Kak-rencana Induk Bandara Bontang - Addendum 6 Mei 2010

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kak-rencana Induk Bandara Bontang - Addendum 6 Mei 2010

Citation preview

  • 1

    KERANGKA ACUAN KERJA

    (TERM OF REFERENCE)

    UNTUK PEKERJAAN:

    PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA

    KOTA BONTANG

    TAHUN ANGGARAN 2010

  • 2

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI 2

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG STUDI/PEKERJAAN 3 1.2 GAMBARAN UMUM LOKASI 4

    BAB II LINGKUP PEKERJAAN

    2.1 MAKSUD DAN TUJUAN STUDI 7

    2.2 LINGKUP PEKERJAAN 8

    BAB III TINJAUAN STUDI KELAYAKAN LOKASI

    3.1 LOKASI PROYEK 12

    3.2 ANALISA PEMILIHAN LOKASI 12

    3.3 KEBUTUHAN FASILITAS BANDARA 13

    3.4 GAMBARAN RENCANA TATA LETAK LOKASI TERPILIH 15

    BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

    4.1 UMUM 16

    4.2 PEKERJAAN PERSIAPAN 16

    4.3 INVENTARISASI DATA DAN INFORMASI TERKAIT 17

    4.4 TELAAH AWAL (DESK STUDY) 18

    4.5 SURVEY PENDAHULUAN (RECONNAISSANCE SURVEY) 19

    4.6 SURVEY LAPANGAN 19

    4.7 ANALISIS PRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN

    UDARA 27

    4.8 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN 28

    4.9 ANALISIS MENDALAM PERENCANAAN

    PEMBANGUNAN BANDAR UDARA 28

    4.10 PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA 32

    4.11 PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN

    MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENETAPAN

    LOKASI BANDAR UDARA KOTA BONTANG 35

    4.12 ASISTENSI DAN PEMBAHASAN 35

    BAB V JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

    5.1 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN 37

    5.2 KEBUTUHAN DAN PERSYARATAN PERSONIL 37

  • 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG STUDI/PEKERJAAN

    Secara administrasi, semula Kota Bontang merupakan kota administratif sebagai

    bagian dari Kabupaten Kutai dan baru menjadi Daerah Otonom berdasarkan Undang-

    Undang No. 47 Tahun 1999. Sebagai daerah otonom yang baru terbentuk, Kota

    Bontang banyak melakukan pembangunan fisik terutama infrastruktur untuk pelayanan

    masyarakat. Pertumbuhan dan pembangunan kota yang dinamis membutuhkan

    penyediaan fasilitas yang layak, memadai, terjangkau dan adil, serta pelayanan kepada

    publik yang semakin baik dan handal. Salah satu prasarana yang sangat perlu dalam

    rangka menunjang aktivitas perekonomian masyarakat dan pertumbuhan kota adalah

    transportasi, karena sektor transportasi merupakan urat nadi distribusi barang dan

    mobilitas manusia.

    Prasarana transportasi menjadi perlu dan penting untuk dikembangkan bagi

    Kota Bontang karena sebagai daerah terbuka dengan keberadaan dua perusahaan besar

    skala nasional yakni PT Badak NGL dan PT Pupuk Kaltim Tbk membutuhkan

    mobilitas manusia dan distribusi barang yang relatif tinggi. Saat ini di kota Bontang

    sudah ada bandara yang merupakan bandara khusus yang terletak dalam kawasan

    industri PT. Badak NGL dan sudah berdekatan dengan kawasan permukiman, sehingga

    keinginan menjadikannya sebagai bandar udara umum tidak dapat diwujudkan karena

    alasan keamanan baik operasional penerbangan maupun operasional industri.

    Adanya peningkatan kebutuhan terhadap pelayanan transportasi udara yang

    memadai seiring dengan meningkatnya intensitas pembangunan di Kota Bontang serta

    mengingat status Kota Bontang sebagai Pusat Kegiatan Nasional, maka diperlukan

    adanya bandar udara umum sebagai pengganti bandar udara khusus yang akan ditutup.

    Pada lampiran V PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

    Nasional perlu dibangun Bandar Udara Pusat Penyebaran Tersier di Kota Bontang.

    Oleh karena itu penataan fasilitas bandar udara merupakan pekerjaan yang

    kompleks dan perlu mempertemukan kepentingan berbagai sektor maka proses

    perencanan fasilitas bandar udara benar benar membutuhkan kajian yang mendalam

    dan keahlian yang kapabel, yang mampu menghasilkan produk perencanaan sesuai

    dengan kriteria kriteria teknis di bidang kebandarudaraan yang berlaku secara

  • 4

    internasional yang dibakukan oleh ICAO (International Civil Aviation Organization)

    dan merujuk kepada standar peraturan perundangan yang berlaku. Berkaitan dengan

    hal tersebut, saat ini telah dilakukan kegiatan penyusunan studi kelayakan bandar

    udara Kota Bontang.

    Mengacu pada UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 201 terkait

    dengan Penetapan Lokasi Bandar Udara, disamping Titik Koordinat Bandar Udara

    juga diperlukan Rencana Induk Bandar Udara. Oleh karena itu, Pemerintah Kota

    Bontang perlu melaksanakan Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara

    Kota Bontang karena merupakan salah satu syarat yang diperlukan dalam rangka

    Proses Penetapan Lokasi Bandar Udara.

    Rencana Induk Bandar Udara adalah pedoman pembangunan dan

    pengembangan bandar udara yang mencakup seluruh kebutuhan dan penggunaan

    tanah serta ruang udara untuk kegiatan penerbangan dan kegiatan penunjang

    penerbangan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, pertahanan keamanan,

    sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya.

    1.2 GAMBARAN UMUM LOKASI

    Kota Bontang yang berada di Propinsi Kalimantan Timur, berjarak 90 Km dari

    Ibukota Propinsi yaitu Kota Samarinda. Secara geografis, Kota Bontang terletak antara

    117o23 Bujur Timur sampai 117 o38 diantara 0o01 Lintang Utara dan 0o12 Lintang

    Utara. Wilayah Kota Bontang didominasi oleh lautan yakni seluas 349,77 km2

    (70,30%), sedangkan wilayah daratannya hanya seluas 147,8 km2 (29,70 %) sehingga

    luas wilayah seluruhnya 497,57 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur

    Sebelah Selatan : Kecamatan Marangkayu, Kabupaten

    Kutai Kartanegara

    Sebelah Barat : Kecamatan Sangatta, Kabupaten Kutai Timur

    Sebelah Timur : Selat Makasar

    Wilayah administratif Kota Bontang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu

    Kecamatan Bontang Utara, Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang

    Barat. Kecamatan Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Guntung,

    Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Api-api, Kelurahan Bontang

    Baru, dan Kelurahan Bontang Kuala. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6

  • 5

    Kelurahan yaitu Kelurahan Satimpo, Kelurahan Tanjung Laut, Kelurahan Berbas

    Pantai, Kelurahan Berebas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Kelurahan

    Bontang Lestari. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan

    Belimbing, Kelurahan Gunung Telihan dan Kelurahan Kanaan.

    Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai

    dan berbukit dan bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian

    antara 1-120 meter dpl dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur

    dan Selatan hingga bagian Barat. Kemiringan lahan Kota Bontang dengan kemiringan

    0-2% (datar) mempunyai luasan 7.211 ha atau 48,79 %. Kemiringan lahan

    bergelombang (3-15%) seluas 4.001 ha atau 27,07%. Proporsi luas lahan dengan

    kemiringan yang curam (16-40%) hampir sama dengan yang bergelombang yaitu

    24,14 % atau 3.568 ha.

    Tabel. 1.1 Luas Kemiringan Lahan (rata-rata) Kota Bontang

    No Kemiringan Luas Ha %

    1 Datar (0-2%) 7.211 48.79 2 Bergelombang (3-15%) 4.001 27.07 3 Curam (16-40%) 3.568 24.14 4 Sangat Curam (> 40%) 0 0.00 Jumlah 14.780 100

    Sumber : RPJP Kota Bontang 2025

  • 6

    Peta Administrasi Wilayah Kota Bontang

  • 7

    BAB II

    LINGKUP PEKERJAAN

    2.1 MAKSUD DAN TUJUAN

    Pendekatan dalam pekerjaan penyusunan ini adalah perencanaan tata guna lahan

    dan perencanaan tata letak fasilitas bandar udara yang mencakup analisis kuantitatif

    dan kualitatif dengan mempertimbangkan faktor teknis, faktor operasional

    termasuk pemanfaatan bandar udara secara optimal, analisis ekonomi dan finansial

    termasuk kebijakan pengembangan nasional/daerah, kebijakan pengembangan

    transportasi nasional, pertahanan dan keamanan, serta aspek kelestarian

    lingkungan.

    Maksud pekerjaan penyusunan Rencana Induk Bandar Udara adalah sebagai

    pedoman yang diperlukan bagi pembangunan dan pengembangan Bandar Udara,

    mencakup analisis kapasitas, kebutuhan dan pemanfaatan lahan, kebutuhan fasilitas

    bandar udara, tata letak fasilitas bandar udara, tahapan pelaksanaan pembangunan,

    daerah lingkungan kerja, daerah lingkungan kepentingan, kawasan keselamatan

    operasi penerbangan, batas kawasan kebisingan serta analisis finansial sampai

    dengan tahun rencana (Target Year).

    Tujuan studi ini adalah mewujudkan suatu bandar udara yang ideal dengan fasilitas

    sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan, sehingga akan dapat dicapai

    pelayanan bandar udara yang cepat, aman dan nyaman, efektif, efisien dan optimal

    baik terhadap keselamatan operasi penerbangan, penumpang maupun pengguna

    jasa bandar udara lainnya.

    Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan:

    a. Analisis tentang kelayakan sampai seberapa jauh (target year) bandar udara

    dapat dimanfaatkan/dikembangkan guna melayani pertumbuhan permintaan

    kebutuhan jasa pelayanan bandar udara saat ini dan masa yang akan datang.

    b. Analisis potensi yang ada dan dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten/Kota

    serta wilayah hinterland-nya yang secara langsung dan tidak langsung akan

    menjadi modal pengembangan jasa transportasi udara.

  • 8

    c. Rencana tata guna tanah dan rencana tata letak fasilitas bandar udara dalam

    kaitannya dengan pemanfaatan bandar udara secara optimal.

    d. Analisis mengenai pemanfaatan daerah di sekitar bandar udara bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan sesuai persyaratan keselamatan operasi penerbangan dan

    kelestarian lingkungan.

    e. Rencana skala prioritas dan tahapan pengembangan/pembangunan (planning

    horizon) fasilitas bandar udara secara optimal.

    2.2 LINGKUP PEKERJAAN

    Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Inventarisasi data dan informasi terkait, meliputi:

    1. Kebijakan/strategi pengembangan wilayah dalam lingkup nasional

    2. Data topografi, fisiografi dan meteorologi

    3. Data potensi daerah

    4. Data finansial dan pendapatan daerah

    5. Data lalu lintas angkutan udara pada beberapa bandar udara terdekat

    6. Data tatanan ruang udara dan fasilitas penerbangan

    7. Data utilitas (kapasitas dan jaringan)

    8. Rencana pengembangan wilayah (RTRW, RDTR, RTBL atau lainnya)

    9. Data hasil penyelidikan tanah (soil investigation)

    10. Data kondisi/kualitas air tanah dan air permukaan setempat

    11. Data temperatur dan kelembaban udara tiap bulan dalam satu tahun penuh

    dari BMG

    12. Harga satuan barang dan jasa setempat

    13. Dan data-data lainnya yang diperlukan

  • 9

    b. Telaah awal (desk study) terhadap faktorfaktor terkait dengan rencana

    pengembangan bandar udara.

    c. Survey Pendahuluan.

    d. Survey Lapangan, pengukuran topografi dan penyelidikan tanah pada lokasi

    rencana pembangunan bandar udara, meliputi:

    1. Identifikasi dan pemetaan topografi

    2. Penyelidikan tanah

    3. Permintaan jasa angkutan udara

    4. Identifikasi dampak lingkungan hidup

    e. Analisis data dan informasi berdasarkan hasil inventarisasi data dan survey

    lapangan, mencakup hal-hal sebagai berikut:

    1. Analisis permintaan jasa angkutan udara

    2. Analisis kapasitas dan kebutuhan fasilitas bandar udara

    3. Analisis perencanaan tata letak fasilitas bandar udara

    4. Analisis ekonomi dan finansial

    5. Analisis kebutuhan biaya dan tahapan pembangunan

    f. Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara.

    g. Sistem Pelaporan

    1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)

    Laporan Pendahuluan sekurang-kurangnya berisi pemahaman konsultan

    terhadap lingkup pekerjaan, konsep pendekatan dan metodologi studi,

    program kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, termasuk daftar kebutuhan

    data dan rencana survey lapangan berikut formulir-formulir survey lapangan

    yang diperlukan. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh)

    eksemplar.

    2. Laporan Antara (Interim Report)

    Laporan Antara berisi antara lain: telaah awal wilayah perencanaan, kondisi

    fisik wilayah, kecenderungan perkembangan ekonomi, rencana

  • 10

    pengembangan wilayah, hasil peninjauan lapangan, analisis awal prakiraan

    permintaan jasa angkutan udara, dan indikasi kebutuhan fasilitas bandar

    udara. Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

    3. Laporan Hasil Pengukuran Topografi

    Laporan Hasil Pengukuran Topografi berisi antara lain; tata cara dan

    rekaman pelaksanaan pengukuran topografi, data hasil pengukuran,

    deskripsi BM, dan gambar situasi hasil pengukuran. Laporan Hasil

    Pengukuran Topografi dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar.

    4. Laporan Penyelidikan Tanah

    Laporan Penyelidikan Tanah berisi antara lain; tata cara dan rekaman

    pelaksanaan penyelidikan tanah, data hasil penyelidikan lapangan, data dan

    analisis laboratorium, serta kesimpulan dan rekomendasi. Laporan Hasil

    Penyelidikan Tanah dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar.

    5. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report)

    Konsep Laporan Akhir berisi antara lain: kajian rinci kondisi fisik wilayah

    perencanaan, kondisi ekonomi dan proyeksi perkembangan ekonomi,

    rencana tata ruang wilayah, kajian prakiraan permintaan jasa angkutan

    udara, dan analisis kebutuhan fasilitas bandar udara, konsep rencana

    pendahuluan, serta kajian kelayakan seluruh aspek yang harus ditinjau.

    Konsep Laporan Akhir dibuat sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

    6. Laporan Akhir (Final Report)

    Laporan Akhir merupakan perbaikan dari Konsep Laporan Akhir yang telah

    dibahas oleh Kelompok Pendamping pelaksana studi. Laporan Akhir dibuat

    sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar ditambah dengan softcopy dalam bentuk

    10 (sepuluh) buah CD.

    7. Laporan Ringkas (Executive Summary)

    Laporan Ringkas merupakan laporan secara ringkas dari Laporan Akhir

    hasil studi yang dilengkapi dengan lampiran tabel dan gambar berwarna

    (kertas ukuran A3). Laporan Ringkas dibuat sebanyak 10 (sepuluh)

    eksemplar.

  • 11

    8. Album Gambar Rencana Induk

    Album Gambar/Peta Rencana Induk, ukuran A3 sebanyak 3 (tiga)

    eksemplar, ukuran A0 sebanyak 2 (dua) eksemplar ditambah dengan

    softcopy dalam bentuk 10 (sepuluh) buah CD.

    9. Bahan Paparan (Ekspose)

    Bahan Paparan (Ekspose) disediakan setiap kali dilaksanakan Presentasi

    dengan jumlah sesuai keperluan.

    h. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Penetapan

    Lokasi Bandar Udara Kota Bontang

    Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan dibuat sebanyak 10 (sepuluh)

    eksemplar.

    i. Asistensi dan Pembahasan

    Asistensi dan pembahasan dilakukan agar studi ini dapat mencapai hasil yang

    diharapkan dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Asistensi

    dan pembahasan tersebut dilakukan di Direktorat Bandar Udara Ditjen

    Perhubungan Udara Departemen Perhubungan.

  • 12

    BAB III

    TINJAUAN STUDI KELAYAKAN LOKASI

    3.1 LOKASI PROYEK

    Lokasi proyek yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai lokasi Bandar Udara di

    Kota Bontang adalah lokasi di Nyerakat Kiri sesuai dengan hasil Studi Kelayakan

    Bandar Udara Kota Bontang.

    3.2 ANALISA PEMILIHAN LOKASI

    Pemilihan lokasi bandar udara dilakukan dengan 2 (dua) tahap, yaitu studi awal

    pemilihan rencana lokasi yang dilakukan berdasarkan data sekunder (peta

    administrasi, tata guna lahan dll) dan dilakukannya survey lapangan untuk

    meninjau lokasi yang akan dijadikan bandar udara.

    Untuk tahap ini dilakukannya berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan

    dengan memberikan penilaian pada masing-masing kriteria sehingga hasil akhir

    dari setiap alternatif rencana lokasi yang paling memenuhi syarat baik secara teknis

    dan policy Pemda dapat ditetapkan.

    Dalam menetapkan atau merencanakan pembangunan suatu bandar udara, perlu

    dikaji berbagai aspek menyangkut aspek ketentuan persyaratan kebandarudaraan

    dalam menentukan alternatif lokasi bandar udara.

    Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria dasar sebagai berikut:

    a. Kemudahan pencapaian ke dan dari bandar udara

    b. Kesesuaian arah landasan dengan arah angin

    c. Ketersediaan ruang udara

    d. Ketersediaan lahan

    e. Kemudahan pembangunan

    f. Kemudahan pengembangan

    g. Kesesuaian dengan rencana tata ruang daerah

  • 13

    h. Pengaruh terhadap lingkungan

    i. Kemudahan utilitas

    Alternatif lokasi dipilih berdasarkan parameter-parameter penting yang perlu

    diperhatikan. Kemudian dilakukan evaluasi dengan cara memberikan bobot serta

    penilaian tingkat kesesuaian dari masing-masing alternatif lokasi terhadap

    parameter-parameter yang ditetapkan.

    3.3 KEBUTUHAN FASILITAS BANDARA

    Bandar udara sebagai simpul jaringan transportasi udara tempat berlangsungnya

    perpindahan antar maupun inter moda transportasi dalam kegiatan operasinya

    terjadi berbagai interaksi antar komponen terutama bandara, operator penerbangan

    dan pengguna jasa.

    Interaksi ketiga komponen tersebut membentuk berbagai sub sistem bandara yang

    masing-masing mempunyai karakteristik dan mempunyai peran masing-masing

    dalam membentuk sistem bandara.

    Dengan bertambahnya waktu, maka intensitas aktivitas suatu kegiatan akan

    cenderung berubah ketingkat yang lebih tinggi. Hal ini berlaku juga untuk kegiatan

    di suatu bandar udara.

    Dari hasil pengumpulan data (angkutan penumpang dan kargo) serta analisa

    peramalan untuk Bandar Udara Baru (Bandara Umum) di Kota Bontang dapat

    diketahui bahwa permintaan akan jasa pelayanan lalu lintas udara dari tahun ke

    tahun semakin meningkat, mengingat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

    timbulnya aktivitas lalu lintas penerbangan juga cenderung meningkat. Dengan

    semakin meningkatnya permintaan akan kebutuhan penerbangan berdasarkan hasil

    peramalan lalu lintas angkutan udara diketahui jumlah dan jenis pesawat yang

    dioperasikan pada jam sibuk, berdasarkan jumlah penumpang yang datang dan

    pergi serta frekuensi penerbangan maka dapat dianalisis kebutuhan fasilitas bandara

    yang diperlukan.

    Dengan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan lalu lintas udara, maka akan

    timbul permasalahan-permasalahan antara lain:

  • 14

    1. Daya tampung bandar udara terhadap pelayanan angkutan penumpang,

    barang dan pos

    2. Keadaan jenuh pada bandar udara yang bersangkutan

    3. Waktu pelaksanaan guna pelaksanaan pengembangan

    4. Kebutuhan fasilitas bandar udara yang mendesak guna mengantisipasi

    permintaan.

    Analisa kapasitas pengembangan suatu bandar udara pada dasarnya bertujuan untuk

    mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana fasilitas bandar udara harus

    ditingkatkan sesuai dengan prospek perkembangan angkutan lalu lintas udara

    sampai tahun rencana.

    Dalam menetapkan atau merencanakan pembangunan suatu bandar udara, perlu

    dikaji berbagai kemungkinan (alternatif) yang ada. Berdasarkan pada kajian faktor-

    faktor yang harus di pertimbangkan dalam perencana, dapat dipilih alternatif yang

    terbaik.

    Faktor-faktor yang akan mempengaruhi perencanaan antara lain sebagai berikut:

    a. Kondisi dan prasarana bandar udara yang akan dibangun

    b. Kondisi topografi dan kondisi fisik lahan pada daerah yang mungkin akan

    terkena pembangunan bandar udara, termasuk prasarana yang diperlukan

    sebagai penunjang.

    c. Gambaran umum peruntukan lahan di daerah sekitar bandar udara.

    d. Gambaran umum dampak lingkungan yang mungkin terjadi sebagai akibat

    pembangunan bandar udara, serta kemungkinan adanya kemudahan dalam

    penyesuaian rencana tata guna tanah di sekitar area pembangunan bandar

    udara.

    e. Kondisi operasi, keselamatan penerbangan dan ruang udara pada lokasi

    bandar udara dimaksud.

    f. Peruntukan lahan atau tata guna pada lahan di daerah pembangunan bandar

    udara.

  • 15

    Ditinjau dari pembagian wilayah operasi maka sistem bandara dapat

    dikelompokkan dalam 3 komponen besar yaitu Sisi Udara (Airside), Sisi Darat

    (landside) dan lingkungan sekitar bandara.

    Tabel 1. Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat

    Ultimit

    No FASILITAS 2035

    Keterangan

    Fasilitas Umum 1 Terminal Penumpang 15.263 948 Pnp jam sibuk 2 Lahan Parkir 3.224

    Jumlah 18.487 7 Area komersial 40% 7.395

    Fasilitas Teknis 8 Kantor Administrasi Bandara 54 9 Kantor operasi 130

    10 Power House/Genset 48 11 Bangunan PKPPK 150 Kategori 4 12 Water Supply 175 lahan 13 GSE Parking Building 147 14 Taman Meteo 1.260 Ruang terbuka 15 Bangunan Maintenance &

    Bengkel 430

    16 Area Pembakaran Sampah 560 lahan 17 Kantor Keamanan 46 Jumlah 3.000

    Fasilitas Penunjang 19 Rumah Dinas Karyawan 600 3 unit Total Luas lahan 29.482 (m2)

    Sumber : Penyusunan Studi Kelayakan Bandar Udara Kota Bontang, PT. Tridaya Pamurtya, 2009

    3.4 GAMBARAN RENCANA TATA LETAK LOKASI TERPILIH

    Rencana Tata Letak (Site Plan) Bandar Udara adalah penjabaran lanjut dan terinci

    rencana induk bandar udara (airport master plan). Rencana tata letak bandar udara

    berisikan rencana peruntukan lahan bandar udara, rencana tata massa, dalam hal ini

    adalah komponen-komponen bandar udara yang berupa bangunan dan

    membutuhkan lahan untuk pembangunannya, serta rencana pentahapan

    pembangunan bandar udara.

  • 16

    Rencana peruntukan lahan dan tata massa disusun berdasarkan persyaratan tertentu

    untuk menjamin keselamatan operasi penerbangan di bandar udara dan untuk

    menjamin efisiensi hubungan antar komponen yang mempunyai saling

    ketergantungan yang erat.

  • 17

    BAB IV

    PELAKSANAAN PEKERJAAN

    4.1 UMUM

    Perencanaan suatu bandar udara merupakan suatu pekerjaan yang bersifat kompleks

    dan terintegrasi dengan berbagai bidang pekerjaan, disiplin ilmu dan tingkat

    keahlian yang benar-benar terkualifikasi dikarenakan keterkaitannya dengan

    pedoman, standar dan aturan teknis yang diberlakukan secara internasional dan

    terkait dengan keterpaduan intra dan antar moda transportasi dalam cakupan

    wilayah yang akan dilayani. Oleh karenanya di dalam perencanaan suatu bandar

    udara diperlukan pendekatan dan metodologi dengan mempertimbangkan berbagai

    aspek, meliputi strategi pengembangan wilayah, teknis, ekonomis, keselamatan

    operasi penerbangan, lingkungan serta pertahanan dan keamanan agar investasi

    yang ditanamkan dapat berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif)

    mengingat pembangunan dan atau pengembangan bandar udara merupakan

    pekerjaan yang padat modal dan berteknologi tinggi.

    4.2 PEKERJAAN PERSIAPAN

    Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Konsultan harus mempelajari secara

    seksama Kerangka Acuan Kerja sebagai pedoman pekerjaan, dan selanjutnya

    menyusun Rencana Kerja yang mencakup:

    a. Penjabaran maksud dan tujuan pekerjaan secara lebih detail.

    b. Penyusunan keterangan secara rinci mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.

    c. Pembuatan program kerja, meliputi: urutan kegiatan, jadwal pelaksanaan

    pekerjaan, organisasi pelaksana pekerjaan, penyediaan tenaga ahli, penyediaan

    perlengkapan/peralatan kerja.

    d. Studi literatur/kepustakaan.

    e. Penyusunan daftar kebutuhan data, rencana survey lapangan, dan formulir-

    formulir yang diperlukan.

  • 18

    4.3 INVENTARISASI DATA DAN INFORMASI TERKAIT

    Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi

    kepustakaan/literatur (data sekunder) dan melalui survey lapangan (data primer)

    berdasarkan hasil koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat di lokasi

    pekerjaan, meliputi:

    a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah yang berkaitan dengan program

    pemerintah dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional

    (SISTRANAS), Tatrawil dan Tatralok, dimaksudkan untuk mendapatkan suatu

    tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman dalam lingkup

    wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota yang mencakup transportasi jalan

    raya, transportasi jalan rel dan transportasi udara yang masing-masingnya

    terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi membentuk suatu

    sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan

    harmonis, guna menunjang serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

    b. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:

    1) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota

    2) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Bandar Udara (jika telah ada)

    3) Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika telah

    ada)

    4) Jaringan utilitas dan rencana pengembangannya (jika telah ada).

    c. Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:

    1) Kependudukan

    2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    3) Profil Potensi Investasi di Daerah

    4) Potensi Pariwisata

    5) Kondisi Sosial Ekonomi lingkungan masyarakat setempat

    6) Potensi/Sumber Bahan Bangunan berikut harga bahan/upah.

  • 19

    d. Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi

    1) Peta topografi skala 1:25.000 atau 1:50.000 pada lokasi dan kawasan di

    sekitar rencana pembangunan bandar udara.

    2) Peta geologi dan kondisi tanah pada kawasan rencana pembangunan bandar

    udara.

    3) Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pengembangan bandar udara.

    4) Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana

    pembangunan badar udara.

    5) Data status dan harga tanah untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi

    rencana pembangunan bandar udara.

    6) Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan

    kecepatan angin, curah hujan).

    e. Dokumen/hasil studi studi terkait

    1) Hasil studi atau perencanaan pengembangan bandar udara yang terkait.

    2) Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu

    di kawasan bandara.

    3) Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana

    pembangunan bandar udara.

    4.4 TELAAH AWAL (DESK STUDY)

    Konsultan harus melakukan telaah awal sebelum peninjauan lapangan dan hasil

    telaah awal tersebut harus dilengkapi kembali setelah peninjauan lapangan. Dalam

    telaah awal ini harus telah diperoleh gambaran umum wilayah perencanaan

    sehingga dalam pelaksanaan peninjauan lapangan telah terdapat gambaran umum

    rencana pembangunan bandar udara dan tatanan bandar udara di wilayah terkait.

    Dalam hal ini, Konsultan juga harus melakukan telaah awal beberapa aspek teknis

    yang paling mendasar, yaitu: topografi lokasi/kawasan, cuaca, arah dan kecepatan

    angin, dan kawasan keselamatan operasi penerbangan.

  • 20

    4.5 SURVEY PENDAHULUAN (RECONNAISSANCE SURVEY)

    Konsultan harus melaksanakan peninjauan/survey pendahuluan guna melakukan

    observasi dan penggalian data secara lebih mendalam terhadap wilayah peren-

    canaan, khususnya lokasi rencana pembangunan bandar udara.

    Dalam survey pendahuluan ini harus meliputi kegiatan sebagai berikut:

    a. Wawancara/diskusi mendalam dengan berbagai pihak terkait.

    b. Survey permintaan dan potensi pengembangan jasa angkutan udara.

    c. Pengamatan aspek teknis lokasi rencana pembangunan bandar udara (topografi,

    ketersediaan lahan, kondisi cuaca, arah dan kecepatan angin, ketersediaan

    bahan konstruksi, dan lain-lain).

    d. Pengamatan aspek operasional bandar udara (kawasan keselamatan operasi

    penerbangan, ruang udara dan jalur penerbangan, kebutuhan peralatan navigasi

    dan pendaratan, dan lain-lain).

    e. Pengamatan aspek kelestarian lingkungan.

    f. Pengamatan aspek pembiayaan pembangunan (lahan, bahan baku konstruksi,

    pelaksanaan konstruksi, tenaga kerja, dan lain-lain).

    g. Pengumpulan data sekunder yang belum didapatkan pada tahap inventarisasi

    data pada awal kegiatan.

    4.6 SURVEY LAPANGAN

    Setelah dilakukan telaah awal dan survey pendahuluan (reconnaisance survey),

    selanjutnya Konsultan harus melakukan Survey Lapangan, yang terdiri dari dua

    kegiatan utama, yaitu: Survey/Pengukuran Topografi dan Survey Penyelidikan

    Tanah.

    a. Survey/Pengukuran Topografi

    Pekerjaan/Pengukuran Topografi dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana

    pengembangan bandar udara dan bertujuan untuk mendapatkan peta situasi

  • 21

    pada lokasi rencana pembangunan bandar udara. Lingkup pengukuran topografi

    meliputi:

    1) Pemasangan Patok Tetap/Bench Mark (BM)

    Pemasangan Bench Mark (BM) harus ditentukan terlebih dahulu di atas peta

    dasar dan diletakkan pada lokasi yang aman dan mudah dicari sekurang-

    kurangnya 10 (sepuluh) buah.

    Ukuran Bench Mark (1 x 0,2 x 0,2) m3 dibuat dengan campuran beton

    bertulang dan dipasang baut kuningan ditengahnya serta diberi nomor/kode

    pengenal yang terbuat dari marmer dengan kedalaman penanaman + 0,75 m.

    2) Pengukuran Koordinat (Kerangka Dasar Horizontal/Poligon)

    Pengukuran koordinat titik Bench Mark (BM) dilakukan dengan

    menggunakan peralatan Global Possitioning System (GPS) Geodetik yang

    diikatkan pada titik-titik kerangka dasar horizontal nasional terdekat atau

    Bench Mark (BM) eksisting yang telah ditetapkan oleh Bakosurtanal, BPN

    atau instansi lain yang dapat dipertanggungjawabkan akurasi datanya.

    Pengukuran poligon terdiri dari:

    a. Poligon Utama

    Jalur poligon utama membentuk jaringan loop yang tertutup, melalui

    kedua ujung titik as landasan atau Bench Mark yang sudah ada.

    1. Pengukuran Sudut

    - Theodolit yang digunakan adalah Wild T-2 atau sejenisnya

    - Pengukuran menggunakan metode Fixed Tripod System yaitu

    dengan menggunakan 4 (empat) buah statip tetap dan 3 (tiga)

    buah kiap/tribach. Selama pengamatan berlangsung, statip

    tersebut harus tetap berada di satu titik, hanya target dan

    theodolit saja yang pindah.

    - Pengecekan alat ukur (theodolit), apabila salah kolimasi

    lingkaran horizontal lebih besar dari 30 atau salah indeks lebih

    besar dari 1, maka alat harus dilakukan kalibrasi.

  • 22

    - Sebagai titik bantu akan dipasang patok kayu ukuran (0,5 x 0,5 x

    0,5) m3, ditengahnya dipasang paku payung sebagai titik

    sentring, dicat merah dan diberi nomor/kode pengenal, bagian

    patok kayu ditanam sedalam 35 cm.

    - Pembacaan dilakukan double seri dengan ketelitian 1

    - Salah penutup yang diijinkan 10n, dimana n = jumlah titik

    - Pengamatan sudut vertikal dilakukan 2 seri pada setiap ujung

    poligon untuk reduksi jarak datar.

    2. Pengukuran Jarak

    - Alat yang digunakan adalah EDM atau Total Station yang telah

    dicek (kalibrasi) terhadap jarak basis yang telah diketahui

    jaraknya.

    - Setiap pengamatan jarak paling sedikit 3 kali pembacaan dan

    kemudian diratakan.

    - Temperatur dan tekanan udara dicatat untuk hitungan koreksi

    refraksi.

    - Ketelitian alat ukur jarak yang digunakan + (5 mm + 5 mm/km)

    3. Pengamatan Azimuth/Matahari

    Pengamatan azimuth dilakukan dengan menggunakan Global

    Possitioning System (GPS) geodetik yang diikatkan pada titik-titik

    kerangka dasar horizontal nasional terdekat atau Bench Mark (BM)

    eksisting yang telah ditetapkan oleh Bakosurtanal, BPN atau instansi

    lain yang dapat dipertanggungjawabkan akurasi datanya melalui

    pengamatan sekurang-kurangnya 2 jam.

    b. Poligon Sekunder

    1. Pengukuran Sudut

    - Jalur pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama

    - Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan ketelitian sudut 2

    (menit)

  • 23

    - Alat theodolit yang digunakan adalah Wild T-0 atau sejenisnya

    - Salah penutup sudut maksimum 2n, dimana n = jumlah titik

    poligon

    2. Pengukuran Jarak

    - Jarak setiap sisi poligon diukur dengan pita ukur minimal 2 kali

    pembacaan dan hasilnya diratakan

    - Salah penutup jarak linier maksimum 1 : 5.000

    3) Pengukuran Elevasi (Kerangka Dasar Vertikal/Split Dasar)

    a. Pengukuran Sipat Dasar Utama

    Titik referensi tinggi ditentukan terhadap Titik Tinggi Nasional (TTG)

    atau titik-titik lain yang ketinggiannya dalam sistem nasional/MSL

    (mean sea level).

    Jalur pengukuran sipat dasar primer akan mengikuti jalur pengukuran

    poligon primer kecuali bila ditemui daerah yang terjal atau gunung,

    sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran waterpass, maka

    akan menggunakan cara trigonometris.

    Adapun spesifikasi teknis pengukurannya, yaitu:

    - Alat sipat datar yang digunakan adalah Automatic Level Arde 2

    seperti : Wild NAK-2, Zeiss-Ni

    - Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon utama

    - Pembacaan dilakukan terhadap 3 (tiga) benang (atas, tengah, bawah)

    - Minimal 2 kali dalam setiap minggu alat harus dicek kesalahan garis

    bidik (kolimasi)

    - Jumlah slog perseksi harus genap

    - Pada waktu pembidikan akan diusahakan agar jarak belakang (DB)

    sama dengan jarak muka (DM) apabila db dm hasil hitungan

    beda tinggi perlu dikorelasi terhadap faktor koreksi garis bidik.

    - Jarak pembacaan dari alat waterpass ke rambu maksimum 50 meter.

  • 24

    - Pengukuran perseksi dilakukan pergi dan pulang

    - Rambu harus diberi alas atau straatpot, kecuali pada patok kayu atau

    BM.

    - Dalam pengukuran sipat datar, rambu-rambu harus digunakan secara

    selang-seling sehingga rambu yang diamati pada titik awal akan

    menjadi rambu titik akhir pada setiap seksi.

    - Tinggi patok kayu dan BM dari permukaan tanah harus diukur.

    - Kesalahan penutup maksimum 8D mm, dimana D adalah jarak

    dalam km.

    b. Pengukuran Sipat Datar Cabang (Sekunder)

    Jalur pengukuran sipat datar cabang akan mengikuti jalur pengukuran

    poligon cabang. Adapun spesifikasi teknis pengukurannya sebagai

    berikut:

    - Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon cabang (sekunder) dan

    menggunakan alat ukur Automatic Orde (WILD NAK-1, Sokkisa C-

    3A).

    - Pengukuran perseksi dilakukan untuk arah pergi saja dan dilakukan

    dengan double stand dengan pembacaan rambu lengkap (BT, BA,

    BB).

    - Toleransi salah penutup beda tinggi (T)

    T = (15D) mm

    D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan

    kilometer

    - Ketentuan lain sama seperti pada sipat datar utama.

    4) Pengukuran Situasi dan Obstacle

    Pengukuran situasi merupakan pengukuran semua detail situasi bandar

    udara eksisting yang dilakukan dengan Metode Stadia sedangkan

    pengukuran objek obstacle merupakan pengukuran posisi horizontal

    obstacle yang dilakukan dengan metode mengikat kemuka dan pengukuran

  • 25

    tinggi obstacle yang dilakukan dengan metode trogonometri dengan

    menggunakan peralatan Electronic Total Station (ETS).

    Basis pengukuran situasi dan objek obstacle diusahakan menggunakan titik-

    titik poligon utama (titik-titik BM) dengan ketelitian pengukuran sudut

    horizontal sama dengan pengukuran sudut horizontal poligon utama.

    Identifikasi obstacle dilakukan pada Kawasan Keselamatan Operasi

    Penerbangan di sekitar bandar udara, yang mencakup:

    a. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan

    b. Kawasan di bawah permukaan transisi

    c. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam

    d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar

    e. Kawasan di bawah permukaan kerucut

    f. Kawasan pendekatan dan lepas landas

    Objek obstacle yang perlu diidentifikasi meliputi benda tumbuh dan benda

    tidak tumbuh, antara lain berupa bangunan/gedung, menara pemancar,

    jembatan, jaringan listrik tegangan tinggi, fasilitas navigasi penerbangan,

    alat bantu pendaratan visual, pepohonan, gunung/bukit, dll.

    5) Staking Out

    Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data koordinat threshold landas

    pacu yang mengacu pada penetapan lokasi dan konsep rencana induk

    bandar udara. Pengukuran koordinat dilakukan menggunakan GPS Geodetik

    yang diikatkan pada titik-titik kerangka dasar horizontal nasional terdekat

    atau Bench Mark (BM) eksisting yang telah ditetapkan oleh Bakosurtanal,

    BPN atau instansi lain yang dapat dipertanggungjawabkan akurasi datanya.

    Dalam pengukuran topografi ini harus dimasukkan pula catatan-catatan penting

    karakteristik wilayah hasil pengamatan lapangan, seperti: lokasi titik-titik atau

    bangunan penting, kegiatan kependudukan dan tata guna tanah sekitarnya, pola

    aliran drainase, dan lain-lain yang diperlukan (spesifikasi teknis survey/

    pengukuran topografi terlampir).

  • 26

    b. Survey Penyelidikan Tanah

    Pekerjaan penyelidikan tanah meliputi pekerjaan lapangan dan pekerjaan uji

    laboratorium.

    Pekerjaan lapangan meliputi:

    1) Tes Pit, yaitu penelitian tanah dengan penggalian lubang untuk mengetahui

    susunan/lapisan dan struktur perkerasan secara visual.

    2) Boring, yaitu pengambilan sampel tanah untuk mengetahui karaketristik

    fisik dan mekanika tanah dan dilakukan pada lokasi Tes Pit.

    3) Sondir, yaitu penelitian tanah untuk mengetahui derajat kekerasan/

    kelembekan struktur tanah.

    4) Pengambilan sampel (contoh tanah) baik secara disturbed pada lokasi

    quarry maupun undisturbed, yang selanjutnya diuji secara laboratorium.

    Undistrubed Sample diambil setiap 2 meter atau pada setiap perubahan

    layer pada lokasi Boring. Hasil karakteristik fisik dan mekanis selanjutnya

    digunakan dalam perencanaan dan perancangan fasilitas bandar udara.

    Pengambilan sampel juga dilakukan pada daerah sumber material (quarry).

    Jenis kegiatan uji laboratorium yang harus dilaksanakan meliputi:

    1) Atterberg limits

    2) Specific gravity and water content

    3) CBR Test

    4) Consolidation Test

    5) Permeability Test

    6) Grain Size Analysis

    7) Compaction Test

    8) Soil Description Test

    c. Penyelidikan Hidrologi dan Klimatologi

    Penyelidikan hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data intensitas curah

    hujan, debit banjir 10 tahun dan sebagainya guna perencanaan drainase dan

  • 27

    desain konstruksi landasan. Data hidrologi harus diambil yang terbaru dan

    aktual dalam kurun waktu yang memadai, termasuk data air tanah permukaan

    apabila dipandang perlu. Penyelidikan klimatologi dimaksudkan untuk

    mendapatkan data-data cuaca/iklim, angin guna menentukan arah landasan

    yang sesuai.

    d. Permintaan Jasa Angkutan Udara

    Pekerjaan survey permintaan jasa angkutan udara dilakukan untuk mendapatkan

    data mengenai kondisi/karakteristik jasa angkutan udara yang diperlukan untuk

    analisis kebutuhan pembangunan/pengembangan fasilitas bandar udara, yang

    meliputi:

    1. Jumlah pergerakan pesawat

    2. Jumlah pergerakan penumpang

    3. Volume pergerakan kargo dan pos

    4. Rute/jaringan dan status penerbangan

    5. Tipe/jenis pesawat yang beroperasi

    e. Identifikasi Dampak Lingkungan Hidup

    Pekerjaan identifikasi dampak lingkungan hidup merupakan identifikasi awal

    kemungkinan timbulnya dampak pada lokasi bandar udara dan sekitarnya

    akibat penyelenggaraan operasi penerbangan, yang meliputi:

    1. Kebisingan akibat pengoperasian pesawat udara

    2. Pencemaran udara dan air akibat pengoperasian bandar udara dan pesawat

    udara

    3. Dampak terhadap flora dan fauna

    4. Dampak terhadap sosial, ekonomi dan budaya

    5. Kesehatan masyarakat

    6. Pengendalian limbah padat dan cair

  • 28

    4.7 ANALISIS PRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN UDARA

    Analisa Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Udara merupakan tahap pengolahan

    data lalu lintas angkutan udara sebagai dasar evaluasi terhadap kapasitas fasilitas

    eksisting dan perencanaan kebutuhan pengembangan fasilitas bandar udara sampai

    dengan tahun target perencanaan, dengan memperhatikan program pemerintah

    dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional dan kebijakan/strategi

    pengembangan wilayah serta potensi ekonomi daerah setempat, yang mencakup:

    a. Analisis Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Udara (Demand Forecast

    Analysis), meliputi:

    1) Prakiraan jumlah pergerakan pesawat tahunan.

    2) Prakiraan jumlah pergerakan penumpang tahunan.

    3) Prakiraan jumlah pergerakan pesawat pada jam sibuk.

    4) Prakiraan jumlah pergerakan penumpang pada jam sibuk.

    5) Prakiraan volume barang dan pos tahunan.

    6) Prakiraan jaringan/route penerbangan masa mendatang.

    7) Prakiraan pengoperasian jenis/type pesawat masa mendatang.

    b. Analisis Asal Tujuan Lalu Lintas Angkutan Udara (Origin Destination

    Analysis)

    c. Analisis Pergantian Antar Moda Angkutan (Modal Split Analysis)

    4.8 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN

    Rencana pengembangan fasilitas bandar udara juga harus mengacu pada kebijakan

    pembangunan, arahan tata ruang dan analisis prakiraan permintaan jasa angkutan

    udara tersebut, dan selanjutnya Konsultan harus menyusun konsep pengembangan

    bandar udara yang diwujudkan dalam target kemampuan layanan bandar udara,

    tahapan pengembangan, dan tahapan pelaksanaan pembangunannya.

    Konsultan juga melakukan analisis kebutuhan jenis fasilitas bandar udara dan

    kebutuhan lahan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Analisis

    kebutuhan jenis fasilitas bandar udara meliputi:

  • 29

    a. Kebutuhan fasilitas sisi udara : landas pacu, taxiway, apron, dan penunjangnya

    termasuk kebutuhan jumlah, dimensi dan sistem operasi/konfigurasinya.

    b. Kebutuhan bangunan dan prasarana sisi darat: terminal penumpang, bangunan

    administrasi, bangunan operasi, dan control tower.

    c. Kebutuhan peralatan komunikasi dan navigasi penerbangan serta alat bantu

    pendaratan visual dengan memperhatikan perkembangan teknologi serta ATC

    Optimalisasi dan program ATM/CNS.

    d. Kebutuhan fasilitas penunjang: fasilitas perawatan pesawat udara, fasilitas

    catering, tempat parkir kendaraan, fasilitas pergudangan.

    e. Kebutuhan utilitas: listrik, telepon, sistem penerangan, sistem drainase, air

    bersih, sewage treatment, fuel supply, dan jaringan jalan.

    f. Kebutuhan peningkatan pengusahaan bandar udara: tempat rekreasi terbuka,

    commercial area, dan lain-lain.

    4.9 ANALISIS MENDALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BANDAR

    UDARA

    Analisis mendalam/terinci perencanaan pembangunan Bandar Udara harus meliputi

    kelima aspek perencanaan pembangunan bandar udara tersebut di atas, yaitu:

    a. Analisis Teknis

    Analisis/kajian teknis ini meliputi antara lain:

    1) Kajian meteorologi dalam pembuatan dan penetapan arah angin dominan

    (windrose) di lokasi rencana pembangunan bandar udara untuk melakukan/

    penetapan arah landas pacu.

    2) Kajian kawasan keselamatan oeprasi penerbangan (KKOP) di sekitar bandar

    udara.

    3) Evaluasi jenis fasilitas bandar udara yang dibutuhkan sampai dengan

    rencana pembangunan tahap akhir (ultimate phase).

    4) Analisis prakiraan kebutuhan lahan sampai dengan rencana pembangunan

    bandar udara tahap akhir.

  • 30

    5) Evaluasi kondisi fisik dan daya dukung lahan di lokasi rencana bandar

    udara.

    6) Ketersediaan utilitas

    7) Evaluasi topografis permukaan lahan rencana lokasi bandar udara

    8) Keterpaduan rencana pengembangan/pembangunan bandar udara dengan

    Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat

    9) Kondisi dan ketersediaan lahan

    10) Potensi genangan air

    11) Kendala pelaksanaan konstruksi

    12) Ketersediaan akses/jalan masuk

    b. Analisis Operasional

    Analisis/kajian operasional meliputi antara lain:

    1) Kajian jenis pesawat udara yang diperkirakan akan beroperasi di bandar

    udara.

    2) Kajian pengaruh cuaca terhadap operasi bandar udara.

    3) Kajian obstacle (bila ada) pada kawasan keselamatan operasi penerbangan

    di sekitar bandar udara

    4) Kajian penggunaan ruang udara dan lalu lintas penerbangan (prosedur

    pendekatan dan lepas landas).

    5) Kajian pengaturan operasi darat di bandar udara.

    6) Kajian dukungan peralatan komunikasi dan navigasi penerbangan.

    c. Analisis Pengusahaan Angkutan Udara

    Analisis/kajian pengusahaan angkutan udara meliputi antara lain:

    1) Kajian prakiraan permintaan jasa angkutan udara di wilayah perencanaan

    (Provinsi/Kabupaten setempat), yaitu: penumpang, kargo, dan pos.

    2) Kajian kemungkinan adanya perusahaan penerbangan yang akan membuka

    jalur penerbangan ke bandar udara tersebut.

  • 31

    3) Kajian jenis pesawat yang akan dioperasikan oleh operator.

    4) Kajian besaran load factor yang mungkin akan dicapai oleh perusahaan

    penerbangan,

    5) Dan sebagainya.

    Prakiraan permintaan jasa angkutan udara (Traffic Forecasting) direncanakan

    untuk kurun waktu 20 tahun ke depan. Dalam penyusunan prakiraan permintaan

    jasa angkutan udara ini harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

    1) Status penerbangan di bandar udara tersebut dalam sistem jaringan

    penerbangan nasional.

    2) Kecenderungan perkembangan ekonomi regional/nasional.

    3) Dampak pelaksanaan otonomi daerah dan globalisasi (AFTA, APEC, dsb).

    4) Kecenderungan perkembangan arus wisatawan nusantara dan manca negara

    di Indonesia.

    5) Asal/tujuan perjalanan penumpang dan barang.

    6) Pergantian antar moda transportasi.

    d. Analisis Ekonomi dan Finansial

    Analisis/kajian ekonomi dan finansial meliputi:

    1) Kajian finansial pada prinsipnya menghitung besaran tingkat pengembalian

    dana yang akan diinvestasikan dalam pembangunan bandar udara, yang

    mencakup parameter:

    a) NPV (Net Present Value)

    b) FIRR (Financial Internal Rate of Return)

    c) PI (Profitability Index) atau BCR (Benefit Cost Ratio)

    d) Periode pencapaian pengembalian investasi (Payback Period).

    2) Kajian ekonomi pada prinsipnya menghitung besaran manfaat ekonomi

    makro yang diperoleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/

    Kota setempat dari pembangunan bandar udara, yang meliputi:

  • 32

    a) Kajian perbandingan kondisi pertumbuhan ekonomi di wilayah

    perencanaan (Pemerintah Daerah setempat), apabila ada dan atau tidak

    ada bandar udara.

    b) Kajian biaya yang akan dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh

    oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat, apabila dibangun

    bandar udara.

    c) Kajian EIRR (Economic Internal Rate of Return) terhadap rencana

    pembangunan bandar udara.

    e. Analisis Kebutuhan Biaya dan Tahapan Pembangunan

    1. Analisis kebutuhan biaya pembangunan merupakan perhitungan biaya

    pembangunan bandar udara yang dibuat secara rinci disesuaikan dengan

    pentahapan pembangunan fasilitas bandar udara yang optimal berdasarkan

    standar satuan harga terakhir pada saat pelaksanaan pekerjaan pembuatan

    rencana induk bandar udara yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

    setempat dan atau satuan harga pasar yang berlaku setelah memperhatikan

    hasil analisa ekonomi dan finansial serta kemampuan pendanaan.

    2. Tahapan pelaksanaan pembangunan merupakan pedoman pembangunan

    fasilitas bandar udara yang berdasarkan skala prioritas serta kemampuan

    pendanaan sesuai hasil analisa kebutuhan biaya.

    4.10 PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA

    Dalam tahap ini Konsultan harus menyusun/mengkaji rencana induk dengan

    mengacu kepada hasil evaluasi dan analisis kapasitas fasilitas bandar udara

    eksisting, hasil kajian perencanaan pendahuluan (preliminary planning) yang telah

    disusun dengan mempertimbangkan kondisi lahan yang ada, tata guna tanah dan

    ruang udara, prosedur operasi penerbangan serta identifikasi dampak lingkungan.

    Penyusunan rencana induk meliputi:

    a. Penyusunan alternatif konsep rencana tata letak fasilitas bandar udara

    berdasarkan kriteria/standardisasi perencanaan bandar udara yang berlaku

    dengan memperhatikan aspek kelancaran, keselamatan, keamanan serta aspek

    lingkungan.

  • 33

    b. Melakukan pengkajian terhadap alternatif rencana tata letak fasilitas bandar

    udara yang telah disusun, guna menentukan alternatif terpilih.

    c. Penyusunan tahapan pembangunan bandar udara sesuai kebutuhan untuk

    masing-masing fasilitas dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis dan

    operasional.

    d. Penyusunan luas kebutuhan tanah untuk setiap tahapan pengembangan/

    pembangunan bandar udara.

    e. Penyusunan koordinat lokasi perletakan masing masing fasilitas bandar udara.

    f. Gambar hasil analisis pendahuluan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

    (KKOP) di sekitar bandar udara.

    g. Gambar analisis pendahuluan BatasBatas Kawasan Kebisingan di sekitar

    bandar udara.

    h. Konsep awal Rencana Tata Guna Tanah di sekitar bandar udara.

    Dalam penyusunan rencana induk ini Konsultan harus menyusun tata letak, konsep

    tahapan pembangunan serta rancangan dasar (preliminary design) masing-masing

    fasilitas bandar udara. Penyusunan Rencana Induk fasilitas tersebut setidaknya

    harus meliputi:

    a. Fasilitas Sisi Udara

    1) Landas pacu

    2) Taxiway

    3) Apron

    4) Service/Inspection/Perimeter road

    5) Sistem drainase

    6) Pagar

    b. Fasilitas Sisi Darat

    1) Zona Fasilitas Teknis

    a) Bangunan administrasi

    b) Bangunan operasi

  • 34

    c) Bangunan PK-PPK dan fasilitasnya

    d) Control tower

    e) Bangunan GSE

    f) Bengkel Mekanikal & Elektrikal

    g) Bangunan Umum

    h) Bangunan Peralatan Perawatan Bandar Udara

    i) Kantin Pegawai

    j) Bangunan Pelayanan Kesehatan

    k) Bangunan Pengelolaan air

    l) Bangunan Meteorologi dan observasi cuaca

    m) Bangunan Stasiun Penerima

    n) Bangunan Pengelolaan Limbah

    o) Bangunan Peralatan dan Pelayanan Apron

    2) Zona Fasilitas Pelayanan Masyarakat (Publik)

    a) Terminal penumpang

    b) Terminal VIP

    c) Parkir Kendaraan Umum, Taxi dan Bis

    d) Kantin/Restoran

    e) Jalan jalan masuk dan jalan lingkungan

    3) Zona Fasilitas Penunjang

    a) Hanggar

    b) Bangunan Terminal Kargo

    c) Bangunan DPPU

    d) Bangunan Jasa Boga

    e) Jalan lingkungan dan jalan akses

    f) Bangunan peribadatan

  • 35

    g) Perumahan karyawan operasional

    c. Fasilitas Komunikasi dan Navigasi Penerbangan

    1) Approach light

    2) Glide Path

    3) DVOR/DME

    4) PAPI

    5) Radar

    6) Localizer

    Jenis fasilitas dan tata letak akan dirancang sesuai dengan kebutuhan dan

    memperhatikan perkembangan teknologi serta ATC Optimalisasi dan

    program ATM/CNS.

    d. Fasilitas Utilitas

    1) Sistem catu daya dan distribusi listrik

    2) Sistem telepon

    3) Sistem penerangan

    4) Air bersih

    5) Sewage treatment

    6) Fuel supply

    e. Zona Fasilitas Komersial:

    1) Tempat rekreasi terbuka

    2) Perkantoran dan perdagangan

    3) Pergudangan

    4) dan lain-lain.

  • 36

    4.11 PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

    TENTANG PENETAPAN LOKASI BANDAR UDARA KOTA BONTANG

    Dalam tahap ini, Konsultan harus menyusun Rancangan Peraturan Menteri

    Perhubungan tentang penetapan lokasi bandar udara Kota Bontang yang digunakan

    oleh pemrakarsa sebagai dokumen dasar dalam penetapan lokasi dan pentahapan

    pembangunan Bandar Udara (Bandara Umum) di Kota Bontang.

    4.12 ASISTENSI DAN PEMBAHASAN

    Agar studi ini dapat mencapai hasil yang diharapkan dan sesuai dengan peraturan

    perundangan yang berlaku, maka dalam pelaksanaan studi ini harus dilakukan

    pembahasan dan asistensi di Direktorat Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara

    Departemen Perhubungan. Dalam hal ini Pemberi Pekerjaan akan menetapkan Tim

    Pendamping yang akan memberikan arahan dan pendampingan kepada Konsultan

    dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk saat pembahasan dan asistensi.

    Tim Pendamping terdiri dari unsur Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan

    kewenangannya masing-masing menurut peraturan perundangan yang berlaku.

    Output dari kegiatan asistensi dan pembahasan tersebut dituangkan dalam bentuk

    Cek List yang ditanda tangani oleh Pejabat terkait di lingkungan Direktorat Bandar

    Udara.

  • 37

    BAB V

    JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

    5.1 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Pekerjaan Survei dan Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara Kota

    Bontang ini dilaksanakan paling lama dalam waktu 5 (lima) bulan.

    5.2 KEBUTUHAN DAN PERSYARATAN PERSONIL

    Persyaratan tenaga jasa konsultansi yang diusulkan harus mengacu kepada

    persyaratan nasional yang ditentukan oleh Bappenas. Adapun kebutuhan tenaga

    untuk layanan jasa konsultansi dengan kualifikasi keahlian dan pengalaman

    profesional dalam bidangnya masing-masing adalah sebagai berikut :

    a. Tenaga Ahli

    Tenaga Ahli yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan meliputi tenaga

    profesional lulusan Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta yang

    telah mendapat akreditasi, yang meliputi berbagai disiplin ilmu sebagai berikut

    :

    1) Ahli Perencana Bandar Udara (sebagai Team Leader); kualifikasi minimal

    Ahli Utama dengan latar belakang pendidikan minimal S1 Teknik

    Sipil/Teknik Arsitektur dan pengalaman minimal 12 tahun.

    2) Ahli Ekonomi Transportasi; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan

    latar belakang pendidikan minimal S1 Ekonomi/Teknik Sipil (Transportasi)

    dan pengalaman minimal 8 tahun.

    3) Ahli Teknik Planologi; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar

    belakang pendidikan minimal S1 Teknik Planologi dan pengalaman minimal

    8 tahun.

    4) Ahli Teknik Sipil; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar

    belakang pendidikan minimal S1 Teknik Sipil dan pengalaman minimal 8

    tahun

  • 38

    5) Ahli Teknik Arsitektur; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar

    belakang pendidikan minimal S1 Teknik Arsitektur dan pengalaman minimal

    8 tahun.

    6) Ahli Perencanaan Prosedur/Operasi Penerbangan; kualifikasi minimal Ahli

    Madya/Ahli dengan latar belakang pendidikan minimal S1 Teknik

    Sipil/Teknik Penerbangan dengan pengalaman minimal 8 tahun.

    7) Ahli Geodesi; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar belakang

    pendidikan minimal S1 Teknik Geodesi dan pengalaman minimal 8 tahun.

    8) Ahli Geologi/Mekanika Tanah; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan

    latar belakang pendidikan minimal S1 Teknik Geologi/Teknik Sipil

    Mekanika Tanah dan pengalaman minimal 8 tahun.

    9) Ahli Meteorologi/Klimatologi; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan

    latar belakang pendidikan minimal S1 Geofisika/Fisika/Geografi Fisik dan

    pengalaman minimal 8 tahun.

    10) Ahli Mekanikal/Elektrikal; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar

    belakang pendidikan minimal S1 Teknik Mesin/Teknik Elektro dan

    pengalaman minimal 8 tahun.

    11) Ahli Teknik Lingkungan; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar

    belakang pendidikan minimal S1 Teknik Lingkungan dan pengalaman

    minimal 8 tahun.

    12) Ahli Hukum Penerbangan; kualifikasi minimal Ahli Madya/Ahli dengan latar

    belakang pendidikan minimal S1 Hukum dan pengalaman minimal 8 tahun.

    b. Tenaga Penunjang

    Tenaga Penunjang yang diperlukan dalam proses pelaksanaan pekerjaan ini

    meliputi:

    1) Asisten Ahli Teknik Sipil; dengan latar belakang pendidikan minimal S1

    Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 6 tahun.

    2) Asisten Ahli Arsitektur; dengan latar belakang pendidikan minimal S1

    Teknik Arsitektur dengan pengalaman minimal 6 tahun.

    3) CAD Operator; dengan latar belakang pendidikan minimal Diploma III

    Teknik Sipil/Teknik Arsitektur/Teknik Geodesi dengan pengalaman

    minimal 6 tahun.

  • 39

    4) Operator Computer; dengan latar belakang pendidikan minimal Diploma III

    dengan pengalaman minimal 5 tahun.

    5) Administrasi/Keuangan; dengan latar belakang pendidikan minimal

    Diploma III Ekonomi/Akuntansi dengan pengalaman minimal 5 tahun.

    6) Pesuruh; dengan latar belakang pendidikan minimal SMP (sederajat).

    Bontang, 12 Februari 2010 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan,

    Ir. Muhammad Natsir

    NIP. 196806131993121001

    Mengetahui/Menyetujui,

    Kepala Bappeda Kota Bontang

    Ir. Irawan Priyantoro, MEng.Sc

    NIP. 195606091986031011