15
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Knee Joint 1. Anatomi dan fisiologi knee joint a. Sendi lutut dibentuk oleh artikulasi distal tulang femur dan ujung proksimal tulang tibia dan os patella. 1.) Tulang Femur (Tulang paha) Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdri dari epiphysis proximal diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Di bagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus lateralis dan epicondylus lateralis. Pandangan dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut fades patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan pandangan dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloidea (Platser W, 1993). 3

kajian teori

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: kajian teori

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Knee Joint

1. Anatomi dan fisiologi knee joint

a. Sendi lutut dibentuk oleh artikulasi distal tulang femur dan ujung

proksimal tulang tibia dan os patella.

1.) Tulang Femur (Tulang paha)

Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas

dengan pelvis dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur

terdri dari epiphysis proximal diaphysis dan epiphysis distalis. Pada

tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah

epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepasang

yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Di bagian

proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang

disebut epicondylus lateralis dan epicondylus lateralis. Pandangan

dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang

disebut fades patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang

patella. Dan pandangan dari belakang, diantara condylus lateralis

dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa

intercondyloidea (Platser W, 1993).

2.) Tulang patella (Tulang tempurung lutut)

Tulang patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih

dengan apeks menghadap ke arah distal. Pada permukaan depan

kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki

permukaan sendi yaitu fades articularis lateralis yang lebar dan

fades articulararis medialis yang sempit (Platser W, 1993).

3.) Tulang Tibia (Tulang kering)

Tulang tibia terdiri dan epiphysis proximalis, diaphysis distalis.

Epiphysis proximalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan yang

disebut condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya

3

Page 2: kajian teori

terdapat dataran sendi yang disebut fades artikularis lateralis dan

medialis yang dipisahkan oleh ementio iniercondyloidea (Evelyn,

2002). Lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan

tidak ada kesesuaian bentuk, kedua condylus dari femur secara

bersama sama membentuk sejenis katrol (troclea), sebaiknya

dataran tibia tidak rata permukaanya, ketidaksesuaian ini

dikompensasikan oleh bentuk meniscus (Platser W, 1993).

Hubungan-hubungan antara tulang tersebut membentuk suatu sendi

yaitu: antara tulang femur dan patella disebut articulatio patella

femorale, hubungan antara tibia dan femur disebut articulatio tibio

femorale. Yang secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi

lutut atau knee joint (Evelyn, 2002).

Gambar 2.1 tulang pembentuk sendi lutut (Putz dan Pabtz, 2000)

b. Ligamen

Ligamentum mempunyai sifat extensibility dan kekuatan, yang

cukup kuat 9tensile strength) yang berfungsi sebagai pembatas

gerakan dan stabilitas sendi. Ada beberapa ligamen sendi lutut

yaitu : (1) ligamentum cruciatum anterior yang berjalan dari

4

Page 3: kajian teori

depan culimentio intercondyloidea tibia ke permukaan medial

condyler lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan

menahan bergesernya tibia ke depan, (2) Ligamentum cruciatum

posterior berjalan dan fades lateralis condylus medialis femoris

menuju ke fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan

bergesernya tibia ke arah belakang, (3) Ligamentum collateral

lateral yang berjalan dan epicondylus lateralis ke capitulum fibula

yang berfungsi menahan gerakkan varus atau samping luar, (4)

Ligamentum collateral mediale berjalan dari epicondylus medialis

ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) berfungsi

menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun

secara bersamaan fungsi-fungsi ligament colateralle menahan

bergesemya tibia ke depan pada posisi lutut 90°, (5) ligament

popliteum obliqum berasal dari condylus lateralis femur menuju ke

insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia

musculus popliteum, (6) ligament ransversum genu membentang

pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis (Evelyn,

2002).

Gambar 2.2 the right knee, anterior view

5

Page 4: kajian teori

c. Kapsul sendi

Kapsul sendi lutut terdiri dan dua lapisan yaitu (1) stratum fibroswn

merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau

selubung (2) stratum synovial yang bersatu dengan bursa

suprapatellaris, stratum synovial ini merupakan lapisan dalam yang

berfungsi memproduksi cairan synovial untuk melicinkan

permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan

fibrosus yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk proses

penyembuhan (Evelyn, 2002).

Gambar 2.3 synovial joint

d. Jaringan lunak

1.) Meniscus

Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut

adalah meniscus lateralis, Adapun fungsi meniscus adalah (1)

penyebaran pembebanan (2) peredam kejut (shock absorber) (3)

mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan

stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan

diteruskan ke sebuah sendi.

2.) Bursa

Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan

terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi

oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada

6

Page 5: kajian teori

sendi lutut antara lain: (1) bursa popliteus, (2) bursa supra

pateliaris (3) bursa infra paterallis (4) bursa sulcutan

prapateliaris (5) bursa sub patelliaris ( Eveyln, 2002).

Gambar 2.4 Bursa pada Lutut

3.) Otot-otot penggerak sendi lutut

a.) Bagian anterior adalah m. rectus femoris, m. vastus lateralis,

m. vastusmedialis, m. vastus intermedialis.

b.) Bagian posterior adalah m. bicep femoris, m.

semitendinosis, m. semimembranosis, m. gastrocnemius.

c.) Bagian medial adalah m. sartorius.

d.) Bagian lateral adalah m. Tensor facialatae.

4.) Sistem persyarafan

Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus

ischiadicus yang berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan

sacrum ke-3. Ini merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh

yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus

disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu

7

Page 6: kajian teori

syaraf ini membagi dua bagian yang nervus peroneus communis

dan nervus tibialis. Nervus peroneus communis pada dataran

lateral capitulum fibula akan pecah menjadi nervus superficialis.

Gerakan yang bisa terjadi pada knee joint adalah

a. Fleksi = 135°

b. Ekstensi = 0°, hiperekstensi = 5° sampai 10°

B. Tinjauan Umum Tentang Osteoarthtritis

1. Definisi Osteoarthrosis

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti

tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi

meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami

inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan.

Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik,

berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya

menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi

dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan

sendi.

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degenerative, OA adalah

salah satu bentuk arthritis yang paling tua. Penyakit ini menimbulkan

kerusakan kartilago yng ditemukan dalam persendian. Kerusakan ini

melepaskan penghalang antara tulang dan menyebabkan kedua tulang

saling bergesekan, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan bahkan

hilangnya gerak. Gejala-gejala termasuk rasa nyeri (kadang setelah

latihan atau adanya masa pembebanan yang lama pada sendi penumpuh

berat badan) dan menghambat atau bahkan menghilangkan jarak gerak

sendi.

8

Page 7: kajian teori

Gambar 2.5 sendi lutut

2. Patofisiologi

OA dapat terjadi berdasarkan 2 mekanisme berikut, yaitu (1) Beban

yang berlebihan pada komponen material kartilago sendi dan tulang

subkondral yang normal, sehingga terjadi kerusakan/kegagalan jaringan,

dan (2) kualitas komponen material kartilago yang jelek sehingga

dengan beban yang normal pun tetap terjadi kerusakan. Perubahan yang

terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi dan

hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang

dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkondral, osteofit pada

tepi tulang, dan reaksi radang pada membrane sinovial. Pembengkakan

sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya

ligament menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot di sekitar

sendi menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atrophy pada satu

sisi dan spasme otot pada sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai

dengan perubahan biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme

kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim

metalloproteinase yang memecah proteoglikan dan kolagen. Terjadi

peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul

matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen). Hal ini

menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat

kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi.

9

Page 8: kajian teori

3. Klasifikasi

Berdasarkan kriteria A.R.A (American Rheumaticam Associaton),

Osteoarthritis dapat dilklasifikasikan sebagai berikut:

a) Osteoarthritis primer

Yang penyebabnya berupa idiopatik dan erosive Osteoarthritis.

Osteoarthritis primer dikatakan sebagai perubahan degeneratif yang

penyebabnya tidak diketahui. Saiter menyebutkan sebagai ”Aging

Process” dan sendi normal.

b) Osteoarthritis sekunder

Adalah penyebab Osteoarthritis yang menyertai kelainan seperti

kongenital atau kelainan pertumbuhan (contoh: osteochondrosis),

penyakit metabolik (contoh: Gout), trauma, inflamasi (contoh:

Rheumatoid arthritis). Disebut Osteoarthritis sekunder karena

diketahui penyebabnya.

Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren & Lawrence

menyusun gradasi OA lutut menjadi : 

Grade 0 :  tidak ada OA

Grade 1 :  sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan

Grade 2 :  terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan

tak nampak deformitas tulang.

Grade 3 :  terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan

penyempitan celah sendi.

Grade 4 :  terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai

hilangnya celah sendi.

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi

American College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel

10

Page 9: kajian teori

berikut ini :

Tabel 2.1 kriteria klasifikasi osteoarthritis lutut

4. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian

menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA

sekunder.

Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit ini, yaitu:

a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Jenis kelamin

c. Genetik

d. Kegemukan den penyakit metabolik

e. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga

f. Kelainan pertumbuhan

g. Kepadatan tulang, dan lain-lain

5. Gejala Klinis

Menurut Person, menguraikan gambaran klinis pada penderita

11

Page 10: kajian teori

osteoarthritis, antara lain :

a. Nyeri sendi, terutama sendi yang menyangga berat tubuh. Nyeri

terutama dirasakan sesudah beraktivitas mengguanakan sendi

tersebut dan berkurang jika istirahat.

b. Nyeri tekan (tenderness) lokal di sepanjang garis sendi.

c. Efusi, terkumpulnya cairan dalam sendi akibat peradangan.

d. Kekakuan dan limitasi sendi, terutama setelah diam pada posisi yang

sama (seperti tidur atau duduk), kekakuan sendi pada pagi hari

sering terjadi dan bertahan kurang dari 30 menit,

e. Deformitas, OA yang berat akan menyebabkan destruksi kartilago,

tulang dan jaringan lunak disekitar sendi.

f. Instabilitas sendi, disebabkan berkurangnya kekuatan otot sekitar

sendi lutut yang mencapai 1/3 dari kekuatan otot normal,

g. Penurunan kekuatan dan daya tahan otot, disebabkan disuse otot

terutama otot kuadriceps

h. Perubahan gaya berjalan, merupakan komplikasi akibat nyeri dan

kaku sendi.

12