50
BAB I PENDAHULUAN Prevalensi diabetes melitus kian bertambah pada penduduk dunia. Peningkatan terbanyak pada diabetes tipe 2 terutama pada usia muda dan obes. Kondisi ini juga memiliki implikasi terhadap komplikasi dari diabetes melitus. Komplikasi diabetes berhubungan dengan gangguan mikrovaskuler, makrovaskuler dan metabolik. 1,2,3,4 Penyakit pada kaki penderita diabetes merupakan morbiditas dan penyebab utama penderita diabetes dirawat dirumah sakit. Ulkus, infeksi, gangren, dan amputasi merupakan komplikasi signifikan yang tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Diperlukan pendekatan multidisipliner untuk mengatasi penyakit kaki diabetik. Kejadian ulkus kaki pada populasi diabetes sebesar 4-10%, lebih rendah pada anak muda (1,5-3,5%) dan tinggi pada pasien yang lebih tua (5-10%). Risiko ulkus kaki pada pasien diabetes sekitar 15% sepanjang hayatnya. Hasil akhir yang merugikan dari ulkus kaki adalah amputasi. Data dari sejumlah penelitian menunjukkan bahwa 85% amputasi dari ulkus kaki berasal dari penderita diabetes. Risiko ulkus dan amputasi meningkat 2 hingga 4 1

Kaki Diabetik Ralat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kaki Diabetik Ralat

BAB I

PENDAHULUAN

Prevalensi diabetes melitus kian bertambah pada penduduk dunia.

Peningkatan terbanyak pada diabetes tipe 2 terutama pada usia muda dan obes.

Kondisi ini juga memiliki implikasi terhadap komplikasi dari diabetes melitus.

Komplikasi diabetes berhubungan dengan gangguan mikrovaskuler, makrovaskuler

dan metabolik.1,2,3,4

Penyakit pada kaki penderita diabetes merupakan morbiditas dan penyebab

utama penderita diabetes dirawat dirumah sakit. Ulkus, infeksi, gangren, dan

amputasi merupakan komplikasi signifikan yang tentu memerlukan biaya yang tidak

sedikit. Diperlukan pendekatan multidisipliner untuk mengatasi penyakit kaki

diabetik.

Kejadian ulkus kaki pada populasi diabetes sebesar 4-10%, lebih rendah pada

anak muda (1,5-3,5%) dan tinggi pada pasien yang lebih tua (5-10%). Risiko ulkus

kaki pada pasien diabetes sekitar 15% sepanjang hayatnya. Hasil akhir yang

merugikan dari ulkus kaki adalah amputasi. Data dari sejumlah penelitian

menunjukkan bahwa 85% amputasi dari ulkus kaki berasal dari penderita diabetes.

Risiko ulkus dan amputasi meningkat 2 hingga 4 kali terhadap usia dan lamanya

menderita diabetes. Prevalensi amputasi pasien diabetes adalah 1,6% pada usia 18-44

tahun, 3,4% pada usia 45 – 64 tahun, dan 3,6% pada pasien yang berusia lebih dari 65

tahun. Insiden amputasi ekstremitas bawah di Amerika adalah 9,8 per 1000 pasien

diabetes pada tahun 1996, meningkat 26% dari data tahun 1990. Data dari negara lain

juga menunjukkan peningkatan kejadian amputasi. Hal ini mungkin terjadi oleh

karena usia populasi diabetes dan sistem pelaporan yang lebih baik. Peningkatan

populasi diabetes, diperkirakan kejadian amputasi penderita diabetes juga akan

bertambah.2

1

Page 2: Kaki Diabetik Ralat

Di negara maju kaki diabetik juga masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya klinik

kaki diabetik yang aktif mengelola sejak pencegahan primer, nasib penyandang kaki

diabetik menjadi lebih cerah. Angka kematian dan angka amputasi dapat ditekan

sampai sangat rendah, menurun sebanyak 49-85% dari sebelumnya. Sementara data

dari RSUPN dr CiptoMangunkusumo tahun 2003, angka kematian dan angka

amputasi masing-masing sebesar 16% dan 25%. Sebanyak 14,3% akan meninggal

dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca

amputasi.4 Data dari RS Moh. Hoesin Palembang tahun 2008, dari total 108 pasien

diabetes yang diarawat, 93 pasien (86,1%) merupakan pasien dengan kaki diabetik5

Tinjauan pustaka ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui lebih

dini diagnosis dan penatalaksanaan penyakit kaki diabetik, yang adekuat.

2

Page 3: Kaki Diabetik Ralat

BAB II

PATOFISIOLOGI PENYAKIT KAKI DIABETIK

Perubahan akut metabolisme sel yang biasanya reversibel kalau gula darah

turun kembali. Mekanisme lainnya adalah menumpuknya makromolekul dan menetap

meskipun telah terjadi euglikemi. Hiperglikemi kronis, neuropati perifer, iskemia dan

infeksi merupakan patofisiologi dasar terjanya penyakit kaki diabetik.6

2.1 Hiperglikemi kronis

Dalam satu penelitian ditunjukkan bahwa down regulation atas transfor glukosa

ke sel dipengaruhi oleh komplikasi diabetes. Pada sel yang tidak rusak karena

hiperglikemi (misalnya pada otot polos vaskuler) ada korelasi terbalik antara transpor

dan kadar glukosa, tetapi pada sel endotel pembuluh darah (target utama kerusakan

karena hiperglikemi), hal ini tidak terjadi sehingga hiperglikemi selalu berhubungan

dengan kerusakan vaskuler. Mekanisme kerusakan jaringan akibat hiperglikemi

dirangkum menjadi 4 macam, yaitu :

a. Aktivitas aldose-reduktase (polyol pathway)

b. Aktivasi diacylglycerol-protein kinase C (D-PKC)

c. Pembentukan advanced glycosylation end products (AGEs)

d. Pembentukan reactive oxygen species (ROS)

2.1.1 Aldose reductase (polyol pathway)

Saat terjadi peningkatan glukosa intraseluler, keadaan ini akan menstimulasi

aktivitas aldose reductase dan dengan bantuan coenzim NADPH, glukosa akan

diubah menjadi sorbitol. Enzim sorbitol dehidrogenase dengan bantuan NAD

(nikotinamid adenin dinukleotida) teroksidasi akan mengoksidasi sorbitol menjadi

fruktosa. Kerusakakan sel akan terjadi akibat akumulasi sorbitol (bersifat hidrofilik

dan tidak terfosforilasi) intraseluler. Sel akan bengkak akibat proses osmotik juga

3

Page 4: Kaki Diabetik Ralat

terjadi ketidakseimbangan ionik dan metabolit yang berujung terjadinya kerusakan

sel. Aktivasi jalur polyol ini akan meningkatkan turn over NADPH yang berakibat

rasio NADPH-NADP turun. Terjadilah pseudohipoksia dan perlu diketahui NADPH

merupakan unsur penting pada proses anti oksidan. Demikian halnya glutation (GSH)

reduktase juga membutuhkan NADPH untuk netralisasi radikal bebas intraseluler.

Hasil akhir terjadi penurunan kadar glutation dan NADPH. Sebaliknya terjadi

peningkatan rasio NADH/NAD yang mengaktifasi jalur DAG (diacylglycerol) hingga

terbentuklah diacylglycerol yang akan mengaktifasi PKC. Pada tikus percobaan

penghambatan enzim ini mampu mencegah perkembangan komplikasi neuropati,

retinopati, nefropati dan katarak. 6

Gambar 1. Jalur Sorbitol6

2.1.2 Diacylglycerol-protein kinase C

Pada mekanisme ini dinyatakan bahwa hiperglikemi meningkatkan kadar

DAG (diacyl glycerol), dari sintesis yang berlebih atau dari hidrolisis. DAG

mengaktifkan PKC. Pada PKC yang aktif merangsang produksi sitokin, matriks

ekstrasel, inhibitor fibrinolitik PAI-1, dan vasokonstriktor endotelin-1. PKC juga

menjadi mediator VEGF (vascular endothelial growth factor). Perubahan di atas

4

Glukosa Sorbitol Aldose reductase Sorbitol

dehidrogenase Fruktosa

NADPH NADP NAD+ NADH

Mioinositol Na-K ATPase

Disfungsi vaskuler

Page 5: Kaki Diabetik Ralat

mengubah tebalnya membran basal, oklusi pembuluh, lebih permiabel serta

angiogenesis.6

2.1.3 Advanced glycosylation end products

Diketahui bahwa glukosa mengikat gugus amino membentuk ikatan kovalen

secara non enzimatik, yang masih bebas. Jumlah yang terbentuk tergantung dari kadar

glukosa dan turn-over substrat amine-nya. Ikatan mulai dengan membentuk Schiff-

base dan produk Amadori yang mengadakan ekuilibrium dengan glukosa bebas

(selama beberapa jam hingga beberapa hari). Glikosilasi ini mengalami perubahan

pelan-pelan, seperti dehidrasi, kondensasi membentuk bahan yang ireversibel sesuai

dengan protein atau substrat yang dikenainya, dan mengadakan crosslink satu sama

lain. Kalau ini terjadi atas kolagen, maka collagen-linked AGEs juga menangkap

secara kovalen albumin, lipoprotein, imunoglobulin. Jaringan atau pembuluh diabetes

menjadi lebih kaku. Ternyata ada reseptor di permukaan monosit, sel endotel dan sel

mesangial ginjal yang khusus mengenali, menangkap dan mendegradasi AGE-

modified protein. AGE punya sifat kemotaktik terhadap monosit, uptake-nya

menyebabkan pembentukan sitokin untuk remodeling jaringan.

Ringkasnya: adanya AGE di reseptor ini akan : (a) meningkatkan

permeabilitas vaskuler, (b) mengurangi trombomodulin, (c) meningkatkan sintesis

faktor jaringan yang prokoagulan, (d) AGE di matriks menonaktifkan NO, (e)

perubahan AGE terjadi pada apoB (AGE-apoB) maupun pada LDL (AGE-LDL).

Yang ini ditolak oleh reseptor LDL biasa namun disukai oleh scavenger-reseptor,

klirens menjadi kurang, (f) embriopati, teoritis dapat terjadi, sebab ditemukan AGE-

DNA pada binatang yang mungkin memudahkan mutasi gen pada embriogenesis.

Inilah yang diduga sebagai sebab congenital malformation of diabetic pregnancy.

AGE terdapat di dalam maupun di luar sel, korelasi dengan kadar glukosa.

Akumulasi mendahului kelainan kerusakan sel, malahan 10-45x kadarnya dibanding

non diabetik dalam 5-20 minggu diabetes. Hal ini menunjukkan bahwa pada diabetes

kenaikan glukosa sedikit saja telah meningkatkan timbunan AGE cukup banyak, juga

5

Page 6: Kaki Diabetik Ralat

rate terjadi AGE intrasel lebih cepat dari ekstrasel. Ada 3 jalan bagaimana AGE

merusak sel : (1) pembentukan AGE intrasel mengubah fungsi protein, (2) AGE

ekstrasel mengganggu fungsi matriks normal dan (3) AGE ekstrasel mengimbas

terbentuknya ROS, yang mengaktifkan NF-kB dan ekspresi gen patologi. Ikatan

AGE-protein pada reseptor makrofag menyebabkan peristiwa yang berakibat

proliferasi SMC dan produksi matriks, dan pada sel endotel, menyebabkan perubahan

prokoagulasi dengan vasokonstriksi serta VCAM-1.6

2.1.4 Reactive oxgen species (ROS)

ROS mengaktifkan PKC dalam sel endotel vaskuler. Sementara ROS yang

memproduksi H2O2 meningkat. Mekanismenya ialah dengan aktivasi baik langsung

maupun tidak langsung phospholipase D, yang menghidrolisis phosphatidylcholine

membentuk diacylglycerol (DAG). ROS mampu juga meningkatkan DAG dengan

meningkatkan sintesis, karena hambatan ROS pada enzim glyceraldehyde phosphate

dehidrogenase.

Karena dasar pengukuran stres oksidatif tidak ada maka peneliti bersandar

pada kerusakan akibat stres ini yaitu produk glycoxidation, protein carbonyl, lipid

peroxides, thiobarbituric acid (TBA). Pada diabetes sumber stres oksidatif ialah : (1)

pembentukan ROS berlebih (otooksidasi CHO, fosfolipid, FFA di TG dan

cholesteryl-ester) (2) menurunnya pertahanan antioksidan (vitamin E terganggu,

glutathion, catalase, asam urat, ubiquinol, caroten, taurin) (3) perubahan jalur

enzimatik (perubahan metabolisme mitokondrial, polyol pathway berlebih, glyoxalase

pathway kurang cepat, prostaglandin dan leukotrien berubah (4) hipoksia.6

2.2 Neuropati diabetik

Neuropati ialah keadaan dimana saraf tepi mengalami gangguan fungsi akibat

kerusakan seluler ataupun molekuler, dan dapat disebabkan oleh berbagai macam

etiologi seperti : trauma, terjepit, penyakit metabolik penyakit defisiensi, bahkan

etiologi yang sifatnya genetik. Disepakati secara internasional bahwa neuropati

diabetik adalah keadaan dimana dijumpai gejala dan tanda disfungsi saraf tepi pada

6

Page 7: Kaki Diabetik Ralat

pasien diabetes setelah menyingkirkan sebab lain. Secara klinis neuropati perifer

terdiri atas neuropati sensorik, motorik dan otonom.7

2.2.1 Neuropati sensorik.

Menyebabkan telapak kaki tidak sensitif terhadap lingkungan atau landasan

yang melukai atau bersifat traumatik sehingga memicu terjadinya ulkus (ulkus kaki

neuropati). Lesi proprioseptif bersama neuropati sensorik juga mengakibatkan pada

penderita diabetes refleks tubuh yang merupakan perlindungan terhadap bahaya,

trauma ataupun perlukaan bertumpu tubuh `tidak pas` yang dalam jangka waktu

panjang dapat menyebabkan perubahan struktur kaki karena pergeseran ligamentum

ataupun proses degenerasi tulang-tulang kaki (akibat tumpuan beban yang tidak

tepat). Disamping itu gangguan proprioseptif juga menyebabkan penderita diabetes

pada keadaan dinamis tubuh kurang seimbang dan kurang stabil sehingga mudah

jatuh. Maka peluang untuk luka di kaki (bahkan ditempat lain) juga meningkat. 2,7

2.2.2 Neuropati motorik.

Menyebabkan kelemahan otot ekstremitas distal bawah. Kombinasi dengan

gangguan proprioseptif dan sensorik menimbulkan keadaan yang cenderung

imbalans, mudah jatuh dan terluka. Atrofi otot-otot intrinsik bersama proses

degenerasi yang mengenai ligamentum dan tulang mengakibatkan perubahan pada

struktur kaki karena pergeseran posisi tulang-tulang kaki (deformitas kaki).

Perubahan struktur kaki akan lebih memperberat kecenderungan imbalans dan

merubah tumpuan berat badan pada kaki. Perubahan tumpuan selanjutnya

mengakibatkan distribusi gaya berat tidak sesuai, sehingga dalam kurun waktu jangka

panjang padat menimbulkan keluhan pada sendi-sendi ekstremitas bawah, panggul

maupun tulang belakang. Atropi otot intrinsik menimbulkan claw toe (hammer toe).

Akibatnya adalah penekanan atau gesekan sepatu pada permukaan dorsal sendi antar

ruas jari kaki sehingga terjadi abrasi dan ulkus. Demikian juga claw toe menyebabkan

pemindahan weight bearing ke caput metatarsal sehingga mendorong juga terjadinya

ulkus.7,8.9

7

Page 8: Kaki Diabetik Ralat

2.2.3 Neuropati otonom (gangguan saraf simpatis).

Nerupati otonom menyebabkan edem kaki dan venous-pooling yang abnormal.

Demikian juga refleks venovasomotor hilang pada sikap berdiri. Aliran darah ini

terganggu karena adanya dilatasi arteri perifer dengan arteriovenous shunting

abnormal disekiar kapiler yang menyebabkan aliran berlebih. Aliran darah dengan

kadar oksigen rendah ini mengurangi efektivitas perfusi jaringan yang memang sudah

kurang pada diabetes. Neuropati otonom juga menurunkan perspirasi sehingga kulit

menjadi kering dan pecah-pecah. Semua keadaan tersebut memberi peluang besar

terjadinya ulkus dan infeksi kaki. Neuropati otonom akan menimbulkan kelainan

sendi yaitu menjadi rapuh dan mudah fraktur karena reabsorbsi tulang, serta terjadi

deformitas berat (artropati Charcot). Kaki Charcot (neuropatik osteoartropati)

merupakan suatu progresifitas yang berupa dislokasi sendi, fraktur patologis, dan

destruksi berat bentuk pedis.7,9

2.3 Infeksi

Infeksi kaki oleh mikroorganisme biasanya disertai oleh suatu respon

inflamasi yang kemudian diikuti oleh kolonisasi bakteri yang berbahaya. Diagnosis

infeksi ulkus kaki berdasarkan kriteria klinis. Ulkus superfisialis atau ulkus tebal

yang tidak diobati dengan baik merupakan predisposisi terjadinya infeksi, meskipun

kadang-kadang selulitis atau osteomielitis dapat terjadi tanpa merusak kulit. Infeksi

ulkus seringkali asimptomatik, khususnya bila pasien telah mengalami penurunan

sensasi karena polineuropati diabetik.10,11

Penelitian yang dilakukan pada pasien rawat inap di RS Wahidin

Sudirohusodo dan RS Akademis Makassar, dari januari 2006 hingga maret 2009

sebanyak 2017 pasien dengan derajat luka yang terbanyak adalah Wagner 3 (39,8%).

Sementara hasil kultur bakteri memperlihatkan kuman terbanyak adalah kuman aerob

gram negatif sebanyak 74,4% dan sisanya kuman aerob gram positif. Jenis kuman

8

Page 9: Kaki Diabetik Ralat

aerob gram negatif terbanyak adalah Proteus mirabilis dan jenis kuman aerob gram

positif terbanyak adalah Stafilococcus aureus 16,7%.12

2.4 Iskemia

Berkurangnya perfusi akan meurunkan kekuatan jaringan, mempermudah

kematian, dan menghambat penyembuhan luka. Penyembuhan luka dan regenerasi

jaringan tergantung dari suplai darah yang adekuat. Adanya iskemik mengindikasikan

adanya penyakit arteri perifer yang akan menghalangi penyembuhan karena suplai

oksigen¸ nutrisi, dan mediator soluble yang terlibat pada proses penyembuhan.

Iskemia merupakan akibat dari aterosklerosis. Mekanisme terjadinya sama

seperti yang terjadi pada arteri koronaria. Lesi segmental yang menyebabkan stenosis

atau oklusi biasanya terjadi pada pembuluh darah berukuran besar atau sedang. Pada

lesi tersebut terjadi plak aterosklerotik dengan penumpukan kalsium, penipisan tunika

media, destruksi otot dan serat elastis, fragmentasi lamina elastika internal, dan dapat

terjadi trombus yang terdiri dari trombosit dan fibrin. Lokasi yang terkena terutama

aorta abdominal dan arteri iliaka (30% dari pasien yang simtomatik), arteri femoralis

dan poplitea (80-90%), termasuk arteri tibialis dan peroneal (40-60%). Proses

aterosklerosis lebih sering terjadi pada percabangan arteri, tempat yang turbulensinya

meningkat, kerusakan tunika intima. Pembuluh darah distal lebih sering terjadi pada

pasien usia lanjut dan DM.13,14

Kurang dari 50% pasien dengan penyakit arteri perifer bergejala mulai dari

cara berjalan yang lambat atau berat, bahkan sering kali tidak terdiagnosis karena

gejala tidak khas. Gejala klinis tersering yaitu klaudikasio intermiten pada tungkai.

Klaudikasio pada daerah betis timbul pada pasien dengan penyakit pada pembuluh

darah daerah femoral dan poplitea. Keluhan sering terjadi pada tungkai bawah

dibandingkan tungkai atas. Insiden tertinggi penyakit arteri obstruktif sering terjadi

pada tungkai bawah (critical limb iskhemia). Dengan gejala klinis nyeri saat istirahat

dan dingin pada kaki. Gejala sering muncul pada malam hari ketika sedang tidur dan

membaik setelah posisi dirubah. Jika iskemia berat nyeri dapat menetap walaupun

9

Page 10: Kaki Diabetik Ralat

sedang istirahat. Kira-kira 25% kasus iskemia akut disebabkan oleh emboli. Sumber

emboli biasanya dapat diketahui.13

BAB III

DIAGNOSIS

Manifestasi komplikasi diabetes telah didokumentasikan dengan baik. Kondisi

ini potensial mengancam ekstremitas bila tidak diatasi. Pengenalan faktor risiko dan

pengobatan penyakit kaki diabetik memerlukan keterampilan praktisioner terhadap

diagnosis, pengaturan, pengobatan hingga konsultasi ke pasien. Pengetahuan dan

pengalaman yang terintegrasi melalui pendekatan tim multidisiplin meningkatkan

efektivitas pengobatan, sehingga dapat mencegah dan membatasi risiko amputasi

ekstremitas bawah. Deteksi dini patologi kaki, khususnya pada pasien dengan risiko

tinggi, membantu untuk menentukan intervensi awal dan mengurangi potensi

perawatan dirumah sakit atau amputasi. Identifikasi riwayat abnormal dan atau

pemeriksaan fisik akan memperbaiki prognosis serta memberikan hasil yang

memuaskan.3

3.1 Riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik

Riwayat perjalanan penyakit dari penderita kaki diabetik akan membantu

dalam penatalaksanaan yang sesuai. Semua pasien diabetes yang datang ke tenaga

medis, perlu diperiksa kakinya setidaknya setahun sekali. Bila komplikasi telah

muncul, maka pemeriksaan kaki akan lebih sering.1,15

3.2 Prosedur diagnostik

Prosedur diagnostik bertujuan untuk menilai perawatan kaki diabetik. Perlu di

ingat bahwa rangkaian tes yang dilakukan perlu dinilai ulang untuk menentukan

korelasi klinisnya.16

10

Page 11: Kaki Diabetik Ralat

3.2.1 Tes laboratorium

Pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa, HbA1c, darah rutin, kultur

luka dan kultur darah bertujuan untuk menilai situasi klinis yang dihadapi.

3.2.2 Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menegakkan atau konfirmasi

diagnosis dan atau evaluasi pengobatan pasien. Tidak mudah membedakan

osteomielitis dengan neuropati atrhropati, sehingga semua pemeriksaan radiologi

harus dibandingkan dengan tampilan klinis yang ada.

Rontgen pedis biasa harus dilakukan sebagai pemeriksaan radiologi awal

pasien deiabetes dengan tanda dan gejala klinis penyakit kaki diabetik. Rontgen pedis

tersebut dapat menemukan osteomielitis, osteolisis, fraktur, dislokasi pada neruopati

arthropati, kalsifikasi arteri medial, gas jaringan lunak, benda asing, serta adanya

arthritis. Namun demikian, akut osteomielitis pada rontgen pedis biasa tidak dapat

menunjukkan perubahan tulang hingga 14 hari berikutnya. Pemeriksaan radiologi

serial diperlukan saat menghadapi situasi tersebut, dimana gambaran radiologi negatif

tetapi kecurigaan klinis tinggi.

Bone scan dengan Technetium-99 methylene diphosphonate (Tc-99 MDP)

sering digunakan untuk mencari osteomielitis pada infeksi kaki diabetik. Meskipun

memiliki sensitifitas yang tinggi, namun tidak spesifik untuk pemeriksaan kaki

neuropati. Osteomielitis, fraktur, arthritis, dan neuropati artropati akan ditunjukkan

melalui peningkatan radiotracer uptake. Indium-111 memiliki spesifisitas yang

tinggi untuk infeksi akut dibandingkan Tc-99 MDP scanning. Sehingga indium-111

(menandai tulang yang terinfeksi melalui pemindaian leukosit) sering dikombinasikan

dengan Tc-99 (melihat lokalisasi anatomik tulang yang mengalami inflamasi) untuk

meningkatkan spesifisitas diagnostik osteomielitis.

Computed tomography scanning (CT scan) diindikasikan untuk menilai tulang

dan sendi yang dicurigai mengalami gangguan tetapi tidak terbukti pada pemeriksaan

11

Page 12: Kaki Diabetik Ralat

radiologi biasa. CT scan dapat memberikan gambaran fragmentasi tulang dan

subluksasio sendi.

Magnetic resonance imaging (MRI) untuk pemeriksaan osteomielitis lebih

disukai dari CT scan karena resolusi gambar yang lebih baik dan dapat melihat proses

infeksi yang meluas. MRI digunakan untuk menilai osteomielitis, abses dalam, sepsis

sendi, dan ruptur tendon. Mekipun mahal, MRI diterima secara luas dalam diagnostik

radiologi infeksi kaki diabetik.

Positive emission tomography (PET) scanning menjanjikan teknik baru untuk

membedakan osteomielitis dengan neuropati artropati, namun sayangnya modalitas

ini belum tersedia secara luas. Suatu penelitian meta analisis mendapatkan ketepatan

diagnostik osteomielitis dengan nilai sensitifitas 96% dan spesifisitas 91%,

dibandingkan dengan indium-labeled leucocyte scan dengan sensitifitas 84% dan

spesifisitas 84%.

Penggunaan ultrasonografi untuk deteksi osteomielitis kronis tampaknya lebih

superior di bandingkan dengan rontgen biasa, sensitifitas yang sebanding dengan Tc-

99 MDP bone scanning. Meskipun ultrasonografi merupakan modalitas radiologi

yang tersedia luas dan memiliki efektifitas biaya yang baik, MRI lebih akurat dan

merupakan pilihan pemeriksaan lanjut bila didapatkan gambaran rontgen biasa yang

normal namun klinis dicurigai telah terjadi infeksi tulang dan jaring lunak.1,3

3.2.3 Evaluasi vaskuler

Faktor risiko vaskuler dan neuropati pada ekstremitas bawah harus dinilai.

Indikasi pemeriksaan vaskuler lebih lanjut apabila didapatkan nilai ankle brachial

index (ABI) kurang dari 0,7, tekanan darah pada jari kurang dari 40 mmHg, atau

transcutaneous oxygen tension (TcPO2) dengan nilai kurang dari 30 mmHg, karena

gangguan perfusi arteri akan menyebabkan gangguan penyembuhan luka. Bila

riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik curiga iskemia (misalnnya nadi pedis tidak

teraba) atau bila ulkus tidak sembuh-sembuh, maka pemeriksaan noninvasif tersebut

dilakukan.

12

Page 13: Kaki Diabetik Ralat

Pemeriksaan arteri noninvasif dilakukan untuk menentukan perfusi

ekstremitas bawah. Pemeriksaan tersebut adalah analisis tekanan dan bentuk

gelombang arteri segmental Doppler, ABI, tekanan darah jari, TcPO2. Pada kalsinosis

arteri media pemeriksaan ABI dapat menyesatkan, karena akan memberikan nilai

false elevated dan noncompressible arteri. TcPO2 untuk mengukur oksigenasi

fisiologi jaringan dan memiliki prediksi yang tinggi atas kegagalan hasil

penyembuhan luka bila kurang dari 25 mmHg.

Laser Doppler velocimetry saat ini menjadi alat yang sangat populer. Mudah,

murah serta metode yang valid dalam menilai derajat stenosis arteri, obstruksi hingga

keadaan aliran darah pasca revaskularisasi. Lokasi stenosis arteri dapat diidentifikasi

dengan menempatkan secara serial probe Doppler sepanjang ekstremitas.

Pemeriksaan radiologi invasif adalah arteriografi. Tindakan ini dilakukan

sebagai prosedur preoperatif revaskularisasi pembuluh darah serta, merupakan dasar

pertimbangan apakah perlu dilakukan angioplasti atau bypass arteri.1,2,17

3.2.4 Evaluasi neurologi

Neuropati perifer yang diperiksa pada penderita kaki diabetik terutama

mengenai neuropati sensorik. Pada umumnya penderita yang kehilangan sensibiltas

saraf tepi tidak pernah menyadari munculnya trauma. Trauma mekanik atau suatu

trauma panas berpengaruh sangat besar terhadap kejadian ulkus. Beberapa

pemeriksaan yang dilakukan yaitu : tuning fork (garputala), Semmes Weinstein

Monofilament (SWM), Vibration Perception Threshold (VPT).2, 9

3.2.4.1 Tuning fork (garpu tala)

Metode pemeriksaan konvensional ini sangat mudah, noninvasif, murah dan

gampang dilakukan di poliklinik rawat jalan. Tujuan pemeriksaan dengan garputala

ini adalah untuk mengetahui sensibilitas kaki melalui vibrasi. Sebuah garputala Rydel

Seiffer yang mempunyai derajat/skala tertentu, ternyata mempunyai korelasi negatif

yang signifikan dengan pemeriksaan Biothesiometer. Deteksi dengan garputala dapat

dimulai di plantar hallux. Garputala yang standar dengan ukuran 128 Hz, bisa

13

Page 14: Kaki Diabetik Ralat

digunakan sebagai pemeriksaan tunggal, yang hasilnya setara dengan pemeriksaan

Garputala yang dikombinasikan dengan Semmes Weinsten Monofilament (SWM)

dalam mendeteksi neuropati diabetik.

Gambar 2. Tuning fork (garpu tala) pada pemeriksaan diabetik neuropati2

3.2.4.2 Semmes weinstein monofilament (SWM)

Alat monofilamen yang sederhana ini mula-mula diperkenalkan di Amerika.

Bahan dasarnya adalah 10 gram plastik nilon. Dari tiga penelitian longitudinal,

disimpulkan bahwa sensitifitas SWM untuk deteksi neuropati diabetik adalah 66-

91%, spesifisitas 34-86%, positive predictive value 18-39%, dan negative predictive

value 94-95%. Penggunaan SWM yang berulang-ulang akan menyebabkan

monofilamen tidak sensitif sehingga hasil pemeriksaan tidak akurat. Oleh karena itu

dianjurkan satu SWM maksimal untuk 10 orang kasus.

14

Page 15: Kaki Diabetik Ralat

Gambar 3. Semmes weinstein monofilament (SWM)2

3.2.4.3 Vibration perception threshold (PVT) meter

Alat ini dapat menilai fungsi saraf secara kuantitatif. PVT juga disebut

Biothesiometer, atau juga dikenal sebagai Neurothesiometer. Ujung alat yang bergetar

100 Hz ini berbahan baku karet, yang akan disentuhkan ke permukaan jari kaki. ujung

alat ini dihubungkan dengan kabel ke mesin penggetar utama. Skala dalam mesin

penggetar diberikan skala 0 sampai 100 volt, dan dikonversikan ke dalam mikron.

Saat melakukan tes, skala amplitudo terus ditingkatkan sampai penderita merasakan

vibrasi. Selanjutnya diambil nilai rata-rata dari 3 pemeriksaan berturut-turut (dalam

volt), dari setiap jari yang sudah di tes. Angka VPT yang mencapai skala amplitudo >

25 volt, ternyata dapat mendeteksi risiko ulkus kaki, dengan sensitivitas 83% dan

spesifisitas 63%.

3.2.5 Penilaian deformitas dan keterbatasan gerak sendi

Ulkus pada kaki dapat terjadi karena adanya deformitas lokal yang

mengakibatkan muncul tekanan di daerah plantar secara berlebihan. Neuropati

diabetik bila disertai dengan deformitas lokal dapat mempercepat stres jaringan

15

Page 16: Kaki Diabetik Ralat

penyanggah tubuh. Ketidakseimbangan beban ini menstimulasi munculnya ulserasi.

Pada sebuah penelitian, penderita neuropati diabetik yang disertai 28% tekanan

plantar pedis, akan muncul ulkus diabetik dalam 2,5 tahun yang akan datang.

Ciri deformitas lokal, dapat dilihat dengan seksama oleh pemeriksa berupa :

adanya kontraktur, dan keterbatasan gerak sendi. Hiperglikemia kronik menyebabkan

glikosilasi non enzimatik, di jaringan lunak periartikuler, mengakibatikan terbatasnya

gerak sendi. Sedangkan neuropati diabetik secara langsung menyebabkan atrofi otot-

otot intrinsik jari, termasuk tendon achiles. Kedua keadaan tersebut menimbulkan

menyebabkan mobilitas sendi terbatas, misalnya dorsofleksi hallux sangat terbatas

(<50 derajat). Akibatnya, tekanan di daerah sendi tersebut tidak seimbang yang

akhirnya menimbulkan ulkus dan atropati Charcot.10

3.3 Stratifikasi risiko

Setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan kaki diabetik yang seksama, pasien

dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori risiko kumulatif. Memungkinkan rencana

desain penatalaksanaan dan menentukan apakah pasien memiliki risiko terhadap

ulkus atau amputasi. 1,10

Tabel 1. Sistem Kategorisasi Risiko Ulkus Kaki Diabetik1

Kategori Faktor risiko Rekomendasi evaluasi

0

1

2

3

Tidak ada neuropati sensorik

Neuropati sensorik

Neruopati sensorik atau penyakit vaskuler

perifer dan atau deformitas kaki

Bekas ulkus atau bekas amputasi

Setiap tahun

Setiap 6 bulan

2-3 bulan

1-2 bulan

Diambil dari : International Consensus on the Diabetic Foot

Tabel 2. Perbedaan tanda klinis ulkus diabetik akibat neuropati dengan vaskuler3

Neuropati diabetik Vaskuler

Tanpa nyeri Nyeri

16

Page 17: Kaki Diabetik Ralat

Lokasi ulkus pada titik tumpu terberat

Ada gambaran memar di sekitar kalus

Kaki terasa hangat

Nadi kaki masih kuat

Lokasi ulkus bukan pada titik tumpu

Tidak ada

Kaki teraba dingin

Nadi kaki hilang

3.4. Klasifikasi ulkus

Klasifikasi yang sesuai pada luka di kaki berdasarkan penilaian yang seksama.

Klasifikasi akan memudahkan rencana terapi dan dapat menilai prognosis hasil yang

diharapkan. Meskipun belum ada satu sistem yang digunakan secara universal, sistem

klasifikasi yang sering digunakan adalah sistem Wagner. 1,3,4

Tabel 3. Sistem Klasifikasi Wagner1

Grade Lesi

0

1

2

3

4

5

Tidak ada lesi terbuka; dapat berupa deformitas atau selulitis

Ulkus superfisial

Ulkus dalam hingga ke tendon atau kapsul sendi

Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis, atau sepsis sendi

Gangren lokal – pada kaki depan atau tumit

Gangren pada semua kaki

Tabel 4. Sistem Klasifikasi Universitas Texas1

Stadium Grade

17

Page 18: Kaki Diabetik Ralat

0 I II III

A Pre atau post lesi

ulseratif yang telah

mengalami

epitilisasi komplit

Luka

superfisial

yang tidak

melibatkan

tendon, kapsul,

atau tulang

Luka telah

melibatkan

tendon dan

kapsul

Luka telah

melibatkan

tulang dan

sendi

B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi

C Iskemik iskemik Iskemik iskemik

D Infeksi dan iskemik Infeksi dan

iskemik

Infeksi dan

iskemik

Infeksi dan

iskemik

Tabel 5. Klasifikasi Ulkus PEDIS1

GRADE

1 2 3 4

Perfusion Normal Non-critical PAD

Critical limb ischemia

Extent/size (cm2)Depth tissue loss

Full thickness Deep Bone and / or joint

Infection None Mild Moderate/severe SIRS*Sensation Intact LOPS**

*Systemic inflammatory response syndrome**Loss of protective sensation

BAB IV

PENATALAKSANAAN KAKI DIABETIK

18

Page 19: Kaki Diabetik Ralat

Penatalaksanaan kaki diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu

pencegahan primer pencegahan sebelum terjadi perlukaan pada kulit) dan pencegahan

sekunder (pencegahan dan penatalaksanaan ulkus/gangren diabetik yang sudah

terjadi) agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah.4

4.1 Pencegahan primer

Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetik sangat penting untuk

mempertahankan kondisi kaki yang masih baik (belum tampak luka atau gangren)

selama mungkin dan tidak berlanjut ke tingkat yang lebih berat. Penyuluhan ini harus

selalu dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang diabetes

melitus, dan harus selalu diingatkan kembali tanpa bosan. Anjuran ini berlaku untuk

semua pihak yang terkait dengan pengelolaan diabetes melitus, baik perawat, ahli

gizi, ahli perawatan kaki, maupun dokter sebagai pengatur dan perencana

pengelolaan. Khusus untuk dokter, sempatkan selalu melihat dan memeriksa kaki

penyandang diabetes melitus sambil mengingatkan kembali mengenai cara

pencegahan dan perawatan kaki yang baik. Berbagai kejadian / tindakan kecil yang

tampak sepele dapat mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula

pemeriksaan yang tampaknya bisa dapat memberikan manfaat yang sangat besar.

Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya

ulkus, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki. berbagai usaha pencegahan dilakukan

sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Peran ahli rehabilitasi medis terutama

dari segi ortotik sangat besar pada usaha pencegahan terjadinya ulkus. Dengan

memberikan alas kaki yang sesuai, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor

mekanik akan dapat dicegah. 1,3,4,19

4.2 Pencegahan sekunder

19

Page 20: Kaki Diabetik Ralat

Dalam pengelolaan kaki diabetik, kerja sama multi disipliner sangat

diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil

pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut :

- Kontrol metabolik

- Kontrol vaskuler

- Kontrol mekanis – tekanan

- Kontrol luka

- Kontrol mikrobiologi – infeksi

- Edukasi

4.2.1 Kontrol metabolik

Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa

darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor

terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya

diperlukan insulin untuk menormalisasi kadar glukosa darah. Status nutrisi harus

diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu kesembuhan luka. Ber

bagai hal lain yang harus juga diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin

serum, kadar Hb dan derajat oksigenisasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya.

Semua faktor tersebut tentu akan dapat menghambat kesembuhan luka sekiranya

tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.4,10

4.2.2 Kontrol vaskuler

Perfusi arteri merupakan bagian penting dalam proses kesembuhan dan harus

dinilai pada penderita ulkus. Bila terjadi gangguan pada proses ini maka ulkus tidak

sembuh dan berisiko terhadap amputasi. Gejala insufisiensi vaskuler dapat berupa

edem, perubahan kondisi kulit, penyembuhan yang lambat, extremitas teraba dingin,

dan gangguan pulsasi arteri. Rekonstruksi bedah vaskuler diperlukan pada

ekstremitas yang mengalami oklusi untuk memperbaiki prognosis dan mungkin pula

diperlukan debridemen atau amputasi parsial.1,10, 20

20

Page 21: Kaki Diabetik Ralat

4.2.3 Kontrol mekanis – kontrol tekanan

Kaki yang luka terutama pada daerah plantar yang sering menahan beban

berat badan sebaiknya diistirahatkan. Jika tetap dipakai untuk berjalan, luka yang

selalu mendapat tekanan tidak akan sempat sembuh. Pasien harus menggunakan alas

kaki yang pas dan bila perlu menggunakan alas kaki yang dipesan khusus bila

deformitasnya berat. Pada kondisi ini peran jajaran rehabilitasi medik pada usaha

kontrol mekanis sangat mencolok. Berbagai cara untuk mencapai keadaan non

weight-bearing dapat dilakukan antara lain :

- Removable cast walker

- Total contac casting

- Termporary shoes

- Felt padding

- Cructhes

- Kursi roda

- Kursi roda elektrik

- Craddled insole

Dapat juga dilakukan penatalaksanaan bedah untuk mengurangi tekanan pada luka

seperti ; dekompresi abses dengan insisi, prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk

hammer toe, metatarsal head resection, Achiles tendon lengthening, partial

calcanectomy.1,10

4.2.4 Kontrol luka

Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus

dikerjakan dengan baik dan teliti. Klasifikasi ulkus PEDIS atau Wagner dilakukan

setelah debridemen yang adekuat. Saat ini banyak sekali produk perawatan luka yang

masing-masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka. Produk

tersebut dibagi atas balutan (dressing) dan bahan topikal. Pembalut yang steril, tidak

21

Page 22: Kaki Diabetik Ralat

lengket dapat menutupi lesi kaki diabetik yang terbuka untuk melindungi dari trauma,

menyerap exudat, mengurangi infeksi, dan mempercepat kesembuhan. Tidak ada

bukti yang kuat dari penelitian yang besar, yang dapat menunjukkan suatu pembalut

lebih baik atau lebih buruk dari satu dengan yang lainnya. Pembalut harus diganti

setiap hari untuk meyakinkan bahwa masalah atau komplikasi dapat dideteksi lebih

cepat, khususnya pada pasien yang telah mengalami gangguan proteksi sensasi nyeri.

Balutan dapat berupa gauze pad (sterile gauze, sterile cotton), transparant filem,

hydrogel, busa, hidrokoloid, kalsium alginet, pembalut kolagen, hingga pembalut

yang mengandung antimikroba. Sementara bahan topikal dapat berupa cairan saline,

pembersih kulit (mengandung solusi isotonnik untuk irigasi luka), antiseptik (povidon

iodin, chlorhexidine, hypochlorite, benzethonium chloride) antibiotik topikal, dan

enzim. Pada banyak tempat perawatan kaki diabetik cara yang paling dipakai adalah

kasa yang dibasahi dengan cairan salin normal (NaCl 0,9%). 1,2,9

4.2.4.1 Penatalaksanaan jaringan luka

Debridemen jaringan nekrosis merupakan suatu pengobatan terhadap luka

yang kronis karena luka tidak akan sembuh bila terdapat jaringan mati, debris, atau

adanya kolonisasi kuman yang berat. Debridemen memiliki tujuan : membuang kalus

dan jaringan mati; mengurangi tekanan; menilai dasar luka; menilai jalur dan celah

luka; dan mengurangi infeksi bakteri. Debridemen memudahkan drainase dan

merangsang penyembuhan. Kontraindikasi debridemen pada ulkus arteri. Debridemen

yang adekuat harus dilakukan sebelum aplikasi obat topikal, pembalutan, atau

prosedur penutupan luka. Ada lima tipe debridemen yaitu ; bedah, enzimatik,

autolitik, mekanikal, dan biologi.

- Debridemen bedah. Debridemen bedah telah menjadi bagian

penatalaksanaan ulkus kaki diabetik. Debridemen tajam yang memadai

terhadap luka terbuka dengan jaringan lunak dan tulang yang tidak terlihat.

Eksisi jaringan nekrosis diperluas hingga kedalam dan proksimal hingga

22

Page 23: Kaki Diabetik Ralat

terlihat jaringan sehat. Reseksi sendi atau amputasi parsial diperlukan bila

terjadi osteomielitis, infeksi jaringan, atau gangren.

- Debridemen enzimatik. Enzim proteolitik eksogen yang dibuat khusus untuk

debridemen luka. Bermacam-macam enzim telah dibuat, seperti kolagenase

bakteri, derivat papain/urea, fibrinolisin/DNAse, tripsin, kombinasi

streptokinase-streptodornase. Kolagenase merupakan enzim yang didapat

dari isolasi Clostridium histolyticum. Memiliki spesifisitas yang tinggi

terhadap kolagen tipe I dan II, tetapi tidak aktif terhadap keratin, lemak, atau

fibrin. Papain didapat dari pepaya, efektif menghancurkan materi fibrin dan

jaringan nekrosis. Pengobatan luka dengan menggunakan papain diklaim

dapat mempercepat pertumbuhan jaringan granulasi dibandingakan dengan

menggunakan kolagenase. Senyawa enzimatik tersebut diinaktifkan oleh

hidrogen peroksida, alkohol, merkuri, dan timbal.

- Debridemen autolitik. Secara alamiah terjadi pada orang sehat, dimana

perfusi arteri dan drainase vena melembabkan dareah sekitar luka.

- Debridemen mekanik. Suatu metode membuang jaringan nekrotik dengan

cara mekanis, seperti balutan basah hingga kering, irigasi tekanan tinggi,

penekanan yang berulang, dan hidroterapi. Hidroterapi dari pusaran air dapat

membuang permukaan kulit yang rusak, bakteri, eksudat luka, dan debris.

Karena dapat merusak jaringan granulasi yang rapuh, teknik ini sebaiknya

hanya digunakan pada luka stadium awal.

- Debridemen biologi (terapi biologi/larva). Larva dari lalat botol hijau

(Lucilia sericata) kadang-kadang digunakan untuk membersihkan luka,

khususnya pada kaki neuroiskemik. Hanya belatung steril yang diperoleh

dari peternakan belatung medis yang dapat digunakan. Belatung

menghasilkan sekret yang mengandung enzim proteolitik yang kuat, yang

dapat membuat jaringan nekrotik menjadi cair.1,3

4.2.4.2 Teknik tambahan untuk kontrol luka

23

Page 24: Kaki Diabetik Ralat

- Skin Graft (donor kulit)

Untuk mempercepat penyembuhan ulkus pada dasar granulasi luka yang

bersih, suatu split skin graft dapat digunakan pada ulkus.

- Vacuum-assisted closure (penutupan dengan vakum)

Vacuum-assisted closure (VAC) pump digunakan untuk menutup luka,

termasuk luka kaki diabetik. Penutupan dilakukan pada luka yang telah di

debridemen dan tidak mengandung kotoran / nanah. Pompa VAC

menggunakan tekanan negatif 125 mmHg pada ulkus yang telah dilapisi busa

dan selang serta dibungkus oleh plastik. Busa diganti setiap 2 hingga 3 hari.

Exudat dari luka akan dihisap melalui selang dan dikumpulkan pada wadah

khusus. Tekanan negatif memperbaiki suplai darah kulit dan merangsang

granulasi yang dapat dibentuk diatas tulang dan tendon. VAC mengurangi

kolonisasi bakteri dan menghilangkan edem serta cairan intertisial. Saat ini,

pemasangan selang telah ditambahkan pada pompa VAC untuk memberikan

akses aplikasi topikal antibiotik. Penggunaan pompa VAC telah meningkat

pada penggunaan perawatan luka post operasi pada kaki iskemik khususnya

saat revaskularisasi tidak memungkinkan.

- Terapi oksigen hiperbarik

Pada penelitian dengan jumlah populasi yang kecil, telah menunjukkan bahwa

terapi oksigen hiperbarik mempercepat penyembuhan ulkus iskemik kaki

diabetik, sehingga hal tersebut menjadi alasan untuk menggunakan terapi

oksigen hiperbarik sebagai terapi ajuvan pada luka yang parah atau

mengancam jiwa. 1,3,10

4.2.4.3 Produk-produk advanced wound healing

Termasuk dalam produk ini : dermagraf, apligraf, platelet-derived growth

factor (Regranex), protease inhibitor, dan hyaluronic acid ester.

24

Page 25: Kaki Diabetik Ralat

- Dermagraf merupakan rekayasa biologi dari kulit manusia, dalam bentuk beku

dan perlu dicairkan, dihangatkan dan dibilas untuk penggunaannya. Dari

penelitian selanjutnya menunjukkan perbaikan signifikan untuk mengobati

ulkus neuropati.

- Apligraf merupakan rekayasa biologi pengganti kulit yang terediri dari

fibroblast manusia yang ditanamkan pada kolgen bovin dan ditutupi oleh

keratinosit manusia.

- Platelet-derived growth factor (Regranex) merangsang kemotaksis dan

mitogenesis netrofil, fibroblas dan monosit. Digunakan dalam bentuk gel.

- Protease inhibitor (Promogan) mengandung oxidised regenerated selulosa

dan kolagen. Menghambat protease pada luka dan melindungi endogenous

growth factors. Pada penelitian selama 12 minggu tidak terdapat perbedaan

yang signifikan dibandingkan terapi dengan mengunakan kasa yang dibasahi

dengan salin.

- Hyaluronic acid ester (Hyaff) adalah fibrous ester asam hialuronik, yang

merupakan polisakarida yang menyatu ke dalam matrik ekstraseluler dan

mengontrol hidrasi serta regulasi osmosis.1,3

4.2.5 Kontrol mikrobiologi-infeksi

Kuman mikrobiologi pada kaki diabetik unik. Infeksi dapat disebabkan oleh

bakteri gram positif, gram negatif, serta kuman anaerob, tunggal atau kombinasi.

Antibiotik sendiri tidak selalu dapat mengobati infeksi kaki diabetik dengan baik.

Infeksi yang berat mungkin berhubungan dengan keterlibatan jaringan lunak yang

menyebar sepanjang lapisan fascia dan memerlukan debridemen ekstensif bedah dan

terapi antibiotik yang memadai. Pada tampilan awal, perlu diberikan antibiotik

spektrum luas karena tidak mungkin untuk memprediksi jenis kuman tertentu dari

tampilan klinis. Selain pulasan ulkus, kultur darah juga perlu dilakukan bila timbul

toksisitas sistemik dan demam. Karena buruknya respon imun penderita terhadap

infeksi, maka bakteri komensal pada kulit pun dapat menyebabkan kerusakan

25

Page 26: Kaki Diabetik Ralat

jaringan yang berat. Hasil kultur dari pulasan ulkus akan sangat mempengaruhi

pertimbangan pemberian antibiotik. 21, 22

Tabel 6. Isolasi bakteri dari kaki diabetik3

Gram positif Gram negatif Anaerob

Staphyloccus aureus

Streptococcus

Enterococcus

Proteus mirabilis

Klebsiella spesies

Enterobacter

Eschericia coli

Pseudomonas

Aeruginosa

Citrobacter

Morganella morganni

Serratia spesies

Acinobacter spesies

Bacteroides fragilis

Clostridium perfringens

Peptosterptococcus

Petococcus

Bila telah terjadi osteomielitis, berikan antibiotik yang memadai, berdasarkan hasil

kultur kuman dari jaringan yang dalam. Pilih antibiotik yang memiliki penetrasi yang

baik ke tulang, seperti natrium fusidat, rifampisin, klindamisin, dan siprofloksasin.

Antibiotik diberikan selama 12 minggu. Dalam waktu tersebut lakukan debridemen

yang teratur. Bila setelah 12 minggu tidak terjadi resolusi atau perbaikan ulkus dan

selulitis, maka amputasi adalah pilihan akhir.1,3,21

Tabel 7. Antibiotik yang digunakan3

26

Page 27: Kaki Diabetik Ralat

Bakteri Antibiotik

Oral Intravena

Streptococcus Amoksisilin 500 mg t.d.s

Klaritromisin 500 mg b.d

Klindamisin 300 mg q.d

Amoksisilin 500 mg t.d.s

Klindamisin 300 mg q.d

Staphylococcus aureus Fluksioksasilin 500 mg q.d

Natrium fusidat 500 mg t.d.s

Klindamisin 300 mg q.d

Rifampisin 300 mg t.d.s

Fluksioksasilin 500 mg q.d

Gentamisin 5 mg/kg/hari

Klindamisin 300 mg q.d

Anaerob Metronidazol 400 mg t.d.s

Klindamisin 300 mg q.d

Metronidazol 500 mg t.d.s

Klindamisin 300 mg q.d

Gram negatif Siprofloksasin 500 mg b.d

Sefadroksil 1 g b.d

Trimetroprim 200 mg b.d

Seftazidim 1-2 mg t.d.s

Seftriakson 1-2 mg perhari

Gentamisin 5 mg/kg/ hari

Piperasilin-tazobactam

4,5g t.d.s

Meropenem 500 mg t.d.s

MRSA Natrium fusidat 500 mg t.d.s

Trimetoprim 200 mg b.d

Rifampisin 300 mg t.d.s

Doksisiklin 100 mg perhari

Linezolid 600 mg. b.d

Vankomisin 1 g b.d

Teikoplanin 400 mg

perhari

Linezolid 600 mg b.d

Keterangan : b.d (bis die = dua kali), q.d (quarter die = 4 kali sehari), t.d.s (ter die

sumendus = 3 kali sehari)

4.2.6 Edukasi

27

Page 28: Kaki Diabetik Ralat

Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik. Dengan

penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus / gangren diabetik maupun

keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan

yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. Rehabilitasi merupakan

program yang sangat penting yang harus dilaksanakan untuk pengelolaan kaki

diabetik. Bahkan sejak pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan kemudian segera

setelah perawatan keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk

mengurangi kecacatan yang mungkin timbul pada pasien. Keterlibatan ahli

rehabilitasi medik berlanjut sampai jauh sesudah amputasi, untuk memberikan

bantuan bagi para pasien untuk menghindari terjadinya ulkus baru. Ulkus yang terjadi

selanjutnya memberikan prognosis yang jauh lebih buruk dari pada ulkus yang

pertama. 4,9

4.3 Manajemen penyakit kaki diabetik

Tujuan manajemen penyakit kaki diabetik adalah untuk selalu menjaga agar

pasien tetap pada kondisi stadium serendah mungkin. Pada masing-masing stadium

kaki diabetik perlu untuk melakukan intervensi sedini mungkin dan mengontrol kaki

untuk mencegah progresifitas yang lebih lanjut.3,10

Perjalanan penyakit kaki diabetik dibagi menjadi 6 stadium :

- Stadium 1

Kaki tanpa risiko. Pasien tidak memiliki faktor risiko terhadap neuropati,

iskemik, deformitas, kalus, dan pembengkakan yang mempermudah

terjadinya ulkus kaki.

- Stadium 2

Pasien telah memiliki satu atau lebih faktor risiko terjadinya ulkus kaki, yang

dapat dibagi menjadi kaki neuropati dan kaki neuroiskemik

- Stadium 3

Telah tampak ulkus pada kaki

- Stadium 4

28

Page 29: Kaki Diabetik Ralat

Ulkus telah berkembang menjadi infeksi

- Stadium 5

Tampak nekrosis.

4.3.1 Manajemen Stadium 1

Kaki pasien belum memilik salah satu faktor risiko ulkus seperti neuropati,

iskemia, deformitas, kalus dan pembengkakan. Yang perlu dilakukan adalah kontrol

mekanis, kontrol metabolik, dan edukasi.3,10

4.3.2 Manajemen Stadium 2

Pada stadium ini telah terdapat satu atau lebih faktor risiko ulkus; neuropati,

iskemia, deformitas, kulit kering hingga pecah-pecah, kalus dan pembengkakan.

Lakukan kontrol mekanis, kontrol vaskuler, kontrol metabolik, dan edukasi. Karena

permukaan kulit yang masih utuh, maka kontrol mikrobiologi pada stadium ini

tidaklah relevan.3,10

4.3.3 Manajemen Stadium 3

Telah terjadi ulkus. Diperlukan Penatalaksanaan multidisiplin pada stadium 3;

kontrol mekanis, luka, mikrobiologi, pembuluh darah, metabolik dan edukasi.

Tujuannya adalah untuk menyembuhkan luka dalam enam minggu pertama

perkembangan luka. Bila ulkus gagal sembuh meskipun telah diberikan pengobatan

optimal, kemungkinan penyebabnya adalah iskemik. Penilaian vaskuler yang tepat

perlu dilakukan untuk menilai derajat iskemik dan menentukan kapan pemeriksaan

invasif dan revaskularisasi dilakukan.3,10,23

4.3.4 Manajemen stadium 4

Ulkus telah berkembang menjadi infeksi. Manifestasinya berupa kerusakan

jaringan subkutan dan kulit yang disebut selulitis. Infeksi juga dapat meluas hingga

terjadi osteomielitis. Segera mulai terapi antibiotik ketika terjadi infeksi serta

putuskan apakah pasien memerlukan tindakan debridemen untuk membuang jaringan

29

Page 30: Kaki Diabetik Ralat

infeksi yang luas. Pada osteomielitis pilih antibiotik yang memiliki penetrasi yang

baik ke tulang, seperti natrium fusidat, rifampisin, klindamisin, dan siprofloksasin.

Antibiotik diberikan selama 12 minggu, sambil dilakukan debridement yang teratur.

Bila setelah 12 minggu tidak terjadi resolusi atau perbaikan terhadap ulkus dan

selulitis, maka pilihan akhir adalah amputasi. Pada tingkat ini diperlukan kontrol;

mikrobiologi, luka, vaskuler, metabolik, dan edukasi.3,10

4.3.5 Manajemen Stadium 5

Pada stadium ini telah tampak nekrosis (gangren) yang mengancam

ekstremitas. Perlu intervensi untuk membatasi perluasan nekrosis, sehingga

ekstermitas dapat diselamatkan. Nekrosis dapat melibatkan lapisan kulit, subkutan,

dan fascia. Pada kullit mudah untuk dikenali, tetapi pada subkutan dan fascia tidak

terlihat. Bila kondisi gangren meluas 24

- Nekrosis basah

Pada nekrosis basah, jaringan berwarna hitam, kecoklatan, abu-abu, putih atau

kehijauan, lembab dan sering berbau tak sedap. Infeksi disertai dengan nanah

dari batas ulkus antara nekrosis dan jaringan yang terlihat. Kondisi ini

merupakan sekunder dari vaskulitis septik, infeksi ulkus jaringan lunak yang

berat dan terutama terjadi pada nekrosis kaki diabetik.

- Nekrosis kering.

Nekrosis kering berupa jaringan mati yang keras, hitam, bersih dan biasanya

memiliki batas antara jaringan sekitar dengan nekrosis. Sulit dibedakan pada kaki

orang afrika. Nekrosis kering biasanya merupakan sekunder dari iskemi berat

akibat buruknya perfusi jaringan oleh penyempitan aterosklerosis di kaki, dengan

komplikasi yang sering berupa trombus dan emboli.

Apabila penyakit kaki diabetik tidak bisa disembuhkan lagi, perlu tindakan amputasi.

Namun morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan amputasi sangat tinggi,

dan sering kali memerlukan perawatan di rumah sakit.

30

Page 31: Kaki Diabetik Ralat

Pertimbangan untuk amputasi :

- Bila rasa nyeri sangat mengganggu dan tidak dapat dikontrol meskipun telah

diberikan analgetik, dan tidak ada intervensi vaskuler yang dapat dilakukan

- Bila infeksi yang luas telah merusak kaki

- Bila nekrosis telah menyebar dan meluas di kaki, sebagai akibat reduksi

perfusi arteri.3

Pada stadium ini perlu dilakukan kontrol luka, kontrol mikrobiologi, kontrol vaskuler,

kontrol mekanis, kontrol metabolik, dan eduksasi.

BAB V

RINGKASAN

31

Page 32: Kaki Diabetik Ralat

Penyakit kaki diabetik merupakan morbiditas dan penyebab utama penderita

diabetes dirawat dirumah sakit. Ulkus, infeksi, gangren, dan amputasi merupakan

komplikasi signifikan yang tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Pengenalan faktor risiko dan pengobatan penyakit kaki diabetik memerlukan

keterampilan terhadap diagnosis, pengaturan, pengobatan hingga konsultasi ke

pasien. Deteksi dini patologi kaki, khususnya pada pasien dengan risiko tinggi,

membantu untuk menentukan intervensi awal dan mengurangi potensi perawatan

dirumah sakit atau amputasi.

Setelah dilakukan rangkaian pemeriksaan kaki diabetik yang seksama, pasien

dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori risiko kumulatif. Memungkinkan rencana

desain penatalaksanaan dan menentukan apakah pasien memiliki risiko terhadap

ulkus atau amputasi.

Riwayat alamiah perkembangan penyakit kaki diabetik telah dibagi menjadi 5

stadium. Pada stadium 1 dan 2 bertujuan untuk mencegah ulkus. Stadium 3 bertujuan

mengatasi ulkus. Hingga pada stadium 4 dan 5 dimana telah terjadi komplikasi ulkus

kaki diabetik berupa selulitis dan nekrosis yang memerlukan intervensi yang lebih

banyak lagi. Pendekatan multidisipliner yang teroganisir diharapkan mudah dijangkau

dan tersedia bagi semua pasien diabetes.

32