Upload
helmy-hermawan
View
207
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Nama / NIP : Hery Yunianto / 19760608 200112 1 005 Novia Farah Antarnesia / 19861117 200912 2 003
Judul : Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Kabupaten Kapuas Hulu. Hari / Tanggal : Rabu / 18 Januari 2012
Tempat : Ruang Rapat Kantor Balai PemantapanKawasan Hutan Wilayah III Pontianak
KAJIAN POTENSI SUMBERDAYA HUTAN KABUPATEN KAPUAS HULU
I. Pendahuluan
A. Latarbelakang
1. Potensi sumber kekayaan alam sebagian besar masih belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara maksimal.
2. Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai potensi sumberdaya hutan yang cukup tinggi dan memiliki potensi kawasan, itu
merupakan potensi yang besar untuk mengoptimalkan fungsi kawasan sebagai pusat atau sentra berbagai kegiatan
produksi, industri dan jasa.
3. Terkait dengan hal tersebut diatas, pemetaan sumberdaya hutan sangat terkait erat terhadap adanya informasi dan
ketersediaan data potensi sumberdaya hutan, penggunaan eksistensing lahan, konflik pengelolaan, dan lapasitas
kelembagaan.
4. Kegiatan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya hutan memerlukan data dan informasi yang lengkap, akurat dan
mutakhir mengenai berbagai aspek, khususnya dalam hal luasan, kondisi, tipe, potensi dan harga/nilai serta berbagai
perubahan-perubahan yang terjadi.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud
o Mengetahui kondisi cadangan sumberdaya hutan di Kabupaten Kapuas Hulu
o Memberikan informasi dan gambaran secara menyeluruh kepada stakeholder dan masyarakat tentang potensi sumberdaya
hutan di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu
Tujuan
Menghasilkan data dan informasi mengenai kondisi cadangan sumberdaya hutan di Kabupaten Kapuas Hulu yang mencakup
luas, kondisi dan tipe dan fungsi hutan dalam rangka mengoptimalkan pendayagunaan potensi sumberdaya hutan untuk
mencukupi kebutuhan pembangunan dan aktifitas kehidupan ekonomi masyarakat sebatas kemampuan daya dukungnya
dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan dengan tetap mempertahankan azas manajemen hutan lestari.
II. Metoda dan Pelaksanaan
A. Metoda Kajian
Menggunakan metoda desk study, yaitu dengan melakukan pengumpulan data dengan cara studi literatur melalui
pengumpulan berbagai referensi yang memuat berbagai konsep dan teori mengenai nilai potensi sumberdaya hutan.
A.1 Konsep Penilaian Potensi Sumberdaya Hutan
Konsep Nilai Ekonomi yang digunakan dalam penilaian potensi sumberdaya hutan Kabupaten Kapuas Hulu adalah Nilai
Guna Langsung dengan penekanan pada nilai kayu dan non kayu dari kawasan hutan, hal ini berkaitan dengan adanya
keterbatasan sumberdaya dan waktu yang tersedia.
A.2 Prosedur kajian
Prosedur Kajian dilakukan melalui interpretasi citra satelit dengan aplikasi teknologi GIS dan studi ekonomi, sosial, dan
budaya di dalam kawasan hutan. Berdasarkan status hutan yang ada dilakukan studi terhadap dasar penetapan
kawasan hutan. Verifikasi kondisi kawasan hutan secara makro dilakukan dengan identifikasi melalui citra satelit.
1. Analisis Citra Satelit
2. Klasifikasi Penutupan lahan (land cover)
3. Metode Penafsiran
4. Sistem Klasifikasi Penutupan Lahan
5. Peta yang Digunakan
6. Bahan Pendukung Lain
A.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kayu
2. Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait yaitu dari :
- Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah III Pontianak
- Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas Hulu - Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun
- Balai Taman Nasional Danau Sentarum
A.4 Analisa Data Kajian Data potensi sumberdaya hutan Kabupaten Kapuas Hulu berdasarkan fungsi dan tipe hutan diperoleh dari hasil perkalian luas penutupan lahan berdasarkan fungsi dan tipe hutan dengan volume kayu rata-rata hasil
kluster enumerasi Permanent Sample Plot di fungsi dan tipe hutan yang bersangkutan dikalikan dengan rata-rata harga kayu yang diambil dari hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas Hulu.
B. Pembahasan
1. Pengumpulan dan entry data enumerasi TSP/PSP sehingga diperoleh gambaran potensi hutan berdasarkan tipe dan fungsi hutan
2. Penyiapan bahan-bahan 3. Pelaksanaan rapat persiapan dengan instansi terkait 4. Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dari instansi terkait 5. Pengelolaan data 6. Penyusunan draft awal 7. Rapat pembahasan dengan instansi terkait/pemberi data 8. Penyempurnaan draft hasil pembahasan 9. Pengesahan buku kajian 10. Pendistribusian
III. Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu
A. Kondisi Geografi
Kabupaten Kapuas Hulu secara astronomi terletak antara 0,50º Lintang Utara sampai 1,4º Lintang Utara dan antara 111,40º Bujur Timur sampai 114,10º Bujur Timur dengan Ibukota Putussibau (BPS Kapuas Hulu, 2010).
B. Kondisi Kawasan Hutan
Luas kawasan hutan Kabupaten Kapuas Hulu berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan dan Hasil Tata Batas Kawasan Hutan seluas 2.513.359 ha yang terdiri atas Taman Nasional 939.083 ha (38%), Hutan Lindung seluas 812.250 ha (32%), Hutan Produksi Terbatas seluas 483.689 ha (19%), Hutan Produksi seluas 170.866 ha (7%) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi 107.470 ha (4%).
C. Kondisi Penutupan Lahan di dalam dan di luar Kawasan Hutan
Areal berhutan di Kabupaten Kapuas Hulu diidentifikasi masih relatif luas, yaitu mencapai ± 2.280.104 Ha atau sekitar 73,37 % dari luas Kabupaten Kapuas Hulu. Jika dibandingkan dengan luas areal berhutan secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Barat, luas areal berhutan di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai persentase 33,36 % dari seluruh areal berhutan di Provinsi Kalimantan Barat. Sebagian besar areal berhutan tersebut merupakan Hutan Lahan Kering Primer yang luasnya mencapai 1.310.897 Ha (42,18 %), Hutan Lahan Kering Sekunder seluas 514.629 Ha (16,56 %), Hutan Rawa Primer seluas 12.701 Ha (0,41%) dan Hutan Rawa Sekunder seluas 441.877 Ha (14,22 %)
D. Kondisi Perusahaan
Sampai dengan akhir tahun 2010, terdapat 9 perusahaan pemegang izin IUPHHK-HA di Kabupaten Kapuas Hulu dengan rincian 3 perusaahan dengan status masih aktif, 5 perusahaan tidak aktif dan 1 perusahaaan dalam proses persiapan (IHMB). Untuk ijin IUPHHK-Hutan Tanaman sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat 6 pemegang ijin dengan rincian 4 perusahaan akan dicabut ijinnya dan 2 perusahaan sedang dalam proses verifikasi. Sedangkan untuk ijin IPK pada tahun 2010 terdapat 3 perusahaan pemegang IPK (Dishutbun Kapuas Hulu, 2010).
IV. Hasil dan Pembahasan
Hasil
1. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Klsuter Enumerasi Permanent Sample Plot
Sampai dengan Bulan Mei tahun 2011 di kawasan hutan Kabupaten Kapuas Hulu telah dilakukan kegiatan Enumerasi Permanent Sample Plot (PSP) Sebanyak 35 kluster yang tersebar berdasarkan tipe dan fungsi hutan. Hasil penghitungan dari kluster enumerasi ini akan didapat rata-rata volume kayu semua jenis per ha berdasarkan tipe dan fungsi hutan serta jenis-jenis pohon yang dominan. Hasil dari volume kayu rata-rata berdasarkan fungsi dan tipe hutan dijadikan sebagai asumsi dasar perhitungan potensi kayu yang ada di dalam kawasan hutan Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Penutupan Lahan di dalam Kawasan Hutan
Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2009, Kabupaten Kapuas Hulu masih memiliki hutan lahan kering primer seluas ± 1.309.254 atau setara dengan 52,09% dari total luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Luas areal berhutan di dalam kawasan hutan Kabupaten Kapuas Hulu mencapai ± 2.081.989 ha atau mencapai 82,84% dari total kawasan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu seluas ± 2.513.359 ha. Luas areal berhutan di Kabupaten Kapuas Hulu didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer yang mencapai ± 1.309.254 atau sekitar 62,88% dari total luas areal berhutan di dalam kawasan hutan Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Penutupan Lahan Berdasarkan Fungsi Kawasan Hutan
4. Hasil Rekapitulasi Harga Kayu
Hasil Inventarisasi sosial budaya yang dilakukan oleh Disbunhut Kabupaten Kapuas Hulu digunakan sebagai dasar perhitungan potensi sumberdaya hutan Kabupaten Kapuas Hulu diperoleh 8 jenis kayu yang memiliki variasi harga dimulai dari harga terendah yaitu kayu kelansau Rp. 952.381,-/m3 hingga yang tertinggi kayu tembesuk dengan kisaran harga Rp. 3.750.000,-/m3. Dengan harga rata-rata kayu semua jenis per m3 mencapai Rp. 1.796.334,-. Sedangkan harga rata-rata kayu semua jenis yang dipakai dalam buku Neraca Sumberdaya Hutan Provinsi Kalimantan Barat yang mengacu pada Daftar nilai/harga kayu dan non kayu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Menteri Perdagangan melalui Keputusan Nomor : 08/M-DAG/PER/2/2007 tanggal 7 Pebruari 2007 tentang Penetapan Harga Patokan untuk Perhitungan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) Kayu dan Bukan Kayu menetapkan harga rata-rata kayu semua jenis adalah Rp. 520.000,- sehingga ada perbedaan harga sebesar Rp. 1.276.334,-/m3.
Pembahasan
1. Potensi Sumberdaya Kayu di Taman Nasional (TN) Hasil perhitungan terhadap potensi sumberdaya kayu di TN menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 166,11 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 298,3 triliun. Sumbangan terbesar potensi tersebut didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer di Taman Nasional dengan volume total kayu mencapai ± 162,43 juta m3 dengan nilai ± Rp. 291,7 triliun, diikuti Hutan Rawa Sekunder dengan volume kayu ± 3,51 juta m3 dengan nilai ± Rp. 6,2 triliun dan Hutan Lahan Kering Sekunder dengan volume kayu ± 0,18 juta m3 dengan nilai ± Rp. 317,1 miliar.
2. Potensi Sumberdaya Kayu di hutan Lindung (HL) Hasil perhitungan terhadap potensi sumberdaya kayu di HL menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 185,97 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 333,9 triliun. Sumbangan terbesar potensi tersebut didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer di HL dengan volume total kayu mencapai ± 121,52 juta m3 dengan nilai ± Rp. 218,2 triliun, diikuti Hutan Lahan Kering Sekunder dengan volume kayu ± 63,98 juta m3 dengan nilai ± Rp. 114,9 triliun dan Hutan Rawa Sekunder dengan volume kayu ± 0,46 juta m3 dengan nilai ± Rp. 833,8 milyar.
3. Potensi Sumberdaya Kayu di Hutan Produksi Terbatas(HPT) Hasil perhitungan terhadap potensi sumberdaya kayu di HPT menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 68,39 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 122,8 triliun. Sumbangan terbesar potensi tersebut didominasi oleh Hutan Lahan Kering Sekunder di HPT dengan volume total kayu mencapai ± 50,74 juta m3 dengan nilai ± Rp. 91,1 triliun, diikuti Hutan Lahan Kering Primer dengan volume kayu ± 14,19 juta m3 dengan nilai ± Rp. 25,4 triliun dan Hutan Rawa Sekunder dengan volume kayu ± 3,06 juta m3 dengan nilai ± Rp. 5,4 triliun.
4. Potensi Sumberdaya Kayu di Hutan Produksi (HP)
Hasil perhitungan terhadap potensi sumberdaya kayu di HP menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 4,06 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 7,2 triliun. Sumbangan terbesar potensi tersebut didominasi oleh Hutan Lahan Kering Sekunder di HP dengan volume total kayu mencapai ± 1,79 juta m3 dengan nilai ± Rp. 3,2 triliun, diikuti Hutan Rawa Sekunder dengan volume kayu ± 1,68 juta m3 dengan nilai ± Rp. 3,0 triliun dan Hutan Rawa Primer dengan volume kayu ± 0,51 juta m3 dengan nilai ± Rp. 920,3 milyar.
5. Potensi sumberdaya Kayu di Hutan Produsi yang dapat di Konversi (HPK) Hasil perhitungan terhadap potensi sumberdaya kayu di HPK menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 13,58 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 24,3 triliun. Sumbangan terbesar potensi tersebut didominasi oleh Hutan Rawa Sekunder di HPK dengan volume total kayu mencapai ± 13,57 juta m3 dengan nilai ± Rp. 24,4 triliun dan Hutan Lahan Kering Sekunder dengan volume kayu ± 0,004 juta m3 dengan nilai ± Rp. 8,7 miliar.
6. Potensi Rotan di dalam Kawasan Hutan
No Kelompok Hutan Luas (Ha)
Fungsi Hutan
Tipe Hutan
Jenis Hasil Survey
Potensi (Bk/Kg/Ha)
1 S. Seberuang & S. Silat 25 HPT Hutan Kering Sekunder Rua, Marau, Sega, Kawan 44,64
2 S. Embaluh 5 HPT Hutan Rawa Sekunder Kelian, Tapah, Marau, Sega Air 23,50
3 S. Palin 28 HPT Hutan Kering Sekunder Kelian, Tapah, Marau, Sega Air, Cincin 128,10
4 S. Tawang 10 HP Hutan Rawa Sekunder Irit, Batu, Tapah 31,60
5 S. Nyabau 10 HL Hutan Rawa Sekunder Lupuk, Sega, Jerenang, Marau 66,11
6 S. Sibau 10 HL Hutan Rawa Sekunder Lupuk, Sega, Jerenang, Marau 170,38
7 S. Kalis 10 HPT Hutan Kering Sekunder Sega, Jerenang, Marau, Jelundung Dahan 99,81
8 S. Tehanung 10 HPT Hutan Kering Sekunder Marau, Semut, Sega, Dahan 101,35
9 Nyaban Pangihan Lambuanak
20 HPT Hutan Kering Sekunder Rotan Dahan, Jerenang, Nakon, Ilam, Petit, Jelapang, Rintak, Manau, Semut, Sega Kayu
166,28
10 S. Tenungun 10 HPT Hutan Kering Sekunder Sega, Ilam, Petit 114,00
V. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan 1. Luas areal berhutan di dalam kawasan hutan Kabupaten Kapuas Hulu mencapai ± 2.081.989 ha atau
mencapai 82,84% dari total kawasan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu seluas ± 2.513.359 ha. 2. Kabupaten Kapuas Hulu masih memiliki hutan lahan kering primer seluas ± 1.309.254 atau setara dengan
52,09% dari total luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. 3. Hutan Lahan Kering Primer Taman Nasional menempati proporsi terbesar dengan luas ± 766.181 ha atau
sekitar 58% dari seluruh luas hutan lahan kering primer, diikuti kemudian dengan hutan lindung seluas 39% dan hutan produksi terbatas seluas 3% dari total luas hutan kering primer di Kabupaten Kapuas Hulu.
4. Taman Nasional secara umum di Kabupaten Kapuas Hulu menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 166,11 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 298,3 triliun Hutan Lindung menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 185,97 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 333,9 triliun. Hutan Produksi Terbatas menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 68,39 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 122,8 triliun. Hutan Produksi Kabupaten Kapuas Hulu menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 4,06 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 7,2 triliun. Hutan Produksi yang dapat dikonversi menunjukkan total potensi kayu semua jenis yang tersimpan sebesar ± 13,58 juta m3 dengan nilai total nilai mencapai ± Rp. 24,3 triliun.
Saran Adanya Perbedaan waktu dan jumlah kluster yang digunakan menyebabkan perbedaan asumsi potensi yang cukup signifikan sehingga ke depan perlu dilakukan inventarisasi terestris pada fungsi dan tipe hutan yang belum terwakili.