fasilitas pendukungnya. Pengelola Taman
Botani adalah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur, pada lahan seluas 20,5 Ha.
Seiring waktu, sejak tahun 2003 hingga kini, kondisi Taman Botani telah banyak mengalami
perkembangan. Kondisi saat ini perlu ditinjau untuk mengetahui tingkat pengelolaan yang
terdapat di Taman Botani.
Gambar 1. Lokasi Taman botani: kiri, rencana awal penetapan; kanan, kondisi saat ini
Terminologi taman botani secara luas (internasional) dikenal dengan istilah Botanic
Garden. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Kebun raya atau Kebun Botani. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (2015) mendefinisikan kebun Raya sebagai kawasan konservasi
tumbuhan secara ex situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata
2
berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola pola
tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.
IUCN dan Botanic Garden Conservation International (BGCI) menggunakan pengertian
taman botani sebagai suatu lembaga yang memiliki koleksi tanaman hidup yang
terdokumentasi untuk tujuan penelitian ilmiah, konservasi, pameran dan pendidikan (Jackson,
1999). Menurut Handoko (1995), Taman Botani adalah taman yang didedikasikan untuk
mengoleksi, membudidayakan, dan menampilkan berbagai macam tanaman yang diberi label
nama botani masing-masing.
Definisi-definisi taman botani diatas memiliki pokok kegiatan yang sama, yaitu koleksi
tumbuhan/tanaman hidup. Karakteristik dari kebun raya atau kebun botani atau taman botani
menurut IUCN-BGCS dan WWF (1989) adalah sebagi berikut:
- Tumbuhan yang dikoleksi diberi label nama yang sesuai.
- Tumbuhan yang dikoleksi sudah terlebih dahulu dikaji secara ilmiah
- Tumbuhan yang dikoleksi telah di komunikasikan dan di informasikan kepada taman
botani, lembaga, atau organisasi masyarakat yang lain.
- Memungkinkan terjadinya pertukaran koleksi antar lembaga taman botani atau pusat-
pusat penelitian yang lain.
- Terdapat komitmen dan tanggung jawab dalam terhadap pemeliharan koleksi tanaman
- Koleksi telah diteliti taksonominya dalam bentuk-bentuk penelitian herbarium
- terbuka untuk umum
- Mengkampanyekan konservasi sumberdaya alam melalui kegiatan-kegiatan pendidikan
lingkungan
- Terdapat dokumentasi asal usul koleksi.
- Melakukan penelitian ilmiah atau teknis budidaya terhadap koleksi
Keterpenuhan karakteristik-karakteristik tersebut diatas tidak terjadi pada seluruh taman botani
yang ada, namun pada umumnya setiap taman botani melakuan upaya-upaya yang serius untuk
mencukupi karakteristik-karakteristik tersebut. Jadi, untuk dapat melihat pengelolaan suatu
taman botani, maka penilaian terhadap pemenuhan karakteristik-karakteristiknya merupakan
pendekatan yang dapat dilakukan.
Organisasi yang secara khusus memberikan rekomendasi terhadap pengelolaan taman
botani adalah Botanic Garden Conservation Acreditation (BGCI). Salah satu kegiatannya
memberikan penilaian melalui akreditasi untuk suatu taman yang ingin dikembangkan menjadi
taman botani, kriteria yang dinilai diantaranya adalah: rencana dan kebijakan strategis,
3
keterbukaan kepada masyarakat, dokumen koleksi, pemberdayaan masyarakat, hortikultura,
kapasitas riset, aktifitas konservasi, sustainabilitas dan etika, kemampuan ahli, dan jaringan
keanggotaan. Kriteria-kriteria tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: Kebijakan dan
inftrastruktur, serta aktifitas konservasi dan pelestarian (Botanic Garden Conservation
International, 2020). Pengembangan Taman Botani Kutai Timur di Sangatta dapat
menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah terlebih
dahulu melakukan evaluasi taman botani berdasarkan kriteria dan kategori yang disusun oleh
Botanic Garden Conservation Internasional tersebut.
Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi terkini dari Taman Botani Kutai
Timur dan melakukan pendekatan pengembangan menuju taman botani yang dapat diakui oleh
seluruh pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan yang dilakukan akan
mengevaluasi dari aspek biofisik sebagai cerminan praktis konservasi dan pelestarian, serta
pendekatan pengelolaan untuk mengetahui aspek-aspek yang terlibat didalam kebijakan dan
kondisi sarana dan prasarana yang ada. Kegiatan ini sepenuhnya dilakukan dengan
mengedepankan upaya-upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah untuk:
1. Mengetahui struktur komunitas tumbuhan yang terdapat dalam taman botani sebagai
bentuk penjabaran aspek biofisik pengelolaan taman botani.
2. Menelaah kondisi taman botani berdasarkan peta kerja yang ada.
3. Menyusun peta tematik berdasarkan kebutuhan zonasi di Taman Botani.
Metode Kerja
Studi ini akan dilaksanakan sesuai tata waktu yang telah disepakati dengan
Kalfor/UNDP sebanyak 29 hari kerja. Pada kurun waktu tersebut akan digunakan untuk
penyusunan 3 kegiatan pokok, yaitu:
- Pembuatan dan analisis diagram profil vegetasi
- Pembuatan dan analisis peta tematik
- evaluasi perkembangan taman botani.
Diagram profil pohon
Diagram profil merupakan salah satu cara untuk melihat gambaran stratifikasi
komunitas vegetasi dalam suatu kawasan, yang terwakili dalam petak ukur-petak ukur (Baker
& Wilson, 2000). Di dalam petak ukur tersebut dilakukan pengukuran terhadap tinggi, panjang
tajuk, dan lebar tajuk pohon. Hasil pengukuran dikonversi ke dalam gambar petak ukur
4
berskala. Dari diagram profil tersebut dapat di visualisasikan kemudian disimpulkan apakah
terdapat strata atau tidak dalam wilayah tersebut. Dalam diagram tersebut struktur vegetasi
diproyeksikan secara vertikal dan horisontal, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
dinamika pertumbuhan komunitas di dalam kawasan dan menentukan aspek-aspek pengelolaan
berdasarkan struktur yang terbentuk di dalam diagram tersebut (Harja & Vincent, 2008).
Proyeksi vertikal dimaksudkan untuk mengetahui distribusi intern tajuk didalam kawasan dan
disimpulkan menjadi pola acak (random), seragam (uniform), dan bergerombol (clumped).
Sedangkan proyeksi horisontal dimaksudkan untuk melihat stratifikasi tajuk. Stratifikasi tajuk
sendiri dapat dikelompokkan menjadi stratum A lapisan tajuk pada ketinggian tegakan ≥ 30
m), stratum B (lapisan tajuk pada ketinggian 20 - 30 m), stratum C (lapisan tajuk pada
ketinggian 4 - 20 m) dan stratum D (lapisan tajuk pada ketinggian 1-4 m) (Indriyanto,
2006).
Pembuatan Zonasi tematik
Peta tematik merupakan peta yang disusun dengan tujuan tertentu. Peta ini memerlukan
peta dasar sebagai referensi. Peta tematik yang disusun dalam studi ini merupakan peta
pemanfaatan lahan di taman botani. Untuk menyusun peta tersebut diperlukan overlay peta
topografi dan peta tutupan lahan sebagai dasar penentuan zonasi tematik. Komponen yang
harus dipenuhi dalam sebuah taman botani menurut Safarinanugraha (2018) komponen-
komponen tematis yang harus terdapat didalam suatu taman botani antara lain adalah:
- Ruang/area penerima, yang terdiri gerbang, loket, area berkumpul yang idealnya
terletak < 400 m dari area utama.
- Area koleksi/konservasi: merupakan area terdapatnya koleksi tumbuhan, dengan luasan
ideal > 60% dari luas taman botani.
- Area pengelola: merupakan tempat aktifitas pengelola dalam kesehariannya di taman
Botani, seperti: kantor pengelola, kantor pemeliharaan koleksi dan registrasi, kantor
pembibitan, kantor peneliti, dsb.
- Area pembibitan: merupakan area pembibitan untuk budi daya tumbuhan koleksi, non
koleksi, dan tempat aklimatisasi tumbuhan
- Area penelitian: merupakan ruang penelitian botani, taksonomi, etnobotani, hortikultur
atau konservasi dengan fasilitas ruang kerja peneliti, herbarium, perpustakaan dan
laboratorium.
- Area penyangga: merupakan area yang memisahkan antara wilayah taman botani dan
wilayah diluarnya, idealnya area yang menyerupai habitat alam.
5
- Jalur jalan utama untuk pengunjung: merupakan jalur utama pengunjung yang idealnya
memiliki fasilitas pendukung lain seperti marka jalan, papan informasi.
- Jalur servis untuk pemeliharaan: idealnya merupakan jalur yang terpisah dengan jalur
pengunjung
- Fasilitas pendukung wisata: merupakan fasilitas untuk mendukung fungsi wisata seperti
toko souvenir, ruang pameran, ruang auditorium, area piknik, dan taman tematik.
- Site furniture: merupakan aksesoris-aksesoris pelengkap namun memiliki fungsi yang
penting untuk mendukung fungsi keamanan, kenyamanan, dan estetika, seperti pagar,
sistem signage, CCTV, bollard, penerangan, bangku taman, tempat sampah, dan
gazebo/ shelter/ pergola ada di kebun raya.
Safarinanugraha (2018) juga mengajukan desain ideal suatu taman botani berdasarkan
darwin innitiative (Leadlay & Greene, 1998) seperti pada gambar. Konsep dari gambar
tersebut akan digunakan sebagai panduan pembuatan zonasi taman botani dalam studi ini.
A. Taman display tambahan
B. Tanaman penyangga
C. Area Konservasi
D. Area Koleksi
E. Gerbang Masuk/loket
F. Area untuk festival
G. Gudang dan garasi
H. Herbarium
I. Rumah Kaca
J. Auditorium
K. Kios dan shelter
L. Perpustakaan
M. Pemeliharaan dan gudang
N. Pembibitan
O. Kantor pengelola
P. Area piknik
Q. Ruang kelas
R. Laboratorium
S. Toko Souvenir
T. Toilet
U. Area rekreasi
V. Area penerima
6
W. Taman Terbuka
X. Area pameran
Gambar 2. Desain ideal sebuah taman botani menurut Leadlay & Greene (1998).
Evaluasi perkembangan Taman Botani
Evaluasi terhadap perkembangan Taman Botani dilakukan dengan pendekatan sistem
akreditasi dari Botanic Garden Conservation International (2020). Pengumpulan data
mendalam diperlukan terhadap aspek organisasi dan strategi, keterbukaan kepada masyarakat,
manajemen koleksi, edukasi kepada masyarakat, hortikultur, penelitian konservasi tumbuhan,
kegiatan konservasi tumbuhan, pelestarian, kepakaran, dan jaringan kerjasama. Aspek-aspek
tersebut dirangkum menjadi 14 pertanyaan sebagai berikut:
Pertanyaan 1: Apakah terdapat rencana strategis yang mencakup semua aspek pengoperasian
taman botani dan apakah sudah dilaksanakan?
Dokumentasi yang diperlukan: Rencana strategis atau dokumen kebijakan lain
Pertanyaan 2: Apakah terdapat strategi dan dan apakah sudah diterapkan?
Dokumentasi yang diperlukan: Dokumen kebijakan koleksi tumbuhan
Pertanyaan 3: Apakah terdapat kebijakan lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
konservasi, pendidikan, kunjungan, wisata dll?
Dokumentasi yang diperlukan: Dokumen kebijakan
Pertanyaan 4: Apakah taman botani terbuka untuk umum pada jam-jam reguler atau paling
tidak dengan perjanjian (insidental)?
Dokumentasi yang diperlukan: bentuk - bentuk pengumuman kepada
masyarakat.
Pertanyaan 5: Apakah koleksi yang terdapat di Taman Botani didokumentasikan dalam bentuk
database catatan tanaman?
Dokumentasi yang diperlukan: contoh catatan perekaman.
Pertanyaan 6: Apakah catatan koleksi di unggah dan dapat diakses oleh publik?
Dokumentasi yang diperlukan: akses pencarian online.
Pertanyaan 7: Apakah data koleksi dibagikan kepada institusi lain?
Dokumentasi yang diperlukan: catatan berbagi
Pertanyaan 8: Apakah terdapat keterlibatan publik, intitusi pendidikan, atau tinjauan budaya
dalam pemilihan diversitas tanaman yang dikoleksi?
Dokumentasi yang diperlukan: catatan-catatan sosialisasi, seminar, forum
pertemuan dsb.
Pertanyaan 9: Apakah tanaman koleksi yang ditampilkan kepada pengunjung diberi label
dengan jelas?
Dokumentasi yang diperlukan: contoh foto/gambar dokumentasi.
Pertanyaan 10: Apakah taman botani memiliki setidaknya tiga kegiatan yang berfokus pada
konservasi tumbuhan?
Dokumentasi yang diperlukan: catatan-catatan kegiatan
Pertanyaan 11: Apakah taman botani memiliki setidaknya minimal dua kegiatan yang berfokus
pada pelestarian alam?
Dokumentasi yang diperlukan: catatan-catatan kegiatan
Pertanyaan 12: Apakah berpartisipasi, atau mendukung, penelitian ilmiah tentang konservasi
tanaman?
Dokumentasi yang diperlukan: publikasi ilmiah (jurnal/laporan penelitian)
7
Pertanyaan 13: Apakah taman botani setidaknya memiliki satu orang ahli/staf yang ditunjuk
dan mengerti tentang konservasi tanaman, ilmu tanaman, atau hortikultura
sebagai bagian dari pekerjaan mereka?
Dokumentasi yang diperlukan: deskripsi kerja dan daftar riwayat hidup.
Pertanyaan 14: Apakah taman botani bermitra atau bekerjasama dengan lembaga botani lain,
menghadiri konferensi botani atau milik jaringan botani?
Dokumentasi yang diperlukan: bukti kepesertaan dengan komunitas botani,
abstrak seminar (conference) yang disampaikan oleh staf, dan/atau perjanjian
kerjasama dengan institusi botani yang lain.
Data yang diperoleh dari aspek-aspek dan pertanyaan tersebut diatas kemudian di
analisa secara kualitatif. Dalam sebuah penelitian kualitatif, studi yang dilakukan difokuskan
untuk meneliti kualitas hubungan, aktivitas, situasi, atau material yang ada (Wahab, 2014).
Kegiatan ini lebih menekankan pada deskriptif holistik, yang menjelaskan secara detil tentang
kegaiatan atau situasi yang terdapat di taman botani. Data yang diperoleh dilakukan divalidasi
dengan metode triangulasi. Triangulasi data yang dilakukan dimaksudkan untuk memberikan
keyakinan terhadap hasil yang diperoleh, dan diharapkan tidak ada keraguan terhadap
kesimpulan yang diambil (Bachri, 2010). Triangulasi yang digunakan untuk memeriksa
validitas data terdapat pada gambar berikut:
Aspek biofisik Aspek tata ruang
Aspek Manajemen
Gambar 3. Triangulasi validasi data penelitian taman botani.
8
BAGIAN II: KONDISI TAPAK TAMAN BOTANI
Profil Vegetasi
Gambar 4. Tampak samping struktur tajuk di Taman Botani
Gambar 5. Tampak atas struktur tajuk di Taman Botani
9
Struktur tajuk vertikal maupun horisontal menunjukkan bahwa masih terdapat banyak
ruang tumbuh yang belum dimanfaatkan. Masih terdapat kemungkinan sinar matahari untuk
mencapai lantai hutan dan memungkinkan jenis-jenis tumbuhan bawah maupun semak-semak
dapat tumbuh. Hal tersebut juga merupakan peluang untuk dapat melakukan regenerasi
maupun penambahan jenis-jenis terpilih ke dalam taman botani. Regenerasi pohon merupakan
fenomena alam yang merupakan proses penggantian tumbuhan tua oleh tumbuhan muda.
Regenerasi memegang peranan penting untuk mempertahankan kekayaan jenis suatu kawasan
(Whitmore dan Burnham, 1984; Clark, 1991). Stratifikasi tajuk juga menunjukkan bahwa
pohon-pohon yang ditanam di taman botani adalah tanaman yang seumur. Hal ini dapat berarti
bahwa tanaman tersebut ditanam pada waktu yang relatif sama, atau jika merupakan tumbuhan
yang tumbuh alami maka jenis tersebut merupakan hasil suksesi setelah adanya pembukaan
lahan, yang mengisi ruang tumbuh yang ada dan mampu bersaing dan beradaptasi dengan
lingkungan.
Berdasarkan komposisi ruang tumbuh yang ada saat ini di taman botani, strategi yang
dapat dilakukan untuk menambah atau memperbaiki koleksi adalah dengan mempertahankan
terlebih dahulu struktur tajuk dan memanfaatkan ruang tumbuh yang ada. Hal ini dimaksudkan
agar struktur tajuk dapat digunakan untuk mempertahankan iklim mikro dan mencegah erosi
di dalam kawasan. Pembukaan ruang tumbuh dimungkinkan dengan mempertimbangkan
bahwa jenis yang dihilangkan bukan merupakan jenis-jenis yang penting bagi taman botani,
baik secara fisik maupun konservatif. Secara fisik, berarti jenis yang dapat memepertahankan
kondisi lingkungan, seperti ketahanan tanah dsb. Secara konservasi, jenis-jenis yang harus
dipertahankan keberadaannya di taman botani adalah jenis-jenis asli ataupun jenis-jenis
penting yang sengaja akan dikoleksi setelah melalui kajian-kajian sebelumnya. Pembukaan
lahan lebih luas dapat dimungkinkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek kebutuhan
budidaya (hortikultura) dan juga perlindungan tanah dan air.
Topografi Taman Botani memiliki tingkat kelerengan yang landai hingga curam, yaitu
kemiringan lereng antara 8 -13% (landai) hingga 21-55% (curam) (Bermana, 2006). Kondisi
tersebut berpotensi terhadap peningkatan laju aliran permukaan yang dapat meningkatkan laju
erosi pada taman botani. Adanya tutup tajuk pepohonan menghambat infiltrasi air hujan dan
dapat menahan erosi. Sebanyak 64,2% tutupan lahan berasal dari tajuk pepohonan, 25,6%
semak belukar, dan 10,2% adalah area terbuka. Meskipun keberadaan semak belukar menutupi
sebagian kawasan di Taman Botani, namun laju turunnya air hujan ke permukaan tanah masih
tinggi dibandingkan jika terdapat tajuk pohon (Yanrilla, 2001). Banyaknya tumbuhan yang ada
10
di Taman Botani memberikan dampak positif terhadap pembentukan iklim mikro yang
menyebabkan tertahannya laju sinar matahari yang kemudian diserap oleh dedaunan sebelum
mencapai permukaan tanah sehingga suhu udara yang dihasilkan juga rendah (Fitrani, dkk.,
2017). Dapat dikatakan bahwa area Taman botani sebagian besar berpotensi mengalami erosi
oleh karena terdapatnya ruang terbuka dan semak belukar. Strategi pengaturan tajuk dan ruang
terbuka diperlukan dalam pengembangan taman botani ke depan dalam pembenahan dan
penambahan koleksi.
Gambar 6. Kondisi topografi Taman Botani
11
Gambar 7. Tutupan lahan di Taman Botani (Hs: hutan sekunder/tutupan tajuk pohon; Sb:
Semak Belukar; T: area Terbuka).
Jenis Vegetasi
Komposisi jenis tumbuhan sendiri yang sekarang terdapat di taman botani terdiri atas
jenis-jenis introduktif (jenis yang ditanam dan berasal dari luar kawasan) dan jenis-jenis yang
asli tumbuh didalam kawasan. Beberapa jenis merupakan jenis-jenis yang dikenal sebagai jenis
invasif. Hal ini tidak sesuai dengan fungsi utama dibentuknya Taman Botani yang
dimaksudkan untuk diisi dengan jenis-jenis tanaman khas kalimantan dan juga tumbuh-
tumbuhan obat. Beberapa jenis akasia dapat ditemukan diwilayah tersebut. Jenis tersebut
dikenal sebagai jenis yang invasif. Jenis invasif sendiri merupakan jenis-jenis yang berasal dari
luar wilayah tumbuh aslinya dan hidup dengan baik pada wilayah tumbuh barunya yang dapat
mengancam pertumbuhan dan keberadaan jenis-jenis asli di wilayah tersebut (IUCN, 2000).
Jenis invasif yang tumbuh baik di suatu wilayah menunjukkan bahwa wilayah tersebut telah
terganggu sehingga memberikan ruang tumbuh bagi jenis lainnya untuk mengisi kekosongan,
yang umumnya berasal dari luar wilayah aslinya. Jenis akasia dikenal invasif, namun juga
12
dikenal sebagai tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik pada lahan-lahan kritis.
Keberadaan akasia dapat mengisi ruang tumbuh yang ada hingga jenis-jenis lain dapat
beradaptasi dan menggantikan keberadaannya (Sutedjo & Warsudi, 2017). Dalam hal ini,
hingga jenis-jenis asli yang dikoleksi di dalam Taman Botani telah dapat beradaptasi dengan
baik, keberadaan akasia baru dapat dihilangkan. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya
adalah secara bertahap menambah koleksi yang ada berdasarkan tema koleksi. Penambahan
dan pembenahan koleksi dapat dilakukan secara bertahap dengan cara membagi wilayah/zona
koleksi/konservasi menjadi petak-petak kecil sebagai unit pengelolaan terkecil, yang setiap
petaknya merupakan satu kesatuan pengelolaan dengan tujuan yang sama. Kegiatan ini dapat
dilakukan bertahap dan merupakan solusi praktis untuk mengatasi jika ditemukannya kesulitan
pendanaan dalam pembangunan Taman Botani.
Tabel 1. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Taman Botani
No Nama Jenis Nama Lokal Famili Keterangan
1 Acacia auricoliformis Akasia
Fabaceae
Jenis yang ditanam, Invasif
2 Acacia mangium Mangium Jenis yang ditanam, Invasif
3 Fordia splendidisima Kayu kayan Jenis yang tumbuh alami
4 Delonix regia Flamboyan Jenis yang ditanam
5 Parkia speciosa Petai Jenis yang ditanam
6 Archidendron cockburnii Kabau Jenis yang tumbuh alami
7 Koompasia excelsa Bangris Jenis yang ditanam
8 Tamarindus indica Asam jawa Jenis yang ditanam
9 Swietenia mahagoni Mahoni Jenis yang ditanam
10 Cassia siamea Johar Jenis yang ditanam
11 Leucaena leucocephala Lamtoro Jenis yang ditanam, Invasif
12 Calophyllum pulcherrimum Bintangur Clusiaceae Jenis yang tumbuh alami
13 Eurycoma longifolia Pasak Bumi Simaroubiaceae
Jenis yang tumbuh alami
14 Irvingia malayana Pauh Kijang Jenis yang tumbuh alami
15 Shorea leprosula Meranti Dipterocarpaceae Jenis yang ditanam
16 Aquilaria malacensis Gaharu Thymeliaceae Jenis yang ditanam
17 Arthocarpus champeden Cempedak
Moraceae
Jenis yang ditanam
18 Arthocarpus integra Nangka Jenis yang ditanam
19 Ficus uncinata Dali Jenis yang tumbuh alami
20 Ficus variegata Nyawai Jenis yang tumbuh alami
21 Arthocarpus glauca Jenis yang tumbuh alami
22 Arthocarpus lacucha Jenis yang tumbuh alami
23 Ficus lepicarpa Luwing Jenis yang tumbuh alami
24 Arthocarpus longifolius Jenis yang tumbuh alami
25 Bouea macrophylla Gandaria Anacardiaceae Jenis yang ditanam
13
26 Bouea oppositifolia Gandaria Jenis yang tumbuh alami
27 Mangifera indica Mangga Jenis yang ditanam
28 Mangifera laurina Mangga pari Jenis yang ditanam
29 Dracontomelon dao Sengkuang Jenis yang tumbuh alami
30 Mangifera odorata Kweni Jenis yang ditanam
31 Gluta walichii Rengas Jenis yang tumbuh alami
32 Campnosperma squamatum Terentang Jenis yang tumbuh alami
33 Cratoxylon arborescens Geronggang Hypericaceae
Jenis yang tumbuh alami
34 Cratoxylon sumatranum Jenis yang tumbuh alami
35 Cleistanthus collinus Phyllantaceae Jenis yang tumbuh alami
36 Endiandra kingiana Medang
Lauraceae
Jenis yang tumbuh alami
37 Eusideroxylon zwageri Ulin Jenis yang ditanam
38 Litsea lancifolia Medang Jenis yang tumbuh alami
39 Gmelina arborea Jati putih
Verbenaceae
Jenis yang ditanam
40 Vitex pinnata Laban Jenis yang tumbuh alami
41 Lantana camara Tembelekan Jenis yang tumbuh alami
42 Macaranga gigentea Mahang
Euphorbiaceae
Jenis yang tumbuh alami
43 Macaranga hypoleuca Mahang Jenis yang tumbuh alami
44 Glocidion littorale Jenis yang tumbuh alami
45 Homalanthus populneus Buta-buta Jenis yang tumbuh alami
46 Bridelia whitmore Jenis yang tumbuh alami
47 Macaranga tanarius Mahang Jenis yang tumbuh alami
48 Macaranga walichianus Mahang Jenis yang tumbuh alami
49 Mallotus paniculatus Bayur Jenis yang tumbuh alami
50 Jatropa curcas Jarak pagar Jenis yang ditanam
51 Ptenandra rostrata Sipunai
Melastomataceae
Jenis yang tumbuh alami
52 Melastoma malabatricum Jenis yang tumbuh alami
53 Memecylon borneensis Nipis kulit Jenis yang tumbuh alami
54 Rhodamnia cinerea Jambu-jambu
Myrtaceae
Jenis yang tumbuh alami
55 Syzigium acuminatisimum Jenis yang tumbuh alami
56 Syzigium elliptilimbum Jenis yang tumbuh alami
57 Syzigium hirtum Jenis yang tumbuh alami
58 Syzigium longiflorum Jenis yang tumbuh alami
59 Syzigium oleina Pucuk merah Jenis yang tumbuh alami
60 Syzigium zeylanicum
Jambu-
jambuan Jenis yang tumbuh alami
61 Alstonia scholaris Pulai Apocynaceae Jenis yang tumbuh alami
62 Canarium comuni Kenari hutan Burseraceae
Jenis yang ditanam
63 Dacryodes rostrata Kembayau Jenis yang tumbuh alami
64 Elaies guineensis Kelapa sawit Arecaceae Jenis yang ditanam
65 Dillenia borneensis Simpur Dilleniaceae Jenis yang tumbuh alami
66 Dillenia sufruticosa Simpur Jenis yang tumbuh alami
67 Trema tomentosa Trema Ulmaceae Jenis yang tumbuh alami
14
68 Spathodea campanulata Kencrutan Bignoniaceae Jenis yang tumbuh alami
69 Lepisanthes amonea Kokang Sapindaceae
Jenis yang tumbuh alami
70 Nephelium lapaeceum Rambutan Jenis yang ditanam
71 Schima walichii Puspa Theaceae Jenis yang tumbuh alami
72 Poutria obovata Sapotaceae Jenis yang tumbuh alami
73 Piper aduncum Sirihan Pipericaceae Jenis yang tumbuh alami
74 Neonauclea excelsa Rubiaceae Jenis yang tumbuh alami
75 Callicarpa glabrifolia Singkil Verbenaceae
Jenis yang tumbuh alami
76 Callicarpa longifolia Kerehau Jenis yang tumbuh alami
77 Casuarina equisetifolia Cemara laut Casuarinaceae Jenis yang tumbuh alami
78 Citrus aurantifolia Jeruk nipis Rutaceae Jenis yang ditanam
79 Muntingia calabura Kersen Annonaceae Jenis yang ditanam
BAGIAN III: MAP OF BOTANICAL GARDEN PLAN: ZONING MODEL
Model Zonasi
Model Zonasi disusun berdasarkan informasi-informasi sekunder sebagaimana maksud
dari desk study ini. Sehubungan dengan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-
19, studi dan survei lapangan tidak dilakukan dalam penyusunan zonasi ini. Kedepannya
penyesuaian dengan kondisi sebenarnya sangat diperlukan sebagai upaya pengembangan
Taman Botani. Desain yang sesungguhnya memerlukan tinjauan arsitektur untuk
menyesuaikan kebutuhan taman botani yang berkaitan dengan koleksi dan rekreasi terhadap
kondisi tapak yang ada di taman botani.
Gambar 8. Model Zonasi Taman Botani
15
Sebagaimana yang dianjurkan oleh BGCI (2020), setidaknya sebuah taman botani
memiliki ruang/area penerima, area koleksi/konservasi, area pengelola, area pembibitan, area
penelitian, area penyangga, jalur jalan utama untuk pengunjung, jalur servis untuk
pemeliharaan, fasilitas pendukung wisata dan site furniture. Komposisi yang disarankan oleh
BCGI adalah areal koleksi/konservasi mencakup lebih dari 60% kawasan.
Tabel 2. Model Pembagian Zona Taman Botani Pemanfaatan Ruang Cakupan (%)
Ruang/area penerima 0,31%
Area koleksi/konservasi 70,77%
Area pengelola 2,48%
Area pembibitan 4,15%
Area penelitian 2,21%
Area penyangga 12,96%
Fasilitas wisata 6,17%
Site furniture 0,97%
BAGIAN IV: INSTITUTIONAL ARRANGEMENT PLAN OF THE POTENTIAL OF
FLORA AND FAUNA IN THE KUTAI TIMUR DISTRICT
Taman Botani sesuai dengan SK Bupati Nomor: 454/02.188.45/HK/XII/2003 berada di
bawah naungan Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan
Peraturan Presiden nomor 93 tahun 2011 tentang kebun raya, bahwa pembangunan kebun raya
yang dapat adopsi oleh pemerintah kabupaten kutai timur dalam pembangunan taman botani
memerlukan tiga tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan. Penelusuran di
Dinas Lingkungan Kabupaten Kutai Timur, ketersediaan tiga tahapan tersebut disajikan tabel.
Dari hasil temuan menunjukkan pengelolaan taman botani Kutai Timur memiliki perencanaan
yang tidak terstruktur, pelaksanaan yang bersifat isindental, dan pengelolaan yang tidak
terorganisasi dengan baik.
Tabel 3. Evaluasi Tata Kelola Taman Botani
No. Tahapan Evaluasi Temuan Keterangan
1 Perencanaan Rencana Starategis/Induk Belum ada dan belum
dilaksanakan
2 Perencanaan Strategi Koleksi Belum ada dan belum
dilaksanakan
3 Perencanaan kebijakan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, konservasi, pendidikan,
kunjungan, wisata dll
Tidak ada kebijakan
tertulis, namun sudah
dilaksanakan
Terdapat
kegiatan
penelitian dan
penanaman
untuk
kampanye
lingkungan
4 Pelaksanaan Dokumentasi koleksi tumbuhan Tidak ada
16
5 Pelaksanaan tanaman koleksi yang ditampilkan
kepada pengunjung diberi label
dengan jelas
Ada namun insidental
dan tidak konsisten
6 Pelaksanaan Terdapat ahli/staf yang ditunjuk dan
mengerti tentang konservasi tanaman,
ilmu tanaman, atau hortikultura
sebagai bagian dari pekerjaan mereka
Tidak ada Terdapat
staf/ahli yang
fokus
terhadap
taman botani
namun tanpa
penunjukkan
resmi.
7 Pengelolaan Akses untuk umum Dapat diakses oleh
umum namun tidak
terorganisasi dan
terkordinasi
Tidak terdapat
pengaturan
waktu
kunjungan.
8 Pengelolaan Catatan koleksi di unggah dan dapat
diakses oleh publik
Tidak ada
9 Pengelolaan data koleksi dibagikan kepada
institusi lain
Tidak ada catatan
10 Pengelolaan keterlibatan publik, intitusi
pendidikan, atau tinjauan budaya
dalam pemilihan diversitas tanaman
yang dikoleksi
Tidak ada sosialisasi,
seminar, forum
pertemuan dsb.
11 Pengelolaan kegiatan yang berfokus pada
konservasi tumbuhan
Ada, bersifat insidental Kegiatan
penanaman
formalitas
12 Pengelolaan kegiatan yang berfokus pada
pelestarian alam
Tidak ada
13 Pengelolaan berpartisipasi, atau mendukung,
penelitian ilmiah tentang konservasi
tanaman
Ada penelitian dari
intitusi pendidikan lokal
Terdapat
beberapa
skripsi
mahasiswa
14 Pengelolaan bekerjasama dengan lembaga botani
lain, menghadiri konferensi botani
atau milik jaringan botani
Tidak ada
Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan acuan pengembangan kebun raya,
yang dapat diadopsi untuk pembangunan Taman Botani, melalui peraturan presiden nomor 93
tahun 2011 tentang kebun raya. Berdasarkan peraturan tersebut, persyaratan pokok dalam
menentukan pengembangan taman botani ke depannya adalah memiliki lokasi yang tidak dapat
dialih fungsikan, dapat diakses oleh masyarakat, memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi,
serta koleksi tumbuhan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau
kombinasinya. Sedangkan tahapan pembangunan dapat disusun melalui skema perencanaan,
pelaksanaan, dan pengelolaan. Perencanaan taman botani setidaknya terdapat hal-hal sebagai
berikut:
17
studi kelayakan lokasi, yang meliputi status lahan, kesesuaian lahan, penentuan lokasi
yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota, dan aksesibilitas lokasi
inventarisasi dan analisis sumberdaya yang ada
inventarisasi kebutuhan infrastruktur pendukung
penyusunan Rencana Induk (master plan), yang berisikan tentang kondisi eksisting,
analisis tapak, analisis sosial dan budaya, zonasi Kebun Raya, rencana tapak dan
rencana utilitas, pentahapan pembangunan, rencana pembiayaan.
Pembangunan Taman Botani dapat dilaksanakan setelah perencanaan selesai disusun
dengan tahapan penataan kawasan, pengembangan koleksi tumbuhan, dan pembangunan
infrastruktur pendukung. Penataan kawasan dilakukan melalui penentuan zona yang setidaknya
terdiri atas zona penerima (gerbang utama, loket, pusat informasi dan fasilitas penunjang untuk
pengunjung), zona pengelola (kantor pengelola, pembibitan dan sarana penelitian), dan zona
koleksi (petak-petak koleksi tumbuhan yang ditentukan berdasarkan pola klasifikasi
taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut). Untuk pengembangan
koleksi, hal-hal yang harus dilakukan antara lain adalah eksplorasi, dan pertukaran/sumbangan
material spesimen tumbuhan dari lembaga taman botani yang lain. Data koleksi tumbuhan
setidaknya meliputi asal-usul koleksi (tanggal koleksi, nomor kolektor, habitat asal, lokasi
asal, kondisi populasi alami dan data pendukungnya), nomor akses, tanggal dan lokasi tanam
di kebun, dan nama jenis. Pembangunan infrastruktur dilakukan dengan prinsip efisiensi dan
efektivitas, serta memperhatikan aspek sosial, budaya, kearifan lokal, keamanan, ketertiban,
kenyamanan, estetika, daya dukung kawasan dan dampak lingkungan. Infrastruktur pendukung
yang diperlukan antara lain infrastruktur sumber daya air, jalan, bangunan gedung, drainase,
air bersih dan air limbah.
Pengelolaan taman botani setidaknya meliputi kegiatan pemeliharaan dan pemanfaatan
kawasan Kebun Raya, koleksi tumbuhan dan infrastruktur pendukungnya. Koleksi tumbuhan
perlu terus dikembangkan melalui kegiatan perbanyakan, perawatan dan pendokumentasian
data koleksi tumbuhan. Pemanfaatan kawasan dilaksanakan melalui penyelenggaraan kegiatan
pendidikan, wisata dan jasa lingkungan. Adanya koleksi tumbuhan dapat digunakan untuk
mendukung penelitian dan pengembangan, pendidikan lingkungan dan konservasi tumbuhan,
serta wisata lingkungan. Pengelola Taman Botani harus mendapat mendapat persetujuan
Menteri Dalam Negeri dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur
negara. Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di daerah melakukan pembinaan dan
18
pengawasan atas penyelenggaraan taman botani yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
Dari peraturan presiden tersebut diatas, dapat digunakan untuk menjadi acuan
penyusunan kembali tata kelola Taman Botani. Sedangkan, alur penyusunan tata kelolanya
seperti yang dijelaskan oleh BGCI dapat dilakukan dengan terlebih dahulu penyamaan persepsi
tentang taman botani, perencanaan dan pra-kelola, peluncuran dan pengelolaan. Proses tersebut
membutuhkan banyak biaya dan waktu. Meskipun demikian, langkah-langkah kecil dapat
dilaksanakan sembari proses pemenuhan menuju tata kelola Taman Botani yang baik dan benar
dilaksanakan.
BAGIAN V: RECOMMENDATIONS FOR IMPLEMENTATION STAGES
Taman Botani, saat ini, membutuhkan pengelolaan yang memiliki fokus terhadap
pengadaan dan perbaikan koleksi. Untuk itu, visi dan misi yang jelas diperlukan dalam
pengembangannya kedepan. Pewujudan visi dan misi tersebut juga memerlukan pelaksana
yang memahami arah dan tujuan dibentuknya Taman Botani. Sebagai sebuah taman yang
menyajikan koleksi tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan, dan
rekreasi, memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk mewujudkannya. Namun,
setidaknya Taman Botani sudah dapat mulai melakukan koleksi dan penataan sesuai dengan
SK Bupati Kutai Timur Nomor: 454/02.188.45/HK/XII/2003, yaitu: koleksi tumbuhan obat
dan khas Kalimantan. Penyediaan persemaian sementara dan petak-petak sementara untuk
penambahan dan penataan koleksi dapat dilakukan hingga wahana-wahana yang lebih
permanen dapat terpenuhi.
19
Gambar 8. Alur pengembangan Taman Botani
Desain Pra-Kelola
- Penyusunan proposal/ lingkup kerja
• Penyusunan Tata Kelola dan Struktur
Organisasi
- Panduan perencanaan
• Penyusunan Kerangka Strategis,
Kebijakan Kelembagaan, Rencana Bisnis
- Konsep desain • Perekrutan dan Pelatihan Staf
- Rencana Induk • Koleksi Tumbuhan
- Desain rinci • Kegiatan Botani dan Hortikultura
- Dokumen pengadaan • Penelitian
• Konsultasi Publik - Pendidikan,
Interpretasi, dan Komunikasi
Infrastruktur • Pemasaran
- Pengadaan
- Dokumen-dokumen pembangunan
- Pelaksanaan pembangunan
Konsep DasarPembentukan dewan pengendali (steering committee)Penetapan Visi dan Misi
operasional penuhPengelolaan harianEvaluasi periodik
Pemilihan Tapak/ Studi Kelayakan/ Proyeksi finansial
Riset Pendahuluan
Perencanaan &
Prakelola
Peluncuran &
Pengelolaan
Penyamaan Visi
20
Contoh Kebun Raya Daerah
Pengembangan dan pembangunan Taman Botani yang terfokus dan terarah dapat
meningkatkan keberadaan Taman Botani menjadi Kebun Raya yang diakui oleh negara melalui
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Beberapa daerah di Kalimantan telah memiliki Kebun raya
yang diakui keberadaannya oleh LIPI. Pembangunan Taman Botani yang dimaksudkan untuk
menjadi Kebun Raya telah dilakukan oleh Kubun Raya Indrokilo, Boyolali, Jawa Tengah.
Pembangunan Kebun raya tersebut memerlukan waktu selama 4 tahun pada lahan seluas 8 Ha
(Harjanti dkk., 2017) dan telah diresmikan sebagai Kebun Raya pada tahun 2019. Keberhasilannya
tak lain dikarenakan fokus dan konsep pembangunan yang jelas dan terukur.
Tabel 4. Daftar Kebun Raya yang ada di Pulau Kalimantan
No. Nama Kebun
Raya/Taman
Botani
Lokasi Pengelola Tema koleksi Luas
1 Kebun Raya
Banua
Banjarbaru UPTD Kebun Raya Banua,
Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah
Provinsi Kalimantan
Selatan
Tumbuhan Obat
Kalimantan
100 Ha
2 Kebun Raya
Balikpapan
Balikpapan UPTD Kebun Raya
Balikpapan, Dinas
Lingkungan Hidup Kota
Balikpapan
Tumbuhan Kayu
Indonesia
309 ha
3 Kebun Raya
Katingan
Kabupaten
Katingan
UPTD Kehutanan Bukit
Batu, Dinas Lingkungan
Hidup
Kabupaten Katingan
Tumbuhan Buah
Indonesia
102.47 ha
4 Kebun Raya
Sampit
Kotawaringin
Timur
Dinas Lingkungan Hidup,
Kabupaten Kotawaringin
Timur
Tumbuhan Hutan
Kerangas
600 ha
5 Kebun Raya
Sambas
Kabupaten
Sambas
UPTD Penelitian Kebun
Raya Sambas , Badan
Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Sambas
Tumbuhan Riparian
Kalimantan
300 ha
6 Kebun Raya
Danau Lait
Kabupaten
Sanggau,
Provinsi
Kalimantan
Barat
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah,
Provinsi Kalimantan Barat
Tumbuhan Kawasan
Equator
328 ha
7 Kebun Raya
Balangan
Kabupaten
balangan
Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah
Kabupaten Balangan
Tumbuhan Asli
Balangan dan Hutan
Pamah Kalimantan
7,1 ha
8 Kebun Raya
Tanjung Puri
Tabalong
Kabupaten
Tabalong
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
Kabupaten Tabalong
Tumbuhan Pamah
Kalimantan
50 ha
Sumber: http://kebunrayadaerah.krbogor.lipi.go.id/, diakses 4 Agustus 2020.
Gambar 9. Kebun Raya Indrokilo, Boyolali, Jawa Tengah (sumber: http://kebunrayadaerah.krbogor.lipi.go.id/kebun-
raya-indrokilo-boyolali.html, diakses tanggal 4 Agustus 2020.
21
Hasil Konsultasi
Studi ini juga telah dikonsultasikan kepada para pihak yang berkepentingan terhadap
keberadaan Taman Botani. Konsultasi tersebut dimaksudkan untuk menampung masukkan-
masukkan dalam pengembangan Taman Botani ke depannya. Hasil konsultasi tersebut adalah
sebagai berikut:
Terminologi Taman Botani adalah sama dengan pengertian dengan kebun raya, sesuai
dengan Peraturan presiden tentang Keun Raya nomor 93 tahun 2011.
Koleksi yang diharapkan adalah tumbuhan-tumbuhan khas dan menarik untuk
dikunjungi, yang dapat digunakan untuk penelitian dan juga rekreasi. Jenis-jenis yang
dikoleksi merupakan jenis yang lebih dahulu dikaji dan telah dipelajari sebelumnya.
Prioritas utama adalah tumbuhan asli yang sudah/mulai langka keberadaannya. Koleksi
tematik juga harus sesuai dengan kondisi tapak yang memiliki topografi yang landai
hingga curam. Jenis-jenis yang dikoleksi di dalam Taman Botani ke depannya harus
dapat menjaga lokasi dari erosi dan bahaya longsor.
Implementasi koleksi harus terencana dan terstruktur sesuai dengan masterplan yang
sebelumnya telah di koordinasikan dan di konsultasikan dengan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia sebagai pihak yang berwenang dalam memantau dan
mengembangkan kebun raya daerah.
Peran aktif pengelola diperlukan untuk menentukan arah koleksi dan pertamanannya.
Bentuk pengelolaan perlu dikaji lebih jauh jika ingin dikembangkan menjadi kebun
raya. Pengelola harus berkomitmen untuk menjaga fungsi konservasi dan koleksi dari
Taman Botani. Ada baiknya pengelola Taman Botani ke depannya adalah unit
pemerintah/swasta yang fokus terhadap lingkungan hidup.
Diperlukan penyamaan visi dan misi dan kajian-kajian mendalam tentang perencanaan
pengelolaan taman botani untuk jangka panjang dan menghindarkannya sebagai “cost
center”. Sumber-sumber pendanaan dapat diusahakan baik yang bersumber dari
pemerintah maupun masyarakat. Demikian juga dengan kepentingan penelitian,
konservasi, dan edukasi, perlu dikuatkan didalam visi dan misi dengan perencanaan
yang terukur.
Dokumentasi tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan Taman
Botani perlu di tata ulang untuk memberikan ketetapan yang kuat progres bagi progress
pembangunan yang akan dilaksanakan nantinya. Terkhusus tentang rencana
penggunaan tata ruang agar dapat terhindar dari alih guna peruntukan lahan. Hal-hal
tersebut harus dikuatkan dengan produk-produk hukum mulai dari perencanaan hingga
pemanfaatannya ke depan.
Hasil konsultasi menunjukkan bahwa Taman Botani dapat dikembangkan menjadi lebih
baik, dari sisi tapak dan pengelolaannya.
Tabel 5. Langkah-langkah yang diperlukan untuk melanjutkan studi
No. Desk study Tahapan kedepan
1. Beberapa tumbuhan yang
tumbuh merupakan jenis yang
ditanam dan beberapa jenis
lainnya tumbuh alami. Terdapat
jenis-jenis tumbuhan invasif
Tumbuhan yang ada tetap dibiarkan tumbuh untuk
melindungi kondisi tapak dari erosi dan longsor.
Pelepasan atau pergatian dengan jenis tumbuhan
lain yang sesuai dengan fungsi dan tema Taman
22
Botani dapat dilakukan secara bertahap. Jenis-jenis
invasif perlu dihindari dan dihilangkan
2 Sebagian besar lahan tertutup
oleh kanopi pohon, tetapi
terdapat komposisi semak
belukar dan area terbuka yang
cukup luas
Area yang terdapat ruang terbuka dapat digunakan
untuk menambah jenis-jenis tumbuhan
koleksi/konservasi atau digunakan untuk
pengembangan tema pertamanan dengan terlebih
dahulu mempertimbangkan zonasi yang telah
ditetapkan.
Area semak belukar dapat digantikan dengan
tumbuhan koleksi/konservasi atau digunakan untuk
pengembangan tema pertamanan dengan terlebih
dahulu mempertimbangkan zonasi yang telah
ditetapkan.
3 Terdapat jenis-jenis tumbuhan
yang beragam, baik jenis-jenis
tanaman berkayu maupun non
kayu.
Keragaman jenis penyusun dapat dikembangkan
lagi dengan menambah jenis-jenis lokal sesuai
dengan tema dan tujuan taman botani. Untuk itu,
perlu dilakukan eksplorasi dan pengumpulan jeni-
jenis yang akan dikoleksi
4 Topografi Taman Botani
bervariasi dari landai hingga
curam
Erosi dan tanah longsor dapat dicegah dengan
adanya tumbuh-tumbuhan.
5 Zonasi yang disusun > 70%
dipergunakan untuk koleksi dan
konservasi
Diperlukan sinkronisasi dengan kondisi tapak yang
sebenarnya, serta Diperlukan tinjauan arsitektur
untuk detail pertamanannya
6. Diperlukan implementasi
terhadap hasil penyusunan zona
Bentuk pemanfaatan lahan berdasarkan zonasi
yang telah disempurnakan dengan meninjau
kondisi sebenarnya perlu ditetapkan sebagai
ketetapan baku dalam pelaksanaan pembangunan
taman botani
7. Zonasi yang tersusun belum
mempertimbangkan aspek
koleksi tumbuhan dan tema
pertamanan
Diperlukan sinkronisasi dengan visi misi dan
rencana induk yang telah ditetapkan.
8 Belum terdapat visi, misi, dan
tujuan pengelolaan taman botani
yang disepakati oleh para pihak.
Belum terdapat Tema koleksi
dan pertamanan.
Perlu dilakukan penyamaan visi dan misi antara
pemerintah kabupaten dengan seluruh pihak yang
terkait dan peduli dengan Taman Botani, dengan
mempertimbangkan aspek-aspek ekologi,
ekonomi, dan sosial budaya.
9. Belum terdapat rencana kelola Diperlukan penyusunan rencana kelola yang
berupa rencana induk, rencana strategis, maupun
roadmap yang dapat dijalankan secara konsisten
oleh pengelola.
10. Pengelolaan Taman Botani
dibawah Dinas Lingkungan
Hidup didalam areal Bukit
Pelangi yang dikelola oleh
Bidang Umum dan Perlengkapan
Setkab Kutim
Untuk mengembangkan Taman Botani yang
berfungsi sebagaimana mestinya, diperlukan unit
pengelola yang fokus terhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengelolaannya. Diperlukan unit
pengelola yang bertugas sehari-hari.
23
11. Berpeluang untuk menjadi
Kebun Raya Daerah
Diperlukan fokus perencanaan, pelaksanaan, dan
pengelolaan sesuai dengan peraturan presiden No.
93 tahun 2011 tentang kebun raya.
Konsultasi publik yang telah dilaksanakan juga memunculkan pembandingan fungsi yang sama
dengan kebun raya yaitu kebun botani seperti yang diatur melalui Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2019 tentang
Lembaga Konservasi. Perbandingan tersebut disajikan dalam tabel.
Tabel 6. Perbandingan Kebun Raya Daerah dan Kebun Botani No. Kategori Kebun Raya Kebun Botani
Regulasi
1 Peraturan Induk PP Nomor 93 tahun 2011 tentang
Kebun Raya
Permen LHK NOMOR
P.22/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2019
tentang Lembaga Konservasi
2 Peraturan turunan
Perka LIPI: Nomor 10 Tahun 2015
Tentang Pengelolaan Kebun Raya,
Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Pembangunan Kebun Raya
tidak ada
3 Maksud Peraturan Konservasi ex-situ tumbuhan tidak khusus untuk tumbuhan
4 Bentuk kelembagaan Kebun Raya Daerah
3 Lembaga Konservasi untuk kepentingan
umum (kebun botani, taman tumbuhan
khusus, herbarium)
5 Pengelola Pusat/ propinsi/kota/kabupaten BUMN/BUMD/BUMS/lembaga
penelitian/lembaga pendidikan/koperasi
Perijinan
6 permohonan ijin LIPI MenLHK
7 Alur ijin
Pemerintah mengajukan ke LIPI,
pembangunan dilaksanakan jika
disetujui
pengelola mengajukan ke UPT/UPTD,
Bupati/walikota, Gubernur, Dirjen, Sekjen,
Menteri
8 Evaluasi progressif 1 tahun sekali insidentil dan rutin (satu tahun sekali)
Pembangunan
9 Perencanaan diatur spesifik (dari persiapan
hingga operasional) tidak diatur spesifik
10 pelaksanaan berdasarkan masterplan Berdasarkan site plan
11 pengelolaan dilaksanakan oleh pemerintahan Bukan pemerintahan
12 Pengawasan Kepala LIPI Dirjen
Pertamanan
13 Kategori tumbuhan Tumbuhan ex-situ tidak khusus
14 Fungsi konservasi, penelitian, pendidikan,
wisata dan jasa lingkungan
pendidikan, penelitian dan pengembangan
bioteknologi
15 Tema Koleksi sesuai dengan master plan 50 % tumbuhan asli Indonesia
16 Lokasi koleksi Bukan kawasan hutan; kawasan
hutan dengan ijin menteri LHK tidak diatur khusus
17 Pra-sarana minimal Zona penerima, koleksi, penerima Sesuai dengan bentuk lembaga
Kebun Botani sebagaimana yang dimaksud salam peraturan menteri lingkungan hidup dan
kehutanan tidak diatur secara khusus tentang tata cara pembentukan dan pembangunannya.
Bebeda dengan Kebun Raya Daerah yang diatur melalui Peraturan Presiden dan telah memiliki
peraturan turunan melalui peraturan kepala LIPI yang memberikan panduan yang jelas tentang
tata cara pembangunan kebun raya dari tahap persiapan hingga tahap pengoperasian. Adanya
24
panduan tersebut mempermudah pengembangan Taman Botani yang ada sekarang sebagai
bentuk pembenahan ke arah yang lebih baik pada masa mendatang. Meskipun demikian,
terminologi yang bangun di dalam kebun botani dan kebun raya adalah sama, yaitu sebagai
lembaga konservasi tumbuhan.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil studi dan konsultasi, berikut disampaikan rekomendasi untuk dapat
dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait.
Komitmen Pemerintah Kabupaten
Keberadaan Taman Botani saat ini perlu kembali diperkuat dengan ketetapan dari Bupati
bahwa pengembangan dan pembangunan Taman Botani yang akan datang dilaksanakan
dengan konsep Kebun Raya sebagai visi dan misi yang menjadi acuan bersama para pihak
terkait.
Unit Pengelola
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Lingkungan Hidup atau intansi pemerintah
kabupaten lainnya perlu membentuk unit khusus sebagai pengelola yang fokus terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan Taman Botani.
Masterplan
Unit pengelola yang telah terbentuk perlu mengadakan konsultasi dengan LIPI untuk
menentukan arah pembengunan dan pengembangan taman botani pada masa yang akan datang.
Zonasi yang dihasilkan dalam studi ini juga perlu dikonsultasikan dengan LIPI.
Koleksi
Unit pengelola yang telah terbentuk setidaknya dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dan penambahan koleksi yang ada saat ini.
Strategi
Berdasarkan pengalaman pelaksana Kebun Raya di daerah lain, pembangunan dan
pengembangan Kebun Raya memerlukan waktu jangka panjang dan biaya yang besar. Langkah
strategis dan sederhana yang dapat dilakukan oleh Unit Pengelola antara lain membentuk unit-
unit pengelolaan terkecil dalam bentuk petak-petak (vak) koleksi dan mengelolanya sesuai
dengan alokasi pembiayaan yang ada. Untuk pembangunan dan pengembangan lebih lanjut,
Unit Pengelola dapat bekerja sama dengan para pihak, seperti dengan MSH-CSR, yang telah
menyatakan komitmennya untuk menjadikan Taman Botani sebagai Pilot Project, serta
memperkuat komitmen Pemerintah Kabupaten dalam pelaksanaan visi dan misi.
Daftar Pustaka
Bachri, B. S. (2010). Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian
kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 46-62.
Wahab, R. (2014). Metodologi penelitian kualitatif.
25
Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Baker, P. J., & Wilson, J. S. (2000). A quantitative technique for the identification of canopy
stratification in tropical and temperate forests. Forest Ecology and
Management, 127(1-3), 77-86.
Botanic Garden Conservation International. (2020). Botanic Garden Accreditation Standards
Manual. Dipetik tanggal 7 Juli 2020 dari Botanic Garden Conservation International:
https://www.bgci.org/wp/wp-content/uploads/2019/04/BGA_Standards_Manual.pdf
IUCN-BGCS and WWF (1989) The Botanic Gard e n s C o n s e rvation Strategy. IUCN
Botanic Gardens Conserv a t i o n S e c re t a r i a t ,Kew Richmond UK and WWF
and IUCN Gland, S w i t z e r l a n d
Jackson, P. S. W. (1999). Experimentation on a large scale-an analysis of the holdings and
resources of botanic gardens. Botanic Gardens Conservation News, 27-30.
Handoko, K. H. (2015). Fasilitas Taman Botani Nusantara di Surabaya. eDimensi Arsitektur
Petra, 3(2), 617-624.
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 10
TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA
Harja, D. and Vincént, G. (2008). Spatially Explicit Individual based Forest Simulator User
Guide and Software. World Agroforestry Centre (ICRAF) and Institut de Recherche
pour le Développement (IRD)
Safarinanugraha, D. (2018). Perkembangan Desain Kebun Raya Bogor Tahun 1817-2017
Berbasis Aspek Spasial Dan Fungsional. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Etelka Leadlay, Greene J. 1998. The darwin technical manual for botanic gardens. London
(GB): Botanic Gardens Conservation International (BGCI).
Yanrilla, R. (2001). Laju Infiltrasi pada Berbagai Jenis Penutupan Laban Hutan Di RPH
Tenjowaringin, BKPH Singaparna, KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Fitrani, A., Hatta, G. M., & Asrar, K. (2017). Perbandingan Iklim Mikro pada Hutan
Sekunder yang Terjadi Suksesi di Tahura Sultan Adam Mandiangin Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis, 4(2), 154-166.
IUCN, S. S. C. (2000). IUCN guidelines for the prevention of biodiversity loss caused by
alien invasive species. Aliens, 11, 15.
Sutedjo, S., & Warsudi, W. (2017). MENAKAR SIFAT INVASIF SPESIES AKASIA
MANGIUM (Acacia mangium Willd.) DI HUTAN PENELITIAN DAN
PENDIDIKAN BUKIT SOEHARTO. ULIN: Jurnal Hutan Tropis, 1(1).
Harjanti, A. D., Purwani, O., & Iswati, T. Y. Taman Botani Boyolali Dengan Pendekatan Fun
Design Sebagai Pusat Wisata Edukasi Botani. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah
dan Perencanaan Partisipatif, 12(2), 143-158.
26
Lampiran 1. Peta model zonasi Taman Botani