12
Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) Imunisasi Puskesmas Kijang Tahun Anggaran 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan SKPD : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Program : Upaya Kesehatan Mayarakat Kegiaatan : Imunisasi Capaian Program : Menurunnya Angka Kematian Dan Kecacatan Pada Bayi Input (Masukan) : Data Balita Output : Terlasananya Kegiatan Imunisasi Outcome (Hasil) :Meningkatnya Pelayanan Imunisasi A. Pendahuluan Landasan Hukum Tugas Fungsi / Kebijakan 1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 3. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

KAK Puskesmas Imunisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aa

Citation preview

Page 1: KAK Puskesmas Imunisasi

Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) Imunisasi

Puskesmas Kijang Tahun Anggaran 2014

Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

SKPD : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

Program : Upaya Kesehatan Mayarakat

Kegiaatan : Imunisasi

Capaian Program : Menurunnya Angka Kematian Dan Kecacatan Pada Bayi

Input (Masukan) : Data Balita

Output : Terlasananya Kegiatan Imunisasi

Outcome (Hasil) :Meningkatnya Pelayanan Imunisasi

A. Pendahuluan

Landasan Hukum Tugas Fungsi / Kebijakan

1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.

3. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Imunisasi.

4. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman

Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi

5. (KIPI)Himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai

target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) pada tahun 2005

di Negara berkembang;

6. Himbauan dari WHO bahwa negara dengan tingkat endemisitas tinggi > 8%

pada tahun 1997 diharapkan telah melaksanakan program imunisasi

hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin;

Page 2: KAK Puskesmas Imunisasi

7. The Millenium Development Goal (MDG) pada tahun 2003 yang meliputi

goal 4 : tentang reduce child mortality, goal 5: tentang improve maternal

health, goal 6: tentang combat HIV/AIDS, malaria and other diseases (yang

disertai dukungan teknis dari UNICEF);

8. Resolusi WHA 56.20, 28 Mei 2003 tentang Reducing Global Measles

Mortality, mendesak negara-negara anggota untuk melaksanakan The

WHO-UNICEF Strategic Plan for Measles Mortality Reduction 2001-2005

di negara-negara dengan angka kematian campak tinggi sebagai bagian

EPI;UU No.36 Tahun 2009 pasal 126 dan pasal 131 tentang kesehatan Ibu

dan Anak

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4400);

12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3637);

13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Page 3: KAK Puskesmas Imunisasi

14. Peraturan pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 11 Tahun 2013

tanggal 23 Desember 2013 tentang anggaran pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten Bintan Tahun Anggaran 2014

B. Latar Belakang

Imunisasi telah diakui sebagai upaya pencegahan penyakit yang paling mendekati kesempurnaan dan sangat berdampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang kesehatan adalah upaya kesehatan untuk bayi yaitu imunisasi.

Program imunisasi di Indonesia kemudian diperbaharui dan dikembangkan semenjak tahun 1977 dengan tujuan memberikan perlindungan terhadap 7 macam penyakit: TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Campak, Polio dan Hepatitis B melalui antigen BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B dan TT.

Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan,

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

Tujuan Umum:

Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat penyakit

yang dapat di cegah dengan iunisasiPD3I.

Tujuan Khusus:

1. Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi

lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/ kelurahan

pada tahun 2010

2. Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1

per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.

Page 4: KAK Puskesmas Imunisasi

3. ERAPO (Eradikasi polio) diharapkan untuk tidak ada lagi virus polio di

Indonesi pada tahun 2014.

4. Tercapainya reduksi campak (RECAM) dimana angka kesakitan campak

turun sampai 95% disbanding sebelum ada program imunisasi.

5. Mutu pelayanan sesuai standar WHO.

6. Pemeratan pelayanan sampai kedesa-desa.

7. Tercapainya komitmen global.

D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Penyelenggaran Imunisasi dilaksanakan oleh Puskesmas Kijang

1. Fungsi dan Peran Puskesmas :

Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan mengkoordinir

pelaksanaan Imunisasi di Wilayah kerjanya. Bidan/tenaga kesehatan

bertanggung jawab dalam pelaksanaan Imunisasi (identifikasi balita yang

akan di imunisasi, mengkoordinasi dengan stakeholder, fasilitasi pertemuan)

2. Fasilitator dan Pelaksana

Fasilitator imunisasi adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat

pelatihan imunisasi

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan Imunisasi adalah:

- Ruang imunisasi kira kira

4mx5m, dengan ventilasi dan

pencahayaan yang cukup.

- Alat tulis menulis

- Buku KIA

- Buku pegangan fasilitator,

- Tikar / Karpet

- Vaksin, spuit, kapas, alcohol,

tempat sampah.

- Bantal, kursi ( jika ada)

Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas,

namun apabila tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa

dilaksanakan sesuai kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator.

Page 5: KAK Puskesmas Imunisasi

4. Tahapan Pelaksanaan Imunisasi

a. Fasilitator atau pelaksana dipersiapkan untuk melaksanakan kelas ibu

balita, fasilitator imunisasi adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah

mendapatkan pelatihan imunisasi.

b. Sosialisasi kelas imunisasi pada tokoh agama, tokoh masyarakat dan

stakeholder sebelum imunisasi dilaksanakan.

5. Persiapan pelaksanaan Imunisasi

Hal – hal yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan imunisasi:

a. Melakukan identifikasi / mendaftar semua balita yang akan dilakukan

imunisasi ada diwilayah kerja.

b. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan imunisasi, misalnya

tempat di Puskesmas , Poskesdes, Posyandu, atau dirumah salah satu

warga masyarakat.

c. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan, dan jadwal pelaksanaan

imunisasi .

d. Persiapan peserta balita yang akan diimunisasi mengundang ibu balita.

6. Pelaksanaan Imunisasi

Pelaksanaan imunisasi dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara

bidan/petugas kesehatan dengan peserta /ibu balita dengan tahapan

pelaksanaan.

Page 6: KAK Puskesmas Imunisasi

E. Cara Melaksanakan Kegiatan

F. Sasaran

a. Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan)

b. Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan)

c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita)

d. Anak sekolah dasar (kelas I-VI)

G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Kebutuhan dalam masyarakat di tempat Memilih materi yang dibutuhkan

Pertemuan Persiapan

Bentuk Tim

Sosialisasi IMunisasi

Persiapan

Pelaksanaan Imunisasi dan Pelaporan

Monitoring

Evaluasi

Page 7: KAK Puskesmas Imunisasi

H. Rencana Pembiayaan Program

Rencana pembiayaan kelas ibu hami yang dianggarkan oleh Puskesmas Kijang

adalah sebesar Rp 6.000.000, 00 dengan perincian pengambilan vaksin ke

kabupaten transportasi sebesar Rp. 2.500.000,00 Lupsum sebesar Rp

2.500.000,00 (10 kali) dan konsultasi program imunisasi ke kabupaten untuk

transportasi sebesar 500.000 dan lumpsung 500.000 (2 kali)

I. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan

Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun

negatif pelaksanaan imunisasi berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut

bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan

pengembangan imunisasi berikutnya.

Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator bidan) dilakukan setiap selesai

pertemuan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta Dinas Kesehatan Provinsi

dapat melakukan evaluasi bersama-sama misalnya 1 kali setahun.

J. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan

1. Monitoring

Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian,

serta masalah dalam pelaksanaan imunisasi, hasil monitoring dapat dijadikaan

bahan acuan untuk perbaikan dan pengembangan imunisasi selanjutnya.

Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala dan berjenjang mulai dari

tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten/ Kota dan Provinsi. Monitoring di

tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan minimal setiap 3 (tiga) bulan

sekali.

Hal-hal yang perlu dimonitor :

a) Peserta(keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta, keaktifan bertanya)

Page 8: KAK Puskesmas Imunisasi

b) Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar)

c) Fasilitator

d) Waktu (mulai tepat waktu, efektif )

2. Evaluasi

Cara melakukan evaluasi pelaksanaan imunisasi:

a. Evaluasi Kemampuan Fasilitator Pelaksanaan imunisasi.

1) Untuk mengetahui kemampuan fasilitator dalam memfasilitas

pelaksanaan imunisasi dilakukan evaluasi harian/setiap kali

pertemuan.

2) Evaluasi dilakukan setiap akhir pertemuan

3) Evaluasi dilakukan oleh bidan dan koordinator bidan atau Dinas

4) Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kesehatan Provinsi.

2. Pelaporan

Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan imunisasi sebaiknya dibuatkan

laporan. Pelaporan hasil pelaksanaan imunisasi dijadikan sebagai dokumen,

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pembelajaran bagi

pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan disusun pada setiap selesai

melaksanakan imunisasi.

Isi laporan minimal memuat tentang :

1) Waktu pelaksanaan

2) Jumlah peserta

3) Proses pertemuan

4) Masalah dan hasil capaian pelaksanaan

5) Hasil evaluasi

Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari bidan/tenaga

kesehatan pelaksana imunisasi ke Puskesmas – Dinas Kesehatan Kabupaten –

Dinas Kesehatan Provinsi – Kementerian Kesehatan. Pelaporan oleh

bidan/pelaksana pertemuan imunisasi dilakukan setiap selesai pertemuan atau

Page 9: KAK Puskesmas Imunisasi

setiap angkatan pelaksanaan imunisasi, Kabupaten dan Provinsi palaporan

disusun setiap 3 (tiga) bulan sekali dan laporan tahunan.