8
Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri, Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau,

Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

  • Upload
    buncit8

  • View
    5.939

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Chairil Anwar merupakan salah satu penyair angkatan ’45 yang identik dengan kata-kata konkret dan mengandung metafor di setiap puisi-puisi ciptaanya. Kata-kata yang ada pada setiap kalimat dalam syair-syair ciptaannya memiliki irama dan makna yang mendalam bagi siapapun yang membacanya. Puisi ciptaanya yang sangat terkenal adalah puisi yang berjudul “Aku”. Namun, tidak terkecuali pada puisi yang berjudul “Cintaku Jauh di Pulau “. Puisi ini digarap dengan tidak kalah menarik dan bermetafor oleh sang maestro kita.

Citation preview

Page 1: Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

Cintaku Jauh di Pulau

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis, sekarang iseng sendiri,

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Chairil Anwar 1946

Page 2: Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

Analisis Puisi

Chairil Anwar merupakan salah satu penyair angkatan ’45 yang identik

dengan kata-kata konkret dan mengandung metafor di setiap puisi-puisi ciptaanya.

Kata-kata yang ada pada setiap kalimat dalam syair-syair ciptaannya memiliki

irama dan makna yang mendalam bagi siapapun yang membacanya. Puisi

ciptaanya yang sangat terkenal adalah puisi yang berjudul “Aku”. Namun, tidak

terkecuali pada puisi yang berjudul “Cintaku Jauh di Pulau “. Puisi ini digarap

dengan tidak kalah menarik dan bermetafor oleh sang maestro kita.

Tema, irama (ritme), dan estetika yang tersirat dalam puisi ini tersembunyi

dalam kata-kata metafor yang mewakilkan simbol-simbol tertentu. Unsur metafor

dan kata-kata konkret yang begitu kuat serta mendalam telah menjadi ciri khas

gaya bahasa yang digunakan oleh Chairil dalam melukiskan peristiwa-peristiwa

yang terjadi di setiap puisinya. Berikut adalah sekelumit kajian puisi tersebut

melalui stilistika.

Tema

Secara keseluruhan puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil

Anwar secara sekilas mengusung tema kasih tak sampai. Hal ini terlihat

jelas pada kata-kata di setiap baitnya yang bernada pesimis dan

penyesalan. Penyair menuliskan kesedihan karena ajal terlalu cepat

menjemput, sebelum si aku lirik berhasil mendapatkan cintanya.

Seseorang yang berada jauh dari dirinya. Penyesalan tersebut ditunjukan

pada bait ke-4, berikut ini:

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Namun, bila kita telaah lebih dalam, puisi “Cintaku Jauh Di Pulau”

ciptaan Chairil ini lebih menyiratkan penyesalan seseorang atas segala

tindakan karena telah menyia-nyiakan wanita yang sangat dicintai, dan

Page 3: Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

ketika ia sadar akan cinta dan kasih sayangnya yang sejati, ajal terlebih

dahulu menjemputnya.

Secara keseluruhan makna yang terkandung dalam puisi “Cintaku

Jauh Di Pulau” adalah sekelumit gambaran hidup sang penyair. Mengapa

penulis mengatakan sepeti ini? Bila kita tilik tentang bagaimana kehidupan

dari sang penyair, dalam hal ini Chairil, ia adalah seorang penyair muda

yang sangat sukses dan memiliki kemampuan hebat. Namun, dalam

kehidupan bercinta dia adalah seorang yang dianggapnya sendiri “binatang

jalang”. Sebuah sebutan untuk dirinya sendiri ketika menyadari segala

kesalahannya. Berdasakan kisah hidupnya pula, penulis meresepsikan

sebuah karya dengan judul “Cintaku Jauh Di Pulau” adalah sebuah cerita

tentang bagaimana si Chairil mendapatkan hikmah dari penyakit yang

dideritanya, yaitu sebuah jalan yang selama ia sehat tak pernah ditemukan.

Maksudnya, ketika cahiril menderita penyakit yang tidak dapat

disembuhkan akibat seringnya berganti-ganti pasangan, ia menyadari

bahwa hanya ada satu gadis yang benar-benar ia cintai. Namun, karena ia

tahu bahwa ajal akan cepat menjemputnya, ia merasakan ada sebuah jarak

yang membentang luas. Dalam puisi dikatakan cintaku jauh di pulau. Kata

yang mewakili keputusasaannya terhadap penyakit yang tak dapat

dilawannya.

Irama (Ritme)

Irama (Ritme) berhubungan dengan pengulangan bunyi kata, frasa,

dan kalimat. Dalam puisi (khususnya puisi lama), irama berupa

pengulangan yang teratur suatu baris puisi menimbulkan gelombang yang

menciptakan keindahan. Irama dapat juga berarti pergantian lemah-lembut,

tinggi-rendah, atau panjang-pendek kata secara berulang-ulang dengan

tujuan menciptakan gelombang yang memperindah puisi.

Dalam puisi “Cintaku Jauh di Pulau” ini, penyair menciptakan

pengulangan frase Jauh di Pulau pada awal puisi dan sebagai penutup

pada bait terakhir. Frase Jauh di Pulau tidak hanya digunakan untuk

Page 4: Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

memperindah puisi tersebut, tetapi juga untuk memperkuat makna yang

tersirat dari puisi itu sendiri.

Rima dan Tipografi

Persamaan vocal pada baris akhir sangat dipentingkan pada puisi

lama dan puisi modern sampai masa Chairil Anwar. Hal ini terlihat jelas

dalam puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar. Rima yang

berumus (a-b) dan (a-b-a-b) tampak jelas pada puisi tersebut.

Bait pertama dan bait terakhir dituliskan oleh penyair dengan rima

(a-b), yakni Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri,.

Kemudian pada bait terakhir berbunyi Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku

mati, dia mati iseng sendiri. Selain itu, pada bait ke- 2,3,dan 4 ditampilkan

penyair dengan persamaan vocal akhir yang berumus (a-b-a-b). persamaan

tersebut terdapat pada bait ke-2, misalnya.

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya.

Chairil Anwar menuliskan puisi ini dengan delapan buah kalimat

yang indah. Setiap kalimat dijadikannya dua buah larik yang saling

mendukung dan bermakna sangat dalam. Dari delapan kalimat, Chairil

membaginya kembali menjadi lima buah bait yang sangat proporsional,

yaitu dua kalimat untuk bait pertama dan dua kalimat untuk bait terakhir.

Secara jenis puisi karya Chairil ini adalah sebuah karya puisi modern yang

tidak lagi terpaku pada pakem puisi lama, yaitu satu bait empat larik. Jadi

Chairil telah keluar dari pakem tersebut dengan bukti puisi-puisinya.

Kalimat-kalimat yang menjadi bait proporsional membentuk

tipografi yang sangat seimbang yang memberikan keindahan tersendiri

dalam penyajian hasil tulisannya itu. Sebuah gaya tipogarfi puisi yang

Page 5: Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

seimbang dan menarik jika kita menyadari. Ini dapt terlihat jika kita

memisahkannya seperti berikut;

Kalimat 1:

Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri,

Kalimat 2:

Perahu melancar, bulan memancar, ddi leher kukalungkan oleh-oleh buat

si pacar.

Kalimat 3:

angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya.

Kalimat 4:

Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala

melaju

Kalimat 5:

Ajal bertakhta, sambil berkata:“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Kalimat 6:

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan

merapuh!

Kalimat 7:

Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan

cintaku?!

Kalimat 8:

Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri

Page 6: Kajian Stilistika Puisi “CINTAKU JAUH DI PULAU” Karya, Cahiril Anwar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa yang digunakan

oleh seorang penyair—Chairil Anwar—dapat ditinjau dari ketiga unsur yang

telah diuraiankan di atas. Ketiga unsur tersebut adalah tema, ritme, dan rima dan

tipografi yang terdapat dalam puisi “Cintaku Jauh di Pulau”. Mungkin masih bisa

dikaji lebih banyal lagi keindahan dan keunikan gaya bahasa yang dihadirkan

Chairil dalam puisinya itu. Bila diingat sastra adalah lautan informasi yang

berisikan banyak sekali ilmu dan apapun yang ada di dalamnya yang dapat kita

cari. Namun, penulis dalam kajian ini hanya mengkajinya seperti yang telah

tertera di atas.