15
Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di Perairan Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong Aldrich Dwi Riswandi Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Winny Retna Melani, SP, M.Sc Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH Risandi Dwirama Putra, ST, Meng Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis lamun dan substrat berdasarkan nilai tutupan lamun dan tipe substrat, di perairan Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan. Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 stasiun pengambilan sampel lamun, substrat dan kualitas perairan (1) daerah padang lamun tutupan penuh, (2) daerah padang lamun tutupan sedang, (3) daerah padang lamun tutupan sedikit / minim Setiap stasiun terdiri dari satu garis transek ( line transect), masing-masing garis transek mempunyai panjang 50 meter, pada setiap transek garis diletakkan 3 kuadrat penempatan arah garis transek, yaitu tegak lurus dengan garis pantai. Data yang telah didapat disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kualitatif dengan cara tabulasi dan digambarkan secara grafik dan data kuantitatif. Hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Desa Sebong Pereh ditemukan 3 jenis lamun yaitu : Enhallus accoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serullata. Dan 3 jenis substrat yaitu : pasir, pasir berkerikil, dan pasir berlumpur. Dengan demikian tidak ada perbedaan nyata antara tutupan lamun dengan jenis substrat di perairan desa sebong pereh. Jenis substrat di ekosistem lamun desa sebong pereh cocok ditumbuhi lamun serta kualitas perairan yang baik terhadap lamun dan melimpahnya biota seperti gonggong, teripang, kepiting dan ikan-ikan karang maka perlu dilakukan pengembangan terkait ekosistem lamun di perairan desa sebong pereh. Kata kunci: Lamun, Substrat, Sebong Pereh

Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di Perairan Desa Sebong Pereh

Kecamatan Teluk Sebong

Aldrich Dwi Riswandi

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Winny Retna Melani, SP, M.Sc

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

Risandi Dwirama Putra, ST, Meng

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis lamun dan substrat berdasarkan nilai

tutupan lamun dan tipe substrat, di perairan Desa Sebong Pereh Kecamatan Teluk Sebong,

Kabupaten Bintan.

Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 stasiun pengambilan sampel lamun, substrat dan kualitas

perairan (1) daerah padang lamun tutupan penuh, (2) daerah padang lamun tutupan sedang, (3)

daerah padang lamun tutupan sedikit / minim Setiap stasiun terdiri dari satu garis transek (line

transect), masing-masing garis transek mempunyai panjang 50 meter, pada setiap transek garis

diletakkan 3 kuadrat penempatan arah garis transek, yaitu tegak lurus dengan garis pantai. Data yang

telah didapat disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kualitatif dengan cara tabulasi dan

digambarkan secara grafik dan data kuantitatif.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Desa Sebong Pereh ditemukan 3 jenis lamun

yaitu : Enhallus accoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serullata. Dan 3 jenis substrat yaitu

: pasir, pasir berkerikil, dan pasir berlumpur. Dengan demikian tidak ada perbedaan nyata antara

tutupan lamun dengan jenis substrat di perairan desa sebong pereh. Jenis substrat di ekosistem lamun

desa sebong pereh cocok ditumbuhi lamun serta kualitas perairan yang baik terhadap lamun dan

melimpahnya biota seperti gonggong, teripang, kepiting dan ikan-ikan karang maka perlu dilakukan

pengembangan terkait ekosistem lamun di perairan desa sebong pereh.

Kata kunci: Lamun, Substrat, Sebong Pereh

Page 2: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

Seagrass Cover Assessment Based On The Type Of Substrate In The Village Waters Sebong

Pereh Teluk Sebong Disctricts

Aldrich Dwi Riswandi

Management of Aquatic Resources Department, FIKP UMRAH, [email protected]

Winny Retna Melani, SP, M.Sc

Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH

Risandi Dwirama Putra, ST, Meng

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH

ABSTRACT

This research aimed to compare the types of seagrass and substrates based on the value of

seagrass cover and substrate type, in the waters of Sebong Pereh Village Teluk Sebong Districts,

Kabupaten Bintan District.

In this study were divided into three sampling stations seagrass, substrate and water quality (1)

the area of seagrass cover full, (2) the area of seagrass cover medium, (3) the area of seagrass cover

a little / minimal Each station consists of one line transect, each transect line 50 meters in length, on

each transect line placed three squares placement direction of the transect line, which is

perpendicular to the coastline. Data have been obtained are presented in the form of qualitative

descriptive analysis by means tabulation and depicted graphically and quantitative data.

Results of research conducted in the waters of the Village Sebong Pereh found three species of

seagrasses are: Enhallus accoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serullata. And 3 types of

substrates, namely: sand, pebbly sand and silty sand. Thus there is no real difference between

seagrass cover the type of substrate in the waters Pereh Sebong village. Type of substrate in seagrass

village Pereh Sebong suitable overgrown seagrass and water quality is good against seagrass and

abundance of biota such as gongong, sea cucumbers, crabs and coral fish should be conducted

related to the development of seagrass in the waters Pereh Sebong village.

Key Words: Seagrass, Substrate, Sebong Pereh

Page 3: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Padang lamun berperan penting

terhadap ekosistem laut dangkal, karena

merupakan habitat bagi ikan dan biota

perairan lainnya. Berbagai jenis ikan

menjadikan daerah padang lamun sebagai

daerah mencari makan (feeding ground),

pengasuhan larva (nursery ground), tempat

memijah (spawning ground), sebagai

stabilitas dan penahan sedimen, mengurangi

dan memperlambat pergerakan gelombang,

sebagai tempat terjadinya siklus nutrien

(Philllips dan Menez, 1988 dalam Sakaruddin

2011).

Keberadaan substrat sangat penting

bagi lamun karena kedalaman substrat

berperan dalam menjaga stabilitas sedimen

yang mencakup dua hal yaitu pelindung

tanaman dari arus air laut dan tempat

pengolahan serta pemasok nutrien.

Kedalaman sedimen yang cukup merupakan

kebutuhan utama untuk pertumbuhan dan

perkembangan habitat lamun.

Padang lamun merupakan ekosistem

yang rentan (fragile ecosystem). Berbagai

aktivitas manusia dan industri memberi

dampak terhadap ekosistem padang lamun,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa kegiatan berupa pembersihan atau

pemanenan padang lamun yang dilakukan

untuk tujuan tertentu, masuknya sedimen

atau limbah dari daratan, maupun

pencemaran minyak, dapat merusak padang

lamun. Kerusakan juga dapat ditimbulkan

oleh baling-baling perahu ataupun peletakan

jangkar kapal, dan hal ini merupakan

penyebab yang sangat umum dijumpai di

berbagai pantai (Walker et al., 2001 dalam

Poedjirahajoe, 2012).

Di Perairan Desa Sebong Pereh

Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan

banyak terdapat padang lamun. Pada daerah

ini juga banyak aktivitas yang dilakukan

masyarakat untuk mencari biota pada

ekosistem lamun seperti ikan, gastropoda,

dan bivalvia yang biasanya dijual atau yang

hanya dikonsumsi pribadi oleh nelayan dan

masyarat. Selain itu juga terdapat pelabuhan

untuk nelayan dan pantai dijadikan sebagai

objek wisata.

Dinamika perubahan dan aktivitas

masyarakat di perairan yang menggunakan

Desa Sebong Pereh sebagai alur pelayaran

dan pengembangan lahan pesisir sebagai

tempat berwisata dan rekreasi masyarakat

diduga akan mengakibatkan pendangkalan

pada ekosistem lamun di Desa Sebong Pereh.

Hal ini akan berpengaruh terhadap persen

tutupan lamun. Kondisi pendangkalan

substrat yang dari daratan menuju ke

perairan akan mempengaruhi struktur

perkembangan lamun yang bisa

menyebabkan kondisi tutupan lamun yang

semakin berkurang diakibatkan pengaruh

sedimetasi yang terjadi secara kontinu.

Lamun juga hidup tergantung dari

jenis substrat yaitu rataan terumbu, paparan

terumbu, teluk dangkal yang didominasi oleh

pasir hitam terigenous dan pantai intertidal

datar yang didominasi oleh lumpur halus

(Erftemeijer 1993 dalam Dobo, 2009).

Banyaknya dinamika terhadap kondisi lamun

dan substrat yang terjadi dilokasi daerah

sebong pereh, maka perlu dilakukan kajian

terhadap tutupan lamun berdasarkan jenis

substrat.

B. Rumusan Masalah

Lamun tumbuh subur terutama pada

daerah terbuka pasang surut dan perairan

pantai atau goba yang dasarnya berupa

lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang

mati dengan kedalaman 4 meter.

Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor internal seperti kondisi

fisiologis dan metabolisme serta faktor

eksternal seperti zat-zat hara dan tingkat

kesuburan perairan. Dinamika perubahan dan

aktivitas masyarakat di perairan yang

menggunakan Desa Sebong Pereh sebagai

alur pelayaran dan pengembangan lahan

pesisir sebagai tempat berwisata dan rekreasi

masyarakat akan berpengaruh terhadap

substrat yang terkait dengan padang lamun

kemungkinan akan berdampak terhadap

kondisi lamun yang ada. Salah satu yang

dapat dijadikan acuan adalah persen tutupan.

Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut, bagaimana

persen tutupan lamun berdasarkan jenis

substrat di perairan Desa Sebong Pereh.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan jenis lamun dan substrat

berdasarkan persentase tutupan lamun dan

tipe substrat, di perairan Desa Sebong Pereh

Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten

Bintan.

Page 4: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan

dapat memberikan informasi dan evaluasi

kondisi padang lamun bagi instansi terkait

yang bermanfaat untuk pengelolaan pesisir

pantai khususnya pengelolaan padang lamun.

Selain itu sebagai sumber informasi bagi

masyarakat mengenai kondisi padang lamun

di perairan Desa Sebong Pereh.

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Januari 2016 sampai dengan Maret

2016 di Perairan Desa Sebong Pereh

Kecamatan Teluk Sebong, lokasi penelitian

dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitan

Sumber Peta Base Map Bintan dengan

menggunakan ARC GIS 10.1

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian

observasional yaitu pengamatan langsung ke

lapangan terhadap persentase tutupan lamun

berdasarkan jenis, substrat, dan jaraknya dari

pantai di perairan Desa Sebong Pereh

Kecamatan Teluk Sebung Kabupaten Bintan.

Data yang dikumpulkan berupa data primer

dan sekunder :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari lapangan dengan

menggunakan metode survei lapangan di

lapangan. Data primer merupakan sumber

data yang diperoleh lapangan dari sumber asli

(tidak melalui media perantara), data primer

yang diperoleh langsung dari lapangan

meliputi persentase tutupan lamun, jenis

substrat, dan kualitas air desa sebong pereh .

2. Data Sekunder

Data sekunder didapat melalui

instansi-instansi terkait, seperti kantor

kecamatan, kantor kepala desa, lembaga

terkait serta sumber lainnya, diantaranya

internet dan buku-buku. Data sekunder yang

diambil adalah kondisi umum Desa Sebong

Pereh dan identifikasi jenis lamun.

C. Metode Pengambilan Sampel

1. Penentuan Lokasi Stasiun

Penelitian

Metode sampling yang digunakan

pada penelitian ini adalah metode purposive

sampling. Pemilihan lokasi dilakukan

berdasarkan observasi awal terhadap

perbedaan tutupan lamun di ekosistem

padang lamun Desa Sebong Pereh.

Berdasarkan hal tersebut ditetapkan kriteria

untuk 3 lokasi pengambilan sampel lamun

sebagai berikut :

a. Stasiun I terletak pada daerah

padang lamun tutupan

sedikit/minim,

b. Stasiun II terletak pada daerah

padang lamun tutupan sedang,

c. Stasiun III terletak pada daerah

padang lamun tutupan penuh.

Setiap stasiun terdiri dari tiga garis

transek (lines transect), masing-masing garis

transek mempunyai panjang 50 meter, pada

setiap transek garis diletakkan 3 kuadrat.

Penempatan arah garis transek tegak lurus

dengan garis pantai, dengan jarak masing-

masing kuadrat 10 meter dan jarak masing-

masing transek 50 meter.Ilustrasi

penempatan transek kuadrat dapat dilihat

pada Gambar 8.

10 cm

Kuadran 0,5 m x0,5 m

Garis transek

Page 5: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

2. Pengamatan Lamun

Gambar 9. Petak kuadrat untuk

pengambilan sampel

Sumber : (KepMen LH No.200 Tahun 2004)

Unit sampling dalam penelitian ini

adalah kuadrat dengan ukuran 0.25 m2 (0,5 m

x 0,5 m). Metode pengambilan data

berpedoman sepenuhnya pada Kepmen LH

No.200 Tahun 2004. Sampling dilakukan

dengan sistematik menggunakan metode

transek garis kuadrat dimulai pada daerah

surut terendah sampai daerah subtidal pada

siang hari saat pasang.

1. Transek diletakkan tegak lurus pantai

kearah laut.

2. Unit sampling adalah kuadrat ukuran

0,5 m x 0,5 m yang ditempatkan

secara teratur sepanjang transek

dengan ukuran transek bergantung

kondisi stasiun. Jarak antar kuadrat

adalah 10 m atau disesuaikan dengan

lapangan,sedangkan jarak antar

transek 50 m.

3. Pengambilan Sampel Substrat

Lamun dapat ditemukan pada

berbagai karakteristik substrat. Padang lamun

di Indonesia dikelompokkan ke dalam enam

kategori berdasarkan karakteristik tipe

substratnya, yaitu lamun yang hidup di

substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir, pasir

berlumpur, puing karang, dan batu karang.

Hampir semua jenis lamun dapat tumbuh

pada berbagai substrat, kecuali pada

Thalassodendron ciliatum yang hanya dapat

hidup pada substrat karang batu (Kiswara,

1997 dalam Sakaruddin, 2011). Terdapat

perbedaan antara komunitas lamun dalam

lingkungan sedimen karbonat dan sedimen

terrigen dalam hal struktur, kerapatan,

morfologi dan biomassa lamun (Humminga

dan Duarte, 2000 dalam Sakaruddin, 2011).

Data visual substrat diambil dari

setiap titik sampling yang meliputi: tipe

substrat (pasir, lumpur, pasir-berlumpur,

lumpur berpasir, pecahan karang, dan

sebagainya). Pada masing-masing garis

transek diambil tiga (3) contoh sedimen dari

tiga (3) titik sampling yang mewakili,

sehingga diperoleh sembilan (9) sampel.

Sampel substrat diambil pada lokasi

atau titik yang sudah ditentukan dan

diplotkan pada peta dasar, secara umum

pelaksanaan pengambilan sampel harus

dilakukan secara sistematis sesuai dengan

ketersediaan waktu. Pengambilan sampel

dapat dilakukan dengan menggunakan sekop

sebagai alat sampling.

Secara umum cara

pengambilan sampel sebagai berikut :

1) Tentukan lokasi atau titik sampling

pada peta dasar.

2) Buat identitas titik sampling pada peta

dasar dengan sistem penomoran.

3) Masing-masing nomor harus

dilengkapi dengan posisi letak lintang

dan bujur dalam lembaran terpisah

dalam bentuk tabel.

4) Buat transek pada dasar perairan

berdasarkan sebaran titik sampling

sebagai pedoman. Transek dibuat

dengan mempertimbangkan efisiensi

waktu sampling dan kondisi lapangan

agar pengambilan sampel dapat

berjalan dengan lancar.

5) Tentukan transek pengambilan sampel

prioritas yang akan menjadi alur

pertama dan seterusnya ke titik

pengambilan sampel lainnya.

6) Siapkan kantong untuk menyimpan

sampel.

7) Semua kantong sampel diberi label

yang berisi nomor titik sampling dan

waktu pengambilan .

8) Untuk mencegah hilangnya identitas

sampel, gunakan label yang tahan air

dan reagen kimia.

9) Apabila identitas sampel terhapus dan

tidak bisa diidentifikasi lagi, jangan

menggunakan sampel tersebut untuk

kepentingan penelitian.

10) Jika semua persiapan telah selesai

proses pengambilan sampel bisa

dilakukan.

11) Ambil substrat pada petak kuadrat

dengan cara menyekop hingga

kedalaman akar lamun.

12) Tariklah sekop yang berisi sedimen

dan masukan sampel sedimen yang

terambil kedalam kantong sampel

yang telah disiapkan.

Page 6: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

13) Setelah semua sampel diperoleh,

simpanlah sampel substrat di tempat

yang aman dari kerusakan.

14) Proses pengambilan sampel selesai

dan siap dibawa kelaboratorim untuk

dianalisis sesuai dari tujuan penelitian.

15) Setelah sampling dilakukan semua

alat harus dibersihkan agar tidak

terjadi korosi akibat pengaruh air laut.

D. Pengamatan Substrat

Pengamatan Substrat dilakukan

langsung secara insitu dilokasi penelitian,

Pengamatan data substrat yang dilakukan

meliputi analisis tekstur kerikil, analisis

tekstur pasir, dan analisis tekstur lumpur :

1. Substrat

Klasifikasi butiran sedimen dilakukan

di laboraturium untuk dilakukan analisis

tekstur substrat yang akan dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a. Analisis Tekstur Kerikil

Grave (kerikil) dianalisis dengan metoda

pengayakan sebagai berikut :

1. Siapkan ayakan dengan ukuran 2 mm

(Ø- 1), dimana ayakan dengan mesh

size terbesar pada tingkat teratas dan

seterusnya.

2. Masukan sampel tersebut dengan

ayakan ukuran 2 mm (Ø- 1), kemudian

ayakan digoyang sampai semua

partikel dalam ayakan terayak secara

sempurna.

3. Timbang sampel pada masing-masing

ayakan.

b. Analisis Tekstur Pasir

Tekstur pasir di analisis dengan metoda

pengayakan sebagai berikut :

1. Bersihkan screen ayakan dengan

menggunakan sikat baju.

2. Susunlah ayakan berdasarkan

meshsize yang ada dalam populasi

pasir, dimana ayakan dengan mesh

size terbesar berada pada tingkat

teratas dan seterusnya. Urutan mesh

size dari atas kebawah sebagai berikut

: 1mm (0Ø), 0,5 mm (1Ø; 500 um),

0,25mm (2Ø: 250 um), 1/8 mm

(3Ø:125 um), 1/16 mm (4Ø; 63um).

3. Masukan sampel yang diperoleh

diayakan paling atas, kemudian

ayakan digoyang sampai semua

partikel dalam populasi ini terayak

secara sempurna.

4. Timbang sedimen yang tertahan pada

masing-masing ayakan dan catat

beratnya.

5. Hitung presentase masing-masing

kelas ukuran. Nilai presentase ini

selanjutnya dipakai untuk menentukan

presentase komulatif guna

menghitung berbagai parameter

statistika sedimen (diameter rata-rata).

c. Analisis Tekstur Lumpur

Prosedur pelaksanaan dengan metoda

analisis tekstur lumpur adalah sebagai berikut

: Sedimen yang lolos dari ayakan 1/16 mm

(4Ø; 63 µm) ditampung dalam sebuah cawan.

2. Pengukuran Nutrient Nitrat dan

Fosfat

Pengukuran nitrat dan fosfat

dilakukan secara eks situ yaitu di

Laboraturium Balai Perikanan Budidaya Laut

(BPBL) Batam. Pengukuran nitrat dan fosfat

menggunakan alat spektrofotometer.

Pengambilan sampel sedimen nitrat di lokasi

dengan menggunakan sekop kemudian

dimasukkan ke dalam kantong sampel dan

dilakukan satu kali selama penelitian. Setelah

itu sampel sedimen dianalisis di

Laboraturium dengan cara :

1. Ambil 5 gr sampel sedimen.

2. Tambahkan 50 mL larutan amilum

asetat.

3. Aduk sampel sampai rata kurang lebih

selama 30 menit dan disaring.

4. Hasil asukan tadi dipipet sebanyak 5

mL larutan brucin H2 SO kemudian

aduk sampai larutan tercampur rata

selama 30 menit.

5. Masukkan tabung reaksi ke dalan

Spektrofotometer untuk mendapatkan

hasil dengan panjang gelombang 423

nm.

Pengambilan sampel sedimen fosfat di

lokasi dengan menggunakan sekop kemudian

dimasukkan ke dalam kantong sampel dan

dilakukan satu kali selama penelitian, setelah

itu sampel sedimen dianalisis di

Laboraturium Balai Perikanan Budidaya Laut

Batam dengan cara :

1. Ambil sampel sedimen 5 gr.

2. Masukkan ke dalam botol

polyethylene dan tambahkan 2 gr

larutan karbon aktif.

3. Sampel sedimen dilarutkan dengann 2

mL pelarut olsen dan diaduk selama

30 menit.

Page 7: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

4. Hasil pengadukan disaring dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

5. Ekstrak dipipet 2 Ml ke dalam tabung

reaksi.

6. Bersama deret standar ditambahkan

10 mL pereaksi pewarna fosfat.

7. Kocok hinggan homogen dan biarkan

selama 30 menit.

8. Tabung reaksi dimasukkan kedalam

spektrofotometer dengan panjang

gelombang 693 nm.

E. Pengamatan Parameter

Lingkungan Kualitas Perairan

Pengamatan parameter lingkungan

berupa kualitas perairan diamati untuk

mengetahui besar pengaruh parameter

lingkungan terhadap ekosistem lamun.pada

penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas

air seperti: derajat keasaman (pH), oksigen

terlarut (DO), salinitas dan suhu. Pengukuran

parameter lingkungan dilakukan pada setiap

plot yang ditentukan.

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) diukur dengan

menggunakan multitester. Prosedur

pengukuran pH dengan multitester adalah

sebagai berikut :

1. Tekan tombol “POWER” untuk

menghidupkan alat

2. Tombol “MODE” ditekan pada alat

hingga layar menunjukkan tampilan

“pH” dan masukkan indikator manual

untuik suhu,

3. Lakukan kalibrasi alat sebelum

melakukan pengkuran,dengan

menekan tombol “REC” dan “HOLD”

secara bersamaan hingga pada layar

alat menunjukkan angka 4,00.

4. Tekan “ENTER” untuk mengakhiri

proses kalibrasi,lalu buka botol

kalibrasi pada ujung alat, dan lakukan

pengkuran pH.

5. Lakukan pencatatan terhadap hasil

yang ditunjukkan pada layar alat

setelah angka yang ditunjukkan sudah

tidak berubah(stabil).

2. Salinitas

Salinitas diukur dengan menggunakan

salt meter. Prosedur pengukuran dengan salt

meter adalah sebagai berikut :

1. Probe dimasukkan pada bagian atas

salt meter sampai rapat dan posisi

yang benar.

2. Tombol “ON” ditekan pada alat untuk

menghidupkan alat.

3. Ujung probe dimasukkan kedalam air

hingga batas kepala probe.

4. Probe digerakkan beberapa saat agar

mempermudah dalam pembacaan

pada alat.

5. Tunggu beberapa saat hingga

menunjukkan angka tetap pada layar

salt meter.

6. Tekan tombol “HOLD” saat angka

yang ditunjukkan sudah benar-benar

tidak berubah.

3. Dissolved Oxygen (DO)

Pengukuran oksigen terlarut dilakukan

dengan menggunakan multi

tester.Prosedur pengukuran osigen

terlarut dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Probe DO disiapkan dan dimasukkan

kedalam socket DO pada alat dengan

benar pada posisi yang tepat.

2. Tekan tombol “POWER” untuk

menghidupkan alat.

3. Tekan tombol “MODE” pada

alat,hingga pada layar alat

menunjukkan angka “oo/o O2” dan

indikator manual untuk suhu

dimasukkan.

4. Kalibrasi alat dengan cara menekan

tombol “REC” dan “HOLD” secara

bersamaan

5. Tekan tombol “ENTER”,tunggu

selama 30 detik,hingga pada layar

menunjukkan tampilan “oo/o O2”

menunjukkan angka 20,9.

6. Tekan tombol “FUNC” hingga

menunjukkan tampilan “mg/L”

kemudian lakukan pengukuran

terhadap DO air.

4. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan dengan

menggunakan multi tester,pengukuran suhu

dilakukan bersamaan dengan pengukuran

Oksigen terlarut (DO).Pengukuran suhu

dilakukan dengan cara :

1. Tekan tombol “ON” untuk

menghidupkan alat.

2. Masukkan probe untuk melakukan

pengukuran suhu pada

perairan,diamkan beberapa saat

hingga angka pada layar tidak

mengalami perubahan lalu catat angka

pada layar.

F. Metode Analisis Data

1. Perhitungan Persentase Tutupan

Lamun

Page 8: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

Untuk mengetahui luas area

penutupan jenis lamun tertentu dibandingkan

dengan luas total area penutupan untuk

seluruh jenis lamun, digunakan Metode Saito

dan Adobe. Adapun metode

penghitungannya adalah sebagai berikut:

1. Petak contoh yang digunakan untuk

pengambilan contoh berukuran 50 cm

x 50 cm yang masih dibagi-bagi lagi

menjadi 25 sub petak, berukuran 10

cm x 10 cm

2. Jumlahnya masing-masing jenis pada

tiap sub petak dicatat dan dimasukkan

ke dalam kelas kehadiran.

Adapun penghitungan penutupan jenis

lamun tertentu pada masing-masing, petak

dilakukan dengan menggunakan rumus :

C = Σ(Mi x fi)

Σf

Dimana,

C = presentase penutupan jenis lamun i,

Mi = presentase titik tengah dari kelas

kehadiran jenis lamun i,

f = banyaknya sub petak dimana kelas

kehadiran jenis lamun i sama.

(KepMen LH. No.200. Tahun 2004).

Kela

s

Penutupa

n Luas

area

%

penutupa

n area

%

Titik

Tenga

h (M)

5 ½ penuh 50 – 100 75

4 ¼ - ½ 25 – 50 37,5

3 1/8 - ¼ 12,5 – 25 18,75

2 1/16 - 1/8 6,25 –

12,5

9,38

1 < 1/16 < 6,25 3,13

0 Tidak Ada 0 0

2. Perbandingan Persentase

Tutupan/Analisis Data

Data persentase tutupan lamun akan

dibandingkan dengan persentase jenis-jenis

substrat menggunakan two way

Anova/Anova dua arah dengan software R.

Adapun metode perhitungannya dengan cara

sebagai berikut :

1. Hitung persentase tutupan lamun pada

salah satu jenis substrat, lalu hitung

jenis substrat yang lain dengan cara

sebagai berikut: Plot Persentase tutupan

1 %

2 %

3 %

∑ %

2. Setelah didapatkan persen tutupan

pada masing-masing jenis substrat

buat tabel :

Stasiun Data

Persentase diameter butir substrat

kerikil pasir lumpur

Persentase

tutupan

3. Masukkan data ke aplikasi notepad.

4. Data pada notepad dianalisis dengan R

software.

3. Hubungan Tutupan Lamun

Dengan Substrat

Penggunaan PCA bertujuan

mendapatkan gambaran pola hubungan

antara tutupan lamun dengan diameter butir

substrat dengan kata lain tujuan PCA adalah

untuk mengekstrak informasi yang paling

penting pada kelompok data, mereduksi data

yang ditetapkan sebagai informasi penting,

dan menyederhanakan deskripsi kumpulan

data agar dapat di analisis struktur keragaman

pengamatan dan variabel (Abdi & Williams,

2010 dalam Yunitha, 2014), pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan bantuan

software Minitab 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Desa Sebong

Pereh

Desa Sebong Pereh adalah salah satu

desa di Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten

Bintan dengan luas ± 30,80 km, berada

diketinggian 20 m di atas permukaan laut,

dengan suhu berkisar 18 ͦc s/d 22 ͦc dan curah

hujan mencapai 1.220 mm/tahun dengan

intensitas maksimum curah hujan selama 75

hari dalam setahun. Secara administratif Desa

Sebong Pereh berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Laut

Cina Selatan

Sebelah Selatan : Kuala

Simpang & Lancang Kuning

Sebelah Barat :

Kel.Tanjung Uban Utara & Selat

Batam.

Sebelah Timur : Sebong

Lagoi dan Kota Baru

Gambar wilayah Desa Sebong Pereh

dapat dilihat melalui Peta sebagai berikut :

Page 9: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

B. Jenis Lamun Perairan Desa Sebong

Pereh

Terdapat 3 species lamun yang

ditemukan pada ketiga stasiun di perairan

desa Sebong Pereh yaitu Enhallus

accoroides, Thalassia hemprichii, dan

Cymodocea serullata. Enhallus accoroides

adalah lamun yang paing dominan di setiap

stasiun desa sebong pereh. Berikut ini adalah

jenis-jenis lamun yang ditemukan di perairan

desa sebong pereh dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Enhallus accoroides

Lamun jenis Enhalus accoroides

adalah jenis lamun yang paling banyak

ditemui / mendominasi di perairaan desa

Sebong Pereh, memiliki ciri-ciri berupa

rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan

rambut-rambut kaku, panjang daun 300-1500

mm, lebar 13-17 mm (KepMen Lh No.200).

Lamun jenis Enhallus accoroides dapat

dilihat pada Gambar 11.

2. Thalassia hemprichii

Jenis Thalassia hemprichii pada

ekosistem lamun desa sebong pereh tidak

berjumlah banyak dan hanya dapat

ditemukan di stasiun 1 dengan kondisi

tutupan lamun yang minim dan stasiun 3

dengan kondisi tutupan lamun penuh.

Thalassia hemprichii mempunyai ciri-

ciri yaitu berupa : memiliki bar hitam pendek

dari sel tanin pada daun, rimpang berdiameter

2-4 mm tanpa rambut-rambut kaku, rimpang

tebal antara tunas, daun berbentuk sabit,

panjang daun 100-300 mm, lebar daun 4-10

mm. Lamun jenis Thalassia hempirichi

3. Cymodocea serullata

Jumlah lamun Cymodocea serullata di

ekosistem lamun Desa Sebong Pereh tidak

banyak sama seperti jenis lamun Thalassia

hemprichii, lamun ini dapat dikenali dengan

ciri-ciri ujung daun seperti gergaji/bergerigi,

tulang daun berjumlah 13-17, panjang daun

6-15 cm, lebar daun 5-9 mm.

C. Pengamatan Tutupan Lamun

Penutupan lamun menggambarkan

seberapa besar luas lamun yang menutupi

suatu perairan dan dinyatakan dalam persen.

Nilai persentase penutupan lamun

dipengaruhi oleh parmeter fisika kimia

perairan, jenis substrat, dan parameter kimia

substrat.

Berdasarkan kajian tutupan lamun

pada ketiga stasiun dengan komposisi jenis

lamun yang berbeda dan tersebar pada tiga

kondisi lingkungan yang berbeda, kajian

tutupan lamun pada setiap stasiun sebagai

berikut :

1. Kajian Tutupan Lamun Stasiun 1

Ekosistem tutupan lamun pada stasiun 1

adalah stasiun dengan kondisi tutupan minim,

kondisi parameter perairan dan substrat pada

Page 10: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

stasiun 1 mempengaruhi minimnya tutupan

lamun.

STASIUN 1

Jenis lamun

Parameter

fisika kimia

perairan

Jenis substrat

Parameter

kimia

substrat

Persentase

penutupan

lamun Transek plot substrat

Enhalus

accoroides

Suhu 29,4

oC 1

1 pasir

Fosfat 0,115

mg/L

25,83 %

2 pasir

Salinitas 35

3 pasir

2

1 pasir

Thalassia

hemprichii

pH 7,5

2 pasir

Nitrat <0,1

mg/L

3 pasir

DO 6,3

mg/L 3

1 pasir

2 pasir

3 pasir

a. Jenis lamun

Pada stasiun 1 lamun ditemukan 1000

meter dari pinggir pantai, terdapat resort yang

berdekatan dengan ekosistem lamun yang

ditimbun di atas laut ini menyebabkan arus,

gelombang laut dan sampah terhalang pada

jalanan menuju resort. Menurut Nainggolan

(2011) kondisi substrat dan pencemaran

lingkungan, kejernihan perairan juga sangat

berperan dalam penentuan komposisi jenis

dan kerapatan lamun, kondisi ini

menyebabkan jauhnya jarak ditemukannya

lamun dari inggir pantai pada stasiun 1 cukup

jauh.

Lamun-lamun yang terdapat pada

stasiun dengan kondisi tutupan lamun yang

minim ini terdapat dua jenis lamun yaitu

Enhallus accoroides dan Thalassia

hemprichii selain itu lamun Enhaluss

accoroides dapat ditemukan pada setiap

stasiun hal ini disebabkan Enallus accoroides

merupakan lamun yang sangat umum ditemui

dan memiliki morfologi yang lebih besar

daripada jenis lamun lainnya serta tersebar

luas di seluruh perairan. Enhalus acoroides

memiliki penyebaran yang seragam pada

daerah tesebut, artinya jenis ini mampu hidup

pada habitat manapun yang memiliki kondisi

lingkungan yang sesuai (Nainggolan, 2011).

Ditemukan lamun jenis Thalassia

hemprichii pada stasiun 1 disebabkan lamun

ini dapat dijumpai pada berbagai substrat dan

memiliki toleransi yang tinggi terhadap

variasi lingkungan. Kisaran salinitas

optimum untuk pertumbuhan Thalassia

hemprichii cukup luas yaitu 24 – 35 ‰

(Noviarini dan Ermavitalini, 2015).

b. Jenis substrat

Kondisi ekosistem lamun desa Sebong

Pereh yang terdapat batu-batuan besar di

sepanjang ekosistem didominasi oleh jenis

substrat pasir. Substrat merupakan medium

sumber tumbuhan secara normal memperoleh

nutrien. Substrat dapat didefinisikan pula

sebagai medium alami untuk pertumbuhan

tanaman yang tersusun atas mineral, bahan

organik, dan organisme hidup.

Substrat pada stasiun 1 pada semua

plot hanya ditemukan substrat pasir,

karakteristik kondisi perairan di stasiun 1

cenderung terdapat batu-batuan besar, pada

stasiun ini dipengaruhi oleh diameter 0,250

dan 2 mm.

c. Persentase tutupan lamun

Untuk menentukan status padang

lamun pada setiap stasiun maka dilakukan

pengamatan terhadap masing-masing stasiun,

menurut (Humminga dan Duarte, 2000 dalam

sakaruddin, 2011) persen penutupan lamun

menggambarkan luas daerah yang tertutupi

oleh lamun.

Mengukur persen penutupan lamun

merupakan suatu metode untuk melihat status

dan untuk mendeteksi perubahan dari sebuah

vegetasi. Setelah dilakukan pengamatan dan

analisis data terhadap persen penutupan

ekosistem lamun desa sebong pereh dengan

menetapkan stasiun berdasarkan kondisi

tutupan lamun penuh, sedang dan minim pada

perairan desa sebong pereh.

Persen tutupan jenis lamun dengan

kondisi minim penutupan pada stasiun 1

sebesar 25,82%. Tingginya kadar salinitas

pada stasiun 1 merupakan salah satu faktor

rendahnya tutupan lamun. Tingginya salinitas

pada stasiun 1 dikarenakan jauhnya

ekosistem lamun pada perairan desa sebong

pereh dari daratan sehingga tidak

mendapatkan pasokan air tawar dari darat

untuk pertumbuhan lamun yang baik dan

persen tutupan yang cukup merata, menurut

(Hasanudin, 2013) salah satu faktor yang

menyebabkan kerusakan lamun adalah

meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh

kurangnya suplai air tawar. Hal ini terkait

kemampuan toleransi lamun terhadap

Page 11: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

fluktuasi perubahan salinitas dengan kisaran

24 hingga 35 ppt serta rendahnya kadar

oksigen terlarut yang terkandung pada

perairan stasiun 1 mempengaruhi minimnya

tutupan.

Nilai suhu perairan sebesar 29,4 oC

dalam kondisi yang baik, berdasarkan

KepMen Lh No.51 Tahun 2004 baku mutu air

lamun untuk air laut berkisar antara 28-30oC,

dan kadar pH perairan sebesar 7,5 yang

menunjukan bahwa lokasi penelitian dalam

keadaan yang baik dimana pH untuk biota

laut berdasarkan KepMen LH No.51 tahun

2004 berkisar 7-8,5.

Kondisi parameter perairan memiliki

peranan dan pengaruh penting terhadap

ekosistem lamun. Baku mutu air laut adalah

ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,

energi atau komponen yang ada atau harus

ada dan atau unsur pencemar yang

ditenggang keberadaannya di dalam air laut

setelah dilakukan pengamatan terhadap

kondisi parameter perairan (KepMen Lh

No.51).

Rendahnya tutupan lamun pada

stasiun 1 juga dipengaruhi oleh kandungan

nutrien dalam substrat yang berupa nitrat dan

fosfat yang memberikan peran penting

terhadap kesuburan ekosistem lamun yang

akan berdampak pada kondisi tutupan

ekosistem lamun, selain dalam kolom

perairan nutrien juga dapat dijumpai dalam

substrat. Kandungan fosfat sedimen pada

setiap stasiun memiliki perbedaan yang

cukup jauh antara stasiun, pada stasiun 1 yang

ditemukan fraksi sedimen pasir pada setiap

plot mempunyai kadar nitrat 0,115 mg/L

sangat rendah dibandingkan dengan stasiun-

stasiun 2 dan 3 yang memiliki diameter

substrat yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan

kondisi jenis substrat yang berbeda antara

stasiun.

Menurut Steven. (2013), substrat

merupakan medium sumber tumbuhan secara

normal memperoleh nutrien. Substrat dapat

didefinisikan pula sebagai medium alami

untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun

atas mineral, bahan organik, dan organisme

hidup. Air dan udara berada dalam pori-pori

substrat. Distribusi dan ukuran rongga pori-

pori tergantung pada struktur dan tekstur

substrat.

Persentase penutupan jenis lamun

pada ketiga stasiun memiliki perbedaan

karakteristik substrat, pada stasiun 1 dengan

tutupan minim dipengaruhi oleh fraksi pasir

pada setiap plot dipengaruhi oleh diameter

substrat sebesar 2 mm, 0,250 mm dan 0,500

mm. Besarnya ukuran butiran substrat pada

stasiun 1 memiliki dampak terhadap

rendahnya kadar nutrien substrat yang

berdampak terhadap rendahnya persentase

tutupan stasiun 1.

2. Kajian Tutupan Lamun Stasiun 2

Ekosistem lamun pada stasiun 2

adalah stasiun dengan kondisi tutupan sedang

dengan kondisi lingkungan yang baik dan

jauh dari pemukiman penduduk yang

merupakan salah satu faktor pendukung

kondisi ekosistem pada stasiun 2.

Pasokan air tawar yang berasal dari

sungai mempengaruhi kondisi parameter

fisika kimia perairan pada stasiun 2. Berikut

penjelasan kajian tutupan lamun serta kondisi

lingkungan pada stasiun 2. STASIUN 2

Jenis

lamun

Parameter

fisika kimia

perairan

Jenis substrat Parameter

kimia

substrat

Persentase

penutupan

lamun Transek plot substrat

Enhalus

accoroid

es

Suhu 29,6

oC 1

1 pasir

Fosfat 0,446

mg/L

41,89 %

2 pasir

Salinit

as

33 o/oo

3 pasir

2

1 pasir

berkerikil

Cymodoce

a serullata

pH 7,2 2

pasir

berkerikil

Nitrat <0,1

mg/L

3 pasir

DO

6,9

mg/

L

3

1 pasir

2 pasir

3 pasir

a. Jenis lamun

Kondisi lingkungan stasiun 2 berada

pada daerah yang jauh dari pemukiman

penduduk dan terdapat pengaruh air tawar,

ditemukannya lamun pada stasiun 2 pada

jarak 500 m pinggir pantai. Komposisi jenis

lamun pada stasiun 2 terdapat dua jenis lamun

yang berupa enhallus accoroides dan

cymodocea serullata, lamun cymodocea

serullata ditemukan pada stasiun 2 dan

stasiun 3 hal ini dikarenakan diameter jenis

substrat pada kedua stasiun berukuran kecil,

habitat lamun cymodocea serullata tumbuh

pada substrat pasir berlumpur atau pasir dari

pecahan karang pada daerah pasang surut.

Lamun ini biasa terdapat pada komunitas

yang bercampur dengan jenis lamun yang lain

(Sarfika, 2012).

b. Jenis substrat

Komposisi fraksi sedimen pada setiap

stasiun memiliki perbedaan. Kondisi ini

menentukan penyebarannya di perairan mulai

dari pantai hingga ke daerah berbatasan

dengan ekosistem terumbu karang.

Page 12: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

Substrat pada stasiun 2 dengan kondisi

tutupan lamun sedang didominasi dengan

substrat pasir dengan 2 plot substrat pasir

berkerikil. Karakteristik stasiun yang

ditemukan substrat pasir berkerikil ini

terdapat lebih banyak bebatuan besar dari

pada yang ada pada stasiun 1 dan stasiun 3.

c. Persentase tutupan lamun

Kondisi parameter perairan fisika dan

kimia dalam kondisi yang baik. Suhu pada

perairan stasiun 2 yaitu 29,6 oC dalam kondisi

yang baik terhdap lamun melakukan

fotosintesis. Kadar pH yang tidak jauh

berbeda antara ketiga stasiun peneitian yang

menunjukan bahwa stasiun 2 dalam keadaan

yang baik. Persyaratan pH untuk biota laut

berdasarkan KepMen LH No.51 tahun 2004

berkisar 7-8,5.

Kadar salinitas pada stasiun 2

dikategorikan dalam kondisi yang baik

dengan kadar salinitas 34 o/oo yang sangat

rendah dibandingkan stasiun 1 dan stasiun 3

dikarenakan pada stasiun 2 mendapat

pasokan air tawar dari arah darat.

Berdasarkan KepMen LH no.51 tahun 2004

kadar salinitas untuk lamun berkisar antara

33-34 o/oo, tingginya kadar oksigen terlarut

sebesar 6,9 mg/L pada perairan membantu

pertumbuhan lamun dalam berfotosintesis

berdasarkan KepMen LH no.51 tahun 2004

adalah >5 mg/L merupakan kadar oksigen

terlarut yang baik untuk biota laut.

Selain dipengaruhi kondisi parameter

fisika kimia perairan yang baik, stasiun

dengan tingkat tutupan lamun yang

dikategorikan sedang sebesar 41,88%

didukung kandungan fosfat pada sedimen

stasiun 2 dengan kandungan posphat dengan

kadar 0,446 mg/l yang dipengaruhi oleh

fraksi boulders/batuan besar dan pasir halus.

Lebih tingginya kadar nutrien dalam

substrat serta kondisi parameter fisika kimia

perairan yang lebih baik dari stasiun 1

mendukung persentase tutupan lamun pada

stasiun dikategorikan tutupan sedang.

3. Kajian Tutupan Lamun Stasiun 3

Ekosistem lamun pada stasiun 3 merupakan

stasiun dengan kondisi tutupan penuh.

Berikut penjelasan kajian tutupan lamun serta

kondisi lingkungan pada stasiun 3.

STASIUN 3

Jenis

lamun

Parameter

fisika

kimia

perairan

Jenis substrat Paramete

r kimia

substrat

Perse

ntase

penut

upan

lamun

Tran

sek

pl

ot

substr

at

Enhal

us

accoro

ides

Suhu

29,

45 oC 1

1 pasir

Fos

fat

0,6

50

mg

/L

60,52

%

2 pasir

berlu

mpur

Salin

itas

34 o/oo

3 pasir

Thalas

sia

hempri

chii

2

1 pasir

pH 7,7

2 pasir

Nit

rat

<0,

1

mg

/L

3 pasir

Cymodo

cea

serullata

DO

6,7

mg/

L

3

1 pasir

2 pasir

berlu

mpur

3 pasir

a. Jenis lamun

Pada stasiun 3 jenis lamun lebih

banyak dtemukan daripada stasiun 2 dan

stasiun 1, jenis-jenis lamun yang dapat

ditemukan adalah lamun jenis enhallus

accoroides, thalassia hemprichii dan

cymodocea serullata, pada stasiun 3 terdapat

rumah makan dan rumah-rumah penduduk

ditemukan lamun pada jarak yang cukup

dekat sekitar 100 meter dari pinggir pantai.

Banyaknya Komposisi jenis lamun

pada stasiun 3 didukung oleh baiknya kondisi

parameter fisika kimia perairan, didominasi

diameter substrat berlumpur dan di wilayah

yang selalu terendam air.

b. Jenis substrat

Substrat pada stasiun 3 yang

didominasi oleh substrat pasir sebanyak 5

plot sedangkan jenis subtrat pasir berlumpur

sebanyak 2 plot. Jenis substrat pasir

berlumpur pada stasiun dengan kondisi

tutupan penuh ini memiliki peran terhadap

persentase tutupan lamun, bahwa semakin

kecil diameter jenis substrat semakin banyak

kandungan unsur hara. Dengan kondisi

stasiun yang berbeda antara ketiga stasiun,

stasiun 3 memiliki karakteristik ekosistem

lamun dengan sedikit batu-batuan besar

disepanjang ekosistem lamun.

c. Persentase tutupan lamun

Pada stasiun 3 dengan kondisi

penutupan lamun yang tinggi dengan persen

tutupan 60,52% yang dipengaruhi oleh fraksi

pasir sangat halus dan lumpur, substrat dapat

Page 13: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

memengaruhi pertumbuhan dan penyebaran

lamun.

Suhu pada stasiun 3 sebesar 29,45 oC

dalam keadaan yang baik. Kisaran suhu

seperti ini merupakan kondisi yang optimum

bagi lamun untuk melakukan fotosintesis,

karena suhu yang optimal bagi lamun untuk

berfotosintesis menurut (Marsh et al, 1986

dalam Sakaruddin, 2011) berkisar 25,0 oC –

30,0 oC. Kadar pH dalam kondisi perairan

yang baik, dan kadar salinitas perairan

sebesar 34 o/oo sehingga menjadikan salah

satu faktor tingginya tutupan lamun.

Selain didukung oleh kondisi

parameter fisikia kimia perairan yang baik

tingginya persentase tutupan lamun juga

didukung oleh kadar konsentrasi fosfat dan

nitrat yang cukup tinggi pada stasiun 3 yang

terkandung pada substrat yaitu kandungan

posphat pada stasiun 3 sebesar 0,650 mg/L

didukung oleh karakteristik sedimen pada

stasiun 3 dengan terdapat substrat pasir

berlumpur, kandungan fosfat pada stasiun 3

paling tinggi diantara ketiga stasiun.

Hal ini sesuai dengan penyataan

(Erftemeijer and Middelburg, 1993 dalam

Steven, 2013) bahwa semakin kecil ukuran

sedimen maka semakin besar pula

ketersediaan unsur hara N dan P di substrat

tersebut. Karena semakin kecil ukuran

partikel substrat maka energi yang digunakan

akar untuk masuk ke dalam substrat untuk

memperoleh nutrien tidak banyak. Berbeda

dengan substrat yang memiliki tekstur yang

kasar. akar membutuhkan energi lebih

banyak untuk masuk ke dalam substrat kasar,

sehingga energi yang akan digunakan untuk

pertumbuhan daun pada pasir laut relatif lebih

banyak dibandingkan dengan substrat pasir

berkerikil dan substrat pecahan karang.

D. Hubungan Diameter Substrat

Antar Stasiun

Diameter substrat yang merupakan

bagian-bagian dari fraksi jenis substrat yang

memiliki hubungan-hubungan terhadap

stasiun-stasiun penelitian. Pada setiap

diameter butir substrat memberikan pengaruh

terhadap komposisi fraksi sedimen yang

dapat memberikan pengaruh terhadap

persentase tutupan lamun.

Stasiun 1 dengan fraksi sedimen pasir

pada setiap plot dipengaruhi oleh diameter

substrat sebesar 2 mm, 0,250 mm dan 0,500

mm. Stasiun 2 yang terdapat jenis sedimen

pasir berkerikil sebanyak 2 plot dan substrat

pasir 5 plot dipengaruhi oleh dimeter butrir

susbtrat 2,36 mm, 0,125 mm dan 1,18 mm,

dan stasiun 3 yang terdapat substrat pasir

berlumpur dipengaruhi oleh diameter butir

substrat 0,106 mm dan <0,106 mm.

Hubungan diameter substrat dalam analisis

komponen utama.

Persentase penutupan jenis lamun

pada ketiga stasiun memiliki perbedaan

karakteristik diameter substrat, pada stasiun 1

dengan tutupan minim dipengaruhi oleh

diameter susbtrat yang lebih besar

dibandingkan dengan stasiun 2 dengan

kondisi tutupan lamun sedang dan stasiun 3

dipengaruhi oleh diameter butir yang lebih

kecil dibandingkan ketiga stasiun yang

mempengaruhi tingginya kandungan nutrien

yang terkandung dalam substrat.

E. Perbandingan Persentase Tutupan

dengan Jenis Substrat

Test analisis ragam dua arah

dilakukan untuk menentukan perbandingan

antara persentase penutupan lamun dengan

persentase jenis sedimen. Sebelum

melanjutkan uji perlu perlu dilakukan uji

normalitas data dan uji keseragaman. Secara

teoritis, suatu set data dikatakan mempunyai

sebaran normal apabila data tersebar di

sekitar garis. Dari output, diperoleh Q-Q plot

sebagai berikut:

Terlihat bahwa data menyebar di

sekitar garis, dan tidak ada data yang letaknya

jauh dari garis. Kemungkinan besar, sebaran

3210-1-2-3

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0

-0,5

-1,0

-1,5

First Component

Se

co

nd

Co

mp

on

en

t

<0,106

0,106

0,125

0,250

0,500

1,18

2

2,36

Biplot of 2,36; ...; <0,106

ST 3

ST 2

ST 1

-2 -1 0 1 2

-2-1

01

2

Theoretical Quantiles

Sta

nd

ard

ize

d r

esid

ua

ls

aov(stasiun ~ tutupan_lamun * kerikil * pasir * lumpur)

Normal Q-Q

24

9

2

Page 14: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

data normal. Secara teoritis, suatu data

dikatakan mempunyai sebaran normal

apabila data tersebar di sekitar garis (angka

nol). Dari output diperoleh detrended normal

Q-Q plot sebagai berikut:

Terlihat bahwa data tersebar dekat

disekitar dari garis sehingga kemungkinan

besar sebaran data normal.

D

f

Sum

Sq

Mean

Sq

F

valu

e

Pr(>F)

tutupan_lamun 1 11,5

7 11,57

38,9

01

4,34e-

05***

Kerikil 1 0,07

5 0,075

0,25

4 0,6235

Pasir 1 1,24

7 1,247

4,19

4 0,0631

Lumpur 1 0,04

8 0,048

0,16

1 0,6954

tutupan_lamun:keriki

l 1

0,25

4 0,254

0,85

5 0,3734

tutupan_lamun:pasir 1 0,00

1 0,001

0,00

2 0,965

kerikil:pasir 1 0,16

2 0,162

0,54

4 0,4749

kerikil:lumpur 1 0,03

4 0,034

0,11

3 0,7429

pasir:lumpur 1 0,00

4 0,004

0,01

2 0,9137

tutupan_lamun:keriki

l:pasir 1

0,36

3 0,363

1,21

9 0,2911

tutupan_lamun:keriki

l:lumpur 1

0,04

5 0,045 0,15 0,7057

tutupan_lamun:pasir:l

umpur 1

0,00

4 0,004

0,01

2 0,9137

kerikil:pasir:lumpur 1 0,25

3 0,253

0,85

2 0,3741

tutupan_lamun:keriki

l:pasir:lumpur 1

0,37

2 0,372

1,24

9 0,2856

Residuals 1

2

3,56

9

0,2974

1667

Nilai Sig pada tabel anova diperoleh

nilai P (P-value) = >0,05. Dengan demikian

pada taraf nyata = 0,05 Ho gagal ditolak.

Tidak perlu dilakukan uji lanjut karena Jika

hasil uji menunjukan Ho gagal ditolak (tidak

ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc

Test) tidak dilakukan. Berdasarkan uji

statistik tersebut, maka terdapat perbedaan

nyata pada stasiun yang disebabkan pengaruh

fosfat pada substrat namun tidak ada

perbedaan nyata antara jenis substrat dengan

persentase jenis lamun pada ekosistem lamun

desa sebong pereh.

F. Pengelolaan Ekosistem Lamun

Desa Sebong Pereh

Perlu dilakukan pengelolaan terhadap

ekosistem lamun dikarenakan hasil dari

sumberdaya ekositem lamun yang terkait

dengan biota asosiasi, hal ini dikarenakan

fungsi ekosistem lamun sebagai penyedia

produk dan jasa yang memiliki nilai ekonomi

sehingga menunjang kehidupan ekonomi dan

sosial masyarakat pesisir desa Sebong Pereh

yang bergantung pada laut untuk mata

pencahariannya.

Berdasarkan hasil kajian tutupan

lamun berdasarkan jenis substrat di perairan

desa Sebong Pereh menunjukkan bahwa jenis

substrat di perairan desa sebong pereh cocok

terhadap pertumbuhan lamun-lamun jenis

Enhallus accoroides, Thalassia hemprichii,

dan Cymodocea serullata. Lamun jenis

Enhallus accoroides merupakan jenis lamun

yang paling banyak ditemukan dan tumbuh

sangat subur pada setiap stasiun penelitian.

Ekosistem lamun memiliki

keterkaitan fungsi ekoslogis dengan substrat

yaitu sebagai penjaga stabilitas lamun

sebagai proteksi terhadap arus air laut, tempat

pengolahan serta pemasok nutrien, dan

kebutuhan utama untuk pertumbuhan dan

perkembangan habitat lamun. Karakteristik

jenis substrat pada perairan desa sebong

pereh yang umumnya ditumbuhi oleh substrat

pasir yang cocok terhadap pertumbuhan

lamun pada setiap stasiun sedangkan pada

stasiun penelitian dengan substrat yang lebih

besar ditumbuhi dengan persentase tutupan

lamun minim sedangkan pada stasiun dengan

substrat lebih kecil ekosistem lamun

ditumbuhi lamun dengan persentase tutupan

lamun penuh.

Berdasarkan kajian tutupan lamun

berdasarkan jenis substrat di perairan desa

sebong pereh dapat dijadikan Daerah

Perlidungan Padang Lamun (DPPL) dan

konservasi padang lamun pada daerah

diameter substrat yang lebih kecil dengan

jenis lamun Enahallus accoroides dan jenis

lamun yang beragam.

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap

tutupan lamun berdasarkan jenis substrat

dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan nyata antara tutupan lamun dengan

jenis substrat di perairan desa Sebong Pereh.

1.0 1.5 2.0 2.5 3.0

-0.5

0.0

0.5

Fitted values

Re

sid

ua

ls

aov(stasiun ~ tutupan_lamun * kerikil * pasir * lumpur)

Residuals vs Fitted

9

15

24

Page 15: Kajian Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Substrat Di ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · A. Latar Belakang ... jangkar kapal, dan hal ini merupakan

B. SARAN

Jenis substrat di ekosistem lamun desa

sebong pereh cocok ditumbuhi lamun serta

kualitas perairan yang baik terhadap lamun.

Melimpahnya biota seperti gonggong,

teripang, kepiting dan ikan-ikan karang maka

perlu dilakukan pengembangan terkait

ekosistem lamun di peraairan desa Sebong

Pereh.

DAFTAR PUSTAKA Dobo J. 2009. Tipologi Komunitas Lamun

Kaitannya dengan Populasi Bulu Babi

Di Pulau Hatta, Kepulauan Banda,

Maluku.Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Ernawati. 2011. Identifikasi Pengaruh

Variabel Proses dan Penetuan Kondisi

Optimum Dekomposisi Ktatalik Metana

Dengan Metode Respon

Permukaan.Universitas Indonesia.

Depok.

Hartati R. Dkk . 2012. Struktur Komunitas

Padang Lamun Di Perairan Pulau

Kumbang, Kepulauan Karimunjawa.

Vol. 17 (4): 217-225. Desember

2012.Diponegoro.

Hasanudin R. 2013. Hubungan antara

kerapatan dan morfometrik lamun

enhalus acoroides dengan substrat dan

nutrien di pulau sarappo lompo kab.

Pangkep. Universitas Hassanudin.

Makassar

Hermita Bus Umar. 2009. Principal

Component Analysis (PCA) dan

aplikasinya dengan spss. Jurnal

Kesehatan Masyarakat. Vol. 03. No. 2.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Kriteria Baku. 2004. Kerusakan

dan Pedoman Penentuan Status Padang

Lamun. Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 200 tahun

2004.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Baku Mutu Air Laut. 2004.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 51 Tahun 2004.

Noviarini W dan Ermavitalini D. Analisa

Kerusakan Jaringan Akar Lamun

Thalassia hemprichii yang Terpapar

Logam Berat Kadnium (Cd). Jurnal

sains dan seni. Vol. 4. No.Institut

Teknologi Sepuuh Nopember.

Surabaya. 2015.

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial dan

Pengelolaan Lamun (seagrass) Di

Teluk Bakau Kepulauan Riau

Pujiastuti P. 2013. Kualitas Dan Beban

Pencemaran Perairan Waduk Gajah

Mungkur. Jurnal EKOSAINS . Vol. V .

No. 1. Universitas Setia Budi.

Poedjirahajoe ,E. 2012. Dkk. Tutupan Lamun

Dan Kondisi Ekosistemnya Di Kawasan

Pesisir Madasanger, Jelenga, Dan

Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan

Tropis. Vol. 5. No. 1. Hlm. 36-46. Juni

2013.

Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen:Sampling

dan Analisis.Pekanbaru.UNRI Press.

Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern

Edisi Revisi. Pekanbaru. UNRI Press.

Steven. 2013. Pengaruh Perbedaan Substrat

Terhadap Pertumbuhan Semaian Dari

Biji Lamun Enhalus Acoroides.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Sakaruddin M. I. 2011. Komposisi Jenis,

Kerapatan, Persen Penutupan dan Luas

Penutupan Lamun di Perairan Pulau

Panjang Tahun 1990 – 2010 . Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut

Pertanian Bogor, Bogor.

Sarfika M. 2012. Pertumbuhan Dan Produksi

Lamun Cymodocea Rotundata Dan

Cymodocea Serrulata Di Pulau

Pramuka Dan Pulau Panggang,

Kepulauan Seribu, Dki Jakarta .

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Insitut Pertanian Bogor, Bogor.

Yunitha A. 2014 . Diameter substrat dan jenis

lamun di pesisir bahoi minahasa

utara:Sebuah analisis korelasi. Jurnal

Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI),

Desember 2014. Vol. 19 (3): 130 135.