Upload
others
View
14
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG,
BOGOR TAHUN 2012
Yiyin mariska
Fakultas kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Depok 16424
Tel : (021) 7270005 ext 1309. Fax : (021) 7863524
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang kajian risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada setiap tahapan dalam
kegiatan proses produksi yang dilakukan di area pabrik pengolan pabrik karet di Baranangsiang, Bogor tahun 2012.
Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai consequences, exposure, dan probability dari setiap kegiatan
proses produksi lalu dibandingkan dengan standar level risiko samikuantitatif W.T Fine J untuk mengetahui tingkat
risiko yang dimiliki pada setiap kegiatan proses produksi.. Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang ada
pada setiap kegiatan proses produksi meliputi very high, priority 1, Substansial, Priority 3 dan acceptable. Pada
penelitian ini skor yang paling tinggi adalah 900 dan yang paling rendah adalah 10. Dari hasil analisis risiko yang
diperoleh dapat digunakan sebagai bahan masukan kajian risiko di pabrik karet untuk menurunkan level risiko
dengan menggunakan berbagai pengendalian.
Kata kunci:
Penilaian risiko, pabrik karet, tingkat risiko, consequences, exposure, probability, W.T Fine.
Abstract
This research discusses the risk assessment of occupational health and safety that exist in every steps at production
process of rubber manufacturing in Baranangsiang, Bogor 2012. Risk assessment is done by analyzing the value of
consequences, exposure, and probability in every steps of production process which is then compared to standard
level of risk semi quantitative W.T. Fine to determine level of risk that exist at each stage of production process.The
result of research explain that level of risk which is exist in every steps of production process has different level is
very high, priority 1, Substansial, Priority 3 dan acceptable. In this research the highest score is 900 and the lowest
value is 10. Result of risk analysis obtained can be used as input in the risk assessment process in rubber
manufacturing and to be able to lower the risk with using various risk controls.
Key words:
Risk assessment, rubber manufacturing, level of risk, consequences, exposure, probability, W.T Fine.
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
2
1. Pendahuluan
Perkembangan industri belakangan ini
meningkat dengan cepat seiring dengan
perkembangan zaman yang membutuhkan banyak
tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja ini
menuntut adanya perlindungan tehadap tenaga kerja
agar dapat bekerja secara selamat dan sehat.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mencakup
identifikasi terhadap bahaya, penilaian risiko dan
tindakan pengendalian dapat dilakukan agar tidak
terjadi berbagai hal yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan dan timbulnya penyakit-penyakit akibat
kerja serta kerugian besar yang akan ditanggung oleh
perusahaan.
Menurut Gabungan Perusahaan Karet Indonesia
(GAPKINDO), untuk jumlah konsumsi karet dunia
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan,
jika pada tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar
9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664
juta ton. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa
untuk luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar
di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand
seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar.
Meski memiliki lahan terluas, produksi karet
Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah
produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton,
sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951
ribu ton .(http://pphp.deptan.go.id).
Direktur Eksekutif Gapkindo Suharto
Honggokusumo mengatakan Kapasitas
pabrik pengolahan karet di dalam negeri tahun lalu
mencapai 3,8 juta ton, tahun
ini juga masih sama. Namun, karet yang tersedia
pada tahun lalu hanya sekitar
2,4 juta ton, sedangkan tahun ini diperkirakan naik
tipis menjadi 2,5 juta ton. Saat ini terdapat 130
pabrik pengolahan karet dengan kapasistas 3,8 juta
ton, tetapi bahan baku karet yang tersedia hanya 2,4
juta. (http://www.bumn.go.id). Dari data ini, dapat
diketahui bahwa industri karet di Indonesia cukup
besar sehingga program-program K3 harus dapat
ditanamkan pada setiap perusahaan yang ada karena
bahaya-bahaya dari proses produksi pengolahan karet
menjadi produk membutuhkan bahan-bahan kimia
yang dapat menyebabkan penyakit bagi pekerja dan
terjadinya kecelakaan pada saat penggunaan
peralatan kerja.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di dalam
Occupational and Enviromental Medicine 2009,
bahan kimia yang biasa digunakan dalam pabrik
produk karet dapat menyebabkan kanker pada
pekerja yang terpapar secara reguler. Para peneliti
mendasarkan temuan mereka pada temuan angka
perkiraan lebih tinggi pada kanker-kanker tertentu
dan kematian dari penyakit diatara para pekerja
pabrik kimia karet di North Wales. Mereka melihat
paparan khusus pada bahan kimia yang disebut 2-
merkaptobenzotiazol (MBT = 2-
mercaptobenzothiazole) yang telah dimasukkan pada
penelitian sebelumnya sebagai bahan penyebab
kanker (karsinogen) (http://www.birmingham.ac.uk).
Bahan-bahan kimia lain yang umum digunakan
dalam pabrik karet seperti amoniak,nitrogen,
mangan, besi, magnesium, fosfor, klorin dan bahan
kimia lain yang ditambahakan dalam proses
pembuatan produk karet yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia.
Walaupun telah banyak industri pengolahan
karet yang memperhatikan K3 dalam program
perusahaan, akan tetapi masih ada perusahaan yang
mengalami kecelakaan kerja seperti pada peralatan
centrifugal pabrik karet yang meledak yang menelan
korban 1 orang meninggal dunia dan orang lainnya
luka-luka. Keterangan yang diberikan APK yang
menyatakan bahwa peristiwa tersebut adalah murni
kecelakaan kerja tentunya sangat tidak beralasan,
pasalnya, pabrik tersebut adalah sebuah perusahaan
BUMN yang sudah menyandang piagam
penghargaan tentang keselamatan kerja dan sudah
menerapkan sistem Zero Accident ( Nol Kecelakaan
). Begitu juga dengan sistem SMK3 ( Sistem
keselamatan dan kesehatan kerja ) dan Budaya 3K (
Komunikasi, Konsultasi dan Koordinasi ), namun
pada kenyataannya diperusahaan ini masih tetap
terjadi kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa,
sehingga ada kesan adanya kelemahan dalam hal
pengawasan terhadap karyawan dan peralatan yang
dipakai didalam pabrik karet tersebut.
(http://regional.kompasiana.com).
Dari kasus diatas dapat dilihat bahkan pada
perusahaan setingkat BUMN masih mengalami
kecelakaan kerja. Hal ini dapat menjadi perhatian
untuk lebih meningkatkan aspek K3 dalam program-
program di perusahaan baik perusahaan dalam skala
besar maupun skala kecil sehingga dapat
meminimlisir terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat merugikan
perusahaan dengan melakukan identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan tindakan pengendalian. Karena
kurangnya perhatian tentang K3 dalam perusahaan
skala kecil maka penulis mengambil judul penelitian
yaitu “Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Di Pabrik Karet Baranangsiang, Bogor”.
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
3
Tujuan umum dari penulisan ini adalah
diperolehnya gambaran penilaian risiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada proses produksi pabrik
karet di Baranangsiang, Bogor. Tujuan Khusus
Diketahuinya gambaran bahaya dan risiko, gambaran
penilaian dan analisis risiko yang ada pada tahapan
kerja pada saat proses pengolahan karet, gambaran
pengendalian untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan dan gambaran pengetahuan pekerja
tentang bahaya dan risiko ditempat kerja.
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana gambaran manajemen
penilaian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada pabrik karet yang terletak di daerah
baranangsiang, Bogor. Langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian ini yaitu identifikasi
jenis-jenis bahaya yang ada pada setiap tahap
pekerjaan, kemudian mengidentifikasi risiko yang
bersumber dari bahaya yang ada pada tahapan proses
produksi, kemudian melakukan analisis risiko dengan
menentukan nilai yang telah ada, setelah diketahui
berapa nilai yang didapat maka dapat ditentukan
prioritas untuk tindakan pengendalian tahapan
kegiatan proses produksi pada pabrik karet yang ada
di Baranangsiang, Bogor.
2. Metode Penelitian
Jenis/Desain Penilitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan menggunakan desain penelitian semi
kuantitatif. Desain studi yang digunakan adalah
berdasarkan AS/NZS 4360:2004 dengan metode
semikuantitatif sesuai dengan kriteria penilaian risiko
menurut W.T. Fine. Kegiatan yang dilakukan terdiri
dari identifikasi risiko, analisis risiko dengan
menentukan tingkat consequences, exposure, dan
probability dari setiap risiko yang ada. Kemudian
melakukan evaluasi risiko dan pengendalian risiko
yang ada.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan
Oktober sampai Desember 2012. Penelitian ini
dilaksanakan pada proses produksi pabrik karet di
Baranangsiang, Bogor.
Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil pada penilitian ini adalah
seluruh pekerja yang berjumlah 12 orang dan juga
pemilik perusahaan. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 8 pekerja untuk pengisian
kuisioner gambaran pengetahuan pekerja.
Jenis Data Penelitian
Berupa data primer dan data sekunder. Data
primer berupa data wawancara, dan observasi. Data
sekunder berupa sejarah perusahaan, prosedur kerja,
dokumentasi foto kegiatan proses produksi dan data-
data lainnya yang mendukung.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan identifikasi
risiko yang dilakukan dengan wawancara dan
observasi kemudian dilakukan penilaian risiko sesuai
acuan kriteria W.T. Fine. Pengolahan data
menggunakan komputer dengan program Microsoft
word. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode analisis risiko semi kuantitatif dengan cara
mengalikan nilai variable berupa tingkat
consequences, exposure, dan probability. Berikut
penjelasan tabel penilaian risiko menggunakan
criteria W.T. Fine.
Tabel 1. Level Risiko Secara Semikuantitatif
W.T Fine
Level
Risiko
Deskripsi Tidakan
> 350 Very High Hentikan aktivitas sampai
risiko dapat dikurangi
mencapai batas yang dapat
diterima
180 – 350 Priority 1 Perlu penangan secepatnya
70 – 180 Substansial Perlu dilakukan tindakan
perbaikan secara teknis
20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan
diperhatikan secara
berkesinambungan
< 20 Acceptable Intensitas kegiatan yang
menimbulkan risiko
dikurangi seminimal
mungkin
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
4
3. Hasil dan Pembahasan
Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko pada
pabrik pengolahan karet ini maka dilakukan
identifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan
melakukan wawancara dan observasi. Dilakukan
wawancara kepada pemilik perusahaan untuk
mengetahui bahaya-bahaya apa saja yang ada pada
setiap tahap proses produksi dengan menggunakan
teknik wawancara secara langsung tanpa
menggunakan berkas wawancara. Diberikan
kuisioner kepada pekerja untuk mengetahui tingkat
pengetahuan pekerja tentang bahaya-bahaya yang ada
di tempat kerja dan tentang penggunaan alat
pelindung diri saat bekerja.. Setelah didapatkan jenis-
jenis bahaya yang ada, kemudian dilakukan penilaian
risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dan
menentukan prioritas untuk tindakan perbaikan yang
ada pada pabrik tersebut. Setelah diketahui tingkatan
risiko lalu dilakukan analisis untuk mengetahui
penyebab dari tingginya risko yang ada, bagaimana
dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dari hasil
analisis ini kemudian dilakukan evaluasi sehingga
dapat dilakukan tindakan pengendalian. Kajian
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
dilakukan ini diaharapkan dapat meminimalkan risiko
yang akan diterima oleh pekerja dan perusahaan.
Berikut tabel tentang identifikasi bahaya dan risiko
yang telah dilakukan pada setiap tahap kegiatan
proses produksi di pabrik pengolahan karet.
Tabel 2. Identifikasi Bahaya dan Risiko pada Proses Persiapan dan penggilingan Karet Menjadi Lembaran Karet
No Urutan Akitivitas Risiko Bahaya Pengendalian
yang ada
1. Memotong bahan baku
karet menjadi lebih kecil
Luka akibat pisau Fisik Tidak ada
Gangguan pernafasan dari debu dari
karet
kimia Tidak ada
2. Menimbang bahan baku
kimia
Penyakit akibat bahan kimia Kimia Tidak ada
Cedera akibat terpeleset Fisik Tidak ada
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat tertelan bahan kimia Kimia Tidak ada
3. Membawa potongan
karet dan bahan kimia
dari tempat penimbangan
ke mesin penggiling
Cedera akibat terpeleset Fisik Tidak ada
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat tertelan bahan kimia Kimia Tidak ada
4. Memasukkan bahan
baku ke dalam mesin
penggiling lalu
melakukan proses
penggilingan
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada
Penyakit akibat tertelan bahan kimia Kimia Tidak ada
Luka bakar akibat kontak dengan
mesin panas
Fisik Menggunakan
sarung tangan
Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada
Kebakaran akibat oli tercecer terkena
percikan api
Fisik Tidak ada
Kebakaran akibat cerobong mesin
panas terkena atap kayu
Fisik Tidak ada
5. Memindahkan lembaran
karet yang telah
tercampur ke meja
Cedera akibat terjatuh Fisik Tidak ada
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada
Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
6. Membuang kotoran pada
lembaran karet (bladah)
Luka akibat tertusuk alat pembuang
kotoran
Fisik Tidak ada
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
5
Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
7. Penggilingan kembali
untuk menipiskan
lembaran karet sesuai
permintaan pelanggan
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada
Luka bakar akibat kontak dengan
mesin panas
Fisik Menggunakan
sarung tangan
Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada
Kebakaran akibat oli tercecer terkena
percikan api
Fisik Drum
penampung oli
Kebakaran akibat cerobong mesin
panas terkena atap kayu
Fisik Tidak ada
8. Memotong lembaran
karet sesuai ukuran
Luka akibat tersayat pisau Fisik Tidak ada
Byeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada
9. Pemindahan lembaran
karet dari meja ke tempat
penyimpanan sementara
pegal dan nyeri akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada
Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Risiko pada Proses Pembuatan Pelat Sepatu
No Urutan Akitivitas Risiko Bahaya Pengendalian
yang ada
1. Pemotongan bahan baku
karet
Luka akibat terpotong alat
penggunting
Fisik Tidak ada
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
2. Pekerja memasukkan
potongan karet ke dalam
cetakan
Nyeri dan pegal akibat kelelahan
Ergonomi Tidak ada
3. Pekerja menempatkan
cetakan ke mesin
Pressing
Luka bakar akibat kontak dengan
mesin panas
Fisik Menggunakan
sarung tangan
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
4. Pekerja memutar setir
mesin pressing untuk
mecetak pelat sepatu
Nyeri dan pegal akibat kelelahan
otot tangan
Ergonomi Tidak ada
Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
Ledakan akibat selang LPG bocor Fisik Tidak ada
5. Pekerja memindahkan
cetakan dari mesin
Luka bakar akibat kontak dengan
mesin panas
Fisik Menggunakan
sarung tangan
Penyakit akibat kerhirup uap karet Kimia Tidak ada
Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada
6. Pekerja melepas pelat
sepatu dari cetakan
Luka bakar akibat kontak dengan
mesin panas
Fisik Menggunakan
sarung tangan
Penyakin akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
6
Tabel 4. Analisis Risiko dan Recommended level Proses Persiapan dan Penggilingan Karet Menjadi Lembaran Karet
No Risiko
Existing level
Level
Risiko
Recommended level
Level
Risiko
Risk
Reduction C E P
Nilai
Risik
o
C E P Nilai
Risiko
1. Luka akibat tersayat pisau
1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%
2.
Gangguan pernafasan
akibat terhirup debu dari
karet
1 10 6 60 Priority 3 1 10 3 30 Acceptable 50%
3. Penyakit akibat terhirup
bahan kimia
15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%
4. Cedera akibat terpeleset 1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%
5. Nyeri dan pegal akibat
kelelahan
5 10 6 300 Priority 1 1 10 3 30 Acceptable 90%
6. Penyakit akibat tertelan
bahan kimia
15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%
7. Luka bakar akibat kontak dengan mesin
panas
5 10 3 150 Substansial 1 10 3 30 Acceptable 80%
8. Penyakit akibat terhirup
uap karet
15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%
9.
Kebakaran akibat oli
tercecer terkena percikan api
50 10 1 500 Very High 5 10 3 150 Substansial 70%
10.
Kebakaran akibat
cerobong mesin panas
terkena atap kayu
25 10 3 750 Very High 15 10 1 150 Substansial 80%
11. Cedera akibat terjatuh 1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%
12. Luka akibat tertusuk alat
pembuang kotoran
1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%
1. Proses Pembuatan Pelat Sepatu
No Risiko
Existing level
Level
Risiko
Recommended level
Level Risiko Risk
Reduction C E P
Nilai
Risik
o
C E P
Nilai
Risik
o
1. Luka akibat terpotong alat penggunting
1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%
2. Nyeri dan pegal akibat
kelelahan
5 10 6 300 Priority 1 1 10 3 30 Acceptable 50%
3. Luka bakar akibat kontak dengan mesin panas
5 10 3 150 Substansial 1 10 3 30 Acceptable 80%
4. Nyeri dan pegal akibat
kelelahan otot tangan
5 10 6 300 Priority 1 1 10 3 30 Acceptable 50%
5. Penyakit akibat terhirup
uap karet
15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%
6. Ledakan kibat selang
LPG bocor
50 10 1 500 Very High 5 10 3 150 Substansial 70%
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
7
Keterangan
C: Consequences Nilai Risiko = C x E x P
E: Exposure
P: Probability
Tabel 5. Deskripsi Variabel-Variabel Analisa Risiko Secara Semikuantitatif
W.T. Fine
Variabel Kategori Deskripsi Ratting
Consequences (akibat/dampak yang mungkin
ditimbulkan suatu kejadian (Event))
Catastrophe Kerusakan yang sangat parah dengan kerugian di atas $ 1 juta,
terhentinya aktivitas, kerusakan besar-besaran dan menentap terhadap lingkungan
100
Disaster Kematian, kerusakan setempat dan menetap terhadap
lingkungan dengan kerugian $ 500.000 - $ 2.000.000
50
Very serious Cacat/penyakit yang menetap, kerusakan sementara terhadap lingkungan, kerugian $ 50.000 - $ 500.000
25
Serious Cidera/penyakit yang serius tetapi sementara (tidak menetap),
efek yang merugikan terhadap lingkungan, kerugian $ 5.000 - $ 50.000
15
Important Membutuhkan penangan medis, kerugian sebesar $ 500 - $
5.000, efeknya dapat dirasakan tetapi tidak terlalu merugikan
5
Noticeable Luka ringan, memar, atau penyakit ringan, kerusakan kecil dengan kerugian produksi sebesar < $ 500, kerugian setempat
yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.
1
Exposure (frekuensi paparan terhadap bahaya) Continously Terjadi secara terus-menerus/setiap hari 10
Frequently Terjadi kira-kira satu kali setiap hari 6
Occasionally Sekali seminggu s/d sekali sebulan 3
Infrequent Sekali sebulan s/d sekali setahun 2
Rare Pernah terjadi tetapi sangat jarang 1
Very rare Tidak pernah terjadi 0,5
Probability (kemungkinan terjadinya bahaya yang
menyertai suatu kejadian atau peristiwa)
Almost
Certain
Kejadian yang paling sering terjadi 10
Likely Kemungkinan terjadi 50% 6
Unusual Mungkin terjadi tetapi jarang 3
Remotely
Possible
Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan terjadinya 1
Conceivable Mungkin terjadi, tetapi tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan selama bertahun-tahun
0,5
Practically
impossible
Sangat tidak mungkin terjadi 0,1
6.1.4 Rekomendasi pengendalian
Tabel 6. Rekomendasi pengendalian
1. Proses Persiapan dan penggilingan karet menjadi lembaran karet No Risiko Hirarki Pengendalian
1. Luka akibat tersayat pisau
Engineering
Administrative Pergantian pekerja setiap 30 menit
PPE Penggunaan sarung tangan
2.
Gangguan pernafasan akibat terhirup debu
dari karet
Engineering
Administrative housekeeping
PPE Penggunaan masker
3. Penyakit akibat terhirup bahan kimia Engineering Penyediaan ruang khusus bahan kimia yang ditambah dengan exhaust fan
Administrative Housekeeping bahan kimia
PPE Penggunaan masker
4.
Cedera akibat terpeleset
Engineering
Administrative Housekeeping
PPE Penggunaan sepatu
5.
Nyeri dan pegal akibat kelelahan
Engineering Penambahan tempat duduk dan pembagian beban
Administrative Pergantian pekerja
PPE
6. Penyakit akibat tertelan bahan kimia Engineering
Administrative Penyediaan sabun dan keran air untuk mencuci tangan
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
8
PPE Penggunaan sarung tangan
7. Luka bakar akibat kontak dengan mesin
panas
Engineering Penggunaan tongkat untuk menyentuh karet pada
mesin penggiing
Administrative Penyediaan sarung tangan pengganti
PPE Penggunaan sarung tangan
8. Penyakit akibat terhirup uap karet
Engineering Penambahan kipas angin agar uap tidak terhirup
pekerja
Administrative
PPE Penggunaan masker
9. Kebakaran akibat oli tercecer terkena
percikan api
Engineering Penambahan drum penampung oli bekas yang tercecer
dari peralatan
Administrative Housekeeping, penyediaan APAR dekat dengan lokasi kerja, melarang pekerja merokok di dalam lokasi
kerja.
PPE
10. Kebakaran akibat cerobong mesin panas
terkena atap kayu
Engineering Perombakan atap yang terbuat dari kayu menjadi
seng.
Administrative Pengecekan secara berkala keadaan cerobong agar tidak dekat dengan atap, penyediaan APAR dekat
dengan lokasi cerobong
PPE
11. Cedera akibat terjatuh Engineering Pemotongan kaki- kaki meja menjadi lebih rendah
Administrative Tidak menaiki meja saat menarik karet
PPE Penggunaan sepatu
12. Luka akibat tertusuk alat pembuang kotoran Engineering Membuat ujung alat menjadi tumpul
Administrative Pergantian pekerja setiap 30 menit sekali
PPE Penggunaan sarung tangan
2. Proses Pembuatan Pelat Sepatu
No Risiko Hirarki Pengendalian
1. Luka akibat terpotong alat penggunting
Engineering
Administrative Pergantian pekerja setiap 30 menit sekali
PPE Penggunaan sarung tangan
2. Nyeri dan pegal akibat kelelahan Engineering Penambahan tempat duduk dan pembagian beban
Administrative Pergantian pekerja setiap pergantian bahan yang
ditangani
PPE
3. Luka bakar akibat kontak dengan mesin panas Engineering
Administrative Brikan waktu beberapa saat agar mesin yang panas lebih dingin
PPE Penggunaan sarung tangan
4. Nyeri dan pegal akibat kelelahan otot tangan Engineering
Administrative Penambahan pekerja untuk bergantian memutar setir mesin
PPE
5.. Nyeri dan pegal akibat kelelahan
Engineering Penambahan kipas angin agar uap tidak terhirup
pekerja
Administrative
6 Penyakit akibat terhirup uap karet PPE Penggunaan masker
7. Ledakan kibat selang LPG bocor Engineering Pembuatan tempat gas pada tempat yang tidak mudah
terjangkau pekerja
Administrative Pengecekan selang dan kenop gas sacara berkala, penyediaan APAR dekat dengan lokasi gas
PPE
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
9
Pembahasan Analisis Risiko dan Pengendalian
Bahaya dan risiko yang telah teridentifikasi
kemudian dilakukan penilaian risiko dengan
menggunakan criteria W.T. Fine. Level risiko yang
diketahui dari existing level dimana risiko yang telah
diketahui sudah dilakukan tindakan pengendalian dari
pabrik. kemudian diberikan rekomendasi
pengendalian dari penulis sehingga didapatkan level
risiko yang lebih rendah.
Proses persiapan dan penggilingan karet menjadi
lembaran karet terdapat 12 jenis risiko.
a. Luka akibat tersayat pisau
Proses pemotongan bahan menggunakan
pisau pemotong menghasilkan risiko yang
acceptable dimana diperlukan tindakan
pengendalian agar risiko dapat dikurangi
seminimal mungkin. Tindakan pengendalian
yang dapat direkomendasikan yaitu dengan
penggunaan sarung tangan dan pergantian
pekerja setia\p 30 menit agar pekerja tidak
merasa lelah saat bekerja sehingga tidak
melukai diri mereka sendiri. Level risiko
setelah dilakukan pengendalian akan
berubah dari nilai risiko 30 menjadi 10
dengan risk reduction sebesar 66,67%.
b. Penyakit akibat terhirup debu dari karet
Bahan baku karet limbah yang dipotong
mengandung debu yang beterbangan diudara
sehingga dapat mengganggu kesehatan
pekerja, dari risiko ini dihasilkan level risiko
Priority 3 yang berarti perlu dilakukan
pengawasan secara berkesinambungan.
Tindakan pengendalian yang dapat
direkomendasikan yaitu dengan
housekeeping menyusun lembaran karet
dengan baik dan menyemprotkan air agar
debu tidak beterbangan dan juga dengan
penggunaan masker pada pekerja. Level
risiko yang didapatkan setalah dilakukan
rekomendasi pengendalian yaitu 30 dari
nilai resiko awal sebesar 60 dengan risk
reduction yaitu 50%.
c. Penyakit akibat terhirup bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam proses
pembuatan lembaran karet ini sangatlah
berbahaya karena debu kimia tersebut
beterbangan di ruang yang digunakan oleh
pekerja. Level risiko yang dihasilkan dari
proses ini adalah very high yang berarti
perlu dihentikan aktivitas hingga risiko
dapat dikurangi samapi batas yang dapat
diterima. Tindakan pengendalian yang dapat
disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan
khusus untuk penimbangan bahan kimia dan
penggunaan exhaust fan untuk menyedot
debu yang beterbangan, merapikan dan
menutup bahan kimia yang ada agar tidak
tercecer dan menguar ke udara dan terakhir
untuk melindungi diri pekerja digunakan
masker untuk menutup hidung dan mulut.
Level risiko yang didapatkan setelah
melakukan pengendalian yaitu sebesar 90
dimana level risiko turun menjadi
substansial yang berarti perlu perbaikan
secara teknis atau sebesar 70% risk
reduction dari nilai risiko awal yaitu 900.
d. Cedera akibat terpeleset
Risiko terpeleset karena pekerja tidak
menggunakan alas kaki sehingga berisiko
terpeleset saat berjalan ataupun mengangkut
barang. Level risiko yang dihasilkan dari
proses ini adalah acceptable dimana risiko
masih dapat diterima karena masih jarang
terjadi dan konsekuensi yang diterima tidak
terlalu besar. Pengendalian yang dapat
disarankan yaitu dengan membersihkan
lantai dari bahan-bahan yang licin dan
penggunaan sepatu yang tehan terhadap
licinnya lantai. Level risiko yang didapatkan
setelah dilakukan pengendalian yaitu 10 dari
risiko awal yaitu 30 dengan risk reduction
sebesar 66,67%.
e. Nyeri dan pegal akibat kelelahan
Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang
dilakukan saat berdiri ataupun mengangkut
barang sehingga dapat menghasilkan level
risiko priority 1 dimana perlu dilakukan
penanganan secepatnya. Tindakan
pengendalian yang dapat diberikan yaitu
dengan penambahan tempat duduk untuk
pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri
yang lama dan pergantian pekerja agar
pekerja tetap berkonsentrasi saat bekerja.
Level risiko yang didapatka setelah
melakukan pengendalian yaitu acceptable
dengan niali risiko 30 dari niai risiko awal
yaitu 300 dengan risk reduction sebesar
90%.
f. Penyakit akibat tertelan bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi dapat tertelan oleh pekerja dari
debu yang beterbangan karena tidak
digunakannya masker untuk melindungi
mulut. Level risiko yang dihasilkan dari
proses ini adalah very high yang berarti
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
10
perlu dihentikan aktivitas hingga risiko
dapat dikurangi samapi batas yang dapat
diterima. Tindakan pengendalian yang dapat
disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan
khusus untuk penimbangan bahan kimia dan
penggunaan exhaust fan untuk menyedot
debu yang beterbangan, merapikan dan
menutup bahan kimia yang ada agar tidak
tercecer dan menguar ke udara dan terakhir
untuk melindungi diri pekerja digunakan
masker untuk menutup hidung dan mulut.
Level risiko yang didapatkan setelah
melakukan pengendalian yaitu sebesar 90
dimana level risiko turun menjadi
substansial yang berarti perlu perbaikan
secara teknis atau sebesar 70% risk
reduction dari nilai risiko awal yaitu 900.
g. Luka bakar akibat kontak dengan mesin
panas
Peralatan yang digunakan untuk
penggilingan mengandung panas yang dapat
mengakibatkan luka bakar pada pekerja
akan tetapi pekerja telah menggunakan
sarung tangan yang dapat menghalangi
panas langsung dari mesin ke tangan
pekerja. Level risiko yang dihasilkan dari
risiko ini yaitu substansial dimana perlu
dilakukan perbaikan secara teknis.
Pengendalian yang dapat disarankan yaitu
penggunaan tongkat untuk menyentuh karet
yang ada pada mesin penggiling, penyediaan
sarung tangan pengganti dan penggunaan
sarung tangan. Level risiko yang didapatkan
dari tindakan pengendalian ini yaitu sebesar
30 atau acceptable dari nilai risiko semula
yaitu 150 dengan risk reduction sebesar
80%.
h. Penyakit akibat terhirup uap karet
Uap karet yang berasal dari karet yang panas
dapat menyebabkan penyakit pada pekerja
karena mengandung bahan kimia yang
bersifat karsinogen ditambah dengan tidak
digunakannya masker penutup hidung.
Level risiko yang dihasilkan dari proses ini
adalah very high yang berarti perlu
dihentikan aktivitas hingga risiko dapat
dikurangi samapi batas yang dapat diterima.
Tindakan pengendalian yang dapat
disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan
khusus untuk penimbangan bahan kimia dan
penggunaan exhaust fan untuk menyedot
debu yang beterbangan, merapikan dan
menutup bahan kimia yang ada agar tidak
tercecer dan menguar ke udara dan terakhir
untuk melindungi diri pekerja digunakan
masker untuk menutup hidung dan mulut.
Level risiko yang didapatkan setelah
melakukan pengendalian yaitu sebesar 90
dimana level risiko turun menjadi
substansial yang berarti perlu perbaikan
secara teknis atau sebesar 70% risk
reduction dari nilai risiko awal yaitu 900.
i. Kebakaran akibat oli tercecer terkena
percikan api
Penggunaan oli dalam proses produksi juga
sangat berbahaya mengingat sifat oli yang
mudah terbakar, banyaknya oli yang tumpah
dan kebiasaan pekerja yang merokok saat
bekerja dapat menyebabkan kebakaran.
Level risiko yang dihasilkan dari kegiatan
ini yaitu very high yang berarti perlu
dilakukan penghentian aktivitas.
Rekomendasi tindakan pengendalian yang
dapat diberikan yaitu dengan penambahan
drum penampung oli bekas yang tercecer
dari peralatan, membersihkan ceceran oli,
penyediaan APAR dengan penempatan
dekat dengan lokasi penyimpanan oli dan
melarang pekerja merokok dalam lokasi
kerja. Level risiko yang didapatkan setelah
dilakukan pengendalian yaitu substansial
dimana nilai risikonya 150 dari nilai risiko
awal yaitu 500 dengan risk reduction sebesa
70%.
j. Kebakaran akibat cerobong mesin panas
terkena atap kayu
Cerobong yang berasal dari mesin
penggiling diarahkan keluar dari atap
bangunan akan tetapi dekat dengan atap
yang terbuat dari kayu yang telah lapuk
sehingga sangat mungkin untuk terbakar
karena cerobong tersebut mengeluarkan
panas. Level risiko yang dihasilkan dari
proses ini yaitu very high. Pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu dengan
perombakan atap yang terbuat dari kayu
menjadi seng, pengecekan secara berkala
keadaan cerobong agar tidak dekat dengan
atap dan penyediaan APAR dekat dengan
lokasi cerobong. Level risiko yang
didapatkan setelah dilakukan pengendalian
yaitu substansial dengan nilai risiko 150 dari
750 dengan risk reduction sebesar 80%.
k. Cedera akibat terjatuh
Risiko terjatuh ini berasal dari pekerja yang
menaiki meja saat menarik karet dari mesin
penggiling mengingat meja yang digunakan
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
11
tidak permanen dan rapuh dapat membuat
pekerja terjatuh. Level risiko yang
dihasilkan yaitu acceptable. Pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu pemotongan
kaki-kaki meja agar lebih rendah sehingga
jaraknya tidak terlalu jauh dari tanah, tidak
menaiki meja saat menarik karet melainkan
dari pinggir meja dan penggunakan sepatu
yang dapt menahan pekerja agar tidak
terpeleset dan jatuh. Level risiko yang
didapatkan setelah melakukan pengendalian
yaitu acceptable dengan nilai risiko 10 dari
nilai risiko awal 30 dengan risk reduction
sebesar 66,67%.
l. Luka akibat tertusuk alat pembuang
kotoran
Saat melakukan kegiatan membersihkan
kotoran dari karet atau disebut dengan
bladah dengan menggunakan alat kawat
yang dibengkokkan, pekerja berisiko
tertusuk alat bladah tersebut. Tindakan
pengendalian yang dapat diberikan yaitu
membuat ujung kawat menjadi tumpul,
pergantian pekerja setiap 30 menit agar tidak
kelelahan dan kehilangan konsentrasi dan
penggunaan sarung tangan. Level risiko
yang didapatkan setelah melakukan
pengendalian yaitu acceptable dengan nilai
risiko 10 dari nilai risiko awal 30 dengan
risk reduction sebesar 66,67%.
Proses pembuatan pelat sepatu
terdapat 7 risiko
a. Luka akibat terpotong alat penggunting
Proses pemotongan bahan menggunakan
gunting menghasilkan risiko yang
acceptable dimana diperlukan tindakan
pengendalian agar risiko dapat dikurangi
seminimal mungkin. Tindakan pengendalian
yang dapat direkomendasikan yaitu dengan
penggunaan sarung tangan dan pergantian
pekerja setia\p 30 menit agar pekerja tidak
merasa lelah saat bekerja sehingga tidak
melukai diri mereka sendiri. Level risiko
setelah dilakukan pengendalian akan
berubah dari nilai risiko 30 menjadi 10
dengan risk reduction sebesar 66,67%.
b. Nyeri dan pegal akibat kelelahan
Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang
dilakukan saat berdiri ataupun mengangkut
barang sehingga dapat menghasilkan level
risiko priority 1 dimana perlu dilakukan
penanganan secepatnya. Tindakan
pengendalian yang dapat diberikan yaitu
dengan penambahan tempat duduk untuk
pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri
yang lama dan pergantian pekerja agar
pekerja tetap berkonsentrasi saat bekerja.
Level risiko yang didapatka setelah
melakukan pengendalian yaitu acceptable
dengan niali risiko 30 dari niai risiko awal
yaitu 300 dengan risk reduction sebesar
90%.
c. Luka bakar akibat kontak dengan mesin
panas
Peralatan yang digunakan untuk
penggilingan mengandung panas yang dapat
mengakibatkan luka bakar pada pekerja
akan tetapi pekerja telah menggunakan
sarung tangan yang dapat menghalangi
panas langsung dari mesin ke tangan
pekerja. Level risiko yang dihasilkan dari
risiko ini yaitu substansial dimana perlu
dilakukan perbaikan secara teknis.
Pengendalian yang dapat disarankan yaitu
dengan memberikan waktu agar mesin yang
panas menjadi lebih dingin, dan penggunaan
sarung tangan. Level risiko yang didapatkan
dari tindakan pengendalian ini yaitu sebesar
30 atau acceptable dari nilai risiko semula
yaitu 150 dengan risk reduction sebesar
80%.
d. Nyeri dan pegal akibat kelelahan otot
tangan
Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang
dilakukan saat memutar setis mesin cetak
sehingga dapat menghasilkan level risiko
priority 1 dimana perlu dilakukan
penanganan secepatnya. Tindakan
pengendalian yang dapat diberikan yaitu
dengan penambahan pekerja untuk
bergantian memutar setis mesin pencetak.
Level risiko yang didapatka setelah
melakukan pengendalian yaitu acceptable
dengan niali risiko 30 dari niai risiko awal
yaitu 300 dengan risk reduction sebesar
90%.
e. Ledakan akibat selang LPG bocor
Penggunaan gas LPG dalam proses produksi
juga sangat berbahaya mengingat sifat gas
yang mudah meledak. Level risiko yang
dihasilkan dari kegiatan ini yaitu very high
yang berarti perlu dilakukan penghentian
aktivitas. Rekomendasi tindakan
pengendalian yang dapat diberikan yaitu
dengan pembuatan tempat pada tempat yang
tidak mudah terjangkau oleh pekerja,
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
12
pengecekan selang dan kenop gas secara
berkala, penyediaan APAR dengan
penempatan dekat tabung gas. Level risiko
yang didapatkan setelah dilakukan
pengendalian yaitu substansial dimana nilai
risikonya 150 dari nilai risiko awal yaitu 500
dengan risk reduction sebesar 70%.
4. Simpulan
Dari penilitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
Pada pabrik pengolahan karet ini terdapat
dua jenis proses produksi yaitu pengolahan
bahan baku karet menjadi lembaran karet dan
proses pembuatan pelat sepatu.
Jenis bahaya yang didapatkan pada tahap
pengolahan karet menjadi lembaran karet yaitu
bahaya fisik, kimia, dan ergonomi sedangkan
ntuk risikonya yaitu luka akibat tersayat pisau,
gangguan pernafasan akibat terhirup debu dari
karet, penyakit akibat terhirup bahan kimia,
cedera akibat terpelesat, nyeri dan pegal akibat
kelelahan, penyakit akibat tertelan bahan kimia,
luka bakar akibat kontak dengan mesin panas,
penyakit akibat terhirup uap karet, kebakaran
akibat oli tercecer terkena percikan api,
kebakaran akibat cerobong mesin panas terkena
atap kayu, cedera akibat terjatuh, dan luka akibat
tertusuk alat pembunag kotoran. Pada tahap
pembuatan pelat sepatu terdapat bahaya fisik,
kimia dan ergonomi sedangkan risikonya yaitu
luka akibat terpotong alat penggunting, nyeri dan
pegal akibat kelelahan, luka bakar akibat kontak
dengan mesin panas, nyeri dan pegal akibat
kelelahan otot tangan, penyakit akibat terhirup
uap karet dan ledakan akibat selang LGP bocor.
Dari bahaya dan risiko yang didapatkan
kemudian dilakukan penilaian risiko sehingga
didapatkan nilai risiko dan tingkat risiko. Level
risiko tertinggi yang didapatkan yaitu very high
dengan nilai risiko terbesar 900. Level risiko
terrendah yang didapatkan yaitu acceptable
dengan nilai risiko terkecil sebesar 30.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko yaitu berupa rekayasa
peralatan, upaya administratif, dan penggunaan
alat pelindung diri. Pengendalian yang diberikan
diperkirakan dapat dilakukan oleh pekerja atau
disediakan oleh pemilik pabrik. Sedangkan
upaya pengendalian yang dilakukan oleh pekerja
ataupun pemilik pabrik sangat kurang memadai,
sehingga pengendalian yang disarankan
diharapkan dapat diterapkan.
Pengetahuan pekerja tentang keselamatan
dan kesehatan kerja cukup kurang karena pekerja
tidak terlalu mengerti tentang bahaya dan risiko
serta penyakit yang mereka terima selama
bekerja akan tetapi mengetahui tindakan-
tindakan pengendalian untuk diri mereka sendiri
seperti penggunaan alat pelindung diri.
Daftar Pustaka
Australia, Standard Association. 1999, Risk
Management: AS/NZS 4360. Ne
South Wales: Standard Association of
Australia.
Australia, Standard Association. 2004, Risk
Management: AS/NZS 4360. New
South Wales: Standard Association of
Australia.
Audit ceklist SMK3 (Peraturan Mentri Tenaga Kerja
No. 05/MEN/1996).
http://safety4abipraya.wordpress.com [25
Desember 2012]
Cross, Jean. Prof. 1998. Risk Management Study
Notes Departemen of Safety Science,
University New South Wales, Australia.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor : Kep.333/Men/1989
Tentang Diagnosis Dan Pelaporan
Penyakit
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian. 2012. Artikel Potensi dan
Perkembangan Pasar Ekspor Karet
Indonesia di Pasar Dunia.
http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1
/5/54/1185/potensi_dan_perkembangan_
pasar_ekspor_karet_indonesia_di_pasar_
dunia.html. [25 Desember 2012]
International Labour Office. 1999. Yearbook of
Labour Statistics. Geneve: ILO.
Internasional Ltd. Sydney, Australia.
Kementrian BUMN. 2010. Artikel Gapkindo Minta
Izin Pabrik Karet Dibatasi.
http://www.bumn.go.id/ptpn13/publikasi/
berita/gapkindo-minta-izin-pabrik-karet-
dibatasi/. [25 Desember 2012]
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010.
Artikel Tips Menggunakan LPG yang
Aman dan Benar.
http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-
migas/3403-tips-menggunakan-lpg-yang-
aman-dan-benar.html. [25 Desember
2012]
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No. 25 tahun 1996 tentang
Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
dan Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas.
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012
13
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No. 205 tahun 1996 Tentang
Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak
Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi
Kesehatan Kerja. UI-PRESS, Jakarta.
Nababan, Darrenzius. 2010. Artikel Pabrik Karet
PTPN III Mambang Muda Menelan
Korban Jiwa.
http://regional.kompasiana.com/2010/07/
27/pabrik-karet-ptpn-iii-mambang-muda-
menelan-korban-jiwa-205793.html. [25
Desember 2012]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 1993 Tentang Kendaraan Dan
Pengemudi.
Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis
Manajemen Risiko Dalam Perspektif
K3 OHS Risk Management. Penerbit
Dian Rakyat, Jakarta.
SNI 03- 6572 tentang Tata Cara Perancangan Sistem
Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung
Undang- undang No. 1 Tahun 1979 Tentang
Keselamatan Kerja.
Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
University of Birmingham. 2009. Artikel Chemical
Commonly Used in Rubber Product
Manufacture May Cause Cancer.
http://www.birmingham.ac.uk/news/lates
t/2009/01/24Jan-cancer.aspx.[25
Desember 2012]
Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012